Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
MASYARAKAT MISKIN DI KELURAHAN SIANTAN TENGAH KECAMATAN PONTIANAK UTARA (Studi Kasus Pada Pemukiman Padat Penduduk Di Daerah Parit Pekong) Oleh: DEDY SETIADI NIM. E11109009 Program Studi Ilmu Sosiatri Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak. 2015. E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Pada penelitian ini peneliti meneliti tentang kondisi masyarakat miskin pada pemukiman padat penduduk di daerah Parit Pekong Kelurahan Siantan Tengah Kecamatan Pontianak Utara. Penelitian ini bertujuan: 1) untuk mendiskripsikan kondisi sosial masyarakat, 2) untuk mendiskripsikan kondisi ekonomi masyarakat, 3) untuk mengungkapkan beberapa faktor penyebab kemiskinan yang terjadi pada masyarakat pemukiman padat penduduk di daerah Parit Pekong. Metode pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Hasil penelitian yang didapat di lapangan menunjukkan bahwa: 1) Kondisi sosial masyarakat pemukiman daerah Parit Pekong menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal penduduk masih dikatakan jauh dari kata layak huni, dan juga dilihat dari tingkat pendidikan masyarakatnya hanya menempuh pendidikan sampai tingkat SD, serta sebagian besar masyarakat sering kali menderita sakit gigi, gizi, diare akibat lingkungan pemukiman yang buruk. 2) Mayoritas mata pencaharian masyarakat pemukiman padat daerah Parit Pekong bekerja sebagai buruh bangunan dan buruh harian lepas dengan pendapatan rata-rata Rp. 30.000 - Rp. 50.000/hari. 3) Kemiskinan di daerah Parit Pekong termasuk kemiskinan: (a) Kemiskinan natural, masyarakat setempat ini menjadi miskin karena tidak memiliki sumber daya yang memadai baik berupa sumber daya manusianya maupun sumber daya alamnya; (b) Kemiskinan Kultural, disebabkan masyarakat setempat terbiasa dengan sifat budaya malas, boros, tidak kreatif, selalu santai, meskipun ada pihak luar yang membantunya; (c) Kemiskinan Struktural, hal ini dapat dilihat dari kurangnya perhatian pemerintah dalam penyediaan sarana dan prasarana yang sangat minim terhadap lingkungan pemukiman daerah Parit Pekong. Sedikit sekali program pengentasan kemiskinan dari pemerintah yang mengalir kepada mereka, struktur sosial tersebut tidak mampu menghubungkan masyarakat dengar sumber-sumber yang tersedia, baik yang disediakan oleh alam, pemerintah maupun masyarakat yang ada disekitarnya. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran yaitu hendaknya perlu dilakukan tindakan peningkatan taraf hidup masyarakat setempat dengan cara meminimalisir faktor penyebab terjadinya kemiskinan masyarakat setempat. Sehingga apabila pengentasan kemiskinan dilakukan sesuai dengan pola kemiskinan dan faktor penyebabnya masing-masing, maka upaya tersebut dapat lebih optimal. Kata-kata kunci: Ekonomi, Kondisi Sosial, Masyarakat Miskin dan Pemukiman Padat
1 DEDY SETIADI, NIM. E11109009 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
ABSTRACT In this study, researchers examined about the condition of the poor in densely populated residential area Siantan trench Pekong Village Middle District of North Pontianak. This study aims to: 1) to describe social conditions, 2) to describe the economic conditions of society, 3) to reveal some of the causes of poverty that occurs in a densely populated residential communities in the area Trench Pekong. This research method uses descriptive research with qualitative methods. Research results obtained in the field shows that: 1) Social condition Trench Pekong residential area showed that the majority of the population is said to be the place to stay far from habitable, and also the views from the education level of society only educated to primary school level, as well as most people often suffer from toothache, malnutrition, diarrhea poor neighborhoods. 2) The majority of the people's livelihood dense residential area Trench Pekong work as construction workers and casual workers with an average income of Rp. 30.000 - Rp. 50.000 / day. 3) Trench Pekong poverty in the region, including poverty: (a) Poverty natural, local people have become poor because they do not have adequate resources in the form of human resources and natural resources; (b) Cultural Poverty, caused by local people familiar with the cultural nature of the lazy, wasteful, not creative, always relaxed, even though there is an outside party to help him; (c) Structural Poverty, it can be seen from the lack of attention of the government in the provision of facilities and infrastructure on the environment are minimal Trench Pekong residential area. Few of the government's poverty alleviation program that flow to them, the social structure is not able to connect people heard resources available, either provided by nature, governments and society around it. Based on the results of the study, researchers gave suggestions which should be done actions improving the living standard of local communities by minimizing the causes of poverty of local communities. So if poverty reduction is done in accordance with the pattern of poverty and the causes of each, then these efforts can be optimized. Keyword : Economy, Social Conditions, Poor Society and Dense Settlements
2 DEDY SETIADI, NIM. E11109009 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
masyarakat miskin pemukiman padat di
PENDAHULUAN
Daerah Latar
belakang
Pekong,
(2)
Tingkat
pada
kesehatan masyarakat miskin yang masih
penelitian ini adalah mengenai masyarakat
rendah, (3) Pendidikan masyarakat miskin
miskin di Kelurahan Siantan Tengah
tersebut umumnya masih rendah, (4)
Kecamatan Pontianak Utara khususnya RT
Pendapatan masyarakat masih pas-pasan
02, RW 23 merupakan masyarakat yang
dan belum sepenuhnya maksimal dalam
memiliki kondisi kesejahteraan rendah.
memenuhi kebutuhan hidup.
Sandang, pangan dengan
masalah
Parit
yang belum sesuai
masyarakat
pada
umumnya
Berdasarkan identifikasi
permasalah
uraian
pada
di
agar
atas,
(masyarakat ekonomi menengah keatas),
penelitian ini lebih terfokus maka yang
kondisi tempat tinggal yang kurang layak
menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini
seperti dinding rumah yang rusak dan atap
adalah kondisi masyarakat miskin pada
rumah yang rusak, pendidikan masyarakat
pemukiman padat penduduk di daerah
yang rata-rata hanya SD, kesehatan dan
Parit Pekong Kelurahan Siantan Tengah
gizi
Kecamatan Pontianak Utara. Berdasarkan
yang
tidak
tercukupi,
memiliki
pekerjaan tidak tetap seperti kuli bangunan
indentifikasi
dan kuli pasar serta berpendapatan atau
penelitian di atas maka didapat rumusan
penghasilan antara Rp 300.000 /minggu
masalah
dan tidak memiliki rumah tinggal sendiri,
masyarakat miskin pada pemukiman padat
mereka hanya mampu menyewa rumah
penduduk
tersebut dalam waktu sebulan atau setahun
Kelurahan Siantan Tengah Kecamatan
sesuai
yang
Pontianak Utara?. Adapun yang menjadi
mereka peroleh. Daerah Parit Pekong
tujuan penelitian ini adalah (1) untuk
Kelurahan Siantan Tengah Kecamatan
mengetahui
Pontianak Utara. Menurut data monografi
masyarakat miskin pada pemukiman padat
Kelurahan Siantan Tengah tahun 2013
di daerah parit pekong Kelurahan Siantan
jumlah penduduk miskin (menurut standar
Tengah Kecamatan Pontianak Utara, (2)
BPS), Kelurahan Siantan Tengah memiliki
untuk
jumlah penduduk miskin terbanyak dari
masyarakat miskin pada pemukiman padat
empat kelurahan yang ada yaitu sebesar
di daerah parit pekong Kelurahan Siantan
1.277 orang. Dari latar belakang tersebut
Tengah Kecamatan Pontianak Utara, (3)
maka
Untuk mengungkapkan faktor penyebab
kemampuan
didapat
pendapatan
beberapa
identifikasi
masalah sebagai berikut: (1) Kondisi
permasalahan
tentang.
di
kemiskinan
bagaimana
daerah
bagaimana
mengetahui
dan
masyarakat
kondisi
Parit
Pekong
kondisi
kondisi
fokus
sosial
ekonomi
miskin
pada 3
DEDY SETIADI, NIM. E11109009 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Gambar Alur Pikir Penelitian
pemukiman padat di daerah parit pekong Kelurahan Siantan Tengah Kecamatan
Kondisi Masyarakat Miskin Pada Pemukiman Padat Penduduk Di Daerah Parit Pekong Kelurahan Siantan Tengah Kecamatan Pontianak Utara
Pontianak Utara.
KAJIAN PUSTAKA
Kondisi Ekonomi
Kondisi Sosial 1.Tempat Tinggal
Menurut Piven dan Cloward (1993)
3. Pendidikian
berhubungan dengan kekurangan materi, penghasilan,
dan
adanya
kebutuhan
sosial.
(Edi
Suharto
Ellis
2. Penghasilan
2. Kesehatan
dalam Edi Suharto (2009:15) kemiskinan
rendahnya
1. Pekerjaan
FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN
2005:133) menyatakan bahwa deminsi kemiskinan menyangkut aspek ekonomi, politik
dan
sosial
psikologis.
Kemiskinan Natural
Kemiskinan Kultural
Kemiskinan Struktural
Secara
ekonomi, kemiskinan dapat didefinisikan
METODE PENELITIAN
sebagai kekurangan sumber daya yang dapat
digunakan
memenuhi
Jenis penelitian yang digunakan
meningkatkan
dalam penelitian ini adalah deskriptif
kesejahteraan sekelompok orang. Sumber
dengan pendekatan kualitatif. Deskriptif
daya dalam konteks ini menyangkut tidak
yaitu menggunakan hasil penelitian secara
hanya aspek finansial, melainkan pula
apa adanya dari objek yang diteliti. Hal ini
semua jenis kekayaan (wealth) yang dapat
selaras dengan yang diungkapkan oleh
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Azwar (1998:7) penelitian deskriptif ialah
dalam arti luas.
untuk menggambarkan secara sistematis
kebutuhan
hidup
untuk dan
Kerangka pikir penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
mengenai populasi atau bidang tertentu, serta berusaha menggambarkan situasi atau kejadian yang nyata. Selanjutnya seperti yang
diungkapkan
Nawawi
(2007:67)
penelitian deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek dan obyek penelitian (seseorang, 4 DEDY SETIADI, NIM. E11109009 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada
analisis data dengan melakukan reduksi
saat sekarang berdasarakan fakta-fakta
data, penyajian data, penarikan kesimpulan
yang tampak atau sebagaimana adanya.
dan verifikasi. Teknik keabsahan data pada
Pengambilan penelitian
ini
sumber
data
menggunakan
teknik
penelitian ini sesuai
yang dijelaskan
menurut
Aan
Satori
dan
“purpose sampling”. Menurut Sugiyono
penelitian
(2011:85) purpose sampling adalah teknik
apabila memiliki (1) keterpercayaan, (2)
pengambilan sampel sumber data dengan
keteralihan, (3) kebergantungan dan (4)
pertimbangan tertentu dan orang yang
kepastian.
benar-benar
mengetahui
kualitatif
(2009:164)
dinyatakan
absah
permasalahan
tersebut. Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah : a.
HASIL DARI PEMBAHASAN
Informan Pokok, adapun jumlah dari informan pokok pada penelitian ini adalah 7 kepala keluarga yang mana merupakan masyarakat yang telah menempati
b.
pemukiman
A. Kondisi Sosial Penduduk Di Daerah Parit Pekong Kondisi sosial penduduk miskin
padat
pemukiman padat penduduk daerah parit
pinggiran parit pekong di Kelurahan
pekong di Kelurahan Siantan Tengah
Siantan Tengah, Kecamatan Pontianak
Kecamatan Pontianak Utara RT 02 RW 23
Utara tersebut.
dapat diketahui dengan melihat kondisi
Informan Pangkal, yang terdiri dari
fisik kawasan tempat tinggal, tingkat
staf Kelurahan Siantan Tengah, Ketua
pendidikan masyarakat, tingkat kesehatan
RT 002 RW 023, dan pemuka
masyarakat dan pola hidup masyarakatnya.
masyarakat.
Berikut uraiannya :
Adapun objek dalam penelitian ini tertuju pada Kondisi Masyarakat Miskin Pada Pemukiman Padat Penduduk Di Parit Pekong
Kelurahan
Siantan
1. Kondisi Fisik Kawasan Pemukiman Padat Penduduk Daerah Parit Pekong Kelurahan Siantan Tengah
Tengah
Kecamatan
Pontianak
Utara.
Dalam
Kondisi fisik kawasan permukiman
penelitian
kualitatif
ini
peneliti
padat penduduk daerah parit pekong
menggunakan teknik pengumpulan data
Kelurahan Siantan Tengah Kecamatan
seperti
Pontianak
observasi
(observation)
dan
Utara
dapat
dilihat
dari
wawancara (interiview). Pada penelitian
karakteristik tempat tinggal dan kondisi
kualitatif ini peneliti menggunakan teknik
fisik sarana maupun prasarana penunjang 5
DEDY SETIADI, NIM. E11109009 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
permukiman. Dengan ini dapat diketahui
kekurangan. Adapun bahan dasar dinding
gambaran lingkungan fisik permukiman
rumah-rumah
padat penduduk daerah parit pekong di
didominasi oleh bahan dasar kayu. Selain
Kelurahan Siantan Tengah Kecamatan
kayu, ada juga rumah yang terbuat dari
Pontianak Utara RT 02 RW 23.
kayu yang diselingi dengan seng bekas,
di
kawasan
tersebut
karung semen dan daun pandan. Sebagian
a. Tempat Tinggal Tempat tinggal merupakan tempat
besar perumahan yang terdapat di kawasan
berlindung dari pengaruh cuaca di luar
permukiman ini berada dalam kondisi yang
maupun sebagai tempat berkumpulnya
mengkhawatirkan. Sebagian besar bahan
manusia atau keluarga dalam kehidupan
dasar lantai rumah masyarakat juga terbuat
sehari-hari,
dari kayu atau papan.
sehingga
tempat
tinggal
merupakan salah satu kebutuhan pokok
2. Kepadatan Rumah
bagi kehidupan manusia. Kondisi fisik
Tingkat kepadatan di lingkungan
tempat tinggal pemukiman padat pinggiran
perumahan
parit pekong dapat diketahui dengan
kawasan di permukiman ini yang termasuk
mengamati kondisi rumah (luas rata-rata
padat. Hal tersebut dapat diketahui dari
rumah dan perkarangan) dari penduduk
keterangan informan dan jarak antar rumah
dan
yang cukup dekat yaitu 2-5 meter. Tetapi
tingkat
kepadatan
bangunan
di
lingkungan rumah.
tersebut
bervariasi.
Ada
ada juga bagian dari kawasan yang
1. Kondisi Rumah
memiliki tingkat kepadatan rendah. Hal
Berdasarkan hasil observasi dapat
tersebut dapat diketahui dari jarak antar
diketahui bahwa karakteristik permukiman
rumah yang cukup jauh yakni berkisar 50-
masyarakat
umumnya
100 cm dan 100 - 150 cm. Di dalam
berada dalam keadaan tidak beraturan.
permukiman padat pinggiran parit pekong
Luas tanah yang masyarakat tempati juga
Kelurahan Siantan Tengah, rumah dengan
bervariasi.
bahan dasar dinding dan lantai yang
setempat
Ada
yang
pada
memiliki
luas
berkisar 100 – 600 m2 dan di bawah 100
terbuat
m2. Namun luas rata-rata rumah adalah 24
kerapatan yang tinggi.
m
2
(4 m x 6 m). Kondisi di atas
dari
papan,
memiliki
tingkat
b. Kondisi Sarana dan Prasarana
memperlihatkan bahwa di masyarakat
Penunjang Permukiman
permukiman padat penduduk pinggiran
Dilihat yang
dari
kondisi
tersedia
maka
sarana-
parit pekong di Kelurahan Siantan Tengah
prasarana
dapat
memiliki tingkat ekonomi yang bervariasi,
diketahui bahwa sarana-prasarana yang
namun mayoritas berada pada kondisi 6 DEDY SETIADI, NIM. E11109009 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
tersedia
belum
mencukupi
kebutuhan
3. Tempat Pembuangan Sampah
masyarakat setempat.
Kebiasaan masyarakat pemukiman
1. Sumber air bersih
padat penduduk pinggiran parit pekong
Pada umumnya (86%) sumber air
Kelurahan Siantan Tengah membuang
bersih yang diperoleh masyarakat berasal
sampah pada sungai, parit dan semak-
dari sumur dangkal yang diperoleh dari
semak menyebabkan tidak ada satupun
sumur umum. Hanya sedikit masyarakat
dari
setempat yang memiliki sumur sendiri.
pembuangan sampah sendiri. Hal ini
Penggunaan Sumber Air Bersih Menurut Kepala Keluarga Informan Tahun 2014 Jenis Sumber Air PDAM Sumur Timba Sumur Umum Jumlah
No. 1 2 3
Persentase % 0 14 86 100
Jumlah 0 1 6 7
Sumber Data : Diolah Oleh Peneliti,
menyebabkan
memiliki
kualitas
tempat
lingkungan
di
sekitar permukiman padat pinggiran parit pekong Kelurahan Siantan Tengah tidak baik dan dapat berakibat pada buruknya tingkat kesehatan penduduk pemukiman Kelurahan Siantan Tengah Kecamatan
2. Tingkat Pendidikan
2. Saluran Drainase dan Sanitasi pembuangan
air
kotor
masyarakat setempat adalah parit. Hanya sedikit masyarakat yang membuat parit sendiri untuk menyalurkan air kotor hasil pembuangan limbah rumah tangganya. Di sisi lain, masyarakat tidak memiliki saluran drainase dan tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan juga cukup rendah. Sedangkan fasilitas MCK (mandi, cuci, dan kakus) sebagian besar juga masih sangat
yang
Pontianak Utara RT 02 RW 23.
Oktober 2014
Sistem
mereka
memprihatinkan,
sebab
masih
banyak warga yang belum memiliki tempat kakus sendiri dan akibatnya penduduk masih menggunakan WC umum secara bergantian yang terbuat dari papan pinggir parit.
Salah diperhatikan
satu
hal
dalam
yang
perlu
menentukan
pola
kemiskinan adalah tingkat pendidikan masyarakat
di
permukiman
tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara yang peniliti dapat,
bahwa
tingkat
pendidikan
masyarakat masih rendah karena masih banyak masyarakat yang belum atau tidak memperoleh pendidikan. Walaupun ada sebagian
masyarakat
yang
pendidikan namun tingkat
mendapat pendidikan
umumnya hanyalah SD/sederajat. Sedikit sekali jumlah masyarakat yang dapat memperoleh pendidikan hingga ke tingkat SLTP.
Berikut
pendidikan berdasarkan
ini
gambaran
masyarakat hasil
tingkat
pemukiman
wawancara
di 7
DEDY SETIADI, NIM. E11109009 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
permukiman padat penduduk pinggiran
informan hanya menempuh pendidikan
parit pekong Kelurahan Siantan Tengah
sampai tingkat SD, dan 5 orang informan
Kecamatan Pontianak Utara.
tidak tamat pendidikan SD sama sekali.
Kurang
lebih
di
Bahkan ada 1 orang informan tidak
permukiman padat penduduk pinggiran
memiliki pendidikan formal sama sekali,
parit pekong Kelurahan Siantan Tengah
sedangkan yang menempuh pendidikan di
Kecamatan Pontianak Utara RT 02 RW 23
atas SMA hanya 1 orang informan yang
ini hampir rata-rata belum tamat SD.
telah
Sedangkan masyarakat permukiman yang
wawancara terhadap masyarakat, tingkat
berpendidikan di atas SD yaitu SMP dan
pendidikan penduduk yang rendah di
SMA hanya 1 orang. Bahkan untuk
permukiman padat penduduk pinggiran
memenuhi standar wajib belajar 9 tahun
parit pekong Kelurahan Siantan Tengah
pun
Kecamatan Pontianak Utara RT 02 RW 23
masyarakat
masyarakat
pemukiman
tersebut
belum dapat terpenuhi.
lulus
D3.
Berdasarkan
hasil
disebabkan oleh 2 (dua) hal, yaitu :
“Mane lah nak sekolah broo, bise
1. Besarnya biaya perolehan pendidikan
sih dulu tuh nak sekolah tinggi-
Besarnya biaya yang dikeluarkan
tingi orang tue saye mampu dulu
untuk
tuh...cuman
dibandingkan antara pendapatan yang rata-
macam
mane
gak
memperoleh
rata
begajol mungkin lebih nakal agik
masyarakat pemukiman pinggiran parit
dari kau ni. Jadi orang tue pun tak
pekong sehari-sehari menyebabkan mereka
mampu gak dengan saye, ujong-
enggan bersekolah. Angka kemiskinan
ujongye ginilah cuman sekolah
yang tinggi bisa menjadi faktor utama
sampai
mengapa
kerje
buruh
oleh
banyak
kepala
bila
lah...dulu saye ni mude ni suke
SMP
diperoleh
pendidikan
siswa
keluarga
yang
tidak
bangunan, ade hal ape pun jadi
melanjutkan sekolah. Sedangkan di lain
duet
sisi biaya sekolah yang mahal bisa
kerjekan”.
Menurut
Pak
Iskandar. Hal ini
menutup kesempatan bagi kalangan tidak menggambarkan masih
mampu untuk bersekolah. Belum lagi pada
banyak rendahnya tingkat pendidikan di
tingkatan perguruan tinggi yang mematok
permukiman padat pinggiran parit pekong
biaya yang mencapai jutaan rupiah jelas
ini. Menunjukkan bahwa 4 orang informan
sangat sulit dijangkau oleh masyarakat
telah
sampai
yang kurang mampu. Sehingga sampai saat
tingkat SMA, 3 orang informan telah
ini lulusan perguruan tinggi sangat sedikit
menempuh
pendidikan
menempuh pendidikan SMP, 5 orang 8 DEDY SETIADI, NIM. E11109009 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
jika
dibandingkan
dengan
seluruh
penduduk Indonesia. Negara
Sebagian masyarakat pemukiman penduduk pinggiran parit pekong masih
mampu
menganggap pendidikan sekarang ini tidak
untuk
penting sehingga tidak ada keinginan
pendidikan dasar tetapi masih belum
untuk melanjutkan pendidikan. Pendidikan
mampu dilakukan hal yang sama pada
edukasi kurang didapatkan masyarakat
pendidikan
karena mereka berpusat pada budaya lokal
menjamin
juga
hanya
pendidikan
tinggi
gratis
maupun
menengah.
Keadaan ini nampaknya yang membuat
mereka
masyarakat miskin penduduk pemukiman
kemiskinan ini telah memaksa sebagian
padat pinggiran parit pekong yang hanya
anak-anak untuk membantu pekerjaan
mampu sekolah pada tingkat dasar atau
orang tuanya, ada sebagian mereka yang
menengah pertama tetapi tidak mampu
bekerja sebagai pemulung, pengamen,
meneruskan
tinggi
buruh bangunan dan bekerja di pabrik-
menengah atas atau kesarjanaan. Seperti
pabrik. Semua itu mereka lakukan hanya
yang
sekedar menyambung hidup, sehingga
ke
diutarakan
pendidikan
Pak
Husdi
sebagai
berikut: “hah....same
sendiri.
kesibukan yak
dek
sekolah
dengan tak sekolah sekarang ni,
bekerja
Lingkaran
tersebut
setan
membuat
mereka putus sekolah. Seperti yang di keluhkan Pak Rido’i sebagai berikut:
masih lah mampu sekolahkan anak
“Manelah mau sekolahkan anak
dari SD sampai SMP. Kalau udah
tinggi-tinggi iye tak iye pun same
SMA selanjutnya bapak si nyerah
yak cari duit, kalau diliat-liat
dek tak mampulah biayekannye,
masih banyak gak orang yang
mau cari buat makan hari-hari
sarjana
sekeluarge yak payahnye bukan
Daripade abes duit bagus dari
main. Yang penting anak dah
sekarang pandai-pandai yak lah
pandai bace same ngitung dah lega
anak saye cari duit, die pun
dah dek, kalau anak mau sekolah
disuruh sekolah pun malas gak
agik si bapak pasti dukung dek
baru mau SMA dah minta berenti
cuman pandai-pandai gak lah si
cari duit yak lah kate die. Mao tak
anaknye ni, mau minta bantuan ini
mau lah die ikut saye dek kerje
itu maneeeee lah zaman sekarang
bangunan,
nih sulitnye bukan name dah”.
biarkan die merase macam mane
2. Tidak ada keinginan untuk berubah
susahnye cari duit, suruh sekolah
banyak
ha
pengangguran.
kan
sekarang
agik pun dah tak mau”. 9 DEDY SETIADI, NIM. E11109009 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
informan/ 12,5 %), dan informan yang menderita gizi buruk yaitu (1 infroman/ 4
3. Tingkat Kesehatan Salah satu faktor yang menjadi
%).
Masyarakat
seringkali
menderita
akibat dari adanya kemiskinan adalah
penyakit seperti sakit gigi, demam dan
faktor
diare. Hal ini disebabkan oleh lingkungan
kesehatan.
keluarga
miskin
menyebabkan kerja,
Tingkat yang
rendah
kurangnya
sehingga
kesehatan dapat
permukiman yang buruk seperti tidak
produktivitas
memiliki tempat pembuangan sampah
berpengaruh
terhadap
sendiri.
Sehingga
biasanya
mereka
pendapatan keluarga. Tingkat kesehatan
membuang sampah ke parit dan semak-
masyarakat juga mempunyai hubungan
semak.
yang signifikan dengan pekerjaan yang dilakukan
disamping
kesehatan
keluarga
rendahnya
Selain itu, banyaknya penyakit
mutu
yang diderita masyarakat setempat dapat
sehingga
menjadi indikator bahwa tempat tinggal
menyebabkan banyak keuangan yang harus
mereka tidak bersih. Tempat yang tidak
dikeluarkan guna berobat.
bersih (kumuh) tersebut menjadi tempat
miskin,
Jumlah Keluarga Miskin Di Permukiman Padat Pinggiran Parit Pekong Keluarahan Siantan Tengah Menurut Jenis Penyakit Yang Sering Diderita Oleh Kepala Keluarga Informan Tahun 2014 No. 1 2 3 4 5 6 7
Jenis Penyakit Malaria Demam Berdarah Paru-Paru Demam Biasa Diare Gizi Buruk Gigi dan Lainnya Jumlah
biaknya
penyakit.
Ketidakpedulian masyarakat pemukiman padat pinggiran parit pekong Kelurahan Siantan
Tengah
akan
kebersihan
lingkungan menyebabkan timbulnya bibit-
0
Persentase (%) 0
0
0
tertentu. Kondisi ini dapat menimbulkan
3 6 3 1
12,5 25 12,5 4
berbagai penyakit. Selain itu, masyarakat
11
46
24
100
Jumlah
tabel
di
bibit penyakit sebagai faktor dari penyakit
pemukiman padat pinggiran parit pekong Kelurahan Siantan Tengah tidak memiliki pendapatan yang tetap dan mencukupi.
Sumber Data : Diolah Oleh Peneliti, Oktober 2014 Berdasarkan
berkembang
Pendapatan per bulan dari para masyarakat pemukiman hanya cukup untuk kebutuhan atas
sehari-hari.
Hal
ini
menyebabkan
menunjukkan bahwa sebanyak 46 %
masyarakat cenderung berobat dengan
informan menderita penyakit sakit gigi,
mengkonsumsi obat
demam biasa (6 informan/ 25 %), paru-
alternatif, atau bahkan dibiarkan saja (tidak
paru (3 informan/ 12,5 %), Diare (3
diobati).
P3K, pengobatan
10 DEDY SETIADI, NIM. E11109009 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Selain masalah kesehatan yang
kehidupan mereka sebagai masyarakat
terjadi di pemukiman padat pinggiran parit
pinggiran
pekong, para penduduk atau masyarakat di
pengaruh tersebut masyarakat Kelurahan
sekitar ini juga memiliki harapan agar
Siantan Tengah lebih cenderung untuk
adanya kepekaan kepedulian bantuan dari
bertempat
pemerintah dan instansi terkait dalam
berdekatan dengan aliran parit untuk
menangani bantuan kesehatan masyarakat
memudahkan mandi, mencuci pakaian dan
pemukiman padat pinggiran parit pekong
lain-lain.
Kelurahan Siantan Tengah Kecamatan
sungai
dan
tinggal
Adapun
pasar.
di
Karena
daerah
persepsi
yang
masyarakat
Pontianak Utara. Seperti yang di utarakan
terhadap lingkungan yang kotor adalah hal
oleh Pak Munif “kami si dek ndak juga
tersebut
banyak minta macam-macam dari orang-
lingkungan yang biasa bagi pemukiman
orang maupun pemerintah ni, yang kami
sekitar parit dan pasar, tidak bermasalah
mau ni tolonglah liat orang-orang kecil
dan
macam saye ni mau cari makan pun payah,
menganggap
apelagi mau berobatkan anak saye ni.
kurang bersih tersebut merupakan hal yang
Setidaknye
urusan-
biasa dan kehidupan mereka tidak akan
urusan program yang udah di buat
terganggu oleh keadaan lingkungan seperti
pemerintah tuh, ini malah macam di
itu.
persulit terus kayak gak niat bantu...ujung-
lingkungan
ujungnye
beranggapan bahwa
permudahkanlah
jadi
malas
gak
mau
ikut
merupakan
tidak
suatu
fenomena
mengganggu. bahwa
Mereka
lingkungan
tidak mereka
Mereka yang
mempersoalkan karena
mereka
kalau lingkungan
program-program yang ade tuh. Untung
mereka dibersihkanpun nantinya juga akan
dan Alhamdulillah masih gak ade bantuan
kembali seperti itu lagi. Sehingga mereka
dari LSM atau peneliti ke namenye tuh
menganggap bahwa perhatian terhadap
lupa gak saye, dari tahun kemarin 2013
kebersihan lingkungan merupakan hal
sampai sekarang ni ade lah orang bule
yang percuma.
dari australia tuh bantu-bantu biaya
Menurut data monografi Kelurahan
pengobatan anak saye, 6 bulan sekali
Siantan
Tengah
biasenye die datang”.
penduduk miskin (menurut standar BPS), Kelurahan
4. Pola Hidup
tahun
Siantan
2013
Tengah
jumlah
memiliki
jumlah penduduk miskin terbanyak dari
Pola hidup masyarakat pemukiman
empat kelurahan yang ada yaitu sebesar
padat daerah parit pekong di Kelurahan
1.277 orang. Akan tetapi, ketika peneliti
Siantan Tengah sangat dipengaruhi oleh
melakukan observasi ke lokasi pemukiman 11
DEDY SETIADI, NIM. E11109009 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
RT
02
RW
23
cukup
memadai
perabotannya, walaupun rumah tempat
B. Kondisi Ekonomi Masyarakat Di Daerah Parit Pekong Kelurahan Siantan Tengah
tinggal mereka mayoritas kecil hampir Kondisi
setiap rumah memiliki vcd player atau pesawat televisi. Setelah ditelusuri lebih jauh
dengan
wawancara
ternyata perabot
mendalam,
rumah tangga
yang
termasuk keperluan sekunder tidak dibeli secara bayar kontan. Artinya apabila penduduk setempat tersebut memerlukan modal
dan barang kebutuhan rumah
tangga, berpeluang besar pinjam dulu kepada rentenir yang tinggal tidak jauh
kredit barang tanpa imbalan bunga yang
masyarakat
miskin pemukiman padat penduduk di daerah parit pekong Kelurahan Siantan Tengah Kecamatan Pontianak Utara RT 002 RW 023 dapat dirumuskan dengan menggambarkan mayoritas
mata
pencaharian
penduduk
dan
tingkat
pendapatan penduduk yaitu sebagai berikut : 1. Mata Pencaharian Penduduk Kegiatan
dari pemukiman tersebut. Padahal saat ini sudah banyak perusahaan yang menerima
ekonomi
utama
masyarakat
pemukiman padat penduduk pinggiran parit pekong RT 002 RW 023 adalah buruh bangunan dan buruh harian lepas. Hal ini
besar. Fenomena lain ketika mereka tidak memiliki pekerjaan atau libur bekerja, penduduk pemukiman tersebut mempunyai kebiasaan duduk-duduk santai berjam-jam sambil ngobrol dan bermain kartu di warung kopi dekat pasar. Hal tersebut diwarisi pula oleh generasi mudanya.
sesuai dengan keadaan lingkungan yang kurang akan sumber daya alamnya untuk di kelola dalam memenuhi kebutuhan hidup, sehingga banyak dari masyarakat pemukiman lebih memilih bekerja sesuai keahlian dan kemampuan yang dapat dikerjakan di setiap perkotaan. Hasil wawancara kepada informan
Remaja anak-anaknya mulai berlama-lama nongkrong di cafe-cafe, mall, dan korem yang tidak jauh dari sebrang pasar siantan terutama malam-malam akhir pekan. Yang apabila disimpulkan termasuk pola hidup negatif, boros, menerima nasib apa adanya dan kurang motivasi hidup bekerja keras dan berprilaku konsumtif.
menunjukkan bahwa beberapa informan mereka
tidak
hanya
menjadi
buruh
bangunan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Hal ini dikarenakan sebagian informan tersebut masih merasa kekurangan atas pendapatan yang mereka hasilkan
dari
bekerja
sebagai
buruh
bangunan. Oleh karena itu, selain bekerja sebagai
buruh
bangunan,
beberapa 12
DEDY SETIADI, NIM. E11109009 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
masyarakat yang terdapat di permukiman
Berdasarkan hasil wawancara dari
padat pinggiran parit pekong Kelurahan
tabel di atas dapat dilihat bahwa 29 %
Siantan Tengah Kecamatan Pontianak
informan
Selatan RT 002 RW 023 memiliki
10.000,00 – Rp. 30.000,00 (2 informan),
pekerjaan sampingan seperti berdagang,
penghasilan antara Rp. 30.000,00 – Rp.
buruh
50.000,00
serabutan,
kuli
pangkul
dan
budidaya ternak.
berpenghasilan
(4
antara
informan/57
%)
Rp.
dan
penghasilan di atas Rp. 50.000,00 (1 informan/ 14 %). Adapun sifat dari pendapatan adalah tidak tetap, karena
2. Tingkat Pendapatan Penduduk Salah satu alasan manusia bekerja
penghasilan yang diperoleh masyarakat
adalah untuk mendapatkan imbalan yang
setempat bergantung pada pekerjaan yang
bernilai ekonomi. Kriteria utama yang
diperoleh atau di dapat mereka sesuai
paling berpengaruh baik secara langsung
kemampuan yang mereka bisa kerjakan.
maupun
tidak
langsung
di
dalam
Penghasilan
rata-rata
informan
menentukan nilai ekonomi dan kemiskinan
perhari dari hasil bekerja sebagai buruh
adalah pendapatan. Pendapatan adalah
sangat bervariasi jumlahnya sesuai dengan
hasil yang diperoleh dari usaha atau
pekerjaan yang mereka dapati.
pekerjaan yang kita lakukakan baik dalam
Misalnya saja yang diutarakan oleh
bentuk uang maupun barang yang sifatnya
Pak Rido’i “pekerjaan saye dek
menghasilkan
tukang bangunan lumayan lah dek
atau
memberikan
nilai
tambah terhadap peningkatan pendapatan.
seharinye
Masyarakat dikatakan miskin bila mereka
45.000,00 – Rp. 65.000,00 /hari
tidak mampu memenuhi kebutuhan baik
tergantung proyek nye gak si same
berupa barang-barang maupun pelayanan
ape yang dikerjekan, bini dan anak
akibat perolehan pendapatan yang tidak
saye juga ikut kerja bangunan
sesuai.
dengan saye tapi tukang kenet, Pendapatan Perhari Informan
No 1 2 3
Pendapatan Per-hari 10.000 30.000 30.000 50.000 Di atas 50.000 Jumlah
Banyaknya 2
Persentase (%) 29
4
57
1 7
14 100
Sumber data : Diolah oleh peneliti, Oktober 2014
kalau
diitung
Rp.
lumayan juga lah dek seharinye kalau kenet Rp. 30.000,00 – Rp. 45.000,00
tergantung
kepala
rombongnye gak si mau ngasi berape”. Hal yang sama juga dituturkan oleh Pak Husdi “pekerjaan saye ni tak tetap dek kadang gali tanah, kadang tebas rumput, 13
DEDY SETIADI, NIM. E11109009 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
tapi lebih seringnye siiii kuli pangkul di
Kota Pontianak dari tahun 2009 dan 2010
pasar siantan tuh klo ade bongkar-
selalu berada pada posisi peringkat 1
bongkar
(pertama), ini artinya Kota Pontianak serta
barang
dari
kapal
jadilah
kadang-kadang di kasi Rp. 35.000,00 –
beberapa
40.000,00 tergantung tokenye gak. Makan
perkembangannya lebih tinggi di banding
rokok lumayan gak si dek udah ditanggung
Kota singkawang dan Kabupaten yang ada
tokenye”.
di Provinsi Kalimantan Barat oleh Biro
Sebagian besar atau lebih dari
Pusat
kecamatannya
Statistik
(BPS
tingkat
2013,
diambil
informasi yang didapat dari informan,
darihttp://kalbar.bps.go.id/index.php?optio
informan
n=com_content&view=article&id=267:ind
marasa
bahwa
upah
yang
diterima masih rendah dan tidak cukup
eks-pembangunan-manusia-
untuk membayar kebutuhan sehari-hari
ipm&catid=62:frontpage-
yang semakin naik harganya. Pendapatan
newsflash&Itemid=364/. Pada 22 agustus
pokok buruh yang tidak tetap tersebut tidak
2014 pukul 19.48 wib).
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Masyarakat
miskin
pemukiman
Banyak masyarakat setempat yang mencari
padat penduduk pinggiran parit pekong
usaha
menjadi
Kelurahan Siantan Tengah Kecamatan
pedagang, ojek becak, budidaya ternak dan
Pontianak Utara pada umumnya selama ini
lain-lain. Dari usaha sampingan inilah
menekuni sektor buruh dan perdagangan.
mereka berusaha agar dapat memenuhi
Keterbatasan SDA dan SDM di perkotaan
kebutuhannya.
menjadi bentuk kehidupan nyata dan
sampingan
seperti
berakar dalam sistem sosial masyarakat C. Faktor Penyebab Kemiskinan Masyarakat Pemukiman Padat Di Daerah Parit Pekong Kelurahan Siantan Tengah RT 02 RW 23 Kota Pontianak merupakan salah satu
kota
dengan
kesejahteraan
relatif
taraf
pertumbuhan
tinggi
dibanding
pemukiman padat pinggiran parit pekong. Keterbatasan dan kekurangan keahlian masyarakat
indikator umum yang menunjukkan seperti terlihat dalam angka indeks pembangunan masyarakat (IPM). Perkembangan IPM
rendahnya
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup baik dalam pendidikan, kesehatan, dan tempat tinggal. Kemiskinan di daerah perkotaan
kabupaten dan kota lainnya dalam wilayah Provinsi Kalimantan Barat. Salah satu
menyebabkan
dapat disebabkan oleh berbagai aspek. Berbedanya aspek pemicu kemiskinan membentuk pola-pola kemiskinan di suatu daerah
atau
kawasan
Begitu
juga
halnya
masing-masing. yang
terjadi
di 14
DEDY SETIADI, NIM. E11109009 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
permukiman padat penduduk pinggiran
Kecamatan
parit pekong Kelurahan Siantan Tengah
penyebab kemiskinan yang sesuai adalah
Kecamatan Pontianak Utara. Kemiskinan
sebagai berikut:
yang terjadi akibat ketimpangan wilayah
miskin
Utara,
faktor
1. Kemiskinan Natural
dengan daerah perkotaan dan pola hidup masyarakat
Pontianak
Kemiskinan natural adalah keadaan
pemukiman
miskin karena dari awalnya memang
menyebabkan terbentuknya permukiman
miskin. Kelompok masyarakat tersebut
penduduk yang kumuh di pinggiran parit
jadi miskin karena tidak memiliki sumber
pekong
daya yang memadai baik sumber daya
maupun
Berdasarkan
pinggiran
atau
alam, sumber daya manusia maupun
pengamatan yang peneliti lakukan terhadap
sumber daya pembangunan, atau kalaupun
masyarakat pemukiman padat pinggiran
mereka ikut serta dalam pembangunan
parit pekong di Kelurahan Siantan Tengah
mereka
Kecamatan
pendapatan yang rendah.
beberapa
hasil
perkotaan.
observasi
Pontianak faktor
Utara,
yang
terdapat
menyebabkan
kemiskinan antara lain ;
hanya
mendapatkan
imbalan
Berdasarkan hasil data yang peniliti dapat dari informan, diketahui bahwa
a. Kecukupan dan mutu pangan
hampir mayoritas penduduk pemukiman
b. Mutu layanan kesehatan
padat pinggiran parit pekong di Kelurahan
c. Mutu layanan pendidikan
Siantan Tengah Kecamatan Pontianak
d. Terbatasnya kesempatan kerja dan
Utara RT 02 RW 23 bekerja sebagai buruh
berusaha
bangunan dan buruh harian lepas. Dari segi
e. Terbatasnya
akses
penyediaan
layanan perumahan dan sanitasi f. Terbatasnya
akses
pendapatan yang diperoleh maka sebagian besar masyarakat setempat berada dalam
masyarakat
kondisi yang serba berkecukupan. Namun
terhadap sumber daya alam.
sebagian masyarakat berada dalam kondisi
Dilihat dari kondisi sosial dan
memprihatinkan. Hal tersebut terlihat dari
masyarakat penduduk
di
permukiman
pinggiran
parit
padat
pekong
ketidakmampuan mereka untuk mencukupi
di
kebutuhan keluarganya. Walaupun ada istri
Kelurahan Siantan Tengah dapat diketahui
dan anak-anaknya yang bekerja mencari
bagaimana pola kemiskinan yang terdapat
tambahan penghasilan keluarga, tapi juga
di permukiman padat tersebut. Adapun
sebatas sebagai kuli (buruh) serabutan,
berdasarkan karakteristik masyarakat di
jualan dan pekerja pabrik-pabrik yang ada
permukiman padat penduduk pinggiran
di siantan.
parit pekong Kelurahan Siantan Tengah 15 DEDY SETIADI, NIM. E11109009 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Artinya
mayoritas
masyarakat
parit pekong di Kelurahan Siantan Tengah
pemukiman padat pinggiran parit pekong
RT
di Kelurahan Siantan Tengah RT 02 RW
mendapatkan pekerjaan dan libur kerja
23 tersebut tidak memiliki sumber daya
cendrung gemar nongkrong berlama-lama
yang
Daya
di pasar dan warung kopi. Mereka betah
Manusia (SDM) maupun Sumber Daya
nongkrong sambil bermain kartu dan
Alam (SDA). Hal tersebut sejalan dengan
berjudi
teori Nasikun (dalam Suhari 2013:63) yang
penghasilan
menyatakan bahwa “kemiskinan natural
buruh.
lebih banyak disebabkan oleh rendahnya
terjangkit gaya hidup boros, yaitu pada
kualitas sumber daya manusia dan sumber
saat mendapat penghasilan lebih mereka
daya alam. Pada kondisi sumber daya
tidak
manusia dan sumber daya alam lemah atau
mengantisipasi masa sulit antara lain
terbatas, peluang produktif relatif kecil
ketika tidak memiliki pekerjaan. Setiap
atau tingkat efisiensi produksinya relative
mendapat hasil dari bekerja, mereka
rendah”.
langsung
memadai,
baik
Sumber
2. Kemiskinan Kultural
02
RW
23,
tanpa
pada
saat
memikirkan
tidak
mencari
tambahan
selain
sebagai
Kecendrungan
lain,
mereka
terbiasa
seakan
menabung
berfoya-foya
untuk
untuk
memenuhi kebutuhan sekunder. Tidak
Kemiskinan kultural mengacu pada
heran, realitas yang ada di rumah mereka
persoalan sikap seseorang atau masyarakat
yang terkesan kecil akan tetapi tersedia
yang disebabkan oleh faktor budaya. Sikap
televisi, VCD player, bahkan kulkas
budaya itu, seperti tidak mau berusaha
walaupun semua itu mereka dapat dengan
untuk memperbaiki tingkat kehidupan,
pinjaman modal atau kredit.
malas, pemboros, tidak kreatif, meskipun ada
pihak
Sedangkan, merupakan
luar
untuk
utama
kemiskinan
membantunya.
kultural akibat gaya hidup seseorang,
kemiskinan
terjadi karena mempunyai sikap pesimis
kebudayaan kemiskinan
Penyebab
muncul
atau penyakit si miskin yaitu boros. Selalu
sebagai akibat adanya nilai-nilai atau
mementingkan hal yang bersifat aksesoris,
kebudayaan yang dianut oleh orang-orang
keinginan pamer, gengsi, tidak mempunyai
miskin seprti malas, mudah menyerah pada
harga diri, malas, menunda waktu, dan
nasib, kurang memiliki etos kerja dan
tidak mempunyai kepedulian kepada yang
sebagainya.
lain. Seperti yang di alami dan diutarakan
Berdasarkan
yang
hasil
observasi
bahwa
umumnya
“Dulu saya dek, apa-apa semua
penduduk pemukiman padat pinggiran
serba punya waaaa...entah cobaan
peneliti,
diketahui
Pak Apin sebagai berikut.
16 DEDY SETIADI, NIM. E11109009 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
atau apa, karena kesombongan
masyarakat terhadap layanan publik pun
hidup saya mungkin, asal dapat
masih
uang langsung hura-hura sama
segelintir
istri. Dulu saya dan istri suka
memanfaatkan
sekali berjudi ujung-ujung nya pas
disediakan
usaha bangkrut banyak hutang di
menyebabkan
sana sini, rumah, mobil semuanya
masyarakat menjadi lebih parah.
sangat
masyarakat
sulit.
Hanya
yang
dapat
pelayanan
pemerintah.
yang
telah
Kondisi
kemiskinan
ini
internal
di jual. Istri saya pun kabur entah
Terkadang penduduk pemukiman
hilang kemana, mau gak mau lah
pinggiran parit pekong masih mengeluh,
saya ni mulai hidup dari nol
karena penghasilan mereka tidak cukup
ngasuh
saya
untuk biaya hidup sehari-hari dan terlebih
sendirian dan tinggal di rumah
bantuan pemerintah yang tidak pernah
sewa ini dah kurang lebih 10
sampai ke tangan penduduk seperti yang
tahun. Biarpun sekarang hidup
dikeluhkan informan Pak Iskandar sebagai
susah biar bagaimanapun yang
berikut:
2
orang
anak
penting anak saya bisa sekolah,
“Saye sangat menyayangkan tak
dan kalau bisa sampai perguruan
ade ke bantuan dari pemerintah
tinggi ndak macam saya”.
macam raskin, jaminan kesehatan,
3. Kemiskinan Struktural
dan bantuan yang baru-baru ini
Kemiskinan struktural ialah kondisi atau
menjadi
situasi
kebijakan
miskin karena
pembangunan
pengaruh
yang
saye dengar BLSM, BPJS dan bantuan sosial lain-lainnye lah tuh.
belum
Di sini ade dengar macam itu tapi
menjangkau seluruh masyarakat sehingga
tadak gak pernah dapat orang-
menyebabkan ketimpangan pendapatan.
orang sini nih. Malahan saye
Kurangnya
perhatian
pernah dengar dari teman saye ade
menyebabkan
penyediaan
pemerintah sarana
dan
bantuan dari Dinas Sosial yang
prasarana di permukiman padat penduduk
membantu
pinggiran parit pekong Kelurahan Siantan
jualan secara cuma-Cuma, tapi
Tengah juga sangat minim. Hal itu dapat
mane ade warga sini ni dapat.
dilihat
program
Padahal orang-orang macam kame
pengentasan kemiskinan dari pemerintah
ni sangat-sangat berharap bantuan
yang mengalir kepada mereka, padahal
macam gitu tuh apalagi tetangga
lokasi permukiman tidak jauh dari kantor
kiri saye macam Ibu Misnanten
lurah,
janda yang tinggal seorang diri”.
dari
tetapi
sedikit
sekali
kenyataannya
akses
modal
untuk
usaha
17 DEDY SETIADI, NIM. E11109009 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Pihak yang berperan besar dari Hal yang sama juga dituturkan oleh
terciptanya kemiskinan struktural adalah
Pak Munif “banyak si ye dek
pemerintah.
program bantuan pemerintah ni,
memiliki
banyak
cenderung
jenis....cuman
mau
Sebab kekuasaan
pemerintah
yang
dan
kebijakan
membiarkan
kondisi
ngurusnya itu selalu dipersulit,
masyarakat dalam keadaan miskin, tidak
malahan kadang-kadang infonye
mengeluarkan
pun simpang siur seperti ditutupi-
masyarakat miskin. Kalau pun ada lebih
tutupi dan orang-orang banyak
berorientasi pada proyek, bukan pada
ndak tau....padahal pak RT nye
pembangunan
bantu
ke
tidak ada masyarakat miskin yang naik
kelurahan nyari info dan ngurus
kelas. Artinya jika pada awalanya sebagai
pun tak dapat gak, sulit. Padahal
buruh dan pemulung maka selamanya
anak
menjadi buruh dan pemulung.
sampai
saye
bulak
ni
membutuhkan
balik
sangat-sangat
bantuan
kebijakan
yang
kesejahteraan,
pro
sehingga
jaminan
kesehatan
yang
ada,
ujung-
ujungnya
malas
mau
ngurus
PENUTUP
mengharapkan program yang tak pasti hasilnye. Palingan program
a. Kesimpulan
pemerintah yang sering mudah
dapat
Berdasarkan diperoleh
beberapa bulan sekali”.
pengamatan secara langsung, maupun
Dari hasil wawancara tersebut,
melalui
wawancara
dengan
penelitian
bahwa
kemiskinan
para
yang
didapat ni cuman raskin, adelah
diketahui
dari
data-data informan
yang yang
baik
berkenaan berjudul
struktural muncul karena ketidakmampuan
Masyarakat Miskin Di Kelurahan Siantan
sistem
dalam
Tengah Kecamatan Pontianak Utara (Studi
kesempatan-kesempatan
Kasus Pada Pemukiman Padat Penduduk
yang memungkinkan si miskin dapat
Di Daerah Parit Pekong), maka dapat
bekerja. Struktur sosial tersebut tidak
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
mampu
masyarakat
1. Kondisi Sosial masyarakat miskin di
dengar sumber-sumber yang tersedia, baik
pemukiman padat penduduk daerah
yang disediakan oleh alam, pemerintah
parit pekong Kelurahan Siantan Tengah
maupun masyarakat yang ada disekitarnya.
Kecamatan Pontianak Utara, antara lain
dan
menyediakan
struktur
sosial
menghubungkan
penduduk miskin atau masyarakatnya 18 DEDY SETIADI, NIM. E11109009 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
bertempat tinggal di pinggiran parit
kurang tempat MCK yang baik bagi
pekong dan di gang-gang sempit, dihuni
lingkungan
oleh penduduk asli dan pendatang,
minimnya fasilitas air bersih.
dengan
jumlah
tanggungan
kepala
2.
maupun
Kondisi
kesehatan
Ekonomi
dan
masyarakat
keluarga antara 3 - 6 orang. Dilihat dari
pemukiman padat daerah parit pekong
kondisi permukiman masyarakatnya,
Kelurahan Siantan Tengah mayoritas
hampir seluruh permukiman masyarakat
mata pencahariannya bekerja sebagai
setempat berada dalam kondisi kumuh.
buruh bangunan dan buruh harian lepas.
Sejumlah
menggunakan
Adapun tingkat pendapatan, masyarakat
bahan dasar kayu untuk lantai dan
29 % informan berpenghasilan antara
dinding
Rp. 10.000,00 – Rp. 30.000,00 (2
masyarakat
rumah.
Tingkat
kepadatan
umumnya cukup tinggi dengan jarak
informan),
penghasilan
antar rumah hanya sekitar 2-5 m.
30.000,00
–
Tingkat pendidikan masyarakat pada
informan/57 %) dan penghasilan di atas
umumnya sangat rendah yaitu hanya
Rp. 50.000,00 (1 informan/ 14 %)
mencapai SD dan tidak tamat SD.
sehingga tidak cukup untuk memenuhi
Bahkan banyak dijumpai masyarakat
kebutuhan sehari-hari.
setempat
yang
belum
Fasilitas
yang
bersekolah.
50.000,00
Rp. (4
3. Faktor kemiskinan di pemukiman padat
oleh
penduduk
bagi
Keluarahan Siantan Tengah Kecamatan
masyarakat sudah cukup memenuhi.
Pontianak Utara RT 02 RW 23 sebagai
Walaupun begitu, hanya saja masih
berikut :
pemerintah
disediakan
Rp.
antara
untuk
pendidikan
banyak masyarakat yang belum sadar
daerah
a) Kemiskinan
parit
natural
pekong
masyarakat
akan pentingnya dunia pendidikan dan
pemukiman padat penduduk parit
kurangnya dana dalam memenuhi biaya
pekong Kelurahan Siantan Tengah
pendidikan. Sehingga masyarakat dan
adalah keadaan miskin karena dari
anak-anaknya
awalnya
lebih
mengutamakan
memang
miskin.
bekerja mencari uang guna mencukupi
Kelompok masyarakat setempat ini
kebutuhan
menjadi
lingkungan penduduk
sehari-hari. permukiman daerah
parit
Dimana padat
memiliki
miskin sumber
karena
tidak
daya
yang
pekong
memadai baik berupa sumber daya
Keluarahan Siantan Tengah yang buruk
manusianya maupun sumber daya
(sanitasi, sarana pembuangan sampah,
alamnya.
polusi), minim sarana dan prasarana, 19 DEDY SETIADI, NIM. E11109009 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
b) Kemiskinan Kultural masyarakat
b. Saran
pemukiman padat penduduk parit
Peneliti mengemukakan bebearapa
pekong Kelurahan Siantan Tengah
saran untuk melengkapi penelitian ini agar
mengacu pada persoalan sikap
bisa
seseorang atau masyarakat yang
masyarakat miskin di Kelurahan Siantan
disebabkan oleh faktor budaya.
Tengah Kecamatan Pontianak Utara pada
Faktor budaya itu bersifat seperti,
pemukiman padat penduduk daerah parit
malas, boros, tidak kreatif, selalu
pekong, yaitu :
santai, meskipun ada pihak luar
1. Untuk menangani masalah kondisi sosial
yang membantunya.
lebih
memperhatikan
kondisi
pemukiman padat penduduk daerah
c) Kemiskinan Struktural masyarakat
parit pekong sangat
pemukiman padat penduduk parit
semua
pekong Kelurahan Siantan Tengah
pemerintah yang terkait dan terutama
ialah kondisi atau situasi miskin
pemerintah Kota Pontianak untuk terus
karena
kebijakan
mengupayakan agar daerah pemukiman
belum
padat penduduk di parit pekong menjadi
pengaruh
pembangunan menjangkau
yang seluruh
sehingga
masyarakat
pihak
diperlukannya
daerah
yang
terutama
mampu
instansi
berkembang,
menyebabkan
bukan hanya di atas kertas tetapi
pendapatan.
melalui upaya nyata seperti program
Kurangnya perhatian pemerintah
perumahan bersih, program kelompok
menyebabkan penyediaan sarana
kerja, serta menciptakan linkungan yang
dan prasarana di permukiman padat
aman
penduduk pinggiran parit pekong
memberikan
simultan
kepada
Kelurahan Siantan Tengah juga
masyarakat
setempat
untuk
sangat minim. Hal itu dapat dilihat
meningkatkan kesehatan, pendidikan
dari
dan memberikan akses bagi masyarakat
ketimpangan
sedikit
pengentasan
sekali
program
tertib.
Serta
perlunya
dari
yang ingin meneruskan pendidikannya,
pemerintah yang mengalir kepada
namun kesulitan dalam hal pendanaan
mereka. Struktur sosial tersebut
baik itu berupa beasiswa maupun
tidak
program
mampu
kemiskinan
dan
menghubungkan
lainnya.
Dengan
harpan
masyarakat dengar sumber-sumber
melalui wadah ini akan membentuk
yang tersedia, baik yang disediakan
manusia-manusia yang berilmu dan
oleh alam, pemerintah maupun
memiliki paradigma ke depan yang
masyarakat yang ada disekitarnya. 20 DEDY SETIADI, NIM. E11109009 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
lebih baik bagi individu, masyarakat
kepada penerima yang tepat tanpa ada
dan negara.
sikap
2. Untuk mengatasi masalah kondisi ekonomi
perlu
pemberdayaan
adanya yang
kegiatan
disusun
dan
memilih-milih
Dan juga perlu adanya dilakukan tindakan
peningkatan
masyarakat
yang dimana seharusnya sesuai dengan
meminimalisir
kondisi
dan
kebutuhan
terjadinya
miskin
dan
ada
kerjasama
atau
tindakan KKN oleh oknum pelaksana.
dilaksanakan oleh program pemerintah
masyarakat
kerabat
taraf
setempat
dengan
hidup cara
faktor
penyebab
kemiskinan
masyarakat
antara
setempat. Sehingga apabila pengentasan
pemerintah dan masyarakat. Dengan
kemiskinan dilakukan sesuai dengan
cara
pendapatan
faktor
penyebabnya
melalui
maka
upaya
meningkatkan
masyarakat
miskin
pemberdayaan masyarakat maka akan
masing-masing,
tersebut
dapat
lebih
optimal.
dapat meningkatkan taraf hidup dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
REFERENSI
miskin
Azwar, Saifudin. 1998. Metode Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rieneka Cipta.
tersebut.
Bagi
masyarakat
miskin karena pengangguran disarankan untuk mengevaluasi diri dimanakah letak
kapasitas
bekerja
yang
kemampuan dimiliki?
untuk
Sehingga
individu tersebut dapat mengetahui tingkat kualitas SDM yang dimiliki sehingga kemampuan
mau
untuk
menghadapi
mengasah kesulitan
ekonomi yang terjadi. 3. Perlunya peningkatan pelayan instansi pemerintah terkait dalam membantu menangani kemiskinan baik berupa informasi,
kemudahan
pengurusan
pelayanan dan memberikan program
Nawawi, Hadari. 2007. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Satori, Djam’an., Aan Komariah. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Kajian Startegis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial). Bandung : PT Refika Aditama. ___________. 2009. Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia (Menggagas Model Jaminan Sosial Universal Bidang Kesehatan). Bandung : Alfabeta.
21 DEDY SETIADI, NIM. E11109009 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN