MANAJEMEN OPERASIONAL BAB VI Supply Chain
Pengertian Supply Chain
Supply chain adalah jaringan perusahaan yang bekerja sama untuk menciptakan dan mengantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan- perusahaan tersebut biasanya termassuk supplier, pabrik, distributor, ritel, serta perusahaanperusahaan pendukung seperti perusahaan logistik. Supply Chain (rantai pengadaan) juga merupakan suatu sistem tempat organisasi untuk menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggangya. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang sebaik mungkin.
3 macam aliran supply chain
Pertama aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik. Setelah produk selesai diproduksi, kemudian dikirim ke distributor, lalu ke retailer, selanjutnya kepemakai akhir. Kedua adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Informasi tentang persediaan produk masih ada di masing-masing supermarket sering dibutuhkan oleh distributor maupun pabrik. Informasi tentang ketersediaan kapasitas produksi yang dimiliki oleh supplier juga sering dibutuhkan oleh pabrik. Demikian juga informasi tentang status pengiriman bahan baku sering dibutuhkan oleh perusahaan yang mengirim maupun yang akan menerima.
Pada gambar 1 di bawah ini, memberikan ilustrasi sebuah supply chain yang sederhana. Sebuah supply chain akan memiliki komponen-komponen yang biasanya disebut channel. Misalnya ada supplier, manufaktur, distribution centre, wholesaler dan retailer. Semua channeltersebut belajar untuk memenuhi kebutuhan konsumen akhir
Gambar 1. Struktur Supply Chain yang Disederhanakan
Dalam 3 aliran tersebut, ada lima aspek yang perlu dipersiapkan oleh perusahaan, terutama ditinjau dari segi pengembangan modul-modul pada arsitektur sistem dan teknologi informasi korparat, yaitu : 1. Consumer Management Modul ini memiliki tugas utama mengelola hubungan antara perusahaan dengan konsumen (pelanggan) dan calon konsumen. 2. Catalogue Management Jika fokus Consumer Management terletak pada konsumen, maka modul Catalogue Managementmemusatkan diri pada produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. 3. Order Management. 4. Delivery Management. 5. Inventory Management.
Supply chain management
pertama kali dikemukakan oleh Oliver dan Weber pada tahun 1982 (cf. Oliver dan Weber, 1982; Lambert et al. 1998). Kalau supply chain adalah jaringan fisiknya, yakni perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke pada para konsumen. Supply chain management adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaannya. Namun perlu ditekankan bahwa supply chain management menghendaki pendekatan yang terintegrasi dengan dasar semangat kolaborasi. Koordinasi dan kolaborasi antar perusahaan pada supply chain sangat diperlukan. Karena perusahaan-perusahaan yang berada pada suatu supply chain pada intinya ingin memuaskan konsumen akhir yang sama serta adanya kerjasama untuk membuat produk yang murah, mengirim dengan tepat waktu, dan dengan kualitas yang bagus. Semangat kolaborasi dan koordinasi juga didasari oleh kesadaran bahwa kuatnya sebuahsupply chain tergantung pada kekuatan seluruh elemen yang ada di dalamnya. Jadi, dalam supply chain pabrik perlu memberikan bantuan teknis dan material terhadap supplier-suppliernyakarena pada akhirnya akan menciptakan kemampuan bersaing keseluruhan supply chain
Fungsi supply chain
1. Supply chain secara fisik, yakni mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi danmenghantarkannya ke pemakai akhir. Fungsi pertama ini berkaitan dengan ongkos-ongkos fisik, yaitu ongkos material, ongkos penyimpanan, ongkos produksi, dan ongkos tranportasi 2. Supply chain sebagai madiasi pasar, yakni memastikan bahwa apa yang disuplai oleh supply chain mencerminkan aspirasi pelanggan atau pemakai akhir tersebut. Fungsi ini berkaitan dengan biaya-biaya survei pasar, perancangan produk, serta biaya-biaya akibat tidak terpenuhinya aspirasi konsumen oleh produk yang disediakan oleh sebuah rantai supply chain. Ongkos ini biasanya berupa markdown, yakni penurunan harga produk yang tidak laku dijual dengan harga normal, atau ongkos kekurangan supply yang dinamakan dengan stockout cost
Konsep Supply Chain
Konsep supply chain merupakan konsep baru dalam melihat persoalan logistik. Konsep lama melihat logistik lebih sebagai persoalan intern masing-masing perusahaan dan pemecahannya dititikberatkan pada pemecahan secara intern di perusahaan masing-masing. Sedangkan dalam konsep baru masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang terbentang sangat panjang sejak dari bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan mata rantai penyediaan barang. Indrajid et al (2002, hal: 6) dalam hubungan ini ada beberapa elemen-elemen (pelaku utama) yang merupakan perusahaanperusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama yaitu Suppliers, Manufacturer, Distribution, Retail Outlets, Custumers
Chain 1 : Suppliers
Jaringan ini merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan mulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, sub assemblies, suku cadang, dan sebagainya. Sumber ini dinamakan suppliers. Dalam arti yang murni, ini termasuk juga suppliers atau sub-suppliers.
Chain 1-2 Suppliers Manufacturer
Jaringan pertama dihubungkan dengan rantai kedua, yaitu manufacturer atau plants atau assembler atau fabricator atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan membuat, mempabrikasi, merakit, mengkonversikan, ataupun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya, inventoriesbahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi yang berada di pihak suppliers, manufacturer, dan tempat transit merupakan target untuk penghematan ini. Penghematan sebesar 40%-60% bahkan lebih dapat diperoleh dari inventory carrying cost di mata rantai ini. Dengan mengunakan konsep supplier partnering misalnya, penghematan ini dapat diperoleh.
Chain 1-2-3 Suppliers Manufacturer Distribution
Barang yang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai harus disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk penyaluran barang ke pelanggan, yang umum adalah mulai distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebangian besar Supply Chain.Barang dari pabrik melalui gudang disalurkan ke gudang distributor atau wholesaler atau pedangan besar dalam jumlah yang besar, dan pada waktunya nanti pedangan besar menyalurkan dalam jumlah yang kecil kepada retailers atau pengecer
Chain 1-2-3-4 Suppliers Manufacturer Distribution Retail Outlest
Pedangan besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang tersebut digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Sekali lagi di sini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam bentukinventories dan biaya gudang, dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang (manufacturer) maupun ke toko pengecer (Retail Outlest).
Chain 1-2-3-4-5 Suppliers Manufacturer Distribution Retail Outlest Customers
Dari susunannya, para pengecer atau retailers ini menawarkan barangnya langsung kepada para pelanggan atau konsumen ataupun pengguna barang tersebut. Yang termasuk outlets adalah toko, warung, pasar swalayan, koperasi, mal, dan sebangainya, pokoknya dimana para konsumen akhir melakukan pembelian. Walaupun secara fisik dapat dikatakan bahwa ini merupakan mata rantai yang terakhir, sebenarnya masih ada satu mata rantai lagi, yaitu dari pembeli (yang mendatangi retail outlet sebelumnya). ke real customers atau real user, karena pembeli belum tentu pengguna sesungguhnya. Mata rantai supply baru betul-betul berhenti setelah barang yang dibutuhkan tiba di pemakai langsung (pemakai yang sebenarnya) barang atau jasa yang dimaksud
Tujuan dan Kegunaan Supply Chain
Berdasarkan definisi diatas tujuan dari supply chain adalah sebagai berikut: 1. Supply chain menyangkut pertimbangan mengenai lokasi di setiap fasilitas yang memiliki dampak terhadap aktivitas dan biaya dalam rangka memproduksi produk yang diinginkan pelanggan dari suplier, pabrik hingga disimpan di gudang dan pendistribusiannya ke sentral penjualan. 2. Mencapai efesiensi aktivitas dan biaya seluruh sistem dan transportasi hingga distribusi penyediaan bahan baku, proses kerja dan barang jadi.
kegunaan menerapkan supply chain
Menurut Indrajid et al (2002, hal: 4) adalah sebagai berikut: a. Mengurangi inventory barang dengan berbagai cara Inventory merupakan bagian paling besar dari aset perusahaan yang berkisar antara 30%-40%, sedangkan biaya penyimpanan barang berkisar antara 20%-40% dari nilai barang yang disimpan. b. Menjamin kalancaran penyediaan barang. Rangkaian perjalanan dari bahan baku sampai menjadi barang jadi dan diterima oleh pemakai / pelanggan merupakan suatu rantai yang panjang (chain) yang perlu dikelola dengan baik. c. Menjamin mutu. Jaminan mutu ini juga merupakan serangkaian mata rantai panjang yang harus dikelola dengan baik karena mutu barang jadi ditentukan tidak hanya oleh proses produksi barang tersebut, tetapi juga oleh mutu bahan mentahnya dan mutu keamanan dalam pengirimannya
Model Supply Chain
model supply chain, yaitu suatu gambaran plastis mengenai hubungan mata rantai dari elemen-elemen tersebut yang dapat berbentuk seperti mata rantai yang berhubungan satu dengan yang lain. Model supply chain dikembangkan oleh A. T. Kearney pada tahun 1994 seperti pada gambar 2.1 (Indrajid 2002, hal: 8)
Gambar 2. Model Supply Chain yang Dikembangkan oleh A.T. Kearney
Berdasarkan ilustrasi tersebut, suppliers’suppliers telah dimasukkan untuk menunjukkan hubungan yang lengkap dari sejumlah perusahaan atau organisasi yang bersamasama mengumpulkan atau mencari, mengubah, dan mendistribusikan barang dan jasa kepada pelanggan akhir. Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat di antara jaringan atau rantai, serta pergerakan barang yang efektif dan efisien untuk memaksimalkan kepuasan para pelanggan.
Konsep yang banyak digunakan dan dikembangkan untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas pergerakan barang sebagai berikut: 1. Mengurangi jumlah supplier. Konsep ini dikembangkan sejak akhir tahun 90-an yang bertujuan untuk mengurangi ketidakseragaman, biaya-biaya negosiasi dan pelacakan (tracking). Konsep ini adalah awal perubahan kecenderungan dari konsep multiple supplier ke single supplier. Dengan demikian, cara lama yang dahulu dianggap ampuh seperti mencari sourcing dengan cara tender terbuka makin tidak populer, karena tender terbuka tidak menjamin terbatasnya jumlah supplier. 2. Mengembangkan supplier partnership atau stratigic alliance Konsep ini dikembangkan sejak pertengahan tahun 1990-an dan diharapkan masih akan populer pada abad ke-21 ini. Konsep ini menganggap bahwa hanya dengan supplier partnership, key suppliers untuk barang tertetu merupakan strategic sources yang dapat diandalkan dan dapat menjamin lancarnya pergerakan barang dalam supply chain. Konsep ini selalu dibarengi dengan konsep perbaikan yang terus menerus dalam biaya dan mutu barang.
Dasar Istilah yang Menjelaskan Model Persediaan
Kita mulai dengan membahaas secara rinci beberapa konsep penting yang digunakan untuk menggambarkan model persediaan. Ada enam komponen yang menentukan profitabilitas ini adalah : 1. Biaya pemesanan atau manufaktur produk 2. Biaya Holding. Ini termasuk biaya ruangpenyimpanan, asuransi, perlindungan, pajak, dll 3. Kekurangan biaya. Biaya ini meliputi pendapatantertunda, ruang penyimpanan, catatan menjaga, dll 4. Pendapatan. Biaya ini mungkin atau mungkin tidak termasuk dalam model. jika hilangnya pendapatan diabaikan dalam model, harusdimasukkan dalam kekurangan biaya ketika penjualan hilang. 5. Salvage biaya. Biaya yang terkait dengan menjualitem di diskon harga. 6. Diskon tarif. Hal ini berkaitan dengan nilai waktu dari uang. Rm A bisa menjadi menghabiskan uang pada hal-hal lain, seperti investasi
Model persediaan diklasifikasikan baik dari sebagai deterministic atau stokastik. Deterministik model-model yang menunjukkan permintaan untuk jangka waktu yang diketahui, sedangkan pada model stokastik permintaan adalah variabel acak yang memiliki distribusi probabilitas yang diketahui. Model ini juga dapat diklasifikasikan dengan cara meninjau persediaan , baik terus menerus atau berkala. Dalam model kontinu, pesanan ditempatkan segera sebagai tingkat saham jatuh di bawah titik pemesanan kembali yang ditentukan. Dalam review periodik, tingkat persediaan diperiksa pada interval diskrit dan keputusan pemesanan hanya dibuat pada saat-saat persediaan bahkan jika di bawah titik pemesanan kembali
WASSALAM