Revitalisasi Masjid Produktif
REVITALISASI MASJID PRODUKTIF (Realita Konstruktif Pemakmuran Masjid di Kota Jambi) Hasbullah Ahmad Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi
Abstrak Masjid Produktif adalah harapan kita semua, karena dari masjid akan melahirkan banyak kemajuan-kemajuan di segala bidang baik itu sosial, budaya, ekonomi dan lain-lain. Masjid produktif akan dapat diwujudkan dengan kesadaran bersama melalui berbagai kegiatan dan komunikasi aktif baik pengurus masjid maupun jama’ah masjid secara bersamaan dengan saling bahu membahu. Masjid juga merupakan wadah yang paling strategis dalam membina dan menggerakkan potensi umat Islam untuk mewujudkan Sumbar Daya Manusia yang tangguh dan berkualitas. Sebagai pusat pembinaan umat, eksistensi masjid kini dihadapkan pada berbagai perubahan dan tantangan yang terus bergulir di lingkungan masyarakat. Maka Masjid Produktif adalah merupakan upaya secara sistematis dan berlangsung secara terus menerus untuk menyadarkan dan memberdayakan umat dengan berbagai aktivitas yang islami. Untuk mencapai hasil yang optimal perlu didukung dengan sistim, aktivitas dan lembaga pemberdayaan Masjid. Artikel ini merupakan hasil penelitian terhadap beberapa masjid yang ada di Kota Jambi, yang peneliti acak menurut kecamatan yang ada di kota Jambi, penentuan lingkup penelitian ini adalah merupakan hasil observasi terhadap masjid-masjid yang penulis anggap telah berusaha untuk meuwujudkan dan merevitalisasi masjid yang produktif dengan berbagai aktifitas khususnya dalam hal pemberdayaan ekonomi umat, bentuk dan jenis penelitian adalah kualitatif dengan observasi dan wawancara. Kata Kunci: Revitalisasi, Masjid, Produktif, Kota Jambi A. Pendahuluan Masjid di samping sebagai tempat beribadah umat Islam dalam arti khusus (mahdlah) juga merupakan tempat beribadah TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014
365
Hasbullah Ahmad
secara luas (ghairu mahdlah) selama dilakukan dalam batasbatas syari'ah. Masjid yang besar, indah dan bersih adalah dambaan kita, namun semua itu belum cukup apabila tidak ditunjang dengan kegiatan-kegiatan memakmurkan Masjid yang semarak dengan produktif.1 Masjid juga merupakan wadah strategis bagi pembentukan watak Muslim dalam menghadapi realitas kehidupannya, tidak saja dalam konteks pembentukan perilaku etis normatif, tetapi juga dalam upayanya meraih kemajuan-kemajuan lain dalam hubungannya dengan kebutuhan kehidupan di dunia. Namun sayangnya, masjid sebagai lembaga penumbuhkembangan umat saat ini peranannya terasa kurang maksimal, terutama bila dilihat dari perspektif normativitas keberadaannya dan historisitas kemunculannya.2 Masjid menjadi poros dunia, masjid menjadi pilar spiritual yang menyangga kehidupan duniawi umat. Masjid mencerminkan seluruh aktivitas umat, masjid menjadi pengukur dan indikator dari kesejahteraan umat baik lahir maupun batin. Dengan demikian, tidak adanya masjid dalam sebuah wilayah yang berpenduduk agama Islam menjadi isyarat negatif akan adanya dis-orientasi kehidupan umat. Atau sebaliknya, ada masjid di tengah penduduk muslim, akan tetapi tidak digunakan sebagai pusat kehidupan umat. Dalam dua situasi ini, umat akan mengalami kebingungan dan menderita berbagai penyakit mental dan fisik serta tidak dapat menikmati distribusi aliran ridha dan energi dari Allah SWT.3 Masjid merupakan rumah Allah, tempat dimana manusia menyembah-Nya dan mengingat nama-Nya. Pengunjung di dalamnya adalah orang yang memakmurkannya, dan merupakan 1
Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam,(Jakarta : Pustaka Antara : 1971), 27 2 Jasmadi, Komunitas Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Volume 4 Nomor 1 Juni 2008, "Revitalisasi Fungsi Masjid sebagai Basis pengembangan Masyarakat Islam" bandingkan dengan Amril Mansur, Innovatio, Vol IX, No.1, Januari-Juni 2010, "Masjid dan Transformasi Sosial Etis : Upaya Pemberdayaan masjid dalam kehidupan sosial". 3 Nana Rukmana DW, Masjid dan Dakwah, Merencanakan, membangun dan mengelola Masjid, mengemas substansi Dakwah, upaya pemecahan Krisis moral dan Spritual, (Jakarta : Almawardi Prima, 2002), 76, bandingkan juga dalam M Quraish Shihab, Wawasan al-Qur'an, Tafsir Maudhu'i atas pelbagai persoalan umat, (Bandung : Mizan, 1996), 204. 366 TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014
Revitalisasi Masjid Produktif
sebaik-baik bidang tanah Allah di muka bumi ini, sebagai menara petunjuk, serta corong agama. Ia adalah majelis dzikir, mihrabnya ibadah, menaranya pengajaran ilmu dan pengetahuan pokok-pokok syari’at. Bahkan ia merupakan lembaga pertama yang menjadi titik tolak penyebaran ilmu dan pengetahuan di dalam Islam.4 Jika masjid dikehendaki memainkan peranan-peranannya, maka dimungkinkan untuk menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga lain, yang pada akhirnya akan mewarnai kehidupan masyarakatnya, dengan corak warna islami yang pernah mewarnai komunitas masyarakat pertama di zaman Rasulullah SAW, dan generasi awal dari kalangan para sahabat dan tabi’in RA dan zaman-zaman kecemerlangan Islam. Sudah selayaknya lembaga-lembaga ini saling bekerjasama dengan masjid di bidang penyuluhan dan pembudayaan. Dan lembagalembaga ini bekerja secara menyeluruh dan terprogram rapi, sehingga menghasilkan produk muslim yang shaleh. Sesungguhnya peran masjid dalam realitasnya, merupakan bagian integratif bersama peran-peran lembaga-lembaga lainnya di dalam masyarakat. Dari masjidlah, lembaga-lembaga ini menjalankan kegiatan-kegiatannya yang mengurai berbagai belitan, serta berpartisipasi dalam merajut kehidupan masyarakat.5 Dari sudut normativitas keberadaannya, masjid paling tidak dipahami sebagai lembaga sakral, karena sajada sebagai asal katanya menunjukkan makna tunduk dan merendahkan diri kepada-Nya, sedemikian rupa dari asal kata seperti ini menjadikan masjid bermakna sebagai tempat tunduk dan merendahkan diri kepada Allah sebagai Khaliq.6 Masjid Produktif adalah merupakan upaya secara sistimatis dan berlangsung secara terus menerus untuk menyadarkan dan memberdayakan umat dengan berbagai aktivitas yang islami. Untuk mencapai hasil yang optimal perlu didukung dengan 4 5
Gazalba, Masjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, 32 M Quraish Shihab, Membumikan al-Qur'an, (Bandung : Mizan, 1992),
149. 6
Raghib al-Isfahani, Mu'jam Mufradat al-Fadz al-Qur'an, (t.tp, Dar alKatib al-'Arabiy, t.th), 229 lihat juga dalam Ibn Mandzur, Lisan al-'Arab, Vol. 12 (Beirut: Dar al-Shadir, 1990), 312. TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 367
Hasbullah Ahmad
sistim, aktivitas dan lembaga pemberdayaan Masjid. Gerakan ini diharapkan dapat berlangsung secara masal dan melibatkan banyak komponen umat, baik Pengurus Masjid, Ulama, Umara, Ustadz, Mubaligh, Intelektual, Aktivis organisasi Islam, Politisi muslim maupun kaum muslimin pada umumnya. Masjid menjadi pangkal tempat Muslim bertolak, sekaligus 7 pelabuhan tempatnya bersauh. Berangkat dari konsep normativitas akan masjid dan historisitas faktual yang dilaksanakan Nabi Muhammad SAW pada masa hidupnya, menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW terhadap masjid, ternyata tidak sebatas pada pemaknaan sajada yang formal dan sederhana sebagaimana yang lazim dipahami dan diapresiasi oleh masyarakat Muslim saat ini, yakni sebagai tempat shalat dan melaksanakan aktivitasaktivitas rutin yang lebih teraksentuasi pada penumbuhkembangan keshalehan individual. Tetapi lebih dari itu, masjid dijadikan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai lembaga penumbuhkembangan keshalehan sosial dalam rangka menciptakan masyarakat religion-politik menurut tuntunan ajaran Islam, sedemikian rupa menjadikan masjid betul-betul berperan sebagai lembaga rekayasa sosial sesuai dengan tuntunan ajaran agama dalam dimensi kekiniannya pada masa itu.8 Sebagian besar kehidupan Rasulullah berada dalam lingkungan masjid, disamping bertempat tinggal di dalam lingkungan masjid, beliau juga sering berada di dalam ruangan masjid jika tidak ada kegiatan penting yang membuatnya keluar dari lingkungan masjid, dan menjadikan masjid sebagai pusat dakwah, pusat ibadah (mahdhah maupun ghairu mahdhah), pusat kegiatan umat, pusat pendidikan dan pembinaan umat, pusat peradilan, pusat komando militer, pusat informasi, pusat konsultasi, pusat rehabilitasi mental, pusat zikir, dan masih banyak lagi yang lain. Dengan menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan umat, maka semua kegiatan umat yang bersifat duniawi 7
Raghib al-Isfahani, Mu'jam Mufradat al-Fadz al-Qur'an, 60. Muhammad Sa'id Ramadhan al-Buthy, Fiqh al-Sirah al-Nabawiyyah: Ma'a Mujiz li-Tarikh al-Khilafah al-Rasyidah, (Damaskus : Dar al-Fikr, 2003), 143. lihat juga dalam M Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW, (Jakarta, Lentera Hati, 2011), 154 368 TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 8
Revitalisasi Masjid Produktif
ditundukkan pada kepentingan-kepentingan ukhrowi, semua kegiatan duniawi umat dapat di-Islam-kan.9 Perencanaan kegiatan non fisik (imarah) dalam rangka memakmurkan masjid menjadi hal yang sangat penting dalam rangka mengoptimalkan fungsi masjid sesuai yang diharapkan. Karena itu keberadaan pengurus masjid (Ta’mir) untuk menjalankan aktivitas kegiatan masjid menjadi kunci utama terhadap keberhasilan program kegiatan. Untuk itu tenaga pengelola masjid harus memiliki kompetensi atau professional, memahami sumber pokok ajaran Al Qur’an dan alsunnah, fasih membaca Al Qur’an, memiliki akhlak mulia, dan memiliki ghirah keislaman yang kuat berjihad menegakkan kebenaran dan amar ma’ruf nahi munkar. Para pengurus hendaknya adalah orang yang memiliki kecermatan dalam berpikir, berpengalaman luas, dan mengenal baik terhadap lingkungannya, hendaknya orang yang berwibawa. Para pengurus adalah orang yang dapat menjadi suri tauladan bagi jamaah dan dapat melaksanakan fungsi tugasnya dengan amanah dan penuh dedikasi dan keikhlasan. Para pengurus masjid secara tidak langsung adalah sebagai da’i, yang berperan dalam membina umat dan mengembangkan dakwah dimasyarakat. Hendaknya personalia kepengurusan mengikut sertakan anak muda untuk kaderisasi dan pengembangan generasi penerus.10 Untuk memberdayakan atau merevitalisasi masjid yang produktif, Perlu disusun kepengurusan Ta’mir masjid yang komposisinya disesuaikan dengan kapasitas program yang akan dilaksanakan, Sudah barang tentu komposisi pengurus antara satu masjid dengan masjid yang lain memiliki perbedaan, tergantung pada besar kecilnya program kerja yang akan dilaksanakan, juga disesuaikan dengan kapasitas masjid. Untuk menunjang pelaksanaan program kerja, pengurus masjid harus diberikan pembekalan tentang kepemimpinan dan 9
Gazalba, Masjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, 198, al-Buthy, Fiqh al-Sirah al-Nabawiyyah, 145 10 Lukman Hakim Hasibuan dan Ahmad Sutarmadi, Pemberdayaan masjid di masa depan, (Jakarta : Bina Rena Pariwara, 2002), 73, bandingkan dengan Y Setyo Hadi, Masjid kampus untuk ummat & bangsa, (Jakarta : Lembaga Kajian Budaya Nusantara, 2000), 76. TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 369
Hasbullah Ahmad
pengorganisasian masjid, hal ini penting agar masing masing pengurus memiliki pemahaman tentang hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan sebagai pengurus.11 Disamping itu pengurus diberikan pembekalan tentang uraian tugas sesuai dengan bidangnya. Uraian tugas tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman dan petunjuk pelaksanaan tentang tugas pokok dan fungsi serta petunjuk teknis pelaksanaan dalam menjalankan program kegiatan. Dengan demikian masing-masing fungsionaris pengurus akan memahami terhadap beban tugas yang harus dipikul dan dilaksanakan selama menjabat kepengurusan. Dalam hubungan seperti ini juga dapat dipahami bahwa pada masa Nabi Muhammad SAW, masjid benar benar telah menjadi milik masyarakat Muslim, karena memang masjid mampu merekonstruksi dan mentransformasi masyarakat Muslim pada saat itu, sehingga terciptalah generasi dan masyarakat masjid. Artinya, masjid memberikan kontribusi perbaikan dan pengembangan masyarakat Muslim pada masa itu, baik mikro maupun makro.12 Dengan demikian, masjid betul-betul berada pada posisi pusat penataan budaya, pendidikan, ekonomi dan segala bentuk tatanan sosial masyarakat pada masanya. Dalam konteks seperti inilah dapat dikatakan bahwa keberhasilan Nabi Muhammad SAW memfungsionalisasikan dan mengeksistensialisasikan masjid dengan masyarakatnya, sedemikian rupa menjadikan masjid bagian dari kehidupan umat, sebaliknya umat menjadi bagian pula dari masjid.13 Realita yang kita rasakan biasanya pada hari Jum’at, sebelum ritual shalat jum’at atau lebih tepatnya sebelum adzan, biasanya ta'mir atau petugas masjid mengumumkan perolehan kotak amal masjid pada jumat yang lalu dan juga laporan pertanggungjawaban penggunaan dana amal tersebut. Pada akhir 11
Lukman dan Sutarmadi, Pemberdayaan masjid di masa depan, 84. al-Buthy, Fiqh al-Sirah al-Nabawiyyah, 143-145, Lihat juga dalam Syahidin, Pemberdayaan umat berbasis masjid, (Jakarta : Alfabeta, 2003), 36. 13 M Amin Rais, Mengatasi Krisis Dari Serambi Masjid, (Jakarta : Pustaka Pelajar, 1998), 116, lihat juga dalam Gazalba, Masjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, 207. 370 TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 12
Revitalisasi Masjid Produktif
penyampaian laporan keuangan, ta'mir masjid menutupnya dengan sisa saldo yang dimiliki oleh masjid. Laporan pertanggungjawaban perolehan dan penggunaan keuangan masjid seringkali diakhiri dengan saldo yang nominalnya sangat besar, puluhan bahkan ada yang hampir ratusan juta. Nominal saldo tersebut, bagi penulis terdengar sangat besar. Hal yang membuat penulis prihatin adalah kenapa nominal yang begitu besar hanya diperuntukan untuk membayar air, listrik, kebersihan, dan sejenisnya yang nominalnya selama satu bulan tetap saja masih menyisakan saldo yang sangat besar. Andaikan saldo yang berjumlah puluhan bahkan hampir ratusan juta itu dimanfaatkan untuk hal yang produktif dalam upaya mewujudkan masjid produktif. Alangkah indahnya jika masjid kecil di sebuah desa menjadi tempat berkumpul para pemuda, dan mereka yang berada disekitar masjid yang kurang mampu selain mereka shalat berjama’ah, tapi juga rapat membahas usaha yang akan dilakukan oleh para pemuda masjid dan masyarakat kurang mampu di sekitar masjid, membahas pemberdayaan keuntungan usaha dari modal saldo kotak amal masjid, membahas kerugian usaha dan usaha bagaimana menutupnya dan menjadikannya untung kembali. Akan terlihat indah jika masjid dengan potensi pemuda putus sekolah menggarap potensi usahanya dan menguntungkan mereka dan masjid. Terlihat indah juga jika masjid masjid di perkotaan ramai dipenuhi pemuda dan masyarakat kurang mampu yang melakukan bisnis perdagangan atau usaha lain yang sesuai dengan potensi bisnisnya. Allah SWT tentunya tidak akan murka jika umatnya menggunakan rumah-Nya untuk kegiatan diluar ritual keagamaan, selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan kaidah kaidah keagamaan tentunya. Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI), Jusuf Kalla mengungkapkan, masjid harus menjadi lebih produktif untuk ikut memajukan umat Islam. Menurutnya, masjid bukan hanya untuk ibadah, tapi juga untuk memberdayakan umat Islam. Saat ini, tambah mantan wakil presiden itu, sudah banyak masjid yang menerapkan sistem pemberdayaan umat dalam programprogramnya. "Masjid harus dilengkapi sistem untuk melayani masyarakat seperti ekonomi atau pendidikan," kata JK pada Republika. Kalau masjid memiliki fasilitas yang mampu TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014
371
Hasbullah Ahmad
melayani masyarakat, umat Islam berpotensi untuk bangkit dari keterpurukan. Sebab itu, kata JK, masjid yang belum melengkapi sistem melayani masyarakat harus membuka diri pada umat.14 Dengan bermodalkan saldo kotak amal dan semangat pengurus masjid, masjid tidak hanya menjadi tempat ritual keagamaan, tapi menjadi tempat yang ramai karena secara materi keduniawian sudah memberdayakan perekonomian masyarakat sekitar. Inilah yang melatarbelakangi penulis untuk menulis dan mengkaji tentang bagaimana dan sejauhmana masjid-masjid di kota Jambi dapat memakmurkan masjid dan memakmurkan masyarakat sekitar masjid dengan merevitalisasi masjid produktif. B. Makna dan Hakikat Masjid Produktif. Masjid merupakan rumah Allah, tempat dimana manusia menyembah-Nya dan mengingat nama-Nya. Pengunjung di dalamnya adalah orang yang memakmurkannya, dan merupakan sebaik-baik bidang tanah Allah di muka bumi ini, sebagai menara petunjuk, serta corong agama. Ia adalah majelis dzikir, mihrabnya ibadah, menaranya pengajaran ilmu dan pengetahuan pokok-pokok syari’at. Bahkan ia merupakan lembaga pertama yang menjadi titik tolak penyebaran ilmu dan pengetahuan di dalam Islam. Masjid juga merupakan institusi pertama yang menjadi titik tolak penyebaran ilmu dan pengetahuan dalam Islam dan membawa kekhususan yang asasi yang dinisbatkan kepada masyarakat muslim, masjid juga merupakan sumber dakwah Islam pertama dan merupakan mata air petunjuk Rabbani. Maka disetiap tempat dan sudutnya merupakan tempat untuk meningkatkan iman dan amal shalih, masjid juga dijadikan poros di mana segala pemikiran dan perasaan menyelubung di seputarnya. Mengenai keutamaan masjid dan keagungan kedudukannya, maka terdapat banyak teks-teks agama (an-nushush) mengenai hal tersebut, diantaranya adalah : “Dan sesungguhnya masjidmasjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping 14
Republika on Line, "Masjid Harus Lebih Produktif" Minggu, 24 Maret 2013 Website : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islamnusantara/13/03/24/mk5sz0-jk-masjid-harus-lebih-produktif. 372 TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014
Revitalisasi Masjid Produktif
(menyembah) Allah.” (QS.al-Jin 72:18). Allah swt sebagai Pemilik segala sesuatu menyandingkan masjid-masjid kepadaNya. Penyandaran masjid kepada-Nya merupakan pemuliaan dan mengagungan terhadapnya. Dan masjid bukanlah kepunyaan siapapun, melainkan Allah semata. Sebagaimana halnya dengan ibadah yang telah dibebankan oleh Allah swt kepada hamba-hamba-Nya, maka tidaklah diperkenankan untuk dialihkan pelaksanaannya selain kepada-Nya saja. Dalil lainnya, hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya, dari Abu Hurairah RA bahwa Nabi saw bersabda15 “Tidaklah berkumpul sekelompok orang di salah satu rumah-rumah Allah (masjid). Mereka membaca al-Qur`an dan saling mempelajarinya (bersama-sama) di antara mereka, melainkan (akan) turun ketenangan atas mereka, mereka akan diliputi rahmat, dan para Malaikat (hadir) mengelilingi mereka, serta Allah menyebutkan (nama-nama) mereka di hadapan (para Malaikat) yang berada di sisi-Nya.” Jika masjid dikehendaki memainkan peranan-peranannya, maka dimungkinkan untuk menjalin kerjasama dengan lembagalembaga lain, yang pada akhirnya akan mewarnai kehidupan masyarakatnya, dengan islamisasi yang mewarnai komunitas masyarakat pertama di zaman Rasulullah saw, dan generasi awal dari kalangan para sahabat dan tabi’in Radhiyallahu ‘Anhum dan zaman-zaman kecemerlangan Islam. Sudah selayaknya lembaga-lembaga ini saling bekerjasama dengan masjid di bidang penyuluhan dan pembudayaan. Dan lembaga-lembaga ini bekerja secara menyeluruh dan terprogram rapi, sehingga menghasilkan produk muslim yang sholeh. Sesungguhnya peran masjid dalam realitasnya, merupakan bagian integratif bersama peran-peran lembaga-lembaga lainnya di dalam masyarakat. Dari masjidlah, lembaga-lembaga ini menjalankan kegiatankegiatannya yang mengurai berbagai problematika, serta berpartisipasi dalam merajut kehidupan sosial kemasyarakatan. Ditengah-tengah kondisi yang terpuruk ini, dan ditengahtengah kelompok-kelompok yang bertujuan untuk mensabotase 15
HR. Muslim (Zikir, doa, taubat dan istighfar, no.2699) dan bagian dari hadits No.2700. HR. Tirmidzi (al-Qira’at, no.2945). HR. Abu Daud (Shalat, no.1455), HR. Ibnu Majah (Al-Muqaddimah, no.225). HR. Ahmad (II/252). TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 373
Hasbullah Ahmad
masjid dari misi dan tugasnya di dalam masyarakat. Ruh Islam tidak pernah pudar, bahkan ia terus mengalir di setiap pembuluh darah dunia Islam dengan aliran yang alami dan tenang. Lalu mendorongnya kepada Islam, dengan dorongan yang berkesinambungan. Lalu hasil dari ini semua, terbangunnya kesadaran dan terjadinya kebangkitan yang penuh keberkahan. Masjid mulai mempersiapkan dirinya untuk menjalankan perannya sebagai pemandu masyarakat muslim dalam pengarahan, pendidikan dan pembinaan. Sebagai sel-sel hidup yang mengalir dengan gerakan dan pelayanan, untuk melaksanakan perannya dan menjalankan kewajibannya bersama dengan lembaga-lembaga lainnya, seperti di rumah, sekolah, institusi, pemerintah dan taman-taman bermain dan lain-lain dengan bahu membahu bersama-sama di medan penyadaran dan penyuluhan dalam mewujudkan masjid yang produktif. a. Hakikat Masjid Produktif Masjid Produktif adalah harapan kita semua, karena dari masjid akan melahirkan banyak kemajuan-kemajuan di segala bidang baik itu sosial, budaya, ekonomi dan lain-lain. Namun hakikat masjid produktif akan dapat diwujudkan dengan kesadaran bersama melalui berbagai kegiatan dan komunikasi aktif baik pengurus masjid maupun jama’ah masjid secara bersamaan dengan saling bahu membahu. Masjid memiliki urgensi yang besar dan kedudukan yang agung dalam masyarakat Islam. Maka sesungguhnya kaitan masjid dengan masyarakat sangatlah kuat dan erat. Lebih dari hanya sekedar seorang berdiri untuk mengerjakan shalat lima fardhu dalam sehari semalam, kemudian ia mengunci pintunya setelah itu. Sehingga hubungannya menjadi terputus dengan kaum muslimin dengan segala urusannya. Tidak, tidaklah demikian!!! Sesungguhnya sebagai sebuah lembaga, ia memiliki pengaruh sebagaimana pengaruhnya terhadap jiwa-jiwa manusia, dan efek yang telah dijelaskan dalam mendidik mereka. Sudah menjadi keharusan untuk menjadikan kerekatan masjid terhadap situasi dan kondisi masyarakat menjadi kerekatan yang interaktif, kokoh dan berkesinambungan secara produktik.
374 TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014
Revitalisasi Masjid Produktif
b. Revitalisasi Masjid Produktif Keberadaan pengurus masjid (Ta’mir) untuk menjalankan aktivitas kegiatan masjid menjadi kunci utama terhadap keberhasilan program kegiatan. Untuk itu tenaga pengelola masjid harus memiliki kompetensi atau professional, memahami sumber pokok ajaran Al Qur’an dan al-Sunnah, fasih membaca Al Qur’an, memiliki akhlak mulia, dan memiliki ghirah keislaman yang kuat berjihad menegakkan kebenaran dan amar ma’ruf nahi munkar. Para pengurus hendaknya adalah orang yang memiliki kecermatan dalam berpikir, berpengalaman luas, dan mengenal baik terhadap lingkungannya, hendaknya orang yang berwibawa. Para pengurus adalah orang yang dapat menjadi suri tauladan bagi jamaah dan dapat melaksanakan fungsi tugasnya dengan amanah dan penuh dedikasi dan keikhlasan. Para pengurus masjid secara tidak langsung adalah sebagai da’i, yang berperan dalam membina umat dan mengembangkan dakwah di masyarakat. Hendaknya personalia kepengurusan mengikut sertakan anak muda untuk kaderisasi dan pengembangan generasi penerus. Untuk memberdayakan masjid secara produktif, Perlu disusun kepengurusan Ta’mir masjid yang komposisinya disesuaikan dengan kapasitas program yang akan dilaksanakan, Sudah barang tentu komposisi pengurus antara satu masjid dengan masjid yang lain memiliki perbedaan, tergantung pada besar kecilnya program kerja yang akan dilaksanakan, juga disesuaikan dengan kapasitas masjid. Untuk menunjang pelaksanaan program kerja, pengurus masjid harus diberikan pembekalan tentang kepemimpinan dan pengorganisasian masjid, hal ini penting agar masing masing pengurus memiliki pemahaman tentang hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan sebagai pengurus. Disamping itu pengurus diberikan pembekalan tentang uraian tugas sesuai dengan bidangnya. Uraian tugas tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman dan petunjuk pelaksanaan tentang tugas pokok dan fungsi serta petunjuk teknis pelaksanaan dalam menjalankan program kegiatan. Dengan demikian masing-masing fungsionaris pengurus akan memahami terhadap beban tugas yang harus dipikul dan dilaksanakan selama menjabat kepengurusan. Selama pengurus TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014
375
Hasbullah Ahmad
menjalankan kegiatan prinsip-prinsip menejemen harus menjadi acuan, terutama dengan menjalankan fungsi menejemen sebagaimana yang di kemukakan oleh Sondang P Siagian; yaitu planning, organizing, motivating, controlling dan Evaluating”. Pengurus harus mampu merencanakan program kegiatan selama periode kepengurusan, perencanaan tersebut dibuat dan disosialisasikan melalui musyawarah pengurus lengkap yang selanjutnya ditetapkan sebagai program kerja. Program kerja inilah yang dijadikan sebagai pedoman untuk melaksanakan kegiatan, yang perinciannya diuraikan oleh masing masing seksi. Jadwal pelaksanaan kegiatan dituangkan dalam time schedule kegiatan agar perencanaan program kerja tersebut dapat terlaksana tepat waktu. Dalam merevitalisasi masjid produktif, maka kegiatan yang perlu disusun adalah strategi pembinaan jamaah, sebab jamaah masjid akan menjadi basis kekuatan umat dan menjadi sasaran pemberdayaan. Kesatuan jamaah yang diikat oleh akidah yang kuat, melingkupi kesatuan sosio kultural yang Islami, keberadaan kesatuan pengurus dan jamaah akan dapat menjadi barisan yang teratur, rapi dan memiliki kesamaan langkah dalam melaksanakan kewajiban agama sebagaimana filosofi pelaksanaan sholat berjamaah. Untuk itu, pengurus masjid sudah semestinya mengetahui secara cermat tentang kondisi jamaah masjid, sehingga dalam merencanakan program kegiatan benarbenar merupakan aspiratif dan sesuai kebutuhan jamaah. c. Aktivitas Masjid Produktif Masjid sebagai komponen fasilitas sosial, merupakan bangunan tempat berkumpul bagi sebagian besar umat Islam untuk melakukan ibadah sebagai sebuah kebutuhan spiritual yang diperlukan oleh umat manusia. Masjid sebagai salah satu pemenuhan kebutuhan spiritual sebenarnya bukan hanya berfungsi sebagai tempat shalat saja, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial kemasyarakatan yang produktif, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam menjalankan risalahnya; Masjid pada masa Nabi digunakan untuk : 1) Tempat ibadah (shalat dan zikir), 2) Tempat konsultasi dan komunikasi (masalah sosial, ekonomi dan budaya), 3) Tempat pendidikan, 4) Tempat santunan sosial, 5) Tempat latihan keterampilan militer dan persiapan alat-alatnya, 6) Tempat pengobatan para korban 376 TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014
Revitalisasi Masjid Produktif
perang, 7) Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa, 8) Aula dan tempat menerima tamu, 9) Tempat menawan tahanan dan 10) pusat penerangan atau pembelaan agama.16 Menurut Moh. E. Ayub mengemukakan paling sedikit ada sebilan fungsi yang dapat diperankan oleh masjid dalam rangka pemberdayaan masyarakat, yakini: 1. Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. 2. Masjid adalah tempat kaum muslimin beri’tikaf membersihkan diri menggembleng bathin/ keagamaan sehingga selalu terpelihara keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian. 3. Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat. 4. Masjid adalah tempat berkonsultasi mengajukan kesulitan-kesulitan meminta bantuan dan pertolongan. 5. Masjid adalah tempat mebina keutuhan ikatan jamaah dan gotong royong untuk meningkatkan kesejahteraan bersama. 6. Masjid dengan Majlis Ta’limnya merupakan wahana untuk meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan. 7. Masjid adalah tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader pemimpin umat. 8. Masjid adalah tempat menghimpun dana, menyimpan dan membagikannya. 9. Masjid adalah tempat melaksanakan pengaturan dan supervisi sosial. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa.masjid merupakan pusat ibadah dalam pengertian yang luas yang mencakup juga kegiatan mu’amalah. Oleh karena itu agar masjid dapat memerankan fungsinya, maka dalam perencanaan pembangunan dan perencanaan kegiatan hendaknya mengacu pada master plan yang terobsesi terhadap pelaksanaan fungsi masjid secara optimal.17 Beberapa kegiatan yang dapat 16
Quraish Shihab,M., Wawasan Al-Qur’an , Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan, 1996; 462. 17 Moh E. Ayub, Menejemen Masjid, Jakarta: Gema Insani Press, 1997: 7. TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 377
Hasbullah Ahmad
dilakukan dalam rangka memelihara dan membina jama’ah, antara lain: Menyelenggarakan Kegiatan Ibadah secara tertib, sesuai dengan salah satu fungsi Masjid adalah sebagai tempat ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, maka pelaksanaan ibadah terutama shalat wajib harus dilaksanakan tepat waktu, dan berjamaah. Penegak shalat lima waktu hendaknya orang -orang yang ingin memperoleh keridlaan Allah SWT. Untuk menjaga ketepatan waktu dan tertibnya shalat berjamaah keberadaan Imam tetap yang senantiasa berada di tempat sangat dibutuhkan. Demikian juga Mu’adzin yang memiliki suara bagus (qori’) serta memahami tartil Qur’an akan membuat orang yang mendengarnya akan merasa nyaman. Para petugas penegak shalat lima waktu seperti Imam dan Mu’adzin semestinya ditunjuk oleh pengurus masjid untuk menjalankan tugas tersebut, termasuk tenaga cadangan bila yang bersangkutan berhalangan. Keberadaan Imam masjid hendaknya orang yang disenangi oleh masyarakat, sebab orang yang dibenci oleh masyarakat (banyak orang) berkaitan dengan masalah agama dan pribadinya, orang tersebut sebaiknya tidak ditunjuk menjadi Imam dan menghindarkan diri dari posisi ini. Untuk membina jama’ah dalam mewujudkan masjid produktif juga dapat dilakukan dengan mengadakan pengajianpengajian, bentuknya dapat berupa kultum sebelum atau sesudah dhuhur dan sholat asar, kuliah subuh sesudah sholat subuh berjamaah, kuliah dhuha setiap sabtu atau minggu pagi, atau pengajian khusus membahas kitab-kitab Turath tertentu. Pengajian semacam ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan tentang ajaran Islam, sehingga jama’ah datang ke masjid tidak hanya melaksanakan ibadah rutin, tetapi mereka dapat menembah ilmu pengetahuan agama, mempererat tali ukhuwah Islamiyah dan dapat meningkatkan ghirah dalam pengamalan ajaran agama di masyarakat. Kemudian juga bisa Menyelenggarakan Pendidikan khusus/ pelatihan. Dalam program ini pembinaan jamaah lebih dikhususkan lagi. Bentuk isi dan sasarannya tergantung kepada kebutuhan. Bentuknya mungkin dapat berupa kegiatan jangka pendek (program kilat) seperti pelatihan imam, pelatihan muballigh, pesantren kilat, pelatihan jurnalistik, kursus 378 TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014
Revitalisasi Masjid Produktif
keterampilan dan lain-lain. Dapat juga program bulanan seperti kursus bahasa Arab, dan pendidikan jangka panjang khusus untuk anak-anak seperti penyelenggaraan madrasah diniyah, untuk membantu kekurangan pengajaran agama yang dilaksanakan di sekolah, jika ruangan masjid tersedia dan memungkinkan untuk kegiatan tersebut. Pendidikan khusus anak-anak adalah Taman Pendidikan AlQur’an, seperti pembelajaran menggunakan metode Iqra’, pendidikan ini dapat dilaksanakan oleh remaja masjid pengelolaannya. Program ini akan sejalan dengan program Kementerian Agama dan Pemerintah Daerah yang mencanangkan pemberantasan buta aksara huruf al-Qur’an bagi masyarakat, khususnya anak-anak muslim, kegiatan ini diselenggarakan untuk membantu para orang tua muslim yang tidak mampu mendidik bacaan al-Qur’an putra-putrinya di tengah keluarga, sehingga Taman Pendidikan al-Qur’an ini dapat membantu mereka mengajarkan al-Qur’an. Effektifitas kegiatan pembelajaran sangat dibutuhkan adanya kerjasama antara guru dan orang tua dalam penyelenggaraan kegiatan ini. Aktivitas atau kegiatan pembinaan remaja dan anak-anak juga merupakan upaya produktif. Hal ini amat penting, mengingat para remaja dan anak-anak amat mudah terbawa pengaruh buruk lingkungannya, terutama dari media elektronik, seperti televisi, VCD, internet dan media surat kabar, majalah dan sebagainya. Kegiatan bagi remaja dan anak-anak tidak cukup untuk ceramah-ceramah bahkan terkadang ceramah tidak menarik bagi mereka, oleh karena itu, kegiatan bagi remaja hendaknya dapat memadukan antara pembinaan agama dan kegiatan penyaluran bakat seperti kesenian islami, festival, olah raga, tadabur alam, dan kegiatan yang menunjang keterampilan. Semua kegiatan diupayakan dapat meningkatkan kualitas iman, ilmu dan amal. Untuk menampung aktivitas kegiatan remaja masjid, pengurus masjid dapat membentuk organisasi Remaja Islam Masjid (RISMA), agar program kegiatannya lebih terarah, terkoordinir dan spesifik. Masjid pun akan menjadi lebih produktif bila diwujudkan berdirinya perpustakaan. Buku-buku, majalah dan sumbersumber informasi lainnya amatlah diperlukan untuk meningkatkan jama’ah dan memperluas wawasannya. Di TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014
379
Hasbullah Ahmad
perpustakaan para jama’ah dapat membaca buku mendalami ilmu pengetahuan keislaman, Tafsir, Hadits, fiqh dan buku-buku yang menambah wawasan keislaman. Dan bisa juga mendirikan BMT (Baitul Maal wa al-Tamwil), Koperasi atau jenis apapun yang islami produktif dan tidak bertentangan dengan syariat. C. Masjid-Masjid Produktif di Kota Jambi a. Masjid-Masjid di Kota Jambi 1. Temuan Umum dalam Penelitian ini adalah : Dari berbagai target yang peneliti lakukan dalam observasi untuk melihat aktivitas masjid secara umum maka peneliti mengungkapkan temuan-temuan umum yang mayoritas hampir dilaksanakan oleh semua masjid di kota Jambi, di antara beberapa kegiatan tersebut adalah : a. Sholat Wajib Berjama'ah Lima Waktu Kegiatan utama dalam Masjid adalah kegiatan ritual mahdhah, yaitu menunaikan sholat lima waktu, mulai dari subuh, dzuhur, Ashar, Maghrib dan Isya, kelima waktu ini dilaksanakan dengan cara berjama’ah, sedangkan yang menjadi Imam adalah mereka yang telah ditunjuk dan ditetapkan oleh pengurus masjid melalui musyawarah pengurus masjid dengan melibatkan tuo-tuo tengganai dan ketua rukun tetangga di sekitar masjid. Masjid Agung al-Falah Jambi mengangkat Imam-Imam Rawatib dari para hafidz al-Qur’an yang difasilitasi tempat istirahat bagi imam rawatib, karena para Iman rawatib berasal dari tempat yang jauh dari kawasan masjid agung alFalah Jambi, bahkan merekapun disediakan kendaraan antar jemput bagi iman-imam sholat rawatib. Adapun masjid Muthmainnah Tambak Sari, Masjid Sa’adatul Hikmah Thehok dan Masjid al-Muhajirin perumnas menunjuk imam rawatib dari alim-ulama setempat yang fashih dan Qori’ al-Qur’an yang sekaligus juga biasanya menjadi guru mengaji al-Qur’an anakanak pendidikan taman al-Qur’an. b. Pengajian Al-Qur'an Dari observasi lapangan yang peneliti lakukan, pengajian al-Qur’an juga merupakan aktivitas rutin yang dilakukan oleh masjid-masjid yang ada di kota Jambi, khususnya pengajian mingguan yang biasa dikenal dengan yasinan. Ada beberapa perbedaan di Masjid Agung al-Falah Jambi pengajian sering dilakukan dalam bentuk Tadarus, Tasmi’ al-Qur’an oleh para 380 TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014
Revitalisasi Masjid Produktif
huffaz al-Qur’an dan juga terkadang dilaksanakan pengajian alQur’an dalam bentuk pembelajaran Tahsin al-Qur’an dengan tilawah tarrannum. Sementara di Muthmainnah Tambak Sari pengajian alQur’an diwujudkan dengan pengajian rutin mingguan yaitu yasinan baik itu kelompok bapak-bapak maupun kelompok majelis ta’lim ibu-ibu, terkadang juga dalam satu bulan 2 sampai 3 kali mengadakan tahsin tilawah al-Qur’an secara umum dalam bentuk pengajian al-Qur’an, begitu pula dengan Masjid Sa’adatul Hikmah Thehok yang aktif dengan pengajian alQur’an 2 minggu sekali khususnya bagi remaja-remaja masjid, pengajian al-Qur’an juga dilakukan untuk umum setiap malam jumat. Sama halnya dengan Masjid al-Muhajirin Kotabaru yang juga rutin mengadakan pengajian al-Qur’an yang diwujudkan dalam bentuk yasinan, tahsin tilawah al-Qur’an dan juga kajian tafsir al-Qur’an. c. Kegiatan Syiar Agama, Kultum atau Ceramah Kegiatan syiar agama dan ceramah selalu dilaksanakan oleh hampir seluruh masjid yang ada di kota Jambi, baik kegiatan itu berupa ceramah mingguan seperti pengajian Majelis Ta’lim ibuibu dan juga ceramah rutin bapak-bapak dalam kegiatan yasinan, bulanan maupun peringatan hari besar Islam seperti Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, Nuzul al-Qur’an, Tahun Baru Islam, Halal bi halal, menyambut Ramadhan (tarhib ramadhan) dan lain-lain. Masjid Agung al-Falah Jambi sangat rutin dalam mengadakan aktifitas syiar agama, baik yang melaksanakan Masjid Agung sendiri atau terkadang beberapa organisasi Islam yang menjadikan masjid sebagai pusat untuk kegiatan syiar agama dan ceramah, sedangkan pengajian rutin mingguan bagi ibu-ibu majelis ta’lim senantiasa diadakan setiap hari rabu setelah sholat ashar, adapun masjid Muthmainnah tambak sari juga kerap melaksanakan pengajian rutin secara efektif untuk seluruh jama’ah, pengajian majelis ta’lim dilaksanakan setiap hari jum’at ba’da ashar. Masjid Sa’adatul Hikmah juga rutin melaksanakan aktivitas syiar agama seperti kajian-kajian keislaman 2 minggu sekali bagi remaja-remaja masjid, dan juga ceramah Agama di setiap minggu pagi seteleh sholat subuh untuk jama’ah sholat shubuh, sedangkan untuk pengajian majelis ta’lim rutin ibu-ibu TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014
381
Hasbullah Ahmad
dilaksanakan setiap hari sabtu ba’da ashar. Begitu pula dengan Masjid al-Muhajirin kota baru aktif dalam syiar agama dan ceramah, diantaranya adalah pengajian rutin setiap malam sabtu dengan barbagai kajian keislaman, pembinaan remaja masjid dan ceramah rutin majelis ta’lim disetiap hari sabtu ba’da ashar. d. Taman Pendidikan Al-Qur'an Taman Pendidikan Al-Qur’an atau disingkat dengan TPA adalah suatu lembaga pendidikan non-formal yang bergerak dalam bidang pendidikan al-Qur’an. Tujuan didirikannya lembaga ini adalah selain membantu para siswa/santri agar dapat membaca, menulis dan memahami isi kandungan Al-Qur’an dengan baik dan benar juga untuk memperdalam pengetahuan tentang agama Islam khususnya anak-anak. Taman Pendidikan Al-Qur’an dalam observasi penulis telah wujud dihampir semua masjid yang ada di kota Jambi, akan tetapi perkembangannya tidak begitu produktif karena Taman Pendidikan Al-Qur’an hanya mengajarkan al-Qur’an secara klasikal yang begitu singkat, sehingga anak didik hanya dapat membaca sekali dalam kurang lebih 2 sampai 3 menit kemudian selesai, yang tidak dibarengi dengan susunan tata pendidikan dengan baik seperti ada kelas klasikal tajwid, Tahsin dan Tafhim al-Qur’an, bisa juga ditambah dengan aktivitas-aktivitas positif lainnya seperti permainan-permainan edukatif. Masjid Agung al-Falah, Masjid Muthamainnah, Masjid Sa’adatul Hikmah dan Masjid al-Muhajirin juga aktif dalam prosesi pelaksanaan Taman Pendidikan Al-Qur’an ini, terbukti dengan jumlah anak didik dalam Taman Pendidikan Al-Qur’an yang banyak. Taman Pendidikan Al-Qur’an yang peneliti observasi dilaksanakan dengan waktu yang berbeda-beda, Masjid Agung al-Falah melaksanakan Taman Pendidikan AlQur’an setelah sholat ashar dan bahkan bekerja sama dengan IPQOH (Ikatan Persatuan Qori’-Qori’ah dan Hafidz-Hafidzoh) Provinsi Jambi. Begitu pula dengan Masjid Muthamainnah Tambaksari, Sa’datul Hikmah Thehok dan al-Muhajirin Kotabaru yang melaksanakan pengajian Taman Pendidikan AlQur’an setelah sholat Maghrib, akan tetapi anak-anak didik hadir sebelum maghrib sehingga dapat sholat berjama’ah maghrib dan isya di Masjid. 382 TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014
Revitalisasi Masjid Produktif
e. Pertemuan atau Rapat Pengurus Masjid Pertemuan dan rapat pengurus masjid adalah merupakan ajang dan kesempatan saling membenahi dan merekonstruksi aktivitas yang telah dilaksanakan oleh pengurus masjid, sehingga dapat meningkatkan produktivitas masjid menjadi lebih baik dan aktual. Pertemuan dan rapat pengurus masjid dilaksanakan oleh pihak masjid baik secara rutin mingguan maupun bulanan. Namun yang penulis observasi bahwa rapat dan pertemuan terkadang hanya dilaksanakan oleh pihak masjid ketika menghadapi hari-hari besar Islam, namun ada juga yang melaksanakan rapat dan pertemuan pengurus masjid setiap selesai sholat jum’at dan juga terkadang pada malam jum’at. Sehingga ide-ide konstruktif dapat dituangkan dalam rapat tersebut dalam usaha mewujudkan masjid yang produktif. f. Bersih-Bersih Masjid Bersih-bersih Masjid merupakan aktifitas gotong royong rutin yang dilaksanakan oleh masjid di kota Jambi, namun gotong royong atau bersih-bersih masjid dilaksanakan hanya ketika menghadapi hari-hari besar Islam seperti menghadapi puasa, ketika sholat dua hari raya, pada waktu Qurban dan lainlain. Akan tetapi pembersihan secara rutin harian pihak masjid akan menggaji pekerja untuk mengurus kebersihan dan kenyamanan lingkungan masjid yang asri. 2. Berbagai Kegiatan Tahunan Masjid Secara Umum Masjid-masjid yang ada di kota Jambi juga rutin melaksanakan kegiatan tahunan secara efektif, di antara kegiatan-kegiatan rutin tersebut adalah : 1. Sholat Tarawih Berjama'ah 2. Peringatan Nuzulul Qur'an 3. Buka Puasa Bersama (Ifthor Jama'i) 4. I'tikaf Bersama di Masjid 5. Menerima dan Menyalurkan Zakat, Infak, Sedekat, Fidyah, Dll 6. Sholat Idul Fitri 7. Halal Bilhalal Warga Masyarakat 8. Menerima dan Menyalurkan Hewan Qurban 9. Sholat Idul Adha 10. Perayaan Tahun Baru Islam TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014
383
Hasbullah Ahmad
11. Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 12. Santunan Anak Yatim 3. Temuan Khusus Masjid-Masjid Produktif Kota Jambi Dari hasil observasi yang peneliti jalankan ke lapangan, maka ditemukan secara khusus beberapa indikasi masjid produktif yaitu : 1. Konsultasi Keagamaan Gencarnya konsultasi agama Islam melalui media elektronik, cetak dan online kiranya perlu disambut baik. Hal ini berarti semakin banyak orang yang ingin serius memperdalam agama Islam. Keseriusan ini boleh jadi ditenggarai karena berbagai faktor seperti untuk kajian keagamaan dan keislaman atau bisa juga ada orang yang depresi akibat diterpa berbagai kemelut hidup. Multi masalah dalam hidup ini membuat masyarakat lari kepada jalur solusi agama supaya batin lebih damai dengan konsultasi agama dengan yang lebih berilmu. Agama adalah merupakan ranah yang tepat untuk mencari solusi keagamaan dan intropeksi diri lebih mendalam tentang jati diri. Maka masjid dalam hal ini memiliki peran yang sangat vital dalam menawarkan solusi keagamaan untuk mecapai kesejahteraan, kedamaian dan ketenangan hidup. Masjid di kota Jambi pun sudah mengambil peran khususnya dalam memecahkan permasalahan keagamaan yang terjadi di masyarakat. Masjid Agung al-Falah Jambi membuka layanan konsultasi Agama setiap hari baik untuk kaum muslimin secara umum maupun pembinaan keagamaan bagi muallaf, semua dilaksanakan dengan maksud memberikan solusi yang solutif kepada masyarakat Islam melalui konsultasi. Namun keaktifan konsultasi agama yang ada di masjid-masjid kota Jambi, banyak hanya beravialiasi pada kegiatan ceramah agama. Seperti di Masjid Sa’adatul Hikmah Thehok, Masjid Muthmainnah Tambaksari dan Masjid al-Muhajirin Kotabaru. Biasanya konsultasi agama secara khusus dilaksanakan di rumah imam-imam rawatib dan juga alim ulama setempat yang muktabar ilmu keagamaannya. Konsultasi emergency seperti masalah konflik keluarga, konflik masyarakat atau hal-hal yang lain yang membutuhkan jawaban yang normatif dari al-Qur’an dan hadits ataupun pendapat ulama. 384 TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014
Revitalisasi Masjid Produktif
2. Pelayanan Pendidikan (Madrasah, Rumah Tahfidz dll) Dalam konsep pengelolaan masjid yang ideal, masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga harus mejadi tempat pembinaan umat melalui berbagai macam kegiatan. Salah satu kegiatan yang sangat penting adalah pendidikan untuk pembinaan masyarakat atau umat baik pendidikan formal maupun non formal. Maka di Kota Jambi ada beberapa masjid yang memberikan pelayanan pendidikan baik formal maupun non formal, dengan maksud memberikan bekal kepada masyarakat sekitar khususnya umur wajib belajar, pendidikan yang ditawarkan berbentuk pendidikan agama seperti madrasah, rumah tahfidz dan taman pendidikan al-Qur’an. Telah diselenggarakan pendidikan formal di beberapa Masjid yang peneliti observasi di antaranya adalah Masjid al-Muhajirin Kota Baru yang memiliki bangunan madrasah permanen dan memiliki daya tampung yang cukup banyak, jenjang pendidikan yang tersedia adalah Madarasah Ibtidaiyah (MI) pagi. Begitu pula dengan Masjid Sa’adatul Hikmah thehok yang juga memberikan pelayanan pendidikan keagamaan, baik berbentuk sekolah formal maupun non formal di antaranya adalah Taman Kanak-Kanak (Raudhatul Athfal) dan jenjang Madrasah Ibtidaiyyah (MI), kemudian juga dilaksanakan pengajian taman al-Qur’an setelah sholat ashar sampai setelah sholat maghrib. Dan tingkat animo masyarakat sekitar masjid sa’adatul hikmah sangat besar terbukti dengan jumlah santri TK, MI dan TPA sangat ramai. Masjid Agung al-Falah Jambi bekerja sama dengan Yayasan al-Falah jambi juga menyelenggarakan pelayanan pendidikan secara luas untuk masyarakat kota Jambi dan jenjang yang ditawarkan mulai dari TK Islam, SD Islam, SMP Islam dan SMA Islam, walau hubungan khusus antara masjid Agung al-Falah Jambi dan Yayasan al-Falah terpisah secara kepengurusan akan tetapi semangat kebersamaan dalam mewujudkan pendidikan terus diupayakan bersama, seperti penggunaan fasilitas masjid untuk beribadah dan praktek ibadah. Masjid Agung al-Falah Jambi melalui pengurus harian dan imam rawatib berupaya untuk mendirikan Rumah Tahfidz alQur’an dengan memanfaatkan fasilitas yang ada guna mengembangkan semangat cinta dan hafal al-Qur’an dan juga TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014
385
Hasbullah Ahmad
upaya pemberatasan buta aksara al-Qur’an. Sama juga halnya dengan masjid Muthmainnah Tambaksari yang juga melayani pendidikan dengan komitmen mengajarkan anak-anak membaca al-Qur’an melalui Taman Pendidikan al-Qur’an Muthmainnah, jumlah santri yang mengajipun mencapai ratusan santri dan santriwati. 3. Pelayanan Kesehatan Kesehatan mempunyai peran yang sangat urgen dalam melakukan sebuah aktifitas, terutama aktifitas ibadah kepada Allah Swt., maka upaya peningkatan kesehatan yang dilakukan di beberapa Masjid di Kota Jambi, sebagai strategi untuk mengusahakan agar masyarakat khususnya para jama’ahnya dapat lebih aktif lagi dalam memakmurkan masjid, sehingga rasa untuk memilki masjid benar-benar bisa tertanam di hati masyarakat. Strategi yang diambil dalam suatu program peningkatan kesehatan masyarakat akan menentukan keberhasilan dalam melaksanakan program di lapangan. Dalam sebuah program peningkatan kesehatan masyarakat berbasis masjid perlu adanya strategi yang efektif dan tepat, karena berhasil tidaknya suatu program tergantung pada ketepatan dan keefektifan strategi yang dipilih. Idealnya Masjid juga dijadikan sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat dan informasi kesehatan, serta pendidikan pola hidup sehat bagi masyarakat. Melalui pelayanan kesehatan akan dijalankan program penilaian status kesehatan pribadi, program pengendalian penyakit atau faktor risiko, pendidikan kesehatan, imunisasi dan juga sampai kepada konseling individu. Namun dalam observasi peneliti program pelayanan kesehatan ini, belum berjalan begitu maksimal di masjid-masji kota Jambi, kecuali hanya beberapa kali dalam 1 tahun, karena pemahaman pengurus dan pengelola masjid belum sangat produktif. Namun beda dengan Masjid Muthmainnah Tambaksari yang memiliki Ambulance, sebagai wujud kepedulian terhadap kesehatan bagi masyarakat. Maka, seharusnya pengelola dan pengurus masjid bisa bekerja sama dengan dinas kesehatan dalam mewujudkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat sekitar dan khususnya pula bagi masyarakat miskin. Bila aspek kesehatan ini diperhatikan maka revitalisasi masjid produktif dapat 386 TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014
Revitalisasi Masjid Produktif
direalisasikan dengan maksimal dengan kerjasama pegurus masjid dan dinas-dinas terkait khususnya kesehatan dalam mewujudkan kesehatan. 4. Koperasi Masjid dan Jama’ah Masjid Koperasi ini juga bisa dikenal dengan istilah Baitul Maal Muamalat (BMM) pengembangan aktivitas perekonomian, khususnya bagi dhu’afa, pemuda putus kerja yang ada di sekitar masjid. selain dapat memakmurkan masjid, juga sangat diharapkan mampu menciptakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar masjid. Kita lihat pada saat ini, banyak bangunan masjid baru, yang dibangun oleh masyarakat secara bersama-sama, ataupun organisasi-organisasi kemasyarakatan, serta oleh pemerintah sendiri. Bangunan masjid tersebut, banyak yang mempunyai arsitektur yang indah dan konstruksi yang sangat mahal. Namun, terkadang disayangkan, keindahan dan bahkan kemegaan bangunan masjid yang tersebar di berbagai penjuru negeri tidak menunjukkan tingkat kesejahteraan para jamaahnya, bahkan yang lebih ironis untuk biaya pemeliharaan masjid tersebut seringkali dilakukan dengan meminta-minta di pinggir jalan, sehingga menurunkan citra umat Islam secara keseluruhan. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Medan, dan kota lainnya terlihat fenomena baru yang menunjukkan sebagian masjid berfungsi, tidak hanya, sebagai tempat ibadah "ritual" semata. Beberapa masjid, juga berfungsi sebagai tempat pendidikan, tempat pemberdayaan ekonomi umat, dan kegiatankegiatan sosial lainnya. Dengan demikian, keberadaan masjid memberikan manfaat bagi jamaah dan masyarakat lingkungannya. Fungsi masjid yang seperti itu, perlu terus dikembangkan dengan pengelolaan yang baik dan teratur, sehingga dari masjid lahir insan-insan muslim yang berkualitas dan masyarakat yang sejahtera. Masjid dapat dilibatkan dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Masjid, sebenarnya, dapat berperan alami dalam kehidupan jamaah dan masyarakat di lingkungan sekitarnya. Peranan alami tersebut muncul melalui ajaran Islam, sebagai agama yang dianut oleh masyarakat setempat, dengan mekanisme perubahan sosial dan peningkatan motivasi dalam berusaha. Dengan demikian, diharapkan, dapat mempercepat TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014
387
Hasbullah Ahmad
perubahan sosio-ekonomi di wilayah-wilayah masjid tersebut berada. Peningkatan kesejahteraan umat tersebut dapat dilakukan dengan membuat Koperasi yang beranggotakan jamaah dari masjid. Koperasi tersebut dapat melakukan kegiatan ekonomi dengan berbasiskan kebutuhan pembangunan dan pemeliharaan masjid, serta penyediaan kebutuhan jamaah dan masyarakat di sekitar masjid tersebut. Sedangkan untuk kota Jambi, sejauh observasi peneliti khususnya pada keempat Masjid tersebut tidak berjalan dan wujud koperasi yang dimaksud, sebab sumber daya manusia pengelola koperasi tersebut sangat lemah, maka seharusnya pengelola dan pengurus masjid terus membenahi dan mendalami pengalaman dan ilmu tentang koperasi syari’ah sehingga dapat berdampak potif bagi masyarakat sekitar khususnya kaum miskin dan dhu’afa. 4. Strategi dalam mewujudkan Masjid produktif melalui Gerakan Memakmurkan Masjid. Gerakan Memakmurkan Masjid tidak bisa berlangsung dengan sendirinya, perlu langkah-langkah strategis yang mampu memberi dukungan dalam mewujudkan masjid produktif, di antaranya adalah: 1. Kampanye Gerakan Memakmurkan Masjid (GMM) Gerakan Memakmurkan Masjid harus dikampanyekan agar memperoleh sambutan umat yang luas. Pemerintah, khususnya Kementerian Agama, harus mengambil posisi terdepan dalam kampanye ini. Para tokoh umat Islam, baik Politisi, Ulama, Ustadz, Mubaligh, pimpinan masyarakat, aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM), Ormas Islam, perguruan tinggi, sekolah, profesional, mahasiswa, pelajar dan terutama aktivis Masjid juga harus memberi dukungan. Kampanye GMM dapat diwujudkan dalam bentuk: a. Pembangunan Masjid di kantor-kantor pemerintah, perusahaan, bandara, stasiun, terminal, pabrik, rumah sakit, plaza / mall, pasar, kampus perguruan tinggi, sekolah dan pemukiman penduduk. b. Menyelenggarakan aktivitas, baik umum maupun keagamaan, dengan menggunakan Masjid dan lingkungannya sebagai tempat penyelenggaraan. 388 TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014
Revitalisasi Masjid Produktif
c. Publikasi aktivitas kemasjidan dan anjuran untuk memakmurkan Masjid melalui media massa: koran, majalah, radio televisi dan internet. d. Tauladan para tokoh masyarakat dan public figure dalam memakmurkan Masjid, khususnya dalam menegakkan shalat berjama’ah di Masjid. e. Pemberian penghargaan berupa Mosque Award kepada Masjid yang berprestasi dengan kriteria tertentu. 2. Mengembangkan wacana dan pedoman untuk memakmurkan Masjid. Salah satu solusi penting dalam Gerakan Memakmurkan Masjid adalah memperbaiki sistim organisasi dan management Masjid. Karena tanpa organisasi dan management yang baik, Pengurus tidak akan mampu berkreasi secara optimal, aktivitasnya akan sangat terbatas dan banyak mengalami kendala. Diperlukan karya-karya intelektual di bidang organisasi dan management yang bernuansa Islam dan mampu memberi petunjuk bagi umat dalam mengelola Masjid. Dan dibutuhkan sekali informasi dan pedoman kemasjidan baik secara filosofis, konsepsional maupun teknis-operasional. Sehingga umat mendapatkan banyak pilihan untuk menyelenggarakan aktivitas kemasjidan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka. Diharapkan karya-karya tersebut mampu memberi arahan hingga detail aktivitas dan mudah diaplikasikan secara riil. Sehingga membantu dalam menyusun manual, standard operation procedures, work instructions dan activity forms dalam mengelola aktivitas kemasjidan. 3. Selain hadirnya berbagai wacana dalam organisasi dan management Masjid juga diperlukan upaya-upaya untuk menyebarluaskannya. Wacana-wacana tersebut seharusnya dipublikasikan dalam bentuk buku-buku cetakan yang mudah didapatkan oleh aktivis Masjid dan umat Islam pada umumnya. Hal ini memerlukan keseriusan pemerintah, khususnya Kementerian Agama, dan dukungan para penerbit maupun donatur muslim yang concern terhadap da’wah islamiyah melalui lembaga kemasjidan. Pelatihan dan supervisi organisasi dan management Masjid. Langkah lain yang tidak kalah penting adalah memberikan pelatihan-pelatihan yang sistimatis, yang ditujukan kepada para TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014
389
Hasbullah Ahmad
aktivis Masjid, baik Ta’mir Masjid, Remaja Masjid, Majelis Ta’lim Ibu-Ibu, Taman Pendidikan Al Qur’an dan lain sebagainya. Para aktivis Masjid mengikuti sistim pelatihan yang terstruktur, baik dalam rangkaian seri pelatihan maupun berupa pelatihan khusus. Beberapa jenis pelatihan yang perlu mereka ikuti di antaranya adalah: a. Pelatihan Organisasi Ta’mir Masjid. b. Pelatihan Pedoman Aktivitas Ta’mir Masjid. c. Pelatihan Kepemimpinan Masjid. d. Pelatihan Training of Trainers (TOT). e. Pelatihan Training for Trainers (TFT). f. Pelatihan Management Majelis Ta’lim Ibu-ibu. g. Pelatihan Kepemimpinan Remaja Masjid. Setelah mengikuti pelatihan-pelatihan tersebut, mereka dibimbing untuk melakukan implementasi. Materi-materi pelatihan yang telah dipelajari diaplikasikan dalam aktivitas kemasjidan masing-masing peserta di bawah supervisi lembaga pemberdayaan Masjid. Implementasi disesuaikan dengan kondisi aktual masing-masing Masjid. Sistim organisasi dan management modern diujicobakan, dievaluasi, dibuat standard dan diperbaiki secara terus menerus (continuous improvements). 4. Membentuk lembaga pemberdayaan Masjid. Untuk merealisasikan fungsi dan peran Masjid di era milenium ke-3 diperlukan lembaga-lembaga kemasjidan yang mampu mengadopsi organisasi dan management modern. Sehingga aktivitas yang diselenggarakan dapat menyahuti kebutuhan umat serta berlangsung secara berdaya guna (efektif) dan berhasil guna (efisien). Kebutuhan akan lembaga kemasjidan yang profesional semakin tidak bisa ditawar mengingat kompleksitas kehidupan manusia akibat proses globalisasi, kemudahan transportasi, kecepatan informasi maupun kemajuan teknologi. Kehadiran lembaga-lembaga kemasjidan tersebut perlu dibantu dan dipercepat dengan lembaga pemberdayaan Masjid, yang merupakan organisasi LSM, seperti misalnya Institut Management Masjid. Lembaga ini berperan sebagai katalisator Gerakan Memakmurkan Masjid dengan melakukan pengkajian, pelatihan, publikasi dan supervisi (konsultasi) masalah-masalah kemasjidan, khususnya management Masjid. 390 TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014
Revitalisasi Masjid Produktif
5. Mengembangkan jaringan Masjid secara luas. Gerakan Memakmurkan Masjid memerlukan adanya Jaringan Kerja Antar Masjid. Jaringan kerja (network) ini merupakan forum silaturrahmi yang beranggotakan lembagalembaga kemasjidan di suatu daerah (kota), wilayah (propinsi) maupun secara nasional. Tujuan dibentuknya adalah untuk: a. Mempererat tali silaturrahmi antar lembaga kemasjidan. b. Memperkokoh ukhuwah islamiyah. c. Menggalang kekuatan Islam. d. Menyamakan persepsi, visi dan misi. e. Membentuk aktivitas da’wah yang lebih luas. f. Menyelenggarakan kerja sama da’wah. D. Kesimpulan Masjid Produktif adalah merupakan upaya secara sistimatis dan berlangsung secara terus menerus untuk menyadarkan dan memberdayakan umat dengan berbagai aktivitas yang islami. Untuk mencapai hasil yang optimal perlu didukung dengan sistim, aktivitas dan lembaga pemberdayaan Masjid. Keberadaan masjid yang produktif memberikan manfaat bagi jamaah dan masyarakat lingkungannya. Fungsi masjid yang seperti ini, perlu terus dikembangkan dengan pengelolaan yang baik dan teratur, sehingga dari masjid lahir insan-insan muslim yang berkualitas dan masyarakat yang sejahtera. Dengan demikian, diharapkan, dapat mempercepat perubahan sosioekonomi di wilayah-wilayah masjid tersebut berada. Masjid merupakan wadah yang paling strategis dalam membina dan menggerakkan potensi umat Islam untuk mewujudkan Sumbar Daya Manusia (SDM) yang tangguh dan berkualitas. Sebagai pusat pembinaan umat, eksistensi masjid kini dihadapkan pada berbagai perubahan dan tantangan yang terus bergulir di lingkungan masyarakat. Namun perkembangan tersebut belum memberikan wujud signifikansi bagi masjid di kota Jambi. Daftar Pustaka Abdillah, Aam, dkk, Model Penelitian Agama dan Dinamika Sosial, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2002. al-Buthy, Muhammad Sa'id Ramadhan. Fiqh al-Sirah alNabawiyyah: Ma'a Mujiz li-Tarikh al-Khilafah alRasyidah. Damaskus : Dar al-Fikr, 2003. TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014
391
Hasbullah Ahmad
al-Isfahani, Raghib. Mu'jam Mufradat al-Fadz al-Qur'an. t.tp, Dar al-Katib al-'Arabiy, t.th. Amril Mansur, "Innovatio" Vol 1 Januari Juni 2010. "Masjid dan Transformasi Sosial Etis Upaya Pemberdayaan Masjid dalam Kehidupan Sosial" Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. 2002 Ayub, Moh E. Manajemen Masjid. Jakarta : Gema Insani Press, 1997. DW, Nana Rukmana. Masjid dan Dakwah, Merencanakan, membangun dan mengelola Masjid, mengemas substansi Dakwah, upaya pemecahan Krisis moral dan Spritual. Jakarta : Almawardi Prima, 2002. Gazalba, Sidi Masjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam.Jakarta : Pustaka Antara : 1971. Hadi, Y Setyo. Masjid kampus untuk ummat & bangsa. Jakarta : Lembaga Kajian Budaya Nusantara, 2000. Harahap, Syahrin. Metodologi Studi dan Penelitian Ilmu-ilmu Ushuluddin, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2000. Hasibuan, Lukman Hakim dan Ahmad Sutarmadi, Pemberdayaan masjid di masa depan, (Jakarta : Bina Rena Pariwara, 2002) Ibn Mandzur, Lisan al-'Arab, Vol. 12 (Beirut: Dar al-Shadir, 1990) Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta, 2004. Rais, M Amin. Mengatasi Krisis Dari Serambi Masjid, (Jakarta : Pustaka Pelajar, 1998) Shihab, M Quraish. Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW. Jakarta, Lentera Hati, 2011. ------, Wawasan al-Qur'an, Tafsir Maudhu'i atas pelbagai persoalan umat. Bandung : Mizan, 1996. ------, Membumikan al-Qur'an. Bandung : Mizan, 1992. Syahidin, Pemberdayaan umat berbasis masjid. Jakarta : Alfabeta, 2003.
392 TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014