Hubungan Density Pada Rumah Kos Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa
Abstract This study aims to determine whether there is a relationship between the density (density) in a boarding house with student learning motivation. This research was conducted in two villages in Malang is the Village Ketawanggede and Dinoyo. Respondents are students who reside temporarily (kos) in two villages with 100 respondents. This study uses correlation (relationship) with data collection questionnaire or questionnaire. Data analysis techniques in this study using analysis of correlation (relationship). The results of this study are: there is no significant influence between density and student learning motivation with correlation coefficient 0.086. The majority of respondents have a density value and motivation to learn in each category are as much as 43% msing and 42% with a coefficient of determination (r²) by 19%.
Keywords: density, boarding houses, motivation to learn, student Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara density (kepadatan) di rumah kos dengan motivasi belajar mahasiswa. Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan di Kota Malang yaitu Kelurahan Ketawanggede dan Kelurahan Dinoyo. Responden penelitian ini adalah mahasiswa yang bertempat tinggal sementara (kos) di dua kelurahan tersebut dengan jumlah responden 100 orang. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner atau angket. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi (hubungan). Hasil penelitian ini tidak terdapat pengaruh signifikan antara density dan motivasi belajar mahasiswa dengan nilai koefisien korelasi 0,086. Mayoritas responden memiliki nilai density dan motivasi belajar dalam kategori sedang masing-msing sebanyak 43% dan 42% dengan nilai koefisien determinasi (r²) sebesar 19%. Kata kunci: density, rumah kos, motivasi belajar, mahasiswa
Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup terlepas dari lingkungan sosial. Proses tersebut bisa dilihat dari hubungan manusia dan lingkungan sosial interpersonal pada suatu tingkatan interaksi manusia satu dengan lainnya dalam suatu pasangan atau kelompok kecil. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering menemui kendala yang menghambat proses interaksi tersebut, salah satunya gangguan yang ditimbulkan dari situasi lingkungan tempat tinggal. Kepadatan lingkungan dapat dirasakan sebagai kesesakan atau dapat ditentukan oleh penilaian individu berdasarkan karakteristik setting lingkungan fisik, karakteristik setting sosial, dan karakteristik personal kemampuan beradaptasi. Lingkungan kehidupan pembelajaran terdiri atas lingkungan fisik, hubungan sosio-emosional, lingkungan teman sebaya dan tetangga, lingkungan kehidupan dinamik masyarakat pada umumnya, dan pengaruh lingkungan asing. Belajar ialah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003). Kenyamanan tempat tinggal bisa dilihat dari kualitas fisik lingkungan dan bangunan. Suatu bangunan hunian dapat dikatakan nyaman ketika lingkungan tersebut mempunyai kriteria dimana aspek fungsionalisnya sebagai fasilitas hunian harus mampu memenuhi kebutuhan dasar penghuninya atas fasilitas hunian mereka. Lingkungan
yang padat dan sesak bisa menjadi salah satu penyebab stressor dalam diri individu tersebut.
Density Kepadatan adalah keadaan dimana ruangan yang penuh dan pengetahuan seseorang terhadap jumlah orang yang terlalu banyak dalam ruang tertentu (Altman, 1975). Dalam hal ini banyak orang memiliki pendapat bahwa kepadatan dapat memberi dampak negatif kesehatan organisme dan terhadap perilaku organisme (Hanurawan, 2008). Individu yang tidak mempunyai informasi tentang kepadatan merasa lebih sesak daripada individu yang sebelumnya sudah mempunyai informasi tentang kepadatan (Fisher dan Baum dalam Gifford, 1987). Faktor-faktor yang mempengaruhi density (a) kontrol pribadi (b) budaya, pengalaman, dan proses adaptasi (c) jenis kelamin dan usia. Dampak kepadatan dan kesesakan pada manusia dapat meningkatan beberapa hal diantaranya, kejahatan, bunuh diri, penyakit jiwa, kenakalan remaja. Selain dampak kepadatan dan kesesakan terjadi pada individu, hal ini juga terjadi dan berdampak pada lingkungan sosial yaitu, agresi, menarik diri dari lingkungan sosial, berkurangnya tingkah laku menolong dan kecenderungan menjelekkan orang lain.
Motivasi Belajar Seseorang tidak akan melakukan suatu perbuatan tanpa ada kekuatan dalam dirinya yang mendorong untuk mencapai apa yang diinginkan. Dorongan tersebut dapat
berasal dari dirinya sendiri ataupun diluar dirinya sendiri seperti melakukan sesuatu demi orang lain, ingin mendapat pujian, hadiah dan sebagainya. Motivasi timbul ketika dirasakan adanya suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Faktor lingkungan yang memadai mendukung pencapaian dan perwujudan motivasi sehingga dapat berlangsung tanpa banyak kesulitan. Namun faktor lingkungan yang kurang memadai dapat menghambat pencapaian motivasi tersebut (Makmun, 2001). Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk mencapai kondisi-kondisi tertentu dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai. Faktor psikologis yang mempengaruhi belajar mahasiswa meliputi, kecerdasan atau intelegensi, bakat, minat dan motivasi (Syah, 2008).
Rumah Kos Rumah kos bisa juga disebut rumah penginapan. Kos adalah rumah yang digunakan orang umtuk menginap selama 1 hari atau lebih, dan kadang-kadang untuk periode waktu yang lebih lama misalnya: minggu, bulan atau tahunan. (http://library.binus.ac.id). Rumah kos dirancang untuk memenuhi kebutuhan hunian yang bersifat sementara dengan sasaran pada umumnya adalah mahasiswa dan
pelajar yang berasal dari luar kota ataupun luar daerah. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kepadatan adalah skala kepadatan yang dilakukan oleh Noermartanto (1994) dan di modifikasi sesuai dengan penelitian yang dilakukan peneliti, meliputi aspek situasional, personal, interpersonal, psikologi dan organismik, dan coping. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur motivasi belajar adalah skala motivasi belajar yang berpedoman pada aspek-aspek motivasi belajar berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anies (2008) dan dimodifikasi sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Menurut Siagian (2004) aspek dari motivasi belajar adalah kebutuhan, dorongan dan tujuan. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa aktif yang bertempat tinggal sementara (kos) di daerah Kelurahan Ketawanggede dan Kelurahan Dinoyo. Subjek dipilih berdasarkan teknik purposive sampling, artinya subjek yang dipilih dalam penelitian ini disesuaikan dengan kehendak atau kepentingan penelitian yang karakteristiknya sudah ditemukan dan diketahui lebih dahulu berdasarkan ciri dan sifat populasinya. Subjek penelitian berjumlah 100 orang. Variabel X dalam penelitian ini adalah density pada rumah kos dan variabel Y adalah motivasi belajar mahasiswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner density yang
berjumlah 9 aitem dan motivasi belajar berjumlah 12 aitem dengan pilihan respon Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju. Koefisien reliabilitas alfa cronbach yang diperoleh sebesar 0,846 untuk density dan 0,789 untuk motivasi belajar yang menunjukkan bahwa kuesioner tersebut reliabel. Analisis data dilakukan dengan menggunakan korelasi product moment dari Pearson dengan bantuan SPSS versi 20.0 for windows. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh korelasi sebesar 0.137 dengan signifikansi 0,086 sehingga dalam penelitian ini hubungan antara density dan motivasi belajar adalah sangat rendah. Apabila ditarik kesimpulan, dalam penelitian ini hipotesis ditolak yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara density dan motivasi belajar. Selain itu, dapat dilihat pula bahwa nilai korelasi product-moment Pearson yang dihasilkan bernilai positif. Hasil uji linearitas berdasarkan nilai signifikasi = 0,078 lebih besar dari 0,05 yang artinya terdapat hubungan linear secara signifikan antara variabel density (X) dengan variabel motivasi belajar (Y). Hal ini menunjukkan suatu hubungan linier antara variabel density dan motivasi belajar dimana semakin tinggi nilai tingkat density pada mahasiswa yang tinggal di rumah kos, maka semakin
tinggi nilai motivasi belajar pada mahasiswa. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah nilai tingkat density pada mahasiswa maka akan rendah pula motivasi belajar pada mahasiswa. Dalam mengulas berbagai macam penemuan ini, Epstein (Sears dkk, 1992) menyatakan bahwa pengaruh negative dari kepadatan tempat tinggal tidak akan terjadi bila penghuni mempunyai sikap kooperatif dan tingkat kendali tertentu. Tampaknya beberapa individu tidak banyak mengalami kesesakan di dalam rumah, karena mereka mampu mengendalikan diri dan mempunyai interaksi yang dapat meminimalkan timbulnya masalah tempat tinggal berkepadatan tinggi. Keterbatasan penelitian yaitu Kurang spesifik dalam memilih lokasi penelitian (jumlah kamar, jumlah individu dalam setiap kamar kos). Ukuran density pada rumah kos dan kamar kos belum terukur secara jelas.
Kesimpulan Kepadatan pada lingkungan rumah kos tidak menjadi penghalang bagi mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan belajar, karena setiap mahasiswa dituntut untuk bisa belajar dalam setiap kondisi lingkungan. Faktor lain selain kepadatan sangat berpengaruh pada mahasiswa saat memilih rumah kos yaitu faktor ekonomi, sosial.
DAFTAR PUSTAKA Altman, I. 1975. Environment and Social Behavior: Privacy, Personal Space, Territory, and Crowding. Monterey, CA: Brooks/Cole.
Gifford, R. 1987. Environmental Psychology. London: Allyn & Bacon, Inc.
_____________. Enviromental Psychology. Principle and Practice. Allyn and Bacon, Inc. Boston.
Hanurawan, Fattah. 2008. Psikologi Sosial. Universitas Negeri Malang: Remaja Rosdakarya.
Makmun, Abin Syamsuddin. 2001. Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhibbin, Syah. 2008. Psikologi Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sears, D.O., Freedman, J.L., & Peplau, L.A. 1992. Psikologi Sosial Jilid I. Edisi Kelima. Alih Bahasa: Michael Adryanto & Savitri Soekrisno. Jakarta: Erlangga.
________________________________ __ . 1992. Psikologi Sosial Jilid II. Edisi Kelima. Alih Bahasa: Michael Adryanto & Savitri Soekrisno. Jakarta: Erlangga.
Siagian, S. P., 2004. Teori Motivasi dan Aplikasinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Website :
http://eprints.unika.ac.id/11715/1/85.130_Andi_Noermartanto.pdf
http://eprints.unika.ac.id/2036/1/04.40.0117_Fransisca_Anies_PA.pdf
(http://library.binus.ac.id).