LAPORAN PENELITIAN
HUBUNGAN PERAN PEMBIMBING AKADEMIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA KEBIDANAN (D-3) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS JAKARTA 2014
Oleh : FRANCISCA FARANITA, SST
Dibiayai Oleh : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus Jakarta
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS JAKARTA PROGRAM STUDI KEBIDANAN (D-3) JAKARTA 2014
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN DOSEN
Judul penelitian
Kode/Nama Rumpun
: Hubungan Peran Pembimbing Akademik dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Kebidanan (D-3) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus Jakarta 2014 : 372 / Kebidanan
Ketua Peneliti: a. Nama lengkap b. NIDN c. Jabatan fungsional d. Program studi e. Nomor HP f. Alamat surel (e-mail)
: Francisca Faranita, SST :: : Kebidanan (D-3) : 0821-1399-8001 :
[email protected]
Biaya penelitian
: - diusulkan ke DIKTI - Dana internal PT - Dana institusi lain - Inkind sebutkan
Rp. 1.000.000,Rp. 2.000.000,Rp. Jakarta, Juli 2014
Mengetahui:
Peneliti
Asnet Leo Bunga, SKp., MKes Ketua STIK Sint Carolus NIK.008
Francisca Faranita, SST Ketua Tim Peneliti NIK. 170 Menyetujui: Bagian Penelitian
Ns. CH. Indriati., M.Kep., Sp.KepKom Kepala Bagian NIK. 125
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS JAKARTA FRANSISCA FARANITA HUBUNGAN PERAN PEMBIMBING AKADEMIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA KEBIDANAN (D-3) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS JAKARTA 2014 ix + 60 hal + 6 tabel + 1 gambar + 13 lampiran ABSTRAK Salah satu masalah akademik yang dihadapi oleh mahasiswa adalah motivasi belajar. Jika motivasi belajar mahasiswa rendah diabaikan maka akan berdampak pada Indeks Prestasi yang rendah. Oleh karena itu institusi membuat program bimbingan akademik yang dijalankan oleh pembimbing akademik, dengan tujuan membantu mahasiswa dalam meningkatkan motivasi belajarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran pembimbing akademik dengan motivasi belajar mahasiswa. Metode penelitian yang digunakan adalah analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan di program studi Kebidanan (D-3) STIK Sint Carolus Jakarta dengan populasi sebesar 98 mahasiswa dan sampel 95 mahasiswa. pengambilan data dilakukan dengan cara total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa. Analisis data dilakukan dengan dua tahapan, yaitu univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan bivariat untuk melihat keeratan hubungan antara dua variabel yang berskala ordinal (spearman rank). Hasil penelitian sebagian besar peran pembimbing akademik baik 60 %, sebagian besar mahasiswa memiliki motivasi tinggi sebanyak 51,6%, dan terdapat hubungan antara peran pembimbing akademik dengan motivasi belajar mahasiswa dengan keeratan hubungan yang kuat (p=0.001 dan r s = 0,628). Disarankan kepada pembimbing akademik untuk menjelaskan lebih rinci tentang peran pembimbing akademik, dan juga kepada mahasiswa untuk lebih aktif meminta penjelasan tentang peran pembimbing akademik. Kata kunci : Cross Sectional, Peran Pembmbing Akademik, Motivasi Belajar Kepustakaan : 26, 2002-2012
KATA PENGANTAR
Segala puji dan kata syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat dan kasihnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan
penelitian
PEMBIMBING
AKADEMIK
yang
DENGAN
berjudul
MOTIVASI
“HUBUNGAN BELAJAR
PERAN
MAHASISWA
KEBIDANAN (D-3) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS JAKARTA 2014”. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu Tri Dharma Sekolah Tinggi yaitu Penelitian. Penulis berharap melalui laporan ini dapat mengembangkan sesuatu yang dapat meningkatkan peran pembimbing akademik (PA) dalam hubungannya dengan mahasiswa guna meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan Penelitian ini banyak mendapat dukungan baik moral maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Asnet Leo Bunga., S.Kp., M.Kes selaku Ketua STIK Sint Carolus 2. Ns. Lina Dewi Anggraeni., M.Kep.,Sp A selaku Wakil Ketua III Bagian Penelitian STIK Sint Carolus Jakarta 3. Yetty Leoni M. Irawan., M.Sc selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan STIK Sint Carolus 4. Seluruh tenaga pengajar di Program Studi Kebidanan (D-3) STIK Sint Carolus yang turut serta mendukung penelitian ini.
5. Mahasiswa Program Studi Kebidanan (D-3) STIK Sint Carolus semester I dan III yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini 6. Teristimewa untuk kedua orang tua dan kakak-kakak saya yang selalu memberikan motivasi dan doa untuk penulis. Penulis menyadari bahwa Laporan Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan laporan penelitian ini.
Jakarta, Juli 2014
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I : PENDAHULUAN LATAR BELAKANG ....................................................................................... RUMUSAN MASALAH ................................................................................... TUJUAN ........................................................................................................ MANFAAT ..................................................................................................... BAB II : TINJAUAN PUSTAKA MOTIVASI BELAJAR ..................................................................................... KONSEP BIMBINGAN ................................................................................... PEMBIMBING AKADEMIK ............................................................................. HUBUNGAN PEMBIMBING AKADEMIK DENGAN ....................................... MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA BAB III : METODOLOGI PENELITIAN POPULASI & SAMPEL PENELITIAN ............................................................ PENGUMPULAN DATA ................................................................................. PROSEDUR PENELITIAN ............................................................................. PENGOLAHAN & ANALISIS DATA ............................................................... ETIKA PENELITIAN ....................................................................................... LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN .............................................................
1 8 8 9
10 18 21 28
38 39 42 43 48 48
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ....................................................................................... 49 PEMBAHASAN .............................................................................................. 52 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 60
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional .............................................................................. 37 Tabel 3.2 Pedoman Penilaian Kuesioner ............................................................... 40 Tabel 3.3 Pedoman Kekuatan Hubungan Antar Variable ...................................... 46 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Peran Pembimbing Akademik ............................... 49 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar ..................................................... 50 Tabel 4.3 Hubungan Peran Pembimbing Akademik Dengan Motivasi ................... 50 Belajar Mahasiswa
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 3.1
KERANGKA KONSEP PENELITIAN ..................................................... 34
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Pendidikan mempunyai peran penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan manusia, karena pendidikan pada dasarnya merupakan upaya penyiapan peserta didik untuk masa depan. Pendidikan juga merupakan proses pertumbuhan dimana individu diberi pertolongan untuk mengembangkan kemampuan, minat, dan bakatnya. Seperti tertulis bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Undang-Undang No. 20 tahun 2003). Dalam
upaya
mewujudkan
tujuan
pendidikan,
maka
dibutuhkan
pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu tidak cukup dilakukan melalui transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus didukung oleh peningkatan profesionalitas dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan demi tercapainya cita-cita (Nurihsan, 2006).
Untuk mencapai cita-cita para peserta didik memiliki hak untuk melanjutkan sekolah sampai puncak yang tertinggi yaitu Perguruan Tinggi. Pada saat memasuki dunia Perguruan Tinggi berarti melibatkan diri dalam situasi hidup dan situasi akademis yang secara fundamental berbeda dengan apa yang pernah dialami dalam lingkungan Sekolah Menengah Atas (SMA). Sebagai konsekuensinya mahasiswa wajib mengadakan adaptasi dengan dunia baru yang penuh liku-liku serta penuh resiko, terutama adaptasi pola berpikir, belajar, berekreasi, dan bertindak dalam kehidupan kampus (Salam, 2004). Dalam proses adaptasi di Perguruan Tinggi mahasiswa mengalami masalah-masalah
akademik
seperti
pengenalan
kurikulum,
pemilihan
jurusan/konsentrasi, cara belajar, penyelesaian tugas dan latihan, pencarian serta penggunaan sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan dan kurangnya motivasi atau semangat belajar (Nurihsan, 2006). Salah satu masalah yang dihadapi oleh mahasiswa adalah kurangnya motivasi atau semangat belajar. Motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (diving motivation) atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor (Hanafiah, 2012). Dalam
konsep
pembelajaran,
motivasi
berarti
seni
mendorong
mahasiswa untuk terdorong melakukan kegiatan sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Motivasi belajar mahasiswa dapat dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu
faktor instrinsik yang muncul dari dalam diri seseorang dan faktor ekstrinsik
yang muncul dari luar diri seseorang seperti keluarga, teman, masyarakat, dan pengajar/dosen (Hanafiah, 2012). Ada beberapa indikator yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya keinginan yang menarik dalam belajar, adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang peserta didik dapat belajar dengan baik (Uno, 2008). Untuk mengatasi masalah akademik yang dihadapi mahasiswa, maka diadakan program bimbingan akademik yang dilakukan oleh pembimbing akademik. Pembimbing Akademik adalah staf pengajar tetap suatu Perguruan Tinggi yang paling tepat untuk menjadi sumber bantuan nasehat akademik untuk mahasiswanya. Pembimbing akademik turut menentukan hasil belajar mahasiswanya dalam upaya keberhasilan studi. Adapun bimbingan yang dilakukan dengan cara mengembangkan suasana belajar-mengajar yang kondusif agar terhindar dari kesulitan belajar. Dalam bimbingan akademik, para pembimbing berupaya memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan akademik yang diharapkan. Menyadari begitu pentingnya pembimbing akademik dalam menunjang keberhasilan
mahasiswanya
mengikuti
perkuliahan,
maka
pembimbing
akademik yang telah diberi tanggung jawab haruslah mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar dapat berperan dengan memfungsikan secara optimal peranan dosen pembimbing. Melalui peran pembimbing akademik diharapkan
mampu mendorong mahasiswanya untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan melalui berbagai sumber dan media (Slameto, 2003). Bimbingan akademik antara mahasiswa dan pembimbing akademik sangat penting dalam proses belajar mengajar untuk mengatasi kesulitan belajar. Peran pembimbing akademik dimulai sejak mahasiswa mengikuti massa orientasi, guna mengenal sistem Perguruan Tinggi yang bersangkutan, mekanisme pengajaran atau perkuliahan, metode belajar, hingga mengenal dan menentukan pola kehidupan akademik mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi membutuhkan bimbingan yang intensif. Ini akan terjadi bila pola hubungan dosen dan mahasiswa mempunyai hubungan yang baik. Dimana untuk meningkatkan prestasi belajarnya, mahasiswa perlu diberi dorongan motivasi dalam hal ini motivasi belajar oleh pembimbing akademik (Salam, 2004). Salah satu peran yang dapat dilakukan oleh pembimbing akademik adalah sebagai pencipta, artinya dosen harus mampu menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif dan dosen mampu merangsang motivasi mahasiswa, namun hal ini tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Fakta ini didukung oleh hasil penelitian dari Yusuf (2007), menyatakan bahwa mahasiswa mengenal dosen pembimbing akademik hanya sebatas orang yang menanda tangani Kartu Rencana Studi (KRS) sekali dalam semester. Mahasiswa cenderung acuh tak
acuh
ketika
dosen
pembimbing
akademik
menanyakan
seputar
permasalahan yang dihadapinya diperkuliahan. Mereka hanya memilih dosen pembimbing akademik yang langsung menyetujui tambahan SKS yang diminta
tanpa memperdulikan pertimbangan lain sesuai kemampuan mahasiswa menjalani beban SKS yang ia rencanakan untuk dikategorikan sebagai pembimbing akademik yang baik. Padahal tidak semua dosen pembimbing akademik yang tidak menyetujui perencanaannya itu tidak baik. Mungkin saja dosen pembimbing akademik menimbang kemampuan mahasiswa pada semester-semester yang telah lalu. Fakta ini menunjukkan bahwa setelah beberapa semester berlalu hampir 40% mahasiswa tidak mengenal pembimbing akademiknya, dan hampir 100% pembimbing akademik tidak mengenal semua mahasiswa bimbingannya berkaitan dengan kedudukannya sebagai pembimbing akademik. Adapun berbagai kemungkinan penyebab hal tersebut terjadi adalah mahasiswa tidak memiliki motivasi yang kuat untuk mengenal pembimbing akademiknya, dan pembimbing akademik kurang memahami tanggung jawabnya sehingga kurang memberikan perhatian yang serius terhadap peran seorang pembimbing akademik,
ataupun
akademiknya
yang
mahasiswa
tidak
sesungguhnya
memahami
menjadi
hak
peran
pembimbing
mahasiswa
untuk
memahaminya, akibat kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh pihak akademik dan kemahasiswaan (Ruslan, 2008). Pentingnya peran pembimbing akademik dengan motivasi belajar mahasiswa didukung oleh penelitian dari Mulyadi (2003), yang menjelaskan bahwa peran pembimbing akademik mempunyai hubungan dengan motivasi belajar, dimana mahasiswa yang mempunyai motivasi tinggi sebagian besar didukung oleh peran pembimbing yang baik.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus merupakan suatu lembaga pendidikan tinggi yang terus berpacu untuk menjadikan Program Studi Kebidanan (D-3) sebagai Program Studi terdepan dan unggul dalam penyelenggaraan pendidikan professional. Untuk mencapai tujuan tersebut, institusi menunjuk tenaga pendidik tertentu untuk memberikan bimbingan, motivasi serta nasehat yang bersifat akademik kepada mahasiswa. Tenaga pendidik yang dimaksud adalah pembimbing akademik. Berdasarkan
studi
pendahuluan
yang
telah
dilakukan,
Program
bimbingan akademik yang dijalankan oleh pembimbing akademik telah berlangsung sejak awal Program Studi Kebidanan (D-3) STIK Sint Carolus didirikan. Jumlah mahasiswa yang dibimbing disesuaikan dengan kemampuan dosen
yang
bersangkutan
dengan
jumlah
maksimal
25
mahasiswa.
Penunjukkan dosen pembimbing akademik dan mahasiswa yang dibimbingnya ditetapkan oleh Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan. Dalam program bimbingan akademik, dosen memfasilitasi mahasiswanya untuk bimbingan minimal sebanyak 3 kali yaitu pada awal semester, sebelum Ujian Tengah Semester (UTS), dan pada akhir semester dengan tujuan untuk membantu kelancaran kegiatan belajar mahasiswa, namun hanya sebagian kecil mahasiswa yang memanfaatkan fasilitas tersebut. Berdasarkan
pengamatan
yang
dilakukan
oleh
peneliti
kepada
mahasiswa tingkat I dan II di Program Studi Kebidanan (D-3) STIK Sint Carolus didapatkan data bahwa pada saat proses belajar mengajar dikelas, terdapat beberapa mahasiswa yang tidak terlalu fokus dengan materi yang diberikan
oleh pengajar yang ditandai dengan mahasiswa yang mengobrol sama temannya, mahasiswa sibuk dengan telepon genggamnya, penurunan daya konsentrasi, mahasiswa yang datang terlambat pada saat proses belajar dan mahasiswa yang terlambat mengumpulkan tugas. Tingkah laku mahasiswa tersebut menunjukkan bahwa adanya tanda penurunan motivasi belajar mahasiswa dengan kata lain motivasi belajar mahasiswa rendah. Peneliti juga telah melakukan studi pendahuluan dengan teknik wawancara kepada 6 pembimbing akademik di Program Studi Kebidanan (D-3) STIK Sint Carolus, didapatkan hasil bahwa 4 pembimbing akademik mengatakan mahasiswa bimbingannya datang hanya untuk persetujuan pada pengisian Kartu Rencana Studi (KRS) pada saat pergantian semester. Menurut salah satu pembimbing akademik menyatakan bahwa fakta diatas disebabkan karena kurang sadarnya mahasiswa tentang peran dan tugas dosen sebagai pembimbing akademik yang dapat membantu mahasiswa dalam mengatasi masalah yang dihadapinya. Apabila penurunan motivasi belajar mahasiswa diabaikan maka akan berdampak pada mahasiswa itu sendiri yaitu indeks prestasi yang rendah sehingga mewajibkan mahasiswa untuk mengikuti ujian ulang atau remedial. Untuk mengatasi motivasi belajar mahasiswa yang rendah maka pembimbing akademik dan mahasiswa seharusnya bekerja sama dan saling berhubungan, sehingga pemberian motivasi, bimbingan, nasihat dan lainnya yang bersifat akademik dapat terus ditanamkan pada diri mahasiswa agar memiliki kepribadian yang mantap, disiplin dalam belajar, serta mahasiswa bisa bersikap
lebih terbuka dengan pembimbing akademiknya. Untuk mengetahui peran pembimbing akademik dengan motivasi belajar mahasiswanya, maka peneliti perlu melakukan penelitian tentang ”Hubungan Peran Pembimbing Akademik dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Program Studi Kebidanan (D-3) STIK Sint Carolus Tahun 2014”.
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Ada Hubungan Peran Pembimbing Akademik dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Program Studi Kebidanan (D-3) STIK Sint Carolus Tahun 2014”?
C.
Tujuan 1. Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan peran pembimbing akademik dengan motivasi belajar mahasiswa Program Studi Kebidanan (D-3) STIK Sint Carolus Tahun 2014 2. Tujuan Khusus a. Untuk menggambarkan peran pembimbing akademik terhadap Program Studi Kebidanan (D-3) STIK Sint Carolus Tahun 2014 b. Untuk menggambarkan motivasi belajar mahasiswa Program Studi Kebidanan (D-3) STIK Sint Carolus Tahun 2014
c. Untuk mengetahui keeratan hubungan peran pembimbing akademik dengan motivasi belajar mahasiswa Program Studi Kebidanan (D-3) STIK Sint Carolus Tahun 2014
D.
Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Manfaat Teoritik Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk kepentingan meningkatkan mutu pelayanan bimbingan akademik. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam bimbingan akademik, agar pada saat proses bimbingan dilakukan, pembimbing akademik mampu menjalankan perannya sesuai dengan buku panduan yang telah dibuat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, innovative dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor (Hanafiah, 2012). Menurut Mc. Donald (dalam Nashar, 2004) motivasi belajar merupakan suatu perubahan tenaga dalam diri seseorang (pribadi) yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut Alderfer (dalam Nashar, 2004) motivasi belajar adalah kecenderungan dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungklin. Menurut Maslow (dalam Nashar, 2004) Motivasi belajar merupakan kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan diri secara optimum, sehingga mampu berbuat yang lebih baik, berprestasi dan kreatif. Motivasi
belajar
merupakan
sebagai
proses
internal
yang
mengaktifkana, menuntun, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu . Motivasi merupakan tenaga dari dalam diri individu atau manusia yang mendorong atau bertindak, serta proses yang berlangsung dalam diri
untuk bertindak. Motivasi menyangkut reaksi berantai yaitu dimulai dari keinginan yang dirasakan, lalu timbul keinginan atau sasaran yang hendak dicapai, kemudian menyebabkan usaha untuk mencapai tujuan yang berakhir dengan pemuasan (Dimyanti dan mujiono, 2009). Menurut Clayton Alderfer (dalam Nashar, 2004) motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin. Menurut Dimyati dan Mujiono (2009) yang memberikan pendapat mengenai motivasi dalam praktik belajar, motivasi belajar adalah suatu proses dimana proses tersebut : a. Membimbing anak didik kearah pengalaman-pengalaman dimana kegiatan belajar dapat berlangsung b. Memberikan kepada anak didik kekuatan aktivitas dan kewaspadaan yang memadai c. Pada suatu saat mengarahkan perhatian anak didik terhadap satu tujuan. Motivasi belajar tergantung pada teori yang menjelaskannya, dapat merupakan suatu konsekuensi dari penguatan (reinforcement), suatu ukuran kebutuhan manusia, suatu hasil dari disonan atau ketidakcocokan, suatu atribusi dari keberhasilan atau kegagalan, atau suatu harapan dari peluang keberhasilan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi mencapai satu tujuan dengan menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau melakukan apa yang dilakukan. Ini merupakan usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri
murid
yang
menunjang
kegiatan
kearah
tujuan-tujuan
belajar
(Hamalik,2009).
2. Jenis-jenis Motivasi a. Motivasi Instrinsik Motivasi Instrinsik merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar yang datangnya secara alamiah atau murni dari diri perserta didik itu sendiri wujud adanya kesadaran diri (self awareness) dari lubuk hati yang paling dalam. Faktor instrinsik dipengaruhi oleh keinginan belajar, kesadaran diri, harapan dan cita-cita. Misalnya siswa mempunyai keinginan belajar karena ingin memecahkan suatu permasalahan, ingin mengetahui mekanisme sesuatu berdasarkan hokum dan rumus-rumus, ingin menjadi professor atau keinginan menjadi seseorang yang ahli dalam bidang tertentu.
Keinginan ini diwujudkan dalam upaya kesungguhan seseorang untuk mendapatkannya dengan usaha kegiatan belajar, melengkapi catatan, melengkapi literature, melengkapi informasi, pembagian waktu belajar, dan keseriusan dalam belajar. Pada intinya motivasi intrinsic adalah dorongan untuk mencapai tujuan yang dapat dilalui dengan satusatu jalan adalah belajar, dorongan belajar itu tumbuh dari dalam diri seseorang (Yamin, 2011)
b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang datang dari luar misalnya keluarga, lingkungan dan guru. Motivasi ekstrinsik banyak dilakukan di sekolah dan masyarakat (Dimyati dan mujiono, 2009) Menurut Winkel dalam Yamin (2011), motivasi belajar ekstrinsik terbagi dalam beberapa bentuk yaitu : 1)
Belajar demi memenuhi kewajiban
2)
Belajar demi menghindari hukuman yang diancam
3)
Belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan
4)
Belajar demi meningkatkan gengsi
5)
Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua dan guru
6)
Belajar demi tuntutan
3. Ciri-ciri Motivasi Dalam Pembelajaran Menurut Hamalik (2009) terdapat ciri mahasiswa yang mempunyai motivasi belajar yang sangat tinggi yang dapat terlihat dalam proses belajar mengajar dikelas, seperti : a. Tertarik kepada dosen b. Tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan c. Mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada dosennya. d. Ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas e. Ingin identitas dirinya diakui oleh orang lain f.
Tindakan, kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontrol diri
g. Selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali h. Selalu terkontrol oleh lingkungan.
4. Fungsi Motivasi Berikut ini fungsi dari motivasi adalah : a. Motivasi merupakan alat pendorong terjadinya perilaku belajar peserta didik b. Motivasi merupakan alat yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik c. Motivasi merupakan alat untuk memberikan direksi terhadap pencapaian tujuan belajar
d. Motivasi merupakan alat untuk membangun system pembelajaran yang lebih bermakna (Hanafiah, 2012)
5. Indikator Motivasi Belajar Tinggi
rendahnya
motivasi
hanya
mungkin
diselidiki
melalui
manifestasi dalam beberapa indikator. Adapun indikator motivasi belajar menurut Uno (2008) adalah : a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan d. Adanya penghargaan dalam belajar e. Adanya keinginan yang menarik dalam belajar f.
Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang peserta didik dapat belajar dengan baik Makmun (2003) dalam teori-teori motivasi mengemukakan bahwa
untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari indikatornya, yakni: a. Durasi kegiatan Berapa lama kemampuan seseorang dalam menggunakan waktu untuk melakukan kemampuan belajarnya.
suatu
kegiatan.
seseorang
Motivasi
menggunakan
belajar
akan
waktunya
terlihat
untuk
dari
kegiatan
b. Frekuensi kegiatan Frekuensi kegiatan adalah sering atau jarangnya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan siswa dikelas, seperti konsistensi siswa dalam belajar di kelas dan keaktifan dikelas. c. Persistensi pada kegiatan Persistensi (ketatapan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan. Dari indicator ini terlihat bahwa motivasi itu akan menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan tersebut. d. Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan Seorang siswa ingin belajar apapun materinya, ia akan mengikuti kegiatan. e. Tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan; f.
Tingkat kualifikasi prestasi atau produk (output) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan
g. Arah sikap terhadap sasaran kegiatan. Sikap sebagai suatu kegiatan pada diri seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu, dapat bersifat positif kecenderungan akan mendekati, menyenangi dan mengharapkan obejek tertentu.
6. Strategi Memotivasi Peserta Didik Belajar Seseorang belajar tidak ditentukan oleh kekuatan-kekuatan yang ada didalam
dirinya,
atau
oleh
stimulus-stimulus
yang
datang
dari
lingkungan,akan tetapi merupakan interaksi timbale balik dari determinandeterminan
individu
dan
determinan-determinan
lingkungan.
Belajar
merupakan perubahan perilaku seseorang melalui latihan dan pengalaman, motivasi akan member hasil yang lebih baik terhadap perbuatan yang dilakukan seseorang. Hasil belajar dapat diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan, perubahan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya, misalnya dari tidak bisa menjadi bisa. Adapun strategi yang dapat dilakukan untuk memotivasi peserta didik dengan cara : a. Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada peserta didik b. Hadiah dan Pujian c. Hukuman d. Kompetisi e. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar f.
Membentuk kebiasaan belajar yang baik
g. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok (Yamin, 2011)
B.
Konsep Bimbingan 1. Pengertian Bimbingan Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka
upaya
menemukan
pribadi,
mengenal
lingkungan,
dan
merencanakan masa depan (Depdikbud, 1994, dalam Sukardi, 2008). Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Menurut Moch. Surya (dalam Sukardi, 2008) mengungkapkan bahwa bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis dari pembimbing
kepada
yang
dibimbing
agar tercapai
kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian
diri dengan
lingkungannya. Dengan membandingkan pengertian tentang bimbingan yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa, bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang secara terus menerus dan sistematis oleh guru pembimbing agar individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri. Kemandirian ini mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri yaitu mengenal diri sendiri dan lingkungannya, menerima diri sendri
dan lingkungan secara positif dan dinamis, mengambil keputusan, mengarahkan diri dan mewujudkan diri.
2. Tujuan Bimbingan Akademik Tujuan pemberian layanan bimbingan ialah a. Agar individu dapat merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier, serta kehidupannya pada masa akan datang. b. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin c. Menyesuaikan
diri
dengan
lingkungan
pendidikan,
lingkungan
masyarakat, serta lingkungan kerjanya d. Mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian
dengan
lingkungan
pendidikan,
masyarakat,ataupun
lingkungan kerjanya. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, maka harus mendapatkan kesempatan untuk : a. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan serta tugas-tugasnya b. Mengenal dan memahami potensi-potensi yang ada dilingkungannya c. Mengenal dan menentukan tujuan, rencana hidupnya, serta rencana mencapai tujuan tersebut d. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, lembaga tempat bekerja dan masyarakat e. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya
f.
Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara tepat, teratur dan optimal. Layanan bimbingan di Perguruan Tinggi dapat bervariasi, tergantung
pada situasi, kondisi dan kemampuan Perguruan Tinggi yang bersangkutan. Menurut Winkel, ada enam aspek yang perlu diperhatikan dalam program bimbingan di Perguruan Tinggi yaitu tujuan intruksional, usia mahasiswa pada dasar bimbingan sesuai dengan jenis kegiatan yang dilakukan, layanan konseling sepanjang studi, bentuk bimbingan sesuai kebutuhan dan tenaga bimbingan (Winkel dan Hastuti, 2005)
3. Fungsi Bimbingan Minimal ada empat fungsi bimbingan, yaitu sebagai berikut : a. Fungsi
pengembangan
merupakan
fungsi
bimbingan
dalam
mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki individu b. Fungsi penyaluran merupakan fungsi bimbingan dalam membantu individu memilih dan memantapkan penguasaan karier atau jabatan sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. c. Fungsi adaptasi yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, khususnya guru/dosen, widyaiswara, dan wali kelas untuk mengadaptasi program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan individu.
d. Fungsi penyesuaian yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu menemukan penyesuaian diri dan perkembangannya secara optimal (Nurihsan, 2006).
C.
Pembimbing Akademik 1. Pengertian Pembimbing Akademik Pembimbing akademik adalah bimbingan dan bantuan yang diberikan oleh pembimbing akademik kepada mahasiswa dalam menyusun program studinya dan memberikan pengawasan secara terus menerus pada kemajuan studi mahasiswa. Dengan bimbingan akademik ini diharapkan mahasiswa dapat menyusun dan mengatur beban studi dan program studi secara optimal, sesuai dengan minat serta kemampuan akademik yang dimilikinya (Nurihsan, 2006). Pembimbing Akademik adalah tenaga pengajar tetap atau ditunjuk diserahi tugas membimbing mahasiswa. Pembimbing akademik sebaiknya adalah seorang staf pengajar yang antusias, memiliki motivasi dan komitmen tinggi terhadap manusia. Pembimbing akademik yang baik yaitu pembimbing yang mampu menjadi pendengar yang efektif dan berempati kepada mahasiswa karena seringkali hanya ini yang dibutuhkan.
2. Syarat Pembimbing Akademik Syarat-syarat Pembimbing Akademik adalah : a. Pembimbing akademik harus memiliki dedikasi dan komitmen tinggi terhadap proses pembelajaran mahasiswanya b. Pembimbing akademik harus memperlakukan mahasiswanya seperti anak sendiri c. Menguasai teknik belajar efektif dan efisien d. Mengenal aspek-aspek perkembangan kejiwaan mahasiswa e. Mempunyai motivasi yang jelas untuk menolong mahasiswa dan komunikatif f.
Mampu memelihara integritas pribadinya sebagai pendidik
g. Menjaga kerahasiaan hasil konsultasi mahasiswa h. Jujur dan objektif juga bersifat responsive dan bijaksana i.
Perlu menyediakan waktu untuk membantu mahasiswa (Nurihsan, 2006)
3. Tujuan Pembimbing Akademik a. Tujuan Utama Pembimbing Akademik yaitu : 1) Membantu Perguruan Tinggi dalam mencapai tujuan pendidikan 2) Membantu mahasiswa menyelesaikan studinya dengan cara yang efektif dan efisien 3) Meningkatkan pencegahan agar mahasiswa terhindar dari kesulitankesulitan yang bisa menghambat (Nurihsan, 2006) b. Tujuan Khusus Pembimbing Akademik yaitu :
1) Membantu
mahasiswa
dalam
memilih,
menyusun
dan
merencanakan program studi jangka pendek maupun jangka panjang 2) Membantu mahasiswa dalam perencanaan kegiatan 3) Membantu mahasiswa mengembangkan teknik belajar sesuai ketentuan belajar mengajar pada tingkat perguruan tinggi 4) Membantu
mahasiswa
dalam
memahami
dan
mengamalkan
peraturan-peraturan yang berlaku di perguruan tinggi 5) Membantu meningkatkan motivasi belajar mahasiswa (Nurihsan, 2006)
4. Tugas Pembimbing Akademik a. Merupakan role model sebagai seorang teacher b. Menciptakan suasana yang hangat dan baik dengan mahasiswa bimbingannya
sehingga
dapat
menambah
kegairahan
proses
pembelajaran mahasiswa c. Pembimbing akademik diharapkan dapat senantiasa memberikan apresiasi
dan
positive
reward
yang
menumbuhkan
semangat
pembelajaran mahasiswanya (empowering) d. Memfasilitasi informasi akademik yang sesuai untuk mahasiswanya e. Merangsang motivasi belajar mahasiswa dan membimbing mahasiswa dalam mengembangkan keterampilan belajarnya f.
Memonitor perkembangan atau kemajuan akademik mahasiswa
g. Mengidentifikasi dan berusaha menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi mahasiswa sedini mungkin h. Membimbing mahasiswa dalam menjalani kegiatan akademik dan membantu mahasiswa dalam menghadapi masalah-masalah akademik i.
Membimbing mahasiswa dalam kegiatan diluar tugas akademis seperti berorganisasi, pengabdian masyarakat dan lain-lain
j.
mengarahkan mahasiswa dalam mencari ide penelitian dan mencari pembimbing riset
k. membantu mahasiswa dalam mencari penyelesaian masalah non akademis mahasiswa,
yang
juga
seperti
dapat masalah
mempengaruhi keuangan,
proses
akomodasi,
pendidikan hubungan
interpersonal dan lain-lain l.
memantau keberhasilan mahasiswa dalam mencapai 7 kompetensi utama dan 3 kompetensi pendukung yang tercantum dalam KURFAK 2005
m. membina dan mengarahkan mahasiswa agar dapat bersikap sebagai ilmuwan dalam rangka mengembangkan kebebasan akademik sesuai dengan bidang ilmu yang ditempuhnya n. awal semester, yakni pada saat menjelang dimulainy perkuliahan dan pengisian Kartu Rencana Studi (KRS) pembimbing akademik wajib menentukan jumlah beban studi yang akan diambil oleh mahasiswa untuk semester yang akan berjalan member penjelasan secukupnya atas keputusan dalam pengambilan rencana studi
o. sepanjang semester yakni berlangsungnya perkuliahan pada semester yang bersangkutan pembimbing akademik bertugas memantau dan membimbing mahasiswa demi kelancaran studinya serta membantu memecahkan
masalah-masalah
yang
dihadapi
oleh
mahasiswa
yangbersangkutan baik yang bersifat akademik atau non akademik yang diperkirakan
dapat
mengganggu
pencapaian
keberhasilan
studi
(Nurihsan, 2006)
5. Peran dan Fungsi Dosen Pembimbing Akademik Peran dan fungsi pembimbing akademik adalah sebagai berikut : a. Sebagai Organisator Dosen harus mampu mengorganisir kegiatan belajar mahasiswa sehingga mencapai keberhasilan belajar b. Sebagai Fasilitator Dosen harus mampu memberikan kebebasan bagi mahasiswa dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya, serta berusaha membina kemandirian mahasiswa c. Sebagai Innovator Pengetahuan yang disampaikan kepada mahasiswa harus selalu sesuai dengan keadaan saat ini atau pengetahuan yang baru, dalam arti mampu menyerap nilai-nilai budaya yang serba canggih, selalu mengkaji pengalaman, selalu mengkaji ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap demokratis, memberikan kemungkinan kepada mahasiswa untuk
berkreasi dan dapat menemukan konsep dan prinsip sendiri serta membantu mahasiswa dalam mencapai sumber dan kegiatan belajar d. Sebagai Penemu Disamping tugas pokoknya mengajar, dosen juga harus melaksanakan penelitian baik yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar maupun yang sesuai dengan bidang keahliannya. e
Sebagai Teladan Memberi contoh bukan hanya cara berpikir saja tetapi dalanm hal bertindak, bersikap serta berperilaku.
f.
Sebagai Evaluator Harus mengerti, memahami dan menguasai hakekat evaluasi.
g. Sebagai Pemandu artinya menunjukkan jalan bagi perjalanan belajar para mahasiswanya. h. Sebagai Pencipta Artinya dosen harus mampu menciptakan situasi dan kondisi belajar yang kondusif dan dosen mampu merangsang motivasi mahasiswa. i.
Sebagai Pengabdi dan Pelayan bagi Masyarakat (Slameto, 2003)
6. Hak dan Kewajiban Pembimbing Akademik Nurihsan (2006) menjelaskan bahwa pada pasal 35 dalam peraturan akademik, terdapat hak dan kewajiban dosen, yaitu : a. Hak Dosen Pembimbing Akademik
1) Memanfaatkan prasarana, sarana dan fasilitas kerja sesuai dengan kebutuhan, tugas, kewajiban dan prosedur yang berlaku 2) Mengemukakan/menyalurkan
pendapatnya
sesuai
dengan
kebebasan akademik yang bertanggung jawab 3) Dapat diangkat sebagai pemimpin di Program Studi, jurusan, fakultas atau universitas dan sebagai Pembimbing Akademik serta dosen pembimbing 4) Dosen junior berhak mendapat pembinaan dari dosen senior
b. Kewajiban Dosen Pembimbing Akademik Menurut Nurihsan (2006) terdapat kewajiban-kewajiban dosen yang harus dipenuhi dalam pembimbing akademik, diantaranya adalah : 1)
Melaksanakan tugas mengajar (perkuliahan) sebagai tugas utama
2)
Melaksanakan penelitian dan pengabdian masyarakat
3)
Tugas pada ayat a dan b sekurang-kurangnya 12 SKS ekuivalen, termasuk juga tugas membimbing, tugas menguji, dan membimbing makalah atau skripsi dengan ketentuan yang berlaku
4)
Melakukan evaluasi dari pada akhir semester sebelum kuliah berakhir sebagai umpan balik yang formatnya ditentukan oleh fakultas
5)
Memelihara prasarana, sarana dan fasilitas kerja yang digunakan
6)
Memberi bimbingan dan nasihat kepada mahasiswa khususnya yang membutuhkan
7)
Memelihara prasarana, sarana dan fasilitas kerja yang digunakan
8)
memberi contoh dan teladan sebagai pendidik yang bermoral, beriman dan bertaqwa kepad Tuhan YME, berjiwa pancasila
9)
Meningkatkan integritas kepribadian yang luhur, terbuka dan tanggap terhadpa perubahan kemajuan IPTEK dan kesenian, serta masalah yang dihadapi masyarakat khususnya yang berkaitan dengan keahlian
10) Dosen senior berkewajiban membina dosen junior 11) Mengikuti kegiatan-kegiatan akademik yang merupakan tugas dan tanggung jawabnya 12) Melaporkan secara tertulis setiap kegiatannya yang berkaitan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi termasuk dengan dana sendiri 13) Kewenangan mengajar bagi dosen mengacu kepada peraturan yang berlaku
D.
Hubungan Pembimbing Akademik Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Bimbingan akademik antara mahasiswa dengan pembimbing akademik sangat penting. Peran pembimbing akademik dimulai sejak mahasiswia mengikuti masa orientasi, guna mengenal sistem Perguruan Tinggi yang bersangkutan, mekanisme pengajaran atau perkuliahan, metode belajar, hingga mengenal dan menentukan pola kehidupan akademis mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi membutuhkan bimbingan yang
intensif. Ini terjadi bila hubungan dosen dengan mahasiswa mempunyai hubungan yang baik. Dimana untuk meningkatkan prestasi belajarnya, mahasiswa perlu diberi dorongan motivasi dalam hal ini motivasi belajar oleh Pembimbing Akademik (Salam, 2004). Motivasi sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar, karena motivasi belajar yang akan menjadi tolak ukur atau penentu hasil dan prestasi mahasiswa dalam menjalani proses belajar mengajar di Perguruan Tinggi. Selain itu, motivasi belajar sangat dibutuhkan oleh mahasiswa, karena tidak seluruh mata kuliah dapat menarik minat atau motivasi mahasiswa sehingga membutuhkan rangsangan motivasi dari pembimbing akademik sesuai dengan peran dan fungsi dari pembimbing akademik Jika peran pembimbing akademik baik maka motivasi mahasiswa akan baik, dan jika peran pembimbing akademik kurang baik maka motivasi mahasiswa akan kurang baik juga Hal ini didukung dari hasil penelitian Mulyadi (2003) yang menyatakan bahwa, peran pembimbing akademik mempunyai hubungan dengan motivasi belajar, dimana mahasiswa yang mempunyai motivasi tinggi sebagian besar didukung oleh peran pembimbing yang baik. Selain penelitian diatas, terdapat juga hasil penelitian dari
Hartika
(2011), yaitu pada uji statistik nilai P=0,031 pada taraf signifikan 5% (α=0,05) yang menjelaskan bahwa H0 ditolak yang berarti terdapat hubungan antara peran pembimbing akademik dengan motivasi belajar mahasiswa, dan tingkat kekuatan hubungan antara peran pembimbing akademik dengan motivasi belajar mahasiswa (95% CI=1.347)dengan POR=5000, artinya mahasiswa yang
mengatakan peran pembimbing akademik kurang baik memiliki resiko 5 kali motivasi rendah. Tetapi jika peran pembimbing akademik kurang baik, bisa disebabkan karena kurang.sadarnya mahasiswa tentang peran dan fungsi dari pembimbing akademik. Hal ini didukung dengan hasil penelitian dari Yusuf (2007) yang menyatakan bahwa berbagai kemungkinan penyebab hal tersebut terjadi adalah mahasiswa tidak memiliki motivasi yang kuat untuk mengenal
pembimbing
akademiknya, dan pembimbing akademik kurang memahami tanggung jawabnya sehingga kurang memberikan perhatian yang serius terhadap peran seorang pembimbing akademik, ataupun mahasiswa tidak memahami peran pembimbing akademiknya yang sesungguhnya menjadi hak mahasiswa untuk memahaminya, akibat kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh pihak akademik dan kemahasiswaan. Oleh karena itu, para pembimbing akademik yang telah diberi tanggung jawab haruslah mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar dapat berperan dengan memfungsikan secara optimal peranan dosen pembimbing. Melalui peranan
dosen pembimbing
akademik
diharapkan
mampu
mendorong
mahasiswanya untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan melalui berbagai sumber dan media (Slameto, 2003).
Dimyati dan Mujiono (2009) menjelaskan bahwa motivasi belajar pada mahasiswa mengharuskan seorang dosen atau dosen pembimbing untuk bertindak taktis dan kreatif dalam mengelola motivasi belajar siswa. Motivasi
belajar dihayati, dialami dan merupakan kekuatan mental mahasiswa dalam belajar. Dari siswa, motivasi tersebut perlu dihidupkan secara terus menerus untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Dari segi dosen, motivasi belajar pada mahasiswa berada pada lingkup program dan tindak pembelajaran. Oleh karena itu dosen berpeluang untuk meningkatkan, mengembangkan dan memelihara
motivasi belajar dengan optimalisasi, terapan prinsip belajar,
dinamisasi perilaku pribadi siswa seutuhnya, pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa, aspirasi, cita-cita dan tindakan pembelajaran. Sehingga motivasi belajar mahasiswa diaplikasikan dalam bimbingan akademik.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian 1. Paradigma Penelitian Pembimbing Akademik merupakan tenaga pengajar tetap atau ditunjuk diserahi tugas membimbing mahasiswa. Pembimbing akademik sebaiknya adalah seorang staf pengajar yang antusias, memiliki motivasi dan komitmen tinggi terhadap manusia. Pembimbing yang baik harus menjadi pendengar yang efektif dan berempati kepada mahasiswa karena seringkali hanya ini yang dibutuhkan. Dalam melakukan bimbingan akademik, pembimbing akademik melakukan peran dan fungsinya yaitu 1) sebagai organisator, dosen harus mampu mengorganisir kegiatan belajar mahasiswa sehingga mencapai keberhasilan belajar, 2) sebagai fasilitator yaitu dosen harus
mampu
memberikan
kebebasan
bagi
mahasiswa
dalam
mengembangkan potensi yang dimilikinya, 3) sebagai innovator yaitu dosen memberikan pengetahuan kepada mahasiswa harus selalu sesuai dengan keadaan saat ini atau pengetahuan yang baru, dalam arti mampu menyerap nilai-nilai budaya yang serba canggih. 4) Sebagai penemu yaitu dosen harus melaksanakan penelitian baik yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar maupun yang sesuai dengan bidang keahliannya, 5) sebagai teladan yaitu dosen memberikan contoh bukan hanya cara berpikir saja tetapi dalam hal bertindak, bersikap serta berperilaku, 6) sebagai evaluator
yaitu dosen mengerti, memahami dan menguasai hakekat evaluasi, 7) sebagai pemandu yaitu artinya menunjukkan jalan bagi perjalanan belajar para mahasiswanya, 8) sebagai pencipta yaitu artinya dosen harus mampu menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif dan dosen mampu merangsang motivasi mahasiswa, 9) sebagai pengabdi dan pelayan bagi masyarakat (Slameto, 2003) Program bimbingan akademik dilakukan dengan tujuan membantu Perguruan Tinggi dalam mencapai tujuan pendidikan, meningkatkan pencegahan agar mahasiswa terhindar dari kesulitan-kesulitan yang bisa menghambat mahasiswa dalam proses belajar di Perguruan Tinggi. Kesulitan atau masalah akademik yang dihadapi mahasiswa adalah pengenalan
kurikulum,
pemilihan
jurusan/konsentrasi,
cara
belajar,
penyelesaian tugas dan latihan, pencarian serta penggunaan sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan dan kurangnya motivasi atau semangat belajar (Nurihsan, 2006). Salah satu masalah yang dihadapi mahasiswa adalah motivasi belajar. Motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, innovative dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor (Hanafiah, 2012).
Adapun indikator yang dapat dilihat dari motivasi belajar adalah adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya keinginan yang menarik dalam belajar, adanya
lingkungan
belajar
yang
kondusif,
sehingga
memungkinkan
seseorang peserta didik dapat belajar dengan baik (Uno, 2008) Motivasi sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar, karena motivasi belajar yang akan menjadi tolak ukur atau penentu hasil dan prestasi mahasiswa dalam menjalani proses belajar mengajar di Perguruan Tinggi. Selain itu, motivasi belajar sangat dibutuhkan oleh mahasiswa, karena tidak seluruh mata kuliah dapat menarik minat atau motivasi mahasiswa sehingga membutuhkan rangsangan motivasi dari pembimbing akademik sesuai dengan peran dan fungsi dari pembimbing akademik Jika peran pembimbing akademik baik maka motivasi mahasiswa akan baik, dan jika peran pembimbing akademik kurang baik maka motivasi mahasiswa akan kurang baik juga Hal ini didukung dari hasil penelitian Mulyadi (2003) yang menyatakan bahwa, peran pembimbing akademik mempunyai hubungan dengan motivasi belajar, dimana mahasiswa yang mempunyai motivasi tinggi sebagian besar didukung oleh peran pembimbing yang baik. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Pembimbing Akademik
Motivasi Belajar Mahasiswa
2. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan potong lintang atau cross sectional study dengan menggunakan data primer. Pada variabel ini, variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat dengan tujuan memperoleh prevalensi atau efek suatu fenomena (variabel dependen) yang dihubungkan dengan penyebab (variabel independen) (Hidayat, 2003). Tujuan utama dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui hubungan peran pembimbing akademik dengan motivasi belajar mahasiswa Program Studi Kebidanan (D-3) STIK Sint Carolus tahun 2014.
3. Hipotesis Hipotesis merupakan sebuah pernyataan tentang hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris. Dimana hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ho
: Tidak terdapat hubungan antara peran pembimbing akademik dengan motivasi belajar mahasiswa
Ha
: Terdapat hubungan antara peran pembimbing akademik dengan motivasi belajar mahasiswa
4. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep yang mempunyai nilai (Notoatmodjo, 2010). Adapun variabel dalam penelitian ini : a. Variabel Terikat (Dependen Variabel) Merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini dapat tergantung dari variabel bebas terhadap perubahan (Hidayat, 2003). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah motivasi belajar. b. Variabel Bebas (Independen Variabel) Variabel ini dikenal dengan nama variabel bebas artinya bebas dalam mempengaruhi variabel lain (Hidayat, 2003). Variabel independen dalam penelitian ini yaitu peran pembimbing akademik.
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Motivasi Belajar (Dependen)
Peran Pembimbing Akademik (Independen)
Definisi Konseptual Motivasi Belajar adalah Kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, innovative dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor (Hanafiah, 2012).
Definisi Operasional Dorongan kekuatan dari dalam diri dan luar diri yang dapat menimbulkan adanya keinginan belajar
Pembimbing akademik adalah bimbingan dan bantuan yang diberikan kepada mahasiswa dalam menyusun program studinya dan memberikan pengawasan secara terus menerus pada kemajuan studi (Nurihsan, 2006).
Peran dan fungsi pembimbing akademik dalam membantu mahasiswa untuk mencapai tujuan belajar. Peran dan fungsi pembimbing akademik yaitu sebagai organisator, sebagai fasilitator, sebagai innovator, sebagai penemu, sebagai teladan, sebagai evaluator, sebagai pemandu, sebagai pencipta, sebagai pengabdi dan pelayan bagi masyarakat
B. Populasi Dan Sampel Penelitian
Kategori
Alat Ukur
Skala
1.Tinggi, jika median ≥ 40.00 2. Rendah, jika median < 40.00
Kuesioner
ordinal
1. Berperan Baik, jika mean ≥ 35,72 2. Berperan Kurang baik, jika mean < 35,72
Kuesioner
ordinal
1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seorang ingin meneliti seluruh elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan populasi penelitian. Studi penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program studi Kebidanan (D-3) STIK Sint Carolus tingkat I sebanyak 46 orang, dan tingkat II sebanyak 52 orang, jadi total populasi adalah 98 mahasiswa..
2. Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi atau wakil populasi yang akan diteliti. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total sampling, yaitu mengambil anggota populasi semua menjadi sampel (Arikunto, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat I dan II Program Studi Kebidanan (D-3) STIK Sint Carolus yang termasuk dalam kriteria inklusi yaitu sebanyak 95 mahasiswa. Kriteria inklusi adalah : a. Mahasiswa tingkat I dan II program studi kebidanan (D-3) STIK Sint Carolus b. Mahasiswa yang hadir pada saat penelitian c. Mahasiswa sehat jasmani dan rohani d. Mahasiswa yang bersedia untuk diwawancarai
Kriteria eksklusi adalah : a. Mahasiswa yang cuti b. Mahasiswa yang tidak hadir pada saat penelitian c. Mahasiswa yang sakit d. Mahasiswa yang tidak bersedia untuk diwawancarai
C. Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Data yang diambil adalah data primer yaitu pengambilan data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti sendiri (Riyanto, 2009). Pengumpulan data pada saat penelitian dilakukan dengan menyebarkan angket kepada responden dan menjelaskan petunjuk pengisian kuesioner, kemudian kuesioner yang telah diisi dikumpulkan dan dicek kelengkapannya oleh peneliti untuk diolah dan dianalisis. Langkah awal dalam proses pengumpulan data adalah menentukan responden atau subjek yang akan diteliti, yaitu mahasiswa tingkat I dan II mahasiswa program studi Kebidanan (D-3) STIK Sint Carolus Tahun 2014. Berdasarkan teknik sampling yang digunakan, subjek penelitian diambil dengan cara total sampling. Sebelum peneliti menjelaskan etika atau ketentuan dalam penelitian, selanjutnya peneliti melakukan informed concent pada responden, bila responden menyetujui maka peneliti memberikan kuesioner (daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden) dengan cara bekerja sama dengan responden agar dalam pengisian kuesioner dilakukan
dengan kejujuran dan keberanian responden untuk kualitasnya mendapatkan hasil yang baik. 2. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah kuesioner yang digunakan untuk mengambil data primer. Untuk mengetahui apakah kuesioner itu mampu mengukur apa yang hendak diukur, maka dilakukan uji validitas. Pengambilan daftar isian atau kuesioner dilakukan dengan cara canvasser yaitu data yang telah diisi dan ditunggu langsung oleh peneliti. Penelitian jawaban menggunakan skala likert dengan masingmasing penilaian sebagai berikut (Hidayat, 2007) : a. SS
= Sangat Setuju
b. S
= Setuju
c. TS
= Tidak Setuju
d. STS
= Sangat Tidak Setuju
Berikut ini adalah pedoman penilaian kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini : Tabel 3.2 Pedoman Penilaian Kuesioner Bobot Pernyataan
Positif (+)
Negatif (-)
Sangat Setuju
4
1
Setuju
3
2
Tidak Setuju
2
3
Sangat Tidak Setuju
1
4
3.
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Pada
penelitian
ini,
instrumen
atau
alat
pengumpulan
data
(kuesioner) yang digunakan harus memenuhi dua syarat utama yaitu validitas dan reliabilitas. a. Uji Validitas Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrument yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur (Arikunto, 2006). Apabila kuesioner tersebut telah memilkinya, berarti pertanyaan tersebut dapat mengukur. Teknik korelasi yang digunakan adalah korelasi “product moment”
Keterangan : Rxy
: koefisien korelasi
n
: Jumlah responden uji coba : Jumlah skor item : Skor total seluruh item
Keputusan uji : 1) Bila r hitung (r pearson) > r tabel ; maka Ho ditolak; artinya pertanyaan valid 2) Bila r hitung ( r pearson) < r tabel; maka Ho gagal ditolak, artinya pertanyaan tidak valid. Uji validitas dalam penelitian ini dilaksanakan kepada
mahasiswa
tingkat I sebanyak 10 orang dan mahasiswa tingkat II sebanyak 10 orang
pada mahasiswa program studi Keperawatan (D-3) STIK Sint Carolus tingkat III pada bulan Juni 2014. Pernyataan yang diberikan pada saat uji validitas sebanyak 25, yang terdiri dari 13 pernyataan motivasi dan 12 pernyataan peran pembimbing akademik dengan nilai r tabel 0.444. Dari 25 pernyataan tersebut terdapat 2 pernyataan yang tidak valid, dan kemudian pernyataan yang tidak valid diganti menjadi pernyataan yang baru.
b
Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Untuk mengetahui reabilitas caranya adalah dengan membandingkan nilai r hasil dengan konstanta (0.6)”bisa juga dengan nilai r tabel”. Dalam uji reliabilitas sebagai nilai r hasil adalah nilai „Alpha‟ (terletak dibawah output). Ketentuannya : Bila r Alpha > Konstanta (0.6), maka pertanyaan tersebut reliabel. Pada pernyataan peran pembimbing akademik didapatkan hasil reliabel 0.859 dan pernyataan motivasi belajar didapatkan hasil reliabel 0.842.
D. Prosedur Penelitian Prosedur Penelitian terdiri dari 3 tahap yaitu : 1. Tahap Persiapan a. Menentukan topik penelitian
b. Merumuskan masalah c. Memilih lahan penelitian d. Melakukan studi pendahuluan e. Menyusun proposal penelitian f.
Seminar proposal
g. Melakukan uji coba instrument dan perbaikan instrument 2. Tahap Pelaksanaan a. Izin penelitian b. Mendapat persetujuan c. Melaksanakan penyebaran kuesioner d. Mengolah dan menganalisa data 3. Tahap Akhir a. Menyusun Laporan hasil penelitian b. Presentasi hasil penelitian c. Pendokumentasian hasil penelitian
E. Pengolahan Dan Analisis Data 1. Pengolahan Data Menurut Notoatmodjo (2010), agar analisa menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk menjawab tujuan penelitian, sebelum data dianalisis terlebih dahulu maka dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Editing Melakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap, jelas jawaban dari responden, relevan jawaban dengan pertanyaan. b. Coding Mengkode semua merupakan klarifikasi data dengan memberikan kode untuk masing-masing kelas terhadap data yang diperoleh dari sumber data yang telah diperiksa kelengkapannya. c. Scoring Tahap
ini
meliputi
nilai
untuk
masing-masing
pertanyaan
dan
penjumlahan hasil scoring dari semua pertanyaan d. Entry Data yang telah diberi kode kemudian dimasukkan dalam program computer. Kemudian diolah untuk mendapatkan suatu hasil yang diinginkan. f.
Cleaning Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan,
perlu
dicek
kembali
untuk
melihat
kemungkinan-
kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi g. Tabulating Pemindahan data dari master tabel ke dalam tabel distribusi frekuensi.
2. Analisis Data a. Analisa Univariat Analisa
univariat
mendeskripsikan
digunakan
karakteristik
untuk
setiap
menjelaskan
variabel
atau
penelitian
dan
menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel. Data hasil pengamatan ditata dan diringkas dalam bentuk tabel yang dikenal dengan distribusi frekuensi kemudian dihitung proporsi atau persentasenya dan disajikan dalam bentuk tabel (Notoatmodjo, 2010). Analisis pembimbing
ini
bertujuan
akademik
dan
untuk
mengetahui
motivasi
belajar
gambaran
mahasiswa
peran dengan
menggunakan rumus persentase sebagai berikut
Keterangan : P
= Persentase
X
= Jumlah responden yang masuk kriteria
N
= Jumlah seluruh responden Penulis menggunakan rumus mean yaitu penggunaan rata-rata
hitung untuk sampel bersimbol (x = eksbar)
Keterangan X
= Mean
∑Xi
= Jumlah tiap data
N
= Jumlah data
b. Analisa Bivariat Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji korelasi Spearman Rank (Rho) yang bertujuan untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yang berskala ordinal, dengan menggunakan rumus (Hidayat, 2007) : 6 ∑ di2 rs = 1 – n (n2 – 1) Keterangan : rs = nilai korelasi Spearman Rank d2 = selisih setiap pasangan Rank n
= jumlah pasangan Rank untuk spearman (5
mengikuti batasan-batasan berikut (Riduan, 2002) : Tabel 3.3 Pedoman Kekuatan Hubungan Antar Variabel Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0.80 – 1.00
Sangat Kuat
0.60 – 0.799
Kuat
0.40 – 0.599
Cukup Kuat
0.20 – 0.399
Rendah
0.00 – 0.199
Sangat Rendah
Penulis menggunakan rumus mean karena data berdistribusi normal yang dapat diketahui dengan 3 cara yaitu: 1. Dilihat dari grafik histogram dan kurva normal, bila bentuknya menyerupai bel shape, berarti distribusi normal 2. Uji kolmogrof sminorv, bila hasil uji signifikan (Pvalue>0.05) maka distribusi normal 3. Menggunakan nilai skewness dan standar eror, jika nilai skewnes dibagi standar eror dan menghasilkan angka d”2 maka distribusi normal Setelah perhitungan analisis, maka hasil SPSS dituangkan kedalam tabel, kemudian hasilnya diintepretasikan kedalam kalimat dengan menggunakan kategori sebagai berikut : 0%
= Tidak seorangpun dari responden
1% - 26%
= Sebagian kecil dari responden
27% - 49%
= Hampir setengah dari responden
50%
= Setengah dari responden
51% - 75%
= Sebagian besar dari responden
76% - 99%
= Hampir seluruh dari responden
100%
= Seluruh responden
F. Etika Penelitian Menurut Hidayat (2003) Untuk mencegah timbulnya masalah etik, maka dilakukan hal sebagai berikut : 1. Informed concent kepada responden tentang perlkunya penelitian, jika setuju kita lakukan penelitian sesuai dengan instrument yang akan kita pakai 2. Anominity yang berarti bahwa kuesioner yang diisikan oleh reponden tanpa memberikan data diri secara khusus (tidak mencantumkan nama responden) 3. Confidentiality (kerahasiaan). Kerahasiaan informasi yang telah terkumpul dari responden dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil Penelitian ini. 4. Mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaan dan kerjasama selama jadi responden
G. Lokasi Dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Program Studi Kebidanan (D-3) STIK Sint Carolus Jakarta 2. Waktu Penelitian Dilakukan pada bulan Maret – Agustus 2014, dan pengambilan data dilakukan pada bulan Juli 2014.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian Bab ini akan menjelasan tentang hasil analisis dari data yang telah dikumpulkan oleh peneliti. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dari masing-masing variabel dan analisis bivariat untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dimana jumlah sampel yang digunakan adalah 95 mahasiswa yaitu mahasiswa tingkat I dan tingkat II Program Studi Kebidanan (D-3) STIK Sint Carolus Jakarta Tahun 2014. 1. Analisis Univariat a. Peran Pembimbing Akademik Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Peran Pembimbing Akademik Program Studi Kebidanan (D-3) STIK Sint Carolus Jakarta Tahun 2014.
Jumlah
Persentase
Berperan Baik
57
60
Berperan Kurang Baik
38
40
Total
95
100
Peran Pembimbing Akademik
Sumber : Data Primer 2014
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, diketahui dari 95 mahasiswa, terdapat sebagian besar mahasiswa beranggapan bahwa peran pembimbing akademik baik yaitu sebanyak 57 mahasiswa (60%). b. Motivasi Belajar Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Mahasiswa Program Studi Kebidanan (D-3) STIK Sint Carolus Jakarta Tahun 2014.
Jumlah
Persentase
Tinggi
49
51,6
Rendah
46
48,4
Total
95
100
Motivasi Belajar
Sumber : Data Primer 2014
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, diketahui dari 95 mahasiswa, terdapat sebagian besar mahasiswa memiliki motivasi tinggi yaitu sebanyak 49 mahasiswa (51,6 %).
2. Analisis Bivariat Tabel 4.3 Hubungan Peran Pembimbing Akademik dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Program Studi Kebidanan (D-3) STIK int Carolus Jakarta Tahun 2014.
Peran Pembimbing Akademik
Motivasi Belajar Tinggi N
%
Berperan Baik
44
89,8
Berperan Kurang Baik
5
10,2
Rendah N
Total
%
N
%
13
28,3
57
100
33
71,7
38
100
rs
P
0.628
0.001
Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan tabel 4.3 diatas, peran pembimbing akademik baik sebagian besar memiliki motivasi belajar tinggi 89,8%, dan peran pembimbing akademik kurang baik 10,2%, sebagian besar memiliki motivasi belajar rendah 71,7%. Hasil analisis data statistik diperoleh nilai p = 0.001 dan rs = 0,628. Dari nilai p yang diperoleh, hal tersebut menjelaskan bahwa pada taraf signifikan 5% (α=0,05) maka Ho ditolak yang berarti terdapat hubungan antara pembimbing akademik dengan motivasi belajar mahasiswa. Selanjutnya untuk menentukan besar kekuatan hubungan/korelasi antara peran pembimbing akademik dengan motivasi belajar mahasiswa dapat dilihat dari nilai Correlation Coefficient (rs) yaitu sebesar 0,628, hal tersebut menunjukkan bahwa peran pembimbing akademik dengan motivasi belajar menunjukkan hubungan/korelasi yang kuat.
B. Pembahasan 1. Peran Pembimbing Akademik Berdasarkan tabel 4.1 diatas, diketahui dari 95 mahasiswa, terdapat sebagian besar mahasiswa beranggapan bahwa peran pembimbing akademik baik yaitu sebanyak 57 mahasiswa (60%), dan hampir setengah dari jumlah mahasiswa beranggapan bahwa peran pembimbing akademik kurang baik yaitu sebanyak 38 mahasiswa (40%). Pembimbing Akademik adalah staf pengajar tetap suatu Perguruan Tinggi yang paling tepat untuk menjadi sumber bantuan nasehat akademik untuk mahasiswanya. Tugas pembimbing akademik salah satunya adalah merangsang motivasi belajar mahasiswa dan membimbing mahasiswa dalam mengembangkan keterampilan belajarnya, sehingga peran pembimbing akademik turut menentukan hasil belajar mahasiswanya dalam upaya keberhasilan studi . Pembimbing akademik sudah menerapkan perannya dengan baik, seperti
peran
sebagai
fasilitator,
dimana
pembimbing
akademik
memfasilitasi mahasiswanya yang mengalami kesulitan dalam mencari referensi, peran sebagai organisator, dimana pembimbing akademik memantau mahasiswanya dalam kegiatan belajar, peran sebagai pemandu dimana
pembimbing
akademik
telah
membantu
mahasiswa
dalam
meningkatkan motivasinya dengan cara memberikan penghargaan pada saat mahasiswa mengalami peningkatan dalam proses belajar.
Tetapi
pada
peran
pembimbing
akademik yang
kurang
baik,
disebabkan karena kurang.sadarnya mahasiswa tentang peran pembimbing akademik. Hal ini disebabkan karena kurangnya sosialisasi oleh pembimbing akademik tentang peran yang akan dilakukannya dalam progam bimbingan akademik. Selain itu, peran pembimbing akademik yang kurang baik disebabkan karena frekuensi bimbingan yang dilakukan tidak sesuai dengan buku panduan yaitu sebanyak 5 kali, yaitu pada awal semester, sebelum Ujian Tengah Semester (UTS), sebelum Ujian Akhir Semester (UAS), sebelum Ujian Praktik (UP) dan pada akhir semester dengan tujuan untuk membantu kelancaran kegiatan belajar mahasiswa, namun hanya sebagian kecil mahasiswa yang memanfaatkan fasilitas tersebut, dan penyebab yang terakhir yaitu pembimbing akademik yang sedang mengikuti perkuliahan sehingga aktifitas program bimbingan akademik tidak berjalan sesuai buku panduan. Hal ini didukung dengan hasil penelitian dari Yusuf (2007) yang menyatakan bahwa berbagai kemungkinan penyebab hal tersebut terjadi adalah mahasiswa tidak memiliki motivasi yang kuat untuk mengenal pembimbing akademiknya, dan pembimbing akademik kurang memahami tanggung jawabnya sehingga kurang memberikan perhatian yang serius terhadap peran seorang pembimbing akademik, ataupun mahasiswa tidak memahami peran pembimbing akademiknya yang sesungguhnya menjadi hak mahasiswa untuk memahaminya, akibat kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh pihak akademik dan kemahasiswaan.
Oleh karena itu, para pembimbing akademik yang telah diberi tanggung jawab haruslah mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar dapat berperan dengan memfungsikan secara optimal peran pembimbing akademik. Melalui peran pembimbing akademik diharapkan mampu mendorong mahasiswanya untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan melalui berbagai sumber dan media (Slameto, 2003).
2. Motivasi Belajar Berdasarkan tabel 4.2 diatas, diketahui dari 95 mahasiswa, terdapat sebagian besar mahasiswa memiliki motivasi tinggi yaitu sebanyak 49 mahasiswa (51,6 %), dan hampir setengah mahasiswa memiliki motivasi rendah yaitu sebanyak 46 mahasiswa (48,4%). Mahasiswa memiliki motivasi tinggi disebabkan adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya keinginan yang menarik dalam belajar, adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang peserta didik dapat belajar dengan baik (Uno, 2008). Motivasi belajar bisa disebabkan karena 2 faktor yaitu faktor instrinsik yang muncul dari dalam diri seseorang dan faktor ekstrinsik yang muncul dari luar diri seseorang seperti keluarga, teman, masyarakat, dan pengajar/dosen (Hanafiah, 2012).
Motivasi belajar bersifat intrinsik merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar yang datangnya secara alamiah atau murni dari diri perserta didik itu sendiri wujud adanya kesadaran diri (self awareness) dari lubuk hati yang paling dalam. Sedangkan faktor ekstinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang datang dari luar misalnya keluarga, lingkungan dan guru. Motivasi ekstrinsik banyak dilakukan di sekolah dan masyarakat (Dimyati dan mujiono, 2009). Dengan adanya motivasi dari dalam atau luar diri peserta didik, akan menggerakkan peserta didik tersebut untuk melakukan tujuan yang akan dicapainya. Dalam penelitian ini, peran pembimbing akademik merupakan faktor ekstrinsik yang dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Strategi pembimbing akademik dalam meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dengan
cara
memberikan
pujian
pada
saat
mahasiswa
menjawab
pertanyaan dengan tepat dan memberikan hadiah pada saat nilai mahasiswa meningkat. Hasil penelitian ini berbeda dengan pengambilan data awal disebabkan karena pada saat pengambilan data awal hanya sebagian kecil pernyataan yang diajukan kepada mahasiswa, sedangkan pada saat penelitian seluruh dari dimensi yang ada pada motivasi belajar dijadikan pernyataan pada kuesioner, sehingga hasilnya berbeda jauh dengan data awal.
Menurut Hanafiah (2012) Motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, innovative dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Menurut Dimyati dan Mujiono (2009) yang memberikan pendapat mengenai motivasi dalam praktik belajar, motivasi belajar adalah suatu proses dimana proses membimbing anak didik kearah pengalamanpengalaman dimana kegiatan belajar dapat berlangsung, dan mendorong peserta didik untuk berprilaku kepada tujuan yang ingin dicapainya.
3. Hubungan Peran Pembimbing Akademik dengan Motivasi belajar Berdasarkan tabel 4.3 diatas, peran pembimbing akademik baik sebagian besar memiliki motivasi belajar tinggi 89,8%, dan 10,2% peran pembimbing akademik kurang baik, sebagian besar memiliki motivasi belajar rendah 71,7%. Hasil analisis data statistik diperoleh nilai p = 0.001 dan rs = 0,628. Dari nilai p yang diperoleh, hal tersebut menjelaskan bahwa pada taraf signifikan 5% (α=0,05) maka Ho ditolak yang berarti terdapat hubungan antara peran pembimbing akademik dengan motivasi belajar mahasiswa. Selanjutnya untuk menentukan besar kekuatan hubungan/korelasi antara peran pembimbing akademik dengan motivasi belajar mahasiswa dapat dilihat dari nilai Correlation Coefficient (rs) yaitu sebesar 0,628, hal tersebut
menunjukkan bahwa peran pembimbing akademik dengan motivasi belajar menunjukkan hubungan/korelasi yang kuat. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hasil penelitian dari Hartika (2011), yaitu pada uji statistik nilai P=0,031 pada taraf signifikan 5% (α=0,05) yang menjelaskan bahwa H0 ditolak yang berarti terdapat hubungan antara peran pembimbing akademik dengan motivasi belajar mahasiswa, dan tingkat kekuatan hubungan antara peran pembimbing akademik dengan motivasi belajar mahasiswa (95% CI=1.347) dengan POR=5000, artinya mahasiswa yang mengatakan peran pembimbing akademik kurang baik memiliki resiko 5 kali motivasi rendah. Hasil penelitian tersebut didukung juga oleh hasil penelitian dari Mulyadi (2003) yang menyatakan bahwa tedapat hubungan peran dan fungsi pembimbing akademik dengan motivasi belajar, yang menjelaskan bahwa peran pembimbing akademik mempunyai hubungan dengan motivasi belajar, dimana mahasiswa yang mempunyai motivasi tinggi sebagian besar didukung oleh peran pembimbing akademik yang baik. Dalam penelitian ini terdapat kesenjangan dimana hampir setengah dari responden peran pembimbing akademik yang baik 28,3%, mahasiswa memiliki motivasi rendah yaitu sebanyak 13 mahasiswa. Hal ini disebabkan karena dari dalam diri mahasiswa sendiri, yang walaupun telah diberikan dorongan motivasi oleh pembimbing akademik, tetapi mahasiswa tersebut tetap memiliki motivasi rendah karena tidak memiliki tujuan dalam belajar.
Oleh karena itu sebagai pembimbing akademik, selain peran yang harus
dilakukan
dalam
meningkatkan
motivasi
belajar
mahasiswa,
pembimbing akademik juga harus mampu menciptakan strategi yaitu dengan cara menjelaskan tujuan pembelajaran kepada peserta didik, memberikan hadiah dan pujian, memberikan hukuman, kompetisi, membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar, membentuk kebiasaan belajar yang baik dan membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok (Yamin, 2011) Selain itu, pemahaman tentang motivasi belajar pada peserta didik perlu diketahui dan dipahami oleh pembimbing akademik dalam melakukan perannya sebagai pembimbing akademik. Sehingga terlihat jelas bahwa peran yang dilakukan pembimbing akademik bertujuan untuk membantu Perguruan Tinggi dalam mencapai tujuan pendidikan, meningkatkan pencegahan agar mahasiswa terhindar dari kesulitan-kesulitan yang bisa menghambat mahasiswa dalam proses belajar di Perguruan Tinggi. Kesulitan atau masalah akademik yang dihadapi mahasiswa adalah pengenalan
kurikulum,
pemilihan
jurusan/konsentrasi,
cara
belajar,
penyelesaian tugas dan latihan, pencarian serta penggunaan sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan dan kurangnya motivasi atau semangat belajar (Nurihsan, 2006). Hal tersebut didukung oleh penelitian Ilyas (2010) yang menyatakan bahwa pembimbing akademik turut menentukan prestasi belajar mahasiswa. Pembimbing akademik diharapkan mampu memberikan layanan bantuan
kepada mahasiswa bimbingannya dalam mencapai keberhasilan studi. Oleh karena itu peran pembimbing akademik dibutuhkan oleh mahasiswa dan dosen berpeluang untuk meningkatkan, mengembangkan dan memelihara motivasi belajar dengan optimalisasi, terapan prinsip belajar, dinamisasi perilaku
pribadi
siswa
seutuhnya,
pemanfaatan
pengalaman
dan
kemampuan siswa, aspirasi, cita-cita dan tindakan pembelajaran. Sehingga motivasi belajar mahasiswa diaplikasikan dalam bimbingan akademik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Dimyanti dan mujiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Ginting, C. 2003. Kiat Belajar Di Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara Hanafiah, Nanang. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : Refika Aditama Hartika, Dewi. 2011. Hubungan Peran Pembimbing Akademik Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa D4 Bidan Pendidik di STIKes Jenderal Ahmad Yani Cimahi. Cimahi : STIKes Jenderal Ahmad Yani Hidayat, Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika ______,_____. 2003. Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika Ilyas. 2010. Peran Ideal Dosen Pembimbing Akademik dan Prestasi Belajar Mahasiswa. http//www.educare:jurnalpendidikan.com. htm. Keyword : dosen wali, prestasi belajar Makmun, A. S. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya Mulyadi. 2003. Hubungan Peran dan Fungsi Dosen Pembimbing Akademik Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Belajar Di STAIN Malang Tahun 2003. Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta : Delta Press Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta __________, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan Cetakan pertama edisi revisi. Jakarta : Rineka Cipta Nugrahaeni dan mauliku. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cimahi : STIKes A. Yani Nurihsan, A. J. 2006. Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT. Rafika Aditama Ruslan. 2008. Peran Aktif Mahasiswa Melibatkan Penasehat Akademik Dalam Kegiatan Akademik.
Salam, Baharuddin. 2004. Cara Belajar yang Sukses di Perguruan Tinggi. Jakarta : PT. Rineka Cipta Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta UU No. 20 tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Uno, H. B. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara. Winkel dan Hastuti. 2005. Bimbingan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi Yamin, Martinis. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Gaung Persada Yusuf,
I.
2007.
Mahasiswa
Sekarang
http//www.geocities.com/majalahsunria/18-b-khusus.
Tidak
Kreatif.
Htm.
Keyword
“Interaksi Mahasiswa dengan Dosen PA. Yusuf S dan Nurihsan. 2008. Landasan BImbingan dan Konseling. Bandung : PT. Remaja Rosadakarya.