Mahasiswa FEB Cicipi Kuliah di Fontys Belanda UNAIR NEWS – Lima mahasiswa S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Universitas Airlangga menjalankan program pertukaran ke Fontys University of Applied Science, Belanda. Mereka yang ikut dalam Exchange Program Fontys Venlo Spring 2016 itu adalah Evelyn Rahmadanti, Reno Albra, Muhammad Aprilian Adhani, Muhammad Faishal Reza, dan Ahmad Wisesa Lumumba. Jadwal mereka di Negeri Kincir Angin dimulai sejak 10 Februari hingga 18 Juli 2016. Kampus Fontys memiliki tiga kampus yang tersebar di Eidhoven, Venlo, dan Tilburg. Tapi, khusus untuk program internasional, mahasiswa program pertukaran atau kuliah purnawaktu ditempatkan di Venlo. Lima sekawan itu mendapat beasiswa pendidikan dari kampus Fontys Belanda. Sedangkan, biaya hidup di Belanda ditanggung UNAIR. Selama di rantau, mereka tinggal di asrama mahasiswa. “Kami sebagai exchange students merasa diterima sebagai tamu, teman, hingga turis. Mulai dari jauh-jauh hari, kami sudah diberikan contact person orang yang bertanggung jawab kepada seluruh murid exchange, dan bebas untuk menghubungi orang tersebut jika ada kesulitan,” kata Evelyn. Dosen di kampus tersebut sangat terbuka dengan pemikiran mahasiswa asing. Yang terpenting, dosen tidak suka menyalahkan mahasiswa. Malah, mahasiswa diperkenankan berdiskusi intensif bahkan berdebat. Sebagai mahasiswa pertukaran, para mahasiswa UNAIR diagendakan trip satu kali setiap bulan dengan hanya membayar 5 – 10 Euro, dan selebihnya sudah ditanggung oleh pihak Fontys. Hal yang menarik saat hidup dan berinteraksi di Belanda, imbuh Evelyn, semua orang taat dan jujur terhadap aturan. Semua
tertata rapi. Semua menghargai lingkungan, damai, tenteram, dan orang-orang yang ramah. “Sekalipun mereka tidak mengenal kami, tidak jarang ketika kami jalan, disapa oleh orang atau penduduk di sana. Meski memang, tidak menutup kemungkinan akan adanya copet. Karena, saya pribadi juga kecopetan di Amsterdam,” kenangnya. Orang-orang Belanda yang ditemui Evelyn dan kawan-kawan tidak rasis. Mereka sering bertemu dengan mahasiswa lain dari berbagai negara, termasuk mahasiswa lokal. Tak jarang, mereka bermain dan makan bersama sembari mengenal satu sama lain, dan bertukar cerita tentang budaya masing-masing. Transportasi umum yang ada di Belanda selalu tepat waktu. Jika ada masalah atau keterlambatan, akan diinformasikan dengat cepat, melalui laman resmi, aplikasi, dan pengumuman di stasiun. Sekretaris Departemen Manajemen FEB Dr. Tanti Handriana menuturkan, aktivitas pertukaran mahasiswa merupakan upaya dari program studi S-1 Manajemen untuk bisa memberi kesempatan kepada mahasiswa yang berprestasi agar mendapatkan pengalaman berkuliah di luar negeri. Sekaligus, menambah jejaring dengan mahasiswa asing. “Pada saat yang sama, prodi S-1 Manajemen juga menerima mahasiswa Fontys selama satu semester. Program ini sangat bermanfaat dan akan terus dilakukan serta dikembangkan lebih lanjut,” kata dia. (*) Penulis: Rio F. Rachman Editor: Defrina Sukma S.
Profesor Leiden University: Di Indonesia, Kriminalnya Banyak, Penjaranya Sedikit UNAIR
NEWS
–
Program
Studi
Magister
Sains
Hukum
dan
Pembangunan (MSHP) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga kembali mengadakan seminar dengan menggandeng profesor asing. Seminar bertajuk “Stadium General: Legal Research and its Development” dihadiri oleh Prof. Dr. Adriaan Bedner, guru besar asal Van Vollenhoven Institute for Law, Government and Development, Faculty of Law, Leiden University. Ini merupakan kali ketiga profesor asal Belanda tersebut hadir berbagi ilmu kepada mahasiswa UNAIR. Selain Prof Adriaan, hadir pula sebagai pembicara Herlambang Perdana Wiratraman, S.H., M.A., sekretaris Pusat Kajian Hukum Hak Asasi Manusia atau lebih dikenal dengan Center of Human Rights Law Studies (HRLS) UNAIR. Pada kesempatan ini, Prof Adriaan memberikan materi mengenai Beasiswa Bidang Humum Indonesia dan Yurisprudensi sebagai Kendala untuk Lembaga Hukum Transplantasi. Materi ini merupakan karyanya yang diterbitkan dalam Hague Journal on the Rule of Law. Penelitian hukum merupakan prinsip penting untuk mengetahui bagaimana hukum di suatu negara mengambil peran penting dalam pelaksanaan program pembangunan. Ia juga menyinggung mengenai fragmentasi pemerintahan, korupsi, gangguan sistem politik, dan banyak hal lainnya. Profesor yang menguasai bahasa Indonesia dengan baik tersebut juga memaparkan mengenai bagaimana kondisi penegakan hukum di Indonesia dan Belanda. Salah satunya mengenai fenomena kriminalitas dan jumlah penjara yang ada di dua negara tersebut. “Di Belanda, banyaknya jumlah penjara dapat memicu penurunan
tingkat kriminalitas. Sedangkan di Indonesia, kejahatan kriminal banyak jumlahnya, akan tetapi sedikit sekali penjaranya,” ungkap Prof Adriaan. Sebagai bentuk dari Tri Darma Perguruan Tinggi, seperti yang disampaikan oleh Herlambang, hasil dari seminar ini dapat menjadi bahan pengembangan keilmuan hukum di Indonesia. “Seminar ini ditujukan untuk memberikan inovasi pada penelitian hukum, mengembangkan keilmuan hukum. Selain itu untuk menumbuhkan kepekaan hukum, serta isu-isu keadilan sosial,” kata Herlambang. “Menghadirkan dosen tamu yang berkualitas penting untuk dilakukan. Mengingat, hal tersebut untuk menunjang perkembangan keilmuan, khususnya pada Sekolah Pascasarjana,” ujar Dr. H. Suparto Wijoyo, Koordinator Program Studi MSHP. Sebelum menghadirkan profesor dari Universitas Leiden, MSHP juga pernah mendatangkan dosen tamu dari Universitas Osaka, Jepang, yang membahas mengenai pembangunan lingkungan. Prodi yang baru yang telah berjalan tiga tahun tersebut bertekad untuk dapat dikenal serta memiliki jaringan dan kolega dari berbagai kampus bukan hanya di Indonesia, namun juga di dunia. Suparto juga mengatakan bahwa di Leiden, MSHP merupakan program yang diimpikan. MSHP menjadi satu-satunya program di Indonesia yang menawarkan bidang ilmu hukum saintifik yang kontekstual, serta melihat pembangunan yang dinamis. Oleh karena itu, MSHP dan Leiden telah sepakat menjalin kerjasama yang baik. Bahkan, Prof Adriaan bersedia menerima tawaran untuk memberikan kuliah tamu, menjadi konsultan, serta menjadi pembimbing tesis di MSHP. “Harapanya, pada prodi MSHP ini mahasiswa tidak hanya menjadi magister yg terampil dalam regulasi, tetapi juga terampil di bidang development policy. Negara ini membutuhkan orang yang memahami hukum dalam konteks pembangunan,” kata Suparto.
Terjalinya hubungan baik antara prodi MSHP UNAIR dan Universitas Leiden salah satunya karena faktor kedekatan keilmuan dan telah adanya kecocokan. Selain itu, terdapat dosen UNAIR yang pernah menorehkan prestasi ketika masih melangsungkan studi di Leiden. Faktor itu yang membawa relasi tersendiri antara MSHP UNAIR dan Universitas Leiden. (*) Penulis : Ahalla Tsauro Editor : Binti Q. Masruroh
Mahasiswa Belanda Ikut Seminar Nasional Fisioterapi Fakultas Vokasi UNAIR NEWS – Sharing ilmu tidak hanya dilakukan ketika kegiatan kuliah di kelas. Namun juga, bisa terlaksana melalui diskusi atau sarasehan. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Nuniek Nugraheni, dr., Sp,KFR(K) dalam seminar nasional bertajuk “Pshioterapy Management for Knee Ostheoarthritis with Multi Modality Approach”, Sabtu (4/2) lalu. Bertempat di Gedung Diagnostic Center (GDC) RSUD Dr. Soetomo, Surabaya. Menurutnya, seminar ini memberi pemahaman ekstra bagi para tenaga medis dan masyarakat awam secara langsung berseumber dari pakar. Terutama, terkait penyakit Ostheoarthritis. Ketua Program Studi Diploma (D3) Fisioterapi Fakultas Vokasi UNAIR tersebut menyatakan, himpunan mahasiswa fisioterapi sebagai panitia penyelenggara patut berbangga. Sebab, seminar nasional tersebut berhasil menarik minat kalangan akademik dari berbagai daerah untuk menjadi peserta. Bahkan, ada yang berasal dari luar negeri, Belanda.
“Peserta seminar sangat beragam. Mulai dari Malang, Solo, sampai dari Avans University Belanda,” ujarnya di sela acara. Senada dengan dr. Nuniek, ketua panitia seminar nasional tersebut, I Made Putri Larasati, mengatakan bahwa Seminar Nasional Pshioterapy Management merupakan salah satu rangkaian acara pertukaran pelajar yang melibatkan mahasiswa dari Belanda. “Kedatangan mahasiswa dari Avans University ini sebagai bentuk kerjasama dengan fisioterapi Unair. Selama ini mereka memang datang secara rutin tiap tahun,” kata dia. Event ini dimulai pukul 06.30. Hadir sebagai narasumber dr. Patricia Maria, K.Sp, KFR (Koordinator staf medis KFR RSU Airlangga), Trissilowati, SST.Ft (Staf fisioterapi instalasi rehabilitasi medis RS dr.Soetomo), serta Sukadarwanto, SST.Ft, M.kes , pakar Ostheoarthritis Lutut dari Surakarta. (*) Penulis: Dilan Salsabila Editor: Rio F. Rachman
Sebarkan Viruskenner, Pelajar SMAN 16 Belajar Virologi UNAIR NEWS – Pepatah berbunyi ‘lebih baik mencegah daripada mengobati’ merupakan nasihat agar seluruh elemen mengedepankan gerakan preventif untuk menekan angka kejadian suatu penyakit. Prinsip itu pula yang mendasari sebuah kelompok asal Universitas Erasmus MC bernama Viruskenner untuk gencar menyosialisasikan pentingnya upaya preventif, khususnya pada kalangan generasi muda. Viruskenner tak lain adalah nama sebuah program penyuluhan yang diinisiasi oleh kelompok Viroscience Laboratory, Erasmus
MC, Rotterdam, Belanda. Program ini telah didirikan empat tahun yang lalu di Belanda, dan kini sudah menyebar ke Suriname dan Indonesia. Program ini didirikan dengan tujuan untuk menguatkan esensi gerakan preventif dalam melawan berbagai jenis penyakit yang disebabkan virus. Program Viruskenner menyasar generasi muda dari kalangan pelajar menengah atas. Harapannya, semakin dini pelajar memiliki pengetahuan seputar penyakit akibat virus, semakin cepat mereka mengenali dan mewaspadai. Di Surabaya, tim Viruskenner berkolaborasi dengan sejumlah pakar Divisi Tropik dan Infeksi, Departemen Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo – Fakultas Kedokteran UNAIR. Pada tahun ini, mereka menggelar kegiatan penyuluhan ke SMAN 16 Surabaya. Tim Viruskenner yang dimotori oleh Wesley de Jong, Laura Doormekam, Purwati, dr., Dr., Sp.PD, dan Musofa Rusli, dr., Sp.PD memperkenalkan tentang ilmu dasar virologi di hadapan pelajar kelas X, Rabu (23/3). Acara penyuluhan itu dikemas sederhana selayaknya kuliah singkat. Pelajar SMA itu diperkenalkan tentang apa dan bagaimana pencegahan penyakit yang diakibatkan oleh virus. Selain itu juga dibagikan kuesinoner berisi pertanyaan umum untuk mengasah ulang seberapa dalam pemahaman dan pengetahun peserta. Selanjutnya, para siswa dikelompokkan menjadi beberapa tim kecil. Setiap tim akan ditugaskan untuk mempelajari satu jenis virus, bisa itu influenza, Hanta Virus, leptosirosis, HIV Aids, Hepatitis, dsb. Kemudian masing-masing tim ditugaskan untuk mengaplikasikan pemahaman mereka ke dalam bentuk video maupun poster. Nantinya karya mereka akan dikompetisikan dan di pertontonkan pada kunjungan kedua Tim Viruskenner pada bulan Juni 2016 mendatang. (*) Penulis: Sefya Hayu I. Editor: Defrina Sukma S