LAPORAN TAHUNAN ANNUAL REPORT
2008
Penanggung Jawab (Director)
: Tahlim Sudaryanto
Tim Penyusun (Chief Editor)
: Handewi P. Saliem
Sekretaris (Secretary to the Editor)
: Erma Suryani
Anggota
: Beny Rachman Rudy S. Rivai Yuni Marisa Supena Friyatno Iwan Setiajie. A Agus Subekti Wahida Yana Supriyatna Herlina Tarigan Nur Khoiriyah Agustin
(Editor Members)
Consulting Editor
: Sahat M. Pasaribu
PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN INDONESIAN CENTER FOR AGRICULTURE SOCIO ECONOMIC AND POLICY STUDIES
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN INDONESIAN AGENCY FOR AGRICULTURAL RESEARCH AND DEVELOPMENT
DEPARTEMEN PERTANIAN MINISTRY OF AGRICULTURE
2009
KATA PENGANTAR Laporan Tahunan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban sebagai Institusi pemerintahan negara dalam melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas dan fungsi pokok (tupoksi) yang diembannya, yaitu mengembangkan kemampuan dalam mengantisipasi berbagai permasalahan sosial ekonomi pertanian di tingkat pedesaan, wilayah, nasional, kawasan, dan internasional, sekaligus menganalisisnya dalam rangka menghasilkan kebijakan. Laporan Tahunan ini berisi tentang kegiatan yang dilaksanakan oleh Bagian Tata Usaha, Bidang Program dan Evaluasi, dan Bidang Pelayanan dan Pendayagunaan Hasil Analisis pada tahun anggaran 2008. Materi pokok yang disajikan dalam laporan ini meliputi organisasi PSEKP, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana penelitian, program, pendayagunaan hasil analisis dengan publikasi, dan kerja sama penelitian, serta monitoring dan evaluasi. Khusus untuk kegiatan penelitian, disajikan sinopsis hasil-hasil kegiatan penelitian yang telah dilakukan PSEKP pada tahun 2008. Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian laporan ini disampaikan terima kasih. Semoga laporan ini memberikan manfaat dan berguna bagi berbagai pihak yang membutuhkan. Kritik dan saran yang membangun kami harapkan demi perbaikan di masa-masa mendatang.
Bogor,
Desember 2008
Kepala Pusat,
Dr. Tahlim Sudaryanto NIP. 19541120.197902.1.001
i
PREFACE This report is published annually to meet the obligation of the government institution to expose their activities according to its mandate. The ICASEPS‟ mandate covers the anticipation of various issues in socioeconomic aspect of agriculture at the rural, regional, national, and global levels as well as its analysis to propose policy options to respond to such problems. This Annual Report consists of activities conducted by the Center in 2008 by Office Management Division, Program and Evaluation Division, and Research Results Utilization and Research Services Division. The report covers information on the organization, human resources, research facilities, programs, research results utilization, research collaboration, and monitoring and evaluation. Synopsis of the research activities during 2008 is also presented. Finally, we would like to extend our appreciation to all parties who participate in the preparation of this report. We hope that this report could provide useful information the readers. Criticisms and suggestions for future improvement of this report are most welcome.
Bogor, December 2009 Director,
Prof.Dr. Tahlim Sudaryanto NIP.19541120.197902.1.001
ii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ..............................................................
i
DAFTAR ISI .......................................................................
iii
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
xi
I.
1 1 3 3 7
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Visi dan Misi 1.3. Tupoksi, Sasaran, dan Struktur Organisasi 1.4. Sasaran Kelompok Pengguna Hasil Penelitian
II. SUMBERDAYA MANUSIA
9
III. SARANA DAN PRASARANA 3.1. Anggaran 3.2. Barang Tidak Bergerak (Tanah dan Bangunan) 3.3. Barang – Barang Bergerak
17 17 19 19
IV. PROGRAM 4.1. Tujuan Kegiatan 4.2. Luaran 4.3. Perencanaan Kegiatan Penelitian 4.4. Perencanaan Penelitian Tahun Anggaran 2009
23 23 23 25 31
V. SINOPSIS
16
A. Hasil Penelitian dengan Sumber Dana dari DIPA TA. 2008 5.1. Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian: Respon Isu Aktual 5.2. Konsorsium Penelitian: Karakteristik Sosial Ekonomi Petani pada Berbagai Tipe Agroekosistem 5.3. Panel Petani Nasional (PATANAS): Analisis Indikator Pembangunan Pertanian dan Pedesaan 5.4. Peningkatan Kapasitas Adaptasi Petani di Daerah Marginal Terhadap Perubahan Iklim 5.5. Pendampingan dan Koordinasi Pelaksanaan Program PRIMATANI 5.6. Respon Usahatani Skala Kecil Terhadap Liberalisasi Perdagangan 5.7. Pengembangan Kelembagaan Partnership Dalam Pemasaran Komoditas Pertanian
iii
16 16 17 20 21 23 24 26
TABLE OF CONTENTS Halaman INTRODUCTION
ii
TABLE OF CONTENTS
iv
LIST OF TABLE LIST OF FIGURE LIST OF APPENDICES I.
INTRODUCTION 1.1. Background 1.2. Vision and Mission 1.3. Mandate, Target, and Organization 1.4. User of Research Results
viii x xii 2 2 4 4 8
II. HUMAN RESOURCES
10
III. RESEARCH FACILITIES 3.1. Budget 3.2. Land and Building 3.3. Other Assets
18 18 20 20
IV. PROGRAM 4.1. Objectives 4.2. Output 4.3. Planning of Research Activities 4.4. Planning of 2009 Research Activities
24 24 24 26 32
V. SYNOPSIS OF RESEARCH RESULTS
16
A. Government-Funded Research (DIPA TA 2008) 5.1. Policy Analysis on Agricultural Development: Response to Current Issues 5.2. Research Consortium: Farmer‟s Socio-economic Characteristics in Various Agro-ecosystems 5.3. National Panel of Farmers (PATANAS): Analysis on Agricultural and Rural Development Indicators 5.4. Capacity Building of Farmer‟s Adaptation on Climate Change in Marginal Region 5.5. Facilitation and Coordination of Prima Tani Program 5.6. Response of Small Farmers to Trade Liberalization 5.7. Developing Partnership in the Marketing of Agricultural Commodities
16 16 17 20 21 23 24 26
iv
B. Hasil Penelitian Kerjasama Penelitian PSE-KP Dengan Lembaga Riset Lain 5.8. Rice Value Chain in Nanggroe Aceh Darussalam 5.9. Assessment of Horticulture Seed Industry 5.10. Tobacco Cultivation and Alternate Crops in Indonesia 5.11. Evaluasi Dampak Pengembangan Prasarana Perdesaan (P2D) terhadap Kesejahteraan Masyarakat 5.12. Livelihood and Gender Impact of Rapid Changes to Biosecurity Policy in The Jakarta Area and LessonLearned for Future Approaches in Urban Areas
27 27 29 30 31 31
VI. PENDAYAGUNAAN HASIL ANALISIS DAN KERJASAMA PENELITIAN 6.1. Publikasi Hasil - Hasil Penelitian 6.2. Komunikasi dan Dokumentasi Hasil Penelitian 6.3. Kerjasama Penelitian
33 33 40 46
VII. EVALUASI DAN PELAPORAN 7.1. Ruang Lingkup 7.2. Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi TA. 2008 7.2.1. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Penelitian 7.2.2. Monitoring dan Evaluasi Pelayanan Penelitian
51 51 52 56
VIII. PENUTUP
80
LAMPIRAN
81
v
B. Research Collaboration 5.8. The Meulaboh-Aceh Barat Rice Value Chain 5.9. Assessment of Horticulture Seed Industry 5.10. Case Study on Tobacco Farms and Alternate Crops 5.11. Evaluation on the Impact of Rural Infrastructure Development (P2D) to Community Welfare 5.12. Livelihood and Gender Impact of Rapid Changes to Bio-security Policy in the Jakarta Area and Lesson Learned for Future Approaches in Urban Areas VI. RESEARCH RESULTS UTILIZATION AND RESEARCH COLLABORATION 6.1. Publication 6.2. Communication and Documentation 6.3. Research Collaboration VII. RESEACRCH EVALUATION AND REPORTING 7.1. Coverage 7.2. Implementation of Monitoring and Evaluation in 2008 7.2.1. Monitoring and Evaluation of Research Activities 7.2.2. Monitoring and Evaluation of Research Services
27 27 29 30 31 31
33 33 40 46 51 51 52 56
VIII. CLOSING REMARKS
80
APPENDICES
81
vi
DAFTAR TABEL No.
Halaman
4.1.
Judul – Judul Proposal Penelitian TA. 2009
31
6.1.
Judul dan Penulis Naskah JAE, Tahun 2008
33
6.2.
Judul dan Penulis Naskah FAE, Tahun 2008
34
6.3.
Judul dan Penulis Naskah AKP, Tahun 2008
35
6.4.
Judul dan Penulis Naskah WP, Tahun 2008
36
6.5.
Judul dan Penulis Naskah Prosiding, Tahun 2008
37
6.6.
Daftar isi Terbitan Newsletter PSE-KP, Tahun 2008
38
6.7.
Distribusi Publikasi Ilmiah PSE-KP
39
6.8.
Susunan Dewan Redaksi JAE, FAE, AKP, dan Dewan Editor Tematik, Tahun 2008
40
6.9.
Judul Makalah dan Pembicara pada Seminar Rutin, Tahun 2008
41
6.10.
Judul Makalah dan Pembicara pada Seminar Nasional “Dinamika Pembangunan Pertanian dan Perdesaan” Tantangan dan Peluang Bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani, Tahun 2008
41
Judul Makalah dan Pembicara pada Lokakarya “Kebijakan Pengendalian Penyakit Flu Burung (Avian Influenza): Implementasi, Dampak, dan Pembelajaran, Tahun 2008
44
Judul Makalah dan Pembicara pada Pertemeuan Koordinasi Kegiatan Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian Lingkup Badan LItbang
45
Judul Makalah dan Pembicara pada Workshop “Supply Chain Management on Tropical Fruits” dalam kegiatan “4th International Symposium Tropical and Subtropical Fruits”, Tahun 2008
45
Inventarisasi Kegiatan Kerjasama Penelitian, Tahun 2008
47
Kunjungan ke Luar Negeri Staf Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
48
6.11.
6.12.
6.13.
6.14. 6.15.
vii
LIST OF TABLE No.
Halaman
4.1.
Research Proposal Titles for 2009
32
6.1.
Title and Author of Articles of JAE in 2008
33
6.2.
Title and Author of FAE in 2008
34
6.3.
Title and Author of AKP in 2008
35
6.4.
Title and Author of Working Paper in 2008
36
6.5.
Title and Author of Proceeding in 2008
37
6.6.
Contents of Newsletter Published in 2008
38
6.7.
Distribution of ICASEPS Scientific Publications
39
6.8.
Editors of JAE, FAE, AKP, and Thematic Book in 2008
40
6.9.
Papers and Speakers of Regular Seminar, 2008
41
6.10.
Papers Presented at National Seminar on “The Dynamic of Rural and Agricultural Development: Challenges and Opportunities for Farmer‟s Welfare Improvement”, 2008
41
Papers Presented at National Seminar on “Avian Influenza Disease Control Policy: Implementation, Impact, and Lesson Learned”, 2008
44
Papers and Speakers at Coordination Meeting on “Policy Analysis of IAARD‟s Agricultural Development”. 2008
45
Papers Presented at Workshop on “Supply Chain Management on Tropical Fruits” as Contribution to The4th International Symposium on Tropical and Subtropical Fruits, 2008
45
6.14.
List of Research Cooperation in 2008
47
6.15.
Traveling Abroad of ICASEPS Researchers in 2008
48
6.11.
6.12.
6.13.
viii
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1.1.
Struktur Organisasi Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
2.1.
Persentase Pegawai PSE-KP Menurut Kelompok Umur,
5
9
Tahun 2008 2.2.
Persentase Pegawai PSE-KP Menurut Masa Kerja, Tahun 2008
9
2.3.
Persentase Pegawai PSE-KP Menurut Golongan, Tahun 2008
9
2.4.
Proporsi Pegawai Pendidikan,
PSE-KP
Menurut
Tingkat 11
Tahun 2008 2.5. 2.6. 2.7.
Proporsi Pegawai PSE-KP Menurut Fungsional Peneliti, Tahun 2008
Jenjang
Proporsi Pegawai PSE-KP Menurut Fungsional Non Peneliti, Tahun 2008
Jenjang
Proporsi Pegawai PSE-KP Menurut Bidang Disiplin Ilmu Peneliti, Tahun 2008
ix
13 13 13
LIST OF FIGURE No.
Halaman
1.1.
Organizational Structure of the ICASEPS
2.1.
Percentage of ICASEPS employee by age group, 2008
10
2.2.
Persentage of ICASEPS Duration, 2008
Working
10
2.3.
Persentage of ICASEPS Employee by Civil Rank, 2008
10
2.4.
Employee 2008
2.5. 2.6. 2.7.
Proportion
by
Employee
6
by
Education
Attainment, 12
ICASEPS Employee Proportion Functional Title, 2008
by
Researcher‟s 14
ICASEPS Employee Proportion by Non- Researcher‟s Functional Title, 2008 ICASEPS Employee Background, 2008
Proportion
by
14
Discipline 14
x
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1
Perkembangan Pelaksanaan Keuangan PSE-KP TA. 2008 (Per 31 Desember 2008)
81
2
Rekapitulasi PNBP Desember 2008)
82
xi
PSE-KP
TA.
2008
(Per
31
LIST OF APPENDICES No.
Halaman
1
Development of Financial Support for the Activities of ICASEPS during 2008 (as of 31 December 2008)
81
2
Consolidated PNPB (non-tax government revenue) of ICASEPS during 2008 (as of 31 December 2008)
82
xii
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian sosial ekonomi dan kebijakan merupakan penelitian strategis, karena: (1) Memberikan landasan, arah dan prioritas penelitian yang dilaksanakan, agar sejalan dengan kebijakan pembangunan yang telah digariskan; (2) Mengidentifikasi masalah sosial ekonomi yang mempengaruhi adopsi teknologi di tingkat petani; (3) Mengevaluasi kelembagaan yang efektif dalam mempromosikan pengembangan suatu teknologi atau sistem usahatani; dan (4) Merumuskan kebijakan yang diperlukan untuk mengembangkan sistem dan usaha agribisnis, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kegiatan analisis dan pengkajian sosial ekonomi serta kebijakan pertanian diarahkan untuk menghasilkan rekomendasi, pertimbangan dan advokasi kebijakan terkait program pembangunan pertanian bagi pengambil kebijakan lingkup Departemen Pertanian. Selain itu, hasil analisis dan pengkajian sosial ekonomi dapat dimanfaatkan instansi lain dan pelaku usaha di bidang pertanian. Secara umum, hasil penelitian sosial ekonomi meliputi: (a) Rumusan alternatif kebijakan ekonomi makro, ekonomi mikro, dan kelembagaan dalam mendukung pengembangan ekonomi perdesaan yang progresif, (b) Rumusan alternatif kebijakan pengembangan produksi dan produk pertanian dalam rangka meningkatkan daya saing komoditas unggulan, (c) Rumusan alternatif kebijakan kelembagaan pengembangan sistem komoditas dan agribisnis, dan (e) Rumusan alternatif kebijakan alokasi sumberdaya pertanian dalam rangka peningkatan efisiensi pemanfaatan dan keunggulan komparatif wilayah. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian merupakan sebuah lembaga penelitian/pengkajian setingkat eselon II di bawah Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian dan pembinaannya berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Berdirinya lembaga ini berawal dari adanya Proyek Survei Agro Ekonomi (SAE) yang dibentuk pada tahun 1974. Pada tahun 1976, SAE berubah menjadi Pusat Penelitian Agro Ekonomi (PAE), kemudian tahun 1990 menjadi Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian (P/SE) dan selanjutnya berdasarkan SK Menteri Pertanian No.99/Kpts/OT.210/2/ 2001 tanggal 1 Februari 2001 menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian (Puslitbangsosek). Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor:299/Kpts/OT.140/7/2005, nama lembaga ini ditetapkan menjadi Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian disingkat PSEKP. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 328/Kpts/OT.220/8/ 2005 dinyatakan bahwa PSEKP dibina oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dengan memperhatikan kebutuhan tugas-tugas khusus Menteri. Dalam melaksanakan tugas-tugas khusus tersebut, Sekretaris Jenderal diberi kewenangan untuk memberi penugasan kepada PSEKP.
1
I. INTRODUCTION 1.1. Background Research on socioeconomic and policy analysis field is significantly strategic because of several reasons. The research could: (1) Provide base, direction, and priority of the studies in line with the stipulated development policies; (2) Identify socioeconomic problems affecting the adoption of technology at farmer‟s level; (3) Evaluate effective institutions to promote certain technology development or farming system; and (4) Formulate policies necessary to develop agribusiness systems, both for short-term and long-term. Socioeconomic analysis and agricultural policy studies are directed to prepare policy recommendation, policy alternative and policy advocating on agricultural development programs to be used by the decision makers within the Ministry of Agriculture. Moreover, socioeconomic and policy analysis results could be well utilized by other institutions as well as agro-based business actors. By and large, socioeconomic research results covers: (a) Policy alternative formulation on macro economic, micro economic, and institutional problems to support progressive rural economic development; (b) Policy alternative formulation on agricultural products and production development to improve competitive advantage of high value commodities; (c) Policy alternative formulation on institutional development of agribusiness and commodity system; and (e) Policy alternative formulation on agricultural resource allocation to increase its efficiency use and improve its regional comparative advantage. The Indonesian Center for Agricultural, Social Economic and Policy Studies (ICASEPS) is a research institution established at the second echelon under the Secretariat General of the Ministry of Agriculture which its assignment role is supervised by the Indonesian Agency for Agricultural Research and Development (IAARD). The current structure of this institution is a reconstruction of the earlier Agro-Economic Survey Project established in 1974. In 1976, The Project was transformed into the Center for Agro-Economic Research and in 1990 was further re-shaped to accommodate social aspect into the Center for Agro-Socio Economic Research before renamed as the Center for Agro-Socioeconomic Research and Development through the decree letter issued by the Ministry of Agriculture No. 99/Kpts/OT.210/2/2001 dated 1 February 2001. The change of the institution‟s name continued through the issuance of the Agriculture Minister Regulation No. 299/Kpts/OT.140/7/2005, to become the Center for Agriculture, Social Economic and Policy Studies (with Indonesian in front of the name and abbreviated as ICASEPS). Following this new name, the Agriculture Minister Regulation No. 328/Kpts/OT.220/8/2005 mentioned that the ICASEPS is supervised by the IAARD with additional tasks to support the Minister of Agriculture‟s relevant activities. For the latter, the Secretary General of the Ministry of Agriculture is given authority to assign special tasks to carry out by the ICASEPS.
2
Dalam kurun waktu tiga dasawarsa (1974-2005), PSEKP telah dipimpin oleh enam Kepala Pusat, yaitu Prof. Dr. Syarifudin Baharsyah (1976-1983), Dr. Faisal Kasryno (1983-1989), Dr. Effendi Pasandaran (1989-1995), Dr. Ahmad Suryana (1995-1998), Dr. Tahlim Sudaryanto (1998-2002), Dr. Pantjar Simatupang (2002-2005) dan Dr. Tahlim Sudaryanto (2005-sekarang). Laporan Tahunan ini merupakan laporan kegiatan PSEKP selama tahun 2008. Isi laporan mencakup organisasi, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana penelitian, program, sinopsis hasil penelitian PSEKP, pendayagunaan hasil, publikasi hasil dan kerjasama penelitian, monitoring dan evaluasi, serta anggaran. 1.2. Visi dan Misi Visi Menjadi lembaga pengkajian yang kritis dan terpercaya bertaraf internasional dalam menghasilkan informasi dan ilmu pengetahuan sosial ekonomi pertanian, serta proaktif dalam memberikan alternatif rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian. Misi 1. Melakukan analisis dan pengkajian guna menghasilkan informasi dan ilmu pengetahuan sosial ekonomi pertanian yang merupakan produk primer PSEKP; 2. Melakukan analisis kebijakan, yaitu kegiatan untuk mengolah informasi dan ilmu pengetahuan hasil analisis menjadi rumusan usulan dan pertimbangan kebijakan pembangunan pertanian; 3. Melakukan advokasi pembangunan pertanian, berupa kampanye publik untuk memobilisir partisipasi lembaga terkait dan masyarakat luas dalam mendukung pembangunan pertanian; 4. Mengembangkan kemampuan institusi PSEKP sehingga mampu mewujudkan visi dan misinya secara berkelanjutan. 1.3. Tupoksi, Sasaran, dan Struktur Organisasi Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Pasal 176 Peraturan Menteri Pertanian Tahun 2005, tugas pokok PSEKP adalah melaksanakan analisis dan pengkajian sosial ekonomi dan kebijakan pertanian. Sementara Pasal 177 mengatur fungsi PSEKP dalam hal: (a) Perumusan program analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian; (b) Pelaksanaan analisis dan pengkajian sosial
3
Within the period of 30 years of its existence (1974-2005), ICASEPS was managed by six directors, namely Prof. Dr. Sjarifudin Baharsjah (1976-1983), Dr. Faisal Kasryno (1983-1989), Dr. Effendi Pasandaran (1989-1995), Dr. Achmad Suryana (1995-1998), Dr. Tahlim Sudaryanto (1998-2002), Dr. Pantjar Simatupang (2002-2005) and for the second appointment, Dr. Tahlim Sudaryanto (2005-present). This Annual Report is the ICASEPS‟ summary activities during 2008. The report covers the organizational structure, human resources, research facilities, research programs, research results synopsis, research results utilization, research publication, research cooperation, monitoring and evaluation, and research budgeting. 1.2. Vision and Mission Vision The vision of ICASEPS is to become a critical, trustful and internationally recognized research institution that produce information and science in the field of agro-socioeconomic, and proactively provide policy recommendation alternatives for agricultural development. Mission The mission of ICASEPS could be elaborated as follows: 5. To conduct analysis and assessment in order to provide information and knowledge in the field of agro-socioeconomic as primary product of the ICASEPS; 6. To carry out policy analysis, namely activity to process information and knowledge and science for proposed formulation and alternative on agricultural policy development; 7. To advocate agricultural development through public campaign and promotion to mobilize participation of related institutions as well as community to support agricultural development; 8. To develop the capacity of ICASEPS enabling the achievement of sustainable vision and mission. 1.3. Mandate, Target, and Organization Main Task and Function Based on the Agriculture Minister Regulation Chapter 176 in 2005, the mandate of ICASEPS is to implement analysis and assessment on agriculture, social, economic and policy. Chapter 177 of the same regulation contains the function of ICASEPS, namely to: (a) Formulate program in agriculture, social, economic, and policy analysis; (b
4
ekonomi dan kebijakan di bidang pertanian; (c) Pelaksanaan telaah ulang program dan kebijakan di bidang pertanian; (d) Pemberian pelayanan teknik di bidang analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian; (e) Pelaksanaan kerjasama dan mendayagunakan hasil analisis dan pengkajian serta konsultasi publik di bidang sosial ekonomi dan kebijakan pertanian; (f) Evaluasi dan pelaporan hasil analisis dan pengkajian sosial ekonomi dan kebijakan pertanian; dan (g) Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga pusat. Struktur Organisasi Sruktur organisasi PSEKP secara lengkap dapat dilihat pada gambar 1.1. Dalam kelompok jabatan fungsional, peneliti dibagi dalam tiga Kelompok Peneliti (Kelti), yaitu (a) Ekonomi Makro dan Perdagangan Internasional; (b) Ekonomi Pertanian dan Manajemen Agribisnis; dan (c) Sosio-Budaya Perdesaan. Kepala Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Prof. Dr. Tahlim Sudaryanto
Kabid. Pelayanan dan Pendayagunaan Hasil Analisis Dr. Benny Rahman
Kabid. Program dan Evaluasi Dr. Handewi P. Saliem
Kabag. Tata Usaha Ir. Rudy Riva‟i, MSi
Kasubbid Pendayagunaan Hasil Analisis Ir. Iwan Setiajie A., MP
Kasubbid Program Ir. Supena Friyatno, MSi
Kasubbag Kepegawaian dan Rumahtangga Ir. Yuni Marisa
Kasubbid Pelayanan dan Kerjasama Wahida, SP., MSi
Kasubbid Evaluasi dan Pelaporan Ir. Erma Suryani, MSi
Kasubbag Keuangan dan Perlengkapan Agus Subekti, SE
Kelompok Jabatan Fungsional
Gambar 1.1. Struktur Organisasi Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
5
Implement analysis and assessment of socioeconomic and policy in agricultural field; (c) Revisit program and policy in the field of agriculture; (d) Provide technical services in agricultural socioeconomic analysis field; (e) Carry out cooperation with the utilization of analysis and assessment results as well as public consultation in the field of agro-socioeconomic and agricultural policy; (f) Evaluate and make report of research results derived from agro-socioeconomic analysis and policy studies; and (g) Manage the Center‟s internal administration affairs. Organization The organizational structure of ICASEPS is illustrated in Figure 1.1. In the functional title group, researchers are divided into three Research Groups, namely: (a) Macro Economic and International Trade; (b) Agricultural Economics and Agribusiness Management; and (c) Rural Socio-Culture. Director Prof. Dr. Tahlim Sudaryanto
Head of Research Services and Research Results Utilization Division Dr. Benny Rahman
Head of Program and Evaluation Division Dr. Handewi P. Saliem
Head of Administration Affairs Division Ir. Rudy Riva‟i, MSi
Head of Research Results Utilization Sub Division Ir. Iwan Setiajie A., MP
Head of Program Sub Division Ir. Supena Friyatno, MSi
Head of Personnel and Internal Affairs Sub Division Ir. Yuni Marisa
Head of Research Services and Collaboration Sub Division Wahida, SP., MSi
Head of Evaluation and Reporting Sub Division Ir. Erma Suryani, MSi
Head of Finance and Facilities Sub Division Agus Subekti, SE
Functional Title Groups
Figure 1.1. Organizational Structure of the ICASEPS
6
1.4. Sasaran Kelompok Pengguna Hasil Penelitian Pengguna utama (stakeholders) hasil penelitian PSEKP ialah: (a) Pejabat pembuat dan pengelola kebijakan pembangunan pertanian lingkup Departemen Pertanian; (b) Pejabat pembuat kebijakan lembaga negara di luar Departemen Pertanian; (c) Praktisi agribisnis; (d) Politisi, ilmuwan dan masyarakat peminat pembangunan pertanian; (e) Para Peneliti; dan (f) Masyarakat umum. Dengan demikian, program penelitian PSEKP harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan seluruh kelompok pengguna tersebut.
7
1.4. Users of Research Results The main stakeholders of ICASEPS‟ research results are: (a) Policy makers within the Ministry of Agriculture; (b) Policy makers at state institutions other than Ministry of Agriculture; (c) Agribusiness practitioners; (d) Politicians, scientists, and community who interested in agricultural development; (e) Researchers; and (f) Other interested persons. With this wide range of users, ICASEPS‟ research program should be well planned and tailored to fulfill the need of these users and suitable with their interests.
8
II. SUMBERDAYA MANUSIA Secara keseluruhan jumlah pegawai PSEKP tahun 2008 sebanyak 185 orang. Berdasarkan kelompok umur, persentase pegawai pada masing-masing kelompok umur dapat dilihat pada Gambar 2.1.
30
27.03
25
26.49
22.16
20 15
%
10.27
10 5
5.95
4.86
2.16
1.08 60 >
60 56
–
55 51
–
50 46
–
45 41
–
40 36
–
35 – 31
26
–
30
0
Kelompok Umur (thn)
Gambar 2.1. Persentase Pegawai PSEKP Menurut Kelompok Umur, Tahun 2008
40
Gol IV 22.16 %
29.19 30
25.41
Gol I 2.16 %
Gol II 23.24 %
17.84
%
16.76
20 9.19 10
1.62 0 <10 10-15 16 – 20 21 - 2526 – 30
>30
Masa Kerja (thn)
Gambar 2.2. Persentase Pegawai PSEKP Menurut Masa Kerja, Tahun 2008
9
Gol III 52.43 %
Gambar 2.3. Persentase Pegawai PSEKP Menurut Golongan, Tahun 2008
II. HUMAN RESOURCES The total employee of ICASEPS was 185 as of 2008. Based on age group, the employee could be illustrated as in the following Figure 2.1.
30
27.03
25
26.49
22.16
20 15
%
10.27
10 5
5.95
4.86
2.16
1.08
0 26 – 3031 – 3536 – 4041 – 4546 – 5051 – 5556 – 60
> 60
Age group (year)
Figure 2.1. Percentage of ICASEPS employee by age group, 2008
40
Gol IV 22.16 %
29.19 30
%
Gol I 2.16 %
25.41
Gol II 23.24 %
17.84 16.76
20 9.19 10
1.62 0 <10 10-15 16 – 20 21 - 2526 – 30
>30
Gol III 52.43 %
Working duration (year)
Figure 2.2. Percentage of ICASEPS Employee by Working Duration, 2008
Figure 2.3. Percentage of ICASEPS Employee by Civil Service Rank, 2008
10
Berdasarkan masa kerja pegawai, persentase tertinggi (29,19 persen) adalah pegawai yang memiliki masa kerja antara 21-25 tahun. Masa kerja diatas 25 tahun sebanyak 19,46 persen, sedangkan sekitar 50 persen lainnya adalah pegawai dengan masa kerja kurang dari 20 tahun (Gambar 2.2). Jika dirinci menurut golongan, lebih dari 50 persen pegawai PSEKP masuk dalam golongan III. Persentase terkecil adalah pegawai golongan I (Gambar 2.3.) Berdasarkan jenis kelamin, pegawai pria lebih banyak (70 persen) dibanding pegawai wanita (30 persen). Sementara jika dirinci menurut tingkat pendidikan, proporsi terbesar adalah pegawai dengan tingkat pendidikan SMU, urutan kedua dengan tingkat pendidikan Sarjana S-2 (Gambar 2.4).
35
30.27
30
%
25
22.16
20
17.30 12.43
15 10
6.49
4.86
0 SD
3.78
2.70
5 SMP
SMU Sarmud Diploma
S1
S2
S3
Tingkat Pendidikan
Gambar 2.4. Proporsi Pegawai PSEKP Menurut Tingkat Pendidikan, Tahun 2008 Jabatan fungsional di PSEKP terbagi menjadi dua kelompok, yaitu fungsional peneliti dan fungsional nonpeneliti. Kelompok fungsional peneliti terbagi menjadi 4 jenjang, yaitu (1) Peneliti Pertama; (2) Peneliti Muda; (3) Peneliti Madya; dan (4) Peneliti Utama. Jabatan fungsional nonpeneliti terbagi dalam 5 jenjang, yaitu (1) Pranata Komputer Terampil Pelaksana; (2) Litkayasa Pelaksana Lanjutan; (3) Pustakawan Pertama; (4) Pustakawan Pelaksana Lanjutan; dan (5) Arsiparis Penyelia. SDM yang telah mengambil jabatan fungsional sebanyak 38,92 persen, selebihnya merupakan tenaga penunjang. Dari jumlah SDM yang mengambil
11
Based on working duration, there are 29.19 percent of the employee who served the Center between 21-25 years and 19.46 percent more than 25 years. Majority of the employee (about 50%) are working at ICASEPS less than 20 years (Figure 2.2). When divided into civil service rank, more than 50 percent of the employees are included in the third level (medium level as the first level is the lowest to the fourth level as the highest). The smallest percentage of employees is those grouped in the first level (lowest level) as shown in Figure 2.3. Based on gender division, male employees are taking the highest portion (70%) compared to female employees (30%). The highest portion of employee by education attainment is high school level followed by master degree level as the second largest (Figure 2.4).
35
30.27
30
%
25
22.16
20
17.30 12.43
15 10
6.49
4.86
0 SD
3.78
2.70
5 SMP
SMU Sarmud Diploma
S1
S2
S3
Education level
Figure 2.4. ICASEPS Employee Proportion by Education Attainment, 2008 The functional title at ICASEPS is categorized into two groups, namely researcher‟s functional group and non-researcher‟s functional group. Researcher‟s functional title consisted by four levels: (1) Junior Researcher; (2) Assistant Researcher; (3) Associate Researcher; and (4) Senior Researcher. Meanwhile, non-researcher‟s functional title could be broken down into five levels: (1) Computer-based Skill Operator; (2) Advanced Research Engineer; (3) Junior Librarian; (4) Advanced Librarian; and (5) Archive Supervisor. There are 38.92 percent of the employees who have been awarded this functional title and the rest are supporting staffs. As high as 90 percent out of those in the functional
12
jenjang fungsional, 90 persen merupakan jabatan fungsional peneliti dan 10 persen jabatan fungsional nonpeneliti. Rincian proporsi SDM berdasarkan jenjang fungsional dapat dilihat pada Gambar 2.5. dan Gambar 2.6.
14.29 %
35 30
%
27.69
27.69
14.29 %
14.29 %
26.15
25 18.46
20 15 10
14.29 %
5 0 Peneliti Utama
Peneliti Madya
Peneliti Muda
Peneliti Pertama
Jenjang Peneliti
Gambar 2.5. Proporsi Pegawai PSEKP Menurut Jenjang Fungsional Peneliti, Tahun 2008
42.86 % Pranata Komputer Terampil Pelaksana Litkayasa Pelaksana Lanjutan Pustakawan Pertama Pustakawan Pelaksana Lanjutan Arsiparis Penyelia
Gambar 2.6. Proporsi Pegawai PSEKP Menurut Jenjang Fungsional Nonpeneliti, Tahun 2008
17.50 % 5.00 %
5.00 % 72.50 %
Ekonom i Pertanian
Kebijakan Pertanian
Sistem Usaha Pertanian
Sosiologi Pertanian
Gambar 2.7. Proporsi Pegawai PSEKP Menurut Bidang Disiplin Ilmu Peneliti, Tahun 2008 Terkait kegiatan tugas belajar dan training, sebanyak dua pegawai mengikuti tugas belajar S-2 dan dua pegawai sedang tugas
13
title are researcher‟s functional group and 10 percent as nonresearcher‟s functional group (see Figure 2.5 and 2.6).
14.29 %
35 30
27.69
27.69
14.29 %
14.29 %
26.15
% 25 18.46
20 15 10
14.29 %
5 0 Senior Researcher
Assoc. Res.
Assist. Res.
Junior Res.
Researcher’s Fungsional Title
Figure 2.5. ICASEPS Employee Proportion by Researcher‟s Functional Title, 2008
42.86 % Computer-based skill Operator Advanced Research Engineer Junior Librarian Advanced Librarian Archive Supervisor
Figure 2.6. ICASEPS Employee Proportion by Non- Researcher‟s Functional Title, 2008
17.50 % 5.00 % 5.00 %
72.50 %
Agricultural economics
Agricultural policy
Agricultural business system
Agricultural sociology
Figure 2.7. ICASEPS Employee Proportion by Discipline Background, 2008 On formal long-term education and short-term training assignment, two of ICASEPS employees are currently studying for master degree and another two for doctoral degree. Three of the employees have finalized their overseas training and one has
14
belajar S-3. Sebanyak 3 pegawai telah mengikuti training di luar negeri dan 1 pegawai telah mengikuti Prajabatan untuk Golongan III. Tugas belajar dan kegiatan training ditujukan untuk meningkatkan kapasitas pegawai dan diharapkan dapat meningkatkan kinerja di masa mendatang. Berdasarkan bidang disiplin ilmu, peneliti dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu (1) Ekonomi Pertanian; (2) Kebijakan Pertanian; (3) Sistem Usaha Pertanian; dan (4) Sosiologi Pertanian. Dilihat dari proporsi pegawai menurut bidang disiplin ilmu pada Gambar 2.7 terlihat bahwa pegawai PSEKP didominasi dengan disiplin ilmu Ekonomi Pertanian. Spesialisasi di bidang Kebijakan Pertanian dan Sistem Usaha Pertanian, jumlahnya relatif kecil. Permasalahan yang menonjol dalam pelaksanaan kegiatan di Sub Bagian Kepegawaian dan Rumah Tangga selama tahun 2008 adalah keterlambatan peneliti dalam pengumpulan angka kredit. Hal ini berkaitan dengan semakin ketatnya peraturan penilaian angka kredit yang diperoleh dari publikasi naskah yang diterbitkan. Juga jumlah terbitan publikasi yang terakreditasi semakin terbatas sehingga tingkat seleksi semakin ketat untuk memperoleh materi yang layak untuk diterbitkan dan sekaligus mendapatkan angka kredit yang dibutuhkan peneliti.
15
completed in-house training. The main objective of long-term and shortterm training is basically to improve researchers‟ capacity for positive future performance. Based on discipline background, researchers could be divided into four groups, namely: (1) agricultural economics; (2) agricultural policy; (3) agricultural business system; and (4) agricultural sociology. Based on this field of interest, majority of the researchers have background in the field of agricultural economics (Figure 2.7) and only a relatively small portion of the researchers who are specialized in agricultural policy and agricultural business system. The main problem related to personnel at ICASEPS is in carrying out activities at the Sub Division of Personnel and Internal Affairs. During 2008, a slow down of credit accumulation necessary to step up researcher‟s functional title was experienced. This was particularly caused by a situation in which researchers face difficulties to meet requirements in credit evaluation, specifically credit accumulation obtained from scientific publication. The acknowledgement on accredited scientific publication by the evaluators is also tightly selected along with the difficulty to produce high quality of articles. The challenge to prepare acceptable articles for publication is higher in accordance with the higher requirements for publication acceptance.
16
III. SARANA DAN PRASARANA Pelaksanaan kegiatan penelitian PSEKP didukung oleh sarana dan prasarana yang terdiri dari barang-barang tidak bergerak dan barangbarang bergerak. Barang-barang tidak bergerak terdiri dari: (1) Tanah bangunan negara Golongan II; (2). Tanah Bangunan Kantor Pemerintah; (3) Bangunan Gedung Kantor Permanen; dan (4) Rumah Negara Golongan II Type A Permanen. Sementara barang-barang bergerak secara garis besar meliputi alat angkutan (kendaraan roda 4 dan roda 2), furniture, elektronik serta aset tetap lainnya. Pengadaan barang-barang inventaris tersebut berasal dari hibah, pembelian melalui Anggaran Rutin dan Anggaran Pembangunan Belanja Negara (APBN) maupun anggaran kerjasama penelitian. Untuk dapat menyajikan data inventaris yang akurat, pada tahun anggaran 2008 PSEKP telah melaksanakan penggunaan SIMAK-BMN. Pengelolaan Inventaris Kekayaan Milik Negara (IKMN) secara tersurat menjadi tanggung jawab Bagian Tata Usaha, tetapi secara moral adalah tanggung jawab seluruh pegawai yang menggunakan. Pada kenyataannya, hal tersebut belum disadari oleh berbagai pihak, terbukti kepedulian terhadap rasa memiliki masih rendah. Hal ini merupakan salah satu kendala untuk dapat mengelola IKMN secara baik dan akurat. 3.1.
Anggaran DIPA, PNBP dan KSP
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, anggaran yang dikelola setiap unit instansi pemerintah pada tahun 2008 tidak dibedakan berdasarkan Anggaran Pembangunan dan Anggaran Rutin, namun dilakukan berdasarkan “anggaran yang berbasis kinerja”. Anggaran PSEKP tahun 2008 disusun berdasarkan variabel jenis pengeluaran dan variabel kegiatan. Variabel jenis pengeluaran dibedakan menurut belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja bantuan sosial/BLM dan lainnya. Sedangkan variabel kegiatan dibedakan menurut jenis kegiatan, yakni: Kegiatan utama mencakup Penelitian Sosial dan Kegiatan Penunjang yang mencakup: (a) Pengelolaan Gaji, (b) Operasional Kantor, (c) Perawatan Gedung dan (d) Perawatan Sarana.
17
III. RESEARCH FACILITIES Research activities are supported by facilities consisted of immobile and mobile assets and facilities. Immobile assets are: (1) Stateowned land and buildings; (2) Land for government office; (3) Permanent buildings; and (4) State-owned A type permanent house. Meanwhile, mobile assets include mainly vehicles (2-wheel or 4-wheel), furniture, electronic, and other assets. Such facilities were obtained from grant, purchase using government budget or research cooperation budget. ICASEPS uses information management system procedures to document accurate data of all of these facilities. All assets/facilities belong to the government are well managed under the jurisdiction of Administration Division and sense of belonging by those who utilize such facilities are expected. Responsibility to take care of such assets is also encouraged. 3.1.
Government Budget, Collaboration
Non-tax
Revenue
and
Research
All of the research budget obtained from different sources are spent and managed in a similar way, namely “performance-based expenses”. The budget was proposed based on two categories, namely (a) expenditure type variables (including employee, goods, capital and social expenses) and (b) activity variables consisted of main activity (research), and supporting activities (salary management, office operational cost, and building and facility maintenance).
18
Total anggaran PSEKP Tahun 2008, baik menurut variabel jenis pengeluaran maupun variabel kegiatan, terealisasi sebesar 95,66 persen atau terealisir sebesar Rp 13.194.798.791 dari anggaran yang direncanakan sebesar Rp 13.793.456.000. Pada anggaran menurut variabel jenis pengeluaran, dana yang terbesar terserap pada jenis pengeluaran belanja pegawai yakni sebesar Rp 8.338,744,979 (97,93 persen) dari Rp 8.515.050.000 anggaran yang direncanakan. Sedangkan pada anggaran menurut variabel jenis kegiatan, sebagian besar merupakan anggaran kegiatan penunjang terutama pada kegiatan Pengelolaan Gaji yakni sebesar Rp 7.834.025.347 (99,30 persen) dari Rp 7.889.330.000 anggaran yang direncanakan. Perkembangan Pelaksanaan Keuangan Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian TA. 2008 secara rinci dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1 dan Tabel Lampiran 2. 3.2.
Barang Tidak Bergerak (Tanah dan Bangunan)
Barang-barang tidak bergerak yang dimiliki oleh PSEKP meliputi tanah dan bangunan. Keseluruhan tanah yang dimiliki oleh PSEKP seluas 5.403 m2 yang terdiri dari tanah bangunan rumah negara golongan II seluas 1.558 m2 dan tanah bangunan kantor pemerintah seluas 3.845 m2. Sedangkan bangunan yang dimiliki oleh PSEKP adalah kantor yang terdiri atas dua unit bangunan yang saling terhubung seluas 3.266 m2 dan empat buah rumah dinas seluas 240 m2 secara keseluruhan dalam kondisi baik. Rincian barang tidak bergerak disajikan pada Tabel Lampiran 3. 3.3.
Barang-Barang Bergerak
Pada periode 2008, jumlah barang-barang bergerak yang dimiliki oleh PSEKP sebesar 1517 unit barang, dengan 1412 unit barang diantaranya dalam kondisi yang baik dan 105 unit barang lainnya dalam kondisi rusak. Barang-barang bergerak tersebut meliputi : sarana transportasi/kendaraan dinas, mesin dan peralatan kantor, sarana komunikasi, dan barang bergerak penunjang kegiatan kantor lainnya. Rincian barang bergerak disajikan pada Tabel Lampiran 4. Keadaan barang-barang bergerak inventaris, sebagai berikut : a. Barang Inventaris Alat Angkutan Periode tahun 2008, kendaraan roda 4 terdiri atas lima (5) buah jeep, 12 minibus dengan kapasitas penumpang 14 orang ke bawah, dan 11 unit sepeda motor roda 2.
19
The actual spent of total budget (Rp 13,793,456,000 during 2008) was 95.66 percent or amounted to Rp 13,194,798,791 for both categories (expenditure type variables and activity variables). Under the expenditure type variables, employee expense was the highest (Rp 8,338,744,979 or 97.93% out of the planned budget, Rp 8,515,050,000). On the activity variables category, an expense on supporting activities was the highest, specifically for salary management (Rp 7,834,025,347 or 99.30 percent out of the planned budget, Rp 7,889,330,000). The development of financial management at ICASEPS in 2008 is provided in detail in Appendix Table 1 and Appendix Table 2. 3.2. Land and Buildings Immobile assets of ICASEPS include land and buildings. The total size of all land belongs to ICASEPS is 5,403 m2 which consist of government-owned land for A type house as large as 1,558 m2 and government office, 3,845 m2. Buildings belong to ICASEPS are two units of connected buildings, as large as 3,266 m2 and four unit of houses for total size of 240 m2. They are in good condition. Detail of this immobile asset is provided in Appendix Table 3. 3.3. Other Assets In 2008, the total asset belongs to ICASEPS are consisted of 1,517 unit of goods (1,412 units in good condition). These assets are official transportation modes, machinery and office equipment, communication facilities, and other mobile supporting facilities. Detail of mobile assets is prepared in Appendix Table 4. The condition of mobile assets could be described as follows: a. Vehicles Vehicles with 4-wheel drive in 2008 consists of five (5) units of jeep, 12 minibuses (capacity less than 14 passengers each), and 11 units of motor bikes.
20
b. Barang Inventaris Peralatan Kantor Periode tahun anggaran 2008 keadaan barang inventaris peralatan kantor sebanyak 1517 unit yang terdiri dari 53 jenis barang. Sumber dana pengadaan barang inventaris berasal dari dua sumber, yaitu (a) Rutin merupakan akumulasi dari pengadaan tahun lalu dan (b) Pengadaan dari anggaran tahun 2008 sebanyak 195 unit untuk 33 jenis barang. Permasalahan yang menonjol dalam pelaksanaan kegiatan di bidang sarana dan prasarana selama tahun 2008 adalah sebagai berikut: 1.
Penomoran ruangan yang tidak sama antara bangunan dengan penomoran yang ditempel Bidang/Sub Bidang.
ruang/denah pada ruang
2.
Penomoran barang inventaris masih tidak konsisten
3.
Ketidakjelasan asal/perolehan barang (pembelian, hibah, atau lainnya).
4.
Tidak ada kriteria jelas yang menyebutkan unit satuan barang atau set sehingga banyak barang yang berlebih atau kurang yang disebabkan double entry.
Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut:
1. Melakukan pendataan ulang barang inventaris di setiap ruangan. 2. Mengidentifikasi kondisi barang. 3. Melakukan pemutakhiran data riil melalui Program SIMAK. Rencana kegiatan yang akan dilakukan kedepan:
1. Entry ulang barang-barang yang telah diserahterimakan ke Eselon II lain.
2. Entry ulang barang-barang yang telah dihapuskan. 3. Menyesuaikan SIMAK-BMN dengan keadaan riil aset PSEKP. 4. Mengidentifikasi kondisi barang.
21
b. Office equipment Office equipment is also considered as inventory assets, consisted of total 1,517 units and categorized in 53 types of equipment. The source of budget to provide such assets/facilities was taken from the government development budget: (a) carry over from previous year and (b) purchasing in 2008 (195 units for 33 types of asset). Problems encountered in the inventory maintenance activities of research facility are as follows:
1. Numbering system (mismatch between building maps and the office room sticker).
2. Numbering inconsistency. 3. Unclear source of several assets (provided by purchase, grant, or others).
4. No criteria to mention unit‟s name caused by double entry. To overcome such problems, the following are efforts have been made: 1. Re-evaluate the data at each office room. 2. Identify asset condition. 3. Conduct data procedures.
update
using
information
management
system
Planned activities: 1. Re-entry of all assets formally submitted to other government institutions. 2. Re-entry of all discarded/deleted assets. 3. Adjust standard IMS with actual condition of assets. 4. Identify all assets condition.
22
IV. PROGRAM Upaya menyempurnakan program penelitian di lembaga penelitian seperti di PSEKP sangat terkait dengan program-program yang disusun berdasarkan perencanaan yang dilakukan. Penyusunan perencanaan tersebut diharapkan mampu mengikuti tuntutan perkembangan pembangunan pertanian dan sejalan dengan perubahan tupoksi lembaga yang bersangkutan. PSEKP merupakan perubahan nama dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian (PSE), namun secara substansial tidak berubah fungsi. PSEKP mempunyai tugas utama melaksanakan analisis dan pengkajian sosial ekonomi dan kebijakan pertanian. Penyusunan program kegiatan dilakukan dengan dasar pertimbangan tupoksi PSEKP tersebut yaitu: (1) Merumuskan dan melaksanakan program analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian yang sesuai dengan kondisi dan perkembangan pembangunan pertanian; (2) Melaksanakan telaah ulang program dan kebijakan di bidang pertanian; (3) Memberikan layanan teknik dibidang analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian; (4) Melaksanakan kerjasama dan pendayagunaan hasil analisis dan pengkajian serta konsultasi publik di bidang sosial ekonomi dan kebijakan pertanian; (5) Mengevaluasi dan pelaporan analisis dan pengkajian sosial ekonomi dan kebijakan pertanian; dan (6) Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga pusat. 4.1.
Tujuan Kegiatan
Secara umum tujuan kegiatan penyusunan program adalah untuk mendapatkan arah penelitian yang lebih terencana dan sistematis agar pelaksanaan penelitian lebih layak untuk dilaksanakan. Secara rinci pelaksanaan kegiatan ini bertujuan untuk : (1) Membuat perencanaan dan kalender kegiatan penelitian PSEKP. (2) Merencanakan penelitian tahun anggaran 2009 (3) Memperoleh implikasi tindak lanjut pelaksanaan program yang akan datang 4.2.
Luaran
Luaran yang diharapkan dalam kegiatan penyusunan program adalah sebagai berikut : (1) Paket perencanaan dan kalender kegiatan penelitian PSEKP (2) Program perencanaan penelitian tahun anggaran 2009 (3) Implikasi tindak lanjut pelaksanaan program yang akan datang
23
IV. RESEARCH PROGRAM Research program improvement at ICASEPS is based on research planning. This planning is designed to make adjustment in line with the current agricultural development and meet the change of mandate of this institution. ICASEPS‟ name has changed for many times although its function substantially remained. ICASEPS‟ main mandate is to conduct socioeconomic analysis and agricultural policy analysis. According to its mandate, ICASEPS is assigned to: (a) conduct socioeconomic analysis and agricultural policy studies in line with the current condition and the progress of agricultural development; (b) revisit agricultural programs and policies; (c) provide technical services in the field of socioeconomic and agricultural policies; (d) implement cooperation and research result utilization as well as public consultation in the field of socioeconomic and agricultural policies; (e) evaluate and prepare report on socioeconomic analysis and agricultural policy studies; and (f) manage internal administration affairs. Based on these assignments, ICASEPS should be able to formulate several research programs and agenda. 4.1.
Objective of Research Activities
In general, the objective of research program formulation is to set up direction of systematically planned research enabling fair implementation. More detail of the objectives is as follows: (4) To provide ICASEPS‟ research planning and activity calendar (5) To plan research activity in 2009 (6) To obtain follow up implication of future program implementation 4.2.
Output The expected output from research program formulation activity is:
(4) ICASEPS‟ planning package and research activity calendar (5) Research planning program for 2009 (6) Follow up implication of future program implementation
24
4.3.
Perencanaan Kegiatan Penelitian
Ruang lingkup perencanaan dan kalender kegiatan penelitian pada awalnya mencakup (1) Perencanaan kegiatan penelitian rutin (DIPA), dan (2) Perencanaan kegiatan non-DIPA (RUT). Namun seiring dengan perubahan paradigma sistem penganggaran di Dirjen Anggaran, dimana sistem anggaran berubah dari sistem anggaran terpisah (Splitfied Budget) menjadi anggaran yang menyatu (Unified budget) menyebabkan anggaran DIPA dan non-DIPA tidak dibedakan lagi. Dengan sistem yang menyatu tersebut peranan perencanaan program menjadi sangat strategis dalam operasional penelitian sehingga dalam pelaksanaannya, perencanaan program penelitian dan keuangan perlu mendapat dukungan dari semua komponen yang ada dalam lembaga penelitian ini. Tujuan kegiatan perencanaan kegiatan penelitian ini adalah agar seluruh kegiatan PSEKP dapat terlaksana secara optimal sesuai jadwal yang telah direncanakan. Agar pelaksanaan kegiatan penelitian tidak menyimpang dari jadwal yang ditetapkan, biasanya disusun kalender kegiatan. Perencanaan penelitian di PSEKP dibawah koordinasi Bidang Program dan Evaluasi bersama-sama dengan Kelompok Peneliti. Bidang Program dan Evaluasi lebih banyak berperan sebagai fasilitator, sedangkan Kelompok Peneliti yang banyak berperan dalam Perencanaan Kegiatan Penelitian. Untuk memudahkan koordinasi pada tahap perencanaan, maka dibentuk Tim Teknis Penelitian yang terdiri dari Kepala Bidang Program dan Evaluasi, Ketua Kelti dan beberapa peneliti senior PSEKP. Tim Teknis inilah yang akan menggodok perencanaan kegiatan penelitian. Adapun susunan Tim Teknis Penelitian untuk tahun 2008 adalah: Susunan Tim Teknis Penelitian untuk tahun 2008 berdasarkan SK Kapus No: 03/KP 440/A.9/01/2008; tanggal 2 Januari 2008. Pengarah
: Kepala Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (Dr. Tahlim Sudaryanto)
Penanggung Jawab : Kepala Bidang Program dan Evaluasi PSEKP (Dr. Handewi P. Saliem, merangkap anggota) Ketua
: Dr. Sumaryanto, merangkap anggota
Wakil Ketua
: Kepala Bidang Pelayanan dan Pendayagunaan Hasil Analisis (Dr. Benny Rachman, merangkap anggota)
Sekretaris
: Kepala Sub Bidang Program PSEKP (Ir. Supena Friyatno, MSi, merangkap anggota)
Anggota
: 1.
25
Ketua Kelti Makro dan Perdagangan Internasional (Dr. M. Husein Sawit, APU)
4.3.
Research Planning
The coverage of research planning and research activity calendar include: (a) Regular research activity plan (based on annual government budget), and (b) Non-government annual budget research activity plan. However, in line with the change in budget system at the Ministry of Finance, from split budget system to unified system, the annual government budget and non-government budget should no longer separate. With this unified budgeting system, the role of program planning could significantly take strategic role in research implementation. Research program planning adopting this new budgeting system require full support from all components at research institution. The objective of research activity plan is to fairly ensure that the implementation of the research activity at ICASEPS will be optimally achieved according to the allocated time frame. The activity calendar is prepared to help researchers meet the research schedule. Research plan at ICASEPS is coordinated by Program and Evaluation Division which facilitates the need of Research Groups in preparing research activity plan. To ease coordination at planning phase, an internal Research Technical Team is formed which comprised by Head of Program and Evaluation Division, Chairperson of Research Groups and several senior researchers. This Team is responsible to evaluate and scrutinize research activity plan at ICASEPS.
26
2.
Wk.Ketua Kelti Ekonomi Pertanian dan Managemen Agribisnis (Dr. Handewi P. Saliem)
3.
Ketua Kelti Sosio – Budaya Perdesaan Pertanian (Dr. Edi Basuno, M.Phil)
4.
Prof. Dr. Pantjar Simatupang, APU
5.
Prof. Dr. Budiman Hutabarat, APU
6.
Dr. I Wayan Rusastra, APU
7.
Tonny Soelistiyo Wahyudi
8.
Mellyani
9.
Edi A. Saubari, A.Md
10.
Sartono
11.
Iskandar
12.
Sudarsono, SE
13.
Mulyana
14.
Edi Supriyadi Yusuf
Sejalan dengan Bagian Perencanaan, Sekretariat Badan Litbang Pertanian, dan untuk memudahkan semua pihak yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penelitian, maka perlu disusun seluruh tahapan kegiatan perencanaan mulai dari inisiasi perumusan masalah sampai penyerahan proposal penelitian ke Badan Litbang Pertanian. Tahap pertama dari siklus proses perencanaan kegiatan penelitian dimulai dengan penjaringan topik-topik penelitian PSEKP oleh Tim Teknis Penelitian, yang disinkronkan dengan Rencana Strategis (Renstra) PSEKP dan Badan Litbang Pertanian, serta Program Utama PSEKP. Dari berbagai topik penelitian tersebut Tim Teknis Penelitian PSEKP bersama Bidang Program dan Evaluasi selanjutnya merumuskan Rencana Penelitian Tingkat Peneliti (RPTP) beserta kegiatan-kegiatannya. Lebih lanjut, Tim Teknis bersama Bidang Program dan Evaluasi menugaskan peneliti untuk membuat matrik RPTP/kegiatan sesuai dengan juduljudul RPTP/kegiatan yang dirumuskan. Matrik yang terkumpul kemudian dievaluasi oleh Tim Teknis Penelitian PSEKP. Tahap selanjutnya adalah penetapan penanggung jawab penyusunan proposal RPTP/kegiatan sesuai dengan judul yang telah ditetapkan. Proposal yang masuk kemudian dievaluasi oleh Tim Teknis Penelitian internal PSEKP. Hasil evaluasi tersebut kemudian disampaikan kepada penanggung jawab proposal masing-masing untuk menjadi bahan perbaikan proposal tersebut.
27
The objective of research activity plan is to fairly ensure that the implementation of the research activity at ICASEPS will be optimally achieved according to the allocated time frame. The activity calendar is prepared to help researchers meet the research schedule. Research plan at ICASEPS is coordinated by Program and Evaluation Division which facilitates the need of Research Groups in preparing research activity plan. To ease coordination at planning phase, an internal Research Technical Team is formed which comprised by Head of Program and Evaluation Division, Chairperson of Research Groups and several senior researchers. This Team is responsible to evaluate and scrutinize research activity plan at ICASEPS. Each phase of research plan, from research initiative and research problem formulation to the submission of research proposal to the Agency for Agricultural Research and Development (AARD) is well planned and documented. This is in line with the standard operational procedure set up by the Secretariat of AARD at which ICASEPS activities is supervised. The first phase of a process cycle of research activity plan is started with the selection of research topics by the Research Technical Team, synchronized with the Strategic Plan of ICASEPS, AARD, and Main Program of ICASEPS. The Research Technical Team and Head of Program and Evaluation prepare Research Plan at Researchers Level (RPTP) along with their respective activities. Furthermore, the Research Technical Team and Head of Program and Evaluation request researchers to provide RPTP/activity matrix according to the approved RPTP/activity titles.
28
Proposal yang telah diperbaiki kemudian dievaluasi oleh Tim Teknis PSEKP. Setiap proposal dievaluasi oleh dua orang anggota. Pada tahap ini, diberikan saran dan komentar untuk penyempurnaan proposal-proposal terhadap aspek-aspek berikut: 1.
Perumusan masalah, justifikasi penelitian
review
hasil
penelitian
sebelumnya
dan
2.
Perumusan tujuan/keluaran
3.
Kerangka pemikiran (landasan teoritis/review analisis data)
4.
Perencanaan sampling pemilihan (propinsi, kabupaten, kecamatan, desa, responden)
5.
Alat analisis dan jenis data untuk menjawab setiap tujuan penelitian
6.
Perencanaan operasional (SDM, dana, dan lain-lain)
Komentar dan saran perbaikan proposal ditekankan pada, apakah proposal tersebut : 1.
Memenuhi persyaratan ilmiah dalam rumusan permasalahan dan metode pemecahannya;
2.
Memiliki kemampuan dalam perolehan parameter dan indikator sosial ekonomi atau memiliki kemampuan dalam pengembangan teori dan metode ilmiah;
3.
Hasil risetnya mempunyai keunggulan permasalahan pembangunan pertanian;
4.
Penyusunannya memenuhi kaidah-kaidah ilmiah
untuk
memecahkan
Hasil evaluasi tersebut kemudian disampaikan kepada penanggung jawab proposal masing-masing untuk menjadi bahan perbaikan proposal. Selain evaluasi secara tertulis, juga dilakukan pembahasan dan penajaman proposal secara khusus di mana proposal dibahas secara langsung melalui diskusi tim pembahas dan Kepala PSEKP dengan penanggung jawab (tim) penyusun proposal. Berdasarkan tahap-tahap perencanaan kegiatan penelitian (matrik - RKA-KL - proposal), kerap terjadi perubahan dalam hal judul penelitian, kegiatan penelitian, penanggung jawab penelitian, lokasi penelitian maupun biaya/anggaran penelitian. Perubahan-perubahan tersebut dilakukan dalam rangka penyempurnaan perencanaan penelitian dan sesuai dengan saran dan komentar dari Tim Teknis/Pembahas. Selain perbaikan proposal, juga dilakukan penyempurnaan matrik program. Hasil penyempurnaan ini menjadi bahan baku untuk penyusunan Sistem Informasi Manajemen Program (SIMPROG). Dengan adanya perencanaan dan kalender tersebut, diharapkan kegiatan yang dihasilkan menjadi lebih terarah, sasaran serta tolok ukur keberhasilannya jelas. Kejelasan ini akan membantu manajemen pengelolaan penelitian sebagai kegiatan utama di PSEKP.
29
The improved proposals are re-evaluated. Each proposal is evaluated by two of the Research Technical Team members. Additional comments and suggestions, if any, are allowed to enrich specific aspects in the proposal, such as: 7.
Problem formulation, review of previous research and research justification
8.
Formulation of objectives/research outputs
9.
Conceptual framework (theoretical base/data analysis review)
10. Sampling procedures and selection of locations regency/district, sub district, village, respondent)
(province,
11. Analysis tools and data types in response to each of research objectives 12. Operation/working plan (personnel, budget, etc.) The comment and suggestion to be accommodated in the proposal is emphasized to meet certain satisfaction as in the following criteria: 5.
Fulfill academic requirement in problem formulation and solving method.
6.
Ability to obtain socioeconomic parameter and or ability to develop scientific theory and method.
7.
Research result would have impact and response to agricultural development problems.
8.
Proposal preparation meets scientific principles.
In addition to evaluation process, professional discussion to produce working proposal is carried out by the principal investigator/researcher (writer of the proposal) and Research Technical Team in the presence of the Director of ICASEPS. Based on the above mentioned steps, the preparation of working proposal frequently face changes in research title, activities, principal investigator, location, and budget/financial support. Such changes are the attempt to achieve high quality of the proposal. The comments and suggestions from the Research Technical Team are valuable to meet high quality of research proposal. Program matrices are also improved and make it available as inputs for Program Information Management System (SIMPROG). The research plan and calendar is expected to produce good direction of research activities in addition to a clear measurement of its success. This is important to help improve research management institution to perform outstanding research activities.
30
4.4. Perencanaan Penelitian Tahun Anggaran 2009 Pada tahun anggaran 2009 diusulkan sebanyak 9 judul penelitian/RPTP dan 1 judul kegiatan untuk mewadahi berbagai kegiatan terkait kebutuhan informasi pejabat Deptan melalui DIPA PSEKP. Sebagai perbandingan, pada tahun anggaran 2008 dilaksanakan 8 judul penelitian/RPTP, sedangkan pada tahun anggaran 2009 dilaksanakan 10 judul penelitian. Judul-judul proposal penelitian TA 2009 adalah sebagai berikut: Tabel 1. Judul-Judul Proposal Penelitian TA. 2009 No.
Judul Proposal
1.
Prospek Kerjasama Perdagangan Pertanian Indonesia dengan Australia dan Selandia Baru
2.
Kebijakan Pengembangan Infrastruktur Perdesaan Dalam Rangka Peningkatan Produksi Pertanian dan Pendapatan Petani
3.
Kebijakan Sistem Perbenihan Hortikultura dan Peternakan
4.
Integrasi Kelembagaan P3A dengan Kelompok Tani dan Gapoktan
5.
Kinerja dan Dampak Program Strategis Departemen Pertanian
6.
Penentuan Lokasi dan Evaluasi Kinerja serta Dampak Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
7.
Panel Petani Nasional (PATANAS): Indikator Pembangunan Pertanian dan Perdesaan
8.
Model Proyeksi Jangka Pendek Permintaan dan Penawaran Komoditas Pertanian Utama
9.
Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian: Respon Terhadap Isu Aktual
10.
Penyusunan Bahan Koordinasi, Sinkronisasi dan Sosialisasi Kebijakan dan Program Pembangunan Pertanian
Permasalahan yang menonjol dalam pelaksanaan kegiatan di Sub Bidang Program: 1. Perencanaan program dari atas tidak terjadwal dengan baik, baik terkait waktu maupun substansi. 2. Sistem anggaran untuk membiayai kegiatan perencanaan program belum sepenuhnya kompatibel, sehingga menyulitkan pemakaian anggaran untuk pembiayaan kegiatan perencanaan program. 3. Prasarana yang ada kurang mendukung kegiatan perencanaan program baik kegiatan penelitian maupun kondisinya. Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut :
1. Telah berusaha mendokumentasikan arsip-arsip program dengan baik. 2. Telah melakukan pendekatan dengan pusat untuk mengantisipasi kemungkinan perubahan perencanaan yang bersifat segera/mendadak.
3. Sudah mengusulkan dukungan teknis prasarana yang memenuhi tetapi belum terealisasi.
31
4.4. Research Planning for the Year of 2009 In 2009, there are 9 proposed research titles (at RPTP level) in addition to one title specifically prepared to respond to the current issues in agricultural development. For comparison, ICASEPS has 8 research titles in 2008. The proposed research titles for 2009 are: Table 1. Research Proposal Titles for 2009 No.
Proposal Titles
1.
The Prospect of Agricultural Trade Cooperation with Australia and New Zealand
2.
Policy on Rural Infrastructure Development to Increase Agricultural Production and Farmer‟s Income
3.
Policy on Seed System in Horticulture and Livestock
4.
Institutional Integration of WUA and Farmer‟s Group and Federated WUA
5.
Performance and Impact of Strategic Program of the Ministry of Agriculture
6.
Determination of Location, Performance Evaluation, and Impact of Rural Agribusiness Development (PUAP)
7.
National Farmers Panel (PATANAS): Rural and Agricultural Development Indicators
8.
Supply and Demand of Short-term Projection Model for Main Agricultural Crops
9.
Agricultural Development Policy Analysis: Response to Actual Issues
10.
Formulation of Coordination Materials, Synchronization, and Socialization of Policy and Agricultural Development Program
The main problem encountered by the Program Sub Division in the preparation of program planning activities is the changes and incompatibility of budget-related system to support the overall tasks. This problem creates difficulty in spending the budget according to the proposed program planning. To overcome this problem, the Program Sub Division initiates an administration approach at the Ministry level to anticipate the immediate and high possibility changes of research program planning.
32
V. SINOPSIS A. Hasil Penelitian dengan Sumber Dana dari DIPA TA. 2008 5.1.
Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian : Respon Isu Aktual
Sektor pertanian dan perdesaan perlu diarahkan menjadi penggerak utama dan sektor andalan pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian diyakini mampu menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional dan sekaligus mengatasi masalah pemerataan, pengentasan kemiskinan dan menjaga kelestarian lingkungan. Namun, keberhasilan pengembangan sektor andalan ini perlu didukung dengan kebijakan makro, mikro, dan kelembagaan yang kondusif agar dapat menampilkan kinerja sesuai dengan yang diharapkan. Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk : (a) Menginventarisir, menganalisis dan melakukan kajian secara spesifik tentang dinamika berbagai isu dan masalah pembangunan pertanian yang berkembang di masyarakat selama tahun 2008 secara cepat dan lengkap, (b) Melakukan berbagai kajian spesifik tentang dampak kebijakan terhadap sumberdaya, produksi dan pendapatan, serta (c) Memberikan masukan dan rumusan alternatif kebijakan kepada pengambil kebijakan untuk mengatasi berbagai masalah pembangunan pertanian. Keluaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah : (a) Data dan informasi dinamika permasalahan pembangunan pertanian, (b) Data dan informasi dampak kebijakan terhadap sumberdaya, produksi dan pendapatan, serta (c) Rumusan alternatif kebijakan kepada pengambil kebijakan untuk mengatasi berbagai masalah pembangunan pertanian. Penelitian dilaksanakan di propinsi Jawa dan Luar Jawa. Pemilihan lokasi penelitian disesuaikan dengan topik kajian. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data sekunder dan data primer. Penarikan contoh untuk memperoleh data primer menggunakan teknik kuota sampling yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan tetap berpegang pada prinsip representatif. Kajian yang dilakukan dengan mencakup aspek yang luas sehingga antar topik kajian tidak selalu berhubungan secara sistematis. Untuk menjawab tujuan, seperangkat analisis serta model yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan kajian. Pada beberapa kajian dilakukan studi secara desk work terutama untuk kajian yang bersifat merespon isu aktual dan membutuhkan respon yang cepat untuk memberikan masukan bagi pengambil kebijakan. Namun untuk kajian lainnya memerlukan penelitian lapang untuk memperdalam topik yang dikaji.
33
V. SYNOPSIS OF RESEARCH RESULTS A. Government-funded Research Activities in 2008 5.1.
Agricultural Development Policy Analysis: Response to Current Issues
Rural and agricultural sector is significantly considered as the main sector in national development. The resilience of agricultural sector and its achievement to contribute to the national economic growth should not be neglected to keep equity, to reduce poverty, and to maintain environment sustainability. However, this achievement should continuously be supported by macro and micro economic condition, and conducive institutions for highly performance expectation. The objectives of this research are: (a) to identify, analyze, and rapidly respond and conduct specific studies about the fast growing dynamic issues and current agricultural development problems; (b) to carry out various specific studies about the impact of policies on resources, production, and income; and (c) to prepare policy alternative suggestions for policy makers in response to various agricultural development problems. Expected results from this research are: (a) data and information on the dynamic problems of agricultural development; (b) data and information on the impact of policies on resources, production and income; and (c) Policy formulation alternatives to respond to various problems in agricultural development. The researches were conducted in Java and Off-Java; the selection of locations was adjusted to the topic of the studies. Primary and secondary data were used in this research and the location selection is adjusted to the study requirement. Data collection technique used quota sampling to obtain adjusted numbers according to the study need; however, the numbers always keep the principle of representative ness. The studies were carried out in a wide range of aspects leaving the study topics not necessarily have systematic relations. To achieve the objectives, a set of analysis and related model was used. Several of these studies were desk works, specifically for studies designed to respond to actual issues which need immediate responses to prepare inputs and suggestions required by the decision makers. Nevertheless, the other studies that need field surveys will follow the normal research steps.
34
Berbagai bahan rumusan dan advokasi arah kebijakan pertanian disusun dalam rangka memberikan pertimbangan dan rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian bagi pemangku kepentingan/ stakeholders, khususnya untuk Menteri Pertanian dan Ditjen lingkup Departemen Pertanian. Rumusan, bahan pertimbangan dan advokasi kebijakan pertanian yang disampaikan pada tahun 2008 mencakup topik sebagai berikut: (1).
Analisis Dampak Penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Untuk Gabah dan Beras.
(2).
Model dan Strategi Pengembangan Pertanian Masa Depan : Perspektif Sosial Budaya dan Kelembagaan,
(3).
Kebijakan Makro Pembangunan Pertanian,
(4).
Memperbandingkan Dampak Penurunan Tarif Jeruk di Indonesia dan Pengenaan Tarif Impor Minyak Sawit Negara Pengimpor/Pakistan,
(5).
Tanggapan Atas Peternakan.
Surat
Direktorat
Kesehatan
Hewan,
Ditjen
Beberapa topik analisis yang terkait dengan kajian isu kebijakan dan kinerja pembangunan pertanian, adalah : (1).
Rancangan Model Subsidi Terpadu Sektor Pertanian : Melalui Instrumen Kartu Kendali (Smart Card).
(2).
Evaluasi Kebijakan Sistem Subsidi dan Efektifitas HET Pupuk di Tingkat Petani.
(3).
Simulasi Dampak Penyesuaian HET Pupuk Terhadap Penggunaan Pupuk dan Laba Usahatani Padi, Jagung dan Kedelai serta Perkiraan Subsidi Pupuk Tahun 2009.
(4).
Dampak Kebijakan Kenaikan Harga BBM Terhadap Harga Input Produksi dan Laba Usahatani.
(5).
Perkiraan Dampak Kebijakan Tarif Impor dan Pajak Ekspor Jagung.
(6).
Kebijakan Antisipatif Ketidakstabilan Harga Crude Palm Oil (CPO).
(7).
Kebijakan Antisipatif Terhadap Kelangkaan Produksi Daging (Sapi dan Ayam) Melalui Peningkatan Suplai Dalam Negeri.
(8).
Alternatif Kebijakan Menghadapi Kelangkaan Produksi Daging Sapi dan Ayam (Summary Brief) beserta Rumusan Final Perspektif Impor Daging Sapi Dari Brazil.
35
Various formulation and advocation on agricultural policy direction are provided for consideration and recommendation as inputs for agricultural development. Minister of Agriculture and Directorate Generals under the MoA are the stakeholders and the decision makers to whom the study results are submitted. Formulation, consideration materials, and advocation on agricultural policies submitted in 2008 are listed as follows: (1)
Impact Analysis of Government Purchase Price (HPP) Stipulation on Paddy and Rice
(2)
Model and Strategy of Future Agricultural Development: Sociocultural and Institutional Perspectives
(3)
Macro Policy on Agricultural Development
(4)
Comparing the Impact of Tariff Reduction of Orange in Indonesia and the Application of Oil Palm Import Tariff by the Importer/Pakistan
(5)
Response to the Letter from Directorate Directorate General of Livestock, MoA
of
Animal
Health,
Several analyses on topics related to policy issues and the performance of agricultural development are: (1)
Design of Integrated Subsidy Model in Agricultural Sector: Smart Card Instrument
(2)
Evaluation on Subsidy System Policy and the Effective of Fertilizer‟s Highest Retail Price (HET) at Farmer‟s Level
(3)
Impact Simulation on Fertilizer‟s Highest Retail Price (HET) on Fertilizers Application and Farm Profit from Rice, Corn, and Soybean, and Fertilizers Subsidy Estimation in 2009
(4)
Impact of Fuel Price Increase Policy on Production Inputs and Farm Profit
(5)
Estimation on the Impact of Import Tariff Policy and Corn Export Tax
(6)
Anticipative Policy on Price Instability of Crude Palm Oil (CPO)
(7)
Anticipative Policy on Meat Production Scarcity (Beef and Chicken) through the Increasing Domestic Supply
(8)
Policy Alternative on the Scarcity of Beef and Chicken Production along with Final Formulation of Beef Import Perspective from Brazil
36
5.2. Konsorsium Penelitian: Karakteristik Sosial Ekonomi Petani pada Berbagai Tipe Agroekosistem Perencanaan dan pelaksanaan penelitian dilakukan bersama oleh PSEKP, IPB, dan UNPAD. Mengingat bahwa karakteristik sosial ekonomi petani sangat luas cakupannya maka penelitian difokuskan pada empat aspek strategis yaitu: (1) penguasaan lahan dan ketenagakerjaan, (2) diversifikasi usahatani, (3) marketable surplus beras, dan (4) konsumsi rumah tangga. Agar pemanfaatan hasil penelitian optimal maka selain diseminarkan dilaksanakan pula pembahasan dan rencana pemanfaatan hasil penelitian dalam suatu forum lokakarya (workshop). Untuk menangkap dinamika yang terjadi, pada penelitian ini dimanfaatkan data panel. Data yang dianalisis adalah hasil survey Panel Petani Nasional (PATANAS) 1995, 1999, 2007, dan hasil survey Tahun 2008 pada rumah tangga sampel yang sama. Khusus untuk analisis konsumsi rumah tangga bahan utama adalah data SUSENAS 1999 dan SUSENAS 2005 serta hasil survey 2008. Lokasi penelitian mencakup 9 (sembilan) Propinsi yaitu: Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan. Di setiap propinsi diambil 4 desa contoh sehingga secara keseluruhan ada 36 desa contoh lokasi penelitian. Secara keseluruhan, desa-desa contoh yang diambil merepresentasikan 3 tipe agroekosistem yaitu: (1) agroekosistem pesawahan (SWH), (2) agroekosistem lahan kering dengan usahatani dominan tanaman pangan/hortikultura (Lkr_1), dan (3) agroekosistem lahan kering dengan usahatani dominan tanaman perkebunan (Lkr_2). Secara ringkas, beberapa butir pokok hasil penelitian dipaparkan pada bahasan berikut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat ini (2007) ratarata luas pemilikan lahan per rumah tangga petani di perdesaan agroekosistem SWH dan LKr_1 masing-masing adalah 0,41 dan 0,35 ha. Pada perdesaan Luar Pulau Jawa, rata-rata luas pemilikan lahan oleh rumah tangga petani di perdesaan agroekosistem SWH, LKr_1, dan LKr-2 masing-masing adalah 0,96, 0,95, dan 1,22 ha. Sumber perolehan lahan utama berasal dari warisan (53%) dan pembelian (40%). Berdasarkan data tentang penjualan lahan yang terjadi selama periode 1995 – 2008 diketahui bahwa rata-rata peluang petani menjual lahan adalah sekitar 0,75 persen/tahun. Selama periode 1995 – 2008 ada kecendrungan bahwa distribusi pemilikan lahan semakin tidak merata, namun secara umum masih termasuk dalam kategori ketimpangan sedang dengan indeks Gini antara 0.4 – 0.6. Distribusi pemilikan lahan pada perdesaan agroekosistem SWH dan Lkr_1 relatif lebih timpang daripada Lkr_2.
37
5.2.
Research Consortium: Farmer’s Socioeconomic Characteristics on Various Agro-ecosystems
Four aspects were focused in this research, namely: (a) agricultural land holding and employment, (b) development of farming diversification, (c) marketable rice surplus, and (d) rural household‟s consumption and expenditures. The first three aspects uses 2008 survey data-set which is compared with those of in 1995 and 2000 condition, while the fourth aspect uses SUSENAS 2000 and 2005 data in combination with 2008 survey results. The research was conducted in nine provinces: North Sumatra, Lampung, West Java, Central Java, East Java, South Kalimantan, West Nusa Tenggara, North Sulawesi, and South Sulawesi. Four villages were taken as samples in each province, so that there were 36 village sample study sites and 10 households were interviewed from every village samples representing three agro-ecosystem types, namely: (a) irrigated lowland agro-ecosystem, (b) type_1 dry land agro-ecosystem, and (c) type_2 dry land agro-ecosystem. The land holding size could be broken down as follows: In irrigated lowland agro-ecosystems of Java and Off Java land holding size were around 0.33 ha and 0.56 ha, respectively. With similar order, in type_1 dry land agro-ecosystem was 0.35 ha and 0.93 ha, respectively; while in type_2 dry land agro-ecosystem of Off Java was 1.19 ha. Majority of the households owned the land from their heritage (53%). However, a large number of lands owned by purchasing were also recorded (40%) with an increasing tendency of land selling transaction. During 1995 – 2008, the average sale transaction of owned land was about 0.75 percent/year and considered more transactions in rural areas of Off Java. The boosting factor of the land selling opportunity was the increasing age of the land owner (farmer) and increasing interest of the labor force on non-agricultural employment. During 1995 – 2007, there had been a tendency that the land ownership distribution was significantly imbalance (Gini Index of 0.554 in 1995 to 0.594 in 2007). Significant influencing factors were rice price (positive) and level of rice farming intensification. This implies that in a short term, an effective policy instrument to increase rice farming productivity is un-husked rice price policy and other encouraging policies for mounting farming intensification.
38
Oleh karena rata-rata luas pemilikan lahannya sempit, sebagian besar petani bekerja campuran. Proporsi rumah tangga petani yang pekerjaannya semata-mata bertani hanya sekitar 37 persen (di Pulau Jawa 31 persen, di Luar Pulau Jawa 40 persen). Dalam periode 1995 – 2008, semakin banyak tenaga kerja usia muda yang lebih tertarik pada pekerjaan nonpertanian sehingga gejala "aging farmer" mulai tampak; namun dampaknya terhadap produktivitas pertanian tidak nyata. Dengan asumsi harga beras di masing-masing desa merupakan deflator yang tepat maka selama periode 1995 – 2008 pendapatan meningkat dari 770 – 4519 Kg/kapita/tahun. Peningkatan terbesar terjadi di wilayah perdesaan agroekosistem Lkr_2. Seiring dengan peningkatan pendapatan, kontribusi pertanian turun dari 59 persen – 54 persen dengan catatan bahwa di perdesaan di Pulau Jawa menurun dari 50 persen menjadi 25 persen, sedangkan di Luar Pulau Jawa justru meningkat dari 64 persen menjadi 68 persen. Dengan sejumlah variasi antar desa, distribusi pendapatan perdesaan agroekosistem SWH dan Lkr_1 cenderung semakin tidak merata, sedangkan di perdesaan agroekosistem Lkr_1 relatif tetap. Diversifikasi usahatani merupakan jalan keluar yang cukup jitu untuk meningkatkan pendapatan petani, terutama bagi petani berlahan sempit. Meskipun demikian hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perkembangan diversifikasi yang mengarah pada komoditas pertanian bernilai ekonomi tinggi tampaknya belum sesuai harapan. Kendala utama tidak hanya terletak pada penguasaan aspek teknis, tetapi juga berkenaan dengan tiadanya insentif ekonomi yang dikembangkan oleh pemerintah untuk mendorong diversifikasi usahatani. Untuk tingkat rumah tangga, perkembangan diversifikasi berkorelasi positif dengan daya beli rumah tangga petani. Artinya, diversifikasi berkorelasi positif terhadap ketahanan pangan. Dalam tingkat agregat, dampak diversifikasi tentu saja membutuhkan pengkajian lebih lanjut. Secara teoritis, jika perkembangan diversifikasi usahatani berdampak negatif terhadap pertumbuhan produksi padi sedangkan pola konsumsi tidak berubah maka berkorelasi negatif ketahanan pangan karena food availability menurun. Dalam jangka pendek, diperkirakan perkembangan diversifikasi usahatani masih akan konvergen dengan peningkatan ketahanan pangan. Alasannya terkait dengan relatif lambatnya perkembangan diversifikasi yang terjadi. Hal ini tampak dari sejumlah indikator yang berkenaan dengan unsur-unsur penunjang diversifikasi. Marketable surplus beras sangat ditentukan oleh produksi padi yang dihasilkan dan kebutuhan konsumsi rumah tangga. Terkait dengan itu, sampai saat ini kontributor terbesar beras di pasar masih berasal dari hasil produksi padi dari Pulau Jawa dimana luas lahan sawah beririgasi dominan dan secara umum intensitas tanam padi maupun produktivitasnya lebih tinggi.
39
Due to small land ownership, the household‟s income source was not only obtained from farming. Beside employ their respective land, around 61 percent of the farm household members were also served as agricultural labors. In agricultural labor activity, the participation level of rural Java‟s households was higher. In non-agricultural activity, farmer‟s participation in running their own business was 36 percent and as laborer in non-agriculture sector (including employee of private sector and government officers) was about 22 percent. Agro-ecosystem type, population density, and non-agricultural employment opportunity growth are the influencing factors in rural community‟s income structure. Agriculture contribution on total rural household income of irrigated lowland agro-ecosystem in Java was around 19 percent, while in Off Java was 69 percent. In type_1 dry land agroecosystem of Java was 29 percent, while in Off Java was 80 percent. In type_2 dry land agro-ecosystem of rural Off Java, its contribution was about 64 percent. With small-scale land ownership, farm diversification is a promising solution for farmers. Farm diversification is also considered could minimize risks. Diversification with orientation to income maximization was only applicable for few farmers. Farmer‟s participation level in cultivating high economic value commodities was very low. According to the farmer‟s opinion, constraints were not only coming from technical aspects but also from the weakness of financial incentives and marketing issues. The diversification development is divided into three categories, namely: (a) applied and developed, (b) applied in a static way, and (c) not applicable. Analytical results showed that during the period of 1995 – 2007, most farmers did not apply diversification. Proportion of farmers belonged to the third category was almost 80 percent (77 – 81 percent). At household level, with such diversification development categories, based on estimation that in a short term it would not produce significant impact on staple food supply (rice). On the other hand, diversification was a favorable farming system to increase farmer‟s income, while the diversification development has been just convergent to food security because it was also conducive to increase or at least to keep the income as it was, while the income level was a determinant for food access. Diversification impact for aggregate level needs a deeper investigation. Theoretically, if the farming diversification development gives negative impact on rice production growth, while consumption pattern do not change, then it would have negative correlation on food security due to the decreasing food availability. Marketable rice surplus would be determined by rice yield and household‟s needs. Therefore, the largest contributor of rice in the market will originally come from rice field in Java, the area dominated by irrigated lowland with high intensity rice crop with higher productivity.
40
Per konsep, variasi temporal dan spatial ketersediaan beras di pasar lebih banyak ditentukan oleh "marketed surplus" beras. Dengan demikian, determinan dari "marketed surplus" selain volume produksi adalah "cara penjualan" yang dilakukan oleh petani padi. Terkait dengan itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar petani padi ternyata menjual hasil gabahnya secara sekaligus kemudian diikuti dengan cara bertahap dan tebasan. Dalam kaitannya dengan persediaan beras di rumah tangga petani, pengaruh dari cara penjualan sekaligus setelah panen ataupun cara tebasan tidaklah berbeda. Alasan yang dikemukakan petani untuk melakukan penjualan secara sekaligus adalah karena butuh uang tunai (41,74%), mengurangi risiko (27,69%), dan kurangnya sarana (25,21%). Jika diperbandingkan dengan kondisi tahun 1995 ada kecenderungan (meskipun kecil) meningkatnya partisipasi petani dalam melakukan penjualan secara bertahap. Diduga hal ini terkait dengan pengalaman yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir dimana harga beras lebih bergejolak. Pada penjualan bertahap tersebut, petani menjualnya dalam bentuk gabah kering simpan, kering giling ataupun beras. Kebiasaan untuk menyimpan gabah dan kemudian menjualnya dalam bentuk beras relatif lebih populer di Luar Pulau Jawa daripada di Pulau Jawa. Dalam aspek konsumsi, rata-rata pengeluran rumah tangga untuk pangan mencapai sekitar 60 persen. Pada tahun 1999, pangsa pengeluaran rumah tangga untuk pangan adalah sekitar 28 persen, sedangkan pada tahun 2005 adalah sekitar 19 persen. Dampak kenaikan harga pangan dalam periode September 2007 – Maret 2008 yang lalu terhadap pola konsumsi pangan dan pengeluaran rumah tangga petani cukup beragam. Di kalangan petani pada agroekosistem sawah, dampak negatif yang paling dirasakan adalah menyusutnya pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan nonpangan pokok serta persediaan modal, baik untuk usahatani maupun usaha nonpertanian. Pada agroekosistem lahan kering, dampak yang paling dirasakan akibat kenaikan harga pangan adalah menurunnya modal usahatani dan berdampak pada kemampuan dalam membiayai usahatani hortikultura yang secara umum membutuhkan biaya biaya yang relatif besar. Pada agroekosistem perkebunan, kenaikan harga pangan hanya berdampak pada perubahan penggunaan input dan penurunan biaya di luar kebutuhan pokok. Oleh karena sebagian besar rumah tangga petani pada agroekosistem ini tidak memproduksi beras maka naiknya harga beras dengan nyata meningkatkan porsi pengeluaran untuk pangan.
41
Due to temporal and spatial variation, rice supply in the market would be determined mainly by "marketed rice surplus" so that determinants of the “marketed rice surplus" in addition to production volume was the “way of rice farmer selling”. Therefore, the research results showed that most rice farmers sell all their production at a time, followed by a gradual selling activity and contractual selling-type activity. In relation to rice supply at household level, there was no difference between impact of one time selling method, immediate selling activity after harvest or contractual selling-type. The farmer‟s reason was that they sold the production at one time because they need cash (42%), reduce risks (28%), and less required equipment/tools (25%). As compared to 1995 condition, there was a tendency to increase farmer‟s participation in gradual selling rice production. This could be related to farmer‟s experience in the past few years that rice price has more fluctuated. In the gradual selling activity, the farmers sell it in the form of dried paddy (warehouse dried paddy of milled dried paddy), or even in the form of husked rice. The research results also showed that the farmer‟s habit to store paddy and then sell it in the form of husked rice was more popular in Off Java compared with that of in Java.
42
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pada umumnya rumah tangga petani berusaha mempertahankan kuantitas maupun kualitas pangan pokok yang dikonsumsinya walaupun harga pangan pokok meningkat. Oleh karena itu, yang kemudian dikorbankan adalah kuantitas dan mutu konsumsi lauk pauk. Dalam periode yang pendek hal ini tentu tidak banyak berpengaruh pada kondisi kesehatan petani dan keluarganya. Akan tetapi persoalannya tentu berbeda jika terjadi dalam periode yang cukup panjang karena sebagian besar sumber protein berasal dari lauk pauk. 5.3. Panel Petani Nasional (PATANAS): Analisis Indikator Pembangunan Pertanian dan Perdesaan Ekonomi perdesaan merupakan bagian integral dari sistem perekonomian nasional. Pembangunan perdesaan merupakan konsekwensi dari usaha untuk meningkatkan kemampuan sektor pertanian dalam mendukung ekonomi nasional. Dalam rangka perumusan arah pembangunan pertanian ke depan secara tajam diperlukan pemahaman yang seksama atas dinamika ekonomi perdesaan. Penelitian PATANAS merupakan kegiatan monitoring untuk memahami hasil pembangunan yang telah dicapai sebagai pendukung pelaksanaan pembangunan perdesaan. Penelitian PATANAS 2008 ini dilakukan di 12 desa contoh yang terletak di lima propinsi, yaitu (1) satu desa di Propinsi Lampung, (2) dua desa di Propinsi Sulsel, (3) tiga desa di Propinsi Jatim, (4) tiga desa di Propinsi Jateng, dan (5) tiga desa di Propinsi Jawa Barat. Beberapa temuan pokok penelitian ini adalah : (1) Penguasaan lahan terdistribusi tidak merata. Untuk mengurangi ketimpangan penguasaan lahan maka pemerintah perlu menyusun peraturan perundangan berupa peraturan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan lahan. Penciptaan aset adalah kondisi dasar untuk kemakmuran perdesaan. (2) Tingkat pendidikan penduduk, pengelompokan angkatan kerja berdasarkan pendidikan dan pendidikan migran masih didominasi oleh pendidikan tamat SD ke bawah. Dalam era persaingan yang ketat ini, hanya sedikit masyarakat yang berpendidikan rendah mendapat manfaat dari produksi nonpertanian yang dinamis. Oleh karena itu pemerintah harus mengupayakan pembangunan sumberdaya manusia dan kelembagaan karena itu merupakan cara untuk keluar dari masalah kemiskinan.
43
On consumption aspect, the average household of Indonesian allocates 60 percent of their income for food expenditures. Within food expenditure, its proportion is dominantly occupied by expenditure for rice. During 1999 – 2005, rice expenditure share was decreased from 28 percent in 1999 to 19 percent in 2005. On the other hand, expenditures for eggs, chicken, milk, noodle and wheat flour were increased in variable amounts according to the general household characteristics. 5.3.
National Panel of Farmers (PATANAS): Analysis of Agricultural and Rural Development Indicators
Rural economy is part of national economy as a whole. Various changes in rural and urban economy are the impact of national development strategy. Rural area is closely related to agricultural sector, the sector that represented the majority of Indonesian. Rural development is a consequence of an effort of increasing agricultural sector to support national economy. Rural development need to be monitored to get better understanding of results and problems finding. To complete the information published by Central Bureau of Statistics (CBS), ICASEPS has conducted the National Farmers Household Panel Survey (PATANAS) since 1983. PATANAS research is designed to monitor the changes of various aspects of household economy and social in series of time, especially the issues related to rural development in accordance with their respective type of agro ecosystems. The objective of research is to analyze various social economic changes in rural areas. The social economic aspects that being analyzed were: (a) Land resource, (b) Rural labor structure, (c) Income structure, (d) Poverty, (e) Food consumption structure, (f) Farmer‟s terms of trade, (g) Technology, and (h) Agribusiness institutions.
44
(3)
Sektor nonpertanian (perdagangan, industri, dan jasa) adalah faktor yang penting untuk diversifikasi pekerjaan rumah tangga. Perkembangan sektor nonpertanian di perdesaan tergantung pada perkembangan sektor pertanian, atau sebaliknya. Oleh karena itu upaya pemerintah untuk menciptakan pendapatan dan lapangan pekerjaan di wilayah perdesaan, baik melalui kegiatan di sektor pertanian maupun nonpertanian sangat diperlukan.
(4)
Perkembangan perdesaan tergantung pada berbagai faktor seperti kecukupan infrastuktur perdesaan, komunikasi (transpor, telekomunikasi) listrik, ketersediaan air, kesehatan dan sarana pendidikan, penelitian pertanian dan penyuluhan. Untuk itu pemerintah harus selalu berupaya memacu peningkatan faktorfaktor tersebut.
(5)
Pola konsumsi pangan masih terbatas pada jenis pangan yang dapat diproduksi sendiri, oleh karena itu dalam upaya peningkatan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan, pemerintah hendaknya memperhatikan dengan seksama aspek pendapatan petani dalam menetapkan kebijakan publik.
(6)
Rumah tangga miskin sering kali harus mempertimbangkan beberapa jenis pengeluaran, sehingga pengeluaran rumah tangga harus seimbang agar dapat bertahan hidup. Peningkatan pendapatan masyarakat perdesaan merupakan suatu keharusan. Untuk itu diversifikasi pertanian dan industrialisasi perdesaan adalah strategi yang harus dilaksanakan agar pengembangan perdesaan dapat terwujud.
(7)
Pola pangan pokok non beras (jagung atau ubikayu) yang ditemui di beberapa lokasi penelitian perlu dipertahankan karena ada kecenderungan terjadi pergeseran menjadi beras terutama untuk generasi muda dan anak-anak. Perlu penyadaran masyarakat pentingnya keragaman pangan pokok dan keseimbangan pangan yang dikonsumsi melalui Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dengan memanfaatkan berbagai media seperti penyuluhan, leaflet, demonstrasi dan lain-lain (generic advertisement).
(8)
Penerapan teknologi usahatani pada umumnya masih relatif rendah. Agar produktivitas palawija dan sayuran dapat ditingkatkan maka upaya pemerintah untuk memfasilitasi ketersediaan sarana produksi dan infrastruktur, terutama benih dan pupuk, mutlak diperlukan. Eksistensi dan fungsi kelembagaan permodalan dan pemasaran hasil serta pemantauan harga komoditas pertanian menjadi sangat penting.
45
Policy implications obtained from this research are: (a) land is very unequally distributed. To reduce land holding inequity, the government should create laws related to rules of land holding and utilization. Asset creation is the basic condition for rural prosperity; (b) the level of education of majority of labor force in rural areas is primary school or lower level. In this competitive era, few uneducated people will gain much from the dynamic form of non farm production. Therefore, the government should devote human and institutional development because it can be a tool to escape from poverty; (c) the non-farm sector (trade, industry, and services) is an important factor for employment, but it usually depends on a flourishing farm sector. In this case, the government efforts on income and employment generation in rural areas are highly required. Rural development depends on numerous factors such as the existence of adequate rural infrastructure, communication (transport, telecommunication) electricity and water supply, health and education services infrastructure, agricultural research and extension; (d) the consumption pattern of population in rural areas is restricted on own produced and low quality purchased food. In this regard, the government should perform balanced public and private sector policies that ensure pro-poor growth; (e) for poor households there is often competing interest between different needs which they have to carefully balance in order to subsist. Poverty reduction program by increasing rural income is a must. In order to do this program, agricultural diversification and rural industrialization are alternative strategies for rural development; (f) in order to enhance palawija (secondary crops) and vegetables productivity, it is necessary to generate more income, because farmers need financial support to access and apply proper technology of production for such crops. Without adequate financial support there will be more problems associated with agricultural development in rural areas; (g) beside using for palawija and vegetables farming system, dry land is also appropriate for breeding livestock to diversify household income. In palawija–livestock farming pattern, farmers can perform a rather efficient use of forages, crops residues, and manure, thus improving soil organic matter and other dimensions of soil fertility; and (h) the productivity of dry land could be improved by increasing the local capacity to manage natural resource, infrastructure and proper farming system. Traditional social institution, such as farmer‟s group and economic institution such as farmer‟s cooperative could be considered as important infrastructures to develop collective action activity in rural areas.
46
(9)
Lahan kering selain dapat ditanami tanaman pangan palawija dan hortikultura, cocok untuk tanaman pakan ternak (rumputrumputan dan leguminosae) yang dapat digunakan untuk pengembangan usaha ternak, sehingga petani dapat melakukan diversifikasi antar subsektor pertanian. Pada pola usaha tanaman pangan-peternakan, petani dapat memanfaatkan bagian tanaman dan sisa panen jagung, ubikayu dan daun kacang-kacangan sebagai makanan ternak, sedangkan kotorannya sebagai sumber pupuk organik.
(10) Produktivitas lahan kering masih memiliki potensi yang besar untuk ditingkatkan melalui pengelolaan lahan, air dan pemeliharaan tanaman yang tepat. Lembaga sosial tradisional seperti kelompok tani, kelompok pengajian dan kelompok arisan serta lembaga ekonomi seperti koperasi dan usaha bersama (UB) dapat digunakan sebagai sarana pengembangan usahatani secara bersama-sama (aksi kolektif), termasuk untuk pengadaan input produksi. (11) Di desa-desa penelitian, pada umumnya, kegiatan penyuluhan pertanian untuk komoditas palawija dan sayuran relatif jarang dilakukan. Untuk meningkatkan produktifitas tanaman, pemerintah perlu memfasilitasi petani dengan penyuluh-penyuluh yang memahami permasalahan penyakit dan hama tanaman. (12) Pola semi kemitraan yang telah banyak dilakukan oleh petani dengan pengolah atau pedagang komoditas. Agar posisi tawar petani meningkat maka sebaiknya pemerintah membuat ketentuanketentuan agar petani tidak terlalu dirugikan. 5.4. Peningkatan Kapasitas Adaptasi Petani di Daerah Marginal Terhadap Perubahan Iklim Pertanian merupakan salah satu sektor perekonomian yang sangat rawan terhadap dampak negatif akibat perubahan perilaku iklim. Insiden dan intensitas kekeringan dan atau banjir secara langsung menyebabkan kerusakan tanaman dan kurang optimal/rusaknya jaringan irigasi, jalan usahatani, dan prasarana pertanian lainnya. Implikasinya, masa depan ketahanan pangan dan perekonomian nasional maupun global semakin sulit. Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) memperkirakan bahwa sebagian besar negara di dunia akan menghadapi tantangan yang lebih berat untuk mencukupi kebutuhan pangannya karena perubahan iklim ini diperkirakan menyebabkan kehilangan hasil setidaknya 5 persen per tahun. Teknik budidaya pertanian sangat dipengaruhi oleh iklim yang sifatnya sulit dikendalikan. Upaya menekan risiko rugi ataupun upaya memanfaatkan kesempatan yang menguntungkan dapat ditempuh melalui adaptasi terhadap perubahan iklim. Oleh karena itu adaptasi terhadap perubahan iklim sangat penting dikuasai oleh petani terutama di daerah marginal.
47
5.4.
Capacity Buiding of Farmer’s Adaptation on Climate Change in Marginal Regions
Climate change is the global issue that predicted has a bad impact on the human being. An increase in CO2 concentration has caused the effect of green house gases. It is also claimed that the climate change has resulted a reduction in GDP of the world by 5%. The negative impacts will be severely happened in the developing countries. Agriculture is the economic sector that heavily affected by climate change. The unpredicted flood and drought condition are the major factors caused a failure in crop harvesting. Another negative impact is the damage of infrastructures i.e. irrigation facilities, farm roads, and other facilities. The Food and Agricultural Organization (FAO) estimated that in the future most of the countries will face heavier problems to support food sufficiency. So far, the food supply remains depend upon conventional agriculture which is highly determined by climate. Climate is beyond human control, and therefore, the farmers have to adapt themselves to the natural condition of the climate. This is important to respond to the global climate change, i.e., to reduce the negative impact of uncertainty caused by such change.
48
Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Beberapa temuan menunjukkan: (1) Perilaku perubahan iklim yang sulit diramalkan telah menimbulkan
kerugian kegagalan panen, baik di Jawa Tengah maupun di NTT. Sekalipun petani di kedua lokasi memiliki pengetahuan lokal tentang iklim secara turun-temurun (kearifan lokal/indigenous knowledge), namun tidak cukup memadai untuk membantu usahatani mereka karena tidak diikuti oleh antisipasi program yang terarah dan kegiatan internal usahatani secara berkesinambungan. (2) Bentuk dan pola adaptasi petani terhadap perubahan iklim di
Provinsi Jawa Tengah berupa: (a) membangun long storage sebagai penampung air, (b) meningkatkan kerjasama kelompok tani (gotong royong) melalui kelembagaan P3A yang dibantu oleh pemerintah daerah setempat, dan (c) mengubah pola tanam (termasuk penanaman serentak disertai pola tanam lahan irigasi teknis dengan pola budidaya hemat air/pola SRI dan budidaya gogo rancah (pemanfaatan air dangkal) pada lahan non irigasi teknis. (3) Petani di
Provinsi NTT melakukan adaptasi melalui tiga strategi, yaitu (a) bertahan (menanam tanaman secara berulang dengan pertimbangan aspek ekonomi dan pasrah kepada keadaan), (b) agresif (mengganti jenis tanaman, mengubah pola tanam, menerapkan inovasi pemanenan air dengan embung dan sumur, serta menunggu informasi curah hujan), dan (c) antisipatif (menyiapkan input yang cukup, mengalihkan usaha dari on-farm ke off-farm, dan memanfaatkan pengetahuan spesifik lokal/kearifan atau indigenous knowledge).
(4) Di Provinsi Jawa Tengah, faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas
adaptasi petani terhadap perubahan iklim, diantaranya adalah: (A) Faktor eksternal: (a) kondisi geografis yang tidak rata, (b) dukungan kebijakan pemerintah daerah yang masih kurang memadai, dan (c) rendahnya akses terhadap informasi iklim dan kurangnya tenaga penyuluh atau pendamping untuk membantu membaca dan menginterpretasikan informasi iklim yang ada; dan (B) Faktor internal: (a) keterbatasan pengetahuan dan kemampuan petani mengakses dan menginterpretasikan informasi iklim, (b) belum memadainya sarana dan prasarana usahatani, dan (c) keterbatasan modal usahatani yang menyulitkan petani memutuskan penerapan teknologi tertentu terkait dengan antisipasi perubahan iklim.
49
The general objective of this research is to formulate a well planned adaptation system by the government and to improve the farmers‟ capacity to adapt them with respect to climate change. The detail objectives are: (a) to identify the characteristics of climate change and its impacts; (b) to identify the adaptation system of farmers with respect to climate change; (c) to identify the components needed by farmers to improve their capacity to adapt themselves to the climate change; and (d) to formulate the policy recommendation on the programs to improve farmers capacity to adapt themselves to the climate change in the marginal land. The conclusions obtained from this study are: (a) this study has been able to describe the characteristics of climate change and its impact and has also been able to exercise the farmer‟s adaptation with respect to climate change in both Central Java and NTT provinces; (b) the results of SWOT analysis have been able to formulate the development policy alternatives to improve farmers‟ capacity in adaptation and anticipation with respect to climate change; (c) even though farmers in the study area have indigenous knowledge, however, the unpredicted climate change has caused a failure of crops harvesting in both Central Java and NTT; (d) the negative impacts of climate change are: (i) a change in planting schedule, (ii) the insidence of pest attack, (iii) an increase in production cost, (iv) a difficulty in drying, (v) the occurrence of flood that destroyed irrigation facilities during wet season and drought during dry season, and (vi) the occurrence of soil erosion and river sedimentation; and (e) the adaptation and anticipation done by the farmers with respect to climate change in Central Java were: (i) to construct a long water storage, (ii) to improve the group working of water user‟s association (P3A), and (iii) change the cropping pattern toward water usage efficiency. Meanwhile, the adaptation and anticipation strategies done by the farmers in NTT were: (i) repeat to grow the same crops due to economic consideration, (ii) to change the cropping pattern in combination with construction of small water reservoir (embung) and deep/shallow wells, and (iii) provide more inputs or move to other jobs.
50
(5) Opsi
kebijakan yang dapat diambil antara lain adalah: (a) Pengembangan budidaya tanaman pangan dan sekolah lapang iklim (SLI); (b) Peningkatan layanan penyuluhan dan infrastruktur pertanian; (c) Pengembangan varietas jagung toleran kekeringan dan pola usahatani konservasi, serta penguatan kelembagaan petani; (d) Peningkatan akses petani terhadap informasi iklim dan harga, serta intervensi pemerintah dalam pemasaran hasil.
(6) Dinas Pertanian di tingkat provinsi dan kabupaten harus secara
optimal bekerjasama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Perguruan Tinggi setempat untuk memfasilitasi para penyuluh pertanian dengan sekolah lapang iklim di wilayah kerjanya masing-masing. Demikian juga bagi kelompok tani, program ini sangat penting agar petani dapat mengadaptasikan dirinya terhadap perubahan iklim dan mengantisipasi kemungkinan dampak buruk dari perubahan iklim tersebut. (7) Khusus
untuk Provinsi NTT, pengembangan usahatani jagung dengan menggunakan varietas toleran kekeringan sebagai bagian dari penerapan teknologi dalam rangka penyesuaian diri terhadap ketidakpastian hujan karena perubahan iklim. Program ini diharapkan dapat menyelamatkan petani dari kegagalan panen akibat kekeringan. Dinas Pertanian di tingkat provinsi dan kabupaten perlu mengadakan kerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dan Perguruan Tinggi setempat. Kerjasama ini hendaknya dilaksanakan secara lebih intensif dan memiliki mekanisme kerjasama yang jelas. Selain itu diperlukan pelatihan tentang penerapan teknologi pasca panen (pengeringan, pemipilan, pengepakan dan penyimpanan jagung) untuk peningkatan mutu jagung dan sekaligus untuk memperoleh harga yang baik.
5.5.
Pendampingan dan Koordinasi Pelaksanaan Program PRIMA TANI
Kegiatan pendampingan, monitoring dan evaluasi, serta analisis adopsi teknologi dan kelembagaan pada kegiatan Prima Tani dilaksanakan di tiga propinsi yaitu DI Yogyakarta, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Barat. Kegiatan ini dilakukan dengan pertemuan dan diskusi di tingkat pelaksana untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan Prima Tani dan hambatannya. Selain itu juga dilakukan kunjungan ke lapang untuk melihat secara lebih mendalam aktifitas pelaksanaan dan hambatannya di lapangan.
51
Policy alternatives that can be implemented to improve farmers capacity to adapt and anticipate the climate change are: (a) development of food crops cultural practices and field school of climate, (b) improvement of extension services as well as development and renovation of infrastructure, (c) development of varieties tolerant to biotic stresses, and (d) improvement of farmers‟ access to climate and market information, and government intervention on marketing of agricultural products. Field school of climate is very important for extension workers and farmer‟s group. The provincial and district agricultural offices should optimally cooperate with local office of Agency for Meteorology and Geophysics (BMG), research institution, and university to provide the extension workers and farmers‟ group with Climate Field School in their respective working regions. 5.5.
Facility and Coordination of Prima Tani Program
Accompaniment, monitoring and evaluation, and analysis of technology adoption and institution for Prima Tani program was conducted in three provinces, namely, DI Yogyakarta, North Sulawesi, and West Nusa Tenggara. This activity was used meeting and discussion approaches to understand the development progress of Prima Tani program and its associated problems. Field surveys were carried out to deeply understand implementation activities along with its field obstacles.
52
Tim Penyelia PSEKP telah memberikan berbagai arahan dan perbaikan dalam manajemen kegiatan di lapangan. Di beberapa lokasi diupayakan perbaikan dalam komunikasi internal di BPTP, perbaikan rencana kerja (rancang bangun) yang lebih aplikatif dan lebih fokus, serta perbaikan dalam upaya penguatan kelembagaan petani. Dalam setiap pendampingan selalu dilakukan diskusi secara terbuka dan lengkap sebelum dan setelah kunjungan lapang di tingkat BPTP, yang dihadiri oleh seluruh peneliti, penyuluh, tenaga lain serta staf struktural. Kegiatan ini sangat berarti sebagai wadah saling belajar antar petugas dan autokritik untuk perbaikan di masa mendatang. Dari ketiga lokasi propinsi, inovasi teknologi yang diadopsi sesuai dengan rancang bangun yang telah disusun, namun skala adopsinya belum meluas. Walaupun demikian, keberadaan Prima Tani dapat berperan sebagai media atau forum bagi peneliti-penyuluh-pertani. Dari pelaksanaan monev, secara umum hasil kegiatan Prima Tani dapat dikatakan baik, meskipun masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Pada sisi perencanaan, kekurangan yang teridentifikasi adalah pemaparan prosedur yang dijabarkan dalam tahapan dan petunjuk pelaksanaan dinilai masih kurang baik/lengkap. Dari sisi kelengkapan dokumen juga belum memuaskan, misalnya lemahnya penyusunan dan kualitas laporan periodik. Demikian juga dalam usaha mendokumentasikan kegiatan (berupa foto), belum dilakukan secara optimal. BPTP sebagai organisasi pelaksana, umumnya belum menjalankan kegiatan monev internal, sehingga pelaksanaan Prima Tani kurang terkontrol dan terarah jika terjadi penyimpangan. Komoditas dan teknologi unggulan yang terpilih sudah cukup baik yang disesuaikan dengan kondisi agroekosistem, minat dan kemampuan petani, serta pasar. Namun demikian, integrasi antar teknologi yang diterapkan belum memberi dampak yang optimal. Untuk teknologi pasca panen dan pengolahan, sudah saatnya digarap dengan baik, karena adopsi teknologi umumnya masih terbatas pada kegiatan di hulu dan budidaya. Kontribusi pemerintah daerah, swasta, lembaga keuangan dan stakeholders lain masih perlu ditingkatkan perwujudannya dengan komitmen dan realisasi program. Kontribusi ini dapat digali dan dikembangkan lebih lanjut jika kegiatan koordinasi melalui pertemuan dan komunikasi lainnya untuk mengembangkan jaringan kerja senantiasa dilakukan dan menghasilkan komitmen lisan dan tertulis. Aspek legal misalnya berupa Surat Keputusan (SK) Kepala Daerah dapat dijadikan instrumen untuk menembus eselonisasi dalam rangka pengembangan jaringan kerja. Prinsip yang sama dapat dikembangkan untuk memperluas jaringan kerja dengan swasta dan lembaga finansial.
53
The ICASEPS‟ supervisors had provided direction and management improvement of field activities. Internal communication improvement was also conducted, including applied workplan and farmer‟s institution empowerment. Open discussions with AIAT (BPTP), before and after field visit. Facility is valuable in a sense that each participant has a medium to exchange information and knowledge for future improvement of the project. Researchers, extension workers, and farmers in the three locations have been benefited through this Prima Tani program. Although there were some identified weaknesses, this program is generally considered successfully implemented. However, steps in procedural operation and sufficient documentation were not adequately organized. Lack of internal monitoring and evaluation was considered as the main obstacle in the implementation of Prima Tani program. Selected commodity and technology used in the project is highly appreciated as it adjusted to its agro-ecosystem, preference, farmer‟s capability, and marketing aspect. Main activity was focused on those at farm level. However, processing and post harvest activities were also important and for this, initiative to integrate related technologies is highly recommended. Contribution from local government, private sector, financial institutions and other stakeholders are very much needed for future development. Communication initiatives followed by cooperation and commitment among the stakeholders are suggested. Related legal aspects are required, such as certain decrees issued by the Regent of respective regencies would be a powerful instrument to create working network and coordination among different institutions.
54
Inovasi kelembagaan masih mengalami berbagai masalah, antara lain kesadaraan petani dalam berkelompok masih rendah, kerjasama dalam kelompok dan antar kelompok masih kurang, kelompok belum mempunyai peraturan baik secara normatif maupun formal, belum ada perencanaan kegiatan kelompok dan kaderisasi dalam kelompok juga masih rendah. Aspek kelembagaan yang telah disentuh adalah revitalisasi kelompok dan peningkatan intensitas penyuluhan pertanian. Secara umum, keberadaan dan berfungsinya laboratorium agibisnis masih perlu mendapatkan perhatian. Penguatan kelembagaan tingkat perdesaan termasuk proses operasionalnya masih perlu dukungan yang intensif. Berbagai perbaikan dalam rancang bangun yang telah disusun bersama antara Tim penyelia dan pelaksana lapang diharapkan akan lebih operasional yang disesuaikan dengan berbagai kendala baru dan perubahan dalam manajemen misalnya pemotongan anggaran. 5.6. Respon Usahatani Skala Kecil Terhadap Liberalisasi Perdagangan Pemberlakuan kesepakatan multilateral yang akan mengatur perdagangan internasional telah berjalan hampir 12 tahun, yakni sejak terbentuknya Organisasi Perdagangan Dunia (OPD) pada tahun 1994. Berbagai hasil simulasi penelitian menunjukkan bahwa liberalisasi perdagangan dapat menguntungkan atau merugikan, tergantung dari sisi mana kita melihat. Khusus untuk komoditas pertanian, manfaat dari liberalisasi perdagangan sangat memberikan keuntungan bagi negara-negara “kaya” (rich countries), sementara negara-negara berkembang lebih banyak menderita kerugian. Diperlukan analisis secara lebih mendalam dimensi dan dinamika respon usahatani kecil terhadap liberalisasi perdagangan pertanian. Dengan demikian dapat disusun rekomendasi strategi dan kebijakan terutama kepada pemerintah untuk melindungi dan sekaligus memberdayakan usahatani kecil dalam menjawab tantangan liberalisasi global. Hal ini berkaitan dengan kelangsungan struktur usahatani Indonesia, yang umumnya berskala kecil. Menurut teori ekonomi, skala upaya sebenarnya tidak mempunyai implikasi apa-apa terhadap keefisienan upaya, melainkan bagaimana upaya itu dikelola dan lingkungan pasar serta kebijakan pendukung. Skala upaya yang kecil sama efisiennya dengan skala upaya besar kalau dikelola secara baik. Dapatkah upaya kecil pertanian Indonesia merespons gerakan ini baik untuk tujuan pasar internasional dan bahkan di dalam negeri sendiri? Untuk itu dilakukan kajian Respons Usahatani Skala Kecil Terhadap Liberalisasi Perdagangan.
55
Institutional innovation has encountered problems, including low awareness of the farmers to participate in farmer‟s group activities, to initiate cooperation, and to establish rules and regulations in addition to the absence of group‟s activity plan and leadership in the group. Institutional aspect approched by the program was the group‟s revitalization and improvement of agricultural extension intensity. Agribusiness laboratory function, so far, should be revisited and the empowerment of rural institutions requires intensive support from stakeholders. Many improvement of implementation design have been conducted by the supervisors and field operators and it is expected that the program implementation would be successfully organized according to several adjustment made to various unavoidable constraints, including the shortage of budget allocation. 5.6.
Response of Small Farmers to Trade Liberalization
Multilateral agreement on international trade has been ratified almost 15 years since the establishment of WTO (1994) to extend market access, to phase-out domestic support and subsidy and commodity export subsidy. Numerous simulations of research have shown that trade liberalization could offer benefits and at the same time could cause hardship to many countries. Some studies have shown that multilateral trade liberalization (Doha Round) on agricultural commodities is benefiting rich countries, while many developing countries worsen because they are „net importer‟, or reap a trivial gain, though agricultural sector in these countries are dominated by smallholders, low production and not competitive in international market. The current WTO negotiation is aimed to reach an agreement on the implementation of reduction and/or abolishment of international trade restriction to make a commodity of member could enter market of other members with no hurdle (globalization). But the question is which commodity could be able to globalize? What types of firm could produce this product? Is the global product solely an impact of competition in either efficiencyi or economy or technology or image or non-trade barrier? This is relevant to be considered for the fact that it touches upon survival of Indonesian farm structures which predominantly are in small scale. Will the Indonesian small scale farms be able to respond to globalization and liberalization environment in the international market and in its domestic market?
56
Temuan-temuan pokok dalam penelitian ini adalah: (1).
Usahatani ketiga komoditas menjadi sumber pendapatan utama rumah tangga dan umumnya dilakukan dengan bermitra dengan pabrik pakan atau benih (jagung) atau pedagang besar (kakao) serta perusahaan swasta nasional (pisang).
(2).
Masing-masing komoditas memiliki akses pasar dengan prospek yang sangat bagus (excess demand).
(3).
Sedikit ditemui sistem upahan dalam tenaga kerja dan yang dominan adalah dalam keluarga (jagung dan pisang) atau gotongroyong kelompok (kakao).
(4).
Fluktuasi harga komoditas pangan dunia hanya diamati untuk tanaman jagung dan kakao.
(5).
Harga jagung lebih volatil dari merespons positif kenaikan harga.
(6).
Petani kakao tidak cepat merespons karena tanamannya bersifat tahunan. Petani jagung dan kakao menerima harga jual dari pembeli yang menggunakan kriteria mutu tertentu.
(7).
Besaran diferensial harga untuk kakaodengan harga domestik hampir mencapai US$ 180 – 250 per ton.
(8).
Petani kakao Indonesia diprakirakan menerima harga 85 – 90 persen dari harga terminal.
(9).
Liberalisasi perdagangan belum mampu memberi berkesinambungan bagi para petani ketiga komoditas.
harga
internasional;
petani
manfaat
(10). Masalah utama adalah banyak petani menjual jagung belum cukup umur panen (<120 hari), rentan aflatoxin. (11) Kakao menghadapi penurunan mutu produksi akibat tanaman kakao berusia tua, kurang pemeliharaan dan sanitasi kebun, pemupukan yang tidak teratur, serta serangan hama penyakit. (12) Komoditas pisang domestik menghadapi ancaman persaingan yang kuat dengan keterbukaan pasar. (13) Tidak ada perubahan preferensi secara signifikan akibat liberalisasi perdagangan untuk jagung maupun kakao. (14) Tuntutan perbaikan mutu diterjemahkan dalam perbaikan hasil produksi petani. Kriteria mutu untuk pisang berpengaruh pada perbedaan harga sehingga setelah tahun 2005 muncul mutu C dalam rantai pasokan pisang. (15) Rantai pasokan jagung tidak mengalami perubahan baik dalam tujuan, struktur, dan alur rantai pasok/nilai komoditas jagung. Hanya terjadi pemotongan jalur dari pemasok ke pabrik pakan ternak (langsung dari para pedagang pengumpul tingkat kecamatan dan desa).
57
The objectives of this research are: (a) to analyze Indonesian farms structures in terms of some criteria such as capital, labor absorption, asset value, production and others; (b) to identify commodities that are predominantly exist in the small scale farm structures; (c) to investigate trade liberalization factors affecting the dynamics of small scale farms respond; and (d) to formulate proposals and policy recommendations that are related to revitalize small scale farms to challenge agricultural trade liberalization. Outstanding policy recommendations obtained from this research are: (a) revitalization of small-scale maize farms to respond trade liberalization and globalization should be focused on post harvest handling development, like drying, crushing and storage facilities that are easily accessible to farmers in the village. With that bargaining power of farmers could be lifted up; (b) observation and reality in the field facing the cocoa farmers gives inputs to the research team to conclude that new plant materials in whatever forms (seeds, seedlings or entries) should be provided by the government at national or local level followed by improvement of farmers‟ capacity to propagate materials that are free of diseases. In that case local governments of production centers are urged to utilize its own resources, namely budget, expertise and physical resources (land) and to develop seedling areas locally as seedling source in the area. Donor or private companies‟ involvement should be partners with government to address seedlings deficit; (c) the balanced application of agricultural inputs has been a concerned to the governments, it is imperative that this program is disseminated to farmers‟ groups. In addition, fertilizer subsidy program that currently directed mainly to food crop needs to be reevaluated, in terms of its benefit and effectiveness because food crops are not the main source of income in other areas.
58
(16) Rantai pasokan pisang Mas Kirana semakin beragam. hanya terdiri dari kelompok tani dengan perusahaan dengan komoditas buah pisang mas segar. Saat ini perusahan terlibat dan muncul saluran pemasaran komoditas buah pisang segar dan produk olahan pisang dan sale).
Semula swasta banyak dengan (keripik
(17) Perubahan rezim perdagangan belum berdampak langsung bagi rantai pasok/nilai jagung karena rendahnya bea masuk impor, tidak mempengaruhi secara langsung sistem agribisnis jagung termasuk rantai pasok/nilai jagung, apalagi bagi para petani jagung kecil. (18) Bagi kakao direspons dengan perubahan volume dan nilai ekspor kakao Indonesia yang meningkat untuk tujuan ke China dan ASEAN dalam hubungnnya perdagangan kawasan. (19) Insentif tidak dapat direspons secara maksimal karena petani kakao skala kecil yang menghadapi kendala modal dan teknis (hama). (20) Petani pisang mas Kirana tidak menunjukkan dampak langsung pada usahataninya. Petani hanya terdorong menjalankan usahatani organik dan menghasilkan healthy food. (21) Meskipun liberalisasi perdagangan telah membuka beragam saluran pemasaran dan produk yang dapat dijual di pasar dalam dan internasional usahatani skala kecil belum dapat meresponsnya untuk kepentingan mereka sendiri. Implikasi kebijakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)
Diperlukan upaya-upaya peningkatan teknologi di tingkat budidaya dan pasca panen yang dapat dimanfaatkan dengan mudah oleh petani kecil.
(2)
Diperlukan upaya penyediaan modal mikro dengan biaya modal yang terjangkau, agar petani memiliki modal dalam penyediaan bibit unggul, pembelian pupuk dan kebutuhaqn saprodi lainnya.
(3)
Upaya-upaya lain yang diperlukan adalah pemeliharaan tanaman dan pengolahan pasca panen.
(4)
Perbanyakan tanaman kakao baru seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah diikuti dengan peningkatan kemampuan petani dalam melakukan perbanyakan dengan menyediakan entries (bibit) yang bebas penyakit. Dengan demikian pemerintah di daerah sentra produksi hendaknya mampu menyusun kegiatan perbanyakan kebun entries kakao di tingkat lokal, sebagai sumber bibit kakao.
(5)
Melihat perkembangan dan potensi pasar pisang Mas Kirana perlu terobosan teknologi perlambatan kemasakan buah agar mengurangi dominasi cavensidh.
59
penyuluhan
The main concerned is the improvement in provision and distribution of agricultural inputs so they are easily accessible to farmers, for instance fertilizer; (d) as crops maintenance is labor incentive, while labor is so scarce, the only alternative to get around this problem is to practice collective crop maintenance. However the element of plot sanitation should have equal weight with harvesting and post-harvest handling. It is recommended that dissemination of crop sanitation is done regularly to minimize cases of labor scarcity. Farmers and farmer groups‟ capacity should be elevated up; (e) supports and approaches that have been followed by exporting or processing companies or their agents in the sites are useful. But it is the governments‟ task to make all these efforts to be integrated and function efficiently; (f) cocoa price information system has been running well supported by solid private sector (buyers and traders) and farmers networking. In this case, the government should establish a recording and monitoring system of information and data regarding cocoa beans prices. But farmers‟ skill in price negotiation process should be improved; (g) maintenance of road access between production sites to market center is local and national governments‟ responsibility. In this regard the development and up-grading of road access is a crucial factor to be considered in an effort to secure cocoa beans transportation from farmers to traders. Road improvement should make a significance contribution to the flow of cocoa beans because most farmers have motor vehicle as main transportation means; (h) the governments should provide capital support facilities to farmers to enable them to get alternative source of income for other capital necessities. Or the government could invite the involvement of existing partnership organization like “cocoa sustainable partnership” that already provides price information facilities to farmers. The existing format of price information service should also be maintained; and (i) facing competitive banana world market coupled with the transfer of tariff barrier to nontariff barrier such as TBT and import demand of banana with specific characteristics such as from Japan, Indonesia should initiate a clear program on elevating the quality of banana farm practice and post handling that is easily applied by banana farmers. Capital-saving and best quality technologies of pre-harvest and post-harvest should be developed.
60
5.7. Pengembangan Kelembagaan Partnership Dalam Pemasaran Komoditas Pertanian Bagi petani kecil umumnya pemasaran produk pertanian merupakan titik kritis dalam rantai agribisnis. Disamping itu petani kecil juga menghadapi kendala modal untuk membeli sarana produksi. Bantuan modal dan pemasaran produk akan sangat berarti bagi petani, apalagi umumnya produk pertanian mempunyai sifat musiman, mudah rusak, dan meruah (voluminous). Petani sebagai produsen produk pertanian diharapkan mampu memanfaatkan segala potensi pasar yang ada, bukan hanya pasar tradisional tetapi juga pasar modern maupun prosesor yang memerlukan bahan baku dalam jumlah besar. Untuk bisa bermitra dengan pasar modern dan prosesor diperlukan berbagai syarat, misalnya standar kualitas produk, kontinyuitas pasokan, serta kontrak harga yang bersifat mengikat. Partnership atau kemitraan dalam pemasaran produk pertanian diharapkan bisa meningkatkan efisiensi pemasaran, membantu petani dengan harga jual yang layak dan produk yang dihasilkan bisa diserap pasar. Penelitian meliputi partnership pemasaran subsektor hortikultura (kentang, cabai merah, bawang merah), subsektor tanaman pangan (jagung), dan subsektor peternakan (sapi potong). Lokasi penelitian adalah (1) Kabupaten Bandung dan Bandung Barat untuk partnership pemasaran kentang; (2) Kabupaten Semarang, Boyolali, Purbalingga, Garut, dan Ciamis untuk partnership pemasaran cabai merah; (3) Kabupaten Brebes untuk partnership pemasaran bawang merah, (4) Provinsi Gorontalo untuk partnership jagung dan sapi potong. Temuan-temuan pokok dan implikasi kebijakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)
(2)
(3)
61
Prospek kerjasama partnership kentang di Bandung masih bisa dikembangkan pada masa mendatang. Faktor pendukung kemitraan meliputi antusias petani untuk ikut kemitraan, dukungan lembaga pembiayaan dan toko saprodi, dan masih tersedianya lahan. Prospek kemitraan kentang di Bandung Barat cenderung menurun, ditandai semakin menurunnya luasan lahan maupun antusiasme petani untuk turut bermitra. Penyebab utamanya adalah keuntungan menanam kentang dipandang lebih rendah jika dibandingkan komoditas eksotis yang sudah banyak diusahakan petani. Selain itu rataan luas lahan yang relatif sempit juga kurang menguntungkan untuk ditanami kentang. Partnership pemasaran cabe merah bisa menjamin petani dalam memperoleh modal untuk usahatani. Jaminan harga jual juga menguntungkan petani walaupun sering di bawah harga pasar. Kelompok tani akan mendapat keuntungan lebih jika pihak perusahaan bersedia kerjasama langsung dengan kelompok tani tanpa melalui perantara.
5.7.
Development of Partnership in the Marketing of Agricultural Commodities
Marketing agricultural products is the main obstacle in agribusiness management for the smallholders due to limited capital and lack of marketing network. On the other hand, agricultural products are seasonal, perishable, and voluminous. Farmers as producers are expected to utilize market potentials, not only traditional markets but also the modern ones. It requires standards of quality, continuity, and price agreement. Marketing partnership for agricultural products is aimed at increasing market efficiency, such as improved farm-gate price. The objectives of the research are: (a) to identify marketing partnership of agricultural products in the sub sectors of horticulture, food, and livestock; (b) to analyze the chosen marketing partnerships; (c) to analysis costs and benefits of the partnership; and (4) to anticipate the prospect of partnership marketing. The outstanding conclusions and policy implications obtained from this research are: (a) there were many types of marketing partnership observed in this study. Those partnerships included potato marketing partnership between farmers‟ groups in West Java with PT IFM, red chili farmers‟ groups with PT HABC Indonesia in West Java and Central Java, corn marketing partnerships in Gorontalo between the farmers‟ groups and exporters, and cow beef farmers with inter-island traders in Gorontalo; (b) marketing partnership for potato is still feasible to enhance as long as the partnering company could increase supply of improved potato seed. Decreased farmers‟ land holding is also another limiting factor; (c) red chili marketing partnership helped farmers to overcome capital limitation from the third party. Guaranteed farm gate price was profitable to the farmers even though only slightly above production cost. Direct partnership will be more profitable to the farmers;
62
(4)
(5)
(6)
B. 5.8.
Antisipasi kedepan peran Pemda dalam kegiatan partnership pemasaran khususnya komoditas bawang merah bukan hanya sekedar fasilitator saja. Pemda perlu lebih intensif untuk mendorong agar petani atau kelompok tani melakukan konsolidasi dalam menejemen usaha pada hamparan lahan usaha yang memenuhi skala ekonomi dan dijadikan kelembagaan yang formal berbadan hukum (Gapoktan) sehingga dapat memenuhi permintaan pihak industri dalam hal kuantitas, kualitas, kontinyuitas dan waktu pasokan. Kemitraan pemasaran jagung masih mempunyai prospek yang baik. Hal ini ditunjang oleh membaiknya harga jagung dunia dan permintaan ekspor yang relatif tinggi. Dukungan Pemda terus diperlukan, terutama dalam perluasan pelabuhan sehinga bisa untuk sandar kapal dalam jumlah lebih banyak. Pemasaran sapi potong selama ini terus berlangsung untuk keperluan antar pulau. Pemerintah Pusat maupun Daerah perlu mendorong ekspor daging sapi dengan mengintensifkan peran RPH. Hasil Penelitian Melalui Kerjasama Penelitian PSEKP dengan Lembaga Riset Lain Rice Value Chain in Nanggroe Aceh Darussalam
The Banda Aceh - Aceh Besar Rice Value Chain Studi rice value chain/supply chain management (SCM) secara umum bertujuan untuk membantu Mercy Corps dalam inisiatifnya untuk mengembangkan sistem pasar beras lokal yang memungkinkan produksi dan pengolahan untuk memenuhi kebutuhan lokal, meningkatkan pendapatan petani melalui perubahan dari subsisten menjadi produktivitas tinggi dan bersaing dengan produk impor. Tujuan sekundernya adalah mengembangkan kapasitas staf Mercy Corps (MC) dalam mengimplementasikan proyek..Secara rinci tujuan kegiatan ini adalah: (1) mengkaji supply chain management (SCM) beras di Banda Aceh dan Meulaboh yang merupakan wilayah cakupan Mercy Corps di Provinsi NAD, (2) mengidentifikasi wilayah untuk perbaikan melalui pendekatan/proses partisipatif, (3) mengkaji kerjasama dan kemitraan potensial diantara semua stakeholder yang terlibat dalam rantai pasok beras. Aktor dalam rantai pasok beras di Banda Aceh/Aceh Besar adalah petani, pedagang pengumpul desa, penggilingan padi skala kecil dan menengah, pedagang besar, dan pedagang eceran. Pada musim panen, penggilingan padi skala kecil dan menengah juga berfungsi sebagai pedagang pengumpul tingkat kecamatan atau kabupaten, dan mengirim beras atau gabah ke pasar Medan. Banda Aceh sebagai ibukota provinsi berperan secara signifikan dalam rantai pasok beras di Provinsi NAD. Pada tahun 2006 rasio produksi terhadap konsumsi adalah 2.16, sehingga Aceh Besar dapat menjual gabah dan beras dalam jumlah besar ke Medan (Sumatera Utara).
63
(d) It is necessary to mention explicitly in the contract the position of each party so that the farmers be aware that partnership is a long term collaboration to get market access and the company deems the farmers as the equal partners. Both parties conduct the contract consequently and MOU should involve the local government; (e) partnership with the red chili farmers could be enhanced as long as the company concerns with market price fluctuation, sets sufficient profit tom the farmers, gives technical assistance up to post harvest, provides capital assistance or helps the farmers‟ access capital sources, and more varieties of red chili to grow; (f) the local government has to act not only as a facilitating agent, but it has to consolidate shallot farmers‟ groups such that they have better bargaining power. It is important because the processing company needs continuous supply with quality standard and agreed buying price; (g) partnership between corn traders and the farmers‟ groups keep promising in Gorontalo. The local government needs to support corn agribusiness in terms of agricultural program such as floor price and to maintain the available infrastructures; and (h) cows marketing partnership between cow raisers and traders in Gorontalo is prosperous as demand from other provinces sustains. Beef export is an alternative of increasing value added through collaboration with the slaughtering houses. B. 5.8.
Research Collaboration The Meulaboh-Aceh Barat Rice Value Chain
Mercy Corps‟ Banda Aceh and Meulaboh programs are presently on the stages of transition from relief-oriented livelihood to market development facilitation phase to let local market develop in a more secure, productive and just communities. Mercy Corps„ preliminary assessment has identified rice as key sub-sector for further value chain analysis relevant to the criteria, such as: unmet market demand, address local needs and engaged local entrepreneurs, and the ability to show results in two years. Since rice is a crucial staple crop, it is an appropriate target for livelihood security of micro, small and medium enterprises in the Province of NAD. The main objective of this study is to help Mercy Corps in its initiative to develop market system of local rice enabling local production to local consumption, to improve farmer‟s income through the change of subsistent condition to high productivity and compete with import products. The second objective is to improve the capacity of Mercy Corps (MC) personnel to implement their projects. The specific objective are: (a) To study supply chain management (SCM) of rice in Meulaboh and Banda Aceh/Aceh Barat, the working area of MC in Province of NAD, (b) To identify regions to be improved through participatory approach, and (c) to study potential cooperation and partnership among the stakeholders in rice supply chain.
64
Petani/produsen padi di Aceh Besar berasal dari lahan irigasi dan tadah hujan. Pada lahan irigasi, produsen dikategorikan sebagai (i) pemilik-penggarap, (ii) penggarap saja (bagi hasil), dan (iii) pemilik saja (pemilik lahan). Tujuan utama petani menanam padi adalah untuk memenuhi konsumsi rumah tangganya sendiri. Pola tanam yang umum di lahan irigasi adalah padi-padi, sementara di wilayah tadah hujan adalah padi-bera. Petani di wilayah ini dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu: net consumer farmers (pemilikan lahan sekitar 0,25 ha) dan net producer farmers (pemilikan lahan > 0,4 ha). Nilai tambah yang diciptakan petani/produsen dalam rantai beras adalah menghasilkan pasokan beras yang konsisten. Anggota rantai beras lain yang penting di Banda Aceh/Aceh Besar adalah pedagang dan RMU. Kegiatan penciptaan nilai tambah dilakukan oleh mereka dengan mencari, mengumpulkan gabah dari pengumpul desa, mengangkut (dari petani), mengeringkan, grading, menggiling, mengemas, dan mengangkutnya ke pasar lokal atau Medan. Pedagang juga berfungsi sebagai agen informasi harga dan kadang-kadang sebagai penyedia modal. Solusi dan intervensi (action plan) prioritas yang mungkin pada tingkat usahatani menunjukkan bahwa usahatani demplot MC yang mengintroduksikan teknologi ICM dan SRI dapat dilakukan sebagai kegiatan kerjasama antara MC, ADB, BPTP dan dinas. Intervensi lain adalah keterlibatan penyuluh pertanian secara intensif untuk mempromosikan dan meningkatkan produksi kompos, melakukan kampanye dan pelatihan petani dalam pembuatan kompos kerja sama antara MC dengan YDUA, BPTP dan pemerintah daerah. Pada tingkat pedagang/RMU solusi dan intervensi prioritas yang dapat dilakukan adalah: (i) menggunakan kemampuan kewirausahaan untuk mengembangkan brand image dari beras Aceh, (ii) mencetak dan mendistribusikan karung beras Aceh berkualitas tinggi, (iii) mengintroduksi skim kredit pemerintah untuk memfasilitasi kebutuhan pedagang beras/RMU akan uang kontan. Untuk mengimplementasikan intervensi prioritas, MC harus bekerja sama dengan institusi lain, seperti LSM lokal atau internasional lainnya, sektor swasta, pemerintah daerah, BPTP sebagai penyedia teknologi spesifik-lokasi, Dinas, dan tokoh di tingkat desa. The Meulaboh – Aceh Barat Rice Value Chain Sebagian besar tipikal lahan di Aceh Barat merupakan lahan sawah tadah hujan, kecuali di Nagan Raya berupa irrigáis teknis. Petani menanam padi dua kali setahun, akan tetapi produksi padi di lahan tadah hujan lebih rendah daripada di lahan irigasi. Pada tahun 2006 produksi beras lokal hanya memenuhi 71 persen dari konsumsi total, sehingga beras mengalir ke Aceh Barat dari kabupaten-kabupaten sekitarnya, seperti Nagan Raya, Pidie, dan Medan (beras berkualitas baik).
65
The actors/players of the rice value chain in the Meulaboh-Aceh Barat Regency are farmers/growers, the RMUs, the wholesalers, the retailers and the consumers. In 2006, Aceh Barat's rice production (14,549 tons) was found much less than what their population need for consumption. The ratio of production to the total consumption was only 0.71. It means that the local production were only able to meet 71 percent of the total consumption. That is the reason why a lot of rice comes and flows to Aceh Barat from the nearby Regencies such as the Nagan Raya, Pidie, and from Medan for the good quality of rice. Most rice farmers in Aceh Barat typical land is rainfed rice fields due to unavailability of the irrigated areas, with the exception of Nagan Raya. Farmers cultivate rice twice a year (using pump irrigation in Aceh Barat and using technical irrigation in Nagan Raya), but the production of rice in the rainfed areas is definitely lower than those of the irrigated areas. The irrigation facilities (dam and canals) in the Aceh Barat are now still under the construction stage (Lhok Guci in Pante Ceureumen). It is estimated that the irrigation facilities will be functioned in 2010. It will cover about 16,000 ha of rice fields (sawah). However, the temporary pump irrigations have enable farmers to cultivate rice twice a year. The common existing cropping pattern is rice-rice, by using the pump irrigation. The first (wet season) rice is planted in September or October and harvested in December or January. The second (dry season) rice is planted in January or February and harvested in April or May. Value added created by the producers/farmers in the rice chain is to produce a consistent supply of rice. The other important chain members of the rice in Meulaboh-Aceh Barat are the traders and the RMUs. Most of the RMUs are categorized as the small-scale with capacity less than 1 MT per day. Value added activity created and done by them mostly to provide milling services for the farmers and sometimes to deliver rice to local markets. They are also functioning as the price information pool and sometimes as informal capital provider. One miller in the Kaway XVI Sub-district is found also as an input provider for farmers, means that the rice miller had provided farmers with fertilizers and pesticides, and had purchased paddy from those farmers at higher price. This kind of relationship is known as mutual partnership between farmer and miller. SWOT analysis at the farm/producers and at the traders/RMU level has identified the internal and external factors of each actor. The internal factors consist of the strengths and weaknesses whereas the external factors consist of the opportunities and threats posed to both farmers as producers and traders/RMU in the rice chain system. Among many, the strengths of the farmers/producers in Meulaboh-Aceh Barat are: (a) the availability of water resources (two large rivers), (b) the availability of modern rice technology, i.e. ICM and SRI, (c) there is a
66
Aktor dari rantai nilai beras di Kabupaten Meulaboh/Aceh Barat adalah petani, RMU, pedagang besar, pedagang eceran, dan konsumen. Nilai tambah yang diciptakan oleh petani adalah menghasilkan pasokan beras yang konsisten. Anggota rantai beras lain yang penting adalah pedagang dan RMU. Sebagian besar RMU dikategorikan berskala kecil dengan kapasitas produksi kurang dari 1 ton per hari. Aktor ini menciptakan nilai tambah berupa penyediaan jasa penggilingan bagi petani, sesekali mengirim beras ke pasar lokal dan berperan sebagai agen informasi harga dan penyedia modal informal. Pada tingkat usahatani, prioritas intervensi secara berurutan adalah (1) menyediakan irigasi pompa untuk memanfaatkan air sungai sehingga pola tanam menjadi lebih baik; (2) membangun dan merehabilitasi saluran air skala kecil dan drainase yang memungkinkan petani mengairi sawahnya dan mengeluarkan kelebihan air; (3) mengembangkan kandang komunal untuk ternak sapi dan kerbau sehingga kotorannya dapat dimanfaatkan sebagai kompos; (4) membuat demplot untuk mengintroduksikan teknologi ICM dan SRI. Institusi yang terlibat dalam intervensi-intervensi di atas adalah; MC, dinas, kelompok tani, BPTP, ADB, YDUA, dan perusahaan swasta. Hanya melalui kerjasama dan partisipatory, action plan dapat berdampak besar terhadap wilayah tersebut. Pada tingkat pedagang/RMU, intervensi prioritas adalah: (i) menggunakan kemampuan kewirausahaan untuk melakukan grading dan standardisasi beras, (ii) melakukan pelatihan teknologi pasca panen kepada petani dan RMU, dan (iii) meningkatkan kualitas beras dengan bekerja sama dengan penyuluh dan RMU modern. Kapasitas pasar untuk menyerap potensi produksi beras masih tinggi (baik untuk penggilingan padi di Aceh Barat maupun di Medan). Berdasarkan hasil survei, pangsa pasar untuk beras berkualitas tinggi/premium adalah sekitar 10-20 persen, sementara untuk kualitas medium dan rendah berturut-turut adalah 65 dan 25 persen.
67
technology to produce organic fertilizer and most farmers have cattle as source of organic fertilizers, and (d) farmers‟ group (in Meurebo) has the capacity and willingness to make organic fertilizer/compost. The strengths of the traders/RMU of Aceh Barat, among many, are: (a) the existence of a modern RMU (Alwi), (b) there is capability on entrepreneurship (Rusli), and (c) there is vertical integration between rice farming activities and RMU (Karya Bersama farmers' group in MeureuboUsaha Bersama Farmers Group). The weaknesses, the opportunities and the threats pose to the rice value chain in Meureubo-Aceh Barat are presented in details in the report which consists of the SWOT at the farm/producers and at the traders/RMU level. The screening of the prioritized solution and possible intervention (action plan) at the farm/producers level found that the first priority is to provide farmers with pump irrigation to utilize water sources from the rivers for better cropping pattern practices. It has to become the collaborative work of MC, the Dinas offices, and the farmers‟ groups. The second priority is to build and to rehabilitate small scale and drainage canals to enable farmers to irrigate their rice fields and to drain the excessive water. The third priority is to develop the communal cages for domesticate farmers' cows and buffaloes for manure collection (compost making). The fourth priority is to make a demonstration farm in the farmers' group rice fields to introduce the ICM and SRI technologies or practices. The institutions involved in the interventions above are MC, Dinas, Farmers' Groups, BPTP, ADB, YDUA, and private companies. At the level of traders/RMU, the prioritized solution and possible intervention (action plan) that can be done are: (a) to make use the entrepreneurship capability to do the rice grading and standardization, (b) to conduct the training on the post-harvest technology for farmers and RMU, and (c) to promote high quality rice as collaborative work with extension workers and the modern RMU. The market capacity to absorb the potential rice production is still high enough (both for millers in Aceh Barat and Medan). Presently, from the field interviews, we found that the market share for the high/premium quality of rice is around 10-20 percent, whereas for the medium and low quality are 65 and 25 percent, respectively.
68
69
To implement the prioritized solutions/action plans, MC has to collaborate with other institutions, such as local or other international NGOs, the private sectors, the local government, the BPTP as the specificlocation technology dispatcher, the Dinas and key persons in the village level (usually the most-respected person). Only through the collaborative and participatory works, the action plans can have a great impact to the region. Understanding when and where to implement the action plan is also crucial. Depend on the availability of resources (time and fund), the action plan can be implemented in Meulaboh Mercy Corps areas. For example, (a) to link farmers with pump irrigation providers can be implemented in Napai village, Woyla Barat; and (b) building and rehabilitation of small scale irrigation and drainage canal can be implemented in Cot Seulamat village, Samatiga. Consumer preferences of rice are not transmitted directly to the farmers who produce or cultivate the rice, so sometimes there are "missing links" connecting consumers at one end and producers/farmers at the other. Therefore, understanding the whole supply chain of rice in Meulaboh-Aceh Barat is necessary. It is the goal of this study to present the complete picture of rice SCM in Meulaboh-Aceh Barat, and it is the hope of the ICASEPS' researchers that the value chain of rice in Meulaboh-Aceh Barat can be comprehended and understood as a pre-requisite and basis for any intervention solution to improve rice chain. Aside from farmers/producers of rice, the traders/the small scale RMUs as the other actors of the rice SCM can definitely play a significant role to improve the whole rice SCM in Meulaboh-Aceh Barat as they are also perform value added activities to the rice industry in the region.
70
5.9. Assessment of Horticulture Seed Industry Kegiatan penelitian ini merupakan kerjasama PSEKP dengan proyek AMARTA dari USAID dan fokus kepada komoditas kentang, wortel, kubis, jeruk, bawang merah dan bunga anggrek. Kegiatan ini bertujuan untuk 1) Mengkaji ulang kebijakan pemerintah dalam pengembangan industri benih hortikultura termasuk kebijakan perdagangan benih, peraturan pemasaran, kebijakan insentif, kebijakan penelitian, kebijakan investasi dan kebijakan karantina; 2)Mengkaji ulang situasi produksi dan perdagangan benih hortikultura, produsen dan distributor benih termasuk kapasitas produksi, ekspor dan impor benih, biaya produksi, biaya pemasaran, kendala produksi dan pemasaran; 3) Mengevaluasi perilaku petani dalam menggunakan benih menyangkut pengertian penggunaan benih hibrida, adopsi pemakaian benih yang diperkenalkan oleh perusahaan swasta dan penyuluh pertanian, akses dan kendala dalammencapai benih berkualitas baik, insentif keuangan dalam implementasi benih berkualitas tinggi atau benih dari pasar; dan 4) Merumuskan kebijakan strategis dalam mendorong produksi dan peningkatan penggunaan benih. Penelitian ini dilaksanakan di Jawa Barat dan Sumatera Utara. Kebijakan perbenihan yang dikaji ulang adalah kebijakan yang sedang eksisting sampai tahun 2008. Terdapat tiga kebijakan pemerintah dalam perbenihan, yaitu:a) Kebijakan pelepasan varietas, b) Kebijakan produksi dan distribusi, dan c) Kebijakan perdagangan benih. Ketiga kebijakan menyangkut pelepasan varietas yang harus melalui pemerintah, komersialisasi benih yang harus melalui proses sertifikasi formal dan memenuhi standar kualitas nasional serta ekspor dan impor benih harus mendapat ijin pemerintah. Dari sisi biaya produksi, pangsa biaya benih relatif tinggi (12-42%) dari total biaya. Kendala dan masalah yang ditemui adalah investasi besar dan lamanya waktu proses produksi benih secara teknis. Sangat sulit untuk melibatkan perusahaan swasta sehingga peran pemerintah sangat dibutuhkan. Fluktuasi harga yang tinggi merupakan factor penentu dalam pengadaan benih. Untuk mengatasi fluktuasi harga ini dibutuhkan kebijakan harga yang tepat. Selain itu, pendekatan kelembagaan melalui pengembangan asosiasi produsen benih dan sinkronisasi produksi diantara produsen melalui kuota produksi perlu dirumuskan lebih lanjut. Secara umum dilokasi penelitian ditemukan bahwa pihak swasta lebih memilih menjadi pedagang benih daripada melakukan investasi untuk memproduksi benih. Peranan pemerintah sangat diperlukan dalam hal ini.
71
5.9. Assessment of Horticulture Seed Industry The development of horticulture sector has significant roles in providing labor opportunity, foreign exchange earning and improving food security at household level through consumption of fruits and vegetables. In the future, demand of horticultural products is estimated to increase along with the increase of income, population and economic growth. The production increase of horticultural crops can be obtained through the increase of harvest area and/or yield increase which can be stimulated through the implementation of good quality seeds and improvement on cultural practices. The development of seed industry that produces high yielding variety and good quality of seeds is an important effort to increase agricultural production. However, the effort seems difficult to materialize, particularly for the case of horticulture crops. To support the development of horticultural seed industry, related problems and constraints should be analyzed and clarified through a comprehensive assessment. The objectives of this research are as follows: (a) To review government policies in developing the seed industry of horticulture products; seed trade policies, marketing regulations, incentive policies, research policies, investment policies and quarantine policies; (b) To review the current status of production and trade of horticulture seeds, seed producers and seed distributors: production capacity, export/import of seeds, production cost, marketing cost, production constrains, and marketing constraints; (c) To evaluate farmer behavior in seed utilization: understanding of value/use of hybrid seed, farmer field trials on improved varieties of seeds conducted by private seed company and government extension services, self production of seed, accessibility and constraints to good quality seeds, financial incentive of implementing good quality seeds or seed from market; (d) To formulate strategic policies in encouraging and supporting the production and use of improved seeds. The assessment focused on six products of horticulture: potatoes, shallots, citrus, cabbage, carrots and flower (orchids). Besides, the study also focused on the following four agribusiness elements which are hierarchically related: (i) seed breeding, (ii) seed production, (iii) seed marketing, and (iv) seed utilization. The research was conducted in West Java and North Sumatra provinces, two major provinces of horticulture production. The results of the research indicate the following: 1. The share of seed cost is relatively high, approximately 12 to 42 percent of total production cost.
72
73
2. Three major policies launched by the government to promote seed industry are: plant variety release policies, seed production and distribution policies, and seed trading policies. In summary, the policies consist of three major points: (a) plant variety must be formally released by the government prior to be commercialized, (b) commercialized seed must be formally certified and meet the national quality standard, and (c) import and export of seeds must obtain a government permit and imported commercial seeds must meet the national quality standard. 3. Horticulture seed commercialized in the market are, generally, the released varieties but it seems that not all commercially seeds are released particularly for the cases of cabbage. In addition, most seed used by the farmers are not granted certification by Seed Certification and Inspection Office (BPSB) because most farmers use only their produced seed, particularly for the cases of potatoes, shallot, citrus and carrot farming. Cabbage seeds are not also certified by BPSB since all commercialized seed are imported seed, and to control the seed distribution the BPSB conduct only the quality test by sample. In general, the certification policy is advantageous to seed producers while its advantage to farmers is not significant. It seems a thorough study on the benefit of certified seeds would be required. Besides, additional man-power especially the seed inspectors for the BPSB may improve the capacity of seed certification. 4. Imported hybrid seeds are only allowed to be commercialized for 2 (two) years after the release. From that point, the hybrid seeds must be produced in the country. The regulation put the seed companies and the farmers in difficult situation. The import regulation of the hybrid seeds may be supported by a long-term investment credit subsidy policy to insist the importers for producing seeds in the country. 5. The heavy work-load and lack of storage facilities at the plant quarantine in some entry ports can damage the imported seeds. Providing appropriate storage facilities for seeds or planting materials will help reduce the damage of the seeds. 6. In general, investors prefer to be seed traders than seed producers. This is reflected by their preference in the plant variety release. For the case of cabbage which can not be locally produced due agroclimate factor, all varieties are released by private companies because variety release is a major requirement to commercialize their seed. In contrast, there is no private company who release potatoes and citrus varieties which are possible produced locally but only 1 variety released by private company by using imported variety, from total 15 released varieties.
74
75
7. Problems of seed industry development are quite different by commodities. For the case of potatoes a high investment due to technical requirement is a major problem. This is mainly due to a long process of potatoes seed production. It takes about 10 years to produce a new variety through breeding research and variety release process, and takes about 2 years to produce commercial seed for potatoes farming from breeder seed of released variety. Other problem is a high dependency of second and third generation seeds supplied from BPBK, a major producer of potatoes breeder seed, while the BPBK faced on production expansion problem mainly due to lack of seedling field. 8. The similar case is also happen for shallot seed that takes about 10 years to produce a new variety through breeding research and variety release process. Other problem is a low price difference between consumption shallot and shallot seed (10%), in other words, financial incentive to produce shallot seed is relatively low. Accompanied with a high fluctuation of consumption shallot price this situation lead finally to the fluctuated shallot seed supply, it depends on relative price of shallot seed to consumption shallot. Effect of price fluctuation to seed supply is also happen for the case of potatoes, when the price of consumption potatoes was raised up small seed producers tends to sell their planed production of potatoes seed for consumption potatoes. 9. High investment and a long production process to produce breeder seed due to technical requirement is major problem for seed industry development, particularly for the seed which is produced through generation procedure. With this situation it seems that difficult to involve private investment and the government intervention is required. This is already done for the case of potatoes but its production capacity is not sufficient to meet seed demand. To reduce he problem, development of local GO seed producers is required and this strategy can be implemented through facilitating selected BPTP which are located in major provinces of potatoes producers. 10. High price fluctuation of consumption horticulture product is one of determinant factors to the fluctuation of supplied seed, particularly for horticulture seed locally produced. To reduce effect of the price fluctuation to seed market an appropriate price policy of horticulture seed may be required. In addition, institutional approach through development of seed producer association and production synchronization among producers which is controlled by production quota may also be formulated.
76
5.10. Tobacco Cultivation and Alternate Crops in Indonesia Tembakau dan rokok merupakan sumber pendapatan sekaligus menyediakan kesempatan kerja. Perolehan cukai rokok 2007 ditargetkan Rp 42 trilyun. Di lain pihak, produk tembakau (rokok) dikategorikan sebagai bahan yang berbahaya bagi kesehatan manusia karena mengandung sekitar 4.000 jenis racun. Perdagangan internasional produk tembakau bagi Indonesia lebih banyak menguras devisa (defisit perdagangan US$82,1 juta pada tahun 2006). Prospek ekonomi tembakau ke depan tampaknya kurang cerah. Karena itu perlu dicari tanaman alternatif bagi tembakau yang dapat memberikan penghasilan yang memadai bagi petani. Kegiatan penelitian ini merupakan kerjasama dengan World Health Organization/WHO Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah 1) Mengidentifikasi pola usahatani petani tembakau; 2) Menganalisis profitabilitas usaha tani tembakau dan tanaman altenatif; 3) Mengidentifikasi alasan petani terus menanam tembakau atau pindah ke tanaman lain; 4) Mengidentifikasi alternatif tanaman lain sebagai pengganti tanaman tembakau. Lokasi penelitian di Kabupaten Jember (Jawa Timur) dan Kabupaten Temanggung (Jawa Tengah). Beberapa alasan petani yang tetap menanam tembakau karena sudah berpengalaman dan harga tembakau relatif stabil, terutama jenis Kasturi di Jember dan jenis Kemloko di Temanggung. Pasar tembakau juga sudah mapan sehingga usahatani ini menghasilkan pendapatan/profit besar. Namun usahatani tembakau memerlukan modal jauh lebih besar dibanding tanaman lain sehingga sebagian petani tembakau beralih ke tanaman lain. Untuk mendorong petani lebih cepat mengganti tembakau dengan tanaman alternatif, diperlukan: (1) Insentif finansial antara lain menyediakan kredit usahatani dengan
bunga rendah, sederhana; dan
syarat
ringan
(tanpa
jaminan)
dan
prosedur
(2) Penyuluhan kepada petani yang sekarang masih menanam tembakau
tentang bahaya asap rokok bagi kesehatan manusia, pentingnya untuk hidup sehat, dan tanaman alternatif yang cukup menguntungkan. Tanaman lain yang ditanam secara intensif dapat menyamai keuntungan yang diperoleh dari usahatani/pertanaman tembakau. Perlu ada insentif finansial untuk mendorong petani mengganti tembakau dengan tanaman lain. Misalnya, memberikan kredit usahatani dengan bunga rendah, syarat yang ringan (tanpa jaminan) dan prosedur yang sederhana. Sebagai tanaman pengganti tembakau, sayuran bernilai tinggi (misalnya cabai merah) dan jagung hibrida dapat dipertimbangkan untuk daerah Jember, dan kentang penghasil bibit untuk daerah Temanggung.
77
5.10. Case Study on Tobacco Farms and Alternate Crops Tobacco crop in Indonesia has been cultivated for long time by thousand smallholders and few private and state enterprises. This crop was claimed as a high value product that gives thigh profit to farmers, generates vast employment opportunity, and provides huge amount of excise tax revenues to the government. However, the increasing intensity of anti-tobacco campaign underpinned by health consideration reinforced by the ratified Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), the reduced government support to tobacco production and the increased community‟s awareness on the importance of healthy life, has been threatening the world tobacco economy including production, trade and consumption during the last decade. It is expected that the future world tobacco economy would be slowing down and, therefore, would unfavorably affect to the Indonesian tobacco economy. This study aims to: (a) conduct an analysis of comparative profitability of growing tobacco versus other crops; (b) understand the reasons why farmers continue to grow tobacco or switch to other crops; (c) analyze the marketing of tobacco to alternate crops. Two major tobacco producing regencies were selected for field survey, namely Jember Regency in East Java representing regions with ordinary tobacco variety planted on wetland, and Temanggung Regency in Central Java representing regions with special tobacco variety planted on dryland. This study reaches to the following conclusions: 1. In the global markets, tobacco would become less attractive, particularly in the developed countries, but in general remain economically prospective in the near future. In the longer run, however, under the harder pressures of anti-tobacco movements, less government support to production programs, increased excise tax imposition, increased people‟s awareness about the importance of healthy live, reduced protection according to WTO agreements, the quantity tobacco production, consumption, export and import is expected to decline. 2. There have been shifts from developed to developing countries in production, consumption, export and import. Production in developing countries grows faster than in developed countries. Consumption in developing countries rapidly increases, while it developed countries decreases. Moreover, export and import from both developed and developing countries similarly experience slow growths.
78
79
3. The shifts of production and consumption from developed to developing countries were triggered by: (a) More intensive anti-tobacco movement in developed countries; (b) Faster decreased government support in developed countries; (c) Higher growth rate of population and per capita income in developing countries; (d) Lower production cost in developing countries; (e) Lack of more profitable alternate crops in developing countries; (f) Improved infrastructure conditions in developing countries; (g) Factory relocation from developed to developing counties. Since China is the world largest producer as well as consumer, changes in its production and consumption would affect world production and consumption. 4. In Indonesia, the increasing anti-tobacco movement (despite not strong as in occurring in the developed countries), the less government support to tobacco production, increasing restrictions of smoking space, increasing people‟s awareness of smoking dangers on human health, and the intensified levies collection on tobacco products, the tobacco production and consumption is expected to decrease in the long run. 5. The role of tobacco sector and cigarette industry sector in the Indonesian economy in terms of output value creation, value added and labor absorption is less significant. However, both sectors have large multiplier effects. This is because these sectors have linkages with other sectors. The labor multiplier effects of the sectors are weak. From the forward and backward linkages viewpoint, the tobacco sector is able to pull its upstream sectors and to push its downstream sectors to develop eventhough with insignificant rate. Meanwhile, the cigarette industry is able only to push its downstream sectors. These sectors (especially cigarette industry) contributes about 7% of government‟s domestic income, but it is more depleting rather than creating foreign exchange in international trade. 6. The tobacco farmers in the survey location of Jember Regency (East Java) not only cultivate tobacco, but also other crops such as rice, hybrid corn, red chili or soybean under the specific crop rotation arrangement on lowland, where tobacco is generally cultivated in the second cropping season (after rainy season rice). In the other survey location of Temanggung Regency, farmers also grow other crops, particularly potatoes on the sloping dryland, where tobacco is generally cultivated in the second season (after rainy season potatoes). 7. Farmers who maintain tobacco cultivation are justified by the high profit of the crop. Compared to wetland rice, hybrid corn, red chili and soybean, tobacco cultivation offers much higher profit in Jember Regency. In Temanggung Regency, on the other hand, potatoes cultivation for producing seeds gives comparably high profit with tobacco.
80
81
8. There are farmers who exit from tobacco cultivation and shift to other crops. This is primary because of uncertain tobacco price, unsound market condition, ever increasing production cost and no longer government support to tobacco development. The Ministry of Agriculture does not facilitate any attempts to develop tobacco cultivation. This study offers the following recommendations: 1. In agro-ecological, agronomic and farmer‟s skill viewpoint, shift from tobacco to alternate crops cultivations would face no serious problems. This is because tobacco farmers also cultivate other crops (wetland rice, hybrid corn, red chili and soybean in Jember Regency, and potatoes or other vegetable crops in Temanggung Regency). No pure tobacco farmers can be found, therefore, because tobacco is cultivated only for one season, while in other seasons the same land are cultivated with other crops. Economic justification is the most crucial consideration in crops selection. 2. Among the four non-tobacco crops in Jember Regency, wetland rice, hybrid corn and red chili seem to be the feasible alternate crops, particularly if farming practices are improved. The recommended crop rotations are: (a) Wetland Rice-Wetland Rice-Hybrid Corn; (b) Wetland Rice-Wetland Rice-Red Chili; (c) Wetland Rice-Hybrid Corn-Red Chili; or (d) Wetland Rice-Red Chili-Hybrid Corn. For Temanggung Regency, the following crop rotations are suggested: (a) Potatoes-Other Vegetable-Other Vegetable; or (b) Other Vegetable-Potatoes-Other Vegetable. 3. To succeed a massive shift from tobacco to alternate crops, a comprehensive approach is needed, including provision of financial support by banking system, extension services, marketing services and farmer‟s organization preparation. The new credit scheme called Agriculture Financing Service Schemes (Skim Pelayanan Pembiayaan Pertanian, SP3) needs to be effectively provided as financial incentives to farmers who are willing to replace tobacco will other crops.
82
5.11. Evaluasi Dampak Pengembangan Prasarana Perdesaan (P2D) terhadap Kesejahteraan Masyarakat Proyek P2D didesain guna mendukung percepatan penanggulangan kemiskinan, yang diberikan dalam beberapa fase. Tujuan penelitian ini melakukan kegiatan evaluasi dampak proyek P2D Fase III (2001 – 2003) terhadap kesejahteraan masyarakat. Dana Proyek P2D merupakan pinjaman Pemerintah Jepang melalui Loan JBIC IP – 506. Bentuk sarana fisik yang dievaluasi dampaknya adalah : 1) Pengembangan prasarana jalan; 2) Jembatan; 3) Tambatan Perahu; 4) Prasarana Irigasi; dan 5) Sanitasi (air bersih dan lingkungan MCK). Kegiatan penelitian dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Jambi dan Kalimantan Barat. Dari hasil evaluasi untuk mengukur manfaat prasarana jalan terhadap aksesibilitas ke jalan aspal terdekat, pasar, terminal, Puskesmas, kantor desa, kantor kecamatan dan sekolah. Di tiap-tiap lokasi, waktu tempuh cenderung lebih cepat dibandingkan kondisi sebelum adanya proyek. Dengan kondisi ini penduduk miskin dapat dengan cepat mencapai pusat kegiatan ekonomi, pendidikan dan kesehatan, sehingga terjadi peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup. Dampak proyek P2D terhadap pendapatan menunjukkan terjadi peningkatan. Di Provinsi Sulawesi Selatan, adanya pembangunan jaringan irigasi berhasil meningkatkan produktivitas tanaman padi di lahan sawah dan terjadi peningkatan intensitas tanam. Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya keberadaan bangunan fisik menjadi faktor penentu keberlanjutan dan pemeliharaan bangunan pasca proyek. Contohnya, prasarana bangunan air bersih di Desa Perian dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat sejak bangunan berdiri sampai saat ini. Pembangunan ini berdampak terhadap peningkatan kualitas kesehatan, dan pengurangan biaya pengobatan. Namun demikian di beberapa wilayah, antusiasme masyarakat pengguna sarana sanitasi lingkungan (MCK) cenderung menurun. Kondisi ini lebih disebabkan oleh budaya kebersihan yang belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat penerima proyek. Dari banyak model pembangunan prasarana perdesaan yang telah dikembangkan di berbagai wilayah termasuk di lokasi desa P2D seperti P4MI, PnPPMMP, PPIP dan lain sebagainya. Pola P2D relatif lebih baik dibandingkan lainnya, karena : 1) lokasi pembangunan prasarana lebih strategis, 2) lebih partisipatif dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan (termasuk pemeliharaan), 3) lebih sederhana pengurusan administrasinya dan 4) seluruh dana dikelola olah masyarakat dengan sistem Penunjukan Langsung pada Organisasi Masyarakat Setempat (OMS). Upaya melibatkan masyarakat dalam pembangunan proyek memberikan rasa kepemilikan yang cukup tinggi akan proyek bangunan fisik yang dibangun sehingga pemanfaatannya dapat berlangsung secara berkesinambungan (sustainable benefit).
83
5.11. Evaluation on the Impact of Rural Infrastructure Development (P2D) to Community Welfare P2D Project is designed to support the poverty alleviation acceleration through several phases. The objective of this research is to evaluate the impact of Third Phase P2D Project (2001-2003) on community welfare. The financial source for P2D Project is a loan prepared by the Government of Japan through Loan JBIC IP–506. The evaluation covers: (a) road development; (b) bridge condition; (c) boat‟s anchorage; (d) irrigation facilities; and (e) sanitary (clean water and toilet/MCK environment). This research was carried out in South Sulawesi, NTB, Jambi, and West Kalimantan. Evaluation covers the measurement of road infrastructure advantage on accessibility to nearby road, market, bus terminal, health center (Puskesmas), village office, sub-district office, and school. In each research location, the duration to reach any of those points is faster compared to that of before the project. With this condition, the poor community could easily and faster to reach economic activity centers, education location, and health center contributed to the improvement of their welfare. Impact of P2D Project is also considered in the community income improvement. In South Sulawesi, irrigation network development also contributed to the improvement of rice productivity and cultivation intensity. The awareness of the community on physical buildings is the key factor to the sustainability and maintenance of such buildings. Clean water construction in Perian Village, for example, has been utilized by the community since the completion of its buldings and has been well maintained. The impact of this clean water project is directly affecting the community health condition resulting in the reduction of expenditure for health care. However, the community anthusiasm to maintain environment sanitation by using MCK was decreased. This is caused by lack of clean culture and limited understanding about sanitary by the project beneficiaries. Out of several rural infrastructure development models in many regions, including those of P2D Project, the model developed by P2D Project is better compared with similar projects, such as P4MI, PnPPMMP, PPIP, and others. P2D Project is relatively superior because of several reasons, namely: (a) strategic locations of infrastructure development; (b) more participative in planning, implementation, and utilization (including maintenance); (c) administrative arrangement is more simple; and (d) all funds are managed directly by the community through direct appointment system of the local community organization. Efforts to include community in the project development offer high sense of belonging on the physical buildings that could affect its sustainable benefit.
84
5.12. Livelihood and Gender Impact of Rapid Changes to Biosecurity Policy in the Jakarta Area and Lesson Learned for Future Approaches in Urban Areas Virus flu burung ditemukan pertama kali di Jakarta pada tahun 2003. Sejak saat itu virus tersebut menjadi endemik di Propinsi DKI Jakarta. Pada tanggal 17 Januari 2006 Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta mengeluarkan Peraturan Gubenur no 15/2007, yang membatasi dan mengawasi distribusi unggas. Peraturan ini baru efektif berjalan sejak tanggal 1 Februari 2007. Bekerjasama dengan Food and Agriculture Organization, penelitian kerjasama ini dilakukan untuk melihat dampak peraturan yang diberlakukan terhadap kondisi sosial ekonomi penduduk Jakarta. Selain meregulasi pertumbuhan dan distribusi unggas di dalam kota, peraturan ini juga melarang tiap-tiap rumah tangga untuk memelihara ternak unggas di lingkungan rumah. Ternak unggas, selain bertujuan sebagai sumber pendapatan juga banyak dipelihara sebagai hobi, pendidikan dan penelitian. Pasca berlakunya Peraturan Gubernur tersebut setiap rumah tangga yang memiliki unggas peliharaan di rumahnya harus dilengkapi dengan sertifikat bebas AI yang dikeluarkan oleh Dinas Peternakan setempat. Dampak Peraturan Gubernur tersebut cukup luas tidak saja bagi peternak unggas tetapi juga bagi unggas peliharaan. Sebagian besar peternak unggas di DKI Jakarta mengusahakan ayam kampung dan bebek sebagai sumber pendapatan rumah tangganya. Kontribusi ternak unggas mencapai sepertiga dari total pendapatan keluarga. Semenjak diberlakukannya peraturan tersebut, pendapatan rumah tangga turun hingga 37 persen. Isu terbesar yang menjadi penyebab adalah implementasi regulasi dan isu flu burung. Implementasi regulasi tersebut juga memberikan dampak terhadap gender, mengingat sebagian besar peternak ayam kampung merupakan ibu-ibu (wanita). Usaha ternak ayam kampung sangat signifikan membantu para ibu rumah tangga menambah pendapatan keluarganya. Akibat berlakunya regulasi tersebut dan pelarangan pemeliharaan unggas di lingkungan rumah, sebagian besar peternak beralih ke sektor jasa dengan menjadi pembantu rumah tangga atau menjadi buruh di kota. Pelajaran yang bisa dipetik dari berlakunya regulasi ini bisa dilihat antara lain dari sisi efektivitas pencegahan terhadap virus flu burung. Regulasi ini berfungsi efektif, namun membawa dampak negatif berupa berkurangnya peluang peningkatan pendapatan bagi rumah tangga miskin. Sebagian besar peternak ayam kampung merupakan peternak rakyat berskala kecil. Waktu yang tercurah untuk menambah pendapatan rumah tangga menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Biasanya peternak bisa beternak ayam kampung di rumah saat bersamaan mereka harus meninggalkan rumah untuk mencari pekerjaan pengganti.
85
5.12. Livelihood and Gender Impact of Rapid Changes to Biosecurity Policy in the Jakarta Area and Lesson Learned for Future Approaches in Urban Areas The highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) was first detected in the province of Jakarta in 2003. which since that time the virus has become endemic in the area and has resulted in human deaths. On 17 January 2006, the provincial government of Jakarta issued Governor Regulation No. 15/2007 on Poultry Raising and Distribution Control. It requires Jakarta residents who raise chickens, ducks, muscovy ducks, geese, pigeons, and quails in residential areas to voluntarily consume, sell, or cull their poultry. People are also banned from raising the abovementioned poultry in residential areas effective on 1 February 2007. Poultry earmarked for hobby, research, and education owned by a resident or an institution must have an animal certificate. Well-managed poultry farm, collection and slaughtering sites, and live poultry selling markets will be relocated to areas outlying and/or outside of Jakarta. Generally, the objective of the study is to review the impact of the ban of livelihoods of people within the food chain in Jakarta whose livelihoods depend on poultry. Specifically, the objectives are as follows: (a) to record the impact on various stakeholders changing legislation related to HPAI control in Jakarta focus on livelihood impacts including gender issues; (b) to take into consideration the period of proposed legislation, make a preliminary assessment of long-term livelihood impacts at household and community level as well as discuss implications for the poultry sector; (c) to provide recommendations to policy makers and decisions makers (central and local government) on how to translate livelihoods concerns and stakeholders suggestions into effective control measures which reduce the potential risk of HPAI in urban/peri-urban areas; (d) to develop a policy matrix of various options and outline the trade-offs involved in its implementations and implications for poultry hocks while ensuring effective HPAI disease control; (e) to discuss the proposed reforms in the context of long-term restructuring of poultry industry in Jakarta; and (f) to propose additional research and suggested actions in the context of the longer-term implications for poultry industry. Four administrative zones of Jakarta Province (north, south, east, and west Jakarta) had been identified based on legislative realities. Selection of four zones was based on differences in poultry keeping, trade movement, or impacts of the ban. Scope of the study was divided into three periods, namely: (a) the first period (February to May 2007) during which poultry farms ad markets shocked from depopulation and stamped out programs of CMP-HPAI; (b) the second period (June to August 2007) during which poultry farms and markets recovered; and (c) the third period (September to October 2007) in which demand for poultry is usually high, especially during idul fitri (Moslem Holiday). Comparatively, the same periods before implementing the CMP-HPAI were examined.
86
Regulasi ini dinilai bisa memberikan dampak efektif yang jauh lebih besar jika: (1) Mekanisme kompensasi harus ditinjau kembali efektivitasnya sehingga pelaksanaannya dapat berjalan tepat waktu dan mencapai target sasaran yang tepat; (2) Di masa datang beragam kebijakan yang bersifat mengawasi atau mengurangi (mengontrol) hendaknya dapat dibarengi dengan aktivitas lain yang bisa mendukung rumah tangga yang terkena dampak.
87
Major Findings on HPAI Control Measures Impact on Livelihood and Gender Are: (a) the implementation of CMP-HPAI had widely impact on community socioeconomic in Jakarta. The policy was quite positive in terms of guiding poultry farm management and controlling the transmission of HPAI; however, it affected on community‟s livelihood as the additional household incomes in this province. Native chicken and duck as dominant smallholder poultry farms were mostly affected; (b) native chicken and duck farms incomes shared more than one third total household income. After implementing the CMP-HPAI, the share decreased about 37 percent. This was because the poultry number decreased about 59.5 percent to which it consequently affected on decreasing farm income about 32.4 percent both native chicken and duck raisers perceived that the decreased poultry income was due to CMP-HPAI implementation (40.8%) and bird flu disease (31%); and (c) the implementation of CMP-HPAI remains gender impact. Previously, backyard poultry was domestically part of women activity besides carrying out household activities includes taking care of their children. They frequently more concentrated in feeding and marketing the poultry. Backyard poultry can be raised using crapped household food, in which women were able to sell the products such as egg, meat, and live poultry to support household economy. Nevertheless, after implementing the CMP-HPAI, they more concentrated as housekeepers and the rest looked for other job opportunities in the city. Meanwhile, major findings on HPAI control measures lessons learned are: (a) CMP-HPAI was implemented in order to protect both poultry and human from avian influenza virus. Although the decreased benefits from reducing the disease risk in Jakarta accrues to all who live in the city, however, the negative impacts fall disproportionately on the poorer poultry-producing households; and (b) the control measures have negatively impacted the latter group by: (i) reducing household incomes; (ii) the disbanding of poultry farmer groups and their social network benefits; (iii) a reduction in time available for women to spend with their children as they are forced to find alternative income generating activities (often jobs outside the home); (iv) a loss of poultry income that was often controlled by women in the household and used for medical and educational expenditures; and (v) a reduction in poultry meat and egg household consumption. These impacts were exacerbated by the mass media news stories about the dangers of HPAI and the associated impact on consumer perceptions.
88
89
Outstanding suggestions obtained from this research are: (a) the study estimates that the control measures have reduce the number of live birds in Jakarta by between 40-60 percent. The local government is still actively sending out livestock officers to enforce the control measures. The control measures had significant negative socioeconomic consequences for small-scale producers in Jakarta with average small producer household income decreasing by an estimated of 32 percent. It is likely that these controls would have been more effective if greater emphasis had been placed on raising awareness of HPAI and the proposed controls and if compensation had been paid. More consultations would speed up the implementation. Increased collaboration-particularly in raising awareness between human health and livestock officers would likely result in a more effective control planning; (b) in order to increase the effectiveness of the control measure, this study recommends the following. Firstly, the compensation mechanisms need to be reviewed and strengthened so that payments are made in a timely manner. The fact that no compensation payments have been made to households affected by the control measures to date has hindered control effectiveness. Although some producers were aware of the compensation program, the need to organize testing by district veterinary officers as well as approval from officers from the village, sub-district, livestock, and police discouraged households from applying. Secondly, it is recommended that future control programs include a package of low cost „livelihood support‟ activities aim to support households in undertaking these coping strategies (where appropriate). The latter would be in addition to compensation payments; and (c) there is an urgent need for targeted research to support control planning. Hence, it is recommended that future research related to control measureplanning focus on better understanding the specific conditions in other major cities where similar control measures either are or may soon be implemented. Focus should be on understanding the demography, socioeconomic, cultural, poultry market chains and other technical aspects in each particular city such as Medan (North Sumatra), Bandung (West java), Semarang (Central Java), Surabaya (East Java), Denpasar (Bali), and Makassar (South Sulawesi).
90
VI. PENDAYAGUNAAN HASIL ANALISIS DAN KERJASAMA PENELITIAN 6.1. Publikasi Hasil – Hasil Penelitian Sebagai lembaga penelitian sosial ekonomi pertanian dan analisis kebijakan, PSEKP berkewajiban untuk mempublikasikan hasil kegiatan penelitian dan analisisnya kepada publik atau pengguna (users). Publikasi dinilai sangat efektif dalam penyebarluasan hasil penelitian karena dapat mencapai sasaran secara luas dan memungkinkan untuk dibaca dan ditelaah secara berulang-ulang. Kegiatan publikasi hasil penelitian dan analisis sosial ekonomi pertanian merupakan aktifitas rutin setiap tahun. Pada tahun anggaran 2008 PSEKP telah menerbitkan 6 jenis publikasi, sebagai berikut: (1)
Jurnal Agro Ekonomi
Jurnal Agro Ekonomi (JAE) terbit dua kali setahun dan dicetak masing-masing 300 eksemplar untuk setiap nomor terbitan. JAE merupakan publikasi ilmiah yang memuat hasil penelitian primer sosial ekonomi pertanian. Penerbitan JAE dimaksudkan sebagai media untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan profesional para ahli sosial ekonomi pertanian dan sarana untuk memperoleh informasi bagi pengambil kebijakan, pelaku dan pemerhati pembangunan pertanian dan perdesaan. Tabel 6.1. menyajikan judul-judul dan penulis naskah JAE Volume 26, Nomor 1 yang diterbitkan oleh PSEKP pada tahun 2008. Pada tahun 2008, karena ada kendala teknis, PSEKP hanya menerbitkan JAE satu terbitan. Tabel 6. 1. Judul dan Penulis Naskah JAE tahun 2008 No.
Judul JAE Vol. 26 No. 1, Mei 2008
1.
The Impact of Migration on The Rice Household Economy : A Case Study in Central Java, Indonesia
I. P. Wardana, J. S. Luis, dan T. Paris
2.
Perkiraan Dampak Kebijakan Proteksi dan Promosi terhadap Ekonomi Hortikultura Indonesia
Saptana dan Prajogo U. Hadi
3.
Analisis Indeks dan Status Keberlanjutan Sistem Ketersediaan Beras di Beberapa Wilayah Indonesia
Rita Nurmalina
4.
Econometric Analysis of the Impact of Domestic Rice Procurement Policy on Producer Price: The Case of Rice in Bangladesh
Mohammad A. Ashraf
5.
Peranan Sektor Tembakau dan Industri Rokok dalam Perekonomian Indonesia: Analisis Tabel I-0 Tahun 2000
Prajogo U. Hadi dan Supena Friyatno
91
Penulis
VI. RESEARCH DISSEMINATION AND RESEARCH COLLABORATION 6.1. Publication As a research institution in the field of socioeconomic and agricultural policy, ICASEPS is entitled to publicly publish research results and its analysis to a wider users. It is understood that publication is an effective way to disseminate research results to meet the target readers. Several publications at ICASEPS is regularly maintained and in 2008, 6 (six) types of publications was published: (1)
Jurnal Agro Ekonomi
Jurnal Agro Ekonomi (JAE), issued twice a year and printed as many as 300 copies for each issue. JAE is a prime publication containing agro-socioeconomic research results. This journal publication is a medium to improve knowledge and professional skills of socioeconomic experts as well as decision makers in agricultural development. The following Table 6.1 lists the article titles of JAE Volume 26, Number 1. JAE Volume 26, Number 2 is supposedly published in 2008, however, only one issue instead due to technical constraints. Tabel 6. 1. Title and Author of Articles of JAE in 2008 No.
Title JAE Vol. 26 No. 1, May 2008
Author
1.
The Impact of Migration on the Rice Household Economy : A Case Study in Central Java, Indonesia
I. P. Wardana, J. S. Luis, and T. Paris
2.
The Impact Estimation of Promotion and Protection Policies on Horticultural Economy in Indonesia
Saptana and Prajogo U. Hadi
3.
Analysis of Sustainability Index and Status of Rice Availability System in Several Regions in Indonesia
Rita Nurmalina
4.
Econometric Analysis of the Impact of Domestic Rice Procurement Policy on Producer Price: The Case of Rice in Bangladesh
Mohammad A. Ashraf
5.
The Roles of Tobacco and Cigarette Industry Sectors in Indonesian Economy: Analysis of the 2000 I-O Table
Prajogo U. Hadi and Supena Friyatno
92
(2) Forum Agro Ekonomi Forum Agro Ekonomi (FAE) terbit dua kali setahun dan dicetak sebanyak 300 eksemplar untuk setiap nomor terbitan. FAE merupakan publikasi ilmiah yang memuat critical review hasil penelitian sosial ekonomi pertanian dan juga menampung naskah-naskah yang berupa gagasan-gagasan ataupun konsepsi-konsepsi orisinal dalam bidang sosial dan ekonomi pertanian. Tabel 6. 2 menyajikan judul-judul dan penulis naskah FAE Volume 26, Nomor 1 dan 2 yang diterbitkan oleh PSEKP pada tahun 2008. Tabel 6.2. Judul dan Penulis Naskah FAE tahun 2008 No.
Judul
Penulis
FAE Vol. 26 No. 1, Juli 2008 1.
Perspective of Agri-Environmental Service Incentives in Indonesia, Developing Countries and OECD Members
Muhammad Iqbal dan Gelar Satya Budhi
2.
Ekonomi Padi di Asia: Suatu Tinjauan Berbasis Kajian Komparatif
Achmad Suryana dan Ketut Kariyasa
3.
Peran Modal Sosial (Social Capital) dalam Perdagangan Hasil Pertanian
Syahyuti
4.
Strategi Agricultural-Demand-Led-Industrialization dalam Perspektif Peningkatan Kinerja Ekonomi dan Pendapatan Petani
Sri Hery Susilowati
5.
Escalating People‟s Participation in Rural Development Through Go-Ngo Collaboration
Gelar Satya Budhi
FAE Vol. 26 No. 2, Desember 2008 1.
Effect of Trade Liberalization and Growth on Poverty and Inequity: Empirical Evidences and Policy Options
Wayan R. Susila and Robin Bourgeois
2.
Strategi Pemberdayaan Kelembagaan Petani
Kedi Suradisastra
3.
Kajian Kritis Terhadap Pelaksanaan Pembangunan Perdesaan di Indonesia
Erizal Jamal
4.
The Characteristics of Poverty and Its Alleviation in Indonesia
Dewa K.S. Swastika and Yana Supriyatna
5.
Meningkatkan Efektifitas Kebijakan Konversi Lahan
Bambang Irawan
6.
Aksi Unjuk Rasa (dan Radikalisme) serta Penanganannya dalam Alam ”Demokrasi” di Indonesia
Tri Pranadji
93
(2) Forum Agro Ekonomi Forum Agro Ekonomi (FAE) is also published twice a year with 300 copies each. FAE is a scientific publication containing critical overview of agro-socioeconomic research results as well as ideas and original concepts in the field of agro-socioeconomic. Table 6.2 provides the titles and authors of articles of FAE Volume 26, Number 1 and 2 in 2008. Table 6.2. Title and Author of FAE in 2008 No. FAE
Title Vol. 26 No. 1, July 2008
Author
1.
Perspective of Agri-Environmental Service Incentives in Indonesia, Developing Countries, and OECD Members
Muhammad Iqbal and Gelar Satya Budhi
2.
Rice Economy in Asia: A Comparative Study-Based Review
Achmad Suryana and Ketut Kariyasa
3.
The Role of Social Capital in Agricultural Trade
Syahyuti
4.
Agricultural-Demand-Led-Industrialization Strategy in the Perspective of Economic Performance Improvement and Farmer‟s Income
Sri Hery Susilowati
5.
Escalating People‟s Participation in Rural Development Through GO-NGO Collaboration
Gelar Satya Budhi
FAE Vol. 26 No. 2, December 2008 1.
Effect of Trade Liberalization and Growth on Poverty and Inequity: Empirical Evidences and Policy Options
Wayan R. Susila and Robin Bourgeois
2.
Farmer‟s Institutional Empowerment Strategy
Kedi Suradisastra
3.
Critical Studies on Rural Development Implementation in Indonesia
Erizal Jamal
4.
The Characteristics of Poverty and Its Alleviation in Indonesia
Dewa K.S. Swastika and Yana Supriyatna
5.
Improving the Effectiveness of Land Conversion Policy
Bambang Irawan
6.
Demonstration (and Radicalism) and Its Coping Management within the ”Democracy” in Indonesia
Tri Pranadji
94
(3) Analisis Kebijakan Pertanian Analisis Kebijakan Pertanian (AKP) terbit empat kali dalam setahun dan dicetak masing-masing 300 eksemplar untuk setiap nomor terbitan. AKP adalah media ilmiah yang memuat isu aktual kebijakan pertanian dalam bentuk gagasan, dialog dan polemik. Judul-judul dan penulis naskah AKP Volume 6, Nomor 1, 2, dan 3 yang diterbitkan oleh PSEKP pada tahun 2008 disajikan pada Tabel 6.3. Adanya kendala teknis pada tahun 2008, menyebabkan PSEKP hanya menerbitkan AKP sebanyak tiga terbitan. Tabel 6.3. Judul dan Penulis Naskah AKP tahun 2008 No.
Judul
Penulis
AKP Vol. 6 No. 1, Maret 2008 1.
Indonesian Rural Women: The Role in Agricultural Development
Delima Hasri Azahari
2.
Agricultural Development in Indonesia: Current Problems, Issues, and Policies
Joyo Winoto and Hermanto Siregar
3.
Concept and Implementation of Pes Program in The Cidanau Watershed: A Lesson Learned for Future Environmental Policy
Gelar Satya Budhi, Kuswanto SA, and Muhammad Iqbal
4.
Achieving Economic Benefits Through Agricultural Trade Reforms in Indonesia
Saktyanu Kristyantoadi Dermoredjo
5.
Gagasan dan Implementasi System of Rice Intensification (Sri) dalam Kegiatan Budidaya Padi Ekologis (BPE)
Iwan Setiajie Anugrah, Sumedi dan I Putu Wardana
6.
Cuplikan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) AKP Vol. 6 No. 2, Juni 2008
1.
Kebijakan Produksi dan Peredaran Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetika (PRG) di Indonesia
Dewa K.S. Swastika Dan Hardinsyah
2.
Ketahanan dan Stabilitas Pasokan, Permintaan, dan Harga Komoditas Pangan
Kaman Nainggolan
3.
Penganekaragaman Konsumsi Pangan di Indonesia: Permasalahan dan Implikasi untuk Kebijakan dan Program
Handewi P.S. Rachman dan Mewa Ariani
4.
Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) dalam Perspektif Kebijakan Pembangunan Pertanian
Muhammad Iqbal dan Tahlim Sudaryanto
5.
Membangun Kemandirian Pangan dalam Rangka Meningkatkan Ketahanan Nasional
Delima Hasri Azahari
95
(3) Analisis Kebijakan Pertanian Analisis Kebijakan Pertanian (AKP) is a scientific journal issued quarterly, printed as many as 300 copies for each issue. This publication contains current issues in agro-socioeconomic policy in the form of ideas, dialogue, and polemic. Title and author of articles published in 2008 (Volume 6, Number 1, 2, and 3 is presented in Table 6.3. Technical problems encountered in the process of publication in 2008 had to postpone the issuance of Number 4 of the same volume. Table 6.3. Title and Author of AKP in 2008 No.
Title AKP Vol. 6 No. 1, March 2008
Author
1.
Indonesian Rural Women: The Role in Agricultural Development
Delima Hasri Azahari
2.
Agricultural Development in Indonesia: Current Problems, Issues, and Policies
Joyo Winoto and Hermanto Siregar
3.
Concept and Implementation of PES Program in the Cidanau Watershed: A Lesson Learned for Future Environmental Policy
Gelar Satya Budhi, Kuswanto SA, and Muhammad Iqbal
4.
Achieving Economic Benefits Through Agricultural Trade Reforms in Indonesia
Saktyanu Kristyantoadi Dermoredjo
5.
Ideas and Implementation of System of Rice Intensification (SRI) in Ecological Rice Farm Activities (BPE)
Iwan Setiajie Anugrah, Sumedi and I Putu Wardana
6.
Excerpt of the Ministry of Agriculture‟s Regulation No.16/2008 on General Guidance on Rural Agribusiness Development Program (PUAP) AKP Vol. 6 No. 2, June 2008
1.
Policy on Production and Distribution of Agricultural Products of Genetical Engineering (PRG) in Indonesia
Dewa K.S. Swastika and Hardinsyah
2.
Stability and Security of Food Price, Demand, and Supply
Kaman Nainggolan
3.
Diversification of Food Consumption in Indonesia: Problems and Implications for Policy and Program
Handewi P.S. Rachman and Mewa Ariani
4.
Corporate Social Responsibility in the Perspective of Agricultural Development Policy
Muhammad Iqbal and Tahlim Sudaryanto
5.
Developing Food National Security
Delima Hasri Azahari
Indpendency
to
Improve
96
No. 6.
Judul
Penulis
Cuplikan Instruksi Presiden Pertanian Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 tentang Kebijakan Perberasan AKP Vol. 6 No. 3, September 2008
1.
Perubahan Perdagangan Pangan Global dan Putaran Doha WTO: Implikasi buat Indonesia
M. Husein Sawit
2.
Membedah Gorontalo Sebagai Calon “Bintang Timur” Pertanian Indonesia di Abad 21
Tri Pranadji
3.
Strategi Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Rawan Pangan
Ening Ariningsih dan Handewi P.S. Rachman
4.
Evaluasi Kebijakan Subsidi Benih Jagung Kasus Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan
Henny Mayrowani
5.
Proses Diseminasi Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) Padi: Suatu Pembelajaran dan Perspektif ke Depan
Erizal Jamal, Maesti Mardiharini dan Muhrizal Sarwani
Cuplikan Peraturan Direktur Jenderal Peternakan Nomor 21055 Tahun 2008 tentang Petunjuk Pemberian Dana Kompensasi dan Biaya Operasional Depopulasi Unggas Akibat Penyakit Avian Influenza
6.
(4) Working Paper Working Paper (WP) adalah media cetak yang memuat tulisan ilmiah peneliti PSEKP mengenai hasil penelitian, gagasan ilmiah, opini, pengembangan metodologi, pengembangan alat analisis, argumentasi kebijakan, pandangan ilmiah dan review hasil penelitian. Judul-judul dan penulis naskah WP No. 93 hingga 95 yang diterbitkan oleh PSEKP pada tahun 2008 disajikan pada Tabel 6.4. Tabel 6.4. Judul dan Penulis Naskah Working Paper yang Terbit Tahun 2008 No.
Judul Naskah
Penulis
WP 93
Optimalisasi Kelembagaan Lokal dalam Upaya Pemberdayaan Petani di Wilayah Miskin PFI3P Kabupaten Lombok Timur : Suatu Tinjauan Pada Analisis Usahatani Komoditas Potensial
Iwan Setiajie Anugrah
WP 94
Analisis Keterbatasan Pemilikan Asset, Pola Pengeluaran dan Pendapatan Rumah Tangga Petani Miskin di Wilayah PFI3P Kabupaten Temanggung Jawa Tengah: Suatu Upaya Peningkatan Kondisi Sosial Ekonomi Jangka Panjang
Iwan Setiajie Anugrah
97
No. 6.
Title
Author
Excerpt of the President Instruction No. 1/2008 on Rice Policy AKP Vol. 6 No. 3, September 2008
1.
Changes of Global Food Trade and WTO‟s Doha Round: Implications for Indonesia
M. Husein Sawit
2.
Deeply Consider Gorontalo as the Candidate for Indonesia‟s “East Star” in Agriculture in the 21st Century
Tri Pranadji
3.
Strategy to Increase Food Security of Food Insecurity Households
Ening Ariningsih and Handewi P.S. Rachman
4.
Policy Evaluation of Subsidized Corn Seeds: Case of Jeneponto Regency, South Sulawesi
Henny Mayrowani
5.
Dissemination Process of Integrated Plants and Resources Management (PTT) of Paddy: A Lesson Learned and Future Prospects
Erizal Jamal, Maesti Mardiharini and Muhrizal Sarwani
6.
Excerpt of the Director General of Livestock Decree No. 21055/2008 on Guide to Compensation Fund and Operation Budget for Poultry Depopulation Caused by AI Disease
(4) Working Paper Working Paper (WP) is a printed publication specifically provided for ICASEPS researcher containing review on specific issue of research results, scientific ideas, opinion, methodology development, development of analysis tools, policy argumentation, and scientific review. Article of WP No. 93, 94 and 95 published by ICASEPS in 2008 is prepared in Table 6.4. Table 6.4. Title and Author of Working Paper in 2008 No.
Title
Author
WP 93
Optimalization of Local Institution in Empowerment Efforts of Farmers in PFI3P Poor Region of East Lombok Regency: A Review on Farm Analysis of Potential Crops
Iwan Setiajie Anugrah
WP 94
Analyses of Assets Ownership Limitation and Income and Expenditure Pattern of Poor Farmers in PFI3P Region of Temanggung Regency, Central Java: Effort to Improve Longterm Socio-economic Condition
Iwan Setiajie Anugrah
98
No.
Judul Naskah
WP 95
Realitas Keterbatasan Kelembagaan Sumber Informasi Pasar dan Teknologi Pertanian di Wilayah Kegiatan P4MI Kabupaten Temanggung
Penulis Iwan Setiajie Anugrah
(5) Prosiding Prosiding merupakan publikasi yang diterbitkan tetapi tidak berkala. Prosiding berisi karya tulis, yang pernah diseminarkan pada seminar nasional dan seminar khusus yang dilaksanakan oleh PSEKP. Tahun 2008 PSEKP menerbitkan satu prosiding dan dicetak 300 eksemplar. Prosiding ini merupakan kumpulan makalah yang telah diseminarkan pada Seminar Nasional “Meningkatkan Peran Sektor Pertanian dalam Penanggulangan Kemiskinan”. Judul-judul dan penulis naskah Prosiding pada tahun 2008 disajikan pada Tabel 6.5. Tabel 6.5. Judul dan Penulis Naskah Prosiding No.
Judul
Penulis
1.
Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin dan Faktor Penyebabnya
Sunaryo Urip
2.
Karakteristik Wilayah dan Keluarga Miskin di Perdesaan : Basis Perumusan Intervensi Kebijakan
I Wayan Rusastra dan Togar A. Napitupulu
3.
Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penurunan Jumlah Penduduk Miskin
Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti
4.
Kebijakan Pemerintah dalam Penanggulangan Kemiskinan
Sujana Royat
5.
Program-program Sektor Pertanian yang Berorientasi Penanggulangan Kemiskinan: Pengalaman Proyek Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani-Nelayan Kecil (P4K) sebagai Sebuah Model Penanggulangan Kemiskinan
Harniati
6.
Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam Penanggulangan Kemiskinan
Epi Kustiawan
7.
Pengalaman Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam Pendampingan dan Pemberdayaan Keluarga Miskin di Sektor Pertanian (Sebuah Refleksi)
A. Irawati Hermantyo
(6) Agro-Socioeconomic Newsletter Newsletter ini merupakan media berbahasa Inggris di PSEKP yang diterbitkan pertama kali tahun 2007. Frekuensi terbitan dirancang sebanyak 6 kali setiap tahun, masing-masing 300 eksemplar setiap terbit.
99
No.
Title
WP 95
Actual Constraints of Information Source Institutions of Agricultural Market and Technology in P4MI Region of Temanggung Regency
Author Iwan Setiajie Anugrah
(5) Prosiding Proceeding is an irregular publication. Proceeding is a scientific paper presented in a national or special seminar/workshop held by ICASEPS. In 2008, ICASEPS published 300 copies of a proceeding. This proceeding is a collection of a seminar entitled “Improving the Role of Agricultural Sector in Poverty Alleviation” held by ICASEPS in Bogor. The title and author of this proceeding is presented in Table 6.5. Table 6.5. Title and Author of Proceeding in 2008 No. 1. 2. 3. 4.
Title The Development of Total Poor Population and Its Causing Factor Regional Characteristics and Poor Family in Rural Areas: The Formulation Basis of Policy Intervention Impact of Economic Growth on The Reduction of Poor People
Author Sunaryo Urip I Wayan Rusastra and Togar A. Napitupulu Hermanto Siregar and Dwi Wahyuniarti Sujana Royat
5.
Government Policy on Poverty Alleviation
Harniati
6.
Agricultural Sector Programs for Poverty Alleviation: The Experience of P4K Project as a Model of Poverty Alleviation in Rural Areas
Epi Kustiawan
7.
Government of West Java Policy on Poverty Alleviation
A. Irawati Hermantyo
NGO Experience in Guarding and Empowering Poor Households in Agricultural Sector : A Reflection
(6) Agro-Socioeconomic Newsletter Newsletter is an English-language medium published regularly by ICASEPS. First published bi-monthly in 2007 with 300 copies each issue. This 8-page publication is published in full color with objective to exchange information publicly about agro-socioeconomic field.
100
Newsletter volume 1 Nomor 1 diterbitkan mulai bulan Februari, dan seterusnya dengan selang sekali dua bulan berikutnya. Jumlah halaman tiap terbit adalah 8 halaman dengan penampilan berwarna penuh (full colour). Mengingat adanya kendala teknis dan keterbatasan anggaran, pada TA. 2008 newsletter terbit 3 kali, masing-masing terbitan sebanyak 200 eksemplar. Media ini diterbitkan dalam upaya memperluas jangkauan pembaca, baik untuk berbagai mitra dan lembaga riset serta lembaga pemerintahan di dalam negeri dan di luar negeri. Oleh karena itu, untuk setiap terbitan, media ini disebarkan ke berbagai lembaga pemerintah, kalangan perguruan tinggi, lembaga riset lain, swasta, dan lain-lain. Untuk kalangan dari luar negeri, media ini disampaikan secara langsung kepada beberapa lembaga riset dan donor yang berkantor di Indonesia, serta melalui website (www.pse.litbang.deptan.go.id). Sebagai newsletter, informasi yang dicakup didalamnya merupakan informasi yang bersifat paling baru dan sedang hangat dibicarakan. Harapannya adalah agar pembaca dapat mengetahui informasi paling baru serta memperoleh respon dari kalangan pembaca secara cepat pula. Topik-topik utama yang selalu hadir dalam setiap terbitan yaitu: temuan-temuan penelitian yang menarik (research findings), tinjauan terhadap kebijakan pemerintah yang terbaru tentang pembangunan pertanian (recent policy development), kegiatan penelitian di PSEKP (research activities), serta berita seputar lembaga PSEKP (ICASEPS news). Tabel 6.6 menyajikan daftar isi terbitan Newsletter PSEKP selama tahun 2008. Tabel 6.6 Daftar Isi Terbitan Newsletter PSEKP Tahun 2008 Daftar Isi Newsletter menurut Terbitan Vol. 2 No. 1 Maret 2008 1. 2. 3.
Analysis of Financial System in Agricultural Sector Revisiting Subsidy Policy and Fertilizer Distribution Rural Agribusiness Development (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan/ PUAP) 4. People‟s Business Credit (Kredit Usaha Rakyat/KUR) 5. Government–Funded Research Activities 6. Research Collaboration 7. Publications 8. ICASEPS‟ Meetings 9. Welcome Colleagues 10. Brief Profile Vol. 2 No. 2 Juni 2008 1. 2.
101
The Analysis of Free Trade Agreement between Indonesia – China, AFTA and Its Impact to Trade Performance of Agriculture Commodity Rural Socio-Economic Dynamics: Comparison Analysis on Agricultural Census
Since 2008, this Newsletter was published quarterly to keep the quality and larger coverage of the publication. Since then, due to technical constraints, this newsletter could only be printed as many as 200 copies. With English-language publication, Newsletter is also intended to reach wider readers as well as ICASEPS international institutions counterpart. This publication is well distributed at domestic partner institutions (government institutions, independent research institutions, universities, and other parties) and local-based international organizations. Newsletter could be visited at our website (www.pse.litbang.deptan.go.id). Four topics regularly published are Research Findings, Recent Policy Development, Research Activities, and ICASEPS News. With these topics, the readers are expected to receive late information about agricultural development in Indonesia, including various research-related activities of researchers at ICASEPS. The editorial team is chaired by. Dr. Sahat M. Pasaribu in association with several editorial team members, Syahyuti, Ashari, Iwan Setiajie Anugrah, and Ibnu Salman. Table 6.6 lists the contents of Newsletter in 2008. Table 6.6. Contents of Newsletter Published in 2008 Contents by Issue Vol. 2 No. 1 March 2008 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Analysis of Financial System in Agricultural Sector Revisiting Subsidy Policy and Fertilizer Distribution Rural Agribusiness Development (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan/ PUAP) People‟s Business Credit (Kredit Usaha Rakyat/KUR) Government–Funded Research Activities Research Collaboration Publications ICASEPS‟ Meetings Welcome Colleagues Brief Profile
Vol. 2 No. 2 June 2008 1. 2.
The Analysis of Free Trade Agreement between Indonesia – China, AFTA and Its Impact to Trade Performance of Agriculture Commodity Rural Socio-Economic Dynamics: Comparison Analysis on Agricultural Census
102
Daftar Isi Newsletter menurut Terbitan 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
The Analysis of Free Trade Agreement between Indonesia – China, AFTA and Its Impact to Trade Performance of Agriculture Commodity Rural Socio-Economic Dynamics: Comparison Analysis on Agricultural Census Inpres No.1/2008 on New Government Procurement Price of Paddy The Analysis of Free Trade Agreement between Indonesia – China, AFTA and Its Impact to Trade Performance of Agriculture Commodity Rural Socio-Economic Dynamics: Comparison Analysis on Agricultural Census Inpres No.1/2008 on New Government Procurement Price of Paddy The Progress of Government-Funded Research Activities 2008 Research Collaboration ICASEPS Publications Workshop on AI Disease Control Policy: Implementation, Impact, and Lesson Learned Visit of Regional Parliament Members (City of Tasikmalaya, West Java) Best Research Results 2007 Brief Profile
Vol.2 No. 3 September 2008 1. Analysis of Fertilizers‟ Supply and Demand Analysis in Indonesia from 20072011 2. National Farmer‟s Panel (Patanas): Indicator Analysis of Rural and Agricultural Development 3. Policy Options to Promote Agricultural Growth and Reform in an Era of Rising Commodity Prices‟ 4. Research Activities in Progress 5. ICASEPS Publication 6. Senior Official Meeting DDA-WTO, Geneva, Switzerland, 14-21 July 2008 7. ICASEPS Seminar 8. ICASEPS Library
(7) Leaflet Leaflet merupakan media publikasi PSEKP yang diterbitkan secara berkala, untuk memenuhi bahan materi PSEKP dalam berbagai kegiatan internal maupun dalam event nasional, seminar, pameran serta kegiatan diseminasi lainnya. Media leaflet yang dicetak pada tahun 2008 sebanyak 800 eksemplar. (8) Pendistribusian dan Susunan Dewan Redaksi Berbagai jenis publikasi yang telah dihasilkan PSEKP disebarluaskan ke berbagai instansi terkait seperti Puslitbang, Balai Nasional, BPTP lingkup Badan Litbang Pertanian, Ditjen Pertanian lingkup Departemen Pertanian, Perguruan Tinggi, Organisasi Profesi, Asosiasi Swasta/Praktisi baik secara langsung atau melalui tamu-tamu yang datang secara resmi dan memerlukan publikasi PSEKP. Rincian distribusi publikasi PSEKP disajikan pada Tabel. 6.7.
103
Contents by Issue 3.
The Analysis of Free Trade Agreement between Indonesia – China, AFTA and Its Impact to Trade Performance of Agriculture Commodity 4. Rural Socio-Economic Dynamics: Comparison Analysis on Agricultural Census 5. Inpres No.1/2008 on New Government Procurement Price of Paddy 6. The Progress of Government-Funded Research Activities 2008 7. Research Collaboration 8. ICASEPS Publications 9. Workshop on AI Disease Control Policy: Implementation, Impact, and Lesson Learned 10. Visit of Regional Parliament Members (City of Tasikmalaya, West Java) 11. Best Research Results 2007 12. Brief Profile Vol. 2 No. 3 September 2008 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Analysis of Fertilizers‟ Supply and Demand Analysis in Indonesia from 20072011 National Farmer‟s Panel (Patanas): Indicator Analysis of Rural and Agricultural Development Policy Options to Promote Agricultural Growth and Reform in an Era of Rising Commodity Prices‟ Research Activities in Progress ICASEPS Publication Senior Official Meeting DDA-WTO, Geneva, Switzerland, 14-21 July 2008 ICASEPS Seminar ICASEPS Library
(7) Leaflet Leaflet is another regular ICASEPS publication to promote ICASEPS internal activities in various national events, such as seminar, exhibition, and other dissemination activities. Leaflet was printed as many as 800 copies during 2008. (8) Distribution and Editorial Staff All publications are distributed to various institutions within AARD, Ministry of Agriculture, scientific and profession associations, practitioners and universities. Mode of distribution could be either by mail or directly handed over to guests visiting ICASEPS. Table 6.7 illustrated the distribution of ICASEPS publications in Indonesia.
104
Publikasi ilmiah PSEKP dapat dihasilkan melalui kerjasama antara penulis naskah dan Dewan Redaksi. Seleksi tulisan dilakukan oleh Dewan Redaksi untuk terbitan JAE, FAE, dan AKP yang ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian (Tabel 6.8.) Tabel 6.7. Distribusi Publikasi Ilmiah PSEKP Jenis Publikasi
Distribusi
1. JAE
Staf Ahli Menteri, Sekjen, Ditjen dan Badan Lingkup Deptan, Puslitbang, BPTP, Perguruan Tinggi, Organisasi Profesi, Asosiasi Swasta, dan lain-lain
2. FAE
Staf Ahli Menteri, Sekjen, Ditjen dan Badan Lingkup Deptan, Puslitbang, BPTP, Perguruan Tinggi, Organisasi Profesi, Asosiasi Swasta, dan lain-lain
3. AKP
Staf Ahli Menteri, Sekjen, Ditjen dan Badan Lingkup Deptan, Puslitbang, BPTP, Perguruan Tinggi, Organisasi Profesi, Asosiasi Swasta, dan lain-lain
5. Prosiding Seminar Nasional
Staf Ahli Menteri, Sekjen, Ditjen dan Badan Lingkup Deptan, Puslitbang, BPTP, Perguruan Tinggi, Organisasi Profesi, Asosiasi Swasta, dan lain-lain
6. Newsletter
Staf Ahli Menteri, Sekjen, Ditjen dan Badan Lingkup Deptan, Puslitbang, BPTP, Perguruan Tinggi, Organisasi Profesi, Asosiasi Swasta, dan lain-lain
Tabel 6.8. Susunan Dewan Redaksi JAE, FAE, AKP, dan Dewan Editor Tematik Tahun 2008 No
SK Kepala Badan Nomor:
Terbitan
1.
32/Kpts/OT.160/J/2/2006
JAE
1. 2. 3. 4. 5.
Dr. Budiman Hutabarat (Ketua) Dr. Parulian Hutagaol (Anggota) Dr. Nizwar Syafa‟at (Anggota) Drs Prajogo U. Hadi, M.Ec (Anggota) Dr. Bambang Irawan (Anggota)
2.
26/Kpts/OT.160/J/2/2006
FAE
1. 2. 3. 4. 5.
Dr. Rozany Nurmanaf (Ketua) Dr. Tri Pranadji (Anggota) Ir. Saptana, MSi (Anggota) Dr. Handewi P. Saliem (Anggota) Dr. Sumaryanto (Anggota)
3.
28/Kpts/OT.160/J/2/2006
AKP
1. 2. 3. 4. 5.
Dr. Dr. Dr. Dr. Dr.
105
Nama Dewan Redaksi
Yusmichad Yusdja (Ketua) Edi Basuno (Anggota) Dewa K.S. Swastika (Anggota) Bambang Sayaka (Anggota) Erizal Jamal (Anggota)
Scientific publications are prepared through cooperation between the authors and the editors of JAE, FAE, and AKP. The editors of these publications are appointed by the Director AARD (see Table 6.8). Table 6.7. Distribution of ICASEPS Scientific Publications Publication 1. JAE
Destination of Distribution Minister‟s experts staff offices, Secretariat General office, Directorate Generals and Agencies under the MoA, Research and development centers, AIATs, Universities, Profession associations, Private associations, etc.
2. FAE
Minister‟s experts staff offices, Secretariat General office, Directorate Generals and Agencies under the MoA, Research and development centers, AIATs, Universities, Profession associations, Private associations, etc.
3. AKP
Minister‟s experts staff offices, Secretariat General office, Directorate Generals and Agencies under the MoA, Research and development centers, AIATs, Universities, Profession associations, Private associations, etc.
5. National Seminar Proceeding
Minister‟s experts staff offices, Secretariat General office, Directorate Generals and Agencies under the MoA, Research and development centers, AIATs, Universities, Profession associations, Private associations, etc.
6. Newsletter
Minister‟s experts staff offices, Secretariat General office, Directorate Generals and Agencies under the MoA, Research and development centers, AIATs, Universities, Profession associations, Private associations, etc.
Tabel 6.8. Editors of JAE, FAE, AKP, and Thematic Book in 2008 No.
Decree of Director General of AARD
Publication
1.
32/Kpts/OT.160/J/2/2006
JAE
1. 2. 3. 4. 5.
Dr. Budiman Hutabarat (Chairperson) Dr. Parulian Hutagaol (Member) Dr. Nizwar Syafa‟at (Member) Drs Prajogo U. Hadi, M.Ec (Member) Dr. Bambang Irawan (Member)
2.
26/Kpts/OT.160/J/2/2006
FAE
1. 2. 3. 4. 5.
Dr. Rozany Nurmanaf (Chairperson) Dr. Tri Pranadji (Member) Ir. Saptana, MSi (Member) Dr. Handewi P. Saliem (Member) Dr. Sumaryanto (Member)
3.
28/Kpts/OT.160/J/2/2006
AKP
1. 2. 3. 4. 5.
Dr. Dr. Dr. Dr. Dr.
Editorial Team
Yusmichad Yusdja (Chairperson) Edi Basuno (Member) Dewa K.S. Swastika (Member) Bambang Sayaka (Member) Erizal Jamal(Member)
106
6.2.
Komunikasi dan Dokumentasi Hasil Penelitian
Hasil-hasil penelitian Badan Litbang Pertanian (termasuk PSEKP) baru akan memiliki makna dan manfaat setelah sampai kepada para stakeholder atau pengguna. Oleh karena itu kegiatan komunikasi (mulai dari pengolahan sampai penyebarluasan hasil penelitian) memegang peranan sangat penting. Dalam penyelenggaraan komunikasi, perlu juga didukung dengan dokumentasi yang baik. Kegiatan dokumentasi dapat berupa pengabadian suatu peristiwa/momen kegiatan komunikasi atau manajemen kearsipan bahan-bahan komunikasi. Pada tahun Anggaran 2008 kegiatan komunikasi dan dokumentasi penelitian yang dilaksanakan PSEKP, meliputi : (1) Seminar rutin, seminar proposal dan seminar hasil penelitian 2008, (2) Seminar Nasional 2008, (3) Partisipasi dalam pameran/ekspose inovasi teknologi; (4) Rapat Dewan Redaksi; (5) Pembuatan website; (6) Dokumentasi; dan (7) Penyebaran publikasi. 6.2.1.
Seminar
Pada tahun 2008 PSEKP telah menyelenggarakan berbagai seminar: yang diantaranya adalah Seminar Rutin, Seminar Proposal, Seminar Hasil Penelitian, dan Seminar Nasional. Berbagai seminar tersebut dimaksudkan untuk mengkomunikasikan hasil penelitian yang telah dilakukan serta untuk mendapatkan umpan balik atau masukan dari para stakeholder. Khusus Seminar Rutin, selain untuk mencari masukan dari stakeholder, juga dijadikan sebagai ajang/media menumbuhkan “budaya ilmiah” di PSEKP sebagai salah satu lembaga penelitian. Tabel 6.9. menyajikan judul-judul makalah seminar rutin dan pembicaranya. Tabel 6.9. Judul Makalah dan Pembicara pada Seminar Rutin Tahun 2008 No.
Tanggal
1.
4-1-2008
2.
11-04-08
3.
22-8-08
Judul Makalah
Pembicara
Noumenology Al Qur‟an
Dr. Hidayat Nataatmadja
Perkembangan Produksi dan Kebijakan Bio Energi di Beberapa Negara
Dr. Delima H Azahari, MS
Defisiensi Petani Sebagai Manajer Usahatani
Prof Dr. Margono Slamet
Beberapa seminar tertentu melibatkan tim pembahas yang berasal dari luar PSEKP, baik kalangan birokrat maupun akademisi. Tujuan seminar tersebut adalah untuk mendapatkan masukan dari pembahas
107
6.2.
Communication and Documentation
Research results produced by AARD, including ICASEPS would have value when reach the stakeholders and the users. Therefore, research communication (from publication process to dissemination activities) plays significant role. This communication should be supported by a well organized documentation, such as event/communication activities picture taking or archive management of communication materials. Research communication and documentation covered: (a) Regular seminar (research proposal and research results), (b) National seminar, (c) Participation in technology innovation exhibition/exposition, (d) Editors meeting, (e) Website construction, (f) Documentation, and (g) Dissemination of publications. 6.2.1.
Seminar
As earlier mentioned, there were many seminars held in 2008 by ICASEPS, namely: (a) Regular seminar, (b) Proposal seminar, (c) Research results seminar, and (d) National seminar. These seminars particularly conducted to communicate and to have feed back from participants and other inputs from stakeholders to improve the quality of research being carried out. Specifically for regular seminar, aside from inputs from stakeholders, the seminar is also expected to internalize scientific culture among the researchers. Table 6.9 show the title of papers presented in the regular seminar during 2008. Table 6.9. Papers and Speakers of Regular Seminar, 2008 No.
Date
Title of Paper
Speaker
1.
4-1-2008
Noumenology Al Qur’an
Dr. Hidayat Nataatmadja
2.
11-04-08
Production Development and Policy on Bio-Energy in Several Countries
Dr. Delima H Azahari, MS
3.
22-8-08
Farmer‟s Deficiency as Farm Manager
Prof Dr. Margono Slamet
For these seminars, several discussants are invited from other institutions, including those academicians, specifically for national
108
dan peserta, sekaligus sebagai media untuk mengkomunikasikan hasilhasil penelitian kepada stakeholder. Daftar judul makalah dan pembicara dalam seminar nasional yang dilakukan PSEKP pada TA. 2008 dapat dilihat pada Tabel 6. 10. Tabel 6.10. Judul Makalah dan Pembicara pada Seminar Nasional “Dinamika Pembangunan Pertanian dan Perdesaan: Tantangan dan Peluang bagi peningkatan Kesejahteraan Petani”, Tahun 2008 Tanggal 19-11-08
Judul Makalah
Pembicara
Makalah Utama 1.
Perubahan Pendapatan Rumah Tangga Perdesaan Th. 1995-2007
Sumaryanto dan Tahlim Sudaryanto
2.
Perubahan Konsumsi Rumah Tangga Perdesaan : Analisis Data SUSENAS 1999, 2002 dan 2005
Handewi .P Saliem dan Ening Ariningsih
3.
Perkembangan Harga Komoditas Pertanian di Pasar Dunia dan Refleksinya di Perdesaan Indonesia
Sri Hery Susilowati dan Benny Rachman
Makalah Penunjang Kelompok A
109
4.
Dinamika Kesejahteraan Petani dan Non-Petani di Indonesia: Suatu Analisis Makro vs Mikro
Nyak Ilham
5.
Analisis Pendapatan Rumah Tangga Tani Ditinjau dari Aspek Indikator Pembangunan Ekonomi Perdesaan
Sarjana dan Munir E.W
6.
Kinerja Beberapa Indikator Kesejahteraan Petani Padi 2008 di Perdesaan Kabupaten Karawang
Ikin Sadikin dan Kasdi Subagyono
7.
Dampak Pembangunan Prasarana Transportasi terhadap Kesejahteraan Masyarakat Perdesaan : Kasus Kabupaten Bulu Kumba Sulawesi Selatan
Tri Bastuti Purwantini dan Rudi Sunarja Rivai
8.
Analisis Keberagaman Usaha Rumah Tangga Pertanian di Berbagai Agroekosistem Lahan Marginal
Dewa K.S. Swastika, Roosganda Elizabeth dan Juni Hestina
9.
Upaya Peningkatan Pendapatan Usahatani Padi dan Sayuran di Lahan Lebak Kalimantan Selatan
Rismarini Zuraida dan A. Hamdan
10. Analisis Proporsi Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani Padi pada Berbagai Agroekosistem
Adang Agustian dan Nyak Ilham
seminar. This important to have different views on seminar topic in the atempt to obtain feed back and input. The list of papers and speakers at national seminars held by ICASEPS in 2008 are provided in Tables 6.10 to 6.13. Table 6.10. Papers Presented at National Seminar on “The Dynamic of Rural and Agricultural Development: Challenges and Opportunities for Farmer‟s Welfare Improvement”, 2008 Date
Title of Papers
19-11-08
Main Papers 1. Rural Household Income Changes: Analysis of Patanas Data 1995 and 2007
Speakers
Sumaryanto and Tahlim Sudaryanto
2.
Consumption Change and Household Expenditure in Rural Areas: Analysis of Susenas Data 1999 – 2005
Handewi .P Saliem and Ening Ariningsih
3.
Food Price Development and Its Implication for Rural Community
Sri Hery Susilowati and Benny Rachman
Supporting Papers Group A 4.
The Dynamics of Farmer‟s and Non Farmer‟s Welfare in Indonesia: A Macro vs Micro Analysis)
Nyak Ilham
5.
Performance of Several Farmer‟s Welfare Economic Indicators in Rural Area of Karawang Regency in 2008
Ikin Sadikin and Kasdi Subagyono
6.
Impact of Transportation Development on The Welfare of Rural Community: The Case of Bulu Kumba Regency of South Sulawesi
Tri Bastuti Purwantini and Rudi Sunarja Rivai
7.
Variance Analysis of Agricultural Household Business in Various Agroecosystem of Marginal Lands
Dewa K.S. Swastika, Roosganda Elizabeth and Juni Hestina
8.
Income Improvement of Rice and Vegetable Farms in Lowland of South Kalimantan: A Case in Sungai Durait Tengah, Babirik Sub District, Hulu Sungai Utara Regency
Rismarini Zuraida and A. Hamdan
9.
Analysis of Income Proportion and Expenditure of Rice Farmer Households in Several Agro-ecosystems
Adang Agustian and Nyak Ilham
10. Feasibility Scale of The Pattern of Sheep Breeding Farm to Support Farmers Income in Rural Areas
Dwi Priyatno
110
Tanggal
Judul Makalah
Pembicara
11. Target Kelayakan Skala Usaha Ternak Domba Pola Pembibitan Mendukung Pendapatan Petani di Perdesaan
Dwi Priyatno
12. Keragaan Penguasaan Lahan Sebagai Faktor Utama Penentu Pendapatan Petani
Valeriana Darwis
Kelompok B 13. Analisa Tingkat Kesejahteraan Petani menurut Pola Pendapatan dan Pengeluaran di Perdesaan
Sugiarto
14. Pola Konsumsi Pangan Rumah tangga di Wilayah Historis Pangan Beras dan NonBeras di Indonesia
A. Ayiek Sih Sayekti
15. Pola Pengeluaran dan Konsumsi Pangan Pada Rumah Tangga Petani Padi
Tri Bastuti Purwantini dan Mewa Ariani
16. Konsumsi dan Kecukupan Energi dan Protein Rumah Tangga Perdesaan di Indonesia : Analisis Data Susenas 1999, 2002 dan 2005
Ening Ariningsih
17. Sikap Konsumen Terhadap Jeruk dan Pisang Lokal Segar Kasus : Daerah Istimewa Yogyakarta
Widodo
18. Analisis Pendapatan, Pola Konsumsi dan Kesejahteraan Petani Padi Berbasis Agroekosistem Lahan Sawah Irigasi
Sugiarto
19. Nilai Tambah Diversifikasi Hasil Usahatani Bawang Merah Menjadi Bawang Goreng
Triwara Budhisaktyarini
20. Dampak Abrasi dan Rob terhadap Perilaku Masyarakat Kawasan Pesisir Kabupaten Demak
Danang Manumono
Kelompok C
111
21. Perubahan Tingkat Harga Komoditas Pangan di Pasar Dunia dan Dampaknya terhadap Konsumsi dan Harga di Pasar Domestik
Reni Kustiari dan Sri Nuryanti
22. Dampak Harga Susu Dunia Terhadap Harga Susu Dalam Negeri Tingkat Peternak : Kasus Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara di Jawa Barat.
Atien Priyanti dan Ratna A. Saptanti
23. Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Kunci Kesejahteraan Petani
Wan Abbas Zakaria
Date
Title of Papers
Speakers
11. The Performance of Land Ownership as Main Factor to Determine Farmer‟s Income
Valeriana Darwis
12. Economic Analysis of Cassava-Based Male Sheep Fattening in Rural Areas
S. Rusdiana and Dwi Priyanto
Group B 13. Analysis of Consumption Pattern Farmer‟s On Agroecosystem-Based Irrigated Sawah Land
Sugiarto
14. Household Food Consumption Pattern in Rice and Non Rice Food Historical Regions of Indonesia
A. Ayiek Sih Sayekti
15. Food Consumption Pattern in Rice Farmer‟s Households
Tri Bastuti Purwantini and Mewa Ariani
16. Consumption and Intake Adequacy of Calorie and Protein of Rural Household in Indonesia: Analysis of Susenas Data 1999, 2002, and 2005
Ening Ariningsih
17. Analysis of Farmer‟s Welfare Level by Pattern of Income and Expenditure in Rural Areas
Sugiarto
18. Consumer‟s Response on Local Orange and Banana: A Case in Yogyakarta
Widodo
19. Added Value of Farm Diversification, from Fresh to Fried Red Shallot
Triwara Budhisaktyarini
20. Impact of Rob and Abrasion on Community Attitude at Coastal Area of Demak Regency
Danang Manumono
Group C 21. Price Level Changes of Food Commodities in the World Market and Its Impact on Domestic Price and Consumption
Reni Kustiari and Sri Nuryanti
22. Impact of World‟s Dairy Price on Farmer‟s Level Domestic Milk Price: The Case of Cattle Farm Cooperative in Bandung Utara, West Java
Atien Priyanti and Ratna A. Saptanti
23. Strengthening Farmer’s Group Institution is the Key to Farmer’s Welfare
Wan Abbas Zakaria
112
Tanggal
Judul Makalah
Pembicara
24. Analisis Perkembangan Harga dan Rantai Pemasaran Komoditas Cabai Merah di Propinsi Jawa Barat
Adang Agustian dan Iwan Setiajie Anugrah
25. Analisis Perdagangan Kakao Indonesia Ke Spanyol
Saktyanu K Dermoredjo dan Adi Setiyanto
26. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keuntungan Petani Dengan Menerapkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Perkebunan Kakao Rakyat Untuk Meningkatkan Pendapatannya
Hendiarto
27. Analisis Ekonomi Penggemukan Ternak Domba Jantan Berbasis Tanaman Ubikayu di Perdesaan
S. Rusdiana dan Dwi Priyanto
28. Kajian Usahatani Kabupaten Bantul
Aris Slamet Widodo
Lahan
Pantai
di
Tabel 6.11. Judul Makalah dan Pembicara pada Lokakarya “Kebijakan Pengendalian Penyakit Flu Burung (Avian Influenza): Implementasi, Dampak, dan Pembelajaran, Tahun 2008 Tanggal 22-05-08
113
Judul Makalah
Pembicara
1.
Perencanaan, Sosialisasi dan Implementasi Kebijakan Pengendalian Penyakit Flu Burung
Dr. Elly Siregar
2.
Economic and Sosial Impacts of Avian Influenza Outbreak in Bali and Lombok: What Have We Learned?
Dr. Phil Simmons,
3.
Dampak Legisiasi Perunggasan terhadap Mata Pencaharian Peternak Ayam Buras dan Itik di Jakarta
Dr. A. Rozany Nurmanaf
4.
Socio-economic Impacts of Outbreaks and Control Measures
Dr. Yusmichad Yusdja
5.
Pengembangan Teknologi Pengendalian Flu Burung di Indonesia
Dr. Sarminto
6.
Dampak Merebaknya Flu Burung Terhadap Ekonomi Makro Indonesia Suatu Pendekatan CGE
Rina Oktaviani, PhD.
7.
Analisis Respon Pemerintah terhadap Penyakit Flu Burung di Provinsi Bali
Ir. IGK Sudaratmaja, MS
8.
Pengukuran Respon Peternak Ayam di Sektor Tiga dan Empat terhadap Penyebaran Avian Flu : Studi Kasus di Bali
Dr. Dwi Budi Santosa
HPAI
Date
Title of Papers
Speakers
24. Price Development Analysis and Marketing Channel of Red Chili in West Java Province
Adang Agustian and Iwan Setiajie Anugrah
25. Trade Analysis of Indonesian Cocoa to Spain
Saktyanu K. Dermoredjo and Adi Setiyanto
26. Factors Affecting Farmer‟s Profit in the Application of Integrated Pest Control at Smallholders‟ Cocoa and Efforts to Improve Their Income
Hendiarto
27. The Study of Farming Systems of Coastal Land in Bantul Regency
Aris Slamet Widodo
28. From Fresh Onion to Fried Onion: Added Value of Farm Diversification 29. Abrasi and Rob Impact on Community Attitude in Coastal Area of Demak Regency
Triwara Budhisaktyarini Danang Manumono
Table 6.11. Papers Presented at National Seminar on “Avian Influenza Disease Control Policy: Implementation, Impact, and Lesson Learned”, 2008 Date 22-05-08
Title of Paper
Speaker
1. Planning, Socializing, and Implementing Control Policy on AI Disease
Dr. Elly Siregar
2. Economic and Sosial Impacts of Avian Influenza Outbreak in Bali and Lombok: What Have We Learned?
Dr. Phil Simmons,
3. Impact of Poultry Legislation on Duck and Domestic Chicken Farmers Income Source in Jakarta
Dr. A. Rozany Nurmanaf
4. Socio-economic Impacts of HPAI Outbreaks and Control Measures
Dr. Yusmichad Yusdja
5. AI Control Technology Development in Indonesia
Dr. Sarminto
6. Impact of AI Outbreak on Indonesia‟s Macro Economy: A CGE Approach 7. Analysis of Government Response on AI Disease in Bali Province 8. Response Measurement of Poultry Farmers in the Third and Fourth Sectors of AI Contagion: Case Study in Bali
Rina Oktaviani, PhD. Ir. IGK Sudaratmaja, MS Dr. Dwi Budi Santosa
114
Tanggal
Judul Makalah 9.
Pembicara
Analisis Kebijakan Pemerintah sebagai Respon terhadap Bahaya Flu Burung di Lombok
Dr. Dwi Praptomo
Tabel 6.12. Judul Makalah dan Pembicara pada Pertemuan Koordinasi Kegiatan Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian Lingkup Badan Litbang Tanggal
Judul Makalah
22-10-08
1. Menjembatani Penelitian dan Kebijakan Pembangunan Pertanian
Prof.Dr. Pantjar Simatupang
2. Penelitian Analisis Kebijakan Puslitbang Tanaman Pangan
Prof. Dr. Sumarno
3. Analisis dan Sintesis Kebijakan Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Lahan Pertanian : Pendekatan dan Beberapa Contoh
Prof. Dr. Irsal Las
4. Analisis Kebijakan Kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Terhadap Penggunaan Lahan dan Laba Usahatani serta Perkiraan Subsidi Pupuk Th. 2009
Dr. Benny Rahman
5. Kegiatan Analisis Kebijakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah
Prof. Ir. Bambang Sudaryanto, MS dan Sarjana
6. Analisis Pertanian
Kebijakan
Pembicara
Pembangunan
Tabel 6.13. Judul Makalah dan Pembicara pada Workshop “ Supply Chain Management on Tropical Fruits” dalam Kegiatan “4th International Symposium on Tropical and Subtropical Fruits”, Tahun 2008 Tanggal
3-11-08 s/d 7-11-08
115
Judul Makalah
Pembicara
1. Acces of Small Farmers to Modern Fruits Market
Dr. Roni S. Natawijaya
2. Global Markets Trends for Tropical Fruits
Prof. Thomas Reardon
3. The Role of Public Policy in Promoting Markets for Tropical Fruits
Prof. Randy Stranger
Date
Title of Paper 9. Analysis on Government Policy as Responses to AI Threats in Lombok
Speaker Dr. Dwi Praptomo
Table 6.12. Papers and Speakers at Coordination Meeting on “Policy Analysis of AARD‟s Agricultural Development”. 2008 Date 22-10-08
Paper
Speaker
1. Bridging Research and Agricultural Development Policies
Prof. Dr. Pantjar Simatupang
2. Research on Food Crops Research and Development Center‟s Policy Analysis
Prof. Dr. Sumarno
3. Analysis and Synthesis of Policy on Agricultural Land Resources Management and Utilization: Approach and Several Examples
Prof. Dr. Irsal Las
4. Policy Analysis of the Increasing Highest Retail Price (HET) of Fertilizers on Land Use and Farm Profit along with Fertilizer‟s Subsidy Estimation in 2009
Dr. Benny Rahman
5. Policy Analysis Activity in Central Java‟s AIAT (BPTP Jawa Tengah)
Prof. Ir. Bambang Sudaryanto, MS dan Sarjana
6. Policy Analysis of Agricultural Development
Table
6.13.
Date 3-11-08 to 7-11-08
Papers Presented at Workshop on “Supply Chain Management on Tropical Fruits” as Contribution to The4th International Symposium on Tropical and Subtropical Fruits, 2008 Paper
Speaker
1. Acces of Small Farmers to Modern Fruits Market
Dr. Roni S. Natawijaya
2. Global Markets Trends for Tropical Fruits
Prof. Thomas Reardon
3. The Role of Public Policy in Promoting Markets for Tropical Fruits
Prof. Randy Stranger
116
Kegiatan Lain :
Peserta dalam Pameran Pekan Pekan Padi Nasional III di Sukamandi, 21 – 26 Juli 2008.
Partisipan pada Workshop “Economics and Marketing” dalam Kegiatan “4th International Symposium on Tropical and Subtropical Fruits”, yang diselenggarakan tanggal 3 sampai 7 November 2008, dengan judul makalah “ The Fresh Fruit Marketing System: The Role of Wholesale Market in Jakarta dengan pembicara adalah Dr. I Wayan Rusastra.
Peserta pada kegiatan Hari Pangan Sedunia XXVII tahun 2008 pada tanggal 3 – 4 Desember 2008 di Bandung.
Menyelengggarakan Rapat Dewan Redaksi. Rapat Dewan Redaksi merupakan media komunikasi antar anggota Dewan Redaksi. Tujuan dilakukan rapat Dewan Redaksi adalah membahas kelayakan naskah yang akan menjadi bahan penerbitan publikasi.Kegiatan Dewan Redaksi mencakup penyeleksian naskah dan perbaikan oleh penulis hingga layak diterima di masing-masing media/publikasi yang ada.
Menyelenggarakan kegiatan dokumentasi yang meliputi: 1. Pembuatan serta pengelolaan internet dan website; 2. Pengambilan foto pada waktu acara seminar/ekspose, pembuatan panel untuk ekspose dan pembuatan leaflet; 3. Pembuatan audio visual seperti power point untuk keperluan seminar atau lokakarya; 4. Mendokumentasikan naskah publikasi dan makalah seminar dalam bentuk hard-copy dan soft-copy.
Melakukan kerjasama publikasi dengan surat kabar Sinar Tani untuk kegiatan-kegiatan PSEKP. 6.3.
Kerjasama Penelitian
Kegiatan kerjasama penelitian yang dilakukan oleh PSEKP selama tahun 2008 meliputi kegiatan penelitian, bantuan teknis (mendampingi konsultan asing) dalam melaksanakan penelitian dan mengirim instruktur dalam pelatihan-pelatihan, serta kegiatan kunjungan peneliti PSEKP ke luar Negeri. Inventarisasi kegiatan tersebut disajikan pada Tabel 6.14 dan 6.15.
117
Participation at Events in 2008
Participant at The 3rd National Paddy Exhibition Week in Sukamandi, 21–26 July 2008.
Participant at Workshop on “Economics and Marketing” as Contribution to “The 4th International Symposium on Tropical and Subtropical Fruits”, 3-7 November 2008, with paper entitled “The Fresh Fruit Marketing System: The Role of Wholesale Market in Jakarta” by Dr. I Wayan Rusastra.
Participant at the “XXVII World Food Day of 2008”, 3–4 2008 in Bandung.
Organize Editorial Board Meeting. This is a communication medium among the editor members. The objective of this meeting is to evaluate the articles for publication, from the selection of all articles fit with certain publications to suggestions for articles improvement by the authors.
Carry out documentation activities, namely: (a) Construction and management of internet and website, (b) Picture taking during seminar/exhibition, panel design for exhibition, and leaflet design and printing, (c) Audio visual preparation, such as power point for presentation, and (d) Documentation of publication articles and seminar papers in the form of hard copy and soft copy.
Cooperation with Sinar Tani newspaper for publication of ICASEPS activities.
6.3.
December
Research Collaboration
ICASEPS research cooperation during 2008 includes research activities, technical assistanships, trainers at training courses, and research visit in research-related activities abroad. This activity is listed in the following Tables 6.14 and 6.15 during 2008.
118
Tabel 6.14. Inventarisasi Kegiatan Kerjasama Penelitian Tahun 2008 JANGKA WAKTU
NO.
JUDUL KEGIATAN
1.
Socio-economic Impact of AI Outbreaks and its Control Measures on Smallscale and Back-yard Poultry Production in Indonesia
Jan, 2007 – April 2009
IDRC
IDRCCanada
Lampung, Jabar, Jatim
2.
Rice Value Chain (Mercy Corps)
Jan-Mar 2008
Mercy Corps
Mercy Corps
Aceh, Sumut
3.
Benchmarking the Beef Supply Chain in Eastern Indonesia
Mei 2008Okt 2010
ACIAR
ACIAR
Lampung, DKI Jakarta, Jatim, NTB, NTT, Sulsel
4.
Cost Effective Biosecurity for Non Industrial Commercial Poultry Operations in Indonesia
1 Jun 2008 – 31 Mei 2012
ACIAR
ACIAR
Jabar
5.
Pro Poor Policy Formulation Dialoggue and Implementation at Country Level : Indonesia
Jun 2008 – Jan 2009
FAO
FAO
Bali, Sumut, Banten
6.
Case Study of Tobacco Cultivation and Alternate Crop in Indonesia
Mar-Jun 2008
WHO Indonesia
WHO Indonesia
Jatim, Jateng
7.
Evaluation Rural Areas Infrastructure Development Project
Nov 2007 – Mei 2008
SHINKOJAPAN
JBICJakarta (Shinko Overseas)
Sulsel, NTB, Jambi, Kalbar
8.
Kajian Penyusunan Strategi Pengembangan Industri Pertanian Melalui Peningkatan Sistem Pelayanan Agribisnis
Jan – Des 2008
Bappenas
Bappenas
Sumsel, DI. Yogya, Bali, Sulsel
119
MITRA
SUMBER
LOKASI
Table 6.14. List of Research Collaboration in 2008 Partner
Source of Fund
No.
Activity
Scheduled
Location
1.
Socio-economic Impact of AI Outbreaks and its Control Measures on Small-scale and Back-yard Poultry Production in Indonesia
Jan, 2007 – April 2009
IDRC
IDRCCanada
Lampung, W. Java, E. Java
2.
Rice Value Chain
Jan-Mar 2008
Mercy Corps
Mercy Corps
Aceh, N. Sumatra
3.
Benchmarking the Beef Supply Chain in Eastern Indonesia
May 2008Oct 2010
ACIAR
ACIAR
Lampung, DKI Jakarta, E. Java, NTB, NTT, S. Sulawesi
4.
Cost Effective Biosecurity for Non Industrial Commercial Poultry Operations in Indonesia
1 Jun 2008 – 31 May 2012
ACIAR
ACIAR
W. Java
5.
Pro-Poor Policy Formulation Dialoggue and Implementation at Country Level: Indonesia
Jun 2008 – Jan 2009
FAO
FAO
Bali, N. Sumatra, Banten
6.
Case Study of Tobacco Cultivation and Alternate Crop in Indonesia
Mar-Jun 2008
WHO Indonesia
WHO Indonesia
E. Java, C. Java
7.
Evaluation Rural Areas Infrastructure Development Project
Nov 2007 – May 2008
SHINKOJAPAN
JBICJakarta (Shinko Overseas)
S. Sulawesi, NTB, Jambi, W. Kalimantan
8.
Study on Strategy Formulation of Agricultural Industry Development through Agribusiness Service System Improvement
Jan – Dec 2008
Bappenas
Bappenas
S. Sumatra, DI Yogyakarta, Bali, S. Sulawesi
120
Tabel 6. 15. Kunjungan ke Luar Negeri Staf Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian No.
Nama
Jenis Pendidikan/Pelatihan/Kursus
Tempat
1.
Dr. Sri Hery Susilowati
Training Structural Reform and Domestik Adjusment Policies in Agric
Australia
2.
Dr. Handewi P. Saliem
APEC Training Program : Policy Options to Promote Agricultural Growth and Reform in an Era or Rising Comodity Prices
Australia
3.
Dr. Tahlim Sudaryanto
Effect of Physical Infrastructure on Poverty Allevation and Human Capital Outcomes in Indonesia
Jepang
4.
Wahida, SP, MSI
Effect of Physical Infrastructure on Poverty Allevation and Human Capital Outcomes in Indonesia
Jepang
5.
Dr. Henny Mayrowani
Impact Analyses of Economic Integration on Agriculture and Policy Proposals Toward Poverty Allevation in Rural East Asia
Thailand
6.
Parjogo Utomo Hadi, M.Ec
Agric Benchmark Beef Training Prog. Agric Benchmark Beef Conference
Brazil
7.
Dr.Erna Maria Lokollo
Doha Development Agenda-WTO
Swiss
8.
Dr. Reni Kustiari
Doha Development Agenda-WTO
Swiss
9.
Dr. Tahlim Sudaryanto
Sidang WTO
Swiss
10
Dr. Yusmichad Yusdja
The Midterm Workshop on Socio-Economic Impact of HPAI Outbreaks and Control Measures on SmallScale and backyard poultry Producers in Asia
Thailand
Table 6.15. International Travels of ICASEPS Management and Researchers in 2008 No.
Name
Type of Activity
Country/ Location
1
Dr. Sri Hery Susilowati
Training on Structural Reform and Domestic Adjustment Policies in Agriculture
Australia
2
Dr. Handewi P. Saliem
APEC Training Program: Policy Options to Promote Agricultural Growth and Reform in an Era or Rising Commodity Prices
Australia
3
Dr. Tahlim Sudaryanto
Coordination Meeting on the Effect of Physical Infrastructure on Poverty Alleviation and Human Capital Outcomes in Indonesia
Japan
4
Wahida, SP, MSI
Coordination Meeting on the Effect of Physical Infrastructure on Poverty Alleviation and Human Capital Outcomes in Indonesia
Japan
No.
Name
Type of Activity
Country/ Location
5
Dr. Henny Mayrowani
Workshop on the Impact Analysis of Economic Integration on Agriculture and Policy Proposals Toward Poverty Alleviation in Rural East Asia
Thailand
6
Parjogo Utomo Hadi, M.Ec
Agricultural Benchmark Beef Training Program and Agricultural Benchmark Beef Conference
Brazil
7
Dr.Erna Maria Lokollo
Doha Development Agenda-WTO
Switzerland
8
Dr. Reni Kustiari
Doha Development Agenda-WTO
Switzerland
9
Dr. Tahlim Sudaryanto
Doha Development Agenda-WTO
Switzerland
10
Dr. Yusmichad Yusdja
The Midterm Workshop on Socio-Economic Impact of HPAI Outbreaks and Control Measures on SmallScale and Backyard Poultry Producers in Asia
Thailand
No.
Nama
Jenis Pendidikan/Pelatihan/Kursus
Tempa
11
Dr. Edi Basuno
The Midterm Workshop on Socio-Economic Impact of HPAI Outbreaks and Control Measures on SmallScale and backyard poultry Producers in Asia
Thailan
12
Dr. Nyak Ilham
The Midterm Workshop on Socio-Economic Impact of HPAI Outbreaks and Control Measures on SmallScale and backyard poultry Producers in Asia
Thailan
13
Dr. Tahlim Sudaryanto
Food Security Forum 2008
Malaysi
14
Ir. Rita Nur Suhaeti, MS
Gender Sesitif Good Government Leadership Fellowship : Promoting the Safety of Woman and the Protection of Children
Austral
15
Dr. Tahlim Sudaryanto
International Conference on "The Asian Economic Renaissance" What is in for Agriculture
Philipin
16
Dr.M. Husen Sawit
Subregional Seminar on "Dealing with Food Price inflation: Policy Responces to Protect the Poor in the Short and Long Run
Philipin
17
Dr. Edi Basuno
4th APAIR Regional Meeting
Kamboj
18
Dr. Edi Basuno
The International Ecohealth Forum on Healthy Environment, Healthy People
Mexico
19
Dr. M. Husein Sawit
International Conference on Viability of Alternative Frame Works for Agricultural Trade Liberation
Austral
20
Nur Khoiriyah Agustin, STP, MP
Apec Forum on the Contruction of Agricultural Product Market System
China
No.
Name
Type of Activity
Country Location
11
Dr. Edi Basuno
The Midterm Workshop on Socio-Economic Impact of HPAI Outbreaks and Control Measures on SmallScale and Backyard Poultry Producers in Asia
Thailand
12
Dr. Nyak Ilham
The Midterm Workshop on Socio-Economic Impact of HPAI Outbreaks and Control Measures on SmallScale and Backyard Poultry Producers in Asia
Thailand
13
Dr. Tahlim Sudaryanto
Food Security Forum 2008
Malaysia
14
Ir. Rita Nur Suhaeti, MS
Gender Sensitive Good Governance Leadership Fellowships: Promoting the Safety of Woman and the Protection of Children
Australia
15
Dr. Tahlim Sudaryanto
International Conference on The Asian Economic Renaissance: What is in for Agriculture
The Philippi
16
Dr.M. Husen Sawit
Sub-regional Seminar on Dealing with Food Price Inflation: Policy Responses to Protect the Poor in the Short and Long Run
The Philippi
17
Dr. Edi Basuno
4th APAIR Regional Meeting
Cambodia
18
Dr. Edi Basuno
International Eco-health Forum
Mexico
19
Dr. M. Husein Sawit
International Conference on Viability of Alternative Frame works for Agricultural Trade Liberation
Australia
20
Nur Khoiriyah Agustin, STP, MP
APEC Forum on the Construction of Agricultural Product Market System
China
123
VII. EVALUASI DAN PELAPORAN 7.1. Ruang Lingkup Kegiatan penelitian dan pengembangan adalah kegiatan penelitian yang menggunakan kaidah-kaidah ilmiah yang bersifat netral. Selain kegiatan penelitian yang dilakukan peneliti, diperlukan dukungan pelayanan institusi secara keseluruhan. Keduanya diperlukan dalam satu kesatuan yang saling terkait secara fungsional sehingga bias memperoleh keluaran (output) penelitian sesuai kebutuhan pengguna (stakeholders). Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) sangat membantu dalam memberikan umpan balik (feed back) untuk menyempurnakan system yang ada menjadi lebih baik. Kegiatan monev Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) selama tahun 2008 mencakup monev kegiatan penelitian dan monev pelayanan penelitian. Monev dilakukan terhadap seluruh tahapan kegiatan penelitian mulai dari: (1) Tahap persiapan dengan materi meliputi: proposal operasional, juklak penelitian, rencana laporan (outline), serta kuesioner (outline kuesioner data primer dan sekunder); (2) Tahap pelaksanaan penelitian dengan materi meliputi: kuesioner, laporan perjalanan, entry/input data (baik data primer maupun sekunder), dan Laporan Tengah Tahun; (3) Tahap pengolahan data dan penulisan dengan materi meliputi pengolahan data, tabulasi dan tabel analisa data primer dan sekunder, serta draft laporan; (4) Seminar laporan akhir dan laporan final. Sedangkan monev pelayanan penelitian dilakukan terhadap kelengkapan administrasi dan kinerja pelayanan sebagai pendukung penelitian, yang meliputi pelayanan keproyekan, pengolahan data atau komputerisasi, perpustakaan, publikasi, kendaraan dan sarana penelitian. Seluruh kegiatan ini dilaksanakan secara terstruktur dan berkesinambungan agar hasil-hasil penelitian bisa berkualitas dan bermanfaat bagi para pengguna. 7.2. Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi TA. 2008 Pelaksanaan kegiatan monev penelitian lingkup Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian dilakukan oleh Tim Pelaksana Monitoring dan Evaluasi. Evaluasi (Tim Monev) dilaksanakan menyatu dengan kegiatan monitoring, sedangkan tugas pelaporan dilaksanakan secara mandiri oleh Sub Bidang Evaluasi dan Pelaporan. Sesuai Surat Penugasan Kepala Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Nomor : 83/KP.340/J.7/01/2008, susunan Tim Monev, sebagai berikut :
124
VII. EVALUATION AND REPORTING 7.1. Coverage Research and development activities are study activities using scientific principles. Total support services from reserach institution are required to expect the success of research activities. This is important to achieve expected research output meet the need of stakeholders. In this respect, monitoring and evaluation activities are very critical for feed back to be used for the best of future research systems and practices. During 2008, monitoring and evaluation at ICASEPS covered research activities and research services. This evaluation applies for each of research phase, from: (1) Preparation with materials covering working proposal, research guidance, report outline and general draft of structure or unstructured questionnaires; (2) Research implementation phase with materials comprised by structure or unstructured questionnaires (for primary and secondary data collection), field report, data entry/input (primary and or secondary data) and progress report; (3) Processing data and reporting phase covering data processing, tabulation with primary and secondary analysis tables, and report draft; and (4) Final report and seminar phase. Meanwhile, research services monitoring and evaluation applies administration fulfillment and services performance to support research activities. This evaluation covers project administration services, data processing and computerization, library, publication, vehicles and other research facilities. All of these activities are well conducted in a structured and sustainable practices to achieve high quality of research and applicable. 7.2. Implementation of Monitoring and Evaluation in 2008 Monitoring and evaluation of research activities at ICASEPS is conducted at the same time, three times a year by a team called Monev Team. This independent team evaluates and monitors a research according to a set of standard procedure and the result is reported by Evaluation and Reporting Sub Division. Members of the Monev Team are appointed through the issuance of a decree by the Director of ICASEPS.
125
Pengarah
: Kepala Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (Dr. Tahlim Sudaryanto, APU; merangkap Anggota)
Penanggung Jawab : Kepala Bidang Program dan Evaluasi (Dr. Handewi P. Saliem, Ahli Peneliti Madya; merangkap Anggota) Ketua
: Dr. Yusmichad Yusdja, APU, merangkap anggota
Wakil Ketua
: Drs. Prajogo Utomo Hadi, M.Ec., APU, merangkap anggota
Sekretaris
: Kepala Sub Bidang Evaluasi dan Pelaporan (Ir. Erma Suryani, MSi)
Anggota
: 1. Dr. Tri Pranadji, APU. 2. Dr. A. Rozany Nurmanaf 3. Dr. Sahat M. Pasaribu 4. Dr. Nyak Ilham
Staf Pelaksana
: 1. Ir. Herlina Tarigan, MSi. 2. Nur Khoiriyah Agustin, STP, MP 3. Yana Supriyatna, SE 4. Eni Darwati
Secara garis besar Subbid Evaluasi dan Pelaporan telah melakukan kegiatan seperti: membantu mengkoordinasikan kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian, mengevaluasi pelaksanaan pelayanan dukungan penelitian dan administrasi institusi, melaksanakan kegiatan seminar proposal dan laporan hasil penelitian, mengkoordinasikan pelaksanaan pembuatan (pengetikan) laporan hasil penelitian, pembuatan laporan institusi, baik untuk keperluan Badan Litbang Pertanian, Sekretariat Jenderal maupun Departemen Pertanian, dan pembuatan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Koordinasi kegiatan monev dilaksanakan mulai dari pelaksanaan seminar proposal, perbaikan proposal operasional, pembuatan petunjuk pelaksanaan (juklak) penelitian, pembuatan outline penelitian, pembuatan kuesioner, penulisan review kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan, pembuatan laporan tengah tahun, seminar laporan hasil penelitian, laporan hasil penelitian dan pelaksanaan diseminasi penelitian. Mengambil pelajaran dari berbagai hambatan dan permasalahan yang terjadi pada tahun sebelumnya, pelaksanaan kegiatan monev tahun 2008 dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan, baik menyangkut penyelesaian masalah maupun hasilnya.
126
The general task of Evaluation and Reporting Sub Division covers: coordinate monitoring and evaluation of research activities, evaluate the implementation of research services and related administration affairs, carry out research proposal and research result seminars, coordinate research report finalization, provide office report for higher institutions, such as AARD and Secretariat General of MoA, including government institution‟s accountability report. Coordination of monitoring and evaluation activities starts from research proposal seminar, improvement of working proposal, drafting research guidance, research report outline, construction of questionnaires, literature review required by the research, progress report, research results seminar, final report and dissemination of research results. Lesson learned from various obstacles in the implementation of the tasks during 2007, monitoring and evaluation activities have been well conducted during 2008.
127
Dalam upaya mendorong peningkatan kualitas hasil penelitian, PSEKP melakukan penilaian terhadap laporan hasil penelitian TA. 2008. Sesuai dengan Surat Penugasan Kepala Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian No. 84/KP.340/J.7/01/2008 dibentuk tim penilai independen yang berasal dari Litbang Pertanian dan IPB, terdiri dari Prof. Dr. Effendi Pasandaran (Ketua), dan anggotanya Prof. Dr. Isang Gonarsyah, Prof. Dr. Bonar M. Sinaga, dan Dr. Marlyn F. Sitorus. Tugas tim adalah: (1) Menentukan kriteria penilaian terhadap makalah seminar dan laporan hasil penelitian TA. 2007, dan (2) Memberikan penilaian terhadap makalah seminar dan laporan akhir penelitian TA. 2007 berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Dari hasil penilaian akan dipilih tiga penelitian terbaik untuk diberi apresiasi dan penghargaan. Pembuatan laporan sudah berjalan dengan baik, begitu juga dengan pembuatan bahan Policy Brief dan Rapat Pimpinan tingkat Badan Litbang Pertanian dan Departemen Pertanian, laporan untuk dengar pendapat dengan Dewan Perwakilan rakyat (DPR), dan berbagai laporan lain dalam rangka memenuhi permintaan pimpinan Departemen Pertanian. Kegiatan lain yang cukup penting dan sudah terlaksana dengan baik adalah pembuatan LAKIP. Dari tahun ke tahun pembuatan LAKIP terus mengalami penyempurnaan, khususnya menyangkut format laporan. Pembuatannya sampai saat ini tidak mengalami hambatan yang berarti, kecuali kesulitan dalam melakukan pengukuran manfaat dan dampak hasil penelitian mengingat output penelitian sosial ekonomi bukanlah teknologi yang bersifat tangible (teknologi yang dapat dilihat secara fisik), melainkan pengetahuan rumusan kebijakan atau rumusan rekayasa kelembagaan yang bersifat intangible. Dengan demikian, manfaat maupun dampak atas hasil-hasil penelitian/pengkajian PSEKP umumnya tidak dapat dirasakan oleh masyarakat dalam jangka pendek karena baru terlihat setelah rumusan kebijakan dilaksanakan dan melalui proses penyesuaian di masyarakat. 7.2.1. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Penelitian Seperti telah disebutkan sebelumnya, monev kegiatan penelitian pada dasarnya dilakukan dalam tiga tahap, yakni: (1) Tahap I mencakup persiapan penelitian, (2) Tahap II merupakan tahap pelaksanaan penelitian, dan (3) Tahap III merupakan kegiatan akhir penelitian dengan penyusunan laporan hasil penelitian. Monitoring dan Evaluasi Tahap I Perencanaan merupakan tahap awal dari serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh tim peneliti dan seluruh bidang pelayanan di lingkup PSEKP. Perencanaan yang dilakukan menyangkut tiga aspek, yaitu:
128
In efforts to support improved research quality, ICASEPS examines research report of 2008. An examiner team was appointed to work independently in the evaluation. This team comprised by several experts from AARD and IPB and selected as equired according their respective discipline. The examiner team has specific assignment to: (1) Provide a set of criteria to evaluate seminar paper and research report of 2007, and (2) Evaluate the seminar paper and research result report based on the setup criteria. Out of the research titles conducted in 2007, the team is requested to select and recommend the best three of the titles for appreciation and award. Report has been well prepared, so as the preparation of Policy Brief for higher level consumption, such as AARD and MoA. Specific papers also delivered as required to other parties at the Ministry level as well as for hearing with parliament members. Another important task that has been well prepared is the making of government institution accountability report. This report has been improved significantly from year to year, especially in its format. The only problem encountered during the preparation of the report is the measurement of benefit and impact of research results because the output is socioeconomic anaysis which is intangible as opposed to tangible technology research results. The outputs are intangible policy formulation knowledge or institutional engineering formulation. Socioeconomic analysis results might not immediately felt by the community but could have impact after implementation of the olicies with series of processes when introduced through policies at which adjustment take place in the community. 7.2.1. Monitoring and Evaluation of Research Activities As mentioned earlier, monitoring and evaluation of research activity basically conducted in three phases. They are: (1) First phase covers research preparation, (2) Second phase is the implementation of a research, and (3) Third phase examines final stage of research activities and final report of a research. Phase I Planning is the first phase of a long research activity. There are three aspects related to planning: (a) Type and location of activities,
129
(a) Jenis dan lokasi kegiatan yang akan dilakukan, (b) Susunan tim dan jadwal kegiatan, dan (c) Rencana anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan. Setiap tim peneliti dan bidang pelayanan hendaknya menyusun perencanaan yang menyangkut ketiga aspek tersebut. Tujuannya agar terjadi sinkronisasi antara kegiatan penelitian dan kegiatan pelayanan dalam rangka meningkatkan kinerja institusi. Pada tahap ini, secara substansi meliputi tiga kegiatan, yaitu: (a) Menyusun proposal operasional yang menjadi acuan bagi seluruh rangkaian kegiatan penelitian, (b) Mempersiapkan bahan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk merealisasikan kegiatan yang telah dirancang dalam proposal, seperti kuesioner, juklak, outline laporan penelitian, dan review yang terkait dengan topik penelitian yang akan dilaksanakan, serta (c) Menguji relevansi penelitian dengan masalah pembangunan pertanian di daerah yang dipilih sebagai lokasi penelitian dan relevansi lokasi penelitian dengan topik penelitian yang dikaji. Rangkaian kegiatan monev tahap awal dimulai dengan kegiatan seminar proposal operasional untuk mengevaluasi relevansi penelitian yang akan dilakukan dengan kebutuhan dan masalah pembangunan pertanian di tingkat nasional. Seminar ini dilakukan dengan mengundang berbagai stakeholders yaitu Direktorat Jenderal lingkup Departemen Pertanian, pihak universitas dan dihadiri oleh seluruh staf peneliti PSEKP. Dalam upaya mempertajam arah dan sasaran kegiatan penelitian, diundang juga pembahas dari IPB, UNPAD, Sekretaris Badan Ketahanan Pangan, Badan Litbang Deptan, dan Direktur Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, serta Peneliti Senior PSEKP. Langkah ini ditempuh agar rencana penelitian dapat dievaluasi secara obyektif oleh pihak lain, terutama hal-hal yang menyangkut kaidah-kaidah ilmiah dalam pelaksanaan penelitian dan kesesuaian dengan kebutuhan stakeholders. Hasil seminar proposal dijadikan sebagai salah satu bahan monev dalam rangka penajaman proposal operasional. Selanjutnya tim monev melakukan diskusi internal (rapat pleno) untuk mengevaluasi perbaikan proposal operasional sesuai hasil seminar. Evaluasi ini mengacu pada notulen seminar proposal yang dibuat oleh masing-masing tim penelitian dilengkapi catatan tim monev saat seminar. Tim diharapkan mengakomodasi saran-saran atau masukan dari pembahas dan peserta seminar. Langkah ini ditempuh untuk memantau dan mengevaluasi kesiapan tim peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian. Diskusi juga melibatkan para penanggung jawab/korlak bidang pelayanan di lingkup PSEKP. Tujuan rapat pleno adalah: (a) Mengantisipasi hambatanhambatan yang mungkin muncul dalam pelaksanaan kegiatan penelitian di lapangan, (b) Evaluasi materi penelitian dan penyempurnaan bahan pengumpulan data lapangan, baik data primer maupun data sekunder, dan (c) Menciptakan sinkronisasi kegiatan yang akan dilakukan oleh tim penelitian dengan bidang pelayanan terkait. Pelaksanaan kegiatan yang
130
(b) Research personnel and time schedule of activities and (c) Budget planning to support activities. The research team and support system at ICASEPS works closely to synchronize research activities and support services. Working proposal seminar is a necessary to examine the relevance of a research with the need of the activity in agricultural development at national level. Stakeholders are invited to this seminar, including academicians from nearby campus such as IPB and UNPAD. With stakeholders from different but related institutions, the research is expected to achieve the highest level and objectively evaluated. The output from the seminar will be used by Monev Team as input for improved working proposal. Next step is internal discussion by the Monev Team. The Team will examine that comments and notes during the seminar is used in drafting the working proposal. This is very important to ensure that the research team is ready to conduct the research. The objective of internal discussion is to: (a) Anticipate problems that might be arise in the implementation of the research, (b) Evaluate research design as well as necessary tools for data collection, and (c) Create synchronization activity between the research team and administration support team. Activities prepared by each research team in close cooperation with support services division at ICASEPS would ended up with success research implementation. Technical aspects in combination with the fulfillment of administration requirements in various purposes within the research-related environment are expected to produce high quality of research activities.
131
dirancang oleh setiap tim penelitian dan bidang pelayanan terkait dapat berlangsung dengan baik, sesuai dengan kaidah yang berlaku. Monev internal juga melihat aspek yang berkaitan dengan kelengkapan pelaksanaan seminar, misalnya: kesesuaian proposal operasional, petunjuk pelaksanaan penelitian (Juklak), outline laporan penelitian dan kuesioner. Monev tahap awal ini dilakukan dalam dua tahap Rapat Pleno. Hasil penilaian kegiatan monev untuk masing-masing tim penelitian dimasukkan dalam tiga kategori penilaian, yaitu: (1) Kategori I: Tidak bermasalah dan Tim peneliti dapat melakukan kegiatan lapang, (2) Kategori II: Diperbaiki sesuai rekomendasi Tim Monev dan Tim Peneliti dapat langsung melakukan kegiatan lapang, serta (3) Kategori III: Diperbaiki sesuai dengan rekomendasi Tim Monev, setelah perbaikan tersebut disetujui Tim Monev, maka peneliti dapat melakukan kegiatan lapang. Monitoring dan Evaluasi Tahap II Dalam proses pelaksanaan penelitian, terdapat tiga macam obyek monev yaitu: (1) Laporan perjalanan, (2) Laporan pengolahan data, dan (3) Laporan Tengah Tahun atau laporan kemajuan. Disamping itu, Penulisan Draft Laporan Akhir Penelitian dan Seminar Hasil Penelitian juga menjadi fokus monev pada tahap pelaksanaan ini agar tujuan penelitian setiap tim dapat tercapai dengan baik serta menjaga kualitas penelitian. Pembuatan laporan perjalanan, mempunyai manfaat untuk: (1) Mengin-dentifikasi masalah dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapang agar segera dapat diantisipasi pemecahan masalahnya, (2) Mendapatkan bahan perumusan kebijakan dari temuan dan isu-isu aktual hasil temuan di lapang, (3) Tertib administrasi, serta (4) Penyempurnaan rencana dan pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Laporan perjalanan dibuat sesuai dengan frekuensi perjalanan tim penelitian ke lapangan. Secara umum, seluruh tim peneliti pada tahun anggaran 2008 telah membuat laporan perjalanan dengan baik dan tepat waktu. Laporan perjalanan yang dibuat selain memuat uraian kegiatan di lapangan, juga berisi hasil diskusi dengan stakeholder di daerah yang menarik untuk diungkap dan permasalahan tim peneliti dalam menjalankan kegiatannya. Monev terhadap pengolahan data dilakukan untuk mengantisipasi masalah dalam pengolahan data serta meningkatkan ketepatan waktu penyelesaian pengolahan dan analisis data. Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi kegiatan ini adalah target atau rencana penyelesaian dibanding tingkat pencapaian pada masing-masing tahap kegiatan. Frekuensi kegiatan monev pada pengolahan data dilakukan sesuai dengan jadwal kegiatan masing-masing penelitian. Untuk menertibkan pelaksanaan pengolahan data, telah dibuat peraturan bahwa setiap tim
132
Results of monitoring and evaluation for each research title of research are bounded in three categories: (a) All requirements are met and the research team are recommended to continue their field survey, (b) Requested to improve according to the Monev Team recommendation and could directly proceed with field survey, and (c) Requested to improve according to the Monev Team recommendation and after approval from the Monev Team, the researchers could go on for field survey. Phase II There are thrre objects to monitor and to evaluate in this second phase, namely: (a) Field report, (b) Data processing report, and (c) Inception report or progress report. The progress report should follow the outline that approved during the first phase of monitoring and evaluation. Since the progress report is considered as the early form of draft final report, the outline is applied to help the researchers organizing their final report. Field report is important to (a) identify problems encountered in the field for early anticipation of problem solving, (b) obtain actual issues as inpuits for policy recommendation, (c) good administration procedures, and (d) improve next planning steps of field survey. Field report is prepared at every survey implementation. All research teams have successfully provided this field survey during 2008 activities. On data processing report, the Monev Team expects the research teams to anticipate problems associated with data processing to meet the time duration allocated for data processing and data analysis activities. Indicator used to evaluate this activity is the target plan of accomplishment in comparison with the achievement level of each phase of activity. To anticipate good data processing procedures, each research team is encouraged to submit the blank questionnaire and filled questionnaire before proceeding the next data collection, if there are multiple field data collection activities, to the computer section.
133
peneliti yang akan berangkat ke lapangan (dimulai pada tahap II) harus sudah menyerahkan kuesioner yang telah diisi pada tahap pengambilan data sebelumnya. Data penelitian meliputi data primer dan sekunder. Data primer yang diolah dari kuesioner jumlah dan ketebalannya bervariasi antar tim peneliti. Kuesioner yang berjumlah cukup banyak membutuhkan pengaturan dalam pengerjaannya, terutama pada tahap entry dan validasi data. Proses entry dan pengolahan data menggunakan sistem FIFO (First In First Out), artinya tim peneliti yang menyerahkan kuesioner lebih dulu akan dientry dan diolah lebih dulu, sehingga tercipta kelancaran dalam kegiatan pelayanan penelitian. Peneliti sendiri diharapkan kesadarannya untuk secepatnya menyerahkan kuesioner, data-data maupun informasi yang diperoleh dari lapang agar tidak terjadi penumpukan di bagian entry dan pengolahan data, terutama pada tengah dan akhir tahun. Tujuan utama kegiatan monev Laporan Tengah Tahun/Laporan Kemajuan adalah: (1) Meningkatkan ketepatan waktu penyelesaian laporan hasil penelitian, (2) Meningkatkan kualitas hasil penelitian dan (3) Pemanfaatan hasil monitoring dan evaluasi sebelumnya secara berkesinambungan. Dengan demikian kegiatan penelitian dapat selesai tepat waktu dan diperoleh hasil sesuai yang direncanakan. Berdasarkan pengalaman, kontrol yang cukup ketat terhadap pembuatan laporan tengah tahun sangat membantu ketepatan tim peneliti dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan. Penulisan Draft Laporan Akhir Penelitian merupakan salah satu tahap atau mata rantai penting dalam proses pelaksanaan kegiatan penelitian. Jika ditemui ketidaksesuaian antara rencana penelitian dengan pelaksanaan atau hasil yang diperoleh tim peneliti dapat segera dilakukan koreksi atau penyesuaian. Seperti pada Laporan Tengah Tahun, evaluasi terhadap draft laporan akhir juga mencakup ketepatan waktu dan konsistensi format serta isi laporan. Laporan meliputi Pendahuluan (Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan, dan Keluaran yang diharapkan serta Kegunaan), Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian dan Hasil Penelitian. Ada tiga aspek yang dinilai penting, yaitu: (1) Konsistensi antara proposal dan laporan hasil penelitian; (2) Perbaikan pelaksanaan penelitian melalui peningkatan segi koherensi; dan (3) Perbaikan pelaksanaan penelitian segi editorial. Dari sisi substansi, hasil monev menunjukkan bahwa secara umum tim peneliti telah membuat laporan hasil penelitian sesuai dengan yang direncanakan. Konsistensi antara judul, tujuan, metodologi, hasil dan pembahasan serta kesimpulan dan implikasi kebijakan secara umum telah terjaga dengan baik. Tim juga menyelesaikan dan mengumpulkan
134
Data entry and data validation require a lot of time, therefore, the data processing rules set the FIFO (first in first out) system for fairness of such activities. This is also to ensure the success of data processing services. This rule has encouraged the research team to submit filled questionnaires as soon as they return from the filed. The objectives of progress report evaluation are: (a) to meet final report accomplishment in time, (b) to increase the quality of research results, and (c) to keep use the earlier monitoring and evaluation results. The tight control of progress report is very helpful in the accomplishment of final report according to the planned time frame. The draft final report consists of Introduction (background, statement of problems, objectives, and expected output); Literature Review, Methodology (location, sampling technique, analysis tools); Discussion; Conclusion and Implication; and References. The draft final report should keep its consistency with the proposal. In 2008, all research teams have followed this arrangement. Draft final report was submitted in time, meet all administrative requirements and ready to conduct final report seminar.
135
laporan akhir sesuai jadwal yang ditetapkan. Ketepatan waktu ini menunjukkan tanggung jawab para peneliti yang baik. Kegiatan seminar hasil penelitian merupakan mata rantai penting untuk penyempurnaan hasil penelitian. Pada seminar hasil, pembahas dan pimpinan sidang diundang dari luar PSEKP agar penyempurnaan hasil bisa optimal. Kegiatan seminar hasil difokuskan kepada konsistensi antara judul, tujuan penelitian, hasil dan pembahasan, serta kesimpulan dan implikasi kebijakan. Umpan balik yang diperoleh dalam seminar hasil digunakan untuk penyempurnaan dan perbaikan laporan hasil penelitian. Seminar hasil juga bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian hasil kegiatan penelitian PSEKP. Dalam kaitan ini ada dua aspek yang penting untuk diperhatikan, yaitu pertama, mutu materi seminar, dan kedua, kemampuan peneliti mempresentasikan materi seminar untuk menjelaskan pada audience sehingga memperoleh tanggapan serta umpan balik untuk penyempurnaan hasil penelitian. Setelah seminar hasil, Tim Pelaksana Monev melakukan rapat internal untuk melihat apakah tim sudah melakukan penyempurnaan laporan sesuai masukan dari pembahas dan peserta dalam seminar. Hasil evaluasi akhir Tim Pelaksana Monev disampaikan kepada masingmasing tim untuk selanjutnya dilakukan perbaikan oleh tim dan akhirnya dicetak sebagai Laporan Hasil Penelitian. Monitoring dan Evaluasi Tahap III Tahapan akhir pelaksanaan monev adalah evaluasi terhadap berbagai jenis output seperti laporan akhir, bahan rapat pimpinan (Rapim), forum diskusi ad-hoc, bahan publikasi dan bahan laporan tahunan. Selain output dalam bentuk laporan (teknis dan bahan diseminasi/ publikasi), produk lainnya yang tidak kalah penting adalah data hasil penelitian yang perlu diamankan dalam bentuk dokumentasi yang baik untuk pendayagunaan lebih lanjut. Evaluasi laporan akhir perlu mendapatkan penekanan khusus karena merupakan produk akhir utama yang merupakan bahan baku utama produk berikutnya. Indikator evaluasi terdiri atas empat komponen utama, yaitu: (1) Konsistensi proposal dengan laporan hasil penelitian, (2) Koherensi pelaporan serta kedalaman dan ketajaman hasil, pembahasan, perumusan, kesimpulan, dan implikasi kebijakan, (3) Aspek editorial yang menyangkut efisiensi penulisan, redaksional, penyajian tabel, dan kelengkapan/ kemutakhiran pustaka, dan (4) Ketepatan waktu penyelesaian laporan. Dalam rangka diseminasi hasil penelitian terdapat sejumlah output yang perlu dikomunikasikan kepada stakeholders utama dan masyarakat pengguna Iptek sosial ekonomi dalam arti luas. Bahan diseminasi tersebut meliputi bahan rapat pimpinan di tingkat Badan
136
The objective of the seminar is to know the progress of the research in two dimensions, namely quality of seminar materials and capability of researchers to present their research activities along with the results. Following this seminar, the Monev Team will meet to review the improved final report based on suggestions and comments during the seminar. The final review results will be used by the researchers to produce final report before submission to the administration section and mark the end of the research activity of the year. Phase III The third phase of monitoring and evaluation activity is to evaluate various outputs of research activities, such as final report, research result-based brief summary for higher level meeting, materials for ad-hoc discussion forum, materials for publication, and materials for yearly report. In addition to hard copy, the final reports along with all other outputs are well documented, including electronically publication using internal website address. For dissemination purposes, there are some publications to communicate with stakeholders and other community interested in socioeconomic issues. The materials include those prepared for superior meetings at AARD and Ministry of Agriculture level, for ad-hoc discussion forum, for scientific journals, and annual report.
137
Litbang Pertanian dan Departemen Pertanian, materi untuk forum diskusi ad-hoc di PSEKP, Badan Litbang Pertanian, Deptan, dan tingkat nasional, bahan publikasi/penerbitan ilmiah (baik terbitan PSEKP maupun diluar PSEKP) dan bahan laporan tahunan PSEKP. Pada prinsipnya hasil penelitian PSEKP dianggap memiliki nilai guna oleh stakeholders sejauh informasi yang diperoleh melalui penelitian sangat dibutuhkan oleh mereka. Oleh karena itu permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian mendatang seyogyanya mengakomodasikan pula aspirasi para pengguna hasil penelitian PSEKP, terutama para stakeholders di tingkat pusat dan daerah. Masukan dan saran-saran dari stakeholders akan lebih menyempurnakan kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Pembuatan bahan rapat pimpinan dan forum diskusi ad-hoc, otoritas penilaiannya berada pada manajemen struktural dengan finalisasi koreksi dan saran perbaikan dari Kepala PSEKP. Otoritas penilaian bahan publikasi PSEKP dilakukan sepenuhnya oleh Dewan Redaksi yang ditentukan melalui Surat Keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian. Dengan mengacu pada prosedur tersebut, maka evaluasi terhadap bahan diseminasi dalam konteks pelaksanaan monev dibatasi sampai pada penentuan status materi.. Hal ini merupakan kewajiban dengan target waktu yang telah ditetapkan, maka statusnya adalah apakah peneliti telah memenuhi kelengkapan persyaratan pengajuan materi diseminasi tersebut. Kalau persyaratan kelengkapan pengajuan ini belum dipenuhi, perlu dikemukakan faktor-faktor penyebabnya sehingga dapat dicarikan jalan keluarnya. Keluaran penelitian (data dan laporan) lingkup PSEKP telah didokumentasikan secara baik. Dokumentasi data dibedakan atas data primer dan data sekunder. Indikator data primer meliputi: (1) Kuesioner dan Buku Kode, dan (2) File data entry/olahan (kode file/folder). Indikator data sekunder meliputi: (1) Dokumen asli (buku, tape/CD/disket), (2) Dokumen olahan dan (3) File data entry/olahan (kode file/folder). Secara umum hasil-hasil penelitian sosial ekonomi pertanian dan kebijakan PSEKP dikelompokkan menjadi 4 (empat) : Pertama, sintesa, pertimbangan dan advokasi kebijakan pembangunan pertanian. Hasil penelitian ini digunakan untuk memberikan opsi rumusan kebijakan (sintesa), pemikiran akademis mengenai evaluasi kebijakan pembangunan pertanian (pertimbangan) dan memperjuangkan suatu kebijakan yang dianggap layak dan patut atau menolak kebijakan yang dianggap tidak layak dan tidak patut (advokasi). Sintesa kebijakan disampaikan langsung kepada pimpinan Departemen Pertanian. Selain itu, PSEKP juga memiliki media reguler Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian sebagai sarana penyuluhan, diseminasi dan diskusi kebijakan.
138
Principally, research results published by ICASEPS are close to the interest of stakeholders, both at national and regional levels, and inputs obtained from these stakeholders would be very valuable for the next research activities. From Monev Team view, evaluation on publication for dissemination would be limited to the status of such publication, whether the material is sufficient to meet publication standard. If not, related factors of such insufficient would be elaborated for further analysis and way out. In general, research results of socio-economic analysis at ICASEPS could be comprised of four groups: First, synthesis for consideration and advocation in agricultural development policies. This is to provide policy option, academic thoughts about agricultural development and policy proposal for certain issues necessary to improve the existing condition or to oppose the current irrelevant and inefficient policies. This synthesis is submitted directly to superiors at the Ministry of Agriculture level. Otherwise, synthesis could also be disseminated through regularly-published journal “Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian”.
139
Kedua, rekayasa model inovatif kelembagaan pembangunan pertanian. Kelembagaan merupakan faktor penting dalam mengatur hubungan antar manusia untuk penguasaan faktor produksi yang langka. Keberlanjutan sistem produksi dimungkinkan apabila inovasi teknologi dapat memberikan manfaat bagi pengguna. Mengingat pentingnya faktor kelembagaan dalam pembangunan pertanian, maka PSEKP memberikan perhatian yang cukup besar terhadap aspek kelembagaan ini. Salah satu rekayasa yang sedang dikembangkan adalah PRIMATANI yang dilakukan secara meluas di tingkat Badan Litbang Pertanian. Ketiga, analisis deskriptif mengenai kinerja dan dinamika lingkungan strategis pembangunan pertanian yang meliputi: (1) Ekonomi makro dan mikro serta perdagangan internasional, (2) Pengelolaan sumberdaya dan agribisnis berkelanjutan, (3) Sistem inovasi teknologi pertanian, (4) Ketahanan pangan dan kemiskinan, dan (5) Dinamika sosial ekonomi perdesaan. Hasil penelitian ini, berupa parameter mengenai perilaku ekonomi makro dan mikro untuk menunjang analisis maupun perumusan model kebijakan pembangunan pertanian. Beberapa parameter penting yang telah dihasilkan antara lain elastisitas permintaan dan konsumsi rumah tangga, penawaran dan produksi, dan transmisi harga. Parameter-parameter tersebut merupakan landasan untuk penyusunan model simulasi maupun analisis perumusan kebijakan. Hasil analisis deskripsi digunakan untuk menyusun highlight situasi terkini kinerja pembangunan pertanian dan lingkungan strategisnya. Laporan singkat ini dibuat dan disampaikan secara reguler kepada pimpinan Departemen Pertanian dalam rangka mewujudkan well informed policy making. Keempat, sarana dan prasarana simulasi evaluasi kebijakan, kinerja dan dinamika lingkungan strategis pembangunan pertanian. Hasil kegiatan ini berupa pangkalan data dan model simulasi dinamika ekonomi makro dan mikro. Data merupakan prasarana untuk membuat analisis, deskripsi dan membangun model. Model digunakan untuk mensimulasikan dan mengevaluasi skenario-skenario kebijakan pembangunan pertanian. 7.2.2. Monitoring dan Evaluasi Pelayanan Penelitian Dalam melaksanakan fungsi penelitian, PSEKP didukung oleh: (1) Pelayanan keproyekan, (2) Pelayanan pengolahan data, (3) Pelayanan perpustakaan, (4) Pelayanan publikasi, (5) Pelayanan kendaraan, (6) Pelayanan sarana penelitian (ATK), (7) Web-site dan internet, dan (8) Data base. Pelayanan penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang optimal sehingga fungsinya sebagai agen penelitian sosial ekonomi pertanian dapat berdaya guna dan berhasil guna serta sesuai dengan kebutuhan stakeholders-nya. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan suatu kegiatan monitoring dan evaluasi dalam rangka penilaian akuntabilitas kinerja pelayanan penelitian.
140
Second, innovative model engineering of agricultural development institution. Institution is very important factor to organize human relationship in scarcely production factors. To this point, ICASEPS considers institution aspects significantly to sustain production system through the adoption of technology innovation. Institutional engineering currently applied and developed across the nation is PRIMATANI project, under the supervision of the AARD. Third, descriptive analysis about the performance and dynamic of strategic environment of agricultural development. This group covers: (a) Micro and macro economic and international trade, (b) Resource management and sustainable agribusiness, (c) Agricultural technology innovation system, (d) Food security and poverty, and (e) Dynamic of rural socioeconomic. The descriptive appear with parameters about micro and macro economic phenomena and policy model of agricultural development, such as demand elasticity and household consumption, supply and production, and price transmission. The description analysis is very important to highlight the latest situation of agricultural development performance and its strategic environment. The report is regularly provided and submitted to the Ministry of Agriculture to fulfill a well informed policy making. Forth, simulation facilities for agricultural development policy evaluation, performance, and strategic environment dynamics. The result of this activity is database and dynamic simulation model of micro and macro economic. Data is necessary for analysis, description, and building the model. Model is used to simulate and evaluate agricultural development policy scenarios. 7.2.2. Monitoring and Evaluation of Research Services To implement research activities, ICASEPS is supported by: (a) Project budgeting services, (b) Data processing services, (c) Library services, (d) Publication services, (e) Transportation services, (f) Office equipment facilities, (g) Website and internet, and (h) Database. For all of these services and facilities, monitoring and evaluation is necessary in the frame of performance accountability of research services.
141
Pelayanan Bagian Keuangan Tujuan dilaksanakannya kegiatan monev pada pelayanan bagian keuangan adalah untuk meningkatkan ketepatan perencanaan sesuai dengan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK). Instrumen kegiatan monev bagian keuangan adalah POK yang mencakup pos gaji upah, belanja bahan, perjalanan dan lain-lain pengeluaran. Sebelum pelaksanaan penelitian ke lapang, kegiatan monitoring dan evaluasi juga melibatkan pihak peneliti dengan pelaksana bagian keuangan untuk penyesuaian jadwal keberangkatan dan hal teknis yang berkaitan dengan prosedur pencairan dana survey. Indikator yang digunakan pada kegiatan ini adalah perencanaan, pelaksanaan dan solusi pemecahan masalah. Dalam pelaksanaan kinerja bagian keuangan yang berhubungan dengan kegiatan penelitian, terlihat adanya kemudahan dalam pencairan dana. Meskipun kegiatan penelitian yang dilakukan pada tahun ini relatif banyak, namun pencairan dananya berjalan relatif lancar. Disamping kegiatan ke lapang, pencairan dana untuk perjalanan pendek ke wilayah Jabotabek dalam rangka pencarian data sekunder dan informasi lainnya juga mengalami kemudahan. Pelayanan Pengolahan Data Pelayanan pengolahan data bertugas untuk entry data (primer dan sekunder) serta informasi yang diperoleh dari lapang. Data diolah sesuai dengan kebutuhan peneliti. Kegiatan monev pelayanan pengolahan data meliputi Sumber Daya Manusia (SDM) dan Hardware. Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi SDM adalah: (1) Jumlah orang, (2) Pembagian kerja, dan (3) Kompetensi. Sedangkan untuk mengevaluasi hardware adalah: (a) Jumlah komputer tersedia, (b) Kapasitas dan (c) Manajemen pemanfaatan. indikator dalam jadwal kerja pengolahan data untuk setiap judul penelitian adalah: (1) Perencanaan dan (2) Pelaksanaan. Sarana dan prasarana pengolahan data yang telah tersedia dengan baik, adalah program STATA, jumlah tenaga input data, validasi dan pengolahan data, komputer, printer, dan sarana pendukung lainnya. Ketersediaan sarana pengolahan data yang sudah memadai perlu diimbangi dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia secara optimal. Selama ini terlihat bahwa terdapat waktu tertentu yang kurang optimal dalam jadwal kerja pengolah data dan terdapat waktu kerja yang over load. Sebagai contoh, awal tahun ketika kegiatan penelitian belum dimulai, kegiatan pengolahan data relatif hanya membantu membuat desain kuesioner dan beberapa staf yang mengentry data sekunder. Fenomena yang kontras terlihat pada saat tengah dan akhir tahun ketika kegiatan penelitian telah berjalan. Entry dan pengolahan data banyak tim penelitian dilakukan secara bersamaan,
142
Financial Monitoring and evaluation for financial services is emphasized to help ensure the timing of research implementation as planned. Before the implementation of the research, monitoring and evaluation is conducted to adjust and synchronize technical matters and survey activities. With such arrangement, researchers could smoothly carry out their activities because the research fund is available on time. Indicator used in this activity is planning, implementation, and problem solving. Fund disbursement was relatively success inspite of the large number of research title. Funds to support short visit to nearby locations is also available for, particularly, secondary data collection and other information. The performance of financial services was well guarded during 2008. Data Processing Data processing services mainly for data entry activities (primary and or secondary data). Data will be processed according to the need of researchers. Monitoring and evaluation for this service include the availability of human resources and the capacity of hardware. Indicators used for human resource evaluation cover (a) number of employees, (b) workload (planning and implementation), (c) competence. Meanwhile, indicators for hardware are (a) number of available computer, (b) computer capacity, and (c) load management. Computer facilities are sufficiently provided, including the software and other supporting hardware. There are times when employees should work hard to meet the deadline (usually from mid year to the end year), but there are times where the same employees relax (less workload early in the year until the researchers return from their field work). This indicates imbalance computer use management. In the future, this situation could be adjusted with some other activities.
143
akibatnya pekerjaan menumpuk di tengah dan akhir tahun. Semua tim peneliti mempunyai kepentingan dan jadwal yang sama untuk menyelesaikan laporan penelitian, sehingga pengolah data harus dapat melayani semua tim peneliti dengan baik dan merata. Selama ini permasalahan pengolahan data pada bulan-bulan sibuk dapat diatasi dengan cara menambah jam kerja (kerja lembur) dan sistem FIFO (First In First Out). Pelayanan Perpustakaan Sebagai salah satu unit pelaksanaan penelitian, khususnya dalam bidang sosial ekonomi pertanian, keberadaan unit perpustakaan sangat penting dan vital dalam menunjang kegiatan penelitian. Indikator evaluasi monev perpustakaan meliputi : 1) Stok buku/bahan pengetahuan, (2) Penyajian dan pelayanan, (3) Tingkat pemanfaatan menurut pengguna, (4) Tingkat pemanfaatan menurut bahan dan (5) Masalah yang dihadapi. PSEKP memiliki satu unit perpustakaan dengan koleksi buku dan majalah ilmiah yang cukup lengkap, baik yang berbahasa Inggris maupun berbahasa Indonesia. Koleksi pustaka yang terdapat di perpustakaan PSEKP pada tahun 2007 adalah: publikasi ACIAR (48 buah), statistik BPS (435 buah), brosur (348 buah), buku teks (5774 eksemplar), laporan penelitian (650 buah), publikasi CGPRT (47 buah), Statistik Dalam Angka (239 buah), publikasi IFPRI (91 buah), kliping koran (12552 buah), artikel majalah (3364 buah), artikel prosiding (2654 buah), laporan penelitian PSE (603 buah), laporan SAE (180 buah), laporan SDP (72 buah), makalah seminar (772 buah), staf paper peneliti (3 buah), statistik non BPS (229 buah), skripsi/thesis/disertasi (275 buah) dan judul majalah (731 buah). Untuk melengkapi kebutuhan informasi terkini yang dibutuhkan oleh para peneliti, maka perpustakaan juga berlangganan koran Kompas, Republika, Bisnis Indonesia, Sinar Tani serta majalah Trubus. Jumlah koleksi buku dan majalah akan terus berkembang seiring dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan di bidang sosial ekonomi pertanian. Jumlah pustakawan yang mengelola perpustakaan sebanyak 5 orang. Untuk membantu mempermudah pengguna dalam menelusuri pustaka yang dimiliki, perpustakaan PSEKP telah dilengkapi dengan dua buah unit komputer yang digunakan untuk melayani konsumen dalam mendukung kecepatan pencarian pustaka. Selain itu komputer juga digunakan untuk menyimpan dan mem-file data-data pustaka yang tersedia. Kenyamanan pengunjung perpustakaan semakin bertambah dengan dilengkapinya ruangan baca dengan sistem pendingin udara.
144
Library As a research institution, specifically in the field of agrosocioeconomic, library unit is vital and very important to support research activities. Indicators used to evaluate this service are (a) book stock/knowledge materials, (b) display and services, (c) utilization level by users, (d) utilization level by materials, and (e) encountered problems. ICASEPS has a library with nearly complete book collection along with scientific journal and magazine, either in English or in Bahasa Indonesia. In 2007, reference collection at the library include: ACIAR publications (48 editions), statistical books published by BPS (435), brochures (348), text books (5774), research reports (650), CGPRT/CAPSA publications (47), Statistic in Figures (239), IFPRI publications (91), newspaper clipping (12552), magazine articles (3364), proceeding articles (2654), ICASEPS research reports (603), SAE reports (180), SDP reports (72), seminar papers (772), researcher‟s paper staff (3), Non-BPS statistic (229), thesis/dissertation (275) , and related titles from magazine (731). To support information needed by researchers, the library also a customer of number local daily newspapers, such as Kompas, Republika, Bisnis Indonesia, and Sinar Tani in addition to Trubus magazine. The number of various collections in this library will increase in line with the development of knowledge and science in the field of agro-socioeconomic. The number of librarian managing the library is 5. The library is equipped with two units of computer for reference track and trace and reading room facilities. These computers also used to store library data.
145
Pelayanan Publikasi Indikator yang digunakan dalam evaluasi kegiatan monev pelayanan publikasi adalah: (1) Perencanaan, yang terdiri dari rencana penerbitan, rencana distribusi, dan jadwal, (2) Distribusi, yang terdiri dari lingkup PSEKP, Badan Litbang Pertanian, perguruan tinggi, dan lainnya. Sedangkan indikator perencanaan dan pelaksanaan yang dimaksud dalam konteks ini ditekankan pada penerbitan dan distribusi dari masing-masing penerbitan yang dilakukan PSEKP. Salah satu tugas PSEKP adalah mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian sosial ekonomi pertanian yang dalam pelaksanaannya dapat berupa publikasi. Beberapa publikasi yang diterbitkan oleh PSEKP pada tahun 2008 adalah: (1) Jurnal Agro Ekonomi (JAE), Forum Penelitian Agro Ekonomi (FAE), (3) Analisis Kebijakan Pertanian (AKP), (4) Prosiding hasil seminar nasional, (5) Monograph, (6) Laporan tahunan, (7) Working Paper, (8) Newsletter, dan (9) Laporan teknis hasil penelitian. Berbagai macam media publikasi tersebut disediakan oleh PSEKP dan digunakan sebagai wadah untuk menampung kebutuhan peneliti dalam mempublikasikan tulisan atau makalahnya. JAE merupakan media ilmiah penyebaran hasil-hasil penelitian sosial ekonomi pertanian untuk menunjang pengembangan dan penelitian di Indonesia. JAE memuat hasil-hasil penelitian sosial ekonomi pertanian dengan misi meningkatkan ketrampilan, pengetahuan dan profesionalisme para ahli sosial ekonomi pertanian dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan pertanian, pangan, sumber daya, dan pembangunan ekonomi. Dalam JAE, kekuatan metodologi penelitian sangat diperhatikan. JAE terbit dua kali setahun. FAE adalah media ilmiah komunikasi hasil penelitian yang berisi review hasil penelitian sosial ekonomi pertanian di Indonesia. FAE memuat “critical review” hasil-hasil penelitian para peneliti PSEKP dan lembaga lainnya. FAE juga menampung naskah-naskah yang berupa gagasan atau konsepsi orisinal dalam bidang sosial ekonomi pertanian. FAE terbit dua kali setahun. Publikasi Analisis Kebijakan Pertanian adalah media ilmiah yang membahas isu aktual kebijakan pertanian yang memuat artikel analisis kebijakan pertanian dalam bentuk gagasan, dialog, dan polemik. Media Analisis Kebijakan Pertanian ini terbit 4 kali dalam setahun. Sedangkan Working Paper merupakan publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti PSEKP mengenai hasil penelitian, gagasan ilmiah, opini, pengembangan metodologi, pengembangan alat analisis, argumentasi kebijakan, pandangan ilmiah, dan review hasil penelitian. Melalui media penerbitan ilmiah tersebut peneliti PSEKP dapat menyalurkan ide, pemikiran dan kajian ilmiah yang berkaitan dengan sosial ekonomi pertanian secara baik. Bagi peneliti yang kreatif, semakin mudah dalam meningkatkan jenjang fungsional penelitinya. Hasil evaluasi juga menunjukkan bahwa ketersediaan media yang cukup banyak tersebut sangat membantu peneliti dalam meningkatkan dan memelihara jabatan fungsional penelitinya. Salah satu yang mungkin
146
Publication Indicator used to evaluate publication services is (a) planning (publication plan, distribution plan, and time schedule), and (b) distribution (in-house, AARD level, Ministry level, university level, etc). Publication is one of media to communicate research results conducted by ICASEPS with stakeholders and other interested parties. The following are publications published by ICASEPS in 2008: (a) Jurnal Agro Ekonomi (JAE), (b) Forum Penelitian Agro Ekonomi (FAE), (c) Analisis Kebijakan Pertanian (AKP), (d) Proceeding of national seminar, (e) Monograph, (f) Annual Report, (g) Working Paper, (h) Newsletter, and (i) Research Report. All of these publications are available as media to publish researchers‟ papers. JAE is specifically provided to support agricultural development in Indonesia with mission to improve the capacity, knowledge and professionalism of agro-socioeconomic experts in dealing with problems related to agriculture, food, resource and agricultural economic. Published twice a year, JAE emphasizes the quality of research methodology. FAE is a scientific communication medium to review agrosocioeconomic research in Indonesia. FAE contains critical review of researcher‟s research results, both from ICASEPS and from other institutions. FAE accepts relevant ideas and original concepts manuscrips. This journal is a semi annually publication. FAE publishes hasil-hasil penelitian para peneliti PSEKP dan lembaga lainnya. AKP is a scientific medium to discuss actual agricultural policy issues. The articles in this publication cover agricultural policy in the form of idea, dialogue, and polemic. Four issues annually for this publication. Meanwhile, Working Paper is a publication contains scientific idea, opinion, methodology development, analysis tools development, policy argumentation, scientific overview, and research results review. Through these publications, researchers are equipped with communication media to disseminate their ideas and research results. These media are sufficient not only for such publications but also for maintenance of researchers‟ functional ranks. However, based on evaluation, ICASEPS is suggested to keep the timing of issuance for all of its publications.
147
perlu mendapat perhatian manajemen adalah ketepatan waktu penerbitan yang masih belum seluruhnya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Pelayanan Kendaraan Pelaksanaan kegiatan penelitian juga perlu didukung oleh ketersediaan sarana kendaraan yang memadai. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan suatu kegiatan evaluasi pelayanan kendaraan. Indikator yang digunakan dalam kegiatan monev pelayanan kendaraan adalah: (1) Sumber daya manusia, yang terdiri dari pengemudi dan bagian pengelola kendaraan, (2) Kendaraan, yang terdiri dari jumlah yang tersedia dan jumlah yang siap pakai dan (3) Pengelolaan, yang terdiri dari pengelolaan tenaga pengemudi dan pengelolaan kendaraan (pemberdayaan dan pemeliharaan). Fasilitas kendaraan di PSEKP sangat terbatas dengan kondisi yang umumnya relatif sudah cukup tua (yang paling lama keluaran tahun 1988) walaupun secara umum masih terpelihara dengan baik. Mobilitas kerja PSEKP termasuk salah satu yang cukup tinggi di lingkungan Badan Litbang Pertanian. Kebutuhan kendaraan untuk melayani peneliti dan pejabat struktural mencari data dan informasi serta menghadiri rapat atau seminar, cukup tinggi setiap minggunya. Oleh karena itu, sekalipun dirawat dengan baik, biaya pemeliharaan kendaraan ini terus meningkat. Kenyamanan dan keamanan semakin berkurang karena kendaraan yang ada sudah cukup tua. Pihak manajemen disarankan untuk mengusahakan penambahan dan penggantian mobil lama dengan yang baru. Untuk mengoptimalkan penggunaan sarana kendaraan diperlukan pengelolaan yang baik. Pengelolaan kendaraan dikonsentrasikan dalam satu pool/bagian untuk menjaga koordinasi penggunaannya. Pool kendaraan dipegang oleh seorang koordinator yang bertugas menetapkan kendaraan dan pengemudinya bila dibutuhkan. Secara umum layanan fasilitas kendaraan cukup baik dan sangat membantu kelancaran kegiatan kantor, baik terkait kegiatan penelitian maupun kegiatan kantor lainnya. Sarana Penelitian Sarana penelitian yang dimaksud dalam konteks ini adalah sarana alat tulis kantor (ATK) terdiri dari komputer, printer, tunner, kertas, disket, dan ATK lainnya. Indikator yang digunakan dalam kegiatan monev pelayanan sarana penelitian adalah: (1) Rencana pengadaan, yang terdiri dari jadwal, jenis dan jumlah dan (2) Realisasi pengadaan, yang terdiri dari jadwal, jenis dan jumlah.Hasil evaluasi menunjukkan bahwa komputer yang dilengkapi fasilitas internet telah tersedia di setiap ruangan peneliti. Untuk kelancaran komunikasi internal kantor disediakan pula interkom atau telepon penghubung di
148
Transportation Transportation is verynimportant to support research activities. Transportation evaluation is focused on several indicators, namely (a) human resources (drivers and vehicle management), (b) vehicles (number of cars and its service availability), and (c) management (for drivers and vehicle maintenance). Transportation facility at ICASEPS is limited with relatively old vehicles (the oldest but still in service is 1988 4-wheel drives). Researcher‟s mobility is very high, noted that Jakarta, about 50 km from Bogor, is the main source of data and place of AARD and MoA, not to mention many meetings, seminars and similar gatherings held in Jakarta. Transportation, therefore, is very crucial for researchers as well as for office management to attend lots of meetings in Jakarta. Cost of car maintenance increase significantly and as these cars getting old, the service also less comfortable. Based on this evaluation, office management is suggested to request the replacement of old cars with the new one. In addition, car pool manager is expected to improve car maintenance as well as drivers. Car pool manager is also coordinator of all vehicles and the role of coordinator to well manage transportation services is vital. Research Facilities Research facility in this context is those related to office room comfortability and office tools and equipment, such as computer and computer supplies (paper, toner, etc), printer, usb, and other office equipment. Two indicators used to evaluate this facility are (a) purchasing plan (schedule, type and number), and (b) actual purchase. Computer unit installed at every office rooms have been facilitated with internet connection through LAN. Internal telephone is well maintained, not only to connect between rooms but also to receive incoming calls. All office rooms at ICASEPS also equipped with aircondition facility.
149
setiap ruangan peneliti sehingga memudahkan akses peneliti dan petugas pelayanan penelitian untuk berkomunikasi, baik intern di dalam kantor maupun menerima telpon dari luar kantor. Untuk kenyamanan kerja, hampir setiap ruangan peneliti telah dilengkapi dengan fasilitas air condition atau pendingin ruangan. Web Site dan Internet Sebagai satu-satunya unit kerja yang khusus menangani kegiatan penelitian sosial ekonomi pertanian di Departemen Pertanian, PSEKP telah dikenal baik di dalam negeri maupun luar negeri. Seringkali institusi dalam dan luar negeri membutuhkan data dan informasi hasil penelitian PSEKP. Sebagai institusi publik maka sudah selayaknya PSEKP memiliki sarana untuk dapat menyediakan informasi yang dapat diakses dengan mudah oleh pengguna. Untuk lebih memberikan pelayanan yang optimal dan membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan melalui diskusi dengan publik, PSEKP telah membangun situs atau Web Site sendiri dengan alamat: http://www.pse.litbang.deptan.go.id. Website ini telah on line dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat maupun stakeholders yang membutuhkan data dan informasi mengenai kegiatan PSEKP selama 24 jam. Situs atau Web Site tersebut juga menjadi sarana komunikasi hubungan kerja antara PSEKP dengan institusi lainnya, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk lebih memberikan kenyamanan dan kecepatan pengguna dalam mengakses situs PSEKP saat ini sedang dibuat penampilan baru. Juga sedang disusun program informasi opini yang dirancang untuk memberikan pandangan atau tanggapan terhadap masalah pembangunan pertanian terkini. Selain Web Site, PSEKP juga telah membangun jaringan internet di setiap ruangan peneliti dan pejabat struktural. Pembangunan jaringan internet dimaksudkan agar para peneliti dan pejabat struktural dapat mengakses perkembangan informasi secara cepat dan murah. Jaringan internet ini berperan mempermudah mengakses data dari berbagai institusi di seluruh dunia. Dengan demikian diharapkan kegiatan penelitian sosial ekonomi pertanian dapat lebih berkembang dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
150
Website and Internet As the respresentative of agro-socioeconomic research institutes in Indonesia, ICASEPS is well recognized at international level. Cooperation with international organizations is maintained through internet communication, including visit to ICASEPS‟ website. Access to these electronic communications is considered very important to satisfy domestic and international users and other interested parties. As a public institution, ICASEPS is part of such linkage and its website and internet facilities are adequate to take part in this global connection. For optimal service to support government in policy preparation, public discussion could access ICASEPS‟ website at http://www.pse.litbang.deptan.go.id. Online connection is open through this website for 24 hours for those who need data and information along with communication with ICASEPS. A new look of this website is under construction for more friendly performance and interactive communication with interested party and individual for views and responses on recent agricultural development issues. In addition to website, ICASEPS also develop internet connection. LAN facility at ICASEPS is intended to facilitate researchers and management personnel to access various data and information needed. A well maintained internet connection at ICASEPS has been supportive to the progress of research activity, specifically by the inclusion of world agrosocioeconomic development in the current research.
151
Database Dalam penelitian ilmiah, peranan data sangat strategis. Pada hakekatnya nilai hasil penelitian ilmiah sangat ditentukan oleh data dan informasi yang menjadi bahan analisisnya. Guna memenuhi kebutuhan terhadap data yang berkualitas dan didapat secara cepat, maka manajemen data merupakan salah satu aktivitas pokok dari suatu lembaga/instansi; terlebih-lebih pada suatu lembaga penelitian. Manajeman data yang baik bukan hanya membantu terciptanya pelaksanaan penelitian yang baik tetapi juga mempermudah sistem verifikasi data dan informasi antar lembaga terkait. Oleh sebab itu, kegiatan manajemen data dilakukan sebaik mungkin oleh setiap lembaga, terutama lembaga yang berkecimpung dalam penelitian maupun administrasi penyelenggaraan pembangunan. Berbeda dengan lembaga/instansi pemerintah yang tugas dan fungsinya secara langsung berkaitan dengan pelayanan kepada masyarakat umum, output yang dihasilkan lembaga penelitian berupa hasil penelitian. Tercakup dalam gugus output tersebut adalah data, informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta rekomendasi kebijaksanaan. Berhubung sifatnya untuk mendukung pemecahan masalah maka hampir semua penelitian yang ditujukan untuk menghasilkan output tersebut adalah penelitian terapan. Pengguna utama atau stakeholder terpenting adalah pemerintah. Pengguna lainnya adalah para peneliti, mahasiswa, petani, peternak, wartawan, dan lain sebagainya. PSEKP melakukan aktivitas manajemen data yang mencakup tiga aspek yaitu : (a) Pengembangan sistem data base, (b) Pengembangan kapabilitas programer dan analis, (c) Pengembangan infrastruktur pendukung. Ketiga aspek itu mutlak dibutuhkan dalam mewujudkan sistem data yang berdaya guna. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kegiatan data base tahun 2008 hasilnya cukup banyak dan bervariasi mulai dari up dating (pemutakhiran) data, entry data baru sampai pada pengadaan data yang sudah dikelola oleh lembaga lain, seperti BPS, Bank Indonesia, Deperindag, dan lainnya.
152
Database Data is obviously very strategic in scientific research. The quality of scientific research basically depending on the availability and quality of data used in the analysis. For such high quality of data, data management is vital in a research institution like ICASEPS. Data management is not only considered to provide rapid preparation of data but also important to verify the quality and to improve the accessibility. Administration data at ICASEPS is also included in this data management. Output of ICASEPS is research findings, including data, information and knowledge, and policy recommendation. The characteristic of research results produced by ICASEPS mainly support applied agricultural development policies. Therefore, the main stakeholder for such output is government institutions, both at central and regional levels. The other users are researchers, students, farmers, journalists, etc. Data management activity at ICASEPS covers (a) Database system development, (b) Development of analysts and programmers capability, and (c) Development of supporting infrastructure. These three aspects are very critical for efficient data management system. Evaluation made to database service in 2008 include data updating, new data entry, and management for data obtained from different institutions, such as BPS, Bank Indonesia, Ministry of Trade, etc.
153
VIII. PENUTUP Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) sebagai salah satu insitusi penelitian, telah melakukan berbagai upaya dan kegiatan sebagaimana tugas dan fungsi yang diemban berdasarkan aturan dan mekanisme kegiatan pada sebuah lembaga penelitian lingkup Departemen Pertanian. Landasan pelaksanaan kegiatan dan manajemen institusi dengan berbasis kinerja, senantiasa menjadi dasar pengambilan keputusan dalam pelaksanaan tupoksi lintas Departemen serta lintas lembaga eksternal Non Departemen di tingkat nasional maupun dalam skala internasional. Dalam pencapaian tujuan, penekanan kinerja melalui penerapan “Good Governance” juga menjadi acuan bagi setiap penggunaan anggaran pendukung dalam proses pendanaan kegiatan serta manajemen institusi secara keseluruhan. Dengan demikian, tuntutan output yang berbasis kinerja dengan penganggaran yang digunakan, diharapkan dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Sebagai satu lembaga penelitian kebijakan di bidang sosial ekonomi pertanian, PSEKP juga dituntut memberikan hasil-hasil pemikiran, ide, saran dan masukan konkrit bagi kebijakan Pemerintah, sejalan dengan proses dan perkembangan pembangunan pertanian, baik secara nasional maupun di tingkat internasional. Untuk itu, apa yang sudah dicapai selama pelaksanaan kegiatan pada tahun 2008, sebagaimana disampaikan melalui uraian materi kegiatan dari masing-masing bidang/bagian pada Laporan Tahunan 2008, menjadi gambaran terhadap pelaksanaan tupoksi PSEKP selama Tahun Anggaran DIPA 2008, sekaligus menjadi bahan bagi dasar penetapan tingkat pencapaian kinerja pada kegiatan PSEKP dimasa yang akan datang, menuju arah yang lebih baik.
154
VIII. CLOSING REMARKS As a reserach institution, ICASEPS has carried out various endeavors and activities according to its mandate and assignments based on rules and mechanisms as stipulated for research institution under the Ministry of Agriculture. The performance basis principle of research management and activities conducted by ICASEPS has always been the basis of decision making in accordance with each mandate accross the Ministry and external links with other Ministries/Agencies at national and international levels. To achieve the objectives, performance-based implementation is emphasized the application of “good governance” as reference in spending the budget as well as total instutional management. With this way, performance-based outputs is expected to achieve efficient and effective objectives. As a research institution in agricultural policy and sosio-economic analysis, ICASEPS is also assigned to provide valuable thoughts, ideas, suggestions as well as s inputs for government policies in line with agricultural process and development, both at national and international perspectives. In this connection, the highest level achieved by ICASEPS during the implementation of its research activities in 2008 would be a general picture of its performance to carry out the mandate and would be considered as a base for better activities in the future.
155
Lampiran 3.1. Perkembangan Pelaksanaan Keuangan Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian TA. 2008 (Per 31 Desember 2008) N o .
Variabel / Parameter
Pagu DIPA
Keuangan
( Rp. )
Rencana Kumulatif s/d bln ini (% ( Rp. ) )
Realisasi Bulan ini
%
( Rp. )
(% )
Realisasi Kumulatif s/d bln ini (% ( Rp. ) )
Sisa Anggaran s/d bln ini (% ( Rp. ) )
A
Per Jenis Pengeluaran
1
Belanja Pegawai
8,515,050 ,000
61. 73
715,173 ,239
8.4 0
8,515,050 ,000
10 0.0 0
8,338,744 ,979
97. 93
176,305 ,021
2.0 7
2
Belanja Barang
4,963,106 ,000
35. 98
728,549 ,804
14. 68
4,963,106 ,000
10 0.0 0
4,550,402 ,312
91. 68
412,703 ,688
8.3 2
315,300,0 00
2.2 9
71,150, 000
22. 57
315,300,0 00
10 0.0 0
305,651,5 00
96. 94
9,648,5 00
3.0 6
4
Belanja Modal Belanja Sosial
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5
Lainnya
-
-
-
-
-
-
-
-
13,793,45 6,000
10 0.0 0
1,514,8 73,043
10. 98
13,793,45 6,000
10 0.0 0
13,194,79 8,791
95. 66
598,657 ,209
4.3 4
- Penelitian Sosek
2,539,786 ,000
18. 41
190,920 ,050
7.5 2
2,539,786 ,000
10 0.0 0
2,426,514 ,092
95. 54
113,271 ,908
4.4 6
Jumlah Keg. Utama
2,539,786 ,000
18. 41
190,920 ,050
7.5 2
2,539,786 ,000
10 0.0 0
2,426,514 ,092
95. 54
113,271 ,908
4.4 6
3
Total A B . 1 )
Per Kegiatan Kegiatan Utama
2 )
Kegiatan Penunjang
1
Pengelolaan Gaji
7,889,330 ,000
57. 20
666,758 ,239
8.4 5
7,889,330 ,000
10 0.0 0
7,834,025 ,347
99. 30
55,304, 653
0.7 0
2
Operasional Kantor
2,142,266 ,000
15. 53
363,332 ,576
16. 96
2,142,266 ,000
10 0.0 0
1,842,008 ,865
85. 98
300,257 ,135
14. 02
3
Perawatan Gedung
494,037,0 00
3.5 8
223,012 ,000
45. 14
494,037,0 00
10 0.0 0
491,396,0 00
99. 47
2,641,0 00
0.5 3
4
Perawatan Sarana
728,037,0 00
5.2 8
68,850, 478
9.4 6
728,037,0 00
10 0.0 0
600,854,4 87
82. 53
127,182 ,513
17. 47
Jumlah Keg. Penunjang
11,253,67 0,000
81. 59
1,321,9 53,293
11. 75
11,253,67 0,000
10 0.0 0
10,768,28 4,699
95. 69
485,385 ,301
4.3 1
156
JUMLAH
13,793,45 6,000
10 0.0 0
1,512,8 73,343
10. 97
13,793,45 6,000
10 0.0 0
13,194,79 8,791
95. 66
598,657 ,209
4.3 4
Annex 3.1. Development of Financial Support for the Activities of ICASEPS during 2008 (as of 31 December 2008) No.
Initial Value of DIPA ( Rp. )
Financial Variable/Parameter
Actual Expenses this Month
%
( Rp. )
Accumulation Plan up to this Month
(% )
( Rp. )
A
(% )
A
By expenditure type
1
Salary
8,515,050,000
61.73
715,173,239
8.40
8,515,050,000
100.00
8
2
Goods procurement
4,963,106,000
35.98
728,549,804
14.68
4,963,106,000
100.00
4
3
Capital procurement
315,300,000
2.29
71,150,000
22.57
315,300,000
100.00
3
-
-
-
-
-
-
-
Others
-
-
-
-
-
-
-
Total A
13,793,456,000
100.00
1,514,873,043
10.98
13,793,456,000
100.00
1
4
Social cost
5
B.
By activity
1)
Main activity - Research Total main activity
2)
2,539,786,000
18.41
190,920,050
7.52
2,539,786,000
100.00
2
2,539,786,000
18.41
190,920,050
7.52
2,539,786,000
100.00
2
7,889,330,000
57.20
666,758,239
8.45
7,889,330,000
100.00
7
2,142,266,000
Supporting activity 1 2 3 4
157
Salary management Office operation
15.53
363,332,576
16.96
2,142,266,000
100.00
1
494,037,000
3.58
223,012,000
45.14
494,037,000
100.00
4
Facility maintenance
728,037,000
5.28
68,850,478
9.46
728,037,000
100.00
6
Total supporting activity
11,253,670,000
81.59
11.75
11,253,670,000
100.00
1
Grand Total
13,793,456,000
100.00
10.97
13,793,456,000
100.00
1
Building maintenance
1,321,953,293 1,512,873,343
Lampiran 3.2. Rekapitulasi PNBP Pusat Analisis Sosek dan Kebijakan Pertanian TA. 2008 (Per Desember 2008) No.
Kode MAK
Uraian
Perkiraan Target Penerimaan
Penerimaan
0
426.000
46.000.000
0.
Pen
Penerimaan Umum 1
423141
Pendapatan Sewa Rumah Dinas
2
423149
Pendapatan Sewa Benda-Benda Tak Bergerak Lainnya
3
423221
Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro)
4
423291
Penerimaan Jasa Lainnya
5
423914
Penerimaan Kembali Belanja Lainnya Pinj.LN TAYL
1.341.000
0
6
423911
Penerimaan Kembali Belanja Pegawai TAYL
6.582.000
7.201.050
7.2
7.
423913
Penerimaan Kembali Belanja Lainnya RM TAYL
4.022.000
892.500
8
92.789.000
9.619.550
9.6
-
-
-
-
92.789.000
9.619.550
Jumlah Penerimaan Umum
1
423216
Penerimaan Fungsional Pendapatan Jasa Tenaga, Pekerjaan, Informasi, Pelatihan, Teknologi, Pendapatan BPN, Pendapatan DJB Jumlah Penerimaan Fungsional Jumlah Penerimaan Umum + Fungsional
6.094.000
0
28.750.000
1.100.000
158
4
1.1
9.6
Annex 3.2. Consolidated PNPB (non-tax government revenue) of ICASEPS during 2008 (as of 31 December 2008) No.
Code of MAK
1
423141
Income of Government Rented House
2
423149
Income of Other Non-movable Rented Assets
3
423221
Income of Financial Institution Service (Bank Services Fee)
4
423291
Revenue of Other Services
5
423914
Revenue of Other Expenditures (Loan TAYL)
1,341,000
0
6
423911
Revenue of Salary (TAYL)
6,582,000
7,201,050
7.
423913
Revenue of Other Expenditures (RM TAYL)
4,022,000
892,500
92,789,000
9,619,550
-
-
-
-
92,789,000
9,619,550
Description
Expected revenue target
Revenue
General Revenue
Total General Revenue
1
423216
Functional Revenue Income of Academic Services, Program Activities, Information, Training, Technology, BPN Income, DJB Income Total Functional Revenue Grand Total General and Functional Revenue
159
0
426,000
46,000,000
0,
6,094,000
0
28,750,000
1,100,000
1
7
9
9
Lampiran 3.3.
Daftar Kondisi Barang Tidak Bergerak Inventaris Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Tahun 2008
No. (1) 1 2
3 4
Nama Barang
Jumlah
(2) Barang Tidak Bergerak : Tanah Bangunan Rumah Negara Golongan Il Tanah Bangunan Kantor Pemerintah Jumlah 1 & 2
(3) 1 (1558 m) 1 (3845m) 2 (5403m)
Bangunan Gedung Kantor Permanen Rumah Negara Gol.II Type A Permanen Jumlah 3 & 4 Jumlah 1 s/d 4
2 (3266m) 4 (240m) 6 (3506m) 8 (8909m)
Keterangan:
Lampiran 3.4. No. (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
B R RS
B (4)
Kondisi R RS (5) (6)
: Baik : Rusak : Rusak Sekali
Daftar Kondisi Barang Bergerak Inventaris Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Tahun 2008 Nama Barang
(2) Portable Water Pump Jeep Minibus Sepeda motor Auto Lifl TRIPOD Kunci Khusus Pembuka Mur Tes Generator Mesin ketik manual 11-13 inc Mesin ketik manual 18-27 inc Mesin ketik elektronik Mesin hitung elektronik Lemari besi/metal Lemari kayu Rak besi Rak kayu Filling cabinet Brandkas Overhead Projektor Perkakas Kantor Lainnya Meja kerja kayu Kursi besi/metal Sice/Sofa
Jumlah (3) 1 5 12 13 1 1 1 1 13 4 3 6 66 33 10 50 118 10 4 2 220 635 21
B (4) 1 0 9 12 1 1 1 1 13 4 3 6 64 31 9 50 114 6 4 2 211 627 19
Kondisi R RS (5) (6) 0 0 0 5 3 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 1 0 4 4 0 0 9 8 2
160
Appendix 3.3.
List of ICASEPS‟ Fix Assets in 2008
No.
Type of asset
Number (size)
(1) 1 2
(2) Land and state-owned house type II Land and government office Sub-total 1 & 2
(3) 1 (1558 m) 1 (3845m) 2 (5403m)
3 4
Permanent office building Permanent A-type of state-owned house Sub-total 3 & 4 Total 1 to 4
2 (3266m) 4 (240m) 6 (3506m) 8 (8909m)
Note:
B R RS
Appendix 3.4. No. (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
161
B (4)
Condition R RS (5) (6)
: Good : Broken : Unused
List of ICASEPS‟ Moveable Assests and Conditions in 2008 Name of Asset
(2) Portable water pump Jeep Minibus Motor cycle Auto Lift Tripod Specal key for screws Generator test Manual typewriter 11-13 in Manual typewriter 18-27 in Electronic typewriter Electronic calculator Metal safety box Wood cabinet Metal shelf Wood shelf Filing cabinet Brandkas Overhead projector Other office tools and equipments Desk (made of wood) Chair (made of wood and metal Guest furniture
Total (3) 1 5 12 13 1 1 1 1 13 4 3 6 66 33 10 50 118 10 4 2 220 635 21
B (4) 1 0 9 12 1 1 1 1 13 4 3 6 64 31 9 50 114 6 4 2 211 627 19
Condition R (5) 0 0 3 1
RS (6) 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 1 0 4 4 0 0 9 8 2
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72
Meja rapat Meja Komputer Sketsel Jam Elektronik Mesin Penghisap Debu AC split Radio Televisi Vidio Casset Tape Recorder Amplifire Equaliser Loadspekert Compacdist Microphone Microphone Table Stand Mic Conference Unit Power Suplay Stabilisert Tustel Handycam Gordyn/Krey Kabel Roll Audio Mixing Consol Audio Mixing Portable Mikrophon Wireles MIX Delly Unit Power Amplifire Compacdist Recorder Blitser Power Suplay Lighting Stand Tripod Slide Projektor Camera film Lensa Camera Layar film/Projektor Mesin Jilid Mesin Press Telephone (PABX) Intermidiate Telephone/Key Telephone Pesawat Telephone Handy Talky (HT) Faximaile Diagnostik Set Mainfraim Mini Komputer P.C.Unit Lap Top NOTE Book
47 7 1 7 1 65 1 1 1 4 2 1 10 1 3 2 32 1 2 3 1 164 7 1 36 4 16 1 1 3 1 2 4 2 4 1 2 1 3 3 40 5 3 1 25 4 110 7 8
47 7 1 6 1 64 1 1 1 4 2 1 10 1 3 2 32 1 2 3 1 164 7 1 36 4 16 1 1 3 1 2 3 2 4 1 2 1 3 3 40 5 2 1 25 4 102 7 8
0
0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 8 0 0
162
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72
163
Meeting table Computer desk Sketsel Electronic watch Vacuum cleaner AC split Radio TV Video cassette Tape recorder Amplifier Equalizer Loud speaker Compact disk Microphone Microphone table stand Conference mike UPS Stabilizer Camera Handycam Blindfold screen Extension cable Audio mixing console Audio mixing portable Wireles mix microphone Delly unit Power Amplifier Compact disc recorder Blitser Power supply Lighting stand tripod Slide Projector Camera film Camera lens Projector/film screen Binding machine Press machine Telephone (PABX) Intermediate telephone/key telephone Telephone set Handy Talky (HT) Facsimile Diagnostic set Mainframe Mini Computer P.C.unit Laptop Note Book
47 7 1 7 1 65 1 1 1 4 2 1 10 1 3 2 32 1 2 3 1 164 7 1 36 4 16 1 1 3 1 2 4 2 4 1 2 1 3 3 40 5 3 1 25 4 110 7 8
47 7 1 6 1 64 1 1 1 4 2 1 10 1 3 2 32 1 2 3 1 164 7 1 36 4 16 1 1 3 1 2 3 2 4 1 2 1 3 3 40 5 2 1 25 4 102 7 8
0
0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 8 0 0
73 74 75 76 77 78 79
Consol Unit Magnetic Tape Unit Printer Scanner Eksternal Harddisk Server Netware Interface Eksternal
1 50 62 1 4 3 1
1 50 59 1 3 3 1
0 0 3 0 1 0 0
80 81 82
Aset Tetap Lainnya : Compact Disk Timbangan duduk Dispenser
11 1 1
11
0 1 1
Keterangan:
B R RS
: Baik : Rusak : Rusak Sekali
164
73 74 75 76 77 78 79
Console unit Magnetic tape unit Printer Scanner External harddisk Server External Netware Interface
1 50 62 1 4 3 1
1 50 59 1 3 3 1
0 0 3 0 1 0 0
80 81 82
Other assets : Compact disk Scale Dispenser
11 1 1
11
0 1 1
Note:
165
B R RS
: Good : Broken : Unused