MAKALAH PELAYANAN PUBLIK “INTERKONEKSI JARINGAN PIPA AIR BERSIH BAWAH LAUT ANTAR PULAU SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN AIR BERSIH/AIR MINUM DI WILAYAH HINTERLAND KOTA BATAM”
BAB I MASALAH, PENDEKATAN, DAN HASIL
1.1 Alasan Pengembangan Program dan Permasalahan yang Dihadapi Kota Batam terdiri 12 kecamatan dengan luas 426 km2 dan 74,62 % diantaranya lautan merupakan daerah kepulauan yang memiliki ± 400 pulaupulau kecil (hinterland) dan Pulau Batam (mainland) dengan jumlah penduduk ± 1,2 juta jiwa, mayoritas masyarakat hinterland bermata pencaharian nelayan. Secara geografis Kota Batam berada pada jalur pelayaran internasional yang berbatasan langsung dengan negara tetangga (Singapura). Adanya disparitas (kesenjangan) pelayanan air bersih antara daerah Pulau Batam (mainland) dan Pulau-pulau sekitarnya (hinterland) . Cakupan pelayanan air bersih di Pulau Batam (mainland) sebesar 97 % melebihi target MDGs 2015 sebesar 68 %, sedangkan cakupan pelayanan air bersih di wilayah hinterland baru mencapai 15 % (data terlampir). Disamping cakupan pelayanan yang rendah wilayah pulau-pulau kecil (hinterland) Kota Batam juga dihadapkan kepada kesulitan mengakses sumbersumber air bersih, dimana selama ini dibeli dari penjual air menggunakan boat air dengan biaya yang sangat mahal yaitu ± Rp. 10.000,-/drum atau Rp. 50.000,/m3 sehingga pengeluaran biaya rata-rata per bulan 1 keluarga untuk air bersih ± Rp. 450.000,- dan ditambah lagi kondisi bahwa tidak setiap saat air bisa dibeli tergantung kepada kedatangan penjual air ke lokasi pulau tersebut. Masalah utama di wilayah hinterland yaitu tidak memiliki sumber air alternatif yang bisa dijadikan sebagai sumber air bersih seperti sumur dalam /sumur bor untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Permasalahan ini akan semakin kompleks apabila penyediaan air bersih di wilayah hinterland dikaitkan dengan rencana pengembangan tata ruang wilayah seperti untuk kegiatan parawisata kegiatan industri dan lainnya. 1.2 Unsur Inovasi
Membangun sistem distribusi air bersih antara pulau dengan cara interkoneksi jaringan pipa air bersih bawah laut dari sumber air bersih ke wilayah pelayanan sebagai upaya peningkatan cakupan pelayanan air bersih bagi masyarakat hinterland ditinjau dari perspektif kemudahan akses terhadap sumber air bersih, pelayanan air bersih secara kontinyu dan keterjangkauan harga air bersih. Seperti diketahui bahwa selama ini pelayanan air bersih untuk wilayah pulau-pulau sekitar Pulau Batam (hinterland) dilaksanakan dengan cara sistem distribusi menggunakan transportasi boat air dari sumber air ke wilayah pelayanan sehingga hal ini memiliki kelemahan antara lain; kesulitan akses terhadap sumber air bagi pelanggan (jauh dari persil /rumah warga, distribusi menggunakan slang air dari boat air ke penampungan di rumah warga), pelayanan tidak kontinyu (jadwal menyesuaikan kedatangan kapal penjual air ± 2 kali dalam seminggu) dan harga air yang mahal (± Rp. 10.000,-/drum atau Rp. 50.000,-/m3).
1.3 Hasil dan Dampak Terhadap Masayarakat Dampak yang dihasilkan secara nyata dalam pembangunan sistem distribusi air bersih antar pulau dengan cara interkoneksi jaringan pipa air bersih bawah laut dari sumber air ke wilayah pelayanan antara lain adalah: a. Terciptanya kemudahan akses terhadap sumber air bersih bagi masyarakat pengguna air bersih dimana air bersih bisa langsung dikucurkan sampai ke rumah-rumah warga dengan cara sambungan rumah (SR); b. Terciptanya pelayanan air bersih secara kontinyu selama 24 jam dan/atau tergantung operasional atau tidaknya sumber air di instalasi pengolahan air (IPA) dan tidak tergantung lagi kepada jadwal transportasi boat-boat pengangkut air; c. Masyarakat pengguna air bersih mendapatkan harga air bersih yang lebih murah dari sebelumnya ± Rp. 50.000,-/m3 menjadi Rp. 7.000,-/m3 (misalnya yang sudah terlaksana di Pulau Buluh Kecamatan Bulang);
d. Dapat meningkatkan kesejahteraan dan derajat kesehatan masyarakat, mengingat harga air bersih lebih
terjangkau dan kualitas airnya lebih
terjamin (memenuhi standar kualitas).
BAB II PELAKSANAAN PENERAPAN
2.1 Pihak yang Terlibat Gagasan pembangunan sistem distribusi air bersih antar pulau dengan cara interkoneksi jaringan pipa air bersih bawah laut adalah Pemerintah Kota Batam melalui Dinas Pekerjaan Umum Kota Batam. Untuk mewujudkan program ini pada tahap awal belanja modal pembangunan infrastrukturnya dilakukan oleh Pemerintah sedangkan untuk operasional dan pemeliharaan dilakukan oleh masyarakat pengguna air melalui kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang ditunjuk berdasarkan hasil musyawarah masyarakat untuk kemudian dikuatkan dengan Surat Keputusan (SK) Lurah setempat. Dalam era otonomi daerah yang berkembang saat sekarang khususnya terkait dengan sistem penyediaan air minum dalam pelaksanaan penerapannya yang
mencakup
perencanaan,
pembangunan
serta
operasi
dan
pemeliharaannya mendorong berbagai pihak dari mulai (masyarakat, RT/RW, Kelurahan,
Kecamatan)
Pemerintah
Pusat/Daerah
serta
swasta
(konsultan/kontraktor).
2.2 Strategi dan Pengorganisasian Proses Pembangunan sistem distribusi air bersih antar pulau dengan cara interkoneksi jaringan pipa air bersih bawah laut ini dimulai dari tahap awal dengan melaksanakan inventarisasi pulau-pulau yang memiliki potensi sumber air serta pulau-pulau sekitar yang berjarak tidak terlalu jauh dan identifikasi terhadap trase/jalur pipa bawah laut dari kemungkinan melewati alur-alur pelayaran. Untuk jalur pemasangan pipa air bersih yang melewati alur pelayaran diperlukan izin prinsip dan ijin bekerja dibawah permukaan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, kendala dalam implementasi adalah lamanya pengurusan izin prinsip dan izin bekerja untuk itu perlu dilakukan koordinasi dengan Kementerian terkait.
Untuk jalur pemasangan pipa air bersih
yang tidak melewati jalur
pelayaran relatif lebih mudah dalam implementasi baik dari sisi ijin maupun teknis pelaksanaan konstruksi.
2.3 Keahlian Pelaksanaan Pada tahap awal yaitu tahap perencanaan diperlukan ahli sumber daya air (hidrologi) serta ahli kelautan untuk identifikasi potensi potensi sumber air dan untuk perkiraan arus laut, arus pasang dan kondisi sub bottom profiling (kondisi profil dasar laut / sea bed). Pada Tahap pelaksanaan konstruksi diperlukan keahlian dari beberapa bidang kerja misalnya; Ahli Teknik Sipil/Perpipaan, Mekanikal / Elektrikal, dll. Sedangkan pada tahap paska konstruksi tidak dibutuhkan kehlian yang spesifik.
2.4 Sumber Pembiayaan Sumber pembiayaan pada tahap pra konstruksi (Detail Engineering Design) dan pembiayaan konstruksi
dibiayai oleh APBD, sedangkan
pembiayaan pada tahap paska konstruksi yaitu kegiatan operasional dan pemeliharaan dibiayai penuh oleh masyarakat pengguna air seperti di Pulau Buluh, sementara pada beberapa lokasi
seperti Pulau Bulang Kebam dan
Pulau Labun masih dengan pola subsidi.
2.5 Monitoring dan Evaluasi Monitring dan evaluasi secara teknis dari mulai tahap perencanaan penyusunan DED, pelaksanaan konstruksi
maupun paska konstruksi
dilakukan dengan Dinas Pekerjaan Umum sedangkan untuk sistem pengelolaan (manajemen) dan adminstrasi, pelaporan dilakukan oleh pengelola (KSM) bersama dengan pihak kelurahan setempat.
BAB III
KEBERLANJUTAN DAN PELUANG REPLIKASI 3.1
Pembelajaran Utama Hal-hal yang dapat dijadikan pembelanjaran dari diterapkannya sistem distribusi air bersih antara pulau dengan cara interkoneksi jaringan pipa air bersih bawah laut adalah: Pembangunan interkoneksi pipa air bersih antar pulau ini tidaklah sesulit yang diperkirakan sebelumnya hanya saja justru kesulitan dalam pengurusan izin prinsip dan izin bekerja yang perlu diantisipasi kedepannya sehingga di masa depan mungkin perlu regulasi khusus untuk kemudahan implementasi misalnya untuk menekan biaya konstruksi perlu dibuat aturan agar diperkenankan pipa air bersih digelar diatas sea bed bukan dipendam seperti regulasi yang ada sekarang.
3.2
Aspek Keberlanjutan Untuk menjamin agar program ini bisa berkelanjutan perlu didukung dari berbagai pihak terutama dari sisi izin perlu penyesuaian agar biaya konstruksi bisa ditekan dan dari sisi pembiayaan perlu dialokasikan untuk keberlanjutan pada lokasi lain yang belum terbangun tapi memiliki potensi untuk dilaksanakan walaupun untuk investasi awal mahal akan tetapi dari sisi operasional dan tariff air bagi pengguna air lebih murah.
3.3
Peluang Replikasi Sistem distribusi air bersih antar pulau melalui interkoneksi jaringan pipa air bersih bawah laut telah mulai dilaksanakan pada tahun 2011 yaitu interkoneksi jaringan pipa air bersih bawah laut dari Pulau Batam melalui Selat Bulan menuju Pulau Buluh dan sukses untuk mengalirkan air langsung ke rumah-rumah penduduk dengan jumlah sambungan rumah (SR) ± 530 SR (2.216 jiwa) dengan masa pelayanan 24 jam penuh tanpa terputus dan harga air yang relatif terjangkau ± Rp. 7.000,-/m3 yang sebelumnya Rp. 50.000,/m3
Dengan keberhasilan ini program serupa juga dilaksanakan oleh Satker PK PAM Kepri Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum di lokasi Pulau Bulang Kebam yaitu interkoneksi jaringan pipa air bersih bawah laut dari instalasi pengolahan air (IPA) Pulau Bulang Lintang ke Pulau Bulang Kebam dan juga lokasi Pulau Labun yaitu interkoneksi jaringan pipa bawah laut dari instalasi pengolahan air (IPA) Pulau Pemping ke Pulau Labun pada tahun 2013. Lokasi-lokasi yang berpotensi untuk dilakukan hal yang sama adalah interkoneksi jaringan pipa bawah laut dari Pulau Batam ( Tanjung Pinggir, Sekupang) ke Pulau Belakang Padang (izin prinsip sudah dikeluarkan oleh Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan ) dan juga lokasi-lokasi seperti Teluk Bakau ke Pulau Terong dan Pulau Mecan ke Pulau Sarang.
3.4 Perspektif Reformasi Birokrasi Dengan adanya sistem distribusi air bersih antar pulau melalui interkoneksi jaringan pipa air bersih bawah laut ditinjau dari pemenuhan aspek-aspek perubahan dalam reformasi birokrasi adalah: a. Peningkatan kemudahan dalam pelayanan secara langsung kepada masyarakat dimana masyarakat dapat menikmati layanan air bersih langsung ke rumah-rumah b. Pemberdayaan masyarakat dengan cara diberikan kemudahan didalam mengatur diri mereka sendiri menjadi pengelola air
berdasarkan
musyawarah dan mupakat. c. Pelayanan yang murah dan tepat sasaran dimana harga air bisa menjadi lebih murah dari sebelumnya dan untuk masyarakat yang memang membutuhkan air di daerah sulit air.
Lampiran Photo
PROSES PEMASANGAN JARINGAN PIPA AIR BERSIH BAWAH LAUT
JARINGAN PIPA AIR BERSIH BAWAH LAUT YANG SUDAH TERPASANG
RESERVOIR AIR BERSI H KAPASITAS 250 M3 LOKASI PULAU BULUH
RESERVOIR AIR BERSIH KAPASITAS 126 M3 LOKASI SAGULUNG P. BATAM
SAMBUNGAN RUMAH (SR) LOKASI PULAU BULUH
DATA PELAYANAN AIR BERSIH DI WILAYAH HINTERLAND MELALUI JARINGAN PIPA AIR BERSIH BAWAH LAUT
NO
LOKASI
1
P. Bulang Kebam
2 3
JML PENDUDUK JML PENDUDUK (Jiwa) TERLAYANI AB (Jiwa)
JML TOTAL PROSENTASE PELAYANAN (%)
KETERANGAN
596
596
100
Suplai dari Pulau Bulang Lintang melalui jaringan pipa bawah laut
Pulau Buluh
2,216
2,120
96
Suplai dari Pulau Batam melalui jaringan pipa bawah laut
Pulau Labun
200
200
100
Suplai dari Pula Pemping melalui jaringan pipa bawah laut
Jumlah
3,012
2,916
97
Rata -rata Pelayanan 97 %
Sumber: Dinas PU Kota Batam
DATA PENDUDUK KOTA BATAM 2012
NO
KECAMATAN
LAKI-LAKI
PEREMPUAN JML TOTAL
KETERANGAN
I PENDUDUK P. BATAM (MAIN LAND ) 1 SEI BEDUK
60,345
66,352
126,697
2 NONGSA
35,415
30,735
66,150
3 SEKUPANG
77,610
71,317
148,927
4 LUBUK BAJA
58,129
55,964
114,093
5 BATU AMPAR
53,832
47,203
101,035
6 BENGKONG
65,769
61,975
127,744
7 BATAM KOTA
90,147
85,368
175,515
8 BATU AJI
68,254
63,580
131,834
100,276
88,041
188,317
609,777
570,535
1,180,312
9 SAGULUNG JUMLAH I
95.52
II PENDUDUK PULAU-PULAU (MAIN LAND ) 1 BELAKANG PADANG
12,811
12,373
25,184
2 BULANG
6,608
6,079
12,687
3 GALANG
9,208
8,260
17,468
JUMLAH II
28,627
26,712
55,339
4.48
JUMLAH TOTAL
638,404
597,247
1,235,651
100
SUMBER: BPS BATAM
DATA PELAYANAN AIR BERSIH WILAYAH HINTERLAND LOKASI
JUMLAH PENDUDUK
1
P. Bulang Kebam
2 3
JML TOTAL PROSENTASE PELAYANAN (%)
SR AKTIF
SUPLAI BOAT JUMLAH JIWA AIR TERLAYANI
596
149
596
100
Suplai dari Pulau Bulang Lintang melalui jaringan pipa bawah laut
Pulau Buluh
2,216
530
2,120
96
Suplai dari Pulau Batam melalui jaringan pipa bawah laut
Pulau Labun
200
50
200
100
Suplai dari Pulau Pemping melalui jaringan pipa bawah laut
4 P. Pemping
280
70
280
100
Suplai dari waduk Pemping
5
300
75
300
100
Suplai dari P. Pemping (jaringan pipa darat)
14,567
560
2,240
15
Suplai dari waduk Sekanak I dan II
572
143
572
100
Suplai dari waduk Bulang Lintang
300
11
Suplai dr P. Lumba menggunakan boat air
188
100
Waduk Mecan suplai sendidi
150
38
Suplai dari waduk Mecan menggunakan boat air
NO
Mongkol
6
P. Belakang Padang
7
P. Bulang Lintang
8 Pulau Kasu
5.000 lt x 2 boat x 3 trip
2,782
9 Pulau Mecan
188
10 Pulau Sarang
396
Kuala Buluh (Sembulang)
440
110
440
100
Mata air untuk suplai sendiri
12 Pulau Abang
650
150
600
92
Mata air untuk suplai sendiri
13 Teluk Lengung
256
64
256
100
Suplai dr jaringan pipa darat (PT. ATB)
8,242
35
Rata -rata Pelayanan 35 %
11
JUMLAH
47
KETERANGAN
5.000 lt x 1 boat x 3 trip
23,443
SUMBER: DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA BATAM PENDUDUK HINTERLAND
55,339
8,242.00
14.89 PELAYANAN AIR BERSIH
PENDUDUK MAIN LAND
1,180,312
1,144,902.64
97.00 PELAYANAN AIR BERSIH
JUMLAH PENDUDUK KOTA BATAM
1,235,651
1,153,144.64
93.32 PELAYANAN AIR BERSIH