LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENGGUNAAN METODE PENEMUAN UNTUK MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA KONSEP PENJUMLAHAN KELAS II SEMESTER I SDN BEDORO 2 SAMBUNGMACAN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh :
SRI SAWININGSIH NIM. X8806521
PROGRAM STUDI PJJ S1 PGSD JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Desember, 2009
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH)
1. Judul Penelitian
Penggunaan
Metode
Penemuan
Untuk
Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika pada Konsep Penjumlahan Kelas II Semester I
SDN
Bedoro 2 Sambungmacan Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 2. a. Mata Pelajaran b. Bidang Kajian
Matematika Desain dan Strategi Pembelajaran
3. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap
SRI SAWININGSIH
b. NIM
X8806521
c. Program Studi
PJJ S1 PGSD
d. Jurusan
Ilmu Pendidikan
e. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
f. Universitas
Universitas Sebelas Maret Surakarta
g. Alamat Rumah:
Bedoro RT. 19, Sambungmacan, Sragen
Nomor Telepon/HP:
081226278094
Email:
[email protected]
4. Lama Penelitian
6 bulan/dari bulan Juli sampai dengan Desember 2009
5. Biaya yang diperlukan a. Sumber dari Ditjen Dikti
Rp
600.000,00
b. Sumber lain, sebutkan
Rp 700.000,00 +
Dana Pribadi Jumlah
Rp 1.300.000,00 (Satu juta tiga ratus ribu rupiah)
ii
Surakarta, Desember 2009 Mengetahui, Kepala Sekolah,
Peneliti,
Suharno, S.Pd. NIP. 196210161983041006
Sri Sawiningsih NIM. X8806521 Mengetahui, a.n. Dekan
Pembantu Dekan I,
Prof. Dr. rer.nat. Sajidan, M.Si. NIP. 196604151991031002
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Laporan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Penggunaan Metode Penemuan Untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika pada Konsep Penjumlahan Kelas II Semester I
SDN Bedoro 2
Sambungmacan Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010”.
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing,
Supervisor
Drs. Sutijan, M.Pd. NIP. 13078666
Suharno, S.Pd. NIP. 196210161983041006
iv
ABSTRAK
Sri Sawiningsih. 2009. Penggunaan Metode Penemuan untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika pada Konsep Penjumlahan Kelas II Semester I SDN Bedoro 2 Sambungmacan Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010. Prestasi belajar Matematika siswa kelas II SDN Bedoro 2 untuk tahun pelajaran 2009/2010 belum memuaskan karena rata-rata prestasi belajar siswa masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang paling ditakuti oleh siswa. Hambatan dapat berasal dari guru dan siswa itu sendiri. Hambatan dari guru antara lain kurang dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk lebih menyenangi mata pelajaran Matematika. Guru kurang memahami metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Sebagai guru hendaknya pandai dalam memilih metode, teknik, maupun model pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Sedang hambatan dari siswa antara lain: Sebagian siswa beranggapan bahwa Matematika merupakan mata pelajaran yang tidak menarik, sulit, dan membosankan; Proses pembelajaran Matematika kurang kondusif; Guru masih sering mengalami kesulitan dalam menanamkan konsep-konsep dasar Matematika kepada siswa, khususnya pada konsep penjumlahan bilangan. Untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam menjumlahkan bilangan cacah perlu menggunakan metode penemuan. Dengan menggunakan ”Metode Penemuan” kemampuan siswa dalam menjumlahkan bilangan cacah diharapkan dapat meningkat. Oleh karena itu, dalam penelitian ini bertujuan memberikan sumbangan informasi dan pemikiran tentang bagaimana ”Metode Penemuan” digunakan dalam pembelajaran membandingkan bilangan cacah. Selain itu juga untuk mengetahui adanya peningkatan prestasi siswa dalam menjumlahkan bilangan cacah. Dengan demikian untuk memperoleh hasil belajar yang lebih berkualitas maka perlu menggunakan metode penemuan dalam pembelajaran menjumlahkan bilangan cacah.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur Peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Y.M.E., atas segala rahmat, taufik, dan hidayahNya sehingga Peneliti dapat menyelesaikan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dengan lancar dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti mendapatkan bantuan serta bimbingan yang sangat berharga dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin kepada Peneliti untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas.
2.
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan kemudahan dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas;
3.
Drs. H. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Ketua Program PJJ S-1 PGSD yang selalu memberikan petunjuk dan arahan.
4.
Drs. Sutijan, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan mengorbankan segala tenaga dan waktu guna memberikan bimbingan dan arahan selama Peneliti menyusun Usulan PTK.
5.
Suharno, S.Pd. selaku Kepala SDN Bedoro 2 Kec. Sambungmacan Kab. Sragen yang telah memberikan ijin kepada Peneliti untuk melaksanakan penelitian.
6.
Bapak/Ibu Guru dan Penjaga SDN Bedoro 2 yang telah memberikan kemudahan, masukan, bimbingan, dan arahan selama Peneliti menyusun Usulan PTK.
7.
Segenap sahabat, handai taulan, dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dan kerjasama kepada Peneliti demi terselesaikannya Usulan PTK ini.
vi
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan PTK ini masih banyak kekurangannnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan.
Surakarta, Desember 2009
Peneliti
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................
iv
ABSTRAK ....................................................................................................
v
KATA PENGANTAR
................................................................................
vi
..............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL .........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xii
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
PENDAHULUAN ....................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................
1
B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya ................................
5
C. Tujuan Penelitian ................................................................
6
D. Manfaat Hasil Penelitian .....................................................
7
KAJIAN PUSTAKA .................................................................
8
A. Kajian Teori .........................................................................
8
B. Kerangka Pikir .....................................................................
15
C. Hipotesis Tindakan .............................................................
15
PELAKSANAAN PENELITIAN .............................................
16
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................
16
B. Subyek Penelitian ................................................................
16
C. Metodologi Penelitian..............................................................
17
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .........................
21
A. Hasil Penelitian ....................................................................
21
B. Pembahasan .........................................................................
29
viii
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN .......................................................
34
A. Simpulan .............................................................................
34
B. Saran ....................................................................................
34
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
36
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1:
Data Nilai Ulangan Harian Siswa Siklus I .................................
24
Tabel 2:
Data Nilai Ulangan Harian Siswa Siklus II .................................
27
Tabel 3:
Pengelompokkan Nilai Siklus I ...................................................
27
Tabel 4:
Pengelompokkan Nilai Siklus II .................................................
31
Tabel 5:
Perbandingan Nilai Ulangan Harian Siklus I dan Siklus II ........
32
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Kerangka Berpikir .....................................................................
15
Gambar 2: Bagan Siklus I dan II .................................................................
20
Gambar 3: Pengelompokkan Nilai Siklus I ..................................................
30
Gambar 4: Pengelompokkan Nilai Siklus II .................................................
31
Gambar 5: Foto Pelaksanaan Siklus I ..........................................................
65
Gambar 6: Foto Pelaksanaan Siklus II .........................................................
78
xi
DAFTAR LAMPIRAN
A. Contoh Perangkat Pembelajaran .............................................................
37
B. Instrumen Penelitian ................................................................................
42
C. Personalia Penelitian ...............................................................................
48
D. Curriculum Vitae Peneliti .......................................................................
49
E. Surat Keterangan Kepala Sekolah ..........................................................
50
F. Data Penelitian .......................................................................................
51
xii
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Prestasi belajar Matematika siswa kelas II SDN Bedoro 2 untuk tahun pelajaran 2009/2010 belum memuaskan karena rata-rata prestasi belajar siswa masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang paling ditakuti oleh siswa. Di samping itu, Matematika termasuk dalam tiga mata pelajaran Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN). Berdasarkan hasil pengamatan di dalam kelas dan data hasil belajar siswa kelas II SDN Bedoro 2, pada semester I Tahun Pelajaran 2008/2009, diduga penyebab timbulnya masalah adalah sebagai berikut : 1. Sebagian siswa beranggapan bahwa Matematika merupakan mata pelajaran yang tidak menarik, sulit, dan membosankan. 2. Proses pembelajaran Matematika kurang kondusif. 3. Guru masih sering mengalami kesulitan dalam menanamkan konsepkonsep dasar Matematika kepada siswa, khususnya pada konsep membandingkan bilangan. 4. Metode pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada guru. Keadaan tersebut perlu segera diatasi karena sangat berpengaruh terhadap mutu sekolah. Tujuan Matematika sekolah, khusus di Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidiyah (MI) agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika. xiii
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Tujuan pelajaran Matematika di sekolah memberikan gambaran bahwa belajar tidak hanya di bidang kognitif saja tetapi meluas pada bidang psikomotor dan afektif. Pembelajaran Matematika diarahkan untuk pembentukan kepribadian dan pembentukan kemampuan berpikir yang bersandar pada hakikat Matematika, ini berarti hakikat Matematika merupakan unsur utama dalam pembelajaran Matematika. Oleh karenanya hasil-hasil pembelajaran Matematika menampak kemampuan berpikir yang matematis dalam diri siswa, yang bermuara pada kemampuan menggunakan Matematika sebagai bahasa dan alat dalam menyelesaikan masalah-msalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Hasil lain yang tidak dapat diabaikan adalah terbentuknya kepribadian yang baik dan kokoh. Untuk mewujudkan tujuan pelajaran Matematika tersebut diperlukan strategi dan metode pembelajaran yang tepat. Metode penemuan merupakan salah satu metode yang berpusat pada siswa. Metode penemuan dalam kegiatan pembelajaran siswa kelihatan lebih aktif. Di samping itu, daya nalar siswa dapat dikembangan terutama untuk mata pelajaran Matematika. Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya di tingkat Sekolah Dasar. Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. xiv
Selain karakteristik yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan peserta didik. Adapun karakteristik dan kebutuhan peserta didik dibahas sebagai berikut: 1. Karakteristik pertama anak SD adalah senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih-lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya
unsur
permainan
di
dalamnya.
Guru
hendaknya
mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan Keterampilan (SBK). 2. Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan. 3. Karakteristik yang ketiga adalah anak senang bekerja dalam kelompok. Dari pergaulanya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk
xv
membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok. 4. Karakteristik
yang
keempat
adalah
senang
merasakan
atau
melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsepkonsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentukkonsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsifungsi badan, pera jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang operasi hitung dan sapi sebagai modelnya, maka anak kita ajak ke kandang sapi untuk belajar menghitung. Di samping memperhatikan karakteristik anak usia SD, implikasi pendidikan dapat juga bertolak dari kebutuhan peserta didik. Pemaknaan kebutuhan SD dapat diidentifikasi dari tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa arah keberhasilan dalam melaksanakan
tugas-tugas
berikutnya,
sementara
kegagalan
dalam
melaksanakan tugas tersebut menimbulkan rasa tidak bahagia, ditolak oleh masyarakat dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Anak usia SD ditandai oleh tiga dorongan ke luar yang besar yaitu (1) kepercayaan anak untuk keluar rumah dan masuk dalam kelompok sebaya; (2) kepercayaan anak memasuki dunia permainan dan kegiatan yang memperlukan keterampilan fisik, dan (3) kepercayaan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, simbolis, dan komunikasi orang dewasa.
xvi
Dengan demikian pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan tugas-tugas perkembangan anak SD dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD, dan untuk menentukan waktu yang tepat
dalam
memberikan
pendidikan
sesuai
dengan
kebutuhan
perkembangan anak itu sendiri. Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini
peneliti akan
menggunakan metode penemuan untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa mata pelajaran Matematika pada Konsep Penjumlahan Kelas II Semester I
SDN Bedoro 2 Sambungmacan Sragen Tahun Pelajaran
2009/2010. B.
Rumusan Masalah dan Pemecahannya 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut : a. Bagaimanakah upaya untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa mata pelajaran Matematika kelas II SD? b. Apakah penggunaan metode penemuan dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa mata pelajaran Matematika pada konsep penjumlahan Kelas II Semester I SDN Bedoro 2 Sambungmacan Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010? 2. Pemecahan Masalah Berdasarkan teori belajar dan media pembelajaran, permasalahan yang terjadi kelas II
SDN Bedoro 2 Tahun Pelajaran 2009/2010 perlu
diselesaikan melalui tindakan guru berupa penggunaan metode penemuan dalam pembelajaran menjumlahkan bilangan cacah pada mata pelajaran Matematika. Dengan menggunakan metode penemuan memungkinkan untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif. Di samping itu, pengetahuan yang ditemukan sendiri melalui metode penemuan akan betul-betul dikuasai, dan mudah digunakan / ditransfer xvii
dalam situasi lain, siswa dapat menguasai salah satu metode ilmiah yang sangat berguna dalam kehidupannya, siswa dibiasakan berpikir analitis dan mencoba memecahkan masalah yang akan ditransfer dalam kehidupan masyarakat. Langkah-langkah pelaksanaan Metode Penemuan pada kegiatan inti pembelajaran yaitu: a. Mengemukakan problema yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penemuan. b. Diskusi pengarahan tentang cara pelaksanaan penemuan/pemecahan problema yang telah ditetapkan. c. Pelaksanaan penemuan berupa kegiatan penyelidikan/percobaan untuk menemukan konsep atau prinsip yang telah ditetapkan. d. Membantu siswa dengan informasi atau data, jika diperlukan siswa. e. Membantu siswa melakukan analisis data hasil temuan, jika diperlukan. f. Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa. g. Memuji siswa yang giat dalam melaksanakan penemuan. h. Memberi kesempatan siswa melaporkan hasil penemuannya. C.
Tujuan Penelitian 1. Meningkatkan ketuntasan belajar siswa Kelas II SDN Bedoro 2 Tahun Pelajaran 2009/20010. 2. Membantu guru agar trampil menggunakan metode penemuan dalam pembelajaran Matematika. 3. Membantu
guru
memilih/menentukan
media
pembelajaran
pembelajaran Matematika. 4. Menggugah kreativitas guru untuk menciptakan suatu pembelajaran Matematika yang menyenangkan.
xviii
D.
Manfaat Hasil Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. SDN Bedoro 2 Dengan penelitian ini diharapkan SDN Bedoro 2 dapat meningkatkan pemberdayaan guru dalam merancang skenario pembelajaran yang tidak membosankan siswa khususnya mata pelajaran Matematika. 2. Guru Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya. 3. Siswa Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk lebih menyukai pelajaran Matematika sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
xix
BAB II KAJIAN PUSTAKA E.
Kajian Pustaka 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil. (M. Djauhar Siddiq, 2008 : 3) B.F. Skinner dalam Nabisi Lapono (2008 : 5) bahwa belajar menghasilkan perubahan perilaku yang dapat diamati, sedang perilaku dan belajar diubah oleh kondisi lingkungan. Nana Sudjana (1987 : 28) Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat
ditunjukkan
pengetahuannya,
dalam
berbagai
pemahamannya,
sikap
bentuk dan
seperti
berubah
tingkah
lakunya,
keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. Bruner, melalui teorinya mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam memahami suatu konsep matematika. Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya itu. (Siti Hawa, dkk., 2008 : 6) Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau yang lain) untuk membelajarkan siswa yang belajar. Pada pendidikan formal (sekolah), pembelajaran merupakan tugas yang
xx
dibebankan kepada guru, karena guru merupakan tenaga professional yang dipersiapkan untuk itu. (M. Djauhar Siddiq, 2008 : 9) Dari beberapa pengertiaan belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan aktifitas yang dapat membawa perubahan tingkah laku,
pengetahuan,
keterampilan,
dan
sikap
seseorang
karena
berinteraksi dengan lingkungan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang merangsang dan menantang siswa untuk belajar. 2. Pengertian Pembelajaran Matematika Pembelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ditakuti anak pada umumnya karena mata pelajaran Matematika termasuk dalam mata pelajaran yang diujikan berstandar nasional. Sutawijaya dalam Siti Hawa (2008 : 1) Matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif. Menurut Hudoyo dalam Siti Hawa (2008 : 1) Matematika berkenan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga Matematika berkaitan dengan konsepkonsep abstrak. Sebagai guru Matematika dalam menanamkan pemahaman seseorang belajar Matematika utamanya bagaimana menanamkan pengetahuan konsep-konsep dan pengetahuan prosedural. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Untuk menguasai dan mencipta teknologi dan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif di masa depan, maka diperlukan penguasaan matematika yang
xxi
kuat sejak dini dan pembelajaran yang membuat siswa belajar dan menjadi bermakna. (Sitihawa dkk., 2008 : 3). 3. Pengertian Ketuntasan Belajar Wiji Suwarno (2009 : 95) Belajar tuntas merupakan strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas dengan asumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil secara maksimal terhadap bahan ajar yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil yang maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan secara sistematis. Kesistematisan akan tercermin dari strategi pembelajaran yang dilaksanakan, terutama dalam mengorganisasi tujuan dan bahan ajar, serta melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap peserta didik yang gagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan
pembelajaran
harus
diorganisasi
secara
spesifik
untuk
memudahkan pengecekan hasil belajar. Sedangkan bahan ajar perlu dijabarkan menjadi satuan-satuan belajar tertentu, dan penguasaan bahan yang lengkap untuk semua tujuan setiap satuan belajar dituntut dari para peserta didik sebelum proses belajar melangkah pada tahap berikutnya. Evaluasi dilaksanakan setelah para peserta didik menyelesaikan suatu kegiatan belajar tertentu yang merupakan dasar untuk memperoleh umpan balik (feed back). Tujuan utama evaluasi adalah untuk memperoleh informasi tentang pencapaian tujuan dan penguasaan bahan peserta didik. Hasil evaluasi digunakan untuk menentukan di mana dan dalam hal apa para peserta didik perlu memperoleh bimbingan dalam mencapai tujuan, sehingga seluruh peserta didik dapat mencapai tujuan dan menguasai bahan ajar secara maksimal (belajar tuntas). 4. Pengertian Metode Penemuan Sund dalam Soli Abimanyu dkk. (2008 : 9) berpendapat bahwa penemuan adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Sedangkan inquiry (inkuiri) menurut Sund meliputi xxii
juga penemuan. Dengan kata lain, inkuiri adalah perluasan proses penemuan yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya : merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan sebagainya. Akhirnya Sund berpendapat bahwa penggunaan metode penemuan baik untuk siswa kelas rendah, sedangkan inkuiri baik untuk kelas tinggi. Dengan demikian penemuan diartikan sebagai prosedur pembelajaran
yang
mementingkan
pembelajaran
perseorangan,
manipulasi obyek, melakukan percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi. Metode penemuan mengutamakan cara belajar siswa aktif (CBSA), berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif. Tujuan Metode Penemuan Apa tujuan penggunaan metode penemuan ? Tujuan penggunaan metode penemuan antara lain : a. Untuk memperoleh metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. b. Untuk mengaktifkan siswa belajar (CBSA) sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran. c. Untuk memvariasikan metode pembelajaran yang digunakan agar siswa tidak bosan. d. Agar siswa dapat menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, dan memecahkan sendiri masalah yang dipelajari, sehingga hasilnya setia dan tahan lama dalam ingatan, dan tidak mudah dilupakan. Alasan Digunakan Metode Penemuan Mengapa guru memilih metode penemuan dalam pembelajarannya ? Guru menggunakan metode penemuan karena metode penemuan itu : a. Memungkinkan untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif.
xxiii
b. Pengetahuan yang ditemukan sendiri melalui metode penemuan akan betul-betul dikuasai, dan mudah digunakan / ditransfer dalam situasi lain. c. Siswa dapat menguasai salah satu metode ilmiah yang sangat berguna dalam kehidupannya. d. Siswa dibiasakan berpikir analitis dan mencoba memecahkan masalah yang akan ditransfer dalam kehidupan masyarakat. Kebaikan dan Kelemahan Metode Penemuan a. Kebaikan Metode Penemuan 1)
Siswa belajar bagaimana belajar melalui proses penemuan.
2)
Pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan sangat kokoh.
3)
Metode penemuan membangkitkan gairah siswa dalam belajar.
4)
Metode penemuan memungkinkan siswa bergerak untuk maju sesuai dengan kemampuannya sendiri.
5)
Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia merasa lebih terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar.
6)
Metode ini berpusat pada anak, dan guru sebagai teman belajar atau fasilitator.
b. Kelemahan Metode Penemuan Apa kelemahan metode penemuan ? Kelemahan metode penemuan antara lain : 1) Metode ini mempersyaratkan kesiapan mental, dalam arti siswa yang pandai akan memonopoli penemuan dan siswa yang bodoh akan frustrasi. 2) Metode ini kurang berhasil untuk kelas besar karena habis waktu guru untuk membantu siswa dalam kegiatan penemuannya. 3) Dalam pelajaran tertentu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide mungkin terbatas.
xxiv
4) Metode ini terlalu mementingkan untuk memperoleh pengertian, sebaliknya kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan. 5) Metode ini kurang memberi kesempatan untuk berpikir kreatif kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi oleh guru, begitu pula proses-prosesnya dibawah pembinaannya. Cara mengatasi Kelemahan Metode Penemuan 1) Bentuklah kelompok-kelompok kecil, yang anggotanya terdiri dari siswa pandai dan siswa kurang pandai, agar siswa yang pandai bisa membimbing siswa yang kurang pandai. Dengan cara ini pula kelemahan kelas besar dalam penggunaan metode ini dapat diatasi. 2) Metode penemuan untuk IPA dapat pula dilakukan di luar kelas sehingga tidak memerlukan fasilitas atau bahan yang umumnya mahal. 3) Mulailah dengan penemuan terbimbing, kemudian jika siswa sudah terbiasa dengan metode ini maka gunakanlah metode penemuan bebas, agar siswa benar-benar dapat berkembang berpikir kreatifnya. 5. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Penemuan Jika guru menggunakan metode penemuan, apa saja langkah-langkah pelaksanaannya ? Langkah-langkah pelaksanaan metode penemuan itu adalah: a. Kegiatan Persiapan 1) Mengidentifikasi kebutuhan bekajar siswa (need assessment). 2) Merumuskan tujuan pembelajaran. 3) Menyiapkan problem (materi pelajaran) yang akan dipecahkan. Problem
itu
dinyatakan
dalam
bentuk
pernyataan
atau
pertanyaan. Problem tentang konsep atau prinsip yang akan ditemukan itu perlu ditulis dengan jelas. 4) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
xxv
b. Kegiatan Pelaksanaan Penemuan 1) Kegiatan Pembukaan a) Melakukan
apersepsi,
yaitu
mengajukan
pertanyaan
mengenai materi pelajaran yang telah diajarkan. b) Memotivasi siswa dengan cerita pendek yang ada kaitannya dengan materi yang diajarkan. c) Mengemukakan tujuan pembelajaran dan kegiatan/tugas yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran itu. 2) Kegiatan Inti a) Mengemukakan problema yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penemuan. b) Diskusi
pengarahan
tentang
cara
pelaksanaan
penemuan/pemecahan problema yang telah ditetapkan. c) Pelaksanaan
penemuan
berupa
kegiatan
penyelidikan/percobaan untuk menemukan konsep atau prinsip yang telah ditetapkan. d) Membantu siswa dengan informasi atau data, jika diperlukan siswa. e) Membantu siswa melakukan analisis data hasil temuan, jika diperlukan. f) Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa. g) Memuji siswa yang giat dalam melaksanakan penemuan. h) Memberi kesempatan siswa melaporkan hasil penemuannya. 3) Kegiatan Penutup a) Meminta
siswa
membuat
rangkuman
hasil-hasil
penemuannya. b) Melakukan evaluasi hasil dan proses penemuan. c) Melakukan tindak lanjut, yaitu meminta siswa melakukan penemuan ulang jika ia belum menguasai materi, dan meminta siswa mengerjakan tugas pengayaan bagi siswa yang telah melakukan penemuan dengan baik. xxvi
F.
Kerangka Berpikir Setelah memahami teori-teori yang dikembangkan di atas, selanjutnya peneliti akan menguraikan kerangka pemikiran yaitu sebagai berikut:
KONDISI AWAL
Dalam pembelajaran Matematika guru belum menggunakan metode penemuan: a. Hasil belajar siswa belum tuntas. b. Siswa cepat bosan. c. Pembelajaran tidak menyenangkan.
TINDAKAN
Dalam pembelajaran guru dengan menggunakan metode penemuan.
KONDISI AKHIR
Dalam pembelajaran Matematika guru menggunakan metode penemuan: a. Hasil belajar siswa tuntas. b. Siswa tidak cepat bosan. c. Pembelajaran menjadi menyenangkan Gambar 1: Kerangka Berpikir
G.
Hipotesis Tindakan Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka penulis dapat merumuskan hipotesis Penelitian Tindakan Kelas ini sebagai berikut: Dengan menggunakan metode penemuan diduga dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa mata pelajaran Matematika pada konsep penjumlahan Kelas II Semester I SDN Bedoro 2 Sambungmacan, Sragen, Tahun Pelajaran 2009/2010.
xxvii
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A.
Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di SDN Bedoro 2 terletak di wilayah Kecamatan Sambungmacan. Jarak sekolah dengan kantor kecamatan ± 4 km dan kantor UPT Dinas pendidikan ± 3 km. SDN Bedoro 2 merupakan salah satu Sekolah Dasar Inti di Desa Bedoro, Kecamatan Sambungmacan. Lokasi sekolah berada di Jalan Raya Pondok – Made km 2. Alasan peneliti memilih SDN Bedoro 2 sebagai tempat penelitian yaitu: a. SDN Bedoro 2 yang berada di Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen belum pernah dijadikan tempat penelitian khususnya kelas II. b. Pada tahun pelajaran 2008/2009 dalam pembelajaran guru belum menggunakan metode penemuan sehingga hasil belajar siswa masih belum tuntas. 2. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian selama 6 bulan yaitu mulai bulan Juli sampai dengan Desember 2009.
B.
Subyek Penelitian dan Objek Penelitian Subyek penelitian yaitu siswa kelas II SDN Bedoro 2, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 Semester I dengan jumlah siswa 20 anak. Obyek penelitian yaitu penggunaan metode penemuan untuk pembelajaran konsep
penjumlahan
Matematika.
xxviii
bilangan
cacah
mata pelajaran
C.
Metodologi Penelitian 1. Sumber Data Data yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini sebagian besar berupa data kualitatif. Pengumpulan data diperoleh dari berbagai sumber: a. Nara sumber terdiri dari guru dan siswa kelas II SDN Bedoro 2, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen . b. Arsip dan Dokumen Hasil Belajar Siswa. c. Hasil Pengamatan Pelaksanakaan Pembelajaran. d. Tes Hasil Belajar. 2. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan bentuk dan sumber data yang dimanfaatkan dalam Penelitian Tindakan Kelas, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Wawancara b. Observasi c. Pencatatan Arsip dan Dokumen d. Tes 3. Teknik Analisis Data Dalam penelitian tindakan kelas ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif. Data yang dianalisis berupa rata-rata dan prosentase hasil belajar siswa. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. 4. Indikator Kinerja Untuk mengetahui keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas ini, penulis menetapkan indikator kinerja: a. Rata-rata nilai tes hasil belajar siswa kemampuan membandingkan bilangan cacah di atas nilai KKM, yaitu 65. b. Siswa yang mendapat nilai di atas KKM minimal sebanyak 70%.
xxix
5. Prosedur Penelitian Prosedur/langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari siklus-siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai seperti yang telah didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini setiap siklus meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. a. Siklus I 1) Perencanaan Tindakan a) Mengumpulkan data yang diperlukan. b) Merencanakan pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan. c) Menyediakan media pembelajaran benda yang sesuai dengan karakteristik siswa. d) Membuat instrumen observasi. e) Membuat lembar evaluasi pembelajaran. 2) Pelaksanaan Tindakan a) Guru
menerapkan
menggunakan
rencana
metode
pembelajaran
penemuan
pada
dengan konsep
membandingkan bilangan. b) Siswa belajar Matematika pada konsep penjumlahan dengan menggunakan metode penemuan. 3) Observasi a) Tindakan
guru
mengamati
siswa
selama
proses
pembelajaran. b) Menilai hasil belajar siswa dengan menggunakan alat evaluasi pembelajaran. 4) Evaluasi dan Refleksi Mengadakan evaluasi dan refleksi dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan observasi yang dikolaborasikan dengan Supervisor Penelitian. Hasil evaluasi dan refleksi siklus I
xxx
digunakan sebagai acuan dalam menyusun perencanaan pada siklus II. b. Siklus II 1) Perencanaan Tindakan a) Mengumpulkan data yang diperlukan. b) Merencanakan pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan. c) Menyediakan media pembelajaran benda yang sesuai dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran. d) Membuat instrumen observasi. e) Membuat lembar evaluasi pembelajaran. 2) Pelaksanaan Tindakan a) Guru
menerapkan
rencana
pembelajaran
dengan
menggunakan metode penemuan, lebih ditingkatkan lagi. b) Siswa belajar Matematika pada konsep penjumlahan dengan menggunakan metode penemuan. 3) Observasi a) Tindakan
guru
mengamati
siswa
selama
proses
pembelajaran. b) Menilai hasil belajar siswa dengan menggunakan alat evaluasi pembelajaran. 4) Evaluasi dan Releksi Mengadakan evaluasi dan refleksi dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan observasi yang dikolaborasikan dengan Supervisor Penelitian. Jika hasil evaluasi dan refleksi siklus II belum memenuhi indikator kinerja penelitian maka dapat dilanjutkan ke siklus III, namun jika sudah memenuhi indikator kinerja penelitian maka tidak perlu dilanjutkan ke siklus III.
xxxi
Berdasarkan prosedur penelitian tersebut di atas, Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilaksanakan dapat digambarkan seperti bagan di bawah ini:
Gambar 2: Siklus I dan II
xxxii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penetitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Siklus I telah selesai dilaksanakan pada tanggal 5 – 19 Agustus 2009. Hasil pelaksanaan Siklus I secara terperinci sebagai berikut: 2. Perencanaan Tindakan Setelah
guru
(peneliti)
membuat
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode penemuan kemudian diajukan kepada kepala sekolah dan supervisor. Secara umum, RPP yang telah dibuat sudah baik dan layak digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Namun demikian, ada beberapa hal yang perlu direvisi antara lain: a) Tujuan pembelajaran masih ada kata yang belum operasional yaitu memahami. Contoh: Siswa dapat memahami cara menjumlahkan dua bilangan yang terdiri dua angka tanpa teknik menyimpan dengan benar. Kemudian kata memahami disuruh menghilangkan. b) Kegiatan Awal, peneliti belum mencantumkan kegiatan “Guru mengajak murid untuk berdoa, menyiapkan alat-alat yang diperlukan dalam pembelajaran.” 3. Pelaksanaan Tindakan Tindakan yang dilakukan guru untuk pembelajaran “Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500” yaitu dengan menggunakan metode penemuan. Sebelum
menyampaikan
materi
pembelajaran,
guru
mengondisikan siswa untuk siap dalam pembelajaran. Guru mengajak siswa untuk berdoa, menyiapkan alat-alat yang diperlukan dalam pembelajaran. Guru
memberikan motivasi kepada siswa tentang
pentingnya belajar Matematika. Guru mengadakan tanya jawab tentang xxxiii
banyak benda-benda yang ada di dalam kelas dengan harapan siswa dapat menghitung langsung bendanya. Setelah siswa benar-benar dalam kondisi siap belajar guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Pada kegiatan inti, guru menjelaskan cara menulis lambang bilangan dan membaca lambang bilangan. Guru menyuruh siswa secara bergantian untuk menghitung banyak benda yang telah disiapkan oleh guru. Untuk menumbuhkan keaktifan siswa, penunjukkan siswa dilakukan secara acak. Siswa menuliskan bilangan banyak benda yang telah dihitung di papan tulis. Setelah siswa menguasai menghitung banyak benda, kemudian guru memberikan pertanyaan tentang penjumlahan dua bilangan. Agar menjawab pertanyaan tersebut, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir sehingga dapat menemukan jawabannya. Cara yang dilakukan siswa bermacam-macam, ada yang menggunakan jari, ada yang menggunakan sapu lidi, dan ada pula yang menggunakan batu. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Dalam diskusi kelompok, guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kemudian
dikerjakan
secara
berkelompok.
Guru
bersama
siswa
menyimpulkan hasil diskusi kelas. Akhir kegiatan pembelajaran, yaitu guru menegaskan kembali cara atau langkah-langkah menjumlahkan dua bilangan. Guru memberikan kesempatan lagi bagi siswa yang belum paham untuk bertanya. Setelah siswa memahaminya, guru mengadakan evaluasi pembelajaran. Lembar evaluasi dikerjakan secara individu dan tidak boleh bertanya kepada temannya. Hasil pekerjaan siswa dikumpulkan setelah waktunya habis. Untuk menutup pembelajaran, guru memberikan tugas pekerjaan rumah dan memberi motivasi untuk rajin belajar di rumah. 4. Observasi Pelaksanaan observasi dilakukan oleh guru kelas II (peneliti) bersama supervisor. Tugas supervisor adalah mengamati kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
xxxiv
Berdasarkan hasil pengamatan supervisor, pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada umumnya sudah baik karena guru sudah dapat mengaktifkan siswa. Siswa merasa senang dengan metode penemuan. Siswa dapat menemukan sendiri cara menjumlahkan dua buah bilangan. Siswa sangat antusias mendengarkan dan mengamati penjelasan dari guru. Interaksi antara guru dan siswa terjalin dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan guru. Di samping itu, siswa juga aktif bertanya kepada guru tentang materi pembelajaran yang belum dipahami. Interaksi antarsiswa juga terjalin dengan baik. Ketua kelompok dapat membantu anggota kelompoknya yang belum memahami. Lembar Kerja Siswa dan Lembar Evaluasi sudah baik untuk digunakan sebagai alat pengukuran. Beberapa hal yang perlu tingkatkan lagi dalam kegiatan pembelajaran yaitu: pada kegiatan awal, guru masih terasa tegang dalam membuka pembelajaran,
bahasa yang digunakan guru masih bersifat
kedaerahan sehingga ada siswa yang kurang paham. Pada kegiatan inti, terutama pada saat diskusi kelompok guru belum menguasai pengelolaan kelas karena di bagian belakang ada beberapa siswa yang ramai sendiri. Guru hendaknya tidak terfokus pada salah satu kelompok saja. 5. Refleksi Guru (peneliti) mengadakan evaluasi dan refleksi dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan observasi yang dikolaborasikan dengan Supervisor Penelitian. Pada tahap refleksi ini diharapkan dapat menemukan kekurangan dan kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya. Pada Siklus I diperoleh data kualitatif dan kuantitatif. Yang termasuk data kualitatif yaitu: Lembar Keaktifan Siswa dan Lembar Kinerja Guru (terlampir). Sedangkan data kuantitatif yaitu nilai hasil belajar siswa. Nilai hasil belajar siswa diperoleh melalui tes tertulis.
xxxv
Instrument tes yang digunakan berupa isian singkat. Data hasil belajar siswa seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 1 Data Nilai Ulangan Harian Siswa Siklus I Nama Sekolah
: SDN Bedoro 2
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas
: II (Dua)
Kompetensi Dasar
: Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500
Tanggal Pelaksanaan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Nama Siswa
: 12 Agustus 2009 KKM
Dewi Nur Samsiah Risky Alamsyah Siti Karyawati Yeni Dwi Parwanti Arum Nur Aisyah Dela Putri Dwi Setyo Nugroho Friska Adilla Nuraini Galuh Prayoga Hafidatul Azizah Imada Karen Indra Sukma Maulana Ngatmi Andriani K. Rahma Amelia Jaswati Rajis habib Maulana Yesi Wida Wati Yaga Prasetyo Yuliana Ningtyas Yunus Bayu Saputro yursel
75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
Jumlah
Nilai Ulangan 60 75 85 90 90 85 95 78 80 100 100 95 100 75 80 95 78 100 75 1.636
xxxvi
Keterangan Belum Tuntas Tuntas Keluar Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
No.
Nama Siswa
KKM
Rata-rata Kelas Nilai Tertinggi Nilai Terendah
Nilai Ulangan 86,1 100 60
Keterangan
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa jumlah siswa ada 19 anak (20 – 1 = 19), jumlah nilai 1.636, rata-rata nilai siswa 86,1, nilai tertinggi 100, nilai dan terendah 60. Penetitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Siklus II dilaksanakan pada tanggal 26 Agustus – 9 September 2009. Hasil pelaksanaan Siklus II secara terperinci sebagai berikut: 1. Perencanaan Tindakan Setelah guru (peneliti) membuat Rancangan Perbaikan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
dengan
menggunakan
media
pembelajaran benda konkrit kemudian diajukan kepada kepala sekolah dan supervisor. Hasil penilaian RPP yang telah dilakukan oleh kepala sekolah dan supervisor yaitu sudah baik dan dapat dilanjutkan untuk kegiatan pelaksanaan pembelajaran. 2. Pelaksanaan Tindakan Tindakan yang dilakukan guru untuk pelaksanaan pembelajaran pada siklus II yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran. Berdasarkan kendala dan masalah yang muncul pada siklus I, peneliti berusaha untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara: a. Guru harus menyiapkan diri baik fisik maupun mental, tidak perlu ada perasaan canggung mengajar ditunggui oleh kepala sekolah dan supervisor. Untuk menarik perhatian siswa, guru dapat mengajak siswa menyanyikan sebuah lagu. b. Pada saat pembelajaran hendaknya siswa dibiasakan untuk tidak pergi ke WC dan disarankan ke WCnya pada waktu istirahat saja.
xxxvii
c. Pengambilan gambar (foto) sebaiknya diusahakan siswa tidak mengetahuinya. Sebelum
menyampaikan
materi
pembelajaran,
guru
mengondisikan siswa untuk siap dalam pembelajaran. Guru mengajak siswa untuk berdoa, menyiapkan alat-alat yang diperlukan dalam pembelajaran kemudian diadakan tanya jawab tentang banyak bendabenda yang ada di dalam kelas dengan harapan siswa dapat menghitung langsung bendanya. Setelah itu, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Pada kegiatan inti, Guru mendemonstrasikan cara menjumlahkan bilangan tanpa teknik menyimpan dan dengan teknik menyimpan. Mengemukakan problema yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penemuan.
Diskusi
pengarahan
tentang
cara
pelaksanaan
penemuan/pemecahan problema yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan
penemuan berupa kegiatan penyelidikan/percobaan untuk menemukan konsep atau prinsip yang telah ditetapkan.
Membantu siswa dengan
informasi atau data, jika diperlukan siswa. Membantu siswa melakukan analisis data hasil temuan. Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa. Memuji siswa yang giat dalam melaksanakan penemuan. Memberi kesempatan siswa melaporkan hasil penemuannya. Akhir
kegiatan
pembelajaran,
Meminta
siswa
membuat
rangkuman hasil-hasil penemuannya, melakukan evaluasi hasil dan proses penemuan, melakukan tindak lanjut, yaitu meminta siswa melakukan penemuan ulang jika ia belum menguasai materi, dan meminta siswa mengerjakan tugas pengayaan bagi siswa yang telah melakukan penemuan dengan baik, guru mengakhiri kegiatan dan ganti pelajaran berikutnya. 3. Observasi Pelaksanaan observasi dilakukan oleh guru kelas II (peneliti) dan kepala sekolah sebagai supervisor. Tugas supervisor yaitu mengamati semua kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
xxxviii
Berdasarkan hasil pengamatan supervisor, pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada umumnya sudah baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Di samping itu, sudah ada peningkatan jika dibandingkan dengan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I terutama pada pengelolaan kelas. Siswa lebih aktif, tampak senang, dan tidak merasa tertekan. Interaksi antara guru dan siswa terjalin dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh guru. 4. Refleksi Guru (peneliti) mengadakan evaluasi dan refleksi dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan observasi yang dikolaborasikan dengan Supervisor Penelitian. Data yang digunakan untuk merefleksi berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diambil dari pengamatan supervisor sedangkan data kualitatif berupa hasil tes ulangan harian siswa. Hasil ulangan harian siswa pada siklus II seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 2 Data Nilai Ulangan Harian Siswa Siklus II Nama Sekolah
: SDN Bedoro 2
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas
: II (Dua)
Kompetensi Dasar
: Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500
Tanggal Pelaksanaan No.
Nama Siswa
21. 22. 23. 24. 25.
Dewi Nur Samsiah Risky Alamsyah Siti Karyawati Yeni Dwi Parwanti Arum Nur Aisyah
: 12 Agustus 2009 KKM 75 75 75 75 75 xxxix
Nilai Ulangan 75 80 90 90
Keterangan Tuntas Tuntas Keluar Tuntas Tuntas
No. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
Nama Siswa
KKM
Dela Putri Dwi Setyo Nugroho Friska Adilla Nuraini Galuh Prayoga Hafidatul Azizah Imada Karen Indra Sukma Maulana Ngatmi Andriani K. Rahma Amelia Jaswati Rajis habib Maulana Yesi Wida Wati Yaga Prasetyo Yuliana Ningtyas Yunus Bayu Saputro yursel
75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
Jumlah Rata-rata Kelas Nilai Tertinggi Nilai Terendah
Nilai Ulangan 90 80 100 80 80 100 100 95 100 80 85 100 80 100 85
Keterangan Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
1.690 88,9 100 75
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa jumlah siswa ada 19 anak (20 – 1 = 19), jumlah nilai 1.690, rata-rata nilai siswa 88,9, nilai tertinggi 100, nilai dan terendah 75.
xl
B. Pembahasan 1. Pembahasan Data Siklus Pada Siklus I data nilai tersebut dapat dikelompok seperti berikut: Tabel 3 Pengelompokan Nilai Siklus I Mata Pelajaran Matematika Kompetensi Dasar : Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500 Kelompok
Nilai
Jumlah Siswa
Prosentase
A B C
85 – 100 75 – 84 65 – 74
11 7 0
57,9% 36,8% 0%
D
< 65
1
5,3%
Jumlah 19 Setelah dikelompokkan berdasarkan nilainya diketahui bahwa: a.
Kelompok A yang mendapat nilai 85 – 100 ada 11 anak, sudah tuntas.
b.
Kelompok B yang mendapat nilai 75 – 84 ada 7 anak, sudah tuntas.
c.
Kelompok C yang mendapat nilai 65 – 74 ada 0 anak, belum tuntas.
d.
Kelompok D yang mendapat nilai < 65 ada 1 anak, belum tuntas.
Jumlah siswa yang mendapat nilai di atas 75 ada 18 anak. Jadi, anak yang sudah tuntas dalam pembelajaran hanya 18 anak (94,7%) sedangkan yang belum tuntas ada 1 anak (5,39%).
xli
Berdasarkan data tersebut di atas dapat dibuat diagram sebagai berikut: Diagram 3 Pengelompokan Nilai Siklus I 12
11
Banyak Anak
10 8
7
6 4 2
1 0
0 < 65
65 - 74
75 - 84
85 - 100
Nilai Ulangan
Berdasarkan hasil pengamatan/observasi dan evaluasi pembelajaran Matematika untuk kompetensi dasar Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500 pada Siklus I sudah ada peningkatan di beberapa hal, di antaranya: a. Siswa tidak takut lagi pada mata pelajaran Matematika. b. Siswa sudah aktif belajar di dalam kelas. c. Siswa tidak ada yang mengantuk saat dijelaskan pada konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500. d. Siswa tidak bosan lagi saat pembelajaran pada konsep Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500. e. Rata-rata hasil belajar siswa terjadi peningkatan sebesar 19,12% (dari 73,5 menjadi 86,1).
xlii
Sedangkan pada Siklus II data nilai tersebut di atas dapat dikelompok seperti berikut: Tabel 4 Pengelompokan Nilai Siklus II Mata Pelajaran Matematika Kompetensi Dasar : Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500 Kelompok
Nilai
Jumlah Siswa
Prosentase
A B C
85 – 100 75 – 84 65 – 74
12 7 0
63,2% 36,8% 0%
D
< 65
0
0%
Jumlah 19 Setelah dikelompokkan berdasarkan nilainya diketahui bahwa: a.
Kelompok A yang mendapat nilai 85 – 100 ada 12 anak, sudah tuntas.
b.
Kelompok B yang mendapat nilai 75 – 84 ada 7 anak, sudah tuntas.
c.
Kelompok C yang mendapat nilai 65 – 74 ada 0 anak, belum tuntas.
d.
Kelompok D yang mendapat nilai < 65 ada 0 anak, belum tuntas.
Jumlah siswa yang mendapat nilai di atas 75 ada 19 anak. Jadi, anak yang sudah tuntas dalam pembelajaran hanya 19 anak (100%) sedangkan yang belum tuntas tidak ada (0%). Berdasarkan data tersebut di atas dapat dibuat diagram sebagai berikut: Diagram 4 Pengelompokan Nilai Siklus II 14 12
Banyak Anak
12 10 8
7
6 4 2 0
0
< 65
65 - 74
0 75 - 84
Nilai Ulangan
xliii
85 - 100
Berdasarkan hasil pengamatan/observasi dan evaluasi pembelajaran Matematika untuk kompetensi dasar Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500 pada Siklus I sudah ada peningkatan di beberapa hal, di antaranya: a. Siswa tidak takut lagi pada mata pelajaran Matematika. b. Siswa sudah aktif belajar di dalam kelas. c. Siswa tidak ada yang mengantuk saat dijelaskan pada konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500. d. Siswa tidak bosan lagi saat pembelajaran pada konsep Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500. e. Rata-rata hasil belajar siswa terjadi peningkatan sebesar 3,3% (dari 86,1 menjadi 88,9). Untuk mengetahui keberhasilan dalam penelitian ini, perlu adanya perbandingan antara nilai hasil ulangan Siklus I dan Siklus II. Hal ini dapat dilihat pada tabel perbandingan hasil belajar siswa Siklus I dan Siklus II berikut ini: Tabel 5 Perbandingan Nilai Ulangan Harian Siswa Siklus I dan Siklus II No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Nama Siswa Dewi Nur Samsiah Risky Alamsyah Siti Karyawati Yeni Dwi Parwanti Arum Nur Aisyah Dela Putri Dwi Setyo Nugroho Friska Adilla Nuraini Galuh Prayoga Hafidatul Azizah Imada Karen Indra Sukma Maulana Ngatmi Andriani K. Rahma Amelia Jaswati
xliv
Siklus I
Siklus II
60 75 keluar 85 90 90 85 95 78 80 100 100 95 100
75 80 keluar 90 90 90 80 100 80 80 100 100 95 100
No. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Nama Siswa
Siklus I
Siklus II
Rajis habib Maulana Yesi Wida Wati Yaga Prasetyo Yuliana Ningtyas Yunus Bayu Saputro yursel
75 80 95 78 100 75
80 85 100 80 100 85
Jumlah Rata-rata Kelas Nilai Tertinggi Nilai Terendah
1.636 86,1 100 60
1.690 88,9 100 75
Berdasarkan hasil pengamatan/observasi dan evaluasi pembelajaran Matematika untuk kompetensi dasar membandingkan bilangan sampai 500 pada Siklus II sudah ada peningkatan di beberapa hal, di antaranya: a. Siswa lebih menyukai mata pelajaran Matematika. b. Siswa lebih aktif belajar di dalam kelas. c. Semua siswa sudah tuntas dalam belajar d. Rata-rata hasil belajar siswa terjadi peningkatan sebesar 3,3% (dari 86,1 menjadi 88,9). Jumlah siswa yang sudah tuntas ada 19 anak (100%), dan yang belum tuntas tidak ada (0%). 2. Pengujian Hipotesis Penelitian ini dikatakan berhasil apabila rata-rata nilai tes hasil belajar siswa kemampuan membandingkan bilangan cacah di atas nilai KKM, yaitu 65 dan siswa yang mendapat nilai di atas KKM minimal sebanyak 70%. Pada akhir Siklus II diperoleh data: rata-rata hasil belajar siswa 88,9 dan jumlah siswa yang sudah tuntas ada 19 anak (100%), dan yang belum tuntas tidak ada (0%). Jadi, berdasarkan data pada siklus II Penelitian Tindakan Kelas ini dikatakan telah berhasil.
xlv
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mulai dari Sebelum Siklus I sampai dengan Siklus II dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode penemuan dapat meningkatkan kemampuan menjumlahkan bilangan cacah pada mata pelajaran Matematika. Pada akhir Siklus II terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar siswa yaitu sebesar 3,3% (dari 86,1 menjadi 88,9). Jumlah siswa yang sudah tuntas ada 19 anak (100%), dan yang belum tuntas tidak ada (0%). Penggunaan metode penemuan dapat meningkatkan kreatifitas siswa karena dengan menggunakan metode penemuan memungkinkan untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif. Di samping itu, pengetahuan yang ditemukan sendiri melalui metode penemuan akan betul-betul dikuasai, dan mudah digunakan/ditransfer dalam situasi lain, siswa dapat menguasai salah satu metode ilmiah yang sangat berguna dalam kehidupannya, siswa dibiasakan berpikir analitis dan mencoba memecahkan masalah yang akan ditransfer dalam kehidupan masyarakat.. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai dalam Penelitian Tindakan Kelas ini maka saran-saran yang perlu penulis sampaikan yaitu: 1.
Bagi Guru a. Guru hendaknya dalam melaksanakan pembelajaran pada konsep penjumlahan bilangan cacah menggunakan metode penemuan. b. Guru hendaknya menguasai/terampil dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran.
2.
Bagi Siswa a. Siswa harus lebih banyak belajar belajar Matematika karena pelajaran Matematika sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. b. Dalam
pembelajaran
hendaknya
siswa
harus
lebih
berani
mengemukakan pendapat dan menumbuhkan rasa ingin tahu. 3.
Bagi Sekolah a. Sekolah hendaknya memfasilitasi segala kebutuhan yang diperlukan guru guna memperlancar proses pembelajaran. xlvi
b. Sekolah perlu memberi kesempatan kepada guru untuk senantiasa mengembangkan profesinya melalui kegiatan pelatihan, penataran, ataupun forom KKG.
xlvii
DAFTAR PUSTAKA M. Djauhar Siddiq, dkk. 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas. Mark K. Smith, dkk. 2009. Teori Pembelajaran & Pengajaran. Yogyakarta: Mirza Media Pustaka. Nabisi Lapono, dkk. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas. Nana Sudjana. 1987. Dasar-dasa Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Siti Hawa. 2008. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas. Soli Abimanyu, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas. Wiji Suwarno. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media. Yudhi Munadi. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta. Gaung Persada Press.
xlviii