LAPORAN PENELITIAN
PENGARUH TINGKAT PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG) TERHADAP PERTUMBUHAN HARGA SAHAM ( Penelitian pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI )
Oleh: Yuni Utami, S.E., M.M. Drs.Baihaqi Fanani, M.M., Akt Abdulloh Mubarok, S.E., M.M. Akt.
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL 2011
1
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN 1. Judul Penelitian
2. Bidang Penelitian 3. Ketua peneliti a. Nama Lengkap b. Jenis Kelamin c. NIPY d. Disiplin Ilmu e. Pangkat/Golongan f. Alamat Kantor g. Telepon/Fax h. Alamat Rumah i. Telepon/email 4. Jumlah TimPeneliti Nama Anggota I Nama Anggota II 5. Lokasi Penelitian 6. Biaya
: Pengaruh Tingkat Penerapan Tata kelola Perusahaan (Good Corpotare Gorvernance /GCG) Terhadap Pertumbuhan Harga Saham : Ekonomi : : Yuni Utami, S.E.,M.M. : Perempuan : 16461661976 : Manajemen : Penata muda /IIIa : Jl. Halmahera KM.1 : 0283 – 355720 : Jl. Raya Pekajangan No. 99 Pekalongan : 08122801762/
[email protected] : 3 (tiga) orang : Abdulloh Mubarok,S.E.,M.M.Akt : Drs. Baihaqi Fanani,M.M.Akt : BEI : Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah)
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
Tegal, 22 Agustus 2011 Ketua Peneliti,
Sumarno, S.E.,M.Si. NIPY. 8850811965
Yuni Utami, S.E.,M.M. NIPY. 16461661976
Menyetujui Ketua Lembaga Penelitian
Siswanto, S.H.,M.H. NIP. 196412131992031002
ii
2
RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh positif penerapan Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance/GCG) dengan pertumbuhan harga saham. Proses analisis data dilakukan dengan menganalisis unsur-unsur yang mencerminkan penerapan tata kelola perusahaan antara lain: pembentukan dan kesesuaian komisaris independen dan komite audit, data mengenai ada atau tidak adanya laporan pelaksanaan tugas komite audit pada laporan tahunan 2003. Sedangkan data harga sahamnya adalah harga saham perusahaan perbankan pada tahun 2003. Data ini dikumpulkan dengan cara dokumentasi melalui Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia. Sample penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam tahun 2003. Pemilihan sample dilakukan dengan metode purposive sampling. Dengan alat analisis regresi linear,dengan uji normalitas data dan asumsi klasik. Hasil Analisis statistik menunjukan bahwa tingkat penerapan Tata Kelola Perusahaan (GCG) tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan harga saham. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi variabel tata kelola perusahaan (0.271) yang lebih besar dari 0.05 (5%). Saran untuk penelitian yang akan datang adalah perlu dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak lagi, jenis sampel yang bukan hanya perusahaan perbankan saja; tahun pengambilan data yang lebih up to date sehingga menghasilkan kesimpulan yang lebih akurat serta perlu lebih memperpanjang periode penelitian sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang lebih tergeneralisasi. Kata kunci : Good Corporate Governance, Harga Saham
iii
3
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan ke Hadirat Allah, SWT yang telah memberikan anugrah terselesainya penelitian dengan judul “Pengaruh Tingkat Penerapan tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance/GCG) Terhadap pertumbuhan Harga Saham (Penelitian Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI) ini. Rahmat dan salam tercurah kepada junjungan umat Nabi Muhammad SAW,Amin. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan tenaga akademik di dalam melaksanakan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu penelitian.Oleh karena itu penelitian merupakan hal biasa yang bisa dilakukan oleh tenaga pendidik dimanapun berada. Peneliti menghaturkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu terselesaikannya penelitian ini, terutama kepada Rektor UPS, Ketua Lembaga Penelitian UPS dan Dekan Fakultas Ekonomi UPS. Diharapkanan laporan penelitian ini dapat memberikan sumbang pemikiran yang berguna bagi penelitian lebih lanjut yang sejenis. Dan khususnya bagi perbankan. Kami telah berusaha secara maksimal untuk menyiapkan laporan ini, apabila masih ada berbagai kekurangan kami minta maaf karena adanya berbagai kendala yang dihadapi dalam penelitian. Kami berharap agar laporan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak .
Tegal 18 Agustus 2011 Ketua Peneliti,
Yuni Utami,S.E.,M.M. iv
4
DAFTAR ISI Hal HALAMA JUDUL..............................................................................................i HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii RINGKASAN......................................................................................................iii KATA PENGANTAR.........................................................................................iv DAFTAR ISI.........................................................................................................v DAFTAR TABEL................................................................................................vi DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................vii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah........................................................................1 B. Batasan Masalah....................................................................................4 C. Perumusan Masalah ..............................................................................4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori.....................................................................................6 A.1. Kegiatan Perbankan dan Peranannya...........................................6 A.2. Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance)..............6 A.3. Teori Keagenan (Agency Theory)..............................................10 A.4. Harga Saham dan Pertumbuhannya............................................13 A.5. Hasil Penelitian Terdahulu...........................................................5 B. Kerangka Pemikiran............................................................................17 C. Hipotesis Penelitian............................................................................18 BAB III. TUJUAN DAN PENELITIAN A. Tujuan Penelitian.................................................................................19 B. Manfaat Penelitian...............................................................................19 BAB IV. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Data Penelitian.......................................................20 B. Sampel Penelitian................................................................................20 C. Operasional Variabel...........................................................................20 D. Pengukuran Variabel...........................................................................21 v
5
E. Uji Normalitas Data Dan Asumsi klasik.............................................22 F. Uji regresi Linear................................................................................23 BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data.....................................................................................26 B. Uji Normalitas dan Uji Asumsi Klasik................................................26 C. Uji Hipotesis.......................................................................................27 BAB. VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan..........................................................................................29 B. Saran....................................................................................................29 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
6
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Tabel Tingkat Penerapan tata Kelola Perusahaan...............................21 Tabel 4.2. Tabel Koefisien Korelasi.....................................................................24 Tabel 5.1. Tabel Diskriptif Hasil Penelitian........................................................26
vi
7
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Data Tata Kelola Perusahaan (GCG) dan Harga Saham untuk masing-masing Sampel Penelitian Lampirn 2. Data Tata Kelola Perusahaan (GCG) dan Pertumbuhan Harga Saham untuk masing-masing Sampel Penelitian Lampiran 3. Hasil Uji Normalitas Data dan Asumsi Klasik Lampiran 4. Hasil Uji Regresi
vii
8
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Isu-isu
tentang
tata
kelola
perusahaan
(good
corporate
governance/GCG) telah berkembang sejak tahun 2000. Munculnya isu ini dilatarbelakangi oleh adanya krisis ekonomi yang melanda Negara Indonesia sejak awal tahun 1997. Krisis ekonomi ini disinyalir, disebabkan oleh lemahnya penerapan tata kelola perusahaan. Hasil kajian Bank Dunia menyimpulkan bahwa krisis ekonomi yang melanda di Asia, termasuk di Indonesia sejak tahun 1997 dipengaruhi oleh lemahnya implementasi tata kelola perusahaan. Bahkan lembaga studi The Political & Economic Risk Consultancy (PERC) yang berpusat di Hongkong mengkategorikan Indonesia sebagai Negara terjelek ketiga di Asia dalam pelaksanaan tata kelola
perusahaan
(Mardjan,
2002:
28).
Kondisi
ini
jelas-jelas
mempengaruhi daya saing dan minat investor untuk menanamkan dananya di Indonesia. Di tingkat nasional, beberapa kasus perusahaan yang disinyalir timbul akibat adanya penyimpangan penerapan tata kelola perusahaan antara lain kasus Sinar Mas Group, Indomobil, Kimia Farma, Lippo Bank dan beberapa perusahaan yang berada dalam pengawasan BPPN (Sulistyanto, 2008: 147 dan Mardjani, 2002: 28). Penerapan dan pengelolaan corporate governance yang baik atau yang lebih dikenal dengan good corporate governance merupakan sebuah konsep yang menekankan pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar, akurat, dan tepat waktu. Selain itu juga menunjukkan kewajiban perusahaan untuk mengungkapkan (disclosure) semua informasi kinerja keuangan perusahaan secara akurat, tepat waktu dan transparan. Oleh karena itu, baik perusahaan publik maupun tertutup harus memandang good corporate governance (GCG)
9
bukan sebagai aksesoris belaka, tetapi sebagai upaya peningkatan kinerja dan nilai perusahaan (Tjager, 2003 dalam Darmawati;Sam’ani 2008). Kajian mengenai corporate governance
semakin berkembang dengan
pesat seiring dengan terbukanya skandal keuangan berskala besar seperti skandal Enron, Tyco, Worldcom, Merck, Global Crossing mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat (Cornett, Marcuss, Saunders dan Tehranian, 2006 dalam Sam’ani 2008) yang melibatkan akuntan, salah satu elemen penting dari good corporate governance. Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia seperti diungkapkan diatas oleh Sulistyanto dan Mardjani, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk (Boediono, 2005) juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Boediono, 2005). Kasus ini terjadi akibat dari lemahnya struktur dan fungsi organisasi perusahaan, serta terjadinya berbagai intervensi eksternal seperti pengaruh politik kekuasaan dalam penyelenggaraan korporasi. Penyebab ini merupakan gambaran dari lemahnya penerapan tata kelola perusahaan. Di tingkat Internasional terdapat beberapa kasus terkait tata kelola perusahaan antara lain kasus Union Carbide, Lockheed, Johnson & Johnson, Enron, Worldcom, Xerox dan Kookmin Bank. Kookmin Bank, bank terbesar di Korea Selatan dikenai denda 1,7 juta dollar Amerika Serikat akibat pelanggaran standar akuntansi. Secara umum kasus-kasus tersebut kemudian mempengaruhi reputasi perusahaan sebagai agen ekonomi yang bertanggung jawab (Suta dkk, 2006:124). Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan
mendasarkan
pada
kerangka
peraturan.
Konsep
corporate
governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan (Sam’ani 2008) Corporate governanace merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efesiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan
10
antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders lainnya. Corporate governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja (Darmawati, Khomsiyah dan Rika, 2004). Secara konsep, istilah tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee pada tahun 1992, dalam laporannya yang dikenal dengan Cadbury report. Tata kelola perusahaan juga dapat didefinisikan sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, manejemen, kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajibannya. Good Corporate Governance atau Tata Kelola Perusahaan yang Baik membantu
terciptanya
dipertanggungjawabkan
hubungan diantara
yang
elemen
kondusif
dalam
dan
perusahaan
dapat (Dewan
Komisaris, Dewan Direksi, dan para pemegang saham) dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan (Sam’ani 2008) Seiring dengan mengglobalnya sistem perekonomian, tumbuh pula kesadaran pelaku usaha dan pihak lainnya untuk memperhatikan masalah tata kelola perusahaan. Hasil penelitian PriceWaterhouse Coopers tahun 2002 menyimpulkan bahwa investor bersedia membeli saham perusahaan pada harga premium rata-rata 17% lebih tinggi pada perusahaan yang menerapkan tata kelola perusahaan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan tata kelola perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan investor. Mereka menganggap dengan penerapan tata kelola perusahaan, perusahaan telah berusaha untuk melakukan transparansi dalam kegiatan usahanya. Praktik tata kelola perusahaan dianggap dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui pengurangan resiko manajemen oleh dewan direksi. Penerapan tata kelola perusahaan juga dapat memperbaiki kinerja perusahaan, khususnya dalam hal menentukan strategi perusahaan, merger
11
dan akuisisi berdasarkan alasan bisnis dan sistem yang merefleksikan hasil pencapaian. Salah satu jenis usaha yang perlu menerapkan tata kelola perusahaan adalah perbankan. Hal ini karena perusahaan perbankan dibutuhkan oleh semua sektor yang terkait dengan kegiatan keuangan. Perbankan juga dianggap
sebagai
lembaga
yang
kegiatannya
lebih
menekankan
kepercayaan. Agar usahannya tercapai, perbankan perlu berbenah diri, yaitu menjalankan bisnis dengan prinsip kehati-hatian (prudent) dan menerapkan tata kelola perusahaan. Ada beberapa peraturan terkait dengan penerapan Good Corporate Governance baik yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI), Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), maupun Keputusan Menteri BUMN. Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum serta Surat Edaran Nomor 9/12/DPNP tanggal 30 Mei 2007 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum. Bank berkewajiban untuk melaksanakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam setiap aktivitas usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. Badan Pengawasan Pasar Modal (Bapepam) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) juga sudah mensyaratkan keberadaan komisaris independent dan komite audit bagi semua perusahaan publik. Ditambah lagi, Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor 117/2002 sudah mensyaratkan hal yang sama untuk BUMN. Mendasarkan pada uraian di atas, kami tertarik untuk mengadakan penelitian tentang tata kelola perusahaan dan pengaruhnya terhadap harga saham pada saat baru beberapa tahun diterapkan dengan kasus perusahaan publik perbankan di Indonesia.
12
B. Batasan Masalah Penelitian ini hanya membatasi permasalahan pada analisis pengungkapan
tata
kelola
perusahaan
dan
pengaruhnya
terhadap
pertumbuhan harga saham (kinerja perusahaan).
C. Perumusan Masalah Seiring dengan mengglobalnya sistem perekonomian, tumbuh pula kesadaran pelaku usaha dan pihak lainnya untuk memperhatikan masalah tata kelola perusahaan. Hasil penelitian PriceWaterhouse Coopers tahun 2002 menyimpulkan bahwa investor bersedia membeli saham perusahaan pada harga premium rata-rata 17% lebih tinggi pada perusahaan yang menerapkan tata kelola perusahaan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan tata kelola perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan investor. Mereka menganggap dengan penerapan tata kelola perusahaan, perusahaan telah berusaha untuk melakukan transparansi dalam kegiatan usahanya. Praktik tata kelola perusahaan dianggap dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui pengurangan resiko manajemen oleh dewan direksi. Penerapan tata kelola perusahaan juga dapat memperbaiki kinerja perusahaan, khususnya dalam hal menentukan strategi perusahaan, merger dan akuisisi berdasarkan alasan bisnis dan sistem yang merefleksikan hasil pencapaian. Salah satu jenis usaha yang perlu menerapkan tata kelola perusahaan adalah perbankan. Hal ini karena perusahaan perbankan dibutuhkan oleh semua sektor yang terkait dengan kegiatan keuangan. Perbankan juga dianggap
sebagai
lembaga
yang
kegiatannya
lebih
menekankan
kepercayaan. Agar usahannya tercapai, perbankan perlu berbenah diri, yaitu menjalankan bisnis dengan prinsip kehati-hatian (prudent) dan menerapkan tata kelola perusahaan. Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah tingkat penerapan tata kelola perusahaan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan harga saham.
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Kegiatan Perbankan dan Peranannya terhadap Perekonomian Nasional Ada beberapa kegiatan yang dilakukan perbankan. Diantaranya adalah: a. Menghimpun dana dari masyarakat. Bentuknya dapat berupa simpanan tabungan atau deposito. Bagi masyarakat, hal ini merupakan usaha untuk berjaga-jaga ataupun berinvestasi. b. Menyalurkan dana tersebut ke masyarakat, berupa pinjaman atau kredit. Dana tersebut nantinya digunakan untuk kegiatan investasi atau kegiatan konsumsi lainnya. c. Memberikan jasa lain antara lain pengiriman uang (transfer) penagihan piutang atau surat berharga lainnya, letter of credit, safe deposit box, bank guarantee, bank notes, traveler cheque dan lain-lain. (Kasmir, 2002 dalam Abadi, 2004:3) Uraian di atas menjelaskan bahwa peranan perbankan sebenarnya adalah sebagai pihak perantara yang menjembatani antara pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dan pihak yang membutuhkan dana (deficit unit). Dengan peranan ini, kedua belah pihak akan mendapatkan manfaat. Surplus unit diuntungkan dengan mendapatkan bunga, sedangkan deficit unit diuntungkan dengan perolehan dana untuk kegiatan investasi dan kegiatan lainnya. Dalam lingkup yang lebih luas, kegiatan yang diperankan oleh perbankan ini akan menyebabkan berkembangnya dunia usaha dan secara tidak langsung memberikan dampak pada kemajuan perekonomian suatu Negara.
2. Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance) Husnan, (1999 dalam Suta dkk, 2006: 124) mengatakan bahwa masalah tata kelola perusahaan dapat ditelusuri dari kemuculan agency theory yang mencoba menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang terlibat
14
dalam perusahaan seperti manajer, pemilik perusahaan dan kreditur akan berperilaku berdasarkan kepentingan yang berbeda-beda. Zhuang, David dan Webb (2002, dalam Suta dkk, 2006: 125) menjelaskan bahwa tata kelola perusahaan timbul karena terdapat pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Istilah corporate governance diperkenalkan pertama kali oleh Cadbury committee pada tahun 2002. Dalam laporannya yang terkenal dengan cadbury report, komite ini mendefinisikan corporate governance sebagai,
"A set of rules that define the relationship between shareholders, managers, creditor, the government, employees and other internal and external stakeholders in respect to their right and responsibilities" Forum
for
corporate
corporate governance
governance
(FCGI)
mendefinisikan
sebagai seperangkat peraturan yang mengatur
hubungan antara pemegang saham, manejemen, kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajibannya. Sedangkan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) mendefinisikan corporate governance sebagai: "the structure through which shareholder, directors, managers, set of the board objective of the company, the means of attaining those objective and monitoring performance" Mardjana, (2002:30) menjelaskan bahwa corporate governance merupakan proses dan struktur pengelolaan bisnis dan urusan-urusan perusahaan lainnya dalam rangka meningkatkan kemakmuran korporasi dan akuntabilitas perusahaan dengan tujuan utama mewujudkan nilai pemegang saham yang optimal dalam jangka panjang dan dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder yang lain. Dia menyarankan bahwa
perusahaan
selayaknya
menciptakan
keseimbangan
antara
kepentingan pemegang saham untuk mendapatkan keuntungan dan
15
berbagai kemanfaatan bagi stakeholder lainnya, sehingga dalam jangka panjang
penyelenggaraan
kepentingan.
Sullivan,
korporasi
(2000:
5)
tidak
menimbulkan
menjelaskan
bahwa
benturan corporate
governance lebih menekankan pada masalah-masalah bagaimana struktur internal dan pengaturan dewan direksi, isu di seputar komite audit, laporan kepada para pemegang saham dan control manajemen. Konsep corporate governance dapat di gambarkan dalam sebuah model sederhana sebagai berikut:
Para pemegang saham memilih para direktur yang mewakilinya.
Para direktur melakukan pemungutan suara untuk memutuskan masalah-masalah kunci dan menerima keputusan mayoritas.
Keputusan-keputusan diambil secara transparan sehingga para pemegang saham dan pihak lainnya dapat tetap memegang akuntabilitas para direktur.
Perusahaan
menggunakan
standar-standar
akuntansi
untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh para direktur, investor dan para stakeholder untuk menetapkan keputusan.
Praktik-praktik dan kebijaksanaan perusahaan mengikuti hukumhukum daerah, negara bagian, dan negara yang berlaku. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, tata kelola perusahaan
(corporate governance) merupakan seperangkat aturan yang dirumuskan untuk mengatur hubungan antara pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan khususnya antara pemegang saham dan manajemen. Secara teknis penerapan tata kelola perusahaan dijabarkan dalam penyusunan sejumlah laporan dan pembentukan fungsi-fungsi yang bertujuan untuk mengharmonisasi berbagai pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan. Fungsi-fungsi tersebut antara lain komisaris independen, komite
audit
dan
pertanggungjawabannya.
16
sekretaris
perusahaan
beserta
laporan
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) telah merumuskan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan. Prinsipprinsip tersebut adalah, 1. Disclosure dan transparency, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan dalam menginformasikan peristiwa materiil dan relevan tentang perusahaan. Prinsip ini diimplementasikan dengan: a. Mengembangkan sistem akuntansi yang berbasis standar akuntansi keuangan dan best practices yang menjamin adanya laporan keuangan dan pengungkapan yang berkualitas. b. Mengembangkan information technologi dan management information system untuk menjamin adanya pengukuran kinerja yang memadai dalam proses pengambilan keputusan yang efektif oleh Dewan Komisaris dan Direksi c. Mengembangkan enterprise risk management untuk memastikan bahwa semua resiko yang signifikan telah diidentifikasi, diukur dan dapat dikelola pada tingkat toleransi yang jelas. 2. Accountability,
yaitu
kejelasan
fungsi,
pelaksanaan
dan
pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaannya dapat terlaksana dengan efektif. Prinsip ini diwujudkan dengan cara: menyiapkan laporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan mengoptimalkan peran dan fungsi pengawasan dengan memperdayakan komite audit, internal audit dan dewan komisaris. 3. Responsibility, yaitu kesesuaian pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip korporasi yang berlaku. Prinsip ini diwujudkan dengan menumbuhkan kesadaran bahwa tanggung jawab pengelola perusahaan merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang, menyadari adanya tanggung jawab sosial, menghindari adanya penyalahgunaan kekuasaan, menjunjung tinggi etika bisnis dan memelihara lingkungan bisnis yang sehat.
17
4. Fairness, yaitu keadilan dan kesetaraan dalam pemenuhan hak-hak stakeholders berdasarkan perjanjian dan peraturan perundangundangan yang berlaku. Prinsip ini dapat terwujud dengan cara membuat peraturan korporasi yang memberikan perlindungan bagi para pemegang saham, khususnya pemegang saham minoritas. Kementrian BUMN RI, melalui Kepmen BUMN No. Kep.-117/MMBU/2002, juga telah merumuskan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan dan mewajibkan perusahaan BUMN untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang dirumuskan kementrian BUMN meliputi transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggung-jawaban dan kewajaran. Ada beberapa manfaat yang dapat dirasakan ketika korporasi menerapkan tata kelola perusahaan. Salah satunya adalah nilai perusahaan akan
meningkat
melalui
pengurangan
resiko.
Hasil
penelitian
PriceWaterhouse Coopers, tahun 2002, juga menyimpulkan bahwa investor bersedia membeli saham perusahaan publik dengan harga 17% di atas harga nominal. 3. Teori Keagenan (Agency Theory) Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal). Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Timbulnya manajemen laba dapat dijelaskan dengan teori agensi. Sebagai
agen,
manajer
secara
moral
bertanggung jawab
untuk
mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda didalam perusahaan
18
dimana
masing-masing
pihak
berusaha
untuk
mencapai
atau
mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki (Ali, 2002). Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya (Haris, 2004). Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan
pemilik
(pemegang
saham).
Manajer
berkewajiban
memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya (Ali, 2002). Ketidakseimbangan
penguasaan
informasi
akan
memicu
munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management) dalam rangka menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Penelitian Richardson (1998) menunjukkan adanya hubungan positif antara asimetri informasi dengan manajemen laba. Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer
19
tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer (Shleifer dan Vishny, 1997). Dengan kata lain corporate governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan (agency cost). Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan industri yang lain seperti manufaktur, perdagangan, dan sebagainya sehingga teori keagenan pada perusahaan perbankan mempunyai karakteristik sendiri. Perbankan adalah industri yang sarat dengan berbagai regulasi, hal ini karena bank adalah suatu lembaga perantara keuangan yang menghubungkan antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan dana. Karena fungsinya tersebut maka risiko yang harus dihadapi bank sangat besar, ketidakmampuan untuk menjaga image (kualitas) akan sangat berpengaruh terhadap likuiditas bank. Dengan adanya regulasi di dalam perbankan mengakibatkan hubungan keagenan industri ini berbeda dengan hubungan keagenan dalam perusahaan yang tidak teregulasi (Ciancenelli & Gonzales, 2000 dalam Supriyatno, 2006). Dengan adanya regulasi tersebut maka ada pihak lain yang terlibat dalam hubungan keagenan yaitu regulator dalam hal ini pemerintah melalui Bank Indonesia sehingga mengakibatkan masalah keagenan menjadi semakin kompleks. Moral hazard terhadap suatu regulasi
yang
muncul
lebih
menunjukkan
lemahnya
peraturan
dibandingkan konflik antara manajer dan pemilik. Dengan deregulasi justru akan semakin memperbesar moral hazard karena di satu sisi memberikan kebebasan bank untuk mengambil risiko bisnis yang lebih besar dan di pihak lain, regulator menanggung sebagian risiko ini dari komitmen yang tidak dapat dipenuhi oleh bank karena regulator merupakan lembaga pemberi dana terakhir. Dalam teori keagenan, paling sedikit ada 3 asumsi yang mendasari (Ciancenelli &
20
Gonzales, 2000 dalam Supriyatno, 2006), yaitu (1) pasar yang normal dan kompetitif, (2) nexus dari asimetri informasi adalah hubungan prinsipalagen antara pemilik dan manajer, (3) struktur modal optimal menghendaki alat yang terbatas (Miller & Modigliani theorems). Jika asumsi-asumsi tersebut di atas diterapkan dalam perbankan, maka ketiga asumsi di atas tidak akan terpenuhi semua sebab bank sangat teregulasi sehingga tidak akan tercapai pasar yang normal dan kompetitif. Dengan adanya struktur modal yang kompleks di dalam perbankan maka paling sedikit ada tiga hubungan keagenan yang dapat menimbulkan asimetri informasi (Ciancenelli & Gonzales, 2000 dalam Supriyatno, 2006) yaitu: (1) hubungan antara deposan, bank dan regulator, (2) hubungan antara pemilik, manajer, dan regulator, serta (3) hubungan antara peminjam (borrowers), manajer, dan regulator. Dari ketiga macam hubungan tersebut, dalam setiap hubungan pasti melibatkan regulator sehingga bank dalam bertindak akan memenuhi kepentingan regulator lebih dahulu dibandingkan pihak yang lain. 4. Harga Saham dan Pertumbuhannya a. Harga Saham Secara umum yang dimaksud saham adalah saham biasa (common stock) yang merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu saham dapat mempunyai nilai nominal, tanpa nilai nominal atau dengan nilai yang dinyatakan (stated value). Di pasar, harga suatu saham dapat berbeda dengan nilai nominalnya. Harga suatu saham mencerminkan seberapa besar tingkat keuntungan dan tingkat resiko yang diharapkan investor. Tingkat keuntungan ini dapat berupa deviden dan capital gain (Suherman, 2006: 15). Harga saham juga mencerminkan nilai perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Jika harga saham suatu perusahaan tinggi maka secara umum nilai perusahaan di masyarakat juga tinggi. Sebaliknya, jika harga saham suatu perusahaan rendah maka nilai
21
perusahaan penerbit saham tersebut juga rendah (Yarnest, 2002 dalam Suherman 2006: 15). b. Pertumbuhan Harga Saham Pertumbuhan harga saham dihitung dengan mengurangi harga saham akhir periode dengan harga saham awal periode dan membandingkan selisihnya dengan harga saham awal periode. Pertumbuhan harga saham merupakan salah satu komponen dalam pengukuran kinerja keuangan. Secara umum ada dua cara pengukuran kinerja keuangan, yaitu pengukuran kinerja berbasis akuntansi dan pengukuran kinerja berbasis pasar. Pengukuran kinerja berbasis akuntansi dilakukan melalui beberapa rasio keuangan seperti pertumbuhan penjualan, profitabilitas, return on assets (ROA), return on equity (ROE), earning pershare (EPS). Adapun kinerja berbasis pasar diukur melalui beberapa komponen, antara lain return pasar, pertumbuhan harga saham, likuiditas saham, distribusi saham dan kapitalisasi pasar (Suta dkk, 2006:127). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
harga
saham
merupakan
cerminan
dari
kinerja
perusahaan. Artinya perusahaan yang mengalami pertumbuhan pada harga sahamnya dapat dianggap bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik. 5. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian yang berhubungan dengan tema tata kelola perusahaan telah banyak dilakukan. Diantaranya dilakukan oleh Wallace dan Craven; Millstein; Barnhart dan Resentein (dalam Suta dkk, 2006: 123-137), Abadi, (2004: 1-22) dan Suta dkk (2006: 123137) dan PWc (2006 dalam Abadi 2004:2) Wallace dan Craven (1997) melakukan penelitian dan menemukan hubungan antara keberadaan CEO sebagai Chairman of the Board dan keterwakilan pimpinan cabang di dewan direksi memiliki hubungan positif terhadap kinerja perusahaan. Dalam
22
penelitian ini digunakan indikator pengukuran baik berbasis akuntansi ataupun berbasis harga pasar. Millstein (1997) melakukan penelitian dan menyimpulkan bahwa terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara keberadaan direksi atau komisaris independen yang aktif dengan kinerja perusahaan. Barnhart dan Resentein (1998) meneliti hubungan antara komposisi dewan direktur (board composition) dan kepemilikan manajerial (managerial ownership) sebagai bagian dari tata kelola perusahaan dengan kinerja perusahaan dan menemukan bahwa variabel-variabel
tersebut
secara
simultan
menentukan
kinerja
perusahaan. PriceWaterhouse Coopers (2002) melakukan penelitian dan menyimpulkan bahwa investor bersedia membeli
saham
perusahaan pada harga premium rata-rata 17% lebih tinggi pada perusahaan yang menerapkan tata kelola perusahaan. Klapper, L.F. and Love, I. 2002, menemukan adanya pengaruh positif antara corporate governanceterhadap kinerja dan nilai perusahaan dan perusahaan yang menerapkan corporate governance secara konsisten akan memperoleh manfaat yang lebih besar pada negara yang lingkungan hukumnya buruk.
La
porta,
Lopez
de-Silanes,
Shleifer
(2002)
dengan
menggunakan sampel pada bank di 92 negara, kepemilikan bank pemerintah cukup ekstensif, terutama di negara berkembang. Perkembangan sistem keuangan yang lambat berdampak pada tingkat pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan produktivitasnya rendah. Gompers, P., Ishii, L. and Metrick, A. 2003 penelitiannya memperlihatkan bahwa perusahaan yang memiliki budaya corporate governance yang bagus (democratic portfolio) bisa memperoleh returntahunan 8,5 % lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang budaya corporate governancenya rendah (dictator portfolio). ditemukan hubungan positif antara indeks corporate governance dengan kinerja perusahaan jangka panjang. Abadi (2004: 1-22) meneliti bagaimana tingkat penerapan tata kelola perusahaan pada perusahaan perbankan dan menemukan bahwa tingkat penerapan tata
23
kelola perusahaan pada perusahaan perbankan rendah, yaitu 8,75 % dari total maksimum 27,34%. Suta dkk (2006: 123-137) meneliti pengaruh tata kelola perusahaan terhadap kinerja pasar perusahaan publik dan menyimpulkan bahwa tata kelola perusahaan berpengarih positif dan signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan publik. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa dari unsure-unsur kinerja yang diteliti, unsur yang paling berpengaruh adalah pertumbuhan harga saham. Kemudian diikuti oleh pertumbuhan kapitalisasi pasar, likuiditas saham dan distribusi saham. Deni Darmawati, Khomsiyah dan R. G. Rahayu.(2006) meneliti variabel GCG yang menunjukkan bahwa variabel corporate governance berpengaruh signifikan terhadap ROE namun tidak berpengaruh terhadap tobin’s q. sedangkan variabel lain (sebagai variabel kontrol tidak berpengaruh) baik terhadap ROE maupun tobin’s q. Sam’ani (2008) menguji pengaruh corporate governance yang terdiri dari kepemilikan institusional, aktivitas komisaris, ukuran dewan direksi, komisaris independen, komite audit, dan leverage terhadap kinerja keuangan perbankan di Indonesia keuangan perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional, aktivitas komisaris, ukuran dewan direksi, komisaris independen, komite audit dan rasio leverage berpengaruh terhadap kinerja keungan. Akan tetapi variabel komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kinerja.
6. Kerangka Pemikiran Berdasarkan uraian di atas, kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Tingkat Penerapan tata kelola perusahaan
24
Pertumbuhan harga saham
7. Hipotesis Penelitian Berdasarkan penjelasan dalam kerangka pemikiran di atas, hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: "Tingkat penerapan Tata Kelola Perusahaan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan harga saham".
25
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan temuan empiris mengenai: Ada tidaknya pengaruh positif tingkat penerapan tata kelola perusahaan terhadap pertumbuhan harga saham.
B. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk melatih daya intelektual (Intelectual Exercise) sehingga dapat mempertajam daya pikir ilmiah serta meningkatkan kompetensi keilmuan dalam disiplin ilmu yang digeluti 2. Bagi masyarakat ilmiah, penelitian ini dapat melengkapi, menambah atau memperluas bagian ilmu ekonomi dan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian di masa mendatang. 3. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat menjadi bahan informasi terkait dengan penerapan tata kelola perusahaan perusahaan (good corporate governance) dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan harga saham
26
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Gambaran Data Penelitian Data mengenai tata kelola perusahaan diperoleh dengan cara dokumentasi yaitu dengan mencari dan menganalisis informasi dan publikasi yang berkaitan atau diterbitkan oleh perusahaan yang menjadi sample penelitian. Proses analisis data dilakukan dengan menganalisis unsur-unsur yang mencerminkan penerapan tata kelola perusahaan antara lain: pembentukan dan kesesuaian komisaris independen dan komite audit, data mengenai ada atau tidak adanya laporan pelaksanaan tugas komite audit pada laporan tahunan 2003, kesesuaian pembentukan sekretaris perusahaan, jumlah sanksi atau teguran yang diperoleh oleh masingmasing perusahaan, data mengenai penyampaian informasi yang bersifat voluntary ke bursa seperti bulletin, press release (Abadi, 2004: 14). Abadi (2004) telah melakukan penelitian tentang tingkat penerapan unsur – unsur tata kelola perusahaan seperti di atas dan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data hasil penelitian Abadi sebagai data tingkat penerapan tata kelola perusahaan. Sedangkan data harga sahamnya adalah harga saham perusahaan perbankan pada tahun 2003. Data ini dikumpulkan dengan cara dokumentasi melalui Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia.
B. Sampel Penelitian Sample penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam tahun 2003. Pemilihan sample dilakukan dengan metode purposive sampling. Pertimbangannya adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan perbankan merupakan perusahaan yang lebih banyak berhubungan dengan masyarakat dan menekankan kepercayaan.
27
2. Tahun 2003 merupakan tahun dimana isu tentang tata kelola perusahaan sedang berkembang dan banyak diperbincangkan.
C. Operasionalisasi Variabel Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel tingkat penerapan tata kelola perusahaan (independent variable) dan variabel pertumbuhan harga saham (dependent variable). Yang dimaksud tata kelola perusahaan dalam penelitian ini adalah fungsi-fungsi dalam perusahaan beserta pelaporannya yang dibuat dengan tujuan untuk mengatur hubungan antara pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, khususnya pemegang saham dan manajemen. Fungsifungsi dan pelaporan tersebut antara lain komisaris independen, komite audit
dan
mekanisme
pelaporannya,
sekretaris
perusahaan,
dan
penyampaian informasi suka rela. (Abadi, 2004:15). Adapun pertumbuhan harga saham, variabel ini dihitung dengan mengurangi harga saham akhir periode dengan harga saham awal periode dan membandingkan selisihnya dengan harga saham awal periode.
D. Pengukuran Variabel 1. Tingkat Penerapan Tata Kelola Perusahaan Penskoran
Tingkat
Penerapan
Tata
Kelola
Perusahaan
dilakukan sebagai berikut (Abadi, 2004: 15) No 1
2
3
28
Kategori penilaian Komisaris independen
Komite audit
Pemberian skor Perusahaan yang telah membentuk komisaris independen diberikan skor 1, pembentukan yang telah sesuai dengan ketentuan diberikan skor 2 Perusahaan yang telah membentuk komite audit diberikan skor 1, pembentukan yang telah sesuai dengan ketentuan diberikan skor 2
Laporan Perusahaan yang telah melaporkan kegiatan pelaksanaan tugas komite audit pada laporan tahunan komite audit diberikan skor 1, apabila memberikan
Maks. Skor 2
2
2
4
5 6
laporan lengkap sesuai dengan peraturan diberikan skor 2 Sekretaris Perusahaan yang telah membentuk perusahaan Sekretaris perusahaan diberikan skor 1, pembentukan yang telah sesuai dengan ketentuan diberikan skor 2 Sanksi/Teguran Setiap sanksi/teguran diberikan nilai -1 Penyampaian Setiap keterbukaan informasi yang keterbukaan disampaikan diberikan skor 1. perusahaan informasi yang yang memberikan penjelasan secara bersifat voluntary lengkap dengan penyajian data kuantitatif/diagram kurva diberikan skor 2 Total skor
2
0
24
32
2. Pertumbuhan harga saham Pertumbuhan harga saham dihitung dengan rumus sebagai berikut: HS2004 – HS2003 y = HS2003
Keterangan: y
= Pertumbuhan harga saham
HS2004 = Harga saham penutupan tiga bulan setelah akhir tahun 2003. HS2003 = Harga saham penutupan tiga bulan setelah akhir tahun 2002
E. Uji Normalitas Data dan Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Data Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah modal regresi, variabel bebas variabel terikat atau kedua-duanya bersama mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Hal ini dapat diketahui dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Apabila data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi mengikuti asumsi normalitas. Sedangkan jika data menyebar jauh dari garis diagnonal dan
29
tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi distribusi normal. (Santoso, 2001 dalam Suherman, 2006: 26). 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Autokorelasi Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Pengujian ini dilakukan dengan model Durbin – Watson. Apabila Nilai Durbin – Watson berada diantara – 2 sampai 2 maka model regresi tersebut tidak terjadi auto korelasi (Santoso, 2001 dalam Suherman, 2006: 27).
b. Uji Heteroskedastisitas Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi terhadap kesamaan atau ketidaksamaan varian. Hal ini dapat dilihat dari grafik scatterplott. Apabila dalam hasil pengujian, titik-titik dalam grafik membentuk pola tertentu, maka hal ini mengindikasikan adanya heteroskedastisitas. Sebaliknya, apabila dalam grafik hasil pengujian titik-titiknya menyebar dengan pola yang tidak teratur (tidak jelas), maka hal ini mengindikasikan tidak adanya heteroskedastisitas. Ini adalah model regresi yang baik. (Santoso, 2001 dalam Suherman, 2006: 28).
F. Uji Regresi Linier Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui dan mengukur hubungan (pengaruh) antara tingkat penerapan tata kelola perusahaan dengan pertumbuhan harga saham. Pengujian ini menggunakan model regresi linier sebagai berikut: Y = a + B1 TKP +
Keterangan :
30
Y
= Pertumbuhan harga saham
TKP
= Tata kelola perusahaan
= Variabel Pengganggu
a
= Konstanta
B1
= Koefisien Variabel Independen Dari modal regresi ini dilakukan pengujian turunan sebagai
berikut (Suherman, 2006: 29-30). a. Uji R2 Pengujian ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel independen (bebas) dapat menjelaskan variasi variabel dependen (terikat). Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (adjusted R-Square). Jika nilai adjusted R-Square adalah 1 berarti seluruh variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Jika nilai adjusted R-Square 40% maka hanya 40 % variabel dependen dijelaskan oleh variabel independen. Sisanya (60%) dari variabel dependen dijelaskan (dipengaruhi) oleh variabel dan faktor lain.
b. Koefisien Korelasi R Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa kuat hubungan
antara
variabel
independen
dengan variabel
dependen. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (R). Adapun kriterianya adalah sebagai berikut: Tabel. 4.2. Nilai Koefisien Korelasi Interval Koefisien 0,10 – 0,29 0,30 – 0,49 0,50 – 0,69 0,70 – 0,84 0,85 – 0,99
Tingkat Hubungan Sangat Lemah Lemah Sedang Erat / Kuat Sangat Kuat
(Santoso, 2001 dalam Suherman 2006).
31
c. Uji t Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual menjelaskan (mempengaruhi) variabel dependen (Ghozali, 2001).
32
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Proses pengumpulan sampel menghasilkan 25 sampel. Jumlah sampel tersebut kemudian dianalisis dan menghasilkan 25 data yang terdiri data tingkat penerapan tata kelola perusahaan dan pertumbuhan harga saham. Melalui proses transformasi dihasilkan 18 data yang memenuhi asumsi klasik. Gambaran data yang yang menjelaskan nilai maksimum, minimum, mean, sum dan std. deviasi dapat dilihat pada statistik deskriptif pada tabel 5.1 berikut ini. Tabel 5.1. Deskriptif Data Penelitian N
Minimum Maximum
Sum
Mean
Std. Deviation
saham
18
.99
7.01
71.62 3.9787
1.53953
GCG
18
1.39
2.94
37.93 2.1072
.34430
Valid N (listwise)
18
B. Uji Normalitas dan Uji Asumsi Klasik Berdasarkan hasil uji normalitas data seperti terlihat pada lampiran 3, data terlihat berdistribusi normal. Hal ini terlihat dari gambar titik-titik (data) yang menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal. Oleh karena itu secara umum data tersebut tidak bias dan dapat dipakai untuk menguji hipotesis. Dari hasil uji Autokorelasi seperti terlihat pada lampiran 3, diketahui nilai Durbin – Watson 1,747. Suatu data tidak mengalami autokorelasi apabila mempunyai nilai Durbin – Watson antara -2 sampai 2. lni berarti bahwa secara umum data dalam penelitian ini tidak terjadi korelasi antara kesalahan pengganggu pada setiap periode penelitian. Dari hasil uji heteroskedastisitas seperti tampak pada lampiran 3, terlihat bahwa secara umum data tidak mengalami hiteroskedastisitas. Hal ini dapat dilihat dari gambar titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah angka
33
nol dari sumbu Y dan tidak adanya pola tertentu dari penyebaran titik-titik tersebut. Suatu data tidak terjadi hiteroskedostisitas apabila dalam grafik scatter plot, gambar titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol dari sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu.
C. Uji Hipotesis Uji Hipotesis dilakukan dengan uji regresi. Hasil uji regresi, sebagaimana terlihat pada lampiran 4, menemukan nilai R sebesar 0,274, adjusted R2 sebesar 0,017, dan nilai uji t untuk tingkat penerapan tata kelola perusahaan sebesar 1,139 dengan tingkat signifikansi 0,271. Nilai R sebesar 0,274 berarti antara variabel independen (tingkat penerapan tata kelola perusahaan) dengan variabel dependen (pertumbuhan harga saham) mempunyai hubungan yang sangat lemah. Adjusted R2 sebesar 0,017 berarti bahwa variabel tingkat penerapan tata kelola perusahaan hanya mampu menjelaskan variasi pertumbuhan harga saham sebesar 1,71 % sedangkan sebagian besarnya (98,29%) dijelaskan oleh faktor lain. Nilai uji t sebesar 1,139 dengan tingkat signifikansi 0,271 berarti variabel variabel tingkat penerapan tata kelola perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan harga saham. Hal ini karena tingkat signifikansi untuk variabel tingkat penerapan tata kelola perusahaan lebih tinggi dibandingkan 0,05. Dari tabel hasil uji t juga dapat dibuat persamaan regresi penelitian sebagai berikut : Y = a + B1 TKP + Y = 1,397 + 1,225 TKP + Keterangan: 1,397
: Bila tidak ada faktor yang mempengaruhi maka tingkat penerapan GCG akan sebesar 1,397
34
Apabila dikaitkan dengan hipotesis penelitian, uraian di atas menyimpulkan bahwa tingkat penerapan Tata Kelola Perusahaan (GCG) tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan harga saham. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Suta dkk (2006: 123137) yang menyimpulkan bahwa tata kelola perusahaan berpengarih positif dan signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan publik.
35
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan Tingkat penerapan Tata Kelola Perusahaan (GCG) tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan harga saham. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi variabel tata kelola perusahaan (0.271) yang lebih besar dari 0.05 (5%).
B.
Saran Saran untuk penelitian yang akan datang : 1.
Perlu dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak lagi, jenis sampel yang bukan hanya perusahaan perbankan saja
2.
Tahun pengambilan data yang lebih up to date sehingga menghasilkan kesimpulan yang lebih akurat
3.
Perlu memperpanjang periode penelitian sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang lebih tergeneralisasi.
36
DAFTAR PUSTAKA A. Widarjono. 2010. Analisis Statistika Multivariat Terapan. Edisi Pertama Yogyakarta: UPP STIM YKPN B Y S Abadi, 2002, Analisis Tingkat Penerapan Good Corporate Governance Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2003. Perbanas Finance & Banking Journal. Vol. 6. No.1: 1-22. I. Ghozali. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan IV. Semarang: BP Universitas Diponegoro. I K Mardjana, 2000, Corporate Governance dan Privatisasi. Jurnal Reformasi Ekonomi. Vol. 1. No. 2: 28-37 I P G A Suta dkk, 2006, Kinerja Pasar Perusahaan Publik: Analisis Pengaruh Faktor Tata Kelola Perusahaan. Jurnal Ekonomi Perusahaan. Vol. 13, No. 2: 123-137. J D Sullivan, 2000, Corporate Governance: Transparansi antara Pemerintah dan Bisnis. Jurnal Reformasi Ekonomi. Vol. 1. No. 2: 3-13. Darmawati, D. et al., 2004, Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar Gompers, P., Ishii, L. and Metrick, A. 2003. Corporate Governance and Equity Prices. Quarterly Journal of Economics. Vol. 118. pp: 107-155 Klapper, L.F. and Love, I. 2002. Corporate Governance, Investor Protection and Performance in Emerging Markets. Journal of Corporate Finance. Vol. 195. N. Indriantoro dan B Supomo. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi & Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE. Riduwan. 2004. Metode & Teknik Menyusun Tesis, Bandung: Penerbit Alfabeta. Sam’ani,2008, Pengaruh GCG dan Leverage Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2004 – 2007,Tesis, UNDIP, Semarang Suherman. 2006. Analisis Pengaruh Kinerja Perusahaan Terhadap Perubahan Harga Saham. Skripsi S I. STIE Bhakti Pembangunan. S Sulistyanto. 2008. Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris. Jakarta: Penerbit Grasindo.
37
Supriyatno, 2006, Pengaruh Corporate Governance dan Bentuk Kepemilikan terhadap Kinerja Keuangan Bank di Indonesia, Disertasi, UGM, Yogyakarta
38
Lampiran 1: Data Tata Kelola Perusahaan (GCG) dan Harga Saham untuk masing-masing Sampel Penelitian No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
39
Emiten Nama PT Bank Artha N K PT Bank Buana Ind. PT Bank Bumiputra Ind. PT Bank Central A PT Bank Century ICI PT Bank Danamon PT Bank Danpac PT Bank Ekesekutif Int PT Bank Global Int PT Bank Internasional Ind PT Bank Kesawan PT Bank Lippo PT Bank Mandiri PT Bank Mayapada PT Bank Mega PT BNI PT Bank Niaga PT Bank NISP PT Bank Nusantara P PT Bank Pan Ind PT Bank Permata PT Bank Pikko PT BRI PT Bank Swadesi PT Bank Victoria
GCG Kode ANKB BBIA BABP BBCA BCIC BDMN BDPC BEKS BGIN BNII BKSW LPBN BMRI MAYA MEGA BBNI BNGA NISP BBNP PNBN BNLI BNPK BBRI BSWD BVIC
8.0 14.0 10.0 19.0 7.0 14.0 8.0 7.0 7.0 4.0 8.0 5.0 8.0 6.0 10.0 10.0 10.0 9.0 8.0 9.0 7.0 8.0 7.0 7.0 8.0
Harga Saham 2003 2004 900 875 675 550 675 145 2.200 3.650 115 120 1.350 2.775 500 500 85 100 100 100 55 105 675 180 450 575 850 1.400 130 130 1.050 1.300 95 1.150 95 1.150 190 480 550 700 165 345 20 35 185 190 975 1.525 300 350 35 55
Lampiran 2: Data Tata Kelola Perusahaan (GCG) dan Pertumbuhan Harga Saham untuk masing-masing Sampel Penelitian No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
40
Emiten Nama PT Bank Artha N K PT Bank Buana Ind. PT Bank Bumiputra Ind. PT Bank Central A PT Bank Century ICI PT Bank Danamon PT Bank Danpac PT Bank Ekesekutif Int PT Bank Global Int PT Bank Internasional Ind PT Bank Kesawan PT Bank Lippo PT Bank Mandiri PT Bank Mayapada PT Bank Mega PT BNI PT Bank Niaga PT Bank NISP PT Bank Nusantara P PT Bank Pan Ind PT Bank Permata PT Bank Pikko PT BRI PT Bank Swadesi PT Bank Victoria
GCG Kode ANKB BBIA BABP BBCA BCIC BDMN BDPC BEKS BGIN BNII BKSW LPBN BMRI MAYA MEGA BBNI BNGA NISP BBNP PNBN BNLI BNPK BBRI BSWD BVIC
8.0 14.0 10.0 19.0 7.0 14.0 8.0 7.0 7.0 4.0 8.0 5.0 8.0 6.0 10.0 10.0 10.0 9.0 8.0 9.0 7.0 8.0 7.0 7.0 8.0
Pertumbuhan Harga Saham -2,78 -18,52 -78,52 65,91 4,35 105,56 0,00 17,65 0,00 90,91 -73,33 27,78 64,71 0,00 23,81 1.110,53 1.110,53 152,63 27,27 109,09 75,00 2,70 56,41 16,67 57,14
Lampiran 3. Hasil Uji Normalitas Data dan Asumsi Klasik b
Model Summary
Model 1
R .274
R Square a
.075
a. Predictors: (Constant), trsgcg2 b. Dependent Variable: trsaham
41
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .017
1.52619
Durbin-Watson 1.747
Lampiran 4. Hasil Uji Regresi Variables Entered/Removed
Model 1
Variables
Variables
Entered
Removed
trsgcg2
a
b
Method . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: trsaham
b
Model Summary
Model
R
1
.274
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square a
.075
.017
Durbin-Watson
1.52619
1.747
a. Predictors: (Constant), trsgcg2 b. Dependent Variable: trsaham
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
3.024
1
3.024
Residual
37.268
16
2.329
Total
40.293
17
F
Sig.
1.298
.271
a
a. Predictors: (Constant), trsgcg2 b. Dependent Variable: trsaham
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
1.397
2.294
trsgcg2
1.225
1.075
a. Dependent Variable: trsaham
42
Std. Error
Coefficients Beta
t
.274
Sig. .609
.551
1.139
.271
vi DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampirn 2.
43
Data Tata Kelola Perusahaan (GCG) dan Harga Saham untuk masing-masing Sampel Penelitian Data Tata Kelola Perusahaan (GCG) dan Pertumbuhan Harga Saham untuk masing-masing Sampel Penelitian
Lampiran 3. Lampiran 4.
Hasil Uji Normalitas Data dan Asumsi Klasik Hasil Uji Regresi
vii
44