PPKM, Volume 3, No. 1, Januari 2016
ISSN 2354-869X
JURNAL PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PPKM)
LP3M-PB
Lembaga Penelitian, Penerbitan, dan Pengabdian Kepada Masyarakat Pembinaan Bahasa
JURNAL PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PPKM)
Jurnal PPKM
Vol. 3
No. 1
Hal. 1 – 68
Wonosobo, Januari 2016
ISSN: 2354-869X
Jurnal PPKM I (2016) 1-68
ISSN: 2354-869X
DEWAN REDAKSI JURNAL PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PPKM)
Penerbit: LEMBAGA PENELITIAN, PENERBITAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT-PEMBINAAN BAHASA (LP3M-PB) UNSIQ
Pelindung: Rektor UNSIQ Penanggung Jawab: Kepala LP3M-PB UNSIQ Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi: Hermawan,ST,MM,MT Sekretaris Redaksi: Adi Suwondo, M.Kom. Dewan Penyunting: Dr. Zamakhsyari Dhofier, M.A. Dr. Azhar Cholil, Lc., M.A. Dr. Moh. Sakir, M.Ag. Prof. Tri Harso Karyono Prof. Dr. Ing. L.M.F. Purwanto Dr. Ir. Eddy Prianto, CES, DEA Dr. Ir. Heri Hermanto, MT
Redaksi Pelaksana: Ketua : Hidayatus Sibyan, S.Kom. Sekretaris : Nur Hasanah, S.Kom. Anggota : M. Agoeng Pamoengkas Dhika Maulana Okto Wibowo
Alamat Redaksi: LP3M-PB Universitas Sains Al-Qur’an Wonosobo Jl.Raya Kalibeber Km.03 Wonosobo 56351 Phone: (0286) 321873 Fax : (0286) 324160 Website: http://lp3mpb.unsiq.ac.id email:
[email protected]
Jurnal Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (PPKM) merupakan media komunikasi dan desiminasi hasil-hasil penelitian, pengabdian, studi kasus dan ulasan ilmiah (terapan) bagi ilmuwan dan praktisi. Jurnal ini terbit pertama kali pada tahun 2014 dan diterbitkan oleh Lembaga Penelitian, Penerbitan dan Pengabdian Masyarakat – Pembinaan Bahasa (LP3M-PB) Universitas Sains AlQur’an (UNSIQ) Wonosobo secara berkala empat bulan sekali yaitu Januari, Mei dan September. ii
Jurnal PPKM I (2016) 1-68
ISSN: 2354-869X
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ..........................................................................................................
i
DEWAN REDAKSI ..............................................................................................................
ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................
iii
FAKTOR-FAKTOR MEMBAYAR
YANG
PAJAK
DI
MEMPENGARUHI KANTOR
KEPATUHAN
PELAYANAN
PAJAK
WONOSOBO .....................................................................................................................
1-10
Nanang Agus Suyono
KONTRIBUSI GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP LAPORAN KEUANGAN DALAM MENUNJANG RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN JENIS INDUSTRI DI BEI ....................................................................................................
11-19
Sri Hartiyah
PEMBANGUNAN RUMAH TEMPAT TINGGAL DI TEPI SUNGAI SEBAGAI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH DENGAN FONDASI BATU KALI (STUDI KASUS: MLANDI SUMBERDALEM KERTEK WONOSOBO) ....................................
20-29
Herlina Susilawati
PENGEMBANGAN BERBASIS
MODEL
PANDANGAN
PEMBELAJARAN KI
HADJAR
INQUIRY
TERBIMBING
DEWANTARA
UNTUK
MENUMBUHKAN KOMPETENSI UNGGUL DI SMP...................................................
30-38
Banar Dwi Retyanto
KERANGKA KUALIFIKASI KEILMUAN FISIKA UNSIQ .........................................
39-44
Sri Jumini
GEOMETRI PAHAT BUBUT HSS PADA PROSES MEMBUBUT MUKA POROS BAJA KARBON RENDAH DARI HASIL PEMOTONGAN MENGGUNAKAN LAS OXY-ACETYLEN ................................................................................................................ Roni Suhartono
iii
45-48
Jurnal PPKM I (2016) 1-68
ISSN: 2354-869X
PERBEDAAN REAKSI ANAK DAN REMAJA PASCA BENCANA ............................
49-55
Ika Purnamasari
ANALISIS DAN PERENCANAAN SISTEM DRAINASE JL. BANYUMAS, KAB. BANJARNEGARA ...............................................................................................................
56-62
Nasyiin Faqih, Budi Setiawan
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU-GURU SMK BIDANG SAINS MELALUI PELATIHAN SOFWARE ENGINEERING DI KABUPATEN WONOSOBO ............. Hermawan, Sunaryo
iv
63-68
Jurnal PPKM I (2016) 1-10
ISSN: 2354-869X
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK WONOSOBO a
Nanang Agus Suyono a Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sains Al Qur’an Wonosobo a Email:
[email protected]
INFO ARTIKEL Riwayat Artikel: Diterima Disetujui
: 25 Oktober 2015 : 1 Desember 2015
Kata Kunci:
Kepatuhan untuk membayar pajak, kesadaran, pengetahuan dan pemahaman, tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan hukum, niat dan kualitas pelayanan
ARTICLE INFO Article History Received Accepted
: October 25, 2015 : December 1, 2015
Key Words : Compliance to pay taxes, awareness, knowledge and understanding, the level of confidence in the system of government and law, intention and quality of service
ABSTRAK Penelitian ini berjudul ” Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepatuhan Membayar Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Wonosobo”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum serta kualitas pelayanan yang mempengaruhi kepatuhan dari wajib pajak untuk membayar pajak. Penelitian ini merupakan penelitian survei, yaitu penelitian dimana informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner dengan menggunakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang diajukan pada responden. Survei penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Kabupaten Wonosobo. Uji statistik yang digunakan adalah uji regresi linier berganda , dan data yang diperoleh diolah dengan menggunakan software statistik SPSS. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak, tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum berpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak , niat wajib pajak untuk patuh berpengaruh positf terhadap kepatuhan membayar pajak serta kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak.
ABSTRACT This study entitled "Factors affecting Paying Tax Compliance Tax Office Wonosobo". The purpose of this study was to prove the influence consciousness of paying taxes, knowledge and understanding of the tax laws, the level of confidence in the government and legal system as well as the quality of services that affect compliance of the taxpayers to pay taxes. This study is a survey research, the research for which the information was collected from respondents using a questionnaire by using an informationgathering techniques were done by compiling a list of questions on respondents. Survey research conducted at the Tax Office Wonosobo. The statistical test used is multiple linear regression, and the data obtained were processed using SPSS statistical software. Based on the analysis we can conclude that awareness taxpayer positive effect on compliance of paying taxes, knowledge and understanding of the tax laws has positive influence on adherence to pay taxes, the level of confidence in the system of government and law positive effect on compliance of paying taxes, the intention of the taxpayer to comply influential positf to pay tax compliance and service quality has positive influence on adherence to pay taxes.
1. LATAR BELAKANG Rendahnya tingkat kepatuhan membayar pajak menjadi salah satu penyebab belum optimalnya penerimaan pajak di Indonesia. Kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak seharusnya merupakan posisi strategis dalam upaya peningkatan penerimaan negara
dari sektor pajak. Dengan demikian faktorfaktor yang mempengaruhi kepatuhan membayar pajak sangat perlu mendapat perhatian. Faktor-faktor kepatuhan membayar pajak antara lain kesadaran wajib pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, tingkat kepercayaan 1
Jurnal PPKM I (2016) 1-10 terhadap sistem pemerintahan dan hukum, niat wajib pajak untuk patuh dan kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan membayar pajak wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas (Pangestu dan Rusmana, 2012). Kesadaran menurut Handayani, dkk ( 2012 ) merupakan unsur dalam manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas. Kesadaran yang dimiliki oleh manusia kesadaran dalam diri, akan diri sesama, masa silam, dan kemungkinan masa depannya. Kesadaran yang tinggi itu sendiri muncul tidak lain berasal dari adanya motivasi wajib pajak. Apabila kesadaran wajib pajak tinggi yang datang dari motivasi untuk membayar pajak, maka kepatuhan untuk membayar pajak pun akan tinggi dan pendapatan negara dari pajak akan meningkat. Selain itu pemahaman dan pengetahuan tentang peraturan perpajakan juga akan meningkatkan kemauan Wajib Pajak untuk membayar pajak. Karena Wajib Pajak yang sudah memahami peraturan pajak kebanyakan berpikiran lebih baik membayar daripada terkena sanksi pajak (Handayani, dkk, 2012). Kepercayaan merupakan sesuatu yang diharapkan dari kejujuran dan perilaku kooperatif yang berdasarkan saling berbagi norma-norma dan nilai yang sama. Dalam hal ini kepercayaan terhadap sistem pemerintahan, kepercayaan terhadap sistem
ISSN: 2354-869X hukum, kepercayaan terhadap politisi dan kepercayaan terhadap pemungutan pajak merupakan salah satu pendorong bagi wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya (Handayani, dkk, 2012). Niat wajib pajak untuk patuh merupakan suatu keadaan dimana seorang wajib pajak memiliki kecenderungan atau keputusan untuk berperilaku patuh pada ketentuan perpajakan. Kecenderungan adalah kecondongan atau tendensi pribadi wajib pajak untuk patuh atau tidak patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Keputusan adalah keputusan pribadi yang dipilih wajib pajak untuk mematuhi atau tidak mematuhi aturan perpajakan (Pangestu dan Rusmana, 2012). Kualitas pelayanan diduga berpengaruh terhadap kepatuhan membayar pajak, karena dalam hal ini kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain. Melayani adalah membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang (Utami, dkk, 2012).
2. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kesadaran Membayar Pajak (X1) Pengetahuan dan Pemahaman tentang Peraturan Perpajakan (X2) Tingkat Kepercayaan terhadap Sistem Pemerintahan dan Hukum (X3) Niat Wajib Pajak untuk Patuh (X4) Kualiatas Pelayanan (X5)
Sumber : Data primer diolah, 2014 2
Kepatuhan Wajib Pajak untuk Membayar Pajak (Y)
Jurnal PPKM I (2016) 1-10 Tatiana dan Hari (2009) dalam penelitianya menyatakan beberapa bentuk kesadaraan membayar pajak yang mendorong wajib pajak bersedia untuk membayar pajak. Terdapat tiga bentuk utama yang terkait dengan pembayaran pajak. Pertama, kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang pembangunan negara. Dengan menyadari hal ini, wajib pajak mau membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pemungutan pajak yang dilakukan. Pajak disadari digunakan untuk pembangunan negara guna meningkatkan kesejahteraan warga negara. Kedua, kesadaran bahwa penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak sangat merugikan negara. Wajib pajak mau membayar pajak karena memahami bahwa penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak berdampak pada kurangnya sumber daya finansial yang dapat mengakibatkan terhambatnya pembangunan negara. Ketiga, kesadaran bahwa pajak ditetapkan dengan undang-undang dan dapat dipaksakan. Ha : Kesadaran membayar pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak untuk membayar pajak. Pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan adalah proses dimana wajib pajak mengetahui tentang perpajakan dan mengaplikasikan pengetahuan itu untuk membayar pajak. Pengetahuan dan pemahaman pertaturan perpajakan yang dimaksud mengerti dan paham tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan (KUP) yang meliputi tentang bagaimana cara menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), pembayaran, tempat pembayaran, denda dan batas waktu pembayaran atau pelaporan SPT (Resmi, 2009). Penelitian Handayani, dkk (2012) membuktikan bahwa pengetahuan dan pemahaman tentang perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak, hasil tersebut selaras dengan Utami, dkk (2012). Namun hasil tersebut tidak selaras dengan Hardiningsih (2012) yang menyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman tentang
ISSN: 2354-869X perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan membayar pajak. Hb : Pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak untuk membayar pajak. Kepercayaan adalah sesuatu yang diharapkan dari kejujuran dan perilaku kooperatif yang berdasarkan saling berbagi norma-norma dan nilai yang sama. Dalam hal ini kepercayaan terhadap sistem pemerintahan, kepercayaan terhadap sistem hukum, kepercayaan terhadap politisi dan kepercayaan terhadap pemungutan pajak merupakan pendorong bagi wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya (Handayani, dkk, 2012). Handayani, dkk (2012) menjelaskan bahwa beberapa negara maju yang memberlakukan wajib pajak, warga negara mendapatkan tunjangan dari negara, misalnya tunjangan untuk yang pengangguran, tunjangan kesehatan gratis, pendidikan dasar gratis, transportasi yang nyaman,dll. Keuntungankeuntungan secara langsung maupun tidak langsung ini mendorong wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak dengan kesadaran penuh bahwa mereka akan mendapatkan imbalannya melalui fasilitas yang telah dirancang oleh pemerintah. Secara otomatis keinginan untuk mengingkari kewajiban membayar pajak akan terkikis. Penelitian Handayani, dkk (2012) membuktikan bahwa tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum berpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak. Berdasarkan uraian tersebut, maka disusun hipotesis sebagai berikut : Hc : Tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak untuk membayar pajak. Penelitian Pangestu dan Rusmana (2012) menjelaskan niat berperilaku merupakan variabel perantara dalam membentuk perilaku. Hal ini berarti, pada umumnya manusia bertindak sesuai dengan niat atau tendensinya. Niat wajib pajak untuk patuh merupakan suatu keadaan dimana seorang wajib pajak memiliki kecenderungan atau 3
Jurnal PPKM I (2016) 1-10 keputusan untuk berperilaku patuh pada ketentuan perpajakan. Kecenderungan adalah kecondongan atau tendensi pribadi wajib pajak untuk patuh atau tidak patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Keputusan adalah keputusan pribadi yang dipilih wajib pajak untuk mematuhi atau tidak mematuhi aturan perpajakan. Contohnya adalah apabila seorang wajib pajak memiliki persepsi bahwa tindakan membayar pajak akan memberikan banyak keuntungan, maka ia akan berniat positif terhadap kewajiban membayar pajak. Dengan demikian, wajib pajak akan menghindari tindakan tidak membayar pajak. Sebaliknya, jika seorang wajib pajak memiliki persepsi bahwa tindakan membayar pajak akan memberikan kerugian, maka ia akan berniat negatif terhadap kewajiban membayar pajak. Dengan demikian, wajib pajak akan menghindari tindakan membayar pajak. Berdasarkan uraian tersebut, maka disusun hipotesis sebagai berikut : Hd : Niat wajib pajak untuk patuh berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan membayar pajak. Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelangggan (Utami, dkk, 2012). Hasil penelitian Utami, dkk (2012) selaras dengan Hardiningsih (2012) yang membuktikan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak. Berdasarkan uraian tersebut, maka disusun hipotesis sebagai berikut : He : Kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan membayar pajak. 3. METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Penelitian ini merupakan penelitian survei, yaitu penelitian dimana informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner dengan menggunakan suatu teknik pengumpulan 4
ISSN: 2354-869X informasi yang dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang diajukan pada responden (Masri dan Sofian, 2009). Survei penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Kabupaten Wonosobo. Penelitian ini dilakukan pada daerah wilayah KPP Pratama Temanggung di wilayah Kabupaten Wonosobo. Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak yang merupakan orang pribadi maupun badan yang terdaftar sampai 30 November 2013 di KPP Wonosobo. Sampel pada penelitian ini adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas yang dilakukan oleh tenaga ahli (pengacara, PPAT dan notaris, dokter, dan arsitek) dan menyampaikan SPT Masa PPN pada bulan Desember 2013. Teknik pemilihan sampel dilakukan dengan cara non probability sampling, yaitu dengan incidental sampling. Teknik incidental sampling adalah teknik pemilihan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, apabila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data (Amirin, 2009) dalam Miladia (2010:37). Model yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Uji hipotesis dilakukan dengan program SPSS 17.0 for windows. Persamaan regresinya sebagai berikut : Kepatuhan = α + β1Kesadaran + β2Pengetahuan dan Pemahaman + β3Tingkat Kepercayaan + β4Niat + β5Kualitas Pelayanan + e Keterangan: Kepatuhan : KepatuhanWajib Pajak untuk Membayar Pajak α : Konstanta β1, β2, β3, β4, β5 : Koefisien regresi Kesadaran : Kesadaran membayar pajak terhadap Kepatuhan WP untuk membayar pajak. Pengetahuan dan Pemahaman : Pengetahuan dan Pemahaman Peraturan Perpajakan terhadap Kepatuhan WP untuk membayar pajak.
Jurnal PPKM I (2016) 1-10
ISSN: 2354-869X
Tingkat Kepercayaan : Tingkat Kepercayaan terhadap Sistem Pemerintahan dan Hukum terhadap kepatuhan WP untuk membayar pajak. Niat : Niat terhadap Kepatuhan WP untuk membayar pajak.
Kualitas Pelayanan : Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan WP untuk membayar pajak. e : Residual
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Data Analisis Regresi Berganda Tabel 4.1. Hasil Uji Hipotesis Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model 1 (Constant)
Std. Error
B
Beta
t
Sig.
-4.558
2.501
-1.823 .071
KesadaranMembayarPajak
.206
.101
.167 2.045 .043
Pengetahuan danPemahamanTentang Peraturan Perpajakan
.246
.104
.196 2.369 .020
TingkatKepecayaanTerhadapSistemPemerinta han danHukum
.284
.097
.237 2.928 .004
NiatWajibPajakUntukPatuh
.314
.116
.225 2.706 .008
KualitasPelayanan .286 a. Dependent Variable: KepatuhanMembayarPajak
.132
.175 2.175 .032
1) Pengujian Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa koefisien regresi kesadaran wajib pajak sebesar 0,206 dengan tingkat signifikansi 0,043 lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak (H1 diterima). 2) Pengujian Pengaruh Pengetahuan dan Pemahaman Tentang Peraturan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa koefisien regresi pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan sebesar 0,246 dengan tingkat signifikansi 0,02 lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak (H2 diterima). 3) Pengujian Pengaruh Tingkat Kepercayaan Terhadap Sistem Pemerintahan dan Hukum Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa koefisien regresi tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum sebesar 0,284 dengan tingkat signifikansi 0,004 lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kepercayaan terhadap sistem disimpulkan bahwa tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum berpengaruh positif terhadap 5
Jurnal PPKM I (2016) 1-10 kepatuhan membayar pajak (H3 diterima). 4) Pengujian Pengaruh Niat Wajib Pajak Untuk Patuh Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa koefisien regresi niat wajib pajak untuk patuh sebesar 0,314 dengan tingkat signifikansi 0,008 lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa niat wajib pajak untuk patuh berpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak (H4 diterima). 5) Pengujian Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa koefisien regresi kualitas pelayanan sebesar 0,286 dengan tingkat signifikansi 0,032 lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak (H5 diterima). 4.2. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis 1. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Hasil pengujian hipotesis seperti yang ditunjukkan tabel 4.1 membuktikan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak. Artinya, jika wajib pajak memiliki tingkat kesadaran yang tinggi perihal kewajibannya membayar pajak, maka hal tersebut akan membuat wajib pajak semakin patuh membayar pajak. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Utami, dkk (2012) yang menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak. Namun, hasil berbeda ditunjukkan Handayani, dkk (2012) yang menyatakan bahwa kesadaran wajib pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan membayar pajak.
6
ISSN: 2354-869X
2.
Kesadaran wajib pajak dalam kewajiban perpajakannya merupakan hal penting dalam penarikan pajak. Hal paling menentukan dalam keberhasilan pemungutan pajak adalah kemauan wajib pajak untuk melakukan kewajiban. Ketidakmaunya wajib pajak melakukan kewajiban tersebut adalah asas perpajakan, yaitu bahwa hasil pemungutan pajak tersebut tidak langsung dinikmati oleh para wajib pajak. Masyarakat tidak pernah tahu wujud kongkret imbalan dari uang yang dikeluarkan untuk membayar pajak. Keinginan pemerintah untuk meningkatkan jumlah wajib pajak dengan tujuan akhir untuk meningkatkan jumlah penerimaan Negara, bukanlah pekerjaan yang ringan. Upaya pendidikan, penyuluhan dan sebagainya, tidak berarti banyak dalam membangun kesadaran wajib pajak melaksanakan kewajiban perpajakan, jika masyarakat tidak merasakan manfaat dari kepatuhan membayar pajak. Pengaruh Pengetahuan dan Pemahaman Tentang Peraturan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Hasil pengujian hipotesis seperti yang ditunjukkan tabel 4.1 membuktikan bahwa pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak. Artinya, semakin luas pengetahuan wajib pajaktentang pajak dan semakin baik pemahamannya tentang peraturan perpajakan maka hal tersebut akan membuat wajib pajak semakin patuh membayar pajak. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Utami, dkk (2012) dan Handayani, dkk (2012) yang menyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak.
Jurnal PPKM I (2016) 1-10
3.
Pengetahuan wajib pajak tentang pajak adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seorang atau kelompok wajib pajak dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pengetahuan peraturan perpajakan dalam sistem perpajakan yang baru, wajib pajak diberikan kepercayaan untuk melaksanakan kegotong royongan nasional melalui system menghitung, memperhitungkan, membayar, melaporkan sendiri pajak yang terutang, sehingga diharapkan akan tercipta unsur keadilan dan kebenaran mengingat bahwa wajib pajak sendirilah yang sebenarnya mengetahui besarnya pajak yang terutang. Maka semakin luas pengetahuan peraturan perpajakan, maka akan semakin tinggi kepatuhan membayar pajak. Pengaruh Tingkat Kepercayaan Terhadap Sistem Pemerintahan dan Hukum Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Hasil pengujian hipotesis seperti yang ditunjukkan tabel 4.1 membuktikan bahwa tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum berpengaruh positif terhadapkepatuhan membayar pajak. Artinya, jika wajib pajak memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi, baik terhadap sistem pemerintahan maupun hukum, maka hal tersebut akan membuat wajib pajak semakin patuh membayar pajak. Hasil penelitian ini selaras dengan Handayani, dkk (2012) yang menyatakan bahwa tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum berpengaruh terhadap kepatuhan membayar pajak. Apabila wajib pajak memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi, baik terhadap sistem pemerintahan maupun hukum, maka hal tersebut akan membuat wajib pajak semakin patuh membayar pajak. Karena
ISSN: 2354-869X
4.
5.
dalam hal ini wajib pajak mengetahui bahwa pemerintah yang baik akan mengalokasikan pajak untuk kebutuhan rakyat. Pengaruh Niat Wajib Pajak Untuk Patuh Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Hasil pengujian hipotesis seperti yang ditunjukkan tabel 4.1 membuktikan bahwa niat wajib pajak untuk patuh berpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak. Artinya, jika wajib pajak memiliki niat untuk patuh yang tinggi maka kepatuhan membayar pajaknya pun tinggi. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Pangestu dan Rusmana (2012) yang menyatakan bahwa niat wajib pajakuntuk patuh berpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak. Perilaku kepatuhan pajak merupakan perilaku yang didasari oleh niat wajib pajak untuk patuh. Niat seseorang dapat diwujudkan dalam perilaku tergantung pada ada atau tidaknya kendali yang nyata di lapangan. Sehingga untuk memunculkan niat tersebut diperlukan sistem pengawasan yang intensif oleh aparat pajak serta penerapan atauran perpajakan secara tegas dan adil kepada seluruh wajib pajak. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Hasil pengujian hipotesis seperti yang ditunjukkan tabel 4.1 membuktikan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak. Artinya, jika wajib pajak semakin merasakan kepuasan atas pelayanan pajak maka hal tersebut membuat mereka terdorong untuk memenuhi kewajibannya sehingga kepatuhan membayar pajak pun meningkat. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Utami, dkk (2012) yang menyatakan bahwa kualitas
7
Jurnal PPKM I (2016) 1-10 pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak. Kualitas layanan adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dan tetap dalambatas memenuhi standar pelayanan yang dapat dipertangggungjawabkan serta harus dilakukan secara terus-menerus. Apabila jasa dari suatu instansi tidak memenuhi harapan pelanggan, berarti jasa pelayanan tidak berkualitas. Jika proses pelayanan tidak memenuhi harapan pelanggan, berarti mutu pelayanannya kurang. Pelayanan kepada pelanggan dikatakan bermutu apabila memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau semakin kecil kesenjangan antara pemenuhi janji dengan harapan pelanggan adalah semakin mendekati ukuran bermutu. Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak tergantung pada bagaimana petugas pajak memberikan mutu pelayanan yang terbaik kepada wajib pajak. Fiskus yang bertanggung jawab dan mendayagunakan SDM sangat dibutuhkan guna meningkatkan kemauan dalam membayar pajak. Para wajib pajak akan mau dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak tergantung pada bagaimana petugas pajak tersebut memberikan pelayanan yang terbaik kepada wajib pajak. Untuk mewujudkan pelayanan yang baik, petugas harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman dibidang perpajakan serta dalam hal perundang undangan. Karena semakin baik kualitas layanan,maka akan semakin tinggi kemauan membayar pajak. 5. KESIMPULANDAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1) Kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak.
8
ISSN: 2354-869X 2) Pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak. 3) Tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum berpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak. 4) Niat wajib pajak untuk patuh berpengaruh positf terhadap kepatuhan membayar pajak. 5) Kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak. 5.2. Saran 1) Penelitian berikutnya diharapkan untuk memperbanyak sampel tidak hanya di wilayah Wonosobo. 2) Penelitian selanjutnya diharapkan untuk memperbanyak jumlah responden dan juga memperluas ruang lingkup penelitian, hal ini agar dapat memperoleh jawaban dan hasil penelitian yang sesuai. 3) Penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan pengujian terhadap penelitian ini dengan cara menambah variabel bebas yang memungkinkan dapat mempengaruhi kualitas penelitian yang jauh lebih baik. Penelitian selanjutnya disarankan untuk tidak hanya menggunakan metode penyebaran kuesioner saja dalam mendapatkan data penelitian, melainkan dilakukannya wawancara untuk lebih menggali lagi informasi yang lebih akurat. 6. DAFTAR PUSTAKA Agus Nugroho Jatmiko. 2009. Pengaruh Sikap Wajib Pajak pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota Semarang). Thesis. Universitas Diponegoro. Direktorat Jenderal Pajak. 2011. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No: SE18/PJ/2011 tentang Target Rasio
Jurnal PPKM I (2016) 1-10 Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan pada Tahun 2011. Direktorat Jenderal Perpajakan, Berita Pajak, No. 1488/Tahun XXXV/2 April 2013. Ferdyant Pangestu, Oman Rusmana. 2012. Analisis Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Tax Compliance Penyetoran SPT Masa. http://pdeb.fe.ui.ac.id/?p=6269 ( Diunduh pada tanggal 12 April 2013 ) Gunawan Sumodiningrat. 2009. Ekonometrika Pengantar, BPFE UGM, Yogyakarta. Hadi, Sutrisno. 1993. Metodologi Research. Jilid I. Yogyakarta: Andi Offset. Handayani, dkk. 2012. “Faktor_faktor yang mempengaruhi kemauan membayar pajak wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas”. Jurnal tidak dipublikasikan. Fakultas Ekonomi. Universitas Jendral Soedirman. Hardiningsih dan Yulianawati 2011.“Faktorfaktor yang mempengaruhi kemauan membayar pajak”. Dinamika Keuangan dan Perbankan, Vol.3, No.2, Hal.126-142 Harisnani, Ade Siti. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak Badan (Studi pada KPP Pratama Purwokerto). Skripsi. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. (Tidak dipublikasikan). Imam Ghozali. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Badan Penerbitan Universitas Diponegoro, Semarang. James Alm, Jorge Martinez-Vazquez, and Benno Torgler. 2008. Russian Attitudes Toward Paying Taxes – Before, During, And After The Transition. Journal of Public Economics. Rusia:27 www.yale.edu/leitner/.../taxmoralerussia.pdf (diunduh pada 2 April 2014). Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Penetapan Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu Dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak. Kiryanto. 2010. Analisis Pengaruh Penerapan Struktur Pengendalian Intern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak bada Dalam Memenuhi Kewajiban Pajak
ISSN: 2354-869X M. Said. 2013. “Fenomena Pajak,” Berita Pajak, No. 1488/Tahun XXXV, p. 21 – 26. Mardiasmo. 2009. Perpajakan Edisi Revisi 2009. Penerbit Andi. Yogyakarta. Masri Singarimbun dan Sofyan Effendy. 2009. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta. Moleong, J Lexy. 2008. Metodologi penelitian Kualitatif .Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Mustikasari, Elia. 2009. Kajian Empiris tentang Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Perusahaan Industri Pengolahan di Surabaya. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar. Hal. 1-41. Pudji Susilo Utomo. 2012. Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Kesadaran Masyarakat untuk Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak. Tesis Universitas Diponegoro. Semarang. eprints.undip.ac.id/12632/1/2002MAP121 1.pdf (diunduh pada 2 April 2014). Rambe, Atika. 2009. Pengaruh Self Assessment System terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan pada KPP DKI Jakarta Khususnya Jakarta Pusat. Republik Indonesia. 2007. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undangundang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Siti Resmi. 2009. Perpajakan. Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit Salemba Empat. Soekidjo Notoatmodjo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Suryadi. 2009. Model Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan, Wajib Pajak dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak: Suatu Survei Di Wilayah Jawa Timur. (Online). (http://www.bppk.depkeu.go.id/attachment s/067_Vol4No1_suryadi.pdf diunduh pada tanggal 2 April 2014) Tatiana Vanessa Rantung dan Priyo Hari Adi. 2009. Dampak Program Sunset Policy Terhadap Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar. Makalah Simposium Nasional Perpajakan II. Madura. 9
Jurnal PPKM I (2016) 1-10 priyohari.files.wordpress.com/2010/02/da mpak-sunset-policy.pdf (diunduh 2 April 2014). Uma Sekaran. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Salemba Empat. Jakarta. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. mhs.blog.ui.ac.id/henry.truman/wp...dir/.../ uu_28_2007_kup.pdf (diunduh pada 5 April 2014).
10
ISSN: 2354-869X Utami, dkk. 2012. “ Pengaruh faktor-faktor eksternal terhadap kepatuhan wajib pajak dilingkungan KPP Pratama Serang”. Jurnal tidak dipublikasikan. Fakultas ekonomi. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Widayati dan Nurlis. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemauan untuk Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas Studi Kasus pada KPP Pratama Gambir Tiga. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto. www.kompas.com diakses 2 April 2014. www.pajak.go.id diakses 2 April 2014.
Jurnal PPKM I (2016) 11-19
ISSN: 2354-869X
KONTRIBUSI GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP LAPORAN KEUANGAN DALAM MENUNJANG RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN JENIS INDUSTRI DI BEI a
Sri Hartiyaha Fakultas Ekonomi, Universitas Sains AL-Qur’an Wonosobo a Email:
[email protected]
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Riwayat Artikel: Diterima : 29 Oktober 2015 Disetujui : 2 Desember 2015
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh instrumen tata kelola perusahaan meliputi kepemilikan manajerial, saham kembali ke profitabilitas sebagai variabel moderasi. Pemilihan sampel penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yang menerbitkan ringkasan dari kinerja perusahaan dan pembagian dividen tunai untuk mempublikasikan laporan keuangan tahunan dari 2010 sampai 2013. teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis jalur, satu jalur digunakan untuk menguji pengaruh corporate governance terhadap profitabilitas. Dua jalur digunakan untuk menguji pengaruh corporate governance dan profitabilitas terhadap return saham. Uji Sobel digunakan untuk menguji pengaruh mediasi / intervensi. Hasil tes menunjukkan jalan pengaruh efek kepemilikan manajerial terhadap profitabilitas ROA, tapi tidak signifikan. Hasil tes menunjukkan bahwa pengaruh kepemilikan manajerial terhadap return saham dan dampak profitabilitas terhadap return saham. Dari hasil uji profitabilitas tes Sobel tidak mampu memediasi pengaruh GCG (kepemilikan manajerial) terhadap return saham.
Kata Kunci:
Return saham, Profitabilitas
GCG,
ARTICLE INFO Article History Received Accepted
: October 29, 2015 : December 2, 2015
Key Words :
Return stocks, Profitability
GCG,
ABSTRACT The aim of this study was to obtain empirical evidence about the influence of corporate governance instruments include managerial ownership, the stock return to profitability as a moderating variable. The selection of the sample of this research is using purposive sampling method,which publishes a summary of the performance company and the distribution of cash dividends to publish annual financial statements from 2010 to 2013. Analysis techniques used in this research is to use path analysis, one path is used to test the effect of corporate governance on profitability. Two lanes are used to examine the effect of corporate governance and profitability on stock returns. Sobel test was used to test the effect of mediation/intervening. The test results showed the effect path of the managerial ownership effect on profitability ROA, but not significant. The test results showed that the effect of managerial ownership on stock returns and profitability impact on stock returns. From the test results Sobel test profitability is not able to mediate the effect of GCG (managerial ownership) on stock returns.
1. PENDAHULUAN Pada era perdagangan bebas seluruh aktivitas bisnis di Indonesia menghadapi persaingan yang kompleks. Oleh karenanya upaya menghasilkan barang yang berkualitas tinggi dengan biaya terendah harus selalu dilaksanakan dan didukung pemenuhan
sumber dana yang murah. Alternatif pencarian sumber dana tersebut dapat dilakukan dengan cara menjual saham kepada publik dipasar modal. Saham merupakan salah satu bentuk dari instrumen investasi di pasar modal, dan sebagai tanda penyertaan modal dari seseorang atau badan usaha 11
Jurnal PPKM I (2016) 11-19 didalam suatu perusahaan perseroan terbatas. Disinilah peran penting pasar modal di Indonesia (BEI) yang mempertemukan kepentingan investor dan industri manufacture dengan melalui pialang sekuritas, guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara bidang keuangan. Menurut Rusliati dan Fathoni (2011) menyatakan bahwa industri barang konsumsi yang terdiri dari 5 sub sektor yaitu Food and Beverage (Makanan dan Minuman), Tobacco Manufactures (Rokok), Pharmaceuticals (Farmasi), Cosmetics and Household (Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga) dan Houseware (Peralatan Rumah Tangga) merupakan industri yang cukup diminati oleh investor karena secara keseluruhan industri barang konsumsi memiliki kapitalisasi pasar sebesar 34,31% dari total kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia selama 2007-2009. Hal ini menunjukkan bahwa industri barang konsumsi merupakan industri yang cukup diminati investor, karena perusahaan perusahaan tersebut hampir tidak terpengaruh oleh fluktuasi perekonomian sebab permintaan akan produk yang dihasilkan perusahaan manufaktur relatif stabil kalaupun ada penurunan tidak akan mempengaruhi aktivitas perusahaan dalam menghasilkan laba yang optimal. Pada tahun 1998 sampai tahun 2001 tercatat banyak terjadi skandal keuangan di perusahaan publik dengan melibatkan laporan keuangan yang diterbitkannya. Oleh karena itu penerapan Good Corporate Governance (GCG) sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: 117 Tahun 2002 tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance (GCG) dengan prinsip-prinsip transparasi (transparancy), akuntabilitas (accountability), kewajaran (fairness), dan responsibilitas (responsibility) akan meyakinkan para investor dan memotivasi untuk menanamkan modal saham (Nofiani dan Poppy, 2010). Salah satu indikator corporate governance adalah kepemilikan manajerial, yang mencerminkan distribusi kekuasaan dan pengaruh di antara pemegang saham atas kegiatan operasional perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan kepemilikan 12
ISSN: 2354-869X saham yang besar secara ekonomis memiliki insentif untuk memonitor, dan kepentingan pemilik atau pemegang saham akan dapat disejajarkan dengan kepentingan manajer. Penelitian Warfield, Terry, Wild, dan Wild (1995) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) menemukan adanya hubungan negatif antara kepemilikan manajerial dan discretionary accruals sebagai ukuran dari manajemen laba dan berhubungan positif antara kepemilikan manajerial dengan kandungan informasi dalam laba. Namun Gabrielsen, Gorm, Jeffrey dan Thomas (1997) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) menemukan hasil yang positif tetapi tidak signifikan antara kepemilikan manajerial dengan manajemen laba serta menemukan hubungan negatif antara kepemilikan manajerial dengan kualitas laba. Antara investor dan emiten di pasar modal membutuhkan informasi yang akurat mengenai dinamika harga saham yang bermanfaat untuk melakukan prediksi terhadap return saham. Penelitian Ball and Brown (1968) yang tajam dan cukup berpengaruh (seminal) dalam bentuk kandungan informasi (information contents), berhasil menguji bahwa angka laba akuntansi dan seluruh komponen yang ada di dalamnya dapat menjelaskan informasi yang terkandung di dalam harga saham. Kothari (2001) dalam Sutrisno (2002) menunjukkan meskipun tidak semua rasio dapat memprediksi dengan baik dan berhasil, namun secara empiris rasio keuangan dapat digunakan sebagai alat prediksi kegagalan perusahaan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Par.17 : 5 (Ed.SAK 2013) mengemukakan bahwa informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas, diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumberdaya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan. Faktor-faktor fundamental (rasio keuangan) merupakan instrumen analisa perusahaan yang menunjukkan kondisi keuangan suatu perusahaan dan dapat dipakai sebagai pengukur tingkat kinerja keuangan perusahaan berkaitan dengan return perusahaan. Sehingga nilai fundamental perusahaan merupakan prediksi return saham
Jurnal PPKM I (2016) 11-19 dimasa yang akan datang. Dari latar belakang di atas maka permsalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap profitabilitas. 2. Apakah profitabilitas berpengaruh positif terhadap return saham. 3. Apakah profitabilitas memediasi hubungan kepemilikan manajerial terhadap return saham. 2. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. KERANGKA TEORITIS Menurut BAPEPAM (2003: 9) dari (www.bapepam.go.id), “saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan”. Hartonoo (2003 : 109) mengemukakan bahwa return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Dan setiap investasi baik jangka panjang atau pendek tujuan utamanya adalah untuk mendapat return/keuntungan baik langsung atau tak langsung. Menurut Susilowati (2011) komponen return saham terdiri dari 2 jenis, yaitu: Current Income (Pendapatan Lancar) dan Capital Gain (Keuntungan Selisih Harga). Penelitian Rusliati dan Fathoni (2011) menyatakan rata-rata return saham industri barang konsumsi yang terkoreksi cukup dalam, pada tahun 2008 yaitu – 25,37% dan pada tahun 2009 rata-rata return saham industri barang konsumsi menunjukkan kenaikan menjadi 123,49%, disebabkan pertimbangan beberapa lembaga sekuritas dunia menaikkan rating bursa Indonesia ke level yang lebih baik sehingga mendorong pemodal untuk berinvestasi ke pasar modal. Hartono (2003 : 110) Return saham dapat diukur sebagai berikut : R it = Pit _Pit- 1 Pit-1 Keterangan: R it = Tingkat keuntungan saham i pada periode t. P it = Harga saham i pada periode t. P it -1= Harga saham sebelum i pada periode t
ISSN: 2354-869X Good Corporate Governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan dan diharapkan dapat memberi keyakinan kepada investor bahwa ia akan menerima return atas investasi yang telah dilakukan. Organization for Economic Cooperation and Developement (OCED) mendefinisikan Corporate Governance sebagai: “sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board, pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Corporate Governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. Menurut Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: 117 Tahun 2002 tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance (GCG). Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dijelaskan bahwa Good Corporate Governance adalah : “Suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan dan etika.” Di Indonesia sebuah organisasi yaitu komite Nasional Kebijakan Governance menentukan Pedoman Umum praktik Good Corporate Governance di Indonesia (2006:5), dan menjabarkan meliputi prinsip-prinsip: disclosure dan transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), responsibilitas (responsibility), independensi (independency), kewajaran (fairness) Corporate Governance (CG) merupakan suatu mekanisme yang digunakan pemegang saham dan kreditor perusahaan untuk mengendalikan tindakan manajer. Memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (managerial ownership) dan pemegang saham aktif dalam tata kelola perusahaan (direksi dan komisaris) akan dapat mengurangi konflik keagenan sebab permasalahan keagenan diasumsikan akan hilang apabila manajer adalah sekaligus sebagai pemilik (Pertiwi dan Pratama, 2012). Kepemilikan manajerial merupakan prosentase kepemilikan saham dewan direksi dan dewan komisaris dibagi dengan jumlah 13
Jurnal PPKM I (2016) 11-19 saham yang beredar, atau kepemilikan manajerial bisa diukur dari jumlah persentase saham yang dimiliki manajemen (Anggitasari dan Mutmainah, 2012). Kepemilikan manajerial berperan cukup kuat dalam penerapan Good Corporate Governance sesuai prinsip yang ada. Peran dewan komisaris adalah turut mengawasi kebijakan serta memberi nasihat pada direksi untuk kepentingan perusahaan dan pemangku kepentingan lainnya. Anggota direksi wajib menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab sesuai undang-undang dan standar kode etik usaha yang merupakan kebijakan perusahaan dengan pelayanan yang terbaik maka prinsip transparency, responsibility, accountability, independency dan fairness. Definisi laporan keuangan menurut (Harahap, 2011:1) laporan keuangan adalah media informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan dengan pihak yang berkepentingan terhadap data atau aktivitas perusahaan. Proses analisis terhadap laporan keuangan, dengan tujuan untuk memberikan tambahan informasi kepada para pemakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan ekonomi. Para investor dapat menganalisis laporan keuangan melalui analisis rasio keuangan yang berguna untuk memprediksi kinerja suatu perusahaan pada masa lalu dan masa mendatang. Rasio-rasio keuangan adalah merupakan bukti kinerja manajemen dalam meningkatkan nilai perusahaan. Rasio Return On Asset (ROA) atau hasil pengembalian atas aktiva dirumuskan : Laba Bersih Total Aktiva Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba bersih yang berasal dari aktivitas investasi. Dalam Return On Asset yaitu perbandingan antara earning after taxes dengan total aktiva, ratarata total aktiva diperoleh ari total aktiva awal tahun ditambah total aktiva akhir tahun dibagi dua. Penelitian Rusliati dan Fathoni (2011) yang menyatakan bahwa industri barang konsumsi yang terdiri dari 5 sub sektor yaitu Food and Beverage (Makanan dan Minuman), 14
ISSN: 2354-869X Tobacco Manufactures (Rokok), Pharmaceuticals (Farmasi), Cosmetics and Household (Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga) dan Houseware (Peralatan Rumah Tangga), merupakan industri barang konsumsi yang cukup diminati investor, karena hampir tidak terpengaruh oleh fluktuasi perekonomian sebab permintaan akan produk yang dihasilkan perusahaan manufaktur relatif stabil kalaupun ada penurunan tidak akan mempengaruhi aktivitas perusahaan dalam menghasilkan laba yang optimal. 2.2. PENGEMBANGAN HIPOTESIS McConnell dan Servaes (1990) menemukan hubungan positif antara struktur kepemilikan manajerial dan kinerja perusahaan. Penelitian Mirawati (2014) menemukan hubungan positif antara struktur kepemilikan manajerial dan profitabilitas. Penelitian Demsetz (1983) menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara kepemilikan manajerial dan profitabilitas. H1 : Terdapat pengaruh positif GCG (kepemilikan manajerial) terhadap laporan keuangan (ROA/Return On Asset) jenis industri barang konsumsi di BEI. Penelitian Siallagan dan Machfoedz (2006) menemukan berpengaruh positif kualitas laba terhadap nilai perusahaan. Ratih (2011) menemukan hasil bahwa ROA berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Pertiwi dan Pratama (2012) menemukan kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROA, hasilnya mengindikasikan bahwa ROA berpengaruh terhadap nilai perusahaan. H2 : Terdapat pengaruh positif laporan keuangan (ROA/Return On Asset) terhadap return saham jenis industri barang konsumsi di BEI. Jensen & Mekling (1976) menyatakan bahwa semakin meningkat kepemilikan saham manajerial maka manajemen akan cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham dan kepentingannya sendiri, hal ini berarti terdapat hubungan antara kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan. McConnell dan Servaes (1990) menyatakan pengaruh
Jurnal PPKM I (2016) 11-19 kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan. H3 : Laporan keuangan (ROA/Return On Asset) memediasi hubungan kepemilikan manajerial dan return saham jenis industri barang konsumsi di BEI. 3. METODE PENELITIAN Subyek dalam penelitian ini adalah perusahaan industri barang konsumsi yang listing di BEI dengan periode pengamatan selama 4 tahun dari tahun 2010 sampai dengan 2013. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode judgement sampling bentuk purposive
ISSN: 2354-869X sampling, yaitu sampel yang diambil dengan menggunakan kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel penelitian ini adalah : perusahaan yang terdaftar di BEI dan mencantumkan GCG pada laporan keuangan tahunan, mempublikasikan ringkasan kinerja perusahaan dan mencantumkan pembagian cash deviden, serta memiliki semua data yang lengkap untuk menghitung variabel yang dibutuhkan dalam penelitian periode 2010 sampai dengan 2013. Berikut disajikan tabel kriteria pemilihan sampel :
Tabel. 3 Kriteria Pemilihan Sampel Kriteria Perusahaan Perusahaan industri barang konsumsi yang diteliti tahun 2010-2013 Perusahaan yang tidak menyediakan data cash deviden tahun 2010-2013 Sampel Final Sumber: www.idx.co.id. 2015 Return Saham (Y) Return saham adalah return yang diterima oleh pemegang saham berupa keuntungan yang diperoleh dari investasinya (Hartono, 2003). R it = ( Pit _ Pit -1) + Dit Pit -1 Keterangan: R it =Tingkat return dari saham i selama periode t investasi P it = Harga saham (closing price) untuk saham i pada akhir periode t P it -1= Closing price sebelum saham i pada akhir periode t D it = Cash deviden dibagikan untuk saham i pada akhir periode t Analisis Laporan Keuangan Rasio profitabilitas dalam penelitian ini berupa Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba bersih yang berasal dari aktivitas investasi. Menurut Harahap (2011:305) formula ROA adalah : Laba Bersih Total Aktiva Good Corporate Governance (X)
Jumlah 31 25 6
GCG dalam penelitian ini diproksikan dengan kepemilikan manajerial. Pengukuran instrumen GCG dalam penelitian ini adalah : Kepemilikan manajerial (X3) = Kepemilikan saham oleh manajer x 100% Total jumlah saham beredar 4. ANALISIS DATA Metode analisis yang digunakan adalah analisis jalur (Path Analysis) yang merupakan perluasan dari analisis regresi linier berganda, untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel yang telah dibentuk dengan model berdasarkan landasan teoritis (Ghozali, 2013). Kegiatan analisis dalam penelitian ini dengan menggunakan bantuan program Software SPSS 16 for windows. a. Menganalisis pengaruh instrumen good corporate governance; kepemilikan manajerial terhadap profitabilitas. M = PYX1X1 + e1 (1) b. Menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap return saham. Y = PYM + e2 (2) c. Menganalisis pengaruh instrumen good corporate governance; kepemilikan manajerial terhadap return saham. Persamaan struktural kedua adalah sebagai 15
Jurnal PPKM I (2016) 11-19
ISSN: 2354-869X
berikut: Y = PYX1X1 + e3 (3) Keterangan: Y = Return saham M = Profitabilitas ROA X1 = Kepemilikan manajerial e1.....3 = Koefisien jalur variabel error 1...3 d. Pengujian Hipotesis Mediasi : Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan analisis regresi variabel mediasi dengan metode Product of Coefficient (uji Sobel) metode yang dikembangkan oleh Sobel (1982). Metode ini dilakukan dengan menguji kekuatan pengaruh tidak langsung variabel bebas (X) terhadap variabel tergantung (Y) melalui variabel mediasi
(M) atau menguji signifikan pengaruh tak langsung, perkalian pengaruh langsung variable independen terhadap variabel mediator (a) dan pengaruh langsung variabel mediator terhadap variabel dependen (b) menjadi (ab), yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Sab =
𝑏 2 + 𝑆𝑎 2 + 𝑎 2 + 𝑆𝑎 2 + 𝑆𝑏
2
5. HASIL PENELITIAN Analisis Deskriptif Sampel penelitian ini terdiri 26 perusahaan, dengan periode pengamatan empat tahun yaitu 2010 sampai 2013. Tabel 5.1 menunjukkan statistik deskriptif.
Tabel 5.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif N Kepemilikan manajerial (X3) Profitabilitas ROA (M) Return saham (Y)
24 24 24
1. Uji Normalitas Uji normalitas data dengan menggunakan metode Kolmogorov-smirnov test, untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan berdistribusi normal, yaitu apabila asymptotic sig > tingkat keyakinan yang digunakan dalam pengujian, dalam penelitian ini adalah 95% atau α = 5%. Sebaliknya dikatakan tidak normal apabila asymptotic sig ≤ tingkat keyakinan. a. Dari hasil pengujian 1 bahwa data pengamatan memiliki nilai asymptotic significant 0,092 lebih besar dari 0,05. Maka dapat dinyatakan bahwa data yang
Maksim um 0,0000 0,7719 0,0033 0,7151
Minimum
-0,9451
12,928
0,0308 0,1417
Standar Deviation 0,0870 0,1158
0,4983
1,5308
Mean
digunakan terbukti berdistribusi normal, sehingga model struktur 1 memenuhi asumsi normalitas. b. Dari hasil pengujian 2 bahwa data pengamatan memiliki nilai asymptotic significant 0,077 lebih besar dari 0,05. Maka dapat dinyatakan bahwa data yang digunakan terbukti berdistribusi normal sehingga memenuhi asumsi normalitas. 2. Analisis Jalur a. Analisis Pengaruh Langsung (Direct Effect) Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Profitabilitas, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.2 Ringkasan Hasil Analisis Jalur Uji Pengaruh Langsung Model Hubungan Pertama No Variabel Koefisien Jalur t hitung Sig 1 Kepemilikan manajerial (X1) 0,089 1,229 0,221 Konstanta = -0,064 Koef. Determinasi/R Squre = 0,202 Fhitung = 12,830 Hasil penelitian menunjukkan thitung 1,229 < ttabel 1,660 dengan nilai signifikansi (0,221) > alpha (0,05), maka 16
tidak mendukung harapan hipotesis yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh yang positif terhadap
Jurnal PPKM I (2016) 11-19
ISSN: 2354-869X
profitabilitas perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
b. Analisis Pengaruh Langsung (Direct Effect) Good Corporate Governance (GCG) dan Profitabilitas Terhadap Return Saham
Tabel 5.3 Ringkasan Hasil Analisis Jalur Uji Pengaruh Langsung Model Hubungan Kedua Koefisien No. Variabel t hitung Sig Jalur 1 Kepemilikan manajerial (X1) 0,370 5,277 0,000 2 Profitabilitas (M) 0,334 4,295 0,000 Konstanta = -0,162 Koef. Determinasi/R Square = 0,270 Fhitung = 13,972 Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap return saham menunjukkan thitung 5,277 > ttabel 1.660 dengan nilai signifikansi (0,000) < alpha (0,05). Pengaruh profitabilitas terhadap return saham menunjukkan thitung 4,295 < ttabel 1,660 dengan nilai signifikansi (0,000) < alpha (0,05), maka mendukung hipotesis 2 yang menyatakan bahwa profitabilitas
mempunyai pengaruh yang positif terhadap return saham perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. c. Analisis Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect) Profitabilitas dalam memediasi Good Corporate Governance (GCG) dan Return Saham
Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Uji Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect) dengan Sobeltest N o 1
Hubungan Struktural X1 – M - Y
Koefisien Jalur (1) aXi
SE (1)
0,089
0,087
Berdasarkan hasil perhitungan uji Sobel diperoleh nilai t hitung pengaruh tidak langsung dari variabel kepemilikan manajerial terhadap return saham melalui profitabilitas sebesar 1,062 lebih kecil dari nilai t tabel, maka hasil tersebut tidak mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa profitabilitas memediasi secara signifikan pengaruh Good Corporate Governance terhadap return saham perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 6. SIMPULAN DAN IMPLIKASI 6.1. Simpulan Berdasarkan hasil pengujian atas hipotesis, maka secara keseluruhan penelitian ini memberikan bukti sebagai berikut :
bM (2) 0,334
Koefisien Jalur (2) cXi 0,370
t hitung (sobel)
1,062
t tabel (two
Keter angan
tiled)
1,984
Tidak Sig.
1. Kepemilikan manajerial berpengaruh, namun tidak signifikan terhadap profitabilitas. 2. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap return saham. 3. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap return saham 4. Profitabilitas tidak memediasi pengaruh kepemilikan manajerial terhadap return saham. 6.2. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian maka investor yang akan berinvestasi selain memperhatikan tingkat profitabilitas, perlu juga memperhatikan variabel-variabel lain yang dapat mendukung return saham. Seperti berbagai kebijakan pemerintah maupun perusahaan; pembangunan pemahaman, kepedulian dan komitmen untuk melaksanakan GCG oleh pihak manajemen; 17
Jurnal PPKM I (2016) 11-19 evaluasi secara berkala terhadap kondisi internal perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan GCG dan tindakan korektif yang diperlukan terkait dengan peningkatan kinerja perusahaan oleh pihak manajemen guna mendongkrak pendapatan dan laba bersih yang diperoleh demi meningkatkan harga dan return saham perusahaan oleh pihak manajemen. 7. DAFTAR PUSTAKA Ball, R., dan P. Brown. 1968. An Empirical Evaluation of Accounting Income Numbers (June-Sept): 159-178. Journal of Accounting Research. Daniri, Mas Ahmad. 2005. Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya Dalam Konteks Indonesia.Ray Indonesia. Jakarta. Demsetz, Harold & Belen Villalonga. 2001. Ownership Structure and Corporate Performance. 7 J. Corp Fin. Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Harahap, Ludwina dan Ratna Wardhani. 2012. Analisa Komprehensif Pengaruh Family Ownership, Masalah Keagenan, Kebijakan Deviden, Kebijakan Hutang, Good Corporate Governance dan Opportunity Growth Terhadap Nilai Perusahaan. SNA XV. Banjarmasin. Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hartono, Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Ketiga, BPFE, Yogyakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. 2013. Standar Akuntansi Keuangan Edisi Revisi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Jensen, M.C. and Meckling, W.H. 1976.Theory of The Firm: Managerial Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure. JFE 3: 305-360. Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Praktik Good Corporate Governance Indonesia. McConnell, J. J., & Servaes, H. (1990). Additional Evidence On Equity Ownership
18
ISSN: 2354-869X and Corporate Value. Journal of Financial Economics, 27, 595–612. Mirawati. 2014. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Property dan Realestate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Umrah. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjung Pinanang. Nofiani, Fifi dan Poppy Nurmayanti. 2010. Pengaruh Penerapan Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Pekbis Jurnal, Vol.2 No.1, Maret, Hal 208-217. Permen BUMN Nomor PER.01/MBU/2011 tentang Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pertiwi, Tri Kartika dan Ferry Madi Ika Pratama. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan Food and Beverage. Fakultas Ekonomi, UPN Veteran Jawa Timur, Surabaya, Indonesia. Pradnyani, Ni Luh Putu Sri Purnama, I dewa Nyoman Badera, Ida Bagus Putra Astika. 2012. Good Corporate Governance Sebagai Prediktor Kinerja Keuangan dan Implikasinya Pada Kebijakan Deviden. Universitas Udayana, Bali Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.12. No.2. Hal. 69-80. Ratih, Suklimah. 2011. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Peraih The Indonesia Most Trusted Company-CGPI. Jurnal Kewirausahaan. Vol. 5, No. 2. Rouf, Md. Abdur. 2011. The Relationship Between Board Corporate Governance And Value of The Firm In Devoloping Countries: Evidence From Bangladesh. Siallagan, Hamonangan dan Mas’ud Machfoedz. 2006. Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. SNA ke IX. Padang. Suliyanto. 2005. Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi. Andi, Yogyakarya. Susilowati, Yeye dan Tri Turyanto. 2011. Reaksi Signal Rasio Profitabilitas dan
Jurnal PPKM I (2016) 11-19
ISSN: 2354-869X
Solvabilitas Terhadap Return Saham pada Perusahaan. Dinamika Keuangan dan Perbankan. Vol.3. No. 1. Ujiyantho, M. Arief dan Bambang Agus Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan Go Publik Sektor Manufaktur). SNA X. Makassar. Wiranata,Yulius Ardy dan Yeterina Widi Nugrahanti. 2013. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 15, No.1. Halaman 15-26. www.bapepam.go.id. diakses pada tanggal 12 Januari 2015 www.idx.co.id diakses pada tanggal 12 Maret 2015 www.iicg.org diakses pada tanggal 12 Januari 2015 www.sahamoke.com diakses pada tanggal 12 April 2015
19
Jurnal PPKM I (2016) 20-29
ISSN: 2354-869X
PEMBANGUNAN RUMAH TEMPAT TINGGAL DI TEPI SUNGAI SEBAGAI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH DENGAN FONDASI BATU KALI (STUDI KASUS: MLANDI SUMBERDALEM KERTEK WONOSOBO) a
Herlina Susilawatia Program Studi Teknik Sipil Universitas Sains Al Qur’an (UNSIQ) Wonosobo a E-mail:
[email protected]
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Riwayat Artikel: Diterima : 1 November 2015 Disetujui : 4 Desember 2015
Pegunungan di daerah Wonosobo merupakan daerah yang mempunyai suhu cukup rendah/dingin dibandingkan dengan daerah lain. Suhu udara yang cukup rendah/dingin tersebut mempengaruhi masyarakat dalam mendesain rumah tinggalnya. Beberapa bahan bangunan pilihan dari masyarakat setempat untuk rumah tinggalnya antara lain dindingnya terdiri dari dinding kayu, batu bata, batako, sesuai dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat pegunungan. Penelitian ini merupakan penelitian yang melihat pembangunan rumah tempat tinggal di tepi sungai sebagai tempat pembuangan sampah dengan pondasi batu kali. Study kasus: Mlandi Sumberdalem Kertek Wonosobo. Hasil yang didapat adalah kondisi untuk ruang luar lebih tidak nyaman dibanding dengan ruang dalam untuk rumah tinggal di tepi sungai yang aktif
Kata Kunci:
volume, pondasi, spesi, sloof
konstruksi, aanstamping,
ARTICLE INFO Article History Received Accepted
: November 1, 2015 : December 4, 2015
Key Words :
volume, construction, foundation, aanstamping, species, sloof
ABSTRACT Mountains in Wonosobo is an area that has a fairly low temperature / cold compared with other regions. Temperatures were quite low / cold is affecting society in designing their home. Some of the building material of choice for the local community their home among other walls consist of a wooden wall, brick, brick, according to the socioeconomic conditions of the mountains. This research is the view construction of residential houses on the banks of the river as a garbage dump with the foundation stone. Study cases: Mlandi Sumberdalem Kertek Wonosobo. The results obtained are the conditions for the outdoor space more uncomfortable than for residential space in the riverside active
1. PENDAHULUAN Rumah merupakan tempat tinggal untuk berteduh bagi manusia terhadap lingkungannya. Menghadapi lingkungan yang berbeda, manusia mempunyai berbagai cara untuk mengatasinya terlebih pada masyarakat penduduk Mlandi Sumberdalem Kertek Wonosobo. Misalnya: untuk pembangunan daerah dingin biasanya menghindari banyaknya fentilasi disetiap ruang bangunan karena mencegah angin masuk yang mengakibatkan suhu ruang lebih tambah dingin, di sisi lain desain bangunan dibuat penghangat ruangan misalnya membuat ruang tungku dapur di tengah. Penelitian ini tentang pembangunan rumah tempat tinggal di tepi sungai sebagai tempat pembuangan sampah dengan pondasi batu 20
kali. Study kasus: Mlandi Sumberdalem Kertek Wonosobo, dengan obyeknya adalah pembangunan itu sendiri di daerah sungai yang aktif bahkan terjadi banjir deras jika hujan lebat dengan cuaca iklim daerah Mlandi tersebut sangat dingin baik pagi, siang, terlebih malam. Penelitian tersebut dapat menjadi dasar bagi perencana dalam merancang sebuah bangunan. 2. METODE PENELITIAN Langkah penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan beberapa metode yaitu metode survey, wawancara, kuesioner dan pengukuran dengan menggunakan alat ukur meteran. Metode survey digunakan pada saat pengambilan data-data kondisi lingkungan yang ada pada saat pembangunan rumah
Jurnal PPKM I (2016) 20-29 tempat tinggal di tepi sungai dengan pondasi batu kali di daerah Mlandi Sumberdalem Kertek Wonosobo. Metode kuesioner dan wawancara dilakukan bersama dengan
(a)
ISSN: 2354-869X pengukuran. Kondisi bangunan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut ini:
(b)
(c) (d) Gambar 1.1 pembangunan rumah tempat tinggal di tepi sungai sebagai tempat pembuangan sampah dengan pondasi batu kali. Study kasus: Mlandi Sumberdalem Kertek Wonosobo sumber: peneliti
21
Jurnal PPKM I (2016) 20-29
ISSN: 2354-869X
batu yang digunakan dapat dilihat pada gambar 1.2 di bawah ini
(a) (b) pasangan pondasi batu pada gambar 1.3 di bawah ini
menurut salah dan benarnya pemasangan batu kali dapat dilihat dari kemiringan
pondasinya yang dapat dilihat pada gambar 1.4 di bawah ini
sumber: Endang
22
Jurnal PPKM I (2016) 20-29
ISSN: 2354-869X
kemungkinan keretakan bangunan pondasi tergantung pada kondisi tanahnya yang dapat dilihat pada gambar 1.5 di bawah ini:
pada pemasangan batu dapat dilihat pada gambar 1.6 di bawah ini:
23
Jurnal PPKM I (2016) 20-29
ISSN: 2354-869X
pasangan volume batu kali
Konstruksi Pondasi Batu Kali atau Rollaag Konstruksi pondasi ini merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung dan sangat penting karena sangat menentukan kekokohan bangunan. Pengetahuan dasar mengenai konstruksi pondasi akan sangat membantu dalam penggambaran konstruksi pondasi atau bagaimana melaksanakan praktik pembuatan pondasi sesuai dengan aturan yang berlaku. Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/Batu kali Pondasi merupakan elemen bangunan yang sangat penting, karena digunakan sebagai landasan dari bangunan di atasnya. Dan menjamin mantapnya kedudukan bangunan. Pondasi tidak boleh sama sekali mengalami perubahan kedudukan atau bergerak, dalam arti bergerak secara mendatar ataupun tegak. Untuk merencanakan suatu pondasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Konstruksi harus kuat dan kokoh untuk mendukung bangunan di atasnya b. Berat sendiri bangunan termasuk berat pondasinya c. Beban berguna d. Bahan yang dipakai untuk konstruksi pondasi harus tahan lama dan tidak mudah hancur, sehingga diharapkan bila terjadi kehancuran bukan karena pondasinya yang tidak kuat. e. Hindarkan pengaruh dari luar, misalnya kondisi dari air tanah maupun cuaca baik panas maupun dingin. f. Pondasi harus terletak pada dasar tanah yang keras, sehingga kedudukan pondasi 24
tidak mudah bergerak baik ke samping, ke bawah maupun terguling. g. Pondasi yang menerima beban berbeda harus dibuat terpisah. Pada garis besarnya pondasi dapat dibagi menjadi 2 jenis: a. Pondasi langsung yaitu apabila pondasi tersebut langsung di atas tanah keras. b. Pondasi tidak langsung yaitu apabila pondasi tersebut terletak di atas suatu rangkaian yang menghubungkan dengan lapisan tanah keras. Pondasi langsung digunakan apabila tanah keras bagian dalam mencapai kedalaman kurang lebih 1 meter. Ini tidak lain karena daya dukung pada dasar tanah dasar pada umumnya lebih kecil dari daya dukung pasangan badan pondasi. Untuk memperkecil beban per-satuan luas pada tanah dasar, lebar pondasi dibuat lebih lebar dari pada tebal dinding tembok di atasnya. Dan untuk lebih menghemat, bentuk pondasi dibuat dalam bentuk trapesium. Di samping itu untuk memenuhi persyaratan agar tidak terpengaruh cuaca sebaiknya kedalaman pondasi dari permukaan tanah kurang lebih 80 cm. Pondasi Pasangan Batu Kali Pondasi yang bahannya dari batu kali sangat cocok, karena bila batu kali ditanam dalam tanah kualitasnya tidak berubah. Dan pada umumnya bentuk pondasi batu kali dibuat trapesium dengan lebar bagian atas paling sedikit 25 cm. Dibuat selebar 25 cm, karena bila disamakan dengan lebar dinding dikhawatirkan dalam
Jurnal PPKM I (2016) 20-29 pelaksanaan pemasangan pondasi tidak tepat dan akan sangat mempengaruhi kedudukan dinding pada pondasi sehingga dapat dikatakan pondasi tidak sesuai lagi dengan fungsinya. Sedangkan untuk lebar bagian bawah trapesium tergantung perhitungan dari beban di atasnya, tetapi pada umumnya dapat dibuat sekitar 70 – 80 cm. Batu kali yang dipasang hendaknya sudah dibelah dahulu besarnya kurang lebih 25 cm, ini dengan tujuan agar tukang batu mudah mengatur dalam pemasangannya, di samping kalau mengangkat batu tukangnya tidak merasa berat, sehingga bentuk pasangan menjadi rapi dan kokoh. Pada dasar konstruksi pondasi batu kali diawali dengan lapisan pasir setebal 5 – 10 cm guna meratakan tanah dasar, kemudian dipasang batu dengan kedudukan berdiri (pasangan batu kosong) dan ronggarongganya diisi pasir secara penuh sehingga kedudukannya menjadi kokoh dan sanggup mendukung beban pondasi di atasnya. Susunan batu kosong yang sering disebut aanstamping dapat berfungsi sebagai pengaliran (drainase) untuk mengeringkan air tanah yang terdapat disekitar pondasi. Agar pasangan bahan pondasi tidak mudah rusak atau basah akibat air tanah, maka bidang pada badan pondasi diplester kasar (beraben) setebal ± 1.5 cm dengan adukan seperti spesi yang dipakai pada pasangan. Bila pada lapisan dasar tanah untuk pondasi mengandung pasir atau cukup kering maka tidak diperlukan pasangan batu kosong tetapi cukup dengan lapisan pasir sebagai dasar dengan ketebalan ± 10 cm yang sudah dipadatkan. Lapisan ini dapat berfungsi sebagai alat pengaliran atau pengeringan (drainase). Bagian bangunan paling bawah yang mempunyai bidang kontak langsung dengan dasar tanah keras di bawahnya berfungsi memikul seluruh bobot bangunan beserta isi/muatannya dan menyalurkan/mendistribusikan-nya secara merata ke tanah di bawahnya, hingga: 1. Kedudukan bangunan mantap/stabil 2. Bila terjadi penurunan pada lantai akibat berat bangunan dan isinya, penurunan tersebut akan sama pada setiap titik bangunan sehingga tidak terjadi kerusakan
ISSN: 2354-869X pada konstruksi (retaknya dinding, balok, dsb) dan permukaan lantai tetap rata. SYARAT-SYARAT PONDASI 1. Bentuk dan konstruksinya kokoh dan kuat untuk mendukung beban bangunan di atasnya. 2. Dibuat dari bahan yang tahan lama dan tidak mudah hancur sehingga kerusakan pondasi tidak mendahului kerusakan bagian bangunan di atasnya. 3. Tidak boleh mudah terpengaruh oleh keadaan di luar pondasi, misalnya kondisi air tanah, dll. 4. Terletak di atas tanah datar yang cukup keras sehingga kedudukan pondasinya tidak mudah bergerak (berubah), baik bergerak ke samping, ke bawah (turun) ataupun mengguling JENIS PONDASI MENURUT KEDALAMAN TANAH KERAS 1. Pondasi dangkal (< 0,80 m) Dibuat jika lapisan tanah keras tidak terlalu dalam, galian untuk pondasi ini tidak boleh kurang dari 80cm dalamnya agar badan pondasi tidak retak-retak karena penyusutan tanah akibat dibebani. 2. Pondasi ½ dalam (0,80 – 2 m) Dibuat jika bobot bangunan tidak begitu besar dan lapisan tanah yang mampu menahannya terletak agak dalam 3. Pondasi dalam (> 2m) Dibuat jika bobot bangunan besar (misalnya bangunan bertingkat) dan biasanya lapisan tanah yang mampu menahannya terletak lebih dalam, bahkan sampai 40 m di bawah permukaan tanah. JENIS-JENIS PONDASI MENURUT KEDALAMAN TANAH KERAS 1. Pondasi Dangkal: 1. Pondasi batu kali 2. Pondasi batu bata 3. Pondasi beton tumbuk 4. Pondasi lajur beton bertulang 5. Pondasi plat beton 2. Pondasi ½ Dalam: 1. Pondasi busur 2. Pondasi di atas lapisan tanah yang telah diperbaiki 3. Pondasi Dalam: 1. Pondasi sumuran 25
Jurnal PPKM I (2016) 20-29
ISSN: 2354-869X
2. Pondasi tiang pancang 3. Pondasi tiang beton cor
Berfungsi sebagai lantai kerja dan drainase untuk mengeringkan air tanah yang terdapat di sekitar badan pondasi Bila lapisan tanah untuk pondasi mengandung pasir atau cukup kering. Lapisan Aanstamping tidak diperlukan. Cukup diberi lapisan pasir dasar yang sudah dipadatkan setebal 10 cm. BADAN PONDASI Dibuat dari pasangan batu kali dengan perekat (beraping) campuran 1 kp:1 sm:2 ps atau 1 pc:3 ps. Untuk pondasi dinding luar bangunan, sejak ketinggian 10 cm di bawah halaman sampai ke atas, dipakai perekat/plesteran trasraam (kedap air) yaitu campuran 1 pc: 2 ps. Menyusun/menggambar batu kali pada badang pondasi, tidak boleh terdapat siar segari baris vertikal maupun harizontal. Untuk memudahkan pemasangannya, batu pada bagian tepi harus dibuat lebih tinggi daripada batu pada bagian tengah. Posisi ini juga akan mencegah campuran berapen melimpah terlalu banyak ke luar badan pondasi. SLOOF BETON Berupa balok beton bertulang dengan campuran 1 pc: 2 ps :3 kr di atas sepanjang pondasi berfungsi untuk menyalurkan beban dari dinding tembok di atasnya agar terbagi secara merata di sepanjang pondasi. Lebarnya setebal tembok di atas dan tingginya 20-30 cm. Balok-balok yang memikul beban selalu diletakkan tegak (tidak rebah) agar daya pikul bebannya lebih besar. TEMBOK DENGAN PEREKAT TRAASRAM Tingginya sampai 20 cm di atas permukaan lantai Fungsi untuk mencegah merembesnya air dari tanah naik ke tembok sehingga tembok menjadi rusak Untuk dinding kamar mandi, tinggi tembok traasram 150 cm. LAPISAN PASIR DI BAWAH LANTAI Berupa urugan pasir setebal 15-20 cm yang dipadatkan berfungsi untuk mencegah pecahnya lantai akibat penyusutan tanah di bawahnya. BETON TUMBUK Jarang terdapat pada gambar konstruksi yang sudah agak lama. Fungsinya untuk
PONDASI BATU KALI Bila batu kali selalu tertanam dalam tanah, kualitasnya tidak berubah, jadi cocok sebagai bahan pondasi Penampang lintangnya dibuat trapesium dengan lebar atas 5-10 cm lebih lebar dari kiri kanan dinding di atasnya (jadi 25-35 cm) agar didapat siar spesi sambungan batu kali yang cukup. Bila dibuat sama lebar dengan dinding, dikuatirkan dalam pelaksanaan pemasangan pondasi ada yang tidak tepat (dinding tidak lagi berada di atas permukaan badan pondasi) sehingga pondasi tidak sesuai lagi dengan fungsinya.Lebar sisi bawah pondasi kira-kira 2-3 kali lebar sisi atas, tergantung pada perhitungan beban. Tetapi biasanya 70-80 cm.Galian tanah pondasi batu kali sebaiknya dibuat sama dalam, hanya lebarnya dapat berbeda tergantung tebal tembok yang akan dipikulnya (1/2 bata, 1 bata, dsb).Lebih baik menggunakan batu pecah daripada batu bulat karena permukaannya lebih kasar/tajam sehingga saling mengunci dan tidak mudah tergelincir.Sebaiknya tidak menggunakan batu yang berukuran kurang dari 25-30 cm agar mudah diangkat dan diatur tukang sehingga bentuknya rapi dan kokoh, Untuk mengisi celah-celah antara pasangan batu besar dapat digunakan batu kali yang lebih kecil. BAGIAN PONDASI BATU KALI 1. LAPISAN PASIR DASAR Lapisan pasir yang dipadatkan setebal 510 cm, berfungsi sebagai drainase untuk mengeringkan air tanah yang terdapat di sekitar badan pondasi, juga agar pori-pori pada permukaan tanah dasar dan bidang bawah pondasi dapat tertutup rapat. 2. AANSTAMPING/PAS. BATU KOSONG Lapis atas pasir dasar, terbuat dari batu kali berdiameter sekitar 10-15 cm, disusun tegak dan rapat tanpa adukan (batu kosong), disela-selanya diisi pasir yang disiram air lalu dipadatkan (ditumbuk) sehingga tidak ada rongga kosong dan susunan batu menjadi kokoh bersamasama. Lapisan ini lebih lebar sekitar 10 cm dari kiri-kanan badan pondasi. 26
3.
4.
5.
6.
7.
Jurnal PPKM I (2016) 20-29
ISSN: 2354-869X
menjaga agar lapisan lantai tidak pecah dan turunnya merata Tebalnya sekitar 3 -5 cm, terbuat dari pasangan 1 pc: 3ps : 6 kr atau 1:3:5 (sumber: Pak Chairul Israr) 8. LANTAI TEGEL (UBIN SEMEN/TRASO) Dipasang dengan perekat campuran 1 pc: 3 ps 9. TANAH URUG Untuk mengisi sisa lubang pondasi yang tidak terisi pasangan pondasi. Sebelum sisa galian ditimbun, sebaiknya dinding badan pondasi diberap/dilapis dengan perekatnya agar rata dan untuk menutup celah antara pasangan batu yang mungkin ada dan bisa dimasuki binatang kecil atau akar tanaman yang dapat merusak pondasi 10. KEMIRINGAN GALIAN TANAH Perbandingan kemiringannya 5:1 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembangunan rumah tersebut adalah rumah bapak Slamet dengan konstruksi
rumah bapak Slamet dibangun menghadap ke selatan dengan rencana dinding berdominan cor batako dengan model rumah minimalis. Lokasi pembangunan rumah terdapat pada lingkungan yang masih daerah tepi sungai yang aktif, sehingga tampak kanan kiri depan belakang masih tampak pemandangan sungai seperti yang terlihat pada gambar 1.1. Desain rumah ini beratapkan asbes serta pintu dan kusen yang terbuat dari kayu, rumah menggunakan plafon untuk menghindari hawa dingin. Ada lubangan angin diatas setiap kusen pintu maupun jendela, didukung dengan property yang sedikit. dengan ukuran rumah panjang 10 meter lebar 6 meter yang menjadikan cadangan udara dalam rumah terasa lega dan nyaman meskipun tepi sungai yang sering dijadikan tempat pembuangan sampah yang terlihat pada gambar 1.1 (b) hingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Rencana desain rumah menghadap ke selatan dapat di lihat pada gambar di bawah ini:
Gambar Rencana Desain Rumah 27
Jurnal PPKM I (2016) 20-29 Berdasarkan rencana desain rumah maka untuk menghitung beberapa kebutuhan bahan dan upah kerja membuat fondasi batu kali. sesuai pada gambar terdapat dua pondasi yaitu pondasi pinggir dan pondasi tengah. Penampang pondasi pinggir bentuknya berbeda dengan pondasi tengah. pondasi pinggir yaitu untuk dipasang pada tembok yang berbatasan dengan tangga, sedangkan pondasi tengah dipasang pada lahan di tengah. Langkah menghitung biaya pondasi batu kali adalah: A. Volume Pasangan Pondasi 1. Luas penampang pondasi: luas penampang pondasi tengah dan pondasi pinggir sama, hanya bentuknya yang berbeda. Luas penampang pondasi = alas+alas dibagi 2 x tinggi = (0,6+0,3)/2 x 0,6 m = 0,27 m2 2. Panjang pondasi = jumlahkan panjang pondasi pada denah: (2x6)+(2x5)+(1x7)+(1x6)+(1x4,2)+(1 x4) = 43,20 m2 3. Volume pondasi = luas penampang x total panjang pondasi = 0,27 m2 x 43,2 m = 11,664 m3 B. Volume Pasangan Batu Kosong 1. Luas penampang pasangan batu kosong = 0,2 x 0,6 = 0,12 m2 2. Panjang Pondasi = sudah dihitung di atas = 43,2 m 3. Volume pasangan batu kosong = Luas Penampang x Total panjang pondasi = 0,12 m2 x 43,2 m = 5,184 m3 C. Bahan dan Upah Pasangan Pondasi Biaya bahan dan upah memerlukan analisa harga satuan, daftar harga bahan, dan daftar upah. Analisa harga satuan untuk pekerjaan pasangan pondasi batu kali 1 m3 pasangan pondasi batu kali adukan 1 pc : 6 pasir memerlukan: Bahan: 1,1000 m3 batu belah 2,3400 zak semen (50kg) 0,5610 m3pasir pasang Tenaga: 1,500 oh pekerja 0,6 oh tukang batu 28
ISSN: 2354-869X 0,0600 oh kepala tukang 0,0750 oh mandor Analisa harga satuan untuk pekerjaan pasangan batu kosong (Aan samping): 1 m3 pasangan pondasi batu kosong adukan 1 pc : 6(Aanstamping) memerlukan: Bahan: 1,2 batu belah 0,3000 pasir urug Tenaga: 0,7800 oh pekerja 0,3900 oh tukang batu 0,0390 oh kepala tukang 0,0390 oh mandor Daftar Harga Bahan: Pasir urug per/ m3 = Rp 160.000, Pasir Pasang/cor/ m3 = Rp 300.000, Batu Belah ukuran 10-15 cm / m3 = Rp 200.000, Semen pc (50 kg) /zak = Rp 80.000,Daftar upah kerja Pekerja terampil per hari = Rp 30.000, Tukang batu terampil per hari Rp 50.000, Kepala Tukang Batu per hari Rp 70.000, Mandor per hari Rp 100.000 Selanjutnya memasukkan harga satuan bahan dan upah ke analisis harga satuan. Menghitung biaya 1 m3 pasangan pondasi batu kali, adukan 1 semen : 6 pasir Bahan 1,1000 m3batu belah x Rp 200.000,- = Rp 220.000, 2,3400 zak semen (50kg) x Rp 80.000,- = Rp 187.200, 0,5610 m3pasir pasang x Rp 300.000,- = Rp 168.300, Total biaya bahan = Rp 575.500,Tenaga 1,5000 oh pekerja x Rp 30.000,- = Rp 45.000 0,6 Tukang batu terampil per hari Rp 50.000,- = Rp 30.000 0,0600 oh kepala tukang x Rp 70.000,- = Rp 4200 0,0750 Mandor per hari Rp 100.000 = Rp 7500 Total biaya tenaga kerja Rp 86.700,-
Jurnal PPKM I (2016) 20-29 jumlah biaya bahan + tenaga per m3 = Rp 575.500,- + Rp 86.700,- = Rp 662.200,total biaya pasangan pondasi batu kali 11.664 m3 = 11.664 x Rp 662.200,- = Rp 7.723.900,Menghitung biaya 1 m3 pasangan pondasi batu kosong (Aanstamping) Bahan: 1,200 batu belah x Rp 200.000,- = Rp 240.000 0,300 Pasir urug per/ m3 x Rp 160.000,- = Rp 48.000, Total bahan Rp 288.000,Tenaga: 0,7800 oh pekerja x Rp 30.000,- = Rp 23.400, 0,3900 Tukang batu terampil per hari Rp 50.000,- = Rp 19.500, 0,0390 oh kepala tukang x Rp 70.000,- = Rp 2.730, 0,0390 Mandor per hari Rp 100.000 = Rp 3.900, Total tenaga Rp 49530,Total biaya bahan dan tenaga per m3 = Rp 337.530,Total biaya pasangan pondasi batu kosong (5.184 m3 ) = 5.184 x 337530 = Rp 1.749.755,-
4. KESIMPULAN DAN SARAN Jika sedang membangun rumah, kemudian pasangan pondasi batu kali rumah tersebut habisnya semen kurang dari ketentuan standart, maka bisa dipastikan kualitas pondasi rumah tersebut meragukan. dan jika terjadi hal demikian, tukang yang ditugaskan irit menggunakan semen. bukan berarti tukang tembok pintar menghemat semen, tapi
ISSN: 2354-869X justru sebaliknya pemilik rumah tersebut rugi karena kualitas bangunan rumah berarti dibawah standart yang ditentukan yang sangat berbahaya bagi penghuninya. Memasang pondasi batu kosong dan memasang pondasi dengan adukan harus benar, dan pekerja harus diawasi oleh ahlinya. Pasangan pondasi batu kosong harus dipadatkan menggunakan alat pemadat, dan pasangan pondasi batu, komposisi adukannya harus benar dan padat. jangan ada celah-celah atau rongga kosong. sebelum diurug tanah, biarkan pasangan pondasi kering dan keras, sambil perikasa apakah permukaan pasangan sudah padat atau belum adukannya. kalau tidak diawasi biasanya tukang batu langsung mengurug dengan tanah dalam keadaan basah, takut ketahuan kejelekan pasangannya. 5. DAFTAR PUSTAKA Endang, 2012, Pondasi Batu Kali Rumah Sederhana, Hal: 1-10, Bandung Hermawan, 2014, Karakteristik rumah tinggal tradisional di daerah pegunungan Jawa Tengah, Jurnal PPKM UNSIQ III (2014) 13-20 Prianto, E., 2012, Strategi disain fasad rumah tinggal hemat energi. Riptek Vol.6, No.I, Hal : 55 – 65 Samodra, FX T.B. dan Santosa, M., 2006, Pola Penghunian dalam Transformasi Altitude dan Kontribusinya dalam Sistem Ventilasi Rumah Tinggal Pedesaan, Seminar Nasional : Transformasi Teknologi untuk Peningkatan Kualitas Hidup Manusia- Universitas Teknologi Yogyakarta. Selamet, 2012, Materi Pendidikan Bahan Bangunan, Hal: 191-199, Padang, Sumatra Barat
29
Jurnal PPKM I (2016) 30-38
ISSN: 2354-869X
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING BERBASIS PANDANGAN KI HADJAR DEWANTARA UNTUK MENUMBUHKAN KOMPETENSI UNGGUL DI SMP a
Banar Dwi Retyantoa Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sains Al Qur‟an (UNSIQ) Wonosobo a Email:
[email protected]
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Riwayat Artikel: Diterima : 9 September 2015 Disetujui : 7 Desember 2015
Tujuan utama penelitian ini adalah menemukan model pembelajaran inquiry terbimbing berbasis pandangan Ki Hadjar Dewantara untuk menumbuhkan kompetensi unggul di SMP, dengan tujuan khususnya sebagai berikut : 1) Menguji kevalidan model pembelajaran tersebut; 2) Menguji keefektifan model pembelajaran tersebut; 3) Menguji kepraktisan model pembelajaran tersebut. Jenis penelitian ini adalah Research and Development (R&D) dengan model dikembangkan melalui tiga tahap pengembangan yaitu : 1) Tahap Analisis Pendahuluan; 2) Tahap Pengembangan Model; 3) Tahap Ujicoba. Hasil validasi oleh tiga Validator memperoleh persentase penilaian dengan interval antara 83,33% s/d 95%, hal ini menunjukan perangkat pembelajaran model yang dikembangkan adalah valid dengan kriteria sangat baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model yang dikembangkan efektif untuk menumbuhkan kompetensi unggul (pemecahan masalah, komunikasi, dan kerjasama) di SMP, berdasarkan hasil analisis uji t data kompetensi unggul dengan taraf signifikansi 5% diperoleh harga thitung sebesar 4,63 untuk keterampilan pemecahan masalah, 5,77 untuk keterampilan komunikasi tertulis, 4,87 untuk keterampilan komunikasi lisan, dan 5,02 untuk keterampilan kerjasama dengan ttabel sebesar 2,0003, hal ini menunjukan ada perbedaan kompetensi unggul antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai kepraktisan diperoleh melalui tanggapan atau respon siswa terhadap model pembelajaran merupakan salah satu tujuan penelitian ini yang didasarkan pada umpan balik siswa serta penilaian siswa terhadap model pembelajaran yang dikembangkan, diperoleh presentase kepraktisan adalah 86,45% dengan kriteria sangat baik.
Kata Kunci: Inquiry Terbimbing, Pandangan Ki Hadjar Dewantara, Kompetensi Unggul
ARTICLE INFO
ABSTRACT
Article History Received : September 9, 2015 Accepted : December 7, 2015
The main aim of this research is finding of guided inquiry learning model based on Ki Hajar Dewantara’s view for growing excellent competence in junior high school, by the specific aim as like : 1) testing the validity of it’s learning model 2) testing the effectiveness of it’s learning model 3) testing the practicality of it’s learning model. Sort of this research is Research and Development (R&D) by model is developed through three phases of development, there are: 1) phase of introduction analysis; 2) phase of model development; 3) tryout phase. Validation result by three experts gets assessment percentage by interval 83.33% up to 95%, this shows the equipment of learning model that is developed is valid by the best category. The result of research shows that the developed model is effective to grow excellent competence (problem solving, communication, and teamwork) in junior high school, based on the analysis result of testing t data excellent competence by signification level 5% is gained the value tcount amount 4.63 for problem solving skill, 5.77 for written communication skill, 4.87 for spoken communication skill, and 5.02 for teamwork skill by ttable amount 2.0003, it shows the exist of differentiation of excellent competence between experimental class and control class. Practicality value is gained through idea and respond of student towards learning model is one of this research aims that is based on student feedback along with student assessment towards the developed learning model, is gained practicality percentage 86.45% by the best criterion
Key Words : Guided Inquiry, Ki Hajar Dewantara’s View, Excellent Competence
1. PENDAHULUAN Hasil studi Programme for International Student Assessment (PISA) 2012 menunjukkan kualitas pendidikan Indonesia masih sangat rendah, dari 65 negara anggota PISA pendidikan 30
Indonesia berada di bawah peringkat 64. PISA merupakan studi internasional kemampuan literasi membaca, matematika, dan sains yang diselenggarakan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) untuk
Jurnal PPKM I (2016) 30-38 siswa usia 15 tahun (OECD, 2013). PISA digunakan untuk mengukur kemampuan murid yang nantinya akan dijadikan dasar untuk pengambilan kebijakan pendidikan nasional. Renny (2013) yang mengutip pendapat Witte, PISA (Programme for International Student Assessment) berpendapat bahwa literasi sains sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi permasalahan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka mengerti serta membuat keputusan tentang alam dan perubahan yang terjadi pada alam sebagai akibat manusia. PISA menetapkan tiga dimensi besar literasi sains dalam pengukurannya, yakni proses sains, konten sains, dan konteks aplikasi sains. Kepala pusat informasi dan humas Kemendikbud Ibnu Hamad menyatakan pergantian kurikulum lewat Kurikulum 2013 diharapkan bisa menjawab tantangan PISA, sebab dalam Kurikulum 2013 ada perubahan standar proses dan standar isi. Perubahan dan penyempurnaan komponen-komponen kurikulum terlihat beda dari sebelumnya seperti kompetensi inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari siswa untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran, namun penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru, dalam menilai hasil belajar siswa para guru lebih banyak mengukur siswa dalam penguasaan aspek kognitif (Dharma, 2008), sedangkan kompetensi inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills (Badan Penelitian dan Pengembangan, 2013). Wiyanto et al (2011) menyatakan kompetensi memecahkan masalah, bekerjasama dalam tim, dan berkomunikasi adalah kompetensi unggul, hal ini juga diperkuat dari hasil observasi awal pada guru mata pelajaran IPA di Wonosobo, diperoleh bahwa kompetensi pemecahan masalah, komunikasi dan kerjasama merupakan kompetensi unggul dari kurikulum 2013 karena
ISSN: 2354-869X termasuk kompetensi yang paling dibutuhkan pada pasar kerja. Hal ini dibuktikan dengan hasil survey National Association of Colleges and Employeds pada tahun 2002, dan diperkuat oleh Crawford et al (2011) yang menempatkan keterampilan berkomunikasi dan kerjasama pada posisi atas pada clusternya ini berdasar dari hasil The Research Team at Michigan State University, ini menunjuklan bahwa keterampilan berkomunikasi dan kerjasama merupakan keterampilan yang paling dibutuhkan oleh manusia. Wenning (2005) menyatakan bahwa membentuk dan memelihara suasana kelas yang kondusif untuk siswa belajar harus menjadi tujuan bagi semua guru, sebagai guru ilmu pengetahuan yang bergeser dari bentuk didaktik tradisional menjadi instruksi berorientasi inquiry. Pendidik hendaknya bisa mengubah kebiasaan pembelajaran yang bersifat tradisional menuju pembelajaran yang berpendekatan scientific dengan tahap yang kita kenal 5M (mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran). Proses pembelajaran ini seperti yang di amanatkan pada Kurikulum 2013 (Nuh, 2013). Piaget mengemukakan bahwa model inquiry adalah model yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin mencari jawaban sendiri serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, kemudian membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan siswa lainnya (Andriani et al, 2011). Aktivitas siswa adalah keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung, secara aktif baik fisik, mental, maupun emosional dari siswa itu sendiri, hal ini menunjukan bahwa dalam proses pembelajaran Inquiry sesuai proses belajar yang diharapkan pada Kurikulum 2013. Kenyataan di lapangan jutaan guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik dan memperoleh tunjangan profesional namun perubahan yang dialami sebagian besar guru baru sebatas bergeser dari guru yang kerjanya sepanjang hari berbicara di depan kelas menjadi guru yang kerjanya mendemonstrasikan kewibawaan di hadapan murid (Sumardianta, 2013). Merujuk pada hasil PISA tentang 31
Jurnal PPKM I (2016) 30-38 kemampuan literasi sains maka sudah selayaknya pendidikan di Indonesia mulai dari pelaku pendidikan untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang tepat dan tidak lepas dari jati diri bangsa. Model pembelajaran Inquiry terbimbing berbasis pandangan Ki Hadjar Dewantara salah satunya. Ki Hadjar Dewantara adalah tokoh filsafat pendidikan Indonesia yang menganut paham humanisme, seorang yang meletakan pondasi utama pada pendidikan Indonesia yang membedakan ciri dan karakter dengan pendidikan negara lain (Samho, 2013). Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidik adalah seseorang yang pengajarannya menggunakan „kepala, hati dan panca indera‟ (educate the head, the heart, and the hand), yang saling bersinergi atau yang kita kenal dengan asih, asah, dan asuh. Hasil observasi awal dari guru IPA SMP di Wonosobo diperoleh informasi bahwa sebagian besar guru belum menerapkan pola asah, asih, asuh dalam pembelajarannya. Menurut Sumardianta (2013) guru terkadang perilakunya kurang terpuji dan cenderung seenaknya sendiri, bukan guru yang dihargai karena menghargai muridnya atau guru yang merasa bahagia ketika berhasil mengantarkan kebahagiaan (delivering happiness) bagi para muridnya. Masalah utama guru bukan lagi soal kesejahteraan melainkan semangat dan keteladanan. Pembelajaran inquiry terbimbing berbasis pandangan Ki Hadjar Dewantara menjadikan suatu model pembelajaran yang humanis dengan mendidik siswa selayaknya manusia seutuhnya, maka ikatan emosional antara guru dengan siswa terciptakan hubungan pendidikan yang penuh dengan kepercayaan dan rasa nyaman. Keyakinan demikian akan membebaskan siswa dari ketakutan yang merusak serta menghabiskan energi, dan mencurahkan perhatiannya pada pertumbuhan individu dan perkembangan kreatifitas dan mental siswa sehingga kompetensi unggul yaitu kemampuan pemecahan masalah, kerjasama dan komunikasi siswa bisa tumbuh. 2. METODE PENELITIAN Jenis penelitian menggunakan penelitian dan pengembangan (Research and Development (R&D) yang dilakukan untuk mengembangkan model pembelajaran inquiry terbimbing berbasis 32
ISSN: 2354-869X pandangan Ki Hadjar Dewantara. Produk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang tertuang dalam deskripsi model dan perangkat pembelajaran meliputi Silabus, Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS), Lembar Kerja Guru (LKG) digunakan dalam pembelajaran IPA untuk menumbuhkan kompetensi unggul siswa Desain penelitian ini adalah Research and Development (R&D) dengan model dikembangkan melalui tiga tahap pengembangan yaitu : 1) tahap analisis pendahuluan, pada tahap ini diperoleh informasi penerapan asah, asih, asuh dalam pembelajaran 59,525, guru melakukan pengidentifikasian soft skill siswa 19,05%, pemecahan masalah, kerjasama, dan komunikasi merupakan kompetensi unggul siswa 95,24%; 2) tahap pengembangan model, model Inquiry terbimbing yang digunakan dan dikembangkan dalam penelitian ini adalah Inquiry terbimbing yang terdiri atas 6 sintaks seperti yang ditulis oleh Jufri (2013) yaitu: (1) mengidentifikasi masalah; (2) mengembangkan tujuan atau hipotesis yang bersifat tentative; (3) mengumpulkan Data dan menguji jawaban tentative; (4) menginterprestasi data; (5) mengembangkan kesimpulan tentatif atau generalisasi; (6) menguji, menerapkan, dan merevisi kesimpulan. Draft model ini kemudian divalidasi oleh ahli dibidang pengembangan model pembelajaran setelah itu dilaksanakan revisi atau perbaikan; 3) tahap ujicoba model dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu ujicoba skala kecil dan ujicoba skala luas. Uji skala kecil dilaksanakan untuk mengetahui keterlaksanaan produk yang dikembangkan. Ujicoba skala kecil dilakukan pada sampel kecil yaitu 15 siswa kelas VIIA SMP 3 Garung yang terbagi dalam 5 kelompok. Pada tahap ini peneliti ingin mengetahui keterlaksanaan dari model pembelajaran yang dikembangkan yang dibuat berkaitan pada: (1) aspek pelaksanaan RPP meliputi: kegiatan pendahuluan, inti dan penutup serta aspek penilaian; (2) ketercapaian pertumbuhan kompetensi unggul siswa; (3) Ketuntasan Hasil Belajar. Hasil dari ujicoba skala kecil menjadi data masukan untuk pengembangan dan penyempurnaan model sebelum digunakan pada ujicoba skala luas. (Borg and Gall, 1983).
Jurnal PPKM I (2016) 30-38 Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes untuk keterampilan pemecahan masalah dan komunikasi tertulis. Metode angket untuk keterampilan komunikasi lisan, bekerjasama, keterlaksanaan pembelajaran, dan respon siswa. Metode observasi dan wawancara untuk mendapatkan informasi kebutuhan pengembangan produk. 3. HASIL PENELITIAN Berdasarkan model teoritis sintak pembelajaran inquiry terbimbing berbasis pandangan Ki Hadjar Dewantara, peneliti melakukan observasi pada Guru MGMP IPA Se-Kabupaten Wonosobo. Hasil observasi dan wawancara tidak terstruktur pada guru MGMP IPA Se-Kabupaten Wonosobo mengenai pelaksanaan pembelajaran yang berbasis pandangan Ki Hadjar Dewantara menunjukan sebagian besar sekolah telah memahami tentang pandangan tersebut dan sebagian besar juga telah melaksanakan pandangan Ki Hadjar Dewantara. Namun pelaksanaanya belum maksimal sebagian besar guru hanya melakukan berdasarkan perasaan mereka saja tanpa dilakukan secara sistematis dan struktur, seperti tertulis dalam RPP atau LKG mereka, sedangkan untuk bentuk soft skill yang paling dibutuhkan oleh siswa SMP adalah keterampilan pemecahan masalah, komunikasi dan kerjasama dan disebut kompetensi unggul. Berdasar hasil observasi peneliti merancang dan mengembangkan draft model pembelajaran Inquiry terbimbing berbasis pandangan Ki Hadjar Dewantara untuk menumbuhkan kompetensi unggul di SMP. Pandang Ki Hadjar Dewantara tertuang pada setiap sintak pembelajaran inquiry terbimbing, hal ini
ISSN: 2354-869X tercermin pada perangkat pembelajarannya (RPP, LKS, LKG). Pengembangan model dengan langkah pengembangan yang meliputi. : 1) validasi perangkat pembelajaran seperti Silabus, RPP, LKS, LKG oleh pakar. Tahap ini terdapat masukan dari validator/pakar untuk menyempurnakan redaksionalnya supaya lebih komunikatif dan baku. Namun tidak mengubah bentuk model atau perangkat pembelajarannya. Validasi perangkat pembelajaran rata-rata lebih dari 83,33% s/d 95% sehingga perangkat pembelajaran berkriteria sangat baik. Perangkat pembelajaran yang sudah valid dapat digunakan pada ujicoba skala kecil maupun luas; 2) perangkat pembelajaran yang telah dinyatakan valid oleh validator selanjutnya dilakukan ujicoba skala kecil pada 15 siswa VII A di SMP Negeri 3 Garung. Dari hasil ujicoba skala kecil diperoleh koreksi dari pengamatan observer mengenai pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang meliputi pemberian kesempatan bertanya siswa yang masih kurang dan pengaturan waktu yang belum sesuai dengan RPP, namun tidak mengubah bentuk model atau perangkat pembelajarannya. Data koreksi tersebut selanjutnya diperbaiki sebelum digunakan pada ujicoba skala luas; 3) perangkat pembelajaran hasil perbaikan pada ujicoba skala kecil digunakan pada ujicoba skala luas. Ujicoba skala luas dilakukan pada kelas VII E untuk kelas eksperimen dan kelas VII C untuk kelas kontrol pada SMP Negeri 1 Mojotengah dengan jumlah siswa 31 tiap masing-masing kelasnya. Hasil tahap ini ditunjukan pada Gambar 1.
100% 80% 60% 40%
Eksperimen Kontrol
20% 0% Pemecahan Komunikasi Komunikasi Masalah Tertulis Lisan
Kerjasama
Gambar 1. Grafik Rekapitulasi Kompetensi Unggul Berdasar Gambar grafik 1 terlihat bahwa berbasis pandangan Ki Hadjar Dewantara kelas eksperimen yang diberi perlakuan berupa menunjukan hasil lebih baik daripada kelas model pembelajaran Inquiry terbimbing eksperimen yang di beri perlakuan pengajaran 33
Jurnal PPKM I (2016) 30-38 konvensional sesuai standar kurikulum 2013. Katagori Hasil yang dicapai kelas eksperimen maupun kontrol menunjukan grafik keduanya diatas 61% dengan kriteria baik. Namun hasil yang diperoleh dari kelas eksperimen menunjukan hasil yang lebih tinggi pada setiap keterampilan siswa. Pada tahap ini tidak ditemukan kendala dalam penerapannya. Hal ini terlihat dari hasil pengamat dan respon siswa yang positif terhadap model. Berdasarkan hasil analisis uji t data kompetensi unggul dengan taraf signifikansi 5% diperoleh harga thitung sebesar 4,63 untuk keterampilan pemecahan masalah, 5,77 untuk keterampilan komunikasi tertulis, 4,87 untuk keterampilan komunikasi lisan, dan 5,02 untuk keterampilan kerjasama dengan ttabel sebesar 2,0003 (Sugiyono, 2012) sehingga hasil akhir ini dapat dinyatakan model pembelajaran inquiry terbimbing berbasis pandangan Ki Hadjar Dewantara untuk menumbuhkan kompetensi unggul siswa di SMP. 4. PEMBAHASAN Pengembangan karakter (termasuk soft skill) salah satu cara yang dapat dilakukan di sekolah adalah melalui pengintegrasian pendidikan karakter dalam setiap proses pembelajaran yang melibatkan semua mata pelajaran (Marzuki, 2012). Bentuk pengintegrasian pendidikan karakter dalam setiap pembelajaran tercermin dalam setiap perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru, dalam hal ini mulai dari silabus, RPP, LKS, LKG, dan seterusnya. Menurut Marzuki (2012) seorang guru yang profesional diharapkan mampu mengembangkan silabus sesuai dengan kompetensi mengajarnya secara mandiri, disisi lain guru lebih mengenal karakteristik siswa dan kondisi sekolah serta lingkungannya. Penyusunan RPP memiliki langkah-langkah yang lebih rinci dan detail. Ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan guru dalam membuat RPP yang mengintegrasikan pendidikan karakter, yaitu perumusan indikator atau tujuan pembelajaran harus memperhatikan terwujudnya karakter pada peserta didik. Begitu juga dalam materi ajar perlu ditambahkan muatan nilai-nilai karakter yang dapat dicapai oleh peserta didik disesuaikan dengan pokok materi yang ada. Guru juga harus memilih metode pembelajaran yang memungkinkan diintegrasikannya pendidikan karakter di 34
ISSN: 2354-869X dalamnya salah satunya pembelajaran inquiry (Marzuki, 2012). Menurut Wardoyo (2013) yang mengutip pendapat hanafiah dinyatakan bahwa Inquiry adalah model pembelajaran yang menuntut siswa untuk dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Sedangkan menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan yang khas Indonesia haruslah berdasarkan citra nilai kultural Indonesia juga (Samho, 2013), hal ini merupakan bentuk identitas dan jati diri yang berkarakter budaya Indonesia. Berdasar hal tersebut, perlu adanya proses adobsi, reduksi dan pengembangan model pembelajaran inquiry ini supaya mencerminkan citra nilai kultural Indonesia, yang mengedepankan adat istiadat, dan pendidikan yang bersifat humanistik. Respon siswa yang merupakan indikator kepraktisan model pembelajaran menunjukan hasil yang sangat merespon dan menunjukan siswa merasa senang dengan penerapan model pembelajaran inquiry terbimbing berbasis pandangan Ki Hadjar Dewantara, hal ini terjadi karena dalam proses pembelajaran dengan mengedepankan nilai humanis yang ditanamkan pada model pembelajaran yang bersifat merdeka atau tanpa paksaan untuk menghasilkan hasil yang baik. Hal ini dikarenakan pandangan Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan dan pola pengarahan adalah bahwa seorang guru hendaknya memiliki keterampilan asah, asih, dan asuh. Asah adalah keterampilan guru untuk menguasai materi yang akan diberikan, asih adalah keterampilan guru untuk memperlakukan siswanya dengan penuh rasa kasih sayang dan sabar, sedangkan asuh adalah peka terhadap perubahan perilaku siswanya baik perubahan yang bersifat positif maupun negatif (Sumardianta, 2013; Samho, 2013; Muaddab, 2011; Yudi, 2012). Menurut Wangid (2009) yang mengutip pendapat Ki Hadjar Dewantara, bahwa pendidik wajib menjaga atas kelangsungan kehidupan batin siswa, dan haruslah siswa dijauhkan dari tiap-tiap paksaan. Namun demikian, pendidik juga tidak akan ”nguja” (membiarkan) siswasiswa. Pendidik mempunyai kewajiban mengamati, agar siswa dapat bertumbuh menurut kodrat. ”Tucht” (hukuman) itu dimaksudkan untuk mencegah kejahatan. Sebelum terjadi kesalahannya, aturan
Jurnal PPKM I (2016) 30-38 hukumannya sudah harus tersedia. Dengan penerapan pola tersebut proses pembelajaran yang dilakukan siswa membuat siswa merasa senang, tenang dan nyaman. Wenning (2005) juga menyatakan bahwa membentuk dan memelihara suasana kelas kondusif untuk belajar siswa harus menjadi tujuan bagi semua guru, sebagai guru ilmu pengetahuan yang bergeser dari bentuk didaktik tradisional menuju instruksi berorientasi inquiry. Inquiry sendiri merupakan pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memahami konsep dan memecahkan masalah guna menemukan dan membangun pengetahuannya (Komalasari, 2013), ini berarti dalam menemukan konsep materi siswa juga dituntut untuk membangun pengetahuannya atau proses kontruktivisme. Takwin (2013) menyatakan jika dicermati maka „sistem merdeka‟ dari Ki Hadjar sejalan dengan pandangan konstruktivisme. Dasar pemikiran konstruktivisme adalah pengetahuan merupakan hasil konstruksi manusia. Orang yang belajar tidak hanya meniru atau mencerminkan apa yang yang diajarkan, melainkan menciptakan sendiri pengertian. Menurut ahli konstruktivisme, pengetahuan tidak mungkin ditransfer kepada orang lain karena setiap orang membangun pengetahuannya sendiri. Menurut Novak & Gowin yang dikutip Takwin (2013) siswa menyusun dan membangun pengetahuan melalui berbagai pengalaman yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan. Mereka harus menjalani sendiri berbagai pengalaman yang pada akhirnya memberikan percikan pemikiran (insight) tentang pengetahuan-pengetahuan tertentu. Hal terpenting dalam pembelajaran adalah siswa perlu menguasai bagaimana caranya belajar dengan itu, ia bisa jadi pembelajar mandiri dan menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan yang ia butuhkan dalam kehidupan. Wangid (2009), Sistem Among Ki Hadjar Dewantara merupakan metode yang sesuai untuk pendidikan di Indonesia karena merupakan metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh (care and dedication based on love). Pendidikan
ISSN: 2354-869X sistem Among bersendikan pada dua hal yaitu kodrat alam sebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai kemajuan dengan secepatcepatnya dan kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin anak hingga dapat hidup mandiri. Soeratman yang dikutip Nugrahaningsih (2011) menyatakan cara mengajar dan mendidik dengan menggunakan “metode Among” dengan semboyan Tut Wuri Handayani artinya mendorong para anak didik untuk membiasakan diri mencari dan belajar sendiri. Mengemong (anak) berarti membimbing, memberi kebebasan anak bergerak menurut kemauannya. Guru atau pamong mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, bertugas mengamat amati dengan segala perhatian, pertolongan diberikan apabila dipandang perlu. Anak didik dibiasakan bergantung pada disiplin kebatinannya sendiri, bukan karena paksaan dari luar atau perintah orang lain. Among berarti membimbing siswa dengan penuh kecintaan dan mendahulukan kepentingan siswa. Dengan demikian siswa dapat berkembang menurut kodratnya (Nugrahaningsih, 2011). Berdasar penjelasan di atas terdapat persamaan bahwa Ki Hadjar dan konstruktivisme sama-sama memandang pengajar sebagai mitra para siswa untuk menemukan pengetahuan. Mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke murid melainkan kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Kegiatan mengajar di sini adalah sebuah partisipasi dalam proses belajar. Pengajar ikut aktif bersama siswa dalam membentuk pengetahuan, mencipta makna, mencari kejelasan, bersikap kritis dan memberikan penilaian-penilaian terhadap berbagai hal. Mengajar dalam konteks ini adalah membantu siswa untuk berpikir secara kritis, sistematis dan logis dengan membiarkan mereka berpikir sendiri (Takwin, 2013). Kompetensi unggul siswa yang berupa keterampilan pemecahan masalah, komunikasi dan kerjasama menunjukan perbedaan hasil yang signifikan antara kelas ekperimen dan kontrol. Pengembangan model pembelajaran inquiry terbimbing berbasis pandangan Ki Hadjar Dewantara memberikan stimulus positif terhadap penumbuhan kompetensi unggul siswa. Menurut Elmubarok (2009) ciri utama 35
Jurnal PPKM I (2016) 30-38 pendidikan nilai adalah pendidikan yang berpusat pada siswa, dan pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk menumbuhkan nilai siswa harus; 1) melibatkan siswa secara aktif dalam belajar; 2) berdasarkan pada berbedaan individu; 3) mengkaitkan terori dengan praktik; 4) mengembangkan komunikasi dan kerjasama dalam belajar. Salah satu karakterisitik utama model inquiry terbimbing yang dikembangkan adalah belajar mulai dari melakukan observasi spesifik yang dapat mengarahkannya untuk membuat inferensi atau membuat generalisasi (Jufri, 2013), sehingga model yang dikembangkan sesuai dengan unsur dari pendidikan nilai/karakter. Kompetensi unggul dapat tumbuh atau berkembang melaui proses pembelajaran yang dialami siswa pada pembelajaran inquiry terbimbing berbasis pandangan Ki Hadjar Dewantara yang disebabkan ada kegiatan interaksi antara siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru. Suasana dan perasaan nyaman tanpa ada ketakutan dan tekanan dari diri siswa merupakan salah satu faktor pendukung kompetensi unggul tersebut tumbuh. Penerapan pola asah asih dan asuh dalam pembelajaran inquiry mengharuskan guru memiliki karakter atau pembawaan yang sabar, penuh kasih sayang, iklas dan tekun dalam membimbing siswa, serta menunjukan mimik wajah yang menyenangkan dan tanggap terhadap perubahan perilaku siswa baik positif atau negatif menjadikan siswa dalam proses inquiry memiliki perasaan nyaman tanpa ada ketakutan dan tekanan serta paksaan dari diri siswa, sehingga siswa dapat mengasah dan menumbuhkan kompetensi unggulnya dapat secara maksimal, Selain itu, suasana pembelajaran yang diciptakan oleh guru merupakan suasana yang kondusif untuk pembelajaran inquiry. Hal ini sesuai dengan tujuan ajaran Ki Hajar Dewantara (Nugrahaningsih, 2011) dan pembelajaran inquiry menurut Wenning (2005). Metode terbaik untuk mengajarkan nilai kepada siswa adalah dengan memberi teladan (Elmubarok, 2009), guru hendaknya menjadi panutan dan teladan. Konsep dasar pendidikan menurut pemikiran Ki Hadjar Dewantara dengan salah satu prinsipnya adalah “ing ngarsa sung tulada” berarti guru sebagai pemimpin (pendidik) berdiri di depan dan harus mampu 36
ISSN: 2354-869X memberi teladan kepada anak didiknya. Guru harus bisa menjaga tingkah lakunya supaya bisa menjadi teladan (Nugrahaningsih, 2011). Menurut Yudi (2012) asas asah, seorang guru dituntut untuk tekun mengasah kemampuannya dengan tidak pernah berhenti untuk belajar, hal ini jika direfleksikan dalam dunia pendidikan saat ini sangat relevan karena pada dasarnya ketika seorang guru memposisikan dirinya sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran maka guru yang bersangkutan harus sudah memiliki pengetahuan yang lebih dibandingkan dengan pengetahuan siswanya, pengetahuan yang di maksud bukan hanya unsur kognitif saja tetapi termasuk afektif dan psikomotoriknya sehingga pembelajaran yang berorientasi pada student centered learning akan dapat tercapai dan guru dapat memposisikan diri sebagai fasilitator secara maksimal, dengan demikian maka pembentukan karakter siswa akan lebih mudah tercapai, karena di dalam setiap kegiatan pembelajaran siswa dapat mengeksploitasi kemampuan dirinya dalam rangka menunjukkan ekstensi diri (karakter diri). Menurut Mulyasa (2009) pada pendidikan dasar yang meliputi SD dan SMP berdasar standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan non formal yang dikembangkan oleh BNSP dan ditetapkan oleh peraturan menteri. Bahwa sosok manusia Indonesia lulusan memiliki ciri atau profil tumbuh penalaran yang baik dan tumbuh kemampuan komunikasi/sosial, dapat bekerjasama dan dapat berkompetisi, hal ini merupakan dasar untuk menetapkan tujuan pembelajaran yaitu menumbuhkan kompetensi unggul yang terdiri atas keterampilan pemecahan masalah, komunikasi dan kerjasama siswa Keterampilan pemecahan masalah, komunikasi dan kerjasama yang merupakan bagian dari kompetensi unggul memiliki keterkaitan satu sama lain dan saling mempengaruhi satu sama lain. Pumphey & Slater (2002) secara garis besar berpendapat bahwa keterampilan pemecahan masalah merupakan sesuatu yang mendasari keterampilan komunikasi dan kerjasama dalam tim, sedangkan keterampilan kerjasama merupakan gabungan yang saling terpadu antara keterampilan pemecahan masalah dan komunikasi (Crebert et al, 2011). Hasil
Jurnal PPKM I (2016) 30-38 penelitian menunjukan bahwa ketiga komponen kompetensi unggul saling berkaitan baik data dari kelas eksperimen, maupun kelas kontrol, terlihat keterampilan kerjasama siswa dipengaruhi dari keterampilan komunikasi dan pemecahan masalahnya, sedangkan keterampilan pemecahan masalah merupakan dasar dari keterampilan komunikasi dan kerjasama siswa. Berdasar kajian literatur diperoleh bahwa kemampuan Soft skill dan keterampilan komunikasi, kerjasama serta pemecahan termasuk delapan soft skill yang paling dibutuhkan dalam dunia kerja, para pemilik perusahaan lebih mengedepankan kemampuan soft skill calon pegawainya dari pada kemampuan akademiknya (Neilson, 2007; Pumphey & Slater, 2002). Ini menunjukan bahwa penumbuhan soft skill sangat penting bagi siswa demi kelangsungan masa depannya, untuk itu perlu adanya suatu proses penumbuhan soft skill sejak dini, para siswa perlu dibekali kemampuan soft skill sejak pendidikan dasar baik mulai dari SD sampai SMP. Pendidikan dasar merupakan kunci penting dari terbentuknya soft skill siswa yang akan menentukan bagaimana bentuk soft skill yang akan di munculkan siswa ketika dewasa, sehingga guru pada tingkat sekolah dasar selain mengajarkan kemampuan akademiknya namun juga mengajarkan untuk menumbuhkan kemampuan soft skill siswa. Menurut Faizah et al (2013) hasil penelitian tentang pembelajaran fisika untuk menumbuhkan soft skills diajarkan dengan cara tidak langsung, akan tetapi terbentuk melalui proses pembelajaran, dengan melalui proses yang lama harapannya soft skill yang tumbuh dari diri siswa akan semakin baik. 5. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan: 1) model yang dikembangkan dinyatakan valid oleh tiga validator; 2) pengembangan model pembelajaran inquiry terbimbing berbasis pandangan Ki Hadjar Dewantara efektif untuk menumbuhkan kompetensi unggul siswa SMP; 3) Pengembangan model pembelajaran Inquiry terbimbing berbasis pandangan Ki hadjar dewantara berdasar respon siswa dinyatakan praktis digunakan. Dibutuhkan penelitian lanjutan untuk mengetahui sejauh mana kontribusi pengembangan model pembelajaran
ISSN: 2354-869X inquiry terbimbing berbasis pandangan Ki Hadjar Dewantara untuk menumbuhkan kemampuan tingkat tinggi atau karakter yang lain dan perlu dilakukan penelitian pengembangan lanjutan dengan indikator pola asah asih dan asuh lebih terperinci dan detail supaya perlakuan guru pada siswa lebih dapat terkontrol dan teramati. 6. DAFTAR PUSTAKA Andriani, N., I. Husaini, & L. Nurliyah. 2011. Efektifitas Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) pada Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Cahaya di Kelas VIII SMP Negeri 2 Muara Padang. Prosiding Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 22-23 Juni, Bandung. Badan Penelitian & Pengembangan. 2013. Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama (Smp)/ Madrasah Tsanawiyah (Mts). Jakarta : Kemendiknas. Borg, W. R. & M. D. Gall. 1983. Educational Research. New York and London: Longman Inc. Crawford, P., S. Lang, R. Dalton, W. Fink, & L. Fielitz. 2011. Comparative Analysis of Soft Skills : What is important for New graduates. Jurnal What soft skill are employers looking for in new graduates. Michigan State University. Tersedia di www.aplu.org/document.doc?id=3414 [diakses 20/02/2014]. Crebert, G. J. Patrick, V. Cragnolini, C. Smith, K. Worsfold, & F. Webb. 2011. Teamwork Skills Toolkit. Brisbane: Griffith University. Dharma, S. 2008. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Elmubarok, Z. 2009. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Jufri, W. 2013. Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung : Pustaka Reka Cipta. Komalasari, K. 2013. Pembelajaran Kontekstual Konsep & Aplikasi. Bandung: Refika Aditama. Marzuki. 2012. Pengembangan Soft Skill Berbasis Karakter Melalui Pembelajaran Ips Sekolah Dasar. Disampaikan Dalam Seminar Nasional Tentang Pengembangan Soft Skill Berbasis Karakter Melalui
37
Jurnal PPKM I (2016) 30-38 Pembelajaran IPS Sekolah Dasar Di IKIP PGRI Madiun Tanggal 1 April 2012. Muaddab, H. 2011. Pendidikan Karakter: Revitalisasi Pemikiran Ki Hajar Dewantara (Refleksi Hari Pendidikan Nasional). Tersedia di http://edukasi.kompasiana.com/2011/05/02/p endidikan-karakter-revitalisasi-pemikiran-kihajar-dewantara-refleksi-hari-pendidikannasional-360620.html [diakses 20/02/2014]. Mulyasa, E. 2009. Kurikulum yang Disempurnakan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Neilson, J. 2007. The Teaching, Learning and Assessment of Generic Employability Skills. University of Nottingham: South West Regional Skills Partnership. Nugrahaningsih, T. K. 2011. Implementasi Ajaran Ki Hajar Dewantara Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Membangun Karakter Siswa. Prosiding Seminar Nasional Matematika & Pendidikan Matematika dengan tema ”Matematika & Pendidikan karakter dalam Pembelajaran” pada tanggal 3 Desember 2011 di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Nuh, M. 2013. Peran Guru pada Implementasi Kurikulum 2013. 2013. Makalah dipresentasikan pada Sosialisasi Kurikulum 2013, Program Pascasarjana UNNES Semarang, 11 Mei. OECD. 2013. Pisa 2012 Results In Focus. What Students Know And Can Do: Student Performance In Mathematics, Reading And Science. Vol I, pp.5 Tersedia di http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/PISA2012-results-snapshot-Volume-I-ENG.pdf [diakses 30/04/2014].
38
ISSN: 2354-869X Pumphey, J. & J. Slater. 2002. An Assessment of Generic Skills Needs. London : Clapham Common. Renny. 2013. Makalah Literasi Sains. Tersedia di http://rennyse.blogspot.com/2013/09/makala h-literasi-sains.html. [diakses 06/01/2014]. Samho, B. 2013. Visi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Yogyakarta : Kanisius. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Sumardianta, 2013. Pudarnya Kultur AsahAsih-Asuh. Makalah diseminarkan pada Pendidikan Kebudayaan dari Zaman Pergerakan hingga Kini di Serambi Salihara, Komunitas Salihara. Yogyakarta. 07 Mei. Takwin, B. 2013. Konstruktivisme dalam Pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Wangid, M.N. 2009. Sistem Among Pada Masa Kini Kajian Konsep & Praktik Pendidikan. Jurnal Kependidikan. Vol. 39, No. 2, Hal. 129-140. Wardoyo, S. M. 2013. Pembelajaran Berbasis Riset. Jakarta: Akademia Permata. Wenning, C. J. 2005. Minimizing resistance to inquiry-oriented science instruction: The importance of climate setting. Journal Of Physics Teacher Education Online. Vol. 3, No. 2, Hal. 10-15. Wiyanto, Nugroho, & A. Rusilowati. 2011. Pengembangan Kompetensi Unggul Mahasiswa Calon Guru. Laporan Penelitian. Jakarta : PDII-LIPI . Yudi. 2012. Pola Asah, Asih, & Asuh Dalam Pembentukan Karakter Siswa Di Sekolah. Laporan Riset konstitusi. Pemkab Kabupaten Kudus.
Jurnal PPKM I (2016) 39-44
ISSN: 2354-869X
KERANGKA KUALIFIKASI KEILMUAN FISIKA UNSIQ a
Sri Juminia Dosen Prodi Pendidikan Fisika, FITK UNSIQ a Email:
[email protected]
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Riwayat Artikel: Diterima : 2 November 2015 Disetujui : 14 Desember 2015
Profil lulusan Pendidikan Fisika UNSIQ harus diarahkan tidak hanya sekedar menguasai kompetensi ilmu Fisika, akan tetapi harus mampu melakukan kajiankajian dan penelitian-penelitian (intidzar) terhadap kebenaran isi AlQuran. Karena Alqur'an tidak memuat secara detail pelajaran tentang ilmu pengetahuan kecuali hanya memberikan landasan untuk berpikir dan meneliti apa-apa yang ada di alam semesta ini. Sehingga akan didapatkan penjelasan mengenai alam semesta yang merupakan ayat-ayat kauniah yang digelar mengikuti sunnah-sunnah (ketetapan-ketetapan) Allah Swt. Dengan demikian ilmu pengetahuan yang terbentuk selaras dengan keharmonisan alam, karena bertolak dan berlandaskan kebenaran isi AlQuran. Pada akhirnya ilmu Fisika yang dikembangkan tidak hanya sekedar pengembangan ilmu fisika itu sendiri, akan tetapi berkembang untuk kemanfaatan dan kemaslahatan umat. Dengan demikian profil guru fisika UNSIQ yang professional, transformatif, humanis, dan Qurani dapat terwujud dengan baik. Lebih daripada itu kejayaan islam pada abad ketiga belas yang lalu dapat terwujud kembali.
Kata Kunci:
Profil guru fisika, AlQuran, professional, kemaslahatan umat, kejayaan islam
ARTICLE INFO
ABSTRACT
Article History Received : November 2, 2015 Accepted : December 14, 2015
UNSIQ Physical Education graduate profile should be directed not only to master competencies physical sciences, but must be able to conduct studies and research (intidzar) to the truth of the Quran. Because the Koran does not contain a detailed lesson on the science unless only provide a foundation for thinking and researching what is there in this universe. So we will get an explanation of the universe which is the verses kauniah held following the sunnah-sunnah (decrees) of Allah. Thus science is formed in harmony with the natural harmony, because contrary and based on the truth of the Quran. At the end of the physical sciences developed not only the development of physics itself, but thrive for the benefit and the benefit of the people. Thus physics teacher profile UNSIQ professional, transformative, humanist, and Quranic can be realized well. More than the triumph of Islam in the thirteenth century ago can be realized back in.
Key Words :
Physics teacher profiles, the Qur'an, professional, benefit of the people, the glory of Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kependidikan (FITK) UNSIQ bercita-cita untuk mencetak pendidik yang professional, transformatif, humanis, dan qurani. Untuk mewujudkan citacita ini, pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran karakter berbasis al-Qur‟an di UNSIQ sudah semestinya diterapkan. Peran seorang pendidik sangat menentukan dalam pendidikan karakter tersebut. Jika Alquran dijadikan sebagai basis, maka seorang pendidik pun mesti memiliki karakter sebagaimana yang diajarkan Alquran. Karakter pendidik dalam persepsi Al-Quran beriringan dengan istilah pendidik dalam AlQuran yaitu: ulama, ar-rasikhuna fi al-ilm,
ahl dzikr, murabbi, muzakky, ulul albab, mawa’idz, dan mudarris1. Pertama, ulama. Dalam Q. S. Fathir/35: 28, mengisyaratkan bahwa ulama adalah orang yang memiliki ilmu, dengan ilmunya ia “takut” kepada Allah. Ilmu yang dimiliki ulama bisa berupa ilmu agama (tafaqqahu fi al-din) atau ilmu alam (seperti sains). Sedangkan hakikat ilmu itu sendiri samasama berasal dari Allah. Jadi tugas utama seorang ulama adalah mengajarkan ilmu yang menjadikan seseorang takut dan dekat kepada Allah. Pendidik sebagai ulama sejatinya 1
Muhamad Kosim. Karakter Pendidik dalam Perseptif Al-Quran, h. 1.
39
Jurnal PPKM I (2016) 39-44 menguasai ilmu agama dan ilmu secara mendalam, mau mengajarkan ilmunya itu atas panggilan agama; memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan bagi masyarakat; serta mengembangkan ilmunya secara terusmenerus, melakukan peran sebagai pelindung dan pembimbing masyarakat, sebagai motivator dalam pembangunan, melakukan peran sebagai tokoh masyarakat; dan sebagainya. Ulama bukan hanya pendidik saja, tetapi orang umum yang bisa berperan sebagai ulama, maka dia disebut ulama. Kedua, ar-rasikhuna fi al-ilm. Dalam Q. S. Ali Imran/3: 7 bahwa “orang yang mendalam ilmunya sehingga ia tidak hanya dapat memahami ayat-ayat yang jelas dan terang maksudnya (ayat-ayat muhkamat), juga memahami ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian (interpretable). Mereka adalah orang yang memperoleh hidayah dari Allah. Iman mereka kokoh, taat menjalankan ibadah, memiliki kepedulian sosial, serta berakhlakul karimah”. Pendidik semestinya memiliki karakter sebagai ar-rasikhuna fi al’ilm, hampir sama dengan karakter ulama. Bedanya, ulama tidak saja di bidang ilmu pengetahuan, tetapi juga dalam kehidupan sosial. Sementara ar-rasikhuna fi al-’alm lebih terkonsentrasi pada ilmu pengetahuan. Ketiga, Ahl dzikr. Al-Quran yang menjelaskan tentang ini adalah surat AnNahl/16: 43), yaitu orang yang memiliki pengetahuan, menguasai masalah, atau ahli di bidangnya. Sebagai ahl dzikr, karakter pendidik hendaklah sebagai orang yang mengingatkan pada siswa dari perbuatan yang melanggar larangan Allah dan Rasul-Nya. Pendidik senantiasa dan berusaha melakukan yang benar dalam menerapkan kaidah keilmuannya. Keempat, murabbi. Istilah ini sama dengan kata rabb atau tarbiyah, artinya pemelihara, pendidik, atau membuhkembangkan. Allah juga murabbi bagi makhluk-Nya (alFatihah/1:2). Adapun pendidikan Allah terhadap manusia terbagi dua, yaitu: pendidikan kejadian fisiknya serta pendidikan keagamaan dan akhlaknya. al-Murabbi adalah orang yang memelihara, mengajar yang dibimbingnya dan diatur tingkah lakunya. Pendidik sebagai al-Murabbi adalah seseorang yang berusaha menumbuhkan, 40
ISSN: 2354-869X membina, membimbing, mengarahkan segenap potensi peserta didik secara bertahap dan berkelanjutan2. Pendidik harus memiliki kesanggupan dan kecakapan baik jasmani maupuan rohani, sehingga tugasnya bisa terlaksana dengan sebaik-baiknya. Kelima, Muzakki, yaitu orang yang menyucikan. Dengan karakter al-muzakki, diharapkan pendidik bisa berperan sebagai orang yang mampu membentuk manusia yang terhindar dari perbuatan yang keji dan munkar serta menjadi manusia yang berakhlak mulia. Karakter muzakki mengajarkan agar seorang pendidik senantiasa berupaya untuk menyucikan dirinya sehingga ia mudah menyucikan jiwa peserta didiknya. Hal ini telah dijelaskan dalam Q. S. 2: 151. Keenam, ulul albab. Ini dijelaskan dalam Al-Quran surat Ali Imran/3: 190-191. Ulul albab adalah orang yang berzikir dan berpikir. Mereka memiliki pemikiran (mind) luas dan dalam, perasaan (heart) halus dan peka, daya pikir (intellect) tajam dan kuat, pandangan (insight) luas dan dalam, pengertian (understanding) akurat, tepat, dan luas, serta memiliki kebijaksanaan (wisdom) yaitu mampu mendekati kebenaran dengan pertimbangan adil dan terbuka. Ulul Albab adalah orang yang berakal atau orang yang dapat berfikir dengan menggunakan akalnya. Hal-hal yang mereka pikirkan itu amat banyak dan beragam, di antaranya ayat-ayat qauliyah (Alquran) dan ayat-ayat kauniyah (alam semesta). Pendidik harus mampu menganalisa secara mendalam terhadap berbagai masalah tersebut, kemudia ia dapat menarik hikmah atau pelajaran yang mendalam dari berbagai peristiwa. Ketujuh, mawa’izh atau orang yang memberi nasehat (Qs. Asy-Syu‟ara/26: 136). Pendidik sebagai mawa’izh adalah orang yang senantiasa mengingatkan, menasehatkan dan menjaga anak-anak didiknya dari pengaruh yang berbahaya. Nasehat itu berdasarkan kepada ajaran al-Qur‟an dan Hadis untuk melunakkan hati anak-anak didiknya sehingga mereka menjadi manusia yang terpelihara dari dosa-dosa serta mereka menjadi generasi yang shaleh dan berprestasi, humanis, dan qurani.
2
Ibid, h.2
Jurnal PPKM I (2016) 39-44 Kedelapan, mudarris. Karakter ini dijelaskan dalam AlQuran surat al-An‟am/6: 105. Pendidik sebagai mudarris adalah orang yang senantiasa melakukan kegiatan ilmiah seperti membaca, memahami, mempelajari dan mendalami berbagai ajaran yang terdapat di dalam al-Qur‟an dan al-Sunnah. Membiasakn peserta didiknya agar memiliki tradisi ilmiah yang kuat. Kesembilan, mu’allim, yaitu orang yang berilmu. Makna ilmu dalam perspektif Alquran lebih luas dan mendalam dari istilah knowledge, sains, atau logos. Kata ilmu memiliki kaitan dengan alam, amal, dan al‘alim. Ilmu berkembang dengan mengkaji alam. Ilmu itu harus diamalkan, dan ilmu tersebut mesti mendekatkan diri kepada al’Alim, yaitu Allah Yang Maha Memiliki Ilmu. Istilah ini tersirat dalam surat al-Baqarah/2: 151. Pendidik mengajarkan ilmu yang terkait dengan kognisi, psikomotor, dan apeksi. Pendidik bertanggung jawab untuk mengajarkan ilmu untuk diamalkan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kesepuluh, mursyd yang berasal dari kata rasyada, artinya cerdas. Istilah ini terkandung dalam surat an-Nisa‟/4: 6. Cerdas dimaksud tidak saja pada intelektualitasnya, tetapi berhubungan erat dengan spiritualnya. Suatu ketika, Imam Syafi‟i berkata: “saya mengadu kepada Waqi‟ tentang buruknya hafalanku, maka dia mengajarkanku (fa arsyadani) agar meninggalkan maksiat. Dan ia mengabarkan kepadaku bahwa ilmu adalah cahaya (nur), dan cahaya Allah SWT tidak diberikan kepada pelaku maksiat”. Untuk menjadi cerdas, harus bisa meinggalkan maksiat. Pendidik harus cerdas baik dalam hal penguasaan materi, penerapan teknik dan metode, serta menjadi model, teladan atau tokoh identifikasi bagi anak didiknya yang jauh dari perbuatan-perbuatan maksiat. Pendidik tidak hanya sekedar penyampai materi (transfer of knowledge), tetapi yang terpenting adalah melakukan internalisasi nilai (internalitation of values) yang berbasis Alquran. Pendidik dituntut untuk membaca, mengkaji, mengamalkan dan mengajarkan ayat-ayat Alquran sesuai dengan bidang keilmuan yang dimilikinya. Tahta dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Karakter ilmu Alam (sains) sangat erat
ISSN: 2354-869X dengan AlQuran, yaitu inkuiri (penemuan). Dengan model penemuan pesertadidik akan memiliki sikap ilmiah seperti kesepuluh karakter yang sudah tersebut di atas. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan3. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diharapkan dapat menjadi sarana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran semestinya lebih menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah berdasarkan fakta-fakta yang ada. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar4. Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam5. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini diawali oleh temuan di bidang fisika material melalui penemuan piranti mikroelektronika yang mampu memuat banyak informasi dengan ukuran sangat kecil. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam, dan sunah kauniyah-Nya. Manusia sebagai kholifah dimuka bumi, memegang amanat mengelola sumber daya alam dengan sebaik-baiknya, sehinga tidak lepas dari ilmu fisika. Mata pelajaran Fisika merupakan mata pelajaran adaptif, yang bertujuan membekali peserta didik dasar pengetahuan tentang hukum-hukum kealaman yang penguasaannya menjadi dasar sekaligus syarat kemampuan 3
Permendiknas. H. 6 Ibid, h.7 5 Sri Jumini. Pembelajaran Fisika berbasis Descoveri dan Inkuiri, h.3 4
41
Jurnal PPKM I (2016) 39-44 yang berfungsi mengantarkan peserta didik guna mencapai kompetensi program keahliannya. Di samping itu mata pelajaran Fisika mempersiapkan peserta didik agar dapat mengembangkan program keahliannya pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Penguasaan mata pelajaran Fisika memudahkan peserta didik menganalisis proses-proses yang berkaitan dengan dasardasar kinerja peralatan dan piranti yang difungsikan untuk mendukung pembentukan kompetensi program keahlian. Pembelajaran Fisika di UNSIQ harus diarahkan pada penguasaan pengetahuan alam berdasarkan AlQuran dan Assunah. AlQuran sebagai pedoman hidup manusia sepanjang jaman telah dilengkapi dengan berbagai ilmu pengetahuan baik yang terdahulu, sekarang, maupun yang akan datang. Ilmu fisika yang dipelajari harus diselaraskan dengan ayatayat-Nya, baik yang kaunniyah maupun yang kauliyah. Pembelajaran fisika UNSIQ harus bisa mengajak peserta didik untuk menunjukkan kebenaran apa yang disampaikan AlQuran. Sehingga Ilmu Pengetahuan Alam yang dipelajari menyatu dan selaras dengan AlQuran sebagai pedoman hidup manusia di alam semesta ini. AlQuran harus dijadikan dasar dan asas berkembangnya ilmu pengetahuan (sains). Sejarah ilmu pengetahuan didahului oleh penemuan-penemuan para ilmuwan islam yang mencoba menggali isi AlQuran. Para cendekiawan barat mengakui bahwa Jabir ibnu Hayyan ( 721-815) adalah orang pertama yang menggunakan metode ilmiah dalam kegiatan penelitiannya dalam bidang Alkemi yang kemudian oleh ilmuwan barat diambil alih serta dikembangkan menjadi apa yang kita kenal sekarang sebagai ilmu kimia (Al kemi dari bahasa arab) sebab Jabir yang namanya dilatinkan menjadi Geber adalah orang yang pertama yang mendirikan suatu bengkel dan mempergunakan tungku untuk mengolah mineral-mineral dan mengekstraksi dari mineral-mineral zat-zat kimiawi. Muhammad Ibnu Zakaria Ar rozi (865-925) telah menggunakan alat-alat khusus untuk melakukkan proses yang lazim dilakkukan ahli kimia seperti distilasi, kristalisasi, kalsinasi. Namanya dilatinkan menjadi Razes, dianggap sebagai manual atau buku pegangan 42
ISSN: 2354-869X laboratorium kimia pertama di dunia, dan dipergunakan oleh para sarjana barat yang baru berabad-abad kemudian mempelajari sains, yang telah dikembangkan ummat Islam di universitas-univesitas Islam di Todelo dan Kordoba. Ibnu Sina, salah seorang tokoh ilmuwan Islam yang pengaruhnya sangat besar di Eropa karena karya-karyanya dibidang ilmu pengetahuan kealaman, terutama ilmu kedokteran6. Landasan pengetahuan ilmiah para ilmuwan pada saat itu adalah AlQuran. Di dalam Alqur'an banyak diperoleh ayat yang mendorong ummat Islam untuk melakukan intidzar (penelitian) dan menggunakan akal dan pikiran. "Katakanlah (hai Muhammad) perhatikanlah dengan intidzar/dadzar apa-apa yang ada di langit dan di bumi." (QS. Yunus:101). Maka apakah mereka tidak melakukan intidzar dan memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan. Dan langit bagaimana ditinggikan. Dan gunung-gunung bagaimana mereka didirikan. Dan bumi bagaimana dibentangkan, maka berilah peringatan karena engkaulah pemberi peringatan (QS. Al Ghasiyah:17-20). Dia menumbuhkan bagimu, dengan air hujan itu, tanaman zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya yang demikian itu merupakan ayat-ayat Allah (atau tanda kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berfikir (QS. An Nahl: 11). Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan dengan perintah-Nya. Sesungguhnya dalam gejala-gejala itu terdapat ayat-ayat Allah (tanda-tanda kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mempergunakan akal (QS. An Nahl: 12), dan masih banyak lagi ayat-ayat yang mendorong untuk meneliti dan memperhatikan diri maupun alam semesta. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana metodologi penelitian yang digunakan. Sebelum pesawat terbang ditemukan, yang pertama diperhatikan oleh orang adalah bagaimana burung itu bisa terbang, kemudian ia memperhatikan dengan teliti apa saja instrumen yang mendukung untuk bisa terbang kesimbangan bobot dan tenaga untuk 6
Abu Sangkan, Peran AlQuran dan Ilmu Pengetahuan, h.2
Jurnal PPKM I (2016) 39-44 mendorong serta memperhatikan sistem aerodinamisnya, sehingga dengan percobaanpercobaan bertahun-tahun pada akhirnya ditemukan suatu kendaraan yang mirip burung. Alqur'an hanya memberikan kesadaran dan dorongan untuk menggali suatu peristiwa alam atau gejala-gejala sehingga mendapatkan akurasi yang benar, untuk kemudian hasil penelitian itu disebut ilmu pengetahuan7. Alqur'an sangat menjunjung dan mendorong umatnya untuk menjadi peneliti dan memperhatikan gejala-gejala alam semesta, sehingga jika kita lakukan dengan benar maka akan kembali kejayaan islam seperti pada abad ketujuh sampai akhir abad ketigabelas, yang pada waktu itu umat kristen terbelakang oleh karena doktrin yang membunuh kreativitas umat untuk berpikir maju yang pada akhirnya umat memberontak dari sikap gereja yang ortodoks. Kemunduran umat islam sekarang ini diakibatkan karena justru tidak memperhatikan cara berpikir qur'ani. Galileo yang terkenal pada masa 300 tahun yang lampau (1633) telah dihadapkan kemuka majelis Paus, dan dengan ancaman akan disiksa, dipaksa untuk menarik kembali keterangannya yang terkutuk dan menyalahi hukum agama, bahwa bumi berputar mengelilingi matahari. Jika dibandingkan dengan sejarah Islam di Cordova dan Toledo yang berlangsung pada awal abad ketujuh, tentang kemajuan teknologi yang dikembangkan oleh ulama Islam dengan para peneliti Kristen yang baru dimulai pada abad keenambelas yang dipelopori oleh Galileo. Jadi, Alqur'an tidak memuat secara detail pelajaran tentang kimia praktis, fisika praktis, ilmu-ilmu bangunan, desain interior/eksterior, manajemen perusahaan, kecuali hanya memberikan landasan untuk berpikir dan meneliti apa-apa yang dihadapi di muka bumi ini. Sehingga akan didapatkan penjelasan mengenai alam semesta yang merupakan ayat-ayat kauniah yang digelar mengikuti sunnah-sunnah (ketetapan-ketetapan) Allah Swt. Tidaklah mungkin ilmu pengetahuan itu ada, jika tidak melalui berpikir (afala
ISSN: 2354-869X tatafakkarun), menggunakan akal (afala ta'qilun), dan meneliti (afala tandzurun). Telah banyak ilmuwan islam yang berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan, dan menjadi awal perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, namun namanya tenggelam bersama kemunduran umat islam. Ulama Islam yang turut andil dalam menyumbangkan pemikiran-pemikiran modern sebelum bangsa Eropa menjadi manusia beradab: (1) Rhazes (Al Razi) hidup antara tahun 865-925, menurut Dr Max`Meyerhof tidak disangsikan sebagai seorang physician terbesar dalam dunia Islam. Pada waktu mudanya ia sebagai doktor kimia. (2) Ishak Yuda, hidup antara tahun 855-955, ia berasal dari Mesir, bekerja sebagai dokter istana pada pemerintahan Fatimiyah, waktu itu berkuasa di Tunisia. Kitab-kitabnya bayak diterjemahkan dalam bahasa latin, diantaranya adalah : On Fevers (tentang penyakit malaria), On the elements (Anasir), On simple drugs and aliments, On urine. (3) Haly Abbas, wafat tahun 944M, ia mengarang Ensiklopedia atau alkitab Al Maliki dalam bahasa Inggris disalin dengan judul "The Whole Medical Art". (4) Avicenna/Ibnu Sina adalah seorang filosof dan doctor, buku karangannya Al Qanun fi'thibb (Canon of medicine) dalam abad keduabelas. M. Gerald Cremona, menyalin buku Ibnu Sina kedalam bahasa latin. Bukubukunya bukan semata-mata dalam ilmu kedokteran saja, tetapi terbagi-bagi atas beberapa cabang : ilmu agama, metafisika, astronomi dan phylology dan beliau juga seorang pemusik yang handal. (5) Albiruni, hidup tahun 973-1048M, ia seorang doktor penyakit, ahli falakiyah, ahli matematika, ahli obat-obatan, ahli ilmu bumi dan sejarah8. Al Qur'an adalah firman Allah yang di dalamnya terkandung banyak sekali sisi keajaiban yang membuktikan fakta ini. Salah satunya adalah fakta bahwa sejumlah kebenaran ilmiah yang hanya mampu kita ungkap dengan teknologi abad ke-20 ternyata telah dinyatakan Al Qur'an sekitar 1400 tahun lalu. Tetapi, Al Qur'an tentu saja bukanlah kitab ilmu pengetahuan. Namun, dalam sejumlah ayatnya terdapat banyak fakta ilmiah yang dinyatakan secara sangat akurat 8
7
Ibid, h.3
Oemar Amin Hoesin, Kultur Islam, 1964, Jakarta: Bulan Bintang, h.34
43
Jurnal PPKM I (2016) 39-44 dan benar yang baru dapat ditemukan dengan teknologi abad ke-20. Keilmuan fisika UNSIQ harus mampu menunjukkan kebenaran dan kemukjizatan AlQuran mengenai fakta alam semesta. Lebih daripada itu Keilmuan Fisika UNSIQ harus diarahkan untuk bisa mengembalikan kejayaan islam pada abab ketigabelasan yang lalu. Profil lulusan Pendidikan Fisika UNSIQ harus diarahkan tidak hanya sekedar menguasai kompetensi ilmu Fisika, akan tetapi harus mampu melakukan kajian-kajian dan penelitian-penelitian (intidzar) terhadap kebenaran isi AlQuran. Karena
Alqur'an tidak memuat secara detail pelajaran tentang ilmu pengetahuan kecuali hanya memberikan landasan untuk berpikir dan meneliti apa-apa yang ada di alam semesta ini. Sehingga akan didapatkan penjelasan mengenai alam semesta yang merupakan ayat-ayat kauniah yang digelar mengikuti sunnah-sunnah (ketetapan-ketetapan) Allah Swt. Dengan demikian ilmu pengetahuan yang terbentuk selaras dengan keharmonisan alam, karena bertolak dan berlandaskan kebenaran isi AlQuran. Pada akhirnya ilmu Fisika yang dikembangkan tidak hanya sekedar mengembangkan ilmu fisika itu sendiri, akan tetapi berkembang untuk kemanfaatan dan kemaslahatan umat. Profil guru fisika UNSIQ yang professional, transformatif, humanis, dan Qurani menuntut mahasiswa untuk benar-benar menguasai kompetensi keilmuannya (professional) baik
44
ISSN: 2354-869X secara kefisikanannya maupun secara AlQurannya, bisa mentransformasikan dengan baik sejalan dan berlandaskan nilai-nilai AlQuran, bisa bergaul dengan baik dan diterima disemua kalangan, serta memiliki pribadi dan karakter Qurani. Hal ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, agar cita-cita dan profil mahasiswa yang diharapkan terwujud dengan baik. Dengan demikian kejayaan islam yang penah diraih pada abad tiga belas yang lalu dapat diwujudkan kembali. Amin. Wallahu alam bi showab… DAFTAR PUSTAKA Abu Sungkan. 2003. Kultur Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Kementrian Pendidikan Nasional. Jakarta: Dikmenum. Jamal Abdurrahman. 2010. Cara Rosulullah SAW Mendidik Anak. Kediri: Adhar Risalah. Muhammad Kosim. 2011. Karakter Pendidik dalam AlQuran. http://enewsletterdisdik.wordpress.com. Di akses tanggal 1 Agustus 2012. Sri Jumini. 2012. Pembelajaran Inquiri dan diskoveri. Tesis. Tidak dipublikasikan. Yusuf al Hajj Ahmad. Mausuah al-I‟jaz al-„ilmyy fi AlQuran al-Karim wa as-Sunnah alMutahharah. 2009. Jakarta: P.T. Kharisma Ilmu
Jurnal PPKM I (2016) 45-48
ISSN: 2354-869X
GEOMETRI PAHAT BUBUT HSS PADA PROSES MEMBUBUT MUKA POROS BAJA KARBON RENDAH DARI HASIL PEMOTONGAN MENGGUNAKAN LAS OXY-ACETYLEN a
Roni Suhartonoa Program Studi Teknik Mesin Universitas Sains Al Quran (UNSIQ) Wonosobo a E-mail:
[email protected]
INFO ARTIKEL Riwayat Artikel: Diterima Disetujui
: 7 November 2015 : 17 Desember 2015
Kata Kunci: Geometri Pahat Bubut, Pembubutan Muka, Baja Karbon Rendah, Las Oxyacetylen
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah menjadikan tolak ukur proses pembubutan poros. Pemotongan poros tersebut menggunakan las Oxy-acetylen sebelum masuk pada proses pembubutan. Pembahasan utama dari penelitian ini adalah penggunaan geometri yang sesuai, sehingga pahat tidak menjadi tumpul saat digunakan untuk menyayat poros yang mengalami perubahan struktur dikarenakan sebelumya terdapat proses pengelasan pada bagian luarnya. Hal ini dilakukan dengan menggunanakan penggabungan dari beberapa pendekatan, yaitu pendekatan teori, ekperimental dan dikomparasikan dengan literatur. Pengujian yang dilakukan menggunakan baja karbon rendah dengan jenis St 37 berdiameter 20 mm dengan modifikasi geometri pahat membentuk radius 3 mm dan 5 mm
ARTICLE INFO Article History Received Accepted
: November 7, 2015 : December 17, 2015
Key Words : Geometry Sculpture Lathe, turning Face, Low Carbon Steel, Las Oxy-Acetylene
ABSTRACT The purpose of this study is to make a benchmark process of turning the shaft. Cutting the shaft using Oxy-Acetylene welding before entering the lathing process. The main discussion of this study is the use of appropriate geometry, so it does not become blunt chisel when used to cut the shaft that undergo structural changes due to earlier there are welding process on the outside. This is done by menggunanakan merger of several approaches, namely theoretical, experimental and dikomparasikan literature. Tests were performed using low carbon steel with a kind of St 37 20 mm diameter with a chisel geometry modification forming a radius of 3 mm and 5 mm
1. PENDAHULUAN Proses bubut dan geometri pahat Pembubutan merupakan penyayatan ukuran bagian permukaan suatu benda, sehingga ukuran setelah dibubut akan mengalami pengurangan. Hasil dari proses pembubutan selalu berbentuk silindris walaupun benda yang akan disayat tidak berbentuk silindris, misal berbentuk persegi atau limas. Ada beberapa prosedur yang harus dilalui dalam proses pembubutan, garis besarnya adalah kesiapan operator, kesiapan mesin, adanya job dan sistem K3 yang memadai. Hal yang sangat penting dalam proses pembubutan adalah pemilihan pahat bubut bubut yang sesuai dengan job yang akan dikerjakan. Pahat bubut yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan pahat bubut rata kiri. Pahat bubut tersebut dapat
digunakan untuk membubut muka/facing dan rata bertingkat. c a b
Gambar 1. Proses Facing Keterangan gambar: a. Benda kerja b. Pahat rata c. Tanda panah: arah pergerakan benda kerja berputar dan pahat menyayat kedepan Pahat bubut yang digunakan berbahan HSS (high speed steel) karena lebih tepat untuk menyayat benda yang berbahan jenis baja karbon rendah seperti St 37, dan selain itu 45
Jurnal PPKM I (2016) 45-48 pahat ini paling banyak digunakan di masyarakat umum. Pahat HSS merupakan paduan logam tungsten, chromium, karbon, molibdenum, dan vanadium dan ada juga yang ditambah dengan cobalt. Kekerasan permukaan HSS ditingkatkan dengan melakukan pelapisan tunsten karbida dan titanium karbida
Gambar 2. Sudut pahat Terdapat tiga sudut utama pada pahat rata kiri, yaitu sudut bebas dengan kemiringan 12°-15°, sudut tatal 12°-15° dan sudut bebas muka 10°-13°. Selain material pahat pada HSS yang digunakan untuk menyayat, ada hal yang berpengaruh pula pada geometri pahat. Ada perubahan bentuk pada pahat yang harus digunakan agar dapat menyayat benda yang mengalami perubahan struktur pada bagian permukaan, karena proses pengelasan. Modifikasi geometri yang digunakan pada penelitian ini adalah pada sudut pertemuan dari tiga sudut yang ada. Modifikasi pertama diberi radius 3 mm dan yang kedua diberi radius 5 mm. Perbedaan radius ini digunanakan untuk membedakan hasil dari pembubutan.
Gambar 3. Modifikasi pahat bubut rata Untuk menentukan proses penyayatan perlu ditentukan pula perencanaan perhitungan kecepatan putaran benda kerja 46
ISSN: 2354-869X atau putaran mesin. Penentuan tersebut dapat menggunakan rumus: 𝑉𝑐. 1000 𝑛= 𝜋. 𝑑 Dimana; n = putaran mesin (rpm) Vc = kecepatan potong/ cutting speed (m/min) d = diameter benda (mm) Pembubutan juga perlu memperhatikan kecepatan makan pada setiap proses penyayatan dengan rumus sebagai berikut: 𝑣𝑓 = 𝑓. 𝑛𝑝 Dimana: vf = kecepatan makan (mm/min) f = gerak makan (mm/langkah) np = jumlah langkah permenit (langkah/min) Las Oxy-acetylen Las oxy-acetylen lebih dikenal dimasyarakat dengan las karbid. Las oxyacetylen juga disebut las asetelin, dimana las tersebut merupakan jenis las manual, permukaan yang akan disambung mengalami pemanasan hingga mencair oleh nyala (flame) gas asetelin. Gas asetelin merupakan merupakan gabungan dari C2H2 dengan O2, dengan atau tanpa logam pengisi, dimana proses penyambungan tanpa penekanan. Las asetelin dapat digunakan untuk memotong benda berbahan logam seperti plat maupun poros. Pada penelitian ini besi karbon rendah (St 37) akan dipotong menggunakan panas yang dihasilkan dari pembakaran reaksi kimia berupa gas. Proses pemotongan logam dengan cara memanaskan logam sampai titik lumer (cair) kemudian ditekan menggunakan semburan gas, sehingga logam tersebut akan mencair dan akhirnya akan terpotong. Ada beberapa keuntungan dan kerugian menggunakan las asetelin untuk memotong logam. Keutungannnya adalah proses pemotongan cepat dan dapat dibentuk sesuai dengan keinginan. Kekurangan dari las asetelin adalah hasil atau bekas pemotongan akan terjadi perubahan struktur yang mengakibatkan perubahan sifat logam menjadi lebih keras pada bagian permukaan dan hasilnya tidak rata, sehingga akan menyebabkan beban kejut yang terjadi jika disayat menggunakan mesin bubut.
Jurnal PPKM I (2016) 45-48 Baja Karbon Rendah Baja karbon rendah (low carbon steel) merupakan suatu baja yang mengandung karbon antara 0,025%-0,25% karbon. Baja karbon rendah dapat digunakan sebagai baja plat setrip, konstruksi jembatan, konstruksi bangunan dan lain sebagainya. Setiap tingkat kadar karbon akan mempengaruhi fungsi dari logam tersebut. Penelitian ini menggunakan baja karbon rendan dengan tipe St 37 yang mempunyai kekuatan tarik maksimum ≤ 37 kg/mm2 . baja St 37 merupakan baja karbon rendah yang memunyai kandungan karbon kurang dari 0,25%. Baja ini mempunyai sifat relatif lunak, lemah, ulet, mampu mesin dan harganya relatif murah. Di pasaran jenis logam ini sangat banyak ditemui 2. METODE PENELITIAN Metode peneletian dilakukan menggunakan metode eksperimen. Metode tersebut dilakukan dengan melakukan pengamatan untuk mencari data proses eksperimen dari geometri yang dibentuk terhadap hasil pembubutan muka. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian tersebut: Parameter Pemotongan Tabel 1. Parameter pemotongan Parameter Pahat R3 Pahat R5 a. Cutting 20 m/min 15 m/min speed b. Putaran 300 rpm 190 rpm mesin c. Gerak 0,05 0,05 makan/ mm/put mm/put feeding d. Depth of cut 0,25 mm 0,25 mm e. Pendingin/ Soluble oil Soluble oil coolant f. Spesifikasi GHBGHBmesin bubut 1340G 1340G daya 3hp daya 3hp Bahan benda kerja Bahan menggunakan jenis logam dengan baja karbon rendah tipe St 37 yang pada umumnya ada pada pasaran. Proses pemotongan menggunakan las asetelin, sehingga bagian permukaan terdapat
ISSN: 2354-869X pemotongan kasar yang selanjutnya akan disayat menggunakan mesin bubut. Dimensi Benda Kerja a. Sebelum pemotongan
b.
Gambar 3. Kondisi benda sebelum penyayatan Keterangan: Gambar di atas merupakan kondisi benda sebelum melakukan penyayatan atau setelah proses pemotongan menggunakan las asetelin. Spesifikasi benda Ø20x25 mm sebelum dilakukan penyayatan menggunakan mesin bubut. Sesudah pemotongan
Gambar 4. Kondisi benda setelah penyayatan Keterangan: Gambar di atas merupakan kondisi benda setelah penyayatan menggunakan mesin bubut, sehingga dimensi permukaan (pembubutan facing) benda berubah menjadi Ø20x23 mm. 3. Hasil dan Pembahasan Dari penelitian dihasilkan data sebagai berikut: Tabel 2. Tabel hasil pengujian No
D (mm)
R (mm)
Vc n (m/min) (rpm)
Hasil
1 2 3
20 Normal 20 300 Gagal 20 3 20 300 Berhasil 20 5 15 190 Berhasil Dari tabel hasil pengujian diatas, dapat ditarik suatu pembahasan sebagai berikut: a. Pengujian menggunakan pahat kiri normal Pahat yang digunakan adalah pahat dengan jenis radius normal, dihasilkan 47
Jurnal PPKM I (2016) 45-48 data bahwa pahat hanya dapat menyayat beberapa kali sayatan dan selanjutnya pahat menjadi tumpul. percobaan ini dilakukan berulang-ulang tetapi hasilnya sama, yaitu pahat lekas tumpul. Hal ini dikarenakan adanya beban kejut yang terjadi pada benda saat proses pemotongan las dan perubahan struktur yang lebih keras pada permukaan. b. Pengujian menggunakan pahat kiri radius 3 mm Pahat yang digunakan adalah pahat yang mempunyai radius 3 mm. Hasil percobaan didapatkan benda dapat tersayat dengan baik walaupun terjadi beban kejut yang mengenai pahat bubut. Karena kecepatan potong yang tinggi dan radiusnya mencapai 3 mm pahat juga tumpul jika digunakan berulang-ulang. Jika kecepatan potong lebih direndahkan, laju keusan pahat dapat diturunkan. c. Pengujian menggunakan pahat kiri radius 5 mm Pengujian ini disesuaikan dengan pengujian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu laju kecepatan potong lebih diturunkan dan radius lebih dibesarkan menjadi 5 mm. Dihasilkan penyayatan yang baik dan pahat bubut tidak mudah tumpul walaupun terdapat beban kejut yang terjadi. 4. KESIMPULAN Dari pengujian yang dilakukan maka didapatkan hasil bahwa pahat rata kiri yang
48
ISSN: 2354-869X digunakan untuk menyayat muka suatu logam hasil bekas pemotongan menggunakan las oxy-acetylen, jika radius diperbesar maka kekuatan pahat untuk menyayat benda menjadi semakin kuat walaupun benda kerja membuat adanya beban kejut yang mengenai pahat, akan tetapi laju kecepatan potong harus lebih direndahkan atau dilambatkan. 5. UCAPAN TERIMAKASIH Di ucapkan terima kasih kepada pihak kampus UNSIQ Fastikom, khususnya untuk jurusan teknik mesin dan semua teman, sahabat yang membantu dalam proses penelitian ini. 6. DAFTAR PUSTAKA Heinz Tschatsch, 2008, Applied Machining Technology, Springer, New York. Helmi A. Youssef & Hassan El-Hofy, 2008, Machining Technology Machine Tools and Operations, CRC Press, New York. H.N. Gupta, R. C. Gupta & Arun Mittal, 2009, Manufacturing Processes, second edition, New Age International (P) Limited Publishers, New Delhi. Thomas Childs, Katsuhiro, dkk, 2000, Metal Machining Theory and Applications, Arnold, London. Tim Fakultas Teknik, (2004), Mempergunakan Mesin Bubut (Komplek), Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Jurnal PPKM I (2016) 49-55
ISSN: 2354-869X
PERBEDAAN REAKSI ANAK DAN REMAJA PASCA BENCANA a
Ika Purnamasaria Dosen Prodi D III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sains Al Qur’an Wonosobo a Emal:
[email protected]
INFO ARTIKEL Riwayat Artikel: Diterima : 10 November 2015 Disetujui : 19 Desember 2015 Kata Kunci:
Reaksi, Anak, Pasca Bencana
Remaja,
ABSTRAK Artikel ini membahas tentang perbedaan reaksi anak dan remaja paska bencana. Hal ini signifikan karena bencana merupakan kejadian yang sulit untuk diprediksikan dan korban bencana ini tidak pandang bulu baik usia, besar kecil maupun karakteristik lainnya. Dalam penanganan bencana, tidak jarang anakanak dan remaja menjadi korban. Reaksi merekapun bervariasi bergantung pada tingkat usia perkembangan dan juga berat ringannya bencana yang terjadi. Oleh karena itu, perawat sebagai salah satu provider pelayanan terhadap anak diharapkan mampu mengenali reaksi-reaksi anak post bencana sesuai dengan usia perkembangannya, sehingga intervensi keperawatan yang diberikan sesuai dengan permasalahan yang terjadi termasuk penggunaan strategi-strategi tertentu dalam menghadapi anak sebagai korban bencana.
ARTICLE INFO
ABSTRACT
Article History Received : November 10, 2015 Accepted : December 19, 2015
This article discusses the differences in the reaction of children and adolescents after the disaster. This is significant because the disaster is an event that is difficult to predict and the disaster victims indiscriminately neither age, small or large other characteristics. In a disaster, it is not uncommon children and adolescents become victims. The reaction they also vary depending on the age level of development and also the severity of the disaster. Therefore, the nurse as one of the child care provider should be able to recognize the reactions of children ageappropriate post-disaster development, so that nursing interventions provided in accordance with the issues raised, including the use of specific strategies in dealing with child victims of disaster.
Key Words :
Reaction, Children, Youth, Post-Disaster
1. PENDAHULUAN Literatur atau sumber pustaka tentang bencana menunjukkan bahwa reaksi anak dan remaja akibat bencana alam (seperti gempa bumi, banjir atau gunung meletus) dan bencana akibat ulah tangan manusia (seperti kecelakaan dan perang) tergantung tingkat perkembangan mereka masing-masing. Reaksi anak-anak ini sering memperlihatkan sebagai masalah psikologis yang luas. Anak usia pra sekolah menunjukkan masalah psikologis yang rendah jika dibandingkan dengan anak yang lebih tua dan remaja, tetapi mereka memiliki insiden trauma yang lebih tinggi seperti ketakutan dan masalah perilaku (seperti ketergantungan dan tidak mampu mandiri). Respon anak usia sekolah termasuk gangguan makan dan tidur, depresi, kecemasan dan pandangan pesimis tentang masa depan. Masalah-masalah ini dikenal
dengan PTSD (Post Traumatic Stress Disorder). Meskipun banyak korban bencana usia anak dan remaja memperlihatkan beberapa jenis reaksi pasca bencana, penelitian klinis menunjukkan bahwa gejala-gejala tergantung pada usia. Memang penelitian menunjukan bahwa usia adalah faktor kunci pemahaman anak terhadap bencana. Usia sebagai indeks ketrampilan perkembangan, merefleksikan perbedaan kemampuan anak untuk memahami apa sebenarnya bencana atau kejadian yang dapat menyebabkan trauma dan keterlibatan mereka dalam kejadian tersebut (Vogel & Venberg, 1993). Berikut ini gambaran reaski paska bencana pada anak usia pra sekolah, anak usia sekolah dan anak remaja berdasarkan studi empiris.
49
Jurnal PPKM I (2016) 49-55 2. REAKSI PASKA BENCANA ANAK USIA PRA SEKOLAH Anak-anak usia pra sekolah adalah kelompok anak yang berusia 4-6 tahun (Wong, 2008). Temuan penelitian memberikan kesan bahwa anak usia pra sekolah menunjukkan distress psikologis dan masalah kognitif yang rendah jika dibandingkan pada anak yang lebih tua. Bagimanapun juga mereka cenderung untuk memperllihatkan insiden yang tinggi terhadap ketakutan umum dan spesifik, kehilangan kemampuan bahasa, masalah perilaku (tempertantrum, agresif), ketergantungan, kecemasan akibat perpisahan, iritabel, mimpi buruk, dan perilaku regresi spesifik (seperti memasukan ibu jari kemulut, dan ngompol) (Dogan-Ates, 2010). Penelitian lain mengindikasikan adanya tingkat yang tinggi dari trauma spesifik dan ketakutan umum diantara anak usia pra sekolah mengikuti kejadian traumatik. Sebagai contoh, setelah gempa bumi Loma pretha tahun 1989, anak-anak menunjukkan ketakutan terhadap suara yang tiba-tiba misalnya suara truk yang melintas disekitar rumah mereka (Ponton & Bryan, 1991). Anak usia pra sekolah yang terpapar badai tornado illinois menunjukkan 88% takut terhadap angin ribut, 67% takut sendirian dan 56% takut kegelapan dan kecelakaan (Seroka et.al.,1986) Saylor, Swonson dan Powell (1992) mengadakan satu penelitian yang lebih detail dan sistematik dimana dilakukan investigasi reaksi paska bencana pada anak usia pra sekolah. 8 minggu setelah angin topan di South Carolina, 238 keluarga dilakukan survey dan memberikan informasi tentang 278 anak. Menurut laporan orang tua beberapa anak mempunyai ketakutan yang tidak biasanya (ketakutan sedang terhadap angin ribut dan air) sejak angin topan terjadi. Beberapa anak menolak untuk mandi karena takut terhadap air. Lebih banyak penggambaran angin topan hugo tampak pada permainan dan pembicaraan adalah reaksi umum diantara anak. Salah satu orang tua dari anak perempuan usia 2,5 tahun mengatakan bahwa anaknya percaya bahwa ‘hugo’ adalah orang yang asli yang sangat buruk dan merusak segala sesuatu dan kemudian mati. 50
ISSN: 2354-869X Untuk mengkaji efek jangka panjang dari bencana angin topan, orang tua dari 161 anak usia sekolah dievaluasi ulang 14 bulan setelah bencana angin topan. Pada penelitian ini melibatkan kelompok kontrol yang terdiri atas 170 anak dari Boston dan Utah yang juga menjadi korban bencana alam. Temuan mengindikasikan bahwa 9 % anak melanjutkan perminan angin topan, sementara 14% menunjukkan ketakutan terhadap angin atau teringat kembali tentang angin topan. Selanjutnya anak yang selamat dari angin topan menunjukkan masalah perilaku yang lebih besar dibanding anak yang selamat dari bencana alam pada kelompok kontrol. Perilaku anak tidak bisa mandiri dan kesulitan berpisah dilaporkan oleh hampir 70% oranng tua setelah gempa bumi Loma Prietha. Gangguan tidur dan mimpi buruk (seperti monster dan tukang sihir) adalah reaksi umum lainnya dari anak usia pra sekolah. (Proctor, 1990). Sebagai tambahan, disebutkan pula bahwa anak usia pra sekolah masih mempunyai strategi koping yang terbatas dan reaksi mereka masih dipengaruhi atau terpengaruh oleh reaksi dari orang tua dan anggota keluarga yang lain. Secara garis besar, temuan pada anak usia pra sekolah yang terpapar bencana alam mengindikasikan peningkatan trauma spesifik dan reaksi ketakutan umum, perilaku regresi perkembangan, dan merefleksikan pengalaman bencana dalam permainan mereka. Sebagai contoh saat ada kelompok kontrol, bukti menunjukkan masalah perilaku lebih besar seperti tempertantrum dan merengek pada anak yang terpapar bencana. 3. REAKSI PASKA BENCANA ANAK USIA SEKOLAH Penelitian terkait bencana yang dilakukan pada anak usia sekolah secara empiris ditemukan lebih banyak dibanding penelitian pada kelompok usia lainnya. Secara umum hasil telah menyatakan bahwa anak usia sekolah menunjukkan distres psikologis yang lebih menyeluruh dan gejala stres paska trauma daripada anak usia pra sekolah akan tetapi lebih rendah jika dibandingkan pada kelompok remaja. Banyak referensi yang memfokuskan pada vraiasi reaksi paska bencana pada anak usia
Jurnal PPKM I (2016) 49-55 sekolah. Contohnya Dollinger dkk (1984) mewawancarai 29 anak usia 10-12 tahun dan ibunya setelah bencana sambaran petir. Hasil menunjukkan baik orang tua maupun anaknya melaporkan tingkat ketakutan yang lebih tinggi dibanding pada kelompok yang tidak terpapar. Anak-anak melaporkan ketakutan terhadap anagin, suara bintang, kematian, jarak yang tidak berdekatan, berpisah dari orang tua. Penelitian lanjutan Dollinger (1986) menemikan gangguan tidur pada anak (kesulitan untuk pergi tidur dan tidur dengan baik), mengeluhkan keluhan somatik (seperti nyeri otot, diare) mempunyai hubungan signifikan terhadap ketakutan mereka akan angin dan kematian. Lebih lanjut Galante & Foa melakukan survey terhadap 300 anak sekolah (SD) 6 bulan setelah gempa bumi, mereka melaporkan variasi ketakutan yang riil dan fantasi dan mereka merasa takut lagi pada saat ulang tahun kejadian. Anak usia sekolah juga menunjukkan kemunduran dalam sekolah, setelah kejadian bencana. Secara khusus masalah paska bencana dan diskontinuitas kondisi kehidupan menyebabkan maslah-masalah sekolah. Anak tidak tertarik dengan aktifitas sekolah dan masalah somatik seperti sakit kepala mempengaruhi kehadiran sekolah (Gurwitch, 2004). Contohnya Mc.Farlan dkk (1987) menemukan bahwa anak korban bencana mengalami penurunan penampilan dan tingkat jehadiran di sekolah. Lebih lanjut Taylor (1994) menganalisis fungsi akademik anak sebelum dan sesudah bencana, 3 bulan setelah angin topan, anak—anak yang mempunyai gejala paska bencana lebih besar menunjukkan prestasi akademik yang menurun dibanding anak dengan gejala paska bencana yang lebih sedikit atau ringan. Gejala PTSD lebih umum dilaporkan oleh anak usia sekolah. Pynoos dkk (1987) melakukan penelitian tentang akibat serangan penembakan menjadi salah satu cara untuk menguji gejala PTSD. Pada tahun 1984 telah terjadi serangan penembakan terbuka pada taman bermain di sekolah dasar di South Central Los Angeles. Selama serangan 1 anak terbunuh dan 13 lainnya terluka. Satu bulan setelah kejadian mereka mewawancarai 159 anak dengan usia 5 -13 tahun dengan variasi tingkat paparan kekerasan. Temuan
ISSN: 2354-869X keseluruhan menunjukkan bahwa 38% anak mempunyai gejala PTSD menengah dan berat, 22% melaporkan gejala menengah dan 40% melaporkan tidak ada gejala. Kenyataannya 77% anak di taman bermain melaporkan tingkat gejala PTSD yang menengah sampai ke berat dibandingkan saat mereka di dalam gedung sekolah (67%) atau di rumah (26%). Tindak lanjut berikutnya setelah 14 bulan Pynoos dkk mewawancarai 159 anak dan mengalami penurunan gejala PTSD akan tetapi pada anak yang di taman bermain, 74% dari mereka (19 anak) terus melaporkan tingkat gejala PTSD menengah sampai ke berat. Penelitian lain terhadap tingkat PTSD yang dilakukan pada anak usia sekolah secara umum menunjukkan setiap kali ada bencana selalu diikuti oleh kejadian PTSD pada anak. Minimal PTSD yang terjadi sebagai ikutan dari bencana terjadi pada tingkat menengah sampai dengan ke tingkat yang berat. PTSD selalu terjadi pada anak setiapkali kejadian bencana. Secara keseluruhan, anak sekolah yang selamat dari bencana memperlihatkan ketakutan pada tingkat yang tinggi, gejala somatik yang luas, masalah kognitif, perilakku dan masalah sosial. Masalah kognitif meliputi kurang konsentrasi, permasalahan membaca dan pemahaman dan menurunnya performance di sekolah. Masalah terkait perilaku diantaranya seperti perilaku menolak datang ke sekolah dan ketidakmampuan konsentrasi. Perilaku anak menjadi tidak konsisten seperti mudah marah, tidak sopan dan secara emosional menjadi sensitif. Oleh karena itu, teman sebayanya mungkin menjadi menderita karena perilaku ini. Mereka juga mungkin mengalamikehilangan support sosial seperti teman. Penelitian juga mengindikasikan bahwa perbandingan anak usia pra sekolah dengan anak usia sekolah erhadap tingkat gejala PTSD dan mempunyai pemahaman yang lebih tinggi pada ank usia sekolah terhadap pengalaman yang traumatik 4. REAKSI PASKA BENCANA ANAK REMAJA Penelitian pada kelompok umur remaja jarang dilakukan kaitannya dengan respon 51
Jurnal PPKM I (2016) 49-55 mereka terhadap bencana. Kelompok remaja dipertimbangkan sebagai kelompok yang seperti dewasa dari pada respon seperti anakanak, karena mereka dipertimbangkan memiliki penilaian yang lebih canggih terhadap bencana dan efeknya terhadap mereka. Untuk itu mereka lebih memahami arti dari trauma (Phynoos, 1985) Perbedaan remaja dengan anak yang lebih muda adalah remaja menunjukkan perspektif masa depan, harapan negatif dan perubahan sikap tentang tujuan karir dan pernikahan. Pada kenyataannya sebagian remaja tidak merencanakan jauh ke depan sejak mereka kehilangan kepercayaan pada pernecanaan jangka panjang. When Terr (1983) mengkaji ulang korban penculikan di bis sekolah Chowcilla 4 tahun setelah kejadian, para remaja melaporkan mereka menjadi pesimis terhadap masa depannya, contohnya terhadap pernikahan. Lebih lanjut korban remaja pada gempa bumi Marmara menunjukkan angka yang lebih besar terhadap kekhawatiran masa depannya dibanding dengan kelompok kontrol. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa remaja juga mengalami depresi dan kecemasan paska bencana. Pada penelitian yang lebih luas, menemukan bahwa remaja usia 12 – 15 tahun menunjukkan gejala depresi yang lebih berat daripada kelompok umur yang lebih muda (2-7 tahun dan 8 -11 tahun). Lebih spesifik, secara keseluruhan 39% remaja menampilkan gejala yang mendukung terhadap depresi menengah dan berat dibanding 32% pada anak usia sekolah dan 14 % pada anak usia pra sekolah. Penelitian Goenjian dkk (1995), mendukung temuan ini dimana tingginya tingkat depresi terjadi diantara korban yang selamat dari gempa bumi 1,5 tahun setelah gempa Armenian. Penelitian Eksi dkk (2007) juga menemukan hal yang sama dimana remaja mengalami depresi paska bencana gempa Marmara di Turkey. Korban remaja putri menunjukkan tingkat depresi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan remaja putra (kelompok kontrol). PTSD diperhitungkan sebagai tipe respon paska bencana yang penting diantara remaja dan telah diujikan dalam banyak penelitian tentang bencana. Temuan penelitian 52
ISSN: 2354-869X menunjukkan anak remaja yang lokasinya dekat denngan pusat gempa mempunyai tingkat PTSD yang lebih tinggi. Penelitian lanjutan oleh Goenjian dkk (1996) melakukan investigasi pada 3 kelompok, yaitu kelompok 1 adalah kelompok remaja yang terpaparnya tinggi dan kembali lagi ke lokasi sebelumnya, kelompok 2 adalah kelompok yang terpaparnya tinggi tapi kemudian direlokasi dan kelompok 3 adalah kelompok kontrol. Hasilnya adalah tingkat PTSD yang lebih tinggi baik pada kelompok 1 dan 2 dibanding kelompok kontrol. Tidak ada perbedaan kelompok 1 dan 2. Remaja mungkin juga melakukan tindakan konfrontasi dan kurang kasih sayang dan juga perilaku antisosial, seperti membolos dari sekolah, penggunaan obat dan alkohol, aktivitas seksual yang prematur sebagai bentuk dari perilaku trauma (Gaffney,2006). Terlibatnya remaja pada perilaku yang berisiko seperti ini, dapat mengancam kehidupan dan merugikan kehidupan sosial remaja, pendidikan dan hubungan interpersonal. Oleh karena itu, gangguan pada hubungan teman sebaya atau penolakan teman sebaya merupakan faktor risiko yang sangat penting untuk penyesuaian remaja selama periode bencana. Terputusnya hubungan dengan teman sebaya dapat mencetuskan remaja untuk tidak mau melakukan aktifitas sehari-hari dan memilih untuk berdiam diri di rumah. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat relokasi paska bencana. Secara keseluruhan, remaja memiliki kemampuan yang lebih dalam menghadapibencana dibandingkan kelompok umur yang lebih muda. Walaupun demikian, remaja mungkin mengalami gangguan emosi karena kehilangan komunitasnya, teman, karena relokasi. Hal-hal tersebut dapat berkontribusi terhadap perkembangan mereka. Tabel 1 Reaksi Spesifik terhadap Bencana atau Kejadian traumatik berdasarkan usia Usia Reaksi Usia 1. Somatik (Somatic) Gangguan tidur (terbangun Pra dari mimpi buruk, night terror, Sekolah tidur sambil berjalan, menolak (2-5 tidur sendirian), masalah tahun)
Jurnal PPKM I (2016) 49-55 makan dan pusing. 2. Kognitif (Cognitive) Penjelasan magic terhadap suatu kejadian, mengulangulang cerita tentang kejadian, ingatan yang tidak menyenangkan tentang trauma, ketakutan yang menetap 3. Emosional (Emotional) Menangis, kesulitan mengidentifikasi perasaan, emosi dan marah, ketergantungan yang berlebihan, iritabel (mudah marah), sedih, kecemasan karena perpisahan (separation anxiety), kecemasan dengan orang asing (stranger anxiety), trauma dan ketakutan umum. 4. Perilaku (Behavioral) Perilaku khawatir atau gelisah (seperti menggigit kuku), permainan post traumatik, perilaku regresif (ngompol, dan mengulum ibu jari), tempertantrum dan hiperaktif. 1. Somatik (Somatic) Kehilangan energi, keluhan fisik (sakit kepala, sakit perut), gangguan tidur 2. Kognitif (Cognitive) Percaya terhadap kekuatan supernatural, distorsi tentang penyebab bencana, gangguan terhadap gambaran yang tidak diinginkan, suara, bau dan memori, kurang konsentrasi, Usia performance dan level yang Sekolah turun, kesedihan saat (6-11 mengenang ulang tahun tahun) peristiwa. 3. Emosional (Emotional) Marah, menolak,ekspresi kesalahan setelah aktivitas, kurang bantuan, kurang tertarik dengan aktifitas yang menyenangkan, moodiness, sedih, menyalahkan diri sendiri, mudah menangis, trauma, takut dan khawatir
ISSN: 2354-869X 4. Perilaku (Behavioral) Respon mengejutkan, perilaku agresif (fighting), hiperaktif, hypervigilance, masalah dengan teman sebaya, mengulang cerita tentang trauma, permainan yang berhubungan dengan trauma, penolakan sosial dan emosional. 1. Somatik (Somatic) Gangguan makan, kehilangan energi, keluhan fisik (sakit kepala, sakit perut), gangguan tidur (insomnia) 2. Kognitif (Cognitive) Masalah perhatian dan konsentrasi, performance sekolah yang kurang, masalah memori, gangguan terhadap gambaran visual, suara, pikiran dan bau 3. Emosional (Emotional) Kecemasan, belligerence, menolak, takut tumbuh, reaksi berduka, merasa salah karrena hidup, malu, terhina, depresi, dendam, pikiran bunuh diri, kontrol impulsif yang lemah, putus asa. Remaja 4. Perilaku (Behavioral) (12-18 Respon mengejutkan, perilaku tahun) acting-out, kecenderungan kecelakaan, masalah hubungan dengan teman sebaya, masuk ke masa dewasa secara prematur, penolakan sosial dan isolasi, menolak sekolah, kurang tanggung jawab, kurang tertarik terhadap aktivitas yang menyenangkan, penggunaan alkohol dan obatobatan terlarang 5. Self Perasaan tidak punya harapan, isolasi, peningkatan fokus diri dan kesadaran diri, kehilangan kepercayaan diri, harga diri rendah, gambaran diri negatif, perubahan personal, pandangan dunia pesimis, 53
Jurnal PPKM I (2016) 49-55 tingkat kecemasan yang tinggi termasuk terhadap masa depan. 5. IMPLIKASI KEPERAWATAN Permasalahan yang dibahas dalam artikel ini mempunyai signifikansi yang tinggi terhadap profesi keperawatan dan mempunyai manfaat yang tinggi juga mengingat akhirakhir ini bencana terus saja terjadi. Dengan mengetahui reaksi anak terhadap adanya bencana, perawat dapat memberikan intervensi keperawatan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi anak. Tidak memandang anak hanya sebagai orang dewasa mini, akan tetapi mereka mempunyai karakteristik yang unik pada setiap tahap perkembangannya (Wong, 2008). Perkembangan kognitif dan psikososial anak dipengaruhi usia anak. Pada usia remaja, anak cenderung untuk lebih mementingkan teman sebayanya (Supartini, 2004). Menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Peristiwa bencana alam dapat berupa banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, kekeringan, hujan es, gelombang panas, badai tropis, tornado, kebakaran liar dan wabah penyakit. Penanganan bencana tidak hanya menjadi tanggung jawab petugas kesehatan saja, akan tetapi melibatkan berbagai pihak. Ungkapan bencana yang sesungguhnya adalah setelah bencana itu sendiri terjadi, memang benar adanya. Reaksi paska bencana yang pada umumnya dirasakan menjadi bencana yang sesungguhnya berupa masalah psikologis, masalah perilaku dan efek fisik lainnya juga. Saat ini, mulai dikembangkan ilmu tentang keperawatan bencana (Disaster Nursing). Keperawatan sebagai bagian dari pelayanan kesehatan mempunyai tanggung jawab dalam penanggulangan bencana. Tujuan keperawatan bencana menurut Power adalah untuk meyakinkan bahwa tingkat pelayanan tertinggi yang dapat dicapai melalui 54
ISSN: 2354-869X identifikasi, advokasi dan perawatan pada seluruh populasi yang terpengaruh melalui semua fase bencana termasuk partisipasi aktif pada semua tingkat perencanaan dan persiapan. Adapun fase-fase bencana pada nursing disaster adalah preparedness, relief respon dan recovery (Power ) Perawat menghadapi anak-anak korban bencana terutama pada fase pemulihan. Dengan mengetahui reaksi-reaksi anak usia pra sekolah, usia sekolah dan remaja terhadap bencana ataupun kejadian traumatik lainnya, maka perawat dapat melakukan tindakan pencegahan atau pemulihan terkait PTSD yang dialami anak sesuai usia. Menurut Murphy (2010), juga menegaskan bahwa PTSD sangat rentan dialami oleh kelompok anak dan wanita. Reaksi yang muncul pada kelompokinni adalah depresi dan anxietas. Adanya pengetahuan tentang reaksi yang terjadi, membutuhkan penanganan berbagai pihak termasuk keperawatan. Penelitian lain yang berjudul ‘Experience of The Great East Japan Earthquake march 2011’ oleh Yamamoto, RN.,Ph.D. juga menyebutkan kelompok wanita hamil dan anak-anak merupakan kelompok korban yang membutuhkan penanganan khusus. Pada kasus ini kelompok wanita hamil dan anak-anak diprioritaskan karena kekhawatiran akan bahaya nuklir yang mungkin efeknya dapat mengenai kelompok korban ini. Efek nuklir yang mungkin terjadi sangat berbahaya pada janin yang dikandung dan pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Penanganan terhadap bencana juga diperlukan di tempat-tempat yang banyak digunakan oleh anak-anak termasuk tempat belajar yaitu sekolah. Penelitian yang berjudul Assessment of Emergency and Disaster Preparedness in High School in Istanbul Turkey’ oleh Kokcu, Sema dan Ayse Ergun tahun 2012 bertujuan untuk mendeskripsikan kemungkinan bahaya atau keadaan emergensi di sekolah tinggi di Istanbul dan untuk mengevaluasi kesiapan terhadap bencana dan keadaan emergensi dan untuk mendapatkan perbedaan kesiapan diantara tipe-tipe sekolah. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti sendiri dan telah dilakukan uji
Jurnal PPKM I (2016) 49-55 validitas alfa croanbach dan pendapat pakar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sekolah swasta (private school) mempunyai kesiapan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan sekolah pemerintah (public school). 6. KESIMPULAN a) Anak-anak adalah kelompok individu yang masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, sehingga mereka mempunyai respon yang sangat bervariasi terhadap kejadian bencana b) Reaksi terhadap bencana dikelompokkan pada reaksi somatik, kognotif, emosional da behavioral c) Adanya disaster nursing dapat membantu penanganan korban bencana dimana peran perawat dapat diaplikasikan pada setiap fase bencana. 7. DAFTAR PUSTAKA Dogan-Ates Aysun (2010), ―Developmental Differences in Children’s and Adolescents’ Post-Disaster Reactions” Issues in Mental Health Nursing 31; 470-476 Kokcu, Sema and Ayse Ergun (2012) ‘An Assessment of Emergency and Disaster
ISSN: 2354-869X Preparedness in High School in Istanbul Turkey’ Journal of Society for development in new net environment in B & H, Health Med Vol.6 No. 8 pp 26202634 Melnyk Bernadette Mazurek & Fineoutoverholt Ellen (2003), Evidence Based Practice in Nursing and Health Care: A Guide to Best Practice, second edition, Philadelphia, William and Wilkinson Murphy shirley A, (2010), Women’s and Children’s exposure to Mass Disaster and Terrorist Attack’, Issues in Mental Health Nursing 31; 45-53 Power Robert, Introduction to Disasters and Disaster Nursing, International Disaster Nursing Supartini, Yupi. (2004), Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC. Wong, L. Donna, at all. (2008), Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Jakarta : EGC.Alih bahasa agus Sutarna, Netty junaity. Yamamoto (2011), Experiences of The Great East Japan Earthquake March 2011, International Nursing Review 58, 332-334
55
Jurnal PPKM I (2016) 56-62
ISSN: 2354-869X
ANALISIS DAN PERENCANAAN SISTEM DRAINASE JL. BANYUMAS, KAB. BANJARNEGARA Nasyiin Faqih a, Budi Setiawan b a Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Sains Al Qur’an (UNSIQ) Wonosobo b Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil UniversitasSains Al Qur’an (UNSIQ) Wonosobo a Email:
[email protected] b Email:
[email protected] INFO ARTIKEL Riwayat Artikel: Diterima Disetujui
: 15 November 2015 : 22 Desember 2015
Kata Kunci:
Analisis, drainase, perencanaan drainase, jalan
ARTICLE INFO Article History Received Accepted
: November 15, 2015 : December 22, 2015
Key Words :
Analysis, drainage, drainage planning, roads
56
ABSTRAK Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang memiliki banyak fungsi dan manfaat bagi masyarakat dan kelancaran sistem kegiatan, baik ekonomi ataupun non ekonomi. Sedangkan jalan raya yang baik adalah jalanraya yang memiliki kondisi yang baik dan dapat memberikan rasa aman serta nyaman bagi penggunanya, tidak mengalami banyak kerusakan seperti banyak lubang, tidak mengalami kemacetan, tidak tergenang air yang dalam dan lain sebagainya. Namun yang terjadi di jalan Banyumas km. 61,7 terdapat permasalahan yaitu adanya genangan air pada saat turun hujan. Hal ini menjadi masalah serius untuk lalu lintas dan lingkungan di jalan tersebut. Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Dalam merencanakan drainase diperlukan dua dasar perhitungan yaitu analisa hidrologi untuk menghitung debit banjir dan debit setiap saluran dan analisa hidrolika untuk mendimensi saluran drainase. Dalam penyusunan perencanaan drainase ini menggunakan metode penelitian survey dengan langkah – langkah meliputi penentuan lokasi perencanaan, menganalisis permasalahan yang terjadi, pengumpulan data skunder dan primer kemudian mengadakan survey lapangan untuk mengetahui keadaan lapangan. Dilanjutkan dengan menyusun perhitungan dan dimensi saluran dalam perencanaan drainase tersebut sehingga bisa menjadi solusi atas permasalahan drainase yang ada. Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui debit banjir jalan Banyumas km. 61,7 saat ini sebesar 12,401 m3/detik,yang masuk pada gorong-gorong, sedangkan pada Q3 terdapat Qluar yang masuk ke saluran sebesar 0,5 m3/detik sehingga pada debit Q3 sebesar 3,1 m3/detik. Dan pada Q5 juga terdapat Qluar sebesar 1,4 m3/detik. Sedangkan bentuk saluran dipilih bentuk persegi dan tinggi freeboard sebesar 0,5 m menggunakan kemiringan muka tanah untuk mendimensi saluran. Selain itu juga dipertimbangkan kemiringan saluran. Jika kemiringan tanah lebih kecil dibandingkan kemiringan muka tanah maka digunakan pasangan batu. Untuk saluran goronggorong di dapat b =1,50 , h = 0,80, dengan freeboard mengikuti kemiringan tanah.
ABSTRACT The highway is a transport infrastructure that has many functions and benefits for society and the smoothness of the system activity, whether economic or non-economic. A highway has a good condition if it can provide a sense of security as well as convenient for users, not experience much damage as many holes, not congested, not stagnant water in and so forth. But on the road Banyumas km. 61.7 there are problems, namely the existence of puddles when it rains. This has become a serious problem for traffic and the environment on the road. Drainage is one of the basic facilities that are designed as a system to meet the needs of society and is an important component in urban planning (infrastructure planning in particular). In planning the drainage required two basic calculation that is a hydrologic analysis to calculate the flood discharge and discharge each channel and hydraulics analysis for design the dimension of drainage channels. In the preparation of this drainage planning using survey research methods with steps includes determining the location of planning, analyzing problems occurred, secondary and primary data collection then conduct field surveys to determine the state of the pitch. Followed by the drafting of calculations and dimensions of the drainage channel in the planning so that could be a solution of the existing drainage problems. Based on the results of data processing known flood discharge on Banyumas km. 61.7 path currently have 12.401 m3 / sec dischargess, which entered the sewer. At Q3 there is a Qoutside coming into the channel of 0.5 m3 / sec so that the Q3 discharge of 3.1 m3 / sec. And the Q5 also has Qouside of 1.4 m3 / sec. The channel was selected form a square shape and freeboard height of 0.5 m using the slope of the land surface to create channels dimension. It also considered the slope of the channel. If the ground slope smaller than the slope of the land surface is used masonry. To channel the sewers can b = 1.50, p = 0.80, with a freeboard following the slope of the land.
Jurnal PPKM I (2016) 56-62 1. PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian ini dilatarbelakangi oleh seringnya terjadi genangan air pada saat terjadi hujan dengan curah hujan cukup tinggi serta kondisi saluran yang tidak terawat akibat sikap sebagian masyarakat yang kurang peduli akan lingkungan. Ketidakpedulian ini ditunjukkan dengan antara lain sikap sebagian masyarakat yang membuang sampah sembarangan ke dalam saluran sehingga menyebabkan penyempitan dan pendangkalan dalam badan saluran sehingga air dalam saluran tidak dapat mengalir dengan lancar. Akibatnya air meluap sampai badan jalan dan mengakibatkan terganggunya lalu lintas serta umur jalan yang tidak sesuai dengan rencana. Rumusan masalah Menganalisis kinerja sistem drainase jalan yang telah ada, kemudian mengembangkan sistem drainase jalan dengan studi kasus yang telah ditentukan. Serta menganalisis agar dalam pelaksanaan konstruksi bisa efektif dan efisien dalam hal biaya serta dapat sesuai dengan rencana kerja dan syarat - syarat yang harus dipenuhi dari suatu tahapan dari perencanaan pengambangan sistem drainase tersebut.
ISSN: 2354-869X secara keseluruhan hanya akan dibahas secara umum dan garis besar saja. Lokasi
LOKASI PENELITIAN
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian 2. METODOLOGI PENELITIAN Metode Pengumpulan Data • Data Primer • Data Sekunder • Analisa Data Analisa data terdiri dari perhitunganperhitungan : a. Waktu konsentrasi (tc) 𝑇𝑐 = 𝐿
Maksud dan Tujuan 1. Menentukan sebab terjadinya genangan air pada jalan Banyumas km. 61,700 Bandingan, Sigaluh, Banjarnegara.
2. Menentukan dimensi saluran yang mampu mengalirkan debit aliran air maksimum. 3. Mengatasi masalah ketidak optimalan fungsi sistem drainase jalan atau ketidak sesuaian antara kapasitas sistem drainase jalan yang harus berfungsi mengendalikan terhadap beban volume air permukaan limpasan. 4. Dengan dikembangkannya sistem drainase tersebut mudah-mudahan penggunaan lahan jalan akan sesuai dengan kapasitasnya. Ruang Lingkup Permasalahan dibatasi pada segi teknik sipil saja, yaitu berupa analisa hidrologi dan hidrolika yang meliputi perhitungan debit banjir dan perhitungan saluran drainase. Segisegi lain yang kiranya menyangkut manajemen perencanaan sistem drainase jalan
0,77
0,0195 𝑆 0,5 b. Intensitas Hujan 𝑅𝑚𝑎𝑥
𝐼 =
24 2/3
𝑥 𝑡𝑐 Debit Rencana 𝑄 = 𝐶𝑥𝐼𝑥𝐴 Koefisien Pengairan Koefisien penyebaran Dimensi Saluran 𝐴 = Q/V Nilai Kemiringan Dinding Saluran Koefisien manning Penampang persegi Penampang Trapesium 24
c. d. e. f. g. h. i. j.
Survey Perencanaan Drainase • Peta Jaringan Jalan dan Kondisi Jalan • Peta Kontur Tanah dan Penggunaan Tanah • Fotoudara/citrasatelit • Data Curah Hujan Kegiatan survey drainase ini menghasilkan • Informasi tentang perlu tidaknya drainase diganti atau dibangun • Peta Indeks • Peta Topografi • Gambar Rencana Lapangan 57
Jurnal PPKM I (2016) 56-62
ISSN: 2354-869X
• Potongan Melintang • Potongan Memanjang • Foto Dokumentasi • Data lain-lain sebagai pertimbangan dalam pelaksanaan Langkah-langkah Perencanaan Drainase Jalan Raya • Pekerjaan lapangan • Kriteria Perencanaan • Penyiapan Peta Planimetris • Perencanaan struktur • Perencanaan bangunan pelengkap • Menyusun perhitungan RAB • Perhitungan biaya
Sistem
Tahapan penelitian • Persiapan • Pengumpulan data • Analisa data • Perbandingan dengan debit saluran • Desain ulang • Hasil dan pembahasan • Kesimpulan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Rmax (X)
Rmax2 (x2)
2007
115
13.225
2008
128
16.384
2009
118
13.924
2010
150
22.500
2011
174
30.276
Total (∑)
685
96.309
Tahun
Rmax = 685 / 5 = 137 σ= =
∑𝑥2 𝑛 96,309 5
− −
𝑛 685 5
2 2
= (19,262 − 18,769) = 493 = 22,203 Rmax = 0,5 – 0,066 = 0,434, disesuaikan dengan tabel distribusi normal pada lampiran, maka diketahui nilai Z = 1,51 Dengan rumus Z = ( x - x )/ σ 1,51 = ( x - 137)/ 22,203 x = (1,51 x 22,203) + 137 = 170,526 mm/hari Di bulatkan =171 mm/hari Maka diambil nilai x (R15) = 171 mm/hari Menghitung Debit Drainase a. Menghitung Debit Limpahan • Q = 0,278 x C x I x A • Q1 = 115,775 / 3600 = 0,021 m3/detik • Q2 = 285,812 / 3600 = 0,042 m3/detik • Q3 = 522,741 / 3600 = 0,096 m3/detik • Q4 = 402,237 / 3600 = 0,111 m3/detik • Q5 = 487,011 / 3600 = 0,135 m3/detik b. Debit (Q) jalan Q1 = 0,278 x 0,95 x 0,124 x 186,9 6,120 m3/jam = 0,002 m3/detik Q2 = 0,278 x 0,95 x 0,09 x 258 6,132 m3/jam = 0,002 m3/detik Q3 = 0,278 x 0,95 x 0,124 x 270 8,842 m3/jam = 0,002 m3/detik Q4 = 0,278 x 0,95 x 0,124 x 345 11,298 m3/jam = 0,003 m3/detik Q5 = 0,278 x 0,95 x 0,124 x 345 11,298 m3/jam = 0,003 m3/detik c. Q luar/Tambahan
58
∑𝑥
= = = = =
Jurnal PPKM I (2016) 56-62
ISSN: 2354-869X
Gambar 2. Dimensi Rencana
Gambar 3. Arah saluran rencana Keterangan: A adalah area sedangkan S5 adalah Qa5 di tambah Qjalan5 dan S adalah saluran beserta arah saluran Qluar5, dimana nilai dari Sa5 = rencana. 0,135, Sjalan5 = 0,003, dan Qluar5 = 1,4, maka hasil S5 = 0,135 + S1 adalah debit limpahan Qa1 di tambah debit limpahan Qjalan1, 0,003 + 1,4 = 1,538 m3/detik. dimana darainase rencana Qa1 = S4 adalah karena arah S4 menuju 0,021, Qjalan1= 0,002, maka S1= saluran rencana yang ada di Qa1 + Qjalan1 = 0,021+ 0,002 = gorong-gorong dekat dengan S3 0,023 m3/detik. makan perhitungan dimulai dari S5, dengan nilai S5 = 1,538, S2 adalah debit limpahan Qa2 di tambah Qjalan2, dimana drainase ditambah Sa4 dan ditambah Qjalan4. rencana Qa2 = 0,042, Qjalan2 = Dimana nilai dari Sa4 = 0,111, 0,002, maka S2 = Qa2 + Qjalan2 = Sjalan4 = 0,003 dan nilai S5 = 1,538, 0,042 + 0,002 = 0,044 m3/detik. maka hasil S4 = 1,538+ 0,111 + 0,003 = 1,652 m3/detik. S3 adalah karena S2 dua searah d. Debit gorong-gorong dengan S3 maka S2 di tambah Qa3 Qgorong-gorong = Qjalan3 + S3 + di tambah Qjalan3 dan ditambah S4,(0,002m3/detik + Qluar3, dimana S2 = 0,054, Qa3 = 3 0,652 m /detik + 1,652 0,096, Qjalan3 = 0,002, dan Qluar3 = m3/detik 0,5, maka perhitungan di S3 = = 2,306 m3/detik. 0,054 + 0,096 + 0,002+ 0,5 = e. SaluranDrainase 0,652 m3/detik. 59
Jurnal PPKM I (2016) 56-62 A Q1 A b Q2 A b Q3
Q V = 0,023 m3/detik Q 0,023 = = = 0,023 m2 V 1 = 0,50 m ; h = 0,05 m = 0,044 m3/detik Q 0,044 = = = 0,044 m2 V 1 = 0,70 m ; h = 0,62 m = 0,652 m3/detik 0,652 Q A = = = V 1 0,652m2 b = 1,00 m ; h = 0,65m Q4 = 1,652 m3/detik 1,652 Q A = = = V 2 0,826m2 b = 1,00 m ; h = 0,83 m Q5 = 1,538 m3/detik 1,538 Q A = = = V 2 0,769m2 b = 1,00 m ; h = 0,80 m f. Menghitung Kemiringan Saluran 2 𝑉 I = 𝐾𝑥𝑅 2/3 =
ISSN: 2354-869X I1
1
2
60 𝑥 0.039 2/3
= 0,014 I2
=
1
2
60 𝑥 0.051 2/3
= 0,009 I3
=
1
2
60 𝑥 0.28 2/3
= 0,0012 I4
=
1
2
60 𝑥 0.31 2/3
= 0,0011 I5
=
1
2
60 𝑥 0.292/3
= 0,0012 g. Saluran Gorong-gorong Igorong-gorong
= =
V
2
KxR 2/3 V
2
60 x 0,37 2/3
= 0,0009 h. Kemiringan Muka Tanah Imt.1 = (400 – 399) / 62,3 = 0,016 Imt.2 = (399 – 398) / 43 = 0,023 Imt.3 = (398 – 398) / 90 = 0 Im.t4 = (398 – 398) /115 = 0 Im.t5 = (402 – 398) / 115 = 0,034
Gambar 4. Tipikal Gorong-gorong pot.lintang
60
=
Jurnal PPKM I (2016) 56-62 No. 1
Nama saluran S1
ISSN: 2354-869X Hulu
+399
Hilir +400
0,20 0,50 +399,00
+398,50
0,30
0,30 2,49
+397,51
0,05 +398,45 0,50 0,30
0,05+397,46
0,30
1,10 1,00
1,10
∆h = 0,016x62,3 = 0,99
2
S2
+399
+398
0,30
*398,5-0,99=397,51
1,48
0,62 +396,89 0,70 0,65
S3
+398
0,65
0,90
1,00 0,90
0,65
0,70 0,65
+398
0,30 1,48
+398,00 +396,52
0,62 +395,90
0,65
∆h = 0,023x43 = 0,99
3
1,10
0,30
1,49 +399,00 +397,51
0,40
+400,00
*397,51-0,99=396,52
0,30
+398,00 +396,52
1,49 +398,00 +396,41
0,65 +395,87
0,65 +395,76
0,90
0,90
1,00 0,90
0,90
∆h = 0,0012x90 = 0,108 *396,52-0,108=396,41
4
S5
+402
+398
0,30 0,50
0,30
+402,00 +401,50
0,40
0,80 +400,70 0,55
1,00 0,55
0,55
+398,00 +397,60
0,80 +396,80 0,50
1,00
0,50
0,50
∆h = 0,034x115 = 3,91 *401,50-3,91=397,6
5
S4
+398
+398
0,30 0,40
0,30
+398,00 +397,60
0,53
0,83 +396,77 0,50
1,50 0,50
0,50
0,83 0,60
1,50 0,60
∆h = 0,0011x115 = 0,126
+398,00 +397,47 +397,34
0,60
*397,6-0,126=397,47
Gambar 5. Tipe potongan Lintang saluran drainase 4. PENUTUP 4.1. Simpulan • Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui debit banjir jalan Banyumas km. 61,7 saat ini sebesar 12,401 m3/detik. • Pada Q3 terdapat Qluar yang masuk ke saluran sebesar 0,5 m3/detik sehingga pada debit Q3 sebesar 3,1 m3/detik. Dan pada Q5 juga terdapat Qluar sebesar 1,4 m3/detik. • Agar air hujan bisa masuk diberi lubang – lubang peresapan tiap jarak 10m, dengan
ukuran lubang 30x20cm2. Sedangkan air dalam perumahan dilewatkan lubang – lubang pada plat beton dengan konstruksi dari besi (Grill) ukuran 30x20cm2. 4.2. Saran • Karena dengan adanya kemiringan saluran (I) yang mengikuti I muka tanah (bila I saluran < I mukatanah), maka pada saluran tersebut akan terjadi V>Vrencana. Untuk saluran ini diperlukan konstruksi saluran khusus, yaitu: plesteran harus cukup kuat untuk 61
Jurnal PPKM I (2016) 56-62 menahan geseran aliran air, dengan cara meningkatkan kualitas campuran pasangan dan tebal plesteran. 5. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1996, Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU. Dep. PU Direktorat Jendral Cipta Karya. Anonim, 2006, Pedoman Perencanaan Bangunan Air. Rekompak – JRF. Anonim, 2012, Perencanaan Sistem Pembangunan Sarana perairan. Dep. PU Direktorat Jendral Cipta Karya. Sulistyawan, Abriyani. (2010). Rekayasa Hidrologi. Semarang: Penerbit UNDIP. Tahara, H. (1993). Drainase Perkotaan. Jakarta: Erlangga.
62
ISSN: 2354-869X Triatmojo, Bambang. (1996). Hidraulika II. Jakarta: Erlangga. http://sudarmandi18.files.wordpress.com/201 4/05/pedoman-perencanaan-drainase-jalan2006.pdf http://id.wikipedia.org/wiki/Drainase http://konsultanteknik.blogspot.com/2014/08/perencanaandrainase-jalan.html https://pu.go.id/uploads/services/infopublik20 121009123151.pdf https://pu.go.id/uploads/services/infopublik20 121009123151.pdf https://www.academia.edu/3753170/Perencan aan_dan_Desain_Saluran_Drainase_Permu kaan_Jalan
Jurnal PPKM I (2016) 63-68
ISSN: 2354-869X
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU-GURU SMK BIDANG SAINS MELALUI PELATIHAN SOFWARE ENGINEERING DI KABUPATEN WONOSOBO Hermawana, Sunaryob Program Studi Arsitektur, bProgram Studi Mesin Produksi Universitas Sains Al-Quran Jawa Tengah di Wonosobo a E-mail:
[email protected] a
INFO ARTIKEL Riwayat Artikel: Diterima Disetujui
: 4 November 2015 : 23 Desember 2015
Kata Kunci:
Pelatihan, Kompetensi Guru, Sketchup, ArchiCAD, Solidworks
ARTICLE INFO Article History Received Accepted
: November 4, 2015 : December 23, 2015
Key Words :
Training, Teacher Competence, SketchUp, ArchiCAD, Solidworks
ABSTRAK Tujuan program pengabdian masyarakat ini untuk memberikan wawasan pengetahuan dan ketrampilan tentang perkembangan teknologi dalam desain software engineering dalam bidang desain gambar teknik. Melalui kegiatan ini diharapkan guru-guru SMK bidang teknik dapat meningkatkan kompetensi, memahami perkembangan teknologi dan dapat mengaplikasikannya dalam pembelajaran di SMK. Sasaran pengabdian adalah guru-guru produktif SMK Program Keahlian Teknik Mesin dan Teknik Bangunan se-Kabupaten Wonosobo. Permasalahan yang terjadi diselesaikan dalam empat tahapan kegiatan yaitu sosialisasi program, pelaksanaan pelatihan dan evaluasi, serta proses pedampingan. Sosialisasi dilakukan dengan melakukan survey pendahuluan untuk melihat kondisi di lapangan mengenai kurikulum dan kompetensi guru SMK. Pelaksanaan dilakukan dengan pelatihan, menggunakan metode ceramah yaitu dengan teknik presentasi, dilanjutkan dengan demontrasi dan praktek langsung di komputer dan pada akhir pelatihan dilakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat penyerapan materi. Untuk menjaga kesinambungan kegiatan dilakukan pedampingan secara berkelanjutan denagn penambangan materi pelatihan. Hasil kegiatan pelatihan menunjukkan tingkat keberhasilan dengan indikasi adanya peningkatan kompetensi guru-guru SMK dalam penggunaan software engineering, yaitu softwar solidworks untuk guru teknik mesin dan softwar sketcup dan archicad untuk guru teknik bangunan. Adanya respon yang positif dari peserta, dan sebagian besar telah mampu menggunakan software tersebut dalam pembelajaran di SMK. Dalam kegiatan pelatihan software engineering ini diikuti oleh 2 SMK Negeri dan 8 SMK Swasta se-Kabupaten Wonosobo.
ABSTRACT The purpose of this community service program to provide insight into the knowledge and skills about the development of technology in the design of software engineering in the field of design engineering drawings. Through these activities expected of teachers vocational technical field can improve the competence, understanding the development of technology and can apply them in learning in SMK. Service target is productive vocational teachers Skills Program Mechanical Engineering and Building throughout Wonosobo regency. Problems that occur completed in four phases, namely socialization program activities, the implementation of training and evaluation, and process pedampingan. Socialization is done by conducting a preliminary survey to see the real condition of the vocational curriculum and teacher competence. Implementation is done with the training, using the lecture method is by presentation techniques, followed by a demonstration and practice in the computer and at the end of the training to be evaluated to determine the level of absorption of the material. To maintain the continuity of the activities carried out in a sustainable manner pedampingan denagn mining training materials. The results show a success rate of training activities with an indication of the increasing competence of vocational teachers in the use of software engineering, namely softwar SolidWorks for mechanical engineering teacher and softwar sketcup and ArchiCAD building techniques for teachers. The existence of a positive response from the participants, and most have been able to use the software in vocational learning. In software engineering training was followed by 2 state SMK and 8 private SMK entire Wonosobo
63
Jurnal PPKM I (2016) 63-68
LATAR BELAKANG Perkembangan dunia industri manufaktur dewasa ini dapat dikatakan berkembang dengan pesat. Penggunaan peralatan dengan teknologi canggih dan modern sudah menjadi hal yang umum dan hampir setiap industri menerapkannya. Hal ini tentunya menuntut kebutuhan tenaga kerja yang memiliki kompetensi yang tinggi untuk dapat mengisi pekerjaan di industri tersebut. Kebutuhan tenaga kerja dengan ketrampilan teknologi tersebut tetunya menuntut keberadaan SMK sebagai lembaga pendidikan vokasi harus membekali peserta didiknya mampu dan siap kerja terhadap tuntutan dunia industri tersebut. Keseriusan Sekolah Menengah Kejuruan dalam menyiapkan lulusan yang kompeten dapat dilihat dari kurikulumnya. Dengan tuntutan dunia industri tersebut diatas, sudah relevankah kurikulum yang dilaksanakan di SMK dengan Standar Kerangka Kompetensi Nasional Indonesia (SKKNI) yang sudah dirumuskan. Hal ini yang teryata menjadi permasalahan di banyak lembaga SMK, terutama bagi SMK Swasta atau SMK Negeri di pinggiran. Minimnya ketersedian peralatan dan fasilitas pembelajaran dan rendahnya kompetensi guru menjadi hal yang masih perlu dipecahkan secara terus menerus. Permasalahan tersebut juga dialami oleh beberapa SMK di Kabupaten Wonosobo sebagai contoh pada mata pelajaran gambar teknik. Didalam SKKNI, Kompetensi Gambar Teknik adalah mampu menguasai software enginering (CAD) dalam desain dan perancangan suatu produk. Akan tetapi kompetensi yang diajarkan di sekolah baru tahap gambar manual, dan masih jauh dari tuntutan kompetensi yang dirumuskan dalam SKKNI. Hal inilah yang menjadi latar belakang Tim Pelaksana Pengabdian Masyarakat dari UNSIQ Wonosobo dalam kegiatan Pengabdian Masyarakat. Mitra dalam kegiatan Program Pengabdian kepada Masyarakat Iptek bagi Masyarakat ini adalah SMK yang memiliki jurusan Teknik Mesin dan Teknik Bangunan yaitu SMKN 2 Wonosobo, SMKN 1 Sukoharjo dan SMK Wiratama 45 Wonosobo. Pemilihan mitra ini didasarkan pada jumlah siswa yang paling banyak diminati oleh siswa, dengan rata-rata 5 kelas pertahun ajaran, dan juga berdasarkan bidang keahlian dari tim pelaksana Pengabdian Masyarakat dari Unsiq Wonosobo yaitu Teknik Mesin dan Teknik Arsitektur. Berdasarkan survey tim pelaksana IbM di tiga SMK tersebut didapati permasalahan diantaranya (1) kurangnya penguasaan guru – guru produktif
64
ISSN: 2354-869X
terhadap software engineering (misalnya autoCAD, solidwork, atau catia), (2) tidak adanya program pelatihan peningkatan kompetensi guru untuk mata pelajaran gambar teknik baik yang diselenggarakan oleh SMK ataupun dari DIKMENJUR, (3) minimnya ketersedian komputer dengan spesifikasi yang tinggi untuk program software engineering. Sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi oleh lembaga SMK tersebut diatas, pengusul dari Universitas Sains Alquran Jawa Tengah di Wonosobo akan membantu mencarikan solusi yaitu memberi pelatihan Program Archicad dan Solidwork dan pedampingan bagi guru-guru SMK dalam memperbaiki kompetensi mata pelajaran gambar teknik di SMK. Selain itu juga akan meningkatkan perangkat piranti lunak untuk menambah spesifikasi komputer sehingga mampu diaplikasikan software engineering. TUJUAN KEGIATAN
Program pengabdian kepada masyarakat ini ditujukan bagi guru-guru SMK di Kabupaten Wonosobo, dan memiliki manfaat kegiatan sebagai berikut : 1. Memberikan pelatihan Software Engineering yaitu program Solidwork, Sketchup dan ArchiCAD untuk Guru-guru Produktif jurusan Teknik Mesin dan Teknik Bangunan di SMK mitra untuk peningkatan kompetensinya. 2. Menambah spesifikasi komputer di laboratorium untuk mendukung aplikasi program Autocad dan solidwork.. 3. Melakukan pedampingan kepada guruguru SMK dalam pola pembelajaran gambar teknik di SMK dengan mentoring dan penyedian modul, agar dapat diterapkan dalam kurikulum SMK. Partisipasi mitra dalam pelaksanaan program ditunjukkan dengan adanya dukungan dan kesanggupan kerja sama sebagai mitra dengan tim dari Universitas Sains Al-quran Jawa Tengah dalam penerapan Ipteks bagi masyarakat. Partisipasi mitra ini ditunjukkan melalui pelaksanaan kegiatan secara bersama-sama dalam kegiatan pelatihan dan pelaksanaan forum diskusi serta mentoring sebagai program kelanjutan yang berkesinambungan serta terjadwal dengan teratur.
Jurnal PPKM I (2016) 63-68
ISSN: 2354-869X
RUANG LINGKUP KEGIATAN
Berdasarkan tercapainya kegiatan di atas maka diharapkan akan diperoleh beberapa target luaran baik aspek jasa dan produk. Aspek jasa berupa pelatihan dan forum diskusi/mentoring serta aspek produk berupa serifikat kompetensi. Dalam aspek jasa ini peserta diberi pelatihan terkait teknik perancangan mesin/bangunan menggunakan software. Secara rinci dapat dijelaskan sbb: 1. Aspek Jasa a. Pelatihan Software Teknik Mesin dan Teknik Bangunan Dilakukan pelatihan yang intensif sebanyak 15 kali pertemuan untuk masing-masing pelatihan Teknik Mesin dan Teknik Bangunan. Total pertemuan untuk pelatihan adalah 30 kali pertemuan. b. Pembentukan Forum Diskusi & Mentoring. Setelah adanya pelatihan, maka dibentuk forum diskusi dan mentoring bagi guru-guru smk yang bertujuan untuk kelanjutan dari pelatihan sehingga kompetensi yang didapat pada pelatihan dapat selalu dikembangkan. 2. Aspek Produk – Menghasilkan sertifikat kompetensi Program pengabdian kepada masyarakat ini akan menghasilkan sertifikat kompetensi
Sosialisasi program Pelatihan Sofware Engineering di SMK Mitra maupun SMK lainnya
Evaluasi akhir Pelatihan
Pedampingan dan pengayaan materi terhadap Guru-guru SMK
software engineering berupa kompetensi software Solidwork dan Autocad yang menggunakan standar baku dari asosiasi profesi sehingga gambar kerja yang dihasilkan dapat digunakan secara profesional oleh tenaga ahli yang berkecimpung di bidangnya. Software Autocad untuk kegiatan pelatihan bagi Guru SMK Teknik Bangunan dan Software Solidwork untuk pelatihan guru-guru SMK Teknik Mesin. Pemberian materi pelatihan software engineering ini dapat dirinci sebagai berikut: 1. Materi Kompetensi Pelatihan ArchiCAd adalah : Konsep dasar, akurasi gambar, gambar kerja, layout gambar, perspektif 3D, membuat object library, efek rendering, animasi, rendering warna/texture, studi matahari, pencahayaan, virtual reality printing/plotting. 2. Materi Kompetensi Pelatihan Solidwork adalah : Sketching & Part Modeling 3D, Drawing 2D & 3D, Assembling part, Animation 3D METODE PELAKSANAAN Metode pelaksanaan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat di SMK seKabupaten Wonosobo ini ini dibagi menjadi beberapa tahapan seperti pada gambar berikut dibawah ini:
Koordinasi dengan sekolah terkait Pelaksanaan kegiatan Pelatihan Sofware Engineering
Penentuan Jadwal kegiatan pelatihan
Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan
Pembuatan Modul
software engineering
Pelatihan
Monitoring & Evaluasi Internal/Eksternal kegiatan PKM-IbM
Output Kegiatan Jurnal Ilmiah
Gambar 1. Alur Pelaksanaan Kegiatan IbM
65
Jurnal PPKM I (2016) 63-68 Pelaksanaan pengabdian masyarakat ini direncanakan dalam waktu 8 bulan. Secara singkat gambaran tahapan pelaksanaan kegiatan adalah : 1) Pelaksanaan Kegiatan Yang Bersifat Administratif a) Survei dan observasi ke lapangan sebagai bahan analisis permasalahan dan solusi pemecahannya. b) Pengajuan proposal dan pembuatan program pengabdian. c) Sosialisasi pada masyarakat sekaligus membuat kesepakatan bersama untuk merencanakan kegiatan. 2) Pembuatan Modul Pelatihan Kegiatan ini berisi tentang pembuatan modul pelatihan (hardcopy) yaitu modul solidwork dan archiCAD. 3) Pemberian Materi dan Pelatihan Sofware Engineering Dalam Tahap ini peserta pelatihan diberikan materi-materi secara ceramah dan demonstrasi langsung tentang penerapan solidwork dan archiCAd dalam penggambaran permesinan dan rumah/bangunan. 4) Output a) Sertifikat penguasaaan sofware engineering b) Jurnal Pengabdian Masyarakat HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan pelatihandalam program pengabdian masyarakat ini dilakukan di UPT laboratorium Universitas Sains Alquran dengan jumlah peserta keseluruhan ada 34 orang guru SMK baik dari jurusan teknik arsitektur maupun jurusan teknik mesin/otomotif. Daftar peserta pelatihan dapat disajikan pada tabel sebagai berikut:
ISSN: 2354-869X
Tabel 1. Peserta pelatihan software engineering No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 38 29 30 31 32 33 34
Nama Peserta Purwo Dhiantoko M. Nizar Effendi Slamet Marwanto Dwi S. Hilga Amin Nurita FA Wajih Widada EIM Sudarman Seto Budi Yekti Toro R Sutiyorono Syamsudin H Krisdiantoro Susilo Nugroho Munarno Ahmad Wahu B Utoyo Joko Purwanto A Rosdiatson Casnoto Sutrisno Sukamto Rostnani Bardi Adi NIka R Pawit Mulzan Al Baar SP Doni Setyawan Arief Rahmawanto Sulistyo Miftah Hasanto Woko Heru Susanto Mugiyono Munsorif
Asal Sekolah SMK N 2 Wonosobo SMK N 2 Wonosobo SMK N 2 Wonosobo SMK N 2 Wonosobo SMK N 2 Wonosobo SMK N 2 Wonosobo SMK N 2 Wonosobo SMK N 2 Wonosobo SMK N 2 Wonosobo SMK N 2 Wonosobo SMK N 2 Wonosobo SMK N 2 Wonosobo SMK N 2 Wonosobo SMK N 2 Wonosobo SMK N 2 Wonosobo SMK N 2 Wonosobo SMK N 2 Wonosobo SMK N 2 Wonosobo SMK N 2 Wonosobo SMK Wiratama SMK Karya Mandiri NU SMK Wiratama SMK Andalusia SMK Andalusia SMK Andalusia SMK Panca Buana Laboran Unsiq SMK Garda Nusa SMK Garda Nusa SMK N 1 Sukoharjo SMK N 1 Sukoharjo SMK Panca Buana Smk Takhasus Alquran SMK Wiratama
Dalam pelaksanaannya, kegiatan pelatihan software engineering ini menggunakan metode pelatihan langsung (hands on) berupa pemaparan/presentasi, tutorial serta diskusi yang tergambar seperti pada gambar 2.
Gambar 2. Presentasi dan tutorial Sofware Engineering
66
Jurnal PPKM I (2016) 63-68 Hasil capain yang sudah dilaksanakan dan sudah tercapai adalah sebagai berikut: a. Sosialisasi kegiatan pengabdian masyarakat terkait dengan program IbM pelatihan software engineering kepada SMK yang menjadi mitra pengabdian.
Gambar 3. Sosialisasi Kegiatan ke Mitra IbM b. Pembentukan forum discuss antara guru – guru SMK bidang sains. c. Pelatihan software engineering berupa solidwork dan ArchiCAD. Dalam pelaksanaan dibagi menjadi 3 gelombang. 1) Gelombang 1: Pelatihan solidwork bagi guru-guru SMK Swasta Jurusan Mesin/Otomotif yang diikuti 8 SMK
Gambar 4. Desain Solidwork d. Sertifikat kompetensi pelatihan software engineering. Pelaksanaan evaluasi pelatihan dilakukan pada akhir sesi
ISSN: 2354-869X Swasta se-kabupaten Wonosobo. Pelaksanaan pelatihan berlangsung selama 6 hari dari tangal 20-25 April 2015 dengan interval waktu dari jam 08.00 – 15.00 WIB. 2) Gelombang 2: Pelatihan Archicad bagi guru-guru SMK Jurusan Teknik Bangunan/Arsitektur. Pelaksaannanya dilakukan selama 6 hari dari tanggal 27 April – 2 Mei 2015 dengan interval waktu jam 08.00 – 15.00 WIB. 3) Gelombang 3: Pelatihan Solidwork bagi guru-guru dari SMK Negeri 2 Wonosobo. Pelaksanaan dilakukan selama 8 hari dari tanggal 4 Mei – 12 Mei dengan rentang waktu jam 08.00 – 15.00 WIB. Terkait dengan hasil desain yang dihasilkan selama program pelatihan solidwork dan archicad dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 5. Desain Archicad pelatihan dengan peserta diberi tugas untuk menyelesaikan gambar dengan mengunakan software yang terkait.
Gambar 6. Desain Sertifikat Pelatihan e. Mentoring bagi guru-guru SMK yang telah mengikuti pelatihan solidwork dan archicad. Kegiatan yang dilakukan berupa pemberian cd tutorial software engineering untuk pengayaan materi, agar
kompetensi guru-guru SMK dapat terus ditingkatkan.
67
Jurnal PPKM I (2016) 63-68
ISSN: 2354-869X 3. Keterbatasan fasilitas spesifikasi komputer di SMK swasta perlu ditingkatkan, guna mendukung pembelajaran yang berbasis computer.
Gambar 7. Tutorial Pembeajaran Solidwork f. Pengadaan software engineering bagi SMK mitra Program Pengabdian IbM. Software ang diberikan berupa software solidwork 2012 dan software archicad. g. Pengadaan perangkat keras untuk meningkatkan spesifikasi komputer di SMK Mitra Pengabdian Masyarakat. Beberapa hal yang dapat diindentifikasi dari pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini diantaranya bahwa pelaksanaan kegiatan pelatihan dapat berlangsung dengan baik, dan tingginya antuisme peserta untuk meningkatkan kompetensi, terutama dalam mata pelajaran gambar teknik. Sedangkan faktor penghambat diantaranya proses penjadwalan kegiatan yang harus menyesuaikan dengan kegiatan dari guru-guru, yang bersamaan dengan kegiatan pengajaran di sekolah.
UCAPAN TERIMAKASIH Program ini terwujud berkat bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada : 1. Rektor Universitas Sains Alquran Wonosobo beserta jajarannya. 2. Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat – Pembinaan Bahasa (LP3M-PB) Universitas Sains Alquran Wonosobo. 3. Kepala sekolah mitra kegiatan IbM yaitu SMK Wiratama, SMKN 2 Wonosobo, SMKN 1 Sukoharjo dan beberapa SMK Swasta lain di kabupaten Wonosobo atas patisipasinya. 4. Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Universitas Sains Alquran Wonosobo beserta jajarannya. 5. Mahasiswa Program Studi Teknik Manufaktur dan teknisi yang membantu dalam pelaksanaan pelatihan software engineering.
KESIMPULAN
Berdasarkan keterangan-keterangan yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: 1. Masih perlunya kegiatan pelatihan secara berkesinambungan kepada guru-guru di SMK, agar pembelajaran yang berorientasi pada pasar kerja dapat terus dtingkatkan. 2. Perlunya dimasukannya program solidwork untuk teknik mesin dan software ArchiCAD untuk Teknik Bangunan ke dalam kurikulum SMK untuk peningkatan kompetensi siswa.
68
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2001). Solidwork 2001 Getting Started, Concord Massachusetts (USA). Robbi Arsada, (2012). Solidwork Profesional, Bandung: Informatika. Rossi Pasarella, dkk (2010), Pelatihan Pembuatan Jaringan Komputer Lokal Sebagai Media Sharing File Bagi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (Smkn) Di Kabupaten Musi Banyuasin, Jurnal Pengabdian Sriwijaya, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Sriwijaya. Sunaryo, (2015) Diktat Pengenalan Solidwork, Wonosobo: LP3M-PB UNSIQ
Jurnal PPKM I (2016) 1-68
ISSN: 2354-869X
ATURAN PENULISAN JURNAL PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PPKM) ISSN 2354-869X
1. Ukuran Kertas A4 (210 x 297 mm) dengan margin atas, bawah, kanan, kiri masing-masing 2 centimeter. 2. Jenis Huruf Times New Roman Ukuran huruf untuk Judul 14 dan untuk lainnya ukuran 12. 3. Judul maksimal 16 kata untuk Bahasa Indonesia (14 kata untuk Judul dengan Bahasa Inggris). 4. Nama penulis (tanpa gelar), alamat lembaga tempat kegiatan penelitian dilakukan sebagai pemegang hak kepemilikan (ownership) atas tulisan, dan penunjukan alamat korespondensi kalau berbeda (berikut alamat e-mail) secara jelas dan bertaat asas. 5. Abstrak (Setiap artikel dalam terbitan berkala ilmiah harus disertai abstrak dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris yang secara gamblang, utuh, dan lengkap menggambarkan esensi isi keseluruhan tulisan. 6. Isi meliputi Pendahuluan, Metode, Analisis Data dan Hasil, Pembahasan, Kesimpulan, Ucapan Terimakasih, Daftar Pustaka. 7. Format tulisan dua kolom, apabila ada gambar yang mengharuskan satu kolom, dibuat satu kolom. 8. Penulisan Daftar Pustaka dengan cara Harvard.
I S S N
Penerbit : Lembaga Penelitian, Penerbitan, dan Pengabdian Kepada Masyarakat - Pembinaan Bahasa (LP3M-PB) Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo Jln. Raya Kalibeber Km. 03 Mojotengah, Wonosobo, Jawa Tengah Tlp. (0286) 321873. Fax: (0286) 324160. Website : http://www.lp3mpb.unsiq.ac.id/ E-mail :
[email protected]
9
2 3 5 4 - 8 6 9 X
7 7 2 3 5 4
8 6 9 0 5 3