STUDI LIMPASAN PERMUKAAN DI PERUMAHAN SAWOJAJAR I KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI DAN MODEL DAERAH ALIRAN SUNGAI (SIMODAS) (Studi Kasus Kawasan Jalan Danau Sentani Raya) M. Tamam Ilman1, Donny Harisuseno2, A. Tunggul Sutan Haji3 1 Mahasiswa Program Sarjana Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya 3 Dosen Jurusan Teknologi Sumberdaya Air dan Lingkungan Universitas Brawijaya e-mail:
[email protected] ABSTRAK Penataan ruang yang tidak didasarkan oleh konsep pengaturan tata air atau konservasi air merupakan salah satu penyebab utama terjadinya fenomena limpasan permukaan di kawasan perkotaan. Malang termasuk salah satu kota yang mengalami masalah ini terutama pada kawasan Jalan Danau Sentani Raya di perumahan Sawojajar I. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui besar limpasan permukaan yang menyebabkan terjadinya genangan pada wilayah studi. Besar debit limpasan permukaan menggunakan perangkat lunak (software) SIMODAS (Sistem Informasi dan Model Daerah Aliran Sungai). Data hujan menggunakan 1 stasiun penakar yaitu Stasiun Kedungkandang. Hasil debit limpasan permukaan aplikasi SIMODAS ini kemudian ditambahkan dengan debit buangan penduduk inilah yang disebut debit rancangan. Berikutnya dilakukan evaluasi dengan kapasitas drainase eksisting, maka akan dihasilkan besar limpasan permukaan yang kemudian menyebabkan terjadinya genangan. Hasil dari perhitungan menunjukan bahwa debit puncak limpasan permukaan mengalami peningkatan dalam selang waktu dari tahun 2002 dan 2011 dengan debit tahun 2002 sebesar 0,22 m3/dtk untuk kala ulang 2 tahun dan 0,33 m3/dt untuk kala ulang 5 tahun kemudian pada tahun 2011 sebesar 4,07 m3/dt untuk kala ulang 2 tahun dan 5,19 m3/dt untuk kala ulang 5 tahun. Dari hasil evaluasi kapasitas saluran drainase eksisting menunjukkan terjadinya genangan pada tahun 2011 dengan debit genangan rata - rata sebesar 1,255 m3/dtk pada kala ulang 2 tahun dan 1,656 m3/dt pada kala ulang 5 tahun. Kata kunci : Tata guna lahan, SIMODAS, Limpasan permukaan, Drainase ABSTRACT Urban planning which is not based on the water regulation concept or water conservation is one of the main causes of the phenomenon of surface runoff in urban areas. Malang is one of the cities that is experiencing this problem, especially in the area of Danau Sentani Raya street in Sawojajar I residential. The purpose of this study was to determine the amount of surface runoff discharge that causes inundation in the study area. The amount of surface runoff discharge was determined by using a software namely SIMODAS (Sistem Informasi dan Model Daerah Aliran Sungai). The Rainfall data was collected from one measuring station, namely Kedungkandang Station. The amount of surface runoff discharge from SIMODAS was accumulated with the waste discharge from the household which is called design discharge. Later on, this research evaluates the capacity of the existing drainage in order to generate the amount of surface runoff discharge that causes inundation. The result indicates that the peak discharge of surface runoff have increased in the interval from 2002 to 2011 with amount of the discharge in 2002 is 0,22 m3/s for 2 years return period and 0,33 m3/s for 5 years return period, the amount of the discharge in 2011 is 4,07 m3/s for 2 years return period and 5,19 m3/s for 5 years return period. The results from the evaluation of capacity on the existing drainage channel indicates the inundation was occurred in 2011 with an average discharge is 1,255 m3/s in the 2 years return period and 1,656 m3/s in the 5 years return period. Keywords : Land use, SIMODAS, Surface runoff, Drainage
1. PENDAHULUAN Penataan ruang yang tidak didasarkan oleh konsep pengaturan tata air atau konservasi air merupakan salah satu penyebab utama terjadinya fenomena limpasan permukaan di kawasan perkotaan. Meningkatnya pertumbuhan penduduk di kota Malang menuntut pula peningkatan kawasan tertutup di kota ini yang membuat kawasan resapan air semakin berkurang. Jalan Danau Sentani Raya di Perumahan Sawojajar I merupakan salah satu kawasan di kota Malang yang setiap terjadi hujan dengan intensitas tinggi selalu ada limpasan permukaan yang dapat mengakibatkan genangan. Genangan didefinisikan sebagai sekumpulan air yang berhenti mengalir di tempat-tempat yang bukan merupakan badan air (Kusumadewi, 2012). Untuk membantu menganalisis masalah limpasan permukaan di kawasan tersebut dapat diperoleh dengan bantuan perangkat lunak (software), yakni Sistem Informasi dan Model Daerah Aliran Sungai (SIMODAS). SIMODAS adalah perangkat lunak yang dapat digunakan sebagai sistem informasi dan model hidrologi untuk pengelolaan DAS (Haji, 2005). Studi ini selain bertujuan untuk menganalisis besarnya limpasan permukaan menggunakan SIMODAS juga menganalisis besarnya genangan yang terjadi dan kesesuaian SIMODAS dalam menghitung limpasan permukaan yang terjadi di lokasi studi. 2. KAJIAN PUSTAKA Daur (Siklus) Hidrologi Siklus Hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda seperti pada gambar 1.
Gambar 1. Siklus Hidrologi Sumber : Suripin (2004 : 20)
Limpasan Permukan Limpasan merupakan gabungan antara aliran permukaan, aliran yang tertunda pada cekungan-cekungan, dan aliran bawah permukaan (subsurface flow) (Suripin, 2004:74). Limpasan permukaan yang berlebih merupakan ancaman bahaya banjir sehingga dalam penataan kawasan, identifikasi dari parameter-parameter yang mempengaruhi limpasan permukaan harus dilakukan. Drainase (Drainage) Sebagai salah satu sistem dalam perencanaan perkotaan, maka sistem drainase yang ada dikenal dengan istilah sistem drainase perkotaan. Drainase perkotaan/terapan adalah sebagai ilmu yang diterapkan mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan sosial budaya yang ada di kawasan kota (Hasmar, 2011;1). Curah Hujan Rancangan Curah hujan rancangan adalah curah hujan terbesar yang mungkin terjadi pada suatu daerah tertentu pada periode ulang tertentu, yang dipakai sebagai dasar perhitungan dalam perencanaan suatu dimensi bangunan air. Ada beberapa teknik analisis frekuensi yang digunakan dalam pengolahan data hidrologi, namun yang banyak digunakan adalah Log Pearson Tipe III dengan pertimbangan, bahwa metode ini lebih
luwes dan dapat dipakai untuk semua macam sebaran data. Analisa Intensitas Curah Hujan Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan persatuan waktu. Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula intensitasnya. Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data hujan harian, maka intensitas hujan dapat dihitung dengan rumus Mononobe: 2
R 24 3 I 24 24 t
(1)
dengan : I = Intensitas curah hujan (mm/jam) R24 = Curah hujan maksimum selama 24 jam (mm) t = lamanya hujan (jam) Alternating Block Method (ABM) Alternating block method (ABM) adalah cara sederhana untuk membuat hietograf kedalaman hujan jam-jaman dari kurva intensitas-Durasi-Frekuensi (IDF) (Chow et al., 1988). Distribusi hujan jam-jaman rencana yang di hasilkan oleh metode ini adalah hujan yang terjadi dalam n rangkaian interval waktu yang berurutan dengan durasi lama waktu hujan. Kedalaman hujan diperoleh dari perkalian antara intensitas hujan dan durasi waktu hujan tertentu. Metode Soil Conservation Service (SCS) untuk Abstraksi Abstraksi meliputi intersepsi curah hujan pada tanaman atau bangunan di atas tanah, penyimpanan depresi (depression storage) sebagai akumulasi air pada cekungan tanah lembah di atas permukaan, dan infiltrasi air dalam tanah. Salah satu penghitungan abtraksi yang digunakan di dalam SIMODAS adalah metode SCS (Soil Conservation
Service). Besarnya nilai abstraksi pada metode ini dipengaruhi oleh nilai CN. Nilai CN dipengaruhi oleh jenis penggunaan lahan dan jenis tanah yang terdapat di lokasi studi. Besarnya hujan limpas ditentukan dengan: Pe = P – Ia – Fa
(2)
Dimana : Pe = hujan limpas (mm) P = kedalaman hujan (mm) Fa = air hujan terabstraksi setelah waktu tergenang (mm) Ia = abstraksi awal (mm) Debit Air Buangan Debit air buangan adalah debit yang berasal dari air buangan penduduk, oleh sebab itu terlebih dahulu harus dihitung besarnya jumlah penduduk. Kebutuhan air bersih dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: qb = Mn × S
(3)
dimana: qb = kebutuhan air (ltr/jiwa/hari) Mn = jumlah penduduk (jiwa) S = standar kebutuhan air (ltr/hari) Debit Air Kotor Untuk menghitung debit air buangan rumah tangga, dapat dicari terlebih dahulu sabagai berikut:
Jumlah penduduk yang terlayani oleh saluran (jiwa) Buangan rumah tangga (m3/orang/hari) = 70% × kebutuhan air bersih (ltr/jiwa/hari) Total debit air = Qrumah tangga (m3/dtk) = 𝛴Penduduk (jiwa) × air buangan (m3/orang/hari)
Kapasitas Saluran Untuk menghitung kapasitas saluran, dipergunakan persamaan kontinuitas dan rumus manning: Q = A .V dimana : Q = Debit pengaliran (m3/dt)
(4)
V = Kecepatan rata-rata dalam saluran (m/dt) A = Luas penampang basah (m2) Sistem Informasi Dan Model Daerah Aliran Sungai (SIMODAS) SIMODAS adalah perangkat lunak (software) yang dapat digunakan sebagai sistem informasi dan model hidrologi untuk pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Perangkat lunak ini dikembangkan dengan mengintegrasikan model hidrologi sebar keruangan dan Sistem Informasi Geografis (SIG). SIMODAS dikembangkan dengan menggunakan pendekatan sebar keruangan, dengan variasi karakteristik atau sifat-sifat (properties) dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) diperhatikan. DAS dimodelkan sebagai sel-grid yang saling bersebelahan (neigbourhood) dimana atribut dari sel-selnya dapat bervariasi. Penyajian ini memungkinkan berbagai faktor physiographic yang meliputi kemiringan, arah aliran, laju abstraksi, dan kekasaran permukaan dapat diekstrak secara akurat untuk perhitungan besarnya aliran air. SIMODAS menggunakan metode SCS (Soil Conservation Service) untuk penghitungan abtraksi, kemudian untuk routing/perjalanan air permukaan menggunakan model sebar (distributed model) dengan persamaan Saint-Venant dan untuk menentukan debit alirannya menggunakan penyelesaian numerik memakai scheme linier. Sebelum model dipergunakan untuk memprediksi hidrograf banjir maka perlu dilakukan tahap-tahap pengujian model. Tahap-tahap pengujian yang dilakukan meliputi uji rasional dan kalibrasi. Hasil SIMODAS sendiri berupa besarnya hujan, abstraksi, tinggi limpasan permukaan dan debit yang bisa ditampilkan dalam tabel atau grafik dengan menggunakan perangkat lunak MS-Excel.
3. METODE PENELITIAN Lokasi Studi Kawasan Jalan Danau Sentani Raya di Perumahan Sawojajar I terletak di kelurahan Madyopuro di Kecamatan Kedungkandang yang mempunyai luas 0,296 km2. Berikut letak lokasi studi pada gambar 2.
Gambar 2. Letak Lokasi Studi Sumber: Kecamatan Kedungkandang Kota Malang
Data yang Diperlukan Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam, yaitu data keruangan (spasial) dan non spasial. Berikut data yang digunakan : 1. Peta topografi. 2. Peta Tata guna lahan. 3. Peta jenis tanah. 4. Skema jaringan drainase. 5. Tata letak stasiun hujan. 6. Data curah hujan. 7. Data tinggi limpasan di saluran. 8. Data saluran drainase eksisting. 9. Data penduduk. Rancangan Penyelesaian Studi Untuk memprediksi limpasan permukaan digunakan perangkat lunak SIMODAS, Analisa data keruangan (spasial) dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SIG ArcView 3.3, sedangkan analisa data non-spasial dengan menggunakan alat bantu Microsoft Excel.
Secara garis besar tahapan penyelesaian skripsi adalah sebagai berikut: 1. Analisis limpasan permukaan dengan menggunakan SIMODAS. 2. Perhitungan debit banjir rancangan kala ulang 2 dan 5 tahun. 3. Analisa Kapasitas Saluran Drainase. 4. Evaluasi penyebab dan penanggulangan genangan. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk kala ulang 2 tahun dan 123,740 mm untuk kala ulang 5 tahun. Selanjutnya setelah menghitung besarnya intensitas hujan menggunakan rumus Mononobe kita dapat menghitung
distribusi hujan jam-jaman dengan metode Alternating block method (ABM), berikut hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel 1 dan 2: Tabel 1. Perhitungan hietograf kala ulang 2 tahun dengan metode ABM ∆t I (jam) (mm/jam) 0-1 35,747 1-2 22,519 2-3 17,185 3-4 14,186 4-5 12,225 Jumlah
I Td (mm) 35,747 45,038 51,556 56,744 61,126
∆p (mm) 35,747 9,291 6,518 5,189 4,382 61,126
hietograf Pt (%) (%) (mm) 58,480 8,489 8,753 15,200 10,663 10,994 10,663 58,480 60,300 8,489 15,200 15,673 7,168 7,168 7,391 100 100 103,111
Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 2. Perhitungan hietograf kala ulang 5 tahun dengan metode ABM Td (jam) 1 2 3 4 5
∆t (jam) 0-1 1-2 2-3 3-4 4-5
I (mm/jam) 42,898 27,024 20,623 17,024 14,671
I Td (mm) 42,898 54,048 61,870 68,097 73,355
Jumlah
Sumber: Hasil Perhitungan
∆p (mm) 42,898 11,150 7,822 6,227 5,258 73,355
hietograf Pt (%) (%) (mm) 58,480 8,489 10,504 15,200 10,663 13,194 10,663 58,480 72,364 8,489 15,200 18,809 7,168 7,168 8,870 100
100
Karakter tata guna lahan pada kawasan Jalan Danau Sentani Raya yang di analisa salah satunya adalah menentukan nilai Curve Number (CN), berikut hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel 3 dan 4: Tabel 3. Nilai Curve Number (CN) Kawasan Jalan Danau Sentani Tahun 2002 No.
Analisa Hidrologi Perhitungan Curah hujan rancangan menggunakan metode Log Pearson tipe III dihasilkan 103,111 mm
Td (jam) 1 2 3 4 5
Karakter Tata Guna Lahan
123,740
1 2 3 4 5
Jenis Tata Guna Lahan Jalan Perdagangan dan Jasa Pemukiman (30% Kedap air) Pemukiman (65% Kedap air) Tegalan Total
Kelompok Hidrologi Tanah B Luas (Ha) 3,0 1,2 6,7 3,6 15,1
CN 98 94 81 90 69
29,6
Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 4. Nilai Curve Number (CN) Kawasan Jalan Danau Sentani Tahun 2011 Kelompok Hidrologi Tanah No. 1 2 3 4
Jenis Tata Guna Lahan Jalan Perdagangan dan Jasa Pemukiman (30% Kedap air) Pemukiman (65% Kedap air) Total
B Luas (Ha) 4,9 2,7 12,7 9,3 29,6
Sumber: Hasil Perhitungan
Perhitungan Limpasan Permukaan dengan SIMODAS Pengerjaan untuk menghitung besar limpasan permukaan pada lokasi studi dilakukan mulai dari pengolahan data dengan SIG ArcView 3.3 kemudian dilanjutkan dengan SIMODAS. Sebelum model di SIMODAS dipergunakan untuk memprediksi hidrograf banjir maka perlu dilakukan tahap-tahap pengujian model. 1. Uji Rasional Maksud dari uji rasional ini adalah membandingkan total limpasan langsung di lahan seluruh daerah tangkapan air dengan total air yang mengalir di outlet. Data hujan kala ulang
CN 98 94 81 90
5 tahun diolah di SIMODAS dengan nilai CN dibuat 100 maka dihasilkan volume hujan sebesar 38743,45 m3 selanjutnya menghitung volume hujan dari data hujan yang sama dengan mengalikan dengan luas wilayah studi yang terbaca di SIMODAS sebesar 319.625 m2 sehingga didapatkan besar volume hujan sebesar 39547,20 m3. Selanjutnya menghitung besarnya kesalahan pengerjaan model dengan persamaan:
Vh Vm Vh
100%
39547,20 38743,45 100% 39547,20
= 2% Dengan kesalahan pengerjaan model sebesar 2 % maka perhitungan yang dilakukan oleh model dianggap benar karena kesalahan kurang dari 5 %. 2. Kalibrasi Pada tahap ini, dibutuhkan pasangan data curah hujan dan data debit observasi dari periode waktu kejadian yang sama sehingga hasil keluaran model mendekati data hasil pengukuran atau observasi. Dengan menggunakan data curah hujan otomatis yang terdapat di stasiun hujan Kedungkandang pada hari saat melakukan observasi. Data hujan di konversi satuannya ke inchi (in) lalu di komulatifkan untuk menghitung perhitungan distribusi kelebihan curah hujan jam-jaman metode SCS sebagai data debit observasi di lapangan untuk pembanding hasil pada SIMODAS. Berikut hasil abstraksi dan distribusi kelebihan curah hujan jam–jaman metode SCS pada tabel 5 dan hasil perhitungan debit observasi di lapangan pada tabel 6.
Tabel 5. Perhitungan abstraksi dan distribusi kelebihan curah hujan jam– jaman metode SCS Jumlah S hujan jam No. CN ke - komulatif P (in) (in) 1 0 0 2 1 0,118 3 2 1,299 87,8 1,386 4 3 2,480 5 4 3,189 6
5
3,346
Abstraksi Komulatif Ia Fa (in) (in) 0 0,118 0,277 0,588
Kelebihan curah hujan komulatif Pe (in) 0 0 0,434
Distribusi Kelebihan Hujan jam jaman
0 0,434
0,277 0,277
0,851 0,939
1, 352 1,973
0,919 0,620
0,277
0,955
2,114
0,142
Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 6. Perhitungan debit observasi di lapangan V (m³) 0
(in)
Luas (m²)
Pe (mm) 0 11,018
t (dt)
Q (m³/dt) 0
3261,38
296000
23,332
6906,37
15,759
4664,52
1,296
3,599
1065,22
0,296
0,906 3600
1,918
Sumber: Hasil Perhitungan
Dengan diketahui debit puncak observasi di lapangan sebesar 1,918 m³/dt, selanjutnya kita mengolah curah hujan otomatis di SIMODAS, dengan memasukkan data curah hujan otomatis sebagai masukan model dan dengan merubah-ubah parameter model, maka akan didapatkan keluaran model yang mendekati debit puncak observasi sebesar 1,91 m³/dt dengan nilai faktor pengali sebesar 1,015. Setelah mendapatkan hasil keluaran model yang mendekati data hasil observasi, selanjutnya melakukan simulasi hujan kala ulang 2 dan 5 tahun kembali di SIMODAS dengan memasukkan faktor pengali. Berikut rekapitulasi hasil pengolahan simulasi hujan di lokasi studi menggunakan kala ulang 2 dan 5 tahun pada tahun 2002 dan 2011 dengan SIMODAS pada tabel 7.
Tabel 7. Hasil Rekapitulasi Pengolahan Simulasi Hujan Di Lokasi Studi Kala Ulang 2 dan 5 Tahun Menggunakan SIMODAS Tahun Kala ulang Qp (m³/dt) Tp (menit)
2002 2 0,22 59
2011 5 0,33 55
2 4,07 139
5 5,19 149
Sumber: Hasil Pengolahan Model
Perhitungan Debit Air Kotor Setelah menghitung proyeksi penduduk di kelurahan Madyopuro Kecamatan Kedungkandang menggunakan metode Eksponensial didapatkan jumlah penduduk pada tahun 2002 sebesar 837 jiwa dan tahun 2011 sebesar 1637 jiwa maka kita dapat menghitung debit air kotor di lokasi. Selanjutnya dari kebutuhan air tiap penduduk dapat diketahui jumlah air kotor (buangan) rumah tangga, kemudian didapatkan air buangan maksimum sebesar = 0,7 × 280,80 = 196,60 liter/orang/hari = 0,00000228 3 m /orang/dt. Hasil perhitungan Debit air buangan untuk tahun 2002, dan 2011 dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Debit Air Kotor Penduduk Tahun 2002 dan 2011 Jumlah Penduduk (Jiwa) 2002 2011
Qair Buang Qair Kotor (m³/detik) m³/orang/detik 2002 2011
837 1637 0,00000228 Sumber: Hasil Perhitungan
0,001905 0,003724
Dari hasil pengolahan debit limpasan permukaan dengan SIMODAS dan perhitungan debit air kotor maka dapat dilihat hasil Qrancangan pada tahun 2002 dan 2011 pada tabel 9. Tabel 9. Perhitungan debit rancangan di lokasi studi tahun 2002 dan 2011 tahun 2002 2011
Qsal (m³/dt) 1,429
Qrancangan (m³/dt) 2 5 0,222 0,332 4,074
5,194
Sumber: Hasil Perhitungan
Perhitungan Kapasitas Saluran Drainase Eksisting Perhitungan kapasitas saluran drainase eksisting bertujuan untuk mengetahui kemampuan saluran drainase dalam menampung debit yang ada, sekaligus untuk mengetahui volume limpasan yang tereduksi oleh saluran drainase. Saluran drainase di Jl. Danau Sentani Raya mempunyai bentuk saluran trapesium dengan tipe konstruksi plesteran. Saluran di lokasi studi mempunyai panjang 1027 m, lebar bawah (b1) 0,5 m, lebar atas (b2) 1 m, tinggi (h) 0,7 m, kemiringan talud (m) 0,25 m dan slope saluran sebesar 0,0083. Gambaran dimensi saluran dapat dilihat pada gambar 3.
m h = 0,7 m 1
b1 = 0,5 m
Gambar 3. Dimensi Saluran Lokasi Studi Sumber: Dinas BAPPEDA Kota Malang
Dari data saluran yang ada bisa dihitung besaran debit saluran (Qsal) yakni: Qsal =A×V = 0,473 m² × 2,366 m/dt = 1,118 m3/dt Evaluasi Kapasitas Saluran Drainase Metode yang digunakan dalam evaluasi ini adalah metode evaluatif, yaitu dengan membandingkan kapasitas saluran drainase dengan debit air kotor dan debit rancangan. Dari hasil evaluasi kapasitas eksisting saluran drainase di lokasi dengan debit air kotor tahun 2002 dan 2011 dapat dilihat debit air kotor tidak
berpengaruh besar terhadap kondisi saluran drainase. Kemudian untuk hasil evaluasi kapasitas eksisting saluran drainase di lokasi dengan debit rancangan tahun 2002 dapat dilihat saluran drainase eksisting masih bisa menampung debit rancangan. Berikut grafik perbandingan hidrograf debit rancangan pada tahun 2002 terhadap kapasitas saluran pada gambar 4 dan 5.
Gambar 6. Perbandingan Hidrograf Debit Rancangan Kala Ulang 2 tahun pada tahun 2011 terhadap Kapasitas saluran Sumber: Hasil Pengolahan Model
Gambar 4. Perbandingan Hidrograf Debit Rancangan Kala Ulang 2 tahun pada tahun 2002 terhadap Kapasitas saluran Sumber: Hasil Pengolahan Model
Gambar 7. Perbandingan Hidrograf Debit Rancangan Kala Ulang 5 tahun pada tahun 2011 terhadap Kapasitas saluran Sumber: Hasil Pengolahan Model
Gambar 5. Perbandingan Hidrograf Debit Rancangan Kala Ulang 5 tahun pada tahun 2002 terhadap Kapasitas saluran Sumber: Hasil Pengolahan Model
Selanjutnya untuk hasil evaluasi kapasitas eksisting saluran drainase di lokasi dengan debit rancangan tahun 2011 sudah tidak mampu lagi untuk menampung, besarnya volume air hujan yang tidak bisa menampung saluran pada tahun 2011 adalah 8281,773 m³ untuk kala ulang 2 tahun dan 12918,46 m³ untuk kala ulang 5 tahun. Berikut grafik perbandingan hidrograf debit rancangan pada tahun 2011 terhadap kapasitas saluran pada gambar 6 dan 7.
Dengan diketahui debit genangan rata - rata pada tahun 2011 sebesar 1,255 m³/dt maka tinggi genangan yang terjadi sebesar 5,555 cm untuk kala ulang 2 tahun dan 1,656 m³/dt maka tinggi genangan yang terjadi sebesar 8,668 cm untuk kala ulang 5 tahun. Evaluasi Penyebab dan Penanggulangan Genangan Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya genangan pada lokasi studi yakni, dimensi saluran drainase yang terdapat di lokasi studi kecil sehingga tidak dapat menampung air limpasan yang mengakibatkan genangan yang besar, kemudian banyaknya sedimen dan sampah yang mengakibatkan tersumbatnya saluran drainase sehingga air limpasan tidak dapat tertampung. Dari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya genangan di lokasi maka perlu dilakukan tindakan
yakni memperbesar dimensi saluran agar dapat menampung air limpasan hujan dan perlu adanya normalisasi saluran akibat sedimen dan sampah agar saluran drainase dapat berfungsi maksimal.
sedangkan kekurangannya adalah tidak terlalu sesuai nya kontur di lokasi sehingga hasil pengolahan alur aliran tidak sesuai dengan kondisi di lokasi. Saran
3. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil evaluasi dan perhitungan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hasil perhitungan limpasan permukaan menggunakan SIMODAS pada lokasi didapatkan hasil debit puncak limpasan pada tahun 2002 sebesar 0,22 m3/dt untuk kala ulang 2 tahun dan 0,33 m3/dt untuk kala ulang 5 tahun kemudian pada tahun 2011 sebesar 4,07 m3/dt untuk kala ulang 2 tahun dan 5,19 m3/dt untuk kala ulang 5 tahun. 2. Hasil evaluasi kapasitas saluran drainase eksisting pada lokasi terhadap debit banjir rancangan hasil SIMODAS pada tahun 2002 dan 2011, didapatkan hasil debit genangan rata rata di tahun 2011 yang tidak bisa tertampung oleh saluran yang mengakibatkan terjadinya genangan sebesar 1,255 m3/dt pada kala ulang 2 tahun dan 1,656 m3/dt pada kala ulang 5 tahun. 3. Hasil perhitungan limpasan permukaan menggunakan SIMODAS dengan nilai limpasan permukaan yang terjadi di lapangan mempunyai perbedaan yang tidak terlalu signifikan dengan hasil uji koefisien determinasi 0,999 atau mendekati 1, begitu pula dengan hasil uji rasional, hasil kesalahan pengerjaan model hanya 2 %. 4. Hasil pengolahan model di SIMODAS ditemukan beberapa catatan seperti kelebihan SIMODAS mampu mensimulasikan proses hidrologi dengan menampung perubahanperubahan keruangan di lokasi secara interaktif sehingga hasil model mendekati hasil di lapangan,
Dari hasil studi yang dilakukan terdapat saran–saran yang diberikan, yaitu antara lain: 1. Penggunaan perangkat lunak (software) SIMODAS ini agar bisa dicoba lebih banyak orang lagi untuk menganalisa terjadinya limpasan permukaan di perkotaan di masa yang akan datang. 2. Penggunaan data masukan ke perangkat lunak (software) SIMODAS ini harus bisa mewakilkan lokasi penelitian atau telah di modifikasi terlebih dahulu sehingga bisa menggambarkan kondisi sebenarnya di lapangan. 3. Pemilihan letak lokasi studi harus mempunyai batas dan arah aliran yang jelas dengan cara melakukan pengecekan di lapangan untuk memudahkan dalam mengolah data pada perangkat lunak (software) SIMODAS. 4. Pengukuran tinggi limpasan yang terjadi di lapangan perlu ditambahkan pada proses kalibrasi di SIMODAS. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Profil Dan Potensi Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Laporan Tidak dipublikasikan. Malang. Chow, Ven Te., David R. Maidment, Larry W. Mays. 1988. Applied Hydrology. New York. Haji, A.T.S. 2005. Intergrasi Model Hidrologi Sebar Keruangan Dan Sistem Informasi Geografis Untuk Pragnosa Banjir Daerah Aliran Sungai. Disertasi tidak diterbitkan. Institut Teknologi Bandung. Hasmar, H.A Halim. 2012. Drainasi Terapan., Yogyakarta: UII Press.
.Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Yogyakarta: Andi.
Kusumadewi, Diah Ayu. 2012. Arahan Spasial Teknologi Drainase Untuk Mereduksi Genangan di Sub Daerah Aliran Sungai Watu Bagian Hilir. Jurnal Teknik Pengairan. Vol. 3 No. 2 hlm 258-276.