Perbedaan Efektivitas Terapi Bermain Bercerita dan Musik terhadap Kecemasan Akibat Tindakan Injeksi pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Th) di RSI Muhammadiyah Pekajangan Kabupaten Pekalongan
Lina Purnawati, Rita Dwi Hartanti Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pekajangan ABSTRAK
Tindakan invasif yang paling sering dilakukan adalah pemberian injeksi. Tindakan tersebut dapat menyebabkan kecemasan dan menimbulkan trauma hospitalisasi. Anak prasekolah dapat menunjukan kecemasan dengan cara menolak makan, mengalami sulit tidur atau menarik diri dari orang lain. Intervensi yang bisa diberikan untuk mengatasi kecemasan pada anak prasekolah yaitu dengan memberikan terapi bermain bercerita dan terapi musik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas terapi bermain bercerita dan musik terhadap kecemasan akibat tindakan injeksi pada anak usia prasekolah (3-6 th) di RSI Muhammadiyah Pekajangan Kabupaten Pekalongan. Desain penelitian menggunakan quasi experimental design, pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel 30 responden, yang dibagi menjadi dua kelompok untuk kelompok pertama 15 dan kelompok kedua 15 responden. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan OSBD. Analisa data menggunakan uji Mann-Whitney U-test. Hasil penelitian menunjukan nilai ρ value 0,05 kurang atau sama dengan α (0,05) artinya tidak ada perbedaan efektivitas terapi bermain bercerita dan musik terhadap kecemasan akibat tindakan injeksi pada anak usia prasekolah (3-6 th). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terapi bermain berupa dongeng atau mendengarkan musik dapat dijadikan alternatif intervensi keperawatan untuk meminimalisasi efek trauma hospitalisasi.
Kata kunci
: Terapi bermain bercerita, Terapi Musik, Tindakan Injeksi, Anak Prasekolah, Kecemasan
Daftar pustaka
: 26 buku (2006-2015), 7 Jurnal
The Effective Differences of Story Telling and Music Therapy on Anxiety in Injection Procedure among Preschool (3-6 years old) patients in RSI Pekajangan Muhammadiyah Pekalongan Lina Purnawati, Rita Dwi Hartanti Nursing Study Program Muhammadiyah Pekajangan School of Allied Health Sciences August 2016
ABSTRACT Injection is the most frequent invasive procedure have been done among inpatients patients. This procedure can cause anxiety and traumatic hospitalization. Anxiety among preschool patients could be identified by refusing to eat, have sleeping disorder or social withdrawal. Story Telling and music therapy were acknowledged in anxiety reduction among preschool patients. The study was aimed to determine differences in the effectiveness of storytelling and music therapy to reduce anxiety in injection procedure among preschool (3-6 years) patients in RSI Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan. The study was used quasi-experimental design with purposive sampling technique. There are 30 respondents that divided into two groups. OSBD was used as study instrument. Data were analyzed using the Mann-Whitney U-test. The result show there is no difference (ρ = 0,05) in the effectiveness of play therapy storytelling and music to reduce anxiety in injection procedure among preschool (3-6 years) patients. Based on these results, play therapy such as fairy tales or music listening could be an alternative nursing interventions to reduce the effects of trauma hospitalization.
Keywords: Therapeutic play storytelling, music therapy, Injection procedure, Preschool patients, Anxiety Bibliography : 25 books (2006-2015), 7 Journals
PENDAHULUAN Perawatan anak di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak, karena anak yang dirawat di rumah sakit mengalami perubahan status kesehatan dan juga lingkunganya seperti ruangan perawatan yang asing, petugas kesehatan yang memakai seragam putih, dan alat-alat kesehatan (Priyoto 2014, h. 30-31). Selama proses tersebut, anak dapat mengalami berbagai pengalaman yang tidak menyenangkan yang bersifat traumatik. Hospitalisasi pada anak prasekolah, bisa ditunjukan dengan perasaan stres dan cemas. Tindakan invasif merupakan bagian dari hospitalisasi, tindakan ini biasanya berupa pemberian injeksi, pengambilan darah dan anak prasekolah menganggap ini sebagai ancaman serta dapat menimbulkan nyeri (Wong 2009, h. 760). Usia prasekolah merupakan periode antara usia 3 dan 6 tahun (kyle dan carman 2015, h. 134). Anak prasekolah mengungkapkan rasa marah secara tidak langsung dengan memecahkan mainan, menolak bekerjasama selama aktivitas perawatan diri yang biasa dilakukan. Peran perawat diperlukan dengan memahami tandatanda cemas pada anak agar bisa memberikan intervensi dengan tepat (Wong 2009, h. 756). Salah satu intervensi yang bisa dilakukan perawat untuk menurunkan kecemasan (hospitalisasi) pada anak dapat diberikan terapi bermain. Terapi bermain bermanfaat dalam meningkatkan tumbuh kembang anak. Bermain dapat menyeimbangkan motorik kasar dan halus seperti, berlari,melompat,
menulis, mendengarkan cerita dan musik (Al-qudsy & Nurhidayah 2010, h. 31). Anak usia prasekolah menyukai buku bergambar yang menyampaikan cerita, dimana cerita dapat meningkatkan perkembangan bahasa anak (Kyle dan Carman 2015, h. 146 ). Cerita atau dongeng adalah suatu media komunikasi yang baik dalam menyalurkan ide dan gagasan kepada anak dalam sebuah kemasan yang menarik (Al-qudsy & Nurhidayah 2010, h. 89). Salah satu peran perawat ataupun orang tua adalah dengan melakukan terapi bercerita pada anak yang mengalami hospitalisasi di Rumah Sakit. Selain bercerita, musik juga sangat baik dalam mempengaruhi perasaan atau emosional seseorang, sehingga menciptakan suasana yang lebih nyaman dan memberikan rasa bahagia (Nurjatmika 2012, h. 74). Terapi musik adalah proses estetis yang berisi kualitas seperti kreativitas, intuisi, inspirasi, maksud, dan elemen spritual, oleh karena itu sangat besar kemungkinan mendapatkan unsur terapeutik dan penyembuhan dalam pengalaman mendengarkan musik (Djohan 2009, h. 232). Lagu anak-anak pun bisa menjadi pilihan sebagai salah satu terapi musik untuk anak prasekolah. Lagu anak-anak dikenal sebagai lagu yang mempunyai irama (ketukan tidak teratur), nada, lirik yang mudah dipahami dan birama (ketukan teratur) yang sederhana dalam arti mudah dihafalkan dan diekspresikan untuk anak usia 3-6 tahun. Dengan demikian, lagu anak-anak sangat cocok untuk dijadikan stimulasi perkembangan terhadap anak usia 36 tahun (Rasyid, 2012 h. 163 dikutip
dalam Mualimien dan Kanafuri 2014). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSI Muhammadiyah Pekajangan Kabupaten Pekalongan tanggal 12 maret 2016 di Ruang Flamboyan dengan metode wawancara dan observasi dari 8 responden didapatkan hasil anak terlihat cemas dan takut saat perawat datang, anak tidak mau terlepas dari orang tua, anak terlihat menangis dan mengatakan sakit setelah dilakukan tindakan seperti, injeksi. Hasil wawancara terhadap salah satu perawat didapatkan, anak mengalami cemas atau menangis saat akan dan setelah dilakukan tindakan medis. Berdasarkan studi pendahuluan diatas hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Imelda (2010) mengenai terapi bermain dengan bercerita terhadap penurunan kecemasan akibat hospitalisasi, yang menyatakan adanya penurunan tingkat kecemasan pada anak usia 4-6 tahun setelah diberikan terapi bermain bercerita. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyaningsih, Aminingsih dan Hastari (2014) mengenai pengaruh terapi musik terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak, juga menyatakan adanya penurunan kecemasan pada anak yang mengalami hospitalisasi setelah dilakukan terapi musik. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “(perbedaan efektivitas terapi bermain bercerita dan musik terhadap kecemasan akibat tindakan injeksi pada anak usia prasekolah (3-
6 th) di rsi muhammadiyah pekajangan kabupaten pekalongan)”. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian quasi experimental dengan pendekatan two groups pretest posttest design. Pada penelitian ini, peneliti terlebih dahulu melakukan pengukuran kecemasan pada anak saat perawat datang untuk melakukan injeksi sebelum diberikan intervensi sebagai pretest. Sebelum perawat datang untuk melakukan injeksi berikutnya, peneliti memberikan terapi bermain bercerita (X) dan terapi musik (Y) dengan kelompok yang berbeda selama 15 menit, kemudian peneliti mengukur kecemasan anak sebagai posttest. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 32 anak pra sekolah usia 3-6 tahun yang dirawat diruang Flamboyan RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 juli sampai 11 agustus 2016. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampel, yakni dimana penentuan sampel langsung tertuju pada responden anak prasekolah. Jumlah sampel dalam penelitian ini untuk terapi bermain bercerita 15 dan terapi musik 15, sehingga keseluruhan sampel menjadi 30 yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Observasion scale of behavior distress (OSBD) digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji Mann Whitney diperoleh p value 0,050 kurang atau sama dengan 0,05, maka H0 gagal ditolak, berarti tidak ada perbedaan efektivitas terapi bermain bercerita dan musik terhadap kecemasan akibat tindakan injeksi pada anak usia prasekolah (3-6 th) di RSI Muhammadiyah Pekajangan Kabupaten Pekalongan. Adriana (2013 h.61) terapi bermain merupakan suatu usaha yang mengubah tingkah laku bermasalah, dengan menempatkan anak dalam situasi bermain. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan. Aktivitas bergerak dan bersuara menjadi sarana dan proses belajar yang efektif buat anak. Dengan bermain anak merasa bahagia. Rasa bahagia inilah yang menstimulasi syarafsyaraf otak anak untuk saling terhubung, sehingga membentuk sebuah memori baru yaitu memori indah yang akan membuat jiwanya sehat dan kuat (Al-qudsy & Nurhidayah 2010, h. 31). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Hale dan Tjahjono (2014) yang menyatakan ada penurunan kecemasan pada anak yang diberikan terapi bermain. Cerita atau mendongeng adalah cerita mengenai sesuatu yang tidak pernah terjadi dan juga tidak mungkin terjadi. Isi cerita dongeng hanya fantasi, cerita fantasi tersebut sering berhubungan dengan kepercayaan kuno, keajaiban alam, atau kehidupan binatang (Artati 2014, h.24). Terapi musik merupakan sebuah kegiatan yang menggunakan
musik dan aktivitas musik untuk mengatasi masalah yang dialami manusia dalam aspek fisik, emosi, kognitif, dan sosial pada anak-anak dan dewasa yang mengalami gangguan atau penyakit (Djohan 2006, h. 26). Alunan musik anakanak yang mempunyai birama sedang hingga cepat dapat membuat anak lebih ceria, bersemangat, meningkatkan daya adaptasi (Rasid dikutip dalam Mualimin dan Kanafuri 2014). Musik mempengaruhi sistem limbik dan saraf otonom yang bisa memperbaiki suasana hati (mood) yang menciptakan suasana hati yang tenang, rileks, aman, serta menyenangkan hati. Hal ini karena produksi hormon serotonin meningkat, serotonin merupakan zat kimia yang menstramisikan impuls saraf diseluruh ruang antara sel-sel saraf atau neuron dan berperan menurangi kecemasan, muntah dan migrain (Hastomi & Sumaryati 2012, hh. 89-90). SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Kecemasan anak prasekolah sebelum diberikan terapi bermain bercerita yaitu dengan nilai mean 2,61, standar deviasi 0,97, minimum 1,25 dan maksimum 4,25. Kecemasan anak prasekolah sesudah diberikan terapi bermain bercerita yaitu dengan nilai mean 1,41, standar deviasi 0,61, minimum 0,5 dan maksimum 2,4.
2.
Kecemasan anak prasekolah sebelum dan sesudah diberikan terapi musik yaitu dengan nilai mean 2,38, standar deviasi 1,03, minimum 0,75 dan maksimum 4. Kecemasan anak prasekolah sesudah diberikan terapi bermain bercerita yaitu dengan nilai mean 1,62, standar deviasi 0,82, minimum 0,25 dan maksimum 3. 3. Nilai p value sama dengan α (0,05) sehingga H0 gagal ditolak, artinya tidak ada perbedaan efektivitas terapi bermain bercerita dan musik terhadap kecemasan akibat tindakan injeksi pada anak usia prasekolah (3-6 th) di rsi muhammadiyah kabupaten pekalongan. 4. Hasil selisih penurunan kecemasan bercerita lebih besar, yaitu mean rank cerita 18,57 dan selisih mean rank musik 12,43, sehingga kedua terapi sama-sama efektif. B. Saran 1. Bagi profesi keperawatan Anak prasekolah yang dirawat di rumah sakit akan mengalami pengalaman yang berbeda-beda. Perawat perlu memperhatikan pemberian intervensi yang tepat untuk mengurangi kecemasan pada anak. Terapi bermain bercerita dan terapi musik bisa dijadikan intrvensi untuk meningkatkan asuhan keperawatan pediatrik. 2. Bagi rumah sakit
3.
Kecemasan sering dialami anak prasekolah akibat prosedur medis. Terapi bercerita maupun terapi musik bisa dijadikan rekomendasi untuk mengurangi kecemasan pada anak serta dapat meningkatkan pelayanan. Bagi Peneliti Lain Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh terapi musik (lagu anak-anak) terhadap kecemasan akibat perawatan di rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA Adriana, D. 2011, Tumbuh Kembang Dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Salemba Medika. Aizid, R. 2011, Sehat Dan Cerdas Dengan Terapi Musik. Yogyakarta: Laksana. Al-qudsy, M & Nurhidayah, U 2010, Mendidik Anak Lewat Dongeng, Yogyakarta: Madania. Artati, Y.B. 2014, Ensiklopedia Bahasa Dan Sastra Indonesia: Kesastraan Melayu Dan Indonesia, PT Intan Pariwara, Klaten Desmita, 2008, Psikologi Perkembangan. cetakan keempat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Djohan, 2006, Terapi Musik : Teori Dan Aplikasi. Yogyakarta: Galangpress.
Hastomi, I & Sumaryati, E 2012, Terapi Musik, Yogyakarta: Javalitera.
______. 2009, Psikologi Musik. Edk. 3. Yogyakarta: Best Publisher.
Hidayat, A, 2008, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Faradisi, Firman, 2012, “Efektivitas Terapi Murotal Dan Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi Di Pekalongan”, jurnal ilmiah kesehatan vol.5 no.2, dilihat 05 November 2015 www.journal.stikesmuhpkj.ac.id
__________, 2007, Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
Faridah, N & Ariyani, R, 2012, “Perbedaan Keefektifan Terapi Bermain Aktif Menggambar Dan Terapi Bermain Pasif Bercerita Terhadap Kecemasan Anak Prasekolah Akibat Hospitalisasi Di RSUD Batang”, Skripsi S.Kep, Stikes Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Gunarsa, S. 2012, Psikologi Perawatan. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. Hale & Tjahjono, 2014, “Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Kecemasan Anak Yang Mengalami Hospitalisasi Di Ruang Mirah Delima Rumah Sakit William Booth Surabaya”, Jurnal Stikes William Booth, dilihat 17 November 2015
Imelda, P 2010, Pengaruh Terapi Bermain Dengan Bercerita Terhadap Penurunan Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia 4-6 Tahun Di BP RSUD Kraton Pekalongan”, Skripsi S.Kep, Stikes Muhammadiyah Pekajangan Kaluas, I, Ismanto, A.Y., & Kundre, R.M. 2015, “Perbedaan Terapi Bermain Puzzle Dan Bercerita Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-5 Tahun) Selama Hospitalisasi Diruang Anak RS TK.III.Mongisidi Manado”, ejournal keperawatan vol. 3, dilihat 20 Januari 2016 dari <ejournal.unsrat.ac.id/index.ph p>. Klapinglelang, A.P. 2008, Teori Musik Dasar. Klaten: PT Intan Pariwara. Kyle, T & Carman, S 2015, Buku Ajar Keperawatan Pediatrik vol. 2, edk 2, Jakarta: EGC. Machfoedz, I. 2010, Metodologi Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif: Bidang Kesehatan, Keperawatan. Kebidanan.
Kedokteran. cetakan ke 7. Yogyakarta: Fitramaya. MacLaren, CJ, 2003, „A Comparison Of Distraction Strategies For Venipuncture In Young Children, „dilihat 17 juni 2016,
Pretzilk, U & Sylva K 1999.‟pediatrics Patients ’Distress And Coping, Journal Of Developmental And Behavioural Padiatric, 81:528530‟, dilihat 17 juni 2016, Priyoto, 2014, Konsep Manajemen Stress. Yogyakarta: Nulia Medika. Qonitah, 2016, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam Menyayangi Anak-Anak”, dilihat 25 September 2010, Setiadi, 2013, Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. edk. 2. Yogyakarta: Graha ilmu. Sugiyono, 2009, Statistika Untuk penelitian, Edk. 15, Bandung : Alfabeta. _______, 2010, Statistika Untuk Penelitian, Edk. 16, Bandung: Alfabeta. Supartini, Y. 2012, Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC. Suriadi & Yulianni, R 2006, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edk. 2, Jakarta: CV.Sagung Seto. Tandry, N, 2011, Mengenal Tahap Tumbuh Kembang Anak Dan Masalahnya. Jakarta: Libri.
Wanda, D & Hayati, H, 2007, “Studi Kualitatif Pengalaman Anak Usia Sekolah Pasca Rawat Inap”, jurnal keperawatan indonesia, volume 11, no.1, dilihat 25 September 2016, http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/a rticle/download/180/pdf_76 Wandi, 2016, teori musik. Wawancara oleh Purnawati, Lina pada tanggal 5 juli 2016 Wong, Donna L, 2009, Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, vol. 2, edk 6, Jakarta: EGC. Wowiling, F.E., Ismanto, A.Y., & Babakal, A 2014, “Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah Akibat Hospitalisasi Di Ruang Irina E BLU RSUP. PROF. DR. Kandou Manado”, Jurnal Universitas Sam Ratulangi Manado, dilihat 15 November 2015