MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP KPK, FPB DAN FAKTORISASI PRIMA DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME BAGI SISWA KELAS IV SDN GAJAH I BAURENO BOJONEGORO Lilik Endang Wardiningsih Guru SDN Gajah I Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro Email :
[email protected] Abstrak : Pembelajaran matematika meniscayakan kemampuan dasar yang ingin dicapai, antara lain, pokok bahasan konsep FPB, KPK, serta faktor persekutuan dan konsep-konsep dasar yang lain harus dipahami siswa dengan baik. Selama ini masih banyak dijumpai pembelajaran matematika yang sifatnya verbal dan prosedural. Dalam pembelajaran siswa nampak pasif dan menerima pengetahuan sesuai yang diberikan guru. Hal ini berdampak pada lemahnya siswa dalam memahami konsep-konsep dasar matematika. Sebagai tindak lanjut peneliti tertarik untuk memberikan tindakan, melalui alternatif pembelajaran yang berorientasi pada konstruktivisme. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan pembelajaran yang berorientasi pada konstruktivisme dapat meningkatkan pemahaman konsep FPB, KPK dan Faktor Persekutuan. Penelitian ini dilaksanakan di Kelas IV SDN Gajah I Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro, Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian berlangsung 3 (tiga) siklus dengan mengobservasi, penggunaan metode pemberian tugas terstruktur prapembelajaran dan hasil ulangan setiap akhir siklus. Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan Lembar observasi, Catatan lapangan dan Lembar tugas atau soal untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini adalah Pembelajaran yang berorientasi pada konstruktivisme ternyata dapat membuat siswa antusias dan termotivasi dalam belajar matematika sehingga siswa terlibat baik secara intelektual maupun emosional. Kata Kunci : KPK, FPB dan Faktorisasi Prima, pendekatan konstruktivisme. Eksistensi proses pendidikan yang diselenggarakan di Sekolah Dasar (SD) selama 6 tahun bertujuan untuk memberikan kemampuan dasar "Baca – Tulis – Hitung". Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah telah menetapkan kurikulum yang berisi tujuan pembelajaran beserta susunan bahan kajian dan pelajaran, yaitu kurikulum Sekolah Dasar dimana matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum tersebut. Dalam mata pelajaran matematika salah satu konsep dasar yang harus dipahami siswa adalah tentang FPB, KPK, dan Faktor Persekutuan. Realita ini dikedepankan karena kenyataan yang ada di lapangan khususnya Kelas IV SDN Gajah I Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro, sebagaian besar siswa mengalami kesulitan dalam memahami
konsep FPB, KPK dan Faktor Persekituan, hal ini karena beberapa faktor, yang salah satunya adalah situasi pembelajaran. Selama ini masih banyak dijumpai pembelajaran matematika yang sifatnya verbal dan prosedural. Dalam pembelajaran siswa nampak pasif dan menerima pengetahuan sesuai yang diberikan guru. Hal ini berdampak pada lemahnya siswa dalam memahami konsep-konsep dasar matematika khususnya konsep FPB. KPK, dan Faktor Persekutuan. Upaya konkrit dari asumsi diatas, peneliti tertarik untuk memberikan tindakan melalui alternatif pembelajaran yang berorientasi pada konstruktivisme yang diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada konsep FPB, KPK, dan Faktor Persekutuan. Secara lebih rinci, akan dilihat kesalahan yang dilakukan siswa dalam 14
Lilik Endang W, Meningkatkan Pemahaman Konsep KPK, FPB dan Faktorisasi Prima dengan Pendekatan Konstruktivisme| 15
menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan FPB. KPK, dan Faktor Persekutuan. Beberapa faktor yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan dan tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep FPB, KPK, dan Faktor Persekutuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan pembelajaran yang berorientasi pada konstruktivisme dapat meningkatkan pemahaman konsep FPB, KPK dan Faktor Persekutuan bagi siswa Kelas IV SDN Gajah I Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Pandangan konstruktivistik tentang pengetahuan, menurut O‟Loughlin dalam Santyasa. (2008) didasarkan atas empat prisip dasar, yaitu: pengetahuan terdiri dan „post construction‟,pengkonstruksian pengetahuan terjadi melalui proses asimilasi dan akomodasi, belajar sebagai suatu proses organik penemuan lebih daripada proses mekanik akumulasi, dan mengacu kepada mekanisme pada situasi perkembangan kognitif dapat berlangsung. Menurut Nickson (dalam Hudojo, 2007) pembelajaran matematika dalam pandangan konstruktivisme adalah membantu siswa untuk membangun konsep-konsep matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep itu terbangun kembali melalui transformasi informasi untuk menjadi konsep baru. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika adalah membangun pemahaman. Pembelajaran matematika dalam pandangan konstrukvistik mempunyai ciri-ciri antara lain: (1) siswa terlibat aktif dalam belajar, (2) informasi dikaitkan dengan informasi lain sehingga menyatu dalam skemata, dan pemahaman terhadap informasi menjadi komplek; (3) orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan (Hudojo, 2007). Menurut Von Glasersfeld (dalam Suparno, 1997) mengajar adalah membantu seseorang berpikir secara benar dengan membiarkannya berpikir sendiri. Jadi guru hanya berperan sebagai mediator dan
fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik.(Rusefendi, 2002). Kebermaknaan materi matematika yang dipelajari dapat membangun suatu konsep matematika. Dalam penelitian ini adalah terbangunnya Konsep FPB, KPK dan Faktor Persekutuan). Proses terbangunnya konsep ini berarti terjadinya asimilasi dan atau akomodasi. Menurut cara „tradisional‟ dalam pendekatan bottom-up untuk mengajarkan KPK adalah mengajarkan kepada siswa prosedur langkah demi langkah untuk mendapatkan jawaban yang benar dari suatu soal Hanya setelah siswa menguasai keterampilan dasar ini mereka baru diberi masalah-masalah terapan sederhana. Dalam pendekatan konstruktivis, bekerja dengan arah yang sebaliknya, yaitu dimulai dengan masalah dan selanjutnya membantu siswa menyelesaikan masalah menemukan langkah-langkah memecahkan masalah tersebut. Tugas guru memfasilitasi agar proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan pada diri tiap-tiap siswa terjadi secara optimal. Sebagai contoh, jika seseorang siswa membuat suatu kesalahan dalam mengerjakan sebuah soal, sebaiknya guru tidak langsung memberitahukan di mana letak kesalahannya. Diharapkan guru mengajukan beberapa pertanyaan untuk menuntun siswa sehingga pada akhirnya siswa menemukan sendiri letak kesalahan tersebut. Agar proses konstruksi pengetahuan dalam pikiran siswa bisa berlangsung secara optimal, guru bisa membantu siswa dengan cara memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai. Konstruktivisme merupakan suatu teori atau faham yang menyatakan bahwa setiap pengetahuan atau kemampuan hanya bisa dikuasai (dipahami secara sungguh-sungguh) oleh seseorang apabila orang itu secara aktif mengkonstruksi membentuk pengetahuan atau kemampuan itu di dalam pikirannya. Aliran kognitif (konstruktivistik) berupaya mendiskripsikan apa yang terjadi dalam diri seseorang ketika ia belajar Teori ini lebih menaruh perhatian pada peristiwa-peristiwa
16 | Jurnal Karya Pendidikan Volume 1, Nomor 3, September 2015 hlm 14 -20
internal. Belajar adalah proses pemaknaan informasi baru dengan jalan mengaitkannya dengan struktur informasi yang telah dimiliki. Belajar terjadi lebih banyak ditentukan karena adanya karsa individu. Penataan kondisi bukan sebagai penyebab terjadinya belajar, tetapi sekedar memudahkan belajar. Keaktifan siswa menjadi unsur yang sangat penting dalam menentukan kesuksesan belajar. Kini teori ini diakui memiliki kekuatan yang dapat melengkapi kelemahan dan teori behavioristik bila diterapkan dalam pembelajaran. Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika sederhana yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi bilangan, pengukuran dan geometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel. Sejalan dengan munculnya teori belajar terbaru yang dikenal dengan konstruktivisme, menguatnya isu demokratisasi pendidikan, semakin canggihnya teknologi informasi dan komunikasi, semakin dibutuhkannya kemampuan memecahkan masalah dan berinvestigasi, dan semakin banyak dan cepatnya penemuan teori-teori baru, maka pendekatan seperti Pendidikan Matematika Realistik (Realistic Mathematics Education), Pembelajaran Berbasis Pemecahan Masalah (Problem Based Leaming), Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Leaming), serta Pendekatan Pembelajaran Matematika Kontekstual (Contextual Teaching & Leaming) merupakan pendekatan-pendekatan yang sangat dianjurkan para pakar untuk digunakan selama proses pembelajaran di kelas-kelas di Indonesia. Untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa, diperlukan suatu evaluasi setelah selesai mengajarkan satu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Alat yang digunakan untuk melihat hasil belajar siswa
dapat menggunakan beberapa cara, yaitu tes lisan, tes tertulis, dan tugas-tugas. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa itu sendiri. Menurut Slamento (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri atas faktor-faktor jasmaniah, psikologi, minat, motivasi dan cara belajar. Faktor ekstern yaitu faktor-faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas, yang dilakukan secara kolaboratif, dimana kepala sekolah sebagai kolaborator, sebagai pengamat, observer namun seluruh rancangan penelitian didesain oleh peneliti, sedangkan peneliti sendiri sebagai guru kelas IV yang melekukan proses pembelajaran . Penggunaan Penelitian Tindakan Kelas ini dimaksudkan mendiskripsikan pemahaman konsep FPB, KPK dan Faktor Persekutuan dalam mata pelajaran Matematika penerapan pembelajaran yang berorientasi pada konstruktivisme dapat meningkatkan pemahaman konsep nilai tempat bagi siswa kelas IV SDN Gajah I Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Dengan mengikuti alur pokok Siklus Pertama merupakan identifikasi masalah, dilanjutkan alternatif pemecahan masalah dan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, kemudian diobservasi dan dianalisa, terakhir penulis akan melakukan refleksi, apabila dalam siklus pertama belum berprestasi maka penulis akan meneruskan pada siklus kedua, dan juga apabila pada siklus keduapun belum berprestasi maka penulis akan melanjutkan pada siklus ketiga, seandaianya dalam siklus ketigapun belum berprestasi juga penulis akan menghentikan penelitian tindakan kelas ini dan akan mengevaluasi ulang dari keseluruhan komponen dalam penelitian tindakan kelas. Atau penulis menetapkan bahwa penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan 3 (tiga) siklus, maka penelitian
Lilik Endang W, Meningkatkan Pemahaman Konsep KPK, FPB dan Faktorisasi Prima dengan Pendekatan Konstruktivisme| 17
tindakan kelas akan berhenti maksimal pada siklus ketiga. Analisis data dalam penelitian ini dimulai sejak awal sampai berakhirnya pengumpulan data; dan dikerjakan secara intensif sesudah meninggalkan lapangan. Data yang berupa kata-kata/kalimat dari catatan lapangan dan hasil wawancara diolah menjadi kalimat-kalimat yang bermakna dan dianalisis secara diskriptif kualitatif. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa Diskriptif eksploratif, menurut Suharsimi (1999: 195) “Diskiriptif eksploratif adalah risearch atau penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau suatu fenomena”. Dalam hal ini peneliti hanya ingin mengungkapkan bahwa penerapan pembelajaran yang berorientasi pada konstruktivisme dapat meningkatkan pemahaman konsep FPB, KPK dan Faktor Persekutuan bagi siswa Kelas IV SDN Gajah I Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Peningkatan prestasi belajar matematika dinyatakan dengan ketentuan : rata-rata ketuntasan klasikal diatas 85 % yang mendapatkan prestasi belajar dengan skor diatas ≥ 70, prestasi belajar lebih baik dibanding dengan sebelum adanya penelitian, prestasi belajar yang dinyatakan dengan nilai angka terus meningkat dari tiap-tiap siklus. Hasil Penelitian Dan Pembahasan 1. Deskripsi Data Siklus I Pada tahap perencanaan peneliti menyiapkan rancangan pembelajaran tindakan I tentang konsep KPK (Kelipatan Parsekutuan Terkecil) dengan LKS dan tes formatif tindakan I. Sesuai rencana tindakan I akan dilaksanakan dalam 2 pertemuan. Pembelajaran tindakan I dilaksanakan dengan berorientasi pada konstruktisvisme yang disesuaikan dengan tahap perkembangan berpikir siswa Sekolah Dasar. Dalam Penelitian ini yang bertindak sebagai guru adalah guru kelas IV (peneliti) dan sebagai pengamat (kolaborator) adalah kepala sekolah. Pada tindakan I pertemuan ke 1 ini dijelaskan agar siswa membangun
pengetahuan tentang konsep menentukan kelipatan bilangan satu angka, mengenal kelipatan bilangan dua angka (mulai dengan 10 dan 25), menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan 2 bilangan satu angka Pada tahap selanjutnya, setelah siswa benar-benar paham dengan alat peraga, kegiatan dilanjutkan pada semi konkret/semi abstrak dengan menggunakan gambargambar. Kemudian pada tahap terakhir, siswa diarahkan pada kegiatan abstrak, yaitu menggunakan lambang-lambang bilangan, diawali dengan kegiatan pada LKS I-1. Selanjutnya guru memberikan pemahaman tentang konsep menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan 2 bilangan. Selanjutnya untuk tahap abstrak, siswa dilatih dengan LKS I–2 dan soal-soal dan akhirnya mengerjakan tes formatif tindakan I. Dari hasil pengamatan yang dilakukan tim peneliti diperoleh kesimpulan bahwa Peneliti telah melaksanakan pembelajaran tindakan I pertemuan ke1 dan I pertemuan ke 2 sesuai rancangan yang ditetapkan, dan disampaikan secara lisan berupa instruksiinstruksi. Selain itu guru (peneliti) memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuannya tentang konsep menentukan kelipatan bilangan satu angka, mengenal kelipatan bilangan dua angka (mulai dengan 10 dan 25), menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan 2 bilangan satu angka. Selanjutnya peneliti membimbing siswa dalam menyelesaikan LKS, dan akhirnya memberikan tes formatif I. Pada awal pembelajaran I pertemuan ke 1, siswa belum memahami betul konsep menentukan kelipatan bilangan satu angka, mengenal kelipatan bilangan dua angka (mulai dengan 10 dan 25), menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan 2 bilangan satu angka. Selanjutnya, pada pembelajaran tindakan I pertemuan ke 2 siswa mulai terlihat antusias dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Pembelajaran tindakan I difokuskan agar siswa memahami konsep konsep
18 | Jurnal Karya Pendidikan Volume 1, Nomor 3, September 2015 hlm 14 -20
menentukan kelipatan bilangan satu angka, mengenal kelipatan bilangan dua angka (mulai dengan 10 dan 25), menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan 2 bilangan satu angka. Penerapan pembelajaran yang berorientasi pada konstruktisvisme pada tindakan I ini memang belum dapat dilaksanakan secara optimal, karena siswa masih sangat tergantung pada instruksi guru (peneliti). Namun demikian, hasil tes formatif I ternyata mencapai standar yang ditetapkan. Dibandingkan hasil tes awal penelitian, ke 5 subjek mengalami peningkatan pemahaman. Selanjutnya dengan hasil wawancara diperoleh jawaban yang konsisten. Untuk subjek penelitian yang masih melakukan kesalahan diberikan bimbingan langsung saat wawancara, dan hasilnya efektif dapat membetulkan kesalahannya. Berdasarkan hasil tersebut diterapkan bahwa tujuan pembelajaran tindakan I telah tercapai. Oleh karena itu tidak diperlukan mengulang tindakan, dalam arti dapat dilanjutkan ke tindakan II. 2. Pembahasan Tindakan Siklus I Untuk membangun konsep konsep menentukan kelipatan bilangan satu angka, mengenal kelipatan bilangan dua angka (mulai dengan 10 dan 25), menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan 2 bilangan satu angka Pada tindakan I pertemuan ke 1, melalui aktivitas yang berulang-ulang, siswa mampu membangun hubungan tiga komponen dasar pengetahuan nilai tempat. Situasi pembelajaran tindakan I pertemuan ke 1 dan 2 yang lebih komunikatif ternyata dapat mempengaruhi hasil tes formatif, sehingga mencapai standar yang ditetapkan. Tabel 1 Rekapitulasi Ulangan akhir Siklus I Hasil Belajar No Kegiatan Jumlah/ ProsenNilai tase 1 Nilai terendah 40 2 Nilai tertinggi 90
3 4
Nilai rata-rata Siswa yang mencapai nilai diatas 70
60 15
46,67 %
3. Deskripsi Data Siklus II Penelitian menyiapkan rancangan pembelajaran II tentang faktor persekutuan terbesar (FPB) 2 bilangan (sampai dengan bilangan 2 angka) dan mengenal ciri-ciri bilangan habis dibagi 2, 3, 4 dan 5 dengan memperhatikan refleksi tindakan I, dilengkapi dengan LKS dan tes formatif tindakan II. Pembelajaran tindakan II merupakan kelanjutan dari tindakan I, dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan peneliti sebagai guru dan kepala sekolah sebagai pengamat. Pada tindakan II difokuskan agar siswa menguasai dan meningkatkan permahamannya tentang konsep mencari faktor persekutuan terbesar (FPB), 2 bilangan (sampai dengan bilangan 2 angka) dan mengenal ciri-ciri bilangan habis dibagi 2, 3, 4 dan 5. Tahap pembelajaran yang dilalui adalah konkret, semi konkret/semi abstrak, dan abstrak (dengan menyelesaikan LKS II pertemuan ke 1). Seperti pada tindakan I pertemuan ke 2; tindakan II pertemuan ke 2 difokuskan agar siswa dapat mencari faktor persekutuan terbesar (FPB), 2 bilangan (sampai dengan bilangan 2 angka) dan mengenal ciri-ciri bilangan habis dibagi 2, 3, 4 dan 5 yang diberikan. Peneliti telah melaksanakan pembelajaran tindakan II-1 dan II-2 sesuai rencana yang ditetapkan. Selain itu peneliti telah berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif. Pada tindakan II pertemuan ke 1 dan II pertemuan ke 2, subjek penelitian sudah menampakan antusiasme dan motivasi yang tinggi. Hal ini nampak dari keberanian siswa untuk bertanya dan mengemukkan pendapatnya. Penerapan pembelajaran yang berorientasi pada konstruktisvisme pada tindakan II ini sudah lebih baik dibanding tindakan I, tetapi belum optimal. Pada pembelajaran tindakan II ini, tujuan
Lilik Endang W, Meningkatkan Pemahaman Konsep KPK, FPB dan Faktorisasi Prima dengan Pendekatan Konstruktivisme| 19
pembelajaran sudah tercapai, sehingga dapat dilanjutkan ketindakan III. 4. Pembahasan Tindakan II Berdasarkan hasil yang dicapai pada tindakan I, konsep mencari faktor persekutuan terbesar (FPB), 2 bilangan (sampai dengan bilangan 2 angka) dan mengenal ciri-ciri bilangan habis dibagi 2, 3, 4 dan 5. Suasana pembelajaran yang kondusif, ternyata sangat membantu siswa dalam belajar, sehingga tujuan pembelajaran tindakan II dapat tercapai. Tabel 2 Rekapitulasi Ulangan akhir Siklus 2 Hasil Belajar No Kegiatan Jumlah Prosen/ Nilai tase 1 Nilai terendah 40 2 Nilai tertinggi 90 3 Nilai rata-rata 63 4 Siswa yang 25 69,44 mencapai nilai % diatas 70 5. Deskripsi Data Siklus III Peneliti menyiapkan rancangan pembelajaran tindakan III tentang mengenal faktor dari suatu bilangan. Misal, faktor dari 12 adalah 1,2,3,4,6, dan Mencari faktor suatu bilangan (sampai dengan bilangan dua angka) (dimantapkan dengan mencongak; soal yang mudah dan sederhana), dilengkapi dengan LKS dan tes formatif tindakan III. Sebagai kelanjutan dari dua tindakan sebelumnya, tindakan III-1 ini difokuskan agar siswa menguasai dan meningkatkan pemahamannya pada konsep faktor dari suatu bilangan. Misal, faktor dari 12 adalah 1,2,3,4,6, dan Mencari faktor suatu bilangan (sampai dengan bilangan dua angka) (dimantapkan dengan mencongak; soal yang mudah dan sederhana). Pada tindakan III-2 ini siswa dapat mengembangkan konsep faktor dari suatu bilangan. Misal, faktor dari 12 adalah 1,2,3,4,6, dan Mencari faktor suatu bilangan (sampai dengan bilangan dua angka)
(dimantapkan dengan mencongak; soal yang mudah dan sederhana). Peneliti telah melaksanakan pembelajaran tindakan III-1 dan III-2 sesuai rencana. Pada tidakan III-1 dan III-2 ini, kelima subjek penelitian sudah terbiasa dengan situasi pembelajaran yang diterapkan peneliti; sehingga siswa hafal urutan yang harus dilakukan. Suasana pembelajaran semakin menarik karena kelima subjek penelitian selalu berlomba dalam menyelesaikan tugas dan melaporkannya. Penerapan pembelajaran yang berorientasi pada konstruktivisme ternyata menunjukkan peningkatan dari tiap-tiap siklus. Pada tindakan III siswa nampak sudah paham dengan yang harus dikerjakan. faktor dari suatu bilangan. Misal, faktor dari 12 adalah 1,2,3,4,6, dan Mencari faktor suatu bilangan (sampai dengan bilangan dua angka) (dimantapkan dengan mencongak; soal yang mudah dan sederhana). 6. Pembahasan Tindakan III. Konsep mengenal faktor dari suatu bilangan. Misal, faktor dari 12 adalah 1,2,3,4,6, dan Mencari faktor suatu bilangan (sampai dengan bilangan dua angka) (dimantapkan dengan mencongak; soal yang mudah dan sederhana).dapat dipahami oleh siswa jika siswa terlibat aktif dalam pembelajaran melalui tahap-tahap konkret, semi konkret/semi abstrak, dan abstrak. Pembelajaran yang berorientasi pada konstruktivisme nampak melibatkan siswa baik secara intelektual maupun emosional. Suasana pembelajaran yang kondusif pada tindakan III-1 dan III-2 ternyata sangat membantu siswa dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran tindakan III dapat tercapai. Tabel 3 Rekapitulasi Ulangan akhir Siklus 3 Hasil Belajar No Kegiatan Jumlah/ ProsenNilai tase 1 Nilai terendah 50 2 Nilai tertinggi 90
20 | Jurnal Karya Pendidikan Volume 1, Nomor 3, September 2015 hlm 14 -20
3 4
Nilai rata-rata Siswa yang mencapai nilai diatas 70
68 32 siswa
88,89 %
Kesimpulan Dan Saran 1. Kesimpulan. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam memahami konsep-konsep KPK, FPB dan Faktorisasi Prima adalah: kesalahan menyebutkan nama bilangan dengan katakata, kesalahan dalam menentukan nilai angka, kesalahan mengisikan lambang bilangan pada barisan bilangan. Penyebab siswa melakukan kesalahan adalah: siswa kesulitan menentukan tempat terbesar pada suatu bilangan, siswa kesulitan mengurutkan nilai angka, siswa kesulitan dalam melakukan teknik regrouping. Usaha yang dilakukan untuk menghindari kesalahan tersebut adalah memberi tindakan pembelajaran yang berorientasi pada konstruktisvisme dalam tiga
siklus dengan tujuan meningkatkan pemahaman siswa pada konsep Konsep KPK, FPB dan Faktorisasi Prima. Pembelajaran yang berorientasi pada konstruktisvisme ternyata dapat membuat siswa antusias dan termotivasi dalam belajar matematika sehingga siswa terlibat baik secara intelektual maupun emosional. 2. Saran Dalam penelitian ini ada beberapa saran yakni, sebaiknya dilakukan secara terus menerus minimal selama 1 (satu) semester sehingga dapat diketahui apakah pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran lebih menyeluruh. Sebaiknya penelitian perlakuan umpan balik secara kelompok maupun perorangan dilakukan bergiliran selama satu semester. Sehingga data tes akhir siswa (sumatif) akan mencakup seluruh pokok bahasan pada satu catur wulan.
RUJUKAN PUSTAKA Arikunto, Suharsiwi, 1999, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Bina Aksara. Hudojo, H. 2007. Pembelajaran Matematika Menurut Pandangan Konstruktisvisme. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Upaya-Upaya Meningkatkan Peran Pendidikan Matematika dalam Menghadapi Era Globalisasi, Program Pasca Sarjana, IKIP Malang, Malang. Ruseffendi, E.T. 2002. Dasar-Dasar Matematika Modern untuk Guru. Edisi 3. Bandung: Tarsito. Santyasa, dkk. 2008 Penerapan Kaidah-kaidah konstrukvistik Dalam Pembelajaran Fisika Dasar. Makalah disampaikan dalam Seminar dan Diskusi Panel Nasional Teknologi Pembelajaran V di UM tanggal 7 Oktober 2000. Slamento. 2006. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Bina Aksara. Suparno, Paul. 1997 Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.