Retreat Pemuridan Reformed Injili XI 19-22 Maret 2008
Edisi 13 Mei 2008
Mandat Budaya Pendidikan dan Pengajaran
REIN
REIN diterbitkan oleh Mimbar Reformed Injili Indonesia di Berlin e.V. REIN diterbitkan dua kali setahun. Penasihat: Ev. Steve Hendra Redaksi (urutan nama berdasarkan abjad): Christian Adi Hartono Erna Chandrawati Fenny Puspitasari Herawaty Shaniyl Jayakodiy Sonja Mondong Stephen Tahary William Aries Tandarto Pembimbing/Pengawas: Departemen Pembinaan MRII Berlin e.V. Penanggung Jawab: Mimbar Reformed Injili Indonesia di Berlin e.V. c/o Cahyadi Braunschweigerstr. 75 12055 Berlin
DAFTAR ISI Pesan Redaksi
1
_____________________________________________________ Pendidikan dan Pengajaran
2
oleh Pdt. Sutjipto Subeno
_____________________________________________________ Sudahkah Engkau Memberi Yang Terbaik?
9
oleh William Aries Tandarto
_____________________________________________________ Tips singkat untuk menafsirkan Alkitab 3
15
oleh Ev. Steve Hendra
_____________________________________________________ Resensi Buku – Arsitek Jiwa I
21
resensi buku oleh Sonja Mondong
_____________________________________________________ Biografi – Hans Christian Andersen
25
resensi buku oleh Erna Chandrawati
_____________________________________________________ Semua artikel di dalam Buletin REIN hanya boleh diperbanyak dan dikutip di dalam bentuk artikel yang utuh, tanpa mengurangi ataupun menambahkan isi dari artikel tersebut. Cover: Carl H. Bloch, 1834-1890 „ Sermon on the Mount” National Historic Museum, Denmark
Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
Kesaksian
30
oleh Thomas Mondong
_____________________________________________________ SEPUTAR MRII BERLIN oleh Fenny Puspitasari
Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
33
1
Pendidikan dan Pengajaran
Pesan Redaksi
Pendidikan dan Pengajaran
Salam kepada para pembaca REIN, Kita tentunya sangat sadar, bahwa pendidikan itu sangat penting di dalam kehidupan manusia. Dengan alasan itu pula, sebagian besar dari pembaca REIN yang berada di Jerman memutuskan untuk kuliah di negara asing ini. Apa sebenarnya arti pendidikan bagi seorang kristen? Edisi REIN kali ini mendorong kita untuk menjalankan panggilan mandat budaya dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Artikel-artikel di dalam edisi kali ini membawa kita untuk melihat makna dari pendidikan dan pengajaran, serta bagaimana kita sebagai mahasiswa menjalankan tanggungjawab kita di dalam study. Resensi buku “Arsitek Jiwa” mengajak kita untuk membaca buku yang berisikan gambaran seorang guru yang seperti seorang arsitek, merancang jiwa-jiwa manusia sejak usia muda mereka. Di edisi ini juga diceritakan biografi seorang sastrawan Denmark, Hans Christian Andersen. Kesaksian dan sharing dari beberapa saudara-saudari kita juga kiranya bisa menjadi berkat bagi para pembaca. Puji syukur kepada Tuhan karena pada kesempatan ini MRII-Berlin bisa merayakan ulang tahunnya yang ke-9. Kiranya Tuhan mau terus memakai MRII-Berlin untuk menjadi saluran berkat bagi umat-Nya yang ada di Jerman dan negara Eropa sekitarnya. Saudara-saudari sekalian juga bisa menbaca atau men-download REIN secara online di www.grii.de/berlin. Masukan, saran dan pertanyaan dapat dikirimkan ke e-mail:
[email protected]. Redaksi REIN
Pdt. Sutjipto Subeno
“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” (Amsal 22:6)
Mendidik di dalam kamus Webster didefinisikan sebagai suatu usaha membesarkan atau menumbuhkan seorang anak menjadi dewasa. Itu berarti, mendidik adalah membentuk kehidupan seseorang. Inilah inti ilmu pendidikan (paedagogi) itu sendiri.1 Namun, di dalam perjalanannya, pragmatisme kehidupan telah menurunkan derajat pengajaran dan definisi pendidikan semakin lama semakin rendah. Jika kita melihat pendidikan modern, „Para Pendidik harus kita dapat mengatakan, bahwa mengejar pendidikan hanya mengisi otak manusia, tanpa menyentuh kehidupan pribadinya pengembangan moral sama seperti secara utuh dan total. Pendidikan dianggap sukses jika seseorang anak pengembangan telah diberi berbagai macam ilmu intelektual.” pengetahuan, sehingga ia memiliki -Agustinusbegitu banyak pengetahuan dan ketrampilan. Kenneth O. Gangel mengatakan, “Kualitas pendidikan akan sangat bergantung pada kualitas pendidiknya.”2 Tetapi, sayang jika yang dimaksud dengan kualitas pendidik di sini hanya sampai ke aspek intelektualitasnya saja. Dalam hal ini Gangel menekankan bahwa kualitas harus juga mencakup perhatian terhadap aspek spiritualitas dan moralitasnya. Bapak Gereja, Agustinus, mengatakan: “The educators must pursue moral as well as intellectual 1 2
Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
2
Webster Collegiate Dictionary. Kenneth O. Gangel et.al. The Christian Educator’s Handbook on Teach-ing, hal. 247. Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
3
Pendidikan dan Pengajaran
development. (Para pendidik harus mengejar pengembangan moral sama seperti pengembangan intelektual).”3 Pendidikan mencakup seluruh aspek kehidupan seseorang. 1. Pendidikan dan Pengajaran
Firman Tuhan melihat pentingnya seseorang menggarap hidup bukan dari luar, tetapi justru dari dalam batiniah orang tersebut. Hidup seseorang dimulai dari Allah dan kembali kepada Allah. Jika sejak pertama kita gagal mendidik seorang anak di dalam Tuhan dan takut akan Tuhan, maka anak tersebut akan gagal di seluruh hidupnya. Amsal 1:7 mengatakan, “Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” Seseorang gagal bukan karena ia kurang kaya atau kurang mendapatkan kedudukan yang baik, tetapi ia gagal karena seluruh hidupnya akan dibuang oleh Tuhan. Oleh karena itu, mendidik juga berarti mengajar seseorang. Mengajar adalah memberikan ajaran (baca: doktrin) dan mengajar pada hakekatnya adalah indoktrinasi. Kita memberikan pengajaran kepada anak, sehingga ia bisa mengerti, mendalami, dan menghidupi apa yang kita ajarkan. Jika apa yang kita ajarkan baru sebatas apa yang dia tahu, maka sebenarnya kita belum mengajarkan apa-apa. Ajaran sejati adalah pembentukan hidup yang benar. Nicholas Wolterstorff, seorang pakar pendidikan, guru besar, dan filsuf dari Calvin College menekankan bahwa: Para pendidik harus berharap bahwa perubahanperubahan yang terjadi di dalam pendidikan yang ia lakukan bukan hanya menghasilkan perubahan yang relevan di dalam kelas, tetapi juga terjadi di dalam kehidupan praktisnya di luar kelas.4
Ajaran yang benar akan berakhir kepada dan membawa dampak kehidupan yang penuh hikmat sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Jika kita melihat dan mengerti hal ini, kita akan segera sadar betapa pentingnya sejak dini memberikan indoktrinasi (in – ke dalam; doctrine – ajaran; berarti: memasukkan ajaran) kepada anak-anak kebenaran-kebenaran firman yang mereka butuhkan. Ajaran firman Tuhan merupakan satu-satunya kebenaran yang paling mendasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia agar manusia dapat hidup terintegrasi secara benar. 3 4
Arthur F. Holmes. Building the Christian Academy, hal 31. Nicholas Wolterstorff. Educating for Life, hal 93. Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
Pendidikan dan Pengajaran
4
2. Pendidikan dan Iman “Aku melakukan apa yang aku pikirkan dan aku memikirkan apa yang aku percaya.” Ungkapan atau kebenaran ini mengajak kita melihat relasi yang begitu ketat antara tindakan, pikiran, dan kepercayaan atau iman. Apa yang kita lakukan adalah produk atau hasil dari apa yang kita pikirkan. Kita enggan atau bahkan tidak mau melakukan apa yang tidak kita pikirkan terlebih dahulu (baik secara rasional maupun emosional). Dan apa yang kita pikirkan adalah hasil dari apa yang kita percaya. Kita juga tidak mau memikirkan secara serius, apalagi melakukan implementasi terhadap hal-hal yang memang kita tidak percaya sama sekali. Maka terlihat jelas relasi antara iman (kepercayaan), pikiran, dan kelakukan. Ketika seseorang beriman benar, maka ia akan berpikir secara benar pula, dan ia akan terdorong untuk melakukan hal yang benar pula. Tetapi, jika seseorang memiliki kepercayaan yang salah, maka seluruh pemikirannya juga salah, dan semua tindakannya juga akan salah. Maka kita bisa menelusuri apa yang menjadi kepercayaan seseorang dari apa yang ia pikirkan. Dan kita bisa melihat apa yang ia pikirkan dan berbagai tindakan yang ia lakukan. Dengan demikian, kita melihat relasi yang sangat kuat antara iman, pikiran dan tindakan.
Ketika seseorang beriman benar, maka ia akan berpikir secara benar pula, dan ia akan terdorong untuk melakukan hal yang benar pula. ..relasi yang sangat kuat antara iman, pikiran dan tindakan.
Jika kita telah melihat relasi penting ini, kita sekaligus akan melihat hal yang kedua, yaitu pikiran kita akan merupakan produk dari iman. Itu berarti pembentukan iman merupakan hal yang sangat penting di dalam kehidupan seseorang. Inilah ajaran utama iman Kristen. Iman Kristen dan Alkitab mengatakan: “Orang benar akan hidup oleh Iman.” (Hab. 2:4; Rom.1:17). Jika seseorang tidak beriman (baca: imannya salah), maka ia tidak akan menjadi orang benar. Di sini kita melihat betapa krusialnya kaitan pendidikan seseorang dengan imannya. Kita tidak bisa mendidik seseorang tanpa secara serius melihat dan menggumulkan masalah imannya. Pendidikan yang sejati justru seharusnya dimulai dari sini. Oleh karena itu, pendidikan modern yang membuang aspek iman, sebenarnya Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
5
Pendidikan dan Pengajaran
Pendidikan dan Pengajaran
6
sedang membawa generasi masa depan ke dalam kehidupan yang sangat gelap. Iman yang berbeda akan membawa implikasi pengajaran yang berbeda. Maka perlu dasar iman Kristen yang benar untuk mendapatkan pengajaran yang benar.
firman, akan dimampukan untuk menginterpretasi alam dengan lebih akurat, tajam dan mendalam. Inilah pengetahuan yang sejati, yang bukan hanya mengisi intelektualitas seseorang, tetapi juga membentuk kehidupan seseorang.
3. Pendidikan dan Ajaran Kristen
Gilbert Highet (1906-1978), seorang pakar pendidikan, Anthon Profesor of the Latin Language and Literature di Columbia University, penulis beberapa buku pendidikan, mengatakan:
Dari
mana seseorang anak bisa mendapatkan iman yang sejati? Alkitab dengan tegas memperlihatkan dua aspek penting mengenai iman. Bagian pertama, Alkitab mengatakan bahwa kita mendapatkan iman mula-mula dari Allah. Itu bukan usaha atau kemampuan kita. Jika kita boleh diselamatkan melalui iman, itu benar-benar adalah pekerjaan Allah (Ef. 2:810). Tetapi Alkitab juga mengatakan bahwa iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus (Rom. 10:17). Berarti, iman di dalam pertumbuhannya berkait erat dengan firman. Di sini kita melihat paduan dari pekerjaan Roh Kudus yang menghidupkan dan memberikan iman ke dalam hati manusia, dan sekaligus memberikan berita firman Kristus melalui orang percaya lainnya. Ketika seseorang sudah menjadi orang beriman, maka ia harus bertumbuh di dalam firman yang telah melahirbarukan dirinya. Di sini kita melihat, bahwa pertumbuhan iman tidak lepas dari firman Tuhan. Iman bertumbuh di dalam firman. Tanpa firman, iman akan kehilangan isinya. Dalam doa Tuhan Yesus di akhir pelayanan-Nya, Ia menyatakan, bahwa umat-Nya telah percaya kepada apa yang diberitakanNya, dan apa yang diberitakan-Nya adalah firman yang diperoleh dari Bapa-Nya. Di sini kembali lagi kita melihat betapa signifikan firman membangun iman. Iman dibangun ketika seseorang belajar kebenaran firman Tuhan. Maka mendidik seseorang tidak bisa lepas dari kebenaran firman Tuhan. Firman yang Allah berikan kepada manusia adalah Firman yang keluar dari Pencipta alam semesta, dan Pencipta dari manusia itu sendiri. Maka iman kepada firman adalah percaya kepada Kebenaran. Kebenaran ini bukan hanya di aspek spiritual, tetapi juga di dalam wilayah natural. Hal ini menjadi selaras dan indah, karena Allah yang memberikan firman adalah Allah yang mencipta seluruh alam dan juga manusia. Jadi, Allah yang benar adalah Allah yang menyatakan kebenaran-Nya juga di tengah alam dan di dalam firman. Oleh karena itu, setiap anak-anak yang dididik di dalam
“We know that the world is full of people who are unhappy because they are vague and confuse. Yet we often miss the priceless chance of teaching our own children something sure and reliable.” (Kita tahu bahwa dunia ini penuh dengan orang-orang yang tidak bahagia karena mereka hidup bingung dan kacau. Dan saat itu kita seringkali membuang kesempatan yang tak ternilai untuk mengajar anak-anak kita tentang hal-hal yang pasti dan layak disandari.)5
Sayang Gilbert sendiri bukan seorang yang sungguh beribadah. Ia tahu pentingnya doktrin yang pasti dan iman yang layak disandari, tetapi akhirnya iapun tidak dapat memberikan yang terbaik, karena ia tidak kembali kepada Kristus. Ajaran yang sungguh-sungguh pasti, yang tidak pernah berubah beribu-ribu tahun adalah kebenaran Alkitab. Dan iman yang begitu kokoh, yang tidak pernah perlu diragukan, yang sungguh layak disandari adalah iman di dalam injil Kristus (Rom.1:16). Maka sebenarnya, setiap anak membutuhkan pengajaran firman yang tepat, pengertian akan seluruh alam semesta berdasarkan firman, dan kehidupan sejati di dalam firman. Cornelius Van Til, seorang teolog, guru besar dan salah seorang pendiri Westminster Theological Seminary, salah satu sekolah teologi paling terkemuka di dunia, mengatakan: Prinsip hidup orang percaya berlawanan total dengan prinsip hidup orang tidak percaya (non-Kristen). Hal ini terjadi dalam dunia pendidikan sama seperti dalam gereja. Berdasarkan hal ini, kita akan membahas antitesis dalam pendidikan. Antitesis ini terjadi di seluruh bidang pendidikan. Antitesis ini mula-mula terjadi pada filsafat
5
Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
Gilbert Highet, hal. 232. Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
7
Pendidikan dan Pengajaran pendidikan; sangat penting tetapi sering tidak diperhatikan.6
Jika kita melihat konsep antitesis ini di berbagai bidang kehidupan, termasuk juga di dalam pendidikan, maka kita akan segera menyadari pentingnya pengajaran (doktrin) Kristen yang betul-betul kental, karena akan sangat berlawanan dengan apa yang dunia ajarkan. Ada perbedaan yang paling mendasar pengajaran tentang alam semesta antara orang Kristen dengan orang Ateis. Kita percaya Allah Tritunggal yang mencipta alam semesta, sementara orang Ateis beranggapan bahwa dunia terjadi dengan sendirinya, seturut proses evolusi. Guru Kristen mengajarkan bahwa sejarah dimulai dari penciptaan dan berakhir dengan kiamat yang Allah sendiri tetapkan. Tetapi guru dunia mengajarkan bahwa alam semesta terjadi akibat letusan yang tanpa makna dan terjadi secara kebetulan di jagad raya, yang menyebabkan terjadinya seluruh planet dan isinya, tanpa nilai sama sekali. Ini hanya salah satu contoh nyata perbedaan pengajaran (doktrin) terhadap isi dan kurikulum pendidikan. Maka pendidikan harus dimulai dengan membawa anak didik mengenal Allah dan kebenaran-Nya, sehingga seluruh presuposisi imannya benar dan pemikirannya juga menjadi benar. 4. Pendidikan dan Pertumbuhan
Sebagai konklusi, maka kita melihat bahwa pendidikan sejati tidak bisa lepas dari bagaimana penginjilan dilakukan di titik awal. Setiap pendidik perlu sungguh-sungguh mendoakan setiap anak didiknya agar mereka boleh sungguh-sungguh beroleh kasih karunia Allah dan boleh mendapatkan iman yang sejati. Kita percaya bahwa pertobatan dan kelahiran baru bukanlah kemampuan manusia. Namun, di lain pihak kita juga perlu melihat bahwa hadirnya seseorang anak di hadapan kita, baik anak kita sendiri ataupun anak didik kita di sekolah, juga bukan terjadi secara kebetulan. Itupun bisa kita pandang sebagai bagian dari kasih karunia Allah. Itu sebabnya, anak itu beroleh anugerah untuk kita ajar, kita ajak mengenal Injil dan boleh bertumbuh di dalam firman. Ini merupakan tugas dan tanggung jawab yang perlu kita kerjakan secara serius di dalam panggilan pendidikan kita.
6
Pendidikan dan Pengajaran
Bibliografi: Berkhof, Louis & Van Til, Cornelius. Dasar-Dasar Pendidikan Kristen, (ed. Dennies E. Johnson), Surabaya: Penerbit Momentum, 2004. Dockery, David S. & Thornbury, Gregory Alan. Shaping a Christian Worldview: The Foundation of Christian Higher Education, Nashvile, Tennessee: Broadman and Holman Publ., 2002. Eggen, Paul & Kauchak, Don. Educational Psychology: Windows on Classrooms (5th Ed.), Upper Saddle River, New Jersey: Merrill Prenctice Hall, 2001. Gangel, Kenneth O. et.al. The Christian Educator’s Handbook on Teaching, Grand Rapids, Michigan: Baker Book, 1988. Highet, Gilbert. The Art of Teaching, New York: Vintage Books, 1956, M. Nashir Ali. Dasar-Dasar Ilmu Mendidik, Jakarta: Kalam Mulia, 1992. Novak, Joseph D. Theory of Education, London: Cornell University Press, 1979. Reimer, Kathie. 1001 Ways to Introduce your Child to God, Wheaton, Illinois: Tyndale Publ., 1992. Tong, Stephen. Hati yang Terbakar, (5 volumes), Surabaya: Penerbit Momentum, 2007. Van Til, Cornelius. Introduction to Systematic Theology, Phillipsburg, New Jersey: P&R, 1960. Wells, David. Tiada Tempat bagi Kebenaran, Surabaya: Momentum, 2002. Wolterstorff, Nicholas. Educating for Life, Grand Rapids, Michigan: Baker Book,2002.
Cornelius Van Til. Dasar Pendidikan Kristen, hal 3. Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
8
Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
9
Sudahkah Engkau Memberi yang Terbaik?
Sudahkah Engkau Memberi yang
Terbaik ? William Tandarto
Apa esensi / makna studimu? Sebelum kita dapat menjawab pertanyaan ini patut kita mengerti tujuan awal kita dicipta. CREATION Sebenarnya apa tujuan manusia diciptakan? Pertanyaan ini haruslah pertama kali kita jawab jika kita ingin mempunyai hidup yang penuh arti. Jelas sekali jawabannya bagi setiap kita, bahwa tujuan umat manusia yang dicipta menurut peta dan teladan Allah (IMAGO DEI) adalah memuliakan Dia sebagai Pencipta kita dan menikmati kasihNya seperti tercatat di dalam Westminster Makna studiku Catechismus pertanyaan yang pertama. Hal ini adalah untuk merupakan dasar bagi setiap orang kristen dan melakukan harus menjadi pedoman dalam setiap aspek pekerjaan baik, kehidupannya. Jika kita tidak memegang prinsip dasar ini, mustahil sekali kita dapat peka melihat yang panggilan dan rencana yang Tuhan tetapkan dipersiapkan dalam kehidupan kita masing-masing. Akibatnya, Allah, untuk hidup kita tidak mempunyai signifikansi apapun memancarkan di mata Tuhan dan terdapat kehampaan dalam kemuliaanNya hati kita yang mengakibatkan kita selalu haus dan tidak puas serta tidak dapat mengucap syukur. Sikap yang susah untuk mengucap syukur ini sering terjadi karena kita cenderung menilai diri kita sebagai yang utama sehingga kita terus menerus mengisi kebutuhan kedangingan kita dan tidak akan pernah puas sebelum menguasai dunia ini. Oleh karena itu sangat penting sekali jika kita kembali mengorientasikan arah hidup kita kepada Tuhan, karena itulah tujuan kita dicipta yakni untuk memuliakan Dia seperti tercatat di kitab Efesus 2:10 “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya“ Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
Sudahkah Engkau Memberi yang Terbaik?
10
dan Kejadian 2:15 „TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu“. Jadi hal yang penting di sini adalah kembali ke titik awal tujuan penciptaan. Bagaimanakah dengan kehidupan studi kita, apakah kita mengejar materi menggiurkan yang dunia tawarkan? atau kita berusaha mencari tahu apa yang menjadi rencana dan kehendak Tuhan dalam studi kita?. Jika pada konsep dasar ini kita salah melangkah, tidak peka, bahkan tidak mau taat maka tidak heran jikalau kehidupan studi kita terasa hampa. FALL
Sebagai
anak-anak Tuhan seharusnya kita tidak perlu takut dan terkecoh meskipun bidang yang kita pilih itu susah ditempuh dan tidak memberikan jaminan apapun di masa depan menurut pandangan duniawi. Selama kita mau hidup taat pada kehendak Tuhan, maka Tuhan pasti memelihara hidup kita. Dialah sumber hidup kita bukan materi. Dan yang memberi penghiburan adalah bahwa Dia setia pada janjiNya. Seperti firman Tuhan berkata bahwa kitalah yang diberi kuasa untuk menguasai alam bukannya alam. Jika ordo penciptaan ini diganti maka hubungan antar satu dengan yang lain pasti terganggu, seperti yang telah terjadi akibat dosa.
Pada kenyataanya kita anak-anak Tuhan seringkali tidak mengindahkan prinsip dasar ini. Seperti pada waktu kita memilih suatu bidang studi yang ingin kita tempuh, seringkali orientasi pemilihan kita bukannya kepada apa yang Tuhan mau, melainkan apa yang papa dan mama, atau market mau. Kita lebih condong melihat kriteria seperti ini dalam mengambil suatu jurusan, yakni trend apa yang sekarang ini sedang beredar, bagaimana pengaruhnya nanti dalam kehidupan bekerja kita, keuntungan dan penghargaan yang dapat diraih, dan amannya tempat pekerjaan kita nantinya. Di dalam hal ini kita secara tidak sadar sudah keliru karena tidak lagi melihat talenta yang Tuhan sudah titipkan dan tidak bertanggung jawab atasnya. Secara sekilas jika dilihat apa yang dunia ini tawarkan memang begitu nikmat dan menarik hati. Keberadaan kita pasti menuai hormat jika kita bisa memperoleh gelar yang tinggi dan pendapatan yang begitu melimpah. Tapi tunggu! Apakah benar itu yang seharusnya kita raih? Jika ya maka Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
11
Sudahkah Engkau Memberi yang Terbaik?
berarti kita secara tidak sadar sudah mencuri kemuliaan Tuhan di sana. Tidak sedikit juga orang kristen dalam hal ini telah mempraktekkan hal tersebut. Yang mereka inginkan sebenarnya agar orang lain menyanjung kesuksesannya, bukannya Tuhan. Ini jelas salah karena motivasi dalam hati kita sudah tidak benar sesuai keinginan Tuhan lagi. Harus diakui bahwa hampir tidak ada orang yang tidak ingin menjadi kaya dalam hal materi. Namun patut diingat bahwa jika kekayaan itu yang menjadi tujuan hidup kita, maka kita secara tidak sadar telah merelakan suatu kekayaan yg jauh lebih bernilai dimata Tuhan. Amat disayangkan sekali jika kita terlelap dalam pemikiran yang bersifat sementara ini. “Kita sedemikian tidak sadarnya bahwa standarstandar yang diri maupun yang duniawi tetapkan itu tidaklah sama bahkan lebih rendah nilainya dengan standar yang Tuhan telah tetapkan dalam kekekalan.”7 Kesalahan dalam hal menentukan arah tujuan dan prioritas hidup kita inilah, yang menyebabkan kekosongan dalam hidup kita dan tidak dapat lagi melihat kehendak Tuhan dengan jelas. Karena dosa membuat aku tidak tahu makna studiku yang sesungguhnya
Coba kita pikirkan sejenak apakah benar tawaran-tawaran dunia ini dapat menjamin hidup kita lebih nyaman dan tentram? Kita sendiri bisa melihat bahwa tidak ada suatu jaminan yang pasti dalam hidup di dunia ini. Segala sesuatu berubah terus menerus dan serba tidak menentu. Hidup ini seolaholah seperti roda berputar. Ada waktunya seseorang berada di atas menikmati kesuksesannya tetapi ada juga suatu masa di mana orang akan berada dibawah mengalami kesusahan. Inilah suatu kenyataan yang ditakuti oleh orang zaman ini dan mereka pun gentar untuk menghadapinya, karena mereka tidak melihat pengangan yang kokoh yang dapat mereka andalkan. Manusia bukannya mencari tahu tujuan dan mengapa mereka bereksistensi melainkan memikirkan terlalu banyak tentang bagaimana mereka mempertahankan eksistensi diri mereka didunia ini dengan kekuatan diri sendiri. REDEMPTION harus kembali mengejar apa yang menjadi tujuan awal Tuhan mencipta kita untuk dapat kembali mendapatkan makna hidup yang
Sudahkah Engkau Memberi yang Terbaik?
12
sesungguhnya itu, karena tidak ada cara lain selain itu. Setiap kita, anakanak Tuhan, seharusnya merefleksi diri kita kembali dengan sikap rendah hati di hadapan Tuhan akan hal-hal yang sudah menghalangi kita melihat tujuan awal tersebut, setelah itu minta pengampunan dari Tuhan agar kita kembali dapat dipakai olehNya menjadi alatNya. Pilihan kita di dunia ini tidak banyak, yakni antara kita mau dipakai oleh Tuhan, yang dapat memberikan suatu kehidupan penuh makna dan suka cita, atau mau dipakai oleh Iblis, yang membuat hidup kita puas dalam kesementaraan namun tidak bernilai. Penebusan Apa yang Tuhan ingin kita kerjakan di dalam Kristus atas hidup kita biasanya selalu bertolak belakang dosaku, dengan apa yang menjadi ambisi kita. Kita, yang membuatku rela sudah mengalami karya penyelamatan dari Kristus Yesus, selayaknya juga kita hidup bukan menyelesaikan menurut ambisi atau apa yang dunia ini pikirkan, studiku dengan melainkan apa yang Tuhan kehendaki. Jika tidak, segenap hati apakah bedanya antara kita dengan orang yang belum percaya?. Jika kita mengaku dengan mulut bibir kita bahwa kita sudah percaya, namun tingkah laku hidup kita lebih buruk dibanding dengan orang yang belum percaya, apakah itu memuliakan Tuhan? Tentunya tidak, bahkan memalukan nama Tuhan dan bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain yang belum percaya. Kita harus keluar dari konsep sempit duniawi ini, yang segala sesuatunya mengarah ke diri, menuju konsep yang lebih luas, yakni mengarah ke Tuhan. Jika kita tidak mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan maka waktu hidup kita pasti sia-sia. Kita tidak mendapat panggilan dari Tuhan, sang Pencipta untuk mengejar sesuatu yang dunia ini tawarkan. Jadi wajar saja jikalau nantinya Tuhan berkata NIHIL atau nilainya NOL kepada kita karena memang Dia tidak meminta. Meskipun kekayaan yang kita kejar dan miliki begitu melimpah tapi apa artinya kalau di mata Tuhan NIHIL? Nilai kekal yang dinilai oleh Tuhan bukannya nilai duniawi dalam kehidupan kesementaraan ini.
7 Tong, Stephen. Roh Kudus, suara hati nurani dan setan, hal 12. Surabaya: Penerbit Momentum, 1997.
Memang harus diakui bahwa: “Dunia menilai suatu kesuksesan dari berapa banyak dan besarnya suatu kekayaaan dan kuasa yang dimiliki seorang individu. Hal ini tidaklah gampang untuk ditolak dan seringkali membuat kita terjerat untuk mengejarnya karena yang kita rindukan adalah suatu pengakuan dari orang di sekitar / masyarakat dibanding Tuhan. Namun ada satu hal yang patut kita ketahui bahwa kekayaan sejati adalah
Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
Kita
13
Sudahkah Engkau Memberi yang Terbaik?
bagaimana hidup kita bisa dipakai oleh Tuhan, sehingga dapat menjadi berkat yang terus mengalir terus menerus dari zaman ke zaman.”8 Kekayaan yang sejati ini dapat dilihat dalam pribadi Kristus, bagaimana melalui teladan hidup yang Ia tunjukan dengan cara hidup sepenuh hati taat pada kehendak BapaNya di Surga sampai mati diatas kayu salib. Kita melihat, bagaimana Ia dapat menjadi berkat bagi banyak orang, tidak hanya pada zamanNya melainkan sampai pada hari ini. Itulah sesungguhnya kekayaan sejati. Mari kita kembali melihat tahta Tuhan karena hanya Tuhan saja yang dapat memberikan jaminan pasti kepada semua anak-anaknya. Jika kita tunduk pada perintahNya pasti kita dipelihara dan tidak mungkin kita dibiarkan menganggur tanpa pekerjaan, karena setiap kita diberikan tugas dan bagiannya masing-masing. Setiap kita adalah bagian dari serangkaian proyek besar yang Tuhan sudah rencanakan dan kita sebagai anak-anakNya dituntut untuk melaksanakan bagian kita menurut talentanya masingmasing dengan sebaik-baiknya bagi proyek besar dan bernilai kekal ini. Agar dapat ikut serta dalam proyek besar ini, tidak ada jalan lain selain mau mengganti arah jalan hidup kita yang sia-sia kembali kepada arah Tuhan yang sebenarnya. Hal ini harus diakui tidaklah gampang karena kita masih hidup di dalam kedagingan kita. Tetapi jika kita bisa sungguh-sungguh mengerti betapa dalamnya cinta kasih dan pengorbanan Yesus Kristus untuk hidup kita maka sepatutnya kita harus berani untuk merelakan tawaran-tawaran duniawi yang mengiurkan itu. Melalui pengorbanan Kristus kita dapat bebas dari jurang dosa dan diberikan suatu hak istimewa untuk bisa kembali melayani kerajaan Tuhan yang mulia. Itulah yang seharusnya menjadi sukacita bagi setiap anak-anak Tuhan, yakni dapat melayaninya dan menyenangkan Dia. Begitu juga dengan kehidupan studi kita masing-masing atau apapun kesempatan yang Tuhan berikan, mari kita berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan, seperti tercatat di kitab Kolose 3:23 "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." Oleh karena itu, mari kita senantiasa menguji diri kita masing-masing sebelum memutuskan sesuatu, apakah ini berkaitan dengan kepentingan, kenikmatan diri, atau kehendak Tuhan. Jika kita dapat menjawab hal ini 8 Tong, Stephen. Roh Kudus, suara hati nurani dan setan, hal 30. Surabaya: Penerbit Momentum, 1997.
Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
Sudahkah Engkau Memberi yang Terbaik?
14
dengan benar serta berani dengan ketulusan hati mempraktekkannya di dalam kehidupan sehari-hari, maka hidup kita pastilah berkenan kepada Tuhan. Dengan sikap yang terus mau belajar untuk mengerti kehendak Tuhan dan berusaha untuk taat, kiranya dari contoh hidup kita, kemuliaan Tuhan dapat dipancarkan. CONSUMMATION Kita semua umat yang telah ditebus merupakan bagian dari proyek besar yang telah direncanakan Tuhan di dalam kekekalan. Setiap kita, yang bertalenta banyak maupun hanya satu saja, merupakan suatu kesatuan tubuh dan mempunyai tanggung jawab yang berbeda-beda. Tuhan tidak membanding-bandingkan hasil antara orang yang bertalenta banyak dan satu, tetapi Tuhan melihat apakah kita sudah mempersembahkan yang terbaik dari talenta yang diberikan itu. Berapa lama waktu yang diberikan Tuhan untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawab yang sudah diberikan, tidak ada yang bisa memberikan informasi untuk itu. Yang jelas adalah Tuhan telah memberikan waktu yang cukup untuk suatu tugas yang kita harus selesaikan. Pertanyaannya sekarang adalah sudahkah kita memberikan yang terbaik bagi Tuhan kita? Atau kita memberikan yang terbaik bagi keinginan diri kita yang sia-sia? Biarlah setiap waktu dan talenta yang Tuhan sudah anugerahkan kepada kita tidak kita sia-siakan begitu saja, melainkan kita boleh mempersembahkannya dengan penuh pengucapan syukur semata-mata hanya untuk kemuliaanNya, sehingga pada saat kita dipanggil kembali nanti kita dapat memberikan pertanggungjawaban kepada Dia. Soli deo Gloria ”Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” Roma 11:36 Bibliografi: Tong, Stephen. Roh Kudus, suara hati nurani dan setan, Surabaya: Penerbit Momentum, 1997. Kotbah-kotbah dari Hamba Tuhan di GRII. Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
15
Tips Singkat untuk Menafsirkan Alkitab 3
Tips Singkat untuk Menafsirkan Alkitab 3 Ev. Steve Hendra
Kita telah membicarakan tentang bagaimana kita menganalis Alkitab. (Untuk itu saya telah memberikan dua contoh bagaimana kita menganalisis suatu Prosa dan suatu Puisi). Sekarang saya melanjutkan dengan bagaimana kita menganalisis konteks budaya, tempat Alkitab ditulis, dan arti dari kata-kata yang digunakan penulis, supaya eksposisi kita menjadi lebih baik. Kita dapat melakukannya dengan menggunakan kamus dan ensiklopedia Alkitab. Perlu diperhatikan, bahwa langkah ini harus dilakukan setelah teks dimengerti dengan baik. Adalah kesalahan besar, jika seseorang melakukan langkah ini tanpa pemahaman yang baik akan teks. Pemahaman Kata-kata
Dengan
Solang du Selbstgeworfenes fängst, ist alles Geschicklichkeit und läßlicher Gewinn -; erst wenn du plötzlich Fänger wirst des Balles, den eine ewige Mitspielerin dir zuwarf, deiner Mitte, in genau gekonntem Schwung, in einem jener Bögen aus Gottes großem Brückenbau: erst dann ist Fangen-können ein Vermögen,Nicht deines, einer Welt.
Tips Singkat untuk Menafsirkan Alkitab 3
16
Saudara dapat melakukan hal yang sama dengan semua kata yang lain. Apa yang harus saudara perhatikan di sini terutama adalah kapan (waktu) dan dalam konteks apa kata-kata tersebut digunakan dalam teks. Untuk itu saudara dapat membuka kamus teologi. Pemahaman Budaya
Tiap zaman memiliki budayanya sendiri yang berbeda dengan budaya dari zaman-zaman yang lainnya. Setiap bangsa dan negara juga mempunyai budayanya sendiri yang berbeda dengan budaya lain, walaupun ada pada zaman yang sama. Kekosongan ini harus dijembatani, supaya kita dapat memahami teks lebih baik. Untuk itu saya memberikan suatu contoh. Bagi masyarakat kita sekarang, terutama di Jerman, adalah sangat tidak biasa kalau anak yang hilang yang kembali ke rumah disebut seorang anak yang hidup kembali, karena karena zaman sekarang tidak seberbahaya dulu, jika seseorang bepergian sendiri ke suatu kota atau negara lain, apalagi saat ini ada jaringan lalu lintas dan keamanan yang baik. Tetapi, pada zaman dahulu adalah hal yang sangat berbahaya untuk meninggalkan suatu kota (Bandingkan dengan misalnya, “Orang Samaria yang murah hati”). Maka dapat dimengerti jika sang ayah berkata, “Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan di dapat kembali.” Anda dapat melakukan hal yang sama dengan semua aspek kultural yang lain. Semakin tepat Anda menganalisa aspek kultur, semakin baik pemahaman saudara akan teks. Usahakan untuk mengkonstruksi situasi pada saat itu.
berlalunya zaman pengertian kata berubah, misalnya kata “Gembala.” Jika mulamula pada zaman Abraham, kata ini mempunyai arti yang sangat positif, belakangan pada zaman Yesus, kata ini mempunyai arti yang sedikit negatif. Dahulu gembala adalah anggota dari keluarga dan kata tersebut menunjukkan simbol pemimpin, seperti raja, atau pemimpin suatu R.M. Rilke suku, dll. Pada zaman Yesus, kata tersebut mengacu pada anggota marginal dari suatu masyarakat yang menjadi gembala karena diupah.Mereka bukan saja miskin, tetapi juga kadangkadang melakukan pencurian dan penipuan terhadap sang pemilik. Oleh karena itu saudara dapat memperkirakan, betapa dalam si Bungsu dalam contoh kita terdahulu telah jatuh.
Jika seseorang ingin mengeksposisi Alkitab secara baik, hal itu tidak dapat dikerjakan dengan cepat dengan semua data yang telah ditemukan, karena seseorang membutuhkan waktu untuk memahami peristiwa yang sedang terjadi. Luangkan waktu untuk merenungkannya, apa yang sebenarnya telah terjadi. Berusahalah dengan semua data yang dimiliki untuk mengkonstruksi peristiwa tersebut.. Carilah kesinambungan yang telah ada dalam teks, misalnya alasan suatu tindakan. Misalnya: Mengapa Yesus memberikan perumpamaan tersebut? Mengapa Dia memberikan 3 perumpamaan? Latar belakang suatu peristiwa, dst.
Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
Mengambil Waktu
17
Tips Singkat untuk Menafsirkan Alkitab 3
Kapan teks tersebut ditulis?
Setiap penulis menulis teks-teksnya dengan suatu tujuan tertentu, kepada suatu kelompok pendengar tertentu, dengan suatu perspektif tertentu, dan untuk suatu masalah tertentu. Maka para penulis Alkitab kadang-kadang menulis sedikit berbeda satu sama lain, walaupun mereka menulis tentang peristiwa yang sama. Jika kita menafsirkan Alkitab, kita tidak boleh melupakan fenomena ini. Di sini kita mendapatkan dua kemungkinan untuk menafsirkan teks tersebut, jika ada dua atau lebih berita tentang suatu peristiwa. Kemungkinan pertama adalah kita melihat kedua berita sebagai dua berita yang berbicara bersama-sama dan saling melengkapi tentang suatu peristiwa, lalu kita menafsirkan teks-teks tersebut dengan suatu perspektif (bersama). Kelemahan dari cara pemahaman ini adalah kita mengabaikan maksud dari masing-masing penulis. Kemungkinan kedua adalah kita melihat masing-masing teks sebagai dua teks yang berbeda, walaupun dengan tidak melupakan kesatuan beritanya. Maka kita akan menafsir teks dengan perspektifnya masing-masing, misalnya kita menemukan berita yang sama dari Lukas dan Matius, maka kita menafsirkan teks dari Lukas dengan perspektif Lukas dan Matius dengan perspektif Matius. Melalui cara pikir demikian kita dapat menemukan maksud masing-masing penulis dari teks. Tetapi cara ini menuntut kita untuk mengenali situasi historisnya. Oleh karena itu kita perlu mengerti kapan teks tersebut ditulis. Setelah kita mengerti kapan teks tersebut ditulis, kita dapat berusaha mencari data-data yang tepat. Bukan hanya data yang sesuai dengan isi dari teks tersebut, melainkan juga data tentang penerima, masalah, penyelesaian oleh penulis, dll. juga dapat kita mengerti. Untuk melaksanakan tahap ini tentu saja kita memerlukan ensiklopedia Alkitab yang di dalamnya kita dapat mencari semuanya ini. Alat-alat Penolong
Alat-alat penolong adalah buku-buku lain (selain Alkitab), yang melaluinya kita bisa mendapatkan pertolongan untuk memahami Alkitab lebih baik. Hal ini berarti bahwa Anda mula-mula sudah memahami Alkitab dengan baik, lalu Anda boleh menggunakan alat-alat penolong ini. Alat-alat penolong ini terdiri dari kamus teologi, ensiklopedia Alkitab, buku-buku pengantar ke Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama, buku-buku tentang Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
Tips Singkat untuk Menafsirkan Alkitab 3
18
teologi Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama, tafsiran Alkitab dan bukubuku sistematik teologi. Mengapa ada begitu banyak? dan bagaimana kita menggunakannya? Apakah masing-masing memiliki keunikannya? Saya menjawab pertanyaan terakhir dengan jawaban “ya”, walaupun keunikan-keunikan itu sering tidak mudah dimengerti, karena dewasa ini orang menulis bukubuku tersebut dengan tujuan dan teologi yang berbeda-beda. Saat ini dapat ditemui alat-alat penolong untuk orang awam dan juga untuk seorang yang ahli dan Anda harus menentukan sendiri jenis alat penolong apa yang diperlukan, yang keunikannya secara singkat saya bicarakan di sini, untuk menolong Anda. Apa perbedaan dari alat-alat penolong tersebut? Apa penekanan mereka? Kamus Alkitab ditulis untuk menolong memahami arti kata dengan baik. Jika Anda ingin memahami arti suatu kata dengan tepat Anda membutuhkan alat bantu ini. Kamus teologi yang paling baik adalah The Theological Dictionary to the New Testament (Kittels, 10 Jilid) dan The Theological Dictionary to the Old Testament (Gerhard Johannes Botterweck, 15 Jilid). Kamus ini cocok untuk mereka yang sangat ahli. Saya sendiri lebih menyarankan (bagi mereka yang ahli) The New International Dictionary of the New Testament Theology (Colin Brown, 4 Jilid) dan New International Dictionary of Old Testament Theology and Exegesis (Wilhelm Van Gemeren, 5 Jilid). Jika Anda bukan seorang yang ahli, saya menyarankan The New Bible Dictionary dan The IVP series: The Dictionary to Jesus and the Gospels, The Dictionary of Paul and His Letters, dst.). Ensiklopedia Alkitab cocok sebagai alat penolong untuk penelitian kultur yang ada di belakang Alkitab dan latar belakang historisnya. Ensiklopedia Alkitab yang terbaik adalah The International Standard Bible Encyclopedia (von James Orr atau Geoffrey W. Bromiley). Sebenarnya ada beberapa ensiklopedia Alkitab lainnya yang dapat Anda gunakan. Untuk terbitan Indonesia tersedia Ensiklopedia Alkitab Masa Kini. Buku-buku Pengantar memberikan suatu kilas pandang tentang masingmasing buku yang ada dalam Alkitab. Jika kita ingin cepat mengerti informasi umum, misalnya, kitab ini termasuk kitab seperti apa? Kitab ini berbicara mengenai apa? Siapa penulisnya? Apa tujuannya, dst., maka buku ini dapat menolong kita. Jenis buku ini merangkum banyak informasi Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
19
Tips Singkat untuk Menafsirkan Alkitab 3
umum yang sama seperti yang ada di dalam ensiklopedia. Perbedaannya adalah buku ini tidak sedetail ensiklopedia. Tafsiran Alkitab seharusnya bukan merupakan penyelesaian yang paling baik dan paling cepat di sini untuk memahami Alkitab, mengapa? Pertama, tidak ada tafsiran yang bermutu baik yang memberikan aplikasi kepada kita, supaya kita dapat dengan cepat menulis teks khotbah. Tafsiran yang bermutu berisi analisa yang tepat dan mendetail terhadap Alkitab, yang tidak menyediakan penyelesaian bagi aplikasi. Aplikasi disebabkan karena kita mengerti teks Alkitab dengan baik dan untuk itu tafsiran memang bisa membantu kita. Selain dari pada itu, jangan pernah memasukkan ide kita sendiri dalam aplikasi. Hanya rangkuman khotbah yang memberikan aplikasi secara langsung, tetapi kita bukan seorang plagiat. Kedua, kita ingin belajar mengeksposisi Alkitab, maka tidak ada gunanya jika kita dari awal sudah mencontek jawabannya. Kita perlu melatih diri untuk menafsir Alkitab. Jika seseorang ingin bisa memainkan musik, orang tersebut harus berlatih, walaupun dia bisa memutar CD musik dan berkata, “Saya bisa bermain musik.” Paling tidak dia mengerti bahwa dia sedang menipu dirinya sendiri. Di sini tafsiran menolong kita untuk melengkapi dan memperbaiki tafsiran kita. Buku-Buku Sistematik Teologi memberikan batasan teologi kepada kita. Ketika menafsirkan Alkitab kita dapat melakukan salah Interpretasi, yang menyebabkan kesalahan tersebut mempengaruhi konsep teologi kita. Jenis buku ini menolong kita sebagai pagar, yang tidak boleh kita langgar ketika kita menafsir. Praxis Setelah kita menafsirkan Alkitab, kita harus mencari apa makna teks tersebut di dalam hidup kita. Apa yang seharusnya kita lakukan, jika kita mendapatkan kebenaran seperti itu. Atas dasar apa kita meletakkan aplikasinya? Di sini kita akan membicarakannya.
Tips Singkat untuk Menafsirkan Alkitab 3
menafsirkan Alkitab, melainkan dia harus memasuki suatu dialog dengan Alkitab. Apa yang Alkitab bicarakan dengan kita, dari sana kita memutuskan aplikasinya. Aplikasi tidak boleh merupakan ide kita sendiri mengenai apa yang harus dilakukan oleh seorang Kristen. Aplikasi di sini adalah perintah dari Tuhan dan koreksi terhadap tingkah laku kita yang disimpulkan dari pemahaman akan Firman Tuhan. Kita tidak boleh mengarangnya. Saya berharap, bahwa kecintaan kita kepada Alkitab, Firman Allah, bertambah melalui kita dapat menyingkapkan keajaiban Alkitab. Seperti yang telah saya tuliskan dalam edisi pertama, penafsiran adalah suatu seni. Semakin saudara sering melakukannya, semakin baik hasil yang akan saudara peroleh.
„Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.” -Kolose 2 :8-
Di satu sisi orang memandang bahwa tugas ini adalah bagian yang paling mudah, karena dia tidak lagi menuntut kita berurusan dengan banyak data dan literatur, tetapi di sisi lain tugas ini sama sekali tidak mudah, karena aplikasi harus dibangun di atas suatu pemahaman yang baik terhadap teks. Aplikasi dapat ditentukan, setelah orang memahami teks dengan baik, yakni tidak cukup jika seseorang menaati metode penafsiran ketika dia Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
20
Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
21
Resensi Buku
Resensi Buku
ARSITEK JIWA I Sonja Mondong
Pentingnya anak–anak sebagai
Penulis : Pdt. Dr. Stephen Tong penerus bangsa sudah sering Bahasa: Indonesia kita dengar lewat diskusi ISBN: 979-8307-08-9 mengenai perubahan demografi Tahun terbit : 1993 yang sedang terjadi saat ini. Jumlah halaman : 79 Simpanan kas pensiun yang kita bayar ke negara untuk tunjangan hari tua nanti telah kosong, karena semakin sedikit generasi muda membayar kas pensiun ini. Bagaimanakah Alkitab melihat pentingnya masa kanak–kanak? Apa peran kita selaku guru, orang tua, ataupun masyarakat? Di hadapan Allah, anak–anak mempunyai sebuah nilai yang sangat tinggi, hal ini disebabkan karena: Pertama, Kristus sendiri juga pernah menjadi seorang anak, Ia sendiri telah melewati proses bertumbuh dan merasakan apa yang anak–anak butuhkan. Oleh sebab itu, Ia tidak menghina anak– anak, melainkan mengatakan “Biarkanlah anak–anak ini datang kepadaku (Mat 19 :14b).” Tidak jarang kita bertemu dengan beberapa guru yang sama sekali tidak toleransi terhadap anak–anak yang nakal, walaupun mereka kemungkinan besar juga pernah bersikap demikian ketika mereka masih kecil. Hal kedua yang menggambarkan betapa pentingnya anak–anak di mata Allah adalah mereka dijadikan kriteria masuk kedalam kerajaan Sorga. Kristus mengatakan, “Sesungguhnya aku berkata kepadamu , jika engkau tidak bertobat, dan menjadi seperti anak kecil ini, engkau tidak akan masuk kedalam Kerajaan Sorga. (Mat 18:3).” Terkadang faktor– faktor ini dianggap remeh dimata manusia, walaupun sangat penting dimata Allah. Oleh sebab itu, bagaimanakah seharusnya kita bersikap selaku guru dari anak–anak ini? Pdt. Stephen Tong menggambarkan guru layaknya seorang arsitek. Tetapi bukannya gedung yang dirancang dan dipelajari dalam bidang ini, melainkan jiwa–jiwa yang masih muda. Bagaimanakah kita sebagai guru Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
Resensi Buku
22
bisa menjadi arsitek jiwa sesuai yang dikehendaki oleh Tuhan? Bagian kedua dalam buku ini menjawab pertanyaan ini dengan mengatakan, bahwa sebagai seorang guru, kita harus mengasihi anak–anak dengan cara meresponi kasih Allah yang telah mempercayakan anak–anak ini kedalam tangan kita untuk kita didik. Kita harus dengan penuh tanggungjawab mendidik anak–anak ini, karena mereka merupakan jiwa–jiwa yang masih muda di mana kepribadian mereka masih bisa dibentuk dan hidupnya masih bisa diarahkan, sehingga dimasa tua nanti mereka tidak mudah beralih ke jalan yang tidak benar. Lain dengan orang-orang tua, yang telah kaku dan susah dibentuk lagi. Hal ini tetapi tidaklah berarti, bahwa anak-anak merupakan sebuah kertas putih (tabula rasa) yang belum ternoda seperti yang disimpulkan oleh John Locke. Seperti yang telah diajarkan Alkitab, semua umat manusia telah jatuh dalam dosa, oleh sebab itu para guru harus mengerti hal ini sehingga mereka bisa mengajarkan menerima Tuhan, sesuai dengan kehendak Allah. Pada bagian akhir dari buku ini Pdt. Stephen Tong membahas prinsip– prinsip apa saja yang mempengaruhi faktor–faktor pendidikan. Selain baik dan mengenal anak–anak serta latar belakang mereka, seorang guru juga harus menggunakan bahan yang berfondasikan Kristus. Dalam alkitab fondasi–fondasi ini adalah jerami, kayu, perak dan emas. Masalahnya di sini bukan mengenai manakah yang lebih mahal, melainkan, manakah yang tahan api pengujian. Kalau kita mengerti pentingnya anak–anak ini di dalam alkitab, maka seharunya kita mengajar anak–anak ini dengan bahan– bahan yang tahan uji. Janganlah kita terlalu terfokus terhadap fasilitas dibanding kualitas para guru. Kristus sendiri bisa memberikan teladan dengan mengajar di ladang, tepi pantai, ataupun diatas perahu. Kiranya kita mau menggumulkan kembali panggilan kita dalam mengajar anak–anak yang telah dipercayakan kepada kita, sehingga kita bisa membentuk mereka sesuai dengan teladan Kristus yang telah mengajar kita terlebih dahulu. Soli Deo Gloria.
Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
24
23
Pak Wii Hei Tin.. loe udah buat PR blom? Gua pinjem dong..
Aduh! Besok ujian akhir.
Nih, lain kali buat sendiri ya! sip… danke lho
Ini 500€ buat Thesisnya..
Aduh ngantuk banget, PR belom selesai. Besok pinjem Uri ah.
Yeppii... gua lulus dengan nilai bagus... Setalah lamar sana sini...
Dan dua bulan kemudian…
Buat contekan aja, nanti gua janjian nonton bareng si Jack...
Seru banget ini film… gimana menurut loe?
Yes! gua dapat banyak undangan interview… bertobat…
Keesokan harinya …
Ok banget Jack.. gak nyesel deh
Untung dosennya lagi baca koran….
Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
duh.. gua gak tau apa-apa..
hmmm... Pengetahuan apa dari study saudara yang bisa dipakai dalam pekerjaan ini? Oh Tuhan.. aku sadar selama ini aku sungguh tidak bertanggungjawab dalam studyku… ampuni aku, Tuhan… aku mau kuliah kembali dan bersungguh-sungguh.. aku mau mengubah diriku sesuai yg Engkau mau. Amin
Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
25
Biografi
Biografi HANS CHRISTIAN ANDERSEN Erna Chandrawati
Sejarah hidupku mengatakan satu hal yang sudah pernah dikatakan kepadaku – Ada satu Tuhan yang mencintai kamu, yang memimpin semuanya untuk kebaikanmu.
Negara Denmark, adalah tempat yang puitis, penuh dengan tradisi yang popular, lagu-lagu tradisional dan sejarah yang berharga. Pulaupulaunya memiliki hutan dan lahan-lahan pertanian yang indah. Di salah satu pulau tersebut, pulau Funen, terletak Odense, kota kecil tempat aku lahir. Tanggal 2. April 1805, di dalam ruangan yang lumayan kecil, aku lahir dari pasangan seorang pembuat sepatu, yang pikirannya dipenuhi dengan hal-hal yang puitis dan seorang perempuan yang beberapa tahun lebih tua darinya, seorang yang tabah dan yang penuh dengan cinta kasih. Rumah kecil itu, yang penuh dengan alat-alat pembuat sepatu, menjadi tempat tinggal masa kecilku. Aku adalah segalanya bagi ayahku. Ia membuat banyak mainan untukku. Aku juga jarang bermain dengan anak yang lain. Yang menjadi kesukaan terbesarku adalah membuat baju untuk boneka-bonekaku. Aku tumbuh menjadi anak yang alim. Aku tidak memerlukan yang lain, karena orang tuaku sudah memberikan semuanya dengan cukup. Teater pertama yang aku lihat adalah “DONAUWEIBCHEN” yang dimainkan dalam bahasa Jerman. Sejak saat itu, theater menjadi tempat kesukaanku. Aku duduk di dalamnya dan membayangkan aku yang memainkan karakter-karakter di dalamnya. Itulah pertama kali aku berpuisi tanpa sadar. Ayahku memutuskan untuk ikut perang bersama Napoleon dan akhirnya meninggal dunia. Sejak saat itu, aku merasa tersendiri, duduk sendiri di rumah dengan theater kecilku, membuat baju boneka dan membaca Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
Biografi
26
sandiwara. Aku tumbuh tinggi dan rambutku panjang, tebal dan hampir kuning. Dari tetanggaku, janda Bunkeford, seorang terpelajar yang menerimaku, aku mengetahui bahwa suaminya bereputasi dalam literatur Denmark.dalam hal puisi. Dari keluarga ini aku mengenal bahwa menjadi penyair adalah sesuatu yang bahagia. Dengan segera aku memainkan dengan theater boneka kecilku sandiwara Shakespeare. Saat itu aku menulis karyaku yang pertama. Aku ingin semua orang mendengar karyaku. Sangat menyenangkan jika aku membacanya dengan lantang. Ibuku menikah lagi dengan seorang buruh. Ayah tiriku tidak ikut turut campur tentang masalah pendidikanku. Ibuku begitu mencintaiku, tetapi tidak mengerti hasrat hatiku. Ia mengusulkan supaya aku sekolah menjadi penjahit. Tetapi, aku begitu ingin masuk teater, bermain di dalamnya dan menjadi terkenal, sampai suatu kali aku memutuskan untuk pergi ke Kopenhagen. Waktu itu aku berumur 14 tahun dan ibuku mengijinkan aku pergi.
Senin pagi, tanggal 5 September 1819, aku melihat tingginya Frederiksburg, Kopen-hagen, untuk pertama kali. Aku begitu berharap kiranya Tuhan membukakan jalan bagiku. Aku berusaha mendatangi seorang penari yang aku kira dapat menolong aku untuk masuk bermain di teater. Dia hanya menganjurkan aku ke manajer teater, dan aku ditolak di sana. Aku berdiri di sana dengan luka yang dalam. Aku berkata kepada diriku sendiri, ”Jika semua berjalan dengan hancur, Dia akan mengirim bantuannya. Aku selalu membaca begitu. Manusia harus pertama-tama menderita sebelum mereka membawa semuanya kepada keberhasilan.” Uang sakuku tinggal satu rix dollar banco, aku harus memilih untuk memakai uang ini sebagai uang transport kembali ke Odense atau memakai uang ini untuk tinggal di sini. Kalau aku kembali ke Odense, orang-orang di kotaku akan menertawakan aku. Akhirnya aku membeli koran dan menemukan pekerjaan sebagai buruh di salah satu kolom iklannya. Aku adalah orang yang pemalu, sehingga teman-teman sekerjaku selalu mempermainkan aku. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak bekerja lagi di sana. Aku berjalan sendiri di kota itu, tidak ada orang yang mengenal aku, aku begitu tersendiri dan kesepian. Di koran aku membaca, ada seorang direktur dari Akademy Musik, Siboni, sedang berada di Kopenhagen. Aku berpikir, bahwa orang-orang di Odense pernah mendengar aku menyanyi dan mereka suka akan suaraku dalam bernyanyi. Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
27
Biografi
Siboni juga pasti aku menolongku. Dan memang benar, setelah aku mempresentasikan nyanyianku dengan penuh penghayatan, Siboni bermaksud menerima aku menjadi muridnya. Selain itu aku juga berkenalan dengan Profesor Weyse, yang begitu terharu akan aku dan memberiku 70 rix dollar banco. Dengan penuh bahagia aku menulis surat kepada ibuku. Setengah tahun kemudian suaraku menjadi pecah atau terinfeksi, karena aku tidak punya sepatu maupun pakaian yang cukup hangat sewaktu melewati musim dingin. Harapanku untuk menjadi penyanyi menjadi sirna. Siboni menganjurkan aku untuk kembali ke Odense. Aku membayangkan bertemu dengan ibuku tanpa kebahagiaan dan menjadi bahan tertawaan. Tidak, aku bergumul dalam diriku, apa yang terbaik yang harus aku perbuat. Aku tidak sanggup lagi membayar kamar di rumah penginapan, akhirnya aku menemukan seorang janda yang bersedia menerima aku di rumahnya dan mendapat kamar yang tidak ada lampu dan jendela, dan aku harus membayar 16 rix dolar banco untuk satu bulan. Di situ aku menemukan satu langkah lagi dalam hidupku, dunia fashion dibukakan bagiku. Aku mendapat pesanan dari ibu kosku untuk membuat baju. Darinya aku mendapat kertas dan buku sandiwara yang lama.
Seorang tua mengatakan kepadaku, “Rasakan apa yang kamu punya, kamu tidak harus menjadi aktor kalau Tuhan memikirkan yang lain. Tanya kepada Profesor Guldberg tentang belajar bahasa latin, itu jalan untuk menjadi pelajar.” Aku seorang pelajar, sesuatu yang tidak pernah terbayang dalam benakku. Teater lebih dekat dan lebih aku sukai, tapi aku juga berharap bisa belajar bahasa latin. Seorang Lady yang mengajar aku bahasa Jerman, mengatakan bahasa latin adalah bahasa termahal di dunia, tidak Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
Biografi
28
mungkin didapat dengan gratis. Namun begitu Guldberg menemukan satu dari temannya yang mengajar aku dua kali dalam seminggu. Dahlen, seorang penari, memberi kesempatan kepadaku untuk menari dalam opera kecil. Saat itu merupakan satu moment yang sangat penting dalam hidupku, yaitu ketika namaku dicetak dalam sebuah kertas. Aku begitu senang, sampai-sampai menganggapnya sebagai kertas suci.. Tak terasa sudah dua tahun aku di Kopenhagen, sampai aku bertemu dengan seorang bernama Collin, seorang yang penting di Denmark. Aku melihatnya sebagai ayah kedua bagiku dan anak-anaknya seperti saudaraku. Dia seorang yang serius dan sedikit berkata. Melaluinya aku diperkenalkan kepada raja Frederick VI, yang menjamin aku untuk sekolah bahasa di Slagelse dengan bebas, di tempat dua penyair Denmark, Baggesen dan Ingeman, pernah bersekolah. Dalam perkataan Collin yang hangat, yang mengekspresikan perkataan seorang ayah, aku mempunyai tanggung jawab yang harus aku penuhi terhadapnya. Di permulaan musim gugur, aku memulai sekolah bahasaku di Slagelse, 12 mil dari Kopenhagen. Ibuku menerima surat bahagia dariku. Aku hanya berharap ayahku masih hidup dan dapat mendengar bahwa sekarang aku pergi ke sekolah bahasa. Tempatku adalah di kelas terbawah, di antara anak-anak kecil, karena aku selama ini tidak dapat menulis dengan baik. Hasratku besar untuk belajar, tapi aku merasa dikalahkan oleh yang lain dan takut tidak bisa melalui semua ini. Lambat laun aku mulai mendapat nilai yang baik, tetapi aku tetap kehilangan percaya diriku. Aku merasakan dengan sangat pimpinan Tuhan yang besar terhadapku dan aku menitikkan airmataku. Ibuku bersukacita karena aku. Keadaan telah berubah menjadi maju dan aku berada diantara guru dan adik kelas. Di sekolah ini aku bertemu juga dengan penyair Ingemann dan menjalin persahabatan dengannya selama bertahun-tahun. Aku juga mulai menulis buku dan puisi. Semua orang membaca bukuku, aku tidak mendengar yang lain selain pujian. “Aku seorang pelajar”, aku telah mencapai tujuan yang paling tinggi dalam harapanku. Setelah lulus dari sekolah pada September 1829, aku lulus Ujian philologicum et philosophicum, dan menerbitkan puisi-puisiku yang pertama, yang mendapat penghargaan.
Musim semi tahun 1831, aku meninggalkan Denmark untuk pertama kalinya. Aku mengunjungi Jerman, Perancis dan Itali. Dunia terbentang begitu luar biasa di hadapanku. Karyaku misalnya “Ugly Duckling” (Itik Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
29
Biografi
yang buruk rupa) yang aku buat tahun 1835, menggambarkan autobiografiku. Tahun 1837, aku menulis “The Little Mermaid” (putri duyung) dan “The Emperor's New Clothes” (Raja dan pakaian barunya). Masih banyak lagi karya-karya yang lain. Hidupku seperti perjalanan yang menuju satu titik yang diketahui, aku berdiri di depan setir, aku memilih langkahku, tapi Tuhan yang mengatur ombak dan laut. Dia mengarahkan dengan caraNya sendiri dan kemudian, itu menjadi kebahagiaan, yang terbaik untukku. Iman ini yang tertanam dalam di hatiku dan membuat aku bahagia. Kiranya berkat Tuhan ada dalam karya-karyaku. Dia akan melakukannya. Aku sering bertanya mengapa aku yang menerima semua ini, bukannya ada banyak yang lain juga yang layak, yang seharusnya menerima kebahagiaan ini. Semoga kebahagiaan ini dipancarkan terus. Untuk Tuhan dan manusia, terima kasihku, kasihku! Bibliografi: Andersen, Hans Christian. The True Story of My Life, Project Gutenberg's Release Date: December, 2004 [EBook #7007]
Kesaksian
30
Kesaksian Thomas Mondong
Setiap orang dewasa dalam hidupnya suatu saat akan terbentur dengan pertanyaan "Apa yang sebenarnya harus saya lakukan dalam hidup di dunia ini?" Jawabannya akan dengan mudah kita dapatkan dari Alkitab, misalnya melalui Penelaahan Alkitab di gereja kita masing-masing. Satu jawaban yang akan berlaku bagi semua orang Kristen adalah memuliakan Allah dan memperkenankan Dia selamanya. Sayangnya, setelah melafalkan dan menghafalkan ungkapan ini, kita kembali ke dalam kehidupan kita dan membiarkan aspek-aspek lain mempengaruhi hidup dan tujuan hidup kita, setidaknya hal ini terjadi pada saya. Selama 3 tahun saya kuliah (atau memaksakan diri untuk kuliah) dalam bidang yang bukan merupakan tujuan hidup saya yang sebenarnya, yaitu Teknik Elektro (ET). Saudara mungkin dengan mudah dapat mengerti mengapa hal ini bisa terjadi. ET hampir selalu menduduki peringkat pertama dalam statistik-statistik perbandingan kuliah di Jerman. Sebanyak 97% lulusan bidang ini mendapat kerja dalam waktu 1 tahun, dengan gaji bruto rata-rata 3000€/bulan, bahkan dalam hal kepuasan akan pekerjaannya, lulusan bidang ET menduduki tempat pertama. Dan sejujurnya, selama masa sekolah, saya tidak mendapati kesulitan memahami Fisika dan Matematika. Saya harap Saudara tidak melihat kesaksian ini sebagai iklan. Karena seindah apapun jalan hidup seorang insinyur elektroteknik, jika ini bukan jalan yang ditentukan bagi kita, jalan tersebut akan menjadi jalan yang suram. Tiga tahun saya berusaha menuntut ilmu dalam bidang ini, dengan semangat yang didapat dari statistik-statisktik di atas. Semangat ini tidak bertahan lama, dan biasa harus saya perbaharui dalam jangka waktu beberapa bulan. Saya berdoa dengan suara keras "Tuhan, tolong tunjukkan jalan yang benar bagi saya" dan berbisik dalam hati "Tuhan, jadikan jalan ini jalan yang benar bagi saya." Karena di satu sisi saya merasa bagaimana saya menyiksa diri melewati Study saya ini, sekaligus di sisi lain saya berharap inilah jalan yang ditentukan Tuhan untuk saya karena bayaknya Informasi yang menggiurkan.
Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
31
Kesaksian
Tuhan menjawab doa saya. Jawaban yang sebenarnya sudah jelas dari dulu. Jawaban yang membuat mata saya harus bergerak turun ke posisi terakir dari statistik yang begitu saya kasihi, yaitu arsitektur. Statistik menunjukkan 60% lulusannya mendapat pekerjaan dalam waktu 1 tahun setelah lulus, dengan gaji rata-rata bruto 2000€/bulan, dan menjadi perkerja yang paling tidak puas dengan kariernya. Sejujurnya, selama masa sekolah, saya sangat menyukai pelajaran menggambar, mendapat nilai-nilai terbaik dalam pelajaran geometri, mengagumi orang-orang yang dengan beberapa garis dan perhitungan yang rumit dapat merancang bangunan, dan begitu banyak hal lain yang telah mengisyaratkan atau bahkan meneriakkan, apa yang seharusnya saya lakukan. Keputusan untuk pindah jurusan, bukan keputusan yang mudah bagi saya, dan saya yakin, juga bagi sebagian besar mahasiswa lainnya. Maka dengan ucapan syukur untuk jalan ini, saya berdoa memohon kekuatan untuk berani mengambil keputusan. Dan Tuhan memberi saya kekuatan. Melalui begitu banyak kotbah yang saya dengar, seminar-seminar yang berbicara ke dalam hati dan pikiran, dan bahkan melalui media-media non kristen, saya dapat mengambil keputusan. Dalam beberapa waktu ini, saya melihat, banyak orang terbentur pada masalah yang sama dalam hidupnya. Banyak orang membiarkan hal-hal yang terlihat lebih riil daripada Allah menentukan tujuan dan jalan hidup mereka. Saya hanya dapat mengajak Saudara untuk mengkonfirmasikan jalan hidup saudara di hadapan Tuhan. Jalan ini tidak harus jalan yang Saudara ingin jalani. Mungkin saudara sedang berjalan di dan menuju ke arah yang salah. Saya tidak dapat memberi jawaban yang pasti melalui kesaksian ini. Hanya satu hal yang dengan yakin dapat saya katakan: „Tuhan telah menentukan satu tujuan bagi hidup kita masing-masing. Ia dapat menggerakan ribuan orang lain untuk mengerjakannya dan tidak memerlukan kita untuk itu. Karena itu bersyukurlah dan kerjakanlah apa yang menjadi panggilan kita, karena ini adalah salah satu berkat dan keuntungan yang telah Ia berikan bagi kita. Alangkah indahnya jika di akhir kesaksian ini saya dapat berkata: „Sekarang saya seorang arsitek ternama yang telah menentukan arah perkembangan arsitektur zaman ini dan telah ikut berbagian dalam merancang beberapa gereja besar di seluruh dunia. Tidak. Di akhir kesaksian saya, saya hanya dapat berkata, „Dengan iman saya akan memasuki babak baru kehidupan saya, dengan pertolongan Tuhan saya akan menjalani kehidupan kuliah saya yang baru, karena sekarang saya tahu apa yang Tuhan inginkan saya lakukan dalam hidup saya“. Dan menurut saya, ini adalah akhir kesaksian Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
Kesaksian
32
(dan awal perjalanan hidup) yang lebih baik, karena apakah yang lebih indah daripada perwujudan dari apa yang diimani seseorang? Yaitu iman itu sendiri. “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” (Kolose 3:23)
„So, my dear brothers and sisters, be strong and immovable. Always work enthusiastically for the Lord, for you know that nothing you do for the Lord is ever useless.” - 1 Corinthians 15 : 58 -
Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
33
Seputar MRII-Berlin
SEPUTAR MRII-BERLIN Fenny Puspitasari
Terima kasih kepada Tuhan Yesus yang telah memimpin MRII-Berlin selama ini. Khususnya di tahun ini MRII-Berlin kembali diberikan kesempatan untuk menyelenggarakan Retreat Pemuridan Reformed Injili (RPRI - XI) yang bisa dihadiri oleh peserta-peserta dari berbagai kota maupun negara di Jerman maupun Eropa. Retreat ini diselenggarakan sejak tanggal 19 sampai tanggal 22 Maret 2008. Dalam RPRI kali ini kita dilayani oleh dua orang pembicara. Pertama, Bapak Pdt. Sucipto Subeno yang biasa melayani di GRII-Surabaya, Indonesia. Kedua, Bapak Ev. Steve Hendra yang hendak melanjutkan kuliah di München dan melayani di Eropa (Hamburg, Berlin, München dan Swedia). RPRI ini banyak diisi dengan seminar-seminar dan acara lainnya. Kita bukan hanya sekedar menambah wawasan kita tentang Tuhan, tetapi kita juga diberi kesempatan untuk bisa sharing dan bertukar pikiran dengan sesama saudara seiman kita. Berikut ini adalah sharing, pesan, dan kesan dari salah satu saudari kita, Erna Raja dari Sweden yang mengikuti RPRI XI 2008. “Puji syukur atas kesempatan yang boleh diberikan di mana saya boleh diberikan kesempatan mengikuti RPRI yang kesepuluh (red.: kesebelas) ini, kesan saya dalam retreat kali ini adalah cukup bagus. Retreat kali ini menurut pendapatku higlighnya (red.: highlightnya) adalah banyaknya waktu diskusi dan Tanya jawab di session 2. Menurut saya ini lebih penting dari pada dipenuhi dengan begitu banyak bahan akan pengetahuan secara kognitif, yang mana itu bias saja kita lupakan atau lewatkan begitu saja karena ketidakmengertian kita, tetapi ketika kita terlibat secara otomatis, misalnya dalam acara tanya jawab ini menurut saya kita akan jadi lebih mengerti dan ingat sekaligus hopefully juga bisa dijalankan kali ya ☺. Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
Seputar MRII-Berlin
34
Terus mengenai apakah saya mendapat berkat atau tidak? Saya mendapatkan banyak berkat melalui session 2 juga, yaitu melalui sharing dengan teman-teman, misalnya ada seorang teman yang baru saya kenal di dalam RPRI ini, dia sharing bahwa dia membutuhkan waktu 1,5 jam setiap minggunya untuk ke gereja di mana dia juga harus membawa anak kecil di dalam perjalanannya yang lama itu. Ketika saya mendengar akan sharingnya itu, saya teringat kembali akan pergumulan saya dulu ketika saya baru saja berada di eropa ini, yaitu di tempat saya berada ada gereja yang cukup baik akan tetap waktu yang saya butuhkan untuk sampai ke gereja tersebut lebih kurang 1,5 jam dari rumah. Ketika saudara tersebut menceritakan akan pengalamannya dia, saya diingatkan dan dikuatkan kembali bahwa itu bukanlah sesuatu yang sangat membebankan dan berat. Temen yang lain di dalam RPRI pernah mengatakan ,“ it’s a date with God, so we have to really make an effort for it ☺”. Mengenai apakah saya sudah menjadi berkat bagi orang lain, well…saya tidak tau, yang pasti Tuhan yang tau ☺. Pesan saya kepada para pembaca REIN kali ini adalah pindah ke Eropa make me miss a lot of things, terutama merindukan ibadah yang membahas Firman Tuhan yang begitu dalam dan berlimpah sekaligus persekutuan yang erat dengan saudara seiman. Bener banget kata orang, you don’t know what you have until you say goodbye. Dulu saya tidak pernah benar-benar menghargai kesempatan ibadah dan persekutuan yang baik. Now I really miss it and baru sadar betapa pentingnya hal ini. So kalo teman-teman punya tempat ibadah yang baik dan persekutuan yang akrab dan indah dalam di dalam Tuhan, embrace it fully. Cheers ☺. Kami juga sangat bersuka cita karena Pdt. Sutjipto Subeno juga dapat memberikan pelayanan di MRII-Berlin dengan seminar “No Place for truth”. Melalui seminar dua hari ini, kita dapat disadarkan bahwa kita saat ini berada di dalam zaman post modern, di mana setiap orang berpikir dan bertindak benar menurut pandanganya sendiri. Nah, bagaimana kita sebagai orang kristen meresponi hal ini? Jika bukan kita yang maju dan menuntun orang kembali kepada ajaran Alkitab sebagai satu-satunya pedoman hidup kita, maka siapa lagi? Kami juga mau memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang tak habishabisnya atas anugerahNya, karena MRII-Berlin masih dipimpin dan Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
35
Seputar MRII-Berlin
diberkati oleh Tuhan hingga hari ini. Kami percaya di masa yang akan datang sudah tersedia berbagai macam tugas yang sudah dipercayakan Tuhan kepada kita, yang harus dilaksanakan. Kiranya Tuhan senantiasa memberikan suatu penyertaan dan sukacita kepada setiap orang yang berada di dalam wadah MRII-Berlin dalam melayani kerajaan Tuhan di ibu kota Jerman, di Berlin ini. Doa kami “semoga kami yang kecil dan sedikit ini boleh dapat dipakai Tuhan sebagai lilin-lilin kecil untuk dapat menerangi kota Berlin yang pelitanya sudah mulai redup.” Soli deo Gloria.
Mimbar Reformed Injili Indonesia di Berlin e.V.
Gereja Reformed Injili Indonesia
Persekutuan Doa Penginjilan Kebaktian Umum Kebaktian Anak-anak
: Minggu, 15:15 : Minggu, 16:00 : Minggu, 16:00
Penelaahan Alkitab
: Sabtu, 16:00
Bertempat di : Ev.Kirchengemeinde Martin-Luther Fuldastr. 50-51 U7, U-Bhf. Rathaus Neukölln 12045 Berlin
Persekutuan Wilayah : setiap Jumat ke-2 dan ke-4, 19:30 Untuk keterangan tempat lebih lanjut harap menghubungi Sekretariat.
Sekretariat MRII-Berlin : Braunschweigerstr. 75 c/o Cahyadi 12055 Berlin Tel. (+49)30-87337853 / (+49)1791458691
http://www.grii.de/berlin email:
[email protected]
Buletin REIN Edisi 13 - Mei 2008
Nomor Rekening: MRII Berlin e.V. Kto.Nr. 0257576 BLZ. 100 700 24 Bankinst. Deutsche Bank