MANTRA NYENGKOLAN ISO BELIONG SASTRA LISAN DAYAK TAMAN DESA MERAGUN KECAMATAN NANGA TAMAN Margareta Leni Fatmawati, Martono, Sesilia Seli Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
[email protected] ABSTRAK Masalah umum dalam penelitian ini adalah struktur mantra nyengkolan iso beliong dalam sastra lisan Dayak Taman Dalam Desa Meragun Kecamatan Nanga Taman Kabupaten Sekadau. Submasalah yakni rima, irama, fungsi mantra dan proses upacara. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan keempat masalah yang telah dibatasi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, bentuk penelitian kualitatif, dan menggunakan pendekatan struktural. Sumber data dalam penelitian ini mantra nyengkolan iso beliong yang dituturkan oleh informan. Data penelitian ini adalah kutipan-kutipan yang berisi kata-kata atau kalimat mantra nyengkolan iso beliong. Teknik pengumpulan data yaitu teknik observasi langsung, wawancara dan perekaman. Alat pengumpulan data yaitu handphone, camera (kamera foto) dan buku catatan. Langkah pengumpulan data yaitu merekam, mentranskipsikan, menerjemahkan, mengidentifikasi data dan mengelompokan data sesuai dengan masalah. Analisis data penelitian ini menghasilkan rima yang ditinjau menurut bunyi atau suaranya, rima menurut letak atau tempat, rima menurut pertalian atau kedudukannya. Irama yang meliputi irama dengan tekanan tinggi, irama dengan tekanan lembut dan irama dengan tekanan panjang. Fungsi mantra dan proses upacara. Kata kunci: mantra nyengkolan iso beliong, rima dan irama ABSTRACT The general of the problem in this research is the structure of magic spell Nyengkolan iso beliong in the oral literature of Dayak Taman in Meragun Village of Nanga Taman subdistrict., Sekadau Regency. The subproblem is ryhme, rhythm, the function of magic spell and the process of ceremony. The purpose in this research to made four of description in the problem, it has limited. In this research used description method, the sample of this research is kualitative and using structural approach. The source of data in this research of magic spell nyengkolan iso beliong of the informan from the speaker. The data in this research is acited, having a word or magic spell of the structure nyengkolan isi beliong. The technique of the data observation is direct technique observation, recorder and interview. The instrument of data observation is handphone, camera, (camera photo) and notebook. The step of data observation is record, transcript, translite, identification data and group of data based on the problem. The analysis of the data in this research have a result of rhyme, according of the voice and the sound, rhyme have a place and rhyme have a stated. Rhythm have a rhythm with high pressure, rhythm with soft pressure and rhythm with long pressure. The function of magic spell and the process of ceremony. Key word: Magic Spell nyengkolan iso beliong, ryhme and rhythm.
1
2
B
angsa Indonesia terdiri atas beragam suku yang tersebar di berbagai pulau di Indonesia. Setiap suku memiliki sastra daerah masing-masing yang menjadi kekayan budaya suku yang bersangkutan. Itulah sebabnya, Indonesia kaya akan sastra daerah. Sastra daerah mengunakan sastra lisan sebagai wahana pengungkapannya. Sastra lisan banyak tersebar di masyarakat dan merupakan bagian yang sangat penting dari kebudayaan masyarakat. Jelaslah bahwa sastra lisan sangat erat kaitannya dengan masalah-masalah yang ada dalam kehidupan, bahkan sampai sekarang karya sastra pada umumnya masih berperan sebagai media aktualisasi pemikiran-pemikiran, sikap-sikap, angan-angan yang ada pada masyarakat. Dayak merupakan sebutan bagi penduduk asli yang bermukim di pulau Kalimantan. Termaksud wilayah Kalimantan Barat. Dayak Taman Dalam Desa Meragun Kecamatan Nanga Taman Kabupaten Sekadau merupakan satu dari sekian ratus subsuku Dayak yang mendiami pulau Kalimantan Propinsi Kalimantan Barat. Masyarakat Dayak Taman Dalam tinggal disepanjang sungai taman dan sekitarnya. Kata taman dalam diambil berdasarkan nama sungai yaitu sungai Taman. Masyarakat Dayak Taman Dalam yang ada di Kecamatan Nanga Taman mempunyai banyak jenis kebudayaan yang diwariskan secara turun temurun atau secara lisan. Satu diantara jenis kebudayaannya yaitu mantra nyengkolan iso beliong yang terdapat di Desa Meragun Kecamatan Nanga Taman Kabupaten Sekadau. Peneliti memilih Dusun Meragun sebagai tempat penelitian mantra nyengkolan iso beliong karena masih banyak orang yang belum mengetahui kebudayaan yang dimiliki oleh suku Dayak Taman Dalam yang selalu dilaksanakan setiap tahun, peneliti ingin mendokumentasi mantra dalam bentuk tulisan guna mengantisipasi supaya tidak punah. Selain itu, peneliti juga berasal dari suku Dayak Taman Dalam sehingga memudahkan dalam proses penelitian. Kebudayaan dan tradisi suku Dayak Taman Dalam menggangap mantra merupakan hal yang penting dalam melakukan segala perkerjaan dan alat pengigat dalam kehidupan yang berhubungan dengan sistem keercayaan mereka. Seperti halnya mantra nyengkolan iso beliong yang dilakukan oleh masyarakat Dayak Taman Dalam memiliki fungsi yaitu memberi makan peralatan untuk mengerjakan ladang yang merupakan ungkapan terima kasih kepada peralatan tersebut, juga sebagai ungkapan rasa terima kasih atas segala keselamatan yang mereka terima selama mengerjakan ladang dan rejeki selama beladang dan bersawah sehingga terhindar dari segala macam mala bahaya dan gangguan setan yang dapat mencelakakan masyarakat. Mantra nyengkolan iso beliong merupakan upacara adat yang diselenggarakan setiap satu tahun sekali yang biasa disebut masyarakatnya nyapa taun (gawai kampung) dan kata-kata mantra hanya boleh diucapkan atau disampaikan oleh orang yang pandai dan mantra tersebut hanya diucapkan pada saat upacara tersebut. Nyengkolan iso beliong adalah pembacaan doa yang dilakukan oleh orang yang telah menguasai mantra tersebut dan mendapat kepercayan dari masyarakat setempat karena tidak semua orang bisa menguasai mantra tersebut. Dalam upacara nyenkolan iso beliong dilakukan di tempat penyelenggara acara tempat dan waktu tergantung kemauan yang mempunyai acara. Doa-doa yang diucapkan itu berupa ucapan syukur atas berkat dan rejeki yang telah diberikan tahun ini dan meminta berkat dan rejeki lagi di tahun yang
3
akan datang. Sesaji yang perlu dipersiapkan, seperti ayam kampung satu pasang jatan dan betina, telur ayam yang sudah direbus, beras pulut yang di masak dalam bambu, beras padi, tepung masak, longak (buah tumbuhan bentuknya halus berwarna hitam), rotak (kacang), keribang (jenis tumbuhan ubi warna unggu) dan darah ayam. Sedangkan alat yang harus dipersiapkan adalah peraratan beladang dan bersawah seperti: parang, beliong (alat pemotong kayu jenis kapak), batu asah, perodah (kayu yang dibentuk panjang yang digunakan untuk memasang beliong yang digunakan untuk menebang kayu), bibit padi serta bibit tanaman lainnya yang akan ditanam. Nyengkolan iso beliong merupakan tradisi warisan nenek moyang terdahulu yang diyakini sebagai pemberi rejeki dan berkat atas hasil ladang dari mulai membuat ladang sampai dengan mendapatkan hasilnya sehingga selama beladang tidak terjadi apa yang tidak di inginkan. Nyengkolan iso beliong merupakan satu diantara upacara adat berladang, karena menurut kepercayaan masyarakat Dayak Taman Dalam beladang merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan masyarakatnya dan yang diutamaan dalam beladang adalah padi sehingga harus diberi makan karena masyarakat dayak taman dalam mempercayai padi memiliki roh (semongat), masyarakat Dayak Taman dalam dalam menyimpang padi ada tempat tersendiri yang biasa disebut jurong (lumbung) dalam mengambil padi ke jurongpun tidak bisa sembarangan, mengambilnya hanya boleh dilakukan pada pagi hari atau sore hari dan tidak boleh pada siang hari karena masyarakat mempercayai padi pada tengah hari beristirahat atau tidur sehingga tidak boleh diganggu. Mengigat banyaknya masyarakat dayak yang mengunakan mantra sebagai sarat untuk mengadakan upacara adat sehingga melatarbelakangi penulis tertarik untuk meneliti mantra nyengkolan iso beliong yang dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat Dayak Taman Dalam sebagai objek penelitian, peneliti memilih Desa Meragun, Kecamatan Nanga Taman, Kabupaten Sekadau. Ada beberapa alasan yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti mantra nyegengkolan iso beliong yang dimiliki oleh masyarakat Dayak Taman Dalam sebagai berikut: upacara nyengkolan iso beliong ini merupakan tradisi lisan yang ada di masyarakat Dayak Taman Dalam yang slalu dilaksanakan setiap tahun khususnya Desa Meragun untuk perlu diketahui dan dikenali oleh masyarakat banyak, mantara nyengkolan iso beliong memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan mantra lainnya karena memiliki tahapan yaitu madah mantak dan madah masak. walaupun masyarakat Dayak Taman dalam sudah menganut agama tertentu, mereka masih melakukan upacaran nyengkolan iso beliong sebagai budaya leluhur dengan tujuan untuk mengucap syukur atas hasil ladang yang lalu dan meminta berkat untuk berladang tahun yang akan datang agar terhindar dari marabahaya selama mengerjakan lading dan kesakralan mantra nyengkolan iso beliong tidak sewaktu-waktu dapat dilakukan, karena dalam pelaksanaannya, mantra nyengkolan iso beliong memerlukan syarat-syarat tertentu yang biasa disebut sesaji atau sesajen dan mantra nyengkolang iso beliong hanya dikuasai oleh sejumlah kecil orang tua yang pandai atau mahir dalam menguasai mantra tersebut. peneliti memilih sastra lisan dalam bentuk mantra karena sastra lisan mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat dan merupakan warisan yang berharga. Hal itulah yang mendorong peneliti untuk
4
melestarikan mantra nyengkolan iso beliong agar tidak hilang begitu saja. Dalam penelitian ini penulis fokuskan pada rima, irama, fungsi mantra dan proses upacara. Syam (2010:41) mantra adalah suatu ucapan atau ungkapan yang pada dasarnya memiliki unsur kata yang ekspresif, berima dan berirama yang isinya dianggap dapat mendatangkan daya gaib yang dibacakan oleh seorang pawang. Pembaca mantra biasanya disebut sebagai pawang, dukun, atau sekarang disebut orang pintar yang memiliki kemampuan membaca tanda-tanda yang ada pada alam gaib. Penelitian tentang mantra mengenai rima pernah dilakukan Nursisto (dalam Lili 2011:23) yaitu rima menurut bunyi atau suaranya yang pertama, rima penuh atau rima sempurna, bila seluruh katanya berbunyi sama. Kedua, rima paruh atau tidak sempurna bila hanya suara atau bunyinya saja. Ketiga, rima pangkal atau alitrasi; bila suku kata atau konsonan awalnya saja yang bersajak. Keempat, rima rangka, bila yang bersajak bukan suku katanya, melainkan hanya beberapa konsonan saja yang sama. Menurut letak atau tempatnya yaitu: Pertama, rima awal, bila terdapat pada awal dua kalimat atau lebih. Kedua, rima tengah bila terdapat pada pertengahan dua kalimat atau lebih. Ketiga, rima akhir bila terdapat pada akhir dua kalimat atau lebih. Menurut pertalian atau kedudukannya dalam suatu gubahan atau karangan yang pertama, rima sama atau rata. Kedua, rima lompat atau sajak sengkelang. Ketiga,rima kembar atau pasangan. Rima adalah perulangan bunyi yang sama dalam puisi yang berguna untuk menambah keindahan suatu puisi. Menurut Waluyo (2005:7) menyatakan pemilihan kata di dalam sebuah baris puisi maupun dari satu baris ke baris yang lain mempertimbangkan kata-kata yang mempunyai persamaan bunyi yang harmonis. Bunyi-bunyi yang berulang ini menciptakan konsentrasi dan kekuatan bahasa atau sering disebut daya gaib kata seperti dalam mantra. Sajak ialah persamaan bunyi. Persamaan yang terdapat pada kalimat atau perkataan, di awal, di tengah, dan di akhir perkataan. Irama (ritme) berhubungan denggan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Dalam puisi (khususnya puisi lama), irama berupa pengulangan bunyi yang teratur suatu baris puisi menimbulkan gelimbang yang menciptakan keindahan. Irama dapat juga berarti pergantian keras-lembut, tinggi-rendah, atau panjang-pendek kata secara berulang-ulang dengan tujuan menciptakan gelombang yang memperindah puisi (Waluyo, 2005:12). Lestari dkk (dalam Erwis 2006:34) menyatakan bahwa ada beberapa tanda yang dapat digunakan untuk menandai irama, yaitu: 1) / = jeda atau berhenti sebentar 2) // = berhenti (menandai titik) 3) = intonasi naik 4) = itonasi turun 5) = itonasi datar Hutomo (1991:69-73) terdapat tujuh fungsi sastra lisan dalam masyarakat, yaitu: Pertama, sebagai sistem proyeksi. Kedua, sebagai pengesahan kebudayaan. Kertiga, sebagai pemaksa berlakunya norma-norma sosial dan sebagai alat pengendali social; Keempat. sebagai alat pendidik; Kelima. Untuk memberikan suau jalan yang dibenarkan oleh masyarakat agar dia dapat superior dari yang lain; Keenam. memberikan suatu jalan yang dibenarkan suatu jalan oleh
5
masyarakat kepada seseorang, agar dia dapat mencela orang lain; Ketujuh. sebagai alat untuk memprotes ketidakadilan dalam masyarakat. Bascom (dalam Dananjaja, 1994:19) membagi fungsi sastra lisan menjadi empat bagian pokok yakni: Pertama, sebagai sistem proyeksi (projective system), yakni sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif. Kedua, sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga untuk kemajuan kebudayaan. Ketiga, sebagai alat pendidikan anak (pedagogica ldevice). Keempat, sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya. Jadi, berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi sastra lisan bagi masyarakat pemiliknya tidak dapat dilepaskan dari kegunaannya masing-masing dan sebagai batasan dalam berperilaku dalam kehidupan sosial masyarakat yang terkait dengan aturan-aturan yang dapat mendidik masyarakat. Sastra lisan bagi masyarakat Dayak Taman Dalam juga memiliki fungsi yaitu: Pertama, sebagai pengendali norma-norma sosial. Kedua, sebagai pengesahan kebudayaan. Ketiga, sebagai sistem kepercayaan. Keempat, sebagai alat pendidikan. Kelima, sebagai sistem proyeksi. Upacara nyengkolan iso beliong memiliki beberapa proses dalam pelaksanaannya. Menurut Antonius Joni (masyarakat dayak taman dalam) proses nyengkolan iso beliong terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: persiapan yaitu menyiapakan bahan-bahan atau sesajian dan pelaksanaan proses nyengkolan iso beliong yaitu pembacaan mantra madah mantak terdiri dari tiga mantra. Pertaman mantra yang diucapakan untuk matahari terbenam(padam). Kedua, mantra yang diucapakan untuk matahari terbit (tumuh). Ketiga, bejujong (memberkati mengunakan beras merah). Keempat, pembacaan mantra madah masak METODE Metode adalah cara atau strategi yang digunakan penulis untuk memahami masalah dan pemecahannya masalah yang akan diteliti. Pada penelitian ini penulis mengunakan metode deskriptif. Menurut Subana dan Sudrajat (2009:26) menyatakan bahwa penilitian ini dimaksudkan untuk mengangkat fakta, keadaan, variabel, dan fenomena yang terjadi saat sekarang (ketika penelitian berlangsung). Moleong, (2007:11) metode deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Metode deskriptif digunakan dalam penelitian ini karena penulis ingin mengungkapkan, menggambarkan, dan memaparkan struktur mantra nyengkolang iso beliong sesuai dengan data yang peneliti dapatkan dilapangan. Arikunto (2006:129) yang dimasud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber dan utama dalam penelitian ini adalah mantra nyengkolan iso beliong yang dituturkan oleh Anik. Sumber data tambahan dalam penelitian ini berupa informasi dari penduduk setempat oleh Antonius Joni yang mengetahui hal tersebut. Nadeak (2008:18) mengatakan bahwa penelitian sastra, yang memakai rancangan kualitatif, memiliki teknik pengumpulan data sama halnya dengan persoalan sosial lainnya. Pengumpulan data dalam penelitian sastra memakai
6
teknik pengumpulan data partisipan, wawancara, obsevasi, teknik perekaman, dan teknik dokumentasi. Teknik pengumpulan data. Pertama, teknik obsevasi langsung atau pengamatan langsung yaitu teknik obsevasi langsung atau pengamatan lansung maksudnya peneliti terjun langsung ke lapangan untuk melihat, mendengar, prosesi nyengkolan iso beliong. Hal ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan data sesuai dengan submasalah yang diangkat. Subana dan Sudrajat (2009:143) observasi langsung atau pengamatan langsung yaitu cara pengumpulan data berdasarkan pengamatan yang mrngunakan mata atau telinga secara langsung. Kedua, teknik wawancara yaitu untuk mengali informasi lebih mendalam lagi tentang mantra nyengkolan iso beliong dengan kontak langsung atau percakapan langsung dengan informan. Moleong (2007:186) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara yang dilakukan hanya pada hal-hal tertentu yang berhubungan dengan mantra nyengkolan iso beliong. Ketiga, teknik perekaman yaitu supaya tidak terjadi kelupaan, keraguan, dan kesalahan pada waktu pentranskripsian. Hal ini dapat juga dijadikan bukti bahwa peneliti tidak merekayasa data karena data yang diperoleh benar-benar ada. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sebagai instrument kunci dan dibantu peraratan seperti handphone, camera (kamera foto) yang digunakan untuk merekam dan memotret barang-barang yang akan dijadikan dokumentasi yang bisa dilihat dalam bentuk gambar untuk memperkuat hasil data yang diperoleh saat penelitian dan buku catatan lapangan berfungsi untuk mencatat hal-hal penting yang diperoleh dilapangan. Langkah-langkah yang digunakan peneliti untuk menganalisis data. Pertama, merekam. Kedua, mentranskripsikan rekaman mantra nyengkolan iso beliong yang masih berbentuk lisan ke dalam teks tulisaan. Ketiga, menerjemahkan mantra nyengkolang iso beliong dalam bahasa Dayak Taman Dalam sebagai bahasa sumber yang akan dialihkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa sarana. Keempat, mengidentifikasi data. Kelima, mengelompokan data sesuai dengan masalah yang diteliti. Teknik yang ditempuh dalam menganalisis data adalah pertama, menganalisis data dan menginterpretasi sesuai dengan mantra nyengkolan iso beliong yang diteliti, yaitu rima yang terdapat pada mantra nyengkolan iso beliong, irama yang terdapat pada mantra nyengkolan iso beliong, fungsi mantra nyengkolan iso beliong dan proses upacara nyengkolan iso beliong. Kedua, penarikan kesimpulan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Rima 1. rima menurut bunyi atau suaranya. Pertama, rima penuh atau rima sempurna yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbit terlihat dalam baris berikut ini: 4. Ngibu nama sengkolan segala batu asah kaangan umasegala kase pemale gala padi, pulut, jawak, nyolik, kumpang kayung oonah bakah
7
golak nama dak diumpan dak suap jadi golak kami nanak jadi nama antu angkak uwak busong lapau Berdasarkan kutipan di atas, bahwa rima penuh atau rima sempurna memiliki bunyi gala yang terdapat dalam larik ke- 4 yaitu segala dan gala memiliki arti “segala atau seluruh” kata segala atau seluruh dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbit bermakna meminta berkat untuk segala atau seluruh peraratan beladang dan segala bibit tanaman dengan cara memberi makan peraratan beladang supaya diberkati agar tidak terjadi busung lapar. Rima penuh atau rima sempurna yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk bejujong ( memberi berkat menggunakan beras merah) terlihat dalam baris berikut ini: 24. Tana adap tuk, ngadap nama tuah limpah bala anak buah ucuk uyut bala uma tanam Berdasarkan kutipan di atas, rima penuh atau sempurna memiliki bunyi adap, yang terdapat dalam larik ke- 24 yaitu kata adap diartiakan “depan” dan ngadap diartiakn “menghadap” kata depan dan menghadap dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk bejujong bermakna menberkati kebagian depan menggunakan beras merah agar nantinya mendapatkan segala kesuksesan hasil ladang maupun harta benda. Rima penuh atau rima sempurna yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk madah masak (sesajian sudah masak) terlihat dalam larik berikut ini: 4. Ngumpan suak dak dikuuntu dak dijabu nenjelma jadi antu angkak uwak busong lapau Berdasarkan kutipan di atas, rima penuh atau rima sempurna memiliki bunyi ntu yang terdapat dalam larik ke- 4 yaitu dikuuntu diartikan “dijaga/dirawat” sedangkan kata antu daiartikan “hantu” kata hantu dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk madah masak bermakna memberi tahu bahwa segala peralatan beladang sudah diberi makan serta dirawat supaya hantu (roh) tidak menganggu selama beladang. Kedua, rima paruh atau rima tidak sempurna yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbenam terlihat dalam baris berikut ini: 11. Nyak aku buang aku layang aku kipah aku biah mataawi padam mataawi tengolam mataawi busak bulan tamak Berdasarkan kutipan di atas, rima paruh atau rima tidak sempurna memiliki bunyi ah, yang terdapat dalam larik ke- 11 yaitu kata kipah diartikan “tepis”, kata biah diartikan “tangkis”, dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbenam bermakana si penutur akan membuang segala yang tidak baik kematahari padam dengan cara menepis dan menangkis segala yang tidak baik seiring dengan terbenamnya matahari. Rima paruh atau tidak rima sempurna yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbit terlihat dalam baris berikut ini: 4. Ngibu nama sengkolan segala batu asah kaangan umasegala kase pemale gala padi, pulut, jawak, nyolik, kumpang kayung oonah bakah golak nama dak diumpan dak suap jadi golak kami nanak jadi nama antu angkak uwak busong lapau
8
Berdasarkan kutipan di atas, rima paruh atau rima tidak sempurna memiliki bunyi ak yang terdapat dalam larik ke- 4 yaitu kata angkak uwak diartiakn “ rakus” kata rakus dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk mataawi tumuh bermakna memberkati segala peralatan beladang supaya terhindar dari kerakusan atau serakah dan busung lapar. Rima paruh atau rima tidak sempurna yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk bejujong ( memberi berkat menggunakan beras merah) terlihat dalam baris berikut ini: 18.Ganti peniti ponok 20.Bejujong darah manok Berdasarkan kutipan di atas, rima paruh memiliki bunyi nok yang terdapat dalam larik ke- 18 yaitu kata ponok dapat diartiakan “ponok” kata ponok dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk bejujong bermakna sebatang pohon kayu yang kuat yang biasa gunakan untuk membuat titian. Tujuannya supaya kita bisa melihat dan memilih kayu yang bagus dan kuat yang kita gunakan untuk titian supaya tida terjatuh pada saat menggunakanya. Dan larik ke-20 yaitu manok diartiakn “ayam” kata ayam dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk bejujong bermakna memberkati menggunakan darah ayam. Tujuannya agar diberi rejeki dan kesehatan dan terhindar dari segala yang tidak diinginkan. Rima paruh atau rima tidak sempurna yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk madah masak (sesajian sudah masak) terlihat dalam baris berikut ini: 3. Nama iso beliong tampang bijik golak dak madah dak mulah Berdasarkan kutipan di atas, rima paruh atau rima tidak sempurna memiliki bunyi ah yang terdapat dalam larik ke- 3 yaitu madah diartikan “menyampaikan” sedangkan mulah diartikan “membuat” dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk madah masak bermakna menyampaikan bahwa mereka sudah memberi makan segala peralatan beladang supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Ketiga, rima pangkal atau rima alitrasi. Rima pangkal atau rima alitrasi yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbenam terlihat dalam baris berikut ini: 7. Ngabu boas matawai tengolam mataawi busak bulan tamak tigak peawi pelosi kiak pemulang pengilang aku ngabu boas nama tampang bijik kase pemale gala iso beliong batu asah kaangan uma golak nama sidak muat dipangkak buong guwak di songko nama buong papo Berdasarkan kutipan di atas, rima pangkal atau rima alitrasi memiliki bunyi pe yang terdapat dalam larik ke- 7 yaitu kata pemulang diartikan “mengembalikan” dan kata pengilang diartiakan “menghilang” dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahri terbenam bermakna menburkan beras kematahari terbenam untuk meminta berkat atas segala peralatan beladang seiring dengan terbenamnya matahari untuk menghilang. Rima pangkal atau rima alitrasi yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbit terlihat dalam baris berikut ini: 2. duak kali tujuh ngabu boas kemataawi tumuh ngatah ngatuh nekak nekek bulan nait numuh ayu numuh ubah, numuh ikah semongat 7. Duak kali tujuh mataawi tumuh ngatah ngatuh nekak nekek bulan nait numuh ayu numuh dituk
9
Berdasarkan kutipan di atas, rima pangkal memiliki bunyi nga dan ne yang terdapat dalam larik ke- 3 dan 7 yaitu kata ngatah ngatuh nekak nekek diartiakan “cara naik” dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbit bermakna meminta berkat kematahari terbit seiring dengan naiknya bulan untuk dijadikan pedoman selama beladang. Rima pangkal atau alitrasi yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk bejujong ( memberi berkat menggunakan beras merah) terlihat dalam baris berikut ini: 16. Tampang posisi, posisi uma betonong bemimpi, bemimpi semalam Berdasarkan kutipan di atas, rima pangkal atau rima alitrasi memiliki bunyi be yang terdapat dalam larik ke- 16 yaitu kata betonong diartikan “meminta petunjuk” dan bemimpi dapat diartiakan “ bermimpi” dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk bejujong bermakna meminta petunjuk melelui sebuah mimpi untuk letak beladang. Keempat, rima rangka. Rima rangka yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbenam terlihat dalam baris berikut ini: 5. Masok nama kaki manok kemuang nama koto comek, ke muang nama tampang pemosi pemoli pejodi Berdasarkan kutipan di atas, rima rangka memiliki bunyi pe yang terdapat dalam larik ke- 5 yaitu kata pemosi pemoli pejodi diartikan “ nantinya ” dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbenam bermakna membersihkan kaki ayam untuk membuang segala hama yang ada dibibit atau benih tanaman nantinya setelah ditanam supaya terhindar dari segala hama yang menganggu. Rima rangka yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbit terlihat dalam baris berikut ini: 8. Ke sidak nama nyengkolan nama tampang bigik pase pemale, batu asah kaangan, uma golak dak dikuuntu dak bejdu patah pukah golak nama luka bakal Berdasarkan kutipan di atas, rima rangkai memiliki bunyi h pada larik ke8 yaitu pada kata patah pukah diartikan “patah” kata patah dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbit bermakna meminta berkat selama beladang dengan cara memberkati segala peralatan beladang agar terhindar malabahaya seperti terluka dan patah tulang. Rima rangka yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk bejujong ( memberi berkat menggunakan beras merah) terlihat dalam baris berikut ini: 5. Adap tuk, ngadap tuah limpah, anak buah ucuk uyut, uma tanam 24. Tana adap tuk, ngadap nama tuah limpah bala anak buah ucuk uyut bala uma tanam Berdasarkan kutipan di atas, rima rangka memiliki bunyi h yang terdapat dalam larik ke- 5, ke- 24 yaitu kata tuah limpah diartikan “berlimpah” kata berlimpah dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk bejujong bermakna meminta berkat menggunakan beras merah supaya mendapatkan hasil ladang yang berlimpah untuk sumua anak cucu agar apa yang ditanam di ladang memperoleh hasil yang memuaskan. 2. Rima menurut letak atau tempat. Pertama, rima awal yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbenam terlihat dalam baris berikut ini:
10
9. Pagi angkis nangis dalam gaang 10. Pagi tamo mook dalam lubang Berdasarkan kutipan di atas, rima awal memiliki bunyi pagi yang terdapat dalam larik ke- 9, dan ke- 10 yaitu kata pagi diartikan “nanti” kata nanti dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk mataawi padam berfungsi mempertekas kata-kata mantra yang diucapkan yang menjurus kesegala binatang dan tumbuhan. Rima awal yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbit terlihat dalam baris berikut ini: 16. Ayu kemulai pagi adai senatai 17. Ayu ke tapang pagi peinuk kayu agik Berdasarkan kutipan di atas, rima awal memiliki bunyi ayu yang terdapat dalam larik ke- 16 dan ke- 17yaitu kata ayu diartiakan ”pedoman” kata pedoman dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbit bermakna menjadikan segala binatang, tumbuhan dan rumah sebagai pedoman dalam beladang karena dianggap bisa menjadi petunjuk selama beladang. Rima awal yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk bejujong ( memberi berkat menggunakan beras merah) terlihat dalam baris berikut ini: 6. Tana kelinang tuk, kelinang ninga 7. Tana mata tuk ngelala, gelala bala anak ucuk Berdasarkan kutipan di atas, rima awal memiliki bunyi tana yang terdapat dalam larik ke- 6 dan ke- 7 yaitu kata tana diartiakan “ tanda” kata tanda dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk bejujong bermakna menandai atau memberkati segala organ tubuh dengan beras merah untuk mendapatkan segala rejeki dari segala hasil ladang, harta dan anak cucu. Kedua, rima tengah yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbenam terlihat dalam baris berikut ini: 1. Bisa tuak bisa jatuk cerita ngumpang nama iso, beliong, batu asah, kaangan uma, gala bonih tampang bijik pase pemale 7. Ngabu boas matawai tengolam mataawi busak bulan tamak tigak peawi pelosi kiak pemulang pengilang aku ngabu boas nama tampang bijik kase pemale gala iso beliong batu asah kaangan uma golak nama sidak muat dipangkak buong guwak di songko nama buong papo Berdasarkan kutipan di atas, rima tengah memiliki bunyi nama yang terdapat dalam larik ke- 1 dan ke- 7 yaitu kata nama diartikan “segala” kata segala dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbenam bermakna meminta berkat segala peralatan beladang, bibit tanaman dan meminta pelindungan selama mengerjakan ladang. Rima tengah yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbit terlihat dalam baris berikut ini: 3. duak kali tujuh ngabu boas kemataawi tumuh ngatah ngatuh nekak nekek bulan nait numuh ayu numuh ubah, numuh ikah semongat 19. Ayu ke pisang pagi monuh nate pagi, nyak ayu yang dah di kibu sengkolan Berdasarkan kutipan di atas, rima tengah memiliki bunyi ayu yang terdapat dalam larik ke- 3 dan ke- 19 yaitu kata ayu diartiakn “pedoman” kata pedoman dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbit bermakana
11
menjadiakan bulan dan tumbuhan sebagai pedoman atau patokan dalam membuat ladang. Rima tengah yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk bejujong ( memberi berkat menggunakan beras merah) terlihat dalam larik berikut ini: 23. Tana kanan, kanan rejeki jadi tuah bebonih padi 24. Tana adap tuk, ngadap nama tuah limpah bala anak buah ucuk uyut bala uma tanam Berdasarkan kutipan di atas, rima tengah memiliki bunyi tuah yang terdapat dalam larik ke- 23 dan ke- 24 yaitu kata tuah berfungsi sebagai penegas kalimat mantra untuk mendapatkan segala isi ladang dan segala rejeki. Ketiga, rima akhir yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbenam terlihat dalam baris berikut ini: 6. Sak duak tiga empat lima enam tujuh delapan sembilan sepuluh seblas 12. Sak duak tiga empat lima enam tujuh delapan sembilan sepuluh seblas Berdasarkan kutipan di atas, rima akhir memiliki bunyi seblas yang terdapat dalam larik ke- 6, dan ke- 12 yaitu kata seblas diartiakan “sebelas” kata sebelas dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbenam bermakna menaburkan beras kematahari tengelam sampai sebelas kali untuk mendapatkan berkat. Rima akhir yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbit terlihat dalam baris berikut ini: 10. Makan aik timang ajan makan mokut ujong capan pagi 18. Ayu ke tobu pagi boong anak pagi Berdasarkan kutipan di atas, rima akhir memiliki bunyi pagi yang terdapat dalam larik ke- 10 dan ke- 18 yaitu kata pagi diartiakan “nanti” kata nanti dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbit terdapat dalam larik ke- 10 yang bermakna bahwa dalam hidup kita harus seimbang antara yang diharapkan dengan yang dilakukan. Kata pagi pada larik ke- 18 bermakna dalam hidup kita harus ada yang dijadikan gambaran seperti tebu yang selalu menghasilkan banyak anak begitu juga kita manusia harus bisa berkembang. 3. Rima menurut pertalian atau kedudukan. Pertama, rima rata atau sama yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbit terlihat dalam baris berikut ini: 10. Makan aik timang ajan makan mokut ujong capan pagi 18. Ayu ke tobu pagi boong anak pagi Berdasarkan kutipan di atas, rima rata atau sama memiliki bunyi pagi diartikan “nanti” yang terdapat dalam larik ke- 10 yang bermakna bahwa dalam hidup kita harus seimbang antara yang diharapkan dengan yang dilakukan. Kata pagi pada larik ke- 18 bermakna dalam hidup kita harus ada yang dijadikan gambaran seperti tebu yang selalu menghasilkan banyak anak begitu juga kita manusia harus bisa berkembang. Kedua, rima rima lompat yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk bejujong ( memberi berkat menggunakan beras merah) terlihat dalam baris berikut ini: 8. Penangkin kuan- gawit 9. Begantong ujong muntik 10. Omong bolan- balit
12
11. Somak pelumpik Berdasarkan kutiapan di atas, rima lompat memiliki rumus abab yaitu bunyi it yang terdapat dalam larik ke- 8 yaitu gawit diartikan “bergoyang”, bunyi ik yang terdapat dalam larik ke- 9 yaitu muntik diartikan “bambu”, bunyi it yang terdapat dalam larik ke-10 yaitu balit diartikan “balik” dan bunyi ik yang terdapat dalam larik ke- 11 yaitu pelumpik diartikan “penuh” dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk bejujong bermakna bergoyangnya penankin yaitu tempat untuk menyimpan padi yang bergantug ujung bambu semakin banyak bicara maka makin cepat penankin itu penuh. Kata-kata mantra ini mengambarkan keadaan pada saat memanen padi.Kata-kata mantra ini diucapkan sebelum memberkati menggunakan beras merah. Ketiga, rima kembar atau pasangan yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbit terlihat dalam baris berikut ini: 22. Ayu ke asuk monuh tongkong lonsong 23. Kemanok monuh kuong 24. Ayu ke insia pagi monuh awong pagi 25. Nyak aku ope dicinta pagi ada ope diniat pagi dapat dicinta nama yang ada, bemodal ada, beidup ada, beanyut kilik tuk sidak nama ngumpan iso beliong, ngasih nama bala anak ope mimta diope dicinta pagi ada ope diniat pagi dapat, dapat nama uang duet segala harta baata pagi Berdasarkan kutipan di atas, rima kembar memiliki rumus aabb yang memiliki bunyi ong dan pagi, bunyi ong terdapat dalam larik ke-22 yaitu kata lonsong diartikan “lesung” yaitu alat untuk menumbuk padi, bunyi ong yang terdapat dalam larik ke- 23 yaitu kata kuong diartikan “kurungan” , bunyi kata pagi yang terdapat dalam larik ke- 24 dan 25 yang diartikan “nanti” dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahri terbit bermakna dalam bahwa nanti akan memiliki anjing sebanyak lubang lensung (alat untuk menumbuk padi), memiliki ayam memenuhi segala kurungan, manusia nanti memenuhi halaman dan apa yang diharapkan bisa tercapai seperti mudah mendapatkan uang dan segala harta. Irama Irama Mantra Nyengkolan Iso Beliong. Pertama, irama dengan tekanan tinggi yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbit terlihat dalam baris berikut ini: 1. Sak duak tiga empat lima enam tujuh 2. Sak duak tiga empat lima enam tujuh Irama yang diucapkan di atas, irama dengan tekanan tinggi. Irama tersebut terdapat dalam larik ke- 1 dan ke- 2 yang berbunyi Sak duak tiga empat lima enam tujuh. maksud dari bunyi mantra tersebut, sebagai pembukaan pemberkatan kearah matahari terbit yang dimulai dengan hitungan satu berakhir dengan hitungan ketujuh. Tujuannya agar apa yang diberkati akan mendatangkan rejeki dan semangat. Irama dengan tekanan tinggi yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk madah masak terlihat dalam baris berikut ini: 2 Makan jatuh tanah yang ada dimakan yang adis usah ncaik golak itu ini kami jadi nyak ngudah
13
Irama diucapkan di atas, irama dengan tekanan tinggi yang yerdapat dalam larik ke- 2 yang berbunyi Makan jatuh tanah yang ada dimakan yang adis usah ncaik golak itu ini kami jadi nyak ngudah maksud dari bunyi mantra tersebut, menjatuhkan sedikit sesajian ke tanah untuk roh-roh yang ada di tanah untuk menyampaikan bahwa acara sudah selesai. Tujuannya menyampaikan kepada para roh-roh untuk makan yang telah diberikan agar tidak menggu, karena waktu masih mentah roh-roh dipangil untuk menghadap sesajian yang masih mentah dan rohroh dipangil lagi untuk memakan yang sudah masak dan ingin menyampaikan bahwa acara sudah selesai dan tidak menuntut lagi. Kedua, irama dengan tekanan lembut yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbit terlihat dalam baris berikut ini: 13. Biasa makan aik di timang ajan, makan mokut ujong capan pagi tuk kegibu sengkolan gala padi, pulut, jawak, nyolik, kumpang kayung oonah bakah, batu asah, kaangan uma golak sidak begawe ulah konak pankak Irama yang diucapkan di atas, irama dengan tekanan lembut. Irama tersebut terdapat dalam larik ke- 13. Irama dengan tekanan lembut tersebut, melambangkan bahwa biasa makan air ditimbang bambu yang digunakan untuk memberkati segala bibit tanaman dansegala peralatan beladang. Tujuannya untuk meminta berkat agar mendapatkan hasil yang memuaskan dengan tumbuh subur dan besar. Irama dengan tekanan lembut yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk bejujong ( memberi berkat menggunakan beras merah) terlihat dalam larik berikut ini: 1. Yang bejujong sakit ati, ko bejujong senang ati boas moah tuk moah kabak padi kao Irama yang diucapkan di atas, irama dengan tekanan lembut. Irama tersebut terdapat dalam larik ke- 1. Maksud dari pembacaan mantra denagn tekanan lembut menyampaik5an bahwa orang bejujong sakit hati, sementara dia yang dijujong senang hati. Tujuannya meminta berkat menggunakan beras merah agar memiliki hati yang senang selama hidup. Ketiga, irama dengan tekanan panjang yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk bejujong ( memberi berkat menggunakan beras merah) terlihat dalam larik berikut ini: 28. Kuuuu semogat Bunyi irama di atas dalam larik ke- 28 sebagai tekanan panjang. Kata kuuuu semongat memiliki arti sebagi penutup pembacaan mantra yang bermakna mengakhiri sebuah mantra sebagi pemangilan segala roh manusia, roh dan roh tanaman lainnya. Tujuannya agar manusia, padi dan tanaman tidak lemas semogat seperti pada manusia sakit dan tidak ada semangat, sedangkan pada tanaman padi terjadi tanaman kurang bagus. Fungsi mantra nyengkolan iso beliong Pertama, fungsi mantra nyengkolan iso beliong sebagai pengendali normanorma sosial yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbenam terlihat dalam larik berikut ini: 7. Ngabu boas matawai tengolam mataawi busak bulan tamak tigak peawi pelosi kiak pemulang pengilang aku ngabu boas nama tampang bijik kase pemale gala iso beliong batu asah kaangan uma golak nama sidak muat
14
dipangkak buong guwak di songko nama buong papo 14. Nyak aku buang aku layang aku biah aku kibah mataawi padam mataawi tengolam golak sidak muat nama bonih tampang pangkak nama buong guwak dijongko buong papo pagi. Fungsi mantra nyengkoan iso beliong sebagai pengendali norma-norma sosial dapat dilihat dalam kata sidak dan muat menyatakan fungsi sebagai pengendali norma sosial yang mengandung makna mereka dalam memanen hasil tanaman nanti secara bersama-sama atau gotong-royong, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak dinginkan pada mereka. Fungsi mantra nyengkolan iso beliong sebagai pengendali norma-norma sosial yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbit terlihat dalam baris berikut ini: 4. Ngibu nama sengkolan segala batu asah kaangan uma segala kase pemale gala padi, pulut, jawak, nyolik, kumpang kayung oonah bakah golak nama dak diumpan dak suap jadi golak kami nanak jadi nama antu angkak uwak busong lapau 8. Ke sidak nama nyengkolan nama tampang bigik pase pemale, batu asah kaangan, uma golak dak dikuuntu dak bejdu patah pukah golak nama luka bakal. Fungsi mantra nyengkolan iso beliong dapat terlihat pada kata kami, sidak dan angkak uwak busong lapau yang mengandung makna dimana mereka akan bersama-sama memberi makan atau memberkati segala peraratan beladang agar tidak terjadi hal yang tidak dinginkan seperti luka, rakus dan busung lapar. Kedua, fungsi mantra nyengkolan iso beliong sebagai pengesahan kebudayaan yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbit terlihat dalam larik berikut ini: 25) Nyak aku tobak aku batak keselalu mataawi padam, mataawai tengolam awi keimak pagi dak tepansak ke utan dak bejalan nyak aku buang aku layang ke ngibu nama antu angkak uwak pagi busong langsong Fungsi mantra nyengkolan iso beliong dapat kita lihat pada kata nyak aku tobak aku batak keselalu mataawi padam larik ini ingin mengesahkan bahwa membaca mantra kematahari tengelam untuk terhindar dari segala hantu rakus dengan cara melempar dam meletak hal yang tidak baik kematahari tengelam agar hal-hal yang tidak baik akan hilang seiring tengelamnya matahari. Fungsi mantra nyengkolan iso beliong sebagai pengesahan kebudayaan terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk bejujong (memberi berkat menggunakan beras merah) terlihat dalam larik berikut ini: 1.Yang bejujong sakit ati, ko bejujong senang ati boas moah tuk moah kabak padi kao Fungsi mantra nyengkolan iso beliong dapat kita lihat pada kata bejujong mengandung maksud mengesahkan bahwa untuk mendapatkan berkat harus dilakukan bejujong atau pemberkatan mengunakan beras merah yang ditandakan kesebagian anggota tubuh. Fungsi mantra nyengkolan iso beliong sebagai pengesahan kebudayaan yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk madah masak (sesajian sudah masak) terlihat dalam larik berikut ini: 3) Nama iso beliong tampang bijik golak dak madah dak mulah Fungsi mantra nyengkolan iso beliong dapat kita lihat pada kata dak madah dak mulah mengandung maksud mengesahkan bahwa mereka ingin
15
menyampaikan bahwa upacara nyengkolan iso beliong selesai dan acara pesta akan dimulai dan mereka sudah memberikan sesajian ketanah agar roh-roh yang dipangil pada madah mantak tidak menganggu. Ketiga, Fungsi mantra nyengkolan iso beliong sebagai fungsi religius yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbit terlihat dalam larik berikut ini: 4. duak kali tujuh ngabu boas kemataawi tumuh ngatah ngatuh nekak nekek bulan nait numuh ayu numuh ubah, numuh ikah semongat 7.Duak kali tujuh mataawi tumuh ngatah-ngatuh nekak-nekek bulan nait numuh ayu numuh dituk 8. Ke sidak nama nyengkolan nama tampang bigik pase pemale, batu asah kaangan, uma golak dak dikuuntu dak bejdu patah pukah golak nama luka bakal. Fungsi mantra nyengkolan iso beliong dapat dilihat dari kata ngabu boas kemataawi tumuh dimana sang penutur menaburkan beras kematahari terbit bahwa dia akan meminta berkat segala peraratan beladang, segala bibit tanam dan petunjuk selama mengerjakan ladang agar tidak terjadi luka selama mengerjakan ladang karena masyarakat mempercayai dengan memberi makan segala peraratan beladang masyarakat terhindar dari malabahaya seperti gangguan roh-roh yang tidak dapat dilihat langsung oleh manusia serta binatang yang dianggap tidak boleh masuk keladang karena memberi petunjuk yang tidak baik dalam beladang. Fungsi mantra nyengkolan iso beliong sebagai fungsi religius yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk madah masak (sesajian sudah masak) terlihat dalam larik berikut ini: 2. Makan jatuh tanah yang ada dimakan yang adis usah ncaik golak itu ini kami jadi nyak ngudah Fungsi mantra nyengkolan iso beliong dapat dilihat dari kata Makan jatuh tanah dimana si penutur memberi makan kesegala roh yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh manusia dengan cara menjatuhkan sesajian yang sudah masak ke tanah tujuannya untuk memberi tahukan bahwa sesajian sudah siap dimakan dan acarapun diudahakan agar nanti roh-roh tidak menganggu manusia lagi. Keempat, fungsi mantra nyengkolan iso beliong sebagai alat pendidikan yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbenam terlihat dalam baris berikut ini: 1. Bisa tuak bisa jatuk cerita ngumpang nama iso, beliong, batu asah, kaangan uma, gala bonih tampang bijik pase pemale Ke aik golak lomas, keapi golak botuk Fungsi mantra nyengkolan iso beliong dapat dilihat pada kata ngumpang nama iso, beliong, batu asah, kaangan uma, gala bonih tampang bijik pase pemale kata-kata tersebut mengandung makna pendidikan bahwa kita harus memberi makan segala peralatan beladang agar terhindar dari segala yang tidak diinginkan seperti tengelam dan terbakar. Fungsi mantra nyengkolan iso beliong sebagai alat pendidikan yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk matahari terbit terlihat dalam baris berikut ini: 14. Be ayu kebatu pagi dak ompu 15. Be ayu ke sunge pagi besamong ulu
16
Fungsi mantra nyengkolan iso beliong dapat dilihat pada kata ayu diartikan pedoman kata tersebut mengandung makna pendidikan bahwa dalam hidup harus ada yang kita jadikan pedoman atau acuan agar kita bersemangat untuk meraihnya. Kelima, fungsi mantra nyengkolan iso beliong sebagai sistem proyeksi yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk mataawi tumuh (matahari terbit) terlihat dalam baris berikut ini: 25. Nyak aku ope dicinta pagi ada ope diniat pagi dapat dicinta nama yang ada, bemodal ada, beidup ada, beanyut kilik tuk sidak nama ngumpan iso beliong, ngasih nama bala anak ope mimta diope dicinta pagi ada ope diniat pagi dapat, dapat nama uang duet segala harta baata pagi Fungsi mantra nyengkolan iso beliong dapat dilihat pada kata diope dicinta pagi ada ope diniat pagi dapat bahwa masyarakat mempercayai dengan menaburkan beras kematahari terbit akan mendapatkan apa yang diinginkan seperti diberi rejeki kepada semua keluarga, anak cucu dan segala harta benda. Fungsi mantra nyengkolan iso beliong sebagai sistem proyeksi yang terdapat dalam mantra nyengkolan iso beliong untuk bejujong ( memberi berkat menggunakan beras merah) terlihat dalam larik berikut ini: 4. Kanan tuk, kanan rejeki jadi 5. Adap tuk, ngadap tuah limpah, anak buah ucuk uyut, uma tanam 23. Tana kanan, kanan rejeki jadi tuah bebonih padi Fungsi mantra nyengkolan iso beliong dapat dilihat pada kata rejeki jadi, tuah limpah dan bebonih padi yang memiliki sistem proyeksi yaitu dengan diberkati mengunakan beras merah maka diharapakan akan mendapatkan segala rejeki, berbenih padi, segala harta benda sehingga mencukupi kebutuhan hidup selama setahun. Proses upacara nyengkolan iso beliong Proses upacara pada mantra nyengkolan iso beliong sastra lisan Dayak Taman Dalam Desa Meragun Kecamatan Nanga Taman Kabupaten Sekadau adalah sebagai berikut. Pertama, persiapan yaitu menyiapkan bahan-bahan atau sesajen. Sebelum nyengkolan iso beliong (membacakan mantra) terlebih dahulu menyiapkan sesajian yang digunakan dalam adapun sesajennya sebagai berikut: ayam satu pasang jatan dan betina, telur ayam yang sudah direbus, beras pulut yang di masak dalam bambu, beras padi, tepung masak, rotak longak, darah ayam. Sedangkan alat yang harus diberkati adalah peraratan beladang dan bersawah seperti: parang, beliong, batu asah, perodah (kayu yang dibentuk panjang yang digunakan untuk memasang beliung yang digunakan untuk menebang kayu), bibit padi serta bibit tanaman lainnya yang akan ditanam tujuannya agar diberi kesuburan. Kedua, pelaksanaan proses nyengkolan iso beliong. Pada tahap ini ada dua langkah yang harus dilakukan, yaitu: Pertama, pembacaan mantra madah mantak. Pada tahap ini pengucapan mantra madah mantak ialah pemberitauan ke Tuhan bahwa yang dipersembahkan belum bisa di makan masih mentah (mantak), Tuhan di minta untuk menghadap atau menyaksikan upacara yang masih mentah. Pada tahap ini ada tiga mantra yang di ucapkan yaitu untuk matahari terbenam (padam) ialah mantra yag diucapkan untuk membuang hal-hal yang tidak baik, matahari terbit (tumuh) ialah mantra
17
yang diucapakan untuk memohon segala kesuburan dan kebaikan selama beladang dan, berjujong (meminta berkat mengunakan beras yang diberi darah ayam) ialah menaburkan beras di atas kepala mengunakan beras meras untuk memperoleh berkat serta pemangilan roh manusia dan tubuhan agar tetap sehat. Kedua, pembacaan mantra madah masak. Pengucapan mantra madah masak ini adalah tahap terakhir, disini pemberitahuan ke Tuhan bahwa sesajen sudah masak dan siap untuk di makan dan Tuhan diminta untuk menghadap dan menyaksikan acara. selesai pembacaan mantra madah masak pesta baru bisa dimulai. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan pada mantra nyengkolan iso beliong terdapat tiga rima yang pertama, rima menurut bunyi atau suaranya terdiri dari rima penuh atau rima sempurna yang memiliki bunyi akhi gala, adap, dan ntu.Rima paruh atau rima tidak sempurna memiliki bunyi akhir ak, dan nok. Rima pangkal atau alitrasi memiliki persamaan bunyi awal yaitu bunyi awal nga, nek, dan be. Rima rangka berbunyi pe dan h, . Kedua, rima menurut letak atau tempatnya yaitu rima awal memiliki bunyi pagi, ayu, dan tana, rima tengah memiliki bunyi nama, dan tuah dan rima akhir memiliki bunyi seblas dan pagi. Ketiga, rima menurut pertalian atau kedudukan yaitu rima rata atau sama dinyatakan dengan rumus aaaa memiliki bunyi pagi dalam mantra nyengkolan iso beliong, rima lompat dinyatakan dengan rumus abab memiliki bunyi it, ik, ang, dan nok. Dan rima kembar atau pasangan dinyatakan dengan rumus aabb memiliki bunyi ong dan pagi. Irama yang terdapat pada mantra nyengkolan iso beliong adalah irama dengan tekanan tinggi yang terdapat dalam larik ke-1, ke-2 dan ke-3 pada pembacaan mantra untuk matahari terbit, dan larik ke-2 pada pembacaan mantra untuk madah masak. Nada dengan tekanan lembut terdapat dalam larik ke-13 pada pembacaan mantra untuk matahari terbit dan larik ke-1 untuk pembacaan mantra untuk bejujong. Irama dengan tekanan panjang terdapat pada larik ke-28 pada pembacaan mantra untuk bejujong. Fungsi mantra dalam mantra nyengkolan iso beliong adalah fungsi pengendali norma-norma sosial yang berhubungan dengan nilai kekeluargaan dan solidaritas masyarakat setempat yang berbentuk saling membantu yang terdapat dalam larik ke-7 pada pembacaan mantra untuk matahari tengelam, dan larik ke-4 pada pembacaan mantra umtuk matahari terbit. Fungsi mantra nyengkolan iso beliong sebagai pengesahan kebudayaan terdapat pada larik ke-25 pada pembacaan mantra untuk matahari tengelam, dalam larik ke-1 pada pembacaan mantra untuk bejujong, dan larik ke-3 pada pembacaan mantra untuk madah masak. Fungsi religius yang terdapat dalam larik ke-4, larik ke-7 dan larik ke-8 untuk pembacaan mantra untuk matahari terbit, dan terdapat dalam larik ke-1 untuk pembacaan mantra madah masak. Fungsi mantra sebagai alat pendidikan terdapat dalam larik ke-1 dan larik ke-2 pada pembacaan untuk matahari terbenam, pada larik ke-14, ke-15, ke-16 dan ke-17 pada pembacaan mantra untuk matahari terbit. Fungsi mantra nyengkolan iso beliong sebagai sistem proyeksi terdapat dalam larik ke-5 pada pembacaan mantra untun matahari terbenam, pada larik ke-25 untuk pembacaan mantra untuk matahari terbit, terdapat dalam larik ke- 4, larik ke-5 dan larik ke-23 pada pembacaan mantra untuk bejujong.
18
Proses upacara nyengkolan iso beliong meliputi menyiapkan bahan-bahan atau sesajian dan proses nyengkolan iso beliong yang terdiri dari pembacaan mantra madah mantak ( pembacaan mantra untuk matahari terbenam, untuk matahari terbit dan bejujong) dan madah masak. Saran Selain itu, terdapat saran dalam penulisan diantaranya adalah penelitian terhadap sastra lisan, khususnya yang berjenis mantra sebaiknya harus tetap dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar sastra lisan tersebut tetap bisa eksis dan tidak punah seiring dengan perkembangan zaman. sebagai kebudayaan turun temurun yang harus dikembangkan oleh masyarakat setempat, dapat dilestarikan dan dapat dijadikan sebagai didokumentasikan sebagai pedoman hidup generasi muda. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk peneliti selanjutnya berkaitan dengan penelitian terhadap mantra nyengkolan iso beliong, masalah lain yang masih bisa diteliti adalah kata konkrit, makna mantra, dan tinjauan sosiologi mantra yang berkaitan dengan pandangan hidup masyarakat Dayak Taman Dalam. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan oleh guru bahasa Indonesia dan masyarakat umum yang berminat dengan sastra dan juga sebagai referensi untuk memilih bahan ajar atau bahan penelitian yang berkaitan dengan mantra, yang lebih kental nuansa budayanya. Sehingga, siswa dengan mudah memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai positif yang terdapat dalam teks mantra itu pada kehidupan mereka sehari-hari. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: PT Rineka Cipta Danandjaja, James. 1994. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Nuansa. Grafitipers. Erwis. 2006. “Upacara dan Mantra Pengobatan Masyarakat Bugis Desa Pulau Kumbang Kabupaten Ketapang” . skripsi. Pontianak: FKIP Untan. Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara yang Terlupakan Pengantar Sasra Lisan. Surabaya: Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat Jawa Timur Lili, Makdalena. 2011. “Struktur Mantra M’patung (Bedaha M’patung) dalam Sastra Lisan Dayak Suaid Desa Emperiiang Kecamatan Seberuang Kabupaten Kapuas Hulu” .Skripsi. Pontianak: FKIP Untan. Moleong, (2007:11) Moleong,, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif.. Bandung: PT Remaja. Rosdakarya Bandung. Nadeak, Parlindungan. 2008. Metode Penelitian Sastra. Buku Ajar. Pontianak. Subana dan Sudrajat. 2009. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia. Syam, Christanto. 2010. Pengantar ke Arah Studi Sastra Daerah. Buku Ajar. Pontianak: FKIP Untan. Waluyo, herman J.2005. Apresiasi Puisi untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.