Masjid Mahmud, Kamboja
Susunan Redaksi SINAR ISLAM Penasehat H. Abdul Basit Pemimpin Umum Mahmud Mubarik Ahmad
Pemimpin Redaksi Fazal Muhammad
Redaktur Pelaksana Sukma Fadhal Ahmad
Muhammad Robiul Hakim Distribusi Amiruddin Nouval
Penerbit
Jln. Tawakal Ujung Raya No. 7 Jakarta Barat 11440
Daftar Isi: Dari Redaksi Perayaan Tahun Baru Tak Ada Gunanya Al Quran Tafsir Kabir Kutipan Hadits Sajian Utama Jejak Leluhur Imam Mahdi di Kota Samarkand Terjemah Buku Masih Mau’ud a.s. Haqiqatul Wahy1 Bag. 2 Sabda-sabda Masih Mau’ud a.s. Malfuzat Kutipan Buku Tuntunan Ibadah Shalat Macam-macam Shalat Sunnah (Nafal) Terjemah Buku Masih Mau’ud a.s. Taryaaqul Quluub Bag. 2
4 6 11 12 34 41 48 52
[email protected] ISSN 2355-1135
Bagi para pembaca SINAR ISLAM yang ingin mengirimkan naskah essai, opini, tinjauan buku, ataupun surat pembaca dapat dikirim melalui surat ke alamat redaksi di
Jln. Tawakal Ujung Raya No.7 Jakarta Barat 11440 atau ke alamat Email:
[email protected] Cover depan: Masjid Bibi Khanym, Samarkand (sumber: Wikipedia.com ) Cover halaman 2: Masjid Mahmud, Kamboja (sumber: www.ahmadiyyamosque.info.com)
DARI REDAKSI
Perayaan Tahun Baru Tak Ada Gunanya Tak terasa tahun 2014 akan berakhir, dan tahun 2015 segera datang. Satu tahun kita lalui dengan berbagai memori yang melekat; ada senang, susah, sedih, bahkan marah yang seolah tak berujung. Kesenangan yang dirasa pada masa satu tahun yang lewat akan dianggap keberhasilan dari hasil usaha keras. Wajar jika kemudian masih ada yang berharap kesenangan itu akan terulang di tahun depan. Adapun kesusahan, akan dianggap sebagai hukuman akibat kurang kerja keras, dan berharap tak terulang lagi. Pas, perayaan tahun baru nanti, masyarakat dunia hanya akan berharap pada satu kondisi, yaitu kesenangan. Sementara kesusahan dianggap kesialan yang harus punah. Padahal sesungguhnya kesenangan itu datang selalu berdampingan dengan kesusahan. Tergantung peluang, manakah yang lebih dominan dan manakah yang bisa diterima secara rela oleh manusia. Entah dari mana asal-usul ajarannya bahwa minta kesenangan itu harus melalui pesta pora, yang sering kali dilakukan dengan mendobrak 4
batas-batas moral, yang dalam pandangan ajaran agama justru hal itu akan menjauhkan dari mendapat anugerah kesenangan dari Yang Maha Memberi Kesenangan, yaitu Allah Ta’ala. Sulit ditelusuri sumber keabsahannya, tapi justru dipraktekan secara merata di hampir seluruh dunia. Jika itu adalah sebuah kesesatan, maka itu adalah kesesatan yang nyata, terlihat jelas. Padahal kita semua tahu, satu tahun itu hanya sebuah siklus perputaran planet Bumi mengelilingi matahari dalam sistem tata surya, di mana kita tinggal dan hidup di dalamnya. Sebuah rutinitas, yang dalam sudut pandang alam semesta, sangat, sangat biasa. Satu tahun Bumi hanya sebuah proses waktu manakala Bumi mengelilingi matahari yang ditempuh dalam jangka waktu 365 kali Bumi berputar pada porosnya. Tidak ada beda dengan siklus perputaran planet Pluto yang satu kali mengelilingi matahari dengan lama tempuhnya sebanding dengan 106 kali bumi berputar mengelilingi matahari. Dalam sudut pandang ini,
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
siklus perputran waktu di Bumi atau di planet-planet lainnya tidak istimewa. Itu hanya sebuah ‘rutinitas’ benda-benda langit belaka. Justru sebenarnya keistimewaan itu ada dalam proses perputaran benda-benda langit itu yang sangat sempurna, yang menunjukan ada Sang Pengatur yang Maha Sempuna. Malahan jika kita selalu meluangkan waktu untuk ‘menikmati’ keindahan proses perputaran benda-benda langit di luar angkasa sana, dan mensyukuri atas adanya proses itu yang menjadi bukti bahwa Tuhan Yang Maha Sempurna masih menyayangi umat-Nya, maka hal inilah yang disebut oleh Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sebagai bagian dari Dzikir Ilahi, yang amat besar pahalanya. Dus, satu tahun yang kita gunakan sekarang itu pun ternyata hitungannya mengacu pada pola penghitungan kalender bangsa Eropa yang disebut kalender Julian dan Gregorian, yang sudah digunakan sejak tahun 1582 dan digunakan secara luas di dunia hanya untuk mempermudah komunikasi belaka. Jika penanggalan Julian dan Gregorian memulai hari pertama dalam siklus satu tahun itu pada 1 Januari dan berakhir hari pada 31 Desember dengan memperhatikan posisi Bumi terhadap matahari, maka orang-orang Muslim paska diutusnya Nabi Besar Muhammad s.a.w. menentukan hari pertamanya
pada tanggal 1 Muharram dan berakhir pada 29 Dzulhijah, dengan memperhatikan posisi bulan terhadap Bumi. Memang berbeda, tapi di situlah benarnya teori Relativitas ala si jenius Albert Einstain. Waktu sesungguhnya bersifat netral, tidak bersifat positif maupun negatif walau ia berlaku sehari, seminggu, sebulan, setahun, seabad, bahkan seumur alam semesta ini sekalipun. Waktu dianggap memiliki nilai jika dilewati dengan sebuah perbuatan, terlepas dari perbutan positif atau negatif. Al-Quran sebagai Kitab Suci yang paling sempurna, yang diturunkan demi membimbing manusia ke jalan kesempurnaan, dalam Surah Al-Ashr disebutkan bahwa waktu itu tergantung dari kita dalam cara memanfaatkannya. Jika kita memanfaatkan waktu untuk perbutan positif, maka hasilnya adalah ‘keberuntungan’. Sebaliknya jika dilewati dengan perbutan negatif, maka kita hanya memperoleh kerugian. Pada dasarnya waktu yang kita lewati ini selalu mengarahkan kita pada dua pilihan yang berdampak baik atau buruk. Semuanya tergantung kita untuk memilih pilihan-pilihan itu. Pertanyaannya, apa pentingnya merayakan kemunculan matahari di tanggal 1 Januari itu? Tidak ada sama sekali kan! Jika demikian, tingalkan saja perayaan Tahun Baru itu. Red [][]
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
5
Al-Quran Tafsir Kabir
Surah Al-Fatihah KEUTAMAAN BASMALLAH
Perintah membaca basmallah pada setiap memulai suatu pekerjaan Rasulullah s . a . w. secara istimewa menekankan keutamaan basmallah. Beliau s.a.w. bersabda : الر ِح ْي ِم اَ ْق َط ُع َّ الر ْح َم ِن َّ ِال الَ ُي ْبدَا ُء فِ ْي ِه ِب ْس ِم ﷲ ْ ُكل ُّ أَ ْم ٍر ذ ٍ ِي َب ()اَ ْر َب ِع ْينُ َحافِ ُظ َع ْب ُد الَقا ِد ُر َعنْ أَ ِبي ھ َُر ْي َر َة ِب َح َوالِ ِه الد ُِرال َمن ُث ْو ِر Pekerjaan besar yang dimulai tanpa membaca basmallah tidak ada berkatnya. Rasulullah s.a.w. membiasakan sunnah ini dalam umat beliau. Yaitu, hendaknya orang-orang Muslim memulai semua pekerjaannya dengan membaca bismillaah. Ada sebuah hadits berbunyi: ْ ان الَ َي ْف َت ُح َبابًا ُم ْغ لَ ًق ا َو ك َو ْاذ َ اح َ اط فِ ئْ مِصْ َب َ ﷲ َع َّز َو َج َّل َفاِنَّ ال َّش ْي َط ِ ك َو ْاذ ُك ِرسْ َم َ أ ُ ْغلُ ْق َبا َب ﷲ َع َّز َو َج َّل ِ ك َو ْاذ ُك ِرسْ َم َ ﷲ َواَ ْوكِ سِ َقا َء ِ ض ُه َو ْاذ ُك ِرسْ َم َ ك َولَ ْو ِبع ُْو ٍد َتعْ ِر َ ﷲ َو َخمِّرْ ِا َنا َء ِ ُك ِرسْ َم (319 )مسند احمد بن حنبل جلد ثالث صفحه “Ketika akan menutup pintu rumah pun ucapkanlah ‘bismillah’. Ketika akan memadamkan lampu-pun ucapkanlah ‘bismillah’. Ketika akan membereskan perabot di dapur pun ucapkanlah ‘bismillah’. Ketika akan menutup gentong air pun ucapkanlah ‘bismillah’. Demikian juga terbukti dari beberapa hadits yang lain ada perintah membaca Basmallah. Ketika akan menggauli istri, ketika akan berwudhu, ketika mau makan, sebelum masuk kakus (wc), ketika akan mengenakan pakaian.” Di dalam Quran Karim ada tersebut bahwa Nabi Sulaiman a.s. pun memulai surat beliau dengan ‘basmallah’. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman : ّ ٰ سلَ ۡيمٰ نَ َو اِنﱠ ٗہ بِ ۡس ِم ﷲِ ال ﱠر ۡحمٰ ِن ال ﱠر ِح ۡيم ُ ( اِنﱠ ٗہ ِم ۡنAn-Naml, 30). Al Quran Tafsir Kabir adalah salah satu karya fenomenal dari Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad r.a. Khalifah Jemaat Ahmadiyah ke‐2. Tafsir ini terdiri dari 10 volume. [][]
6
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
Al-Quran Tafsir Kabir Yakni surat ini dari Sulaiman, dan dimulai dengan Bismillahirrohmaanir-rohiim. Berkenaan Hadhrat Nuh a.s. pun di dalam Quran Karim dikatakan bahwa ketika Nabi Nuh a.s. akan naik ke dalam perahu, beliau pun bersabda kepada para sahabatnya:
ّ ٰ ( ۡار َکبُ ۡوا فِ ۡيہَا ِب ۡس ِمHud, 41). ﷲِ َم ۡؔج ٖرٮہَا َو ُم ۡر ٰسٮہَا Alasan 1: Bismillah diletakkan sebelum tiap-tiap surah ialah karena Quran Karim menyatakan bahwa ia adalah sebuah ‘Khazanah’ yang tidak akan dapat dibuka tanpa izin Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:
س ٗۤہ اِ ﱠال ۡال ُمطَہﱠ ُر ۡو َن ﱠال يَ َم ﱡ
(Waqi’ah, 79).
Yakni hanya orang-orang yang untuk urusan ini Allah memilihnya. Orang-orang lain tidak dapat memahami rahasia-rahasia Al-Quran. Demikian pula Allah Ta’ala berfirman :
ض ﱡل بِ ٖہ َکثِ ۡي ًرا ۙ ﱠو يَہۡ ِد ۡی بِ ٖہ َکثِ ۡي ًرا ِ ُ( يAl-Baqarah, 26). Allah Ta’ala menjadikan Quran Karim bagi sebagian orang sebagai hidayah dan bagi sebagian yang lain menjadi penyebab kesesatan. Meskipun kalimat dan kata-katanya sama untuk semua, tetapi kesan dan buahnya berlainan. Sekarang timbul pertanyaan, dengan jalan apakah kita akan dapat mencapai kesan yang baik dan terhindar dari akibat buruknya serta untuk memahami rahasia-rahasianya? Maka jawabannya adalah dengan perintah :
ّ ٰ استَ ِع ۡذ بِا ۡ َ( فَاِ َذا قَ َر ۡاتَ ۡالقُ ۡر ٰانَ فAn-Nahl, 98) Dan diletakannya bismillahir-rahmanir-rahim pada setiap permulaan surah. Yakni sebelum memulai membaca Al-Quran Karim ucapkanlah Ta’awwuzd (a’uudzubillaahi minasy-syaithoonir-rojiim). Di satu pihak kepada Allah Ta’ala kita memohon perlindungan diri dari serangan setan, di lain pihak dengan perantaraan sifat rahmaniyat dan rahimiyat Allah kita selalu memohon pertolongan-Nya. Dengan demikian kalian akan terhindar dari kesesatan dan akan mendapat hidayah.
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
7
Al-Quran Tafsir Kabir Alasan ke-2: Bismillaahir-rohmaanir-rohiim diletakan pada permulaan setiap surah adalah karena di dalam Bibel tertulis bahwa ”Seorang matsil Musa akan datang di akhir zaman”. Berkenaan dengannya ada pernyataan Tuhan yaitu “Barang siapa yang tidak mendengarkan sabda-sabda-Ku yang dikatakannya dengan menyebut nama-Ku maka Aku akan menuntutnya.“(Ulangan bab 18 ayat 19). Sesuai dengan kabar ghaib ini, sudah ditakdirkan untuk matsil Musa a.s. itu bahwa bila saja ia akan menyampaikan firman-firman Tuhan, sebelumnya ia harus mengatakan bahwa “Segala yang akan kusampaikan ini semuanya dengan nama Allah, tiada satupun atas kehendakku sendiri”. Karena itu di setiap permulaan surah diletakkan Basmalah sesuai dengan kabar ghaib tersebut. Supaya di satu pihak genaplah apa yang dinubuwwatkan oleh Nabi Musa a.s.. Di lain pihak menjadi peringatan bagi kaum Yahudi dan Keristen, bahwa jika mereka tidak juga mau mendengar Kalam Ilahi ini, maka mereka sudah sepatutnya mendapat hukuman sesuai dengan nubuwwat Musa a.s. tadi. Alasan ke-3: Basmallah diletakan di tiap-tiap permulaan surah ialah, karena di dalam Bibel ada tertulis “Nabi yang demikian lancangnya berani mengatakan sesuatu atas nama-Ku padahal Aku tidak menyuruhnya melakukan itu atau mengatakannya atas nama sesembahan lain (berhala), maka nabi yang demikian itu mesti akan dibunuh.“ (Ulangan bab 18 ayat 20). Di dalam ayat ini dijelaskan bahwa barang siapa mengatakan sesuatu yang dusta atas nama Allah, maka ia akan dibinasakan oleh Allah Ta’ala. Jadi menurut hukum ini diletakkannya basmallah pada permulaan tiap surah, supaya menjadi hujat bagi Yahudi dan Kristen khususnya dan bagi dunia pada umumnya. Dan dengan adanya hukum ini bagi orang yang mencari kebenaran akan mudah dapat dimengertinya setelah menyaksikan kemenangan dan keamajuan Rasulullah s.a.w. Bahwa segala apa yang dikatakan beliau itu adalah dari Allah Ta’ala. Kalau bukan demikian maka mengapa beliau s.a.w. tidak binasa ketika mengemukakan Kalam ini atas nama Allah Ta’ala? Jadi Basmallah adalah hujat khususnya bagi Yahudi. Dengan diletakannya basmallah di setiap permulaan surah berarti 114 kali Yahudi menjadi orang yang bersalah. Serta 114 kali pula dikemukakan dalil atas kebenaran Muhammad Rasulullah s.a.w. Kalau ayat ini hanya ada pada permulaan Quran Karim, maka hal ini tidak dapat diperoleh.
8
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
Al-Quran Tafsir Kabir Alasan ke-4: Basmallaah diletakkan pada tiap permulaan surah ialah karena orang yang membaca Al-Quran Karim tidak bebas dari 3 keadaan. Mungkin ia sama sekali tidak punya apa-apa. Atau mungkin ia seorang yang banyak dosa yang telah mengobarkan kemarahan Tuhan, dan mungkin juga ia tidak punya suatu sarana untuk menarik karunia Tuhan. Atau barang kali ia seorang yang banyak berkorban di jalan agama. Jadi nyatalah sudah bahwa perasaan hati ketiga macam orang ini berbeda-beda. Orang pertama kebingungan, orang kedua putus asa, dan orang ketiga mungkin sombong. Orang yang pertama diliputi kebingungan dari mana aku akan mendapat kebenaran. Orang yang kedua barang kali diliputi rasa kesedihan dengan pikiran bagaimana aku bisa memohon. Dan orang yang ketiga barang kali diliputi pikiran, apa yang sekiranya dapat dicapai oleh seseorang, ‘aku sudah dapat mencapainya’. Di bawah suasana tiga kondisi hati seperti itu orang akan mahrum dari mendapat keuntungan. Jadi, diletakkannya “Bismillaahir-rohmaanir -rohiim” pada permulaan setiap surah supaya kepada orang yang tidak punya apa-apa diberi petunjuk jalan bahwa masih ada Tuhan yang sudi menolong orang-orang yang tidak punya apa-apa.Yang melimpahkan karunia-Nya tanpa batas. Dan terhadap orang yang sudah kehilangan haknya dikarenakan dosa-dosanya, dinasehati bahwa ia hendaknya jangan berputus asa, karena Tuhan yang telah menurunkan surah ini bersedia pula mengampuni dosa-dosa. Dan terhadap orang yang bangga karena pengorbanannya diperingatkan bahwa khazanah Allah tidaklah terbatas. Jangan berhenti di tengah perjalanan karena masih banyak lagi kemajuan-kemajuan yang tidak ada habisnya. Nyatalah, bahwa setelah usaha perbaikan hati sedemikian rupa, sangat diharapkan terbukanya rahasia-rahasia Al-Quran yang tidak mungkin tanpa basmallah. Dengan demikian meletakan ayat ini pada permulaan setiap surah adalah sebagai alat yang kuat sekali untuk menyingkap rahasia-rahasia Quran Karim yang masih terpendam.
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
9
Al-Quran Tafsir Kabir Alasan ke-5: Ayat ini diletakan pada permulaan tiap surah karena ia berfungsi sebagai kunci bagi setiap surah. Semua perkara agama dan ruhani bersumber pada dua sifat rahmaan dan rahiim. Kesalahpahaman dapat terjadi dengan dua jalan secara singkat atau secara rinci. Karena itu Allah Ta’ala meletakkan basmalah di awal surah ini. Supaya bila timbul salah paham dalam memahami maksud dan tujuan sebuah surah pembaca dapat menjauhkannya dengan basmalah. Yakni, jika arti yang dpahaminya cocok dengan rahmaan dan rahiim, maka anggaplah itu benar. Dan jika bertentangan dengannya itu salah. Dengan demikian surah menjadi penerang (syaarih) dari basmallah dan basmallah sebagai mufasir surah itu. Dengan bantuan keduanya ini pembaca dapat memahamimnya secara benar. Fazal M [][] Bersambung
10
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
Hadits tentang Kondisi Umat Islam di Akhir Zaman
صلﱠى ﱠ سو ُل ﱠ وش ُك ْاألُ َم ُم أَنْ تَ َدا َعى ُ قَا َل َر َ ﷲُ َعلَ ْي ِه َو َ ِﷲ ِ ُسلﱠ َم ي ص َعتِ َھا فَقَا َل قَائِ ٌل َو ِمنْ قِلﱠ ٍة ْ ََعلَ ْي ُك ْم َك َما تَ َدا َعى ْاألَ َكلَةُ إِلَى ق نَ ْحنُ يَ ْو َمئِ ٍذ قَا َل بَ ْل أَ ْنتُ ْم يَ ْو َمئِ ٍذ َكثِي ٌر َولَ ِكنﱠ ُك ْم ُغثَا ٌء َك ُغثَا ِء س ْي ِل َولَيَ ْن َزعَنﱠ ﱠ صدُو ِر َع ُد ﱢو ُك ْم ا ْل َم َھابَةَ ِم ْن ُك ْم ال ﱠ ُ ْﷲُ ِمن سو َل ﱠ َولَيَ ْق ِذفَنﱠ ﱠ ﷲِ َو َما ُ ﷲُ فِي قُلُوبِ ُك ْم ا ْل َوھ َْن فَقَا َل قَائِ ٌل يَا َر ت ِ ا ْل َوھْنُ قَا َل ُح ﱡب ال ﱡد ْنيَا َو َك َرا ِھيَةُ ا ْل َم ْو
Bersabda Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: “Apakah karena sedikitnya jumlah kita?”, ”Bahkan kalian bany ak, namun kalian seperti buih yang mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit AlWahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi shallallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud, 3745)
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
11
Jejak Leluhur Imam Mahdi di Kota Samarkand Pendahuluan Secara global, kelompok Islam terbesar saat ini ada 3 (tiga); Sunni, Syiah dan Ahmadiyah. Dari tiga kelompok tersebut, Ahmadiyah diterima sebagai kelompok baru dalam Islam. Biar demikian, perkembangan Ahmadiyah dinilai paling dinamis. Di usianya yang menginjak 125 tahun, Jemaat Ahmadiyah telah 12
tersebar di lebih dari 200 negara dengan jumlah pengikut ratusan juta orang. Berbagai proyek berbasis Tabligh Islam, sosial dan kebebasan beragama telah menjadi program unggulan dalam gerak Jemaat Ahmadiyah. Program-program itu manfaatnya telah diakui oleh masyarakat dan tokoh dunia internasional. Jemaat Ahmadiyah pun menjadi
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
Sajian | utama satu-satunya kelompok Islam yang mampu mendirikan sebuah stasiun televisi satelit yang tayang 24 jam non-stop, tanpa iklan, dengan jangkauan siar ke seluruh pelosok dunia, bernama Muslim Television Ahmadiyyah (MTA). Melalui televisi satelit ini, Jemaat Ahmadiyah bisa bebas menyebarkan ajaran Islam sejati: yang penuh cinta kasih, toleransi, dan tentu saja elegan dalam hal kedalaman ilmunya. Ajaran Islam seperti ini sesuai dengan yang pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad s.a.w., namun terasa sangat aneh dipandang oleh kebanyakan Muslim saat ini. Capaian mutakhir itu tentu saja, bagi kalangan non-Ahmadiyah, telah menimbulkan berbagai pertanyaan dan prasangka, yang kemudian mengalir menjadi pandangan negatif terhadap Ahmadiyah. Tapi bagi para pengikut Ahmadiy ah s e n d i r i , k e b e r h as i l an keberhasilan itu diyakini sebagai realisasi dari janji Tuhan yang pernah disampaikan kepada Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s.. Bagi para Ahmadi (sebutan untuk pengikut Ahmadiyah), sosok Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. bukan semata sebagai Pendiri dari Jemaat Ahmadiyah, melainkan juga sebagai tokoh paling penting di Akhir Zaman ini yang ditunggutunggu kedatangannya oleh umat Islam, sesuai dengan yang telah dikabar-gaibkan oleh Nabi Islam,
Hadhrat Mustafa Muhammad s.a.w.. Hal ini mengacu kepada sebuah Hadits dalam Kitab Hadits Bukhari, sebagai berikut: ”Abu Hurairah r.a. berkata: “Pada suatu hari kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah s.a.w. ketika Surah Jumu’ah diturunkan. Saya minta keterangan kepada beliau s.a.w. ; ‘Siapakah yang diisyaratkan oleh kata-kata Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka yang belum bertemu dengan mereka?’ Saat itu Salman alFarsi (Salman asal Parsi) sedang duduk di antara kami. Setelah saya berulang-ulang mengajukan pertanyaan itu, Rasulullah s.a.w. meletakkan tangan beliau pada Salman dan bersabda: ‘Bila iman telah terbang ke Bintang Tsuraya, seorang lelaki dari mereka ini pasti akan menemukannya.’” (Bukhari) Sabda Rasulullah s.a.w. itu diklaim oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. tergenapi dalam dirinya, dan yang akan mengembalikan Iman Islam yang telah lama ‘terbang’ itu adalah dirinya sendiri, yang oleh Allah Yang Maha Mengutus Nabi-nabi telah diangkat sebagai Imam Mahdi dan Al Masih yang Dijanjikan. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. mengungkapkan, beliau adalah keturunan dari bangsa Persia (Farsi) dari pihak ayah dan berasal dari keturunan Rasulullah s.a.w. yang bergelar Sayyidah dari pihak ibu. Leluhurnya, pendiri kampung
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
13
Sajian | utama
Qadian yaitu Mirza Hadi Baig, adalah keturunan Persia yang berasal dari kota Samarkand. Penyebutan kota Samarkand sebagai asal leluhur Hadhrat Ahmad a.s. tentu saja sangat menarik, karena sebagian umat Islam memang masih mempercayai Imam Mahdi berasal dari keturunan Nabi Muhammad s.a.w. dan akan muncul di Arab. Argumen yang dikemukakan adalah beberapa buah Hadits, diantaranya; 14
Tersebut dalam Hadits Abu Daud bahwa menurut sabda Nabi Muhammad s.a.w. akan bangkit dalam umat Islam seorang ‘Sayyid’ (dari keturunan Fatimah dari Husein bin Ali) namanya M u h a m m a d d a n b ap a k n y a Abdullah. Dalam Attirmidzi dijelaskan bahwa dunia ini tidak akan kiamat sebelum negara Arab diperintah oleh seorang Ahli Bait (Sayyid) yang namanya sama dengan nama Rasulullah s.a.w. yaitu Muhammad. Tersebut pula dalam Muntakhab-Kanzul ‘Umal di hasyiah Musnad Ahmad, juz. 6, hal. 30 satu Hadits yang artinya: “Bagaimana bisa binasa umat yang aku ada di awalnya dan Mahdi pada pertengahannya dan Isa pada akhirnya” (lihat pula Almisykat, bab Tsawabu Hazihil Ummati). Hadits Abdullah bin Mas’ud. Dari ‘Abdullah bin Mas’ud katanya, Rasulullah bersabda, “Kiamat tidak akan terjadi sampai semua manusia dipimpin oleh seseorang dari Ahlulbaitku. Namanya sama dengan namaku, nama ayahnya sama dengan nama ayahku. Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan.” Hadits Ali bin Abi Thalib: Dari ‘Ali bin Abu Thalib dari Nabi, beliau bersabda, “Al-Mahdi dari kami, Ahlulbait; Allah akan menjadikannya shalih dalam satu malam.” Hadits Abu Sa’id Al-Khudri. Dari Abu Sa’id Al-Khudri, ia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda, “AlMahdi dari kalangan kami, Ahlulbait.
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
Sajian | utama Ia berhidung mancung dan berdahi lebar. Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana telah terpenuhi dengan laku durjana dan kezaliman. Ia akan hidup selama sekian.” Lantas beliau membentangkan tangan kiri dan dua jari tangan kanan beliau; jari telunjuk dan ibu jari. Beliau menyatakan demikian tiga kali. Hadits Ummu Salamah. Dari Ummu Salamah bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda, “Al-Mahdi termasuk keturunanku, berasal dari putera Fathimah.” Realisasi atau penggenapan Hadits-hadits di atas telah dijelaskan dalam Kitab Tarikh AlKamil, Juz 5, hal. 256, yaitu Hadits itu berhubungan dengan Muhammad bin Abdullah yang bergelar “Nafsun Zakiyyah” yang pernah memerintah Makkah, Yaman, Syam dan lain-lain. Dalam kitab itu ditulis, ketika ia (Muhammad bin Abdullah) ke Madinah maka orang-orang di sana menyambutnya dengan ucapan: “Hadza huwal mahdiyu, hadza huwal mahdiyu”. Ia digelari “Nafsun Zakiyya” karena beliau memang orang yang baik (suci). Nasab Al-Mahdi bersambung sampai kepada Bait Nabawi dari jalur Hasan bin Ali bin Abu Thalib. Sebagaimana dijelaskan dalam Sunan Abu Dawud dari Abu Ishaq disebutkan bahwa Ali memandangi puteranya, Hasan seraya berkata, “Puteraku ini akan menjadi orang besar sebagaimana disebutkan oleh Nabi s.a.w.; dan akan
keluar dari sumsumnya seorang laki-laki bernama sama dengan nama Nabi kalian; akhlaknya sama dengan akhlak Nabi kalian, tetapi tidak dengan perawakannya.” Lantas ia menyebutkan kisah dan berkata, “Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan.” Imam Mula Ali Al-Qari berkata, “Hadits ini adalah dalil yang tegas atas apa yang telah kami paparkan, bahwa Al-Mahdi termasuk keturunan Hasan.” Ibnu Katsir menulis, “Al-Mahdi termasuk Ahlulbait, keturunan Fathimah puteri Rasul, keturunan Hasan dan bukan Husein.” Adapun makna ‘dari ‘itrahku’, imam Ibnul Atsir Al-Jazri berkata, “‘Itrah seseorang adalah kerabat khususnya. ‘Itrah Nabi adalah Bani ‘Abdul Muthalib. Ada ulama yang mengatakan maksudnya adalah Ahlulbait Nabi yang terdekat yaitu beliau dan anak-anak beliau serta Ali dan anak-anaknya. Ada juga ulama yang mengatakan bahwa ‘itrah beliau adalah Ahlulbait yang dekat dan yang jauh. Pendapat yang terkenal dan makruf adalah bahwa maksud ‘itrah beliau adalah Ahlulbait beliau yang diharamkan menerima zakat.” As Samhudi berkata, “Dari beberapa penjelasan hadits di atas (tentang Al-Mahdi) tersebut ditetapkan bahwa Al-Mahdi merupakan keturunan Fatimah, sedang dalam sunan Abu Dawud disebutkan bahwa dia anak keturunan Hasan yang meninggalkan ke
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
15
Sajian | utama khalifahan karena Allah dan belas kasih kepada umatnya. Khalifah yang hak ini akan diangkat jika benar-benar dibutuhkan oleh bumi yang telah dipenuhi oleh kedzaliman. Inilah sunnatullah kepada para hamba-Nya. Al-Hasan telah meninggalkan kekhilafan yang seharusnya menjadi miliknya, bahkan ia juga melarang Al-Husein dari kekhilafahan juga. Hal ini disebutkan pada malam terbunuhnya karena sayang pada saudaranya. Dengan keterangan ini menjadi jelas, sesungguhnya Imam Mahdi yang akan datang di Akhir Zaman itu tidak muncul di Arab. Sebaliknya ada Hadits lain yang terdapat dalam Musnad Ahmad bin Hambal halaman 358, yang menyebutkan Imam Mahdi akan berada di tengah-tengah benderabendera hitam yang datang dari sebelah Khurasan (kata ‘Khurasan’ mengacu pada kawasan Asia Tengah, di mana kota Samarkand berada di dalamnya). Hadits ini justru menguatkan klaim Hadhrat Ahmad a.s. sebagai Imam Mahdi yang memiliki leluhur yang berasal dari Samarkand. Untuk menguatkan klaim Hadhrat Ahmad a.s. sebagai Imam Mahdi dan Masih Mau’ud yang disebut dalam Hadits ‘berada di tengah-tengah bendera hitam yang muncul di Khurasan’ berikut kami sajikan tulisan yang menjelaskan korelasi antara kota Samarkand dengan nubuwatan tentang Imam Mahdi dari bangsa Persia, yang 16
juga berasal dari keturunan Nabi Muhammad s.a.w. dengan mengacu pada alur sejarah leluhur Hadhrat Ahmad a.s., yaitu bangsa Persia, yang mampu menguasai kawasan Asia Tengah di mana letak kota Samarkand itu berada, dimulai dari Kekaisaran Sasaniyah; Kekhalifahan Bani Umayyah; Kekhalifahan Bani Abbasiyah; hingga berdirinya kerajaan Mughal di India, yang menjadi cikal bakal berdirinya kampung Qadian, kampung tempat kelahiran Sang Imam Mahdi dan Al Masih Mau’ud, Penerus Perjuangan Suci Nabi Muhammad s.a.w.. Karena panjangnya bahasan tentang masalah ini maka kami akan membagi dua tulisan menjadi dua episode. Selamat membaca!!!
Samarkand Pra-Islam Kota nan megah dan indah itu sama tuanya dengan Romawi, Athena, dan Babilonia. Tanah legenda yang tahun ini berusia 2.760 tahun itu bernama Samarkand— kota terbesar kedua di Uzbekistan. Keindahan Samarkand yang begitu populer sempat membuat Kaisar Aleksander Agung terpikat. Tatkala menginjakkan kakinya untuk pertama kali di tanah Samarkand pada tahun 329 SM, Aleksander pun berseru, "Aku telah lama mendengar keindahan kota ini, namun tak pernah mengira kota ini ternyata benar-benar cantik dan megah."
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
Sajian | utama Selain tersohor dengan keindahannya, Samarkand pun dikenal sebagai kota yang strategis. Kota legenda itu berada di tengah ‘Bayangan Asia’ yang menghubungkan Jalur Sutera antara Cina dan Barat. Samarkand menjadi tempat bertemunya tiga kebudayaan yakni Barat, Cina, dan Arab. Samarkand merupakan salah satu kota tertua di dunia. Awalnya, kota itu bernama Maracanda. Penduduk asli Samarkand adalah bangsa Turk. Istilah Turk ini mereperesentasikan sebuah ethnolinguistik yang besar yang melingkupi berbagai masyarakat seperti Kazakhs, Uzbek, Kyrgyz, Uyghur, Azerbaijan, Turkmen, dan Turki. Sebagian besar orang Turk memiliki asal usul dari Asia Tengah, yang oleh beberapa ahli disebut sebagai keturunan Nabi Nuh, dari putranya yang bernama Tur. Bangsa Turk tidak pernah menjadi penguasa di tanah kelahirannya sendiri. Mereka selalu berada di bawah pengusaan bangsa lain yang lebih besar dan lebih kuat kekuatan militernya. Dalam sejarah panjangnya, kota ini dikuasai secara bergantian oleh kerajaankerajaan besar dunia, hingga klanklan kecil dari Transoksania atau Asia Tengah. Namun dari sekian banyak penguasa yang menguasai Samarkand, Kekaisaran Persia tercatat paling lama menguasainya, tak heran jika budaya Persia sangat kuat mempengaruhi masyarakat
Suku Turk di Samarkand (www.chezchiara.com)
Samarkand. Penguasaan Samarkand oleh bangsa Persia terjadi dalam dua periode, yaitu periode Persia Kuno yang dikuasai bangsa Mede atau Median (600 SM) dan bangsa Akhemenid (550-330 SM), dan periode Persia Pra-Islam oleh Kekasiaran Sasaniyah (224-651 M). Bangsa Mede (Bahasa Kurdi Medya, Mêdî atau Mad, Bahasa Persia ,مادھاMādḥā) adalah suku Iran purba yang tingal di kawasan Teheran, Hamedan, Azarbaijan, Provinsi Isfahan Utara dan Zanjan. Bangsa ini juga dikenal sebagai Media atau Medea oleh orang Yunani. Pada abad ke-6 SM, bangsa Media berhasil meluaskan kekaisaran mereka dari Arran di Azerbaijan hingga ke Asia Tengah dan Afganistan. Periode ini adalah awal dikuasainya Samarkand oleh bangsa asing. Bangsa Mede sendiri telah dinyatakan sebagai pendiri negara dan Kekaisaran Persia kuno.
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
17
Sajian | utama Adapun bangsa Akhemenia berhasil mendirikan kekaisarannya setelah menggulingkan Kaisar Mede yang berkuasa. Kaisar Akhemenia, yaitu Koresh Agung, berasal dan bermukim di daerah yang mereka beri nama Parsua, yang dibatasi oleh Sungai Tigris di barat dan Teluk Persia di timur. Tempat ini menjadi wilayah pusat mereka pada masa Kekaisaran Akhemenia. Koresh Agung atau dikenal juga sebagai Koresh II dari Persia muncul dan mengalahkan bangsa Mede, Lydia, dan Babilonia, serta membuka jalan untuk penaklukan selanjutnya ke Mesir dan Asia Kecil. Kekuasaannya terus meluas hingga menguasai wilayah yang amat besar di dunia kuno dan pada tahun 500 SM membentang dari Lembah Indus di timur, hingga ke Thrakia dan Makedonia di perbatasan timur laut Yunani. Tidak ada kekaisaran lain sebelum masa itu yang lebih besar daripada Kekaisaran Akhemenia. Kekaisaran Akhemenia pada akhirnya menguasai Mesir juga. Kekaisaran ini dipimpin oleh serangkaian raja yang menyatukan suku-suku dan bangsa-bangsanya yang terpisah-pisah dengan membangun jaringan jalan yang rumit. Pada puncak kejayaannya setelah penaklukan Mesir, kekaisaran ini menempati wilayah seluas kirakira 8 juta km2, meliputi tiga benua: Asia, Afrika dan Eropa. Pada wilayah terluasnya, kekaisaran ini 18
juga meliputi wilayah yang kini menjadi Iran, Turki, sebagian Asia Tengah, Pakistan, Thrakia dan Makedonia, sebagian besar daerah pesisir Laut Hitam, Afghanistan, Irak, Arab Saudi utara, Yordania, Israel, Lebanon, Suriah, serta semua pusat pemukiman di Mesir kuno hingga ke barat sejauh Libya. Pada tahun 224 hingga 651 M, Samarkand berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Persia Sassania (bahasa Persia: دودمان ((ساسانيdiucapkan [ˈsæsənɪd]; disebut juga Kekaisaran Sassania, Kekaisaran Sasania, atau Kekaisaran Sassaniyah). Kekaisaran Sassania merupakan Kekaisaran Persia pra-Islam terakhir dan dipimpin oleh Dinasti Sassania. Kekaisaran Sassania, yang menggantikan Kekaisaran Parthia atau Kekaisaran Arkasid, diakui sebagai salah satu kekuatan utama di Asia Barat, Selatan, dan Tengah, bersama dengan Kekaisaran Romawi dan Kekaisaran Bizantium, dalam periode selama lebih dari 400 tahun. Kekaisaran ini berakhir ketika Syahansyah (Raja Segala Raja) Sasania terakhir, Yazdegerd III (632– 651) kalah dalam perjuangan selama 14 tahun untuk menyingkirkan kekhalifahan Islam yang pertama. Adapun ayah Yazdegerd III adalah Khosrau II (Kisra), yang pada tahun 628 mendapat surat Tabligh dari Nabi Muhammad s.a.w. untuk memeluk Islam, namun ia tolak ajakan tersebut dan
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
Gambar 1
Sajian | utama
Gambar 2
Gambar 1: Koin Khosrau II (Kisra), koin yang bergambarkan wajah Kisra Persia dari samping ini ditemukan di Susa, Iran. Kini koin itu tersimpan di Arthur M. Sackler Gallery , Washington DC, Amerika Serikat. Gambar 2: Sketsa wa‐ jah Kisra karya Oznerol. [][]
malah merobek-robek surat itu. Akibat perbuatannya, ia dan kerajaannya dihukum oleh Allah Ta’ala dengan cara yang sangat pedih. Kisra dibunuh oleh salah satu anggota keluarganya sendri dalam sebuah konflik perebutan kekuasaan dan kekaisarannya hancur dalam jangka waktu duapuluhan tahun setelah ia memperlakukan surat dari Nabi Suci secara tidak sopan. Runtuhnya Kekaisaran Persia secara total mengakhiri penguasaan bangsa Persia atas Samarkand. Penguasaan Samarkand oleh bangsa Persia membuat Samarkand banyak mengadopsi budaya dan agama bangsa Persia. Agama Zoroaster sebagai agama resmi bangsa Persia dianut juga oleh penduduk asli Samarkand, Turk. Hal inilah yang menyebabkan kalangan Muslim saat itu menyebut rakyat Samarkand sebagai kaum kafir
penyembah berhala dan api. Asimilasi etnis pun terjadi melalui jalur perkawinan antara suku asli Samarkand dengan bangsa Persia, yang kemudian melahirkan istilah Turko-Persia. Asimilasi yang berjalan berabad-abad itu telah membentuk masyarakat yang sangat majemuk di Samarkand.
Islam Masuk ke Samarkand Pada saat Bani Umayyah berkuasa di bawah kepemimpinan Muawiyah bin Abu Sufyan (661680) dan memindahkan pusat pemerintahannya ke Damaskus, Suriah, ia memperluasan wilayah yang terhenti pada masa Khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dilanjutkan kembali. Ia berhasil menaklukan Persia, kemudian ekspansi ke sebelah timur, dengan menguasai daerah
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
19
Sajian | utama Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Yang disebut Khurasan saat itu mencakup kawasan Asia Tengah dan Afganistan. Bahkan beberapa sumber menyebutnya sebagai Persia Timur. Ekspansi ini mulai dilakukan setelah 9 tahun masa kekhalifahan Muawiyah, yaitu tahun 670. Samarkand yang terletak di Asia Tengah jatuh ke tangan Bani Umayyah. Walaupun penguasaan Samarkand oleh Bani Umayyah lebih bernuansa politis namun tak lepas juga dari upaya pengenalan ajaran agama baru, yaitu agama Islam, oleh kaum Muslim. Mereka yang sedang mengalami semangat yang tinggi untuk mengenalkan ajaran Islam, menjadikan masyarakat kota Samarkand sebagai ‘ladang’ pertablighan. Masa awal pertablighan ajaran Islam di Samarkand ini terjadi antara rentang waktu 670 hingga 677. Tiga tahun setelah tentara Bani Umayyah berhasil menaklukan Samarkand, Muawiyah wafat di usia 77 atau 78 tahun (tahun 680), dan penggantinya adalah putra pertamanya yaitu Yazid bin Muawiyah. Yazid yang hanya berkuasa selama tiga tahun (680-683) itu tidak memiliki peran positif dalam perkembangan Islam. Sebaliknya ia menjadi penyebab utama dari semakin runcingnya perpecahan dalam umat Islam. Yazid menjadi tertuduh utama atas terbunuhnya 20
cucu Nabi s.a.w. , Husein bin Ali oleh pasukannya di Karbala, Irak. Tetapi persitiwa pembunuhan di Karbala itu menjadi faktor lain dari hijrahnya kerabat dan keturunan Husein bin Ali ke Samarkand. Saat itu, puluhan anggota keluarga Husein bin Ali yang terdiri dari kaum wanita dan anak-anak dibiarkan hidup oleh pasukan Yazid. Mereka mencari perlindungan dengan melakukan perjalan ke sebelah timur Persia, menuju Asia Tengah dan akhirnya menetap di Samarkand. Jejak keberadaan keturunan Nabi s.a.w. di Samarkand tercatat dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait. Bahkan berdasarkan catatan yang ada dalam buku itu, Sang Penyebar Islam pertama di Pulau Jawa yaitu Sayyid Maulana Malik Ibrahim, yang bergelar Sunan Gresik, berasal dari Samarkand. Maulana Malik Ibrahim ditulis dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait, berasal dari Samarkand. Dalam Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah o r an g J awa t e r h ad ap A s Samarqandy. Maulana Malik Ibrahim disebut sebagai keturunan Nabi Muhammad s.a.w. Hal ini berdasar pada catatan dari As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume. Berikut uraiannya:
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
Sajian | utama As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin AsSayyid Ali Khali’ Qasam bin AsSayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin AlImam Ahmad Al-Muhajir bin AlImam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin AlImam Muhammad Al-Baqir bin Al -Imam Ali Zainal Abidin bin AlImam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah s.a.w. Nasab Sayyid Maulana Malik Ibrahim yang sampai kepada Nabi Muhammad s.a.w. ini membuktikan bahwa di Samarkand, sejak tahun 680-an, sudah ada keturunan Nabi Muhammad s.a.w. Mereka mendapat kehormatan dari penduduk Samarkand, baik dalam kedudukan agama maupun di pemerintahan. Alur nasab ini pun semakin menguatkan klaim Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. bahwa dirinya juga merupakan keturunan Rasulullah Muhammad s.a.w. dari pihak ibunya, bergelar Sayyidah, yang berasal dari Samarkand.
Sayyid Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) adalah keturunan Nabi Muham‐ mad s.a.w. yang lahir di Samarkand.
Bani Umayyah Pengaruh Islam di Samarkand mulai menguat kembali saat Abdul Malik bin Marwan diangkat menjadi Khalifah Bani Umayyah yang ke-5 pada tahun 685-705. Khalifah Abdul Malik berhasil menguatkan kekuasaan Bani Umayyah di Samarkand setelah beberapa tahun sebelumnya menjadi lemah karena ditinggal wafat Muawiyah bin Abu Sofyan, dan di masa tiga khalifah lainnya (Yazid bin Muawiyah [680 -683]; Muawiyah bin Yazid [683684] dan Marwan bin Hakam [684 -685]) yang lemah dan berlangsung singkat. Usaha penguasaan secara politik
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
21
Sajian | utama dam militer atas Samarkand oleh Bani Umayyah dipimpin oleh Gubernur Khurasan bernama Qutaibah bin Muslim. Khalifah Abdul Malik mengangkat Qutaibah sebagai Gubernur Khurasan satu tahun sebelum dirinya wafat, yaitu pada tahun 704. Tugas pertama yang dilakukan Qutaibah sebagai gubernur sekaligus sebagai panglima perang di Khurasan adalah dengan memadamkan perlawanan di kawasan itu yang dilakukan oleh kerajaankerajaan Talaqan, Buzgan, dan Faryad. Dalam waktu singkat ia berhasil memadamkan perlawanan di sana, bahkan mereka menyatakan diri kesetiaannya pada Qutaibah dan bersedia bergabung dengan ekspedisi pasukan militer Qutaibah. Tapi saat itu Qutaibah belum berhasil menaklukan Samarkand yang dikuasai oleh kerajaan Sogdian. Pada tahun 705, Khalifah Abdul Malik bin Marwan wafat dan digantikan oleh putranya yang bernama Al Walid bin Abdul Malik atau yang dikenal dengan gelar AlWalid I. Di bawah pemerintahan AlWalid I, pada 700 sampai 709, Qutaibah bin Muslim melakukan peperangan melawan kerajaan Sogdian yang menguasai Samarkand. Akhirnya pada tahun 710, raja Sogdian bernama Tarkhun menyatakan diri menyerah kepada Qutaibah dan menyatakan diri bergabung dengan Kekhalifahan Bani 22
Umayyah. Sejak saat itu kota Samarkand secara politik dan militer dikuasai oleh pemerintah Bani Umayyah.
Dinasti Samanid Ketika Khilafah Bani Umayyah dipimpin oleh Yazid II bin Abdul Malik (720-724) dan jabatan gubernur untuk Khurasan dipegang oleh Asad ibn ' Abd Allah al-Qasri, seorang Dehgan (tuan tanah) keturunan bangsawan Persia di Samarkand bernama Saman Khuda menyatakan diri masuk Islam. Keislaman Saman Khuda dipengaruhi oleh wibawa dan akhlaq Asad ibn ' Abdullah al-Qasri. Ia, yang seorang Zoroaster, kagum dengan kesalehan Gubernur Khurasan itu dan akhirnya menyatakan diri masuk Islam pada tahun 723. Kekaguman Saman Khuda kepada Asad bin Abdullah Al Qasri diapresiasikan dengan memberi nama anak pertamanya dengan nama Asad. Di masa Kekhalifahan Abbasiyah, atas jasa dan loyalitasnya kepada Bani Abbasiyah, Saman Khuda diangkat menjadi Gubernur Samarkand. Selain itu ia pun mendapat penguasaan atas wilayah Ferghana, Shash dan Herat. Pada masa Kekhalifahan Al Ma’mun I, dari Bani Abbasiyah, empat (4) cucu Saman Khuda telah mendapat penghargaan dari Khalifah Al Ma’mun atas kesetiaan mereka kepada Kekhalifahan Bani
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
Sajian | utama Abbasiyah. Mereka dianugerahi kekuasaan di kawasan Asia Tengah. Cucu Saman Khuda dari Asad bernama Nuh bin Asad diangkat sebagai gubernur Samarkand, sementara yang lainnya yaitu Ahmad menjadi gubernur di Fergana; Yahya di Shash; dan Elyas di Herat. Khilafah Abbasiyah yang didirikan oleh Bani Abbas banyak melakukan kesepakatan dan bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatar-belakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa Bani Umayyah berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas. Setelah Khilafah Abbasiyah berdiri, dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Menurut Ibnu Khaldun, ada dua sebab dinasti Bani Abbas memilih orang-orang Persia daripada orang-orang Arab. 1. Sulit bagi orang-orang Arab untuk melupakan Bani Umayyah. Pada masa itu mereka merupakan warga kelas satu. 2. Orang-orang Arab sendiri terpecah belah dengan adanya ashabiyah (kesukuan). Dengan demikian, Khilafah Abbasiyah tidak ditegakkan di atas ashabiyah tradisional. Meskipun demikian, orangorang Persia tidak merasa puas. Mereka menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula. Sementara itu bangsa
Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka adalah darah (ras) istimewa dan mereka menganggap rendah bangsa non-Arab ('ajam). Selain itu, wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama sangat luas, meliputi berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki, dan India. Mereka disatukan dengan bangsa Semit. Kecuali Islam, pada waktu itu tidak ada kesadaran yang merajut elemenelemen yang bermacam-macam tersebut dengan kuat. Akibatnya, di samping fanatisme kearaban, muncul juga fanatisme bangsabangsa lain yang melahirkan gerakan syu'ubiyah (fanatisme kebangsaan). Fanatisme kebangsaan ini nampaknya dibiarkan berkembang oleh penguasa. Sementara itu, para khalifah menjalankan sistem perbudakan baru. Bangsawan Persia atau Turki yang memiliki kedudukan tinggi dijadikan pegawai dan tentara. Mereka diberi nasab dinasti dan mendapat gaji. Di masa inilah muncul gelar untuk para bangsawan Persia atau Turki seperti mirza (dari kata amir shahzada atau anak amir alias pangeran), baig, khan, nawab dan lain-lain di Asia Tengah. Adapun untuk kalangan yang lebih rendah dari kaum bangsawan Persia mendapat gelar ‘ghulam’. ‘Sistem perbudakan’ ini telah mempertinggi pengaruh bangsa
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
23
Sajian | utama Persia dan Turk. Karena jumlah dan kekuatan mereka yang besar, mereka merasa bahwa negara adalah milik mereka; mereka mempunyai kekuasaan atas rakyat berdasarkan kekuasaan khalifah. Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal Khalifah Abbasiyah berdiri. Akan tetapi, karena para khalifah adalah orang-orang kuat yang mampu menjaga keseimbangan kekuatan, stabilitas politik dapat terjaga. Setelah al-Mutawakkil, seorang khalifah yang lemah, naik takhta, dominasi tentara Turk tak terbendung lagi. Sejak itu kekuasaan Bani Abbas sebenarnya sudah ber akhir. Kekuasaan berada di tangan orang-orang Turk. Posisi ini kemudian direbut oleh Bani Buwaih, bangsa Persia, pada periode ketiga, dan selanjutnya beralih kepada Dinasti Seljuk pada periode keempat. Di masa ini dinasti Samanid, yang menguasai kawasan Asia Tengah, melepaskan diri dari pemerintah Khilafat Abbasiyah yang berpusat di Baghdad dan membentuk kerajaan baru yang bernama Samaniyah atau Samanid. Kerajaan Samaniyah menjadikan kota Samarkand sebagai ibukota dan sekaligus pusat pemerintahan. Saman Khuda menjadi leluhur dari dinasti Samanid (Samaniyah), dinasti Persia asli pertama yang muncul setelah penaklukan Arab Muslim di Asia Tengah. 24
Samarkand di Bawah Kekuasaan Kekaisaran Mongolia Kekuasaan Dinasti Samaniyah berakhir di masa Ismail Muntasir bin Nuh II yang dijatuhkan oleh pasukan Kana-Khanid Khanate (Karakhanids), sebuah gabungan koalisi besar dari suku-suku dari Karluks; Yaghmas; Chigils; dan suku-suku lain yang tinggal di Semirechye, Tian Shan (Kyrgyzstan), dan Xinjiang Barat (Kashgaria), pada tahun 999. Kerajaan Karakhanid berhasil menguasai Samarkand selama 212 tahun, sebelum akhirnya kota ini dikuasai lagi oleh kerajaan lain dari Turki bernama Khwarezmia, pada tahun 1211. Kerajaan Khwarezmia hanya sebentar saja berkuasa di Samarkand, dan mereka ditaklukan oleh Kekaisaran Mongol pimpinan Genghis Khan pada tahun 1220. Latar belakang penyerangan pasukan Genghis Khan ke Samarkand ini disebakan sebuah peristiwa pembantaian terhadap kafilah dagang dari Mongol oleh pasukan Khwarezmia di Otrar (sekarang Utrar, Kazakstan). Semua delegasi dagang dari Mongol itu di bantai dengan cara dipenggal, kepalanya dikirimkan ke Mongol dan dagangan mereka dirampas. Pembantaian itu dilakukan atas dasar kecurigaan kerajaan Khwarezmia terhadap delegasi dagang Mongol yang dianggap telah
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
Sajian | utama disusupi oleh mata-mata. Genghis Khan yang saat itu sedang memimpin sebuah negara kekaisaran yang sangat besar di dunia merasa dilecehkan, marah besar dan memutuskan untuk melakukan serangan secara besarbesaran dengan mengerahkan sebanyak 200.000 pasukan ke Samarkand, yang dipimpin langsung oleh dirinya sendiri. Pada bulan Februari 1220 tentara Mongol berhasil menyeberangi sungai Syr Darya, sungai sepanjang 2.212 kilometer yang berasal dari pegunungan Tian Shan, Kyrgyzstan dan mengalir melewati Uzbekistan hingga menuju Laut Aral. Dari sana mereka terus bergerak hingga akhirnya berhasil menaklukan Bukhara, Gurganj dan ibu kota Khwarezmia, Samarkand. Luapan kemarahan Genghis Khan ditumpahkan kepada penguasa Khwarezmia dan rakyatnya. Penaklukan Asia Tengah itu kemudian menjadi salah satu catatan kelam dalam sejarah kehidupan manusia. Penguasa Khwarezmia, Muhammad Ibn Tekish, melarikan diri dan meninggal beberapa minggu kemudian di sebuah pulau di Laut Kaspia. Adapun tentaranya tercerai berai, terusir tanpa arah, tidak memiliki negara lagi, dan akhirnya sebagian besar dari mereka memilih hidup menjadi tentara bayaran. Dalam sejarah tercatat jasa mereka sebagai tentara bayaran digunakan oleh penguasa
Pria dari suku Khwarezmia, yang sekarang tersebar di kawasan Khiva, Uzbekistan (www.chezchiara.com)
Turki. Setelah penaklukan Asia Tengah, pasukan Genghis Khan terus bergerak ke barat dan berhasil menaklukan Persia. Luas daerah taklukan Genghis Khan sampai masa itu melebihi 33 juta m2, yang menjadikan Kekaisaran Mongol sebagai kekaisaran terbesar sepanjang sejarah. Luasnya daerah taklukan dan
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
25
Patung Genghis Khan di Sungai Tuul, Tsonjin Bol‐ dog, Ulan Bator, Mongolia
konflik internal dalam keluarga yang dilatarbelakangi oleh upaya memperebutkan kursi kekaisaran dari Genghis Khan, membuatnya mengambil keputusan untuk membagi daerah kekuasannya menjadi beberapa negara bagian. Negara bagian itu disebut oleh Genghis Khan dengan istilah Khanate. Anak pertama Genghis Khan bernama Jochi Khan menguasai kawasan Khorasan yang kemudian disebutnya sebagai Jochi Khanate. Namun dikarenakan ada ambisi dari Jochi Khan untuk mengambil alih kekuasaan Kekaisaran Mongol secara menyeluruh dia harus meninggal di tangan ayahnya sendiri dengan cara diracun. Ambisi Jochi 26
dianggap oleh Genghis Khan sangat membahayakan masa depan Mongol, bahkan hal itu terlihat ketika Jochi Khan melakukan serangan ke Chagatai Khanate, dan berperang dengan saudaranya sendiri, Chagatai Khan. Maka untuk mematikan ambisinya, Jochi mati diracun. Peristiwa itu terjadi tahun 1223, sekitar empat atau lima tahun sebelum Genghis Khan meninggal. Anak ketiganya, yang bernama Ogadai Khan, ditunjuk sebagai penerus di Kekasiran Mongol, dan menyebut negara itu sebagai Ogadai Khanate. Genghis Khan melihat karakteristik Ogadai yang sangat santun dan murah hati.
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
Sajian | utama Kharismanya itu bisa menjaga kebesaran Kekaisaran Mongol di masa depan. Ogadai Khan adalah seorang yang sangat pragmatis, meskipun ia membuat beberapa kesalahan selama pemerintahannya. Sementara putra mahkota yang dipersiapkan untuk mengganti Ogadai Khan adalah anak keempat Genghis Khan yang bernama Tolui Khan, namun sebelum menjadi kaisar pengganti ia meninggal dunia pada tahun 1232. Adapun anak keduanya, yang bernama Chagatai Khan diberikan kekuasaan di kawasan Asia Tengah dan sekitarnya. Ia mulai berkuasa di sana tahun 1226. Wilayah ini kemudian diberi nama Chagatai Khanate. Pada tahun 1227 atau 1228, Genghis Khan meninggal dunia, dan Ogadai Khan naik tahta sebagai kaisar Mongol. Chagatai Khan sangat menghormati dan mendukung adiknya menjadi Kaisar Mongol. Pada masa Samarkand ditaklukan oleh pasukan Mongol tersebutl ah n am a Q ar c h ar B ar l a s (Karachar), seorang pemimpin perang dari klan Barlas yang merupakan putra Jendral Bodonchir atau Bodon Achir, panglima perang Mongol yang legendaris. Sebagai hadiah atas jasa dan kesetiaannya kepada Kekaisaran Mongol, Qarchar Barlas mendapat daerah kekuasaan yang meliputi daerah-daerah yang saat ini dikenal dengan Kazakhstan, Uzbekistan,
Kyrgistan, dan Turkmenistan. Qarchar Barlas kemudian masuk Islam, dan dikenal sebagai Muslim pertama bangsa Mongol. Sejak itu klan Barlas dikenal sebagai klan Mongol yang beragama Islam. Klan Barlas adalah salah satu klan yang menyokong Genghis Khan menjadi penguasa dunia. Dalam buku The Secret History of the Mongol pada masa pemerintahan Ogadai Khan (1229-1241), disebutkan bahwa klan Barlas memiliki ikatan darah dengan klan Borjigin, klan Genghis Khan dari Mongolia.
Klan Barlas Klan Barlas yang bermukim di Asia Tengah, di segala tingkatan, melakukan hubungan sosial yang harmonis dengan bangsa Persia dan Turki yang sebelumnya sudah ada di sana. Perkawinan antara klan Barlas dengan bangsa Persia atau Barlas dengan bangsa Turk pun terjadi dan menghasilkan ras baru di masyarakat Asia Tengah. Istilah Persia-Mongol dan TurkoMongol lahir dari adanya asimilasi antar bangsa-bangsa tersebut. Bertahun-tahun hidup bercampur dengan suku Persia dan Turk membuat klan Barlas mengadopsi segala sesuatu yang ada di sana, termasuk mengadopsi agama Islam sebagai agamanya. Bahkan kalangan elit klan Barlas setelah menikah dengan elit Persia atau Turk
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
27
Sajian | utama mengadopsi juga gelar-gelar yang biasa digunakan bangsawanbangsawan Persia dan Turk itu, seperti gelar Mirza atau Baig, kepada anak-anak mereka. Hal ini menyebabkan banyak pejabat di pemerintahan Chagatai Khanate yang merupakan turunan bangsawan Persia-Mongol atau TurkMongol yang bergelar Mirza, Beig, atau gabungan gelar keduanya, Mirza Beig. Dalam perkembangan selanjutnya, Asia Tengah yang masih berada di bawah kekuasaan Chagatai Khanate, Kekaisaran Mongol, masih menempatkan bangsawanbangsawan dari klan Barlas untuk memegang jabatan penting, terutama di bidang administrasi pemerintahan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan agama Islam yang sangat pesat di kawasan Asia Tengah pada masa itu sangat mempengaruhi pandangan keagamaan klan Barlas, yang awalnya beragama Buddha namun banyak dipengaruhi oleh kepercayaan Shamanisme. Di samping pengaruh itu, masa lalu yang kelam saat melakukan penaklukan Asia Tengah, telah dianggap sebagai dosa besar yang harus dicari ‘penghapusnya’. Saat itu mereka menemukan hanya Islam-lah yang mereka lihat sebagai sarana penghapus dosa di masa lalu mereka. Faktor-faktor tersebut yang kemudian membuat klan Barlas banyak yang beralih memeluk agama Islam. Namun suatu hari, ketika Islam telah dipeluk oleh se28
Pria Persia‐Mongol di Samarkand (www.erickbonnier‐pictures.com)
bagian besar klan Barlas dan orang Mongol lainnya yang tinggal di Asia Tengah, gerakan anti-Islam muncul di Kekaisaran Mongol dan hal itu menjadi faktor terlepasnya kawasan Asia Tengah dari Kekaisaran Mongol, lalu membentuk dinasti baru yang bernama Dinasti Timurid.
Konflik Internal di Kekaisaran Mongol Pada tahun 1241, Ogadai Khan
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
Sajian | utama meninggal dunia, lalu disusul kematian Chagatai Khan beberapa hari kemudian. Pemerintahan di Chagatai Khanate diserahkan ke pusat pemerintah, yaitu Kekaisaran Mongol yang sedang dipimpin Toregene Khatun, istri kedua Ogadai Khan. Kewafatan dua orang suksesor terakhir Genghis Khan ini membuat suasana politik di Kekasiran Mongol tidak stabil. Penyebab utamanya rebutan posisi tertinggi di Kekaisaran. Toregene Khatun yang naik sebagai pengganti Ogadai Khan dinilai tidak pantas, dan dipandang telah menabrak tradisi kepemimpinan bangsa Mongol, yang selalu didominasi kaum pria. Toregene Khan tentu saja tidak diam menghadapi rongrongan itu, tapi cara dia dalam memecahkan masalah telah dianggap oleh beberapa ahli sejarah Mongol sebagai manuver licik dan kejam. Toregene Khatun tidak saja melakukan intrik -intrik politik, tapi dia pun telah menggaet seorang wanita ahli nuzum dari Syiah bernama Fatimah untuk menghabisi para penentangnya. Dan tentu saja strategi ini telah memunculkan sentiment anti -Islam beberapa tahun setelahnya, terutama di Chagatai Khanate barat yang dihuni mayoritas Muslim. Adapun di pihak penentang Toregene Khatun dipimpin oleh Sorghaghtani Beki, janda Tolui yang berasal dari suku Khereid beragama Kristen Nestorian. Perla-
wanan Sorghaghtani Beki didasari wasiat Genghis Khan bahwa yang menjadi putra mahkota adalah Tolui Khan, tapi karena Tolui Khan meninggal sebelum suksesi kepemimpinan itu terjadi, maka sebagai gantinya yang dianggap berhak untuk menjadi kaisar adalah putra Tolui Khan bernama Mongke Khan. Al Hasil, Setelah sepuluh tahun berjuang, perlawanan Sorghaghtani Beki akhirnya berhasil dan Mongke Khan menjadi Kaisar Mongol yang kelima, setelah menggulingkan Kaisar Mongol keempat, Guyuk Khan, anak Ogadai Khan dari Toregene Khatun. Masa Kekaisaran Mongke Khan ini pemerintahannya di dominasi oleh suku Khereid yang beragama Kristen Nestorian. Pada masa ini sentiment anti Islam semakin menampakan bentuknya, apalagi saat itu kondisi politik sangat memungkinkan untuk menjadikan anti Islam sebagai senjata untuk membidik lawan politik. Faktor perang Salib yang meninggalkan memori kebencian terhadap Islam dan maneuver licik Toregene Khan yang merekrut dukun wanita dari Syiah untuk menyingkirkan lawan politiknya, menjadi isu panas yang berkembang di Kekaisaran Mongol saat itu. Dampak negatif perseteruan keturunan Ogadai Khan dan Tolui Khan berpengaruh pada wibawa Kekaisaran Mongol di mata dinasti
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
29
Sajian | utama -dinasti bawahannya. Banyak dinasti-dinasti yang melakukan perlawanan dan akhirnya menyatakan diri berpisah dengan Kekaisaran Mongol. Di masa-masa ini perang antar negara bagian, perang suku, hingga rebutan kawasan antar suku -suku nomaden sering terjadi di seantero Kekaisaran Mongol. Akan tetapi di Chagatai Khanate, pemerintahannya masih setia kepada Kekaisaran Mongol dan tetap mengirim satuan-satuan militernya untuk membantu tentara Kekaisaran Mongol. Pada posisi ini sebenarnya sangat beralasan bagi pemerintahan di Chagatai Khanate untuk memisahkan diri dari Kekaisaran Mongol. Alasannya, selain kondisi negara yang sedang lemah, sikap antipati terhadap masyarakat di Chagatai Khanate yang sudah muncul ketika Toregene Khatun yang mempekerjakan ahli nuzum wanita dari Syiah, sudah banyak merugikan mereka. Masyarakat Chagatai Khanate, terutama yang ada di barat, telah menjadi masyarakat nomor dua di Kekasiran Mongol. Bahkan nilai pajak yang dikenakan kepada mereka lebih tinggi dibanding yang lain. Hal ini sempat memicu kemarahan warga Chagatai Khanate di barat dan mengakibatkan kondisi Chagatai Khanate yang terpecah menjadi dua bagian, yaitu Chagatai Khanate timur yang langsung berbatasan dengan Tanah Mongol dan didominasi oleh penduduk beragama Budha dan Shamaniyah yang mendapat prioritas 30
dari negara; dan Chagatai Khanate barat yang didominasi oleh kaum Muslim, yang cendrung dianaktirikan.
Dinasti Timurid Chagatai Khanate pada tahun 1347 dipimpin oleh Qazaghan, seorang panglima perang Qara’unas, unit militer pasukan Kekaisaran Mongol yang ditempatkan di India. Ia naik menjadi penguasa setelah terlebih dahulu menggulingkan Qazan Khan bin Yasuar yang telah berkuasa sejak 1310 di Chagatai Khanate. Kematian Qazan Khan bin Yasuar menandai berakhirnya penguasaan secara efektif Kekaisaran Mongol di Chagatai Khanate. Walaupun putra Qazan Khan yang bernama Denishmendji naik menjadi pengganti anaknya, tapi dalam prakteknya dia hanyalah ‘boneka’ Qazaghan. Pemerintah Denishmendji berada di bawah kontrol penuh Qazaghan. Demikian pula ketika Denishmenji turun tahta dan digantikan oleh Bayan Kuli. Qazaghan sendiri tinggal di kota Samarkand, Chagatai Khanat barat. Selama memegang kekuasaan di Chagatai Khanate, Qazaghan mengangkat Haji Beg atau yang dikenal dengan sebutan Haji Barlas sebagai Gubernur Samarkand. Jabatan itu diberikan sebagai bentuk terima kasih Qazaghan kepada klan Barlas yang ikut bergabung dengannya merebut kekuasaan dari
Sajian | utama Timur Leng
Qazan Khan. Tidak sampai di situ, Qazaghan pun mengangkat salah seorang keponakan Haji Barlas, yang kelak menjadi pendiri Dinasti Timurid, bernama Timur Leng (Timur Lenk, Tamerlane) sebagai pemimpin pasukan Qara’unas. Ayah Timur Leng, Taragay Barlas, adalah adik dari Haji Barlas. Pada tahun 1358, suku-suku yang berada di Chagatai Khanate timur, seperti Kashgan, Aksu, Yarkand, dan Khotan, yang masih setia kepada Kekaisaran Mongol bergabung membentuk koalisi baru untuk melawan Qazaghan. Mereka mengangkat Tughlugh Timur, keturunan ke-6 Chagatai Khan dari anaknya yang bernama Mutukan, sebagai pemimpin mereka. Dalam sebuah peperangan, Qazaghan tewas di tangan pasukan
Tughlugh Timur. Setelah Qazaghan meninggal posisi kepemimpinan mengalami kekosongan yang kemudian memicu rebutan kekuasaan antar para panglima perang dan kaum agamawan. Kekacauan itu dimanfaatkan dengan baik oleh Tughluk Timur sehingga pada tahun 1360, Tughluk Timur berhasil menaklukan kota Samarkan secara penuh. Tughlugh Timur memberi penawaran agar Haji Barlas mau tunduk kepadanya dan bersamasama memerintah kota Samarkand. Namun Haji Barlas menolak tawaran itu dan memilih meninggalkan kota Samarkand dan pergi ke selatan menuju Afganistan. Saat penaklukan kota Samarkand, Tughlugh Timur sangat tertarik dengan Timur Leng yang dianggapnya memiliki keahlian berperang yang sangat baik. Ia kemudian mengajak Timur Leng untuk bergabung dan menawarkan sebuah jabatan sebagai wazir (pembantu utama) Gubernur Samarkand, yang dijabat oleh anaknya bernama Ilyas Khoja. Pada tahun 1363, Tughlugh Timur meninggal dunia dan menyerahkan kekuasannya kepada Ilyas Khoja. Ilyas Khoja yang masih sangat muda tidak sanggup mempertahankan kebesaran klan Chagatai Khan dan akhirnya digulingkan oleh Timur Leng yang bekerjasama dengan putra tertua Qazaghan, bernama Amir Husein. Pada tahun 1370, Kekaisaran
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
31
Sajian | utama Mongol yang berada di daratan China (Dinasti Han) ditaklukan oleh pasukan Kaisar Ming. Kesempatan itu diambil oleh Timur Leng dengan mendirikan kerajaan baru bernama Dinasti Timurid. Semenjak itu berdirilah Dinasti Timurid yang daerah kekuasaanya sangat luas dan berlangsung selama 156 tahun. Timur Leng yang merupakan seorang Muslim telah mengadopsi sistem pemerintahan kekhalifahan yang pernah ada di Jazirah Arab ke dalam pemerintahannya. Ia menggunakan kata ‘amir’ untuk setiap kepala pemerintahan di segala tingkatan. Dalam beberapa catatan Timur Leng disebut hanya melakukan serangan kepada kerajaankerajaan yang melakukan kejahatan dan berlaku tidak adil kepada rakyatnya sendiri. Masa kepemimpinan Timur Leng selama 35 tahun terkenal dengan melakukan banyak penaklukan di berbagai bagian dunia. Tak heran kemudian ia dijuluki sebagai ‘Sang Penakluk’. Tapi selama masa penaklukan-penaklukan itu ia tidak pernah menandai daerah taklukannya itu dengan menempatkan divisi pasukan militer yang berfungsi untuk mengontrol daerah taklukan. Akibatnya, banyak kerajaan-kerajaan yang ia taklukan dikemudian hari menyusun kekuatannya kembali lalu melakukan serangan balik ke Kerajaan Timurid di Samarkand. Dinasti Safawi (Safawiyah) adalah salah satunya, yang dikemudian hari 32
Patung Mirza Muhammad Taragay alias Ulugh Baig
malah menaklukan dan mengusir Dinasti Timurid dari Samarkand.
Mendirikan Dinasti Mughal Pada tahun 1449, Amir Kerajaan Timurid yang ke-5, Mirza Muhammad Taragay atau dikenal dengan sebutan Ulugh Baig , tewas ditangan anaknya sendiri bernama Mirza Abdul Latif, yang saat itu menjabat gubernur Balkh, dalam sebuah rebutan kekuasaan. Abdul Latif yang naik tahta menjadi amir juga dibunuh. Pembunuhan itu terjadi hanya 6 bulan setelah Abdul Latif membunuh ayahnya (tahun 1450). Kematian Mirza Muhammad Taragay merupakan akhir dari berkuasanya turunan langsung Timur Leng. Selanjutnya kekuasaan kerajaan Timurid sempat ter-
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
Sajian | utama pecah menjadi dua bagian; Asia Tengah yang dipimpin Mirza Abdullah dan kawasan Khurasan, Herat, Irak dan Persia yang dipimpin keturunan Timur Baig Ghurkani. Namun kemudian disatukan kembali oleh Mirza Abu Said, kakek pendiri kerajaan Mughal di India, Mirza Zahiruddin Muhammad Babur. Pada awal tahun 1500, seorang keturunan dari Jochi Khan dari anak kelimanya Shayban Khan, yang bernama Muhammad Shaybani Khan, berhasil menaklukan suku-suku yang berada di bekas kekuasaan Jochi Khanate dan Chagatai Khanate. Dia berhasil membentuk pasukan koalisi yang cukup besar dan berhasil merebut kawasan Asia Tengah dari kekuasaan kerajaan Timurid. Pada tahun 1504, Mirza Zahiruddin Muhammad Babur, cucu Mirza Abu Said, yang saat itu menjadi gubernur Fargana juga terdesak, dan hijrah ke selatan dan menjadi penguasa Balkh dan Kabul. Mirza Zahiruddin Muhammad Babur semakin terdesak, hingga hanya menguasai Kabul. Dalam kondisi terdesak seperti itu ia akhirnya berkoalisi dengan Dinasti Safawi dari Persia yang beraliran Syiah, pimpinan Shah Ismail (Ismail I). Pada tahun 1510, koalisi itu berhasil mengalahkan pasukan Muhammad Shaybani dalam sebuah pertempuran di kota Merv
(Uzbekistan). Muhammad Shaybani tewas dan tubuhnya dipotongpotong dan dikirim ke daerahdaerah kekuasaan Dinasti Safawi, sebagai tanda peringatan agar jangan ada pemberontakan di daerah kekuasaan dinasti itu. Adapun kepala Muhammad Shaybani dijadikan wadah cangkir minuman Shah Ismail, yang hanya digunakan saat acara jamuan kenegaraan. Setelah kekalahan pasukan Muhammad Shaybani di Merv, Mirza Zaharuddin Muhammad Babur menguasai secara penuh kawasan Asia Tengah, tapi itu tidak berlangsung lama, karena pada tahun 1512 ia dikalahkan lagi oleh Sultan Ubaidillah dari Uzbek, yang memaksanya meninggalkan kota Samarkand. Terusir dari Samarkand Mirza Zaharuddin Muhammad Babur beserta loyalisnya yang merupakan klan Barlas bergerak kearah selatan, hingga akhirnya berhasil mendirikan kerajaan Mughal di India di tahun 1530. Sukma WFA [] [] Bersambung
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
33
Karya: Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Qadiani a.s. Penterjemah: Ridwan Buton*
Semoga
Allah melindungi setiap sālik (orang yang menempuh perjalan di jalan Allah) dari keburukannya. Di sini wajib dicamkan oleh setiap orang yang menggemari ilham bahwa wahyu itu terdiri dari dua bagian, yaitu wahy alibtilā’ (wahyu ujian) dan wahy alistifā’(wahyu yang diberikan bagi orang-orang pilihan Allah). Sesungguhnya wahyu ibtilā’ sewaktu -waktu akan mengajak ke arah kebinasaan, seperti apa yang dialami “Bal‘ām Bā‘ūr”. Adapun orang yang memperoleh wahyu istifā’ ia 34
Bagian 2 tidak akan pernah dibinasakan untuk selama-lamanya. Seperti itulah, wahyu ibtilā’ juga tidak akan diperoleh oleh setiap orang. Apalagi, perumpamaan perangaiperangai sebagian manusia diumpamakan seperti orang-orang yang dilahirkan dalam keadaan tuli atau bisu atau buta. Seperti itulah, sesungguhnya kekuatan ruhani yang dimiliki sebagian orang seperti tidak ada. Sebagaimana orang-orang buta melewatkan waktu-waktu mereka melalui bimbingan orang lain buat mereka, seperti itu pulalah mereka ini. Akan tetapi, mereka tidak akan mengingkari
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
Haqiqatul Wahyi kenyataan yang terjadi ini sebab ada kesaksian masyarakat umum yang masuk dalam kenyataan yang tidak terbantahkan itu sebagaimana mereka tidak ada jalan untuk mengatakan bahwa semua orang adalah buta seperti mereka. Perhatikanlah, secara umum seorang orang buta tidak akan mengatakan bahwa orang-orang yang melihat semuanya pembohong karena mereka mengaku melihat dan ia pun tidak akan mengingkari bahwa ribuan manusia selain dirinya memiliki mata. Hal itu disebabkan karena ia mengerti secara baik bahwa ada orang-orang yang mempergunakan mata mereka dan mereka mengerjakan apa-apa yang ia tidak dapat melakukannya. Adapun apabila ada satu zaman kekosongan dimana padanya tidak akan ditemukan selain orang-orang buta dan tidak ada seorang pun yang memiliki mata, pasti ada kesempatan besar bagi orang-orang buta untuk mengingkari dan menentang. Bahkan saya memperkirakan bahwa keberhasilan akan segera menjadi sekutu orang-orang buta sebab orang yang hanya menceritakan peristiwa-peristiwa yang diklaim telah terjadi di masa-masa silam tapi ia tidak mampu untuk memberikan bukti bagi seorang pun perihal qudrāt dan kamālāt yang tengah ia dakwahkan dan ia hanya bisa mengatakan bahwa zaman qudrāt dan kamālāt itu telah berlalu dan zaman itu tidak berlangsung hingga zaman
sekarang, maka setelah dibahas dan dibuktikan kesimpulannya adalah ia sungguh sedang mengukuhkan kebohongannya. Sebab, kekuatan yang telah Allah anugerahkan kepada manusia berupa kekuatan melihat, mendengar, mencium, meraba, menjaga, berpikir, dan sebagainya pada kenyataannya selalu ada. Kalau begitu bagaimana mungkin digambarkan bahwa kekuatan ruhani yang ada pada zaman orang-orang masa silam semuanya telah hilang dari fitratfitrat mereka yang ada di zaman ini? Padahal kekuatan-kekuatan itu jauh lebih dibutuhkan daripada kekuatan-kekuatan jasad, untuk kesempurnaan jiwa manusia. Kemudian, bagaimana mungkin hal itu diingkari padahal pengalaman sehari-hari membuktikan bahwa kekuatan ruhani itu tidak dihilangkan. Dari hal itu jelas, betapa jauhnya dari kebenaran, [yakni] agama–agama yang mengakui bahwa kekuatan aqal dan kekuatan jasmani selalu ada pada setiap fitrat manusia, sebagaimana dulunya, akan tetapi mereka menolak kelestarian kekuatan ruhani yang kenyataannya ada pada diri mereka. Aku akan mengarahkan penjelasan ini ke arah bahwa perihal ru’yā seseorang yakni ru’yā-ru’yā sālihah dan ia memperoleh beberapa ilhāmāt yang benar tidak menunjukkan tentang kesempurnaanya selama tidak didukung oleh tandatanda lain yang insyā’ Allāh akan
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
35
Haqiqatul Wahyi kami uraikan pada Bab ketiga. Bahkan itu merupakan produk yang dihasilkan oleh otak. Oleh karena itu, dalam hal tersebut tidak disyaratkan keadaan orang yang mendapatkannya itu seorang saleh dan takwa, tidak mesti pula ia itu seorang mukmin dan muslim. Dan sebagaimana ada sebagian orang yang melihat mimpi-mimpi atau mereka mengetahui sesuatu melalui ilham-ilham yang dibentuk otak mereka saja, demikian juga hakikat-hakikat dan makrifatmakrifat akan bersesuaian dengan beberapa keadaan-keadaan alami berdasarkan kepada fungsi (kerja) otak. Oleh karena itu, perkaraperkara halus membahayakan keadaan orang yang mendapatkannya. Akhirnya, cocoklah pada mereka Hadis :
ُآﻣ َﻦ ِﺷ ْﻌ ُﺮﻩُ َو َﻛ َﻔ َﺮ ﻗَـﻠْﺒُﻪ َ
Ungkapan perasaannya beriman tetapi hatinya menolak. Oleh karena itu, makrifat sādiq (orang benar) tidak bersandar kepada kemampuan setiap orang yang biasa. (Terjemahan bait syair berbahasa Farsi)
“Ada banyak iblis dalam corak Adam, maka seharusnya tangan [bai’at] tidak diserahkan pada tangan setiap orang dari antara mereka.” Di samping itu, tentu harus dicamkan, bahwa ru’yā-ru’yā, dan 36
ilham-ilham untuk manusia pada fase ini berada dalam gelap gulita, dan kalau dilihat dengan mata air kebenaran padanya tidak terdapat sesuatu selain hal-hal yang menyimpang dan melantur, serta tidak didukung oleh tanda-tanda kecintaan Allah dan pengabulan-Nya. Sesungguhnya hal-hal gaib itu bergabung di tengah-tengah manusia. Dan bagi setiap orang yang bangkit untuk mengkaji dan membuktikannya – jika ia mau – maka ia akan mendapatkan bahwa orangorang fasik, fajir, kafir, −mulhid, sampai perempuan-perempuan penzina pun mengalami mimpimimpi dan ilham-ilham semacam ini. Orang-orang yang bangga dengan hal itu dan membual, mereka itu adalah orang-orang yang tidak berakal. Tertipulah orang yang mengklaim dirinya sebagai sesuatu lantaran ada sesuatu yang ia terima dalam mimpi-mimpi atau ilham-ilham yang ada padanya. Bahkan, hendaklah diingat, bahwa perumpamaan orang yang mencapai derajat semacam itu seperti seseorang yang melihat asap di tengah malam gulita dari kejauhan, tetapi ia tidak melihat nyala api dan ia tidak bisa terlepas dari kedinginannya padahal apinya begitu panas. Oleh karena itu, sesungguhnya orang-orang itu tidak memperoleh satu bagian pun dari berkat-berkat dan nikmat-nikmat Allah yang khas; mereka tidak akan memperoleh tanda-tanda pengabulan; mereka tidak memiliki hubungan yang dekat dengan Allah
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
Haqiqatul Wahyi Ta’ala; dan dosa-dosa manusiawi mereka tidak akan dibakar oleh cahaya yang bersinar. Dan disebabkan mereka tidak ada hubungan yang murni dengan Allah Ta’ala maka jadilah setan sebagai teman bagi mereka untuk menjauhkan mereka agar tidak bisa dekat dengan kasih sayang Allah Ta’ala dan perkataan hawa nafsu akan menguasai mereka. Sebagaimana besarnya matahari ditutup oleh banyaknya awan dan yang akan nampak sebagian yang lain, demikian pula keadaan mereka akan tinggal selama beberapa waktu di dalam tirai-tirai kegelapan, dan pengaruh besar yang dimiliki setan akan ada di dalam ru’yā dan ilham-ilham mereka. *****
BAB KEDUA PENJELASAN MENGENAI ORANG-ORANG YANG MELIHAT MIMPI-MIMPI BENAR ATAU KADANG-KADANG MEREKA MENERIMA ILHAMILHAM YANG BENAR DAN MEREKA MEMILIKI SEMACAM HUBUNGAN DENGAN ALLAH TA’ALA TETAPI HUBUNGAN ITU TIDAK KUAT. SESUNGGUHNYA JIWA-JIWA MEREKA TIDAK TERBAKAR SECARA SEMPURNA OLEH PANCARAN CAHAYA, HANYA SAJA ADA KEDEKATAN DENGAN
DERAJAT TERSEBUT DALAM BATAS TERTENTU Di dunia ini ada orang-orang yang mengharuskan ‘iffah dan zuhud hingga batas tertentu, sebagai tambahan bagi kekuatan fitrat yang ada pada mereka agar memperoleh ru’yā-ru’yā dan kasyafkasyaf, dimana pada kemampunan otak mereka akan siap untuk menerima ru’yā-ru’yā dan kasyafkasyaf hingga batas tertentu. Mereka juga berusaha sedapat mungkin untuk memperbaiki diridiri mereka, dan terciptalah pada mereka kebaikan dan kejujuran dalam corak lahiriah. Oleh sebab dua hal inilah terjadilah pada mereka cahaya-cahaya ru’yā sālihah dan kasyaf-kasyaf sādiqah hingga batas tertentu, namun hal itu tidak luput dari kegelapan. Bahkan sebagian doa–doa mereka juga akan dikabulkan, akan tetapi bukan dalam perkara-perkara yang besar. Hal itu disebabkan kejujuran mereka tidak sempurna. Sebalik nya hal itu menjadi seperti air yang nampaknya bersih tapi di dalamnya terdapat najis dan kotoran. Dan disebabkan kesucian jiwa mereka tidak sempurna serta kejujuran dan kemurnian mereka sangat kurang, maka mereka akan terjerumus ke dalam ibtilā’ (ujian). Seandainya rahmat Allah menaungi mereka dan tirai Allah, al-Sattār (Yang Maha Menutupi) melindungi mereka pasti mereka akan melalui dunia ini tanpa terge-
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
37
Haqiqatul Wahyi lincir. Adapun jika mereka menghadapi sebuah ujian maka dikuatirkan akibat yang buruk akan menimpa mereka seperti yang dialami oleh Bal‘ām Bā‘ūr dan mereka akan diserupakan dengan anjing sesudah mereka menjadi mulhamīn (orang-orang yang diberi ilham). Sebab, setan akan menanti mereka melalui pintu-pintu dan akan memasuki rumah-rumah mereka dengan secepatnya untuk menggelincirkan mereka disebabkan ada kekurangan mereka dalam hal ilmu, amal, dan keimanan. Sungguh mereka melihat cahaya dari kejauhan tapi mereka tidak memasukinya dan mereka tidak mengambil bagian yang berkualitas dari panasnya cahaya itu. Oleh karena itu, keadaan mereka senantiasa berada dalam bahaya. Allah Ta’ala adalah “Nūr” sebagaimana firman-Nya :
اﷲ ﻧﻮر اﻟﺴﻤﺎوات واﻷرض Allah adalah Cahaya langit dan bumi. Maka, orang-orang yang hanya melihat tanda-tanda Nur-Nya saja, perumpamaannya seperti orang yang melihat asap dari kejauhan dan ia tidak melihat nyala api, akhirnya ia luput dari faedahfaedah nyala api itu dan luput dari panasnya yang akan membakar kekotoran-kekotoran manusia. Lalu, orang yang berdalil akan adanya wujud Allah Ta’ala hanya melalui bukti-bukti ‘aqliyyah atau naqliyyah atau ilhāmāt yang diang38
gap – seperti ahli-ahli pikir dan para filsuf atau orang-orang yang menyatakan adanya wujud Allah melalui kekuatan-kekuatan ruhani mereka, maksudnya, kekuatan atas kasyaf-kasyaf dan ru’yā-ru’yā, akan tetapi mereka luput dari cahaya kedekatan dengan Allah Ta’ala – maka perumpamaan mereka seperti orang yang melihat asap dari jauh dan ia tidak melihat nyala api tapi ia menyatakan bahwa ada api hanya dengan melihat asap saja. Maka inilah perumpamaan manusia yang luput dari basīrah yang datang melalui cahaya. Adapun orang yang melihat kilauan-kilauan cahaya dari kejauhan tanpa ia memasukinya, maka perumpamaannya seperti orang yang melihat nyala api di malam gulita dan karena itulah, ia pun mendapat jalan yang benar. Akan tetapi, ia tidak mampu untuk terlepas dari kedinginan sebab ia jauh dari api itu, begitu juga api itu pun tidak bisa membakar dirinya. Dapatlah dipahami bahwa seandainya seseorang melihat nyala api dari jauh di malam gulita dan dingin yang menusuk, jika ia hanya melihat cahaya saja, maka ia sekali-kali tidak akan terbebas dari kebinasaan, sebaliknya yang akan diselamatkan dari kebinasaan adalah orang yang dekat sekali dengan api hingga derajat yang cukup untuk menghilangkan rasa dinginnya. Adapun orang yang melihat nyala api dari kejauhan, maka itu tandanya bahwa pada dirinya ada beberapa tanda–tanda jalan yang lu-
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
Haqiqatul Wahyi rus tanpa ada hal-hal yang menunjukkan fadl Allah yang khas, dan ia tidak terlepas dari kebiasaan mengambil kesimpulan menurut hawa nafsu dan ia kurang dalam bertawakal serta keadaan jiwanya dan kekotorannya tidak terbakar hingga menjadi abu; sebab, nyala api itu masih sangat jauh darinya. Jadi, ia tidak menjadi pewaris para nabi dan rasul secara hakiki, sebab ada beberapa kekotoran internal yang tersimpan di dalam jiwanya; hubungannya dengan Allah Ta’ala tidak terbebas dari kekeruhan dan kekurangan sebab ia melihat Allah a’ala dari jauh dengan pandangannya yang rabun dan ia tidak berada dalam pelukan Allah Ta’ala. Jadi, orang-orang yang dalam diri mereka terdapat keinginan-keingin hawa nafsu, dan suatu ketika ia memper l i h atk an k ein g in an keinginan kotornya, dan air bahnya dalam ru’yā, maka mereka akan menganggapnya sebagai getaran dari Allah Ta’ala, padahal itu hanyalah bisikan hawa nafsu mereka. Misalnya, salah seorang dari mereka mengatakan perihal ru’yā mereka : sesungguhnya aku sekali-kali tidak akan menaati si Fulan sebab aku lebih baik darinya dan dari hal itu ia berkesimpulan bahwa sebenarnya dirinya lebih baik dari orang lain. Padahal kalam tersebut adalah hasil dari bisikan hawa nafsunya sendiri. Demikianlah yang akan terjadi pada mimpi-mimpinya [yakni] akan ada kalam yang banyak yang merupakan bisikan hawa nafsunya
dan karena kebodohannya ia menyangka bahwa ia memperoleh ridha dari Allah Ta’ala, akibatnya ia dibinasakan. Selama tawajuh kepada Allah Ta’ala tidak dilakukan secara total dan selama ia tidak memilih Allah dengan sekuat tenaganya dan dengan segenap kejujuran yang sempurna dan kesetiaan yang sejati, maka hal inilah rahmat Allah juga tidak akan tampak secara sempurna kepadanya. Sehingga jadilah orang tersebut seperti janin, padanya telah ditiupkan ruh akan tetapi ia belum melepaskan diri dari ari-ari. Matanya terhalang dari menyaksikan alam ruhani dalam bentuk yang sempurna. Serta ia belum bisa melihat wajah ibunya yang mengandungnya. Sesuai dengan perkataan seseorang: “Ilmu yang sedikit itu adalah Fitnah” ia akan selalu berada dalam bahaya sebab kekurangan makrifat. Benar, sesungguhnya orang-orang semacamnya pun akan memperlihatkan beberapa makrifat dan hakikat akan tetapi perumpamaannya seperti air susu yang masih bercampur dengan sesuatu yang berasal dari air kencing, atau seperti air yang di dalamnya terdapat najis. Orang yang mencapai derajat ini, ia terjaga dari godaan setan hingga batas tertentu, dan dari pembicaraan menurut hawa nafsu mengenai ru’y ā-ru’y ānya dan ilhamilhamnya sebab ia bergabung dengan orang yang berada di derajat pertama. Akan tetapi, selama setan memiliki bagian dalam fitratnya,
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
39
maka hal inilah yang membuat ia tidak mungkin berjauhan dengan apa-apa yang dilontarkan setan dalam ru’yā-ru’yānya. Dan disebabkan hawa-hawa nafsunya juga menguasainya, maka ia tidak akan terpelihara dari perkataan hawa nafsu semacam itu. Sebenarnya, kemurnian wahyu dan ilham tergantung pada kebersihan jiwa. Orang-orang yang di dalam jiwa mereka terdapat kotoran, kotoran itu pulalah yang ada di dalam wahyu dan ilham mereka. [][]
Ridwan Buton Mubaligh Ahmadiyah bertugas Di Pulau Buru
Bersambung
Masjid Nasir, terletak di Gothenberg, Swedia, diresmikan oleh Hadhrat Khalifatul Masih III, Mirza Nasir Ahmad r.a. pada tanggal 20 Agustus 1976. Masjid ini mampu menampung jamaah sebanyak 400 orang. (Sumber: www.Ahmadiyyamosque.info)
40 40
SINAR SINARISLAM ISLAM| Volume | Volume1,1,Edisi Edisi10, 10,Fatah Fatah1393 1393/ /Desember Desember2014 2014
Malfuzat
SIAPAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN ORANG MUTAKI (BERTAKWA)
Di
dalam Kalam Ilahi didapati, bahwa yang dimaksud orang mutaki (bertakwa) adalah orang yang berjalan dengan sikap ramah dan rendah hati. Dia tidak berbicara dengan angkuh. Cara dia berbicara adalah seperti orang bawahan yang berbicara dengan orang besar. Kita harus melakukan hal itu di dalam setiap kondisi, yang dengan itulah kita akan memperoleh kesuksesan (keberhasilan). Allah Ta’ala tidak menyewa dari siapa pun, Dia secara khusus menginginkan ketakwaan. Barangsiapa yang bertakwa, maka dia akan mencapai derajat yang paling tinggi.
Yang Mulia Rasulullah s.a.w. atau pun Hadhrat Ibrahim a.s., di antara keduanya satu pun tidak ada yang
Malfuzat adalah kompilasi dari sabda‐sabda Imam Mahdi dan Al Masih Yang Dijanjikan, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. dari tahun 1891 sampai 1908. Sabda‐sabda itu dikumpulkan oleh tiga orang Ahmadi, yaitu Maulana Abdul Karim, Mufti Muhammad Shadiq dan Syekh Yaqub Ali Irfani. Mereka mengumpulkan sabda‐sabda itu, baik bersumber dari diri mereka sendiri atau pun dari para Ahmadi lainnya yang pernah bergaul dengan Hadhrat Imam Mahdi a.s. Pada tahun 1940 hingga 1947, Maulana Jalaluddin Syam melakukan penjilidan terhadap sabda‐sabda tersebut. Hasilnya terkumpullah sebanyak 10 jilid buku. Di masa kekhalifahan Khalifah ke IV, Hadhrat Mirza Tahir Ahmad r.h. Malfuzat dijilid ulang dan dirampingkan menjadi 5 jilid. Kutipan‐kutipan Malfuzat yang diterbitkan SINAR ISLAM adalah Malfuzat yang telah dijilid menjadi 5 jilid. SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
41
Malfuzat memperoleh kehormatan dari harta warisan. Walaupun ini merupakan keimanan kita bahwasanya ayah Yang Mulia Rasulullah s.a.w., Abdullah, bukanlah seorang musyrik, akan tetapi bukan beliau yang telah mengenugerahkan kenabian kepada Rasulullah s.a.w. Kenabian itu merupakan karunia Ilahi yang diperoleh karena kebenaran (kejujuran atau ketulusan) yang terdapat di dalam fitrat mereka itulah yang merangsang turunnya karunia. Hadhrat Ibrahim a.s. yang merupakan sesepuh (datuk) para nabi, karena ketulusan dan ketakwaan beliaulah maka beliau tak sungkan-sungkan untuk mengorbankan nyawa putera beliau. Beliau sendiri pun telah dilemparkan ke dalam api. Lihatlah ketulusan dan kesetiaan Junjungan kita, yang Mulia Muhammad Rasulullah s.a.w.. Beliau s.a.w. telah menentang segala macam pergerakan buruk. Beliau telah menanggung berbagai macam musibah serta penderitaan. Akan tetapi beliau tidak peduli. Itulah ketulusan dan kesetiaan yang membuat Allah Ta’ala menurunkan karunia-Nya. Untukitulah Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah beserta malaikat-malaikat-Nya mengirimkan shalawat kepada Nabi, hai orangorang beriman, kirimkanlah shalawat dan salam penuh keselamatan kepadanya” (Al-Ahzab, 57).
42
Yakni, “Allah Ta’ala beserta segenap malaikat-Nya mengirimkan shalawat kepada Rasul s.a.w.. Wahai orang-orang yang beriman, kirimkanlah shalawat atas diri Nabi s.a.w.”. Dari ayat ini nyata, bahwa amalamal perbuatan Rasul Akram (Mulia) s.a.w. adalah sedemikian rupa, sehingga untuk memujinya ataupun untuk membatasi gambaran sifat-sifat beliau, Allah Ta’ala tidak menggunakan suatu kata tertentu. Kata untuk itu memang bisa didapat, namun Dia sendiri yang tidak menggunakannya, yakni pujian akan amal−amal salih beliau saw. itu tidak ada batasnya. Ayat yang semacam ini tidak pernah dipergunakan untuk nabi lainnya. Di dalam ruh beliau s.a.w. terdapat kebenaran (ketulusan) dan kesetiaan, dan amal-amal perbuatan beliau s.a.w. begitu disenangi di dalam pandangan Tuhan, ehingga Allah Ta'ala telah memberikan perintah untuk selamanya supaya orang−-orang mengirimkan shalawat kepada beliau s.a.w. sebagai rasa syukur. Seandainya kita menelaah dari atas hingga ke bawah, kita tidak akan menemukan bandingan bagi semangat serta ketulusan beliau. Lihatlah sendiri zaman Hadhrat Masih a.s., sampai sejauh mana semangat atau ketulusan dan kesetiaan ruhaniah beliau a.s. telah memberikan pengaruh pada pengikut-pengikut beliau? Setiap orang dapat memahami,
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
Malfuzat betapa sulitnya untuk meluruskan (memperbaiki) kebiasaan buruk, betapa tidak mungkinnya menghapuskan adapt kebiasaan yang telah berakar. Akan tetapi Nabi Suci kita s.a.w. telah meluruskan (memperbaiki) puluhan ribu orang yang sebelumnya adalah lebih buruk daripada binatang. Sebagian ada yang bagaikan hewan, tidak dapat membedakan antara para ibu dan saudara-saudara perempuan. Mereka memakan harta anak-anak yatim. Mereka memakan harta orang-orang yang telah meninggal. Sebagian ada yang merupakan penyembah bintang, sebagian adalah atheist, sebagian lagi merupakan para penyembah unsur-unsur alam. Apa daratan Arab ketika itu? Daratan Arab adalah suatu kawasan yang di dalamnya terdapat kumpulan berbagai macam golongan agama.”
ketika beliau s.a.w. datang, lalu memperhatikan keadaan ketika beliau telah pergi, maka dia terpaksa harus mengakui bahwasanya daya pengaruh beliau itu sendiri merupakan mukjizat. Dan walaupun segenap nabi layak untuk memperoleh kehormatan, tetapi:
(Malfuzat, jld I, hlm. 37-38 / Pidato Pertama Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada Jalsah Salanah, 25 Desember 1897).
Di Dalam Al-Quran Suci Terdapat Seluruh Kebenaran
Islah (Perbaikan) yang Dilakukan oleh Nabi Karim s.a.w. Merupakan Mukjizat Agung “Sejauh mana berkat-berkat Nabi Akmal kita s.a.w. seandainya seluruh mukjizat itu diklasifiksikan maka hanya ishlah (perbaikan) yang telah dilakukan oleh beliau s.a.w. sajalah yang merupakan suatu mukjizat agung. Jika ada seseorang yang menelaah keadaan
“Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya” (Al-Jumu’ah, 5). Pendeknya, persoalan ini dari setiap lapisan, tidak ada satu golongan pun yang tidak ia (Al-Quran) beritahukan bagaimana cara untuk melakukan ishlah (perbaikan) terhadap diri mereka. Malfuzat, jld I, hlm. 39 / Pidato Pertama Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada Jalsah Salanah, 25 Desember 1897).
Ini adalah suatu Kitab [yang selaras dengan] kudrat. Sebagaimana difirmankan: Fiyha kutubun qayyimah (di dalamnya ada perintah-perintah abadi” - Al-Bayyinah, 4), yakni, “ini adalah lembaranlembaran yang di dalamnya terdapat seluruh kebenaran” Betapa beberkatnya Kitab ini, dimana di dalamnya terkandung segala sarana untuk mencapai derajat yang paling tinggi. Akan tetapi disayangkan, seba-
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
43
Malfuzat gaimana tertera di dalam Hadits, bahwa akan datang suatu zaman pertengahan yang merupakan zaman kebejatan (keburukan). Yakni Rasulullah s.a.w. bersabda, bahwa zaman beliau adalah suatu zaman yang beberkat, dan ada suatu zaman yang merupakan zaman bagi Masih dan Mahdi yang akan datang. Malfuzat, jld I, hlm. 39 / Pidato Pertama Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada Jalsah Salanah, 25 Desember 1897.
Bukti Keberadaan Tuhan dan AlMasih dan Al-Mahdi Jika Rasulullah saw. tidak datang, jangankan kenabian, bukti Ketuhanan pun dengan demikian tidak akan diperoleh. Melalui ajaran beliaulah telah diketahui: “Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan Yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (Al-Ikhlas, 2-5). Seandainya di dalam Taurat terdapat ajaran demikian -- sedangkan Al-Quran hanya sekedar memperjelasnya saja -- lalu mengapa sampai ada orang-orang Nasrani? Ringkasnya, sejauh mana AlQuran telah menunjukkan jalanjalan ketakwaan serta telah mengajarkan cara untuk menjadi pewaris berbagai jenis manusia serta berba44
gai macam orang yang berakal, AlQuran telah menunjukkan jalan bagi orang jahil (tuna ilmu/ bodoh), bagaimana caranya menjadi pewaris orang-orang berilmu dan filsuf menjadi pewaris orangorang berilmu dan filsuf, dan AlQuran telah memberikan jawaban atas seluruhnya. Masih dan Imam Mahdi bukanlah dua tokoh yang berbeda, melainkan yang dimaksud adalah satu orangnya. Mahdi itu artinya orang yang memperoleh petunjuk. Tidak ada yang dapat mengatakan bahwa Masih Mau’ud (yang dijanjikan) itu bukanlah Imam Mahdi. Apakah Mahdi itu Masih ataukah tidak, bukanlah tugas orang-orang Islam untuk mengingkari ke-Mahdi-an sang Masih. Sebenarnya Allah Ta'ala menggunakan kedua kata tersebut sebagai tameng bagi caci−makian, bahwasanya dia itu bukanlah seorang kafir, sesat maupun menyesatkan, melainkan dia seorang Mahdi (yang mendapat petunjuk – pent.). Sebab Allah Ta’ala mengetahui bahwasanya Masih dan Mahdi yang akan datang itu bakal dikatakan dajjal dan sesat. Untuk itulah dia dinamakan Masih dan Mahdi. Kaitan Dajjal itu adalah dengan "Akhlada ilal ardhi – condong ke bumi” (Qs.7:177), sedangkan Masih itu dengan rafa’ samawi (naik/ diangkat). Jadi, apa-apa yang telah diinginkan oleh Allah Ta'ala, kesemuanya itu akan sempurna hanya di dalam dua zaman.
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
Malfuzat Yang pertama di zaman beliau (Rasulullah) s.a.w., dan yang kedua di zaman Masih dan Mahdi. Yakni, di satu zaman telah turun Al-Quran serta ajaran yang benar. Akan tetapi ajaran ini telah diselubungi tabir pada zaman kebejatan (keburukan). Dan telah ditetapkan bahwa tabir penyelubung itu akan disibakkan pada zaman Masih. Sebagaimana difirmankan, bahwa Rasul Akram s.a.w. telah melakukan pensucian diri terhadap sebuah Jemaat (kelompok) yang ada pada masa itu, yakni jemaat para sahabah, dan yang satu lagi adalah terhadap jemaat yang akan datang, yaitu yang mengenai mereka telah dikatakan: "Lamma yalhaqu bihim (“yang belum bergabung dengan mereka” -- Surah Al-Jumu'ah, 4). Nyatalah bahwa Allah Ta’ala telah memberikan kabar suka bahwa Dia tidak akan membiarkan agama ini punah pada zaman kesesatan. Bahkan Allah Ta’ala akan membukakan rahasia-rahasia kebenaran Al-Quran pada zaman yang akan datang sesudah itu. Dari sekian tanda, salah satu di antaranya adalah Masih yang akan datang itu mempunyai suatu kelebihan, bahwa dia memiliki pemahaman dan makrifat yang mendalam sekali tentang Al-Quran, dan dengan hanya merujuk kepada Al-Quran dia akan memperingatkan orang-orang tentang kesalahankesalahan yang timbul di kalangan mereka karena tidak mengenal rahasia-rahasia kebenaran Al-Quran.
Malfuzat, jld I, hlm. 39-40 / Pidato Pertama Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada Jalsah Salanah, 25 Desember 1897.
Persamaan Silsilah Musawiyah dan Muhammadiyah Di dalam Al-Quran [Allah Ta’ala] telah menyatakan Rasul Akram saw. sebagai matsil (misal) Musa, firman-Nya: “Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu seorang rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus seorang Rasul kepada Fir'aun” (Al-Muzzammil, 16). Yakni, “Kami mengutus seorang rasul sebagaimana Kami telah mengutus Musa kepada Fir’aun.” Jadi, Rasul kita s.a.w. adalah matsil (missal) Musa. Di tempat lain difirmankan: “Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang salih bahwa Dia niscaya akan menjadikan mereka berkuasa khalifah-khalifah dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka khalifah” (An-Nūr, 56). Yakni, silsilah para khalifah dari matsil (misal) Musa ini pun sama seperti silsilah para khalifah Musa a.s. . Periode silsilah para khalifah Musa a.s. adalah 1400 tahun. Selama periode tersebut secara teratur terus saja berdatangan khalifahnya.
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
45
Malfuzat Ini merupakan suatu kabar gaib dari Allah Ta’ala, bahwasanya sebagaimana silsilah pertama itu bermula maka seperti itu pulalah silsilah ini bermuka, yakni sebagaimana Musa a.s. pada masa permulaan memperlihatkan sikap perkasa membebaskan bangsanya dari Fir’aun, maka seperti Musa a.s. jugalah Rasul yang bakal datang tersebut. “Maka bagaimanakah kamu akan dapat memelihara diri kamu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban, langit menjadi pecahbelah pada hari itu. Jjanji-Nya itu pasti terlaksana.” (Al-Muzzammil, 18-19). Yakni, sebagaimana Kami telah mengutus Musa, maka pada masa Rasul Akram s.a.w. pun orang-ortang kafir Arab itu penuh dengan sifat ke-fir’aun-an. Mereka pun seperti halnya Fir’aun tidak mau jera sebelum mereka menyaksikan tandatanda yang perkasa. Tugas Rasulullah s.a.w. adalah seperti tugas-tugas Nabi Musa a.s.. Pekerjaan-pekerjaan Nabi Musa a.s. bukanlah pekerjaan yang dapat diterima (diakui), namun Quran Syarif telah membuatnya dapat diterima. Pada zaman Hadhrat Musa a.s. walaupun Bani Israil itu telah memperoleh keselamatan dari cengkeraman Firaun, akan tetapi mereka tidak selamat (terlepas) dari dosa-dosa. Mereka bertempur, 46 46
dan hati mereka pun membelot serta menyerang Musa. Tetapi Nabi kita s.a.w. telah memberikan keselamatan yang sempurna kepada umat beliau s.a.w.. Seandainya Rasul Akram (mulia) s.a.w. tidak memberikan kekuatan, keperkasaan serta kekuasaan kepada Islam, umat Islam akan terus teraniaya serta tidak selamat dari tangan orang-orang kafir. Pertamatama Allah Ta'ala telah memberikan keselamatan berupa tegaknya kerajaan Islam yang utuh, dan yang kedua adalah mereka memperoleh keselamatan yang sempurna dari dosa-dosa. Allah Ta’ala telah memaparkan kedua-macam gambaran, yakni bagaimana Arab sebelumnya dan bagaimana sesudah itu. Seandainya kedua gambaran ini dibandingkan, maka akan dapat dibayangkan bagaimana keadaan yang pertama. Jadi, Allah Ta'ala telah menganugerahkan dua macam keselamatan kepada mereka, yakni telah selamat dari setan dan juga telah selamat dari thaghut.” Malfuzat, jld I, hlm. 40-41 / Pidato Pertama Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada Jalsah Salanah, 25 Desember 1897.
Hakikat Peperangan dalam Islam Allah Ta'ala melakukan suatu pekerjaan atas dasar beberapa hikmah (kebijaksanaan), dan di masa mendatang tatkala pekerjaan itu menimbulkan hujat (kritikan), maka Dia tidak akan meneruskan
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014 SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
Malfuzat pekerjaan tersebut. Pada awalnya Rasul Akram kita s.a.w. tidak ada mengangkat pedang, namun demikian beliau terpaksa menanggung penderitaan yang sangat berat. Tigabelas tahun sudah cukup untuk membuat seorang anak kecil menjadi baligh (dewasa). Dan bagi Hadhrat Masih a.s. , jika jangka waktu tersebut dikurangi sepuluh bagian (tahun) pun sudah mencukupi bagi beliau. Pendeknya, dalam masa yang panjang itu segala macam penderitaan terpaksa harus dihadapi. Akhirnya beliau s.a.w. pergi dari kampung halaman beliau. Beliau terus dikejar. Beliau pun berlindung di daerah lain, tetapi musuh tetap tidak membiarkan beliau di sana. Dan tatkala keadaan sudah seperti itu, maka untuk menyelamatkan orang-orang teraniaya dari penganiayaan orang-orang zalim (aniaya) turunlah perintah ini:
usir dari rumah mereka dengan sewenang-wenang, hanya karena mereka telah mengatakan, “Tuhan kami adalah Allah”. Jadi, itulah yang menyebabkan telah diadakan (diizinkan) perang, selain dari itu beliau saw. tidak pernah mengangkat pedang. Ya, pada zaman kita ini pena telah dihunus dalam menentang kita. Melalui pena kita telah dibuat menderita dan diserang dengan keras. Oleh karena itu sebagai bandingannya senjata kita pun adalah pena.” (Malfuzat, jld I, hlm. 43-44 / Pidato Pertama Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada Jalsah Salanah, 25 Desember 1897).
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya, dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, [yaitu] orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata, "Tuhan Kami hanyalah Allah" (Al-Hajj, 40-41). Yakni, “Mereka telah diserang dengan semena-mena, mereka diSINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014 SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
47 47
Macam‐macam Shalat Sunnah
Macam‐macam Shalat Sunnah (Nafal) Shalat sunat terdiri atas: 1. Shalat sunat yang mengikuti shalat 5 waktu, dinamakan Sunat Rawwatib (ratibah) 2. Shalat sunat yang tertentu waktunya dalam sehari semalam, yaitu shalat witir, shalat israk, shalat dhuha, shalat tahajud, shalat antara adzan dan iqamat 3. Shalat sunat yang dilakukan pada hari-hari tertentu, yaitu shalat idul fitri, idul adha, dan shalat tarawih 4. Shalat sunat karena adanya situasi yang memerlukan dilakukannnya shalat itu, seperti shalat gerhana matahari dan bulan, shalat minta hujan, dan shalat thahur 5. Shalat sunat menurut kebutuhan kita, seperti shalat hajat, shalat taubat, shalat syukur, shalat minta jodoh, shalat istikharah, dan shalat tasbih.
Shalat Witir Cara mengerjakan shalat witir ada tiga cara: Dikerjakan seperti shalat Maghrib, tiga rakaat tetapi masing-masing rakaat
48
membaca surah (ayat) sesudah membaca fatihah Dikerjakan dua rakaat dulu sam[ai salam, kemudian satu rakaat lagi sampai salam Dikerjakan lima rakaat sekaligus tanpa duduk tahiyat di antara rakaatrakaatnya kecuali tahiyat akhir (Bukhari, Muslim, Miskat kitabul witri).
Shalat Jum’at Shalat Jum’at adalah fardhu, yaknu wajib dikerjakan oleh tiap Muslim yang akil baligh, berakal, dan muqim. Lima macam orang yang tidak menjadi wajib melaksanakan sahalat Jum’at: Budak belian Wanita Orang sakit Musafir Orang yang tidak tetap tempat tinggalnya (ahli Badwi di Arabia) Syarat-syarat yang mewajibkan shalat Jum’at: Islam Merdeka Baligh Berakal
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
Macam‐macam Shalat Sunnah
Laki-laki dewasa Sehat lahir batin Muqim Sesudah shalat Jum’at tidak perlu memerlukan lagi sahalat Dzuhur.
pada pagi hari selambat-lambatnya sebelum tengah hari. Shalat Id hendaknya dilaksanakan berjamaah. Shalat Id itu adalah sunah Muaqadah, sebelum dan sesudahnya tidak ada shalat lain.
Shalat Hari Raya Shalat hari raya dalam Islam ada dua: Hari raya Idul Fiitri, dilaksanakan tanggal 1 Syawal pada tiap tahun. Sesudah satu bulan (Ramadhan) umat Islam melaksanakan puasa, maka pada tanggal 1 Syawal berbuka lagi (makan minum di siang hari). Sebagai tanda syukur kepada Allah Ta’ala yang telah memberi taufik kepada mereka memenuhi p u as a t e r s e b u t , m ak a dierintahkan untuk merayakan hari 1 Syawal itu Hari raya Idul Adha yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah. Pada bulan ini orang-orang Islam yang mendapat taufik dari Allah Ta’ala pergi haji ke Makkah Al Mukarramah. Meski pun orang Islam bergembira pada dua hari raya itu namun mereka didik agar jangan lupa kepada Allah Ta’ala pada hari bersuka ria itu. Islam mengajarkan agar mengerjakan dua rakaat shalat pada tiap-tiap hari raya tersebut. Shalat Id hendaknya dilakukan
Shalat Tahajud Kebiasaan nabi kita Nabi Muhammad s.a.w. Mengerjakan shalat Tahajud sebanyak 11 rakaat (termasuk Witir 3 rakaat). Dilakukan dua-dua rakaat lalu salam di akhir shalat itu lalu dikerjakan tiga rakaat sahalat Witir (Bukhari, Muslim). Waktu shalat Tahajud adalah sesudah tengah malam sampai menjelang waktu Subuh (menyingsing fajar).
Shalat Hajat Apabila seseorang memiliki suatu maksud (niat di hati) untuk melakukan sesuatu yang baik, maka hendaklah melakukan shalat Hajat. Cara melakukan shalat Hajat: Hendaklah ia berwudhu Kerjakan dua rakaat shalat sunat Sesudah itu membaca doa shalat Hajat Menurut imam-imam ahli Hadits, hendaklah shalat itu dikerjakan pagi hari pada hari Sabtu, karena menurut setengah Hadits waktu pagi hari Sabtu itu lebih baik untuk meminta hajat,
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
49
Macam‐macam Shalat Sunnah akan tetapi jika diperhatikan Hadits ini tidak perlu kita menunggu hari Sabtu bolehjuga shalat itu dikerjakan pada hari-hari lain.
Shalat Tasbih Shalat Tasbih sebaiknya dikerjakan dalam sehari-semalam satu kali, kalau tidak dapat hendaklah dilakukan satu kali seminggu. Jika tidak bisa dilakukan juga hendaknya dilakukan satu bulan satu kali, jika belum dapat juga hendaknya dikerjakan satu tahun satu kali. Dan jika tidak dapat hendaknya dilakukan satu kali dalam seumur hidup. Cara mengerjakan shalat Tasbih: Berwudhu Melaksanakan shalat Tasbih empat rakaat Tiap rakaat membaca AlFatihah dan ayat-ayat AlQuran sesudah itu membaca kalimat di bawah ini: “Subhanalaahi wal hamdulillahi wa laa ilaaha illallahu wallahu akbar” Waktu berdiri setelah membaca ayat, dibaca 15 kali W a k t u ruku setelah membaca tasbih yang lazim, dibaca lagi 10 kali Ketika bangun dari ruku (Itidal) sesudah tasbih biasa, baca lagi 10 kali Dalam sujud sesudah membaca tasbih yang lazim, dibaca lagi 10 kali 50
Waktu duduk antara dua sujud sesudah doa, baca lagi 10 kali Sujud kedua setelah tasbih yang lazim, dibaca lagi 10 kali Bangkit dari sujud kedua, duduk dahulu, baca tasbih 10 kali Jumlah bacaan tasbih itu dalam satu rakaat sebanyak 75 kali dilakukan dalam tiap rakaat, jadi dalam empat rakaat bacaan tasbih tersebut dibaca sebanyak 4x75 = 300.
Shalat Istikaharah Apabila kita akan mengerjakan suatu pekerjaan penting atau ada dua pilihan yang kita tidak dapat menentukan sendiri mana yang lebih baik dari kita, hendaklah terlebih dahulu melakukan shalat Istikharah. Agar Allah Ta’ala memberikan petunjuk kepada kita tentang pekerjaan itu baik atau tidaknya. Shalat Istikahatah itu hendaknya dilakukan setelah shalat Isya. Di akhir shalat Istikharah hendaknya membaca shalat Istikharah. Waktu kita shalat dan membaca do’a hendaklah hati kita kosong dari segala pikiran dan anganangan yang mengacaukan do’a kita. Shalat itu hendaknya dilakukan terus menerus sampai kita mendapat suatu isyarah. Kalau kita tidak mendapat isyarah, malah sudah muncul kebencian terhadap
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
Macam‐macam Shalat Sunnah maksud kita itu maka tinggalkan pekerjaan yang dimaksud itu, walaupun pekerjaan itu tampak lahirnya baik.
Shalat Dhuha Shalat ini dinamakan shalatul awwabiin, yakni shalat orangorang yang suka bertobat kepada Allah Ta’ala (Muslim). Waktu shalat Dhuha ialah setelah matahari matahari agak meninggi sedikit sekitar jam 08.00 pagi sampai jam 11.00. Rakaatnya minimal 2 rakaat dan boleh dikerjakan empat, delapan, sampai duabelas rakaat.
Shalat Isyraaq Adalah shalat terbit matahari yang dilakukan sebelum waktu Dhuha, yaitu antara jam 07.00 sampai jam 08.00 pagi.
Shalat Gerhana Shalat Gerhana dilaksanakan apabila terjadi gerhana bulan atau gerhana matahari. Islam menganjurkan jika terjadi peristiwa gerhana, bulan atau matahari, maka kaum Muslim dianjurkan untuk melaksanakan shalat sunat dua rakaat.
Shalat Istisqaa Apabila terjadi kemarau panjang maka Islam menganjurkan kepada kaum Muslim supaya mereka mengerjakan shalat sunat dua rakaat dan berdo’a kepada Allah
Ta’ala untuk meminta hujan.
Shalat Tarawih Shalat Tarawih dilaksanakan pada bulan Ramadhan sebanyak 8 rakaat dan ditambah shalat witir 3 rakaat.
Shalat Thahuur Shalat Thahuur adalah shalat yang dikerjakan setelah kita selesai mengambil air wudhu, atau mandi janabah. Shalat Thahuur dilaksanakan sebanyak dua rakaat sebelum kita melaksanakan shalat wajib. Wanita yang habis haid atau setelah nifas dan telah mensucikan diri boleh melakukan shalat Thahuur.
Shalat Tobat Shalat Tobat dilakukan apabila kita telah melakukan dosa dan menyesali perbuatan dosa itu kemudian kita berniat dalam hati untuk bertobat sebaiknya kita melakukan shalat 2 rakaat minta ampun kepada Allah Ta’ala atas dosa-dosa kita.
Shalat antara Adzan dan Iqamat Shalat ini dilakukan di antara waktu jeda adzan dan iqamat sebanyak 2 rakaat. Disarikan dari buku Tuntunan Ibadah Shalat karya Mln. Muhammad Sadiq H.A.
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
51
(Obat untuk Penyakit Hati) Bagian 3
Tapi
selama kurun waktu nubuatan, dia tidak berani mengadukannya ke pengadilan dan tidak juga menulis lalu mempublikasikannya dalam surat kabar bahwa aku selalu merasa khawatir akan ancaman pembunuhan dan tidak juga dia melaporkannya pada pihak kepolisian. Lalu apakah dari hal itu tidak tampak bahwa jika Atham melakukan hal yang demikian, hatinya akan terus menuduhnya? Apakah dalil yang satu ini bobotnya ringan untuk membuktikan taubatnya Atham? Sebelum terjadinya peristiwa ini telah dipublikasikan terlebih dahulu dalam ilham bahwa Atham akan mengambil keuntungan dari pertaubatan. Tapi jika tetap menyembunyikan kesaksian, dia akan segera dicengkram dan meninggal. Ilham ini telah
52
diketahui oleh ratusan ribu orang sebelum kematian Atham dan sebagaimana Atham Shahib meninggal dalam masa 6 bulan setelah terbitnya selebaran saya yang terakhir. Selamatnya Atham untuk sementara lalu mati, telah membuktikan kesaksian nubuatan
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
Taryaaqul Quluub tersebut sebanyak dua kali. Ketika diamalkan sesuai dengan persyaratan, maka tahapan amal itu menangguhkan kematiannya dan ketika masuk tahapan menyembunyikan kesaksian, maka kematiannya tidak bisa ditangguhkan lagi. Perhatikanlah! Betapa jelas dan terangnya nubuatan itu dan di dalamnya sedemikian rupa dipenuhi oleh kebesaran Tuhan. Meskipun demikian, orang-orang yang mutaassub itu tidak menghiraukan syarat Ilhami dan telah membulatkan tekadnya pada kedustaan. Seperti itulah pendustaan yang selalu menimpa para nabi. Sangatlah disesalkan bahwa orang-orang yang zalim itu tidak membandingkan nubuatan untuk Atham dengan nubuatan untuk Lekhram. Padahal saat itu adalah kesempatan baik untuk mendapatkan hidayah bahwa ilham dalam nubuatan untuk Atham berkaitan dengan syarat taubat dan banyak sekali fakta yang telah menzahirkan bahwa pasti Atham telah mematuhi persyaratannya, sehingga akibat kepatuhannya itu Tuhan yang Maha Rahim telah memberikan manfaat kepadanya senilai dengan ketaatan yang nampak darinya. Sebaliknya, dalam nubuatan Lekhram tidak terdapat syarat yang serupa di dalamnya, sehingga tidak ada penangguhan azab. Atham telah mengambil faedah dari sikap lembut, takut, cemas dan
khawatir, Karena itu, Tuhan pun bersikap lembut kepadanya, sedangkan dalam nubuatan Lekhram, setelah turun nubuatan, dia semakin mengasah ketajaman lidahnya sampai melampaui batas dan dalam setiap majlis mencaci maki Rasul Karim kita, sehingga dengan senjata Tuhan yang tajam mengakibatkan dia mendapatkan buah dari ketajaman lidahnya itu. Pada tempatnya masing masing kedua nubuatan ini memiliki corak jamali (indah) dan jalali (gagah). Nubuatan untuk Atham bersifat jamali (indah) sedangkan untuk Lekhram adalah jalali (gagah). Dengan memperhatikan kedua nubuatan tersebut, kita akan mendapatkan ilmu yang luas dan hakikat dari sunnatullah akan menjadi terbuka. Bagaimana menghadapi yang lembut dengan kelembutan dan menghadapi kekerasan dengan kekerasan. Siapa yang tidak mengetahui perbedaan antara perangai Atham dan Lekhram? Tapi siapa yang mau menjelaskan, apabila mendustakan pun itu diperbolehkan. Jika memang mendustakan itu diperbolehkan seperti yang dijelaskan berkenaan dengan nubuatan Atham, maka dengan terpaksa or ang-orang ak an mengingkari banyak sekali nubuatan para nabi sebagaimana telah zahir tanda-tanda yang jelas kepada hamba Allah ini. Sebelum tergenapinya pun, nubuatannubuatan tersebut telah
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
53
Taryaaqul Quluub dipublikasikan terlebih dahulu kepada ratusan ribu orang. Seperti halnya pertunjukan gulat, nubuatan itu tergenapi ketika ditonton oleh ribuan orang. Apakah yang demikian bisa dijumpai permisalannya di dunia ini? Hendaknya direnungkan bahwa nubuatan-nubuatan tidak pernah keluar dari enam corak berikut: 1. Berkenaan dengan dirinya sendiri 2. Berkenaan dengan istrinya sendiri 3. Berkenaan dengan anakanaknya 4. Berkenaan dengan temantemannya 5. Berkenaan dengan musuhmusuhnya 6. Berkenaan suatu benda yang lainnya atau manusia di dunia ini. Kesemua jenis nubuatan ini telah dijelaskan dalam kitab Barahin Ahmadiyah dan selebaran tertanggal 20 februari 1886 dan pada bagian keterangan yang berkaitan halaman 2. Selebaran tertanggal 20 februari 1886 terdapat dalam kitab Ainah Kamalaal-eIslam, pada lampiran risalah anjaam e atham pada halaman 58, pada risalah Anjam e atham halaman 282 dan juga pada kitab Izalah Auham dan pada selebaran bulan Januari 1897 yang di dalamnya terdapat nubuatan yang berbunyi pada jalsah berbagai agama nanti makalah kita akan mendapatkan keunggulan dan hal tersebut 54
dibenarkan juga oleh surat kabar Civil Militer Gezette dan Observer. Begitu juga dalam Kitabul Bariyyah, di dalamnya tertulis satu nubuatan berkenaan dengan terbebasnya dari gugatan hukum Dr. Martin Henry Clark. Jika seluruh nubuatan ini ditulis secara lengkap, maka akan menjadi sebuah catatan dokumen. Hendaknya diingat pula bahwa untuk memperhatikan kedudukan setiap nubuatan perlu diperhatikan yakni pada saat dan zaman apa nubu at an tersebu t dit ulis ? Misalnya menubuatkan akan lahirnya 4 orang putra pada saat belum terlahir satupun dari antara mereka dan bersamaan dengan itu juga menubuatkan bahwa Abdul Haq tidak akan meninggal sebelum mendengar kabar kelahiran putra yang ke empat. Apakah menubuatkan hal-hal seperti itu masuk dalam jangkauan kemampuan manusiawi? Jika ada, berikan permisalannya! Begitu juga pada saat diterbitkannya ilham, “Aku akan masyhurkan engkau dan akan kusemaikan dalam hati orang-orang kecintaan kepadamu, orang-orang akan datang kepadamu dari tempat yang jauh dan segala sesuatu yang membuat engkau tentram akan diberikan kepadamu dari tempat yang jauh”. Masa itu adalah masa 20 tahun yang lalu dan pada saat itu, selain beberapa orang pada masa ayahku, tidak ada orang yang mengenaliku, di Hindustan dan Punjab ini tidak ada seorang pun yang mengenali
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
Taryaaqul Quluub wajahku, tidak juga memiliki ikatan pertemanan dan persahabatan denganku. Setelah itu, sesuai dengan nubuatan ini, saat ini terdapat ratusan ribu bahkan aku dikenal oleh puluhan juta orang dan ribuan orang datang untuk menjalin ikatan pertemanan dan persahabatan dan keikhlasan denganku bahkan orang-orang dari daerah Barhma, Bandar Abas, Madras, Bukhara, Haider Abad, Afrika dan Kabil telah mengirimkan berbagai macam hadiah dan memberikan banyak bantuan dalam bentuk rupiah untuk jemaatku yang sampai sekarang masih terus membantu. Walhasil, inilah saatnya untuk terharu bahagia, karena bagaimana nubuatan-nubuatan pada masa itu disaat aku sendiri di dalam hutan belantara layaknya sesuatu yang tidak bernilai dan rendah, lantas saat ini nubuatan-nubuatan tersebut telah tergenapi dengan begitu hebat dan luar biasa. Renungkanlah di dalam hati kalian dan tanyakanlah kepada orang-orang yang bijak, apakah di dalam nubuatan yang
seperti ini hanya ada campur tangan kekuatan manusiawi? 1 Sebagian orang bodoh yang telah dibutakan oleh taassub mengatakan b ah wa m e s k i p u n b e b e r a p a nubuatan terbukti benar seperti nubuatan wafatnya Ahmad Beg, terbunuhnya Lekhram dan unggulnya ceramah pada kesempatan Konferensi Akbar Agama-Agama di Lahore, menjadi masyhur di kalangan jutaan orang setelah melewati masa dimana orang tidak mengenali, berdatangannya ribuan orang mukhlis, simpatisan dan pengkhidmat, bermunculannya hadiah-hadiah dan uang, terbebas dari gugatan tuduhan pembunuhan Dr Henry Martin Clark, dihindarkannya dari cacian dan penghinaan Maulwi Muhammad Husein dan bebas dari tuntutannya, lahirnya 4 orang putra sesuai dengan selebaran tertanggal 20 februari 1886 dan lahirnya putra yang keempat disaat masih hidupnya Abdul Haq yakni murid Maulwi Abdullah Shahib Ghaznawi sesuai dengan lampiran
1
Allah Ta’ala menghendaki supaya tidak hanya orang‐orang di zaman ini saja yang mengambil faidah dari nubuatan‐nubuatanku, bahkan beberapa nubuatan merupakan tanda yang agung bagi orang‐orang di masa yang akan datang, seperti nubuatan‐nubuatan dalam kitab Barahin Ahmadiyah sebagai berikut, “Aku akan berikan padamu usia 80 tahun atau lebih beberapa tahun atau sedikit lebih kurang dari itu dan Aku akan bebaskan engkau dari setiap tuduhan para penentang dan Aku akan jadikan engkau sebuah keluarga besar, dari keturunanmu akan Aku ciptakan manusia yang luar biasa, dunia akan dipenuhi oleh pengikut‐pengikutmu dan akan senantiasa unggul atas yang lain, engkau tidak akan wafat sebelum menegakkan dali‐dalil yang benar di muka bumi ini dan sebelum tampak perbedaan antara yang buruk dan yang baik, Tuhan akan sedemikian rupa menganugerahkan keberkatan kepadamu, sehingga raja‐raja akan mencari berkat dari pakaian‐pakaianmu.” (edited) SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
55
Taryaaqul Quluub risalah anjam e Atham halaman 58 dan nubuatan datangnya tiga cobaan2 yang dijelaskan dalam kitab Barahin halaman 241, 510 dan 554. Seluruh nubuatan ini tergenapi tapi nubuatan berkenaan dengan Atham dianggap tidak tergenapi, begitu juga dengan nubuatan bahwa akan lahir seorang putra, tapi pada yang lahir adalah seorang putri lalu lahir seorang putra yang kemudian meninggal dan memang setelah itu lahir 4 orang putra. Kita telah menuliskan berkenaan dengan Atham bahwa nubuatan tersebut telah tergenapi dengan jelas sesuai dengan persayaratan dalam ilham. Baik, tolong jawab bahwa syarat yang jelas-jelas terdapat di dalam ilham serta bukti -bukti yang telah menunjukkan bahwa Atham pasti telah mematuhi persyaratan tersebut sampai batas tertentu, apakah dari itu tidak terlihat bahwa Atham tidak serta-merta mengambil faedah dari ketaatan itu? Apakah Allah Ta’ala ingkar janji?
Pantaskah setelah Dia menjanjikan kelonggaran dan ampunan, lantas tidak memperhatikan janji itu sedikitpun? Sekalipun di dalam ilham Nabi Yunus tidak terdapat persyaratan apapun, tetap saja orang-orang yang bertaubat telah mengambil manfaat dari taubatnya. Lantas kenapa Atham tidak mengambil sedikit saja manfaat dari syarat yang jelas itu? Apakah kalian bisa mengatakan bahwa Atham tetap teguh dalam ke-taassub-an Kekristenannya sehingga tidak merasa takut sedikitpun dan persyaratan taubat sama sekali diabaikannya? Berkenaan dengan hal ini terdapat dalil-dalil yang terang layaknya matahari bahwa setelah mendengarkan nubuatan tersebut, Atham tidak bisa berdiri tegak pada taassub-nya yang lama, penghinaan dan kebiasaan lamanya dalam melawan Islam. Setelah mendengar nubuatan tersebut dia menjadi sangat gelisah seperti seorang anak yang ketakutan setelah melihat kilatan petir lalu
2
Tiga cobaan yang telah dikabarkan didalam kitab Barahin Ahmadiyah, 20 tahun yang lalu terhitung sejak sekarang, satu di antaranya adalah kasus tuduhan palsu yang penuh dengan kebohongan yakni tuduhan upaya pembunuhan yang dilontarkan kepadaku dan cobaan tersebut diisyarahkan dengan jelas di dalam kitab Barahin Ahmadiyah halaman 241. Yang kedua, Maulwi Muhammad Husein Batalwi telah memfatwakan kafir kepadaku padahal hal tersebut tidak berdasar lalu memutarbalikkan makna dari nubuatan zillat, di dalam kitab Barahin halaman 510 dan 511 terdapat isyarah berkenaan dengan cobaan itu. Cobaan yang ketiga dalam kasus Lekhram, kemarahan orang‐orang hindu dan menggeledah rumah saya tanpa dasar telah dijelaskan sebagai isyarah dalam Barahin Ahmadiyah halaman 557, walhasil dalam kitab Barahin Bhmadiyah telah disebutkan tiga cobaan yang keras sebagai nubuatan, ketiga cobaan itu telah tergenapi dan mungkin saja masih tersisa ranting‐rantingnya. Minhu 5.1.
56
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
Taryaaqul Quluub dia menciptakan satu perubahan di dalam dirinya dan menjadi tidak berdaya. Jika sampai saat ini dia tidak meninggalkan taassub dan kecurangannya, lantas apalagi obatnya selain dengan mengatakan la’natullaahi ‘alal kadzibiin kepadanya? Ingatlah bahwa lahirnya seorang putri atau meninggalnya seorang putra pasca kelahiran, tidaklah berkaitan sedikitpun dengan ilham. Ilham mengatakan bahwa akan terlahir 4 orang putra dan yang satu di antaranya disebutkan akan memiliki sifat manusia dari Tuhan. Walhasil dengan karunia Allah Ta’ala, telah lahir 4 orang putra. Tidak ada ilham kami yang di dalamnya tertulis bahwa pada kehamilan pertama akan terlahir seorang
putra atau putra yang lahir pada kehamilan kedua akan selalu unggul. Ya, jika hanya berdasar pada ijtihad sendiri, kami beranggapan bahwa mungkin saja putra ini akan menjadi salah satu di antara manusia-manusia Tuhan, maka hal tersebut bukanlah merupakan tuduhan terhadap ilham Ilahi. Kami tidak menganggap ijtihad kami bersih dari kekeliruan. Untuk menuduh kami bersalah, silahkan perlihatkan kepada kami ilham kami yang mana saja! Kesalahan dalam berijtihad bisa menimpa para nabi dan rasul sekalipun. Hal tersebut tidak bisa dijadikan dasar. Silahkan buka Shahih Bukhari dan bacalah dengan seksama hadits dzahaba wahliy. Melontarkan keberatan seperti itu kepada para nabi yang
5.1.
Perasaan buruk sangka orang‐orang Arya kepadaku adalah sangat mengherankan, karena orang Arya lah yang paling pertama kali berpengalaman berkenaan dengan tanda‐ tandaku. Telah saya kabarkan terlebih dahulu nubuatan kematian Pandit Dyanand Sorasty kepada sebagian orang Arya sebelum hal itu terjadi, yakni dia akan meninggal dalam waktu enam bulan dan juga mengabarkan beberapa musibah yang akan menimpa golongan Arya sendiri, sebelum hal itu terjadi dan juga mengabarkan akan terhindarnya dari musibah tersebut sebelum hal itu tergenapi. Penjelasan rinci mengenai ilham‐ilham tersebut terdapat di dalam kitab Barahin Ahmadiyah dan berkenaan dengannya telah dinubuatkan sebelumnya. Mereka pun masih ada dan hidup di Qadian. Salah satu di antara mereka bernama Sharampat, dia berasal dari kaum Khatry, seorang kepala pasar. Setelah mendapatkan ilham dari Allah Ta’ala, aku kabarkan kepada Sharampat bahwa berkas perkara pidana akan kembali dari pengadilan tingkat tinggi ke tingkat pengadilan yang lebih rendah dan disebabkan oleh doa‐doaku, saudaranya Bashambardas yang sedang menjalani setengah masa hukuman akan diampuni, tapi tidak akan dibebaskan. Sudah saya katakan kepadanya bahwa dalam alam kashaf aku melihat bahwa surat catatan putusan setengah masa hukuman telah kucoret dengan ballpoint ku, tapi tidak dibebaskan. Lalah Sharampat adalah seorang musuh Islam dari golongan Arya yang sangat mutaassub. Untuk pembuktian kebenaranku, cukup dengan mengkonfirmasikannya kepada Lalah Sharampat dengan meminta pernyataan sumpah atas nama anaknya, bahwa apakah keterangan‐ keteranganku ini benar atau tidak?.Minhu.edited SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
57
Taryaaqul Quluub lain bahkan kepada Nabi kita SAW sekalipun bukanlah pekerjaan umat Muslim dan orangorang yang shaleh, melainkan itu adalah pekerjaan orang-orang yang dilaknat dan pekerjaan syaitan. Jika tidak keberatan, maka untuk menghindarkan perpecahan antar kaum, adakanlah sebuah jalsah dan lontarkanlah kritikan kepada saya di dalam suatu acara publik bahwa nubuatan ini palsu belaka. Lalu jika hadirin mengatakan dengan bersumpah bahwa memang nubuatan tersebut palsu dan menyangkal jawabanku dengan penjelasan yang berdasar dan dalildalil yang sesuai dengan syariat, maka pada saat itu juga aku akan bertaubat. Tapi Jika tidak, mereka semua harus bertaubat, masuk ke dalam Jemaat ini dan menghentikan keganasan dan caci makian. Wahai keturunan umat Islam! Dosa apa yang telah kulakukan kepada kalian, sehingga dengan gigihnya kalian mengupayakan berbagai rencana untuk menyakitiku. Inilah yang setiap saat selalu diajarkan oleh para Maulwi kalian bahwa orang ini adalah kafir, tidak beragama, dajjal, telah berlebihan dalam memuji pemerintah Inggris dan menentang pemerintahan romawi dan di antara kalian yang bekerja di pemerintahan, selalu berusaha supaya aku ditetapkan sebagai orang yang suka membangkang kepada pemerintah yang selalu 58
berbuat baik ini. Saya dengar, selalu dilakukan upaya-upaya dari berbagai arah supaya berita-berita dusta dituduhkan kepadaku. Padahal kalian mengetahui dengan baik bahwa aku bukanlah tipe seorang pembangkang, sebagian besar umurku telah berlalu untuk mendukung dan membantu kerajan Inggris ini dan banyak sekali buku yang telah aku tulis dan selebaran-selebaran yang diterbitkan yang berisi tentang pelarangan jihad (terhadap Inggris) serta anjuran untuk patuh terhadap Inggris, sehingga jika risalahrisalah dan buku-buku tersebut dikumpulkan, maka akan memenuhi 50 buah lemari. Saya telah mengirimkan buku-buku tersebut ke seluruh negeri Arab, Mesir, Sham, Kabul dan sampai ke Roma. [][] Penterjemah: Mahmud Ahmad Wardi, Dosen Jamiah dan Anggota Dewan Naskah JAI
Bersambung
SINAR ISLAM | Volume 1, Edisi 10, Fatah 1393 / Desember 2014
A ,‐ G R 0 HA 50.00 Rp1
Dapatkan Segera!!!
AL-QURAN TERJEMAH DAN TAFSIR SINGKAT EDISI V Tahun 2014 Al-Quran ini dapat dibeli di Jemaat-jemaat Lokal. Sistem Pembayaran dengan menyetorkan uang ke Maal PB JAI (via Kwitansi M1)
JEMAAT AHMADIYAH
Jemaat Ahmadiyah adalah gerakan dalam Islam yang didirikan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. pada tahun 1889 (1306 H). Jemaat Ahmadiyah bukanlah agama baru. Jemaat Ahmadiyah adalah jamaah Muslim. Syahadat Ahmadiyah adalah: ْ َش َھ ُد أَن الَ إِلَهَ إِالﱠ ﷲُ َوأ ْ َأ ُ ش َھ ُد أَنﱠ ُم َح ﱠمدًا َر ِسو ُل ﷲ Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. lahir pada tahun 1835 di Qadian, India dan wafat pada tahun 1908. Berdasarkan wahyu dan perintah dari Allah Ta’ala, beliau a.s. adalah Al-Masih Yang Dijanjikan dan Imam Mahdi, yang telah dikabarkan oleh Nabi Besar Muhammad s.a.w. akan datang di Akhir Zaman. Beliau a.s. berpangkat Nabi dan Rasul tetapi tidak membawa syariat baru. Tugas beliau a.s. adalah untuk menghidupkan agama dan menegakan Syariat Islam. Setelah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. wafat, kepemimpinan dalam Jemaat Ahmadiyah dilanjutkan dengan berdirinya khilafat, sesuai dengan Sunnah Islam. Khalifah pertama dalam Jemaat Muslim Ahmadiyah adalah Hadhrat Hafiz Al-Hajj Hakim Nuruddin r.a. (1908-1914). Kedua Hadhrat Al-Hajj Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad (1914-1965). Mengenai Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad r.a. ini Hadhrat Imam Mahdi a.s. sering menerima wahyu yang mengabarkan bahwa beliau akan memegang peranan penting dalam perkembangan Islam. Dan terbukti, Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad r.a. memegang jabatan Khalifah Muslim Ahmadiyah selama 51 tahun. Dalam masa jabatan kekhalifahan beliau inilah Jemaat Muslim Ahmadiyah menyebar ke seluruh pelosok dunia. Khalifah ketiga adalah Hadhrat Hafiz Mirza Nasir Ahmad r.a. (1965-1982). Khalifah keempat adalah Hadhrat Mirza Tahir Ahmad r.h. (1982-2003) dan Khalifah kelima adalah Hadhrat Mirza Masroor Ahmad a.t.b.a. (2003– sampai sekarang). Jemaat Ahmadiyah Indonesia adalah bagian dari Jemaat Muslim Ahmadiyah Internasional yang berpusat di Qadian, India, lalu pada tahun 1947 pindah ke Rabwah, Pakistan, dan sejak tahun 1984 hingga kini berpusat sementara di London, Inggris. Jemaat Ahmadiyah Indonesia didirikan pada tahun 1925 dan telah diakui sebagai badan hukum dengan ketetapan Menteri Kehakiman Republik Indonesia tanggal 13 Maret 1953 No. J.A. 5/23/13. Kebenaran pendakwaan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai Imam Mahdi dan Al-Masih Yang Dijanjikan dapat diuji dengan ajaran Al-Quran dan Hadits-hadits Nabi Besar Muhammad s.a.w. Jika penyelidikan demikian tidak memberikan kepuasan batin, maka dapat diminta petunjuk langsung dari Allah Ta’ala dengan jalan shalat Istikharah yang dilakukan dengan hati yang khusu dan Ikhlas. [][]