LireIA DAFTAR ISI GENEOLOGI BAHASA DALAM HT]MAMOM
Mfiawa.l
Inhm Esla
LNTASqN SEJAMH I NDON ESIA DALAM NOVEL. NOVg. SUPARTO E8ATA
KEMAMPUAN BACA.TU LI S SISWA
Rilo Ei.k
l-14
D
tSLE RSIA
15
-35
36-51
lah
PRFII<S DALAM BAHASA WAUO (KAIAN TRANSFO RMASI GENEMTIF]
52-66
PENGARUH PEMIKIMN IBNU MADHA'18NTANG U9IUL AL-NAEW| AL-AMBI DA L{M MEMAHAMI
67
PROSES I.4ORFONOLOGI
S
-90
TEl(s KE{GAMAAN ,THE
DESTINY OFACOOD LISTENER?" A DECONSTRUCTIVE RE/IDING OF A SHORT STORY NASIB SB)RAIIG PENDENEAR gTIA BY IUJUR
91- 102
PMNANTO
LIIEMTURE IN IANGUAGE TTICHING
A L.NU SHUUSH
AL.DINIYYAHWA TARJAMATTJIIAA
103-108 109-119
+i_lf_GgA
*"*.-*
*,*.*
PROSES MORFONOLOGIS PREFIKS DALAM
BAHASAWOLIO (KAJIAN TMNSFORMASI GENERATIF) La
Ino
lu.usanPendidikan BahasadznS€ni FRIP UniveBibs HaluoleoxeDda.i
Enail.xnhal!39@'ahodcojd
This article studies the Ianguage of Wolio from the aspect of Morpholory and phonoloryuth tleory of Cenehtive Transformation, The result of analysis indicates ihat prefix nasal becoming original iorm in Laneuage of wolio is N/ by atonort / nl, / /.Nasal/ /will rollowobstruentconsonant/ k/,/ E/, / i/, / e /, / al, / o /, / t/.Nasal/n/willfollowobstruent/t/, / c/, / d /.Nasat / m/will tollowobstruent/b/,/p/. obstruen consonant // byntur t+ kons, + voice, + ant, + cor + insresi4 wiuturn into consonant / b/ [+ kons, + voice, + an! + cor, - ingresi4 because infl uence of progressive asinilation of nasal by fitur [+ kons, + ant, - coi + nas] Obstruen ConsoDant / D/ by fitur [+ kons +
/
nl,/
voice, + difusl will turn into obstruen consonant / d/ by otur I+ kons, + voi.e, _ difus, + ant, + corl because influcnceofprogressiveassimilation ofnasal/ n/ byfiturl+ kons, + son, + ant, + c.r + nasl.obst.ue. consonant / s/ by fitur [+ kons, son.+ant,+kont highl will hm into obstruen consona nt / c/ by 6tu. [+ kons,. voice, +ant, + high, + choir,'kont] becauseinfluencc ofprogressile
assimilation ornasal / n/ by fitur t+ kons,
+
sonoran, + ant.
Ke}'lvords Morphology, Prcfir, cenerativeT.anslorration La tno
t Prcs6 Morfonolosis Pftliks
+
mr + nsl.
*.*.--*,**
I
_rrlr.St4
Bahasawolio (BWl nenpalon salah satu bah*a daeEh di P@insi sulawesi TensgaE )ang okup potensial pada zaman kehiaan/kesultamn Buton dan smPai saat lni bah4a wolio masih beniadi alat komunil€si bagi masy.ftkat pemalGitrya di Kabupiten Buton. Di empilg itu, bahasa Wolio herupakan Pendukungkebudaren daeEhlan8 heniliki seiaEh dan Eadisi yang cukup tua dan tstap dipelihm oleh nasyaEkatpenililo)a
Kaiid tlntang bahda Wolio se@E umum sudah batryEk dilakukan. Van den Berg (1931) seoEns pakar linsistjk dari Belanda telah mensadakan penelitian. Dilajutlian Anceau sehin8Sa mend.silkan di*rtasi yang beindd "rhe Wolio Lonsuasd dan'Wolio Dictionotf. Hsain Abbar dkk. (1980/1981)hensadal€npenelitiandensan jrdul'strukturBahasaWolio". Ambo Gane. dkk (1986) -Morfologi xata I(eda Bah.sa wolio'. La ode ximaludin (1996)'SistEm Reduplil.3si Bahasa wolio".
Dari seiumlah penelitid di alas dapat dilihat baltE belun ada yang m€nek3ji nasalah Teori TEDsfomai GeneEtii Berd6arkan faktorJaktor di atar peDulis tertarik utuk membicaEkan tentanS idiks BW seperti yang tercemin dalahludul tulis ini. Se.aE khusus k ii.n ini akan hembahas tentang Eriasi petubalhn bentuk inEks dalam 8W se@E tEnsfomasi genentit SeaE khu$s pula kajian ini bertujuan untuk heoganalisis Eriasi petubahan infks dalam BW secan Eansfomasi genemtit
Kerangka Tcori Penulisan ini se6n umum menggunakan teori morfologi generatif dan fonologi teneEtii Xedu teori ini sampai saat ini belum pemah digurakan pada kaiian bahasa wolio. Teori morfolosi geneEtif memilkj peEnskat kaidah untuk membentuk kat2-kata baru denBan kaidah tEBfomasi. Tata bahaa thnsformai berbicac dalam dua temiDologi Fitu sEuktur dalam (
[email protected] re) dan strnktur loar (rrfde srDcrrE). oleh tarena itu semua bai4a dilihat dari stnktur dalamny. sana ,ritu menunjukkan atau helambangkatr tingkat pikimn. Perbedaannya terletak pada sruktur luar ,zitu tulisan atao ujaranlans sesunEsubnya.
Teori Morfologi Generatif memiliki perangkat kaidah untuk meinbentuk kata-kata atau kalimat baru dengan kaidah tranlformasi.
Proses pembertukan kata melalui afiksasi dapat dijelaskan b€rdasarkan fonologi generatil Teor, ini menyatakan bahwa morfemLd
no
t
P@
Motonotosis Prcliks
k"lv_G_
-uJ
*.*,__ _**
morlem bergabung untuk membentuk kata, segmen'segnen dari morfem yang berdekatan berlejer dan kadans-kadang nengalami perubahan. Secara historis studi. Morlologi Generatifben*'al dari artikel tentang Fonologi CeneEtif rtng d'tulis oleh ChomslE pada tahun 1970. chomsky dan pergilotr,z kemudian DeneraPkan kaidah SeneEtifke bidaDs kaiian morfolos, yary diawali oleh Ealle (1972j 1973), kemudian diikuti oleh Aronor (1976), dan te€khk Dardjowidiojo (1983 dan 19881 }?ng memodiflGsi teori )angdikemhangkat oteh HaUe. Ada dua pendekatan yaDg dikembatrsl?n obn palar Morfologi GeneEtir : (1) pendekale morfen (morpheme hased aPpmach) oleh Halle ( 1972; 1973], da! pendekaEn kata (wordbasedapproach) olehAroron(1976) Menurut Hane (1972) pelotur *li sebuah bahasa mediliki intuisi untuk mengenal lbti-l€ta dalam batdaDlB dar bagaimana kata-kat tlrsebut dibentuL MorfoloEr GeneEtilreFi Halle memiliki tiSa kompoien: (a) daftar no.rem tDM), tb) k idah pembentukan kata t(PK), (cl sarinsan, denBan meDggqn.kan pendekatan morfem. Dah'd morfem berisikatr baik morfem bebas haupun mo.fen teritat.lalam poBs infleksi dan deriBsi. xaidah pembentukan kata berisikat s€mua kai.lah )ang b€.hobunEan denSan pembertulcn kata &n horfem_morfem Fng terdaftar pa.ta daitar Ist'Kaidah pembentukd kata beFam{ama daftar Lqta nembeniuk ldta kata yang berterima maupu yang tidak benerima Geperti kata-kara poteNial) .yaitu bentu[ satuD liDgual yang tidak ada dalan realitas t pi bisa alan ada iila memenuhi persyaEtan kaid.I peDbentuka, kata. Saringad (nlterl menempelkan segala nacam idiosi.kresi vang terdapat dalam kata baik ,Eng beBifatf otrolo8r,semannk, ataupun leksikal, kohponen dal.m pembentukan kata kamqs (Kl sebagai rempat dari norfem alau [Eta vang bha lolos dari '€itu hid.h pembertxkan kata. Bentuk_beDtut yang tidak benerima dalam kdus tenahan dalam sanngan. Prcses pembentukan secaF morfologi aeneradf digambdkd sepeti beriku! Pada tahun 1973, Halle menambah satu
i
La tno
ssig !-.1 :)-_--)
t Pmw
t
orfunotogis Preli*s
tu6r
I
*"*,-.-
*'*.",
t'" lf-gt'#
Lnt PaEgraphiBerbeda densan Halle, 4rono,I (1976) menolak konsep HaUe terselut, Asutisi Aronof adalah mofem tidak nemiliki makna tetaP, dan dalam keadaaD tertentu mortem tidak nemilki makM sama sek'li Oleh l.arena itu, ia berhiPotesis "senua proses penbentukan kata beraturan drdasarkanpadakalal'LebihtauhArcnon hengalakankcidrhpembentukan t
berikur Dasarpembentukankataadalah kata (bukan lebih kecildarikata)
1. Kata adalah kata )Eng benarb€nar ada (tidal< termasuk kata_kata valg 2. vaidahpembentuka.kataberlakuuntukk tatungg'lhtrkanfEsa' 3. (ata
dasar harus temasuk dalam kateSo.i verba, adjeki€, dan lainlair
4. Out put dari kaidah pembentukan
sintakis utana, faitu nomina,
kat
harus Derupakan kateSori
srnuksG. Arcnoff menecambarkan proses Pembentukan katasePenidibawahini:
(6nrlP.ml,.nil:nK,t!
|
Bertolakd!.i pern)€taan tersebut di atas, konsep Halle dan konsepAronoff memilki perbedaan, yakni konponen A.onoffdi nana kala dasar disinpan hirip de;san daftar morfen, HaUe yang berisi dasar kata Gten). sedangkatr persanaan kedua konsep tersebut baik Aronoif Daupun Halle sama-saDa menerapkan prinsipbentuki@ird dan bukan arti. Terlepas da.i perbedaanyans ada antaE Halle, Arononmal'r Dardjowidioio (19881 pa.ta prinsipnya sependapat bahwa komponen int€8'al proses
penb;niukan kata dalai fonoloBi senemtif sebagai berikut I
La tno t Pmses
ttoionoloits Preliks
Pe
rta n o,
Daltar
gs
*,*.-**,**
-rr1.tqgf, Mo.fen (DM) (List ol Moryhenes),
ked!4 Kaidah Pembertukan (ata (KPK) (word Fornation Rutes), ketisa, s^ringan (filter), Lenpor, Kanus
Komponen peil.ma adalah DM. Dardjowidjojo (1988) menodifikasi DM Hatle (1973) dersan horren hased-Dra (norren scbagai bentuk minimal penbentukan kata) dar A.onor(1976) dengan word based-nlt lkata sebasai bentuk minimal pemhentukan kata. Menurutnya, DM hatus berisi: (1) norfem bebas [akar kata bebas], (21 akar kata Enka! seperti pEkatesorjal, dan (3) afilc.
KPK merupakan komponen kedua yang mencakup semua kaidah pembentukan morfem-mortem ,?ng ter.akup dalad DM ,Eitu kata dasar bebd dan terika! d.n a6kt ditarik lG dalam (PK, diprcses sehingSa melahirkam kata, baik kata-kata ,!nB benarbenar ada ataupun bentuk potecialyangadadajamsuatubahsa. (Dadiowidjojo, 1988:35) Romponen keb8r adalah sanngaD yang bertungsi menyarincbentuk bentuk
yangdihasilkandari KPKyangmengandungbaikbeEifatfonologis,senanti.,
maupun leksikal. Idiosingkresi bersifat fonologis misalnya kata menpfrttiklan, menurut kaidah segehe. /p/ harus lesap. Idiosingkesi semantic misaln a kata pahlaun ]€ng bernakna s€suatu perjua.gan yang beEifatn*ional ataupunkehidqpaD. Komponen keemDat adalah kamus. vamus memiliki peran yanS penting dalah pembentukan kata sebagai penanpunB bentuk-bentuk yang gEmtikal dalam berterima datam suatu bahasa sena bentuk'bentuk potensialyangdihasilkanoleh KPK. (Dardjowidiojo, 1988:58) Lebih lanjut penul,s akan menentohkan bagaimana alur pembentukan kata bahda Wolio dengan teori Morfoloer ceneratif model Halle Fng sudah dkombakoleh Dardiowidioio reperti terlihat pada diagram berikut
.-^,,i.. ! -.^-.-,
Ld
ho
t
h.*s
t orlonolosis
Prenks
*"*
_._*,*.*
.-ud"g!r.4
Tulisan ini menggunakan teori j,rng disunakan oleh Da.djowidjDjosedangkan ca.a k€rja atau analisis akan menggunakan teori yang dikemukakan oleh schane (1992) dengan mengemukakan enam dikotomi proses penskaidahan fenonenaJenomena fonologis dan morfolo8is bahasa secaE univesal, yaitu: 1l kaidah perubahan cinl2) kaidah pernutasi dan perpaduan, 3) kaidah pelesapan dan penyisipan,4) kaidah bemriabel, 5) lcidah berurutan, 5) kaidah pereelang{eli.sa! Dengan meng8uakan cin-ciri pembeda yang dikenukakan oleh crystal. Menurutbeliau bahwa ntur l/]ature) m€ngacu pada suatu ciri klr* dan fitu.
ioidapatdikelonpokkankedalamberbagaitinglctanalisislinsuistitseperti ntur fonetiL lonoloei, gramatikal, dan sintaksis- adapun ciri pehbeda (disnnctive feoturc) dalam teori lonologis genemtif merupakan suatu perahgkat udt rang spesifik dan ,zns membedakann)€ dengan unit'unit lain. ciri-.iri fitur tersebut dalam penerapannya nen8gunakan ciri biner yaitu tanda (+l dan
(r.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Schane. Schane telah nembuat ci.i'ciri penbeda. Cin-ci itu menbedakan segmen ]€ng satu dengan yang
Iainnya. Secaraideal, cinyaDgsesuai harusmemenuhi tiga fungsi yaitui (1) mampu Demberikan fonetik sistematik atau disebutfungsi foneosr (2) pada
tataran
,!!g
lebih absrak, berguna untuk membedakan unsur-unsur
Iekikal yang disehut funssi fonemis; (3) menbuat kaidah kelas segmen dengan fi tur-fi turdistingrif dan spesi6kasi ciri umum r?ng diperlukan untuk sebuah identinkasi seemen.
Lebih lanjut, Schane (19921 menotasikan kelas konsonan dan kelas vokal denSan I< dan v perangkat-perangkat lain yang ditetapl€n adalah notasi notasi + untuk men ztakan batas morfem, sedangkan notasi + untuk men batas k.ta, notasi ii nntuk nenyatakan batas frase, Dotasi "takan untukhenyatakan.irsebuah segmendari segmen itu sendi.i ditulisdengan notasi fonemis.0 untuk kaidah penyisipan bila nuncul dari disebelah kin ta.da panahda. untukpelesapan bilahuncul disebelahkanantaDda panah.
//
Benolak dari ciriciri pembeda inilah nantirya tulisan ini akan melihat kaidah.kaidah p.oses norlofonemik dalan bahasa Wolio dengan teon morfologi generatifversi Halle yang telah dimodifikasi oleh Da.djowidjolo (1998).
Penelitia.inime.upakanpenelitandeskriptifkualitatily!itupenelitianyang bertu juan mensEambarkan sirat, keadaan, dan geiala (fenomenal kebahasaan La tno
I Ptus.t Mo4onotogis Prelikt
g7
UNGIA Bw pada sutu waktu saat penelitian ini dilakukan lsinkonis). Analisis vang dilakukan diusahaka! dapat menjelaskan dan memerika suatu sejala vans .titeliti sece detail dan dapat FendeskriPsikan apa vang terjadi dan menjelslah meDgapa hal itu terjadi. Teknik pengumpula. data dilakukan dengan mengahati pemataian BW vang sering dideDgar.tan dipakai sehari'hari oleh penutur BW rtng kebetulan
penulis sendiri adalah salah seotu8 pemakairy!. Selai! itu, penulis nenSumpulkan bahan infomasi mengeM, BW da.i nuku hacaan hasil penelitian dalam pustaka.
Metode ,rnq ilisunakan dalam nenskaji data fmentanalisis data] adalah memakai nodel Dardjowidjojo ,zitu ded8an menproses muatan daftar morren (DM) untuk nenghailkan bentuk }?ng berterima naupun vaDe tidak berterima. Adapur bentukan yang berterima selatrjutnva pindah ke kamus, *dangkan ,€ng iid.k berterima tenahan di komponen saringan (filterl, tetapi ada bebeEpa bentuk ring perlu adanya idiosinkresi semantiL
lekikal,danronologi. M o4o togt Alksos L d oa Mo fotosi eenemril
.
Ramlan (19s0:2) memberi bat6an horfologi ini adalah basian dari ilmu bahasa Fng mebi€nkan atau dempelajan seluk_beluk sEuktur kata, se.ta pengaruh perubahan strukur l€ta itu terhadap golongan dan ani kata. Dengan denlkian, apa yalg dikemukakat oleh verhaar nergenai morfologi t,dak berbeda dengan deng:n batasan di atas. Dikataka. bahwa morfolgi adalah bi.tang lincuistik yanS mempelaiari susunan bagian kata secara gramatikaL Delgan demikian,bidang morlologi membicankan morfeD dan pensrosunan d.lam pembentukan kata. Susunan mo.aen )Eng dibicarakan
ituterm*uksemuakombinasiFngmembentukkataataubagiank ta(Nida, 1949:1). Berdasarkan batasan dan ruarg lin8lop mortologi seperti itu, pembahasan
bidang norfotogi dalam Bw akan nieliputi afiksasi, perulangan, pemajemuka4 dan bisa nencakup morfofonemik. Akan tet.pi, sesuai dengan pen
janskauaninfikdalamBw M€nurutRamla. {1980:231 afilcasi adahh proses pembubuhan afiks pada bentuk ddar Iadi afiks adalah uDsur yang selalu dil€katkan pada suatu
rnorfem dasar atau morfem pangkal. Tempatpenbubuhannya bisa pada awal morf€m dasar yang disehutkan dengan preliks, di tengah morfeh dasa. La tno
t
Pmses
Morlonolosis Prtft/ll
*. *, *.- *,*.-,
I
disebut
-tu-l.v"g-u.
*
infrk, diekin morfem dasar diseblt sufiks, dan pada awal, tengah,
danaklirmorfem dasardisebutkonfi k5. Cin-ciri afiks itu: (1) selalu dlbubuhkaD, (2) tcrikatsecara morfolo8, (31alti yang dthiliki bukanlah arti lekikal nelainkar arti gEnatikal. Sedangkah, morfemdasar bersifat bebas dah DeDiliki arti leksikalmehpun ri kategori yangielas, dan umumnya dapatdijadikan bentuk bagi bentukan Fng lebih besai (Nazi't 1936:107). Morfologl cenel?iif nelyatakan bahwa norfem-morfem bergabung untuk membentuk kata. Segmen dari morfem-morfem ,!ng berdekatad kadanSkadanf mengalami perubahan seperti penanbahan aonen, perubahan fonen,pelesapanfonen, dah perubahartempatfonen atau metatesis.
Diskusi dan Temuan Tulisan ini hahya menguhikan ientang perubahan fonem- Dalam teori teneratic suatu bunyi berubah meniadi bunyi lain dapat disebabkan oleh perbatasan atrtar morfe@. Dalao perubaha! itu kita harus menentukan segmeD asal dan segmeD turunan, Untuk uEian benkut ini ,€ng menjadi segm en asal ad alah /N/ dengan perildbangan bahwa penulis mengangga, untuk nasal yaDg meljadi dasar dalam bahasa ini (Btq belum bisa ditenlukan unt!k saat ini. Dalam artian bahwa masih memerlukan penelitian lebih laniuL ladi yans meniadi fitx..asal adalah [+nasi
sebehm duelaskan tentanB proses perubahan perubahan fonem, maka terlebih dahulu penulis a1.rn mensinvensasi anks bahasa Wolio dalan hal ini inventa.isasi pre6kssaja sesuaidengan pokokpemasalahaD.
,ra o,i},.
,pdc$-,. ,m(""t,. ,po(N).,, paN)-i
,peka{N^).,.
,pom(N"},
:itofN)",.
,$(Nli. rpc{}'!' io(Nl'
i-i..tm-.. pan-,.,p€la-.
pepe-:. pisi-'. polu-;.,pdi-.
?o$-
Yahg menjadi pembahasr. dalam ttlisan ini hanyalah p.efiks.asal dengan pertimbangan bahwa karena asimilasi nasallah sehingga terjadi salah satu
Permno, p.oses pe.ubahan (N) meijadi
/n/
sekaligus pe.ubahan
/lr
/
Data berikut hehperlih.tkan bahwa apabila suatu segmen konsonan La
ho t PM6 Morlonoloats Prellkt
de
plv-ggA
*.*"*,**,**
obstrueD ingresif /0 / setelah mengikutl asimilasi p.ogresif nasal (Nl ,?ng diiloti oLeh perbaiasan morfem, Daka segme. konsonan obsttuen dimalcud berubahmenjadi obstruen/b/ dan nasal (N) meojadi /o/ ,e2 OO +
ootl
/kdbo$/
'pu,us'
k€purus.!
/dembatv meml,uai sepeni baiu
/prrlnbah/ 'pnb.kaltu'
/p.ra 0.0 + Pah, 'b.kal'
dapat dibuat suatu formasi mengenai ihml sebasai perubahan (N) meniadi /m/ dan sckalisus pe.ubahan // neniadi
Berdasarkan data di
ats
^/
[+nas]
m8
*irg6if Eaidah di atas men,€rakan bahwa bahM nas.l (N) van8 mempunvai fitur I densan fitur t+nas, +ant, -kor, +konsl +nas,I berubah me.jadi nasal _kor, setelah meDsikuti obstruen /p/ yans medpunvai fitur t + kons, +ant, +suara +insEsifl dan obstruen /p/akan betubah menjadi obstruen /b/ denganntu;[+kons,+a.t, kor,+ingresir] setelahdenCikuti/m/diikuti oleh
/n/
basian morfem panSkal. ,.eduo, proses perubahan (N) m€njadi /n/sekalisus perubahan
/D/meniadi
Data berilot memperlihatkan bahwa apabila su.tu segmen koDsonan obstneD /D/ setelah mengikuti proses asimilasi progresifnasal (Nl vanB diikuti oleh perbatasa. morfe@ maka segmen konsonan obstrnen vans dimakud betubah me.radi obest.Den /s/ dan nasal (Nl be.ubah menjadi ,Para
,p
(N) , DaDi hidurr
aDdaDi. dNn-qhidlflao
*a (N) . Ditar '.intlar' ma (N) , Dch jilat' .
po(N) i Da'tkn
bentur'
-l 61,
h
ho
t
londalku
Pmses Mottunotosis
bcnr'nntr
Prelilt
*"*.--
*,**9.,1t994
Berdaarkan data di ats dapat dibuat suatu fomasi meDgenai ihMt Petubahan (N) henjadi /n/ dan sekalisu perubahan /D/ menjadi /d/
t-"*t
/
Kaidah teEebut men)'ataka! bahm (N) yang mebpunyai fitur [ +na, berubah menladi /r/ den8ah ,irur [+kons, +nas, +son, +ant, +kor] seretah mensikuti obstruen /D/dengan ntur [ +kons, +suara, ditus] danobstruen /D/ berubah neniadi /d/ den8an fitur [+kon5 +suara, -soD, +a nt, + kor] setelah hensikuti /./ diikuti oleh bag,an dar, morfem panSkal_ (e&s., Prosesperubahan [N) menjadi /n/ sekaligus perubahan foDem /s/ Data berlkut memperlihatkan bahm apabila suatu sesmetr obstruen /s/ setelah m.n8ikuti asimilasi progresitnasal {N) r?ng diikuti oleh perbarasan morfem, maka segemen lonsonaD obsrruen dim.ksud berubah menjadi dan naal (N) berub.h meDiadi/n/
/./
.ta (N)
+ ausu/
'tu$rk'
/pa (N) + suru/ usala'
Aa (lO + sawi/ 'rull1pana
/kancawi|ruepar8rr'
Berdasarkan data di atas dapat dibuat suaru fomasi menSenai ilwat perubahen nasal (N) meniadi /n/ dan perubahan neniadi /./ .ebalai
lsl
I tr.i -rirggi
rirgsi
Lo tno
t Prcsd ttoalonologis Prelits
UNGT'A lGldah di atas meDlatakan bahwa nasal (N) ,!ng mempun €i 6rur [ +nas] berubah meniadi ndal /n/ dengan titur [+kons, +nasal,+a.t, +ko.] menSikuri obstruen /c/ dengan firur t+kons, -suam, +rin8gi, -ant, +kor -konrl dan obstiuen /s/ betubah menjadi obsrruen /./ densan 6tu t+tons, {on, +anr tinsgi, +kontl setElah nensihti /n/ diikuri deh bacian morfem pahEkal.
(€enpol
Prcses
perubahd (Nl menjadi
/m/
bcrilot neperlihatkatr bahM apabila suatu segmen konsonan obst.uen /p/ setelah he.gikuti 6ihilasi prosresif nasat (Nl betubah neniadi /,nl yaDg diikuti oleh perbataen oorfem, maka obsrruen dimaksud ridak Data
i,eka
(1.O +
pili 'pilih'
,pek.qrili rueDilih'
paft' 'pam$' (N) + prDa' llabis'
Ftxnrplnc xle
paka (lO + .1$
anasi_
trxurDa penshabisa, sn{hl.i lang tErltri-
.e (N) + p.lai,''ltri'
Berdasarkan data di atas dapat dibuar suatu formasi neng€naj ihwal peruba)'an (N) menjadi /m/ dan penlapan obsuueh /p/.
,.,*",/
l(aidab di atas hen lrakan b.hwa nasal (Nl dengan fitur t+nasl benbah meniadi nasal /m/ densan firur [+kons, +nar ,kor, +anr, ] setelah mengikuri obstruen /p/ dengan fitur [+kons, -suara +ant, kor] diikuti oleh basian ,(eliao, p.oses perubahan [N] meniadi
/n/
Data beriht menplerliharkln bahwa apabila suatu scgh€n konsonan obskuen /t/ setelah mensiltti asimirasi prcsresjfnasal (N) berubah nenJad i /h/ r6ns diikuti oleh perbarasan morreh, haka obstruen dihaksud tidak
La Ino I Ptuns ltroqonologis Preliks
UNG'A kidah di atas menyatakan bahwa nasal (N) Fng mempunyd ntur []nasl berubah menjadi /0/ dehe.n ntur [+nas, +bel] setelah mengikuti obstru€n /k/ de.san fitur [Ions, +tinssi, -nas, -pts, -suar4 diiLati oleh basiar morfem ,Gtuiun, proses tN)
neDjadi//
berilat nehperlihatkan bahM apabila suatu segemen vokal setelah menglkuti asimilasi prceesil nasal (l.ll meniadi /o / yans dtihti oleh Data
e\"' 'las"n' mo (N)+.io 'hat
rmo (N) +
nDne\\"
' el.\
r'
trlorlurle.'lllengaii' nto
tN, + ucri
lllo (N) +
ila
dudul
'lnlang
Dronunctrrx inenduduli'
.morlila .menghila g'
Berdasa.kan data di atas dapat dibuat suatu fomasi mengenai ihwat nasal
tN)henjadi/0/
tn^,t/ r.":,tt-*
_F'] EI
kidah
di atas menyatakan bahwa nasal (Nl yang Dempunyai nrur t+nasl akan berubah henjadi /[/ dengan fitur l+nas, +bel] setelah mengikuti vokat
densanfitur[+sil]
ae.dasarkan data dan analisis di aias maka dapat dnarik beberapa kesimpulan singkat tentang norlofonehik bahasa Wolio yaitu sebagai Nasal yang menjadj beniuk asat adatah /N/ dengan firur l+nas,l. Nasal dengan fitur l+nasl reEebut m€mpunyai aromo.r /! / densan fiiur [+nas, 1bel,l,/n/densan itur [+has, +son, +ant, +kor, +konsl, dan /m/dens.n firur
Ib{.:
Ld tno
t
Pmses Mortunotosis
prcllks
*.*,-**,*".#--'{-G-.y-# t+kons, +ant, -koi +Msl. Nasal /0/ de4an fitur t+nas, +bell akan nen8iklti ob$ruen konsonaD /k/ d€n8an fitrr l+kotrs, +tinggi -nas, -pts, {uara], obstruen koEond /&/ dengan fitur [+konr +tinssi, .oas, -pts, +suaE], rokal t+sill.Naal /tr/ densefitu [+nae +solr +ant, +ko[ *kons] ak n mengikuti obstren koMmn d€n8a! 6tur [+kons, -$aE, +kor, +art], obstruen
/t/
konsolatr/c/dery fitu [email protected],
+an! +tincci, +kor,'kontl, obstruen +korl. Nsal /m/ den8d 6tur l+konr +suaE, 'son,
+el koaonan /d/ densanfitur[+ko$,+ant,-kolrmslalan hengikutikonsona. A/den8an 6tur [+koc, +lor lnsBif, +ant, +suan, -son], konsonan /p/ densan ntur [+koE, suE, +an! -kor]]. obstruen konsola! /0 / dene.n nrur [+kons, +saE, +ant, +kor, +insEnfl alan berubah menjadi koBonan /b/ t+kons, +$aE, +ant, +kor -ingresil karena pengaruh asimilasi prcgresif nasal dengan fitur [+ko6, +et, -kor, +n6]- o]strueD konsonan /D/ dengan ntur Ilkons, +suE, +diftsl aka, berubah meniadi obsftuen lonsonan /d/ densa! fitur [+koE, +suara 'ditur +ant, +kor] karena peng.ruh 4inilasi prcsBir nasal /n/ dens fitur [+kons, +sn, +an! +kor +nas]. obstruen koNonan /s/ dengan fulr I*koN, 'son, +ant, +kon! - tingsil akd berubah nhirdi obsEuen konem /c/ dengan ntur [+kons, -suF, +ant, +tin8€i, +ko., -koDtl loEna peIceruh similai prcgredf nael /n/ dengan ntur I+kone +sonoran, +ant +koi+Msl DA.FTAR PUSTT(A
Abbs, Hsain. 1980. srrurc! r Bahoso Wotio. la\atra: Puet Pembinaan dan Peng@banS aahaa Aaceaut, t-L 19A7. KamB Bal,as ,vorio. Dordrecert Holand Providence . Fons Publi@tior HolandAnnof, Ma.L 1976. Word Fomation on Cq.rutiw e@mmoi CambridB€: TheMITPMs. BeEtha, Ni Luh Sutiiati. 1988.'E9o uti@ oI verbol Motpholog/ in Bdlinee'. Disertasi untuk geler Do.tor of Philosophy, CanberE: Australian National Univecity. Dardjowidjojo, soenjotro. 1e8a. Morhtos i GenetutilTeo ri do n Pethosa la h o n. PILLBALlakart :L4hbagaBahrsrUnikdAtmajd. Dardowidiojo, Soe.jo.o. 1987. Linsuistik: Teon dan Terapon. Iakarta: Arcan. Gene, Ambo. 1986. Moiologi Kota Kerja Bohoso tl/oiio. jakarta, Pusat Penbina!n da. Pengembangan Bahasa. Halle Morris, 1973. Prclogomeho to o Theory olWotd Foma!ion,Cambridge: TheMlTP.ess.
tt
Ld
ltu , PmB Morldologis Pnfrks
ds