LATAR BELAKANG PERGESERAN PASAR EKSPOR MINYAK VENEZUELA MASA PEMERINTAHAN HUGO CHAVEZ (2008-2011) Palar Siahaan Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia ABSTRAK Setelah lama menjadi partner dagang di bidang energi, khususnya minyak, akhirnya Venezuela mulai beralih dari Amerika Serikat (AS). Naiknya Presiden Hugo Chavez pada tahun 1999 sebagai pemimpin Venezuela telah mengubah haluan kebijakan energi Venezuela. Melalui revolusi Bolivaria, Presiden Chavez membawa Venezuela ke arah pencarian pasar alternatif untuk ekspor minyak, atau yang dikenal sebagai kebijakan diversifikasi energi. Terbukti, jumlah ekspor minyak Venezuela ke AS yang biasanya lebih dari 1,5 juta barel per hari menurun drastis menjadi hanya 868.000 barel per hari pada tahun 2011. Tidak lepas dari kritik, kebijakan diversifikasi energi dianggap sebagai boomerang bagi perekonomian nasional Venezuela. Pasalnya, AS telah lama menjadi pasar tradisional terbesar bagi ekspor minyak Venezuela. Pada tahun 2007, misalnya, lebih dari 64 persen dari total ekspor minyak Venezuela tertuju ke AS. Selain itu, komoditas minyak memiliki rasio sebesar 80 persen dari total ekspor Venezuela setiap tahunnya. Oleh karena itu, kebijakan diversifikasi energi Venezuela sesungguhnya mempertaruhkan perekonomian nasionalnya. Melalui tulisan ini, penulis hendak menjelaskan alasan kuat Venezuela menerapkan kebijakan diversifikasi dengan menggunakan teori keamanan energi dari sudut pandang negara pengekspor. Kata kunci: Revolusi Bolivaria, kebijakan diversifikasi energi, heavy investment fund ABSTRACT Having been partner regarding energy trade (spesifically oil trade) since 1929, Venezuela finally turned its back on the United States (U.S.). Since coming to power in 1999, President Chavez has been looking forward to diversifying Venezuela’s oil export to alternative market outside the U.S., known as the oil diversification policy. As the result, Venezuela’s oil export to the U.S. continuously decreased down to only 868.000 barrels per day in 2011—much lesser compared to of the previous decade (1.5 million barrels per day). Many critiques addressed toward the policy that President Chavez called out through Bolivarian Revolution. The U.S. has so long been primary market for Venezuela’s oil export; in 2007, about 64 percent of Venezuela’s crude oil ends up in U.S. refinery. In addition, annually, more than 80 percent of Venezuela’s export comprises oil. Hence, indeed, implementing the diversification policy means putting Venezuela’s economy at stake. Therefore, this research attempts to explain the reasons of Venezuela’s oil exports diversification policy by using Energy Security Theory. Key words: Bolivarian Revolution, energy diversification policy, heavy investment fund PENDAHULUAN Dinamika tatanan politik internasional terus mengalami perubahan, yang paling signifikan ditandai oleh adanya Perang Dunia I, Perang Dunia II, hingga Perang Dingin. Peristiwa terakhir (berakhirnyaPerang Dingin) merupakan momentum terbesar terhadap
Latar belakang…, Siahaan, Palar , FISIP UI, 2013
munculnya isu-isu non-tradisional dalam hubungan internasional, seperti isu lingkungan hidup, hak asasi manusia (HAM), kesehatan, terorisme, dan sebagainya. Didukung oleh arus globalisasi, isu-isu non-tradisional tersebut memaksa negara-negara di dunia untuk mengkaji ulang pemahamannya tentang isu-isu baru tersebut, termasuk isu keamanan yang banyak berubah bentuknya. Keamanan nasional dewasa ini mencakup keamanan lingkungan hidup, ketahanan pangan, sumber daya manusia, migrasi, hingga keamanan energi. Terlepas dari perdebatan mengenai keamanan itu sendiri, aspek-aspek keamanan tersebut harus dapat dicapai demi keberlangsungan (survival) suatu negara. Adapun aspek keamanan energi menjadi sangat krusial untuk dikaji karena sangat vital perannya bagi keberlangsungan perekonomian suatu negara. Konsep keamanan energi mungkin kelihatan seperti sesuatu yang abstrak dan samarsamar sehingga kerap dipandang berbeda-beda oleh setiap negara, akan tetapi dampaknya begitu nyata dalam kehidupan suatu negara. Keamanan energi juga dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, baik dari sisi negara pengekspor, maupun dari sisi negara pengimpor. Dampak serta perumusan keamanan energi itu sendiri berbeda-beda antara satu negara dengan negara lainnya. Namun satu hal yang pasti, ialah bahwa keamanan energi tidak lagi hanya menjadi concern negara tertentu, tetapi juga concern semua negara atau sistem internasional. Masalah atau ancaman terhadap keamanan energi suatu negara, sekarang ini, dapat menimbulkan efek domino bagi negara-negara lain. Buktinya, PdVSA attack yang mengakibatkan turunnya produksi energi [minyak] Venezuela berdampak pada kenaikan harga minyak dunia sehingga mengganggu perekonomian negara-negara lain, bahkan negara adidaya AS sekalipun. Keamanan energi secara historis menyangkut tiga elemen, antara lain minyak, batu bara, dan gas alam. Batu bara menjadi komoditas andalan saat era sebelum perang Dunia terjadi di mana batu bara dipakai sebagai bahan bakar mesin-mesin produksi, kereta api, hingga kapal perang. Sedangkan gas alam mulai dipergunakan seiring meningkatnya kebutuhan akan minyak bumi. Adapun minyak telah menjadi primadona semenjak akhir Perang Dunia ke-2. Minyak bumi mulai dilirik sejak keputusan kebijakan fundamental Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill, pada tahun 1912 yang menggantikan penggunaan batu bara dengan minyak sebagai bahan bakar utama kapal perang Royal Navy. Minyak pun semakin dilirik, tanpa mengesampikan arti komoditas lainnya seperti batu bara dan gas alam, setelah diketahui memiliki keunggulan dalam hal efektivitas dan harga yang lebih murah dibandingkan komoditas lain. Oleh karena itu, dalam tulisan ini, isu energi yang hendak dibahas lebih menekankan komoditas minyak.
Latar belakang…, Siahaan, Palar , FISIP UI, 2013
Masuknya minyak sebagai bagian dari keamanan nasional bukan hal yang baru lagi. Amerika Serikat (AS) pada tahun 1948 pertama kali membahas nosi keamanan energi terkait ketergantungannya yang mulai terlihat kepada minyak sebagai konsekuensi dari “industry’s inception” yakni penemuan dan perkembangan pesat perindustrian. AS melalui lima perusahaan minyaknya (Chevron, Exxon, Gulf, Mobil, dan Texaco) mengambil kebijakan untuk tidak hanya mengandalkan produksi dalam negeri, tetapi juga mencari pasokan dari negara lain. Menyadari keadaan ini dan melihat besarnya potensi keuntungan dari sumber daya minyak, negara-negara berkembang kaya minyak berupaya membuat aturan agar minyak tidak terekploitasi dengan membentuk Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC). OPEC berdiri pada tahun 1960 dengan inisiator Iran, Irak, Kuwait, Arab Saudi, dan Venezuela. Tahun 1970-an merupakan momen menentukan dalam menjajaki peran OPEC guna mengontrol minyak dunia melalui konfrontasi, embargo, dan konflik terbuka dengan AS, sekaligus menjadi momentum dimasukkannya energy security sebagai bagian dari keamanan nasional AS yang kemudian diterapkan oleh negara-negara di dunia. Dalam penerapannya, setiap negara memiliki cara yang berbeda-beda terkait kebijakan energi, bahkan tidak jarang menerapkan kebijakan ekstrim seperti yang terjadi dalam kasus Venezuela. Sejak Hugo Chavez terpilih menjadi presiden Venezuela pada tahun 1999, berbagai kebijakan Venezuela (khususnya kebijakan di bidang energi) bertentangan dengan AS. Sejak memegang tampuk kekuasaan, Chavez membawa Venezuela melalui perusahaan minyak nasional—Petroleos de Venezuela S.A. (PdVSA)—ke arah kebijakan energi baru, yakni diversifikasi. Diversifikasi energi dalam konteks keamanan energi Venezuela berarti mencari pasar alternatif baru seperti Kuba, negara-negara Karibia, dan Cina sebagai tujuan ekspor minyak dengan tujuan mengurangi ketergantungan terhadap pasar AS. Cina secara khusus menjadi negara tujuan terbesar Venezuela untuk dijadikan pasar alternatif, kemudian menjalin berbagai kesepakatan kerjasama dengan “negara tirai bambu” tersebut sejak tahun 2001. Selain karena kebutuhan Cina akan minyak yang sangat besar, penerapan kebijakan diversifikasi ini juga semakin mantap karena Cina juga menawarkan berbagai bantuan (yang akan dijelaskan dalam Bab IV). Penerapan kebijakan diversifikasi oleh Venezuela merupakan strategi yang logis dan tepat menurut Gustavo Coronel—seorang konsultan energi dan mantan eksekutif PdVSA. Akan tetapi, Gustavo lebih lanjut menyatakan bahwa kebijakan demikian memiliki dampak serius baik bagi AS maupun bagi Venezuela sendiri. Bagi AS, diversifikasi yang dilakukan Chavez mengakibatkan suplai minyak ke AS menurun. Hanya saja, penurunan suplai minyak dari Venezuela ke AS tergolong kecil dan dapat dengan mudah dikompensasi oleh Arab
Latar belakang…, Siahaan, Palar , FISIP UI, 2013
Saudi, Kanada, dan penyuplai lainnya. Sedangkan bagi Venezuela sendiri, dampak lebih serius mungkin terjadi mengingat status perekonomian Venezuela yang sangat mengandalkan komoditas minyak. Oil
Others
Out of U.S.
To the U.S.
36% 5.91%
94.09% 64%
By commodity
By destination
Gambar 1. 1. Komposisi ekspor Venezuela berdasarkan komoditas dan tujuannya (2009) Sumber: Diolah dari International Energy Agency (IEA), Energy Information Administration (EIA), OPEC Annual Statistical Bulletin 2012
Minyak bagi Venezuela merupakan komoditas andalan sebagai sumber pendapatan sejak tahun 1940-an. Bagi Venezuela, minyak merupakan “tulang punggung perekonomian” di mana sekitar sepertiga GDP (Gross Domestic Product) berasal darinya. Minyak juga memasok lebih dari setengah pendapatan pemerintah Venezuela. Terlebih lagi, karena lebih dari 80 persen dari total komoditas ekspor Venezuela adalah minyak, maka diversifikasi ekspor minyak cukup membahayakan ekonomi nasional. Selain itu, AS adalah pasar tradisional terbesar bagi ekspor minyak Venezuela. Tercatat nilai perdagangan energi Venezuela-AS pada tahun 2007 saja, misalnya, mencapai nilai sebesar $38,8 milyar. Selain itu, berdasarkan data Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan IMF (International Monetary Fund), 64% dari total ekspor minyak Venezuela ditujukan ke AS (2009). Oleh karena itu, dengan menerapkan diversifikasi ekspor ke Cina, Venezuela harus menghadapai beberapa konsekuensi. Pertama, neraca perdagangan (khususnya di bidang energi) dengan AS menurun signifikan, terutama pada periode tahun 2008-2011. Pada tahun 2008, Venezuela mengekspor sebesar 1,39 juta barel per hari minyaknya ke AS sedangkan pada tahun 2011 jumlah ekspor tersebut berkurang signifikan menjadi 868.000 barel per hari. Kedua, tidak ada jaminan ekspor minyak Venezuela akan diserap sepenuhnya oleh Cina. Cina
Latar belakang…, Siahaan, Palar , FISIP UI, 2013
sejak tahun 2008 memang adalah negara konsumen dan pengimpor minyak terbesar ke-2 di dunia (setelah AS). Namun, Venezuela tidak begitu familiar terhadap pasar lain selain AS sejak tahun 1914. Selain itu, pengiriman minyak melalui tanker ke Cina memakan waktu sekitar 35-40 hari, jauh lebih lama dibandingkan ke AS yang hanya memakan waktu lima hari. Dari segi keamanan, mengirim minyak ke Cina juga jauh lebih riskan dibandingkan ke AS. Ketiga, dari segi kualitas, hanya ada beberapa negara yang dapat mengolah minyak jenis heavy-crude asal Venezuela. Pasalnya, hampir seluruh kilang minyak Venezuela berada di lepas pantai AS, sementara Cina sama sekali tidak memiliki kilang minyak yang sesuai untuk mengolah minyak dari Venezuela. Melihat keadaan demikian, jelas bahwa mengekspor minyak ke AS lebih menguntungkan dibandingkan harus menerapkan diversifikasi ekpor. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode penelitian deskriptif di mana penulis hendak menjelaskan alasan di balik kebijakan diversifikasi energi Venezuela yang berdampak pada penurunan jumlah ekspor minyak ke Amerika Serikat, padahal AS adalah pasar utama terbesar bagi minyak Venezuela. Data yang dipergunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder, yaitu data literatur yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis seperti buku, majalah, surat kabar, dokumen, situs internet (website), database dan jurnal online, dan khususnya data-data statistik. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, pergeseran pasar ekspor minyak Venezuela pada periode tahun 2008-2011 dilatarbelakangi dua faktor utama dan satu faktor penguat. Dua faktor utama tersebut ialah keinginan Venezuela untuk melepaskan diri dari ketergantungan terhadap pasar AS (yang tertuang dalam Revolusi Bolivaria), dan ketegangan hubungan bilateral Venezuela – AS sejak presiden Hugo Chavez memimpin Venezuela. Sedangkan faktor penguat ialah keberadaan Cina yang merupakan negara konsumen dan importir minyak terbesar ke-2 di dunia (setelah AS) yang kemudian masuk ke Venezuela. Independensi dari pasar AS Sejak menjadi presiden Venezuela, Hugo Chavez gencar menjalankan perubahan dalam Venezuela, yang dikenal sebagai Revolusi Bolivaria. Salah satu tujuan utama dalam revolusi Bolivaria yang dijalankan oleh Chavez ialah untuk mengurangi (bahkan menghilangkan, sekalipun sulit) ketergantungan Venezuela terhadap AS di bidang politik, ekonomi, dan militer. Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, yang akan disorot dalam bagian
Latar belakang…, Siahaan, Palar , FISIP UI, 2013
ini adalah keamanan energi Venezuela yang mana sangat menentukan ekonominya. Dengan kata lain, keinginan Venezuela mengurangi ketergantungan di bidang ekonomi harus didahului oleh kebijakan di bidang energi, karena energi merupakan sumber utama dan terbesar pendapatan negara Bolivaria tersebut. Sejak penemuan sumber minyak dalam jumlah besar pada tahun 1914 di Zumaque, Mene Grande, tepatnya di sebelah timur Danau Maracaibo, perekonomian nasional Venezuela sangat bergantung kepada komoditas minyak. Pada tahun 2008, minyak menjadi komoditas ekspor utama dengan persentase sebesar 80% sekaligus merupakan sumber anggaran (budget) negara Venezuela dengan persentase lebih dari 50%. Dengan kata lain, dari sekitar $95,138 juta total nilai ekspor Venezuela pada tahun 2008, $76,110 di antaranya berasal dari komoditas minyak. Tabel 1. Korelasi Perubahan Jumlah Ekspor dan Total Revenue Minyak Venezuela (2008-2011) Tahun
2008
2009
2010
2011
Jumlah Ekspor Minyak*
1.770
1.608
1.562
1.553
(1.039)
(951)
(912)
(868)
$89,03
$54,20
$62,31
$88,13
(ke AS)* Total Revenue**
*dalam 1.000 barel/hari
**dalam juta Dolar
Sumber: OPEC Annual Statistical Bulletin 2012, International Energy Agency, EIA
Rasio komoditas minyak dalam total ekspor Venezuela sangat tinggi pada periode tahun 2008-2011 (juga sudah terjadi sejak tahun 1989). Pada tahun 2008, persentase minyak dari total ekspor Venezuela tercatat sebesar 80 persen. Persentasenya terus meningkat menjadi 94%, 94%, dan 95% untuk masing-masing tahun 2009, 2010, dan tahun 2011. Data ini menunjukkan bahwa jelas ekonomi Venezuela sangat bergantung pada komoditas minyak. Kekhawatiran jelas menjadi milik Venezuela karena hingga tahun 2007 negara kaya minyak tersebut mengekspor sekitar 64 persen minyaknya ke AS. Dengan kata lain, Venezuela sangat bergantung pada pasar AS. Oleh karena itu, Chavez memantapkan revolusi Bolivaria dengan mendiversifikasi tujuan ekspor minyak Venezuela. Merujuk kepada tabel di atas, upaya diversifikasi ini terbukti berjalan seiring berkurangnya persentase total ekspor Venezuela ke AS yang menurun ke angka 40 persen pada tahun 2011. Melalui peningkatan jumlah ekspor ke Cina, negara-negara Karibia serta kawasan Amerika Latin, Venezuela menegaskan keinginan untuk beralih dari pasar AS.
Latar belakang…, Siahaan, Palar , FISIP UI, 2013
Menariknya, sejak diversifikasi tahun 2008, Venezuela justru mengalami peningkatan pendapatan (oil revenue); pada tahun 2008 Venezuela memperoleh $77,86 milyar, sedangkan pada tahun 2011 melonjak menjadi $88,13 milyar—terlepas dari faktor harga minyak yang sangat fluktuatif. Tensi tinggi hubungan Venezuela – Amerika Serikat Kenaikan Chavez dalam kursi pemerintahan Venezuela memberi tantangan tersendiri bagi hubungan Venezuela-AS. Semenjak terpilih menjadi presiden Venezuela pada tahun 1999, Chavez kerap membawa Venezuela ke arah yang bertentangan dengan AS; bahkan tidak jarang Chavez terlibat “perang verbal” dengan pemimpin AS khususnya George W. Bush. Chavez yang memegang teguh prinsip Bolivarianisme sangat mengkritisi pola ekonomi neoliberalis yang gencar diusung AS. Chavez juga menentang upaya AS untuk mendemokratisasi kawasan Amerika Latin. Sebaliknya, AS pada beberapa kesempatan mengkritisi proses kerja perumusan konstitusi Venezuela yang dianggap sebagai tindakan inkonstitusional. Pada tahun 2000, AS juga menuduh Venezuela memberikan dukungan dengan menyediakan tempat persembunyian bagi gerakan pemberontak Kolombia (FARC), Bolivia, dan Ekuador. Venezuela dan AS, sejak tahun 1999, sudah terjebak dalam hubungan antagonisme. Venezuela dan AS memiliki pandangan derogatory terhadap masing-masing pihak. Di mata Venezuela, khususnya Chavez, AS tidak lebih dari hegemon yang ingin menguasai kawasan Amerika Latin. Pada sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada bulan September 2006, Chavez dalam pidatonya bahkan menjuluki presiden AS pada saat itu, George W. Bush, Jr., sebagai “the devil”. Tidak jauh berbeda, Chavez juga memberikan panggilan bernada sindiran pada presiden Barack Obama pada tahun 2011; Chavez menyebut Obama sebagai “clown” setelah sebelumnya presiden AS tersebut mengkritisi hubungan Venezuela dengan Iran. Akhirnya, keretakan hubungan diplomatik kedua negara terlihat jelas di mana baik Venezuela maupun AS tidak memiliki duta besar untuk masing-masing pihak sejak tahun 2010. Tensi tinggi dalam hubungan diplomatik Venezuela-AS berpengaruh pada hubungan perdagangan energi kedua negara. Pada tahun 2010 Chavez mengancam akan menghentikan pasokan minyak Venezuela ke AS. Sebelumnya Chavez pernah memberikan pernyataan bernada antipati terhadap AS pada pidato pembukaan konferensi OPEC tanggal 1 Juni 2006 di Caracas, Venezuela: “The ceiling for the oil price should be infinite… The American empire
Latar belakang…, Siahaan, Palar , FISIP UI, 2013
will be destroyed… Inshallah.” Ancaman dan pernyataan Chavez tersebut terlihat sangat radikal dan tidak masuk akal, akan tetapi dari sini terlihat jelas bahwa ketegangan hubungan kedua negara sudah pada level kritis. Lebih jauh lagi, statistik perdagangan energi kedua negara menunjukkan bahwa sejak tahun 1999 (di saat Chavez terpilih menjadi presiden) jumlah ekspor minyak Venezuela ke AS terus menurun—dari 1,377 juta barel/hari tahun 1998 hingga hanya 868.000 barel/hari tahun 2011. Tren negatif nilai perdagangan energi Venezuela-AS tersebut dinilai sebagai dampak dari kebijakan Chavez (diversifikasi ekspor) yang tidak lain dikarenakan oleh keretakan hubungan diplomatik kedua negara. Hubungan Venezuela dan Amerika Serikat (AS) sejak tahun 1999—sejak Presiden Hugo Chavez menjadi pemimpin Venezuela—diwarnai tensi dan tidak harmonis. Pada masa yang sama (sejak 1999 hingga 2011), AS dipimpin oleh George W. Bush dan Barack Obama. Untuk lebih mudah memahami kondisi hubungan politik kedua negara, maka penjelasannya akan di bagi ke dalam dua dua bagian, yakni masa Chavez – Bush dan masa Chavez – Obama. 1. Hubungan Venezuela – AS masa Hugo Chavez – George W. Bush Sejak terpilih menjadi presiden Venezuela, Presiden Hugo Chavez sangat gencar menjalankan program pembangunan dan perubahan di Venezuela, yang dikenal dengan Revolusi Bolivaria. Sedangkan Presiden AS, George W. Bush dikenal sebagai pemimpin berwatak keras, non-kompromi, serta tidak segan mengunakan hard power untuk mencapai tujuan nasional AS, seperti terlihat pada tahun 2003 di Irak. Bush juga semakin dikenal sangat represif pasca tragedi serangan nine-eleven tahun 2001. Terkait hubungan bilateral Venezuela dan AS, baik Chavez maupun Bush sangat mengedepankan kepentingan masing-masing negara, dan sering berujung pada aksi retorika dan perang verbal. Dari sisi Chavez, kerjasama Venezuela-AS di bidang energi yang sudah terjalin sejak tahun 1914 sangat menggerus potensi alam Venezuela, sementara tidak semua masyarakat Venezuela dapat menikmatinya. Sedangkan bagi Bush, tidak ada masalah berarti dalam hubungan awal Venezuela-AS (lihat Bab II). Akan tetapi, hubungan bilateral Venezuela-AS retak sejak tahun 2003 yang ditandai oleh aksi mogok massal para pekerja dan petinggi perusahaan minyak nasional Venezuela, Petroleos de Venezuela (PdVSA), atau yang lebih dikenal sebagai PdVSA attack. PdVSA attack sempat melumpuhkan produksi minyak Venezuela selama beberapa hari yang berbuntut pada terganggunya perekonomian Venezuela. Yang menarik dari kasus ini ialah bahwa Chavez secara jelas menyatakan kecurigaannya bahwa AS ada di balik aksi PdVSA attack tersebut. Pernyataan tersebut semakin memperkeruh hubungan kedua negara. Sebelumnya, Chavez juga pernah menuding AS sebagai dalang di
Latar belakang…, Siahaan, Palar , FISIP UI, 2013
baling upaya Coup d’Etat atau kudeta terhadap dirinya. Menanggapi hal ini, Chavez kemudian mengancam akan menghentikan ekspor minyak Venezuela ke AS. Sebagai respon atas pernyataan Chavez tersebut, AS secara tegas menyatakan tidak terlibat dalam upaya kudeta serta menganggap Chavez tidak beralasan. Tidak banyak yang berubah dalam hubungan bilateral Venezuela-AS di tahun-tahun berikutnya.
Pada awal Agustus 2005, Venezuela menghentikan kerjasama badan anti-
narkotika AS, U.S. Drug Enforcement Administration (DEA) karena mencurigai AS telah menyusupkan mata-mata DEA di Venezuela. Tanggal 2 Februari 2006, Sekretaris Departemen Pertahanan AS Donald Rumsfeld membandingkan Chavez dengan Adolf Hitler terkait upaya Chavez untuk mengkonsolidasi kekuasaan baik di dalam negeri maupun di kawasan Amerika Latin. Chavez pun merespon dengan menyatakan bahwa sebaliknya, Bush adalah sosok yang pantas dibandingkan dengan Hitler dan menjulukinya sebagai “madman” karena (menurut Chavez) Bush berencana menginvasi Venezuela. Pada tanggal 20 September 2006, Chavez secara pribadi menyerang Bush melalui perang Verbal. Pada tahun itu, sebelum sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Chavez menyebut Bush sebagai “Devil.” Ucapan peyoratif bernada serupa sudah beberapa kali diucapkan Chavez terhadap Bush, seperti “donkey” dan “Mr. Danger.” Tahun 2008, tepatnya pada tanggal 1 Maret, menjadi momen puncak keretakan hubungan Venezuela-AS. Pada saat itu, angkatan darat Kolombia melakukan penyerbuan ke perkemahan kelompok pemberontak Revolutionary Armed Forces FARC dan menemukan informasi yang mengindikasikan keterlibatan Venezuela (selengkapnya lihat di Bab II). Informasi kemudian sampai ke AS yang kemudian menggelar rapat kongres. Kongres AS kemudian meminta Bush untuk menunjuk/menandai (designate) Venezuela sebagai state sponsor of international terrorism. 2. Hubungan Venezuela – AS masa Chavez – Obama Program awal dari Barack Obama terkait hubungan bilateral dengan Venezuela ialah merevitalisasi berbagai kerjasama dan hubungan politik dengan negara Amerika Latin tersebut. Berbeda dengan Bush yang dikenal represif, Obama berjanji mengedepankan pendekatan persuasif melalui diplomasi bilateral untuk merevitalisasi hubungan bilateral Venezuela-AS. Akan tetapi, tidak berlangsung lama, Sekretaris Negara AS Hillary Clinton kembali mencuatkan ketegangan hubungan bilateral kedua negara dengan mengkarakterisasikan Chavez sebagai “…democratically elected leader who does not govern democratically.”
Latar belakang…, Siahaan, Palar , FISIP UI, 2013
Selanjutnya, mengingat kembali isu FARC, Presiden Obama menyatakan bahwa “President Chavez has been a force that has impeded [democratization] progress in the region.” Sekalipun pada masa ini baik Obama maupun Chavez menyatakan upaya merevitalisasi hubungan bilateral Venezuela-AS, namun tidak sedikit pihak yang mengungkapkan skeptisisme mengingat kedua negara sudah lama “terjebak” dalam hubungan antipati sejak Chavez menjalankan Revolusi Bolivaria. Masuknya Cina ke Venezuela Berdasarkan data EIA, pada tahun 2010 Cina mengkonsumsi minyak sebesar 9,2 juta barel barel per hari (bph), yang berarti naik hingga sekitar 900.000 bph atau lebih dari 10 persen dibandingkan tahun 2009. Dari segi produksi, pada tahun 2010 Cina hanya menghasilkan 4,3 juta barel per hari (bph), yang berarti hanya naik sebesar 290.000 bph di tahun berikutnya. Keadaan ini jelas menempatkan Cina pada posisi defisit energi (dalam komoditas minyak), terlebih lagi cadangan minyak (proven oil reserve) yang dimiliki Cina berjumlah sekitar 20,4 milyar barel, hanya sekitar 2 persen dari total cadangan minyak dunia. Cina lantas kemudian mencari minyak dari luar negeri (dengan mengimpor). Dari berbagai sumber impor minyak, Venezuela merupakan satu dari beberapa negara yang cukup bersahabat dan sangat terbuka untuk menjalin kerjasama bilateral di bidang energi. Keberadaan Cina memantapkan kebijakan Venezuela untuk menggeser atau setidaknya mencari pasar alternatef untuk ekspor minyaknya. Cina merupakan pasar yang sangat potensial mengingat tingginya permintaan Cina akan energi. Cina juga di sisi lain berkontribusi besar bagi Venezuela dalam beberapa hal: 1) menjadi sumber modal jangka pendek; 2) membantu Venezuela mengekstraksi berbagai komoditasnya, termasuk minyak; 3) menjadi salah satu pasar tujuan ekspor minyak Venezuela, terkait kebijakan diversifikasi; 4) menjalankan berbagai proyek simbolis terkait konsumsi domestic Venezuela; dan 5) menjadi penyuplai alternatif bagi kebutuan perlengkapan militer Venezuela. Selain itu, Cina juga menjadi sumber likuiditas penting bagi rezim Chavez. Selama periode tahun 2007-2009 saja, misalnya, Cina melalui Chinese Development Bank (CDB) telah memberikan bantuan sebesar $8 milyar dalam bentuk investasi bagi Venezuela, sesuai dengan kesepakatan Heavy Investment Fund di antara kedua negara. Pada bulan April 2010, kedua negara menyepakati pinjaman tambahan sebesar $20 milyar bagi Venezuela—sebagian dibayarkan dalam kurs dolar, sedangkan sebagian lagi dalam kurs yuan. Berdasarkan pernyataan pemerintah Venezuela, modal (pinjaman) tersebut digunakan untuk menjalankan berbagai program sosial Venezuela. Sekitar $10 milyar dari modal pinjaman tersebut dipakai
Latar belakang…, Siahaan, Palar , FISIP UI, 2013
untuk membeli peralatan-peralatan konsumsi, termasuk 300.000 peralatan dari perusahaan Cina, Haier. Peralatan-peralatan tersebut kemudian dijual di pertokoan milik pemerintah Venezuela, Corporación de Mercados Socialistas (Comersos), dengan harga murah. Investasi Cina di Venezuela Sesuai dengan kesepakatan dalam strategic partnership of common development yang ditetapkan antara Venezuela dan Cina pada tahun 2001, prinsip mutual benefit adalah harga mutlak. Venezuela memasok minyak dan diproyeksikan akan menjadi salah satu penyuplai minyak terbesar bagi Cina pada tahun 2020. Sebagai gantinya, Cina memberikan bantuan berupa investasi bagi Venezuela. Investasi tersebut umumnya berupa pinjaman dan bantuan finansial (assistance) untuk berbagai proyek, khususnya pembangunan infrastruktur seperti kilang minyak (refinery) dan tanker-tanker pengangkut minyak guna mempermudah pengiriman minyak dari Venezuela ke Cina. Investasi Cina tersebut dipertegas (dan dijamin) dengan pembentukan Joint Financing Fund oleh kedua negara. Joint Financing Fund atau yang juga dikenal sebagai Heavy Fund adalah kerjasama Venezuela-Cina dalam hal penyediaan modal atau capital yang ditujukan untuk menyokong keberlangsungan program kerjasama kedua negara di bidang energi dan proyek pembangunan infrastruktur di Venezuela. Heavy Fund pertama kali disepakati pada tahun 2007 di mana Cina memberikan pinjaman sebesar $4 milyar bagi Venezuela. Pada tahun 2009, Heavy Fund kedua diluncurkan dengan persetujuan Cina memberikan pinjaman lain sebesar $4 milyar. Terakhir, pada bulan Oktober 2010, Venezuela dan Cina menandatangani Heavy Fund dalam jumlah besar atau yang dinamakan sebagai Large Volume Fund. Large Volume Fund berarti Cina memberikan pinjaman sebesar $20 milyar dalam bentuk dolar Amerika dan yuan Cina.1 Adapun aktor-aktor yang terlibat dalam ini ialah China International Trust and Investment Corporation (CITIC) dan China Development Bank (CDB). CITIC dan CDB menjalankan peran yang identik namun berbeda dalam kerjasama dengan Venezuela. CITIC bekerja berdampingan dengan China National Petroleum Corporation (CNPC). CNPC bersama Sinopec menerapkan joint venture untuk melakukan eksplorasi serta membangun kilang minyak di Junin, sedangkan CITIC (bersama Sinohydro) membangun kondominium di Junin dan Carabobo, Venezuela. CITIC juga direncanakan untuk menjalin joint venture dengan Venezuela untuk mengekplorasi tambang emas dan tembaga Las Cristinas di negara bagian Bolivar, Venezuela. 1
“PdVSA meets 96% of oil export goals to China,” El Universal, diakses 29 April 2013, http://www.eluniversal.com/economia/120423/PdVSA-meets-96-of-oil-export-goals-to-china
Latar belakang…, Siahaan, Palar , FISIP UI, 2013
Energi sangat vital dalam perekonomian Cina. Oleh karena itu, seiring peningkatan kebutuhan Cina akan minyak, CDB mendukung upaya CNPC untuk masuk ke Venezuela. Didasari oleh slogan “go abroad and buy,” Cina terlibat dalam berbagai proyek pembangunan di Venezuela sebagai langkah mendapatkan suplai minyak. Melalui perusahaan minyak nasional CNPC, Cina berinvestasi dalam proyek-proyek besar di Venezuela terkait eksplorasi dan peningkatan produksi minyak atau yang dikenal sebagai exploration and development (E&D). Cina bahkan menjanjikan investasi sebesar $40 milyar dalam industri perminyakan Venezuela hingga tahun 2016.2 Selain itu, hingga tahun 2011 tercatat terdapat 137 proyek di mana Cina dan Venezuela sepakat dalam hal investasi. Investasi besar yang ditanamkan Cina bagi Venezuela merupakan tindak lanjut dari penandatanganan perjanjian kedua negara di bidang ekonomi oleh Hugo Chavez dan Hu Jintao pada tanggal 24 September 2008. Pada saat bersamaan, Presiden Hu Jintao menyatakan bahwa Cina ingin memperdalam kerjasama di bidang perminyakan, menciptakan trade zone, serta menggalakkan investasi di Venezuela. Untuk mempermudah rencana kerjasama dan investasi tersebut, Venezuela dan Cina sebelumnya telah membentuk “Joint Financing Fund” atau yang lebih dikenal sebagai “heavy fund” pada awal tahun 2008—dengan total modal (capital) mencapai $6 milyar (dengan $4 milyar di antaranya disediakan oleh Cina). Pada tanggal 25 September tahun yang sama, kedua negara sepakat untuk meningkatkan nilai investasi menjadi $12 milyar. Terakhir, Cina juga membantu dalam berbagai proyek pembangunan di Venezuela. Hal pertama yang disasar dalam proyek tersebut ialah pembangunan perumahan. Cina, melalui perusahaan Citic Group, memberikan bantuan (assistance) kepada Venezuela untuk menyelesaikan pembangunan 4.000 rumah di kota Barinas dan 20.000 rumah lainnya di distrik Fuerte Tiuna, kota Caracas. Cina tentu akan diingat sebagai “saudara” bagi Venezuela, pasalnya negara “tirai bambu” tersebut memberikan pelatihan, technical support, serta transfer teknologi untuk membangun sistem pembangkit listrik (pabrik thermoelectric) dengan daya 500 megawat di negara bagian Merida, Venezuela. Upaya ini dilakukan melalui kerjasama antar-perusahaan nasional kedua negara, CAMC Engineering dan perusahaan listrik nasional Venezuela. Kerjasama ini kemudian menghasilkan kesepakatan untuk kembali membangun tiga pembangkit listrik di sebelah utara dan dua lainnya di timur Venezuela, dengan masing2
Evan Ellis, “Venezuela’s Relationship with China: Implications for the Chavez Regime and Region,” Center for Hemispheric Policy University of Miami (2010): 12.
Latar belakang…, Siahaan, Palar , FISIP UI, 2013
masing berdaya 300 megawat. Sebelumnya, Venezuela sudah sangat familiar dengan masalah blackout, yakni pemadaman listrik bergilir dikarenakan kurangnya pasokan daya listrik. Di bidang komunikasi, Cina membantu membangun serta mengorbitkan dua buah satelit Venezuela. Satelit pertama—Venesat 1—satelit telekomunikasi yang dinamakan “Simon Bolivar,” diorbitkan pada tahun 2008 dari Sichuan, Cina. Satelit kedua, yakni satelit pemantau (monitoring), dinamakan “Miranda” diluncurkan pada tahun 2012 dari Ganshu, Cina. Lebih spesifik lagi, Cina juga sepakat menjalin joint venture dengan Venezuela untuk membangun manufaktur telekomunikasi seluler beserta pabrik yang memproduksi berbagai piranti komunikasi di beberapa negara bagian Venezuela. Upaya joint venture kedua negara didukung oleh dua perusahaan raksasa Cina di bidang telekomunikasi seluler, Huawei dan ZTE. Kerjasama pertama dijalin dengan ZTE, diresmikan pada bulan Mei 2009 di negara bagian Falcón, dipublikasikan ke publik Venezuela melalui acara televisi nasional Venezuela, “Aló Presidente.” Kerjasama kedua, yaitu dengan Huawei, diresmikan pada bulan Mei 2010 di negara bagian Miranda. Selain bidang telekomunikasi seluler, pada bulan Mei 2010, Venezuela juga menjalin kesepakatan dengan perusahaan manufaktur Cina, Haier (perusahaan yang secara umum bergerak di bidang elektronik). Di dalam kesepakatan tersebut ditetapkan bahwa Haier akan membangun pabrik dan fasilitas pelatihan di dekat pantai Valley of Tuy, Venezuela. Pada saat bersamaan, Venezuelan Ministry of Mining and Basic Industries (MIBAM)—kementrian
pertambangan
dan
perindustrian
Venezuela—mengumumkan
pembicaraan dan rencana dengan Cina untuk membangun pabrik aluminium di Venezuela. Pada bulan April 2010, Venezuela dan Cina menandatangani sebuah perjanjian yang di dalamnya ditetapkan bahwa Cina akan meminjamkan $300 juta bagi Venezuela untuk mendirikan perusahaan penerbangan nasional milik Venezuela, “Línea Área Bolivariana Socialista” yang pesawat-pesawatnya akan dibeli dari Cina. Pada tanggal 24 September 2008, Venezuela dan Cina sepakat untuk membangun beberapa kilang minyak, termasuk di antaranya di blok Junin 8 Orinoco Belt, Venezuela. Kilang minyak lainnya dibangun di daerah Cabruta, terletak di tengah-tengah Venezuela. Pembangunan kilang minyak ini merupakan bagian dari dua belas (12) perjanjian Venezuela dengan Cina yang ditandatangani saat perayaan China’s Great Hall of the People di Beijing tahun 2008 silam. Kilang minyak Cabruta adalah yang terakhir dibangun setelah sebelumnya Venezuela dan Cina setuju dan menjalin joint venture untuk membangun satu kilang minyak di masing-masing negara pada bulan Mei 2008. Pembangunan beberapa kilang minyak tersebut memiliki makna besar bagi Venezuela. Secara umum, minyak produksi Venezuela berjenis heavy-sour, kualitas rendah yang relatif sulit untuk masuk ke pasar
Latar belakang…, Siahaan, Palar , FISIP UI, 2013
internasional jika tidak diolah sebelumnya. Terlebih lagi, hanya sedikit negara yang mampu mengolah minyak produksi Venezuela. Adapun kilang minyak Venezuela kebanyakan berada di lepas pantai AS yang telah lama menjadi pasar terbesar ekspor minyak Venezuela. Oleh karena itu, pembangunan kilang minyak dengan bantuan Cina semakin memantapkan kebijakan diversifikasi ekspor minyak Venezuela. Di bidang transportasi, Cina juga berkontribusi besar dalam pembangunan infrastruktur jalur kereta api (termasuk pembentukan perusahaan kereta api nasional) dan jalan tol di Venezuela. Pada bulan Juli 2009, Venezuela dan Cina membentuk joint venture senilai $7,5 milyar untuk membangun jalur kereta api yang akan menghubungkan ladang pertanian dan areal minyak di Venezuela. Jalur kereta api sepanjang 468 km (290 mil) dibangun untuk menghubungkan ladang gandum dan peternakan di sebelah baratdaya negara bagian Cojedes dengan ladang minyak di sebelah timur negara bagian Anzoategui, Venezuela. Jalur kereta api lainnya juga dibangun untuk menghubungkan San Juan de Los Morros – La Encrucijada – Cúa yang berjarak 116 km. Pembangunan jalur kereta api ditujukan untuk menunjang aktivitas perekonomian Venezuela, termasuk aktivitas produksi minyak. Sebelumnya masyarakat Venezuela sangat mengandalkan mengandalkan truk untuk transportasi muatan (cargo) hasil panen dan produk-produk lainnya. Selain kereta api, Venezuela dan Cina juga bekerjasama membangun jalan raya di Gran Mariscal de Ayacucho serta lima (5) jalur transportasi metropolis (2 di Caracas, 1 di masing-masing Los Teques, Valencia, dan Maracaibo). SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa latar belakang pergeseran pasar ekspor minyak Venezuela dari Amerika Serikat pada periode tahun 2008-2011 ialah: 1) keinginan Venezuela untuk melepaskan diri dari ketergantungan terhadap pasar AS; 2) ketegangan hubungan bilateral Venezuela – AS; dan 3) masuknya Cina ke Venezuela. Adapun keberadaan Cina merupakan faktor penguat yang memantapkan kebijakan Venezuela pada periode tersebut. Cina menjadi sangat signifikan bagi Venezuela karena memiliki nilai lebih yang tidak terdapat pada negara-negara importir minyak lainnya, terlebih AS. Cina, dalam pendekatannya untuk mendapatkan suplai minyak, mengedepankan tindakan persuasif melalui tawaran investasi dan bantuan teknis bagi Venezuela. DAFTAR PUSTAKA Buzan, Barry. International Security: Widening Security, 3rd volume. Sage Publication Ltd, 2007.
Latar belakang…, Siahaan, Palar , FISIP UI, 2013
Crane, Keith. Imported Oil and U.S. National Security. Santa Monica, C.A.: RAND Corporation, 2009. Energy Information Administration. “Basic Facts on Venezuela.” diakses 23 Oktober 2012. http://venezuelanalysis.com/basicfacts Kozloff, Nikolas. Hugo Chavez: Oil, Politics, and the Challenge to the U.S. New York: Palgrave MacMillan, 2007. Lafargue, François. “China’s Presence in Latin America: Strategies, Aims, and Limits.” China Perspective, Vol. 68: 2-11. Odell, Peter R. Oil and World Power: Background to the Oil Crisis 4th ed. Penguin Books, 1975. Rutledge, Ian. Addicted to Oil: America’s Relentless Drive for Energy Security. London: I. B. Tauris & Company Ltd, 2005. Sullivan, Mark P. “Venezuela: Political Conditions and U.S. Policy.” Congressional Research Service No. RI.32488 (2009): 30-37. Willrich, Mason. Energy and World Politics. New York: The Free Press, 1978. WRTG Economics. “Oil Price History and Analysis.” diakses pada 12 Juli 2012. http://www.wtrg.com/prices.htm Yergin, Daniel. “Ensuring Energy Security.” Foreign Affairs, Vol. 85 No. 2: 69-82. Yergin, Daniel. The Quest: Energy, Security, and the Remaking of the Modern World. New York: The Penguin Press, 2011. “China’s Relation with OPEC: Challenges for U.S.-Sino Relations.” James A. Baker III Institute
for
Public
Policy.
Diakses
pada
26
Oktober
2012.
http://www.bakerinstitute.org/publications/EF-pub-ChinaOPECRelations-092612.pdf “Oil: Demand, Supply, and Trends in the United States.” diakses pada 30 September 2012. http://dr.berkeley.edu/pdfs_to_post/OIL_OVERVIEW_OF_5DECADE_HISTORY_A ND_TODAYS_CHALLENGES-
Latar belakang…, Siahaan, Palar , FISIP UI, 2013