Memperingati hari Reformasi bersama dengan Gereja Martin-Luther 2 November 2008
Edisi 14 Desember 2008
Mandat Budaya
Iman Kristen dan Ilmu Pengetahuan Alam
REIN
DAFTAR ISI
REIN diterbitkan oleh Mimbar Reformed Injili Indonesia di Berlin e.V. REIN diterbitkan dua kali setahun. Penasihat: Ev. Steve Hendra Redaksi (urutan nama berdasarkan abjad): Christian Adi Hartono Erna Chandrawati Fenny Puspitasari Herawaty Poppy Permadi Shaniyl Jayakodiy Sonja Mondong Stephen Tahary William Aries Tandarto Pembimbing/Pengawas: Departemen Pembinaan MRII Berlin e.V. Penanggung Jawab: Mimbar Reformed Injili Indonesia di Berlin e.V. c/o Cahyadi Braunschweigerstr. 75 12055 Berlin
Pesan Redaksi
1
Iman Kristen dan Ilmu Pengetahuan Alam
2
Rev. Sutjipto Subeno Kekristenan dan Ilmu-Ilmu Alam Ev. Steve Hendra How Do I Glorify God in My Science?
20
Tatas H.P. Brotosudarmo Bahtera Nuh dari Sudut Pandang Teknik Perkapalan
30
Shaniyl Jayakodiy Robotik
37
Erna Chandrawati Resensi Buku: Am Anfang war die Information
42
Christian Adi Hartono Biografi: Max Planck
Semua artikel di dalam Buletin REIN hanya boleh diperbanyak dan dikutip di dalam bentuk artikel yang utuh, tanpa mengurangi ataupun menambahkan isi dari artikel tersebut.
11
44
Stephen Tahary Kesaksian
47
Sonja Mondong Cover: Cristiaan van Adrichem, 1584; Nicolas Langlois, 1640 „Temple of Salomo” bagian dari „L'ancienne ville de Hierusalem” The Jewish National & University Library; The Hebrew University of Jerusalem
SEPUTAR MRII-BERLIN Poppy Permadi
50
1
Iman Kristen dan Ilmu Pengetahuan Alam
Pesan Redaksi Salam sejahtera dalam kasih kristus, Edisi rein kali ini bertemakan iman kristen dan ilmu pengetahuan Alam. Pengetahuan alam sangat berkaitan erat dalam kehidupan kita sehari-hari. Hampir seluruh segi hidup kita selalu berhubungan erat dengan ilmu alam. Teknologi yang canggih sekalipun yang bisa kita alami itu pun tidak lepas dari perkembangan dari ilmu alam. Namun sadarkah kita bahwa ilmu alam itu adalah wujud anugerah umum yang diberikan Tuhan kepada kita umat manusia? Melalui edisi rein kali ini pembaca diharapkan dapat lebih mengenal anugerah umum dalam dunia Science yang sudah dikaruniakan Tuhan kepada umat manusia. Dan bagaimana kita dapat belajar lebih dalam bahwa iman kristen dan ilmu pengetahuan alam pada dasarnya sangat berkaitan erat antara satu dengan yang lain. Terlebih lagi melalui artikel yang dimuat kita pun dapat diajar, bagaimana kita dapat hidup berintegritas di dalam setiap bidang yang kita pelajari menurut fondasi iman kristen yang sejati, sehingga pada akhirnya itu semua dapat membawa kemuliaan bagi nama Tuhan, seperti firman Tuhan di kitab roma 11:36 berkata „Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin!" Akhir kata kami segenap tim redaksi Rein ingin mengucapkan selamat natal 2008 dan tahun baru 2009, biarlah melalui moment natal ini kita dapat diingatkan lagi bahwa kasih dan penyertaan Kristus begitu nyata dalam kehidupan kita masing-masing sehingga kita boleh menatap masa depan dengan penuh pengharapan dan suka cita. Selamat membaca dan Tuhan memberkati.
2
Iman Kristen dan
Ilmu Pengetahuan Alam Pdt. Sutjipto Subeno
„Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” (Kejadian 1:1).
Kalimat pertama Alkitab memberikan kepada kita suatu kepastian relasi antara Allah, kebenaran, iman dan ilmu pengetahuan alam. Allah adalah Sumber dari semua keberadaan alam, dunia fisika, matematika, teknik, biologi, dan sejenisnya. Allah adalah Pencipta alam, pencipta langit dan bumi ini. Mengerti semua keberadaan alam dan implementasi natural, haruslah dimulai dari Allah sendiri, tidak bisa terlepas dari kalimat pertama Alkitab ini. Dari sini pula kita melihat bahwa kebenaran tentang alam, haruslah dibangun dari kebenaran Allah sendiri. Hanya kebenaran Allah yang benar-benar benar dan bisa dipertanggung jawabkan. Kebenaran ini haruslah kita terima dengan iman yang sungguh, melepaskan absoluditas palsu manusia yang relatif untuk kembali kepada keabsolutan absolut yang asli dari Kebenaran itu sendiri. Dari sini baru kita bisa mengerti ilmu pengetahuan alam dengan tepat. Namun, untuk lebih mendalami permasalahan ini, khususnya di dalam menghadapi berbagai serangan dari konsep-konsep dunia, kita perlu lebih tajam lagi melihat tesis di atas. Allah Pencipta bukanlah fakta yang suka diterima oleh manusia berdosa. Juga menerima fakta bahwa ilmu pengetahuan bersifat presuposisional merupakan kesulitan besar di dalam dunia sains sendiri. 1. Ilmu dan Interpretasi Ilmu: Peranan Iman
Ilmu pengetahuan (sains) berasal dari kata Latin „scio,” yang berarti tahu. Dalam bahasa Indonesia, „pengetahuan” berarti juga apa yang kita tahu. Ilmu pengetahuan alam berarti apa yang kita ketahui tentang alam ini. Disini manusia sebagai subyek yang menyelidiki dan ingin mengetahui, dan alam sebagai obyek studi. Iman Kristen melihat bahwa posisi manusia berada di atas alam, sehingga dengan demikian, memang dimungkinkan bagi manusia untuk menyelidiki dan mengetahui alam. Namun, di dalam
Redaksi REIN
Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
3
Iman Kristen dan Ilmu Pengetahuan Alam
mengerti pengetahuan, iman Kristen mengajak kita kembali menyadari beberapa hal: a) Allah adalah sumber pengetahuan manusia. Tanpa Allah, kita tidak mungkin memiliki segala bentuk pengetahuan. Allah yang memberikan pengetahuan itu kepada manusia. Inilah yang dinyatakan di dalam Kejadian 1:1 dan juga ayat-ayat seterusnya, khususnya berkenaan dengan pengetahuan alam kita. b) Allah juga yang memberikan kemampuan mengetahui pada diri manusia. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang memiliki akal budi. Mempunyai akal budi memungkinkan manusia bisa berpikir dan menganalisa sesuatu obyek studi. Binatang tidak pernah melakukan riset untuk mencari pengetahuan. c) Semua pengetahuan baru sah dan benar jika kita melihat dari sudut pandang Allah. Ia adalah verifikator kebenaran semua pengetahuan. Dari mana kita memulai „pengetahuan” kita? Cornelius Van Til,1 seorang teolog Reformed, menekankan bahwa semua pengetahuan harus dimulai dari Allah sendiri. Allah adalah Sumber semua ciptaan, dan dengan demikian tidak ada pengetahuan tentang ciptaan yang sah, kecuali dari Allah sendiri. Maka seluruh pengetahuan sejati tidak mungkin bertentangan dari Firman Kebenaran-Nya. Inilah basis pengetahuan yang sah. Seturut dengan firman Tuhan, Allah telah menciptakan „alam semesta” ini. Allah telah menciptakan ruang dan waktu. Allah telah menciptakan „dasar fakta (facts)” ilmu pengetahuan. Allah telah menciptakan umat manusia. Di dalam diri manusia ini, Allah telah meletakkan dasar hukum‐hukum pikiran seturut apa yang seharusnya dilakukan. Di dalam fakta sains, Allah telah meletakkan hukum‐hukum keberadaan seturut fungsi mereka masing‐masing. Dengan kata lain, Allah menyatakan seluruh rencana‐Nya di dalam seluruh 2 karya ciptaan‐Nya ini.
Seluruh Epistemologi apapun di dunia, tidak mungkin bisa mendapatkan ketuntasan dan validitas sejatinya, tanpa kembali kepada Firman Tuhan. Oleh karena itu, sangatlah sah apa yang Alkitab nyatakan bahwa „takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan.”3 Dengan kata lain, pengetahuan alam adalah pengetahuan yang di dalam teologi Reformed harus kembali kepada wahyu alam (atau juga disebut wahyu umum).4 Inilah basis Cornelius Van Til, Christian Epistemology, hal. 103. Cornelius Van Til, Christian Epistemology, hal. 1. 3 Amsal 1:7. 4 Dalam hal ini, Cornelius Van Til lebih suka menggunakan wahyu alam (natural revelation) ketimbang wahyu umum. Kesan wahyu umum berarti wahyu yang bisa diterima oleh orangorang secara umum, termasuk non-Kristen, padahal mengerti alam dari sudut pandang 1 2
Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
Iman Kristen dan Ilmu Pengetahuan Alam
4
iman Reformed dalam mendekati ilmu pengetahuan. Tanpa iman yang benar, maka seluruh studi dan pengertian tentang alam dan apapun juga, menjadi salah. Perlunya kita kembali kepada iman yang sejati, karena iman selalu bukan menjadi obyek, tetapi sekaligus menjadi subyek yang mengalahkan cara interpretasi dan cara mengerti kita akan sesuatu hal. 2. Pencipta dan Ciptaan a. Hukum Relasi Pencipta-Ciptaan Ilmu pengetahuan alam (natural science / naturkunde) adalah studi berkenaan dengan ciptaan Allah. Satu kesalahan fatal ketika studi tentang natur dengan melewatkan pencipta-Nya. Studi alam berarti harus memiliki dasar pijak untuk menjadi referensi. Ketika studi alam dilepaskan dari pencipta-Nya, seluruh studi itu kehilangan kebenaran-Nya. Hal ini setara dengan hukum relasi pencipta-ciptaan. Setiap ciptaan dicipta oleh pencipta, berdasarkan tujuan pencipta, dirancang oleh pencipta, dijadikan/dibuat oleh pencipta, dan hasil akhirnya untuk pencipta. Baju yang kita kenakan, terlebih dahulu ada tujuan mencipta baju baru baju itu dijadikan. Pencipta yang memiliki tujuan, bukan obyeknya yang memiliki tujuan. Salah besar jika tujuan ditetapkan oleh ciptaan. Tetapi setelah ada tujuan mencipta baju, perlu ada design atau rancangan bagaimana baju itu dibuat yang baik dan pas. Setelah dirancang atau dibentuk, barulah kemudian baju itu diproduksi atau dijadikan. Setelah selesai baju itu dibuat, maka baju itu dipergunakan sesuai dengan tujuan semula. Hal ini berlaku umum, untuk semua hal yang kita temukan, berlaku hukum yang sama. Rumah yang kita tinggali, mobil yang kita kendarai, bahkan sampai ballpoint yang kita pakai, semua berlaku hukum yang sama. Tidak terkecuali, diri kita sendiri, dan juga alam ini tidak terjadi secara kebetulan, tanpa makna dan tanpa tujuan, tidak ada rancangan dan pengaturan yang baik, dan tidak ada fungsi yang mengharuskan bagaimana ciptaan itu dipakai. Ketika studi alam dilepaskan dari penciptaNya, seluruh studi itu kehilangan kebenaranNya. Hal ini setara dengan hukum relasi penciptaciptaan.
Demikian pula, ketika kita melihat alam semesta, mempelajari alam semesta, mengerti fungsi dan tujuan adanya alam semesta, tidak bisa dilepaskan dari tujuan penciptaan. Penciptaan merupakan titik awal yang tidak bisa dibuang dari seluruh analisa dan studi alam. Kesalahan dunia orang non-Kristen, tidak akan dibangun berdasarkan wahyu Allah, tetapi berdasarkan interpretasi manusia. Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
5
Iman Kristen dan Ilmu Pengetahuan Alam
ateisme adalah anggapan awal bahwa studi natural bisa didapat tanpa membutuhkan Firman Tuhan. Seolah-olah bisa mengerti sebuah mobil tanpa buku manual dari pabrik pembuatnya. Semua bisa dicari sendiri, dianalisa sendiri, dan ditetapkan sendiri dengan kapasitas pribadi yang sangat terbatas untuk mengerti sebuah karya yang begitu kompleks yang tidak terbatas adanya. b. Ilmu: Interpretasi Pengetahuan Melalui pengertian di atas, maka kita harus menyadari bahwa tindakan meninggalkan Allah dan memberontak terhadap Allah, justru menjadikan seluruh keberadaan alam menjadi misinterpretated and misused (dimengerti secara salah dan dipergunakan secara salah pula). Hal ini membawa kita kepada hal yang kedua. Belajar dan berpengetahuan, bukan berarti mengerti realita, tetapi menginterpretasi realita (knowledge is not reality, but interpretation to reality). Ilmu pengetahuan alam bukanlah sekedar tahu realita alam, tetapi mengambil kesimpulan terhadap sebuah riset natural. Mengambil kesimpulan terhadap apa yang diselidiki, berarti di dalamnya terkandung interpretasi dari subyek pengambil kesimpulan tersebut. Disitu akan terjadi perbedaan kesimpulan dari seorang Teis (baca: Reformed) dengan anti-Teis (bukan hanya ateis, tetapi juga termasuk orang mengaku beragama tapi humanis). Seorang Teis melihat sebuah pohon sebagai ciptaan Allah, yang dicipta sebagai satu benda hidup untuk melengkapi kehidupan manusia agar bisa memuliakan Allah. Cara pandang seperti itu tidak dimiliki oleh seorang non-Teis. Bukan berarti non-Teis merasa mereka tidak memiliki pengetahuan, atau tidak melakukan riset pengetahuan. Mungkin sekali, banyak orang ateis melakukan riset natural yang begitu banyak, namun ketika mereka melakukannya, ada dua kesalahan yang bisa dan seringkali terjadi, yaitu:
Seluruh riset mereka yang menghabiskan dana berjuta dollar bahkan lebih, hanyalah merupakan riset yang sia-sia, karena motivasi awalnya adalah untuk membuktikan bahwa Allah tidak ada, dan alam ini membuktikan bahwa Allah tidak ada. Beberapa waktu belakangan ini, sebuah proklamasi besar dilakukan di Swiss, dimana para ahli membuktikan terjadinya big-bang itu mungkin, melalui sebuah simulator raksasa yang menghabiskan dana lebih dari 85 trilliun rupiah. Sebuah angka fantastis yang akan bisa jauh lebih berguna jika dipakai untuk melakukan riset pengetahuan yang lain, yang lebih memberikan dampak kesejahteraan bagi manusia.
1) Kesalahan Motivasi.
Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
Iman Kristen dan Ilmu Pengetahuan Alam
6
2) Kesalahan Kesimpulan. Seluruh riset mereka membawa kesimpulan ke arah yang salah, karena sudah diwarnai oleh paradigma yang salah. Beberapa waktu yang lalu, ketika mereka menemukan sepotong fosil tulang, maka mereka kemudian merekayasa cerita dan bentuk bahwa tulang (yang hanya satu potong) itu adalah bagian dari satu makhluk yang merupakan jembatan antara orang utan dan manusia, yang dianggap sebagai manusia purba. Konsep ini dibangun dari gagasan bahwa dunia ini berasal dari tidak ada apa-apa, dan terus berkembang melalui proses evolusi, sampai timbul binatang mamalia, dan akhirnya manusia. Iman Kristen melihat bahwa kesimpulan tersebut adalah kesimpulan yang dipaksakan, karena sudah dimulai dari pra-asumsi yang salah. Kesimpulan yang seharusnya, jika melihat sepotong fosil adalah tidak melakukan spekulasi artistik, tetapi betul-betul mengakui bahwa fosil tersebut belum membicarakan apa-apa, dan juga usia fosil adalah sesuatu yang masih sangat perlu diragukan, karena sistim pengukuran yang dipakai belum pernah secara empiris terbukti. Semua tuntutan keakuratan sains untuk mengambil kesimpulan seperti ini seringkali terabaikan karena adanya praasumsi yang sudah dipasang terlebih dahulu oleh orang anti-Teis.
3. Ilmu Pengetahuan sebagai Implementasi Iman
Bagaimana
seseorang Kristen menyoroti dunia alam (ilmu pengetahuan alam), sebagai implementasi dari imannya? a. Iman Kultural. Orang Kristen (baca: orang Reformed) percaya bahwa seluruh dunia ini milik Allah, dan setiap orang dipanggil untuk menggarap dunia ini seturut dengan kehendak Sang Pemilik. Maka Panggilan Kerja (Vocational Calling), di dalam Teologi Reformed bukan hanya dibatasi pada panggilan menjadi seorang Hamba Tuhan, tetapi untuk semua profesi. Di dalamnya termasuk juga panggilan untuk menjadi seorang ilmuwan natural (natural scientist). Ini merupakan panggilan kultural (panggilan budaya) yang di dalam Teologi Reformed sangat dipentingkan. Orang Kristen harus mengemban Mandat Kultural (Mandat Budaya). Di dalam menjalankan mandat ini, kita harus memulai dengan pengetahuan dasar bahwa alam ini adalah ciptaan Tuhan, sehingga semua kebenaran alam harus dimulai dari wahyu Allah sendiri. Pra-asumsi Kristen menegaskan bahwa seluruh kebenaran haruslah dimulai dan kembali kepada wahyu Allah (All truth is God’s truth). Sebaliknya, orang dunia memiliki pra-asumsi bahwa dia sah menjadi penafsir dan penentu kebenaran alam berdasarkan cara pikir dan cara pandangnya sendiri. Disini Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
7
Iman Kristen dan Ilmu Pengetahuan Alam
Van Til melihat bahwa manusia berdosa ingin menjadi creatively constructive, sementara orang Kristen sadar bahwa ia hanyalah seorang receptively reconstructive.5 Sebagai creatively constructive, manusia menjadi sumber dan penentu penafsiran seluruh studi alam, sehingga menghasilkan apa yang mereka sebut sebagai „ilmu pengetahuan” yang dibangun berdasarkan asumsi manusia secara kreatif. Orang Kristen menyatakan bahwa semua alam sudah Tuhan ciptakan dengan segala realita dan hukum-hukum di dalamnya. Tugas kita sebagai ilmuwan hanyalah menerima dan membangun ulang apa yang Tuhan sediakan sebelumnya. Disini kita melihat perbedaan mutlak bagaimana orang Kristen melihat dan menggarap seluruh bidang kultural yang Tuhan percayakan kepadanya. b. Batasan Pengetahuan.
Seluruh studi yang manusia bisa kerjakan dapat dipilah dalam tiga wilayah, yaitu: 1) wilayah atas, 2) wilayah sejajar; dan 3) wilayah bawah. Pembagian ini berdasarkan ordo posisi subyek studi terhadap obyek studi. Pengetahuan sebatas wilayah alam, yang berposisi di bawah manusia. Karena berada di bawah manusia, maka manusia memiliki kapasitas penuh untuk melakukan explorasi pengetahuan itu seturut apa yang Tuhan sudah sediakan di dalam alam. Bahkan melalui alam, kita sebagai orang Kristen menyadari betapa dahsyatnya Allah yang hidup. Disinilah letak ilmu pengetahuan alam. Metodologi pengetahuan alam adalah metodologi total explorasi. Kita punya hak penuh untuk melakukan eksplorasi, karena obyek studi ada di bawah manusia. Pengetahuan tingkat kedua, yaitu manusia sudah tidak memiliki posisi seperti alam. Studi alam memberikan hak penuh pada manusia untuk melakukan eksplorasi, tetapi untuk mengenal manusia kita hanya bisa melakukan itu sejauh hanya pada pengetahuan untuk aspek fisik saja. Namun, manusia bukan hanya terdiri dari aspek fisik atau jasmaniah, tetapi juga aspek kejiwaan atau rohaniah. Untuk unsur kedua ini, maka manusia hanya bisa mendapatkan pengetahuan melalui sharing atau informasi yang diberikan oleh obyek. Maka kini obyek harus memberi informasi dan subyek harus mengakui bahwa tanpa informasi diberikan oleh obyek, tidak mungkin pengetahuan bisa didapat oleh subyek. Disini obyek tidak sepenuhnya menjadi obyek, tetapi juga sebagai subyek dan subyek tidak sepenuhnya menjadi subyek, tetapi juga menjadi obyek.
5
Cornelius Van Til, Introduction to Systematic Theology, hal. 26. Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
Iman Kristen dan Ilmu Pengetahuan Alam
8
Pengetahuan tingkat ketiga adalah bagaimana manusia mau mengenal Allah. Dalam kategori ini, maka obyek pengetahuan berada di atas subyek pengetahuan. Maka, tidak lagi dimungkinkan untuk subyek mengeksplorasi Obyek dalam kapasitas dan tingkat apapun juga. Ketika Alkitab menyatakan bahwa manusia dicipta menurut peta dan teladan Allah, itu adalah satu keindahan dan sekaligus anugerah luar biasa, dimana manusia masih memiliki kemungkinan melalui analogi untuk mengenal Allah. Namun, analogi ini harus disadari secara tepat, dimana manusia berada di posisi yang lebih rendah dari Obyek itu sendiri. Maka, dalam kategori ini, yang paling tepat adalah Obyek itu sepenuhnya kini menjadi Subyek, dimana subyek kini menjadi obyek. Allah yang berfirman dan menyatakan siapa diri-Nya dan manusia sebagai obyek yang belajar dan mau mengerti dari kebenaran yang Allah nyatakan. Mengacaukan ketiga kategori obyek pengetahuan akan menyebabkan kegagalan kita menggunakan metodologi studi yang benar. Kita harus melihat obyek studi kita dengan tepat agar kita tidak salah di dalam mempelajari obyek studi kita. Mempelajari alam haruslah melihat alam sebagai realita yang paling bawah. c. Studi Pengetahuan Alam Jika kita kembali kepada posisi yang sesungguhnya, yaitu alam ini adalah ciptaan Allah, dimana manusia harus menjadi receptively recreative, maka mempelajari alam harus dilakukan dengan beberapa pendekatan sebagai berikut: 1) Alam dicipta dengan tujuan Allah. Maka tugas ilmuwan
Kristen adalah mempelajari dengan penuh ketaatan menerima dan mengembangkan kembali apa yang telah Allah berikan kepada kita. Tidak ada yang baru sebenarnya. Seluruh dunia ciptaan merupakan pengungkapan dari apa yang Allah telah rencanakan. Ketika manusia memakai dan memperkembangkan alam menyeleweng dari rencana Allah, maka manusia merusak seluruh rencana Allah dan merusak seluruh dunia ciptaan ini. 2) Alam dimengerti dari Wahyu Khusus dan Wahyu Umum.
Alam tidak bisa dilihat dari sudut manusia berdosa. Mengerti alam harus dari wahyu khusus. Dari Firman Tuhan kita mengerti alam ini. Kita mengerti setiap bagian alam dalam kerangka kebenaran Allah. Dari wahyu khusus Allah, kita mengerti wahyu umum. Setiap bagian alam menyatakan kemuliaan Allah dan mengandung rencana Allah di dalamnya. Dari alam dan mengerti alam, kita akan semakin mengagumi Penciptanya. Seluruh asumsi bahwa alam semesta terjadi secara mendadak, tanpa pencipta, Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
9
Iman Kristen dan Ilmu Pengetahuan Alam
terjadi secara ex-nihilo, adalah hal yang tidak bisa dipertanggung jawabkan. Konsep evolusi adalah konsep berdasarkan asumsi yang tidak benar, karena tidak mau mengakui Allah sebagai Pencipta alam semesta ini. Akibatnya, seluruh implikasi yang dibangun dari asumsi awal ini akan menghasilkan kesimpulan yang salah. Hanya dengan mengerti wahyu khusus dan wahyu umum, seluruh interpretasi alam dan semua implikasinya menjadi logis dan sah. 3) Alam harus kembali untuk kemuliaan-Nya. Seluruh alam
harus dimengerti dan dikembangkan untuk kemuliaan Allah, bukan untuk memuaskan keinginan dosa dan kejahatan. Akan sangat berbahaya jika pengembangan eksplorasi alam hanya untuk memuaskan keinginan materialisme manusia, merusaknya habis-habisan, dan menjadi ajang manusia bersaing untuk merusak seluruh dunia ini.
Iman Kristen dan Ilmu Pengetahuan Alam
10
Ilmuwan Kristen adalah ilmuwan yang mempergunakan seluruh talenta yang ada di dalam dirinya, untuk meneliti, mengerti, mengusahakan dan memelihara alam ciptaan Allah ini, yang pada akhirnya akan kembali untuk mempermuliakan Allah. Seluruh studi alam (natural sciences) haruslah dikerjakan dengan sungguh-sungguh, bukan demi kepentingan keuntungan bisnis, bukan untuk mengejar nafsu manusia berdosa, tetapi haruslah digarap untuk mendukung kehidupan manusia agar bisa lebih mempermuliakan Allah. Mempelajari dan menggarap alam tanpa tujuan yang tepat, motivasi yang murni dan benar, akan menghasilkan kecelakaan bagi alam dan manusia itu sendiri. Kiranya setiap ilmuwan Kristen boleh memberikan pengertian terhadap alam sebagai ciptaan Allah yang betul-betul diarahkan dan dipakai untuk kemuliaan-Nya. Amin. Soli Deo Gloria.
4. Kesimpulan
Teologi Reformed sangat mendukung dan melihat pentingnya studi ilmu pengetahuan alam. Setiap ilmuwan Kristen harus mengembangkan studi ini dengan baik dan bertanggung jawab. Mempelajari alam adalah bagian dari mandat utama dan pertama yang Tuhan berikan, yaitu: „hendaklah kamu mengusahakan dan memelihara taman ini” (Kej.2:15). Bumi, alam semesta ini, diberikan kepada manusia, untuk manusia mengusahakan dan memeliharanya, agar semua bisa menyatakan kemuliaan Allah, dipergunakan untuk mendukung penggarapan pekerjaan Allah dan pelebaran KerajaanNya di tengah dunia ini. Maka ilmu pengetahuan alam yang baik akan dapat dipergunakan dengan baik untuk kesejahteraan manusia, untuk memberikan dukungan hidup bagi setiap orang yang pada akhirnya bisa mempermuliakan Allah Penciptanya. Sebaliknya, melihat dunia ini sebagai suatu benda yang terjadi secara kebetulan, tanpa arah, tanpa makna, dan boleh dipermainkan semaunya, menjadikan explorasi alam semesta ini berjalan liar tanpa pertanggung jawaban. Cornelius Van Til melihat bahwa etika yang sejati dari seorang ilmuwan sejati adalah bertanggung jawab mengerjakan apa yang seharusnya, dan selalu menghindari apa yang tidak seharusnya, ia lakukan terhadap alam dan semua tugas mandat budaya, ditinjau dan diukur dari kebenaran firman Tuhan.6 Untuk mempelajari hal ini secara lebih komprehensif dan mendalam, dapat melihat dari buku Cornelius Van Til, Christian Theistic Ethics, Phillipsburg, New Jersey: P&R Publishing, 1980.
6
Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
By faith we can "see things that we cannot see with our natural eyes. By faith we can get a vision of God's plan for our lives.
„While we do not look at the things which are seen, but at the things which are not seen. For the things which are seen are temporary, but the things which are not seen are eternal.” - 2 Corinthians 4:18 -
Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
11
Kekristenan dan Ilmu-Ilmu Alam
Kekristenan dan Ilmu-Ilmu Alam
12
I. Penjelasan dari Ungkapan-Ungkapan
Kekristenan dan Ilmu-Ilmu Alam Ev. Steve Hendra
Banyak orang berkata dewasa ini, bahwa ada suatu jurang raksasa antara
Ilmu Pengetahuan. Ilmu pengetahuan kita mengerti sebagai suatu disiplin, yang mengandung banyak data dan memahaminya dalam suatu relasi tertentu, untuk menjelaskan realita. Untuk tujuan ini orang menggunakan di dalamnya banyak anggapan, teori, paradigma, dll. Ilmu Pengetahuan berkembang melalui suatu prosedur tertentu, yang disebut metode ilmiah. Ilmu pengetahuan membatasi diri pada bidangnya. Karena pengertian-pengertian ini orang dapat mengatakan bahwa suatu teori dalam suatu ilmu pengetahuan lebih baik, (1) jika dia dapat menjelaskan banyak kejadian, (2) jika dia dapat meramalkan banyak kejadian yang akan terjadi di masa datang, dan (3) jika dia dapat dikembangkan.
agama dan ilmu Pengetahuan, yang tidak mungkin dijembatani oleh siapapun. Jurang ini menurut mereka khususnya sangat besar, jika kita berbicara tentang ilmu-ilmu alam. Dibandingkan agama semua yang ada dalam ilmu-ilmu alam nampak begitu jelas dan tertentu. Maka jika semua sudah begitu pasti, apa perbedaan yang dapat kita buat dengan kekristenan? Apakah kita Kristen, Islam, Buddha atau bahkan Ateis, hal itu tidak ada pengaruhnya dalam ilmu-ilmu alam. Satu tambah satu tetap akan sama dengan dua, apakah kita seorang Kristen atau bukan. Tetapi apakah benar, bahwa Agama tidak ada perannya dalam ilmu-ilmu alam? (Pada tulisan ini saya membatasi diri hanya pada Kekristenan, khususnya pada Teologi Reformed, yang saya dalami. Alasannya adalah ada banyak agama dan teologi yang saya tidak di dalamnya).
Teori. Teori adalah suatu formulasi penjelasan terhadap suatu kenyataan tertentu yang dibangun secara sengaja dalam ilmu pengetahuan. Suatu teori mengaju pada suatu tahap penjelasan tertentu, yang kebenarannya sudah diuji melalui cara tertentu, yaitu metode Ilmiah. Jika Axioma karena mengacu pada suatu kenyataan sederhana bersifat teruji dengan sendirinya, sebaliknya untuk menjelaskan kenyataan yang rumit orang harus memformulasikan teori dan mengujinya. Untuk membangun teori, orang tidak dapat berurusan dengan data-data saja, melainkan logika, worldview dan semangat zaman memainkan peranan penting di dalamnya. Suatu teori lebih pasti daripada hipotesa tetapi kurang pasti jika dibandingkan hukum atau axioma.
Di sini kita harus pertama-tama menjelaskan arti dari beberapa ungkapan, sebelum saya dapat menunjukkan posisi saya dan menjawab pertanyaan tersebut. Setelah saya memberikan jawaban saya, saya akan menyatakan ide integrasi saya antara kekristenan dan ilmu-ilmu alam.
Paradigma. Sebuah teori, yang dibangun dan diterima, tergantung juga pada paradigma-pradigma yang berlaku dalam ilmu pengetahuan tersebut. Paradigma pada dasarnya juga adalah teori, yang kebenarannya sudah diterima secara luas.
Sebelum saya mulai, izinkan saya mengajukan pertanyaan yang bagi saya mengganggu. Pertanyaanya adalah sebagai berikut: Jika memang benar bahwa agama tidak mempunyai peran dalam ilmu-ilmu alam, mengapa banyak ilmuwan yang ateist mengambil posisi religius sebagai ateis? Dan mengapa mereka harus memperjuangkan posisi religiusnya dalam ilmuilmu alam? Jika tidak ada relasi antara keduanya, mengapa mereka melakukannya? Di sini saya hanya mencoba menunjukkan bahwa anggapan tersebut adalah suatu kesalahan. Ada suatu relasi yang penting diantara keduanya. Tapi relasi seperti apa? Kita akan membicarakannya dan saya menyumbangkan ide saya untuk menyelesaikan masalah ini.
Alam. Alam dimengerti para ilmuwan sebagai suatu kombinasi dari hukum-hukum, yang sudah pasti dan berlaku untuk menata semua kenyataan dalam alam semesta. Tetapi jika mereka mendapati sesuatu yang tidak taat kepada hukum tadi, mereka menyebutnya „kenyataan.” Di sini jelas bagi kita, bahwa kenyataan dan alam di kalangan ilmuwan berbeda, dan arti dari kata „kenyataan” lebih luas daripada arti dari kata „alam.” Hal ini perlu diperhatikan di sini.
Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
Agama. Agama bagi saya adalah kata yang mempunyai beberapa arti. „Agama” dapat mengacu pada Institusi yang memiliki kitab suci, nabi, pengikut yang percaya, dll. Pengertian lain dari kata tersebut adalah suatu iman yang dipegang kuat dan menurutnya seseorang mengarahkan hidupnya. Ateisme termasuk juga dalam pengertian yang kedua. Jika saya
13
Kekristenan dan Ilmu-Ilmu Alam
Kekristenan dan Ilmu-Ilmu Alam
mengatakan bahwa saya adalah seorang Kristen, maka kalimat saya mengacu pada pengertian kedua dari kata „agama.” (Saya juga mengerti disini, bahwa jika saya seorang Kristen, maka saya termasuk dalam bagian dari kekristenan sebagai suatu Institusi.) Iman kepercayaan tersebut bagi teologi Reformed berasal dari sense of divinity, yang dimiliki semua manusia sebagai ciptaan yang dicipta menurut gambar Allah. Tidak ada orang yang dapat hidup tanpa kepercayaan seperti itu.
maupun religius orang melakukan penelitian, penemuan dalam ilmu pengetahuan. Mereka melakukannya dengan asumsi yang berlaku saat itu, yang oleh kebanyakan dari kita dipandang sebagai mitos, misalnya, walaupun mereka sudah mengetahui bahwa bumi berbentuk bola orang Yunani tetap berpikir, bahwa ada seorang raksasa yang menopangnya dan dewa-dewa lainnya, sehingga manusia harus bertingkah menurut cara tertentu. Apa yang dapat kita saksikan di sini adalah kenyataan, (1) bahwa ilmu-ilmu alam sejak dari mula tidak dikembangkan dalam Getto, (2) bahwa manusia tidak hanya puas dengan hasil-hasil keilmuan, yang dapat menjelaskan kenyataan-kenyataan secara satuan, melainkan mereka berusaha juga untuk menjelaskan seluruh realita, walaupun untuk itu mereka harus berspekulasi dengan penjelasan-penjelasan metafisis. (Banyak ilmuwan ateis pun setuju akan hal ini, walaupun mereka juga mengatakan, bahwa penjelasan-penjelasan metafisis tersebut harus ditukar dengan penjelasan-penjelasan keilmuan.), (3) bahwa orang menentukan bidang-bidang lain dalam kehidupan manusia, misalnya etika, estetika dll., melalui suatu worldview yang merupakan pemahaman terhadap realita yang utuh.
II. Jawaban dari Pertanyaan
Pertanyaannya di sini berbunyi, Apakah ada suatu relasi antara agama dan
ilmu alam. Untuk menjawab pertanyaan ini saya akan membatasi diri pada pengertian kedua dari kata „Agama.” (Saya akan membicarakan tentang pengertian yang pertama pada edisi yang lain). Jika seandainya dalam ilmu-ilmu alam hanya mengenai axioma-axioma, mungkin akan tidak ada perbedaan apakah kita Kristen atau bukan. Satu tambah satu memang selalu dua, apakah kita Kristen atau bukan. Tetapi dalam kenyataannya tidak hanya berkenaan dengan axioma, tetapi juga teori-teori, paradigma-paradigma, dll, untuk menjelaskan realita. Saya sudah mengatakan di atas, bahwa pembangunannya tidak netral, melainkan berpihak pada berbagai aspek, yang terdiri dari iman kepercayaan, worldview, tujuan, dll. Di sini para ilmuwan tidak hidup dalam Getto, melainkan dalam suatu masyarakat, yang di dalamnya mereka saling bertukar hal-hal tersebut dengan anggota masyarakat yang lain. Sebenarnya sudah jelas, bahwa ilmu-ilmu alam hanya dapat memberikan penjelasan dari kenyataan-kenyataan menurut bidangnya masing-masing. Maka penjelasan mereka tidak pernah sama kuatnya dengan kenyataankenyataan tersebut, maka orang membutuhkan penerapan dari semua ilmu supaya berfungsi dengan baik dalam kehidupan kita. Selanjutnya kita juga harus menyadari bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat menjawab pertanyaan tentang arti dari hidup, moralitas, atau semua pertanyaan metafisik, misalnya mengapa ada suatu aturan demikian dalam Alam semesta?, dll. Pertanyaan-pertanyaan ini terkait erat dengan kemanusiaan (sebagai ciptaan menurut gambar Allah, yang dilengkapi dengan karakter „makna” - menurut teologi Reformed) dan religiusitas kita. Jika sejarah ilmu pengetahuan alam diamati dengan seksama, sebenarnya orang dapat melihatnya. Untuk itu saya akan memberikan beberapa contoh di sini: 1.
Pada zaman dahulu manusia mengembangkan ilmu-ilmu alam menurut kebutuhan masyarakat. Baik untuk penggunaan praktis Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
14
Dalam
2.
dunia modern, dimana dapat dikatakan, bahwa banyak mitos yang sudah ditukar dengan penjelasan-penjelasan keilmuan, toh muncul melaluinya banyak mitos baru, misalnya: keutamaan rasio, alam yang bersifat mekanis, ateisme, dll. Kita dapat melihat bahwa tiga kenyataan tersebut sebenarnya tidak berubah. Tanpa konsep metafisik orang tidak dapat memahami seluruh kenyataan dalam realita. Untuk hidup manusia membutuhkan bukan hanya memahami alam, melainkan juga kenyataan, supaya mengetahui apa yang harus dilakukannya dalam hidupnya. Mitos-mitos modern yang baru tersebut memainkan peranan yang besar dalam worldview modern, dan menyebabkan munculnya etika modern, perang modern, eksistensialisme hingga postmodernisme. Saya telah memberikan 2 contoh dari sisi masyarakat. Sekarang saya ingin juga memberikan suatu contoh dari seorang ilmuwan.
3.
Einstein adalah seorang ilmuwan modern, yang teorinya menyebabkan lahirnya teori baru yang berkontradiksi dengan worldviewnya yang modern. Dengan pernyataannya „Allah tidak bermain dadu” (1926) dia mempertahankan asumsi-asumsinya terhadap kemunculan teori kuantum, bahwa alam semesta bersifat panteis dan determinis dan bahwa teori bukan hanya suatu Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
15
Kekristenan dan Ilmu-Ilmu Alam
penafsiran dan model dari realita, melainkan suatu penjelasan yang sejati yang sekuat dan sama dengan hukum-hukum yang berlaku di dalam alam. Asumsi-asumsinya ini dapat ditelusuri dari worldview modern yang berasal dari pembacaan modern7 dari buku „Discours de la Methode” dari Rene Descartes. Untuk memahami konsep Einstein tentang natur secara lebih baik kita juga harus memahami buku „Ethik in geometrischer Ordnung dargestellt” dari Spinoza, karena Einstein mengembangkan konsepnya tentang alam menurut arah Spinoza. Pengakuannya pada tahun 1934 kepada Spinoza: „Keyakinan yang terkait dengan perasaan yang mendalam akan suatu nalar yang dipertimbangkan, yang menyatakan diri dalam dunia yang dapat dialami, membentuk pengertian saya tentang Allah; orang dapat mengatakannya juga dalam pengungkapan yang umum sebagai pantheis (Spinoza).”8 Walaupun Einstein seorang Yahudi, Allah yang tidak bermain dadu bukan Allah Abraham, Ishak dan Yakub, melainkan suatu kesimpulan dari pemikiran filsafat, yang seharusnya menjamin alam yang dapat dipahami, menurut Einstein terutama Determinisme kausal. Di sini kita dapat melihat sesuatu, bahwa bagi Einstein pun ilmu pengetahuan alam, terutama fisika, bukan hanya berkenaan dnegan axiomaaxioma, melainkan juga suatu iman kepercayaan, asumsi-asumsi, dll. Iman kepercayaan dan asumsi-asumsi lain tersebut mengarahkan pemahaman seorang ilmuwan tentang kenyataan dalam realita. Di sini Einstein mengkhawatirkan, bahwa tanpa Allah yang demikian tidak ada jaminan apakah esok matahari masih akan terbit. Tanpa jaminan demikian maka apa yang menjadi jaminan ilmu pengetahuan akan ketepatan teori-teorinya? Dari contoh-contoh yang diberikan kita dapat memahami mengapa para ilmuwan memperjuangkan posisi religius mereka itu. Apa yang sebenarnya Pembacaan modern, yang dewasa ini berkuasa di kalangan ilmuwan, sebenarnya sangat berbeda dengan apa yang Rene Descarte maksudkan. Pembacaan modern tidak memperhatikan „Meditationes de Prima Philosophia.“ Memang penekanan Descartes pada penggunaan rasio dan teori matematikanya melalui pembacaan modern ini dapat mengakibatkan orang mudah berpikir bahwa sekalipun Allah adalah Pencipta alam semesta, tetapi kuasanya dibatasi oleh hukum-hukum alam, atau lebih kecil daripada hukum-hukum alam tersebut. Berangkat dari sinilah muncul Deismu dan konsep-konsep modern yang salah tentang Allah. 8 Dikutip oleh Dieter Hattrup dalam Einstein und der würfelnde Gott: An den Grenzen des Wissens in Naturwissenschaft und Theologie, (Freiburg: Herder, 2008), hal 19, dari Einstein, Albert., Mein Weltbild (1934). diterbitkan. Carl Sellig (Frankfurt u.a.: Ullstein, 1970), hal. 201, 171. 7
Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
Kekristenan dan Ilmu-Ilmu Alam
16
terjadi adalah kenyataan bahwa tanpa asumsi-asumsi religius seperti itu pemahaman akan realita tidak mungkin. Orang tidak dapat mengkaitkan data-data dan axioma-axioma tanpanya, untuk menghasilkan suatu pemahaman. Pemahaman bukan hanya masalah data dan axioma, melainkan relasi antaranya. Melaluinya manusia mengerti bukan hanya apa makna kehidupan, apa yang harus dilakukan dalam kehidupan, melainkan juga apa yang harus dilakukan dengan Ilmu pengetahuan, bagaimana mengembangkannnya lebih lanjut, bagaimana dan di mana manusia menempatkannya dalam kehidupan, dll. Jika ada suatu relasi yang erat antara ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan alam dan iman, seperti apa relasi tersebut seharusnya? Tidak dapatkah seseorang sekedar mengambil suatu jenis dari relasi-relasi yang ada? Jika saya mengambil suatu relasi, apakah ada akibat teoritis ataupun praktis dalam kehidupan saya? Jika tidak, maka kita dapat sekedar mengambil suatu jenis relasi, yang kita sukai, Tetapi jika ya, maka kita seharusnya dengan hati-hati memilih di antara yang ada, satu untuk diambil. Relasi tersebut tergantung pada jenis iman yang dimiliki si ilmuwan. Relasi tersebut berbeda-beda menurut worldview yang digunakan ilmuwan untuk memandang segalanya, misalnya, seorang Ilmuwan ilmu alam yang ateis, yang percaya bahwa tidak ada Tuhan, akan berpikir bahwa tidak ada relasi ontologis antara ilmu alam yang dia pelajari dan makna hidupnya. Relasi baginya bersifat praktis, bahwa dia menyukainya dan bekerja dan berkarier. Jika seandainya ada suatu relasi teoritis, alasannya adalah semua manusia melakukannya. Dia akan beranggapan bahwa suatu hukum universal yang berlaku dalam alam dan tugas dari ilmu alam adalah menemukannya. Tetapi darimana hukum itu berasal, mengapa hukum itu demikian, dll., tidak perlu dipertanyakan, Masalah utama yang ada ini menyebabkan dia menjual sifat kesejarahan dari Ilmu-ilmu alam. (1) Ilmu-ilmu alam tidak dikembangkan dalam Getto, melainkan dalam suatu konteks sosial. Bagaimana penggunaannya? Apa yang boleh dan seharusnya diteliti? Dll., Pertanyaaan-pertanyaan ini tetap akan menjadi pertanyaan-pertanyaan praktis yang tidak mempunyai kekuatan ontologis. Orang harus mentaatinya karena hukum, karena pelanggar akan dihukum. (2) Keutuhan realitas akan tetap tidak terpahami. Walaupun akan selalu ada penemuan ilmu pengetahuan yang baru, toh pertanyaan-pertanyaan berikut tetap tidak terjawab, Apakah sebenarnya manusia itu? Apa makna dari hidup seorang manusia? Dll. Apa yang dapat dikerjakan adalah Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
17
Kekristenan dan Ilmu-Ilmu Alam
mengabaikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dan mengatakan, bahwa tidak ada pertanyaan seperti itu. (3) Tetapi tanpa pertanyaan seperti itu tidak mudah untuk menyatukan kebenaran-kebenaran estetik, moral, etika, dll., (Mengenai kelemahannya saya tidak membicarakannya di sini.) Tetapi tentu saja dia dapat mengatakan, jika saya harus memikirkan semuanya, maka apa yang harus dikerjakan oleh para filsuf, sosiolog, ahli etika dan yang lainnya? III. Suatu Ide Mengenai Integrasi Filosofis antara Iman Kristen dan Ilmu-Ilmu Alam
Setelah saya memberikan suatu contoh mengenai suatu relasi antara iman percaya dan ilmu-ilmu alam dari worldview ateis, saya akan membicarakan sekarang ide saya sendiri. Seperti yang telah saya katakan dari awal bahwa saya mewakili pandangan kristen reformed dan sejujurnya, bangunan ide saya tentu saja bergantung pada isi iman dan worldview saya. Tetapi hal itu tidak berarti, bahwa saya tidak dapat memberikan pertanggungjawaban secara keilmuan. Mengingat tujuan dari karangan ini saya tidak akan memberikan terlalu banyak penjelasan yang spesifik dan keilmuan.
Karena ciptaan tidak berasal dari probabilitas, melainkan dari rencana Allah, maka tugas dari ilmu alam dapat dipastikan di sini, yaitu menyingkapkan hukum-hukum Allah yang berlaku dalam Alam.
Alkitab mulai dengan suatu kalimat yang berbunyi „Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” dan selalu memaparkan bahwa Allah menjalankan providensi-Nya dalam sejarah manusia dan akan mengakhiri sejarah. Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Melalui kalimat ini kita dapat memahami, bahwa ada dasar ontologis bagi ilmu-ilmu alam di sini. Karena ciptaan tidak berasal dari probabilitas, melainkan dari rencana Allah, maka tugas dari ilmu alam dapat dipastikan di sini, yaitu menyingkapkan hukum-hukum Allah yang berlaku dalam Alam. Di sini jelas bahwa tugas dan etika dari ilmu-ilmu alam adalah menyingkapkan dan bukan menetapkan hukum-hukum yang berlaku dalam alam. Karena alam (menurut makna di kalangan ilmuwan) juga direncanakan oleh Tuhan dan sama dengan alam (menurut makna yang normal), maka tidak Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
Kekristenan dan Ilmu-Ilmu Alam
18
dibutuhkan pembedaan antara „alam” dan „kenyataan,” seperti yang di mengerti dalam konteks ilmu-ilmu alam. (Pada konteks yang lain, tentu saja saya mengerti bahwa, „kenyataan” tidak hanya berarti terbatas pada fenomena-fenomena alam saja.) Apa yang harus diubah di sini adalah asumsi yang ada dibelakang kata tersebut, bahwa alam harus berjalan sesuai dengan hukum yang ditemukan oleh para ilmuwan ilmu alam. Tugas yang jelas ini seharusnya menyebabkan, misalnya, bahwa ilmu alam tidak dapat menolak mukjizat dan ilmuwan tidak perlu mengatakan bahwa „Allah tidak bermain dadu” atau „Allah bermain dadu.” Apa yang saya maksudkan di sini seharusnya di kalangan ilmuwan ada suatu keterbukaan terhadap suatu kenyataan yang baru dan menerimanya sebagai bagian dari alam. Karena alam dicipta oleh Allah dan Allah, sang Pencipta, adalah Allah yang berpribadi dan tritunggal, maka alam, yang diciptakan, pasti merefleksikan ciri-ciri sang Penciptanya. Maka pertama-tama alam bukan hanya telah-ada, melainkan ada-untuk,9 tepatnya, alam bukan hanya semata-mata ada, melainkan alam memiliki suatu makna, suatu fungsi, suatu konteks dan suatu tujuan sebagai sifatnya menurut rencana sang Penciptanya. Adalah kesalahan jika seseorang mengerjakan ilmu-ilmu alam seolah-olah mereka ada di dalam Getto. Kedua alam bukan hanya memiliki sifat one-and-many karena sifat one-and many dari sang Pencipta,10 melainkan juga sifat sosial, bahasa, dll. Maka bagaimanapun usahanya para ilmuwan tidak akan dapat menghilangkan ciri ilmu-ilmu alam tersebut, selama ilmu-ilmu alam masih berurusan dengan alam ciptaan Tuhan. Tiap kebenaran berkaitan satu dengan yang lain, dan usaha seperti itu hanya akan mengakibatkan abstraksi dan kontradiksi dari klaim-klaim keilmuan. Hal ini juga tergantung pada manusia sebagai ciptaan tertinggi menurut gambar Allah. Kepada manusia tugas ini diberikan, untuk melayani dan Perbedaan antara „telah-ada“ („vorhanden“) dan „ada-untuk“ („zuhanden“) dapat ditelusuri dari konsep dari Heidegger (Sein und Zeit). Tetapi disini saya membuat suatu perubahan makna dan konteks. Perubahan tersebut adalah, pertama, Konteks dari kata tersebut berubah dari sifat-keduniawian-dunia-di-hadapan-manusia-sebagai-Dasein menjadi Situasi-ontologis-di-hadapan-Tuhan (von der Weltlichkeit der Welt vor den Menchen als Dasein zum ontologischen Zustand vor dem Gott). Catatan khusus bagi edisi Indonesia: ide keduniawian di sini bukan berarti sekuler, apa yang dibicarakan Heidegger tidak ada kaitan sama sekali dengan sakral dan sekuler! Kedua, Maknanya berbicara bahwa pada mulanya tidak ada yang telah-ada di hadapan Tuhan, karena dia adalah Sumber dari segalanya, bukannya adaperbedaan-tersebut-bagi-manusia. 10 Problem one-and-many dapat diselesaikan oleh para teolog Van Tillian, melalui mereka menelusuri ke Kesempurnaan Allah Tritunggal. Tetapi tetap tinggal pertanyaan bagaimana hal itu seharusnya berfungsi, jika alam ciptaan memang one-and-many? 9
Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
19
Kekristenan dan Ilmu-Ilmu Alam
How Do I Glorify God in My Science?
20
alam.11
menjaga Karena manusia mirip Allah, manusia tidak dapat bekerja dalam Getto ketika mengembangkan ilmu-ilmu alam, apalagi dia adalah ciptaan yang bersifat sosial. Manusia harus tidak hanya demi kepentingan ilmu-ilmu alam saja menemukan hukum-hukum alam, melainkan juga untuk tujuan masyarakat, kemanusiaan dan tujuan tertinggi mempermuliakan Allah.
How Do I Glorify God in My Science?
Di sini terdapat suatu kemungkinan, relasi dari semua aspekt kehidupan manusia teoritis dan tanpa kontradiksi dibangun dan menempatkan ilmu pengetahuan alam pada posisinya. Di sini terdapat pula kemungkinan untuk menentukan langkah praktis untuk mengembangkan keilmuwan tanpa berkontradiksi dan mereduksi aspek-aspek kehidupan yang lainnya.
Our world today experiences a continual impact of science, scientific
Dalam iman Kristen dijelaskan pula bahwa manusia telah jatuh di dalam dosa. Kenyataan ini saya mengerti sebagai kenyataan sejarah. Dosa saya mengerti sebagai perlawanan manusia melawan Allah, sang Penciptanya. Sekalipun dosa manusia Allah tetap memelihara ciptaan-Nya. Alam berfungsi menurut hukumnya dan tidak menjadi kacau. Disini masih ada kemungkinan untuk memperkembangkan ilmu pengetahuan dalam dunia yang telah jatuh. Tetapi kemungkinan ini digunakan manusia melalui ilmuilmu alam untuk melawan Allah, sang Pencipta dan Penopang. Memang tidak ada yang dapat berbicara tentang etika yang bersifat universal, jika seandainya Allah yang berpribadi tidak ada. Worldview kristen menceritakan kepada kita bukan hanya apa yang terjadi, melainkan juga tugas dari anakanak Tuhan yang berurusan dengan Ilmu pengetahuan, khususnya ilmuilmu alam, yakni, menebus ilmu-ilmu alam demi kepentingan Allah.
„Man's mind is like a store of idolatry and superstition; so much so that if a man believes his own mind it is certain that he will forsake God and forge some idol in his own brain.” - John Calvin 11 Terjemahan ini berasal dari kata-kata ibrani „abad“ dan Shamar.“ Kata-kata ini menunjukkan kepada kita, bagaimana manusia harus menjalankan jabatannya sebagai mahkota ciptaan, yakni, pemimpin adalah pelayan.
Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
Tatas H.P. Brotosudarmo A post-graduate student in Molecular Biophysics at University of Glasgow, Scotland, UK
ideas and the technological results of the science. Whether we like science or dislike it, we deal with it every day in practical level. As a professing Christian, who is an active scientist, I ask to myself how Christian belief relates to my work. Is science God’s world? People often think that science is nothing to do with God. Its position is antagonistic to Christian belief. Science shows that the universe is billion of years old and the Bible said that it is only thousand years of old. Such of interpretation is also held among Christians pupil. No wonder that some Christians give a strong resignation attitude toward science. Can I appreciate science as it ought to be, science that could serve as a path for praising God and serving fellow human being? How do I recognise the wisdom, care and beauty of the Lord, who has created the whole universe? In the first part of this paper I would like to describe a Christians approach to redeem science, which has been well discussed elsewhere.12-13 This approach is crucially needed as a foundation to enter in the discussion about science and my Christian faith. The second part, I will focus on the discussion more about my field – that is a study of structure and functions of photosynthetic light-harvesting complexes – and relate this study to the glory of God.
12 Pearcey,
Nancy (2004) Total Truth: Liberating Christianity from its Cultural Captivity, Crossway Books, Wheaton, Illinois. 13 Poythress, Vern S. (2006) Redeeming Science, Crossway Books, Wheaton, Illinois. Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
21
How Do I Glorify God in My Science?
Christians Approach to Redeem Science
In effort to discover and increase human understanding on how the physical world functions, a scientist depends more or less on regularities. Through calibrated methods, scientists use observable physical evidences of natural phenomena to collect data and analyse these information what and how things work. The scientists depend not only on the regular behaviour of the apparatus/method, but also on the postulate that still more regularity are to be found in the areas they will observe. In many occasions, such as a study of the origin of cell, however, scientists wrestle unrepeatable experiments. In this case, scientists need to approach the study through a simple model with only few parameters and many controllable simulations. For example, once I was studying at single molecule spectroscopy research group in Munich, my colleague had to trace how a single virus moves randomly to enter the cell wall and to describe how it works under confocal microscope. This kind of experiment is often unrepeatable. Having spending 4 years of research, he got a blessing day when the first time he could see a virus enters the cell wall. Fortunately, he could write a famous article, but, unfortunately, it was the last time he could see a virus enters the cell wall. These regularities are well regular. To be regular means to be regulated. It involves a regula, a rule. We call it a law or a principle – a statement that describe behaviour of some particular things within the natural world with an adequately through history of successful scientific replication. Scientists speak of Newton’s three laws of motion, Moseley’s Law, Bragg’s law, Boyle’s law, Beer-Lambert’s law, Heisenberg’s uncertainty principle, etc. Scientists think the scientific laws are universal in time and space.14 The conservation laws state that certain physical properties do not change in the course of time within an isolated physical system. Here, conservation laws reflect homogeneity of space, time and rotational symmetry spacetime. These laws are also applicable at all kind of situation. Even more, a British-born physicist like Paul Davies describes these scientific laws as absolute and omnipotence.15
14 Feynman, Richard (1965) The Characters of Physical Laws, Pinguin Books Ltd., London. Here ,Feynman described that physical laws are often expressions of existing homogeneities in time and space and typically theoretically reversible in time, although the time itself irreversible. 15 Davies, Paul (1993) The Mind of God: The scientific basis for rational world, Touchstone, New York.
Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
How Do I Glorify God in My Science?
22
The regularities that scientists speak of are the regularities of God's own commitment and actions as it is described by the Bible. In Genesis 8:22 God promises, 'While the earth remains, seed time and harvest, cold and heat, summer and winter, day and night, shall not cease'. Psalm 19:1-2, 'The heavens declare the glory of God; and the firmament shows His handy work. Day unto day utters speech. And night unto night reveals knowledge', describe the glory of God's work and proclaim His wisdom, power and goodness, which are revealed in the creation and the providence. These are including the laws which govern the regularities and the symmetry of the physical world, which scientists observe and try to gain insight. The scientific laws are a part of the created world. Strictly speaking, the scientific laws are products of human understanding, which need to be examined, approved and communicated continually within a scientific community. A Christian’s scientist must be aware of real laws. The real laws are the Word of God, specifying how the world of creatures is to functions. Atheist scientists reject God and claim the divine attribute of the scientific laws. This situation is already described in the Bible: 'For since the creation of the world His invisible attributes are clearly seen, being understood by the things that are made, even His eternal power and Godhead, so that they are without excuse, because, although they knew God, they did not glorify Him as God, nor were thankful, but became futile in their thoughts, and their foolish hearts were darkened. Professing to be wise, they became fools, and changed the glory of the incorruptible God into an image made like corruptible man—and birds and four-footed animals and creeping things. Therefore God also gave them up to uncleanness, in the lusts of their hearts, to dishonour their bodies among themselves, who exchanged the truth of God for the lie, and worshipped and served the creature rather than the Creator, who is blessed forever', Romans 1: 20-25. Human beings have fall under sin and continue in rebellion against God. The whole aspects of human faculties, including mind and reason, have been corrupted by sin and lead them into idolatry. Scientists rely on God for the providence when they go about their business, yet at the same time substitute an impersonal idea of autonomous, self-sufficient laws, for God, who is personal and whose word is the law, as described in Roman 1:20-25 above. The knowledge of how the universe works (general revelation) functions ineffectively to teach human beings to turn back to God, the
Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
23
How Do I Glorify God in My Science?
creator. We need therefore special revelation, about what God shows through redemptive instruction in the Bible.16 The Bible has priority to God's word of providence in its redemptive functions.17 The Bible helps sinners to turn back to God and to grow in holiness. '..the Holy Scriptures, which are able to make you wise for salvation through faith which is in Christ Jesus. All Scripture is given by inspiration of God, and is profitable for doctrine, for reproof, for correction, for instruction in righteousness, that the man of God may be complete, thoroughly equipped for every good work' 2Tim 3: 15-17. As we learn Romans 1:20-25 indicates that general revelation discovers a knowledge of God without excuse, but that human beings suppress the truth and corrupt their knowledge with idolatry. Thus, general revelation brings sin out, making them guiltier (without excuse). In contrast, the special revelation brings the good news out to overcome sin, including the intellectual sin in corrupting the truth. As John Calvin wrote in his Institute: 'For as the aged, when aided by glasses, begin to read distinctly, so Scripture, gathering together the impressions of Deity, which, till then, lay confused in their minds, dissipates the darkness, and shows us the true God clearly'.18 The Bible witnesses that God sent fort His redemptive work, not by sending a philosophical book, but by sending Jesus Christ, His only begotten Son. By having faith in Jesus Christ, we are brought to peace with God and having access to enter His grace into the knowledge of Him and to glorify Him. The New Testament witnesses that Jesus Christ came as the last Adam, one like Adam. He did what Adam failed to do, and become the Head of new humanity (Romans 5: 12-21). The works of redemption has been fulfilled by Jesus Christ, the second person of the Trinity, in His incarnations, ministry, cross, death, resurrection, ascension and being seated in His human nature in the right hand of the Father. 16 Berkhoff, Louis (1958) Systematic Theology, The Barnner of Truth Trust, Edinburgh. Louis Berkhoff actually understands special revelation in broader mean. It includes verbal communication from God that has not been recorded in Scripture, such as word of Jesus earthly ministry that did not happen to be included in any of four Gospel. It also includes special redemptive acts of God through miracles at the time of exodus from Egypt and during Jesus earthly life. 17 The priority of the Bible to reveal the works of redemption of God is very important message to be highlighted in order to avoid bias reading of the Bible. For example, many of Christians read Bible with the expectation as though reading a technical book of modern science. 18 Calvin, John, Institute of the Christians Religion: Henry Beveridge (trans.), 1970, Eerdmans, Grand Rapid, Michingan, 1.6.1.
Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
How Do I Glorify God in My Science?
24
Christ's triumph in the flesh in His human nature, leads to His reward and consequent mission on earth. '...He worked in Christ when He raised Him from the dead and seated Him at His right hand in the heavenly places, far above all principality and power and might and dominion, and every name that is named, not only in this age but also in that which is to come. And He put all things under His feet, and gave Him to be head over all things to the church, which is His body, the fullness of Him who fills all in all', Eph 1: 20-23. The dominion here means also the cultural mandate in Gen 1: 28, a mandate to fill the earth and subdue it -- this includes in exercising scientific investigations. Christ's completion of cultural mandate are also shown in His wisdom as it is described in Col 2:3, '...in whom are hidden all the treasures of wisdom and knowledge.' Wisdom belongs to Christ innately with respect to His divine nature. As one nature with God, He know everything from the beginning. In comparison to Salomon, the most wise man living on the earth, Christ is consummately wise with respect to his human nature (Matt 12:42, Luke 11:31). The scientists pursue both wisdom and dominion in relation with the natural world. Christ has achieved both through His position and wisdom. Christ is the final and archetypal scientist. Science needs redemption because of the turning the scientific laws into an idol. Only Christ can provide that redemption: 'Nor is there salvation in any other, for there is no other name under heaven given among men by whom we must be saved' (Act 4:12), 'Jesus said to him, I am the way, the truth, and the life. No one comes to the Father except through Me' (John 14:6) and '...for without Me you can do nothing' (John 15: 5). The redemption of science takes place through Chris becoming our wisdom and ruler, and achieving what we fail to achieve because of sin. Science on earth then becomes a process to know Christ and participating more deeply in His wisdom and providence. Moreover, Christian’s scientists do not stop here. The Christians scientists will look forward for the second coming of the Lord Jesus Christ; the day that will bring radical transformation and disruption of the present order. The Photosynthetic Systems
Scientist talk about photosynthesis is the beginning of the early energy conversion process, in which light is converted, by plant, algae and photosynthetic bacteria, to produce chemical energy that support the life Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
25
How Do I Glorify God in My Science?
How Do I Glorify God in My Science?
26
on earth. In the plant, photosynthesis process converts carbon dioxide to produce carbohydrate for our foods and oxygen to breath. It is very interesting to find out that this early process depends entirely on the present of light as the source of the energy. This often arises questions toward the order of the creation in Genesis 1, since the sun and the stars were created in the 4th day after the creation of the grass and plants (photosynthetic living organisms). As I described above in the footnote, the Bible as usually do not directly provide technical information for the researcher. But it is trustworthy and true in what it says, and provides a framework within research may precede. The light that photosynthetic living organism needed is electromagnetic radiations of all wavelengths that is self-propagating in space or matter. We find in the 1st day God said, 'Let there be light, and there was light'. This is the light from God himself sufficient enough as the source used in the photosynthetic reaction.
Figure 2. Schematic representation of photosynthetic systems inside the ICM of the anaerobic photosynthetic bacteria. The yellow arrows show the harvesting of the light and the flow of energy transfer. The red arrow shows the charge separation that drive hydrogen gradient, which produce a chemical energy, ATP, as the end product.
Structure of the LH II Protein
The high resolution of crystal structure of LHII from Rhodospeudomonas Figure 1. Electron micrograph of anaerobic photosynthetic purple non-sulphur bacteria Rhodopseudomonas palustris strain 216. The stack of black dark lamellae are the intra-cytoplasmic membrane (ICM), where the photosynthetic system to be found. ICM is equivalent to the chloroplast in the plant and eukaryotic algae.
Quite interesting as we study fort, we find that the beginning of the photosynthesis is happened not in the green plant, but in the anaerobic photosynthetic organism living in the dark deep ocean. In this region, the visible wavelength (400-700 nm) couldn't reach it. These organisms have developed a special peripheral apparatus, which is able to harvest nearinfrared region (700-1400 nm) of the electromagnetic radiation. This apparatus called light-harvesting II, a light-harvesting protein that I am interested in for my doctoral course.
(Rps.) acidophila 10050 was first resolved by the research group of Prof. R.J. Cogdell and Prof. N.W. Isaacs, University of Glasgow, and has been published in Science Magazine in 1995.19 Based from this structure, scientists then can understand how LHII functions, so that the photosynthetic organism living in the dark deep ocean can live. Moreover, scientists are now giving their best efforts to mimic the functions of LHII for a novel of the next generation of solar cells, which are high efficiently able not only to produce electricity, but to generate a fuel. The key point on how the LHII function resides in the symmetrical arrangement of the pigments inside the protein. In fact nature only uses 2 kinds of pigments, bacteriochlorophyll and carotenoid molecules. The bacteriochlorophyll molecules are bind encapsulated in the protein in such arrangement enables the bacteriochlorophyll molecule function to harness light in the near infrared region. The carotenoid molecules, are also bind to the protein, function in light harvesting in the visible region and in 19 McDermott, S.M., Prince, S.M., Freer, A.A., Hawthornthwaite-Lawless, A.M., Papiz, M.Z., Cogdell, R.J., and Isaacs, N.W. (1995) Crystal structure of an integral membrane lightharvesting complex from photosynthetic bacteria. Science, 375, 517-521.
Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
27
How Do I Glorify God in My Science?
photoprotection against any radical compound. Therefore, the protein itself plays very important role as the scaffolding and tune the physical properties of the pigment molecules in order to be function in the light harvesting and furthermore in the energy transfer to support the live of the bacteria. Without the protein, although the pigments are still able to absorb light, yet they don’t make any contribution to it. Here, I am learning it is true that the law of God is written in the nature. This reminded me somewhat about service and ministry in the Church or simply in our Christian daily life. A Christian must abide and depend entirely in Christ Jesus as the cornerstone; otherwise a Christian can’t function as it uses to be to the glory of God.
How Do I Glorify God in My Science?
28
The Bacteriochlorophyll (BChl) a and Carotenoids are the pigments bound in LHII, which are responsible for absorbing the light. BChl a molecules are basically Chlorophyll (Chl) molecule found in the leaf of the green plant with few modification at their chemical structure. Uniquely, the chemical structure of BChl a and Chl molecules are close related to the chemical structure of hemoglobin (our blood). Since BChl a more or less share the likeness with haemoglobin, BChl a molecules are also categorized into pigment of life. Without blood human being and animals can’t survive, without BChls or Chls photosynthetic living organism will die. Both BChls and Chls molecules have been well investigated by my wife, Leenawaty Limantara, during her doctoral course in Japan and Post-Docs in Munich. Latter applications of the BChls and Chls are used in medicine such as a photosensitizer for photodynamic cancer therapy.
Figure 3. Top (left) and side (right) views of the structure of LHII from Rps. acidophila 10050. The -(cyan) and polypeptides (green) provide a matrix for BChl a (red) and the Carotenoids (orange). The LHII from Rps. acidophila 10050 is a ring shape that composed by 9-pairs of αβ−polypeptides (Figure 3). The β−polypeptides are inside the ring and on the outside is β−polypeptides, together they are responsible for binding 27 Bacteriochlorophyll (BChl) a and 9 Carotenoids (Cars) molecules. The 9 BChl a molecules (blue in Figure 3), have their macrocycle ring oriented to the membrane plane. The centre-to-centre distance between those 9 BChls molecules are 2.1 nm (10-9 metres) and, therefore, they are absorb light with maximum absorption (λmax) at 800 nm. These 9 BChls a are called B800-BChl a molecules. The 18 BChls a molecules (red in Figure 3), have the macrocycle ring oriented perpendicular to the membrane plane. They are arranged close each others like a turbine ring with centre-to-centre distance between those BChls a is about 0.89-0.96 nm and therefore they absorb light at λmax at 850 nm. 20
20 Papiz,
M.Z., Prince, S.M., Howard, T., Cogdell, R.J., and Isaacs, N.W. (2003) The structure and thermal motion of the B800-B850 LH2 complex from Rps. Acidophila at 2.0 Å resolution and 100K: new structural feature and functionally relevant motion. J.Mol.Biol., 326, 1523-1538. Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
Figure 4. The chemical structure of Bacteriochlorophyll a (left) and Hemoglobin (right).
As we learn about the structure of LHII, how LHII complex is beautifully packed with high symmetrical order, and how the pigments functions for photosynthesis and for their application in medicine, surely it will make us jump to glorify God and bow before His wisdom. We understand then more deeply what the Psalmist wrote: 'The heav'ns God's glory do declare, the skies His hand-works preach'. However, scientists know that in the midst of this knowledge of the nature there remain unfathomed depths to be discovered and unanswered questions to be investigated. In the effort to discover and to understand the God’s providence of how the nature functions, scientists are still limited by the technology and equipments. Right now, I am still working hard to resolve a new structure of the LHII and its functions from Rhodopseudomonas palustris. Others scientists are investigating in difference species, which may have different variant. Yet as Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
29
How Do I Glorify God in My Science?
the time goes the more exotic species of bacteria have been and being discovered. The profundity and mystery in scientific discovery can only produce awe and worship to Him, who by Him all things were created, in heaven and on earth, visible and invisible, whether thrones or dominions or rulers or authorities – all things were created through Him and for Him. To the Father, the Son and the Holy Spirit be glorified for ever more. Amen!
Bahtera Nuh dari Sudut Pandang Teknik Perkapalan
30
Bahtera Nuh dari Sudut Pandang Teknik Perkapalan Shaniyl Jayakodiy „Buatlah bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir; bahtera itu harus kaubuat berpetakpetak dan harus kaututup dengan pakal dari luar dan dari dalam. Beginilah engkau harus membuat bahtera itu: tiga ratus hasta panjangnya, lima puluh hasta lebarnya dan tiga puluh hasta tingginya. Buatlah atap pada bahtera itu dan selesaikanlah bahtera itu sampai sehasta dari atas, dan pasanglah pintunya pada lambungnya; buatlah bahtera itu bertingkat bawah, tengah dan atas.“ (Kej 6: 14 -16, LAI 1997)
Bahtera Nuh memaparkan sebuah kesempatan, untuk membahas tema iman dan ilmu alam dengan intensif. Ketika Tuhan memutuskan untuk membinasakan rungutan kejahatan dan kebobrokan manusia dan semua yang berdaging di atas bumi, Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan, karena ia percaya kepada Allah, ia hidup bergaul dengan Allah21, dan ia berani untuk hidup tidak menyerupai dunia. Dengan demikian Allah menginstruksi Nuh untuk membuat sebuah bahtera, sebuah kapal. Maka melalui kapal ini haruslah kehidupan di atas dunia diselamatkan dari penghukuman yang akan datang dari air bah. Temptation may seem harmless, but it will lead to sin, which is not harmless at all. If we confess our sin, we will be forgiven (1 John 1:9), but that doesn't mean that we will escape all of the consequences for our sin.By faith we can "see things that we cannot see with our natural eyes. By faith we can get a vision of God's plan for our lives.
„If you do what is right, will you not be accepted? But if you do not do what is right, sin is crouching at your door; it desires to have you, but you must rule over it.” - Genesis 4:6-7 -
Iman Nuh kepada Tuhan itu telah menjadi keselamatan baginya dan keluarganya.22 Tetapi yang juga penting adalah, bahwa tidak ada bahtera yang diturunkan oleh Allah bagi Nuh dari langit. Allah mau agar Nuh membuat bahtera tersebut, yang melaluinya Nuh diuji dan dilatih dalam iman, tetapi dengan demikian itu juga mengingatkan seluruh manusia akan datangnya air bah, melalui pembuatan bahtera yang di depan umum. Karena pada edisi REIN kali ini kami mau membahas ilmu alam dan iman, maka kami mau meneliti lebih lanjut lagi bahtera tersebut dari sudut pandang ilmu alam, yaitu sudut pandang teknik perkapalan.
Bahtera adalah satu hal yang luar biasa mengagumkan dalam sejarah dunia berkaitan dengan hal besarnya. Sampai abad ke-19 bahtera adalah kapal 21 22
Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
Kej 6: 9 Ibr 11: 7 Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
31
Bahtera Nuh dari Sudut Pandang Teknik Perkapalan
terbesar yang pernah dibuat, berbeda dengan yang banyak dipaparkan oleh buku-buku sejarah dan gambar-gambar. Menurut laporan dari Alkitab (Kej 6: 14-16), bahtera memiliki ukuran sebagai berikut: panjangnya 131 meter, lebarnya 22 meter dan tingginya 13 meter, dimana sehasta23 adalah 43,75 cm. Maka bahtera tersebut memiliki besar yang hampir setengah dari kapal terbesar di abad ke-21, yaitu Queen Elizabeth II. Bahtera memiliki daya tampung kotor sekitar 37.500 meter kubik dan memiliki dasar sebesar kirakira 8.700 meter kubik, yang berarti 1,2 kali lapangan sepakbola. Tidak ada kapal kargo pada jaman dulu yang dapat menandingi dengan besarnya bahtera yang dahsyat bahkan juga tidak yang mendekati besarnya (Gambar 1).
Bahtera Nuh dari Sudut Pandang Teknik Perkapalan
32
demikian ini haruslah menjadi ukuran-ukuran yang terbaik, yang dapat diberikan oleh seorang insinyur. Untuk itu kita mau mendesain baru bahtera dengan bantuan pemikiran matematika dan dengan memperhatikan peraturan-peraturan alam yang berlaku sekarang dengan tepat untuk membandingkan ukuran seperti: panjang, lebar dan tinggi yang baru dengan ukuran-ukuran bahtera Nuh yang Tuhan berikan. Yang juga penting dalam hal ini adalah, bahwa kita melangsungkan studi yang didorong oleh rasa ingin tahu ini dengan sikap benar dan penuh rasa syukur kepada Tuhan, tapi bukan untuk menguji kebijaksanaan Tuhan dengan akal budi kita yang terbatas, melainkan untuk mengagumi dan untuk belajar dengan rasa syukur. Karena Allah yang Mahakuasa memberikan kepada kita, manusia yang terbuat dari debu, untuk merasakan KebesaranNya dan juga untuk merabanya dalam keterbatasan ilmu alam. Seminar tentang bahtera Nuh „Kapal teristimewa didalam sejarah dunia”, yang dibawakan oleh Prof. Gitt, dengan pembahasan yang teliti yang didukung dengan turunanmatematika, telah menjadi pendorong bagi penulisan artikel ini.
Gambar 1: Bahtera dalam perbandingan Sumber: www.answersingenesis.org/articles/am/v2/n2/th…
Bahtera Nuh adalah sesuatu yang sangat unik, karena bahtera itu dibuat dari kayu tanpa perlengkapan teknik modern dan yang bertahan di atas laut terbesar, yaitu seluruh dunia yang ditutupi air. Untuk ini Tuhan sendiri secara pribadi telah memberikan petunjuk-petunjuk yang tepat dan seluruh persyaratan yang harus dipenuhi. Dalam keseluruhan Alkitab, Allah memberikan penggambaran suatu pembangunan hanya untuk pembangunan bahtera, Kemah Suci, dan istana Salomo, yang diikat dengan ikatan perjanjian dan perlindungan dari Allah. Yang menarik sekarang adalah untuk memikirkan bagaimana saat ini membuat sebuah bahtera berdasarkan syarat-syarat konstruksi ala insinyur dan bagaimana orang harus mengartikan rancangan dari Allah secara ilmu alam. Karena jika Allah yang memberikan ukuran-ukuran tersebut, dengan
Pembuatan sebuah kapal baru Dalam pembuatan sebuah kapal baru, perusahaan perkapalan menyimpulkan terlebih dahulu banyaknya syarat-syarat yang kompleks dalam bentuk spesifikasi. Untuk itu didefinisikan satuan-satuan penting, yaitu kelembaman dalam BRZ24 (ukuran ruangan bruto) dan kestabilan dan ukuran-ukuran yang harus dipatuhi, yang tergantung dari jenis perairan yang akan dilalui. Maka pembuat konstruksi kapal harus menetapkan desain yang optimal dengan memperhatikan ukuran-ukuran tersebut; panjang, lebar, tinggi dan kedalamannya. Tetapi tantangannya terletak pada pemilihan ukuran-ukuran sedemikian rupa untuk dapat membuat sebuah kapal yang stabil dengan memakai bahan seminimal mungkin dan kerja seefektif mungkin. Istilah stabilitas dalam teknik perkapalan dapat diartikan kemampuan sebuah kapal untuk mempertahankan keseimbangan dalam keadaan mengapung. Untuk sebuah bahtera orang dapat mempertimbangkan kriteria-kriteria yang juga harus dipenuhi pada kapal lain seperti volume yang ditetapkan yang menyatakan daya tampung sebuah kapal, seperti ciri-ciri konstruksi
Hasta adalah satuan panjang pada jaman Antik, berkisar antara 44 cm dan 66 cm. Tetapi pada saat itu sehasta adalah 43,75 cm di Israel (berdasarkan perbandingan prasasti terowongan Siloah di Jerusalem, yang panjangnya 525 meter dalam hasta panjangnya adalah 1200 hasta).
24 Bruttoraumzahl, ukuran untuk keseluruhan besarnya kapal dan ukuran tanpa dimension perbandingan angka.
Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
23
33
Bahtera Nuh dari Sudut Pandang Teknik Perkapalan
Bahtera Nuh dari Sudut Pandang Teknik Perkapalan
34
(contohnya: tiga dek, yang memberikan kestabilan) dan kriteria layak laut. Selain daripada itu kapal tersebut harus berlayar diatas air, dimana untuk itu sistem tenaga penggerak, organ pengemudi atau lambung yang optimal (bentuk lambung yang baik bagi aliran) dari sebuah kapal tidak begitu diperlukan.
Dari persamaan (1, 3) dapat dibuat hasil pembagian dari volum/pemakaian bahan, sebagai berikut:
Dalam menetapkan ukuran-ukuran bahtera sesuai dengan volumnya tersebut dua aspek ini harus diperhatikan; • Bahan dan tenaga bekerja yang minimal • Kestabilan yang seharusnya
Melalui
Pemakaian bahan Untuk pembentukan kapal biasanya digambarkan dalam tiga dek kapal, sebagai berikut. Volum bagian-bagian tersebut, V= Lebar × Tinggi × Panjang = B ⋅ H ⋅ L (1)
Gambar 2: Kemungkinan pembagian dek dari sebuah bahtera
Jumlah keseluruhan pemakaian bahan dihitung dari penjumlahan, [(keliling dari bagian kapal + 2 × lebarlantai dek kapal) × panjang], dinding haluan kapal + dinding buritan (bagian belakang kapal) dan bahan untuk gudang dan dinding penyekat: m = (4⋅b + 2⋅h)⋅L + 2⋅b⋅h + X
(2)
(b = lebar bahtera, h =tinggi bahtera, m = pemakaian bahan) Atas dasar perhitungan secara teknik, maka bahan untuk dinding haluan dan buritan serta untuk gudang dan dinding penyekat termasuk sebagai ongkos tetap dalam profil pembangunan dek kapal. Jadi ukuran-ukurandek baru adalah L, B dan H masing-masing adalah panjang, lebar dan tinggi. Pemakaian bahan disini adalah M, M = (4⋅B + 2⋅H) ⋅ L
Q=
V M
=
B.H .L ( 2 H + 4 B ).L
=
BH .
B
2+4
H
kesimpulan selanjutnya (B1, hal.22) dari persamaan-persamaan diatas untuk mencapai persamaan ke-4 dapat dilihat dengan jelas, bahwa pemakaian bahan tidak tergantung pada panjangnya melainkan pada perbandingan lebar dan tingginya. Gambar (3) menunjukkan, bahwa pada B/H= 0,5 menggambarkan minimal pemakaian bahan.
Gambar 3: Pemakaian bahan (~A2) dalam perbandingan B/H yang berbeda-beda Sumber: Das sonderbarste Schiff der Weltgeschichte, W. Gitt, S. 20
Pemakaian bahan danusaha paling minimal adalah pada perbandingan B/H = 0,5. Dengan semakin tinggi hasil perbandingan B/H yang berarti bahtera menjadi semakin dangkal maka semakin besar juga jumlah bahan dan usaha dibutuhkan. Dengan demikian kita melihat, bahwa bahtera Nuh dalam hal pemakaian bahan (B/H= 1,67) tidak optimal. Atas dasar alasan ini kita harus meneruskan penelitian kita pada aspek berikutnya yaitu kestabilan kapal. Kestabilan Dari sudut pandang kestabilan untuk mengoptimalkan potongan melintang (cross section) harus dijelaskan terlebih dahulu beberapa dasar-dasar prinsip kestabilan.
(3)
Usaha yang diperlukan berhubungan secara langsung dengan banyaknya pemakaian bahan. Semakin banyak bahan yang dipakai, semakin banyak juga dibutuhkan tenaga untuk mengerjakannya, terlebih lagi untuk bahan kayu gofir.
BH
Maka untuk pemakaian bahan dan usaha yang minimal haruslah M menjadi minimal. M = Minimal! (4)
Bagi benda padat yang mengapung berlaku: „Jika suatu benda dicelupkan ke dalam sesuatu zat cair, maka benda itu akan mendapat tekanan keatas yang sama besarnya dengan beratnya zat cair yang terdesak oleh benda tersebut” (Hukum Archimedes).
Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
Gambar 4: Degree of Freedom sebuah kapal (Sumber: B1, hal. 24)
35
Bahtera Nuh dari Sudut Pandang Teknik Perkapalan
Karena sebuah kapal tidak berlayar di air yang tenang melainkan di air yang berombak dan bahkan ada terpaan angin kencang, maka pada dasarnya dapat dibedakan enam „degree of freedom” sebuah kapal, yang dapat mempengaruhi keadaan sebuah kapal (Gambar 4). Berikut ini kita akan melihat kriteria stabilitas yang paling rumit, yaitu kestabilan kapal yang melintang. Dari ini orang dapat mengerti, bagaimana baik sebuah kapal pada suatu kecondongan kembali ke posisi semulanya.
Gambar 5: Gaya melalui kecondongan dan pengungkitan. (Sumber: B1, halS. 27)
Pengungkit ρ, yang tergantung pada lebar dan tinggi, dalam gambar 5 menunjukan satuan qualitatif dan quantitas bagi kestabilan sebuah kapal.
Dalam bukunya, Prof. W. Gitt menunjukan bagaimana orang dapat menghitung besar pengungkit yaitu kestabilan dengan perbandingan B/H yang berbeda-beda dan untuk itu akan dibahas lebih lanjut. Gambar (6) menunjukkan, bahwa titik optimal dari kestabilan(f1) dan pemakaian bahan(f2) terletak pada titik potong dari kedua grafik (yaitu pada B/H = 1,67). Itu sesuai dengan perbandingan yang dipaparkan didalam Alkitab B/H = 50/30 = 1,667. Hasil yang mengesankan ini, yang dapat Gambar 6: Kestabilan(f1) dan pekita buktikan dengan metode matema- makaian bahan(f2) dengan keterantika dan pemakaian komputer sekarang, tungan pada Perbandingan B/H menunjukkan bahwa ukuran-ukuran bahtera B dan H yang diberikan di Alkitab merupakan ukuran yang terbaik, yang dengan pertimbangan secara teknik tetap harus dipertahankan. Dari peristiwa ini kita belajar satu hal lagi yaitu prinsip kerja antara Allah dan Nuh, yaitu Nuh yang bukan seorang terpelajar dalam pembuatan kapal atau seorang insinyur, siap dan dapat melaksanakan tugas besar ini dari Tuhan dengan cara mengikuti semua yang Allah perintahkan padanya dan Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
Bahtera Nuh dari Sudut Pandang Teknik Perkapalan
36
tidak hanya dengan iman untuk membuat bahtera yang seperti pekerjaan yang „gila”, melainkan menuruti dengan tepat seluruh konstruksi dari Allah untuk pembuatan bahtera tersebut. Allah memberikan Nuh „dukungan ilmu pengetahuan”, ilmu yang tidak dimiliki baik Nuh maupun orang lain pada saat itu. Terutama kita lihat dalam hal, bagaimana sebuah bahtera digambarkan seperti sebuah kubus di jaman Gilgamesch-Epos di Babilon, yang sangat tidak stabil (bahtera tersebut bahkan mudah dijungkirkan dan dihancurkan oleh terpaan ombak besar). Sekarang ini, seakan-akan bukan suatu hal yang bodoh apabila ada kapal yang karam, karena setiap hari ada rata-rata tiga kapal yang karam, walaupun diperlengkapi dengan segala peralatan teknik. Bahtera Nuh mengangkut muatan yang sangat berharga, yang pernah diangkut oleh sebuah kapal, yaitu kehidupan di atas dunia, dunia yang sedang di tengah pengadilan Allah. Kita semua berhubungan dengan bahtera ini, kehidupan di dunia ini diselamatkan melalui bahtera tersebut. Bahtera yang menggambarkan juga Tuhan kita, karena pada saat akhir nanti Tuhan menghakimi dunia ini, kita akan diselamatkan melalui Yesus, yang dapat digambarkan sebagai bahtera bagi orang-orang percaya. Melalui analisis bahtera dari sudut pandang ilmu alam sekarang ini, menunjukkan pada kita begitu optimalnya Allah telah memberikan ukuranukuran untuk pembuatan bahtera tersebut. Perbandingan dari panjang ke lebar (6 banding 1) masih dipakai dalam pembuatan kapal sampai sekarang. Ilmu alam tidak seharusnya berlawanan dengan iman melainkan manusia harus menjelajahi alam yang merupakan ciptaan Allah, mempelajari ilmu alam dan dididik didalamnya, agar manusia dapat mengagumi kebesaran Allah dan kesempurnaan-Nya dan tidak sebaliknya berlaku bebal dengan menentang Allah. Bibliografi • • • • • • • • •
(B1) Das sonderbarste Schiff der WeltgeschichteProf. Dr.-Ing. Werner Gitt Genfer Studien Bibel Die Arche Noah und Utnapischtims Arche, Rüdiger Kurth, Universität Marburg Noah’s Ark: A Feasibility Study, Santee, California: Institute for Creation Research, J. Woodmorappe, 1996 http://www.jstor.org/pss/1258770 http://www.titanic-titanic.com/titanic_statistics.shtml Wikipedia http://www.answersincreation.org/noahark.htm http://www.worldwideflood.com/ark/ Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
37
Robotik
Robotik Erna Chandrawati Di mulai dari mesin mekanik yang dipakai untuk memainkan boneka musik tahun 1738 oleh J. de Vaucanson sampai ditemukannya alat kontrol mesin dengan signal elektrik tahun 1946 oleh G.C. Devol, dunia Automat kini berkembang ke arah Robotik. Apa itu Robotik? Kata Robot sendiri berasal dari asal bahasa Ceko „robota” yang artinya „bekerja”. Robotik menurut Robot Institut of America: „A programmable multifunction manipulator designed to move material, parts, tolls, or specific devices through variable programmed motions for the performance of a variety of tasks” Penggunaan dan pengembangan robot dibagi dalam beberapa bagian yakni: industri, service, wilayah dan otonom. Industrirobot dipakai di pabrikpabrik untuk sebagai penyolder, pengecat, pemasang mesin atau alat-alat lain. Servicerobot dipakai di daerah penduduk untuk sebagai pembersih, pemotong rumput. Geländerobot (robot untuk suatu wilayah) dipakai untuk menelusuri daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh manusia, misal di ruang angkasa, di dalam laut dan di tempat pembangkit tenaga nuklir. Robot otonom yang masih dalam tahap penelitian akan dipakai untuk bisa setiap saat berinteraksi dengan dunia luar, contoh robot macam ini yaitu robot yang bermain sepak bola dalam RoboCup. Robot dirancang sesuai dengan penggunaannya, karena itu ia mempunyai berbagai macam tipe, yang paling umum dipakai, yaitu Knickarmroboter (knick = tekuk, arm = tangan) yang biasa dipakai dalam industri. Mari kita mendalami sejenak tentang Knickarmrobot ini dan apa hubungannya dengan iman Kristen. Knickarmrobot biasanya terdiri dari 4 bagian: badan, tangan atas, tangan bawah dan Effektor (penjepit). Dan diantara bagian pergelangan terdapat sumbu, yaitu mesin untuk menggerakan bagiannya. Ada dua macam sumbu, rotasi dan translasi. Hal itu dibuat untuk memudahkan pergerakan Effektor menuju bagian yang inginkan. Hal ini bisa dilihat dari Degree Of Freedom (DOF). Tiga DOF diperlukan untuk pergerakan translasi, terhadap sumbu x, y dan z. Tiga DOF diperlukan untuk melakukan pergerakan Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
Robotik
38
rotasi, terhadap sumbu x, y dan z. Jadi dengan 6 DOF, Effektor baru bisa bebas bergerak. Ada dua macam perhitungan yang digunakan dalam robotik, yaitu direct kinematic dan invers kinematic. Direct kinematic menggunakan Transformasi Denavit-Hartenberg (DH) yang lebih mudah untuk dihitung daripada menggunakan invers kinematic. Tiap sumbu pergelangan mempunyai satu variable qi, yang mewakili derajat putar terhadap sumbu z sendiri. Jika qi tiap sumbu pergelangan diketahui, maka posisi Effektor juga bisa dihitung. Dalam invers kinematic hal ini terbalik. Posisi Effektor P yang diketahui, maka bagaimana derajat putar qi bisa dipilih sedemikian rupa, sehingga Effektor itu dapat mencapai posisi P itu. Pemecahan dari invers kinematic ini biasanya mempunyai dua variasi jawaban. Dan jawaban ini dipilih sedemikian rupa dengan melihat keadaan sekeliling, apakah posisi itu terjangkau dan bebas dari benturan (misal dengan tembok) Jika sumbu pergelangan n lebih banyak dari jumlah DOF m (n>m), maka yang terjadi adalah redundan, yaitu n-m sumbu pergelangan yang lebih dan hasil hitungan dari qi bisa lebih banyak bervariasi. Itulah yang ada dalam tangan manusia. Tangan manusia dirancang Tuhan sedemikian untuk bisa melakukan pekerjaan yang multifungsi, demikian manusia berusaha merancang knickarmrobot. Banyak sekali yang harus dipikirkan, misal untuk merancang pergerakan yang bebas dari benturan dan itu tidak mudah. Bukan hanya posisi tapi juga kecepatan dan tenaga yang seharusnya dipakai, supaya robot dan benda yang dipegangnya tidak rusak, juga harus diperhitungkan. „Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kau buat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya” (Mazmur 139:13-14) Tuhan merancang manusia sesuai dengan hikmatNya. Setiap urat nadi, pergelangan, kuku dan bagian-bagian yang ada Dia yang membentuk sesuai fungsinya. Pada umumnya manusia menggerakan tangannya tanpa menghitung „berapa derajat aku harus memutarkan tanganku untuk bisa mengambil barang itu?” Melalui tangannya, manusia bahkan bisa menyalurkan kasih terhadap sesama. Tangan manusia bukan suatu benda yang tanpa arti dan tanpa fungsi.
Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
39
Robotik
40
Tangan manusia bukan tangan yang bebas dari benturan. Dia bisa tanpa sengaja terbentur, terjepit, tapi ia tidak rusak seketika itu juga bahkan ia diberi kemampuan untuk sembuh. Walaupun manusia bisa meneliti untuk membuat tangan robot yang sedemikian, yang serupa dengan tangan manusia, kita tidak tahu sampai kapan penelitian itu akan selesai. Seperti manusia merancang robot untuk melakukan hal yang untuknya dia dirancang, demikianlah Tuhan merancang manusia untuk melakukan hal yang untuknya dia dirancang.
Pak Wii Hai Jack !!! Uda lama nggak ketemu nih... apa kabar?
Pada suatu hari..
Hai... gue baekbaek aja nih... loe sendiri apa kabar?
„Celakalah anak-anak pemberontak, demikianlah firman TUHAN, yang melaksanakan suatu rancangan yang bukan dari pada-Ku, yang memasuki suatu persekutuan, yang bukan oleh dorongan Roh-Ku, sehingga dosa mereka bertambahtambah.” (Yesaya 30:1)
Gue juga baek-baek aja... loe baru dari mana?
Kiranya Tuhan yang memimpin perkembangan teknologi di bidang robotik ini, untuk dipakai bagi kemuliaan Tuhan.
„Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!”
Loe tau nggak sebenarnya hal itu sudah sejak dulu diberi tau di dalam Alkitab...
- Roma 11 : 36 Bukan hanya tentang science tapi semua bidang... loe baca aja sendiri Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
Gue baru dari perpustakaan, lagi cari bahan buat projek kuliah...
Projek tentang apa?
Tentang Astronomy... bintang & luar angkasa... begitu hebatnya teknologi dunia sekarang tapi tetap kita tidak mampu menghitung jumlah bintang di angkasa... Oya? Masak sih di Alkitab tertulis tentang science?
Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
41
Resensi Buku Hmm… Alkitab yg kuno itu mencatat tentang science? Apa bener ya?
Gue jadi penasaran... hey... keretanya dateng tuh... gue duluan ya... daa... Di dalam kereta...
42
Resensi Buku
Am Anfang war die
Information Christian Adi Hartono
Mungkin
Bye...
Sesampainya di rumah… Kej 22:17... hmm... Yer 33:22, 31: 35,36... 1 Kor 15:41... Mzm 135:7... dan masi byk lagi...
Ternyata Alkitab itu mencatat semua hal yang benar... dan adalah sumber pengetahuan... kalau begitu brarti Alkitab bisa dipercaya dan dijadikan patokan dalam kehidupan ini...
Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
Anda mengenal film seperti Penulis : Werner Gitt „Transformers” dan „Spiderman”. Tetapi Bahasa: Jerman apakah Anda pernah memikirkan bagaiISBN: 377-5137-02-5 mana sebenarnya laba-laba memintal Tahun terbit : 2004 sarangnya? Atau mengapa robot dapat Jumlah halaman : 360 bergerak sendiri tanpa ada yang mengonPenerbit: Hänssler trol? Atau bahkan mengapa kupu-kupu memiliki warna-warna yang berbeda-beda? Terlebih lagi apakah semuanya itu memiliki persamaan? Jawabannya: Ya! Kesamaannya adalah bahwa dibalik semua kejadian itu terdapat informasi. Prof. Werner Gitt, seorang Informatikawan, mengatakan bahwa tidak ada satu pun makhluk hidup yang berfungsi tanpa adanya informasi didalamnya. Maka jika kita ingin menyatakan sesuatu tentang asal-usul dari kehidupan, kita juga harus dapat menjawab apakah informasi tersebut dan bagaimana informasi itu ada. Buku ini diawali dengan contoh-contoh menarik seperti pertanyaanpertanyaan di atas beserta penjelasan-penjelasan ilmiah yang teruji dan mudah dipahami. Bab selanjutnya membahas tentang hukum alam sebagai dasar-dasar ilmu pengetahuan alam. Disini juga akan dibahas bagaimana manusia menjelaskan dan menggolongkan apa yang termasuk hukum alam. Termasuk di dalamnya pemikiran-pemikiran tentang peristiwa-peristiwa yang mungkin dan yang tidak mungkin terjadi. Di sini pun informasi menjadi titik utama. Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan informasi? Apakah informasi sesuatu yang bewujud atau tidak? Disini Anda dapat menemukan penjelasannya. Tidak terlepas dari kenyataan, Shannons Information Theory yang dipakai sebagai konsep transmisi dalam dunia komunikasi akan Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
43
Resensi Buku
dibahas secara mendetail (Shannons Concept digunakan untuk menentukan kapasitas data maksimal dari kanal transmisi). Apakah ini semua relevan dengan hidup kita? Tentu. Karena semua makhluk hidup memiliki informasi dalam setiap selnya. Di dalam buku ini terdapat juga satu pertanyaan yang setiap manusia mungkin pernah pikirkan: „Bagaimanakah asal-usul kehidupan?”. Pertanyaan ini berkaitan erat dengan pertanyaan: „Darimanakah asalnya informasi itu?”. Kesimpulannya: Kehidupan adalah dari informasi. Dan informasi adalah sesuatu yang ditransmisikan dari pengirim kepada penerima. Siapakah pengirimnya? Siapakah penerimanya? Alkitab memberikan jawaban kepada kita dalam aspek ini. Dalam bagian terakhir akan dijelaskan mengenai aspek yang mempengaruhi penilaian informasi dan penggunaannya di Alkitab beserta 4 aspek: massa, energi, informasi, dan kehendak dengan analogi yang alkitabiah. Lampiran buku ini juga menjelaskan banyak teori dengan bukti-bukti empiris yang dipergunakan sampai hari ini. Konklusi: Dari aspek rohani dan ilmu pengetahuan buku ini benar-benar layak untuk dibaca.
„If the whole universe has no meaning, we should never have found out that it has no meaning: just as, if there were no light in the universe and therefore no creatures with eyes, we should never know it was dark. Dark would be without meaning.” - C. S. Lewis -
Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
Biografi
44
Biografi MAX PLANCK Stephen Tahary Nama Keluarga: Planck Nama: Max Tanggal lahir: 1858-04-23 Tempat lahir: Kiel, Jerman Tanggal Meninggal: 1947-10-04 Tempat Meninggal: Göttingen, Jerman
Max Planck yang dikenal sebagai penemu teori kuantum dan penerima penghargaan Nobel di bidang fisika. Ia berasal dari keluarga intelektual yang menghasilkan teolog-teolog yang penting dan juga sarjana di bidang hukum. Ayah dari kakeknya, Gottlieb Jakob Planck, dan kakeknya, Heinrich Ludwig Planck, adalah profesor teologi di Göttingen. Ayahnya, Wilhelm Johann Julius von Planck, adalah profesor hukum di Kiel dan München. Pamannya, Gottlieb Planck, adalah salah satu pembentuk buku undang-undang negara jerman (Bürgerliches Gesetzbuch). Dia di baptis dengan nama Ernst Ludwig Marx Planck. Planck di kenal sebagai murid yang rajin dan bertalenta. Ia dididik sejak masa mudanya untuk mempunyai kesadaran diri untuk bertanggung jawab dan dia mendapat tempat di hati orang-orang oleh karena hatinya yang hangat, kesimpatisannya, dan rasa persahabatannya. Selain penelitian di bidang Fisika, Max Planck juga mendalami bidang filsafat dan worldview yang menyangkut dengan ilmu pengetahuan alam. Di dalam ke dua bidang itu terdiri suatu kaitan. Setelah meneliti dan menemukan hukum dasar di bidang fisika, maka ia mencoba mengaitkan hasil temuannya dengan filsafat yang dipelajarinya dan worldview yang dianutnya.
Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
45
Biografi
Berikut adalah kutipan dari Max Planck sewaktu dia membawa presentasi fisika: Max Planck: „Bapak-bapak yang terhormat, saya adalah fisikawan yang mendedikasikan sepanjang hidup saya untuk meneliti materi dan untuk menghasilkan pengetahuan yang di dapatkan berdasarkan methode ilmiah yang sah dan bukan berdasarkan perasaan. Berdasarkan itu saya bebas dari curigaan bahwa saya adalah dari kumpulan rohaniwan. Dan setelah meneliti atom saya berkata sebagai berikut: Tidak ada materi pada dirinya sendiri. Semua materi terjadi dan terdiri hanya melalui energi, yang menggerakkan atom-atom dan mempersatukan mereka (atom-atom) menjadi tatasurya yang terkecil di alam semesta. Tapi tidak ada energi/kekuatan yang bersifat cerdas maupun energi yang kekal di alam semesta ini. Manusia tidak berhasil menemukan Perpetuum mobile25, jadi kita mesti percaya adanya Roh yang berpikiran dan sadar diri (bewußten intelligenten Geist) di balik energi ini. Roh ini adalah penyebab asal dari semua materi. Bukan materi yang kelihatan tetapi fana, yang nyata, sesungguhnya, ataupun sejati - karena materi itu tidak terbentuk tanpa adanya roh , melainkan roh yang tidak kelihatan dan kekal itulah yang sejati! Tapi karena roh itu juga pada dirinya sendiri tidak mungkin ada dan setiap roh termasuk dalam keberadaan, maka kita harus menerima yang dinamakan keberadaan yang bersifat roh. Tapi yang dinamakan keberadaan yang bersifat roh itu pada dirinya sendiri tidak ada, melainkan harus diciptakan. Jadi saya tidak segan-segan, sama seperti semua bangsa-bangsa di bumi ini yang berbudaya pada abad-abad lalu, menyebut Pencipta yang penuh misteri ini sebagai Allah! Dengan demikian kami fisikawan sampai pada kesimpulan dari kerajaan materi sampai kepada kerajaan roh. Berarti tugas kami sudah selesai dan sekarang giliran tugas para filsuf dengan hasil penemuan kami. Max Planck (1937, S. 332): „Agama dan Ilmu Pengetahuan Alam” tidak bertentangan satu dengan yang lain seperti pemikiran atau ketakutan beberapa orang pada zaman sekarang, melainkan saling melengkapi dan saling bergantung satu sama dengan yang lain. Justru bukti langsung atau pengamatan kritis dan dasar yang dilakukan untuk keharmonisan hubungan 25 Ein Perpetuum Mobile (PM, v. lat. „selalu bergerak pada dirinya sendiri“, Pl. Perpetua Mobilia) adalah konstruksi yang bergerak terus menerus dan menghasilkan tenaga tanpa menggunakan Energi dari luar (2)
Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
Biografi
46
antara agama dan ilmu pengetahuan alam membentuk kenyataan bersejarah, bahwa fisikawan-fisikawan terbesar di sepanjang zaman seperti Kepler, Newton, Leibniz merupakan orang-orang yang sangat religius. (3) Max Planck (1937, S. 333): „Ini adalah peperangan terus menerus yang dipimpin oleh agama dan ilmu pengetahuan alam melawan skeptisismus26 dan kedogmatisan27, melawan ketidakpercayaan dan tahayul28. Dan satu kata kunci penyelesaian di dalam peperangan ini sejak dulu dan sampai ke masa depan adalah: Kembalilah kepada Allah!” (3) Masa tua Max Plancks diisi dengan Perang Dunia satu dan dua, juga dengan kejadian-kejadian yang kejam. Rumahnya di Grünewald terbakar habis pada bulan Februari 1944 oleh serangan udara dan dia kehilangan hampir semua hartanya, termasuk penghargaan-penghargaan dan bukubuku harian yang tak tergantikan. Lebih parah lagi adalah penangkapan dan hukuman mati anaknya, Erwin, oleh Nazi, karena keikutsertaannya dalam usaha pemubunuhan Hitler, yang berakhir dengan kegagalan. Itulah situasi yang harus dialami oleh seorang yang berumur 87 tahun di dalam sisa hidupnya. Pada tanggal 4 Oktober 1947 di Göttingen, meninggallah Planck dengan umur hampir sembilan puluh tahun. Soli Deo Gloria. Sumber:
[1]. Archiv zur Geschichte der Max-Planck-Gesellschaft, Abt. Va, Rep. 11 Planck, Nr. 1797. [2]. http://de.wikipedia.org/wiki/Perpetuum_Mobile [3]. Max Planck (1949): Vorträge und Erinnerungen. S. Hirzel Verlag Stuttgart. [4]. Kamus elektronis Langenscheidt
26 Skeptisismus adalah filosofi yang membawa pikiran orang untuk meragukan pengetahuan tentang kenyataan ataupun kebenaran. 27 Dogmatismus adalah memegang suatu ajaran dengan radikal, sehingga tidak boleh di pertanyakan/ diganggugugat kebenaran ajaran itu. 28 Tahayul adalah suatu kepercayaan akan sesuatu benda yang bisa membawa keberuntungan atau kesialan, dimana tidak dapat di jelaskan dengan masuk akal. Cth: Penyihir atau pesulap (4). Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
47
Kesaksian
Kesaksian Sonja Mondong
Siapa diantara kita yang senang kalau sakit? Belum lagi kalau sampai harus diopname di rumah sakit karena penyakit yang terserang. Atmosfernya sangat berbeda dengan dirumah. Privasi tidak lagi terjamin. Selalu ada saja orang yang masuk kedalam kamar, yang dari mulanya sudah harus dibagi dengan tiga atau empat pasien lainnya. Lingkungan sekitar kamar tidak teratur seperti di rumah. Paling hanya satu Foto atau beberapa hal lain yang mengingatkan kita akan rumah. Ditambah pula dengan penyakitnya. Ketidakyakinan melanda didalam diri, ketakutan terhadap pemeriksaan berikutnya, operasi-operasi, hasil pemeriksaan dsb. Secara menyeluruh rumah sakit bukanlah tempat yang indah dimana kita ingin tinggal. Tetapi pada akhirnya, setelah aku mengalami beberapa kegagalan, aku mengambil keputusan untuk memulai kuliah jurusan Bachelor of Nursing, dimana aku saat ini kadang-kadang melatih aktivitas ku di sebuah rumah sakit, dan jika Tuhan berkehendak, institusi ini nantinya akan menjadi tempat kerja aku. Menurut aku, rumah sakit adalah tempat dimana ilmu pengetahuan dan iman saling bertemu. Sayangnya tidak jarang pula, iman baru mulai berkembang ketika ilmu pengetahuan sudah tidak melihat sebuah solusi. Di Universitas, kami diajarkan pengetahuan teoretikalnya. Sering aku menangkap diriku terkagum-kagum ketika ilmu pasti mengajarkan tentang struktur tubuh manusia. Dari dua sel yang bersatu, tumbuhlah manusia dengan triliunan sel-sel kecil yang mempunyai fungsi serta tugasnya masing-masing. Bagi diriku melalui hal ini, kebesaran Tuhan disaksikan. Setiap detail sekecil apapun telah Ia rencanakan pada masa kita masih berada didalam kandungan ibu dan jauh melampaui itu. Hal ini juga tertulis dalam Mazmur 139: 13-15. „Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada‐Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar‐benar menyadarinya.Tulang‐tulangku tidak terlindung bagi‐Mu, Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
Kesaksian 48 ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian‐bagian bumi yang paling bawah.”
Melalui itu, setiap manusia menjadi pribadi yang unik dan tidak ada duanya, setiap manusia berharga, demikian pula mereka yang cacat secara fisik maupun mental. Dan tidak hanya dalam hal itu saja, ketika semester berikutnya kami mulai membicarakan penyakit, aku semakin bersyukur kepada Tuhan karena Ia telah menjaga aku selama bertahun-tahun ini. Ini bukan berarti bahwa aku tidak pernah sakit, tetapi aku belum pernah mengalami penyakit yang parah. Aku belajar untuk lebih menghargai tubuhku ini, bukan hanya untuk menghindari sejak dini agar tidak terserang penyakit macam-macam, karena ada banyak Faktor yang dapat merusak tubuh manusia, melainkan juga karena di alkitab ada tertulis bahwa kitalah bait Allah, dan Allah tinggal di dalam kita (1.Kor 3:16). Akan tetapi, kita harus mengakui bahwa tubuh kita ini lemah karena kejatuhan didalam dosa. Oleh karena itu, sangat tidak mungkin seorang manusia akan sehat seumur hidup. Paling lambat ketika kita berada di rumah sakit hal ini menjadi nyata. Tergantung jam dinas, waktu kerja aku dimulai pagi pukul 6, siang pukul 14 atau malam pukul 22. Mulai saat itu sebagian besar waktu dihabiskan untuk pasien. Dimulai dengan laporan pasien ketika pergantian shift kerja, sampai dengan membangunkan pasien, mengukur tanda vital, membantu dalam perawatan tubuh, mobilisasi, membagi makanan, mengganti perban, mengatur obat-obatan dan lain sebagainya. Tidak jarang pula kami berurusan dengan pasien yang tidak hanya membutuhkan bantuan dalam aktivitas sehari-harinya, melainkan juga membutuhkan dukungan psikis. Satu hari aku bertemu dengan seorang pasien yang terserang kanker paruparu. Penderitaan yang ia rasakan, tidak untuk dianjurkan kepada siapapun juga di dunia ini. Ia mengatakan, bahwa ia sangat menyesal telah memulai merokok. Walaupun ia telah mengetahui akibat dari merokok, candu itu tetap dilakukan selama belum ada tanda-tanda penderitaan. Disini aku hanya teringat akan satu ayat yang tercantum di surat roma 7:23, „...tetapi di dalam anggota‐anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota‐anggota tubuhku.”
Kasus lain misalnya pasien-pasien yang tidak melihat arti lagi didalam hidup mereka, sering ngebel untuk mendapatkan perhatian, menunggu jawaban atas apa yang tidak dapat dijawab dsb. Dalam waktu tidak lama pasien ini sering dilihat sebagai beban tambahan. Tetapi jika kita mampu Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
49
Kesaksian
menempatkan diri kita kedalam situasi pasien ini, maka kita bisa melihat bahwa itu sekedar jeritan minta tolong semata. Di dalam alkitab ada tertulis: „kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Aku pikir, setiap orang ingin, jika ia sedang sakit, diperlakukan dengan penuh kasih dan bukan hanya sebagai obyek rutinitas pekerjaan sehari-hari. Oleh karena itu kasih sesama merupakan hal yang tidak dapat dihindari dalam merawat. Hal ini bisa dilakukan melalui kata-kata yang menghibur, mendengarkan, atau menawarkan bantuan agar masa tinggal mereka di rumah sakit bisa senyaman mungkin. Tidak jarang juga kita pada akhirnya berbicara tentang Tuhan, atau aku ditanya kenapa Tuhan mengijinkan ini terjadi. Aku harus mengakui, bahwa aku tidak selalu mempunyai jawaban, tetapi pada umumnya aku akan mengingat mereka didalam doaku. Patut disayangkan, bahwa dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, aspek rohani sering jatuh ke bangku paling belakang. Sekarang ini sudah berlangsung penelitian untuk menggunakan robot sebagai ganti dari perawat. Paling lambat nanti ketika robot-robot ini mulai beroperasi, nilai mengasihi sesama akan hilang sama sekali. Sebab itu aku berharap, sepesat apapun ilmu pengetahuan ini berkembang, kiranya kita tetap bisa mempertahankan aspek religius di bangku paling depan. Karena ilmu pengetahuan bukanlah lawan dari agama, melainkan ilmu pengetahuan adalah alat yang seharusnya digunakan dengan akal budi dan kasih tanpa kehilangan pengharapan akan kesembuhan dan kepercayaan terhadap Tuhan.
Seputar MRII-Berlin
50
SEPUTAR MRII-BERLIN Poppy Permadi Para Pembaca REIN yang terkasih, kami ucapkan selamat berjumpa kembali di edisi REIN yang ke-14. Tak terasa dalam beberapa minggu lagi kita akan mengakhiri tahun 2008 ini, padahal sepertinya baru saja beberapa bulan lalu kita merayakan kedatangan Tahun Baru 2008. Bertepatan dengan penutupan tahun ini, kami juga ingin mengajak Saudara/i sekalian untuk mengkilas kembali acara-acara dan event yang telah terjadi sejak edisi REIN yang terakhir. Pada tanggal 18 Mei lalu MRII-Berlin merayakan hari jadinya yang ke-9. Kami sungguh bersyukur atas pimpinan dan penyertaan Tuhan yang tak berkesudahan dari hari pertama dibentuknya MRII-Berlin sampai pada detik ini. Terpujilah nama Tuhan, yang melalui firman-Nya kita dilayakkan untuk memperoleh kehidupan kekal dan yang tak pernah meninggalkan jemaat-Nya. Semoga melalui kebersamaan kita di dalam MRII-Berlin ini, kita boleh terus menjadi saluran berkat dan biarlah hidup kita boleh mencerminkan kasih Kristus untuk sesama kita.
Penyembuhan dimasa kini tidak lagi dipraktekkan seperti yang tertulis didalam alkitab. Biarpun Yesus telah naik ke surga, Tuhan masih tetap bekerja di dalam dunia ini. Ia menggunakan para dokter misalnya sebagai alat bantu Dia. Walaupun banyak diantara mereka beranggapan tidak lagi membutuhkan Tuhan. Tapi dalam hal ini mereka lupa bahwa Tuhanlah yang menberikan mereka kemampuan untuk memberikan pertolongan medis. Walaupun demikian, ilmu pengetahuan tetap berada dibawah kuasa keagungan Allah! Hal ini dapat kita temukan dalam kehidupan kita seharihari melalui kenyataan pahit, bahwa tidak semua penyakit dapat disembuhkan. Kiranya kesaksian ini bisa membantu kita untuk terus menepatkan Allah di posisi yang paling utama sejauh apapun ilmu pengetahuan mau berkembang, dann kiranya kita sebagai anak-anakNya bisa mengenali tugas kita dan melakukannya sesuai dengan kehendakNya. Soli Deo Gloria. Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
Hampir semua orang tidak menyukai perpisahan, karena kata benda tersebut cenderung dihubungkan dengan kehilangan atau lenyapnya sesuatu hal yang berharga. Tetapi dalam hal ini bukanlah demikian adanya, Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
51
Seputar MRII-Berlin
karena dalam konteks ini perpisahan yang dimaksud hanya terbatas pada perbedaan tempat dan waktu saja. Kami sedih karena pada akhir bulan September lalu, saudari kami Charley Sie (Cia Cia) kembali ke Indonesia, tetapi kami juga bersyukur, karena Tuhan telah memberikan waktu, dimana kami boleh bersekutu dan melayani bersama-sama. Kami berdoa, kiranya Tuhan menyertai, juga kiranya Charley terus bertumbuh di dalam iman dan pelayanan dimana pun dia ditempatkan. Kami percaya sepenuhnya, bahwa keberadaan kami di Jerman ini bukanlah karena kebetulan atau karena keinginan kami semata, melainkan hanya karena rencana Dia. Kami sungguh bersyukur, jikalau Tuhan telah menempatkan kami di suatu negara yang kaya akan sejarah, budaya dan berbagai bidang ilmu pengetahuan yang juga Tuhan telah berikan untuk kami pelajari. Khususnya sebagai sebuah jemaat yang tergabung di dalam gerakan Reformed – Injili, Jerman adalah negara yang penting, karena disinilah (khususnya di kota Wittenberg). Dr. Martin Luther mencetuskan reformasi pada tahun 1517. Dalam rangka peringatan hari reformasi gereja pada tahun ini, MRII-Berlin diundang oleh jemaat Martin-Luther untuk kebaktian bersama yang berlangsung pada tanggal 2 November lalu. Semoga kita semua sebagai anak-anak Tuhan juga terus mengintrospeksi dan mereformasi pribadi kita masing-masing, sehingga kita makin serupa dengan Kristus. sampai pada hari nanti kita bertemu muka dengan muka dengan Dia. Bulan Nopember belum berakhir pada saat artikel ini ditulis, tetapi turunnya salju yang lebih awal di musim dingin kali ini sungguh memperkuat suasana Natal yang akan kita rayakan kedatangannya melalui kebaktian bersama pada tanggal 7 Desember dan akan dipimpin oleh Pdt. Billy Kristanto, dengan tema: „Ia Adalah Cahaya Kemuliaan Allah” (Ibrani 1:3). Di samping itu, di ke-4 minggu Advent kami juga diberi kesempatan untuk kembali melayani melalui caroling di basar Natal (Weihnachtsmarkt) Gneisenaustrasse dan di panti werda Elisabeth Berlin Pankow. Semoga melalui pelayanan ini Kabar Baik bisa diberitakan dan kiranya menjadi berkat, baik untuk para pendengar maupun kami sendiri.
Mimbar Reformed Injili Indonesia di Berlin e.V.
Gereja Reformed Injili Indonesia
Persekutuan Doa Penginjilan Kebaktian Umum Kebaktian Anak-anak Penelaahan Alkitab
: Minggu, 15:15 : Minggu, 16:00 : Minggu, 16:00 : Sabtu, 16:00
Bertempat di : Ev.Kirchengemeinde Martin-Luther Fuldastr. 50-51 U7, U-Bhf. Rathaus Neukölln 12045 Berlin
Persekutuan Wilayah : setiap Jumat ke-2 dan ke-4, 19:00 Untuk keterangan tempat lebih lanjut harap menghubungi Sekretariat.
Sekretariat MRII-Berlin : Braunschweigerstr. 75 c/o Cahyadi 12055 Berlin Tel. (+49)30-87337853 / (+49)1791458691
Kami berharap, artikel ini dapat menyegarkan ingatan kita semua dan memberi semangat baru untuk terus mereformasi diri kita di hadapan-Nya. http://www.grii.de/berlin email:
[email protected]
Soli Deo Gloria!
Buletin REIN Edisi 14 - Desember 2008
Nomor Rekening: MRII Berlin e.V. Kto.Nr. 0257576 BLZ. 100 700 24 Bankinst. Deutsche Bank