MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS ENDOMETRIOSIS
Disusun Oleh Kelompok 7 : 1. Kiki Lestari 2. Endang Pasurina 3. Wika Kamayanti 4. Afriani Asluki Ivolia 5. Vera Anggraini 6. Rahyu Onala 7. Prinsi Apita Sari
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU TAHUN AJARAN 2014/2015
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga makalah mengenai “ENDOMETRIOSIS” dapat kami susun. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Patologi, selain itu juga diharapkan bisa memberikan wawasan kepada rekanrekan mahasiswa hkususnya mahasiswa DIII KebidananStikes Tri Mandiri Sakti Bengkulu. Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu memberi bimbingan, dorongan, ilmu, serta saran-saran kepada kami. Namun demikian penulis sangat menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan dan keterbatasan, sehingga diperlukan adanya masukan demi kesempurnaanya dari para pembaca dengan kritik dan saran untuk memperbaikinya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya dan semoga memahaminya.
Bengkulu,
januari 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................
i
KATA PENGANTAR.....................................................................................
ii
DAFTAR ISI...................................................................................................
iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................
4
1. 2 RUMUSAN MASALAH....................................................................
4
1. 3 TUJUAN............................................................................................
5
BAB II PEMBAHASAN 2.1 PENGERTIAN ENDOMETRIOSIS...................................................
6
2. 2 KLASIFIKASI………………………………………........................
6
2.3 PENYEBAB………………………………………............................
6
2.4 PATOFISIOLOGI……………………………………………............
7
2.5 GAMBARAN KLINIK…………………………………...................
9
2.6 PEMERIKSAAN PENUN JANG…………………………………
9
2.7 PENANGANAN…………………………………….…………......
10
2.8 CONTOH SOAP……………………………………………………
12
BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN...................................................................................
19
3.2 SARAN...............................................................................................
19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infertilitas
merupakan
suatu
permasalahan
yang
cukup
lama
dalam
dunia
kedokteran.Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50% pasangan infertil untuk memperoleh anak.Di masyarakat kadang infertilitas di salah artikan sebagai ketidakmampuan mutlak untuk memiliki anak atau ”kemandulan” pada kenyataannya dibidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurangmampuan pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah ketidakmampuan mutlak untuk memiliki keturunan. Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di antaranya, adalah: faktor Tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%, endometriosis 30%, dan hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%.Hal ini berarti sebagian besar masalah infertilitas pada perempuan disebabkan oleh gangguan pada organ reproduksi atau karena gangguan proses ovulasi. Beberapa wanita terkejut ketika dokter menyebutkan diagnosa endometriosis yang merupakan salah satu penyebab infertilitas, namun tidak mengetahui dengan jelas apa sebenarnya endometriosis tersebut. Endometriosis paling sering terjadi pada usia reproduksi. Insidensi yang pasti belum diketahui, namun prevalensinya pada kelompok tertentu cukup tinggi. Misalnya, pada wanita yang dilakukan laparaskopi diagnostik, ditemukan endometriosis sebanyak 0-53%; pada kelompok wanita dengan infertilitas yang belum diketahui penyebabnya ditemukan endometriosis sebanyak 70-80%; sedangkan pada wanita dengan infertilitas sekunder ditemukan endometriosis sebanyak 25%. Diperkirakan prevalensi endometriosis akan terus meningkat dari tahun ketahun. Meskipun endometriosis dikatakan penyakit wanita usia reproduksi, namun telah ditemukan pula endometriosis pada usia remaja dan pasca menopause. Oleh karena itu, untuk setiap nyeri haid baik pada usia remaja, maupun pada usia menopause perlu dipikirkan adanya endometriosis. Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukkan angka kejadian yang meningkat. Angka kejadian antara 5-15% dapat ditemukan di semua operasi pelvik. Endometriosis jarang didapatkan pada orang-orang negro, dan lebih sering didapatkan pada
wanita-wanita yang berasal dari golongan sosio-ekonomi yang kuat. Yang menarik perhatian adalah bahwa endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita yang tidak kawin pada umur muda, dan yang tidak mempunyai banyak anak. Ternyata fungsi ovarium secara siklis yang terus menerus tanpa diselingi kehamilan, memegang peranan penting di dalam terjadinya endometriosis. Angka kejadian endometriosis yang terjadi pada infertilitas menurut Ali Badziad, 1992, adalah sebesar antara 20-60 %. Pada infertilitas primer angka kejadian endometriosis yang terjadi sebesar 25%, sedangkan pada infertilitas sekunder angka kejadiannya sebesar 15%. Sedangkan angka kejadian endometriosis yang dilaporkan oleh Speroff adalah 3-10% terjadi pada wanita usia produktif, dan antara 25-35 terjadi pada wanita infertil. Sedangkan di Indonesia endometriosis ditemukan kurang lebih 30% pada wanita infertil. Menurut William dan Pratt kejadian Endometriosis pada seluruh laparatomi dari berbagai indikasi ditemukan sebesar 11,87% Berdasarkan penjelasan di atas besar persentase kasus endometriosis pada wanita mendasari study kasus ini untuk mengkaji lebih dalam mengenai salah satu penyebab dari infertilitas. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Endometriosis ? 2. Apa penyebab dari Endometriosis ? 3 . Apa tanda gejala dari Endometriosis ? 4. Bagaimanakah cara penanganan Endometriosis ? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari Endometriosis 2. Untuk mengetahui penyebab endometriosis 3. Untuk mengetahui tanda gejala dari Endometriosis 4. Untuk mengetahui penanganan Endometriosis
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis. Endometriosis adalah suatu penyakit dimana bercak-bercak jaringan endometrium tumbuh di luar rahim, padahal dalam keadaan normal endometrium hanya ditemukan di dalam lapisan rahim. Endometriosis dicerminkan oleh keberadaan dan pertummbuhan jaringan endometrium diluar uterus Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih dapat berfungsi terdapat diluar kavum uteri. 2.2 Klasifikasi Berdasarkan visualisasi rongga pelvis dan volume tiga dimensi dari endometriosis dilakukan penilaian terhadap ukuran, lokasi dan kedalaman invasi, keterlibatan ovarium dan densitas dari perlekatan. Dengan perhitungan ini didapatkan nilai-nilai dari skoring yang kemudian jumlahnya berkaitan dengan derajat klasifikasi endometriosis. Nilai 1-4 adalah minimal (stadium I), 5-15 adalah ringan (stadium II), 16-40 adalah sedang (stadium III) dan lebih dari 40 adalah berat (stadium IV) (Rusdi, 2009). 2.3 Penyebab Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain: A. Wanita usia produktif ( 15 – 44 tahun ) B. Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari) C. Menstruasi yang lama (>7 hari) D. Peningkatan jumlah estrogen dalam darah Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
F. Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis GTerpapar Toksin dari lingkungan Biasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan. Teori paling banyak diterima ialah migrasi trans tuba atau menstruasi retrogrand. Menurut teori ini, jaringan endometrium diregurgitasi dari uterus selama menstruasi ke tuba falopii dan kedalam rongga peritoneum, dan organ-organ lain. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori berikut: a. Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur) Sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi bergerak mundur ke tuba falopii lalu masuk ke dalam panggul atau perut dan tumbuh di dalam rongga panggul/perut. b. Teori sistem kekebalan Kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi tumbuh di daerah selain rahim. c. Teori genetik Keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan yang tinggi terhadap endometriosis. 2.4 Patofisiologi Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut. Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal
meningkat
seiring
dengan
peningkatan
perkembangbiakan
sel
abnormal.
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis. Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya. Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic. Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks. Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada endometriosis. (Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta Spero f, Leon. 2005) dan (Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Lippincot Williams & Wilkins : Philadelphia. ) 2.5 Gambaran Klinik Tanda dan gejala endometriosis antara lain :
A. Nyeri : a. Dismenore sekunder b. Dismenore primer yang buruk c. Dispareunia d. Nyeri ovulasi e. Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi. f. Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual g. Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter B. Perdarahan abnormal a. Hipermenorea b. Menoragia c. Spotting sebelum menstruasi d.Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi C. Keluhan buang air besar dan buang air kecil a. Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar b. Darah pada feces c. Diare, konstipasi dan koli 2.6 Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis, antara lain: A. Uji serum a. CA-125 Sensitifitas atau spesifisitas berkurang b. Protein plasenta 14 Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan. c. Antibodi endometrial Sensitifitas dan spesifisitas berkurang
B. Teknik pencitraan a. Ultrasound Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan sensitifitas 11% b.MRI 90% sensitif dan 98% spesifik c. Pembedahan Melalui laparoskopi dan eksisi. 2.7 Penanganan Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan saja, terapi hormonal, pembedahan dan radiasi . upaya yang dilakukan: A . Pencegahan Meigh berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik untuk endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau hilang pada waktu dah sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya perkawinan jangan ditunda terlalu lama, dan sesudah perkawinan hendaknya diusahakan mendapat anak-anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian itu tidak hanya merupakan profilaksis yang baik terhadap endometrisis, melainkan menghindari terjadinya infertilitas sesudah endometriosis timbul. Selain itu jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau melakukan kerokan pada waktu haid, oleh karena itu dapat menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan rongga panggul. B Observasi dan Pemberian Analgetika Pengobatan ekspektatif ini akan berguna bagi wanita-wanita dengan gejala-gejala dan kelainan fisik yang ringan. Pada wanita yang sudah agak berumur, pengawasan itu bisa dilanjutkan sampai menopause, karena sesudah itu gejala-gejala endometriosis hilang sendiri. sikap yang sama dapat diambil pada wanita yang lebih muda, yang tidak mempunyai persoalan tentang infertilitas, akan tetapi pada wanita yang ingin mempunyai anak, jika setelah ditunggu 1 tahun tidak terjadi kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan terhadap infertilitas dan diambil sikap yang lebih aktif. Pada observasi seperti yang diterangkan, harus dilakukan pemeriksaan secara periodik dan teratur untuk meneliti
perkembangan penyakitnya dan jika perlu mengubah sikap ekspektatifnya. Dalam masa observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetika untuk mengurangi rasa nyeri. C. Terapi Hormonal Obat-obatan yang biasa digunakan untuk mengobati endometriosis Obat
Efek samping
Pil KB kombinasi Pembengkakan perut, nyeri payudara, peningkatan nafsu makan, estrogen-
pembengkakan pergelangan kaki, mual, perdarahan diantara 2 siklus
progestin
menstruasi, trombosis vena dalam Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi, perubahan suasana hati,
Progestin
depresi, vaginitis atrofika Penambahan berat badan, suara lebih berat, pertumbuhan rambut, hot flashes, vagina kering, pembengkakan pergelangan kaki, kram otot,
Danazole
perdarahan diantara 2 siklus, payudara mengecil, perubahan suasana hati, kelainan fungsi hati, sindroma terowongan karpal
Agonis GnRH
Hot flashes, vagina kering, pengeroposan tulang, perubahan suasana hati
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PATOLOGI HARI KETIGA DENGAN ENDOMETRIOSIS PADA NY. “M” USIA 21 TAHUN P1A0 DI BPS SURAIDAH,S.ST
Tanggal Pengkajian
:
09 Desember 2014
Waktu
: Jam 11.00 WIB
LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR
A. SUBJEKTIF 1. Biodata Nama Istri
:
Ny. M
Nama Suami
: Tn. F
Umur
:
21 tahun
Umur
: 34 tahun
Agama
:
Islam
Agama
: Islam
Suku Bangsa
:
Jawa
Suku Bangsa
: Jawa
Pendidikan
:
SMP
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
:
IRT
Pekerjaan
: Wiraswasta
Penghasilan
:
-
Penghasilan
: + Rp. 1.200.000,-
Alamat
:
Lingkar Barat
Alamat
: Lingkar Barat
Tanggal Masuk :
09 Desember 2014
No. RM
19-46-25
:
2. Anamnesa a. Keluhan utama Ibu mengatakan pada perutnya bagian bawah nyeri selama haid berlangsung. b. Riwayat Perkawinan 1. Kawin 1x. kawin pertama umur 19 tahun.
2. Telah menikah selama 2 tahun. c. Riwayat Menstruasi 1. Menarche
: 13 tahun.
2. Siklus
: 28 hari.
3. Lama
: 5 hari.
4. Warna
: Merah, Khas darah
5. Bau
: Khas Darah
6. Dismenore : Tidak d. Riwayat persalinan sekarang 1. Waktu persalinan
:
tanggal 09 Desember 2014, jam : 01.05 WIB
2.
Jenis Persalinan
:
spontan, presentasi kepala
3.
Penyulit waktu persalinan
: tidak ada
4.
Ketuban pecah jam
: 00.50 WIB
5.
e.
Bayi lahir
Riwayat Kesehatan.
- Warna
:
-
: khas
Bau
keruh
: 01.05 WIB - Berat Badan
: 3200gr ,
- Jeniskelamin
: laki – laki
1. Penyakit yang pernah diderita, Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit infeksi seperti : asma, demam lebih dari 3 hari, kencing manis, darah tinggi dan penyakit yang dioperasi. 2. Kesehatan ibu sekarang : Ibu mengatakan saat ini merasa perut bagian bawah nyeri dan ibu hanya mengkonsumsi feminak namun belum sembuh. 3. Kesehatan keluarga: Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti asma, demam lebih dari 3 hari, darah tinggi, kencing manis dan penyakit yang dioperasi serta tidak ada keturunan kembar. f. Kebiasaan
g.
1. Pantang makan
: ada yaitu mutih
2. Minum jamu
: ibu minum jamu lancar ASI selama nifas.
3. Obat-obatan
: feminax
4. Miras/rokok
: tidak
Riwayat penggunan kontrasepsi 1. Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun. 2. Rencana yang akan datang
: Ibu mengatakan ingin memakai KB suntik 3 bulan.
3.Alasan
: lebih praktis
h. Riwayat Psikososial 1. Pengetahuan ibu tentang proses menyusui Ibu mengatakan menyusui bayinya dengan posisi duduk ditempat tidur 2. Pengalaman ibu menyusui pada persalinan yang lalu Ibu mengatakanbelum pernah menyusui sebelumnya
B. Objektif Keadaan Umum
: Sedang
Kesadaran
: Composmnetis
Tekanan Darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 90x/Menira
Suhu
: 37,3 ºC
RR
: 26x/Menit
a. Pemeriksaan Fisik 1. Kepala
: Mesosefal, bersih, tidak ada luka, tidak benjolan
2. Rambut
: Bersih, tidak ada ketombe, tidak mudah rontok
3. Muka
: tidak pucat
4. Mata
: Simetris, konjungtiva pucat, sklera tidakikterik
5. Hidung
: Bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip
6. Mulut/bibir
: Kotor, tidak ada stomatitis, lidah kotor
7. Telinga
: Simetris, tidak ada serumen
8. Leher
: Tidak pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe
9. Aksila
: Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
10. Dada
: Pernafasan teratur, tidak ada bunyi , tidak ada retraksi dinding dada.
11. Abdomen
: Tidak ada luka bekas operasi, tidak ada pembesaran hepar.
12. Genetalia
: Tidak oedam, tidak ada varises
13. Ekstremitas atas
: teraba dingin, agak pucat, tidak oedem, turgor kulit kurang.
14.Ekstremitas bawah : teraba dingin, agak pucat, tidak varises, tidak oedem, turgor kurang
b. Pemeriksaan Obstetria. Inspeksi 1. Muka
: Tidak ada cloasma gravidarum
2. Mamae
: Membesar, puting susu menonjol, areola mamae ASI sudah keluar lancar, kebersihan terjaga
3. Abdomen
: tidak ada luka operasi, TFU tidak teraba, ada nyeri tekan pada bagian adnexa dan terdapat masa keras terfiksas
4. Genetalia
: terdapat spotting
c. Pemeriksaan Penunjang. Pemeriksaan laboratorium
: Hb : 12,1 g/dL
GOLD A
:O
d. Pemeriksaan Rontgen USG
: tampak masa seperti kista pada ovarium dextra
C. Assesment a. Diagnosa kebidanan Ny. M, Umur 21 tahun, PIA0, 30 hari post partum, dengan endometriosis
b. Masalah Kebidanan Ibu lemah, nyeri perut bagian bawah selama haid berlangsung, dan ibu merasa cemas dengan keadaannya saat ini. c. Kebutuhan KIE tentang personal hygiene, nutrisi. d. Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan 1. Lakukan pemeriksaan panggul + abdomen Rasional
: Dengan pemeriksaan panggul dan abdomen dapat segera terdeteksi kearah endometrisosis
2. Beri perawatan dan tindakan menurunkan nyeri Rasional
: Dengan memberikan pengobatan hormone kombinasi, hormone progestin, untuk membantu memicu terjadinya keadaan an ovulasi
3. Tindakan segera (di RS) / merujuk RS Rasional
:
Masih bergantung pada keinginan klien, usia, derajat, yang dialami.
e. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan 1. Melakukan pemeriksaan panggul dengan inspekulo/pemeriksaan dalam dan palpasi abdomen 2. Memberi perawatan dan tindakan menurunkan nyeri parcetamol 500 mg 3x1/analgesic 3. Memberi pengobatan hormone kombinasi dan hormone progestin 4. Merujuk Pasien ke RS
D. Planning 1. Memberitahu ibu bahwa telah dilakukan pengangkatan jaringan pada indung telur berupa benjolan kebiruan menyerupai kista. Evaluasi : ibu mengerti kondisinya saat ini 2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu : Tensi
: 130/80mmHg
Suhu
: 37,3 ºC
Nadi
: 90x/Menit
RR
: 26x/Menit
3. Melanjutkan pemberian terapi antibiotik dan analgetik selama masa penyembuhan untuk mengurangi infeksi dan rasa nyeri.Evaluasi : terapi telah diberikan 4. Pemberian terapi hormonal berupa : progesteron ( premolut ) untuk mengontrol hormon sehingga fungsiendometrium kembali seperti semula sesuai advis dokter.Evaluasi : advis dokter telah diberikan 5. Menganjurkan ibu untuk tetap kontrol setelah ibu pulang dan pesankan pada ibuuntuk segera periksa jika menemui keluahan serupa Evaluasi : ibu mengerti pesan yang disampaikan
BAB III
PENUTUP 3.1 Kesimpulan Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori berikut: 1. Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur) 2. Teori sistem kekebalan 3. Teori genetik Tanda dan gejala : Nyeri , Perdarahan abnormal, Keluhan buang air besar dan buang air kecil Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan saja, terapi hormonal, pembedahan dan radiasi 3.2 Saran Asuhan Kebidanan Patologi sangat penting untuk bidan dikarenakan sebagi tolak ukur potensi bidan dalam menangani kehamilan, persalinan dan nifas, pelayanan yang sesuai dengan keinginan klien dan sesuai dengan standart yang berlaku. Sebagai seorang Bidan sangat ditekankan agar mengetahui jenis penyakit apa saja yang dapat mengamcam keselamatan. Tuntutan seorang bidan sangatlah berat dan berisiko tinggi terutama pada ibu dan anak. Maka dari itu seorang bidan wajib menjalankan tugas sesuai prosedur yang sudah ditentukan baik itu, penyuluhan dan lainnya sesuai profesi kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA
Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta Irene M. Bobak, dkk.2004, Keperawatan Maternitas. EGC: Jakarta Sarwono Prawirohardjo, 1999. Ilmu kandungan, Bina Pustaka : Jakarta