SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 | KASUS STUDI
Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja Franciska Tjandra
[email protected] A rsitektur Islam, Jurusan A rsitektur, F akultas S ekolah A rsitektur P erencanaan dan P engembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung
Abstrak Beberapa daerah di Indonesia memiliki banyak peninggalan bersejarah, salah satunya berupa bangunan peribadatan. Bangunan peribadatan sendiri ada bermacam-macam, dari masjid, gereja, pura, dan kelenteng. Namun, pada tulisan in i kita akan membahas salah satu masjid yang menarik dan terbilang langka yaitu Masjid Cipari. Masjid Cipari adalah salah satu masjid tertua di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, Indonesia yang berdiri pada tahun 1936 pada masa kolonial. Masjid dan pesantren yang dapat dimasuki dari jalan utama Desa Cipari ini diberi nama sesuai dengan nama desanya, Cipari. Masjid Cipari bergaya arsitektur art deco yang tak lazim diadopsi oleh sebuah masjid. Masjid ini menarik karena arsitekturnya berbeda dengan masjid -masjid di Indonesia pada umumnya karena memiliki bentuk bangunan yang mirip dengan sebuah gereja. Tujuan dari tulisan ini salah satunya adalah membahas tentang bagaimana kesamaan antara Masjid Cipari dengan bentuk gereja pada umumnya. Kata-kunci : art deco, gereja, Masjid Cipari
Pendahuluan Indonesia memiliki banyak peninggalan arkeologis yang sudah ada sejak lama. Peninggalan ini berasal dari hasil budaya bangsa, salah satunya adalah dalam wujud bangunan. Bangunan tersebut bermacam-macam fungsi nya, mulai dari kantor, rumah, maupun bangunan sakral. Namun, pada kesempatan kali in i kita akan membahas bangunan peninggalan sakral umat Islam, yaitu Masjid. Bangungan dan arsitektur mesjid bisa terjadi karena akulturasi dengan budaya atau tradisi setempat. Hal in i bisa terjadi karena penyebaran Islam di seluruh pelosok dunia berjalan secara damai, sehingga nilai-nilai Islam terkadang bersinergi dengan adat istiadat setempat. Sebuah mesjid dapat bercirikan arsitektur tiongkok, arsitektur India, atau bahkan berasitektur Barat. Masjid yang akan diangkat dalam pembahasan kali ini adalah Masjid Cipari, yang merupakan salah satu masjid tertua di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Masjid yang berlokasi di desa Cipari, kecamatan Pangatikan ini mulai dibangun tahun 1895 dalam kompleks pesantren, namun baru selesai pada tahun 1934. Pendirinya adalah K.H. Yusuf Taudziri. Masjid Cipari bergaya arsitektur art deco yang tak lazim diadopsi oleh sebuah masjid, berdenah segi empat, dengan arah hadap ke timur. Masjid ini menarik karena arsitekturnya berbeda dengan masjid -masjid di Indonesia pada umumnya karena memiliki bentuk bangunan yang mirip dengan sebuah gereja.
1
Masjid Cipari, Wikipedia Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 375
Sejarah dan Pelestarian Masjid Ray a Baiturrahman
Kegiatan I. Sejarah Masjid Cipari berdiri pada tahun 1936 pada masa kolonial dengan luas bangunan lebih kurang 75 x 30 meter, dibangun oleh Pemerintah Kolonial Blanda atas prakarsa K.H. Yusuf Taudziri, seorang ulama besar di Garut. Arsitek bangunan ini adalah seorang Belanda dan perancang bangunan ini adalah Ir. Abikoesno. Dana pembangunan masjid ini berasal dari dana gotong royong keluarga pesantren, santri dan masyarakat sekitar masjid. Sejak awalnya masjid in i telah berada di dalam kompleks pesantren dibawah pimpinan KH Harmaen dan dikelilingi hanya sekitar 20 rumah penduduk. Selain fungsi utamanya sebagai bangunan peribadatan, Masjid Cipari juga memiliki fungsi lainnya. Majid ini pernah dijadikan sebagai tempat pendidikan santri sebagai pejuang kemerdekaan. Massjid ini juga digunakan sebagai tempat berdirinya Partai Syarikat Islam (PSSI) cabang Garut. Setelah berdirinya PSSI masjid in i digunakan sebagai tempat latihan berperang dan pertahanan. Pada masa kemerdekaan, fungsi dari bangunan masjid ini d igunakan sebagai basis latihan tentara pejuang. Pada zaman pemberontakan Darul Islam, masjid ini d ijad ikan sebagai tempat perlindungan para pengungsi dan perawatan bagi pasukan yang terluka. Pada masa G30S/PKI masjid ini digunakan sebagai tempat perjuangan melawan PKI, pertahanan dan perlindungan dan dapur umum . Perluasan masjid in i memiliki kaitan erat dengan situasi pergerakan nasional tersebut karena pimpinan pesantren kebetulan juga seorang ketua PSII cabang Wanaraja. II.
Bentuk dan Gaya Arsitektur Masjid Cipari
Masjid Cipari dikelilingi oleh rumah-rumah penduduk pada bagian Utara, Selatan dan Timurnya, sedangkan pada bagian Barat adalah bangunan sekolah. Pintu masuk masjid in i berada di sebelah Barat. Lingkungan pesantren ini dibatasi oleh persawahan yang terletak di sebelah utara dan selatannya. Letak Pesantren Cipari berada di sebelah Utara bangunan masjidnya sedangkan rumah para kiyai menyebar di sebelah Utara, Selatan dan Barat bangunan masjid.
Gambar 1. Denah Lingkungan Masjid Cipari (Bismoko, Dimas Seno. 2013)
1 2
Bismoko, Dimas Seno. 2013. Unsur-unsur Kolonial pada Masjid Cipari Garut. Budi, Bambang Setia. 2006. Masjid Cipari, mirip Gereja berlanggam “Art Deco”.
A 376 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Franciska Tjandra
Secara keseluruhan masjid terbuat dari beton dan pada bagian bawah masjid terbuat dari batu kali. Denah pada Masjid Cipari berbentuk persegi panjang yang memanjang dari Barat ke Timur. Bangunan ini memiliki ukuran 30x10m dengan tinggi keseluruhan 8m berupa tembok beton. Ruang shalat pada masjid in i memiliki bentuk yang memanjang tanpa sekat serta tidak terdapat pembatas ruang shalat antara pria dan wanita. Masjid Cipari tidak memiliki serambi di kanan dan kiri bangunan. Pada sisi Barat masjid ini terdapat bangunan yang menjorok keluar yang digunakan sebagai mihrab.
Gambar 2. Denah Masjid Cipari (Bismoko, Dimas Seno. 2013)
Masjid Cipari memiliki bentuk at ap yang runcing atau limas pada bangunan induknya, sedangkan pada menara masjid menggunakan atap berbentuk kubah. Atap masjid tidak dit opang oleh tiangtiang melainkan oleh tembok yang tebal dan tinggi. Tidak adanya tiang yang menopang atap ini menyebabkan bagian dalam masjid ini memiliki bentuk memanjang seperti ruang kosong. Ornamen yang menonjol pada Masjid Cipari lebih berbentuk pelipit pipih geometris. Ornamen seperti ini terdapat pada sisi tembok luar, menara dan plafon ruang dalam. Ornamen terse but dapat dilihat pada gambar III. Gambar 3. Façade bercirikhas langgam art deco (Prasetyo, Harry. 2012)
1 2
Bismoko, Dimas Seno. 2013. Unsur-unsur Kolonial pada Masjid Cipari Garut. Budi, Bambang Setia. 2006. Masjid Cipari, mirip Gereja berlanggam “Art Deco”. Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 377
Sejarah dan Pelestarian Masjid Ray a Baiturrahman
Konsep art deco pada bangunan ini, terlihat dari bentuk facade bangunan masjid yang berbentuk geometris tersebut. Sulit ditemukan masjid yang menggunakan langgam art deco pada bangunannya. Ciri elemen dekoratif geometris yang tegas dan keras ini memang menjadi ciri khas arsitektur art deco yang dilahirkan oleh sekelompok arsitek Amsterdam School, Belanda. Pola dekorasi geometris masjid yang berulang di atas material batu kali serta garis horizontal yang halus pada sisi samp ing kanan maupun kiri juga mencirikan langgam yang sama memperlihatkan karakter art deco yang kuat. Garis horizontal yang halus pada sisi samp ing kanan maupun kiri serta bentuk menara dan atap yang menyerupai kubah dengan beberapa elemen dekorasi pada bagian samping serta puncaknya juga mencirikan langgam art deco.
Gambar 4. Tampak depan Masjid Cipari (Budi, Bambang Setia. 2006)
III. Kesamaan Bentuk Masjid Cipari dengan Gereja Pada umumnya masjid yang ada di Indonesia dibangun degan mengacu pada bentuk Majid Jawa Kuno. Namun berbeda dengan masjid lain pada umumnya, Masjid Cipari ini lebih mengacu pada gaya bangunan kolonial. Masjid ini bukanlah sebuah bangunan alih fungsi dari b angunan lain, tetapi memang merupakan bangunan yang digunakan sebagai tempat peribadatan masyarakat muslim, hanya saja memiliki bentuk yang berbeda. Masjid ini memiliki bentuk yang memanjang kebelakang dan tidak memiliki halaman atau pagar keliling yang mengelilinginya, masjid ini berhubungan langsung dengan bangunan-bangunan yang mengelilinginya. Bentuk pagar seperti ini bertolak belakang dengan Masjid Jawa Kuno yang menggunakan tembok sebagai pagar kelilingnya. Gaya kolonial pada masjid ini terlihat jelas pada komposisi pintu dan jendela di sisi samping bangunan yang lebih terlihat seperti pintu masuk dan jendela-jendela ruang kelas/sekolah atau bangunan kantor pada masa kolonial. Selain itu, yang membuat masjid ini mirip dengan gereja adalah posisi menara yang menjulang tinggi sekitar 20m dan terletak di tengah-tengah muka bangunan serta di A 378 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Franciska Tjandra
atas pintu utama. Kedua hal ini memberikan kesan simetris pada masjid tersebut serta sangat mencirikhaskan bangunan gereja. W alaupun begit u, pada puncak menara terdapat simbol bulan sabit untuk menandai bahwa bangunan ini adalah masjid. Dibawah ini terdapat perbandingan kesamaan dan perbedaan bentuk komponen bangunan antara Masjid Cipari dan Gereja Santo Yosef, Pontianak. Pelajaran
Gambar 5. Perbedaan Komponen Bangunan antara Majid Cipari dan Gereja Santo Yosef (Bismoko, Dimas Seno. 2013)
Masjid Cipari yang merupakan salah satu masjid langka di Indonesia karena memiliki bentuk yang unik dan jarang sekali ditemukan, memberikan kita pengetahuan dan pembelajaran bahwa adanya percampuan kebudayaan Eropa dan arsitektur kolonial pada masjid ini. Selain itu, kit a juga mengetahui komponen-komponen bentuk kemiripan antara Masjid Cipari dengan bangunan peribadatan masyarakat Kristen yaitu gereja. Hal yang paling mengejut kan adalah menemukan bangunan bergaya art deco di suatu desa, yang jauh dari pusat percampuran kebudayaan asing seperti halnya Kota Bandung, Jakarta, Semarang, dll.
Bismoko, Dimas Seno. 2013. Unsur-unsur Kolonial pada Masjid Cipari Garut. Budi, Bambang Setia. 2006. Masjid Cipari, mirip Gereja berlanggam “Art Deco”. 3 Aliyah. 2010. Masjid Cipari Garut Jawa Barat. 1 2
Kesimpulan Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 379
Sejarah dan Pelestarian Masjid Ray a Baiturrahman
Masjid Cipari memiliki bentuk yang berbeda dengan masjid kuno pada umumnya. Masjid ini memiliki bentuk yang mirip dengan gereja. Hal ini dapat dilihat pada bentuk bangunan nya yang memanjang kebelakang dan tidak memiliki halaman atau pagar keliling yang mengelilinginya, posisi menara yang menjulang tinggi sekitar 20m dan terletak di tengah-tengah muka bangunan serta di atas pintu utama, bentuk atapnya yang berupa limasan, tembok dari dinding beton secara keseluruhan, pondasi terbuat dari batu kali, serta fasade nya yang memiliki bentuk geometris menggunakan gaya art deco yang kuat. Gaya art deco ini terlihat pada ornamen bentukan garis-garis horizontal yang tersusun secara berulang. Hal ini dibuktikan dengan membandingkan Masjid Cipari dan Gereja Santo Yosef yang memiliki banyak kesamaan bentuk pada kedua bangunan tersebut. Daftar Pustaka Masjid Cipari, Wikipedia. Prasetyo, H. (2012). Masjid Berasitektur Art Deco di Garut. Bismoko, D.S. (2013). Unsur-unsur Kolonial pada Masjid Cipari Garut. Budi, B.S. (2006). Masjid Cipari, mirip Gereja berlanggam “Art Deco” Aliyah. (2010). Masjid Cipari Garut Jawa Barat.
A 380 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017