LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN GELAR TEKNOLOGI PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI BAHAN PENYUSUN RANSUM SEDERHANA
Disusun oleh H. Achmad Sauki Sasongko WR Achmad Muzani Mashur Awaludin Hipi Kaharudin Awaludin Farida Sukmawati
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NTB BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
DEPARTEMEN PERTANIAN 2005
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan
2. Penanggung Jawab Kegiatan
: GELAR TEKNOLOGI PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI BAHAN PENYUSUN RANSUM SEDERHANA :
a. Nama
: Ir. H. Achmad Sauki
b. Pangkat/Golongan
: Penata Tk I / III c
c. Jabatan
:
c.1. Struktural
: -
c.2. Fungsional
: Penyuluh Pertanian Muda
3. Lokasi Kegiatan
: Desa Sambelia, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur
4. Biaya Kegiatan
: Rp. 72.344.000,-
5. Sumber Dana
: DIPA Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB Tahun Anggaran 2005
Mengetahui : Kepala BPTP NTB,
Penanggung Jawab Kegiatan,
Dr. Ir. Mashur, MS. NIP. 080 068 795
Ir. H. Achmad Sauki NIP. 080 078 381
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan YME karena atas perkenanNya Pelaksanaan Kegiatan Gelar Teknologi Pemanfaatan Limbah Pertanian Sebagai Bahan Penyusun Ransum Sederhana ini dapat berjalan serta telah selesainya Laporan Hasil Kegiatannya. Laporan ini merupakan pertanggung jawaban terhadap anggaran yang telah dialokasikan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB melalui DIPA Tahun Anggaran 2005. Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu sejak dalam perencanaan, persiapan dan penyelenggaraan kegiatan, semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih pada KCD Belanting, para Petugas Lapangan yang telah membantu kami selama pelaksanaan kegiatan. Akhirnya kritik dan saran untuk perbaikan dikemudian hari sangat diharapkan. Terima kasih.
Kepala Balai,
Dr. Ir. Mashur, MS. NIP. 080 068 795
iii
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
v
ABSTRAK
vi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1
1.2. Dasar Pertimbangan
2
1.3. Tujuan
2
1.4. Keluaran
3
1.5. Perkiraan Dampak dan Manfaat
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
4
III. MATERI DAN METODE 3.1. Lokasi, Petani Kooperator dan Waktu
7
3.2. Metode
7
3.3. Alat-alat
9
3.4. Variabel yang diamati
9
3.5. Analisa Data
9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
10
V. KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan
21
5.2. Saran
21
DAFTAR PUSTAKA Lampiran
iv
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman 1. Formulasi ransum yang telah disusun oleh CV Prima Agroindustri dan PT. Samudra Omega Jaya Makmur Jawa Timur
7
2. Kandungan nutrisi dari ransum yang tertera pada Tabel 1
8
3. Pemberaian ransum berdasarkan jenis ternak dan bobotnya
9
4. Formulasi ransum yang disusun berdasarkan ketersediaan limbah di sekitar lokasi kegiatan Gelar
11
5. Kandungan nutrisi dari ransum yang tersusun pada Tabel 4
12
6. Petani kooperator dan non kooperator serta komoditi yang diusahakannya 7. Kegiatan yang dilakukan petani kooperator dan non kooperator pada musim kemarau
15
8. Jenis pakan dan ketersediaan
17
9. Pendapat petani terhadap pembuatan pakan sederhana dari limbah pertanian
18
16
v
ABSTRAK
Alternatif penyediaan pakan ternak ruminansia adalah dengan mengembangkan ransum sederhana yang memanfaatkan limbah pertanian, dan agroindustri di daerah Nusa Tenggara Barat. Limbah pertanian seperti jerami jagung, jerami kedelai, kulit kacang tanah, dedak padi, ampas tahu, merupakan beberapa contoh limbah yang jumlahnya cukup banyak dan belum termanfaatkan secara optimal. Di lain pihak kualitas dan kuantitas hijauan di daerah kering berfluktuasi. Pada musim hujan kualitas dan kuantitas hijauan pakan ternak baik dan jumlahnya cukup namun sebaliknya pada musim kemarau kondisinya buruk serta jumlahnya yang terbatas. Aplikasi pengembangan ransum sederhana dengan memanfaatkan limbah pertanian/perkebunan perlu dilakukan dan dikembangkan. Hal ini merupakan salah satu upaya akan membantu para peternak mengatasi kesulitan pakan/ransum pada musim kemarau. Kita ketahui bahwa ternak kambing banyak dipelihara di daerah kering. Pertambahan bobot badan harian tertinggi yang dapat dicapai adalah 0,040 kg/ekor/hari, dan juga dapat terjadi penurunan bobot badan 1-2 kg/ekor dalam sebulan bila kondisi pakan semakin buruk. Tujuan dilaksanakannya kegiatan Gelar ini adalah : 1) Mendapatkan formulasi ransum sederhana dari limbah pertanian lokal spesifik untuk pakan ternak kambing, 2). Meminimalisasi penurunan berat badan dan mengoptimalkan pertambahan berat badan pada musim kemarau saat produksi hijauan alam menurun, 3). Tersedianya pakan sepanjang tahun, dengan harga murah, dapat disimpan lama dan mudah diperoleh. Keluarannya : 1). Teradopsinya teknologi penyusunan formulasi dan pembauatan ransum sederhana dari limbah pertanian yang digunakan sebagai cadangan pakan di musim kemarau, 2). Respon positif petani terhadap teknologi yang digelar. Perkiraan dampak dan manfaat : 1). Mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah pertanian dengan meningkatkan pemanfaatannya, 2). Membuka peluang lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja di pedesaan, 3). Memberikan peningkatan produktivitas ternak dengan tersedianya ransum bermutu sepanjang tahun, sehingga memberikan tambahan pendapatan bagi petani. Pengkajian dilaksanakan di desa Sambelia, Tahun Anggaran 2005. Petani kooperator merupakan anggota dari Kelompok tani Sambiq Elen. Formulasi ransum disusun berdasarkan limbah yang tersedia cukup banyak yaitu tongkol jagung, tumpi (kulit ari jagung), kulit kacang hijau, dedak. Sedangkan sebagai bahan pelengkap di tambahkan gula merah cair dan probiotik. Kesimpulannya : 1). Pada dasarnya petani-peternak membutuhkan alternatif pakan ternak ruminansia yang mudah didapat, murah harganya dan efektif bagi ternak, sebagai penyedia pakan pada musim kemarau. 2). Masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan pakan ini adalah kesulitan dalam menghancurkan tongkol jagung, butuh alat untuk memudahkannya. 3). Formulasi pakan yang disusun memiliki kandungan nutrisi protein (5,1%) dengan serat kasar (32,64%). 4). Efek pakan pada ternak kambing menghasilkan pertumbuhan dan pertambahan bobot badan harian ternak kambing jantan umur ±1 tahun 0,065 kg/ekor/hari, 5). Dalam penyebaran informasi teknologi pembuatan pakan ini diharapkan peran serta petugas lapangan (PPL), promosi melalui berbagai media informasi baik tercetak maupun media audio-visual elektronik. Dapat menunjukkan keunggulan teknologi ini kepada masyarakat secara visual dengan bukti nyata.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai alternatif penyediaan pakan ternak ruminansia adalah dengan mengembangkan ransum sederhana yang memanfaatkan bahan baku dari limbah pertanian, perkebunan dan limbah agroindustri di daerah Nusa Tenggara Barat. Berbagai macam limbah tersedia cukup banyak di setiap daerah dan dapat digunakan bahan baku untuk pembuatan ransum/pakan ternak yang berkualitas dengan mengolahnya menggunakan teknologi prosesing yang baik. Limbah pertanian dan perkebunan seperti jerami jagung, jerami kedelai, kulit kacang tanah,
dedak padi, ampas tahu, merupakan
beberapa contoh limbah yang dapat dimanfaatkan untuk bahan baku ransum ternak ruminansia. Kualitas pakan ternak ruminansia yang dipelihara khususnya pada daerah-daerah kering cukup berfluktuasi.
Pada musim hujan kualitas dan kuantitas hijauan pakan
ternak baik dan jumlahnya cukup namun sebaliknya pada musim kemarau kondisinya buruk serta jumlahnya yang terbatas. Aplikasi pengembangan ransum sederhana dengan memanfaatkan limbah pertanian/perkebunan dan limbah agroindustri perlu dilakukan dan dikembangkan di daerah Nusa Tenggara Barat untuk mengatasi kesulitan penyedian ransum/pakan ternak terutama pada musim kemarau dimana persediaan pakan terbatas. Hal ini merupakan salah satu upaya akan membantu para peternak mengatasi kesulitan pakan/ransum pada musim kemarau. Produktivitas ternak ruminansia kecil seperti kambing tergolong rendah salah satu penyebabnya adalah daya dukung alam, padang penggembalaan yang mulai berkurang di beberapa desa di Kabupaten Lombok Timur. Kita ketahui bahwa ternak kambing banyak dipelihara di daerah kering.
Yohanes dkk, (2004) menyatakan bahwa tingkat
produktivitas ternak kambing dan usahatani di lahan kering di NTB tergolong rendah yang disebabkan oleh berbagai aspek, baik aspek kondisi fisik lingkungan alam, penggunaan teknologi yang masih rendah, ekonomi, kelembagaan dan sosial budaya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan (Yohanes, dkk., 2004), bahwa pada musim kemarau antara bulan Mei hingga Nopember terjadi penurunan kualitas serta kuantitas hijauan pakan. Pertambahan bobot badan harian yang bisa dicapai pada musim ini untuk ternak kambing (keturunan PE)
0,040 kg/ekor/perhari. Kondisi demikian
tidaklah stabil, pada saat ketersediaan hijauan makin berkurang dapat terjadi penurunan bobot badan 1-2 kg/ekor dalam sebulan. Sedangkan pada musim hujan dimana hijauan
1
makanan ternak cukup melimpah, pertambahan bobot badan harian ternak kambing peranakan PE mencapai 0,066 – 0,070 kg/ekor/hari. Sumber penting pakan lokal yang sifatnya inkonvensional bagi produksi kambing adalah tanaman pangan, hortikultura dan tanaman perkebunan serta industri pengolahannya.
Dari ketiga sumber tersebut secara kuantitatif tanaman pangan
merupakan yang terbesar, antara lain disebabkan oleh luas areal tanam, disamping rasio limbah : produk utama relatif tinggi. Tanaman jagung (Zea mays) ,isalnya, memiliki rasio jerami biji (bahan kering) sekitar 3,0 dengan potensi bahan kering jerami jagung sebesar 4,6 ton/ha/musim tanam (bahan kering 21,7%). Jerami kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan hasil sisa tanaman yang relatif berkualitas lebih baik, karena kandungan protein dan kecernaan yang relatif lebih tinggi dibandingkan jerami lain. Produksi jerami kacang tanah berkisar antara 3,5 – 5,5 ton BK/ha, dengan imbangan daun : batang sebesar 0,34 (Larbi, et al., 1999 disitasi oleh Ginting, 2004).
1.2. Dasar Pertimbangan Dalam usaha peternakan biaya pakan cukup besar dapat mencapai 60-80% dari keseluruhan biaya produksi. Sumber pakan utama ternak ruminansia secara umum yang dipelihara di lahan marginal adalah rumput alam dan legum pohon serta daun-daunan tanaman keras.
Namun ketersediaan sangat fluktuatif, terutama dilihat dari nilai
nutrisinya. Dilain pihak limbah pertanian, perkebunan, perikanan dan agroindustri cukup melimpah terutama pada saat musim panen, serta belum dimanfaatkan secara maksimal. Ini merupakan peluang bagi penyediaan pakan murah dengan bahan baku limbah pertaniannamun tetap memiliki nilai nutrisi yang dibutuhkan ternak. Oleh sebab itu perlu disusun ransum untuk pakan ternak ruminansia yang sederhana dengan teknik pembuatan pakan melalui proses peleburan fisik dan suplementasi.
1.3. Tujuan -
Mendapatkan formulasi ransum sederhana dari limbah pertanian lokal spesifik untuk pakan ternak kambing
-
Meminimalisasi penurunan berat badan dan mengoptimalkan pertambahan berat badan pada musim kemarau saat produksi hijauan alam menurun
-
Tersedianya pakan sepanjang tahun, dengan harga murah, dapat disimpan lama dan mudah diperoleh
2
1.4. Keluaran -
Teradopsinya teknologi penyusunan formulasi dan pemb uatan ransum sederhana dari limbah pertanian yang digunakan sebagai cadangan pakan di musim kemarau
-
Respon positif petani terhadap teknologi yang digelar
1.5. Perkiraan Dampak dan Manfaat -
Mengurangi
pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah pertanian
dengan meningkatkan pemanfaatannya -
Membuka peluang lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja di pedesaan
-
Memberikan peningkatan produktivitas ternak dengan tersedianya ransum bermutu sepanjang tahun, sehingga memberikan tambahan pendapatan bagi petani.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pakan berserat merupakan sumber selulosa dan hemiselulosa yang dapat digunakan sebagai pakan utama ternak ruminansia. Degradasi komponen serta pakan oleh aktivitas ensimatis mikroba rumen menghasilkan karbondioksida (CO2) asam lemak mudah terbang serta massa mikroba rumen merupakan hasil fermentasi yang diperlukan ternak sebagai sumber zat gizi.
Asam lemak mudh terbang (volatyle fatty acids)
merupakan sumber energi yang utama bagi ternak. Probiotik sebagai bahan pakan aditif mulai digunakan kembali setelah diabaikan pada awal abad 20. penggunakan probiotik di dalam pakan bertujuan untuk membuat keseimbangan mikroorganisme yang bermanfaat dalam proses degradasi komponen zat gizi di dalam rumen. Aktivitas ensimatis terhadap degradasi komponen serta dapat meningkat apabila produksi ensim pemecah serta dapat ditingkatan (Haryanto, dkk., 2002). Gizi pakan (terutama protein dan energi) yang dikonsumsi, merupakan faktor terbesar yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas ternak (Tillman et al., 1983; Gatenby, 1986; Mc Donald et al., 1988). Protein diperlukan untuk pertumbuhan, membangun dan menjaga protein jaringan dan organ tubuh serta sebagai sumber energi (Tillman et al., 1983), perkembangan mikroorganisme rumen yang berfungsi menerima sellulose dan sebagai sumber protein bagi ternak (Mc Donald et al., 1988) disitasi oleh (Martawidjaja et al., 2002). Keberhasilan maupun kegagalan usaha ternak, banyak ditentukan oleh pakan yang diberikan. Kenyataan di lapangan menunjukan masih banyak peternak yang memberikan pakan tanpa memperhatikan persyaratan kualitas, kuantitas dan teknik pemberiannya. Akibatnya produktivitas ternak yang dipelihara tidak optimal, bahkan banyak di antara para peternak mengalami kerugian akibat pemberian pakan yang kurang memadai. Hasilhasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 70% dari produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sedangkan faktor genetik hanya mempengaruhi sekitar 30%. Di antara faktor lingkungan tersebut, aspek pakan mempunyai pengaruh paling besar yaitu 60%. Dengan demikian, memproduksi pakan bukan hanya dituntut dalam pencapaian aspek kualitas saja, tetapi yang paling penting adalah memproduksi pakan yang ekonomis, murah dan terjangkau oleh kemampuan peternak. Mengaingat biaya pakan dapat mencapai 60-80% dari keseluruhan biaya produksi (Ruly Hardianto, 2004). Peningkatan produktivitas ternak ruminansia memerlukan peningkatan pakan yang cukup banyak, terutama penyediaan pakan kasar (roughages) yang murah. 4
Perluasan areal untuk penanaman tanaman pakan makin terbatas terutama pada daerah padat penduduk. Hasil intensifikasi tanaman pangan tidak saja menghasilkan pangan yang lebih banyak tetapi juga menghasilkan limbah pertanian yang melimpah. Integrasi antara tanaman pangan dengan ternak merupakan suatu alternatif untuk mencukupi perkembangan kebutuhan pakan.
Limbah pertanian adalah sisa tanaman yang telah
diambil hasil utamanya. Limbah pertanian ini merupakan bahan ligno-sellulosa yang dihasilkan tapi belum digunakan secara efisien (BPTP-Ambon, 1996). Diversifikasi pemanfaatan produk samping (by-product) yang sering dianggap sebagai leimbah (waste product) dari kegiatan agroindustri dan biomas yang berasal dari limbah pertanian menjadi pakan ternak akan mendorong perkembangan usaha agribisnis ternak secara integratif dalam suatu produksi terpadu dengan pola pertanian melalui daur ulang biomas yang ramah lingkungan atau dikenal “minimum waste production system” Menurut Chuzaemi (2002), faktor-faktor yang harus diketahui oleh peternak dalam menyusun formula pakan yang ekonomis dengan emmanfaatkan sumber daya lokal yang tersedia di lingkungan setempat adalah : 1). Kebutuhan zat gizi seperti serat kasar, energi, protein, lemak, vitamin dan lainnya setiap hari. Dengan mempertimbangkan umur ternak, ukuran tubuh, jenis kelamin, tipe produksi dan lainnya; 2). Kandungan gizi bahan pakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut; 3). Tipe Pakan, apakah pakan komplit, atau hanya sebagai sumber protein; 4). Konsumsi pakan, ternak akan makan dalam jumlah tertentu sesuai dengan konsentrasi gizi dalam pakannya, terutama kandungan energinya. Selain itu konsumsi pakan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, umur, kesehatan, tingkat produksi, bentuk pakan, palatabilitas dan sebagainya; 5). Harga bahan baku pakan, sebaiknya yang tersedia dalam jumlah cukup di daerah tersebut. Paling tidak mudah didapatkan dengan transportasi yang mudah dan murah.
Selain harga, yang perlu
diperhitungkan juga adalah biaya pengangkutan, pengolahan dan penyimpanan (Ruly, 2004). Makanan ternak yang berasal dari produksi limbah pertanian diperoleh dari proses produk (hasil) tanaman, terutama biji, untuk kepentingan manusia dan industri. Bekatul dan pollard gandum adalah hasil penggilingan gandum untuk tepung, sedangkan bekatul padi dan dedak padi berasal dari penggilingan padi. Dalam hal kulit padi yang banyak dalam hasil sisanya, sehingga mempunyai nilai gizi yang rendah untuk semua jenis ternak, naum penggilingan modern menghasilkan dedak halus yang baik nilai gizinya. Dedak padi mempunyai kadar protein 9-13% dengan serat kasar 11-20% (Tillman, 1989).
5
Bagian dari tanaman seperti halnya bonggol, kulit gabah, dan baigian fibrosa dari akar, batang dan daun mengandung suatu zat komplek yang tak dapat dicerna yang disebut lignin. Struktur kimianya belum diketahui. Dalam analisis secara kenvensional lignin termasuk di dalam karbohidrat, namun sebagai suatu bagian tersendiri adalah penting karena pengaruhnya terhadap derajat daya cerna. Biji-bijian dan sebagian besar makanan penguat mengandung sedikit lignin, sedangkan rumput kering mempunyai 8 persen lignin dan jermai lebih banyak lagi (Anggorodi, 1979). Suatu penelitian atau kegiatan diseminasi yang dilakukan secara partisipatif di lahan petani akan membawa dampak terhadap peningkatan produksi dan pendapatan. Dampak pengkajian atau diseminasi ditentukan oleh adopsi dimana dipengaruhi oleh inovasi atau karakteristik teknologi yang ditawarkan. Adopsi dan dampak merupakan dua tahapan yang saling mempengaruhi atau mempunyai pengaruh timbal balik (Yohanes, dkk., 2004).
6
III. MATERI DAN METODE
3.1. Lokasi, Petani Kooperator dan Waktu
Kegiatan pembuatan ransum sederhana dari limbah pertanian dilaksanakan di desa Sambelia Kabupaten Lombok Timur.
Petani kooperator yang ikut serta dalam kegiatan ini adalah petani yang tergabung dalam kelompok tani “Sambiq Elen” dengan jumlah anggota sebanyak 20 orang. Namun yang terlibat aktif didalam proses pembuatan pakan berjumlah 6 orang. Pada setiap tahapan kegiatan diupayakan untuk menghadirkan semua anggota agar mengetahui kegiatan yang dilakukan.
Pelaksanaan kegiatan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2005.
3.2. Metode 3.2.1. Pembuatan ransum sederhana Membangun satu unit pabrik pakan mini, dengan peralatan mesin blander (mesin penghancur) yang telah ada. Penyusunan ransum dari limbah pertanian a. Formulasi ransum Sebagai acuan formulasi ransum yang disusun dari beberapa jenis limbah pertanian dan limbah industri yang telah diproduksi oleh CV. Prima Agroindustri dan PT. Samudera Omega Jaya Makmur Jawa Timur adalah sebagai berikut di bawah ini : Tabel. 1. Formulasi ransum yang telah disusun oleh CV. Prima Agroindustri dan PT. Samudera Omega Jaya Makmur Jawa Timur. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Jenis Bahan (limbah pertanian) Dedak Onggok Bungkil kopra/kelapa Kulit kopi Tongkol jagung Gula merah Garam dapur Pakan starter/konsentrat Jumlah
Komposisi (%) 25 20 29 5 8 7,5 0,5 5 100
7
Cara membuat : -
Bahan-bahan yang tercantum pada tabel di atas dicampur dan diaduk secara merata. Bisa dilakukan diatas lantai jemur atau tempat lainnya kemudian diaduk menggunakan cangkul dan sekop.
-
Setelah merata kemudian dicampurkan gula merah, garam dapur dan pakan starter/konsentrat atau probiotik. Diaduk lagi secara merata.
-
Bahan-bahan yang telah bercampur dapat disimpan dalam karung goni dan di peram selama 2 hari, disimpan pada tempat yang teduh dan kering (selama proses fermentasi)
-
Hasil dari bahan yang telah difermentasi, kemudian dibuka dan dikeringkan (dijemur) sampai kering betul agar dalam penyimpanan dapat tahan lama.
Tabel 2. Kandungan nutrisi dari ransum yang tertera pada tebel 1. No.
Zat Nutrisi
Kandungan Nutrisi 56,04
1.
Energi Metabolis
2.
Protein
11,93%
3.
Lemak
2,66 %
4.
Serat Kasar
22,13 %
Harga ransum/kg Rp. 288,-
b. Pemberian ransum terhadap ternak Pakan yang disusun untuk penggemukan ternak ruminansia secara umum.
Untuk aplikasinya, pakan diberikan pada 4 ekor kambing jantan
berumur di bawah 1 tahun, yang berlokasi juga di Desa Sambelia Kabupaten Lombok Timur. Dikandangkan dan dipelihara secara intensif. Pemberian pakan atau ransum secara ad libitum, dengan pemberian minum; karena pakan berbentuk bahan kering.
8
Tabel 3. Pemberian ransum berdasarkan jenis ternak dan bobotnya. Jenis Ternak
Kambing
Bobot Badan (kg) 15 25 30
Ransum yg Diberikan (kg) 0,6 – 1 0,9 – 1,2 1,0 – 1,5
Konsentrat (kg)
Rumput jerami (kg)
c. Alat-alat -
Mesin blender (penghancur), dengan penggerak mesin diesel berbahan bakar solar.
-
Sekop/cangkul
-
Kereta sorong (untuk mengangkut bahan)
-
Ember
d. Variabel yang diamati -
Pertambahan berat badan ternak kambing yang diberikan pakan
-
Kandungan nutrisi pakan yang disusun
-
Data kualitatif digali dengan teknik wawancara terstruktur.
e. Analisa Data Data-data kualitatif yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan data kuantitatif dianalisis menggunakan statistik sederhana.
9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Inventarisasi Limbah Pertanian Berdasarkan survei lapangan yang telah dilaksanakan di beberapa desa
wilayah
Kabupaten Lombok Timur di antaranya : desa Pringgabaya, desa Perigi, Mamben Lauk dan di desa Sambelia (merupakan lokasi kegiatan), terdapat jenis limbah pertanian yang masih memungkinkan untuk dijadikan sebagai sumber pakan ternak ruminansia. Bahanbahan tersebut kiranya masih mengandung zat-zat nutrisi yang bermanfaat bagi ternak, antara lain : a. Tongkol jagung atau disebut juga Babal Jagung. Merupakan limbah pertanian yang cukup melimpah terutama pada musim panen jagung, merupakan hasil sisa dari proses pemipilan.
Sementara ini hanya dibakar
oleh petani atau pengelola proses pasca panen. Bahkan menjadi limbah yang sulit untuk dihancurkan. Namun bahan ini ternyata masih dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak khususnya ternak ruminansia.
Sehingga bahan ini dipilih menjadi
penyusun utama dari pakan sederhana.
b. Kulit Ari Jagung (Tumpi). Bahan ini juga merupakan limbah yang didapat dari usaha pemipilan jagung jumlah cukup banyak, dan sama sekali belum dimanfaatkan dan hanya dibuang bersama tongkol jagung.
c. Kulit Kacang Hijau. Merupakan limbah pada saat panen; dan bahan ini sebagian telah dimanfaatkan oleh petani untuk pakan ternak ruminansia.
d. Kulit Kacang Tanah. Bahan ini juga sebagian telah dimanfaatkan oleh peternak untuk pakan ternak ruminansia.
e. Dedak halus Dedak jumlahnya cukup melimpah terutama pada saat musim panen padi, namun bahan ini selama ini digunakan sebagai pakan berbagai jenis ternak : ternak unggas, 10
ternak ruminansia, ternak monogastrik bahkan ikan air tawar. Sehingga dedak bisa dikatakan tidak lagi menjadi limbah tetapi sudah cukup bernilai ekonomis bahkan pada saat diluar musim panen padi, harganya cukup tinggi.
4.2. Penyusunan Ransum Formulasi ransum disusun berdasarkan ketersediaan limbah pertanian di wilayah pengkajian sebagaimana yang tersebut di atas.
Sedangkan sebagai bahan penyusun
lainnya yang berfungsi sebagai pelengkap kandungan nutrisinya adalah hijauan legum seperti gamal, lamtoro dan turi yang sebelumnya harus dikeringkan agar dapat dicampur dengan bahan lainnya dan dapat disimpan lama. Berdasarkan pada jenis-jenis limbah tersebut formulasi ransum disusun dengan komposisi sebagai berikut : Tabel 4. Formulasi ransum yang disusun berdasarkan ketersediaan limbah di sekitar lokasi kegiatan Gelar. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Jenis Limbah Dedak padi Kulit Kacang Hijau Tongkol Jagung Tumpi jagung (kulit ari) Daun Gamal kering Air Gula Mineral/Garam Total Probiotik (additif)
Persentase 10,2 % 30,61 % 25,51 % 5,10 % 20,41 % 7,65 ltr/100 kg pakan 0,51% 100 % 0,5 %
Cara membuat : -
Tongkol jagung yang sudah kering sebelum dicampur dengan bahan lainnya harus dipotong-potong atau dihancurkan menggunakan mesin penghancur semacam blander, untuk mempermudah pada peroses pencampuran dan juga memudahkan ternak saat memakannya.
-
Demikian halnya untuk kulit kacang hijau atau kulit kacang tanah harus diperkecil ukurannya terlebih dahulu atau di hancurkan.
-
Bahan-bahan yang tercantum pada tabel di atas dicampur dan diaduk secara merata. Bisa dilakukan di atas lantai jemur atau tempat lainnya kemudian diaduk menggunakan cangkul dan sekop.
11
-
Setelah merata kemudian dicampurkan gula merah, garam dapur dan pakan starter/konsentrat atau probiotik. Diaduk lagi secara merata.
-
Bahan-bahan yang telah bercampur dapat disimpan dalam karung goni dan di peram selama 2 hari, disimpan pada tempat yang teduh dan kering (selama proses fermentasi)
-
Hasil dari bahan yang telah difermentasi, kemudian dibuka dan dikeringkan (dijemur) sampai kering agar dalam penyimpanan dapat tahan lama.
4.3. Kandungan gizi ransum Formulasi ransum yang telah disusun kemudian dianalisis di laboratorium BPTP dan ternyata kandungan nutrisi adalah :
Tabel 5. Kandungan nutrisi dari ransum yang tersusun (Tabel 5). Sampel pakan Ransum Sederhana
Serat kasar (%) 32.64
Protein (%) 5,10
Lemak kasar (%) 1,61
Energi Call/gr 4155,22
Kadar abu 5,45
Pakan disusun hanya satu formula, diutamakan untuk ternak ruminansia kecil untuk usaha penggemukan, yaitu ternak kambing jantan muda lepas sapih. Dengan formulasi tersebut di atas, ransum yang disusun memiliki kandungan nutrisi seperti pada Tabel 6. Serat kasar cukup tinggi, hal ini dapat menyebabkan kesulitan ternak untuk mencerna bahan makanan sehingga di dalam ransum dicampurkan pula probiotik yang berfungsi membantu pencernaan pada rumen ternak.
Probiotik ini membantu
mengaktifkan mikroorganisme rumen. Kandungan protein ransum terlihat rendah, sehingga perlu upaya penambahan bahan-bahan penyusun ransum yang mengandung protein tinggi, seperti legum pohon diantaranya gamal, turi atau lamtoro. Sehingga diharapkan kandungan protein ransum dapat meningkat dan dapat memenuhi kebutuhan hidup pokon ternak maupun untuk berperoduksi. Protein merupakan zat penting yang harus dikonsumsi oleh ternak untuk pertumbuhan serta perbaikan jaringan tubuh hal ini berkaitan dengan kemampuan ternak untuk berproduksi. Pakan pakan yang berasal dari limbah pertanian umumnya memiliki kandungan nutrisi yang rendah, sehingga perlu upaya-upaya untuk meningkatkan kanudungan nutrisi melalui tambahan bahan-bahan lain (bukan limbah) yang murah dan mudah didapat untuk mensuplainya.
12
4.4. Pemberian ransum terhadap ternak Pakan yang disusun untuk penggemukan ternak ruminansia secara umum. Untuk aplikasinya, pakan diberikan pada 4 ekor kambing jantan berumur di bawah 1 tahun, yang berlokasi juga di Desa Sambelia Kabupaten Lombok Timur.
Dikandangkan dan
dipelihara secara intensif. Pemberian pakan atau ransum secara ad libitum, dengan pemberian minum; karena pakan berbentuk bahan kering. Respon ternak terhadap pakan tersebut, pada awalnya tentu tidak disukai karenanya memerlukan waktu untuk mengadaptasikan dengan kebiasaan ternak yang telah terbiasa memakan hijauan segar kemudian harus memakan makanan yang kering. Waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama sekitar 1 minggu, dengan diberikan secara bertahap yang dicampur dengan hijauan segara yang biasa dimakannya. Palatabilitas pakan perlu diperhatikan agar ternak mudah menyukai pakan ini. Penambahan garam atau probiotik juga membantu selama proses adaptasi, sebab jenis ternak apapun apabila diberikan pakan yang berbeda dari sebelumnya bahkan sebelumnya tidak pernah sama sekali memakan pakan tersebut tentu butuh waktu untuk beradaptasi. Namun setelah berjalan lebih dari 2 minggu, terlihat bahwa ternak-ternak cukup menyukai. Akan tetapi masih cukup banyak pakan yang tersisa di tempat pakan dan biasanya ternak tidak lagi mau memakannya, terutama bahan-bahan yang berasal dari tongkol jagung, kemungkinan dibebabkan kurang halus. Mengingat bahan pakan ini memiliki kandungan serta kasar yang tinggi, juga ada indikasi bahwa bahan tersebut memiliki sifat bulky (mengenyangkan) sehingga ternak dengan nalurinya memilih bahan-bahan yang dirasa mudah untuk dicerna olehnya.
4.5. Pertumbuhan ternak Dari hasil pengamatan terlihat bahwa ternak-ternak yang memakan pakan ini selama hampir dua bulan menunnjukkan bahwa kondisinya sehat.
Dilihat dari
performannya yang tetap lincah, kulit mengkilap. Pertambahan bobot badan harian yang diperoleh 0,065 kg/ekor/hari. Melihat PBBH menunjukkan bahwa pakan ini masih layak sebagai sumber pakan alternatif guna mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau. Perlu diingat bahwa pakan yang berasal dari limbah pertanian yang mengandung serat kasar atau lignin yang tinggi, memiliki tingkat kecernaan yang rendah. Sehingga diperlukan bahan lain yang dapat membantu daya cerna ransum dan dicampurkan 13
langsung di dalamnya seperti probiotik. Penambahan konsentrat di dalam ransum sangat membantu untuk meningkatkan kandungan gizi ransum. Secara khusus masih diperlukan adanya beberapa uji coba formulasi ransum sehingga diperoleh susunan ransum yang dapat disesuaikan oleh kebutuhan ternak. Kebutuhan ransum ternak sangat tergantung pada jenis ternak (sapi, kambing, domba), umur ternak, jenis kelamin dan status reproduksinya (bunting, menyusui). Dengan cara ini diharapkan dapat menghasilkan ransum siap konsumsi yang spesial sesuai dengan kondisi ternak. Sifat bulky dari bahan penyusun ransum juga dapat menyebabkan penurunan konsumsi pakan. Ternak akan berhenti makan bila telah merasakan kenyang, padahal ransum yang tersusun dari bahan-bahan limbah pertanian justru memiliki kandungan gizi yang rendah. Akibatnya gizi yang diserap oleh ternak makin rendah. Namun salah satu upaya dalam yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah dengan menambahkan hijauan dalam ransum, yang sebelumnya telah dikeringkan terlebih dahulu. Hijauan ini dipilih berdasarkan pada ketersediaan yang cukup baik saat musim kemarau maupun musim hujan. Dan hijauan yang mengandung kadar protein tinggi yaitu tanaman leguminosa seperti gamal, turi maupun lamtoro. Karena di sekitar lokasi terdapat tanaman gamal yang cukup luas sehingga salah satu hijauan yang dicampurkan dalam ransum ini adalah gamal.
4.6. Hasil Wawancara dengan Petani Kooperator dan Non Kooperator pada Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang pendapat dan pengalaman petani selama mengikuti kegiatan maupun pengalamannya dalam menjalankan usahataninya.
Pendapatnya terhadap pakan sederhana yang dibuat (bagi petani
kooperator) dan yang pernah didengar atau diketahui (bagi petani non kooperator), maka telah dilaksanakan wawancara terhadap 10 orang petani Kooperator dan 10 orang petani non Kooperator. Petani Kooperator yang menjadi responden diutamakan bagi anggota kelompok tani Sambiq Elen yang secara aktif melaksanakan semua tahapan proses pembuatan pakan. Sedangkan petani Non Kooperator yang menjadi responden adalah petani-peternak yang memiliki usaha ternak kambing dan sapi, bertempat tinggal di sekitar lokasi pengkajian (desa Sambelia) dan mengetahui adanya kegiatan pengkajian ini.
Untuk mengetahui latar belakang masing-masing responden serta mendapatkan
14
umpan balik
atas pelaksanaan Gelar Teknologi
ini maka dilakukan wawancara
terstruktur. Hasil wawancara dapat dilihat pada beberapa tabel di bawah ini :
Tabel 6. Petani kooperator dan non kooperator serta komoditi yang diusahakannya Uraian Kooperator Rata-rata penguasaan lahan pertanian : - Milik sendiri - Penggarap lahan orang Jenis tanaman yang diusahakan : - Padi - Jagung - Kacang Tanah - Kacang Hijau - Ubi Kayu - Pisang - Jambu Mete - Cabe - Sayuran lain
Petani Non Kooperator
0,799 ha 0,900 ha
0,335 ha 0,556 ha
0% 100 % 20% 0% 0% 50% 20% 0% 0%
30% 100% 0% 10% 40% 0% 20% 10% 20%
Petani kooperator sebagian besar memiliki lahan pertanian dengan luasan lahan yang dimiliki 0,7 ha dan sebagai garapan (sewa dan lainnya) 0,9 ha. Sebagian menguasai keduannya.
Sedangkan petani non kooperator yang menjadi responden, sebagian
memiliki lahan dengan luasan rata-rata 0,3 ha, dan sebagai penggarap dengan luasan ratarata 0,6 ha atau menguasai keduannya. Tanaman yang diusahakan sebagian besar adalah tanaman jagung seluruh responden mengusahakannya (Tabel 1), sedangkan tanaman lainnya terdiri dari padi, kacang tanah, kacang hijau, ubu kayu pisang, jambu mete cabe dan jenis sayuran lain hanya sebagian kecil yang mengusahakannya. Melihat jagung menjadi jenis tanaman
utama yang diusahakan memberikan
petunjuk adanya limbah komoditi ini yang cukup melimpah. Namun selama ini masih sekedar sebagai limbah, dan baru dimanfaatkan untuk pupuk, kayu bakar atau dibiarkan begitu saja. Hal ini merupakan peluang untuk memanfaatkannya menjadi salah satu bahan penyusun pakan sederhana yang merupakan ransum komplit siap dikonsumsi oleh ternak. Sejalan dengan hal tersebut tentunya membutuhkan uji-coba dan memerlukan waktu untuk dapat diinformasi bagi petani-peternak dalam pemanfaatannya. Penyuluhan dan upaya transfer teknologi serta kemampuan memberikan bukti otentik bagi petani agar teknologi mau diadopsi.
15
Selanjutnya dapat dilihat pula kegiatan setahun yang dilakukan oleh petani kooperator maupun non kooperator, khususnya yang berkaitan dengan usahatani. Dan kegiatan-kegiatan lain di luar lahan pertanian maupun di luar usahatani. Tabel 7. Kegiatan yang dilakukan petani kooperator dan non kooperator pada musim kemarau Uraian Kooperator Pekerjaan yang dilakukan musim kemarau : - On farm • Gembalakan ternak • Buruh tani di lahan sawah • Bertani di lahan sendiri • Tidak ada kegiatan
Petani Non Kooperator
20% 70% 10% 0%
60% 30% 10% 0%
-
Off farm • Berdagang hasil pertanian • Bekerja lain terkait produk pertanian • Tidak ada kegiatan
20% 10% 70%
10% 0% 80%
-
Non farm • Buruh bangunan • Jual kayu bakar • Jual meubel • Tidak ada kegiatan
70% 0% 0% 30%
30% 50% 10% 10%
Alokasi waktu yang digunakan oleh petani-peternak didalam melakukan usahatani dalam satu tahun rata-rata antara 4 – 6 bulan (bulan Nopember – Juni). Umumnya pada musim hujan yaitu antara bulan Nopember – April digunakan untuk mengolah lahan, menanam, memelihara hingga panen pada komoditas-komoditas yang diusahakan seperti Tabel 7.
Sedangkan pada musim kemarau beragam kegiatan dilakukan On farm
(menggembalakan ternak, buruh tani, dan bertani di lahan sendiri). Kegiatan Off farm antara 70 – 80% tidak melakukan kegiatan off farm. Sebagian besar melakukan kegiatan non farm seperti buruh bangunan, menjual kayu bakar, usaha meubel. Khususnya petani kooperator yang tidak memiliki kegiatan off farm cukup besar 70%. Sehingga peluang untuk
menjalankan
usaha
atau
kegiatan
pembuatan
pakan
sederhana
masih
memungkinkan untuk dilakukan. Tentu yang masih menjadi kendala adalah fasilitas dan juga kalau diutamakan sebagai usaha maka masih diperlukan promosi akan keunggulan dan kegunaan pakan, sehingga konsumennya serta pasarnya menjadi lebih jelas.
16
Penggembalaan ternak masih dilakukan terutama saat musim kemarau, dimana hijauan segar sudah sulit didapat kecuali di sekitar pematang sawah, namun areal sawah di Sambelia tidak luas. Bagi petani-peternak yang tetap mengandangkan ternaknya, maka pakan yang diberikan lebih banyak berupa leguminosa seperti lamtoro, turi. Tabel 8. Jenis pakan dan ketersediaan Uraian
Informasi dari Petani Kooperator Non Kooperator
Ketersediaan pakan pada musim kemarau - Kurang - Tidak ada masalah
100% 0%
80% 20%
Pada musim hujan jenis pakan yang diberikan : - Rumput (alam) - Legum (gamal, turi dan lamtoro)
100% 100%
100% 100%
100% 100%
100% 100%
0% 20% 40%
30% 40% 20%
0%
10%
10%
0%
Pada musim kemarau jenis pakan yang masih tersedia : - Rumput (alam) - Legum (gamal, turi dan lamtoro) Bagaimana kiat menghadapi kekurangan pakan di musim kemarau : - Ternak digembalakan - Dicarikan rumput dan digembalakan - Menyabit di pematang sawah di sekitar desa - Menyabit rumput di lokasi yang cukup jauh - Menyabit rumput dan batang pisang
Pada Tabel 8. dapat dilihat bahwa petani-peternak mengalami kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak karena keterbatasan ketersediaannya.
Namun
belum ada upaya mereka untuk mendapatkan alternatif pakan bagi ternaknya, dan masih mengutamakan rumput dan leguminosa sebagai sumber pakannya.
Sebagai upaya
mengatasi kekurangan pakan mereka harus melakukan : penggembalaan ternak di padangan umum, mencarikan rumput di sekitar lahan sawah atau menyabit rumput di tempat-tempat yang cukup jauh dari lokasi pemeliharaan.
Tentu kuantitas dan
kuantitasnya terbatas. Di sisi lain ada potensi sumber pakan yang dapat menjadi alternatif bahan makanan bagi ternak yaitu limbah pertanian.
Khususnya pada daerah lahan kering
tanaman jagung cukup dominan diusahakan selama musim hujan. Sehingga saat musim 17
panen seringkali dijumpai banyaknya limbah hasil sisa pasca panen di sekitar tempattempat pemipilan jagung, yang berupa tongkol jagung dan tumpi (kulit ari). Selama ini limbah tersebut hanya dibakar , atau dibiarkan lapuk kemudian dijadikan sebagai pupuk organik.
Namun proses pelapukan membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga
sering terjadi penimbunan limbah yang juga menyebabkan polusi dan mengganggu lingkungan di sekitarnya. Upaya pemanfaatan bahan-bahan limbah tersebut agar lebih berguna selain mengurangi pencemaran lingkungan juga bisa mengatasi kekurangan pakan ternak saat musim kemarau bahkan pada masa mendatang diharapkan mampu memberikan nilai tambah yang lebih baik. Tabel 9. Pendapat petani terhadap teknologi pembuatan pakan sederhana dari limbah pertanian Uraian Persepsi Petani Kooperator Non Kooperator Pendapat petani terhadap teknologi pembuatan pakan sederhana ini : 100% 100% a. Penting dilaksanakan 0% 0% b. Tidak penting Teknologi ini dirasakan merepotkan : a. Ya b. Tidak Bila merepotkan bagian apa yang dirasakan kesulitan untuk dikerjakan : a. Mengumpulkan limbah b. Mengolah limbah c. Memperoleh bahan penyusunnya (gula, mineral, probiotik dll) d. Mencampur pakan e. Menjemur/mengolah materi tambahan seperti gamal, turi atau lamtoro
100% 0%
100% 0%
0% 100%
10% 100%
100% 10%
100% 50%
10%
50%
Apaka4.7/212 Apakah pembuatan 0 4 Tm( pakan )TjETEMC perlu dilakukan /P BDC BT/TT0 1 Tf0.00121 Tc 0 Tw 12 0 0 12 1010.920 mengatasi kesulitan pakan di musim kem
Setelah setahun dilaksanakan pengkajian, petani-peternak cukup memberikan respon posistif bagi teknologi pembuatan pakan sederhana dari limbah pertanian ini. Tabel 10. menunjukkan bahwa seluruh responden menyatakan pentingnya teknologi ini mengingat makin hari makin sempitnya lahan penggembalaan, dan usaha ternak yang makin berkembang sedangkan eksplorasi terhadap sumber-sumber pakan belum ada. Justru dengan adanya teknologi pembuatan pakan dari limbah ini dapat memberikan peluang di masa mendatang disamping sebagai penyedia pakan ternak juga dapat memberikan lapangan pekerjaan baru yang menjanjikan dengan membangun industri pakan sederhana. Namun disadari bahwa proses transfer teknologi tidak mudah dan tidak secepat apa yang diharapkan terutama pada hal-hal baru yang perlu adaptasi dalam mengadopsinya. Sehingga masalah, kendala dan hambatan akan selalu dihadapi selama proses penerapannya di lapangan. Sudah barang tentu dukungan fasilitas dibutuhkan terutama untuk mengefisiensikan waktu, biaya dan tenaga. Rancangan mesim-mesin dan alat-alat lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan pembuatan pakan. Sebab bila tidak didukung oleh fasilitas tersebut tentu makin sulit teknologi tersebut diterapkan mengingat kemampuan petani dan kemauan secara sosial harus mendapatkan dukungan fasilitas, dengan demikian pengembangan selanjutnya bisa lebih mudah.
Saran-saran dari petani Kooperator maupun Non Kooperator -
Kualitas pakan sebaiknya ditingkatkan kualitasnya agar dapat dimakan oleh ternak tidak banyak yang tersisa.
-
Diharapkan oleh petani kooperator agar pakan yang dibuat dapat dimanfaatkan oleh anggota sebagai pakan ternak mereka
-
Petani ingin mengetahui efek pakan terhadap ternak sehingga dapat mempercepat proses adopsi teknologi.
-
Proses pembuatan pakan diharapkan tidak terlalu sulit, terutama dalam mengolah limbah babal jagung (tongkol jagung)
-
Untuk memudahkan dalam penghancuran materi (tongkol jagung) dibutuhkan mesin yang efektif dan efisien.
-
Perlu adanya promosi agar pakan yang telah dibuat oleh kelompok juga dapat dipasarkan sehingga dapat memberikan nilai tambah.
19
4.7. Penyebaran Informasi Teknologi Pakan Sederhana Penyebaran infromasi yang dilakukan dalam mendiseminasikan teknologi pembuatan pakan sederhana ini dimulai dari para petani kooperator yang ikut serta dalam kegiatan ini. Petani sebagai pelaksana utama, mulai dengan mengumpulkan bahan-bahan limbah pertanian yang ada di sekitar desa lokasi, memproses dan mengolahnya kemudian menyusunnya menjadi ransum sederhana. Ini merupakan proses tranfer teknologi yang dilaksanakan dalam pelaksanaan Gelar. Selanjutnya dalam aplikasinya, yaitu pemberian ransum jadi
pada ternak juga dilakukan langsung oleh beberapa anggota petani
kooperator. Hal ini lakukan agar proses penyebaran informasi lebih cepat khususnya di sekitar lokasi kegiatan, yang diharapkan petani kooperator akan menyampaikan langsung kepada rekan-rekan terdekatnya. Disamping itu peran serta petugas lapangan (PPL) dalam kegiatan ini juga cukup baik.
Setiap tahapan kegiatan KCD dan PPL selalu menghadirinya, dan membantu
memberikan penjelasan kepada petani kooperator tentang manfaat dari teknologi Pakan Sederhana ini bagi usaha ternak ruminansia seperti sapi, kambing dan lainnya. M. Saleh, SP (KCD Belanting) bersama rekan-rekan PPL lainnya : Asmin, Aenuddin cukup banyak membantu dalam kegiatan ini. Hingga pada kegiatan Demplot Penggemukan Sapi yang dilaksanakan bersama KID desa Belanting mengharapkan untuk mencoba formulasi ransum yang dibuat sebagai salah satu jenis pakan yang akan diuji-cobakan dalam kegiatan mereka. Pada waktu pelaksanaan Temu Informasi Pertanian yang diselenggarakan oleh BPTP pada tanggal Pakan Sederhana ini.
Nopember 2005, juga telah diperkenalkan teknologi pembuatan Peserta yang hadir terdiri dari Dinas Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Lombok Timur, Komite Investasi Desa dari 20 desa wilayah P4MI. Peserta yang hadir waktu itu cukup memberikan respon yang positif terhadap teknologi ini mengingat pada wilayah desa P4MI yang sebagian merupakan lahan kering seringkali mengalami kesulitan penyediaan pakan ternak di musim kemarau. Di satu sisi limbahlimbah pertanian yang tersbut di atas juga cukup melimpah pada waktu panen seperti jagung, kacang tanah dan lainnya.
20
V. KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan Dari hasil pengkajian Gelar Teknologi Pembuatan Pakan Sederhana dari Limbah Pertanian yang telah dilaksanakan di Sambelia dapat ditarik suatu kesimpulan : -
Pada dasarnya petani-peternak membutuhkan alternatif pakan ternak ruminansia yang mudah didapat, murah harganya dan efektif bagi ternak, sebagai penyedia pakan pada musim kemarau.
-
Masalah yang dihadapi petani kooperator dalam proses pembuatan pakan ini adalah kesulitan dalam pengolahan limbah, sehingga dibutuhkan alat untuk memudahkannya.
-
Formulasi pakan yang disusun berdasarkan pada jumlah limbah yang melimpah di sekitar lokasi, dengan kandungan nutrisi yang rendah terutama kandungan protein (5,1%) dengan serat kasar yang tinggi yaitu (32,64%). Sehingga membutuhkan upaya untuk meningkatkan kandungan protein dan upaya meningkatkan daya cerna karena kandungan serta kasarnya yang tinggi.
-
Efek pakan tersebut cukup baik, aplikasinya pada ternak kambing menghasilkan pertumbuhan dan pertambahan bobot badan harian ternak kambing jantan umur ±1 tahun 0,065 kg/ekor/hari.
5.2. Saran-saran -
Sebagai kelanjutan teknologi pakan ini diperlukan alat-alat yang dapat mendukung untuk mempermudah proses pengolahan limbah sebelum disusun dalam formulasi.
-
Tongkol jagung sebagai penyusun utama pakan ini perlu dihancurkan agar mudah dikonsumsi oleh ternak.
-
Untuk meningkatkan daya cerna pakan ini diperlukan probiotik sehingga mampu mencerna pakan yang memiliki kandungan serta kasar yang tinggi, agar efisiensi dan efektifitas terhadap ternak cukup baik.
-
Dalam penyebaran informasi teknologi pembuatan pakan ini diharapkan peran serta petugas lapangan (PPL), promosi melalui berbagai media informasi baik tercetak maupun media audio-visual elektronik. Dapat menunjukkan keunggulan teknologi ini kepada masyarakat secara visual dengan bukti nyata.
21
-
Bila telah diperoleh susunan ransum yang baik, dengan bahan-bahan limbah yang tersedia melimpah dan spesifik lokasi tentu masih membutuhkan uji-coba untuk setiap jenis ternak, umur ternak dan jenis kelamin.
22
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia Jakarta. BPTP Ambon, 1996. Penggunaan Limbah Pertanian untuk Pakan Sapi Potong. Brosur. Departemen Pertanian Badan Litbang Pertanian. Ambon Budi Haryanto, Supriyati, Amlius Thalib, Srayah, Abdurahman, dan K. Sumanto. Penggunaan probiotik dalam upaya peningkatan fermentasi mikrobial rumen. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor. Ginting, P. Simon, 2004. Tantangan dan peluang pemanfaatan pakan lokal untuk pengembangan peternakan kambing di Indonesia. Prosiding. Lokakarya Nasional Kambing Potong. Puslitbangnak. Badan Litbang Pertanian. Bogor. Martawidjaja, Muchi., B. Setiadi, D. Yulistiani, D. Priyanto dan Kuswandi. 2002. Pengaruh pemberian konsentrat protein tinggi dan rendah terhadap penampilan kambing jantan kacang dan persilangan Boer. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor. Ruly Hardianto. 2004. Pemanfaatan limbah pertanian & aroindustri sebagai bahan baku untuk pengembangan industri pakan ternak compleed feed. Program Magang & Transfer Teknologi Pakan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa Timur. Tillman, Allen D., Hari Hartadi, Seodomo R, Soeharto P, Seokanto L., Ilmu Makanan Ternak Dasar. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Yohanes G.B., Sasongko WR., A. Muzani, Nurul A., 2004. Laporan Akhir. Sistem Usahatani Ternak Kambing pada Lahan Kering di Lombok Timur. BPTP NTB. Yohanes GB., K. Puspadi, Tanda S Panjaitan, Sasongko WR., dan A. Muzani. 2004. Transfer dan kendala adopsi teknologi produksi sapi Bali mendukung usaha agribisnis. Prosiding Seminar Nasional. Sistem Integrasi Tanaman-Ternak. Puslitbangnak. BPTP Bali dan Casren. Bogor.
23
Lampiran 1
Preses pencampuran bahan limbah yang sebelumnya telah diolah (atas) Bahan pakan disimpan dalam karung plastik, dapat diberikan pada ternak sebagai bahan pakan tunggal (bawah)
24
Pakan diberikan pada tempat pakan. Diusahakan agar tempat pakannya dapat menampung pakan dengan baik agar pakan tidak tercecer dan tidak tergenang air (atas) Bentuk pakan seperti ditunjukkan pada gb di bawah ini. Karena bentuknya yang kering sehingga dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama
25
Pakan ini dapat dimakan oleh ternak ruminansia secara umum, seperti sapi, kambing, juga domba atau kerbau.
26