LAPORAN PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT(IbM)
IbM KELOMPOK TENUN CAG-CAG
Oleh: Dewa Gede Sudika Mangku, SH., LL.M. NIDN 0027128401 I Wayan Sudiarta, S.Pd.,M.Si.
NIDN 0023046902
Dr. I Nengah Suastika,M.Pd.
NIDN 0020078003
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA NOPEMBER 2014 1
i
RINGKASAN
Desa Pacung merupakan salah satu desa tradisional yang masih mempertahankan tradisi dan nilai-nilai budaya Bali.Orbitasi desa dengan pusat adalah: Kecamatan: 10 Km, Kabupaten; 45 Km, danProvinsi: 131 Km. Secara geografis letak Desa Pacung sangat menguntungkan karena berada dalam perlintasan jalan yang menghubungkan antara Kabupaten Buleleng dengan Kabupaten Karangasem. Mata pencaharian masyarakat Desa Pancung adalah 51,3% bermata pencaharian pertani, 6% pedagang, 21 % nelayan, 1,7% Pegawai Negeri Sipil, 9% pengerajin dan 11% lain-lain. Program IbM di Desa Pacungdistimuli oleh permasalahan yang dialami oleh kelompok tenun, yaitu (1) pola manajemen kelompok pengerajin tenun cag-cag. Anggota kelompok tenun cag-cag yang sebagian besar adalah kaum perempuan dan masyarakat lanjut usia mengharuskan mereka untuk mengurus anak-anak dan sumi terlebih dahulu, termasuk memasak dan menyediakan pakaian, baru bisa mengurus tugas yang diberikan kelompok, (2) pengembangan bentuk, warna/corak dan model produks (desain). Para pengerajin tenun cagcag di Desa Pacung mengekui, salah satu persoalan dasar yang dialami oleh kelompok pengerajin tenun cag-cag adalah berkaitan dengan bentuk, warna/corak dan model produks (desain) tenun yang dihasilkan., dan (3) tempat pemasaran produk. Seara geografis letak Desa Pacung sebenarnya sangat menguntungkan, karena merupakan jalur perlintasan antara Kota Karangasem dan Kota Singaraja. Namun sampai saat ini sebagian besar kelompok tenun cagcag di Desa Pacung tidak memiliki tempat pemasaran produk, yang disebabkan karena minimnya dana yang dimiliki oleh kelompok. Pendekatan yang dipakai dalam memecahkan persoalan yang dihadapi oleh kelompok tenun cag-cag di Desa Pacung adalah melalui pendekatan partisipatif, dengan metode pelatihan dan pendampingan pembuatan pembukuan, manajemen pemasaran dan desain motif dan corak tenun cag-cag. Keseluruhan proses transfer IPTEK yang telah dilaksanakan dengan pola pendidikan dan pelatihan serta pendampingan yang meliputi: Diklat dan Pendampingan pembuatan pembukuan sederhana bagi pengerajin tenun cag-cag, Diklat dan Pendampingan motif, desain dan matif tenun ca-cag bagi pengerajin tenun cag-cag, dan Diklat dan Pendampingan manajemen pemasaran tenun cag-cag bagi pengerajin tenun cag-cag. Kata Kunci: kelompoktenun, tenun cag-cag
ii
PRAKATA Puji syukur dan segala hormat dihaturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih dankarunia-Nya sehingga laporan kemajuan program pengabdian kepada masyarakat dengan judul “IbM Kelompok Tenun Cag-cag di DesaPacung” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Pada kesempatan yang berbahagia ini ijinkan kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya terhadap Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah mempercayai program ini untuk dibiayai dan Kelompok PengerajinTenun Cag-cag yang telah menjadi mitra yang sangat baik bagi terlaksananya program ini, dan semua pihak yang telah membantu pelaksanaan program ini. Adapun laporan ini sangatlah kurang sempurna secara tata penulisan yang kemungkinan besar belum dapat mewakili apa yang telah kami lakukan dalam pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat di Kelompok PengerajinTenun Cag-cag, besar harapan kami adanya saran dan masukan membangun bagi kesempurnaan laporan ini yang nantinya akan dikembangkan menjadi laporan akhir.
Tim Penyusun
iii
DAFTAR ISI Halaman Lembaran Pengesahan .............................................................................
i
Ringkasan …………………………………………………………………………
ii
Prakata …………………………………………………………………………….
iii
Daftar Isi …………………………………………………………………………..
iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Analisis Situasi ………………………………………………………..
1
1.2. Identifikasi dan PerumusanMasalah ………………………………….
3
1.3. Tujuan Kegiatan ……………………………………………………….
6
1.4. Manfaat Kegiatan ……………………………………………………..
6
BAB II METODE PELAKSANAAN 2.1. Waktu dan Tempat ……………………………………………………
8
2.2. Metode Pelaksanaan ………………………………………………….
9
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Pelatihan dan pendampingan pembuatan pembukuan sederhana ……..
15
3.2. Pelatihan dan pendampingandesain, motif danbentuk tenun cag-cag ..
22
3.3. Pelatihan dan pendampingan pemasaran ………………………………
26
BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan ……………………………………………………………
28
4.2. Saran ………………………………………………………………..….
30
FotoKegiatan
iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Analisis Situasi Desa Pacung terletak di ketinggian 200 meter dari permukaan air laut, memiliki topografi wilayah berupa dataran rendah, perbukitan dan pantai. DenganLuas Wilayah Desa Pacung: 1081 Ha. Pemanfaatan wilayah adalah: Perkebunan: 782 Ha, Kuburan: 0,75 Ha , Perumahan: 0,60 Ha, Tegal: 0,98 Ha, Pertokoan: 0,25 Ha, Pasar Desa: 0,20 Ha, Perkantoran: 0,15 Ha, Perladangan: 0,81 Ha, Jalan: 20 Km. Jumlah penduduk: 3646 Jiwa atau 968 KK yang terdiri dari Laki-laki: 1866 Jiwa Perempuan: 1780 Jiwa.
Dari jumlah penduduk
tersebut, 71,23% merupakan angkatan kerja produktif. Ini menunjukkan bahwa potensi sumberdaya manusia yang ada di Desa Pacung sangat menjanjikan jika mampu diberdayakan dengan baik sesuai dengan potensi yang dimilikinya.Namun, pendapatan masyarakat masih rendah (rata-rata pendapatan penduduk Rp. 303.000,-), padahal potensi yang dapat dikembangkan sangat banyak, seperti: pertanian, peternakan, kerajinan/industri rumah tangga, pariwisata, alam, wisata pantai dan agrowisata. Orbitasi desa dengan pusat adalah: Kecamatan: 10 Km, Kabupaten; 45 Km, dan Provinsi: 131 Km. Secara geografis letak Desa Pacung sangat menguntungkan karena berada dalam perlintasan jalan yang menghubungkan antara Kabupaten Buleleng dengan Kabupaten Karangasem. Mata pencaharian masyarakat Desa Pancung adalah 51,3% bermata pencaharian pertani, 6% pedagang, 21 % nelayan, 1,7% Pegawai Negeri Sipil, 9% pengerajin dan 11% lain-lain. Para petani selain mengandalkan sektor pertanian juga nyambi memelihara sapi, babi dan ayam sebagai kegiatan sambilan untuk menambah penghasilan. Demikian juga dengan para nelayan, disamping melaut dan mencari ikan, kadang-kadang juga langsung membawa hasil tangkapannya ketempat pelelangan ikan yang ada di Daerah Sangsit. Pekerjaan bertani, menangkap ikan, dan berdagang biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki. Sementara kaum perempuan yang ada di Desa Pacung sebagian besar bergelut dalam kegiatan domestik rumah tangga, seperti memasak, mencuci pakaian, mengurus anak dan mengurus kebersihan pekarangan rumah. Kondisi ini menyebabkan banyak waktu luang yang dimiliki oleh ibu-ibu rumah tangga yang ada di Desa Pacung. Beberapa ibu-ibu rumah tangga memanfaatkan waktu luangnya dengan membuat home industri untuk menambah penghasilan suami, seperti membuat kripik, membuat jajanan bali dan menenun. Kegiatan menenun sebenarnya sudah dilakukan sejak jaman nenek moyang mereka sejak dahulu kala. Namun
1
seiring dengan kemajuan idustri tekstil yang secara ekonomis lebih murah membuat kerajinan tenun ditinggalkan oleh masyarakat Desa Pacung. Pada awalnya kegiatan menenun hanya dilakukan oleh orang tua yang telah memiliki keterampilan, ketelitian dan kesabaran yang memadai. Proses pengerjaan tenun yang tlaten inilah yang menyebabkan kerajinan tenun di Desa Pacung memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan kerajinan tenun lainnya. Mulai dari pemilihan bahan yang digunakan untuk benang, pemintalan benang, proses pewarnaan sampai dengan proses pengerjaan tenun. Bahan baku untuk memproduksi benang mesti bersumber dari hasil perkebunan yang telah diketahui kualitasnya (perkebunan masyarakat setempat), demikian juga dengan proses pewarnaan benang sepenuhnya menggunakan bahan alami dari tumbuhan (akar mengkudu, daun indigo, jelawe, kayu nangka dan lain-lain). Proses produksi dengan menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBN), yang lebih banyak melibatkan proses keterampilan tangan membuat kerajinan tenun masyarakat Desa Pacung semakin khas dan diminati oleh wisatawan domestik dan asing. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisata ke Pulau Bali, termasuk ke-Kabupaten Buleleng, kerajinan tenun cag-cag masyarakat Pacung menjadi salah satu potensi desa yang patut dikembangkan, mengingat bahan yang digunakan bersifat alami serta dikerjakan dengan secara manual melalui kerajinan/sentuhan tangan.
Bahkan tenun cag-cag yang biasanya dipamerkan pada acara pameran hari
kemerdekaan, sebagai salah satu produk masyarakat Desa Pacung kini sudah banyak diminati oleh masyarakat. Tenun cag-cag kini dikenal sebagai salah satu produk kerajinan tangan masyarakat tradisional yang memiliki kualitas tinggi dengan menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBN) yang saat ini jarang sekali ditemukan. Seiring dengan semakin meningkatnya potensi pasar, baik di dalam mapun di luar negeri, masyarakat Desa Pacung mengembangkan kelompok-kelompok tenun untuk mengembangkan kerajinan tenun cag-cag. Kelompok tenun cag-cag di Desa Pacung saat ini sebanyak 9 kelompok, dengan jumlah anggota kelompok 10 sampai 15 orang. Proses penyediaan bahan baku, proses pemintalan benang, proses pewarnaan, proses produksi dan proses pemasaran dilakukan secara sistematis melalui pembagian tugas dan tangungjawab diantara anggota kelompok secara profesional. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan pada tiap anggota kelompok untuk mengembangkan diri untuk membuat tenun cag-cag sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki, dengan tetap berstandar pada struktur yang telah ada. Sebelum ada kelompok tetun ini pengerjaan tenun dilakukan secara sendiri-sendiri, sehingga prosesnya sangat rumit dan memakan waktu yang sangat banyak untuk menghasilkan produk tenun yang siap untuk dipasarkan. Menajemen model ini juga 2
sampai saat ini masih mengalami hambatan, mengingat tidak banyak anggota kelompok yang memang memiliki kemampuan untuk menenun cag-cag secara profesional. Kondisi ini menyebabkan tidak banyak model produk yang dihasilkan dari kelompok tenun cag-cag di Desa Pacung. Dan sering sekali tidak mampu memenuhi tuntutan pesanan dan pasar yang sangat vareatif atau memerlukan produk dengan spesifikasi yang beragam. Produk tenun cagcag yang telah dihasilkan dalam kelompok tenun ini adalah selendang dan kemben. Belum banyak produk tenun yang mampu dihasilkan melalui pembentukan kelompok tenun ini. Menurut salah satu ketua kelompok tenun (Nyoman Sarmika) kondisi ini disebabkan karena kelompok tenun yang ada di Desa Pacung merupakan pengrajin tenun yang terlahir dari proses turun temurun. Tidak melalui proses pelatihan yang secara khsusus diberikan oleh lembaga profesional. Selain itu, anggota kelompok tenun yang ada di Desa Pacung sebagain besar memang tidak mengenyam pendidikan di atas Sekolah Dasar. Tujuan pembuatan kelompok tenun yang ada di Desa Pacung adalah untuk melestarikan nilai-nilai budaya nenek moyang berkaitan dengan tradisi menenun. Selain itu, pembentukan kelompok tenun ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan produksi tenun cagcag dan meningkatkan kesejahteraan para anggota kelompok tenun cag-cag yang saat ini sangat berlibah order. Tujuan ini sangat sejalan dengan kondisi ekonomi masyarakat Desa Pacung yang memang sebagin besar berada di bawah garis kemiskinan (berpenghasilan di bawah upah minimum regional propinsi). Berdasarkan Data Monografi Desa Pacung tahun 2012 terdapat 252 keluarga miskin. Berdasarkan kenyataan tersebut tampaknya program pengabdian pada kelompok tenun cag-cag di Desa Pacung ini sangat urgen untuk dilakukan dalam rangka meningkatkan produksi dan spesifikasi tenun produksi tenun cang-cag yang kelompok tenun. Sehingga kebutuhan pasar dan pemesan yang datang dari berbagai negara dapat terpenuhi dengan baik.
Kondisi ini juga akan berimplikasi pada peningkatan
pendapatan kelompok tenun cag-cag serta masyarakat Desa Pacung secara keseluruhan.
1.2.Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan hasil observasi dan diskusi yang dilakukan terhadap kelompok tenun cagcag yang ada di Desa Pacung dapat diidentifikasi beberapa permasalahan pokok yang dialami oleh kelompok tenun, yaitu: 1. Pola manajemen kelompok pengerajin tenun cag-cag. Anggota kelompok tenun cagcag yang sebagian besar adalah kaum perempuan dan masyarakat lanjut usia
3
mengharuskan mereka untuk mengurus anak-anak dan sumi terlebih dahulu, termasuk memasak dan menyediakan pakaian, baru bisa mengurus tugas yang diberikan kelompok. Demikian juga dengan laki-laki yang lanjut usia, mesti merawat cucu atau mengerjakan tugas yang diberikan anaknya, baru membuat tenun yang ditugaskan oleh kelompok. Hal ini disebakan karena menenun dianggap sebagai pekerjaan sampingan dan penghasilannya juga tidak memadai. Akibatnya dedlain dari para pemesan sangat sulit untuk dapat dipenuhi secara tepat waktu oleh kelompok. Jika proses produksi tenun ditempatkan pada satu lokasi, sebagian besar anggota kelompok tidak bisa bekerja pada jam yang sama, karena menenun yang biasanya dilakukan untuk mengisi waktu-waktu luang. Hal ini juga disebabkan karena para penenun di Desa Pacung sudah terbiasa mengerjakan tenunnya dirumah masingmasing. Berkenaan dengan itu, maka proses pengerjaan tenun (pemintalan benang, pewarnaan, produksi) biasanya dilakukan dirumah masing-masing, kemudian hasil produksinya baru dikumpulkan dan dijadikan satu tempat pemasaran. Pola pembagian tugas pada masing-masing anggota kelompok juga sering mengalami permasalahan, mengingat tugas dan tingkat kesukarannya beragam. Diakui juga dalam proses pembagian laba bagi anggota kelompok masih mengalami permasalahan, mengingat masing-masing anggota melakukan pekerjaan yang berbeda-beda dengan tingkat kesulitan yang bergam pula. Kondisi ini seringkali menimbulkan berbagai interpretasi diantara anggota kelompok. Selain itu komplain dan pembatalan dari calon pembeli karena keterlabatan proses penyelesaian produk merupakan masalah paling prinsip dalam pola manajemen kelompok tenun cag-cang di Desa Pacung ini, 2. Pengembangan bentuk, warna/corak dan model produks (desain). Para pengerajin tenun cag-cag di Desa Pacung mengekui, salah satu persoalan dasar yang dialami oleh kelompok pengerajin tenun cag-cag adalah berkaitan dengan bentuk, warna/corak dan model produks (desain) tenun yang dihasilkan. Selama ini kelompok pengerajin tenun cag-cag hanya mampu membuat warna/corak, bentuk dan model yang cocok untuk selendang dan kemben saja. Padahal hasil tenunan dapat dijadikan sebagai bahan dasar untuk membuat baju, tas, dan taplak meja yang sangat diminati oleh wisatawan untuk souvenir bagi keluarga atau sahabatnya.
Dengan beraneka
ragamnya warna/corak, bentuk dan model yang yang mampu dihasilkan dari kelompok tenun cag-cag akan semakin membuka peluang produksi tenun cag-cag diminati oleh para pembeli, termasuk perusahan-perusahaan yang memproduksi tas, baju dan taplak meja.
Menurut pengrajian beberapa perusahan memang telah 4
menjajagi hasil tenun yang mereka hasilkan, namun para pengusaha mengeluhkan warna/corak, bentuk dan model/desain tenun yang kurang vareatif. Kondisi ini berimplikasi pada harga produks tenun yang dihasilkan. Walaupun secara kualitas tenun cag-cag yang dihasilkan oleh kelompok tenun yang ada di Desa Pacung tidak diragukan oleh para pembeli. Proses pembelianpun hanya bersifat eceran, karena hanya diminati secara perorangan. Jika warna/corak, bentuk dan model/desainnya mampu dikembangkan secara kreatif diyakini akan menarik minat pembeli khususnya perusahaan-perusahaan yang mengembangkan souvenir yang terbuat dari tenun. Sebenarnya
para
pengerajin
sudah
mencoba
melakukan
inovasi
untuk
mengembangkan warna/corak, bentuk dan model/desain tenunnya, tetpi sampai belum berhasil. Hal ini disebabkan karena sebaguan besar penenun tidak memiliki kemampuan desain yang memadai, hanya berdasarkan pada proses coba-coba dan belajar dari penenun cag-cag sebelumnya, dan 3. Tempat pemasaran produk. Seara geografis letak Desa Pacung sebenarnya sangat menguntungkan, karena merupakan jalur perlintasan antara Kota Karangasem dan Kota Singaraja. Namun sampai saat ini sebagian besar kelompok tenun cag-cag di Desa Pacung tidak memiliki tempat pemasaran produk, yang disebabkan karena minimnya dana yang dimiliki oleh kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, kelompok tenun memajang hasil produksinya di salah satu rumah anggota kelompok tenun. Secara argonomi kondisi ini tidak produktif bagi proses promosi produk, mengingat penataan, kondisi ruangan, lokasi kurang mendukung daya tarik pembeli. Bahkan lokasi pemajangan produk cenderung sulit untuk dijangkau dan tidak enak untuk dinikmati secara kasat mata. Berkenaan dengan itu tampaknya diperlukan tempat yang memadai untuk dapat dikenal oleh masyarakat luas, termasuk memasarkannya melalui media elektronik. Berdasakan fokus masalah dan diskusi dengan kelompok pengerajin cag-cag di Desa Pacung, maka disepakati masalah yang akan diatasi melalui iptek bagi masyarakat ini adalah pelatihan pengembangan desain dan motif tenun cag-cag, sehingga dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat produk tas, baju, taplak meja dan souvenir lainnya. Mengingat masalah ini sangat pundamental bagi pelestarian dan pengembangan serta peningkatan ekonomi anggota kelompok tenun cag-cag di Desa Pacung. Melalui pelatihan ini diharapkan akan terjadinya peningkatan kualitas dan vareasi produk tenun cag-cag, sehingga lebih diminati oleh pangsa pasar dan meningkatkan nilai ekonomis tenun cag-cang itu sendiri. 5
Berdasarkan pada indetifikasi masalah sebagaimana dipaparkan di atas, maka persolan utama yang akan dipecahkan melalui kegiatan iptek bagi masyarakat ini adalah : 1. Bagaimanakah strategi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kelompok tenun cag-cag di Desa Pacung dalam mengembangkan desain, corak dan motif tenun cag-cag sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasar saat ini; 2. Bagaimanakah strategi meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kelompok tenun cag-cag di Desa Pacung dalam membuat pembukuan sederhana, sehingga dapat digunakan untuk menghitung laba/rugi kegiatan menenun yang dilakoni; 3. Bagaimanakah strategi meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kelompok tenun cag-cag di Desa Pacung dalam melakukan manajemen pencualan untuk meningkatkan pendapatan anggota kelompok tenun cag-cag. 1.3. Tujuan Kegiatan Berdasarkan latar belakang dan permasalahan sebagaimana dipaparkan di atas, maka tujuan dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah : 1. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kelompok tenun cag-cag di Desa Pacung dalam mengembangkan desain, corak dan motif tenun cag-cag sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasar saat ini; 2. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kelompok tenun cag-cag di Desa Pacung dalam membuat pembukuan sederhana, sehingga dapat digunakan untuk menghitung laba/rugi kegiatan menenun yang dilakoni; 3. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kelompok tenun cag-cag di Desa Pacung dalam melakukan manajemen pencualan untuk meningkatkan pendapatan anggota kelompok tenun cag-cag. 1.4.Manfaat Kegiatan Adapun manfaat yang akan diperoleh melalui kegiatan ini akan tampak dalam target yang telah ditetapkan bersama antara kelompok tenun cag-cag dengan pelaksana kegiatan. Target yang ingin dicapai dari pelaksanaan program pengabdian pada masyarakat Kelompok Pengerajin Tenun Cag-cag di Desa Pacung tertuang dalam Tabel 1 (halaman berikut).
6
Tabel 1. Target Luaran Program Pengabdian Masyarakat Kelompok Nelayan Dencarik No 1
2
Produk
Spesifikasi
Peningkatan pengetahuan dan
Kemampuan membuat
Pembukuan usaha
keterampilan pengerajin tenun cag-cag
pembukuan kerajinan
tenun cag-cag
dalam membuat pembukuan sederhana
tenun cag-cag
Peningkatan wawasan dan keterampilan
Adanya motif, corak dan
Bentuk tas bermotif
pengerajin tenun cag-cag dalam
desain tenun cag-cag
bunga, taplak meja
membuat vareasi motif, desaian dan
yang bervareasi yang
bermotif kotak-kotak,
corak tenun cag-cag sesuai dengan
dapat dijadikan contoh
dan syal dengan
kebutuhan pasar 3
Target
berbagai motif
Peningkatan pengetahuan dan
Proses pemasaran
Brosur yang bisa
keterampilan pengerajin tenun cag-cag
dilakukan dengan
diunggah di internet
dalam melakukan manajemen
berbagai media termasuk
pemasaran
media sosial
Sedangkan luaran dari pelaksanaan program pengabdian pada masyarakat Kelompok tenun cag-cagadalah: 1. Pembukuan usaha tenun cag-cag 2. Bentuk tas bermotif bunga, taplak meja bermotif kotak-kotak, dan syal dengan berbagai motif 3. Brosur yang bisa diunggah di internet 4. Artikel ilmiah yang siap di publikasikan Berdasarkan pada target dan luaran sebagaimana dipaparkan di atas, maka manfaat dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah : 1. Bagi kelompok tenun cag-cag, kegiatan pelatihan ini dapat memberikan pengetahuan dan kterampilan yang memadai dalam merancang desain, motif dan corak tenun cagcag sesuai dengan kebutuhan pasar dan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kelompok tenun dalam membuat pembukuan sederhana serta melakukan manajemen pemasaran; 2. Bagi Desa Pacung, kegiatan ini tentunya akan dapat meningkatkan produksi tenun cag-cag yang berkorelasi dengan pendapatan asli desa yang diperoleh melalui persentase penjualan tenun cag-cag.
7
BAB III METODE PELAKSANAAN 2.1. Waktu dan Tempat Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, dimulai dari 23 Mei sampai dengan 27 Nopember 2014. Tempat pelaksanaan kegiatan di Kelompok Pengerajin Tenun Cag-cag yang beralamat di Desa Pacung, Kecamatan Tejakuka, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Adapun peta lokasi pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Lokasi Mitra : Kelompok Tenun Cag-Cag
Desa Pacung
8
2.2. Metode Pelaksanaan 1. Indentifikasi masalah menggunakan model partisipatory rural apprasial (PRA). PRA adalah suatu teknik untuk menyusun dan mengembangkan program operasional dalam pembangunan kelompok. Metode ini ditempuh dengan memobilisasi sumberdaya manusia dan alam setempat, serta lembaga lokal guna mempercepat peningkatan produktivitas, menstabilkan, dan meningkatkan pendapatan masyarakat serta mampu pula melestarikan sumberdaya setempat.
Bertolak dari konsep PRA, maka tahapan kegiatan
dalam model ini adalah melaksanakan identifikasi masalah setiap masalah yang dialami oleh kelompok pengerajin tenun cag-cag, juga dalam perumusan program dan pendanaan dilakukan secara terarah dengan berpihak dan melibatkan kelompok pengerajin tenun cagcag. Dengan demikian dalam merumuskan masalah, mengatasi masalah, penentuan proses dan kriteria masalah harus mengikutsertakan bahkan ditentukan oleh kelompok sasaran. Penggunaan model pendekatan di atas diharapkan akan: (1) dikenalnya masalah secara tepat/efektif sesuai dengan pesepsi, kehendak, dan ukuran/ kemampuan serta kebutuhan mereka, (2) tumbuhnya kekuatan (empowering) kelompok pengerajin tenun cag-cag dalam pengalaman merancang, melaksanakan, mengelola dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan/pertumbuhan diri dan ekonominya, dan (3) efektifitas dan efisiensi penggunaan sumberdaya kelompok pengerajin tenun cag-cag. Selanjutnya melalui analisis akan terinventarisir keterbatasan dan keterpenuhan berbagai sumberdaya, sarana dan prasarana, maupun
jenis-jenis usaha masyarakat. Di samping itu, akan ditemukan berbagai jenis
kesenjangan dan kemiskinan secara mendalam baik secara natural, struktural, ataupun kultural. Berdasarkan identifikasi masalah akan dirancang berbagai perencanaan profil wilayah berupa program aksi. Rencana program aksi sebelum disosialisasikan kepada kelompok sasaran, terlebih dahulu dikonsultasikan dengan ketua kelompok pengerajin tenun cag-cag derah sasaran untuk kemudian memperoleh tanggapan/umpan balik/masukkan dari kelompok sasaran yang akan digunakan sebagai bahan revisi dari rancangan program aksi. Berdasarkan analisis masalah sebagaimana di gambakan di atas, permasalahan yang dialami oleh kelompok pengerajin tenun cag-cag di Desa Pacung adalah berkaitan: (1) pola manajemen
kelompok
pengerajin
tenun
cag-cag,
(2)
pengembangan
bentuk,
warna/corak/motif dan model produks (desain), dan (3) tempat pemasaran produk, maka masalah yang ditangani adalah sebatas pada pengembangan benuk, warna, corak/motif dan desain tenun cag-cag, sehingga apat dijadikan bahan dasar daam membuat tas, taplak meja, baju dan aneka souvenir lainnya. Berkenaan dengan itu, maka
solusi yang ditawarkan 9
melalui program iptek bagi kelompok pengerajin tenun cag-cag (IbM) di Desa Pacung Kecamatan Tejakula ini adalah “Pengembangan Desain, Motif dan Corak Tenun CagCag”.
Pelatihan ini diberikan karena dinilai dapat menyelesaikan persoalan kelompok
pengerajin tenun cag-cag di Desa Pacung secara komperhensif, tepat guna dan berkelanjutan. Pelatihan pengembangan desian, motif dan corak tenun cag-cag ini dilakukan dengan cara: (1) mengumpulkan bahan dan alat yang dapat digunakan untuk menenun, (2) penyajian materi dasar-dasar mengembangkan desian, motif dan corak tenun, (3) pelatihan pengembangan desain, motif dan corak tenun cag-cag, (4) praktek pembuatan tenun cag-cag dengan berbagai bentuk desian, motif dan corak, dan (5) evaluasi dan refleksi proses pelatihan. Pada tahap evaluasi dan refleksi ini para peserta diberikan merenungkan apa yang telah dilakukan dalam mengembangkan bentuk desain, motif dan corak tenun cag-cag dan bagaimana melalukan revisi terhadap produknya. Adapu keunggulan dari bentuk desain, motif dan corak tenun cag-cag yang bersiafat vareatif ini adalah (1) lebih diminati oleh pangsa pasar, mengingat bentuk desain, motif dan coraknya yang beragam, sehingga dapat diekspresikan lagi menjadi produk lainnya, (2) memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi, dan (3) tidak ditinggalkan oleh trens mode yang berkembang dengan cepat. 2. Pelaksanaan program dengan model enthrepreneurship capasity building (ECB) dan model Technology Transfer (TT) serta menerapkan Teknologi Tepat Guna (TTG). Model ECB terkait erat dengan kemampuan berwirausaha dari kelompok pengerajin tenun cag-cag, dengan model ini diharapkan: (1) memberikan wawasan, sikap, dan keterampilan, (2) memberikan peluang, (3) memfasilitasi dan (4) memonitor dan mengevaluasi bagaimana perkembangan usahanya. Model TT dilakukan agar kelompok sasaran: (1) menguasai prinsip-prinsip penerapan teknologi terutama yang berkaitan dengan proyek yang sedang/akan dilaksanakan, (2) kalau teknologinya dirasakan terlalu rumit untuk menyelesaikan masalah/kebutuhan, maka ketua proyek mempunyai kewajiban untuk menyederhanakan
melalui
penerapan
TTG,
(3)
memproduk
yang
bersifat
mereplikasi/modifikasi dengan alat sederhana yang dapat menyelesaikan masalah/kebutuhan kelompok pengerajin tenun cag-cag. Penyebarluasan informasi dan dan sosialisasi program dengan menggunakan model Information Technology (IT).TTG yang telah diujicobakan dengan hasil yang cukup layak dan memuaskan dapat dikemas dalam kemasan informasi media cetak/elektronik, kemudian disebarluaskan kepada kelompok pengguna yang lain melalui IT. Dengan demikian model IT 10
dalam program (IbM) digunakan untuk menyebarluaskan hasil replikasi dan modifikasi TTG yang aplikasinya benar-benar telah teruji secara layak dan memuaskan. Untuk merealisasikan program ini, maka metode pendekatan yang disinyair efektif dan efisien adalah metode pelatihan terprogram dengan sistem kelompok yang bersifat terminal. Artinya untuk melakukan pelatihan terahadap kelompok pengerajin tenun cag-cag di Desa Pacung, akan dilakukan program pelatihan secara terjadwal kepada dua kelompok pengerajin tenun cag-cag ada di Desa Pacung. Kedua kelompok pengerajin tenun cag-cag akan memperoleh paket program pelatihan, yang diawali dengan pengenalan pengetahuan dan keterampilan tentang pengembangan bentuk desain, motif dan corak tenun cag-cag, kemudian dilanjutkan dengan pelatiha pembuatan bentuk desian, motif dan corak tenun cag-cag yang bersifat vareatif, kemudia kepada mereka akan dikondisikan untuk bisa mambuat bentuk desain, motif dan corak tenun cag-cag yang vareatif, pembuatan bentuk desain, motif dan corak tenun cag-cag yang vareatif secara mandiri dengan tetap didampingi oleh tim pelaksana/tutor. Setelah dianggap mahir maka tim pelaksana akan menghentikan pelatihan pada kelompok tersbut, dan beralih kepada kelompok pengerajin tenun cag-cag lainnya dengan prosedur yang sama.Adapun materi yang diberikan selama pelatihan meliputi : (1) bahan dan aat yang dapat digunakan untuk mambuat bentuk desain, motif dan corak tenun cag-cag yang vareatif,(2) cara pengembangan bentuk desain, motif dan corak tenun cag-cag yang vareatif, (3) keunggulan tenun cag-cag denganbentuk desain, motif dan corak tenun cag-cag yang vareatif, dibandingkan dengan tenun cag-cag yang biasa dibuat sebelumnyadan (4) tehnik penyebarluasan pengetahuan dan keterampilan pembuatan bentuk desain, motif dan corak tenun cag-cag yang vareatif,. Pengembangan model pelatihan membuat bentuk desain, motif dan corak tenun cagcag yang vareatif dimulai dari : (1) orientasi lapangan dan identifikasi masalah, yaitu suatu pengkajian secara riil masalah yang dihadapi oleh masyarakat untuk dicarikan solusinya, (2) studi literatur, yaitu mengkaji sumber-sumber yang dapat meberikan gambaraan akan masalah yang dihadapi kelompok pengerajin tenun cag-cag dan cara pemecahannya, (3) oprasionalisasi kegiatan, yaitu pelaksanaan kegiatan pelatihan membuatbentuk desain, motif dan corak tenun cag-cag yang vareatif, (4) evaluasi kegiatan, yaitu proses penilaian keberhasilan pelatihan mambuat bentuk desain, motif dan corak tenun cag-cag yang vareatif,, dan (5) mambuat bentuk desain, motif dan corak tenun cag-cag yang vareatif, secara mandiri dengan tetap didampingi Tim Pelaksana.Secara skematis alur kerja pemecahan masalah dalam kegiatan ini, dapat dijabarkan sebagai berikut (halaman berikut)
11
Gambar 3.1. Gambar Alur Pemecahan Masalah Kelompok Pengerajin Tenun Cag-Cag Orientasi Lapangan
Identifikasi Masalah Studi Literatur
Ceramah Pelatihan
Produk
Konsumsi
Penyimpanan
Sosialisasi
Untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan, maka akan dilakukan evaluasi minimal 3 (tiga) kali, yaitu evaluasi proses, evaluasi akhir, dan evaluasi tindak lanjut. Kegiatan evaluasi ini akan melibatkan tutor/pakar dari Undiksha Singaraja. Kriteria dan indikator pencapaian tujuan dan tolak ukur yang digunakan untuk menjastifikasi tingkat keberhasilan kegiatan dapat diuraikan pada tabel berikut : Tabel. 3.1. Kriteria Keberhasilan Pelatihan Kelompok Tenun Cag-Cag No Jenis Data
Sumber Data
Indikator
Kriteria
Instrumen
Keberhasilan 1.
Pengetahuan
dan Kelompok
Pengetahuan
Terjadi
keterapilan tentang pengerajin
dan
perubahan yang wawancara
mambuat
keterampilan
positif terhadap
desain, motif dan
kelompok
pengetahuan
corak tenun cag-
pengerajin
dan
cag yang vareatif,
tenun
pengerajin
bentuk tenun
Pedoman
kelompok
tenun 2.
Keterampilan para Kelompok
Keterampilan
Terjadinya
pengerajin
kelompok
perubahan yang wawancara
pengerajin
positif terhadap dan format
tenun
keterampilan
mambuat
tenun pengerajin bentuk tenun
desain, motif dan
Pedoman
observasi
12
corak tenun cag-
kelompok
cag yang vareatif,
pengerajin tenun
3.
Perubahan kualitas Kelompok
Perubahan
dan
kualitas
minat
terhadap
pasar pengerajin bentuk tenun
Kualitas bahan Pedoman dan dan hasil tenun observasi
minat pembeli lebih kuat, cara dan
desain, motif dan
terhadap
corak tenun cag-
produk
cag yang vareatif
cag-cag
pengerjaan
Wawancara
tenun lebih cepat dan peningkatan nilai ekonomis
Pada kegiatan pelatihan IbM pengermbangan bentuk desain, motif dan corak tenun cag-cag di Desa Pacung Kecamatan Tejakula, kelompok pengerajin tenun akan dilibatkan dari awal sampai akhir kegiatan. Kelompok pengerajin tenun cag-cag akan dilibatkan dalam merencanakan program, penjadwalan kegiatan, penyediaan bahan, khususnya bahan baku benang, alat pemintal benang, alat mengembangkan bentuk desian, motif dan corak tenun, ikut serta dalam pelatihan sampai pada tahap uji coba produk pelatihan. Uji validitas ini dimaksudkan untuk mengertahui kualitas dan nilai ekonomis dari hasil pelatihan tenun cagcag dengan bentuk desain, model dan motif yang bervareasi. Pelibatan kelompok pengerajin tenun secara penuh ini diharapkan dapat memberikan seperangkat pengatahun dan keterampilan yang lengkap kepada para penenun dalam membuat dan mengembangkan bentuk desian, motif dan corak tenun cag-cag. Sehingga hasil akhir dari pelatihan ini bagai kelompok pengerajin tenun cag-cag adalah keterampilan membuat tenun cag-cag dengan desain, motif dan corak yang vareatif serta cara penyebar luasannya.
13
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pada rencana program sebagaimana ditermuat dalam proposal kegiatan, maka kegiatan pengabdian masyarakat ini akan dilalui melalui dari kegiatan identifikasi masalah, perumusan permasalahan, negosiasi pelaksanaan program, pelaksanaan program, evaluasi kegiatan dan pelaporan. Pada tahap pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat “IbM Pengerajin tenun cag-cag di Desa Pacung” pada kelompok tenun dilaksanakan dari bulan Mei sampai pada bulan Oktober 2014 yang telah dilaksanakan. Kegiatan pertama yang dilakukan adalah pendampingan pembuatan vareasi motif, desain dan bentuk tenun cagcag sesuai kebutuhan pasar.Kegiatan berikutnya adalah pelatihan danpendampingan pembuatan pembukuan sederhana.Kegiatan ketiga adalah pelatihan dan pendampingan manajemen pemasaran hasil produksi tenun cag-cag. Pada tahap awal pelaksanaan program dilaksanakan kegiatan berupa perencanaan disain dan kegiatan diklat, persiapan tutor, persiapan alat dan bahan, dan sosialisasi dan koordinasi dengan peserta serta dengan kepala desa.Kegiatan diklat dilaksanakan bersamaantara tim pengusul dengan para pengerajin tenun cag-cag yang didasarkan pada analisis situasi yang dibuat berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tenun cag-cag. Rencana kegiatan ini dilaksanakan pada akhir bulan Mei sampai pada bulan Oktober 2014 yang juga melibatkan peran serta aktif peserta program pengabdian kepada masyarakat untuk membuat skala prioritas program yang dilaksanakan. Perencanaan ini berjalan dengan sangat baik berkat peranan aktif tim pelaksana dan peserta yang menjadi mitra program pengabdian masyarakat. Pada tahap berikutnya adalah mempersiapkan tutor atau pakar yang menguasai bidang-bidang yang akan dilatihkan kepada para peserta. Persiapan tutor dan instruktur dilaksanakan pada awal kegiatan untuk mematangkan kembali program – program yang akan dilaksanakan kepadamitra, sehingga terjadi sinergi yang baik dalam kegiatan ini. Persiapan tutor dan instruktur ini meliputi: pembuatan materi pelatihan secara terstruktur, baik dalam bentuk bahan cetak mapun media powerpoin, mencetak dan memperbanyak materi pelatihan untuk pelatihan danpendampingan pembuatan pembukuan sederhana, pelatihan dan pendampingan pembuatan vareasi motif, desain dan bentuk tenun cag-cag sesuai kebutuhan pasar dan pelatihan dan pendampingan manajemen pemasaran hasil produksi tenun cag-cag.
14
Setelah semua tim pakar siap, tahap berikutnya adalah melakukan negosiasi dan musyawarah untuk menentukan waktu dan tempat kegiatan yang dalam hal ini melibatkan para pengerajin tenun cag-cag di desa Pacung. Hal ini dilaksanakan untuk mendapatkan kesepakatan waktu dalam pelaksanaan program.Pada tahap ini proses musyawarah menyepakati kegiatan dilaksanakan dalam satu lokasi yang telah disepakati bersama dan kegiatan dilaksanakan pada waktu yang tidak mengganggu kegiatan adat anggota kelompok tenun cag-cag di Desa Pacung. Koordinasi juga dilakukan kepada Kepala Desa Pacung untuk mendapatkan ijin kegiatan dan mendapatkan legitimasi dari pemerintahan desa, sehingga kegiatan dan pendampingan dapat berlangsung dengan baik. 3.1. Pelatihan dan Pendampingan pembuatan pembukuan sederhana Secara prinsip pendidikan dan pelatihan serta pendampingan pembuatan pembukuan sederhana yang diberikan kepada kelompok pengerajin tenun Cag-cag di Desa Pacungmerupakan sharing tentang bagaimana cara membuat pembukuan sederhana yang mesti dilakukan oleh setiap usaha, termasuk usaha rumah tangga.Selama ini sebenarnya para pengerajin sudah memiliki ide untuk membuatkan pembukuan untuk setiap usaha yang mereka kembangkan, termasuk memisahkan keuangan rumah tangga dengan keuangan usaha, namun belum dapat direalisasikan karena berbagai faktor, termasuk masalah kemampuan membuat pembukuan yang selama ini tidak dipahami dengan baik.Berdasarkan pada kondisi tersebut, maka tim pakar memberikan pelatihan secara detail kepada semua pengerajin tenun cang-cag, sehingga mampu membuat pembukuan sederhana dengan baik. Pelatihan danpendampingan pembuatan pembukuan sederhanadilaksanakan pada tanggal 23 Mei sampai 22 Juni 2014, bertempat di kelompok pengerajin tenun cang-cang Indigo di Desa Pacung, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng. Pada pelatihan membuat pembukuan sederhana untuk menentukan modal dan harga jual barang hasil tenun pada para pengerajin terlebih dahulu diberikan pemahaman mengenai pentingnya penggunaan pembukuan dalam melaksanakan usaha. Banyak orang malas membuat pembukuan untuk usahanya. Memang topik pembukuan ini merupakan fakta yang sering dihindari oleh para pengusaha, khususnya mereka para pengusaha baru. Sebenarnya apa itu pembukuan? Pembukuan merupakan proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan suatu perusahaan atau organisasi. Pencatatan itu meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan 15
keuangan
berupa
neraca ,
dan
laporan
laba
rugi
untuk
periode
tahun
fiskal tersebut.Pembukuan sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha dalam kondisi untung/rugi. Selain itu dengan membandingkan kondisi keuangan tahun sebelumnya dengan tahun saat ini, maka kita dapat mengetahui apakah perusahaan memiliki kenaikan laba, atau justru sebaliknya malah merugi. Beberapa hal yang menjadi parameter sukses tidaknya sebuah perusahaan/usaha ada banyak. Di antaranya adalah kinerja SDM, kinerja keuangan, kinerja operasi dll. Walau demikian semuanya akan berujung pada satu keputusan yaitu perusahaan itu untung atau tidak. Sehingga membuat parameter kinerja keuangan menjadi sangat berperan bagi perusahaan. Laporan keuangan yang bersumber dari pembukuan dapat menunjukkan itu semua. Pembukuan dapat digunakan sebagai alat kontrol keuangan usaha. Kita dapat mengetahui biaya-biaya mana yang tidak perlu, biaya mana yang merupakan pemborosan. Sehingga biaya tersebut dipotong dan akan mengefisienkan usaha dengan lebih baik. Tanpa adanya pembukuan, hal tersebut tidak akan mungkin bisa dilakukan, karena secara nyata angka itu tidak pernah tercatat. Pembukuan dapat dijadikan alat pengambilan keputusan. Mengapa demikian? Karena dengan melihat perkembangan keuangan dari tahun ke tahun, kita dapat melihat, haruskah perusahaan berinvestasi kembali ke alat-alat produksi misalnya (jika memiliki banyak uang kas), atau fokus pada pemasaran (jika angka penjualan turun) atau keputusan-keputusan lainnya, yang didasarkan pada kondisi keuangan saat ini. Dengan melakukan pembukuan berarti kita sudah berperan sebagai warga negara yang baik, yaitu dengan melaporkan pajak hasil usaha yang dilakukan. Perhitungan pajak didasarkan pada laporan keuangan usaha yaitu dari neraca dan laporan laga rugi. Pembukuan usaha, yang nantinya berakhir ke dalam bentuk laporan keuangan dapat digunakan sebagai dasar, layak tidaknya usaha tersebut jika menerima tambahan modal dari pihak lain seperti investor, pihak perbankan, dan perusahaan ventura. Dasar laporan keuangan ini merupakan ketentuan wajib bagi lembaga keuangan untuk berinvestasi di perusahaan tersebut, karena laporan keuangan ini menunjukkan baik tidaknya kondisi perusahaan, dilihat dari untung-rugi, efisien-boros, dan pengelolaan aset usaha. Salah satu tangtangan pengusaha kecil termasuk pengerajin tenun cag-cag dalam mengembangkan usaha adalah masalah membuat dan mengembangkan pembukuan untuk usaha yang mereka jalankan.
Masalah management bisniskerap menjadi kendala besar
terutama bagi para pelaku usaha kecil atau orang yang baru terjun ke dunia bisnis, termasuk pengerajin anyaman bambu. Bukan hanya menyangkut cara mengelola produk atau produksinya, namun yang kerap kedodoran adalah pada pengelolaan keuangannya. Belum 16
lagi semua bidang tak jarang diurus seorang diri sehingga menyebabkan perkembangan usahanya juga ikut-ikutan kedodoran. Sebenarnya hampir semua bagian dalam sebuah pengelolaan usaha merupakankendala sekaligus tantangan yang dihadapi para pelaku usaha kecil. Sejumlah riset menemukan bahwa masalah manajemen keuangan merupakan problem utama yang sering muncul. Kendala ini terutama tumpang tindihnya antara pengelolaan keuangan bisnis dengan keuangan keluarga. Akibatnya, selain perkembangan bisnisnya seret, dampaknya juga pada keutuhan rumah tangga yang tak jarang ikut terganggu. Forum Daerah Usaha Kecil dan Menengah (Dorda UKM) Yogyakarta juga pernah melakukan riset kecilkecilan tetang kendala utama yang dialami para pelaku bisnis UKM. Ternyata, masalah pemasaran justru lebih mendominasi problem tersebut. Tak sedikit pelaku UKM yang mampu membuat produk yang berkualitas dengan standar tinggi, namun kesulitan dalam memasarkannya. Dengan kata lain, manajemen pemasaran menjadi hambatan untuk pengembangan usaha mereka. Seperti yang ditulis para pengusaha kecil, Tips Memulai Usaha Kecil, jika anda baru pertama kali terjun ke dunia bisnis anda tak perlu teori apapun untuk menjalankan dan mengembangkan usaha anda. Langsung jalankan saja, dan apapun tantangan dan hambatan yang anda alami merupakan pengalaman yang sangat berharga yang dapat menjadikan anda menjadi besar. Rasanya kita semua tentu paham dan sepakat bahwa untuk menjadi besar haruslah berangkat dari yang kecil terlebih dahulu. Tak ada pengusaha besar dan sukses saat ini yang tidak dimulai dari hal kecil. Kalau pun ada, mungkin mereka adalah anak-anak pengusaha yang masuk untuk meneruskan bisnis orang tuanya yang memang sudah besar. Dan jumlahnya, mungkin bisa dihitung dengan jari, dan itu bukan merupakan contoh yang baik dalam membangun sebuah bisnis. Menurut para peserta pelatihan, selama ini mereka tidak menggunakan pembukuan untuk menjalankan usahanya disebabkan karena beberapa faktor, yaitu; (1) sebagian besar pengrajin tenun cag-cag hanya menamatkan pendidikan hanya pada bangku sekolah dasar, sehingga secara rasional tidak mengetahui bagaimana cara membuat pembukuan, (2) hampir semua pengerajin tenun cag-cag menjadikan keuangan keluarga dengan keuangan usaha menjadi satu, dan tak jarang harus saling melengkapi satu dengan lainnya, sehingga tidak mungkin bias mengetahui mana keuntungan usaha (3) modal awal usaha tidak ditentukan terlebih dahulu sebelum usaha tenun cag-cag dikembangkan, akan tetapi sambil jalan, sehingga sangat sulit untuk menentukan modal usaha, (4) menurut persepsi masyarakat usaha kecil termasuk usaha tenun cag-cag tidak perlu membuatkan pembukuan, karena akan menyebabkan sebakin banyak waktu tersita untuk membuatkan pembukuan, dan (5) 17
pembukuan menurut masyarakat masih terlalu sulit untuk dibuat dan membutuhkan waktu yang sangat banyak untuk membuatnya. Kondisi ini menyebabkan masyarakat menjadi malas untuk membuatkan pembukuan bagi usahanya.Implikasinya adalah sering sekali para pengerajin tenun cag-cag mengalami kerugian karena kesalahan modal dasar yang mengakibatkan penurunan pada penjualan. Padahal laporan keuangan menunjukkan posisi sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan selama satu periode.Selain itu, laporan keuangan juga menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dengan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Suatu laporan keuangan akan menjadi lebih bermanfaat untuk pengambilan keputusan, apabila dengan informasi tersebut dapat diprediksi apa yang akan terjadi di masa mendatang. Semakin baik kualitas laporan keuangan yang disajikan maka akan semakin meyakinkan pihak eksternal dalam melihat kinerja keuangan perusahaan tersebut. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Menurut Hery (2012:3), laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Juminang (2008:2) menyatakan, Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak yang berkempentingan dengan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Pihak – pihak yang berkempentingan tersebut diantaranya manajemen, pemilik, kreditor, investor, penyalur, karyawan, lembaga pemerintah, dan masyarakat umum. Sedangkan Haryono Jusup (2005:11) menyatakan, Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi. Dalam definisi ini disebutkan bahwa akuntansi merupakan suatu proses yang meliputi (1) pencatatan, (2) penggolongan, (3) peringkasan, (4) pelaporan, dan (5) penganalisisan data keuangan dari suatu organisasi. Kegiatan pencatatan dan penggolongan adalah proses yang dilakukan secara rutin dan berulang-ulang setiap kali terjadi transaksi keuangan. Sedangkan kegiatan pelaporan dan penganalisisan biasanya hanya dilakukan pada waktu tertentu. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan alat informasi yang menghubungkan perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan yang menunjukkan kondisi kesehatan keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan.
18
Sebenarnya laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi yang berguna bagi para pemakai laporan, terutama sebagai dasar pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan akuntansi ini dinamakan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan produk akhir dari serangkaian proses pencatatan dan pengikhtisaran data transaksi bisnis. Seorang akuntan diharapkan mampu untuk mengorganisir seluruh data akuntansi hingga menghasilkan laporan keuangan dan bahkan harus dapat menginterpretasikan serta menganalisis laporan keuangan yang dibuatnya. Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum mengenai posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan lain dalam posisi keuangan. Sedangkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) (2004:25) menyatakan, “ Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewerdship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan pada mereka” .
Dapat disimpulkan bahwa tujuan utama laporan keuangan adalah untuk
menyediakan informasi keuangan kepada pemakai informasi keuangan untuk mengetahui posisi, kinerja dan perubahan posisi keuangan perusahaan serta digunakan dalam pengambilan keputusan. Secara prinsip pembukuan atau laporan keuangan terdiri dari beberapa komponen yang sangat urgen untuk sebuah perusahaan untuk mengetahui sehat tidaknya sebuah usaha. Menurut Standar Akuntansi Keungan (2004), menyatakan bahwa laporan keuangan terdiri dari: (1) Neraca, (2) laporan Laba-rugi, (3) Laporan Perubahan Modal, (4) Laporan Arus Kas dan (5) Catatan atas laporan keuangan. a) Neraca Neraca atau sering disebut juga laporan posisi keuangan. Menurut AL Haryono Jusuf (2001:21) neraca adalah suatu daftar yang menggambarkan aktiva (harta kekayaan), kewajiban dan modal yang dimiliki oleh perusahaan. Neraca dibuat dengan maksud untuk menggambarkan posisi keuangan suatu organisasi pada saat tertentu.Komponen neraca antara lain: Aktiva (asset) yang terdiri atas akitva lancar, aktiva tetap, dan aktiva lain-lain. Kewajiban (liability) yang terdiri atas kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. 19
Modal yang terdiri dari Modal setor dan Laba yang ditahan. b) Laporan Laba rugi Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menunjukan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu. Selisih antara pendapatan dengan biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh perusahaan. Laporan laba rugi yang kadang-kadang disebut laporan penghasilan atau laporan pendapatan dan biaya merupakan laporan yang menunjukkan kemajuan keuangan perusahaan dan juga merupakan tali perhubungan dua neraca yang berurutan. Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menggambarkan hasil operasi perusahaan
dalam
suatu
periode
tertentu.
Dengan
kata
lain,
laporan
laba-rugi
menggambarkan keberhasilan atau kegagalan operasi perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya. Hasil operasi perusahaan diukur dengan membandingkan antara pendapatan perusahaan tersebut (Al Haryono Jusuf, 2001:24). Apabila pendapatan lebih besar daripada biaya, maka perusahaan dikatakan memperoleh laba. Sedangkan apabila terjadi sebaliknya dimana biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada pendapatan yang diperoleh, maka perusahaan dikatakan rugi. c) Laporan Perubahan Modal Menurut Partiwi Dwi Astuti (2012: 155), laporan perubahan modal menyediakan informasi peningkatan atau penurunan modal pemilik dalam periode akuntansi tertentu. Tambahan modal pemilik dan laba bersih merupakan hal yang dapat meningkatkan modal pemilik, sedangkan rugi, prive atau pembagian deviden merupakan pengurang modal pemilik. Informasi yang disajikan dalam laporan perubahan modal berkaitan dengan laporan laba rugi yang telah tersusun sebelumnya. Oleh karenanya, sangat tidak mungkin untuk menyusun laporan perubahan modal tanpa sebelumnya menyusun laporan laba rugi terlebih dahulu. d) Laporan Arus Kas Menurut Kasmir (2008:29), laporan arus kas adalah laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas terdiri dari arus kas masuk (cash in) dan arus kas keluar (cash out) selama periode tertentu.
20
Laporan arus kas terdiri atas: Kas dari atau untuk kegiatan operasional Kas dari atau untuk kegiatan investasi Kas dari atau untuk kegiatan pendanaan e) Catatan atas Laporan Keuangan Isi catatan ini adalah penjelasan umum tentang perusahaan, kebijakan akuntansi yang dianut, dan penjelasan tiap-tiap akun neraca dan laba rugi. Bilamana penjelasan tiap akun neraca dan laba rugi masih perlu dirinci, maka dijabarkan dalam lampiran. Penjelasan tiaptiap akun merinci akun-akun dalam neraca dan laba rugi. Dengan membaca perincian ini akan dapat dilihat bagaimana perilaku akun secara lebih detail. Dalam penjelasan per akun akan diinformasikan berbagai hal, misalnya tingkat suku bunga hutang bank dan sebagainya.Kalau semua komponen tersebut sudah dibuat dalam perusahaan maka dapat dipastikan semuam aktivitas usaha yang dilakukan akan terekam dengan baik. Setelah diberikan pelatihan pengerajin tenun cag-cag yang ada di Desa Pacungi mengakui mereka memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai dalam membuat pembukuan yang digunakan untuk menghitung aliran masuk dan kelurnya dana. Adapun hasil dari kegiatan pelatihan pembukuan sederhana yang telah dirasakan oleh para pengerajin tenun cag-cag di Desa Pacung, yaitu: (1) sebagian besar pengerajin tenun cag-cag belum bisa membuat pembukuan sederhana yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan modal dan harga jual barang hasil tenun yang dibuat, (2) pengerajin tenun cag-cag sering keliru dalam menentukan harga jual barang hasil kerajinan yang dibuat, sekarang setalah iberikan pelatihan mengaku tidak lagi mngalami kasus kekeliruan dalam menentukan harga jual, dan (3) antara pengeluaran kebutuhan rumah tangga yang menjadi urusan perempuan (ibu rumah tangga) dengan pengeluaran untuk kegiatan usaha sekarang tidak lagi dijadikan satu, astinya antara keuangan rumah tangga dengan usaha sudah dipisahkan.Produk yang dihasilkan dalam pelatihan ini adalah berupa pembukuan sederhana yang didalamnya memuat tentang uang masuk, pengeluaran dan saldo.Berdasarkan pada pelatihan dan pendampingan pembuatan pembukuan sederhana tersebut hampir semua pengerajin mampu memahaminya dengan baik. Dengan demikian Pelatihan dan Pendampingan pembuatan pembukuan sederhana pada kelompok pengerajin tenun cag-cang di Desa Pacung ini tidak mengalami kendala apapun, bahan para pengerajin tenun cag-cag dan masyarakat sangat kooperatif dalam pelaksanaan pelatihan dari awal sampai akhir.
21
3.2. Pelatihandan Pendampingan Desain, Motif dan Bentuk Tenun Cag-Cag Kegiatan ini dilaksanakan dari tanggal 20 Mei sampai pada tanggal 9 Juli 2014, dengan peserta anggota kelompok pengerajin tenun cag-cag di Desa Pacung yang diberikan oleh yang diberikan oleh Wayan Sudiarta, S.Pd,M.Si. Kegiatan berjalan dengan baik dan lancar karena respon yang bagus dari peserta terhadap materi yang diberikan. Hal positif adalah antusias peserta yang ikut dalam diklat ini, sehingga diharapkan dengan materi yang didapatkan ini mampu meningkatkan kreativitas para pengerajin tenun cag-cag dalam mengembangkan desain, motif dan bentuk tenun cag-cag sesuai dengan kebutuhan pasar yang selama ini belum mampu disediakan secara baik oleh pengerajin tenun cag-cag di Desa Pacung Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng- Bali. Pelatihan desain, motif dan bentuk tenun cag-cag ini dimulai dari pemberikan materi tentang hakekat motif tenun, jenis-jenis motif, dan pengembangan motif sesuai dengan kebutuhan pasar.Tenun itu adalah hasil dari menenun sebuah kain. Menenun artinya adalah proses persilangan dua set benang dengan cara memasuk-masukkan benang satu itu secara melintang pada benang-benang yang lain. Sebelum menenun dilakukan penghanian, yakni pemasangan benang-benang itu secara sejajar satu sama lainnya sesuai lebar kain yang diinginkan.Motif dalam konteks ini dapat diartikan sebagai elemen pokok dalam seni menenun.Ia merupakan bentuk dasar dalam penciptaan/perwujudan suatu karya teksil. Motif dalam pakaian meliputi: (1) motif geometris.produsen atau dengan daerah/Negara asalnya.Motif Pada kain tenun cag-cag ini tidak terlepas dengan ragam hias di dalamnya ini tentu saja berhubungan dengan motif.Motif adalah merupakanbagian dari satu kesatuan ragam hias atau ornamen.Berkenaan dengan seni kerajinan tenun, maka yang dimaksud dengan ornamen pada sebuah kain tenun adalah susunan motif hias kain tenun yang berfungsi untuk menambah keindahan bentuk atau wujud dari kain tenun itu sendiri.Motif ini lebih banyak memanfaatkan unsur-unsur dalam ilmu ukur seperti garis-garis lengkung dan lurus, lingkaran, segitiga, segiempat, bentuk meander, swastika, dan bentuk pilin, patra mesir “L/T” dan lain-lain. Ragam hias ini pada mulanya dibuat dengan guratan-guratan mengikuti bentuk benda yang dihias, dalam perkembangannya motif ini bisa diterapkan pada berbagai tempat dan berbagai teknik, (digambar, dipahat, dicetak), (2) motif tumbuh-tumbuhan.Penggambaran motif tumbuh-tumbuhan dalam seni tekstik dilakukan dengan berbagai cara baik natural maupun stilirisasi sesuai dengan keinginan senimannya, demikian juga dengan jenis tumbuhan yang dijadikan obyek/inspirasi juga berbeda tergantung dari lingkungan (alam, sosial, dan kepercayaan pada waktu tertentu) tempat motif tersebut diciptakan. Motif 22
tumbuhan yang merupakan hasil gubahan sedemikian rupa jarang dapat dikenali dari jenis dan bentuk tumbuhan apa sebenarnya yang digubah/distilisasi, karena telah diubah dan jauh dari bentuk aslinya, (3) motif binatang.Penggambaran binatang dalam seni tekstil sebagian besar merupakan hasil gubahan/stilirisasi, jarang berupa binatang secara natural, tapi hasil gubahan tersebut masih mudah dikenali bentuk dan jenis binatang yang digubah, dalam visualisasinya bentuk binatang terkadang hanya diambil pada bagian tertentu (tidak sepenuhnya) dan dikombinasikan dengan motif lain. Jenis binatang yang dijadikan obyek gubahan antara lain, burung, singa, ular, kera, gajah dll, (4) motif manusia.Manusia sebagai salah satu obyek dalam penciptaan motif ornamen mempunyai beberapa unsur, baik secara terpisah seperti kedok atau topeng, dan secara utuh seperti bentuk-bentuk dalam pewayangan, (5) motif gunung, air, awan, batu-batuan dan lain-lain. Motif benda-benda alami seperti batu, air, awan dll, dalm penciptaannya biasanya digubah sedemikian rupa sehingga menjadi suatu motif dengan karakter tertentu sesuai dengan sifat benda yang diekspresikan dengan pertimbangan unsur dan asas estetika.misalnya motif bebatuan biasanya ditempatkan pada bagian bawah suatu benda atau bidang yang akan dihias dengan motif tersebut, (6) motif kreasi/ khayalan yaitu bentuk-bentuk ciptaan yang tidak terdapat pada alam nyata seperti motif makhluk ajaib, raksasa, dewa dan lain-lain.Bentuk ragam hias khayali adalah merupakan hasil daya dan imajinasi manusia atas persepsinya, motif mengambil sumber ide diluar dunia nyata. Contoh motif ini adalah : motif kala, motif ikan duyung, raksasa, dan motif makhluk-makhluk gaib lainnya.Sedangkan yang dimaksud pola adalah suatu hasil susunan atau pengorganisasian dari motif tertentu dalam bentuk dan komposisi tertentu pula. Contohnya pola hias batik, pola hias majapahit, jepara, bali, mataram dan lain-lain.singkatnya pola adalah penyebaran atau penyusunan dari motif-motif.Pola biasanya terdiri dari : (a). motif pokok, (b).motif pendukung/pigura, dan (c). isian /pelengkap. Sedangkan desain industri juga meliputi pola untuk untuk barang kerajinan, termasuk kerajinan tangan yang dalam hal ini adalah karya tenun selain barang industri. Jadi pada dasarnya desain industri merupakan “pattern” yang dipakai dalam proses produksi barang secara komersil dan dipakai secara berulang-ulang. Unsur dipakainya dalam proses produksi yang berulang-ulang inilah yang merupakan ciri dan bahkan pembeda dari ciptaan yang diatur dalam hak cipta.Sedangan pengertian desain dapat diartikan sebagai bidang ketrampilan, pengetahuan, dan pengalaman manusia yang mencerminkan keterikatannya dengan apresiasi dan adaptasi lingkungannya ditinjau dari kebutuhan-kebutuhan kerohanian, komposisi, arti, nilai dan tujuan dari fenomena buatan manusia. Dari pengertian desain 23
tersebut dapat terlihat ruang lingkup desain, yaitu mencakup pembuatan peralatan sehari-hari dari yang paling kecil seperti sendok garpu hingga pada corak dan model tekstil serta pakaian, perumahan hingga tata kota beserta alat-alat transportasi beserta jaringannya. Oleh karena itu secara luas bidang desain mencakup bidang desain produk, tekstil, interior, grafis, arsitektur, desain rekayasa serta desain kota yang semuanya itu dibuat dalam rangka pemenuhan kebutuhan spiritual dan material manusia. Bicara mengenai desain, ada 4 (empat) disiplin utama desain, yaitu desain industri, desain interior, desain komunikasi visual (grafis), dan desain tekstil. Untuk desain-desain motif tenun masuk dalam desain tekstil. Desain tekstil sangat kental hubungannya dengan citra, gaya hidup dan kecantikan, namun dalam dunia tradisional juga tidak terlepas dari nilai keagamaan dan adat. Ruang lingkup desain tekstil menyangkut kegiatan manusia dalam menjawab kebutuhan dan memenuhi kebutuhan akan sandang dalam arti yang luas. Dalam proses, menyangkut soal bentuk, desain tekstil terbagi atas desain struktur dan permukaan. Desain tekstil yang menyangkut bentuk desain struktur kebanyakan terdapat pada kain ikat tradisional (kain tenun), sedangkan desain tekstil yang menyangkut bentuk desain permukaan kebanyakan terdapat pada batik. Desain tekstil, baik untuk bentuk desain struktur pada kain ikat (kain tenun) maupun untuk bentuk desain permukaan pada batik, umumnya mempunyai pola tertentu yang telah baku dan telah dijadikan patokan untuk desain-desain selanjutnya, Pada dasarnya, desain struktur dan permukaan pada tekstil berkisar pada hiasan geometris, hiasan manusia, hiasan tumbuh-tumbuhan, hiasan binatang, dan hiasan bentuk-bentuk gejala alam. Selain aspek bidang desain industri, khususnya desain tekstil, dalam industri tenun juga menyangkut aspek bidang merek dagang. Hal ini karena produk tenun yang diproduksi, baik dalam bentuk kain, selendang maupun baju, akan dipasarkan atau diperdagangkan ke masyarakat dengan menggunakan merek dagang yang menjadi simbol dari masing-masing perusahaan yang bersangkutan.Oleh karena itu dalam dunia industri, termasuk dalam hal ini industri tenun, merek mempunyai peran yang sangat penting, karena merek dapat berfungsi sebagai tanda pengenal untuk membedakan produk perusahaan yang satu dengan produk perusahaan
yang
lain
yang
sejenis
serta
menghubungkan
produk
dengan
produsen/pedagangnya sebagai jaminan reputasi hasil usahanya ketika diperdagangkan. Merek juga berfungsi sebagai sarana promosi dagang, dimana merek merupakan simbol pengusaha untuk memperluas pasar produk dagangnya serta untuk menarik minat konsumen untuk membeli, sebagai jaminan atas mutu produk karena melalui merek konsumen dapat 24
mengetahui akan mutu produk yang dibelinya, dan juga sebagai asal produk dimana merek merupakan tanda pengenal asal produk yang menghubungkan produk dengan 3.3. Pelatihan dan Pendampingan Manajemen Pemasaran Proses pelatihan dan pendampingan manajemen pemasaran produks tenun cag-cag ini diawali dengan proses pemberian materi tentang hakekat manajemen pemasaran dan strategi pemasaran. Hakekat manajemen pemasaran dapat dipahami dari konsep pasar dan pemasaran. Pasar secara umum yaitu tempat pembeli dan penjual bertemu, berfungsi tertentu, barang dan jasa tersedia untuk dijual, serta terjadi perpindahan hak ilik. Pendapat lain mengemukakan, jumlah seluruh permintaan barang dan jasa oleh pembeli-pembeli potensia. Sedangkan menurut Philip kotler, pasar terdiri atas semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan dan keinginan tertentu, mau dan mampu dalam pertukaran barang dan jasa”.Sedangkan pemasaran adalah sistem keseluruhan kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, mendidtribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli yang ada maupun pembeli potensial”. Menurut Philip Kotler pemasaran adalah proses sosial dan manajerial saat individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan produk yang bernilai satu sama lain. Berdasarkan
pada
pengertian
di
atas,
maka
manajemen
pemasaran
menurut Philip Kotler ;” adalah proses perencanaan produk, penentuan harga, promosi, dan distribusi dari barang dan jasa untuk menciptakan barang pertukaran dengan kelompok sasaran dengan memenuhi tujuan pelanggan dan organisasi”. Sedangkan menurut W.J Stanton, yaitu sistem keseuruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan produk, menentukan harga, mempromosikan, mendidtribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Adapun tujuan organisasi pemasaran (1) memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen, (2)menciptakan barang dan jasa berkualitas, (3) memperoleh kepercayaan dari konsumen, (4) memuaskan konsumen, (5) meningkatkan volume penjualan, (6) mendapatkan laba maksimal, (7) menyejahterakan pihak manajerial dan operasional perusahaan, (8) menyelaraskan kelangsungan hidup perusahaan dan konsumen, dan (9) memelihara lingkungan fisik dan Psikis perusahaan dan sekitarnya.
25
Berdasarkan pada pengertian manajemen pemasaran sebagaimana diuraikan di atas, maka sistem pemasaran dapat dikelompokkan sebagai berikut: (1) Sistem pemasaran dengan saluran vertikal.Pada sistem ini produsen, glosir, dan pengecer bertindak dalam satu keterpaduan. Tujuan dari sistem pemasaran dengan saluran vertikal :(a) mengendalikan prilaku saluran; dan (b) mencegah perselisihan antara anggota saluran, (2) Sistem pemasaran dengan saluran horizontal.Sistem ini memiliki kerjasama antara dua atau lebih perusahaan yang bergabug untuk memanfaatkan peluang pemasaran yang muncul, dan (3) Sistem pemasaran dengan saluran ganda.Sistem ini beberapa gaya pengeceran dengan pengaturan fungsi distribusi dan manajemen di gabungkan, kemudian dari belakang dipimping secara sentral. Adapun tahapan-tahapan manajemen pemasaran perusahaan termasuk usaha kecil dalam meningkatkan penjualn adalah : (1) riset pemasaran adalah nama yang dipergunakan untuk menggambarkan segala jenis riset, kecuali studi teknis dan keinsinyuran, yang dilakukan agar perusahaan dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk oprasi pemasarannya. Komponen lain dari riset pemasaran adalah riset atau evaluasi produk. Riset tersebut berusaha menemukan macam produk mana dibutuhkan oleh konsumen tertentu pada daerah pemasaran, geografis atau cabang industri tertentu. Riset tersebut menyelidiki produk mana di beli konsumen, mengapa mereka membelinya, siapa pembeli produk-produk tertentu, serta bagaimana cara mereka mempergunakannya.Riset distribusi merupakan salah satu komponen lain yang menyelidiki cara distribusi barang atau jasa yang paling baik dan efisien. Tujuan akhir dari riset adalah memberikan pelayanan kepada konsumen sebaik mungkin, dengan biaya serendah mungkin, (2) Penjualan dan Distribusi.Operasi penjualan termasuk ramalan penjualan serta perencanaan penjualan merupakan bagian yang terpenting dari operasi pemasaran perusahaan serta keseluruhan, tidak ada perusahaan.banyak perusahaan yang memproduksikan barang-barang demi kepuasan mereka, untuk mencapai standar yang mereka tetapkan, tanpa mengindahkan kebutuhan konsumen.Didalam operasi pemasaran staf bagian penjualan mempunyai peranan penting didalam menyumbangkan pemikiran untuk menyusun ramalan penjualan dan rencana oprasional.Bila penjualan digambarkan sebagai fungsi penentu perusahaan, maka distribusi fisik hasil produksi dapat digambarkan sebagai tempat berpijak perusahaan, (3) Kegiatan Promosi.Yang termasuk kedalam kegiatan promosi yaitu periklanan, promosi penjualan dan kegiatan hubungan masyarakat (humas).Periklanan merupakan kegiatan yang paling dikenal diantara ketiga kegiatan promosional. Periklanan diartikan sebagai bentuk kegiatan promosional yang dibayar atau dijadikan sponsor yang dapat terkenal. Tujuan pokok periklanan adalah memberi 26
tahu konsumen potensial, perihal adanya barang di pasar, meyakinkan mereka untuk membeli dan mengingatkan mereka selalu akan adanya barang tadi di pasar.Promosi penjualan bertujuan mencapai peningkatan penjualan secara cepat, dengan konsekuensi bahwa tanpa usaha memelihara kegiatan yang mahal biayanya itu, peningkatan penjualan tdak dapat bertahan lama.Hubungan masyarakat merupakan semua kegiatan promosional lainnya yang membantu perusahaan mempertahankan dan meningkatkan citra perusahaan atau produknya dihadapan masyarakat atau konsumen, (4)Kegiatan Pemasaran yang Lain.Kegiatan pemasaran yang lain adalah kanvasing, perencanaan produk, penetapan harga dan perencanaan laba. Tugan pertama kanvasing yaitu meragsang kebutuhan dan pembelian konsumen atas produk perusahaan. Kanvasing juga mempunyai rencana sendiri seperti: pengemasan, perencanaan produk, penetapan harga dan perencanaan laba. Peranan pemasaran saat ini tidak hanya menyampaikan produk atau jasa hingga tangan konsumen tetapi juga bagaimana produk atau jasa tersebut dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan menghasilkan laba.Sasaran dari pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai superior, menetapkan harga menarik, mendistribusikan
produk
dengan
mudah,
mempromosikan
secara
efektif
serta
mempertahankan pelanggan yang sudah ada dengan tetap memegang prinsip kepuasan pelanggan.
27
BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Berdasarkan pada program pengabdian masyarakat yang telah dilakukan pada kelompok tenun cag-cag di Desa Pacung dapat disimpulkan hasil kegiatan sebagai berikut: 1. Secara prinsip pendidikan dan pelatihan serta pendampingan pembuatan pembukuan sederhana yang diberikan kepada kelompok pengerajin tenun Cag-cag Indigo merupakan sharing tentang bagaimana cara membuat pembukuan sederhana yang mesti dilakukan oleh setiap usaha, termasuk usaha rumah tangga. Pelatihan dan Pendampingan pembuatan pembukuan sederhana dilaksanakan pada tanggal 23 Mei sampai 22 Juni 2014, bertempat di kelompok pengerajin tenun cang-cang Indigo di Desa Pacung, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng. Pada pelatihan membuat pembukuan sederhana untuk menentukan modal dan harga jual barang hasil tenun pada para pengerajin terlebih dahulu diberikan pemahaman mengenai pentingnya penggunaan pembukuan dalam melaksanakan usaha. Pembukuan merupakan proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan suatu perusahaan atau organisasi. Pencatatan itu meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca , dan laporan laba rugi untuk periode tahun fiskal tersebut.Pembukuan sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha dalam kondisi untung/rugi. Selain itu dengan membandingkan kondisi keuangan tahun sebelumnya dengan tahun saat ini, maka kita dapat mengetahui apakah perusahaan memiliki kenaikan laba, atau justru sebaliknya malah merugi.Produk yang dihasilkan dalam pelatihan ini adalah berupa pembukuan sederhana yang didalamnya memuat tentang uang masuk, pengeluaran dan saldo. Berdasarkan pada pelatihan dan pendampingan pembuatan pembukuan sederhana tersebut hamper semua pengerajin mampu memahaminya dengan baik. Dengan demikian Pelatihan dan Pendampingan pembuatan pembukuan sederhana pada kelompok pengerajin tenun cag-cang di Desa Pacung ini tidak mengalami kendala apapun, bahan para pengerajin tenun cag-cag dan masyarakat sangat kooperatif dalam pelaksanaan pelatihan dari awal sampai akhir.
28
2. Pelatihan dan pendampingan berikutnya adalah pembuatan desain, motif dan bentuk tenun cag-cag yang dilakukan dari tanggal 20 Mei sampai pada tanggal 9 Juli 2014, dengan peserta anggota kelompok pengerajin tenun cag-cag di Desa Pacung yang diberikan oleh yang diberikan oleh Wayan Sudiarta, S.Pd,M.Si. Pelatihan desain, motif dan bentuk tenun cag-cag ini dimulai dari pemberikan materi tentang hakekat motif tenun, jenis-jenis motif, dan pengembangan motif sesuai dengan kebutuhan pasar. Tenun itu adalah hasil dari menenun sebuah kain. Menenun artinya adalah proses persilangan dua set benang dengan cara memasuk-masukkan benang satu itu secara melintang pada benang-benang yang lain. Motif dalam pakaian meliputi: (1) motif geometris, produsen atau dengan daerah/Negara asalnya, (2) motif tumbuhtumbuhan. Penggambaran motif tumbuh-tumbuhan dalam seni tekstik dilakukan dengan berbagai cara baik natural maupun stilirisasi sesuai dengan keinginan senimannya, (3) motif binatang. Penggambaran binatang dalam seni tekstil sebagian besar merupakan hasil gubahan/stilirisasi, jarang berupa binatang secara natural, tapi hasil gubahan tersebut masih mudah dikenali bentuk dan jenis binatang yang digubah, (4) motif manusia. Manusia sebagai salah satu obyek dalam penciptaan motif ornamen mempunyai beberapa unsur, baik secara terpisah seperti kedok atau topeng, (5) motif gunung, air, awan, batu-batuan dan lain-lain, dan (6) motif kreasi/ khayalan yaitu bentuk-bentuk ciptaan yang tidak terdapat pada alam nyata seperti motif makhluk ajaib, raksasa, dewa dan lain-lain. 3. Manajemen pemasaran merupakan proses perencanaan produk, penentuan harga, promosi, dan distribusi dari barang dan jasa untuk menciptakan barang pertukaran dengan kelompok sasaran dengan memenuhi tujuan pelanggan dan organisasi. Berdasarkan pada pengertian manajemen pemasaran sebagaimana diuraikan di atas, maka sistem pemasaran dapat dikelompokkan sebagai berikut: (1) Sistem pemasaran dengan saluran vertikal. Pada sistem ini produsen, glosir, dan pengecer bertindak dalam satu keterpaduan. Tujuan dari sistem pemasaran dengan saluran vertikal : (a) mengendalikan prilaku saluran; dan (b) mencegah perselisihan antara anggota saluran, (2) Sistem pemasaran dengan saluran horizontal. Sistem ini memiliki kerjasama antara dua atau lebih perusahaan yang bergabug untuk memanfaatkan peluang pemasaran yang muncul, dan (3) Sistem pemasaran dengan saluran ganda. Sistem ini beberapa gaya pengeceran dengan pengaturan fungsi distribusi dan manajemen di gabungkan, kemudian dari belakang dipimping secara sentral.
29
4.2. Saran Berdasarkan pada hasil kegiatan pengabdian masyarakat sebagaimana dipaparkan di atas, maka beberapa rekomendasi yang layak dikedepankan, yaitu: 1. Kepada para pengerajin tenun cag-cag, hendaknya menjadikan menenun sebagai pekerjaan utama, sehingga mampu bekerja secara professional dan mampu meningkatkan pendapatan. Terlebih tenun cag-cag yang dihasilkan oleh para pengerajin sudah mulai diminati oleh masyarakat luas. 2. Kepada Pemerintah Kabupaten Buleleng, hendaknya memberikan pembinaan secara berkala kepada para pengerajin, sehingga produks-produk yang dihasilkan lebih berkualitas, dikenal masyarakat luas dan menjadi icon hasil tekstik Kabupaten Buleleng yang memberikan nilai social-budaya dan ekonomis pada masyarakat, khususnya masyaraka Desa Pacung. 3. Berdasarkan padapelatihan dan pendampingan yang dilakukan terhadap kelompok pengerajin tenun cag-cag di Desa Pacung yang sedemikian antosias dalam mengikuti pelatihan, tampaknya dibutuhkan pelatihan dan pendampingan yang bersifat kontinyu untuk mendukung industry rumah tangga yang telah dirintis oleh para pengerajin tenun cag-cag. Di samping itu, diperlukan adanya pelatihan yang memadai dalam membuat rencana usaha dan tempat pemajangan produks yang telah dihasilkan oleh para pengerajin tenun cag-cag.
30
Gambar Pelatihan Tenun Cag-Cag
Gambar 1. Alat Tenun Tradisional
Gambar 2. Palatihan Motiv, Desain dan Bentuk Tenun Cag-Cag 31
Gambar 3. Proses Pewarnaan tenun Cag-Cag
Gambar 4. Para Peserta Pelatihan
32
Gabar 05. Pelatihan Desain, Motif dan Bentuk Tenun Cag-Cag
Gabar 05.Motif Tenun Tradisional
33
Gabar 06.Kerja Kelompok Tenun Cag-Cag
Gabar 07.Pelatihan Pembuatan Pembukuan Sederhana 34
Gabar 08.Pelatihan Pembuatan Pembukuan Sederhana
Gabar 09.Pelatihan Desaian, Motif dan Bentuk Tenun Cag-Cag Lanjutan 35
Gabar 10.Hasil Pelatihan Desaian, Motif dan Bentuk Tenun Cag-Cag
Gabar 11.Hasil Pelatihan Desaian, Motif dan Bentuk Tenun Cag-Cag 36