Laporan Tahunan
2013
Annual Report
Laporan Tahunan
2013
Annual Report 2
Laporan Tahunan 2013
Bagi yang memerlukan laporan tahunan ini, silakan hubungi kami di: For additional copies of this annual report, please contact us at: Pusat Penelitian, Promosi dan Kerja Sama Center for Research, Promotion and Cooperation BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Jl.Raya Jakarta Bogor KM. 46 Cibinong 16911, Indonesia Telp : 62-21-8752062, 63 / 8753155 Fax: 62-21-87916647 Email:
[email protected] Website: www. big.go.id Geoportal: tanahair.indonesia.go.id Asep Karsidi, Narasumber | Resource person Budhy Andono Soenhadi, Narasumber | Resource person Priyadi Kardono, Narasumber | Resource person Yusuf Surachman D, Narasumber | Resource person F. Wahyutomo, Penanggung Jawab | Responsible person Sri Lestari M, Penyunting | Editor Sri Hartini, Penyunting | Editor Dian Ardiansyah, Penyusun | Compiler Luciana Retno Prastiwi, Penyusun | Compiler M. Zahrul Muttaqin, Penyusun | Compiler Meilani Ardaya, Penerjemah | Translator Kontributor | Contributor
Yudi Irwanto Tommy Nautico Seto Baruno Arief Donie Prasetya Agung Teguh Madira Arisauna Maulidyan Pahlevi Arif Aprianto Dyah Pangastuti Bayu Triyogo Widyantoro Tunjung Wismadi Fakhruddin Mustofa Roswidyatmoko Dwihatmojo Candarmaweni
Siti Nurhasanah Lalitya Narieswari Wulan Yustia Sahroni Ratih Destarina Eko Artanto Lulus Hidayatno Elyta Widyaningrum Nur Mersa Riany Titin Hayati Ratna Sari Dewi Mone Iye Cornelia Marschiavelli Rully Rianoverdy Yochi Citra Pramesti
Dian Ardiansyah, Tata Letak & Desain | Lay out & Design
2013 Annual Report
3
Daftar Isi
Table of Content Daftar Isi Table of Content Dari Pimpinan From the Chairman
4
Perjalanan Sejarah BIG Table of Content Rencana Strategis Badan Informasi Geospasial 2013-2014 The Strategic Planning of Geospatial Information Agency 2013-2014 Sumber Daya Manusia Human Resources
10
INFORMASI GEOSPASIAL DASAR BASIC GEOSPATIAL INFORMATION Pemotretan Udara Dijital Digital Aero-Photography Survei Lapangan Toponim Toponyms Field Survey Pemetaan Rupabumi Skala Besar Large Scale Topographic Mapping Pemetaan Rupabumi Skala Kecil dan Menengah Small and Medium Scale Topographic Mapping Pemetaan Rupabumi Indonesia Seamless dan Kartografi Seamless Indonesia Topographic Mapping and Cartography Pemutakhiran Peta Rupabumi Indonesia Updating Indonesia Topographic Maps Pemetaan Batas Wilayah Republik Indonesia Mapping the Administrative Boundaries of the Republic of Indonesia Akuisisi Data - Survei Hidrografi serta Pembuatan Peta LPI skala 1:250.000 dan 1:50.000 Data Acquisition on Hydrography Survey and LPI Mapping Scale 1:250,000 and 1:50,000 Sistem Referensi Geospasial Indonesia 2013 (SRGI2013) Indonesian Geospatial Reference System (SRGI2013)
20
INFORMASI GEOSPASIAL TEMATIK THEMATIC GEOSPATIAL INFORMATION Peta Indikatif Penundaan Ijin Baru (PIPIB) Indicative Map for Moratorium of New License (PIPIB) Peta Rawan Banjir Flood Prone Map Pemetaan Biomas untuk Mendukung Pengurangan Emisi Karbon Biomass Mapping to Support Carbon Emission Reduction Ekspedisi Geografi Indonesia “Sungai Ciliwung” Indonesia Geographical Expedition “Ciliwung River” Atlas Indonesia untuk Tuna Netra Atlas of Indonesia for Blind People Atlas Bentanglahan Kepulauan Maluku Landscape Atlas of Maluku Islands Atlas Budaya Cultural Atlas Atlas Pendidikan Educational Atlas Dataset Informasi Geospasial Sumberdaya Terpadu Integrated Resource Geospatial Information Dataset
72
4
Laporan Tahunan 2013
8
14 16
22 23 25 27 29 31 36 63 66
74 78 79 81 85 87 89 91 92
Pemetaan Dinamika Sumberdaya Kawasan DAS Mapping the Dynamics of Watershed Resources Pemetaan Dinamika Sumberdaya Kawasan Urban Mapping the Dynamics of Urban Resources Pemanfaatan Pemodelan Dinamika Spasial untuk Penyusunan Skenario Pengembangan Wilayah 7 Pulau Besar Berbasis Rencana Tata Ruang Pulau dalam Rangka Penyusunan RPJMN 2015-2019 The Utilisation of Spatial Dynamics Modeling for the Preparation of Regional Development Scenario based on Island Spatial Planning at 7 Big Islands in the Context of the Preparation of RPJMN 2015-2019 Prototype Pemetaan Tata Ruang Berbasis SIG di Koridor MP3EI GIS-Based Spatial Mapping Prototype at MP3EI Corridors Model Dinamika Spasial Kawasan Perhatian Investasi di Koridor MP3EI Spatial Dynamics Model of Investment Focus Zone in MP3EI Corridors Pemetaan Sosial Wilayah dalam Koridor MP3EI Regional Social Mapping of MP3EI Corridors
93
INFRASTRUKTUR INFORMASI GEOSPASIAL GEOSPATIAL INFORMATION INFRASTRUCTURE Pembinaan Simpul Jaringan Provinsi, Kabupaten/Kota Network Node Coaching at the Provinces and Districts/Municipalities Penyusunan Basisdata Metadata Nasional Preparation of the National Metadata Database Pembangunan Aplikasi Konversi Metadata Development of Metadata Conversion Application Pembangunan Sistem Geospatial Cloud Computing Development of Geospatial Cloud Computing Systems Pembangunan Geospatial Support Command Center (GSCC) Development of Geospatial Support Command Center (GSCC) Pembangunan Aplikasi Mobile Ina-Geoportal Development of Ina-Geoportal Mobile Application Penyelenggaraan NSDI Networking System Implementation of NSDI Networking System Pembangunan Aplikasi Pemetaan Partisipatif Development of Participatory Mapping Application Rancangan Standar Nasional Indonesia The Design of the Indonesian National Standard
20
Kegiatan Pendukung Supporting Activities Pengawasan Internal Badan Informasi Geospasial Internal Supervision of Geospatial Information Agency Peningkatan Kompetensi SDM Geospasial Geospatial HR Competency Enhancement Layanan Jasa dan Produk Geospasial Geospatial Services and Products
114
EVENT BIG BIG Event Lomba Gambar Peta untuk Anak Map Drawing Competition for Children Rakornas Informasi Geospasial 2013 National Coordination Meeting (Rakornas) of Geospatial Information 2013 Kick-off Meeting “Geospasial Untuk Sulawesi” Kick-off Meeting “Geospatial for Sulawesi” Diseminasi Peta Rupabumi Skala 1 : 25.000 untuk Pemerintah Daerah se-Sulawesi The Dissemination of Topographic Map Scale 1: 25,000 for Local Governments of Sulawesi Region Pendidikan dan Pelatihan Sistem Informasi Geografis (SIG) Tingkat Dasar di Palu Education and Training of Basic Level on Geographic Information Systems (GIS) in Palu Workshop Pengelolaan Sentra Peta BIG The Workshop on BIG Map Center Management Pameran BIG dalam Rangka Hari Bumi 2013 di Kota Bandung BIG Exhibition to Celebrate the 2013 Earth Day in Bandung
122
94 95 97 98 99
102 104 105 105 106 107 107 108 110
116 118 120
2013 Annual Report
124 130 132 134 135 136 137
5
Menjadi Lembaga Penggerak dan Terdepan dalam Penyelenggaraan Informasi Geospasial yang Andal, Terintegrasi, dan Mudah Dimanfaatkan To be a Leading Agency in Providing Reliable, Integrated and Manageable Geospatial Information
Dari Pimpinan
“Tak kenal maka tak sayang” adalah ungkapan yang pas ditujukan untuk Badan Informasi Geospasial (BIG). Jika kurang mendapat informasi yang jelas dan terinci mengenai institusi ini, bisa jadi orang tidak mengerti apa itu BIG. Padahal BIG, yang merupakan Lembaga Pemerintah Non-Kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden ini, merupakan satu-satunya lembaga yang bertugas di bidang informasi geospasial. Tugas ini sangat penting untuk menghasilkan berbagai informasi geospasial dasar maupun informasi geospasial tematik, yang akan diberbagi-pakaikan dan disebarluaskan melalui infrastruktur informasi geospasial. Apa jadinya suatu negara tanpa didukung informasi geospasial yang andal? Produkproduk BIG sangat penting bagi pembangunan Indonesia di berbagai bidang. Dari mulai tata ruang, batas wilayah, pemetaan pulau-pulau terluar, hingga pemetaan kebencanaan, dihasilkan oleh insititusi yang memiliki area perkantoran hijau di Kawasan Cibinong Science Center ini. Melalui Laporan Tahunan (Annual Report) 2013 ini, BIG dikenalkan secara jelas dari tugas, fungsi, dan berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi kepentingan nasional. Masyarakat dapat memilikinya sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Laporan Tahunan ini dilengkapi dengan banyak gambar dan tabel untuk memudahkan pembaca memahami isinya. Dari buku Laporan Tahunan tersebut masyarakat diharapkan mengenal, semakin memahami, dan mendukung BIG. Kepala BIG Asep Karsidi
From the Chairman
“If you do not know it, you will not love it” is a perfect expression addressed to Geospatial Information Agency (BIG). If people do not have clear and detailed information about the institution, people may not understand what it is BIG. BIG, which is a Non-Ministerial Government Institution under and directly responsible to the President. It is the only institution for geospatial information. This is a very important task to produce a variety of basic and thematic geospatial information, which would be shared and distributed through a geospatial information infrastructure. What would it be if a country does is not supported by a reliable geospatial information? BIG products are very important for the development of Indonesia. Products ranging from spatial planning, administrative boundary, mapping of outer islands, to maping of disaster, have been produced by the institution that is located in a green office in the Cibinong Science Center Area. Through the Annual Report 2013, BIG is clearly exposed from its duties, functions, and the various activities that are beneficial to the national interest. People can acquire it in accordance with prevailing regulations. This Annual Report is equipped with a lot of pictures and tables to facilitate the reader in understanding its contents. Through this Annual Report, people are expected to become more familiar, better understanding, and supporting the BIG. Head of BIG Asep Karsidi
8
Laporan Tahunan 2013
2013 Annual Report
9
Cikal bakal BAKOSURTANAL bermula pada 1938 saat kegiatan pengukuran dan pemetaan ditangani Hindia Belanda. Pasca kemerdekaan, pemerintah Indonesia membentuk Dewan dan Komando Direktorium yang kemudian berubah menjadi Desurtanal dan Kosurtanal. Di sisi lain, dibentuk pula secara khusus organisasi baru bernama BAKOSURTANAL, pada 1969 melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres RI) Nomor 63 Tahun 1969.
The origin of BAKOSURTANAL began in 1938 when activity of measurements and mapping under the Governance of Dutch East Indies. After the independence of Indonesia, the Government of Indonesia established National Board, and Commander of Surveying and Mapping (Kosurtanal), and the Board of Surveying and Mapping (Desurtanal) regulated through a Presidential Decrees. Finally the Government then established a specifically new organization called BAKOSURTANAL in 1969 through Presidential Decree of Republic of Indonesia No. 63 Year 1969.
BAKOSURTANAL dibentuk untuk mengkoordinasikan kegiatan dan pelaksanaan tugas survei dan pemetaan sehingga efisien dan efektif dalam penggunaan anggaran negara. Dengan demikian, badan-badan yang melakukan kegiatan survei dan pemetaan nasional disatukan dalam badan tersebut.
BAKOSURTANAL was established to coordinate activities and implementation of surveys and mapping tasks so that they were efficient and effective in the state of financial expenditure. Thus, the national surveys and mapping activities conducted by various agencies were incorporated in the coordinating agency.
Perjalanan Sejarah BIG | BIG History Timeline
10
Laporan Tahunan 2013
Kegiatan survei dan pemetaan di wilayah Republik Indonesia dilakukan untuk mendapatkan data spasial/keruangan yang meliputi posisi, nama geografi, nama objekobjek di muka rupabumi, yang disajikan dalam bentuk peta, baik secara digital maupun cetak. Data spasial ini dapat digunakan oleh pemerintah maupun swasta.
Surveying and mapping activities in the Republic of Indonesia are to obtain spatial data, which includes the geographical position, geographical names, and names of objects in topographic features. Those are presented in both digital and printed copy of maps. The spatial data can be used by the government and private sectors.
Wilayah Indonesia, yang membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), begitu luas, terdiri atas ribuan pulau, serta kaya sumberdaya alam dan lainnya. Untuk mengelola sumberdaya tersebut diperlukan informasi geospasial, atau yang biasa dikenal dengan istilah peta dalam arti yang luas.
The regions of Indonesia, which form the Republic of Indonesia (NKRI), are so wide, consisting of thousands of islands, and rich of natural resources and others. To manage these resources and in order to cope with natural disasters, it is necessary to have geospatial information, or commonly known as the map.
Penyelenggaraan informasi geospasial perlu diatur agar tertib, terpadu, berhasil guna, dan berdaya guna sehingga terjamin keakuratan, kemutakhiran, dan kepastian hukum. Ini membutuhkan undang-undang tentang IG.
The implementation of geospatial information needs to be regulated through a law for being compliant, integrated, effective, and efficient to guarantee the accuracy, currency, and the conformity to the law. These require regulations.
Pemerintah dan DPR, menanggapi kebutuhan ini dengan menyetujui Undang-Undang No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (UU-IG) pada 5 April 2011. Tak sampai sebulan kemudian, tepatnya pada 21 April 2011, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono mengesahkan UU tersebut. Dengan demikian, UU-IG merupakan regulasi yang menjamin ketersediaan informasi geospasial yang andal.
The Government and Parliament responded to this need by approving the Act No. 4 Year 2011 of Geospatial Information (UU-IG) in 5 April 2011. Less than a month later, on 21 April 2011, President Susilo Bambang Yudhoyono endorsed the bill. UU-IG is a regulation that ensures the availability of reliable geospatial information.
Informasi geospasial yang akurat, dapat diper tang gungjawabkan, dan mudah diakses oleh masyarakat sangat diperlukan sebagai dasar perencanaan penataan ruang, penanggulangan bencana, pengelolaan sumber daya alam dan sumberdaya lainnya sehingga dapat dimanfaatkan sebesarbesarnya bagi kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.
An accurate geospatial information, accountable for and easily accessible by the public, is required to be a basis for spatial planning, disaster mitigation, and natural and other resource management so it can be harnessed for the prosperity of the people of Indonesia.
Selain itu, informasi geospasial sebagai data geospasial yang sudah diolah, dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu untuk merumuskan kebijakan, pengambilan keputusan dan/atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan ruang kebumian.
In addition, geospatial information, as processed geospatial data, can be used for policy formulation, decision making and/ or implementation activities associated with terrestrial space.
UU Informasi Geospasial mewujudkan sebuah referensi tunggal dalam industri geospasial yang mencakup seluruh wilayah Indonesia dan wilayah yurisdiksinya. Kebijakan ‘referensi tunggal’ ini diharapkan dapat menjamin informasi geospasial yang diselenggarakan oleh pemangku kepentingan di Indonesia dapat saling terintegrasi.
The Act of Geospatial Information has been a single reference in the geospatial industry, which cover the whole of Indonesia and its jurisdiction. The policy of ‘single reference’ is expected to ensure that geospatial information conducted by the stakeholders in Indonesia can be integrated each other.
Menyusul terbitnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial, maka perlu dibentuk sebuah badan yang menangani informasi geospasial. Presiden RI, melalui Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2011 pada 27 Desember 2011, menetapkan Badan Informasi Geospasial (BIG) sebagai badan yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang informasi geospasial. Dalam Perpres ini disebutkan kedudukan, tugas, dan fungsi BIG, juga susunan organisasi, tata kerja, eselonisasi, dan pembiayaan.
Following the issuance of Act No. 4 Year 2011 on Geospatial Information, it is necessary to set up an agency carrying on geospatial information. President, through Presidential Decree No. 94 Year 2011 in 27 December 2011, established the Geospatial Information Agency (BIG) as the agency which its task is to carry out government responsibility in providing geospatial information. The regulation mentions position, duties, and functions of BIG, as well as organizational structure, work procedures, echelon determination, and financial management.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial pada Bab XI Pasal 40 perihal Ketentuan Peralihan, yang kemudian dijabarkan dalam Bab VII Pasal 40 Ketentuan Peralihan pada Perpres Nomor 94 Tahun 2011 tentang Badan Informasi Geospasial maka bidang tugas yang terkait dengan informasi geospasial tetap dilaksanakan oleh BAKOSURTANAL sampai dengan selesainya penataan organisasi BIG. Dan, BAKOSURTANAL
Based on the Act No. 4 Year 2011 on Geospatial Information in Chapter XI of Article 40 concerning the Transitional Provisions, which are then described in Chapter VII, Article 40 of the Transitional Provisions on Presidential Decree No. 94 Year 2011 concerning the Geospatial Information Agency so that BAKOSURTANAL was still working on tasks related to geospatial information until the completion of organizational structure of BIG. In this case,
Seja
Ir. Pranoto Asmoro (1969 - 1984) 12
Laporan Tahunan 2013
Prof. Dr. Ir. Jacob Rais, M.Sc (1984 - 1993)
Dr. Ir. Paul Suharto (1993 - 1999)
wajib menyerahkan seluruh arsip dan dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya kepada BIG.
BAKOSURTANAL should submit all records and documents relating to its duties to BIG.
BIG, yang bertransformasi dari BAKOSURTANAL, berwenang menyelenggarakan informasi geospasial, khususnya untuk informasi geospasial dasar yang terdiri atas jaring kontrol geodesi, dan peta dasar.
BIG, that has transformed from BAKOSURTANAL, has had authorities to work on geospatial information, especially for basic geospatial information consisting of geodetic control nets and base maps.
Jaring kontrol geodesi menjadi acuan referensi posisi horizontal, vertikal, dan acuan gaya berat. Peta dasar, yang meliputi Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI), Peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI), dan Peta Lingkungan Laut Nasional (LLN), menjadi kerangka bagi pembuatan informasi geospasial tematik.
Geodetic control nets are references for horizontal position, vertical position, and gravity. While the base maps, which include Topographic Map of Indonesia (RBI), Coastal Environment Map of Indonesia (LPI), and the National Marine Environment Map (LLN), are the the framework for the development of thematic geospatial information.
BIG merupakan lembaga pemerintah yang sangat penting dalam mengumpulkan dan mendata berbagai informasi mengenai wilayah kedaulatan NKRI. Pasca-transformasi dari BAKOSURTANAL, BIG mendapat tugas lebih luas. BIG tidak hanya terbatas menangani dan mengkoordinasikan kegiatan survei dan pemetaan yang berada di sektor hulu dari rangkaian penyelenggaraan IG, tetapi juga sampai ke sektor hilir, yaitu masalah penyimpanan pengamanan, penyebarluasan, dan pemanfaatan IG.
BIG is a very important government agency in collecting and recording information about the sovereign regions of the Republic of Indonesia. It has broader tasks following the transformation from BAKOSURTANAL. BIG is not only to handle and coordinate surveying and mapping activities in the upstream sectors of the connecting structure of geospatial information implementation, but also in the downstream sectors, such as the issues of drift, security, dissemination, and utilization of geospatial information.
Transformasi BAKOSURTANAL menjadi BIG diharapkan dapat meningkatkan kesadaran keruangan di kalangan pemerintah maupun masyarakat akan pentingnya aspek geospasial. Dengan demikian, semua keterbatasan yang selama ini dihadapi akan lebih mudah diatasi sehingga terjadi percepatan ketersediaan IG di seluruh Indonesia.
The transformation of BAKOSURTANAL into BIG is expected to improve geospatial awareness within government and communities on the importance of geospatial aspects. Hence, the agency will be easily overcome all the constraints it deals with so that it will result in accelerating the availability of geospatial information across Indonesia.
arah Kepala Bakosurtanal - BIG | Head of Bakosurtanal-BIG History
Prof. Dr. Ir. Joenil Kahar (1999 - 2002)
Ir. Rudolf Wennemar Matindas, M.Sc (2002 - 2010)
Dr. Asep Karsidi, M.Sc (2010 - Sekarang) 2013 Annual Report
13
Rencana Strategis Badan Informasi Geospasial 2013-2014
The Strategic Planning of Geospatial Information Agency 2013-2014
Sebagai konsekuensi transformasi Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) menjadi Badan Informasi Geospasial (BIG) maka badan baru tersebut harus menyusun program kegiatan yang aktual, relevan, dan bermanfaat bagi seluruh pelaku dan pengguna produk dari kegiatan survei dan pemetaan.
As a consequence of transformation of Bakosurtanal into Geospatial Information Agency (BIG), the new agency should formulate actual and relevant programs that are useful to all practitioners and the end users from surveys and mapping activities.
Rencana Strategis (Renstra) BIG 2013-2014 merupakan acuan utama dalam penyusunan rencana dan pelaksanaan program dan kegiatan di bidang penyelenggaraan data dan informasi geospasial secara rinci dalam kurun waktu antara tahun 2013 - 2014.
The BIG Strategic Plan 2013-2014 is the main reference in planning and implementing programs and activities of the organisation of geospatial data and information in the period of 2013 - 2014.
Selain itu, Renstra BIG Tahun 2013-2014 disusun untuk mewujudkan pemerintah yang bersih (clean government) dan pemerintahan yang baik (good governance) serta sebagai bentuk pertanggungjawaban akuntabilitas kinerja BIG kepada publik dalam pelaksanaan tugas dan fungsi yang diembannya.
In addition, the BIG Strategic Plan 2013-2014 is formulated to achieve a clean and good governance and to reflect the accountability of BIG performance to the public in implementing its mandated tasks and functions.
Nilai
Values
Integritas, Kerjasama
Visioner,
Tanggung
Jawab,
Integrity, Visionary, Responsibility, Cooperation
Makna
Meaning
Bersama Menata Indonesia yang Lebih Baik
Together Managing Better Indonesia
Visi
Vision
Menjadi Lembaga Penggerak dan Terdepan dalam Penyelenggaraan Informasi Geospasial yang Andal, Terintegrasi, dan Mudah Dimanfaatkan
To be an Inspiring and Leading Agency in Providing Reliable, Integrated and Manageable Geospatial Information
Misi
Missions
Misi BIG ditetapkan sebagai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi, antara lain:
BIG’s missions, that are formulated and implemented to achieve the vision, are as follows:
1. Membangun dan memperkuat koordinasi kelembagaan terkait penyelenggaraan informasi geospasial yang efektif, efisien, dan sistematis.
1. To develop and strengthen the coordination between institutions related to the provision of effective, efficient, and systematic geospatial information.
14
Laporan Tahunan 2013
2. Membangun data dan informasi geospasial yang berkualitas dan berkelanjutan dengan multi-resolusi dan multi-skala dalam satu referensi tunggal, serta mudah dimanfaatkan secara cepat dan dapat dipertanggung jawabkan. 3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan, sumber daya manusia, kualitas penelitian dan pengembangan dalam penyelenggaraan informasi geospasial serta mendorong pemanfaatannya.
2. To build qualified and sustainable geospatial data and information using multi-resolutions and multi-scales within a single reference that is easy to use and accountable.
Tujuan
Objectives
Berdasarkan identifikasi potensi dan permasalahan dalam rangka mewujudkan visi BIG maka tujuan yang akan dicapai adalah :
Based on the identification of potentials and problems in order to achieve the BIG’s vision, the goals of BIG are: 1. Providing basic system to regulate acquisition, process, storage, dissemination, and use of geospatial information; 2. Providing accurate, qualified, and uptodate basic geospatial data and information; 3. Providing thematic geospatial data and information to fulfil national need; 4. Operating the geospatial information network between national network nodes that are electronically connected; and 5. Providing competence human resources, conducting research and development related to the competency, and conducting research and development on science and technology of geospatial applications.
1. Menyediakan landasan sistem pengaturan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebarluasan dan penggunaan informasi geospasial; 2. Menyediakan data dan informasi geospasial dasar yang akurat, berkualitas, dan mutakhir; 3. Menyediakan data dan informasi geospasial tematik dalam pemenuhan kebutuhan nasional; 4. Mengoperasionalkan jaringan informasi geospasial antar simpul jaringan nasional yang terhubung secara elektronik; dan. 5. Menyediakan sumber daya manusia yang memenuhi kompetensi, serta penelitian dan pengembangan kompetensi, serta penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap aplikasi teknologi geospasial.
Sasaran Strategis Sasaran strategis BIG adalah : 1. Penguatan koordinasi antar lembaga/ institusi, badan usaha yang mempunyai kemampuan ataupun bergerak di bidang informasi geospasial; 2. Mempercepat produksi dan dokumentasi fundamental informasi geospasial; 3. Membangun mekanisme distribusi dan penggunaan serta meningkatkan aksesibilitas informasi geospasial; 4. Meningkatkan kelembagaan dan sumber daya manusia di bidang informasi geospasial.
3. To enhance institutional capacity, human resources,quality of research and development in providing geospatial information and encouraging its utilization
Strategic Goals BIG’s strategic goals are: 1. Strengthening coordination among government agencies/institutions and business entities working on the provision of geospatial information; 2. Accelerating the production and fundamental documentation of geospatial information; 3. Developing the distribution and usage mechanisms of geospatial information and enhancing the accessibility of the information; 4. Enhancing institutional and human resources of geospatial information
2013 Annual Report
15
Sumber Daya Manusia (SDM) Human Resources (HR)
Jumlah keseluruhan SDM BIG per Desember 2013 adalah 618 orang. Berdasarkan golongan, jumlah personil Golongan IV sebanyak 98 orang (15,86 %), Golongan III sebanyak 421 orang (68,12 %), dan Golongan II sebanyak 99 orang (16,02 %).
The total number of BIG HR per December 2013 was 618 peoples. Based on to the classification system, the number of people in Rank IV were 98 peoples (15.86%), Rank III were 421 peoples (68.12%), and Rank II were 99 peoples (16.02%).
S3 S2 S1 D-III/SM/Akademi
19
16
225
3
54
172
108
21
SD
SLTP
SLTA
D-II
D-III/SM/Akademi
S1
S2
S3
D-II SLTA SLTP SD
Perbandingan SDM BIG berdasar tingkat pendidikan
Dari total 618 orang SDM, sebanyak 454 (73,46%) di antaranya adalah laki-laki, dan 164 orang lainnya dalah wanita (26,54%). Yang menduduki jabatan struktural sebanyak 70 orang, dan 548 mengikuti jenjang karier dan kepangkatan melalui jabatan fungsional.
99
98
Golongan IV
Of a total 618 peoples, 454 peoples (73.46%) of them were male, while 164 peoples were female (26.54%). Seventy people are in structural positions, while 548 peoples are building their careers through functional positions.
Laki-laki
164
Golongan III 421
Golongan II
454
Perbandingan SDM BIG berdasar golongan dan jenis kelamin
16
Laporan Tahunan 2013
Perempuan
REFORMASI BIROKRASI BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (RB BIG)
Bureaucratic Reform of Geospatial Information Agency (RB BIG)
Program reformasi birokrasi telah bergulir sejak tahun 2007, dan sudah memasuki akhir masa pelaksanaan periode tahun 2010-2014. Sesuai arahan dari Kementerian PAN-RB maka setiap kementerian dan lembaga wajib melakukan evaluasi terkait dengan pelaksanaan reformasi birokrasi di lembaganya. Untuk memperoleh informasi mengenai kemajuan reformasi birokrasi di Badan Informasi Geospasial (BIG) maka dilakukanlah pengumpulan data terkait dengan pelaksanaan reformasi birokrasi di BIG.
Bureaucratic reform program has been implemented since 2007, and has entered the last year of the implementation period, 20102014. In line with the direction of the Ministry of Public Officer Management and Bureaucratic Reform (Kemen PAN-RB), each ministry and agency shall conduct an evaluation relating to the implementation of bureaucratic reform in the institution. To obtain information about the progress of bureaucratic reform in Geospatial Information Agency (BIG), we conducted data collection related to the implementation of bureaucratic reform in BIG.
Program dan Kegiatan Reformasi Birokrasi di lingkungan BIG sebagai berikut:
Programs and Activities of the Bureaucratic Reform in BIG are as follows:
1. Kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi dan hasil-hasil yang telah diperoleh sebagaimana yang dituangkan dalam road map lembaga. Pada Tahun 2013 Kemenpan RB mengaplikasikan Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) dengan dasar hukum Permen PAN-RB Nomor 1 Tahun 2012, tentang pedoman PMPRB online. PMPRB online merupakan aplikasi yang dapat menjamin efisiensi dan efektivitas dalam pengumpulan dan pengolahan data secara realtime dan bertujuan agar tercapainya fairness, objective serta transparency dari proses PMPRB. Pada Tahun 2013 PMPRB yang dilakukan oleh BIG adalah sebesar 75.23%.
1. Progress of bureaucratic reform and its achievements as stated in the institution road map. In 2013, The Ministry of Public Officer Management and Bureaucratic Reform (Kemen PAN-RB) applied Self Assessments for Bureaucratic Reform Implementation (PMPRB) based on Public Officers and BR Ministerial Regulation No. 1 Year 2012 on the PMPRB online guidelines. PMPRB online is an application to ensure efficiency and effectiveness in collecting and processing realtime data and aims to achieve fairness, objective, and transparent process of PMPRB. In 2013, 75.23% of PMPRB was conducted by BIG.
2. Pelaksanaan Quick Wins BIG telah melaksanakan identifikasi terhadap beberapa program yang diunggulkan untuk menjadi quick wins dengan memperhatikan beberapa faktor penting sesuai kriteria yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil identifikasi tersebut, BIG telah merumuskan dan menetapkan program yang diusulkan sebagai quick wins yaitu Peningkatan Layanan Akses terhadap Informasi Geospasial melalui Ina Geoportal (Indonesian Geospatial Portal, http:// tanahair.indonesia.go.id).
2. The Implementation of Quick Wins BIG has been carrying out the identification of several flagship programs to be quick wins by taking into account several important factors corresponding to provided criteria. According to the identification results, BIG has formulated and established proposed programs as quick wins namely Improved Access Services of Geospatial Information via Ina Geoportal (Indonesian Geospatial Portal, http: // tanahair.indonesia.go.id).
3. Gambaran Program Reformasi Birokrasi dan Perilaku Pegawai
3. Overview of Bureaucratic Reforms Program and Officers’ Behavior
Perubahan pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi landasan hukum yang diperlukan dalam melakukan perubahan tersebut. Yaitu dengan menerbitkan Perka BIG No. 09 Tahun 2012 tentang Hari dan Jam Kerja di Lingkungan BIG.
The first change is identifying the legal basis that is necessary to make such changes. This is done by issuing Head of BIG Regulation No. 09 Year 2012 on Days and Hours of Working in BIG.
2013 Annual Report
17
CPNS BIG berfoto bersama dengan pimpinan BIG
Hari pertama para CPNS mengikuti kegiatan orientasi CPNS BIG
18
Laporan Tahunan 2013
4. Pandangan Pengguna Layanan dan Produk BIG Pada Tahun 2013 BIG melakukan Survei Kepuasan Pelanggan terhadap layanan dan produk BIG. Survei ini bertujuan untuk mengukur tingkat kepuasaan pelanggan terhadap produk dan layanan BIG.
4. Users’ Opinion on Services and Products of BIG In 2013, BIG performed Customer Satisfaction Survey for the services and products of BIG. This survey aimed to measure the level of customer satisfaction on products and services provided by BIG.
5. Kendala Mewujudkan Reformasi Birokrasi Di BIG Reformasi yang digulirkan tidak begitu saja disambut dengan tangan terbuka, terdapat kendala yang tercatat dapat menghambat proses reformasi birokrasi, yaitu perubahan mindset dan pola perilaku. Untuk itu dibutuhkan komitmen yang tinggi dari para pemangku kepentingan agar tetap menjaga komitmen serta dapat memberi contoh kepada pegawai yang lain, sehingga dapat memotivasi pegawai lain untuk dapat bersama-sama mendukung reformasi birokrasi.
5. Constraints on the Implementation of Bureaucratic Reforms In BIG In the beginning, the reforms were not welcomed with open arms. There are obstacles that can impede the bureaucratic reform process, namely mindset and behavior pattern changes. Therefore, it is required a strong commitment from all stakeholders in order to maintain the commitment and support one another, all officers are motivated to support bureaucratic reform.
REKRUITMEN CPNS BIG FORMASI TAHUN
CPNS Recruitment of BIG for Formation
2013
2013
Sejak moratorium penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang sudah berlangsung selama 16 bulan dan berakhir 31 Desember 2012, BIG tidak melakukan penerimaan CPNS baru. Moratorium ini dilaksanakan dengan dasar untuk penataan-ulang kebijakan dan sistem kepegawaian. Pada tahun 2013 Badan Informasi Geospasial (BIG) kembali mengadakan tes penerimaan CPNS untuk tahun 2014.
Since the moratorium on the acceptance of candidates for New Civil Servants (CPNS) that has lasted 16 months and ended in December 31, 2012, BIG did not recruit new CPNS. The moratorium was implemented on the basis of rearrangement of policy and personnel system. In 2013, BIG held CPNS acceptance tests for 2014.
Seleksi dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu Tes Kompetensi Dasar (TKD), Psikotes, Tes Kompetensi Bidang (TKB), dan Wawancara. Total peserta untuk TKD dengan menggunakan sistem Computer Assisted Test (CAT) sebanyak 1.000 orang. Dari situ terpilih beberapa orang peserta untuk mengikuti TKB, yaitu sebanyak 315 orang. Adapun pengumuman CPNS yang lulus rangkaian tes Penerimaan CPNS BIG Tahun 2013 diumumkan akhir Bulan Desember 2013, dimana akan dipilih 83 orang CPNS yang lulus sebagai generasi pertama CPNS BIG setelah moratorium penerimaan PNS.
The selection was conducted in several stages comprising the Basic Competence Test (TKD), Psychological Test, Field Competence Test (TKB), and Interview. Total participants for TKD using Computer Assisted Test (CAT) system were 1,000 peoples. There were 315 selected participants to continue on the TKB. The announcement of CPNS, who pass a series of BIG CPNS recruiting tests year 2013, was conducted at the end of December 2013, where total of 83 participants graduated as the first generation of CPNS in BIG after a moratorium on CPNS recruitment.
2013 Annual Report
19
Informasi Geospasial Dasar Basic Geospatial Information Penyelenggaraan Informasi Geospasial Dasar (IGD) meliputi Penyediaan Kerangka Kontrol Geodesi dan Geodinamika, Survei dan Pemetaan Dasar Rupabumi, Survei dan Pemetaan Dasar Kelautan dan Lingkungan Pantai, dan Pemetaan Batas Wilayah The implementation of Basic Geospatial Information (IGD) includes the provision of Geodetic and Geodynamic Control Frameworks, Basic Topographic Surveying and Mapping, Basic Marine and Coastal Surveying and Mapping, and Administrative Boundary Mapping.
Pemotretan Udara Dijital
Digital Aero-Photography
Pada tahun 2013, BIG telah menyelenggarakan pemetaan dasar rupabumi untuk menyediakan peta dasar rupabumi skala besar.
In 2013, BIG has conducted basic topographical mapping to provide large-scale topographical base map.
Untuk itu telah dilaksanakan pemotretan udara digital dengan menggunakan kamera digital matrik mencakup kota-kota pada koridor ekonomi P3EI seperti di Lampung dan Bangka Belitung, serta di Kalimantan.
A digital aerial photography using a matrix digital camera includes the cities on the P3EI economic corridor has been implemented in Lampung, Bangka Belitung, and Kalimantan.
Data foto udara tersebut digunakan sebagai data dasar stereplotting pembuatan Peta Rupabumi Indonesia (RBI) skala besar yakni 1:10.000. Hasil kegiatan digunakan sebagai sumber basisdata spasial nasional dalam hal untuk percepatan rencana detil tata ruang kabupaten/kota di kawasan koridor perluasan dan pengembangan pembangunan ekonomi Indonesia.
The aerial photographic data is used as the basic data for stereoplotting to create Topographic Map of Indonesia (RBI) on a large scale, 1: 10,000. The results are used as a source of national spatial database to accelerate the detailed spatial planning of district/municipality in the corridors of expansion and development of Indonesia’s economic development.
22 22
Laporan Tahunan Tahunan 2013 2013 Laporan
Survei Lapangan Toponim
Toponyms Field Survey
Mengenal suatu lokasi terjadi seperti kita ingin mengenal nama seseorang. ‘Siapa namamu?’, mungkin seperti itulah kalimat yang menggambarkan pertanyaan yang menganalogikan pencarian nama rupabumi dalam survei lapangan toponim. Tak hanya itu, bahkan ‘apa arti namamu?’, ‘kenapa kau memilih nama itu?’, dan ‘bagaimana nama itu bisa melekat pada dirimu?’ juga turut mengiringi pencarian fakta mengenai nama sebuah tempat atau lebih akrab disebut toponim dalam bahasa geospasial. Dalam prakteknya, usaha pencarian nama rupabumi tersebut melibatkan aparat pemerintah setempat yang mengerti benar mengenai wilayahnya. Hal ini tidak lepas dari prinsip toponim, bahwa nama rupabumi harus berasal dari bahasa lokal setempat dan memiliki arti yang mencerminkan bahasa lokal di daerah tersebut.
The process of knowing a location occurs as when we want to get to know a person’s name. ‘What is your name?’ perhaps such phrase is an analogy of questions on topographic names in the toponyms field survey. Other questions such as ‘what is the meaning of your name?’, ‘why did you choose that name?’, And ‘how it can be attached to your name?’ also accompanied the fact-finding about the name of a place or more familiarly called toponyms in geospatial language. In practice, the effort to search topographical names involving local government officials who really understand its territory. This is not apart from the principle of toponyms, that topographical names must be derived from the local language and has a sense that reflect the local language in the area.
Pengambilan unsur toponim dilakukan secara menyeluruh terhadap semua unsur yang mempunyai nama rupabumi, yaitu unsur terestris (seperti pegunungan, bukit, lembah), unsur hidrografis (laut, danau, sungai, selat), unsur permukiman (kota, desa, kampung), dan unsur non-permukiman (kawasan industri, pelabuhan, perkebunan). Setelah mendapatkan data nama-nama unsur rupabumi, selanjutnya surveyor mengambil objek-objek rupabumi tersebut dalam bentuk koordinat dan foto yang merepresentasikan toponim yang diambil.
Toponym element retrieval is conducted thoroughly on all elements that have topographical names, i.e. terrestrial elements (such as mountains, hills, valleys), hydrographic elements (sea, lakes, rivers, straits), residential elements (town, village, hamlet), and nonresidential elements (industrial areas, ports, plantations). After obtaining the data of topographic names, then the surveyor take the topographical objects in the form of coordinates and images that represent toponym that has been taken.
Secara penulisan, nama unsur rupabumi harus mengikuti pola penulisan ejaan yang disempurnakan dan harus konsisten. Sedangkan secara pengucapan, dialek adalah aspek yang harus diperhatikan dalam hal ini, karena kekayaan budaya yang ada di Indonesia turut mempengaruhi logat dan cara bicara setiap daerah yang ada di pelosok negeri ini. Atas dasar itulah, setiap nama rupabumi yang dianggap unik perlu direkam dengan perekam suara untuk mendokumentasikan cara pengucapan nama sebuah tempat oleh masyarakat asli wilayah tersebut. Namanama geografis yang sudah didapatkan pada akhirnya ditulis pada peta manuskrip di posisi grid yang sesuai, serta pada formulir namanama rupabumi untuk diketahui dan disahkan oleh pejabat setempat.
The topographic names must be written according to the enhanced spelling system and must be consistent. While the pronunciation, dialects are aspects that must be considered, because the wealth of Indonesian cultures influences accent and way of talking in every region in this country. Therefore, each unique topographical nams must be recorded with a voice recorder to document how to pronounce the name of a place by the indigenous people of the region. The geographical names, in the end, is written on the manuscript maps in the corresponding grid position, as well as in the declaration of topographical names to be known and approved by local officials.
2013 Annual Annual Report Report 2013
23 23
Jaga Dua
Dusun Delapan
Watudambo
132
Tower BTS
149
120
52 72
82
Ja lan S
g ri n Ke
eta
pa
k
Jaga Delapan
a al Ku
Gereja Katholik
101 Makam Kristiani
Jaga Sembilan
TK GMIM Watudambo
SAGERAT
GMIM Baitani
GPdI Gidion
SD Parkosis
98
Jaga Tujuh
80
Lingkungan Satu
89 124 54
Jaga
105
136 Delapan
60
100
63
65
40 94
104
59
59
118
78
SULAWESI UTARA
40
MINAHASA UTARA KAUDITAN
97
57
WATUDAMBO
107
80
64
PULAU SULAWES
78
82
105
80
71
nd
43
60
Be
52
un
ga n
61
Ko p la Ku a
n ia
Ku al a
Ra no w
gk an
ki oO
72
Perumahan Watu Dambo Permai
44
60
20
100
Ku ala
35
49
34 24
48
Kampung Jaga 11
85 58
WATUDAMBO DUA
Masjid AL Hikmah 55
9
Jaga Sepuluh
28
40
GPdI Narwastu
40
32
77
42 ta Ba
43
aW es mb
34
da
36
Poskesdes
at u
41
20
sD
75
oS
GMIM Jemaat Betlehem
a tu
60
21
Gereja Khatolik Andreas
36
Jaga XI
Jaga Sembilan Tasikoki
ak
19
13
1
si k Ta
p Seta
KEMA SATU
ala Ku
20
32
n Jala
KEMA
2
i ok
SDN Kecil Pimpin 61
Muara Tasikoki
Gereja Advent Hari ketujuh 17
1
33
24 24
Laporan Tahunan Tahunan 2013 2013 12 Laporan 23
6
1
Pantai Tasi
40
PT.Mapalus Makawanua I 49
39
48 2 34
41
40
BITUNG MATUARI
MANEMBO NEMBO
41
26 14 22
Ku
2
Do
34
u doku T
0
20
ala
46
20
PT.Tunajaya
a
Pemetaan Rupabumi Skala Besar 3
27
15
Large Scale Topographic Mapping 12
Gereja Advent
3
B a ta
SD Inpres 7/83
s Ke
lu ra
ha n
Ku a
20
GMIM Pembuatan peta RBI skala 1:10.000 dilakukan The11 development of a large scale topographic Ebenhaezer 22 berdasarkan prioritas, sehingga tidak secara mappingPuskesdes was based on priority; therefore it Lingkungan Tiga Ta 12 sistematis dilakukan untuk seluruh wilayah is not systematically Tg. Merah all conducted to cover 16 nju ng Indonesia. Peta RBI skala 1:10.000 sangat Indonesian areas. The 1:10.000 topographic m Lingkungan Satu SD GMIM Lingkungan Dua 7 potensial digunakan sebagai informasi dasar map is very potential for planning, monitoring GPdI TANJUNG MERAH EL SHADDAI untuk keperluan perencanaan, monitoring and evaluating regional development as dan evaluasi pembangunan wilayah serta Makam Kristiani Tower Kantor Lurah as to support policy formulation, decision sebagai alat bantu dalam perumusan well BTS Tanjung Merah making system, and/or spatial-based activities. kebijakan, pengambilan keputusan dan/atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan 5 dengan keruangan.
26
la
20
ah er
SI
16
In 2013, BIG conducted digital aerial mapping to a scale of 1: 10,000 on urban areas in the provinces of Lampung and Bangka Belitung Pantai Milenium with two main reasons:
1. Dua kota ini termasuk dalam koridor ekonomi Sumatera dalam program MP3EI. 2. Untuk melengkapi agar seluruh kota 3 4 besar di Sumatera dipetakan dalam skala 1:10.000 ini, 6karena pada tahun 2011-2013 sudah dimulai pemetaan pada skala ini untuk Kota Medan, Padang, Pekanbaru dan Jambi dengan anggaran PHLN dari 2 JICA.
1. Both cities are included in the MP3EI economic corridors of Sumatra. 2. To equip a map of all major cities in Sumatra in scale 1: 10,000 because on the period of 2011-2013, mapping cities of Medan, Padang, Pekanbaru and Jambi, has been done on this scale with a grant budget from JICA.
Sedangkan untuk Wilayah Bandung sebelah utara dipilih karena ada permintaan khusus 3 untuk penataan ruang wilayah tersebut yang berkembang dengan pesat dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Dinas Tata Ruang RCTI Provinisi JawaPantaiBarat. Mengingat ini adalah pemetaan skala 1:5.000 yang pertama kali dilakukan oleh BIG, maka hasil kegiatan ini akan menjadi prototype atau standar peta rupabumi Indonesia skala 1:5.000 yang akan dibuat selanjutnya baik oleh BIG sendiri maupun apabila ada pemerintah daerah yang akan melaksanakannya dengan supervisi dari BIG.
Meanwhile, mapping for the northen area of Bandung was chosen because of a special request from the Ministry of Public Work and the West Java Province Spatial Agency for the spatial planning of the fast growing region. Considering that it is a first mapping scale of 1: 5,000 performed by BIG, the results of this activity will be a prototype or a standard for Indonesian topographical map scale of 1: 5,000 which will be made later either by BIG itself or by local government that wants to implement it with the supervision of BIG.
Untuk pemetaan skala besar ini digunakan teknologi pemotretan udara untuk akuisisi sumber datanya dengan pengolahan data secara 3D menggunakan metoda fotogrametri.
For the purpose of this large-scale mapping, the process of data source acquisition will be conducted using aerial photography technology and the 3D data processing using photogrammetric methods.
7
13
Ba ta s
ikoki
Ka
bu pa ten
6
2
2
Pada tahun 2013, BIG melakukan pemetaan 3 udara digital skala1:10.000 wilayah perkotaan di Provinsi Lampung dan Bangka Belitung dengan dua alasan utama:
2013 Annual Annual Report Report 2013
25 25
5
150
BETTENG 100
50
15 0
0 65
542
104
0 55 600
521 62
Buttu Malang
500
0 25
Kalosi
424
444
100
50
53
368
156
350
311
lu Sa
90
267
300
kko
35
o Tad
Pambangun
50
ng
50
pe
50
Lepangan
0 20
Cappalete
244
Lambalumama
TADOKKONG
Buttusapa
123
K
221
153
82
TUPPU
0 10
Dongi
114 0 10
Salusape
94
50
50
100
166
K220
129
Batumalando
Buttubila
103
Sal u
Le
mo
38
6
K219
Salu
Selukalobe
Balaloang
38
Ran
toni 28
110
Kampungbaru
Rantoni
Lajorobang Buttulakang K218
4
Sepang a Salu Sep
Jembol
22
P U L A U
K217
ABBANGPARU
ng
S U L AW E S I
SULAWESI SELATAN
Bajengkaluku Bungi
PINRANG
Bu ngi
Malong
LEMBANG
216
Sal u
K
Kampungbaru
Kameli
Salu Ma lo
ng
Talangriawa
Senja
Susbater Talangbungriawa
26 26
W
Laporan Tahunan Tahunan 2013 2013 Laporan K215
16
00
534 450
LETTA
1206
1169
120 0
650
0 115
550
500
1140
480
470
1100
977
950
1050
400
1030
100 0
717
Buttu Pakeng L lu Sa
300
e
mo
937
900
653 775
850
800
600
942
791
504
60 0
70 0 850
557
634
602
550
255
730 450
429
716
P
655
Buttu Angin
400
650
486
Ta la ng
55
500
Le
Sa lu
250
lu Sa
PAKENG
450
422
355
55 0
g lon
436
35 0
167
238 200
405 244
116
Masuangga
139 154
150
197
50
Buttu Pangang
133
304
250
10 0
Lajoro
159
186
157 0 15
104
di
Pemetaan Rupabumi Skala Kecil dan Menengah 150
108
299
Bod
166 150
Sa lu K
Sal u
Pakeng
300
265
151
194
ala ro
Small and Medium Scale Topographic Mapping
43
65
109 300 In 2013, BIG has conducted mapping activities includes Indonesian topographic mapping 250 scale 1: 250,000 (covering the entire territory of Indonesia), providing basic data for radar of 255 Kalimantan area, and updating the RBI map scale 1: 50,000 of Central Kalimantan area.
B
0 15
Pada tahun 2013 BIG telah melakukan 50 kegiatan pemetaan yang meliputi pemetaan 69 Buttu(seluruh rupabumi Indonesia skala 1:250.000 50 Indonesia), pengadaan data dasar radar RAJANG 53 daerah Kalimantan, dan pemutakhiran peta Talangbung 50 RBI skala 1:50.000 daerah Kalimantan Tengah.
3
Salu
Bulo
231
200
Pemanfaatan RBI skala kecil dan menengah The small and medium scale of RBI was utilised Sukka ini adalah sebagai salah satu komponen dasar as one of the basic56 components for the 50 100 penyusunan peta-peta tematik wilayah. preparation of regional thematic maps. Boddi 57 44
65
Kalidong 50
Pasonglengan
50
27
lu B
un g
i
Warru
Sal u
Ba ra b
27 a 27
2013 Annual Annual Report Report 2013 92
28 28
Laporan Tahunan Tahunan 2013 2013 Laporan
Pemetaan Rupabumi Indonesia Seamless dan Kartografi
Seamless of Indonesia Topographic Mapping and Cartography
Peta Rupabumi Indonesia skala 1:250.000 yang mencakup seluruh wilayah Indonesia telah tersedia. Namun untuk menjamin kualitas data spasial dalam format standar sehingga memudahkan saat data akan dipertukarkan dan disebarluaskan melalui infrastruktur data spasial nasional, maka kegiatan peta rupabumi Indonesia seamless perlu dilakukan untuk membentuk basis data geospasial seamless Peta Rupabumi Indonesia skala 1:250.000 sebanyak 309 NLP.
Indonesia topographic maps scale 1: 250,000 covering the entire territory of Indonesia has been available. However, to ensure the quality of spatial data in a standard format for easier data exchange and dissemination through national spatial data infrastructure, the activities of seamless Indonesia topographic maps is needed to establish a geospatial database of the seamless Indonesia topographic maps scale of 1: 250,000 as much as 309 NLP.
Sejalan dengan kegiatan seamless diperlukan proses kartografi untuk Peta Rupabumi Indonesia (RBI) skala 1:10.000 sejumlah 150 NLP dan skala 1:50.000 sejumlah 50 NLP yang belum tersedia dalam format kartografi, sehingga pemanfaatan data spasial dapat lebih optimal.
In line with the seamless activities, it is required a cartographic process for Indonesia Topographic Maps (RBI) at scale of 1: 10,000 as much as which are 150 NLP and the scale of 1: 50,000 as much as which are 50 NLP, that are not available in the format of cartography, so the use of spatial data can be optimized.
2013 Annual Annual Report Report 2013
29 29
4
I "
5
!
!
P. Dowongirotu
"
8I "
"
" "
"
"
"
▬ I "
"
P. Halmahera
P. Jere
500
10
2
00
500
!
8I
" "
▬ I "
8I
500
"
8I
" "
8II
500
""
8I
"
1000
"
"
1000
50 0
790
Gosora
500
0
HALMAHERA TIMUR
0 500
0
500
0
"
500
50
50
"
500 100
50
8I
8I
500
50
"
"
▬ I "
"
!
500
I "8 "I
0
"
IC ` ( Bukitdurian ▬
8I
MALUKU UTARA
Saulat
8I 8 Sofifi "
"I
44
!
1405 !
50
8
I ▬ " I "
500
▬ I "
I " ▬
" "
IG ` (
0
500
"
1000
0
8I
▬ I "
50
1000
▬ I "
50
8I " I " " P. Sibu "Gusale
9
!
"
"
0
8I ▬
2
!
50
I 8 IC " "I ` ( Nusajaya ▬
"
50
▬ I "
▬ I "
8I
0
"
8▬II " "
0
KOTAMABA
768
!
I 8 " "I ▬
500
50
0
500
500
50 1000
0
0
0
50
Tibamamutu
50
500
8I Sirimake
0
Woto-woto
50
500
50
50
0
OBA UTARA
172 50
0 50
0
8I !
0
500
50
10
1000
I " ▬
!
8I
924
HALMAHERA TENGAH
"
8I
KOTA TIDORE
1022
!
Anoka
"
"
▬ I "
50
500
500
0
WEDA 8I
OBA TENGAH
0
0
500
500
!
814 50
500
8I "
500
8I
50
"
"
50
0
50
0
8I Lukulama "
0
▬ I " ▬I 8"
I "
8I
!
"
00 5525
50
Kompania
"
0 ▬ I "▬I "
8I "
8I "
Gita
"
"
!
" "
"
P. Tamelni
8I
8I
8I 8"I
8I 8"I "
"
"
"
"
8I
Todapa
17
!
!
OBA
P. Tawang 8"I
"
"
21
!
16 ! 13 ! 2
"
"
"
P. Joji
13
!
" "
"
▬ I "
IC ` (
Tl. Payahe
▬ I "
"
Supera
619
!
Payahe
0 "
""
" " ""
""
Weda
50
▬ I "
0
Tg. Silota
Damarsafi
761
!
746
0
Yefi
Sigela 8Yefi I
▬ I "
0
50
"
2
!
"
IC ` (
Bastiung
I "" ▬
"
8I
"
o
""
8I
23
!
2
!
50
8I Kosah "
50
50
!
0
WEDA SELATAN
"
8I "
50
0
8I
8I
▬ I " ▬ I "
"
"
Kabrain 741
!
50
0
636 50
0
!
500
" "" " "
8I
Superak
"
"
612
!
P. Mofi
50
0
"
Wairoroindah
`
IC
"
"
8I( "
5
8I "
500
8I
Dukuh
o
"
!
8I
712
500 !
8I
660
0
"
50
Tl. Maidi
00
"
Tl. Wama
8I "
"
Tg. Foya 0
OBA SELATAN
Tg. Wama
430
▬ I "
!
IC ` ( Lifofa "
8I
Pulo
8I
50
13
!
P. Guratu 8I " "
25
!
▬ I "
"
"
!
3
" "
"
"
8I
P." Woda 9 " P. Raja
50
0
HALMAHERA SELATAN
"
GANE TIMUR
"
▬ I "
8I "
Maffa `I C "
8I "
30 30
Laporan Tahunan Tahunan 2013 2013 Laporan 8I "
8I "
!
8I( "
492
Buku
Sepat
2
!
I " ▬
▬
2
500
782 500
Danau Sagea 50
0
"I
!
0
!
500
G. Bai
I "
0
0
50
▬
50
0
50
"
5 500
8I
0 500
500
926
500
500
Lember
500
500
50
Gumi
500
500
"
50
50
500
0
500
50
50 5 0 00
▬ I I C Akelamo " "` (
500
!
500
500
Guci
500
500
1221
!
Sengsara
50
"
500
0
10 00 1000 1000
0
8I
00
0
50
100
0
""
5
818
00
500
"
50
500
"" "
"
8I
"
50
!
"
Dobegasi
1119
!
G. Kaplo
0
" ""
8I "
5
50
0
"
500
Tg. Boboka
"
"
"
500
"
447
!
2
!
" "
8I
500
!
" !
"
" "
" "
P. Mow
24 ! 48
!
169
P. Mabuli
"
"
162
!
P. Gee
2
"
12
!
128
P. Mlowos "
!
2
!
Tl. Buli
P. To 2
!
P. Sai
904
500
Tg. Bowai 500
18
!
▬ I "
" " " "
P. Lewi
Maba `(IW8I "
!
G. Watowato
R
"
500
14
!
P. Plun
32
!
Maba Sangaji8I `(I C 8"I "
"
8I " "
"
"
"
" "
"
" ▬ I "
"
00
16
!
P. Mia Tl. Wailo
"
24
!
50
8I
11"
!
0
8I
500
P. Wor
8I 8 " "I
""
IC Bicoli` (
500
17
!
8I "
"
!
P. Oto
19
!
"
500
500
"
P. England
614
P. Cef
11
!
24
!
P. Seal 16
50
0
!
0
!
WEDA UTARA
634
MABA SELATAN
Tg. Sowoli
" "
" "
"
8I "
"
PATANI UTARA ▬ I "
Tl. Koka
Bial 653
!
8I
500
500 "
Foni
"
634
!
50
I "
Tl. Fanali
500
0
500
50
KOTA MABA
83
"
!
P. Sloton
247
!
2
!
500
49
13
!
P. Belingsili Besar P. Pakal
33
!
2
!
▬
P. Mintu
"
!
50
674
500
Tg. Bone
0
Damoli
Sisereg 0
]
PATANI
Dote 8I
50
8 Mesa "I ""
50
Wale
0
500
500
8I "
8I
Fararoimesem
"
!
717
8I Moreala
Pnubono
"
Tl. Blangagowo
8I
Pemutakhiran Peta Rupabumi Indonesia "
Lugli
"
"
"
"
Updating of Indonesia Topographic Maps
Lokasi pekerjaan pemutakhiran Peta Rupabumi Indonesia dengan skala 1:50.000 adalah wilayah Kalimantan Tengah, yaitu sebanyak 64 NLP. Penentuan wilayah ini berkaitan dengan rencana aksi penanganan masalah informasi geospasial eks-Pemanfaatan Lahan Gambut (PLG) dan uji coba pemanfaatan Revisi Permendagri No 1 Tahun 2006 tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah. Uji coba ini menggunakan peta rupabumi, sebagai peta dasar dalam proses penetapan batas administrasi.
The location for updating Indonesia Topographic Map at scale of 1:50,000 is Central Kalimantan region, which are 64 NLP. The determination of the region is relating to the action plan for handling the geospatial information problems at former Peatland Utilisation Project (PLG) and test the use of Revised Regulation No. 1 Year 2006 on the Guidelines for Emphasing Regional Boundary using topographical maps. In this test, the topographic map as a base map in the process of administrative boundary determination.
2013 Annual Annual Report Report 2013
31 31
8I" " "
o
8I Banemo
Dimdeme
INDEKS PETA RUPABUMI INDONESIA INDEKS PETA RUPABUMI INDON
SKALA 1:5.000 DAN 1:10.000 SAMPAI DENGAN TAHUN 2013
SAMPAI DEN
_^ _^ _ ^ _^ _^ _^ _ ^ _^ _^ _^ _ ^
_^ _^ _^ _ ^ _^ _^ _^ _ ^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _ ^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _ ^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _ ^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _ ^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _ ^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _ ^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _ ^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _ ^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _ ^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _ ^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _ ^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _ ^ _^ _^ _ ^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _ ^ _^ _^ _^ _^ _^ _ ^ _^ _^ _^ _^ _^ _ ^
SIMEULUE TUANGKU
_^ ^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _ ^^ _ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _ _^ ^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _ _^ ^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _ _^ ^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _ _^ ^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _^ _
PANTAI BARAT SUMATERA
1 : 5.000 32
LAMPUNG
1 : 10.000 Laporan Tahunan 2013
BOGOR, PUNCAK, CIANJUR
BANDUNG
TANJUNG PANGKAL
TOPOGRAPHIC NESIA SKALA 1 :MAP 5.000INDEX dan 1: 10.000 SCALE 1:5.000 AND 1:10.000 UP TO 2013 NGAN TAHUN 2013
G PANDAN, L PINANG
Á U
LOMBOK
MAKASAR, PARE - PARE
PALU
KENDARI
2013 Annual Report
GORONTALO, TOMOHON
33
34
Laporan Tahunan 2013
2013 Annual Report
35
Pemetaan Batas Wilayah Republik Indonesia
Mapping the Administrative Boundaries of the Republic of Indonesia
Negara Indonesia memiliki wilayah dengan luas keseluruhan 8.292.983 km2 yang terdiri dari daratan dan lautan, dengan sumber daya alam yang melimpah. Untuk mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam tersebut, dibutuhkan batas wilayah untuk memastikan hak dan kepemilikan suatu pemerintahan. Adapun batas wilayah definitif yang didasarkan ketetapan hukum berperan penting untuk tata kelola pemerintahan, pertahanan, keamanan, perijinan, pengelolaan sumberdaya alam dan sebagainya.
Indonesia has a territory with a total area of 8,292,983 km2 consisting of land and sea, with abundant natural resources. To optimize the management of natural resources, borders are needed to ensure the rights and ownership of a government. Definitive administrative boundaries is important for governance, defense, security, licensing, natural resource management and so on.
BATAS NEGARA
STATE BOUNDARIES
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mempunyai batas maritim dengan 10 negara yaitu : India, Thailand, Malaysia, Singapura, Viet Nam, Filipina, Palau, Papua Nugini, Australia dan Timor Leste.
The Unitary State of the Republic of Indonesia has maritime boundaries with 10 countries, namely: India, Thailand, Malaysia, Singapore, Vietnam, the Philippines, Palau, Papua New Guinea, Australia and Timor Leste.
Batas Maritim
Maritime Boundaries
Batas maritim Indonesia, jika hanya mewarisi wilayah eks Hindia Belanda, adalah hanya 3 mil laut dari garis pantai, namun dengan diberlakukannya UNCLOS 1982, wilayah maritim Indonesia jauh lebih luas yaitu 12 mil laut dari garis pantai. Batas maritim diukur dari titik-titik dasar yang berada di lokasi paling luar pulaupulau di Indonesia, yaitu sebanyak 92 pulau.
Indonesian maritime boundaries based on the former Dutch East Indies region, is only 3 nautical miles from the coastline. It has been much broader since the implementation of UNCLOS in 1982 is 12 nautical miles from the coastline. Maritime boundaries are measured from the base points located in the outer islands of Indonesia, as many as 92 islands.
Pemetaan Pulau-Pulau Kecil Terluar
Mapping Small Outer Islands
Pemetaan pulau-pulau kecil terluar dimaksudkan untuk melengkapi cakupan peta dasar dengan minimal skala 1:15.000, sehingga dapat disusun informasi geospasial dasar di 92 pulau yang terdapat titik-titik dasar untuk kepentingan pengelolaan wilayah perbatasan negara, baik di sektor infrastruktur ekonomi, pemanfaatan sumber kekayaan alam, pemeliharaan lingkungan hidup, maupun administrasi pemerintahan.
Mapping the small outer islands are intended to supplement the map coverage with a minimum base at scale of 1:15,000, so that the basic geospatial information in 92 islands can be prepared for the purpose of the state boundary management includes the economic infrastructure, the utilization of natural resources , environmental preservation, and public administration.
Kegiatan ini diawali dengan pengadaan foto udara yang mencakup pulau-pulau kecil tersebut, kemudian survei lapangan untuk melengkapi toponim dan pengecekan data.
This activity begins with the procurement of aerial photography that includes the small islands, then field surveys was conducted to complete toponym and data checking.
Sebelum tahun 2013 pemetaan pulau-pulau terluar menggunakan metode fotogrammetri
Before the year of 2013, mapping of the outer islands was using photogrammetry methods
36
Laporan Tahunan 2013
Peta Foto Pulau Kecil Terluar NKRI Skala 1:3,000, Pulau Dana Lembar 2105323 dengan kamera metrik analog/digital. Sejak tahun 2013, kegiatan dilakukan dengan wahana Unmanned Aerial Vehicle (UAV) serta metode fotogrammetri dengan kamera digital non metrik (small format). Kegiatan tahun 2013 telah dilakukan pemetaan di 10 pulau terluar dengan rincian sebagai berikut.
with analog/digital metric cameras. Since the year of 2013, the activities were carried out using Unmanned Aerial Vehicle (UAV) as well as photogrammetry methods with non-metric (small format) digital cameras. In the activities of 2013, 10 outer islands have been mapped with the following details.
Daftar Pulau-Pulau Terluar yang Dipetakan Tahun 2013 (List of Mapping of Outer Islands in 2013) No
Nama Pulau (Island Name)
Skala (Scale)
Lokasi (Location)
Luas (km2)
1
Tg. Bantenan, P. Jawa
1 : 8.700
Jawa Timur
7.67
2
Tg. Mebulu, P. Bali
1 : 8.700
Bali
8.44
3
Tg. Ungasan, P.Bali
1 : 8.700
Bali
7.88
4
Tg. Sedihing, P. Nusapenida
1 : 4.500
Bali
3.54
5
Tg. Talonan (1), P. Sumbawa
1 : 2.400
NTB
8.33
6
Tg. Talonan (2), P. Sumbawa
1 : 12.800
NTB
8.41
7
Tg. Torodoro, P. Sumbawa
1 : 8.700
NTB
8.47
8
Tg. Karoso, P. Sumba
1 : 10.000
NTT
7.98
9
Tg. Nguju, P. Sumba
1 : 7.800
NTT
9.00
10
P. Dana
1 : 8.700
NTT
5.48
2013 Annual Report
37
121°16'40"E
312400
312000
311600
311200
310800
121°16'15"E
121°17'5"E
PETA FOTO PULAU KECIL TERLUAR NKRI
1:2,673
10°49'10"S
10°49'10"S
PULAU DANA
LEMBAR 2105323 KABUPATEN KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Edisi I - 2013
FOTO MOSAIK
8803200
8803200
DIAGRAM LOKASI
Proyeksi Sistem Grid Datum Horizontal Datum Vertikal Satuan Tinggi Selang Kontur UG
: : : : : :
............................................. Transverse Mercator ............................................. Grid Geografi dan Grid Universal Transverse Mercator ............................................. DGN 95 ............................................. EGM 96 ............................................. Meter ............................................. 2,5 meter US : Utara sebenarnya (Geografi) UG : Utara grid (UTM) UM : Utara magnetik Hubungan antara utara sebenarnya, utara grid dan utara magnetik ditunjukkan secara diagram untuk pusat peta ini. nilai Deklinasi dihitung dengan International Geomagnetic Reference Field (IGRF) model, yang bersumber dari http://www.ngdc.noaa.gov/geomag-web/#declination Deklinasi magnetik rata-rata 2° 00' 21" pada tahun 2012 Deklinasi tersebut diperkirakan setiap tahun berubah -0° 2.4'
US
^
UM -1'53"
48'
Skala 0
55
110
1:2,673
220
330
440 Meters
8802800
8802800
DITERBITKAN OLEH :
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) PUSAT PEMETAAN BATAS WILAYAH JL. RAYA JAKARTA - BOGOR KM. 46 CIBINONG TLP/FAX. : (021) 8754654 TLX : 62-21-48305 10°49'35"S
10°49'35"S
homepage : www.bakosurtanal.go.id, e-mail :
[email protected]
PT. Waindo SpecTerra Kompleks Perkantoran Pejaten Raya # 7 - 8 Jl. Pejaten Raya No. 2 Jakarta Selatan 12510 Telp : 62 21 798 6816, 7986405 Fax : 62 21 7995539 email :
[email protected]
www.waindo.co.id, email :
[email protected] © Hak cipta dilindungi oleh Undang - Undang Republik Indonesia
LEMBAR 2105323 LETAK GEOGRAFIS :
Pulau Dana adalah area terluar Indonesia yang terletak di sebelah selatan Pulau Rote. Pulau ini berada di Utara Samudera Hindia dengan koordinat 11° 0' 36" LS, 122° 52' 37" BT. INFORMASI FOTO :
Latar belakang gambar adalah citra satelit resolusi tinggi tahun perekaman 2010
8802400
8802400
KETERANGAN RIWAYAT Peta ini dibuat secara Fotogrametri Digital tahun 2013 dalam proyek pemetaan pulau-pulau terluar. Sumber data citra adalah citra foto udara format kecil dengan nilai Ground Spatial Distance (GSD) 15cm yang diambil menggunakan Wahana Udara Tanpa Awak. Restitusi citra foto dilakukan secara otomatis dengan fotogrametri digital yang menerapkan proses kalibrasi kamera untuk menghasilkan citra ortophoto resolusi spasial 15cm dan data model elevasi digital. Vektor peta garis diperoleh dengan teknik digitasi "on screen" pada citra ortophoto. Sebagai latar belakang Peta ini adalah citra satelit resolusi tinggi tahun 2010
KETERANGAN GEDUNG DAN BANGUNAN LAINNYA Gedung, Tempat Tinggal
RELIEF DAN TITIK REFERENSI
BATAS ADMINISTRASI Batas Negara Batas Provinsi Batas Kota / Kabupaten/Kotif Batas Kecamatan Batas Desa / Kelurahan PENUTUPAN LAHAN Hutan Semak / Belukar Tanah Terbuka Tegalan PERHUBUNGAN Jalan Lokal Jalan Lain Jalan Setapak
8802000
8802000
P.DANA 123A
P.DANA 123
10°50'0"S
10°50'0"S 312400
312000
121°16'40"E
311600
311200
310800
121°16'15"E
Garis Kontur, Kontur Indeks Kontur Daerah Berbatu Kontur Bantu 242 Titik Tinggi Cekungan Tebing, Tebing Batu Bukit, Gundukan Tanggul, Galian Titik Referensi (TR) A Dana 123 Titik Dasar P. (TD) ( 10° 50' 00.0'' LS, 121° 16' 57.0'' BT ) Titik Dasar P. Dana 123A ( 10° 49' 54.0'' LS, 121° 16' 38.0'' BT )
20 20
PERAIRAN Garis Pantai Sungai/Alur Dermaga Pelabuhan Menara Suar
121°17'5"E
121°16'40"E
312400
312000
121°16'15"E
311600
311200
310800
Peta Foto Pulau Kecil Terluar NKRI Skala 1:3,000, Pulau Dana Lembar 2105323
121°17'5"E
8803600
8803600
PETA GARIS PULAU KECIL TERLUAR NKRI
0m
10°49'10"S
10°49'10"S
0m
1:3,000
PULAU DANA
LEMBAR 2105323 KABUPATEN KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Edisi I - 2013
DIAGRAM LOKASI
0
m
m
15
10 m
5m
5m
20
5m
15 m
0m
8803200
10 m
8803200
m
0m
10 m
Proyeksi Sistem Grid Datum Horizontal Datum Vertikal Satuan Tinggi Selang Kontur
10 m 10
UG
m
UM
0m
48'
: : : : : :
............................................. Transverse Mercator ............................................. Grid Geografi dan Grid Universal Transverse Mercator ............................................. DGN 95 ............................................. EGM 96 ............................................. Meter ............................................. 2,5 meter US : Utara sebenarnya (Geografi) UG : Utara grid (UTM) UM : Utara magnetik Hubungan antara utara sebenarnya, utara grid dan utara magnetik ditunjukkan secara diagram untuk pusat peta ini. nilai Deklinasi dihitung dengan International Geomagnetic Reference Field (IGRF) model, yang bersumber dari http://www.ngdc.noaa.gov/geomag-web/#declination Deklinasi magnetik rata-rata 2° 00' 21" pada tahun 2012 Deklinasi tersebut diperkirakan setiap tahun berubah -0° 2.4'
US
^
-1'53"
5m
15 m
0m
5m
Pulau Dana, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur
5m
15 m
5m
5m
Skala
20 m
30 10 m
5m
m
0 30
40
m
62.5
125
1:3,000
250
375
500 Meters
m
35
m
m
8802800
30
m
m
10 m
25 m
5
20
35
DITERBITKAN OLEH : 8802800
5m
m
10 m
40
m
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) PUSAT PEMETAAN BATAS WILAYAH JL. RAYA JAKARTA - BOGOR KM. 46 CIBINONG TLP/FAX. : (021) 8754654 TLX : 62-21-48305
25 15 m
m
m
25 m
15 m
15
10 m
20
m
10°49'35"S
15 m
5m
15
20 m
m
10
LEMBAR 2105323
m
20 m
m
15 m
10
PT. Waindo SpecTerra Kompleks Perkantoran Pejaten Raya # 7 - 8 Jl. Pejaten Raya No. 2 Jakarta Selatan 12510 Telp : 62 21 798 6816, 7986405 Fax : 62 21 7995539 email :
[email protected]
www.waindo.co.id, email :
[email protected] © Hak cipta dilindungi oleh Undang - Undang Republik Indonesia
m
10
homepage : www.bakosurtanal.go.id, e-mail :
[email protected]
10
m
25 m
15
15
25 m
5m
10°49'35"S
10
15
LETAK GEOGRAFIS :
m
m
Pulau Dana adalah area terluar Indonesia yang terletak di sebelah selatan Pulau Rote. Pulau ini berada di Utara Samudera Hindia dengan koordinat 11° 0' 36" LS, 122° 52' 37" BT.
m
m
INFORMASI FOTO :
Latar belakang gambar adalah citra satelit resolusi tinggi tahun perekaman 2010
15 m
KETERANGAN RIWAYAT
8802400
8802400
10 m
Peta ini dibuat secara Fotogrametri Digital tahun 2013 dalam proyek pemetaan pulau-pulau terluar. Sumber data citra adalah citra foto udara format kecil dengan nilai Ground Spatial Distance (GSD) 15cm yang diambil menggunakan Wahana Udara Tanpa Awak. Restitusi citra foto dilakukan secara otomatis dengan fotogrametri digital yang menerapkan proses kalibrasi kamera untuk menghasilkan citra ortophoto resolusi spasial 15cm dan data model elevasi digital. Vektor peta garis diperoleh dengan teknik digitasi "on screen" pada citra ortophoto. Sebagai latar belakang Peta ini adalah citra satelit resolusi tinggi tahun 2010
KETERANGAN GEDUNG DAN BANGUNAN LAINNYA Gedung, Tempat Tinggal BATAS ADMINISTRASI Batas Negara Batas Provinsi Batas Kota / Kabupaten/Kotif Batas Kecamatan Batas Desa / Kelurahan 8802000
8802000
TD. 123A
TD. 123
10°50'0"S
10°50'0"S
312400
121°16'40"E
312000
311600
311200
310800
121°16'15"E
121°17'5"E
PENUTUPAN LAHAN Hutan Semak / Belukar Tanah Terbuka Tegalan PERHUBUNGAN Jalan Lokal Jalan Lain Jalan Setapak Jembatan / Titian
RELIEF DAN TITIK REFERENSI Garis Kontur, Kontur Indeks Kontur Daerah Berbatu Kontur Bantu 242 Titik Tinggi Cekungan Tebing, Tebing Batu Bukit, Gundukan Tanggul, Galian Titik Referensi (TR) A Titik Dasar 123 (TD) ( 10° 50' 00.0'' LS, 121° 16' 57.0'' BT ) Titik Dasar 123A ( 10° 49' 54.0'' LS, 121° 16' 38.0'' BT ) PERAIRAN
20 20
Rawa / Kolam
Peta Garis Pulau Kecil Terluar NKRI Skala 1:3,000, Pulau Dana Lembar 2105323
38
Laporan Tahunan 2013
Fasilitasi Perundingan Batas Maritim
Facilitation on Maritime Border Negotiations
Sesuai dengan Hukum Laut Internasional (UNCLOS-1982) penetapan batas maritim yang tumpang tindih dengan klaim negara tetangga diselesaikan melalui jalur perundingan. Perundingan dengan 10 negara tetangga yang mempunyai batas maritim dengan Indonesia dibagi dalam 3 kategori: perundingan aktif, belum/tidak aktif, dan perundingan yang sudah selesai.
In accordance with the United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS 1982), the determination of overlapped maritime boundaries with the claims of neighboring countries should be settled through negotiation. The negotiations with 10 neighboring countries that have maritime boundaries with Indonesia are divided into 3 (three) categories: active, yet/not active, and completed negotiations. a. Active Negotiations
a. Perundingan Aktif Perundingan batas maritim yang aktif dilakukan pada tahun 2013 adalah perundingan batas maritim dengan Malaysia, Singapura, dan Vietnam. i. Pada tahun 2013, Indonesia dan Malaysia mengadakan 2 (dua) kali pertemuan teknis tentang penetapan batas maritim kedua negara tersebut. Kedua pertemuan ini dilaksanakan di Indonesia dan Malaysia khusus membahas perpanjangan garis Provisional Territorial Sea Boundary (PTSB) di Laut Sulawesi. Usulan garis batas laut teritorial di Laut China Selatan dan usulan batas laut teritorial, serta menyepakati penggal batas laut teritorial yang sudah satu garis di segmen Selat Malaka bagian Selatan sebagai garis PTSB. ii. Pada tahun 2013, pertemuan teknis penetapan batas maritim IndonesiaSingapura telah dilaksanakan sebanyak 6 (enam) kali yang terdiri dari 4 (empat) kali pertemuan teknis dan 2 (dua) kali pertemuan intersesional. Pertemuan teknis penetapan batas maritim antara Indonesia dan Singapura membahas delimitasi batas laut wilayah di segmen Selat Singapura Bagian Timur I yaitu di segmen sekitar Changi. Dalam pertemuan tersebut telah dicapai kesepakan garis dan telah disertifikasi oleh Kepala BIG dan Kepala Dis.Hidros TNI AL. iii. Pertemuan teknis penetapan batas maritim Indonesia – Vietnam, pada tahun 2013 hanya diselenggarakan 1 (satu) kali pertemuan teknis, yaitu pertemuan ke-5 di Hanoi Vietnam. Pertemuan difokuskan pada pembahasan Principles and Guidelines. b. Perundingan Belum/Tidak Aktif Batas maritim pada kurun waktu tahun 2013 yang belum/tidak aktif dirundingkan adalah antara Indonesia dengan India dan Thailand terkait batas ZEE, Indonesia dengan TimorLeste terkait batas Laut Teritorial, ZEE, dan Landas Kontinen.
The active maritime boundary negotiations that are conducted in 2013, is the negotiations with Malaysia, Singapore, and Vietnam. i. In 2013, Indonesia and Malaysia have held two (2) technical meetings on maritime boundary determination between the two countries. The two meetings were held in each country, Indonesia and Malaysia, to discuss the extension of the Provisional Territorial Sea Boundary (PTSB) line in the Sulawesi Sea. The proposal of territorial sea boundary line in the South China Sea, and the proposal of territorial sea boundary, as well as to agree on the cut-off of territorial sea boundary that has one line in the southern side of Malacca Strait segment as PTSB line. ii. In 2013, the maritime boundary negotiations between Indonesia and Singapore have held six (6) times, its consist of 4 (four) technical meetings and two (2) intersessional meetings. The technical meetings on maritime boundary determination between Indonesia and Singapore discussed the delimitation of the territorial sea in the eastern part of Singapore Strait segment I, the segment around Changi. The meeting resulted an agreement on the lines and it also had been certified by the Chairman of BIG and the Chief of Dis.Hidros, Indonesia Navy. iii. The technical meeting on maritime delimitation determination between Indonesia and Vietnam, in 2013, was only held once (1) namely the 5th meeting in Hanoi Vietnam. The meeting was focused on the discussion of Principles and Guidelines. b. Not Yet Active/Inactive Negotiations Maritime boundaries that has not/do not actively negotiated during the year of 2013, was between Indonesia, India and Thailand related to EEZ boundary, and between Indonesia and Timor Leste related to the Territorial Sea boundaries, EEZ, and Continental Shelf.
2013 Annual Report
39
c. Perundingan Sudah Selesai Batas maritim yang sudah selesai dirundingkan dan dibuat perjanjiannya dapat dilihat pada Table berikut.
c. Completed Negotiations The maritime boundary negotiations that have been completed and the agreements have been made and can be seen in the following table.
Daftar perjanjian batas maritim No.
Dengan Negara
Jenis Batas
Perjanjian
Ratifikasi
1
India
LK
8 Agustus 1974
Keppres 51/1974
2
India
LK
14 Januari 1977
Keppres 26/1977
3
India-Thailand
TrijunctionLK
22 Juni 1978
Keppres 24/1978
4
Thailand
LK
17 Desember 1971
Keppres 21/1972
5
Thailand
LK
11 Desember 1975
Keppres 1/1977
6
Thailand-Malaysia
TrijunctionLK
21 Desember 1971
Keppres 20/1972
7
Malaysia
LT
17 Maret 1970
UU no.2/1971
8
Malaysia
LK
27 Oktober 1969
Keppres 89/1969
9
Singapura
LT
25 Mei 1973
UU no.77/1973
10
Singapura
LT
10 Maret 2009
UU no.4/2010
11
Viet Nam
LK
26 Juni 2003
UU no.17/2007
12
Papua Nugini
MT
12 Februari 1973
UU no.6/1973
13
Papua Nugini
MT
13 Desember 1980
Keppres 21/1982
14
Australia
LK
18 Mei 1971
Keppres 42/1971
15
Australia
LK
9 Oktober 1972
Keppres 66/1972
16
Australia
LK dan ZEE
16 Maret 1997
Belum diratifikasi
Kajian Batas Maritim
Maritime Boundary Studies
Untuk mendukung penetapan batas maritim Indonesia, pada tahun 2013, BIG melakukan kajian Landas Kontinen Indonesia di luar 200 mil laut dan kajian Geopolitik.
To support the Indonesian maritime boundary delimitation, in 2012, BIG reviewing Indonesian Continental Shelf beyond 200 nautical miles and Geopolitics studies.
Landas Kontinen Indonesia (LKI)
Indonesian Continental Shelf (LKI)
Kegiatan Kajian Landas Kontinen Indonesia Ekstensi (Indonesia Extended Continental Shelf, IECS) yaitu pertemuan teknis pada 28 Februari 2013 untuk pelaksanaan survei seismik dan bathimetri di wilyah potensi IECS di Utara Papua. Sebagai tindak lanjut kajian yang dilakukan BIG, maka Pusat Penelitian Geologi Laut (P2GL) - Kementerian ESDM telah melakukan survei Landas Kontinen Indonesia di luar 200 NM di Utara Papua pada tahun 2013.
The activity of Indonesia Extended Continental Shelf (IECS) is a technical meeting on February 28, 2013, for implementing the seismic survey and bathymetry in the IECS potential region in the Northern Papua. As a follow-up of study conducted by BIG, the Marine Geology Research Center (P2GL) - The Ministry of Energy and Mineral Resources, has conducted a survey of Indonesian Continental Shelf beyond 200 NM in Northern Papua in 2013.
Pada 14-19 Mei 2013, yang difasilitasi oleh kedutaan PNG di Canberra Australia, dilakukan pertemuan Trilateral Consultation on Extended Continental Shelf Between the Republic of Indonesia, the Independent States of Papua New Guinea and the Federated States of Micronesia. Pada pertemuan ini Micronesia dan Papua Nugini telah menyampaikan preliminary information indicative of the
On 14-19 May 2013, facilitated by the PNG Embassy in Canberra, Australia, a meeting of the Trilateral Consultation on Extended Continental Shelf Between the Republic of Indonesia, the Independent States of Papua New Guinea, and the Federated States of Micronesia was held. In this meeting, Micronesia and Papua New Guinea has submitted indicative preliminary information of the outer limits of continental
40
Laporan Tahunan 2013
outer limits of continental shelf beyond 200 NM for Euripik rise and Mussau ridge areas ke PBB. Pada pertemuan ini Papua Nugini dan Mikronesia menyodorkan draft “No Contest Understanding” dalam proses submisi potensi Landas Kontinen Ekstensi di Utara Papua.
shelf beyond 200 NM for Euripik rise and Mussau ridge areas to the UN. At this meeting, Papua New Guinea and Micronesia submitted draft of “No Contest Understanding” in the process of submission of potential of the Extended Continental Shelf in Northen Papua.
Area Kajian Wilayah Landas Kontinen Indonesia di luar 200 mil laut (Study of Indonesia Continenatal Shelf Area of Beyond 200 NM)
2013 Annual Report
41
Batas Darat
Terrestrial Boundaries
Indonesia mempunyai batas darat dengan 3 (tiga) negara tetangga yaitu Malaysia, Papua Nugini, dan Timor-Leste. Kegiatan batas darat untuk tahun anggaran 2013 meliputi:
Indonesia has terrestrial boundaries with three (3) neighboring countries, namely Malaysia, Papua New Guinea, and East Timor. Terrestrial boundary activities for fiscal year 2013 includes:
• Survei Common Border Datum Reference Frame (CBDRF) • Survei demarkasi • Perawatan dan pemasangan Border Sign Post (BSP) • Joint Border Mapping (JBM) • Perundingan Batas Darat
• The Survey of Common Border Datum Reference Frame (CBDRF) • Demarcation Survey • Maintenance and Installation of Border Sign Post (BSP) • Joint Border Mapping (JBM) • Terrestrial Boundary Talks
a. Batas Darat antara Indonesia - Malaysia
a. Terrestrial boundary Indonesia – Malaysia
Selama tahun 2013, kegiatan pemetaan Batas Darat Indonesia dan Malaysia di Pulau Kalimantan terdiri dari Kegiatan Survei CBDRF, Pemetaan Koridor Batas JBM, dan Perundingan. BIG turut aktif dalam kegiatan Joint Working Group - Outstanding Boundary Problems (JWG-OBP) untuk menyelesaikan segmen batas yang belum disepakati.
During the year of 2013, the mapping activities of Terrestrial Boundary Indonesia – Malaysia in Kalimantan Island consists of CBDRF Survey Activities, JBM Boundary Corridor Mapping, and Negotiations. BIG also participated actively in the activities of the Joint Working Group - Outstanding Boundary Problems (JWG-OBP) to resolve the boundary segment that has not been agreed.
Survei CBDRF
CBDRF Survey
Seperti diketahui bahwa pilar batas RIMalaysia yang saat ini terpasang masih menggunakan sistem proyeksi Rectified Skew Orthomorphic (RSO) dan datum Timbalai yang merupakan sistem yang dipakai oleh Malaysia. Oleh karena itu, pihak Indonesia menginisiasi untuk dilakukan pengukuran ulang pilar-pilar batas RI-Malaysia dengan menggunakan sistem global (WGS-84) dan menggunakan Datum Timbalai. Pengukuran dilakukan menggunakan GNSS, dan melibatkan Direktorat Topografi - TNI Angkatan Darat (Dittop-AD) sebagai mitra kerja. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, tahun 2013 ini dilakukan pengukuran GNSS antara pilar A135-ET210 (sektor barat) dan pilar A001-A841 (sektor timur) dengan total pilar yang diukur sebanyak 30 buah.
As it has been known that the current boundary pillars of Indonesia-Malaysia was still installed using the Rectified Skew Orthomorphic (RSO) projection system and a Timbalai datum, a system that is used by Malaysia. Thus, Indonesian initiated to remeasure the boundary pillars of Indonesia-Malaysia using the global system (WGS-84) and the Timbalai Datum. The measurements were using GNSS and involving the Directorate of Topography – the Indonesian Army (Dittop-AD) as a partner. Similar with the previous years, in 2013, the GNSS measurements between pillar A135ET210 (western sector) and pillar A001-A841 (eastern sector), has been carried out with a total measured pillars were 30 pieces.
Joint Border Mapping (JBM)
Joint Border Mapping (JBM)
Peta Joint Border Mapping (JBM) merupakan peta rupabumi yang khusus menampilkan wilayah sepanjang garis batas dengan koridor tertentu, dan merupakan peta gabungan antara kedua negara berbatasan, dan melalui mekanisme perundingan (kesepakatan) antar kedua negara. Berdasarkan data koordinat UTM yang diukur menggunakan GPS geodetic sesuai Referensi Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-95)/ WGS84 dan data IFSAR tahun 2008, panjang garis
Joint Border Mapping (JBM) map is a special topographical map showing the area along the borderline in certain corridors, and a composite map between two bordering countries, as well as generated through negotiation mechanism (agreement) between the two countries. Based on UTM coordinate data that are measured using geodetic GPS in accordance with the National Geodetic Datum Reference of 1995 (DGN-95)/WGS84 and IFSAR data of 2008, the line of Indonesia-PNG border line is stretched along the ± 819 Kms which consists
42
Laporan Tahunan 2013
batas RI-PNG membentang sepanjang ± 819 Km yang terdiri dari tiga segmen garis batas. Segmen pertama dari utara mengikuti meridian astronomis 141°00’00” BT sampai dengan pertemuan dengan Sungai Fly bagian utara sepanjang 411 Km, kemudian segmen garis batas di sepanjang Sungai Fly sepanjang 161 Km dan terakhir adalah segmen sebelah selatan setelah Sungai Fly pada meridian astronomis 141°01’10”BT sepanjang 247 Km.
of three segments of the boundary line. The first segment is stretching from the northern part following the astronomical meridian 141°00’00” BT up to the meeting with the northern part of the Fly River along the 411 Kms; the second segment is a border line along the Fly River as far as 161 Kms; and the last segment is southern part after the River Fly on astronomical meridian 141°01’10” BT along the 247 Km.
Untuk merealisasikan kelengkapan petapeta dan pemutakhiran peta-peta perbatasan RI-PNG, maka sejak tahun 2007 dilaksanakan pemutakhiran peta perbatasan dengan volume sebanyak 8 NLP kemudian dilanjutkan pada tahun 2009 dilaksanakan dengan volume sebanyak 14 NLP, dan terakhir pada tahun 2011 sebanyak 5 NLP. Karena perkembangan waktu dan teknologi, terutama berkaitan dengan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) dan citra resolusi tinggi yang semakin bagus kualitasnya, pada tahun 2012 telah dilakukan pemutakhiran Peta JBM RI-PNG yang dilengkapi dengan citra resolusi tinggi untuk sheet no 1-7 serta dibuat dengan menggunakan software SIG dan sudah dilengkapi dengan basis data spasialnya.
In order to realize the map completeness and updating the Indonesia-PNG border maps, since 2007, an updating the border maps with a volume of 8 sheets, then it was continued in 2009 by 14 sheets, and the last one was in 2011 by 5 sheets. Due to the technology development, especially with regard to the Geographic Information Systems (GIS) technology and a better quality of the high resolution images, in 2012, the RI-PNG JBM maps had been updated by adding the high-resolution imagery for sheet No. 1-7 and created using GIS software that is equipped with a spatial database.
Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), Pada tahun 2013 ini dilanjutkan kegiatan yang sama sebanyak 7 NLP untuk No. 8-15. Selaras dengan kegiatan pemetaan JBM RI-PNG, dilaksanakan juga kegiatan pemetaan JBM RI-Malaysia (unilateral). Sampai dengan tahun 2012, sudah diselesaikan 20 sheet dari 45 sheet yang direncanakan. Oleh karena itu, maka tahun 2013 ini dilaksanakan kegiatan pemetan serta cek lapangan sebanyak 7 NLP untuk No. 19-25.
In accordance to the Middle Term Development Planning (RPJM), in 2013, the same activity was continued covering 7 sheets for No. 8-15. Aligned with the activities of RI-PNG JBM mapping, the mapping activities were also carried out for RIMalaysia JBM (unilaterally). Until the year of 2012, 29 sheets have been completed out of 45 planned sheets. Therefore, by the year of 2013, mapping and field inspections have been carried out using 7 sheets for No. 19-25.
Tata Organisasi Perundingan
Organisational Governance in Negotiations
Kegiatan perundingan batas darat antara Indonesia dan Malaysia merupakan perundingan teknis meliputi: kegiatan survei CBDRF, pemetaan bersama di sepanjang koridor batas Joint Border Mapping (JBM), survei Investigation Refixation and Maintenance (IRM) pilar batas, dan Outstanding Boundary Problems (OBP). Kegiatan batas darat merupakan kesepakatan Indonesia- Malaysia yang dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya melalui pertemuan bilateral. Hasil dari pertemuan-pertemuan bilateral tersebut menjadi dasar perencanaan kegiatan di tahun 2014.
Terrestrial boundary negotiations between Indonesia and Malaysia are technical negotiations covering: activities of CBDRF survey, joint mapping along Joint Border Mapping (JBM) corridors, survey of Investigation Refixation and Maintenance (IRM) boundary pillars, and Outstanding Boundary Problems (OBP). Terrestrial border activity is an agreement between Indonesia and Malaysia that is carried out in previous years through bilateral meetings. The results of the bilateral meetings became the basis for planning activities in 2014.
2013 Annual Report
43
b. Batas Darat antara Nugini
Indonesia - Papua
b. Terrestrial Boundary between Indonesia and Papua New Guinea
Selama tahun 2013, kegiatan Batas Darat Indonesia dan Papua New Guinea (PNG) di Pulau Papua terdiri dari kegiatan survei CBDRF, Pemetaan Koridor Batas JBM, dan Perundingan.
During the year of 2013, the activities of terrestrial boundary between Indonesia and Papua New Guinea (PNG) in Papua Island consist of CBDRF survey, JBM Boundary Corridor Mapping, and Negotiations.
Survei CBDRF
CBDRF Survey
Seperti diketahui bahwa pilar batas RI-PNG saat ini sebagian masih menggunakan data koordinat astronomis. Untuk itu dilakukan program pengukuran CBDRF pilar batas RIPNG. Setiap tahun dilakukan pengukuran sebanyak 5 pilar, dan dimana tahun 2013 dilakukan pengukuran pada pilar MM 2.1, MM 6A, MM 6.1, MM 6.2, dan MM 6.3
As it has been known that some of the current RI-PNG boundary pillars are still using astronomical coordinate data. Hence, the program of measuring the CBDRF of RI-PNG boundary pillars was carried out. Five pillars are measured each year and the measured pillars for the year of 2013 were at MM 2.1, MM 6A, MM 6.1, MM 6.2, and MM 6.3.
Joint Border Mapping
Joint Border Mapping
Kegiatan pemutakhiran peta koridor perbatasan mencakup kawasan perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini. Dengan pertimbangan perkembangan waktu (aktualisasi peta) dan teknologi (ketersediaan citra resolusi tinggi dan pemrosesannya), pada tahun 2013 dilakukan pemutakhiran Peta JBM RIPNG yang dilengkapi dengan citra resolusi tinggi untuk No. 1-7.
The activity of map updating for the border corridor has been conducted for Indonesian and Papua New Guinea. Considering the time (map actualization) and technology (the availability of high-resolution images and its processing), in 2013, the RI-PNG JBM Map has been updated by equipping the high-resolution imagery for No. 1-7.
Tata Organisasi Perundingan
Organisational Governance in Negotiations
Kegiatan perundingan batas darat antara Indonesia dan Papua Nugini adalah Joint Border Committe (JBC), JTSC on Survei and Demarcation of the Boundary and Mapping of the Border Areas (JTSC SDM), dan Joint Implementation and Monitoring Working Group (JIMWG) dalam tata organisasi perundingan. Selama kurun waktu tahun 2013, diadakan pertemuan di Port Moresby.
The activities of terrestrial border negotiations between Indonesia and Papua New Guinea are Joint Border Committee (JBC), JTSC on Survey and Demarcation of the Boundary and Mapping of the Border Areas (JTSC SDM), and the Joint Implementation and Monitoring Working Group (JIMWG) in the organisational governance of negotiations. During the period of 2013, a meeting has been held in Port Moresby.
c. Batas Darat antara Indonesia - Timor-Leste
Terrestrial Boundary Indonesia-Timor Leste
Kegiatan Batas Darat Indonesia dan Timor Leste terdiri dari kegiatan Survei CBDRF, Demarkasi, Pemetaan Koridor Batas JBM, dan Perundingan.
The activities of Indonesia - Timor Leste terrestrial boundary consists of CBDRF Survey, Demarcation, JBM Boundary Corridor Mapping, and Negotiations.
Survei Demarkasi dan Delineasi
Delineation and Demarcation Surveys
Dalam rangka penyelesaian batas darat RI-RDTL, dilakukan pekerjaan delineasi dan demarkasi garis batas. Kegiatan delineasi untuk menentukan garis batas yang disepakati kedua belah pihak, mengacu pada dokumen-dokumen yang telah disepakati. Untuk demarkasi dilaksanakan di daerah Mota Masin ke utara. Dipasang 160 pilar batas dengan rincian 80 dibangun Indonesia dan 80 dibangun RDTL. Setelah pilar dibangun, dilanjutkan dengan survei GNSS. Survei dilakukan secara bersama, yaitu antara tim surveyor RI dan surveyor RDTL.
In the settlement of the terrestrial boundary between Indonesia and Timor Leste, the delineation and demarcation of the borderlines have been conducted. Delineation activities to determine the agreed borderlines by both parties, is referring to the agreed documents. The demarcation border was conducted in Mota Masin area to the north side. It was installed 160 pillars, with 80 pillars were built by Indonesian and another 80 pillars were built by Timor Leste. After the construction of the pillars, a GNSS survey was conducted. The survey was conducted jointly, ie between the surveyor teams from Indonesia and Timor Leste.
44
Laporan Tahunan 2013
Perawatan dan Pemasangan Border Sign Post (BSP)
The Maintenance and Installation of Border Sign Post (BSP)
Border Sign Post (BSP) adalah tanda penunjuk batas berwujud sebuah papan pengumuman bagi umum/pelintas batas dan aparat pengamanan batas bahwa di dekat lokasi itu terdapat titik/garis batas, ditunjukkan dengan keterangan jarak.
Border Sign Post (BSP) is a sign indicating a border in a form of the announcement board for general/border crossers, and border security forces notifying the existence of border point/line near the site located, indicated by the distance.
BSP dipasang dan diukur posisinya secara pendekatan di sepanjang wilayah garis batas terutama pada segmen-segmen garis batas yang relatif dapat menimbulkan kerancuan akan pemahaman letak titik/ garis batasnya.
The position of BSP was fitted and measured based on an approach along the border line region, especially on the segments with border lines that relatively causing confusion on the understanding of the location of point/line boundary.
Pada tahun 2013 telah dilakukan pemasangan sebanyak 70 buah BSP serta perawatan terhadap BSP terpasang tahun pemasangan 2009 sebanyak 60 buah BSP. Berikut plotting lokasi perawatan dan pemasangan BSP tahun 2013 :
In 2013, 70 BSP was installed and 60 pieces of installed BSP from the instalment on 2009 was maintained. Here are the location of BSP’s maintenance and installation in 2013:
Sampai tahun 2013 telah dipasang sebanyak 440 buah BSP sepanjang perbatasan RI-RDTL selain segmen unresolved dan unsurveyed.
A total of 440 BSP have been installed up to the year of 2013 along the border between Indonesia and Timor Leste except in the unresolved and unsurveyed segments.
Manfaat BSP sangat penting, yaitu: • Membantu masyarakat pelintas batas dan aparat pengaman untuk: ¾¾ mengetahui lokasi titik/garis batas, ¾¾ memahami keberadaan lokasi diri di sekitar titik/garis batas, ¾¾ menyadari perlunya ikut memelihara keberadaan titik/garis batas.
Important benefits of BSP are: • Helping border crossers and security forces to: ¾¾ know the location of the point/line boundary, ¾¾ understand the existence of self locations around the point/line boundary, ¾¾ realized the need to maintain the existence point/line of boundary. • As a complement to the existence of boundary/demarcation pillar points.
• Sebagai pelengkap keberadaan titiktitik pilar batas/demarkasi. Lokasi BSP ditentukan dengan kriteria: • Sepanjang segmen batas yang kenampakan medannya secara visual di lingkungan sekitar batas dapat menimbulkan kerancuan akan letak titik/garis batasnya. • Sepanjang segmen batas yang potensial menjadi akses untuk lintas batas. Lokasi tepatnya disesuaikan dengan saran/ usulan dari Satgaspamtas dan Pemda.
BSP location are determined by the following criteria: • Along the boundary segments with the visual terrain appearance in the surrounding environment can cause confusion on the location of point/line of boundary. • Along the boundary segments that are potentials for cross-border access. The precise location is adjusted with the suggestions/proposals of the Security Force and Local Government.
Tata Organisasi Perundingan
Organisational Governance in Negotiations
Dalam struktur perundingan batas darat antara Indonesia dan Timor-Leste, BIG memiliki tugas sebagai Ketua Forum Technical Sub-Committee on Border Demarcation and Regulation (TSCBDR) yang berlangsung setidaknya setahun sekali secara bergantian di kedua negara.
In the structure of the terrestrial border negotiations between Indonesia and TimorLeste, BIG acts as a Chairman of Technical Sub-Committee on Border Demarcation and Regulation (TSCBDR) Forum which takes place at least once a year alternately in the two countries.
2013 Annual Report
45
Tabel perundingan batas darat Indonesia-Malaysia tahun 2013
No Perundingan
Waktu & Tempat
Keterangan
1
Special Discussion for the Joint Border Mapping (JBM) Project between Indonesia (Kalimantan Timur & Kalimantan Barat) and Malaysia (Sabah & Sarawak)
Bandung, Indonesia, 24-28 Maret 2013
Pelaksana/ Ketua Delri
2
Special Discussion for the Joint Border Mapping (JBM) Project between Malaysia (Sabah & Sarawak)and Indonesia (Kalimantan Timur & Kalimantan Barat)
Melaka, Malaysia, 1 – 5 Juli 2013
Pelaksana/ Ketua Delri
3
Special Discussion of Common Border Datum Reference Frame (CBDRF) Project between Indonesia (Kalimantan Timur & Kalimantan Barat) and Malaysia (Sabah & Sarawak)
Jakarta, Indonesia, 29 April – 3 Mei 2013
Pelaksana/ Ketua Delri
4
Special Discussion of Common Border Datum Reference Frame (CBDRF) Project between Malaysia (Sabah & Sarawak)and Indonesia (Kalimantan Timur & Kalimantan Barat)
Ipoh, Perak, Malaysia, 23 – 25 Juli 2013
Pelaksana/ Ketua Delri
5
Tenth Meeting of the Joint Working Group (JWG) for the Common Border Datum Reference Frame (CBDRF) and Joint Border Mapping (JBM) between Indonesia (Kalimantan Timur & Kalimantan Barat) and Malaysia (Sabah & Sarawak)
Tawau, Sabah, Malaysia, 9 – 11 Oktober 2013
Anggota Delri
6
Third Meeting of the Joint Working Group on the Outstanding Boundary Problems on the Joint Demarcation and Survei of the International Boundary Between Malaysia (Sabah) and Indonesia (Kalimantan Timur)
Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia 18 - 20 Februari 2013
Anggota Delri
7
Fourth Meeting of the Joint Working Group on the Outstanding Boundary Problems on the Joint Demarcation and Survei of the International Boundary Between Malaysia (Sabah) and Indonesia (Kalimantan Timur)
Kota Bharu, Kelantan, Malaysia 12 - 14 Juni 2013
Anggota Delri
8
Fifth Meeting of the Joint Working Group on the Outstanding Boundary Problems on the Joint Demarcation and Survei of the International Boundary Between Malaysia (Sabah) and Indonesia (Kalimantan Timur)
Bali, Indonesia 25 - 26 November 2013
Anggota Delri
9
The Forty Third Meeting of the Joint Indonesia - Malaysia Boundary Technical Committee on the Demarcation and Survei of the International Boundary between Indonesia (Kalimantan Timur & Kalimantan Barat) and Malaysia (Sabah & Sarawak)
Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia from 5 - 7 November 2013
Anggota Delri
10
The 13th Meeting of the Joint Commission for Bilateral Cooperation (JCBC) Between the Republic of Indonesia and Malaysia
Jakarta, 2 December 2013
Anggota Delri
11
The 31th Joint Technical Sub-Committee on Survei Bogor, Indonesia, 23and Demarcation of the Boundary and Mapping 25 September 2013 of the Border Area between the Independent State of Papua New Guinea
Anggota Delri
46
Laporan Tahunan 2013
12
The 30th Joint Border Committee Meeting between the Independent State of Papua New Guinea and the Republic of Indonesia
Bogor, Indonesia, 2627 September 2013
Anggota Delri
13
The Third Meeting of the Joint Border Committee between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Democratic Republic of Timor-Leste
Bandung, 15-18 Januari 2013
Anggota Delri
14
The Special Discussion of the Joint Border Mapping Project between the Republic of Indonesia and the Democratic Republic of TimorLeste
Bogor, 24-27 Februari 2013
Pelaksana/ Ketua Delri
15
The Special Meeting of the Technical SubCommittee on Border Demarcation and Regulation (TSCBDR) Between the Republic of Indonesia and the Democratic Republic of TimorLeste
Bali, 24 April 2013
Pelaksana/ Ketua Delri
16
The 26th Technical Sub-Committee on Border Demarcation and Regulation (TSCBDR) Between the Republic of Indonesia and the Democratic Republic of Timor-Leste
Dili, 4-5 Sept 2013
Pelaksana/ Ketua Delri
17
The Special Discussion of the Joint Border Mapping Project between the Republic of Indonesia and the Democratic Republic of TimorLeste
Bandung, 12-13 November 2013
Pelaksana/ Ketua Delri
18
Informal Meeting and Joint Data Processing
Bandung, 13-14 November 2013
Pelaksana/ Ketua Delri
Special Discussion of Common Border Datum Reference Frame (CBDRF) Project between Indonesia (Kalimantan Timur & Kalimantan Barat) and Malaysia (Sabah & Sarawak)
2013 Annual Report
47
BATAS WILAYAH ADMINISTRASI
ADMINISTRATIVE BOUNDARY
Sejak diberlakukannya otonomi daerah, batas wilayah berperan penting dalam perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU), perijinan pertambangan dan bagi hasil migas. Oleh karena itu, belum ditegaskannya batas daerah kadangkala menyebabkan konflik, baik di tingkat masyarakat, pengusaha, ataupun antar pemerintah daerah yang berbatasan. Terkait dengan batas wilayah, Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan:
Since the implementation of regional autonomy, regional boundaries play an important role in the calculation of the General Allocation Fund (DAU), mining permits, and oil and gas production sharing. Therefore, the border that has not been emphasized sometimes causes conflict, at the level of communities, businesses, and between the adjacent local governments. Related to borders, Act No. 32 Year 2004 on Local Government explained:
Daerah Otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem NKRI. Undang-Undang pembentukan daerah antara lain mencakup nama, cakupan wilayah, batas, ibukota, kewenangan penyelenggaraan urusan pemerintahan, penunjukan pejabat kepala daerah, pengisian keanggotaan DPRD, pengalihan kepegawaian, pendanaan, dan dokumen serta perangkat daerah.
Autonomous Region is the unity of the legal community who has boundaries that has authority to regulate and governmental affairs administration and local community interests with its own initiative based on the people’s aspirations within the Republic of Indonesia (NKRI). Act on the establishment of regions include the name, area coverage, boundary, the capital region, authority to administer government affairs, appointment of the head of local officials, filing the membership of Parliament, the transfer of personnel, funding, documents, and local officials.
Selanjutnya pedoman penegasan batas daerah diatur dalam Permendagri Nomor 1 Tahun 2006 yang kemudian diganti dengan Permendagri Nomor 76 Tahun 2012 sebagai upaya untuk mempercepat penyelesaian permasalahan batas daerah dengan menggunakan metode kartometrik.
Furthermore, the guidelines of demarcation area are set out in Regulation No. 1 Year 2006 which was later replaced with Regulation No. 76 Year 2012. The regulation stated that as an effort to speed up the completion of the regional border issues, the use of chartometric methods.
Tata Batas Wilayah Kecamatan
Sub-District Boundary Demarcation
Kegiatan penentuan batas wilayah terdiri atas dua tahap yaitu tahap penetapan dan tahap penegasan. Penetapan batas daerah adalah proses penetapan batas daerah secara kartometrik di atas suatu peta dasar yang sudah disepakati (buku pedoman dan penegasan batas daerah). Dengan menggunakan metode penetapan batas secara kartometrik di atas peta rupabumi skala 1:25.000, sehingga dapat menjadi acuan batas yang disepakati sebagai batas indikatif kecamatan. Sedangkan penegasan batas daerah di darat adalah proses penegasan batas daerah secara langsung di lapangan dengan memasang pilar-pilar batas.
The activities of boundary demarcation consist of two phases: delineation and confirmation. The delineating phase is a process of area delimitation using cartometric method over an agreed base map (handbook and boundary confirmation). By using the cartometric method of delimitation over topographical map scale 1: 25,000, it can be used as an agreed reference as indicative sub-distric borders. While the confirmation phase in terrestrial area is a direct process of boundary confirmation in the field by placing boundary pillars.
Penataan batas kecamatan dimaksudkan untuk memfasilitasi percepatan penanganan batas dalam lingkup kecamatan di daerah otonom, dengan mengunakan data geospasial yang akurat dan pemasangan pilar batas antar kecamatan dalam lingkup daerah otonom kota/kabupaten.
Sub-district boundary demarcation is intended to facilitate the acceleration of the boundary handling process of the sub-districts in the autonomous region using accurate geospatial data and the installation of boundary pillars between sub-districts within the autonomous municipalities/districts.
48
Laporan Tahunan 2013
Kegiatan tata batas kecamatan mulai dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2012, dan dilanjutkan pada tahun 2013. Kegiatan ini juga dimaksudkan sebagai pilot project penataan batas kecamatan. Karena sampai saat ini belum ada aturan hukumnya secara pasti, kegiatan ini sekaligus untuk menstimulasi daerah untuk melakukan penataan batas kecamatannya, dan diharapkan berlanjut ke batas kabupaten/ kota.
Sub-distric boundary demarcation has began in Fiscal Year 2012, and continued in 2013. This activity is also intended as a pilot project of sub-district boundary demarcation. Because until now its have not been regulated by law, this activities as well as to stimulate local governments to set the sub-district boundaries, and is expected continues to boundary of the districts/municipalities.
Berikut adalah lokasi kegiatan Tata Batas Kecamatan dan distribusi pemasangan pilar batas kecamatan yang telah dilaksanakan dari tahun 2012 hingga 2013:
Here are the locations of Sub-district Boundary Demarcation and distribution of sub-district boundary pillar installation from 2012 to 2013:
Tahun 2012: • Kecamatan Pamulang, Kabupaten Tangerang • Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung • Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap • Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang • Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman • Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo • Kecamatan Lumajang, Kabupaten Lumajang
Year 2012: • Pamulang Sub-district, Tangerang District • Soreang Sub-district, Bandung District • Binangun Sub-district, Cilacap District • Rembang Sub-district, Rembang District • Ngaglik Sub-district, Sleman District • Buduran Sub-district, Sidoarjo District • Lumajang Sub-district, Lumajang District
Tahun 2013: • Kecamatan Pataruman, Kota Banjar • Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang • Kecamatan Jebres dan Banjarsari, Kota Surakarta • Kecamatan Jetis dan Pleret, Kabupaten Bantul • Kecamatan Umbulsari dan Balung, Kabupaten Jember
Year 2013: • Pataruman Sub-district, Banjar District • Pedurungan Sub-district, Semarang District • Jebres and Banjarsari Sub-district, Surakarta Municipality • Jetis and Pleret Sub-district, Bantul District • Umbulsari and Balung Sub-district, Jember District
Ajudikasi Batas Kelurahan
dan
Adjudication of District and Sub-district Boundaries
Kegiatan ajudikasi batas kecamatan/ kelurahan/desa (KKD) adalah kegiatan yang dilaksanakan mengacu pada Permendagri Nomor 27 Tahun 2006 tentang penetapan dan penegasan batas desa. Kegiatan penetapan dan penegasan batas wilayah KKD, meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan data yuridis mengenai satu atau beberapa segmen batas untuk keperluan penetapan dan penegasannya. Metode pendekatan yang digunakan dalam ajudikasi ini adalah penetapan batas secara kartometris dengan menggunakan data batas indikatif dari KKD pada peta rupabumi skala 1:25.000 dan dilengkapi Citra Satelit Resolusi Tinggi dan Digital Elevation Model (DEM)/Digital Surface Model (DSM) yang tersedia.
The adjudication of sub-district/village (KKD) boundaries are an activity undertaken in reference to Ministry of Home Affair Regulation (Permendagri) No. 27 Year 2006 on the delineation and confirmation of the village boundaries. The activities of KKD boundary delineation and confirmation are collecting and determining the accuracy of physical and juridical data concerning one or several boundary segments for the purpose of boundary delineation and confirmation. The approach used in this adjudication is delineating boundaries by cartometric methods using indicative boundary data of KKD on the topographical map scale of 1: 25,000 and is equipped with the available HighResolution Sattelite Imagery and Digital Elevation Model (DEM)/Digital Surface Model (DSM).
Kegiatan ajudikasi batas KKD ini dimaksudkan untuk penetapan batas KKD dalam rangka percepatan implementasi dari UU No 6 Tahun
The adjudication of KKD boundary is intended to delineate KKD boundary in order to accelerate the implementation of Law No.
Kecamatan
2013 Annual Report
49
2014 tentang Desa dan usaha percepatan penetapan dan penegasan batas sesuai Permendagri Nomor 27 Tahun 2006 dengan memasukkan unsur kartometrik yang mengacu pada Permendagri No. 76 Tahun 2012. Kegiatan ini bertujuan untuk menyediakan data geospasial berupa koordinat titik batas dan deliniasi garis batas KKD secara kartometrik dengan memanfaatkan data terbaik yang tersedia.
6 of 2014 on village and accelerate the boundary delineation and confirmation in accordance with Permendagri 27 of 2006 by adding cartometric elements which refers to Permendagri No. 76 Year 2012. This activity aims to provide geospatial data in the form of boundary point coordinates and KKD boundary line delineation using cartometric methods by utilising the available best data.
Kegiatan ajudikasi batas KKD ini merupakan kegiatan baru, yang mulai dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2013 di 4 (empat) kabupaten/kota dengan mengambil satu atau dua kecamatan sebagai sampel. Lokasi kegiatan ajudikasi batas KKD tahun 2013 di adalah Kabupaten Bogor (Kecamatan Cibinong), di Kabupaten Bantul (Kecamatan Bantul dan Bambanglipuro), di Kota Surabaya (Kecamatan Tandes dan Benowo) di Kota Semarang (Kecamatan Tembalang dan Candisari). Kegiatan ajudikasi batas KKD pada tahun 2013 dilaksanakan di 7 kecamatan meliputi 47 kelurahan/desa.
The KKD boundary adjudication is a new activity that commenced in Fiscal Year 2013 in 4 (four) districts/municipalities by selecting one or two sub-districts as samples. The locations of KKD boundary adjudication in 2013 are Bogor District (Cibinong Sub-district), Bantul District (Bantul and Bambanglipuro Sub-district), Surabaya Municipality (Tandes and Benowo Sub-district), and Semarang Municipality (Tembalang and Candisari Sub-district). The KKD boundary adjudication activities in 2013 were conducted in 7 sub-districts covering 47 villages.
Ajudikasi Batas Kabupaten/Kota dan Provinsi
Adjudication of District/Municipality and Province Boundaries
Di era otonomi daerah, penentuan batas wilayah administrasi dan batas kewenangan pengelolaan wilayah laut daerah merupakan kegiatan yang sangat penting untuk referensi berbagai macam keperluan, antara lain: tata kelola pemerintahan yang baik, perhitungan luas sebagai parameter DAU, penyusunan tata ruang, penerbitan ijin pertambangan, penyajian data statistik dan lain-lain.
In the era of regional autonomy, the determination of administrative boundaries and the authority limitation of local marine area management are very important activities to provide references for variety of purposes, among others: good governance, area calculation as a parameter for General Allocation Fund (DAU), spatial planning development, issuance of mining permits, statistical data presentation, and others.
Kegiatan ini menjadi sangat strategis, dan harus dilaksanakan dengan kualitas yang memadai sesuai aspek teknis pemetaan. Terbitnya Permendagri No. 76 Tahun 2012 mengenai pedoman penegasan batas daerah memberikan perubahan mendasar dalam metode pelaksanaan penetapan dan penegasan batas daerah dengan metode kartometrik disamping metode pelacakan langsung di lapangan. Penentuan koordinat titik dan garis batas secara kartometrik, tidak berarti mengabaikan kualitas hasilnya dengan peta seadanya, namun metode kartometrik ini harus juga ditunjang data dan verifikasinya oleh pemerintah daerah, termasuk dengan menyertakan data tambahan berupa peta digital 3D , DEM/DSM, foto udara dan citra satelit dan data toponim yang memadai. Kegiatan ajudikasi batas ini ditujukan menyediakan data batas yang lebih baik dari yang ditampilkan di peta rupabumi untuk dapat dipakai dalam proses penegasan batas daerah yang disajikan dalam bentuk peta koridor batas.
50
Laporan Tahunan 2013
This activity is very strategic, and should be implemented with sufficient quality in accordance with mapping technical aspects. The issuance of Permendagri No. 76 Year 2012 on boundary confirmation guidelines provides a fundamental change in the implementation method of the boundary delineation and confirmation by using the cartometric method besides the field check. The determination of the boundary point and line coordinates using cartometry does not mean ignoring the results quality by using the simple map, because the cartometric method should also be supported by the verified data by the local government, including to attach the additional data in the form of 3D digital map, DEM/DSM, aerial photographs and satellite imagery, as well as the adequate toponym data. This boundary adjudication activity is intended to provide better boundary data than the topographical map to be used in the process of boundary confirmation that is presented in the form of boundary corridor maps.
Ajudikasi batas daerah ini dimaksudkan untuk mendapatkan batas daerah antar kabupaten/ kota dan antar provinsi sebagai bagian penyediaan data geospasial dasar yang diperlukan untuk penegasan batas daerah.
The boundary adjudication is intended to obtain the boundary between districts/municipalities and between provinces as part of the provision of basic geospatial data required for the boundary confirmation.
Pada tahun 2013, kegiatan ajudikasi batas kabupaten/kota ini dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Tengah untuk memetakan peta koridor batas kota/kabupaten sebanyak 13 NLP. Sedangkan untuk ajudikasi batas provinsi dilaksanakan di sepanjang batas Provinsi Kalimantan Tengah dengan provinsi tetangganya yang disajikan dalam peta koridor batas sebanyak 5 NLP.
In 2013, the activities of districts/municipalities boundary adjudication were conducted in Central Kalimantan Province to map the districts/ municipalities boundary through 13 sheets. While the province boundary adjudication was implemented along the boundary of Central Kalimantan Province with the neighboring provinces that was presented in the boundary corridor map as much as 5 sheets.
Peta koridor batas ini diharapkan dapat digunakan dalam proses penegasan batas daerah yang merupakan bagian dari kontribusi BIG sebagai anggota tim penegasan batas daerah di pusat sesuai amanah Permendagri No 76 Tahun 2012.
Boundary corridor map is expected to be used in the process of boundary confirmation as part of the BIG’s contribution as a member of boundary confirmation team in the national level in accordance with the mandate of Permendagri No. 76 Year 2012.
Pemetaan Wilayah Daerah Otonom
Mapping of Autonomous Region
Sampai saat ini wilayah NKRI terbagi menjadi 34 provinsi dan 511 kabupaten/kota, dimana pemekaran daerah-daerah otonom baru terus diusulkan dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kualitas pelayanan masyarakat serta pengembangan demokrasi di daerah.
Until now, Indonesia is divided into 34 provinces and 511 districts/municipalities, and the division of new autonomous regions continues to be proposed with the main goal to improve the welfare of the community through public service quality improvement and development of democracy in the region.
a. Pemetaan Daerah Otonom Baru Berdasarkan ketentuan perundangundangan yang berlaku, pemekaran daerah diawali dengan: • Aspirasi masyarakat yang kemudian diproses sesuai prosedur dan tahapan melalui jalur pemerintah. • Aspirasi masyarakat yang kemudian diproses sesuai prosedur dan tahapan melalui jalur lembaga legislatif (hak inisiatif DPR).
a. Mapping of the New Autonomous Region Under the provisions of the applicable legislation, regional division begins with: • Aspiration of the community which then is processed in accordance with the procedures and stages through government channels. • Aspiration of the community which then is processed in accordance with the procedures and stages through the legislative institutions channels (the rights of initiative by parliament).
Salah satu permasalahan yang sering muncul setelah pembentukan daerah otonom baru adalah bahwa daerah hasil pemekaran belum memiliki batas yang tegas dengan daerah induk dan daerah kota/kabupaten tetangganya. Berdasarkan pengalaman pembentukan DOB di era reformasi yang kebanyakan masih menggunakan skets atau peta yang tidak akurat. Oleh karena itu untuk meminimalkan permasalahan penegasan batas daerah otonom baru perlu dibuat peta dengan ketelitian yang memadai sebagai lampiran undang undang pembentukan daerah otonom baru.
One of the problems that often arise after the establishment of new autonomous regions is that the new region does not yet have a clear boundary with its parent region and its neighboring districts/municipalities. Learning from the experience of the formation of new regions in the reform era that mostly using inaccurate sketches or maps. Therefore, to minimize the problems of new autonomous region confirmation is required the establishment of accurate maps as an attachment on the a new autonomous regional law.
2013 Annual Report
51
Berdasarkan PP Nomor 78 tahun 2007, beberapa faktor penentu yang menjadi dasar pertimbangan dalam pembentukan/pengurangan daerah, yaitu jumlah penduduk, kemampuan ekonomi, potensi daerah, kemampuan keuangan, sosial budaya, sosial politik, luas daerah, pertahanan keamanan, tingkat kesejahteraan masyarakat, dan rentang kendali. Luas daerah berhubungan erat dengan peta yang dilampirkan di dalam undang undang pembentukan suatu daerah.
Based on PP 78 Year 2007, some of the factors determining the basis of consideration in the formation/reduction of regions namely population, economic capacity, regional potency, financial capacity, socio-cultural, socio-politics, the area, defense and security, the level of social welfare, and span of control. The area is closely linked with the attached maps in the establishment of a regional law.
Sesuai dengan UU nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, pasal 4 dinyatakan bahwa pembentukan daerah ditetapkan dengan undang-undang. Undang-undang pembentukan daerah antara lain, mencakup nama, cakupan wilayah, batas, ibukota, kewenangan menyelenggarakan urusan pemerintahan, dan lain-lain. Sedangkan pasal 5 menyatakan bahwa pembentukan daerah harus memenuhi syarat administratif, teknis, dan syarat fisik kewilayahan di atur selanjutnya dalam PP No. 78/2007.
In accordance with Act. 32 Year 2004 on local government, in article 4 states that the establishment of a region is set by the law. The act of regional establishment, includes the name, area coverage, boundary, the capital, the authority conducting the government affairs, and others. While article 5 states that the establishment of the region must qualify on the administrative, technical, and regional physical conditions that is further regulated in PP No. 78 Year 2007.
b. Pemetaan Wilayah Daerah Otonom Provinsi, Kabupaten, dan Kota Di Tahun Anggaran 2013, BIG melakukan kegiatan pemetaan wilayah provinsi sejumlah 11 NLP, pemetaan wilayah kabupaten sejumlah 60 NLP dan pemetaan wilayah kota sejumlah 27 NLP.
b. Aerial Mapping of Provincial, District, and Municipal Autonomous Regions In Fiscal Year 2013, BIG performed mapping as much as 11 sheets for the provinces area, 60 sheets for the districts area, and 27 sheets for the municipalities area.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyiapkan peta wilayah Daerah Otonom Provinsi, Kabupaten dan Kota dengan mengunakan peta dasar dan data kewilayahan dari pemerintah daerah dalam rangka pelaksanaan PP No. 78 Tahun 2007. Ketersediaan Peta Daerah Otonom Baru (DOB) diharapkan dapat mempercepat proses pemekaran daerah yang diusulkan oleh Pemerintah Pusat atau DPR RI.
This activity is intended to prepare a authoryty map of the Autonomous Regional of Province, District, and Municipality using basic maps and regional data from the local governments in order to implement PP No. 78 Year 2007. Availability of the New Autonomous Regional (DOB) Map is expected to accelerate the process of regional division proposed by the Central Government or the Parliament.
c. Fasilitasi Penegasan Batas Daerah Pada Permendagri No. 76 Tahun 2012, pasal 20 ayat (1) menyebutkan bahwa dalam proses penegasan batas daerah terdapat Tim Penegasan Batas Daerah di pusat, dengan struktur organisasi sebagai berikut :
c. The Facilitation of Regional Boundary Based on Permendagri No. 76 Year 2012, article 20 paragraph (1) states that the process of regional boundary confirmation is arranged by Regional Boundary Confirmation Team at the national level with organizational structure as follows:
Ketua : Menteri Dalam Negeri Wakil Ketua : Dirjen Pemerintahan Umum Anggota : 1. Direktur Wilayah Administrasi dan Perbatasan 2. Kepala Biro Hukum Kementerian Dalam Negeri; 3. Kepala Pusat Pemetaan Batas Wilayah Badan Informasi Geospasial;
Chairman: Minister of the Home Affairs Vice Chairman: Director General of Public Administration Members: 1. Director of Regional Administration and the Frontier; 2. Head of Legal Department, Ministry of Home Affairs; 3. Head of Regional Boundary Mapping
52
Laporan Tahunan 2013
4. Direktur Topografi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat; 5. Kepala Dinas Hidro-Oseanografi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut; 6. Kepala Pusat Pemanfaatan Teknologi Dirgantara Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional; dan 7. Pejabat dari kementerian dan/atau lembaga pemerintah non kementerian terkait lainnya.
Center, Geospatial Information Agency; 4. Director of Topography, Indonesian Army; 5. Head of Hydro-Oceanographic Office, Indonesian Navy; 6. Head of Aerospace Technology Utilisation, National Space and Aeronautics Agency; dan 7. Officials of related ministries and/or nonministerial government agencies.
Berdasarkan amanah tersebut, BIG yang diwakili oleh Pusat Pemetaan Batas Wilayah sebagai anggota Tim Penegasan Batas Daerah di Pusat berperan aktif dalam proses penegasan batas daerah. Data geospasial dasar berupa Peta rupabumi dan hasil adjudikasi/verifikasi batas digunakan sebagai peta kerja dalam proses penegasan batas daerah.
Based on the mandate, BIG that is represented by the Regional Boundary Mapping Center (PPBW) as a member of the Regional Boundary Team in the national level, plays an active role in the process of regional boundary confirmation. The basic geospatial data in a form of topographical maps and the results of boundary adjudication/verification is used as the working map in the process of regional boundary confirmation.
Secara umum peran BIG dalam mendukung program otonomi daerah di antaranya meliputi:
In general, the roles of BIG in supporting regional autonomy program includes:
• Menyediakan peta dasar, sebagai bagian dari Informasi Geospasial, seluruh wilayah nasional dalam rangka penataan ruang (darat, laut, dan udara), penetapan dan penegasan batas wilayah (internasional dan nasional) darat dan laut, dalam mendukung pembentukan dan penyelenggaraan otonomi daerah; • BIG cq. PPBW sebagai anggota tim teknis penataan dan penegasan batas daerah, fasilitator dalam penyediaan peta wilayah, dan anggota Pokja II-DPOD, yang berperan dalam penyusunan kebijakan teknis dalam penataan daerah.
• the provision of basic maps, as part of Geospatial Information, of the whole national territory within the spatial planning (land, sea, and air), the delineation and confirmation of land and sea boundaries (international and national), to support the establishment and implementation of regional autonomy; • BIG cq. PPBW as a member of the technical team for boundary delineation and confirmation, the facilitator in providing regional maps, and a member of Working Group II-DPOD, which plays a role in the preparation of technical policy in regional settlement.
Dalam rangka penegasan batas daerah otonom Provinsi, Kabupaten, dan Kota, dari total 215 segmen batas yang dapat diintegrasikan ke dalam Inageoportal baru 132 segmen batas sementara sisanya masih dalam proses unifikasi format data dan inventarisasi.
For the boundary demarcation of autonomous regions of Provincial, District, and Municipal, there is only 132 out of 215 segments which can be integrated into Inageoportal, while the remaining segments are still in the process of data format unification and inventory.
2013 Annual Report
53
PERMASALAHAN BATAS NEGARA
STATE BORDER PROBLEMS
Batas Darat
Terrestrial Border
Indonesia-Malaysia.
Indonesia-Malaysia.
Jumlah permasalahan perbatasan darat antara Indonesia dan Malaysia hingga saat ini ada 10 permasalahan (OBP) menurut pihak Indonesia, namun hanya 9 permasalahan menurut pihak Malaysia (tidak termasuk masalah Tanjung Datu). Dalam upaya penyelesaian OBP tersebut, dibagi ke dalam dua sektor yaitu Sektor Barat (Kalimantan Barat/ Sarawak) dan Sektor Timur (Kalimantan Timur/ Sabah). Sektor Barat terdiri dari 5 (lima) segmen yaitu Tanjung Datu, Gunung Raya, Sungai Buan, Batu Aum dan Semitau. Untuk Sektor Timur juga terdiri dari 5 (lima) segmen yaitu Pulau Sebatik, Sungai Sinapad dan Sesai, Sungai Semantipal, B2700-B3100 serta C500-C600.
Until now, Indonesia identifies 10 terrestrial border issues (OBP) between Indonesia and Malaysia, while Malaysia only recognizes 9 issues (excluding Tanjung Datu). The efforts of OBP settlements are conducted by dividing it into two sectors, namely West Sector (West Kalimantan/Sarawak) and East Sector (East Kalimantan/Sabah). West Sector consists of 5 (five) segments, namely Tanjung Datu, Gunung Raya, Buan River, Batu Aum, and Semitau. East Sector also consists of five segments namely Sebatik Island, Sinapad and Sesai River, Semantipal River, B2700-B3100, and C500-C600.
Kesemua permasalahan relatif cukup kompleks karena menyangkut kepastian hukum tentang wilayah Indonesia ataupun Malaysia. Adapun berdasarkan kesepakatan antara Indonesia dan Malaysia, akan diselesaikan terlebih dahulu OBP Sektor Timur, terutama untuk Segmen Pulau Sebatik yang ditargetkan selesai Tahun 2014.
All problems are relatively complex because it involves the legal certainty of the NKRI or Malaysia. Under the agreement between Indonesia and Malaysia, the East Sector OBP issues, especially for Sebatik Island Segment, will be discussed in advance and it is scheduled for completion in 2014.
Indonesia – Timor-Leste
Indonesia-Timor Leste
Permasalahan batas negara darat Indonesia dengan Timor-Leste dapat dikategorikan ke dalam masalah teknis dan masalah nonteknis. Masalah teknis adalah masalah yang berkaitan langsung dengan proses penetapan dan penegasan titik dan garis batas di lapangan. Sedangkan masalah non-teknis adalah masalah yang timbul akibat adanya kegiatan penetapan dan penegasan batas negara darat yang dapat berkaitan dengan lahan, air, dan lain sebagainya.
Terrestrial state border issues between Indonesia and Timor-Leste can be categorized into technical and non-technical issues. The technical issues are problems that are directly related to the process of delienation and confirmation of border points and lines in the field. Whrereas the non-technical issues are problems that arise as a result of the terrestrial state border delineation and confirmation activities that can be related to land, water, and so on.
Dalam Pertemuan ke-25 TSC-BDR RI-RDTL di Yogyakarta pada tanggal 30-31 Oktober 2013 telah disepakati solusi un-resolved segment Dilumil/Memo. Kesepakatan tersebut kemudian ditetapkan dalam pertemuan Joint Border Committee (JBC) ke-3 di Denpasar Bali yang kemudian dilanjutkan dengan penandatanganan Addendum No. 1 Provisional Agreement between the Government of the Republic Indonesia and the Government of the Democratic Republic of Timor-Leste on the Land Boundary oleh Menteri Luar Negeri kedua negara pada 21 Juni 2013. Dengan demikian saat ini tinggal tersisa 2 (dua) un-resolved segments yaitu Manusasi (Bijael Sunan-Oben) dan Noel Besi/Citrana yang selanjutnya akan ditangani oleh Special Working Group (SWG).
In the 25th Meeting of TSC-BDR RI-RDTL in Yogyakarta on 30-31 October 2013, the solutions for unresolved segment of Dilumi/Memo was agreed. The agreement was determined in the 3rd Meeting of Joint Border Committee (JBC) in Denpasar Bali which is then followed by the signing of Addendum No. 1 Provisional Agreement between the Government of the Republic Indonesia and the Government of the Democratic Republic of Timor-Leste on the Land Boundary by both Foreign Ministers on June 21, 2013. Therefore, there are 2 (two) unresolved segments are Manusasi (Bijael Sunan-Oben) and Noel Besi/Citrana which would then be handled by the Special Working Group (SWG).
54
Laporan Tahunan 2013
Untuk permasalahan un-surveyed segment Subina-Oben di Sektor Barat disebabkan karena masyarakat lokal NTT melarang dilakukannya survei delineasi bersama karena adanya klaim masyarakat tersebut terhadap beberapa lahan garapannya yang berada di wilayah Timor-Leste, walaupun secara teknis tidak ada perbedaan pandangan mengenai Indonesia dan Timor-Leste.
The issue of unsurveyed segment of SubinaOben in West Sector is caused by the local community of NTT prohibiting the joint delineation survey due to their claims against some of the lands that are located in the TimorLeste territory, although technically there is no difference of views on Indonesia and TimorLeste.
Batas Maritim
Maritime Boundary
Dalam diskusi batas maritim, permasalahan yang muncul sebagian besar adalah pelanggaran wilayah baik di wilayah Indonesia maupun di wilayah negara tetangga. Berikut di bawah ini beberapa wilayah yang sering terjadi pelanggaran wilayah, yaitu:
In the maritime boundary discussion, most of the arising problems are violations of both territories in Indonesia or in the neighboring countries. Here are some areas with fairly frequent cases of violation, are:
• Selat Malaka, batas ZEE belum ada kesepakatan dengan Malaysia, kasus penangkapan nelayan asal Indonesia oleh Malaysia karena diduga masuk wilayah perairan Malaysia, dan sebaliknya kapalkapal nelayan Malaysia juga ditangkap karena diduga memasuki wilayah Indonesia; • Laut Sulawesi, batas laut teritorial belum ada kesepakatan dengan Malaysia, kasus dugaan pelanggaran wilayah oleh kapal Malaysia di sekitar P. Sebatik, dan sebaliknya kapal-kapal Indonesia ditangkap oleh Malaysia karena diduga memasuki wilayah perairan Malaysia;
• Malacca Strait, the EEZ boundary has not been agreed with the Malaysian, Indonesian fishermen were caught by Malaysia for allegedly entering the Malaysian water territory, and vice versa;
Selain permasalahan pelanggaran batas, permasalahan lain adalah perundingan yang tidak berjalan lancar. Berikut adalah permasalahan terkait perundingan batas maritim:
In addition to border violation issues, the other problem is non-current negotiations. Here are the problems related to maritime boundary negotiations:
• Pihak Vietnam ingin agar perundingan batas ZEE berjalan sejalan dengan pembahasan kerja sama kelautan, sedangan pihak Indonesia ingin agar batasnya diselesaikan dulu baru membahas kerja sama. • Penyelesaian segmen batas RI-Singapura di trijunction Indonesia-Malaysia-Singapura barat dan timur masih menunggu penyelesaian batas antara Singapura dan Malaysia.
• The Vietnam wants the EEZ boundary negotiation runs concurrently with the discussion of maritime cooperation, while Indonesia wants the border issue is resolved first, and then the discussion of cooperation. • The completion of Indonesia-Singapore boundary segment in trijunction IndonesiaMalaysia-Singapore western and eastern parts are still awaiting the completion of the boundary between Singapore and Malaysia.
Permasalahan Administrasi
Administrative Boundary Issues
Batas
Wilayah
Pembagian wilayah daerah di Indonesia dibagi sebanyak 34 provinsi, 511 kabupaten, dan 98 kota, pembagian wilayah daerah tersebut pada umumnya belum dilakukan penegasan batas secara tuntas. Ketentuan batas wilayah dalam Undang-Undang Pembentukan Daerah tidak melampirkan peta wilayah daerah secara memadai.
• Sulawesi Sea, the territorial sea boundary has not been agreed with Malaysia, cases of alleged violations of the territory by the Malaysian ship around P. Sebatik, and vice versa where Indonesian ships were captured by Malaysia for allegedly entering the territorial waters of Malaysia;
Indonesia is divided into 34 provinces, 511 districts, and 98 municipalities. However, the division of the region, in general, has not been accompanied with completed boundary confirmation. Adequate regional maps have not been attached in line with boundary regulation according to the Establishment of Regional Law.
2013 Annual Report
55
Berdasarkan undang-undang, kewenangan penetapan batas daerah ada pada Menteri Dalam Negeri. Untuk mempercepat proses penegasan batas daerah diperlukan dukungan peta dasar yang memadai mencakup seluruh wilayah Indonesia. Sementara ini liputan peta dasar skala 1:25.000 dan 1:50.000 dengan kualitas merata belum mencakup seluruh wilayah Indonesia. Hal ini tentunya menjadi salah satu kendala dalam penataan dan penegasan batas daerah.
Based on the regulation, the authority of regional boundary delineation is hold by Minister of Home Affaris. The process of boundary confirmation can be accelerated with the support of adequate base maps covering the entire territory of Indonesia. Currently, the basic maps scale of 1:25,000 and 1:50,000 with uneven quality, have not cover the entire territory of Indonesia. This is certainly becoming one of the obstacles in the delineating and confirming of regional boundary.
Pada tahun 2013 Permendagri No. 1 Tahun 2006 tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah dirubah menjadi Permendagri No. 76 Tahun 2013. Di dalam peraturan yang baru, penegasan batas daerah dapat dilakukan dengan cara kartometris, sehingga untuk wilayah-wilayah perbatasan yang sulit dijangkau tidak diharuskan untuk memasang pilar batas. Oleh karena itu proses kartometris ini harus didukung dengan peta dasar yang aktual dan mempunyai ketelitian memadai dan sedapat mungkin dilengkapi dengan Citra satelit resolusi tinggi/foto udara serta data Digital Elevation Model (DEM).
In 2013, Permendagri No. 1 Year 2006 on the regional boundary confirmation guidelines was changed to Permendagri No. 76 Year 2013. In the new regulations, regional boundary confirmation can be conducted by chartometry methods, so that the border regions that are difficult to be reached, are not required to install the boundary pillars. Therefore, this chartometric process must be supported by actual basic map and have adequate accuracy and wherever possible is completed with high-resolution satellite imagery/ aerial photographs and Digital Elevation Model (DEM) Data.
Batas daerah yang dimuat dalam peta dasar rupabumi Indonesia masih bersifat indikatif/ sementara, sedangkan batas daerah definitif adalah segmen batas yang telah diterbitkan Permendagri-nya. Sampai saat ini baru sekitar 22% segmen batas daerah yang sudah definitif.
The basic topographical map of Indonesia contains indicative/temporary regional boundaries. Meanwhile, the definitive regional boundaries are Permendagri-based boundary segments. Currently, the definitive boundary is only covering about 22% segments.
Berikut ini adalah tabel tentang Daftar Segmen pada Permendagri hingga tahun 2013.
Here is a table of the Segment List in Permendagri until 2013.
Daftar Segmen Batas WIlayah Kota/Kabupaten No 1
Batas Antara Kota/Kabupaten Lima Puluh Kota
Sijunjung
Permen/Kepmendagri Permen. No 67 Tahun 2013
Data Spasial A
2
Lima Puluh Kota
Tanah Datar
Permen. No 67 Tahun 2013
A
3
Agam
Lima Puluh Kota
Permen. No 66 Tahun 2013
A
4
Hulu Sungai Utara
Tabalong
Permen. No 65 Tahun 2013
A
5
Bengkulu Utara
Mukomuko
Permen. No 63 Tahun 2013
A
6
Rejang Lebong
Lebong
Permen. No 62 Tahun 2013
A
7
Rejang Lebong
Bengkulu Utara
Permen. No 61 Tahun 2013
A
8
Rejang Lebong
Bengkulu Tengah
Permen. No 61 Tahun 2013
A
9
Brebes
Kabupaten Tegal
Permen. No 59 Tahun 2013
A
10
Banyumas
Kebumen
Permen. No 58 Tahun 2013
A
11
Banyumas
Purbalingga
Permen. No 57 Tahun 2013
A
12
Banyumas
Pemalang
Permen. No 57 Tahun 2013
A
13
Banyumas
Kabupaten Tegal
Permen. No 57 Tahun 2013
A
14
Lombok Timur
Lombok Utara
Permen. No 56 Tahun 2013
C
15
Kota Mataram
Lombok Barat
Permen. No 55 Tahun 2013
C
56
Laporan Tahunan 2013
16
Lombok Tengah
Lombok Utara
Permen. No 54 Tahun 2013
A
17
Minahasa
Minahasa Utara
Permen. No 53 Tahun 2013
A
18
Badung
Gianyar
Permen. No 29 Tahun 2013
A
19
Magelang
Purworejo
Permen. No 15 Tahun 2013
B
20
Jepara
Demak
Permen. No 14 Tahun 2013
B
21
Karanganyar
Kota Surakarta
Permen. No 13 Tahun 2013
B
22
Jepara
Pati
Permen. No 12 Tahun 2013
B
23
Boyolali
Sragen
Permen. No 11 Tahun 2013
B
24
Blora
Rembang
Permen. No 10 Tahun 2013
B
25
Boyolali
Kalaten
Permen. No 9 Tahun 2013
B
26
Magelang
Wonosobo
Permen. No 8 Tahun 2013
B
27
Karanganyar
Sragen
Permen. No 7 Tahun 2013
B
28
Boyolali
Kota Surakarta
Permen. No 6 Tahun 2013
B
29
Boyolali
Karanganyar
Permen. No 5 Tahun 2013
B
30
Kebumen
Wonosobo
Permen. No 9 Tahun 2012
A
31
Pati
Rembang
Permen. No 8 Tahun 2012
A
32
Kaur
Lampung Barat
Permen. No 73 Tahun 2012
A
33
Purworejo
Wonosobo
Permen. No 7 Tahun 2012
A
34
Jombang
Mojokerto
Permen. No 6 Tahun 2012
A
35
Kota Tasikmalaya
Tasikmalaya
Permen. No 58 Tahun 2012
A
36
Lebak
Sukabumi
Permen. No 57 Tahun 2012
A
37
Ciamis
Kota Tasikmalaya
Permen. No 56 Tahun 2012
A
38
Bogor
Lebak
Permen. No 55 Tahun 2012
A
39
Ciamis
Majalengka
Permen. No 54 Tahun 2012
A
40
Tangerang
Kota Tangerang Selatan
Permen. No 5 Tahun 2012
A
41
Kota Balikpapan
Penajam Paser Utara
Permen. No 48 Tahun 2012
B
42
Jember
Lumajang
Permen. No 46 Tahun 2012
A
43
Lumajang
Probolinggo
Permen. No 45 Tahun 2012
A
44
Banjarnegara
Kebumen
Permen. No 44 Tahun 2012
A
45
Lebak
Serang
Permen. No 43 Tahun 2012
A
46
Bombana
Buton
Permen. No 42 Tahun 2012
B
47
Badung
Bangli
Permen. No 4 Tahun 2012
A
48
Tanahbumbu
Tanahlaut
Permen. No 31 Tahun 2012
A
49
Gianyar
Klungkung
Permen. No 3 Tahun 2012
A
50
Jepara
Kudus
Permen. No 25 Tahun 2012
A
51
Kota Salatiga
Semarang
Permen. No 24 Tahun 2012
A
52
Batang
Kendal
Permen. No 23 Tahun 2012
A
53
Kudus
Pati
Permen. No 22 Tahun 2012
A
54
Kota Malang
Malang
Permen. No 17 Tahun 2012
A
55
Kota Batu
Malang
Permen. No 16 Tahun 2012
A
56
Bantul
Kota Yogyakarta
Permen. No 15 Tahun 2012
A
57
Bombana
Kolaka
Permen. No 12 Tahun 2012
A
58
Bombana
Konawe Selatan
Permen. No 12 Tahun 2012
A
59
Kota Tangerang
Kota Tangerang Selatan
Permen. No 11 Tahun 2012
A
60
Batang
Wonosobo
Permen. No 10 Tahun 2012
A
61
Kendal
Wonosobo
Permen. No 10 Tahun 2012
A
62
Demak
Grobogan
Permen. No 65 Tahun 2011
A
63
Balangan
Hulusungai Utara
Permen. No 63 Tahun 2011
A
2013 Annual Report
57
64
Minahasa Selatan
Minahasa Tenggara
Permen. No 60 Tahun 2011
A
65
Ciamis
Kota Banjar
Permen. No 59 Tahun 2011
Ada
66
Ciamis
Tasikmalaya
Permen. No 58 Tahun 2011
Ada
67
Banjar
Kota Banjarmasin
Permen. No 12 Tahun 2011
A
68
Baritokuala
Kota Banjarmasin
Permen. No 12 Tahun 2011
A
69
Grobogan
Kudus
Permen. No 9 Tahun 2010
A
70
Grobogan
Sragen
Permen. No 8 Tahun 2010
A
71
Brebes
Kota Tegal
Permen. No 7 Tahun 2010
A
72
Kota Tegal
Tegal
Permen. No 7 Tahun 2010
A
73
Kota Madiun
Madiun
Permen. No 62 Tahun 2010
A
74
Madiun
Magetan
Permen. No 62 Tahun 2010
A
75
Magelang
Temanggung
Permen. No 6 Tahun 2010
A
76
Semarang
Temanggung
Permen. No 5 Tahun 2010
A
77
Konawe Utara
Morowali
Permen. No 45 Tahun 2010
A
78
Konawe
Morowali
Permen. No 45 Tahun 2010
A
79
Maluku Tengah
Seram Bagian Barat
Permen. No 29 Tahun 2010
A
80
Banjar
Tanahbumbu
Permen. No 14 Tahun 2010
A
81
Boyolali
Grobogan
Permen. No 10 Tahun 2010
A
82
Banjarnegara
Purbalingga
Permen. No 78 Tahun 2009
A
83
Banjarnegara
Batang
Permen. No 77 Tahun 2009
A
84
Banjarnegara
Banyumas
Permen. No 76 Tahun 2009
A
85
Banjarnegara
Pekalongan
Permen. No 75 Tahun 2009
A
86
Demak
Semarang
Permen. No 67 Tahun 2009
A
87
Pemalang
Tegal
Permen. No 66 Tahun 2009
A
88
Pemalang
Purbalingga
Permen. No 65 Tahun 2009
A
89
Kota Pekalongan
Pekalongan
Permen. No 64 Tahun 2009
A
90
Gresik
Lamongan
Permen. No 63 Tahun 2009
A
91
Kota Probolinggo
Probolinggo
Permen. No 62 Tahun 2009
A
92
Kulonprogo
Sleman
Permen. No 61 Tahun 2009
A
93
Kota Batu
Mojokerto
Permen. No 60 Tahun 2009
A
94
Gresik
Mojokerto
Permen. No 59 Tahun 2009
A
95
Lamongan
Mojokerto
Permen. No 58 Tahun 2009
A
96
Grobogan
Semarang
Permen. No 5 Tahun 2009
A
97
Gunungkidul
Sleman
Permen. No 4 Tahun 2009
A
98
Bangka
Bangka Barat
Permen. No 3 Tahun 2009
A
99
Brebes
Cirebon
Permen. No 2 Tahun 2009
A
100
Brebes
Kuningan
Permen. No 2 Tahun 2009
A
101
Ciamis
Cilacap
Permen. No 2 Tahun 2009
A
102
Cilacap
Kota Banjar
Permen. No 2 Tahun 2009
A
103
Cilacap
Kuningan
Permen. No 2 Tahun 2009
A
104
Ciamis
Kuningan
Permen. No 14 Tahun 2009
A
105
Kuningan
Majalengka
Permen. No 14 Tahun 2009
A
106
Karangasem
Klungkung
Permen. No 58 Tahun 2008
A
107
Kota Mojokerto
Mojokerto
Permen. No 57 Tahun 2008
A
108
Gresik
Sidoarjo
Permen. No 56 Tahun 2008
A
109
Bangka
Bangka Tengah
Permen. No 48 Tahun 2008
A
110
Karanganyar
Wonogiri
Permen. No 43 Tahun 2008
A
111
Boyolali
Magelang
Permen. No 42 Tahun 2008
A
58
Laporan Tahunan 2013
112
Magelang
Semarang
Permen. No 41 Tahun 2008
A
113
Bangka Selatan
Bangka Tengah
Permen. No 17 Tahun 2008
A
114
Belitung
Belitung Timur
Permen. No 16 Tahun 2008
A
115
Bangli
Karangasem
Permen. No 14 Tahun 2008
B
116
Bandung
Sumedang
Permen. No 13 Tahun 2008
B
117
Garut
Sumedang
Permen. No 13 Tahun 2008
B
118
Indramayu
Sumedang
Permen. No 13 Tahun 2008
B
119
Majalengka
Sumedang
Permen. No 13 Tahun 2008
B
120
Subang
Sumedang
Permen. No 13 Tahun 2008
B
121
Balangan
Hulusungai Tengah
Permen. No 75 Tahun 2007
A
122
Blora
Ngawi
Permen. No 73 Tahun 2007
A
123
Blora
Tuban
Permen. No 73 Tahun 2007
A
124
Grobogan
Ngawi
Permen. No 73 Tahun 2007
A
125
Karanganyar
Magetan
Permen. No 73 Tahun 2007
A
126
Karanganyar
Ngawi
Permen. No 73 Tahun 2007
A
127
Magetan
Wonogiri
Permen. No 73 Tahun 2007
A
128
Ngawi
Sragen
Permen. No 73 Tahun 2007
A
129
Pacitan
Wonogiri
Permen. No 73 Tahun 2007
A
130
Ponorogo
Wonogiri
Permen.No 73 Tahun 2007
A
131
Rembang
Tuban
Permen. No 73 Tahun 2007
A
132
Blora
Bojonegoro
Permen. No 73 Tahun 2007
A
133
Kota Yogyakarta
Sleman
Permen. No 72 Tahun 2007
C
134
Bantul
Gunungkidul
Permen. No 71 Tahun 2007
C
135
Bantul
Kulonprogo
Permen. No 70 Tahun 2007
C
136
Batang
Kota Pekalongan
Permen. No 55 Tahun 2007
A
137
Kendal
Semarang
Permen. No 48 Tahun 2007
A
138
Kota Batu
Pasuruan
Permen. No 47 Tahun 2007
A
139
Kota Pasuruan
Pasuruan
Permen. No 47 Tahun 2007
A
140
Malang
Pasuruan
Permen. No 47 Tahun 2007
A
141
Mojokerto
Pasuruan
Permen. No 47 Tahun 2007
A
142
Pasuruan
Probolinggo
Permen. No 47 Tahun 2007
A
143
Pasuruan
Sidoarjo
Permen. No 47 Tahun 2007
A
144
Deliserdang
Serdang Bedagai
Permen. No 29 Tahun 2007
B
145
Banyumas
Cilacap
Permen. No 14 Tahun 2007
A
146
Pamekasan
Sumenep
Permen. No 37 Tahun 2006
A
147
Buleleng
Karangasem
Permen. No 36 Tahun 2006
A
148
Gunungkidul
Klaten
Permen. No 19 Tahun 2006
C
149
Gunungkidul
Sukoharjo
Permen. No 19 Tahun 2006
C
150
Gunungkidul
Wonogiri
Permen. No 19 Tahun 2006
C
151
Klaten
Sleman
Permen. No 19 Tahun 2006
C
152
Kulonprogo
Magelang
Permen. No 19 Tahun 2006
C
153
Kulonprogo
Purworejo
Permen. No 19 Tahun 2006
C
154
Magelang
Sleman
Permen. No 19 Tahun 2006
C
155
Brebes
Cilacap
Permen. No 18 Tahun 2006
C
156
Cilacap
Kebumen
Permen. No 7 Tahun 2005
C
157
Bojonegoro
Jombang
Permen. No 6 Tahun 2005
C
158
Bojonegoro
Lamongan
Permen. No 6 Tahun 2005
C
159
Bojonegoro
Madiun
Permen. No 6 Tahun 2005
C
2013 Annual Report
59
160
Bojonegoro
Nganjuk
Permen. No 6 Tahun 2005
C
161
Bojonegoro
Ngawi
Permen. No 6 Tahun 2005
C
162
Bojonegoro
Tuban
Permen. No 6 Tahun 2005
C
163
Kota Bontang
Kutai Kartanegara
Permen. No 25 Tahun 2005
C
164
Kota Bontang
Kutai Timur
Permen. No 25 Tahun 2005
C
165
Majene
Mamasa
Permen. No 15 Tahun 2005
C
166
Mamasa
Mamuju
Permen. No 15 Tahun 2005
C
167
Mamasa
Polewali Mandar
Permen. No 15 Tahun 2005
C
168
Cirebon
Indramayu
Kepmen. No 246 Tahun 2004
C
169
Cirebon
Kuningan
Kepmen. No 246 Tahun 2004
C
170
Cirebon
Majalengka
Kepmen. No 246 Tahun 2004
C
171
Mimika
Puncakjaya
Kepmen. No 163 Tahun 2004
C
172
Mimika
Paniai
Kepmen. No 163 Tahun 2004
C
Keterangan: A : Data Spasial dalam format GIS B : Data Spasial dalam format *FH, *CDR dll C : Belum/Tidak ada data spasial, masih dikoordinasikan dengan PUM-Kemendagri
Tidak Ada
Dasar Hukum
Ada
Tanda Batas Wilayah: -Batas Alam - Batas Buatan
• Staatblad • Nota Residen • Peratuaran Perundangundangan • Kesepakatan yang ada dan Peta Kesepakatan Batas Wilayah
Mencari Kesepakatan Mengenai Batas Wilayah Yang Bersangkutan
Pelacakan Batas
Pemasangan dan Pengukuran Tanda Batas
Pemetaan Batas Wilayah
Ratifikasi Batas Wilayah
Alur penegasan batas wilayah daerah
60
Laporan Tahunan 2013
PEMETAAN WILAYAH ADMINISTRASI DAERAH OTONOM
KOMPLEKSITAS PENANGANAN GARIS BATAS Masalah perbatasan daerah selalu menjadi isu sensitif - Politis - Yuridis ASPEK - Ekonomis HUKUM - Kultur - Sosial - Pemerintahan
MEKANISME PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM BARU
ASPEK TEKNIS (Termasuk IG)
ASPEK PEMERINTAHAN
ASPEK SOSEKBUD
UU Pembentukan Daerah
SMART :
DB
•Spesifik (bersifat unik/tidak rancu)
•Measurable (dapat diukur)
•Attainable (dapat dikerjakan)
•Reconstructable (dapat direkonstruksi / ditemukan kembali) •Timely-efficient (efisien)
Pengumpulan dasar hukum, dokumen, data wilayah, dan peta-peta dasar
Peta Kerja Tahap I.
Staatblad; Nota Residen; PERPU; Permendagri, Dokumen, data SURTA.
Tim teknis Tingkat Pusat: Lintas Instansi
Peta Kerja (Tahap I): Penetapan SOP bersama Ajudikasi di atas peta kerja: Punggung gunung/bukit, lembah, sungai, tanda buatan dan Persil serta Toponiminya
Update DB
Nama Daerah, Deskripsi batas dan Toponimi
Pelacakan Batas di lapangan dan penandatanganan Berita Acara
Update peta kerja dan deskripsi batas (tahapII) Update DB Peta Kerja Tahap II. Deskripsi batas
DB Final Penetapan Peta Batas Daerah Daftar Koordinat titik/tanda batas
Nama Daerah, Deskripsi batas dan Toponimi DB Update Peta Wilayah, Cakupan dan Luas wilayah
PRODUK TERKAIT PENEGASAN BATAS DERAH
• Peta rupa bumi/ Peta topografi • Citra satelit • Data dan Peta wilayah daerah
Kompilasi data tektual dan geospasial: peta batas berikut deskrispsi batas sementara
Dokumen lain yg relevan
Musawarah pengambilan Kesepakatan
Ya, Sepakat
Tidak Sepakat
Tim Teknis Tingkat Daerah: Lintas Instansi Daerah
Indentifikasi lokasi tidak sepakat
Rancangan Peta Batas
Pengambilan Keputusan Penandatanganan dan Penetapan peta dan koordinat titik batas serta Skep Mendagri
Penegasan Batas Daerah (lihat slide berikut)
Forum Pengambilan Keputusan Tingkat Kepala Daerah dan ditetapkan Mendagri
•Sosialisasi dan bimbingan teknis penegasan batas
•Fasilitasi data dasar spasial (peta RBI) •Validasi pelaksanaan penegasan batas daerah
Dokumentasi (arsip) dan Sistem informasi (PUBLIKASI)
PERAN BIG •BIG adalah pembina dan pemegang otoritas di bidang survei dan pemetaan nasional;
•Sejalan dengan kedudukan, tugas, fungsi dan kewenanganya, BIG berperan serta dalam kebijakan penyediaan infrastruktur data dan sistem informasi geospasial, termasuk salah satunya terkait wilayah/daerah otonom; •Konsep survei dan pemetaan nasional adalah mengunakan data geospasial yang terukur, bersistem georeferensi, berskala, dan terorientasi. Secara teknis data dapat dipertanggungjawabkan; •BIG berperan mengkaji, mengimplementasikan program penentuan dan penegasan batas daerah di Indonesia di bawah koordinasi pihak Kementrian Dalam Neger i •Tugas strategis yang dimiliki BIG dlm penataan batas jelas membutuhkan SDM yg mendukung pelaksanaan tugas dengan baik, disamping dukungan dari fasilitas yang ada. Untuk itu BIG membuat program-program peningkatan kualitas SDM, diantaranya melalui program pendidikan dan pelatihan (melaksanakan dan menerbitkan buku bimbingan teknis).
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Jl. Raya Jakarta Bogor Km.46, Cibinong - Bogor 16911 Tlp: 021 8752062 Fax: 021-8752064
Pemetaan wilayah administrasi daerah otonom
2013 Annual Report
61
62 62
Laporan Tahunan Tahunan 2013 2013 Laporan
Akuisisi Data pada Survei Hidrografi serta Pembuatan Peta LPI Skala 1:250.000 dan 1:50.000 Data Acquisition on Hydrography Survey and LPI Mapping Scale 1:250,000 and 1:50,000 Dalam pasal 7 UU No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial disebutkan bahwa BIG memiliki tugas menyediakan informasi geospasial dasar yang salah satunya adalah Peta Lingkungan Pantai Indonesia (Peta LPI).
Article 7 of Law 4 Year 2011 on Geospatial Information states that BIG has the task of providing basic geospatial information, one of which is Indonesian Coastal Environment Map (LPI Map).
BIG telah menyelenggarakan kegiatan survei hidrografi serta pembuatan Peta LPI pada skala 1:250.000, 1:50.000, dan 1:25.000 sebanyak 54 NLP adalah sebagai berikut:
BIG has conducted hydrographic surveys and making LPI map on scale of 1:250,000, 1:50,000 and 1:25,000 by 54 sheets which are
1. Peta LPI Skala 1:250.000, 10 NLP daerah Sulawesi; 2. Peta LPI Skala 1:50.000, 40 NLP daerah Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara dan Enggano; dan 3. Peta LPI Skala 1:25.000, 4 NLP daerah Selat Sunda.
1. LPI Map of Scale 1:250,000, 10 sheets of Sulawesi regions; 2. LPI Map of Scale 1:50K, 40 sheets of South Kalimantan, West Kalimantan, North Sulawesi and Enggano; and 3. LPI Map of Scale 1:25K, 4 sheets of the Sunda Strait
Dengan adanya hasil kegiatan tahun 2013, status pemetaan kelautan dan lingkungan pantai yang telah dilakukan oleh Pusat PKLP pun bertambah. Dari seluruh panjang garis pantai yang dimiliki oleh Indonesia sampai dengan akhir tahun 2013 ini secara keseluruhan baru mencapai kurang lebih 38,4 % yang dipetakan dalam Peta LPI skala 1:50.000.
With the results of activity in 2013, the status of marine and coastal environment mapping has conducted by the PKLP Centre, was increased. At the end of 2013, the mapping of Indonesia’s coastline reached approximately 38.4% of the total coastline of Indonesia. The mapping is conducted in the LPI map scale of 1:50,000.
2013 Annual Annual Report Report 2013
63 63
Indeks Peta LPI Skala 1:250.000 sampai dengan tahun 2013 LPI Map Index Scale 1:250.000 until 2013
Indeks Peta LPI Skala 1:50.000 sampai dengan tahun 2013 LPI Map Index Scale 1:50.000 until 2013
64
Laporan Tahunan 2013
Indeks Peta LPI Skala 1:25.000 sampai dengan tahun 2013 LPI Map Index Scale 1:25.000 until 2013
Indeks Peta LLN Skala 1:500.000 sampai dengan tahun 2013 LLN Map Index Scale 1:500.000 until 2013
2013 Annual Report
65
Sistem Referensi Geospasial Indonesia 2013 (SRGI2013)
Indonesian Geospatial Reference System (SRGI2013)
Peranan SRGI Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia
The Role of SRGI In Indonesian Economic Development
Sejak tahun 2011, Pemerintah Indonesia berupaya melakukan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi menuju negara maju, sehingga Indonesia dapat meningkatkan daya saing sekaligus mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Upaya percepatan tersebut dituangkan dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Keberhasilan dalam pembangunan ekonomi tertumpu pada kolaborasi yang baik antara pihak pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta. Pihak pemerintah berfungsi sebagai regulator, fasilitator, dan katalisator yang akan memudahkan pihak swasta dalam peningkatan investasi.
Since 2011, the Indonesian Government seeks to accelerate and expand its economic development towards developed country, so that Indonesia can improve its competitiveness and the welfare of the whole people of Indonesia. The acceleration efforts is outlined in the Master Plan for the Acceleration and Expansion of Indonesian Economic Development (MP3EI). Success of the economic development is concentrated on a good collaboration between the central government, local government, state enterprises, local enterprises, and private sector. The role of the government is a regulator, facilitator and catalyst that allows the private sectors to increase their investment.
Strategi pelaksanaan MP3EI dilakukan dengan mengintegrasikan 3 (tiga) elemen utama, yaitu: (1) mengembangkan potensi ekonomi wilayah di 6 (enam) koridor ekonomi Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, dan Papua-Kepulauan Maluku; (2) memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara global; (3) memperkuat kemampuan SDM dan IPTEK nasional untuk mendukung pengembangan program utama di setiap koridor ekonomi. Ketiga elemen tersebut dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif jika menggunakan data geospasial (DG). DG adalah data tentang lokasi geografis, dimensi, atau ukuran, dan/ atau karakteristik objek alam dan/atau buatan manusia yang berada di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi. Seluruh DG membutuhkan sistem referensi geospasial yang tunggal agar seluruh DG dan informasi geospasial (IG) dapat terintegasi.
The implementation strategy of MP3I is conducted by integrating three (3) main elements, namely: (1) developing the regional economic potency in six (6) Indonesian economic corridors, namely Java, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, BaliNusa Tenggara, and Papua-Maluku Islands; (2) strengthening national connectivity that is locally integrated and globally connected; (3) building the capacity of national human resources, science, and technology to support the major program development in every economic corridor. The three elements can be carried out efficiently and effectively with the use of geospatial data (DG). DG is the data about geographical location, dimension, or size, and/or the characteristics of natural and/or manmade objects located under, on, or above the earth’s surface. The entire DG requires a single geospatial reference system so that the whole DG and geospatial information (GI) can be integrated.
Datum geodesi yang digunakan di Indonesia saat ini adalah Datum Geodesi Nasional 1995
Geodetic datum used in Indonesia today is the National Geodetic Datum 1995 (DGN95).
66
Laporan Tahunan 2013
(DGN95). Namun, DGN95 tidak menjadi satusatunya datum yang digunakan di Indonesia. Banyak pihak yang masih menggunakan datum-datum lama, seperti Datum Indonesia 1974 (DI74) atau Bessel. Karena tidak mengacu pada referensi yang sama maka DG dan IG yang ada tidak dapat diintegrasikan. Bahkan, banyak terjadi ketidaksinkronan informasi untuk DG dan IG yang sama. Hal ini menyebabkan terjadinya ketidakefektifan dan ketidakefisienan dalam penyelenggaraan informasi geospasial (IG), yang selanjutnya menyebabkan terhambatnya pembangunan ekonomi Indonesia.
However, DGN95 is not the only datum that is used in Indonesia. Many people are still using the old datums, such as Indonesia Datum 1974 (DI74) or Bessel. Since it does not refer to the same reference, the available DG and IG can not be integrated. In fact, there are many discrepancies in the information for the same DG and IG. This leads to ineffectiveness and inefficiency in the implementation of geospatial information (GI), which further impede the economic development of Indonesia.
Badan Informasi Geospasial (BIG) sebagai instansi pemerintah yang bertugas membuat dan melakukan update terhadap datum geodesi, telah meluncurkan Sistem Referensi Geospasial Indonesia 2013 (SRGI 2013). SRGI 2013 merupakan suatu sistem koordinat nasional yang konsisten dan kompatibel dengan sistem koordinat global. SRGI 2013 digunakan sebagai referensi tunggal dalam penyelenggaraan IG nasional. Dengan ditetapkannya sistem referensi geospasial tunggal, seluruh IG yang diselenggarakan oleh berbagai kalangan, mulai dari Kementerian dan lembaga (K/L), pihak swasta, akademisi, dan perorangan, dapat terintegrasi. IG dan DG yang terintegrasi dapat memiliki nilai manfaat yang lebih, karena tidak hanya dapat digunakan oleh satu keperluan saja, sehingga diharapkan tidak akan terjadi duplikasi penyelenggaraan IG dan DG.
Geospatial Information Agency (BIG) as a government agency in charge of creating and updating the geodetic datum, has launched the Indonesian Geospatial Reference System 2013 (SRGI 2013). SRGI 2013 is a national coordinate system that is consistent and compatible with the global coordinate system. SRGI 2013 is used as a single reference in the implementation of national IG. With the enactment of a single geospatial reference system, the entire IG that is organized by various groups, ranging from ministries and government institutions (K/L), the private sector, academia, and individuals, can be integrated. The integrated IG and DG has more benefits since it can be used for many purposes, so hopefully there will be no duplication of the management of IG and DG.
SRGI Sebagai Sistem Referensi Geospasial Tunggal untuk Indonesia
SRGI as the Single Geospatial Reference System for Indonesia
Jika DGN95 dan DI74 bersifat statis, SRGI2013 memperhitungkan aspek pergerakan lempeng tektonik dan deformasi kerak bumi. Keberadaan wilayah Indonesia pada zona deformasi kerak bumi akibat interaksi pergerakan lempeng tektonik dan aktivitas seismik mengakibatkan posisi suatu titik akan berubah sebagai fungsi waktu. Dengan menyertakan laju kecepatan pergerakan lempeng tektonik, deformasi kerak bumi dan informasi tanggal referensi waktu astronomi atau epoch, setiap perubahan posisi dapat direkontruksi dengan teliti.
If DGN95 and DI74 are static datum, SRGI2013 is counting the aspects of tectonic plate movement and deformation of the earth’s crust. The existence of Indonesia on the earth’s crust deformation zone caused by the interaction of tectonic plate movement and seismic activity, resulted in the position of a point will change as a function of time. By including the speed rate of tectonic plates movement, the deformation of the crust, and the reference date information of astronomical time or epoch, every change of position can be accurately reconstructed.
SRGI 2013 terdiri dari:
SRGI 2013 consists of:
1. Sistem Referensi Koordinat
1. Coordinate Reference System
Sistem referensi koordinat adalah idealisasi atau konsep yang diperlukan untuk menjamin adanya konsistensi dan standardisasi dalam menyatakan koordinat.
Coordinate reference system is the idealization or concept that is necessary to ensure the consistency and standardization in expressing the coordinates.
2013 Annual Report
67
Sistem referensi koordinat terdiri dari: (a) titik pusat sumbu koordinat berimpit dengan pusat massa bumi, sebagaimana didefinisikan oleh International Earth Rotation and Reference Systems Service; (b) satuan panjang dari sumbu koordinat menggunakan satuan Standar Internasional atau SI; (c) orientasi dari sumbu koordinat adalah equatorial dimana sumbu X adalah perpotongan bidang equator dengan bujur nol (Greenwich Meridian), sumbu Z searah dengan sumbu rotasi bumi dan sumbu Y berpotongan tegak lurus terhadap sumbu X dan Z pada bidang equator.
Coordinate reference system consists of: (a)the center point of coordinate axes coincides with the center of earth mass, as defined by the International Earth Rotation and Reference Systems Service; (b)the unit of length of the coordinate axes is using the unit of International Standard or SI; (c) the orientation of the coordinate axes is equatorial where the X axis is the intersection of the equatorial plane with zero longitude (Greenwich Meridian), the Z-axis has the same direction as the Earth’s rotation axis, and Y-axis is intersecting perpendicularly with the axis of X and Z in the equatorial plane.
Sistem Referensi Koordinat Coordinate Reference System 2. Kerangka Referensi Koordinat
2. Coordinate Reference Framework
Kerangka referensi koordinat merupakan realisasi dari Sistem Referensi Koordinat yaitu berupa Jaring Kontrol Geodesi Nasional dengan nilai koordinat awal yang didefinisikan pada epoch 2012.0 tanggal 1 Januari 2012, yang terikat kepada kerangka referensi global IGS08 epoch 2005.0.
The framework of coordinate reference is the realisation of Coordinate Reference Systems in the form of the National Geodetic Control Network with the initial coordinate value is defined at epoch 2012.0 January 1, 2012, which is tied to the global reference frame IGS08 epoch 2005.0.
Di dalam kerangka referensi koordinat dikenal adanya datum geometrik dan sistem referensi tinggi. Datum geometrik merupakan pemilihan ellipsoida referensi yang ditentukan orientasinya terhadap tubuh bumi sesuai yang didefinisikan pada sistem referensi koordinat. Datum geometrik yang digunakan oleh SRGI 2013 adalah WGS84.
In the framework of coordinate reference, there are geometric datum and the high reference system. Geometric datum is the selection of ellipsoida reference with the determined orientation against the earth body in accordance with its definition in the coordinate reference systems. Geometric datum used by SRGI 2013 is WGS84.
Selain itu terdapat 2 (dua) sistem referensi tinggi yaitu ellipsoid referensi dan geoid.
Besides that, there 2 (two) tThe high reference system are reference ellipsoid
68
Laporan Tahunan 2013
Geoid adalah bidang medan gayaberat bumi yang berimpit (dalam pengertian kuadrat terkecil) dengan muka air laut rata-rata global. Geoid teliti yang sudah tersedia saat ini adalah di wilayah Sulawesi dan Kalimantan. Ketelitian geoid di Sulawesi adalah 0.21 ± 0.15 meter. Untuk wilayah yang belum terdapat geoid teliti, maka muka air laut rata-rata digunakan sebagai referensi sistem vertikal pada suatu wilayah tersebut.
and geoid. Geoid is the earth’s gravitational field coinciding (in the sense of least squares) to the sea level on global average. The available meticulous geoid today is in Sulawesi and Kalimantan. The accuracy of geoid in Sulawesi is 0:21 ± 0:15 meters. For the area does not have a meticulous geiod yet, the average sea level is used as a vertical system reference in the region.
Sebaran Jaring Kontrol Horizontal Nasional Distribution of National Horizontal Control Network
Sebaran Jaring Kontrol Vertikal Nasional Distribution of National Vertical Control Network
2013 Annual Report
69
3. Perubahan Nilai Koordinat terhadap Fungsi Waktu
3. The Changes of Coordinate Values Over Time Function
Merupakan besaran dan arah perubahan nilai koordinat terhadap fungsi waktu dari suatu titik kontrol geodesi yang diakibatkan karena pengaruh pergerakan lempeng tektonik dan deformasi kerak bumi. Besaran dan arah perubahan nilai koordinat terhadap waktu ditentukan berdasarkan pengamatan geodetik. Jika pada suatu kondisi pengamatan geodetik tidak dapat menentukan besaran dan arah perubahan nilai kordinat terhadap waktu, maka digunakan model deformasi kerak bumi yang diturunkan dari pengamatan geodetik sebelumnya.
This value is the magnitude and direction of the coordinate value changes over the time function of a geodetic control points caused by the influence of tectonic plate movement and deformation of the earth’s crust. The magnitude and direction of the coordinate value changes over the time is determined by geodetic observations. If geodetic observations can not determine the magnitude and direction of the coordinate value changes over the time, then the earth’s crust deformation models derived from previous geodetic observations is used.
4. Sistem dan Layanan Akses SRGI 2013
4. Systems and Access Services SRGI 2013
Untuk mengakomodasi kebutuhan pengguna dan memudahkan pengguna dalam menggunakan SRGI 2013, dibuatlah sistem dan layanan untuk mengakses SRGI 2013. Sistem ini terdiri dari aplikasi Sistem Informasi Jaring Kontrol, Geoid, Online GPS Processing, dan User Guide, memuat informasi mengenai SRGI 2013, dan helpdesk yang akan menjawab semua pertanyaan mengenai SRGI 2013.
Systems and access services SRGI 2013 is aimed to accommodate the user needs and to facilitate users to use SRGI 2013 easily. This system will contain consists of the application of Control Network Information Systems, Geoid, Online GPS Processing, and User Guide, containing information on SRGI 2013, and a helpdesk that will answer all questions regarding SRGI 2013.
SRGI 2013 bersifat tidak statis dan akan diperbaharui apabila terjadi pemutakhiran pemodelan Sistem Referensi Terestris Internasional yang menjadi rujukan SRGI 2013 maupun sebab-sebab lainnya, misalnya gempa bumi.
SRGI 2013 is not static and will be updated in case of updating the modelling of International Terrestrial Reference Systems as the reference of SRGI 2013 as well as other causes, such as earthquakes.
Dengan diluncurkannya SRGI 2013 pada bulan Oktober 2013, maka DGN95 tidak lagi digunakan. SRGI 2013 digunakan sebagai sistem referensi geospasial tunggal. Seluruh penyelenggaraan IG harus mengacu kepada SRGI 2013 seperti yang tertuang pada Peraturan Kepala BIG. IG dan DG lama yang dibuat mengacu kepada datum yang lain sebelum diterbitkannya SRGI 2013 harus diimigrasi ke SRGI 2013. BIG menyediakan fasilitas untuk melakukan migrasi tersebut.
With the launch of SRGI 2013 in October 2013, the DGN95 is no longer used. SRGI 2013 is used as a single geospatial reference system. The whole management of IG should refer to SRGI 2013 as it is stated in Regulations of the Head of BIG. The old IG and DG that refers to another datum before the issuance of SRGI 2013, must be migrated to SRGI 2013. BIG provides the facility to perform the migration.
70
Laporan Tahunan 2013
Tampilan antarmuka aplikasi web SRGI SRGI web appplication menu
Tampilan Layanan Hitungan Nilai Geoid Pada SRGI2013 Geoid Service Counting of SRGI2013
2013 Annual Report
71
Informasi Geospasial Tematik Thematic Geospatial Information Penyelenggaraan Informasi Geospasial Tematik (IGT) meliputi informasi geospasial tematik darat, laut, kebencanaan dan informasi geospasial tematik tata ruang dan atlas. The implementation of Thematic Geospatial Information (IGT) covers the thematic geospatial information on land, sea, disaster, spatial planning and atlas.
Peta Indikatif Penundaan Ijin Baru (PIPIB)
Indicative Map for Moratorium of New License (PIPIB) Sebagai salah satu wujud komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dan mengontrol laju deforestrasi dan degradasi hutan, Presiden telah menerbitkan Inpres No 10 tahun 2011 tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut.
As one of Indonesia’s commitment to reduce greenhouse gas emissions and controlling the rate of deforestation and forest degradation, the President has issued Presidential Instruction (Inpres) 10 Year 2011 regarding the Postponent of Issuance of New Licences and Improving Governance of Primary Natural Forest and Peatland.
Tujuan utama keluarnya Inpres ini adalah menyelamatkan kawasan hutan Indonesia yang masih tersisa sekitar 56 juta hektar, dan menyeimbangkan serta menyelaraskan pembangunan ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan.
The main purpose of this Inpres is to save about 56 million hectares of the remaining Indonesia’s forests, and balancing as well as harmonizing the economic, social, cultural, and environmental development.
Inpres ini juga mengamanatkan kepada Kementerian Kehutanan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Lingkungan Hidup, UKP4, BIG, BPN, BKPRN, Satgas REDD+ UKP4, para Gubernur dan Bupati untuk mengambil langkah-langkah konkrit yang diperlukan sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing untuk mendukung penundaan pemberian izin baru hutan alam primer dan lahan yang berada di hutan konservasi, hutan lindung, hutan produksi dan area penggunaan lain.
This Inpres also mandates the Ministry of Forestry, Ministry of Home Affairs, Ministry of Environment, UKP4, BIG, BPN, BKPRN, REDD+, Task Force UKP4, Governors, and Regents, to take concrete steps that are required in accordance with their duties, functions, and authorities to support the posponent of issuance of new licenses of primary natural forests and lands located in conservation, protection, and production forests, as well as other uses.
Amanat Inpres secara langsung kepada BIG yaitu untuk melakukan pembaharuan peta tutupan hutan dan lahan gambut sesuai Peta Indikatif Penundaan Izin Baru (PIPIB), atau lebih dikenal sebagai Peta Moratorium Kehutanan. Pembaharuan batas PIPIB sangat penting untuk memastikan bahwa kawasan moratorium tidak dimanfaatkan. PIPIB bersifat dinamis dan mengalami revisi setiap 6 bulan dengan memperhatikan masukan dari pemerintah daerah dan organisasi lembaga swadaya masyarakat (LSM).
The presidential mandate to the BIG is to reform the forest cover and peatland maps in accordance with the Indicative Map for Moratorium of New License (PIPIB), or better known as Forestry Moratorium Map. Updating the boundary of PIPIB is essential to ensure that the moratorium area is not utilised. PIPIB is dynamic and revised every 6 months with inputs from local governments and nongovernmental organizations (NGOs).
Tujuan utama pemetaan ini adalah untuk merestorasi pemanfaatan lahan di kawasan hutan dan lahan gambut dalam rangka mendukung program pemerintah terkait pemanasan global berupa pengurangan emisi karbon sebesar 26% secara voluntary dan sebesar 40% dengan bantuan luar negeri. Kawasan tersebut dianggap menyimpan kandungan karbon yang tinggi dan rentan terhadap kerusakan. Kerusanakan pada hutan primer dan lahan gambut selain akan menyebabkan
The main purpose of the mapping is to restore the land use in forest areas and peatlands in order to support government programs related to global warming in the form of a carbon emission reduction by 26% voluntarily and by 40% with foreign aid. The region is considered storing high carbon content and susceptible to damage. Damage to primary forests and peatlands will cause environmental damage and the higher effects of greenhouse gases.
74
Laporan Tahunan 2013
kerusakan lingkungan juga akan menyebabkan efek gas rumah kaca yang tinggi. Peta PIPIB merupakan suatu hasil dari harmonisasi Informasi Geospasial Tematik (IGT) yang diselenggarakan oleh 4 (empat) instansi pemerintah sekaligus, yaitu: Kementerian Kehutanan, Kementerian ESDM, BPN, dan BIG sebagai penyelenggara tunggal Informasi Geospasial Dasar (IGD). Peta Moratorium menyangkut peta kawasan hutan dan lahan gambut yang sebelumnya tidak memiliki informasi yang pasti tentang luasan kawasan hutan dan lahan gambut di Indonesia. Peta ini merupakan implementasi One Map Policy sebagaimana amanat UU Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial.
The PIPIB map is a result of harmonization of Thematic Geospatial Information (IGT) held by 4 (four) government agencies, namely: the Ministry of Forestry, Ministry of Energy and Mineral Resources, BPN, and BIG as the sole organizer of Basic Geospatial Information (IGD). The moratorium map concerning the map of forest areas and peatlands that previously did not have definitive information on the area of forests and peatlands in Indonesia. This map is an implementation of the One Map Policy as mandated by Law. 4 of 2011 on Geospatial Information.
Hasil Pemutakhiran enam bulan pertama, yakni November 2011, telah diterbitkan peta indikatif skala 1:250.000 sebagai base line kawasan hutan dan lahan gambut di wilayah NKRI yang legitimate. Dengan tersusunnya peta indikatif kawasan hutan dan lahan gambut yang legitimate itu, akan terhindar kesimpangsiuran informasi luas hutan dan lahan gambut yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan pengurangan emisi CO2 di wilayah NKRI.
Results of the updating activities at the first six months, ie November 2011, has published in a form of indicative map scale 1:250,000 as a base line of forest areas and peatlands in the legitimate region of NKRI. With the completion of the indicative map of legitimate forest areas and peatlands, it will avoid any disinformation on the area of forest and peat land that will be used as the basis for calculating the reduction of CO2 emissions in the territory of NKRI.
Pembaharuan terakhir di tahun 2013 dilakukan pada bulan November 2013 yang menetapkan Penundaan pemberian izin baru, meliputi:
The last renewal is conducted in November 2013, which set the proponent of new licenses, including:
a. b. c. d.
a. Timber forest product utilisation licence b. Timber harvesting licence c. Forest area usage licence d. Forest area change
Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu Izin pemungutan hasil hutan kayu Izin penggunaan kawasan hutan Perubahan peruntukan kawasan hutan
Peta PIPIB yang direvisi per semester adalah masukan penting bagi gerakan menuju satu peta Indonesia. Kerja sama sinergis-kolaboratif antara kementerian dan lembaga, lembaga multilateral, serta organisasi masyarakat sipil dalam perbaikan tata-kelola kawasan hutan dan lahan gambut, amat vital. Semangat kerja sama seperti itu perlu bagi tercapainya tata-kelola perizinan pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan secara transparan, akuntabel, dan selaras dengan pembangunan berkelanjutan lestari, berkeadilan, dan kokoh dari segi ekonomi.
The revision PIPIB map per semester is an important input to the movement towards one Indonesia map. Collaborative-synergistic cooperations between ministries and agencies, multilateral institutions, and civil society organizations in improving the forest areas and peatland governance, is vital. This spirit of cooperation is needed to govern the issuance of permits of the utilisation and usage of forest areas, in a transparent, accountable, and in line with the sustainable, equitable, and economically strong development.
Efek positif moratorium ini dapat dilihat dengan kemajuan dalam pendaftaran izin-izin dari instansi daerah ke instansi pusat. Kini, sebagai bagian dari gerakan penyempurnaan tatakelola hutan alam dan lahan gambut sesuai Inpres Moratorium Data, perizinan harus dikumpulkan dalam satu basis data dan peta.
The positive effects of this moratorium can be seen with the progress in the registration of permits from local authorities to central agencies. Now, as part of the movement of natural forest and peatland governance improvements in accordance with Presidential Decree (Inpres) on Moratorium data, the permits must be collected in one database and map.
2013 Annual Report
75
REVISI 5 PETA INDIKATIF PENUNDAAN IZIN BARU
76
Laporan Tahunan 2013
5TH REVISION INDICATIVE MAP OF MORATORIUM OF NEW LICENCE
2013 Annual Report
77
Peta Rawan Banjir Flood Prone Map Berbagai bencana di Indonesia akhir-akhir ini terjadi secara beruntun dari gempa, tsunami, letusan gunung berapi, luapan lumpur dan bencana banjir, hampir di seluruh wilayah negeri ini. Semuanya menimbulkan korban jiwa dan kerugian yang tidak sedikit. Untuk mencegah timbulnya korban dan kerugian yang lebih besar pada masa mendatang, maka diperlukan suatu tindakan pencegahan/ penanggulangan bencana alam. Mengatasi dan mencegah bencana alam memerlukan sinergi antara institusi pemerintah, swasta dan masyarakat.
Recently, various disasters has happened in Indonesia in a row includes earthquakes, tsunamis, volcanic eruptions, mudflows, and floods in almost all regions of this country. Every disaster causes considerable casualties and losses. To prevent greater casualties and losses in the future, we need a prevention/ mitigation of natural disasters. Natural disaster management and prevention requires a synergy between government institutions, private and society.
Belum tersedianya data secara komprehensif menyajikan informasi-informasi kebencanaan merupakan suatu kendala dalam penanggulangan bencana. Oleh karena itu diperlukan suatu informasi kebencanaan yang dapat memadukan data atau informasi geospasial kebencanaan dalam bentuk peta dengan data numerik yang diperlukan dalam penanggulangan bencana.
Unavailability of data that comprehensively provides information on disaster is an obstacle in disaster management. Therefore, we need a disaster information that integrate disaster geospatial data or information in the form of a map with numerical data needed in disaster management.
Kegiatan Penyusunan Informasi
The Activites of Information Preparation
Geospasial tematik rawan banjir bertujuan untuk melakukan integrasi dan analisis untuk menyusun IGT rawan banjir di 15 kabupaten/ kota. Lokasi yang pemetaan pada tahun 2013 adalah Kabupaten Kampar, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Sanggau, Sintang, Kapuas Hulu, Majene, Bone, Luwu Utara, Luwu Timur, Belu, Sikka, Manggarai, Barito Utara dan Kota Palangkaraya.
Flood prone thematic geospatial aims to perform an integrate and analyse for the preparation of flood prone IGT in 15 districts/ municipalities. The mapping location in 2013 was District of Kampar, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Sanggau, Sintang, Kapuas Hulu, Majene, Bone, Luwu Utara, Luwu Timur, Belu, Sikka, Manggarai, Barito Utara, and Palangkaraya.
Tingkat kerawanan secara geomorfologis ditentukan oleh jenis sistem lahan, tingkat kemiringan lereng permukaan (slope) dan interval ketinggian lokasi. Klasifikasi sistem lahan dibagi menjadi sistem lahan rawan banjir dan tidak rawan banjir. Kemiringan lereng permukaan daerah rawan banjir umumnya adalah ≤ 2%, sehingga klasifikasi kemiringan lereng permukaan dibedakan menjadi ≤ 2% dan > 2%. Untuk interval ketinggian lokasi terdiri atas 0–10 m dan > 10 m atau menyesuaikan ketinggian lokal di daerah setempat. Ketiga data di atas kemudian di-overlay dan di-skoring seperti pada tabel penilaian faktor-faktor yang mempengaruhi rawan banjir.
The level of geomorphological vulnerability is determined by the type of land system, the level of surface slope, and altitude interval of the location. The classification of land system is divided into flood-prone and non-flood prone land systems. The level of surface slope of flood prone areas generally is ≤ 2%. Therefore, the classification of surface slope is divided into ≤ 2% and > 2%. The altitude interval consists of 0-10 m and > 10 m or is adjusting with the height of the local area. The three data are overlayed and scored as the rating table of factors that affect flood prone.
78
Laporan Tahunan 2013
Pemetaan Biomas untuk Mendukung Pengurangan Emisi Karbon Biomass Mapping to Support Carbon Emission Reduction Penyediaan data yang lengkap dan akurat terkait dengan biomassa dan cadangan karbon merupakan salah satu langkah nyata untuk menunjukkan kesiapan terkait dengan penerapan skema REDD+. Hal ini dapat menjadi alat yang strategis bagi penentuan kebijakan di Indonesia baik secara nasional maupun internasional baik sekarang maupun di masa depan.
The provision of complete and accurate data related to biomass and carbon stocks is one of the concrete steps to show our readiness in relation with the implementation of REDD+ schemes. This can be a strategic tool for policymaking in Indonesia, both nationally and internationally, both now and in the future.
Meskipun demikian, sayangnya selama ini Indonesia belum memiliki peta acuan acuan untuk perhitungan karbon. Untuk itu penyusunan peta biomassa di Indonesia menjadi suatu projek strategis nasional dalam skema penurunan emisi karbon.
However, unfortunately, Indonesia does not have a benchmark basemap for carbon accounting. Therefore, the preparation of biomass maps in Indonesia became a national strategic project in carbon emissions reduction scheme.
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk memetakan hasil pendugaan kandungan above ground biomass di kawasan hutan dan di luar hutan untuk mendukung pengurangan emisi karbon. Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Kalimatan Barat dipilih sebagai pilot project dalam penyusunan peta biomassa, mengingat bahwa dua provinsi tersebut termasuk wilayah strategis prioritas Project REDD Indonesia. Pemetaan biomassa mencakup wilayah hutan dan luar kawasan hutan. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui potensi biomassa AGB yang dimiliki oleh luar kawasan hutan. Dengan demikian diharapkan, pemetaan biomassa yang dilakukan dapat menjadi suatu percontohan metode sekaligus peta dasar yang dapat diacu secara nasional.
The main objective of this activity is to map the estimation results of the above ground biomass content in forest areas and outside forests to support the reduction of carbon emissions. South Sumatera and West Kalimantan Province was chosen as pilot projects in the preparation of biomass maps, given that the two provinces were included in the strategic priorities of Indonesia’s REDD Project. The biomass mapping includes forest areas and outside forest areas. It is intended to determine the potential of AGB biomass in the outside area of forests. It is expected, biomass mapping can be a pilot method and a national benchmark basemap.
Biomassa adalah total berat atau volume organisme dalam suatu area atau volume tertentu atau total jumlah materi hidup di atas permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan ton berat kering per satuan luas (Brown, 1997). Kandungan biomassa diindikasikan oleh tipe penutupan lahan, tipe ekosistem, dan tipe sistem lahan.
Biomass is the total weight or volume of organisms in a given area or certain volume or the total amount of living matter on the surface at a tree and expressed in units of dry weight tonnes per unit area (Brown, 1997). The content of the biomass is indicated by the land cover types, ecosystem types, and land system types.
Potensi hutan biasa didefinisikan dengan volume pohon per satuan luas hektar, sedangkan biomassa didefinisikan dengan sebagai jumlah total bahan organik di atas tanah pada pohon, termasuk daun, ranting, cabang, batang utama, dan kulit yang dinyatakan dalam berat kering oven ton per unit area (Brown 1997).
Forest potency is defined by the volume of trees per unit area of hectare, whereas biomass is defined as the total amount of organic matter on the ground in the tree, including the leaves, twigs, branches, main stem, and bark that are expressed in tonnes of oven dry weight per unit area (Brown 1997).
2013 Annual Report
79
80 80
Laporan Tahunan Tahunan 2013 2013 Laporan
Ekspedisi Geografi Indonesia “Sungai Ciliwung” Indonesia Geographical Expedition “Ciliwung River” Ekspedisi Geografi Indonesia dapat dijadikan sebagai informasi awal bagi pengembangan kerangka berfikir secara ilmiah dengan membuat berbagai penemuan banyak hal untuk meletakkan dasar-dasar aplikasi geografi pada satuan wilayah atau ruang. Pengenalan suatu wilayah atau ruang menjadi kata kunci kegiatan ini.
Indonesia Geographical Expedition can be used as initial information for the development of a scientific thinking framework by performing various inventions to lay the foundations of geographicial applications on the unit of area or space. The introduction of an area or space is a keyword of this activity.
EGI disusun untuk mendukung teknik pelaksanaan atau metode dalam mengenali suatu wilayah. EGI diharapkan menjadi salah satu teknik survei terpadu untuk menemukenali/ mengungkapkan komponen wilayah terkini baik abiotik, biotik maupun budaya.
EGI is prepared to support the implementation of technique or method in recognizing a region. EGI is expected to be an integrated survey techniques to identify/reveal the current components of a region of either abiotic, biotic and culture.
Ekspedisi Geografi Indonesia tahun 2013 ini mengambil tema Banjir di Jakarta. Secara umum periodesasi banjir besar yang melanda Jakarta adalah 5 tahunan, tiga periodesasi banjir besar yang terjadi di Jakarta adalah tahun 2002, 2007, dan tahun 2013. Sebagian masyarakat terdampak banjir menganggap peristiwa banjir merupakan hal yang wajar. Sebenarnya peristiwa ini merupakan hal yang luar biasa karena Jakarta merupakan pusat pemerintahan Indonesia dan pusat perdagangan.
The theme of Indonesia Geographical Expedition 2013 is Flood in Jakarta. In general, the major flooding periodization that hit Jakarta is every 5 years. The periodicity of three major floods in Jakarta is 2002, 2007, and 2013. Some people affected by floods consider flooding as a natural event. In fact, this event is an extraordinary event considering Jakarta as a center of government and trade.
Hasil akhir kegiatan EGI ini adalah terbitnya Buku Ekspedisi Geografi Indonesia 2013 dengan tema “Menentang Banjir”. Buku Menentang Banjir merupakan kompilasi hasil kajian Tim Ekspedisi Geografi Indonesia 2013 tentang fenomena banjir di Jakarta yang dianggap sebagai bencana dan hingga kini belum tuntas penyelesaiannya.
The result of EGI is the publication of Indonesia Geographical Expedition Book with the theme “Opposing the Floods”. This book is compiling the study results of the Indonesia Geographical Expedition Team 2013 about the phenomenon of flooding in Jakarta, which is considered as a disaster and has not been completely resolved until now.
Beberapa yang menjadi catatan penting tim EGI 2013 adalah:
Some important notes of the EGI team 2013 are:
1. Hasil kajian tim abiotik berdasarkan hasil analisis dan sintesis informasi sistem lahan serta hasil pendetilan dari informasi ekoregion Jakarta menunjukkan bahwa, sebagian besar kawasan Jakarta merupakan wilayah banjir. Jadi pada
1. The study of the abiotic team, based on the analysis and synthesis of land system information as well as the results of the detailing information on Jakarta ecoregions showed that, most of the Jakarta area is flood areas. Therefore, the construction
2013 Annual Annual Report Report 2013
81 81
dasarnya pembangunan Jakarta memang sejak lama menentang kodrat geografi.
of Jakarta has been against the nature of geography since long time ago.
2. Hasil pengamatan tim EGI 2013, di Jabodetabek terdapat 204 situ dan 225 embung. Secara planimetris situ dan embung tersebut seluas 997,17 hektar. Dengan asumsi kedalaman situ dan embung ratarata 2-10 meter, maka daya tampung air mencapai sekitar 19,38 juta meter kubik. Namun berdasarkan pengamatan tim EGI 2013 kondisi situ banyak yang menyusut, rusak dan terganggu.
2. The observations of EGI 2013 team, in Jabodetabek reveals the existence of 204 lakes and 225 reservoirs. According to planimetry, the area of lakes and reservoirs is 997.17 hectares. By the assumption of the average depth of the lakes and reservoirs is 2-10 meters, the water capacity reaches 19.38 million cubic meters. However, the EGI Team 2013 observes most of the lakes are shrink, damaged and disrupted.
3. Sawah dapat digunakan sebagai kolam retensi sementara (taman air ketika banjir). Hasil analisis menunjukkan daya tampung sawah yang masih tersisa di kawasan Jabodetabek seluas 90.624 hektar. Hitungan secara planimetris dan menggunakan asumsi kedalaman rata-rata sawah antara 20 cm sampai 50 cm dari badan jalan dan kawasan permukiman, maka volume air banjir yang dapat ditampung sementara di sawah Jabodatebek adalah minimal 157 juta meter kubik dan sampai maksimal 714 juta meter kubik. Oleh karena itu mulai sekarang sudah selayaknya tidak ada lagi konversi lahan sawah di Jabodetabek. Lahan sawah harus dijadikan kawasan konservasi yang memiliki multifungsi, tidak boleh dipandang dari segi ekonomi dengan nilai tukar yang sangat rendah. Sawah harus dipandang sebagai cagar budaya di ekosistem lahan basah.
3. Paddy field can be used as a temporary retention pond (water park when there is a flood). The analysis results that the capacity of the remaining paddy fields in this Jabodetabek region is covering 90,624 hectares. The planimetric counting and using an average depth assumption of the paddy field between 20 cm and 50 cm from the road and settlements, the volume of flood water that can be temporarily stored in the paddy fields in Jabodatebek is minimum 157 million cubic meters and up to a maximum of 714 million cubic meters. Therefore, from now on, paddy fields in Jabodetabek should not be converted. Paddy fields must be a conservation area with multi-functions, it should not be viewed as a land with low exchange rate of the economy. Paddy fields should be viewed as a cultural heritage in wetland ecosystems.
4. Keberadaan kolam air di lapangan golf dapat membantu menampung air yang datang dari wilayah sekitar, untuk mengurangi risiko banjir di wilayah Jabodetabek. Keberadaan kolam air di setiap lapangan golf saat ini masih dapat ditambah. Saat ini, luas total ke-33 lapangan golf tersebut kurang kebih 3.180 hektar.
4. The existence of a water pond at the golf course can store the water from the surrounding area, to reduce the risk of flooding in the Jabodetabek region. The existence of water ponds in every current golf course can be added. Currently, the total area of the 33 golf courses is about 3,180 acres.
82
Laporan Tahunan 2013
Peta Kerja EGI Tahun 2013 Work Map of EGI 2013
2013 Annual Report
83
84 84
Laporan Tahunan Tahunan 2013 2013 Laporan
Atlas Indonesia untuk Tuna Netra
Atlas of Indonesia for Blind People
Peta ”Taktual” merupakan lembar peta yang dibuat pada suatu media dari kertas/plastik, yang digunakan untuk menyajikan informasi keruangan dalam bentuk tiga dimensi. Peta taktual tersebut dibuat khusus untuk tuna netra atau orang yang mempunyai kendala penglihatan. Pembuatan simbol tidak akan dapat memenuhi seperti bentuk aslinya sehingga pembuatan simbol perlu adanya kesepakatan antara pembuat dan pengguna peta.
A “tactual” map is a map made from paper/ plastic to present spatial information in three dimensions. Tactual maps were created specifically for the blind or people with vision disturbances. The symbols will not meet their original forms so that the symbol making needs to be agreed by the manufacturer and the user of the map.
Pengembangan peta tersebut dapat dimulai dengan memilih jenis bahan-bahan pembuat peta, dapat dicari bahan yang relatif murah, kemudian memilih teknologi yang mudah diterapkan di Indonesia.
The development of these maps can be started by selecting the types of map-making materials with relatively inexpensive materials and easy applicated technology in Indonesia.
Kegiatan pembuatan Atlas Tuna Netra Indonesia bertujuan untuk menyediakan informasi geospasial atau keruangan dalam bentuk atlas taktual untuk para penyandang tunanetra dan mengenalkan informasi persebaran bandara dan pelabuhan dalam bentuk simbol-simbol peta taktual kepada penyandang tunanetra. Dengan atlas taktual dapat dikenalkan Indonesia mulai dari persebaran pulau, batas administrsi, persebaran bandara dan pelabuhan dalam bentuk simbol-simbol peta taktual kepada penyandang tunanetra.
The development of Indonesia Atlas for Blind People aims to provide geospatial or spatial information in the form a tactual map for blind people and introduce the airport and port information distribution in the form of tactual map symbols for blind people. With tactual atlas, Indonesia can be introduce starting from island distribution, administration boundary, and airport and port information distribution in the form of tactual map symbols for blind people.
Pada tahun 2013 Atlas Taktual Nasional Indonesia (ATNI) bertema Sumberdaya Alam Abiotik. Pencetakan Spesifikasi Teknis Penyusunan Atlas Taktual, dan Draft Model Peta Taktual tema Transportasi Udara dan Laut digunakan untuk pelaksanaan uji keterbacaan peta taktual. Draft model peta taktual dan simbol yang disajikan telah melalui tahap uji keterbacaan yang dilakukan oleh guru-guru tunanetra dan siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) khususnya siswa tunanetra.
In 2013, National Tactual Atlases of Indonesia (ATNI) with theme Abiotic Natural Resources. The printing of Technical Specifications for the Preparation of Tactual Atlas, and a Draft of Tactal Map Model with theme Air and Maritime Transportation that is used to test the implementation of tactual map legibility. The presented draft models of the tactual and symbol maps have gone through stages of legibility test conducted by teachers of the blind people and students of the Special Schools (SLB), especially for blind students.
2013 Annual Annual Report Report 2013
85 85
86
Laporan Tahunan 2013
Atlas Bentanglahan Kepulauan Maluku Landscape Atlas of Maluku Islands Atlas bentanglahan menyajikan informasi yang berisi pengenalan bentanglahan di Kepulauan Maluku yang mencakup bentang alami dan bentang budaya, yang menekankan keterkaitan antara komponen biogeofisik dengan manusia di dalamnya, dan segala aktivitasnya untuk memenuhi kebutuhan hidup
The landscape atlases provides information on introduction of the landscape in the Maluku Islands includes the natural and cultural landscape, which emphasizes the linkages between biogeophysical components and humans with its all activities to meet the needs of life.
Atlas ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi masyarakat, akademisi (mahasiswa geografi dan ilmu kebumian lainnya), maupun instansi pemerintah untuk mengetahui informasi dan seluk beluk potensi suatu daerah dari bentanglahannya. Untuk mendapatkan isi konsep atlas bentanglahan Kepulauan Maluku juga melibatkan beberapa tim narasumber dari akademisi seperti UGM, ITB, UI, dan IPB. Untuk mendukung isi atlas juga dilakukan kegiatan survei lapangan dengan melibatkan tim narasumber.
This atlas is expected to be used as information for the public, academics (students of geography and other earth sciences), as well as government agencies to know the information and potency of a region from its landscape. The concept of the landscape atlas of Maluku Islands is also involved resources and academia from UGM, ITB, UI, and IPB. The content of the atlas is also supported with field surveys that are involved a team of resources.
2013 Annual Report
87
88
Laporan Tahunan 2013
Atlas Budaya Cultural Atlases Penyusunan Atlas Budaya merupakan upaya nyata BIG dalam menyajikan Informasi geospasial tematik terkait aspek budaya. Pemilihan tema budaya pada salah satu unsur budaya merupakan konsekuensi logis agar atlas yang dihasilkan BIG lebih terarah mengingat banyaknya tema budaya yang dapat diangkat. Sebagai catatan ada 7 (tujuh) unsur budaya yang dikemukakan Koentjaraningrat dan ada 8 (delapan) unsur kebudayaan yang dikemukaan Mukhlis PaEni. Dari berbagai kajian dan telaah, tema budaya yang akan diangkat dalam kegiatan pembuatan Atlas Budaya Indonesia tahun 2013 adalah arsitektur. Dalam hal ini arsitektur bangunan candi dilihat dari perpektif keruangan dan dituangkan dalam bentuk atlas.
Preparation of Cultural Atlas is a concrete effort of BIG in presenting the thematic geospatial information related to cultural aspects. The selection of themes only on one element of culture is a logical consequence to produce a more targeted atlas considering variety of the interested cultural themes. For the record, Koentjaraningrat suggests 7 (seven) elements of culture and Mukhlis PaEni states 8 (eight) elements of culture. Various studies and researches reveal that the theme of culture to be explored in the making of Cultural Atlas of Indonesia in 2013 is architecture. In this case, the architecture of temples will be viewed from the spatial perspective and expressed in the form of an atlas.
Kegiatan yang dilakukan dalam penyusunan Atlas Budaya adalah studi literatur tentang budaya secara umum dan candi secara khusus. Survei lapangan dilakukan pada candi sebanyak 145 candi, koordinasi dan konsultasi dengan narasumber yang berkompeten tentang percandian serta menuangkan hasil ke dalam geodatabase candi dan dalam bentuk Atlas Budaya. Studi literatur meliputi pengumpulan buku dan memahaminya sehingga diketahui aspek-aspek candi dan keruangannya, pengumpulan data primer Balai Arkeologi dan Balai Pelestarian Cagar Budaya, sedangkan koordinasi dan konsultasi berupa pertemuan teknis dengan narasumber untuk memperkuat informasi spasial percandian di Indonesia.
Activities undertaken in the preparation of Cultural Atlas are the study of literature about culture in general and temple in particular. Field survey was done of 145 temples, the coordination and consultation with competent enshrinement resourcers, and the presentation of the results in the form of a geodatabase of temples and a Cultural Atlas. The study of literature includes the collection and understanding of books to identify the aspects of temples and their spatial, the collection of primary data from the Archaeological Institute and Cultural Heritage Preservation Institute, and the technical meeting for coordinating and consultation with resources to reinforce the spatial information on enshrinement in Indonesia.
Kegiatan penyusunan Atlas Budaya bekerja sama dengan narasumber yang berkompeten antara lain:
Cultural Atlas preparation in cooperation with the competent resources include:
a. Jurusan Arkeologi Universitas Indonesia. b. Jurusan Sejarah Universitas Indonesia. c. Direktorat Cagar Budaya dan Permuseuman, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. d. Pusat Informasi Data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. e. Pakar Geografi.
a. Department of Archaeology, University of Indonesia. b. Department of History, University of Indonesia. c. Directorate of Cultural Heritage and Museum, the Ministry of Education and Culture. d. Data Information Center, the Ministry of Tourism and Creative Economy. e. Geographical experts.
2013 Annual Report
89
90
Laporan Tahunan 2013
Atlas Pendidikan Educational Atlases Pembuatan Atlas Pendidikan merupakan perwujudan fungsi pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penggunaan data dan informasi geospasial tematik. Selain itu, kegiatan ini juga mewujudkan pelaksanaan kerjasama teknis dengan badan atau lembaga pemerintah, dalam hal ini adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Educational Atlas embodies the function of collecting, processing, storage, dan usage of thematic geospatial data and information. In addition, this activity is also realizing the implementation of technical cooperation with government agencies or institutions, in this case the Ministry of Education and Culture.
Atlas Pendidikan merupakan atlas yang dibuat untuk dapat dimanfaatkan sebagai alat pendukung atau pengayaan dalam proses belajar mengajar, khususnya dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Geografi dan Ilmu Kebumian. Atlas ini memberikan informasi geospasial tematik dalam lingkup wilayah NKRI. Dalam hal ini tema-tema yang disajikan pada atlas mengacu pada kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa sebagaimana tercantum dalam Kurikulum 2013.
Educational Atlas is made to be used as a tool to support or enrich the learning process, especially in the subjects of Social Sciences, Geography, and Earth Science. This atlas provides thematic geospatial information within the territory of Indonesia. The presented themes in the atlas refers to the basic competencies that must be owned by the students as stated in the Curriculum of 2013.
Tema dan beberapa sub tema yang ada dalam Atlas Pendidikan tersebut adalah:
The existing themes and sub themes in the Educational Atlas are:
1. Tema Wilayah: Peta NKRI, Peta Administrasi per Pulau. 2. Tema Fisik dan Sumberdaya: Peta Lokasi Sumberdaya, Peta Tutupan Lahan per Pulau. 3. Tema Sejarah: Peta Persebaran Situs dan Bangunan Bersejarah per Pulau, Peta Jalur Masuknya Agama Hindu, Islam, dan Kristen. 4. Tema Budaya: Peta Bahasa, Peta Etnis. 5. Tema Infrastruktur: Peta Jaringan Jalan dan Prasarana Transportasi Darat per Pulau, Peta Lokasi Pariwisata/Tempat-Tempat Menarik per Pulau.
1. Territorial Themes: Map of Indonesia, Administrative Map per Island. 2. Physical and Resources Themes: Resource Location Map, Land Cover Map per Island. 3. Historical Themes: Sites and Historical Buildings Distribution Map per Island, Map of Religious Infiltration of Hinduism, Islam, and Christianity. 4. Cultural Themes: Language Map, Ethnical Map 5. Infrastructural Themes: Road Network and Land Transportation Infrastructure Map per island, Tourism Destination/Interesting Places Map per island.
2013 Annual Report
91
Dataset Informasi Geospasial Sumberdaya Terpadu Integrated Resource Geospatial Information Dataset Penyelenggaraan informasi geospasial tematik pada bidang sumberdaya alam saat ini dilakukan oleh banyak pihak, baik pusat maupun daerah. Untuk menghasilkan informasi geospasial yang andal baik dari segi akurasi geometris dan akurasi konten informasinya, maka diperlukan suatu proses integrasi diantara data-data tersebut. Berdasarkan UU No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial, Badan Informasi Geospasial memiliki tugas dan kewajiban untuk mengintegrasikan informasi geospasial tematik dari berbagai pihak, dalam platform referensi geometris tunggal melalui proses georektifikasi pada informasi geospasial dasar yang akan menghasilkan output informasi geospasial tematik tunggal yang akan digunakan oleh berbagai pihak juga, hal disebut dengan Kebijakan Satu Peta.
Thematic geospatial information on natural resources currently is organised by several parties, both national and local level. The production of reliable geospatial information both in terms of geometric accuracy and information content accuracy requires a process to integrate these data. Under Law 4 Year 2011 on Geospatial Information, Geospatial Information Agency has duties and obligations to integrate thematic geospatial information from various parties, in a single geometric reference platform through the process of georectification on basic geospatial information (single reference) that will produce output of single thematic geospatial information that will be used by the various parties, this is called the One Map Policy.
Penyusunan dataset informasi igt dinamika sumberdaya terpadu lingkup kabupaten bertujuan untuk memperoleh dataset Informasi Geospasial Dasar (IGD) dan Informasi Geospasial Tematik (IGT) sumberdaya terpadu pada skala kabupaten.
The IGT information dataset compilation on integrated resource dynamics for district level aims to obtain a dataset of Basic Geospatial Information (IGD) and Thematic Geospatial Information (IGT) of integrated resources at the district level.
Kegiatan ini dilaksanakan di 10 wilayah kabupaten/kota yang di Kawasan Strategis Kedungsepur yang terdiri dari Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten Grobongan,dan Kota Salatiga dan Kawasan Strategis Gerbang Kertasusila yang terdiri dari Kabupaten Gresik, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Lamongan.
This activity was conducted in 10 districts/ municipalities consisting of Kedungsepur Strategic Areas in Semarang, Kendal, Demak, Grobogan District, and Salatiga Municipality, as well as Kertasusila Gate Strategic Area in Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo, and Lamongan District.
92
Laporan Tahunan 2013
Pemetaan Dinamika Sumberdaya Kawasan DAS Mapping the Dynamics of Watershed Resources Tujuan dari kegiatan ini adalah melakukan pemetaan dinamika sumberdaya alam terpadu yang direpresentasikan oleh kondisi penutupan lahan seluruh kawasan hulu-hilir termasuk kawasan pesisir daerah aliran sungai dalam kurun waktu mulai tahun 2002-2012, dan kondisi sumberdaya air berdasarkan data cadangan dan pemanfaatan sumberdaya air di seluruh wilayah DAS maupun Sub DAS.
The purpose of this activity is mapping the dynamics of integrated natural resources that is represented by the condition of land cover across the upstream-downstream region including the watershed in the period of 20022012, and the condition of water resources based on its reserves and utilisations data throughout the watershed or sub-watershed area.
Pemetaan dinamika sumberdaya alam terpadu melakukan evaluasi neraca sumberaya alam terpadu dengan durasi evaluasi per 5 tahunan, khusus untuk evaluasi sumberdaya air dilakukan dalam durasi 10 tahunan, hal ini mengingat ketersediaan pencatatan sumberdaya air di lapangan dan signifikansi perubahannya. Selain itu dilakukan pula analisis spasial, statistik dan deskriptif terkait dengan dinamika sumberdaya alam terpadu dalam konteks kesatuan ruang wilayah DAS.
Mapping of dynamics of integrated natural resources is also included the evaluation of integrated natural resource balance in every 5 years, while the evaluation for water resources is specifically conducted every 10 years considering the availability of water resource recording in the field and the significance of the changes. In addition, it also conducted the analysis of spatial, statictics, and descriptive associated with the dynamics of integrated natural resources in the context of unitary watershed space.
Kegiatan pemetaan dinamika sumberdaya alam terpadu DAS di kawasan Segara Anakan ini dilakukan pada satu DAS besar yaitu DAS Citanduy dan DAS atau Sub DAS kecil di bawahnya yang berbatasan langsung dengan kawasan pesisir Segara Anakan. Wilayah Segara Anakan juga merupakan muara dan paparan sedimentasi dari kedua DAS tersebut. Alasan pemilihan lainnya adalah bahwa kedua DAS Citanduy dan DAS dibawahnya tersebut merupakan DAS prioritas dari segi pengelolaan dan monitoringnya oleh beberapa institusi seperti Kementerian PU dan Kementerian Kehutanan.
Mapping the dynamics of integrated natural resources of watershed in Segara Anakan region is conducted on a large watershed namely Citanduy Watershed and small watersheds or sub-watersheds underneath that are directly adjacent with Segara Anakan coastal areas. The territory of Segara Anakan region is also the estuary and the sedimentation shelf for both watersheds. The Citanduy Watershed and the other watershed underneath is selected since both watersheds are priorities in terms of management and monitoring by some institutions such as the Ministry of Public Works and the Ministry of Forestry.
2013 Annual Report
93
Pemetaan Dinamika Sumberdaya Kawasan Urban Mapping the Dynamics of Urban Resources Informasi perubahan sumberdaya lahan pada kawasan perkotaan sangat diperlukan dalam proses penataan dan pengendalian ruang sehingga tercapai penataan dan pemanfaatan ruang yang berkualitas dan keterpaduan penggunaan sumberdaya alam dan sumberdaya strategis di suatu wilayah.
Information of land resource changes in urban areas is indispensable in the process of space structuring and control in order to reach the qualified spatial planning and utilization as well as the integration of natural and strategic resources use in a region.
Kegiatan ini bertujuan untuk membuat prototipe model pemetaan dinamika wilayah urban yang mengintegrasikan sumberdaya alam dan sumberdaya strategis serta faktor yang mendorong dinamika perubahan lahan di wilayah urban tersebut. Tahun Anggaran 2013, kegiatan pemetaan dinamika sumberdaya wilayah urban berada di Kota Semarang dengan menggunakan citra satelit resolusi tinggi dalam kurun waktu 2002, 2006, dan 2012.
This activity aims to create a prototype model of the urban area dynamic mapping that is integrating natural and strategic resources as well as the factors driving the dynamics of land changes in the urban area. The Fiscal Year 2013, the dynamics of urban areas resource mapping is located in Semarang Municipality using high-resolution satellite imagery in the year of 2002, 2006, and 2012.
Output kegiatan pemetaan dinamika sumberdaya wilayah urban adalah tersedianya informasi geospasial penggunaan lahan skala detil dalam kurun waktu 2002, 2006 dan 2012, dataset informasi sumberdaya strategis (demografi, sosial ekonomi, infrastruktur, energi) serta informasi geospasial tata ruang. Output lainnya adalah tersedianya dokumen analisis spasial, statistik, dan deskriptif perubahan penggunaan lahan dikorelasikan dengan penataan ruang dan sumberdaya strategisnya.
The output of urban area resource dynamics mapping is the availability of detailed land use geospatial information in the period 2002, 2006 and 2012, the dataset of strategic resource information (demographic, socio-economic, infrastructure, energy) as well as geospatial information of spatial planning. The other output is the availability of documents of spatial analysis, statistics, and descriptive of land use changes correlated with spatial planning and its strategic resources.
Outcome kegiatan ini adalah tersedianya prototipe pemetaan dinamika sumberdaya wilayah urban yang diharapkan dapat menjadi contoh model dalam melihat perubahan lahan dan perkembangan suatu kota. Selain itu hasil prototipe ini dapat menjadi masukan bagi pemangku kebijakan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan penataan ruang agar tercipta ruang dan lingkungan hidup yang selaras, serasi, dan seimbang.
The outcome of this activity is the availability of a prototype of urban area resource dynamics mapping that is expected to be a model example in viewing the land changes and the development of a city. In addition, the results of this prototype can be input for stakeholders in natural resource management and spatial planning in order to create a consistent, harmonious, and balanced space and environment.
94
Laporan Tahunan 2013
Pemanfaatan Pemodelan Dinamika Spasial untuk Penyusunan Skenario Pengembangan Wilayah 7 Pulau Besar Berbasis Rencana Tata Ruang Pulau dalam Rangka Penyusunan RPJMN 2015-2019 The Utilisation of Spatial Dynamics Modeling for the Preparation of Regional Development Scenario based on Island Spatial Planning at 7 Big Islands in the Context of the Preparation of RPJMN 2015-2019 Kajian Model Dinamika Spasial ini digunakan untuk mendukung perencanaan pembangunan wilayah berbasis rencana tata ruang. Perkembangan suatu daerah tidak terlepas dari perkembangan wilayah lainnya. Perkembangan ekonomi satu wilayah provinsi dipengaruhi oleh provinsi lain baik yang berdekatan, satu pulau maupun antar pulau. Keterkaitan ekonomi antar wilayah ini membentuk suatu rantai ekonomi yang mencerminkan kedudukan dan daya saing daerah.
Study of Spatial Dynamics Model is used to support the regional development planning based on spatial planning. Development of an area can not be separated from the development of other areas. The economic development of the province is affected by other provinces both the adjacent provinces, one island, and inter-island. Economic linkages between these regions form an economic chain, which reflects on the position and competitiveness of the region.
Perkembangan ekonomi yang dinamis perlu diantisipasi guna meminimasi dampak yang terjadi serta mengoptimalkan sumberdaya yang dimiliki untuk mempertahankan targettarget pertumbuhan yang telah ditetapkan melalui kebijakan nasional. RPJP Nasional 2005-2025 mengamanatkan bahwa untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi nasional yang relatif stabil, dibutuhkan upaya menjaga kinerja dukungan perekonomian wilayah secara maksimal. Wilayah Jawa dan Sumatera diarahkan untuk tetap mampu berkontribusi kepada produktivitas nasional sebesar 70%. Sementara di luar wilayah Jawa-Sumatera diupayakan
The dynamics of economic development should be anticipated in order to minimize the impact as well as optimize resources to maintain growth targets that have been set by national policy. The National Longterm Development Planning (RPJP) 2005-2025 mandates that to sustain the relatively stable growth of the national economy, it takes efforts to maintain the performance of regional economy support optimally. The territory of Java and Sumatera is directed to maintain its contribution to national productivity by 70%. While outside Java-Sumatera region is expected to boost the regional productivity by developing new growth centers.
2013 Annual Report
95
peningkatan produktivitas wilayah dengan mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dibutuhkan instrumen perencanaan yang dapat membantu para perumus kebijakan pembangunan minimal dalam 5 (lima) hal, yakni analisis tingkat pertumbuhan daerah berdasarkan RTR Pulau, analisis keterkaitan ekonomi antar wilayah, penyusunan skenario pembangunan wilayah, analisis dampak ekonomi, sosial, lingkungan dan pola pemanfaatan lahan serta pemahaman fenomena pembangunan daerah secara sistemik dan holistik. Instrumen yang digunakan juga harus mampu menjadi alat dialog dan komunikasi antar berbagai stakeholder pembangunan di tingkat pusat dan daerah.
Based on the above description, it is required at least five (5) instruments of planning that help policy development makers, namely the analysis of regional growth rates based on Island spatial planning, the analysis of economic linkages between regions, the preparation of regional development scenarios, the analysis of the socio-economy, environment, and land use, as well as understanding the phenomenon of systemic and holistic regional development. The instruments must be capable for a tool of dialogue and communication between various development stakeholders in the national and regional level.
Kegiatan ini bertujuan untuk memanfaatkan atau utilisasi model spasial dinamis untuk mendukung penyusunan Background Study RPJMN 2015-2019 Wilayah 7 Pulau besar berbasiskan Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau.
This activity is intended to utilise the dynamic spatial model to support the preparation of the Background Study RPJMN 2015-2019 at the Territory of 7 Big Islands based on Island Spatial Planning (RTR).
Model ini merupakan inovasi instrumen perencanaan untuk memenuhi kebutuhan perencanaan pembangunan berdimensi kewilayahan. Pembangunan berdimensi kewilayahan yang menuntut adanya tools perencanaan yang dapat memenuhi beberapa kaidah utama yakni analisis keterkaitan antar sektor, analisis keterkaitan antar wilayah dan analisis dinamika perubahan sumber daya wilayah (konversi lahan, daya dukung lingkungan, sosial kemasyarakatan). Untuk memenuhi kemampuan tersebut, maka model spasial dinamis dibangun dengan mengintegrasikan pendekatan sistem dinamis dengan spasial dinamis. Model ini mampu mengitegrasikan data spasial dan non spasial untuk setiap komponen kewilayahan.
This model is an innovative planning instruments to meet the needs of a territorial dimension of development planning. Territorial dimension of development requires a planning tool that can meet some of the main rules, namely intersectoral linkages analysis, inter-regional linkages analysis, and the analysis of the territorial resources changes dynamics (land conversion, the carrying capacity of the environment, social). To meet these capabilities, the dynamic spatial models are constructed by integrating the Systems Dynamics with Spatial Dynamics approach. This model is able to integrate spatial and non-spatial data for each component of territoriality.
Cakupan daerah analisis adalah 7 (tujuh) pulau besar nasional yaitu Sumatera, JawaBali, Kalimantan, Suawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku dan Pulau Papua. Satuan unit analisis adalah wilayah pulau besar dengan satuan unit analisis terkecil adalah wilayah administrasi provinsi.
The coverage areas of analysis are seven (7) national major islands namely Sumatra, JavaBali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Islands, Maluku Islands, and Papua. Unit of analysis is the large island territory with the smallest unit of analysis is the administrative area of the province.
96
Laporan Tahunan 2013
Prototipe Pemetaan Tata Ruang Berbasis SIG di Koridor MP3EI GIS-Based Spatial Mapping Prototype at MP3EI Corridors Berdasarkan PP No. 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang, pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan penataan ruang kepada pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota, serta masyarakat. Pembinaan pemetaan tata ruang dilakukan melalui konsultasi teknis, pendidikan, latihan, maupun penerbitan pedoman pemetaan tata ruang.
Under PP 8 Year 2013 on the Accuracy of Spatial Planning Map, the government is obliged to provide guidance on spatial arrangement to provincial governments, district/municipality, and the community. Development of spatial planning mapping is done through technical consulting, education, training, and publishing guidelines for spatial mapping.
Kegiatan penyusunan Prototipe Pemetaan Tata Ruang Berbasis SIG di Koridor MP3EI merupakan salah satu bentuk dukungan BIG dalam percepatan penyusunan peta rencana tata ruang. Melalui prototipe tersebut diharapkan penyusun rencana tata ruang dapat memahami tata cara penyusunan materi teknis rencana tata ruang beserta peta dan analisisnya. Kegiatan tersebut sekaligus juga merupakan dukungan BIG untuk menyukseskan program MP3EI.
The preparation of GIS-Based Spatial Mapping Prototype at MP3EI Corridors is a BIG’s support for accelerating the preparation of spatial planning maps. The existence of prototype is expected will provide insight to the spatial planners about the procedure for the preparation of spatial planning technical materials including the maps and and the analysis. The activity is also the BIG’s support for the success of the MP3EI program.
Produk yang dihasilkan dari kegiatan ini berupa dokumen materi teknis Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Manado, materi teknis Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) seluruh Kota Manado, berikut peta RTRW dan RDTR Kota Manado.
This activities results some products include technical material document of Regional Spatial Planning (RTRW) for the Territory of Manado Municipality, technical material of Detailed Spatial Planning (RDTR) throughout Manado Municipality, as well as the map of RTRW and RDTR for Manado Municipality.
Outcome dari kegiatan ini adalah tersedianya pedoman yang lebih lengkap tentang penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota dan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) kabupaten/kota.
The outcome of this activity is the availability of more detailed guidance on the preparation of spatial planning (RTRW) for districts/ municipalities and detailed spatial planning (RDTR) for districts/municipalities.
2013 Annual Report
97
Model Dinamika Spasial Kawasan Perhatian Investasi di Koridor MP3EI Spatial Dynamics Model of Investment Focus Zone in MP3EI Corridors Pemanfaatan model dinamika spasial yang menggabungkan unsur sistem dinamis dengan spasial dinamis dalam skala makro atau nasional, telah dirasakan manfaatnya untuk mendukung perencanaan pembangunan nasional. Kegiatan ini dilanjutkan pada level yang lebih mikro dengan mengambil wilayah kajian Provinsi Bali. Provinsi ini dipilih karena menjadi salah satu kawasan perhatian investasi terutama sektor pariwisata dalam koridor MP3EI.
The utilisation of spatial dynamics model that combines elements of a system dynamics with spatial dynamics on macro or national scale, have perceived benefits to support national development planning. This activity is continued at a more micro level by taking the study area of Bali Province. The province was chosen for being one of the investment focus zone, especially on tourism sector in the MP3EI corridors.
Tujuan yang ingin dicapai, pertama adalah meningkatkan optimalisasi implementasi program-program Kawasan Perhatian Investasi (KPI) di Provinsi Bali yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui pemanfaatan model dinamika spasial, kedua adalah pemanfaatan model dinamika spasial untuk mensinkronkan kebijakan implementasi KPI dengan kebijakan spasial (tata ruang), ketiga adalah penyediaan tools yang dapat digunakan untuk mendukung perencanaan dan evaluasi penerapan kebijakan KPI.
The goals are, firstly is to increase the optimization of the Investment Focus Zone (KPI) programs implementation in Bali Province that has been set by the government through the use of spatial dynamics model, secondly is the use of spatial dynamics model to synchronize the KPI implementation policies with spatial policies, thirdly is the provision of tools that can be used to support the planning and evaluation of KPI policy implementation.
Optimalisasi program KPI yang dihasilkan dari kegiatan model dinamika spasial ini dilakukan melalui 3 skenario. Urutan skenario menunjukkan urutan optimum hasil program KPI. Skenario pertama mengkombinasikan antara business as usual, KPI infrastruktur dan ekonomi, RPJP, dan RTRW. Indikator yang dihasilkan dalam skenario ini lebih tinggi daripada skenario lainnya. Indikator tersebut yaitu PDRB, PDRB perkapita, tingkat pengangguran, IPM, indeks neraca air, dan indeks Tri Hita Karana yang merupakan kearifan lokal di Bali. Skenario kedua yaitu kombinasi kebijakan meliputi business as usual, implementasi RPJP, dan RTRW Bali, sedangkan skenario ketiga yaitu skenario investasi KPI dan investasi infrastruktur. Ketiga, skenario mengungkapkan bahwa kebijakan
Optimizing the KPI program that is generated from this spatial dynamics model is conducted through 3 scenarios. The sequence of scenario shows the sequence of the optimum results of KPI programs. The first scenario is a combination of business as usual, infrastructure and economic of KPI, RPJP, and RTRW. Indicators produced in this scenario is higher than the other scenarios. These indicators are GRDP, GDP per capita, unemployment rate, HDI, water balance index, and the index of Tri Hita Karana which is the local wisdom of Bali. The second scenario is a combination of policies covering business as usual, RPJP implementation, and RTRW of Bali, while the third scenario is a scenario of KPI and infrastructure investment. The three scenarios reveal that the MP3EI policy can not stand
98
Laporan Tahunan 2013
MP3EI tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus dilaksanakan sesuai dan sejalan dengan kebijakan pembangunan Provinsi Bali maupun pada tingkat kabupaten/kota, termasuk kebutuhan lokal setempat.
alone, but must be carried out in accordance and in line with the development policy of Bali Province and at the district/municipality level, including local needs.
Kegiatan model dinamika spasial ini juga menghasilkan tools dalam sebuah sistem aplikasi sebagai piranti bagi pengambil kebijakan pusat dan Provinsi Bali untuk mendukung perencanaan dan evaluasi penerapan program KPI. Tools ini dibangun atas dasar prinsip ilmiah model sistem dinamis dan model spasial, mempertimbangkan kebijakan pembangunan pusat dan daerah terutama MP3EI dan RTRW, isu strategis, kearifan lokal Bali, serta masukan dari berbagai stakeholder yang terkait Bali.
The spatial dynamics modeling activities also produce tools in an application system as a tool for policy decision makers in the central government and Bali Province level to support the planning and evaluation of the KPI program implementation. These tools are built on the basis of scientific principles of systems dynamics and spatial models, considering the national and regional development policies, especially MP3EI and RTRW, strategic issues, local wisdom of Bali, as well as inputs from various related stakeholders in Bali.
Pemetaan Sosial Wilayah dalam Koridor MP3EI Regional Social Mapping of MP3EI Corridors Kegiatan ini dilaksanakan atas kerjasama antara Badan Informasi Geospasial (BIG) dengan Badan Penelitian dan Informasi, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
This activity is carried out in cooperation Geospatial Information Agency with Research and Information Agency Ministry of Manpower and Transmigration.
Pembuatan atlas perkembangan transmigrasi Indonesia bertujuan adalah untuk mendokumentasikan kegiatan program transmigrasi dan perkembangannya di Indonesia dan menyajikan informasi tentang persebaran dan perkembangan transmigrasi di Indonesia kepada pengguna sejak zaman kolonial sampai sekarang dalam bentuk atlas.
Atlas Development of Indonesian transmigration development aims to document the transmigration program and its development in Indonesia and present information about the distribution and development of transmigration in Indonesia to the user since the colonial era to the present in the form of an atlas.
Output dari kegiatan ini adalah tersedianya buku (dokumen) yang menyajikan informasi tentang persebaran dan perkembangan transmigrasi di Indonesia sejak zaman kolonial hingga sekarang. Outcome kegiatan ini adalah tersedianya informasi sejarah dan perkembangan transmigrasi di Indonesia.
The output of this activity is the availability of the book (document) which provides information on the distribution and transmigration development in Indonesia since the colonial era to the present. The outcome of this activity is the availability of information on the history and development of Indonesian transmigration.
2013 Annual Report
99
Infrastruktur Informasi Geospasial Infrastructure of Geospatial Information Penyelenggaraan infrastruktur informasi geospasial meliputi pembinaan simpul jaringan di kabubaten/kota, program kerja sama PPIDS, pembangunan metadata simpul jaringan pusat, provinsi, kabupaten/ kota, Data Center BIG menuju ISO 27001:2005, pembangunan GSCC, dan Rancangan Standar Nasional Indonesia. The implementation of geospatial information infrastructure includes the coaching of network nodes in the districts/ municipalities, PPIDS cooperation programs, the development of network node metadata on the level of national, provincial, and district/municipality, BIG data center toward ISO 27001: 2005, the GSCC development, and the Draft of Indonesia National Standards.
Pembinaan Simpul Jaringan Provinsi, Kabupaten/Kota
Network Node Coaching at the Provinces and Districts/Municipalities
Peraturan Presiden No. 85 Tahun 2007 tentang JDSN, mengamanatkan bahwa setiap K/ L, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota merupakan simpul jaringan. B1G yang ditunjuk Perpres tersebut sebagai penghubung simpul jaringan memiliki tugas untuk membangun simpul-simpul jaringan tersebut dan mengintegrasikannya.
Presidential Decree No. 85 of Year 2007 on JDSN mandates that each K/L, the provincial government, and the local government of district/municipality, is a network node. BIG that is appointed by the Perpres as a liaison of geospatial information node network, has a duty to build the network nodes and integrate these nodes.
Tujuan dari kegiatan ini adalah tersedianya unit kliring simpul jaringan & basisdata spasial yang operasional sehingga keberadaan data spasial dapat dirasakan manfaatnya oleh pengguna data spasial. Pada tahun 2013 telah dilakukan beberapa kegiatan sosialisasi dan terbangunnya 6 simpul jaringan provinsi, 40 simpul jaringan kabupaten dan 8 simpul jaringan kota.
The purpose of this activity is the availability of a network node clearing unit and operational spatial database so that the existence of spatial data can be utilise by the users of spatial data. In 2013, it has conducted the many socialisation activity and the development of 6 provincial network nodes, 40 district network nodes, and 8 municipality network nodes.
No
Pemerintah Daerah
Koordinasi
Pelatihan dan Sosialisasi Prov
Kab
SKUK
Infrastruktur
Portal
Integrasi Ina Geoportal
V
V
geoportal.ntbprov.go. id
V
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Kota
Provinsi NTB 1
Provinsi NTB
V
2
Kab. Lombok Barat
-
3
Kab. Lombok Tengah
-
4
Kab. LombokTimur
-
5
Kab. Lombok Utara
-
102
Laporan Tahunan 2013
1 1
1
6
Kota Mataram
7
Kab. Sumbawa Barat
-
1
-
-
-
-
8
Kab. Sumbawa
V
1
-
V
geoportal.sumbawakab.go.id
V
9
Kab. Dompu
-
1
-
-
-
-
10
Kab. Bima
-
-
-
-
-
Kota Bima
-
-
-
-
-
11
-
1
-
-
-
-
Provinsi Kalteng 1
Provinsi Kalteng
V
2
Kota Palangkaraya
V
-
-
-
-
-
-
-
-
3
Kab. Barito Utara
-
4
Kab. Barito Timur
-
1
-
-
-
-
1
-
-
-
-
5
Kab. Barito Selatan
-
6
Kab. Gunung Mas
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
7
Kab. Kapuas
-
8
Kab. Pulang Pisau
-
1
-
-
-
-
1
-
-
-
-
9
Kab. Katingan
10
Kab. KotaWaringin Timur
V
1
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
11 12
Kab. KotaWaringin Barat
-
1
-
-
-
-
Kab. Lamandau
-
-
-
-
-
13
Kab. Seruyan
-
1
-
-
-
-
14
Kab. Sukamara
-
1
-
Kab. Murung Raya
-
-
-
-
15
1 1
-
Provinsi Gorontalo 1
Provinsi Gorontalo
2
Kota Gorontalo
3
Kab. Gorontalo
4
Kab. Boalemo
5 6 7
V
1
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
1
-
-
-
-
Kab. Bone Bolango
1
-
-
-
-
Kab. Pohuwato
1
-
-
-
-
Kab. Gorontalo Utara
1
-
-
-
-
1
Provinsi Maluku Utara 1
Provinsi Maluku Utara
V
-
-
-
2
Kabupaten Halmahera Barat
1
-
-
-
-
3
Kabupaten Halmahera Tengah
1
-
-
-
-
4
Kabupaten Halmahera Utara
1
-
-
-
-
5
Kabupaten Halmahera Selatan
1
-
-
-
-
6
Kabupaten Kepulauan Sula
1
-
-
-
-
7
Kabupaten Halmahera Timur
-
-
-
-
8
Kabupaten Pulau Morotai
-
-
-
-
9
Kabupaten Taliabu
10
Kota Ternate
1
-
-
-
-
Kota Tidore Kepulauan
1
-
-
-
-
11
V
1
1
Provinsi Bengkulu 1
Provinsi Bengkulu
-
-
-
-
2
Kab. Bengkulu Selatan
V
1 1
-
-
-
-
3
Kab. Bengkulu Tengah
1
-
-
-
-
4
Kab. Bengkulu Utara
1
-
-
-
-
5
Kab. Kaur
1
-
-
-
-
6
Kab. Kepahiang
1
-
-
-
-
7
Kota Bengkulu
-
-
-
-
1
2013 Annual Report
103
8
Kab.Lebong
1
-
-
-
-
9
Kab. Muko-muko
0
-
-
-
-
10
Kab. Rejang Lebong
1
-
-
-
-
Kab. Seluma
0
-
-
-
-
11
Provinsi Sulawesi Tenggara 1
Provinsi Sulawesi Tenggara
-
-
-
-
2
Kab. Bombana
V
1 1
-
-
-
-
3
Kab. Buton
1
-
-
-
-
4
Kab. Buton Utara
-
-
-
-
5
Kab. Kolaka
-
-
-
-
6
Kab. Kolaka Timur
-
-
-
-
7
Kab. Kolaka Utara
-
-
-
-
8
Kab. Konawe
1
-
-
-
-
9
Kab. Konawe Selatan
1
-
-
-
-
10
Kab. Konawe Utara
1
-
-
-
-
1
11
Kota Bau-bau
1
-
-
-
-
12
Kota Kendari
1
-
-
-
-
13
Kab. Muna
-
-
-
-
14
Kab. Wakatobi
-
-
-
-
1
Total
6
40
8
Penyusunan Basisdata Metadata Nasional
Preparation of the National Metadata Database Berdasarkan Perpres Nomor 85 Tahun 2007 JDSN berfungsi sebagai sarana pertukaran dan penyebarluasan data spasial. JDSN terdiri dari simpul jaringan dan penghubung simpul jaringan. Penghubung simpul jaringan dalam JDSN adalah BAKOSURTANAL yang kini menjadi Badan Informasi Geospasiai (BIG) berdasarkan UU Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasiai.
Under Presidential Decree 85 of 2007, JDSN serves as a medium of the spatial data exchange and dissemination. The JDSN consists of network node and the liaison node network. The liaison node network in JDSN is BAKOSURTANAL that is now becoming Geospatial Information Agency (BIG) based on Act 4 Year 2011 on Geospatial Information.
Penghubung simpul jaringan bertugas membangun dan memelihara sistem akses JDSN dan memfasilitasi pertukaran data spasial. Untuk melaksanakan tugas itu BIG melakukan kegiatan Pembuatan Basis Data Metadata Nasional Tahun 2013. Dokumen Basis Data Metadata Nasional sebanyak 3.000 (tiga ribu) metadata berupa file xml dengan format yang mengacu pada standar nasional dalam bentuk DVD.
The Liaison Node Network is in charge of building and maintaining JDSN access systems and facilitate spatial data exchange. To carry out the task, BIG conducts National Metadata Database Making in 2013. The document of National Metadata Database is 3.000 (three thousand) metadata in the form of xml file with the format refers to the national standards on DVD.
104
Laporan Tahunan 2013
Pembangunan Aplikasi Konversi Metadata
Metadata Conversion Application Development Metadata berstandard ISO 19119 dan ISO 19115 mempunyai konten spasial yang sangat diperlukan BIG sebagai badan pengelola peta dasar dan tematik lainnya.
Metadata with ISO 19119 and ISO 19115 standards has a very important spatial content for BIG as the governing agency of base map and other thematic maps.
Metadata yang ada pada saat ini masih pada format FGDC. Format ini hanya berupa metadata yang didalamnya menyimpan tekstual saja maka itu tidak mungkin dilakukan data sharing secara utuh. Untuk itu diperlukan aplikasi untuk bisa melakukan transformasi metadata data geospasiai yang telah dibuat dengan menggunakan standard FGDC ke dalam standard internasional ISO 19119 dan ISO 19115.
The current metadata is still in the FGDC format. This format consists of a textual metadata that is not possible for a whole data sharing. Thus, an application with the ability to transform geospatial metadata that has been created using the FGDC standards into international standards ISO 19119 and ISO 19115, is needed.
Aplikasi konversi metadata memiliki modulmodul sebagai berikut: • Konversi Metadata, FGDC ke ISO 19115 atau ISO 19119. • View/Edit Metadata ISO 19115 atau ISO 19119. • New Metadata ISO 19115 atau ISO 19119 • • Hapus Metadata (informasi hasil konversi). • Refresh Metadata (mengambil data hasil konversi dari basisdata).
Metadata Conversion Application has the following modules: • Metadata Conversion, FGDC to ISO 19115 or ISO 19119. • Metadata View/Edit of ISO 19115 or ISO 19119. • New Metadata ISO 19115 or ISO 19119. • Remove Metadata (conversion results information) • Refresh Metadata (retrieving conversion results data from the database).
Pembangunan Sistem Geospatial Cloud Computing Geospatial Cloud Computing Systems Development Geospatial Cloud Computing merupakan salah satu solusi percepatan pembangunan infrastruktur data spasial nasional untuk mendukung penyelenggaraan simpul jaringan daerah terutama untuk daerah yang mempunyai infrastruktur terbatas. Hasil dari kegiatan ini adalah sistem geospatial cloud computing yang sudah terimplementasi di Data Center BIG.
Geospatial Cloud Computing is one solution to accelerate the development of the national spatial data infrastructure to support the implementation of a network node areas, especially for regions with limited infrastructure. The result of this activity is geospatial cloud computing system that has been implemented in the BIG Data Center.
2013 Annual Report
105
Pembangunan Geospatial Support Command Center (GSCC)
Development of Geospatial Support Command Center (GSCC)
Untuk mendukung tugas besar yang diemban, BIG telah membangun Geospatial Support Command Center (GSCC) di Kantor BIG Cibinong. Sarana ini berfungsi sebagai tempat monitoring berbagi pakai informasi geospasial, antara lain mengamati dan mengawasi simpul jaringan yang tersebar di kemeterian/lembaga (K/L), pemerintah provinsi dan kabupaten/ kota di seluruh Indonesia yang telah terhubung dengan sarana berbagai pakai IG, InaGeoportal, serta sebagai tempat koordinasi dan diskusi tentang IG. GSCC ini terhubung dengan Data Center di BIG.
To support its great task, BIG has built Geospatial Support Command Center (GSCC) in BIG Office Cibinong. This facilties have function to serves as a monitoring place for geospatial information sharing, among others observing and supervising the network nodes spreaded across ministries/institutions (K/L), local governments of provincial and districts/ municipalities in Indonesia, that have been connected by Ina-Geoportal use for geospatial information (GI) sharing infrastructures, as well as the geospatial information coordination and discussion place. GSCC is connected to the Data Center at BIG.
Fasilitas lain dari GSCC ini adalah bisa melihat konsistensi instansi-instansi yang sudah terhubung ke simpul jaringan apakah mereka menggunakan peta dasar dari BIG atau tidak, serta untuk mengetahui konsistensi peta tematik yang dibuat instansi lain. GSCC BIG ini telah dilengkapi dengan beberapa perangkat pendukung yaitu ISO 27001: Sistem Keamanan Informasi, CCTV & Access Control, Precition Air Conditioning, Pemadam Kebakaran Gas Nitrogen (Environment Friendly), Redundant Power Supply (UPS & Genset), dan PLN Premium, Redundant dari 2 gardu yang berbeda.
Other facilities of the GSCC is able to evaluate the consistency of the agencies that have been connected to the network nodes if they use a basic map of BIG or not, as well as to determine the consistency of thematic maps made by other agencies. GSCC of BIG has been equipped with some supporting devices, namely ISO 27001: Information Security Systems, CCTV & Access Control, Precition Air Conditioning, Environment Friendly Nitrogen Gas Fire Extinguisher, Redundant Power Supply (UPS & Generator), and Premium PLN, Redundant of two different substations.
Untuk mendukung kegiatan rapid mapping, GSCC dilengkapi dengan UAV, perangkat pengolah data di lapangan (Pro-Innov-Mini Tactical Office Equipment), dan Walkie Talkie. Sistem Inova UAV adalah hasil dari integrasi Model Pesawat Terbang, Remote Pilot View (RPV), dan kamera. Dengan menggunakan UAV ini, pengguna dapat menghasilkan gambar resolusi tinggi dengan cara cepat. ProInnov - Mini Tactical Office Equipment adalah seperangkat alat kantor yang dikemas dalam sistem kemasan dan terintegrasi Rugged. Dilengkapi dengan power supply yang mampu menyimpan energi listrik dan menerima listrik dari berbagai sumber, merupakan peralatan yang sangat tepat untuk dibawa ke lokasi outdoor atau ke daerah bencana atau konflik.
To support the rapid mapping, GSCC is equipped with UAVs, field data processing devices (Pro-Innov-Mini Tactical Office Equipment), and Walkie Talkie. UAV Inova system is the integration of and Aircraft Model, Remote Pilot View (RPV), and a camera. By using these UAVs, users can produce highresolution images in a fast way. Pro-Innov-Mini Tactical Office Equipment is a set of office tools that is packaged in a packaging system and is integrated with Rugged. It is equipped with a power supply that is capable for electrical energy storing and is receiving power from a variety of sources. It is a highly precise equipment to be brought to an outdoor location or to a disaster or conflict areas.
106
Laporan Tahunan 2013
Pembangunan Aplikasi Mobile Ina-Geoportal Development of Ina-Geoportal Mobile Application Kegiatan pengembangan portal informasi geospasial tahun ini difokuskan pada pembangunan aplikasi Mobile Ina-Geoportal berbasis apple dan android. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan tren penggunaan perangkat mobile untuk berbagi informasi di tengah masyarakat. Diharapkan dengan adanya aplikasi mobile ina-geoportal maka penyebarluasan data dan informasi geospasial lebih optimal. Menu Ina-Geoportal versi mobile ini mengikuti menu Ina-Geoportal yang ada di alamat http://tanahair.indonesia.go.id.
This year, the Geospatial information portal development activities are focused on the development of Ina-Geoportal mobile applications based on apple and android. This is due to the increase trend in the use of mobile devices to share information in the community. Hopefully, the ina-geoportal mobile application optimises the dissemination of geospatial data and information. The Ina-Geoportal menu for mobile version follows Ina-Geoportal menu in http://tanahair.indonesia.go.id address.
Penyelenggaraan NSDI Networking System
Implementation of NSDI Networking System Kegiatan penyelenggaraan NSDI Networking System merupakan kegiatan pembangunan aplikasi dan infrastruktur simpul jaringan di 8 instansi pusat dan 2 instansi daerah yaitu BIG, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Pertanian, Kementerian Kehutanan, BPS, Kementerian ESDM, Kementerian Kelautan dan Perikanan, BPN, Bappeda Provinsi Jawa Barat, dan Bappeda DKI Jakarta . Kegiatan ini merupakan kegiatan tahun jamak dengan pembiayaan pinjaman luar negeri dengan jangka waktu pekerjaan sampai tahun 2014.
Implementation of NSDI Networking System is an application and infrastructure development activities for network nodes in 8 central governmental and 2 local agencies namely BIG, Ministry of Public Works, Ministry of Agriculture, Ministry of Forestry, BPS, Ministry of Energy and Mineral Resources, Ministry of Maritime and Fisheries, BPN, Bappeda West Java Province, and Bappeda DKI Jakarta. This activity is multiyear financing from foreign loans and term of its work is until 2014.
Kegiatan pada tahun 2013 difokuskan pada serah terima operasionalisasi data center dan pembangunan aplikasi penghubung simpul jaringan dan simpul jaringan. Pada tahun 2013 juga sudah dilakukan pengujian sistem dan masih ditemukan ada beberapa bug dan akan diperbaiki oleh konsultan diharapkan selesai pada awal tahun 2014.
Activities in 2013 are focused on handover of the data center operationalization and the construction of liaison network nodes and network nodes applications. In 2013, the sytem has been tested and it found some bugs that will be fixed by the consultant and is expected to be completed in early 2014.
2013 Annual Report
107
Pembangunan Aplikasi Pemetaan Partisipatif
Development of Participatory Mapping Application Salah satu aplikasi pemanfaatan IG yang dikembangkan tahun 2013 untuk mendukung penanganan isu-isu strategis adalah Aplikasi Pemetaan Partisipatif. Aplikasi ini merupakan aplikasi yang dikelola oleh Badan Informasi Geospasial berisi layanan untuk membuat dan berbagi-pakai data dan informasi geospasial dengan melibatkan masyarakat/publik dalam penambahan data terkini maupun editing data dan informasi geospasial dengan menggunakan referensi geospasial resmi yang akurat.
One application of GI utilisation that is developed in 2013 to support the management of strategic issues is Participatory Mapping Applications. This application is an application that is managed by the Geospatial Information Agency consists of services to create and share geospatial data and information involving the community/public in the most recent data updating and geospatial data and information editing using an accurate official geospatial reference.
Munculnya aplikasi pemetaan partisipatif ini dilatarbelakangi oleh publik bersama-sama atau terlibat dalam proses pengumpulan data dan analisis terkait problem dan isu di sekitar mereka melalui identifikasi dan penggambaran fitur geospasial dengan menggunakan piranti dan teknologi pemetaan. Pemetaan partisipatif merupakan bentuk terobosan penyelenggaraan IG, sepanjang sejalan dengan kebijakan nasional yang telah ditetapkan. Kegiatan pemetaan partisipatif harus mengacu pada IGD BIG. Partisipatory One Map Initiative/POMI menjadi salah satu unsur dalam pembangunan infrastruktur IG di Indonesia. Aplikasi ini merupakan perpaduan dari beberapa aplikasi web maupun aplikasi desktop yang membuat suatu sistem terpadu.
The emergence of participatory mapping application is motivated by public, together or individually, involvement in the process of data collection and analysis related to problems and issues around them through the geospatial feature identification and depiction using the mapping tools and technology. Participatory mapping is a breakthrough of GI implementation, as long as in line with approved national policies. Participatory mapping should refer to the IGD of BIG. Participatory One Map Initiative/ POMI is becoming an element in the IG infrastructure development in Indonesia. This application is a combination of several web and desktop applications that create an integrated system.
108
Laporan Tahunan 2013
Tampilan antarmuka website Pemetaan Partisipatif mode standar Participatory Mapping Website Menu
Tampilan antarmuka daftar pengguna website Pemetaan Partisipatif Participatory Mapping Website for user
2013 Annual Report
109
Rancangan Standar Nasional Indonesia
The Design of the Indonesian National Standard
Standar SDM dan Industri IG
HR and IG Industrial Standards
Kebijakan tentang penyediaan SDM IG yang tersertifikasi memerlukan kajian yang mendalam karena banyaknya cabang disiplin ilmu terkait. BIG diharapkan dapat menjembatani kebutuhan SDM oleh pasar dan penyediaanya oleh dunia pendidikan.
The policy on the provision of certified HR on geospatial information requires in-depth study because it involves many disciplines. BIG is expected to facilitate the market needs of HR and its provision by education institutions.
Pemetaan kebutuhan SDM IG Nasional merupakan bagian penting dalam upaya pengembangan SDM dan industri informasi geospasial. Sampai saat ini kebutuhan akan SDM dalam pengelolaan data spasial sampai dirasakan cukup. Padahal SDM sangat diperlukan baik kuantitas maupun dari kualitasnya.
Mapping of National HR on geospatial information needs is an important part in the development of geospatial information human resources and industries. Until now, fulfillment of the human resource needs in the management of spatial data, has not been sufficient. Although human resource is very important, both in quantity and quality.
Untuk itu perlu diketahui berapa banyak SDM yang dibutuhkan dan kualifikasinya dalam mendukung penyelenggaraan informasi geospasial yang berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan.
Thus, the number of human resources is needed and qualified to support the qualified and accountable geospatial information operators, needs to be known.
Perhitungan kebutuhan SDM menggunakan asumsi obyektif posisi, luasan, skala, jumlah daerah administrasi dan jenis pekerjaan. Hasil kajian perhitungan kebutuhan SDM IG disepakati bahwa SDM ideal yang dibutuhkan sekitar 32.000 yang meliputi SDM untuk informasi geospasial dasar, informasi geospasial tematik utama, informasi geospasial tematik potensial dan infrastruktur informasi geospasial. Dari jumlah tersebut, maka akan dibutuhkan SDM sebesar kurang lebih 1.400/tahun sampai dengan 20 tahun yang akan datang. Hasil kajian ini akan berguna dalam penyusunan rencana strategis informasi geospasial dalam pembangunan SDM.
The calculation of human resources needs is using the objective assumptions namely position, size, scale, number of administrative regions, and types of jobs. A review of the calculation of HR on information geospatial needs is agreed that the ideal human resource needs is around 32,000 includes human resources for basic geospatial information, the main thematic geospatial information, the potential thematic geospatial information, and geospatial information infrastructure. This assumption means that the number of HR needs is approximately 1,400/ year for up to the next 20 years. The results of this study will be useful in the preparation of a geospatial information strategic plan in the human resources development.
Pengembangan Industri IG
IG Industrial Development
Untuk pengembangan industri, telah disusun beberapa kajian yang nantinya akan menjadi acuan bagi diterbitkannya Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial terkait sertifikasi di bidang IG, diantaranya:
In order to develop the industry, several studies which will become a reference for the issuance of by the Chairman Head of Geospatial Information Agency Regulations in relation with sertification in the IG field, has been prepared, including: ¾¾ A policy review on certification system in the field of Geospatial Information that guide the enactment of Regulation of the Head of BIG No. 11 of Year 2013 Regarding the Certification System in the Field of Geospatial Information.
¾¾ Kajian kebijakan tentang sistem sertifikasi di bidang informasi geospasial yang menjadi pedoman bagi ditetapkannya Peraturan Kepala BIG No. 11 Tahun 2013 tentang Sistem Sertifikasi di Bidang Informasi Geospasial.
110
Laporan Tahunan 2013
¾¾ Kajian kebijakan tentang Lembaga Pengembangan Jasa IG (LPJIG).
¾¾ A policy review on Geospatial Information Services Development Board (LPJIG).
¾¾ Kajian kebijakan tentang akreditasi lembaga sertifikasi tenaga profesional & penyedia jasa serta lembaga pelatihan kerja IG.
¾¾ A policy review on accreditation of the certification institution for professionals and service providers as well as GI job training institut.
¾¾ Kajian kebijakan tentang Sertifikasi Tenaga Profesional IG.
¾¾ A policy review certification.
¾¾ Kajian kebijakan pengembangan industri ig tentang sertifikasi penyedia jasa IG.
¾¾ An GI industrial development policy review on ig service provider certification.
Sosialisasi Kebijakan SDM dan Industri
Socialization for Human Resource and Industrial Policies
Melihat arti penting SKKNI sebagai acuan dalam mengukur kompetensi SDM IG, maka keberadaannya perlu disosialisasikan pada seluruh pemangku di bidang IG seperti Kementerian/Lembaga, industri/pengguna tenaga kerja, lembaga pendidikan tinggi dan menengah (SMK), lembaga diklat, asosiasi industry, asosiasi profesi dan SDM IG itu sendiri.
Regarding the importance of SKKNI as a reference in measuring the HR of GI competency, its existence needs to be disseminated to all stakeholders in the field of GI including Ministries/Agencies, industries/labor users, higher and secondary education institutions (SMK/ vocational), education and training institutions, industrial associations, professional associations, and the GI human resource itself.
Sosialisasi kebijakan industri dilakukan untuk memperkenalkan Perka BIG Nomor 11 Tahun 2013 tentang Sistem Sertifikasi di Bidang Informasi kepada seluruh stakeholder yang terlibat dalam penyelenggaraan IG. Sosialisasi tidak hanya dimaksudkan untuk memberikan pemahaman mengenai sertifikasi, namun juga merupakan bagian dari proses pemberdayaan, dimana diharapkan dapat merubah kesadaran kritis, menumbuhkan perubahan sikap dan perilaku stakeholder bidang IG sehingga dihasilkan produk IG yang sesuai standar. Pada tahun 2013, sosialisasi SDM dan Industri dilaksanakan di Jakarta, Bogor, Malang, Yogyakarta dan Bandung.
Industrial policy dissemination is conducted to introduce Perka BIG 11 Year 2013 on Certification System in Geospatial Information to all involved stakeholders in the GI implementation. The dissemination is not only intended to provide an understanding of the certification, but also part of the empowerment process, which is expected to be able to change critical awareness, to foster the changes in stakeholders’ attitude and behavior, so that the GI products are produced in accordance with the standards. In 2013, the Human Resources and Industrial dissemination is carried out in Jakarta, Bogor, Malang, Yogyakarta, and Bandung.
Lembaga Pengembangan Geospasial (LPJIG)
Informasi
Geospatial Information Service Development Board (LPJIG)
Dalam rangka menghadapi pasar bebas ASEAN (AFTA) 2015 di bidang jasa, maka sertifikasi dan akreditasi bidang Informasi Geospasial sudah menjadi keharusan. Dari aspek perundangan, Undang-Undang No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial mengamanatkan perlunya melakukan sertifikasi SDM dan sertifikasi badan usaha di bidang IG.
In order to face the ASEAN free trade (AFTA) in 2015 in the field of services, then the certification and accreditation of Geospatial Information field has become imperative. According to the aspect of legislation, the Act 4 Year 2011 on Geospatial Information mandates the need for a human resources certification, certification of enterprises in the field of GI.
Sertifikasi dan akreditasi bidang Informasi Geospasial dilaksanakan untuk menjamin data dan informasi geospasial yang berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai visi dan misi Badan Informasi Geospasial. LPJIG adalah lembaga nirlaba yang independen dan terbuka yang dibentuk oleh Kepala BIG untuk melaksanakan dan membantu tugas dan fungsi BIG terkait pengembangan jasa IG.
The certification and accreditation in the field of Geospatial Information is implemented to ensure the existence of a qualified and accountable geospatial data and information in line with the vision and mission of the Geospatial Information Agency. LPJIG is an independent and opened non-profit institution that is established by the Chairman of BIG to perform and assist the duties and functions of BIG in relation with the development of GI services.
Jasa
on
GI
2013 Annual Report
professionals
111
Forum Indonesia Spatial Data Infrastructure (Ina-SDI)
Indonesia Spatial Data Infrastructure (Ina-SDI) Forum
Forum ini diharapkan dapat menciptakan kolaborasi yang kondusif untuk terciptanya kesamaan gerak berbagi pakai data dan informasi geospasial berkualitas yang terintegrasi secara nasional, dan mudah diakses untuk mendukung pembangunan nasional.
This forum is expected to creating a conducive collaboration to make similar movements in sharing the geospatial data and information that is qualified, nationally integrated, and easily accessible, to support national development.
Kegiatan operasionalisasi perkantoran Ina-SDI tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya sesuai dengan perencanaan, hal ini disebabkan oleh adanya revisi Perpres No. 85 Tahun 2007 yang prosesnya masih terus berjalan hingga akhir tahun 2013. Adapun isi dari draft revisi Perpres tersebut salah satunya adalah mengganti Komite Ina-SDI dengan JIGN (Jaringan Informasi Geospasial Nasional).
The Ina-SDI office operationalisation cannot be fully implemented in accordance with the plan, it is caused by the revision of Presidential Decree (Perpres) No. 85 Year 2007 and the process is still ongoing until the end of year 2013. One of the draft contents of the Perpres revision is replacing the Ina-SDI Committee with National Geospatial Information Network (JIGN).
Pembinaan PPIDS
PPIDS Coaching
Badan Informasi Geospasial selaku penghubung simpul jaringan menyadari dengan banyaknya simpul jaringan yang harus dibina maka perlu adanya kebijakan pembinaan simpul jaringan bekerjasama dengan Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia sebagai Pusat Pengembangan Infrastruktur Data Spasial (PPIDS). Secara umum tugas PPIDS adalah membantu BIG dalam hal pembinaan kepada simpul jaringan agar status PPIDS dan pembangunan IDSN/JDSN dapat lancar dan cepat terwujud. PPIDS membina simpul jaringan yang berada di sekitar wilayah Perguruan Tinggi berada. Dengan adanya PPIDS maka simpul jaringan dapat berkonsultasi mengenai teknis membangun Simpul Jaringan dalam JDSN.
Geospatial Information Agency as the Liaison Network Node realises that the amount of network nodes that must be nurtured, is quite a lot, so that it is necessary to have a coaching policy for network nodes in cooperation with Universities throughout Indonesia as a Spatial Data Infrastructure Development Center (PPIDS). In general, the PPIDS task is assisting BIG to provide development for network nodes in order to facilitate and accelerate the status of PPIDS and the development of IDSN/JDSN. PPIDS is guiding network nodes located around the Universities located. The existence of PPIDS enables network nodes to consult on technical aspects of network nodes development in JDSN.
Penerbitan Warta IDSN
Publishing Warta IDSN
Warta IDSN merupakan media komunikasi antar pengelola data spasial di Indonesia. Warta IDSN lahir atas kesadaran bahwa kegiatan IDSN bersifat nasional dan anggotanya tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Maksud kegiatan penerbitan ini adalah memvisualisasikan dan mengkomunikasikan data dan informasi untuk disebarluaskan kepada masyarakat pengelola data spasial dan mendokumentasikan kegiatan pengelolaan data spasial. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar informasi tentang pengelolaan data spasial dapat didistribusikan serta terdokumentasikan dengan baik, selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan sosialisasi kegiatan IDSN. Warta IDSN terbit 2 kali dalam 1 tahun, Edisi Juli No. 22 Tahun 2013 dan Edisi Oktober-November No. 23 Tahun 2013.
Warta IDSN is a medium for communication between spatial data operators in Indonesia. Warta IDSN was born from the awareness that IDSN is a national activity and its members are spread across Indonesia. The purposes of this publication is to visualize and communicate the data and information to be disseminated to the spatial data management community, and to document the spatial data management activities. The purpose of this activity is to distribute and well document the information on the management of spatial data, then be used as the material for promoting the IDSN activities. Warta IDSN is published twice a year namely the Editions of July No. 22 Year 2013 and October-November No. 23 Year 2013.
112
Laporan Tahunan 2013
Rakornas Infrastruktur Informasi Geospasial
The National Coordination Meeting Geospatial Information Infrastructure
Tantangan utama dari pembangunan Infrastruktur Informasi Geospasial (IIG) adalah meningkatkan penggunaan data geospasial yang memiliki referensi spasial yang terdefinisi dengan baik untuk mendukung beragam pengambila keputusan pada semua tingkat sosial yang ada dengan menggunakan metode yang efektif, efisien dan aksesibilitas yang mudah dijangkau. Dengan demikian data geospasial dapat dengan mudah dan siap untuk dipertukarkan dan diintegrasikan, baik secara sektoral/tematik (contoh: antar lingkungan, ekonomi, dan sosial) maupun secara hirarki (contoh; dari kabupaten/kota hingga nasional, bahkan global).
The main challenge of Geospatial Information Infrastructure (GII) development is increasing the use of geospatial data with a well defined spatial reference to support various decision making on all social levels using the effective, efficient, and easy accessibility methods. Thus, the geospatial data can be easily and ready to be shared and integrated, both sectoral/ thematic (between environments, economy, and social) as well as hierarchial ( from the districts/municipalities to the national, and even the global).
Dalam rangka mengkoordinasikan pembangunan IIG, Badan Informasi Geospasial (BIG) pada tanggal 20 Desember 2012 telah menyelenggarakan Rapat Koordinasi Nasional IIG (Rakornas IIG 2012) di Jakarta yang menghasilkan beberapa kesepakatan dan roadmap pembangunan IIG 2013-2017.
In order to coordinate the GII development, Geospatial Information Agency (BIG) on December 20, 2012 has organized a GII National Coordination Meeting (Rakornas IIG 2012) in Jakarta that produced several agreements and the IIG development roadmap of 20132017.
Kesepakatan-kesepakatan maupun rencana implementasi roadmap tersebut, beserta capaian pembangunan IIG hingga saat ini disampaikan pada Rakornas IIG 2013 bertema “Penguatan Kelembagaan IIG untuk Meningkatkan Semangat Berbagi Pakai Data Geospasial yang Berkualitas”.
The agreements, the roadmap implementation plan, and IIG development achievements to date, be delivered on Rakornas IIG 2013 entitled “Strengthening the GII Institutions to Boost Enthusiasm of Qualified Geospatial Data Sharing”.
Rapat Koordinasi Nasional Infrastruktur Informasi Geospasial
2013 Annual Report
113
of
Kegiatan Pendukung Supporting Activities
Pengawasan Internal Badan Informasi Geospasial
Internal Supervision of Geospatial Information Agency
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 3 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Informasi Geospasial sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 3 Tahun 2013, Inspektorat merupakan unit organisasi sebagai unsur pembantu pimpinan dalam penyelenggaraan pengawasan fungsional di lingkungan Badan Informasi Geospasial (BIG). Inspektorat berkedudukan di bawah Kepala BIG dan bertanggung jawab kepada Kepala BIG melalui Sekretaris Utama BIG.
Based on the Chairman of Geospatial Information Agency Regulation No. 3 of 2012 on the Organization and Working Procedure at Geospatial Information Agency as it is amended by the Chairman of Geospatial Information Agency Regulation No. 3 of 2013, the Inspectorate is an organizational unit that helps leaders in the implementation of the functional supervision in the scope of Geospatial Information Agency (BIG). The inspectorate holds the position under the Chairman of BIG and is responsible to the Chairman of BIG through the Main Secretary of BIG.
Pengawasan intern sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Peraturan ini adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan
The internal supervision, in accordance with Government Regulation 60 of 2008 regarding the Government Internal Control System (SPIP), is the whole activity processes of audit, review, evaluation, monitoring, and other supervision activities of the implementation of organisational tasks and functions in order to provide reasonable assurance that the activities have been carried out in accordance
116
Laporan Tahunan 2013
sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik. Inspektorat selaku aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) memiliki peran penting dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan, diantaranya melaksanakan fungsi sebagai konsultan dalam memberikan solusi atas pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara, memberikan pendapat/ jaminan, mengutamakan kredibilitas dari pada hukuman. Penyelarasan terhadap pelaksanaan kegiatan pengawasan intern yang dilaksanakan Inspektorat BIG diharapkan untuk memberikan keyakinan yang memadai atas pencapaian tujuan BIG sekaligus memberikan peringatan dini terhadap potensi penyimpangan/ kecurangan yang terjadi, baik yang disebabkan kelemahan sistem maupun sebagai akibat dari tindak pelanggaran individu Inspektorat mempunyai tugas untuk melaksanakan pengawasan intern di lingkungan BIG dan menyelenggarakan fungsi: 1. perumusan dan penyusunan rencana pengawasan fungsional; 2. pelaksanaan pengawasan fungsional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 3. pelaksanaan urusan administrasi Inspektorat; dan 4. penyusunan laporan hasil pengawasan. Demikian juga dalam rangka persiapan pelaksanaan Reformasi Birokrasi di BIG, Inspektorat menjadi motor dalam program penguatan pengawasan yang bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dari KKN dengan sasaran efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan negara yang yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan serta pencegahan korupsi. Untuk mencapai sasaran ini program Inspektorat dalam kegiatan BIG akan difokuskan pada dua hal yaitu SPIP sebagaimana diamanatkan oleh PP No. 60 Tahun 2008 dan peningkatan peran APIP dalam melakukan kegiatan pengawasan pengelolaan keuangan negara, pengembangan pencegahan korupsi secara dini khususnya dalam pengadaan barang/jasa, peningkatan kualitas tata kelola Inspektorat BIG pada aspek kelembagaan dan bisnis proses dan peningkatan kompetensi SDM Inspektorat BIG baik dari kualitas maupun kuantitas.
with the the effective and efficient approved benchmarks for the benefit of the leaders in achieving good governance. Inspectorate as the Government Internal Control Apparatus (APIP) have an important role in the performance of duties and functions Of government, including carrying out functions as a consultant in providing solutions for the management of the state budget, giving opinions/assurances (quality assurances), and putting credibility over punishment. Alignment of the implementation of the internal control activities that are carried by Inspectorate of BIG, is expected to provide reasonable assurance of achieving the goal of BIG while providing early warnings to the potential occurred irregularities/fraud caused by system weaknesses or as a result of individual violations. Inspectorate has the task to implement the internal control within the BIG and the functions of: 1. The formulation and preparation of functional supervision plans; 2. The implementation of functional supervision in accordance with the provisions of the legislation; 3. The implementation of the Inspectorate administrative affairs; and 4. The preparation of monitoring reports. Likewise, in preparation for the implementation of the Bureaucracy Reforms in BIG, Inspectorate is the motor in supervision strengthening program that is aimed at improving the implementation of clean government of KKN (corruption-collusion-nepotism) by targeting the efficiency and effectiveness of state financial management that includes planning, implementation, accountability, and reporting as well as the prevention of corruption. To achieve this goal, the program of Inspectorate in BIG activities will be focused on two aspects: the SPIP as mandated by PP. 60 Year 2008, and the increased role of APIP in conducting the supervision of government financial management, the development corruption early warning system, especially in the procurement of goods/services, improving the quality of governance of the Inspectorate of BIG on the aspects of institutional and business processes and improving the human resource competency of the Inspectorate of BIG both in quality and quantity.
2013 Annual Report
117
Peningkatan Kompetensi SDM Geospasial Geospatial HR Competency Enhancement
Salah satu tugas yang diemban oleh BIG adalah melakukan peningkatan Sumberdaya Manusia di bidang Informasi Geospasial melalui pelatihan-pelatihan baik teknis maupun fungsional.
The Geospatial Information Agency has a task to increase the Human Resources in the field of Geospatial Information) through trainings both technical and functional.
Peningkatan SDM ini sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial, bahwa peningkatan sumberdaya manusia tidak hanya ditujukan untuk karyawan BIG saja akan tetapi dilaksanakan untuk instansi terkait yang membutuhkan baik pusat maupun daerah. Untuk peningkatan SDM di lingkungan BIG dilaksanakan melalui mekanisme pendanaan yang bersumber dari APBN, sedang untuk instansi lain atau daerah melalui mekanisme pendanaan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) atau dengan mekanisme kerjasama.
The human resource development is mandated in Act No. 4 Year 2011 on Geospatial Information that the human resource development is not only intended for BIG’s employees but also for involved agencies in the national and local level that require HR. The HR development in BIG is implemented through the financial mechanism from the APBN (government budget), while for other agencies or local institutions through funding mechanisms of Non-Tax State Revenue (PNBP) or with cooperation mechanism.
Di bawah tersaji tabel perbandingan capaian diklat geospasial tahun 2012 dan 2013.
The comparison of geospatial education and training achievements in 2012 and 2013, is presented in the table below.
Perbandingan capaian diklat geospasial tahun 2012 dan 2013 No.
2012
Nama Diklat
2013
APBN
PNBP
KS
APBN
PNBP
KS
Diklat Teknis : 1.
Sistem Informasi Geografis Tk Dasar
19
150
20
25
155
80
2.
Sistem Informasi Geografis Tk Lanjut
0
36
0
25
37
0
3.
Penataan Batas Wilayah
0
18
0
12
23
0
4.
Survei dan Pemetaan Tk Dasar dan Lanjut
15
32
0
10
0
0
5.
Pemetaan Tata Ruang
0
0
0
15
0
0
6.
Aplikasi GPS untuk Pemetaan
0
38
0
0
30
10
7.
Penginderaan Jauh
20
0
0
0
0
0
8.
Toponimi
11
0
0
0
0
0
9.
Kartografi
0
0
0
12
0
0
10.
Pengetahuan Informasi Geospasial
0
0
0
20
0
0
11.
Pembinaan IG Daerah
0
0
0
168
0
0
Fungsional Surveyor Pemetaan
240
57
100
62
30
0
Jumlah
305
331
120
349
275
90
Diklat Fungsional : 1.
Total
118
Laporan Tahunan 2013
756
714
Perbandingan Pelaksanaan Peningkatan Kompetensi SDM Geospasial Tahun 2012 dan 2013 2012
2013
260
397
189 36
62 18
35
47 10
0
15
38
168
40 20
0
0 11
0
12
92
20 0
0
Perbandingan Pelaksanaan Peningkatan Kompetensi SDM Geospasial Tahun 2012 dan 2013 Comparison of Geospatial HR Enhancement for 2012 and 2013 Selain pelaksanaan diklat teknis dan fungsional, peningkatan kompetensi sumberdaya manusia IG pun dilakukan dengan menerbitkan berbagai bentuk dokumen NSPK tentang pedoman, standarisasi, kurikulum, dan silabus diklat. Kegiatan ini diaktualisasikan dalam bentuk pembuatan rancang bangun kurikulum, modul diklat dan pembuatan buku program.
In addition to the technical and functional education and training, the GI human resource competency is improved by publishing various NSPK documents on guidelines, standardisation, curriculum, and the syllabus of education and training. These activities were carried out in the form of the establishment of design of curriculum, education and training modules, and program book preperation.
Pada kegiatan pembuatan rancang bangun kurikulum diklat telah dihasilkan 2 buah kurikulum, yakni Kurikulum Diklat SIG Tingkat Dasar dan Kurikulum SIG Tingkat Lanjut. Sedangkan pada kegiatan pembuatan modul diklat, pada tahun 2013 ini telah menyelesaikan 10 buah modul diklat SIG tingkat lanjut yang sesuai dengan sasaran renstra BIG tentang peningkatan kompetensi SDM. Adapun kesepuluh modul yang telah berhasil disusun tersebut adalah Pengenalan Analisis Spasial, Pengantar Pemodelan, Analisis statistika, Analisis Berbasis Raster, Sistem Koordinat Proyeksi Peta, Analisis Permukaan 3 Dimensi, Tata Letak Peta, Manajemen Atribut Basisdata, Penyajian Informasi Geospasial, dan Klasifikasi Citra.
The activity of education and training curriculum design has produced two pieces of curriculum, namely the Curriculum of GIS Education and Training for Basic Level and the Curriculum of GIS Education and Training for Advanced Level. While the activity of education and training module making, in 2013, has completed 10 SIG education and training modules for advanced level that is in accordance with the objective of BIG strategic plan on improving the human resource competency. The 10 modules are Spatial Analysis Introduction, Introduction To Modeling, Statistical Analysis, RasterBased Analysis, Map Projection Coordinate System, 3-Dimensional Surface Analysis, Map Layout, Attribute Database Management, Geospatial Information Presentation, and Citra Classification.
2013 Annual Report
119
Layanan Jasa dan Produk Geospasial Geospatial Services and Products
Undang-Undang No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial merupakan salah satu peraturan perundang-undangan di Indonesia yang kompeten dalam menentukan keberhasilan dan kesinergian pembangunan antara pusat dan daerah. BIG sebagai instansi penyedia informasi geospasial di Indonesia merasa perlu terlibat dalam penyusunan dan pelaksanaan pembangunan. Melalui kegiatan penyelenggaraan pelayanan jasa geospasial dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), BIG berusaha untuk terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dari pemerintah (pusat dan daerah) atau pun swasta yang terkait dengan pembangunan dan pengembangan wilayah.
The Act No. 4 Year 2011 on Geospatial Information is one of the competent regulations in Indonesia in determining the success and synergy of development between central and local. BIG as the geospatial information provider agency in Indonesia, feels the need to be involved in the preparation and implementation of development. The geospatial service management of Non-Tax Revenues (PNBP) is an effort of BIG to engage in the activities of government (central and local) or involved private with the regional construction and development.
BIG telah melaksanakan pelayanan jasa geospasial sejak beberapa tahun dengan melibatkan seluruh unit kerja di BIG dalam pelaksanaan teknisnya. Adapun kerjasama tersebut berasal dari berbagai instansi pemerintah pusat, daerah, dan juga instansi swasta.
BIG has been implementing geospatial services since several years involving all BIG’s working units in its technical implementation. The cooperation comes from various institutions of central and local governments as well as private.
Hasil penjualan produk menunjukkan bahwa produk IG yang paling diminati adalah peta rupabumi dalam bentuk cetak dengan jumlah penjualan sebanyak 26.305 NLP selama tahun 2013. Diikuti peta rupabumi digital sebanyak 7.530 eksemplar, data dasar geodesi/pasut sebanyak 725 data, foto Udara sebanyak 646 lembar, atlas wilayah dan sumber daya lingkungan 460 buku, peta lingkungan laut nasional cetakan sebanyak 257 NLP, peta lingkungan pantai cetakan 236 NLP, serta dokumen/peraturan/laporan sebanyak 170 dokumen.
The product sale result indicates that the most desireable GI product is printed topographical maps with the amount of sales of 26,305 sheets during 2013. It is followed by digital topographical maps as much as 7,530 sheets, geodetic basic data/Pasut of 725 copies, aerial photograph of 646 sheets, regional and environmental resource atlas of 460 books, printed national marine map of 257 sheets, printed coastal map of 236 sheets, and documents/regulations/ reports of 170 documents.
Untuk Layanan Jasa Geospasial, BIG telah melaksanakan kerjasama sejak beberapa tahun terakhir dengan berbagai instansi pemerintah pusat, daerah dan swasta serta melibatkan seluruh unit kerja di BIG dalam pelaksanaan teknisnya.
Since the last few years, BIG has implemented Geospatial Services in collaboration with various central and local government agencies and private agencies as well as involving all BIG’s working units in its technical implementation.
120
Laporan Tahunan 2013
Contoh Hasil Pemetaan Kegiatan Pembuatan Peta Calon 5 (Lima) Daerah Otonom Baru di Kabupaten Yahukimo:
Examples of 5 (five) Applicants of the New Autonomous Region Mapping in Yahukimo District:
Peta Wilayah Kabupaten Yahukimo Induk sebelum pemekaran (kiri) dan setelah pemekaran (kanan)
Kegiatan Kerjasama PNBP BIG Tahun 2013 No
Kegiatan
1.
Pembuatan Peta Calon 5 (Lima) Daerah Otonom Baru di Kabupaten Yahukimo
2.
Pemetaan Wilayah Calon DOB Kota Manokwari Provinsi Papua Barat
3.
Pemetaan Wilayah Calon Daerah Otonom Baru Kabupaten Cilangkahan, Kabupaten Caringin, Dan Kabupaten Cibaliung Provinsi Banten
4.
Verifikasi Dan Legalisasi Peta Daerah Otonom Baru Calon Kabupaten Kikim Area Provinsi Sumatera Selatan
5.
Pemetaan Wilayah Calon Daerah Otonom Baru Kabupaten Kao Raya Dan Kabupaten Galela Loloda, Provinsi Maluku Utara
6.
Pembuatan Peta Calon Daerah Otonom Baru (DOB) Kabupaten Raja Ampat Utara dan Kabupaten Raja Ampat Selatan, Provinsi Papua Barat
7.
Diklat BPN (30 orang)
8.
Diklat BMKG (32 orang)
9.
Diklat Kemenkes (20 orang)
10.
Diklat Kab. Indragiri Hulu (30 orang)
2013 Annual Report
121
Event BIG BIG Event
Lomba Gambar Peta untuk Anak Map Drawing Competition for Children
Pengenalan dan pemahaman tentang informasi geospasial bagi anak-anak perlu dilakukan sejak dini. Pengetahuan dan pemahaman anak akan dunianya dapat divisualisasikan dalam sebuah karya seni berbentuk gambar “peta”. Gambar peta anak merupakan pandangan spasial (keruangan) yang bersifat bebas, mencerminkan pemahaman mereka tentang dunia sekaligus berisi pesan yang hendak mereka sampaikan kepada dunia mengenai kondisi lingkungannya.
Introduction and understanding of geospatial information for children needs to be early conducted. Children’s knowledge and understanding of their world can be visualised in an artwork in the form of a “map” picture. A children map picture is a free spatial view reflecting their understanding of the world as at once contains their message to the world about the environmental conditions.
Lomba gambar peta untuk anak telah menjadi agenda tahunan sejak tahun 2003 hingga saat ini. Penyelenggaraan lomba gambar ini dibagi menjadi 2 kategori yaitu tingkat regional dan nasional. Lomba gambar regional dilaksanakan pada tingkat provinsi dan dilaksanakan setiap tahun genap, sedangkan lomba gambar tingkat nasional dilaksanakan setiap tahun ganjil. Hasil lomba gambar peta tingkat nasional dikirimkan ke kejuaraan internasional untuk memperebutkan Barbara Patchenik Award yang diselenggarakan oleh International Cartographic Association (ICA).
Map drawing competition for children has become an annual event since 2003 until today. The competition is divided into two categories: regional and national levels. Regional drawing competition is held at the provincial level on every even-numbered years, while the national drawing competition is held every odd year. The winners of the national map drawing competition are sent to the international championships to compete for Barbara Patchenik Award organized by the International Cartographic Association (ICA).
Pada tahun 2013, BIG kembali menggelar Lomba Gambar Peta Untuk Anak Tingkat Nasional. Tema lomba gambar sesuai dengan
In 2013, BIG held a National Map Drawing Competition for Children. The theme for this map drawing competition in 2013 is in
124
Laporan Tahunan 2013
tema lomba gambar internasional yang diselenggarakan oleh ICA, yaitu “My Place in Today’s World” atau “Bumiku di Masa Kini. Peserta lomba dibagi dalam 3 (tiga) kelompok usia, yaitu: Kelompok A : usia < 6 tahun, Kelompok B : usia 6 – 8 tahun, Kelompok C : usia > 8 – 12 tahun, dan Kelompok D: usia >12 – 15 tahun.
accordance with the theme of an international drawing competition organized by ICA, namely “My Place in Today’s World”. The participants are divided into three (3) age groups, namely: Group A: age <6 years, Group B: age 6-8 years, Group C: age 8-12 years, and Group D: age 12-15 years.
Penjurian lomba gambar telah dilaksanakan pada tanggal 7 – 9 Maret 2013 di Jakarta. Juri pada kegiatan ini terdiri dari Juri Internal BIG dan Juri Nasional yang berasal dari BIG, Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Proses penjurian dibagi dalam 2 tahap. Penjurian Tahap I dilakukan oleh Juri Internal BIG dan Penjurian Final dilakukan oleh Juri Nasional.
Judging for the drawing competition was held on 7-9 March, 2013 at Jakarta. The jury consists of the Internal Jury of BIG and the National Jury from BIG, Bandung Technology Institute, and the Jakarta Arts Institute (IKJ). The judging process is divided into two stages. Judging phase I is carried out by the Internal Jury of BIG and Final Judging is conducted by the National Jury.
Jumlah gambar yang diterima panitia hingga tanggal 6 Maret 2013 sebanyak 926 gambar. Seleksi administrasi menghasilkan 680 gambar yang siap dinilai oleh Tim Juri Internal BIG. Komposisi gambar yang masuk ke meja dewan juri internal terdiri dari: Kelompok A : 63 gambar, Kelompok B : 112 gambar, Kelompok C : 305 gambar dan Kelompok D : 200 gambar.
The number of drawings received by the committee until March 6, 2013 were 926 drawings. Administrative selection produced 680 drawings ready to be assessed by the Internal Jury of BIG. The composition of the received drawings into the internal jury consisted of: Group A: 63 pictures, Group B: 112 drawings, Group C: 305 drawings, and Group D: 200 drawings.
Gambar karya Zeva Su’azra Malaika, siswi Sekolah Dasar Al-Azhar 5 Kemandoran Jakarta dengan judul “Baik Buruknya Duniaku Kini (Good and Bad Sides of My Todays World)” menjadi pemenang lomba gambar internasional Barbara Petchenik Tahun 2013
2013 Annual Report
125
Jumlah gambar yang lolos Penjurian Tahap I adalah sebagai berikut: Kelompok A : 25 gambar, Kelompok B : 28 gambar, Kelompok C : 53 gambar, dan Kelompok D : 55 gambar.
The number of drawings that pass Judging Phase I are as follows: Group A: 25 drawings, Group B: 28 drawings, Group C: 53 drawings, and Group D: 55 drawings.
Dari hasil ini kemudian dilakukan Penjurian Final untuk mendapatkan 6 Pemenang Utama dan Juara pada tiap kelompok umur. Ke-enam gambar pemenang utama diikutkan pada kejuaraan internasional memperebutkan Barbara Patchenik Award di Dresden, Jerman.
The Final Judging is then performed to obtain 6 Grand Prize Champion and Winners for each age group. Six drawings of the winners be contested at the international championship to win the Barbara Patchenik Award in Dresden, Germany.
Sekali lagi anak Indonesia menunjukkan prestasi membanggakan melalui potensi dan bakat yang dimiliki oleh siswi Sekolah Dasar AlAzhar 5 Kemandoran Jakarta ini, Zeva Su’azra Malaika. Gambar Zeva dengan Baik Buruknya Duniaku Kini (Good and Bad Sides of My Todays World) memenangkan Barbara Petchenik Award pada Children’s Map Competition 2013 yang diselenggarakan oleh International Cartographic Asociation (ICA) pada acara International Cartographic Conference ke-26 di Dresden Jerman 25-30 Agustus 2013.
Once again the Indonesian children showed a proud achievement through the potential and talent possessed by a primary school student of Al-Azhar 5 Kemandoran Jakarta, Zeva Su’azra Malaika. Zeva’s drawing entitled Good and Bad Sides of My Todays World won the Barbara Petchenik Award in Children’s Map Competition 2013 organized by the International Cartographic Asociation (ICA) at the 26th International Cartographic Conference in Dresden Germany on 25-30 August 2013.
Penyerahan hadiah lomba gambar tingkat internasional Barbara Petchenik Tahun 2013, diwakili oleh Sukendra Marta, Vice President of ICA
126
Laporan Tahunan 2013
Hasil gambar, putri pasangan Bapak Makmun Arsjad dan Ibu Asnaria Suono yang dilahirkan di Bandarlampung 12 April 2005 ini, dinilai oleh Juri internasional, yang diketuai oleh Prof. Necla Ulugtekin. Selain memperoleh Piagam Penghargaan Barbara Petchenik Award, yang ditandatangani oleh Ketua Juri, President of the ICA, Georg Gartner dan anggota juri, Dirk Burghardt, Zevajuga mendapatkan hadiah pembinaan dari ICA berupa uang sebesar 50 Euro.
Zeva’s drawing, a daughter of Mr. Ma’mun Arsjad and Mrs. Asnaria Suono born in Bandarlampung 12 April 2005, was assessed by an international jury chaired by Prof. Necla Ulugtekin. In addition to obtaining a Appreciation Certificate of Barbara Petchenik Award which was signed by the Chairman of the Jury, President of the ICA, Georg Gartner, and a member of the jury, Dirk Burghardt, Zeva earned the coaching prize of ICA as much as 50 euros.
Penyerahan penghargaan pemenang dilakukan di Dresden Jerman 30 Agustus 2013 oleh Prof. Necla Ulugtekin sebagai ketua dewan Juri Internasional dan disaksikan Prof. Jesus Neyes (Ketua Comission on Cartography and Children) kepada Sukendra Martha, Vice President ICA, salah satu delegasi dari pemerintah Indonesia dalam rangkaian acara ICA Conference.
The winner’s award is delivered in Dresden Germany August 30, 2013 by Prof. Necla Ulugtekin as the Chairman of International Jury Board and witnessed by Prof. Jesus Neyes, the Chairman of the Commission on Cartography and Children to Sukendra Martha, Vice President of the ICA, one of the Indonesian delegates in a series of ICA Conference events.
Daftar lengkap pemenang Lomba Gambar Peta untuk Anak Tahun 2013 NO
NAMA
TGL LAHIR
KAB/KOTA RUMAH
ALAMAT
A
PEMENANG UTAMA
1
Abdan Ataqillah
6/21/2008
Jl. RA. Kartini Gang 16/98
GRESIK
2
Zeva Su’azra Malaika
4/12/2005
Jalan Kebon Kacang IV No. 27 Tanah Abang
JAKARTA PUSAT
3
Nadhia Pramadita
3/14/2002
Jl. Serayu Timur No. 120 Rt 7 RW 02 Menowo
MAGELANG
4
Juan Edwin
5/27/2000
Jl. Keutamaan Dalam No. 8 RT 003/002 Krukut
JAKARTA BARAT
5
Tan Christian Muharto
11/16/1998
Mulyosari Utara 9 No.2 Surabaya
SURABAYA
6
Anang Makruf
4/6/1998
Ngampel, Ngampel Dento
MAGELANG
B
PEMENANG KELOMPOK A
7
Risma Candra Pramithasari
4/14/2008
Bukit Beringin Lestari III/B-81 RT 09 / RW 14, Wonosari Ngaliyan
SEMARANG
8
Ghea Nina Aulia
6/3/2007
Sindas Pancuran Mas, Socang. / TK Aisyiah 7, Jl. Kalimas RT02/RW02 Menocho, Kedung Sari
MAGELANG
9
Alifiya Zahra Nuraisyah
4/16/2007
TK ABA Komplek Masjid Perak, Pataruna No.772 RT 46 / RW X Prenggan Kotagede
YOGYAKARTA
10
Shakura Tasnim Khalisa
12/23/2007
Jl. KH. Wakhid Hasyim Gg. III/5 RT 014/004 Bandar Lor Mojoroto
KEDIRI
C
PEMENANG KELOMPOK B
11
Faeyza Zahra Anindita
5/1/2006
The Spring Summarecon Serpong Cluster Canary Blok CAT 2/23 Gading Serpong
TANGERANG
12
Simba Azizil Amda
6/21/2005
Tebet Barat RT 005/007 No. 33 Kel. Tebet Barat Kec. Tebet
JAKARTA SELATAN
13
Berlian Arden Nareswari
4/18/2005
d.a. Bp. Deni W. /Dusun Tugu RT 02/1 Desa Kepuh Kec. Boyolangu
TULUNGAGUNG
2013 Annual Report
127
14
Fauziah Nur Aida
7/19/2005
Jl. Salak No. 02 Kel. Kramat Selatan Kec. Magelang Utara
MAGELANG
D
PEMENANG KELOMPOK C
15
Evelyn Giovanie
9/9/2002
Jl. Bandengan Selatan no. 60 L Rt 005/01, Kel Pejagalan, Kec Penjaringan
JAKARTA UTARA
16
Grace Timothy
4/5/2002
Jl. Taman Pajajaran A7 No. 19 / Regina Pacis
BOGOR
17
Rissa Amanda Putri
3/25/2002
Bukit Beringin Lestari III/B-81 RT 09/14 Wonosari Ngaliyan
SEMARANG
18
Maria Shannon Ashley Gunawan
12/19/2001
Jl. Petojo Binatu II No.29B RT07/RW08
JAKARTA PUSAT
E
PEMENANG KELOMPOK D
19
Maulida Afifatutsalitsi
8/12/1998
SMPN 1 Yogyakarta. Jl. Cikditro No. 29
YOGYAKARTA
20
Tara Elrica
11/11/2000
Jl. Duri Raya No. 16 RT 002/007 Kel. Duri Kepo Kec. Kebon Jeruk
JAKARTA BARAT
21
Maria Iqnasia Karen
5/22/1999
Jl. Gajahmada Gg. Kedah No. 137
PONTIANAK
22
Tasya Shafa S.
9/28/2000
Jl. H. Juhri No.6 RT 003/2, Meruya Selatan
JAKARTA BARAT
Proses penjurian tahap awal
Proses penjurian tahap awal
128
Laporan Tahunan 2013
Proses penjurian tahap akhir, hasil penjurian langsung dimasukkan kedalam sistem database lomba gambar 2013
Proses pendataan hasil akhir penjurian final Lomba Gambar Peta untuk Anak
Proses verifikasi para finalis pemenang lomba
2013 Annual Report
129
Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Informasi Geospasial 2013 National Coordination Meeting (Rakornas) of Geospatial Information 2013 Pembangunan nasional tidak akan berjalan dengan baik, apabila kita tidak memanfaatkan Informasi Geospasial (IG) yang andal. Benefit atau keuntungan penggunaan IG adalah proses pembangunan akan menjadi semakin tepat sasaran dan dapat berlangsung secara berkelanjutan. Tema Rakornas IG 2013 adalah “Informasi Geospasial yang Andal Sebagai Landasan Pembangunan yang Berkelanjutan”. Rakornas IG 2913 diselenggarakan BIG di Hotel Crowne Plaza, Jakarta pada Rabu, 20 Februari 2013. Tugas penyelenggaraan IG bukan hanya tugas BIG, tetapi spektrumnya sangat luas mencakup hampir semua Kementerian dan Lembaga yang ada.
National development will not run well, if we do not take advantage of a reliable Geospatial Information (GI). The benefits of using GI is the development process will be more targeted and sustainable. This national meeting have theme is “A Reliable Geospatial Information as the Foundation of Sustainable Development”. Rakornas IG 2013 was held by BIG in Crowne Plaza Hotel, Jakarta on Wednesday, February 20, 2013. GI management is not only a task of BIG, but its spectrum is very broad, encompassing almost all the existing ministries and institutions.
Kemanfaatan IG dapat dilihat memang lebih kepada manfaat intangible, atau manfaat yang tidak terkuantifikasi tetapi dapat dirasakan. Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan menjadi semakin baik dan terarah, semakin memperhatikan faktor sosial dan lingkungan, semakin antisipatif terhadap bencana, semakin efektif dan efisien dalam pengelolaan sumberdaya alam dan sebagainya, hal tersebut adalah keuntungan intangible dari digunakannya IG dalam proses pembangunan di Indonesia. Studi terakhir telah menunjukkan kontribusi langsung pemanfaatan IG terhadap perekonomian nasional sebuah negara secara kuantitatif.
The usefulness GI can see is rather the intangible benefits, or benefits are not quantified but we can feel. Planning and implementation of development become better focused and more attention to social and environmental factors, the more adaptable to the disaster, the more effective and efficient in natural resource management and so on, it is the intangible benefit of the use of GI in development process in Indonesia. Recent studies have shown a direct contribution to the national economy with GI utilization of a state quantitatively.
Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) yang berlangsung selama dua hari pada tanggal 20-21 Februari 2013 ini dihadiri oleh 320 peserta dari Kementerian dan Lembaga, Akademisi serta swastadan dibuka secara resmi oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas, Armida Alisyahbana, dihadiri pula oleh Menteri Riset dan Teknologi Gusti M. Hatta, Deputi 5
The National Coordination Meeting (Rakornas) on 20-21 February 2013, was attended by 320 participants from ministries, institutions, academics, and privates. It was officially opened by the Minister of National Development Planning (PPN)/Head of Bappenas, Armida Alisjahbana, and also was attended by the Minister of Research and Technology Gusti M.
130
Laporan Tahunan 2013
UKP4, Nirarta Samanhadi serta pejabat dari Kementerian/Lembaga terkait. Rakornas IG ini diselenggarakan dengan didasari bahwa untuk keberhasilan fokus prioritas penyelenggaraan IG maka dibutuhkan suatu rencana strategis yang mencerminkan sinergitas K/L dalam kegiatan maupun penganggaran.
Hatta, Deputy 5 UKP4, Nirarta Samanhadi, and officials from the involved Ministries/Institutions. The Rakornas IG 2013 was organized based on the desire to succeed the priority focus of the GI implementation, therefore it needs a strategic plan that reflects the synergy of Ministries/ Institutions and budgeting activities.
Rakornas 2013 ini merupakan tindak lanjut dari Rakornas 2012 untuk menyepakati program dan anggaran penyelenggaraan IG (one gate policy) sebagai masukan untuk penyusunan Rencana Kerja Pemerintah 2014. Rakornas IG ini dibagi ke dalam empat Working Group (WG) yaitu : WG 1 dengan fokus upaya percepatan penyelenggaraan IG Dasar untuk memenuhi kebutuhan nasional, WG 2 tentang sinergi dalam penyelenggaraan IG Tematik secara nasional, WG 3 membahas kesepakatan dalam penyelenggaraan Infrastruktur Informasi Geospasial, WG 4 membahas masalah SDM di bidang informasi geospasial. Terkait dengan tugas penyelenggaraan IG, BIG telah sepakat menetapkan sebuah Jargon yaitu “Bersama Menata Indonesia yang Lebih Baik”.
Rakornas 2013 is a follow up of Rakornas 2012 to achieve the agreement on the IG GI management program and budget (one gate policy) as inputs for the preparation of the Government Work Plan Year 2014. The Rakornas IG 2013 is divided into four Working Groups (WG), namely: WG 1 is focusing on efforts to accelerate the implementation of Basic GI to meet national needs, WG 2 is focusing on synergy in the implementation of national GI Thematic, WG 3 is discussing the agreement on the implementation of Geospatial Information Infrastructure, WG 4 is discussing the problems of human resources in the field of geospatial information. In relation to the GI implementation, BIG has agreed to establish a jargon “Together Managing Better Indonesia”.
Rakornas IG sebagai salah satu media untuk membangun komitmen nasional dalam penyelenggaraan IG jangka pendek, menengah maupun panjang. Rakornas IG penting untuk memperoleh kesamaan pandangan dan sinergitas K/L dalam perencanaan kegiatan dan anggaran penyelenggaraan IG. IG sangat penting untuk menjawab tuntutan atas kualitas produk perencanaan pembangunan serta menjawab tantangan pembangunan berkelanjutan. Pemanfaatan IG diharapkan untuk meningkatkan kualitas perencanaan pemanfaatan sumberdaya secara merata di seluruh wilayah serta meningkatkan interaksi dan sinergi antar wilayah dan antar sektor dalam rangka untuk memantapkan perekonomian nasional bagi peningkatan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan.
Rakornas IG is a media to build national commitment in the short, medium, and long term GI implementation. Rakornas IG is important to obtain a common view and synergy between K/L in the activity planning and budgeting for the implementation of GI. GI is very important to answer the demands on the quality of development planning products and to address the challenges of sustainable development. GI is expected to be utilised for improving the quality of resource use planning evenly across the region and increasing the interaction and synergy between regions and between sectors in order to strengthen the national economy for improving the people’s welfare with justice.
Penyusunan program dan kegiatan dari hasil Rakornas IG ini perlu disepakati sebagai program yang akan dilaksanakan dan didanai oleh Pemerintah pada tahun 2014. Hasil rakornas IG, agar disosialisasikan melalui Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan Tingkat Nasional (Musrenbangnas) dan Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan Tingkat Daerah (Musrenbangda) dan lain-lain. Selanjutnya, integritas IG adalah kunci dalam pembangunan. IG adalah kebutuhan yang esensial dalam setiap tahap pembangunan. Untuk percepatan pengukuhan kawasan hutan, percepatan penetapan batas wilayah administrasi, percepatan pelaksanaan MP3EI semuanya membutuhkan peta dasar dalam skala operasional.
The preparation of programs and activities of the Rakornas IG results needs to be agreed as a program that will be implemented and funded by the government in 2014. The results of Rakornas IG, must be disseminated through National Level Planning and Development Deliberation (Musrenbangnas) and the Regional Level Planning and Development Deliberation (Musrenbangda) and others. Further, IG integrity is the key to development. IG is an essential requirement in every stage of development. To accelerate the inaugural forests, to accelerate the determination of administrative boundaries, and to accelerate the implementation of MP3EI, all requires the basic maps in the operational scale.
2013 Annual Report
131
Kick-off Meeting “Geospasial Untuk Sulawesi”
Kick-off Meeting “Geospatial for Sulawesi”
Pulau Sulawesi pada tahun 2013 ini menjadi fokus utama kegiatan-kegiatan penyelenggaraan Informasi Geospasial (IG). Sebelum tahun 2012, Informasi Geospasial Dasar (IGD) wilayah Sulawesi baru tersedia pada skala 1:250.000 untuk skala kecil dan skala 1:50.000 untuk skala menengah. Karena itu, BIG pada tahun 2013 ini menyelenggarakan pemetaan rupabumi pada skala 1:25.000 untuk seluruh Pulau Sulawesi serta skala 1:10.000 untuk kota-kota besar di Sulawesi. Pembangunan IG di Sulawesi merupakan jawaban atas kebutuhan bersama akan IG yang andal, terintegrasi dan mudah diakses sehingga proses pembangunan khususnya di Sulawesi menjadi semakin berkualitas.
Sulawesi Island, in 2013, becomes the main focus of the Geospatial Information (GI) implementation activities. Before 2012, the Basic Geospatial Information (IGD) for Sulawesi region is provided on scale of 1:250,000 for small-scale and 1:50,000 for medium-scale. Thus, BIG, in 2013, organised a topographical mapping at scale of 1:25,000 for the entire of Sulawesi Island and the scale of 1:10,000 for the big cities in Sulawesi. GI development in Sulawesi is a response to the common needs for the reliable, integrated, and easily accessed GI so that the development process, especially in Sulawesi become increasingly qualified.
Pada Rabu 6 Maret 2013 BIG menyelenggarakan acara Kick-off Meeting“Geospasial Untuk Sulawesi” di Kota Palu Sulawesi Tengah. Kegiatan sosialisasi sekaligus kerjasama dengan Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah ini diadakan sebagai suatu kegiatan pembinaan, penguatan kerjasama di bidang IG terkait dengan penyelenggaraan dan pemanfaatan IG Sulawesi khususnya Sulawesi Tengah. Tema yang diangkat adalah “Bersama Menata Sulawesi yang Lebih Baik Melalui Penyelenggaraan Informasi Geospasial dan Infrastrukturnya”.
On Wednesday, March 6, 2013 BIG held a Kick-off Meeting “Geospatial for Sulawesi” in Palu, Central Sulawesi. The dissemination and cooperation activities with Central Sulawesi Provincial Government was held as a coaching activity, strengthening cooperation in the field of IG related to the implementation and use of IG Sulawesi and Central Sulawesi in particular. The theme is “Together Organizing a Better Sulawesi Through the Implementation of Geospatial Information and Its infrastructure”.
132
Laporan Tahunan 2013
Acara Kick-off Meeting “Geospasial Untuk Sulawesi” dibuka oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat HR. Agung Laksono bersama dengan Kepala BIG Asep Karsidi dan Gubernur Sulawesi Tengah H. Longki Djanggola. Hadir pada acara ini Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara, Wakil Gubernur Gorontalo, Bupati/ Walikota se-Sulawesi, Kepala Bappeda, SKPD di Sulawesi Tengah, Universitas Tadulako dan undangan lainnya mencapai lebih dari 200 orang. Para peserta antusias untuk mengikuti acara mengingat IG yang berkualitas berperan penting dalam menjamin keberhasilan pelaksanaan pembangunan di daerah.
The Kick-off Meeting “Geospatial for Sulawesi” was opened by the Coordinating Minister for People’s Welfare HR. Agung Laksono along with the Head of BIG Asep Karsidi and Central Sulawesi Governor H. Longki Djanggola. The event was attended by the Vice Governor of Southeast Sulawesi, Vice Governor of Gorontalo, Regents/ Mayors throughout Sulawesi, The Chairman of Planning Agency (Bappeda), SKPD in Central Sulawesi, Tadulako University, and other invitations that is more than 200 people. The participants were enthusiastic to attend the event given the qualified IG holds important roles in ensuring the success of regional development.
Informasi geospasial dapat dijadikan sebagai alat bantu dalam perumusan kebijakan serta menjadi bagian penting dalam pelaksanaan dan evaluasi pembangunan di Indonesia pada umumnya dan di Sulawesi Tengah pada khususnya. Provinsi Sulawesi Tengah telah mengaplikasikan Jaringan Data Spasial Daerah (JDSD) yang terkoneksi dengan Jaringan Data Spasial Nasional (JDSN) di BIG.
Geospatial information can be used as an assisting tool in the formulation of policies as well as being an important part in the implementation and evaluation of development in Indonesia in general and in particular in Central Sulawesi. Central Sulawesi Province has applied the Regional Spatial Data Network (JDSD) which is connected with the National Spatial Data Network (JDSN) in BIG.
Adanya JDSD di Sulteng banyak menunjang pengembangan perumusan dan perencanaan pembangunan secara lebih akurat. Apalagi, Sulteng masuk koridor IV program MP3EI Wilayah Sulawesi, mutlak membutuhkan IG. Ada beberapa permasalahan pelaksanaan JDSD, yaitu: a) belum semua kabupaten/ kota membangun sistem akses data spasial yang terintegrasi dengan sistem akses JDSN sehingga sulit untuk melakukan pertukaran dan penyebarluasan data spasial; b) kurang tersedianya SDM yang andal; serta c) tingginya biaya untuk pengintegrasian data.
The presence of JDSD in Central Sulawesi supports the more accurate development formulation and planning. Moreover, Central Sulawesi is included in Corridor IV of MP3EI Program for Sulawesi Region, that is absolutely needing the GI. There are several issues on JDSD implementation, namely: a) not all districts/municipalities had built spatial data access system that is integrated with JDSN access system making it difficult to exchange and dissemination of spatial data; b) the lack of reliable human resources; and c) the high cost for data integration.
Peluncuran Geospasial Untuk Sulawesi ditandai dengan pemutaran video “Geospasial untuk Sulawesi” yang diikuti dengan pemukulan gendang oleh Kepala BIG bersama-sama dengan Menko Kesra dan Gubernur Sulteng. Pada acara ini juga dilakukan penyerahan peta NKRI skala 1:5.000.000 edisi tahun 2012 oleh Menko Kesra HR. Agung Laksono kepada Gubernur Sulteng, dan penyerahan Citra Satelit Resolusi Tinggi Kota Palu oleh Asep Karsidi kepada Walikota Palu.
The launch of “Geospatial for Sulawesi” is marked with a video playback entitled “Geospatial for Sulawesi” and is followed by beating the drum by the Head of BIG together with the Ministry of People’s Welfare and the Governor of Central Sulawesi. In this event, the Minister of People’s Welfare HR. Agung Laksono was handed over the 2012 edition of map of Indonesia scale of 1:5,000,000 to the Governor of Central Sulawesi, and the submission of High Resolution Satellite Imagery of Palu by Asep Karsidi to the Mayor of Palu.
2013 Annual Report
133
Diseminasi Peta Rupabumi Skala 1 : 25.000 untuk Pemerintah Daerah se-Sulawesi The Dissemination of Topographic Map Scale 1: 25,000 for Local Governments of Sulawesi Region Perencanaan pembangunan dan pengambilan keputusan harus didasarkan pada data dan informasi. Sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, data dan informasi yang digunakan untuk pembangunan berdasarkan Undang-undang Sistem Perencanaan Pembangunan nasional harus berdasar pada data dan informasi yang berkualitas dan dapat dipertanggung jawabkan. Berdasarkan hal tersebut tugas Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan pembangunan berdasarkan informasi geospasial adalah sebagai berikut: (1) Menggunakan IG Dasar (IGD) berupa peta dasar dan jaring kontrol geodesi sebagai acuan dasar dalam perencanaan pembangunan daerah dan penyelenggaraan IG tematik; (2) Menyelenggarakan IGT sesuai dengan kebutuhan melalui koordinasi dengan BIG; (3) Membangun simpul jaringan spasial daerah sebagai bagian dari pembangunan infrastruktur Informasi geospasial secara nasional, dan (4) Berkontribusi dalam percepatan penyediaan IGD di daerah.
Development planning and decision-making should be based on the data and information. In accordance to the mandate of the Law No. 32 Year 2004 on Local Government, the data and information used for the development according to the Law of the National Development Planning System should be based on the qualified and accountable data and information. Thus, the tasks of Local Government in the implementation of development based on geospatial information are as follows: (1) Using the Basic Geospatial Information (IGD) in the form of base maps and geodetic control nets as a basic reference for local development planning and implementation of Thematic Geospatial Information (IGT); (2) Organizing IGT through coordination with BIG; (3) Establishing a local spatial network node as part of the development of national Geospatial Information Infrastructure (IIG), and (4) Contributing to the acceleration of the IGD provision in the regional area.
Terkait dengan hal tersebut Badan Informasi Geospasial (BIG) menyerahkan produk informasi geospasial wilayah Sulawesi kepada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota seSulawesi pada kegiatan Diseminasi produk geospasial untuk Sulawesi dengan tema “Terwujudnya Informasi Geospasial Andal untuk Menata Sulawesi yang Lebih Baik”.
In relation to this issue, Geospatial Information Agency (BIG) submitted the geospatial information products for Sulawesi to the Local Governments (Province, District or City) within Sulawesi Region through a dissemination of geospatial products for Sulawesi entitled “The Realization of Reliable Geospatial Information to Manage a Better Sulawesi”.
Penyerahan secara simbolis dilakukan Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG), Asep Karsidi kepada Gubernur Sulawesi Tenggara, Nur Alam pada Rabu, 27 November 2013 di Swiss Bell Hotel Kendari Sulawesi Tenggara. Penyerahan produk geospasial BIG meliputi Peta Rupabumi
A symbolic handover was performed by Head of Geospatial Information Agency (BIG), Asep Karsidi to the Governor of Southeast Sulawesi Province, Nur Alam on Wednesday, November 27th, 2013 at the Kendari, Southeast Sulawesi. The dissemination of BIG geospatial products
134
Laporan Tahunan 2013
Indonesia seluruh Sulawesi skala 1:25.000.
covered the Indonesia Topographic Map for Entire Sulawesi Region scale of 1: 25,000.
Selain penyerahan produk geospasial kegiatan ini diisi dengan sesi paparan mengenai (1) Pemanfaatan Peta Rupabumi, (2) Penggunaan Peta RBI untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, (3) Jaringan Data Geopasial/InaGeoportal, dan (4) Pemetaan Tematik.
In addition to the dissemination of geospatial products, this activity was also filled with presentation sessions on: (1) The Utilization of Topographic Map, (2) Usage of RBI Map to Improve Regional Revenue; (3) Geospatial Data Network/Ina-Geoportal; and (4) Thematic Mapping.
Kepala BIG, Asep Karsidi mengatakan, produk informasi geospasial baik IGD maupun IGT harus di-diseminasikan di daerah, sehingga dapat dimanfaatkan untuk perencanaan pembangunan dan percepatan pembangunan di daerah. Gubernur Sulawesi Tenggara, Nur Alam mengatakan, Informasi Geospasial Dasar (IGD) berupa Peta Rupabumi skala 1:25.000 sangat diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah dalam percepatan pembangunan Sulawesi Tenggara khususnya, dan pembangunan Sulawesi pada umumnya, serta dapat mempercepat penggunaan akses informasi geospasial di daerah. Untuk itu perlu pula didukung sumberdaya manusia yang paham informasi geospasial untuk memanfaatkan informasi geospasial yang diberikan BIG, sehingga dapat menata Sulawesi yang lebih baik.
Head of BIG, Asep Karsidi stated that geospatial information products, both IGD and IGT, should be disseminated in the region, so it can be utilized for planning and accelerating the regional development. Southeast Sulawesi Governor Nur Alam mentioned that Basic Geospatial Information (IGD), in the form of Topographic Map scale of 1:25,000, is needed to overcome various problems in accelerating development, especially in Southeast Sulawesi and generally in Sulawesi, as well as accelerating the use of geospatial information access in the region. Thus, the support of qualified human resources who understand geospatial information is needed, so that geospatial information supplied by BIG can be utilized. Thus, a better Sulawesi can be realized
Pendidikan dan Pelatihan Sistem Informasi Geografis (SIG) Tingkat Dasar di Palu Education and Training of Basic Level on Geographic Information Systems (GIS) in Palu Kegiatan diklat Sistim Informasi Geografis (SIG) telah diselenggarakan oleh Balai Diklat Geospasial, BIG, bekerjasama dengan Bappeda dan Penanaman Modal (PM) Kota Palu. Kegiatan Diklat diselenggarakan di Hotel Jazz, Jalan Zebra, Palu, Sulawesi Tengah. Karena besarnya minat para aparat PNS SKPD Kota Palu akan teknologi geospasial, diklat yang semula direncanakan akan diikuti oleh 20 orang, bertambah 5 orang sehingga menjadi 25 orang.
Geographical Information System (GIS) Education and Training activities had been organized by Geospatial Training Center, BIG, in collaboration with the Regional Development Planning Agency and Investment (PM) of Palu. The activities were held at Hotel Jazz, Zebra Street, Palu, Central Sulawesi Province. Civil servants at Palu City’s offices were very enthusiastic with geospatial technology. Hence, the training that was originally planned to be attended by 20 people, it was eventually attended by 25 people.
2013 Annual Report
135
Acara dihadiri oleh Sekretaris Bappeda dan PM Kota Palu, Bapak Ir. H. Mahmud Untung; Kepala Pusat Promosi dan Kerjasama-BIG, Bapak F. Wahyutomo, SH; serta Staf Ahli Walikota Palu bidang Ekonomi Keuangan, Bapak Imran, SE, M.Si.
The event was attended by the Secretary of BAPPEDA and PM of Palu City, Ir. H. Mahmud Untung; Head of Promotion and CooperationBIG, Mr. F. Wahyutomo, SH; and Deputy Mayor of Palu City on Economics of Finance, Mr Imran, SE, M.Si.
Diklat SIG tersebut penting untuk dilaksanakan mengingat data spasial peta Rupabumi Indonesia (RBI) untuk seluruh Sulawesi skala 1:50.000 sudah tersedia. Untuk itu, data peta dijital tersebut perlu dimanfaatkan guna mengelola sumberdaya alam dan sumberdaya wilayah yang terdapat di Kota Palu. Walikota juga memberi penghargaan atas kerjasama antara Balai Diklat Geospasial BIG dengan Bappeda dan PM Kota Palu. Kerjasama meliputi sharing anggaran penyelenggaraan diklat, dimana anggaran widyaiswara dan akomodasi widyaiswara dibiayai oleh Balai Diklat BIG, sedangkan konsumsi, tempat/ruangan dan koordinasi peserta diklat diselenggarakan oleh Bappeda dan PM Kota Palu.
GIS Education and Training is important, considering the spatial data of Indonesia Topographic Map (RBI) for the entire Sulawesi Region of scale 1: 50,000 is available. Thus, the digital map data must be used to manage natural and regional resources located in the area of Palu City. The Deputy Mayor also gave awards for cooperation between Geospatial Training Center BIG with BAPPEDA and PM of Palu City. The cooperation includes sharing of education and training budget, where budget and accommodation for lecturers were funded by Geospatial Training Center BIG, while meals, place/room, and coordination of training participants, were organized by BAPPEDA and PM of Palu City.
Workshop Pengelolaan Sentra Peta BIG The Workshop on BIG Map Center Management Sentra Peta merupakan salah satu strategi yang dilaksanakan BIG untuk memperluas penyebarluasan informasi geospasial kepada masyarakat. Dengan adanya Sentra Peta yang tersebar di berbagai daerah diharapkan masyarakat pengguna dapat memperoleh pelayanan informasi geospasial dengan cepat. Saat ini BIG telah memiliki 27 Sentra Peta yang tersebar di berbagai provinsi. Dalam rangka koordinasi dan konsolidasi penyelenggaraan pelayanan informasi geospasial, maka pada 29-31 Mei 2013 diselenggarakan Workshop Pengelolaan Sentra Peta di Hotel Harris Resort Kuta, Bali. Tema workshop pada tahun ini adalah “Peningkatan Kapasitas Sentra Peta dalam Penyebarluasan Informasi Geospasial”.
Map Center is one of the BIG strategies to expand the dissemination of geospatial information to the public. The establishment of Map Centers spreaded across various region is expected to provide fast geospatial information services for the user community. Currently BIG has had 27 Map Centers scattered in various provinces. In order to coordinate and consolidate the organization of geospatial information services, a Workshop on Map Center Management had held on 29-31 May 2013 at the Harris Resort Kuta, Bali. The theme of this year workshop is “Improving the Capacity of Map Center in the Dissemination of Geospatial Information “.
Workshop dibuka oleh Kepala Pusat Penelitian, Promosi dan Kerja Sama BIG, F. Wahyutomo. Ia berpesan agar Sentra Peta BIG yang ada di 27 lokasi tidak hanya berperan dalam menjual produk-produk BIG saja tapi juga Sentra Peta harus menjadi garda terdepan
The workshop was opened by the Head of Research, Promotion and Cooperation of BIG, F. Wahyutomo. He advised that the BIG Map Centers in 27 locations do not only play a role in selling BIG products but also should be forefront in the dissemination of Geospatial
136
Laporan Tahunan 2013
dalam penyebarluasan Informasi Geospasial. Sentra Peta harus mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi geospasial sehingga masyarakat dapat merasakan manfaat langsung Informasi Geospasial untuk aspek kehidupan. Sentra Peta juga dapat melakukan pengembangan usaha dengan memanfaatkan era digital dan teknologi geospasial terkini untuk meningkatkan penjualannya.
Information. Map Center should be adaptable to geospatial technological advances so that public can feel the immediate benefit of geospatial information to their aspects of life. Map Center can also perform business development by utilizing the digital age and the latest geospatial technologies to increase its sales.
Pameran BIG dalam Rangka Hari Bumi 2013 di Kota Bandung BIG Exhibition to Celebrate the 2013 Earth Day in Bandung Kepedulian generasi muda terhadap lingkungan tampak mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan. Hal ini terbukti dengan diadakannya rangkaian kegiatan “Save Our Earth 2013” dalam rangka Hari Bumi pada 24 April 2013 yang bertujuan untuk menumbuhkan kepedulian dan cinta bumi bagi generasi muda yang bertema “Green Earth For Better Sustainable Resources”. Kegiatan ini merupakan kerjasama ITB dengan Kementerian Kehutanan, Kementerian Energi dan Pertambangan, Pemprov Jawa Barat dan BIG tentunya.
The concern of younger generation on the environment has developed quite encouraging. This is reflected by the organization of a series of activities on “Save Our Earth 2013” to celebrate the Earth Day on April 24, 2013, which aimed to raise awareness and love of the earth for young people. The theme was “Green Earth For Better Sustainable Resources”. This activity was conducted by Bandung Institute of Tecnology (ITB) in collaboration with the Ministry of Forestry, the Ministry of Energy and Mineral Resources, West Java Provincial Government, and BIG.
Rangkaian kegiatan yang diadakan berupa Gowes “Peduli Bumi”, parade hari bumi, seminar dan pameran hari bumi “Peduli Citarum” dan lain sebagainya. BIG sebagai penyelenggara Informasi Geospasial (IG) ikut berpartisipasi dalam Pameran Hari Bumi “Peduli Citarum” yang diselenggarakan di CFD (Car Free Day) Jalan Dago Bandung pada hari Minggu 21 April 2013. Lokasi ini dipilih karena pada tiap Hari Minggu pukul 06.00 WIB – 10.30 WIB diadakan Hari bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day) di Wilayah ini.
The activities of the event included riding a bicycle (Gowes) on “Care for the Earth”, Earth Day Parade, Earth Day Seminar and Exhibition “Citarum Care” and so on. BIG as the organizer of Geospatial Information (IG) participated in the Earth Day Exhibition of “Citarum Care” held in Car Free Day (CFD) Dago Street Bandung on Sunday, April 21, 2013. This location was chosen for a day without motor vehicles (Car Free Day), every Sunday from 06.00 to 10.30 am local time.
Pameran Hari Bumi di Jalan Dago Bandung diisi pameran foto bertema lingkungan, hiburan, orasi mahasiswa dan penjelasan dari tiap stand pameran. Perwakilan dari BIG menjelaskan tentang Profil BIG, Aplikasi Ina-Geoportal sebagai sarana untuk berbagi pakai IG dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan BIG.
Earth Day Exhibition at Dago Street was filled with photo exhibition on the theme of environment, entertainment, student speeches, and explanations of each exhibition stand. Representatives of BIG described the BIG Profile, Ina-Geoportal Application as a means to share the IG, and other activities carried out by BIG.
2013 Annual Report
137