perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN PERTAMBAHAN AREA OTOT LENGAN ATAS PADA PRIA
SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Freddy Ferdian G.0007073 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul: Latihan Berbeban, Pemberian Whey Protein, dan Pertambahan Area Otot Lengan Atas pada Pria Freddy Ferdian, NIM: G.0007073, tahun: 2010 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada hari Kamis, tanggal 20 Januari 2011
Pembimbing Utama Nama : Widardo, Drs., M.Sc NIP : 19631216 199003 1 002
(
)
(
)
(
)
(
)
Pembimbing Pendamping Nama : Dr. Kiyatno, dr., M.Or., PFK., AIFO NIP : 19480118 197603 1 002 Penguji Utama Nama : Suhanantyo, drg., M.Si., Med NIP : 1951060 619860 1 001 Anggota Penguji Nama : S. Bambang Widjokongko, dr., M.Pd., PHK NIP : 19481231 197609 1 001
Surakarta,
Ketua Tim Skripsi
Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., M.Kes NIP: 19660702 199802 2 001
Prof. Dr. H. A A. Subijanto, dr., M.S NIP: 19481107 197310 1 003 commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 10 Juni 2010
Freddy Ferdian NIM. G.0007073
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK FREDDY FERDIAN, G0007073, 2010, Latihan Berbeban, Pemberian Whey Protein, dan Pertambahan Area Otot Lengan Atas pada Pria. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan membandingkan perbedaan pertambahan area otot lengan atas antara pria yang berlatih beban dengan pemberian whey protein dan pria yang berlatih beban saja.
Metode Penelitian: Penelitian eksperimental kuasi dengan rancangan nonequivalent control group. Penelitian dilakukan di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (FK-UNS) Surakarta. Subjek Penelitian diambil secara quota sampling (mahasiswa FK-UNS n= 34 orang, usia 18-25 tahun, tidak mengkonsumsi suplemen, sehat secara fisik). Subjek penelitian dikelompokkan secara acak ke dalam dua kelompok, kelompok latihan berbeban dengan pemberian whey protein (ORW) dan kelompok latihan berbeban tanpa whey protein (OR). Kedua kelompok melakukan latihan berbeban otot lengan atas selama 2 bulan (3 hari/minggu, 1 sesi/hari, 4 jenis latihan/sesi, 3 set/jenis latihan, 10 repetition maximum/set). Data yang diukur berupa pertambahan perkiraan area otot lengan atas (ΔPAO), diukur menggunakan rumus. Dilakukan pula penilaian variabel perancu berupa asupan makanan, jumlah latihan, BMI, dan usia. Analisis data menggunakan uji t tidak berpasangan dan korelasi Pearson SPSS 17 for Windows. Analisis dilakukan pada mahasiswa pria yang melakukan latihan berbeban 17-24 kali (n= 14).
Hasil Penelitian: Rerata pertambahan area otot kelompok ORW lebih rendah dibanding kelompok OR (lengan kanan, p = 0,035; lengan kiri, p = 0,400). Asupan protein berkorelasi positif bermakna (p = 0,038) terhadap pertambahan area otot lengan kiri dan jumlah latihan berkorelasi negatif bermakna (p = 0,025) terhadap pertambahan area otot lengan kanan.
Simpulan Penelitian: Terdapat perbedaan pertambahan area otot lengan atas yang bermakna (lengan kanan, p = 0,035) antara kelompok latihan berbeban dengan pemberian whey protein dan kelompok latihan berbeban tanpa whey protein.
Kata kunci: whey protein, latihan berbeban, pertambahan area otot commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT FREDDY FERDIAN, G0007073, 2010, Resistance Training, Whey Protein Consumption and Upper Arms Muscle-Area Accretion in Men
Objective: The aim of this study was to compare upper arm muscle-area accretion between whey protein + resistance training group and resistance training group.
Methods: The design was quasi-experimental with non-equivalent control group. Experiment was held in Medical College of Sebelas Maret University (FK-UNS). Subject for the study were recruited intensely (FK-UNS students n= 34, 18-25 yr, not supplement user, physically healthy) with quota-sampling technique. Subject were allocated at random to two groups, whey protein + resistance training group (ORW) and resistance-training group (OR). Both of groups had resistance training focus on upper arms muscle for 2 mo (3 days/wk, 1 session/day, 4 exercises/session, 3 sets/exercise, 10 RM/set). The data which examined were arms muscle-area accretion (ΔPAO) calculated by formula for estimate arm muscle area. Besides, there were assessments for confounding factors such as foods intake, total resistance training, BMI and age. Then, the data were analysed by SPSS 17 for Windows using independent sample T-test and Pearson’s correlation. Analysis was done in students who had resistance training 17-24 times (n= 14).
Results: Mean arms muscle-area accretion of ORW group were lower than OR group (right arm, p = 0,035; left arm, p = 0,400). Protein intake (left arm) and total resistance training (right arm) were significantly correlated (p = 0,038, p = 0,025)
Conclusion: There was a significant difference between whey protein + resistance training group and resistance-training group (right arm p = 0,035).
Keywords: whey protein, resistance training, muscle-area accretion
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus yang telah memberi ide, inspirasi, kasih karunia, dan penyertaan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Latihan Berbeban, Pemberian Whey Protein, dan Pertambahan Area Otot Lengan Atas pada Pria”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan untuk memenuhi kurikulum di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan memenuhi syarat-syarat kesarjanaan pendidikan dokter di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan skripsi ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu: 1. Prof. Dr. H. A A. Subijanto, dr., M.S, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dan selaku pembimbing akademik yang telah memberikan masukan dan bimbingan. 2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku ketua tim skripsi yang memberikan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Widardo, Drs., M.Sc, selaku dosen ilmu gizi sekaligus pembimbing utama yang telah memberikan nasihat, pengarahan, dan motivasi bagi penulis. 4. Dr. Kiyatno, dr., M.Or., PFK., AIFO, selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan pengarahan berkaitan dengan latihan berbeban dan metode penelitian. 5. Suhanantyo, drg., M.Si. Med, selaku penguji utama yang telah memberikan masukan bagi penulis. 6. S. Bambang Widjokongko, dr., PHK., M.Pd, selaku anggota penguji atas masukan untuk penulis. 7. Seluruh Staf Laboratorium Ilmu Gizi, Laboratorium Fisiologi, Laboratorium Histologi, dan Bagian Skripsi FK-UNS yang telah memperlancar penyelesaian skripsi. 8. Sayangku tercinta, Ariyani Novitasari, yang telah membantu selama penelitian dan penyetakan skripsi. 9. Semua teman mahasiswa FK-UNS angkatan 2007 dan 2008 yang telah bersedia menjadi subyek penelitian. 10. Mami tercinta, papi, dan gege, terima kasih atas doa dan dukungannya. 11. Pihak-pihak lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu, tenaga, pengetahuan, dan fasilitas yang dimiliki penulis sehingga dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Surakarta, 5 Januari 2011 commit to user
vi
Freddy Ferdian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI PRAKATA ..................................................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................. vii DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 2 1. Umum................................................................................... 2 2. Khusus .................................................................................. 2 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 2 1. Manfaat Ilmiah ..................................................................... 2 2. Manfaat Aplikatif ................................................................. 3 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 4 1. Latihan Berbeban (Strength Training/Resistance Training) .............................................................................................. 4 a. Otot Rangka .................................................................. 4 b. Efek Latihan Berbeban ................................................. 5 c. Jenis Alat dalam Latihan Berbeban .............................. 9 d. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Latihan Berbeban ....................................................................................... 9 e. Energi Selama Latihan Berbeban dan Olahraga ............10 2. Latihan Berbeban dengan Pemberian Whey Protein.............11 a. Whey Protein dan Jenisnya ............................................11 b. Efek Pemberian Whey Protein .......................................12 c. Metabolisme Protein ......................................................15 d. Pertambahan Area Otot dan Rumus Estimasi ................17 B. Kerangka Pemikiran .....................................................................18 C. Hipotesis .......................................................................................19 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ..........................................................20 B. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................20 C. Subyek Penelitian .........................................................................20 D. Identifikasi Variabel Penelitian ....................................................22 1. Variabel Bebas ......................................................................22 2. Variabel Terikat ....................................................................22 3. Variabel Perancu ...................................................................23 E. Teknik Sampling ..........................................................................23 F. Definisi Operasional Variabel ......................................................24 1. Variabel Bebas: Pemberian Whey Protein ............................24 2. Variabel Terikat: Pertambahan Area Otot (ΔPAO) ..............24 to user 3. Variabel Perancu commit ................................................................... 26
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Terkendali 1) Suplementasi ...........................................................26 2) Latihan Berbeban ....................................................26 3) Usia .........................................................................28 b. Tidak Terkendali 1) BMI .........................................................................28 2) Aktivitas Fisik Selain Jadwal Latihan Berbeban ....28 3) Makanan dan Minuman ..........................................29 4) Faktor Internal .........................................................29 5) Waktu Istirahat ........................................................29 G. Instrumen dan Bahan Penelitian...................................................30 1. Alat ........................................................................................30 2. Bahan ....................................................................................31 H. Rancangan Penelitian ...................................................................32 I. Prosedur Kerja ..............................................................................33 J. Uji Statistik...................................................................................36 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Karakteristik Sampel Pretes dan Postes .......................37 1. Pretes .....................................................................................37 2. Postes ....................................................................................38 B. Hasil Analisis Perbandingan Kelompok ORW dan Kelompok OR ......................................................................................................38 1. Uji t Tidak Berpasangan .......................................................38 a. Uji Prasyarat Normalitas ................................................38 b. Hasil Uji t Tidak Berpasangan .......................................39 2. Uji Korelasi Pearson .............................................................41 BAB V PEMBAHASAN ................................................................................42 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ......................................................................................47 B. Saran .............................................................................................47 1. Berkaitan Hasil Penelitian.....................................................48 2. Untuk Penelitian Selanjutnya ................................................48 DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................49 LAMPIRAN
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 1. Hasil Analisis Pretes Kelompok ORW dan OR .............................. 37 Tabel 2. Hasil Analisis Postes Kelompok ORW dan OR.............................. 38 Tabel 3. Hasil Analisis Kelompok ORW dan OR ......................................... 39
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Berpikir ........................................................................ 18 Gambar 2. Rancangan Penelitian ................................................................... 32 Gambar 3. Diagram Mean Pertambahan Area Otot Lengan Atas .................. 40
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kandungan Ultimate Nutrition® Prostar Whey Protein™ Lampiran 2 PAR-Q Revisi 2002, Canadian Society for Exercise Physiology Lampiran 3 Stretching, Anderson (1982) Lampiran 4 Barbell Curl, H. M. Furqon (1996) Lampiran 5 Reverse Curl, H. M. Furqon (1996) Lampiran 6 Triceps Press, H. M. Furqon (1996) Lampiran 7 Lying Triceps Extension, Rai, dkk (2007) Lampiran 8 Hasil Pretes Kelompok ORW Lampiran 9 Hasil Pretes Kelompok OR Lampiran 10 Hasil Postes Kelompok ORW Lampiran 11 Hasil Postes Kelompok OR Lampiran 12 Pertambahan Perkiraan Area Otot Lengan Atas Kelompok ORW Lampiran 13 Pertambahan Perkiraan Area Otot Lengan Atas Kelompok OR Lampiran 14 Analisis Asupan Gizi Kelompok ORW Lampiran 15 Analisis Asupan Gizi Kelompok OR Lampiran 16 Pemenuhan Kebutuhan Protein Kelompok ORW Lampiran 17 Pemenuhan Kebutuhan Protein Kelompok OR Lampiran 18 Group Statistic Uji t Tidak Berpasangan Lampiran 19 Hasil Uji t Tidak Berpasangan Sesuai Tampilan Output SPSS 17 Lampiran 20 Hasil Uji t Tidak Berpasangan untuk Variabel Perancu Lampiran 21 Hasil Uji Korelasi Pearson untuk Variabel Perancu Lampiran 22 Contoh Tabel Penilaian Latihan Berbeban Lampiran 23 Contoh Tabel Penilaian Asupan Makanan Harian (a) Lampiran 24 Contoh Tabel Penilaian Asupan Makanan Harian (b) Lampiran 25 Contoh Analisis Menu Makan Nutrisurvey 2007 Lampiran 26 Contoh Hasil Evaluasi Nilai Gizi Nutrisurvey 2007 Lampiran 27 Contoh Questionnaire Lampiran 28 Ethical Clearance Lampiran 29 Foto-foto Penelitian
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Definisi dari penampilan fisik yang baik berbeda-beda untuk setiap orang. Meskipun begitu salah satu definisi penampilan fisik yang baik adalah lengan yang lebih besar dan berotot (Rai dkk., 2007). Berangkat dari definisi ini, kini bermunculan produk-produk suplemen yang mengaku dapat menstimulir dan mempercepat pembentukan otot pasca latihan beban. Salah satu produk tersebut adalah whey protein. Whey protein dipercaya dapat membentuk otot (Rai dkk., 2007, Anthony et al., 2007, & Wilkinson et al., 2007). Penelitian menunjukkan konsumsi whey protein pada orang tua (57-72 tahun) sebelum dan sesudah latihan beban yang intensif mencegah penurunan dari miostatin mRNA (Hulmi et al., 2007), namun demikian sumber lain menunjukkan bahwa konsumsi whey protein tidak penting sebab konsumsi whey protein tidak berbeda dengan konsumsi protein daging rendah lemak, sementara efeknya dalam meningkatkan massa otot disebutkan hanya merupakan promosi semata (Sizer & Whitney, 2006). Penelitian ini diperlukan untuk mengkritisi produk whey protein yang banyak
dipromosikan
sebagai
produk
stimulator
otot
dengan
cara
membandingkan pertambahan area otot lengan atas antara pria yang melakukan latihan berbeban dengan pemberian whey protein dan pria yang berlatih berbeban
saja.
Jika terbukti efek whey commit to user 1
protein sebagai
stimulator
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
perkembangan otot maka produk ini akan sangat menguntungkan terutama bagi para atlet binaraga dalam meningkatkan prestasi. Sebaliknya jika efeknya tidak terbukti, maka konsumsi whey protein merupakan suatu pemborosan mengingat produk ini relatif mahal.
B. Rumusan Masalah Adakah pengaruh pemberian whey protein terhadap pertambahan area otot lengan atas pada pria yang melakukan latihan berbeban.
C. Tujuan Penelitian 1. Umum Membandingkan pertambahan area otot lengan atas antara pria yang melakukan latihan berbeban dengan pemberian whey protein dan pria yang berlatih berbeban tanpa whey protein. 2. Khusus Jika ada perbedaan pertambahan area otot lengan atas, berapa pertambahan yang dihasilkan pada kelompok yang diberi whey protein.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah Memberi tambahan informasi mengenai pengaruh pemberian whey protein terhadap pria yang berlatih beban. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
2. Manfaat Aplikatif a. Mengkritisi produk whey protein yang dipromosikan sebagai produk stimulator otot. b. Sebagai salah satu sumber informasi bagi masyarakat mengenai efek whey protein dan latihan beban terhadap tubuh. c. Menginformasikan cara sederhana dalam menilai perkiraan ukuran otot menggunakan lingkar lengan atas dan tricep skin fold pada orangorang yang berlatih beban.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1.
Latihan Berbeban (Strength Training/Resistance Training) a. Otot Rangka Otot dibagi menjadi beberapa tipe serabut otot, yaitu tipe I (slow-twich fibers), IIa (fast-twich oxidative fibers), dan IIb (fast-twich glycolytic fiber). Tipe serabut otot ini tersebar di seluruh otot dan dapat terletak di mana saja sehingga pembagian ini sering tidak jelas (Saltin dan Gollnick, Essen-Gustavsson dan Henrickson dalam Durstine et al., 1993) Berbeda dengan serabut tipe I, serabut tipe II memiliki kecepatan kontraksi yang relatif cepat, durasi kejut yang pendek, dan aktivitas tinggi miosin-ATPase. Serabut tipe II dibagi menjadi serabut tipe IIa dan IIb. Tipe IIa menggunakan glikolisis dan metabolisme oksidatif dalam kapasitas sedang, suplai darah kapiler relatif tinggi, dan diameter yang relatif kecil (25-40 µm); serabut tipe IIb memiliki aktivitas glikolisis yang tinggi, sedikit mitokondria, kapasitas metabolisme yang rendah, dan diameter yang besar (30-60 µm). (Durstine et al., 1993)
commit to user 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
b. Efek Latihan Berbeban Latihan beban bertujuan meningkatkan kapasitas kekuatan maksimal otot rangka. Latihan beban resistensi tinggi juga meningkatkan ukuran otot (hipertropi) melalui sintesis dari protein kontraktil (aktin dan miosin) dan penebalan jaringan konektif (connective tissue). Selain itu disebutkan pula adanya mekanisme hiperplasi yang ikut berpengaruh dalam pertambahan ukuran penampang lintang otot (McCall et al., 1996). Mekanisme sel satelit dalam hipertrofi masih diperdebatkan (Durstine et al., 1993), meskipun demikian Moss dan Leblond dalam Hikida et al. (2000) menyebutkan bahwa aktivasi dari sel satelit menyebabkan penyatuan ke serat otot sebagai mionuklei yang baru. Penelitian menunjukkan adanya pertambahan pada penampang lintang otot (cross-sectional area) dari biceps brachii sebanyak 17,4% pada 14 orang tua yang berlatih beban selama 12 minggu (Brown et al., 1990). Menurut Hulmi et al. (2008), aktivitas sel satelit dihambat oleh miostatin. Miostatin adalah anggota superfamili TGF-β yang mempunyai efek regulator negatif pada massa otot manusia (Schuelke et al. dalam Hulmi et al., 2008) dan mamalia (Bogdanovich et al. dan McPherron et al. dalam Hulmi et al., 2008). mRNA miostatin mengalami penurunan setelah latihan berbeban tunggal tanpa suplementasi (Kim et al. dan Raue et al. dalam Hulmi et al., 2008). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
Pada orang tua yang jumlah sel satelitnya sudah mengalami penurunan pun (Schmalbruch dan Hellhammer, Snow dalam Hikida et al., 2000) tetap menunjukkan adanya pertambahan pada penampang lintang otot sebanyak 30% setelah berlatih beban selama 16 minggu (Hikida et al., 2000). Tubuh melakukan respon terhadap latihan beban dengan dua cara,
yaitu
dengan
meningkatkan
ukuran
otot
dan
dengan
meningkatkan kekuatan otot. Kedua respon ini saling terkait. Pertambahan diameter otot (terutama serabut tipe IIa) disebabkan penambahan jumlah sarkomer yang paralel dengan miofibril yang sudah ada (Saltin dan Gollnick dalam Durstine et al., 1993) sehingga menyebabkan pertambahan diameter otot. Pertambahan ukuran otot ini akan meningkatkan kontraktilitas serabut otot (kekuatan maksimal yang diproduksi tiap milimeter persegi dari area penampang lintang otot ataupun kekuatan yang diproduksi tiap interaksi jembatan silang). Meskipun demikian, hal ini nampaknya tidak berkorelasi secara pasti. Penelitian Goodpaster et al. (2006) menunjukkan bahwa luas penampang lintang otot tidak berkorelasi terhadap kekuatan otot. Latihan beban ada yang bersifat isotonik, isometrik, dan isokinetik. Latihan beban isotonik tidak meningkatkan ataupun sedikit meningkatkan aktivitas enzim glikolitik dan oksidatif pada otot rangka (Saltin dan Gollnick dalam Durstine et al., 1993). Dalam sumber yang sama disebutkan pula bahwa aktifitas enzim mitokondria bahkan dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
menurun karena adanya efek dilusi hipertrofi tanpa disertai penambahan mitokondria. Latihan tipe isometrik meningkatkan cytochrome oxidase dan aktivitas succinate dehydrogenase (Grimby dalam Durstine et al., 1993). Latihan isokinetik juga meningkatkan enzim. Latihan isokinetik selama 30 detik dari kontraksi maksimal menunjukkan
adanya
peningkatan
pada
phosphorylase,
phosphofructokinase, creatine kinase, malate dehydrogenase, dan succinate dehydrogenase. Apabila latihan isokinetik hanya selama 6 detik,
maka
akan
menunjukkan
peningkatan
aktivitas
phosphofructokinase saja (Costill dalam Durstine et al., 1993). Pada awal latihan kekuatan meningkat jauh lebih dulu daripada ukuran otot. Peningkatan ini mungkin diakibatkan dari peningkatan koordinasi dan pe-rekrut-an motor unit. (Durstine et al., 1993) Tubuh melakukan adaptasi terhadap latihan beban. Adaptasi yang terjadi meliputi adaptasi periferal dan sentral. (Durstine et al., 1993) Adaptasi periferal meliputi perubahan dalam tubuh seperti peningkatan Creatine Phosphate (CP) yang berkaitan dengan peningkatan massa otot, penurunan enzim oksidatif, perubahan neurogenik (penurunan inhibisi dan pemakaian kekuatan yang lebih efektif) yang terjadi di awal latihan, diikuti perubahan miogenik (peningkatan protein kontraktil dan miofibril). Meskipun begitu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
perubahan-perubahan
ini hanya signifikan pada otot yang terlibat
langsung selama latihan beban. (Durstine et al., 1993) Pada saat berlatih beban intensif terjadi robekan mikro pada otot (Durstine et al., 1993). Robekan mikro ini disebabkan aktifitas gen-gen proteolitik melalui jalur ubiquitin/proteasomal menghasilkan peningkatan mRNA MuRF-1, peningkatan aktifitas apoptosis melalui jalur caspase (Yang et al., 2006), saat inilah biasanya terjadi Delay Onset Muscle Soarness (DOMS) atau nyeri pada otot. Proses sintesis, remodeling, dan recovery yang terjadi 2-4 hari setelah itu menyebabkan
ukuran
otot
bertambah.
Proses
perbaikan
ini
dipengaruhi oleh myostatin dan myogenic regulatory factors (Hulmi et al., Kim et al., Raue et al. dalam Hulmi et al., 2007) serta proliferasi sel satelit (Dreyer et al. dalam Hulmi et al., 2007). Adaptasi sentral tubuh terhadap latihan beban antara lain terjadi hipertrofi jantung pada ventrikel kiri (Fleck dalam Durstine et al., 1993). Latihan beban tidak meningkatkan kebugaran aerobik seseorang, meskipun pada beberapa studi menyebutkan bahwa latihan beban pada kaki (Hickson dalam Durstine et al., 1993) ataupun tangan (Washburn dalam Durstine et al., 1993) menunjukkan peningkatan dalam ketahanan jangka pendek (short-term endurance), meskipun tidak terjadi peningkatan uptake oksigen maximal. Efek tubuh terhadap latihan beban bergantung dan spesifik pada otot yang digunakan, bentuk latihan (isometrik, isotonik, atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
isokinetik), sudut gerakan, range of motion, dan kecepatan gerakan saat berlatih. Meskipun demikian dapat pula terjadi efek silang yaitu otot yang tidak dilatih ikut berkembang. Hal ini mungkin disebabkan faktor neurogenik (pembelajaran, penurunan inhibisi, dan penurunan dari tingkat stimulasi nervus pada bagian otot yang tidak dilatih. (Durstine et al., 1993)
c. Jenis Alat dalam Latihan Berbeban Dalam latihan beban terdapat banyak alat yang dapat digunakan antara constant resistance machines, variable resistance machines, isokinetic, dan beban lepas (free weight) (Durstine et al., 1993).
d. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Latihan Berbeban Latihan berbeban seperti halnya olahraga jenis lain antara lain, perlu memperhatikan spesifisitas olahraga (menentukan tipe serabut otot yang terlibat); tipe kontraksi (statis atau dinamis, konsentrik atau eksentrik); intensitas dan durasi kontraksi; mode olahraga; ekstrimitas superior, inferior atau campuran keduanya; posisi tubuh saat berolahraga; beban yang digunakan. (Durstine et al., 1993)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
e. Energi Selama Latihan Berbeban dan Olahraga Latihan beban menggunakan otot sebagai alat gerak aktif. Otot untuk berkontraksi memerlukan energi yang didapat dari hidrolisis ATP. ATP harus tersedia dalam jumlah yang cukup agar otot dapat terus melakukan kontraksi. ATP dalam otot terdapat dalam jumlah yang terbatas. Setelah dipecah oleh miosin ATPase, ATP akan menjadi ADP dengan melepas satu atom P inorganik dan energi. Proses ini hanya terjadi sebentar saja selama olahraga. Agar ATP tetap tersedia dalam jumlah yang cukup, perlu resintesis ATP. ATP di-resintesis melalui tiga cara: sistem CP, glikolisis (keduanya bersifat anaerobik), dan oksidatif aerobik (siklus Kreb dan fosforilasi oksidatif. (Durstine et al., 1993) Ketiga cara resintesis berlangsung dengan regulasi enzim allosterik. Jika ADP banyak terbentuk akan mengaktifkan enzim allosterik untuk memulai proses perombakan CP, glikolisis, dan oksidatif aerobik. Sebaliknya peningkatan ATP seluler menyebabkan inhibisi enzim allosterik. (Durstine et al., 1993) Proses pembentukan ATP selama berolahraga merupakan kombinasi proses anaerob (CP dan glikolisis) dan aerob (siklus Kreb dan fosforilasi oksidatif). Kedua proses ini bergantung pada durasi olahraga. Semakin singkat durasi olahraga, semakin banyak proses anaerob berperan dalam pembentukan ATP. (Durstine et al., 1993) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
Proses penggantian dari anaerob ke aerob berlangsung secara bertahap, bukan serta-merta. Proses olahraga yang berlangsung selama kurang dari 5 detik menggunakan perombakan CP saja untuk resintesis ATP. Resintesis ATP akan memerlukan tambahan dari proses glikolisis (lebih dari 30 detik) dan oksidatif aerobik (lebih dari 45 detik) seiring bertambahnya durasi olahraga. (Durstine et al., 1993) Proses oksidatif aerobik dapat menggunakan karbohidrat, lemak, dan protein sebagai sumber energi. Karbohidrat adalah sumber energi utama yang digunakan selama permulaan olahraga dan selama olahraga yang intensif (Power dan Howley; Gollnick et al.; Newsholme dalam Durstine et al., 1993). Pada olahraga lebih dari 30 menit, terjadi perubahan bertahap dari penggunaan karbohidrat menjadi penggunaan lemak sebagai sumber energi. Protein sangat jarang mengalami perombakan pada individu yang sehat dan mendapat asupan gizi yang baik. (Durstine et al., 1993)
2.
Latihan Berbeban dengan Pemberian Whey Protein a. Whey Protein dan Jenisnya Whey protein adalah protein susu yang telah dipisahkan dari komponen caseinate-nya, diekstrak dari whey cair (Williams, 2005). Proses pemisahan ini dapat terjadi saat pembuatan keju. Bentuk whey protein awalnya seperti adonan kue yang mana masih mengandung lemak, abu mineral dan laktosa. Bentuk ini kemudian mengalami commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
pengolahan lebih lanjut pada temperatur rendah menghasilkan bubuk berwarna pastel (whey protein). (Rai dkk., 2007) Ada beberapa jenis whey protein, antara lain Whey Protein Concentrate (WPC), Whey Protein Isolate (WPI), dan Whey Protein Hydrolysate (WPH). WPI memiliki kandungan protein yang lebih tinggi daripada WPC, sedangkan kandungan karbohidrat dan lemaknya lebih rendah dibandingkan dengan WPC (Rai dkk., 2007). Di samping kandungan protein yang tinggi (mencapai 90%), WPI biasanya juga ditambah substansi lain, termasuk faktor pertumbuhan (growth factors).
b. Efek Pemberian Whey Protein Whey protein seperti kebanyakan protein lainnya, agar dapat terserap dengan baik dan berguna bagi tubuh, perlu memperhatikan kualitas protein. Kualitas protein bergantung pada kemudahannya dicerna (digestibility), komposisi asam amino, dan reference protein. Kualitas
protein
dapat
dinilai
melalui
perhitungan
Protein
Digestibility-Corrected Amino Acid Score (PDCAAS) seperti yang tercantum dalam Rolfes et al. (2006). Whey protein disebutkan memiliki nilai biologis yang tertinggi (104) dibanding sumber protein lainnya (Rai dkk., 2007). Nilai biologisnya bahkan melebihi protein telur (100) (Rai dkk., 2007 & Rolfes et al., 2006). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Konsumsi whey protein menurut beberapa penelitian berefek pada transkripsi dan translasi protein otot baik pada hewan maupun manusia. Asupan whey protein pada tikus yang berolahraga terbukti meningkatkan glikogen otot rangka dan liver secara signifikan (Morifuji et al., 2005), di samping itu konsumsi whey protein juga meningkatkan konsentrasi serum Branched-Chain Amino Acid (BCAA), isoleucin dan leucine (Anthony et al., 2007). Penelitian pada manusia tentang efek whey protein sebelum dan sesudah latihan beban menunjukkan peningkatan kecepatan fraksional sintesis protein otot secara signifikan jika dibandingkan dengan konsumsi karbohidrat maupun susu kedelai (Wilkinson et al., 2007). Whey protein yang dikonsumsi sebelum dan sesudah latihan juga dapat meningkatkan Follistatin-Related Gene (FLRG) protein, FLRG berfungsi mencegah sekresi miostatin (Hill et al., Joulia-Ekaza dan Cabello dalam Hulmi et al., 2008) sehingga otot dapat berkembang. Pada penelitian Hulmi et al. (2008), kelompok yang diberi whey protein mengalami peningkatan jumlah FLRG, namun jumlah miostatin juga mengalami peningkatan. Pemberian protein dan suplemen asam amino dapat menunda gejala DOMS setelah latihan beban intensif (Nosaka et al. dalam Hulmi et al., 2008). Meski dalam beberapa penelitian efek whey protein begitu signifikan, tetapi menurut Burke et al. dalam Williams (2005) efek whey protein hanya terbukti pada beberapa orang sampel, tidak pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
semua sampel. Pada penelitian efek whey protein setelah berlatih beban
justru
terbukti
meningkatkan
miostatin
yang
malah
menghambat dalam meningkatkan massa otot (Hulmi et al., 2008). Produk whey protein memiliki kandungan protein dalam jumlah yang besar. Protein adalah kumpulan asam amino yang terhubung melalui ikatan peptida. Ikatan asam amino ini bervariasi, ada yang hanya belasan ada pula yang mencapai ratusan (Rolfes et al., 2006). Protein sebagai zat pembangun untuk pertumbuhan dan maintenance sangat diperlukan bagi atlet yang berlatih beban. Menurut Wardlaw et al. (2004) kebutuhan protein untuk seorang atlet angkat beban berkisar antara 1,6 sampai 1,8 gram protein per kilogram berat badan (2 ¼
kali RDA). Sumber lain lain menyebutkan
kebutuhan protein untuk seseorang yang berlatih beban sebanyak 1,2 1,7 gr/kg/hari. Jumlah ini diperlukan terutama pada awal latihan beban untuk suplai asam amino esensial yang berguna untuk menunjang petumbuhan otot (American College of Sports Medicine, 2009). Jumlah protein yang dikonsumsi menurut Rolfes et al. (2006) tidak boleh melebihi 2 gram per kilogram berat badan karena jumlah protein ini akan berdampak pada penggunaan asam amino sebagai sumber energi dan sintesis glukosa; tidak ada pertambahan dari sintesis protein otot. Jumlah protein yang berlebihan ini dibutuhkan untuk sintesis jaringan baru pada latihan beban. Hal ini terjadi karena pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
latihan beban terjadi robekan mikro pada otot yang diberi beban berlebih (Durstine et al., 1993). Penelitian menunjukkan pemberian protein dalam bentuk kasein dan whey protein serta BCAA meningkatkan massa tanpa lemak lebih dari kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan DEXA untuk menilai komposisi tubuh. (Kerksick et al., 2006)
c. Metabolisme Protein Protein setelah diserap (dalam bentuk asam amino) akan mengalami metabolisme dalam tubuh. Secara sederhana Rolfes et al. (2006) menjelaskan protein akan mengalami perubahan (protein turnover). Di dalam sel, protein akan dipecah dan dibentuk kembali. Protein yang dipecah akan melepaskan asam amino yang akan bergabung dengan asam amino hasil pencernaan membentuk amino acid pool. Amino acid pool terdapat dalam sel dan sirkulasi darah. Saat dibutuhkan, asam amino-asam amino yang diperlukan dapat diambil dari amino acid pool untuk membentuk protein tubuh, senyawa yang mengandung nitrogen, atau dilepas nitrogennya untuk digunakan sebagai energi. Proses pembentukan dan perombakan protein ini berlangsung seimbang dalam keadaan normal dan pada individu yang sehat, menghasilkan proses yang disebut keseimbangan nitrogen (nitrogen balance). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Asam amino-asam amino dapat dibentuk kembali menjadi protein oleh tubuh. Asam amino, terutama asam amino esensial mutlak didapat dari intake makanan. Apabila kekurangan asam amino jenis ini, maka tubuh harus merombak protein dalam tubuh untuk mendapatkannya. (Rolfes et al., 2006) Penelitian
menunjukkan
konsumsi
suplemen
yang
mengandung asam amino esensial menstimulasi sintesis protein otot. Hal ini terjadi karena adanya microRNA dan gen-gen yang berkaitan dengan pertumbuhan pada otot rangka berubah dari jam ke jam setelah konsumsi asam amino esensial (Drummond et al., 2009). Asam amino isoleucine, leucine dan valine disebut sebagai BCAA. BCAA adalah asam amino yang digunakan pertama kali oleh otot untuk memenuhi kebutuhan energi pada keadaan kekurangan karbohidrat dan lemak (Wardlaw & Smith, 2005). Meskipun digunakan sebagai energi, BCAA hanya menyumbangkan sedikit energi untuk aktivitas otot (Sizer & Whitney, 2006, Wardlaw & Smith, 2005). Sizer dan Whitney (2006) mengatakan bahwa atlet yang mengkonsumsi cukup karbohidrat dan kalori tetap menyimpan BCAA dalam otot mereka. Lebih jauh disebutkan bahwa konsumsi BCAA dalam dosis besar dapat meningkatkan ammonia plasma yang menyebabkan kelelahan (Wardlaw & Smith, 2005).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
d. Pertambahan Area Otot dan Rumus Estimasi Terdapat tiga jenis perkiraan ukuran otot, ketiganya adalah diameter otot lengan (Brozek, McFie, & Frisancho dalam Frisancho, 1974), lingkar otot lengan (Jelliffe & Stini dalam Frisancho, 1974), dan area otot lengan (Baker et al. & Gurney dalam Frisancho, 1974). Berikut ini adalah rumus untuk masing-masing estimasi ukuran otot (Frisancho, 1974): 1) Perkiraan diameter otot lengan atas (mm):
2) Perkiraan area otot lengan atas (mm2):
3) Perkiraan lingkar otot lengan (mm) : lingkar lengan atas – π(tricep skin fold)
Tricep skin fold diukur menggunakan kaliper dengan cara
jepitan vertikal pada posterior midline dari lengan kanan bagian atas (pertengahan antara acromion dan olecranon). Tangan berada di samping tubuh secara bebas. (Durstine et al., 1993)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
B. Kerangka Pemikiran
Latihan berbeban otot lengan atas
Whey protein
FLRG meningkat
Robekan mikro pada otot
Miostatin menurun
Sel satelit aktif à mionuklei baru
penurunan komposisi lemak tubuh
recovery, remodeling, dan resintesis protein otot
Otot lengan hipertropi
Ukuran lingkar lengan atas bertambah
pengukuran tricep skin fold megalami penurunan
Perkiraan area otot lengan atas bertambah
Gambar 1. Kerangka Berpikir commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
C. Hipotesis Terdapat perbedaan antara pertambahan area otot lengan atas antara pria yang melakukan latihan berbeban dengan pemberian whey protein dan pria yang berlatih berbeban tanpa whey protein, Pemberian whey protein akan menghasilkan pertambahan area otot yang lebih besar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental kuasi dengan rancangan non-equivalent control group.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran UNS setelah jam perkuliahan 3 kali dalam seminggu. Penelitian dimulai pada bulan Agustus 2010 – Oktober 2010.
C. Subyek Penelitian Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pria dengan kriteria inklusi usia 18-25 tahun, sudah tidak berlatih beban secara intensif selama satu bulan terakhir, tidak sedang mengkonsumsi suplemen apapun, tidak memiliki riwayat penyakit ginjal dan tidak riwayat keluarga menderita penyakit ginjal, tidak memiliki kelainan kardiovaskuler dan/atau sistem
respirasi
yang
diseleksi
dengan
Physical
Activity
Readiness
Questionnaire (PAR-Q) revisi 2002 salinan dari Canadian Society for Exercise Physiology, tidak menderita alergi susu, memiliki anggota gerak atas yang baik, dan bersedia mengikuti program latihan selama dua bulan (ditunjukkan dengan inform consent).
commit to user 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
Pria dipilih sebagai subyek penelitian mengingat perbedaan hormonal antara pira dan wanita, yaitu pria memiliki hormon testosteron. Hormon testosteron ikut berperan dalam membentuk massa otot yang dominan pada pria (Ivey et al., 2000). Pria-pria yang masuk dalam kriteria inklusi akan dikelompokkan ke dalam dua kelompok perlakuan. Kelompok tersebut adalah kelompok pria latihan berbeban yang diberi whey protein (ORW) dan kelompok latihan berbeban tanpa whey protein (OR). Jumlah anggota tiap kelompok ditentukan berdasarkan rumus Federer, yaitu (k-1) (n-1) ≥ 15, dengan k = jumlah kelompok perlakuan, n = jumlah ulangan untuk setiap perlakuan. Pada penelitian jumlah kelompok perlakuan ada dua (ORW dan OR). Dari rumus ini akan didapat jumlah ulangan untuk setiap perlakuan adalah 16. Ini berarti dibutuhkan 16 orang untuk setiap kelompok perlakuan. Jadi total dibutuhkan sampel minimal sebanyak 32 orang. Untuk mengantisipasi resiko drop out maka peneliti menambah jumlah subyek penelitian menjadi 34 orang. Ketiga puluh empat orang yang menjadi subyek dipilih secara tidak acak (non-probability sampling) oleh peneliti dari antara mahasiswa Fakutas Kedokteran UNS (populasi) untuk memudahkan pemantauan menggunakan metode quota sampling. Setiap mahasiswa pria FKUNS yang ditemui di lingkungan FK-UNS, diberi formulir PAR-Q dan formulir penyaring (kriteria inklusi), diberi penjelasan mengenai prosedur penelitian, dan ditanya kesediaannya untuk menjadi subyek penelitian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Mahasiswa pria FK-UNS yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia menjadi subyek penelitian didaftarkan sebagai sampel. Selanjutnya 34 orang tersebut dikelompokkan secara acak (menggunakan undian) ke dalam dua kelompok dengan perlakuan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Selama waktu penelitian hanya dua sampel yang menyelesaikan latihan secara penuh (24 kali), keduanya berasal dari kelompok ORW. Jika dilihat dari batasan satu bulan (12 kali latihan) maka dari kelompok ORW terdapat 9 orang (53%) yang menyelesaikan, sedangkan dari kelompok OR terdapat 11 orang (65%) yang menyelesaikan. Namun presentase ini berbeda jika jumlah latihan dibagi menjadi tiga jenjang seperti pada lampiran 10 dan 11. Pada kelompok ORW jumlah sampel yang berlatih 17-24 kali berjumlah 8 orang (47%), 9-16 kali latihan berjumlah 6 orang (35%), berlatih 2-8 kali berjumlah 2 orang (12%), dan satu orang (6%) dropout. Pada kelompok OR jumlah sampel yang berlatih 17-24 kali berjumlah 6 orang (35%), berlatih 9-16 kali berjumlah 5 orang (29%), berlatih 2-8 kali berjumlah 5 orang (29%), dan satu orang (7%) dropout. Sampel yang hanya mengikuti latihan sekali dan tidak menyerahkan pola menu makan dianggap drop out. Terdapat dua sampel drop out, satu dari kelompok ORW dan satu dari kelompok OR. Sampel drop out tanpa alasan yang jelas dan tidak dapat dihubungi.
D. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas 2. Variabel Terikat
: pemberian whey protein commit to user : pertambahan area otot lengan atas (ΔPAO)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
3. Variabel Perancu
:
a. Terkendali 1)
suplementasi
2)
Latihan beban
3)
Usia
b. Tidak terkendali 1)
BMI
2)
Aktivitas fisik selain jadwal latihan pada penelitian
3)
Makanan dan minuman
4)
Faktor internal
5)
Waktu istirahat
E. Teknik Sampling Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel quota sampling. Kuota berjumlah 34 orang dipilih secara tidak acak (non-probability sampling) oleh peneliti dari antara mahasiswa Fakutas Kedokteran UNS. Selanjutnya 34 orang tersebut dikelompokkan secara acak (menggunakan undian) ke dalam dua kelompok (ORW dan OR).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
F. Definisi Operasional Variabel 1.
Variabel Bebas: Pemberian Whey Protein a. Definisi: Pemberian whey protein adalah pemberian protein susu yang telah dipisahkan dari komponen caseinate-nya, diekstrak dari whey cair (Williams, 2005). b. Penggunaan dalam penelitian: Pemberian whey protein yang digunakan pada penelitian adalah merek terdaftar dari Ultimate Nutrition® Prostar Whey™ 10 Lbs Chocolate dengan kandungan seperti pada tabel 1 (lampiran). c. Cara membuat: Whey protein dibuat sesuai dengan dosis yang tertera pada label kemasan (satu skop, setara dengan 30,4 gram) dicampur dengan 6 Oz air dalam shaker. d. Cara konsumsi: Whey protein diminum sebelum dan segera (kurang dari 30 menit) sesudah latihan beban. e. Hasil pengukuran: “diberi” atau “tidak diberi”. Jika “diberi” maka bernilai 1, jika “tidak diberi” maka bernilai 0. f. Skala yang digunakan: nominal
2.
Variabel Terikat: Pertambahan Area Otot (ΔPAO) a. Definisi: Pertambahan area otot lengan atas (ΔPAO) adalah hasil yang didapat dari pengurangan perkiraan ukuran area otot lengan atas pretes (PAO1) dan postes (PAO2). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
b. Cara mengukur: Perkiraan ukuran area otot lengan atas (PAO) menggunakan rumus untuk perkiraan area otot lengan atas seperti yang tercantum dalam dasar teori, dengan cara terlebih dahulu mengukur lingkar lengan atas dan tricep skin fold, selanjutnya memasukkan ke dalam formula perkiraan diameter otot lengan atas. Perkiraan diameter otot lengan atas =
c. Hasil dari perhitungan perkiraan diameter otot lengan atas selanjutnya dimasukkan ke dalam formula untuk mencari perkiraan area otot lengan atas, (PAO, baik PAO1 maupun PAO2) perkiraan area otot lengan. Perkiraan area otot lengan (PAO) =
d. Selanjutnya ΔPAO baru dapat ditentukan dengan mengurangi PAO2 (postes) dengan PAO1 (pretes). Pertambahan area otot lengan: ΔPAO = PAO2 – PAO1 e. Hasil pengukuran: angka perkiraan area oto lengan atas dalam satuan milimeter persegi (mm2) f. Skala yang digunakan: rasio
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3.
digilib.uns.ac.id 26
Variabel Perancu a. Terkendali 1) Suplementasi Suplementasi selain dari perlakuan (whey protein) yang diberikan dapat menimbulkan bias hasil penelitian. Oleh karena itu sampel penelitian dihimbau agar tidak mengkonsumsi suplemen apapun selama latihan.
2) Latihan Berbeban Sampel tidak diperkenankan melakukan latihan beban selain perlakuan selama proses penelitian. a) Definisi: Latihan beban dalam penelitian ini didefinisikan sebagai latihan isotonik (isotonic training). Latihan beban terdiri dari dua tipe kontraksi yaitu konsentrik dan dinamik. (Durstine et al., 1993) b) Prosedur latihan beban: Tiga kali latihan isotonik dalam seminggu, dengan fokus beban pada otot lengan atas, menggunakan beban lepas (free weight). latihan beban yang dilakukan adalah barbell curls, reverse curl, lying triceps extension, dan triceps press sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rai dkk. (2007) dan Fox (1984). Latihan
beban
yang
dilakukan
bertujuan
untuk
meningkatkan komposisi tubuh, dengan tipe latihan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
mengkonsentrasikan pada penggunaan lemak sebagai bahan bakar dan peningkatan masa otot, intensitas latihan rendah (10 repetisi), lama latihan cukup lama (3 set untuk setiap jenis latihan beban), dan frekuensi latihan tiga kali dalam seminggu selama dua bulan. Total latihan beban lengkap sebanyak 24 sesi latihan. c) Cara menentukan beban: Untuk menentukan beban bagi masing-masing individu dilakukan test 10 repetition maximum (10 RM) terlebih dahulu untuk masing-masing jenis latihan. 10 RM didefinisikan sebagai beban yang mampu untuk diangkat dalam 10 kali ulangan (repetisi) gerak penuh Range of Movement (ROM). Beban yang sesuai kemudian digunakan untuk berlatih dengan pengulangan sebanyak 3 set dengan set I sebanyak 10 repetisi pada ½ beban 10 RM, set II sebanyak 10 repetisi pada ¾ beban 10 RM, dan set III sebanyak 10 repetisi pada beban 10 RM. (Fox, 1984) d) Terdapat waktu istirahat 1-2 menit antarset dan 2 menit antarjenis latihan. (Hikida et al., 2006) e) Hasil pengukuran: jumlah latihan beban yang diikuti dalam satuan kali f) Pada penelitian akan dilakukan pembatasan terhadap hasil latihan beban. Individu yang diikutsertakan dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
perhitungan
data
penelitian
hanya
individu
yang
melakukan latihan beban minimal sebanyak 17 kali latihan.
3) Usia Perbedaan usia kemungkinan mempunyai perbedaan dalam status hormonal seperti hormon testosteron, kekuatan dan ketahanan dalam mengangkat beban, fungsi pulmo dan kardiovaskular (Chodzko-Zajko et al., 2009). Oleh karena itu dalam penelitian terdapat pembatasan usia sampel yang digunakan (18-25 tahun).
b. Tidak Terkendali 1) Body Mass Index (BMI) BMI yang berbeda menentukan cepat lambat terbentuknya penampilan fisik selama latihan berbeban. Lemak tubuh berpengaruh terhadap hasil pengukuran triceps caliper skinfold. BMI tidak dikendalikan untuk mempercepat proses pencarian subyek penelitian.
2) Aktivitas Fisik Selain Jadwal Latihan Berbeban Aktivitas fisik selain latihan dapat menurunkan lemak tubuh secara keseluruhan (Sizer & Whitney, 2006) sehingga ada kemungkinan akan mempengaruhi pada pengukuran tricep skin fold. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
Aktifitas fisik misalnya: bersepeda, berenang, jalan kaki, dan lain sebagainya.
3) Makanan dan Minuman Makanan dan minuman yang dikonsumsi beraneka ragam dan memiliki kandungan nilai gizi yang berbeda pula. Oleh karena itu, sulit untuk menilai dan mengontrol makanan yang dikonsumsi. Meskipun demikian akan dilakukan pemantauan nutrisi dan penilaian asupan menggunakan software Nutrisurvey 2007 for Windows. Pemantauan dilakukan berupa pencatatan asupan tiga kali dalam satu minggu (dua hari biasa dan satu hari akhir pekan) selama latihan beban. Sampel yang diikutsertakan dalam perhitungan data adalah sampel yang tidak sedang menjalankan puasa secara khusus.
4) Faktor Internal Pengaruh gen, keadaan psikis, dan status hormonal sulit untuk dikendalikan.
5) Waktu Istirahat Istirahat
diperlukan
untuk
proses
penyembuhan
dan
perbaikkan otot setelah latihan beban (Durstine et al., 1993). Di samping itu selama tidur malam merupakan waktu sintesis hormon commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
pertumbuhan atau Growth Hormone (GH). GH membantu dalam pertumbuhan otot (Rai dkk., 2007). Oleh karena itu waktu tidur yang berbeda-beda dapat menimbulkan bias. Meskipun demikian, peneliti menganjurkan kepada subyek penelitian agar waktu istirahat malam minimal lima jam.
G. Instrument dan Bahan Penelitian 1. Alat : a. Shaker (Universal Nutrition ®) b. Gelas sejumlah kelomok ORW c. Timbangan badan d. Software penghitung gizi (nutrisurvey 2007 for windows) e. Software statistik (SPSS 17 for windows) f. Kertas untuk mencatat menu makanan selama 3 hari tertentu dan 1 hari akhir pekan g. Dumbell (Kettler™) h. Stik dumbell (MG™) i. EZ bar (MG™) j. Kaliper Skin fold (body fat caliper MetaCalTM) k. Stopwatch l. Measuring tape medline (OneMedTM) m. Microtoise n. Kalkulator
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
2. Bahan a. Whey protein (Ultimate Nutriton® ProStar Whey Protein™) b. Air
commit to user
32
H. Rancangan Penelitian Kelompok ORW 17 orang, pretes
1 hari
Perlakuan I
30 menit
Perlakuan II
<30 menit
Perlakuan III
postes
Subyek penelitian 34 orang
Kelompok OR 17 orang, pretes
1 hari
1 hari
Gambar 2. Rancangan Penelitian
Perlakuan I
30 menit
Perlakuan II
<30 menit
Perlakuan III
Perlakuan I-III dilakukan 3x dalam seminggu (di hari yang berbeda) selama 2 bulan
1 minggu
Analisis data
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
I. Prosedur Kerja 1. Pria yang termasuk dalam kriteria, lolos seleksi PAR-Q, dan bersedia mengikuti penelitian dikelompokkan secara acak melalui undian menjadi 2 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 17 orang. Selanjutnya dilakukan pretes dengan cara pria dalam tiap kelompok diukur lingkar lengan atasnya dan tricep skin fold untuk menentukan perkiraan ukuran area otot lengan atas (PAO1). Kemudian pria yang masuk dalam kelompok ORW dan OR menetapkan sendiri jumlah beban yang tepat untuk masing-masing individu (10 RM). Beban tersebut dipakai sebagai acuan pada latihan awal. Beban selanjutnya coba dinaikkan bila lewat 2 minggu dapat mengangkat beban lebih dari 10 kali tanpa kelelahan (dilakukan tes ulang beban 10 RM tiap 2 minggu). Perlakuan dilakukan selama sekitar 2 bulan. Latihan selalu diawali stretching dan pemanasan, diakhiri cooling down dan streching. Beban yang sesuai kemudian digunakan untuk berlatih dengan pengulangan sebanyak 3 set dengan set I sebanyak 10 repetisi pada ½ beban 10 RM, set II sebanyak 10 repetisi pada ¾ beban 10 RM, dan set III sebanyak 10 repetisi pada beban 10 RM.
2. Perlakuan I Pria dalam kelompok ORW diberi minum whey protein 30 menit sebelum berlatih beban.
commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Perlakuan II a. Pria pada kelompok ORW
dan OR melakukan latihan beban dengan
menggunakan beban lepas untuk melatih otot lengan atas yang terdiri atas latihan barbell curls, reverse curl, lying triceps extension, dan triceps press. b. Latihan selalu diawali stretching dan pemanasan. c. Beban yang digunakan adalah beban 10 RM. d. Latihan sebanyak 3 set, set I sebanyak 10 repetisi pada ½ beban 10 RM, set II sebanyak 10 repetisi pada ¾ beban 10 RM, dan set III sebanyak 10 repetisi pada beban 10 RM. e. Istirahat 1-2 menit antarset f. Istirahat 2 menit antarjenis latihan (misal: pergantian barbell curl menuju reverse curl, istirahat 2 menit) g. Latihan diakhiri cooling down dan streching.
4. Perlakuan III Pria pada kelompok ORW diberi minum whey protein segera setelah latihan beban (tidak lebih dari 30 menit).
5. Perlakuan I-III dilakukan tiga kali dalam seminggu (di hari yang berbeda) selama dua bulan.
commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Setiap minggunya setiap kelompok, baik ORW maupun OR, wajib menuliskan menu makanannya yang meliputi menu makanan dalam tiga hari. Tiga hari adalah dua hari biasa (Senin dan Kamis) dan satu hari weekend (Sabtu). Menu makanan yang telah dilaporkan oleh kedua kelompok selanjutnya diambil satu minggu yang dianggap mewakili pola makan selama dua bulan. Menu makan dievaluasi nilai gizi dan kalorinya menggunakan software Nutrisurvey 2007 for windows. Hasil analisis total nilai gizi dibagi tiga untuk mendapat nilai rerata gizi perhari.
7. dilakukan tes ulang beban 10 RM tiap dua minggu
8. Apabila subyek penelitian dapat mengangkat beban lebih dari 10 kali tanpa kelelahan, beban coba dinaikkan hingga tercapai beban 10 RM yang baru.
9. Di akhir penelitian (setelah satu minggu tidak berlatih) dilakukan postes dengan cara mengukur kembali lingkar lengan atas dan tricep skin fold untuk menentukan perkiraan ukuran area otot lengan atas setelah perlakuan (PAO2). Kemudian dihitung ΔPAO dengan cara mengurangi PAO2 dengan PAO1.
10. Melakukan uji statistik hanya pada sampel yang memiliki jumlah data latihan berbeban 17-24 kali (kelompok ORW n= 8, kelompok OR n=6).
commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
J. Uji Statistik Data ΔPAO kanan dan kiri yang didapat dianalisis secara statistik menggunakan
software SPSS 17 dengan memakai uji t tidak berpasangan
(independent-samples T test). Uji t tidak berpasangan digunakan untuk menguji hipotesis komparatif yang memiliki data tidak berpasangan dengan skala masalah numerik dan terdiri dari dua kelompok penelitian. Selanjutnya data variabel perancu (jumlah latihan, usia, BMI, dan asupan gizi per hari) dianalisis menggunakan uji t tidak berpasangan dan korelasi Pearson. Nilai α yang ditetapkan peneliti sebesar 5%, jadi sampel mempunyai kepercayaan 95%. Nilai signifikansi ditetapkan p < 0,05
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Karakteristik Sampel Pretes dan Postes 1. Pretes Tabel 1. Hasil Analisis Pretes Kelompok ORW dan OR Kelompok
P value Shapiro-
variabel
ORW
Mean PAO
P value Wilk Test of independentNormality sample t test
OR
SD
Mean
SD
ORW OR
4413,31 1179,46 4274,64 1071,69 0,632 0,395
0,825
kanan PAO kiri 4354,01 1239,08 4132,43 925,30 0,025 0,696
Tabel 1 menunjukkan variabel PAO kiri kelompok ORW memiliki data yang tidak normal (Shapiro-Wilk Test of Normality, p < 0,05). Karena memiliki data yang tidak normal, variabel PAO kiri tidak diikutsertakan dalam uji t tidak berpasangan. Analisis hasil pretes didapatkan variabel PAO kanan kelompok ORW dan OR tidak berbeda secara bermakna (uji t tidak berpasangan, p > 0,05).
commit to user 37
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Postes Tabel 2. Hasil Analisis Postes Kelompok ORW dan OR Kelompok variabel
ORW
Mean
P value
OR
SD
Mean
SD
Shapiro-Wilk
P value
Test of
independent-
Normality
sample t test
ORW
OR
PAO kanan
4715,91 1174,51 5220,96 1038,30 0,325
0,496
PAO kiri
4946,73 1369,03 5080,56 905,09 0,379
0,042
0,420
Tabel 2 menunjukkan variabel PAO kiri kelompok OR memiliki data yang tidak normal (Shapiro-Wilk Test of Normality, p < 0,05). Karena memiliki data yang tidak normal, variabel PAO kiri tidak diikutsertakan dalam uji t tidak berpasangan. Analisis hasil postes didapatkan variabel PAO kanan kelompok ORW dan OR tidak berbeda secara bermakna (uji t tidak berpasangan, p > 0,05).
B. Hasil Analisis Perbandingan Kelompok ORW dan Kelompok OR 1. Uji t Tidak Berpasangan a. Uji Prasyarat Normalitas Hasil uji normalitas untuk data ΔPAO kanan, ΔPAO kiri, dan variabel perancu menunjukkan variabel asupan vitamin B1 kelompok commit to user ORW dan asupan vitamin B6 kelompok OR mempunyai sebaran data
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tidak normal (p < 0,05). Karena memiliki sebaran data yang tidak normal, variabel asupan vitamin B1 dan vitamin B6 tidak diikutsertakan dalam uji t tidak berpasangan dan uji korelasi Pearson.
b. Hasil Uji t Tidak Berpasangan Tabel 3. Hasil Analisis Kelompok ORW dan OR Kelompok
P value
Variabel ORW Mean
OR SD
Mean
SD
Shapiro-Wilk
P value
Test of
independent-
Normality
sample t test
ORW
OR
ΔPAO kanan
302,60 575,64
946,32 369,12 0,969 0,279
0,035
ΔPAO kiri
592,72 992,98 1008,13 694,80 0,832 0,655
0,400
jumlah latihan energi dari
22
2,07
20
2,32 0,274 0,801
0,182
1324,32 314,48 1187,89 217,28 0,619 0,354
0,382
makanan asupan protein
54,63 20,94
49,21
8,57 0,188 0,804
0,564
asupan lemak
53,58 13,97
49,34 10,61 0,837 0,517
0,619
149,12 30,20
134,99 38,72 0,769 0,215
0,769
asupan karbohidrat asupan vitamin
0,46
0,12
0,35
0,08 0,104 0,015
0,83
0,38
0,63
0,14 0,221 0,294
0,98
0,27
0,86
0,22 0,402 0,040
BMI
23,42
3,43
24,12
1,71 0,242 0,838
0,629
Usia
21
0,76
21
1,03 0,093 0,473
0,497
B1 asupan vitamin
0,218
B2 asupan vitamin B6
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
OR
ORW
Kelompok Error Bars +/- 1 SD
Gambar 3. Diagram Mean Pertambahan Area Otot Lengan atas Dari Tabel 3 dapat dilihat hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan terdapat perbedaan pertambahan area otot lengan atas antara kelompok ORW dan OR yang bermakna pada lengan kanan (p = 0,035) sedangkan pada lengan kiri tidak bermakna (p = 0,400). Gambar 1 menunjukkan rerata ΔPAO kanan dan ΔPAO kiri kelompok ORW lebih rendah dibanding kelompok OR. Uji t tidak berpasangan menunjukkan rerata data variabel perancu kelompok ORW dan kelompok OR tidak berbeda secara bermakna (jumlah latihan, p = 0,182; energi dari makanan, p = 382; commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
asupan protein, p = 0,564; asupan lemak, p = 0,547; asupan karbohidrat, p = 0,457; BMI, p = 0,629; usia, p = 0,497; asupan vitamin B2, p = 0,218)
2. Hasil Uji Korelasi Pearson Hasil uji korelasi Pearson terhadap variabel perancu menunjukkan variabel jumlah latihan berkorelasi negatif bermakna terhadap ΔPAO kanan (p = 0,025) dan variabel asupan protein berkorelasi positif bermakna terhadap ΔPAO kiri (p = 0,038).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PEMBAHASAN
Pemberian whey protein tidak efektif dalam menambah area otot lengan. Hasil penelitian menyatakan bahwa pemberian whey protein tidak meningkatkan ukuran area otot lengan atas pada pria yang berlatih beban. Hal ini didasarkan pada uji t tidak berpasangan, pada kelompok yang melakukan latihan berbeban dan diberi whey protein justru memiliki rerata pertambahan area otot lengan atas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok yang hanya melakukan latihan berbeban. Hasil ini signifikan untuk analisis pada lengan kanan (p = 0,035), tetapi tidak pada lengan kiri (p = 0,400). Pada penelitian ini digunakan hanya pendekatan perkiraan area otot lengan atas menggunakan rumus. Pada beberapa sampel, sering kali pertambahan ini justru bernilai negatif setelah melakukan latihan berbeban seperti terlihat pada lampiran 12 dan 13. Hal ini belum tentu menandakan massa otot berkurang karena latihan yang terlalu berat dan asupan makanan yang tidak seimbang dengan aktivitas latihan berbeban. Bisa saja penurunan ini disebabkan kurang sempurnanya model pendekatan perkiraan area otot lengan. Kurang sempurnanya rumus tersebut dapat menyebabkan penurunan massa lemak disalahartikan sebagai penurunan massa otot secara keseluruhan, mengingat model pendekatan ini hanya menggunakan rumus yang bergantung pada nilai lingkar lengan atas dan nilai triceps caliper skinfold. commit to user 42
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ketidakseimbangan hasil antara lengan kanan dan kiri mungkin disebabkan kecenderungan individu untuk menggunakan salah satu tangan yang dominan, terutama pada individu yang jarang melakukan olahraga angkat beban. Pada individu yang biasa melatih ototnya secara bersamaan seharusnya terbentuk adaptasi terhadap latihan berbeban terutama adaptasi perifer (neural adaptation) yang terjadi di awal latihan, yaitu terjadi peningkatan kekuatan baik lengan yang digunakan maupun lengan yang tidak digunakan (efek silang) seperti yang dikatakan Durstine et al. (1993) dan Ivey et al. (2000). Perbedaan ini yang menjadi alasan pada penelitian lain yang telah dilakukan, sering kali latihan beban hanya diberikan pada salah satu bagian tubuh (unilateral) untuk mengisolasi efek yang ditimbulkan pada variabel dependen seperti pada penelitian Wilkinson et al. (2010). Analisis korelasi Pearson untuk variabel perancu menunjukkan variabel jumlah latihan berkorelasi negatif bermakna terhadap ΔPAO kanan (p = 0,025) dan variabel asupan protein berkorelasi positif bermakna terhadap ΔPAO kiri (p = 0,038). Koefisien korelasi (r) variabel jumlah latihan yang bernilai negatif pada lengan kanan menunjukkan pengaruh yang berkebalikan, artinya jika jumlah latihan semakin tinggi, pertambahan area otot semakin rendah. Hal ini berbeda dengan teori-teori yang ada yang menyebutkan jumlah latihan berbeban selalu meningkatkan area otot yang dilatih (Kerksick et al., 2006; Hikida et al., 2000; Ivey et al., 2000; McCall et al.,1996; Brown et al., 1990). Koefisien korelasi Pearson yang bernilai negatif ini mungkin dikarenakan model pola hubungan jumlah latihan berbeban dengan ΔPAO kanan yang lebih mendekati bentuk kurva commit to user 43
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
cubic dan quadratic daripada pola kurva linear. Model kurva yang seperti ini didapat jika 32 sampel (tanpa pembatasan jumlah latihan) dianalisis model kurvanya berkaitan dengan jumlah latihan dan ΔPAO kanan. Bentuk kurva cubic dan quadratic tidak cocok dianalisis dengan uji korelasi Pearson. Hal ini disebabkan uji Pearson menguji korelasi hubungan linear. Adanya pengurangan jumlah sampel yang dianalisa menjadi 14 orang (1724 kali latihan berbeban) menyebabkan bentuk kurva lebih menyerupai model linear sehingga kesalahan interpretasi dapat terjadi. Hal yang menarik dari hasil penelitian ini adalah terdapatnya koefisien korelasi Pearson asupan protein yang berkorelasi positif. Artinya penambahan asupan protein berhubungan dengan pertambahan area otot lengan kiri. Nilai r = 0,557 menunjukkan sifat hubungan yang kuat. Hal ini sesuai dengan teori untuk protein. Protein, terutama yang mengandung asam amino esensial sangat diperlukan untuk pembentukan otot (Drummond et al., 2009). Meskipun asupan protein berkorelasi positif terhadap pertambahan area otot lengan atas, jumlah asupan protein jika dilihat dari anjuran RDA untuk atlet angkat beban yaitu minimal sebesar 1,2 gr/kg BB/hari (American College of Sports Medicine, 2009) belum terpenuhi hampir pada semua subyek baik kelompok ORW ataupun OR (LAMPIRAN 16 dan 17). Hal ini mungkin dikarenakan pada kebanyakan subyek tidak mempunyai pola makan tiga kali perhari, meskipun peneliti sudah menganjurkan untuk makan tiga kali sehari. Berdasarkan teori di atas seharusnya pertambahan area otot lengan kelompok ORW lebih besar dibandingkan kelompok OR karena adanya commit to user 44
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penambahan asupan protein sebanyak 23 gram dalam bentuk whey protein, tetapi pada penelitian ini pertambahan area otot lengan kelompok ORW lebih kecil dibandingkan kelompok OR. Hal ini mungkin dikarenakan jumlah asupan protein yang kurang dapat mengakibatkan penurunan jumlah miostatin (Guernec et al. dan Nakazato et al. dalam Hulmi et al., 2008). Sehingga pada kasus ini kelompok OR memiliki jumlah miostatin yang lebih rendah dibandingkan kelompok ORW. Hal inilah yang mungkin mengakibatkan pada kelompok OR justru mengalami pertambahan area otot lengan atas yang lebih besar dibanding kelompok ORW. Bagaimanapun penelitian ini masih belum dapat menyimpulkan faktorfaktor yang berpengaruh terhadap pertambahan area otot. Kemungkinan faktor internal menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam hal ini. Faktor internal selain gen mungkin adalah motivasi berlatih. Motivasi berlatih kemungkinan berpengaruh secara tidak langsung terhadap rutinitas berlatih dan kemampuan mengangkat beban. Seseorang yang termotivasi untuk meningkatkan area otot lengannya tidak akan malas dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas latihan beban. Penelitian untuk menguji pengaruh whey protein terhadap perkembangan otot sudah banyak dilakukan, namun selalu memberi hasil yang berubah-ubah. Sampai saat ini belum ditemukan simpulan pasti berkaitan dengan pengaruh whey protein terhadap perkembangan otot. Hal ini mungkin dikarenakan sulitnya penelitian dengan subyek penelitian menggunakan manusia. Banyaknya variabel perancu juga merupakan salah satu kesulitan tersebut. commit to user 45
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam penelitian ini tidak lepas pula dari beberapa kelemahan yang terjadi, antara lain karena: 1. Jumlah sampel yang sedikit dan waktu penelitian yang relatif singkat jika dibandingkan dengan penelitian lain yang sejenis (biasanya 12 minggu). 2. Pengukuran area otot yang hanya menggunakan perkiraan dengan rumus,
sehingga
data
dapat
terjadi
overestimate
ataupun
underestimate dari area otot yang sebenarnya. 3. Tidak dilakukannya model pemberian double-blind control sehingga secara psikologis mungkin berpengaruh terhadap peneliti dan subyek yang diteliti. 4. Penilaian
terhadap
asupan
makanan
menggunakan
software
Nutrisurvey 2007 menggunakan porsi yang sama untuk setiap jenis makanan, padahal pada kenyataannya belum tentu antarsampel memiliki jumlah porsi yang sama untuk suatu jenis makanan. 5. Kuantitas dan kualitas latihan beban yang berbeda-beda dari subyek penelitian menyebabkan perkembangan area otot bersifat subyektif.
commit to user 46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Terdapat perbedaan yang bermakna (p = 0,035) antara rerata pertambahan area otot lengan kanan kelompok yang diberi whey protein dan rata–rata kelompok kontrol. Perbedaan juga terjadi pada lengan kiri, namun tidak bermakna (p = 0,400).
B. Saran 1. Berkaitan Hasil Penelitian Bagi pria yang berlatih beban disarankan untuk lebih menitikberatkan pada jumlah latihan dan asupan protein daripada konsumsi whey protein.
2. Untuk Penelitian Selanjutnya a. Perlu penelitian sejenis dengan jumlah subyek penelitian yang lebih besar guna mendapatkan angka yang menunjukkan angka populasi. b. Subyek penelitian sebaiknya tidak hanya diambil dari mahasiswa FK-UNS saja, tetapi dari lingkungan UNS secara menyeluruh agar lebih mewakili populasi. commit to user 47
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Perlu dipikirkan adanya variabel lain yang mempengaruhi pertambahan area otot. d. Perlu dilakukan penilaian dan homogenisasi terhadap porsi makanan, asupan gizi, dan motivasi berlatih.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user 49