Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara
BAB I PENDAHULUAN Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten/kota sampai ke kelurahan. Kabupaten/Kota dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena: 1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat 2. Data terkait dengan sanitasi dan higiene terbatas di mana data umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda 3. Isu sanitasi dan higiene masih dipandang kurang penting sebagaimana terlihat dalam prioritas usulan melalui Musrenbang; 4. Terbatasnya kesempatan untuk dialog antara masyarakat dan pihak pengambil keputusan. 5. EHRA secara tidak langsung memberi ”amunisi” bagi stakeholders dan masyarakat di tingkat desa/kelurahan untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama masyarakat atau stakeholders kelurahan/desa 6. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa Adapun tujuan dan manfaat dari studi EHRA adalah: 1. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan 2. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi 3. Memberikan pemahaman yang sama dalam menyiapkan anggota tim survey yang handal 4. menyediakan salah satu bahan utama penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota Lhokseumawe Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kota Lhokseumawe. Selanjutnya, data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kota Lhokseumawe dan juga menjadi masukan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi Kota.
BAPPEDA KOTA LHOKSEUMAWE
Page 1
Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara
BAB II METODOLOGI DAN LANGKAH PELAKSANAAN STUDI EHRA EHRA adalah studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator yang dipilih oleh tim Pokja Kota Lhokseumawe. Sebelum turun ke lapangan, para supervisor dan enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 2 (dua) hari berturut-turut. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan; pemahaman tentang instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator; uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan instrumen. Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah Gampong. Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total Gampong di setiap Kecamatan yang telah ditentukan menjadi area survey. Jumlah sampel sampel per Gampong adalah 40 responden. Yang menjadi responden adalah Ibu atau anak yang sudah menikah, dan berumur antara 18 s/d 60 tahun. Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 10 - 30 menit. Panduan diuji kembali dalam hari kedua pelatihan enumerator dengan try out ke lapangan. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh enumerator sehingga responden memahami betul hak-haknya dan memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar. Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Tim dari Bappeda Kota Lhokseumawe. Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Tim Fasilitator. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada struktur kuesioner dan perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji konsistensi yakni program EPI Info dan SPSS. Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilaksanakan oleh Pokja Kabupaten/Kota semata. Agar efektif, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota diharapkan bisa mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh.
BAPPEDA KOTA LHOKSEUMAWE
Page 2
Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara
Penentuan Target Area Survey Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan Klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah ”Probability Sampling” dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metoda sampling yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”. Teknik ini sangat cocok digunakan di Kota Lhokseumawe mengingat area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan. Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai berikut: 1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten/kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/ desa. 2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/ desa. 3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat 4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut. Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah Kota Lhokseumawe menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada Tabel 1. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko Kota Lhokseumawe.
BAPPEDA KOTA LHOKSEUMAWE
Page 3
Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara
Tabel 1. Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko Katagori Klaster Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4
Kriteria Wilayah desa/kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan berisiko. Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Klastering wilayah di Kota Lhokseumawe menghasilkan kategori klaster sebagaimana dipelihatkan pada Tabel 2. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Tabel 2. Hasil Klastering Kecamatan dan Gampong di Kota Lhokseumawe KRITERIA KLASTER No.
I
KECAMATAN/GAMPONG
PADAT PENDU DUK
MASYAR AKAT MISKIN
BANJIR
TERLEW ATI ALIRAN SUNGAI
KLAS TER
JUMLAH KK PER GAMPO NG
Kec. Blang Mangat 1
Jambo Timu
0
0
0
V
1
252
2
Jeulikat
0 0
1
502
Alue Lim
0 0
V
3
0 0
V
1
408
Blang Buloh
0
0
V
2
282
5
Mane Kareung
V
V
V
0
V
2
185
Asan Kareung
0
V
6
0
V
2
190
Rayeuk Kareung
0
V
7
0
V
2
216
Kumbang Punteuet
0
V
8
0
0
V
2
152
Blang Punteuet
0
V
9
0
0
V
V
2
310
V
V
2
294
0
0
V
2
94
4
10 11
Ulee Blang Mane Keude Punteuet
BAPPEDA KOTA LHOKSEUMAWE
Page 4
Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara 12
Mesjid Punteuet
V
0
0
V
2
824
13
Tunong
0
0
V
V
2
215
14
Baloy
V
0
0
V
2
164
Teungoh
V
0
0
V
2
125
Blang Teue
V
0
0
V
2
94
Mesjid Meuraksa
V
0
0
V
2
189
Blang Cut
0
0
V
V
2
290
19
Kuala Meuraksa
0
V
1
246
20
Blang Weu Panjo
0
0 0
0
0
0
1
247
Blang Weu Baroh
0
V
21
0
354
Seuneubok
0
1
22
0
V V
1
141
Meunasah Mesjid
V
0
0
0
0
0
1870
Alue Awe
0
1
V
0
0
649
Panggoi
0
1
V 0
0
0
1
994
V
0
0
1
756
V
15 16 17 18
II
Kec. Muara Dua 1 2 3 4
Blang Crum
0
5
Cut Mamplam
0
1
493
6
Meunasah Mee
V
0
0
V
0
0
0
2
661
V
0
0
0
1
636
V
0
0
1
359
Meunasah Blang
0
V
1
524
Keude Cunda
V
0
0
V
2
489
Meunasah Uteunkot
V
0
V
V
0
0
0
3 1
1771
V
0
0
0
V
1
0
0
0
211
V
1
0
0
0
V
1
0
0
0
V
1
0
0
0
V
1
7 8 9 10 11
Cot Girek Kandang Meunasah Manyang
12
Blang Poroh
13
Lhok Mon Puteh
14
Paya Punteuet
15 16 17 III
Meunasah Alue Meunasah Paya Bili Paloh Batee
263 652 614 141 221
Kec. Muara Satu
1
Blang Pulo
V
0
0
0
1
1241
2
Cot Trieng
0
0
V
V
2
195
3
Paloh Punti
0
0
V
V
2
448
Meunasah Dayah
0
0
V
V
2
304
Blang Panyang
0
0
0
V
1
515
Meuria Paloh
0
0
V
V
2
850
Batuphat Timur
V
0
0
V
2
1481
Padang Sakti
0
0
0
V
1
633
Ujung Pacu
0
0
V
V
2
324
4 5 6 7 8 9
BAPPEDA KOTA LHOKSEUMAWE
Page 5
Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara 10 11 IV 1 2 3 4 5 6
Blang Naleung Mameh
0
0
V
V
2
684
Batuphat Barat
V
0
0
V
2
1659
Mon Geudong
V
0
0
V
2
1347
Pusong Lama
V
0
0
V
V
V
0
2 2
1215
0
V
0
V
V
3
V
V
V
3
2218
0
V
0
V
V
3
V
0
V
V
V
0
3
631
0
V
V
0
2
936
V
0
V
V
V
2 3
460
0
V
0
V
V
3
V
V
V
3
2037
0
V
0
V
V
3
0
1237
V
0
Kec. Banda Sakti
Simpang Empat Teumpok Teungoh Kuta Blang Uteun Bayi
7
Keude Aceh
8
Pusong Baru
9 10 11 12 13
Lancang Garam Gampong Jawa Baru Gampong Jawa Lama Kota Lhokseumawe Hagu Selatan
1165 1149 1215
778 495
14
Hagu Teungoh
V
2
1224
15
Banda Masen
0
0
V
V
2
725
16
Ulee Jalan
0
V
0
V
2
662
Hagu Barat Laut
0
V
0
V
2
937
Ujong Blang
0
V
0
V
2
1136
17 18
Hasil klastering wilayah gampong di Kota Lhokseumawe yang terdiri atas 68 Gampong dari 4 Kecamatan yang di survey menghasilkan distribusi sebegai berikut: Tabel 3. Klastering Gampong Kota Lhokseumawe
No.
Klaster
Jumlah Gampong
Gampong yang di Survey
Proporsi Kuisioner
1
3
9
4
160
2
2
35
4
160
3
1
24 68
6 14
240 560
BAPPEDA KOTA LHOKSEUMAWE
Page 6
Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara
Penentuan Jumlah / Besar Responden Untuk mendapatkan gambaran kondisi sanitasi di tingkat Kota Lhokseumawe, dengan presisi tertentu, tidak dibutuhkan besaran sampel yang sampai ribuan rumah tangga. Maka jumlah sampel untuk tiap Gampong diambil sebesar 40 responden. Tabel 4. Jumlah Sampel di Kota Lhokseumawe NO
KECAMATAN
1
Blang Mangat
2.
Muara Dua
3
Muara Satu
4
Banda Sakti
Jambo Timu Jeulikat Meunasah Mesjid Alue Awe Panggoi Blang Pulo Batuphat Barat
252 502 1.870 649 994 1.241 1.659
JUMLAH SAMPEL 40 40 40 40 40 40 40
Mon Geudong
1.347
40
Pusong Lama
1.215
40
Simpang Empat
1.165
40
Teumpok Teungoh
2.218
40
Kuta Blang
1.149
40
Uteun Bayi
1.215
40
Kampung Jawa Lama
2.037
40
DESA TERPILIH
JUMLAH KK
Berdasarkan tabel di atas, maka kebutuhan sample adalah sebesar 560 sample untuk seluruh Kota Lhokseumawe, namun karena ketersediaan yang memadai untuk melakukan survey di 4 Kecamatan di Kota Lhokseumawe, maka sample yang diambil adalah sebanyak 560 responden yang terdapat pada 14 Gampong di 4 Kecamatan Kota Lhokseumawe. Penentuan Desa/Kelurahan Area Survei Dengan melihat tabel di atas maka selanjutnya ditentukan lokasi studi EHRA dengan cara memilih sebanyak 14 Gampong secara random. Hasil pemilihan ke-14 Gampong tersebut disajikan pada Tabel 5 sebagai berikut:
BAPPEDA KOTA LHOKSEUMAWE
Page 7
Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara
Tabel 5. Kecamatan Dan Desa Terpilih Untuk Survei EHRA Kota Lhokseumawe No. 1 2
3 3
KECAMATAN
No
1
1
Jambo Timu
1
2
Jeulikat
40
1
3
Meunasah Mesjid
40
1
4
Alue Awe
40
1
5
Panggoi
40
Muara Satu
1
6
Blang Pulo
40
7
Batuphat Barat
40
Banda Sakti
2 2
8
Mon Geudong
40
2
9
Pusong Lama
40
2
10
Simpang Empat
40
3 3
11
Teumpok Teungoh
40
12
Kuta Blang
40
3
13
Uteun Bayi
40
3
14
Kampung Lama
40
Blang Mangat Muara Dua
NAMA DESA
Jumlah Responden 40
KLASTER
Penentuan Gampong Dan Responden Di Lokasi Survei Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator ataupun responden itu sendiri. Tahapannya adalah sbb. Pergi ke Gampong terpilih. Minta daftar rumah tangga atau bila tidak tersedia, buat daftar rumah tangga berdasarkan pengamatan keliling dan wawancara dengan penduduk langsung. Bagi jumlah rumah tangga (misal 25) dengan jumlah sampel minimal yang akan diambil, misal 5 (lima) diperoleh Angka Interval (AI) = 25/5 = 5 Ambil/kocok angka secara random antara 1 – AI untuk menentukan Angka Mulai (AM), contoh dibawah misal angka mulai 2 Menentukan rumah selanjutnya adalah 2 + AI, 2 + 5 = 7 dst.
BAPPEDA KOTA LHOKSEUMAWE
Page 8
Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara
BAB III HASIL STUDI EHRA DI KOTA LHOKSEUMAWE
Grafik 3.1. Cara Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
PENGELOLAAN SAMPAH 43,8
4,7
Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah
Dibuang ke sungai/kali/laut/danau
Dibakar
Dikumpulkan dan dibuang ke TPS
Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang
,9
2,5 Lain-lain
3,6
,4
Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk
4,9
Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah
39,3
Berdasarkan hasil survey pada 14 Gampong yang ada di Kota Lhokseumawe mengenai penanganan sampah maka didapat hasil bahwa sampah yang dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang sebesar 0,4 %, dikumpulkan dan dibuang ke TPS sebesar 43,8 %, dibakar 39,3 %, dibuang kedalam lubang dan ditutup dengan tanah 4,9 %, dibuang kedalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah 3,6 %, dibuang ke sungai/kali/laut/danau 4,7 %, dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk 0,9 %, dan lainnya 2,5 %.
BAPPEDA KOTA LHOKSEUMAWE
Page 9
Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara
Grafik 3.2. Waktu Pengangkutan Sampah
Waktu Pengangkutan Sampah
50,0 25,0 25,0 Tiap hari Beberapa kali dalam sebulan
Tidak pernah
Berdasarkan hasil survey pada 14 Gampong yang ada di Kota Lhokseumawe mengenai waktu pengangkutan sampah tiap hari sebesar 25 %. Beberapa kali dalam sebulan 50 % dan tidak pernah di angkut sebesar 25 %.
BAPPEDA KOTA LHOKSEUMAWE
Page 10
Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara
Grafik 3.3. Tempat Penyaluran Akhir Tinja
TEMPAT PENYALURAN AKHIR TINJA
1,8
1,4
,4
Cubluk/lobang tanah
Langsung ke drainase
Kolam/sawah
8,4 Tidak tahu
,4 Pipa sewer
Tangki septik
87,7
Dari Grafik 3.3 di atas dapat kita lihat bahwa sebanyak 87,7 % tinja akhir dibuang ke tangki septik, pipa sawer 0.4 %, Cubluk /lobang tanah 1.8 %, langsung ke drainase 1.4 %, langsung ke kolam/ awah 0.4 % dan yang tidak tahu 8,4 %.
BAPPEDA KOTA LHOKSEUMAWE
Page 11
Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara
Grafik 3.4 . Kepemilikan Jamban Pribadi
KEPEMILIKAN JAMBAN PRIBADI
92,8
Kloset jongkok leher angsa
7,2
Kloset duduk siram leher angsa
Grafik kepemilikan jamban pribadi yang memiliki kloset jongkok leher angsa 92,8 % sedangkan yang menggunakan kloset duduk siram leher angsa 7,2 %.
BAPPEDA KOTA LHOKSEUMAWE
Page 12
Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara
Grafik 3.5. Pengosongan Tangki Septik
WAKTU PENGOSONGAN TANGKI SEPTIK 34,5
26,5
21,0
Tidak tahu
Tidak pernah
3,1 Lebih dari 10 tahun
1-5 tahun yang lalu
0-12 bulan yang lalu
Lebih dari 5-10 tahun yang lalu
8,2
6,7
Dari grafik 3.5 di atas dapat kita lihat bahwa waktu pengosongan tangki septic 0-12 bulan yang lalu sebesar 6,7 %, 1-5 tahun yang lalu 26,5 %, lebih dari 5-10 tahun yang lalu 3,1 %, tidak pernah dikosongkan 34,5 % sedangkan tidak tahu 21 %. Grafik 3.6. Sarana Pengolahan Air Limbah Selain Tinja
KEPEMILIKAN SPAL SELAIN TINJA 83,3
16,7
Ya Tidak ada
Dari grafik 3.6 di atas dapat kita lihat bahwa sebanyak 83,3 % memiliki spal selain tinja dan 16,7 tidak memiliki spal. BAPPEDA KOTA LHOKSEUMAWE
Page 13
Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara
Grafik 3.7. Pencemaran Karena Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
PENCEMARAN KARENA SPAL
71,9
Ya, aman
Tidak aman
28,1
Dari grafik 3.7 di atas dapat kita lihat bahwa 71,9 % responden menjawab aman dan 28,1 % tidak aman. Grafik 3.8. Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga
AIR MINUM ISI ULANG Ya
Tidak
71,7
28,3
Dari grafik 3.8 di atas 71, 7 % responden menggunakan air minum isi ulang dan yang tidan menggunakan air minum isi ulang sebesar 28,3 %.
BAPPEDA KOTA LHOKSEUMAWE
Page 14
Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara
Grafik 3.9. Perilaku Higiene
CUCI TANGAN PAKAI SABUN 100,0 50,0
99,8
,0
,2 Ya Tidak
Dari grafik 3.9. diatas sebanyak 98,8 % responden memakai sabun dan 0,2 % tidak memakai sabun.
Grafik 3.10. Genangan Air
GENANGAN AIR
67,6
Tidak ada genangan air
Ada genangan air (banjir)
32,4
Dari grafik 3.10. diatas sebanyak 32,4% terjadinya genangan air (banjir) dan 67,6 % tidak terjadi banjir.
BAPPEDA KOTA LHOKSEUMAWE
Page 15
Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara
Grafik 3.11.
Kejadian Penyakit Diare
Kapan waktu paling dekat anggota keluarga ibu terkena diare
WAKTU PALING DEKAT ANGGOTA KELUARGA KENA DIARE
8,1
Tidak pernah
3,4
Lebih dari 6 bulan yang lalu
2,1
6 bulan yang lalu
,9
3 bulan terakhir
,7
1 bulan terakhir
,7 Kemarin
Hari ini
,7
1 minggu terakhir
83,4
Dari grafik 3.11. diatas sebanyak 83,4 % responden mengatakan tidak pernah anggota keluarganya terkena diare dan 8,1 % lebih dari 6 bulan yang lalu terkena diare. Grafik 3.12. Yang terkena diare
TERKENA DIARE 34,4
30,1
dewasa perempuan
11,8
dewasa laki-laki
10,8
remaja perempuan
5,4
remaja laki-laki
non balita
balita
9,7
Dari grafik 3.12. diatas sebanyak balita yang terkena diare sebesar 34,4 %, non balita 9,7 %, remaja laki-laki 5,4 %, remaja perempuan 10,8 %, dewasa laki-laki 11,8 % dan dewasa perempuan 30,1 %. BAPPEDA KOTA LHOKSEUMAWE
Page 16
Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara
Grafik 3.13. Perilaku BABS
PERILAKI BABS
Tidak
Ya, BABS
29,7
70,3
Dari grafik 3.13. diatas 70,3 % keluarga responden masih berperilaku BABS dan 29,7 % responden tidak berperilaku BABS.
BAPPEDA KOTA LHOKSEUMAWE
Page 17
Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara
BAB IV PENUTUP Pelaksanaan studi EHRA sangat bermanfaat untuk mengetahui langsung kondisi real di daerah/desa, pelaksanaan studi EHRA ini juga sebagai promosi kesehatan dalam melakukan PHBS pada tatanan rumah tangga. Hasil yang telah dilakukan dalam laporan ini akan digunakan untuk dasar dalam melakukan pembangunan sanitasi di Kota Lhokseumawe dan juga sebagai sarana advokasi kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Hasil yang didapatkan dari studi EHRA ini akan digunakan untuk menentukan area beresiko yang terdapat dalam Buku Putih Sanitasi sebagai area prioritas dalam melaksanakan program sanitasi dan akan menjadi acuan tempat akan dijalankannya program sanitasi yang merupakan bagian dari Strategi Sanitasi Kota. Dalam masa pemerintahan kota selama lima tahun, maka studi EHRA ini akan dilaksanakan pada awal tahun penyusunan RPIJM dan RPJMD kemudian pada pertengahan tahun yaitu tahun ketiga, untuk melihat konidisi real dilapangan dan membuat rencana tindak lanjut pada tahun selanjutnya.
BAPPEDA KOTA LHOKSEUMAWE
Page 18