LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH
IBW DI KAWASAN GREENBELT KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG
Ketua Anggota 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
: Drs. IBP. Mardana, M.Si.(NIP.131943605) : Ir. Ketut Suardika, M.P. (NIP.132093310) Prof. Dr. Lasmawan, M.Pd(NIDN. 0021026701) Dr. Nyoman Tika, M.Si (NIDN.0001126302) I Nym Santiyadnya, S.Si, MT (NIDN.0016067103) Drs. Ketut Dunia, M.Erg (NIDN.0018064902) dr. Made Budiawan,S.Ked (NIDN.00212027706) Ni Wayan Marti, S.Kom., M.Kom (NIDN.0028117701)
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor: 023.04.2.552581/2013/2013 revisi 2 tangal 01 Mei 2013
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN 2013 1
HALAMAN PENGESAHAN ----------------------------------------------------------------------------------------------------JUDUL : IBW DI KAWASAN GREENBELT DI KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG ---------------------------------------------------------------------------------------------------I. Perguruan Tinggi Pengusul a. LPM/PT A : Nama LPM : Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Alamat LPM : Jalan Udayana No. 12 C Singaraja 81116 Telp. : (0362) 22927 Fax. : 036225735 b. LP2M/PT B : Nama LP2M : Universitas Panji Sakti (Unipas) Alamat LP2M : Jalan Bisma 22 Singaraja 81117 Bali Telp. : 036223588 Fax. : 036226939 -----------------------------------------------------------------------------------------------------II. Ketua Pelaksana a. N a m a : Drs. IBP. Mardana, M.Si. b. NIP : 196408271991021001 c. Pangkat/Gol : Lektor Kepala/IVC d. Jurusan/Fak : Pendidikan Fisika/ Fakultas MIPA e. Perguruan Tng : Undiksha f. Keahlian : Fisika Eksperimen, Pemberdayaan Masyarakat, Teknologi tepat guna g. Alamat : Jln. BTN.Puri Sukasada A34 Singaraja, Bali. Telp. (0362) 27834 HP. 081237692934 E-Mail:
[email protected] --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
III. Anggota Pelaksana Kegiatan a. Undiksha : Dosen: 10 orang; Pegawai: 3 orang; Mahasiswa 3 orang, Alumni 2 orang b. Unipas : Dosen 2 orang; Mahasiswa 1 orang c. Pemkab Buleleng : Bapeda 1 Orang: Dinas Pertanian: 1 orang Dinas Kehutanan: 1 orang; Dinas Pariwisata: 1 orang ---------------------------------------------------------------------------------------------------IV. Lokasi Pelaksanaan Sibermas a. Nama Wilayah : desa Pancasari, desa Wanagiri, desa Gitgit, dan Ambengan b. Kecamatan : Sukasada c. Kabupaten : Buleleng d. Provinsi : Bali -------------------------------------------------------------------------------------------------------V. Periode Waktu Pelaksanaan : Tahun 2013-2015 -------------------------------------------------------------------------------------------------------2
---------------------------------------------------------------------------------------------------VI. Biaya Selama 3 Tahun : Rp 930.000.000,Biaya Tahun-1 : Rp 260.000.000,Biaya Tahun-2 : Rp 310.000.000,Biaya Tahun-3 : Rp 360.000.000,---------------------------------------------------------------------------------------------------VIII. Biaya Total Tahun I : Rp 260.000.000,Dikti : Rp 100.000.000,Pemkab : Rp 150.000.000,Undiksha : Rp 10.000.000,--------------------------------------------------------------------------------------------------Singaraja, 15 Desember 2013
3
IBW DI KAWASAN GREENBELT KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG Oleh, Ida Bagus Putu Mardana Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Ganesha
[email protected]
ABSTRAK Kawasan greenbelt merupakan wilayah konservasi air dan vegetasi hijau (greenbelt zone) yang membentang dari dataran rendah ke perbukitan bedugul berpotensi bagi pengembangan wisata desa, agrowisata, kerajinan kreatif-inovatif, pertanian dan peternakan sebagai sumber kehidupan masyarakat di kecamatan Sukasada. Kawasan ini masih bergulat dengan masalah kemiskinan, eksklusivitas-wisata, angka pengangguran, buta aksara, putus sekolah, rawan bencana, konflik sosio-ekonomi-politik, derajat kesehatan dan pendidikan masyarakat yang rendah bagi kabupaten Buleleng. Kondisi faktual masyarakat di kawasan ini, mendorong Undiksha bekerjasama dengan Unipas dan Pemkab Buleleng untuk melaksanakan kegiatan IbW. Kegiatan IbW kawasan greenbelt di kecamatan Sukasada kabupaten Buleleng Provinsi Bali, menyasar pada 4(tempat) desa, yakni desa Ambengan, desa Gitgit, desa Wanagiri, dan desa Pancasari bertujuan untuk melakukan pemetaan aset wilayah dan pemberdayaan masyarakat dalam melaksanakan program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam pertanian-peternakan-perikanan, pendidikan life skill, kewirausahaan, pembinaan adatistiadat, keagamaan, lembaga sosial, sanitasi, dan kepariwisataan. Metode pelaksanaan IBW dalam pemberdayaan masyarakat menggunakan pendekatan SLA (Sustainable Livelihoods Approach), yang bersendikan pada 3(tiga) tahapan kegiatan, yakni (1) tahap penyadaran (Awareness), (2) tahap pengkapasitasan/pendampingan (capaciting /scaffolding), dan (3) tahapan pelembagaan (institutionalization). Kegiatan IbW pada tahun menghasilkan luaran : (1) Rencana strategis (Renstra) dan pemetaan wilayah, (2) terwujudnya sentra pengolahan kelapa Terwujudnya demplot peternakan-pertanian ramah lingkungan (zero waste), (3) terwujudnya produk wisata rural-agrotourism culture, dan (4) publikasi ilmiah hasil program IbW pada jurnal lokal, nasional, dan internasional. Kata-kata kunci: pemberdayaan masyarakat, kawasan greenbelt, SLA, potensi wilayah, Ipteks bagi Wilayah (IbW)
4
IBW IN GREENBELT AREA IN SUKASADA DISTRICT OF BULELENG by , Ida Bagus Putu Mardana
Faculty of Mathematics and Natural Sciences Ganesha Education University
[email protected]
ABSTRACT
Greenbelt area is an area of water conservation and green vegetation (greenbelt zone) stretching from the lowlands to the hills Bedugul potential for rural tourism development ,ecotourism, creative - innovative craft, agriculture and livestock as a source of public life in the district Sukasada. This area is still grappling with the problem of poverty , exclusivity-tourism, unemployment, illiteracy, school dropouts, disaster-prone, conflict socio-economic-political , health status and low public education for Buleleng regency . Factual condition of society in the region motivate Undiksha, Unipas, and Buleleng regency to carry out activities of IbW. IbW activity in the district Sukasada Buleleng regency of Bali Province, targeting at 4 ( place ) village, the village Ambengan, Gitgit Wanagiri village, and the village Pancasari aims to conduct asset mapping and community empowerment areas in implementing science and technology program, increased knowledge and skills in agriculture-livestock-fishery, life skill education, entrepreneurship, fostering customs, religious, social institutions, sanitation, and tourism. IBW method of implementation in community empowerment approach using SLA ( Sustainable Livelihoods Approach), which based on three (3 ) phases of activity , namely (1) awareness stage (Awareness) , (2) capaciting / scaffolding stage, and ( 3 ) stages of institutionalization . IbW outcomes were : (1) Strategic Plan (Strategic Plan) and mapping of the area , (2) realization of coconut processing centers-farm demonstration plots realization of sustainable agriculture (zero waste) , (3) the establishment of rural-tourism products agrotourism culture , and (4) the results of scientific publications in journals IBW program locally , nationally , and internationally . Key words : community development , greenbelt area , SLA , the potential of the region , science and technology for the region ( IbW )
5
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat-NYA pelaksanaan kegiatan P2M Program Ipteks bagi Wilayah (IbW) DP2M Dikti ini dapat dilaksanakan dan diselesaikan tepat pada waktunya. Terlaksananya kegiatan P2M Ipteks bagi Wilayah (IbW) ini adalah berkat bantuan dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada yth: 1. Direktur P2M Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional Jakarta 2. Rektor Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja 3. Ketua LPM Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja 4. Prof. Dr. Sundani Nurono Suwandi atas bimbingannya 5. Dosen dan mahasiswa Undiksha, Unipas, dan Pemkab. Buleleng atas peran sertanya.
Semoga kerjasama yang baik ini dapat dipelihara dan ditingkatkan pada masamasa mendatang dan semoga pula hasil kegiatan IbW ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan greenbelt di Sukasada
Singaraja, 12 Desember 2013 Tim Pelaksana
6
DAFTAR ISI
JUDUL
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
ABSTRAK
iii
ABSTRACT
iv
KATA PENGANTAR
v
DAFTAR ISI
vi
BAB I. Pendahuluan
1
BAB II. Target Luaran
19
BAB III. Metode Pelaksanaan
27
BAB IV. Kelayakan Perguruan Tinggi
32
BAB IV. Hasil Pelaksanaan IbW
36
BAB IV. Penutup
40
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
7
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Kabupaten Buleleng terletak dibagian utara Pulau Bali memnjang kebarat dan ketimur. secara geografis Kabupaten Buleleng terletak pada posisi 80 03'40" – 80 23'00" lintang
selatan
dan
1140
25'55"–
1150
27'28"
bujur
timur
Kabupaten Buleleng memiliki pantai dibagian utara yang panjangnya 157,05 km. Secara luas wilayah, Kabupaten Buleleng adalah 136.588 hektar atau 24,25% dari Luas Provinsi Bali. Kabupaten Buleleng memiliki batas-batas wilayah seperti ditunjukkan pada gambar 1A: Utara: Laut Bali, Timur : Kabupaten Karangasem, Selatan:Kabupaten Jemberana, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Badung, Kabupaten Bangli , Barat : Selat Bali. Wilayah kecamatan Sukasada sebagai wilayah IBW, dengan luas Wilayah 172,93 km2, mempunyai batas-batas seperti ditunjukkan pada gambar 1(B): Utara: Laut Bali, Timur: Kecamatan Sawan/Kubutambahan, Selatan : Kabupaten Badung/Tabanan, Barat : Kabupaten Banjar/Busungbiu
Kawasan IBW
Keterangan:
(A)
1. 2. 3. 4.
DESA AMBENGAN DESA GITGIT DESA WANAGIRI DESA PANCASARI
(B)
Gambar 1. Lokasi dan Batas IBW Kecamatan Sukasada terletak di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali yang terdiri dari 15 Desa,
dengan luas wilayah 172,93 km. jumlah penduduk 71.459 jiwa.
Kecamatan Sukasada merupakan daerah hutan, perkebunan serta pertanian. Kecamatan ini terletak di sebelah utara pulau Bali. Keadaan tanahnya sebagian besar hutan dan tegalan yang hanya dapat ditanami tanaman hortkultura, palawija, perkebunan, dan 8
vegetasi hutan, beberapa diantaranya persawahan. Penggunaan lahan di kecamatan Sukasada adalah sebagai berikut: (1) lahan sawah 1943 ha, (2) lahan tegalan : 4543 ha; (3) lahan perkebunan 5846 ha; (4) pekarangan: 507 ha; (5) hutan 2966 ha; (6) tanah negara 27.135 ha; lain-lain 318.61 ha. Kecamatan Sukasada beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata 1651 mm dan hari hujan 65 hari (Buku Pola Pengembangan Wilayah Kecamatan (PPWK) Kecamatan Sukasada, kabupaten Buleleng, tahun 2011). Iptek bagi wilayah (IBW) di kecamatan Sukasada akan meliputi kawasan 4(empat) desa yang saling berdekatan, yaitu: desa Pancasari, desa Wanagiri, desa Gitgit, dan desa Ambengan, seperti ditunjukkan pada gambar 1(B). Empat desa ini mempunyai batas wilayah utara (Laut Bali), Timur (kecamatan Sawan), Barat (kecamatan Banjar), Selatan (kabupaten Tabanan). 1.2 Program Pemkab di Wilayah IbW Berdasarkan RTRW kabupaten Buleleng 2004-2012 dan pola pengembangan wilayah kecamatan Sukasada, kecamatan Sukasada dibagi menjadi 4 wilayah, yaitu (1) wilayah pengembangan kawasan wisata desa, wisata desa, dan hutan lindung, yakni desa Pancasari, Wanagiri, Kayu putih, Gitgit, Selat dan Tegalinggah;
(2) wilayah
pengembangan ibu kota kecamatan, yakni desa Sukasada, Panji , desa Sambangan; dan (3) Wilayah pengembangan industri pertanian dan kerajinan, yakni desa Ambengan, Bulian, dan Panji Anom, (4) Wilayah penyangga, yakni desa Pegayaman, Silangjana, Pegadungan. Wilayah yang dipilih untuk program IbW sesuai dengan pemikiran kritis pengusul, Bappeda buleleng, dan tokoh-tokoh masyarakat di kecamatan Sukasada adalah wilayah pengembangan kawasan wisata dan hutan lindung, karena kawasan ini merupakan greenbelt zone yang sangat strategis dan memegang peranan penting bagi pengembangan wisata desa, agrowisata, kerajinan kreatif-inovatif, pertanian dan peternakan sebagai sumber kehidupan
masyarakat. Jadi desa-desa yang dilibatkan
dalam program IbW ini adalah desa Pancasari, desa Wanagiri, desa Gitgit, dan desa Ambengan. Keempat desa-desa sasaran IBW merupakan kawasan yang sangat vital, karena kawasan ini akan dipersiapkan sebagai kawasan wisata dan konservasi hutan di kecamatan Sukasada (RTRW Buleleng 2004-2014). Walupun terletak pada posisi yang vital dan strategis (trans Bali utara-Jawa), ternyata empat desa ini menyumbangkan jumlah angka kemiskinan, kebodohan, angka pengangguran, buta aksara, putus sekolah, rawan bencana yang cukup besar,
derajat kesehatan masyarakat yang rendah bagi 9
kabupaten Buleleng, dan kualitas pendidikan yang rendah, yang nampaknya perlu mendapat penanganan segera dalam upaya mewujudkan kawasan desa wisata mandiri (Rencana Strategis Kecamatan Sukasada, 2008-2013). 1.3 Kondisi Eksisting Wilayah Secara umum, kondisi eksisting kawasan IBW yang meliputi desa Pancasari, desa Wanagiri, desa Gitgit, dan desa Anbengan merupakan kawasan yang diproyeksikan menjadi zonasi wisata, sumber air, pertanian, perkebuanan, peternakan dan konservasi hutan (PKWK, 2007), sehingga pada kawasan ini dicanangkan berbagai fasilitas wisata dan konservasi hutan, yang didukung aktivitas pertanian, peternakan dan industri kerajinan kreatif terpadu sebagai penyangga aktivitas pengembangan kawasan hutan (Green belt), kawasan pariwisata, dan kawasan industri pertanian dalam arti luas. Di kawasan ini juga diperuntukan sebagai areal konservasi hutan, pertanian dan peternakan, wisata untuk menunjang ekonomi masyarakat, sekaligus sebagai pusat pengembangan industri pariwisata yang dapat mengintegrasikan aktivitas masyarakat pedesaan, pertanian, peternakan dan keindahan potensi alam. Secara umum, kecamatan Sukasada merupakan kecamatan dengan heterogenitas penduduk yang sangat variatif berjumlah 71.459 orang terdiri dari 35.905 penduduk perempuan dan 35.554 penduduk laki-laki. Dengan balutan budaya dan kearifan lokal, seperti, menyama-braya, gotong-royong, nyama bali-nyama selam, nyama kristen dan nyama china masyarakat di wilayah Sukasada dapat hidup berdampingan secara harmonis.
Gambar 2. Potensi Wilayah IbW di kecamatan Sukasada Keempat desa ini merupakan wilayah perbukitan dan pegunungan, yakni beriklim tropis, dengan curah hujan yang relative cukup tinggi. Keadaan tanahnya sebagian besar subur dan basah yang ditanami vegetasi hutan, tanaman hortikultura, palawija, 10
perkebunan, dan persawahan. Lapisan top soil tanah relatif tebal dengan tingkat kesuburan yang tinggi (BPPT, 2010). Pada musim hujan, maupun musim kemarau wilayah keempat desa ini nampak subur dan menghijau, sehingga perbukitan dan pegunungan ini merupakan bagian dari kawasan Green-belt yang memisahkan bagian utara dan selatan pulau Bali. Kondisi SDM penduduk wilayah IbW mengacu pada profil kecamatan dan potensi desa (Monographi desa, 2008) banyak pendudukan yang tidak bersekolah, dan warga yang menamatkan pendidikan SMP, dan SMA dalam jumlah yang relatif kecil, hanya sebagian kecil dari jumlah penduduk yang bisa menamatkan pendidikan tinggi. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan pendidikan yang sangat tajam. Sebagian besar pancaharian penduduk sebagai petani sekaligus peternak (65%), 15% PNS, dan 5% wiraswasta/pedagang, 5% pelayan, dan sisanya 10% pengganguran. Pada musim hujan, penduduk berkonsentrasi pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari melalui pertanian, dan peternakan. Budidaya pertanian dan peternakan masih bersifat tradisional, yang miskin dengan sentuhan ipteks. Di samping itu, kurangnya kesadaran penduduk dalam kesehatan dan sanitasi lingkungan, serta rendahnya daya dukung dan pelayanan lembaga kesehatan, menyebabkan wilayah kecamatan Sukasada ini sangat rentan terhadap wabah penyakit baik di musim hujan maupun di musim kemarau. Pengembangan peternakan tradisional yang tidak ramah lingkungan, sering menimbukan persoalan sanitasi lingkungan dan sumber wabah penyakit. Padahal limbah pertanian dan peternakan, melalui penerapan ipteks dapat dirubah menjadi sumber pakan ternak, pupuk organik dan sumber energi bakar alternatif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian masyarakat. Posyandu yang ada masih ditangani secara linier dan mekanistik dengan kebergantungan tinggi dengan program kesehatan kabupaten. Dengan daya dukung luas wilayah yang cukup memadai dan panorama alam yang indah, dengan kuantitas jumlah petani dan peternak yang cukup signifikan, wilayah kecamatan
ini
sangat
berpotensi
untuk
jadi
zona
wisata
desa,
sentra
pertanian/peternakan yang bisa memenuhi kebutuhan pangan dan meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat menuju wilayah desa-desa wisata yang mandiri pangan-energi. Sebenarnya upaya-upaya peningkatan aktivitas wisata dan produksi pertanian dan peternakan sudah dilakukan, melalui program sadar wisata dan penelitian dan 11
pendapingan dari BPPT Propinsi Bali (Laporan BBPPT provinsi Bali, 2007) dalam program Primatani, namun nilai ekonomi sektor pariwisata dan produksi pertanian, peternakan dan perikanan masih relatif sangat kecil, sehingga belum mampu mendongkrak kualitas hidup masyarakat. Hal ini disebabkan (1) kurangnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam peningkatan nilai ekonomis produk wisata, (2) rendahnya intensitas masyarakat yang bergerak dalam bidang wirausaha/perdagangan, kurangnya
diversifikasi
produk
wisata
yang
masih
tersegmentasi
dengan
pertanian/peternakan, dan budaya masyarakat, (3) sistem mekanisme pasar yang belum berpihak pada masyarakat desa, serta (4) tingginya potensi bencana longsor yang selalu mengancam runtuhnya pilar-pilar sosio-ekonomi, keamanan dan kenyamanan hidup masyarakat. 1.3.1
Desa Pancasari Desa Pancasari terdapat 5 dusun, yakni dusun Karma, Lalang linggah, Buyan,
Peken, Dasong
dengan luas wilayah 1280 ha. Wilayah ini sebagian besar adalah
pertanian 98 ha, perumahan dengan luas 19,27 ha dan tegalan sawah 365,73 ha, kuburan 20 are. Jumlah penduduk Desa Pancasari (data per Desember 2007 dalam monografi) adalah 4783 orang yang terdiri diri laki 2.323 orang, perempuan 2.460 orang. Ditinjau dari t ingkat pendidikan usia produktif terdapat: (1) akademi/sarjana ke atas 58 orang, lulusan tingkat SMA/SMK 365 orang, lulusan tingkat SMP 854 orang dan lulusan tingkat SD 1502 orang. Dengan demikian, maka penduduk Desa Pancasari mempunyai kualifikasi tingkat SDM yang cukup memadai karena, lebih dari 36% persen usia produktif lulusan SMA dan Sarjana. Pekerjaan penduduk Desa Pancasari sebagian besar sebagai petani yaitu 3124 orang, peternakan, pegawai negeri/TNI/Polri sebanyak 10 orang, pegawai swasta 2 orang, nelayan 32 orang, sedangkan jumlah tenaga penganggur/pencari kerja/tidak bekerja 155 orang. Berdasarkan data di kantor desa ( per Maret 2011), KK miskin yang ada sebanyka 570 KK, yang direkomendasi untuk mendapatkan BLT.Potensi yang menonjol di desa Pancasari adalah pariwisata, pertania, dan peternakan.
12
Gambar 3. Potensi desa Pancasari Potensi pertanian yang menonjol di desa Pancasari adalah tanaman pisang, tanam kelapa dan hortikultural. Potensi peternakan yang menonjol di desa Pancasari adalah sebagian besar warga berternak ayam kampung/ras 13.425 ekor, babi 6505 ekor dan sapi bali 3685 ekor. Industri kecil yang ada adalah industri kecil pengolahan pangan, kerajinan lainnya (anyaman), dengan pengelolaan tradisional dan segmen dan akses pasar yang masih terbatas. Produksi pertanian seperti kelapa, pisang, dan palawija lainya masih bernilai ekonomis rendah, karena belum diolah dengan sentuhan ipteks menjadi produk yang bernilai pasar tinggi. Potensi kerajinan yang menonjol di desa Pancasari adalah anyaman serabut kelapa dan kerajinan dari tempurung kelapa. Industri-industri kecil ini perlu dikembangkan sehingga mampu lebih banyak menampung tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan keluarga. 1.3.2 Desa Wanagiri Desa Wanagiri
merupakan daerah pegunungan kawasan hutan belantara,
sehingga nama Wanagiri berasal dari wana artinya hutan atau alas (Bahasa Bali), dan giri artinya gunung (bukit),. Desa Wanagiri sebagai sentra konservassi hutan di kabupaten Buleleng terdiri dari 3 Dusun, yakni dusun Yehketipat, Bhuanasari, dan Asah Panji. Berdasarkan data monografi desa, luas wilayah 1575 ha, dengan rincian
perkebunan 1122 ha, tegalan 11,5 ha, pemukiman/perumahan 28,25 ha.
Jumlah penduduk 3111 orang. Jumlah KK miskin di desa Wanagiri, berdasarkan data yang ada di kelurahan sebanyak 801 KK. Potensi peternakan (sapi, babi/kambing, dan unggas) dan kerajinan rumah tangga merupakan usaha penduduk desa ini untuk meningkatkan pendapatan keluarganya disamping mengandalkan usaha pertanian buah-buahan dan palawija yang sifatnya musiman. Desa Wanagiri merupakan desa yang dikenal potensi peternakannya, 13
dengan sebaran ternak ayam 5945 ekor, babi 721 ekor, sapi 363 ekor, kambing 37 ekor, dan ternak lainnya seperti kambing dan itik. Banyak kebutuhan akan hasil ternal sapi, babi, dan unggas disuplai dari desa Wanagiri, sehingga penanganan secara terpadu sektor pertanian dan pertenakan di desa Wanagiri cukup mendesak dilakukan untuk mendokrak kehidupan ekonomi masyarakat. Hasil pertanian yang cukum menonjol adalah kelapa, pisang, padi dan jagung, kacang tanah, serta tanaman multikultur lainnya, namun masih ditangani dengan budidaya tradisional. Desa Wanagiri juga menjadi pusat pelayanan mitigasi bencana longsor, dan aktivitas konservasi hutan. Desa Wanagiri juga penyumbang terbesar pada angka buta aksara dan putus sekolah, karena akses terhadap pendidikan formal terhambat oleh keadaan geografis kawasan, terutama untuk masyarakat yang ada di daerah perbukitan.
Gambar 4. Desa Wanagiri 1.3.3 Desa Gitgit Desa Gitgit ( batu bergerigi tajam ) dengan luas wilayah 12 km2 adalah daerah yang kondisi tofografinya sangat curam, berbukit – bukit, bertebing tinggi, jenis tanah vulkanik berbatu yang bersifat labil, batu padas yang tajam menggigit; Potensi alam kondisi fisik dan fisis lingkungan dapat memberikan keindahan, keunikan secara aktif baik fisik, sosial, budaya, religius yang dapat memberikan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Desa Gigit terdiri dari 4 dusun yakni dusun Pumahan, Gitgit, Perenan Bunut, dan Wirabhuwana, dengan luas wilayah 358.050 ha, yang hanya sebagian terdiri dari pertanian 407 ha pekarangan 106 ha, tegalan 617 ha, perkebunan 67 ha. Jumlah penduduk 1489 orang. Mata pencaharian penduduk sebagian besar bertani, berdagang, dan wiraswasta, dengan rincian wiraswasta 380 orang, PNS/ABRI 25 orang., dengan jumlah KK miskin sebanya 787 KK, yang sebagian besar tinggal di daerah perbukitan. Potensi pertanian di desa Gitgit yang menonjol adalah padi dan palawija, dengan rincian 21 ha, jagung 100h, ketela pohon 5 ha, kacang kacang tanah 21 ha. Perkebunan yang 14
menonjol adalah cengkeh dan buah-buahan, kelapa dengan luas areal 84 ha. Selain potensi pariwisata air terjun, pertanian, desa Gitgit juga mengandalkan potensi peternakan, dengan sebaran ayam kampung/pedaging 37.500 ekor, Babi 1.500 ekor, sapi Bali 800 ekor, dan kambing 300 ekor. Walaupun banyak industri dan usaha kerajinan berskala rumah tangga ada di desa ini, seperti pengolahan kelapa, kerajinan ukiran kayu, dan pengolahan pangan, namun belum mampu menampung tenaga kerja yang optimal, hal ini dapat dilihat dari masih banyak penduduk usia kerja yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Pendataan akurat tentang industri kecil dan kerajinan ini belum dilakukan terutama berkaitan dengan volume (omzet) usaha, volume dan variasi produk, jangkauan pemasaran. manajemen usaha yang belum baik.
Gambar 5. Potensi desa Gitgit
1.3.4 Desa Ambengan Desa Ambengan termasuk tipologi desa perbukitan terdiri dari 4 dusun, yakni dusun Ambengan, Bukit Bahu, Jembong, dan Pebantenan, dengan luas wilayah 1369 ha, terdiri dari tanah sawah 171 ha, tegal/ladang dan perkebunan 367, dan hutan 13 ha. Jumlah penduduk desa Ambengan sebanyak 4.363 orang, dengan jenjang pendidikan SD 2829 orang, SMP 237 orang, SMA, 253 orang, dan akademi/sarjana 43 orang. Mata pencaharian penduduk yang menonjol sebagian besar sebagai petani 1998 orang, petani penggarap (penyakap) 350 orang, peternak 1144 orang, pedagang 60 orang, dan pengrajin15 orang. Pengusaha 3 orang, PNS 55 orang. Jumlah KK miskin yang ada di desa Ambengan sebanyak 789 KK. Organisasi tradisional desa yang berkaitan dengan aktivitas pertanian dan peternakan adalah Subak Lawa, Subak Anyar, Subak Pebantenan, Subak Abian, dan Poktan/Gapoktan. 15
Potensi yang menonjol di desa Ambengan adalah pertanian,peternakan, pariwisata, dan kerajinan (pelepah pisang dan keranjang buah). Potensi pertanian yang dominan di desa Ambengan adalah jagung 8,5 ha, mangga 105 ha, sedangkan perkebunan adalah kelapa 293 ha. Potensi kebun kelapa 4800 pohon dengan lahan 195 ha. Produksi kelapa saat ini masih dijual dalam bentuk buah kelapa, kopra maupun diolah oleh industri minyak kelapa secara basah tradisional sekala industri rumah tangga. Pasaran dari produksi minyak hanya mencapai pasaran lokal desa dan sekitarnya. Potensi unggulan lainnya adalah produk peternakan ayam, babi dan sapi. Banyak kebutuhan akan produk ternak ayam, babi, dan sapi untuk keperluan konsumtif, bibit dan upacara didatangkan dari desa Ambengan. Desa Ambengan juga memliki fanorama alam desa yang menarik, aliran sungai yang masih bersih, dan vegetasi yang variatif, yang banyak diincar sebagai lokasi villa, karena view laut yang sangat mempesona. Diamping itu, potensi kerajinan anyaman dan album dari bahan dasar lokal yang alami telah mampu masuk ke segmen pasar wisata. Namun potensi unggulan di desa Ambengan ini belum tertangani secara terpadu dengan sentuhan IPTEKS, terutama berkait dengan pengembangan desa wisata yang terintegrasi secara holistik dengan segmen pertanian/pertaninan, kehutanan, dan kerajinan kreatif-inovatif masyarakat setempat.
Gambar 6. Potensi desa Ambengan 1.4 Persoalan Pemkab di wilayah IbW Persoalan utama yang menjadi prioritas Pemerintah kabupaten Buleleng di kawasan Greenbelt di kecamatan Sukasada, khususnya di desa Ambengan, Gitgit, Wanagiri dan Pancasari adalah (1) masalah bencana longsor yang selalu terjadi setiap tahun dan memakan korban jiwa, (2) aktivitas pertanian-peternakan yan belum mampu mendongkrak ekonomi masyarakat, (3) masalah pendidikan terkait banyaknya segmen masyarakat yang buta-aksara, pengangguran, dan putus sekolah; (4) masalah sosioekonomi, dimana masih banyak komunitas di kawasan ini masih berada di bawah garis 16
kemiskinan; (5) masalah kepariwisataan, yang dengan upaya mengantarkan kawasan menjadi rural-agrotorurism culture; (4) masalah kesehatan dan sanitasi lingkungan, dan (5) persoalan konflik sosial vertikal-horizontal karena perebutan hegemoni adat, ruang, religi, dan sosio-ekonomi-politik, dan potensi penyebaran virus HIV/AIDS. Pemerintah kabupaten Buleleng, melalui dinas terkait telah melakukan berbagai upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan, kemiskinan, pendidikan, pertanian-peternakanperikanan, kepariwisataan, potensi penyebaran HIV/AIDS, dan sosio-ekonomi-politik di Desa Ambengan, Gitgit, Wanagiri dan Pancasari. Akan tetapi, di dalam pelaksanaanya berbagi upaya yang telah dilakukan tersebut belum membuahkan hasil yang optimal, karena kurangnya intesitas keterlibatan masyarakat dalam program pembangunan yang dicanangkan pemerintah. 1.5 Permasalahan Wilayah Berdasarkan uraian potensi dan propek wilayah 4 desa, yakni desa Ambengan, Gitgit, Wanagiri, dan Pancasarit di kecamatan Sukasada dapat dirumuskan permasalahan utama yang potensial untuk dipecahkan, baik yang berhasil diidentifikasi melalui survey awal pengusul, wawancara intensif dengan tokoh masyarakat, pejabat permerintahan kecamatan/desa maupun permasalahan aspek sosial ekonomi dalam RPJMD desa Ambengan, desa Gitgit, desa Wanagiri, dan desa Pancasari adalah sebagai berikut. (1) Rendahnya kesadaran, pengetahuan, keterampilan, dan keterlibatan elemen masyarakat dalam praksis kepariwisataan secara holistik berbasis pada wisata alam, budaya masyarakat, dan pertanian/peternakan. Pariwisata yang hanya tersegmentasi dan terbelenggu
pada keindahan panorama alam kurang dapat mengagetasi dinamika
aktivitas sosio-ekonomi masyarakat menuju peningkatan kualitas hidup dan kenyamanan masyarakat, (2) Rendahnya budaya kerja dan produktivitas ekonomi masyarakat menyebabkan rendahnya pendapatan perkapita dan pendapatan keluarga. Pedahal potensi alam dan dukungan program dan komitmen pemerintah dan institusi lain relatif cukup tinggi. Selain itu, belum terberdayanya lembaga-lembaga ekonomi masyarakat, UKM dan industri kerajinan kreatif-inovatif rumah tangga karena terbatasnya akses kepada sumber daya produktif, terutama permodalan, pasar, dan informasi dan teknologi, dan tumbuh suburnya rentenir telah mengurangi dinamika ekonomi masyarakat, (3) Masih rendahnya kualitas kesehatan masyarakat, kondisi kesehatan lingkungan, terutama yang menyangkut sanitasi dasar, dan perilaku masyarakat yang 17
kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat
telah memberi kontribusi pada
rendahnya status penduduk miskin dan kesehatan masyarakat. Peluang terjangkitnya penyakit demam berdarah dan penyakit endemik lainnya di wilayah Wanagiri, Ambengan, Gitgit sangat tinggi, karena aktivitas produktif masyarakat tidak ramah lingkungan, (4) Dari sisi kewilayahan, desa Ambengan, desa Gitgit, desa Wanagiri, dan desa Pancasari merupakan daerah pegunungan konservasi hutan yang sangat berpotansi terjadinya rawan bencana longsor setiap tahun. Kepedulian masyarakat dalam menjaga kelestarian konservasi hutas di kawasan Greenbelt relative masih kurang, terbukti intensitas perambasan hutan masih tinggi, yang berpotensi mendatangkan malapetaka longsor. Di sisi yang lain, rendahnya budaya dan kemampuan masyarakat dalam mekanisme mitigasi bencana alam sering meimbulkan kerusakan pada simpul-simpul produktivitas sosio-ekonomi masyarakat, yang berujung pada keterpurukan kualitas dan kenyamanan hidup masyarakat,
(5) Masih rendahnya akses masyarakat terhadap
pendidikan yang berkualitas, kurangnya pemerataan pendidikan dan penyediaan tenaga terampil, menyebabkan terjadinya kesenjangan pendidikan yang cukup tajam. Penyebab utama yang teridentifikasi berkontribusi pada rendahnya kualitas pendidikan di wilayah kecamatan Sukasada ini adalah (a) ketersediaan tenaga pendidik yang belum memadai baik secara kuantitatif maupun kualitatif, (b) fasilitas belajar belum tersedia secara mencukupi, (c) biaya operasional pendidikan belum disediakan secara memadai, (d) kekurangan tenaga pendidik, (e) ekonomi masyarakat yang rendah,
dan (e) faktor
geografis dan budaya masyarakat, dan (6) Minimnya terapan teknologi tepat guna di masyarakat dalam pengolahan hasil pertanian, peternakan, dan perikanan yang dapat mengantarkan desa-desa di kawasan ini sebagai desa mandiri pangan dan energi. Budi daya pariwisata, pertanian, peternakan, dan perikanan yang ada saat ini masih bersifat tradisional, monokultur, dengan pengagarapan yang parsial, dan kurang profesional yang dapat
meningkatkan
menumbuhkembangkan
ketahanan dinamika
pangan
masyarakat
perekonomian
dan
masyarakat.
berpotensi (RPJMD
untuk dan
Renstrades,2008-2013).
18
BAB II TARGET LUARAN 2.1 Tahun I (Tahun-2013) (Sudah berlangsung) Target luaran yang diharapkan tercapai adalah (1) Rencana strategis (Renstra) dan program aksi strategis desa-desa wilayah IBW berdasarkan hasil evaluasi diri secara partisipatif yang komprehensif melalui in-depth SWOT analysis dan pemetaan wilayah berbasis data riil potensi daerah, (2) Terwujudnya demplot industri kecil pengolahan kelapa, (3) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan warga dalam penerapan IPTEKS, managemen wirausaha dan perkoperasian untuk mengembangkan industri kecil/skala rumah tangga sesuai potensi unggulan yang dimiliki sebagai usaha meningkatkan taraf hidup warga dan mendukung pengembangan desa mandiri yang didukung oleh perikanan, pertanian, peternakan, dan kerajinan rakyat, (4) Peningkatan pengetahuan dalam penangan kerawanan pangan masyarakat melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan produktivitas pertanian, , perikanan, dan peternakan
terpadu,
serta
penyediaan sumber-sumber energi alternatif, seperti bio-gas sebagai bahan bakar pengolahan pangan dan pakan ternak, (5) Terwujudnya demplot peternakan ramah lingkungan (zero waste), pengolahan lembah ternak menjadi sumber energi bio-gas untuk keperluan bahan bakar, (6) Peningkatan sadar wisata masyarakat, khususnya dalam mengintegrasikan aktivitas pariwisata dengan pertanian/peternakan, dan budaya lokal menuju kawasan rural-agrotourism culture, (7) Terwujudnya kelompok belajar kelas kecil tingkat SD, tingkat SMP dan mekanisme pengelolaanya berbasis desa pekraman, (8) Peningkatan kesadaran individu, keluarga dan masyarakat tentang peningkatan kesehatan dirinya, kesehatan keluarga dan kesehatan masyarakat, serta sanitasi lingkungan. Peningkatan kesadaran dibarengi dengan peningkatan taraf kesehatan diri, keluarga dan masyarakat serta kesehatan lingkungan, (9) Peningkatan kuantitas dan kualitas usulan P2M program DP2M atau institusi lainnya berbasis kegiatan pengembangan IPTEKS di Undiksha dan Unipas yang berisi rancangan program-program aksi yang dibutuhkan masyarakat, dan (10) Laporan pengabdian dan 2 publikasi ilmiah hasil program IbW pada jurnal lokal dan nasional.
19
2.2 Tahun II (Tahun 2014) Target luaran yang diharapkan tercapai adalah (1) Terselenggaranya program aksi sesuai dengan usul yang dibuat sesuai dengan renstra dan tercapainya indikator-indikator yang tercantum dalam setiap program usulan yang terselenggara tersebut, (2) Terwujudnya managemen usaha dan pemasaran produk wisata desa, pertanian, peternakan, kerajinan kreatif, produk dan jasa di kecamatan Sukasada berbasis Web (ICT), (3) Meningkatnya omzet, perluasan usaha, pemasaran dari industri kerajinan kreatif-inovatif di desa-desa wilayah IBW, (4) Peningkatan pendapatan asli desa-desa wilayah IBW dan memberi kontribusi signifikan dalam peningkatan pendapatan asli daerah kecamatan Sukasada dan kabupaten Buleleng, (5) Terwujudnya demplot pengolahan limbah sampah menjadi pupuk kompos (pupuk organik), (6) Terwujudnya demplot industri kecil kreatif berbasis produk lokal, (7) Terwujudnya usaha kecil menegah (UKM) yang bergerak dalam bidang kerajinan, pengolahan pangan, dan pengolahan kelapa, (8) Peningkatan taraf kesehatan diri, keluarga, masyarakat dan lingkungan serta peningkatan kapasitas dan keberdayaan secara mandiri dari keluarga, masyarakat dan organisasi desa dalam memelihara kesehatan dan sanitasi lingkungan, dan (9) Laporan pengabdian dan 2 publikasi ilmiah hasil program IbW pada jurnal nasional dan internasional 2.3 Tahun III(Tahun 2015) Target luaran yang diharapkan tercapai adalah (1) Terwujudnya desa bebas buta aksara di 4 desa wilayah IBW dan desa-desa lain di kecamatan Sukasada, (2) Berkurangnya angka putus sekolah penduduk usia sekolah, (3) Adanya perubahan mindset, attitude, dan behaviour serta terciptanya masyarakat mandiri dan partisipatif dalam melaksanakan
pembangunan
daerah
secara
berkelanjutan,
(4)
Meningkatnya
kesejahteraan, kesehatan dan keamanan masyarakat, (5) Terwujudnya desa wisata mandiri (rural-agrotoruism culture) di kawasan IBW, yang dapat mepertautkan aktivitas wisata alam, pertanian/ peternakan, dan budaya lokal masyarakat, (6) Terwujudnya jejaring pemasaran wilayah berbasis Web (ICT), dan (7) Laporanpengabdian dan 2 publikasi ilmiah hasil program IbW pada jurnal nasional “Ngayah” dan internasional
20
BAB III METODE PELAKSANAAN 3.1 Solusi Yang Ditawarkan Berdasarkan paparan potensi-potensi daerah, kearifan lokal dan permasalahan yang dimiliki desa-desa dalam cakupan wilayah IBW maka perlu disusun strategi sebagai solusi pemecahan masalah dalam mewujudkan desa mandiri dengan mensinergiskan potensi masyarakat, yaitu SDM produktif, kelompok pariwisata, kelompok petani, kelompok ternak, kelompok nelayan, kelompok pengerajin, berbagai organisasi adat, lembaga ekonomi masyarakat, koperasi, arisan, dan Bank, industri kecil, UKM), dan optimalisasi pemanfaatan lahan dan potensi alam yang luas dan beragam (areal pariwisata, pertanian lahan kering/basah, peternakan, perikanan laut/tawar, kehutanan). Potensi unggulan pokok yang menjadi prioritas penerapan
program ipteks dalam
program IbW ini adalah (1) potensi pariwisata yang diarahkan pada pengembangan rural-agrotourism culture yang didukung oleh fanorama alam, pertanian, peternakan, dan perikanan (1) potensi pertanian dalam arti luas, (2) potensi peternakan yang ramah lingkungan, (3) perikanan dengan perbaikan segmen jejaring pasar, (4) pendidikan kelompok kelas kecil dan kesehatan terpadu berbasis desa adat/masyarakat, (5) UKM/Industri rumah tangga dan lembaga ekonomi masyarakat, (6) industri kerajinan handycraft dan diversifikasi produk kreatif olahan hasil pertanian, peternakan, dan perikanan, dan (7) program reboisasasi dengan vegetasi lokal tradisional Bali dan mitigasi bencana alam. Solusi yang ditawarkan untuk menangani permasalahan wilayah yang meliputi 4 desa sasaran IBW adalah melaksanakan program ipteks bagi wilayah dengan rincian sebagai berikut: (1) Melakukan pemetaan potensi-potensi unggul di wilayah IBW, kearifan lokal, dan pemetaan wilayah sesuai dengan peruntukan dan kondisi fisik dan daya dukung lingkungan. Selanjutnya melakukan evaluasi diri dan penyusunan rancana program strategis, dan perancanangan aktivitas-aktivitas inisiasi IBW berdasarkan potensi-potensi unggul yang dimiliki sebagai penjabaran program-program strategis yang dicanangkan, dan (2) Melaksanakan program aksi ipteks dalam penanganan masalah di wilayah IBW, yakni: (i) Program ipteks peningkatan kepariwisataan yang mengarah pada rural-agrowisata culture sebagai pengintegrasian dinamika pariwisata, 21
pertanian, peternakan, dan budaya lokal masyarakat, (ii) Program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam desain, diversifikasi produk, (iii) managemen, dan pemasaran seni kerajinan tangan melalui pendidikan, pelatihan dan pendampingan, Program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam diversifikasi produk pengolahan kelapa menjadi produk berorientasi pasar melalui pengembangan demplot sentra industri kecil berbasis kelapa, (iv) Program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan managemen wirausaha, perkoperasian dan pemberdayaan ekonomi masyarakat dan revitalisasi UKM-UKM berbasis kearifan lokal melalui pendidikan, pelatihan dan pendampingan, (v) Program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengolahan aneka makanan tradisional dan modern berbasis hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan melalui pendidikan, pelatihan dan pendampingan produksi, managemen, dan pemasaran, (vi) Program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam program pertanian terpadu melalui demplot pertanian multikultur, pengolahan pupuk organik, dan pakan ternak dari limbah hasil pertanian, dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan masyarakat dan ketahanan pakan ternak, (vii) Program peternakan melalui demplot peternakan terpadu yang ramah lingkungan (zero waste), pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organik dan energi bakar biogas sebagai bagian integral dari upaya penyediaan energi alternatif bagi masyarakat baik di musim hujan maupun musim kemarau, (viii) Program ipteks pendidikan kontekstual untuk meningkatkan kualitas pendidikan/pengurangan pengangguran,dan pemberantasan buta huruf/putus sekolah melalui pendidikan life skill dan model pendidikan kelas kecil (small group learning) berbasis kearifan lokal, (ix) Program ipteks untuk pembinaan kesehatan keluarga dan masyarakat, melalui model posyandu berbasis desa pekraman dan revitalisasi pelayanan kesehatan Puskesmas, (x) Program ipteks mitigasi bencana longsor dan konservasi hutan di daerah perbukitan di sekitar kawasan greenbelt di desadesa wilayah IBW dengan item vegetasi local tradisional Bali, (xi) Melakukan evaluasi dan refleksi komprehensif terhadap program aksi, sebagai dasar pertimbangan dalam program pendampingan/ pemantauan demi menjaga sustainabilitas program IBW di wilayah Sukasada secara mandiri. 3.2 Metode Pelaksanaan Program Metode yang akan digunakan untuk pelaksanaan IBW adalah metode SLA (Sustainable Livelihoods Approach ). Pemberdayaan masyarakat dengan the Sustainable 22
Livelihoods Approach (SLA) pada dasarnya upaya pelibatan (partisipasi) masyarakat untuk belajar dan beraktivitas secara berkelanjutan dengan cara unik mereka menjalani hidup dalam rangka meningkatkan kualitas hidup mereka.
Menurut Ellis (1998), the
sustainable livelihoods approach (SLA) is the process by which rural families construct a diverse portfolio of activities and social support capabilities in their struggle for survival and in order to improve their standards of livings. Hal ini didukung oleh Olivier Serrat (2008), yang menyatakan bahwa “ The sustainable livelihoods approach is a way of thinking about the objectives, scope, and priorities for development activities. It is based on evolving thinking about the way the poor and vulnerable live their lives and the importance of policies and institutions. Kodisi exciting masyarakat di wilayah IbW, yang bertautan dengan potensi wilayah, SDA, SDM, dan kearifan-kearifan lokal masyarakat dijadikan starting point dalam memetakan program-program pemberdayaan masyarakat, yang sudah tentu melibatkan usulan dan tuntutan kebutuhan masyarakat dari bawah (internal) dan mensinergiskan dengan program-proram kebijakan pemerintah daerah yang muncul dari analisis kritis Undikasha, Unipas dan Pemkab Buleleng (eksternal) sehingga dapat dirumuskan proram-program aksi yang dapat mengantarkan masyarakat pada kondisi expeting yang diinginkan dan disepakati bersama. Program aksi pemberdayaan masyarakat yang menempatkan masyarakat secara aktif berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi melalui proses pembelajaran dan pendampingan akan dapat meningkatan intensitas partisipasi, self-belonging , dan responsibility sehingga dapat menjamin dukungan material, finansial , dan pemikiran tepat sasaran dalam pemberdayaan masyarakat untuk mengantarkan masyarakat hidup lebih mandiri, aman, sejahtera, sehat dan harmonis. 3.3 Kontribusi Pemerintah Kabupaten Buleleng Motivasi dan kontribusi Pemkab Buleleng dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat di kecamatan Sukasada sangat tinggi. Hal ini disampaikan oleh Sekda Buleleng saat audiensi draft pengusulan program IBW dan kerjasama Undiksha dan Pemkab Buleleng pada tanggal 20 September 2011. Pemkab Buleleng sangat konsent dengan peningkatan pendapatan asli daerah sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Buleleng dan pengurangan kemiskinan. Dalam audensi tersebut, melalui Sekda, Pemkab Buleleng sangat membutuhkan kerjasama semua pihak terutama 23
Undiksha dalam turut menyukseskan program-program pengentasan kemiskinan dan peningkatan PAD Buleleng disamping program-program pendidikan, kesehatan dan partisipasi gender. Usulan IBW dan sejenisnya sangat diharapkan Pemkab Buleleng dalam mengakselerasi pencapaian pembangunan Buleleng yang pada tahun 2012 ini bertema ”meningkatkan Pembangunan Sosial Ekonomi untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran” (RKPD Buleleng, 2012). Jalinan kerjasama Pemkab Buleleng dengan Undiksha dan Unipas tidak saja dalam bidang pendidikan, tetapi juga dalam bidang-bidang lain seperti kehutanan, pemetaan potensi (GIS), kesehatan (kerjasama akademi kebidanan,
Undiksha dan
RSUD Buleleng), pembinan desa tertinggal, sensus, life skill dan sebagainya. Untuk itu pemberdayaan masyarakat di kawasan kecamatan Sukasada melalui program IbW yang diusung oleh pemerintah kabupaten Buleleng, Undiksha, dan Unipas akan dapat terlaksana sesuai dengan rencana, apalagi didukung oleh motivasi masyarakat yang sangat berkeinginan untuk menyelenggarakan program-program aksi IbW di wilayahnya untuk mengantarkan desa-desa di kawasan IbW ini menjadi desa wisata mandiri pangan dan energi. 3.4 Rencana Kegiatan Program Ipteks 3.4.1 Tahun I (2013)(Sudah berlangsung) Recana kegiatan tahun I meliputi tahap-tahap persiapan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. Secara lebih rinci setiap tahap kegiatan dijelaskan sebagai berikut: Tahap Persiapan Kegiatan yang dilaksanakan adalah (1) Pembentukan dan pembekalan tim pelaksanaan. Berdasarkan rancangan dalam proposal, tim pelaksana diundang untuk mengadakan persiapan pelaksanaan dengan melibatkan LPM Undiksha, LPM Unipas, Pemkab Buleleng, dinas pertanian, dinas kehutanan, dinas pendidikan, dinas mentransker, dan dinas kesehatan. Pada pertemuan ini tim pelaksana akan diberikan pembekalan tentang maksud, tujuan dan rancangan mekanisme IBW dan beberapa hal teknis berkaitan dengan metode SLA, metode observasi, pemetaan, evaluasi diri, analisis SWOT, penyusunan program berbasis aktivitas oleh Tim dan masukan dari Pemkab Buleleng, dinas pertanian, dinas kehutanan, dinas pendidikan, dinas mentransker, dan dinas kesehatan, dinas industri, perdagangan dan koperasi, camat Sukasada, Lurah, dan 24
kepala Dusun, tokoh masyarakat dan instansi terkait; (2) Pembekalan partisipan. Pembekalan partisipan yang mencakup mahasiswa kuliah kerja nyata (KKN) dari Undiksha dan Unipas, LSM, dan sukarelawan dari sekehe teruna teruni, dan partisipan dari desa-desa wilayah IBW tentang beberapa hal teknis berkaitan dengan metode SLA, metode observasi, pemetaan, evaluasi diri, analisis SWOT, penyusunan program berbasis aktivitas oleh Tim pelaksana, pemkab Buleleng, dinas pariwisata, dinas pertanian, dinas kehutanan, dinas pendidikan , dinas mentransker, dan dinas kesehatan, dinas industri, perdagangan dan koperasi, camat Sukasada, Lurah, dan kepala Dusun, tokoh masyarakat dan instansi terkait., dan (3) Penyusunan instrumen kegiatan Pengembangan dan validasi dokumen-dokumen penunjang kegiatan seperti butu panduan teknologi tepat guna, Ipteks, keterampilan life skill, lembar observasi, lembar wawancara, pedoman evaluasi, perangkat penilaian partisipatif, perancangan logistik. Kegiatan ini dilakukan oleh tim pelaksana dengan melibatkan partisipan di wilayah kegiatan. Tahap Pelaksanaan Kegiatan yang dilaksanakan adalah (1) Melakukan pemetaan potensi-potensi unggul di wilayah IBW dan pemetaan wilayah sesuai peruntukan dan kondisi fisik dan daya dukung lingkungan dalam rangka mewujudkan kawasan wisada desa yang mandiri, (2) Melakukan self-evaluation dan penyusunan rencana program strategis secara SLA untuk mewujudkan wilayah IBW menjadi kawasan wisata desa yang mandiri, (3) Perancangan program aksi inisiasi IBW berdasarkan potensi-potensi unggul yang dimiliki sebagai penjabaran program-program strategis yang dicanangkan, dan (4) Pelaksanaan aktivitas-aktivitas inisiasi, yakni (i) Peningkatan sadar wisata masyarakat dalam mengembangkan model rural-agrotourism culture yang dapat mengintegrasikan aktivitas pariwisata,
pertanian/peternakan,
dan
budaya
lokal masyarakat, (ii)
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam diversifikasi produk pengolahan kelapa menjadi produk berorientasi pasar seperti VCO, briket, lotion, sabun, nata de coco, blondo, dan lain-lain dengan pembangunan demplot sentra pengolahan kelapa sebagai media awal pembentukan industri kecil dan UKM berbasis kelapa bagi kelompok tani kelapa, (iii) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengolahan aneka makanan tradisional dan modern berbasis hasil pertanian/perkebunan, peternakan, perikanan, seperti keripik pisang, dodol pisang, sele pisang, anggur,olahan jambu mete, 25
ikan kering, abon ikan dan daging, keripik ikan dan daging, dan lain-lain yang dapat mendukung wisata kuliner di wilayah IbW, (iv) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan industri kerajinan kreati-inovatif untuk menghasilkan oleh-oleh wisata yang mendukung pengembangan desa wisata, serta pemberantasan buta huruf, pendidikan keterampilan life skill melalui model pendidikan kelas kecil (small group learning) berbasis kearifan lokal, seperti kelompok belajar tingkat SD, kelompok belajar tingkat SMP, dan kelompok belajar life skill, dan kursus keterampilan, (v) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan managemen wirausaha, perkoperasian dan pemberdayaan ekonomi masyarakat dan revitalisasi UKM-UKM berbasis kearifan lokal, (vi) Pembuatan demplot peternakan sapi, babi dan ayam buras ramah lingkungan (zero waste) dalam meningkatkan pendapatan masyarakat, (vii) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam pengolah limbah pertanian-peternakan menjadi pupuk kompos dan sumber energi bio-gas untuk pemenuhan kebutuhan pupuk organik bagi pertanian dan kebutuhan energi bakar alternatif untuk keperluan memasak dan industri kecil dan rumah tangga, dan (viii) Pengusulan beberapa program P2M ke DP2M dikti berupa Ipteks bagi masyarakat di desa wilayah IBW maupun desa sekitarnya yang merupakan desa imbas dalam wilayah kecamatan Sukasada kabupaten Buleleng untuk mendukung perwujudan desa wisata mandiri. Tahap Monitoring, Evaluasi, Refleksi dan Sosialisasi Kegiatan yang dilaksanakan adalah (1) Monitoring, dan evaluasi pelaksanaan aktivitas-aktivitas inisiasi. Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan aktivitas inisiasi yang dilakukan terhadap input aktivitas berupa review rencana kegiatan, proses berupa kesesuaian mekanisme kegiatan yang dilakukan dengan yang direncanakan termasuk penggunaan sumber daya dan alokasi waktu serta tingkat keterlibatan partisipan dan stakeholder, (2) Pelaporan, evaluasi, refleksi, dan rekomendasi hasil program IBW, (3) Penyusunan laporan program IBW tahun I dilakukan akhir tahun kegiatan, sedangkan laporan setiap program aksi disusun sesaat setelah aktivitas tersebut selesai berlangsung. Laporan tahunan disusun dengan mengakumulasi, merangkum dan menganalisis laporan-laporan setiap program aksi. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap pencapaian target tahun pertama dan dibandingkan dengan target akhir program serta kondisi ideal yang diharapkan. Kendala-kendala yang dihadapi serta cara mengatasi kendala-kendala tersebut juga dianalisis dan dilaporkan. Hasil evaluasi, 26
refleksi dan pelaporan program IBW tahun I selanjutnya dijadikan dasar dalam perancangan program aksi IBW tahun II, dan (4) Sosialisasi dan publikasi hasil kegiatan IBW dan program IBW tahun II. (i) Sosialisasi hasil IBW tahun I dilakukan dalam bentuk seminar tradisional, (ii) Sosialisasi proses dan hasil pelaksanaan program aksi IBW juga dilakukan melalui peliputan media masa sebagai ajang promosi dan pencintraan publik, (iii) Publikasi hasil kegiatan program IBW tahun pertama akan dimuat pada jurnal akademik P2M yaitu (1) Jurnal Widya laksana LPM Udiksha, (2) Jurnal Ngayah, dan (3) Jurnal International.
3.4.2 Tahun II (2014) Tahap Persiapan Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Rapat kerja tim dan partisipan untuk koordinasi dan perencanaan mekanisme kegiatan tahun II yang telah disusun, (2) Pembekalan penyegaran terhadap tim pelaksana, tenaga lapangan dan partisipan, (3) Penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pelaksana program, (4) Sosialisasi rencana pelaksanaan program IBW tahun II. Tahap Pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Pemberdayaan, penguatan, dan pembentukan organisasi dalam konservasi hutan dan penanganan mitigasi bencana alam, (2) Penguatan usaha industri kecil berbasis kelapa yang telah dirintis pada tahun I dengan cara (a) pendampingan produksi, (b) pendampingan managemen usaha dan bisnis plan, (c) pendampingan pemasaran baik, lokal, antar pulau maupun ekspor dengan menggunakan direct selling indirect selling, dan E-commerce melalui fasilitas ICT, (3) Penguatan program rural-agrotourism culture dalam menyiapkan kawasa IbW sebagai kawasan desa wisata mandiri, (4) Penguatan kelompok-kelompok usaha kecil produktif yang ada dan perintisan kelompok-kelompok usaha kecil dan menengah (UKM) produktif dan inovatif untuk mendukung pengembangan desa mandiri di wilayah IBW berbasis Ipteks seperti pembuatan pakan ternak, pembuatan pupuk kompos, usaha pembibitan ternak dan pertanian, usaha pengolahan limbah pertanian dan peternakan, (5) Pemberdayaan, penguatan, dan pembentukan koperasi simpan pinjam, koperasi usaha kecil, dan lembaga perekonomian rakyat berlandaskan kearifan lokal untuk mendukung sirkulasi perekonomian masyarakat, (6) Pemberdayaan kelompok tani kawasan hutan 27
untuk pemeliharaan dan perawatan konservasi dan reboisasi lahan kering kawasan hutan, (7) Pengembangan desa mandiri dengan melanjutkan program pertanian-peternakan dan perikanan terpadu melalui mekanisme intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian tumpang sari, pengolahan, pengawetan, dan penyimpanan pangan dan pakan ternak, penyedian sumber energi bio-gas, penyedian pupuk organik, dan pengaturan irigasi melalui teknologi irigasi embung, (8) Peningkatan dan pembinaan kesehatan keluarga dan masyarakat melalui pengembangan posyandu terpadu berbasis desa pekraman, dan revitalisasi kuantitas dan kualitas jangkauan pelayanan kesehatan, pengintegrasian sistem kesehatan lingkungan hidup berbasis adat ke dalam hukum adat serta memasukannya dalam kurikulum sebagai muatan lokal di sekolah-sekolah wilayah IBW, dan (9) Pengusulan program P2M seperti penerapan Ipteks bagi masyarakat (IBM) baik dari dana DIPA Undiksha maupun Unipas untuk tahun III program IBW. Tahap Evaluasi Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program aksi yang dilaksanakan pada program IBW tahun II, (2) Pelaporan, evaluasi dan refleksi program IBW serta penyusunan program aksi IBW tahun III berdasarkan rencana dan program strategis serta pencapaian program aksi tahun II, (3) Sosialisasi dan promosi pencapaian program IBW melalui seminar tradisional (paruman pekraman) dan pameran produk IBW, up-load di website, dan promosi media masa Bali Post, (4) Publikasi hasil kegiatan program IBW tahun II akan dimuat pada jurnal akademik P2M yaitu (1) Jurnal Widya laksana LPM Udiksha, (2) Jurnal Ngayah, dan (3) Jurnal International.
3.4.3 Tahun III (2015) Tahap Persiapan Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Rapat kerja tim dan partisipan untuk koordinasi dan perencanaan mekanisme kegiatan tahun III yang telah disusun, (2) Pembekalan penyegaran terhadap tim pelaksana, tenaga lapangan dan partisipan, (3) Penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pelaksana program, dan (4) Sosialisasi rencana pelaksanaan program IBW tahun III.
28
Tahap Pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Penguatan usaha industri kecil berbasis kelapa yang telah dirintis pada tahun I dan tahun II dengan cara (a) peningkatan kerjasama industri dan pemasaran, (b) pendampingan managemen usaha dan bisnis plan, (c) mendorong pemasaran baik, lokal, antar pulau maupun ekspor dengan menggunakan direct selling/indirect selling, dan E-commerce melalui fasilitas ICT, (2) Pengembangan desa wisata mandiri dengan meningkatkan aktivitas kepariwisataan yang didukung oleh ketahanan pangan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi produk pertanian hortikultura, sawah, palawija, produksi ternak sekaligus pemasyarakatan pemanfaat sumber energi bakar alternatif bio-gas hasil limbah ternak yang telah dirintis tahun I dan II, (3) Peningkatan kemandirian masyarakat desa dalam pengelolaan lingkungan dan kesadaran lingkungan hidup bersih, indah dan bersemi untuk mendukung perwujudan desa Sukasada sebagai ibu kota kecamatan (IKK), konservasi hutan, dan penanganan mitigasi bencana longsor, (4) Peningkatan kapasitas pengelolaan desa wisata mandiri bagi lembaga pemerintahan/lembaga adat, kelompok masyarakat, pengurus organisasi kepemudaan, dan tokoh masyarakat melalui the sustainable livelihood approach (SLA) untuk menjada sustainabilitas program aksi IBW menuju kemandirian, (5) Pengusulan program-program P2M untuk pelaksanaan program IBW tahun ke-III, (6) Peningkatan dan pembinaan kesehatan keluarga dan masyarakat serta sanitasi lingkungan, (7) Pengusulan program P2M seperti penerapan Ipteks bagi masyarakat (IBM) baik dari dana DIPA Undiksha maupun Unipas untuk tahun III program IBW. Tahap Evaluasi Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program aksi yang dilaksanakan pada program IBW tahun III, (2) Pelaporan, evaluasi dan refleksi program IBW tahun III, serta pendampingan penyusunan program aksi lanjutan secara mandiri oleh perangkat desa dan masyarakat, (3) Sosialisasi dan promosi pencapaian program IBW tahun III melalui seminar tradisional (paruman pekraman) dan pameran produk IBW, up-load di website, dan promosi media masa Bali Post, Radar, dan Nusra Post, (4) Publikasi hasil kegiatan program IBW tahun III akan dimuat pada jurnal akademik P2M yaitu (1) Jurnal Widya laksana LPM Udiksha, (2) Jurnal LPM Ngayah, dan (3) Jurnal International. 29
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1 Kinerja LPM Undiksha Singaraja Universitas Pendidikan Ganesha memiliki motivasi kuat dalam mengembangkan diri sebagai sebuah universitas yang turut berperan aktif dalam meningkatkan daya saing produk lokal baik di bidang pendidikan dan pengajaran maupun bidang nonkependidikan untuk mampu berkontribusi dalam meningkatkan daya saing bangsa. Melalui berbagai hibah kompetitif yang dimenangkan Undiksha, Universitas negeri satusatunya di Bali utara ini, di samping sedang memperkuat kapasitas lembaga, Undiksha juga mengembangkan berbagai program unggulan dan rintisan seperti pengembangan komunitas (community development) yang diharapkan mampu menghasilkan aktivitasaktivitas yang mendatangkan revenue sendiri (self generating revenue activities), pengembangan pusat-pusat kajian yang dikoordinasikan oleh Lembaga Penelitian Undiksha diantaranya adalah Pusat Kajian Lingkungan Hidup dan pusat-pusat layanan yang dikoordinasikan oleh Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) Undiksha diantaranya adalah Pusat Layanan Pendidikan Sekolah dan Masyarakat, Pusat layanan Penerapan IPTEK dan Dampak Lingkungan, Pusat layanan KKN dan KKL, dan Pusat Layanan Kewirausahaan dan Konsultasi Bisnis. Dengan program-program tersebut diharapkan motivasi Undiksha untuk dapat turut mensinergikan pemberdayaan sumberdaya (SDM dan good practices) yang ada di Undiksha dengan pemberdayaan potensi stakeholder dan masyarakat sekitar dapat diwujudkan. Berkaitan dengan usulan program IBW ini, Undiksha memiliki komitmen dan dorongan moril yang tinggi untuk turut membantu dan mendampingi Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam meningkatkan taraf hidup masyarakatnya dengan pengerahan potensi kepakaran yang dimiliki. Dorongan lain adalah kegiatan ini diharapkan sebagai wahana menerapkan technoentrepreneurship dan pengabdian berbasis IPTEKS di kalangan masyarakat guna mendukung pengembangan kawasan desa mandiri di Bali. Pelibatan dosen dan mahasiswa/alumni dalam berbagai kegiatan pengabdian masyarakat diharapkan dapat memberikan timbal balik yang berarti pada Undiksha sendiri dalam mengembangkan
30
program-programnya yang memang benar-benar dibutuhkan masyarakat setempat dan yang mampu meningkatkan daya saing lokal ke tingkat global. Kelayakan dan komitmen Undiksha dalam mensinergikan potensi masyarakat baik dalam dunia pendidikan maupun bidang-bidang lainnya di bawah koordinasi LPM Undiksha dan Lembaga Penelitian Undiksha cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari pembentukan pusat-pusat layanan yang dapat melayani kebutuhan stakeholder dan masyarakat terhadap penerapan ipteks, yakni (1) pusat layanan pendidikan masyarakat, (2) pusat layanan pengembangan SDM/SDA, (3) pusat layanan KKN/KKL, (4) pusat layanan penerapan ipteks, dan (5) pusat layanan kewirausahaan dan konsultasi bisnis. Di lain pihak, kelayakan Undiksha dalam kaji-tindak terhadap pemberdayaan potensi masyarakat terwadahi dalam pusat kajian yang ada di lembaga penelitian, yaitu: (1) pusat kajian lingkungan hidup, (2) pusat kajian sains, (3) pusat kajian pembangunan pedesaan dan pusat kajian pemberdayaan wanita. Semua pusat layanan dan pusat kajian dikomandani oleh dosen yang memiliki kapabilitas akademik bergelar master, doktor, dan profesor sesuai dengan bidangnya masing-masing. Civitas akademik Undiksha yang dilibatkan baik sebagai anggota pelaksana, nara sumber, dan partisipan seluruhnya memiliki justifikasi akademik
S2, S3 dan guru besar yang dapat mendukung
pelaksanaan program IBW di wilayah kecamatan Sukasada. Undiksha mulai tahun ajaran 2009/2010 telah mencanangkan program kuliah kerja nyata PPM (pemberdayaan dan pembelajaran masyarakat). Tentu program KKN Undiksha ini akan memberikan dukungan signifikan untuk mengakselerasi pelaksanaan program aksi IBW untuk mencapai target-target keberhasilan program IBW yang telah ditetapkan. Kemampuan dan pengalaman LPM Undiksha sebagai garda terdepan dalam pengejawantahan dharma ketiga dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pengabdian kepada masyarakat relatif sudah cukup teruji. Beberapa program P2M LPM Undiksha dalam bentuk penerapan ipteks yang sudah berhasil dan dirasakan manfaatnya di masyarakat diantaranya adalah (1) Pengembangan managemen administrasi pemkab Buleleng berbasis GIS (Geographical Information Systems), (2) Program desa dan sekolah binaan di kecamatan sawan, (3) program kuliah kerja nyata berbasis tematik, (4) program diklat ipteks pendampingan bidang pendidikan maupun non-pendidikan, (5) program IbW Gerokgak, IbW Kubutambahan, IbW Tejakula, IbK, IbIKK, IbM dan (5)
31
bantuan dan bhakti sosial di daerah bencana alam di desa Tejakula, Sukada, Busungbiu dan Buleleng. 4.2 Alasan Memilih PT Mitra (Unipas) Selanjutnya dalam program IbW ini Undiksha akan bermitra dengan Universitas Panju Sakti (Unipas) Buleleng. Universitas Panji Sakti adalah satu-satu universitas swasta di Bali Utara yang menjadi partner kerja Undiksha dalam turut berkontribusi membangun Bali Utara (Buleleng). Sebagai universitas yang berkonsentrasi pada program-program studi pertanian, hukum, ekonomi dan pendidikan, memiliki motivasi dan komitmen tinggi untuk berkolaborasi dan menjadi partner kerja Undiksha tidak saja di bidang kependidikan tetapi juga di bidang-bidang non-kependidikan. Motivasi ini berkaitan dengan fakultas pertanian yang mereka miliki sementara Undiksha belum memiliki Fakultas Pertanian. Kelayakan dan komitment
Universitas Panji Sakti dalam mendukung
pelaksanaan program IBW di wilayah kecamatan Sukasada sangat memadai, khususnya dari segi penanganan permasalahan pertanian dan peternakan, karena salah satu staf fakultas pertanian Unipas merupakan staf ahli Bupati Buleleng dalam bidang pertanian. Produktivitas
penelitian
baik
bertaraf
lokal
maupun
nasional
bidang
pertanian/perkebunan fakultas pertanian Unipas cukup tinggi, sehingga hasil kaji-tindak ini sangat mendukung program pengembangan desa wisata mandiri melalui program agrowisata, pertanian-peternakan terpadu di wilayah IbW Greenbelt kecamatan Sukasada. Civitas akademik Fakultas hukum Unipas juga memiliki sumber daya yang berkualifikasi akademik magister yang dapat membantu dalam pembina sadar hukum masyarakat di wilayah kecamatan Sukasada. Dukungan dari mahasiswa KKN Unipas secara signifikan dapat mengkontribusi bagi akselerasi pelaksanaan program aksi IB W dan pencapaian target-target keberhasilan program IBW yang telah ditetapkan. 4.3 Jenis Kepakaran yang Diperlukan Adapun jenis kepakaran yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan programprogram aksi yang telah dicanangkan guna mewujudkan IbW Kawasan Greenbelt di Kecamatan Sukasada, tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis kepakaran IbW Kawasan Greenbelt di Kec. Sukasada No 1. 2.
Nama dr. Made Budiawan,S.Ked Gede Parma, S.Par., M.Par
Jenis Kepakaran Ahli kesehatan dan sanitasi lingkungan Ahli rural-agrotourism culture
32
No 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Nama Drs. Ida Bagus Putu Mardana, M.Si Dr. A A I Rai Sudiatmika, M.Pd Prof Dr. Lasmawan, MPd Dra. Ni Made Suriani, M.P Ni Wayan Marti, S.Kom., M.Kom Ir. Putu Suardika, MP Ir. Nym Genep, MP Prof. Dr. I Nengah Bawa, M.Pd I Nyoman Santyadnya, S.Si., M.T
Jenis Kepakaran Ahli pendidikan/ pemberdayaan masyarakat Ahli pendidikan sains dan produk kreanova Pakar konflik sosial, adat, dan kepemudaan. Ahli pengolahan produk hasil tani dan kebun Ahli ICT Ahli Pertanian dan Konservasi Hutan Ahli pemetaan potensi dan rencana strategis Ahli sejarah dan Budaya Ahli Mitigasi bencana alam
4.4 Struktur Organisasi IbW Susunan organisasi pelaksana program IBW di kawasan kecamatan Sukasada kabupaten Buleleng Provinsi Bali, melibatkan semua elemen structural Undiksha, Unipas, dan Pemerintah kabupaten Buleleng, Ketua LPM Undiksha, LPM, Unipas, Setda/Bappeda Pemkab. Buleleng, Pejabat di tingkat kecamatan dan desa, tim pelaksana inti IbW Sukasada, dan dosen/mahasiswa Undiksha dan Unipas, sukarelawan dan elemen masyarakat. Struktur Organisasi IbW dikawasan Greenbelt kecamatan Sukasada dalam bentuk diagram, seperti ditunjukkan pada gambar 7. REKTOR UNIPAS
KETUA LPM UNIPAS
REKTOR UNDIKSHA
BUPATI PEMKAB BULELENG
KETUA LPM UNDIKSHA
SETDA/BAPPEDA PEMKAB BULELENG
KETUA PELAKSANA PROGRAM IBW
KECAMATAN
SEKRETARIS BENDAHARA
KOORDINATOR –KOORDINATOR PROGRAM AKSI
DESA ADMINISTRASI/ADAT
DOSEN & MAHASISWA UNDIKSHA & UNIPAS SUKARELAWAN, PARTISIPAN, KLP MASYARAKAT
Gambar 7. Struktur Organisasi Program IBW di kawasan Greenbelt Sukasada Susunan organisasi pelaksana program IBW di kawasan kecamatan Sukasada kabupaten Buleleng Provinsi Bali, melibatkan semua elemen struktural Undiksha, Unipas, dan Pemerintah kabupaten Buleleng, Ketua LPM Undiksha, LPM, Unipas, Setda/Bappeda Pemkab. Bangli, Pejabat di tingkat kecamatan dan desa, tim pelaksana 33
inti IbW Sukasada, dan dosen/mahasiswa Undiksha dan Unipas, sukarelawan dan elemen masyarakat. Struktur Organisasi IbW dikawasan greenbelt kecamatan Sukasada dalam bentuk diagram, seperti ditunjukkan pada gambar 7. Deskripsi tugas dan kewajiban tim pelaksana dapat diuraikan sebagai berikut. Tabel 2. Tugas dan Kewajiban tim Pelaksana Kegiatan Struktur Jabatan Pelindung (Bupati Buleleng) Pengarah (Setkab dan Bappeda Buleleng) Penanggung Jawab (LPM Undiksha dan Unipas) Ketua Pelaksana (Drs. IBP. Mardana, M.Si)
Sekretaris (Ariawan Adijaya, S.Pd, M.Pd) Bendahara (Luh Yasmini, S.H) Koordinator Studi Pemetaan Potensi dan Pengembangan Rencana Strategis (Ir. Nym Genep, MP) Koordinator pengembangan kepariwisataan (Gede Parma, S.Pas, M.Par) Koordinator Pembinaan Industri Kecil, Kewirausahaan, Perkoperasian, (Drs. I Ketut Dunia, M.Erg) Koordinator Pengembangan program pertanian-peternakan terpadu (Ir. Putu Suardika, M.P) Koordinator Pengembangan program dan penerapan IPTEKS (Dr. I Nyoman Tika) Koordinator life skill (Dr. A. A Rai Suditmika, M.Pd) Koordinator Pendidikan Pembinaan adat-istiadat, keagamaan (Prof. Dr. I Wayan Lasmawan, M.Pd) Koordinator Pembinaan kesehatan, sanitasi lingkungandr. (Made Budiawan,S.Ked) Koordinator Mitigasi Bencana Alam (I Nyoman Santyadnya, S.Si., M.T) Koordinator Monitoring dan Evaluasi (Drs. Dewa Bagus Sanjaya, M.H) Pelaksana Lapangan Partisipan
Tugas dan Kewajiban Memberikan perlindungan kebijakan, hukum dan dukungan moril terhadap keseluruhan kegiatan program IBW Memberikan arahan-arahan baik berupa kebijakan, konseptual, petunjuk teknis terhada keseluruhan kegiatan IBW Bertanggung jawab terhadap keberhasilan pelaksanaan program IBW baik dari segi substansi akademik, keberterimaan dan kebermanfaatnya bagi masyarakat Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, dan melaporkan serta mempertanggungjawabkan segala kegiatan dibantu oleh sekretaris, bendahara, dan koordinatorkoordinator yang terkait. Melaksanakan segala kegiatan yang berkeitan dengan kesekretariatan dan administrasi serta logistik kegiatan. Melaksanakan segala kegiatan berkaitan dengan keuangan dan pelaporan keuangan Merancang, melaksanakan dan melaporkan segala kegiatan studi pemetaan potensi masyarakat dan potensi wilayah, dan in-depth analisis SWOT dan pengembangan rencana strategis desa mandiri berdasarkan hasil kajian. Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, melaporkan pengembangan rural-agrotourism culture dan kegiatan penerapan ipteks dalam cakupan program IBW. Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, melaporkan segala kegiatan pembinaan industri kecil, kewirausahaan, perkoperasian dan pemberdayan lembaga eknomi masyarakat. Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, melaporkan segala kegiatan pengembangan program pertanian-peternakan terpadu, industri pengolahan limbah. Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, melaporkan segala kegiatan penanganan lahan kering, lingkungan hidup, kehutanan, dan pengolahan limbah sampah dan ternak. Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, melaporkan segala kegiatan pengembangan pendidikan kelompok belajar kelas kecil, life skill, dan kursus keterampilan. Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, melaporkan segala kegiatan pembinaan adat-istiadat, keagamaan, generasi muda, lembaga sosial. Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan dan melaporkan segala kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan kesehatan, sanitasi lingkungan Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, kegiatan mitigasi bencana alam longsor, banjir, dan reboisasi hutan Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, melaporkan segala kegiatan berkaitan dengan monitoring dan evaluasi Melaksanakan studi pemetaan dan aktivitas lapangan lainnya Berpartisipasi aktif dalam program IbW
34
BAB V HASIL PELAKSANAAN IBW 1.1. Bidang Kegiatan 1.1.1 Sosialisasi Kegiatan IbW di kawasan Greenbelt Sukasada tahun 2013, diawali dengan sosialisasi secara vertikal dengan menghaturkan upacara permohonan ijin/permakluman (piuning) kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang berstana di Pura Desa masing-masing di desa Pancasari, Wanagiri, Gitgit dan Ambengan. Selanjutnya, sosialisasi juga dilakukan secara horizontal dengan masyarakat yang menghadirkan aparat pemerintah di tingkat kecamatan, desa, adat, tokoh masyarakat dan ketua kelompok produktifekonomis masyarakat di kawasan Greenbelt Sukasada. 1.1.2. Pemetaan (i) Pemetaan Aset Masyarakat Pendataan potensi wilayah di desa Pancasari, desa Wanagiri, desa Gitgit, dan desa Ambengan difokuskan pada pendataan aset yang dimiliki masyarakat, baik secara personal dalam keluarga, maupun aset secara komunal dalam kelompok tani-ternak, yang berpotensi untuk diberdayakan sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Hasil survey, observasi dan wawancara yang mendalam dalam diperoleh profil aset masyarakat seperti ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Profil Potensi Wilayah N o 1
2
3
Potensi Wilayah Luas Area(ha) Sawah Pekarangan Tegalan Perkebunan Belum digarap/hutan Kualitas SDM SD SMP SMA Sarjana Mata Pencaharian
Desa Pancasari 3536 522 68 593 117 2321 3502 1254 565 248
Desa Wanagiri 20200 2120 24 600 90 130
Desa Gitgit 1900 25 76 657 119 1200
Desa Ambengan 558 24 30 54 73 123
104 227 83 17
2829 337 253 43
394 20 10 15 35
4
5
Petani (or) Peternakan/Perikana n PNS/TNI/POLRI Swasta Penganggur/tidak bekerja/pencari kerja Potensi Pertanian(ha) Kelapa Jagung Mangga Padi Pisang Palawija Potensi Peternakan (ekor) Sapi Babi Kambing Ayam
5116 167
1794 345
2522 150
1936 231
182 495 205
219 943 436
108 667 387
80 275 543
568 46 78 30 314 219
478 78 100 1640 56 33
3685 6505 964 14.425
363 721 87 7945
593 18 105 107 244 231
380 100 56 21 78 26
1.800 2.500 853 21.500
1.1.3. Program Aktivitas IbW Greenbelt SukasadaTahun 2013 (A) Pengembangan Demplot Sentra Pengolahan Kelapa Program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam diversifikasi produk pengolahan kelapa menjadi produk berorientasi pasar dilakukan dengan pengembangan demplot sentra industri kecil berbasis kelapa. Pada kegiatan IbW tahun pertama, pengelolaan demplot pengolahan kelapa ini ditangani oleh Ibu-ibu rumah tangga yang terkabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) di desa Ambengan. Pada demplot yang ada di desa Ambengan dibantu hibah IbW berupa
peralatan mesin
pengolah daging kelapa “three in one” , yakni parut, peras, dan saring, yang diproduksi oleh unit “UJI” Universitas Mahasaraswati Denpasar. Aktivitas produktif ekonomi berbasis kelapa dicanangkan menjadi aktivitas unggulan poktan dalam menghasilkan generate revenue bagi masyarakat baik secara personal maupun kelompok. Dengan bantuan IPTEKS, tanaman kelapa dapat ditingkatkan pemanfaatannya baik dari segi pemanfaatan langsung, dikonsumsi atau diolah menjadi minyak goreng, batangnya untuk bangunan rumah/mobiler, bahan bakar untuk industri kapur, genteng serta gerabah, maupun dari segi pengolahan dengan sentuhan teknologi modern untuk menghasilkan produk-produk berorientasi ekspor. Secara utuh buah kelapa terdiri dari 36
(1) bagian luar, adalah sabut kelapa dan tempurung kelapa, (2) daging kelapa, dan (3) air kelapa. Sabut kelapa dapat dipilah menjadi dua komponen yaitu serabut dan serbuk (cocodust). Tempurung kelapa digunakan sebagai arang dan untuk bahan bakar produksi tanah liat. Dengan cara yang lebih modern tempurung kelapa dapat diolah menjadi briket sebagai bahan bakar untuk memaksa, menjadi karbon hita dan karbon aktif, sedangkan asap pembakaran tempurung kelapa dapat diolah menjadi liquid smoke sebagai bahan pengawet ikan. Pelatihan pengolahan kelapa menjadi produk VCO dilaksanakan pada 4 Oktober 2013 bertempat di desa Ambengan. Tahapan-tahapan pengolahan VCO yang disampaikan pada Kelompok Wanita Tani (KWT) dan masyarakat sekitar seperti uraian berikut ini. (1)
Penyiapan Bahan Baku, Buah kelapa yang akan diolah menjadi VCO
adalah buah yang tua, yakni berumur 11-12 bulan, yang ditandai dengan kulit sabut berwarna coklat. Buah kelapa tua akan menghasilkan rendemen minyak yang tinggi; (2) Pembuatan Santan: Buah kelapa tua dikupas kemudian dibelah dan dagingnya dikeluarkan dari tempurung. Daging buah kelapa lalu diparut secara manual atau digiling menggunakan mesin. Hancuran daging buah lalu ditambah air dengan perbandingan 1:2. Selanjutnya, ekstrak dipres dengan mesin pengepres atau secara manual kemudian disaring sehingga diperoleh santan. Dari 30 butir kelapa (rata-rata bobot daging buah 400 g/butir) diperoleh 30 liter santan. (3) Pemisahan Krim: Santan yang diperoleh dituang pada ember plastik transparan, kemudian didiamkan 2 jam. Selama pendiaman, santan akan terbagi menjadi tiga lapisan, yaitu lapisan atas berupa krim (kaya minyak), lapisan tengah berbentuk skim (kaya protein), dan lapisan bawah berupa endapan. Krim dipisahkan dan digunakan sebagai bahan baku VCO. (4) Pembuatan Starter Ragi Tape Pengolahan VCO menggunakan ragi tape diawali dengan membuat cairan starter ragi tape. Caranya, skim kelapa 450 ml dicampur dengan air kelapa 50 ml, kemudian ditambahkan ragi tape 2 g, diaduk sampai homogen, lalu didiamkan (difermentasi) pada suhu ruang selama 12 jam. Penambahan air kelapa bertujuan untuk memperkaya nilai gizi media untuk proses perbanyakan ragi tape; (5) Pencampuran Krim dengan Starter Ragi Tape: Krim yang diperoleh, sekitar 12 liter, dibagi tiga bagian (masing-masing 4 liter), kemudian dicampur dengan starter ragi tape masing masing 10%, 20%, dan 30%. Sebagai contoh, 37
jika menggunakan starter tape 10% maka untuk krim 4 liter ditambahkan starter ragi tape 400 ml. Campuran diaduk homogen kemudian dituang pada wadah transparan dan didiamkan 8-10 jam. Selama proses pendiaman, campuran akan terpisah menjadi tiga lapisan, yaitu minyak (lapisan atas), blondo berwarna putih (lapisan tengah), dan air (lapisan bawah). Selanjutnya, minyak dipisahkan dari blondo dan air. Alur proses pengolahan VCO disajikan pada Gambar 2, dan (6) Penyaringan Minyak: Minyak yang diperoleh disaring menggunakan zeolit, yaitu sejenis batuan yang di samping berfungsi menyaring juga menyerap bau yang kurang enak dan menurunkan kadar air. Produk yang diperoleh dari penyaringan adalah VCO. Partisipasi anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) dan anggota poktan dalam kegiatan usaha produktif pengolahan kelapa sangat tinggi, hal ini dapat dilihat dari intensitas kehadiran, dan kuantitas dan kualitas persoalan/pertanyaan yang disampaikan terkait dengan pembuatan minyak kelapa VCO dan minyak lentik/minyak tradisional. Hasil pemberdayaan poktan dalam usaha produktif berbasis kelapa adalah (1) adanya peningkatan kompetensi dalam pengolahan kelapa, khususnya dari minyak tradisional menjadi VCO, (2) menghasilkan kualitas produk minyak tradisional/VCO yang lebih baik, (3) meningkatkan kapasitas produksi pengolahan kelapa menjadi minyak/VCO, (4) mendorong proses transformasi IPTEKS dalam penggunaan peralatan mesin pengolahan kelapa “three in one”bantuan IbW kepada kelompok poktak, dan (5) usaha produktif berbasis kelapa ini akan mendorong kelompok untuk membentuk koperasi usaha kelapa yang menjadi unggulan komoditas ekonomi desa di wilayah garapan IbW Greenbelt Sukasada
(B) Pengembangan demplot tani-ternak multikultur dan produksi bio-organik Keterbatasan yang dimiliki lahan kering cenderung membuat kegiatan pola usahatani bersifat subsistem (tradisional).
Pola usahatani tanaman semusim yang
biasanya dilakukan di lahan kering adalah pola usahatani tanaman pangan seperti jagung, kacang tanah dan jenis palawija lainnya.
Pola usahatani tanaman pangan
dilakukan pada musim penghujan menggunakan teknologi sederhana dengan varietas lokal sehingga hasilnya rendah. Selain itu pemeliharaan ternak (umumnya sapi) masih tradisional
dan
monokultur
sehingga
produktivitasnya
rendah.
Pemberdayaan
masyarakat di kawasan Greenbelt di kecamatan Sukasada pada program IbW tahun 2013 38
ini dilakukan dengan pencanangan program aksi pertanian-peternakan multikultur, sesuai dengan diskusi mendalam dengan masyarakat di desa Wanagiri.
Ketahanan
ekonomi masyarakat yang banyak bertumpu dari hasil ternak-tani disikapi dengan mengembangkan ternak multikultur,yakni ternak sapi sebagai penghasil income tahunan, ternak babi sebagai penghasil income enan bulan, dan ayam merupakan sumber penghasilan masyarakat bulanan. Hal yang sama juga pada aspek pertanian, dimana masyarakat di setiap demplot sebagai episntrum aktivitas pemberdayaan, dikapasitaskan untuk menanam tananman yang dapat memenuhi kebutuhan konsumtif jangka pendek sampai jangka panjang. Model pertanian-peternakan terpadu merupakan aktivitas produktif pertanianpeternakan dalam satu siklus berantai, yakni
pemanfaatan limbah tanaman pada
budidaya tani untuk pakan ternak. Demikian juga sebaliknya budidaya ternak, limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk pertanian. Sebagai langkah awal diintroduksikan penanaman rumput raja dan gamal di pematang petakan lahan petani untuk menambah penyediaan hijauan pakan ternak selain itu juga diperkenalkan perkandangan menetap, dan pengawetan pakan ternak.
Selanjutnya
juga diintroduksikan pemanfaatan air
embung untuk pertanaman sayuran (bawang merah, semangka, kacang panjang dan bawang putih) yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Program aksi usaha produktif pertanian-peternakan-perikanan terpadu diawali introduksi teknologi pemanfaatan limbah tanaman untuk pakan ternak menjadi pupuk bio-organik, dilaksanakan pada tanggal 6 September 2013, dan tanggal 13 September 2013. Hasil pemberdayaan masyarakat yang terkabung kelompok tani (poktan) dalam usaha produktif pertanian multikultur dan peternakan ternak sapi/babi terpadu adalah (1) adanya peningkatan kompetensi bertani multikultur dalam intensifikasi budi daya ternak sapi/babi/ayamayam terpadu, menuju usaha produktif yang zero waste, (2) mendorong proses transformasi IPTEKS dalam pengolahan limbah ternak sapi/babi/unggas menjadi pupuk. Terkait dengan pengkapasitasan poktan di desa Wanagiri dalam produksi bioorganik dalam skala besar, maka dari hibah IbW Greenbelt Sukasada juga menghibahkan satu unit mesin produksi pupuk organik dengan kapasitas yang besar.
39
(C). Pelatihan Divrsifikasi Produk Kreatif Kerajinan di desa Ambengan Terkait dengan upaya Bupati Buleleng dalam mendongkrak perkembangan wisata ke Bali utara, maka desa Ambengan, yang merupakan jalur lintasan wisata trans Bedugul-Singaraja-Gilimanuk dapat mengkreasi secara kreatif produk kerajinan tangan berupa tas, album, bingkai foto, berbahan baku limbah pisang dan dedauanan secara lebih optimal.Dalam rangka mendukung program pemerintah kabupaten Buleleng ini, maka IbW Greenbelt Sukasada melaksanakan pelatihan diversifikasi roduksi kreatif kerajinan di desa Ambengan untuk mengintensifikasi dan mengekstensifikasi produksi kerajinan tangan kelompok masyarakat desa Ambengan, pada tanggal 23 Agustus 2013. Sekaligus saat pelatihan ini dihibahkan peralatan produksi kerajinan, seperti: mesin cetak/press, pisau, gunting. cutter, kuas, alat semprot cat/pernis, amplas, lem, kertas HVS, kertas lapis, plastik cover, dan lain-lain.
(D). Pengkapasitasan Masyarakat Dalam Program Rural-Agrotourism di desa Gigit Potensi wisata air terjun di desa Gigit merupakan aset desa yang dapat mendatangkan generate revenue bagi masyarakat Gigit. Pengelolaan wisata yang tradisional, penataan kawasan, dan managemen pemasaran yang konvensional belum mampu meningkatkan taraf pendapatan warga, apalagi dengan kompetensi bahasa asing dan literasi wisata yang rendah. Maka dari itu, dalam program IbW Greenbelt Sukasada tahun 2013 dilakukan edukasi dan penatan secara bertahap terhadap SDM dan keasrian objek wisata air terjun Gitgit, yakni : (1) Pelatihan English for Guiding untuk program rural agro-torurims bagi praktisi wisata di kawasan air terjun dari 25 Oktober 2013 sampai 3 November 2013, (2) Pembangunan secara bertahap gerbang welcome gate pada objek wisata air terjun Gigit.
40
BAB VI PENUTUP Dari paparan hasil pelaksanaan IbW Sukasada, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. Kegiatan IbW pada tahun 2013 telah mampu menghasilkan : (1) Rencana strategis (Renstra) dan pemetaan wilayah, (2) terwujudnya sentra pengolahan kelapa, (3) Terwujudnya demplot peternakan-pertanian ramah lingkungan (zero waste), (4) terwujudnya produk wisata rural-agrotourism culture, dan (5) publikasi ilmiah hasil program IbW pada jurnal lokal, nasional, dan internasional. Meskipun beberapa kegiatan yang direncanakan pada program IbW di kawasan Greenbelt di desa Sukasada sudah dapat terlaksana dengan baik, namun akibat tersendarsendatnya pencairan dana pendamping dari Pemkab. Buleleng beberapa item/aspek aktivitas masih belum bisa direalisasi sampai batas waktu november 2013, khususnya dalam hal hibah pengadaan barang/perlengkap pendukung program aksi. Dengan demikian kegiatan IbW tahun-1(tahun 2013) masih akan dilanjutkan sampai akhir tahun 2013 sampai awal tahun 2014.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. RPJM Desa Ambengan. Kecamatan Sukasada. Kabupaten Buleleng:Bali Anonim. 2012. RPJM Desa Gitgit. Kecamatan Sukasada. Kabupaten Buleleng:Bali Anonim. 2012. RPJM Desa Wanagiri. Kecamatan Sukasada. Kabupaten Buleleng:Bali Anonim. 2012. RPJM Desa Pancasari. Kecamatan Sukasada. Kabupaten Buleleng:Bali Anonin. 2010. Profil Kecamatan Sukasada, kabupaten Buleleng:Bali BPS, 1998. Crisis Poverty and Human Development in Indonesia. BPS. UNDP, Jakarta Emil Salim. 1980. Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan. Jakarta Yayasan Idayu. Ernan Rustiadi, Sunsun Saefulhakim Dyah R. Panuju. 2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Crestpen Press dan Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
41
Irawan, P.B. dan Romdiati. H, 2000. The Impact of Economic Crisis on Povertyand its Implication for Development Strategies, Paper Presented at National Workshop on Food and Nutrition VII. LIPI, 29 Febuari – 2 Maret 2000, Jakarta Kartasasmita, Ginandjar. 1995. Pemberdayaan Masyarakat: Sebuah Tinjauan Administrasi; Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Administrasi pada Fakultas Ilmu Administrasi Pemangunan Universitas Brawijaya; Malang. 1995. Michael Sherraden. 2006. Aset untuk Orang Miskin: Perspektif Baru Usaha Pengentasan Kemiskinan. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Millind B Bhujbal. 2012. Agro-tourism A Specialized Rural Tourism: Innovative Product of Rural Market. International Journal of Bussiness & Management Tomorrow. Vol. 2 No:1 Olivier Serrat. 2008. The Sustainable Livelihoods Approach. Asean Development Bank Shadi Hamadeh. 2009. The Sustainable Livelihoods Approach (SLA) In Mena:A Bitter Sweet Experience. Environment and Sustainable Development Unit Faculty of Agricultural and Food Sciences American University of Beirut Sumodiningrat, Gunawan,, Gramedia,Jakarta
1999,
Pemberdayaan
Masyarakat
Dan
JPS,
PT
Supriatna, Tjahya, 2000, Strategi Pembangunan Dan Kemiskinan, Rineka Cipta, Jakarta
42
LAMPIRAN 1. DOKUMENTASI KEGIATAN (1) Sentra Pengolahan Kelapa (VCO)
-1-
(2) Kegiatan Rural-Agrotourism
(3) Kegiatan Dempolt Biofertiliser dan Kerajinan Album di Ambengan
-2-
(4) Sentrea Tani-ternak Multikultur di Wanagiri
-3-
Lampiran 2. Publikasi Artikel Ilmiah IbW Sukasada
IBW DI KAWASAN GREENBELT KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG Oleh, Ida Bagus Putu Mardana Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Ganesha ABSTRAK Kawasan greenbelt merupakan wilayah konservasi air dan vegetasi hijau (greenbelt zone) yang membentang dari dataran rendah ke perbukitan bedugul berpotensi bagi pengembangan wisata desa, agrowisata, kerajinan kreatif-inovatif, pertanian dan peternakan sebagai sumber kehidupan masyarakat di kecamatan Sukasada. Kawasan ini masih bergulat dengan masalah kemiskinan, eksklusivitas-wisata, angka pengangguran, buta aksara, putus sekolah, rawan bencana, konflik sosio-ekonomi-politik, derajat kesehatan dan pendidikan masyarakat yang rendah bagi kabupaten Buleleng. Kondisi faktual masyarakat di kawasan ini, mendorong Undiksha bekerjasama dengan Unipas dan Pemkab Buleleng untuk melaksanakan kegiatan IbW. Kegiatan IbW kawasan greenbelt di kecamatan Sukasada kabupaten Buleleng Provinsi Bali, menyasar pada 4(tempat) desa, yakni desa Ambengan, desa Gitgit, desa Wanagiri, dan desa Pancasari bertujuan untuk melakukan pemetaan aset wilayah dan pemberdayaan masyarakat dalam melaksanakan program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam pertanian-peternakan-perikanan, pendidikan life skill, kewirausahaan, pembinaan adatistiadat, keagamaan, lembaga sosial, sanitasi, dan kepariwisataan. Metode pelaksanaan IBW dalam pemberdayaan masyarakat menggunakan pendekatan SLA (Sustainable Livelihoods Approach), yang bersendikan pada 3(tiga) tahapan kegiatan, yakni (1) tahap penyadaran (Awareness), (2) tahap pengkapasitasan/pendampingan (capaciting /scaffolding), dan (3) tahapan pelembagaan (institutionalization). Kegiatan IbW pada tahun menghasilkan luaran : (1) Rencana strategis (Renstra) dan pemetaan wilayah, (2) terwujudnya sentra pengolahan kelapa Terwujudnya demplot peternakan-pertanian ramah lingkungan (zero waste), (3) terwujudnya produk wisata rural-agrotourism culture, dan (4) publikasi ilmiah hasil program IbW pada jurnal lokal, nasional, dan internasional. Kata-kata kunci: pemberdayaan masyarakat, kawasan greenbelt, SLA, potensi wilayah, Ipteks bagi Wilayah (IbW)
1
2. Pendahuluan Kabupaten Buleleng terletak dibagian utara Pulau Bali memnjang kebarat dan ketimur. secara geografis Kabupaten Buleleng terletak pada posisi 80 03'40" – 80 23'00" lintang
selatan
dan
1140
25'55"–
1150
27'28"
bujur
timur
Kabupaten Buleleng memiliki pantai dibagian utara yang panjangnya 157,05 km. Secara luas wilayah, Kabupaten Buleleng adalah 136.588 hektar atau 24,25% dari Luas Provinsi Bali. Kabupaten Buleleng memiliki batas-batas wilayah seperti ditunjukkan pada gambar 1A: Utara: Laut Bali, Timur : Kabupaten Karangasem, Selatan:Kabupaten Jemberana, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Badung, Kabupaten Bangli, Barat : Selat Bali. Wilayah kecamatan Sukasada sebagai wilayah IBW, dengan luas Wilayah 172,93 km2, mempunyai batas-batas seperti ditunjukkan pada gambar 1(B): Utara: Laut Bali, Timur: Kecamatan Sawan/Kubutambahan, Selatan : Kabupaten Badung/Tabanan, Barat : Kabupaten Banjar/Busungbiu
Kawasan IBW
Keterangan:
(A)
5. 6. 7. 8.
DESA AMBENGAN DESA GITGIT DESA WANAGIRI DESA PANCASARI
(B)
Gambar 1. Lokasi dan Batas IBW Kecamatan Sukasada terletak di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali yang terdiri dari 15 Desa, dengan luas wilayah 172,93 km. jumlah penduduk 71.459 jiwa. Kecamatan Sukasada merupakan daerah hutan, perkebunan serta pertanian. Kecamatan ini terletak di sebelah utara pulau Bali. Keadaan tanahnya sebagian besar hutan dan tegalan yang hanya dapat ditanami tanaman hortkultura, palawija, perkebunan, dan vegetasi hutan, beberapa diantaranya persawahan. Penggunaan lahan di kecamatan Sukasada adalah sebagai berikut: (1) lahan sawah 1943 ha, (2) lahan tegalan : 4543 ha; (3) lahan perkebunan 5846 ha; (4) pekarangan: 507 ha; (5) hutan 2966 ha; (6) tanah negara 27.135 ha; lain-lain 318.61 ha. Kecamatan Sukasada beriklim tropis dengan curah hujan rata2
rata 1651 mm dan hari hujan 65 hari (Buku Pola Pengembangan Wilayah Kecamatan (PPWK) Kecamatan Sukasada, kabupaten Buleleng, tahun 2011). Iptek bagi wilayah (IBW) di kecamatan Sukasada akan meliputi kawasan 4(empat) desa yang saling berdekatan, yaitu: desa Pancasari, desa Wanagiri, desa Gitgit, dan desa Ambengan, seperti ditunjukkan pada gambar 1(B). Empat desa ini mempunyai batas wilayah utara (Laut Bali), Timur (kecamatan Sawan), Barat (kecamatan Banjar), Selatan (kabupaten Tabanan). Berdasarkan RTRW kabupaten Buleleng 2004-2012 dan pola pengembangan wilayah kecamatan Sukasada, kecamatan Sukasada dibagi menjadi 4 wilayah, yaitu (1) wilayah pengembangan kawasan wisata desa, wisata desa, dan hutan lindung, yakni desa Pancasari, Wanagiri, Kayu putih, Gitgit, Selat dan Tegalinggah;
(2) wilayah
pengembangan ibu kota kecamatan, yakni desa Sukasada, Panji , desa Sambangan; dan (3) Wilayah pengembangan industri pertanian dan kerajinan, yakni desa Ambengan, Bulian, dan Panji Anom, (4) Wilayah penyangga, yakni desa Pegayaman, Silangjana, Pegadungan. Wilayah yang dipilih untuk program IbW sesuai dengan pemikiran kritis pengusul, Bappeda buleleng, dan tokoh-tokoh masyarakat di kecamatan Sukasada adalah wilayah pengembangan kawasan wisata dan hutan lindung, karena kawasan ini merupakan greenbelt zone yang sangat strategis dan memegang peranan penting bagi pengembangan wisata desa, agrowisata, kerajinan kreatif-inovatif, pertanian dan peternakan sebagai sumber kehidupan
masyarakat. Jadi desa-desa yang dilibatkan
dalam program IbW ini adalah desa Pancasari, desa Wanagiri, desa Gitgit, dan desa Ambengan. Keempat desa-desa sasaran IBW merupakan kawasan yang sangat vital, karena kawasan ini akan dipersiapkan sebagai kawasan wisata dan konservasi hutan di kecamatan Sukasada (RTRW Buleleng 2004-2014). Walupun terletak pada posisi yang vital dan strategis (trans Bali utara-Jawa), ternyata empat desa ini menyumbangkan jumlah angka kemiskinan, kebodohan, angka pengangguran, buta aksara, putus sekolah, rawan bencana yang cukup besar,
derajat kesehatan masyarakat yang rendah bagi
kabupaten Buleleng, dan kualitas pendidikan yang rendah, yang nampaknya perlu mendapat penanganan segera dalam upaya mewujudkan kawasan desa wisata mandiri (Rencana Strategis Kecamatan Sukasada, 2008-2013). Secara umum, kondisi eksisting kawasan IBW yang meliputi desa Pancasari, desa Wanagiri, desa Gitgit, dan desa Anbengan merupakan kawasan yang diproyeksikan menjadi zonasi wisata, sumber air, pertanian, perkebuanan, peternakan dan konservasi 3
hutan (PKWK, 2007), sehingga pada kawasan ini dicanangkan berbagai fasilitas wisata dan konservasi hutan, yang didukung aktivitas pertanian, peternakan dan industri kerajinan kreatif terpadu sebagai penyangga aktivitas pengembangan kawasan hutan (Green belt), kawasan pariwisata, dan kawasan industri pertanian dalam arti luas. Di kawasan ini juga diperuntukan sebagai areal konservasi hutan, pertanian dan peternakan, wisata untuk menunjang ekonomi masyarakat, sekaligus sebagai pusat pengembangan industri pariwisata yang dapat mengintegrasikan aktivitas masyarakat pedesaan, pertanian, peternakan dan keindahan potensi alam. Secara umum, kecamatan Sukasada merupakan kecamatan dengan heterogenitas penduduk yang sangat variatif berjumlah 71.459 orang terdiri dari 35.905 penduduk perempuan dan 35.554 penduduk laki-laki. Dengan balutan budaya dan kearifan lokal, seperti, menyama-braya, gotong-royong, nyama bali-nyama selam, nyama kristen dan nyama china masyarakat di wilayah Sukasada dapat hidup berdampingan secara harmonis.
Gambar 2. Potensi Wilayah IbW di kecamatan Sukasada Keempat desa ini merupakan wilayah perbukitan dan pegunungan, yakni beriklim tropis, dengan curah hujan yang relative cukup tinggi. Keadaan tanahnya sebagian besar subur dan basah yang ditanami vegetasi hutan, tanaman hortikultura, palawija, perkebunan, dan persawahan. Lapisan top soil tanah relatif tebal dengan tingkat kesuburan yang tinggi (BPPT, 2010). Pada musim hujan, maupun musim kemarau wilayah keempat desa ini nampak subur dan menghijau, sehingga perbukitan dan pegunungan ini merupakan bagian dari kawasan Green-belt yang memisahkan bagian utara dan selatan pulau Bali. Kondisi SDM penduduk wilayah IbW mengacu pada profil kecamatan dan potensi desa (Monographi desa, 2008) banyak pendudukan yang tidak bersekolah, dan warga yang menamatkan pendidikan SMP, dan SMA dalam jumlah yang relatif kecil, hanya sebagian kecil dari jumlah penduduk yang bisa menamatkan pendidikan tinggi. Hal ini 4
menunjukkan adanya kesenjangan pendidikan yang sangat tajam. Sebagian besar pancaharian penduduk sebagai petani sekaligus peternak (65%), 15% PNS, dan 5% wiraswasta/pedagang, 5% pelayan, dan sisanya 10% pengganguran. Pada musim hujan, penduduk berkonsentrasi pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari melalui pertanian, dan peternakan. Budidaya pertanian dan peternakan masih bersifat tradisional, yang miskin dengan sentuhan ipteks. Di samping itu, kurangnya kesadaran penduduk dalam kesehatan dan sanitasi lingkungan, serta rendahnya daya dukung dan pelayanan lembaga kesehatan, menyebabkan wilayah kecamatan Sukasada ini sangat rentan terhadap wabah penyakit baik di musim hujan maupun di musim kemarau. Pengembangan peternakan tradisional yang tidak ramah lingkungan, sering menimbukan persoalan sanitasi lingkungan dan sumber wabah penyakit. Padahal limbah pertanian dan peternakan, melalui penerapan ipteks dapat dirubah menjadi sumber pakan ternak, pupuk organik dan sumber energi bakar alternatif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian masyarakat. Posyandu yang ada masih ditangani secara linier dan mekanistik dengan kebergantungan tinggi dengan program kesehatan kabupaten. Dengan daya dukung luas wilayah yang cukup memadai dan panorama alam yang indah, dengan kuantitas jumlah petani dan peternak yang cukup signifikan, wilayah kecamatan
ini
sangat
berpotensi
untuk
jadi
zona
wisata
desa,
sentra
pertanian/peternakan yang bisa memenuhi kebutuhan pangan dan meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat menuju wilayah desa-desa wisata yang mandiri pangan-energi. Sebenarnya upaya-upaya peningkatan aktivitas wisata dan produksi pertanian dan peternakan sudah dilakukan, melalui program sadar wisata dan penelitian dan pendapingan dari BPPT Propinsi Bali (Laporan BBPPT provinsi Bali, 2007) dalam program Primatani, namun nilai ekonomi sektor pariwisata dan produksi pertanian, peternakan dan perikanan masih relatif sangat kecil, sehingga belum mampu mendongkrak kualitas hidup masyarakat. Hal ini disebabkan (1) kurangnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam peningkatan nilai ekonomis produk wisata, (2) rendahnya intensitas masyarakat yang bergerak dalam bidang wirausaha/perdagangan, kurangnya
diversifikasi
produk
wisata
yang
masih
tersegmentasi
dengan
pertanian/peternakan, dan budaya masyarakat, (3) sistem mekanisme pasar yang belum berpihak pada masyarakat desa, serta (4) tingginya potensi bencana longsor yang selalu
5
mengancam runtuhnya pilar-pilar sosio-ekonomi, keamanan dan kenyamanan hidup masyarakat. Persoalan utama yang menjadi prioritas Pemerintah kabupaten Buleleng di kawasan Greenbelt di kecamatan Sukasada, khususnya di desa Ambengan, Gitgit, Wanagiri dan Pancasari adalah (1) masalah bencana longsor yang selalu terjadi setiap tahun dan memakan korban jiwa, (2) aktivitas pertanian-peternakan yan belum mampu mendongkrak ekonomi masyarakat, (3) masalah pendidikan terkait banyaknya segmen masyarakat yang buta-aksara, pengangguran, dan putus sekolah; (4) masalah sosioekonomi, dimana masih banyak komunitas di kawasan ini masih berada di bawah garis kemiskinan; (5) masalah kepariwisataan, yang dengan upaya mengantarkan kawasan menjadi rural-agrotorurism culture; (4) masalah kesehatan dan sanitasi lingkungan, dan (5) persoalan konflik sosial vertikal-horizontal karena perebutan hegemoni adat, ruang, religi, dan sosio-ekonomi-politik, dan potensi penyebaran virus HIV/AIDS. Pemerintah kabupaten Buleleng, melalui dinas terkait telah melakukan berbagai upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan, kemiskinan, pendidikan, pertanian-peternakanperikanan, kepariwisataan, potensi penyebaran HIV/AIDS, dan sosio-ekonomi-politik di Desa Ambengan, Gitgit, Wanagiri dan Pancasari. Akan tetapi, di dalam pelaksanaanya berbagi upaya yang telah dilakukan tersebut belum membuahkan hasil yang optimal, karena kurangnya intesitas keterlibatan masyarakat dalam program pembangunan yang dicanangkan pemerintah. Berdasarkan uraian potensi dan propek wilayah 4 desa, yakni desa Ambengan, Gitgit, Wanagiri, dan Pancasarit di kecamatan Sukasada dapat dirumuskan permasalahan utama yang potensial untuk dipecahkan, baik yang berhasil diidentifikasi melalui survey awal pengusul, wawancara intensif dengan tokoh masyarakat, pejabat permerintahan kecamatan/desa maupun permasalahan aspek sosial ekonomi dalam RPJMD desa Ambengan, desa Gitgit, desa Wanagiri, dan desa Pancasari adalah sebagai berikut. (1) Rendahnya kesadaran, pengetahuan, keterampilan, dan keterlibatan elemen masyarakat dalam praksis kepariwisataan secara holistik berbasis pada wisata alam, budaya masyarakat, dan pertanian/peternakan. Pariwisata yang hanya tersegmentasi dan terbelenggu
pada keindahan panorama alam kurang dapat mengagetasi dinamika
aktivitas sosio-ekonomi masyarakat menuju peningkatan kualitas hidup dan kenyamanan masyarakat, (2) Rendahnya budaya kerja dan produktivitas ekonomi masyarakat menyebabkan rendahnya pendapatan perkapita dan pendapatan keluarga. Pedahal 6
potensi alam dan dukungan program dan komitmen pemerintah dan institusi lain relatif cukup tinggi. Selain itu, belum terberdayanya lembaga-lembaga ekonomi masyarakat, UKM dan industri kerajinan kreatif-inovatif rumah tangga karena terbatasnya akses kepada sumber daya produktif, terutama permodalan, pasar, dan informasi dan teknologi, dan tumbuh suburnya rentenir telah mengurangi dinamika ekonomi masyarakat, (3) Masih rendahnya kualitas kesehatan masyarakat, kondisi kesehatan lingkungan, terutama yang menyangkut sanitasi dasar, dan perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat
telah memberi kontribusi pada
rendahnya status penduduk miskin dan kesehatan masyarakat. Peluang terjangkitnya penyakit demam berdarah dan penyakit endemik lainnya di wilayah Wanagiri, Ambengan, Gitgit sangat tinggi, karena aktivitas produktif masyarakat tidak ramah lingkungan, (4) Dari sisi kewilayahan, desa Ambengan, desa Gitgit, desa Wanagiri, dan desa Pancasari merupakan daerah pegunungan konservasi hutan yang sangat berpotansi terjadinya rawan bencana longsor setiap tahun. Kepedulian masyarakat dalam menjaga kelestarian konservasi hutas di kawasan Greenbelt relative masih kurang, terbukti intensitas perambasan hutan masih tinggi, yang berpotensi mendatangkan malapetaka longsor. Di sisi yang lain, rendahnya budaya dan kemampuan masyarakat dalam mekanisme mitigasi bencana alam sering meimbulkan kerusakan pada simpul-simpul produktivitas sosio-ekonomi masyarakat, yang berujung pada keterpurukan kualitas dan kenyamanan hidup masyarakat,
(5) Masih rendahnya akses masyarakat terhadap
pendidikan yang berkualitas, kurangnya pemerataan pendidikan dan penyediaan tenaga terampil, menyebabkan terjadinya kesenjangan pendidikan yang cukup tajam. Penyebab utama yang teridentifikasi berkontribusi pada rendahnya kualitas pendidikan di wilayah kecamatan Sukasada ini adalah (a) ketersediaan tenaga pendidik yang belum memadai baik secara kuantitatif maupun kualitatif, (b) fasilitas belajar belum tersedia secara mencukupi, (c) biaya operasional pendidikan belum disediakan secara memadai, (d) kekurangan tenaga pendidik, (e) ekonomi masyarakat yang rendah,
dan (e) faktor
geografis dan budaya masyarakat, dan (6) Minimnya terapan teknologi tepat guna di masyarakat dalam pengolahan hasil pertanian, peternakan, dan perikanan yang dapat mengantarkan desa-desa di kawasan ini sebagai desa mandiri pangan dan energi. Budi daya pariwisata, pertanian, peternakan, dan perikanan yang ada saat ini masih bersifat tradisional, monokultur, dengan pengagarapan yang parsial, dan kurang profesional yang
7
dapat
meningkatkan
ketahanan
pangan
masyarakat
dan
berpotensi
untuk
menumbuhkembangkan dinamika perekonomian masyarakat. 3. Metode Pelaksanaan Pengabdian Berdasarkan paparan potensi-potensi daerah, kearifan lokal dan permasalahan yang dimiliki desa-desa dalam cakupan wilayah IBW maka perlu disusun strategi sebagai solusi pemecahan masalah dalam mewujudkan desa mandiri dengan mensinergiskan potensi masyarakat, yaitu SDM produktif, kelompok pariwisata, kelompok petani, kelompok ternak, kelompok nelayan, kelompok pengerajin, berbagai organisasi adat, lembaga ekonomi masyarakat, koperasi, arisan, dan Bank, industri kecil, UKM), dan optimalisasi pemanfaatan lahan dan potensi alam yang luas dan beragam (areal pariwisata, pertanian lahan kering/basah, peternakan, perikanan laut/tawar, kehutanan). Potensi unggulan pokok yang menjadi prioritas penerapan
program ipteks dalam
program IbW ini adalah (1) potensi pariwisata yang diarahkan pada pengembangan rural-agrotourism culture yang didukung oleh fanorama alam, pertanian, peternakan, dan perikanan (1) potensi pertanian dalam arti luas, (2) potensi peternakan yang ramah lingkungan, (3) perikanan dengan perbaikan segmen jejaring pasar, (4) pendidikan kelompok kelas kecil dan kesehatan terpadu berbasis desa adat/masyarakat, (5) UKM/Industri rumah tangga dan lembaga ekonomi masyarakat, (6) industri kerajinan handycraft dan diversifikasi produk kreatif olahan hasil pertanian, peternakan, dan perikanan, dan (7) program reboisasasi dengan vegetasi lokal tradisional Bali dan mitigasi bencana alam. Solusi yang ditawarkan untuk menangani permasalahan wilayah yang meliputi 4 desa sasaran IBW adalah melaksanakan program ipteks bagi wilayah dengan rincian sebagai berikut: (1) Melakukan pemetaan potensi-potensi unggul di wilayah IBW, kearifan lokal, dan pemetaan wilayah sesuai dengan peruntukan dan kondisi fisik dan daya dukung lingkungan. Selanjutnya melakukan evaluasi diri dan penyusunan rancana program strategis, dan perancanangan aktivitas-aktivitas inisiasi IBW berdasarkan potensi-potensi unggul yang dimiliki sebagai penjabaran program-program strategis yang dicanangkan, dan (2) Melaksanakan program aksi ipteks dalam penanganan masalah di wilayah IBW, yakni: (i) Program ipteks peningkatan kepariwisataan yang mengarah pada rural-agrowisata culture sebagai pengintegrasian dinamika pariwisata, pertanian, peternakan, dan budaya lokal masyarakat, (ii) Program ipteks peningkatan 8
pengetahuan dan keterampilan dalam desain, diversifikasi produk, (iii) managemen, dan pemasaran seni kerajinan tangan melalui pendidikan, pelatihan dan pendampingan, Program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam diversifikasi produk pengolahan kelapa menjadi produk berorientasi pasar melalui pengembangan demplot sentra industri kecil berbasis kelapa, (iv) Program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan managemen wirausaha, perkoperasian dan pemberdayaan ekonomi masyarakat dan revitalisasi UKM-UKM berbasis kearifan lokal melalui pendidikan, pelatihan dan pendampingan, (v) Program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengolahan aneka makanan tradisional dan modern berbasis hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan melalui pendidikan, pelatihan dan pendampingan produksi, managemen, dan pemasaran, (vi) Program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam program pertanian terpadu melalui demplot pertanian multikultur, pengolahan pupuk organik, dan pakan ternak dari limbah hasil pertanian, dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan masyarakat dan ketahanan pakan ternak, (vii) Program peternakan melalui demplot peternakan terpadu yang ramah lingkungan (zero waste), pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organik dan energi bakar biogas sebagai bagian integral dari upaya penyediaan energi alternatif bagi masyarakat baik di musim hujan maupun musim kemarau, (viii) Program ipteks pendidikan kontekstual untuk meningkatkan kualitas pendidikan/pengurangan pengangguran,dan pemberantasan buta huruf/putus sekolah melalui pendidikan life skill dan model pendidikan kelas kecil (small group learning) berbasis kearifan lokal, (ix) Program ipteks untuk pembinaan kesehatan keluarga dan masyarakat, melalui model posyandu berbasis desa pekraman dan revitalisasi pelayanan kesehatan Puskesmas, (x) Program ipteks mitigasi bencana longsor dan konservasi hutan di daerah perbukitan di sekitar kawasan greenbelt di desadesa wilayah IBW dengan item vegetasi local tradisional Bali, (xi) Melakukan evaluasi dan refleksi komprehensif terhadap program aksi, sebagai dasar pertimbangan dalam program pendampingan/ pemantauan demi menjaga sustainabilitas program IBW di wilayah Sukasada secara mandiri. Metode yang akan digunakan untuk pelaksanaan IBW adalah metode SLA (Sustainable Livelihoods Approach ). Pemberdayaan masyarakat dengan the Sustainable Livelihoods Approach (SLA) pada dasarnya upaya pelibatan (partisipasi) masyarakat untuk belajar dan beraktivitas secara berkelanjutan dengan cara unik mereka menjalani hidup dalam rangka meningkatkan kualitas hidup mereka.
Menurut Ellis (1998), the 9
sustainable livelihoods approach (SLA) is the process by which rural families construct a diverse portfolio of activities and social support capabilities in their struggle for survival and in order to improve their standards of livings. Hal ini didukung oleh Olivier Serrat (2008), yang menyatakan bahwa “ The sustainable livelihoods approach is a way of thinking about the objectives, scope, and priorities for development activities. It is based on evolving thinking about the way the poor and vulnerable live their lives and the importance of policies and institutions. Kodisi exciting masyarakat di wilayah IbW, yang bertautan dengan potensi wilayah, SDA, SDM, dan kearifan-kearifan lokal masyarakat dijadikan starting point dalam memetakan program-program pemberdayaan masyarakat, yang sudah tentu melibatkan usulan dan tuntutan kebutuhan masyarakat dari bawah (internal) dan mensinergiskan dengan program-proram kebijakan pemerintah daerah yang muncul dari analisis kritis Undikasha, Unipas dan Pemkab Buleleng (eksternal) sehingga dapat dirumuskan proram-program aksi yang dapat mengantarkan masyarakat pada kondisi expeting yang diinginkan dan disepakati bersama. Program aksi pemberdayaan masyarakat yang menempatkan masyarakat secara aktif berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi melalui proses pembelajaran dan pendampingan akan dapat meningkatan intensitas partisipasi, self-belonging , dan responsibility sehingga dapat menjamin dukungan material, finansial , dan pemikiran tepat sasaran dalam pemberdayaan masyarakat untuk mengantarkan masyarakat hidup lebih mandiri, aman, sejahtera, sehat dan harmonis. 4. Hasil dan Pembahasan Kegiatan IbW di kawasan Greenbelt Sukasada tahun 2013, diawali dengan sosialisasi secara vertikal dengan menghaturkan upacara permohonan ijin/permakluman (piuning) kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang berstana di Pura Desa masing-masing di desa Pancasari, Wanagiri, Gitgit dan Ambengan. Selanjutnya, sosialisasi juga dilakukan secara horizontal dengan masyarakat yang menghadirkan aparat pemerintah di tingkat kecamatan, desa, adat, tokoh masyarakat dan ketua kelompok produktifekonomis masyarakat di kawasan Greenbelt Sukasada. Pendataan potensi wilayah di desa Pancasari, desa Wanagiri, desa Gitgit, dan desa Ambengan difokuskan pada pendataan aset yang dimiliki masyarakat, baik secara personal dalam keluarga, maupun aset secara komunal dalam kelompok tani-ternak, 10
yang berpotensi untuk diberdayakan sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Hasil survey, observasi dan wawancara yang mendalam dalam diperoleh profil aset masyarakat seperti ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Profil Potensi Wilayah N o 1
2
3
4
5
Potensi Wilayah Luas Area(ha) Sawah Pekarangan Tegalan Perkebunan Belum digarap/hutan Kualitas SDM SD SMP SMA Sarjana Mata Pencaharian Petani (or) Peternakan/Perikana n PNS/TNI/POLRI Swasta Penganggur/tidak bekerja/pencari kerja Potensi Pertanian(ha) Kelapa Jagung Mangga Padi Pisang Palawija Potensi Peternakan (ekor) Sapi Babi Kambing Ayam
Desa Pancasari 3536 522 68 593 117 2321
Desa Wanagiri 20200 2120 24 600 90 130
Desa Gitgit 1900 25 76 657 119 1200
Desa Ambengan 558 24 30 54 73 123
3502 1254 565 248
104 227 83 17
2829 337 253 43
394 20 10 15
5116 167
1794 345
2522 150
1936 231
182 495 205
219 943 436
108 667 387
80 275 543
568 46 78 30 314 219
478 78 100 1640 56 33
3685 6505 964 14.425
363 721 87 7945
593 18 105 107 244 231
380 100 56 21 78 26
1.800 2.500 853 21.500
Program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam diversifikasi produk pengolahan kelapa menjadi produk berorientasi pasar dilakukan dengan pengembangan demplot sentra industri kecil berbasis kelapa. Pada kegiatan IbW tahun 11
pertama, pengelolaan demplot pengolahan kelapa ini ditangani oleh Ibu-ibu rumah tangga yang terkabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) di desa Ambengan. Pada demplot yang ada di desa Ambengan dibantu hibah IbW berupa
peralatan mesin
pengolah daging kelapa “three in one” , yakni parut, peras, dan saring, yang diproduksi oleh unit “UJI” Universitas Mahasaraswati Denpasar. Aktivitas produktif ekonomi berbasis kelapa dicanangkan menjadi aktivitas unggulan poktan dalam menghasilkan generate revenue bagi masyarakat baik secara personal maupun kelompok. Dengan bantuan IPTEKS, tanaman kelapa dapat ditingkatkan pemanfaatannya baik dari segi pemanfaatan langsung, dikonsumsi atau diolah menjadi minyak goreng, batangnya untuk bangunan rumah/mobiler, bahan bakar untuk industri kapur, genteng serta gerabah, maupun dari segi pengolahan dengan sentuhan teknologi modern untuk menghasilkan produk-produk berorientasi ekspor. Secara utuh buah kelapa terdiri dari (1) bagian luar, adalah sabut kelapa dan tempurung kelapa, (2) daging kelapa, dan (3) air kelapa. Sabut kelapa dapat dipilah menjadi dua komponen yaitu serabut dan serbuk (cocodust). Tempurung kelapa digunakan sebagai arang dan untuk bahan bakar produksi tanah liat. Dengan cara yang lebih modern tempurung kelapa dapat diolah menjadi briket sebagai bahan bakar untuk memaksa, menjadi karbon hita dan karbon aktif, sedangkan asap pembakaran tempurung kelapa dapat diolah menjadi liquid smoke sebagai bahan pengawet ikan. Pelatihan pengolahan kelapa menjadi produk VCO dilaksanakan pada 4 Oktober 2013 bertempat di desa Ambengan. Tahapan-tahapan pengolahan VCO yang disampaikan pada Kelompok Wanita Tani (KWT) dan masyarakat sekitar seperti uraian berikut ini. (2)
Penyiapan Bahan Baku, Buah kelapa yang akan diolah menjadi VCO
adalah buah yang tua, yakni berumur 11-12 bulan, yang ditandai dengan kulit sabut berwarna coklat. Buah kelapa tua akan menghasilkan rendemen minyak yang tinggi; (2) Pembuatan Santan: Buah kelapa tua dikupas kemudian dibelah dan dagingnya dikeluarkan dari tempurung. Daging buah kelapa lalu diparut secara manual atau digiling menggunakan mesin. Hancuran daging buah lalu ditambah air dengan perbandingan 1:2. Selanjutnya, ekstrak dipres dengan mesin pengepres atau secara manual kemudian disaring sehingga diperoleh santan. Dari 30 butir kelapa (rata-rata bobot daging buah 400 g/butir) diperoleh 30 liter santan. (3) Pemisahan Krim: Santan yang diperoleh dituang pada ember plastik transparan, kemudian didiamkan 2 jam. Selama pendiaman, 12
santan akan terbagi menjadi tiga lapisan, yaitu lapisan atas berupa krim (kaya minyak), lapisan tengah berbentuk skim (kaya protein), dan lapisan bawah berupa endapan. Krim dipisahkan dan digunakan sebagai bahan baku VCO. (4) Pembuatan Starter Ragi Tape Pengolahan VCO menggunakan ragi tape diawali dengan membuat cairan starter ragi tape. Caranya, skim kelapa 450 ml dicampur dengan air kelapa 50 ml, kemudian ditambahkan ragi tape 2 g, diaduk sampai homogen, lalu didiamkan (difermentasi) pada suhu ruang selama 12 jam. Penambahan air kelapa bertujuan untuk memperkaya nilai gizi media untuk proses perbanyakan ragi tape; (5) Pencampuran Krim dengan Starter Ragi Tape: Krim yang diperoleh, sekitar 12 liter, dibagi tiga bagian (masing-masing 4 liter), kemudian dicampur dengan starter ragi tape masing masing 10%, 20%, dan 30%. Sebagai contoh, jika menggunakan starter tape 10% maka untuk krim 4 liter ditambahkan starter ragi tape 400 ml. Campuran diaduk homogen kemudian dituang pada wadah transparan dan didiamkan 8-10 jam. Selama proses pendiaman, campuran akan terpisah menjadi tiga lapisan, yaitu minyak (lapisan atas), blondo berwarna putih (lapisan tengah), dan air (lapisan bawah). Selanjutnya, minyak dipisahkan dari blondo dan air. Alur proses pengolahan VCO disajikan pada Gambar 2, dan (6) Penyaringan Minyak: Minyak yang diperoleh disaring menggunakan zeolit, yaitu sejenis batuan yang di samping berfungsi menyaring juga menyerap bau yang kurang enak dan menurunkan kadar air. Produk yang diperoleh dari penyaringan adalah VCO. Partisipasi anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) dan anggota poktan dalam kegiatan usaha produktif pengolahan kelapa sangat tinggi, hal ini dapat dilihat dari intensitas kehadiran, dan kuantitas dan kualitas persoalan/pertanyaan yang disampaikan terkait dengan pembuatan minyak kelapa VCO dan minyak lentik/minyak tradisional. Hasil pemberdayaan poktan dalam usaha produktif berbasis kelapa adalah (1) adanya peningkatan kompetensi dalam pengolahan kelapa, khususnya dari minyak tradisional menjadi VCO, (2) menghasilkan kualitas produk minyak tradisional/VCO yang lebih baik, (3) meningkatkan kapasitas produksi pengolahan kelapa menjadi minyak/VCO, (4) mendorong proses transformasi IPTEKS dalam penggunaan peralatan mesin pengolahan kelapa “three in one”bantuan IbW kepada kelompok poktak, dan (5) usaha produktif berbasis kelapa ini akan mendorong kelompok untuk membentuk koperasi usaha kelapa yang menjadi unggulan komoditas ekonomi desa di wilayah garapan IbW Greenbelt Sukasada 13
Keterbatasan pengetahuan dan ipteks di kawsasan ini, pola usahatani yang dikembangkan bersifat subsistem (tradisional). Pola usahatani tanaman semusim yang biasanya dilakukan di kawasan ini adalah pola usahatani tanaman pangan seperti jagung, kacang tanah dan jenis palawija lainnya. Pola usahatani tanaman pangan dilakukan pada musim penghujan menggunakan teknologi sederhana dengan varietas lokal sehingga hasilnya rendah. Selain itu pemeliharaan ternak (umumnya sapi) masih tradisional dan monokultur sehingga produktivitasnya rendah. Pemberdayaan masyarakat di kawasan Greenbelt di kecamatan Sukasada pada program IbW tahun 2013 ini dilakukan dengan pencanangan program aksi pertanian-peternakan multikultur, sesuai dengan diskusi mendalam dengan masyarakat di desa Wanagiri. Ketahanan ekonomi masyarakat yang banyak bertumpu dari hasil ternak-tani disikapi dengan mengembangkan ternak multikultur,yakni ternak sapi sebagai penghasil income tahunan, ternak babi sebagai penghasil income enan bulan, dan ayam merupakan sumber penghasilan masyarakat bulanan. Hal yang sama juga pada aspek pertanian, dimana masyarakat di setiap demplot sebagai episntrum aktivitas pemberdayaan, dikapasitaskan untuk menanam tananman yang dapat memenuhi kebutuhan konsumtif jangka pendek sampai jangka panjang. Model pertanian-peternakan terpadu merupakan aktivitas produktif pertanianpeternakan dalam satu siklus berantai, yakni
pemanfaatan limbah tanaman pada
budidaya tani untuk pakan ternak. Demikian juga sebaliknya budidaya ternak, limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk pertanian. Sebagai langkah awal diintroduksikan penanaman rumput raja dan gamal di pematang petakan lahan petani untuk menambah penyediaan hijauan pakan ternak selain itu juga diperkenalkan perkandangan menetap, dan pengawetan pakan ternak.
Selanjutnya
juga diintroduksikan pemanfaatan air
embung untuk pertanaman sayuran (bawang merah, semangka, kacang panjang dan bawang putih) yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Program aksi usaha produktif pertanian-peternakan-perikanan terpadu diawali introduksi teknologi pemanfaatan limbah tanaman untuk pakan ternak menjadi pupuk bio-organik, dilaksanakan pada tanggal 6 September 2013, dan tanggal 13 September 2013. Hasil pemberdayaan masyarakat yang terkabung kelompok tani (poktan) dalam usaha produktif pertanian multikultur dan peternakan ternak sapi/babi terpadu adalah (1) adanya peningkatan kompetensi bertani multikultur dalam intensifikasi budi daya ternak sapi/babi/ayamayam terpadu, menuju usaha produktif yang zero waste, (2) mendorong proses transformasi IPTEKS dalam pengolahan limbah ternak sapi/babi/unggas menjadi 14
pupuk. Terkait dengan pengkapasitasan poktan di desa Wanagiri dalam produksi bioorganik dalam skala besar, maka dari hibah IbW Greenbelt Sukasada juga menghibahkan satu unit mesin produksi pupuk organik dengan kapasitas yang besar. Terkait dengan upaya Bupati Buleleng dalam mendongkrak perkembangan wisata ke Bali utara, maka desa Ambengan, yang merupakan jalur lintasan wisata trans Bedugul-Singaraja-Gilimanuk dapat mengkreasi secara kreatif produk kerajinan tangan berupa tas, album, bingkai foto, berbahan baku limbah pisang dan dedauanan secara lebih optimal.Dalam rangka mendukung program pemerintah kabupaten Buleleng ini, maka IbW Greenbelt Sukasada melaksanakan pelatihan diversifikasi roduksi kreatif kerajinan di desa Ambengan untuk mengintensifikasi dan mengekstensifikasi produksi kerajinan tangan kelompok masyarakat desa Ambengan, pada tanggal 23 Agustus 2013. Sekaligus saat pelatihan ini dihibahkan peralatan produksi kerajinan, seperti: mesin cetak/press, pisau, gunting. cutter, kuas, alat semprot cat/pernis, amplas, lem, kertas HVS, kertas lapis, plastik cover, dan lain-lain. Potensi wisata air terjun di desa Gigit merupakan aset desa yang dapat mendatangkan generate revenue bagi masyarakat Gigit. Pengelolaan wisata yang tradisional, penataan kawasan, dan managemen pemasaran yang konvensional belum mampu meningkatkan taraf pendapatan warga, apalagi dengan kompetensi bahasa asing dan literasi wisata yang rendah. Maka dari itu, dalam program IbW Greenbelt Sukasada tahun 2013 dilakukan edukasi dan penatan secara bertahap terhadap SDM dan keasrian objek wisata air terjun Gitgit, yakni : (1) Pelatihan English for Guiding untuk program rural agro-torurims bagi praktisi wisata di kawasan air terjun dari 25 Oktober 2013 sampai 3 November 2013, (2) Pembangunan secara bertahap gerbang welcome gate pada objek wisata air terjun Gigit. 5. Penutup Dari paparan hasil pelaksanaan IbW Sukasada, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. Kegiatan IbW pada tahun 2013 telah mampu menghasilkan : (1) Rencana strategis (Renstra) dan pemetaan wilayah, (2) terwujudnya sentra pengolahan kelapa, (3) Terwujudnya demplot peternakan-pertanian ramah lingkungan (zero waste), (4) terwujudnya produk wisata rural-agrotourism culture, dan (5) publikasi ilmiah hasil program IbW pada jurnal lokal, nasional, dan internasional.
15
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. RPJM Desa Ambengan. Kecamatan Sukasada. Kabupaten Buleleng:Bali Anonim. 2012. RPJM Desa Gitgit. Kecamatan Sukasada. Kabupaten Buleleng:Bali Anonim. 2012. RPJM Desa Wanagiri. Kecamatan Sukasada. Kabupaten Buleleng:Bali Anonim. 2012. RPJM Desa Pancasari. Kecamatan Sukasada. Kabupaten Buleleng:Bali Anonin. 2010. Profil Kecamatan Sukasada, kabupaten Buleleng:Bali BPS, 1998. Crisis Poverty and Human Development in Indonesia. BPS. UNDP, Jakarta Emil Salim. 1980. Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan. Jakarta Yayasan Idayu. Ernan Rustiadi, Sunsun Saefulhakim Dyah R. Panuju. 2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Crestpen Press dan Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Irawan, P.B. dan Romdiati. H, 2000. The Impact of Economic Crisis on Povertyand its Implication for Development Strategies, Paper Presented at National Workshop on Food and Nutrition VII. LIPI, 29 Febuari – 2 Maret 2000, Jakarta Kartasasmita, Ginandjar. 1995. Pemberdayaan Masyarakat: Sebuah Tinjauan Administrasi; Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Administrasi pada Fakultas Ilmu Administrasi Pemangunan Universitas Brawijaya; Malang. 1995. Michael Sherraden. 2006. Aset untuk Orang Miskin: Perspektif Baru Usaha Pengentasan Kemiskinan. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Millind B Bhujbal. 2012. Agro-tourism A Specialized Rural Tourism: Innovative Product of Rural Market. International Journal of Bussiness & Management Tomorrow. Vol. 2 No:1 Olivier Serrat. 2008. The Sustainable Livelihoods Approach. Asean Development Bank Shadi Hamadeh. 2009. The Sustainable Livelihoods Approach (SLA) In Mena:A Bitter Sweet Experience. Environment and Sustainable Development Unit Faculty of Agricultural and Food Sciences American University of Beirut Sumodiningrat, Gunawan,, Gramedia,Jakarta
1999,
Pemberdayaan
Masyarakat
Dan
JPS,
PT
16