FAKTOR-FAKTOR…..(26):177-184
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT SEKITAR TAMBANG PT ARUTMIN INDONESIA SATUI MINE DALAM PELAKSANAAN PROGRAM AKU HIMUNG PETANI BANUA Oleh/by DANIEL ITTA1), DUDY BAGUS PRASETYO2), ATHAILLAH MURSYID3) & EKA RADIAH3) 1) Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat 2) Mahasiswa Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat 3) Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat
ABSTRACT The purposes of this research aimed to analyze correlation between social economy factor (income rank and education rank), and culture factor (work ethos) within the participation of local society around PT Arutmin Indonesia Satui Mine area in Aku Himung Petani Banua Programme. This research was conducted in Bukit Baru village Satui district Tanah Bumbu regency and Sei Cuka village Kintap district in Tanah Laut regency – South of Kalimantan province from August to October 2008. The respondents for this research consisted of 33 respondents from 104 persons selected by proportional random sampling on the strength of ethnic group representation which they were joined in Aku Himung Petani Banua Programme. The local society participation rank was analyzed using 3 item activity indicators of participation in Aku Himung Petani Banua Programme, and there are illumination activity, training activity and the local society respons for demploting assistance. Second, the correlation between social economy factors (income rank and education rank), and culture factor (work ethos) within the participation of local society around PT Arutmin Indonesia Satui Mine area in that program were analyzed using spearman rank as applied. The results showed that the participation of local society was in hight rank category at 84,85%. The spearman rank correlation analisys showed that the social economy factors (income rank and education rank), and culture factor (work ethos) were not correlated with the local society participation rank in Aku Himung Petani Banua Programme. Result of this observation estimated that demploting assistance as economy motive was correlated with the participation of local society around PT Arutmin Indonesia Satui Mine area in Aku Himung Petani Banua Programme. Key words : Participation, Local Society, Mine area Penulis untuk korespondensi: PENDAHULUAN
Kedatangan perusahaan tambang pada suatu kawasan memicu terjadinya perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat lokal. Kebiasaan (pola hidup) masyarakat sekitar tambang yang senantiasa menggantungkan hidup pada alam dengan bekerja sebagai Petani atau
Peladang berubah drastis seiring dengan perubahan sosial yang terjadi di kawasan yang menjadi pusat operasional tambang. Perubahan yang sangat mencolok dan dapat dilihat adalah perubahan pergeseran pola hidup (kebiasaan) masyarakat. Semula pola hidup masyarakat
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
177
FAKTOR-FAKTOR…..(26):177-184
bersifat tradisional dan banyak bergantung dengan alam berubah drastis menjadi masyarakat yang terkontaminasi modernitas perusahaan. Akibatnya, mereka banyak terpinggirkan karena tidak mampu bersaing dengan masyarakat pendatang untuk memperoleh pekerjaan. Kehidupan mereka semakin terpinggirkan tatkala sebagian lahan tempat mereka menggantungkan hidup telah beralih fungsi menjadi areal pertambangan. Fenomena ini sering tidak terpikirkan atau dipandang hanya sebelah mata oleh pihak-pihak terkait. Ketika semua masalah terakumulasi maka keadaan ini berubah menjadi sebuah issue pemicu terjadinya konflik (baik vertikal dan horizontal) dari berbagai pihak yang berkepentingan dengan kelancaran operasional tambang di kawasan tersebut. Untuk menjembatani berbagai kepentingan berbagai pihak, seperti Pemerintah, Pengusaha (Pihak Swasta) dan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam di daerah maka dikumandangkanlah issue tanggungjawab sosial dan lingkungan, atau lazim dikenal dengan istilah CSR (Corporate Social Responbility) di lingkungan perusaahaan operasional pertambangan. Salah-satu bentuk konsep pelaksanaannya adalah
Program Aku Himung Petani Banua yang dilaksanakan oleh PT Arutmin Indonesia Satui Mine. Dilaksanakannya Program Aku Himung Petani Banua ini mengandung harapan, yaitu dapat membuka akses peluang (kesempatan) kepada masyarakat untuk menggeluti kembali pekerjaan mereka yang sebelumnya pernah mereka tinggalkan, yaitu sebagai Petani (Peladang) di sektor pertanian dan di sektor lainnya, seperti : perikanan dan peternakan. Keberhasilan pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua akan tercapai apabila masyarakat berpartisipasi aktif dalam seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam program tersebut. Keberagaman tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program tersebut merupakan suatu permasalahan yang perlu diteliti lebih mendalam. Tujuan penelitian ini dirumuskan, sebagai berikut : (1) Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua; dan (2). Untuk mengetahui apakah faktor sosial ekonomi berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Desa Bukit Baru Kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu dan Desa Sei Cuka Kecamatan Kintap Kabupaten Tanah Laut yang merupakan wilayah tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine yang menjadi kawasan pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu pada bulan Agustus s.d Oktober 2008.
Penelitian ini menggunakan metode survei. Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang bersumber langsung dari masyarakat sekitar tambang batubara PT Arutmin Indonesia Satui Mine yang kawasan tempat tinggalnya menjadi basis pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua yang didapatkan melalui teknik wawancara terstruktur (menggunakan kuesioner),
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
178
FAKTOR-FAKTOR…..(26):177-184
sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti hasil-hasil penelitian, studi pustaka dan informasi dari lembaga terkait. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine yang terdaftar sebagai peserta binaan dalam Program Aku Himung Petani Banua sebanyak 104 orang yang berdomisili di 2 (dua) lokasi yang menjadi obyek penelitian. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah Proporsional Random Sampling terhadap sampel berdasarkan kelompok etnis (suku). Penentuan anggota sampel sebesar 30% disesuaikan dengan jumlah sampel pada tiap kelompok sampel. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2003) yang menjelaskan bahwa jika peneliti mempunyai beberapa ratus subyek dalam populasi, mereka dapat menentukan kurang lebih 25% – 30% dari jumlah subyek tersebut. Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat sekitar
tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua mengunakan rumus (Hadi, 2004). Untuk penarikan kesimpulan, maka hasil analisis tersebut dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori dengan kriteria (Hartono, 2006) : (1) Tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua tergolong Tinggi, jika tingkat partisipasinya > 70%; dan (2) Tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua tergolong Rendah, jika tingkat partisipasi yang diperoleh = 70%. Untuk mengetahui hubungan antara faktor sosial ekonomi yang meliputi variabel pendapatan dan pendidikan, serta faktor budaya (etos kerja) yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua dilakukan dengan menggunakan uji korelasi tata jenjang (Rank Spearman) berdasarkan nomor urut atau peringkat distribusi masingmasing faktor (Hadi, 2004).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Partisipasi Masyarakat berdasarkan skor partisipasi Tingkat partisipasi masyarakat dalam masyarakat dalam kegiatan pelatihan, pelaksanaan Program Aku Himung kegiatan penyuluhan dan tanggapan Petani Banua adalah derajat masyarakat terhadap bantuan keterlibatan aktif atau keikutsertaan demplot. Nilai skor kriteria tingkat seorang atau sekelompok masyarakat partisipasi digolongkan menjadi sekitar tambang PT Arutmin Indonesia tingkat partisipasi rendah dan tinggi. Satu Mine dalam pelaksanaan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh Program Aku Himung Petani Banua. data tabel 1. Tingkat partisipasi dihitung Tabel 1. Tingkat Partisipasi Masyarakat Tingkat Nilai Yang Nilai Persentase Kategori Partisipasi didapat Ideal (%) Pelatihan 5,61 7 80,09 Tinggi Penyuluhan 7,09 9 78,79 Tinggi Bantuan Demplot 7,67 8 95,83 Tinggi Rerata 6,79 8 84,85 Tinggi
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
179
FAKTOR-FAKTOR…..(26):177-184
Berdasarkan hasil penelitian, skor yang didapat pada 3 (tiga) komponen kegiatan partisipasi masyarakat dalam Program Aku Himung Petani Banua adalah didapat rata-rata sebesar 6,79 dengan skor ideal 8, sehingga diperoleh persentase skor sebesar 84,85%. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan maka nilai persentase di atas termasuk kategori tinggi. Tingginya tingkat partisipasi masyarakat tersebut ditunjukkan dengan data pada Tabel 1 bahwa lebih dari 50% masyarakat terlibat langsung dan berperan aktif dalam seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam Program Aku Himung Petani Banua. Hasil penghitungan skor tingkat partisipasi masyarakat diperoleh nilai skor masing-masing sebesar 80,09% dan 78,79% pada indikator tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan pelatihan dan penyuluhan, sedangkan pada indikator tanggapan masyarakat terhadap bantuan demplot diperoleh skor sebesar 95,83%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan pelatihan dan penyuluhan serta respon yang diberikan masyarakat terhadap bantuan demplot termasuk dalam kategori tinggi. Tingginya persentase yang diperoleh dari ketiga indikator terebut menjadi indikasi bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua termasuk dalam kategori tinggi. Tingginya tingkat kehadiran masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan didorong oleh inisiatif dari diri petani itu sendiri untuk menambah pengetahuan yang berhubungan dengan usaha budidaya yang dilakukannya. Selain itu, karena adanya keinginan (kemauan) mereka untuk memperbaiki usaha tani yang telah mer reka tekuni selama ini. Dengan mengikuti kegiatan pelatihan dan penyuluhan tersebut mereka dapat memperoleh
tambahann pengetahuan yang dirasakan bermanfaat bagi usaha budidaya pertanian yang dilakukannya. Pada kegiatan pelatihan terungkap bahwa tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan pelatihan termasuk tinggi, yaitu 69,7%. Dalam setiap pertemuan yang dilaksanakan mereka selalu aktif mengajukan berbagai pertan nyaan mengenai materi yang disampaikan dalam kegiatan pelat tihan tersebut. Mereka juga aktif menyampaikan setiap masalah yang mereka hadapi di lapangan. Dengan dilaksanakannya kegia atan pelatihan tersebut mereka mengharapkan adanya pemecah han terhadap masalahmasalah yang terkait dengan usaha budiddaya yang ditekuninya. Hal positif lainnya adalah mereka ddapat saling bertukar informasi dan pengalaman dengan ang ggota masyarakat dari wilayah lainnya terhadap beberapa permasalahan usaha budidaya yang pernah mereka alami sebe elumnya. Kondisi inilah yang mendorong mereka ingin bergabung dalam Program Aku Himung Petani Banua dan selalu menghadiri kegiatankegiatan pelatihan yang dilaksanakan dalam prograam tersebut. Tingginya tingkat kehadiran masyyarakat dalam kegiatan pelatihan dikarenakan umumnya masya arakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine merasa tertarik dan terstimulasi untuk mengikuti kegiatan pe elatihan, karena mereka ingin belajar dan ingin mengetahui materri-materi apa saja yang diberikan dalam kegiatan pelatihan terseebut. Alasannya adalah mereka ingin mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru sesuai sektor kegiatan yang diikutinya. Harapannya adalah dengan materi pelatihan yang diperolehnya maka pengetahuan dan pengalaman mereka akan bertambah sehingga produkvitas lahannya akan
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
180
FAKTOR-FAKTOR…..(26):177-184
lebih meningkat di masa yang akan datang. Kondisi inilah yang mendorong keinginan kuat mereka untuk bergabung dalam Program Aku Himung Petani Banua dan selalu menghadiri kegiatan-kegiatan pelatihan yang dilaksanakan dalam program tersebut. Hal ini sesuai pendapat Djatmiko, et.al. (2003) yang mengatakan bahwa partisipasi masyarakat dipengaruhi kemampuan dan kemauan mereka untuk berpartisipasi dalam program. Terungkap bahwa sebelum mereeka bergabung dalam Program Aku Himung Petani Banua, ternyata banyak di antara mereka atau para petani sekitar tambang sering mengalami gagal panen. Hal ini terjadi karena minimnya pengetahuan tentang tehnis budidaya mereka selama ini. Selain tidak mendapatkan hasil panenan ternyata usaha budidaya pertanian yang mereka tekuni semakin terpuruk karena terjerat hutang Saprodi (sarana produksi pertanian) dengan para tengkulak. Akibatnya, harga panen yang mereka peroleh sering dipermainkan oleh para tengkulak karena mereka harus membayar modal usaha pertanian yang telah diinvestasikan oleh para tengkulak tersebut. Permasalahan inilah yang menjadi perhatian PT Arutmin Indonesia Satui Mine untuk memecahkan kesulitan masyarakat sekitar tambang yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan sebuah program pengembangan masyarakat (community development), yaitu Program Aku Himung Petani Banua. Program ini memfokuskan kegiatannya untuk membantu dan memberikan pendampingann tehnis kepada masyarakat sekitar tambang terutama untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh para petani. Komponen lain yang digunakan indikator untuk mengukur
tingkat partisipasi masyarakat adalah tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan penyuluhan. Terungkapp bahwa tingkat kehadiran yang masyarakat dalam kegiatan pelatihan termasuk tinggi, yaitu 67,7%. Tingginya kehadiran masyarakat pada kegiatan penyuluhan tersebut memicu peningkatan pengetahuan terhadap materi penyuluhan yang diberikan, dan pada gilirannya dapa at meningkatkan partisipasi terhadap pelaksanaan program. Hal ersebut menunjukkan indikasi bahwa intensitas komunikasi masyarakat dalam kegiatan penyuluhan dengan para Tenaga Pendamping Tehnis Program Aku Himung Petan ni dapat memicu timbulnya perubahan dalam diri masyarakat unntuk semakin meningkatkan pengetahuannya. Faktor sosial yang g juga penting agar terjadi partisipasi adalah komunikasi (Dwiy yanti, 2005). Liliweri (2002) mengemukakan bahwa kehidupann manusia di masyarakat ditandai oleh dinamika komunikasi, kita bertukar informasi, gagasan dan pikiran melalui komunikasi. Melalui akses informasi maka akan meningkatkan partisipasi. Syamsi (1994) dalam Dwiyanti, (2005) berpendapat bahwa faktor komunikasi sebagai salah satu cara untuk menyampaikan informasi merupakan sarana untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. Karena, hasil dari proses komunikasi dapat merubah sikap dan perubahan sosial masyarakat yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat terhadap pembangunan. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi Spearman rank antara tingkat pendidikan dengan partisipasi masyarakat hitung 0,304, thitung 1,465 dengan tabel = 2,040 pada taraf kepercayaan 95%. Hasil
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
181
FAKTOR-FAKTOR…..(26):177-184
penelitian menunjukkan bahwa thitung = 1,465 < ttabel = 2,040 maka hipotesi nihil (H0) diterima dan hipotesis alternatif (H1) ditolak. Berarti tidak terdapat hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan Program Aku Himung Petani Banua. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah tidak menjadi halangan untuk mereka berpartisipasi dalam kegiatan program Program Aku Himung Petani Banua yyang dilaksanakan. Sebab keinginan kuat masyarakat bergabung dan meningkatkan kesejahteraan keluarga lebih besar dan terpatri kuat dalam diri masyarakat. Berbeda dengan pendapat Tjokroamidjojo (1985) bahwa ada hubungan yang erat antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi. Hal senada dikemukakan Suryani, et.al. (1987) yang berpendapat bahwa tingkat pendidikan dan kemiskinan adalah merupakan faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat. Berbeda pula dengan pendapat Inkeles(1969) yang mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan individu, semakin luas pengetahuanya dan kesadarannya pada masalah-masalah kemasyarakatan. Program Aku Himung Petani Banua dilaksanakan dengan proses pembelajaaran yang bersifat terapan dan praktek langsung di lahan yang dimiliki oleh masyarakat, atau lebih dikenal dengan issitilah “learning by doing”. Sehingga materi budidaya yang diberikan lebih efektif dapat diserap dan dicerna dengan mudah. Selain itu, mereka juga diberikan peluang untuk mempraktekannya a secara langsung. Kondisi ini mendorong masyarakat untuk bersungguh-sungguh dalam menekuni usaha budidaya yang dilakukan. Tentunya metode pembelajaran dan pendampingan tehnis yang dilakukan tidak
memerlukan batasan tingkatan pendidikan formal masyarakat. Hubungan Tingkat Pendapatan Dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi menggunakan rank Spearman antara tingkat pendapatan dengan partisipasi masyarakat diperoroleh rhitung = 0,338, t hitung 1,648 dengan ttabel = 2,040 pada taraf kepercayaan 95%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa thitung g = 1,648 < ttabel = 2,040 maka hipotesis nihil (H0) diterima dan hipotesis alternatif (H1) ditolak. Berarti tidak terdapat hubungaan yang nyata antara tingkat pendapatan dengan partisipas si masyarakat dalam kegiatan Program Aku Himung Petani Banua. Berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa orang yang mem mpunyai tingkat sosial ekonomi yang baik mempunyai kecenderungan untuk berpartisipasi dibandingkan dengan orang yang tingkat sosial ekonominya masih kurang (King, 1983 3 ; Isbal 1989 dalam Dwiyanti, 2005). Hasil penelitian ini berbeda pula dengan pendapat Gaffar ; Akbar (1989 dalam Dwiyanti, 2005) yang menyatakan bahwa dari berbagai macam m studi yang dilakukan ada hubungan yang erat antara tingkat pendapatan dengan meningkatnya partisipasi. Tidak terdapatnya hubungan antara tingkat pendapatan terhadap tingkat partisipasi masyarakat disinyalir disebabkan faktor lain. Sebagian anggota masyarakat berpendapat bahwa mereka tertarik bergabung dalam Program Aku Himung Petani Banua karena program tersebut sanngat membantu dan mempermudah upaya mereka untuk meningkatkan taraf kesejahteraan hidupnya. Hal ini ditandai dengan adanya upaya mereka untuk meningkatkan
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
182
FAKTOR-FAKTOR…..(26):177-184
produktivitas lahan dimiliki yang mendorong mereka untuk selalui kegiatan pelatihan dan penyuluhan agar pengetahuan mereka terhadap usaha budidaya pertanian dapat semakin bertambah. Selain itu, bantuan demplot yang diberikan menjadi perangsang usaha bagi mereka untuk lebih meningkatkan produktivitas pada lahan yang diolah dan dikelolanya. Hubungan Etos Kerja Masyarakat Terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat Hasil penellitian menunjukkan bahwa etos kerja Hasil penelitian terhadap etos kerja masyarakat diperoleh skor rata-rata sebesar 18,9 dengan skor rata-rata ideal sebesar 22 maka diperoleh persent tase etos kerja sebesar 85,95%. Berdasarkan kriteria yang di itetapkan maka nilai persentase tersebut termasuk kategori tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi menggunakan rank Spearman antara tingkat etos kerja dengan partisipasi masyarakat diperoleh r hitung 0,093, t hitung 0,4277 dengan t tabel = 22,040 pada taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa thitung = 0,427 < ttabel = 2,0400 maka hipotesis nihil (H0) diterima dan hipotesis alternatif (H11) ditolak. Berarti tidak terdapat hubungan yang nyata antara etos kerja dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan Program Aku Himung Petani Banua. Hal ini menunjukkan bahwa etos kerja masyarakat yang tinggi tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap tingkat partisipasi masyarakat. Terungkap dalam penelitian ini bahwa masyarakat sekitar tambang
yang berdomisili di sekitar kawasan operasional tambang batubara PT Arutmin Indonesia Satui Mine dan hidup turun menurun hingga saat ini ternyata kehidupannya sangat memprihatinkan. Posisi mereka yang sering termarjinalkan dan kalah bersaing dengan masyarakat pendatang membuat kondisi semakin terkucilkan. Terungkap dalam penelitian bahwa kondisi mereka yang terisolir membuat mereka kurang mendapatkan perhatian instansi terkait terutama dengan hal-hal yang terkait dengan program-program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di wilayah terpencil dan perdesaan. Hal ini didukung hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa Pemerintahan desa belum sepenuhnya berjalan menurut prinsip otonomi daerah. Pembangunan dan pengembangan desa mandiri selama dua tahun terakhir (2004 dan 2005) masih belum menunjukkan perkembangan yang dapat dinilai manfaatnya bagi masyarakat sekitar tambang. Kondisi ini membuat mereka bergantung dengan berbagai bantuan dari perusahaan-perusahaan tambang yang banyak beroperasi di kawasan tersebut. Tapi selama ini bantuan yang diberikan oleh perusahaan tersebut lebih bersifat donasi ataupun charity perusahaan yang berlangsung temporer bukan bantuan dalam bentuk program pengembangan masyarakat (community development) yang lebih mengedepankan aspek pemberdayaan kepada masyarakat untuk mencapai keberhasilannya sendiri secara mandiri dan berkelanjutan.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
183
FAKTOR-FAKTOR…..(26):177-184
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: (1) Tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT. Arutmin Indonesia Satui Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua dikategorikan tinggi dengan persentase partisipasi masyarakat sebesar 84,85%; (2) Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor sosial ekonomi yang meliputi tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Hal yang sama pada faktor budaya (etos kerja) bahwa hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Saran. Pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua perlu terus dipertahankan dan dikembangkan lagi dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia terutama dengan konsep kesederhanaan dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pelatihan dan pemberian bantuan demplot, serta memberikan kompensasi sosial atau penghargaan sosial (social award) guna endorong masyarakat sekitar tambang lebih berprestasi dalam meningkatkan taraf kesejahteraan hidupnya melalui Program Aku Himung Petani Banua.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S., 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Hadi, S., 2004. Metodologi Research (Jilid – 3). ANDI Yogyakarta, Yogyakarta. Hasan, A. M., 2002. Pelestarian Sumber Daya Alam Menyosong Pelaksanaan Otonomi Daerah. Prosiding Seminar Nasional Biologi I Di Jurusan Biologi FMIPA Universitas Jember tanggal 28 April 2001, Jember. Hikmat, R.H., 2001 Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Humaniora Utama Press, Bandung. Inkeles, A., 1969. Making Man Modern : On the Causes and Consequenses of Individual Change in Six Developing
Countries. American Journal of Sociology. Mardikanto, T., 2003. Redefinisi dan Revitalisasi Penyuluhan Pembangunan, dalam Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan (Ed. Ida Yustina dan Adjat Sudradjat), IPB Press – Bogor. Paul, S., 1987. Community Partisipation in development Project. The World Bank Experience. The World Bank, Washington, Suryani, M, Ahmad, R.R. dan Munir, R., 1987. Lingkungan : Sumber Daya Alam dan Kependudukan Dalam Pembangunan. LIPI Press, Jakarta. Tjokroamidjojo, B., 1977. Perencanaan Kelembagaan. Gunung Agung, Jakarta.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
184