LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT
IbM KELOMPOK TANI KOPI DI DESA BELATUNGAN Dr. I Dewa Ketut Sastrawidana, S.Si., M.Si NIDN. 0017046804 Drs. I Made Madiarsa, M.MA NIDN. 0022046704 I Nyoman Sukarta, M.Si NIDN. 0006027609
Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Sesuai dengan Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Program Pengabdian Kepada Masyarakat No. 039/SP2H/KPM/DIT.LITABMAS/III/2012 Tanggal 6 Maret 2012
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TAHUN 2012
HALAMAN PENGESAHAN 1
Judul
2 3
Unit Lembaga Pengusul Ketua Tim Pengusul a. Nama Lengkap
: IbM Kelompok Tani Kopi di Desa Belatungan : Universitas Pendidikan Ganesha : : Dr. I Dewa Ketut Sastrawidana, S.Si., M.Si
b. Jenis Kelamin
: Laki
c. NIDN
: 0017046804 : : Pembina/IVa : : Dosen Jurusan Pendidikan Kimia : Jl. Udayana, Singaraja-Bali
d. Pangkat/Golongan e. Jabatan f. Alamat Kantor
:
g. Tlp/Faks/E-mail h. Alamat Rumah
4 5 6
7
0362 26327/0362 25327 BTN. Banyuning Blok i No. 11 Singaraja
i. Tlp/E-mail Jumlah Anggota Tim Pengusul Rencana Belanja Total Belanja Tahun I Dikti Perguruan Tinggi Tahun Pelaksanaan
0362 32731 /
[email protected] : 2 : Rp. 47.000.000 : Rp. 47.000.000 : : 2012
Singaraja, 7 Desember 2012 Mengetahui, DekanFMIPA Undiksha
Ketua Tim Pengusul,
Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si NIDN. 0031125821
Dr. I Dewa Ketut Sastrawidana, M.Si NIDN. 0017045804
Mengetahui, Ketua Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha
Prof. Dr. Ketut Suma, M.S NIDN.0001015913
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan Pengabdian kepada masyarakat skim Ipteks bagi Masyarakat ” Kelompok Tani Kopi di Desa Belatungan” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam pelaksanaan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini, pelaksana program telah banyak mendapatkan dukungan baik berupa dana maupun dukungan moril. Untuk itu, melalui kesempatan ini pelaksana program menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, atas bantuan dana untuk pelaksanaan IbM. 2. Ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha dan Staf atas pembinaan dan layanan administrasi dalam pelaksanaan IbM ini. 3. Pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu atas berbagai bantuan dan kerjasamanya. Penulis menyadari laporan P2M tentang IbM Kelompok Tani Kopi di Desa belatungan ini masíh jauh dari sempurna yang disebabkan oleh berbagai keterbatasan miliki. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan demi kesempurnaan pelaporan ini. Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.
Singaraja, 7 Desember 2012
Tim Pelaksana program,
,
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN....…………………………..............................
i
PRAKATA.…………………………………………………......................
ii
DAFTAR ISI
…………………………………………………………...
iii
PENDAHULUAN…………………………………………..
1
1.1. Analisis Situasi………………………………................
1
1.2. Permasalahan Mitra ……………………………………
5
1.3. Solusi yang Ditawarkan……………………...................
7
1.4. Target Luaran……..…....................................................
8
PELAKSANAAN KEGIATAN IbM......…………………..
10
2.1. Diagram Alir Pemecahan Masalah Mitra Program……..
10
2.2. Ceramah dan Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik……
11
2.3. Pelatihan dan Pemberian Bantuan Mesin Sangrai dan
11
BAB I
BAB II
Mesin Kopi Bubuk........................................................... 2.5. Perbaikan Kemasan dan Ceramah Teknik Pemasaran….. BAB III
HASIL KEGIATAN IbM...................................................
12 13
3.1. Profil Mitra Program………………………………......
13
3.2. Ceramah dan Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik…..
13
3.3. Pelatihan dan Pemberian Bantuan Mesin Sangrai dan
BAB IV
Mesin Kopi Bubuk .........................................................
15
3.4 Manajemen Pemasaran………………………………….
17
PENUTUP..............................................................................
19
4.1 Simpulan ………………………………………………..
19
4.3 Saran ……………………………………………………
19
DAFTAR PUSTAKA
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Desa Belatungan dikenal sebagai salah satu sentra perkebunan kopi di Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan. Desa Belatungan terdiri atas 6 dusun/banjar yaitu dusun Munduk Ngandang, Dajan Ceking, Delod Ceking, Munduk Gawang, Yeh Sibuh, dan Antap Gawang. Luas lahan kopi di desa ini mencapai sekitar 970,51 ha dengan produksi kopi 726,21 ton pertahun ( Profil Desa Belatungan, 2010). Petani di Desa Belatungan tergabung dalam kelompok tani yang dikenal dengan Subak Abian dengan nama Subak Abian Buwana Manik Sari. Subak abian Buwana Manik Sari membawahi 7 kelompok tani-ternak yang tersebar di 6 dusun/banjar. Di banjar Dajan Ceking, terdapat dua kelompok tani yaitu kelompok tani Merta Sari I yang beranggotakan 35 orang petani dan kelompok tani Winih Mekar Sari I yang beranggotakan 30 orang. Luas total areal perkebunan kopi yang terintegrasi dengan ternak dari kedua kelompok tani ini adalah 65 ha. Untuk pemupukan, kedua kelompok tani ini menggunakan tiga jenis pupuk kimia sintetis yaitu urea, TSP dan KCl dengan dengan rata-rata penggunaannya sekitar 97,5 ton pertahun ( 65 ha x 0,5 kg x 3 jenis pupuk). Pemakaian pupuk yang begitu intensif dalam jumlah yang cukup besar setiap tahunnya menyebabkan biaya pemupukan menjadi sangat mahal. Mahanya biaya pemupukan menjadi salah satu penyebab rendahnya pendapatan petani. Dari aspek lain, topografi desa yang berbukit-bukit semestinya harus dihindari pemakaian pupuk kimia sintetik secara berlebihan karena menyebabkan tanah cepat kering, biodeversitas tanah menurun sehingga tanah menjadi tandus dan lambat laun produktivitas tanah menjadi menurun. Kelompok tani melakukan pemanenan buah kopi sekali dalam setahun, yaitu mulai awal petik pada bulan Juni dan berakhir pada bulan September. Permasalahan yang muncul adalah disaat panen raya harga biji kopi cenderung di bawah harga standar sehingga petani cendrung merugi. Petani biasanya menjual kopi di pedagang kecil yang sudah menjadi langgananya. Harga biji kopi sangat berfluktuasi, pada saat panen raya harga biji kopi kering per 1 kg dibeli pedangang eceran dengan harga Rp.10.000 sampai Rp.12.0000 sedangkan bila tidak panen harganya mencapai Rp.15.000 sampai Rp.17.500. Dengan harga jual yang relatif rendah tampaknya
2 kurang sebanding dengan biaya yang dihabiskan selama proses pemeliharaan komoditas, kerja keras dan penanganan pasca panen. Untuk meningkatkan nilai tambah pendapatan anggota tani dan menurunkan biaya operasional pemeliharaan komoditas kopi, Pemerintah Propinsi Bali melalui Dinas Perternakan memberikan bantuan ternak kambing dalam kerangka menggalakkan program pertanian yang terintegrasi dengan ternak. Pada tahun 2008, anggota kelompok tani Merta Sari I mendapatkan bantuan kambing sebanyak 25 ekor dan selanjutnya di tahun 2009 giliran kelompok tani Winih Mekar Sari I mendapatkan bantuan kambing. Disamping memelihara kambing, hampir seluruh anggota tani juga telah memelihara ternak babi. Melalui bantuan ternak, petani diharapkan mampu memanfaatkan kotorannya untuk pupuk sebagai pengganti pupuk kimia sintetik. Namun, karena belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang memadai tentang pembuatan kompos dari limbah pertanian dan kotoran ternak, maka sampai saat ini kedua bahan tersebut belum termanfaatkan secara optimal. Petani umumnya memanfaatkan kedua material tersebut dengan cara menaruh secara langsung sekitar tanaman kopi. Tampaknya, cara ini belum efektif karena memerlukan waktu yang cukup lama. Kotoran ternak kambing yang belum termanfaatkan dapat dilihat seperti ditunjukkan pada Gambar 1.
Kotoran kambing yang belum termanfaatkan
Gambar 1. Perkebunan kopi terintegrasi ternak (doc. Sastrawidana, 2011) Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini rencananya bermitra dengan dua orang yaitu 1 orang ( I Dewa Nyoman Subudiarta sebagai mitra 1) dari anggota kelompok tani Merta Sari I dan 1 orang ( I Dewa Nyoman Juni Artana sebagai mitra 2) dari anggota kelompok Winih Mekar sari I yang berlokasi di Banjar Dajan Ceking Desa Belatungan, kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan. Mitra 1 mempunyai luas lahan kopi seluas 1,5 ha, dengan jumlah ternak kambing 4 ekor dan
3 ternak babi 20 ekor. Sedangkan mitra 2 seluas 1 ha dengan jumlah ternak babi 5 ekor dan kambing 6 ekor. Lingkup kegiatan kedua mitra secara garis besar dibagi menjadi 2 aspek kegiatan, yaitu (1) kegiatan dalam aspek produksi dan (2) aspek manajeman hasil produksi. Kegiatan aspek produksi dimulai dari pemeliharaan komuditas kopi yang meliputi pembersihan rumput dan perempesan, pemupukan, pemanenan sampai pada akhirnya penanganan pasca panen. Pembersihan rumput dilakukan setiap 3 bulan sekali yang diselingi dengan perempesan yaitu mengatur pertumbuhan rantingranting kopi yang produktif untuk berbuah. Kegiatan ini biasanya dilakukan berkelompok secara bergiliran dengan jumlah kelompok 3-4 orang. Pemupukan dilakukan sekali dalam setahun yaitu sekitar bulan Nopember dengan menggunakan tiga macam pupuk kimia sintetik (urea, TSP dan KCl). Panen kopi pada bulan Juni sampai September. Kopi hasil panen dijual dalam dua produk yaitu biji kopi kering (hasil penjemuran) dan dalam bentuk kopi bubuk. Produksi kopi bubuk yang dilakukan oleh mitra terdiri dari 3 tahapan, yaitu penyangraian, penggilingan dan pengemasan. Penyangraian biji kopi dilakukan menggunakan alat sangrai berkapasitas 15 kg biji kopi, yang terbuat plat besi berbentuk silinder sedangkan pemanasnya menggunakan kayu bakar. Untuk mendapatkan pemanasan yang merata dilakukan dengan memutar alat sangrai tersebut menggunakan tangan. Visualisasi mesin sangrai yang digunakan oleh mitra disajikan pada Gambar 2. Tungku dari tanah liat
Bagian pemutar Tempat biji kopi
Tempat kayu bakar Gambar 2. Mesin penyangrai biji kopi (doc. Sastrawidana, 2011) Proses penyangraian biji kopi berlangsung selama 1 jam yang ditandai dengan munculnya asap yang keluar dari mesin sangrai. Selanjutnya, biji kopi hasil
4 sangrai didinginkan sebentar kemudian digiling menggunakan mesin penggiling. Mesin penggiling dan produk kopi bubuk yang dihasilkan oleh mitra disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Mesin penggiling biji kopi dan produk kopi bubuk (doc. Sastrawidana, 2011) Dalam sebulan, mitra memproduksi kopi bubuk sebanyak 4 kali dengan sekali produksi sekitar 50 kg. Harga jual untuk 1 kg kopi bubuk sebesar Rp. 45.000. Kegiatan pada aspek manajemen meliputi pengadaan pupuk dan pemasaran biji kopi serta pemasaran kopi bubuk. Pengadaan pupuk kimia sintetik, mitra membeli dari Koperasi Unit Desa yang terletak di Kecamatan Pupuan dengan harga per sak untuk pupuk urea dan KCl masing-masing Rp. 95.000 sedangkan untuk pupuk TSP seharga Rp.85.000 per sak. Dalam 1 tahunnya, mitra 1 memerlukan sekitar 1800 kg pupuk sedangkan mitra 2 memerlukan sekitar 1200 kg. Pada pasca panen, biji kopi dijual dalam bentuk biji kopi kering setelah dijemur dan dalam bentuk kopi bubuk. Kopi bubuk ini dijual menggunakan kemasan berupa kantung plasitik tanpa merek dengan berbagai ukuran yaitu ¼ kg, ½ kg dan 1 kg. Kopi bubuk tersebut, dititipkan pada pedagang kecil yang ada di lingkungan desa Belatungan dan sekitarnya. Hasil wawancara yang dilakukan oleh tim pengusul ke mitra terungkap beberapa keluhan yang dihadapi diantaranya, yaitu (a) pendapatan petani rendah karena mahalnya biaya produksi akibat ketergantungan pada pemakaian pupuk kimia sintetik yang harganya cenderung terus meningkat, (b) rendahnya harga jual biji kopi
5 kering pasca panen, (c) kurang lakunya kopi bubuk hasil produksi yang disebabkan kalah persaingan dengan kopi bubuk yang ada di psasaran, dan (d) rendahnya hasil panen karena pengaruh iklim yang tidak menentu. Beberapa hal yang menjadi harapan dari kedua mitra tersebut dianataranya (1) mitra berkeinginan untuk mengurangi ketergantungannya terhadap penggunaan pupuk kimia sintetik, (2) mitra mampu mengolah kopi menjadi kopi bubuk yang laris dipasaran. 1.2 Permasalahan Mitra Permasalahan utama yang dihadapi mitra dan yang telah disepakati untuk dicarikan solusi atau pemecahannya diantaranya (1) kurangnya pengetahuan tentang teknologi pembuatan pupuk organik/kompos berbasis kotoran ternak dan limbah pertanian sebagai langkah strategis untuk menggantikan pupuk kimia sintetik, (2) kurangnya pengetahuan tentang cara-cara pembuatan bubuk kopi beraroma khas kopi, dan (3) kurangnya managemen pemasaran. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa aktivitas yang dilakukan oleh mitra, seperti antara lain: 1. Dalam proses pemeliharaan komoditas kopi khususnya pemupukan, petani kopi menggunakan tiga macam pupuk kimia sintetik. Dalam setiap tahunnya, petani membeli 1,2 ton pupuk kimia sintetik per ha lahan kebun. Pemakaian pupuk kimia yang terlalu intensif yang diikuti dengan harga pupuk yang cendrung meningkat menyebabkan biaya pemeliharaan menjadi sangat tinggi. Untuk memecahan masalah ini, diperlukan upaya pengubahan paradigma petani dari penggunaan pupuk kimia sintetik ke arah penggunaan pupuk organik/kompos yang lebih ramah lingkungan. Selanjutnya, dilakukan pelatihan tentang pembuatan kompos berbasis kotoran ternak dan limbah pertanian. 2. Proses pembuatan kopi bubuk dilakukan dengan menyangrai kopi yang telah dikeringkan dan selanjutnya di haluskan menjadi kopi bubuk. Biji kopi kering disangrai menggunakan wajan sehingga menyebabkan pematangan kopi tidak merata dan cendrung berwarna hitam. Proses ini belum memperhatikan aspek kualitas bahan baku (kopi) untuk minuman kopi. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar menghasilkan kopi bubuk beraroma khas diantaranya kadar air harus berkisar 11-12%, bebas dari jamur dan kotoran serta suhu untuk proses sangrai berkisar 150-200oC selama 15 sampai 20 menit. Untuk
6 memecahkan masalah ini, diberikan pelatihan teknik pengeringan bahan baku dan proses penyangraian. Proses penyangraian menggunakan mesin sangrai berputar sehingga pematangan kopi berlangsung secara merata. Untuk itu akan dibelikan peralatan penyangrai kopi masing-masing mitra 1 buah. Disamping itu, juga diberi pelatihan pembuatan kopi bubuk kaya cita rasa dan aroma khas kopi (kopi bubuk murni dan kopi bubuk beraroma jahe) 3. Penjualan kopi bubuk dilakukan dengan menggunakan kemasan plastik tanpa merek yang mereka titipkan di warung-warung yang ada di Desa Belatungan dan sekitarnya. Managemen pemasaran seperti ini jelas kurang baik. Untuk itu, mitra program diberikan wawasan tentang managemen pemasaran yang meliputi teknik pengemasan dan teknik pemasaran. 1.3 Solusi yang Ditawarkan Salah satu syarat untuk menciptakan pertanian berkelanjutan adalah petani harus sejahtera. Untuk menjadikan petani yang sejahtera, maka permasalahanpermasalahan yang dihadapi anggota tani harus ditanggulangi secara efektif dan efisien. Dengan demikian, untuk menjawab permasalahan yang dialami oleh anggota kelompok tani yang ada di Desa Belatungan ini, maka diperlukan usaha-usaha terpadu sebagai solusi untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Beberapa upaya yang dilakukan diantaranya (1) Pelatihan pembuatan dan penggunaan pupuk organik sebagai pengganti pupuk kimia, (2) Pemberian ketrampilan teknologi pembuatan
kopi bubuk beraroma khas dan (3) Pelatihan
managemen produksi dan pemasaran produk. Melalui diskusi yang dilakukan oleh Tim Pengusul program mitra dari ke dua kelompok tersebut telah disepakati beberapa rencana kegiatan dilakukan yang menunjukkan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi. Kesediaan mitra untuk bekerjasama dalam melaksanakan program ini ditunjukkan dengan surat kesediaan dari mitra kelompok tani (lampiran 4). Secara detail, beberapa pendekatan yang ditawarkan sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan yang mitra disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut.
7 Tabel 1. Rencana Pemecahan Masalah Permasalahan
Akar masalah
Pendekatan pemecahan masalah (Solusi)
Aspek produksi 1. Penggunaan pupuk kimia 1. Memberikan Biaya pemeliharaan/produksi
yang intensif dan
pelatihan kepada
panen sangat tinggi
harganya mahal
petani tentang cara
2. Petani belum mampu
pembuatan kompos
memanfaatkan kotoran
atau pupuk organik
ternak dan limbah
dari kotoran ternak
pertanian sebagi kompos
dan limbah
untuk menggantikan
pertanian yang ada
penggunaan pupuk kimia.
disekitarnya. 2. Memberikan pelatihan tata cara penggunaan pupuk organik secara efektif untuk kopi
Proses produksi kopi bubuk
1. Proses penyangraian biji
memerlukan energi yang
kopi menggunakan alat
1. Memberikan
banyak
penyangrai dengan alat
bantuan alat
pemutar manual(dengan
penyangrai sistem
tangan)
silinder dengan suhu
2. Pemanasan pada proses
terkontrol
sangrai menggunakan kayu bakar. 1. Baunya kurang beraroma Kopi bubuk hasil produksi
khas kopi
kurang laku terjual
1. Pelatihan tentang penyiapan bahan
2. Warna kopi bubuk cendrung kehitaman karena proses sangrai
baku kopi, teknik penyanggraian kopi.
8 tidak baik
2. Pelatihan pembuatan
3. Suhu penyangraian tidak
kopi bubuk dengan
bisa dikontrol yang
berbagai cita rasa
seharusnya belangsung
dan aroma khas.
pada suhu 150 s.d 200oC selama 15-20 menit.
Aspek Manajemen Kopi bubuk hasil produksi 1. Kemasan kurang kurang
laku
terjual
di
1. Pemberian
menarik
pengetahuan
pasaran
keterampilan 2. Daerah pemasaran masih lokalistik
tentang teknik pengemasan produk.
2. Pelatihan tentang managemen pemasaran 1.4 Target Luaran Luaran yang ditargetkan adalah dalam bentuk metode, barang/produk dan artikel ilmiah. Secara garis besar luaran dari kegiatan pengabdian masyarakat IbM ini disajikan pada tabel 2 berikut. Tabel 2. Target Luaran Program Pengabdian Pada Masyarakat No
Kegiatan
Target luaran
Kagiatan pada aspek produksi 1
Pelatihan pembuatan pupuk
1. Pupuk organik berbahan baku kotoran
organik/kompos menggunakan
kambing-babi dan limbah pertanian
kotoran ternak dan limbah
(kulit kopi) dengan rasio C/N berkisar
pertanian
10-20 2. Mitra mampu membuat pupuk organik berbahan dasar kotoran ternak dan
9 limbah pertanian 3. Mitra
dapat
organik kimia
menggunakan
sebagai sintetik
pengganti untuk
pupuk pupuk
pemupukan
tanaman 2
Pelatihan pembuatan kopi bubuk 1. Mesin penyangrai dilengkapi dengan kaya cita rasa dan aroma khas kopi
sistem pengontrol suhu 2. Kopi bubuk warna dan aroma khas kopi dengan cita rasa jahe dan aroma kopi murni 3. Mitra mampu membuat kopi bubuk yang berkualitas dengan cita rasa jahe dan aroma kopi murni
3
Pelatihan
teknik
pengemasan 1. Kemasan kopi bubuk yang menarik
kopi bubuk
dengan spesifikasi rasa jahe dan aroma kopi murni. 2. Mitra mampu mengemas produk dengan merek tertentu dan tampilan yang menarik
5
Pelatihan
tentang
cara 1. Mitra mempunyai pengetahuan
memasarkan produk kopi bubuk
tentang teknik pemasaran produk. 2. Mitra mampu memasarkan produk kopi bubuk ke pangsa pasar yang lebih luas dengan jumlah penjualan sebelumnya hanya 200 kg perbulan menjadi 350 kg perbulan
10 BAB II. PELAKSANAAN KEGIATAN IbM
2.1 Diagram Alir Pemecahan Masalah Mitra Program Permasalahan Aspek Produksi
Pemecahan Masalah
Biaya produksi panen sangat tinggi
Ceramah tentang pupuk organik Pelatihan pembuatan pupuk organik
Biaya produksi kopi bubuk memerlukan energi tinggi
Pemberian bantuan mesin sangrai menggunakan bantuan listrik
Kopi bubuk hasil produksi kurang laku terjual
Pelatihan pembuatan kopi bubuk kaya aroma
Permasalahan Aspek Manajemen Kopi bubuk hasil produksi kurang laku terjual
Pemecahan Masalah Ceramah teknik pemasaran produk Memperbaiki kemasan kopi bubuk
Pendapatan petani meningkat
Gambar 4. Diagram Alir Pemecahan Masalah Sosialisasi program dilakukan oleh tim pelaksana program kepada dua anggota mitra program dari kelompok tani Merta Sari I dan Winih Mekar sari I. Dalam sosialisasi tersebut, pelaksana kegiatan menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan dan membuat kesepakatan tentang waktu memulai pelaksanaan kegiatan program. Rencana kegiatan meliputi ceramah atau penyuluhan dan pelatihan pembuatan pupuk organik dan pembuatan kopi bubuk kaya aroma.
11 2.2 Ceramah dan Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Ceramah terhadap mitra ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tentang pemanfatan pupuk organik dalam kerangka mempertahankan kesuburan tanah dalam jangka panjang. Ceramah dilakukan oleh ketua tim yang dibantu oleh anggota. Setelah selesai diberikan ceramah harapannya memahami peranan pupuk organik bagi tanaman dan lingkungan yang pada akhirnya munculnya ketertarikan mitra untuk memproduksi dan menggunakan pupuk organik dalam aktivitas pemupukan. Pelatihan pembuatan tentang pupuk organik oleh mitra dilakukan dengan cara sebagai berikut Bahan kotoran ternak babi dan kulit biji kopi yang disiapkan oleh mitra dicampur dengan perbandingan 1:1. Campuran diatur kelembabannya sekitar 60% dan selanjutnya ditambah starter, lalu dicampur kembali hingga rata. Campuran dimasukkan dalam bak yang berpungsi sebagai fermentor. Selama pendiaman, campuran dijaga kelembabannya dengan cara menambahkan air sedikit demi sedikit setiap 3 hari sekali. Setelah pendiaman berlangsung sekitar 3 minggu sampai 1 bulan, bahan kompos akan mengalami penstabilan, yaitu suhu mulai turun ke suhu normal dan bahan sudah berbentuk remah. Kondisi ini menandakan bahwa bahan kompos telah menjadi kompos (pupuk organik), sehingga siap digunakan.
2.3 Pelatihan dan Pemberian Bantuan Mesin Sangrai dan Mesin Kopi Bubuk Sebelum dilakukan program Ipteks bagi Masyarakat (IbM), mitra memproduksi serbuk kopi dengan proses yang sangat sederhana yaitu biji kopi disangrai dengan dengan penyangrai yang diputar menggunakan bantuan tangan disertai pemanasan menggunakan kayu bakar dan selanjutnya di buat kopi bubuk dengan mesin. Dengan cara produksi seperti ini mitra hanya mampu memproduksi sebulanya sekitar 200 kg. Melalui program Ipteks bagi Masyarakat (IbM) yang dilakukan oleh Tim pelaksana kegiatan, kedua mitra masing-masing mendapatkan bantuan mesin penyangrai kopi yang diputar menggunakan bantuan listrik dan mesin pembuat kopi bubuk. Dengan adanya bantuan tersebut, kedua mitra umumnya memproduksi kopi sebanyak 3 kali seminggu dengan sekali produksi sebanyak 25 kg atau 300 kg/bulan.
12 2.4 Perbaikan Kemasan dan Ceramah Teknik Pemasaran Salah satu faktor untuk diperhatikan dalam meningkatkan daya tarik konsumen terhadap produk adalah kemasan. Untuk itu, melalui program IbM tim pelaksana kegiatan memberikan bantuan berupa kemasan berupa plastik lengkap dengan merk kopi bubuknya dan mesin pengepresan. Selanjutnya, mitra diberikan ceramah tentang kiat-kiat yang perlu dilakukan untuk meningkatkan jangkauan pemasaran.
13 BAB III. HASIL KEGIATAN IbM 3.1 Profil Mitra Program Program Ipteks bagi Masyarakat tentang Kelompok Tani Kopi di Desa Belatungan ini melibatkan dua orang mitra tani dari dua kelompok tani yang berbeda yang ada di Banjar Dajan Ceking Desa Belatungan. Sebelum kegiatan ini dilakukan, ketua pelaksana program berkunjung ke kantor kepala Desa Belatungan untuk menyampaikan rencana kegiatan program. Mitra program dari kelompok tani Merta sari I yaitu I Dewa Nyoman Subudiarta sementara I Dewa Nyoman Juni Artana. Dari kelompok tani Winih Mekar sari I. Kedua mitra berlokasi di Banjar Dajan Ceking Desa Belatungan, kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan. Latar belakang pendidikan mitra 1 (I Dewa Nyoman Subudiarta) adalah SMA. Namun, beliau pernah kuliah di Perguruan Tinggi sampai semester 5 dengan mengambil jurusan Teksnik Sipil. Sedangkan mitra 2, yaitu I Dewa Nyoman Juni Artana mempunyai latar belakang pendidikan D2 bidang elektronika di Universitas Udayana Denpasar. Persoalan yang dihadapi mitra diklasifikasikan menjadi 2 yaitu persoalan teknologi dan persoalan manajemen pemasaran. Persoalan teknologi mitra berkaitan dengan kurangnya pengetahuan tentang teknologi pembuatan pupuk organik/kompos berbasis kotoran ternak dan limbah pertanian dan teknologi yang digunakan oleh mitra dalam proses pembuatan kopi bubuk masih menggunakan cara konvensional. Persoalan mitra pada bidang manajemen pemasaran adalah belum bisa mengkemas produk kopi bubuk dengan baik. Mitra masih menggunakan kemasan plastik tanpa merek yang mereka titipkan di warung-warung yang ada di Desa Belatungan dan sekitarnya
3.2 Ceramah dan Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Secara umum, mitra sangat antusias mengikuti ceramah tentang manfaat pupuk organik, keunggulan pupuk organik dibandingkan dengan pupuk kimia sintetik dan cara-cara membuat pupuk organik. Ketertarikan tentang penggunaan pupuk organik oleh mitra ditunjukkan oleh sikap mitra yang telah menyiapkan bahan-bahan yang perlu dikumpulkan untuk membuat pupuk organik. Bahan-bahan yang dikumpulkan mitra adalah seperti disajikan pada Gambar 5.
14
(a) (b) Gambar 5. Bahan-bahan yang akan dikumpulkan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk organik (a) Kulit biji kopi, dan (b) kotoran babi Produksi pupuk organik yang dilakukan oleh mitra dilakukan dalam bak yang berukuran panjang, lebar dan tinggi adalah 2 m x 1 m x 1 m. Bahan dasar yang digunakan adalah campuran kulit biji kopi dan kotoran babi dengan perbandingan 1:1. Proses pembuatan diawali dengan mencampurkan hingga merata antara kulit biji kopi dan kotoran babi dengan menggunakan sekrup dan cangkul. Selanjutnya dipindahkan ke dalam bak yang telah disediakan. Campuran ditambahkan starter konsorsium bakteri kira-kira 25 liter untuk 2 m3 bahan kompos dan diaduk kembali sambil ditambahkan air hingga kelembabannya mencapai 60-70%. Proses pembuatan pupuk organik memerlukan waktu selama satu bulan.
Gambar 6. Pembuatan pupuk organik dengan menggunakan campuran kotoran babi dengan kulit biji kopi yang dilakukan oleh mitra.
15
Gambar 7. Produk pupuk organik yang dihasilkan oleh mitra program 3.3 Pelatihan dan Pemberian Bantuan Mesin Sangrai dan Mesin Kopi Bubuk Menyangrai kopi Mesin penyangrai kopi yang diberikan ke mitra berjumlah dua unit untuk dua orang mitra. Mesin penyangrai ini berkapasitas 25 kg yang dilengkapi dengan dinamo yang berpungsi untuk memutar penggiling sehingga menghasilkan panas yang merata. Proses sangrai kopi yang dilakukan oleh mitra biasanya berlangsung selama 1 jam yang ditandai dengan terciumnya baru khas kopi yang muncul. Untuk membuat kopi bubuk kaya aroma (misalnya rasa jahe), sekitar menjelang 15 menit proses sangrai selesai dimasukkan butiran-butiran jahe ke dalam mesin sangrai. Produk ahir yang dihasilkan adalah kopi bubuk beraroma jahe. Dari proses ini, mitra program disarankan untuk memperkaya aroma kopi bubuk dengan menambahkan bahan lain yang mudah didapat dan disenangi oleh masyarakat penggemar kopi.
Gambar 8. Proses menyangrai biji kopi oleh mitra
16 Kopi bubuk Kopi yang telah disangrai, selanjutnya didinginkan dan dimasukkan ke dalam mesin bubuk. Mesin pembuat kopi bubuk ini dilengkapi dengan tempat biji kopi yang berkapasitas tampung 5 kg. Sebelum dilakukan program
Ipteks bagi
Masyarakat (IbM), mitra
memproduksi serbuk kopi dengan proses yang sangat sederhana yaitu biji kopi disangrai dengan dengan penyangrai yang diputar menggunakan bantuan tangan disertai pemanasan menggunakan kayu bakar dan selanjutnya di buat kopi bubuk dengan mesin. Dengan cara produksi seperti ini mitra hanya mampu memproduksi sebulanya sekitar 200 kg. Harga kopi bubuk saat ini berflukstuasi tergantung pada harga biji kopi mentah dipasaran. Saat ini, harga biji kopi di pasaran berkisar Rp. 20.000 per kilogram dengan harga kopi bubuk Rp.45.000-Rp.50.000. per kilogram. Dalam produksi kopi bubuk, 1 kg biji kopi akan diperoleh 0,7 kg kopi bubuk. Jika dihitung harga kopi bubuknya Rp.45.000/kg, maka omzet penjualan kopi bubuk berkisar Rp. 6.300.000 perbulan (200 kg x 0,7 kg x Rp. 45.000). Pendapatan tersebut belum dikurangi dengan biaya listrik, biaya gas elpiji, biaya plastik kemasan dan ongkos kerja. Setelah IbM Dengan diberikannya bantuan peralatan pembuatan kopi bubuk, mitra mampu memproduksi 300 kg/bulan. Dengan demikian, jika harga kopi bubuk harganya Rp.45.000/kg maka omzet penjualannya menjadi Rp. 9.450.000/bulan (300 kg x 0,7 kg x Rp.45.000) Pendapatan tersebut belum dikurangi dengan biaya listrik, biaya gas elpiji, biaya plastik kemasan dan ongkos kerja. Pengemasan Kopi Bubuk Sebelum kegiatan IbM ini dilakukan, kedua mitra program sudah memproduksi kopi bubuk dengan rata-rata produksi 200 kg per bulan. Kopi bubuk tersebut dijual dengan kemasan yang masih ederhana yaitu dibungkus menggunakan bungkus plastik ukuran 1 (satu kilogram). Untuk meningkatkan nilai jual kopi bubuk yang dihasilkan mitra, melalui program IbM tim pelaksana kegiatan memberikan bantuan berupa kemasan plastik berisikan gambar dan nama produk kopi bubuk “Natural”.
17
Gambar 9. Produk kopi bubuk yang dihasilkan oleh mitra sebelum dan setelah program IbM 3.4 Manajemen Pemasaran Kegiatan pelaksanaan program pada aspek managemen difokuskan pada peningkatan wawasan mitra program tentang kiat-kiat yang ditempuh untuk meningkatkan pemasaran produk dan perbaikan kemasan produk. Setelah diberikan wawasan tentang liat-kiat pemasaran oleh tim pelaksana program, mitra program mempunyai niat yang lebih tinggi untuk menyebarkan produksi kopi bubuknya, Namun, upaya tersebut belum berani dilakukan secara terbuka karena
18 belum memiliki memiliki surat ijin usaha. Langkah yang baru ditempuh antara lain (1) memasarkan kopi bubuk dengan menempatkan di warung-warung yang ada di desa Belatungan dan Desa sekitarnya, (2) menitipkan di koperasi-koperasi yang ada di didesa dan (3) menjualnya melalui teman-teman yang sering berkunjung. Rencananya, mitra akan segera mengurus surat ijin setelah usaha produksi kopi bubuknya mengalami perkembangan.
19 BAB IV. PENUTUP 4.1 Simpulan Dua kegiatan pokok dalam IbM yaitu pembuatan pupuk organik dan pembuatan kopi bubuk sangat diminati mendapat respon positif dari mitra sehingga mitra sangat berminat untuk melanjutkan. Beberapa alasan yang muncul dari mitra antara lain (1) mitra berpendapat, dengan lahan perkebunan yang dimilikinya hanya 1 hektar akan sangat sulit untuk meningkatkan pendapatan. Dengan adanya usaha produksi kopi bubuk yang dilaksanakan melalui program IbM sangat prospektif untuk dikembangkan karena ketersediaan kopi cukup memadai sehingga usaha ini diyakini dapat meningkatkan pendapatan. 4.2 Saran Diakhir kegiatan program ini, mitra dan beberapa masyarakat meminta untuk mengusulkan program tentang pembuatan reaktor biogas dengan memanfaatkan kotoran babi yang dihasilkan dari pemeliharaan ternak babi tersebut. Beberapa anggota masyarakat mitra mempunyai ternak babi mencapai 15-20 ekor, sementara kotorannya belum termanfaatkan.
20 Foto Dokumentasi Kegiatan IbM Kelompok Tani Kopi Di Desa Belatungan Tahun 2012 Produksi Pupuk Organik
Kotoran babi yang sudah kering
Pembuatan pupuk organik
Kulit biji kopi
Mitra mengatur kelembaban pupuk
Pupuk organik hasil produksi
21 Kegiatan Pembuatan Kopi Bubuk
Mesin sangria yang diberikan ke mitra 2
Mesin sangria yang diberikan ke mitra 1
Mesin kopi bubuk yang diberikan ke mitra 2
Mesin kopi bubuk yang diberikan ke mitra 1
Contoh kopi bubuk yang diproduksi oleh mitra
22 Daftar Pustaka Iqbal, A. 2008. Potensi Kompos dan Pupuk Kandang Untuk Produksi padi Organik di Tanah Inceptisol. Jurnal Akta Agrosia. 11 (1): 13-18 Kastono, D. 2005. Tanggapan Pertumbuhan Dan Hasil Kedelai Hitam Terhadap Penggunaan Pupuk Organik Dan Biopestisida Gulma Siam (Chromolaena Odorata). Ilmu Pertanian 12 (2) 103 -116. Muliartha, 2010. Cuaca Ekstrim Hasil Perkebunan Bali menurun. Kontributor KBR68H Bali. Green Radio 8.9 FM. Eco life styl of Jakarta. Nugroho,Setyo. 2010. Proses Fermentasi Biji Kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia – Jember. Malang Suntoro, Syekhfani, E. Handayanto, Soemarno. 2001. Penggunaan Bahan Pangkasan Krinyu (Chromolaena odorata) untuk Meningkatkan Ketersediaan P, K, Ca, dan Mg pada Oxic Dystrudepth di Jumapolo, Karanganyar, Jawa Tengah. Agrivita. 33 (1): 20-26. Suriadikarta, D.A dan D. Setyorini. 2005. Laporan Hasil Penelitian Standar Mutu Pupuk Organik. Balai Penelitian Tanah. Bogor .