April 2016
65 MEMBANGKITKAN IMAN, PENGHARAPAN DAN KASIH
SPIRITUALITAS PENUAI
Selamat Paskah
TEAM PENYULUH
Spiritualitas Penuai
PENERBIT
Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia mencanangkan tahun 2016 adalah Tahun Penuaian. Ladang sudah menguning siap untuk dituai, karena itu banyak program-program BPH terfokus kepada penuaian dan para penuai yaitu Pejabat GBI, agar kita diperlengkapi untuk menuai ladang yang sudah menguning dengan maksimal.
Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia IZIN TERBIT
No. 1004/Ditjen PP.6/STT/1993 PENDIRI
Pdt. DR. H. L. Senduk PENASIHAT
Pdt. Dr. Japarlin Marbun Pdt. Paul R. Widjaja Pdt. Ir. Suyapto Tandyawasesa M.Th Pdt. Dr. dr. Dwijo Saputro, SpKJ Pdt. Melianus Kakiay, M.Th Pdt. Josia Abdisaputera, M.Th Pdt. DR. Rubin Adi Abraham Pdt. dr. Josafat Mesach, M.Th PEMIMPIN REDAKSI
Pdt. Himawan Leenardo TIM REDAKSI
Pdm. Rudi Eko Tjahjono Debbie Raprap R. Raymond Nelson Josiana Soerjadi Pdp. Soelispramboedie, S.Th, S.Pd.k, CBC. KORESPONDEN
BPD-BPD se-Indonesia
ALAMAT REDAKSI: Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 65 Cempaka Putih Timur Jakarta Pusat - 10510 Tel. 021-4280 3664 Fax. 021-4280 3786 www.beritabethel.com www.penyuluh.org No. REKENING BPH GBI: BCA Cab. K.S. Tubun : a/n. BPSinode GBI No. rek. 526-030018-2 BRI Cab. Kelapa Gading : a/n. Gereja Bethel Indonesia (BPH GBI) No. rek. 0416-01-00027530-9 CIMB Niaga Cab. Melawai : a/n. BPH GBI No. rek. 402-01-00355-00-6 Wesel Pos : BPH GBI Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 65 Cempaka Putih Timur Jakarta Pusat - 10510
Isi diluar tanggung jawab percetakan.
Rakernas yang baru saja berlangsung menghasilkan program-program untuk mencapai hal ini, dan program-program BPH tersebut ada dalam Penyuluh edisi ini, agar kita semua tahu dan bergerak bersama sebagai satu tubuh menuai jiwa-jiwa bagi Tuhan. Sidang-sidang Majelis Daerah sedang berlangsung seiring dengan terbitnya Penyuluh edisi ini, maka materi-materi pembinaan dalam Sidang Majelis Daerah kami muat dalam edisi ini. Banyak mengangkat bagaimana mengembangkan kualitas seorang penuai, terutama dalam hal spiritualnya, karena apa yang ada di dalam akan mempengaruhi yang di luar, pikiran, sikap, perbuatan kita. Kami berharap Penyuluh bisa memberikan inspirasi kepada kita dalam peningkatan kualitas kita sebagai penuai-penuai yang dipercaya Tuhan di Tahun Penuaian ini.
DAFTAR ISI 02
Pdt. Dr. Japarlin Marbun
42
Program Kerja BPH GBI
08
Pdt. Paul R. Widjaja
52
Pdt. Dr. Erastus Sabdono, M.Th.
12
Pdt. Dr. Rubin Adi Abraham
58
Pdt. Himawan Leenardo
17
Pdt. dr. Josafat Mesach, M.Th.
66
Pdt. Silfani So, S.Pak
20
Materi Sidang MD
Tahun Penuaian
70
Spiritualitas Generasi Muda
24
Materi Sidang MD
74
Pdt. Sapta Jaya Tandi
30
Materi Sidang MD
80
Pdt. Drs. Gede Widiada, MBA, M.Th.
34
Materi Sidang MD
86
Pdp. Cakrajono Lawoto
40
RAKERNAS
Spiritualitas Penuai
Rahasia Menjadi Umat Pemenang
Strategi Mendewasakan Tuaian
Spiritualitas Para Pelayan Meja
Pembaharuan Penuai
Spiritualitas Hamba Tuhan
Integritas Hamba Tuhan
Tanggung Jawab, Integritas dan Teladan
Naiklah Ke Gunung Bawalah Kayu Dan Bangunlah Rumah Itu
Spirit Menuai Wanita Samaria
Kunci Mengatasi Ketakutan
Mengelola Keuangan Secara Cerdas Dan Bijaksana
Membangun Sinergi
UNTUK KALANGAN SENDIRI
1
SPIRITUALITAS PENUAI Pdt. Dr. Japarlin Marbun, M.Pd
Badan Pengerja Harian Gereja Bethel Indonesia mencanangkan tahun ini adalah "Tahun Penuaian", Mengapa? Karena melihat tanda-tanda zaman serta pengalaman rohani dimana Tuhan menuntun kita dalam gereja ini supaya FOKUS KEPADA PENUAIAN. Mulai dari Sinode kita yang lalu temanya “Ladang Sudah Menguning Tuailah Bersama”. Lalu, dilanjutkan dengan Sidang MPL I, kita sosialisasikan value GBI MANTAP yang menjadi dasar-dasar pelayanan kita sehingga kita menjadi gereja yang cakap dalam menghadapi tantangan zaman sehingga bisa berkembang, bertumbuh dan maju sesuai dengan kehendak Tuhan. Kemudian HUT GBI Oktober 2015 tema “GBI For The Nations”, dilanjutkan Sidang MPL II dengan tema “Saatnya Menuai”, kemudian pada pesan Natal Natal, Tuhan menyampaikan kepada kita, “Aku akan menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang daripada-Ku sampai ke ujungujung bumi”. Dari semua momen yang telah dilaksanakan itu, maka kita menyadari Tuhan menuntun kita hingga masuk ke tahun 2016 dengan tema “Tahun Penuaian”. Nah, supaya maksimal maka FOKUS di tahun penuaian ini adalah Para Penuai.
2|
Pada Penyuluh yang lalu kita sudah membahas tentang “Pembaharuan Penuai”, tentang pentingnya memperbaharui penuai supaya mereka mempunyai kesiapan dan mentalitas yang baik sebagai penuai sehingga penuaian itu bisa betul-betul terlaksana dengan baik. Tetapi, kita juga sadar bahwa yang mendasari gerak daripada penuai adalah spiritualitasnya, karena itu, spiritualitas dari para penuai tersebut menjadi hal yang sangat penting untuk dikembangkan sehingga para penuai itu betul-betul mencapai gol dan sasaran Tuhan. Jika dilihat dalam Alkitab, sangat jelas menuntun kita tentang spiritualitas daripada penuai itu, misalkan surat Paulus kepada anak rohaninya Timotius dalam 2 Timotius 2:1-7. “Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus. Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain. Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya. Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga. Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya. Perhatikanlah apa yang kukatakan; Tuhan akan memberi kepadamu pengertian dalam segala sesuatu.” Jelas sekali kita melihat bahwa “Spiritualitas Penuai” itu menjadi hal yang sangat penting.
2016 Tahun PENUAIan 3
Spiritualitas Penuai Menurut Rasul Paulus • Seperti seorang prajurit yang sedang berjuang di medan peperangan: 1. Selalu waspada terhadap serangan musuh. 2. Harus menjaga betul dirinya supaya fokus kepada tujuan perjuangan itu.
• Seperti seorang olahragawan yang memperoleh mahkota sebagai juara jika ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga: 1. Fokus. Supaya kita berhasil menjadi penuai-penuai yang maksimal, maka kita harus fokus kepada apa yang menjadi gol dan sasaran kita. Konteks penuai, yaitu Pemenangan Jiwa-jiwa. Artinya, program gereja, keuangan gereja, tenaga gereja harus dihabiskan untuk pemenangan jiwa-jiwa. Jadi, gereja tidak boleh kehilangan fokus. Jika kehilangan fokus maka momen penuaian itu akan lewat. Karena, kita sadar betul bahwa masa penuaian itu bukanlah masa yang panjang. Dalam dunia Pertanian, masa penuaian itu adalah waktu yang singkat. Artinya, kalau para petani tidak segera menuainya maka kemungkinan besar padi itu akan jatuh ke tanah, jatuh ke air, atau akan dimakan oleh tikus dan binatang-binatang lain. Nah, tahun penuaian itu juga harus dipahami seperti itu yaitu, harus fokus betul kepada pemenangan jiwa, bukan hanya sekadar tahu tetapi harus lebih daripada itu. Program harus dibuat untuk memenangkan jiwa, uang harus dikerahkan untuk memenangkan jiwa, tenaga harus dikerahkan untuk memenangkan jiwa.
2. Menjalankan Sesuai Peraturan atau Kaidah-kaidah yang ada. Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara apabila ia bertanding menurut peraturanperaturan olahraga. Nah, supaya masa penuaian ini maksimal, makanya kita harus melakukan sesuai dengan kaidah-kaidah penginjilan yang baik, kaidah-kaidah pemenangan jiwa yang baik, kaidah-kaidah management gereja yang baik. Harus dikembangkan seperti itu, barulah kita menuai secara maksimal. Jika kita tidak bekerja menurut kaidah-kaidah yang baik, maka akan timbul masalah, baik di dalam gereja itu sendiri maupun dengan orang luar. Jika sudah ada masalah maka kita akan sibuk mengurus masalah, akhirnya kita kehilangan fokus.
4|
3. Supaya Penuaian Ini Menjadi Maksimal, maka: • Harus Kerja Keras. Paulus mengatakan, ‘seorang petani yang bekerja keras’. Jadi, baik gereja-gereja lokal, BPD hingga BPH, harus membuat program yang memobilisasi semua orang mulai dari jemaat, para pejabat, perangkat organisasi untuk mencapai penuaian itu. Dan, tidak hanya itu saja tetapi mereka semuanya harus bekerja keras. Saat ini, bukan waktunya lagi kita santai sekadar bekerja, tetapi harus bekerja keras sekuat-kuatnya supaya bisa mencapai hasil yang maksimal. • Harus Kerja Cerdas. Artinya, kita harus manfaatkan seluruh sumber daya seefektif dan seefisien mungkin. Jangan kita buang-buang tenaga, uang, waktu untuk hal-hal yang tidak prioritas. Kalau ini dilakukan maka penuaian akan menjadi maksimal tetapi ini harus dilakukan oleh semua kalangan. Jadi tidak terbatas hanya pendeta saja tetapi mulai daripada jemaat sampai pada gembala harus terlibat dalam gerakan ini. Oleh karena itu, setiap gereja lokal harus memobilisasi warga jemaatnya untuk terlibat dalam penuaian. Tentu supaya bisa mobilisasi maka perlu dilakukan pelatihan-pelatihan pemenangan jiwa yang efektif dan efisien. Kalau konteks BPH, melakukan pelatihan Amanat Agung Alkitabiah (A3). Diharapkan training A3 betul-betul sampai ke jemaat-jemaat, jangan hanya sampai ke para pendeta. Karena, dalam realitanya yang banyak menginjil itu adalah para jemaat. Karena, jemaat yang banyak berjumpa dengan orang-orang percaya. Kalau pendeta kebanyakan hanya bertemu dengan para pendeta itu sendiri, maka tidak ada yang diinjili lagi.
2016 Tahun PENUAIan 5
Penuai Harus Waspada & Bersiap Diri GBI ada di sebuah bangsa yang heterogen, tidak hanya orang Kristen saja tetapi kita berhadapan dengan berbagai suku, bangsa dan bahasa. Kalau ini tidak dikelola atau diadakan pendekatan dengan baik, maka ini bisa menjadi kendala. Terjadi konflik, tuduhan kristenisasi, dan sebagainya. SOLUSI jika terjadi kendala adalah: Gereja harus cerdik seperti ular, tulus seperti merpati (kata Alkitab) sehingga, kita bisa memenangkan jiwa tanpa menimbulkan gejolak di lapangan. Untuk itu: • Warga gereja harus paham/mengerti konteks bagaimana kita harus melayani di Indonesia ini, supaya tidak menimbulkan kendala-kendala di lapangan. • Di Lingkungan gereja juga musti ditata sedemikian rupa, misalkan ada sebuah gereja dalam lokasi yang sempit, kemudian ada sekian banyak kendaraan yang datang dan parkir jika tidak ditata akan menimbulkan kendala. Karena itu, gereja juga harus mendidik jemaatnya supaya sensitif terhadap lingkungan, supaya tidak ada gejolak yang menimbulkan masalah. • Ketidaksiapan jemaat untuk terlibat dalam penuaian itu. Karena ada jemaat yang merasa ‘yang penting saya sudah datang ke gereja, dengar firman ya sudah’. Padahal tidak begitu, tetapi setelah dengar firman, dihayati dan dibagikan kepada orang lain. Nah, untuk bisa membagikan jemaat harus ada keterampilan. Makanya gereja harus menyiapkan pelatihanpelatihan.
Penuai Harus Mau Belajar & Berubah Tentu dengan kita melakukan program yang terarah dan terfokus seperti ini, maka para gembala punya arahan yang jelas dalam melaksanakan program-program yang menyentuh kepada akar rumput (tepat sasaran), sehingga program-program ini tidak hanya indah di kertas. Tetapi betulbetul bisa dilakukan dan berdampak kepada pemenangan jiwa yang nyata di lapangan.
6|
Sekarang ini para gembala sudah mulai sadar bahwa dunia dimana kita berada sekarang, sudah berbeda/berubah. Maka, karena dunia berubah, kita juga harus berubah dalam artian tata caranya harus berubah, cara me-manage gereja berubah, pola pendekatannya juga berubah sehingga dengan demikian kita bisa mencapai hasil maksimal. Karena, kalau cara kita masih seperti dulu-dulu, tentu kita tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal. Untuk itu diharapkan para gembala terus meningkatkan diri dengan mau dilatih, diubah supaya bisa maju dan berhasil memenangkan jiwa bagi kemuliaan Tuhan.
Indonesia adalah Ladang yang Sudah Menguning Mari Kita Sinergi Menuai di Ladang Tuhan Karena kita sadar betul bahwa kedatangan Tuhan sudah semakin dekat, makanya kita harus bekerja keras supaya kita bisa menjangkau sekian banyak orang dari lebih banyak lagi orang yang masih belum percaya itu. Makanya, kalau kita hanya santai-santai saja maka banyak orang akan binasa. Banyak jiwa yang belum terjangkau di berbagai pelosok negeri. Di Indonesia ini ladang penginjilan itu masih sangat luas. Jangan kita hanya terpaku kepada kota-kota besar. Tetapi sampai kepada pelosok-pelosok bahkan juga masih banyak suku-suku yang belum terjangkau. Untuk itu, gereja kita tidak mampu bekerja sendiri. Gereja harus bekerja-sama, bersinergi, bahu-membahu dengan Lembaga Penginjilan yang lain supaya bersama-sama menjangkau yang belum terjangkau tersebut. Untuk itu saya kira sudah waktunya sekarang kita bangun jejaring yang kuat antara gereja kita dengan gereja lain dan gereja kita dengan lembagalembaga penginjilan supaya bisa mencapai sasaran tersebut.
2016 Tahun PENUAIan 7
image: blog.powerlung.com/Better-Breathing/bid
RAHASIA MENJADI UMAT PEMENANG Pdt.Paul R. Widjaja Pembebasan seutuhnya adalah kerinduan Tuhan atas kita semua. Tuhan rindu ini terjadi dalam kehidupan kita, keluarga kita secara nyata, bukan hanya sekedar diimani dan diperkatakan saja. Satu gambaran yang jelas dan nyata bahwa pembebasan seutuhnya terjadi adalah apa yang dialami oleh bangsa Israel. Bangsa Israel tinggal di Mesir selama 430 tahun, sesudah bangsa Israel semakin banyak dan raja yang mengenal Yusuf mati, maka bangsa israel mengalami penindasan dan perbudakan di Mesir.Tetapi janji Tuhan tidak pernah gagal, ya dan amin, Tuhan membebaskan bangsa Israel dari perbudakan, dari penindasan dan mereka beribadah kepada Tuhan di gunung Sinai. Janji Tuhan bahwa bangsa Israel akan memiliki negeri yang berlimpah susu dan madu terjadi dalam kehidupan bangsa tersebut. Dengan jelas bahwa hari-hari ini janji Tuhan sedang digenapkan bagi kita, Tuhan akan memberkati saudara dan saya dengan berlimpah-limpah dalam seluruh aspek kehidupan ini dan yang pasti Tuhan sedang membawa kita masuk ke dalam kerajaan sorga.
8|
Memang Firaun sangat tidak suka dan tidak mau bangsa Israel mengalami pembebasan. Firaun adalah gambaran daripada penguasa dunia ini. Iblis berusaha untuk mengikat, menghancurkan kehidupan manusia, kehidupan kita sebagai orang-orang percaya, tetapi yang pasti Tuhan menghendaki kita semuanya mengalami pembebasan yang seutuhnya. Kita akan alami kelepasan, alami mujizat, alami kesembuhan, kita dibebaskan dari segala dosa, ikatan-ikatan apapun yang mengikat di dalam kehidupan dan yang pasti Tuhan sedang membawa kita naik dan masuk ke dalam kerajaan sorga. Kita sebagai israel-israel rohani, bagaimana kita bisa mengalami pembebasan seutuhnya? Sebagaimana Musa, dia hanya taat kepada Tuhan dan demikian juga kita harus taat kepada Tuhan di dalam seluruh kehidupan kita. Dan kita harus siap menghadapi Firaun, menghadapi penguasa dunia ini, menghadapi iblis di dalam peperangan rohani. Kalau kita melihat dunia hari-hari ini, keadaan tidak lebih baik, kejahatan terus bertambah-tambah, kesulitan, goncangan terus silih berganti, tetapi ketahuilah kita sebagai umat pilihan Tuhan, kita yang sudah ditetapkan oleh Tuhan menjadi pemenang bahkan lebih dari pemenang. Musuh kita adalah iblis; keduniawian yaitu: daya tarik dunia, ikatan dunia ini; keakuan yaitu: keinginan daging, hawa nafsu, kesombongan, segala cara kehidupan yang lama yang seringkali masih menguasai kehidupan kita, mungkin ada kebencian, tawar hati, sakit hati, yang selama ini saudara tidak bisa lepaskan, dll. Kalau mungkin selama ini dalam peperangan rohani, kita belum menang menghadapi musuh, tetapi percayalah bahwa inilah waktunya saudara sanggup mengalahkan semuanya itu. Di dalam Roma 8:37 saudara dan saya sudah ditetapkan Tuhan sebagai orang-orang yang lebih daripada pemenang, karena Tuhan Yesus sudah mati di atas kayu salib, iblis sudah dikalahkan, maut sudah ditaklukkan. Dia sudah menang dan Dia beri kemenangan itu bagi setiap saudara dan saya sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan.
Ada 4 rahasia bagaimana kita lebih daripada orangorang yang menang. 1. Percaya bahwa DIA adalah Elohim (Ef.1:18-21)
Kita percaya dengan segenap hati kita, bahwa Tuhan yang kita sembah adalah ELOHIM yakni pencipta yang perkasa. Oleh karena itu, agar kita benar-benar menjadi lebih dari pemenang di akhir zaman ini, kita tidak boleh bimbang, tidak boleh ragu-ragu bahwa Tuhan kita adalah Allah yang Maha Tinggi, yang Maha Kuasa.
9
Didalam Mzm.91:1-2, Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada TUHAN: "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai." - kata: Maha Tinggi, Maha Kuasa, Tuhan dan Allahku ini melukiskan aspek-aspek yang berbeda-beda, yakni : • Yang Mahatinggi, menunjukkan bahwa Dia lebih besar daripada ancaman apa saja yang kita hadapi. • Yang Mahakuasa, menekankan bahwa kuasa-Nya sanggup untuk menghadapi dan membinasakan setiap musuh. • Tuhan, meyakinkan kita bahwa kehadiran-Nya senantiasa ada bersama kita. • Allahku, mengungkapkan kebenaran bahwa Allah telah memilih kita untuk bergaul secara intim dan bukti bahwa kita mengandalkan Tuhan.
Jadi, Tuhan dan Allah kita Yang Mahatinggi, Yang Mahakuasa ini sungguh Allah yang luarbiasa. Dia yang ada di dalam kehidupan kita semua, Dia menciptakan langit dan bumi ini, mata Tuhan terus memandang kepada kita dan Dialah yang menetapkan setiap langkah-langkah kita, Dia tahu rancangan kehidupan saudara dan saya. Sehingga kita tidak perlu kuatir, bimbang, takut menghadapi apapun juga, karena Dia lebih besar dari segala apapun yang kita hadapi, Dia sanggup untuk mengalahkan segala musuh-musuh, penguasa-penguasa, pemerintah-pemerintah, roh-roh jahat di udara dan Dialah yang saat ini sedang melakukan segala perkara yang besar di dalam kehidupan kita.
2. Kita adalah anak-anak Allah oleh Kasih Karunia (Ef.1:22-23, Rom.16:20)
10 |
Kita dijadikan sebagai anak-anak Allah karena Kristus, kita dipulihkan, kita diubahkan dan dipenuhi oleh kepenuhan Yesus sendiri didalam hidup kita semua. Jika segala sesuatu telah diletakkan di bawah kaki Kristus, sebagai anak-Nya kita juga memiliki otoritas itu, kuasa musuh dihancurkan-Nya di bawah kaki kita, anak-anak-Nya yang dikasihi-Nya.
3. Kita adalah tentara Kerajaan Allah (Ef.6:10-18)
Tuhan menghendaki kita menjadi kuat dalam kekuatan kuasa-Nya. Diakhir zaman ini, tantangan bukan semakin ringan bahkan semakin berat, karena itu sebagai tentaratentara Allah kita harus siap menghadapi peperangan rohani ini. Dia sudah menyiapkan selengkap senjata Allah, kita harus mengenakannya dengan lengkap dan siap maju ke medan pertempuran dan percayalah bahwa Dia pasti menyertai dan memberikan kemenangan bagi kita.
4. Kita adalah saksi-saksi Tuhan oleh Darah Anak Domba Allah (Why.12:10-11)
Darah Yesus yang sudah menyucikan, membebaskan kita dari segala dosa dan kita menjadi saksi Kristus, maka kita harus menyaksikan bahwa di dalam nama Yesus ada kuasa yang tidak terbatas. Setiap hari dalam kehidupan, kita harus lebih banyak memperkatakan Firman Tuhan, lebih banyak memperkatakan nama Yesus karena di dalam nama Yesus, nama di atas segala nama, iblis dan kuasa maut sudah dikalahkan.
Ini waktunya kita merebut kemenangan. Tuhan Yesus siap menuntun, menyertai dan menyediakan kemenangan bagi kita yang mau melangkah melakukan bagian kita. Kemenangan sudah di depan mata, ladang sudah menguning, apa lagi yang kita tunggu? Jika kita terus melihat kemampuan kita, kita akan pesimis, tapi lihat Dia Yang Mahatinggi, Yang Mahakuasa, kemenangan kita bukan karena usaha kita, tetapi karena Tuhan sudah berjanji akan memberikan kemenangan, pembebasan yang seutuhnya bagi kita anak-anakNya. Haleluya.
11
STRATEGI MENDEWASAKAN TUAIAN Pdt. Dr. Rubin Adi Abraham
Setiap orang percaya terpanggil untuk menuai jiwa-jiwa. Ladang sudah menguning dan siap untuk dituai (Yoh. 4:35). Caranya: dengan memberitakan Injil kepada jiwa-jiwa sehingga setiap orang percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Juruselamat sehingga mereka diselamatkan. Tetapi jiwa-jiwa yang sudah dituai itu tidak boleh dibiarkan begitu saja, melainkan harus segera didewasakan supaya tumbuh rohaninya dan bisa menuai jiwa yang lain. Strategi utama untuk mendewasakannya adalah melalui pemuridan! Pemuridan, yang adalah inti amanat Agung Yesus (Mat. 28:19), bukanlah kelas pendalaman Alkitab, tapi proses pertumbuhan menjadi seperti Yesus. Ciri seorang murid (disciples) Yesus adalah memiliki disiplin (discipline) atau kebiasaan rohani yang tiap hari dia lakukan untuk membentuk karakternya lebih menyerupai Kristus. Intinya setiap jemaat harus berakar dalam Firman. Ini akan menjadikan jemaat dewasa rohani secara kualitas, sehingga tidak diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran (Ef. 4:13-14).
12 |
Jemaat tidak bisa dibiarkan untuk tumbuh sendiri, tapi harus dituntun langkah demi langkah untuk memahami dan mengaplikasikan firman Tuhan (perlu bahan dan mentor/pembimbing). Untuk itu diperlukan pembinaan komprehensif bagi seluruh jemaat, dengan cara memperkokoh peranan Firman Tuhan pada:
1. Ibadah Raya 2. Kelompok Pemuridan 3. Kelompok Sel 4. Saat Teduh Pribadi
IBADAH RAYA
IBADAH RAYA
Dalam ibadah raya penting sekali hamba Tuhan membuat tema khotbah satu tahun yang disajikan secara berurutan. Adanya program khotbah yang direncanakan ini memberikan banyak keuntungan, antara lain; Pengkhotbah akan tahu sebelumnya apa yang perlu dikhotbahkan sehingga tidak tegang tiap minggunya karena harus memilih topik baru, menghemat energi dan waktu pengkhotbah untuk mencari bahan khotbah, menambah waktu untuk menyiapkan khotbah dan belajar, memberi jemaat makanan rohani secara lebih seimbang, lagu dalam ibadah bisa dipilih berdasarkan tema, program gereja dibuat berdasarkan tema bulanan tersebut. Ini tidak mematikan pekerjaan Roh Kudus, sebaliknya membuat pelayanan lebih fokus. Bahkan seandainya gembala sidang tidak berkhotbah tiap minggu pun, pengkhotbah tamu dapat menyampaikan khotbah sesuai tema yang terarah tersebut. Contoh tema khotbah satu tahun: Tema Umum Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Dimuridkan untuk Memuridkan. Murid dengan Visi Allah Murid dengan Misi Allah Murid dengan Nilai Kerajaan Allah Murid yang Hidup Berkemenangan Murid yang Melayani Murid yang Penuh Roh Kudus Murid yang Mengasihi Murid Berhati Misi di Dunianya Murid yang Rela Berkorban Murid yang Berbuah Murid yang Beriman Murid yang Berfokus Kristus
Dari tema bulanan ini bisa dibagi lalu menjadi tema mingguan yang lebih spesifik sesuai kebutuhan rohani jemaat. 13
kELOMPOK PEMURIDAN
KELOMPOK PEMURIDAN
Gereja lokal harus memiliki suatu program pemuridan berjenjang yang berkesinambungan untuk menolong tiap anggota jemaat untuk mengalami pertumbuhan rohani. Contohnya, saya membuat program pemuridan “Saya Murid Kristus” (SMK), yang terdiri dari 4 tahapan (level) @ 12 sesi, yaitu: 1) Berakar (Dasar Kekristenan). 2) Bertumbuh (Pertumbuhan rohani). 3) Berbuah (Pelayanan). 4) Berbuah tetap (Kepemimpinan). Dalam SMK ini, ada 3 (tiga) proses belajar yang diikuti peserta: 1) Mendengarkan pengajaran, berdasarkan buku penuntun yang ada. Pengajaran ini bisa disampaikan secara langsung (live) atau pun melalui DVD, baik di gereja maupun di rumah-rumah (+20 menit). 2) Mendapat tuntunan dari pembimbing/mentor yang memimpin sharing kelompok agar tiap peserta bisa mengalami kebenaran, kuasa dan kasih Kristus. Tiap pembimbing rata-rata membimbing sekitar 1-3 orang, untuk mengaplikasikan Firman dalam hidup peserta. 3) Mengerjakan tugas harian. Buku SMK level 1 dan 2 dilengkapi dengan bahan renungan harian agar peserta dapat mendalami setiap topik yang dibahas. Tujuannya bukan untuk sekedar menambah pengetahuan tapi agar peserta dapat menerapkan kebenaran itu dalam hidup sehari-hari. Sasaran 4 level pemuridan SMK bukan untuk segera menghabiskan bahan tapi menciptakan perubahan perilaku dan disiplin rohani dan pelayanan yang terukur, yang dapat dilihat dalam diagram pertumbuhan rohani di halaman berikut ini. Semua lulusan SMK dilibatkan dalam gerakan penuaian jiwa-jiwa dengan cara: Dilatih untuk mencari jiwa dan memuridkan jiwa baru dengan bahan sesi 1-8 dari SMK Berakar (disebut Gerakan “8 Minggu yang Mengubah Hidup). Jadi yang selesai level 1, sementara masuk level 2, mereka sudah menjadi asisten pembimbing/mentor. Setelah lulus pada level 2 mereka bisa menjadi mentor untuk peserta level 1, begitu seterusnya. Dengan demikian terciptalah proses “Dimuridkan untuk Memuridkan”.
14 |
kELOMPOK sel
KELOMPOK SEL
Seorang hamba Tuhan perlu menyiapkan bahan bahasan Firman yang akan didiskusikan oleh jemaat dalam kelompok sel. Kelompok sel bukanlah “ibadah mini”, karena Firman bukan lagi dikhotbahkan, namun didiskusikan untuk dapat dipraktikkan. Bahannya bisa membahas khotbah minggu dengan penekanan pada aplikasi, atau dibuat bahan lain dengan tema yang sama. Yang sangat penting dalam kelompok sel adalah proses mentoring. Contoh: Pola mentoring “33” → setiap 3 orang jemaat dibina oleh 1 pembimbing, tiap 3 pembimbing dibina oleh 1 Pemimpin Kelompok Sel (PKS), tiap 3 PKS dibina oleh 1 Penilik Wilayah (PW), tiap 3 PW dibina oleh Gembala Distrik, yang selanjutnya dibina oleh Gembala Sidang. 15
saat teduh pribadi
SAAT TEDUH PRIBADI
Untuk membina kerohanian jemaat perlu ada bahan renungan harian untuk tuntunan saat teduh jemaat yang terdiri dari: Jadwal bacaan Alkitab harian (Alkitab habis dibaca dalam 1-2 tahun), artikel sesuai dengan tema mingguan dan bulanan, pendalaman Alkitab dengan pola 2P (Perenungan dan Penerapan), serta bahan renungan Firman dan diskusi mingguan untuk kelompok sel. Untuk membina kerohanian jemaat perlu diberi tuntunan sederhana bagaimana caranya bersaat teduh agar kerohaniannya semakin bertumbuh. Contoh: Gerakan ”Doa dan Firman 22” (DF 22), yaitu komitmen saat teduh tiap hari selama 20 menit, yang terdiri dari Doa dan pembacaan Firman minimal 2 pasal. Petunjuk pelaksanaan DOA dan FIRMAN 22 dengan metode 5 P : 1. Pujian dan Penyembahan (3 menit). Nyanyikanlah lagu pujian beberapa kali, lalu sembahlah pribadi Allah. 2. Pengucapan Syukur (2 menit). Berterimakasihlah untuk segala berkat Tuhan, baik rohani maupun jasmani. 3. Pengakuan Dosa (1 menit). Akui dosa secara spesifik, bertobat dan mohon penyucian-Nya, serta bertekadlah untuk hidup sesuai firman-Nya. 4. Permohonan (4 menit), untuk: a) Keluarga b) Pekerjaan Tuhan c) Pemerintah d) Yang sakit dan mundur rohani e) Pribadi. Gunakan illustrasi 5 jari tangan untuk menjelaskan 5 jenis doa permohonan itu dari ibu jari hingga kelingking. 5. Pembacaan Alkitab (10 menit). Baca 2 pasal Alkitab berurutan dari Kejadian hingga Wahyu. Selain itu bisa ditambah buku renungan yang dibuat oleh gereja atau yang dijual di toko buku rohani. Bila pembinaan kepada setiap jemaat dilakukan di ibadah raya, kelompok pemuridan, kelompok sel dan saat teduh pribadi, diharapkan jemaat akan tumbuh dewasa secara rohani, memenangkan jiwa, serta memuridkan jiwa baru. Dengan demikian kegerakan Allah akan berlangsung terus secara berkesinambungan.
16 |
SPIRITUALITAS PARA PELAYAN MEJA Pdt. dr. Josafat Mesach, M.Th.
Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbulah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari. Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata; “Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. Karena itu, saudarasaudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas it, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman.” (Kisah Para Rasul 6 : 1-4) Pelayanan meja atau pelayanan pada orang miskin adalah suatu pelayanan yang penting dan utama. Pelayanan meja adalah perintah Allah sendiri karena itu ketika terjadi masalah dalam pelayanan meja maka para rasul memanggil para murid dan mengakui bahwa mereka telah melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. Jika kemudian para rasul menetapkan tujuh orang untuk berkonsentarsi untuk melakukan pelayanan meja, maka para rasul melihat pentingnya aspek spiritual dalam diri seorang pelayan meja (diakonos). Para rasul memandang seorang pelayan meja bukan hanya harus seorang yang baik hati dan berhikmat, tetapi juga yang penuh Roh (ay. 3). Tentunya yang dimaksud disini adalah seorang yang penuh dengan Roh Allah, seorang dengan tingkat kerohanian yang tinggi, bukan sembarangan orang, tetapi seorang yang spesial, seorang yang memang diurapi oleh Tuhan.
Mengapa seorang pelayan meja harus memilki spiritualitas yang tinggi ? Seorang pelayan meja dengan spiritualitas yang tinggi akan dapat melayani meja dengan baik dan bijaksana. Ia akan dapat membimbing orang yang dilayaninya dengan kasih yang tulus dan kesabaran yang panjang. Seorang pelayan meja dengan spiritualitas yang tinggi akan memperlihatkan buah Roh dalam pelayanannya.
17
Seorang pelayan meja dengan spiritualias yang tinggi akan mampu memandang orang lain yang tersisih itu sebagai saudara sepenciptaannya. Ia tidak akan memandang rendah saudaranya itu, tetapi akan berusaha memperjelas gambar dan rupa Allah yang masih samar-samar pada orang tersebut menjadi gambar dan rupa Allah yang lebih jelas pada diri saudara sepenciptaannya itu. Biasanya orang yang dilayani oleh para pelayan meja adalah orang yang tersisih, orang yang miskin dengan perasaan rendah diri yang sangat kuat. Mereka merasa bahwa mereka adalah orang buangan, orang yang tidak berharga dan pada akhirnya mempuyai perasaan yang sangat sensitif, mudah dan cepat tersinggung. Hanya pelayan meja yang mempunyai kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri yang akan mampu dan sukses melayani mereka yang tersisih. Bayangkan jika seorang pelayan meja tidak lemah lembut dan tidak sabar dalam melayani mereka yang tersisih, mereka pada akhirnya akan sangat tersinggung dan bisa saja berkata : “orang diluar Kristus lebih baik dari pada seorang pengikut Kristus”. Lalu apa gunanya seorang pelayan meja jika demikian. Ia seperti garam yang menjadi tawar. Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan dinjak orang. Gereja Bethel Indonesia saat ini telah memiliki banyak pelayan meja, mereka adalah relawan-relawan kemanusiaan yang tergabung wadah Tagana Rajawali Be Volunteers (Tagana RBV) yang telah ada di 22 BPD dan Persekutuan Dokter Gereja Bethel Indonesia (PDGBI) yang telah ada di 23 BPD. Merekalah relawan kemanusiaan yang menangani korban bencana alam, bencana sosial, epidemi dan berbagai macam persoalan yang menyebabkan penderitaan manusia. Dalam menolong sesama yang menderita maka sekali lagi ditegaskan bahwa syarat seorang pelayan meja, yaitu harus penuh dengan Roh, spiritualitas yang tinggi. Hal ini menjadi sangat penting, selain rasa kepedulian dan belas kasihan. Bagi seorang Relawan Bethel maka rasa peduli dan belas kasihan harus diikuti dengan kerohanian yang baik, jika tidak maka slogan “Pantang Pulang Sebelum Menolong” (Tagana RBV) akan berubah menjadi “Pantang Pulang Sebelum Menyolong”. Ya memang akan terjadi demikian jika seorang relawan tidak memiliki spiritualitas yang tinggi. Melihat barang bagus yang seharusnya untuk korban bencana, bisa berpindah tangan untuk dibawa pulang, padahal mereka yang menjadi korban lebih membutuhkannya dari pada para relawan.
18 |
Demikian juga dengan PDGBI yang mempunyai semboyan “Melayani Dengan Kasih”, jika tidak memiliki spiritualitas yang tinggi maka semboyan itu bisa berubah menjadi “Melayani Dengan Pamrih”. Tujuan melayani orang sakit dengan kasih bisa berubah menjadi ajang untuk mencari dan mendapatkan uang. Tidak ada lagi kasih yang tulus jika spiritualitas “jeblok” rata dengan tanah. Bagi para penggiat dan pelaku pelayanan meja (diakonia) maka mereka harus selalu dinilai spiritualitasnya oleh pemimpinnya. Bahkan sebelum menentukan seseorang untuk masuk dalam pelayanan diakonia maka penilaian spiritualitas menjadi amat penting. Bukankah kita sering mendengar bahwa pelayan diakonia yang bertugas memberikan dana bantuan bagi orang miskin malah yang menyunat dana bantuan itu, atau bahkan ada yang tega-teganya membawa lari bagian yang menjadi hak orang miskin. Para pemimpin harus tegas dan berani menegur jika “kemamonan” dan “ketenaran” sudah melewati spiritualitas para pelayan. Kembalikan mereka pada rel yang seharusnya dan jika tidak mendapatkan respon yang positif, tidak mau dibina, maka para pemimpin harus berani untuk melengserkan mereka dan menggantinya dengan pelayan meja yang masih memilki spiritualitas yang tinggi. Cepat selamatkan mereka dari kejatuhan yang lebih dalam lagi. Karena itu diperlukan pertemuan berkala untuk membangun spiritualitas para relawan dan pelayan diakonia. Mengingatkan mereka kembali untuk melayani sesama yang berarti juga melayani Tuhan (Matius 25:34-40) dengan baik dan dengan hati yang sungguh-sungguh mengasihi. Tidak ada yang boleh melayani karena ada “udang dibalik batu”, motif melayani orang miskin hanya agar dilihat dan dianggap sebagai orang baik dan ingin menjadi terkenal karena pelayanan itu. Seorang pelayan meja dengan spiritualitas yang tinggi tidak akan memanipulasi orang yang dilayaninya, tetapi justru memperjelas gambar dan rupa Allah dalam diri orang yang dilayaninya. Selamat membangun spiritualitas anda.
19
TAHUN PENUAIAN
Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai (Yoh 4:35) Masa penuaian adalah masa panen raya yang dinanti-nantikan para petani setelah sekian lama menunggu proses bertumbuh mulai dari menabur benih sampai kepada penuaian. Masa itu adalah hari sukacita bagi para penuai sebab mereka akan menerima upah (Yoh 4:36), Alkitab menjelaskan bahwa penabur dan penuai sama-sama bersukacita. Kalimat “empat bulan lagi tibalah musim menuai” memberi gambaran bahwa waktu penuaian sudah sangat dekat, namun Yesus sendiri mengataka bahwa waktu penuaian adalah sekarang ini, lihatlah sekelilingmu ladang telah matang untuk dituai.
20 |
Mari kita pelajari beberapa prinsip penuaian, antara lain:
1. Tidak Ada Penuaian Tanpa Menabur
Dalam kitab Kejadian 8:22, “Selama bumi masih ada takkan berhenti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam." Teks ini memberikan gambaran bahwa penuaian selalu dihubungkan dengan adanya tahapan penaburan mendahului penuaian. Jika prinsip ini berlaku secara mutlak dalam dunia pertanian, maka hal yang sama juga berlaku dalam penuaian jiwa-jiwa, harus didahului dengan penaburan firman Tuhan, penginjilan atau pemberitaan anugerah kepada orang-orang yang belum percaya pada Kristus, barulah setelah itu akan tiba penuaian jiwa.
Dalam Injil Lukas 8:4-15 dijelaskan tentang perumpamaan penabur, paling tidak dipaparkan 4 jenis tanah tempat penaburan yakni benih yang jatuh di pinggir jalan (Lukas 8:5,12), benih yang jatuh di tanah berbatu (Lukas 8:6,13), benih yang jatuh di tanah berduri (Lukas 8:7,14), dan benih yang jatuh di tanah yang baik (Lukas 8:8,15). Dari keempat jenis tanah tersebut maka tanah yang baiklah yang menumbuhkan hasil yang menggembirakan dan siap dituai. Prinsip ini sama dengan penuaian jiwa-jiwa bahwa hanya orang yang menerima firman Tuhan lah yang akan dimungkinkan mengalami pertumbuhan dan siap dituai bagi kerajaan Sorga. Penginjilan dan pemberitaan anugerah adalah langkah yang tepat dilakukan oleh semua hamba Tuhan dan gereja-gereja Tuhan sebagai bagian dari penaburan (Matius 28:19-20; Markus 16:15-16).
2. Masa Penuaian Didahului Dengan Masa Pertumbuhan (Berakar-Bertumbuh-Berbuah)
Dalam Injil Markus 4:26-29, “Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba." Jika membaca ayat di atas maka dengan jelas kita temukan bahwa proses penuaian jiwa tidak ada yang instan selalu didahuili dengan penaburan firman Tuhan lalu kemudian ada proses berakar, bertumbuh dan berbuah. Jika tidak demikian maka hasil penuaian itu tidak akan matang alias tidak menggembirakan. Dengan sangat detail disebutkan dalam ayat di atas bagaimana proses pertumbuhan sampai kepada musim menuai.
Penuaian jiwa-jiwa bukanlah desain yang dibuat oleh manusia yakni melalui para hambahamba Tuhan (gembala, penginjil, guru, nabi dan rasul) melainkan didesain oleh Allah sendiri. Karena itu hal yang penting diingat ialah proses berakar, bertumbuh dan berbuah akan menyiapkan ladang Tuhan siap dituai.
21
3. Tuian Adalah Milik Tuhan
Rasul Paulus dalam 1 Korintus 3:6-9 mengatakan: ”Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.” Tuaian bukanlah milik para hamba Tuhan atau gereja-gereja yang memenangkan jiwa melainkan milik Tuhan. Jika tuaian adalah milik Tuhan maka konsekwensinya adalah bahwa semua ditujukan untuk Tuhan dan kerajaan-Nya. Implikasi lain dalam hal ini akan muncul bahwa orang yang bekerja di ladang Tuhan akan bersukacita bersama-sama, meskipun yang menabur tidak menuai bahkan malah orang lain yang menuai hasil taburan yang kita lakukan.
Dalam Injil Yohanes 4:36-38 disebutkan: ”Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita. Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai. Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka.” Dari ayat ini jelas kita temukan bahwa bisa saja dalam waktu tertentu orang yang menabur tidak menuai, atas penentuan Tuhan malahan ada orang lain yang didaulat menjadi penuai di ladang tersebut. Jika tuaian adalah milik Tuhan maka siapa pun yang menuai tidak menjadi persoalan.
Bagaimana Supaya Gereja-Gereja Dapat Menuai Jiwa-Jiwa? 1. Beritakan Injil ke seluruh dunia (Matius 28:19-20)
22 |
Tidak ada cara yang paling efektif untuk menuai jiwa-jiwa jika tidak melakukan tugas pemberitaan Injil dan pemuridan (Mat 28:18-20; Markus 16:15-16). Dalam Injil Markus 16:15-16 disebutkan, ”Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” Teks ini jelas mendorong semua gereja dan hamba Tuhan utnuk memberitakan Injil sehingga mereka yang menerima Injil itu akan dituai.
Tugas penginjilan adalah pilar utama gereja dalam memenangkan jiwa-jiwa, sebab itu tidak ada penuaian jiwa jika tidak ada penginjilan. Dalam Injil Yohanses 4:39-42, dijelaskan “Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: "Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Ketika orangorang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka; dan Iapun tinggal di situ dua hari lamanya. Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan-Nya, dan mereka berkata kepada perempuan itu: "Kami percaya,
tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia.” Perempuan Samaria menjadi alat yang efektif memenangkan jiwa-jiwa bagi kerajaan Sorga.
2. Jadilah saksi-Nya (Kisah 1:8)
Hal kedua yang harus dilakukan oleh gereja-gereja Tuhan dalam penuaian jiwa-jiwa ialah menjadi saksi Tuhan. Kisah 1:8, “Tetapi kamu akan menerimakuasa, kalua Roh Kudus turun ke atas kamu dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Seorang saksi adalah mereka yang merasakan tentang perbuatan Tuhan, bagaimana mereka menerima anugerah keselamatan, hal itu pulalah yang dikomunikasikan kepada orang banyak yang belum percaya kepada Yesus Kristus. Dengan jalan demikian maka jiwa-jiwa dapat dijangkau dan dituai untuk kemuliaan nama Tuhan.
3. Bekerjalah selagi waktu masih siang (Yoh 9:4-5)
Penuaian jiwa-jiwa tidak mungkin dilepaskan dari tugas dan panggilan bekerja di ladang Tuhan. Karena itu prinsip penuaian jiwa-jiwa harus menekankan bagaimana para hamba Tuhan secara terus menerus bekerja dan melayani. Dalam Injil Yohanes 9:4-5, “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja. Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.” Penuaian jiwa-jiwa membutuhkan pemahaman tentang waktu dan peluang yang tersedia, karena itu semua pelayan Tuhan harus bekerja dengan sungguh-sungguh selama waktu masih siang (peluang diberikan kepada gerejaNya). Dengan memanfaatkan waktu yang diberikan oleh Tuhan kepada kita, maka gereja Tuhan dapat menuai jiwa-jiwa.
Untuk mengerjakan hal di atas, maka dibutuhkan para penuai yang memiliki karakteristik sebagai berikut: a.
Seorang yang mau dan rela di utus (Yesaya 6:8; Matius 28:19-20)
b.
Seorang yang memahami panggilan Tuhan
c.
Seorang yang siap menderita bagi Kristus
d.
Pribadi yang tidak memusingkan diri dengan perkara-perkara dunia ini
e.
Pribadi yang fokus kepada tugas dan tanggung jawab dan masa depan (Lukas 9:62)
f.
Pribadi yang dewasa dalam Kristus.
Tema tahun penuaian mendorong kita semua gereja-gereja Tuhan untuk melakuan pekerjaan dengan giat di ladang Tuhan. Masa penuaian seperti yang dinanti-nantikan oleh para petani adalah waktu sukacita dan masa panen raya. Dalam konteks gereja Tuhan hal yang sama juga terjadi jika jiwa-jiwa dituai bagi kerajaan Sorga. Petobat baru dimenangkan dan dibawa bersekutu dalam Tuhan. (pmbn/md/2016)
23
PEMBAHARUAN
PENUAI
Penuaian membutuhkan penuai-penuai yang kompeten, mereka harus cakap dan terampil dan memiliki karunia dan urapan bagi penuaian jiwajiwa. Untuk itu kita harus mempersiapkan penuai-penuai yang berkualitas di ladang Tuhan. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu kita mengerti tentang pembaharuan penuai dan langkah-langkah praktis untuk pembaharuan penuai untuk Kemuliaan Tuhan.
1. Pengertian Tuaian Dan Masa Penuaian
Berdasarkan Injil Lukas 10:2 disebutkan: ”Tuaian memang banyak, tetapi pekarja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” Tuaian yang dimaksud ialah jiwa-jiwa yang siap dituai bagi kerajaan Sorga, yakni mereka pribadi-pribadi yang membutuhkan jalan keluar atas pergumulan mereka, mereka yang membutuhkan Juruselamat dan pribadi yang rindu berjumpa dengan Yesus Kristus.
Tuaian selalu berhubungan dengan penuai dan penuaian. Penuaian membutuhkan penuai-penuai yang kompeten, mereka harus cakap dan terampil dan memiliki karunia dan urapan bagi penuaian jiwa-jiwa.
2. Dasar Alkitab Tahun Penuaian
24 |
Kata “sedikit” dalam teks Lukas 10:2 berasal dari teks Yunani “oligos” yang diterjemahkan jumahnya kecil, hanya beberapa atau hanya sementara. Makna sementara juga diberikan dalam pengertian bahwa banyak orang yang hidup dalam Tuhan sebentar serius, sebentar tidak, sebentar ada sebentar hilang. Hal ini menunjukkan keadaan kualitas yang tidak menentu dari para penuai. Ada banyak penuai yang tidak konsisten dalam menggarap tuaian, sehingga tuaian tidak dituai dengan segera.
Injil Matius 9:35-38 memberikan penjelasan bahwa Yesus dalam tugas dan pelayananNya memenangkan jiwa-jiwa, Ia berkeliling kota dan desa, Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan penyakit. Dengan belas kasihan yang besar Yesus tergerak melayani mereka yang tidak tergembalakan, domba yang terlantar dan juga tidak terurus. Tujuannya ialah menjangkau jiwa-jiwa yang tersesat dan membawanya dalam jalan yang benar.
Berdasarkan teks di atas, maka secara sederhana dapat disebutkan bahwa penuaian jiwa-jiwa adalah isi hati Tuhan, oleh karena itu setiap gereja dan hamba-hamba Tuhan harus melaksanakan misi penuaian jiwa-jiwa.
3. Tugas Penuai
Berdasarkan teks Lukas 10:2 dan Injil Matius 9:35-38, bercermin kepada apa yang dilakukan Yesus dalam pelayanan semasa hidup-Nya kita dapat tentukan dan teladani pekerjaan atau tugas seorang penuai. Paling tidak kita temukan ada 4 tugas seorang penuai, antara lain: a. Mengajar. Mengajar adalah salah satu tugas penuai yang tidak bisa dihilangkan, Matius 28:19-20, menjelaskan tugas mengajar dilaksanakan agar setiap jiwa-jiwa yang dituai mengenal kebenaran. Lebih jauh dari hal itu semua individu mengenal jalan keselamatan. b. Memberitakan Injil. Pemberitaan Injil “Euanggelion” adalah hal yang mutlak dilakukan oleh seorang penuai jiwa-jiwa. Tujuannya ialah agar banyak orang percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Injil harus diperdengarkan kepada segala suku, bangsa dan bahasa dan bahkan kepada segala mahkluk (Markus 16:15-16). Isi dari Injil tersebut adalah Yesus Kristus Tuhan dan Juruselamat, Yesus satu-satunya jalan hidup dan kebenaran (Yoh 14:6; Kisah 2:21). c. Melenyapkan penyakit dan kelemahan. Melenyapkan penyakit dan kelemahan merupakan bagian dari tugas penuai jiwa-jiwa, dengan demikian kebutuhan akan kelepasan diterima setiap pribadi yang dilayani. Dengan otoritas dan kuasa Roh Kudus, para penuai melakukan tugas-tugas pelayannya yang betujuan memberi kelegaan. d. Menjadi gembala bagi jiwa-jiwa. Tugas ini adalah bagian terpenting dari penuai jiwa, yang dilakukan sebagai pemeliharaan sehingga terpelihara iman dan kerohanian mereka.
25
4. Langkah-langkah Menyiapkan Penuai
Oleh karena penuai di ladang Tuhan sedikit, maka tidak ada cara yang paling efektif menambah jumlah mereka selain dari mempersiapkan pribadi-pribadi (umat Tuhan atau orang percaya). Beberapa langkah yang dapat dilakukan mempersiapkan penuai di ladang Tuhan yakni: a. Meminta kepada Tuhan supaya Ia mengirim pekerja untuk tuaian itu (Lukas 10:2).
Cara pertama ini adalah langkah yang paling awal dilaksanakan untuk menambah jumlah penuai. Mintalah pekerja kepada tuan yang punya tuaian itu; dalam hal ini kita harus minta kepada Tuhan, supaya Ia mengirimkan penuai-penuai yang telah dipersiapkan bagi ladang misi. Tuhan akan melengkapi orang-orang percaya menjadi penuai yang cakap dan terampil dan siap diutus di ladang Tuhan.
b. Melatih Jemaat-Jemaat Tuhan Terlibat Dalam Tuaian.
26 |
Salah satu cara yang paling efektif mempersiapkan penuai ialah dengan melatih jemaat-jemaat untuk terjun dalam pelayanan, baik pelayanan secara umum lebih lagi pelayanan misi. Mereka dapat dilatih dengan ketrampilan mengkomunikasikan Injil, trampil bersaksi dan juga membawa jiwa-jiwa kepada Tuhan. Dengan kemampuan menginjil dan bersaksi jemaat-jemaat dapat terlibat dalam penuaian jiwa-jiwa.
5. Strategi Pembaharuan Penuai
Pembaharuan penuai diperlukan dalam tata laksana pelayanan misi dan penjangkauan, hal ini disebabkan beberapa hal antara lain:
Pertama, ladang Tuhan membutuhkan penuai yang berkualitas. Hal ini disebabkan karena karakteristik ladang misi yang beragam; tidak cukup hanya dengan kemampuan seadanya melainkan harus dengan kompetensi yang mumpuni baik secara teknis maupun karunia pelayanan. Kualitas penuai ditentukan panggilannya dalam pelayanan, hati misi, talenta dan juga skill dalam pelayanan. Selain itu yang dibutuhkan seorang penuai adalah kuasa dan urapan Roh Kudus. Jika kita memperhatikan bagaimana murid-murid Tuhan dalam pelayaan penjangkauan jiwa-jiwa, keefektifan mereka justru setelah terjadi pencurahan Roh Kudus pada masa Pentakosta (Kisah 1:8; 2:37-40). Beberapa rasul yang dicatat dalam kitab Kisah Rasul memperlihatkan bahwa daya dorong utama bagaimana mereka efektif dalam pelayanan ialah kuasa pentaskosta.
Kedua, dunia tempat kita melayani telah berubah. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia kita harus diimbangi dengan cara-cara pelayanan gereja Tuhan yang update dan connect dengan kebutuhan masa kini. Gereja harus merubah dan memperbesar fungsinya bukan lagi hanya sebagai tempat ibadah secara tradisional melainkan pusat kebutuhan banyak hal bagi jemaat (public service). Gereja tidak mungkin dapat menuai jiwa-jiwa jika mempertahankan pola-pola yang lama melainkan harus dengan cara-cara baru yang relevan dan sesuai dengan konteks zaman. Karena itu dalam mewujudkan hal ini maka beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain:
a. Meningkatkan kemampuan dan kapasitas pelayanan
b. Mendorong gereja menerapkan pola-pola yang efektif dan memenuhi kebutuhan
c. Meningkatkan fungsi gereja bukan hanya sebagai tempat persekutuan atau ibadah melainkan pusat kebutuhan jemaat
d. Terus belajar meningkatkan pengetahuan secara khusus dalam teologi, pelayanan praktis dan juga misis gereja.
Ketiga, Tantangan dari luar semakin besar. Gereja dan hamba Tuhan harus sadar bahwa tantangan dari luar gereja semakin hari semakin besar; perkembangan teologi dan informasi justru menjadi tantangan yang besar, meskipun tidak bisa dipungkiri selalu ada hal positif yang dapat kita dapatkan; namun tidak sedikit juga hal negatif yang diakibatkan. Tantangan dari perkembangan zaman juga akan mempengaruhi pergerakan gereja, salah satu diantarnya MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), memberi pengaruh yang secara bebas bagi tumbuhnya berbagai hal yang berasal dari negara-negara lain, termasuk dalam hal gereja.
27
Hal apakah yang perlu dibaharui dalam diri penuai di zaman ini? Beberapa hal diantaranya yakni pertama, spiritualitas dan integritas hamba Tuhan. Dua hal ini menjadi sangat penting bagi seorang penuai sebab hal inilah yang mendasari panggilan pelayanan sebagai penuai; selain itu spiritualitas dan integritas akan menunjukkan kualitas penuai. Yang kedua, pembarauan penuai dalam bidang paradigma pelayanan penjangkauan jiwa. Dalam hal ini yang prinsip setiap penuai harus memiliki paradigma bahwa tuaian dan penuai adalah milik Tuhan; tuaian adalah miliki kerajaan Sorga bukan milik pribadi si penuai atau gereja serta lembaga yang menugaskannya.
Bagaimana strategi pembaharuan penuai? Beberapa langkah yang dapat dilaksanakan antara lain:
1. Memahami Panggilan Pelayanan
28 |
Panggilan pelayanan menjadi kunci bagi hamba Tuhan dalam mengerjakan tugastugas pelayanan, pelayanan harus disesuaikan dengan misi Tuhan. Oleh karena itu panggilan pelayanan tidak boleh dipahami sebagai jabatan, posisi dan kedudukan, apalagi tempat mencari hidup. Pelayanan seharusnya menjadi tugas dan tanggung jawab yang dipersembahkan kepada Tuhan dengan tujuan memenangkan jiwa, membina dan menggembalakan mereka.
Dalam rangka mengembangkan pemahaman tentang pelayanan, setiap hamba Tuhan hendaknya merenungkan beberapa hal, antara lain:
a. Apa tujuan pelayanan itu?
b. Mengapa terlibat dalam pelayanan?
c. Apa dasar keterlibatan dalam pelayanan?
d. Apa yang harus dikorbankan bagi pelayanan?
e. Motivasi apa sajakah yang menggerakkan tugas-tugas pelayanan?
f. dll
2. Meningkatkan Kapasitas diri
Sebagai hamba Tuhan yang hidup di era yang semakin hari berubah hal yang perlu disadari ialah penuaian membutuhkan pelayan yang berkualitas; karena itu tidak ad acara lain yang dapat ditempuh selain dari pada meningkatkan kapasitas diri melalui kesediaan diri untuk belajar dan belajar. Tinggalkan metode dan strategi yang lama, lakukan sesuatu yang baru dan memiliki pengaruh yang lebih tajam dalam memenangkan jiwa-jiwa. Ketika kapasitas diri hamba Tuhan bertambah, niscaya efektifitas pelayanan pun akan menjadi efektif pula.
3. Mempertajam Pelayanan Misi Dan Penginjilan
Upaya mempertajam pelayanan misi dan penginjilan dapat dilakukan oleh gereja-gereja dengan mengerjakan berbagai hal antara lain:
a. Melatih SDM dalam bidang misi dan penginjilan
b. Menentukan target-target misi dan penginjilan dalam kurun waktu tertentu
c. Menentukan daerah yang menjadi sasaran misi dan penginjilan
d. Mengalokasikan dana misi dan penginjilan secara memadai
e. Bermitra dengan lembaga atau badan misi yang telah teruji visi dan program-programnya
Upaya-upaya di atas adalah langkah yang konkrit dalam pembaharuan penuai, para penuai di ladang Tuhan tidak boleh berdiam atau berpatokan pada acara-cara yang sudah biasa dilaksanakan melainkan harus meningkatkannya. Gereja dan hamba Tuhan yang bergerak dalam misi dan penginjilan harus membangun tim yang solid demi menggenapkan amanat agung (Matius 28:19-20; Kis 1:8).
4. Memaksimalkan Media Bagi Pelayanan
Hal lain yang dapat dilaksanakan sebagai upaya untuk pembaharuan penuai ialah memaksimalkan pelayanan media dalam ladang misi. Gereja-gereja lokal harus sadar bahwa era dimana pelayanan kita sekarang ini adalah era media, Gereja tidak mungkin melepaskan diri dari pengaruh media, namun juga gereja harus memanfaatkan media bagi kelanjutan pelayanan dan penjangkauan jiwa. Setiap hamba Tuhan hendaknya bijak dalam menata diri dalam pelayanan media.
Pembaharuan penuai adalah langkah strategis dalam merespons ladang misi dan penginjilan yang turut serta dalam dunia yang sedang berubah. Para penuai (hamba-hamba Tuhan) dituntut meng-up grade diri dalam pelayanan. Untuk tuaian yang besar dan luas dibutuhkan kapasitas hamba Tuhan yang mumpuni; karena itu hal yang perlu diterapkan ialah lakukan penginjilan dan misi sesuai dengan konteks dan zaman dimana kita ada tanpa mengorbankan nilai-nilai Firman Tuhan, selain itu mintalah kuasa Roh Kudus memenuhi setiap pelayanan yang kita lakukan. (pmbn/md/2016)
29
SPIRITUALITAS
HAMBA TUHAN 1. Apakah Spiritualitas itu? Kata spiritualias berasal dari bahasa Latin “spare” yang berarti menghembus, meniup, mengalir. Dari kata kerja spare terjadi pembentukan kata benda yakni spiritus atau spirit. Pemahaman ini kemudian berkembang menjadi sangat luas yakni udara, hawa yang ditiup, nafas hidup, nyawa, roh, hati, sikap, perasaan, kesadaran diri bahkan kebesaran hati. Jadi spiritualitas secara sederhana dapat diartikan sumber semangat untuk hidup di dunia ini yang meliputi aspek-aspek baik secara pribadi, kepada sesama dan kepada Tuhan.
PEMBAHARUAN PENUAI DALAM TAHUN PENUAIAN
Istilah spiritualitas yang berdasar pada kata “spare”(Latin) pada prinsipnya memiliki aspekaspek antara lain nafas (breath), keteguhan hati (courage) dan hidup (life). Jadi konsep ini pada hakekatnya hendak menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki spiritualitas selalu berkatihan dengan roh, karena itu hal-hal yang bertentangan dengan roh tidak akan pernah meningkatkan spiritualitas seseorang, misalnya hal-hal yang bersifat materi (kebendaan). Dalam perspektif teologi Kristen pemahaman tentang spiritualitas mempunyai arti yang sangat mendalam. Pertama-tama harus dimengerti sebagai kehidupan yang dihubungkan dengan Roh Kudus, artinya tanpa adanya kuasa Roh Kudus tidak mungkin seseorang memiliki spiritualitas dihadapan Tuhan. Mereka yang memiliki spiritualitas pada umumnya terbangun dalam beberapa aspek yakni memiliki pengetahuan kebenaran (notitia), mereka percaya kepada kebenaran itu (assensus) dan menyerahkan hidup secara total kepada Yesus Kristus (fiducia). Bagi setiap pribadi yang memiliki notitia, assensus dan fiducia, Allah mengaruniakan Roh Kudus sehingga mereka memiliki kemampuan agar dapat mengikuti kehendakNya, sebagaimana dilakukan Yesus Kristus melakukan kehendak Bapa. Upaya untuk melakukan kehendak Bapa bukanlah kemampuan manusia semata, tetapi dorongan dan kekuatan Roh yang hadir bagi setiap orang-orang percaya secara khusus para hamba Tuhan. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa spiritualitas hamba Tuhan adalah penghayatan yang jelas dan konkret, mengikuti keteladanan hidup dan pelayanan Yesus Kristus yang diaplikasikan dalam hidup dan pelayanan setiap waktu.
2. Dasar Alkitab Spiritualitas Hamba Tuhan Spiritualitas hamba Tuhan adalah penghayaan dan kehidupan meneladani Yesus Kristus, baik dalam perkataan, pikiran dan perbuatan. Setiap hamba Tuhan didorong hidup sesuai dengan pola hidup dan misi Yesus Kristus. Dalam Injil Yohanes 17:18, disebutkan bahwa: “Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikianlah Aku mengutus mereka ke dalam dunia.” Teks ini mendorong semua hamba Tuhan hidup dan bekerja seperti Dia, penghayatan bukan sekedar perenungan melainkan gerak dan langkah kita yang sama dengan kehendakNya dan diaplikasikan dalam pelayanan. 30 |
Matius 5:48, “Karena itu haruslah kamu sempurna sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” Ukuran spiritualitas pada akhirnya semua pelayan Tuhan hidup meneladani Yesus Kristus, kesamaan misi, kerinduan dan keinginan para hamba Tuhan harus diukur berdasarkan standar keinginan Bapa di Sorga. Salah satu definisi Spirituality in The Ecumenical Movement, dalam “Dictionary of The Ecumenical Movement” : (Spirituality is) … the endeavour to live in obedience to the gospel – in a word, in discipleship.–“Who do you say that I am?” (Matt. 16:15), Jesus asked his first disciples. The lived response to that question is the disciple’s spirituality. Berdasarkan teks di atas spiritualitas harus dilihat sebagai upaya yang sungguh-sungguh hidup sebagai murid Kristus, hal itu berarti semua hamba Tuhan harus menghidupi kepercayaan kepada Yesus Kristus serta hidup bersekutu dan melakukan apa yang ditugaskan kepada kita sebagai murid-murid-Nya. Spritualitas hamba Tuhan harus berpusat pada Yesus Kristus, Allah yang berinkarnasi. Ia tidak transenden melainkan immanen, ia bukan Allah yang abstrak melainkan pribadi yang dapat dirasakan oleh semua pribadi yang percaya kepada-Nya. Berkembangnya spiritualitas dalam diri hamba Tuhan didorong oleh pengalaman pribadi bahwa Ia adalah Allah yang berpribadi dan bisa berkomunikasi dengan manusia.
3.
Dimensi Spiritualitas
Spritualitas hamba Tuhan berkembang dalam berbagai dimensi, setiap dimensi ini saling terkait. Jika spiritualitas dipahami sebagai suatu sikap yang erat kaitannya dengan pengenalan dan kesadaran diri yang bersumber pada Roh sebagai daya dorong kehidupan maka paling tidak tiga aspek dasar harus diperhatikan yakni pertama kawasan spiritual, hal ini mengacu kepada hubungan kita dengan Tuhan, kedua pengenalan diri yakni berkaitan dengan proses penemuan jati diri sebagai seorang pribadi, dan yang ketiga sikap hidup yang bertalian dengan wujud nyata kehidupan sehari-hari. Dari aspek pembangun spiritualitas di atas maka dapat dibedakan dimensi atau cakupan spiritualitas hamba Tuhan. Paling tidak ditemukan 5 dimensi spiritualitas hamba Tuhan yakni: a. Dimensi kepercayaan (belief), yakni keyakinan akan kebenaran pokok-pokok ajaran iman. Dalam hal ini keyakinan akan firman Tuhan b. Dimensi praktis, terdiri dua aspek yakni ritual dan devosional. Ritual dilaksanakan dalam ibadah atau kegiatan gerejawi, sedangkan devosional dilakukan dalam perenungan dan persekutuan pribadi. c. Dimensi pengalaman (experience) yaitu pengalaman perjumpaan secara pribadi dengan Allah, atau dengan kata lain mengalami kehadiran dan karya Allah dalam kehidupannya d. Dimensi pengetahuan (knowledge) yakni pengetahuan tentang pokok-pokok iman Kristen yang kita pahami, ketahui dan mengerti, hal ini menyangkut dogma, doktrin dan ajaran gereja e. Dimensi etis, dalam hal ini setiap orang percaya (hamba Tuhan) mewujudkan tindakan imannya (act of faith) dalam kehidupan sehari-hari. Secara operasional hal ini ditunjukkan dengan perilaku, tutur kata, sikap dan orientasi hidupnya. Spiritualitas hamba Tuhan tidak mungkin terbangun hanya pada satu aspek atau beberapa dimensi saja, melainkan keseluruhan dimensi di atas meskipun tingkat dan ukurannya berbedabeda. 31
4.
Fungsi dan Manfaat Spiritualitas Hamba Tuhan
Spiritualitas adalah hal yang prinsip dan esensial bagi seorang hamba Tuhan karena dengan memiliki spiritualitas akan dimungkinkan hal-hal baik terjadi bagi pribadi hamba Tuhan, secara khusus bertalian dengan kerohanian. Beberapa manfaat dari spiritualitas hamba Tuhan, antara lain: a.
Membangun hubungan pribadi dengan Tuhan dan memiliki kesadaran yang tinggi bahwa hanya Tuhanlah yang berkuasa dalam hidup ini. Berdasarkan point ini hamba Tuhan harus sadar bahwa yang berkuasa adalah Tuhan, setiap hamba Tuhan tidak akan menjadi apa-apa jika tanpa Tuhan.
b. Membawa perubahan pengenalan akan Tuhan yang mempengaruhi hamba Tuhan Tuhan mampu memposisikan diri dengan baik dihadapan Tuhan. c.
Memampukan hamba Tuhan membangun relasi yang baik dan harmonis kepada Tuhan, sesama dan diri sendiri.
d. Membentuk pelayanan hamba Tuhan konsisten dengan nilai-nilai kebenaran firman Tuhan, sehingga menjauhkan diri dari pola-pola yang terkontaminasi dengan penyalahgunaan posisi, status dan jabatan. Mendorong hamba Tuhan agar konsisten hidup dalam kesederhanaan dan tidak bergeser dari tugas pemberitaan injil dan keselamatan.
f.
Memampukan hamba Tuhan memiliki kemurnian dalam pelyanan, tidak terkontaminasi dengan polapola dunia ini.
PEMBAHARUAN PENUAI DALAM TAHUN PENUAIAN
e.
Untuk meningkatkan spiritualitas hamba Tuhan secara dinamis dan konteks hidup dan pelayanan, maka beberapa hal dapat dilaksanakan antara lain: pertama, memahami bahwa lingkup pelayanan sangat luas bukan hanya dalam , gereja melainkan juga di masyarakat, dengan pemahaman yang demikian paradigma spiritualitas bukan hanya menyangkut kegiatan pelayanan gereja melainkan juga termasuk dalam kehidupan sehari-hari; Kedua, aspek pelayanan tidak boleh hanya dibatasi pada ruang gerak ibadah melainkan karya nyata bagi masyarakat, bangsa dan negara; Ketiga, mengedepankan atmosfir pelayanan yang dibangun dalam nilai-nilai kebenaran firman Tuhan; Keempat pemberitaan Injil harus nyata dalam segala pelayanan yang dilakukan hamba Tuhan.
5.
Kriteria Spiritualitas Hamba Tuhan
Pengukuran spiritualitas hamba Tuhan adalah hal yang penting dan prinsip, hal ini bertujuan mengetahui seberapa besar derajat penghayatan diri dihadapan Tuhan. Kriterianya tentu bukan pada angka-angka kuantitatif melainkan kualitatif. Kriteria spiritualitas hamba Tuhan dapat dilihat pada beberpa aspek, antara lain:
32 |
a.
Seorang hamba Tuhan bukanlah sekedar pelayan yang melaksanakan tugas dan kewajibannya, melainkan sadar bahwa dirinya adalah pribadi yang dipilih dan dipercaya akan tugas tersebut. Karena itu pelayanan tidak boleh dilakukan dengan sembarangan melainkan penuh dengan tanggung jawab dan profesionalitas.
b
Melayani sesuai standart firman Tuhan, seperti yang di sebutkan Paulus dalam Kol 3:17 yakni segala sesuatu yang kita lakukan dengan perkataan dan perbuatan hanya untuk Tuhan. Oleh karena itu pelayanan harus dikerjakan dengan ketentuan beberapa hal yakni :
- Tidak sekedar memenuhi tuntutan kewajiban melainkan melakukan dengan motivasi yang murni - Bukan sekedar melakukan prosedur dan tata cara sesuai aturan melainkan dibangun dalam kasih yang murni - Memiliki sentifivitas yang besar kepada pelayanan dan orang yang dilayani - Bukan sekedar pengembagan kemampuan pelayanan professional melainkan didorong oleh komitmen dan motivasi yang tulus - Pelayanan dilakukan dengan kreativitas yang tinggi
6.
Langkah- Langkah Praktis Pengembangan Spiritualitas
Spritualitas hamba Tuhan adalah faktor penting yang membuat pelayanan dapat berdampak; pelayanan tanpa spiritualitas akan menimbulkan kejemuan, rutinitas, tanpa arah yang jelas dan sulit untuk menyenangkan Tuhan. Spiritualitas pelayanan akan terbangun dengan baik jikalau semuanya dilakukan dengan tujuan memuliakan nama Tuhan. Pada prinsipnya pelayanan tanpa spiritualitas akan mengakibatkan beberapa hal antara lain: - Sibuk melayani pekerjaan Tuhan bukan melayani Tuhan - Pelayanan yang tidak membangun kerohanian secara pribadi dengan Tuhan - Pelayanan hanya untuk tujuan target-target manusiawi tanpa mengedepankan Tuhan dan kerajaanNya - Hanya melakukan aktivitas pelayanan tanpa mengarahkannya kepada kehendak Tuhan (Hosea 6:6) - Tidak akan membawa pertumbuhan yang sempurna Agar hamba Tuhan memiliki spiritualitas yang baik dalam pelayanan maka beberapa hal yang dapat dilaksanakan antara lain: a. Mendasari pelayanan dengan tujuan yang murni untuk Tuhan b. Mendasari pelayanan dengan pengenalan yang sungguh akan Tuhan c. Mendorong pelayanan dalam koridor nilai-nilai kebenaran d. Mengedepankan fokus pelayanan bagi jiwa-jiwa dengan motivasi kasih ilahi e. Dll
Upaya meningkatkan spiritualitas hamba Tuhan bukanlah pekerjaan instan, dibutuhkan proses penghayatan akan karyaNya dan mengimplementasikan dalam pelayanan melalui segala tindakan dan perilaku yang benar. Ukuran utama spiritualitas itu ialah meneladani kehidupan dan pelayanan Yesus Kristus. Agar mampu melakukan hal tersebut di atas, maka setiap hamba Tuhan harus mengikuti tuntunan Roh Kudus pada segala bidang kehidupan. (pmbn/md/2016)
33
INTEGRITAS
HAMBA
TUHAN Integritas seorang Hamba Tuhan merupakan bagian yang penting dalam pelayanannya. Kadang integritas menjadi sebuah tuntutan dalam kehidupan seorang Hamba Tuhan, karena beliau menjadi teladan, panutan jemaatnya. Banyak orang akan melihat kehidupan beliau, adakah Kristus dalam kehidupannya? Hanya integritas yang akan berbicara kepada dunia, menyatakan Kristus melalui pola pikir, pola rasa dan pola tindak seorang Hamba Tuhan.
1. Pengertian dan Dasar Alkitab Integritas
34 |
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia integritas diterjemahkan dengan mutu, sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga mampu memancarkan kewibawaan. Dalam bahasa Inggris terjemahan Oxford integritas dijelaskan dengan kalimat: “the state of being whole and undivided” suatu kondisi yang menunjukkan menyeluruh, utuh dan merupakan satu kesatuan yang tidak terbagi-bagi. Senada dengan hal tersebut dalam bahasa latin “integrate” artinya komplit, tanpa cacat dan cela, sempurna dan tanpa kedok. Hal ini sangat berkaitan dengan apa yang ada dalam pikiran senada dengan apa yang kita lakukan jadi antara pikiran dan tindakan liniera.
Beberapa tokoh yang terkenal mencoba menjelaskan pemahaman tentang integritas, beberapa diantaranya :
a. Ted Engstrom menjelaskan dengan sederhana bahwa integritas ialah melakukan apa yang anda katakan secara konsisten
b
James Dobson mengemukakan bahwa integritas ialah menepati janji, memilih bertanggung jawab dan setia kepada apa yang diungkapkan
c
Virginia S Thatcher mengemukakan bahwa integritas ialah behavior in accordance with a strict code of values, moral, artistic, honesty, entirety, the quality of wholeness, something without mark or stain; soundness.
d
John C Maxwell memberikan gambaran tentang integritas yakni seorang yang memiliki sikap yang tidak mendua dan tidak pura-pura. Orang yang memiliki integritas ialah utuh dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Menurut Maxwell orang yang memiliki integritas tidak memiliki sesuatu yang disembunyikan atau sesuatu yang ditakutkan, ia layaknya seperti buku yang terbuka dapat dilihat kapan pun dan dimana pun
e
Gilbert Beers mengatakan bahwa seorang yang punya integritas ialah mereka yang menetapkan norma-norma untuk menilai semua kehidupan.
Dari semua uraian dan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa integritas ialah suatu sikap mendisiplinkan diri untuk melakukan apa yang dijanjikan dengan konsisten. Integritas menunjukkan kualitas pribadi seseorang.
2. Dimensi Integritas hamba Tuhan
Dimensi integritas dapat dikategorikan dalam tiga bagian atau tiga dimensi , pertama yakni integritas iman, diri dan pelayanan. Integritas iman menjelaskan perihal kepercayaan seorang hamba Tuhan; bahwasanya keyakinan dan kepercayaan kepada Allah harus dituangkan dalam tindakan dan sikap yang sesuai dengan iman tersebut. Allah menghendaki setiap hamba Tuhan memiliki keterpaduan antara hati yang percaya dan mulut yang mengaku (Band Roma 10:10). Hal yang kedua yakni integritas diri. Yang dimaksud dengan integritas diri ialah keterpaduan antara perkataan dan perbuatan. Yesus Kristus menghendaki kita menjauhkan diri dari pola laku kaum Farisi, mereka tidak mencerminkan integritas diri, sebab mereka hanya mengajarkan hukum Taurat tetapi mereka sendiri tidak melakukannya. Alkitab menyebutkan bahwa mereka adalah orangorang munafik (Band Matius 23:1-3), itulah sebabnya Kristus mengecam kehidupan orangorang Farisi sebab mereka tidak memiliki integritas. Hal ketiga ialah integritas pelayanan. Point ini berbicara tentang bagaimana para hamba Tuhan memahami dan melakukan tugas-tugas pelayanan. Hamba Tuhan yang melayani dengan integritas mereka memiliki ciri-ciri dapat dipercaya, bertanggung jawab dan teruji dalam beban pelayanan. Injil Matius 25:20-23 menjelaskan tentang perumpaan talenta, mereka yang mendapat 5 dan 2 talenta, adalah hamba yang berintergitas sebab pekerjakaan mereka menghasilkan dan dapat dipertanggungjawabkan. Bagaimanapun besar atau kecilnya pelayanan yang diberikan sebagai tanggung jawab kita, maka hal itu harus diterima dengan sukacita dan sungguh-sungguh. Pelayanan kita lakukan bukan karena dapat upah atau keuntungan, melainkan semua untuk kemuliaan nama Tuhan.
35
Mengapa integritas diperlukan bagi seorang hamba Tuhan? Mengapa integritas merupakan hal yang sangat prinsip bagi pelayan-pelayan Tuhan? Secara sederhana dapat dijelaskan beberapa hal antara lain: a. Integritas menunjukkan kualitas hidup hamba Tuhan (1 Pet 1:16), salah satu kualitas hamba Tuhan adalah hidup dalam kekudusan, Allah menghendaki kita para hamba Tuhan menjadi serupa dan segambar dengan Dia. b. Integritas menentukan masa depan pelayanan c. Integritas mempengaruhi lingkungan dan pelayanan d. Integritas menunjukkan spiritualitas hamba Tuhan e. Integritas adalah khotbah sesungguhnya dari hamba-hamba Tuhan.
Jika kita memerhatikan para tokoh-tokoh Alkitab baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, misalnya Samuel (1 Samuel 12:1-4), Samuel melayani dengan tulus dan iklas tanpa memeras bangsanya, semua bangsa dan rakyat memberi kesaksian perihal kehidupan Samuel. Tokoh lain misalnya Ayub, integritasnya sangat teruji sebab meskipun ia mengalami penderitaan, namun ia tetap memiliki cara pandang yang benar tentang Tuhan (Ayub 1:2022;2:3). Integritas ditandai dengan pola pikir yang benar tentang Tuhan, bukan dikala kita sedang mengalami hal terbaik namun justru dikala kita dihadapkan kepada masalah dan pergumulan. Dalam Perjanjian Baru, Yesus Kristus dan rasul Paulus adalah tokoh yang luar biasa menggambarkan integritas diri yang luar biasa. 2 Korintus 1:12 menjelaskan salah satu ciri integritas dalam diri Paulus ialah hidupnya yang digerakkan oleh ketulusan dan kemurnian, baginya tidak ada kepalsuan dalam melayani melainkan semua ditujukan hanya untuk Tuhan.
3. Karakteristik Integritas hamba Tuhan
Integritas hamba Tuhan memilki karakteristik yang sangat luas, dalam pelayanan karakteristik integritas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Melayani hanya untuk tujuan Tuhan. Setiap pelayanan hamba Tuhan digerakkan hanya oleh satu tujuan yakni Tuhan dan kerajaanNya. Kolose 3:23 menjelaskan apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Tidak ada ruang gerak bagi kepentingan manusia dalam melayani, melainkan hanya untuk Tuhan. b. Melayani dengan penuh ketekunan. Karakteristik kedua ini hendak menjelaskan bahwa hamba-hamba Tuhan hendaknya memiliki ketekunan (persistence/perseverance) dalam mengerjakan pelayanan. Tantangan pasti banyak, pergumulan niscaya aka nada, namun pelayan Tuhan tetap tekun dan setia. Roma 5:3-4 menuliskan : "Dan bukan hanya itu saja, kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.” Teks ini mendasari pelayanan hamba Tuhan harus dilaksanakan dengan tekun; dan dalam ketekunanlah kita akan menantikan hasilnya.
36 |
c. Melayani dengan setia sampai akhir. Dalam 2 Tim 4:8 rasul Paulus dalam suratnya kepada Timotius mengungkapkan bahwa mahkota kehidupan hanya akan diberikan kepada mereka yang melayani dengan setia. Teks Alkitab mengatakan: "Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku melainkan juga kepada semua orag yang merindukan kedatangan-Nya." Ini memberikan gambaran bahwa setiap pelayan Tuhan wajib hidup setia sampai akhir. d. Mengerjakan apa yang Tuhan kehendaki (Fulfilling God’s will). Hamba Tuhan yang memiliki integritas yang teruji ialah mereka yang melayani mengerjakan kehendak-Nya; kita bekerja dan melayani bukan untuk manusia karena pekerjaan kita adalah hal kerajaan Sorgawi. Dalam Injil Yohanes 17:4 disebutkan Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaKu untuk melakukannya. Dalam teks ini jelas setiap pekerjaan Yesus hendak mempermuliakan nama Bapa; demikian juga dengan hamba Tuhan, layanilah Tuhan hanya untuk tujuan kemuliaan-Nya. e. Melayani tanpa menjadi batu sandungan. Integritas hamba Tuhan hendaknya ditandai dengan pola hidup yang baik dan tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain; hal ini berarti memberikan catatan bahwa integritas membuat hidup menjadi berkualitas. Roma 14:20-21 menuliskan:” Janganlah engkau merusakkan pekerjaan Allah oleh karena makanan! Segala sesuatu adalah suci tetapi celakalah orang jika oleh makanannya orang lain tersandung! Baiklah engkau jangan makan daging atau minum anggur atau sesuatu yang menjadi batu sandungan untuk saudaramu.” f.
Melayani dengan kredibilitas yang teruji baik dalam karunia maupun pengembangan talenta pelayanan. Karakteristik ini hendak menjelaskan bahwa para pelayan Tuhan harus kredibel dalam penggunaan karunia-karunia yang Tuhan berikan kepadanya; maksudnya ialah bahwa hendaknya dengan jujur dan tulus kita melaksanakan tugas pelayanan berorientasi pada karunia. Termasuk juga dalam mengembangkannya baik bagi diri sendiri pun untuk orang lain. 2 Timotius 2:2 menjelaskan apa yang telah engkau dengar daripadaku di depan banyak saksi percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai yang juga cakap mengajar orang lain.
g. Melayani dengan spiritualitas atau nilai-nilai yang sesuai dengan buah Roh (Christian values-fruits of the Spirit). Integritas ditandai dengan karakteristik yang menghasilkan buah Roh; dalam pelayanan dan juga segala aktivitas kegiatan rohani maka hal yang mendasar ialah bahwa semua pekerjaan tersebut dilaksanakan dalam bingkai nilai-nilai kristiani.
37
4. Strategi Membangun Integritas hamba Tuhan
Upaya untuk membangun dan mengembangkan hamba Tuhan yang berintegritas bukanlah hal yang mudah; melainkan proses yang berlangsung seturut dengan kehendak dan rencana Tuhan. Para hamba Tuhan hendaknya menyadari bahwa nilai-nilai integritas tidak akan muncul jika tidak siap diproses sesuai dengan kehendak-Nya. Oleh karena itu beberapa strategi yang dapat diupayakan dalam rangka membentuk hamba Tuhan yang berintegritas antara lain:
a. Menyadari bahwa pelayanan berasal dari Allah (1 Tim 1:12; 1 Tes 2:4). Pelayanan yang murni berasal dari Allah bukan manusia (2 Kor 5:18; 1 Tim 1:2). Allah menyerahkan pelayanan hanya kepada hamba-hamba-Nya yang telah dipilih dan ditetapkan-Nya; itulah sebabnya penyerahan total dari hamba-hamba Tuhan harus secara total dilakukan kepada Yesus Kristus. b. Melandasi pelayanan dengan karakter dan sikap hati yang benar (1 Samuel 16:7; Roma 12:1). Pelayanan harus dikerjakan dengan nilai dan karakter yang baik dan ditunjukkan dengan sikap hati yang benar; sikap hati yang benar akan muncul atas dorongan dan motivasi yang benar pula; dengan motivasi yang benar maka segala tindakan pelayanan akan bermuara kepada kemuliaan nama Tuhan. c. Membangun pelayanan dengan motivasi kasih (Matius 22:37-39). Dimensi kasih dalam pelayanan yakni kepada Tuhan dan sesama. Pelayanan, tidak boleh menjadi ajang untuk membanggakan diri, pamer dan juga membanding-bandingkan diri dengan yang lain, melainkan didorong oleh kasih. Pelayanan yang didorong oleh motivasi kasih tidak akan menuntut upah atau bayaran melainkan dengan sukarela mengerjakannya (Band Yoh 10:11-15). d. Mengerti bahwa sifat pelayanan adalah melayani (Matius 20:20-28). Pelayanan harus dengan murni dikerjakan melayani siapa saja yang Tuhan percayakan tanpa memandang kaya atau miskin, terpelajar atau tidak, dll. Layanilah seorang akan yang lain dalam takut akan Tuhan; inilah sifat pelayanan yang murni. e. Memahami ukuran pelayanan adalah salib (1 Petrus 2:18-25; Ibrani 12:1-4). Pelayanan tidaklah dimaksudkan untuk menerima upah semata-mata, melainkan salib sebagai hal yang tidak mungkin dihilangkan. Tidak ada pelayanan tanpa salib; itu berarti segala pelayanan yang dilaksanakan para hamba Tuhan selalu diperhadapkan dengan tantangan, penderitaan dan juga hambatan. Ini juga hendak menjelaskan bahwa setiap pelayan Tuhan yang berintegitas harusnya mengerti ada resiko pelayanan yang kita terima. Dalam Injil Markus 10:45 Yesus memparalelkan dua hal sebagai indikator dari pelayanan yakni melayani dan memberi; dua kata ini hendak menjelaskan bahwa ada harga yang harus dibayar ketika para hamba Tuhan melayani.
38 |
f.
Mengerjakan pelayanan untuk tujuan kemuliaan nama Tuhan (Ef 1:12; 1 Kor 10:31). Tujuan akhir dari pelayanan yang kita kerjakan ialah kemuliaan Tuhan bukan pujian bagi diri sendiri. Para hamba Tuhan harus menyadari penuh dan juga harus memiliki perspektif yang kekal dalam pelayanan bahwa Tuhan dimuliakan dalam pelayanan; karena itu jangan terjebak dengan hal-hal duniawi yang hanya mementingkan urusan manusia tanpa mengerjakan kehendak Tuhan.
g. Melayani dengan memakai senjata rohani (Ef 6:10-20). Membangun pelayan Tuhan yang berintegritas ialah dengan mengedepankan senjata rohani; Firman Tuhan dan Kuasa Roh harus menjadi andalan pelayanan bagi hamba Tuhan; bukan kepintaran pribadi, pengalaman, dan juga ketenaran. Jika kita melakukan pelayanan hanya dengan mengedepankan kemampuan pribadi, kecenderungan akan terjadi kita dapat menjadi sombong.
5. Menuju Hamba Tuhan Berkualitas dan Berintegritas: Belajar dari Timotius
Salah satu pelajaran yang indah tentang integritas dapat kita temukan pada Timotius; dalam tulisannya kepada Timotius kita temukan bagaimana langkah-langkah yang praktis mengembangkan integritas dan kualitas hamba Tuhan. Paling tidak kita dapatkan 3 bagian penting yakni: a. Hamba Tuhan dan hubungannya dengan diri sendiri. Beberapa, hal yang dapat dilakukan dalam konteks ini ialah melatih diri (1 Tim 4:7), bertumbuh (1 Tim 4:15) dan bertekun (1 Tim 4:16). Upaya-upaya ini dilakukan hamba Tuhan berkaitan dengan diri sendiri, aspek ini menjadi sangat penting dan prinsip sebab tanpa hal ini tidak mungkin berkembang dalam hal integritas. b. Hamba Tuhan dan hubungannya dengan orang lain. Integritas bukan saja hanya menyangkut pada diri sendiri melainkan juga kepada orang lain. Dalam hal hubungan kita dengan orang lain maka hal-hal yang harus diupayakan antara lain mengingatkan sesama (1 Tim 4:6), memberitakan firman Tuhan (1 Tim 4:11-12), jadilah teladan (1 Tim 4:12b) dan hiduplah dengan sungguh-sungguh (1 Tim 4:8). c. Hamba Tuhan dan hubungannya dengan Tuhan. Beberapa hal yang perlu dikembangkan dalam bagian ini ialah peka terhadap Roh Kudus (1 Tim 4:1-2), bersyukur dan berdoa (1 Tim 4:3-5), tetap rendah hati (1 Tim 4:6) dan penuh dengan pengharapan (1 Tim 4:10). Dengan mengembangkan hal ini maka kualitas dan integritas seorang hamba Tuhan niscaya akan tercapai.
Integritas merupakan hal yang sangat penting bagi hamba-hamba Tuhan; integritas adalah fondasi dan keberhasilan pelayanan yang sesungguhnya. Tanpa integritas yang baik tidak mungkin tercapai tujuan dan kehendak Tuhan. Oleh karena itu para hamba Tuhan hendaknya secara terus menerus dan berkelanjutan mengembangkan integritas iman, diri dan pelayanan; dengan demikian akan tercipta kualitas pelayanan hamba Tuhan. (pmbn/md/2016)
39
RAKERNAS RAPAT KERJA NASIONAL II - GEREJA BETHEL INDONESIA, pada tanggal 26 – 29 Januari 2016, di Hotel Royal Safari Garden, Cisarua, Bogor, telah kita lalui bersama. RAKERNAS yang diketuai oleh Pdt. dr. Josafat Mesach, M.Th., dihadiri oleh Pengurus Lengkap BPH GBI, Pengurus Lengkap BPD & BPLN GBI, 537 orang, telah berlangsung dengan baik dan sukses, berkat perkenanan & pertolongan Tuhan Yang Maha Esa. Sukacita sebagai keluarga besar GBI sangat terasa dan memberikan semangat baru untuk melayani Tuhan. Rakernas ini adalah langkah awal, bukan langkah akhir, jadi hasil dari RAKERNAS ini harus kita laksanakan bersamasama. BPH, BPD-BPD GBI, seluruh Jemaat dan Pejabat GBI yang ada di seluruh dunia harus bersatu padu melangkah menuju visi GBI. Di dalam Tahun Penuaian ini, sebagai Pejabat GBI, kita harus mempunyai semangat Jiwa Pejuang, berjuang untuk kemajuan GBI, berjuang untuk memperlebar Kerajaan Allah, berjuang untuk menyelesaikan apa yang Tuhan percayakan dalam pelayanan kita. Untuk itu kita harus mengerahkan semua potensi yang ada semaksimal mungkin untuk kemuliaan-Nya bukan untuk kemuliaan kita pribadi.
40 |
41
PROGRAM KERJA BPH GBI Berdasarkan KEPUTUSAN RAPAT KERJA NASIONAL II - GEREJA BETHEL INDONESIA, pada tanggal 26 – 29 Januari 2016, di Hotel Royal Safari Garden, Cisarua, Bogor, berikut ini adalah rangkuman Program Kerja Sekretariat, Bendahara dan DepartemenDepartemen BPH tahun 2016. Biarlah dengan program-program ini kita melangkah bersama menuai jiwa, ladang yang sudah menguning bagi kemuliaan nama Tuhan.
SEKRETARIAT BPH GBI 1. STANDARISASI KANTOR BPD • Memiliki tempat yang tetap (minimal kontrak) • Renovasi kantor BPD • Standarisasi Perlengkapan Kantor (internet, wifi, komputer, laptop)
2. STANDARISASI SIDANG MAJELIS DAERAH (SMD) GBI • BPH akan mengirim format SMD yakni, desain backdrop, kata sambutan, name tag, pengakuan iman GBI, Indonesia Raya. • Sekretaris BPD diharapkan tidak menjadi Ketua Panitia SMD tetapi menjadi Ketua Tim steering committee (persiapan materi). • Setiap SMD diputuskan SK ditanda tangani sebelum ibadah penutupan dan berkasnya dibawa langsung oleh BPH. • Jadwal SMD telah dibuat oleh BPH kecuali beberapa daerah dengan alasan yang tepat dan jelas. • Acara SMD ditetapkan 9 sesi, Ibadah Pembukaan, Pleno dan Komisi (3 sesi), Pembinaan (4 sesi), Ibadah Penutup. Waktu untuk masing-masing sesi 1,5 – 2 jam. • Ibadah Pembukaan dipimpin oleh Ketua Umum BPH dan Penutupan oleh Ketua BPD. • Penertiban SK Gembala dan SK Pendirian gereja terhadap gereja-gereja yang sudah lama diresmikan dan digembalakan tanpa memiliki SK.
3. DATABASE GBI • Setiap BPD diminta proaktif untuk mengumpulkan data-data Pejabat dan Jemaat berdasarkan form yang tersedia dan batas akhir pengumpulannya adalah bulan Februari 2016. • Setiap pendataan yang menghadapi persoalan dapat menghubungi BPH langsung (Ezra dan Suratno).
4. SURAT-MENYURAT • Seluruh surat-menyurat yang dilakukan oleh BPD, telah diberi contoh-contoh sebagai standarisasi surat-surat, termasuk suratsurat keputusan. • Diharapkan ada grup WA (whatsApp) para sekretaris BPD dan BPLN. Diusulkan setiap BPD memiliki email yang adalah milik BPD.
42 |
PROSES INPUT DATABASE Jumlah data yang sudah masuk dalam database GBI yang diperbaharui:
DATA JEMAAT:
2.147 DATA PEJABAT:
6.040 UPDATE : 21 MARET 2016
Dibanding data MPL II 2015, data baru yang sudah diinput baru sekitar 35%. Untuk itu, diharapkan BPD GBI, PERWIL, BPLN dan seluruh para hambahamba Tuhan untuk berperan serta aktif dalam memperbaharui database GBI ini.
HOTLINE DATABASE:
0858 1000 7000 0858 1000 8000
bendahara BPH GBI 1. MEMBANGUN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF • Membangun komunikasi antara Ketua BPD dengan Bendahara, dan Bendahara dengan Bagian Keuangan BPH. • Memaksimalkan penggunaan Internet: Bendahara BPD harus memiliki alamat email untuk berkomunikasi dengan BPH maupun dengan Gereja-Gereja. • Mensosialisasikan penggunaan Virtual Account (VA) supaya Gereja-Gereja segera memiliki VA dan bantu Gereja-Gereja untuk melakukan pentransferan dana melalui VA.
2. LAPORAN KEUANGAN • Laporan Keuangan diseragamkan. Bagian Keuangan BPH akan memberikan Program Sistem Akuntansi untuk BPD-BPD yang belum memiliki, bagi BPD yang sudah membuat Laporan Keuangan dengan sistem bisa langsung melaporkan ke Bagian Keuangan BPH dan dikirimkan melalui email. • BPD harap mengirimkan Laporan Keuangan ke Bagian Keuangan BPH setiap bulan pada tanggal 10 bulan berikutnya melalui email. Dan Laporan Penggunaan Dana yang diterima dari BPH sebesar 20% atau 30% dari setoran melalui VA.
3. STRATEGI & PERENCANAAN KEUANGAN • Membantu BPD membuat perencanaan keuangan dengan cara: Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal, membuat Analisa SWOT. • Membantu BPD membuat budget pengeluaran, alokasikan penerimaan, membuat perencanaan kegiatan dan pengadministrasian.
KERJASAMA GBI & BRI Dua hari menjelang pelaksanaan Sidang Majelis Daerah Jawa Barat, tgl 26 s/d 27 Februari 2016, BPH GBI telah melakukan penandatanganan perjanjian kerja sama antara Gereja Bethel Indonesia (GBI) dengan BRI (PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk.). Bentuk kerjasamanya adalah penggunaan dan pemanfaatan fasilitas layanan dan jasa perbankan BRI oleh GBI di seluruh Indonesia. Peraturan tentang UU Perpajakan dan Peraturan Menteri Keuangan yang baru keluar, dimana taat pajak semakin digalakkan oleh pemerintah dan yang menjadi prioritas target pemeriksaan adalah pajak pribadi. Oleh karena itu, BPH berusaha membantu para Gembala membuat rekening bank atas nama gereja, sehingga tidak tersangkut paut dengan keuangan pribadi. Dan sebagai upaya tertib administrasi keuangan dan merealisasikan keseragaman sesuai dengan pasal 90 ayat 2 yang ada di Tata Gereja GBI, disini BPH membantu para Gembala GBI agar memiliki no rekening atas nama gereja dan bukan atas nama pribadi. Dengan kerjasama ini, BPH membantu pembuatan rekening gereja di BRI Pusat, sehingga Saudara tidak perlu repot-repot mengurus ke kantor BRI di wilayah masing-masing, karena sudah diproses di pusat.
BAGAIMANA PROSESNYA? 1. BPH akan menyiapkan beberapa dokumen: a. Permohonan pembukaan rekening Giro. b. Mengisi formulir. c. Menyerahkan bukti diri: KTP, paspor atau SIM. d. Surat keterangan dari Kantor Pajak diberikan dari BPH, yang menyatakan GBI bebas dari Pajak (bukan objek Pajak), oleh sebab itu gereja tidak bisa dikenakan Pajak. e. Surat ketetapan BPH tentang penetapan gereja (SK), dari BPH dan BPD.
43
f. Surat pengangkatan Pendeta sebagai gembala Gereja. g. Surat penetapan susunan gereja, sebaiknya gereja memiliki susunan pengurus karena nanti yang diminta dua orang yaitu gembala dan bendahara. h. Surat Ketetapan dari BPD ke gereja-gereja GBI apabila yang melakukan pembukaan rekening adalah gereja-gereja. i. Surat keterangan yang menunjukkan bahwa gereja tersebut dibawah naungan GBI. 2. Setelah kesembilan surat ini yang kami proses, kami akan berikan nomer kepada Gereja masing-masing dan bawa nomor tersebut ke kantor BRI terdekat, maka rekening Gereja sudah siap digunakan. Sekarang BRI sedang melakukan administrasi dan membuat surat edaran, surat Juklak dan Juknis yang akan dikirim ke seluruh cabang BRI di Indonesia agar mereka mengetahui kerjasama ini.Tentu ada biaya administrasi, tetapi tidak akan terlalu membebani Gereja setempat. Untuk gereja kecil tidak akan kita berikan rekening giro tetapi akan disesuaikan, akan dilakukan penelitian ulang.
FASILITAS BRI UNTUK GBI: - Fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga 9% seperti yang dikumandangkan oleh Bapak Presiden kita. - Fasilitas mesin EDC, mesin ini bisa dipasang di BPD-BPD untuk kemudahan. Jika Anda masih kesulitan dalam menggunakan Virtual Account, mesin ini bisa digunakan untuk transfer, tinggal gesek seperti Kartu ATM. - Agen BRI Link yaitu : bagus untuk gereja kecil yang tidak mempunyai dana dan BRI bisa memberikan usaha untuk menjadi agen BRI Link seperti Alfamart, Indomaret, untuk lebih jelasnya tanyakan langsung dengan pihak BRI - Tersedia 10.396 kantor BRI dan 20.780 agen BRI Link di seluruh pelosok negeri. Kios BRI, mesin ATM 21,865 SDM (Cash) tunai dan non tunai, mesin EDC ada 156.000, internet banking yang digunakan oleh 2,1 Juta, SMS Banking 8,8 Juta, tunai lewat Telepon banking dan bank BRI adalah yang pertama kali mengoperasikan layanan perbankan di kapal namanya “Teras Kapal” dan juga satu-satunya Bank di Indonesia yang sudah memiliki satelit sendiri. Jika Anda membutuhkan informasi dan bantuan Berdasarkan Keputusan MPL II GBI, SK No. 008/MPL II/GBI/2015, mengenai keuangan, bisa menghubungi: BPH GBI telah menggunakan Sistem Virtual Account BRI & BCA 0816 812 551 untuk memperlancar mekanisme pengiriman persepuluhan Jemaat GBI. Dengan demikian dihimbau kepada seluruh Jemaat GBI untuk Jika Anda membutuhan informasi dan menggunakan Virtual Account tersebut.
bantuan mengenai Virtual Account, bisa menghubungi:
0858 1000 7000 0858 1000 8000
Mulai April 2016 hanya dana yang masuk melalui Virtual Account ini yang akan dikembalikan ke BPD-BPD sesuai dengan komitmen 20%-30%, agar BPD-BPD dapat melaksanakan lebih banyak programprogram yang bermanfaat.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN & LATIHAN BPH GBI 1. Sinkronisasi program dan kegiatan Departemen Pendidikan dan Latihan BPH GBI dengan Bidang Pendidikan dan Latihan Badan Pekerja Daerah GBI sehingga terdapat sinergi kerja antara pengurus GBI pusat dan daerah. 2. Menetapkan dan mensosialisasikan Pedoman Diklat Pdp dan Pdm. 3. Menetapkan dan mensosialisasikan pedoman pengangkatan pejabat baru (Pdt, Pdm dan Pdp) dan sertifikasi pejabat lama GBI. 4. Menetapkan dan mensosialisasikan Pedoman Pendirian Sekolah Teologi di Lingkungan GBI. 5. Sosialisasi Asosiasi Pendidikan Bethel dan hasil-hasil keputuan Konferensi Pendidikan Bethel (KPB) di Bandung, 15-17 Oktober 2015.
44 |
DEPARTEMEN THEOLOGI BPH GBI 1. BPD akan mengadakan TFT untuk para konselor. 2. BPD akan mensosialisasikan pentingnya konseling kepada jemaat-jemaat lokal di daerahnya. 3. Biro konseling akan membangun jejaring dengan BPD agar pelayanan konseling bisa dihidupkan dan dimaksimalkan. 4. Biro konseling akan melengkapi modul dengan bahan etika konseling. 5. Usul agar sebaiknya biro konseling membuat sebuah lembaga seperti ikatan konselor GBI atau bentuk lainnya sebagai wadah komunikasi dan jejaring para konselor GBI. 6. Biro konseling akan memberikan alat tes kepada BPD sebagai prosedur penyaringan peserta untuk ikut TFT konseling.
BIRO AJARAN 1. Departemen Theologia GBI telah mensosialisasikan beberapa pandangan theologis, keputusan dan sikap GBI terhadap ajaran yang menyimpang. 2. Agar BPD lebih mengawasi ajaran-ajaran yang ada dalam lingkungan GBI. Jika ada ajaran yang menyimpang dari ajaran GBI maka BPD harus melaporkan kepada Departemen Theologia agar bisa dilakukan pengamatan dan penelitian terhadap ajaran tersebut apakah ajaran itu menyimpang atau tidak. 3. Jika ada pejabat GBI yang mengajarkan ajaran yang ditolak oleh GBI, maka BPD wajib memanggil, mengklarifikasi dan memberi peringatan. Jika setelah itu pejabat yang bersangkutan masih saja menyimpang dalam ajarannya, maka BPD memberikan rekomendasi kepada Departemen Theologia dan BPH GBI agar diberi tindakan kepada pejabat itu. Kecuali jika ada ajaran yang belum diputuskan oleh GBI, maka boleh diinformasikan kepada pusat agar diadakan penelitian. 4. Departemen theologia bekerjasama dengan BPD mengadakan seminar mengenai ajaran-ajaran yang menyimpang di BPD, supaya kemudian BPD bisa melakukan sosialisasi kepada setiap perwil kemudian ke setiap jemaat lokal. 5. Agar setiap pandangan theologis, ajaran dan keputusan departemen theologia dibukukan dan isinya diperjelas lagi sehingga bisa dipahami dengan mudah. 6. Departemen Theologia membuat sebuah buku acuan bermuatan ajaran GBI untuk ajaran-ajaran yang menyimpang, agar dalam raker selanjutnya tidak ada pengulangan topik dan agar setiap pengurus BPD yang baru bisa mengetahui ajaranajaran apa saja yang menyimpang.
BIRO BEC 1. Materi BEC yang sudah lama seperti SPY atau SPK tidak dihapuskan. Bagi gereja yang masih menjalani SPY silakan dilanjutkan, tetapi untuk gereja-gereja yang baru melakukan pementoran agar disosialisasikan modul MSK, karena ini adalah satusatunya modul pemuridan yang dikeluarkan oleh GBI. 2. Sesuai dengan keputusan sinode 2014, bahwa modul Doulos Camp tidak lagi diwajibkan dalam diklat pejabat, bukan berarti Doulos Camp ditiadakan. Doulos Camp tetap bisa dilaksanakan di jemaat-jemaat lokal karena ini baik untuk memperlengkapi para hamba-hamba Tuhan untuk mempunyai nilai-nilai seperti Kristus. 3. Doulos Camp akan di upgrade sehingga akan ada modul lanjutan untuk Doulos Camp. 4. Biro BEC menawarkan kepada setiap BPD yang berminat untuk mengadakan TFT untuk modul MSK dan MYP. Kemudian BPD dapat melayani dengan mandiri setiap jemaat lokal yang membutuhkan modul ini. 5. BPD akan mensosialisasikan modul-modul BEC sesuai dengan kebutuhan daerahnya. 6. Biro BEC akan melengkapi setiap sesi dalam modul MSK dengan tools-tools yang diperlukan untuk menunjang mentoring. 7. Biro BEC akan melengkapi modul MSK dengan tools yang bisa mengevaluasi hasil dari modul itu. 45
BIRO KONSELING 1) BPD akan mengadakan TFT untuk para konselor. 2) BPD akan mensosialisasikan pentingnya konseling kepada jemaat-jemaat lokal di daerahnya. 3) Biro konseling akan membangun jejaring dengan BPD agar pelayanan konseling bisa dihidupkan dan dimaksimalkan. 4) Biro konseling akan melengkapi modul dengan bahan etika konseling. 5) Usul agar sebaiknya biro konseling membuat sebuah lembaga seperti ikatan konselor GBI atau bentuk lainnya sebagai wadah komunikasi dan jejaring para konselor GBI. 6) Biro konseling akan memberikan alat tes kepada BPD sebagai prosedur penyaringan peserta untuk ikut TFT konseling.
DEPARTEMEN WANITA BETHEL INDONESIA 1. No. 001/RAKERNAS II WBI/2016, tentang Quorum Persidangan
Sidang Rakernas II Wanita Bethel Indonesia yang diselenggarakan tanggal 26-29 Januari 2016 dinyatakan quorum dan sah karena dihadiri oleh 106 orang yang terdiri dari Ketua dan Sekretaris Koordinator Daerah dan Pengurus Pusat Wanita Bethel Indonesia.
2. No. 002/RAKERNAS II WBI/2016, tentang Penyempurnaan Tata Kerja yang diusulkan. 3. No.003/RAKERNAS II WBI/2016, tentang Program Unggulan Departemen Wanita Gereja Bethel Indonesia - Membuka Taman Baca di Indonesia bagian Timur (di daerah Papua, NTT dan Nias). - Seminar Buku Pedoman Pelayanan Praktis Istri Hamba Tuhan (Jawa Timur-Surabaya, Sumut-Tapanuli dan Papua Barat 1). - Bedah Rumah Hamba Tuhan. 4. No.004/RAKERNAS II WBI/2016, tentang Program Wajib Departemen Wanita Gereja Bethel Indonesia. - Visionary Parenting - Penyuluhan Penurunan Angka kematian Ibu 5. No.005/RAKERNAS II WBI/2016, tentang Tanggal dan Tempat Rakernas III 14-16 Februari 2017 di Jawa Timur 6. No. 006/RAKERNAS II WBI/2016, tentang Tempat dan Tanggal Rakerda Koordinator Daerah WBI:
46 |
Tapanuli
Pandan
7-8 Maret 2016
Jawa Tengah
Yogyakarta
14-15 Maret 16
Papua Barat 1
Sorong Selatan
Awal April 2016
Lampung
Bandar lampung
7-8 April 2016
Kaltim
Balikpapan
11-12 April 2016
Sulawesi Tengah
Palu
12-14 April 2016
DKI Jakarta
Puncak
12-14 April 2016
Sulselra
Makasar
13-15 April 2016
Sulawesi Barat
Mamasa
19-20 April 2016
Maluku Utara
Ternate
20-23 April 2016
Jambi
Jambi
22-23 April 2016
Banten
Wisma PGI
26-28 April2016
Barito
Tamianglayang
27-28 April 2016
Kalimantan Selatan
Banjarmasin
9 -10 Mei 2016
Kep. Nias
Gunung Sitoli
10 -11 Mei 2016
Surabaya
Surabaya
11-12 Mei 2016
Timor Leste
Dili
20-21 Mei 2016
Jawa Timur
Bali
23-26 Mei 2016
Bangka Belitung
Pangkal Pinang
23-25 Mei 2016
T. Cendrawasih
Serui
24 -27 Mei 2016
Peg. Tengah
Wamena
Awal Juni
Jawa Barat
Bandung
6-7 Juni 2016
Sumsel
Palembang
8-9 Juni 2016
NTT
Kupang
12-13 Juni 2016
Kalimantan Barat
Sanggau
14-16 Juni 2016
Sulut-Go
Bitung
15-16 Juni 2016
Sumba
Waingapu
15-16 Juni 2016
Bali - NTB
Bali
16-17 Juni 2016
Sumut
Medan
16-17 Juni 2016
Bekasi
Lembang
20-21 Juni 2016
Papua Barat 2
Bintuni
20-23 Juni 2016
Maluku
Ambon
21-22 Juni 2016
Kepri
Batam
22-23 Juni 2016
Kalimantan Tengah
Pangkalan Bun
22-24 Juni 2016
Papua
Sentani
Akhir Juni 2016
Sumbar
Mentawai
1-12
Juli 2016
DEPARTEMEN PEMUDA & ANAK 1. LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN SELURUH KETUA PENGURUS DAERAH
Meliputi laporan program yang telah dijalankan, diantaranya : a. RAKERDA & RAKERWIL setiap PD dan PW b. GET CAMP c. Be Kids (Modul II) d. GET For Kids e. GET Powerful Teaching f. GET Entrepreneur Camp g. GET Personal Evangelism Laporan langsung di presentasikan oleh 32 Ketua Pengurus Daerah dan 3 Perwakilan PD
2. LAPORAN KEUANGAN PENGURUS PUSAT DPA a. Tahun 2015 PP mengalami defisit anggaran b. Informasi mengenai iuran KPA ke Pusat dianggap penting untuk disosialisasikan ke KPA- KPA Lokal c. Penerimaan Iuran akan dilaporkan langsung kepada PD- PD yang bersangkutan d. Penetapan target penerimaan iuran KPA oleh setiap PD DPA 47
3. RAPAT KOMISI
BIDANG KOMISI PROGRAM & KEUANGAN - Pembahasan mengenai pelaksanaan Program Unggulan. a. Pembahasan & Penjelasan teknis pelaksanaan GET Camp Mandiri. b. Pemantapan SOP Training for trainers untuk pemenuhan SDM GET Camp Mandiri. - Pembahasan mengenai pelaksanaan Program Wajib. - Pembahasan & Penjelasan teknis pelaksanaan Visionary Parenting.
BIDANG ORGANISASI - Perancangan GRAND DESIGN DPA GBI 25 tahun ke depan (2015-2040). - Dasar pembagian program dalam Grand Design DPA adalah fokus di 7 sphere. - Akan dibuat Buku Emas DPA GBI tentang Grand Design DPA GBI. - Dalam Grand Design terdapat riset, proses dan flowchart nya, supaya dimengerti oleh setiap daerah. - Pemantapan rancangan akan diteruskan oleh Tim Ad Hoc yang akan dibentuk di Rakernas III DPA di Kupang, NTT.
DEPARTEMEN PEMBINAAN REGIONAL BPH GBI 1. Pemberdayaan pejabat dan jemaat:
Bersinergi dengan semua Departemen melaksanakan Pastor Conference, Konferensi Keluarga Indonesia (KKI) di 3 Wilayah: - Wilayah Barat, tgl. 7-9 Juni 2016 di Bandung. Juga kegiatan Konferensi Keluarga Indonesia (KKI). - Wilayah Tengah, Agustus 2016 di Surabaya. - Wilayah Timur, September 2016 di Manado.
2. Penguatan Organisasi:
Pemutakhiran Database pejabat & jemaat GBI.
3. Pendampingan kepada BPD-BPD yang dianggap masih lemah. 4. Sosialisasi Tata Gereja GBI secara intensif terkait dengan hak dan kewajiban seorang pejabat GBI. 5. Adanya kerja sama/kemitraan antar BPD GBI. Kemitraan Tahun 2016 : - BPD GBI DKI Jakarta dengan BPD GBI Barito - BPD GBI Jabar dengan BPD GBI NTT - BPD GBI Surabaya dengan BPD GBI Tapanuli - BPD GBI Jateng dengan BPD GBI Kalbar - BPD GBI Jatim dengan BPD GBI Sulbar - BPD Bali-NTB dengan BPD GBI Malut
48 |
DEPARTEMEN PELAYANAN MASYARAKAT BPH GBI 1. BIRO ADVOKASI DAN HUKUM LBH akan didirikan di: Banten, Maluku Utara, Maluku, Makasar, Nias, Kepri, Sumut, Papua, Papua Barat 1, Papua barat 2, Kaltim, Bekasi, Barito Barat, NTT, Sulut, Kalbar, Tapanuli, Sumba, Kalteng.
2. BIRO PELAYANAN MASAYARAKAT PDGBI : a. Penyempurnaan ADRT. b. Pelantikan PDGBI Daerah: Jawa Barat, Sumba, Kep. Nias, Jambi, Bangka Belitung, Kalimantan Tengah, Kalimatan Selatan, Sulawesi Selatan. c. Seminar Penyuluhan Kesehatan bekerjasama dengan PT Kalbe. d. Operasi Katarak dan Bibir Sumbing bekerjasama dengan PDGBI Daerah, RIS dan gereja lokal. TAGANA RRI : a. Pelatihan Dasar dan Pelantikkan Koordinator Daerah Tagana RRI: Kep. Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kaltara – Kalimantan Timur, Maluku Utara, Papua Barat I, Papua, Tapanuli, Teluk Cendrawasih (Pelatihan Pemantapan dengan Dinsos Niak Numfor pada Bulan Mei 2016). b. Pengadaan Alat Fogging dan Obat, untuk Daerah (BPD GBI): Jambi Bengkulu, Bangka Belitung, Kep. Riau, Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Kep. Nias. c. Pengadaan Dapur Air untuk Daerah: Kep. Nias, Sumatera Utara.
3. BIRO PENGEMBANGAN MASYARAKAT a. Pelatihan Motivator tentang pertanian dan peternakan di NTT 4. KEGIATAN KDC KDC akan diselengarakan di 5 tempat yaitu: Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, Bekasi, Papua- Sorong.
DEPARTEMEN MISI - PEKABARAN INJIL BPH GBI 1. Membuka SMPD di beberapa daerah. 2. Melakukan TOT A3. 3. Mengadakan pemetaan dan penanaman Gereja baru di seluruh wilayah Indonesia.
Terutama di daerah yang belum terjangkau dan yang membutuhkan perhatian khusus, misalnya: - Pemetaan manusia perahu di Kaltara. - Menjangkau suku Kubu dan menggembalakan pos PI yang sudah ada. - Di daerah Sumatera Selatan ada 17 kabupaten yang masih kekurangan tenaga untuk menggembalakan dan ada banyak pendatang dari berbagai suku yang bekerja di perkebunan beragama Kristen namun tidak ada yang melayani. 49
- Ada suku Laut yang perlu dibantu untuk meningkatkan taraf kehidupannya. - Pemetaan gereja bagi gereja yang sudah tidak layak pakai di wilayah Su-A. - Akan mengadopsi dan menjangkau suku rumah pohon - Misi ke berbagai daerah, seperti Pulau Sapidi di Timur Madura, Lumajang, Pasuruan, Probolinggo, Gresik, Lamongan.
4. Mendukung BPD dalam melakukan kegiatan misi dan penginjilan, seperti: - Pengiriman tenaga misi. - PI melalui pemutaran film, seminar dan KKR. - Menyediakan alkitab yang yang membutuhkan. - Mendukung pendirian Radio, Kalvari FM di Barito.
BETHEL WORLD MISSION BPH GBI 1. Mengadakan Bethel World Mission Conference Penyegaran, pembinaan, pemberdayaan gereja-gereja GBI di luar negeri setahun sekali, akan dilaksanakan di wilayah: Eropa, Asia, Australia/Pacific, Amerika Utara/Kanada, Amerika Selatan/Amerika Barat.
2. Pusat pelatihan misionaris bangsa-bangsa a. membantu GBI-GBI yang mau menanam gereja dan mengutus misionarisnya ke bangsa-bangsa. b. Internship Program (Bethel Next Generation Ambassador): program penempatan bagi misionaris GBI yang berpotensi untuk melayani/magang di berbagai gereja GBI di luar negeri.
3. Program adopsi GBI LN oleh GBI nasional Mengutus misionaris untuk membantu penanaman gereja baru GBI di luar negeri, gereja GBI yang kuat mengadopsi gereja GBI di luar negeri yang lemah secara dana, daya dan doa selama 3 tahun.
4. Membangun kerjasama dan network Dengan COG dan kegerakan global (Empowered 21 – kegerakan Roh Kudus, Transform World, World Prayer movement, 4/14 Window – next generation).
5. Pemantapan organisasi: a. BPLN Summit Jakarta 2018, MPL Jakarta Pra Sidang Raya GBI, Sidang Raya GBI 2018. b. Melayani gereja-gereja GBI di luar negeri melalui media: media ministry dari BPH-BWN, pelayanan online dalam bentuk video pengajaran konferensi dari network yang ada, sharing video doa bagi bangsa-bangsa dan fokus doa, sharing pokok doa minggu ini. - BPLN dapat memberikan informasi kepada BWM mengenai kebutuhan informasi yang menjadi tantangan di gereja negara mereka. - BPLN juga dapat berbagi informasi mengenai statistik dan isu-isu yang sedang terjadi di negara mereka.
50 |
51
Spiritualitas Penuai
Tanggung Jawab, Integritas dan Teladan Pdt. Dr. Erastus Sabdono, M.Th.
Sering kali kita mendengar kata penuaian, apa sebenarnya penuaian itu? Kata ini memang diambil dari dunia agraris, yaitu usaha untuk mengumpulkan hasil bumi yang sudah masak. Istilah penuaian ini sebenarnya terambil dari ucapan Tuhan Yesus dalam Yohanes 4:35-36, yaitu ketika Tuhan menghampiri seorang perempuan Samaria untuk diselamatkan, kemudian perempuan itu membawa banyak orang untuk mendengar ucapan Tuhan Yesus. Secara sederhana atau dalam arti yang sempit penuaian dalam konteks pelayanan pekerjaan Tuhan berarti usaha untuk membawa orang kepada Yesus agar menjadi orang percaya. Tetapi diskripsi ini masih belum tepat benar. Pengertian penuaian yang benar adalah merebut jiwa seseorang dari pengaruh dunia yang jahat untuk menjadi umat pilihan yang berkarakter seperti Kristus yaitu mengenakan kodrat ilahi guna mewarisi Kerajaan Sorga atau layak menjadi mempelai Tuhan yang dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus. Penuaian yang benar bukan hanya membawa orang menjadi anggota gereja tetapi membawa seseorang yang tidak hidup dalam kebenaran menjadi hidup dalam kebenaran. Kebenaran di sini adalah kebenaran Allah (Yoh 8:31-32). Dari seorang yang berdosa menjadi seperti Kristus. Ini juga berarti dapat memiliki kesucian seperti Tuhan (1 Pet 1:16). Prinsip ini digambarkan dengan menjala jiwa. Sama dengan proses menuai. Gandum atau padi yang dituai harus dibawa ke gudang, kemudian diproses dipisahkan dari kulitnya, sampai dimasak di rice cooker, akhirnya terhidang di meja makan menjadi nasi atau roti. Apa artinya penuaian padi atau gandum kalau tidak sampai di meja makan.
52 |
Dalam hal ini jelaslah bahwa menuai bukan hanya membuat orang menjadi anggota gereja atau beragama Kristen, tetapi yang penting adalah bagaimana gaya hidup seseorang diubah, dari anak dunia menjadi bangsawan Sorgawi. Bertalian dengan hal ini perlu dipersoalkan mengenai apa yang dimaksud dengan pertumbuhan gereja itu? Pertumbuhan gereja harus dilihat dari aspek yang tepat dan lengkap.
Pertama, pertumbuhan jemaat harus dilihat dari aspek pertambahan jumlah jemaat dari petobat-petobat baru yang sebelumnya bukan orang percaya. Ini berarti kalau pertambahan gereja berasal dari gereja lain atau orang yang sudah menjadi Kristen, itu berarti bukanlah pertambahan yang benar. Jika jiwa-jiwa yang berasal dari gereja lain tersebut sudah selamat, itu berarti di buku kehidupan sorga jumlah jemaat belum bertambah, tetapi hanya “mutasi”. Dalam hal ini perkembangan tersebut bukanlah pertambahan jemaat tetapi perpindahan jemaat. Tuhan menghendaki jiwa-jiwa yang dituai atau yang diselamatkan, yaitu mereka yang sebelumnya “tidak memiliki keselamatan”. Proses penyelamatan jiwa adalah proses yang tidak sederhana. Hendaknya tidak puas hanya dengan kehadiran orang yang tidak bergereja menjadi anggota jemaat. Menjala ikan bisa menjadi gambaran menjala jiwa. Menjala ikan adalah memindahkan ikan dari sungai, laut atau ke darat, sampai ke meja makan. Demikianlah menjala jiwa, dari seorang yang tidak percaya menjadi orang yang percaya kepada Tuhan sampai melayani Tuhan, sehingga tidak kembali
lagi ke dunia kegelapan lagi. Investasi untuk keselamatan ini sangat mahal, yaitu segenap hidup seorang pelayan Tuhan. Hal ini sama dengan menuai gandum. Gandum di ladang harus sampai di meja makan menjadi roti.
Kedua, pendewasaan rohani jemaat yang sudah ada menjadi sempurna seperti Bapa (Mat. 5:48). Jemaat yang sudah digembalakan harus merupakan obyek pelayanan yang harus digarap serius. Pendewasaan rohani jemaat adalah hal yang mutlak. Hal ini menggenapi apa yang Tuhan perintahkan dalam amanat agung-Nya: Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang kuperintahkan kepada-Mu (Mat. 28:19-20). Apa artinya gereja berhasil menjadikan seseorang anggotanya, tetapi hatinya masih melekat di dunia dan cinta dunia. Perlu ditegaskan disini bahwa yang direbut bukan hanya keanggotaannya, tetapi pribadinya, jiwanya yang terarah ke kerajaan-Nya. Inilah sebenarnya yang dikatakan dalam Matius 5:16 "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." Melalui hidup orang percaya, orang yang belum mengenal Yesus, menjadi percaya pada Yesus, mengalami pertobatan dan kelahiran baru sampai kepada “memuliakan Bapa di Sorga”. Memuliakan disini bukan hanya membuat orang menghargai Tuhan Yesus, tetapi membuat orang lain atau seseorang benar-benar ditebus oleh darah Yesus, tubuhnya menjadi bait Roh Kudus dan seluruh hidupnya digunakan melayani Tuhan (1Kor. 6:19-20).
53
Penuaian ini adalah tanggung jawab setiap orang percaya secara individu dan gereja secara komunitas. Untuk itu gereja harus mengerti tanggungjawabnya dengan benar. Selama ini tanpa disadari gereja terdapat dua kesalahan dalam pelayanan gereja yang mengakibatkan penuaian tidak terjadi secara proporsional. Pertama, pelayanan gereja dilakukan agar gereja eksis, artinya memiliki pengikut, kebutuhan gereja dipenuhi dan para rohaniwannya dapat terjamin kehidupan jasmaninya. Kedua, pelayanan gereja mengarahkan jemaat untuk dapat menikmati dunia ini secara maksimal dengan finansial memadai, tubuh sehat, rumah tangga bahagia, anak-anak sukses dalam karir, mendapatkan dan lain sebagainya. Kelihatannya sekilas dua hal tersebut bukan sesuatu yang dapat dianggap sebagai kesalahan. Tetapi sebenarnya itulah penyebab dari kegagalan penuaian yang benar. Gereja yang menyelenggarakan pelayanan untuk kelangsungan agama Kristen secara umum dan denominasi gereja secara khusus akan melahirkan banyak manipulasi dalam pelayanan. Kepentingan pribadi dan organisasi dibungkus sebagai kepentingan Tuhan. Terjadi penyalahgunaan kuasa atau wewenang rohani untuk kepentingan manusia. Biasanya dengan mudah para rohaniwan menggunakan nama Tuhan untuk berbagai kepentingan. Di sini terjadi bisnis di dalam gereja. Tahun-tahun belakangan ini semakin mengerikan, tetapi pelaku-pelakunya merasa sedang melayani Tuhan. Pada hal mereka sedang “berdagang”.
54 |
Pelayanan gereja yang mengarahkan jemaat kepada menikmati dunia dengan pemenuhan kebutuhan jasmani menyesatkan, sehingga jemaat tidak diarahkan kepada maksud keselamatan diberikan. Keselamatan diberikan agar jemaat fokus sepenuhnya pada proses dikembalikannya manusia kepada rancangan Allah semula. Untuk proses ini orang percaya harus meninggalkan percintaan dunia dan merasa cukup dengan apa yang ada. Dengan pengarahan yang salah, jemaat diparkir di dunia ini dan tanpa disadari kuasa kegelapan mempersiapkan banyak orang Kristen masuk ke dalam kegelapan abadi. Jemaat tidak menjadi rohani. Mereka tidak menyadari bahwa dunia ini bukan rumah mereka. Tidak ada kerinduan bertemu dengan Tuhan dan Kerajaan-Nya. Memiliki semua (finansial memadai, tubuh sehat, rumah tangga bahagia, anak-anak sukses dalam karir, mendapatkan dan lain sebagainya) bukan berarti salah, tetapi hal ini tidak boleh menjadi tujuan utama kehidupan. Semua ini haruslah merupakan berkat yang digunakan untuk kepentingan Kerajaan Surga, bukan untuk dinikmati sendiri. Menjadi masalah penting terkait dengan tema di atas adalah bagaimana integritas seorang penuai. Sebelum masuk ke dalam pembahasan lebih lanjut, perlu bagi kita untuk memahami pengertian integritas. Kata integritas berasal dari bahasa Latin integer yang dalam arti sempitnya adalah utuh atau lengkap. Dalam Bahasa Inggris kata ini terjemahan dari integrity, yang artinya the quality of being honest and having strong moral principles; moral uprightness, the state of being whole and undivided. Dalam banyak buku
dan risalah, kata integritas mendapat beragam pengertian. Tetapi pada intinya integritas hendak menunjuk keutuhan dan konsistensi sikap dalam melakukan tindakan yang sesuai dengan prinsipprinsip kebenaran. Dalam integritas terkandung makna keteguhan hati yang tidak tergoyahkan untuk hidup sesuai dengan kebenaran yang diyakini dalam perilaku konkret, bukan hanya dengan perkataan atau sekadar retorika. Jadi integritas adalah satunya perkataan dan perbuatan. Dengan demikian integritas adalah peta dari kehidupan individu; integrity is who you are.
Hendaknya kita tidak memahami bahwa akibat terdahsyat kejatuhan manusia dalam dosa adalah manusia harus mati, menderita, sakit dan berbagai penderitaan di bumi ini. Tetapi hal yang utama yang harus kita pahami bahwa ketika manusia jatuh dalam dosa, manusia tidak mampu mengerti kehendak Tuhan, yaitu apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna; manusia tidak mampu melakukan kebaikan yang ideal, kebaikan yang berstandar Tuhan. Ini yang mengerikan! Akhirnya manusia yang tidak bertobat mengalami kebinasaan, terpisah dari Allah selamanya.
Dalam kehidupan orang percaya integritas harus dibangun di atas dasar kebenaran. Kebenaran yang dimaksud adalah Tuhan sendiri (Yoh. 14:6), bukan sederetan hukum atau peraturan atau rumusan etika, sebab prinsip hidup orang percaya adalah The Lord is my Law. Itulah sebab kesempurnaan iman Kristen berpatokan pada kesempurnaan Bapa (Mat. 5:48). Inilah manusia ideal yang dikehendaki oleh Allah. Manusia diciptakan oleh Tuhan menurut gambar-Nya agar memiliki kemampuan mengerti kehendak Tuhan, yaitu apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna. Inilah keunggulan yang dimiliki manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Itulah sebabnya manusia tidak perlu diberi hukum dan peraturan, sebab manusia sudah mampu melakukan apa pun yang dikehendaki oleh Tuhan. Manusia bisa berbuat baik dalam ukuran Tuhan tanpa bayangbayang hukum dan peraturan. Manusia seperti inilah yang dirancang Tuhan sejak semula.
Memang manusia yang jatuh dalam dosa masih bisa berbuat baik, sebab Tuhan masih menulis hukum-Nya dalam hati manusia. Hukum yang tertulis tersebut mengkristal menjadi berbagai agama. Agama juga menuntun manusia kepada kebaikan, tentu dengan cara pandang individual dari apa yang dimiliki agama tersebut. Itulah kebaikan yang relatif dan subyektif. Sedangkan kebaikan yang Tuhan kehendaki adalah kebaikan yang ideal, kebaikan yang multak yang dipandang dari sudut pandang Tuhan, bukan dari sudut pandang manusia. Keselamatan yang Tuhan Yesus berikan mengerjakan tentang hal ini, yaitu bagaimana manusia dipugar kembali untuk segambar dengan Tuhan dan dimampukan mengerti kehendak Tuhan. Inilah maksud penuaian yang benar. Manusia yang berhasil dituai harus hidup dalam pemerintahan Tuhan. Hidup dalam pemerintahan Tuhan tidak hanya melakukan hukum dan menjadi
55
orang saleh seperti yang dimiliki manusia pada umumnya. Itu pola keberagamaan yang tidak berstandar kesempurnaan seperti Bapa. Hidup dalam pemerintahan Allah artinya segala sesuatu yang dilakukan selalu sesuai dengan kepikiran dan perasaan Allah. Hal ini harus didahului dengan mengerti kehendak Tuhan. Untuk mengerti kehendak Tuhan harus mengalami terus menerus pembaharuan pIkiran (Rm. 12:2). Mengerti kehendak Tuhan bukan hanya karena aturan hukum-hukum yang ada, tetapi memiliki kepekaan terhadap pikiran dan perasaan Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan mengutus Roh Kudus kepada orang percaya. Namun, kalau orang percaya tidak merespon karya Roh Kudus, maka Roh Kudus yang diutus Tuhan tidak berdaya guna menuntun orang tersebut untuk mengerti kehendak Tuhan. Tuhan memberikan Roh Kudus-Nya kepada manusia yang diperbaharui hati dan pikirannya sehingga manusia dapat dikembalikan rancangan semula Tuhan, yaitu menciptakan manusia yang mampu mengerti kehendak Tuhan dan melakukannya dengan sempurna. Jadi, melakukan hukum dan melakukan peraturan itu bukan tujuan bagi orang percaya dan umat pilihan yang menerima karunia Roh Kudus. Peraturan hanya digunakan sementara waktu sampai manusia dikembalikan kepada rancangan semula. Orang yang menerima karya
56 |
keselamatan Allah dalam Yesus Kristus adalah orang-orang yang beradab, bermoral mulia dan tidak mendatangkan bencana bagi sesama, tanpa dibayang-bayangi atau ditekan oleh hukum. Kebaikan moral telah menjadi naturnya, menyatu dalam jiwanya. Inilah goal yang harus dicapai dalam proyek penuaian. Pemugaran gambar Allah bukan hanya mengembalikan manusia menjadi manusia yang baik menurut ukuran manusia secara umum. Pemugaran gambar Allah adalah usaha Tuhan mengembalikan manusia kepada rancangan yang semula yaitu manusia disanggupkan kembali untuk mengerti kehendak Tuhan dengan sempurna. Inilah inti berita baik atau Injil itu. Tuhan menyelamatkan manusia dan mengembalikan manusia pada rancangan semula. Ini maksud dari apa yang dikatakan Tuhan dalam kitab Perjanjian Lama bahwa Tuhan akan memberikan perjanjian. Yaitu akan menulis hukum-Nya dalam loh hati manusia, mengantikan hati yang keras menjadi hati yang lembut dan memberi pengertian-pengertian baru dalam hati manusia (Yeh. 11:19-20). Bukan hukum yang ditulis di atas kertas, perkamen, papyrus, atau bukan juga di atas loh batu, tetapi hukum yang ditulis dalam loh hati manusia. Hukum itu adalah kehendak Tuhan sendiri. Sehingga mereka bisa berkata: The Lord is my law.
Orang yang mengenakan Tuhan sebagai hukumnya, akan menampilkan kehidupan berkodrat Ilahi yang luar biasa dapat menjadi teladan atau role model bagi orang lain. Gereja harus memiliki model seperti ini. Sebab kita harus mempersoalkan, kalau seseorang masuk dalam gereja yang kita layani selama 5 tahun atau lebih misalnya, menjadi seperti apa orang itu? Sama seperti kalau kita membawa anak kita sekolah atau kuliah, setelah beberapa tahun kita melihat perubahan dalam diri anak tersebut. Gereja harus memilkiki teladan sehingga jemaat diarahkan menjadi seperti apa. Dalam hal ini pelayan-pelayan jemaat yang harus menjadi teladannya. Selanjutnya setiap jemaat juga menjadi teladan di tengah-tengah rumah tangga dan masyarakat luas sebagai bagian dari proses penuaian. Tuhan mengajarkan kepada orang percaya, betapa pentingnya menjadi teladan itu. Ketika Tuhan Yesus mencuci kaki murid-murid-Nya (Yoh 13:14-15), Ia berkata: Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. Tuhan Yesus menjadi teladan dalam seluruh kehidupanNya, bukan sebagian, sebab seluruh hidup-Nya tidak bercela.
Demikian pula dalam segala hal orang percaya harus juga dapat diteladani, dari hal-hal sederhana seperti cara berpakaian, cara makan dan minum, mengatur waktu, cara duduk sampai pada hal-hal yang sangat prinsip yaitu penggunaan uang, memperlakukan orang lain, menjaga kesehatan, pola makan, bekerja, memenuhi janji, kehidupan iman dan lain sebagainya. Orang percaya yang tidak dapat menjadi teladan adalah orang percaya yang tidak menghormati diri sendiri, mereka tidak bisa atau tidak patut untuk dihormati pula. Demikian pula Paulus, dengan tegas berkata: Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu (Fil 3:17). Paulus bersedia menjadi teladan dan mengajak orang lain juga menjadi teladan. Hal ini tersirat dalam tulisannya “dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu”. Menjadi teladan di sini juga berarti menjadi pelita atau terang dalam masyarakat. Dengan menampilkan suatu gaya hidup yang baik, maka gaya hidup yang salah dapat ditelanjangi. Menelanjangi atau menunjuk kesalahan orsang lain dan mengajar mereka meninggalkannya tidak cukup dengan perkataan saja tetapi dengan keteladanan yang kuat. Hal ini cara mengubah yang tidak menyakiti. Tanpa adanya keteladanan sama seperti perjalanan tanpa arah. Keteladanan harus dipandang sebagai faktor penting dalam menyelenggarakan proyek penuaian.
57
NAIKLAH KE GUNUNG BAWALAH KAYU DAN BANGUNLAH RUMAH ITU Pdt. HIMAWAN LEENARDO
Pada tahun yang kedua zaman raja Darius, dalam bulan yang keenam, pada hari pertama bulan itu, datanglah firman TUHAN dengan perantaraan nabi Hagai kepada Zerubabel bin Sealtiel, bupati Yehuda, dan kepada Yosua bin Yozadak, imam besar, bunyinya: “Beginilah firman TUHAN semesta alam: Bangsa ini berkata: Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah TUHAN!” Maka datanglah firman TUHAN dengan perantaraan nabi Hagai, bunyinya: “Apakah sudah tiba waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah- rumahmu yang dipapani dengan baik, sedang Rumah ini tetap menjadi reruntuhan? Oleh sebab itu, beginilah firman TUHAN semesta alam: Perhatikanlah keadaanmu! Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi- pundi yang berlobang! Beginilah firman TUHAN semesta alam: Perhatikanlah keadaanmu! Jadi naiklah ke gunung, bawalah kayu dan bangunlah Rumah itu; maka Aku akan berkenan kepadanya dan akan menyatakan kemuliaan- Ku di situ, firman TUHAN. Kamu mengharapkan banyak, tetapi hasilnya sedikit, dan ketika kamu membawanya ke rumah, Aku menghembuskannya. Oleh karena apa? demikianlah firman TUHAN semesta alam. Oleh karena rumah- Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing- masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri. Itulah sebabnya langit menahan embunnya dan bumi menahan hasilnya, dan Aku memanggil kekeringan datang ke atas negeri, ke atas gunung- gunung, ke atas gandum, ke atas anggur, ke atas minyak, ke atas segala yang dihasilkan tanah, ke atas manusia dan hewan dan ke atas segala hasil usaha (Hagai 1:1-11)
58 |
PERHATIKANLAH KEADAANMU Di dalam kitab Hagai, Tuhan meminta kita memperhatikan keadaan kita, bahkan sampai diulangi agar kita memperhatikan keadaan kita, sesuatu yang sangat penting sehingga perintah-Nya diulang, dan apakah yang sangat penting itu? Ditulis keadaan umat Tuhan saat itu, mereka menabur banyak tetapi menuai sedikit, mereka makan tetapi tidak sampai kenyang, mereka minum tetapi tidak pernah dipuaskan, berpakaian tetapi tidak dapat melindungi tubuh dari cuaca, dan mereka bekerja untuk upah, tetapi upah seperti ditempatkan di gantang yang bocor, dan itu adalah keadaan yang mungkin sudah dianggap biasa oleh umat Tuhan saat itu, tetapi Tuhan memandang itu tidak normal. Hari-hari ini juga Tuhan ingin kita memperhatikan keadaan kita, keadaan gereja pada umumnya apakah kita melihatnya seperti itu juga, dan apakah kita melihat hidup kita dan pelayanan kita seperti itu juga? Ayat dalam 2 Kor 9:6 menuliskan bahwa “Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga”. Sehingga jikalau kita menabur banyak dan menuai sedikit, kita makan dan tidak menjadi kenyang, minum tidak merasa puas, berpakaian tetapi tidak menghangatkan dan upah yang selalu “bocor”, maka itu adalah hal yang Tuhan lihat tidak normal, karenanya Tuhan memberi tahu kita penyebabnya.
RUMAH INI TETAP MENJADI RERUNTUHAN “Beginilah firman TUHAN semesta alam: Bangsa ini berkata: Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah TUHAN!” Maka datanglah firman TUHAN dengan perantaraan nabi
Hagai, bunyinya: “Apakah sudah tiba waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah- rumahmu yang dipapani dengan baik, sedang Rumah ini tetap menjadi reruntuhan (Hagai 1:2-4). Dituliskan bahwa penyebab bangsa Israel saat itu mengalami segala keadaan tersebut, karena mereka membiarkan rumah Tuhan menjadi reruntuhan, sedangkan mereka hanya menyibukan diri mereka dengan diri sendiri, hanya memperhatikan rumah mereka sendiri. Berkat dan segala hal yang dapat kita terima dalam hidup ini, adalah karena kasih dan kuasa-Nya diberikan kepada kita, namun prioritas kasih kita tidak seharusnya kepada hal-hal kebendaan dalam hidup kita dan kita melupakan Sang pemberi segala berkat dan bahkan kehidupan itu sendiri.
MENGABAIKAN DAN MELUPAKAN. Manusia mudah melupakan, sehingga Tuhan berkalikali mengingatkan umat-Nya agar tidak melupakan Tuhan kalau sudah berhasil, Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkanNya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini (Ulangan 8:17-18). Namun itu terus terjadi, karena yang menjadi akarnya adalah manusia mengikuti Tuhan dan sering kali menggunakan Tuhan untuk mencapai tujuan-tujuan dalam hidupnya. Aku menarik mereka dengan tali kesetiaan, dengan ikatan kasih. Bagi mereka Aku seperti orang yang mengangkat kuk dari tulang rahang mereka; Aku membungkuk kepada mereka untuk memberi mereka makan. (Hosea 11:4)
59
Apa yang Tuhan minta kepada kita? “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu”. (Matius 22:37) Dan kita tidak dapat terus menerus melakukan hal tersebut jikalau kita melupakan Tuhan, dan hanya mengurusi diri sendiri, sehingga suatu kali barulah ketika keadaan tidak semakin membaik, barulah kita tergesa-gesa mencari Tuhan.
SOLUSI TUHAN “Jadi naiklah ke gunung, bawalah kayu dan bangunlah Rumah itu; maka Aku akan berkenan kepadanya dan akan menyatakan kemuliaan- Ku di situ, firman TUHAN." (Hagai 1:8) Tuhan memberikan solusi atas masalah tersebut dengan perintah, “Naiklah ke gunung, bawalah kayu dan bangunlah Rumah itu”, dan Tuhan akan menyatakan kemuliaan-Nya disana, dan semua umatNya akan mengalami segala kebaikan yang disediakanNya.
BANGUNLAH RUMAH ITU Rumah apa yang sedemikian Tuhan kehendaki, dalam jaman perjanjian lama dan bahkan dalam jaman perjanjian baru dan juga kita yakini sampai saat ini, Rumah yang Tuhan kehendaki adalah : “Pada hari itu Aku akan mendirikan kembali pondok Daud yang telah roboh; Aku akan menutup pecahan dindingnya, dan akan mendirikan kembali reruntuhannya; Aku akan membangunnya kembali seperti di zaman dahulu kala" (Amos 9:11). Kemudian Aku akan kembali dan membangunkan kembali pondok Daud yang telah roboh, dan reruntuhannya akan Kubangun kembali dan akan Kuteguhkan (Kisah Para Rasul 15:16). Tuhan sangat berkenan kepada Pondok Daud yang didirikan oleh Daud, namun keadaannya saat itu seperti yang ditulis dalam firman Tuhan, dindingnya roboh, yang ada reruntuhannya saja. Bagaimana gereja Tuhan saat ini menyikapi kata-kata Tuhan sendiri tentang Pondok Daud yang telah roboh, apakah kita hanya berkata bahwa itu adalah masa lalu dan bukan saat ini, atau kita mau meresponi dengan berkata “Tuhan aku mau membangunnya bagi-Mu”.
PONDOK DAUD. Pondok Daud, sebagai suatu tempat, ialah tempat yang dibuat oleh Daud untuk menempatkan Tabut Allah, dan disana dinaikan puji-pujian terus menerus, siang dan malam bagi Tuhan, tanpa ada sekat-sekat yang membatasi orang mendekat kepada-Nya, dan pondok Daud sedemikian berkenan di hati Tuhan, sehingga di akhir jaman ini Alkitab hanya menuliskan Tuhan akan membangun kembali Pondok Daud yang telah roboh, bukan lainnya. Untuk mempelajari bagaimana kita mencoba membangun kembali Pondok Daud yang telah roboh, kita akan juga mempelajari usaha yang pertama ketika pertama kali Tabut Allah akan dibawa dari Kiryat-Yearim, yang dapatlah kita sebut sebagai usaha pertama pembangunan Pondok Daud, namun usaha pertama itu mengalami kegagalan karena mengakibatkan kematian Uza, dan kemarahan dari Daud.
60 |
Ada 4(empat) area yang akan kita bahas dalam membangun kembali Rumah tersebut :
1. ALASAN PENYEMBAHAN a. JANGAN JADIKAN MANUSIA ASALAN/ FOKUS PENYEMBAHAN Daud berunding dengan pemimpin- pemimpin pasukan seribu dan pasukan seratus dan dengan semua pemuka. Berkatalah Daud kepada seluruh jemaah Israel: ”Jika kamu anggap baik dan jika diperkenankan TUHAN, Allah kita, baiklah kita menyuruh orang kepada saudara- saudara kita yang masih tinggal di daerah- daerah orang Israel, dan di samping itu kepada para imam dan orangorang Lewi yang ada di kota- kota yang dikelilingi tanah penggembalaan mereka, supaya mereka berkumpul kepada kita. Dan baiklah kita memindahkan tabut Allah kita ke tempat kita, sebab pada zaman Saul kita tidak mengindahkannya.” Maka seluruh jemaah itu berkata, bahwa mereka akan berbuat demikian, sebab usul itu dianggap baik oleh segenap bangsa itu (1 Tawarik 13:1-4)
Di usahanya yang pertama membawa pulang Tabut Allah, Daud berunding dengan orang banyak, dan membutuhkan persetujuan orang banyak, dan akhirnya mereka semua setuju karena usul itu dianggap baik oleh segenap bangsa itu.
Penyembahan, bukan suatu kegiatan yang baik dan bagus saja, penyembahan seharusnya lebih dari sekedar seperti itu.
Di dalam acara-acara kegiatan gereja, semisalnya acara-acara training atau rapat atau seperti itu, dan di antara acara demi acara, sering diselipkan “penyembahan”, bukan untuk menghakimi tetapi apakah sungguh motivasinya untuk menyembah atau untuk memanggil peserta untuk kembali ke ruangan, karena tidak jarang
kita mendengar kata-kata “mari kita naikkan satu lagu sambil menunggu yang lain datang”.
Karena itu, marilah kita melihat alasan-alasan penyembahan kita, apakah karena hanya suatu kerutinan yang kehilangan alasan penyembahan, atau juga karena dorongan manusia (orang banyak) atau juga karena satu figur manusia semata-mata.
Kita wajib membuat semua penyembahan kita berfokus kepada Tuhan dan tidak bergantung kepada figur manusia, sehingga ketika figur tersebut tidak ada, maka sering semangat menyembah menjadi melemah dan sebagainya.
Mari kita ingat kisah umat Tuhan yang menyembah patung lembu emas, semua dimulai ketika figur yang dimana mereka menggantungkan semua penyembahan, yaitu Musa, tidak terlihat oleh mereka, maka mereka membuat patung lembu emas, semua dimulai ketika mereka kehilangan pandangan kepada Musa.
“Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa mengundur- undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: ”Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir-- kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia.” (Keluaran 32:1)
Gereja, mari kita menyembah dengan tujuan untuk membangun Rumah bagi Tuhan, dan Rumah itu untuk Tuhan bukan untuk manusia, dan bukan karena ini usul yang baik, penyembahan bukan hanya aktifitas baik tetapi untuk Tuhan.
“Worship not because it is good, but its God” 61
b. MENEMUKAN KEBESARAN TUHAN UNTUK DISEMBAH Sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah. Bagian- bagian bumi yang paling dalam ada di tangan-Nya, puncak gunung-gunungpun kepunyaan-Nya. Kepunyaan-Nya laut, Dialah yang menjadikannya, dan darat, tangan-Nyalah yang membentuknya. Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan- Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara. (Mazmur 95:3-7). Penyembahan seharusnya didasarkan karena kita mengerti dan memahami bahwa kita telah menerima kasih Kristus dalam hidup kita, karena kita menyadari bahwa Tuhan kita Tuhan yang besar, Mahakuasa, dan dengan segala pengagungan yang seharusnya keluar dari orang-orang yang percaya dan dikasihi-Nya. Orang yang belum percaya dan belum mengalami kasih Kristus, mungkin hanya akan ikut bernyanyi, tetapi seseorang yang mengalami kasih Kristus akan menyembah dengan segenap hati dan segenap hidupnya. Karena itu, sekali lagi, jangan melupakan kasih-Nya kepada kita, jangan membiarkan kenyamanan yang kita terima melalui kasih Kristus, membuat kita teralihkan dari tujuan Tuhan mencurahkan segala yang baik dalam hidup kita, kita diciptakan untuk menyembah Tuhan, di bumi dan di dalam kekekalan kelak. Temukan kebaikan-Nya, kebesaran-Nya di sekeliling kita, setiap hari, sebagaimana kasih Tuhan selalu baru setiap pagi bagi kita (Ratapan 3:22).
62 |
2. SUBSTITUSI DALAM PENYEMBAHAN
a. MEREKA MENGGUNAKAN KERETA. Mereka menaikkan tabut Allah itu ke dalam kereta yang baru dari rumah Abinadab, sedang Uza dan Ahyo mengantarkan kereta itu. (1 Tawarik 13:7) Ketika Daud akan membawa tabut Allah dari KiryatYearim, maka Daud menempatkan tabut Allah itu dalam kereta yang baru, dan itu adalah hal yang tidak berkenan kepada Tuhan, karena Tuhan menginginkan tabut Allah diusung para imam, orang-orang Lewi. Substitusi, menggantikan peran para imam dengan kereta yang baru, sehingga ketika kereta itu satu kali goyah dan dipegang Uza, maka terjadilah kematian Uza. Penyembahan adalah “memikul” hadirat Tuhan, penyembahan menuntut suatu harga dari dalam hidup kita, karenanya kita tidak dapat menggantikan dengan berbagai peralatan semata, tidak dapat menggantikan dengan hanya sekedar memerintahkan pribadi-pribadi untuk menaikan “penyembahan” di dalam pelayanan, tetapi panggilan pelayanan penyembahan haruslah bagi orang yang mau memikul tanggung jawab membawa hadirat Tuhan, tidak dapat digantikan dengan cara yang lebih mudah. Musik dan dengan segala detailnya, tidak dapat menggantikan yang Tuhan cari, yaitu hati kita.
3. MENGHORMATI b. TUHAN MENCARI HATI KITA “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia”. (Matius 15:8-9) Tuhan bukan mencari penyembahan, tetapi Tuhan mencari hati penyembah yang hatinya mengekspresikan ucapan syukur, yang hatinya penuh dengan kekaguman kepada perbuatanperbuatan Tuhan, yang hatinya melimpah dengan kekaguman. Renungkan, jikalau seorang yang “menyembah” namun hatinya suam-suam kuku, kasihnya kepada Tuhan sudah pudar, yang hatinya penuh dengan kekecewaan kepada Tuhan, penuh dengan kepahitan, apa yang Tuhan temui dalam penyembahannya? Saudara terkasih, Tuhan punya segala sesuatu, Tuhan hanya minta hati kita yang tulus bukan bulus, Tuhan bukan mencari kata-kata manis yang keluar dari mulut seseorang tetapi hatinya jauh dari semua itu, Tuhan butuh hati kita yang sungguh-sungguh mencintai Dia, bukan hanya mencintai pemberianpemberian-Nya, tetapi mencintai-Nya, mencintaiNya di segala waktu dan keadaan.
a. OBED EDOM Tiga bulan lamanya tabut Allah itu tinggal pada keluarga Obed-Edom di rumahnya dan TUHAN memberkati keluarga Obed-Edom dan segala yang dipunyainya. (1 Tawarik 13:14). Setelah kematian Uza dalam perjalanan dari KiryatYearim, maka tabut Allah dititipkan di rumah Obed Edom selama tiga bulan disana, dan dalam masa itu dituliskan bahwa Tuhan memberkati keluarga Obed Edom dan segala yang dipunyainya, diberkati. Renungkan dengan sederhana, satu kali tabut Allah membawa kematian, di kesempatan lainnya tabut Allah membuat seseorang sangat diberkati, Renungkan, ketika tabut Allah yang baru saja membuat seseorang meninggal di depan rumah Anda, dan tabut tersebut dititipkan kepada Anda, apakah Anda akan bermain-main dengan tabut yang baru saja membuat orang kehilangan nyawanya? Saya sangat yakin Obed Edom memulai dengan ketakutan, dan mulai menghormati tabut Allah yang di tempatkan di rumahnya, mungkin harus dimulai dengan ketakutan, walau Tuhan tidak ingin kita ketakutan ketika menghampiri Dia, tetapi dari sana lahir hormat kepada tabut Allah. Bagaimana sikap gereja terhadap hadirat Tuhan saat ini?
63
b. MENGHORMATI TUHAN “Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepada-Ku itu? firman TUHAN semesta alam kepada kamu, hai para imam yang menghina nama-Ku. Tetapi kamu berkata: ”Dengan cara bagaimanakah kami menghina nama-Mu?” Kamu membawa roti cemar ke atas mezbah-Ku, tetapi berkata: ”Dengan cara bagaimanakah kami mencemarkannya?” Dengan cara menyangka: ”Meja TUHAN boleh dihinakan!” Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat? Cobalah menyampaikannya kepada bupatimu, apakah ia berkenan kepadamu, apalagi menyambut engkau dengan baik? firman TUHAN semesta alam”. (Maleakhi 1:6-8). Benar Tuhan mengirimkan Roh Kudus bagi kita sebagai seorang Penolong dalam hidup kita, tetapi Tuhan bukan pesuruh bagi kita, Tuhan layak dihormati, bahkan walau Tuhan Allah Maha pengasih, tetap takut akan Tuhan, bukan ketakutan, harusnya tetap dalam hidup hamba-hamba-Nya. Gereja dan organisasi gereja, seringkali sudah tidak lagi menyediakan ruangan untuk kehendak Tuhan, segala sesuatu ditentukan oleh suara orang banyak yang berani bersuara, dan seringkali berlaku sepertinya Tuhan sudah tidak ada lagi, dan akibatnya mungkin, sekali lagi mungkin, itulah yang membuat kita kehilangan generasi. Renungkan kisah anak imam Eli yang tidak takut akan Tuhan dan mengakibatkan kekalahan dan bahkan tabut Allah direbut oleh bangsa lain.
64 |
4.
HARGA PENYEMBAHAN
a. DAUD MEMBAYAR HARGA “Apabila pengangkat- pengangkat tabut TUHAN itu melangkah maju enam langkah, maka ia mengorbankan seekor lembu dan seekor anak lembu gemukan. Dan Daud menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga; ia berbaju efod dari kain lenan. Daud dan seluruh orang Israel mengangkut tabut TUHAN itu dengan diiringi sorak dan bunyi sangkakala”. (2 Samuel 6:13-15) Setelah melewati suatu waktu, Daud memperhatikan mengapa dia gagal memindahkan Tabut Allah, padahal Daud juga diberi tahu bagaimana keadaan Obed Edom yang sangat diberkati Tuhan, Daud mencari dan Daud mendapatkan, Daud mulai membangun ulang Rumah itu, namun dengan cara yang berbeda. Ayat di atas menuliskan bagaimana setiap Daud melangkah, dia mengorbankan hewan yang kalau kita hitung dari jarak rumah Obed Edom ke kota Daud sangat jauh, dan korban pun sangat banyak. Pertama, harus kita pahami, penyembahan bukan hal yang murahan, menuntut kita untuk berani berkorban, bukan mencari keuntungan di dalamnya, dan Daud lakukan itu dan dia dikenan Tuhan bahkan sampai selama-lamanya, karena hasratnya yang ditulis dalam Mazmur 132.
“Sesungguhnya aku tidak akan masuk ke dalam kemah kediamanku, tidak akan berbaring di ranjang petiduranku, sesungguhnya aku tidak akan membiarkan mataku tidur atau membiarkan kelopak mataku terlelap, sampai aku mendapat tempat untuk TUHAN, kediaman untuk Yang Mahakuat dari Yakub (Mazmur 132:3-5) Daud, tidak mementingkan rumahnya terlebih dahulu, dia mendahulukan membangun Rumah untuk Tuhan, sehingga Daud sangat dikasihi Tuhan.
b. TUHAN YESUS MEMBAYAR HARGA. “Jadi, saudara- saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri.” (Ibrani 10:19-20) Daud mengorbankan darah hewan ketika dia membawa tabut Allah, sedemikian banyak sehingga jalan yang dilalui Daud seperti jalan penuh darah hewan. Firman Tuhan menuliskan bahwa Tuhan Yesus sudah membuka jalan yang baru bagi kita, jalan yang juga dibangun dengan darah Yesus, agar kita dapat datang dengan penuh keberanian mendatangi Dia, menyembah Dia, menjawab kerinduan Tuhan akan umat-Nya.
Akhir kata, kembali kepada kata-kata Tuhan dalam kitab Hagai 1:8, agar kita NAIK KE GUNUNG, BAWA KAYU dan BANGUNLAH RUMAH ITU, maka janji-Nya bahwa Tuhan akan menyatakan kemuliaan-Nya di sana. Gereja Tuhan, mari jangan tinggal di bawah, naik ke gunung Tuhan, pikul beban dan bangunlah Rumah yang Tuhan dapat nikmati, dan gereja Tuhan akan menjadi terang dan banyak orang datang kepada Tuhan dan menyembah Dia.
“Adapun Rumah ini, kemegahannya yang kemudian akan melebihi kemegahannya yang semula, firman TUHAN semesta alam, dan di tempat ini Aku akan memberi damai sejahtera, demikianlah firman TUHAN semesta alam”. (Hagai 2:10)
Tuhan sudah bukan jalan, apakah kita mau mendekat kepada-Nya dengan cara yang benar, bawa hati yang mengasihi Dia kepada Tuhan, agar Tuhan menikmati harumnya kasih kita.
65
Spirit Menuai Wanita Samaria
Pdt. Silfani So, S.Pak
image: www.lds.org/media-library/images/living-water-jesus-christ
Dalam Yohanes 4:1–42, kita mempelajari bagaimana Tuhan Yesus menyelamatkan dan mengubah seorang perempuan berdosa, seorang perempuan Samaria. Dalam berbagai masyarakat, kaum perempuan sering tidak mendapatkan perhatian dan perlakuan yang baik. Tidak jarang mereka di rendahkan atau dilecehkan. Bagaimana perlakuan Tuhan Yesus dengan perempuan Samaria? Tuhan Yesus mengangkat harkat perempuan Samaria yang tidak terhormat menjadi seorang penuai jiwa yang luarbiasa. Dalam perjalananNya dari Yudea kembali ke Galilea, Yesus melintasi daerah Samaria. Ia sampai di sebuah kota di Samaria yang bernama Sikhar sekitar jam 12 siang. Yesus sangat letih oleh perjalanan yang jauh dan beristirahat di pinggir sumur Yakub, kemudian datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air di sumur itu. Biasanya kaum perempuan mengambil air pada pagi hari atau sore hari secara bersama sama, perempuan ini mengambil air sendirian untuk menghindari orang lain. Mengapa? Kehidupan moral perempuan ini sangat rendah, Ia sudah menikah lima kali dan saat ini ia hidup bersama dengan seorang laki laki tanpa nikah alias kumpul kebo. Sebagai perempuan yang berasal dari Samaria, ia tidak disukai oleh orang Yahudi. Sebagai perempuan dengan moral rendah, ia tak disukai oleh masyarakat itu sendiri. Siapa yang bisa menerima perempuan ini? TUHAN YESUS. 66 |
Ketua I PP WBI
Spirit penuai dimulai dari hati Yesus yang mengasihi manusia yang berdosa. Mat 9:36 menggambarkan hati Yesus yang dipenuhi oleh belas kasihan kepada jiwa-jiwa yang lelah dan terlantar bagaikan domba yang tidak bergembala. Belas kasihan terhadap jiwa-jiwa yang menggerakkan hati Yesus untuk menjangkau mereka yang belum percaya kepadaNya. Ia melintasi daerah Samaria untuk mencari domba yang hilang. Disini kita bisa melihat beberapa prinsip penting yang dilakukan Tuhan Yesus yang merupakan spirit bagi para penuai untuk menuai jiwa bagi Tuhan.
1. Tuhan Yesus memprioritaskan pertobatan seseorang.
Banyak orang meremehkan keberadaan seseorang dan hanya memperioritaskan pelayanan yang kelihatannya spektakuler di mata manusia. Padahal dari seseorang yang sungguh-sungguh bertobat bisa terjadi multiplikasi atau pelipat gandaan jiwa jiwa. Perempuan Samaria yang telah bertemu Yesus segera menyaksikan imannya. Ia tidak lagi merasa tidak berharga dan tidak berarti. Ia tidak lagi merasa perlu untuk menghindari mereka. Perjumpaan dengan Mesias telah mengubah hidupnya menjadi manusia seutuhnya. Dari hamba dosa menjadi hamba kebenaran.
merupakan cara pendekatan Yesus kepada perempuan Samaria yang merupakan jembatan awal yang terbaik seolah olah Dia membutuhkan bantuan perempuan itu walaupun faktanya perempuan itu yang membutuhkan Yesus. Ia tidak merendahkan atau menghakimi perempuan itu, tetapi membangun hubungan komunikasi dengan perempuan itu.
2. Hasil dari pertobatan adalah perubahan hidup yang radikal dan kesaksian yang dinamis.
Semula perempuan ini keluar dari rumahnya pada siang hari, ketika jalanan sudah sepi. Mengapa? Karena sebagai perempuan berdosa ia tidak berani menampakkan diri dihadapan orang banyak. Namun setelah berjumpa dengan Yesus, ia mengalami pertobatan dan perubahan hidup yang radikal. Ia kembali ke kotanya dan menceritakan perubahan hidup yang dialaminya, akibatnya banyak orang yang percaya dengan kesaksiannya. Mereka percaya karena melihat perubahan hidup yang ditunjukkan oleh perempuan itu. Hal yang luar biasa lagi ialah kesaksian perempuan Samaria itu membawa banyak orang Samaria menjadi percaya kepada Tuhan Yesus. Mereka bahkan mendesak Tuhan Yesus tinggal bersama mereka karena mereka ingin mengenal Yesus lebih dalam lagi, selama dua hari Tuhan Yesus tinggal bersama mereka dan mengajar mereka. Dan lebih banyak lagi orang yang percaya karena perkataan-Nya. Dan akhirnya mereka mengenal Yesus sebagai Juru Selamat dunia. Yesus adalah Juru selamat dunia ia bukan mengajarkan bagaimana untuk selamat. Ia sendiri adalah keselamatan itu. Orang Samaria tahu bahwa keselamatan bukan hanya berlaku bagi orang Yahudi atau Samaria saja, melainkan bagi semua suku bangsa di dunia.
3. Pemberitaan Injil disampaikan dengan santun namun penuh kuasa. Yesus membuka pembicaraan dengan perempuan
itu,
“berilah
aku
minum”
“George Barna mengemukakan hasil penelitiannya bahwa prosentase terbesar orang orang yang menerima Kristus bukan melalui kebaktian kebangunan rohani tetapi melalui persahabatan dan kekeluargaan. PengInjilan yang efektif dilakukan dengan tatap muka, dari hati ke hati dan penuh kasih yang menceritakan tentang kasih Allah bagi dunia.
Dalam percakapan Yesus dengan perempuan Samaria, Ia tidak mencela atau merendahkan kepercayaan perempuan Samaria. Yesus hanya berfokus Air Hidup yang memberikan keselamatan dan hidup kekal. Yesus berbicara dengan penuh ketenangan dan kesantunan. Perempuan itu lalu membuka hati dan menerima kabar baik yang Tuhan Yesus sampaikan.
4. Inti dari pemberitaan Injil adalah penyembahan kepada Allah dalam roh dan kebenaran . Yesus berbicara kepada perempuan Samaria tentang Injil, yaitu mengenal Allah yang benar dan menyembahNya dalam roh dan kebenaran. Menyembah Allah bukan terletak pada posisi atau lokasi tetapi pada sikap hati dan pikiran yang mengagungkan Allah.
Berita Injil sejati berfokus kepada Tuhan Yesus sang Juru Selamat dialah fokus penyembahan dan pemberitaan Injil
67
KESAKSIAN
Gwendolyn Ruth Wanita Penuai yang menyerahkan hidupnya mengikuti kehendak Tuhan, melangkah memberitakan kabar baik karena dihatinya ada detakan hati Kristus. Pendiri: End-Time Handmaidens, Inc.
Mengasihi dan melayani Tuhan adalah tujuan hidupnya. Gwendolyn Ruth memiliki orang tua yang telah mempersembahkannya kepada Tuhan dari sejak dalam kandungan. Ia dilahirkan untuk melayani Tuhan. Ibu Gwen berasal dari sebuah keluarga Mennonit saleh yang telah melayani Tuhan bagi banyak generasi. Para leluhurnya yang takut akan Tuhan membayar dengan harga yang mahal atas iman mereka kepada Kristus. Diusir dari rumahrumah mereka yang indah di Lembah Emmental di Pegunungan Alpen Swiss, karena keyakinan mereka bahwa keselamatan merupakan kasih karunia. Pengajaran Martin Luther telah berhembus ke benua Eropa dan telah mengubah kehidupan mereka untuk selamanya. Banyak yang meninggal sebagai martir, mereka dibakar di tiang pancang atau mati ditombak. Para pria muda dijual sebagai budak dapur, dan para kakek ditinggal mati dalam sel bawah tanah yang gelap. Para leluhur Gwen dipaksa meninggalkan rumah mereka dan hidup mengembara selama berpuluh-puluh tahun sampai Rusia membuka pintunya. Disanalah mereka menemukan apa yang mereka rindukan lebih dari segalanya, kebebasan beragama. Ketika segalanya kelihatan berjalan dengan baik, Tuhan mendatangi orang-orang kepunyaan-Nya tersebut dan memberikan mereka peringatan melalui karunia penglihatan bahwa pembantaian yang hebat akan terjadi di Rusia. Pembantaian ini akan lebih hebat daripada yang mereka ketahui di masa lampau, dan mereka yang tinggal di sana tidak akan ada yang selamat. Allah memberitahukan mereka untuk meninggalkan Rusia dan pergi ke tempat tinggal yang baru.
68 |
Beberapa menaati perkataan Tuhan, sementara yang lainya mengejek dan tetap tinggal di Rusia. Sedihnya, mereka kemudian mengalami penderitaan sangat berat sampai akhirnya meninggal. Inilah yang menyebabkan Gwen dilahirkan di Kanada. Dalam masa remajanya, selama beberapa bulan Gwen memberontak dan keluarganya dengan tiada putus asa memanjatkan doa-doa mereka, dan kemudian ia kembali kepada Tuhan dan dipenuhi oleh Roh Kudus. Lalu Gwen belajar di Sekolah Alkitab (Pantekosta) Assembly of God (Sidang Jemaat Allah) di Ontario, Kanada untuk dipersiapkan bagi pekerjaan Tuhan. Di sekolah, api kebangunan rohani terjadi di antara para murid, dan di tengah-tengah pencurahan ini, Allah memanggil Gwen ke China. Penglihatanpenglihatan, karunia roh, doa syafaat, dan hadirat Allah terjadi pada hari-hari spesial tersebut. Gwen menikah dengan seorang pria muda yang tidak memiliki semangat yang berapi-api seperti dirinya. Gwen lalu berdoa dan berdoa, akhirnya Tuhan menggerakkan hati suaminya, kemudian dalam ketaatan mereka pergi sebagai misionaris ke sebuah tempat yang jauh. Gwen menjalani misi di China sebagai seorang wanita yang sangat muda. Pada bulan Desember 1947 ia mendarat di Shanghai, baru berumur 23 tahun. Dalam ketaatannya, ia menjawab panggilan Tuhan dalam hidupnya dan menerima beban yang menggebu-gebu dari Tuhan bagi orang-orang China. Kadang-kadang beban tersebut menjadi lebih besar dari waktu-waktu lainnya. Ketika tahuntahun berlalu dan China jatuh ke dalam tangan
Komunis, pintu bagi Injil di daratan China tertutup. Walaupun demikian, Gwen meneruskan pelayanan bagi Tuhan di antara orang-orang China di Taiwan dan Hong Kong, tidak sedikit juga kehilangan langkah dalam memenuhi panggilan Tuhan, tetapi tidak pernah sedetikpun ia berbalik dari panggilan Tuhan. Sang Pelopor terkasih ini mengasihi orang-orang China, dan ia menganggap mereka sebagai bangsanya. Ia sering mengatakan, “Saya adalah milik mereka, dan kebutuhan mereka adalah kebutuhan saya; kesakitan mereka adalah kesakitan saya.” Tetapi India menjadi cinta terbesar Gwen. Ia sering berkata, “China adalah cinta pertama saya, dan India adalah cinta terbesar saya.” Tiada katakata yang dapat menjabarkan bagaimana artinya merasakan detakan jantung cinta Tuhan untuk sebuah bangsa. Ia dengan senang hati memberikan seluruh hidupnya bagi Tuhan di India, bahkan hal yang menjadi kerinduannya. Ia mendirikan banyak tenda di India bagian Utara dan dengan terbuka memberitakan Injil mengenai Tuhan Yesus Kristus. Betapa sukacitanya melihat orang-orang merespons belas kasih Allah! Begitu menyenangkannya dapat memimpin banyak orang datang kepada Tuhan Yesus Kristus! Panggilan berikutnya datang dan Gwen pergi ke Argentina dimana sekali lagi ia merasakan detakan jantung Tuhan, sekarang terhadap orangorang berbahasa Spanyol. Di seluruh Argentina Gwen melihat tangan Allah Mahakuasa bekerja memperlihatkan kuasa supernatural setelah pemberitaan Firman Tuhan. Lalu pada suatu malam di Buenos Aires, sesuatu yang ditakdirkan mengubah banyak kehidupan terjadi. Gwen baru selesai melayani gereja Assembly of God yang besar di mana Tuhan mencurahkan Roh Kudus-Nya. Penyembuhan yang ajaib terjadi, dan orang-orang melihat malaikatmalaikat. Hadirat Tuhan yang nyata telah turun di
antara mereka. Tidak ada seorangpun yang ingin meninggalkan pertemuan tersebut karena Allah menyatakan kuasa-Nya secara terbuka. Ketika Gwen kembali dengan kelelahkan ke kamar hotel malam itu, ia kemudian berbaring di tempat tidurnya, ia mengajukan sebuah pertanyaan kepada-Nya. “Tuhan, bagaimana Engkau dapat memakai saya? Saya tidak ada apa-apanya. Saya membuat kesalahankesalahan. Saya “Tuhan, bangkitan jauh dari sempurna, sepuluh ribu wanita tetapi saya telah – wanita-wanita melihat kemuliaanMu seperti jejak api seperti saya yang mau yang membuntuti membayar berapa pun, saya ke manapun saya melakukan pengorbanan, pergi. Bagaimana? dan taat secara total Mengapa?”
kepada kehendak-Mu.”
Sesuatu hal yang luarbiasa terjadi; Tuhan menjawabnya, “Hal ini terjadi karena engkau mau melakukan apapun yang Ku-minta kepadamu!” Dengan rasa keingintahuan seorang anak, Gwen bertanya, “Apakah itu saja, Tuhan? Jadi engkau dapat memakai siapapun, wanita mana pun, yang seperti saya yang sepenuhnya berserah kepadaMu.” “Ya, anakKu, Aku dapat,” jawab-Nya. Dikuatkan dalam iman, Gwen menjawab, “Tuhan, bangkitan sepuluh ribu wanita – wanita-wanita seperti saya yang mau membayar berapa pun, melakukan pengorbanan, dan taat secara total kepada kehendak-Mu.” Seruan ini terdengar di malam hari pada tahun 1966. Dengan ketetapan hati, iman dan ketaatan yang diperbarui, Gwen mulai memanggil para wanita di mana-mana untuk bergabung dengannya dalam berbagai beban bagi jiwa-jiwa. Organisme yang hidup dilahirkan, End-Time Handmaidens (HambaHamba Perempuan Akhir Zaman) dibangun dari satu Negara ke Negara lain sementara Roh Kudus mempersiapkan hati para wanita di seluruh dunia seperti Dia mempersiapkan hati Gwen.
69
Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. (Roma 12:11) Para pemimpin/pejabat gereja tentu setuju bahwa pelayanan generasi muda merupakan pelayanan yang sangat penting. Tidak ada pemimpin/pejabat gereja yang menolak bahwa generasi muda adalah generasi penerus yang akan menerima tongkat estafet pelayanan gereja. Untuk itu generasi muda harus dipersiapkan agar kelak dapat melanjutkan pelayanan yang telah diperjuangkan sebelumnya oleh para pemimpin/ pejabat gereja. Persiapan yang terpenting adalah yang berhubungan dengan spiritualitas generasi muda, bukan yang berhubungan dengan perkara jasmani atau materi. Generasi muda dikenal dengan generasi yang memiliki semangat tinggi. Dengan kondisi fisik yang sehat dan kuat, generasi muda memiliki semangat yang berapi-api. Masalahnya adalah apakah generasi muda sudah memiliki “api yang benar”? Apakah semangat yang dimiliki generasi muda adalah “api dari Tuhan”? Jangan sampai generasi muda memiliki roh yang menyala-nyala, tetapi yang diperbuat ternyata tidak sesuai dengan isi hati Tuhan. Pelayanan generasi muda tentu bukanlah pelayanan yang mudah. Bagi saya pribadi, pelayanan generasi muda adalah pelayanan yang paling sulit. Banyak tantangan dalam pelayanan generasi muda, khususnya dalam usia pemuda (17-24 tahun). Pada umumnya tingkat pendidikan mereka adalah kuliah semester pertama hingga awal merintis karier atau bisnis. Jika mereka tidak mendapatkan pembinaan yang baik sejak Sekolah Minggu dan Remaja, maka dengan mudah mereka akan ditarik mengikuti arus zaman ini. Jika spiritualitas mereka tidak kokoh maka mereka akan segera mengikuti keinginan dunia ini : keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup. Dan jika mereka tidak mau berubah menjadi pribadi seperti yang Tuhan kehendaki, maka mereka pasti akan binasa.
70 |
Manusia memiliki roh yang berasal dari Roh Allah. Yakobus menuliskan bahwa roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu. Allah menghendaki roh manusia kembali kepada-Nya dalam kemuliaan yang kekal. Allah tidak menghendaki roh manusia menjadi sekutu iblis dan sampah abadi di kerajaan kegelapan abadi. Ada tiga prinsip penting yang harus ditanamkan kepada generasi muda agar spiritualitas generasi muda terus bertumbuh menjadi seperti yang Tuhan kehendaki :
1. Berjuang mengubah manusia batiniah hingga menjadi seperti Kristus Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. (2 Kor 4:16) Tubuh jasmani otomatis akan melemah. Kondisi fisik otomatis akan semakin menurun. Rambut yang hitam menjadi beruban. Gigi asli yang lengkap diganti gigi palsu. Telinga semakin kurang jelas dalam mendengar. Mata harus dibantu kaca mata untuk bisa membaca. Sering keluar masuk rumah sakit. Menjadi tua secara jasmani itu dapat terjadi secara alami, tetapi menjadi dewasa rohani itu suatu perjuangan yang berat. Banyak generasi muda hanya memperhatikan keadaan jasmani atau fisiknya yang kelihatan, tetapi tidak peduli dengan keadaan rohaninya yang tidak kelihatan. Mereka lebih tertarik kepada hal-hal yang kelihatan dan tidak mau menaruh
perhatian pada hal-hal yang tidak kelihatan. Padahal yang kelihatan itu sementara dan yang tidak kelihatan itu kekal. Perkara yang kelihatan hanya 70 tahun, tetapi perkara yang tidak kelihatan bukan hanya 70 juta tahun, atau 70 milyar tahun, atau bahkan 70 triliun tahun, tetapi kekal selamalamanya. Generasi muda harus mendandani manusia batiniah sejak dini. Pengkotbah sudah menasehati agar manusia mengingat Sang Pencipta pada masa muda, bukan saat tua dan sedang terbaring di ruang ICU menunggu kematian tiba. Semakin muda maka semakin mudah manusia batiniah diproses dan dibentuk menjadi seperti Kristus. Namun semakin tua proses itu semakin sulit, bahkan mungkin sudah tidak bisa diproses lagi karena hatinya sudah membatu dan karakter tidak bisa diubah lagi. Untuk mendandani manusia batiniah agar indah di hadapan Tuhan, generasi muda harus memiliki persekutuan secara pribadi dengan Tuhan. Melalui ketekunan belajar Kebenaran yang murni, generasi muda akan mengalami pertumbuhan rohani yang pasti terjadi walaupun seringkali terkesan lama. Pola pikir akan semakin diubahkan ketika sungguh-sungguh lapar dan haus akan Kebenaran yang sejati.
Generasi muda harus menemukan Tuhan di masa muda. Menemukan Tuhan bukan sekedar memiliki pengetahuan tentang Tuhan. Seperti orang yang menemukan pengetahuan tentang berlian, bukan berarti secara otomotis orang tersebut menemukan berlian. Menemukan Tuhan berarti mengalami Tuhan yang hidup secara kongkrit melalui segala peristiwa hidup sehari-hari sehingga manusia batiniah kita semakin diubahkan menjadi seperti Kristus. Memiliki perasaan dan pikiran Kristus. Mengikuti teladan dan jejak hidup Tuhan Yesus. Bertindak seperti yang Tuhan Yesus lakukan.
2. Memindahkan hati dari dunia ini kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi;... tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga;... Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada (Mat 6:19-20). Pengajaran Tuhan Yesus ini disampaikan dalam rangkaian Khotbah di Bukit. Tuhan Yesus memerintahkan agar murid-murid-Nya mengumpulkan harta di sorga, bukan di bumi. Mengapa demikian ? Karena harta di
71
sorga bernilai kekal, sedangkan harta di bumi hanya sementara, bisa hilang dan rusak. Saat akhir manusia menutup mata selamanya di dunia maka semua kekayaan, jabatan, gelar, popularitas dan keluarga yang dikasihi akan ditinggalkan dan dilepaskan. Semakin banyak maka semakin berat untuk meninggalkan dan melepaskannya. Dimanakah generasi muda mengumpulkan hartanya ? Di bumi atau di sorga ? Jangan mengumpulkan harta di bumi bukan berarti tidak boleh menabung atau menempatkan deposito di bank. Itu adalah bagian dari tanggung jawab mempersiapkan masa depan. Namun jangan merasa hidup terjamin karena tabungan atau deposito yang banyak. Harta yang banyak hasil kerja keras selama bertahun-tahun bisa habis dalam waktu yang singkat karena dicuri, terbakar, salah berinvestasi, ditipu rekan bisnis atau untuk biaya pengobatan. Dalam zaman materialisme ini, generasi muda cenderung menambatkan hatinya pada harta yang kelihatan. Mereka merasa bangga dan “diberkati” jika bisa naik mobil mewah, mempunyai rumah mewah, karier yang terus menanjak dan gaji yang besar. Bukan tidak boleh memiliki harta duniawi. Yang tidak boleh adalah keterikatan hati pada harta duniawi. Waktu masih belum kerja, rajin ke gereja dan aktif ambil bagian dalam pelayanan. Setelah dapat pekerjaan yang baik atau bisnisnya berkembang, jangankan ikut pelayanan, datang ke gereja pun jarang sekali, dengan alasan sibuk. Dulu aktif sebagai guru Sekolah Minggu, setelah dapat pacar tidak pernah mau mengajar lagi karena sibuk jalan-jalan dengan pacar yang tidak bertumbuh rohaninya atau malah bukan orang Kristen. Hati harus tetap terikat dan terpikat kepada Sang Pemberi berkat, bukan kepada berkat itu sendiri. Pergumulan hidup yang sesungguhnya bukanlah masalah pasangan hidup, studi, pekerjaan, bisnis dan sakit penyakit. Pergumulan hidup yang sesungguhnya adalah bagaimana berjuang untuk memindahkan hati dari dunia fana ini kepada Tuhan dan KerajaanNya. Untuk memindahkan hati dari dunia ke sorga, maka harus memindahkan harta dari dunia ke sorga. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa hanya orang-orang yang melakukan kehendak Bapa yang akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Walaupun banyak orang berseru bahwa mereka sudah dipakai Tuhan dengan segala karunia yang luar biasa : bernubuat, mengusir setan dan mengadakan banyak mukjizat demi nama Tuhan, namun ternyata Tuhan tidak mengenalnya. Mengapa ? Karena mereka tidak melakukan kehendak Bapa. Mengumpulkan harta di Sorga tidak cukup dengan memberikan persembahan, mendukung dana misi di desa dan ambil bagian dalam pelayanan diakonia membantu jemaat yang kesulitan keuangan. Mengumpulkan harta di Sorga adalah dengan melakukan kehendak Bapa. Melakukan apa yang Tuhan kehendaki untuk kita perbuat.
72 |
3. Hidup Bertanggung jawab untuk kemuliaan Tuhan Aku menjawab : Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah itu untuk kemuliaan Allah. (1 Kor 10:31) Tujuan hidup yang singkat di dunia ini adalah untuk mengabdi bagi Tuhan. Apapun yang generasi muda perbuat dalam hidup ini hendaknya memuliakan Tuhan dan menyukakan hati Bapa. Generasi muda harus diajarkan bahwa semua aktivitas studi, bekerja, bisnis, berpacaran, berkeluarga dan pelayanan gereja adalah untuk kepentingan dan kemuliaan Tuhan. Menyerahkan hidup sepenuhnya bagi Tuhan sejak masih muda untuk dipakai sebagai alat dalam tangan Tuhan. Tidak akan mungkin ada penyesalan kelak jika hidup dipersembahkan kepada Tuhan. Meja tulis di sekolah atau meja kerja di kantor adalah mimbar di mana generasi muda Kristen dapat menjadi saksi Tuhan. Jika ingin sukses dalam studi, pekerjaan, bisnis, keluarga, kesehatan maka harus mau bertanggung jawab dalam mengerjakannya. Do the best, God do the rest. Kerjakan apa yang menjadi bagian kita dan Tuhan akan melakukan bagian-Nya yang tidak dapat kita kerjakan. Jika malas maka tidak pantas diberkati oleh Tuhan dan dipercayakan hal-hal besar oleh Tuhan. Bahkan makan pun tidak diperbolehkan.
Generasi muda perlu menangkap visi Tuhan dalam hidupnya. Apa yang Tuhan mau untuk mereka perbuat sesuai dengan talenta yang diberikan Tuhan. Mereka harus memenuhi panggilan Tuhan dan terus berjuang dengan setia menggenapi rencana Tuhan yang indah. Potensi yang ada dimaksimalkan untuk Kerajaan Allah. Berkarya dan berdampak bukan hanya di dalam gereja, namun yang sangat penting di marketplace, di tengahtengah dunia yang semakin jahat ini. Generasi muda Kristen harus membawa pengaruh bagi dunia. Menjadi pengubah dunia di mana Tuhan tempatkan. Inilah yang menjadi kerinduan kami DPA GBI : Membangun pemimpin muda yang mengubah bangsa. Generation of Transformers (Generasi Pengubah). Generasi muda yang dipakai dalam tujuh bidang kehidupan : Art/media/ entertainment/sport, Business, Church, Development of the poor, Education, Family dan Goverment. Kiranya dari generasi muda GBI akan tampil pemimpin-pemimpin dan orang-orang yang berdampak dalam bidang-bidang tersebut. Doa dan harapan kami, para pemimpin/pejabat gereja memiliki hati dan waktu serta memberikan teladan iman untuk memperhatikan spiritualitas generasi muda agar terus berakar, bertumbuh dan berbuah dalam Tuhan Yesus.
73
KISAH AYUB
Kunci Mengatasi Ketakutan Bacaan: 2 Timotius 1:7
Pdt. Sapta Jaya Tandi
Ketakutan dapat membawa bencana. Ketakutan adalah sikap yang membawa manusia kepada ikatan, kebingungan, frustrasi, depresi dan penyakit. Psikolog mengatakan bahwa manusia tidak dilahirkan dari ketakutan. Alkitab pun berkata, ”Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” – 2 Tim 1:7 Kalau kita tidak dilahirkan dari ketakutan dan Allah pun tidak pernah memberikan roh ketakutan, dari manakah datangnya ketakutan itu? Yesus berkata, "... Jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya.” – Matius 8:13 Sebagai manusia, kita dipengaruhi oleh apa yang kita percayai. Ketika kita mempercayai kebenaran firman Tuhan maka kita memiliki iman, sebaliknya ketika kita mempercayai sesuatu yang salah atau negatif maka kita menjadi takut. Ayub berkata, ”Karena yang kutakutkan itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku.” – Ayub 3:25. Apa yang ditakuti Ayub, itulah yang terjadi kepadanya. Apa yang dia percayai, itulah yang akan terjadi. Ayub tidak bisa menghindarikan diri dari apa yang dia takutkan itu. Ketakutan diciptakan dari sebuah keyakinan yang salah.
74 |
Ketakutan mempercayai apa yang dilihat oleh mata. Iman mempercayai apa yang tidak bisa dilihat oleh mata.
Apakah yang paling ditakutkan Ayub? Dia takut bahwa pagar perlindungan atas hidupnya dihancurkan dan segala sesuatu yang baik diambil dari hidupnya; Dia takut bahwa dia tidak mendapatkan lagi berkat-berkat Tuhan yang baik dalam hidupnya; Dia takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi dan merusak kebahagiaannya [Ayub 1:5; 1:10]. Ayub tidak dapat menghindari dari apa yang ditakutinya, semuanya itu terjadi. Kekayaannya ludes, anak-anaknya mati dalam seketika, penyakit datang menimpa dirinya, dan istrinya menyuruh Ayub mengutuki Allahnya. Apa yang ditakuti itulah yang dialami Ayub. Apabila ketakutan datang menyerang pikiran Anda maka Anda harus mengambil keputusan untuk segera menghadapinya. Anda tidak boleh menikmati ketakutan itu. Anda tidak boleh melayani ketakutan itu. Anda harus segera mengatasinya. Anda harus segera mengusirnya dari hati dan pikiran Anda. Seperti halnya iman, ketakutan itu mengandung kekuatan, kekuatan untuk menghancurkan dan melumpuhkan hidup manusia sebaliknya iman mengandung kekuatan untuk membangun dan mengubah hidup manusia. Ketakutan timbul dari mempercayai apa sesuatu yang salah atau negatif; sebaliknya iman timbul dari mempercayai kebenaran firman Tuhan. Ketakutan mempercayai apa yang dilihat oleh mata. Iman mempercayai apa yang tidak bisa dilihat oleh mata. Ayub menyadari bahwa dia tidak boleh melayani ketakutan. Ayub sadar bahwa dia harus mengatasi ketakutan itu. Apabila tidak segera diatasi ketakutan itu maka ketakutan itu akan semakin menghancurkan hidupnya. Ayub berhasil mengatasi ketakutannya dan masalah yang timbul dari ketakutannya. Allah memulihkan keadaan Ayub setelah dia berhasil mengatasi ketakutannya.
75
Bagaimana Ayub Mengatasi Ketakutan dan Masalahnya It u? 1. Ayub mengakui ketakutannya.
“Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku.” – Ayub 3:25
Saat Anda mengalami ketakutan dan kekuatiran dalam hidup Anda, maka langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah mengakui apa yang Anda takutkan itu, akuilah di hadapan Allah dan mintalah damai sejahtera-Nya menguasai hati dan pikiran Anda.
Ingatlah, sekalipun Anda tidak mengakui apa yang Anda takutkan Allah pun mengetahuinya namun apabila Anda datang dengan rendah hati mengakui apa yang Anda takutkan di hadapan Tuhan maka Dia akan menukar ketakutan dengan memberikan damai sejahtera-Nya.
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” – Filipi 4:6-7
Jadi untuk mengatasi ketakutan Anda harus memelihara apa yang Anda pikirkan. Anda tidak akan pernah merasa berbahagia sampai Anda memiliki pikiran yang berbahagia. Sebab apa yang kita rasakan berkaitan erat dengan apa yang kita pikirkan. Anda akan bebas dari rasa ketakutan hanya apabila pikiran Anda dipenuhi dengan damai sejahtera Allah.
Bagaimana memelihara damai sejahtera-Nya itu?
Alkitab berkata, ”Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” – Filipi 4:8
2. Ayub menyadari bahwa imannya sedang diuji.
76 |
“Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.” – Ayub 23:10
Apabila Anda menghadapi pergumulan yang menimbulkan ketakutan dalam hidup Anda. Entah pergumulan dalam keuangan atau bisnis, keluarga atau sakit penyakit maka Anda harus melihat pergumulan itu sebagai ujian iman.
Apabila Anda lulus dalam ujian iman maka Anda akan naik ke level yang lebih tinggi di dalam Tuhan. Ayub memandang pergumulannya sebagai ujian iman dan ia akan timbul seperti emas.
Kita cenderung menjadi orang yang mengasihani diri sendiri saat pergumulan datang. Kita cenderung memandang dengan sikap yang salah. Cobalah mengubah cara pandang Anda dalam menghadapi pergumulan.
Milikilah sikap iman yang positif. Milikilah pengharapan yang kuat. Tuhan tidak pernah terlambat untuk mengulurkan pertolongan-Nya. Anda harus lulus dalam ujian iman dengan sikap iman yang positif.
Ada 2 [dua] benda, yang satu namanya kentang yang keras dan yang satunya adalah telor yang lembut namun saat dimasukkan dalam air yang mendidih dalam waktu kurang dari setengah jam, kentang yang keras menjadi lembut sedangkan telor yang lembut menjadi keras. Kiranya pergumulan yang Anda hadapi akan membuat hati Anda semakin menjadi lembut, hati yang siap untuk ditabur oleh firman Tuhan.
Apabila Anda memiliki sikap iman yang positif saat menghadapi pergumulan maka Anda pasti lulus dalam ujian iman. Anda pasti timbul seperti emas.
3. Ayub datang kepada Allah dan mempercayai Allah sebagai Penebusnya yang hidup
"Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu.” – Ayub 19:25
Memang diperlukan usaha yang kuat bagi Ayub untuk berkata seperti ini. Justru perkataannya ini untuk membangkitkan semangat dirinya. Ayub menolak untuk menyerah atas pergumulannya. Dia mau bangkit dan menyerang ketakutannya itu. Ia berkata kepada dirinya sendiri, ia berusaha untuk membangkitkan imannya dengan memperkatakan apa yang menjadi pengharapannya.
Coba Anda bayangkan keadaan Ayub saat itu, tidak ada hal-hal yang baik di sekeliling hidupnya. Sekarang Ayub duduk dalam kemiskinan, penyakit menimpa sekujur tubuhnya, penderitaan yang sangat berat sedang dialaminya.
77
Tidak ada seorang pun yang memberinya kekuatan atau berdoa untuknya, tetapi dia berseru dengan nyaring. “Tetapi aku tahu: Penebusku hidup.” Ayub tahu bahwa Allah peduli bahkan di dalam badai yang kuat sekali pun, dia yakin Allah masih sanggup mendengar sebuah bisikan kecil dari jeritan hatinya yang terdalam. Ayub mendapatkan pengertian bahwa Allah adalah penebusnya yang hidup. Seorang Pribadi yang bersedia dan sanggup memberikan pertolongan di saat dia tidak berdaya.
Ayub sedang melihat Allah yang bukan hanya akan melepaskan dirinya dari jerat kemiskinan, sakit penyakit, kesepian, dan kesedihan tetapi juga Allah yang sanggup menyelamatkan diri dari kematian kekal.
Di tengah-tengah penderitaannya, Ayub melihat Pribadi Yesus Kristus Sang Penebus, yang akan mati di salib untuk menebus seluruh dosa dunia ini.
“Tetapi kamu harus beribadah kepada Tuhan, Allahmu; maka Ia akan memberkati roti makananmu dan air minumanmu dan Aku akan menjauhkan penyakit dari tengah-tengahmu. Tidak akan ada di negerimu perempuan yang keguguran atau mandul. Aku akan menggenapkan tahun umurmu.” – Keluaran 23:25-26
Kita bisa mengusir ketakutan dengan memperkatakan firman Tuhan yang dapat membangkitkan iman.
Alkitab berkata bahwa apabila kita beribadah kepada Tuhan, Allah kita maka Dia akan memberikan kita kekuatan untuk memperoleh kekayaan; kekuatan untuk menaklukkan sakit penyakit; kekuatan untuk bertambah banyak bukan kemandulan; kekuatan untuk menyelesaikan tugas panggilan hidup kita sampai garis akhir. Inilah janji dari Penebus kita yang hidup!
4. Ayub Mengakui Bahwa Allah Sanggup Melakukan Segala Sesuatu Dan Tidak Ada Rencana Tuhan Yang Gagal.
“Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.” – Ayub 42:2
Ayub Duduk dan Mengetahui bahwa:
78 |
“Aku Tahu, aku Akan Keluar Seper t i Emas... “Aku Tahu Penebusku Hidup...
“Aku Tahu Tuhan Sanggup Melakukan Segala Sesuat u Dan Tidak Ada Rencana-Nya Yang Gagal."
Sekalipun sahabat-sahabatnya datang untuk menyerang dia bahkan Tuhan pun nampaknya berdiri menentang dia tetapi Ayub mengambil keputusan untuk percaya dan berharap kepada Tuhannya.
Ia berkata, ”Aku tahu, aku akan keluar seperti emas; aku tahu Penebusku hidup; dan aku tahu Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada rencana-Nya yang gagal...”
Ayub mengambil keputusan untuk percaya kepada Tuhan sekalipun nampaknya tidak ada dasar lagi untuk berharap. Inilah kunci pemulihan hidup.
Kita bisa mengusir ketakutan dengan memperkatakan firman Tuhan yang dapat membangkitkan iman.
Seorang jemaat yang menderita Insomania (sulit tidur) cukup lama mendatangi saya setelah ibadah doa pengurapan. Ia menceritakan penyakitnya. Ia harus minum obat tidur setiap malam. Ia berkata bahwa imannya telah dibangkit oleh karena firman Tuhan dan jamahan Roh Kudus malam itu. Ia mengambil keputusan untuk berhenti minum obat tidur. Ia percaya bahwa ia pasti disembuhkan oleh Tuhan Yesus. Ia mencobanya namun ia masih belum bisa tidur, hal itu berlangsung cukup lama. Lalu ia bernazar bahwa apabila ia bisa tidur tanpa minum obat maka ia akan melaksanakan nazarnya. Roh Kudus mendorongnya untuk melaksakanakan dulu janjinya kepada Tuhan apabila ia mengharapkan kesembuhan. Ia tidak boleh menunggu sembuh lalu melaksanakan nazarnya. Ia mentaati perintahNya, Saat ia melakukan nazarnya, 3 [tiga] hari kemudian Tuhan menyembuhkan. Ia bisa tidur nyenyak tanpa minum obat tidur. Tidak ada kesembuhan atau kelepasan tanpa iman yang teguh kepada Tuhan. Iman harus disertai dengan perbuatan. Akhirnya, Allah memulihkan keadaan Ayub, setelah dia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya. Allah memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu [Ayub 42:10]. Allah memulihkan keadaan Ayub setelah dia berhasil mengusir ikatan ketakutan dan menaruh percaya yang kuat kepada Tuhan, Penebus yang hidup, yang sanggup melakukan segala sesuatu. Tuhan Yesus memberkati 79
MENGELOLA KEUANGAN SECARA CERDAS DAN BIJAKSANA Pdt. Drs. GEDE WIDIADA, MBA, M.Th. Buku panduan mengelola keuangan dapat dibeli di toko-toko buku atau pinjam di perpustakaan atau pinjam dari teman, namun sebagai orang Kristen seharusnya memahami bahwa Alkitab adalah panduan terbaik untuk semua aspek kehidupan, termasuk aspek keuangan. Nasehat Allah perihal keuangan dipaparkan salah satunya melalui cerita orang kaya dan orang miskin, yang disertai dengan pemahaman yang menerobos hikmat manusiawi sesuai Injil Mrk. 12:41-44. Demikian juga Alkitab mengajarkan bagaimana cara menjadi pribadi yang mencukupkan diri dengan uang yang ada, berbelanja dengan bijaksana, membuat perencanaan jangka panjang, memberi dan berbagi dengan murah hati, serta melatih diri untuk menikmati setiap uang yang ada. Salah satu tipuan iblis yang paling ampuh adalah ia meletakkan pemikiran pada manusia, bahwa kebahagiaan dapat dicapai melalui hal-hal yang mereka miliki, seperti memiliki rumah, pakaian, mobil yang bagus, deposito yang cukup dan lain sebagainya, sehingga manusia berfokus kepada pengejaran kepada hal-hal yang tidak kekal seperti di atas, juga tidak luput beberapa hamba-hamba Tuhan berlomba untuk memiliki semua harta yang tidak kekal itu. Alkitab telah mengajarkan, agar kita waspada dan berjaga-jaga terhadap tipuan iblis (1 Pet.1:13; 5:8), mengapa? Sebab jika tidak berjaga-jaga, iblis akan mengubah fokus manusia dari melayani Tuhan secara perlahan-lahan menjadi melayani iblis (1 Pet.2:9). Sejatinya uang adalah perkara yang kecil (Luk.16:10), mengapa? Sebab uang tidak dapat membeli dan memberi kebahagiaan. Uang tidak dapat memberikan hidup yang kekal atau makna hidup yang sejati (Yes.55:1-3). Yesus Kristus menjelaskan, bahwa salah satu ciri seseorang memiliki kehidupan rohani yang sehat adalah memiliki sikap yang benar terhadap uang. Uang merupakan masalah yang sangat serius karena sikap seseorang terhadap uang sangat menentukan seperti apa hubungannya dengan Tuhan dan berkenaan dengan pemenuhan rencana-Nya dalam hidup ini.
80 |
PRINSIP-PRINSIP DASAR Ada beberapa prinsip dasar berbicara tentang uang atau keuangan antara lain :
1. Prinsip Perencanaan
Tanpa perencanaan yang didasarkan atas nilai, tujuan, prioritas, maka uang akan menjadi tuan yang jahat (Luk.12:13-23; 1 Tim.6:6-10). Perencanaan keuangan adalah sesuatu yang Alkitabiah dan merupakan pelayanan yang baik, agar terlepas dari materialisme, juga merupakan cara untuk melindungi diri dari membuang-buang berkat yang Tuhan percayakan (Ams.27:23-24; Luk.14:28; 1 Kor.14:40).
Perencanaan keuangan seharusnya dilakukan di dalam ketergantungan pada perintah Tuhan dan dalam iman daripada kekuatan sendiri (Ams.16:1-4; Mzm.37:1-10; 1 Tim.6:17; Fil.4:19).
2. Prinsip Disiplin
Perencanaan keuangan membutuhkan disiplin dan komitmen sehingga setiap rencana dapat diwujudkan dalam tindakan. Faktor kejujuran dalam keuangan merupakan aspek yang penting dalam pertumbuhan rohani (2 Kor.8:7), disisi yang lain pertumbuhan rohani membutuhkan disiplin (1 Tim.4:8;6:3-8).
3. Prinsip Pelayanan
Faktor kejujuran dalam keuangan keluar dari pemahaman bahwa semua yang manusia miliki, berasal dari Tuhan (1 Taw.29:11-16; Rm.14:7-9; 1 Kor.6:19-20). Hidup di dunia merupakan penugasan sementara di mana setiap orang Kristen melihat diri mereka sebagai orang asing atau penduduk sementara di dunia ini, tidak lebih hanya sebagai pengelola miliknya Tuhan atau tidak lebih hanya sebagai pelayan Tuhan. semua yang kita miliki; talenta, waktu, harta yang dipercayakan oleh Tuhan harus kita investasikan bagi Kerajaan-Nya dan kemuliaan-Nya (1 Pet.1:17;2:11;4:10-11; Luk.19:11-26).
4. Prinsip Bekerja
Salah satu cara Tuhan untuk menyediakan kebutuhan kita adalah melalui bekerja. Melalui pekerjaan kita dapat memenuhi kebutuhan diri dan keluarga kita (2 Tes.3:6-12; Ams.25:27). Uang yang kita peroleh juga dapat digunakan untuk mendukung pekerjaan Tuhan dan menolong sesama yang berkekurangan. Prioritas pertama adalah anak-anak Tuhan, juga mereka yang ada di luar iman (Gal.6:6-10; Ef.4:28; 3 Yoh.5-8).
5. Prinsip Menabung
Pernyataan Alkitab a. Tuhan mengarahkan Yusuf untuk menyimpan atau menabung untuk masa depan (Kej.41:35). b. Menabung untuk masa depan menunjukkan hikmat Tuhan (Ams.21:20;30:24-25;6:6-8). c. Menabung untuk masa depan merupakan tanggung jawab pelayanan untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang direncanakan maupun yang tiba-tiba (1 Tim.5:8; 2 Kor.12:14). 81
6. Prinsip Pengeluaran
Kepuasan
Kita seharusnya belajar untuk puas dengan apa yang kita punya (Fil.4:11-13; 1 Tim.6:6,17-19; Ibr.13:5). Saat kita merasa cukup dengan apa yang kita miliki, kita bebas dari keserakahan dan perbudakan materialisme. Bagaimana seseorang mendapatkan kepuasan? Kepuasan merupakan hasil dari memiliki harta sorgawi dan meletakkan seluruh kekuatiran kepada Tuhan (Mat.6:1933; 1 Pet.5:6-7)
Godaan
Waspadalah terhadap godaan dan ajaran dunia (Rm.12:1-2;13:11-14). Ada ratusan godaan dan ajaran setiap hari yang dapat menarik perhatian kita melalui televisi, radio, iklan dan majalah. Semua dibuat untuk mendorong kita membeli hal-hal yang tidak kita butuhkan, dengan uang yang sebenarnya tidak kita punyai, untuk membuat kagum orang yang tidak kenal dan untuk mendapatkan kebahagiaan semu.
Pembelian
sebelum kita melakukan pembelian terhadap sesuatu, pikirkan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini : a. Apakah kita membayar secara tunai ataukah pembelian dengan kredit ? b. Apakah kita memiliki damai sejahtera ketika membeli sesuatu ? (Rm.14:23;Kol.3:15) c. Apakah pembelian itu suatu kebutuhan atau keinginan ? (1 Tim.6:9; 1 Yoh.2:15) d. Apakah pembelian itu berguna bagi keluarga, pertumbuhan rohani, kesehatan, pelayanan, nama Tuhan dan meningkatkan kasih kita kepada Tuhan atau sebaliknya menghalangi semua itu (1 Tim.3:4;5:8; 1 Kor.6:12) e. Apakah kita hidup di bawah standar atau di atas standar ? f. Apakah gaya hidup yang kita terapkan adalah cukup atau boros ? g. Apakah kita perlu mengurangi standar kepuasan ? (Mat.6:33; Luk.12:15; Ams.15:16-17;16:8).
7. Prinsip Pinjam- Meminjam
Pernyataan Alkitab a. Alkitab mengajarkan bukan meminjam tetapi memberi pinjaman (Ul.15:5-6). b. Pinjaman atau hutang tidak bijak karena dapat membuat kita diperbudak (Ams.22:7). c. Gunakan kredit sebijak mungkin dan hindari kredit sedapat mungkin. Walau tidak dihalangi oleh Alkitab, kredit pada umumnya dinyatakan dalam bentuk negatif (Rm.13:8). .d. Mengenai kredit ada dua alternatif dasar : pertama: beli sekarang dengan kredit dan bayar pokok bersama dengan bunga. Kedua : tabung sekarang dan beli kemudian dengan tunai dan simpan bunganya.
82 |
bloomberg.com/news/articles/
Sebelum meminjam uang pikirkan pertanyaan di bawah ini : a. Apakah saya benar-benar membutuhkannya ? b. Apakah saya telah berdoa meminta kepada Tuhan untuk itu dan menunggu cukup lama untuk dijawab oleh-Nya ? c. Apakah saya tidak sabar dan ingin memuaskan kesenangan secepatnya ? d. Apakah Tuhan menguji iman, nilai, motivasi saya ? e. Apakah saya lebih baik tidak membelanjakan uang yang Tuhan percayakan untuk barang itu
Apa yang “ Jangan “ dalam meminjam : a. Jangan membeli sesuatu dengan hutang jika itu akan menghancurkan kebebasan keuangan kita (contoh : dengan berhutang mengakibatkan lebih besar pengeluaran dari penerimaan). b. Jangan berhutang sekarang dengan dasar masa depan (contoh berhutang beli emas dengan alasan kenaikan harga atau penjualan yang lebih baik). Hal ini menyalahi kedaulatan-Nya. c. Jangan berhutang untuk membeli rumah sebelum kita memikiki sumber pendapatan yang jelas (Ams.24:27). d. Jangan meminjam untuk kebutuhan sehari-hari, pengeluaran sehari-hari, atau untuk kesenangan (contoh : meminjam untuk makan, minum, pakaian). e. Jangan meminjam untuk hal-hal yang nilainya berkurang dengan cepat (contoh : meminjam untul beli Hand Phone, Audio, Mobil yang purna jualnya rendah, dls). f. Mengenai barang-barang bernilai, seperti rumah atau investasi bisnis, jangan meminjam di luar kemampuan bayar kita (contoh : angsuran tidak melebihi 30 % dari total penghasilan kita-sesuai rumusan bank). 83
qz.com/444124/indonesias-ban-on-foreign-currencies-spells-trouble-for-the-fragile-economy
8. Prinsip Memberi.
Tuhan ingin kita memberi dengan prinsip yang benar a. Memberi persepuluhan secara teratur (Mal.3:10-12). b. Dalam iman : Dia telah berjanji untuk mencukupi seluruh kebutuhan kita, pemberian kita tidak akan membuat kita kekurangan (2 Kor.9:8: Fil.4:19). c. Dengan memiliki tujuan : Kita memberi dengan perencanaan yang seksama dan dibawa dalam doa (2 Kor.9:7). d. Secara teratur : setiap minggu. Menolong kita untuk tekun dan disiplin dalam memberi (1 Kor.16:2). e. Secara pribadi (1 Kor.16:2). f. Secara sistematis (1 Kor.16:2). g. Secara proporsional (1 Kor.16:2; 2 Kor.8:3,12-15; 2 Kor.9:7).
Kepada Siapa Kita Harus Memberi ? a. Untuk gereja lokal (Gal.6:6; 1 Tim.5:17-18)
Persepuluhan diberikan untuk gereja lokal, gereja lokal yang membentuk pusat pelayanan untuk penginjilan, maka sudah sewajarnya jika itu menjadi prioritas pertama dalam memberi.
b. Organisasi lain dan individu (3 Yoh.5-8)
84 |
Pemberian ini termasuk untuk Misi, kelompok Organisasi Misi dan Individu yang terlibat dalam pelayanan ini.
c. Sesama orang percaya yang membutuhkan adalah mereka yang tidak mampu untuk menyokong dirinya sendiri. Tetapi mereka yang menolak bekerja, tidak layak didukung (1 Yoh.3:17; Gal.6:10; Ibr.10:33). d. Orang belum percaya yang membutuhkan. Ingat prioritas pertama memberi adalah mereka yang seiman, tetapi juga menjangkau orang lain yang membutuhkan (Gal.6:10).
IMPLEMENTASI Setelah kita memahami prinsip-prinsip di atas, maka kita implementasikan pengelolaan keuangan dalam bentuk anggaran seperti contoh di bawah ini :
Anggaran Penerimaan dan Pengeluaran Pribadi
1. Penerimaan
Penerimaan tetap (gaji)
Rp. .................................................
Penerimaan tidak tetap (lembur, usaha lain)
Rp. .................................................
Penerimaan jasa, bunga dari simpanan
Rp. .................................................
Total Penerimaan
Rp. .................................................
2. Pengeluaran
Perpuluhan (10 % dari Total Penghasilan)
Rp. .................................................
Persembahan Khusus (2,5-5 %)
Rp. .................................................
Simpanan (tabungan: 5-10%)
Rp. .................................................
Investasi (5-10 %-jika direncanakan)
Rp. .................................................
Biaya kebutuhan sehari-hari (40%)
Rp. .................................................
Angsuran kredit (jika ada mak. 30 % dari
Rp. .................................................
Total Penghasilan)
Total Pengeluaran
Rp. .................................................
Saldo (+)
Rp. .................................................
Saya berharap dari penjelasan yang sederhana ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua dalam mengelola keuangan, sehingga setiap kita mengalami “Financial Freedom“.
85
MEMBANGUN SINERGI Pdp. Cakrajono Lawoto
86 |
Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya! Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas, tetapi bagaimana seorang saja dapat menjadi panas? Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan. (Pengkotbah 4:9-12). Setiap orang ingin mencapai level kesuksesan tertentu, setiap orang ingin mencapai suatu level kehidupan yang lebih baik, mencapai kepenuhan potensinya sebagaimana yang Tuhan sudah rancangkan dalam hidupnya. Permasalahannya, level seperti apa yang ingin dicapai? Apa standarnya? Banyak sekali orang terjebak pada “Penyakit Kesuksesan” yaitu sebuah prinsip bahwa di dalam hidup ini, kesuksesan diukur dari pencapaian pribadi, berapa banyak yang dimiliki seseorang seperti: rumah, mobil, perusahaan, dan hal-hal lainnya – Pengagungan pada pencapaian satu orang. Hal ini mengakibatkan pengagungan diri dan kesombongan. Sayangnya inilah yang menjadi jebakan kebanyakan orang dalam menjalani hidup ini. Jangan salah menafsirkan hal ini, adalah baik jika kita memiliki banyak aset dan sumber daya, namun untuk apakah semuanya itu? Benarkah pencapaian pribadi adalah puncak level tertinggi dari kehidupan?
87
TIGA LEVEL KEHIDUPAN MANUSIA LEVEL
PERTAMA di dalam kehidupan adalah KETERGANTUNGAN
(DEPENDENCE). Pada level ini manusia tidak memiliki kemampuan apa pun untuk dikontribusikan bagi dirinya dan orang-orang di sekitarnya, manusia di level ini sangat tergantung pada bantuan orang-orang di sekitarnya, hanya bisa menerima bantuan dari orang lain. Contoh yang paling jelas untuk level ini adalah bayi yang baru lahir yang tidak bisa melakukan apa pun, sang bayi hanya menerima bantuan dari orang tua atau pengasuhnya saja. Contoh lainnya adalah seorang karyawan yang baru masuk kerja pada bulan yang pertama, sang karyawan tidak dapat melakukan apa pun tanpa arahan atasannya atau bantuan dari rekan-rekannya.
LEVEL KEDUA di dalam kehidupan adalah KEMANDIRIAN (INDEPENDENCE). Pada level ini manusia telah berhasil mengembangkan kemampuan pribadinya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diembannya, manusia di level ini telah dapat memberikan kontribusi bagi orang-orang di sekitarnya dengan menyelesaikan bagiannya. Contoh pada level ini adalah lanjutan pada level sebelumnya, setelah sang bayi tumbuh menjadi dewasa, setelah melewati jenjang pendidikan dan mulai bekerja, sang bayi telah bertumbuh menjadi manusia dewasa yang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, bahkan sudah dapat membantu orang tua dan orang-orang di sekitarnya. Contoh lainnya seorang karyawan yang telah bekerja 3 – 6 bulan, tentunya sudah memiliki kemampuan di bidang pekerjaannya, sehingga sang karyawan bisa mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Pada level inilah manusia mencapai kesuksesan pribadi. Banyak pelatihan motivasi atau pengembangan diri menekankan pada level ini, hal ini memang baik, tetapi level ini bukanlah level tertinggi. Kita harus bertumbuh kepada level selanjutnya.
LEVEL KETIGA di dalam kehidupan adalah KESALING-TERGANTUNGAN (INTERDEPENDENCE). Pada level ini, manusia mulai menyadari bahwa sehebat apapun dirinya, manusia tidak bisa hebat di semua bidang. Kita wajib memiliki keunggulan pribadi, kemampuan yang luar biasa di bidang kita, hal ini adalah baik dan wajib kita miliki untuk mencapai Level Kedua (Kemandirian), namun ketahuilah bahwa kita tidak bisa menguasai semua bidang, ada orang-orang lainnya yang hebat di bidang yang tidak kita kuasai. Oleh sebab itu kita perlu bantuan orang lain, kita perlu saling bantu-membantu, saling tergantung satu sama lainnya. Pada level inilah letak prestasi tertinggi manusia, level kepenuhan seseorang, level yang bukan saja sekedar mencapai kesuksesan, tetapi mencapai KEBERMAKNAAN.
88 |
SINERGI (SINTESA ENERGI) Hasil yang dicapai pada Level Kesaling-tergantungan ini sangat spektakuler, karena terciptanya Sintesa Energi atau biasa disebut Sinergi, yaitu terwujudnya sebuah energi yang merupakan gabungan dari berbagai sumber kekuatan yang berbeda-beda. Beberapa lidi yang digabungkan menjadi satu adalah contoh sinergi, karena lidi-lidi tersebut akan sangat sulit dipatahkan, dan malah dapat dimanfaatkan menjadi sapu lidi. Sinar matahari yang difokuskan dengan kaca pembesar sehingga dapat membakar kerta adalah contoh dari sinergi. Sebuah balok 2” x 4” bisa menopang 607 pon beban, maka jika dua balok yang ukurannya sama disatukan tentunya dapat menopang 1.214 pon (2 x 607), namun fakta membuktikan bahwa beban yang dapat ditopang oleh kedua balok tersebut adalah 1.821 pon (tiga kalinya). Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena Sinergi – perpaduan energi dari beberapa sumber. Dari hal ini dapat dituangkan bahwa rumusan Sinergi adalah 1 + 1 > 2, satu ditambah satu lebih besar dari dua – None of us as smart as all of us. Dampak dari sebuah Sinergi sangat luar biasa..
89
BAGAIMANA MEMBANGUN SINERGI? Untuk membangun Sinergi setiap pihak yang terkait wajib mengembangkan kualitas-kualitas untuk menunjang terwujudnya Sinergi tersebut. Beberapa hal di antaranya adalah :
1. WIN - WIN MINDSET
Untuk membangun Sinergi diperlukan suatu pola pikir yang benar tentang kualitas hubungan antara sesama manusia, karena di dalam masyarakat banyak sekali pola pikir yang “berbahaya” tentang memandang hubungan dengan orang lain. Hal ini didasarkan oleh pola pikir yang menyatakan bahwa hubungan dengan orang lain seperti sebuah pertandingan olahraga, jika satu pihak menang, maka pihak lainnya pasti kalah, atau sebaliknya. Hubungan yang terbentuk adalah Kalah – Menang atau Menang – Kalah. Apakah benar seperti ini? Ternyata penting sekali kita mendefinisikan kembali arti kata “Menang” dalam kaitannya dengan berhubungan dengan orang lain di dalam kehidupan.
Pertandingan kehidupan bukanlah pertandingan olahraga. Pertandingan olahraga akan membentuk satu pihak yang menang dan pihak lainnya yang kalah, karena kemenangan selalu dikaitkan dengan mengungguli orang lain. Sedangkan Pertandingan kehidupan tidak dikaitkan dengan mengungguli orang lain, tetapi mengungguli diri sendiri. Memang hidup adalah Pertandingan, namun bukan melawan orang lain, tetapi melawan diri sendiri, kita menjadi lebih baik dari sebelumnya terhadap diri sendiri, inilah definisi menang di dalam kehidupan, inilah definisi menang yang sejati. Kita tidak perlu mengungguli orang lain, tetapi kita wajib melakukan yang terbaik, kita wajib mengerahkan seluruh kemampuan kita, bukan untuk mengungguli orang lain, tetapi untuk mengungguli diri sendiri, menjadi lebih dari sebelumnya. Ketika kita memegang prinsip ini, kita tidak akan sombong ketika mencapai prestasi di atas orang lain, dan kita tidak akan minder ketika kita mencapai prestasi di bawah orang lain, karena dasarnya penilaiannya adalah diri sendiri, menjadi lebih baik dari kondisi kita sebelumnya.
Win-Win Mindset (Pola Pikir Menang-Menang) menyatakan bahwa “Ketika saya melihat orang lain menang, saya tidak perlu merasa kalah, dan jika saya ingin memang, saya tidak perlu mengalahkan orang lain.”
Win-Win Mindset juga dibangun oleh Mentalitas Kelimpahan, sebuah mentalitas atau pemahaman bahwa Sumber Berkat dalam hidup adalah Tuhan yang sangat kaya dan memiliki sumber yang melimpah dan tidak pernah lupa memberkati serta menjagai hidup umat-Nya, sehingga saya tidak perlu takut kalau rezeki saya terlewatkan atau direbut oleh orang lain.
Ketakutan bahwa rezeki saya terbatas sehingga saya perlu mempertahankan hak dan rezeki saya, karena jika saya tidak membela rezeki saya mati-matian, maka rezeki saya dapat direbut orang lain, dan ketika rezeki saya direbut oleh orang lain, maka jatah rezeki saya tinggal sedikit, inilah yang disebut Mentalitas Keterbatasan / Kemisikinan yang merupakan lawan dari Mentalitas Kelimpahan.
90 |
Jika saya saya memiliki Mentalitas Kelimpahan, maka ketika saya melihat tetangga saya hidupnya lebih baik, dapat membeli mobil baru atau rumah baru, saya tidak perlu merasa kalah, saya bahkan bisa bersyukur atas rezeki yang diterima oleh tetangga saya dan saya tidak perlu merasa khawatir kalau jatah rezeki saya habis, karena Tuhan akan memberkati saya tepat pada waktunya. Saya akan mendukung tetangga saya, bahkan saya bisa belajar dari keberhasilannya.
Jika saya sebagai Pengerja atau Pemimpin di dalam Gereja, maka ketika saya melihat ada gereja lain yang bertumbuh pesat dan lebih baik, saya tidak perlu merasa kalah, karena saya percaya bahwa akan ada waktunya Tuhan akan memberikan pertumbuhan, selama saya berpusat kepada Kristus dan membiarkan Tuhan bekerja melalui saya dan gereja, maka akan ada pertumbuhan yang luar biasa tepat pada waktunya. Saya akan bersyukur atas gereja lain yang lebih baik dari gereja saya, bahkan saya bisa membangun kerja sama yang Menang-Menang dengan gereja tersebut, saling belajar dan saling mengisi, Gereja Tuhan disatuukan, Nama Tuhan dipermuliakan.
Kita dapat membangun hubungan yang Menang-Menang, membangun hubungan yang sama-sama mengambil manfaat dan saling tergantung, saling belajar, saling mengisi dan saling membangun satu dengan yang lainnya. Inilah sebuah keindahan.
2.
MEMBANGUN KEPERCAYAAN
Apakah Anda mau bekerja sama dengan orang yang tidak dapat dipercaya? Apakah Anda mau bekerja sama dengan seorang pembohong? Apakah Anda mau bekerja sama dengan seorang yang tidak kompeten? Tidak ada seorang pun yang mau bekerja sama dengan orang yang tidak dapat dipercaya.
Untuk membangun Sinergi, setiap orang wajib membangun kepercayaan, yaitu membangun kualitas diri untuk dapat dipercaya, inilah yang disebut dengan Kredibilitas: kemungkinan untuk dipercaya.
Kepercayaan tidak dapat dipaksakan, maksudnya, kita tidak dapat memaksa orang lain untuk percaya kepada kita, namun kita dapat meningkatkan kredibilitas, sehingga orang lain menjadi percaya kepada kita.
Kredibilitas dapat dibangun oleh KARAKTER (Integritas dan Niat) dan KOMPETENSI (Kemampuan dan Hasil-hasil). Marilah kita meningkatkan Kredibilitas kita, sehingga kita dapat memperoleh kepercayaan yang akhirnya dapat mewujudkan Sinergi dengan orang lain.
Sinergi adalah hasil dari Kesaling-tergantungan yang merupakan level tertinggi di dalam kehidupan. Marilah kita membangun Sinergi dengan setiap orang yang berhubungan dengan kita, dimulai dari orang-orang terdekat di dalam keluarga, selanjutnya di dalam Gereja, Pekerjaan, Bangsa / Negara dan pada akhirnya untuk KerajaanNya untuk Kemuliaan Nama Tuhan Yesus Kristus.
91
SOFT OPENING Graha Bina Asuh adalah PANTI ASUHAN dan PANTI WERDHA yang akan menjadi rumah bagi mereka yang terbuang, menjadi keluarga bagi mereka yang terlupakan. Setiap bayi, anak-anak dan lansia (lanjut usia) dapat pulang, karena pintu Graha Bina Asuh selalu terbuka bagi mereka yang membutuhkan. Kapasitas PANTI ASUHAN mampu menampung 100 anak dan 20 bayi, PANTI WERDHA mampu menampung 120 orang. Memiliki fasilitas lengkap, ruang makan berkapasitas 184 orang dewasa dan 144 anak - anak untuk seluruh penghuni panti asuhan dan panti werdha, ruang multifungsi dengan kapasitas 250 orang, pusat kesehatan yang memuat klinik, apotik, terapi, fitness, dan ruang jenazah, area komersil untuk salon dan mini market.
GRAHA BINA ASUH Jl. Lingkar Luar Barat No. 108 Kembangan Selatan, Jakarta Barat, 11610
T : 021 5830 0640 F : 021 5830 0305
65