LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBANDINGKAN BILANGAN CACAH PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS II SDN GONDANG 1 TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh :
SUWARDI NIM. X8806534
PROGRAM STUDI PJJ S1 PGSD JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Desember, 2009
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH)
1. Judul Penelitian
Penggunaan Media Pembelajaran Benda Konkret untuk Meningkatkan Kemampuan Membandingkan Bilangan Cacah pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas II SDN Gondang 1 Tahun Pelajaran 2009/2010
2. a. Mata Pelajaran b. Bidang Kajian
Matematika Alat bantu, media, dan sumber belajar
3. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap
SUWARDI
b. NIM
X8806534
c. Program Studi
PJJ S1 PGSD
d. Jurusan
Ilmu Pendidikan
e. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
f. Universitas
Universitas Sebelas Maret Surakarta
g. Alamat Rumah:
Geneng RT. 01, Bumiaji, Gondang, Sragen
Nomor Telepon/HP:
081329128873
Email:
[email protected]
4. Lama Penelitian
6 bulan/dari bulan Juli sampai dengan Desember 2009
5. Biaya yang diperlukan a. Sumber dari Ditjen Dikti
Rp
600.000,00
b. Sumber lain, sebutkan Dana Pribadi
Rp 868.000,00 +
Jumlah
Rp 1.468.000,00 (Satu juta empat ratus enam puluh delapan ribu rupiah)
ii
Surakarta, Desember 2009 Mengetahui, Kepala Sekolah,
Peneliti,
Karsini, S.Pd. NIP. 195712291977012005
Suwardi NIM. X8806534 Mengetahui, a.n. Dekan
Pembantu Dekan I,
Prof. Dr. rer.nat. Sajidan, M.Si. NIP. 196604151991031002
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Laporan Penelitian Tindakan Kelas dengan Judul “Penggunaan Media Pembelajaran Benda Konkret untuk Meningkatkan Kemampuan Membandingkan Bilangan Cacah pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas II SDN Gondang 1 Tahun Pelajaran 2009/2010”.
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing,
Supervisor
Dr. Riyadi, M.Si. NIP. 196701161994021001
Nariyo, S.Pd. NIP. 196501291991031004
iv
ABSTRAK
Suwardi. 2009. Penggunaan Media Pembelajaran Benda Konkret untuk Meningkatkan Kemampuan Membandingkan Bilangan Cacah pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas II SDN Gondang 1 Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian ini berlatar belakang pada kenyataan bahwa pembelajaran Matematika khususnya membandingkan bilangan cacah mengalami berbagai hambatan. Hambatan tersebut berasal dari siswa maupun guru. Siswa kurang berminat terhadap pembelajaran Matematika. Siswa merasa takut terhadap pelajaran Matematika. Hambatan yang lain adalah berasal dari guru. Guru kurang dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk lebih menyenangi mata pelajaran Matematika. Guru kesulitan menggunakan/membuat media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Guru kesulitan melatih kemandirian belajar siswa. Guru kesulitan membuat lembar kerja siswa yang sesuai dengan karakteristik siswa kelas rendah. Guru kesulitan mengembangkan materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa kelas rendah. Guru kesulitan melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan siswa. Guru disibukkan dengan administrasi sekolah yang terlalu banyak. Guru kurang mampu dalam menerapkan dan memilih model pembelajaran yang inovatif dan variatif sehingga proses pembelajaran yang berlangsung sangat membosankan. Pembelajaran Matematika masih bertumpu pada pembelajaran klasik konvensional dengan strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran yang belum mampu menumbuhkan kebiasaan berpikir produktif. Sebagai guru hendaknya pandai dalam memilih metode, teknik, maupun model pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Selain itu guru melaksanakan penilaian hanya pada tataran Pengetahuan dan Pemahaman Konsep. Untuk meningkatkan kompetensi Siswa dalam membandingkan bilangan cacah perlu menggunakan media pembelajaran benda konkret. Dengan menggunakan ”Media Pembelajaran Benda Konkret” kemampuan siswa dalam membandingkan bilangan cacah diharapkan dapat meningkat. Penelitian ini bertujuan memberikan sumbangan informasi dan pemikiran tentang bagaimana ”Media Pembelajaran Benda Konkret” digunakan dalam pembelajaran membandingkan bilangan cacah. Selain itu juga untuk mengetahui adanya peningkatan prestasi siswa dalam membandingkan bilangan cacah. Dengan demikian untuk memperoleh hasil belajar yang lebih berkualitas, maka perlu menggunakan media pembelajaran benda konkret dalam pembelajaran membandingkan bilangan cacah.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur Peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, taufik, dan hidayahNya sehingga Peneliti dapat menyelesaikan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dengan lancar dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti mendapatkan bantuan serta bimbingan yang sangat berharga dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas.
2.
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan kemudahan dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas;
3.
Drs. H. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Ketua Program PJJ S-1 PGSD yang selalu memberikan petunjuk dan arahan.
4.
Dr. Riyadi, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan mengorbankan segala tenaga dan waktu guna memberikan bimbingan dan arahan selama peneliti menyusun Laporan PTK.
5.
Karsini, S.Pd. selaku Kepala SDN Gondang 1 Kec. Gondang Kab. Sragen yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.
6.
Nariyo, S.Pd. selaku Guru Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama peneliti menyusun Laporan PTK.
7.
Bapak/Ibu Guru dan Penjaga SDN Gondang 1 yang telah memberikan kemudahan, masukan, bimbingan, dan arahan selama peneliti menyusun Laporan PTK.
8.
Segenap sahabat, handai taulan, dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dan kerjasama kepada peneliti demi terselesaikannya Laporan PTK ini.
vi
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan PTK ini masih banyak kekurangannnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan. Semoga Laporan PTK ini bermanfaat bagi dunia pendidikan.
Surakarta, Desember 2009
Peneliti
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................
iv
ABSTRAK ....................................................................................................
v
KATA PENGANTAR
................................................................................
vi
..............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL .........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xii
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
PENDAHULUAN ....................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................
1
B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya ................................
5
C. Tujuan Penelitian ................................................................
6
D. Manfaat Hasil Penelitian .....................................................
6
KAJIAN PUSTAKA .................................................................
7
A. Kajian Teori .........................................................................
7
B. Kerangka Berpikir ................................................................
13
C. Hipotesis Tindakan .............................................................
14
PELAKSANAAN PENELITIAN .............................................
15
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................
15
B. Subyek Penelitian ................................................................
16
C. Metodologi Penelitian..............................................................
16
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .........................
21
A. Hasil Penelitian ....................................................................
21
B. Pembahasan .........................................................................
23
viii
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN .......................................................
32
A. Simpulan .............................................................................
32
B. Saran ....................................................................................
32
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
34
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1:
Pengelompokkan Nilai Sebelum Siklus I ...................................
23
Tabel 2:
Pengelompokkan Nilai Siklus I ...................................................
25
Tabel 3:
Pengelompokkan Nilai Siklus II .................................................
28
Tabel 4:
Data Nilai Ulangan Harian sebelum Siklus I .............................
53
Tabel 5:
Data Nilai Ulangan Harian Siswa Siklus I .................................
55
Tabel 6:
Data Nilai Ulangan Harian Siswa Siklus II .................................
57
Tabel 7:
Nilai Ulangan Harian Sebelum Siklus I, Siswa Siklus I, dan Siklus II ......................................................................................
x
59
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Kerangka Berpikir .....................................................................
14
Gambar 2: Bagan Siklus I dan II .................................................................
20
Gambar 3: Diagram Pengelompokkan Nilai Sebelum Siklus I ....................
24
Gambar 4: Diagram Pengelompokkan Nilai Siklus I ..................................
26
Gambar 5: Diagram Pengelompokkan Nilai Siklus II ..................................
29
Gambar 6: Diagram Perbandingan Nilai Sebelum Siklus I, Siklus I, dan Siklus II ......................................................................................
30
Gambar 7: Foto Pelaksanaan Siklus I ..........................................................
77
Gambar 8: Foto Pelaksanaan Siklus II .........................................................
103
xi
DAFTAR LAMPIRAN
A. Contoh Perangkat Pembelajaran .............................................................
35
B. Instrumen Penelitian ................................................................................
44
C. Personalia Penelitian ...............................................................................
50
D. Curriculum Vitae Peneliti .......................................................................
51
E. Tabel Nilai Ulangan Harian Siswa .........................................................
53
F. Data Penelitian .......................................................................................
56
G. Surat Keterangan Kepala Sekolah ..........................................................
106
xii
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Prestasi belajar Matematika siswa kelas II SDN Gondang 1 pada tahun pelajaran 2008/2009 belum memuaskan karena rata-rata hasil ulangan harian pada konsep membandingkan bilangan cacah adalah 63, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Matematika adalah 65. Di samping itu, mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang paling ditakuti oleh siswa dan termasuk dalam mata pelajaran Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN). Berdasarkan hasil pengamatan di dalam kelas dan data hasil belajar siswa kelas II SDN Gondang 1, pada semester I Tahun Pelajaran 2008/2009, diduga penyebab timbulnya masalah adalah sebagai berikut : 1. Sebagian siswa beranggapan bahwa Matematika merupakan mata pelajaran yang tidak menarik, sulit, dan membosankan. 2. Proses pembelajaran Matematika kurang kondusif. 3. Guru masih sering mengalami kesulitan dalam menanamkan konsepkonsep dasar Matematika kepada siswa, khususnya pada konsep membandingkan bilangan. 4. Belum semua guru mampu membuat dan atau menggunakan alat peraga yang sesuai untuk membantu menanamkan konsep-konsep Matematika. Masalah dalam proses pembelajaran tersebut perlu segera diatasi karena jika dibiarkan akan berpengaruh terhadap mutu sekolah. Di samping itu, kemampuan membandingkan bilangan cacah merupakan konsep dasar awal yang harus dikuasai siswa untuk belajar pada konsep berikutnya seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Tujuan mata pelajaran Matematika di sekolah dasar bahwa siswa belajar tidak hanya di bidang kognitif saja tetapi meluas pada bidang psikomotor dan afektif. Pembelajaran Matematika diarahkan untuk pembentukan kepribadian dan pembentukan kemampuan berpikir yang xiii
bersandar pada hakikat Matematika, ini berarti hakikat Matematika merupakan unsur utama dalam pembelajaran Matematika. Oleh karena itu, hasil-hasil pembelajaran Matematika perlu menampak kemampuan berpikir yang matematis dalam diri siswa, yang bermuara pada kemampuan menggunakan Matematika sebagai bahasa dan alat dalam menyelesaikan masalah-msalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Hasil lain yang tidak dapat diabaikan adalah terbentuknya kepribadian yang baik dan kokoh. Sutawijaya dalam Siti Hawa (2008 : 1) Matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif. Menurut Hudoyo dalam Siti Hawa (2008 : 1) Matematika berkenan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga Matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Sebagai guru Matematika dalam menanamkan pemahaman seseorang
belajar
Matematika
utamanya
bagaimana
menanamkan
pengetahuan konsep-konsep dan pengetahuan prosedural. Salah satu cara untuk dapat memahami konsep-konsep dan prosedural, guru perlu mengetahui berbagai teori belajar Matematika. Sebagai guru kelas sekolah dasar di suatu sekolah, guru akan selalu terkait dan terlibat dalam pembelajaran Matematika sekolah. Keterlibatan ini menjadikan pembelajaran Matematika sekolah begitu penting bagi kita. Karena
Matematika
merupakan
ilmu
universal
yang
mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Bruner, melalui teorinya mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa xiv
dalam memahami suatu konsep matematika. Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya itu. (Siti Hawa, dkk., 2008 : 6) Tiga tahapan dalam teori belajar Bruner tentang perkembangan intelektual adalah: 1. Enactive, dimana seseorang belajar tentang dunia melalui aksi-aksi terhadap objek. 2. Iconic, di mana pembelajaran terjadi melalui penggunaan model-model dan gambar-gambar. 3. Symbolic, yang menggambarkan kapasitas berpikir dalam istilah-istilah yang abstrak. (Mark K. Smith, dkk, 2009 : 123) Tahapan perkembangan belajar kognitif menurut Piaget dalam dalam
Nabisi Lapono (2008 : 19) bahwa anak sekolah dasar termasuk dalam tahap Concrete Operation (7-11 tahun): berkembang daya mampu anak berpikir logis untuk memecahkan masalah konkret. Konsep dasar benda, jumlah waktu, ruang, kausalitas. Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya di tingkat Sekolah Dasar. Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Adapun karakteristik dan kebutuhan peserta didik dibahas sebagai berikut: 1. Karakteristik pertama anak SD adalah senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih-lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya
unsur
permainan
di
dalamnya.
Guru
hendaknya
mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur xv
permainan seperti pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan Keterampilan (SBK). 2. Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan. 3. Karakteristik yang ketiga adalah anak senang bekerja dalam kelompok. Dari pergaulanya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok. 4. Karakteristik
yang
keempat
adalah
senang
merasakan
atau
melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsepkonsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentukkonsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsifungsi badan, pera jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang xvi
dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang operasi hitung dan sapi sebagai modelnya, maka anak kita ajak ke kandang sapi untuk belajar menghitung. Berdasarkan teori belajar Matematika tersebut di atas, bahwa dalam pembelajaran perlu menggunakan media pembelajaran benda konkret untuk memudahkan siswa memahami konsep-konsep Matematika. Oleh karena itu, dalam Penelitian Tindakan Kelas ini diberi judul “Penggunaan Media Pembelajaran Benda Konkret untuk Meningkatkan Kemampuan Membandingkan Bilangan Cacah pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas II SDN Gondang 1 Tahun Pelajaran 2009/2010”. B.
Rumusan Masalah dan Pemecahannya 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut : “Apakah penggunaan media pembelajaran benda konkret dapat meningkatkan kemampuan membandingkan bilangan cacah pada mata pelajaran Matematika siswa Kelas II SDN Gondang 1 Tahun Pelajaran 2009/2010?” 2. Pemecahan Masalah Berdasarkan teori belajar dan media pembelajaran, permasalahan yang terjadi kelas II SDN Gondang 1 Tahun Pelajaran 2009/2010 perlu diselesaikan melalui tindakan guru berupa penggunaan media pembelajaran benda konkret dalam pembelajaran membandingkan bilangan cacah pada mata pelajaran Matematika.
xvii
C.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui penggunaan media pembelajaran
benda
konkret
dapat
meningkatkan
kemampuan
membandingkan bilangan cacah pada mata pelajaran Matematika siswa Kelas II SDN Gondang 1 Tahun Pelajaran 2009/2010 atau tidak. D.
Manfaat Hasil Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Siswa Sebagai masukan bagi siswa dalam meningkatkan pemahaman konsepkonsep Matematika khususnya kemampuan membandingkan bilangan cacah. 2. Guru Sebagai masukan bagi guru dalam meningkatkan keterampilan menggunakan media pembelajaran Matematika khususnya pada konsep membandingkan bilangan cacah. 3. Sekolah Sebagai masukan bagi sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru khususnya dalam pembelajaran Matematika.
xviii
BAB II KAJIAN PUSTAKA E.
Kajian Pustaka 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil. (M. Djauhar Siddiq, 2008 : 3) B.F. Skinner dalam Nabisi Lapono (2008 : 5) bahwa belajar menghasilkan perubahan perilaku yang dapat diamati, sedang perilaku dan belajar diubah oleh kondisi lingkungan. Nana Sudjana (1987 : 28) Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. Berdasarkan teori belajar tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja oleh individu yang membawa perubahan tingkah laku, pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang karena berinteraksi dengan lingkungan. b. Pengertian Pembelajaran Menurut Yudhi Munadi (2008 : 4) pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. xix
Menurut M. Djauhar Siddiq (2008 : 9) pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau yang lain) untuk membelajarkan siswa yang belajar. Pada pendidikan formal (sekolah), pembelajaran merupakan tugas yang dibebankan kepada guru, karena guru merupakan tenaga professional yang dipersiapkan untuk itu. Berdasarkan teori pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
merupakan
usaha-usaha
yang
terencana
yang
dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. c. Pembelajaran Matematika Sutawijaya dalam Siti Hawa (2008 : 1) Matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif. Menurut Hudoyo dalam Siti Hawa (2008 : 1) Matematika berkenan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga Matematika berkaitan dengan konsep-konsep
abstrak.
Sebagai
guru
Matematika
dalam
menanamkan pemahaman seseorang belajar Matematika utamanya bagaimana
menanamkan
pengetahuan
konsep-konsep
dan
pengetahuan prosedural. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Untuk menguasai dan mencipta teknologi dan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif di
xx
masa depan, maka diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini dan pembelajaran yang membuat siswa belajar dan menjadi bermakna. (Sitihawa dkk., 2008 : 3). Berdasarkan teori pembelajaran Matematika di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Matematika merupakan usahausaha yang dilakukan oleh guru untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. 2. Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin, yakni medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “pengantar”, atau “perantara”. Dalam bahasa Arab media disebut wasail bentuk jamak dari wasilah yakni sinonim al wasth yang artinya juga “tengah”. Kata tengah itu sendiri berarti berada di antara dua sisi, maka disebut juga sebagai “perantara” (wasilah) atau yang mengantarai kedua sisi tersebut. Karena posisinya berada di tengah ia bisa disebut sebagai pengantar atau penghubung, yakni mengantarkan atau menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari satu sisi ke sisi lainnya. Media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efektif dan efisien. (Yudhi Munadi, 2008 : 6) Menurut M. Djauhar Siddiq (2008 : 36), media pembelajaran adalah segala bentuk perantara atau pengantar penyampaian pesan dalam proses komunikasi pembelajaran. Beberapa fungsi dari media pembelajaran dalam proses komunikasi pembelajaran diantaranya sebagai berikut: a. Berperan
sebagai
komponen
yang
membantu
mempermudah/memperjelas materi atau pesan pembelajaran dalam proses pembelajaran; xxi
b. Membuat pembelajaran menjadi lebih menarik; c. Membuat pembelajaran lebih realistis/objektif; d. Menjangkau sasaran yang luas; e. Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu, karena dapat meampilkan pesan yang berada di luar ruang kelas dan dapat menampilkan informasi yang terjadi pada masa lalu, mungkin juga masa yang akan datang. f. Mangatasi informasi yang bersifat membahayakan, gerakan rumit, objek yang sangat besar dan sangat kecil, semua dapat disajikan menggunakan media yang telah dimodifikasi g. Menghilangkan verbalisme yang hanya bersifat kata-kata. (M. Djauhar Siddiq, 2008 : 21) Berdasarkan teori media pembelajaran tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan guru sebagai perantara atau pengantar penyampaian pesan dalam proses komunikasi pembelajaran. Guru yang mengajar tanpa menggunakan
media
pembelajaran
tentu
kurang
merangsang/
menantang siswa untuk belajar. Apalagi bagi siswa SD yang perkembagan intelektualnya masih mebutuhkan alat peraga. Semua lingkungan yang diperlukan untuk belajar siswa ini didesain secara integral akan menjadi bahan belajar dan pembelajaran yang efektif. 3. Pembelajaran
Matematika
dengan
Menggunakan
Media
Pembelajaran Benda Konkret Bruner, melalui teorinya mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam memahami suatu konsep matematika. Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya itu. (Siti Hawa, dkk., 2008 : 6) xxii
Tiga tahapan dalam teori belajar Bruner tentang perkembangan intelektual adalah: a. Enactive, dimana seseorang belajar tentang dunia melalui aksi-aksi terhadap objek. b. Iconic, di mana pembelajaran terjadi melalui penggunaan modelmodel dan gambar-gambar. c. Symbolic, yang menggambarkan kapasitas berpikir dalam istilahistilah yang abstrak. (Mark K. Smith, dkk, 2009 : 123) Tahapan perkembangan belajar kognitif menurut Piaget dalam dalam
Nabisi Lapono (2008 : 19) a. Sensorimotor inteligence (lahir s.d usia 2 tahun): perilaku terikat pada panca indera dan gerak motorik. Bayi belum mampu berpikir konseptual namun perkembangan kognitif telah dapat diamati. b. Preoperation thought (2-7 tahun): tampak kemampuan berbahasa, berkembang pesat penguasaan konsep. Bayi belum mampu berpikir konseptual namun perkembangan kognitif telah dapat diamati. c. Concrete Operation (7-11 tahun): berkembang daya mampu anak berpikir logis untuk memecahkan masalah konkret. Konsep dasar benda, jumlah waktu, ruang, kausalitas. d. Formal Operations (11-15 tahun): kecakapan kognitif mencapai puncak perkembangan. Anak mampu memprediksi, berpikir tentang situasi hipotesis, tentang hakekat berpikir serta mengapresiasi struktur bahasa dan berdialog. Sarkasme, bahasa gaul, mendebat, berdalih adalah sisi bahasa remaja cerminan kecakapan berpikir abstrak dalam/melalui bahasa. Berdasarkan teori belajar dan pembelajaran serta media pembelajaran bahwa dalam pembelajaran terutama untuk anak sekolah dasar, guru perlu menggunakan media pembelajaran benda konkret. Oleh karena itu, dalam Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti membuat desain pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran benda konkret untuk pembelajaran membandingkan bilangan cacah. xxiii
Dalam pembelajaran siswa akan lebih mudah belajar dengan melihat benda langsung (konkret) daripada hanya membayangkan bendanya saja. Benda konkret yang digunakan sebagai media pembelajaran yaitu buah-buahan, kelereng, batu, dan sapu lidi. Contoh: a. membandingkan bilangan 12 dan 18 (menggunakan buah jeruk) Contoh:
Jeruk Ani ...
Jeruk Budi ...
Jeruk Ani lebih ... dari jeruk Budi. Jeruk Budi lebih ... dari jeruk Ani. b. membandingkan bilangan 16 dan 23 (menggunakan kelereng) Contoh:
Kelereng Joko ...
Kelereng Koko ...
Kelereng Joko ... dari kelereng Koko. Kelereng Koko ... dari kelereng Joko. c. membandingkan bilangan 34 dan 41 (menggunakan lidi) Contoh soal: Manakah yang lebih besar antara 34 dan 41?
34
41
41 lebih besar dari 34 xxiv
Setelah menggunakan benda konkret sudah lancar kemudian guru dapat meningkatkan pengetahuan siswa dengan menggunakan media gambar dan simbul. F.
Kerangka Berpikir Prestasi belajar siswa kelas II SDN Gondang 1 Tahun pejaran 2008/2009 pada konsep membandingkan bilangan cacah mata pelajaran Matematika masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hal ini terjadi karena pada pembelajaran guru tidak menggunakan media pembelajaran benda konkret sehingga kemampuan siswa membandingkan bilangan cacah rendah, siswa cepat bosan, dan pembelajaran tidak menyenangkan. Berdasarkan teori belajar dan pembelajaran, maka untuk mengatasi masalah pembelajaran tersebut guru melakukan tindakan yang berupa penggunaan media pembelajaran benda konkret. Dalam pembelajaran pada konsep membandingkan bilangan cacah, guru menggunakan media pembelajaran benda konkret: buah-buahan, kelereng, batu, dan sapu lidi. Siswa belajar membandingkan bilangan cacah dengan menggunakan media pembelajaran benda konkret. Pada pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran benda konkret diharapkan kemampuan siswa membandingkan bilangan cacah dapat meningkat, siswa tidak bosan belajar di kelas, dan pembelajaran menjadi menyenangkan.
xxv
Berdasarkan uraian di atas, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut: Dalam pembelajaran Matematika guru belum menggunakan media benda konkret: a. Kemampuan siswa membandingkan bilangan masih rendah. b. Siswa cepat bosan. c. Pembelajaran tidak menyenangkan.
KONDISI AWAL
Dalam pembelajaran guru dengan menggunakan media pembelajaran benda konkret (buah-buahan, kelereng, batu, dan sapu lidi).
TINDAKAN
Dalam pembelajaran Matematika guru menggunakan media benda konkret: a. Kemampuan siswa membandingkan bilangan meningkat. b. Siswa tidak cepat bosan. c. Pembelajaran menjadi menyenangkan
KONDISI AKHIR
Gambar 1: Kerangka Berpikir G.
Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran tersebut di atas maka dapat dirumuskan hipotesis Penelitian Tindakan Kelas ini sebagai berikut: “Dengan menggunakan media pembelajaran benda konkret diduga dapat meningkatkan kemampuan membandingkan bilangan cacah mata pelajaran Matematika siswa kelas II SDN Gondang 1 Tahun Pelajaran 2009/2010”.
xxvi
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A.
Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di SDN Gondang 1, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen dengan alasan: a. SDN Gondang 1 yang berada di Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen belum pernah dijadikan tempat penelitian khususnya kelas II. b. Pada tahun pelajaran 2008/2009 dalam pembelajaran guru belum menggunakan
media
pembelajaran
benda
konkret
sehingga
kemampuan siswa membandingkan bilangan masih rendah. SDN Gondang 1 terletak di wilayah kecamatan Gondang. Jarak sekolah dengan kantor kecamatan dan kantor UPT Dinas pendidikan ± 500 m. SDN Gondang 1 merupakan satu-satunya Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN) di kecamatan Gondang. Lokasi sekolah dekat dengan pasar sehingga dari sekolah dapat melihat orang berlalu-lalang serta keramaian di pasar. Kondisi ruang kelas II berukuran 7 m × 7 m dan terletak paling ujung dekat dengan jalan raya. Lantai ruangan kelas sudah berkeramik, memiliki jendela dua buah yang cukup lebar sehingga sirkulasi udara sangat lancar, dan penerangan dalam kelas cukup terang jika dalam dalam keadaan mendung diterangi lampu 4 buah berukuran 20 watt. Ruang kelas II mempunyai inventaris kelas dalam keadaan baik yang terdiri atas: a. Papan Tulis
1 buah
b. Papan Absen
1 buah
c. Papan Jadwal Pelajaran dll. 1 buah d. Almari
1 buah
e. Meja Guru
1 buah
f. Kursi Guru
1 buah xxvii
g. Meja Murid
20 buah
h. Kursi Murid
20 buah
i. Kotak P3K
1 buah
j. Sapu
3 buah
k. Kemoceng
1 buah
l. Serbet
1 buah
m. Kipas Angin
1 buah
n. Lampu neon 20 watt
4 buah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang kelas II layak digunakan untuk proses pembelajaran dan sebagai tempat Penelitian Tindakan Kelas ini. 2. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian selama 6 bulan yaitu mulai bulan Juli sampai dengan Desember 2009. B.
Subyek Penelitian dan Objek Penelitian Subyek Penelitian Tindakan Kelas yang saya lakukan adalah siswa kelas II SDN Gondang 1, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010. Jumlah siswa 39 anak yang terdiri atas 19 putra dan 20 putri. Obyek penelitian yaitu penggunaan media pembelajaran benda konkret pada pembelajaran membandingkan bilangan cacah mata pelajaran Matematika.
C.
Metodologi Penelitian 1. Sumber Data Data yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini sebagian besar berupa data kualitatif. Pengumpulan data diperoleh dari berbagai sumber: a. Nara sumber terdiri dari guru dan siswa kelas II SDN Gondang 1, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen. xxviii
b. Hasil Pengamatan Pelaksanakaan Pembelajaran. c. Tes Hasil Belajar. 2. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan bentuk dan sumber data yang dimanfaatkan dalam Penelitian Tindakan Kelas, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Wawancara Wawancara digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru terhadap
proses
pembelajaran
dengan
menggunakan
media
pembelajaran benda konkret. b. Observasi Dalam penelitian ini, observasi digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi. c. Tes Tertulis Tes tertulis digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa. Bentuk tes yang digunakan adalah isian sebanyak 10 butir soal setiap siklus. 3. Teknik Analisis Data Dalam penelitian tindakan kelas ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif. Data yang dianalisis berupa rata-rata dan prosentase hasil belajar siswa. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. 4. Indikator Kinerja Untuk mengetahui keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas ini, penulis menetapkan indikator kinerja: a. Rata-rata nilai tes hasil belajar siswa kemampuan membandingkan bilangan cacah di atas nilai KKM, yaitu 65. b. Siswa yang mendapat nilai di atas KKM minimal sebanyak 70%.
xxix
5. Prosedur Penelitian Prosedur/langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari siklus-siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai seperti yang telah didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini setiap siklus meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. a. Siklus I 1) Perencanaan Tindakan a. Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menggunakan media pembelajaran benda konkret. b. Menyediakan media pembelajaran benda konkret: buahbuahan, kelereng, batu, dan sapu lidi. c. Membuat instrumen observasi. d. Membuat lembar evaluasi pembelajaran. 2) Pelaksanaan Tindakan a) Guru
menerapkan
rencana
pembelajaran
dengan
menggunakan media pembelajaran benda konkret pada konsep membandingkan bilangan. b) Siswa belajar Matematika pada konsep membandingkan bilangan dengan menggunakan media pembelajaran benda konkret. 3) Observasi Pelaksanaan observasi dilakukan oleh guru kelas II (peneliti) bersama supervisor. Tugas supervisor adalah mengamati kegiatan
guru
dan
siswa
selama
proses
pembelajaran
berlangsung. 4) Refleksi Guru (peneliti) mengadakan evaluasi dan refleksi dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan observasi yang dikolaborasikan dengan Supervisor Penelitian. Hasil evaluasi dan refleksi siklus I
xxx
digunakan sebagai acuan dalam menyusun perencanaan pada siklus II. b. Siklus II 1) Perencanaan Tindakan Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, guru (peneliti) mengadakan perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terutama pada penggunaan media pembelajaran benda konkret. 2) Pelaksanaan Tindakan a) Guru
menerapkan
rencana
pembelajaran
dengan
menggunakan media pembelajaran benda konkret pada konsep membandingkan bilangan, lebih ditingkatkan lagi. b) Siswa belajar Matematika pada konsep membandingkan bilangan dengan menggunakan media pembelajaran benda konkret. 3) Observasi Pelaksanaan observasi hampir sama dengan siklus I, yaitu guru kelas II (peneliti) bersama supervisor mengamati kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 4) Evaluasi dan Releksi Mengadakan evaluasi dan refleksi dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan observasi yang dikolaborasikan dengan Supervisor Penelitian. Jika hasil evaluasi dan refleksi siklus II belum memenuhi indikator kinerja penelitian maka dapat dilanjutkan ke siklus III, namun jika sudah memenuhi indikator kinerja penelitian maka dapat diakhiri pada siklus II.
xxxi
Berdasarkan prosedur penelitian tersebut di atas, Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilaksanakan dapat digambarkan seperti bagan di bawah ini:
Gambar 2: Siklus I dan II
xxxii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Kondisi awal dalam penelitian ini dijumpai adanya permasalahan yaitu prestasi belajar Matematika siswa kelas II SDN Gondang 1 pada tahun pelajaran 2008/2009 belum memuaskan karena rata-rata hasil ulangan harian pada konsep membandingkan bilangan cacah adalah 63, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Matematika adalah 65. Di samping itu, mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang paling ditakuti oleh siswa dan termasuk dalam mata pelajaran Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN). Hal lain yang ditemukan dalam kondisi awal yaitu sebagian siswa beranggapan bahwa Matematika merupakan mata pelajaran yang tidak menarik, sulit, dan membosankan, proses pembelajaran Matematika kurang kondusif, guru masih sering mengalami kesulitan dalam menanamkan konsepkonsep
dasar
membandingkan
Matematika bilangan,
kepada guru
siswa,
belum
khususnya
mampu
pada
membuat
konsep
dan
atau
menggunakan alat peraga yang sesuai untuk membantu menanamkan konsepkonsep Matematika. Melihat kondisi seperti tersebut di atas guru mulai berfikir bagaimana agar
kondisi
tersebut
dapat
teratasi.
Guru
mulai
mengidentifikasi
permasalahan yang ada dalam proses pembelajaran. Guru mengadakan diskusi dengan teman sejawat serta Kepala Sekolah untuk memecahkan permasalahan tersebut. Akhirnya dapat ditemukan sebuah gagasan baru untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penggunaan media pembelajaran benda konkret dapat digunakan dalam pembelajaran Matematika pada konsep membandingkan bilangan.
xxxiii
1. Deskripsi Siklus I Pelaksanaan observasi dilakukan oleh guru kelas II (peneliti) bersama supervisor. Tugas supervisor adalah mengamati kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil pengamatan supervisor, pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada umumnya sudah baik karena guru sudah dapat mengaktifkan siswa. Siswa merasa senang dengan media pembelajaran benda konkret. Siswa dapat melihat, memegang, merasakan, dan menghitung benda-benda yang dibawa guru untuk media pembelajaran. Siswa sangat antusias mendengarkan dan mengamati penjelasan dari guru. Interaksi antara guru dan siswa terjalin dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan guru. Di samping itu, siswa juga aktif bertanya kepada guru tentang materi pembelajaran yang belum dipahami. Interaksi antarsiswa juga terjalin dengan baik. Ketua kelompok dapat membantu anggota kelompoknya yang belum memahami. Lembar Kerja Siswa dan Lembar Evaluasi sudah baik untuk digunakan sebagai alat pengukuran. Beberapa hal yang perlu tingkatkan lagi dalam kegiatan pembelajaran yaitu: pada kegiatan awal, guru masih terasa tegang dalam membuka pembelajaran,
bahasa yang digunakan guru masih bersifat
kedaerahan sehingga ada siswa yang kurang paham. Pada kegiatan inti, terutama pada saat diskusi kelompok guru belum menguasai pengelolaan kelas karena di bagian belakang ada beberapa siswa yang ramai sendiri. Guru hendaknya tidak terfokus pada salah satu kelompok. 2. Deskripsi Siklus II Berdasarkan hasil pengamatan supervisor, pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada umumnya sudah baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Di samping itu, sudah ada peningkatan jika dibandingkan dengan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I terutama pada pengelolaan kelas. Siswa lebih aktif, tampak senang, dan tidak merasa tertekan. Interaksi
xxxiv
antara guru dan siswa terjalin dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh guru. 3. Hasil Tes Tes dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan membandingkan bilangan cacah. Hasil ulangan harian siswa Sebelum Siklus I pada konsep membandingkan bilangan cacah tanpa adanya tindakan penggunaan media pembelajaran benda konkret rata-rata nilai siswa adalah 63,3. Nilai rata-rata tes akhir Siklus I adalah 75,4 dan nilai rata-rata pada tindakan Siklus II mengalami peningkatan menjadi 83,3. Hasil tes kemampuan siswa membandingkan bilangan cacah pada setiap siklus dapat dilihat pada lampiran tabel 7. B. Pembahasan 1. Pembahasan Data Siklus Untuk mengetahui keberhasilan dalam penelitian ini, perlu adanya perbandingan antara nilai hasil ulangan Sebelum Siklus I, Siklus I, dan Siklus II. Hasil ulangan harian siswa Sebelum Siklus I dapat dilihat pada lampiran tabel 4. Berdasarkan data pada lampiran tabel 4 dapat diketahui bahwa jumlah siswa ada 39 anak, jumlah nilai 2.470, rata-rata nilai siswa 63,3, nilai tertinggi 90, nilai dan terendah 30. Data nilai tersebut dapat dikelompok seperti tabel berikut: Tabel 1 Pengelompokan Nilai Sebelum Siklus I Kelompok
Nilai
Jumlah Siswa
Prosentase
A B C
85 – 100 65 – 84 < 65
1 17 21
2,56% 43,59% 53,85%
Jumlah
39
Setelah dikelompokkan berdasarkan nilainya diketahui bahwa: a. Kelompok A yang mendapat nilai 85 – 100 ada 1 anak, sudah tuntas. b. Kelompok B yang mendapat nilai 65 – 84 ada 17 anak, sudah tuntas. xxxv
c. Kelompok C yang mendapat nilai < 65 ada 21 anak, belum tuntas. Jumlah siswa yang mendapat nilai di atas 65 ada 18 anak. Jadi, anak yang sudah tuntas dalam pembelajaran hanya 18 anak (46,15%) sedangkan yang belum tuntas ada 21 anak (53,85%). Berdasarkan data tersebut di atas dapat dibuat diagram sebagai berikut:
Diagram 1 Pengelompokan Nilai Sebelum Siklus I 25
Banyak Anak
21 20
17
15 10 5
1 0 < 65
65 - 84
85 - 100
Nilai Ulangan
Identifikasi permasalahan yang dihadapi selama proses pembelajaran selama ini yaitu: a. Guru kesulitan menggunakan/membuat media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. b. Guru kesulitan melatih kemandirian belajar siswa. c. Guru kesulitan membuat lembar kerja siswa yang sesuai dengan karakteristik siswa kelas rendah. d. Guru kesulitan mengembangkan materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa kelas rendah. e. Guru kesulitan melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan siswa. f. Guru disibukkan dengan administrasi sekolah yang terlalu banyak.
xxxvi
Pada Siklus I diperoleh data kualitatif dan kuantitatif. Yang termasuk data kualitatif yaitu: Lembar Keaktifan Siswa dan Lembar Kinerja Guru (terlampir). Sedangkan data kuantitatif yaitu nilai hasil belajar siswa. Nilai hasil belajar siswa diperoleh melalui tes tertulis. Instrument tes yang digunakan berupa isian singkat. Data hasil belajar siswa dapat dilihat pada lampiran tabel 5. Berdasarkan data pada lampiran tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah siswa ada 39 anak, jumlah nilai 2.940, rata-rata nilai siswa 75,4, nilai tertinggi 100, nilai dan terendah 50. Data nilai tersebut dapat dikelompok seperti berikut: Tabel 2 Pengelompokan Nilai Siklus I Kelompok
Nilai
Jumlah Siswa
Prosentase
A B C
85 – 100 65 – 84 < 65
9 23 7
23,08% 58,97% 17,95%
Jumlah
39
Setelah dikelompokkan berdasarkan nilainya diketahui bahwa: a. Kelompok A yang mendapat nilai 85 – 100 ada 9 anak, sudah tuntas. b. Kelompok B yang mendapat nilai 65 – 84 ada 23 anak, sudah tuntas. c. Kelompok C yang mendapat nilai < 65 ada 7 anak, belum tuntas. Jumlah siswa yang mendapat nilai di atas 65 ada 32 anak. Jadi, anak yang sudah tuntas dalam pembelajaran hanya 32 anak (82,05%) sedangkan yang belum tuntas ada 7 anak (17,95%).
Berdasarkan tersebut di atas dapat dibuat diagram sebagai berikut:
Diagram 2 Pengelompokan Nilai Siklus I 23
ak Anak
25 20 15
xxxvii
Berdasarkan hasil pengamatan/observasi dan evaluasi pembelajaran Matematika untuk kompetensi dasar membandingkan bilangan sampai 500 pada Siklus I sudah ada peningkatan di beberapa hal, di antaranya: a. Siswa tidak takut lagi pada mata pelajaran Matematika. b. Siswa sudah aktif belajar di dalam kelas. c. Siswa tidak ada yang mengantuk saat dijelaskan pada konsep membandingkan bilangan sampai 500. d. Siswa tidak bosan lagi saat pembelajaran pada konsep membandingkan bilangan sampai 500. Identifikasi Kendala Dan Masalah yang Muncul Dalam Pelaksanaan Pembelajaran untuk Siklus 1 Kendala dan masalah
yang muncul dalam pelaksanaan
pembelajaran yaitu sebagai berikut: a. Guru kesulitan menyiapkan media pembelajaran khususnya buahbuahan karena pada waktu itu pedagang buahnya baru tutup yang ada hanya pedagang buah kecil-kecilan sehingga buah yang sesuai dengan perencanaan tidak ada. b. Siswa yang disuruh membawa batang lidi lupa membawa sehingga jumlahnya tidak memadai.
xxxviii
c. Pada awal pembelajaran guru (peneliti) merasa canggung karena pada saat mengajar ditunggui oleh kepala sekolah dan supervisor. Akhirnya siswa kurang tertarik pada pembelajaran Matematika. d. Pada saat diskusi kelompok, ada salah satu siswa yang minta ijin ingin buang air kecil sehingga teman yang lain ikut-ikutan. Akhirnya suasana kelas menjadi gaduh. e. Jumlah lembar evaluasi kurang 2 lembar sehingga ada yang tidak kebagian. Akhirnya diambilkan dari lembar evaluasi yang dibawa kepala sekolah dan supervisor. f. Siswa yang akan diambil gambarnya (difoto) tidak konsentrasi belajar. g. Di halaman sekolah ada anak-anak yang sedang berolahraga sehingga mengganggu konsentrasi belajar siswa.
Rancangan Strategi Penyelesaian Masalah Dalam Siklus 1: Untuk mengatasi kendala dan masalah yang muncul pada Siklus I yaitu sebagai berikut: a. Guru menyiapkan media pembelajaran khususnya buah-buahan membeli pada waktu sore hari. b. Guru tidak meminta bantuan siswa untuk membawa media pembelajaran, khususnya batang lidi dibuat sendiri di rumah. c. Guru harus menyiapkan diri baik fisik maupun mental, tidak perlu ada perasaan canggung mengajar ditunggui oleh kepala sekolah dan supervisor. Untuk menarik perhatian siswa, guru dapat mengajak siswa menyanyikan sebuah lagu. d. Pada saat pembelajaran hendaknya siswa dibiasakan untuk tidak pergi ke WC dan disarankan ke WCnya pada waktu istirahat saja. e. Penyediaan lembar evaluasi hendaknya dihitung lagi setelah dari tempat fotokopi sehingga jumlahnya sesuai dengan banyak siswa. f. Pengambilan gambar (foto) sebaiknya diusahakan siswa tidak mengetahuinya.
xxxix
g. Olahraga yang berada di halaman sekolah sebaiknya dihindari atau mencari tempat olahraga di lapangan sehingga tidak mengganggu siswa yang belajar di dalam kelas.
Berdasarkan data pada lampiran tabel 6 dapat diketahui bahwa jumlah siswa ada 39 anak, jumlah nilai 3.250, rata-rata nilai siswa 83,3, nilai tertinggi 100, nilai dan terendah 50. Data nilai tersebut dapat dikelompok seperti berikut: Tabel 3 Pengelompokan Nilai Siklus II Kelompok
Nilai
Jumlah Siswa
Prosentase
A B C
85 – 100 65 – 84 < 65
19 17 3
48,72% 43,59% 7,69%
Jumlah
39
Setelah dikelompokkan berdasarkan nilainya diketahui bahwa: a. Kelompok A yang mendapat nilai 85 – 100 ada 19 anak, sudah tuntas. b. Kelompok B yang mendapat nilai 65 – 84 ada 17 anak, sudah tuntas. c. Kelompok C yang mendapat nilai < 65 ada 3 anak, belum tuntas. Jumlah siswa yang mendapat nilai di atas 65 ada 36 anak. Jadi, anak yang sudah tuntas dalam pembelajaran ada 36 anak (92,31%) sedangkan yang belum tuntas ada 3 anak (7,69%).
Berdasarkan data tersebut di atas dapat dibuat diagram sebagai berikut:
Diagram 3 Pengelompokan Nilai Siklus II xl
Anak
20 15
17
19
Berdasarkan hasil pengamatan/observasi dan evaluasi pembelajaran Matematika untuk kompetensi dasar membandingkan bilangan sampai 500 pada Siklus II sudah ada peningkatan di beberapa hal, di antaranya: a. Siswa lebih menyukai mata pelajaran Matematika. b. Siswa lebih aktif belajar di dalam kelas. c. Pelaksanaan pembelajaran lebih kondusif. d. Hampir semua siswa sudah tuntas dalam belajar kecuali 3 anak, yaitu : Hafid Danu Setiawan, Diky Anggar W, dan Marsela Tiarawati. Identifikasi Kendala Dan Masalah yang Muncul Dalam Pelaksanaan Pembelajaran untuk Siklus II Kendala dan masalah
yang muncul dalam pelaksanaan
pembelajaran yaitu sebagai berikut: a. Karena mati lampu (kipas angin tidak menyala), udara di kelas menjadi panas. b. Media pembelajaran khususnya buah-buahan jadi rebutan siswa sehingga suasana kelas agak gaduh. c. Siswa yang lebih dulu selesai mengerjakan tugas ramai sendiri dan mengganggu temannya yang belum selesai mengerjakan tugas. d. Ada 2 (dua) orang siswa yang tidak dapat membaca dan 1 (satu) orang siswa dalam mengerjakan soal sangat lambat.
xli
Rancangan Strategi Penyelesaian Masalah Dalam Siklus II: Untuk mengatasi kendala dan masalah yang muncul pada Siklus II yaitu sebagai berikut: a. Fentilasi udara (pintu dan jendela) perlu dibuka namun resikonya konsentrasi siswa dapat terganggu karena orang dapat melihat orang berlalu lalang di jalan atau pasar. b. Sebelum akhir pembelajaran sebaiknya media pembelajaran (buahbuahan) dikumpulkan dahulu baru dibagikan kepada siswa. Untuk memotivasi belajar siswa yang mendapat nilai 100 diberi lebih banyak. c. Guru juga perlu memperhatikan siswa yang pandai tidak hanya memperhatikan yang kurang pandai saja. Oleh karena itu, bagi siswa yang telah selesai mengerjakan tugas duluan dapat diberi tugas tambahan. d. Anak yang lambat belajar perlu diberikan bimbingan khusus di luar jam pelajaran terutama 2 (dua) orang siswa yang belum dapat membaca tersebut. Berdasarkan data pada lampiran tabel 7 yaitu perbandingan nilai ulangan sebelum siklus I, siklus I, dan siklus II dapat dibuat diagram sebagai berikut:
Banyak Anak
Diagram 4 Perbandingan Nilai Sebelum Siklus I, Siklus I, dan Siklus II 25 20
Sb. Siklus I
15
Siklus I
10
Siklus II
5 0 < 65
65 - 84
85 - 100
Nilai Ulangan
Berdasarkan diagram tersebut di atas dapat diketahui rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 19,12% (dari 63,3
xlii
menjadi 75,4) dan jumlah siswa yang sudah tuntas ada 32 anak (82,05%), dan yang belum tuntas ada 7 anak (17,95%) sedangkan pada siklus II ratarata hasil belajar siswa terjadi peningkatan sebesar 10,48% (dari 75,4 menjadi 83,3) dan jumlah siswa yang sudah tuntas ada 36 anak (92,31%) sedangkan yang belum tuntas ada 3 anak (7,69%). 2. Pengujian Hipotesis Penelitian ini dikatakan berhasil apabila rata-rata nilai tes hasil belajar siswa kemampuan membandingkan bilangan cacah di atas nilai KKM, yaitu 65 dan siswa yang mendapat nilai di atas KKM minimal sebanyak 70%. Pada akhir Siklus II diperoleh data: rata-rata hasil belajar siswa 83,3 dan jumlah siswa yang sudah tuntas ada 36 anak (92,31%), dan yang belum tuntas ada 3 anak (7,69%). Jadi, berdasarkan data pada siklus II Penelitian Tindakan Kelas ini dinyatakan berhasil dan tidak perlu dilanjutkan pada siklus III.
xliii
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mulai dari Sebelum Siklus I sampai dengan Siklus II dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan media pembelajaran benda konkret dapat meningkatkan kemampuan membandingkan bilangan cacah pada mata pelajaran Matematika. Pada akhir Siklus II terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar siswa yaitu: hasil sebelum perbaikan siswa yang sudah tuntas dalam pembelajaran hanya 18 anak (46,15%) sedangkan yang belum tuntas ada 21 anak (53,85%), siklus I terjadi peningkatan siswa yang sudah tuntas dalam pembelajaran 32 anak (82,05%) sedangkan yang belum tuntas ada 7 anak (17,95%), siklus II ratarata hasil belajar siswa terjadi peningkatan sebesar 10,48% (dari 75,4 menjadi 83,3). jumlah siswa yang sudah tuntas ada 36 anak (92,31%) dan yang belum tuntas ada 3 anak (7,69%). Penggunaan media pembelajaran benda konkret dapat meningkatkan motivasi belajar siswa karena dengan media pembelajaran benda konkret siswa dapat melihat benda secara langsung. Di samping itu, penggunaan media pembelajaran benda konkret mengurangi verbalisme dalam pembelajaran sehingga pembelajaran berlangsung lebih menarik, menyenangkan, dan tidak membosankan. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dapat diimplikasikan bahwa ”Media Pembelajaran Benda Konkret” dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan membandingkan bilangan cacah pada mata pelajaran Matematika Siswa Kelas II SDN Gondang 1. Oleh karena itu, saran-saran yang perlu penulis sampaikan sehubungan dengan penelitian ini yaitu:
1.
Bagi Guru a. Guru hendaknya dalam melaksanakan pembelajaran membandingkan bilangan cacah menggunakan media pembelajaran benda konkret. b. Guru hendaknya lebih kreatif dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran.
2.
Bagi Siswa
xliv
a. Siswa tidak perlu takut dalam belajar Matematika karena mata pelajaran Matematika lebih mudah dipelajari. b. Gunakanlah alat bantu yang menurut Kalian akan mempermudah dalam memahami konsep matematika serta jangan ragu-ragu untuk melakukan inovasi dan mengembangkan kreativitas. 3.
Bagi Sekolah a. Sekolah hendaknya selalu memberi dukungan kepada guru dalam melaksanakan inovasi pembelajaran, serta dapat memfasilitasi segala kebutuhan yang diperlukan guru guna memperlancar proses pembelajaran dengan menggunakan ”Media Pembelajaran Benda Konkret”. b. Sekolah perlu memberi kesempatan kepada guru untuk senantiasa meningkatkan kemampuan, mengembangkan profesinya baik melalui pelatihan, penataran, ataupun mengikuti kegiatan KKG.
xlv
DAFTAR PUSTAKA M. Djauhar Siddiq, dkk. 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas. Mark K. Smith, dkk. 2009. Teori Pembelajaran & Pengajaran. Yogyakarta: Mirza Media Pustaka. Nabisi Lapono, dkk. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas. Nana Sudjana. 1987. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Siti Hawa. 2008. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas. Yudhi Munadi. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta. Gaung Persada Press.
xlvi