UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS EKONOMI
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi Jiwa Syariah dan Konvensional Berdasarkan Metode RBC
DISUSUN OLEH : NAMA
: Lia Utami Nawangsih
NPM
: 21204229
JURUSAN
: AKUNTANSI
PEMBIMBING : DR. Imam Subaweh, SE., AK., MM
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
JAKARTA 2008
1
ABSTRAKSI Lia Utami Nawangsih Skripsi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2008 “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi Jiwa Syariah dan Konvensional Berdasarkan Metode RBC ”. ( xvi + 95 + Lampiran ) Asuransi konvensional merupakan satu-satunya metode asuransi yang memberikan perlindungan terhadap diri serta kerugian yang dihindari. Namun seiring perkembangan global, munculnya asuransi syariah yang sesuai dengan prinsip syariat islam merupakan alternatif baru dalam dunia asuransi. Didukung citra yang baik (brand image) menarik masyarakat untuk lebih percaya. Hal tersebut mendesak asuransi konvensional untuk lebih meningkatkan kinerja atau posisi keuangan perusahaan yang sehat (solven) agar mampu bersaing dan mendapatkan kembali kepercayaan dari masyarakat sebagai potensi market. Tidak hanya itu sebuah perusahaan asuransi perlu memenuhi ketentuan minimum tingkat solvabilitas sebesar 120 persen dari batas tingkat solvabilitas minimum (BTSM) yang ditetapkan pemerintah. Karena apabila nilai tersebut tidak terpenuhi maka kondisi keuangan perusahaan akan mengalami defisit karena tidak dapat mengembalikan modal awal yang telah dikeluarkan perusahaan sehingga sangat merugikan nasabah. Untuk itu diperlukan pengukuran guna melindungi masyarakat dari kondisi insolvent atau perlakuan tidak adil dari perusahaan asuransi dengan menggunakan metode RBC (Risk Based Capital) dan rasio selain BTSM. Berdasarkan hasil dari perbandingan kinerja keuangan tersebut diketahui bahwa tingkat solvabilitas kedua perusahaan ini melebihi dari yang ditetapkan pemerintah (Departemen Keuangan) yaitu diatas 120 %. Dan dalam segi pemenuhan kewajiban jangka pendek (likuiditas), polis, pengelolaan risiko yang diambil serta bantalan untuk berjaga-jaga dalam permodalan PT Asuransi Takaful Keluarga lebih baik dibandingkan dengan PT Asuransi Allianz Life Indonesia. Walaupun portofolio investasi perusahaan syariah terbatas namun pengelolaan manajemen yang efisien mampu menarik masyarakat dalam memilih produknya. Kata Kunci : Perbandingan Kinerja Keuangan Metode RBC Daftar Pustaka
: (1992 – 2008)
Dosen Pembimbing
: DR. Imam Subaweh, SE., AK., MM
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, perusahaan yang mampu bersaing dan memiliki prospek
yang cerah adalah perusahaan yang memiliki citra baik (brand image) dan rasa kepercayaan dari masyarakat sebagai potensi market. Salah satu aspek terpenting dalam pembentukan brand image yang baik adalah kinerja atau posisi keuangan perusahaan yang solven atau sehat, terutama bagi sebuah lembaga yang berfungsi sebagai pengelola keuangan dalam hal ini bidang asuransi. Terlebih kini perusahaan asuransi semakin beragam dengan adanya sistem baru yang berbeda dari asuransi konvensional yaitu asuransi dengan prinsip syariat islam. Industri jasa asuransi yang merupakan salah satu pilar keuangan. Ia dapat juga diartikan sebagai bagian dari penggerak utama roda ekonomi Negara baik asuransi konvensional maupun syariah. Buktinya disetiap sisi dunia usaha, baik dibidang perdagangan barang maupun jasa, semuanya membutuhkan asuransi. Asuransi sendiri merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan rumah tangga, baik dalam menghadapi risiko yang mendasar seperti risiko kematian, atau dalam menghadapi risiko atas harta benda yang dimiliki. Pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan dalam asuransi sangat perlu dilakukan. Karena menurut Robert I Mehr, 1996: 96, perlunya pengawasan
(peraturan) dalam bidang asuransi adalah karena industri asuransi membutuhkan keyakinan masyarakat, dihubungkan dengan kondisi lembaga keuangan di Indonesia. Karena masalah keuangan (financial) merupakan masalah terpenting dalam pengawasan kinerja keuangan industri asuransi maka perlu adanya ketentuan Risk Based Capital (RBC) atau tingkat solvensi tentang ketahanan perusahan asuransi guna mengatasi masalah tersebut. Batas tingkat solvabilitas (Solvency Margin) merupakan tolak ukur kesehatan keuangan Perusahaan asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Batas tingkat Solvabilitas ini merupakan selisih antara kekayaan terhadap kewajiban yang perhitungannya didasari pada cara perhitungan tertentu sesuai dengan sifat usaha asuransi. Berdasarkan SK (Surat Keputusan Menteri Keuangan) No.424/KMK.06/2003 tentang perhitungan tingkat Solvabilitas dengan metode Risk Based Capital (RBC). Dalam ketentuan tersebut, penyesuaian pemenuhan kebutuhan RBC dilakukan dengan target angka dan toleransi waktu yang sangat longgar dan protektif. Yakni ketentuan minimum tingkat solvabilitas sebesar 120% dari batas tingkat solvabilitas minimum (BTSM) yang telah ditetapkan BAPEPAM dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007, namun pada perusahaan yang memiliki tingkat solvabilitas sekurangkurangnya 100% dari BTSM, Bapepam tidak langsung mengenakan sanksi administratif tetapi diberi kesempatan untuk memperbaiki kondisi keuangan sesuai dengan jangka waktu yang dimuat dalam rencana penyehatan. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pengukuran kinerja suatu perusahaan asuransi sangatlah penting untuk melindungi kepentingan masyarakat luas terutama
untuk menjaga apakah perusahaan asuransi setiap saat dapat memenuhi kewajibannya kepada tertanggung baik itu pada asuransi syariah ataupun konvensional. Karena pengawasan kinerja keuangan industi asuransi bertujuan untuk mempertahankan lalu mengembangkan industri asuransi. Pengukuran dilakukan dengan membandingkan risiko kerugian perusahaan jika dihitung dengan ketentuan konvensional dan dengan ketentuan syariah. Selain itu, dengan penelitian ini dapat diketahui minimum rasio RBC perusahaan. Adapun dua perusahaan asuransi yang akan diperbandingkan adalah PT. Asuransi Takaful Keluarga yang merupakan salah satu perusahaan asuransi terkemuka yang berbasiskan syariah yang bergerak dalam asuransi jiwa di indonesia dan merupakan perintis bagi asuransi syariah lainnya. Keberadaaanya memberikan kesempatan bagi para pengguna jasa asuransi untuk dapat menikmati sistem yang sesuai dengan tuntutan agama dan bersih dari gharar (ketidakpastian), maisir (judi) dan riba dimana hal tersebut dimiliki oleh asuransi konvensional. Kelebihan dalam mekanisme maupun tehnik yang dimiliki oleh asuransi takaful membuatnya tetap eksis dan mampu bersaing dalam persaingan asuransi jiwa di Indonesia. Sedangkan asuransi konvensional yang dipilih sebagai perbandingan kinerja keuangan adalah PT. Asuransi Allianz Life Indonesia merupakan perusahaan joint venture dari Allianz Asia Pacific dan PT. Kresna Karya yang kini termasuk 10 perusahaan asuransi jiwa terbesar dan terkemuka di Indonesia. Allianz Indonesia memenuhi semua kebutuhan asuransi jiwa, kesehatan, pensiun dan asuransi umum dalam satu atap dan menjadi satu-satunya perusahaan asuransi dengan layanan terlengkap di Indonesia.
Melihat kondisi ke depan yang semakin ketat tingkat kompetisi atau persaingan dengan timbul beragamnya alternatif pembiayaan asuransi (baik konvensional maupun syariah) membuat PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT. Asuransi Allianz Life Indonesia harus terus memperbaiki kinerja manajerial serta finansialnya agar terus dapat eksis dan survive dalam memasuki era globalisasi. Fungsi asuransi sendiri sebagai lembaga keuangan yang berperan dalam kegiatan perlindungan risiko,baik asuransi syariah ataupun asuransi konvensional adalah sama. Perbedaannya pun hanya terletak dari sistem masing-masing usaha yang digunakan. Selain itu semua aktifitas keduanya sama, sehingga penilaian kinerja terhadap perusahaan asuransi dapat dilakukan dengan melihat laporan keuangan, yaitu neraca dan laporan laba rugi masing-masing perusahaan asuransi. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk memilih Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi Jiwa Syariah dan Konvensional Berdasarkan Metode RBC.
1.2
Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam skripsi ini adalah perlunya perusahaan
asuransi memenuhi ketentuan minimum tingkat solvabilitas sebesar 120 persen dari batas tingkat solvabilitas minimum (BTSM) yang ditetapkan pemerintah baik perusahaan asuransi konvensional maupun asuransi syariah. Hal ini penting, apabila nilai tersebut tidak terpenuhi maka kondisi keuangan perusahaan akan mengalami defisit karena tidak dapat mengembalikan modal awal yang telah dikeluarkan
perusahaan sehingga sangat merugikan nasabah, sesuai UU Asuransi dan PP No. 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana diubah dengan PP No. 63 Tahun 1999. Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan pokok masalah dalam penelitian adalah : 1. Bagaimana perbandingan kinerja keuangan perusahaan asuransi jiwa syariah dan perusahaan asuransi jiwa konvensional dengan Metode RBC? 2. Apa yang menjadi perbedaan dalam pengukuran kinerja keuangan antara perusahaan asuransi jiwa syariah dan perusahaan asuransi jiwa konvensional? 3. Manakah yang lebih baik antara pembagian risiko (risk sharing) pada perusahaan asuransi syariah dengan pengalihan risiko (risk transfering) pada asuransi konvensional dilihat dari kondisi pasar Indonesia?
1.3
Batasan Masalah Batasan dalam penelitian ini adalah penulis hanya membahas mengenai
elemen-elemen yang terkait dengan laporan keuangan PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT. Asuransi Allianz Life Indonesia dalam kurun waktu 4 tahun terakhir (20042007) yang digunakan untuk memperoleh gambaran perbandingan kinerja keuangan antara asuransi syariah dan asuransi konvensional diukur dengan menggunakan pendekatan Risk Based Capital (RBC) atau Batas Tingkat Solvabilitas dari Keputusan Menteri Keuangan No.424/KMK.06/2003 tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan Keputusan Direktorat Jendral Lembaga Keuangan (DJLK) No.
Kep.3607/LK/2004 tentang pedoman perhitungan batas tingkat solvabilitas yang dapat mengukur suatu perusahaan solven (sehat) atau tidak. Serta perhitungan kinerja keuangan dengan menggunakan rasio-rasio selain Batas Tingkat Solvabilitas.
1.4
Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitiannya bagi penulis adalah:
1. Untuk mengetahui perbandingan kinerja keuangan perusahaan asuransi jiwa syariah dan perusahaan asuransi jiwa konvensional dengan Metode RBC. 2. Untuk mengetahui perbedaan dalam pengukuran kinerja keuangan antara perusahaan asuransi jiwa syariah dan perusahaan asuransi jiwa konvensional. 3. Untuk menganalisi alternatif yang paling baik antara pembagian risiko (risk sharing) pada perusahaan asuransi syariah dengan pengalihan risiko (risk transfering) pada asuransi konvensional dilihat dari kondisi pasar Indonesia.
1.5
Manfaat Penelitian Data dan informasi serta hasil yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaat
kepada berbagai pihak yaitu : 1. Bagi perusahaan Manfaat penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan suatu dasar dalam pengambilan keputusan mengenai sehat (solven) atau tidaknya kondisi keuangan PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT. Asuransi Allianz Life Indonesia dengan menggunakan metode RBC (Risk
Based Capital)/Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) serta rasio-rasio lainnya. 2. Bagi penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman bagi penulis dengan masalah yang diuraikan dan sebagai latihan dalam mengembangkan ilmu-ilmu yang dipelajari. 3. Bagi pihak ketiga Penelitian ini berguna untuk memberikan pandangan yang luas dan menambah wawasan mengenai bidang usaha perasuransian serta dapat menjadi tolak ukur (milestone) pilihan asuransi yang aman dan sesuai dengan pilihan kita serta menumbuhkan rasa kepercayaan (brand image) kepada masyarakat terhadap produk atau lembaga keuangan asuransi.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Objek Penelitian Objek penelitian yang penulis gunakan adalah dua perusahaan group asuransi
yang terkemuka di Indonesia dengan sistem berbeda yaitu : a. Asurasi Syariah Nama
: PT. Asuransi Takaful Keluarga
Alamat
: Graha Takaful di Jalan Mampang Prapatan Raya No.100. Jakarta, 12970.
Telp / Fax
: (021) 799 1234 / (021) 790 1435.
b. Asuransi Konvensional Nama
: PT. Asuransi Allianz Life Indonesia
Alamat
: Gedung Summitmas II, Lt 19 di Jalan Jendral Sudirman Kav.61-62. Jakarta,12190.
Telp / Fax
: (021) 5299 8888 / (021) 3000 3400.
Kedua perusahaan tersebut merupakan perusahaan-perusahaan asuransi besar di Indonesia. PT Asuransi Takaful Keluarga dalam bidang asuransi syariah dan PT Asuransi Allianz Life Indonesia dibidang asuransi konvensional. Sehingga kedua perusahaan tersebut dapat dijadikan sebagai satu sampel dari keseluruhan perusahaan asuransi yang ada di Indonesia.
3.2
Data Penelitian Data yang digunakan untuk memperbandingkan kinerja keuangan perusahaan
asuransi syariah dan konvensional adalah : 1.
Data Primer Penulis melakukan riset penelitian dengan cara kunjungan langsung dan
wawancara dengan dua manajer keuangan mengenai perhitungan pengukuran kesehatan kinerja keuangan pada masing-masing perusahaan grup asuransi tersebut yaitu PT. Asuransi Takaful Keluarga (Prinsip Syariah) dan PT. Asuransi Allianz Life Indonesia (Konvensional), hasil wawancara sangat membantu dalam membandingkan kinerja keuangan kedua perusahaan tersebut.
2.
Data Sekunder Penulis memperoleh data sekunder berupa laporan keuangan (Neraca, Laporan
Rugi Laba, Struktur Organisasi) dua perusahaan grup asuransi terkemuka yaitu PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT. Asuransi Allianz Life Indonesia selama 4 tahun terakhir yaitu periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2007, yang kemudian akan dibandingkan melalui metode RBC (Risk Based Capital) / Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) serta rasio-rasio lainnya. Data yang digunakan adalah : a.
Data Internal, data yang didapat dari dalam perusahaan, dimana penulis memperolehnya melalui kunjungan langsung
b.
Data Time Series, data yang diperoleh penulis berupa Laporan Keuangan seperti: Laporan Neraca periode (Tahun 2004 - Tahun 2007), Laporan Laba Rugi Perusahaan (Tahun 2004 - Tahun 2007), Laporan Keuangan Pendukung Lainnya, dan Struktur Organisasi Perusahaan.
c. Data dari website milik PT. Asuransi Takaful Keluarga yang berasal dari situs www.takaful.com, juga PT. Asuransi Allianz Life Indonesia dari situs www.allianz.co.id sebagai bahan pelengkap data dalam penelitian.
3.3
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang penulis gunakan melalui :
1. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian dilakukan ditempat obyek penelitian yaitu PT. Asuransi Takaful Keluarga di Jalan Mampang Prapatan Raya No.100. Jakarta Selatan. Proses penelitian perusahaan berhubungan dengan Bapak Santo (Bagian Keuangan) dan Bapak Jhon Faisal (Bagian Riset dan Pengembangan). Sedangkan pada PT. Asuransi Allianz Life Indonesia di Jalan Jendral Sudirman Kav.61-62. Jakarta Pusat, berhubungan dengan Bapak Richo Anthony (Manajer Keuangan) dan Bapak Nugi, dimana penulis lakukan meliputi hal sebagai berikut : a) Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan cara melakukan observasi langsung pada obyek penelitian. b) Wawancara
Melakukan wawancara pada salah satu karyawan di tempat obyek penelitian.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Pengumpulan data dari literatur-literatur untuk mengolah sumber data digunakan buku-buku diktat, seperti pengantar asuransi karangan Hasymi Ali, memahami asuransi di Indonesia karangan Radiks Purba, manajemen asuransi karangan Herman Darmawi dan asuransi syariah di Indonesia karangan Abdul Ghofur Anshori Serta memanfaatkan penggunaan internet dan buku catatan yang berhubungan dengan permasalan diatas.
3.4 Alat analisis yang digunakan 1.
Risk Based Capital (RBC) Risk Based Capital (RBC) atau Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM)
adalah suatu jumlah minimum tingkat solvabilitas yang ditetapkan, yaitu sebesar jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban. Rasio kesehatan RBC suatu perusahaan asuransi pada dasarnya adalah rasio dari nilai kekayaan bersih atau (net worth) perusahaan bersangkutan, yang dihitung berdasarkan peraturan akuntasi standar, dibagi dengan nilai kekayaan bersih, yang dihitung kembali dengan mengikutsertakan resiko-resiko pemburukan yang mungkin terjadi.
Istilah Risk Based Capital (singkatnya RBC) telah menjadi penting, khususnya berkaitan dengan pengukuran keamanan finansial atau kesehatan perusahaanperusahaan asuransi. Karena secara umum, rasio kesehatan RBC adalah suatu ukuran yang menginformasikan tingkat keamanan finansial atau kesehatan suatu perusahaan asuransi. Semakin besar rasio kesehatan RBC sebuah perusahaan asuransi, semakin sehat kondisi finansial perusahaan tersebut. BTSM terdiri dari komponen-komponen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2005, yaitu :
2. Komponen-Komponen Rasio Solvabilitas Deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban sebagaimana yang dimaksud dalam solvabilitas / RBC terdiri dari : a. Kegagalan Pengelolaan Kekayaan (Asset Default Risk) Yang dimaksud dengan kegagalan pengelolaan kekayaan adalah risiko yang timbul dari kemungkinan : -
Kehilangan penurunan nilai kekayaan/kehilangan/penurunan pendapatan jumlah dana yang dibutuhkan untuk menanggulangi risiko kegagalan pengelolaan kekayaan ditentukan dengan mengalikan suatu faktor risiko terhadap nilai kekayaan.
b. Ketidak-Seimbangan Antara Proyeksi Arus Kekayaan dan Kewajiban (Cash-flow Mismatch Risk) Yang dimaksud dengan keseimbangan disini adalah risiko ketidakseimbangan antara proyeksi arus kekayaan dan kewajiban ditentukan dengan membandingkan nilai sekarang dari proyeksi arus kekayaan dan nilai sekarang dari proyeksi arus kewajiban. Jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutupi ketidakseimbangan antara cash flow kekayaan dan cash flow kewajiban suatu perusahaan asuransi ditentukan dengan membandingkan nilai diskonto dari cash flow asset dan nilai diskonto dari cash flow kewajiban dalam berbagai skenario investasi. Proyeksi atas kewajiban hanya didukung untuk semua produk cadangan premi. Jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutup ketidakseimbangan tersebut adalah nilai absolut dengan formula.
c. Ketidak-Seimbangan Antara Nilai Kekayaan dan Kewajiban Dallam Setiap Jenis Mata Uang (Currency Mismatch Risk) Yang dimaksud KTSIM di atas adalah risiko ketidakseimbangan antara nilai kekayaan dan kewajiban dalam setiap jenis mata uang ditentukan dengan membandingkan kekayaan dengan kewajiaban yang dimiliki. Jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutup ketidakseimbangan antara aset dan kewajiban adalah dana penutup ketidakseimbangan.
d. Perbedaan Antara Beban Klaim Yang Terjadi Dan Beban Klaim Yang Diperkirakan (Claim Experience Worse Than Expected Risk) Yang dimaksud dengan perbedaan di atas adalah risiko perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan timbul dari kemungkinan pengalaman klaim yang terjadi lebih buruk dari klaim yang diperkirakan. Jumlah dana yang diperlukan untuk menutup risiko perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan ditentukan dengan menetapkan faktor risiko terhadap masing-masing komponen tersebut.
e. Ketidak-Cukupan
Premi
Akibat
Perbedaan
Hasil
Investasi
yang
Diasumsikan dalam Penetapan Premi dengan Hasil Investasi yang Diperoleh (Insufficient Premium Risk) Komponen ketidakcukupan premi dikaitkan dengan risiko bahwa premi yang diterima tidak cukup karena hasil investasi yang diperoleh lebih rendah dari hasil investasi yang diperkirakan. Jumlah dana yang dibutuhkan untuk menanggulangi risiko ketidakcukupan premi adalah faktor risiko dikalikan dengan cadangan teknis.
f. Ketidak-Mampuan
Pihak
Reasuradur
membayar klaim (Reinsurance Risk)
untuk
memenuhi
kewajiban
Komponen risiko asuransi dikaitkan dengan ketidakmampuan penanggung ulang untuk memenuhi kewajibannya. Jumlah dana yang dibutuhkan untuk menanggulangi risiko reasuransi ditentukan dengan cadangan teknik beban penanggung ulang. Faktor risiko yang digunakan adalah :
2. Rasio Selain Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) Adapun rasio-rasio yang digunakan selain metode RBC (Risk Based Capital) / Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) adalah sebagai berikut : a. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan dalam memnuhi kewajibankewajiban lancarnya (jangka pendek). Departemen Keuangan sangat memperhatikan kepentingan publik (pemegang polis) agar tidak dirugikan.
Rumusannya sebagai berikut : Kekayaan Lancar RL = Kewajiban Lancar
Perlu dicatat bahwa yang dimaksud dengan kekayaan dan kewajiban lancar adalah kewajiban di bawah per tahun. b. Rasio Perimbang Investasi dengan Kewajiban Rasio ini dipergunakan untuk mengukur perimbangan investasi terhadap kewajiban kepada pemegang polis. Rasio ini menurut KMK tersebut sekurangkurangnya (minimal) harus 100 %. Rumusannya sebagai berikut : Investasi RPIDK = Cadangan Teknis + Hutang Klaim
Perlu dicatat bahwa investasi yang disini adalah nilai investasi yang diperkenankan (admitted investment), dan dilakukan perusahaan cad teknis adalah semua kewajiban yang berhubungan dengan kepentingan nasaban/bisa disebut sebagai nilai sekarang (present value) dari kewajiban yang akan datang (future liability). Hutang klaim adalah kewajiban kepada pemegang polis yang masih terutang.
c. Rasio Perimbang Premi Sendiri dengan Modal Sendiri Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan permodalan perusahaan yang berfungsi sebagai bantalan terhadap premi yang diretensi (ditanggung) sendiri. Nilai rasio yang diijinkan untuk DK adalah sekurang-kurang (minimal 300 %). Rumusannya sebagai berikut : Premi Sendiri RPPSDMS = Modal Sendiri
d. Rasio Pendapatan Investasi Netto Rasio pendapatan investasi neto atau investament eld ratio ini memberikan indikasi kemampuan manaj investasi dari perusahaan yang bersangkutan serta besarnya pendapatan yang didapat dari hasil investasi dibandingkan rata-rata kas dan investasi dalam tahun berjalan. Rumusannya sebagai berikut : Pendapatan Bersih Investasi RPIN = Rata-rata Kas dan Investasi
Pendapatan bersih adalah hasil dari invesatasi perusahaan. Rata-rata kas dan investasi adalah rata-rata investasi ditambah kas tahun lalu dan sekarang.
e. Rasio Beban Klaim, Beban Usaha dan Komisi Rasio ini mengukur beban perusahaan yang terdiri dari beban klaim, beban usaha, dan beban komisi terhadap pendapatan preminya. Rasio ini menggambarkan tingkat efisiensi perusahaan. a. Rasio Beban Klaim Netto Rasio ini menceriminkan pengalaman klaim (loss ratio) yang terjadi serta kualitas usaha penutupnya. Rumusannya sebagai berikut : Beban Klaim Netto RBK = Pendapatan Premi Netto
Beban Klaim Netto adalah besarnya klaim dan manfaat dibayar dikurangi klaim asuransi. Pendapatan Premi Netto adalah pendapatan bersih premi dari premi bruto dikurangi premi asuransi dikurangi premi yang belum merupakan pendapatan. b. Rasio Beban Usaha Rasio ini mengukur bidang umum/manajemen yang terjadi dalam kegiatan usaha serta memberikan indikasi tentang tingkat efisiensi operasi perusahaan. Rumusannya sebagai berikut : Beban Usaha RBU = Pendapatan Premi Netto
BU adalah semua beban operasi yang terjadi diri dari biaya akuisisi bi pemasaran, bidang umum dan adm di bidang lainnya. c. Rasio Komisi Netto Rasio ini mengukur diperoleh (ocquisition rast) atas bisnis yang didapat. Disamping itu rasio ini dapat juga digunakan untuk melakukan perbandingan besarnya tarik komisi keperantaraan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lain dan dengan rata-rata tarif dalam industri. Rumusannya sebagai berikut : Beban Komisi Netto RKN = Pendapatan Premi Netto
KN adalah jumlah total komisi yang dikeluarkan perushaan terutama kepada agen-agen penjual. f. Rasio Perubahan Modal Sendiri Rasio perubahan modal sendiri memberikan indikasi atas perkembangan atau penurunan kondisi keuangan perusahaan dalam tahun berjalan. Rumusannya sebagai berikut : Kenaikan/Penurunan Modal Sendiri RPMS = Modal Sendiri Tahun Lalu
3.5 Analisis Perbandingan Rasio Solvabilitas / Risk Based Capital 1. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan
Analisis perbandingan kinerja keuangan PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT Asuransi Allianz Life Indonesia dilakukan dengan menggunakan metode RBC yaitu pengukuran rasio pencapaian solvabilitas atau batas tingkat solvabilitas minimum
(BTSM)
yang
No.424/KMK.06/2003
didasarkan
atas
keputusan
Menteri
Keuangan
mengenai pelaporan perusahaan asuransi dan keputusan
Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan (DJLK) No. Kep.3607/LK/2004 tentang pedoman perhitungan batas tingkat solvabilitas yang dapat mengukur suatu perusahaan solven (sehat) atau tidak.dengan rumusan sebagai berikut: Kekayaan yang Diperkenankan – Kewajiban x 100 % BTSM Berdasarkan data di laporan keuangan keuangan PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT Asuransi Allianz Life Indonesia tentang batas tingkat solvabilitas minimum (BTSM) yang merupakan hasil perhitungan rasio pencapaian sovabilitas adalah : Tabel 1 Rasio Perbandingan Solvabilitas / Risk Based Capital BTSM
PT. Asuransi
PT. Asuransi
DepKeu
Takaful Keluarga
Allianz Life Indonesia
2004
> 120 %
379.35 %
216.40 %
2005
> 120 %
325.27 %
142.03 %
2006
> 120 %
309.25 %
195.85 %
2007
> 120 %
267.46 %
255.03 %
Tahun
Sumber : www.bapepam.co.id, www.takaful.com dan www.allianz.co.id
Hasil perbandingan ini menunjukkan bahwa, kebijakan investasi yang dilakukan oleh perusahaan masih memenuhi persyaratan. Namun, perusahaan harus terus meningkatkan tingkat solvabilitas, agar dapat mempertahankan tingkat solvabilitas diatas ketetapan pemerintah dan terus beroperasi dalam indusri asuransi jiwa di Indonesia yang semakin . 2.
Perhitungan Komponen Rasio Solvabilitas (BTSM) Berikut perhitungan dari faktor-faktor atau komponen batasan tingkat
solvabilitas minimum: Tabel 2 BTSM PT Asuransi Takaful Keluarga A
B
Tingkat Solvabilitas
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Kekayaan yang Diperkenankan
Rp. 226.854
Rp. 254.468
Rp. 290.819
Rp. 402.110
Kewajiban (kec. Pinj. Subordinasi)
Rp. 168.630
Rp. 201.464
Rp. 238.474
Rp. 357.219
Jumlah Tingkat Solvabilitas
Rp. 58.224
Rp. 53.004
Rp. 52.345
Rp. 44.891
Rp.
8.588
Rp. 10.127
Rp. 10.751
Rp. 10.994
0.00
0.00
Rp.
1.004
Rp.
Batas Tingkat Solvabilitas M (BTSM) Kegagalan Pengelolaan kekayaan
(Schedule A)
Proyeksi Arus Kekayaan / Kewajiban (Schedule B) Kekayaan dan Kewajiban Dalam Setiap Jenis
1.531
Rp.
1.576
Rp.
1.639
Rp.
1.025
Rp.
5.189
Rp.
4.529
Rp.
2.860
Rp.
2.420
0.00
0.00
Rp.
1.286
Rp.
1.839
0.00
0.00
0.00
0.00
Jumlah BTSM
Rp. 15.353
Rp. 16.295
Rp. 16.926
Rp. 16.784
C
Kelebihan / kekurangan BTS
Rp. 42.870
Rp. 36.709
Rp. 35.419
Rp. 28.107
D
Rasio Pencapaian Solvabilitas (dalam%)
379.35 %
325.27 %
309.25 %
267.46 %
Mata Uang
(Schedule C)
Beban Klaim Yang Tejadi & Beban Klaim Yang Diperkirakan
(Schedule D)
Ketidakcukupan Premi Akibat Perbedaan Hasil Investasi yang Diperoleh
(Schedule E)
Risiko Reasuradur
(Schedule F)
Sumber : www.allianz.co.id
0.00
Tabel 4.4 BTSM PT Asuransi Allianz Life Indonesia A
B
Tingkat Solvabilitas
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Kekayaan yang Diperkenankan
Rp.
742.247
Rp.
928.285
Rp. 1.225.673
Rp. 1.559.965
Kewajiban (kec. Pinj. Subordinasi)
Rp.
655.877
Rp.
851.037
Rp. 1.092.633
Rp. 1.345.582
Jumlah Tingkat Solvabilitas
Rp.
86.370
Rp.
77.248
Rp.
Rp.
133.040
214.383
Batas Tingkat Solvabilitas M (BTSM) Kegagalan Pengelolaan kekayaan
(Schedule A)
Rp. 6.288.57
Rp. 8.973.34
Rp. 12.525.51
Rp. 17.252.90
Proyeksi Arus Kekayaan / Kewajiban (Schedule B)
Rp. 21.441.56
Rp. 27.823.70
Rp. 32.851.00
Rp. 29.115.58
-
-
Rp. 9.646.13
Rp. 14.336.65
Rp. 18.970.50
Rp. 23.454.39
Rp. 2.357.82
Rp. 2.969.68
Rp. 3.347.35
Rp. 3.869.13
Rp.
178.07
Rp.
276.77
Rp.
233.58
Rp.
371.03
Jumlah BTSM
Rp.
39.912
Rp.
54.380
Rp.
67.928
Rp.
84.063
C
Kelebihan / kekurangan BTS
Rp.
46.458
Rp.
22.868
Rp.
65.112
Rp.
130.390
D
Rasio Pencapaian Solvabilitas (dalam%)
Kekayaan dan Kewajiban Dalam Setiap Jenis Mata Uang
0.00
-
(Schedule C)
Beban Klaim Yang Tejadi & Beban Klaim Yang Diperkirakan
(Schedule D)
Ketidakcukupan Premi Akibat Perbedaan Hasil Investasi yang Diperoleh
(Schedule E)
Risiko Reasuradur
(Schedule F)
216.40 %
142.03 %
195.85 %
Sumber : www.allianz.co.id
Berdasarkan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum diatas dapat dilihat kinerja keuangan dari tahun ke tahun perbandingan yang dihasilkan antara PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT Asuransi Allianz Life Indonesia sangatlah berbeda. PT. Asuransi Takaful Keluarga yang didasari dengan prinsip syariah memang lebih menjanjikan karena memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi dari masyarakat yang mayoritas penduduknya muslim, sehingga kondisi keuangan rasio solvabilitas PT. Asuransi Takaful Keluarga mengalami pertumbuhan yang sehat dengan tingkat rasio
255.03 %
yang sangat tinggi melebihi PT Asuransi Allianz Life Indonesia namun untuk saat ini masyarakat lebih banyak menggunakan produk konvensionalnya walaupun dari tahun 2004 selalu mengalami penurunan hingga tahun 2007 karena investasi yang diperoleh perusahaan sangat rendah sedangkan rasio solvabilitas pada PT Asuransi Allianz Life Indonesia meskipun mengalami fluktuasi (kenaikan dan penurunan) dapat menjaga stabilitas rasio. Dan yang terpenting adalah batas dari rasio perusahaan selalu diatas batasan yang ditetapkan oleh pemerintah (Departemen Keuangan), sehingga perusahan asuransi tersebut dapat terus beroperasi dan tidak dilikuidasi. 3. Perhitungan Rasio Selain BTSM Dibawah ini perhitungan dari rasio selain batas tingkat solvabilitas minimum : Tabel 3 Rasio Selain BTSM PT Asuransi Takaful Keluarga & PT Asuransi Allianz Life Indonesia No
Keterangan
1
Rasio Likuiditas
2
Rasio Investasi Terhadap Cadangan Teknis dan
2007
2006
2005
2004
459%
239%
642%
261%
115%
261%
757%
228%
104%
124%
107%
110%
102%
110%
111%
115%
13%
8%
11%
8%
7%
8%
5%
11%
74%
110%
80%
110%
93%
110%
85%
119%
Utang Klaim 3
Rasio Pendapatan Investasi Neto Terhadap Rata-rata Investasi
4
Rasio Beban (Klaim, Usaha dan Komisi) Terhadap Pendapatan Premi Neto
4. Sistem Pencatatan Akuntansi Akuntansi memiliki 2 macam metode dalam sistem pencatatan akuntansinya yaitu Accrual Basis dan Cash Basis sebagai berikut : Tabel 4 Sistem Pencatatan Akuntansi Perusahaan
Sistem Pencatatan Akuntasi
Contoh Penerapan
Asuransi Syariah
Seluruh pengeluaran dan biaya-
Dalam penggunaan Cash Basis
Menggunakan
biaya diakui sebagai pengeluaran
tidak akan pernah dijumpai
Cash Basis
dan
periode
adanya piutang dan hutang.
realitas
Begitu juga dengan biaya dan
pembayaran tunai. Sehingga segala
pendapatan. Biaya baru akan
pengeluaran dan biaya-biaya serta
diakui
penerimaan yang sudah diterima
terjadi pengeluaran kas atas
tunainya
beban. Pendapatan juga baru
biaya-biaya
tersebut
pada
berdasarkan
sajalah
dimasukkan
yang
akan
perhitungan
dalam
Cash Basis.
diakui
dan
dan
dicatat
dicatat
setelah
sebagai
pendapatan saat penerimaan kas.
Asuransi Konvensional
Pengeluaran dan biaya-biaya yang
Komponen biaya pada Accrual
Menggunakan
diakui dan dibukukan pada periode
Basis
Accrual Basis Basis
tersebut berdasarkan pembayaran
penyusutan, biaya sewa, biaya
tunai
dibayar di muka, biaya yang
5.
serta
pengeluaran/
misalnya
biaya
penerimaan tidak tunai yang jatuh
sudah
tempo pada periode tersebut.
pembayarannya belum diterima
jatuh
tempo
tapi
Hasil Analisa Kinerja Keuangan Berdasarkan keputusan Menteri keuangan No.424/KMK.06/2003 mengenai
pelaporan perusahaan asuransi dan keputusan Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan (DJLK) No. Kep.3607/LK/2004, batas tingkat solvabilitas dengan berdasarkan metode RBC pada perusahaan asuransi jiwa syariah dan konvensional melampaui
ketentuan minimum tingkat solvabilitas sebesar 120 % dari batas tingkat solvabilitas minimum (BTSM) yang telah ditetapkan BAPEPAM dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007. Kinerja keuangan PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT Asuransi Allianz Life Indonesia berdasarkan perhitungan BTS dengan metode RBC, sudah cukup baik karena melampaui batasan tingkat solvabilitas yang ditetapkan pemerintah (Departemen Keuangan) yaitu diatas 120 %. Hal ini membuktikan kebijakan investasi yang dilakukan oleh kedua perusahaan tersebut memenuhi persyaratan. Meskipun PT Asuransi Takaful Keluarga memilki tingkat rasio yang signifikan namun tetap terus meningkatkan kembali tingkat rasio pencapaian solvabilitas (RBC) agar tidak mengalami penurunan rasio lagi ditahun berikutnya. Hal ini membuktikan kebijakan investasi dilakukan memenuhi persyaratan. Namun PT Asuransi Allianz Life Indonesia harus terus meningkatkan tingkat rasio pencapaian solvabilitas akhir tahun 2010 agar dapat terus beroperasi dalam industri asuransi jiwa dan mencapai tujuan perusahaan yakni menjadi grup asuransi No. 1 di Indonesia. Kinerja keuangan PT. Asuransi Takaful Keluarga dalam hal pemenuhan kewajiban jangka pendek (likuiditas), pemenuhan kewajiban kepada polis, dan dalam pengelolaan antara risiko yang diambil serta bantalan untuk berjaga-jaga dalam permodalan sangat cukup baik dibandingkan dengan PT Asuransi Allianz Life Indonesia yang statis (tetap) dari tahun ke tahun.
Kinerja keuangan PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT Asuransi Allianz Life Indonesia sudah cukup efisien dan baik dalam proses dan fungsi underwritting serta penutupan risiko (beban klaim), begitupun dalam hal pengelolaan bisnis atas komisi, namun dalam hal pengelolaan operasional manajemen (beban usaha) PT. Asuransi Takaful Keluarga belum efisien pada tahun-tahun terakhir. Begitupun pendapatan investasi yang belum optimal, disebabkan oleh portofolio investasi syariah yang terbatas. Kinerja keuangan PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT Asuransi Allianz Life Indonesia dalam hal operasional perusahaan masih dalam batas normal dan kewajaran serta berkinerja baik. Sedangkan PT. Asuransi Takaful Keluarga pada tahun 2007 mengalami penurunan ekuitas yang disebabkan oleh kerugian operasi yang cukup signifikan, sehingga diperlukan langkah-langkah yaitu analisis disetor, cadangan khusus dan laba ditahan.
komponen modal
Adapun hasil analisa akhir dari kesimpulan diatas dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : Tabel 5 Akumulasi Hasil Analisa Perbandingan RBC Tahun 2004 - 2007
PT. Asuransi Takaful
PT. Asuransi Allianz
Keluarga
Life Indonesia
Kekayaan yang Diperkenankan
Rp 293,562.75
Rp 1,114,042.50
Kewajiban (kec. Pinj. Subordinasi)
Rp 265,755.75
Rp
986,282.25
Jumlah Tingkat Solvabilitas
Rp 52,116.00
Rp
78,393.00
Kelebihan / kekurangan BTS
Rp 10,115.00
Rp
438,269.36
Keterangan
Rasio Pencapaian Solvabilitas (dalam%) Rasio Likuiditas
320.33 %
202.33 %
753 %
247 %
106 %
115 %
9%
9%
83 %
112 %
Rasio Investasi Terhadap Cadangan Teknis dan Utang Klaim Rasio Pendapatan Investasi Neto Terhadap Rata-rata Investasi Rasio Beban (Klaim, Usaha dan Komisi) Terhadap Pendapatan Premi Neto
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan Dari uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab terdahulu, maka
penulis menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil dari perbandingan kinerja keuangan perusahaan asuransi jiwa syariah dan perusahaan asuransi jiwa konvensional dengan Metode RBC menghasilkan : −
Kinerja keuangan PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT Asuransi Allianz Life Indonesia berdasarkan perhitungan BTS dengan metode RBC sudah cukup baik karena melampaui batasan tingkat solvabilitas yang ditetapkan pemerintah (Departemen Keuangan) yaitu diatas 120 %. Hal ini membuktikan kebijakan investasi yang dilakukan oleh kedua perusahaan tersebut memenuhi persyaratan. Meskipun PT Asuransi Takaful Keluarga memilki tingkat rasio yang signifikan namun tetap terus meningkatkan kembali tingkat rasio pencapaian solvabilitas (RBC) agar tidak mengalami penurunan rasio lagi ditahun berikutnya.
− Kinerja keuangan PT. Asuransi Takaful Keluarga dalam hal pemenuhan kewajiban jangka pendek (likuiditas), pemenuhan kewajiban kepada polis, dan dalam pengelolaan antara risiko yang diambil serta bantalan untuk
berjaga-jaga dalam permodalan sangat cukup baik dibandingkan dengan PT Asuransi Allianz Life Indonesia yang statis (tetap) dari tahun ke tahun. − Kinerja keuangan PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT Asuransi Allianz Life Indonesia sudah cukup efisien dan baik dalam proses dan fungsi underwritting serta penutupan risiko (beban klaim), begitupun dalam hal pengelolaan bisnis atas komisi, namun dalam hal pengelolaan operasional manajemen (beban usaha) PT. Asuransi Takaful Keluarga belum efisien pada tahun-tahun terakhir. Begitupun pendapatan investasi yang belum optimal, disebabkan oleh portofolio investasi syariah yang terbatas. − Kinerja keuangan PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT Asuransi Allianz Life Indonesia dalam hal operasional perusahaan masih dalam batas normal dan kewajaran serta berkinerja baik. Sedangkan PT. Asuransi Takaful Keluarga pada tahun 2007 mengalami penurunan ekuitas yang disebabkan oleh kerugian operasi yang cukup signifikan, sehingga diperlukan langkahlangkah yaitu analisis komponen modal disetor, cadangan khusus dan laba ditahan.
2. Tidak ada perbedaan mendasar dalam perhitungan kinerja keuangan antara PT. Asuransi Takaful Keluarga dengan PT. Asuransi Allianz Life Indonesia bila dilihat dari perhitungan tingkat solvabilitas karena sama-sama menggunakan metode RBC dan rasio selain BTSM. Hanya saja untuk asuransi jiwa syariah, PT.
ATK tidak mengalokasikan dana untuk Reinsurance Risk (ketidakmampuan membayar klaim) karena akan diambil dari tabarru’.
3. Dilihat dari kondisi pasar Indonesia yang masyarakat umumnya mayoritas muslim, munculnya sistem syariah merupakan hal menggembirakan dalam dunia asuransi karena sesuai dengan tuntutan agama, bernilai sosial dan bersih dari gharar (ketidakpastian), maisir (judi), dan riba. Sehingga masyarakat Indonesia umumnya lebih memilih sistem pembagian risiko (Risk Sharing) yang ditawarkan perusahaan asuransi syariah, dimana terjadi proses saling menanggung antara satu peserta dengan peserta lainnya. Sedangkan sistem yang ada pada asuransi konvensional yaitu pengalihan risiko (Risk Transfering) yang lebih berisiko karena terjadi transfer risiko dari tertanggung kepada penanggung.
5.2
Saran Untuk memenuhi tingkat solvabilitas yang diharapkan, perusahaan perlu
meningkatkan modal disetor dan meningkatkan kinerja perusahaan sehingga laba ditahan dapat ditingkatkan untuk memperbesar asset perusahaan dan secara perlahanlahan mengurangi non-admitted assets menjadi admitted assets. Untuk meningkatkan solvabilitas PT. Asuransi Takaful Keluarga perlu melakukan beberapa tindakan efektif :
1. Restrukturisasi asset dengan cara melakukan revaluasi terhadap asset-asset yang termasuk kelompok kekayaan yang diperkenankan untuk menghasilkan revaluasi tinggi dan penggunaan asset hanya pada asset yang termasuk dalam RBC. 2. Meningkatkan efektifitas manajemen kekayaan dan kewajiban pada konsep asset liability manajemen. 3. PT. Asuransi Takaful Keluarga sebaiknya melakukan analisis terhadap ringkat kecukupan cadangan (resserve adequency), serta kestabilan dan likuiditas daei kekayaan yang diperkenankan agar masalah likuiditas perusahaan tetap dalam kondisi yang solven / sehat. 4. Untuk mengatasi dan menjaga kerugian dalam operasional maka PT. Asuransi Takaful Keluarga melakukan analisis terhadap komponen modal disetor, cadangan khusus dan laba ditahan. Dan apabila perusahaan masih mengalami kerugian maka ada 4 faktor yang harus diperhatikan antara lain: 1. Stockholder Devidens, 2. Capital Loses, 3. Increase Reserve, 4. Losses from admitted Assets. Saran-saran tersebut diharapkan dapat menjadi dasar pengambilan langkahlangkahperubahan kebijakan untuk memperbaiki keadaan. Karena untuk mampu bersaing dan memiliki prospek yang cerah, sebuah perusahaan harus memiliki kinerja keuangan yang baik dengan kredibilitas, kepercayaan arau citra (brand image) yang tinggi baik dalam segi manajerial maupun financial.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Hasymi. 2002. Pengantar Asuransi. Cetakan Pertama. Jakarta : Bumi Aksara. Ali, Hasan. 2004. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam. Jakarta : Prenada Media. Anshori, Abdul Ghofur. 2008. Asuransi Syariah di Indonesia. Cetakan Pertama. Yogyakarta: UII Press. Darmawi, Herman. 2006. Manajemen Asuransi. Cetakan Keempat. Jakarta : Bumi Aksara. Harahap, Sofyan Syafri. Dkk. 2006. Akuntansi Perbankan Syariah. Cetakan Kedua. Jakarta : LPFE – USAKTI. Prakoso, Djoko. 2004. Hukum Asuransi Indonesia. Cetakan Kelima. Jakarta : Rineka Cipta. Purba, Radiks. 1992. Memahami Asuransi di Indonesia. Cetakan Kedua. Jakarta : Lembaga PPM. Suparman, Man. 2003. Aspek-aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga. Cetakan Kedua. Bandung : Alumni. Wibowo, Muhammad Ghafur. 2007. Potret Perbankan Syariah Indonesia Terkini. Yogyakarta : Biruni Press. www.allianz.co.id www.bapepam.com www.takaful.com