(IbM) LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT
Judul
Ketua Anggota
: IbM ALAT FISHROOM MOBILE INSULATED PADA PASCA PANEN IKAN DI KAPAL NELAYAN
: ALI MUNTAHA APi, SST MT : ZAINAL ABIDIN, SPi
NIP.: 196004081986031003 NIP.: 197702212002121008
Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Program Pengabdian kepada Masyarakat Nomor : 159/SP2H/PPM/DP2M/VIII/2010 Tanggal 24 Agustus 2010
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2010
RINGKASAN Kabupaten Pasuruan merupakan daerah penghasil produk perikanan baik laut maupun ikan air tawar. Produk perikanan yang paling spesifik adalah ikan Trasak dimana ikan Trasak tersebut hanya terdapat atau ditangkap wilayah perairan Pasuruan. Penangkapan ikan trasak berjarak 50-100 km dari pantai sehingga penangkapan ikan Trasak tersebut hanya menggunakan perahu kecil 1-5 GT dan hasil tangkapannya akan didaratkan di pelabuhan Lekok Kabupaten Pasuruan yang juga terdapat Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Ada sekitar 50-100 Nelayan yang memiliki perahu baik besar (< 10 GT), sedang (< 5GT) maupun kecil (< 5 GT) dan setiap musim ikan, ikan trasak yang didaratkan di TPI berkisar 5-10 ton/hari. Namun fasilitas penanganan pasca panen ikan yang dimiliki baik TPI (Tempat pelelangan ikan) maupun nelayan sangat terbatas dan sederhana seperti wadah plastik dan stereofoam sehingga tidak sesuai dengan persyaratan penanganan pasca panen Hasil Perikanan. Faktor yang perlu diperhatikan dalam sistem distribusi ikan segar adalaah a) jenis, bentuk dan tipe dari produk ikan segar; b) perkiraan daya awet yang masih tersisa sejak mulai didistribusikan atau diangkut; c) keadaan iklim cuaca, suhu, lembab nisbi selama distribusi; d) jarak perjalanan yang akan ditempuh (dekat atau jauh); e) jenis wadah ikan baik bentuk dan tipe alat pengangkut, apakah berinsulasi atau tidak ; f) fasilitas penyimpanan dingin yang ada ditempat tujuan dan g) medium pendinginan ikan dan sistem pendinginan alat angkut. Cara yang paling praktis dan murah untuk mendinginkan produk pangan yang perlu didistribusikan adalah memanfaatkan suhu rendah yang sudah dimiliki oleh ikan segar dan ditempatkan dalam wadah yang berinsulasi. Teknik dan bahan insulasi yang digunakan haruslah tidak sulit dan efisien. FISHROOM MOBILE INSULATED dimaksudkan sebagai wadah penyimpanan ikan segar yang didinginkan agar suhunya tetap rendah sehingga mutunya dapat dipertahankan sebaik mungkin.
Dengan kemampunya menahan panas dari luar maka
pemakaian es dalam fishroom mobile berinsulasi lebih hemat dari pada peti tidak menggunakan insulasi.
Dalam penanganannya wadah berinsulasi sangat penting dalam
kegiatan penangkapan, transportasi/distribuasi dan pemasaran ikan segar sebagai rangkaian sistem rantai dingin.
Dengan menerapkan sistem rantai dingin diharapkan terjadi
peningkatan mutu ikan segar baik untuk tujuan konsumsi maupun pengolahan lebih lanjut. FISHROOM MOBILE INSULATED
adalah suatu wadah yang terbuat dari
fiberglass yangh bisa dipindah-pindahkan/diangkat. FISHROOM MOBILE INSULATED
ini merupakan wadah yang berlapis 2 dimana ditengah lapisan terdapat isolator stereofoam untuk menahan penetrasi panas ke dalam susunan ikan dengan es. Menurut Yahya (2000) bahwa FISHROOM MOBILE INSULATED mampu menahan ikan yang telah dicampur dengan es rasio 1:1 dalam keadaan segar selama 3-4 hari dibandingkan dengan wadah biasa Tujuan kegiatan adalah memperkenalkan Teknologi Pasca Panen ikan melalui penerapan ALAT FISHROOM MOBILE INSULATED dan memberikan ketrampilan kepada Nelayan tentang teknologi Pasca Panen ikan di Kapal yang lebih sanitier dan hygiene serta aman pangan Metode kegiatan yang akan digunakan dalam kegiatan penerapan IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) adalah PRA (Participatory Rural Appraisal ) yaitu melibatkan masyarakat dalam kegiatan. Pelaksanaan kegiatan ini melalui penyuluhan, pelatihan dan demonstrasi serta evaluasi untuk melihat efektivitas program sehingga program akan tersosialisasi dengan efisien.Metode implementasinya adalah medesain, membuat dan menerapkan alat untuk menghasilkan alat Fishroom Mobile Insulated kemudian diaplikasikan pada Nelayan ikan agar mempunyai kualitas dan jangkauan pemasaran yang luas. Peralatan ini akan diberikan pada UKM sasaran melalui demo serta pelatihan dan akan menjadi praktek percontohan kepada Nelayan daerah lain di wilayah Pasuruan. Hasil kegiatan ini memberikan nilai positif melalui penyuluhan dan demo alat FISHROOM MOBILE INSULATED dan sudah merasakan manfaatnya karena alat tersebut langsung digunakan melaut untuk menangkap ikan . Pada hari kedua para nelayan mulai merasa kelebihan alat ini diantaranya ikan hasil tangkapan berhasil ditampung dan dapat memperpanjang masa simpan sampai 3 hari dalam alat FISHROOM MOBILE INSULATED. Alat ini juga lebih tahan lama mempertahankan kualitas ikan dari sinar matahari dan kebusukan dibanding dengan alat tradisional yang menggunakan wadah plastik dan keranjang bambu karena es lebih lama mencair, lagi pula alat ini dapat menampung ikan lebih banyak yaitu 100 kg. Sehingga proses penanganan pasca panen lebih praktis dan efisien serta produk ikan segar lebih sanitier dan hygiene karena kecoa, lalat dan debu tidak tersentuh dan masuk dan akan meningkatkan keamanan pangan. Dampak kegiatan dalam penerapan Ipteks Bagi Masyarakat (IbM)
bahwa alat
FISHROOM MOBILE INSULATED adalah alat ini sangat adatif dan mudah dipindahpindahkan karena ringan. Pembinaan dan Evaluasi pasca penyuluhan dilakukan selama 2 minggu sekali oleh team. Ternyata alat FISHROOM MOBILE INSULATED dari program
IbM telah dicoba dan mulai digunakan kembali
oleh masing-masing anggota nelayan.
Kendala yang dihadapi adalah keterbatasan penyediaan alat ini karena nelayan yang ada lebih banyak dalam demo serta disumbangkannya hanya 6 unit dan faktor yang lain adalah jumlah alat sebaiknya diperbanyak untuk memperataan kepada anggota lain. Faktor penghambat yang dihadapi adalah masalah pemilikan alat ini dilihat dari segi keuangan masing-masing Nelayanyang mempunyai rencana ingin memiliki alat tersebut dan rencana tersebut dikonsultasikan dengan Dinas Terkait untuk dapat memiliki bersama alat tersebut melalui pembinaan dan pemantauan team LPPM-unibraw atau dicarikan program lain sehingga memotivasi mereka tetap bergairah dalam penanganan pasca panen.
DAFTAR PUSTAKA Anonymous, 2008. Bantuan Teknis Untuk industri ikan dan udang skala kecil dan menengahdi Indonesia. Departemen Kelautan dan Perikanan dan JICA-Japan. Jakarta Azis, K.A. dan kusyanto, J. 2001. Peranan Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Ratu dalam mendukung Perikanan Indoensia.Makalah falsafah sains. Program Pasca Sarjana (S3) Institute Pertanian Bogor, Bogor. Afrianto, Eddy dan Evi Liviawaty. 1989. Pengawetan Dan Pengolahan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. Desrosier, N. W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Diterjemahkan Oleh Muhji Muljohardo. UI Press. Jakarta. Hanafiah, A. M dan A. M. Saefudin. 1983. Tata Niaga Hasil Perikanan. UI Press. Jakarta. Jenie, B. S. L. 1988. Sanitasi Dalam Industri Pangan. Pusat Antar Universitas Dan Gizi. IPB. Bogor. Labina, Yacobus dan Ende. 1992. Teknologi Pasca Panen. Sinar Tani. 10 Juni 1992. Marzuki. 1986. Metodologi Riset. Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta. Murachman, 2003. Penanganan Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya, Malang. Nawawi, H, 1983. Mtodologi Penelitian sosial. Gadjah Mada Press. Yogyakarta. Noor, Zulfriadi. 1996. Perdagangan Dan Industri Rumput Laut Di Dunia. Warta APBIRI Volume II Maret 1996. Paramawati, Raffi. 2000. Perkembangan Teknologi Kemasan Pangan (Tinjauan Dari Sudut Filsafat). Makalah Pengantar Falsafah Sain (IPN 701). Program Studi Ilmu Pangan. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Sigit, Suhardi. 1989. Marketing Praktis. Liberty. Yogyakarta. Soegiarto, A., W.S. Atmaja, Sulistijo dan H. Mubarak. Rumput Laut, Manfaat, Potensi dan Usaha Budidaya. Lembaga Oseanologi Nasional. LIPI. Jakarta. Suptijah, P. 2002. Rumput Laut : Prospek dan Tantangannya. Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca sarjana / S3. Institut Pertanian Bogor. Susanto, T. 1993. Pengantar Pegolahan Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Susanto, A.B. 2001. Rumput Laut Bukan Sekedar Hidup Di Laut. Jurnal Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang. Swastha, Basu D. H. 1979. Asas-asas Marketing. Akademi Keuangan Dan Bisnis Yogyakarta. Syarief, R. dan A. Irawati. 1988. Pengetahuan Bahan Untuk Industri Pertanian. PT. Mediyatama sarana Perkasa. Jakarta. Winarno, F.G. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Zaitsev, V.J. Kiseveter, L. laguniov,T. Maharove, Minder and Podsevalov. 1969. Fish Curing and Processing. Mir Publishing. Moscow. Yahya, 2000. Fisiologi dan Pasca panen hasil perikanan. . Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya, Malang.