LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Penerapan cooperative learning dengan model jigsaw guna meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD Negeri 2 Guli Nogosari Boyolali tahun pelajaran 2009/2010
Oleh : Sri Hartati NIM : X.8906524
PROGRAM PJJ S1 –PGSD JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Desember, 2009
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menyatakan
bahwa Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang dmeokratis serta bertanggung jawab. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional tersebut maka pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD Negeri 2 Guli mempunyai tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk : 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan, 2) Memiliki kemampuan dasar unutk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global, hal ini tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SDN 2 Guli,
(2008 : 95).
Dalam mewujudkan tujuan pembelajarn IPS tersebut peneliti menghadapi satu masalah pembelajaran pada siswa kelas V SD Negeri 2 Guli, Nogosari. Kajian materi yang cukup luas meliputi aspek-aspek manusia, tempat, lingkungan, waktu, keberlanjutan, perubahan, sistem sosial, budaya, perilaku ekonomi dan kesejahteraan sering membuat siswa mengalami kesulitan, hal ini tercermin dari penguasaan yang diperoleh atau hasil belajar siswa kurang memuaskan. Nilai rata-rata-rata ulangan harian khususnya Kompetensi Dasar 1.5 Mengenal Jenis-
jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia, materi pokok jenis-jenis usaha dalam kegiatan
ekonomi di Indonesia belum mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yaitu ditetapkan 60, nilai yang dicapai rata-rata 53 padahal peneliti sudah merasa membelajarkan siswa dengan baik. Setelah peneliti cermati ternyata siswa masih cenderung pasif, duduk, dengar, dan catat. Siswa hanya menjadi objek pembelajran, teacher centered, pelajaran IPS bersifat hafalan semata, dan kurang bergairah dalam mempelajarinya, pola interaksi searah dalam mempelajarinya, dari guru ke siswa, serta tujuan dan peran kritis / misi IPS untuk mempersiapkan warga negara yang baik dan mampu bermasyarakat sulit dicapai karena metode pembelajaran yang digunakan dominan ceramah. Sehubungan dengan permasalahan di atas guru seharusnya dapat menumbuhkan semangat belajar siswa agar terjadinya komunikasi yang intensif antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, siswa dengan media dan sumber belajar sehingga akan meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Proses pembelajaran dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta perpaduan input sekolah yang berupa guru, siswa kurikulum, sarana, dan prasarana dapat dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran
yang
menyenangkan
(Enjoyabel
Learning),
benar-benar
memberdayakan peserta didik dan mampu memotivasi siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Upaya untuk peningkatan kualitas proses pembelajaran pendidikan IPS merupakan suatu kebutuhan yang mendesak untuk dilakukan. Untuk mendesain kegiatan pembelajaran yang dapat merangsang hasil belajar optimal dalam setiap materi pelajaran memerlukan pemilihan, model pembelajaran yang tepat dan pengorganisasian materi yang tepat pula. Pembelajaran yang peneliti pilih adalah model cooperatif learning model Jigsaw yang didalamnya ada variasi metode pembelajaran antra lain : Tanya jawab, diskusi, penugasan, ceramah, dan pengamatan.
Cooperative Learning berangkat dari asumsi mendasar dalam kehidupan masyarakat yaitu “geeting better together” atau raihlah yang lebih baik secara besama-sama. Cooperative Learning mengandung pengertian bekerja bersamasama dalam mencapai tujuan bersama. hal ini dinyatakan oleh Etin Solihatin dan Raharjo. (2007 : 5). Pembelajaran kooperatif bukan merupakan hal baru dalam pendidikan. Banyak
pembelajaran kooperatif yang telah dikembangkan oleh para pakar.
Sebagai contoh adalah Problem Based Introduction : PBI, Jigsaw (Model Tim Ahli), GI (Group Investigation), Student Teams-Achievement Divissions (STAD), Tim Siswa – Kelompok Prestasi dan lain-lain. Pembelajaran yang mendorong siswa aktif dalam proses pembelajaran berdasarkan prinsip saling ketergantungan adalah model Jigsaw. Model Jigsaw dikembangkan untuk memberikan satu cara untuk membuat kelas sebagai suatu komunitas belajar yang saling menghargai kemampuan masing-masing siswa. Sejalan dengan itu model Jigsaw di sekolah dasar kiranya merupakan alternatif untuk mengetahui kebutuhan siswa, sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan, penalaran, dan keterampilannya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Selain itu berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti sendiri selama ini proses pembelajaran IPS di sekolah dasar belum menggunakan model Jigsaw. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu usaha kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang dipelajari. Hasil belajar dalam proses belajar dan pembelajaran dapat dipandang sebagai barometer keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran tertentu maupun sebagai ukuran keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran hasil belajar meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut
Gagne (2002 : 45-46) dalam buku Nana
Sudjana menyebutkan hasil belajar terdiri dari : 1) Informasi verbal; 2) Keterampilan intelektual; 3) Strategi Kognitif; 4) Keterampilan motorik; 5) Sikap.
Pencapaian kompetensi belajar mata pelajran IPS yang masih rendah salah satu penyebabnya adalah Model yang dipilih oleh guru dalam proses pembelajaran belum tepat. Dalam proses pembelajaran belum diupayakan untuk melakukan kegiatan belajar yang bermakna melalui diskusi, bekerja kelompok, dan memecahkan masalah serta menyimpulkannya. Berdasarkan fenomena tersebut
maka peneliti termotivasi untuk
mengangkat problematika di atas sebagai penelitian dengan judul “ Penerapan Cooperative Learning dengan Model Jigsaw Guna Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas V di Sekolah Dasar Negeri 2 Guli, Nogosari, Boyolali.
B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya 1. Rumusan Masalah Dari pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Apakah dengan Penerapan Cooperative Learning dengan Model Jigsaw dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas V di Sekolah Dasar Negeri 2 Guli Tahun Pelajaran 2009/2010 ? 2. Pemecahan Masalah Menyiapkan sumber belajar, media belajar, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), melaksanakan, mengevaluasi, merefleksi pembelajaran Cooperative Learning Model Jigsaw.
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar IPS melalui penerapan Cooperative Learning dengan model Jigsaw pada siswa kelas V SD Negeri 2 Guli tahun pelajaran 2009/2010.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Untuk menambah dan memperluas cakrawala pengetahuan. b. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya khususnya dalam mendesain model pembelajaran IPS di sekolah dasar 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa dapat mendorong untuk aktif mengembangkan kemampuan dan keterampilan sehingga terjadi interaksi siswa-siswa, siswa – guru, siswa – media , dan sumber belajar guna meningkatkan hasil belajar. b. Bagi guru sebagai bahan kajian dan acuan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan kondisi siswa serta menambah kreatifitas dalam menentukan Model pembelajaran. c. Bagi sekolah, sebagai masukan dan dapat dikembangkan dalam pembelajaran pada mata pelajaran yang lain, sebagai acuan dalam peningkatan dan perbaikan pembelajaran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori. 1. Pembelajaran Menurut Sadiman 1988 dalam Depdiknas (2003 : 8) menjelaskan bahwa : Pembelajaran merupakan padanan kata dari istilah instruction, yang artinya lebih luas dari pengajaran atau proses penyampaian materi pelajaran kepada siswa di sekolah. Sejalan dengan itu Asra Dewi Cepi (2007 : 55) dalam bukunya yang berjudul Computer dan Media Pembelajaran di SD menyatakan bahwa pembelajaran diartikan sebagai suatu kondisi yang diciptakan untuk membuat seseorang melakukan suatu kegiatan bekerja. Pembelajaran adalah suatu sistem atau proses membelajarkan subyek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik/pembelajar dapat mencapai signa-signa pembelajaran secara efektif dan efisien. Selanjutnya Dimyati (1999 : 297), Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dengan demikian dapat disimpulan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru dan siswa yang telah direncanakan atau di desain agar dilaksanakan dan di evaluasi agar guru siswa dapat mencapai tujuan dengan maksimal. 2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Etin Solihatin dan Raharjo (2007 : 4-5) dalam bukunya yang berjudul Cooperative Learning mengutip dua pendapat ahli tentang Cooperative Learning yaitu : Menurut Slavin (1984) Cooperatif Learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaraboratif yang anggotannya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen
dan Stahl (1994) bahwa model
Cooperative Learning menampilkan siswa dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar. Sependapat dengan itu menurut Slavin dalam bukunya Dimyati (1990 : 234) dikatakan bahwa Cooperative Learning mempunyai tiga karakteristik yaitu : 1) Siswa bekerja dalam tim-tim kecil; 2) Siswa didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan yang bersifat akademik atau dalam melakukan tugas kelompok, dan 3) Siswa diberi imbalan atau hadiah atas dasar prestasi. Berkaitan dengan pendapat di atas Etin Solihatin dan Raharjo (2007 : 5) dalam bukunya Cooperative Learning mengatakan bahwa model Cooperative Learning merupakan miniature masyarakat yang diterapkan dalam kehidupan di kelas yang akan melatih siswa untuk mengembangkan dan melatih mereka menjadi masyarakat yang baik. Sejalan dengan itu pendapat Johnson (1994) dalam bukunya An Overview of
Cooperative
Learning
(http://www.coperation.org/pages/
overviewpaper.html.(28 Juni 2009) menyatakan baha pembelajaran kooperatif adalah bentuk kerja kelompok yang menuntut kerja tiap anggota kelompok untuk keberhasilan bersama. Kemudian Depdinas (2005) dalam bukunya menciptakan masyarakat Peduli Pendidikan Anak Program Manajemen Berbasis Sekolah menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu bentuk kerja kelompok dimana semua anggota kelompok bekerja untuk mencapai tujuan bersama, tiap anggota bertanggung jawab atas bagian dari tugas kelompok, tugas kelompok menuntut keberhasilan
masing-masing
anggota,
baik
kelompok
maupun
individu
bertanggung jawab atas penyelesaian tugas kelompok. Dari pandangan ahli-ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembeajaran kooperatif adalah suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang
terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. 3. Model Pembelajaran Model dapat diartikan sebagai suatu bentuk tiruan (replika) dari benda yang sesungguhnya, model ditarsirkan sebagai suatu contoh konseptual atau prosedural dari suatu program, sistem, atau proses yang dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam rangka memecahkan suatu masalah atau mencapai suatu tujuan, sebagai contoh model persiapan mengajar atau model pembelajaran, Depdiknas (2003 : 10-11) dalam model pembelajaran Bahasa Indonesia. Berkaitan dengan itu Soli Abimanyu (2008: 2-4) dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran menyatakan bahwa model adalah rancangan kerangka konseptual dan pengoperasionalan dari suatu pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran. Dari pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual atau prosedural dari suatu proses, dalam proses tersebut di dalamnya terdapat komponen pengoperasionalan pendekatan, strategi, dan metode antara lain kegiatan guru dapat membuat siswa aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar agar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien. 4. Metode dan Model Jigsaw Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1980) metode mengandung arti cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan), cara kerja konsisten untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Sejalan dengan pengertian tersebut, maka Jani (1992) mengartikan metode sebagai cara kerja yang bersifat relative umum yang sesuai untuk mencapai tujuan
tertentu atau cara/jalan menyajikan/melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Kemudian Udin S.W (1976 : 4.12) dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar menyatakan bahwa metode mengajar adalah merupakan cara yang digunakan guru dalam membelajarkan siswa agar terjadi interaksi dalam proses pembelajaran. Dari pendapat para ahli-ahli di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang disusun secara sistimatis yang dapat digunakan atau dipilih oleh guru/dosen untuk menyajikan materi pelajaran dan mengatur keefektifan siswa/mahasiswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ketepatan metode pembelajaran yang dipilih memainkan peranan penting dan utama dalam meningkatkan kompetensi belajar siswa. Dalam pembelajaran tidak satu metode yang paling baik, hendaknya variasi maka pada penelitian ini peneliti memilih model Jigsaw yang ada didalamnya antara lain metode
ceramah, diskusi, tanya jawab, pemberian tugas, dan
pengamatan. Model Jigsaw pada hakekatnya melibatkan tugas yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung satu sama lainnya dalam menyelesaikan tugastugas tersebut. Siswa mempunyai persepsi yang sama bahwa mereka memiliki tujuan yang sama, mempunyai tanggung jawab dalam materi yang dihadapi, saling membagi tugas dan tanggung jawab yang sama besarnya dalam kelompok, belajar kepemimpinan sementara, mereka mempertanggungjawabkan secara individu materi yang dibahas dalam kelompok. Model Jigsaw merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif dengan kelompok kecil antara 4-5 orang. Jigsaw berarti tergolong. Jadi pembelajaran untuk kelompok secara sebagian namun pada akhirnya merupakan satu kesatuan.
Model Jigsaw ini digunakan pertama kali oleh Aronson pada tahun 1971 Aronson (2000 : 443) (Histori of the Jigsaw.www.jigsaw.org.(28 Juli 2009). Model ini digunakan untuk mengatasi masalah keragaman yang terdapat di sekolah Austin, Texas. Keadaan yang digambarkan Aronson sebagai akibat kekacauan karena kecurigaan dan persaingan antara siswa yang berbeda ras. Keadaan tersebut didukung oleh sistem pembelajaran saat itu yang lebih menekankan sikap kompetitif antar siswa, Aronson mengembangkan Jigsaw untuk mengatasi masalah tersebut. 5. Hakikat IPS IPS merupakan fusi dari berbagai disiplin ilmu kurikulum IPS tahun 1994 dan Hamid Hasan (1990). Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek ”Pendidikan” daripada ”transfer konsep”, karena dalam pembelajaran pendidikan IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, moral, nilai, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya.
Dengan
demikian pembelajaran pendidikan IPS harus
diformulasikan pada aspek kependidikannya, hal ini dinyatakan oleh Mortorella (1987) dalam bukunya Etin Solihatin (2007:14). Salah satu tugas sekolah adalah memberi pembelajaran kepada siswa. Siswa hendaknya memperoleh kecakapan pengetahuan dari sekolah dan dapat mengembangkan potensi diri. Proses pembelajaran di sekolah di rancang dalam model pembelajaran dengan menggunakan cara-cara atau, metode tertentu, B. Suryo Subroto (1997 : 148). Materi pelajaran IPS di sekolah dasar mempunyai fungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia Puslitbang Depdiknas (2003 : 2). Fungsi utama pembelajaran IPS untuk mewujudkan pengalaman sosial kepada
para siswa, pengalaman dari rumah maupun dari lingkungannya Etin Solihatn (2009 : 46) maka guru dituntut untuk memiliki pemahaman yang holistik dalam upaya mewujudkannya. Tujuan pembelajaran IPS agar peserta didik memiliki kemampuan
untuk :
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan; 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahun, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global (Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan SD (2006 : 95). Tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat, mengembangkan kemampuan peserta didik menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapi Gross (1978) Etin Solihatin (2007: 14).
6. Ranah dan Hasil Belajar IPS Hasil belajar / kompetensi belajar merupakan hasil dari suatu usaha kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang dipelajari. Penentuan indikator dalam pembelajaran IPS mengacu pada hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Dalam pencapaian hasil belajar peran guru dituntut untuk memadukan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara proporsional hasil belajar tersebut adalah : 1) Informasi verbal; 2) Keterampilan intelektual; 3) Strategi kognitif; 4) Keterampilan motorik; 5) Sikap. Gagne dalam bukunya Nana Sudjana (2002 : 45-46).
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikulum maupun tujuan instruksional merupakan klasifikasi hasil belajar siswa, Benyamin Islam (Nana Sudjana 2002 : 22) tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif adalah hasil belajar intelektual yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis dan evaluasi. Ranah afektif hubungannya dengan sikap yakni penerimaan jawaban/reaksi penilaian, organisasi, dan ranah psikomotor hubungan dengan hasil belajar latihan dan kemampuan bertindak yakni : 1) gerakan reflek; 2) keterampilan gerakan dasar; 3) kemampuan perseptual; 4) keharmonisan/keteepatan; 5) gerakan keterampilan; 6) gerakan ekspresif dan interpretatif. Penilaian IPS dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti tes lisan, tes tertulis, tes perbuatan, skala sikap, portofolio, hasil proyek. Hasil penilaian dapat diwujudkan dalam bentuk nilai dengan ukuran kuantitatif ataupun bentuk komentar deskriptif kualitatif (Depdiknas 2004 : 7). Dalam penelitian ini Kompetensi Dasar 1.5 Mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di indonesia. Indikator yang hendak dicapai : 1) Siswa dapat menyebutkan 4 jenis usaha ekonomi di Indonesia; 2) Siswa dapat menjelaskan pengertian jenis-jenis usaha dalam kegiatan ekonomi di Indonesia; 3) Siswa dapat memberi contoh hasil jenis-jenis usaha dalam kegiatan ekonomi; 4) Siswa dapat menjelaskan tujuan melakukan usaha kegiatan ekonomi; 5) Siswa dapat menjelaskan keuntungan melakukan usaha kegiatan ekonomi; 6) Siswa dapat menjelaskan kerugian jika masyarakat tidak melakukan usaha kegiatan ekonomi; 7) Siswa dapat memilih jenis usaha dalam bentuk cita-cita untuk usaha kegiatan ekonomi di masa datang. Berdasarkan uraian diatas maka dapat diperoleh pengertian bahwa hasil belajar IPS adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa selama proses dan akhir pembelajaran, wujudnya kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor, derajat
kemampuan yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar IPS.
B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian Dra. Etin Solihatin, M.Pd, dkk (2001) yang dilakukan pada mahasiswa Penyetaraan D-3 Tahap II untuk mata kuliah IPS di Universitas Negeri Jakarta, menemukan bahwa penggunaan cooperative learning sangat mendorong peningkatan prestasi mahasiswa 20%, dan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk belajar mandiri.
C. Kerangka Berpikir Berdasarkan uraian kajian pustaka kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut :
KONDISI AWAL
Guru :
Siswa :
Belum menerapkan Cooperative Learning dengan model Jigsaw
Hasil belajar IPS rendah
Siklus I
MENERAPKAN COOPERATIVE LEARNING DENGAN MODEL JIGSAW
Coopertive Learning dengan Model Jigsaw dilengkapi dengan alat
TINDAKAN
Siklus II Coopertive Learning dengan Model Jigsaw dilengkapi dengan alat peraga yang lebih menarik dan pelaksanaan bervariasi
HASIL BELAJAR IPS KONDISI AKHIR
MENINGKAT
Selama ini pembelajaran IPS dianggap mudah namun sebagian besar hasil belajar siswa cenderung rendah, maka untuk meningkatkan hasil belajar tersebut khususnya konsep usaha ekonomi di Indonesia KD 1.5 Mengenal jenis-jenis usaha dalam kegiatan ekonomi di Indonesia, materi pokok jenis-jenis usaha dalam kegiatan ekonomi, peneliti menerapkan
pembelajaran Cooperative Learning
Model Jigsaw seabgai tindakan mengatasinya. D. Hipotesis Tindakan Penerapan Model
Pembelajaran Cooperative Learning dengan Model
Jigsaw dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas V di Sekolah Dasar Negeri 2 Guli Nogosari tahun pelajaran 2009/2010.
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 2 Guli, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada semester ganjil, tahun pelajaran 2009/2010 atau selama 6 bulan yaitu mulai bulan Juli – Desember 2009.
B. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Guli Nogosari Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa 25 anak yang terdiri 14 anak laki-laki dan 11 anak perempuan.
C. Prosedur Penelitian 1. Rancangan Siklus I a. Tahap Perencanaan Kegiatan yang dilakukan adalah menyiapkan perangkat pembelajaran yaitu : 1) Menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2) Merancang skenario pembelajaran yakni dengan langkah-langkah : (1) Siswa dikelompokkan masing-masing anggotanya 4-5 orang, (2) Tiap siswa dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, (3) Tiap siswa dalam tim membaca bagian materi yang ditugaskan, (4) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka, (5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh, (6) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi, (7) Guru memberi evaluasi, (8) Penutup. 3) Menyiapkan media pembelajaran yang akan dipergunakan 4) Menyusun instrumen observasi, evaluasi, dan refleksi. b. Tahap Pelaksanaan Dilakukan dengan mengadakan pembelajaran untuk Kompetensi Dasar 1.5 Mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia sesuai dengan skenario pembelajaran dalam RPP, kegiatan yang dilaksanakan : (1) Siswa dikelompokkan masing-masing anggotanya 4 orang, (2) Tiap siswa dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, (3) Tiap siswa dalam tim membaca bagian materi yang ditugaskan, (4) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka, (5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguhsungguh, (6) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi, (7) Guru memberi evaluasi, (8) Penutup. Kolaborator melaksanakan observasi terhadap pembelajaran dan wawancara kepada beberapa siswa setelah pembelajaran berakhir. c. Tahap Observasi Dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas siswa dan guru), sesuai dengan pedoman yang telah disiapkan. Peneliti juga
melakukan wawancara dengan para siswa mengenai hal-hal yang perlu ditanyakan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap. d. Tahap Analisis dan Refleksi, Dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa, hasil observasi, serta hasil wawancara. Kemudian menarik simpulan bagian fase mana yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan bagian fase mana yang telah memenuhi target.
2. Rancangan Siklus II Pada siklus kedua dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus pertama a. Tahap Perencanaan dikaitkan hasil yang telah dicapai pada tindakan siklus I sebagai perbaikan atau penyempurnaan tindakan dengan : 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2) Merancang skenario pembelajaran yakni dengan langkah-langkah : (1) Siswa dikelompokkan masing-masing anggotanya 4-5 orang, (2) Tiap siswa dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, (3) Tiap siswa dalam tim membaca bagian materi yang ditugaskan, (4) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka, (5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh, (6) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi, (7) Guru memberi evaluasi, (8) Guru melakukan validasi/kebenaran kerja kelompok, (9) Guru bersama murid menarik simpulan, (10) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapat nilai bagus, (11) Penutup.
3) Menyiapkan media pembelajaran yang akan dipergunakan dengan lebih lengkap. 4) Menyusun instrumen observasi, evaluasi, dan refleksi. b. Tahap Pelaksanaan Dilakukan dengan mengadakan pembelajaran untuk Kompetensi Dasar 1.5 Mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia sesuai dengan skenario pembelajaran dalam RPP, kegiatan yang dilaksanakan : (1) Siswa dikelompokkan masing-masing anggotanya 4-5 orang, (2) Tiap siswa dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, (3) Tiap siswa dalam tim membaca bagian materi yang ditugaskan, (4) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka, (5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguhsungguh, (6) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi, (7) Guru memberi evaluasi, (8) Penutup, (8) Guru melakukan validasi/kebenaran kerja kelompok, (9) Guru bersama murid menarik simpulan, (10) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapat nilai bagus, (11) Penutup. Kegiatan nomer 8 – 10 adalah variasi dari peneliti dengan tujuan agar hasil belajar meningkat. Kolaborator melaksanakan observasi terhadap pembelajaran dan wawancara kepada beberapa siswa setelah pembelajaran berakhir. c. Tahap obervasi Dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas siswa dan guru), sesuai dengan pedoman yang telah disiapkan. Peneliti juga melakukan wawancara dengan para siswa mengenai hal-hal yang perlu ditanyakan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.
d. Tahap analisis dan refleksi Dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa, hasil observasi, serta hasil wawancara. Apabila hasil belajar
memenuhi
indikator pencapaian keberhasilan, dan semua siswa telah memenuhi Kriterian Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan maka pembelajaran siklus II dihentikan.
Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
D. Indikator a. 75% siswa dapat menunjukkan keaktifan berpikir dengan sungguh-sungguh dalam proses pembelajaran IPS. b. 75%
siswa
dapat
menemukan
pemecahan
masalah
suatu
konsep
pembelajaran dan dapat memcahkan masalah yang siswa hadapi. c. 75% siswa dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Miniman (KKM) yang telah ditentukan yaitu 60. d. Nilai rata-rata kelas mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 60.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Kondisi Awal. Sebelum penelitian dilakukan proses pembelajaran yang dilaksanakan selama masih konvensional belum melaksanakan pembelajaran yang inovatif. Metode yang digunakan masih dominant ceramah belum menggunkan metode yang dapat mengaktifkan siswa dan dapat bekerjasama dengan teman serta model pembelajaran juga masih sangat kurang efektif. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered) pola interaksi searah dari guru kepada siswa, siswa cenderung pasif, hanya duduk, dengar dan mencatat. Pembelajaran IPS masih bersifat hafalan semata dan siswa kurang bergairah khususnya untuk Kompetensi Dasar 1.5. Mengenal jeni-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia, materi pokok jenis-jenis usaha dalam kegiatan ekonomi di Indonesia belum mencapai criteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu ditetapkan 60. Nilai rata-rata yang dicapai dari 25 siswa adalah 53,00 ada 1 siswa yang mendapat nilai 70, 7 siswa mendapatkan nilai 60, 16 siswa mendapat nilai 50, 1 siswa mendapat nilai 40. 2. Deskripsi Hasil Siklus 1. a. Perencanaan Tindakan. Tahap Perencanaan (Planning) adalah menyusun Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan alat peraga, menyiapkan lembar observasi dan wawancara. (Silabus dan RPP Siklus I terlampir pada lampiran 1.1. dan 1.2.).
b. Pelaksanaan Tindakan. Pembelajaran dilaksanakan pada hari Senin 24 Agustus 2009 yaitu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas V semester 1 dengan jumlah siswa 25 laki-laki 14 anak dan siswa perempuan 11 anak selama dua jam pelajaran
(2 x 35 menit, satu kali pertemuan) mulai pukul 07.00 WIB
sampai dengan pukul 08.10 WIB sesuai dengan tahap perencanaan yang telah disusun (Bukti daftar hadir mahasiswa dan absensi siswa di kelas terlampir : lampiran 5.1 dan lampiran 5.2). Standar Kompetensi (SK) pada mata pelajaran tersebut adalah SK.1 Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh-tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia. Kompetensi Dasar
1.5
Mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia. Indikator 1.5.1 Menyebutkan 5 jenis usaha ekonomi di Indonesia, 1.5.2 Menjelaskan pengertian jenis-jenis usaha ekonomi di Indonesia, 1.5.3 Memberikan contohcontoh hasil jenis-jenis usaha ekonomi di Indonesia, 1.5.4 Menjelaskan tujuan masyarakat melakukan usaha ekonomi, 1.5.5 Menjelaskan keuntungan masyarakat melakukan usaha ekonomi, 1.5.6 Menjelaskan kerugian jika masyarakat tidak melakukan usaha ekonomi, 1.5.7 Memilikih jenis usaha ekonomi di masa yang akan datang/ cita-cita dan memberikan alasannya. Tujuan Pembelajaran adalah (1) Siswa dapat menyebutkan jenis-jenis usaha ekonomi di Indonesia, (2) Siswa dapat menjelaskan pengertian jenisjenis usaha ekonomi di Indonesia, (3) Siswa dapat memberikan contoh-contoh hasil jenis-jenis usaha ekonomi di Indonesia, (4) Siswa dapat menjelaskan tujuan masyarakat melakukan usaha ekonomi di Indonesia, (5) Siswa dapat menjelaskan keuntungan masyarakat melakukan usaha ekonomi, (6) Siswa dapat menjelaskan kerugian jika masyarakat tidak melakukan kegiatan ekonomi, (7) Siswa dapat memilih jenis usaha ekonomi di masa datang dan memberikan alasannya. Dampak pengiringnya adalah Setelah pembelajaran ini selesai diharapkan siswa dapat memilih jenis usaha ekonomi di masa datang sebagai
cita-cita sehingga memberi semangat dalam belajar di sekolah maupun di rumah. Materi Pokoknya jenis-jenis usaha ekonomi di Indonesia. Strategi, model, dan metode pembelajaran yang digunakan adalah Cooperative Leraning Model Jigsaw, ceramah, tanya jawab, penugasan, pengamatan dan diskusi kelompok. Sumber
Pembelajaran
yang
digunakan
Buku
Pendidikan
Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial untuk SD Kelas 5, Asy’ari (2004) dkk, PT Erlangga, hal : 54-63, Buku Cakrawala Pengetahuan Sosial untuk Kelas 5, SD dan MI, Saidihardjo, (2006) hal : 61-63, Ekonomi Produksi, http://www/geogle.com/ 28 Juni 2009, Ilmu Pengetahuan Sosial SD dan MI Kelas V, Reni Yuliati dan Ade Munajat, Depdiknas (2008) hal : 76-92, dan Lingkungan. Media pembelajaran yang digunakan sebagai berikut : Benda nyata : Jagung, buah, sayur mayur, baju, buku, siswa guru dan lain-lain, Gambar/foto: petani di ladang, pedagang, tukang cukur, pabrik, Lembar Kerja Siswa (LKS) terlampir, Media elektronika : Radio, TV, dan Lingkungan. Skenario pembelajaran Cooperative Learning dengan Model Jigsaw yang dilaksanakan adalah kegiatan yang telah dirancang pada proposal dan telah diuraikan pada tutor online 2 kegiatan pembelajaran tersebut meliputi tiga tahap, pertama tahap kegiatan awal, atau apersepsi, kedua tahap kegiatan inti atau pokok dan ketiga tahap kegiatan akhir. Tahap kegiatan awal atau apersepsi alokasi waktu kurang lebih 10 menit, guru memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran dengan melakukan : 1). Tanya jawab tentang bermacam-macam kebutuhan siswa. 2). Mengajak siswa untuk menyanyikan lagu ”Menanam Jagung” secara bersama-sama. 3). Mengadakan pembahasan bersama tentang isi lagu hubungannya dengan materi pembelajaran. 4). Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Tahap kegiatan inti atau kegiatan pokok pembelajaran yang dilakukan selama kurang lebih 50 menit, kegiatan bersebut adalah : 1). Siswa dikelompokkan masing-masing anggotanya 5 anak, kelompok 1, 2, 3, 4 dan 5 (data kelompok terlampir : lampiran 5.3) 2). Tiap siswa dalam tim/kelompok diberi bagian materi yang berbeda yaitu sub bab jenis usaha agraris, industri, perdagangan, jasa, dan ekstratif. 3). Tiap siswa dalam tim/kelompok membaca bagian materi yang diterima dan melengkapi tugas yang diberikan. 4). Anggota dari tim/kelompok yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka, kelompok tersebut : A. Kelompok ahli agraris
B. Kelompok Ahli Industri
C. Kelompok Ahli Perdagangan
D. Kelompok Ahli Jasa dan
E. Kelompok Ahli Ekstratif (Data kelompok terlampir : lampiran 5. 3) 5). Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar/menyampaikan hasil diskusi kepada teman satu tim/kelompok mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh. 6). Tiap tim/kelompok mempresentasikan hasil diskusi. 7). Guru memberikan klarifikasi dan evaluasi. 8). Penutup Tahap kegiatan akhir dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 10 menit. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi penilaian, refleksi, dan tindak lanjut. Pada kegiatan penilaian ini prosedur digunakan tes proses dan tes akhir, instrumen penilaiannya dengan lembar kerja siswa (LKS) lembar pengamatan, soal evaluasi individu dan lembar penilaian. Kegiatan refleksi pelaksanaan diskusi dilakukan dengan tanya jawab demi kesempurnaan pelaksanaan diskusi selanjutnya dengan bersama-sama mencari kekurangan-kekurangan dalam diskusi serta mengungkapkan pengalaman-
pengalaman baru yang menyenangkan yang diperoleh oleh siswa (Foto sebagai bukti proses pembelajaran di kelas terlampir : Lampiran 5.4)
c. Hasil Pengamatan. Data Hasil Observasi. Observasi
atau
pengamatan
dilaksanakan
selama
pelaksanaan
pembelajaran dilaksanakan secara kolaboratif antara guru atau peneliti dengan supervisor dan teman sejawat dengan menggunakan instrumen monitoring yang telah direncanakan secara kolaboratif pula agar mendapatkan data yang lebih lengkap. Hal-hal yang diobservasi oleh Kepala Sekolah atau Supervisor adalah tentang kegiatan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran Cooperative Learning dengan Model Jigsaw pada saat pra pembelajaran, membuka pembelajaran, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Data tentang keberhasilan guru dalam pelaksanaan pembelajaran diperoleh dari lembar observasi kegiatan guru dalam pembelajaran. Setelah dilaksanakan pembelajaran siklus I diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1. Rekap Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Siklus I Nilai No.
Aspek Dinilai
Kondisi
Siklus I Siklus II
Awal 1.
Kegiatan
pra
pembelajaran, membuka pembelajaran, kegiatan inti
dan
penutup
kegiatan
1,9
3,4
Keterangan Kriteria Penilaian : 3–4
: Sangat baik
2 – 2,9
: Baik
1 – 1,9
: Cukup baik
(Bukti hasil penilaian dari Kepala sekolah terlampir : lampiran 5.5) Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran di observasi oleh teman sejawat, hal-hal yang di observasi adalah kegiatan keterlibatan siswa dalam tahap pra pembelajaran, kegiatan pembukaan pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, dan kegiatan penutup. Data tentang keberhasilan siswa atau aktivitas siswa dalam pembelajaran di peroleh dari lembar observasi aktivitas belajar siswa. Setelah dilaksanakan pembelajaran siklus I diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 2. Rekap Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
No.
I
II
Siklus I
Siklus II
f
%
f
1. Siswa menempati tempat duduknya masing-masing
16
64
2. Kesiapan menerima pembelajaran
16
64
ASPEK YANG DIAMATI
Pra Pembelajaran
Kegiatan membuka pelajaran
%
S siswa 25
1. Siswa mampu menjawab pertanyaan apresiasi
15
60
2. Mendengarkan secara seksama saat dijelaskan
15
60
1. Memperhatikan dengan serius ketika dijelaskan materi pembelajaran 2. Aktif bertanya saat proses penjelasan materi
15
60
15
60
3. Adanya interaksi positif antar siswa
15
60
4. Adanya interaksi positif antara siswa – guru, siswa – siswa – materi pembelajaran B. Pendekatan / Strategi belajar
15
60
1. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar
15
60
2. Siswa memberikan pendapatnya ketika diberikan kesempatan 3. Aktif mencatat berbagai penjelasan yang diberikan 4. Siswa termotifasi dalam mengikuti proses pembelajaran 5. Siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan tenang dan tidak terasa tertekan 6. Siswa merasa senang menerima pelajaran
15
60
20
80
15
60
15
60
20
80
15
60
15
60
15
60
kompetensi yang hendak dicapai III
Kegiatan Inti Pembelajaran A. Penjelasan materi pelajaran
C. Pemanfaatan media pembelajaran / sumber belajar 1. Adanya interaksi positif antar siswa dan media pembelajaran yang digunakan guru 2. Siswa tertarik pada materi yang disajikan dengan media pembelajaran 3. Siswa tampak tekun mempelajari sumber relajar yang ditetntukan guru D. Penilaian proses dan hasil belajar
1. Siswa merasa terbimbing
50
80
15
60
16
64
15
60
1. Siswa secara aktif memberi rangkuman
15
60
2. Siswa menerima tugas tindak lanjut dengan senang Rata-rata &
20
80
2. Siswa mampu menjawab dengan benar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru E. Penggunaan bahasa 1. Siswa mampu mengemukakan pendapatnya dengan lancar 2. Siswa mengajukan pertanyaan dengan lugas IV
Penutup
64,50
Kriteria Penilaian : Rata-rata prosentase : 76 – 100%
= sangat baik
51 – 75 %
= baik
26 – 50 %
= cukup baik
<26 %
= kurang baik
(Bukti hasil penilaian teman sejawat terlampir : lampiran 5.6) Dalam
pelaksanaan
kegiatan
inti
peneliti
melakukan
observasi
atau
melaksanakan penilaian proses tentang performance siswa dan hasil diskusi kelompok. Data diperoleh dari lembar penilaian proses penilaian hasil diskusi kelompok dan kuisioner yang dinilai adalah tentang keaktifan, kerjasama, kreatifitas, sikap, dan mengemukakan pendapat dan hasil diskusi kelompok sehingga diperoleh data sebagai berikut : Tabel 3a. Rekap Performance Siswa dalam Diskusi Kelompok Siklus I No.
Aspek yang Dinilai
Siklus I
Siklus II
S Anak
f
%
1
Keaktifan
15
60
2
Kerjasama
15
60
3
Kreatifitas
14
56
4
Sikap
16
64
5
Keberanian
15
60
mengemukakan
F
%
25
pendapat Rata-rata %
60,00%
Tabel 3b. Rekap Hasil Penilaian Kerja Kelompok (Diskusi) Siklus I Nama Kelompok
Hasil
Ketuntasan
1
77
tuntas
2
85
tuntas
3
83
tuntas
4
81
tuntas
5
87
tuntas
Jumlah Rata-rata
76,6
Tabel 4. Rekap Hasil Kuisioner dari Siswa Siklus I
No.
Siklus I
Siklus II
f
f
Aspek yang Dinilai %
%
S Anak 25
1
Saling membantu
16
64
2
Mendapat giliran berbicara
16
64
3
Saling mendengarkan
18
72
4
Saling menghargai
18
72
5
Saling memuji teman
20
80
Rata-rata %
74%
(Bukti hasil pengamatan oleh peneliti tentang keaktifan siswa dan hasil diskusi siswa pada proses diskusi kelompok terlampir : Lampiran 5.7) Penilaian hasil belajar siswa diperoleh dari penilaian proses dengan pengamatan dan dari penilaian akhir dengan tes individu. Haisl belajar tes akhir ini diperoleh dari lembar tes individu siswa. Setelah dilaksanakan penelitian siklus I diperoleh dari berikut ini :
Tabel 5. Rekap Tingkat Pencapaian Hasil Belajar Siswa Siklus I Nilai dari No
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Ket
Aspek Pencapaian
F
%
f
%
f
%
S Anak 25
Hasil Belajar 1
10-19
-
-
-
-
2
20-29
-
-
-
-
3
30-39
-
-
-
-
4
40-49
1
4
1
4
5
50-59
16
64
9
36
6
60-69
7
28
2
8
7
70-79
1
4
1
4
8
80-89
-
-
4
16
9
90-99
-
-
6
24
10
100
-
-
2
8
KKM
60
-
60
-
Nilai terendah
40
-
40
-
Nilai Tertinggi
70
-
100
-
Prosentase tuntas
-
32,00%
-
60,00%
Prosentase blm tuntas
-
68,00%
-
40,00%
Nilai rata-rata kelas
53,00
-
70,05
(Bukti hasil belajar siswa terlampir : lampiran 5.8) Setelah
kegiatan
penilaian
akhir
diadakan
tindakan
refleksi
tentang
pembelajaran yang telah dilaksanakan yaitu pembelajaran Coopertive Learning Model Jigsaw, siswa tertarik dan semangat, cukup tertarik , cukup bergairah, kurang menarik atau kurang bergairah. Berikut ini data setelah dilaksanakan Siklus I : Tabel 6. Rekap Pendapat siswa tentang proses pembelajaran Coopertive Learning Model Jigsaw pada Mata Pelajaran IPS Kelas V Siklus I No
Aspek yang
Kondisi
Siklus I
Siklus II
Ket
dinilai
Awal
pendapat siswa tentang proses
f
%
F
%
7
28,00
15
60,00
6
24,00
5
20,00
12
48,00
5
20,00
f
%
S Anak 25
pembelajaran 1
Tertarik atau bersemangat
2
Cukup tertatrik atau cukup bergairan
3
Kurang tertarik atau kurang bergairah
(Bukti pendapat siswa tentang pembelajaran IPS terlampir : Lampiran 5. 9) d. Refleksi Kesimpulan umum sebagai hasil refleksi yang dilakukan secara kolaboratif antara supervisor, teman sejawat, dan peneliti pada siklus pertama ini siswa yang tertarik dengan pembelajaran Coopertive Learning dengan Model Jigsaw pada pelajaran IPS ada peningkatan yaitu dari kondisi awal 7 siswa sebanyak 28,00% menjadi 15 siswa sebanyak 60,00%. Keaktifan siswa dalam pembelajaran mencapai 64,50% indikator keberhasilan penelitian ini keaktifan siswa diharapkan mencapai 75,00%, jadi masih perlu peningkatan untuk hasil kerja kelompok (diskusi) mencapai nilai rata-rata 76,6 pada siklus I 16,6 point di atas KKM. Kemampuan guru dalam pembelajaran sudah meningkat dari kondisi awal mendapat nilai rata-rata 1,9 dalam kriteria cukup baik menjadi 3,4 dalam kriteria sangat baik. Namun, hasil belajar IPS secara klasikal belum memuaskan, indikator keberhasilan penelitian ini hasil belajar diharapkan mencapai KKM yaitu 60,00 dan jumlah siswa tuntas belajar mencapai 75,00%, hasil yang dicapai
rata-rata kelas baik telah mencapai 70,05% namun jumlah siswa tuntas belajar baru mencapai 60,00%. Dengan demikian penelitian ini perlu dilanjutkan dengan siklus ke II. Setelah mengamati proses pembelajaran dan menganalisis hasil belajar siswa, ditemukan kendala dan masalah antara lain : 1) Pada siswa belum semua tertarik dengan pembelajaran, belum semua aktif dalam proses pembelajaran, dalam pembentukan kelompok belajar masih terjadi kegaduhan, kurang bekerjasama dengan anggota kelompok belajar, ketika mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas suara anak kurang jelas sehingga teman yang lain kurang memperhatikan, prosentase belajar tunts secara klasikal masih rendah. 2) Pada guru suara kurang keras, penyediaan alat peraga kurang besar sehingga siswa yang duduk di belakang kurang jelas, pembagian waktu untuk kegiatan akhir masih kurang, sehingga kerja kelompok yang disyaratkan model Jigsaw kurang maksimal. Berdasarkan masalah di atas disusun rancangan penyelesaian sebagai berikut : 1) Menyediakan alat perata yang lebih menarik, ukuran foto tentang jenis-jenis usaha ekonomi lebih besar, dan ditambah teks lagu lain berjudul ”Guru”. 2) Menyediakan teks lagu ”Menanam Jagung” untuk kegiatan awal berwarna warni dan ukuran lebih besar. 3) Menyediakan soal dan memberikan soal kepada anak dari yang mudah ke soal yang lebih sulit agar memacu aktifitas siswa. 4) Menyediakan hadiah bagi yang berprestsi dan aktif. 5) Membentuk
kelompok
(daftar
kelompok
belajar)
sebelum
proses
pembelajaran. 6) Mempersiapkan diri untuk memberi contoh cara mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas dengan suara yang jelas. 7) Menarik simpulan bersama-sama dengan siswa pada waktu kegiatan penutup agar anak lebih paham tentang materi pembelajaran.
8) Menyiapkan diri untuk memandu kerja kelompok dengan suara yang lebih keras. 9) Menganalisis pembagian waktu untuk kegiatan awal, inti dan penutup, untuk kegiatan akhir atau evaluasi waktunya masih perlu penambahan. Tindak lanjut/ implementasi penyelesaian masalah siklus I 1) Menggunakan alat peraga yang lebih menarik, ukuran foto tentang kegiatan ekonomi lebih besar. 2) Teks lagu ”Menanam Jagung” diberi warna, menambah satu teks lagu berjudul ”Guru” 3) Memberikan soal atau pertanyaan kepada siswa dari yang mudah ke yang sukar agar dapat memacu untuk aktif. 4) Memberikan hadiah kepada siswa/kelompok belajar yang berprestasi dan aktif. 5) Menyiapkan daftar kelompok belajar sebelum proses pembelajaran dimulai. 6) Memberi contoh mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas dengan jelas. 7) Menarik kesimpulan bersama-sama dengan siswa pada kegiatan penutup. 8) Selalu memandu kerja kelompok dengan suara yang jelas. 9) Memberikan penambahan alokasi waktu untuk kegiatan akhir atau evaluasi, diambilkan dari kegiatan awal 5 menit sehingga menjadi 15 menit.
3. Deskripsi Hasil Siklus II. a. Perencanaan Tindakan. Menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
dengan
perubahan-perubahan dan penambahan pada pembagian alokasi waktu untuk kegiatan akhir ditambah 5 menit diambilkan dari waktu kegiatan awal sehingga kegiatan akhir dari 10 menit menjadi 15 menit, kegiatan awal dari 10 menit menjadi 5 menit, sedangkan pada kegiatan inti tetap yaitu kurang lebih 50 menit. Alat peraga yang berupa foto-foto contoh kegiatan masyarakat yang sedang melakukan usaha ekonomi di perbesar dan ditambah alat peraga teks lagu “Guru”. Pada kegiatan awal ditambah satu kegiatan yaitu guru
membacakan daftar kelompok belajar yang telah dipersiapkan. Untuk kegiatan inti
kegiatannya
ditambah
yaitu
kegiatan
(8)
Guru
melakukan
validasi/kebenaran kerja kelompok, (9) Guru bersama murid menarik kesimpulan, (10) Guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada kelompok yang berprestasi dan aktif. ( RPP Siklus II terlampir pada lampiran 1.3.). Menyiapkan alat peraga dan menyiapkan lembar observasi serta wawancara b. Pelaksanaan Tindakan. Pelaksanaan siklus II ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan tindakan yang telah disusun yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah diperbaiki dan disempurnakan sehingga kekurangan dalam siklus I dapat diperbaiki. Tahap pelaksanaan ini dilakukan pada hari Senin, 5 Oktober 2009 yaitu pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas V semester I dengan jumlah siswa 25 laki-laki 14 anak dan siswa perempuan 11 anak selama dua jam pelajaran (2 x 35 menit, satu kali pertemuan) mulai pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 08.10 WIB sesuai dengan tahap perencanaan yang telah disusun (Bukti daftar hadir mahasiswa dan absensi siswa di kelas terlampir : lampiran 5.1 dan lampiran 5.2). Standar Kompetensi (SK) pada mata pelajaran tersebut adalah SK.1 Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh-tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia. Kompetensi Dasar 1.5 Mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia. Indikator 1.5.1 Menyebutkan 5 jenis usaha ekonomi di Indonesia, 1.5.2 Menjelaskan pengertian jenis-jenis usaha ekonomi di Indonesia, 1.5.3 Memberikan contohcontoh hasil jenis-jenis usaha ekonomi di Indonesia,
1.5.4 Menjelaskan
tujuan masyarakat melakukan usaha ekonomi, 1.5.5 Menjelaskan keuntungan masyarakat melakukan usaha ekonomi, 1.5.6 Menjelaskan kerugian jika masyarakat tidak melakukan usaha ekonomi, 1.5.7 Memilikih jenis usaha ekonomi di masa yang akan datang/ cita-cita dan memberikan alasannya.
Tujuan Pembelajaran adalah (1) Siswa dapat menyebutkan jenis-jenis usaha ekonomi di Indonesia, (2) Siswa dapat menjelaskan pengertian jenisjenis usaha ekonomi di Indonesia, (3) Siswa dapat memberikan contoh-contoh hasil jenis-jenis usaha ekonomi di Indonesia, (4) Siswa dapat menjelaskan tujuan masyarakat melakukan usaha ekonomi di Indonesia, (5) Siswa dapat menjelaskan keuntungan masyarakat melakukan usaha ekonomi, (6) Siswa dapat menjelaskan kerugian jika masyarakat tidak melakukan kegiatan ekonomi, (7) Siswa dapat memilih jenis usaha ekonomi di masa datang dan memberikan alasannya. Dampak pengiringnya
adalah Setelah pembelajaran ini selesai
diharapkan siswa dapat memilih jenis usaha ekonomi di masa datang sebagai cita-cita sehingga memberi semangat dalam belajar di sekolah maupun di rumah. Materi Pokoknya jenis-jenis usaha ekonomi di Indonesia. Strategi, model, dan metode pembelajaran yang digunakan adalah Cooperative Leraning Model Jigsaw, ceramah, tanya jawab, penugasan, pengamatan dan diskusi kelompok. Sumber
Pembelajaran
yang
digunakan
Buku
Pendidikan
Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial untuk SD Kelas 5, Asy’ari (2004) dkk, PT Erlangga, hal : 54-63, Buku Cakrawala Pengetahuan Sosial untuk Kelas 5, SD dan MI, Saidihardjo, (2006) hal : 61-63, Ekonomi Produksi, http://www/geogle.com/ 28 Juni 2009, Ilmu Pengetahuan Sosial SD dan MI Kelas V, Reni Yuliati dan Ade Munajat, Depdiknas (2008) hal : 76-92, dan Lingkungan. Media pembelajaran yang digunakan sebagai berikut : Benda nyata : Jagung, buah, sayur mayur, baju, buku, siswa guru dan lain-lain, Gambar/foto: petani di ladang, pedagang, tukang cukur, pabrik, Lembar Kerja Siswa (LKS) terlampir, Media elektronika : Radio, TV, dan Lingkungan.
Skenario pembelajaran Cooperative Learning dengan Model Jigsaw yang dilaksanakan meliputi tiga tahap, pertama tahap kegiatan awal atau apersepsi, kedua tahap kegiatan inti atau pokok dan ketiga tahap kegiatan akhir. Tahap kegiatan awal atau apersepsi alokasiwaktu kurang lebih 10 menit, guru memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran dengan melakukan : 1) Tanya jawab tentang bermacam-macam kebutuhan siswa. 2) Mengajak siswa untuk menyanyikan lagu ”Menanam Jagung” secara bersama-sama. 3) Mengadakan pembahasan bersama tentang isi lagu hubungannya dengan materi pembelajaran. 4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 5) Guru membacakan daftar kelompok belajar yang telah dipersiapkan. Tahap kegiatan inti atau kegiatan pokok pembelajaran yang dilakukan selama kurang lebih 50 menit, kegiatan bersebut adalah : 1) Siswa dikelompokkan masing-masing anggotanya 5 anak, kelompok 1, 2, 3, 4 dan 5 (data kelompok terlampir : lampiran 5.3) 2) Tiap siswa dalam tim/kelompok diberi bagian materi yang berbeda yaitu sub bab jenis usaha agraris, industri, perdagangan, jasa, dan ekstratif. 3) Tiap siswa dalam tim/kelompok membaca bagian materi yang diterima dan melengkapi tugas yang diberikan. 4) Anggota dari tim/kelompok yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka, kelompok tersebut : A. Kelompok ahli agraris
B. Kelompok Ahli Industri
C. Kelompok Ahli Perdagangan
D. Kelompok Ahli Jasa dan
E. Kelompok Ahli Ekstratif (Data kelompok terlampir : lampiran 5.3)
5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar/menyampaikan hasil diskusi kepada teman satu tim/kelompok mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh. 6) Tiap tim/kelompok mempresentasikan hasil diskusi. 7) Guru memberikan klarifikasi dan evaluasi. 8) Guru melakukan validasi/kebenaran kerja kelompok. 9) Guru bersama murid menarik simpulan. 10)Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapat nilai bagus. 11)Penutup Tahap kegiatan akhir dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 10 menit. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi evaluasi individu, refleksi, dan tindak lanjut. Pada kegiatan penilaian ini prosedur digunakan tes proses dan tes akhir, instrumen penilaiannya dengan lembar kerja siswa (LKS) lembar pengamatan, soal evaluasi individu dan lembar penilaian. Kegiatan refleksi pelaksanaan diskusi dilakukan dengan tanya jawab demi kesempurnaan pelaksanaan diskusi selanjutnya dengan bersama-sama mencari kekurangankekurangan dalam diskusi serta mengungkapkan pengalaman-pengalaman baru yang menyenangkan yang diperoleh oleh siswa (Foto sebagai bukti proses pembelajaran di kelas terlampir : Lampiran 5.4)
A. Hasil Pengamatan. Observasi
atau
pengamatan
dilaksanakan
selama
pelaksanaan
pembelajaran dilaksanakan secara kolaboratif antara guru atau peneliti dengan supervisor dan teman sejawat dengan menggunakan instrumen monitoring yang telah direncanakan secara kolaboratif pula agar mendapatkan data yang lebih lengkap. Hal-hal yang diobservasi oleh Kepala Sekolah atau Supervisor adalah tentang kegiatan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran Cooperative
Learning dengan Model Jigsaw pada saat pra pembelajaran, membuka pembelajaran, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Data tentang keberhasilan guru dalam pelaksanaan pembelajaran diperoleh dari lembar observasi kegiatan guru dalam pembelajaran. Setelah dilaksanakan pembelajaran siklus II diperoleh data sebagai berikut : Tabel 7. Rekap Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Siklus II Nilai No.
1.
Aspek Dinilai
Kegiatan prapembelajaran, membuka
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
1,9
3,4
3,9
pembelajaran,
kegiatan inti dan kegiatan penutup
Keterangan Kriteria Penilaian : 3–4
: Sangat baik
2 – 2,9
: Baik
1 – 1,9
: Cukup baik
(Bukti hasil penilaian dari Kepala sekolah terlampir : lampiran 5.5) Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran di observasi oleh teman sejawat, hal-hal yang di observasi adalah kegiatan keterlibatan siswa dalam tahap pra pembelajaran, kegiatan pembukaan pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, dan kegiatan penutup. Data tentang keberhasilan siswa atau aktivitas siswa dalam pembelajaran di peroleh dari lembar observasi aktivitas belajar siswa. Setelah dilaksanakan pembelajaran siklus II diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 8. Rekap Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
No.
I
II
Siklus I
Siklus II
f
%
f
%
1. Siswa menempati tempat duduknya masing-masing
16
64
25
100
2. Kesiapan menerima pembelajaran
16
64
24
96
1. Siswa mampu menjawab pertanyaan apresiasi
15
60
22
88
2. Mendengarkan secara seksama saat dijelaskan
15
60
25
100
15
60
20
80
2. Aktif bertanya saat proses penjelasan materi
15
60
20
80
3. Adanya interaksi positif antar siswa
15
60
24
96
4. Adanya interaksi positif antara siswa – guru,
15
60
24
96
1. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar
15
60
22
80
2. Siswa memberikan pendapatnya ketika
15
60
20
80
ASPEK YANG DIAMATI
Pra Pembelajaran
Kegiatan membuka pelajaran
kompetensi yang hendak dicapai III
Kegiatan Inti Pembelajaran A. Penjelasan materi pelajaran 1. Memperhatikan dengan serius ketika dijelaskan materi pembelajaran
siswa – siswa – materi pembelajaran B. Pendekatan / Strategi belajar
diberikan kesempatan
S siswa 25
3. Aktif mencatat berbagai penjelasan yang
20
80
22
80
15
60
25
100
15
60
23
92
20
80
24
96
15
60
24
96
15
60
23
92
15
60
23
92
1. Siswa merasa terbimbing
20
80
25
100
2. Siswa mampu menjawab dengan benar
15
60
22
88
16
64
21
84
15
60
22
88
15
60
19
76
diberikan 4. Siswa termotifasi dalam mengikuti proses pembelajaran 5. Siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan tenang dan tidak terasa tertekan 6. Siswa merasa senang menerima pelajaran C. Pemanfaatan media pembelajaran / sumber belajar 1. Adanya interaksi positif antar siswa dan media pembelajaran yang digunakan guru 2. Siswa tertarik pada materi yang disajikan dengan media pembelajaran 3. Siswa tampak tekun mempelajari sumber relajar yang ditetntukan guru D. Penilaian proses dan hasil belajar
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru E. Penggunaan bahasa 1. Siswa mampu mengemukakan pendapatnya dengan lancar 2. Siswa mengajukan pertanyaan dengan lugas
IV
Penutup 1. Siswa secara aktif memberi rangkuman
2. Siswa menerima tugas tindak lanjut dengan
20
80
25
100
senang Rata-rata %
64,50
91,30
Kriteria Penilaian : Rata-rata prosentase : 76 – 100%
= sangat baik
51 – 75 %
= baik
26 – 50 %
= cukup baik
<26 %
= kurang baik
(Bukti hasil penilaian teman sejawat terlampir : lampiran 5.6) Dalam
pelaksanaan
kegiatan
inti
peneliti
melakukan
observasi
atau
melaksanakan penilaian proses tentang performance siswa dan hasil diskusi kelompok. Data diperoleh dari lembar penilaian proses penilaian hasil diskusi kelompok dan kuisioner yang dinilai adalah tentang keaktifan, kerjasama, kreatifitas, sikap, dan mengemukakan pendapat dan hasil diskusi kelompok sehingga setelah dilaksanakan pembelajaran siklus II diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 9a. Rekap Performance Siswa dalam Diskusi Kelompok Siklus II Siklus I No.
Siklus II
Aspek yang Dinilai f
%
F
%
S Anak 25
1
Keaktifan
15
60
22
88
2
Kerjasama
15
60
23
92
3
Kreatifitas
14
56
20
80
4
Sikap
16
64
24
96
5
Keberanian
15
60
24
96
mengemukakan
pendapat Rata-rata %
60,00%
90,40%
Tabel 9b. Rekap Hasil Penilaian Kerja Kelompok (Diskusi) Siklus II Nama Kelompok
Hasil
Ketuntasan
1
94
tuntas
2
97
tuntas
3
88
tuntas
4
84
tuntas
5
91
tuntas
Jumlah Rata-rata
90,8
tuntas
Tabel 10. Rekap Hasil Kuisioner dari Siswa Siklus II No.
Aspek yang Dinilai
Siklus I
Siklus II
S Anak
f
%
F
%
1
Saling membantu
16
64
23
92
2
Mendapat giliran berbicara
16
64
20
80
3
Saling mendengarkan
18
72
23
92
4
Saling menghargai
18
72
23
92
5
Saling memuji teman
20
80
24
96
Rata-rata %
74%
25
90,40%
(Bukti hasil pengamatan oleh peneliti tentang keaktifan siswa pada proses diskusi kelompok terlampir : Lampiran 5.7)
Penilaian hasil belajar siswa diperoleh dari penilaian proses dengan pengamatan dan dari penilaian akhir dengan tes individu. Hasil belajar tes akhir ini diperoleh dari lembar tes individu siswa. Setelah dilaksanakan penelitian siklus II diperoleh data berikut ini :
Tabel 11. Rekap Tingkat Pencapaian Hasil Belajar Siswa Siklus II No
Nilai dari
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Ket
Aspek Pencapaian Hasil
f
%
f
%
f
%
S Anak 25
Belajar
1
10-19
-
-
-
-
-
-
2
20-29
-
-
-
-
-
-
3
30-39
-
-
-
-
-
-
4
40-49
1
4
1
4
-
-
-
Indikator
keberhasilan penelitian ini sedikitnya 75% jumlah
5
50-59
16
64
9
36
2
8
6
60-69
7
28
2
8
-
-
siswa telah dapat mencapai
7
70-79
1
4
1
4
2
8
KKM
8
80-89
-
-
4
16
8
32
-
9
90-99
-
-
6
24
5
20
Rata-rata
minimal mencapai
10
100
-
-
2
8
8
32
KKM
60
-
60
-
60
-
Nilai terendah
40
-
40
-
51
-
Nilai Tertinggi
70
-
100
-
100
-
Prosentase tuntas
-
32,00%
-
60,00%
92,00%
Prosentase blm tuntas
-
68,00%
-
40,00%
8,00%
Nilai rata-rata kelas
53,00
-
70,05
82,60
KKM
Atau ketuntasan belajar klasikal dapat dilihat dalam diagram berikut ini :
Pencapaian nilai rata-rata kelas dapat dilihat dalam diagram berikut ini : Nilai rata-rata
(Bukti hasil belajar siswa terlampir : lampiran 5.8) Setelah
kegiatan
penilaian
akhir
diadakan
tindakan
refleksi
tentang
pembelajaran yang telah dilaksanakan yaitu pembelajaran Coopertive Learning Model Jigsaw, ternyata ada siswa yang tertarik dan semangat, cukup tertarik , cukup bergairah, kurang menarik atau kurang bergairah. Berikut ini data setelah dilaksanakan Siklus II :
Tabel 12. Rekap Pendapat siswa tentang proses pembelajaran Coopertive Learning Model Jigsaw pada Mata Pelajaran IPS Kelas V Siklus II
No
Aspek yang dinilai pendapat siswa tentang proses pembelajaran
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
f
%
F
%
f
%
1
Tertarik atau bersemangat
7
28,00
15
60,00
22
88,00
2
Cukup tertatrik atau cukup bergairan
6
24,00
5
20,00
1
4,00
3
Kurang tertarik atau kurang bergairah
12
48,00
5
20,00
2
8,00
Ket
S Anak 25
(Bukti pendapat siswa tentang pembelajaran IPS terlampir : Lampiran 5.9) B. Refleksi Hasil analisis dan refleksi yang dilakukan secara kolaboratif antara supervisor, teman sejawat, dan peneliti menunjukkan bahwa ketertarikan siswa kelas V (lima) dalam belajar IPS dengan penerapan Cooperative Learning Model Jigsaw mengalami peningkatan, pada kondisi awal 28,00% menjadi 60,00% pada siklus I berarti naik 32% dan menjadi 88,00% pada siklus II berarti naik 28,00%. Pada indikator partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran meningkat dari siklus I 64,50% menjadi 91,30% pada siklus II terjadi kenaikan 26,80%, dari pengamatan performance siswa dalam diskusi kelompok pada siklus I 60,00% menjadi 90,40% pada siklus II mengalami kenaikan 30,40% dan hasil diskusi kelompok terjadi peningkatan dari siklus I nilai rata-rata 76,6 menjadi 90,8 pada siklus II meningkat 14,2 point berarti telah berhasil serta dari hasil kuesioner siswa 74,00% pada siklus I menjadi 90,40% pada siklus II meningkat 16,40%. Indikator keberhasilan tentang keaktifan dan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada penelitian ini
75% jumlah siswa berarti telah berhasil. Hal ini diamati pada proses diskusi kelompok menunjukkan antusias dari setiap kelompok yang menghidupkan suasana pembelajaran sehingga siswa pun mampu memecahkan masalah. Kemampuan guru dalam menerapkan Cooperative Learning dengan model Jigsaw pada sat pra pembelajara, membuka pembelajaran, kegiatan inti, dan kegiatan akhir atau penutup mengalami peningkatan dari kondisi awal mencapai poin 1,9 dalam kriteria cukup baik menjadi 3,4 dalam kriteria sangat baik pada siklus I naik 1,5 poin dan mencapai 3,9 dalam kriteria sangat baik pada siklus II naik 0,5 poin. Hasil belajar siswa pada tes akhir atau pada ulangan harian mengalami peningkatan prosentase siswa tuntas belajar pada kondisi awal 32,00% menjadi 60,00% pada siklus I berarti naik 28,00% dan menjadi 92, 00% pada siklus II naik 32,00%. Indikator keberhasilan tentang hasil belajar siswa pada penelitian ini ditetapkan minimal 75% jumlah siswa telah mencapai KKM berarti telah berhasil . Nilai rata-rata kelas juga mengalami peningkatan dari kondisi awal 53,00 menjadi 70,05 pada siklus I naik 17,05 poin dan menjadi 82,60 pada siklus II naik 12,55 poin. Indikator keberhasilan tentang nilai rata-rata kelas pada penelitian ini ditetapkan telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 60,00 berarti sudah berhasil. Dengan demikian suasana pembelajaran lebih menarik, siswa lebih aktif dapat memecahkan masalah dan kemampuan guru meningkat serta hasil belajar siswa meningkat, maka penelitian siklus II dihentikan. Setelah mengamati proses pembelajaran dan menganalisis hasil belajar siswa pada siklus II tidak ditemukan kendala hal ini terbukti semua guru dan Kepala sekolah SDN 2 Guli mensuport dan mendukung serta sangat antusias membantu dan mengamati pelaksanaan siklus II agar menambah pengalaman namun timbul masalah yaitu : 1. Dari 25 siswa masih 3 anak yang kurang tertarik dengan penerapan Cooperative Learning dengan model Jigsaw pada mata pelajaran IPS hal ini mengakibatkan anak tersebut juga kurang aktif, walaupun indikator
keberhasilan tentang prosentase keaktifan siswa dalam kelas telah melebihi batas minimal yaitu 91,30%. 2. Prosentase ketuntasan belajar secara klasikal telah mencapai indikator keberhasilan penelitian ini yaitu 23 anak telah tuntas atau 92,00%, namun masih ada 2 anak atau 8,00% belum tuntas. Rancangan strategi penyelesaian masalah 1. Menyediakan alat peraga yang lebih menarik, ukuran foto contoh masyarakat yang melakukan usaha ekonomi dan teks lagu berjudul ”Guru” diperbesar direncanakan anak diajak mengamati kegiatan masyarakat di sekitar sekolah. 2. Menyiapkan ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan dalam diskusi kelompok dan menyusun soal-soal untuk kuesioner setelah diskusi kelompok selesai. 3. Merencanakan memberikan perhatian khusus kepada 2 siswa yang belum tuntas. 4. Merencanakan menyusun daftar kelompok belajar berbeda dengan kelompok belajar sebelumnya (kelompok belajar pada Siklus I) agar anak mendapat sub bab materi yang berbeda pula. 5. Disiapkan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa dari pertanyaan yang mudah ke pertanyaan yang sukar. Tindak lanjut/ implementasi strategi penyelesaian masalah 1. Menggunakan alat peraga yang lebih menarik dan menyarankan siswa untuk mengamati kegiatan masyarakat yang sedang melakukan usaha ekonomi di sekitar sekolah. 2. Sebelum diskusi kelompok dimulai disampaikan hal-hal yang harus dilakukan oleh setiap anggota kelompok dan setelah diskusi kelompok selesai diberikan kuesioner. 3. Memberikan perhatian khusus kepada 2 anak yang belum tuntas belajar dalam proses pembelajaran. 4. Menyusun daftar kelompok belajar berbeda dengan kelompok belajar sebelumnya. 5. Memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa dari pertanyaan-pertanyaan yang mudah ke pertanyaan yang sukar.
B. Pembahasan
1. Pembahasan Hasil Observasi Tindakan Siklus I Berdasarkan tabel tingkat pencapaian hasil belajar siswa pada kondisi awal menunjukkan rata-rata kelas nilai ulangan harian 53,00, dari 25 siswa 1 siswa mendapat nilai 70, 7 siswa mendapat nilai 60, 16 siswa mendapat nilai 50 dan 1 siswa mendapat nilai 40. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60,00, siswa tuntas belajar 8 siswa prosentase tuntas belajar 32,00%, siswa belum tuntas belajar 17 siswa prosentase belum tuntas belajar 68,00% nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 70. Setelah dilaksanakan pembelajaran Cooperative Learning dengan Model Jigsaw pada siklus I nilai rata-rata kelas ulangan harian menjadi 70,05, dari 25 siswa 1 siswa mendapat nilai 40, 9 siswa mendapat nilai 51, 1 siswa mendapat nilai 60, 1 siswa nilai mendapat nilai 71, 4 siswa mendapat nilai 85, 6 siswa mendapat nilai 90, dan 2 siswa mendapat nilai 100. Dengan prosentase tuntas belajar klasikal 60,00% dan prosentase belum tuntas belajar klasikal 40,00%, nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 100. Nilai rata-rata kelas pada kondisi awal 53,00 meningkat menjadi 70,05 pada siklus I, prosentase belajar klasikal meningkat dari kondisi awal dari 32,00% menjadi 60,00%
setelah siklus I. Namun belum mencapai indikator
keberhasilan penelitian ini yaitu ditetapkan 75,00% siswa telah tuntas belajar walaupun nilai rata-rata sudah mendapai KKM. Dari hasil wawancara ketiga kegiatan refleksi pembelajaran tentang ketertarikan siswa pada pelajaran IPS dengan pembelajaran Cooperative learning, dengan model Jigsaw menunjukkan bahwa pada kondisi awal dari 25 siswa yang tertarik 7 siswa sebanyak 28,00%, 6 siswa cukup tertarik sebanyak 24,00%, siswa yang kurang tertarik 12 siswa sebanyak 48,00%. Setelah dilaksanakan siklus I terjadi peningkatan dari 25 siswa 15 siswa tertarik sebanyak 60,00%, 5 siswa cukup tertarik sebanyak 20,00%, 5 siswa kurang tertarik sebanyak 20,00%, ketertarikan siswa ini akan memacu keaktifan belajar siswa berikutnya : Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Coopertive Learning dengan model Jigsaw pada pelajaran IPS mencapai rata-rata 64,50%, belum mencapai
criteria keberhasilan penelitian ini yaitu 75% siswa dapat menunjukkan keaktifan berpikir dengan sungguh-sungguh dalam pross pembelajaran IPS siswa yang sudah bekerja kelompok dengan baik mencapai 74,00%, hasil diskusi kelompok pada siklus I mencapai rata-rata 76,6. Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran Coopertive Learning dengan Model Jigsaw pada mata pelajaran IPS telah terjadi peningkatan hal ini terlihat dari data hasil observasi dari kepala sekolah, dari kondisi awal mencapai nilai 1,0 kriteria cukup baik menjadi 3,3 kriteria sangat baik, namun perlu peningkatan lagi agar pembelajaran lebih baik dan berhasil. 2. Pembahasan Hasil Observasi Tindakan Siklus II Berdasarkan tabel tingkat pencapaian hasil belajar siswa pada kondisi awal menunjukkan rata-rata kelas nilai ulangan harian 53,00, dari 25 siswa 1 siswa mendapat nilai 70, 7 siswa mendapat nilai 60, 16 siswa mendapat nilai 50 dan 1 siswa mendapat nilai 40. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60,00, siswa tuntas belajar 8 siswa prosentase tuntas belajar 32,00%, siswa belum tuntas belajar 17 siswa prosentase belum tuntas belajar 68,00% nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 70. Setelah dilaksanakan pembelajaran Cooperative Learning dengan Model Jigsaw pada siklus I nilai rata-rata kelas ulangan harian menjadi 70,05, dari 25 siswa 1 siswa mendapat nilai 40, 9 siswa mendapat nilai 51, 1 siswa mendapat nilai 60, 1 siswa nilai mendapat nilai 71, 4 siswa mendapat nilai 85, 6 siswa mendapat nilai 90, dan 2 siswa mendapat nilai 100. Hasil tindakan pada siklus II menunjukkan terjadi peningkatan pada tingkat pencapaian hasil belajr siswa yaitu nilai rata-rata kelas Ulangan harian menjadi 82,60 dari 25 siswa 2 siswa mendapat nilai 51, 2 siswa mendapat nilai 71, 8 siswa mendapat nilai 80, 2 siswa mendapat 90, 3 siswa mendapat nilai 94 dan 8 siswa mendapat nilai 100. Dengan prosentase tuntas belajar klasikal 92,00% dan prosentase belum tuntas belajar klasikal 8,00%, nilai terendah 51 dan nilai tertinggi 100. Nilai rata-rata kelas pada kondisi awal 53,00 meningkat menjadi 70,05 pada siklus I 10,05 point diatas KKM, dari siklus I ke siklus II meningkat mendai 82, 60. 22,40 point di atas KKM.
Prosentase tuntas belajar klasikal meningkat dari kondisi awal dari 32,00% menjadi 60,00% setelah siklus I, dan menjadi 92,00% setelah siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan penelitian ini yaitu ditetapkan 75,00% siswa telah tuntas belajar. Dari hasil wawancara ketika kegiatan refleksi pembelajaran tentang ketertarikan siswa pada pelajaran IPS dengan pembelajaran Cooperative learning, dengan model Jigsaw menunjukkan bahwa pada kondisi awal dari 25 siswa yang tertarik 7 siswa sebanyak 28,00%, 6 siswa cukup tertarik sebanyak 24,00%, siswa yang kurang tertarik 12 siswa sebanyak 48,00%. Setelah dilaksanakan siklus I terjadi peningkatan dari 25 siswa 15 siswa tertarik sebanyak 60,00%, 5 siswa cukup tertarik sebanyak 20,00%, 5 siswa kurang tertarik sebanyak 20,00% dan setelah dilaksanakan siklus II terjadi peningkatan dari 25 siswa 22 anak tertarik sebanyak 88,00%, siswa yang cukup tertarik 1 anak sebanyak 4,00%, siswa yang kurang tertarik 2 anak sebanyak 8,00%, ketertarikan siswa ini memacu keaktifan belajar siswa terbukti hasil belajar meningkat. Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Coopertive Learning dengan model Jigsaw pada pelajaran IPS mencapai rata-rata 64,50%, pada siklus I dan meningkat menjadi 91,30% pada siklus II sudah mencapai kriteria keberhasilan penelitian ini yaitu 75% siswa dapat menunjukkan keaktifan berpikir dengan sungguh-sungguh dalam pross pembelajaran IPS siswa yang sudah bekerja kelompok dengan baik mencapai 74,00% pada siklus I dan 90,40% pada siklus II serta nilai rata-rata hasil diskusi kelompok telah terjadi peningkatan dari siklus I 76,6 menjadi 90,8 pada siklus II naik 14,2 point berarti siswa sudah dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara bersama-sama. Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran Coopertive Learning dengan Model Jigsaw pada mata pelajaran IPS telah terjadi peningkatan hal ini terlihat dari data hasil observasi dari kepala sekolah, dari kondisi awal mencapai nilai 1,9 kriteria cukup baik menjadi 3,3 kriteria sangat
baik pada siklus I dan meningkat menjadi 3,9 kriteria sangat baik pada siklus II. Dengan demikian suasana pembelajaran lebih menarik, siswa lebih aktif dapat memecahkan masalah dan kemampuan guru meningkat serta hasil belajar siswa meningkat, maka penelitian siklus II dihentikan
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN Berdasarkan hasil tindakan yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dan indikator-indikator yang te;lah ditetapkan, maka dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut : 1. Bahwa dengan penerapan
cooperative learning dengan model jigsaw dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPS khususnya konsep ekonomi di Indonesia pada siswa kelas V SDN 2 Guli Nogosari Boyolali 2. Bahwa dengan penerapan cooperative learning dengan model jigsaw dapat membantu siswa dalam pemecahan masalah dalam proses pembelajaran IPS pada siswa klelas V SDN 2 Guli Nogosari Boyolali.
3. Bahwa dengan penerapan cooperative learning dengan model jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS khususnya konsep usaha ekonomi di Indonesia pada kelas V SDN 2 Guli Nogosari Boyolali terlihat dari hasil evaluasi yang diberikan oleh guru setiap akhir siklus.
B. SARAN Berdasarkan hasil paparan dari hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan ada beberapa hal yang peneliti sarankan : 1. Agar guru kreatif dalam menyusun rencana pembelajaran yang inovatif pada mata pelajaran IPS yaitu menggunakan metode yang bervariasi dan pendekatan serta model pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik materi pelajaran, kondisi siswa, serta sarana dan prasarana yang ada agar pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centered) siswa aktif, dapat bekerjasama dengan teman (cooperative) terjadi pola interaktif yang intensif siswa-guru, guru-siswa, siswasiswa, siswa-media, dan siswa-sumber belajar agar siswa senang, tertarik, dan bersemangat dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar yang diharapkan. 2. Agar guru selalu meningkatkan profesionalismenya guna meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu guru harus selalu mengadakan perubahan-perubahan di dalam melaksanakan pembelajaran. Guru perlu melakukan kegiatan penelitian tindakan kelas untuk merekam semua kegiatan pembelajarannya sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya untuk perbaikan pembelajaran berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aronson, (2000). Histori of The Jigsow.www.jigsaw.org. Diakses pada tanggal 28 Juni 2009.
Asra, Dewi, dan Cepi, (2007). Komputer dan Media Pembelajaran di SD. Jakarta : Dirjen Dikti
Depdiknas, (2003). Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar. Jakarta : Dirjen Dikdasmen.
Dimyati dan Mudjiono, (1999). Belajar dan Pembelajaran. Yakarta : Rineka Cipta
Etin Solihatin dan Raharjo, (10027). Cooperative Learning. Jakarta : Bumi Aksara
Johnson and Johnson, (1994). An Overview of Cooperative Learning http://www.cooperation.org/pages/overviewpaper.html. Diakses tanggal 28 Juni 2009.
Soli Abimanyu, (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta : Dirjen Dikti
Udin S. Winataputra, (1997). Strategi Relajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud