MANAJEMEN RISIKO AGROINDUSTRI BIODIESEL BERBASIS KELAPA SAWIT
I Gusti Bagus Udayana
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi tentang Manajemen Risiko Agroindustri Biodiesel Berbasis Kelapa Sawit adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun . Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, Agustus 2010,
I Gusti Bagus Udayana NRP F361050011
RINGKASAN I Gusti Bagus Udayana. Manajemen Risiko Agroindustri Biodiesel Berbasis Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Dibimbing oleh ERIYATNO, ERLIZA HAMBALI dan ANAS M FAUZI Ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil sangat besar, berdasarkan data ESDM (2006), minyak bumi mendominasi 51.66 persen penggunaan energi di Indonesia sedangkan penggunaan gas alam sebesar 28.57 persen. batu bara sebesar 15.34 persen. tenaga air sebesar 3.11 persen. panas bumi sebesar 4.44 persen. dan energi terbarukan hanya sekitar 0.2 persen dari total penggunaan energi. Cadangan minyak di Indonesia tinggal sekitar 9 miliar barel. dimana setiap tahun Indonesia memproduksi 500 juta barel. Ini artinya jika terus dikonsumsi dan tidak ditemukan cadangan minyak baru. diperkirakan cadangan minyak bumi Indonesia akan habis dalam waktu delapan belas tahun mendatang. Untuk mengatasi masalah tersebut. maka Indonesia mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dengan mengembangkan sumber energi alternatif terbarukan dari sumber daya alam nabati. Hal ini telah disadari oleh pemerintah Indonesia. dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden No. 5/2006 tentang kebijakan energi nasional dan Instruksi Presiden No. 1/2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar alternatif . Biodiesel adalah bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai solar. Kelebihan biodiesel dibanding solar adalah merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang lebih rendah yaitu free sulphur dan smoke number rendah). cetane number lebih tinggi (> 57) sehingga efisiensi pembakaran lebih baik. memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin; biodegradable. merupakan renewable energy. dan meningkatkan independensi suplai bahan bakar karena dapat diproduksi secara lokal (Daryanto 2006). Tujuan penelitian ini adalah untuk merekayasa sistem penunjang keputusan manajemen risiko bagi pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit. dengan metode yang digunakan meliputi analisis risiko bahan baku. proses pengolahan. dan pemasaran menggunakan non-numerik ME-MCDM. Pengukuran dan penilaian risiko finansial menggunakan kriteria risiko (koefisien variasi) yaitu jika 0.5 ≤ cv berisiko rendah. jika 0.5 < cv ≤ 0.8 usaha berisiko sedang jika 0.8 < cv ≤ 1.2 usaha berisiko tinggi. dan cv > 1.2 usaha berisiko sangat tinggi (Soeharto. 2002). Analisis kelayakan finansial menggunakan instrumen keuntungan bersih. NPV. IRR. Payback period. BEP dan Net B/C ratio. Penentuan tujuan dan strategi manajemen risiko menggunakan rulebase. AHP digunakan untuk mendapatkan bobot nilai alternatif risiko dari pada aspek pengadaan bahan baku. proses pengolahan dan pemasaran. Teknik ISM dugunakan untuk mengkaji suatu sistem kelembagaan pada agroindustri biodiesel. Bahasa pemograman yang digunakan adalah Microsoft Visual Basic Versi 6.0. Teknik validasi model menerapkan face validity yang memungkinkan penelusuran model secara menyeluruh dan utuh sehingga konsistensi konsep dan kebutuhan pemangku kepentingan dapat dievaluasi secara bersamaan. Proses penilaian dilakukan berdasarkan pendapat ahli. dengan cara deduksi logika untuk menilai asumsi dari model apakah sudah sesuai atau belum dengan kenyataan.
Sistem penunjang keputusan yang dihasilkan adalah Biodiesel-RM. dimaksudkan untuk mengintegrasikan pengelolaan risiko pada agroindustri biodiesel terhadap bahan baku. proses pengolahan. pemasaran dan finansial. Penilaian risiko bahan baku terdiri dari faktor waktu ketersediaan. kualitas. harga. biaya pengadaan. dan jumlah bahan baku. Risiko proses pengolahan terdiri dari faktor kualitas biodiesel sesuai SNI. kinerja mesin dan peralatan proses. biaya proses. pemeliharaan mesin dan alat serta lokasi proses pengolahan. Risiko pemasaran terdiri dari faktor kepuasan konsumen. posisi persaingan. kondisi distribusi. kebijakan pemerintah. dan peningkatan harga bahan baku. Analisis finansial pengembangannya melalui model kelayakan argoindustri biodiesel. Data yang meliputi data kebutuhan dan biaya pengadaan bahan baku. bahan pembantu. jumlah dan jenis tenaga kerja. spesifikasi biaya sewa tanah dan bangunan. dan biaya utilitas. Model ini diterapkan pada kasus perkebunan sawit di Propinsi Riau dan perusahaan industri biodiesel di Tengerang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa katagori risiko bahan baku adalah sangat tinggi. proses pengolahan tinggi. pemasaran risiko sangat tinggi. dan pada risiko finansial adalah rendah. Hasil agregasi dengan menggunakan metode OWA secara keseluruhan dihasilkan risiko pada agroindustri biodiesel adalah sangat tinggi Hasil analisis kelembagaan menggunakan teknik ISM (metode Interpretative Structural Modelling) dan sintesis dari pendapat para ahli melalui sistem pakar (expert system) diperoleh bahwa untuk meminimasi risiko pada agroindustri biodiesel adalah dengan pendekatan kluster industri biodiesel Resiko agroindustri biodiesel dapat dikurangi melalui klaster dengan fasilisator FKMKI Biodiesel (Forum Komunikasi Manajemen Klaster Industri Biodiesel) yang diprakarsai oleh masyarakat klaster industri serta pembentukan koperasi agroindustri biodiesel yang didukung oleh investor. lembaga pembiayaan. perguruan tinggi dan lembaga penelitian. Peran aktif pemerintah diharapkan dalam mengeluarkan kebijakan yang konsisten untuk meningkatkan daya saing biodiesel dibanding energi fosil. seperti memberikan subsidi bunga bagi pekebun kelapa sawit. harmonisasi tarif CPO dengan tujuan menjaga kestabilan harga CPO di tingkat petani. memberikan subsidi pajak kurang lebih 5% dari kebutuhan biodiesel dan mendorong penggunaan biodiesel untuk kendaraan milik pemerintah. Peran pemerintah daerah diharapkan dalam memfasilitasi harmonisasi perbedaan kepentingan antar industri dan perkebunan agar klaster industri biodiesel dapat berjalan dan berkelanjutan
Abstract I Gusti Bagus Udayana. Agroindustrial Risk Management of Palm Oil-Based Biodiesel. Supervised by ERIYATNO, ERLIZA HAMBALI and ANAS M FAUZI Biodiesel is fuel generates from vegetable oils that have properties similar to diesel oil. The advantages of biodiesel compared to diesel is an environmentally friendly fuel because it produces much lower emissions (sulfur free, low smoke number) in accordance with global issues, higher cetane number (> 57) so that the combustion efficiency is better than diesel, lubrication properties of the piston engine; biodegradable, a renewable energy because it is made from natural materials, and improve the independence of fuel supply because it can be produced locally. The purpose of this research is to design the risk management decision support system for agro-industry development of oil palm-based biodiesel. The design methods used include: a) risk analysis of raw materials, processing, and marketing using a non-numeric ME-MCDM. Measurement and assessment of financial risks using risk criteria (coefficient of variation). Financial feasibility studies using the instruments: net profit, NPV, IRR, payback period, the BEP and the Net B / C ratio. Determination of objectives and risk management strategies using the rule-base. AHP is used to obtain an alternative value in the aspect of raw material procurement, processing, and marketing. ISM digunakam in institutional management. This research resulted in a decision support system that is useful to help decision makers in addressing the risk of agro-bio-diesel. Risk management model is designed in a decision support system (DSS) with the name "BiodieselRM", can be used by industrial users and investors in the field of biodiesel. SPK software development using Microsoft Visual Basic Version 6.0 yamg consists of three main components namely database management system, knowledge base management system and model base management system. Model base management system consists of 4 sub-model: risk analysis of raw materials, processing of risk analysis, risk analysis marketing, and financial risk analysis. Risks can be reduced through agro biodiesel biodiesel industry cluster approach, with fasilisator FKMKI Biodiesel (Forum biodiesel industry cluster management communication), which was formed and initiated by the community clusters and the formation of cooperative agro-industrial biodiesel supported by investors, financing institutions, universities and research institutions Keywords: Risk Management, Biodiesel, palm oil, industry cluster.
RINGKASAN I Gusti Bagus Udayana. Manajemen Risiko Agroindustri Biodiesel Berbasis Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Dibimbing oleh ERIYATNO, ERLIZA HAMBALI dan ANAS M FAUZI Ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil sangat besar,
berdasarkan data ESDM (2006), minyak bumi mendominasi 51.66 persen penggunaan energi di Indonesia sedangkan penggunaan gas alam sebesar 28.57 persen. batu bara sebesar 15.34 persen. tenaga air sebesar 3.11 persen. panas bumi sebesar 4.44 persen. dan energi terbarukan hanya sekitar 0.2 persen dari total penggunaan energi. Cadangan minyak di Indonesia tinggal sekitar 9 miliar barel. dimana setiap tahun Indonesia memproduksi 500 juta barel. Ini artinya jika terus dikonsumsi dan tidak ditemukan cadangan minyak baru. diperkirakan cadangan minyak bumi Indonesia akan habis dalam waktu delapan belas tahun mendatang. Untuk mengatasi masalah tersebut. maka Indonesia mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dengan mengembangkan sumber energi alternatif terbarukan dari sumber daya alam nabati. Hal ini telah disadari oleh pemerintah Indonesia. dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden No. 5/2006 tentang kebijakan energi nasional dan Instruksi Presiden No. 1/2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar alternatif . Biodiesel adalah bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai solar. Kelebihan biodiesel dibanding solar adalah merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang lebih rendah yaitu free sulphur dan smoke number rendah). cetane number lebih tinggi (> 57) sehingga efisiensi pembakaran lebih baik. memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin; biodegradable. merupakan renewable energy. dan meningkatkan independensi suplai bahan bakar karena dapat diproduksi secara lokal (Daryanto 2006). Tujuan penelitian ini adalah untuk merekayasa sistem penunjang keputusan manajemen risiko bagi pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit. dengan metode yang digunakan meliputi analisis risiko bahan baku. proses pengolahan. dan pemasaran menggunakan non-numerik ME-MCDM. Pengukuran dan penilaian risiko finansial menggunakan kriteria risiko (koefisien variasi) yaitu jika 0.5 ≤ cv berisiko rendah. jika 0.5 < cv ≤ 0.8 usaha berisiko sedang jika 0.8 < cv ≤ 1.2 usaha berisiko tinggi. dan cv > 1.2 usaha berisiko sangat tinggi (Soeharto. 2002). Analisis kelayakan finansial menggunakan instrumen keuntungan bersih. NPV. IRR. Payback period. BEP dan Net B/C ratio. Penentuan tujuan dan strategi manajemen risiko menggunakan rulebase. AHP digunakan untuk mendapatkan bobot nilai alternatif risiko dari pada aspek pengadaan bahan baku. proses pengolahan dan pemasaran. Teknik ISM dugunakan untuk mengkaji suatu sistem kelembagaan pada agroindustri biodiesel. Bahasa pemograman yang digunakan adalah Microsoft Visual Basic Versi 6.0. Teknik validasi model menerapkan face validity yang memungkinkan penelusuran model secara menyeluruh dan utuh sehingga konsistensi konsep dan kebutuhan pemangku kepentingan dapat dievaluasi secara bersamaan. Proses penilaian dilakukan berdasarkan pendapat ahli. dengan cara deduksi logika untuk menilai asumsi dari model apakah sudah sesuai atau belum dengan kenyataan. Sistem penunjang keputusan yang dihasilkan adalah Biodiesel-RM. dimaksudkan untuk mengintegrasikan pengelolaan risiko pada agroindustri biodiesel terhadap bahan baku. proses pengolahan. pemasaran dan finansial. Penilaian risiko bahan baku terdiri dari faktor waktu ketersediaan. kualitas. harga. biaya pengadaan. dan jumlah bahan baku. Risiko proses pengolahan terdiri dari faktor kualitas biodiesel sesuai SNI. kinerja mesin dan peralatan proses. biaya
proses. pemeliharaan mesin dan alat serta lokasi proses pengolahan. Risiko pemasaran terdiri dari faktor kepuasan konsumen. posisi persaingan. kondisi distribusi. kebijakan pemerintah. dan peningkatan harga bahan baku. Analisis finansial pengembangannya melalui model kelayakan argoindustri biodiesel. Data yang meliputi data kebutuhan dan biaya pengadaan bahan baku. bahan pembantu. jumlah dan jenis tenaga kerja. spesifikasi biaya sewa tanah dan bangunan. dan biaya utilitas. Model ini diterapkan pada kasus perkebunan sawit di Propinsi Riau dan perusahaan industri biodiesel di Tengerang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa katagori risiko bahan baku adalah sangat tinggi. proses pengolahan tinggi. pemasaran risiko sangat tinggi. dan pada risiko finansial adalah rendah. Hasil agregasi dengan menggunakan metode OWA secara keseluruhan dihasilkan risiko pada agroindustri biodiesel adalah sangat tinggi Hasil analisis kelembagaan menggunakan teknik ISM (metode Interpretative Structural Modelling) dan sintesis dari pendapat para ahli melalui sistem pakar (expert system) diperoleh bahwa untuk meminimasi risiko pada agroindustri biodiesel adalah dengan pendekatan kluster industri biodiesel Resiko agroindustri biodiesel dapat dikurangi melalui klaster dengan fasilisator FKMKI Biodiesel (Forum Komunikasi Manajemen Klaster Industri Biodiesel) yang diprakarsai oleh masyarakat klaster industri serta pembentukan koperasi agroindustri biodiesel yang didukung oleh investor. lembaga pembiayaan. perguruan tinggi dan lembaga penelitian. Peran aktif pemerintah diharapkan dalam mengeluarkan kebijakan yang konsisten untuk meningkatkan daya saing biodiesel dibanding energi fosil. seperti memberikan subsidi bunga bagi pekebun kelapa sawit. harmonisasi tarif CPO dengan tujuan menjaga kestabilan harga CPO di tingkat petani. memberikan subsidi pajak kurang lebih 5% dari kebutuhan biodiesel dan mendorong penggunaan biodiesel untuk kendaraan milik pemerintah. Peran pemerintah daerah diharapkan dalam memfasilitasi harmonisasi perbedaan kepentingan antar industri dan perkebunan agar klaster industri biodiesel dapat berjalan dan berkelanjutan
© Hak cipta milik IPB Tahun 2010 Hak cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPN
ii
Judul Disertasi
: Manajemen Risiko Agroindustri Biodiesel Berbasis Kelapa Sawit Nama Mahasiswa : I Gusti Bagus Udayana NIM
: F 361050011
Disetujui Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Eriyatno, MSAE. Ketua
Prof. Dr. Ir. Erliza Hambali, M.Si Anggota
Dr. Ir. Anas Miftah Fauzi, M.Eng. Anggota
Mengetahui
Ketua Program Studi Teknologi Industri Pertanian
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Machfud, MS
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
Tanggal Ujian :
Tanggal Lulus :
MANAJEMEN RISIKO AGROINDUSTRI BIODIESEL BERBASIS KELAPA SAWIT
I Gusti Bagus Udayana
Disertasi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kahadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas limpahan rahmat, karunia dan petunjuk-Nya jualah disertasi ini dapat saya selesaikan dengan baik, walau mungkin masih ditemui berbagai kekurangan. Manajemen risiko agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit dilakukan dengan pendekatan sistem. Hasil penelitian ini telah menghasilkan model “BIODIESEL RM” yang komprehensif sehingga mampu membangun kondisi yang optimal dalam pemenuhan kebutuhan secara harmonis bagi pelaku agroindustri khususnya industri biodiesel. Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Hasil analisis risiko menghasilkan pengadaan bahan baku dan pemasaran memiliki risiko sangat tinggi, proses pengolahan berisiko tinggi dan finansial memiliki risiko rendah. Keberhasilan penelitian ini tidak terlepas dari peran komisi pembimbing. Oleh karena itu, ucapan terima kasih yang tak terhingga saya persembahkan kepada : Prof. Dr. Ir. Eriyatno, MSAE sebagai ketua komisi pembimbing, kepada: Prof. Dr. Ir. Erliza Hambali, dan Dr. Ir. Anas Miftah Fauzi, M.Eng masing-masing sebagai anggota komisi pembimbing yang dengan tulus dan iklas membimbing saya mulai dari penulisan proposal, penelitian, dan penulisan hingga disertasi ini terwujud. Penghargaan dan ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Prof.Dr. Armansyah H. Tambunan (Guru besar dan staf pengajar pada Departemen Keteknikan Pertanian, Institut Pertanian Bogor) dan Dr. Ir. Erliza Noor (Staf pengajar Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor) masing-masing selaku penguji luar komisi pada sidang ujian tertutup serta Dr. Ir. Muhamad Said Didu, Msi. (Sekretaris Kementrian BUMN dan Dr. Drs. Dedi Mulyadi, Msi (Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Kementrian Perindustrian) masing-masing selaku Penguji luar komisi pada sidang ujian terbuka saya. Penghargaan dan ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Ketua Kopertis wilayah VIII di Denpasar Bali, Rektor Universitas Warmadewa, Dekan Fakultas pertanian Universitas Warmadewa serta Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa, Denpasar Bali yang telah memberikan kesempatan kepada saya melanjutkan studi doktoral. Kepada Rektor Institut Pertanian Bogor saya ucapkan terima kasih dan penghargaan atas kesediaannya menerima saya menjadi mahasiswa pada program studi Teknologi Industri Pertanian, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penghargaan dan terima kasih saya sampaikan kepada : Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Teknologi Pertanian, Ketua program studi Teknologi Industri Pertanian, dan seluruh staf pengajar Sekolah Pascasarjana IPB khususnya Program Studi Teknologi Industri Pertanian yang telah tulus dan iklas memberi ilmu pengetahuan dan bimbingan serta berbagi pengalaman kepada saya dengan penuh tanggung jawab dan rasa pengabdian.
Terima kasih juga saya sampaikan kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Ripublik Indonesia yang telah memberikan bantuan pendidikan melalui Proyek BPPS dan dana hibah doktor Melalui Sekolah Pascasarjana IPB kepada saya guna kelancaran proses pendidikan. Kepada Gubernur Propinsi Riau, Bapeda, Dinas perkebunan, Dinas perindustrian dan Perdagangan di propinsi Riau, Departemen ESDM, dan Migas, Direktur PT Indobiofuel, serta Bapak Ir. Ida Bagus Mayun, saya sampaikan terima kasih dan penghargaan atas bantuan berupa fasilitas dan kemudahan yang telah diberikan kepada saya selama melaksanakan penelitian di perkebunan di Propinsi Riau. Demikian juga kepada saudara Roni Wijaya, STP saya sampaikan terima kasih atas segala bantuannya dalam proses penyelesaian disertasi ini. Kepada rekan-rekan mahasiswa Sekolah Pascasarjana IPB, khususnya rekan-rekan pada program studi Teknologi Industri Pertanian, IPB Bogor terkhusus lagi bagi rekan-rekan angkatan 2005 : Dr. Luluk Sulistyobudi,SP.,MP, Cut Meurah Rosnelly, SP. M.Si., Ir. Novizar Nazir, M.Si., Ir. Yuli Wibowo, M.Si, Ir. Henny Purwaningsih, M.Si, Ir. Herviani Riskia, MS.i dan Ir. Fahmi Riadi, M.Si, saya sampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas segala bantuan dan kerjasama yang baik yang dilandasi rasa persaudaraan, semoga tetap abadi. Kepada yang saya muliakan ayahanda Drs. I Gusti Putu Gede Soekarya dan Ibunda Ni Putu Nyeneng Astini, ayah mertua, Ida Bagus Ketut Puja (Almarhum) dan Ibu mertua Ida Ayu Nyoman Ganti, ananda persembahkan terima kasih atas segala do’a restu, bimbingan, nasehat, dan arahan yang tiada henti-hentinya diberikan kepada saya. Terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga, saya persembahkan kepada istri saya tercinta Ida Ayu Oka Martini, SE, MM dan anak-anak saya tersayang I Gusti Agung Rama Pramudita Iswara (Gung Rama) dan I Gusti Ayu Monika Intan Kirana (Gung Intan) atas ketabahan, kesabaran, kesetiaan, pengorbanan, dan iringan do’a yang tulus dan iklas dalam menyertai setiap langkah saya selama menempuh pendidikan S3 di IPB Bogor. Kepada kakak saya: Dra. I Gusti Ayu Ngurah, MM dan adik saya : I Gusti Ayu Ariani Kinantri, SE saya ucapkan terima kasih atas segala bantuan dan doa yang telah diberikan selama saya menempuh pendidikan. Juga kepada adik ipar saya : Ida Bagus Gaga Wedana, Ida Ayu Nyoman Erawati, Ida Ayu Kade Sri Astuti dan Suami, Ida Ayu Ketut Warini dan Suami, serta Drs. OQ Wisnu Bhaskoro,BA., saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan doa yang telah diberikan selama saya menempuh pendidikan. Akhir kata, kepada semua pihak yang telah membantu saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, saya ucapkan terima kasih, semoga Ida Sang Hyaang Widi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa memberi pahala yang setimpal, dan permohonan maaf saya sampaikan apabila dalam proses pendidikan ada kesalahan yang saya lakukan baik sengaja atau tidak saya sengaja. Trimakasih. Bogor, Oktober 2010
I Gusti Bagus Udayana NRP. F361050011
RIWAYAT HIDUP Penulis Dilahirkan di Jakarta pada tanggal 29 Mei 1964 dan merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Drs. I Gusti Putu Gede Soekarya dan Ni Putu Nyeneng Astini.
Penulis memperoleh gelar Sarjana Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Udayana Denpasar, Bali pada tahun 1988. Pendidikan Magister Pertanian dengan program studi Pertanian Lahan Kering diselesaikan di Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar, Bali pada tahun 2000. Kemudian tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan program doktoral di Program Studi Teknologi Industri Pertanian spesifikasi Teknik Manajemen Agroindustri Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (SPS-IPB) di Bogor dengan sponsor biaya pendidikan proyek BPPS Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Ripublik Indonesia Jakarta. Penulis bekerja sebagai staf pengajar Kopertis Wilayah VIII Denpasar, Bali dan dipekerjakan pada Universitas Warmedewa denpasar, Bali pada program studi Agro Teknologi sejak tahun 1989 sampai sekarang. Selama mengikuti program doktoral di SPs-IPB, berkesempatan menulis artikel dan terpublikasi secara ilmiah pada beberapa jurnal antara lain : (1) Manajemen risiko bahan baku agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit : Jurnal Agri-Tek Universitas Merdeka Madiun. (2) Pengembangan Model Kelembagaan Sebagai Solusi Mengatasi Risiko Agroindustri Biodiesel Berbasis Kelapa Sawit : Jurnal Lingkungan dan Pembangunan Universitas Warmadewa, Denpasar, Bali.. Penulis menikah dengan Ida ayu Oka Martini, SE, MM pada tanggal 21 September 1990 dan telah dikaruniai 2 orang anak (Putra dan Putri) : I Gusti Agung Rama Pramudita Iswara (Gung Rama, 19 tahun) dan I Gusti Ayu Monika Intan Kirana (Gung Intan, 15 tahun)
xi
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI .................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xviii
PENDAHULUAN ............................................................................................ Latar Belakang ............................................................................................. Tujuan Penelitian ......................................................................................... Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………………..... Manfaat Penelitian ………………………………………………………....
1 1 4 4 4
Tinjauan Pustaka ………………………………………………………......... Stategi Pengembangan Agroindustri ……………………………………..... Penelitian Terdahulu ..................................................................................... Manajemen Risiko ........................................................................................ Pendekatan Sistem ........................................................................................ Sistem Penunjang Keputusan (SPK) ............................................................. Teknik Simulasi Model (SM) ....................................................................... Teknik Interpretative Structural Modeling (ISM) ......................................... Analytical Hierarchy Process (AHP) ……………………………………… Sistem Pakar (Expert System) ...................................................................... Analisis Fuzzy Non-Numerik ....................................................................... Analisa Finansial ......................................................................................... Metode Penilaian Kelayakan Usaha .............................................................
5 5 22 23 33 39 43 46 44 46 47 49 50
METODOLOGI ............................................................................................. Kerangka Pemikiran ..................................................................................... Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... Tata Laksana Penelitian ................................................................................ Validasi Model .............................................................................................
54 54 57 57 60
PEMODELAN SISTEM .................. ............................................................. 61 Konfigurasi Model ........................................................................................ 61 Kerangka Model ............................................................................................ 62 Analisis Model ................................................................................................. 71 HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 74 Manajemen Risiko ........................................................................................ 74 Strategi Manajemen Risiko ........................................................................... 98 IMPLEMENTASI MODEL ............................................................................ 158 Metode Pengendalian Risiko Dalam Manajemen Risiko ............................. 159
xii
Vaildasi ......................................................................................................... 165 Implementasi Kebijakan ............................................................................... 165 Kelembagaan Klaster Industri Biodiesel ...................................................... 174 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 177 Kesimpulan ..................................................................................................... 177 Saran ............................................................................................................... 178 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 185 LAMPIRAN ........................................................................................................ 191
xiii DAFTAR TEBEL Halaman 1.
Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit ...................................
8
2.
Sifat fisik kimia minyak kalapa sawit ..............................................
8
3.
Produksi Minyak Sawit Indonesia VS Malaysia................................
9
4.
Komposisi asam lemak CPO, PKO, Fraksi CPO Olein, CPO Stearin dan PFAD ........................................................................................
10
Sifat Fisik Kimia CPO, PKO, RBD Olein, RBD Stearin dan PFAD ..............................................................................................
10
Produksi CPO Indonesia Menurut Pengusahaan Komoditas Kelapa Sawit Tahun 2002 - 2008........................................................
12
Produksi PKO Indonesia Menurut Pengusahaan Komoditas Kelapa Sawit Tahun 2002 – 2008 ............................................................
12
Jumlah Produksi Negara Produsen CPO Dunia Tahun 2004-2008 ( x1000 ton). .............................................................................................
15
Volume Ekspor Negara Produsen CPO Dunia Tahun 2004-2008 (x 1000 ton)..........................................................................................
15
Volume Impor Negara Konsumen CPO Dunia Tahun 2004-2008 (x 1000 ton)...............................................................................................
16
Produksi CPO Indonesia Menurut Pengusahaan Komoditas Kelapa Sawit Tahun 2002 – 2008 ............................................................
18
Produksi PKO Indonesia Menurut Pengusahaan Komoditas Kelapa Sawit Tahun 2002 – 2008 .............................................................
19
5. 6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Penelitian Terdahulu Berkaitan Dengan Risiko Agroindustri ................... 21
14.
Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel …………………………. 56
15
Hasil tanaman jenis dura dengan pertumbuhan normal …………………. 77
16
Hasil analisis risiko finansial dan kelayakan ............................................. 89
17
Hasil analisis risiko agroindustri biodiesel ................................................. 91
xiv 18
Asumsi kelayakan finansial pabrik biodiesel berbasis kelapa sawit kapasitas 60.000 ton per tahun .................................................................... 92
19
Investasi pendirian pabrik biodiesel berbasis kelapa sawit ......................... 93
20
Analisis sensitivitas kelayakan finansial ..................................................... 95
21.
Syarat mutu biodiesel berdasarkan standar nasional Iindonesia ................. 103
22
Hasil reachbility matriks serta interprestasi dari elemen sektor masyarakat yang terpengaruh program ............................................................. 113
23
Hasil reachbility matriks kebutuhan ............................................................. 116
24
Hasil Reachibility Matrix final dan interprestasinya dari kendala dalam risiko kelembagaan ......................................................................... 122
25.
Hasil reachability matrik final elemen tujuan ........................................... 127
26.
Hasil reachability matrik final elemen tolok ukur ...................................
27.
Hasil reachability matriks final elemen lembaga manajemen risiko .......... 136
28.
Hasil reachability matrik final elemen perubahan ..................................... 141
29.
Hasil reachability matriks final elemen aktivitas.......................................... 145
30
Elemen kunci strukturisasi kelembagaan agroindustri biodiesel ................. 149
31
Mata Rantai (value chain) Agroindustri Biodiesel dengan Kandungan Risiko ............................................................................................................ 162
132
xviii DAFTAR GAMBAR Halaman 1
Pohon industri kelapa sawit .....................................................................
14
2
Persentase produksi negara produsen CPO dunia ....................................
15
3
Persentase volume ekspor negara produsen CPO dunia …………...........
16
4
Persentase volume impor negara konsumen CPO dunia ………………..
17
5
Pola konsumsi CPO di Indonesia ..............................................................
17
6
Grafik Perkembangan Produksi Minyak Sawit Indonesia 1998-2008 ….
19
7
Diagram proses produksi biodiesel dari CPO ...........................................
20
8
Risiko sebagai fungsi dan komponennya ....................................................
23
9
Analisis dan pengendalian risiko untuk manajemen risiko..................... 24
10
Hubungan antara komponen Decision Support Sistem (DSS) ................. 32
11
Tahapan analisis sistem ............................................................................. 47
12
Kerangka pemikiran penelitian manajemen risiko agroindustri biodiesel .................................................................................................. 50
13
Tahapan penelitian manajemen risiko .................................................
53
14
Diagrram lingkar sebab akibat sistem agroindustri biodiesel ...................
59
15
Diagram input-output agroindustri biodiesel ..........................................
60
16
Sistem manajemen ahli model SPK agroindustri biodiesel ......................
61
17
Diagram input-output sistem pakar manajemen risiko agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit ................................................................. 65
18
Skema alur proses model analisis risiko agroindustri ............................... 67
19
Skema alur model resiko finansial agroindustri biodiesel ......................... 68
20
Perangkat lunak SPK “Biodiesel-RM” ...................................................... 70
21
Pohon keputusan analisis risiko bahan baku .............................................
xviii
79
xix 22
Pohon keputusan analisis risiko proses pengolahan................................... 83
23
Pohon keputusan analisis risiko pemasaran ............................................. 88
24
Pohon keputusan analisis risiko ................................................................ 90
25
Hasil analisis AHP harga bahan baku ........................................................ 98
26
Hasil analisis AHP Kualitas produksi ......................................................... 100
27
Diagram proses pembuatan biodiesel ……………………………………. 104
28
Hasil analisis AHP Kebijakan pemerintah ........................... ..................... 108
29
Struktur hirarki antar sub elemen sektor masyarakat yang terpengaruh Program ................................................................... .................................. 114
30
Matriks Driver Power-Depedence elemen masyarakat yang terpengaruh Program ...................................................................................................... 115
31
Struktur hirarki antar sub elemen kebutuhan ............................................... 118
32
Matriks Driver Power-Depedence elemen Driver kebutuhan .....……….. 120
33
Struktur hirarki antar sub elemen kendala .................................................. 123
34
Matriks Driver Power-Depedence elemen kendala ................................... 124
35
Struktur hirarki antar sub elemen tujuan .................................................... 128
36
Matriks Driver Power-Depedence elemen tujun....................................... 130
37
Model sturktur hirarki antar sub elemen tolok ukur ................................. 133
38
Matriks Driver Power-Depedence elemen tolok ukur .............................. 134
39
Sruktur hirarki antar sub elemen lembaga ................................................. 137
40
Matriks Driver Power-Depedence elemen lembaga ................................. 138
41
Struktur hirarki antar sub elemen perubahan ............................................. 141
42
Matriks Driver Power-Depedence elemen perubahan …….……………. 142
43
Struktur hirarki antar sub elemen aktivitas .......................... ...................... 146
xix
xx 44
Matriks Driver Power-Depedence elemen aktivitas yang dibutuhkan .....
45
Gambaran umum keterkaitan institusi dan para pihak yang berkepentingan pada industri biodiesel .................................................................................. 164
46
Sistem klaster agroindustri biodiesel .......................................................... 164
47
Skema pembiayaan klaster industri biodiesel .............................................. 169
48
Struktur organisasi hipotetik klaster industri biodiesel ............................... 172
49
Struktur organisasi hipotetik forum komunikasi manajemen klaster Industri biodiesel .......................................................................................... 180
xx
148
xviii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1.
Industri Biodiesel Berbasis Kelapa ................................................. 191
2.
Tampilan Masukan Dan Hasil Penilaian Pakar Untuk Analisis Risiko Bahan Baku ............................................................................ 192
3.
Skor Keseluruhan Analisa Risiko Bahan Baku …….……………… 193
4
Tampilan Masukan dan Hasil Penilaian Pakar Untuk Analisis Risiko Proses Pengolahan .............................................................................. 193
5.
Skor Keseluruhan Analisa Risiko Proses Pengolahan ........................ 195
6.
Tampilan Masukan Dan Hasil Penilaian Pakar Untuk Analisis Risiko Pemasaran ................................................................................ 195
7.
Skor Keseluruhan Analisa Risiko Pemasaran ..................................... 196
8.
Perkiraan Rugi Laba ............................................................................ 197
9.
Input skenario model dan hasil analisis kelayakan finansial ............... 199
10.
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi Biodiesel-RM ....................... 200
11.
Parameter Sistem Pakar ...................................................................... 233
12.
Kebijakan Sistem Pakar ...................................................................... 233
13.
Skenario Rule Base …………………………………………………. 234
14. Struktur organisasi hipotetik koperasi agroindustri biodiesel ............ 290
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Ketersediaan energi yang berasal dari minyak bumi semakin hari semakin terbatas.
Kondisi ini memicu peningkatan harga jual bahan bakar
minyak bumi yang disebabkan karena produksi minyak bumi dalam negeri tidak dapat memenuhi permintaan pasar yang meningkat dengan cepat akibat pertumbuhan penduduk dan industri. Indonesia yang semula adalah net-exporter di bidang bahan bakar minyak (BBM), sejak tahun 2000 telah menjadi netimportir BBM. Pada periode bulan Januari – Juli 2006 produksi BBM Indonesia hanya mencapai 1.29 juta barel per hari, sedangkan konsumsi BBM mencapai sekitar 1.3 juta barel per hari sehingga terdapat defisit BBM sebesar 0.27 juta barel yang harus dipenuhi melalui impor. Untuk memenuhi defisit sebesar 0.27 juta barel tersebut, dengan harga minyak dunia mencapai US$ 70 per barel, maka Indonesia harus menyediakan budget setiap harinya sekitar US$ 18.9 per hari atau jika dirupiahkan sebesar Rp 170.1 milyar (Syah 2006). Ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil sangat besar. Berdasarkan data DESDM (2006) minyak bumi mendominasi 52.5% pemakaian energi di Indonesia, sedangkan penggunaan gas bumi sebesar 19%, batu bara 21.5%, air 3.7%, panas bumi 3% dan energi terbarukan hanya sekitar 2% dari total penggunaan energi. Ketergantungan akan minyak menyebabkan Indonesia mudah terombang-ambing oleh harga minyak dunia yang melonjak hingga menembus angka di atas US$ 75 per barel. Kelangkaan minyak ini menyebabkan krisis dalam berbagai bidang.
Cadangan minyak di Indonesia saat ini sebesar 9
miliar barel, sementara itu setiap tahun Indonesia memproduksi 500 juta barel, ini artinya jika terus dikonsumsi dan tidak ditemukan cadangan minyak baru, diperkirakan cadangan minyak Indonesia akan habis dalam waktu delapan belas tahun mendatang (DESDM 2006).
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka
sudah saatnya Indonesia mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dengan mengembangkan sumber energi alternatif terbarukan dari sumber daya alam nabati. Hal ini telah disadari oleh pemerintah Indonesia, yang dibuktikan dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden No. 5/2006 tentang kebijakan energi
2 Nasional dan Instruksi Presiden No. 1/2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar alternatif. Untuk mengantisipasi masalah bahan bakar yang tidak stabil ini, maka sudah saatnya Indonesia mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dengan mengembangkan sumber energi alternatif terbarukan. Pengembangan bioenergi diharapkan dapat mensubstitusi kebutuhan BBM di Indonesia Biodiesel adalah bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai solar. Kelebihan biodiesel dibanding solar adalah merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang jauh lebih baik (free sulphur, smoke number rendah) sesuai dengan isu-isu global, cetane number lebih tinggi (> 57) sehingga efisiensi pembakaran lebih baik dibandingkan dengan minyak solar, memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin; biodegradable (dapat terurai), merupakan renewable energy karena terbuat dari bahan alam yang dapat diperbarui, dan meningkatkan independensi suplai bahan bakar karena dapat diproduksi secara lokal (Daryanto 2006). Trifino (2006) menyatakan bahwa biodiesel bisa digunakan dengan mudah karena dapat bercampur dengan segala komposisi dengan minyak solar, mempunyai sifat-sifat fisik yang mirip dengan solar sehingga dapat diaplikasikan langsung untuk mesin-mesin diesel yang ada hampir tanpa modifikasi, dapat terdegradasi dengan mudah (biodegradable), 10 kali tidak beracun dibanding minyak solar, memiliki angka setana yang lebih baik dari minyak solar biasa, asap buangan biodiesel tidak hitam, tidak mengandung sulfur serta senyawa aromatik. Salah satu sumber minyak nabati yang dapat digunakan untuk menghasilkan biodiesel adalah minyak kelapa sawit.
Daryanto (2006)
menyatakan bahwa biodiesel yang berasal dari CPO, saat ini merupakan harapan baru untuk menjawab sebagian kebutuhan energi di Indonesia. Selain ramah lingkungan, biodiesel CPO juga bisa diperbarui, sementara Indonesia sendiri merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia saat ini. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak tertinggi di dunia yaitu sebesar 6 ton minyak per hektar per tahun, dengan produksi biomassa kering mencapai 55 ton per hektar per tahun.
3 Sistem pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit seperti halnya agroindustri lainnya memiliki hubungan antar elemen yang relatif kompleks, terdapat saling ketergantungan dan mengandung potensi risiko yang cukup besar dalam pengelolaannya. Keberhasilan pengembangan sektor agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit salah satunya sangat tergantung kepada produksi kelapa sawit sebagai penyedia bahan baku. Sistem produksi biodiesel berbasis kelapa sawit memiliki risiko seperti adanya ketergantungan akan cuaca atau iklim, adanya serangan hama penyakit, persaingan harga minyak kelapa sawit sebagai bahan baku biodiesel dengan peruntukannya sebagai bahan minyak pangan, dan adanya krisis keuangan dunia. Keadaan tersebut perlu diperhatikan karena sangat mempengaruhi ketersediaan bahan baku dari segi jumlah, kualitas dan kontinyuitas (Sastrosayono 2006). Sa’id dan Intan (2001) menyatakan bahwa dalam pengembangan agribisnis, para pelaku dapat menghadapi risiko-risiko.
Penanggungan risiko
merupakan salah satu unsur biaya atau penyedot biaya yang sulit diperkirakan besarnya dalam setiap aktivitas bisnis, baik risiko penurunan produksi maupun risiko penurunan dalam nilai produk atau pendapatan bersih usaha bisnis. Sejumlah aspek utama dalam pengembangan agroindustri biodiesel mengandung potensi risiko yang harus dikelola secara baik. Aspek-aspek tersebut meliputi pengadaan bahan baku, proses pengolahan, pemasaran, dan finansial. Penelitian risiko agroindustri, terutama agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit selama ini masih sangat terbatas dan bersifat parsial, sehingga urgensi penelitian ini adalah melakukan kajian secara komprehensif melalui pendekatan sistem dan mengembangkan suatu perangkat lunak sistem penunjang keputusan (SPK) yang dapat diaplikasikan oleh sejumlah pihak terkait Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk merekayasa sistem penunjang keputusan manajemen risiko bagi pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kalapa sawit.
4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian difokuskan pada rekayasa sistem penunjang keputusan manajemen risiko agroindustri biodiesel dengan menggunakan CPO sebagai bahan bakunya.
Penelitian manajemen risiko ini dilakukan dengan
kegiatan menganalisis risiko dari kebun kelapa sawit sampai pemasaran biodisel. Strategi manajemen risiko dirancang dengan memperhatikan sejumlah tujuan secara hierarki dengan mengakomodasi kepentingan para pelaku usaha terkait. Obyek penelitian ini adalah: (1) perkebunan kelapa sawit di Propinsi Riau, dan (2) Pabrik biodiesel di wilayah Tangerang Manfaat Penelitian Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
bermanfaat
baik
untuk
pengembangan ilmu maupun penerapannya sehingga mampu memberikan kontribusi nyata terhadap pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit. Beberapa manfaat yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah : 1) Bagi Perusahaan agroindustri, hasil penelitian ini merupakan alat penunjang keputusan taktis operasional dalam penerapan manajemen risiko untuk pengembangan agroindustri biodiesel 2) Bagi pemerintah dan intansi terkait, hasil penelitian ini merupakan informasi mengenai manajemen risiko dalam mendukung perencanaan strategis mengenai pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit dan sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan. Kebaruan Penelitian Kebaruan
dari
penelitian
ini
adalah
pengembangan
kebijakan
manajemen risiko agroindustri biodiesel didasarkan pada pemodelan manajemen risiko melalui penggabungan pendekatan soft dan hard system methodology yang mengakomodasikan inisiatif masyarakat klaster industri.
5
TINJAUAN PUSTAKA Strategi Pengembangan Agroindustri Strategi menurut Simatupang (1997) adalah suatu pola atau perencanaan yang mampu mengintegrasikan sasaran, kebijakan, dan tindakan-tindakan organisasi secara komprehensif. Sedangkan pengembangan agroindustri adalah segala bentuk pengusahaan yang dilakukan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.
Hasil kajiannya menyebutkan bahwa agroindustri terbukti telah
berhasil memberikan nilai tambah sekitar 20.7%, penyerapan tenaga kerja 30.8% dan penyerapan bahan baku 89.9% dari total industri yang ada, hal tersebut mengindikasikan perlunya perhatian pemerintah dalam menetapkan kebijakan ke arah pengembangan agroindustri menjadi sistem unggulan. Agroindustri sebagai sistem unggulan Pembangunan ekonomi Indonesia kini dan kedepan harus mengarah kepada era liberisasi perdagangan yang ditandai dengan adanya perubahan term of trade, sehingga perdagangan lambat laun semakin hilang subsidi, tarif, dan arus lalu lintas modal antar negara semakin meningkat, sehingga menimbulkan adanya Foreign direct invesment (Devaragan at.al. 1990). Berdasarkan kondisi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kinerja industri di Indonesia akan mengalami hal-hal berupa : 1) Industri yang mendapat perlindungan dari pemerintah melalui subsidi atau tarif akan tertekan pada posisi yang tidak diuntungkan. 2) Industri yang padat modal dan tergolong industri berat yang selama ini memiliki tingkat keunggulan komparatifnya rendah akan dihadapkan pada tantangan produk-produk impor ataupun dari investasi asing langsung. 3) Industri yang monopoli akan dipaksa bersifat kompetitif. 4) Industri yang padat modal dan teknologi dihadapkan pada ketidak patuhan konsumen dalam mengkonsumsi, karena cepatnya arus informasi berlebihan yang hanya ditujukan untuk kelanggengan produk. 5) Sebaliknya industri yang intensif sumberdaya lokal, tampaknya berada dalam posisi yang aman dalam era liberisasi perdagangan.
6 Berdasarkan kondisi kinerja seperti tersebut di atas maka, kemajuan peningkatan industri Indonesia hanya dapat diatasi melalui dua cara yaitu; (1) efisiensi dalam proses produksi dan (2) memprioritaskan pada pengembangan agroindusri yang berbasis pada sumberdaya lokal, terintegrasi dan bersinergi. Apabila agroindustri dibangun berbasis sumberdaya lokal, maka dalam era globalisasi prospeknya sangat cerah, sehingga dimungkinkan akan menjadi sistem unggulan dengan alasan bahwa: 1) Kenyataan menunjukkan, di pasar Internasional hanya industri yang berbasiskan sumberdaya lokal yang mempunyai keunggulan komparatif dan mempunyai
kontribusi
terhadap
ekspor
terbesar,
dengan
demikian
pengembangan agroindustri di Indonesia akan menjamin perdagangan yang lebih kompetitif. 2) Kegiatan agroindustri mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang yang sangat besar (Backward dan forward linkages). Simatupang (1997) secara ekstrim menggambarkan keterkaitan berspektrum luas bahwa agroindustri sebetulnya tidak hanya dengan produk sebagai bahan baku, tapi juga dengan konsumsi, investasi dan fiskal. 3) Besarnya keterkaitan ke depan dan ke belakang bagi kegiatan agroindustri, sehingga apabila dihitung berdasarkan impact multiplier secara langsung dan tidak langsung terhadap perekonomian diprediksi akan sangat besar. Hal inilah yang menjadi pendekatan dalam memposisikan agroindustri berpeluang besar menjadi sistem unggulan (Simatupang 1997). 4) Produk agroindustri umumnya mempunyai elastisitas yang tinggi, sehingga makin tinggi pendapatan seseorang makin terbuka pasar bagi produk agroindustri (Sutawi 2002). 5) Kegiatan agroindustri umumnya menggunakan input yang bersifat renewable, sehingga pengembangan agroindustri tidak hanya memberikan nilai tambah, tetapi juga dapat menghindari pengurangan sumberdaya sehingga lebih menjamin sustainability. 6) Teknologi agroindustri sangat fleksibel, sehingga dapat dikembangkan dalam padat modal dan padat karya, mulai dari manajemen sederhana sampai modern, dari skala kecil sampai besar, sehingga Indonesia yang penduduknya
7 padat berpeluang dilakukan pengembangan agroindustri dari berbagai segmen usaha. Sesuai
dengan
amanat
pembangunan
Nasional,
bahwa
landasan
pembangunan Nasional Indonesia adalah Trilogi (pertumbuhan, pemerataan dan stabilitas)
dengan
penekanan
pada pemerataan.
Jika dikaitkan
dengan
pembangunan sektor industri, maka definisi trilogi dapat dioperasionalkan menjadi pertumbuhan dalam arti pertumbuhan produksi, pendapatan tenaga kerja, dan jenis industri. Pemerataan dalam arti pemerataan mendapatkan kesempatan berusaha, pendapatan, kesempatan kerja. Jenis industri meliputi stabilitas dalam arti strategi yang menyangkut produk, pendapatan, kesempatan kerja, dan kelestarian usaha. Agroindustri adalah perusahaan (enterprise) yang mengolah hasil tanaman dan hewan. Pengolahan mencakup transformasi dan pengawetan produk melalui perubahan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan dan distribusi (Austin 1992). Pengembangan agroindustri berkelanjutan adalah pengembangan agroindustri yang memperhatikan aspek manajemen dan konservasi sumber daya alam dengan menggunakan teknologi dan kelembagaan yang sesuai dengan daya dukung lingkungan, tidak menimbulkan degradasi atau kerusakan, secara ekonomi menguntungkan dan secara sosial dapat diterima oleh masyarakat (Soekartawi 2000). Beberapa ciri utama agroindustri berkelanjutan yaitu (1) produktivitas dan keuntungan dapat dipertahankan atau ditingkatkan dalam waktu yang relatif lama, sehingga dapat memenuhi kebutuhan manusia pada masa sekarang dan masa mendatang, (2) sumber daya alam khususnya sumber daya pertanian terpelihara dengan baik karena salah satu aspek keberlanjutan agroindustri adalah tersedianya bahan baku, (3) tingginya kepedulian terhadap lingkungan yang dicirikan oleh rendahnya dampak lingkungan. Pengembangan agroindustri biodiesel Pardamean (2008) menyatakan, minyak kelapa sawit diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit dengan kandungan asam lemak yang bervariasi baik dalam panjang dan struktur rantai karbon. Panjang rantai karbon dalam minyak kelapa sawit berkisar pada atom karbon C12 – C20. Komposisi asam
8 lemak dalam minyak kelapa sawit menurut Hui (1996) sangat menentukan sifat fisik dan kimia minyak kelapa sawit. Pada Tabel 1. ditampilkan komposisi asam lemak minyak kelapa sawit, sementara sifat fisik dan kimia minyak kelapa sawit disajikan pada Tabel 2. Tabel 1 Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit ASAK LEMAK Asam Kaprilat Asam Kaproat Asam Miristat Asam Palmitat Asam Laurat Asam Stearat Asam Palmitoleat Asam Oleat Asam Linoleat Sumber : Hui (1996)
JUMLAH (%) 0.9 – 1.5 41.8 – 46.8 0.1 – 1.0 4.2 – 5.1 0.1 – 0.3 37.3 – 40.8 9.1 – 11.0
Tabel 2 Sifat fisik kimia minyak kelapa sawit SIFAT Bilangan penyabunan (mg KOH/g oil) Bilangan iod (wij) Melting point (oC) Indeks refraksi (50o) Sumber : Hui (1996) Minyak
sawit
JUMLAH 190.1 – 201.7 50.6 – 55.1 31.1 – 37.6 1.45 – 1.45
mengandung
sejumlah
kecil
komponen
non – trigliserida. Karotenoid, tokopherol, tokotrienol, sterol, phospatida, triterpenic,
dan
alkohol
alipatik
merupakan
beberapa
komponen
non – trigliserida yang terkandung dalam minyak sawit dan selanjutnya disebut sebagai komponen minor. Jumlah komponen minor dalam minyak sawit kurang lebih sekitar 1%. Produksi minyak sawit Indonesia sejak tahun 2006 mengalami perubahan menjadi lebih baik dari Malaysia seperti terlihat pada Tabel 3. Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia sangat berpotensi menghasilkan minyak sawit yang dapat menjadi berbagai macam komoditi selain bahan bakar biodiesel minyak sawit, sehingga hal ini merupakan kesempatan emas bagi sentra-sentra kelapa sawit untuk mandiri dalam energi. Indonesia selayaknya melihat potensi
9 pengembangan biodiesel sebagai suatu alternatif yang segera dapat dengan cepat diimplementasikan, dilihat dari berbagai pertimbangan diantaranya melimpahnya bahan baku pembuatan biodiesel berbasis CPO, serta kemudahan teknologi pembuatan biodiesel, dan tentunya aspek terpenting berupa independensi Indonesia terhadap energi. Tabel 3 Produksi minyak sawit Indonesia vs Malaysia Produksi (juta Ton)
Estimasi 2005
2006
2007
Indonesia
13.0
16.0
17.2
2008 18.8
2009 20.2
Malaysia
13.8
14.9
15.8
16.5
17.5
Sumber : Oil World (2007) Hambali et al. (2007) menyatakan bahwa tiga komponen minor pertama kelapa sawit memiliki peranan penting dalam mempertahankan stabilitas minyak. Di dalam minyak sawit kasar (CPO), karoten, tokoperol, dan tokotrienol merupakan agen antioksidan alami yang menjaga stabilitas minyak terhadap kerusakan akibat
oksidasi.
Minyak kelapa sawit
mengandung sekitar 500 – 700 ppm karoten, 600 – 1 000 ppm tokotrietanol dan tokoferol. Karoten dalam minyak sawit pada umumnya hadir dalam bentuk ά dan β – karoten. Kombinasi kandungan karoten, tokoperol, tokotrienol, dan 50% asam lemak tidak jenuh menyebabkan minyak sawit memiliki stabilitas oksidatif yang lebih tinggi dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Disamping sebagai anatioksidan alami, karoten, tokoperol, dan tokotrienol minyak kelapa sawit memiliki peranan penting bagi kesehatan manusia. Kompon en ά
dan β – karoten memiliki peranan penting sebagai
sumber vitamin A sedangkan tokotrienol dan tokoperol memiliki peranan penting sebagai sumber vitamin E.
Selanjutnya dinyatakan bahwa kelapa
sawit merupakan sumber bahan baku penghasil minyak paling efisien dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Secara garis besar, buah kelapa sawit terdiri dari daging buah yang dapat diolah menjadi CPO, dan inti (kernel) yang dapat diolah menjadi PKO.
Hui (1996)
10 menyatakan bahwa minyak CPO dan PKO memiliki perbedaan baik dalam komposisi asam lemak yang terkandung seperti terlihat pada Tabel 4 maupun sifat fisik kimia yang disajikan pada Tabel 5. Komponen asam lemak terbesar penyusun PKO yaitu asam laurat. Karakteristik ini menjadikan PKO memiliki karakteristik yang mirip dengan minyak kelapa. Tabel 4 Komposisi asam lemak CPO, PKO, Fraksi CPO Olein, CPO Stearin dan PFAD
ASAM LEMAK
JUMLAH (%) CPO
PKO
RBD Olein
RBD Stearin
PFAD
0.2
47-53
0.1-0.5
0.1-0.6
0.1-0.3
Asam Miristat Asam Palmitat Asam Laurat
1.1
15-19
0.9-1.4
1.1-1.9
0.9-1.5
44.0
8-11
37.9-41.7
47,2-73,8
42.9-51.0
Asam Stearat
4.5
1-3
4.0-4.8
4.4-5.6
4.1-4.9
-
-
0.1-0.4
0.05-0.2
-
39.2
12-19
40.7-43.9
15.6-37.0
32.8-39.8
2-4
10.4-13.4
3.2-9.8
8.6-11.3
Asam Palmitoleat Asam Oleat
Asam 10.1 Linoleat Sumber : Hui (1996)
Tabel 5 Sifat fisik kimia CPO, PKO, RBD Olein, RBD Stearin dan PFAD JUMLAH CPO -
PKO -
RBD -
RBD Stearin -
PFAD 72.3-89.4
Bilangan Asam
-
225
-
-
-
Kandungan Air % wt Bilangan Penyabunan (mg KOH/g oil)
-
-
-
-
0.03-0.15
224-250
256
194-20
193-21
-
-
15
-
-
51.2-57.4
21-24
-
-
-
-
Indeks Refraksi (40 C)
36-37.5
-
1.45-1.45
-
-
Indeks Refraksi (60oC) Sumber : Hui (1996)
-
-
-
1.44-1.45
-
SIFAT Kadar asam lemak bebas
Bilangan Iod (wijs) Melting Point (oC) o
11 Secara umum proses pengelolaan minyak sawit dapat menghasilkan 73% olein, 21% stearin, 5% PFAD (Palm Fatty Acid Distillate) dan 0.5% bahan lainnya. Pada umumnya PFAD digunakan industri sebagai bahan baku sabun ataupun makanan ternak. PFAD memiliki kandungan FFA (free fatty acid) sekitar 81.l7%, gliserol 14.4%, squalane 0.8%, Vitamin E 0.5%, sterol 0.4% dan lain-lain 2.2% (Sastrosayono 2003). Oil word (2007) menyatakan bahwa saat ini pasokan bahan baku minyak sawit sudah cukup melimpah karena perkebunan kelapa sawit sudah lama diusahakan dalam skala besar dan berkembang dengan baik. Pengembangan tetap perlu dilakukan karena selama ini minyak sawit yang merupakan edible oil yaitu sebagai bahan baku industri pangan seperti minyak goreng dan non pangan seperti oleokimia, sehingga penggunaan minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel akan mengganggu ketersediaan minyak sawit untuk pangan dan oleokimia masa yang akan datang.
Ketika kebutuhan
biodiesel semakin meningkat, maka kebutuhan bahan baku akan semakin meningkat. Sesuai
hukum
permintaan
dan
penawaran
ketika
permintaan
meningkat sedangkan suplai bahan baku tetap, maka harga akan meningkat. Produksi kelapa sawit (CPO dan PKO) dari tahun 2002 hingga tahun 2008 terus mengalami peningkatan (Direktorat Jenderal Perkebunan 2008) (Tabel 6 dan Tabel 7). Hambali et al. (2007) menyatakan bahwa produk dari tanaman sawit baik dari daun, tangkai bunga, bunga, buah, batang maupun akarnya, memiliki manfaat yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai tambah, seperti terlihat pada pohon industri (Gambar 1) Analisa pasar Produk utama dari tanaman kelapa sawit adalah minyak kelapa sawit (palm oil), minyak inti sawit (palm kernel oil) dan biomasa, namun sementara ini di Indonesia baru dua produk minyak yang banyak di eksploitasi sedangkan produk biomassa seperti kompos, serabut (fiber) belum banyak di manfaatkan (sedang dalam proses pengkajian) (Pardamean 2008). Selanjutnya dinyatakan bahwa tahun 1991-2000, total konsumsi 17 minyak nabati utama adalah minyak kedelai, minyak biji lobak, minyak bunga matahari, minyak biji kapas, minyak
12 kelapa, minyak sawit, minyak inti sawit, minyak kacang tanah, minyak jagung, minyak wijen, minyak zaitun, minyak ikan, minyak linseed, minyak castor, butter, tallow dan lard bertambah dengan laju 3,01% per tahun dan mencapai 110 juta ton pada tahun 2000. Tabel 6. Produksi CPO Indonesia menurut pengusahaan komoditas kelapa sawit Tahun 2002 – 2008
PRODUKSI CPO (Ton) Perkebunan Perkebunan Besar Perkebunan Besar Rakyat Negara Swasta 3 426 740 1 607 734 4 587 871 3 517 324 1 750 651 5 172 859 3 745 264 1 981 576 6 079 710 3 873 677 2 049 849 6 528 455 5 783 088 2 313 729 9 254 031 5 805 125 2 313 976 9 254 101 5 805 207 2 314 209 8 990 185 32.87% 15.03% 52.10% 10.37% 6.40% 12.76% Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (2008)
Jumlah 9 622 345 10 440 834 11 806 550 12 451 981 17 350848 17 373 202 17 109 601 100.00% 10.83%
Tabel 7. Produksi PKO Indonesia menurut pengusahaan komoditas kelapa sawit Tahun 2002 – 2008 PRODUKSI PKO (Ton) Tahun Perkebunan Perkebunan Perkebunan Rakyat Besar Negara Besar Swasta 2002 621 346 313 390 896 333 2003 668 292 350 130 1 086 300 2004 730 960 355 895 1 180 416 2005 855 146 318 836 1 300 550 2006 974 821 425 882 1 391 356 2007 1 031 908 432 084 1 486 511 2008 1 115 419 453 338 1 581 666 Share 33.97% 14.92% 51.11% Growth 10.31% 7.15% 10.04% Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (2008)
Jumlah 1 831 069 2 104 722 2 267 271 2 474 532 2 792 059 2 950 503 3 150 423 100 00% 9.52%
13 Produktivitas minyak sawit adalah sekitar 3.5 - 4 ton/ha/tahun sedangkan untuk minyak kedelai adalah 0,4 ton/ha/tahun dan minyak lobak 0.57 ton/ha/tahun. Dengan demikian lahan yang diperlukan untuk memenuhi peningkatan permintaan minyak dunia dengan pengembangan perkebunan kelapa sawit akan lebih efektif dibandingkan dengan kedelai dan lobak (Prihandana et al. 2006). Minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit dapat dikembangkan menjadi berbagai produk turunannya yang berupa produk pangan dan oleochemical,
untuk
produk
pangan
yang
pada
umumnya
sudah
dikembangkan di Indonesia adalah minyak goreng dan mentega sedangkan untuk oleochemical berupa fatty acid, fatty alcohol, stearin dan glycerin (Timnas BBN 2008). Perkembangan pasar minyak sawit untuk keperluan pangan dan non pangan (oleochemical) ditentukan oleh faktor yang berbeda. Perkembangan pasar untuk keperluan pangan sangat ditentukan oleh populasi dan pendapatan sedangkan perkembangan pasar oleochemical sangat ditentukan oleh perkembangan tuntutan dan kemauan
masyarakat.
Keadaan ini
menyebabkan permintaan minyak sawit untuk pasar olechemical datang dari negara maju sedangkan untuk permintaan keperluan pangan datang dari negara maju maupun negara sedang berkembang.
Jumlah produksi negara
penghasil CPO di dunia pada tahun 2008 sebesar 43 ribu ton. Indonesia tercatat sebagai produsen CPO nomor satu di dunia dengan produksi CPO mencapai 19 juta ton, mengalahkan produksi CPO Malaysia yang hanya sebesar 17.35 juta ton (Tabel 8). Hasil persentase produksi CPO Indonesia menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2008) mencapai 42.84% dari total produksi CPO dunia, kemudian diikuti oleh Malaysia sebesar 42.67% sisanya negara-negara lainnya (Gambar 2). Dengan demikian hampir 85.5% produksi CPO dunia dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia.
14
POHON INDUSTRI KELAPA SAWIT
Tangkai Bunga
Daun
Bahan Kerajinan
Estragol
Gula Merah Anggur Sawit Vitamin B komplek Cuka Kelapa
Nutrien Organik Lipid Isoenzim
Buah
Bunga
Nira
Tokoferol
KELAPA SAWIT
Biji/Inti Kelapa Sawit (PK)
Daging Buah
Cangkang Sawit
Testa
Pangan
Bungkil Inti Sawit
Tepung Inti Sawit
Minyak Inti Sawit (PKO)
Minyak Sawit (CPO) Selulosa
Glukosa Kue-kue Inti Sawit
Minyak Kelapa Sawit Kasar (CPO)
Media Pertumbuhan Kapang Makanan ternak Bahan Vernis, Minyak Rengas Bahan Bakar
Arang
Karbon Aktif
Arang
Limbah cair
Limbah Padat
Pelet Karbon Selulosa
Pelet
Lignin
Bahan Bangunan
Silose
Alkohol
Silitol
Bungkil Makanan Ayam Makan Ternak Ruminansia
Media Pengembangbiaka n Cacing Media Pertumbuhan kapang
Tambang/ Tali
Pasta Pati
Gasbio
Metan
Metan
Akar
Pulp
AsetonButanolEtanol
Absorber Polipot TKS (Pot Tanaman) Biogas
Bahan Kerajinan Kayu Kelapa Sawit
Enzim Ekstra Sekunder
Media Pertumbuhan
Pulp Poliblen Karbon Aktif Lignin
Digliserida
Lignin
Surfaktan
Abu Janjang
Campuran Pupuk
Briket Arang Asam Organik
Silitol Silose
Es krim
Non Pangan
Tepung Tempurung
Mono Gliserida
Ransum Ternak
Asam Amino
Tandan Kosong
Daging Buah
Pakan Domba
Pulp
Lumpur Kelapa Sawit
Batang
Asam Lemak
Minyak Goreng
Karoten
Trigliserida, Digliserida, Monogliserida
Surfaktan
Protein Sel Tunggal
Vitamin A
Stearin
Lipase
Olein
Soap stock
Sabun Fatty alkohol
Metalic soap
Polyethoxylated Derivates
Fatty amines
Ester Dibasic Acid
Fatty Acide Amides
Fatty Alkohol
Margarine Cocoa Butter Substitute
Gambar 1 Pohon industri kelapa sawit (Sumber : Hambali at al. 2000)
Margarine
Shortening
Vegetables Ghee
Minyak Salad
15 Tabel 8 Jumlah produksi negara produsen CPO dunia Tahun 2004-2008 ( x1000 ton) Tahun 2004 2005 2006 Indonesia 12.350 13.80 16.05 Malaysia 13.97 14.96 15.88 Thailand 668 685 860 Nigeria 790 800 815 Kolombia 632 655 713 Lainnya 2.48 2.61 2.80 Jumlah 30.89 33.51 37.12 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (2008) Negara
Nigeria, 2.24%
Colombia, 1.95%
Lainnya, 7.91%
2007 17.10 15.82 1.02 830 738 2.99 38.51
2008 19.00 17.35 1.12 850 832 3.55 42.71
Indonesia, 42.84%
Thailand, 2.38%
Malaysia, 42.67%
Gambar 2 Presentase produksi negara produsen CPO dunia (Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan 2008) Total volume ekspor negara produsen CPO dunia diperkirakan mencapai 33.27 juta ton. Pada Tabel 9 disajikan jumlah ekspor negara produsen CPO dunia terhadap jumlah volume ekspor CPO dunia, Indonesia dan Malaysia merupakan kontributor eksportir CPO terbanyak yaitu sebesar 42.0 % dan 49.4 % (Gambar 3). Tabel 9. Volume ekspor negara produsen CPO dunia Tahun 2004-2008 (x 1000 ton) Tahun 2004 2005 2006 Indonesia 9 000 10 300 12 540 Malaysia 12 580 13 440 14 423 Kolombia 214 225 214 PNG 339 320 Lainnya 1 307 1 945 273 Jumlah 23 440 26 230 27 450 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (2008) Negara
2007 12 650 13 747 316 368 2 798 29 879
2008 14 430 15 100 305 396 3 043 33 274
16
PNG; 1,27% Colombia; 0,91%
Lainnya; 6,68%
Indonesia; 42,00%
Malaysia; 49,40%
Gambar 3 Persentase volume ekspor negara produsen CPO dunia (Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan 2008) Pada tahun 2008 volume impor negera-negara mencapai 33.17 juta ton.
konsumen CPO dunia
Konsumen terbesar CPO Indonesia adalah China
(17.77%), negara-negara Eropa (15.95%) dan India (13.34%). China mengimpor tidak kurang dari 6.06 juta ton CPO, kemudian negara-negara Eropa mengimpor sebanyak 5.16 juta ton dan India mengimpor sebanyak 4.90 juta ton. Oleh negaranegara tersebut CPO digunakan selain untuk bahan pangan juga digunakan sebagai bahan baku oleokimia. Volume impor negara konsumen CPO dunia dapat dilihat pada Tabel 10. sedangkan persentase volume impornya dapat dilihat pada Gambar 4. Tabel 10 Volume impor negara konsumen CPO dunia tahun 2004-2008 (x 1000 ton) Tahun 2004 2005 2006 China 3 570 4 320 5 462 Negara Eropa 3 690 4 180 4 653 India 3 570 3 340 3 198 Pakistan 1 432 1 646 1 768 USA 273 415 629 Mesir 702 765 770 Bangladesh 644 960 887 Lainnya 9 469 10 444 10 213 Jumlah 23 350 26 070 27 580 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (2008) Negara
2007 5 499 4 683 3 688 1 711 788 720 709 11 680 29 478
2008 6 061 5 160 4 909 1 801 960 690 843 13 293 33 717
17
China, 17.77% Negara Eropa, 15.95%
Lainnya, 39.30%
Bangladesh, 2.88%
India, 13.34%
Mesir, 2.60% USA, 2.19%
Pakistan, 5.96%
Gambar 4 Persentase volume impor negara konsumen CPO dunia (Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan 2008) Kebutuhan, pemenuhan dan peluang pasar Nasional Sekitar 61.28 % dari produk CPO Indonesia di ekspor ke luar negeri, sementara sisanya diserap untuk konsumsi di dalam negeri. Untuk penggunaan lokal, industri minyak goreng merupakan penyerap CPO dominan, mencapai 31.0% dari total produksi, sedang sisanya dikonsumsi oleh industri oleokimia (3.73%), sabun (2.05%) dan margarine atau shortening (1.95%). Pola pemakaian CPO di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 5.
Minyak Goreng 31,0%
Margarine 1,9%
Sabun 2,0%
Oleokimia 3,7%
Ekspor 61,3%
Gambar 5 Pola konsumsi CPO di Indonesia ( Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan 2008) Produksi minyak sawit (CPO) Indonesia tahun 2008 sebesar 17.1 juta ton, dimana terjadi peningkatan rata-rata 12% per tahun dibandingkan tahun-tahun
18 sebelumnya. Peningkatan prouksi CPO diikuti dengan pengingkatan produksi PKO. Pada tahun 2008 produksi minyak inti sawit (PKO) Indonesia sebesar 3.2 juta ton dengan peningkatan sebesar 10% per tahun Perkembangan produksi minyak sawit dan minyak inti sawit Indonesia dapat dilihat pada Tabel 11, Tabel 12 dan pada Gambar 6. Tabel 11
Produksi CPO indonesia menurut pengusahaan komoditas kelapa sawit tahun 2002 – 2008 PRODUKSI CPO (Ton)
Tahun 2002 2003 2004 2005 2006) 2007 2008 Share Growth
Perkebunan Rakyat 3 426 740 3 517 324 3 745 264 3 873 677 5 783 088 5 805 125 5 805 207 32.87% 10.37%
Perkebunan Besar Negara 1 607 734 1 750 651 1 981 576 2 049 849 2 313 729 2 313 976 2 314 209 15.03% 6.40%
Perkebunan Besar Swasta 4 587 871 5 172 859 6 079 710 6 528 455 9 254 031 9 254 101 8 990 185 52.10% 12.76%
Jumlah 9 622 345 10 440 834 11 806 550 12 451 981 17 350 848 17 373 202 17 109 601 100.00% 10.83%
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (2008) Tiga propinsi yang mempunyai produksi CPO paling besar di Indonesia berada di Pulau Sumatera, yaitu Propinsi Riau, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Produksi CPO di Propinsi Riau sebesar 4.7 juta ton (27.39%), kemudian diikuti oleh Sumatera Utara 3,2 juta ton (18.71%), dan Sumatera Selatan 1.6 juta ton (9.45%). Maryadi et.al (2004) menyatakan bahwa harga kelapa sawit sangat tergantung kepada harga minyak fosil. Jika, harga minyak fosil naik, maka harga kelapa sawit juga akan mahal. Selanjutnya dinyatakan bahwa dengan harga crude palm oil (CPO) di pasar lokal sebesar Rp. 4 500 per kg dan harga tandan buah segar (TBS) yang hanya Rp 500-600 per kg, biodiesel bisa dijual dengan harga Rp 6 500 per kg, karena biaya produksinya sekitar Rp 700 - Rp.1 000,- per liter. Harga ini jauh lebih murah dari harga BBM industri yang saat ini rata-rata diatas Rp 8 000 per liter.
19 Tabel 12
Produksi pko indonesia menurut pengusahaan komoditas kelapa sawit tahun 2002 – 2008
PRODUKSI PKO (Ton) Tahun Perkebunan Perkebunan Perkebunan Rakyat Besar Negara Besar Swasta 2002 621 346 313 390 896 333 2003 668 292 350 130 1 086 300 2004 730 960 355 895 1 180 416 2005 855 146 318 836 1 300 550 2006 974 821 425 882 1 391 356 2007 1 031 908 432 084 1 486 511 2008 1 115 419 453 338 1 581 666 Share 33.97% 14.92% 51.11% Growth 10.31% 7.15% 10.04% Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (2008)
Jumlah 1 831 069 2 104 722 2 267 271 2 474 532 2 792 059 2 950 503 3 150 423 100.00% 9.52%
18,0
Produksi (Ribu ton)
16,0 14,0 12,0 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0 -
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
CPO
5,9
6,5
7,0
8,4
9,6
10,4
11,8
12,5
17,4
17,4
17,1
PKO
1,2
1,3
1,4
1,7
1,8
2,1
2,3
2,5
2,8
3,0
3,2
Tahun
Gambar 6 Grafik perkembangan produksi minyak sawit Indonesia 1998-2008 (Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan 2008) Untuk peningkatan produksi dan mutu CPO, perlu dilakukan usahausaha perbaikan melalui aspek budidaya dan produksi, aspek pengolahan, aspek tataniaga atau pemasaran, serta aspek kelembagaan yang ditunjang
dengan
pengadaan permodalan dan lembaga keuangan dengan dukungan peran dari pemerintah.
Mutu CPO,
harus terjamin sesuai dengan klon unggulannya
20 sehingga diperoleh keseragaman mutu. Dari aspek penanganan dan pengolahan minyak CPO sampai menjadi biodiesel, diperlukan penanganan khusus. Adapun proses pembuatan biodiesel berbasis kelapa sawit ditunjukkan melalui diagram alir seperti pada Gambar 7.
CPO (Crude Palm Oil)
PEMURNIAN
METANOL
KOH
PFAD
PENCAMPURAN RBDPL
FRAKSINASI
OLEIN
STEARIN
PEMANASAN
TRANSESTERIFIKASI
SEPARASI
GLISEROL
CRUDE BIODIESEL Recovery Metanol
SLUDGE PURIFIKASI PURIFIKASI
RIFINED GLISEROL
PURIFIKASIBIOD IESEL Recovery Metanol
Gambar 7 Diagram alir proses produksi biodiesel dari CPO (Sumber: Hambali at al. (2007)
21 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengembangan risiko agroindustri telah dilakukan diantaranya seperti terlihat pada Tabel 13: Tabel 13. Berbagai Penelitian Terdahulu Berkaitan Dengan Risiko Agroindustri No
Nama
Judul Penelitian
Metodologi
Hasil Penelitian
1
Lukitasari (2003)
Analisis Manajemen Risiko Terhadap Peningkatan Laju Produksi Budidaya Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)
Implementasi Praktis
2
Adinarmiharja (2003)
Analisis Manajemen Risiko Pada Industri Kecil Nata De Coco di Bogor, Jawa Barat
Faktor-faktor analisis manajemen risiko mempengaruhi laju produksi pada proses budidaya tiram putih Faktor-faktor risiko yang tidak dapat dihindari dalam peningkatan omzet penjualan IK Nata De Coco
3
Jayaprawira (2009)
4
Koemadji (2004)
Pendekatan EVT (Extreme Value Theory) Untuk Penentuan Ukuran Risiko Nilai VAR
5
Fitrianto (2007)
Rancang Bangun Sistem Pakar Manajemen Risiko Untuk Perencanaan Agroindustri Rumput Laut
Metode GEVD (generalized extreme value distribution) dan GPD (generalized pareto distribution) Perancangan Model Simulasi Fortopolio Risiko Montecarlo Korporasi Agroindustri dan Analisa Kelapa Sawit Probabilistik
Metode Pendekatan EVT (extreme value therry) yaitu metode untuk menilai ukuran risiko Expert System
Kebijakan: Segera memperbaiki sarana jalan Produksi dan Membuat Penampungan Air Metode EVT yang dapat digunakan dalam menghitung nilai VAR Didapatkan suatu model seaRisk
22 Penelitian yang berkaitan langsung dengan pengembangan agroindustri kelapa sawit khususnya tentang manajemen risiko agroindustri biodiesel, secara holistik di Indonesia hingga saat ini belum pernah dilakukan. Untuk itu, merujuk penelitian-penelitian tentang manajemen risiko agroindustri tersebut di atas, belum cukup untuk merepresentasikan model yang akan dikembangkan dalam penelitian ini secara langsung.
Penelitian ini lebih menekankan pada kajian
sistem penunjang keputusan menajemen risiko agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit. Untuk itu maka penelitian tentang manajemen risiko agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit ini
perlu dilakukan dengan harapan dapat
membantu pengguna dalam mengambil keputusan yang bersifat dinamis, sibernetik dan efektif, serta memberi masukan bagi pengembangan agroindustri biodiesel di Indonesia. Manajemen Risiko Manajemen risiko menurut Herman (2004) merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Sementara Djojosoedarso (1999) memberi pengertian tentang manajemen
risiko
yaitu
pelaksanaan
fungsi-fungsi
manajemen
dalam
penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi/ perusahaan, keluarga dan masyarakat, jadi mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir,
menyusun,
memimpin/mengkoordinasi
dan
mengawasi
(termasuk mengevaluasi) program penanggulangan risiko. Dalam pengembangan agroindustri terdapat sejumlah risiko dalam setiap rantai produksi mulai dari penyediaan bahan baku, proses pengolahan dan pemasaran. Selain itu, juga perlu diperhatikan risiko finansial dan aspek sosial kelembagaan. Untuk keberhasilan pengembangan agroindustri diperlukan suatu manajemen risiko yang dapat meminimasi risiko sehingga agroindustri dapat dikembangkan. Dalam lingkungan pengambilan keputusan yang terkait dengan risiko, terdapat empat keadaan dasar yaitu kepastian, risiko, ketidakpastian dan konflik. Teori keputusan sangat berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam keadaan risiko dan ketidakpastian. Suatu keadaan yang pasti terjadi jika semua
23 informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan diketahui dan tersedia. Keadaan risiko terjadi jika informasi akurat dan lengkap tidak tersedia, sedangkan probabilitas hasil (outcomes) tertentu yang akan terjadi dapat diperkirakan
(Mulyono
1991).
Risiko
menggambarkan
informasi
yang
mengidentifikasikan bahwa setiap rangkaian keputusan mempunyai sejumlah kemungkinan. Risiko adalah suatu karakteristik dari situasi atau kegiatan yang didalamnya terdapat dua atau lebih keluaran yang mungkin, sebagian keluaran yang akan terjadi tidak diketahui dan setidaknya satu dari kemungkinan keluaran tersebut tidak dikehendaki (Covello & Merkhofer 1993). Risiko mempunyai dua komponen utama yaitu (1) kemungkinan terjadinya suatu risiko (2) tingkat kekerasan. Risiko dapat juga didefinisikan sebagai fungsi dari kemungkinan dan tingkat
kekerasan
risiko,
yang
dapat
diformulasikan
yaitu
risiko
=
f (kemungkinan kejadian, tingkat kekerasan). Risiko sebagai fungsi dan komponennya disajikan pada Gambar 8. Risiko dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis. Berdasarkan kemungkinan terjadinya, risiko dibedakan menjadi risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni adalah risiko yang hanya terdapat kemungkinan terjadinya kerugian atau tidak terjadinya kerugian. Risiko spekulatif adalah risiko
Kemungkinan Kejadian
yang memungkinkan mendapatkan profit atau mengalami kerugian.
Risiko Tinggi Risiko Sedang
Risiko Rendah
Tingkat Kekerasan
Gambar 8 Risiko sebagai fungsi kemungkinan kejadian dan tingkat kekerasan Sumber: Covello & Merkhofer (1993)
24 Covello dan Merkhofer (1993) menyatakan, analisis risiko meliputi identifikasi risiko, penilaian risiko dan evaluasi risiko. Identifikasi risiko adalah proses untuk mengetahui penyebab risiko, kondisi dan kejadian yang secara potensial menghasilkan dampak merugikan. Penilaian risiko adalah proses yang sistematis untuk mendeskripsikan dan mengkuantifikasi risiko. Evaluasi risiko yaitu membandingkan dan menentukan tingkat risiko. Tujuan dari analisis risiko adalah memberikan informasi penting yang dibutuhkan dalam penangan risiko, terdiri dari (1) pengumpulan alternatif yaitu mengidentifikasi alternatif strategi dalam proses manajemen risiko, (2) evaluasi alternatif yaitu menilai dan membandingkan alternatif yang tersedia, (3) seleksi alternatif adalah memilih satu atau beberapa alternatif untuk diimplementasikan, dan (4) implementasi yaitu pelaksanaan dan monitoring alternatif terpilih (Gambar 9). Estimasi peluang atau kemungkinan terjadinya risiko dapat dilakukan dengan salah satu atau kombinasi dari empat metode dasar yaitu (1) logika, (2) frekuensi, (3) model statistika, dan (4) penilaian (judgment). Pemilihan dan penerapan metode-metode tersebut tergantung jenis persoalan yang akan diselesaikan.
ANALISIS Iifikasi Risiko
Penilaian Risiko
Evaluasi Risiko
MANAJEMEN RISIKO
Pengumpulan alternatif solusi
Evaluasi alternatif
Seleksi alternatif
Implementasi & monitoring
Informasi lain (teknik, politik, ekonomi, dan sebagainya Gambar 9 Analisis dan pengendalian risiko untuk manajemen risiko (Sumber: Covello & Merkhofer 1993)
25 Beberapa peneliti telah melakukan studi manajemen risiko untuk berbagai kasus. Metode penilaian risiko probabilistik (probabilistic risk assessment=PRA) dilakukan untuk mendeskripsikan kerusakan potensial dari sistem yang kompleks dan tidak terstruktur. Penerapan metode PRA yang diintegrasikan dengan evaluasi biaya bermanfaat untuk mengetahui efektivitas risiko
biaya
beberapa
alternatif teknologi
pengelolaan
limbah
dalam
pengusahaan ternak perah (Johnson et al. 1998). Penilaian risiko yang diintegrasikan dengan analisis ekonomi juga digunakan untuk mengelola risiko mikroorganisme patogen dalam makanan bagi kesehatan manusia (Morales & McDowel 1998). Penerapan analisis risiko probabilistik yang diintegrasikan dengan analisis ekonomi dan aplikasi teknik simulasi pada beberapa kasus analisis risiko menunjukkan metode tersebut cukup efektif memberikan informasi risiko ditimbulkan. Informasi tersebut berguna dalam manajemen risiko perusahaan. Metode fuzzy risk analysis (FRA) dengan perangkat analisis risiko yang dapat membantu dalam dua problem utama yaitu kompleksitas dan ketidakpresisian yang melekat (inherent imprecision). Aplikasi dalam penelitian awal menunjukkan terjadi peningkatan keakuratan hasil analisis risiko sebesar 20 % pada studi kasus risiko lingkungan.
Sistem fuzzy dan aplikasinya mengalami
perkembangan yang pesat, dari yang bersifat numerik, ke semi numerik dan nonnumerik. Aplikasi teknik fuzzy non-numerik telah diaplikasikan pada pengambilan keputusan seperti penentuan jenis media periklanan (Marimin et al. 1997) dan penentuan produk olahan apel unggulan (Santoso & Marimin 2001). Teknik fuzzy non-numerik untuk analisis risiko masih sangat terbatas yang telah dipublikasikan. Risiko bahan baku merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kajian risiko agroindustri, karena selain kelangsungan produksi tergantung pada ketersediaan bahan baku, juga karena ketersediaan tersebut tergantung pada sektor pertanian yang diliputi oleh adanya risiko dan ketidak pastian usaha. Johnson et al. (1998) menyatakan bahwa potensi risiko dari produksi hasil pertanian yang berpengaruh terhadap pengadaan bahan baku yaitu :
26 1) sifat produk seperti bersifat musiman, mudah rusak, bervariasi dan bervolume besar (bulk),
2) Sifat produsen (petani) seperti resisten terhadap inovasi,
3) Karakteristik pasar komoditas seperti tersebar secara geografis, memiliki jaringan kerja dan hubungan yang kompleks dengan unit-unit kecil dalam jumlah besar. Risiko kualitas dapat diminimasi dengan memenuhi spesifikasi bahan baku yang dipersyaratkan, melalui pengembangan standar spesifikasi bahan baku yang dibutuhkan industri, penentuan kapasitas produser dapat memenuhi standar dan penyediaan insentif bagi produser yang dapat memenuhi standar produksi dan pengiriman (Austin 1992). Masalah mutu akan sangat dipengaruhi oleh faktor onfarm.
Pengelolaan pada tingkat on-farm yang baik diharapkan mutu CPO akan
baik. Pemilihan pengolahan merupakan faktor penting dalam manajemen risiko pengolahan. Kriteria utama untuk pemilihan teknologi proses adalah kualitas produk, biaya investasi, kebutuhan energi, efek teknologi, biaya proses produksi, biaya sosial ekonomi, penentuan kapasitas, kapabilitas manajemen dan pengaruhnya terhadap mutu produk.
Potensi risiko dalam proses pengolahan
antara lain kurang tepatnya pemilihan jenis proses pengolahan, kerusakan peralatan dan pengolahan mesin/peralatan, faktor kualitas keahlian dan prilaku SDM. Adanya risiko proses pengolahan dapat menyebabkan terjadinya kualitas produk tidak memenuhi SNI Austin (1992) menyatakan bahwa upaya meminimalisasi risiko variasi proses dapat dilakukan melalui tahapan kegiatan yaitu : 1
Melakukan pengujian kemampuan produksi dari suatu proses pengolahan untuk menentukan berfungsi atau tidaknya proses produksi secara baik. Pengujian ini dilakukan dengan melakukan simulasi kondisi operasi aktual secara beragam, termasuk pengujian dengan beban lebih.
2
Menelaah terjadinya perbedaan kualitas dan penyebab terjadinya perbedaan tersebut
3 Menentukan alternatif perbaikan atau penyempurnaan yang difokuskan pada penghilangan
atau
pengurangan
menurunkan kualitas biodiesel.
faktor
penyebabnya
sehingga
dapat
27 Risiko utama pemasaran pada bidang agroindustri adalah tidak tercapainya penjualan akibat beberapa faktor yang dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terjadi karena kurang siapnya pihak perusahaan dalam memasuki pasar, seperti tidak tepatnya program bauran pemasaran yang diterapkan. Faktor eksternal terjadi karena adanya situasi yang tidak dapat dikendalikan melalui program pemasaran perusahaan, misalnya nilai tukar rupiah, situasi sosial, ekonomi dan harga CPO. Manajemen risiko pemasaran menurut Kotler (1997) dilakukan dengan beberapa tahapan kegiatan yaitu; 1 Menganalisa dan mendiagnosa masalah 2 Menentukan sumber masalah 3 Membuat, menerapkan dan mengendalikan rencana pemasaran, dan 4 Mengevaluasi hasil penerapan rencana pemasaran. Risiko pemasaran dapat dikurangi dengan melakukan pengendalian secara efektif terhadap kegiatan pemasaran. Pengendalian pemasaran tersebut meliputi pengendalian rencana tahunan, pengendalian profitabilitas, pengendalian efisiensi dan pengendalian strategis Risiko finansial merupakan indikator penting bagi seorang pengusaha yang dipergunakan untuk mengetahui sejauh mana modal yang telah diinvestasikan dapat memberi keuntungan dan seberapa besar resiko yang harus ditanggung dari investasi yang dilakukan. Secara spesifik, batasan risiko suatu usaha adalah variablitas pendapatan sebagai dampak dari suatu arus kas masuk dan keluar selama umur investasi yang bersangkutan.
Variasi ini erat
hubungannya dengan ketidaktepatan dalam menentukan prakiraan seperti penyerapan pasar atas produk yang dihasilkan,
kemajuan teknologi di masa
depan, tingkat harga, kualitas dan kuantitas peralatan dan lain-lainnya. Tujuannya adalah mencari keseimbangan yang paling baik antara tingkat keuntungan yang akan diperoleh dan resiko yang dihadapi. Risiko finansial dilakukan untuk mengetahui tingkat risiko yang harus ditanggung perusahaan dibanding dengan keuntungan yang diperoleh. Hubungan antara risiko dan keuntungan diukur dengan koefisien variasi (cv) yang merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung perusahaan dengan
28 besarnya keuntungan yang akan diperoleh sebagai hasil. Semakin besar nilai cv, risiko yang ditanggung semakin besar pula.
Asumsi-asumsi yang digunakan
dalam analisis risiko yaitu : jika nilai cv ≤ 0.5 berisiko rendah; jika 0.5 < cv ≤ 0.8 berisiko sedang ; jika 0.8 < cv ≤ 1.8 berisiko tinggi dan jika nilai cv > 1.2 berisiko sangat tinggi (Soeharto 2002). Husein (2001) menyatakan bahwa untuk mengkaji seberapa besar kemampuan proyek untuk memenuhi kewajiban finansial dan mendatangkan laba, diperlukan tiga macam daftar keuangan, yaitu prakiraan rugi laba, perkiraan mutasi kas dan neraca proyek yang bersangkutan selama masa proyek berlangsung.
Di dalam aspek finansial tersebut hal yang sangat menentukan
antara lain: 1) Jumlah kebutuhan dana modal tetap dan modal kerja awal 2) Struktur permodalan, yaitu perbandingan antara modal pinjaman dan modal sendiri; sumber pinjaman yang diharapkan beserta persyaratannya. 3) Kemampuan proyek untuk memenuhi kewajiban finansialnya dan mendatangkan laba. Selanjutnya dinyatakan bahwa pada dasarnya, struktur permodalan proyek dapat berasal dari modal sendiri maupun penjaman dari bank atau lembaga keuangan. Pada proses pengembalian pinjaman, pengusaha akan mengembalikan modal pokok ditambah bunga.
Pada proses pengembalian modal sendiri,
pengusaha tidak dikenakan bunga melainkan modal pokoknya saja. Semakin besar persentase modal sendiri maka semakin besar pendapatan yang diperoleh pengusaha. Persentase total utang terhadap modal sendiri disebut debt to equity ratio (DER).
Rasio ini merupakan gambaran sejauh mana modal sendiri
menjamin seluruh utang.
Selain itu rasio ini dapat juga dibaca sebagai
perbandingan antara dana pihak luar dengan dana pemilik perusahaan. Semakin besar rasio maka makin besar resiko kreditor. Sejumlah alasan untuk pembenaran pengambilan bunga diantaranya teori abstinence, sebagai imbalan sewa, opportunity cost dan teori kemutlakan produktivitas modal. Namun demikian sejumlah teori ini bertentangan dengan teori ekonomi konvensional sendiri dan tidak sesuai dengan kondisi prakteknya.
29 Teori abstinence menyatakan kreditor yang menahan diri untuk memenuhi keinginannya dengan meminjamkan uangnya kepada orang lain dianggap wajar mendapatkan sewa atas uang yang dipinjamkan.
Dalam
kenyataan, karena kreditur hanya akan meminimkan uang yang tidak digunakan sendiri, namun juga tidak ada standar yang dapat digunakan untuk mengukur unsur penundaan konsumsi dari teori tersebut. Kalaupun ada, sulit menentukan suku bunga yang adil antara kedua belah pihak. Teori bunga sebagai imbalan sewa juga bertentangan dengan disiplin ilmu ekonomi barat yang menyatakan rent (sewa) hanya digunakan untuk kapital baik aset tetap maupun aset bergerak, sedangkan interest (bunga) digunakan untuk uang. Uang memiliki karakter yang berbeda dengan barang dan komoditas lain baik menyangkut daya tukar, kepercayaan masyarakat maupun posisi hukumnya. Karim (2003) menyatakan, kreditor menunggu atau menahan diri tidak menggunakan modalnya sendiri dan memberikan modalnya kepada peminjam sehingga berhak mendapatkan sebagian keuntungan peminjam. Pandangan ini berbenturan dengan kenyataan bahwa tidak ada kepastian modal yang digunakan untuk berusaha akan selalu untung. Teori bunga juga tidak dapat menjelaskan secara rasional dan adil mengenai peminjam yang akan secara pasti memperoleh keuntungan setiap bulan atau setiap tahun sehingga harus selalu membayar bunga tertentu. Menurut Karim (2003) dalam ekonomi konvensional, ketidakpastian pengembalian dikonversi menjadi suatu kepastian melalui premium for uncertainty. Dalam setiap investasi selalu ada probabilitas untuk mendapatkan positive return (pengembalian positif), negative return (pengembalian negatif) dan no return (impas). Adanya probabilitas pengembalian negatif dan impas ini dipertukarkan dengan sesuatu yang pasti yakni premium for uncertainty.
Konsep ini
bertentangan dengan teori keuangan sendiri yang menjelaskan adanya hubungan antara risiko dan pengembalian (return goes along with risk). Pada bank konvensional kepentingan pemilik dana (deposan) adalah memperoleh imbalan berupa bunga simpanan yang tinggi sedangkan kepentingan pemegang saham diantaranya memperoleh spread yang optimal antara suku
30 bunga simpanan dan suku bunga pinjaman atau mengoptimalkan perbedaan tingkat suku bunga, di pihak lain, kepentingan pemakai dana (debitur) adalah memperoleh tingkat bunga yang rendah. Dengan demikian pada ketiga kepentingan dari para pihak tersebut terjadi antagonis yang sulit diharmoniskan. Dalam penentuan suku bunga yang mengandung unsur ketidak adilan dan ketidak sederajatan diantaranya adalah : 1) Penentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus selalu untung untuk pihak bank, walaupun dalam kenyataan peminjam mengalami kerugian dalam usahanya. 2) Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang (modal)
yang
dipinjamkan. 3) Jumlah pembayaran bunga tetap tanpa mempertimbangkan proyek
yang
dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi. Menurut Zulkifli (2003), penerapan sistem bunga (internal rate mechanism) pada perbankan konvensional menjadi salah satu penyebab krisis ekonomi berkepanjangan akibat adanya negative spread yakni kondisi dimana biaya bunga yang harus dibayar oleh bank kepada deposan lebih besar dari pendapatan bunga yang diterima bank. Hal ini sebagai konsekuensi sistem bunga yang dianutnya sehingga diwajibkan untuk membayar bunga kepada deposan meskipun usaha yang dibiayainya mengalami kerugian. Sistem bunga yang diterapkan perbankan konvensional menganaktirikan usaha sektor riil. Dengan penerapan sistem bunga, bank berusaha untuk meraih keuntungan dengan cenderung memilih jenis usaha yang memiliki risiko kecil atau bahkan tidak ada risiko sama sekali, oleh karena itu beberapa bank konvensional lebih memfokuskan diri untuk bermain di pasar uang atau menyimpannya di Bank Indonesia. Bank konvensional hanya akan membiayai sektor riil jika tingkat keuntungannya melebihi suku bunga SBI ditambah dengan risk premium tertentu. Sektor riil menjadi alternatif terakhir bagi bank konvensional untuk berusaha. Bagi sektor riil sendiri tingkat suku bunga yang tinggi menjadikan iklim usaha tidak menarik karena ketika usaha mengalami kerugian masih diharuskan membayar bunga kepada bank.
31 Sistem Penunjang Keputusan (SPK) Dasar pengambilan keputusan dilakukan dengan tranformasi informasi menjadi alternatif. Pendekatan sistem dalam pengambilan keputusan dikenal sebagai Sistem Penunjang Keputusan atau Decision Support Sistem (DSS). Sprague dan Hugh (1996) mendefinisikan sistem penunjang keputusan sebagai suatu sistem yang berbasis komputer, membantu dalam membuat keputusan, berhubungan dengan problem yang tidak terstruktur, interaksi langsung dengan data dan analisis model. Millet dan Mawhinney (1992) menyatakan bahwa fokus Decision Support Sistem (DSS) adalah masalah keputusan spesifik ataupun kumpulan masalah-masalah yang saling berhubungan. Singh (1990) menyatakan bahwa Decision Support Sistem (DSS) merupakan suatu paket program yang mampu menggabungkan hardware dan software untuk membantu dalam membuat keputusan pada manajemen tingkat tinggi. Decision Support Sistem (DSS) merupakan penunjang atau pendukung keputusan yang dilakukan melalui pemanfaatan keunggulan
manusia dan
perangkat teknologi komputer, sehingga memungkinkan pengguna dapat melakukan pengambilan keputusan dengan sistem yang lebih cepat dan akurat. Model konsepsional dari DSS menurut Eriyatno (1999) adalah merupakan gambaran hubungan abstrak tiga komponen utama penunjang keputusan, yaitu para pengambil keputusan, basis model, dan basis data. Hubungan antara komponen Decision Support Sistem (DSS) dapat ditunjukkan pada Gambar 10.
32 Data
Sistem Manajemen Basis Data Statis
Pengetahuan
Model
Sistem Manajemen Basis Pengetahuan Dinamis
Sistem Manajemen Basis Model
Sistem Pengolahan Terpusat Sistem Manajemen Dialog
user Gambar 10 Hubungan antara komponen Decision Support Sistem (DSS) (Sumber : Eriyatno (1999) Komponen manajemen data merupakan basis data yang mengandung data yang relevan untuk situasi yang dihadapi. Pada komponen ini dapat ditambah, dihapus, diganti atau disunting agar tetap relevan jika dibutuhkan. Manajemen model merupakan basis model yang dapat berupa model-model finansial, statistik atau model kuantitatif lainnya yang disiapkan untuk sistem analitik. Sedangkan sistem manajemen dialog merupakan sub sistem yang berkomunikasi dengan pengguna, sehingga tugas utama manajemen dialog adalah menerima masukan dan memberikan keluaran yang dikehendaki pengguna. Sistem pengolahan terpusat adalah koordinasi dan pengendali dari operasi SPK secara menyeluruh. Sistem ini menerima masukan dari ketiga sub sistem lainnya dalam bentuk baku serta menyerahkan keluaran sub sistem yang dikehendaki dalam bentuk yang baku pula. Teknik Simulasi Model (SM) Model adalah suatu perwakilan atau abstraksi dari obyek atau situasi aktual dan deskripsi dari sistem (Eriyatno 1999). Gasperzs (1992) menyatakan bahwa pada dasarnya model terdiri dari dua aspek, yaitu representasi dan abstraksi. Representasi merupakan pemetaaan dari karakteristik sistem konkrit
33 yang dipelajari, sedangkan abstraksi merupakan proses transformasi karakteristik sistem konkrit ke dalam konsep. Model memperlihatkan hubungan-hubungan langsung maupun tidak langsung serta kaitan timbal balik. Dengan demikian model adalah diskripsi atau abstraksi dari suatu sistem, karena wujudnya diskripsi atau abstraksi maka wujud dari model sering kurang kompleks dari sistem yang dimodelkan. Kriteria kelengkapan suatu model adalah model yang benar-benar dapat mewakili berbagai aspek dari sistem yang dikaji. Keberhasilan model sangat ditentukan oleh kemampuan seorang model di dalam mendifinisikan sejumlah elemen pada sistem nyata. Hal penting dalam pengembangan model adalah mencari peubah-peubah utama yang sangat erat hubungannya dengan pengkajian yang terdapat pada peubah-peubah. Untuk mempelajari keterkaitan antara peubah dalam sebuah model dapat digunakan teknik simulasi tahap pertama pemodelan adalah pengembangan tujuan yang didasari oleh perumusan masalah. Untuk kinerja yang diinginkan dan alternatif rancangan harus dimasukkan ke dalam model untuk evaluasi. Penilaian alternatif rancangan ukuran kinerja spesifik disebut sebagai output model. Dan apabila rekomendasi telah dapat dibuat berdasarkan penilaian dari alternatif, maka fase implementasi siap dimulai (Eriyatno 1999). Kategori umum model pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi (1) model ikonik (objek fisik), (2) model analog atau representasi grafis (model visual) dan (3) model simbolik atau model abstrak disebut juga model matematik. Namun ilmu sistem lebih memusatkan perhatian pada model simbolik sebagai perwakilan dari realitas yang dikaji. Format model simbolik dapat berupa bentuk angka, simbol dan rumus. Proses simulasi memfokuskan pada formula dan pemecahan masalah dengan membuat suatu model kemudian dianalisis dalam bentuk simulasi yang dilakukan secara iteratif, karena tindakan dalam pemodelan menyatakan satu demi satu informasi yang penting. Tahapan yang sebaiknya dilakukan dalam suatu proses simulasi menurut Simatupang (1994) adalah sebagai berikut : 1
Formulasi masalah; mendefinisikan masalah yang akan dipelajari dan memuat suatu pernyataan tujuan pemecahan masalah
34 2
Formulasi dan spesifikasi model ; merupakan abstraksi dari sistem ke dalam hubungan-hubungan logic mathematic sesuai dengan formulasi masalah
3
Akuisisi data ; memuat spesifikasi dan pengumpulan data
4
Penterjemahan model ; menyiapkan model untuk pengolahan komputer
5
Verifikasi proses pembuktian
bahwa program komputer yang dijalankan
sesuai dengan yang diharapkan 6
Validasi ; proses pembuktian bahwa kesesuaian dan akurasi antara model simulai dan sistem nyata
7
Perencanaan strategis dan taktis, proses pembuktian kondisi percobaan untuk penggunaan model
8
Penggunaan model ; eksekusi model simulasi untuk mendapatkan nilai-nilai hasil
9
Analisa hasil; proses menganalisa hasil-hasil simulasi untuk menarik kesimpulan
10 Implementasi ; merupakan proses mengimplementasikan keputusan-keputusan yang dihasilkan oleh simulasi 11 Dokumentasi ; proses mendokumentasikan model dan penggunaannya Model simulasi idealnya dilakukan untuk pendekatan pemecahan masalah yang kompleks seperti halnya rekayasa model pengembangan agroindustri biodiesel karena melibatkan banyak komponen yang saling terkait sehingga penerapan model simulasi akan sangat membantu dalam menilai alternatif keputusan yang akan diambil. Teknik Interpretative Structural Modeling (ISM) Teknik ISM adalah proses pengkajian kelompok (group learning process) untuk menghasilkan model struktural memotret perihal yang kompleks dari suatu sistem melalui pola yang dirancang secara seksama dengan menggunakan grafis atau kalimat. Menurut Saxena (1992) tujuan utama dari teknik ISM adalah untuk mengkaji suatu sistem atau kelompok, tetapi lebih dari itu juga dapat dipakai oleh seorang peneliti. Eriyatno (1999) menyatakan bahwa metodologi teknik ISM dibagi dalam dua bagian yaitu penyusunan hierarki dan klasifikasi sub-elemen. Prinsip dasar ISM adalah proses mengidentifikasi struktur di dalam suatu sistem
35 yang dapat memberi nilai manfaat yang tinggi guna meramu sistem secara efektif dalam pengambilan keputusan yang lebih baik. Penyusunan hierarki dilakukan untuk menentukan tingkat penjenjangan struktur dari suatu sistem, sehingga memberikan kejelasan dalam memahami suatu
hal
yang
sedang
dikaji.
Sedangkan
struktur
digunakan
untuk
menggambarkan pengaturan dari elemen-elemen serta hubungan antar elemen yang turut membentuk sistem. Program yang sedang dikaji penjenjangan strukturnya dibagi menjadi elemen-elemen, kemudian setiap elemen diuraikan menjadi sub-elemen. Saxena (1992) menyatakan bahwa program dapat dibagi menjadi sembilan elemen yaitu : (1) sektor masyarakat yang terpengaruh, (2) kebutuhan dari program, (3) kendala utama, (4) perubahan yang dimungkinkan, (5) tujuan dari program, (6) tolak ukur untuk menilai setiap tujuan, (7) aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan, (8) ukuran aktivitas guna mengevaluasi hasil yang dicapai setiap aktivitas, dan (9) lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program. Selanjutnya setiap elemen dari program yang dikaji digambarkan menjadi sejumlah sub-elemen, kemudian ditetapkan hubungan
kontekstual
sub-elemen.
Atas
dasar
pertimbangan
hubungan
kontekstual kemudian disusun Struktural Self-Interaction Matrix (SSIM) dengan menggunakan simbol V, A, X dan O atau (VAXO) yaitu : V adalah e ij = 1 dan e ij = 0 A adalah e ij = 0 dan e ij = 1 X adalah e ij = 1 dan e ij = 1 O adalah e ij = 0 dan e ij = 0 simbol 1 berarti terdapat atau ada hubungan kontekstual antara elemen “i” dan “j” dan simbol 0 berarti tidak terdapat hubungan kontekstual antara elemen i dan j dan sebaliknya. Setelah SSIM terbentuk, selanjutnya dibuat tabel Reachablity Matrix (RM) dengan mengganti V,A,X dan O menjadi bilangan 1 dan 0. selanjutnya dilakukan perhitungan menurut Aturan Transivity dengan membuat koleksi terhadap SSIM hingga terbentuk matrik yang tertutup yang kemudian diproses lebih lanjut. Untuk keperluan revisi dapat dilakukan transformasi matriks dengan menggunakan program komputer. Pengolahan lebih lanjut dari tabel RM yang telah memenuhi
36 Aturan Transivity adalah penetapan pilihan jenjang. Selanjutnya dinyatakan bahwa untuk keperluan klasifikasi sub-elemen dapat dipaparkan dalam empat sektor dan sekaligus sebagai hasil akhir dari teknik ISM yakni elemen kunci diagram struktur dan matriks berupa : DP-D (Driver Power - Dependence) yang menggambarkan klasifikasi sub-elemen yaitu : Sektor 1 : Week driver-week dependent variables (Autonomous) pada sektor ini peubah umumnya tidak berkaitan dengan sistem, tetapi mungkin saja mempunyai hubungan sedikit, namun hubungan tersebut bisa saja kuat. Sektor 2 : Week driver-strongly dependent variables (dependent), pada sektor ini umumnya peubah tidak bebas. Sektor 3 : Strong driver-strongly dependent variables (lingkage), peubah pada sektor ini harus dikaji secara hati-hati karena hubungan antar peubah tidak stabil. Setiap tindakan pada peubah tersebut memberikan dampak terhadap peubah yang lainnya dan umpan balik pengaruhnya bisa memperbesar dampak. Sektor 4 : Strong driver-week dependent variables (independent), pada sektor ini peubah merupakan bagian sisa dari sistem yang selanjutnya disebut peubah bebas. Analytical Hierarchy Process (AHP) AHP merupakan suatu analisis yang digunakan pengambilan keputusan untuk dapat memahami kondisi sistem dan membantu melakukan prediksi dalam pengambilan keputusan. Dalam penerapannya sedapat mungkin dihindari adanya penyederhanaan termasuk membuat asumsi-asumsi agar diperoleh model-model kualitatif, tetapi sebaiknya tetap mempertahankan model yang kompleks seperti semula (Saaty 1986). AHP merupakan pertimbangan dan nilai-nilai pribadi secara logis dimana proses ini dilakukan berdasarkan pertimbangan imajinasi, pengalaman dan pengetahuan untuk menyusun hierarki. Jadi hasil pertimbangan terhadap suatu masalah didasarkan pada logika , intuisi dan pengalaman. Prinsip yang harus dipahami dalam menyelesaikan persoalan dengan menggunakan teknik AHP adalah : decomposition adalah proses memecah permasalahan yang utuh menjadi beberapa unsur sehingga diperoleh beberapa tingkatan (hierarki) dari persoalan yang dikaji; comperative judgment adalah proses dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya; synthesis of periority adalah prosedur untuk melakukan sintesa dan berbeda menurut bentuk hierarki; Logical
37 consistency, pengelompokkan dan tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria yang ada. Teknik AHP digunakan untuk menemukan pemecahan masalah yang bersifat strategi dengan tahapan berupa : (1) identifikasi sistem, (2) penyusunan hierarki, (3) penyusunan matriks gabungan, (4) pengolahan vertikal, dan (5) perhitungan vektor prioritas. Konsistensi pendapat merupakan persyaratan dalam AHP yang dapat diketahui dengan menggunakan rumus eigen value sebagai berikut : n
VE i (Vektor Eigen)
∑a
=
j=1
VP i (Vektor Prioritas)
,I = 1, 2, …..n ………(1)
ij
VE i
=
……………………(2)
n
∑ VE i =1
VA (Vektor Antara)
=
a ij x VP
…………………………(3)
VB (Nilai Eigen)
=
VA VP
…………………………(4)
λ maks (Nilai Eigen mkas )
=
CI (Indeks konsistensi)
=
λ maks - n)/(n - 1)
CR (Rasio Konsistensi)
=
(CI/RI)
n
∑ Vbi / n
………………………(5)
i =1
………………(6)
…………………………(7)
RI = Random Konsistensi Indeks Matrik pendapat gabungan n
g ij (Matrik gabungan)
=
∑a i =1
ij
(k)
…………………………(8)
Pendapat responden dinyatakan konsisten jika CR ≤ 0.10
38 Sistem Pakar (Expert System) Pakar adalah orang yang memiliki pengetahuan, penilaian, pengalaman dan metode khusus, serta kemampuan untuk menerapkan bakat ini dalam memberi nasehat dan memecahkan persoalan.
Sistem pakar adalah program-
program yang memodelkan keahlian (pengetahuan) dan kemampuan menalarkan suatu bidang khusus tertentu dalam wilayah sempit yang jelas (diagnosis sakit jantung, evaluasi kredit dan lain sebagainya). Sistem fuzzy merupakan penduga numerik yang terstruktur dan dinamik. Sistem ini mampu untuk mengembangkan sistem intelejen dalam lingkungan yang tidak pasti, dan tidak tepat. Sistem ini menduga suatu fungsi dalam logika fuzzy. Logika fuzzy merupakan bagian dari logika fuzzy menangani konsep kebanaran, yaitu nilai kebenaran antara benar dan salah. Logika fuzzy sering menggunakan informasi linguistik dan verbal. Dalam logika fuzzy terdapat beberapa proses, yaitu penentuan gugus fuzzy, penerapan aturan if-then, serta proses inferensi fuzzy (Marimin 2005). Sistem fuzzy dapat untuk menganalisis kelayakan atau untuk menemukan investasi yang baik pada permasalahan
yang tidak pasti dan dalam lingkungan yang samar-samar
(Tsoukalas at al. 1997). Dalam hal ini data fuzzy, berupa kelayakan usaha yang bersifat kabur, namun harus terdapat ukuran terhadap suatu kelayakan usaha meliputi : (1) terdapat daftar kelayakan untuk mengevaluasi suatu kelayakan, kumpulan kelayakan yang terseleksi disebut dengan benchmark, (2) menetapkan faktor-faktor kompensasi yang akan menentukan harga relatif dari suatu kelayakan, faktor kompensasi ini hendaknya bervariasi antara satu kelayakan dengan kelayakan yang lainnya, (3) menetapkan level untuk tiap-tiap faktor dalam tiap-tiap kelayakan, nilai level dalam satu faktor hendaknya juga berbeda, (4) menetapkan batas bawah untuk jumlah level terendah dan batas atas untuk jumlah level tertinggi, dan (5) menetapkan batas bawah selisih antar level dalam setiap faktor (Kusumadewi 2002). Fuzzy inference system (FIS) merupakan suatu proses perumusan pemetaan dari input ke output menggunakan logika fuzzy (Marimin 2005). Secara umum FIS terdiri dari lima Fungsi, yaitu : 1. Kaidah/Aturan yang berisikan sejumlah aturan fuzzy if-Then. 2. Database yang mendifinisikan member function yang digunakan
39 3. Decision-making unit yang menunjukkan operasi inference. 4. Fuzzyfication yang mengubah input tunggal ke nilai linguistik yang sesuai 5. Defuzzyfication yaitu mengubah output fuzzy ke output yang bernilai tunggal (crisp) Multi Expert-Multi Criteria Decision Making (ME-MCDM) Analisis pengambilan keputusan Non Numeric-Multi Criteria Multi Person dikembangkan oleh Yager (1993).
Model keputusan kelompok fuzzy
merupakan model yang direkayasa untuk memeperoleh agregat pendapat atau penilaian dari pakar terhadap suatu alternatif atau keputusan. Terdapat dua sub model yang direkayasa, yaitu
(a)
Sub-model Multi Expert-Multi Criteria
Decision Making (ME-MCDM). Sub model ini direkayasa untuk memperoleh keputusan atau alternatif program (kegiatan) berdasarkan kriteria pencapaian tujuan yang diharapkan, dalam lingkungan keputusan yang bersifat fuzzy, dan (b) Sub-model gabungan pendapat. Sub-model ini direkayasa untuk memperoleh agregasi pendapat atau penilaian pakar tentang keterkaitan atau hubungan antara sub elemen sistem dalam proses strukturisasi sistem. Penyelesaian sub-model ME-MCDM dilakukan dua tahapan sebagaimana dikemukakan oleh
Yager (1993) yaitu (a) membanguan matriks gabungan
pendapat untuk setiap kegiatan dan kreteria tujuan, dan kemudian (b) menetapkan tingkat kepentingan setiap kegiatan (alternatif) bedasarkan kriteria tujuan.
gabungan semua
Dimana pada tahap ini dilakukan proses agregasi penilaian
berdasarkan kriteria yang ditetapkan maupun berdasarkan pakar. Multi Expert-Multi Criteria Dececsion Making (ME-MCDM), merupakan metode pengambilan keputusan yang menggunakan independent preference ini, setiap
pengambil keputusan (yang diberi simbul dj ) memberikan evaluasi
penilaian terhadap masing-masing alternatif (si) untuk tiap-tiap kriteria (ak) secara bebas (independent). Salah satu karakteristik dari metode analisis ini yaitu hasil penilaian (V) merupakan himpunan linguistic label dari setiap kriteria, dimana penilaian ini terdiri atas lima sampai tujuh skala penilaian yakni :
SP =
Sempurna, ST = Sangat Tinggi, SD = Sedang, R = Rendah, SR = Sangat Rendah, dan PR = Paling Rendah.
40 Agregasi penilaian berdasarkan kriteria dilakukan dengan cara mencari skor tiap-tiap alternatif ke-i oleh setiap pengambil keputusan k-j (Vij) pada semua kriteria (ak), dengan menggunakan formula sebagai berikut : Vij = Min [Neg (Wak) Vij (ak)] ;
................................................
(9)
Dimana : Vij
= Nilai alternatif ke-i oleh pakar ke-j
Wak
= Bobot kriteria ke-k,
Neg (Wak)
= WQ-1+i
Vij (ak)
= Nilai alternatif ke-i oleh pakar ke-j pada kriteria ke-k,
dan k
= indek (1,2, 3, . . . .i)
Penentuan Negasi Tingkat Kepentingan Kriteria digunakan, rumus : Neg (Wak)
= WQ-1+i ................................................................
Dimana : k
= indeks, dan q = jumlah skala.
Sedangkan penentuan bobot
(10)
faktor nilai pengambilan keputusan
menggunakan rumus : Q(k)
= Int [1 + k * (q-1)/r]
............................................
(11)
Dimana : Q(k) = bobot untuk pakar ke-j, R
= jumlah pakar,
k
= indeks, dan
q
= jumlah skala penilaian .
Penentuan nilai gabungan menggunakan metode OWA (Ordered Weight Average) dengan menggunakan rumus : Vi = f (Vj) = Max [Qi ^ bj]
........................................................ (12)
Dimana : Vi = nilai total alternatif ke-i, Qj = bobot nilai pakar ke-j bj = urutan skor alternatif terkecil ke skor terbesar ke-i oleh pakar ke-j Analisis Finansial Evaluasi finansial dapat dilakukan apabila diperoleh hasil analisis pasar dan teknis yang menunjukkan positif. Adapun faktor-faktor penting yang perlu
41 dikaji dalam analisis finansial adalah : kebutuhan dana, sumber dan biaya modal, penyusunan cash-flow, kriteria penilaian investasi, dan analisis sensitivitas. (Didu 2000). Brown (1994) menetapkan langkah-langkah analisis finansial perusahaan agroindustri sebagai berikut : (1) menentukan pola penghasilan yang mungkin, (2) memperkirakan kapasitas dan harga untuk tiap-tiap produk dan pasar, (3) menyiapkan prakiraan awal biaya investasi dan operasi, (4) menentukan suplai potensial bahan baku termasuk harga, (5) melakukan penilaian awal kelayakan finansial, (6) melakukan penilaian finansial yang lengkap dari beberapa alternatif, (7) melakukan analisis sensitivitas melalui identifikasi variabel-variabel kunci dalam kinerja finansial perusahaan yang diusulkan, (8) membandingkan hasil analisis dan kriteria investasi, dan (9) mengidentifikasi kondisi dimana perusahaan yang diusulkan tidak memenuhi kriteria investasi. Evaluasi finansial dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil analisis biaya manfaat usaha Agroindustri biodiesel. Analisis risiko finansial ini berguna dalam mengelola data analisis model kelayakan argoindustri biodiesel berbasis kelapa sawit. Data masukan meliputi data kebutuhan dan biaya pengadaan bahan baku dan bahan pembantu, jumlah dan jenis tenaga kerja, spesifikasi dan biaya sewa tanah dan bangunan, biaya utilitas dan sebagainya. Seluruh input data dapat dikelompokkan menjadi biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Biaya investasi meliputi biaya sewa tanah dan bangunan, pembelian mesin dan peralatan proses, fasilitas kantor dan penunjang dan biaya pra-investasi. Biaya tetap terdiri dari biaya tenaga kerja tetap, biaya perawatan, penyusutan, asuransi dan pajak. Biaya variabel meliputi biaya bahan baku utama, biaya bahan penunjang, utilitas dan gaji tenaga kerja langsung. Data mengenai harga jual produk, kapasitas produksi maksimal, presentase produksi per tahun, persentase pemenuhan kebutuhan bahan baku, persentase gagal mutu, persentase produk terjual, tingkat suku bunga, persentase bagi hasil, lama pengembalian, dan rasio dana pinjaman dapat diinput dan dirubah melalui skenario dan asumsi pada tampilan model.
42 Metode Analisis Kelayakan Usaha Metode analisis kelayakan usaha suatu perusahaan agroindustri sama dengan yang diterapkan pada perusahaan komersial, demikian pula kriteria yang menentukan keputusan manajemen dan investasi (Eriyatno 1999). Teknik analisis dilakukan dengan menggunakan indikator finansial berupa : Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C adalah perbandingn antara present value
total dari hasil
keuntungan bersih terhadap present value dari biaya bersih. Metode ini sering disebut Rasio Manfaat Biaya. Untuk menghitung Net B/C dapat digunakan formula Gaspertsz (1992) sebagai berikut : n
∑ t =1
Bt − Ct (1+ i ) t
…………………….(13)
Net B/C = n
∑ t =i
C1 + C0 (1 + i )t
dimana : Bt : Penerimaan bruto pada tahun t Ct : Biaya bruto pada tahun t C 0 : Biaya bruto pada tahun 0 n : Periode investasi pada tahun n i : Tingkat suku bunga t : Periode investasi (t = 0, 1, 2, .....n) Dalam evaluasi, keputusan layak jika Net B/C > 1 Net Present Value (NPV) Metode ini mendiskontokan seluruh aliran kas, baik aliran kas masuk maupun aliran kas keluar pada basis waktu sekarang. Untuk keperluan perhitungan diperlukan pendiskon, yaitu biaya modal. NPV adalah jumlah seluruh aliran kas yang telah didiskontokan dengan menggunakan formula matematik sebagai berikut : n
NPV= ∑ t =1
bt − Ct bt (1 + i )t
............................................................... (14)
43 Keterangan : n t bt Ct C0
= Periode investasi pada tahun n = Periode investasi (t = 0, 1, 2, ..... n) = Penerima bruto pada tahun ke – t = biaya bruto investasi pada tahun t = investasi awal
Kriteria kelayakannya adalah : Jika nilai NPV ≥ 0 berarti investasi layak untuk dijalankan Internal Rate of Return (IRR) Metode ini digunakan untuk menghitung pada tingkat bunga berapa seluruh pengeluaran proyek akan sama dengan seluruh penerimaan sepanjang proyek. Untuk perhitungan digunakan formula matematik sebagai berikut : n
∑ t =1
bt − Ct =0 (1 + IRR)t
Keterangan : bt = Ct = n = IRR = t =
.............................................................(15)
Penerimaan brutto pada tahun t Biaya bruto pada tahun t Periode investasi pada tahun n Internal Rate of Return Periode investasi (t = 0, 1, 2, ......n)
Dalam evaluasi, keputusan layak jika nilai IRR ≥ tingkat suku bunga pada tahun t Pay Back Period (PBP) Metode ini digunakan untuk menilai investasi yang didasarkan pada lamanya waktu yang diperlukan untuk melunasi biaya investasi (cost) oleh net benefit. Oleh karena itu PBP sering juga dinyatakan sebagai jumlah periode (tahun) yang diperlukan untuk mengembalikan (menutup) ongkos investasi awal dengan tingkat pengembalian tertentu. Perhitungan PBP didasarkan pada aliran kas baik tahunan maupun yang merupakan nilai sisa. Untuk mengetahui periode pengembalian pada suatu tingkat tertentu digunakan formula matematik sebagai berikut :
44 Nt
PBP =P+{ ∑ At ( P / F ,1%, t ) } .......................................................................(16) t =1
Keterangan : At Nt P F
= = = =
aliran kas yang terjadi pada periode “t” periode pengembalian yang akan dihitung nilai sekarang. nilai yang akan datang
Semakin pendek periode pengembalian akan semakin baik Break Event Point (BEP) Break event point dinyatakan dengan jumlah unit penjualan dimana keuntungannya adalah nol (Brown 1994). BEP juga merupakan analisis peluang pokok dan dapat digunakan untuk analisis perencanaan laba. Rumus umum volume penjualan pada titik BEP adalah : FC *
..
Q =
............................................................................... (17)
P–v
Keterangan : Q* FC P V Analisis BEP
= kuantitas penjualan pulang pokok = total biaya tetap = harga pokok per unit produk = biaya variabel per uit produk juga dapat digunakan dengan formula untuk menentukan
harga produk minimun untuk mencapai titik impas dengan formula matematik sebagai berikut : FC + vQ *
P =
…………………………. .......................................... (18) Q
Keterangan = P* Q
= harga jual pulang pokok = kuantitas produk yang dihasilkan
Analisa BEP juga dapat digunakan untuk menentukan harga jual produk minimum dalam mencapai titik impas
45 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas merupakan suatu teknik untuk menunjukkan seberapa besar perubahan kriteria investasi yang diakibatkan oleh perubahan masukan dengan asumsi bahwa hal lain tidak terjadi perubahan (Sutoyo 1993). Selanjutnya dinyatakan
bahwa
analisis
sensitivitas
diperlukan
untuk
mengantisipasi
kemungkinan kesalahan perkiraan nilai biaya atau manfaat serta mengantisipasi kemungkinan terjadinya perubahan suatu harga saat proyek sedang dilaksanakan sehingga mengubah asumsi-asumsi yang ditetapkan di awal proyek.
Pada
umumnya analisis sensitivitas dilakukan pada kisaran 10-50 % dari nilai yang berlaku saat ini. Pendekatan Sistem Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sitem sebagai titik tolak analisis.
Dengan demikian,
manajemen sistem dapat diterapkan dengan mengarahkan perhatian kepada berbagai ciri dengan sistem yang perubahan dan gerakannya akan mempengaruhi keberhasilan suatu sistem.(Marimin 2005). Manetsch dan Park (1977) mendefinisikan sistem adalah suatu gugus dari elemen yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau suatu gugus dari tujuantujuan. Visi kesisteman dalam arti luas adalah pola pikir ilmiah untuk pengkajian yang memerlukan telaah berbagai hubungan yang relevan, komplementer dan terpercaya. Oleh karena itu pemikiran kesisteman selalu mencari keterpaduan antar bagian melalui pemahaman yang utuh, maka diperlukan suatu kerangka pikir yang dinamakan pendekatan sistem (Eriyatno 1999). Pendekatan sistem mulai doperkenalkan oleh Von Bertalanffy dengan gagasannya yang dinamakan General System Theory (GST) yang didasari oleh pemikiran perlunya keahlian generalis dan pendekatan lintas disiplin dalam memahami dunia nyata secara efisien. Pendekatan sistem merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif (Eriyatno 1999). Namun mengingat keterbatasan tenaga, waktu dan biaya maka
46 tidak setiap persoalan manajemen harus diselesaikan dengan pendekatan sistem. Pengkajian dan pemecahan permasalahan yang menggunakan pendekatan sistem sebaiknya dikhususkan hanya bagi permasalahan yang mempunyai karakteristik: (1) kompleks, yaitu interaksi antar elemen cukup rumit, (2) dinamis, dalam arti faktornya ada yang berubah menurut waktu dan ada pendugaan ke masa depan, (3) probabilistik, yaitu diperlukan fungsi peluang dalam inferensi kesimpulan maupun rekomendasi.
Dalam menerapkan pendekatan sistem harus dipegang
teguh tiga pola pikir dasar yaitu: (1) sibernetik (cibernetic), artinya berorientasi pada tujuan.
Bahwasanya pendekatan sistem dimulai dengan menetapkan
sekumpulan tujuan yang ditampilkan melalui analisa kebutuhan, (2) holistik (holistic), yaitu cara pandang yang utuh terhadap keutuhan sistem, yang berarti segmentasi atau cara pandang yang parsial dipandang mereduksi hasil kajian, (3) efektif (effectiveness), yaitu konsepsi yang lebih mementingkan hasil guna yang operasional serta dapat dilaksanakan daripada pendalaman teoritis untuk mencapai efisiensi keputusan (Eriyatno (1999). Tahapan pendekatan sistem, sebagaimana ditemukan oleh Menetch & Park (1977), mengandung tiga unsur utama sistem yaitu data dan pengetahuan dasar, keandalan model matematik, dan penerapannya. Pendekatan sistem dicirikan oleh adanya metodologi perencanaan atau pengelolaan, bersifat multidisiplin, terorganisir, penggunaan model matematika, kemampuan berpikir secara kualitatif, penggunaan teknik simulasi dan optimasi serta dapat diterapkan dengan komputer. Pendekatan sistem menggunakan model, yaitu suatu abstraksi dari keadaan nyata atau penyederhanaan sistem nyata dalam rangka memudahkan pengkajian suatu sistem yang dipelajari atau diamati (Marimin 2004). Paparan tersebut lebih merujuk kepada apa yang sekarang dikenal sebagai hard system appoach. Saat ini, pendekatan sistem berkembang menjadi berbagai macam tipe, yaitu hard system approach, soft system approach, dan critical system approach (Midgley 2000; Goede 2005). Eriyatno (1999) menyatakan bahwa metode penyelesaian persoalan dengan pendekatan sistem harus dilakukan dalam beberapa tahapan proses yaitu :
47 1) Analisis 2) Rekayasa model 3) Implementasi rancangan 4) Implementasi 5) Operasi sistem Setiap tahapan dalam proses tersebut diikuti oleh suatu evaluasi berulang untuk mengetahui apakah hasil dari suatu tahapan telah sesuai atau dapat mencakup apa yang diharapkan.
Apabila ternyata belum sesuai, maka harus
dilakukan pengulangan kembali (iteratif) pada tahap tersebut, sebelum melangkah ke tahap berikutnya. Metodologi sistem dimaksudkan untuk mendapatkan suatu gugus alternatif sistem yang layak mencakup kebutuhan-kebutuhan yang telah diidentifikasikan dan diseleksi. Tahap ini dimulai dengan berusaha memahami kebutuhan sistem yang harus dicukupi. Metodologi sistem dilakukan melalui enam tahapan analisis sebelum sampai pada tahapan sintesa (rekayasa), yaitu : 1) Analisa kebutuhan, 2) Identifikasi sistem, 3) Formulasi masalah, 4) Pembentukan alternatif sistem, 5) Determinasi dari realisasi fisik, sosial dan politik , 6) Penentuan kelayakan finansial. Langkah pertama sampai ke enam umumnya dilakukan dalam satu kesatuan kerja yang dikenal sebagai Analisis Sistem. (Gambar11) MULAI IDENTIFIKASI SISTEM
KEBUTUHAN DASAR
ANALISIS KEBUTUHAN
Lengkap ?
Lengkap ?
Tidak
Pernyataan Kebutuhan
Tidak
INPUT- OUTPUT PARAMETE R
Rekayasa awal model Tidak
FORMULASI PERMASALAHAN
CUKUP ?
CUKUP ?
Tidak
DIAGRAM ALIR DESKRIPTIF
SELESAI
Gambar 11 Tahapan analisis sistem (Sumber: Eriyatno 1999)
METODOLOGI
48 Kerangka Pemikiran Penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran sistemik, dengan memfokuskan pada rancang bangun sistem penunjang keputusan (SPK) manajemen risiko usaha agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit. Aspek yang secara khusus dikaji meliputi pengadaan bahan baku, proses pengolahan, pemasaran, dan finansial. Biodiesel adalah bahan bakar substitusi solar/diesel yang berasal dari pengolahan (transesterifikasi) minyak nabati. Biodiesel pada dasarnya dapat dibuat dari minyak nabati apapun seperti crude palm oil (CPO), olein, minyak jarak pagar, minyak kelapa, bahkan biodiesel dapat dihasilkan dari minyak jelantah. Indonesia mempunyai potensi bahan baku yang besar berupa sumber daya hayati yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang dapat digunakan sebagai sumber bahan baku biodiesel didukung ketersediaan lahan yang luas. Dari aspek teknologi, pembuatan biodiesel relatif sederhana dan dapat dikembangkan oleh berbagai lembaga Litbang dan sejumlah industri permesinan / rekayasa dalam negeri. Dari aspek lingkungan, bahan bakar biodiesel lebih ramah lingkungan dan dapat diperbaharui. Dari aspek ekonomi, dengan meningkatnya harga BBM, pengembangan biodiesel cukup menjanjikan karena sekaligus dapat meningkatkan pasokan energi dalam negeri. Permasalahan dalam perkembangan biodiesel berbasis kelapa sawit diantaranya adalah berfluktuatif harga CPO sebagai bahan baku utama dan harga bahan pembantu seperti metanol dan katalis (KOH), sumber daya manusia yang menguasai teknologi proses produksi biodiesel masih kurang, faktor kelembagaan belum maksimal, harga biodiesel dalam negeri harus bersaing dengan harga minyak fosil yang disubsidiI, ketergantungan yang sangat besar terhadap keberhasilan produksi bahan baku menjadi faktor kritis sehingga perlu dilakukan analisis dan manajemen risiko pengadaan bahan baku.
Risiko
pengadaan bahan baku terdiri atas risiko ketidaktepatan waktu pengadaan (ketersediaan), kekurangan jumlah yang tersedia, adanya harga yang kompetitif serta fluktuasi harga bahan baku, kualitas bahan baku dan biaya dalam pengadaan bahan baku cukup tinggi. Selain faktor risiko tersebut diatas, harga biodiesel ysng masih rendah dibandingkan dengan solar bersubsidi sangat
49 mempengaruhi kelangsungan produksi agroindustri biodiesel, hingga pada akhirnya dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Selain risiko pada bahan baku proses pengolahan perlu juga di perhatikan karena proses pengolahan bahan baku sangat mempengaruhi mutu produk agroindustri.
Jika risiko pengadaan bahan baku dapat diminimumkan,
maka aspek proses pengolahan menjadi faktor penting dalam pencapaian mutu produk yang diinginkan. Kegagalan proses dan ketidaktepatan aspek pengolahan dapat menyebabkan tidak tercapainya mutu dan keamanan produk yang akan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen dan pada akhirnya mempengaruhi kinerja pemasaran. Risiko lain yang tidak boleh diabaikan adalah risiko pemasaran berupa tidak tercapainya target pemasaran, yang disebabkan oleh faktor internal perusahaan dalam menghadapi kondisi pemasaran yang dinamis, kebijakan pemerintah dan harga biodiesel, sedangkan faktor ekstemal terkait dengan tingkat persaingan yang makin ketat dan adanya perubahan selera konsumen yang sangat cepat, harga bahan mentah minyak fosil, dan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar. Risiko pemasaran berimplikasi langsung terhadap kinerja keuangan perusahaan, sehingga diperlukan manajemen risiko pemasaran secara tepat. Apabila dilihat dari kondisi keuangan perusahaan, maka hal tersebut tergantung pada banyak faktor dari aspek bahan baku, proses pengolahan dan pemasaran. Faktor-faktor tersebut antara lain harga bahan baku dan komponen produksi lainnya, biaya proses pengolahan, jumlah produk terjual dan harga jual produk. Selain itu, juga tergantung pada kondisi makro yang bersifat spekulatif seperti nilai tukar rupiah, tingkat inflasi, suku bunga bank dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut mengandung risiko sehingga memberikan implikasi pada risiko finansial, sehingga perlu diperhatikan dalam melaksanakan manajemen risiko agroindustri sehingga industri bisa berkelanjutan. Aspek kelembagaan juga menjadi faktor penting yang tidak boleh diabaikan dengan pengembangan agroindustri berkelanjutan. Hal ini karena hubungan kerja dan permasalahan yang relatif kompleks dan dinamis antara petani, pedagang perantara, perusahaan agroindustri, lembaga pembiayaan konvensional dan pemerintah daerah.
50 Upaya harmonisasi hubungan antara lembaga terkait dalam menunjang manajemen risiko untuk pengembangan agroindustri diperlukan manajemen pengendalian kelembagaan. Berdasarkan uraian di atas diperlukan suatu penelitian manajemen risiko agroindustri biodiesel yang komprehensif dengan menggunakan pendekatan sistem karena terdapat sejumlah permasalahan yang kompleks, dinamik dan probabilistik. Kerangka pemikiran penelitian manajemen risiko agroindustri disajikan dalam Gambar 12.
Permasalahan Penelitian : . Minat investasi agroindustri Biodiesel sangat kurang - Komplain kualitas dan Keamanan produk meningkat - Biaya produksi meningkat - Kerusakan lingkungan meningkat - Kredit usaha macet
Potensi Pengembangan Kelapa Sawit : Sumber daya alam Indonesia sangat baik seperti iklim sesuai untuk pertumbuhan dan pengembangan kelapa sawit. Indonesia tercatat sebagai produsen CPO nomor satu di dunia dengan produksi CPO sebesar 19 juta ton
MANAJEMEN RISIKO Analisis Risiko Bahan Baku, Proses Pengolahan, Pemasaran, Finansial
Pengendalian Risiko Tidak Risiko Teridentifikasi ? Ya Kelembagaan Alternatif Kebijakan
Strategi Pengendalian (Rule-Base) Resume Hasil Konsultasi Pakar
Risiko Terkendali
Selesai
Gambar 12 Kerangka pemikiran penelitian manajemen risiko agroindustri Biodiesel Tata Laksana Penelitian Tempat dan waktu penelitian
51 Penelitian ini diadakan di Propinsi Riau dan di Pabrik Biodiesel di Tanggerang. Dipilihnya lokasi studi kasus pada perusahaan agroindustri biodiesel tersebut adalah karena perusahaan sudah memproduksi biodiesel dengan kapasitas produksi rata-rata 60 000 ton per tahun. Penelitian ini berlangsung selama 5 bulan (Desember 2007 – April 2008) Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dan akusisi pengetahuan pakar dilakukan atas dasar kebutuhan sistem. Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh informasi tentang luas areal produksi kelapa sawit sebagai bahan baku, kondisi produksi bahan baku, faktor yang mempengaruhi produksi bahan baku, potensi risiko produksi bahan baku, penanganan panen dan pasca panen, teknologi proses pengolahan biodiesel dan mutu produk biodiesel serta permintaan pasar terhadap produk biodiesel. Survai pakar dilakukan untuk mendapatkan data primer terutama data utama yang tidak diperoleh dari studi pustaka. Data primer dikumpulkan dari hasil survey di industri biodiesel, pekebun sawit, dan hasil wawancara dengan pakar, baik secara langsung maupun melalui kuisioner.
Proses akusisi pengetahuan dan proses
pembobotan dilakukan melalui Focus Group Discusion (FGD) Tahapan Penelitian Penelitian ini didahului dengan melakukan pengumpulan dan pengolahan data yang didasarkan atas kebutuhan sistem dan dikelompokkan sebagai berikut : 1) Tahap pendahuluan, meliputi kajian literatur dan sumber informasi yang dapat menunjang pelaksanaan penelitian, melalui survai pakar. 2) Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara diskusi, wawancara, FGD dan pengisian kuesioner di lokasi penelitian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. 3) Melakukan strategi manajemen risiko yaitu menganalisis risiko pada aspek bahan baku, proses pengolahan, pemasaran dan finansial. 4) Menentukan tingkat risiko menggunakan ME-MCDM selanjutnya melakukan agregasi nilai risiko agroindustri biodiesel pada aspek bahan baku, proses pengolahan dan pemasaran dengan menggunakan teknik
52 operasi OWA (Ordered Weighted Average), sementara penilaian risiko finansial menggunakan koefisien variasi (CV).
AHP digunakan untuk
mengetahui risiko yang sangat berpotensi untuk diatasi dalam usaha agroindustri biodiesel. 5) Melakukan analisis kelayakan finansial dengan kegiatan meliputi penentuan kapasitas produksi, perhitungan biaya tetap dan biaya variabel, perhitungan kelayakan finansial (NPV, Payback period, Net B/C rasio, dan BEP). 6) Melakukan analisis sensitivitas melalui pembangkitan bilangan acak terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan bahan baku, dan persentase produk terjual. 7) Membuat
strategi
penanganan
risiko
dengan
manajemen
risiko
agroindustri biodiesel, melalui pengembangan model kelembagaan untuk mendapatkan alternatif kebijakan dalam mengatasi risko dengan menggunakan teknil ISM (interpretative structural modelling) dan menyusun alternatif kebijakan melalui mekanisme protokol atau rulebase untuk menghasilkan resume hasil konsultasi pakar pada usaha agroindustri biodiesel 8) Merekayasa sistem penunjang keputusan (SPK) manajemen risiko agroindustri biodiesel dan selanjutnya dikembangkan suatu perangkat lunak. Tahapan penelitian manajemen risiko agroindustri dapat dilihat pada Gambar 13.
53 Mulai
Studi Pustaka dan Survey Pakar Agroindustri Biodiesel Berbasis Kelapa sawit
Manajemen Risiko
Analisis Risiko Bahan Baku ME-MCDM -
Analisis Risiko Proses Pengolahan ME-MCDM –
Analisis Risiko Pemasaran ME-MCDM -
Analisis Risiko Finansial Coefficient of variance (cv)
Agregasi Agregasi Tingkat TingkatRisiko RisikoOperator OperatorOWA OWA Pengendalian Risiko ( AHP )
Tidak
Risiko Teridentifikasi?
Analisis Kelayakan Finansial ( NPV, IRR, PBP, dan Net b/c ratio)
Tidak
Ya
Strategi StrategiPengendalian Pengendalian (Mekanisme (MekanismeProtokol Protokolatau atau Role Role-base) -base)
Kelembagaan ( ISM )
Kebijakan
Tidak VALIDASI VALIDASI Ya IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
Selesai
Gambar 13 Tahapan penelitian manajemen risiko
Resume Hasil Konsultasi Pakar
54
ANALISIS SISTEM Sistem pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit seperti halnya agroindustri lainnya memiliki hubungan antar elemen yang relatif kompleks dan saling ketergantungan dalam pengelolaannya.
Keberhasilan
pengembangan sektor agroindustri biodiesel ini salah satunya sangat tergantung kepada produksi kelapa sawit sebagai penyedia bahan baku, dimana dalam sistem produksinya memiliki ketergantungan pada lingkungan tumbuhnya untuk menghasilkan tandan buah segar (TBS) hingga menjadi minyak sawit (CPO) seperti keadaan cuaca atau iklim, adanya serangan hama dan penyakit, persaingan harga minyak kelapa sawit sebagai bahan baku biodiesel dengan peruntukannya sebagai bahan minyak pangan, dan adanya krisis keuangan dunia. Keadaan tersebut perlu diperhatikan karena sangat mempengaruhi ketersediaan bahan baku dari segi jumlah, kualitas dan kontinyuitas. Saat ini pasokan bahan baku minyak sawit sudah cukup melimpah karena perkebunan kelapa sawit sudah lama diusahakan dalam skala besar dan berkembang dengan baik. Pengembangan tetap perlu dilakukan karena selama ini minyak sawit yang merupakan edible oil digunakan sebagai bahan baku industri pangan seperti minyak goreng dan non pangan seperti oleokimia, sehingga penggunaan minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel akan mengganggu ketersediaan minyak sawit untuk pangan dan oleokimia di masa yang akan datang.
Ketika kebutuhan biodiesel semakin meningkat, maka
kebutuhan bahan baku akan semakin meningkat pula. Perkembangan industri biodiesel berbasis kelapa sawit tidak mengalami peningkatan yang signifikan, hal ini dikarenakan oleh berfluktuatifnya harga CPO sebagai bahan baku utama dan harga bahan pembantu seperti metanol dan katalis (KOH), sumber daya manusia yang menguasai teknologi proses produksi biodiesel masih kurang, faktor kelembagaan belum maksimal, harga biodiesel dalam negeri harus bersaing dengan harga minyak fosil yang disubsidi, sehingga ketergantungan yang sangat besar terhadap keberhasilan produksi bahan baku menjadi faktor kritis, kebijakan pemerintah yang tidak konsisten.
55 Selain bahan baku yang menjadi permasalahan dalam pengembangan agroindustri biodiesel, proses pengolahan juga menjadi permasalahan yang perlu diperhatikan dalam rangka peningkatan kualitas biodiesel. Kegagalan proses dan ketidaktepatan aspek pengolahan dapat menyebabkan tidak tercapainya mutu dan keamanan produk yang akan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen sehingga pada akhirnya mempengaruhi kinerja pemasaran. Hal itu disebabkan karena mesin dan alat yang tidak kontinyu penggunaannya serta perawatannya, kurangnya tenaga terampil serta minimnya variasi proses. Dalam hal pemasaran, perusahaan biodiesel memasarkan pada PLN, pertamina dan perusahaan industri lainnya, tetapi perusahaan biodiesel selalu mendapatkan kerugian, bahkan beberapa perusahaan
menutup operasionalnya.
Hal ini
disebabkan karena banyak faktor diantaranya adalah kebijakan pemerintah yang tidak konsisten dan kontinyu pada industri biodiesel seperti dalam hal subsidi terhadap biodiesel tidak seperti halnya subsidi yang diberikan pemerintah untuk solar, kewajiban pada kendaraan dinas untuk menggunakan biodiesel, harga biodiesel yang masih rendah sehingga tidak bisa menutupi ongkos produksi. Pada faktor ekstenal, yaitu adanya tingkat persaingan yang makin ketat dan adanya perubahan selera konsumen yang sangat cepat, tingginya harga bahan mentah minyak fosil, dan adanya fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar. Masalah pemasaran ini berimplikasi langsung terhadap kinerja keuangan perusahaan, sehingga mempengaruhi aspek finansial perusahaan Dalam pengembangan usaha agroindustri biodiesel yang berkelanjutan, faktor kelembagaan merupakan hal penting yang perlu juga diperhatikan, hal ini karena adanya hubungan kerja dengan permasalahan yang relatif kompleks dan dinamis antara petani, pedagang perantara, perusahaan agroindustri, lembaga pembiayaan (bank dan non bank) dan pemerintah. Analisis Kebutuhan Keterkaitan seluruh mata rantai pada agrindustri biodiesel akan saling mempengaruhi.
Terkait dengan tujuan dan kepentingan usaha agroindustri
biodiesel maka setiap pihak mempunyai kebutuhan masing-masing. Kebutuhan setiap pihak dapat saling menguntungkan atau saling merugikan.
Analisis
kebutuhan sangat sangat dibutuhkan untuk merancang suatu model yang mampu
56 mengakomodir semua kebutuhan pihak-pihak yang terkait.
Pihak-pihak yang
terkait dalam pengembangan agroindustri biodiesel adalah 1) pekebun kelapa sawit, 2) pabrik kelapa sawit, 3) agroindustri biodiesel, dan 4) pemerintah. Kebutuhan dari masing-masing aktor tersebut disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel No 1
Aktor Asosiasi petani kelapa sawit
• • •
2
3
4
5
6
Perkebunan kelapa sawit rakyat Perkebunan besar negara dan swasta Pengusaha perkebunan kelapa sawit Asosiasi pedagang kelapa sawit Pabrik kelapa sawit
• • • • • • • • • • •
7
Industri biodiesel
• • • •
8
Pemerintah dan Pemda
• • • •
9
Masyarakat
• • •
10
Konsumen
• • •
Kebutuhan Pendapatan yang tinggi melalui harga tandan buah segar (TBS) yang tinggi dan biaya produksi yang rendah Terjaminnya permintaan TBS secara kontinyu Peningkatan pengetahuan teknologi budidaya dan pemanfaatan teknologi Pendapatan yang tinggi melalui harga tandan buah segar (TBS) yang tinggi dan biaya produksi yang rendah Terjaminnya permintaan TBS secara kontinyu Harga TBS tinggi dan Biaya produksi rendah Pajak rendah Keuntungan maksimum melalui harga TBS yang tinggi, biaya produksi rendah, pajak rendah, biaya pengelolaan pasca panen yang rendah Permintaan TBS yang tinggi dan kontinyu Harga TBS rendah, keuntungan maksimum Keuntungan makasimum Harga TBS rendah dengan kualitas TBS baik Terjaminnya pasokan TBS yang kontinyu Terjaminnya permintaan CPO secara kontinyu dengan harga yang tinggi Harga CPO rendah dengan kualitas yang baik Pasokan CPO secara kontinyu Permintaan biodiesel tinggi Kebijakan pemerintah mendukung pengembangan dan penggunaan biodiesel Penerimaan negara tinggi Meningkatnya lapangan pekerjaan dan Mengurangi kemiskinan Jumlah perkebunan kelapa sawit dan agroindustri biodiesel meningkat Lingkungan hidup terjaga Sarana dan prasarana tersedia Meningkatnya kesejahteraan melalui perluasan kesempatan kerja. Kenyamanan dalam berusaha perkebunan Harga biodiesel rendah dengan kualitas yang tinggi Biodiesel tersedia secara kontinyu
57 Formulasi Permasalahan Berdasarkan kebutuhan seperti tersebut diatas, permasalahan yang dihadapi
dalam
kaitanya
dengan
usaha
agroindustri
biodiesel
dapat
diformulasikan sebagai berikut : 1)
Adanya variasi dan keterbatasan jumlah, kualitas dan kontinyuitas bahan baku akibat ketergantungan terhadap produksi sektor pertanian sehingga harga bahan baku berfluktuasi, mutu bahan baku tidak standar dan ketersediaannya tidak kontinyu. Banyak perusahaan agroindustri yang berproduksi di bawah kapasitas terpasang atau bahkan terhenti akibat faktor bahan
baku
yang tidak
memenuhi
kebutuhan yang diakibatkan
peruntukkan CPO sebagai bahan baku minyak goreng dan untuk dieksport akan sangat menguntungkan, demikian pula bahan tambahan seperti etanol dan katalis (KOH) dimana harga dan ketersediaannya yang masih berfluktuatif. 2)
Adanya variasi proses yang berdampak terhadap variasi mutu produk agroindustri yang dihasilkan yang berpengaruh terhadap kualitas dan keamanan produk. Beragamnya mutu yang dihasilkan berdampak terhadap kinerja pemasaran agroindustri biodiesel.
3)
Adanya risiko pemasaran yang disebabkan kurang tepatnya program pemasaran yang dilaksanakan, sehingga berdampak terhadap kinerja keuangan perusahaan agroindustri.
4) Tingginya tingkat risiko finansial yang bersifat spekulatif akibat faktor suku bunga,dan tingkat inflasi. 5)
Adanya persoalan sosial kelembagaan antara petani, masyarakat sekitar, pemerintah dan instansi terkait dengan perusahaan agroindustri.
6)
Belum berkembangnya kesadaran berorganisasi dan berkoperasi di kalangan petani dalam meningkatkan taraf hidup dan posisi tawar
secara
kelembagaan. 7)
Dukungan infrastruktur kurang memadai bagi pengembangan produksi pertanian dan agroindustri
8)
Tidak proporsionalnya distribusi antara usaha produksi pertanian dengan usaha agroindustri. Petani menghadapi risiko dan ketidakpastian usaha yang
58 lebih besar akibat gangguan alam, cuaca, hama dan penyakit serta sarana produksi seperti kelangkaan pupuk dan benih berkualitas 9)
Keterbatasan modal untuk mengembangkan usaha akibat sulitnya mendapat kredit komersial. Kondisi ini menyebabkan peran lembaga keuangan belum optimal menunjang pengembangan agroindustri biodiesel
10) Keterbatasan sumberdaya manusia (SDM) yang memiliki kemampuan dalam bidang teknologi dan manajemen usaha agroindustri biodiesel. Dengan memperhatikan permasalahan utama dalam usaha agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit, maka dibutuhkan suatu prosedural model pengelolaan yang proaktif melakukan prakiraan risiko dan perencanaan pengendaliaannya. Model yang dibangun ini untuk meminimalkan risiko sebagai dampak perkembangan industri dan krisis ekonomi. Identifikasi Sistem Identifikasi sistem merupakan hubungan antara kebutuhan dengan permasalahan yang harus dipecahkan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Menurut Eriyatno (1999) hal ini dapat digambarkan dalam bentuk diagram lingkar sebab akibat dan dengan input output.
Diagram lingkar sebab akibat sistem
agroindustri biodoesel berbasis kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 14 yang menunjukkan hubungan antar objek di dalam maupun diluar sistem agroindustri biodiesel yang dilihat dari segi dampak positip atau negatif satu obyek terhadap obyek-obyek yang lainnya. Diagram tersebut menunjukkan bahwa industri biodiesel secara langsung ataupun tidak langsung berpengaruh positip terhadap pendapatan petani/pekebun, pendapatan masyarakat, pendapatan negara, tataguna lahan kawasan andalan, dan stabilitas ekonomi. Sebaliknya majunya industri biodiesel didorong antara lain oleh ketersediaan kredit, teknologi serta sumberdaya manusia yang terampil. Diagram tersebut juga menunjukkan bahwa industri biodiesel memiliki hubungan timbal balik yang luas dan beragam dengan berbagai objek lainnya, ini menandakan bahwa sistem agroindustri biodiesel bersifat kompleks
59
+ + + ++ + + + Stabilitas Devisa Ekspor Teknologi + Investor + + ekonomi Biaya + Daya + Biaya budidaya + Perbankan Pendapatan Negara + saing sawit + + + + Industri lain + + + + Modal Industri biodiesel + SDM + + teampil + + Pajak + + + Lingkungan + Produktivitas + + dan Produksi Pabrik + sawit Kelapa sawit + + + + + + + + + + Tenaga kerja + Kesejahteraan + Perkebunan Penatagunaan masyarakat + + Lahan kawasan + + + andalan + Pendapatan petani/ Pendapatan pekebun + masyarakat Sarana prasarana
+
Gambar 14 Diagram lingkar sebab alibat sistem agroindustri biodiesel Identifikasi sistem juga dapat digambarkan dengan konsep kotak hitam (black box), dimana tidak diketahui apa yang terjadi di dalamnya tetapi hanya diketahui input yang masuk dan output yang keluar dari kotak hitam tersebut seperti dapat telihat pada Gambar 15. Gambar tersebut secara khusus menujukkan sistem agroindustri biodiesel untuk mendapatkan kebijakan yang terdiri dari input internal sistem yang terkendali dan tidak terkendali serta input lingkungan. Sedangkan output terdiri dari output yang dikehendaki yang memerlukan proses justifikasi melalui manajemen pengelolaan. Output yang dikehendaki dari sistem agroindustri biodiesel berupa : 1) terjaminnya kontinyuitas pengadaan bahan baku, 2) kualitas produk terpenuhi, 3) kinerja pemasaran baik, 4) daya saing produk meningkat, 5) pendapatan petani/pekebun meningkat, dan 6) kesempatan kerja meningkat
60 Input Lingkungan - Peraturan Pemerintah - Agro klimat - Pengaruh Globalisasi
Output yang Dikehendaki - Terjaminnya kontinyuitas pengadaan bahan baku - Kualitas produk terpenuhi - Kinerja pemasaran baik - Daya saing produk meningkat - Pendapatan petani meningkat - Kesempatan kerja meningkat
Input Tak Terkontrol - Persaingan Industri - Permintaan dan selera konsumen - Harga bahan baku - Tingkat suku bunga bank - Nilai tukar rupiah
MANAJEMEN RISIKO AGOINDUSTRI BIODIESEL BERBASIS KELAPA SAWIT
-
Input Terkontrol Teknologi budidaya Teknologi proses pengolahan Program pemasaran Sistem pengadaan bahan baku Kualitas SDM Agroindustri Program pembinaan dan kerjasama dengn petani
Output Tidak Dikendaki - Minat investasi agroindustri Biodiesel - Komplain kualitas dan keamanan produk meningkat - Biaya produksi meningkat - Kerusakan lingkungan meningkat - Kredit usaha macet
Manajemen Pengendali
Gambar 15 Diagram input-output agroindustri biodiesel
61
HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem manajemen ahli model SPK agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit terdiri dari tiga komponen utama yaitu sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis pengetahuan dan sistem manajemen basis model yang dihubungkan dengan sistem pengolahan terpusat dan dengan bantuan sistem manajemen dialog yang akan memudahkan komunikasi antar pengguna yang bersifat interaktif. Sistem manajemen ahli model tersebut disajikan pada Gambar 16.
DATA
PENGETAHUAN
MODEL
SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA
SISTEM MANAJEMEN BASIS PENGETAHUAN
SISTEM MANAJEMEN BASIS MODEL
Data Bahan Baku
Sistem Pakar Manajemen Risiko
Sub Model Analisis Risiko Bahan Baku
Data Proses Pengolahan Data Pemasaran Biodiesel Data Informasi Biodiesel
Pengambilan Keputusan Pengendalian Risiko
Data Finansial Agrindustri Biodiesel Manajemen Inferensi Data Kelembagaan
Sub Model Analisis Risiko Proses Pengolahan Sub Model Analisis Risiko Pemasaran Sub Model Analisis Risiko Finansial
Sistem Pengolahan Terpusat Sistem Pengolahan Dialog User Gambar 16 Sistem manajemen ahli model SPK agroindustri biodiesel
62 Sistem Manajemen Basis Data Sistem manajemen basis data manajemen risiko agroindustri biodiesel digunakan untuk mengolah data. Data yang dimasukkan, disimpan dalam sistem manajemen basis data, dapat dipanggil kembali apabila diperlukan.
Sistem
manajemen basis data dirancang bersifat interaktif dan fleksibel untuk memudahkan perubahan-perubahan yang diperlukan. Data dalam sistem manajemen basis data ini digunakan dalam sistem manajemen basis model. Untuk menunjang analisis data dalam sistem manajemen basis model dalam perangkat lunak “Biodiesel-RM”, maka dikelompokkan menjadi 3 jenis data yakni data analisis risiko, data manajemen risiko, dan data kelayakan finansial. Data yang diperlukan dalam basis data adalah hasil penilaian pakar terhadap kemungkinan terjadinya risiko dan nilai risiko dari setiap variabel risiko pada setiap faktor aspek pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit. Data analisis risiko meliputi aspek utama agroindustri yaitu pengadaan bahan baku, proses pengolahan, pemasaran dan finansial. Alternatif yang digunakan dalam analisis risiko pengadaan bahan baku adalah (1) Waktu ketersediaan dengan kriteria risiko adalah cuaca/musim, serangan hama dan penyakit, teknik budidaya, teknologi panen, teknologi penanganan pasca panen, jenis/varietas, dan lokasi geografis (2) Kualitas bahan baku dengan kriteria risiko adalah cuaca/ musim, serangan hama dan penyakit, teknik
budidaya, teknologi panen, teknologi penanganan pasca panen,
jenis/varietas, dan lokasi geografis (3) Harga bahan baku dengan kriteria risiko adalah cuaca/ musim, serangan hama dan penyakit, teknik budidaya, teknologi panen, teknologi penanganan pasca panen, jenis/varietas, dan lokasi geografis (4) Biaya pengadaan bahan baku dengan kriteria adalah cuaca/ musim, serangan hama dan penyakit, teknik budidaya, teknologi panen, teknologi penanganan pasca panen, jenis/varietas, dan lokasi geografis (5) Jumlah bahan baku dengan kriteria adalah cuaca/ musim, serangan hama dan penyakit, teknik budidaya, teknologi panen, teknologi penanganan pasca panen, jenis/varietas, dan lokasi geografis.
63 Alternatif yang digunakan dalam analisis risiko proses pengolahan adalah (1) Kualitas biodiesel sesuai SNI dengan kriteria risiko adalah kualitas bahan baku, teknologi pengolahan, jumlah bahan baku tersedia, kualitas SDM, biaya proses, efisiensi proses dan kondisi mesin dan alat, (2) Kinerja mesin dan peralatan proses dengan kriteria risiko adalah kualitas bahan baku, teknologi pengolahan, jumlah bahan baku tersedia, kualitas SDM, biaya proses, efisiensi proses dan kondisi mesin dan alat, (3) Biaya proses pengolahan dengan kriteria risiko adalah kualitas bahan baku, teknologi pengolahan, jumlah bahan baku tersedia, kualitas SDM, biaya proses, efisiensi proses dan kondisi mesin dan alat, (4) Pemeliharaan mesin dan alat dengan kriteria risiko adalah kualitas bahan baku, teknologi pengolahan, jumlah bahan baku tersedia, kualitas SDM, biaya proses, efisiensi proses dan kondisi mesin dan alat (5) Lokasi proses pengolahan dengan kriteria risiko yaitu kualitas bahan baku, teknologi pengolahan, jumlah bahan baku tersedia, kualitas SDM, biaya proses, efisiensi proses dan kondisi mesin dan alat Alternatif yang digunakan dalam analisis risiko pemasaran terdiri dari (1) Kepuasan konsumen dengan kriteria risiko adalah kualitas biodiesel sesuai SNI, harga minyak dunia, kondisi sarana dan prasarana distribusi, harga bahan baku, tingkat persaingan industri, nilai tukar rupiah, konflik saluran distribusi dan bencana alam (2) Posisi persaingan dengan kriteria risiko adalah kualitas biodiesel sesuai SNI, harga minyak dunia, kondisi sarana dan prasarana distribusi, harga bahan baku, tingkat persaingan industri, nilai tukar rupiah, konflik saluran distribusi dan bencana alam (3) Kondisi distribusi dengan kriteria risiko adalah kualitas biodiesel sesuai SNI, harga minyak dunia, kondisi sarana dan prasarana distribusi, harga bahan baku, tingkat persaingan industri, nilai tukar rupiah, konflik saluran distribusi dan bencana alam (4) Kebijakan pemerintah dengan kriteria risiko adalah kualitas biodiesel sesuai SNI, harga minyak dunia, kondisi sarana dan prasarana distribusi, harga bahan baku, tingkat persaingan industri, nilai tukar rupiah, konflik saluran distribusi dan bencana alam (5) Harga biodiesel dengan kriteria risiko yaitu kualitas biodiesel sesuai SNI, harga minyak dunia, kondisi sarana dan prasarana distribusi, harga bahan baku, tingkat persaingan industri, nilai tukar rupiah, konflik saluran distribusi dan bencana alam
64 Adapun analisis risiko finansial yang dilakukan difokuskan pada analisis usaha biodiesel, hasil analisis digunakan pula untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha. Data masukan meliputi data kebutuhan biaya pengadaan bahan baku dan bahan penunjang, jumlah dan jenis tenaga kerja, spesifikasi dan biaya sewa tanah dan bangunan, serta biaya utilitas. Seluruh input data dapat dikelompokkan menjadi biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Biaya investasi meliputi biaya sewa tanah dan bangunan, pembelian mesin dan peralatan proses, fasilitas kantor dan penunjang dan biaya pra-investasi. Biaya tetap terdiri dari biaya tenaga kerja tetap, biaya perawatan, penyusutan, asuransi dan pajak.
Biaya variabel meliputi biaya bahan baku utama, biaya bahan
penunjang, utilitas dan gaji tenaga kerja langsung. Data mengenai harga jual produk, kapasitas produksi maksimal, persentase produksi per tahun, persentase pemenuhan kebutuhan bahan baku, persentase gagal mutu, persentase produk terjual, tingkat suku bunga, persentase bagi hasil, lama pengembalian, dan rasio dana pinjaman dapat diinput dan dirubah melalui skenario dan asumsi pada tampilan model. Sistem Manajemen Basis Pengetahuan Sistem manajemen basis pengetahuan merupakan sarana yang digunakan untuk menyimpan hasil representasi pengetahuan pakar, dengan bantuan mekanisme inferensi basis pengetahuan dapat diterjemahkan menjadi kesimpulan. Sistem manajemen basis pengetahuan dalam model ini dipergunakan untuk membantu menyusun manajemen risiko melalui strategi kebijakan untuk mengatasi risiko agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit. Basis pengetahuan merupakan sumber kecerdasan dari sistem pakar. Semua hasil akuisisi pengetahuan dari pakar dan pustaka disusun menjadi bentuk formal sehingga dapat diolah oleh komputer. Hubungan antara fakta dan informasi direpresentasikan secara logis dengan metode aturan atau representasi logika. Aturan-aturan dalam sistem pakar disusun dalam rangkaian logika IF .... THEN .... yang terdapat dalam modul yang disediakan oleh bahasa pemrograman. Basis pengetahuan merupakan sekumpulan fakta dan informasi yang terkait dan terorganisasi dengan baik. Untuk memanfaatkan basis pengetahuan, maka dibentuk mesin inferensi yang merupakan alat penalaran bagi sistem.
65 Strategi pengendalian yang digunakan adalah mata rantai kebelakang (backward chaining), sedangkan strategi pelacakan yang digunakan sistem ini adalah Depthfirt search. Sistem pakar
manajemen risiko
ini diimplementasikan dengan
menggunakan bahasa pemrograman visual basic 6.0. Selanjutnya dibangun basis pengetahuan dan mesin inferensi sesuai dengan fasilitas yang tersedia dalam alat pengembangan. Keluaran yang dihasilkan oleh model ini adalah berupa resume hasil konsultasi pakar berupa strategi manajemen risiko, saran dan pertimbangan dalam menerapkan usaha agroindustri biodiesel. Hasil konsultasi tersebut akan ditampilkan langsung oleh sistem yang dapat dibaca oleh pengguna pada akhir proses konsultasi. Diagram input - output sistem pakar manajemen risiko dapat dilihat pada Gambar 17. Pengujian terhadap model dilakukan dengan mengajukan model yang telah disusun oleh knowled enginer kepada pakar dan menanyakan kebenarannya. Hal ini perlu dilakukan agar sistem dapat mewakili pakar. Pengujian sistem pakar yang telah direkayasa dilakukan dengan menjalankan sistem dengan beberapa contoh persoalan. Dalam pengujian ini perlu diperhatikan apakah data, kesimpulan yang diperoleh, aturan dalam penalaran dan pengorganisasian pengetahuan sudah sesuai dengan pakar.
INPUT : Parameter - Bahan Baku - Proses Pengolahan - Pemasaran - Finansial - Kelayakan Finansial - Kelembagaan
SISTEM PAKAR Manajemen Risiko Agroindustri Biodiesel Berbasis Kelapa Sawit
OUTPUT : Agroindustri Biodiesel Berupa Resume Hasil Konsultasi Pakar
Gambar 17 Diagram input output sistem pakar manajemen risiko agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit
66 Sistem Manajemen Basis Model Model manajemen basis model terdiri dari 4 sub model yaitu analisis risiko bahan baku, analisis proses pengolahan, analisis risiko pemasaran, dan analisis risiko finansial. Untuk lebih jelasnya model-model yang dikembangkan diuraikan sebagai berikut : Sub model analisis risiko Model analisis risiko bahan baku, pengolahan dan pemasaran menggunakan teknik ME-MCDM fuzzy non numeric dengan mengikuti kaidah independent preference evaluation (IPE), dengan langkah-langkah yaitu (1) Melakukan penilaian kemungkinan terjadinya risiko (likehood) terhadap setiap faktor atau variabel risiko yang telah ditentukan, (2) Melakukan negasi terhadap skala penilaian, (3) Menghitung nilai risiko dari setiap pengembangan agroindustri untuk setiap pakar pada semua faktor dan variabel risiko secara iteratif, (4) Menentukan bobot faktor nilai masing-masing pakar, (5) Menentukan nilai gabungan risiko dari seluruh penilaian pakar. Skema alur proses model analisis risiko agroindustri disajikan pada Gambar 18. Data input dalam model analisis risiko adalah hasil penilaian pakar pada aspek pengembangan agroindustri terhadap setiap faktor dan setiap variabel pada setiap faktor risiko. Data disimpan dalam basis data analisis risiko. Sub model analisis risiko finansial Analisis risiko finansial merupakan indikator penting bagi seorang pengusaha yang dipergunakan untuk mengetahui sejauh mana modal yang telah diinvestasikan dapat memberi keuntungan dan seberapa besar risiko yang harus ditanggung dari investasi yang dilakukan. Secara spesifik, batasan risiko suatu usaha adalah variablitas pendapatan sebagai dampak dari suatu arus kas masuk dan keluar selama umur investasi yang bersangkutan.
Variasi ini erat
hubungannya dengan ketidaktepatan dalam menentukan prakiraan seperti penyerapan pasar atas produk yang dihasilkan,
kemajuan teknologi di masa
depan, tingkat harga, kualitas dan kuantitas peralatan dan lain-lainnya. Tujuannya adalah mencari keseimbangan yang paling baik antara tingkat keuntungan yang
67 akan diperoleh dan risiko yang dihadapi. Skema alur model analisis risiko finansial agroindustri biodiesel dapat dilihat pada Gambar 19.
Mulai -
Jenis aspek utama agroindustri Jenis faktor tiap aspek Jenis variabel tiap faktor
Penilaian pakar terhadap setiap faktor, variabel dan aspek pengembangan agroindstri mengenai kemungkinan terjadinya risiko & nilai risiko Hasil Penilaian Pakar Tidak Lengkap ?
Ya Negasi Skala Penilaian Neg (wk) = wq-k+1 Iterasi dari faktor atau variabel dengan rumus : Vij = Min [Neg (Wak) v Vij (ak) ] Penentuan pembobot nilai (Wj) dengan rumus : W(j) = Int [1+j * (q-1)/r)] Iterasi dari pakar rumus : V(j) = Max [Wj ^ Bj] Cetak matriks penilaian pakar Cetak nilai risiko produk agroindustri
Selesai
Gambar 18 Skema alur proses model analisis risiko agroindustri
68
Mulai
Biaya Tetap Biaya Variabel Skenario Model Kelayakan - Dept Equality Ratio (DER) Harga Jual - Tenggang Waktu Pengembalian Pinjaman - Suku Bunga, Bagi Hasil Harga Bahan Baku Harga Produk
Hitung : - Harga Penyusutan - Pemeliharaan dan Asuransi Kelayakan Finansial Agroindustri Berbasis Kelapa Sawit - Rugi Laba - Cash flow - NPV, IRR, B/C ratio, BEP, PBP
Hitung : - Nilai koefisien variasi - Risiko Finansial
Tidak Layak Ya Selesai
Gambar 19 Skema alur model analisis risiko finansial agroindustri biodiesel Model analisis finansial dirancang untuk menganalisa tingkat kelayakan finansial agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit. Terdapat tiga sub model analisis yakni struktur biaya, proyeksi rugi laba dan analisis kelayakan, dengan skema pembiayaan menggunakan bank konvensional. Masukan data pada model ini menggunakan dua cara yaitu masukan dari basis data yang disimpan dalam file struktur data biaya agroindustri biodiesel dan input data langsung dari pengguna yang dapat diskenario untuk melakukan analisis sensitifitas variabel terhadap
69 tingkat kelayakan. Keluaran model terdiri dari (1) Struktur biaya yang terdiri dari biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel, (2) Hasil analisis laba-rugi, dan (3) Hasil analisis kelayakan yaitu keuntungan bersih, NPV, BEP, PBP dan net B/C. Sistem pengolahan terpusat Sistem pengolahan
terpusat
berfungsi untuk
memadukan
sistem
manajemen basis data, sistem manajemen basis model dan melalui mekanisme inferensi menterjemahkan basis pengetahuan yang terdapat dalam sistem manajemen basis pengetahuan. Pada sistem pengolahan terpusat ini ketiga sistem manajemen tersebut yakni sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis pengetahuan dan sistem manajemen basis model bersifat saling melengkapi. Sistem manajemen dialog Sistem manajemen dialog merupakan komponen yang berfungsi mengatur interaksi antar model dalam program komputer dengan pengguna. Fungsi dan fleksibilitas suatu SPK tergantung pada kemudahan interaksi antara sistem dengan pengguna. Pengguna memberikan masukan mengenai variabel, data, dan jenis skenario yang dipilih. Program komputer menyediakan keluaran yang berupa informasi dalam bentuk sesuai dengan yang diinginkan pengguna seperti bentuk tabel, grafik atau pernyataan yang mudah dipahami. Dialog antara pengguna dan sistem dikategorikan dalam 2 jenis yakni (1) komunikasi langsung antara pengguna dengan SPK berupa pilihan beberapa alternatif kepada
pengambil
keputusan,
pernyataan
untuk
mendapatkan
persetujuan atau daftar isian yang perlu dijawab oleh pengguna (2) komunikasi peraga atau representasi yakni SPK memberikan informasi feed back terhadap instruksi yang diberikan pengguna. Selain itu, pengguna harus memiliki pengetahuan
mengenai
struktur
sistem
dan
prosedur
umum
untuk
mengoperasikannya. Model manajemen risiko untuk pengembangan agroindustri dengan studi kasus agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit dirancang dalam suatu perangkat lunak komputer, sistem penunjang keputusan (SPK) dengan nama
70 “Biodiesel-RM”. Model yang didesain dalam SPK ini ditujukan untuk membantu semua pihak yang terkait dalam upaya meminimasi risiko agroindustri biodiesel. Pengembangan perangkat lunak SPK menggunakan Microsoft Visual Basic Versi 6,0 (Gambar20)
Gambar 20 Perangkat lunak SPK “Biodiesel-RM”
71
IMPLEMENTASI MODEL Validasi Validasi konstruksi model ditentukan oleh ketepatan pemilihan pakar dalam penelitian. Pakar terpilih berasal dari tiga komponen yang relevan yaitu dengan tingkat kepakaran yang dibuktikan berdasarkan
pengalaman dan kapasitas
keilmuannya. Validasi model manajemen risiko agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit ini manggunakan teknik face validity. Hasil Validasi menunjukkan bahwa model manajemen risiko telah sesuai dengan kondisi nyata. Artinya model ini dapat diimplementasikan dalam rangka mengembangkan agroindustri biodiesel di Indonesia. Perancangan sistem penunjang keputusan untuk menajemen risiko ini dilakukan dengan pendekatan sistem. Studi prilaku sistem yang kompleks pada sistem manajemen risiko agroindustri biodiesel menuntut adanya suatu pendekatan yang bersifat holistik dengan tetap mengacu pada efektifitas hasil. Kajian yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan kombinasi dari soft System Methodology (SSM) dalam akuisisi pendapat ahli untuk menilai risiko agroindustri biodiesel dan Hard System Methodology (HSM).
Model yang
dihasilkan dari penggabungan dua metode ini membutuhkan teknik validasi yang tepat. Efektifitas proses validasi sangat dibutuhkan untuk meyakinkan bahwa model telah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi nyata. Pada tipe model seperti ini dipilih teknik face validity yaitu penilaian dari beberapa ahli berdasarkan hasil dan kemampuan model dalam pengelolaan risiko agroindustri biodiesel (Sargent 1999 & Carson 2002). Pada proses verifikasi telah dilakukan evaluasi terhadap proses komputerisasi, kerja logika dan elemen-elemen substansi yang diakomodir oleh model.
Kondisi seperti ini mendorong proses validasi lebih ditujukan untuk
memperbaiki tingkat keyakinan bahwa berdasarkan kondisi yang diasumsikan, model mampu mewakili sistem sebenarnya. Proses validasi dilakukan dengan mempelajari seluruh komponen-komponen dari sistem penunjang keputusan dan keluaran yang dihasilkan.
Orientasi validasi difokuskan pada akurasi hasil
komputerisasi dan kegunaan dari setiap komponen penunjang keputusan. Nilai
72 kegunaan penunjang keputusan lebih diprioritaskan karena menyangkut keandalan penerapannya. Ukuran yang digunakan adalah kemampuan dari model untuk memudahkan proses perencanaan dan pengendalian dalam manajemen risiko agroindustri biodiesel dalam bentuk penunjang keputusan yang diberi nama Biodiesel-RM diyakini mampu membantu pengambil keputusan pada usaha agroindustri biodiesel. Validasi model merupakan pembentukan abstraksi relevan sistem nyata terhadap pertanyaan substansi yang seharusnya terjawab. Validasi dirumuskan sebagai proses pengikat dimana peneliti dan pengambil keputusan sebagai pengguna menyetujui aspek-aspek yang dimasukkan dalam model.
Prosedur
validasi yang diterapkan dalam penelitian ini adalah merumuskan pertanyaanpertanyaan mendasar yang menjadi acuan dalam teknik face validity. Validasi bertujuan mendapatkan kecocokan bahwa model Biodiesel-RM telah mengandung semua elemen-elemen, kejadian dan relasi dari sebuah sistem agroindustri biodiesel yang mempertimbangkan risiko bahan baku, proses pengolahan, pemasaran dan finansial. Teknik face validity melibatkan partisipasi dari peneliti dan praktisi dalam hal ini adalah manajer senior dari obyek studi dan akademisi. Validasi dilakukan secara terpisah sehingga obyektifitas pendapat dapat terjaga. Komponen-komponen validasi yang dinilai adalah kegunaan dan akurasi dari setiap model. Diskusi untuk proses validasi diawali dengan menjelaskan muatan dari Biodiesel-RM, landasan teori dari setiap model, hubungan antar model dan alasan pengembangan model. Hasil validasi terhadap abstrak Biodiesel-RM disimpulkan mempunyai kegunaan dalam membantu dalam pengambilan keputusan disetiap tingkat di sistem manajemen risiko agroindustri biodiesel.
Kegunaan model
ditunjukkan dari kelengkapan model untuk bisa diterapkan dan mampu menganalisis berbagai unit baik bahan baku, proses pengolahan, pemasaran dan finansial.
Disamping itu, adanya komputerisasi ini sangat membantu dalam
pendokumentasian rencana kerja yang membutuhkan peningkatan hasil produksi biodiesel dengan antisipasi dini pada risiko yang akan terjadi.
Ketersediaan
modul penilaian risiko, agregasi dan rekomendasi mempunyai kegunaan dalam mengindentifikasi tingkat risiko yang terjadi dan menjadi salah satu pertimbangan
73 dalam melakukan usaha agroindustri biodiesel.
Hasil validasi menyimpulkan
bahwa model memiliki nilai kegunaan yang besar peranannya dalam mendukung para pengambil keputusan melalui fasilitas analisis yang mudah digunakan Validasi untuk setiap model secara parsial baik dari segi kegunaan dan akurasi keluaran secara umum dianggap mencukupi.
Tingkat akurasi yang
dibahas adalah risiko bahan baku, proses pengolahan, pemasaran dan fiinansial. Keberadaan model manajemen risiko secara prinsip sangat dibutuhkan oleh pengambil keputusan untuk menganalisis risiko pada tiap tingkat kegiatan agroindustri biodiesel. Manajamen Risiko Manajemen risiko agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit dengan bantuan Biodiesel-RM
merupakan sebuah pendekatan baru.
Komponen-
komponen atau lebih tepatnya fitur-fitur yang tersedia pada Biodiesel-RM tentunya membutuhkan proses adaptasi sebelum diterapkan. Manajemen risiko ini merupakan sebuah pendekatan pengelolaan dari sistem agroindustri biodiesel. Pengertian ini menjadi acuan pengembangan model sehingga penerapannya memberikan sebuah cara baru dalam pengelolaan sistem agroindustri biodiesel. Berbeda dengan pendekatan terencana, penerapan Biodiesel-RM akan mendorong para pengambil keputusan dalam mengelola usaha agroindustri biodiesel dengan pendekatan sistem. Setelah melalui verifikasi dan validasi, model yang dihasilkan dapat implementasikan pada sebuah agroindustri biodiesel. Implementasi dimaksudkan untuk menerapkan model menggunakan data aktual yang bersumber dari obyek studi kasus di perkebunan sawit dan agroindustri biodiesel. Seluruh komponen sistem penunjang keputusan akan digunakan sebagai model untuk menilai risiko agroindustri biodiesel.
Implementasi juga dimaksudkan untuk mengetahui
kemampuan model dalam membantu pengambil keputusan dalam pengelolaan agoindustri biodiesel dan penilaian risiko. Hasil implementasi bermanfaat untuk mengetahui aspek-aspek yang dapat diperbaiki dalam meningkatkan efektivitas dam kualitas manajemen agroindustri biodiesel berdasarkan pendekatan sistem.
74 Pengembangan agroindustri biodiesel ini mengandung potensi 4 jenis risiko utama yang perlu diperhatikan yakni pengadaan bahan baku, proses pengolahan, pemasaran dan finansial. Setiap risiko dari masing-masing aspek pengembangan agroindustri tersebut dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan setiap faktor dipengaruhi oleh sejumlah variabel risiko. Penentuan nilai risiko agroindustri merupakan hasil agregasi secara berjenjang dari variabel risiko setiap aspek pengembangan agroindustri. Analisis risiko pengadaan bahan baku Dalam pengembangan agroindustri, aspek pengadaan bahan baku berperan sangat penting (Soekartawi 2000). Herman (2002) menyatakan bahwa. selain memiliki peran yang sangat penting, aspek pengadaan bahan baku juga mengandung potensi risiko. Adanya potensi risiko bahan baku disebabkan oleh adanya ketergantungan yang besar pada kondisi alam dan agronomis lainnya. Potensi risiko pengadaan bahan baku untuk agroindustri dipengaruhi sejumlah faktor. Faktor utama yang berpengaruh terhadap tingkat risiko menurut Brown (1994) adalah pengadaan bahan baku agroindustri yaitu waktu ketersediaan, jumlah, kualitas, harga dan biaya pengadaan bahan baku (a) Waktu ketersediaan bahan baku Waktu ketersediaan bahan baku sangat dipengaruhi oleh sejumlah variabel agronomis yang mempengaruhi seperti waktu panen, teknik panen dan penanganan pasca panen, cuaca atau musim, jenis/ varietas, lokasi geografis, teknologi budidaya dan input produksi serta adanya serangan hama dan penyakit (Austin 1992). Teknologi budidaya memungkinkan tanaman kelapa sawit mengalami pembungaan dan pembuahan dengan baik ketersediaan bahan baku akan tepat.
sehingga waktu
Sastrosayono (2003) menyatakan bahwa
kelapa sawit biasanya berbuah setelah berumur 2,5 tahun.
Buahnya menjadi
masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Banyak hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas buah, diantaranya adalah proses panen. Dalam memanen perlu diperhatikan beberapa ketentuan umum agar buah yang dihasilkan baik mutunya sehingga minyak yang dihasilkan juga bermutu baik. Panenan harus dilaksanakan pada saat yang tepat. Panen yang tepat waktu akan maenentukan kuantitas dan
75 kualitas buah kelapa sawit. Proses pembentukan minyak di dalam buah berlangsung selama 24 hari dari buah mulai masak. Panenan yang dilakukan sebelum proses pembentukan minyak selesai akan mengakibatkan hasil minyak yang kurang dari semestinya. Panenan sesudah proses pembentukan minyak selesai, akan merugikan karena banyak buah yang lepas dari tandannya dan jatuh ke tanah. Buah yang terlalu masak, kandungan minyaknya akan berubah menjadi asam lemak bebas (free fatty acid) yang mengakibatkan rendahnya mutu minyak dan mudah terserang hama dan penyakit. Hasil analisis waktu ketersediaan bahan baku memiliki nilai risiko tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa faktor waktu ketersediaan menjadi sangat penting diperhatikan karena akan berkontribusi secara signifikan terhadap risiko aspek pengadaan bahan baku secara keseluruhan. Seperti diketahui, kelapa sawit adalah tanaman yang memerlukan penanganan dalam budidaya yang serius dengan manajemen pengadaan bahan baku yang efektif dalam memenuhi kebutuhan produksi agroindustri biodiesel. (b) Kualitas Kualitas bahan baku dipengaruhi oleh sejumlah variabel seperti teknologi budidaya, cuaca/musim, teknologi penanganan panen dan pascapanen. Menurut Brown (1994), sejumlah variabel seperti tersebut di atas akan mempengaruhi kualitas bahan baku agroindustri baik sifat fisik maupun kimia. Faktor kualitas menjadi dasar utama dalam penentuan standar bahan baku dan menjadi pertimbangan dalam penetapan harga bahan baku. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor kualitas bahan baku mempunyai nilai risiko tinggi. Risiko kualitas bahan baku perlu diperhatikan. Hal ini karena faktor kualitas bahan baku akan sangat mempengaruhi kualitas produk agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit. Bahan baku yang rusak atau cacat harus disortasi secara baik karena tidak dapat diperbaiki selama proses pengolahan. (c)
Harga bahan baku Harga bahan baku dipengaruhi oleh sejumlah variabel seperti cuaca/
musim, serangan hama dan penyakit, teknik budidaya, teknik panen, teknik
76 penangan pasca panen, jenis/varietas dan lokasi geografis dan masalah pengangkutan (Brown 1994). Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor harga bahan baku mempunyai nilai risiko yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena berbagai faktor yang dapat menyebabkan kondisi bahan baku rusak akibat seperti pengangkutan. Untuk menghindari terbentuknya asam lemak bebas, pengolahan harus sudah dilaksanakan paling lambat 8 jam setelah panen. Pengangkutan bahan baku dari kebun harus secepatnya diangkut dengan alat angkutan yang tepat yang dapat mengangkut bahan baku sebanyak-banyaknya, seperti lori, traktor gandeng atau truk. Sesampainya di pabrik, harus segera ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam lori perebusan. Bahan baku yang tidak segera diolah akan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas (free fatty acid) tinggi (Sastrosayono 2003). Kadar asam lemak bebas yang tinggi akan mempengaruhi kualitas dari CPO (d) Biaya pengadaan bahan baku Biaya pengadaan bahan baku ditentukan oleh cuaca/ musim, serangan hama dan penyakit, teknik budidaya, teknik panen, teknik penangan pasca panen, jenis/varietas dan lokasi geografis (Brown 1994). Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor biaya bahan baku mempunyai nilai risiko tinggi, karena faktor biaya terkait dengan faktor dari pengadaan bahan baku. Faktor biaya pengadaan bahan baku harus diperhatikan karena akan berpengaruh langsung terhadap kelayakan usaha dan sekaligus menentukan minat petani agar terus memproduksi bahan baku yang dibutuhkan untuk pengembangan agroindustri. Brown (1994) menyatakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam sistem pengadaan bahan baku adalah harga yang layak bagi petani sehingga dapat memberikan motivasi untuk terus berproduksi. (e) Jumlah bahan baku Faktor yang harus diperhatikan agar perusahaan dapat berproduksi sesuai dengan yang diharapkan adalah terpenuhinya jumlah kebutuhan bahan baku. Variabel yang mempengaruhi jumlah bahan baku adalah cuaca/musim, adanya serangan hama dan penyakit, teknologi budidaya, teknologi panen, teknologi penanganan pasca panen, jenis/varietas dan lokasi geografis. Hal ini
77 sesuai dengan pernyataan Jatmika (2000) bahwa jumlah atau banyaknya hasil setiap hektar tanaman kelapa sawit produktif tergantung dari kualitas tanaman, kesuburan tanah, keadaan iklim, umur tanaman, gangguan hama / penyakit dan pemeliharaan tanaman Contoh data hasil per hektar per tahun dari komoditi kelapa sawit jenis Dura yang keadaannya normal dapat dilihat pada tabel 15. Tabel 15 Hasil tanaman jenis dura dengan pertumbuhan normal Umur tanaman (tahun) Hasil minyak (kg / ha) Hasil inti (kg / ha) 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Sumber : Jatmika (2000)
500 750 1000 1300 1600 1900 2000 2200 2250
100 150 200 260 320 380 400 440 450
Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor jumlah bahan baku mempunyai nilai risiko tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko jumlah bahan baku yang tersedia perlu diperhatikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Brown (1994) yang menyatakan bahwa, perencanaan pemasaran dan kapasitas pengolahan akan mempengaruhi jumlah kebutuhan bahan baku. Demikian juga sebaliknya, ketersediaan bahan baku dari sisi waktu dan jumlah akan mempengaruhi juga kapasitas produksi dan perencanaan pemasaran. Agregasi risiko bahan baku Untuk mendapatkan nilai risiko dari aspek pengadaan bahan baku dilakukan
agregasi
terhadap
nilai
risiko
pada
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya yaitu waktu ketersediaan bahan baku, kualitas bahan baku, harga bahan baku, biaya pengadaan bahan baku, dan jumlah bahan baku. Hasil perhitungan agregasi menunjukkan bahwa tingkat risiko aspek pengadaan bahan baku untuk pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit sangat tinggi.
78 Tampilan masukan dan hasil penilaian pakar untuk analisis risiko bahan baku disajikan masing-masing pada Lampiran 2 dan skor keseluruhan analisa risiko bahan baku disajikan pada Lampiran 3, dan pohon keputusan analisis risiko pengadaan bahan baku disajikan pada Gambar 21. Pada Gambar 21 ditunjukkan bahwa setiap variabel risiko memberikan kontribusi terhadap faktor yang dipengaruhinya dari sejumlah faktor dengan nilai risiko dan tingkat kemungkinan terjadinya risiko menentukan tingkat risiko terhadap pengadaan bahan baku. Faktor harga bahan baku memiliki nilai risiko sangat tinggi sedangkan faktor waktu ketersediaan bahan baku, kualitas bahan baku, biaya pengadaan bahan baku, dan jumlah bahan baku memiliki nilai risiko tinggi. Sangat tingginya nilai risiko harga bahan baku dalam agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit disebabkan oleh produksi CPO tersebut diperuntukkan untuk keperluan non energi seperti bahan baku pembuatan minyak goreng, sabun dan ekspor, sehingga bila CPO yang ada dipergunakan sebagai bahan baku biodiesel, dikhawatirkan akan dapat mengganggu pasokan non energi tersebut. Oleh karena itu diperlukan perluasan lahan kelapa sawit khusus untuk pasokan bahan baku biodiesel (Sugiyono 2007).
Selain itu menurut Brown
(1994), terdapat tiga ciri utama bahan baku agroindustri yakni bersifat mudah rusak, volume besar dan produksinya terpencar di beberapa tempat. Hal ini mengakibatkan pengadaan bahan baku mengandung risiko sangat tinggi.
79 1. Cuaca/Musim 2. Serangan Hama Penyakit 3. Teknik Budidaya 4. Tek.Panen 5. Tek. Penanganan Pasca Panen 6. Jenis/Varietas 7. Lokasi Georgafist
Risiko Waktu Ketersediaan : Tinggi
1. Cuaca/Musim 2. Serangan Hama Penyakit 3. Teknik Budidaya 4. Tek.Panen 5. Tek. Penanganan Pasca Panen 6. Jenis/Varietas 7. Lokasi Georgafis
Risiko Kualitas Bahan Baku : Tinggi
1. Cuaca/Musim 2. Serangan Hama Penyakit 3.Teknik Budidaya 4. Tek.Panen 5. Tek. Penanganan Pasca Panen 6. Jenis/Varietas 7. Lokasi Geografis
Risiko Harga Bahan Baku : Sangat Tinggi
1. Cuaca/Musim 2. Serangan Hama Penyakit 3. Teknik Budidaya 4. Tek.Panen 5. Tek. Penanganan Pasca Panen 6. Jenis/Varietas 7. Lokasi Geografis
Risiko Biaya Pengadaan Bahan Baku : Tinggi
1. Cuaca/Musim 2. Serangan Hama Penyakit 3. Teknik Budidaya 4. Tek.Panen 5. Tek. Penanganan Pasca Panen 6. Jenis/Varietas 7. Lokasi Geografis
Risiko Jumlah Bahan Baku : Tinggi
Gambar 21
Resiko Pengadaan Bahan Baku : Sangat Tinggi
Pohon keputusan analisis risiko bahan baku
Analisis risiko proses pengolahan Dalam pengembangan agroindustri, walaupun aspek pengolahan lebih dapat dikontrol dibandingkan dengan aspek pengadaan bahan baku, namun aspek pengolahan sangat penting untuk diperhatikan, karena terkait dengan efisiensi produksi, kualitas serta kepuasan konsumen (Austin 1992). Selanjutnya dinyatakan bahwa risiko proses pengolahan dipengaruhi sejumlah faktor yaitu kualitas bahan baku, biaya proses, kinerja mesin dan peralatan.
80 (a)
Kualitas biodiesel sesuai SNI Risiko faktor kualitas produk dalam proses pengolahan agroindustri
dipengaruhi oleh sejumlah variabel risiko. Variabel yang berpengaruh tersebut adalah kualitas bahan baku, teknologi pengolahan, jumlah bahan baku yang tersedia, kualitas SDM, biaya proses, efisiensi proses, dan kondisi mesin dan alat. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor kualitas dan pemeliharaan mesin dan alat mempunyai nilai risiko tinggi. Tingginya nilai risiko tersebut disebabkan karena terkait dengan tingkat kepuasan konsumen dan adanya permintaan jaminan kualitas produk yang dihasilkan. Adanya upaya peningkatan permintaan produk dan tuntutan kualitas memacu aktifitas dan kinerja mesin yang prima, canggih dan lancar. Peningkatan kegiatan yang dilakukan secara kontinyu dan terus menerus mengakibatkan kinerja alat perlu diperhatikan dan dipelihara, dirawat dan diservis secara kontinyu sehingga saat proses pengolahan tidak ada gangguan karena mesin rusak. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa dalam proses pengolahan produk biodiesel, faktor utama yang harus diperhatikan adalah risiko kualitas produk biodiesel harus sesuai dengan SNI. Sistem analisis untuk mengidentifikasi tahapan proses yang bersifat kritis dilakukan oleh badan standar nasional Indonesia, sehingga kualitas produk biodiesel berbasis kelapa sawit terjamin mutunya berdasarkan standar Nasional Indonesia (SNI). (b)
Kinerja mesin dan peralatan Industri Biodiesel Risiko dari faktor mesin dan peralatan dalam proses pengolahan
agroindustri dipengaruhi oleh
sejumlah
variabel risiko.
Variabel
yang
berpengaruh tersebut adalah kualitas bahan baku, teknologi pengolahan, jumlah bahan baku yang tersedia, kualitas SDM, biaya proses, efisiensi proses, dan kondisi mesin dan alat. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor kinerja mesin dan peralatan mempunyai nilai risiko sedang. Walaupun nilai risiko kinerja mesin dan peralatan relatif tergolong sedang, namun harus diperhatikan karena kinerja mesin dan peralatan terkait dengan kelancaran proses pengolahan produk biodiesel. Menurut Austin (1992), kerusakan atau gangguan pada mesin dan peralatan tidak saja menyebabkan pelaksanaan proses pengolahan terganggu, namun juga dapat menyebabkan kegagalan dalam pencapaian mutu dan jaminan
81 keamanan produk yang dihasilkan. Selain itu, kerusakan mesin dan peralatan yang mempengaruhi jumlah produk yang tidak memenuhi syarat dapat berdampak terhadap peningkatan biaya produksi. (c)
Biaya proses pengolahan Nilai risiko biaya proses pengolahan merupakan hasil agregasi dari nilai
risiko dan kemungkinan terjadinya risiko dari sejumlah variabel. Variabel yang berpengaruh terhadap risiko kualitas bahan baku, teknologi pengolahan, jumlah bahan baku yang tersedia, kualitas SDM, biaya proses, efisiensi proses, dan kondisi mesin dan alat. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor biaya proses pengolahan mempunyai nilai risiko sedang. Walaupun risiko pada proses pengolahan adalah sedang, namun faktor biaya pengolahan ini harus selalu diperhatikan sehingga tidak terjadi peningkatan biaya dalam pencapaian kualitas yang disyaratkan. Menurut Gittinger (1986), terdapat empat jenis biaya dalam pencapaian kualitas yakni biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kerusakan internal dan biaya kerusakan eksternal. Biaya pengendalian yaitu pencegahan dan penilaian akan meningkat seiring dengan upaya peningkatan kualitas, sedangkan biaya kegagalan seperti internal dan eksternal menurun seiring dengan peningkatan kualitas. Farah dan Favre (1992) menyatakan, biaya kegagalan dapat diminimasi melalui penerapan manajemen mutu total. Selain itu, juga dapat menjamin dihasilkannya produk berkualitas dalam memberikan kepuasan konsumen dan meningkatkan citra perusahaan. (d)
Pemeliharaan mesin dan alat Risiko dari pemeliharaan mesin dan alat dalam proses pengolahan
agroindustri dipengaruhi oleh
sejumlah
variabel risiko.
Variabel
yang
berpengaruh tersebut adalah kualitas bahan baku, teknologi pengolahan, jumlah bahan baku yang tersedia, kualitas SDM, biaya proses, efisiensi proses, dan kondisi mesin dan alat. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor pemeliharaan mesin dan alat mempunyai nilai risiko sedang. Risiko pada pemeliharaan ini sangat memegang peran karena pemeliharaan yang rendah mengakibatkan kualitas produksi akan menurun demikian pula kuantitas dan kontinyuitas. Untuk itu dalam hal
82 pemeliharaan sangat perlu untuk diperhatikan, dikaitkan dengan variabel yang berpengaruh maka pemeliharaan yang rendah mengakibatkan umur ekonomi dari mesin pengolah menjadi rendah, rendahnya umur ekonomis mengakibatkan biaya akan meningkat untuk pengganti mesin. Untuk produksi yang baik seperti variabel tersebut diatas, maka teknologi pengolahan perlu ditingkatkan, sanitasi perlu ditingkatkan, kualitas sumberdaya manusia perlu ditingkatkan sehingga kegagalan mutu dapat ditekan sehingga efisiensi proses pengolahan dapat meningkat. (e)
Lokasi proses pengolahan Lokasi dalam proses pengolahan agroindustri dipengaruhi oleh sejumlah
variabel risiko. Variabel yang berpengaruh tersebut adalah kualitas bahan baku, teknologi pengolahan, jumlah bahan baku yang tersedia, kualitas SDM, biaya proses, efisiensi proses, dan kondisi mesin dan alat. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor lokasi mempunyai nilai risiko sedang. Walaupun risiko lokasi sedang, namun perlu diperhatikan, mengingat lokasi pabrik dengan kebun akan sangat mempengaruhi kualitas produksi yang baik, bila bahan baku yang diperoleh dari kebun jauh dari pabrik, maka kualitas akan menurun karena terjadi kerusakan selama proses pengangkutan. Lokasi pengolahan yang terlalu jauh dari lokasi kebun akan mempengaruhi kualitas bahan baku. Bahan baku yang tidak segera diolah akan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas (free fatty acid) tinggi (Sastrosayono 2003). Agregasi risiko proses pengolahan Untuk mendapatkan nilai risiko dari aspek pengolahan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit dilakukan agregasi nilai risiko faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu kualitas biodiesel sesuai SNI, kinerja mesin dan alat, biaya proses pengolahan, pemeliharaan mesin dan alat serta lokasi proses pengolahan. Dari perhitungan agresiasi risiko diperoleh bahwa tingkat risiko aspek proses pengolahan biodiesel berbasis kelapa sawit adalah tinggi. Tampilan masukan dan hasil penilaian pakar untuk analisis proses pengolahan disajikan masing-masing pada Lampiran 4 dan skor keseluruhan analisa risiko bahan baku pada Lampiran 5, dan pohon keputusan analisis risiko proses pengolahan agroindustri biodiesel disajikan pada Gambar 22.
83 1 Kualitas Bahan Baku 2 Teknologi Pengolahan 3 Jumlah Bahan Baku Tersedia 4 Kualitas SDM 5 Biaya Proses 6 Efisiensi Proses 7 Kondisi Mesin dan Alat
Risiko Kualitas Bidesel Sesuai SNI Tinggi
1 Kualitas Bahan Baku 2 Teknologi Pengolahan 3 Jumlah Bahan Baku Tersedia 4 Kualitas SDM 5 Biaya Proses 6 Efisiensi Proses 7 Kondisi Mesin dan Alat
Risiko Kinerja Mesin dan Alat : Sedang
1 Kualitas Bahan Baku 2 Teknologi Pengolahan 3 Jumlah Bahan Baku Tersedia 4 Kualitas SDM 5 Biaya Proses 6 Efisiensi Proses 7 Kondisi Mesin dan Alat
Risiko Biaya Proses : Sedang
1 Kualitas Bahan Baku 2 Teknologi Pengolahan 3 Jumlah Bahan Baku Tersedia 4 Kualitas SDM 5 Biaya Proses 6 Efisiensi Proses 7 Kondisi Mesin dan Alat
Risiko Pemeliharaan Mesin dan Alat: Sedang
1 Kualitas Bahan Baku 2 Teknologi Pengolahan 3 Jumlah Bahan Baku Tersedia 4 Kualitas SDM 5 Biaya Proses 6 Efisiensi Proses 7 Kondisi Mesin dan Alat
Risiko Lokasi Proses Pengolahan : Sedang
Resiko Proses Pengolahan : Tinggi
Gambar 22 Pohon keputusan analisis risiko proses pengolahan Pada Gambar 22 menunjukkan bahwa setiap variabel risiko memberikan kontribusi terhadap faktor yang dipengaruhi, dan juga nilai risiko dari sejumlah faktor berpengaruh terhadap nilai risiko proses pengolahan. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor kualitas biodiesel sesuai SNI. memilik nilai risiko tinggi. Sementara kinerja mesin peralatan proses, biaya proses, pemeliharaan mesin dan alat dan lokasi proses dengan nilai risiko sedang.
84 Faktor yang perlu diperhatikan dalam proses pengolahan adalah kualitas dari produk biodiesel sesuai dengan SNI. Namun demikian, faktor kinerja mesin dan peralatan serta biaya proses pengolahan, pemeliharaan mesin dan alat serta dimana lokasi proses pengolahan tersebut juga tidak boleh diabaikan karena saling terkait dan saling mempengaruhi. Pengendalian risiko proses pengolahan harus dilakukan secara cermat sehingga dapat dihasilkan produk dengan kualitas baik. Kotler
(2002)
menyatakan,
tercapainya
kualitas
produk
yang
dipersyaratkan dan adanya jaminan keamanan produk akan sangat menunjang peningkatan kinerja pemasaran agroindustri. Hal tersebut karena terkait dengan salah satu aspek kepuasan pelanggan yakni kualitas produk. Analisis risiko pemasaran Dalam pengembangan agroindustri, pemasaran menjadi ujung tombak keberhasilan dari suatu usaha, oleh sebab itu risiko pemasaran sangat penting diperhatikan untuk menjamin kinerja dan keberlangsungan bisnis secara baik. Menurut Kotler (2002) variabel yang berpengaruh terhadap risiko pemasaran meliputi kepuasan konsumen, kondisi persaingan dan sistem distribusi. (a)
Kepuasan konsumen Risiko dari faktor kepuasan konsumen dalam aspek pemasaran
agroindustri dipengaruhi
oleh
sejumlah
variabel risiko.
Variabel
yang
mempengaruhi tersebut yaitu kualitas biodiesel sesuai SNI, harga minyak dunia, kondisi sarana prasarana distribusi, harga biodiesel, tingkat persaingan industri, nilai tukar rupiah, dan konflik saluran distribusi dan bencana alam. Sementara Kotler (2002) menyebutkan veriabel kepuasan konsumen tidak terlepas dari kualitas dan nilai produk, kualitas pelayanan, kualitas karyawan dan citra perusahaan Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor kepuasan konsumen mempunyai nilai risiko tinggi. Tingginya nilai risiko faktor kepuasan konsumen menunjukkan bahwa dalam pemasaran produk agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit, faktor kritis yang harus diperhatikan adalah kepuasan konsumen. Faktor ini selain mempunyai risiko tinggi sekaligus juga sebagai faktor penentu keberhasilan pemasaran produk agroindustri.
85 (b)
Posisi persaingan Risiko dari faktor posisi persaingan dalam aspek pemasaran agroindustri
dipengaruhi oleh sejumlah variabel risiko. Menurut Porter (1985) variabel yang berpengaruh terhadap kondisi persaingan adalah tingkat persaingan industri, adanya pendatang baru potensial, tumbuhnya produk substitusi, meningkatnya posisi tawar pembeli dan meningkatnya posisi tawar pemasok. Selain itu variabel yang mempengaruhi posisi persaingan adalah kualitas biodiesel sesuai SNI, harga minyak dunia, kondisi sarana prasarana distribusi, harga biodiesel, tingkat persaingan industri, nilai tukar rupiah, dan konflik saluran distribusi dan bencana alam Hasil analisis menunjukkan faktor posisi persaingan mempunyai nilai risiko sedang. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pemasaran agroindustri, selain faktor risiko kepuasan konsumen yang harus diperhatikan, risiko persaingan juga tidak boleh diabaikan terutama dalam menyusun strategi memenangkan persaingan. Selain itu, kondisi persaingan sifatnya sangat dinamis, sehingga diperlukan pengetahuan yang relatif lengkap mengenai kondisi dan karakteristik pesaing utama khususnya yang terkait dengan strategi, tujuan, kekuatan dan kelemahan serta pola reaksi terhadap dinamika pasar. Kotler (2002) menyatakan, penyusunan strategi bersaing membutuhkan sistem intelijen persaingan yang meliputi empat kegiatan utama yakni (1) Mengidentifikasi jenis-jenis dan sumber informasi persaingan, (2) Mengumpulkan data-data lapangan yang relevan dari berbagai sumber seperti tenaga penjual, saluran pemasaran, pemasok, perusahaan periset pasar, dan asosiasi perdagangan, (3) Mengevaluasi data dari aspek validitas dan reliabilitasnya, selanjutnya menganalisis dan menginterprestasikan, (4) Menyebar-luaskan informasi yang dihasilkan. (c)
Kondisi distribusi Risiko dari faktor kondisi distribusi dalam aspek pemasaran agroindustri
dipengaruhi oleh sejumlah variabel risiko. Variabel yang mempengaruhi tersebut adalah kualitas biodiesel sesuai SNI, harga minyak dunia, kondisi sarana prasarana distribusi, harga biodiesel, tingkat persaingan industri, nilai tukar rupiah, dan konflik saluran distribusi dan bencana alam.
86 Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor kondisi distribusi mempunyai nilai risiko tinggi. Tingginya risiko pada kondisi distribusi karena sistem distribusi ini akan berpengaruh terhadap kelancaran penyediaan produk bagi konsumen. Hal ini disebabkan oleh salah satu elemen kepuasan konsumen yaitu kualitas pelayanan mencakup juga keterjangkauan dari sisi tempat atau lokasi. Sistem distribusi sangat penting peranannya dalam menjamin tersedianya produk di daerah yang mudah terjangkau oleh pelanggan. (d)
Kebijakan pemerintah Risiko dari faktor kebijakan pemerintah dalam aspek pemasaran
agroindustri dipengaruhi
oleh
sejumlah
variabel risiko.
Variabel
yang
mempengaruhi tersebut adalah kualitas biodiesel sesuai SNI, harga minyak dunia, kondisi sarana prasarana distribusi, harga biodiesel, tingkat persaingan industri, nilai tukar rupiah, dan konflik saluran distribusi dan bencana alam Hasil anlisis menunjukkan bahwa faktor kebijakan pemerintah memiliki nilai risiko yang sangat tinggi. Sangat tingginya risiko pada faktor kebijakan, karena setiap aktifitas kegiatan suatu usaha harus mengikuti aturan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, seperti misalnya pada kebijakan peningkatan pajak ekspor (PE).
Peningkatan pajak ekspor ini hanya akan menimbulkan
melemahnya daya saing produk CPO di pasar internasional dan akan memiskinkan petani sawit. Dalam konteks ekonomi politik, kebijakan ini akan dimanfaatkan oleh pihak-pihak pemburu rente untuk mengambil manfaat atas kecendrungan melemahnya harga TBS untuk meningkatkan keuntungan industri hilir yang sudah siap. Selain permasalahan pajak, kebijakan pemerintah harus lebih ditingkatkan lagi misalnya dalam masalah penentuan harga biodiesel dan mandatori pemerintah dalam hal penggunaan biodiesel untuk transportasi umum dan kendaraan pemerintah, kewajiban industri menggunakan biodiesel serta subsidi pemerintah pada biodiesel agar lebih ditingkatkan seperti halnya subsidi pada minyak yang berasal dari fosil seperti solar. (e)
Peningkatan harga bahan baku Risiko dari faktor peningkatan harga bahan baku dalam aspek pemasaran
agroindustri dipengaruhi
oleh
sejumlah
variabel risiko.
Variabel
yang
mempengaruhi tersebut adalah kualitas biodiesel sesuai SNI, harga minyak dunia,
87 kondisi sarana prasarana distribusi, harga biodiesel, tingkat persaingan industri, nilai tukar rupiah, dan konflik saluran distribusi dan bencana alam. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor peningkatan harga bahan baku mempunyai nilai risiko tinggi. Tingginya risiko pada peningkatan harga bahan baku diakibatkan karena harga produk pertanian tergolong berfluktuatif dengan rentang tingkat harga yang cukup lebar. Pada waktu musim panen dan musim hujan, harganya bisa sangat rendah namun pada musim lainnya bisa sangat tinggi. Harga yang sangat fluktuatif secara teoritis akan menyulitkan prediksi bisnis, baik dalam perhitungan rugi laba maupun menajemen resiko. Harga yang demikian seringkali hanya menguntungkan spekulan yang umumnya pedagang tertentu khususnya yang mampu mengelola stok secara baik dan cermat. Fluktuasi harga hingga saat ini umumnya terjadi pada komoditi tanaman pangan. Hingga saat ini belum ada alat/metoda yang dapat secara langsung mengantisipasi atau bahkan mencegah terjadinya fluktuasi harga yang terlalu tinggi yang akan merugikan pihak produsen maupun konsumen. Agregasi risiko pemasaran Penentuan nilai risiko dari aspek pemasaran agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit didasarkan hasil agregasi nilai risiko faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pemasaran tersebut meliputi kepuasan konsumen, posisi persaingan, kondisi distribusi, kebijakan pemerintah dan peningkatan harga bahan baku. Hasil perhitungan agregasi risiko menunjukkan bahwa tingkat risiko aspek pemasaran agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit adalah sedang. Tampilan masukan dan hasil penilaian pakar untuk analisis risiko pemasaran disajikan masing-masing pada Lampiran 6 dan skor keseluruhan analisa risiko pada Lampiran 7, dan pohon keputusan analisis risiko pemasaran agroindustri biodiesel disajikan dalam Gambar 23. Pada Gambar 23 menunjukkan bahwa setiap variabel memberikan kontribusi terhadap faktor yang dipengaruhinya, dan sejumlah nilai risiko setiap faktor menentukan nilai risiko dari aspek pemasaran.
88 1 Kualitas Biodiesel Sesuai SNI 2 Harga Minyak Dunia 3 Kondisi Sarana & Prasarasa Distribusi 4 Harga Biodiesel 5 Tk Persaingan Industri 6. Nilai Tukar Rupiah 7 Konflik Saluran Distribudi dan Bencana Alam
Risiko Kepuasan Konsumen : Tinggi
1 Kualitas Biodiesel Sesuai SNI 2 Harga Minyak Dunia 3 Kondisi Sarana & Prasarasa Distribusi 4 Harga Biodiesel 5 Tk Persaingan Industri 6. Nilai Tukar Rupiah 7 Konflik Saluran Distribudi dan Bencana Alam
Risiko Posisi Persaingan : Sedang
1 Kualitas Biodiesel Sesuai SNI 2 Harga Minyak Dunia 3 Kondisi Sarana & Prasarasa Distribusi 4 Harga Biodiesel 5 Tk Persaingan Industri 6. Nilai Tukar Rupiah 7 Konflik Saluran Distribudi dan Bencana Alam
Risiko Kondisi Distribusi : Tinggi
1 Kualitas Biodiesel Sesuai SNI 2 Harga Minyak Dunia 3 Kondisi Sarana & Prasarasa Distribusi 4 Harga Biodiesel 5 Tk Persaingan Industri 6. Nilai Tukar Rupiah 7 Konflik Saluran Distribudi dan Bencana Alam
Risiko Kebijakan Pemerintah Sangat Tinggi
1 Kualitas Biodiesel Sesuai SNI 2 Harga Minyak Dunia 3 Kondisi Sarana & Prasarasa Distribusi 4 Harga Biodiesel 5 Tk Persaingan Industri 6. Nilai Tukar Rupiah 7 Konflik Saluran Distribudi dan Bencana Alam
Risiko Peningkatan Harga Bahan Baku : Tinggi
Resiko Pemasaran : Sangat Tinggi
Gambar 23 Pohon keputusan analisis risiko pemasaran Faktor kebijakan Pemerintah memiliki nilai risiko sangat tinggi, kepuasan konsumen memiliki nilai risiko tinggi, faktor posisi persaingan bernilai risiko sedang, nilai risiko kondisi distribusi adalah tinggi dan faktor peningkatan harga bahan baku memiliki nilai risiko yang tinggi. Dengan demikian faktor yang cukup tinggi peranannya dalam nilai risiko pemasaran adalah kebijakan dari pemerintah..
89 Menurut Wahyudi (2006) kebijakan pemerintah dalam pengembangan energi Nasional sangat diperlukan. Hal ini dikaitkan dengan tujuan kebijakan energi Nasional tersebut yaitu mewujudkan keamanan pasokan energi dalam negeri. Kebijakan utamanya adalah 1) Penyediaan energi dengan mengupayakan jaminan pasokan, pengoptimalan produksi dan konservasi. 2) Pemanfaaatan energi dengan mengupayakan efisiensi pemanfaatan dan diversifikasi. 3) Penetapan harga kearah keekonomian dengan tetap memperhatikan masyarakat yang tidak mampu dan 4) Pelestarian
lingkungan.
Selanjutnya
dinyatakannya
bahwa
kebijakan
penunjangnya adalah pengembangan infrastruktur energi , kemitraan pemerintah dengan dunia usaha, pemberdayaan masyarakat dan research dan development. Analisis risiko finansial Analisis risiko finansial dilakukan untuk mengetahui tingkat risiko yang harus ditanggung perusahaan dibanding dengan keuntungan yang diperoleh. Hubungan antara risiko dan keuntungan diukur dengan koefisien variasi (cv) yang merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung perusahaan dengan besarnya keuntungan yang akan diperoleh sebagai hasil. Semakin besar nilai cv, risiko yang ditanggung semakin besar pula.
Asumsi-asumsi yang digunakan
dalam analisis risiko mengikuti kaidah (Soeharto, 2002) yaitu : jika nilai cv ≤ 0.5 berisiko rendah; jika 0.5 < cv ≤ 0.8 berisiko sedang ; jika 0.8 < cv ≤ 1.8 berisiko tinggi dan jika nilai cv > 1.2 berisiko sangat tinggi.
Hasil analisis risiko
menunjukkan bahwa agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit ini secara finansial layak dilakukan dengan risiko rendah (Tabel 16). Tabel 16 Hasil analisis risiko finansial dan kelayakan No. Uraian 1 Net Present Value 2 Internal Rate of Return 3 Payback Periode 4 Benefit-Cost Ratio 5 BEP harga Biodiesel Keputusan
Satuan US $ % Tahun US$ /ton
Nilai 19 135 725 19.99 8.33 1.08 667.13 Layak risiko rendah
90 Hasil perhitungan agregasi menunjukkan nilai risiko agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit adalah sangat tinggi. Pohon keputusan faktor risiko dari setiap aspek pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit disajikan dalam Gambar 24. Pada Gambar 24 menunjukkan setiap faktor memberikan kontribusi terhadap nilai risiko aspek pengembangan agroindustri yang dipengaruhinya, dan sejumlah aspek utama dengan nilai risikonya menentukan tingkat risiko dari agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit. Risiko pada aspek pengadaan bahan baku bernilai sangat tinggi, sedangkan aspek proses pengolahan bernilai risiko tinggi, pemasaran berisiko sangat tinggi, dan finansial berisiko rendah. Aspek yang paling mempengaruhi nilai risiko pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit adalah pengadaan bahan baku dan pemasaran.
Aspek
pengadaan bahan baku menjadi faktor kritis karena ketersediaan bahan baku dari sisi waktu, jumlah dan kualitas sangat tergantung cuaca atau iklim. Sementara aspek pemasaran sangat tergantung dari kepuasan konsumen, posisi persaingan, kondisi distribusi,kebijakan pemerintah dan peningkatan bahan baku.
1. Waktu Ketersediaan 2. Kualitas Bahan Baku 3. Harga Bahan Baku 4. Biaya Pengadaan Bahan Baku 5. Jumlah Bahan Bak 1. Kualitas Biodiesel Sesuai SNI 2. Kinerja Mesin dan Alat 3. Biaya Proses Pengolahan 4. Pemeliharaan Mesin dan Alat 5. Lokasi Proses Pengolahan 1. Kepuasan Komsumen 2. Posisi Persaingan 3. Kondisi Distribusi 4. Kebijakan Pemerintah 5. Peningkatan Harga Bahan Baku FINANSIAL
Risiko Pengadaan Bahan Baku : Sangat Tinggi
Risiko Proses Pengolahan : Tinggi
Risiko Agroindustri Biodiesel Berbasis Kelapa Sawit : Sangat TInggi Risiko Pemasaran Sangat Tinggi
Risiko Finansial Rendah
Gambar 24. Pohon keputusan analisis risiko
91 Agregasi Nilai Risiko Nilai risiko agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit merupakan agregasi total dari seluruh aspek pengembangan agroindustri yaitu pengadaan bahan baku, proses pengolahan, pemasaran dan finansial. Nilai risiko dari setiap aspek tersebut merupakan agregasi setiap faktor yang mempengaruhinya. Hasil Analisis risiko tersebut disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Hasil analisis risiko agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit No
Aspek Utama Pengembangan Agroindustri
Nilai Risiko
1
Bahan Baku
Sangat Tinggi
2
Proses Pengolahan
Tinggi
3
Pemasaran
Sangat Tinggi
4
Finansial
Rendah
Risiko Agroindustri Biodiesel Sangat Tinggi
Kelayakan Finansial Asumsi-asumsi Masukan pada sub model analisis kelayakan finansial agroindustri meliputi biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Selain itu pada sub model ini juga dikembangkan skenario usaha yang meliputi umur proyek kapasitas produksi terpasang, persentase kapasitas produksi yang digunakan, persentase produk terjual, harga produk, premi asuransi dan pajak bumi dan bangunan, biaya perawatan, biaya penyusutan, tingkat bunga bank, lama pengembalian pinjaman, dan rasio modal sendiri dengan pinjaman. Komponen biaya tetap dan biaya variabel (Perkiraan rugi laba) disajikan pada Lampiran 8 Output utama dari model ini adalah tingkat kelayakan investasi agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit yang ditunjukkan oleh sejumlah variabel kelayakan finansial. Model analisis kelayakan finansial diskenario menggunakan skema pembiayaan bank konvensional.dengan variabel kelayakan finansial meliputi keuntungan bersih rata-rata per tahun. NPV, IRR, PBP (payback period) dan net B/C ratio. Selain itu dapat ditampilkan diskripsi rugi laba usaha argoindustri biodiesel berbasis kelapa sawit. Tampilan input skenario
92 model dan hasil analisis kelayakan finansial disajikan dalam Lampiran 9 dan nilai asumsi dapat dilihat pada Tabel 18
Tabel 18 Asumsi kelayakan finansial pabrik biodiesel berbasis kelapa sawit kapasitas 60.000 ton per tahun No Uraian 1 Jam operasi per hari 2 Jam operasi per tahun 3 Kapasitas Kapasitas operasional 4 Keuangan Rasio hutang dan modal sendiri Bunga - Investasi/tahun - Modal kerja/tahun Pembayaran - Investasi - Modal kerja Penyusutan 5 Utilitas dan konsumsi Uap 5 bar Listrik Air pendingin Air untuk proses Limbah cair Nitrogen cair Lainnya 6 Bahan baku / kimia CPO Metanol KOH H 2 SO 4 7 Pengawasan dan biaya tetap Tenaga kerja Pengawasan Pemeliharaan Asuransi Lab/kontrol kualitas Biaya pemasaran Lainnya 8 Harga produk Biodiesel
Satuan Jam Jam
Nilai 24 8 000
TPA
60 000
%
70%
% %
12.00 12.00
Tahun Tahun Tahun
8 5 10
USD/Ton USD/kWh USD/m3 USD/m3 USD/m3 USD/kg USD/Ton B-D
22 0.06 0.05 1 1.5 0.3 2.5
USD/Ton USD/Ton USD/Ton USD/Ton
400 300 800 150
USD/tahun USD/ tahun USD/ tahun USD/ tahun USD/ tahun USD/ tahun USD/ tahun
500 000 250 000 529 759 400 000 240 000 150 000 200 000
USD/TON
780
93 Berdasarkan keluaran model kelayakan finansial agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit tersebut, hasil analisis finansial agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit menunjukkan bahwa nilai NPV dari proyek ini adalah sebesar US$ 19 135 725. Total investasi pendirian pabrik yang diperlukan sebesar US$ 30 407 025 dimana modal tersebut diperoleh dari pinjaman dan modal sendiri dengan rasio hutang dan modal sendiri (70:30). Rincian biaya investasi disajikan pada Tabel 19 Tabel 19 Investasi pendirian pabrik biodiesel berbasis kelapa sawit
No Investasi Pabrik 1 Investasi modal tetap Pengeluaran pra-proyek Tanah Unit pengolahan air Lengan beban Sumber tenaga Pabrik Pajak PPn 10% & Pajak Lain Biaya Proyek 2 IDC Total biaya proyek 3 Modal kerja 4 Biaya finansial Total Investasi
LS LS LS LS LS LS
3%
Biaya dalam US$ OSBL ISBL TOTAL 371 000 0 371 000 300 000 0 300 000 100 000 0 100 000 1 200 000 0 1 200 000 1 731 240 0 1 731 240 0 16 000 000 16 000 000 370 224 1 600 000 1 970 224 4 072 464 17 600 000 21 672 464 1 892 469 23 564 933 5 956 451 885 642 30 407 025
Hasil Tabel tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pada tingkat bunga investasi 12 % nilai NPV masih menunjukkan positif sehingga pada tingkat opportunity (discount rate) 12 % investasi agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit layak untuk dilakukan. Alat analisis yang lain yang dapat digunakan untuk menentukan kriteria layak tidaknya suatu usaha untuk dijalankan adalah dengan menghitung net B/C ratio. Bila net B/C ratio > 1 maka usaha tersebut dapat dilakukan, sedangkan bila net B/C < 1, maka usaha tersebut tidak dapat dilaksanakan. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Net B/C ratio sebesar 1,08 hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa investasi agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit layak untuk dilaksanakan.
94 Internal Rate of Return (IRR) menunjukkan persentase keuntungan yang akan diperoleh tiap
tahun atau
merupakan kemampuan usaha dalam
mengembalikan bunga bank. Hal ini berarti IRR sama dengan tingkat bunga discount factor ( DF ) pada waktu NPV = 0. Untuk menghitung besarnya IRR dilakukan dengan mencari nilai NPV positif dan negatif yang kemudian dilakukan interpolasi. Apabila IRR > tingkat suku bunga bank, maka usaha tersebut layak dilakukan dan apabila IRR < tingkat suku bunga bank, maka usaha tersebut tidak layak dilakukan. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai IRR sebesar 19.99 % hal ini berarti bahwa bila dibandingkan dengan tingkat bunga bank sebesar 12 % investasi agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit masih menguntungkan. Analisis sensitivitas kelayakan finansial dilakukan dengan menggunakan tiga skenario perubahan yang berbeda. Skenario pertama yaitu terjadi kenaikan harga bahan baku (CPO) sebesar 10% dan yang lainnya tetap. Skenario kedua terjadi penurunan harga jual produk biodiesel sebesar 10% yang lainnya tetap. Skenario ketiga merupakan kombinasi dari perubahan tersebut yaitu terjadi kenaikan harga bahan baku (CPO)10% dan penurunan harga jual produk sebesar 10%. Hasil analisis sensitivitas dari ketiga skenario tersebut disajikan pada Tabel 20. Hasil analisis sensitivitas dengan menaikan harga bahan baku sebesar 10% sementara harga jual biodiesel tetap tidak mempengaruhi keputusan kelayakan finansial. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kriteria kelayakan yang masih menunjukkan keputusan layak. Nilai NPV positif sebesar US$ 7 047 860 nilai IRR lebih besar dari bunga bank (8%) yaitu sebesar 14.98%, nilai net B/C ratio lebih besar dari satu yaitu 1.03, PBP kurang dari umur proyek yaitu 11.58 tahun investasi berjalan dan BEP dicapai pada harga biodiesel US$ 698.02 ton Pada skenario kedua yaitu harga jual produk biodiesel turun 10% sementara harga bahan baku tetap kelayakan finansial akan berpengaruh bagi keputusan kelayakan finansial yaitu menunjukkan tidak layak, hal ini dapat dilihat bahwa kriteria kelayakan finansial Nilai NPV negatif sebesar Rp US$ -1 768 548, IRR 11.22% nilai net B/C ratio kurang dari satu yaitu 0.99 dan PBP yaitu 16 tahun.dengan BEP terjadi pada harga biodiesel sebsar US$ 644.13/ton. Skenario ketiga yaitu harga bahan baku naik 10% dan harga produk turun 10% menunjukkan perubahan keputusan kelayakan finansial yaitu menjadi tidak layak,
95 hal ini dapat dilihat. pada beberapa kriteria kelayakan finansial. Nilai NPV negatif sebesar -14 167 657, nilai IRR lebih kecil dari tingkat bunga yang ditentukan yaitu sebesar 11.22%, nilai net B/C ratio kurang dari satu yaitu 0.93 dan PBP lebih besar dari umur proyek yaitu sebesar 16 tahun. Sementara BEP nya terjadi pada saaat harga biodiesel sebesar US$ 675.43 per ton Tabel 20 Analisis sensitivitas kelayakan finansial NPV ($US)
IRR (%)
BEP B/C PBP Harga Ratio (tahun) biodiesel ($US/ton)
19 135 725
19.99
1.08
7 047 860
14.98
Skenario Perubahan Harga bahan CPO normal US$ 400 dan harga jual biodiesel US$ 780 /ton Harga CPO naik 10 % US$ 440, harga jual biodiesel tetap Harga CPO normal dan harga jual biodiesel turun 10 %.US$ 702 Harga CPO naik 10 % dan Harga jual biodiesel turun 10 %
-1 768 548
-14 167
1.03
8.33
667.13
11.58
698.02
11.22
0.99
16
644.13
5.62
0.94
16.00
675.43
KET
Layak Risiko Rendah
Layak Risiko Rendah Tidak Layak
Tidak layak
Strategi Manajemen Risiko Manajemen
risiko
merupakan
suatu
usaha
untuk
mengetahui,
menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi (Darmawi 1990). Santoso (2005) membahas secara komprehensif manajemen risiko agroindustri buah-buahan khusunya mangga dengan menkombinasikan berbagai teknik pengambilan keputusan kriteria majemuk. Kaitannya hasil penelitian ini dengan menajemen risiko agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit adalah sebagai rujukan dalam identifikasi sumber-sumber risiko dan penanganannya. Perspektif
96 yang dugunakan adalah mengelompokkan risiko dalam 4 bagian yaitu risiko bahan baku, risiko proses pengolahan, risiko pemasaran dan risiko finansial Risiko Bahan Baku Bahan baku merupakan aspek penting dalam pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit. Faktor utama yang mempengaruhi tingkat risiko pengadaan bahan baku agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit yaitu waktu ketersediaan, kualitas bahan baku, harga bahan baku, biaya pengadaan bahan baku, dan jumlah bahan baku. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor waktu ketersediaan, kualitas bahan baku, biaya pengadaan bahan baku dan jumlah bahan baku bernilai risiko tinggi, sementara harga bahan baku berisiko sangat tinggi Dalam rangka pengendalian risiko bahan baku, diambil faktor risiko yang paling tertinggi yaitu harga bahan baku, selanjutnya membuat manajemen risiko untuk mengatasi risiko tersebut.
Untuk itu, dikembangkan model
menggunakan metode AHP dengan lima tingkat yakni fokus, faktor, aktor, tujuan yang perlu diperhatikan dan alternatif. Tujuan memperhatikan faktor risiko harga bahan baku adalah peningkatan pendapatan petani, peningkatan nilai tambah, penyerapan tenaga kerja, peningkatan perekonomian daerah, dan peningkatan produktivitas lahan. Hasil analisis AHP menunjukkan faktor utama risiko harga bahan baku menunjukkan bahwa faktor yang harus diperhatikan secara berurutan adalah 1) Mekanisme pasar minyak nabati (0.17), 2) Dinamika harga BBM (0.16), 3) Ketersediaan CPO (0.13), 4) Teknologi Budidaya (0.13), 5) Arah pergerakan nilai tukar terhadap dolar (0.11), 6) Teknologi Penanganan Pasca Panen (0.10), 7) Lokasi/Geografis (0.08), dan 8) Jenis/varietas (0.08) Prioritas aktor yang harus berperan secara berurutan adalah 1) Dinas Perkebunan (0.36), 2) Lembaga penelitian dan Perguruan Tinggi (LEMLIT DAN PERTI) (0.22),
3) Petani Sawit (0.18), 4) Pemerintah daerah (0.13) dan 5)
Perusahaan Biodiesel (0.09). Adapun prioritas tujuan secara berturut-turut yaitu 1) Stabilitas harga CPO (0.26), 2) Peningkatan nilai tambah (0.22), 3) Peningkatan perekonomian daerah (0.19), 4) Peningkatan pendapatan petani (0.18) dan 5) Penyerapan tenaga kerja (0.12).
97 Adapun prioritas alternatif / strategi manajemen risiko pada harga bahan baku yang harus disiasati secara berturut-turut adalah 1) Fluktuasi harga CPO (0.66), 2) Mendorong program peremajaan (0.19) dan 3) produktivitas lahan (0.14) (Lampiran 10).
Peningkatan
Harga CPO saat ini tidak dapat
diprediksi karena selalu berubah-ubah, perubahan harga ini diakibatkan berbagai faktor.
Derom (2010) menyatakan bahwa kenaikan harga CPO sangat
dipengaruhi oleh permintaan pasar dan harga minyak bumi. Jika keduanya naik, maka kecenderungan naiknya harga CPO juga terbuka lebar. Naiknya harga CPO saat ini, terjadi karena ketidakseimbangan antara permintaan dengan suplai yang ada. Alternatif kedua dalam rangkaian pengendalian risiko harga CPO yang saat ini cenderung menurun adalah dengan menurunkan sisi penawaran dengan melakukan peremajaan pada tanaman kelapa sawit yang saat ini sudah menurun produktivitasnya karena faktor umur tanaman yang kebanyakan pada perkebunan sawit di Indonesia sudah mencapai diatas delapan belas tahun. Pada bulan Maret 2008 harga biodiesel mencapai US$ 1 200/ton, selanjutnya harga CPO menurun dan pada Januari 2009 hanya tinggal sekitar US$ 440/ton. Saat ini meramalkan harga CPO menjadi semakin rumit. Sebelum tahun 2007, harga CPO lebih banyak ditentukan oleh mekanisme pasar minyak nabati yaitu pasar CPO dan pasar minyak pesaingnya (minyak kedele, minyak bunga matahari, dan minyak kanola). Kini peramalan harga CPO menjadi jauh lebih kompleks karena isu energi (biodiesel), dinamika harga BBM, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap US$, dan ulah spekulan, ikut menentukan harga CPO. Alternatif yang perlu diperhatikan juga adalah diperlukan adanya peningakatan produktifitas lahan perkebunan sawit, dengan adanya peningkatan produktivitas lahan produksi kelapa sawit yaitu CPO sebagai bahan baku biodiesel akan dapat ditingkatkan. Hal ini dikarenakan adanya lahan perkebunan sawit dengan tingkat produktifitas yang tinggi akan dapat meningkatkan pengembangan tanaman, sehingga peningkatan hasil dari segi kuantitas, kualitas, dan kontinyuitas CPO akan baik. Hasil Analisis AHP Harga bahan baku disajikan pada Gambar 25
98
Fokus
Harga Bahan Baku
Mekanisme Pasar Minyak Nabati . 0.25
Faktor
Harga BBM 0.25
.
Dinas Perkebunan 0.33
Aktor
LemLit / Perguruan Tinggi) 0.21
Ketersediaan CPO 0.19 .
Teknologi Budidaya Kelapa Sawit 0.15
Arah Pergerakan Nilai Tukar Terhadap US$. . 0.14
. Petani Sawit 0.20
Pemerintah daerah 0.14
Perusahaan Biodiesel 0.10
.
.
Stabilitas Harga CPO 0.26 .
Tujuan
Peningkatan Nilai Tambah 0.18
. Peningkatan Perekonomian Daerah 0.13
Peningkatan Pendaptan Petani 0.22
Penyerapan Tenaga Kerja 0.19
. .
Alternatif
Fluktuasi Harga CPO 0.66
.
Mendorong Program Peremajaan 0.19
Peningkatan Produktivitas Lahan 0.14 .
Gambar 25 Hasi harga bahan baku
Risiko Proses Pengolahan Proses pengolahan merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam pengembangan agroindustri karena produk yang dihasilkan sangat menentukan tingkat kepuasaan pelanggan. Proses pengolahan selain berhubungan dengan faktor kualitas produk dan kebutuhan konsumen, juga erat kaitannya dengan keamanan produk sehingga tidak merusak mesin ketika digunakan sebagai pengganti solar. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor kinerja mesin dan alat, pemeliharaan mesin dan alat, biaya proses pengolahan dan lokasi proses
99 pengolahan berisiko sedang. Sementara kualitas biodiesel harus sesuai Standard Nasional Indonesia memiliki risiko yang tinggi. Dalam rangka meminimasi risiko pada proses pengolahan biodiesel tersebut, diambil faktor risiko yang paling tinggi yaitu Standard Nasional Indonesia, selanjutnya membuat manajemen risiko untuk mengatasi risiko tersebut. Untuk itu, dikembangkan model menggunakan metode AHP dengan lima tingkat yakni fokus, faktor, aktor, tujuan yang perlu diperhatikan dan alternatif (Gambar 26). Hasil analisis AHP, faktor yang menjadi prioritas untuk diperhatikan dalam rangka meminimasi adanya risiko pengolahan pada agroindustri biodiesel adalah 1) Ketersediaan bahan baku berkualitas (0.21), 2) Sumberdaya manusia (SDM) (0.18), 3) Standar mutu biodiesel (0.16), 4) Teknologi proses pengolahan (0.14), 5) Kebijakan pemerintah (0.13), 6) Jasa keuangan (0.08), 7) Permintaan pasar (0.06). Indonesia memiliki beraneka ragam tanaman yang dapat dijadikan sumber bahan bakar biodiesel dari biomassa, salah satunya adalah kelapa sawit, dimana CPO yang akan digunakan sebagai bahan baku utamanya harus diperhatikan karena menyangkut kuantitas produksi biodiesel yang harus dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan pasar biodiesel dan juga perlunya kontinyuitas yang diperlukan untuk kesinambungan produksi biodiesel.
Potensi biodiesel sebagai
subsitusi minyak solar cukup besar karena penggunaan minyak solar 40% dari total penggunaan BBM untuk transportasi. Sedangkan penggunaan solar pada industri dan PLTD adalah sebesar 74% dari total penggunaan BBM pada kedua sektor tersebut. (DSDM 2006)
100
Fokus
Faktor
KUALITAS PRODUKSI
Sumberdaya manusia (SDM) 0.28
Ketersediaan bahan. baku berkualitas 0.10 .
Pemerintah daerah 0.32
Aktor
Tujuan
Alternatif
Peningkatan Daya Saing Produk 0.31
Standar mutu biodiesel 0.26
Teknologi proses pengolahan 0.13
Kebijakan . pemerintah 0.21
.
Lemlit/ perguruan tinggi 0.20
LIPI 0.20
Meningkatkan Sumber Daya Manusia 0.26
Menghasilkan Mutu Sesuai SNI 0.67 .
Lemigas 0.14
Menyerap Tenaga Kerja 0.25
Penerapan Teknologi Yang Tepat 0.18
.
BPPT 0.13
Peningkatan Nilai Tambah 0.16
Penerapan SDM Proses Pengolahan 0.14
Gambar 26 Hasil analisis AHP kualitas produksi
Ketersediaan bahan baku ini sangat penting, sekitar 61.28 % dari produk CPO Indonesia diekspor ke luar negeri, sementara sisanya diserap untuk konsumsi di dalam negeri. Untuk penggunaan lokal, industri minyak goreng merupakan penyerap CPO dominan, mencapai 31.0% dari total produksi, sedang sisanya dikonsumsi oleh industri oleokimia (3.73%), sabun (2.05%) dan margarine atau shortening (1.95%). Produksi minyak sawit (CPO) Indonesia tahun 2008 sebesar 17.1 juta ton, dimana terjadi peningkatan rata-rata 12 % per tahun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Tiga propinsi yang mempunyai produksi CPO paling
besar di Indonesia berada di Pulau Sumatera, yaitu Propinsi Riau, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Produksi CPO di Propinsi Riau sebesar 4.7 ton (27.39%), kemudian diikuti oleh Sumatera Utara 3.2 juta ton (18.71%), dan Sumatera
101 Selatan 1,6 juta ton (9.45%). Mengingat kebutuhan dari CPO tidak hanya diperuntukan sebagai bahan baku biodiesel saja, maka ketersediaan CPO tersebut perlu diwaspadai (Direktorat Jenderal Perkebunan 2008) Adapun aktor yang terlibat berturut-turut adalah 1) Pemerintah daerah (0.36), 2) Lemlit/perguruan tinggi (0.21), 3) Lembaga ilmu pengetahuan Indonesia (LIPI) (0.17), 4) Lemigas (0.13), 5) BPTP (0.11).
Peran pemerintah
daerah sangat diperlukan karena peraturan-peraturan daerah yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan agroindustri biodiesel sangat diperlukan, sehingga para investor merasa nyaman berinvestasi pada daerah yang dianggap berpotensi untuk berbisnis pada bidang agroindustri biodiesel.
Suharjito dan
Marimin (2008) menyatakan bahwa keterlibatan pemerintah daerah dalam agroindindustri hilir kelapa sawit adalah dalam hal membuat kebijakan pengembangan seperti kebijakan intensif dan peraturan investasi yang konsisten, sehingga dengan kebijakan tersebut industri CPO akan berjalan lancar. Peran Pemerintah daerah ini akan memungkinkan sektor pendidikan seperti lembaga penelitian/perguruan tinggi juga lembaga penelitian lain seperti lembaga ilmu pengetahuan Indonesia berperan dengan berbagai fasilitas dan dukungan yang diberikan. Dengan kebijakan pemerintah daerah itu, industri CPO dan lembaga keuangan serta bank, bersama-sama akan terlibat dalam pengembangan industri hilir untuk mengembangkan industri hulunya dengan memperluas industri hilir atau integrasi industri hulu dengan industri hilir jika fasilitas infrastruktur atau aturan investasi yang dibuat oleh pemerintah daerah sudah tersedia dengan kondusif. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam menangani risiko proses pengolahan berturut-turut adalah 1) Peningkatan daya saing produk (0.31), 2). Meningkatkan sumber daya manusia (0.27), 3) Menyerap tenaga kerja, 4) Meningkatkan nilai tambah (0.16).
Tujuan peningkatan daya saing produk
sebagai perioritas utama proses pengolahan tidak sekedar hanya menghasilkan produk semata, namun yang menjadikan produk tersebut dapat diterima oleh konsumen atau pelanggan adalah bagaimana kualitas dan keamanan produk tersebut dikaitkan dengan standar mutu yang dimiliki oleh produk tersebut. Hal ini sesuai dengan faktor yang menjadi prioritas utama yaitu ketesediaan bahan
102 baku berkualitas.
Faktor ini sangat penting untuk diperhatikan karena
menyangkut kepuasan konsumen atau pelanggan. Berdasarkan tujuan tersebut, risiko proses pengolahan yang perlu diwaspadai adalah 1) menghasilkan mutu sesuai standard nasional Indonesia (SNI) (0.67), 2) menerapkan teknologi pengolahan yang tepat
(0.18) dan 3)
Penerapan sumber daya manusia proses pengolahan (0.14) Berdasarkan alternatif proses pengolahan, peningkatan mutu biodiesel sesuai standar SNI adalah risiko yang perlu diperhatikan, karena mutu yang tidak sesuai dengan SNI tidak akan diterima konsumen biodiesel sebagai pengganti solar. Pemanfaatan biodiesel menurut Dirjen listrik dan pemanfaatan energi departemen pertambangan dan energi diarahkan untuk dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap energi mix nasional terutama sebagai bahan bakar substitusi untuk motor diesel. Penerapan standar nasional indonesia (SNI) untuk biodiesel ini ditujukan untuk melindungi konsumen dari segi mutu, disamping itu juga untuk melindungi produsen. Standar syarat mutu biodiesel disusun dengan memperhatikan standar sejenis yang sudah berlaku di luar negeri seperti ASTM D6751 di Amerika Serikat dan EN 14214:2002 (E) untuk negara Uni Eropa dimana di wilayah-wilayah tersebut pemakaian biodiesel sudah meluas dan mencapai tahap komersialisasi.
Persyaratan mutu biodiesel di Indonesia
sudah di bakukan dalam SNI-04-7182-2006 yang telah disahkan dan diterbitkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) tanggal 22 Februaru 2006 (Tabel 20) Soerawijaya (2006) menyatakan bahwa suatu teknik pembuatan biodiesel hanya akan berguna apabila produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi (syarat mutu) yang telah ditetapkan dan berlaku di daerah pemasaran biodiesel tersebut. Biodiesel sebagai bahan bakar motor diesel dapat digunakan dalam keadaan murni atau dicampur dengan minyak diesel dengan perbandingan tertentu. Spesifikasi biodiesel yang dihasilkan tergantung pada minyak nabati yang digunakan sebagai bahan baku dan kondisi operasi pabrik serta modifikasi dari peralatan yang digunakan
103 Tabel 21 Syarat mutu biodiesel ester alkil berdasarkan standar nasional Indonesia
No 1 2 3 4 5 6
7
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Parameter
Satuan
Nilai
Massa jenis pada 40 °C Viskositas kinematik pd 40 °C Angka setana Titik nyala (mangkok tertutup) Titik kabut Korosi lempeng tembaga (3 jam pada 50 °C) Residu karbon - dalam contoh asli, atau - dalam 10 % ampas distilasi Air dan sedimen Temperatur distilasi 90 % Abu tersulfatkan Belerang Fosfor Angka asam Gliserol bebas Gliserol total Kadar ester alkil Angka iodium
kg/m3 mm2/s (cSt)
850 – 890 2.3 – 6.0 min. 51 min. 100 maks. 18 maks. No 3
°C °C
%-massa
maks 0.05 maks. 0.30
%-vol. °C %-massa ppm-m (mg/kg) ppm-m (mg/kg) mg-KOH/g %-massa %-massa %-massa %-massa min. 96.5 17 Angka iodium %-massa (g-I2/100 g)
maks. 0.05 maks. 360 maks.0.02 maks. 100 maks. 10 maks.0.8 maks. 0.02 maks. 0.24 min. 96.5 maks. 115
18 Angka iodium Negatif Catatan dapat diuji terpisah dengan ketentuan kandungan sedimen maksimum 0.01 %-vol Sumber : Badan Standarisasi Nasional (BSN) (2006) Biodiesel sebagai bahan bakar motor diesel dapat dikatakan layak karena angka setandnya minimal 47, sedangkan minyak diesel angka cetandnya sekitar 50. Apabila angka biodiesel terlalu tinggi dapat merusak motor. Adapun diagram proses pembuatan biodiesel dapat di lihat pada Gambar 27.
104
Gambar 27 Diagram proses pembuatan biodiesel (Sumber: Soerawijaya 2006) Prioritas ketiga dari hasil alternatif proses pengolahan yang perlu diperhatikan dalam manajemen risiko agroindustri biodiesel ini adalah adanya SDM pengolahan biodiesel yang terampil dan berkualitas. Kualitas sumberdaya manusia adalah salah satu kunci keberhasilan dalam upaya memperoleh biodiesel. Kegagalan yang diakibatkan oleh SDM yang tidak terampil mengakibatkan produk biodiesel tidak diterima oleh konsumen biodiesel. Menurut Farah (1992) pemberdayaan karyawan adalah merupakan suatu proses yang terus menerus dan berkelanjutan untuk dapat meningkatkan kemampuan karyawan sekaligus mengikutsertakannya dalam setiap pembuatan keputusan dan pemecahan masalah perusahaan Risiko Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu aspek yang sangat mempengaruhi keberhasilan pengembangan agroindustri. Hal ini disebabkan oleh adanya dua peran penting pemasaran yakni (1) Memberikan informasi tentang permintaan pasar yang perlu diterjemahkan menjadi produk dan komponen penunjangnya bagi kepuasan pelanggan, dan (2) Menentukan kinerja keuangan perusahaan.
105 Hasil analisis pemasaran menunjukkan bahwa faktor kepuasan konsumen, kondisi distribusi dan peningkatan harga bahan baku berisiko tinggi. Pada faktor posisi persaingan berisiko sedang. Sementara kebijakan pemerintah merupakan hal yang sangat diperlukan dengan nilai risiko yang sangat tinggi. Dalam rangka meminimasi risiko pada pemasaran biodiesel tersebut, diambil faktor risiko yang paling tertinggi yaitu kebijakan pemerintah, selanjutnya dibuatkan suatu manajemen risiko untuk mengatasi risiko pemasaran tersebut. Untuk itu, dikembangkan model menggunakan metode AHP dengan lima tingkat yakni fokus, faktor, aktor, tujuan yang perlu diperhatikan dan alternatif. Pada pemasaran agroindustri biodiesel risiko tertinggi yaitu pada Kebijakan pemerintah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan pemerintah dari hasil analisis AHP berturut-turut
adalah permintaan pasar (0.33),
ketersediaan bahan baku berkualitas (0.26), harga bahan baku (0.17), standar mutu biodiesel (0.13), dan infrastruktur (0.08) Tingginya bobot faktor permintaan pasar dapat meningkatkan gairah para investor dalam usaha agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit ini. Rahayu (2006) menyatakan bahwa Penyerapan pasokan CPO untuk bahan baku biodiesel dapat ditingkatkan lagi, tetapi masih membutuhkan subsidi agar harga jualnya kompetitif. Apabila 20 persen minyak sawit dengan harga empat ribu rupiah per liter dan 80 persen minyak diesel/solar (seribu tujuh ratus rupiah per liter) akan diperoleh harga jual dua ribu seratus enam puluh rupiah per liter. Volume CPO yang terserap bisa mencapai 4.6 juta ton dengan subsidi mencapai empat ratus enam puluh rupiah per liter (27 persen) guna menjaga harga jual di tingkat seribu tujuh ratus rupiah per liter atau sekitar Rp 1.9 triliun. Pada kondisi seperti ini tentu saja para investor menunggu kebijakan pemerintah dalam bentuk subsidi langsung guna mengembangkan industri biodiesel di Tanah Air. Dari sisi anggaran tampaknya tak terlalu sulit jika sebagian dari subsidi BBM yang diperkirakan mencapai Rp 66 triliun dapat dialokasikan untuk program ini. Pilihan terhadap pembangunan industri biodiesel diharapkan mengurangi ketergantungan pada produk impor BBM. Sumber daya alam kelapa sawit yang melimpah di Indonesia dan ketersediaan teknologi proses serta SDM dapat
106 diharapkan hasil produksi industri biodiesel dapat menggantikan kedudukan BBM. Aktor dalam pemasaran yang memiliki peran penting adalah pemerintah daerah (0.33), aktor selanjutnya berturut-turut adalah LemLit /Perti(perguruan tinggi) (0.20), Konsumen (0.19), Perusahaan Biodiesel (0.14) dan Lembaga keuangan (0.12) Jika dihubungkan dengan faktor utama dari manajemen risiko pemasaran ini, dimana kebijakan pemerintah sangat diharapkan, maka kerja sama dalam hal kebijakan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah akan menghasilkan keputusan yang baik untuk menarik investor agar tertarik untuk berinvestasi tanpa ada kekhawatiran.
Terdapat hubungan antara tujuan
peningkatan daya saing produk pada risiko proses pengolahan dengan tujuan meningkatkan perekonomian daerah pada manajemen risiko pemasaran. Hal ini menujukkan betapa pentingnya produk yang dihasilkan untuk menunjang keuangan daerah, untuk tujuan tersebut selain produk yang dihasilkan dapat memenuhi kualitas dan nilai produk sesuai dengan selera konsumen sehingga lancarnya pemasaran produk suatu program bauran pemasaran yang efektif dan efisien sehingga produk berkualitas yang dihasilkan tersebut ditunjang program pemasaran yang baik untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Adapun tujuan utama pendukung kebijakan dalam hal pemasaran dalam mengantisipasi kegagalan adalah peningkatan perekonomian daerah (0.41), yang diikut i oleh peningkatan pendapatan petani (0.36) dan peningkatan produktivitas hasil (0.22 ). Peningkatan perekonomian daerah sangat perlu untuk diperhatikan, hal ini disebabkan karena peningkatan perekonomian daerah akan mempengaruhi aktivitas usaha di daerah tersebut. Peningkatan perekonomian daerah akan dapat menopang kegiatan usaha lainnya sehingga perekonomian daerah setempat akan meningkat . Peningkatan pendapatan petani merupakan tujuan dalam pengembangan agroindustri, dengan meningkatnya pendapatan petani akan dapat meningkatkan produktivitas hasil. Pningkatan ini akan mempengaruhi tingkat semangat untuk berusaha bagi masayarakat juga para investor. Produktivitas akan dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah budidaya tanaman sawit sejak pengolahan
107 tanah, persiapan bibit unggul, pengolahan tanah, pemupukan, pengairan, pengendalian hama dan penyakit serta panen dan pasca panen. Pardamean (2008) menyatakan bahwa tingkat produktivitas tanaman sawit Indonesia bervariasi menurut jenis kepemilikannya. Pada umumnya tingkat produktivitas perkebunan rakyat paling rendah dibandingkan perkebunan negara dan perkebunan swasta. Diperkirakan, produktivitas perkebunan rakyat hanya mencapai rata-rata 2.5 ton CPO per Ha dan 0.33 ton minyak inti sawit (PKO) per Ha. Ini disebabkan kurangnya perawatan perkebunan tersebut. Sementara itu, perkebunan negara memiliki produktivitas tertinggi, yakni rata-rata menghasilkan 4.82 ton CPO per hektar dan 0.91 ton PKO per hektar. Sedangkan perkebunan swasta rata-rata menghasilkan 3.48 ton CPO per hektar dan 0.57 ton PKO per hektar. Penanganan yang kurang
bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawit akan
mempengaruhi produktivitas hasil, sehingga akan berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas kinerja dan peningkatan produkivitas.
Dengan
meningkatnya produktivitas hasil baik dari peningkatan produktivitas kelapa sawit itu sendiri maupun biodiesel, akan dapat meningkatkan pendapatan petani. Pendapatan petani yang tinggi, akan menambah gairah petani untuk terus mengupayakan pertumbuhan dan perkembangan tanaman Berdasarkan tujuan tersebut diatas, Aternatif utama yang perlu diwaspadai untuk mencegah kegagalan agroindustri biodiesel adalah Subsidi biodiesel (0.62). Kebijakan pemerintah sangat diperlukan untuk memperlancar aktivitas kegiatan subuah usaha. Peran pemerintah dalam meningkatan pemberian subsidi bagi pengembangan biodiesel sebagai mana subsidi yang diberikan pada energi fosil yaitu solar sangat membantu pengembangan usaha agroindustri biodiesel. Alternatif kedua yang juga perlu diperhatikan adalah mempertahankan segmen pasar (0.24). Kotler (2002) menyatakan, dalam mempertahankan segmen pasar yang telah dikuasai perlu dikembangkan ikatan dan kesetiaan yang lebih kuat dengan pelanggan. Ikatan kesetiaan akan makin kuat bila perusahaan memperhatikan kepuasan pelanggan. Selain itu, dalam usaha meningkatkan volume penjualan dan laba perusahaan diperlukan sejumlah strategi yang dapat menarik pelanggan baru.
108 Alternatif ketiga adalah mengembangkan bauran pemasaran (0.13). Program bauran pemasaran yang efektif dan efisien sangat diperlukan, sehingga produk dengan kualitas baik yang dihasilkan dengan ditunjang program pemasaran yang baik akan mampu meningkatkan kepuasan pelanggan. Mc Carthy dan Parreaut (1993) menyatakan bahwa bauran pemasaran yang terpadu akan sangat mendukung peningkatan kombinasi unsur-unsur bauran pemasaran dan membentuk strategi pemasaran yang tepat. Hal ini dicapai dengan memproyeksikan kemungkinan hasil dari berbagai kombinasi unsur bauran pemasaran. Hasil analisis AHP Kebijakan pemerintah risiko pemasaran disajikan pada Gambar 28.
Fokus
Faktor
Aktor
Tujuan
Alternatif
Kebijakan Pemerintah
Permintaan pasar 0.33
Ketersediaan Bahan Baku 0.26
PEMDA 0.33
Lemlit / perguruan tinggi 0.20
Harga CPO 0.17
Konsumen 0.19
Standar Mutu Biodiesel 0.13
Harga Biodiesel 0.08
Perusahaan Biodiesel 0.14
Lembaga keuangan . 0.12
peningkatan perekonomian daerah 0.41
Peningkatan Pendapatan Petani/Pekebun 0.36
Peningkatan Produktifitas Hasil 0.22
Subsidi Biodesel 0.62
Segmen Pasar 0.24
Bauran Pemasaran 0.13
.
Gambar 28 Hasil analisis AHP Kebijakan pemerintah risiko pemasaran
109 Risiko finansial Finansial merupakan salah satu aspek penting untuk keberhasilan pengembangan agroindustri.
Hal ini disebabkan oleh perannya yang cukup
strategis dalam menunjang keberlanjutan perusahaan agroindustri karena berhubungan dengan masalah keuangan yang akan digunakan dalam operasional pabrik, dalam hal ini berhubungan dengan tingkat kelayakan. Hasil analisis finansial menunjukkan kelayakan usaha agroindustri berisiko rendah, hal ini menunjukan usaha agroindustri biodiesel dapat ditangani sepanjang semua atribut kebutuhan penunjang dapat diatasi terutama terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan bahan baku, harga bahan baku, persentase produk terjual dan harga jual produk. Selain faktor internal usaha agroindustri terkait dengan pengadaan bahan baku, pengolahan dan pemasaran, potensi risiko juga disebabkan oleh jenis risiko spekulatif seperti suku bunga dan nilai tukar rupiah. Model Kelembagaan Kelembagaan merupakan salah satu komponen penting dalam upaya pengembangan usaha agroindustri. Dalam pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit, akan terjadi berbagai kegiatan manajemen yang tidak lepas dari pada kegagalan akibat banyak faktor. Untuk mengatasi kegagalan tersebut dikembangkan manajemen risiko. Dalam penelitian ini risiko yang dilakukan yaitu risiko pada bahan baku, proses pengolahan, pemasaran dan finansial. Setelah diketahui risiko yang terjadi melalui proses analisis, maka dikembangkan manajemen
risiko.
Manajemen
risiko
yang
dilakukan
adalah
dengan
pengembangan model kelembagaan. Untuk merumuskan model kelembagaan manajemen risiko agroindustri biodiesel ini digunakan teknik ISM. Teknik ISM digunakan untuk mengetahui keterkaitan pelaku yang terlibat serta aktivitas yang diperlukan dalam manajemen kelembagaan untuk mengatasi risiko. Menurut
Marimin
(2005),
salah satu
teknik
pemodelan
yang
dikembangkan untuk perencanaan kebijakan strategis, adalah teknik pemodelan Interpretasi Struktur (Interpretative Structural Modelling). Teknik Interpretative Structural Modelling (ISM) merupakan salah satu teknik pemodelan sistem untuk
110 menangani kebiasaan yang sulit diubah dari perencana jangka panjang yang sering menerapkapkan secara langsung teknik penelitian operasional dan atau aplikasi statistik.
ISM adalah proses pengkajian kelompok (group learning process)
dimana model-model struktural akan dihasilkan guna memotret perihal yang kompleks dari suatu sistem (Eriyatno, 1999). Sedangkan menurut Saxena (1992) ISM bersangkut paut dengan interpretasi dari suatu objek yang utuh atau perwakilan sistem melalui aplikasi teori grafis secara sistematis dan interaktif. ISM merupakan suatu metodologi berbasis komputer yang membantu mengidentifikasi hubungan antara ide dan struktur tetap pada isu yang kompleks. ISM dapat digunakan untuk mengembangkan beberapa tipe struktur, termasuk struktur pengaruh (misalnya: dukungan atau pengabaian), struktur prioritas (misalnya: lebih penting dari, atau sebaiknya dipelajari sebelumnya) dan kategori ide (misalnya : termasuk dalam kategori yang sama dengan). ISM menganalisis elemen-elemen sistem dan memecahkannya dalam bentuk grafik dari hubungan langsung antar elemen dan tingkat hierarkinya. Elemen-elemen dalam ISM dapat merupakan tujuan kebijakan, target organisasi, faktor-faktor penilaian dan lain-lain.
Eriyatno (1999) menyatakan bahwa
metodologi dan teknik ISM dibagi menjadi dua bagian yaitu penyusunan hierarki dan klasifikasi subelemen. Prinsip dasarnya adalah identifikasi struktur dari suatu sistem yang memberikan nilai manfaat yang tinggi guna meramu sistem secara efektif dan untuk pengambilan keputusan yang lebih baik. Struktur dari suatu sistem yang berjenjang diperlukan untuk lebih menjelaskan pemahaman tentang perihal yang dikaji. Untuk menentukan tingkat jenjang mempuyai banyak pendekatan dengan lima kreterianya yaitu (1) kekuatan pengikat dan antar kelompok atau tingkat, (2) frekuensi relatif dari oksilasi (guncangan) dimana tingkat yang lebih rendah lebih cepat terguncang daripada yang diatasnya, (3) konteks dimana tingkat yang lebih tinggi beroperasi pada jangka waktu yang lebih lambat daripada ruang yang lebih luas, (4) cakupan dimana tingkat yang lebih tinggi mencakup tingkat yang lebih rendah, (5) hubungan fungsional, dimana tingkat yang lebih tinggi mempunyai peubah lambat yang mempengaruhi peubah cepat tingkat di bawahnya.
111 Prinsip yang sedang dikaji penjenjangan strukturya dibagi menjadi elemen-elemen yang selanjutnya setiap elemennya diuraikan menjadi sejumlah sebelemen.
Teknik ISM memberikan basis analisis dimana informasi yang
dihasilkan sangat berguna dalam formasi kebijakan serta perencanaan strategis. Menurut Saxena (1992) program dapat dibagi menjadi sembilan elemen, yaitu (1) Sektor masyarakat yang terpengaruh, (2) Kebutuhan dari program, (3) Kendala utama, (4) Perubahan yang dimngkinkan, (5) Tujuan dari program, (6) Tolok ukur untuk menilai setiap tujuan, (8) Ukuran aktivitas yang mengevaluasi hasil yang dicapai oleh setiap aktivitas, dan (9) Lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program. Struktur elemen pada sistem manajemen risiko agroindustri biodiesel ini dimodelkan dengan menggunakan teknik ISM (Interpretative Structural Modelling). Hasil dari analisis pakar diperoleh 8 elemen sistem yaitu : 1) elemen sektor masyarakat yang terpengaruh program, 2) elemen kebutuhan, 3) elemen kendala, 4) elemen tujuan, 5) elemen tolok ukur, 6) elemen lembaga, 7) elemen perubahan dan 8) elemen aktivitas. Dari kedelapan elemen tersebut masingmasing elemen dikaji dan diuraikan lagi menjadi sejumlah sub elemen berdasarkan pendapat pakar, kemudian dilanjutkan dengan penilaian hubungan kontekstual antar sub elemen pada setiap elemen pengembangan industri biodiesel berbasis kelapa sawit. Hasil dari kajian ini adalah informasi struktural sistem manajemen risiko agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit yang berupa hierarki sub elemen dengan sub elemen yang lain, dan klasifikasi sub elemen berdasarkan karakteristik yang dinyatakan dengan tingkat daya dorong (driver power) dan ketergantungan (dependen), serta identifikasi elemen kunci. Hasil analisis pengembangan manajemen kelembagaan dari aspek terkait dan aktivitas yang dibutuhkan dapat diuraikan sebagai berikut : a) Elemen sektor masyarakat yang tepengaruh program Hasil brainstorming dan diskusi mendalam dengan pakar, masingmasing dapat dijabarkan menjadi sejumlah sub elemen.
Elemen sektor
masyarakat yang terpengaruh program dan terlibat pada agroindustri biodiesel dapat diuraikan menjadi 13 sub elemen. yaitu :
112 1
Petani (E1)
2
Pedagang perantara (E 2)
3
Produsen biodiesel (E 3)
4
Pengusaha kelapa sawit (E4)
5
Masyarakat sekitar (E5)
6
Perusahaan transportasi (E6)
7
Pedagang sarana produksi pertanian (E7)
8
Pengusaha mesin dan alat pertanian (E8)
9
Tenaga kerja agroindustri biodiesel (E9)
10 Petugas penyuluh lapangan (E10) 11 Pedagang pengepul (E11) 12 Pedagang besar (E12) 13 Tenaga kerja harian lepas perkebunan (E13) Berdasarkan hasil analisis terhadap 13 sub elemen sektor masyarakat yang terkait dalam agroindustri biodiesel menghasilkan hasil reachbility matriks serta interpretasi dalam manajemen kelembagaan pengembangan agroindustri biodiesel seperti disajikan pada Tabel 22. Hubungan dan keterkaitan antar pelaku pengembangan agroindustri dapat digambarkan dalam bentuk model struktural disajikan pada Gambar 29. Pada Gambar 29 menunjukkan bahwa pelaku kunci pada sektor masyarakat dalam kelembagaan agroindustri biodiesel adalah produsen biodiesel (E-3) dan tenaga kerja agroindustri biodiesel (E-9). Produsen biodiesel menjadi elemen kunci mengandung makna bahwa dalam pengembangan agroindustri yang perlu diperhatikan adalah kesiapan dari produsen untuk memproduksi biodiesel. Elemen kuci pada produsen bodiesel memberikan indikasi kuat bahwa para produsen pengelola biodiesel menjadi prioritas utama yang perlu diperhatikan dalam pengembangan agroindustri biodiesel. Selain produsen biodiesel, tenaga kerja juga merupakan elemen kunci. Peran tenaga kerja sangat mempengaruhi produk biodiesel yang diharapkan, tenaga kerja yang tidak terlatih akan berdampak pada produksi biodiesel baik dari kualitas ataupun kuantitasnya, selain produsen biodiesel dan tenaga kerja agroindustri biodiesel, sejumlah sub elemen lain seperti pedagang pengepul (E11), pedagang sarana produksi pertanian (E7),
113 masyarakat sekitar (E5) juga berperan dalam mengimplikasikan kebijakan yang berkaitan dengan kemajuan dan pengembangan agroindustri biodiesel. Implikasi dan operasionalisasi kebijakan agroindustri biodiesel ini akan berdampak pada aktifitas pedagang perantara (E2) yang memiliki peran penting membantu petani dalam menjual hasil produksi berupa tandan buah segar (TBS) dan perusahaan transportasi (E6) berperan menbantu dalam dalam pemasaran dan pengangkutan hasil produksi. Tabel 22 Hasil reachbility matriks serta interprestasi dari elemen sektor masyarakat yang terpengaruh program
Sub Elemen Sektor Mayarakat E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 E11 E12 E13 Dep
Sub –Elemen Sektor Masyarakat E1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 8
E2 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 6
E3 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2
E4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
E5 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 5
E6 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 8
E7 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 5
E8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
E9 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2
E10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
E11 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 5
E12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
E13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
Drv 7 8 13 5 11 7 11 5 13 5 11 5 5
Matrik Dependence-Driver Power lembaga terkait pada elemen sektor masyarakat manajemen risiko agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit disajikan pada Gambar 30. Berdasarkan matrik driver power dan depedence menunjukkan bahwa sub
elemen petani (E1) dan perusahaan transportasi (E6) merupakan sektor
linkage dalam manajemen kelembagaan agroindustri biodiesel. Hal ini berarti sub elemen ini mempunyai kekuatan penggerak yang tinggi dan mempunyai tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap kegiatan yang lain. Pada setiap tindakan pada sub elemen ini akan menghasilkan sukses perusahaan agroindustri biodiesel,
LH 4 3 1 5 2 4 2 5 1 5 2 5 5
114 sedangkan lemahnya tindakan pada sub elemen ini akan menyebabkan kegagalan program pembangunan agroindustri biodiesel, oleh karena itu maka sub elemen ini perlu dikaji secara hatai-hati.
Pengusaha Kelapa Sawit
Pengusaha Mesin dan Alat Pertanian
Petugas Penyuluh Lapangan
Pedagang Besar
Tenaga Kerja Harian Lepas Perkebunan
Perusahaan Transportasi
Petani
Pedagang Perantara
Masyarakat Sekitar
Pedagang Sarana Produksi Pertanian
Produsen Biodiesel
Pedagang Pengepul
Tenaga Kerja Agrpindustri Biodiesel
Gambar 29 Struktur hierarki antar sub elemen sektor masyarakat yang terpengaruh program Sub elemen produsen biodiesel (E3), tenaga kerja pada agroindustri biodiesel (E13), masyarakat sekitar (E5), pedagang sarana produksi pertanian (E7), pedagang pengepul (E11) dan pedagang besar (E12) berdasarkan klasifikasi tersebut tergolong dalam kelompok independent. Hal ini menunjukkan bahwa sub
115 elemen ini mempunyai kekuatan pendorong yang tinggi tetapi ketergantungan terhadap pengembangan kecil.
E3, E9
13 12
D R I V E R
E5,11 E7, E11 Sektor I Autonomous
Sektor II Dependent
10 9 8 E2
E1, E6
7
P O W E R
0
1
2
3
4
5
6 6 5
7
4
Sektor IV Indepedent
3
8
9
10
11 E4,12E8, E10, 13 E12, E13
Sektor III Linkage
2 1 0
DEPENDENCE Gambar 30 Matriks Driver Power-Depedence elemen sektor masyarakat yang Terpengaruh program b) Elemen Kebutuhan Hasil brainstorming dan diskusi mendalam dengan pakar, elemen kebutuhan agroindustri biodiesel, masing-masing dapat dijabarkan menjadi 13 sub elemen. Sub elemen tersebut yaitu : 1
Infrastruktur (E1)
2
Sarana dan prasarana pertanian (E2)
3
Bibit unggul (E3)
4
Teknologi budidaya (E 4)
5
Teknologi pasca panen (E 5)
6
Teknologi produksi (E 6)
7
Sumber Daya Manusia (E 7)
8
Pemodalan dan fasilitas peminjaman (E 8)
9
Manajemen pengelolaan usaha (E 9)
116 10 Kemudahan birokrasi (E 10) 11 Stabilitas politik dan moneter (E11) 12 Standarisasi mutu (E 12) 13 Sistem tataniaga dan pemasaran yang terjamin (E13) Reachbility matriks
serta interpretasinya dari kebutuhan dalam
kelembagaan untuk pengembangan agroindustri (Tabel 23)
Pada Tabel 23
menunjukkan bahwa yang menjadi variabel kunci dalam agroindustri biodiesel adalah Bibit unggul (E3), teknologi budidaya tanaman sawit (E4) dan stabilitas politik dan moneter (E11). Ketiga aktivitas ini mempunyai peran yang cukup besar dalam mempengaruhi keberhasilan untuk mendukung agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit.
.Tabel 23 Hasil reachbility matriks kebutuhan Sub Elemen Kebutuhan E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 E11 E12 E13 Dep
Sub-Elemen Kebutuhan
Drv
E1
E2
E3
E4
E5
E6
E7
E8
E9
E10
E11
E12
E13
1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 6
1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 6
0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3
0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3
1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 10
1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 10
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 12
1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 10
0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 12
1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 6
10 10 13 13 7 7 3 7 1 7 13 3 10
Bibit unggul (E3) merupakan elemen kunci dalam agroindustri biodiesel, bibit unggul sangat diperlukan dalam rangka peningkatan kualitas tanaman sehingga menghasilkan TBS yang baik dengan demikian kualitas CPO yang dihasilkan akan baik pula, penggunaan bahan baku (CPO) yang berkualitas, maka akan dihasilkan kualitas biodiesel yang baik Teknologi budidaya (E4) merupakan elemen kunci dalam pengembangan agroindustri biodiesel, tanpa adanya teknologi budidaya yang baik, maka industri
LH
2 2 1 1 3 3 4 3 5 3 1 4 2
117 biodiesel tidak akan berjalan dengan baik, dengan teknologi budidaya yang baik hasil CPO sebagai bahan baku biodiesel akan terjamin baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Dengan semakin ketatnya persaingan pasar biodiesel,
peningkatan kualitas dan kuantitas bahan baku, peran teknologi budidaya perlu mendapat perhatian untuk stabilitas produksi CPO. Sub elemen kunci yang lain adalah stabilitas permodalan dan fasilitas peminjaman dana (E11). Permodalan dan fasilitas peminjaman dana akan mempengaruhi
perkembangan
agoindustri
biodiesel.
Industri
biodiesel
memerlukan dana yang cukup tinggi, kekurangan pendanaan akan mengakibatkan terganggunya proses produksi, sehingga berdampak pada kemajuan usaha agroindustri biodiesel. Dengan adanya permodalan dan fasilitas pinjaman dana akan memperlancar usaha agroindustri biodiesel. Dengan terpenuhinya sub elemen kebutuhan yang merupakan elemen kunci dalam manajemen risiko agroindustri biodiesel akan mendorong terpenuhinya sub elemen kebutuhan yang lainnya.
Berdasarkan pemisahan
tingkat pada reachabiity matriks, maka dapat dilakukan penerapan hierarki melalui ranking dengan merujuk pada aspek driver power. menunjukkan
Struktur hierarki
hubungan langsung dan kedudukan relatif antar sub elemen
kebutuhan pengembangan agroindustri biodiesel.
Terpenuhinya sub elemen
kebutuhan pengembangan didukung oleh terpenuhinya sub elemen kebutuhan pengembangn tersebut pada hierarki di bawahnya Keterkaitan antar sub elemen yang dibutuhkan dapat digambarkan dalam suatu model struktural (Gambar 31). Pada Gambar 31 menunjukkan bahwa sub elemen bibit unggul (E3), teknologi budidaya (E4) dan permodalan dan fasilitas peminjaman dana (E11) akan mendorong terpenuhinya sub elemen kebutuhan sistem tataniaga dan pemasaran yang terjamin (E-13), sarana dan prasarana perkebunan (E-2) dan infrastruktur (E-1), kemudian secara simultan mendorong terpenuhinya sub elemen kebutuhan kemudahan birokrasi (E-10), stabilitas poliik dan moneter (E-8), teknologi produksi (E-6), teknologi pasca panen (E-5), selain itu dapat pula stabilitas politik dan moneter, mendorong meningkatkan kebutuhan manajemen pengelolaan usaha yang baik (E-9) dan SDM yang terampil. (E7) dan pada akhirnya akan mendorong terpenuhinya sub elemen kebutuhan standarisasi
118 mutu (E-12). Peningkatan produksi biodiesel yang dihasilkan akan baik, selain itu sarana dan prasarana pertanian (E2) disertai peningkatan infrastruktur yang memadahi akan melancarkan kestabilan produk.
Manajemen Pengelolaan Usaha
Sumber Daya Manusia yang Terampil
Teknologi Pasca Panen
Standarisasi Mutu
Teknologi Produksi
Infrastruktur
Bibit Unggul
Stabilitas politik dan moneter
Kemudahan Birokrasi
Sarana dan Prasarana Pertanian
Sistem Tataniaga dan Pemasaran yang Terjamin
Teknologi Budidaya
Permodalan dan Fasilitas Peminjaman Dana
Gambar 31 Struktur hierarki antar sub elemen kebutuhan Rumitnya
birokrasi
akan
menjadi
penghambat
pengembangan
agroindustri biodiesel, untuk itu kemudahan birokrasi (E10) akan sangat diperlukan guna melancarkan proses produksi biodiesel. Masalah stabilitas dan moneter (E8) merupakan hal penting yang sangat diperlukan, karena pengembangan industri biodiesel memerlukan keamanan dan kenyamanan baik dalam kondisi aman dan kondisi moneter yang baik. Teknologi pasca panen (E5)
119 sangat memerlukan penanganan yang baik, hal ini disebabkan karena kesalahan dalam penanganan pasca panen akan mengakibatkan menurunnya kualitas produksi biodiesel yang dihasilkan.
Selain kebutuhan tersebut
di atas,
manajemen pengelolaan usaha (E9) dan sumberdaya manusia yang terampil (E7) sangat diperlukan dalam pengelolaan agroindusktri biodiesel sehingga akan dihasilkan produk biodiesel yang baik sesuai dengan standar mutu biodiesel (E12).
Sistem tataniaga dan pemasaran (E13) yang terjamin merupakan
kebutuhan yang harus dipenuhi dalam pengembangan agroindustri biodiesel agar dapat memenuhi target pasar yang telah ditargetken. Dalam mengantisipasi risiko manajemen agroindustri biodiesel adanya sistem tataniaga yang baik dan pemasaran yang terjamin memerlukan perhatian yang sangat penting. Berdasarkan matrik power driver dan dependence, sektor I merupakan sektor autonomous, sektor II merupakan sektor dependence, sektor III merupakan sektor linkage dan sektor IV merupakan sektor indepedent. (Gambar 32). Pada Gambar 32 menunjukkan bahwa sub elemen
teknologi pasca panen (E-5),
Teknologi Produksi (E-6), stabilitas politik dan moneter (E-8) dan kemudahan birokrasi (E-10) merupakan sektor linkage dalam manajemen kelembagaan. Hal ini berarti sub elemen ini mempunyai kekuatan penggerak tinggi dan mempunyai tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap kegiatan yang lain.
Pada setiap
tindakan pada sub elemen ini akan menghasilkan sukses perusahaan agroindustri biodiesel, sedangkan lemahnya tindakan pada sub elemen ini akan menyebabkan kegagalan program pembangunan agroindustri biodiesel. Oleh karena itu maka sub elemen ini perlu dikaji secara hati-hati.
Sub elemen bibit unggul (E-3),
Teknologi budidaya (E-4) dan permodalan dan fasilitas peminjaman (E-11) berdasarkan klasifikasi tersebut tergolong dalam kelompok independent. Hal ini menunjukkan bahwa sub elemen ini mempunyai kekuatan pendorong yang tinggi tetapi ketergantungan terhadap pengembangan kecil.
120
D R I V E R
Sektor III Linkage
Sektor IV Independent
P O W E R
Sektor I Autonomous
Sektor II Dependent
DEPENDENCE Gambar 32 Matriks Driver Power-Depedence elemen kebutuhan
Analisa lebih lanjut menyatakan bahwa SDM yang terampil (E-7), manajemen pengolahan usaha (E-9) dan Sistem tataniaga dan pemasaran yang terjamin (E-12) adalah termasuk peubah bebas (dependent). Dalam hal ini berarti mempunyai kekuatan penggerak yang rendah dan tingkat ketergantungan tinggi, sehingga sub elemen ini merupakan akibat dari sub elemen yang lain c) Elemen kendala Hasil brainstorming dan diskusi mendalam dengan pakar, pada elemen kendala usaha agroindustri biodiesel, masing-masing dapat dijabarkan menjadi 13 sub elemen. Sub elemen-sub elemen tersebut adalah 1
Keterbatasan dana dan modal usaha atau modal usaha sulit diperoleh (E-1)
2
Belum tersedianya sarana dan prasarana produksi yang memadai (E-2)
3
Dukungan infrastuktur kurang memadai (E-3)
4
Kestabilan harga produksi agroindustri kurang terjamin (E-4)
5
Belum adanya sinergitas antara, produksi, penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran ( E-5)
121 6
Rendahnya kualitas SDM terampil secara teknik di tingkat desa (E-6)
7
Keterbatasan paket teknologi agroindustri biodiesel masih terbatas (E-7)
8
Hambatan kelembagaan berupa perizinan, birokrasi dan kolosi (E-8)
9
Rendahnya, produktivitas tanaman dan keseragaman produk (E-9)
10 Rendahnya kualitas produksi (E-10) 11 Kontiyuitas produksi tidak terjamin (E-11) 12 Rendahnya naluri bisnis dan usaha (E-12) 13 Budaya masyarakat yang cepat puas dengan hasil usahanya (E-13) Berdasarkan analisis dengan menggunakan teknik ISM, maka elemen dapat digambarkan dalam bentuk hierarki dan dibagi dalam empat sektor. Hasil reachability matriks dan interpretasinya disajikan dalam Tabel 24. Pada Tabel 24 tersebut menunjukkan bahwa yang menjadi sub elemen kunci pada elemen kendala dalam usaha agroindustri biodiesel adalah keterbatasan dana dan modal usaha atau modal usaha relatif sulit diperoleh (E-1), belum adanya sinergisitas antara produksi, penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran (E-5), hambatan kelembagaan berupa perijinan, birokrasi, kolusi (E-8), rendahnya produktivitas tanaman dan keseragaman produk (E-9), rendahnya kualitas produksi (E-10), kontinyuitas bahan baku tidak terjamin (E-11). Keenam elemen tersebut merupakan sub elemen yang perlu mendapatkan perhatian utama dalam usaha agroindustri biodiesel agar keberhasilan tersebut dapat dicapai.
122 Tabel 24 Hasil Reachibility Matriks final dan interprestasinya dari kendala dalam risiko kelembagaan Sub Elemen Kendala E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 E11 E12 E13 Dep
Sub-Elemen Kendala E1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 6
E2 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 8
E3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12
E4 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 11
E5 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 6
E6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
E7 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 8
E8 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 6
E9 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 6
E10 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 6
E11 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 6
E12 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 11
E13 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 11
Drv 13 7 2 5 13 1 7 13 13 13 13 5 5
LH 1 2 4 3 1 5 2 1 1 1 1 3 3
Diagram model struktur elemen kendala dapat dilihat pada Gambar 33. Pada Gambar 33 sturktur hierarki menunjukkan adanya hubungan langsung dan kedudukan relatif antar sub elemen kendala, hal ini berarti bahwa sub elemen kendala yang satu akan didorong oleh sub elemen pada hierarki di bawahnya Kendala utama yang sering dihadapi dalam usaha agroindustri biodiesel adalah keterbatasan dana dan modal usaha (E1).
Aspek permodalan ini
merupakan salah satu sub elemen kunci. Elemen permodalan ini akan mendorong terjadinya kendala-kendala lain sehingga dalam usaha agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit ini mesti dipecahkan terlebih dahulu, demikian pula elemen belum adanya sinergisitas antara produksi penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran (E5) akan sangat mempengaruhi
kendala-kendala yang lain
apabila tidak diatasi terlebih dahulu. Selain perhatian yang serius difokuskan pada elemen tersebut di atas, elemen lain yang sangat mempengaruhi elemen lain apabila tidak diatasi terlebih dahulu adalah hambatan kelembagaan berupa perijinan, birokrasi, kolusi. (E8), rendahnya produktifitas tanaman dan keseragaman produk. (E9) rendahnya kualitas produksi (E10)., dan kontinyuitas produksi tidak terjamin (E11). Berdasarkan pemisahan tingkat pada reachibility
123 matriks, maka dapat dilakukan penetapan hierarki melalui ranking dengan merujuk pada aspek driver power. Rendahnya Kualitas SDM Terampil Secara Teknis di Tingkat Desa
Dukungan Infrastruktur Kurang Memadai
Kestabilan Harga Produksi Agroindustri Kurang Terjamin
Rendahnya Naluri Bisnis dan Usaha, sehingga Usaha Perkebunan Masih Dilakukan
Belum Tersedianya Sarana dan Prasarana Produksi yang Memadai
Keterbatasan Dana dan Modal Usaha atau Modal Usaha Relatif Sulit Diperoleh
Blm Adanya Sinergisitas ant Prod., Penanganan Pas Panen, Pengolahan dan Pemasaran
Hambatan Kelembagaan Berupa Perijinan, Birokrasi, Kolusi
Secara sub sistem belum Mengarah ke Usaha Tani komersialBudaya Masyarakat Yang Cepat Merasa Puas dengan Hasil Usahanya
Ketersediaan Paket Teknologi Agroindustri Biodiesel Masih Terbatas
Rendahnya Produktifitas Tanaman dan Keseragaman Produk
Rendahnya Kualitas Produksi
Kontinuitas Bahan Baku Tidak Terjamin
Gambar 33 Struktur hierarki antar sub elemen kendala .
Berdasarkan matrik driver power dan dependence maka dapat
dikelompokkan kedalam empat sektor sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 34. Sektor I merupakan sektor automonous, sektor II merupakan sektor dependent, sektor III merupakan sektor linkage dan sektor IV merupakan sektor independent. Pada elemen kendala, sub elemen keterbatasan dana dan modal usaha atau modal usaha relatif sulit diperoleh (E-1), belum adanya sinergisitas antara produksi, penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran (E-5), hambatan kelembagaan berupa perijinan, birokrasi, kolusi (E-8), rendahnya produktifitas
124 tanaman dan keseragaman produk (E-9), rendahnya kualitas produksi (E-10), dan kontinyuitas bahan baku tidak terjamin (E-11) akan menyebabkan terciptanya sub elemen yang lain yaitu dukungan infrastruktur kurang memadai (E-2) dan ketersediaan paket teknologi agroindustri biodiesel masih terbatas (E-7) Dengan adanya kendala tersebut maka akan menyebabkan terciptanya sub elemen kendala kestabilan harga produksi agroindustri kurang terjamin (E-4), rendahnya naluri bisnis dan usaha, sehingga usaha perkebunan masih dilakukan secara sub sistem belum mengarah ke usaha tani komersial (E-12), budaya masyarakat yang cepat merasa puas dengan hasil usahanya (E-13), ketiga sub kendala ini akan menyebabkan terciptanya sub elemen dukungan infrastruktur kurang memadai (E-3).
Pada akhirnya kendala-kendala tersebut akan
menyebabkan sub elemen kendala rendahnya kualitas sumberdaya manusia terampil secara teknis di tingkat desa (E-6).
13
E1, E5, E8, E9, E10, E11
12
D R I V E R P O W E R
11 10
Sektor IV Independen
Sektor III Linkage
9 8
E2, E7
7 0
1
2
3
Sektor I Autonomous
4
5
6 6 5
7
4 3
8
9
10
11 12 13 E4, E12, E13
Sektor II Dependent
2 1 0
DEPENDENCE Gambar 34 Matriks Driver Power-Depedence elemen kendala
E3 E6
125 Hasil klasifikasi sub elemen pada elemen kendala agroindustri biodiesel menunjukkan bahwa sub elemen dukungan infrastruktur kurang memadai (E-3), rendahnya kualitas sumberdaya manusia terampil secara teknis di tingkat desa (E6), kendala kestabilan harga produksi agroindustri kurang terjamin (E-4), rendahnya naluri bisnis dan usaha, sehingga usaha perkebunan masih dilakukan secara sub sistem belum mengarah ke usaha tani komersial (E-12), dan budaya masyarakat yang cepat merasa puas dengan hasil usahanya (E-13) tergolong dalam kelompok dependent, hal ini menunjukkan bahwa kendala ini mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi terhadap sub elemen yang lain serta mempunyai driver power yang rendah terhadap kendala yang lain dalam usaha agroindustri. Sub elemen dukungan infrastruktur kurang memadai (E-2) dan ketersediaan paket teknologi agroindustri biodiesel masih terbatas (E-7) merupakan sektor linkage yang berarti mempunyai driver power tinggi tetapi mempunyai tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap sub elemen lain. Pada setiap tindakan pada sub elemen ini akan menghasilkan sukses usaha agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit, sedangkan lemahnya tindakan pada sub elemen ini akan menyebabkan kegagalan usaha agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit. Analisis lebih lanjut menyatakan bahwa sub elemen keterbatasan dana dan modal usaha relatif sulit diperoleh (E-1), belum adanya sinergisitas antara produksi, penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran (E-5), hambatan kelembagaan berupa perijinan, birokrasi, kolusi (E-8), rendahnya produktivitas tanaman dan keseragaman produk (E-9) adalah termasuk peubah bebas (independent).
Dalam hal ini berarti sub elemen ini mempunyai kekuatan
penggerak yang sangat tinggi (driver power) serta tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap usaha agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit. d) Elemen tujuan Hasil brainstorming dan diskusi mendalam dengan pakar, elemen tujuan pada usaha agroindustri biodiesel, masing-masing dapat dijabarkan menjadi 13 sub elemen. Sub elemen-sub elemen yang terdapat dalam Elemen tujuan tersebut adalah :
126 1
Meningkatkan produktivitas hasil kelapa sawit (E-1)
2
Meningkatkan produktivitas dan keseragaman produk biodiesel (E-2)
3
Mendorong pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit dari hulu ke hilir (E-3)
4
Meningkatkan kemampuan bersaing agroindustri biodiesel baik dalam negeri maupun luar negeri melalui pasar eksport (E-4)
5
Memperkokoh struktur ekonomi daerah melalui sinergisitas yang kuat dan saling mendukung antar sektor (E-5)
6
Memperluas lapangan kerja dan meingkatkan kesempatan berusaha (E-6)
7
Meningkatkan nilai tambah melalui pengembangan industri hilir secara terintegrasi (E-7)
8
Meningkatkan dan menghemat devisa Negara (E-8)
9
Peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat serta mengentaskan kemiskinan (E-9)
10 Mendorong pengembangan ekonomi daerah (E-10) 11 Penyebaran industri yang lebih merata (E-11) 12 Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia sub sektor agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit (E-12) 13 Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam melakukan investasi bagi perekonomian pedesaan untuk mendukung perekonomian Nasional (E-13) Berdasarkan analisis dengan menggunakan teknik ISM, maka elemen tujuan terdiri dari tiga belas sub elemen dapat digambarkan dalam bentuk hierarki dan dibagi dalam empat sektor. Hasil reachability matriks dan interpretasinya disajikan dalam Tabel 25.
127 Tabel 25 Hasil reachability matriks final elemen tujuan Sub Elemen Tujuan E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 E11 E12 E13 Dep
Sub-Elemen Tujuan E1
E2
E3
E4
E5
E6
E7
E8
E9
E10
E11
E12
E13
Drv
LH
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
1
0
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
5
5
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
8
4
0
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
5
5
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
8
4
0
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
5
5
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
7
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
8
4
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
2
6
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
11
2
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
10
3
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
10
3
2
11
8
11
2
8
11
13
8
12
3
5
5
Pada Tabel 25 menunjukkan bahwa meningkatkan produktivitas hasil kelapa sawit (E-1) dan memperkokoh
struktur ekonomi daerah melalui
sinergisitas yang kuat dan saling mendukung antar sektor (E-5) merupakan elemen kunci yang perlu dikaji lebih hati-hati karena elemen ini akan mendorong terpenuhinya tujuan dari manajemen risiko yang lain. Berdasarkan pemisahan tingkat pada reachability matriks, maka dapat dilakukan penetapan hierarki melalui ranking dengan merujuk pada aspek driver power.
Diagram model
struktur dari elemen tujuan manajemen risiko dapat dilihat pada Gambar 35. Struktur hierarki menunjukkan hubungan lagsung dan kedudukan relatif antar sub elemen tujuan yang satu akan didorong oleh sub elemen pada hierarki dibawahnya, yaitu pada sub elemen meningkat produktivitas kelapa sawit (E-1) dan memeperkokoh struktur ekonomi daerah melalui sinergisitas yang kuat dan saling mendukung antar sektor (E-5). Hal ini merupakan tujuan manajemen risiko biodiesel yang akan memberikan kontribusi tercapainya sub elemen tujuan manajemen risiko agroindustri biodiesel yang lain yakni penyebaran industri yang lebih merata (E-11), Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia sub sektor agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit
(E-12), Meningkatkan peran serta
masyarakat dan swasta dalam melakukan investasi bagi perekonomian pedesaan
128 untuk mendukung perekonomian Nasional (E-13), Memperkokoh struktur ekonomi daerah melalui sinergisitas yang kuat dan saling mendukung antar sektor (E-5), Memperluas lapangan kerja dan meingkatkan kesempatan berusaha (E-6), Peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat serta mengentaskan kemiskinan (E-9), Meningkatkan produktivitas dan keseragaman produk biodiesel (E-2), Meningkatkan kemampuan bersaing agroindustri biodiesel baik dalam negeri maupun luar negeri melalui pasar eksport (E-4), Meningkatkan nilai tambah melalui pengembangan industri hilir secara terintegrasi (E-7), Mendorong pengembangan ekonomi daerah (E-10). Pada akhirnya dengan tercapainya tujuan tersebut maka akan memberikan kontribusi tercapainya meningkatkan dan menghemat devisa Negara (E-8) Meningkatkan dan Menghemat Devisa Negara Mendorong Pengembangan Eknomi Daerah
Meningkatkan Produktivitas dan Keseragaman Produk Biodiesel
Mendorong Pengembangan Agroindustri Biodiesel daro Hulu Hingga Hilir
Meningkatkan Kemampuan Bersaing Agroindustri Biodiesel di Dalam Negeri maupun Di Luar Negeri
Meningkatkan Nilai Tambah Melalui Pengembangan Industri Hilir Secara Terintegrasi
Memperluas Lapangan Kerja dan Meningkatkan Kesempatan Untuk Berusaha
Meningkatkan dan Pemerataan Pendapatan Masyarakat serta Mengentaskan Kemiskinan
Meningkatkan Kualitas SDM Agroindustri Biodiesel
Meningkatkan Peran Serta Masyarakat Swasta dalam Perekonomian Pedesaan Untuk Mendukung Perekonomian Nasional
Penyebaran Industri yang Lebih Merata
Meningkatkan Produktivitas kelapa Sawit
Memperkokoh Struktur Ekonomi Daerah Melalui Sinergisitas Yang Kuat dan Saling Mendukung antar Sektor
Gambar 35 Struktur hierarki antar sub elemen tujuan
129 Berdasarkan
matrik
driver
power
dan dependence
maka
dapat
dikelompokkan menjadi empat sektor sebagaimana dapat dilihat pada gambar 36. Sektor I merupakan sektor automonous, sektor II merupakan sektor dependent, sektor III merupakan sektor linkage dan sektor IV merupakan sektor independent Pada sub elemen meningkatkan produktivitas dan keseragaman produk biodiesel (E-2), Meningkatkan kemampuan bersaing agroindustri biodiesel baik dalam negeri maupun luar negeri melalui pasar ekspor (E-4), Peningkatan nilai tambah melalui pengembangan industri hilir secara terintegrasi (E-7), Mendorong pengembangan ekonomi daerah (E-10) akan memberikan kontribusi tercapainya peningkatan dan menghemat devisa Negara (E-8), sub elemen ini tergolong dalam kelompok dependent. Hal ini menunjukkan bahwa sub elemen ini mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi terhadap sub elemen yang lain, tetapi mempunyai kekuatan pendorong rendah, sehingga sangat penting untuk diperhatikan dalam manajemen risiko agroindustri berbasis kelapa sawit. Sub elemen tujuan mendorong pengembangan agroindustri biodiesel dari hulu ke hilir (E-3), Memperluas lapangan kerja dan meingkatkan kesempatan berusaha (E-6), Peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat serta mengentaskan kemiskinan (E-9) berdasarkan matrik drive power dan dependence tersebut merupakan sektor linkage yang berarti mempunyai kekuatan penggerak tinggi dan juga mempunyai tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap sub elemen lain. Pada setiap tindakan pada sub elemen ini akan menghasilkan sukses manajemen risiko agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit, sedangkan lemahnya tindakan pada sub elemen ini akan menyebabkan kegagalan usaha agroindustri biodiesel. Oleh karena itu maka sub elemen ini perlu dikaji secara berhati-hati.
130
E1, E5
13 12
D R I V E R
E11
11
Sektor III Linkage
E12, 10E13
Sektor IV Independent
9 E3, E6, E9
8 7
P O W E R
0
1
2
3
4
5
Sektor I Autonomous
6 6 5
7
8
4 3
9
10
11
12 13 E2, E4, E7
Sektor II Dependen
2 1
E10 E8
0
DEPENDENCE Gambar 36 Matriks Driver Power-Depedence elemen tujuan Analisis selanjutnya adalah meningkatkan produktivitas hasil kelapa sawit (E-1) dan memperkokoh struktur ekonomi daerah melalui sinergisitas yang kuat dan saling mendukung antar sektor (E-5) merupakan tujuan manajemen risiko biodiesel yang akan memberikan kontribusi tercapainya sub elemen tujuan manajemen risiko agroindustri biodiesel yang lain yakni penyebaran industri yang lebih merata (E-11), Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia sub sektor agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit (E-12), Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam melakukan investasi bagi perekonomian pedesaan untuk mendukung perekonomian Nasional (E-13) adalah termasuk peubah bebas (independent). Dalam hal ini berarti mempunyai kekuatan penggerak yang sangat tinggi (driver power), maupun tingkat ketergantungan terhadap program. e) Elemen tolok ukur Pada elemen tolok ukur berdasarkan hasil brainstorming dan diskusi mendalam terdiri dari tiga belas sub elemen yaitu : 1
Meningkatnya ekspor dan pangsa pasar produk agroindustri prosfektif skala kecil dan menengah (E-1)
2
Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani atau pekebun (E-2)
131 3 Menurunnya angka kemiskinan di tingkat pedesaan (E-3) 4 Banyaknya kelompok tani yang terlibat dalam program agrobiodiesel ini (E-4) 5 Meningkatnya investasi swasta dalam bidang agribisnis dan agroindustri (E-5) 6 Tingginya Angka Penyerapan Tenaga Kerja & Rendahnya Pengangguran di Desa (E-6) 7
Meningkatnya pendapatan daerah domestik bruto (pdrb) (E-7)
8
Berkembangnya agroindustri kecil dan menegah di sentra produksi (E-8)
9
Meningkatnya produktivitas dan produksi komoditas kelapa sawit(E-9)
10 Meningkatnya mutu dan keseragaman produksi hasil perkebunan kelapa sawit (E-10) 11 Meningkatnya mutu dan keseragaman produksi agrobiodiesel (E-11) 12 Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia sektor pertanian dan agrobiodiesel (E-12) 13 Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat desa (E-13) Berdasarkan analisis dengan menggunakan teknik ISM, maka elemen tolak ukur risiko agroindustri biodiesel yang terdiri dari tiga belas sub elemen dapat digambarkan dalam bentuk hierarki dan dibagi dalam empat sektor. Hasil reachability matrik dan interpretasinya disajikan pada Tabel 26. Pada Tabel 26 tersebut menunjukkan bahwa meningkatnya pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat petani atau pekebun (E-2) dan meningkatnya produktivitas dan produksi komoditas kelapa sawit (E-9) dalam manajemen risiko agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit, merupakan elemen kunci sehingga perlu dikaji lebih hati-hati karena elemen ini akan mendorong berjalannya tolak ukur bagi elemen yang lain. Berdasarkan hasil reachability matriks, maka dapat dilakukan penetapan hierarki melalui ranking dengan merujuk pada aspek driver power. Diagram model struktur dari elemen tolak ukur dapat dilihat pada Gambar 36. Struktur hierarki menunjukkan hubungan langsung dan kedudukan relatif antar sub elemen tolak ukur, hal ini berarti sub elemen tolak ukur yang satu akan didorong oleh sub elemen pada hierarki dibawahnya.
132 Tabel 26 Hasil reachability matriks final elemen tolok ukur SubElemen Tolak Ukur E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 E11 E12 E13 Dep
Sub-Elemen Tolok Ukur E1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
E2 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2
E3 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 3
E4 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 9
E5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
E6 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 11
E7 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 11
E8 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 7
E9 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2
E10 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 5
E11 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 5
E12 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 7
E13 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 8
Drv
LH
2 13 11 5 2 4 4 8 13 10 10 8 6
8 1 2 6 8 7 7 4 1 3 3 4 5
Pada Gambar 37. menunjukkan bahwa sub elemen meningkatnya akses
terhadap meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani atau pekebun (E-2) dan meningkatnya produktivitas dan produksi komoditas kelapa sawit (E-9) merupakan indikator tolak ukur yang akan memberikan kontribusi terhadap sub elemen indikator tolak ukur yang lainnya yakni menurunnya angka kemiskinan di tingkat pedesaan (E-3), meningkatnya mutu dan keseragaman produksi agrobiodiesel (E-11), meningkatnya mutu dan keseragaman produksi hasil perkebunan kelapa sawit (E-10), berkembangnya agroindustri kecil dan menegah di sentra produksi (E-8), meningkatnya kualitas SDM sektor pertanian dan agrobiodiesel (E-12), meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat desa (E-13), banyaknya kelompok tani yang terlibat dalam program agrobiodiesel ini (E-4), meningkatnya pendapatan daerah domestik bruto (pdrb) (E-7), tingginya angka penyerapan tenaga kerja dan rendahnya pengangguran di desa (E-6). Pada akhirnya dengan adanya indikator tersebut maka akan memberikan kontrinbusi adanya tolak ukur meningkatnya ekspor dan pangsa pasar produk agroindustri prosfektif skala kecil dan menengah (E-1) dan meningkatnya investasi swasta dalam bidang agribisnis dan agroindustri (E-5)
133
Meningkatnya Ekspor dan Pangsa Pasar produk Agroindustri Prosfektif skala Kecil dan Menengah
Meningkatnya Investasi Swasta dalam Bidang Agribisnis dan Agroindustri
Tingginya Angka Penyerapan Tenaga Kerja & Rendahnya Pengangguran di Desa
Meningkatnya pendapatan daerah domestik bruto (pdrb)
Banyaknya Kelompok Tani yang Terlibat dalam Program Agrobiodiesel ini
Meningkatnya Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat Desa
Berkembangnya Agroindustri Kecil dan Menegah di Sentra Produksi
Meningkatnya Mutu dan Keseragaman Produksi Hasil Perkebunan Kelapa Sawit
Meningkatnya Kualitas SDM Sektor Pertanian dan Agrobiodiesel
Meningkatnya Mutu dan Keseragaman Produksi Agrobiodiesel
Menurunnya Angka Kemiskinan di Tingkat Pedesaan
Meningkatnya Pendapatan dan Kesejahteraan Petani/ Pekebun
Meningkatnya Produktivitas Komoditas Kelapa Sawit
Gambar 37 Struktur hierarki antar sub elemen tolok ukur Berdasarkan
matrik driver power dan
dependence
maka
dapat
dikelompokkan kedalam empat sektor sebagaimana terlihat pada Gambar 38. Sektor I merupakan sektor automonous, sektor II merupakan sektor dependent, sektor III merupakan sektor linkage dan sektor IV merupakan sektor independent. Berdasarkan matrik driver power dan dependence menunjukkan bahwa sub elemen berkembangnya agroindustri kecil dan menegah di sentra produksi (E-8), meningkatnya kualitas SDM sektor pertanian dan agrobiodiesel (E-12) merupakan
134 sektor linkage. Hal ini berarti sub elemen ini mempunyai kekuatan penggerak tinggi dan mempunyai tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap sub elemen lain. Pada setiap tindakan pada sub elemen ini akan menghasilkan sukses dalam manajemen risiko agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit.
Sedangkan
lemahnya tindakan pada sub elemen ini akan menyebabkan kegagalan program ini, oleh karena itu perlu dikaji secara hati-hati.
Sub elemen meningkatnya
pendapatan dan kesejahteraan petani atau pekebun (E-2), meningkatnya produktivitas dan produksi komoditas kelapa sawit (E-9), indikator tolak ukur yang lainnya yakni menurunnya angka kemiskinan di tingkat pedesaan (E-3), meningkatnya mutu dan keseragaman produksi hasil perkebunan kelapa sawit (E-10), meningkatnya ekspor dan pangsa pasar produk agroindustri prospektif skala kecil dan menengah (E-11) berdasarkan klasifikasi tersebut tergolong dalam kelompok indenpedent. Hal ini menunjukkan bahwa sub elemen ini mempunyai kekuatan pendorong yang tinggi tetapi tingkat ketergantunga terhadap menajemen risiko agroindustri biodiesel kecil. E2, E9
D R I V E R P O W E R
13 12
E3 Sektor IV Independent
11
Sektor III Linkage
E10, 10E11 9
E8, E12
8 7 0
1
2
3 4 Sektor I Autonomou
5
6 6 5
7
8
4
E13 9 10 SektorE4 II Dependent
11
12
13
E6, E7
3 2
E1, E5
1 0
DEPENDENCE Gambar 38 Matriks Driver Power-Depedence elemen tolok ukur
135 Analisis
lebih
lanjut
dengan meningkatnya kontribusi terhadap
meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat desa (E-13), banyaknya kelompok tani yang terlibat dalam program agrobiodiesel ini (E-4), meningkatnya pendapatan daerah domestik bruto (E-7), tingginya angka penyerapan tenaga kerja dan rendahnya pengangguran di desa (E-6), meningkatnya ekspor dan pangsa pasar produk agroindustri prosfektif skala kecil dan menengah (E-1) serta meningkatnya investasi swasta dalam bidang agribisnis dan agroindustri (E-5) adalah termasuk dependen. Dalam hal ini berarti mempunyai kekuatan penggerak yang rendah dengan tingkat ketergantungan tinggi, sehingga sub elemen ini merupakan akibat dari sub elemen yang lain. f)
Elemen lembaga Elemen lembaga berdasarkan hasil brainstorming dan diskusi mendalam
dengan para pakar terdiri dari dua belas sub elemen yaitu : 1 Lembaga swadaya masyarakat (E-1) 2
PT. Perkebunan nasional (E-2)
3
DEPTAN (Puslitbangbun) (E-3)
4
Pertamina (E-4)
5
Departemen perindustrian (E-5)
6
Departemen perdagangan (E-6)
7
Pemerintah derah
8
Lembaga keuangan (BANK)
9
Asosiasi pengusaha kelapa sawit (E-9)
10 Perguruan Tinggi (PT) (E-10) 11 Lembaga penelitian dan pengembangan (E-11) 12 Industri biodiesel Hasil reahtability matriks dan interprestasinya disajikan dalam Tabel 27 . Pada Tabel 27 tersebut menunjukkan bahwa keberadaan lembaga industri biodiesel (E-12) merupakan elemen kunci dalam pengembangan agroindustri biodiesel, sehingga perlu dikaji lebih hati-hati karena elemen ini akan mendorong kemajuan elemen yang lainnya. Berdasarkan pemisahan tingkat pada reachability matriks, maka dapat dilakukan penetapan hierarki melalui ranking dengan
136 merujuk pada aspek driver power. Diagram model struktur dari elemen lembaga dapat dilihat pada Gambar 39. Struktur hierarki menunjukkan hubungan langsung dan kedudukan relatif antar sub elemen lembaga, hal ini berarti bahwa sub elemen lembaga yang satu akan didorong oleh sub elemen pada hierarki dibawahnya. Tabel 27 Hasil reachability matriks final elemen lembaga risiko agroindustri biodiesel Sub Sub- Elemen Lembaga Elemen Lembaga E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 E11 E12 Drv LH EK E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 E11 E12 Dep
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 9
0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 6
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 3
0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 6
0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 10
0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 6
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 3
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 9
0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 9
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
1 6 9 11 9 3 9 11 2 6 6 12 1
7 4 3 2 3 5 3 2 6 4 4 1
7 4 3 2 3 5 3 2 6 4 4 1
Berdasarkan matriks driver power dan dependence maka dapat dikelompokkan kedalam empat sektor sebagaimana terlihat pada Gambar 40. Sektor I merupakan sektor automonous, sektor II merupakan sektor dependent, sektor III merupakan sektor linkage dan sektor IV merupakan sektor independent. Sub elemen PT. Perkebunan nasional (E-2), Perguruan Tinggi (PT) (E-10), dan lembaga penelitian dan pengembangan (E-11) merupakan sektor linkage. Hal ini berarti sub elemen ini mempunyai kekuatan penggerak tinggi terhadap sub elemen lain. Pada setiap tindakan pada sub elemen ini akan menghasilkan sukses pada agroindustri biodiesel sedangkan lemahnya tindakan pada sub elemen ini akan menyebabkan kegagalan pengembangan program ini, oleh karena itu maka sub elemen ini perlu dikaji secara hati-hati. Sub elemen Industri biodiesel (E-12), Pertamina (E-4), lembaga keuangan (E-8), Departemen perindustrian (E-5), Pemerintah daerah (E-7), dan DEPTAN (Puslitbangbun) (E-3) Berdasarkan klasifikasi tersebut tergolong dalam
137 kelompok independent. Hal ini menunjukkan bahwa sub elemen ini mempunyai kekuatan pendorong yang tinggi tetapi tingkat ketergantungan terhadap pembangunan ageoindustri biodiesel kecil
Lembaga Swadaya Masyarakat
Asosiasi Pengusaha Kelapa Sawit
Eksportir Produk Kelapa Sawit (E-6)
Lembaga Keuangan atau Perbankan (BANK)
DEPTAN (Puslitbangbun)
Perguruan Tinggi (PT)
Direktur Industri Hulu, Dirjen Industri Agro dan Kimia (Deperin)
Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia
BPPT
Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KUKM)
Pemerintah Daerah
Industri Biodiesel
Gambar 39 Sruktur hierarki antar sub elemen lembaga Analisis lebih lanjut menyatakan bahwa Departemen perdagangan
(E-6),
Lembaga swadaya masyarakat (E-1), dan Asosiasi pengusaha biodiesel (E-9) adalah termasuk dependent. Dalam hal ini berarti lembaga tersebut mempunyai kekuatan penggerak yang rendah dan tingkat ketergantungan tinggi, sehingga sub elemen ini merupakan akibat dari sub elemen yang lainnya
138
D R I V E R P O W E R
E12
12 E4, E8
11 10
Sektor IV Independent
9
E3, E5, E7
Sektor III Linkage
8 7 6 0
1
2 3 4 Sektor I Autonomou
5
56 4
7
8 Sektor II Dependent
3
E2, E10, E11 9 10 11
12
E6
2 1
E9 E1
0
DEPENDENCE Gambar 40 Matriks Driver Power-Depedence elemen lembaga g) Elemen Perubahan Berdasarkan hasil brainstorming dan diskusi mendalam dengan pakar, dihasilkan bahwa agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit perubahan yang dibutuhkan terdiri dari dua belas sub elemen yaitu : 1
Adanya peningkatan produktivitas dan efisiensi baik pada tingkat usaha tani maupun pada tingkat pengolahan pasca panen dan teknologi proses (E-1)
2
Adanya peningkatan orientasi petani dari usaha tani yang bersifat sub sistem ke usaha tani komersial (E-2)
3
Berkembangnya ekonomi pedesaan sehingga mampu memobilisasi dan menggerakkan kegiatan sektor agroindustri (E-3)
4
Adanya usaha tani yang berkelanjutan sehingga tidak hanya berlangsung untuk satu siklus produksi saja (E-4)
5
Peningkatan kegiatan investasi oleh masyarakat khususnya di sektor perkebunan kelapa sawit dan industri penanganan pasca panen dan pengolahan CPO (E-5)
139 6
Tumbuh dan berkembangnya sentra komoditas kelapa sawit sebagai pemasok bahan baku industri pengolahan (E-6)
7
Mendorong laju peningkatan pembangunan daerah (E-7)
8
Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani/pekebun (E-8)
9
Menurunnya angka kemiskinan di pedesaan (E-9)
10 Adanya pemerataan pembangunan (E-10) 11 Tumbuh dan berkembangnya agroindustri biodiesel (E-11) 12 Menigkatkan pendapatan dan kesejahteraan pengusaha dan tenaga kerja agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit (E-12) Berdasarkan analisis dengan menggunakan teknik ISM, maka elemen perubahan manajemen agroindustri biodiesel yang terdiri dari dua belas sub elemen dapat digambarkan dalam bentuk hierarki dan dibagi dalam empat sektor. Hasil reachability matriks dan interpretasinya pada Tabel 28 Pada Tabel 28 tersebut menunjukkan bahwa sub elemen berkembangnya ekonomi pedesaan sehingga mampu memobilisasi dan menggerakkan kegiatan sektor agroindustri (E-3), Adanya usaha tani yang berkelanjutan sehingga tidak hanya berlangsung untuk satu siklus produksi saja (E-4), Adanya pemerataan pembangunan (E-10), dan Tumbuh dan berkembangnya agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit (E-11) merupakan elemen kunci dalam usaha agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit sehingga perlu dikaji lebih hati-hati karena elemen ini akan mendukung kegiatan pengembangan yang lainnya. Berdasarkan pemisahan tingkat pada reachability matriks, maka dapat dilakukan penetapan hierarki melalui ranking dengan merujuk pada aspek driver power. Diagram model struktur elemen perubahan pada agroindustri biodiesel dapat dilihat pada Gambar 41. Struktur hierarki menunjukkan hubungan langsung dan kedudukan relatif antar sub elemen kegiatan yang dibutuhkan, hal ini berarti bahwa sub elemen perubahan yang satu akan didukung oleh sub elemen pada hierarki dibawahnya.
140 Tabel 28 Hasil reachability matriks final elemen perubahan SubSub-Elemen Perubahan Elemen Perubahan E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 E11 E12 Drv LH E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 E11 E12 Dep
1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 6
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 10
0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 4
Pada Gambar 41.
0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 4
1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 9
1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 9
1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 9
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11
1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 6
0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 4
0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 4
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
8 3 12 12 6 6 6 2 8 12 12 1 1
2 4 1 1 3 3 3 5 2 1 1 6
menunjukkan bahwa sub elemen berkembangnya
ekonomi pedesaan sehingga mampu memobilisasi dan menggerakkan kegiatan sektor agroindustri (E-3), adanya usaha tani yang berkelanjutan sehingga tidak hanya berlangsung untuk satu siklus produksi saja (E-4), Adanya pemerataan pembangunan (E-10), dan tumbuh dan berkembangnya agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit (E-11) secara simultan akan mendukung perubahan adanya peningkatan produktivitas dan efisiensi baik pada tingkat usaha tani maupun pada tingkat pengolahan pasca panen dan teknologi proses (E-1) dan menurunnya angka kemiskinan di pedesaan (E-9) selanjutnya sub elemen ini secara simultan pula akan mendukung perubahan.
141 Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pengusaha dan tenaga kerja agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit
Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani/pekebun
Adanya peningkatan orientasi petani dari usaha tani yang bersifat sub sistem ke usaha tani komersial
Peningkatan kegiatan investasi oleh masyarakat khususnya di sektor perkebunan kelapa sawit dan industri penanganan pasca panen dan pengolahan CPO
Tumbuh dan berkembangnya sentra komoditas kelapa sawit sebagai pemasok bahan baku industri pengolahan biodiesel berbasis kelapa sawit
Adanya peningkatan produktivitas dan efisiensi baik pada tingkat usaha tani maupun pada tingkat pengolahan pasca panen dan teknologi proses Berkembangnya ekonomi pedesaan sehingga mampu memobilisasi dan menggerakkan kegiatan sektor agroindustri pedesaan serta jasa lainnya
Adanya usaha tani yang berkelanjutan sehingga tidak hanya berlangsung untuk satu siklus produksi saja
Mendorong laju peningkatan pembangunan daerah
Menurunnya angka kemiskinan di pedesaan
Adanya pemerataan pembangunan
Tumbuh dan berkembangnya agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit
Gambar 41 Struktur hierarki antar sub elemen perubahan Tumbuh dan berkembangnya sentra komoditas kelapa sawit sebagai pemasok bahan baku industri pengolahan (E-6), mendorong laju peningkatan pembangunan daerah (E-7) dan peningkatan kegiatan investasi oleh masyarakat khususnya di sektor perkebunan kelapa sawit dan industri penanganan pasca panen dan pengolahan CPO (E-5) sub elemn ini selanjutnya akan mendukung perubahan adanya peningkatan orientasi petani dari usaha tani yang bersifat sub sistem ke usaha tani komersial (E-2) kemudian elemen ini mendukung perubahan Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani/pekebun (E-8).
142 Pada akhirnya dengan adanya perubahan tersebut akan mendukung perubahan Menigkatkan pendapatan dan kesejahteraan pengusaha dan tenaga kerja agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit (E-12). Berdasarkan matrik driver power dan dependence maka dapat dikelompokkan ke dalam empat sektor sebagaimana terlihat pada Gambar 42. Sektor I merupakan sektor automonous, sektor II merupakan sektor dependent, sektor III merupakan sektor linkage dan sektor IV merupakan sektor independent.
D R I V E R P O W E R
E3, E4, E10, 12 E11 11
Sektor IV Independent
10
Sektor III Linkage
9 8
E1, E9
7 6 0
1
2
3
Sektor I Autonomou
4
5
56 4
7
8
E5, E6, E7 9 10 11
12
Sektor II Dependent
3
E2
2 1
E8 E12
0
DEPENDENCE Gambar 42 Matriks Driver Power-Depedence elemen perubahan Berdasarkan matrik driver power-dependence elemen perubahan menunjukkan bahwa sub elemen secara simultan akan mendukung perubahan adanya peningkatan produktivitas dan efisiensi baik pada tingkat usaha tani maupun pada tingkat pengolahan pasca panen dan teknologi proses (E-1) dan menurunnya angka kemiskinan di pedesaan (E-9), peningkatan kegiatan investasi oleh masyarakat khususnya di sektor perkebunan kelapa sawit dan industri penanganan pasca panen dan pengolahan CPO (E-5), peningkatan pembangunan daerah (E-7), tumbuh dan berkembangnya sentra komoditas kelapa sawit sebagai
143 pemasok bahan baku industri pengolahan (E-6) merupakan sektor linkage. Hal ini berarti sub elemen ini mempunyai kekuatan penggerak tinggi dan mempunyai tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap perubahan yang lain. Pada setiap aktivitas pada sub elemen ini akan menghasilkan sukses usaha agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit, sedangkan lemahnya tindakan pada sub ini akan menyebabkan kegagalan pengembangan program ini, oleh karena itu maka sub elemen perlu dikaji secara hati-hati. Berkembangnya ekonomi pedesaan sehingga mampu memobilisasi dan menggerakkan kegiatan sektor agroindustri (E-3), adanya usaha tani yang berkelanjutan sehingga tidak hanya berlangsung untuk satu siklus produksi saja (E-4), adanya pemerataan pembangunan (E-10), tumbuh dan berkembangnya agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit (E-11) berdasarkan klasifikasi tersebut tergolong dalam kelompok independent. Hal ini menunjukkan bahwa elemen ini mempunyai kekuatan pendorong yang tinggi tetapi tingkat ketergantungan terhadap pengembangan kecil. Analisis lebih lanjut menyatakan bahwa Sub elemen adanya peningkatan orientasi petani dari usaha tani yang bersifat sub sistem ke usaha tani komersial (E-2), meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani/pekebun (E-8) serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pengusaha dan tenaga kerja agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit (E-12) adalah termasuk dependent. Dalam hal ini berarti mempunyai kekuatan penggerak yang rendah dan tingkat ketergantungan tinggi, sehingga sub elemen ini merupakan akibat dari sub elemen yang lain. h) Elemen Aktivitas Berdasarkan hasil diskusi mendalam dengan pakar dihasilkan bahwa elemen aktivitas yang dibutuhkan dalam usaha agroindustri biodiesel tersebut terdiri dari sepuluh sub elemen aktivitas, yaitu : 1
Analisis kebutuhan melalui penyebaran program daerah ke dalam rencana rinci
dan
program
pembangunan
daerah
terhadap
program
pengembangan agrobiodiesel (E-1) 2
Formulasi permasalahan sistim pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit skala UKM (E-2)
144 3
Identifikasi komponen atau
faktor utama sistem pengembangan
agroindustri biodiesel (E-3) 4
Rekayasa model sistem pengembangan secara terintegrasi dan bersinergi (E-4)
5
Perumusan Perda untuk mendukung pengembangan Agroindustri biodiesel (E-5)
6
Pengembangan sistem intensif seperti perpajakan dan perkreditan untuk investasi pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit secara integrasi dan bersinergi (E-6)
7
Penyempurnaan prosedur perijinan industri kecil dan menengah di daerah disertai pengembangan sistem informasi yang lebih transparan melalui pengembangan kelembagaan yang efektif (E-7)
8
Pengembangan sistem informasi yang mencakup informasi teknologi, industri, pemasaran hasil industri, peluang usaha serta informasi penting lainnya (E-8)
9
Menyiapkan penatagunaan lahan bagi kawasan andalan sebagai sentra pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit yang mempunyai potensi pertumbuhan yang cepat (E-9)
10 Identifikasi jenis-jenis produk agroindustri biodiesel yang prosfektif untuk dikembangkan (E-10) Berdasarkan analisis dengan menggunakan teknik ISM, maka elemen aktivitas usaha agroindustri biodiesel yang terdiri dari sepuluh sub elemen dapat digambarkan dalam bentuk hierarki dan dibagi dalam empat sektor.
Hasil
reachability matriks dan interpretasinya disajikan dalam Tabel 30. Pada Tabel 30 tersebut menunjukkan bahwa sub elemen analisis kebutuhan melalui penyebaran program daerah ke dalam rencana rinci dan program pembangunan daerah terhadap
program
pengembangan
agrobiodiesel
(E-1)
penatagunaan lahan bagi kawasan andalan sebagai sentra agroindustri biodiesel
berbasis
kelapa
sawit
yang
dan
menyiapkan
pengembangan
mempunyai
potensi
pertumbuhan yang cepat (E-9), merupakan elemen kunci dalam usaha agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit sehingga perlu dikaji lebih hati-hati karena elemen ini akan mendukung aktivitas yang lainnya
145 Tabel 30 Hasil reachability matriks final elemen aktivitas SubSub-Elemen Aktivitas Elemen Aktivitas E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 Drv LH E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 Dep
1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2
1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 4
1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 4
1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 8
1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 8
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 8
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9
1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2
1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 5
10 8 8 5 5 1 5 2 10 6
1 2 2 4 4 6 4 5 1 3
Berdasarkan pemisahan tingkat pada reahability matriks, maka dapat dilakukan penetapan hierarki melalui ranking dengan merujuk pada aspek driver power. Diagram model struktur elemem aktivitas yang dibutukan dalam usaha agroindustri biodiesel ini dapat dilihat pada Gambar 43. Struktur hierarki menunjukan hubungan langsung dan kedudukan relatif antar sub elemen aktivitas yang dibutuhkan, hal ini berarti bahwa sub elemen aktivitas yang satu akan didukung oleh sub elemen pada hierarki dibawahnya. Pada Gambar 43 menunjukkan bahwa sub elemen analisis kebutuhan melalui penyebaran program daerah ke dalam rencana rinci dan program pembangunan daerah terhadap program pengembangan agrobiodiesel (E-1) dan menyiapkan penatagunaan lahan bagi kawasan andalan sebagai sentra pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit yang mempunyai potensi pertumbuhan yang cepat (E-9) secara simultan akan mendukung usaha agroindustri biodiesel. Formulasi permasalahan sistim pengembangan agroindustri biodiesel skala UKM (E-2) dan identifikasi komponen atau faktor utama sistem pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit (E-3), sub elemen ini selanjutnya akan mendukung identifikasi jenis-jenis produk agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit yang prosfektif untuk dikembangkan (E-10) kemudian secara
simultan
akan
mendukung
aktivititas
rekayasa
model
sistem
pengembangan secara terintegrasi dan bersinergi (E-4), perumusan Perda untuk
146 mendukung pengembangan agroindustri biodiesel
(E-5) dan peyempurnaan
prosedur perijinan industri kecil dan menengah di daerah disertai pengembangan sistem informasi yang lebih transparan melalui pengembangan kelembagaan yang efektif (E-7), Pengembangan sistem informasi yang mencakup informasi teknologi, industri, pemasaran hasil industri, peluang usaha serta informasi penting lainnya (E-8). Pengembangan sistem intensif seperti perpajakan dan perkreditan untuk investasi pengembangan Agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit secara terintegrasi dan bersinergi
Pengembangan sistem informasi yang mencakup informasi teknologi, industri, pemasaran hasil industri, peluang usaha serta informasi penting lainnya
Rekayasa model sistem pengembangan secara terintegrasi dan bersinergi
Perumusan Perda untuk mendukung pengembangan Agroindustri biodiesel
Penyempurnaan prosedur perijinan industri kecil dan menengah di daerah disertai pengembangan sistem informasi yang lebih transparan melalui pengembangan kelembagaan yang efektif
Identifikasi jenis-jenis produk agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit yang prosfektif untuk dikembangkan
Formulasi permasalahan sistem pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit skala UKM
Analisis kebutuhan melalui penyebaran program daerah ke dalam rencana rinci dan program pembangunan daerah terhadap program pemngambangan agrobiodiesel
Identifikasi komponen atau faktor utama sistem pengembangan Agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit
Menyiapkan penatagunaan lahan bagi kawasan andalan sebagai sentra pengembangan Agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit yang mempunyai potensi pertumbuhan yang cepat
Gambar 43 Struktur hierarki antar sub elemen aktivitas Pada akhirnya dengan adanya aktivitas, akan mendukung aktivitas pengembangan sistem intensif seperti perpajakan dan perkreditan untuk investasi
147 pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit secara integrasi dan bersinergi (E-6). Berdasarkan matrik driver power dan dependence maka dapat dikelompokkan menjadi empat sektor sebagaimana terlihat pada Gambar 44. Sektor I merupakan sektor automonous, sektor II merupakan sektor dependent, sektor III merupakan sektor linkage dan sektor IV merupakan sektor independent. Elemen
aktivitas
Rekayasa
model
sistem
pengembangan
secara
terintegrasi dan bersinergi (E-4), pengembangan sistem intensif seperti perpajakan dan perkreditan untuk investasi pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit secara integrasi dan bersinergi (E-6) dan peyempurnaan prosedur perijinan industri kecil dan menengah di daerah disertai pengembangan sistem informasi yang lebih transparan melalui pengembangan kelembagaan yang efektif (E-7), merupakan sektor linkage. Hal ini berarti sub elemen ini mempunyai kekuatan penggerak yang tinggi dan juga memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap aktivitas yang lain. Pada setiap tindakan pada sub elemen ini akan menghasilkan sukses usaha agroindustri biodiesel, sedangkan lemahnya tindakan pada sub elemen ini akan menyebabkan kegagalan program. Oleh karena itu maka sub elemen ini perlu dikaji secara hati-hati. Pada sub elemen pengembangan sistem insentif seperti perpajakan dan perkreditan untuk investasi pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit secara terintegrasi dan bersinergi (E-6), menyiapkan penatagunaan lahan bagi kawasan andalan sebagai sentra pengembangan agroindustri biodiesel yang mempunyai potensi pertumbuhan yang cepat (E-9), mendukung identifikasi jenisjenis produk agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit yang prosfektif untuk dikembangkan (E-10), identifikasi komponen atau faktor utama sistem pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit (E-3) dan Formulasi permasalahan sistim pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit skala UKM (E-2). Berdasarkan klasifikasi tersebut tergolong dalam kelompok indenpendent. Hal ini menunjukkan bahwa sub elemen ini memiliki kekuatan pendorong yang tinggi tetapi tingkat ketergantungan terhadap usaha agroindustri biodiesel tersebut kecil
148
10
E1, E9
D R I V E R
9
Sektor IV Independent
E2,8E3 7 6
P O W E R
Sektor III Linkage
E10
5 0
1 Sektor 2 I Autonomous
3
4
4
5
Sektor II7 6 Dependent
E4, E5, E7 8 9 10
3 2
E8
1
E6
0
DEPENDENCE Gambar 44 Matriks Driver Power-Depedence elemen aktivitas yang dibutuhkan Analisis lebih lanjut menyatakan bahwa rekayasa model sistem pengembangan secara terintegrasi dan bersinergi (E-4), perumusan perda untuk mendukung pengembangan agroindustri biodiesel (E-5), peyempurnaan prosedur perijinan industri kecil dan menengah di daerah disertai pengembangan sistem informasi yang lebih transparan melalui pengembangan kelembagaan yang efektif (E-7), pengembangan sistem intensif seperti perpajakan dan perkreditan untuk investasi pengembangan agroindustri biodiesel secara terintegrasi dan bersinergi (E-6) dan pengembangan sistem informasi yang mencakup informasi teknologi, industri, pemasaran hasil industri, peluang usaha serta informasi penting lainnya (E-8) adalah termasuk dependent. Dalam hal ini berarti mempunyai kekuatan penggerak yang rendah dan tingkat ketergantungan tinggi, sehingga sub elemen ini merupakan akibat dari sub elemen yang lainnya. Hasil analisis strukturisasi sistem dan pengembangan kelembagaan agroindustri biodiesel, dihasilkan subelemen kunci dari masing-masing elemen yang diteliti.
Subelemen kunci tersebut dapat dijadikan pedoman dalam
149 membangun sistem manajemen risiko agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal untuk mengantisipasi terjadinya kegagalan pada usaha agroindustri biodiesel. Kedelapan elemen sistem yang telah dianalisis seluruhnya berhasil diidentifikasi komponen-komponennya.
Demikian pula gambar struktur sub-
elemen dari masing-masing elemen dan matriks hubungan DP-D berhasil digambarkan yang terbagi dalam empat sektor atau kategori. Sub-elemen kunci masing-masing elemen berhasil pula diketahui (Tabel 31) Tabel 31. Elemen kunci strukturisasi kelembagaan agroindustri biodiesel No
Elemen
1
2
Sektor masyarakat yang terpengaruh Kebutuhan
3
Kendala
Sub Elemen Kunci 1 Produsen biodiesel 2 Tenaga kerja agroindustri biodiesel 1 2 3 1 2
3 4
4
Tujuan
5 6 1
5
Tolok ukur
2 1
6 7
Lembaga Perubahan
8
Aktivitas
2 1 1 2 3 4 1 2
Bibit unggul Teknologi budidaya tanaman kelapa sawit Permodalan dan fasilitas peminjaman Keterbatasan dana dan modal usaha atau modal usaha relatif sulit diperoleh Belum adanya sinergisitas antara produksi kelapa sawit, penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran biodiesel Hambatan kelembagaan berupa perijinan, birokrasi, kolusi Rendahnya produktifitas tanaman dan keseragaman produk Rendahnya kualitas produksi kontinyuitas bahan baku tidak terjamin Meningkatkan produktifitas dan produksi kelapa sawit Memperkokoh struktur ekonomi Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani/ pekebun Meningkatnya produktivitas dan produksi sawit Industri biodiesel Berkembangnya ekonomi pedesaan Adanya usaha tani yang berberkelanjutan Adanya pemerataan pembangunan Tumbuh dan berkembang usaha biodiesel Analisis Kebutuhan melalui penyebaran program daerah Menyiapkan penatagunaan lahan bagi kawasan andalan
150 Setelah diketahui struktur sistem kelembagaan agroindustri biodiesel, maka srategi yang harus dilakukan dalam rangka mengantisipasi dan memperkecil risiko agroindustri biodiesel adalah mencari upaya penanganan risiko melalui pengembangan kelembagaan yang di lakukan dengan teknik ISM. Pengembangan kelembagaan dengan menggunakan teknik ISM menghasilkan elemen kunci yang saling terkait satu dengan yang lainnya, dan selalu melakukan hubungan yang intensif serta keterkaitan antar elemen atau perusahaan agroindustri biodiesel dan melakukan kerjasama strategis dengan pemasok.
Secara integral pada usaha
agroindustri biodiesel, upaya untuk meningkatkan nilai tambah adalah dengan merangkaikan masing-masing proses dari tingkat petani, pemasok, perusahaan pendukung dan terkait hingga pada industri biodiesel (dari hulu sampai kegiatan dihilir). Terlihat dari hasil pengembangan kelembagaan dengan teknik ISM pada matrik driver power-dependenc, elemen lembaga yang terpengaruh program adalah petani, pedagang pengepul dan perusahaan transportasi yang terkait dalam sektor linkage.
Hal ini berarti petani, pedagang pengepul dan perusahaan
transportasi mempunyai kekuatan penggerak yang tinggi dan memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi pula terhadap aktivitas yang lain. Pada sektor Dependence sub elemen yang terkait adalah pengusaha kelapa sawit, pengusaha peralatan dan mesin pertanian, penyuluh lapangan, pedagang besar dan tenaga kerja lepas perkebunan. Ini berarti bahwa pengusaha kelapa sawit, pengusaha peralatan dan mesin pertanian, penyuluh lapangan, pedagang besar dan tenaga lepas perkebunan mempunyai kekuatan penggerak yang rendah dan tingkat ketergantungan tinggi. Dalam pengembangan industri biodiesel diperlukan adanya infrastruktur ekonomi yang merupakan elemen pendukung. Infrastruktur dapat berupa perangkat lunak diantaranya adalah percepatan iklim usaha yang kondusif, layanan litbang dan akses teknologi, serta ketersediaan sumberdaya manusia. Berdasarkan elemen kunci terdapat beberpa kendala dalam usaha agroindustri biodiesel yaitu : 1
Keterbatasan dana dan modal usaha atau modal usaha relatif sulit diperoleh
151 2
Belum adanya sinergisitas antara produksi kelapa sawit, penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran biodiesel
3
Hambatan kelembagaan berupa perijinan, birokrasi, dan kolusi
4
Rendahnya produktifitas tanaman dan keseragaman produk
5
Rendahnya kualitas produksi
6
kontinyuitas bahan baku tidak terjamin Penanganan risiko dilakukan melalui identifikasi elemen kelembagaan
menggunakan teknik ISM, dengan memperhatikan pula masukan hasil resume pada sistem pakar yang dilkukan menggunakan metode Rule-base. Faktor-faktor risiko sebelumnya diidentifikasi, kemudian disintesis menjadi parameter-parameter yang akan dinilai untuk mengetahui solusi meminimasi risiko pada usaha agroindustri biodiesel. Model yang dirancang menyediakan fasilitas dialog yang berupa konsultasi yang berfungsi untuk berinteraksi dengan pengguna dalam menentukan strategi mengatasi risiko. Dalam pengembangan pemodelan ditampilkan kotak dialog yang berupa tahapan konsultasi berupa pertanyaan pertanyaan terhadap parameter dan nilai parameter yang harus dijawab oleh pengguna.
Keluaran
sistem pakar berupa ringkasan hasil konsultasi dan hasil konsultasi serta saran dan pertimbangan yang akan diberikan oleh sistem. Sistem pakar dirancang melalui pengorganisasian pengetahuan yang menggunakan sumber pengetahuan dari pustaka dan pakar. Sistem pakar yang disusun menggunakan konsep rule base pengetahuan-pengetahuan disusun, kemudian diterjemahkan kedalam logika IF ... THEN dalam mesin inferensi. Parameter sistem pakar, kebijakan sistem pakar dan skenario rule-base Dalam pengembangan model ini, dirancang melalui beberapa tahapan proses. Pada tahap awal kegiatan adalah analisis semua faktor yang berkaitan dengan bahan baku, proses pengolahan, pemasaran, dan finansial, tahap ini cukup kompleks karena banyak faktor yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain sehingga perlu sintesis dari semua faktor tersebut. Berdasarkan hasil analisis, maka diperoleh beberapa parameter strategi yang akan digunakan sebagai masukan dari model. Parameter ini merupakan masukan yang akan digunakan saat konsultasi dengan sistem. Keluaran yang dihasilkan oleh model ini adalah
152 berupa ringkasan hasil konsultasi berupa strategi manajemen risiko, saran dan pertimbangan dalam menerapkan usaha agroindustri biodiesel. Hasil konsultasi tersebut akan ditampilkan langsung oleh sistem yang dapat dibaca oleh pengguna pada akhir proses konsultasi. Strategi kebijakan yang disarankan didapatkan dari hasil pemikiran para pakar, kemudian disusun lebih lanjut kedalam program komputer. Terdapat 4 parameter yang harus dilengkapi sebelum aplikasi sistem pakar dapat digunakan, yaitu parameter masukan (input), aturan (rule), nilai/satuan parameter dan keluaran (output).
Parameter
input
merupakan
pengaturan manajemen risiko dari satu kebijakan. Parameter ini merupakan pembatas (constraint) yang merupakan persyaratan pada aturan (rule). Sedangkan parameter output merupakan parameter variabel keluaran (subyek) pada aturan (rule) yang berlaku. Parameter output ini berisikan rincian strategi pemecahan solusi yang didapatkan dari hasil diskusi para pakar.
Dengan melakukan
serangkaian formulasi if-then, rule yang terdiri atas penilaian untuk setiap masukan akan menghasilkan 1 (satu) atau lebih output parameter kebijakan. Penilaian kebijakan atau skala penilaian dirancang sebagai satuan dari parameter yang akan menjadi batasan sebuah ukuran (rule). Penilaian yang didapat pada diskripsi aturan dibentuk sehingga menjadi masukan dari pengguna pada saat konsultasi. Hasil resume konsultasi sistem pakar, memberikan berbagai informasi kegiatan yang harus dilakukan dalam rangka meminimasi terjadinya rsiko dalam usaha agroindustri biodiesel, seperti diperlukan insentif subsidi, pengembangan SDM untuk R & D biodiesel, penguatan dan pengembangan kapasitas riset, Melakukan joint venture.
Hal ini dapat dilihat seperti hasil resume pada aturan
237, 35, aturan 46 dan aturan 53 serta resume lainnya. Pada aturan 237
apabila bahan baku berisiko sangat tinggi, proses
pengolahan berisiko tinggi, pemasaran berisiko sangat tinggi, dan finansial berisiko rendah, maka diperlukan adanya insentif subsidi harga biodiesel.
Pada
aturan 35 apabila bahan baku berisiko rendah dan proses pengolahan tinggi dan pemasaran berisiko rendah dan finansial berisiko tinggi, maka hal yang perlu dilakukan adalah melakukan pengembangan SDM melalui R and D tentang
153 biodiesel di sekolah-sekolah dari tingkat SMK, sekolah kejuruan, akademi, politeknik, hingga ke tingkat perguruan tinggi, ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia untuk pengembangan agroindustri biodiesel. Pada aturan 46, apabila bahan baku pada agroindustri biodiesel berisiko rendah, proses pengolahan berisiko rendah, dengan risiko pemasaran yang sangat tinggi dan finansial berisiko sedang, maka model memberikan resume perusahaan agroindustri biodiesel diharapkan melakukan kerjasama atau joint venture antar pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN, dan pada aturan 53 apabila bahan baku berisiko rendah, proses pengolahan berisiko sangat tinggi, pemasaran berisiko sedang, dan finansial berisiko rendah, solusinya adalah dengan melakukan penguatan dan pengembangan kapasitas riset pusat penelitian kelapa sawit dari hulu hingga hilir. Resume hasil konsultasi pakar melalui mekanisme protokol atau rule base, dapat dilihat pada lampiran 11, 12 dan 13. Strategi untuk mengurangi risiko pada usaha agroindustri biodiesel ialah dengan menitik beratkan pada upaya integrasi yang penuh dari seluruh kegiatan sepanjang mata rantai nilai (value chain) untuk meningkatkan dan mengembangkan nilai tambah sejak kegiatan yang paling hulu sampai dengan hilir, baik, infrastruktur maupun jasa, dengan berdasarkan
pada nilai tambah dan mata rantai nilai, pemasok utama dan
infrastruktur ekonomi. Dengan mengetahui kendala dalam usaha agroindustri biodiesel dan adanya masukkan hasil resume pada sistem pakar maka strategi dalam meminimasi risiko adalah melalui pembentukan forum komunikasi manajemen industri biodiesel dalam klaster industri biodiesel. Porter (1998) menyatakan bahwa dengan mengelompokkan industri dengan industri atau institusi terkait dalam suatu lokasi dapat meningkatkan produktivitas usaha melalui kemudahan mengakses sumber daya dan teknologi. Sementara Kusumastanto (2008) menyatakan bahwa klaster industri didasarkan pada empat elemen kunci, yaitu klaster, nilai tambah dan mata rantai nilai, pemasok utama dan infrastruktur ekonomi. Elemen pertama klaster dicirikan oleh tingkat hubungan yang intensif serta keterkaitan yang tinggi dan merupakan aglomerasi dari perusahaan-
154 perusahaan (anggota klaster) yang membentuk kerjasama strategis dengan para pemasok. Elemen kedua dari klaster adalah nilai tambah (value added) dan mata rantai nilai (value chain). Elemen ketiga dari suatu klaster indusri adalah pemasok.
Pemasok-pemasok memiliki kekuatan untuk meningkatkan kinerja
industri. Setiap pemasok akan memfokuskan dirinya dalam bidang atau kegiatan inti sesuai dengan kompetensinya. Elemen terakhir adalah infrastruktur ekonomi, yang merupakan elemen pendukung yang sangat menentukan dalam keberhasilan pengembangan suatu klaster industri. Infrastruktur dapat berupa perangkat lunak yang diantaranya adalah percepatan iklim usaha yang kondusif, layanan litbang dan akses teknologi,serta ketersediaan sumberdaya manusia. Biodiesel-RM merupakan aplikasi sistem manajemen ahli yang dirancang dalam suatu paket komputer yang diberi nama Biodiesel-RM. Paket program ini disusun dalam bentuk sistem manajemen ahli yang merupakan gabungan antara sistem penunjang keputusan dengan sistem pakar.
Model Biodiesel-RM
dirancang dengan tujuan untuk membantu pengguna, dalam proses pengambilan keputusan pada pengembangan agroindustri biodiesel. Implementasi model Biodiesel-RM dapat dijalankan apabila proses instalasi berjalan dengan baik. Apabila terjadi kesalahan dalam prosedur instalasi ataupun pada saat eksekusi program, laporkan kembali kesalahan tersebut kepada system designer. Untuk menjalankan Biodiesel-RM, klik tombol [Start] pada taskbar windows - kemudian pada menu programs ditampilkan beberapa aplikasi (program group) yang terinstal dalam windows dan salah satunya adalah Biodiesel-RM. Arahkan pointer pada grup Biodiesel-RM. kemudian klik shortcut Biodiesel-RM untuk mengaktifkannya. Halaman pertama yang ditampilkan Biodiesel-RM adalah dialog akses aplikasi yang berguna sebagai gerbang otorisasi penggunaan aplikasi. Pada dialog ini ditanyakan mengenai jenis pengguna dan passowrd-nya. Pilihlah jenis pengguna pada pilihan “User” dan berikan password yang bersesuaian. Klik tombol [Lanjut] atau tekan [Enter] untuk menyetujuinya dan klik [Batal] atau tekan [Esc] untuk membatalkannya. Apabila jenis pengguna beserta password-nya disetujui, maka aplikasi ini dapat digunakan dengan fitur yang sesuai jenis usernya.
Secara struktural konfigurasi aplikasi model Biodiesel-RM terdiri dari
155 beberapa sub model yang masing-masing dikonstruksi untuk memproses input berupa data untuk menghasilkan output yang berbentuk informasi, alternatif keputusan, strategi atau saran pengembangan. Model Biodiesel-RM tersebut secara umum dikelompokkan ke dalam 4 (empat) komponen utama masingmasing komponen tersebut dapat diakses dengan cara meng-klik komponen yang bersesuaian pada panel 'Menu Utama' yang ditempatkan pada bagian atas aplikasi, modul-modul/halaman dikumpulkan pada panel 'Sub Menu' yang terletak di sebelah kiri aplikasi.
Klik modul-modul/halaman yang diinginkan untuk
menampilkan detail modul/halaman tersebut. (Lampiran 10) Sub model struktur pengembangan dirancang untuk membantu pengguna dalam melakukan analisis atau identifikasi elemen-elemen penting yang menentukan keberhasilan elemen-elemen pengembangan program. Keluaran model ini berupa informasi struktur hierarki dan klasifikasi sub elemen berdasarkan daya dorong dan tingkat ketergantungan terhadap sistem. Model ini menggunakan teknik ISM (Interpretative Structural Modelling), suatu teknik pemodelan deskriptif yang cukup teruji. Sub model pengadaan bahan baku, proses pengolahan dan pemasaran dikembangkan untuk membantu pengguna dalam menentukan prioritas risiko yang sesuai untuk digunakan dalam pengembangan “Biodiesel-RM” berdasarkan kriteria-kriteria yang dibangun. Keluaran dari model ini adalah urutan prioritas model risiko pengadaan bahan baku, pengolahan dan pemasaran yang dipilih dari beberapa alternatif. Proses penentuan prioritas risiko dalam paket Biodiesel-RM dilakukan dengan teknik Multy Expert-Multy Criteria Decision Making (MEMCDM). Sub model manajemen risiko dirancang sebagai sistem pakar untuk membantu pengguna dalam menentukan kebijakan dalam pengembangan industri biodiesel. Model kelayakan finansial dirancang untuk membantu pengguna dalam menganalisa kelayakan industri biodiesel berbasis kelapa sawit secara finansial. Untuk mengakhiri aplikasi Biodiesel-RM, digunakan tombol yang diletakkan pada bagian kanan atas aplikasi. Model analisis risiko finansial merupakan pengembangan lebih lanjut dari model
kelayakan
finansial.
Pengukuran
dan
penilaian risiko
finansial
156 menggunakan keriteria risiko (koefisien variasi) yaitu jika cv ≤ 0.5 berisiko rendah, jika 0.5 < cv ≤ 0.8 usaha berisiko sedang jika 0.8 < cv ≤ 1.2 usaha berisiko tinggi, dan cv > 1.2 usaha berisiko sangat tinggi (Soeharto, 2000) Metode Pengendalian Risiko Dalam Manajemen Risiko Metode yang digunakan dalam mencari alternatif kebijakan dalam pengendalian risiko adalah AHP (Analytical Hierarchy Process). Analisis ini ditunjukan untuk memberi alternatif strategi manajemen risiko dalam setiap aspek pengembangan agroindustri biodiesel dengan memperhatikan faktor yang perlu diperhatikan dan tujuan yang ingin dicapai Dalam usaha agroindustri biodiesel, banyak kendala dengan risiko kegagalan. Kendala-kendala tersebut diantaranya adalah terjadi pada bahan baku, proses pengolahan, pemasaran dan finansial.
Apabila kendala tersebut tidak
diantisipasi secara baik, tidak menutup kemungkinan akan terjadi kegagalan. Dalam upaya mengatisipasi adanya kegagalan tersebut, perlu suatu manajemen risiko untuk mengatasinya. Risiko bahan baku, risiko, proses pengolahan, risiko pemasaran dan risiko finansial adalah risiko yang perlu dikelola melalui manajemen risiko.
Penanganan risiko tersebut tidak bisa dilakukan secara
terpisah atau sendiri-sendiri melainkan dilakukan dengan penyelesaian dalam satu kesatuan manajemen risiko. Lam (2007) menyatakan bahwa pada dasarnya risiko bersifat
dinamis,
berubah-ubah
mengikuti
bentuknya
dan
memiliki
ketergantungan satu sama lain (interdependent) yang sangat tinggi. Oleh karena itu risiko tidak dapat dipilah-pilah kedalam komponen-komponen yang berdiri sendiri dan dikelola secara terpisah. Nilai risiko agroindustri biodiesel merupakan agregasi total dari seluruh aspek pengembangan agroindustri biodiesel yaitu pengadaan bahan baku, proses pengolahan, pemasaran dan finansial.
Nilai risiko dari setiap aspek tersebut
merupakan agregasi setiap faktor yang mempengaruhinya. Hasil Analisis risiko pada penelitian ini dihasilkan risiko agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit adalah sangat tinggi. Pengembangan manajemen risiko pada agroindustri biodiesel ini dilakukan dengan mengembangkan hasil analisis kelembagaan menggunakan
157 teknik ISM (Interpretative Structural Modelling), dimana hasil tersebut dilakukan melalui pengembangan elemen kunci dari hasil analisis pada sub elemen, selain dengan
mengembangkan
model kelembagaan,
strategi kebijakan dalam
manajemen risiko dilakukan melalui mekanisme protokol atau rule base. Dalam pengembangan biodiesel di Indonesia, peran industri biodiesel sangat diharapkan, sehingga biodiesel sebagai pengganti solar yang sudah mulai berkurang keberadaannya dapat menjadi komoditas ekonomi andalan Indonesia, disisi lain keberadaan biodiesel tidak terlepas dari posisi CPO dengan berbagai permasalahan sebagai bahan baku utamanya. Harga CPO selalu berfluktuatif, seperti pada bulan Maret 2008, CPO mengalami penurunan dari harga puncak US$ 1200 per ton, menjadi US$ 480. dan pada tahun 2009 penurunan terjadi lagi menjadi US$ 300/ton. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah pusat mengambil kebijakan dengan menurunkan pungutan ekspor (PE) menjadi nol persen. Pengadaan bahan baku (CPO) perlu dilakukan penanganan khusus karena sangat berisiko.
Dengan posisi Indonesia sebagai produsen terbesar CPO di
dunia, pemerintah harus menempatkan industri biodiesel Indonesia sebagai industri biodiesel berbasis kelapa sawit terbesar di dunia, namun hal ini memerlukan dukungan dan partisipasi pemerintah dalam bentuk alokasi sumberdaya yang memadai. Kebijakan pengembangan biodiesel dari pemerintah yang tepat, dan konsisten akan berdampak pada kondisi ekonomi, sosial, dan politik yang signifikan. Peningkatan permintaan terhadap CPO untuk biodiesel, tentu dapat menetralisir dampak negatif penurunan harga CPO di pasar internasional. Dalam pengembangan usaha agroindustri biodiesel, ada kendala dan permasalahan yang menjadi risiko, disisi lain dengan adanya pengembangan agroindustri biodiesel akan ada nilai strategis dalam proses pengembangan perekonomian nasional, karena dapat memperluas kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat sekitar industri, dapat meningkatkan nilai tambah, dapat meningkatkan devisa negara dan membangun perekonomian bangsa. Pengembangan agroindustri biodiesel
melibatkan usaha perkebunan,
industri pengolahan lanjut dan industri pendukung seperti lembaga keuangan,
158 lembaga penelitian dan pengembangan, perguruan tinggi, pemerintah, produsen dan pemasaran biodiesel.
Keterlibatan industri dan institusi tersebut dalam
pengembangan, baik secara struktural atau fungsional menuntut adanya kerja sama.
Kerjasama antar pelaku, industri dan institusi secara efektif dapat
meminimasi risiko usaha agroindustri Berdasarkan elemen kunci terdapat beberpa kendala dalam usaha agroindustri biodiesel yaitu : 1
Keterbatasan dana dan modal usaha atau modal usaha relatif sulit diperoleh
2
Belum adanya sinergisitas antara produksi kelapa sawit, penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran biodiesel
3
Hambatan kelembagaan berupa perijinan, birokrasi, kolusi
4
Rendahnya produktifitas tanaman dan keseragaman produk
5
Rendahnya kualitas produksi
6
kontinyuitas bahan baku tidak terjamin Kendala dalam usaha agroindustri biodiesel dan adanya masukkan hasil
resume pada sistem pakar sebelumnya di kaji setelah itu maka strategi dalam meminimasi risiko dilakukan melalui forum komunikasi manajemen klaster industri biodiesel (FKMKL Biodiesel) dalam klaster industri biodiesel. Porter (1998) menyatakan bahwa dengan mengelompokkan industri dengan industri atau institusi terkait dalam suatu lokasi dapat meningkatkan produktivitas usaha melalui kemudahan mengakses sumber daya dan teknologi. Sementara Sulaeman (2006) menyatakan bahwa klaster industri didasarkan pada empat elemen kunci, yaitu klaster, nilai tambah dan mata rantai nilai, pemasok utama dan infrastruktur ekonomi. Elemen pertama klaster dicirikan oleh tingkat hubungan yang intensif serta keterkaitan yang tinggi dan merupakan aglomerasi dari perusahaanperusahaan (anggota klaster) yang membentuk kerjasama strategis dengan para pemasok.. Elemen kedua dari klaster adalah nilai tambah (value added) dan mata rantai nilai (value chain).
Elemen ketiga dari suatu klaster indusri adalah
pemasok,. Pemasok-pemasok memiliki kekuatan untuk meningkatkan kinerja industri. Setiap pemasok akan memfokuskan dirinya dalam bidang atau kegiatan
159 inti sesuai dengan kompetensinya. Elemen terakhir adalah infrastruktur ekonomi, yang merupakan elemen pendukung yang sangat menentukan dalam keberhasilan pengembangan suatu klaster industri. Infrastruktur dapat berupa perangkat lunak yang diantaranya adalah percepatan iklim usaha yang kondusif, layanan litbang dan akses teknologi, serta ketersediaan sumberdaya manusia. Klaster industri menurut Kotler (1998) adalah kelompok segmen industri yang saling berkaitan secara vertikal dan horizontal. Keterkaitan vertikal merupakan keterkaitan antar industri utama dengan industri pemasok dan penyalur. Keterkaitan horizontal merupakan keterkaitan antara industri utama dengan industri/ institusi lain yang saling melengkapi dalam teknologi dan pemasaran.
Porter (1998), mengelompokkan industri dengan industri atau
institusi terkait dalam suatu lokasi untuk dapat meningkatkan produktivitas usaha melalui kemudahan mengakses sumber daya dan teknologi. Uraian tersebut di atas menunjukkan bahwa klaster industri merupakan strategi pengembangan industri untuk peningkatan daya saing produk yang dihasilkan melalui pembentukan organisasi industri yang anggotanya memiliki keterkaitan vertikal dan horizontal serta pengembangan teknologi untuk mencapai keterkaitan hubungan diantara industri utama dengan industri/institusi pendukung secara optimal. Klaster industri merupakan konsep baru dalam meningkatkan daya saing industri, sementara konsep lama melihat suatu persaingan sebagai masalah masing-masing industri dan pemecahannya dititikberatkan pada sisi internal industri yang bersangkutan. Pada konsep klaster industri, masalah peningkatan daya saing dilihat sebagai masalah yang lebih luas yaitu dari logistik, teknologi, produksi, distribusi dan pemasaran serta aktivitas dukungan lainnya. Pemecahan masalah melibatkan pemasok, distributor dan industri/ lembaga pendukung. Konsep tersebut menunjukan bahwa klaster industri merupakan bentukan organisasi industrial dimana anggotanya memiliki keterkaitan secara vertikal dan horisontal, bekerja sama dengan saling memperkuat dan menguntungkan untuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan. Klaster
industri
dapat
meningkatkan
profesionalisme
usaha
agroindustri biodiesel dari beberapa keunggulan dibandingkan dengan perusahaan
160 mandiri, dengan segala keterbatasan dan kelemahannya akan mampu ditingkatkan kinerjanya dengan memberikan suatu sistem pengelolaan perusahaan melalui manajemen yang baik dengan tingkat pengendalian (kontrol) yang handal dan komprehensip sehingga memungkinkan para manajer di setiap perusahaan akan dapat bekerja secara optimal, dan dari sistem penilaian kinerja yang obyektif antar perusahaan yang akan memunculkan sikap saling berkompetisi secara sehat. Identifikasi stakeholder yang terlibat melalui elemen kunci yang dilakukan sejak awal perencanaan pembangunan suatu klaster industri adalah sebagai berikut : 1
Masyarakat lokal,
2
Pemerintah daerah,
3
Pihak perguruan tinggi maupun lembaga riset lainnya,
4
Penyandang dana,
5
Pemasok bahan baku,
6
Produsen bahan baku,
7
Institusi pemasaran,
8
Pihak pemasok teknologi, dan
9
Institusi penyedia sumberdaya manusia dan berbagai stakeholder lainnya yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Pendekatan klaster ini sangat efektif untuk meminimasi risiko
agroindustri biodiesel, karena akan menghidupkan usaha terkait dengan adanya himpunan para pelaku, dimana industri biodiesel selaku industri inti, pemasok, industri pendukung, perguruan tinggi dan pihak/ lembaga yang memberikan jasa layanan akan melakukan kolaborasi dan kerjasama untuk saling menguntungkan satu sama lain. Berdasarkan hasil analisis risiko pemasaran, dan focus group discation (FGD) dengan pakar menunjukkan bahwa hal terpenting dalam pengembangan industri biodiesel adalah peran aktif pemerintah dari hulu hingga hilir, dalam hal pengurangan pajak bagi usaha agroindustri biodiesel, memberikan subsidi dana untuk biodiesel sebagaimana diberikan pada solar, mandatori penggunaan biodiesel bagi kendaraan kedinasan, memberikan subsidi bunga bagi petani/ pekebun kelapa sawit, harmonisasi tarif CPO dengan tujuan menjaga kestabilan
161 harga CPO di tingkat petani, dan untuk meningkatkan minat investor, peraturan perundang-undangan yang menghambat pengembangan industri seperti tarif pajak yang tinggi, administrasi pajak dan kepabeanan yang sulit harus dihilangkan. Dengan demikian, diharapkan usaha agroindustri biodiesel dapat lebih efisien serta berkelanjutan, dimana para petani/ pekebun dapat menikmati kesejahteraan dan agroindustri dapat menambah keuntungan usaha. Implementasi Kebijakan Implementasi kebijakan manajemen risiko agroindustri biodiesel dilakukan dengan membentuk forum komunikasi yang berfungsi untuk memfasilitasi aktivitas industri biodiesel antar para pihak yang berhubungan dengan biodiesel dan dengan pemerintah pusat ataupun daerah untuk kemajuan usaha agroindustri biodiesel dalam klaster industri biodiesel. Konsep klaster industri biodiesel ini menitik beratkan pada integrasi yang penuh dari seluruh kegiatan sepanjang mata rantai nilai (value chain). Mata rantai nilai agroindustri biodiesel
berbasis sawit ini diawali dari perkebunan
kelapa sawit yang menghasilkan tandan buah segar (TBS) yang merupakan bahan dasar penghasil CPO (crude palm oil) sebagai bahan baku biodiesel. Proses pengolahan CPO dilakukan di pabrik kelapa sawit (PKS), kemudian diproses untuk menjadi biodiesel di perusahaan biodiesel. Pada mata rantai nilai (value chain) tersebut masing-masing mengandung risiko yang harus diatasi (Tabel 32) Pada bahan baku, harga bahan baku merupakan risiko yang perlu diatasi. Hasil analisis AHP menunjukkan bahwa risiko harga bahan baku terjadi karena harga bahan baku (CPO) yang selalu berfluktuatif. Pada proses pengolahan, risiko yang perlu diatasi adalah kualitas biodiesel, dimana pada hasil analisis AHP menunjukkan bahwa risiko kualitas biodiesel yang perlu diatasi yaitu bagaimana hasil biodiesel sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Pada pemasaran, risiko yang perlu diatasi adalah kebijakan pemerintah, dimana dari hasil analisis AHP menunjukkan bahwa risiko kebijakan pemerintah yang perlu diatasi adalah perlunya peningkatan subsidi biodiesel, sebagaimana yang dilakukan oleh pemerintah terhadap solar.
162 Tabel 32 Mata rantai nilai (value chain) agroindustri biodiesel dengan kandungan risiko No
Rantai Nilai
1
Bahan Baku
3
Proses Pengolahan
4
Pemasaran
Input
Risiko Umum
CPO 1 Waktu (Crude ketersedian palm oil ) 2 Kualitas bahan baku 3 Harga bahan baku 4 Biaya pengadaan bahan baku 5 Jumlah bahan baku Biodiesel 1 Kualitas biodiesel sesuai SNI 2 Kinerja mesin dan alat 3 Biaya proses pengolahan 4 Pemeliharaan mesin dan alat 5 Lokasi proses pengolahan Finansial 1 Kepuasan konsumen 2 Posisi persaingan 3 Kondisi distribusi 4 Kebijakan pemerintah 5 Peningkatan harga bahan baku
Risiko Spesifik Harga bahan baku
Risiko Potensial Fluktuasi harga
Kualitas biodiesel
Menghasilka n mutu sesuai SNI
Kebijakan pemerintah
Subsidi biodiesel
Usaha untuk mengatasi risiko tidak bisa dilakukan secara terpisah atau sendiri-sendiri, hal ini diperkuat oleh pernyataan Lam (2007) bahwa pada dasarnya risiko bersifat dinamis, berubah-ubah mengikuti bentuknya dan memiliki ketergantungan satu sama lain (interdependent) yang sangat tinggi. Oleh karena itu risiko tidak dapat dipilah-pilah kedalam komponen-komponen yang berdiri sendiri dan dikelola secara terpisah. Mengacu pada pernyataan tersebut dan berdasarkan pada elemen kunci, matriks Driver Power-Depedence dan resume hasil konsultasi dengan para pakar
163 melalui mekanisme protokol atau rule base yang dihasilkan melalui penelitian ini, maka untuk mengatasi risiko dalam pengembangan usaha agroindustri biodiesel dilakukan melalui pembentukan forum komunikasi manajemen industri biodiesel dalam pendekatan klaster industri. Gambaran umum keterkaitan institusi dan para pihak yang berkepentingan pada industri biodiesel dapat dilihat pada Gambar 45 dan pengembangan model dalam upaya mengatasi risiko melalui pendekatan klaster dapat dilihat pada Gambar 46. Pada Gambar 45 dapat dijelakan gambaran umum industri biodiesel yang merupakan industri terpadu, dimana beberapa pemegang kepentingan saling berkait.
Keterkaitan dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok daerah
perkebunan dan daerah produsen atau pemasar produk CPO. Di daerah penghasil tandan buah segar (TBS), pihak-pihak yang terkait adalah perkebunan kelapa sawit (perkebunan rakyat, perkebunan besar swasta, dan perkebunan besar negara), pedagang pengumpul dan pedagang besar, sedangkan di daerah produsen, industri yang terkait adalah para pengolah yang menghasilkan bahan baku biodiesel CPO yaitu pabrik kalapa sawit (PKS) dan industri biodiesel. Proses dalam agroindustri biodiesel sangat komplek sehingga menimbulkan risiko yang harus diatasi dari bahan baku yang dihasilkan (CPO), proses pengolahan biodiesel hingga ke pemasaran.
164 PERGURUAN TINGGI
PASAR LUAR NEGARI
PEMERINTAH PUSAT
LEMBAGA PEMBIAYAAN USAHA Kredit : BANK DAN NON BANK
Ekspor
Pembinaan Ekspor
PEMERINTAH DAERAH
Koordinasi
Koordinasi
PASAR DALAM NEGERI
SDM DAN TEKNOLOGI
INDUSTRI BIODIESEL
Alih Teknologi
Soport Bhn Baku Suport Bahan Baku
PERUSAHAAN Pengepul
CPO
Pedagang Besar
(Pabrik Kelapa Sawit) Suport Bhn Baku
Perkebunan Kelapa sawit: Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar Swasta, Perkebunan Besar Negara
Suport Bhn Baku
Gambar 45 Gambaran umum keterkaitan institusi dan para pihak yang berkepentingan pada industri biodiesel
PEMERINTAH PUSAT
INVESTOR
PASAR LUAR NEGARI
Ekspor
FKMKI BIODIESEL (Forum Komunikasi Manajemen Klaster Industri Biodiesel)
PEMERINTAH DAERAH
PERGURUAN TINGGI DAN LEMBAGA RISET
PEMBIAYAAN
PASAR DALAM NEGERI
BUMN
INDUSTRI INTI
LEMBAGA PEMBIAYAAN USAHA : BANK DAN NON BANK
INDUSTRI BIODIESEL
INDUSTRI MESIN DAN ALAT INDUSTRI INDUSTRI KIMIA
KOPERASI KLASTER INDUSTRI BIODIESEL
INDUSTRI BIODIESEL
INDUSTRI BIODIESEL
PERKEBUNAN BESAR NEGARA
Industri Oleokimia Pedagang Pengepul
PERKEBUNAN BESAR SWASTA PERUSAHAAN
INDUSTRI TRANSPORTASI
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT RAKYAT
Gambar 46 Sistem klaster industri biodiesel
CPO (Pabrik Kelapa Sawit)
ASOSIASI PETANI/ PEKEBUN
165 Dalam mengatasi risiko dengan pendekatan klaster ini industri biodiesel sebagai industri inti menitik beratkan pada integrasi yang penuh dari seluruh kegiatan sepanjang mata rantai nilai (value chain) berdasarkan pada elemen kunci yang merupakan titik tolak penanganan risiko. Manajemen risiko melalui pendekatan klaster industri biodiesel seperti pada Gambar 45, terlihat bahwa upaya penanganan risiko yang dilakukan baik pada risiko bahan baku, proses pengolahan maupun pemasaran dilakukan secara bersamaan dan bersinergis. Risiko yang perlu diminimasi pada risiko bahan baku, yaitu fluktuasi harga. Fluktuasi harga merupakan risiko yang perlu ditangani secara serius mengingat keberlanjutan biodiesel sangat ditentukan oleh ketersediaannya bahan baku (CPO).
Pada proses pengolahan dan pemasaran
masing-masing risiko yang perlu diatasi adalah mutu biodiesel sesuai dengan standard nasional Indonesia (SNI) dan kebijakan pemerintah dalam subsidi biodiesel sebagaimana subsidi pada solar. Strategi dalam mengatasi risiko melalui pendekatan klaster industri biodiesel tersebut difasilitasi oleh forum komunikasi manajemen klaster industri biodiesel (FKMKI Biodiesel).
FKMKI Biodiesel ini dibentuk atas dasar
kebutuhan klaster industri biodiesel, yang dibentuk dan diprakarsai oleh masyarakat klaster industri biodiesel yang terlibat dengan tujuan meningkatkan produksi
industri
biodiesel
secara
berkelanjutan.
FKMKI
Biodiesel
beranggotakan dari kalangan perguruan tinggi, lembaga riset, pengusaha sawit dan biodiesel, pemuka masyarakat sekitat klaster industri biodiesel dan profesional bidang industri biodiesel. Dalam melakukan kegiatannya FKMKI Biodiesel memerlukan pendanaan dan fasilitas lain seperti kendaraan untuk operasional kerja serta untuk insentif yang akan diberikan pada anggota FKMKI Biodiesel sebagai honor.
Dana
tersebut didapatkan dan dihimpun dari para anggota masyarakat industri yang terlibat dalam klaster industri biodiesel seperti, industri biodiesel, industri mesin dan alat, industri kimia, industri oleokimia, pekebun kelapa besar swasta, perkebunan besar negara, perkebunan kelapa sawit rakyat, asosiasi petani/pekebun sawit, perusahaan CPO (pabri kelapa sawit), dan industri transportasi.
Dana
166 tersebut dikelola oleh koperasi kelaster industri biodiesel. Dana yang terhimpun digunakan juga untuk segala kegiatan dan keperluan kemajuan klaster. Industri inti dalam klaster industri biodiesel ini yaitu industri biodiesel. Industri inti ini mendapatkan bahan baku berupa CPO dan tandan buah segar (TBS) dari pabrik kelapa sawit (PKS), perkebunan besar negara, perkebunan besar swasta, perkebunan kelapa sawit rakyat, dan apabila keadaan produk bahan baku terbatas maka bahan baku dapatkan dari para pengepul. Pabrik kelapa sawit (PKS) mendapatkan bahan baku berupa tandan buah segar (TBS) dari perkebunan kelapa sawit rakyat dan pengepul. Industri inti juga melakukan kerjasama dengan industri terkait yaitu industri kimia, industri mesin dan alat serta industri transportasi. Usaha biodiesel dalam klaster ini mendapatkan bantuan dana dari industri pendukung yaitu lembaga pembiayaan usaha (bank dan non bank) berupa kredit dan dari investor yang ikut bergabung dalam usaha bodiesel dengan cara menaruh sahamnya. Keberlangsungan usaha industri biodiesel ini dibantu dan didukung oleh pemerintah daerah maupun pusat selaku pembina. Pemerintah pusat selain sebagai pembuat kebijakan dan mandatori juga mamberi subsudi dalam bentuk insentif dan pengurangan pajak pada industri biodiesel. Dalam menjalankan usahanya industri inti melakukan kerjasama dengan para pihak diantaranya perguruan tinggi dalam rangka peningkatan hasil produksi biodiesel baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dalam lingkungan klaster idustri biodiesel, terdapat koperasi yang bertugas dalam manajemen keuangan diantaranya adalah pembayaran kegiatan FKMKI Biodiesel serta pembayaran honor para anggotanya, juga melakukan pembayaran dalam kegiatan-kegiatan klaster lainnya. Hasil produksi biodiesel yang dihasilkan dipasarkan baik didalam negeri maupun ke luar negeri berupa ekspor. Kegiatan pemasaran ini dilakukan melalui proses penawaran yang dimotori FKMKI Biodiesel. Adapun tugas forum komunikasi FKMKI Biodiesel adalah melakukan pendekatan kepada pemerintah baik pusat maupun daerah dalam hal kepastian harga biodiesel, kepastian subsidi biodiesel dan kepastian realisasi mandatori pemerintah terhadap kebijakan-kebijakan yang harus dilakukan dengan konsisten, melakukan upaya peningkatan kualitas produksi biodiesel dengan melakukan
167 pendekatan dan koordinasi pada instansi terkait untuk bersama-sama konsen pada produksi biodiesel, konsisten menjaga mutu biodiesel sehingga kualitas biodiesel tetap terjaga. FKMKI Biodiesel juga bertugas melakukan strategi pasar baik pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri (ekspor). Dengan terbentuknya FKMKI Biodiesel, risiko pada agroindustri biodiesel dapat diminimasi. Peran penting FKMKI Biodiesel dalam klaster adalah sebagai fasilisator bertemunya para pelaku klaster yang berasal dari kalangan yang beragam seperti dari kalangan industri, lembaga riset, para pekerja, para penyedia bahan baku, koperasi, dan asosiasi profesi.
Kinerja FKMKI Biodiesel dilakukan untuk
mendorong adanya kerja sama dan menghindari terjadinya kompetisi internal yang tidak sehat dalam meraih keunggulan di pasar. Dengan demikian, kompetisi tidak berfokus pada upaya mendapatkan kedekatan dengan pemerintah pusat atau daerah ataupun dengan instansi tertentu demi meraih insentif pemihakan tertentu. FKMKI Biodiesel memfokuskan pada kegiatan unuk membangkitkan upaya kemajuan industri biodiesel untuk melangkah bersama para industri terkait dalam klaster industri biodiesel khususnya dalam upaya menekan biaya transaksi dan memfasilitasi dalam meningkatan sumberdaya manusia. Berbagai manfaat aktif dalam klaster industri biodiesel dapat diraih dengan upaya bersama dalam bidang pemasaran, pembelian, pelatihan-pelatihan, dan fasilitas. FKMKI Biodiesel juga berperan memfasilitasi pertemuan antara kalangan industri dengan lembaga riset ataupun perguruan tinggi serta kalangan lain yang terkait, mempertemukan masyarakat dan pelaku usaha yang terlibat dalam klaster dengan kalangan industri lain yang memiliki peran penting dalam kemajuan industri biodiesel seperti kalangan perbankkan nasional, investor, berbagai asosiasi tenaga kerja dan asosiasi profesi. Kegiatan lain yang dilakukan FKMKI Biodiesel adalah memfasilitasi dalam kegiatan tender pembelian belanja pemerintah dan bantuan kerja sama kontrak dengan perusahaan besar.
Hal
terpenting yang sangat diperlukan kalangan industri biodiesel adalah peran panting FKMKI Biodiesel dalam melakukan negosiasi dan usulan dengan memberikan argomentasi nyata perlunya peningkatan dan pengembangan industri biodiesel dengan pemerintah pusat dan daerah dalam rangka kemajuan industri
168 biodiesel dalam upaya mendapatkan berbagai kemudahan subsidi berupa insentif pada seluruh aktifitas kegiatan klaster industri biodiesel. Dalam hal mengatasi masalah pendanaan dalam klaster idustri bodiesel, peran FKMKI Biodiesel diharapkan dapat melakukan pendekatan dengan lembaga keuangan seperti bank dan non bank, investor, dan pemerintah pusat maupun daerah sehingga permasalahan industri biodiesel dapat teratasi. Hasil elemen kunci pada elemen kendala, pendanaan merupakan hal yang perlu diatasi karena dalam usaha agroindustri biodiesel kendala utamanya adalah keterbatasan dana dan modal usaha atau modal usaha relatif sulit diperoleh. Langkah yang ditempuh FKMKI Biodiesel untuk mengatasi kendala ini adalah dengan melakukan sinergi yang saling menguntungkan antara berbagai pihak (stakeholders), baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN/BUMD, pelaku swasta, institusi keuangan (baik bank atau non bank), dan pelaku industri terkait lainnya.
Pemerintah diharapkan dapat memberikan asistensi teknis.
Adapun skema pembiayaan klaster industri biodiesel khususnya bagi pekebun sawit penyalurannya dilakukan melalui kredit usaha rakyat (KUR) (Gambar 46). Tujuan KUR adalah 1) untuk mempercepat perkembangan sektor riil dan usaha mikro kecil dan menengah, (UMKM), 2) untuk meningkatkan akses pembiayaan kepada UMKM dan koperasi; 3) untuk penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja. Landasan operasional KUR adalah Inpres No.6 tanggal 8 Juni 2007 tentang kebijakan percepatan pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM dan nota kesepahaman bersama antara Departemen teknis, perbankan, dan perusahaan penjaminan yang ditandatangani pada tanggal 9 Oktober 2007. Beberapa strategi yang perlu dilakukan untuk mempercepat penyaluran KUR antara lain melanjutkan sosialisasi bersama, dengan koordinasi oleh Sekretaris Wakil Presiden (Setwapres) dan Menko Perekonomian, melakukan evaluasi dan monitoring bersama komite kebijakan dan Departemen terkait setiap bulan, meningkatkan pelaksanaan program dalam rangka percepatan penyaluran KUR, khususnya untuk KUR dibawah Rp 5 juta, pengembangan produk KUR, dengan fitur asuransi jiwa dan kesehatan, dilakukan keseragaman dalam penyaluran program kredit baik yang melalui PKBL maupun kredit program lainnya.
169
Koordinasi PEMERINTAH PUSAT
Koordinasi
LEMBAGA PEMBIAYAAN BANK dan NON BANK
KUR
Subsidi
FKMKI Biodiesel (FASILISATOR)
KLASTER INDUSTRI BIODIESEL
Partisipasi
Koperasi Agroindustri Biodiesel
MASYARAKAT SEKITAR KLASTER
Subsidi PEMERINTAH DAERAH
Keterangan : =
Koordinasi
Gambar 47 Skema pembiyaan klaster industri biodiesel
Kelembagaan dan Dasar-Dasar Struktur Organisasi Kelembagaan Secara garis besar pengertian kelembagaan mempunyai dua makna, pengertian pertama adalah sebagai aturan main dalam interaksi interpersonal dan pengertian kedua adalah kelembagaan sebagai organisasi yang memiliki hierarki. Sebagai aturan main kelembagaan diartikan sebagai kumpulan aturan, baik formal maupun informal, tertulis maupun tidak tertulis, mengenai tata hubungan manusia dengan lingkungannya yang menyangkut hak-hak dan perlindungan hak-hak nya serta tanggung jawabnya. Selanjutya kelembagaan sebagai suatu organisasi dalam pengertian ekonomi menggambarkan aktivitas ekonomi yang dikoordinasikan bukan oleh sistem harga-harga tetapi oleh mekanisme administratif atau
170 kewenangan. Nasution (1999 ) menyatakan bahwa kelembagaan didefinisikan sebagai suatu sistem organisasi dan kontrol terhadap sumber daya dan sekaligus mengatur hubungan seseorang dengan lainnya.
Pengembangan kelembagaan
merupakan suatu proses perbaikan yang mencakup struktur dan hubungan dengan anggota dalam organisasi untuk lebih produktif. Tujuannya adalah memenuhi kebutuhan para anggotanya secara efektif, efisien dan adil, selanjutnya dinyatakannya bahwa rekayasa kelembagaan yang sesuai akan memungkinkan penyatuan potensi-potensi yang berskala kecil untuk menjadi besar dan menpunyai kekuatan sinergis serta mudah penyampaian inovasi baru kepada mereka (usaha kecil) yang umumnya berada di daerah pedesaan Kelembagaan pelaksanan klaster
industri biodiesel
mencakup dua
komponen, yaitu struktur organisasi dan peraturan yang dituangkan dalam fungsi dan wewenang, serta deskripsi kerja masing-masing.
Kedua komponen ini
berperan penting dalam mendorong berkembangnya aktivitas ekonomi. Struktur organisasi yang dikembangkan diharapkan mampu mengakomodasi dan mengartikulasikan aspirasi masyarakat klaster yang secara sosio-kultural memiliki keterkaitan akses sumberdaya alam dan berhubungan erat dengan aktivitas perkebunan sawit. Dengan demikian struktur organisasi yang akan dikembangkan meliputi komponen: (1) Pemerintah (pusat/daerah); (2) investor; (3) Lembaga pembiayaan (bank dan non bank dan lembaga keuangan mikro); (4) Koperasi klaster industri; (5) Masyarakat klaster; (6) Perguruan tinggi dan lembaga penelitian; (7).
Industri biodiesel dan 8) Forum komunikasi manajemen klaster
industri biodiesel. Sedangkan peraturan yang diperlukan terutama yang berkaitan dengan kegiatan investasi dan proses produksi sehingga sumberdaya alam/perkebunan kelapa sawit dapat berproduksi dan berkesinambungan. Hal ini penting karena sangat berkaitan dengan pelaksanaan peningkatan produktivitas kalapa sawit, sehingga keberadannya dibutuhkan dalam mengembangkan hubungan yang harmonis antar daerah provinsi maupun kabupaten/kota, serta menciptakan hubungan yang sinergis antar stakeholders yang terlibat dalam kegiatan klaster. Menurut
undang-undang
Pengembangan Nasional,
No
25
Tahun
2000
tentang
Program
klaster industri merupakan pengembangan industri
171 kecil dan menengah yang sesuai untuk meningkatkan keunggulan bersaing. Pengembangn industri dengan pendekatan klaster merupakan cara pengembangan yang menekankan keterkaitan antar kegiatan baik secara vertikal maupun horisontal sebagai basis peningkatan daya saing.
Keterkaitan merupakan
hubungan antara aktivitas yang dilakukan agroindustri biodiesel dengan industri/instansi lain.
Keterkaitan menciptakan keunggulan bersaing melalui
koordinasi dan optimasi (Porter 1998). Mulyadi (2001) menyatakan bahwa dalam menerapkan kelembagaan untuk kemitraan usaha di pedesaan sangat diperlukan aspek sosial budaya. Fungsi kelembagaan dalam klaster industri biodiesel Fungsi masing-masing komponen berguna untuk mengatur ketertiban dan efektivitas organisasi pengembangan klaster, untuk itu maka perlu dibagi dalam deskripsi kerja masing-masing komponen yaitu : 1 Kementrian Perindustrian, berdasarkan instruksi Presiden No 1 taun 2006 tugas Departemen Prindustrian berperan dalam pengembangan pesen dan peralatan, dan promosi investasi industri. 2 Kementrian BUMN, melalui BUMN perkabunan berperan dalam berinvestasi dengan melakukan pengembangan bahan bakar nabati utnuk keperluan sendiri dan selanjutnya melakukan pengembangan 3 Pemerintah daerah, berfungsi sebagai fasilitator yang berkoordinasi dengan pihak investor, lembaga pembiayaan (bank dan non bank), dan lembaga keuangan mikro. 4 Investor, berfungsi menanamkam modalnya kepada lembaga koperasi klaster industri biodiesel dan berkoordinasi dengan pemerintah dan pihak terkait lainnya. 5 Lembaga pembiayaan, berfungsi menfasilitasi investor sebagai penjamin ketersediaan modal usaha dan berkoordinasi dengan pihak terkait lainnya. 6 Koperasi agroindustri biodiesel, berfungsi sebagai pelaksana kegiatan usaha yang akan berkoordinasi dengan investor dan pihak terkait lainnya. 7 Masyarakat klaster berfungsi sebagai sumberdaya, tenaga kerja, dan pengelola serta berkoordinasi dengan pihak lainnya.
172 8 Perguruan
tinggi
dan
lembaga
penelitian,
berfungsi
penyedia
dan
pengembangan teknologi dan berkoordinasi pihak lainnya. 9 Industri inti, berfungsi sebagai penampung produk dan pengembangan pasar serta melakukan koordinasi dengan pihak terkait lainya. 10 Industri pendukung, berperan dalam menghasilkan bahan baku dan penolong bagi industri inti. 11 Industri hulu dan industri lanjut, yaitu industri yang memiliki hubungan dengan industri inti karena terjadinya kesamaan dalam penggunaan sumberdaya antara lain meliputi bahan baku dan bahan penolong, teknologi, sumberdaya manusia maupun saluran distribusi dan pemasarannya. 12 Forum komunikasi manajemen klaster industri biodiesel, berfungsi sebagai perencana, pengembangan SDM, dan evaluasi serta dapat berkoordinasi dengan pihak lainnya Fungsi masing-masing komponen tersebut digambarkan dalam bentuk struktur organisasi hipotetik seperti terlihat pada Gambar 48.
KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN FKMKI Biodiesel (Forum Komunikasi ManajemenKlaster Industri Biodiesel)
BANK DAN NON BANK
PEMDA BANK DAN NON BANK
LEMBAGA PEMBIAYAAN
Lembaga Keuangan Mikro
Perguruan tinggi dan Lembaga Penelitian
INVESTOR
KOPERASI AGROINDUSTRI BIODIESEL
INDUSTRI PENDUKUNG
INDUSTRI INTI
MASYARAKAT KLASTER AGROINDUSTRI
- INDUSTRI HULU - INDUSTRI LANJUT
Keterangan : = Koordinasi = Komando Gambar 48 Struktur organisasi hipotetik klaster industri biodiesel
173 Dasar-dasar struktur organisasi Struktur organisasi mendefinisikan cara tugas pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal. Struktur organisasi juga dapat di definisikan yaitu suatu keputusan yang diambil oleh organisasi itu sendiri berdasakan situasi, kondisi dan kebutuhan organisasi. Struktur suatu organisasi menggambarkan bagaimana organisasi itu mengatur dirinya sendiri, bagaimana mengatur hubungan antar orang dan antar kelompok.
Struktur
suatu organisasi ada kaitannya dengan tujuan, sebab struktur organisasi itu yaitu cara organisasi itu mengatur dirinya untuk bisa mencapai tujuan yang ingin dicapainya.
Nasution (1999) menyatakan bahwa struktur organisasi
(organizational structure ) adalah penentuan dimana pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan diorganisasikan secara formal. Ada enam elemen yang perlu diperhatikan ketika hendak membuat struktur organisasi yaitu : 1 Spesialisasi kerja 2 Departementalisasi 3 Rantai komandao 4 Rentang kendali 5 Sentralisasi 6 Desentralisasi Spesialisasi kerja Spesialisasi kerja berarti memberikan tugas yang spesifik dan berulang. dengan memecah pekerjaan menjadi tugas-tugas kecil yang dibakukan, yang dapat dilakukan berulang-ulang, dengan begitu pekerjaan diharapkan dapat lebih efisien. Atau dengan kata lain spesialisasi pekerjaan ialah sampai tingkat mana tugas dalam organisasi dipecah-pecah menjadi pekerjaan terpisah-pisah. Jadi spesialisasi kerja bukan keseluruhan pekerjaan dilakukan oleh satu individu, melainkan seluruh pekerjaan itu dipecah-pecah menjadi sejumlah langkah, dan setiap langkahnya diselesaikan oleh individu yang berlainan. Individu-individu berspesialisasi dalam mengerjakan bagian langkah kegiatan tertentu, bukannya mengerjakan seluruh kegiatan. Spesialisasi kerja yang tinggi juga bisa digunakan sebagai suatu cara untuk memanfaatkan
174 keterampilan karyawan secara paling efisien. Pada sebagian besar organisasi, sejumlah tugas menuntut keterampilan yang tinggi, yang lain dapat dikerjakan oleh mereka yang tidak terlatih, karyawan dituntut harus mempunyai keterampilan yang diperlukan untuk melakukan baik itu pekerjaan yang paling menuntut maupun yang paling tidak menuntut keterampilan, dan akibatnya, kecuali bila melakukan tugas yang paling canggih atau paling terampil, para karyawan akan bekerja di bawah tingkat keterampilannya karena buruh terampil
dibayar
lebih
tinggi
keterampilan,
hal
itu
menggambarkan
pemanfaatan yang tidak efisien atas sumberdaya organisasi karena membayar mahal pekerja yang sangat terampil untuk mengerjakan tugas yang mudah. Efisiensi lain yang dapat dicapai melalui spesialisasi kerja yaitu keterampilan karyawan untuk menjalankan tugas tertentu dengan sukses meningkat melalui pengulangan. Diperlukan sedikit waktu untuk bertukar tugas, untuk menyingkirkan peralatan dari langkah tertentu sebelumnya dalam proses kerja itu, dan untuk mempersiapkan diri ke langkah berikutnya. Hal lain yang sangat penting adalah pelatihan, pelatihan diperlukan agar spesialisasi lebih efisien dari perspektif organisasi.
Dewasa ini spesialisasi
kerja tidak lagi dipandang sebagai sumber peningkatan produktivitas yang tidak habis-habisnya. Manfaat ekonomi yang diberikan oleh spesialisasi kerja dalam jenis-jenis pekerjaan tertentu dan masalah-masalah akan timbul bila itu dilaksanakan terlalu jauh. Departementalisasi Departementalisasi berarti dasar yang dipakai untuk pengelompokkan pekerjaan. Setelah kita membagi-bagi pekerjaan melalui sepialisasi kerja, kita perlu
mengelompokkan
pekerjaan-pekerjaan
ini
sehingga
tugas
yang
sama/mirip dapat dikoordinasikan. Salah satu cara yang paling populer untuk mengelompokkan kegiatan adalah pengelompokkan menurut fungsi yang dijalankan. Fungsi-fungsi tersebut dimaksudkan dapat mencerminkan sasaran dan kegiatan organisasi itu. Keunggulan utama dari tipe pengelompokkan ini adalah tercapainya efisiensi dengan mengumpulkan spesialis yang sama. Departementalisasi fungsional mengusahakan tercapainya skala ekonomi
175 dengan menempatkan orang melalui keterampilan dan orientasi yang sama kedalam unit-unit bersama. Tugas juga dapat didepartementalisasikan berdasarkan jenis produk yang dihasilkan organisasi itu.
Artinya setiap jenis-jenis produk akan
ditempatkan dibawah wewenang eksekutif tertentu yang akan menyelesaikan tanggung jawab global untuk jenis produk tersebut. Keuntungan utama dari tipe pengelompokkan ini adalah meningkatnya tanggung jawab atas kinerja produk, karena semua kegiatan yang terkait dengan produk spesifik berada dibawah pengarahan tunggal. Cara lain untuk melakukan departementalisasi adalah atas dasar geografi atau teritori. Apabila pelanggan organisasi tersebar ke area geografi yang luas, maka bentuk departementalisasi ini akan dapat bernilai. Misalnya, terdapat pelanggan di kawasan barat, selatan, barat-tengah, dan timur. Dengan demikiant tiap kawasan ini merupakan departemen yang diorganisir berdasarkan lingkup geografi. Proses departementalisasi dapat digunakan untuk memproses pelanggan maupun produk. Kategori terakhir dari departementalisasi adalah digunakannya tipe tertentu dari pelanggan yang ingin dicapai organisasi tersebut. Asumsi yang melandasi departementalisasi pelanggan adalah bahwa pelanggan di masingmasing departemen memiliki serangkaian masalah bersama dan kebutuhankebutuhan bersama yang dapat sangat baik dicapai dengan memiliki spesialis untuk
masing-masingnya.
Jadi
artinya
organisasi
yang
besar
dapat
menggunakan semua ragam departementalisasi yang telah kita deskripsikan di atas. Seperti misalnya melalui membentuk tim lintas-fungsional, yang mana agar setiap aspek kerja klien ditangani oleh satu tim dan bukannya oleh departemen yang terpisah. Rantai komando Rantai komando merupakan garis wewenang yang tidak terputus yang terentang dari puncak organisasi ke eselon terbawah dan memperjelas siapa melapor ke siapa. Jadi rantai inilah yang mempermudah karyawan/anggota organisasi karena jadi mengerti kemana anggota/karyawan tersebut jika menemukan masalah, dan kepada siapa pula anggota/karyawan tersebut bertanggung jawab.
Ada dua konsep komplementer yang harus dibahas
176 sebelum membahas lebih jauh tentang rantai komando, yaitu wewenang dan asas kesatuan komando. Wewenang, mengacu pada hak-hak yang inheren dalam posisi manajerial untuk memberi perintah dan mengharapkan perintah tersebut dipatuhi. Untuk mempermudah koordinasi, posisi manajerial diberi tempat dalam rantai komando, dan tiap manajer diberi derajat wewenang agar mampu memenuhi
tanggung
jawabnya.
Asas
kesatuan
komando,
membantu
mengamankan konsep garis wewenang yang tidak terputuskan. Kesatuan ini menyatakan bahwa seseorang seharusnya mempunyai satu dan hanya satu atasan yang kepadanya ia bertanggung jawab langsung. Jika kesatuan komando ini putus, bawahan mungkin harus berurusan dengan tuntutan atau prioritas beberapa atasan yang berkonflik. Konsep rantai komando, wewenang, dan kesatuan komando telah sangat kurang relevan dewasa ini karena kemajuan teknologi komputer dan kecenderungan ke arah pemberdayaan karyawan/anggota organisasi. Sebagai contoh, dewasa ini karyawan/anggota dapat mengakses informasi dalam hitungan detik yang 30 tahun yang lalu hanya tersedia bagi pimpinan. Selain itu konsep wewenang dan penyelenggaraan rantai komando semakin kurang relevan karena karyawan/anggota operasional diberdayakan sehingga mampu mengambil keputusan yang sebelumnya di khususkan untuk manajemen. Selain itu, popularitas kelompok swa-manajemen dan kelompok lintas-fungsi serta penciptaan rancangan struktural baru yang mencakup multi-bos, dan konsep kesatuan komando dianggap kurang relevan. Artinya mayoritas organisasi-organisasi besar telah menyatakan bahwa konsep rantai komando ini tidak begitu baik dengan perkembangan jaman. Rentang kendali Rentang kendali berarti jumlah bawahan yang dapat diatur manajer secara efektif dan efisien. Yang menentukan banyaknya tingkatan dan manajer yang harus dimiliki oleh organisasi. Bila semua hal sama, makin luas atau besar rentang itu, makin efisien organisasi tersebut. Rentang yang lebih lebar memiliki keunggulan lebih efisien dalam hal biaya, tetapi pada pihak lain rentang yang lebih lebar akan mengurangi keefektifan. Artinya bila rentang itu
177 menjadi terlalu besar, kinerja karyawan akan menjadi korban karena pimpinan tidak lagi mempunyai cukup waktu untuk memberikan kepemimpinan dan dukungan yang diperlukan kepada karyawan/anggota organisasi tersebut. Adapun keuntungan dari rentang yang kecil, dengan menyelenggarakan kendali
dari
lima
atau
enam
anggota/karyawan,
pimpinan
dapat
menyelengarakan pengendalian yang ketat. Namun rentang yang kecil mempunyai tiga kekurangan utama. Pertama, rentang ini mahal karena menambah
tingkat-tingkat
manajemen.
Kedua,
rentang
ini
membuat
komunikasi vertikal dalam organisasi menjadi rumit. Tingkat-tingkat hierarki tambahan memperlambat pengambilan keputusan dan cenderung mengucilkan manajemen atas. Ketiga, rentang kendali yang kecil mendorong pengwasan ketat yang berlebihan dan tidak mendorong otonomi karyawan/anggota organisasi tersebut. Kecenderungan dalam tahun-tahun terakhir adalah kearah rentang kendali yang lebih lebar. Rentang kendali yang lebar konsisten dengan upaya untuk mengurangi buaya,
menekan
meningkatkan
overhead,
keluwesan,
mempercepat
mendekatkan
diri
pengambilan ke
keputusan,
pelanggan,
dan
memberdayakan anggota/karyawan. Untuk menjamin bahwa kinerja tidak menjadi korban karena rentang yang lebih lebar ini, organisasi-organisasi melakukan investasi yang besar dalam pelatihan karyawan. Jadi karena kelemahan rentang yang lebih lebar ini kurang cukupnya waktu untuk memberikan dukungan kepada anggota/karyawan maka dilakukanlah semacam pelatihan baik itu dilakukan ditempat organisasi tersebut atau keluar organisasi. Sentralisasi dan desentralisasi Sentralisasi berarti mengacu pada tingkat di mana pengambilan keputusan dipusatkan pada titik tunggal dalam organisasi. Dengan kata lain bahwa jika manajemen puncak mengambil keputusan utama organisasi melibatkan sedikit atau sama sekali tidak melibatkan masukan dari anggota tingkat bawah itu berarti organisasi tersebut tersentralisasikan. Sebaliknya, makin banyak anggota tingkat bawah memberikan masukan atau diberikan keleluasaan untuk mengambil keputusan berarti makin ada desentralisasi.
178 Organisasi yang dicirikan oleh sentralisasi merupakan benda struktural yang secara inheren berbeda dari organisasi yang didesentralisasikan. Dalam organisasi yang terdesentralisasi, tindakan dapat diambil lebih cepat unutk memecahkan masalah, lebih banyak orang memberikan masukan kedalam keputusan, dan makin kecil kemungkinan para anggota/karyawan merasa diasingkan dari pengambilan keputusan yang mana menyangkut kehidupan kerja mereka juga, karena ketika karyawan/anggota diberi peluang untuk mengeluarkan ide-ide dan sarannya dalam proses pengambilan keputusan, maka keputusan yang dihasilkan pun cenderung lebih berkualitas. Dalam banyak situasi, anggota/karyawan jauh lebih akrab dengan situasi kerja dan lebih paham akan berbagai dampak yang mungkin timbul daripada jajaran pimpinan. Jadi kesimpulannya, tidak menyertakan karyawan/anggota dalam proses pengambilan keputusan sama saja dengan menyia-nyiakan sumber masukan yang sangat berharga dan disaat harus membuat perubahan, kesalahan besar adalah tidak menyertakan karyawan/anggota dalam proses perubahan itu sejak awal. Konsisten dengan upaya manajemen akhir-akhir ini untuk membuat organisasi lebih fleksibel dan tanggap, telah terdapat kecenderungan yang nyata ke arah desentralisasi pengambilan keputusan. Secara alamiah, beberapa pekerjaan
saling
bergantung
satu
sam
lain,
dan
mengharuskan
anggota/karyawan hadir selama hari kerja penuh. Akan tetapi, masih ada banyak sekali pekerjaan yang tak terhitung banyaknya yang bisa di tangani secara lebih fleksibel, mungkin pekerjaan yang karyawan hanya perlu hadir selama jam-jam tertentu saja. Pimpinan dalam sebuah organisasi juga harus tanggap, seperti melakukan langkah yang sangat berani untuk memahami anggota/karyawannya secara individu, khususnya berkaitan dengan kebutuhan, kemampuan, kekuatan dan tujuannya. Didalam merancang struktur organisasi, kita harus memahami setiap dasar-dasar atau unsur apa saja yang harus di perhatikan. Dalam merancang struktur organisasi selain pimpinan juga harus melibatkan anggota/karyawan sampai tingkat yang paling bawah, tidak menutup kemungkinan dijumpai kendala-kendala yang diakibatkan struktur organisasi yang dirancang, mungkin
179 karena masalah spesialisasi kerja, departementalisasi, rantai komando, rentang kendali, sentralisasi dan desentralisasi ataupun formalisasi. Karena pasti setiap unsur-unsur tersebut seiring berjalannya waktu akan dijumpai kelemahankelemahan unsur tersebut. Keberhasilan dalam merancang dan menjalankan struktur organisasi sangat dipengaruhi oleh bagaiman cara pimpinan memberikan pelatihan agar terbentuknya keterampilan spsialisasi kerja anggota/karyawan, penentuan depatementalisasi atas dasar apa, melihat situasi dan kondisinya, menetukan jumlah yang optimum untuk rentang kendali yang mana apabila terlalu banyak akan susah diawasi dan disupervisi secara optimal, memberikan keleluasaan kepada anggota/karyawan menjadi lebih fleksibel namun tanggap dan melibatkan anggota/karyawan menampung ide-ide atau sarannya sehinga lebih terdesentralisasikan, dan yang terakhir memperjelas aturan main atau prosedur di struktur organisasi. Melalui studi komparatif pada forum komunikasi kehutanan masyarakat (FKKM) 2008-2011 dimana misi FKKM tersbut adalah berperan sebagai pendorong (motivator) gerakan menuju cara pandang kehutanan masyarakat di Indonesia. Mendukung proses-proses pengembangan kelembagaan kehutanan masyarakat melalui penyebaran informasi, pengembangan konsep, penguatan kapasitas (capacity building), dan perumusan kebijakan, maka secara hipotetik diusulkan bagan organisasi forum komunikasi manajemen klaster industri biodiesel (FKMKI biodiesel) seperti pada Gambar 49 yang masih memerluka pendalaman fungsi
dan struktur lebih lanjut.
Kelayakan terhadap bagan
organisasi hipotetik tersebut dapat ditindaklanjuti oleh kementrian perindustrian dan BUMN sebagai pengambil kebijakan terkait penetapan forum komunikasi manajemen klaster industri biodiesel sebagai fasilisator berlangsungnya kegiatan usaha biodiesel dalam klaster industri biodiesel dan apabila dapat direalisasikan, maka konsep tersebut dapat diterapkan pada klaster industri biodiesel yang lainnya.
180 Dewan Pembina
Ketua Umum Forum Komunikasi Manajemen Klaster Biodiesel
Bendahara
Sekretaris
Divisi Bisnis Penunjang
Divisi Bisnis Biodiesel
Divisi Umum
Divisi Hukum dan Humas
Divisi Keuangan
Divisi Manajemen Resiko
Divisi Penelitian dan Pengembangan
Divisi Perencanaan
Ketua Bidang Pengembangan Bisnis
Ketua Bidang Keuangan dan Umum
Ketua Bidang Kerjasama Usaha
Gambar 49 Struktur organisasi hipotetik forum komunikasi manajemen klaster industri biodiesel Koperasi Agroindustri Organisasi koperasi adalah suatu cara atau sistem hubungan kerja sama antara orang-orang yang mempunyai kepentingan yang sama antara orang-orang yang mempunyai kepentingan yang sama dan bermaksud mencapai tujuan yang ditetapkan bersama-sama dalam suatu wadah koperasi (Nasution 2002) Sebagai organisasi koperasi mempunyai tujuan organisasi yang merupakan kumpulan dari tujuan-tujuan individu dari anggotanya, jadi tujuan koperasi sedapat mungkin harus mengacu dan memperjuangkan pemuasan tujuan individu anggotanya, dalam operasionalnya harus sinkron. Selanjutnya dalam melaksanakan roda organisasinya koperasi harus tunduk pada tata nilai tertentu yang merupakan karakteristik koperasi tata nilai ini berlandaskan pada Undang-undang RI No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian terutama pasal 2 s/d 5, yang lazim disebut : landasan asas, tujuan, fungsi dan peran serta prinsip-prinsip koperasi.
181 Untuk mewujudkan integrasi antar fungsi dan antar formasi jabatan/orang yang menjalankan roda organisasi koperasi ada struktur organisasi yang jelas tepat dan efisien, struktur organisasi dituangkan dalam peraturan yang jelas dan tegas di dalam anggaran dasar, anggaran rumah tangga dan peraturan lain. Melalui studi komparatif tetang perangkat organisasi koperasi dengan merujuk pada Undang-undang RI No. 25 Tahun 1922 tentang perkoperasian, bahwa perangkat organisasi terdiri dari : 1). Rapat anggota (ra) 2). Pengurus dan 3). Pengawas, maka secara hipotetik dapat diusulkan bagan struktur organisasi kelembagaan agroindustri biodiesel yang masih memerlukan pendalaman fungsi dan struktur lebih lanjut. Untuk menindaklanjuti kelayakan kelayakan terhadap bagan struktur organisasi hipotetik tersebut dapat dilakukan oleh kementerian koperasi dan usaha kecil dan menengah sebagai pengambil kebijakan terkait penetapan struktur organisasi koperasi agroindustri biodiesel. direalisasikan
Apabila dapat
maka konsep tersebut dapat diterapkan pada klaster industri
biodiesel yang lainnya. Fungsi koperasi agroindustri biodiesel adalah untuk mengatur elemenelemen dalam klaster industri dimana anggota koperasi yaitu para pekebun dan para pekerja dalam klaster industri yang dapat memberikan perannya secara aktif dan partisipatif.
Pembentukan koperasi tersebut difasilitasi oleh FKMKI
Biodiesel, dan seluruh rapat anggota.
Unit usaha yang ada dalam koperasi
tersebut adalah sarana produksi perkebunan, sarana produksi industri, pengolahan tandan buah segar (TBS) dan unit usaha simpan pinjam, selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 14.
182 KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN 1
Risiko pada agroindustri biodiesel meliputi risiko bahan baku, proses pengolahan, pemasaran dan finansial. Faktor yang berpengaruh pada risiko bahan baku meliputi waktu ketersediaan, kualitas, harga, biaya pengadaan dan jumlah bahan baku. Pada risiko proses pengolahan meliputi kualitas biodiesel sesuai SNI, kinerja mesin dan alat, biaya proses pengolahan, pemeliharaan mesn dan alat dan lokasi proses pengolahan. Pada risiko pemasaran meliputi kepuasan konsumen, posisi persaingan, kondisi distribusi, kebijakan pemerintah. Harga biodiesel dan faktor risiko yang berpengaruh pada risiko finansial meliputi biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel.
2
Hasil analisis dari studi kasus pada perkebunan sawit di Riau dengan menggunakan teknik ME-MCDM yang diagresi dengan operasi OWA (Ordered Weighted Average) menghasilkan risiko bahan baku sangat tinggi, risiko proses pengolahan tinggi, risiko pemasaran sangat tinggi dan risiko finansial rendah.
3
Model manajemen risiko dirancang dalam sistem penunjang keputusan (SPK) dengan nama “Biodiesel-RM”, dapat dimanfaatkan oleh pengguna industri dan investor dalam bidang biodiesel. Pengembangan perangkat lunak SPK menggunakan Microsoft Visual Basic Versi 6,0 terdiri dari tiga komponen utama yaitu s€istem manajemen basis data, sistem manajemen basis pengetahuan dan sistem manajemen basis model. Sistem manajemen basis model terdiri dari 4 sub model yaitu
analisis risiko bahan baku,
analisis risiko proses pengolahan, analisis risiko pemasaran, dan analisis risiko finansial. 4
Hasil kelayakan finansial yang dianalisis menggunakan skema perbankan konvensional pada kapisitas biodiesel 60 000 ton per tahun menunjukkan layak dengan tingkat risiko yang rendah dengan IRR sebesar 19.99%, B/C rasio sebesar 1.08, dan BEP sebesar US$ 667.13 per ton. Risiko finansial rendah ini dikarenakan harga jual biodiesel tinggi yaitu US$ 780 per ton
183 dibanding harga pasar rata-rata US$ 650 per ton dan harga bahan baku rendah US$ 400 per ton dibanding dengan harga pasar rata-rata US$ 455 per ton. 5
Kelayakan usaha agroindustri biodiesel sensitif terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan bahan baku, harga bahan baku, persentase produk terjual dan harga jual produk. Analisa sensitivitas kelayakan usaha menunjukkan, bila harga produksi biodiesel turun 10% atau harga bahan baku (CPO) naik 10 % mengakibatkan usaha tidak layak
6
Resiko agroindustri biodiesel dapat dikurangi melalui pendekatan klaster industri biodiesel, dengan fasilisator FKMKI Biodiesel (Forum komunikasi manajemen klaster industri biodiesel) yang dibentuk dan diprakarsai oleh masyarakat klaster industri serta pembentukan koperasi agroindustri biodiesel yang didukung oleh investor, lembaga pembiayaan, perguruan tinggi dan lembaga penelitian. SARAN
1
Aplikasi SPK Biodiesel RM bila akan diimplementasikan, perlu dilakukan penyesuaian beberapa variabel model yaitu karakteristik daerah di lokasi perkebunan dan lokasi pabrik pengolahan biodiesel, sumber daya manusia dan sumber daya alam setempat
2
Peran aktif pemerintah diharapkan dalam mengeluarkan kebijakan yang konsisten untuk meningkatkan daya saing biodiesel dibanding energi fosil, seperti memberikan subsidi bunga bagi pekebun kelapa sawit, harmonisasi tarif CPO dengan tujuan menjaga kestabilan harga CPO di tingkat petani, memberikan subsidi kurang lebih 5% untuk pengembangan biodiesel dan mewajibkan penggunaan biodiesel untuk kendaraan milik pemerintah.
3
Peran
pemerintah
daerah
diharapkan
dalam
memfasilitasi
untuk
menyelesaikan perbedaan kepentingan antar industri dan perkebunan agar klaster industri biodiesel dapat berjalan dan berkelanjutan
184 4
Pemerintah perlu mengembangkan SDM dalam klaster industri dimana FKMKI biodiesel (Forum komunikasi manajemen klaster industri biodiesel) bertindak sebagai fasilisator dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat
5
Kelembagaan klaster industri biodiesel disarankan diprakarsai melalui inisiatif Kementrian Perindustrian karena memerlukan penanganan khusus dari aspek pemberdayaan dan perencanaan usaha
185 DAFTAR PUSTAKA
Adinarmihardja RW. 2003. Analisis Manajemen Risiko Pada Industri Kecil Nata De Coco Di Bogor Jawa Barat. [disertasi]. Bogor. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Austin JE. 1992. Agroindustrial Project Analysis Critical Design Factors: EDI Series in Economic Development. Baltimore: John Hopkins Univ. Press. Beneda N. 2004; Managing and Asset Management Firm’s Risk Fortofolio. Journal of Asset Management 5(5):327-337. Brown. JL1994. Agroindustrial Invesment and Operation: EDI Development Studies. Washington : World Bank Pub. [BSN] Badan Satndarisasi Nasional. 2006. Syarat Mutu Biodiesel Ester Akil. Jakarta. Carson JS. 2002. Model Verification and Validation. Di Dalam : Yucesan E, Chen, C-H, Snowdon L, Charnes JM. Editor . Proceeding of the 2002 Winter Simulation Conference : 52-58. Covello VT, Merkhofer MW. 1993. Risk Assessment Methods : Approaches for Assessing Health and Environmental Risks. New York : Plenum Press. Darmawi H. 1990. Manajemen Risiko. Jakarta:. Bumi Aksara Daryanto. 2006. Prospek Penggunaan Sawit Sebagai Bahan Baku Biodiesel. Biodiesel Energi Alternatif yang Atraktif. Di dalam: Prosiding Seminar Prospek Biodiesel di Indonesia: Serpong, 12 Agustus 2004. Jakarta: Kementrian Riset dan Teknologi, Republik Indonesia. [DESDM] Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jendral Listrik dan Pemanfaatan Energi 2005. Rancangan Standar Nasional Indonesia, Standar Syarat Mutu Biodiesel. Jakarta [DESDM] Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. 2006. Upaya Tindak Lanjut Peraturan Presiden No. 4/2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional (Usulan). Jakarta : Pusat Data dan Informasi – DESDM. Devaragan S, Lewis JD, Robinson S. 1990. Policy Lessons from Trade Focussed, Two Sector Models. Journals of Policy Modeling 12(4) : 625657 [DITJENBUN] Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. 2008. Statistik Perkebunan Indonesia 2007-2009. Didu MS. 2000. Rancang Bangun System Penunjang Keputusan Pengembangan Agroindustri Kelapa Sawit Untuk Perekonomian Daerah [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Djojosoedarso. 1999. Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi. Jakarta : PT. Salemba Empat. Downet WD, Erickson SP.1992. Manajemen Agribisnis. Edisi kedua Terjemahan R. Ganda S dan A. Sirait . Jakarta. Erlangga.
186 Eriyatno. 1999. Ilmu Sistem : Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. Bogor: IPB Press. Farah LM, Favre MM. 1992. Implementing Total Quality Management. UK, Longman Group. Fitrianto I. 2007. Rancang Bangun Sistem Pakar Manajemen Risiko Untuk Perencanaan Agroindustri Rumput Laut [Skripsi]. Bogor. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Gaspersz V. 1992. Analisis Sistem Terapan : Berdasarkan Pendekatan Teknik Industri. Bandung : Tarsito. Germany M, Hendrik JSB. 2001. Crude Palm Oil as Fifth Energy Source. Shazlan Development: Sdn Bhd (Paper). Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Terjemahan dari: Sutomo & Mangiri. Goede R. 2005. A framework for The Explicit Use of Specific Sstems Thinking Methodologies in Data-driven Decision Support System Development [Disertasi]. Pretoria, South Africa: University of Pretoria Hadiguna RA. 2009. Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Rantai Pasok dan Penilaian Risiko Mutu Pada Agroindustri Minyak Sawit [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Hambali E, Mujdalipah S,.Tambunan AA, Pratiwiri AW. 2007. Pengantar Teknologi Bioenergi. Bogor : Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi – LPPM Institut Pertanian Bogor. Herman D. 2004. Manajemen Risiko. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hui YH. 1996. Bailey’ Industrial Oil and Fat Products : Edible Oil and Fat Products Processing Tecknology. New York: John Wiley and Sons, Inc. Husein U. 2001. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Jatmika A. 2000. Proses Pengolahan Kelapa Sawit: Studi Kasus di Beberapa UnitPKS PT (Persero) Perkebunan Nusantara IV. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit Jatmika A. 2007. Rancang Bangun System Pengembangan Agroindustri Kelapa Sawit Dengan Strategi Pemberdayaan [Disertasi]. Bogor : Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Johnson A, Thurow AP, Vietor D. 1998. Dairy Manure Management : An Application of Probabilistik Risk Assessment. J.Environ. Qual 27 : 481487. Kadiman K. 2005. Biodiesel Sebagai Alternatif Energi Prospektif. Di dalam Lokakarya Nasional Prospek Industri Kelapa Sawit sebagai Andalan Pertumbuhan Ekonomi Nasional 2010-2020: Jakarta. Kagnicioglu CH. 2006. A Fuzzy Multi Objective Programming Approach for Supplier Selection in A Supply Chain. The Business Review 6(1): 107115.
187 Karim A. 2003. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: International Institute of Islamic Thought Indonesia. Koemadji ZA. 2004. Pendekatan EVT (Extreme Value Theory) Untuk Penentuan Ukuran Risiko (Nilai Var). [Tesis]. Bogor. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Kotler P. 1997. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Jakarta: Prenhallindo. Kusumadewi S. 2002. Analisis dan Desain Sistem Fuzzy. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu. Lam J. 2003. Enterprise Risk Management: From Incentives to Controls. New Jersey : John Wiley & Sons Inc. Likitasari D. 2003. Analisis Manajemen Risiko Terhadap Peningkatan Laju Produksi Budidaya Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus). [Tesis]. Bogor. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Ma’arif MS. 1999. Strategi Pengembangan Agroindustri Perikanan Menuju Jakarta Sebagai kota Jasa. J. Teknologi Industri Pertanian 9: 31-42. Mc Carthy, Perreaut WD. 1993. Dasar Pemasaran. Jakarta: Erlangga Mahfud H. 2004. Pemodelan Sistem Pengembangan Agroindusri Minyak Atsiri dengan Pendekatan Klaster [Disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Manetsch TJ, Park GL. 1977. System Analysis and Simulation with Applications to Economic and Social Systems. Part I. Earth Lansing, Michigan: Department of Electrical Engineering and Systems Science, Michigan State University Marimin M, Umano I, Hartono, dan Tamura. 1997. Non-numeric Method for Pairwise Fuzzy Group-Decision Analysis. Journal of Intelegentand Fuzzy Systems 5 :257-269 Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kreteria Majemuk. Bogor: IPB Press. Marimin. 2005. Teori dan Aplikasi Sistem Pakar dalam Teknologi Manajerial. Bogor: IPB Press. Maryadi, Yusuf AK, Mulyana A. 2004. Pricing of Palm Oil Fresh Fruit Bunches for Smallhoders in South Sumatra [makalah]. Palembang: Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. MathisR.2004.PaybackPeriod.http://www.Prenhall.com/division/bp/app/cfldemo. html. [16 Februari 2004]. Midgley G. 2000. Systemic Intervention Philosophy, Methodology, and Practice. New York: Kluwer Academic/ Plenum Publisher Millet I, Mauhenney CH. 1992. Application Executive Information System. A Critical Perspective. Information and Management. P. 83-92. NorthHolland.
188 Morales, RA, and RM. McDowel. 1998. Assessment and Economic Analysis for Managing Risk to Human Health from Pathogenic Microorganism in the Food Supply. Journal Food Protect. 61(11): 1567-1570 Mulyadi, D. 2000. Rancang Bangun Strategi Terpadu Agroindustri Rotan [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Mulyono S. 1991. Teori Pengambilan Keputusan. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Nasution M. 2002. Pengembangan Kelembagaan Koperasi Pedesaan Untuk Agroindustr. Bogor: IPB-Press. Oil World. 2007. World Suply, Demand and Price Forecasts for Oilseeds, Oils and Meals. Mielke. Gmbh. Pamin K. 1999. Prospek Pengembangan Agroindustri Kelapa Sawit di Indonesia. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Pardamean M. 2008. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Jakarta: Agromedia Pustaka Porter ME. 1998. On Competition : Clunters and Competition. The Havard Businese Review Book Series. [PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2001. Pabrik Kelapa Sawit Mini M-1000 (Paten No.: ID 0 000 341 S). Medan [PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2002. Budidaya Kelapa Sawit. Medan [PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2006. Profil Penelitian Sosial Ekonomi. http://www.iopri.org/index.php?opption=com_content&task=section&id= 14$ltemid=37&lang=id. [3 Agustus 2006] Primadana R, Roy H, dan Makmuri M. 2006. Menghasilkan Biodiesel MurahMenghasilkan Polusi dan Kelangkaan BBM. Jakarta: Agromedia Pustaka. Saaty T.L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Proses hierarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi Kompleks. Terjemahan.: PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta Sa’id EG dan. Intan AH. Indonesia.
2001.
Manajemen Agribisnis. Jakarta: Ghalis
Jayaprawira AR. 2009. Perancangan Model Portofolio Risiko Korporasi Agroindustri Kelapa Sawit. [disertasi]. Bogor. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Santoso I, Marimin. 2001. Penentuan Produk Olahan Apel Unggulan Menggunakan Teknik Fuzzy Non-numerik dan Analisis Struktur serta Pola Pembinaan Kelembagaan. J. Teknol. Industri Pangan 12(2) : 163-170 Santoso I. 2004. Rekayasa Model Manajemen Risiko Untuk Pengembangan Agroindustri Buah-Buahan secara Berkelanjutan [disertasi]. Bogor:Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
189 Sargent RG. 1999. Validation and Verification of Simulation Models. Farrington PA, Nembhard HB, Sturrock DT, Evans GW, Editors. Proceeding of the 1999 Winter Simulation Conference: 39-48 Sastrosayono S. 2003. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta: Agromedia Pustaka. Sasrosayono.2006. Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta: Agromedia Pustaka. Saxena JP. 1992. Hierarchy and Clasification of Program Plan Element Using Interpretative Structural Modelling: A Case Study of Energy Conservation in The Indian Cement Industry. Systemic Practice and Action Research 5 (6):651-670 Simatupang TM. 1994. Pemodelan Sistem. Bandung: Studio Manajemen Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Bandung Singh MG (Ed). 1990. System and Control Encyclopedia. Supplemetary Volume 1 Pergamon Press. Oxford. U.K Soeharto I. 2002. Studi Kelayakan Proyek Industri. Jakarta: Penerbit Erlangga. Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Soerawidjaja T. 2006. Prospek dan Tantangan Penegakkan Industri Biodiesel di Indonesia. Bandung: Institut Teknologi Bandung Sprague RH., Jr and Hugh, J. W. 1996. Decision Support for Management Prentice-Hall, Upper Sanddle River, New Jersey Sugiyono A. 2007. Peluang Pemanfaatan Biodiesel dari Kelapa Sawit sebagai Bahan Bakar Alternatif Pengganti Minyak Solar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sulaeman S. 2006. Pengembangan Agribisnis Komoditi Rumput Laut Melalui Model Klaster Bisnis. Jakarta: Agromedia. Susila WR. 2008. Peluang Pengembangan Kelapa Sawit di Indonesia : Prospektif Jangka Panjang 2025 [Makalah]. Bogor: Lembaga Riset Perkebunan Indonesia Sutawi. 2002. Manajemen Agrobisnis. Malang: UMM Press. Sutoyo.1993. Studi Kelayakan Proyek: Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo. Syah A, Andi N. 2006. Mengenal Lebih Dekat Biodiesel Jarak Pagar Bahan Bakar Alternatif Yang Ramah Lingkungan. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka [TIMNASBBN] Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati. 2008. Bahan Bakar Alternatif dari Tumbuhan Sebagai Pengganti Minyak Bumi dan Gas. Jakarta: Penebar Swadaya. Tryfino. 2006. Potensi dan Prospek Industri Kelapa Sawit : Analis Riset Bisnis dan Ekonomi pada Bank BUMN di Jakarta, economic review no. 206. Jakarta, Tsoukalas, Lefteri H, Uhrig RE. 1997. Fuuzzy and Neural Approaches in Engineering. New York : Jhon Wiley & Sons, Inc.
190 Turban E. 1993. Decision Suport and Experts Systems. Management Suport System . New York : Macmillan Publishing Company. Wahyudi B. 2006. Kebijakan Industri Biodiesel dan Bioethanol di Indonesia. Prosiding. Workshop Nasional Bisnis Biodiesel dan Bioethanol di Indonesia. 21 November 2007. Jakarta Yager RR. 1993. Non-numeric Multi-criteria Multi Person Decision Making. Group Decision and Negotiation 2 :81-93. Zulkifli S. 2003. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta: Zikrul Hakim.
191
Lampiran 1. Industri Biodiesel Berbasis Kelapa PERUSAHAAN 1. Eterindo Group 2. Platinum Industries 3. Indobiofuels Energy. 4. Energi Alternatif Ind. 5 .Rekayasa Industri 6. Wilmar Bioenergy 7. Sumiasih Group 8. Asian Agro 9. Mopoli 10.Darmex Oil 11.Elnusa Indobio En 12.Sampurna /Ptpnxi 13.Sinarmas Group 14.Musimas 15.Sari Dumai Sejati 16.Indobiofuel 17.Bakrie Sumarekin 18.Energi Indopratama 19.Karya Prajona Nly 20.Rekin/Ptmn 21.Rejeki Anugerah P. 22.Artha Trans Jaya 23.Agb Energy Total Produksi Sumber:
[email protected]
KAPASITAS PRODUKSI/TH (ton) 120 000 50 000 180 000 300 5 000 700 000 100 000 150 000 150 000 200 000 200 000 160 000 100 000 100 000 100 000 200 000 100 000 100 000 100 000 5 000 1 650 1 200 1 667 850
192 Lampiran 2 Tampilan masukan dan hasil penilaian pakar untuk analisis risiko bahan baku
193 Lampiran 2 Tampilan masukan dan hasil penilaian pakar untuk analisis risiko bahan baku (Lanjutan)
Lampiran 3 Skor keseluruhan analisa risiko bahan baku
Lampiran 4 Tampilan masukan dan hasil penilaian pakar untuk analisis risiko proses pengolahan
194 Lampiran 4 Tampilan masukan dan hasil penilaian pakar untuk analisis risiko proses pengolahan (Lanjutan)
195 Lampiran 5 Skor keseluruhan analisa risiko proses pengolahan
Lampiran 6 Tampilan masukan dan hasil penilaian pakar untuk analisis risiko pemasaran
196 Lampiran 6 Tampilan masukan dan hasil penilaian pakar untuk analisis risiko pemasaran (Lanjutan)
Lampiran 7 Skor keseluruhan analisa risiko pemasaran
Lampiran 8 Perkiraan Rugi Laba
197
Kapasitas Produksi Biodiesel
TPA
Gliserol
TPA
Potassium sulfat
TPA
60 000
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
Tahun 6
Tahun 7
Tahun 8
Tahun 9
Tahun 10
Tahun 11
Tahun 12
Tahun 13
Tahun 14
50%
90%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
Tahun 15 100%
30 000
54 000
60 000
60 000
60 000
60 000
60 000
60 000
60 000
60 000
60 000
60 000
60 000
60 000
60 000
46 800 000
Pendapatan Bio Diesel
23 400 000
42 120 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
Technical Glycerol
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Potassiumsulfat
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Harga pabrik dan tanah setelah 15 tahun
6 501 739
Total Pendapatan
23 400 000
42 120 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
53 301 739
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
Tahun 6
Tahun 7
Tahun 8
Tahun 9
Tahun 10
Tahun 11
Tahun 12
Tahun 13
Tahun 14
Tahun 15
Biaya Variabel Biaya Bahan Baku Kimia CF Unit
Unit Price Tahun 1
CPO
1,07 Ton/ton B-D
400
12 847 500
23 125 500
25 695 000
25 695 000
25 695 000
25 695 000
25 695 000
25 695 000
25 695 000
25 695 000
25 695 000
25 695 000
25 695 000
25 695 000
25 695 000
Metanol
0,12 Ton/ton B-D
300
1 038 729
1.869.712
2 077 457
2 077 457
2 077 457
2 077 457
2 077 457
2 077 457
2 077 457
2 077 457
2 077 457
2 077 457
2 077 457
2 077 457
2 077 457
KOH
0,02 Ton/ton B-D
800
377 720
679 895
755 439
755 439
755 439
755 439
755 439
755 439
755 439
755 439
755 439
755 439
755 439
755 439
755 439
150
6 295
11 332
12 591
12 591
12 591
12 591
12 591
12 591
12 591
12 591
12 591
12 591
12 591
12 591
12 591
14 270 244
25 686 439
28 540 488
28 540 488
28 540 488
28 540 488
28 540 488
28 540 488
28 540 488
28 540 488
28 540 488
28 540 488
28 540 488
28 540 488
28 540 488
H2SO4
0
Ton/ton B-D
ST Utilitas dan Konsumsi
Tahun 1 CF Unit
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
Tahun 6
Tahun 7
Tahun 8
Tahun 9
Tahun 10
Tahun 11
Tahun 12
Tahun 13
Tahun 14
Tahun 15
Unit Price
Uap 5 bar
0,67 Ton/ton B-D
22
443 191
797 744
886 382
886 382
886 382
886 382
886 382
886 382
886 382
886 382
886 382
886 382
886 382
886 382
886 382
Listrik
67,2 kWh/ton B-D
0,06
120 870
217 566
241 740
241 740
241 740
241 740
241 740
241 740
241 740
241 740
241 740
241 740
241 740
241 740
241 740
Air pendingin
1,68 m3/ton B-D
0,05
2 518
4 533
5 036
5 036
5 036
5 036
5 036
5 036
5 036
5 036
5 036
5 036
5 036
5 036
5 036
Air untuk proses
0,17 m3/ton B-D
1
5 036
9 065
10 073
10 073
10 073
10 073
10 073
10 073
10 073
10 073
10 073
10 073
10 073
10 073
10 073
Limbah cair
0,17 m3/ton B-D
1,5
7 554
13 598
15 109
15 109
15 109
15 109
15 109
15 109
15 109
15 109
15 109
15 109
15 109
15 109
15 109
Nitrogen cair
0,84 kg/ton B-D
0,3
7 554
13 598
15 109
15 109
15 109
15 109
15 109
15 109
15 109
15 109
15 109
15 109
15 109
15 109
15 109
Lainnya
2,1 $/ton B-D
2,5
ST Total Biaya Variabel Keterangan CF = Consumpt Figure ST = SUB TOTAL
157 383
283 290
314 766
314 766
314 766
314 766
314 766
314 766
314 766
314 766
314 766
314 766
314 766
314 766
314 766
579 170
1 042 506
1 158 340
1 158 340
1 158 340
1 158 340
1 158 340
1 158 340
1 158 340
1 158 340
1 158 340
1 158 340
1 158 340
1 158 340
1 158 340
14 849 414
26 728 945
29 698 827
29 698 827
29 698 827
29 698 827
29 698 827
29 698 827
29 698 827
29 698 827
29 698 827
29 698 827
29 698 827
29 698 827
29 698 827
Lampiran 8 Perkiraan Rugi Laba (Lanjutan ) Biaya Tetap
Tahun 1
198 Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
Tahun 6
Tahun 7
Tahun 8
Tahun 9
Tahun 10
Tahun 11
Tahun 12
Tahun 13
Tahun 14
Tahun 15
Tenaga kerja
1 USD/Year
500 000
500 000
500 000
500 000
500 000
500 000
500 000
500 000
500 000
500 000
500 000
500 000
500 000
500 000
500 000
500 000
Pengawasan dan biaya tetap
1 USD/Year
250 000
250 000
250 000
250 000
250 000
250 000
250 000
250 000
250 000
250 000
250 000
250 000
250 000
250 000
250 000
250 000
Pemeliharaan
1 USD/Year
529 759
529 759
Penyusutan
year (straight line)
529 759
529 759
529 759
529 759
529 759
529 759
529 759
529 759
529 759
529 759
529 759
529 759
529 759
529 759
2 356 493
2 356 493
2 356 493
2 356 493
2 356 493
2 356 493
2 356 493
2 356 493
2 356 493
2 356 493
0
0
0
0
0
400 000
400 000 150 000
Asuransi
1 USD/Year
400 000
400 000
400 000
400 000
400 000
400 000
400 000
400 000
400 000
400 000
400 000
400 000
400 000
400 000
Biaya pemasaran
1 USD/Year
150 000
150 000
150 000
150 000
150 000
150 000
150 000
150 000
150 000
150 000
150 000
150 000
150 000
150 000
150 000
Lab/kontrol kualitas
1 USD/Year
240 000
240 000
240 000
240 000
240 000
240 000
240 000
240 000
240 000
240 000
240 000
240 000
240 000
240 000
240 000
240 000
Biaya lainnya
1 USD/Year
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
2 762 357
2 363 455
1 964 552
1 565 649
1 166 746
767 844
511 896
255 948
0
0
0
0
0
0
0
7 388 610
6 989 707
6 590 805
6 191 902
5 792 999
5 394 096
5 138 149
4 882 201
4 626 253
4 626 253
2 269 759
2 269 759
2 269 759
2 269 759
2 269 759
22 238 024
33 718 652
36 289 632
35 890 729
35 491 827
35 092 924
34 836 976
34 581 028
34 325 080
34 325 080
31 968 587
31 968 587
31 968 587
31 968 587
31 968 587
741,27
624,42
604,83
598,18
591,53
584,88
581
576,35
572,08
572,08
532,81
532,81
532,81
532,81
532,81
581
USD/TON
Pendapatan Penjualan
23 400 000
42 120 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
46 800 000
53 301 739
Biaya produksi
22 238 024
33 718 652
36 289 632
35 890 729
35 491 827
35 092 924
34 836 976
34 581 028
34 325 080
34 325 080
31 968 587
31 968 587
31 968 587
31 968 587
31 968 587
1 161 976
8 401 348
10 510 368
10 909 271
11 308 173
11 707 076
11 963 024
12 218 972
12 474 920
12 474 920
14 831 413
14 831 413
14 831 413
14 831 413
21 333 152
348 593
2 520 404
3 153 110
3 272 781
3 392 452
3 512 123
3 588 907
3 665 692
3 742 476
3 742 476
4 449 424
4 449 424
4 449 424
4 449 424
6 399 946
813 383
5 880 944
7 357 258
7 636 489
7 915 721
8 194 953
8 374 117
8 553 280
8 732 444
8 732 444
10 381 989
10 381 989
10 381 989
10 381 989
14 933 207
813 383
6 694 327
14 051 585
21 688 074
29 603 795
37 798 749
46 172 866
54 726 146
63 458 590
72 191 034
82 573 023
92 955 012 103 337 001 113 718 991 128 652 197
16,77%
25,56%
26,66%
26,66%
26,66%
26,66%
26,66%
26,66%
26,66%
26,66%
31,69%
Bunga
USD/Year
Total Biaya Tetap
Total biaya produksi Biaya produksi per ton biodiesel Biaya produksi rata-rata per Ton (20 tahun)
Keuntungan Setelah Pajak Pajak
30%
Keuntungan setelah pajak Laba Biaya operasional
( rata-rata ) =
42,24%
31,69%
31,69%
31,69%
40,02%
203
Lampiran 8 (lanjutan 1 ) Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5 100,00% 60.000
Tahun 6 100,00% 60.000
Tahun 7 100,00% 60.000
Tahun 8 100,00% 60.000
Tahun 9 100,00% 60.000
Tahun 10
100,00% 60.000
100,00% 60.000
100,00% 60.000
46.800.000 0 0
46.800.000 0 0
46.800.000 46.800.000 46.800.000 46.800.000 46.800.000 46.800.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
46.800.000
46.800.000
46.800.000 46.800.000 46.800.000 46.800.000 46.800.000 46.800.000
Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 25.695.000 25.695.000 25.695.000 25.695.000 25.695.000 25.695.000 25.695.000 25.695.000 2.077.457 2.077.457 2.077.457 2.077.457 2.077.457 2.077.457 2.077.457 2.077.457 755.439 755.439 755.439 755.439 755.439 755.439 755.439 755.439 12.591 12.591 12.591 12.591 12.591 12.591 12.591 12.591 28.540.488 28.540.488 28.540.488 28.540.488 28.540.488 28.540.488 28.540.488 28.540.488
Tahun 3 886.382 241.740 5.036 10.073 15.109 15.109 314.766 1.158.340 29.698.827
Tahun 4 886.382 241.740 5.036 10.073 15.109 15.109 314.766 1.158.340 29.698.827
Tahun 5
Tahun 6
Tahun 7
Tahun 8
Tahun 9
Tahun 10
886.382 886.382 886.382 886.382 886.382 886.382 241.740 241.740 241.740 241.740 241.740 241.740 5.036 5.036 5.036 5.036 5.036 5.036 10.073 10.073 10.073 10.073 10.073 10.073 15.109 15.109 15.109 15.109 15.109 15.109 15.109 15.109 15.109 15.109 15.109 15.109 314.766 314.766 314.766 314.766 314.766 314.766 1.158.340 1.158.340 1.158.340 1.158.340 1.158.340 1.158.340 29.698.827 29.698.827 29.698.827 29.698.827 29.698.827 29.698.827
204
Lampiran 8 (Lanjutan 2 ) Tahun 11
Tahun 12
Tahun 13
Tahun 14
Tahun 15
100,00% 60.000
100,00% 60.000
100,00% 60.000
100,00% 60.000
100,00% 60.000
46.800.000 0 0
46.800.000 0 0
46.800.000 0 0
46.800.000 0 0
46.800.000
46.800.000
46.800.000
46.800.000
46.800.000 0 0 6.501.739 53.301.739
Tahun 11 Tahun 12 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 15 25.695.000 25.695.000 25.695.000 25.695.000 25.695.000 2.077.457 2.077.457 2.077.457 2.077.457 2.077.457 755.439 755.439 755.439 755.439 755.439 12.591 12.591 12.591 12.591 12.591 28.540.488 28.540.488 28.540.488 28.540.488 28.540.488
Tahun 11 886.382 241.740 5.036 10.073 15.109 15.109 314.766 1.158.340 29.698.827
Tahun 12 886.382 241.740 5.036 10.073 15.109 15.109 314.766 1.158.340 29.698.827
Tahun 13 886.382 241.740 5.036 10.073 15.109 15.109 314.766 1.158.340 29.698.827
Tahun 14 886.382 241.740 5.036 10.073 15.109 15.109 314.766 1.158.340 29.698.827
Tahun 15 886.382 241.740 5.036 10.073 15.109 15.109 314.766 1.158.340 29.698.827
205
Lampiran 8( lanjutan 3) BIAYA TETAP
Tahun 1
Tenaga kerja Supervising & Over Head Pemeliharaan Depresiasi Asuransi Biaya Pemasaran Lab/Quality Control Biaya lainnya
1 USD/Year 1 USD/Year 1 USD/Year year (straight line) 1 USD/Year 1 USD/Year 1 USD/Year 1 USD/Year USD/Year USD/Year
Bunga
500.000 250.000 529.759 400.000 150.000 240.000 200.000
TOTAL BIAYA TETAP TOTAL BIAYA PRODUKSI Biaya Produksi per ton Bio Diesel Biaya produksi rata-rata per Ton (20 tahun)
Tahun 2
500.000 250.000 529.759 2.356.493 400.000 150.000 240.000 200.000
500.000 250.000 529.759 2.356.493 400.000 150.000 240.000 200.000
2.762.357
2.363.455
7.388.610
6.989.707
22.238.024
33.718.652
741,27
624,42
581 USD/TON
PENDAPATAN PENJUALAN BIAYA PRODUKSI
23.400.000 22.238.024
42.120.000 33.718.652
1.161.976
8.401.348
348.593
2.520.404
KEUNTUNGAN SETELAH PAJAK
813.383
5.880.944
RETAINED EARNING
813.383
6.694.327
16,77%
25,56%
KEUNTUNGAN SEBELUM PAJAK Pajak
OPERATING MARGIN
30%
( AVERAGE )
42,24%
206
Lampiran 8 (lanjutan 4 ) Tahun 3 Tahun 4
Tahun 5
Tahun 6
Tahun 7
Tahun 8
Tahun 9
Tahun 10
500.000 250.000 529.759 2.356.493 400.000 150.000 240.000 200.000
500.000 250.000 529.759 2.356.493 400.000 150.000 240.000 200.000
500.000 250.000 529.759 2.356.493 400.000 150.000 240.000 200.000
500.000 250.000 529.759 2.356.493 400.000 150.000 240.000 200.000
500.000 250.000 529.759 2.356.493 400.000 150.000 240.000 200.000
500.000 250.000 529.759 2.356.493 400.000 150.000 240.000 200.000
500.000 250.000 529.759 2.356.493 400.000 150.000 240.000 200.000
500.000 250.000 529.759 2.356.493 400.000 150.000 240.000 200.000
1.964.552
1.565.649
1.166.746
767.844
511.896
255.948
0
0
6.590.805
6.191.902
5.792.999
5.394.096
5.138.149
4.882.201
4.626.253
4.626.253
36.289.632
35.890.729
35.491.827
35.092.924
34.836.976
34.581.028 34.325.080
34.325.080
604,83
598,18
591,53
584,88
581
46.800.000 36.289.632
46.800.000 35.890.729
46.800.000 35.491.827
46.800.000 35.092.924
10.510.368
10.909.271
11.308.173
3.153.110
3.272.781
7.357.258
576,35
572,08
572,08
46.800.000 34.836.976
46.800.000 46.800.000 34.581.028 34.325.080
46.800.000 34.325.080
11.707.076
11.963.024
12.218.972 12.474.920
12.474.920
3.392.452
3.512.123
3.588.907
3.665.692
3.742.476
3.742.476
7.636.489
7.915.721
8.194.953
8.374.117
8.553.280
8.732.444
8.732.444
14.051.585
21.688.074
29.603.795
37.798.749
46.172.866
54.726.146 63.458.590
72.191.034
26,66%
26,66%
26,66%
26,66%
26,66%
26,66%
26,66%
26,66%
207
Lampiran 8 lanjutan 5 Tahun 11 Tahun 12
Tahun 13
Tahun 14
Tahun 15
500.000 250.000 529.759 0 400.000 150.000 240.000 200.000
500.000 250.000 529.759 0 400.000 150.000 240.000 200.000
500.000 250.000 529.759 0 400.000 150.000 240.000 200.000
500.000 250.000 529.759 0 400.000 150.000 240.000 200.000
500.000 250.000 529.759 0 400.000 150.000 240.000 200.000
0
0
0
0
0
2.269.759
2.269.759
2.269.759
2.269.759
2.269.759
31.968.587
31.968.587
31.968.587
31.968.587
31.968.587
532,81
532,81
532,81
532,81
532,81
46.800.000 31.968.587
46.800.000 31.968.587
46.800.000 31.968.587
46.800.000 31.968.587
53.301.739 31.968.587
14.831.413
14.831.413
14.831.413
14.831.413
21.333.152
4.449.424
4.449.424
4.449.424
4.449.424
6.399.946
10.381.989
10.381.989
10.381.989
10.381.989
14.933.207
82.573.023
92.955.012 103.337.001
113.718.991
128.652.197
31,69%
40,02%
31,69%
31,69%
31,69%
Lampiran 9 Input skenario model dan hasil analisis kelayakan finansial usaha agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit Arus Kas Masuk
199
Tahun -1
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
Tahun 6
Tahun 7
Tahun 8
Tahun 9
Tahun 10
Tahun 11
Tahun 12
Tahun 13
Tahun 14
Tahun 15
Penjualan
-
21 983 524
39 570 344
43 967 048
43 967 048
43 967 048
43 967 048
43 967 048
43 967 048
43 967 048
43 967 048
43 967 048
43 967 048
43 967 048
43 967 048
49 818 614
Piutang
-
0
2 442 614
4 396 705
4 885 228
4 885 228
4 885 228
4 885 228
4 885 228
4 885 228
4 885 228
4 885 228
4 885 228
4 885 228
4 885 228
4 885 228
Modal
6 501 739
0
0
0
0
0
0
-
0
0
0
0
0
0
0
0
Hutang investasi
15 170 725
0
0
0
0
0
0
-
0
0
0
0
0
0
0
0
Harta lancar bersih
5 989 223
0
0
0
0
0
0
-
0
0
0
0
0
0
0
0
Total Aliran Kas Masuk
27 661 687
21 983 524
42 012 957
48 363 753
48 852 276
48 852 276
48 852 276
48 852 276
48 852 276
48 852 276
48 852 276
48 852 276
48 852 276
48 852 276
48 852 276
54 703 841
21 672 464
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
15 848 691
26 711 836
29 427 622
29 427 622
29 427 622
29 427 622
29 427 622
29 427 622
29 427 622
29 427 622
29 427 622
29 427 622
29 427 622
29 427 622
29 427 622
Hutang dagang
0
1 444 418
2 599 952
2 888 836
2 888 836
2 888 836
2 888 836
2 888 836
2 888 836
2 888 836
2 888 836
2 888 836
2 888 836
2 888 836
2.888.836
Pnjaman saat ini
22 405 452
19 155 579
15 905 705
12 655 832
9 405 959
6 156 086
4 104 057
2 052 029
0
0
Aliran Kas Keluar Pengeluaran Biaya-biaya
Pembayaran pnjaman - Hutang investasi
0
2 052 029
2 052 029
2 052 029
2 052 029
2 052 029
2 052 029
2 052 029
2 052 029
0
0
0
0
0
- Hutang modal berjalan
0
1 197 845
1 197 845
1 197 845
1 197 845
1 197 845
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bunga
0
1 792 436
1 532 446
1 272 456
1 012 467
752 477
492 487
328.325
164.162
0
0
0
0
0
0
0
914 639
3 249 305
3 891 469
3 969 466
4 047 463
4 125 460
4 174 709
4 223 958
4 273 206
4 273 206
4 960 745
4 960 745
4 960 745
4 960 745
6 911 267
0
3 876 981
2 403 736
600 934
0
0
0
0
0
0
0
(-)458 359
0
0
0
0
Pajak Investasi Biaya perubahan Total kas keluar
21 672 464
25 682 620
38 591 614
41 042 308
40 548 264
40 366 271
38 986 434
38 871 520
38 756 607
36 589 664
36 589 664
36 818 844
37 277 204
37 277 204
37 277 204
39 227 725
Saldo kas bersih
5 989 223
(-)3 699 096
3 421 343
7 321 446
8 304 012
8 486 005
9 865 842
9 980 756
10 095 669
12 262 612
12 262 612
12 033 432
11 575 073
11 575 073
11 575 073
15 476 116
Saldo awal kas
0
5 989 223
2 290 127
5 711 470
13 032 916
21 336 927
29 822 932
39 688 774
49 669 530
59 765 200
72 027 811
84 290 423
96 323 855
107 898 927
119 474 000
131 049 073
Saldo kas akhir
5 989 223
2 290 127
5 711 470
13 032 916
21 336 927
29 822 932
39 688 774
49 669 530
59 765 200
72 027 811
84 290 423
96 323 855
107 898 927
119 474 000
131 049 073
146 525 189
209
Lampiran 9 (Lanjutan .. )
Tahun 7
Tahun 8
Tahun 9
Tahun 10
Tahun 11
Tahun 12
Tahun 13
Tahun 14
Tahun 15
43.967.048 43.967.048 43.967.048 4.885.228 4.885.228 4.885.228 0 0 0 0 0 0
43.967.048 4.885.228 0 0 0
43.967.048 4.885.228 0 0 0
43.967.048 4.885.228 0 0 0
43.967.048 4.885.228 0 0 0
43.967.048 4.885.228 0 0 0
49.818.614 4.885.228 0 0 0
48.852.276 48.852.276 48.852.276
48.852.276
48.852.276
48.852.276
48.852.276
48.852.276
54.703.841
0 0 0 29.427.622 29.427.622 29.427.622 2.888.836 2.888.836 2.888.836 4.104.057 2.052.029 0
0 29.427.622 2.888.836 0
0 29.427.622 2.888.836
0 29.427.622 2.888.836
0 29.427.622 2.888.836
0 29.427.622 2.888.836
0 29.427.622 2.888.836
2.052.029 0 328.325 4.174.709 0
2.052.029 0 164.162 4.223.958 0
0 0 4.273.206 0
0 0 4.273.206 0
0 0 0 4.960.745 -458.359
0 0 0 4.960.745 0
0 0 0 4.960.745 0
0 0 0 4.960.745 0
0 0 0 6.911.267 0
38.871.520 38.756.607 36.589.664
36.589.664
36.818.844
37.277.204
37.277.204
37.277.204
39.227.725
9.980.756 10.095.669 12.262.612
12.262.612
12.033.432
11.575.073
11.575.073
11.575.073
15.476.116
39.688.774 49.669.530 59.765.200 49.669.530 59.765.200 72.027.811
72.027.811 84.290.423
84.290.423 96.323.855 107.898.927 119.474.000 131.049.073 96.323.855 107.898.927 119.474.000 131.049.073 146.525.189
200 Lampiran 10 Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi Biodiesel-RM
Petunjuk Instalasi Mengkopi file –file yang diperlukan serta mengatur konfigurasi sistem agar aplikasi model Biodiesel-RM dapat berjalan dengan baik. Aplikasi Model Biodiesel-RM melibatkan beberapa file beserta konfigurasi yang harus diatur sedemikian rupa sehingga aplikasi ini dapat berjalan dengan baik. File – file ini (pada PC yang berbeda) kemungkinan tidak tersedia dan konfigurasi yang ada tidak memenuhi persyaratan yang diperlukan Biodiesel-RM. Untuk menjamin berjalannya aplikasi model Biodiesel-RM dengan baik diperlukan proses instalasi yang bertujuan meng-kopi file – file yang diperlukan serta mengatur konfigurasinya. Ada beberapa tahapan yang perlu diperhatikan dalam proses instalasi Biodiesel-RM Untuk melakukan prosedur instalasi disediakan sebuah CD yang berisi 3 (tiga) buah file, diantaranya: biodiesel-rm.cab, setup.exe, dan setup.lst. Berikut adalah beberapa tahapan prosedur instalasi Biodiesel-RM: Kebutuhan Sistem Operasi Biodiesel-RM hanya dapat berjalan pada sistem operasi yang berbasis windows tepatnya Microsoft Windows 9x atau versi yang lebih tinggi dengan minimal RAM 128 dan disk free space sebesar 5 (lima) MB. Khusus untuk sistem operasi yang multiuser (Microsoft Windows XP, Microsoft Windows 2000, atau sekelasnya) hendaknya aplikasi model Biodiesel-RM diinstal pada mode administrator. Hapus Versi Sebelumnya Instalasi tidak dapat menghapus secara otomatis aplikasi Biodiesel-RM yang telah terinstal pada waktu sebelumnya. Lakukan penghapusan jika sebelumnya anda telah menginstal Aplikasi Biodiesel-RM sesuai prosedur Menghapus Aplikasi Biodiesel-RM dari Windows. Jalankan File Instalasi Jalankan file instalasi Biodiesel-RM dengan meng-klik ganda setup.exe pada direktori / drive dimana file ini ditempatkan. Ikuti semua petunjuk yang ditayangkan pada proses selanjutnya, biasanya pengguna hanya melakukan persetujuan dengan menekan tombol [Enter] pada setiap dialog yang ditampilkan. Update File System (Jika Diperlukan) Untuk kasus tertentu terkadang sistem operasi harus melakukan prosedur updating file system terlebih dahulu sebelum proses instalasi dilanjutkan. Tetapi jangan khawatir, konfigurasi ini dilakukan secara otomatis, dan instalasi akan meminta windows untuk direstart sebelum progres dilanjutkan. Setujui permintaan ini dengan menekan tombol [Enter], windows secara otomatis akan melakukan booting ulang, jika tidak - lakukan booting ulang secara manual. Ulangi lagi prosedur instalasi dari awal. Instalasi Selesai Jika proses instalasi berjalan dengan lancar, windows akan membuat program group baru dengan nama Biodiesel-RM. Untuk mengaktifkannya, klik shortcut pada Start|Programs|Biodiesel-RM|Biodiesel-RM.
201
Aplikasi Model Biodiesel-RM Aplikasi model Biodiesel-RM merupakan implementasi Model Manajemen Resiko Agroindustri Biodiesel Berbasis Kelapa Sawit (Elaeis Guineennsis Jacq) yang dirancang dalam suatu paket komputer dengan nama Biodiesel-RM. Paket program ini disusun dalam bentuk Sistem Penunjang Keputusan dengan tujuan untuk membantu pengguna, baik peneliti, pengambil kebijakan, investor, lembaga pembiayaan maupun lembaga ekonomi petani dalam melakukan analisa manajemen resiko agroindustri berbasis kelapa sawit. Uraian ini dirancang untuk membantu operasionalisasi penggunaan aplikasi model Biodiesel-RM.
Menjalankan Aplikasi Model Biodiesel-RM Aplikasi model Biodiesel-RM dapat dijalankan apabila proses instalasi berjalan dengan baik. Apabila terjadi kesalahan dalam prosedur instalasi ataupun pada saat eksekusi program, laporkan kembali kesalahan tersebut kepada system designer. Untuk menjalankan aplikasi Biodiesel-RM, klik tombol [Start] pada taskbar windows – kemudian pada menu Programs ditampilkan beberapa aplikasi (program group) yang terinstal dalam windows dan salah satunya adalah Biodiesel-RM. Arahkan pointer pada grup Biodiesel-RM, kemudian klik shortcut Biodiesel-RM untuk mengaktifkannya (Gambar 1)
Gambar1 Dialog akses aplikasi Biodiesel-RM. Halaman pertama yang ditampilkan aplikasi Biodiesel-RM adalah dialog akses aplikasi yang berguna sebagai gerbang otorisasi penggunaan aplikasi. Pada dialog ini ditanyakan mengenai passowrd akses aplikasi. Silahkan masukkan password yang sesuai untuk melanjutkan,
202 kemudiank klik tombol [Lanjut] atau tekan [Enter] untuk menyetujuinya dan klik [Batal] atau tekan [Esc] untuk membatalkannya. Password sangat sensitif pada jenis karakter, silahkan perhatikan kembali tombol [Caps Lock] akses aplikasi tidak sukses.
StrukturAplikasi Biodiesel-RM Secara struktural konfigurasi aplikasi model Biodiesel-RM terdiri dari beberapa modul kecil yang masing-masing dikonstruksi untuk memproses input berupa data untuk menghasilkan output yang berbentuk informasi, alternatif keputusan, strategi kebijakan, atau saran/upaya pengembangan. Modul-modul tersebut secara umum dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) kelompok antara lain: Analisis Resiko, Manajemen Resiko, dan Pendugaan. Kelompokkelompok modul tersebut dapat diakses dengan cara meng-klik kelompok bersesuaian pada panel yang ditempatkan pada bagian kanan-atas aplikasi. Sedangkan modul-modul dalam kelompok masing-masing dikumpulkan pada panel yang ditempatkan pada bagian kiri aplikasi (Gambar 2)
Analisis Resiko :
Bahan Baku, Proses Pengolahan, Pemasaran, Finansial
Manajemen Resiko:
Inisialisasi Rulebase, Konsultasi Sistem Pakar
Penunjang:
Pengadaan Bahan Baku, Proses Pengolahan, Pemasaran, Kelembagaan, Pemilihan Teknologi, Prakiraan
Gambar 2 Struktur sistem aplikasi model Biodiesel-RM Modul Analisis Risiko Modul Analisis Resiko paket aplikasi Biodiesel-RM dirancang untuk membantu pengguna melakukan analisa resiko pada beberapa aspek manajemen resiko, diantaranya resiko pemilihan bahan baku, resiko penggunaan teknologi proses pengolahan, resiko pemasaran, dan resiko finansial produk agroindustri berbasis kelapa sawit. Klik perintah ‘Analisis Resiko’ untuk mengaktifkan kelompok modul Analisis Resiko, kemudian pada panel kiri aplikasi kemudian disediakan beberapa perintah untuk menampilkan modul-modul pada
203 kelompok Analisis Resiko yaitu ‘Bahan Baku’, ‘Proses Pengolahan’, ‘Pemasaran’, dan ‘Finansial’. Arahkan pointer pada modul yang sesuai, kemudian klik modul tersebut untuk menampilkan detail modul. Finansial Modul Analisa Resiko Finansial digunakan untuk menentukan besarnya resiko usaha bila dikaji secara finansial berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan dan nilai-nilai parameter kelayakan yang diperoleh. Untuk mengaktifkan modul ini dapat dilakukan dengan meng-klik tombol perintah ‘Finansial’ yang diletakan pada panel bagian kiri aplikasi. Modul Analisa Resiko Finansial diolah menggunakan perhitungan ekonomi teknik sederhana dengan petunjuk penggunaan yang dibahas secara tersendiri pada bagian berikutnya (Modul Finansial) (Gambar 3).
Gambar 3. Dialog modul analisis resiko finansial pada aplikasi model Biodiesel-RM Manajemen Risiko Modul Manajemen Resiko pada aplikasi model Biodiesel-RM dirancang untuk membantu pengguna melakukan analisa kebijakan manajemen resiko agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit. Untuk menampilkan detail modul Manajemen Resiko, arahkan pointer pada perintah ‘Manajemen Resiko’ yang ditempatkan pada panel kanan-atas aplikasi, kemudian klik perintah tersebut. Berikutnya pada panel kiri aplikasi disediakan beberapa perintah untuk menampilkan modul-modul pada kelompok Manajemen Resiko yaitu ‘Inisialisasi Rulebase’ dan ‘Konsultasi Sistem Pakar’. Arahkan pointer pada modul yang sesuai, kemudian klik modul tersebut untuk menampilkan detail modul. Modul Manajemen Resiko diolah menggunakan teknik sistem pakar dengan petunjuk penggunaan yang dibahas secara tersendiri pada bagian berikutnya (Sistem Pakar).
204 Modul Penunjang Modul Penunjang pada aplikasi model Biodiesel-RM dirancang untuk membantu pengguna menetapkan bobot elemen-elemen resiko pengembangan agroindustri berbasis kelapa sawit antara lain pada proses pengadaan bahan baku, proses pengolahan, dan pemasaran. Di samping itu Modul Penunjang dirancang untuk melakukan analisa struktural elemen-elemen pengembangan, melakukan pemilihan teknologi, dan pendugaan pada harga dan volume produksi pada beberapa periode mendatang. Untuk menampilkan detail modul Penunjang, arahkan pointer pada perintah ‘Penunjang’ yang ditempatkan pada panel kananatas aplikasi, kemudian klik perintah tersebut. Berikutnya pada panel kiri aplikasi disediakan beberapa perintah untuk menampilkan modul-modul pada kelompok Penunjang yaitu ‘Pengadaan Bahan Baku’, ‘Proses Pengolahan’, ‘Pemasaran’, ‘Kelembagaan’, ‘Pemilihan Teknologi’, dan ‘Prakiraan’. Arahkan pointer pada modul yang sesuai, kemudian klik modul tersebut untuk menampilkan detail modul. Pengadaan Bahan Baku Modul ini digunakan untuk menentukan besarnya bobot elemen-elemen pengembangan resiko agroindustri berbasis kelapa sawit secara hirarkis berdasarkan kriteriakriteria pengadaan bahan baku. Untuk mengaktifkan modul ini dapat dilakukan dengan mengklik tombol perintah ‘Pengadaan Bahan Baku’ yang diletakan pada panel bagian kiri aplikasi. Modul ini diolah menggunakan teknik Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan petunjuk penggunaan yang dibahas secara tersendiri pada bagian berikutnya (Modul AHP). Proses Pengolahan Modul ini digunakan untuk menentukan besarnya bobot elemen-elemen pengembangan resiko agroindustri berbasis kelapa sawit secara hirarkis berdasarkan kriteriakriteria pemilihan teknologi proses pengolahan. Untuk mengaktifkan modul ini dapat dilakukan dengan meng-klik tombol perintah ‘Proses Pengolahan’ yang diletakan pada panel bagian kiri aplikasi (Gambar 4) Modul Proses Pengolahan pada Aplikasi Model Biodiesel-RM diolah menggunakan teknik Analytical Hierarchy Process (AHP). Adapun petunjuk penggunaan modul ini dibahas secara tersendiri pada bagian berikutnya (Modul AHP) (Gambar 5)
Gambar 4 Modul pengadaan bahan baku pada aplikasi model Biodiesel-RM
205
Gambar 5 Modul proses pengolahan pada aplikasi model Biodiesel-RM Pemasaran Modul ini digunakan untuk menentukan besarnya bobot elemen-elemen pengembangan resiko agroindustri berbasis kelapa sawit secara hirarkis berdasarkan kriteria-kriteria pemilihan teknologi pemasaran. Untuk mengaktifkan modul ini dapat dilakukan dengan meng-klik tombol perintah ‘Pemasaran’ yang diletakan pada panel bagian kiri aplikasi. Modul Manajemen Resiko Pemasaran pada Aplikasi Model Biodiesel-RM diolah menggunakan teknik Analytical Hierarchy Process (AHP). Adapun petunjuk penggunaan modul ini dibahas secara tersendiri pada bagian berikutnya (Modul AHP) (Gambar 6)
Gambar 63 Modul pemasaran pada aplikasi model Biodiesel-RM
206
Mengakhiri Aplikasi Untuk mengakhiri aplikasi Biodiesel-RM, gunakan tombol ‘Close’ yang diletakkan pada bagian kanan atas aplikasi. Menyimpan dokumen aktif Untuk menyimpan dokumen aktif dalam bentuk file, gunakan tombol (Menyimpan dokumen aktif) yang terletak pada kumpulan tombol perintah utama. Jika dokumen yang aktif belum memiliki nama dokumen, maka nama dokumen akan ditanyakan. Tetapkan lokasi dan nama dokumen pada dialog tersebut, kemudian klik [OK] atau tekan [Enter] untuk melanjutkan dan klik [Save] atau tekan tombol [Esc] untuk membatalkan. Jika dokumen tersebut sudah mempunyai nama file, sistem tidak lagi meminta nama dokumen (Gambar 7)
Pilih lokasi file di sini
Tuliskan nama file di sini Klik di sini untuk melanjutkan Klik di sini untuk membatalkan
Gambar 7 Dialog menyimpan dokumen
Matriks Pendapat dan Hasil Akhir Pengolahan Matriks pendapat pakar dalam modul IPE dengan Satu Peubah merupakan lembar penilaian pakar/pengambil keputusan terhadap alternatif-alternatif yang telah ditetapkan sebelumnya pada halaman inisialisasi alternatif. Matriks pendapat pakar diisi dengan memberikan nilai – nilai numerik (skor) pada setiap sel yang bersesuaian di mana sel tersebut mencerminkan kordinat antara alternatif dan pakar/responden. Arahkan pointer pada perintah ‘Pendapat’ kemudian klik perintah tersebut untuk menampilkan halaman matriks pendapat. Visualisasi dialog halaman matriks pendapat pakar pada modul IPE dengan satu peubah dapat dilihat pada Gambar 8 di bawah ini.
207
Klik pada tombol-tombol ini untuk menampilkan pendapat pakar tertentu Klik kombo ini untuk memilih skor alternatif pada sel terpilih
Gambar 8 Halaman matriks pendapat pakar pada modul IPE dengan satu peubah
Modul Kelayakan Finansial Identifikasi kelayakan agroindustri pada aspek finansial dengan kriteria NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate Of Return), PBP (Payback Periode), dan BCR (BenefitCost Ratio) Modul Kelayakan Finansial merupakan tools yang dirancang untuk membantu para pengambil keputusan dalam melakukan analisis kelayakan agroindustri berdasarkan aspek finansial. Perhitungan pada Modul Kelayakan Finansial menggunakan metodologi tekno ekonomi dengan parameter-parameter keluaran yang terdiri dari NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate Of Return), PBP (Payback Periode), dan BCR (Benefit-Cost Ratio). Gambar 9 adalah contoh ilustrasi halaman utama aplikasi Modul Kelayakan Finansial. Dokumen ini dirancang sebagai petunjuk penggunaan modul Kelayakan Finansial Pilihan Halaman: Menampilkan halaman-halaman tertentu Toolbar Finansial Toogle Resume: Tampilkan/hilangkan resume parameter kelayakan
Area Kerja
Panel Resume Pengolahan
Gambar 9 Ilustrasi halaman utama modul kelayakan finansial.
208
Toolbar Finansial Toolbar finansial merupakan kumpulan perintah-perintah yang disediakan untuk mempermudah pengguna melakukan beberapa kegiatan seperti kegiatan dokumentasi file, menampilkan atau menghilangkan resume analisis, dan menampilkan pilihan halaman yang mungkin dapat diakses. Perintah-perintah dokumentasi file sangat berguna untuk melakukan kegiatan seperti membuat dokumen baru, membuka dokumen, dan menyimpan dokumen. untuk Sementara pilihan halaman berguna sebagai navigator halaman. Klik perintah menampilkan pilihan halaman. Membuat Dokumen Baru Perintah ini digunakan untuk membuat dokumen yang sama sekali baru dengan nilainilai seperti keadaan default-nya. Klik tombol pada kumpulan tombol perintah utama untuk membuat dokumen baru. Membuka Dokumen Aplikasi Modul Kelayakan Finansial menyediakan fasilitas untuk membuka dokumen yang sebelumya telah tersimpan dalam media penyimpan seperti hard disk, floppy disk, flash yang terdapat pada kumpulan tombol perintah utama – disk, dan sejenisnya. Klik tombol kemudian pengguna diminta untuk menentukan nama dokumen yang akan dibuka. Silahkan tentukan lokasi dan nama file dimana dokumen tersebut diletakkan, kemudian klik [Open] atau tekan [Enter] untuk melanjutkan. Untuk membatalkan, klik tombol [Cancel] atau tekan [Esc] pada keyboard (Gambar 10).
Pilih lokasi file di sini
Klik nama file yang akan dibuka
Klik di sini untuk melanjutkan Klik di sini untuk membatalkan
Gambar 10 Dialog membuka dokumen Menyimpan dokumen aktif Ada kemungkinan pengguna tidak dapat melanjutkan pekerjaan karena satu dan lain hal sementara simulasi atau bahkan entri data belum selesai. Dalam kondisi ini pengguna dapan menunda pekerjaan tersebut kemudian dilanjutkan pada kesempatan lain. Simpanlah dokumen tersebut dalam bentuk file. Klik tombol yang terletak pada kumpulan tombol perintah utama. Jika dokumen yang sedang aktif belum memiliki nama dokumen, maka dialog permintaan nama dokumen akan ditampilkan.
209 Tetapkan lokasi dan nama file pada dialog tersebut, kemudian klik [OK]atau tekan [Enter] untuk melanjutkan dan klik [Save] atau tekan tombol [Esc] untuk membatalkan. Jika dokumen tersebut sudah mempunyai nama file, maka dialog permintaan nama dokumen tidak akan ditampilkan lagi belum memiliki nama dokumen, maka dialog permintaan nama dokumen akan ditampilkan (Gambar 11)
Pilih lokasi file di
Tuliskan nama file di sini Klik di sini untuk melanjutkan Klik di sini untuk membatalkan
Gambar 11 Visualisasi dialog menyimpan dokumen. Menampilkan / Menghilangkan Panel Resume Analisis Panel resume analisis dapat ditampilkan / dihilangkan melalui perintah tampilkan/hilangkan resume analisis yang terdapat pada kumpulan perintah utama. Arahkan pointer pada tombol yang bertanda , kemudian klik tombol ini. Jika panel resume analisis awalnya ditampilkan, maka perintah ini akan menghilangkan panel, sebaliknya jika ditampilkan maka perintah ini akan menampilkan panel (Gambar 12)
Gambar 12 Pilihan halaman pada modul kelayakan finansial Menampilkan halaman halaman tertentu Ada beberapa halaman yang dapat ditampilkan pada modul Kelayakan Finansial. Halaman-halaman tersebut tergantung kepada jenis kelayakan finansial yang ada. Klik tombol (‘Pilihan Halaman’) kemudian pilih halaman yang diinginkan pada pilihan yang ada untuk menampilkan halaman tertentu. Lakukan editing pada area kerja jika diperlukan.
210
Skenario Permodelan pada Modul Kelayakan Finansial Skenario permodelan merupakan kegiatan input dan editing data pada halamanhalaman yang disediakan Modul Kelayakan Finansial. Pengguna dapat melakukan beberapa skenario dengan merubah nilai-nilai yang ada pada halaman aktif. Namun demikian, tidak semua parameter dapat diberikan skenario, beberapa sel/variabel yang ada pada sebuah halaman mungkin tidak dapat dimodifikasi. Sel-sel/variabel-variabel tersebut sengaja dirancang untuk tidak dimodifikasi karena terkait dengan aturan (rule) dalam Modul Kelayakan Finansial. Semua halaman dialog yang disediakan Modul Kelayakan Finansial umumnya memiliki karakteristik editing yang sama kecuali pada halaman ‘Asumsi dan Koefisien’. Untuk melakukan skenario permodelan pada halaman aktif, masukkan angka pada parameter yang diinginkan, kemudian tekan [Enter] untuk menyetujui perubahan atau [Esc] untuk membatalkannya. Jika dikehendaki, simpan semua perubahan yang dilakukan sesuai prosedur yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Asumsi dan Koefisien Asumsi dan koefisien merupakan halaman yang berisi beberapa koefiesien penting dan memberikan pengaruh kepada halaman-halaman lainnya. Halaman asumsi dan koefisien dapat juga dikatakan sebagai kumpulan variabel-variabel kritis dalam aplikasi Modul Kelayakan Finansial. Pada halaman asumsi dan koefisien ditambahkan sebuah kolom ‘Perubahan’ dengan satuan % (persen), gunanya adalah untuk melakukan simulasi perubahan terhadap variabelvariabel yang bersesuaian. Biasanya simulasi ini digunakan untuk melakukan analisis sensitifitas terhadap variabel-variabel tersebut. Aktifkan kontrol ‘Gunakan nilai perubahan’ untuk menandai bahwa persentase perubahan digunakan, sebaliknya matikan jika perubahan tidak digunakan.
Modul Sistem Pakar Rancang Bangun Sistem Pakar Rancang bangun sistem pakar pada dasarnya merupakan tahapan permodelan/rekayasa aturan pada sistem pakar. Pada tahap ini system designer diharapkan sudah memahami rule pada sistem pakar yang dikembangkan. Ada 5 (lima) parameter yang harus dilengkapi sebelum modul sistem pakar dapat digunakan untuk konsultasi. Parameter-parameter tersebut di antaranya adalah parameter (parameter input), indikator (parameter output), strategi yang direkomendasikan, alternatif strategi, dan tahapan penetapan skenario rule-base. Berikut ini disajikan uraian singkat mengenai deskripsi dan petunjuk teknis penggunaan untuk inisialisasi pada parameter-parameter tersebut (Gambar 13) Menetapkan Skenario Rule-Base. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menetapkan detail skenario rule-base pada dialog ‘Deskripsi Rule’ antara lain: 1. Tetapkan operator (jika diperlukan) dengan cara meng-klik operator-operator yang sesuai. Kondisional pertama tidak memerlukan operator, dengan kata lain operator hanya digunakan untuk kondisional ke dua, dan seterusnya.
211 2. Pilihlah parameter input yang dapat dilakukan dengan cara meng-klik salah satu pilihan pada kombo ‘Parameter’. Disamping itu pilih juga satuan/unit parameter yang dapat dilakukan dengan cara meng-klik salah satu pilihan pada kombo satuan/unit. 3. Klik tombol ‘Tambah’ untuk menyisipkan kondisional tersebut pada kotak ‘Monolog Rule’. Lakukan kembali prosedur 1 s.d. 3 untuk menambahkan kondisional lainnya. 4. Tetapkan konfigurasi output/keluaran dengan cara memilih indikator dan alternatif strategi, serta menentukan fokus-fokus strategi jika diperlukan. 5. Cek kembali logic dari deskripsi rule-base yang ditetapkan untuk meyakinkan apakah rule sudah benar atau tidak (sistem tidak dapat melakukan perbaikan secara otomatis jika terjadi kesalahan logic pada rule-base). Berikutnya klik tombol ‘OK’ untuk menyetujui perubahan, atau ‘Batal’ untuk membatalkannya. Pilih parameter
Pilih satuan parameter
Operator
Sisipkan kondisi parameter
Monolog Rule
Hapus kondisi parameter Pilih output
Batalkan perubahan Setujui perubahan
Gambar 13 Halaman detail aturan pada modul sistem pakar
Konsultasi Sistem Pakar Halaman konsultasi sisem pakar merupakan bagian yang dirancang bagi pengguna untuk melakukan simulasi/verifikasi dari aturan-aturan (rule) yang telah diberlakukan sebelumnya. Pada bagian ini disediakan form yang berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai beberapa parameter dan harus dijawab sesuai kondisi permasalahan yang dihadapi. Jawaban yang diberikan pengguna kemudian dibandingkan oleh aplikasi Sistem Pakar dengan aturan (rule) yang telah didaftarkan. Jika sesuai, maka output berupa strategi/kebijakan dan saran yang berkaitan dengan aturan (rule) ini akan ditampilkan sebagai keluaran aplikasi Sistem Pakar.
212 Halaman konsultasi sistem pakar terdiri dari 2 (dua) bagian dialog (user interface) yaitu dialog pengisian data (form konsultasi) dan dialog resume konsultasi. Dialog pengisian data merupakan lembaran yang berisi daftar pertanyaan dan pilihan jawaban-jawabannya, sedangkan dialog resume konsultasi menyajikan hasil pengolahan yang telah dilakukan aplikasi Sistem Pakar. Berikut ini diuraikan mengenai petunjuk penggunaan kedua dialog tersebut. Pengisian form konsultasi Form konsultasi ditampilkan berupa pertanyaan-pertanyaan yang disajikan kepada pengguna untuk dijawab sesuai kondisi yang permasalahan yang dihadapi. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berupa pilihan (multiple choice) sesuai dengan jumlah unit yang ditetapkan pada saat rancang bangun sistem pakar oleh system designer. Klik salah satu dari opsi yang disediakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Arahkan pointer pada tab ‘Formulir’ kemudian klik tab tersebut untuk menampilkan dialog formulir konsultasi sistem pakar. Ilustrasi dialog formulir konsultasi sistem pakar dapat dilihat pada gambar 14 di bawah ini.
Gambar 14 Halaman konsultasi pada modul sistem pakar Dialog Resume Konsultasi Dialog resume konsultasi merupakan resume hasil perbandingan form konsultasi dengan aturan-aturan yang berlaku pada skenario rule base. Halaman resume konsultasi akan menampilkan satu atau lebih keluaran sesuai dengan jumlah kriteria yang ditemukan. Arahkan pointar ada tab ‘Resume’ untuk menampilkan halaman dialog resume konsultasi. Berikut ini adalah ilustrasi dialog halaman resume konsultasi pada sistem pakar (Gambar 15)
213
Gambar 15 Dialog resume konsultasi pada modul sistem pakar.
Dokumentasi Sistem Pakar Dokumentasi dalam hal ini dimaksudkan untuk kegiatan manajemen basis data dalam sistem pakar. Dengan dokumentasi pengguna dapat membuat basis data baru, membuka basis data yang sudah ada, dan menyimpan parameter-parameter dan juga rule-base untuk kemudian digunakan pada kesempatan berikutnya. Membuat Dokumen Baru. Perintah ini digunakan untuk membuat dokumen yang sama sekali baru dengan variabel-variabel (input, output, dan saran) dan rule base belum diinisialisasi. Operasi ‘membuat dokumen baru’ dapat juga didefinisikan sebagai kegiatan mengosongkan variabel-variabel tersebut. Perintah ‘membuat dokumen baru’ tidak secara otomatis menyimpan file yang sedang dikerjakan, simpanlah dokumen tersebut jika anda memerlukannya pada kesempatan lain. Membuka Dokumen Modul Sistem Pakar menyediakan fasilitas untuk membuka dokumen yang sebelumya telah tersimpan dalam media penyimpan seperti hard disk, floppy disk, flash disk, dan sejenisnya. Klik tombol (membuka dokumen) yang terdapat pada kumpulan perintah dokumentasi – tentukan lokasi dimana dokumen tersebut diletakkan kemudian berikutnya klik [Open]/[Enter] untuk melanjutkan, atau klik [Cancel]/[Esc] untuk membatalkan (Gambar 16).
214
Pilih lokasi file di sini Klik nama file yang akan dibuka
Klik di sini untuk melanjutkan Klik di sini untuk membatalkan
Gambar 16 Dialog membuka dokumen Menyimpan dokumen aktif Untuk menyimpan dokumen aktif dalam bentuk file, gunakan tombol (Menyimpan dokumen aktif) yang terletak pada kumpulan perintah dokumentasi. Tetapkan lokasi dan nama dokumen pada dialog jika ditanyakan, kemudian klik [OK] atau tekan [Enter] untuk melanjutkan dan klik [Save] atau tekan tombol [Esc] untuk membatalkan. Jika dokumen tersebut sudah mempunyai nama file, dialog ini tidak akan ditampilkan. File yang diberikan tidak boleh sama dengan file-file yang ada dalam folder yang sama (Gambar 17)
Pilih lokasi file di sini
Tuliskan nama file di sini Klik di sini untuk melanjutkan Klik di sini untuk membatalkan
Gambar 17 Dialog Menyimpan Dokumen
215
Modul AHP Sistem Penunjang Keputusan untuk menentukan vektor elemen-elemen dalam jaringan menggunakan teknik Analytical Hierarchy Process (AHP) Modul AHP merupakan sistem penunjang keputusan yang dirancang untuk membantu para pengambil keputusan dalam melakukan analisis vektor eigen dari beberapa elemen yang terlibat dalam jaringan. Modul AHP menggunakan metodologi AHP (AHP) dengan penilaian fuzzy dalam rentang 1 (satu) sampai 9 (sembilan). Modul AHP menghasilkan keluaran yang sangat berguna bagi para pengambil keputusan yang mempelajari tingkat kepentingan (bobot/prioritas) elemen-elemen berdasarkan penilaian beberapa pakar. Modul Analisis Hirarki Proses memiliki 2 (dua) bagian panel dialog utama yakni area struktur jaringan yang merupakan halaman muka dan matriks pendapat pakar. Di samping itu modul ini dilengkapi dengan panel resume analisis serta beberapa tombol perintah yang terdapat pada masing – masing panel. Visualisasi halaman utama modul Analisis Hirarki Proses dapat dilihat pada Gambar 18. Kumpulan tombol perintah Hirarki / Layer
Grup Elemen Elemen
Konektor
Gambar 18 Ilustrasi halaman utama modul AHP. Area struktur jaringan digunakan untuk menentukan struktur jaringan dalam permasalahan yang dianalisa. Pada halaman ini pengguna dapat melakukan penambahan dan penghapusan terhadap hirarki/layer, grup/sub layer, elemen, dan jaringan/koneksi antar elemen. Di samping itu pengguna juga dapat melakukan beberapa hal yang berkaitan dengan dokumentasi diantaranya : membuat dokumen/permasalahan baru, membuka dokumen yang tersimpan pada media, menyimpan dokumen aktif ke dalam bentuk file,mengatur ukuran kertas/kanvas, transfer struktur jaringan ke memori dalam bentuk bitmap, menampilkan matriks pendapat, melakukan agregasi vertikal, dan menampilkan fasilitas bantuan ini. Secara hirarkis area struktur jaringan merupakan kumpulan dari satu atau lebih layer/hirarki. Setiap layer/hirarki terdiri dari beberapa grup/sub layer/slab yang masing – masing merupakan kesatuan dari beberapa elemen. Sementara itu jaringan/koneksi
216 merupakan hubungan keterkaitan antara satu elemen dengan elemen lainnya pada layer/hirarki yang berbeda. Sebuah elemen yang memiliki jaringan/koneksi kepada elemen lain pada layer/hirarki di atasnya memberikan arti bahwa elemen tersebut mempengaruhi. Sebaliknya jika elemen tersebut memiliki jaringan/koneksi kepada elemen pada layer/hirarki di bawahnya, elemen ini dipengaruhi.
Operasi Pada Layer/Hirarki Layer atau hirarki merupakan kumpulan grub/sub layer, dengan demikian sebelum pengguna melakukan operasi editing terhadap grup/sub layer terlebih dahulu perlu dibuat sebuah layer/hirarki. Menambahkan layer/hirarki pada area struktur jaringan dapat dilakukan dengan menggunakan perintah ‘Tambahkan layer baru’. Arahkan pointer pada tombol yang terletak pada kumpulan tombol perintah (bagian kanan atas aplikasi), kemudian klik tombol ini – sebuah layer/hirarki baru akan dibuat dan ditempatkan pada posisi paling kanan setelah layer terakhir dibuat. Ada beberapa operasi yang dapat dilakukan pada layer/hirarki yang dibuat diantaranya mengganti deskripsi layer/hirarki, menghapus layer yang bersangkutan, menambahkan grup/sub layer, dan mengatur posisi anggotanya (grup/sub layer). Semua pilihan operasi ini pada layer. Visualisasi layer/hirarki beserta dapat diakses dengan meng-klik tombol beberapa pilihan operasi yang dapat digunakan diilustrasikan pada Gambar 19 Keterangan layer/hirarki Klik di sini untuk menampilkan menu utama Mengganti deskripsi/keterangan layer/hirarki Menghapus layer Menambahkan grup/sub layer baru Menyusun posisi grup/sub layer secara otomatis
Gambar 19 Layer/hirarki dan beberapa pilihan operasinya. Mengganti deskripsi layer/hirarki Desksipsi layer/hirarki dapat diganti sesuai kebutuhan seperti tujuan, aktor, faktor, strategi dan seterusnya. Untuk mengganti deskripsi layer/hirarki, aktifkan menu pilihan layer/hirarki dengan meng-klik tombol pada layer, kemudian pilih perintah ‘Edit Keterangan Layer Ini’. Sekali perintah ini dijalankan, judul layer akan berubah menjadi mode edit. Gantilah keterangan layer/hirarki sesuai keperluan kemudian diakhiri dengan menekan [Enter] untuk menyetujui perubahan. Untuk membatalkannya, tekan tombol [Esc] pada keyboard. Persiapan mengganti deskripsi layer/hirarki juga dapat diaktifkan dengan mengklik ganda judul layer/hirarki yang bersangkutan. Menghapus layer/hirarki Layer/hirarki dapat dihapus jika layer/hirarki ini tidak diperlukan. Klik tombol pada layer, kemudian pilih perintah ‘Hapus Layer Ini’. Perlu diketahui bahwa penghapusan layer akan mengakibatkan semua grup/sub layer beserta elemen – elemen yang ada pada layer/hirarki ini akan dihapus. Di samping itu penghapusan ini tidak dapat dibatalkan, karena itu yakinkan terlebih dahulu sebelum melakukan operasi ini.
217 Menambahkan grup/sub layer pada layer/hirarki Grup/sub layer dapat ditambahkan melalui operasi ‘Tambahkan Grup/Sub Layer’ pada menu pilihan layer. Arahkan pointer pada tombol , kemudian klik tombol ini untuk menampilkan menu pilihan layer. Pilihlah perintah yang bersesuaian untuk menambahkan. Mengatur posisi grup secara otomatis Posisi grup/sub layer yang terdapat pada sebuah layer/hirarki dapat disusun secara otomatis. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan meng-klik perintah ‘Susun Kembali Posisi Semua Grup’ yang ada pada menu pilihan layer.
Operasi Pada Grup/Sub Layer Grup/sub layer yang merupakan anggota dari sebuah layer diartikan sebagai kumpulan elemen – elemen. Dengan demikian penambahan elemen tidak dapat dilakukan sebelum grup/sub layer-nya dibuat. Pembuatan grup/sub layer dapat dilakukan dengan mengikuti prosedur yang telah dijelaskan pada bagian operasi pada layer/hirarki. Ada beberapa operasi dasar yang dapat dilakukan pada grup/sub layer ini di antaranya mengganti deskripsi/keterangan sub layer, menghapus grup, menambahkan elemen pada grup, dan mengkopi grup beserta elemen – elemennya ke memori. Operasi – operasi ini dapat diakses dengan meng-klik tombol pada grup/sub layer (Gambar 20) Keterangan grup/sub layer Klik di sini untuk menampilkan pilihan grup/sub layer Mengganti deskripsi/keterangan grup/sub layer Menghapus grup/sub layer Menambahkan elemen pada grup Mengkopi gambar grup & elemennya ke
Gambar 20 Visualisasi grup/sub layer beserta pilihan operasinya. Mengganti deskripsi grup/sub layer Deskripsi atau keterangan dari sebuah grup dapat diganti sesuai kebutuhan. Aktifkan pilihan grup/sub layer dengan mengklik tombol pada grup/sub layer, kemudian pilih ‘Edit Keterangan Grup/Sub Layer Ini’. Sekali perintah ini dijalankan, judul grup/sub layer berubah menjadi mode edit. Gantilah deskripsi/keterangan sesuai keperluan kemudian tekan [Enter] untuk menyetujui atau [Esc] untuk membatalkan. Menghapus grup/sub layer Grup/sub layer dapat dihapus jika tidak dipergunakan dalam analisa. Aktifkan pilihan pada grup/sub layer, kemudian klik – operasi grup/sub layer dengan meng-klik tombol perintah ‘Hapus Grup/sub Layer Ini’. Perlu diketahui bahwa kegiatan ini tidak dapat dibatalkan. Di samping itu penghapusan grup/sub layer mengakibatkan semua elemen yang
218 ada pada grup/sub layer ini juga dihapus. Dengan demikian yakinkan terlebih dahulu sebelum melakukan operasi ini. Menambahkan elemen pada grup Elemen pada grup/sub layer dapat ditambahkan melalui operasi ‘Tambahkan Elemen Pada Grup/Sub Layer Ini’ pada menu pilihan grup/sub layer. Arahkan pointer di atas tombol pada grup/sub layer, kemudian klik tombol ini untuk menampilkan menu pilihan grup/sub layer. Pilihlah perintah yang bersesuaian untuk menambahkan. Mengkopi tampilan grup Sebuah grup beserta elemen – elemennya dapat dikopi ke memori untuk kemudian digunakan pada aplikasi windows lainnya dalam bentuk bitmap. Klik tombol pada grup/sub layer untuk mengaktifkan pilihan operasi grup/sub layer – kemudian gunakan perintah ‘Kopi Grup Ini Ke Memori’. Sekali perintah ini dijalankan, visualisasi grup beserta elemen – elemennya tersimpan di memori. Gunakan operasi ‘Paste’ pada aplikasi dimana laporan anda dibuat untuk menempelkan gambar ini.
Operasi pada Elemen dan Jaringannya Secara taksis elemen merupakan entitas akhir dalam arsitektur jaringan AHP. Elemen – elemen berkumpul dalam sebuah grup/sub layer dan grup/sub layer ini berkumpul dalam sebuah layer/hirarki. Elemen juga merupakan objek terpenting dalam jaringan AHP, karena jaringan AHP pada prinsipnya menghubungkan elemen – elemen ini tanpa memperhatikan grup/sub layer atau layer/hirarki-nya. Beberapa operasi dasar yang dapat dilakukan terhadap sebuah elemen di antaranya mengganti deskripsi/keterangan elemen, menghapus elemen, menambahkan dan menghapus koneksi, menampilkan matriks pendapat, dan memilih warna teks dan warna konektor. Penambahan elemen dapat dilakukan dengan mengikuti prosedur pada bagian operasi pada grup/sub layer. Keterangan grup/sub layer Klik kanan area elemen ini untuk menampilkan pilihan operasi elemen Mengganti deskripsi/keterangan elemen Menghapus elemen Menambahkan elemen yang dipengaruhi Menambahkan elemen yang mempengaruhi Menghapus elemen yang dipengaruhi Menghapus elemen yang mempengaruhi
Gambar 21 Visualisasi pilihan operasi pada objek elemen. Mengganti deskripsi elemen Deskripsi atau keterangan elemen dapat diganti sesuai keperluan analisa. Aktifkan pilihan operasi elemen dengan meng-klik kanan elemen tersebut kemudian klik perintah ‘Edit Keterangan Elemen Ini’. Pada dialog yang ditampilkan, silahkan ganti deskripsi/keterangan
219 elemen tersebut, kemudian tekan [Enter] atau klik [OK] untuk melanjutkan dan tekan [Esc] atau klik [Cancel] untuk membatalkan. Untuk meyakinkan hasil editing anda, arahkan kembali pointer ke wilayah elemen tersebut, tunggu beberapa saat sampai ditayangkan informasi singkat mengenai elemen ini (Gambar 22) Klik di sini untuk melanjutkan Klik di sini untuk membatalkan Ganti keterangan elemen pada kotak dialog ini
Gambar 22 Visualisasi dialog editing deskripsi/keterangan elemen. Menghapus Elemen Sebuah elemen dapat dihapus apabila tidak diperlukan dalam jaringan AHP. Menghapus elemen dapat dilakukan dengan menggunakan perintah yang disediakan pada menu pilihan elemen. Klik-kanan elemen yang akan dihapus, kemudian klik perintah ‘Hapus Elemen Ini’. Perlu diketahui bahwa perintah ini tidak dapat dibatalkan, yakinkan terlebih dahulu bahwa elemen tersebut betul – betul akan di hapus. Operasi penghapusan elemen secara otomatis akan menghapus semua konektor yang terhubung dengan elemen yang bersangkutan. Menambahkan grup/sub layer pada layer/hirarki Koneksi antar elemen dapat dibuat dengan memberikan perintah ‘Tambahkan koneksi dari elemen...’ atau ‘Tambahkan koneksi ke elemen...’. Kedua perintah ini terdapat pada menu pilihan elemen. Aktifkan menu pilihan elemen dengan cara meng-klik kanan elemennya, kemudian klik perintah yang bersesuaian. Perintah ‘Tambahkan koneksi dari elemen...’ artinya menambahkan elemen – elemen yang dipengaruhi, dan perintah ‘Tambahkan koneksi ke elemen...’ berarti menambahkan elemen – elemen yang mempengaruhi elemen tersebut. Koneksi antar elemen ditandai dengan adanya sebuah garis penghubung atara dua elemen tersebut. Penambahan konektor antar elemen juga dapat dilakukan dengan cara melakukan operasi drag – drop. Seretlah elemen yang dipengaruhi ke elemen lain yang mempengaruhinya. Jika berhasil / diperbolehkan, konektor akan dibuat. Menghapus koneksi antar elemen Koneksi antara dua elemen dapat dihapus apabila tidak diperlukan. Aktifkan menu pilihan operasi elemen dengan cara meng-klik kanan salah satu elemen yang berhubungan kemudian klik perintah yang bersesuaian. Untuk menghapus koneksi ke elemen sebelumnya (elemen yang dipengaruhi) gunakan perintah ‘Hapus Koneksi dari Elemen…’ dan untuk menghapus koneksi ke elemen berikutnya (elemen yang mempengaruhi) gunakan perintah ‘Hapus Koneksi Ke Elemen…’. Perlu diketahui bahwa penghapusan konektor ini akan menghapus beberapa data penilaian pakar pada matriks pendapat karena matriks pendapat sebetulnya dibuat berdasarkan koneksi yang terbentuk antara beberapa elemen. Operasi ini tidak dapat dibatalkan, karena itu yakinkan terlebih dahulu jika anda akan menghapusnya.
220 Menampilkan matriks pendapat Untuk menampilkan matriks pendapat pakar yang mempengaruhi sebuah elemen, pengguna dapat menggunakan perintah yang disediakan pada menu pilihan operasi elemen. Klik – kanan elemen tersebut kemudian pilih perintah ‘Tampilkan Matriks Pendapat Pakar Terhadap Elemen x’, x adalah elemen anda pilih. Petunjuk operasional pada matriks pendapat pakar dibahas khusus pada bagian Matriks Pendapat Pakar. Mengatur warna teks dan konektor Warna teks pada elemen dan warna konektor antar elemen dapat diganti sesuai selera pengguna. Perintah – perintah ini disediakan pada menu pilihan operasi elemen yang dapat ditayangkan dengan meng-klik kanan elemen yang bersangkutan. Untuk mengganti warna teks pada elemen, gunakan perintah ‘Memilih Warna Huruf dan Konektor|Pilih Warna Huruf...’. Pada dialog yang ditampilkan, pilihlah warna sesuai selera kemudian klik [OK] untuk menyetujui atau [Esc] untuk membatalkan. Jika dialog pilihan warna teks ini disetujui maka warna teks akan berubah sesuai pilihan anda. Warna konektor juga dapat diganti sesuai selera pengguna. Klik kanan elemen yang merupakan awal koneksi kemudian gunakan perintah ‘Memilih Warna Huruf dan Konektor|Pilih Warna Konektor...’. Pada dialog yang ditampilkan pilihlah warna sesuai selera kemudian klik [OK] untuk menyetujui atau [Esc] untuk membatalkan. Jika dialog pilihan warna ini disetujui, maka semua konektor yang berasal dari elemen ini (menuju elemen – elemen pada layer/hirarki yang lebih tinggi) warnanya akan diganti sesuai pilihan pengguna (Gambar 23).
Pilihlah salah satu warna yang tersedia pada dialog ini
Klik di sini untuk menampilkan warna lainnya
Klik di sini untuk membatalkan Klik di sini untuk melanjutkan
Gambar 23 Dialog Pilihan Warna Teks dan Konektor.
Panel Resume Analisis Panel resume analisis digunakan sebagai panel hasil agregasi pendapat pakar secara vertikal. Panel ini akan muncul jika dilakukan prosedur agregasi vertikal (pengolahan AHP secara keseluruhan). Ilustrasi panel resume analisis dapat dilihat pada Gambar 24 berikut ini.
221
Kopi resume ke memori Tutup panel resume
Gambar 24 Visualisasi Panel Resume Analisis. Ada dua perintah yang dapat digunakan oleh pengguna pada panel resume analisis ini yaitu mengkopi resume ke memori dan menutup resume analisis. Hasil pengolahan AHP yang ditayangkan pada panel resume analisis dapat dikopi ke memori dalam bentuk bitmap untuk kemudian klik tombol ini, resume keperluan reporting. Arahkan pointer menuju tombol analisis akan disimpan dalam memori. Gunakan operasi ‘Paste’ pada aplikasi reporting anda (Microsoft Word misalnya) untuk menempelkan gambar resume ini. Resume analisis dapat dihilangkan apabila tidak diperlukan (misalnya area struktur jaringan terlalu kecil). Klik tombol pada panel resume analisis untuk menghilangkannya.
Matriks Pendapat Pakar Matriks pendapat pakar merupakan lembar pengisian pendapat pakar mengenai pengaruh elemen – elemen terhadap elemen lainnya yang berada pada hirarki yang lebih tinggi. Penilaian ini mencerminkan kekuatan perbandingan kekuatan 2 (dua) buah elemen terhadap elemen lain yang dipengaruhinya, karena itu dialog pendapat pakar disajikan dalam bentuk matriks (Gambar 25) Kopi semua pendapat ke memori Tambahkan responden baru Tutup matriks pendapat Kopi pendapat ke memori Informasi Pakar
Informasi Konsistensi Pendapat
Pendapat Agregat dari Keseluruhan Pakar
Informasi mengenai elemen yang berpengaruh
Gambar 25 Visualisasi Matriks Pendapat Pakar.
222 Halaman matriks pendapat pakar terdiri dari dua bagian utama yaitu matriks pendapat individu dan matriks pendapat agregat. Matriks pendapat individu adalah matriks pendapat dimana pengguna dapat melakukan input data berdasarkan hasil pengamatan. Matriks pendapat individu terletak pada bagian kiri layar dan terdiri dari satu atau lebih matriks yang disediakan untuk satu atau lebih responden. Di sisi lain (sebelah kanan) terdapat sebuah matriks pendapat yang merupakan matriks pendapat agregat. Menambah dan Menghapus Matriks Pendapat Secara default modul AHP menyediakan sebuah matriks yakni untuk seorang responden/pakar. Akan tetapi pakar/responden ini dapat ditambah atau dikurangi sesuai yang terletak di keperluan. Untuk menambahkan responden, arahkan pointer pada tombol sebelah kanan atas halaman matriks pendapat. Klik tombol ini – sebuah matriks baru ditambahkan dengan nama responden/pakar yang secara default diberikan inisial R. Gantilah informasi responden/pakar ini sesuai keperluan dengan menggunakan prosedur mengganti informasi responden. Untuk menghapus pendapat pakar, gunakan perintah ‘Hapus Matriks Pendapat Ini’. yang terdapat pada baris terbawah matriks pendapat yang Arahkan pointer di atas tombol bersangkutan. Klik tombol ini – pendapat pakar akan dihapus. Perlu diketahui bahwa perintah ini tidak dapat dibatalkan, yakinkan terlebih dahulu sebelum anda menghapusnya. Mengganti Informasi Responden Informasi responden dapat diganti sesuai keperluan pengguna. Klik ganda pada area informasi responden kemudian masukan informasi responden sesuai keperluan. Tekan [Enter] untuk menyetujui atau [Esc] untuk membatalkan. Catatan : Dianjurkan untuk memberikan informasi responden yang unik dan singkat untuk menghindari kemungkinan konfliknya variabel dalam sistem. Mengkopi Pendapat ke Memori Pendapat pakar dapat dikopi ke memori windows dalam bentuk bitmap. Fasilitas ini dirancang khusus untuk keperluan reporting atau dokumentasi lainnya. Untuk mengkopi pendapat masing – masing pakar, arahkan pointer pada tombol ‘Kopi matriks pendapat ke memori’ yang terdapat pada baris terbawah matriks pendapat yang bersangkutan. Klik tombol ini, pendapat akan disimpan dalam memori untuk kemudian digunakan pada aplikasi windows lainnya. Untuk mengkopi semua pendapat sekaligus, gunakan tombol kopi yang terdapat pada bagian kanan atas halaman matriks pendapat. Melakukan Prosedur Agregasi Horisontal Agregasi horisontal merupakan serangkaian prosedur iteratif untuk menghasilkan vektor yang stasioner (lamda maksimum). Prosedur ini pada prinsipnya melibatkan operasi perkalian matriks berulang sehingga menghasilkan nilai vektor dalam ketelitian 4 (empat) desimal. Klik tombol pada matriks pendapat untuk melakukan prosedur agregasi. Hasil perhitungannya ditayangkan dalam kolom vektor. Perintah ini juga melibatkan perhitungan agregat dari pendapat – pendapat pakar dengan menggunakan rata – rata geometris, hasilnya ditayangkan pada matriks pendapat agregat (matriks pendapat yang ditempatkan pada bagian kanan halaman). Matriks Pendapat dan Vektor Prioritas Pengisian matriks pendapat terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu pengisian pendapat dengan membandingkan masing – masing elemen (non direct) dan pengisian secara langsung (direct). Pengisian pendapat non direct dilakukan dengan cara membandingkan kekuatan
223 pengaruh antar elemen pada baris terhadap elemen – elemen pada kolom. Apabila pengaruh elemen baris lebih besar dari pada pada kolom maka nilai yang diberikan adalah x, sebaliknya jika elemen kolom lebih besar daripada elemen baris maka nilai yang diberikan adalah 1/x. x didefinisikan sebagai tingkat kekuatan pengaruh yang nilainya antara 1 dan 9. Untuk pengisian pendapat non direct, arahkan pointer pada tombol pada sel yang diperbandingkan, kemudian klik tombol ini. Pada menu penilaian yang muncul disediakan beberapa pilihan nilai, klik salah satu perintah sesuai penilaian pakar terhadap sel tersebut. Tidak semua sel diperbolehkan untuk diisi karena secara beberapa sel akan diisi secara otomatis. Untuk diagonal utama misalnya secara otomatis akan diberi nilai 1 (satu) dan untuk diagonal yang berlawanan akan diberi nilai inversi dari data masukan.
Aktifkan ceklis ini jika pendapat direct Klik ganda di kolom ini untuk penilaian direct
Klik tombol ini untuk menampilkan pilihan nilai
Gambar 26 Visualisasi penilaian matriks pendapat pakar Pendapat direct dimaksudkan untuk mengisi pendapat pakar secara langsung tanpa membandingkan antara elemen – elemennya. Dengan demikian penilaian kekuatan diberikan secara langsung oleh pengguna dengan memasukan nilai numerik. Perhitungan vektor untuk pendapat direct disini cukup sederhana yaitu dengan membuat proporsi dari nilai totalnya. Untuk penilaian direct dari sebuah elemen dapat dilakukan dengan cara meng-klik ganda kolom ‘Direct’ pada baris yang bersesuaian dengan elemennya. Masukkan penilaian sesuai pengamatan kemudian tekan [Enter] untuk melanjutkan atau [Esc] untuk membatalkan. Menutup Halaman Matriks Pendapat Menutup halaman matriks pendapat pakar untuk kembali ke halaman utama dapat dilakukan dengan cara mengklik tombol sebelah kanan halaman matriks pendapat. Arahkan pointer pada tombol tersebut, kemudian lakukan klik kiri pada mouse anda. Informasi Elemen – Elemen Yang Berpengaruh Informasi elemen pada baris dan kolom yang ditampilkan hanya berupa nomor elemen dan bukan informasi elemen sebenarnya. Informasi elemen – elemen ini diletakan pada bagian bawah kanan atau setelah matriks pendapat agregat. Interpretasi Pendapat Direct dan Non Direct Bagaimana pendapat direct dan non direct digunakan dalam pengolahan vertikal ?. Pada agregasi/pengolahan vertikal pendapat yang diperhitungkan adalah pendapat geometris dari keseluruhan pakar. Pendapat ini tergantung dari opsi yang ditetapkan pengguna pada saat pengisian matriks pendapat. Jika semua opsi ‘Direct?’ yang ada pada matriks pendapat diaktifkan, maka nilai yang diagregasi adalah nilai – nilai direct-nya. Sementara jika salah satu dari pendapat opsi ‘Direct ?’ dimatikan maka agregasi yang dilakukan adalah agregasi terhadap penilaian non – direct. Dengan demikian agregasi direct pada proses pengolahan vertikal ini hanya dilakukan apabila semua opsi ‘Direct ?’ pada matriks pendapat diaktifkan.
224
Tombol Perintah Utama Pada halaman utama aplikasi ini disediakan sebuah kumpulan tombol perintah yang diletakkan pada bagian kanan atas aplikasi. Kumpulan tombol perintah ini dirancang untuk beberapa kepentingan diantaranya utilitas dokumentasi, setting halaman/kanvas, menambahkan layer/hirarki, melakukan agregasi vertikal, dan menampilkan petunjuk teknis penggunaan aplikasi. Berikut adalah visualisasi dan keterangan singkat mengenai kumpulan tombol perintah utama (Gambar 27)
Petunjuk teknis penggunaan aplikasi Lakukan agregasi pengolahan vertikal Menambahkan layer/hirarki baru Setting ukuran halaman/kanvas Mengkopi struktur jaringan ke memori Menyimpan dokumen aktif Membuka dokumen… Membuat dokumen baru
Gambar 27 Kumpulan tombol perintah utama Membuat Dokumen Baru Membuat dokumen baru merupakan perintah yang dapat digunakan untuk mengosongkan lembar kerja dan membuat struktur jaringan yang betul – betul baru. Arahkan yang terdapat pada kumpulan tombol perintah, kemudian klik pointer di atas tombol tombol ini – lembar kerja/area struktur jaringan akan dikosongkan dan database baru akan dibuat. Membuka Dokumen Modul AHP menyediakan fasilitas untuk membuka dokumen yang sebelumya telah tersimpan dalam media penyimpan seperti hard disk, floppy disk, flash disk, dan sejenisnya. Klik tombol (membuka dokumen) yang terdapat pada kumpulan tombol perintah utama – kemudian pengguna diminta untuk menentukan nama dokumen yang akan dibuka. Silahkan tentukan lokasi dimana dokumen tersebut diletakkan kemudian klik [Open] atau tekan [Enter] untuk melanjutkan. Untuk membatalkan, klik tombol [Cancel] atau tekan [Esc] pada keyboard. Semua dokumen AHP secara default disimpan dalam file berekstensi *.eatp. Visualisasi Dialog pembukaan dokumen dapat dilihat pada Gambar 28 berikut.
225
Pilih lokasi file di sini
Klik nama file yang akan dibuka
Klik di sini untuk melanjutkan Klik di sini untuk membatalkan
Gambar 28 Dialog membuka dokumen Menyimpan dokumen aktif Ada kemungkinan pengguna tidak dapat melanjutkan pekerjaan karena satu dan lain hal sementara simulasi atau bahkan entri data belum selesai. Dalam kondisi ini pengguna dapan menunda pekerjaan tersebut kemudian dilanjutkan pada kesempatan lain. Simpanlah dokumen tersebut dalam bentuk file. Klik tombol (Menimpan dokumen aktif) yang terletak pada kumpulan tombol perintah utama. Jika dokumen yang sedang aktif belum memiliki nama dokumen, maka dialog permintaan nama dokumen akan ditampilkan. Tetapkan lokasi dan nama dokumen pada dialog tersebut, kemudian klik [OK] atau tekan [Enter] untuk melanjutkan dan klik [OK] atau tekan [Esc] ntuk membatalkan. Jika dokumen tersebut sudah mempunyai nama file, sistem tidak lagi meminta nama dokumen.
Pilih lokasi file di sini
Tuliskan nama file di sini Klik di sini untuk melanjutkan Klik di sini untuk membatalkan
Gambar 29 Dialog menyimpan dokumen Kopi ke memori Untuk keperluan laporan mengenai struktur jaringan dan vektor – vektornya, pengguna dapat menggunakan fasilitas kopi struktur jaringan ke memori. Perintah ini digunakan untuk
226 mengkopi struktur jaringan ke memori untuk kemudian ditempelka n pada aplikasi pelaporan lain seperti Microsoft Word, Microsoft Excel, Microsoft Powerpoint, dan sejenisnya. Klik yang diletakkan pada kumpulan tombol perintah utama, struktur tombol yang bertanda jaringan beserta vektor – vektornya otomatis tersimpan di memori dalam bentuk bitmap. Gunakan fasilitas Paste pada aplikasi pelaporan anda untuk menempelkan struktur jaringan ini. Setting ukuran halaman/kanvas Ukuran kertas/halaman/lembar kerja struktur jaringan dapat diubah sesuai keperluan. Gunakan perintah (Setting ukuran kertas/kanvas), kemudian pada dialog yang ditampilkan silahkan pilih jenis kertas sesuai keinginan anda. Jika jenis kertas tidak tersedia, pengguna dapat menentukan ukuran kertas secara manual dalam satuan cm. untuk menyetujui perubahan ukuran kertas/kanvas, klik [Lanjut] atau tekan [Enter], dan untuk membatalkannya klik [Batal] atau tekan [Esc] pada keyboard (Gambae 30) Klik di sini untuk melanjutkan Klik di sini untuk membatalkan Ceklis ini menunjukkan bahwa dimensi horisontal ditukar dengan vertikal dan sebaliknya
Gambar 30 Visualisasi pilihan ukuran kertas Menambahkan layer/hirarki baru Tombol berikutnya yang disediakan pada kumpulan tombol perintah adalah tombol yang dapat digunakan untuk menambahkan layer/hirarki baru ( ). Klik tombol tersebut jika anda ingin menambahkan layer/hirarki baru, sebuah layer baru akan dibuat dan ditempatkan pada kolom paling kanan dalam struktur jaringan. Melakukan prosedur agregasi vertikal Agregasi vertikal merupakan prosedur yang digunakan untuk menghitung nilai–nilai vektor semua elemen yang terlibat dalam analisis. Untuk melakukan prosedur agregasi vertikal, modul AHP menyediakan sebuah tombol yang ditempatkan pada kumpulan tombol perintah utama. Arahkan pointer pada tombol yang bertanda , kemudian klik tombol ini. Silahkan tunggu beberapa saat lamanya sehingga panel resume analisis ditampilkan.
227 Menampilkan petunjuk teknis penggunaan aplikasi Untuk menampilkan petunjuk teknis penggunaan modul, pengguna dapat meng-klik tombol perintah yang bertanda pada kumpulan tombol perintah utama. Petunjuk penggunaan ini akan ditampilkan pada aplikasi windows help. (Gambar 31).
Gambar 31 Tahapan kegiatan penggunaan modul AHP yang direkomendasikan.
Tahapan Penggunaan Modul Topik ini membahas mengenai tahapan penggunaan modul yang dianjurkan untuk mempermudah penyelesaian sebuah permasalahan menggunakan aplikasi modul AHP. Tahapan penggunaan aplikasi ini dimulai dari persiapan, tahapan inisialisasi struktur jaringan (layer/hirarki, elemen beserta struktur jaringannya) sampai kepada pengisian matriks pendapat dan hasil akhir pengolahan. 1. Persiapan Pekerjaan. Kegiatan yang pertama kali dilakukan pada modul AHP adalah menyiapkan dokumen aktif yaitu dokumen yang sedang dikerjakan. Persiapan dokumen aktif ini dapat dilakukan dengan cara membuka atau membuat dokumen baru. Membuat dokumen baru merupakan kegiatan yang dapat diartikan ‘membuat pekerjaan baru’ yaitu pekerjaan dengan struktur jaringan yang masih kosong. Sementara itu membuka dokumen adalah kegiatan membuka dokumen yang sebelumnya disimpan dalam bentuk file. Membuka dokumen dapat juga diartikan ‘melanjutkan pekerjaan’ lama yang tertunda. 2. Inisialisasi Layer/Hirarki. Tahap ke dua yang dianjurkan dalam operasionalisasi modul AHP adalah tahap inisialisasi hirarki. Pada tahap ini pengguna diharuskan mengisi area struktur jaringan dengan beberapa layer/hirarki. Layer/hirarki perlu dibuat terlebih dahulu sebelum grup/sub layer pada sebuah layer/hirarki. Petunjuk operasional mengenai penambahan (penghapusan) layer dapat dilihat pada prosedur yang telah dijelaskan sebelumnya. 3. Inisialisasi Grup/ Sub Layer. Setelah layer/hirarki dibuat, pengguna diharuskan mengisi satu atau lebih grup/sub layer pada layer/hirarki tersebut. Grup/sub layer ini dibuat sebagai holder – tempat dimana elemenelemen dikumpulkan. Harus ada minimal 1 (satu) buah grup/sub layer dalam setiap
228 layer/hirarki. Petunjuk operasional mengenai penambahan (penghapusan) grup/sub layer dapat dilihat pada prosedur yang telah dijelaskan sebelumnya. 4. Inisialisasi Elemen. Tahap berikutnya adalah tahap inisialisasi elemen. Pada tahap ini pengguna diwajibkan mendaftarkan elemen-elemen pada setiap grup/sub layer yang dibuat. Daftarkan minimal 1 (satu) buah elemen pada setiap grup/sub layer. Petunjuk operasional mengenai penambahan (penghapusan) elemen dapat dilihat pada prosedur yang telah dijelaskan sebelumnya. 5. Inisialisasi Struktur Jaringan Antar Elemen. Setelah semua elemen didaftarkan, selanjutnya pengguna diharuskan menetapkan struktur jaringan (keterkaitan) antar elemen. Lakukan prosedur ini sesuai petunjuk menambah dan menghapus koneksi antar elemen seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. 6. Pengisian Matriks Pendapat Pakar. Setelah semua elemen didaftarkan dan struktur jaringan (koneksi antar elemen) telah ditetapkan, berikutnya pengguna diharuskan melengkapi lembar matriks pendapat pakar. Lengkapi semua form yang ada pada halama ini sesuai dengan penilaian masing-masing pakar/pengambil keputusan. Prosedur pengisian matriks pendapat pakar telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Ada kemungkinan pengguna perlu menambah/menghapus pakar yang melakukan penilaian terhadap permasalahan yang dianalisa. Lakukan penambahan dan penghapusan pakar sesuai kebutuhan dengan catatan jumlah pakar yang menilai harus lebih dari 1 (satu) orang. Untuk menambahkan/menghapus pakar, gunakan prosedur seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengisian matriks pendapat adalah mengenai persyaratan konsistensi pendapat. Semua pendapat pakar harus konsisten sebelum prosedur agregasi pengolahan vertikal dilakukan. Informasi konsistensi ini dihitung secara otomatis dan dapat dilihat pada matriks pendapat setiap pakar. 7. Lakukan Agregasi Pengolahan Vertikal.
Apabila langkah-langkah tersebut telah dijalankan dengan baik dan persyaratan konsistensi pendapat telah dipenuhi, maka prosedur pengolahan vertikal dapat dilakukan. Perintah pengolahan agregasi pendapat disajikan berupa tombol yang terdapat pada kumpulan tombol perintah utama.
Modul ISM VAXO Kumpulan Perintah Dokumentasi Bagian dokumentasi didesain sebagai fasilitas untuk mempermudah pengguna dalam manajemen data yang dianalisis. Bagian ini memiliki fitur-fitur yang dapat digunakan untuk membuat dokumen baru, menyimpan dokumen, membuka dokumen yang sebelumnya telah disimpan dalam media penyimpan. Semua fitur yang ada dalam bagian dokumentasi, seperti halnya fitur-fitur lain - dapat diakses pada semua halaman dialog yang ditampilkan.
229 Membuat Dokumen Baru Perintah ini digunakan untuk membuat dokumen yang sama sekali baru dengan identitas pakar, sub elemen, dan pendapat yang belum diinisialisasi. Operasi ‘membuat dokumen baru’ dapat juga didefinisikan sebagai kegiatan mengosongkan variabel-variabel yang terlibat. Simpanlah selalu dokumen yang sedang dikerjakan jika anda memerlukannya pada kesempatan lain. Membuka Dokumen Modul ISM VAXO menyediakan fasilitas untuk membuka dokumen yang sebelumya telah tersimpan dalam media penyimpan seperti hard disk, floppy disk, flash disk, dan sejenisnya. Klik tombol (membuka dokumen) yang terdapat pada kumpulan tombol perintah utama – kemudian pengguna diminta untuk menentukan nama dokumen yang akan dibuka. Silahkan tentukan lokasi dimana dokumen tersebut diletakkan kemudian klik [Open] atau tekan [Enter] untuk melanjutkan. Untuk membatalkan, klik tombol [Cancel] atau tekan [Esc] pada keyboard. Dialog membuka dokumen dapat dilihat pada Gambar 32 berikut.
Pilih lokasi file di sini Klik nama file yang akan dibuka
Klik di sini untuk melanjutkan Klik di sini untuk membatalkan
Gambar 32 Dialog membuka dokumen
230 Menyimpan dokumen aktif Untuk menyimpan dokumen aktif dalam bentuk file, gunakan tombol (Menyimpan dokumen aktif) yang terletak pada kumpulan tombol perintah utama. Jika dokumen yang aktif belum memiliki nama dokumen, maka nama dokumen akan ditanyakan. Tetapkan lokasi dan nama dokumen pada dialog tersebut, kemudian klik [OK] atau tekan [Enter] untuk melanjutkan dan klik [Save] atau tekan tombol [Esc] untuk membatalkan. Jika dokumen tersebut sudah mempunyai nama file, sistem tidak lagi meminta nama dokumen. Modul akan menghapus dokumen yang ada jika anda memberikan nama file yang sama (Gambar 33)
Pilih lokasi file di sini
Tuliskan nama file di sini Klik di sini untuk melanjutkan Klik di sini untuk membatalkan
Gambar 33 Dialog menyimpan dokumen Inisialisasi Sub Elemen Inisialisasi sub elemen merupakan kegiatan menambah/menghapus sub elemen pada elemen sistem yang dianalisa. Pada bagian ini pengguna diharuskan melengkapi lembar kerja dengan deskripsi sub elemen-sub elemen sesuai dengan keperluan analisa. Arahkan pointer pada perintah ‘Sub Elemen, kemudian klik perintah ini untuk menampilkan halaman inisialisasi sub elemen (Gambar 34)
231
Gambar 34 Halaman inisialisasi sub elemen pada modul ISM VAXO. User interface untuk kegiatan menambah dan menghapus deskripsi sub elemen adalah berupa lembar kerja yang ditangani secara khusus oleh Grid Recorder Control. Karena itu semua tahapan yang berkaitan kegiatan editing pada halaman inisialisasi sub elemen diuraikan secara umum pada bagian tersebut.
Matriks Pendapat dan Hasil Akhir Pengolahan Matriks pendapat pakar dalam modul ISM VAXO merupakan lembar penilaian pakar/pengambil keputusan terhadap skor interdependensi antar sub elemen dalam sistem yang dikaji. Arahkan pointer pada perintah ‘Pendapat dan Hasil’ kemudian klik perintah ini untuk menampilkan halaman matriks pendapat. Visualisasi dialog halaman matriks pendapat pakar pada modul ISM VAXO dapat dilihat pada Gambar 35 berikut. Pendapat pakar sebelumnya Pendapat pakar berikutnya Area Pendapat
Pendapat pakar agregat Hasil pengolahan
Gambar 35 Halaman matriks pendapat pakar pada modul ISM VAXO
232 Pengisian Matriks Pendapat Matriks pendapat pakar diisi dengan memberikan nilai – nilai kontekstual antar sub elemen. Nilai – nilai kontekstual tersebut antara lain digeneralisasi dalam bentuk V, A, X, dan O. Masukkan V jika sub elemen baris mempengaruhi / lebih tinggi dari sub elemen kolom, sebaliknya gunakan A jika sub elemen baris dipengaruhi / lebih rendah dari sub elemen kolom, atau O jika tidak ada hubungan kontekstual diantara sub elemen tersebut, dan X jika ke dua sub elemen saling membengaruhi atau sama – sama penting. Pengisian matriks pendapat pada modul ISM VAXO dapat dilakukan dengan prosedur yang sangat mudah. Tampilkan matriks pendapat pakar tertentu dengan meng-klik tombol atau tombol , kemudian isilah area pendapat dengan skor sesuai pendapat pakar yang bersangkutan dan diakhiri dengan menekan tombol [Enter] untuk menyetujui perubahan. Untuk membatalkannya, gunakan tombol [Esc] pada keyboard. Simpan semua perubahan dengan prosedur yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya jika pekerjaan telah selesai. Hasil Akhir Pengolahan Matriks pendapat semua pakar harus dilengkapi setelah itu, hasil pengolahan modul ISM VAXO dapat dilihat pada halaman resume pendapat. Arahkan pointer pada tombol (‘Tampilkan/hilangkan resume pendapat’) kemudian klik tombol tersebut untuk menampilkan hasil pengolahan modul ISM VAXO (Gambar 36)
Kopi ke memori Struktur sub elemen Grafik interdependensi Matriks Revisi
Matriks Reachibility
Gambar 36 Dialog hasil pengolahan modul ISM VAXO. Hasil akhir pengolahan pada modul ISM VAXO dapat berupa hasil pengolahan individu dan hasil pengolahan kelompok (agregat) tergantung kepada matriks pendapat yang aktif. Jika pendapat yang aktif adalah pendapat individu, maka hasil pengolahan modul ISM VAXO adalah berupa hasil pengolahan pendapat pakar yang bersangkutan. Sebaliknya jika pendapat yang aktif berupa pendapat agregat, maka hasil pengolahan modul ISM VAXO adalah hasil pengolahan agregat. Pendapat agregat adalah pendapat rata-rata secara geometis dari keseluruhan pendapat. Arahkan pointer pada tombol ‘Tampilkan/hilangkan pendapat agregat’ kemudian klik
233 tombol tersebut untuk menampilkan pendapat agregat. Klik sekali lagi untuk kembali ke pendapat individu (pendapat sebelumnya). Hasil pengolahan modul ISM VAXO dibagi ke dalam 4 (empat) bagian antara lain: matriks reachibility, matriks revisi, grafik interdependensi, dan struktur interdependensi antar sub elemen. Klik salah satu perintah yang disediakan pada bagian kanan bawah halaman dialog untuk menampilkan bentuk-bentuk hasil pengolahan yang dimaksud.
234
Lampiran 11 Parameter Sistem Pakar No
Parameter
Satuan Penilaian
1.
Bahan Baku
Rendah Sedang Tinggi sangat Tinggi
2.
Proses Pengolahan
Rendah Sedang Tinggi sangat Tinggi
3.
Pemasaran
Rendah Sedang Tinggi sangat Tinggi
4.
Finansial
Rendah Sedang Tinggi sangat Tinggi
Lampiran 12 Kebijakan Sistem Pakar No Diskripsi 1. Perluasan pengadaan benih berkualitas melalui sisrem waralaba dan penyediaan pupuk yang mencukupi untuk perkebunan kelapa sawit dan sosialisasi penerapan GAP perkebunan sawit untuk perkebunan plasma 2. Menghasilkan biodiesel dengan kualitas yang memenuhi standar nasional biodiesel Indonesia (SNI) 3. Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit. 4. Penguatan dan pengembangan kapasitas riset pusat penelitian kelapa sawit dari hulu hingga hilir 5. Mandatori penggunaan biodiesel untuk transportasi dan industri 6. Melakukan promosi dan pemasaran biodiesel dari kelapa sawit ke negaranegara maju yang mengimpor minyak nabati seperti Jepang dan Korea 7. Pengembangan SDM untuk R & D biodiesel di sekolah-sekolah dari tingkat SMK, sekolah kejuruan, akademi, politeknik, hingga ke tingkat perguruan tinggi. 8. Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN. . 9. Memberikan intensif bagi pabrik biodiesel yang bersedia membangun pabrik biodiesel kelokasi klaster industri kelapa sawit di propinsi Riau, Kalimantan Timur dan Sumatra Utara 10. Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah 11. Pengembangan infrastuktur seperti jalan, jalur kereta api, pelabuhan, dan tangki timbun
235
Lampiran 13 Skenario Rule Base Aturan-1 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Penguatan dan pengembangan kapasitas riset pusat penelitian kelapa sawit dari hulu hingga hilir
Aturan-2 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Memberikan intensif bagi pabrik biodiesel yang bersedia membangun pabrik biodiesel kelokasi klaster industri kelapa sawit di propinsi Riau, Kalimantan Timur dan Sumatra Utara
Nilai Rendah Rendah Rendah Rendah
Nilai Rendah Rendah Rendah Sedang
Aturan-3 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Rendah And Proses Pengolahan Rendah And Pemasaran Rendah And Finansial Tinggi THEN Memberikan intensif bagi pabrik biodiesel yang bersedia membangun pabrik biodiesel kelokasi klaster industri kelapa sawit di propinsi Riau, Kalimantan Timur dan Sumatra Utara Aturan-4 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Memberikan intensif bagi pabrik biodiesel yang bersedia membangun pabrik biodiesel kelokasi klaster industri kelapa sawit di propinsi Riau, Kalimantan Timur dan Sumatra Utara
Nilai Rendah Rendah Rendah Sangat tinggi
236
Aturan-5 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit
Aturan-6 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit Aturan-7 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Mandatori penggunaan biodiesel untuk transportasi dan industri.
Aturan-8 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Mandatori penggunaan biodiesel untuk ransportasi dan industri
Nilai Rendah Rendah Sedang Rendah
Nilai Rendah Rendah Sedang Sedang
Nilai Rendah Rendah Sedang Tinggi
Nilai Rendah Rendah Sedang Sangat tinggi
Aturan-9 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Rendah And Proses Pengolahan Rendah And Pemasaran Tinggi And Finansial Rendah THEN Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit
237
Aturan-10 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit Aturan-11 Logika IF And And And THEN
Nilai Rendah Rendah Tinggi Sedang
Parameter Nilai Bahan Baku Rendah Proses Pengolahan Rendah Pemasaran Tinggi Finansial Tinggi Melakukan promosi dan pemasaran biodiesel dari kelapa sawit ke negara-negara maju yang mengimpor minyak nabati seperti Jepang dan Korea.
Aturan-12 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN
Aturan-13 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit Aturan-14 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit
Nilai Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi
Nilai Rendah Rendah Sangat Tinggi Rendah
Nilai Rendah Rendah Sangat Tinggi Sedang
238
Aturan-15 Logika IF And And And THEN
Aturan-16 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit
Nilai Rendah Rendah Sangat Tinggi Tinggi
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit
Nilai Rendah Rendah Sangat Tinggi Sangat Tinggi
Aturan-17 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Rendah And Proses Pengolahan Sedang And Pemasaran Rendah And Finansial Rendah THEN Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN. Aturan-18 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Rendah And Proses Pengolahan Sedang And Pemasaran Rendah And Finansial Sedang THEN Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN. Aturan-19 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Rendah And Proses Pengolahan Sedang And Pemasaran Rendah And Finansial Tinggi THEN Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah
239
Aturan-20 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah
Nilai Rendah Sedang Rendah Sangat Tinggi
Aturan-21 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Rendah And Proses Pengolahan Sedang And Pemasaran Sedang And Finansial Rendah THEN Mandatori penggunaan biodiesel untuk transportasi dan industri . Aturan-22 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Rendah And Proses Pengolahan Sedang And Pemasaran Sedang And Finansial Sedang THEN Mandatori penggunaan biodiesel untuk transportasi dan industri Aturan-23 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Rendah And Proses Pengolahan Sedang And Pemasaran Sedang And Finansial Tinggi THEN Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah Aturan-24 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah
Nilai Rendah Sedang Sedang Sangat Tinggi
240
Aturan-25 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Rendah And Proses Pengolahan Sedang And Pemasaran Tinggi And Finansial Rendah THEN Mandatori penggunaan biodiesel untuk transportasi dan industri. Aturan-26 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Rendah And Proses Pengolahan Sedang And Pemasaran Tinggi And Finansial Sedang THEN Mandatori penggunaan biodiesel untuk transportasi dan industri. Aturan-27 Logika IF And And And THEN
Parameter
Nilai Bahan Baku Rendah Proses Pengolahan Sedang Pemasaran Tinggi Finansial Tinggi Mandatori penggunaan biodiesel untuk transportasi dan industri.
Aturan-28 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN. Aturan-29 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit
Nilai Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Nilai Rendah Sedang Sangat Tinggi Rendah
241
Aturan-30 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit Aturan-31 Logika IF And And And THEN
Aturan-32 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit
Nilai Rendah Sedang Sangat Tinggi Sedang
Nilai Rendah Sedang Sangat Tinggi Tinggi
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit
Nilai Rendah Sedang Sangat Tinggi Sangat Tinggi
Aturan-33 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Rendah And Proses Pengolahan Tinggi And Pemasaran Rendah And Finansial Rendah THEN Pengembangan SDM untuk R & D biodiesel di sekolah-sekolah dari tingkat SMK, sekolah kejuruan, akademi, politeknik, hingga ke tingkat perguruan tinggi Aturan-34 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Penguatan dan pengembangan kapasitas riset pusat penelitian kelapa sawit dari hulu hingga hilir
Nilai Rendah Tinggi Rendah Sedang
242
Aturan-35 Logika IF And And And THEN
Aturan-36 Logika IF And And And THEN
Aturan-37 Logika IF And And And THEN
Aturan-38 Logika IF And And And THEN
Aturan-39 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Rendah Proses Pengolahan Tinggi Pemasaran Rendah Finansial Tinggi Pengembangan SDM untuk R & D biodiesel di sekolah-sekolah dari tingkat SMK, sekolah kejuruan, akademi, politeknik, hingga ke tingkat perguruan tinggi.
Parameter Nilai Bahan Baku Rendah Proses Pengolahan Tinggi Pemasaran Rendah Finansial Sangat Tinggi Memberikan intensif bagi pabrik biodiesel yang bersedia membangun pabrik biodiesel kelokasi klaster industri kelapa sawit di propinsi Riau, Kalimantan Timur dan Sumatra Utara
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN
Nilai Rendah Tinggi Sedang Rendah
Parameter Nilai Bahan Baku Rendah Proses Pengolahan Tinggi Pemasaran Sedang Finansial Sedang Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN
Parameter Nilai Bahan Baku Rendah Proses Pengolahan Tinggi Pemasaran Sedang Finansial Tinggi Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN
243
Aturan-40 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Rendah Proses Pengolahan Tinggi Pemasaran Sedang Finansial Sangat Tinggi Memberikan intensif bagi pabrik biodiesel yang bersedia membangun pabrik biodiesel kelokasi klaster industri kelapa sawit di propinsi Riau, Kalimantan Timur dan Sumatra Utara
Aturan-41 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Melakukan promosi dan pemasaran biodiesel dari kelapa sawit ke negara-negara maju yang mengimpor minyak nabati seperti Jepang dan Korea.
Aturan-42 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Lokasi pabrik biodiesel dekat dengan kebun sawit dan peningkatkan ketahanan energi di pedesaan Aturan-43 Logika IF And And And THEN
Nilai Rendah Tinggi Tinggi Rendah
Nilai Rendah Tinggi Tinggi Sedang
Parameter Nilai Bahan Baku Rendah Proses Pengolahan Tinggi Pemasaran Tinggi Finansial Tinggi Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN
Aturan-44 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Rendah And Proses Pengolahan Tinggi And Pemasaran Tinggi And Finansial Sangat Tinggi THEN Mandatori penggunaan biodiesel untuk transportasi dan industri
244
Aturan-45 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Rendah And Proses Pengolahan Tinggi And Pemasaran Sangat Tinggi And Finansial Rendah THEN Mandatori penggunaan biodiesel untuk transportasi dan industri Aturan-46 Logika IF And And And THEN
Aturan-47 Logika IF And And And THEN
Aturan-48 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN.
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit
Parameter Bahan Baku Proses Pengolaha Pemasaran Finansial Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN
Nilai Rendah Tinggi Sangat Tinggi Sedang
Nilai Rendah Tinggi Sangat Tinggi Tinggi
Nilai Rendah Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi
Aturan-49 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Rendah And Proses Pengolahan Sangat Tinggi And Pemasaran Rendah And Finansial Rendah THEN Pengembangan SDM untuk R & D biodiesel di sekolah-sekolah dari tingkat SMK, sekolah kejuruan, akademi, politeknik, hingga ke tingkat perguruan tinggi
245
Aturan-50 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Rendah And Proses Pengolahan Sangat Tinggi And Pemasaran Rendah And Finansial Sedang THEN Pengembangan SDM untuk R & D biodiesel di sekolah-sekolah dari tingkat SMK, sekolah kejuruan, akademi, politeknik, hingga ke tingkat perguruan tinggi Aturan-51 Logika IF And And And THEN
Aturan-52 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Rendah Proses Pengolahan Sangat Tinggi Pemasaran Rendah Finansial Tinggi Perlu peningkatan hasil biodiesel dengan kualitas yang memenuhi standar nasional biodiesel Indonesia (SNI)
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN.
Nilai Rendah Sangat Tinggi Rendah Sangat Tinggi
Aturan-53 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Rendah And Proses Pengolahan Sangat Tinggi And Pemasaran Sedang And Finansial Rendah THEN Penguatan dan pengembangan kapasitas riset pusat penelitian kelapa sawit dari hulu hingga hilir Aturan-54 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Rendah Proses Pengolahan Sangat Tinggi Pemasaran Sedang Finansial Sedang Penguatan dan pengembangan kapasitas riset pusat penelitian kelapa sawit dari hulu hingga hilir
246
Aturan-55 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN
Aturan-56 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah
Nilai Rendah Sangat Tinggi Sedang Tinggi
Nilai Rendah Sangat Tinggi Sedang Sangat Tinggi
Aturan-57 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Rendah And Proses Pengolahan Sangat Tinggi And Pemasaran Tinggi And Finansial Rendah THEN Pengembangan SDM untuk R & D biodiesel di sekolah-sekolah dari tingkat SMK, sekolah kejuruan, akademi, politeknik, hingga ke tingkat perguruan tinggi Aturan-58 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Rendah And Proses Pengolahan Sangat Tinggi And Pemasaran Tinggi And Finansial Sedang THEN Pengembangan SDM untuk R & D biodiesel di sekolah-sekolah dari tingkat SMK, sekolah kejuruan, akademi, politeknik, hingga ke tingkat perguruan tinggi
247
Aturan-59 Logika IF And And And THEN
Aturan-60 Logika IF And And And THEN
Aturan-61 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Pengembangan SDM untuk R & D biodiesel di sekolah-sekolah dari tingkat SMK, sekolah kejuruan, akademi, politeknik, hingga ke tingkat perguruan tinggi
Parameter Nilai Bahan Baku Rendah Proses Pengolahan Sangat Tinggi Pemasaran Tinggi Finansial Sangat Tinggi Melakukan promosi dan pemasaran biodiesel dari kelapa sawit ke negara-negara maju yang mengimpor minyak nabati seperti Jepang dan Korea.
Parameter Nilai Bahan Baku Rendah Proses Pengolahan Sangat tinggi Pemasaran Sangat Tinggi Finansial Rendah Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN.
Aturan-62 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit Aturan-63 Logika IF And And And THEN
Nilai Rendah Sangat Tinggi Tinggi Tinggi
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit
Nilai Rendah Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sedang
Nilai Rendah Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi
248
Aturan-64 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit
Aturan-65 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Pengembangan infrastuktur seperti jalan, jalur kereta api, pelabuhan, dan tangki timbun
Nilai Rendah Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi
Nilai Sedang Rendah Rendah Rendah
Aturan-66 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sedang And Proses Pengolahan Rendah And Pemasaran Rendah And Finansial Sedang THEN Memberikan intensif bagi pabrik biodiesel yang bersedia membangun pabrik biodiesel kelokasi klaster industri kelapa sawit di propinsi Riau, Kalimantan Timur dan Sumatra Utara Aturan-67 Logika IF And And And THEN
Aturan-68 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah
Nilai Sedang Rendah Rendah Tinggi
Parameter Nilai Bahan Baku Sedang Proses Pengolahan Rendah Pemasaran Rendah Finansial Sangat Tinggi Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah
249
Aturan-69 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sedang And Proses Pengolahan Rendah And Pemasaran Sedang And Finansial Rendah THEN Melakukan promosi dan pemasaran biodiesel dari kelapa sawit ke negara-negara maju yang mengimpor minyak nabati seperti Jepang dan Korea Aturan-70 Logika IF And And And THEN
Aturan-71 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Sedang Proses Pengolahan Rendah Pemasaran Sedang Finansial Sedang Melakukan promosi dan pemasaran biodiesel dari kelapa sawit ke negara-negara maju yang mengimpor minyak nabati seperti Jepang dan Korea
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah
Nilai Sedang Rendah Sedang Tinggi
Aturan-72 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sedang And Proses Pengolahan Rendah And Pemasaran Sedang And Finansial Sangat Tinggi THEN Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah Aturan-73 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN
Nilai Sedang Rendah Tinggi Rendah
250
Aturan-74 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN
Nilai Sedang Rendah Tinggi Sedang
Aturan-75 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sedang And Proses Pengolahan Rendah And Pemasaran Tinggi And Finansial Tinggi THEN Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit Aturan-76 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sedang And Proses Pengolahan Rendah And Pemasaran Tinggi And Finansial Sangat Tinggi THEN Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah Aturan-77 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sedang And Proses Pengolahan Rendah And Pemasaran Sangat Tinggi And Finansial Rendah THEN Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah Aturan-78 Logika IF And And And THEN
Parameter
Nilai Bahan Baku Sedang Proses Pengolahan Rendah Pemasaran Sangat Tinggi Finansial Sedang Mandatori penggunaan biodiesel untuk transportasi dan industri.
251
Aturan-79 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sedang And Proses Pengolahan Rendah And Pemasaran Sangat Tinggi And Finansial Tinggi THEN Mandatori penggunaan biodiesel untuk ransportasi dan industri. Aturan-80 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sedang And Proses Pengolahan Rendah And Pemasaran Sangat Tinggi And Finansial Sangat Tinggi THEN Mandatori penggunaan biodiesel untuk transportasi dan industri. Aturan-81 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Sedang Proses Pengolahan Sedang Pemasaran Rendah Finansial Rendah Perluasan pengadaan benih berkualitas melalui sisrem waralaba dan penyediaan pupuk yang mencukupi untuk perkebunan kelapa sawit dan sosialisasi penerapan GAP perkebunan sawit untuk perkebunan plasma
Aturan-82 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sedang And Proses Pengolahan Sedang And Pemasaran Rendah And Finansial Sedang THEN Perluasan pengadaan benih berkualitas melalui sisrem waralaba dan penyediaan pupuk yang mencukupi untuk perkebunan kelapa sawit dan sosialisasi penerapan GAP perkebunan sawit untuk perkebunan plasma
252
Aturan-83 Logika IF And And And THEN
Aturan-84 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Sedang Proses Pengolahan Sedang Pemasaran Rendah Finansial Tinggi Memberikan intensif bagi pabrik biodiesel yang bersedia membangun pabrik biodiesel kelokasi klaster industri kelapa sawit di propinsi Riau, Kalimantan Timur dan Sumatra Utara
Parameter Nilai Bahan Baku Sedang Proses Pengolahan Sedang Pemasaran Rendah Finansial Sangat Tinggi Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah
Aturan-85 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sedang And Proses Pengolahan Sedang And Pemasaran Sedang And Finansial Rendah THEN Pengembangan infrastuktur seperti jalan, jalur kereta api, pelabuhan, dan tangki timbun Aturan-86 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Sedang Proses Pengolahan Sedang Pemasaran Sedang Finansial Sedang Memberikan intensif bagi pabrik biodiesel yang bersedia membangun pabrik biodiesel kelokasi klaster industri kelapa sawit di propinsi Riau, Kalimantan Timur dan Sumatra Utara
Aturan-87 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Pengembangan infrastuktur seperti jalan, jalur kereta api, pelabuhan, dan tangki timbun.
Nilai Sedang Sedang Sedang Tinggi
253
Aturan-88 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah Aturan-89 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN. Aturan-90 Logika IF And And And THEN
Aturan-91 Logika IF And And And THEN
Nilai Sedang Sedang Sedang Sangat Tinggi
Nilai Sedang Sedang Tinggi Rendah
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa Sawit
Nilai Sedang Sedang Tinggi Sedang
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit
Nilai Sedang Sedang Tinggi Tinggi
Aturan-92 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa Sawit
Nilai Sedang Sedang Tinggi Sangat Tinggi
254
Aturan-93 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sedang And Proses Pengolahan Sedang And Pemasaran Sangat Tinggi And Finansial Rendah THEN Melakukan promosi dan pemasaran biodiesel dari kelapa sawit ke negara-negara Aturan-94 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Sedang Proses Pengolahan Sedang Pemasaran Sangat Tinggi Finansial Sedang Melakukan promosi dan pemasaran biodiesel dari kelapa sawit ke negara-negara
Aturan-95 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sedang And Proses Pengolahan Sedang And Pemasaran Sangat Tinggi And Finansial Tinggi THEN Mandatori penggunaan biodiesel untuk transportasi dan industri Aturan-96 Logika IF And And And THEN
Aturan-97 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit
Parameter
Nilai Sedang Sedang Sangat Tinggi Sangat tinggi
Nilai Bahan Baku Sedang Proses Pengolahan Tinggi Pemasaran Rendah Finansial Rendah Pengembangan SDM untuk R & D biodiesel di sekolah-sekolah dari tingkat SMK, sekolah kejuruan, akademi, politeknik, hingga ke tingkat perguruan tinggi
255
Aturan-98 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sedang And Proses Pengolahan Tinggi And Pemasaran Rendah And Finansial Sedang THEN Pengembangan SDM untuk R & D biodiesel di sekolah-sekolah dari tingkat SMK, sekolah kejuruan, akademi, politeknik, hingga ke tingkat perguruan tinggi Aturan-99 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sedang And Proses Pengolahan Tinggi And Pemasaran Rendah And Finansial Tinggi THEN Perlu peningkatan hasil biodiesel dengan kualitas yang memenuhi standar nasional biodiesel Indonesia (SNI) Aturan-100 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah
Nilai Sedang Tinggi Rendah Sangat Tinggi
Aturan-101 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sedang And Proses Pengolahan Tinggi And Pemasaran Sedang And Finansial Rendah THEN Pengembangan SDM untuk R & D biodiesel di sekolah-sekolah dari tingkat SMK, sekolah kejuruan, akademi, politeknik, hingga ke tingkat perguruan tinggi.
256
Aturan-102 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sedang And Proses Pengolahan Tinggi And Pemasaran Sedang And Finansial Sedang THEN Pengembangan SDM untuk R & D biodiesel di sekolah-sekolah dari tingkat SMK, sekolah kejuruan, akademi, politeknik, hingga ke tingkat perguruan tinggi. Aturan-103 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sedang And Proses Pengolahan Tinggi And Pemasaran Sedang And Finansial Tinggi THEN Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit Aturan-104 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sedang And Proses Pengolahan Tinggi And Pemasaran Sedang And Finansial Sangat Tinggi THEN Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah Aturan-105 Logika IF And And And THEN
Aturan-106 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Sedang Proses Pengolahan Tinggi Pemasaran Tinggi Finansial Rendah Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN.
Parameter
Nilai Bahan Baku Sedang Proses Pengolahan Tinggi Pemasaran Tinggi Finansial Sedang Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN
257
Aturan-107 Logika IF And And And THEN
Aturan-108 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN
Nilai Sedang Tinggi Tinggi Tinggi
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah
Nilai Sedang Tinggi Tinggi Sangat Tinggi
Aturan-109 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Pelatihan dan kerja sama dengan perusahaan pengguna biodiesel (PLN dan Pertamina)
Nilai Sedang Tinggi Sangat Tinggi Rendah
Aturan-110 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sedang And Proses Pengolahan Tinggi And Pemasaran Sangat Tinggi And Finansial Sedang THEN Mandatori penggunaan biodiesel untuk transportasi dan industri Aturan-111 Logika IF And And And THEN
Parameter
Nilai Bahan Baku Sedang Proses Pengolahan Tinggi Pemasaran Sangat Tinggi Finansial Tinggi Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit
258
Aturan-112 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa Sawit
Nilai Sedang Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi
Aturan-113 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sedang And Proses Pengolahan Sangat Tinggi And Pemasaran Rendah And Finansial Rendah THEN Penguatan dan pengembangan kapasitas riset pusat penelitian kelapa sawit dari hulu hingga hilir Aturan-114 Logika IF And And And THEN
Aturan-115 Logika IF And And And THEN
. Aturan-116 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Penguatan dan pengembangan kapasitas riset pusat penelitian kelapa sawit dari hulu hingga hilir Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Penguatan dan pengembangan kapasitas riset pusat penelitian kelapa sawit dari hulu hingga hilir
Nilai Sedang Sangat Tinggi Rendah Sedang
Nilai Sedang Sangat Tinggi Rendah Tinggi
Parameter Nilai Bahan Baku Sedang Proses Pengolahan Sangat Tinggi Pemasaran Rendah Finansial Sangat Tinggi Penguatan dan pengembangan kapasitas riset pusat penelitian kelapa sawit dari hulu hingga hilir
259
Aturan-117 Logika IF And And And THEN
Aturan-118 Logika IF And And And THEN
Aturan-119 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Sedang Proses Pengolahan Sangat Tinggi Pemasaran Sedang Finansial Rendah Pengembangan SDM untuk R & D biodiesel di sekolah-sekolah dari tingkat SMK, sekolah kejuruan, akademi, politeknik, hingga ke tingkat perguruan tinggi
Parameter Nilai Bahan Baku Sedang Proses Pengolahan Sangat Tinggi Pemasaran Sedang Finansial Sedang Pengembangan SDM untuk R & D biodiesel di sekolah-sekolah dari tingkat SMK, sekolah kejuruan, akademi, politeknik, hingga ke tingkat perguruan tinggi
Parameter Nilai Bahan Baku Sedang Proses Pengolahan Sangat Tinggi Pemasaran Sedang Finansial Tinggi Pengembangan SDM untuk R & D biodiesel di sekolah-sekolah dari tingkat SMK, sekolah kejuruan, akademi, politeknik, hingga ke tingkat perguruan tinggi
Aturan-120 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sedang And Proses Pengolahan Sangat Tinggi And Pemasaran Sedang And Finansial Sangat tinggi THEN Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah
260
Aturan-121 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Sedang Proses Pengolahan Sangat Tinggi Pemasaran Tinggi Finansial Rendah Memberikan intensif bagi pabrik biodiesel yang bersedia membangun pabrik biodiesel kelokasi klaster industri kelapa sawit di propinsi Riau, Kalimantan Timur dan Sumatra Utara
. Aturan-122 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sedang And Proses Pengolahan Sangat Tinggi And Pemasaran Tinggi And Finansial Sedang THEN Menghasilkan biodiesel dengan kualitas yang memenuhi standar nasional biodiesel Indonesia (SNI) Aturan-123 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit
Aturan-124 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit
Nilai Sedang Sangat Tinggi Tinggi Tinggi
Nilai Sedang Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi
261
Aturan-125 Logika IF And And And THEN
Aturan-126 Logika IF And And And THEN
. Aturan-127 Logika IF And And And THEN
Aturan-128 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Sedang Proses Pengolahan Sangat Tinggi Pemasaran Sangat Tinggi Finansial Rendah Melakukan promosi dan pemasaran biodiesel dari kelapa sawit ke negara-negara maju yang mengimpor minyak nabati seperti Jepang dan Korea.
Parameter Nilai Bahan Baku Sedang Proses Pengolahan Sangat Tinggi Pemasaran Sangat Tinggi Finansial Sedang Melakukan promosi dan pemasaran biodiesel dari kelapa sawit ke negara-negara maju yang mengimpor minyak nabati seperti Jepang dan Korea.
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Mandatori penggunaan biodiesel untuk transportasi dan industri
Nilai Sedang Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi
Parameter Nilai Bahan Baku Sedang Proses Pengolahan Sangat Tinggi Pemasaran Sangat Tinggi Finansial Sangat Tinggi Memberikan intensif bagi pabrik biodiesel yang bersedia membangun pabrik biodiesel kelokasi klaster industri kelapa sawit di propinsi Riau, Kalimantan Timur dan Sumatra Utara
262
Aturan-129 Logika IF And And And THEN
Aturan-130 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Rendah Pemasaran Rendah Finansial Rendah Perluasan pengadaan benih berkualitas melalui sisrem waralaba dan penyediaan pupuk yang mencukupi untuk perkebunan kelapa sawit dan sosialisasi penerapan GAP perkebunan sawit untuk perkebunan plasma.
Parameter
Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Rendah Pemasaran Rendah Finansial Sedang Penyediaan benih unggul berkualitas melalui waralaba benih; Penyediaan pupuk yang sesuai kebutuhan; Penerapan GAP sesuai ketentuan yang berlaku dan Kebijakan pemerintah terhadap subsidi minyak biodiesel
Aturan-131 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Tinggi And Proses Pengolahan Rendah And Pemasaran Rendah And Finansial Tinggi THEN Penyediaan benih unggul berkualitas melalui waralaba benih; Penyediaan pupuk yang sesuai kebutuhan; Penerapan GAP sesuai ketentuan yang berlaku dan Kebijakan pemerintah terhadap subsidi minyak biodiesel Aturan-132 Logika IF And And And THEN
Parameter
Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Rendah Pemasaran Rendah Finansial Sangat Tinggi Subsidi bunga pemerintah model revitalisasi perkebunan dan pengaturan pajak ekspor CPO dan Peninjauan harga CPO
263
Aturan-133 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Rendah Pemasaran Sedang Finansial Rendah Pengembangan infrastuktur seperti jalan, jalur kereta api, pelabuhan, dan tangki timbun
Aturan-134 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Tinggi And Proses Pengolahan Rendah And Pemasaran Sedang And Finansial Sedang THEN Pengembangan infrastuktur seperti jalan, jalur kereta api, pelabuhan, dan tangki timbun Aturan-135 Logika IF And And And THEN
Aturan-136 Logika IF And And And THEN
Parameter
Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Rendah Pemasaran Sedang Finansial Tinggi Lokasi pabrik biodiesel dekat dengan kebun sawit dan peningkatkan ketahanan energi di pedesaan
Parameter
Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Rendah Pemasaran Sedang Finansial Sangat Tinggi Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah
. Aturan-137 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Tinggi And Proses Pengolahan Rendah And Pemasaran Tinggi And Finansial Rendah THEN Perluasan pengadaan benih berkualitas melalui sisrem waralaba dan penyediaan pupuk yang mencukupi untuk perkebunan kelapa sawit dan sosialisasi penerapan GAP perkebunan sawit untuk perkebunan plasma
264
Aturan-138 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Tinggi And Proses Pengolahan Rendah And Pemasaran Tinggi And Finansial Sedang THEN Mandatori penggunaan biodiesel untuk transportasi dan industri Aturan-139 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Tinggi And Proses Pengolahan Rendah And Pemasaran Tinggi And Finansial Tinggi THEN Melakukan promosi dan pemasaran biodiesel dari kelapa sawit ke negara-negara maju yang mengimpor minyak nabati seperti Jepang dan Korea. Aturan-140 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Tinggi And Proses Pengolahan Rendah And Pemasaran Tinggi And Finansial Sanga Tinggi THEN Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah Aturan-141 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Tinggi And Proses Pengolahan Rendah And Pemasaran Sangat Tinggi And Finansial Rendah THEN Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN. Aturan-142 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN.
Nilai Tinggi Rendah Sangat Tinggi Sedang
265
Aturan-143 Logika IF And And And THEN
Aturan-144 Logika IF And And And THEN
Aturan-145 Logika IF And And And THEN
Aturan-146 Logika IF And And And THEN
.
Parameter Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Rendah Pemasaran Sangat Tinggi Finansial Tinggi Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN.
Parameter Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Rendah Pemasaran Sangat Tinggi Finansial Sangat Tinggi Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN.
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Perluasan pengadaan benih berkualitas melalui sisrem waralaba dan penyediaan pupuk yang mencukupi untuk perkebunan kelapa sawit dan sosialisasi penerapan GAP perkebunan sawit untuk perkebunan plasma.
Parameter
Nilai Tinggi Sedang Rendah Rendah
Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Sedang Pemasaran Rendah Finansial Sedang Perluasan pengadaan benih berkualitas melalui sisrem waralaba dan penyediaan pupuk yang mencukupi untuk perkebunan kelapa sawit dan sosialisasi penerapan GAP perkebunan sawit untuk perkebunan plasma.
266
Aturan-147 Logika IF And And And THEN
Aturan-148 Logika IF And And And THEN
Aturan-149 Logika IF And And And THEN
Aturan-150 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah
Nilai Tinggi Sedang Rendah Tinggi
Parameter Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Sedang Pemasaran Rendah Finansial Sangat Tinggi Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah
Parameter
Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Sedang Pemasaran Sedang Finansial Rendah Memberikan intensif bagi pabrik biodiesel yang bersedia membangun pabrik biodiesel kelokasi klaster industri kelapa sawit di propinsi Riau, Kalimantan Timur dan Sumatra Utara
Parameter Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Sedang Pemasaran Sedang Finansial Sedang Penguatan dan pengembangan kapasitas riset pusat penelitian kelapa sawit dari hulu hingga hilir
267
Aturan-151 Logika IF And And And THEN
Aturan-152 Logika IF And And And THEN Aturan-153 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Sedang Pemasaran Sedang Finansial Tinggi Perluasan pengadaan benih berkualitas melalui sisrem waralaba dan penyediaan pupuk yang mencukupi untuk perkebunan kelapa sawit dan sosialisasi penerapan GAP perkebunan sawit untuk perkebunan plasma
Parameter
Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Sedang Pemasaran Sedang Finansial Sangat Tinggi Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah
Parameter Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Sedang Pemasaran Tinggi Finansial Rendah Menghasilkan biodiesel dengan kualitas yang memenuhi standar nasional biodiesel Indonesia (SNI )
Aturan-154 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Tinggi And Proses Pengolahan Sedang And Pemasaran Tinggi And Finansial Sedang THEN Mandatori penggunaan biodiesel untuk transportasi dan industri Aturan-155 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Sedang Pemasaran Tinggi Finansial Tinggi Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit
268
Aturan-156 Logika IF And And And THEN
Aturan-157 Logika IF And And And THEN
Aturan-158 Logika IF And And And THEN
Aturan-159 Logika IF And And And THEN
Aturan-160 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Pengembangan infrastuktur seperti jalan, jalur kereta api, pelabuhan, dan tangki timbun
Nilai Tinggi Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Parameter Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Sedang Pemasaran Sangat Tinggi Finansial Rendah Melakukan promosi dan pemasaran biodiesel dari kelapa sawit ke negara-negara maju yang mengimpor minyak nabati seperti Jepang dan Korea
Parameter Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Sedang Pemasaran Sangat Tinggi Finansial Sedang Melakukan promosi dan pemasaran biodiesel dari kelapa sawit ke negara-negara maju yang mengimpor minyak nabati seperti Jepang dan Korea
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit
Nilai Tinggi Sedang Sangat Tinggi Tinggi
Parameter Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Sedang Pemasaran Sangat Tinggi Finansial Sangat Tinggi Mandatori penggunaan biodiesel untuk transportasi dan industri
269
Aturan-161 Logika IF And And And THEN
Aturan-162 Logika IF And And And THEN
Aturan-163 Logika IF And And And THEN
Aturan-164 Logika IF And And And THEN
Aturan-165 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Tinggi Pemasaran Rendah Finansial Rendah Menghasilkan biodiesel dengan kualitas yang memenuhi standar nasional biodiesel Indonesia (SNI)
Parameter
Nilai Tinggi Tinggi Rendah Sedang
Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Menghasilkan biodiesel dengan kualitas yang memenuhi standar nasional biodiesel Indonesia (SNI)
Parameter Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Tinggi Pemasaran Rendah Finansial Tinggi Mandatori penggunaan biodiesel untuk transportasi dan industri
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Pengembangan SDM untuk R & D biodiesel di sekolah-sekolah dari tingkat SMK, sekolah kejuruan, akademi, politeknik, hingga ke tingkat perguruan tinggi
Nilai Tinggi Tinggi Rendah Sangat Tinggi
Nilai Tinggi Tinggi Sedang Rendah
270
Aturan-166 Logika IF And And And THEN
Aturan-167 Logika IF And And And THEN
Aturan-168 Logika IF And And And THEN
Aturan-169 Logika IF And And And THEN Aturan-170 Logika IF And And And THEN
Parameter
Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Tinggi Pemasaran Sedang Finansial Sedang Pengembangan SDM untuk R & D biodiesel di sekolah-sekolah dari tingkat SMK, sekolah kejuruan, akademi, politeknik, hingga ke tingkat perguruan tinggi
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN.
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Mandatori penggunaan biodiesel untuk transportasi dan industri Parameter
Nilai Tinggi Tinggi Sedang Tinggi
Nilai Tinggi Tinggi Sedang Sangat Tinggi
Nilai Tinggi Tinggi Tinggi Rendah
Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Tinggi Pemasaran Tinggi Finansial Sedang Mandatori penggunaan biodiesel untuk transportasi dan industri
271
Aturan-171 Logika IF And And And THEN
Aturan-172 Logika IF And And And THEN
Aturan-173 Logika IF And And And THEN
Aturan-174 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Mandatori penggunaan biodiesel untuk transportasi dan industri
Nilai Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah
Nilai Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi
Parameter
Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Tinggi Pemasaran Sangat Tinggi Finansial Rendah Melakukan promosi dan pemasaran biodiesel dari kelapa sawit ke negara-negara maju yang mengimpor minyak nabati seperti Jepang dan Korea.
Parameter Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Tinggi Pemasaran Sangat Tinggi Finansial Sedang Melakukan promosi dan pemasaran biodiesel dari kelapa sawit ke negara-negara maju yang mengimpor minyak nabati seperti Jepang dan Korea.
Aturan-175 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit
Nilai Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tinggi
272
Aturan-176 Logika IF And And And THEN
Aturan-177 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit
Nilai Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi
Parameter Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Sangat Tinggi Pemasaran Rendah Finansial Rendah Menghasilkan biodiesel dengan kualitas yang memenuhi standar nasional biodiesel Indonesia (SNI)
Aturan-178 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Tinggi And Proses Pengolahan Sangat Tinggi And Pemasaran Rendah And Finansial Sedang THEN Pengembangan SDM untuk R & D biodiesel di sekolah-sekolah dari tingkat SMK, sekolah kejuruan, akademi, politeknik, hingga ke tingkat perguruan tinggi Aturan-179 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Tinggi And Proses Pengolahan Sangat Tinggi And Pemasaran Rendah And Finansial Tinggi THEN Pengembangan SDM untuk R & D biodiesel di sekolah-sekolah dari tingkat SMK, sekolah kejuruan, akademi, politeknik, hingga ke tingkat perguruan tinggi
273
Aturan-180 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Sangat Tinggi Pemasaran Rendah Finansial Sangat Tinggi Pengembangan SDM untuk R & D biodiesel di sekolah-sekolah dari tingkat SMK, sekolah kejuruan, akademi, politeknik, hingga ke tingkat perguruan tinggi
Aturan-181 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Tinggi And Proses Pengolahan Sangat Tinggi And Pemasaran Sedang And Finansial Rendah THEN Pengembangan SDM untuk R & D biodiesel di sekolah-sekolah dari tingkat SMK, sekolah kejuruan, akademi, politeknik, hingga ke tingkat perguruan tinggi Aturan-182 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Sangat Tinggi Pemasaran Sedang Finansial Sedang Pengembangan SDM untuk R & D biodiesel di sekolah-sekolah dari tingkat SMK, sekolah kejuruan, akademi, politeknik, hingga ke tingkat perguruan tinggi
Aturan-183 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Tinggi And Proses Pengolahan Sangat Tinggi And Pemasaran Sedang And Finansial Tinggi THEN Penguatan dan pengembangan kapasitas riset pusat penelitian kelapa sawit dari hulu hingga hilir
274
Aturan-184 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Tinggi And Proses Pengolahan Sangat Tinggi And Pemasaran Sedang And Finansial Sangat Tinggi THEN Penguatan dan pengembangan kapasitas riset pusat penelitian kelapa sawit dari hulu hingga hilir Aturan-185 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Tinggi And Proses Pengolahan Sangat Tinggi And Pemasaran Tinggi And Finansial Rendah THEN Penguatan dan pengembangan kapasitas riset pusat penelitian kelapa sawit dari hulu hingga hilir Aturan-186 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Sangat Tinggi Pemasaran Tinggi Finansial Sedang Penguatan dan pengembangan kapasitas riset pusat penelitian kelapa sawit dari hulu hingga hilir
Aturan-187 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Tinggi And Proses Pengolahan Sangat Tinggi And Pemasaran Tinggi And Finansial Tinggi THEN Mandatori penggunaan biodiesel untuk transportasi dan industri. Aturan-188 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit
Nilai Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi
275
Aturan-189 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit
Aturan-190 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Mandatori penggunaan biodiesel untuk transportasi dan industri Aturan-191 Logika IF And And And THEN
Aturan-192 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Mandatori penggunaan biodiesel untuk transportasi dan industri
Parameter
Nilai Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Rendah
Nilai Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sedang
Nilai Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi
Nilai Bahan Baku Tinggi Proses Pengolahan Sangat Tinggi Pemasaran Sangat Tinggi Finansial Sangat Tinggi Perluasan pengadaan benih berkualitas melalui sisrem waralaba dan penyediaan pupuk yang mencukupi untuk perkebunan kelapa sawit dan sosialisasi penerapan GAP perkebunan sawit untuk perkebunan plasma
276
Aturan-193 Logika IF And And And THEN
Aturan-194 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Rendah Pemasaran Rendah Finansial Rendah Perluasan pengadaan benih berkualitas melalui sisrem waralaba dan penyediaan pupuk yang mencukupi untuk perkebunan kelapa sawit dan sosialisasi penerapan GAP perkebunan sawit untuk perkebunan plasma
Parameter
Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Rendah Pemasaran Rendah Finansial Sedang Perluasan pengadaan benih berkualitas melalui sisrem waralaba dan penyediaan pupuk yang mencukupi untuk perkebunan kelapa sawit dan sosialisasi penerapan GAP perkebunan sawit untuk perkebunan plasma
Aturan-195 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sangat Tinggi And Proses Pengolahan Rendah And Pemasaran Rendah And Finansial Tinggi THEN Penguatan dan pengembangan kapasitas riset pusat penelitian kelapa sawit dari hulu hingga hilir Aturan-196 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sangat Tinggi And Proses Pengolahan Rendah And Pemasaran Rendah And Finansial Sangat Tinggi THEN Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah
277
Aturan-197 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Rendah Pemasaran Sedang Finansial Rendah Penguatan dan pengembangan kapasitas riset pusat penelitian kelapa sawit dari hulu hingga hilir
Aturan-198 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sangat Tinggi And Proses Pengolahan Rendah And Pemasaran Sedang And Finansial Sedang THEN Penguatan dan pengembangan kapasitas riset pusat penelitian kelapa sawit dari hulu hingga hilir Aturan-199 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Penguatan dan pengembangan kapasitas riset pusat penelitian kelapa sawit dari hulu hingga hilir
Nilai Sangat Tinggi Rendah Sedang Tinggi
Aturan-200 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sangat Tinggi And Proses Pengolahan Rendah And Pemasaran Sedang And Finansial Sangat Tinggi THEN Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah Aturan-201 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Rendah Pemasaran Tinggi Finansial Rendah Menghasilkan biodiesel dengan kualitas yang memenuhi standar nasional biodiesel Indonesia (SNI)
278
Aturan-202 Logika IF And And And THEN
Aturan-203 Logika IF And And And THEN
Aturan-204 Logika IF And And And THEN
Aturan-205 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Rendah Pemasaran Tinggi Finansial Sedang Perluasan pengadaan benih berkualitas melalui sisrem waralaba dan penyediaan pupuk yang mencukupi untuk perkebunan kelapa sawit dan sosialisasi penerapan GAP perkebunan sawit untuk perkebunan plasma.
Parameter
Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Rendah Pemasaran Tinggi Finansial Tinggi Memberikan intensif bagi pabrik biodiesel yang bersedia membangun pabrik biodiesel kelokasi klaster industri kelapa sawit di propinsi Riau, Kalimantan
Parameter
Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Rendah Pemasaran Tinggi Finansial Sangat Tinggi Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN.
Nilai Sangat Tinggi Rendah Sangat Tinggi Rendah
279
Aturan-206 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sangat Tinggi And Proses Pengolahan Rendah And Pemasaran Sangat Tinggi And Finansial Sedang THEN Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN. Aturan-207 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN. Aturan-208 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Mandatori penggunaan biodiesel untuk transportasi dan industri.
Nilai Sangat Tinggi Rendah Sangat Tinggi Tinggi
Nilai Sangat Tinggi Rendah Sangat Tinggi Sangat Tinggi
Aturan-209 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sangat Tinggi And Proses Pengolahan Sedang And Pemasaran Rendah And Finansia l Rendah THEN Perluasan pengadaan benih berkualitas melalui sisrem waralaba dan penyediaan pupuk yang mencukupi untuk perkebunan kelapa sawit dan sosialisasi penerapan GAP perkebunan sawit untuk perkebunan plasma.
280
Aturan-210 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sangat Tinggi And Proses Pengolahan Sedang And Pemasaran Rendah And Finansial Sedang THEN Perluasan pengadaan benih berkualitas melalui sisrem waralaba dan penyediaan pupuk yang mencukupi untuk perkebunan kelapa sawit dan sosialisasi penerapan GAP perkebunan sawit untuk perkebunan plasma. Aturan-211 Logika IF And And And THEN
Aturan-212 Logika IF And And And THEN
Aturan-213 Logika IF And And And THEN
Parameter
Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Sedang Pemasaran Rendah Finansial Tinggi Perluasan pengadaan benih berkualitas melalui sisrem waralaba dan penyediaan pupuk yang mencukupi untuk perkebunan kelapa sawit dan sosialisasi penerapan GAP perkebunan sawit untuk perkebunan plasma.
Parameter Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Sedang Pemasaran Rendah Finansial Sangat Tinggi Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah
Parameter Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Sedang Pemasaran Sedang Finansial Rendah Perluasan pengadaan benih berkualitas melalui sisrem waralaba dan penyediaan pupuk yang mencukupi untuk perkebunan kelapa sawit dan sosialisasi penerapan GAP perkebunan sawit untuk perkebunan plasma.
281
Aturan-214 Logika IF And And And THEN
Aturan-215 Logika IF And And And THEN
Aturan-216 Logika IF And And And THEN
Aturan-217 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Sedang Pemasaran Sedang Finansial Sedang Perluasan pengadaan benih berkualitas melalui sisrem waralaba dan penyediaan pupuk yang mencukupi untuk perkebunan kelapa sawit dan sosialisasi penerapan GAP perkebunan sawit untuk perkebunan plasma.
Parameter
Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Sedang Pemasaran Sedang Finansial Tinggi Memberikan intensif bagi pabrik biodiesel yang bersedia membangun pabrik biodiesel kelokasi klaster industri kelapa sawit di propinsi Riau, Kalimantan Timur dan Sumatra Utara
Parameter
Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Sedang Pemasaran Sedang Finansial Sangat Tinggi Memberikan intensif bagi pabrik biodiesel yang bersedia membangun pabrik biodiesel kelokasi klaster industri kelapa sawit di propinsi Riau, Kalimantan Timur dan Sumatra Utara
Parameter
Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Sedang Pemasaran Tinggi Finansial Rendah Memberikan intensif bagi pabrik biodiesel yang bersedia membangun pabrik biodiesel kelokasi klaster industri kelapa sawit di propinsi Riau, Kalimantan Timur dan Sumatra Utara
282
Aturan-218 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Sedang Pemasaran Tinggi Finansial Sedang Memberikan intensif bagi pabrik biodiesel yang bersedia membangun pabrik biodiesel kelokasi klaster industri kelapa sawit di propinsi Riau, Kalimantan Timur dan Sumatra Utara
Aturan-219 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sangat Tinggi And Proses Pengolahan Sedang And Pemasaran Tinggi And Finansial Tinggi THEN Memberikan intensif bagi pabrik biodiesel yang bersedia membangun pabrik biodiesel kelokasi klaster industri kelapa sawit di propinsi Riau, Kalimantan Timur dan Sumatra Utara Aturan-220 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Sedang Pemasaran Tinggi Finansial Sangat Tinggi Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah
Aturan-221 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN. Aturan-222 Logika IF And And And THEN
Nilai Sangat Tinggi Sedang Sangat Tinggi Rendah
Parameter Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Sedang Pemasaran Sangat Tinggi Finansial Sedang Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN.
283
Aturan-223 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sangat Tinggi And Proses Pengolahan Sedang And Pemasaran Sangat Tinggi And Finansial Tinggi THEN Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN. Aturan-224 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Sedang Pemasaran Sangat Tinggi Finansial Sangat Tinggi Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN.
Aturan-225 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sangat Tinggi And Proses Pengolahan Tinggi And Pemasaran Rendah And Finansial Rendah THEN Perluasan pengadaan benih berkualitas melalui sisrem waralaba dan penyediaan pupuk yang mencukupi untuk perkebunan kelapa sawit dan sosialisasi penerapan GAP perkebunan sawit untuk perkebunan plasma Aturan-226 Logika IF And And And THEN
Parameter
Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Tinggi Pemasaran Rendah Finansial Sedang Perluasan pengadaan benih berkualitas melalui sisrem waralaba dan penyediaan pupuk yang mencukupi untuk perkebunan kelapa sawit dan sosialisasi penerapan GAP perkebunan sawit untuk perkebunan plasma
284
Aturan-227 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sangat Tinggi And Proses Pengolahan Tinggi And Pemasaran Rendah And Finansial Tinggi THEN Pengembangan infrastuktur seperti jalan, jalur kereta api, pelabuhan, dan tangki timbun Aturan-228 Logika IF And And And THEN
Aturan-229 Logika IF And And And THEN
Aturan-230 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Tinggi Pemasaran Rendah Finansial Sangat Tinggi Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah
Parameter
Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Tinggi Pemasaran Sedang Finansial Rendah Perluasan pengadaan benih berkualitas melalui sisrem waralaba dan penyediaan pupuk yang mencukupi untuk perkebunan kelapa sawit dan sosialisasi penerapan GAP perkebunan sawit untuk perkebunan plasma.
Parameter
Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Tinggi Pemasaran Sedang Finansial Sedang Perluasan pengadaan benih berkualitas melalui sisrem waralaba dan penyediaan pupuk yang mencukupi untuk perkebunan kelapa sawit dan sosialisasi penerapan GAP perkebunan sawit untuk perkebunan plasma.
285
Aturan-231 Logika IF And And And THEN
Aturan-232 Logika IF And And And THEN Aturan-233 Logika IF And And And THEN
Aturan-234 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Tinggi Pemasaran Sedang Finansial Tinggi Perluasan pengadaan benih berkualitas melalui sisrem waralaba dan penyediaan pupuk yang mencukupi untuk perkebunan kelapa sawit dan sosialisasi penerapan GAP perkebunan sawit untuk perkebunan plasma.
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit
Nilai Sangat Tinggi Tinggi Sedang Sangat Tinggi
Nilai Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Rendah
Parameter Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Tinggi Pemasaran Tinggi Finansial Sedang Perluasan pengadaan benih berkualitas melalui sisrem waralaba dan penyediaan pupuk yang mencukupi untuk perkebunan kelapa sawit dan sosialisasi penerapan GAP perkebunan sawit untuk perkebunan plasma.
286
Aturan-235 Logika IF And And And THEN sawit Aturan-236 Logika IF And And And THEN
Aturan-237 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa
Nilai Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Pemberian Subsidi bunga pinjaman dari bank milik Pemerintah
Nilai Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit
Aturan-238 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa Sawit Aturan-239 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa Sawit
Nilai Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Rendah
Nilai Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sedang
Nilai Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tinggi
287
Aturan-240 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit
Nilai Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi
Aturan-241 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sangat Tinggi And Proses Pengolahan Sangat Tinggi And Pemasaran Rendah And Finansial Rendah THEN Pengembangan SDM untuk R & D biodiesel di sekolah-sekolah dari tingkat SMK, sekolah kejuruan, akademi, politeknik, hingga ke tingkat perguruan tinggi Aturan-242 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sangat Tinggi And Proses Pengolahan Sangat Tinggi And Pemasaran Rendah And Finansial Sedang THEN Pengembangan SDM untuk R & D biodiesel di sekolah-sekolah dari tingkat SMK, sekolah kejuruan, akademi, politeknik, hingga ke tingkat perguruan tinggi Aturan-243 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Sangat Tinggi Pemasaran Rendah Finansial Tinggi Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN.)
288
Aturan-244 Logika IF And And And THEN
Aturan-245 Logika IF And And And THEN
Aturan-246 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Sangat Tingi Pemasaran Rendah Finansial Sangat Tinggi Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN.
Parameter Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Sangat Tinggi Pemasaran Sedang Finansial Rendah Memberikan intensif bagi pabrik biodiesel yang bersedia membangun pabrik biodiesel kelokasi klaster industri kelapa sawit di propinsi Riau, Kalimantan Timur dan Sumatra Utara
Parameter Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Sangat Tinggi Pemasaran Sedang Finansial Sedang Memberikan intensif bagi pabrik biodiesel yang bersedia membangun pabrik biodiesel kelokasi klaster industri kelapa sawit di propinsi Riau, Kalimantan Timur dan Sumatra Utara
Aturan-247 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Penguatan dan pengembangan kapasitas riset pusat penelitian kelapa sawit dari hulu hingga hilir
Nilai Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sedang Tinggi
289
Aturan-248 Logika IF And And And THEN
Aturan-249 Logika IF And And And THEN
Parameter Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Sagat Tinggi Pemasaran Sedang Finansial Sangat Tinggi Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN.
Parameter Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Sangat Tinggi Pemasaran Tinggi Finansial Rendah Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN.
Aturan-250 Logika Parameter Nilai IF Bahan Baku Sangat Tinggi And Proses Pengolahan Sangat Tinggi And Pemasaran Tinggi And Finansial Sedang THEN Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN. Aturan-251 Logika IF And And And THEN
Parameter
Nilai Bahan Baku Sangat Tinggi Proses Pengolahan Sangat Tinggi Pemasaran Tinggi Finansial Tinggi Melakukan Joint Venture antara pabrik CPO, pabrik biodiesel, pertamina dan PLN.
Aturan-252 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Mandatori penggunaan biodiesel untuk transportasi dan industri
Nilai Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi
290
Aturan-253 Logika IF And And And THEN
Aturan-254 Logika IF And And And THEN Aturan-255 Logika IF And And And THEN
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Mandatori penggunaan biodiesel untuk transportasi dan industri
Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Mandatori penggunaan biodiesel untuk transportasi dan industri Parameter Bahan Baku Proses Pengolahan Pemasaran Finansial Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit
Aturan-256 Logika Parameter IF Bahan Baku And Proses Pengolahan And Pemasaran And Finansial THEN Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit
Nilai Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Rendah
Nilai Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sedang
Nilai Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi
Nilai Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi
P E T U N J U K
T E K N I S
P E N G G U N A A N
A P L I K A S I
–
A I L A D A
245
Modul ISM VAXO Kumpulan Perintah Dokumentasi Bagian dokumentasi didesain sebagai fasilitas untuk mempermudah pengguna dalam manajemen data yang dianalisis. Bagian ini memiliki fitur-fitur yang dapat digunakan untuk membuat dokumen baru, menyimpan dokumen, membuka dokumen yang sebelumnya telah disimpan dalam media penyimpan. Semua fitur yang ada dalam bagian dokumentasi, seperti halnya fitur-fitur lain - dapat diakses pada semua halaman dialog yang ditampilkan. Membuat Dokumen Baru
Perintah ini digunakan untuk membuat dokumen yang sama sekali baru dengan identitas pakar, sub elemen, dan pendapat yang belum diinisialisasi. Operasi ‘membuat dokumen baru’ dapat juga didefinisikan sebagai kegiatan mengosongkan variabel-variabel yang terlibat. Simpanlah selalu dokumen yang sedang dikerjakan jika anda memerlukannya pada kesempatan lain. Membuka Dokumen
Modul ISM VAXO menyediakan fasilitas untuk membuka dokumen yang sebelumya telah tersimpan dalam media penyimpan seperti hard disk, floppy disk, flash disk, dan sejenisnya. Klik tombol (membuka dokumen) yang terdapat pada kumpulan tombol perintah utama – kemudian pengguna diminta untuk menentukan nama dokumen yang akan dibuka. Silahkan tentukan lokasi dimana dokumen tersebut diletakkan kemudian klik [Open] atau tekan [Enter] untuk melanjutkan. Untuk membatalkan, klik tombol [Cancel] atau tekan [Esc] pada keyboard. Dialog membuka dokumen dapat dilihat pada Gambar berikut.
Pilih lokasi file di sini Klik nama file yang akan dibuka
Klik di sini untuk melanjutkan Klik di sini untuk membatalkan
Gambar VII.1. Dialog membuka dokumen
VII.245
P E T U N J U K
T E K N I S
P E N G G U N A A N
A P L I K A S I
–
A I L A D A
246
Menyimpan dokumen aktif
Untuk menyimpan dokumen aktif dalam bentuk file, gunakan tombol (Menyimpan dokumen aktif) yang terletak pada kumpulan tombol perintah utama. Jika dokumen yang aktif belum memiliki nama dokumen, maka nama dokumen akan ditanyakan. Tetapkan lokasi dan nama dokumen pada dialog tersebut, kemudian klik [OK] atau tekan [Enter] untuk melanjutkan dan klik [Save] atau tekan tombol [Esc] untuk membatalkan. Jika dokumen tersebut sudah mempunyai nama file, sistem tidak lagi meminta nama dokumen. Modul akan menghapus dokumen yang ada jika anda memberikan nama file yang sama.
Pilih lokasi file di sini
Tuliskan nama file di sini Klik di sini untuk melanjutkan Klik di sini untuk membatalkan
Gambar VII.2. Dialog menyimpan dokumen Inisialisasi Sub Elemen
Inisialisasi sub elemen merupakan kegiatan menambah/menghapus sub elemen pada elemen sistem yang dianalisa. Pada bagian ini pengguna diharuskan melengkapi lembar kerja dengan deskripsi sub elemen-sub elemen sesuai dengan keperluan analisa. Arahkan pointer pada perintah ‘Sub Elemen, kemudian klik perintah ini untuk menampilkan halaman inisialisasi sub elemen.
Gambar VII.3. Halaman Inisialisasi Sub Elemen pada Modul ISM VAXO. VII.246
P E T U N J U K
T E K N I S
P E N G G U N A A N
A P L I K A S I
–
A I L A D A
247
User interface untuk kegiatan menambah dan menghapus deskripsi sub elemen adalah berupa lembar kerja yang ditangani secara khusus oleh Grid Recorder Control. Karena itu semua tahapan yang berkaitan kegiatan editing pada halaman inisialisasi sub elemen diuraikan secara umum pada bagian tersebut.
Matriks Pendapat dan Hasil Akhir Pengolahan Matriks pendapat pakar dalam modul ISM VAXO merupakan lembar penilaian pakar/pengambil keputusan terhadap skor interdependensi antar sub elemen dalam sistem yang dikaji. Arahkan pointer pada perintah ‘Pendapat dan Hasil’ kemudian klik perintah ini untuk menampilkan halaman matriks pendapat. Visualisasi dialog halaman matriks pendapat pakar pada modul ISM VAXO dapat dilihat pada Gambar berikut. Pendapat pakar sebelumnya Pendapat pakar berikutnya Area Pendapat
Pendapat pakar agregat Hasil pengolahan
Gambar VII.4. Halaman Matriks Pendapat Pakar pada Modul ISM VAXO Pengisian Matriks Pendapat
Matriks pendapat pakar diisi dengan memberikan nilai – nilai kontekstual antar sub elemen. Nilai – nilai kontekstual tersebut antara lain digeneralisasi dalam bentuk V, A, X, dan O. Masukkan V jika sub elemen baris mempengaruhi / lebih tinggi dari sub elemen kolom, sebaliknya gunakan A jika sub elemen baris dipengaruhi / lebih rendah dari sub elemen kolom, atau O jika tidak ada hubungan kontekstual diantara sub elemen tersebut, dan X jika ke dua sub elemen saling membengaruhi atau sama – sama penting.
Pengisian matriks pendapat pada modul ISM VAXO dapat dilakukan dengan prosedur yang sangat mudah. Tampilkan matriks pendapat pakar tertentu dengan meng-klik tombol atau tombol , kemudian isilah area pendapat dengan skor sesuai pendapat pakar yang bersangkutan dan diakhiri dengan menekan tombol [Enter] untuk menyetujui perubahan. Untuk membatalkannya, gunakan tombol [Esc] pada keyboard. Simpan semua perubahan dengan prosedur yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya jika pekerjaan telah selesai.
VII.247
P E T U N J U K
T E K N I S
P E N G G U N A A N
A P L I K A S I
–
A I L A D A
248
Hasil Akhir Pengolahan
Setelah matriks pendapat semua pakar dilengkapi, hasil pengolahan modul ISM VAXO dapat dilihat pada halaman resume pendapat. Arahkan pointer pada tombol (‘Tampilkan/hilangkan resume pendapat’) kemudian klik tombol tersebut untuk menampilkan hasil pengolahan modul ISM VAXO.
Kopi ke memori Struktur sub elemen Grafik interdependensi Matriks Revisi
Matriks Reachibility
Gambar VII.5. Dialog Hasil Pengolahan Modul ISM VAXO. Hasil akhir pengolahan pada modul ISM VAXO dapat berupa hasil pengolahan individu dan hasil pengolahan kelompok (agregat) tergantung kepada matriks pendapat yang aktif. Jika pendapat yang aktif adalah pendapat individu, maka hasil pengolahan modul ISM VAXO adalah berupa hasil pengolahan pendapat pakar yang bersangkutan. Sebaliknya jika pendapat yang aktif berupa pendapat agregat, maka hasil pengolahan modul ISM VAXO adalah hasil pengolahan agregat. Pendapat agregat adalah pendapat rata-rata secara geometis dari keseluruhan pendapat. Arahkan pointer pada tombol ‘Tampilkan/hilangkan pendapat agregat’ kemudian klik tombol tersebut untuk menampilkan pendapat agregat. Klik sekali lagi untuk kembali ke pendapat individu (pendapat sebelumnya). Hasil pengolahan modul ISM VAXO dibagi ke dalam 4 (empat) bagian antara lain: matriks reachibility, matriks revisi, grafik interdependensi, dan struktur interdependensi antar sub elemen. Klik salah satu perintah yang disediakan pada bagian kanan bawah halaman dialog untuk menampilkan bentuk-bentuk hasil pengolahan yang dimaksud.
VII.248
Ujian Tertutup Penguji Luar Komisi Prof. Dr. Ir. Armansyah H. Tambunan Dr. Ir. Erliza Noor
Ujian Terbuka Penguji Luar Komisi Dr. Ir. M Said Didu, Msi Dr. Drs. Dedi Mulyadi, MSi