LAPORAN KEMAJUAN TERMIN I X.46 AGROEKOLOGI WILAYAH PENGEMBANGAN VARIETAS TEBU DI LAHAN KERING SULAWESI SELATAN MENDUKUNG PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA GULA BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pemerintah Indonesia dalam Road Map swasembada gula mencanangkan tahun 2014 sebagai tahun swasembada gula total.
Pada tahun tersebut produksi gula dalam
negeri sudah dapat memenuhi konsumsi gula dalam negeri, baik untuk konsumsi langsung rumah tangga, industri maupun menutup neraca perdagangan gula nasional atau disebut swasembada gula nasional (Anonim, 2006). Data dari sekretariat Dewan Gula Indonesia pada tahun 2007 menunjukkan bahwa jumlah produksi tebu nasional mencapai 2,48 juta ton (Anonim, 2007a), sedangkan konsumsi gula menurut Sucofindo mencapai 4,641 juta ton (Anonim, 2007b).
Maka pada
tahun 2007 masih terjadi defisit gula nasional sekitar 2.161 juta ton. Untuk mencapai target swasembada gula nasional pada tahun 2014, diperlukan upaya peningkatan produksi gula antara lain melalui peningkatan produktivitas. Peningkatan produktivitas gula dapat dicapai dengan mengganti varietas-varietas lama yang telah mengalami degradasi keunggulan genetik dengan varietas baru. Perluasan tanaman tebu rakyat pada saat ini terjadi cukup pesat seiring dengan peningkatan daya saing usaha tani tebu. Khususnya di Jawa Timur, perluasan akselerasi untuk peningkatan produksi gula adalah 160.000 ha pada tahun 2007 dan dapat direalisasikan menjadi 197.059 ha. Dampak perluasan areal secara signifikan telah mampu meningkatkan produksi tebu sebagai bahan baku Pabrik Gula (PG), akan tetapi sasaran pencapaian rendemen sebesar 8,10 % hanaya mampu dicapai 6,92 % (Anonim, 2008). Belum tercapainya sasaran rendemen diduga karena dalam program rehabilitasi tanaman (bongkar ratoon) dan perluasan tanaman tebu baru, umumnya cenderung menggunakan varietas Bululawang (BL) dan PS 864 yang merupakan kategori tebu masak tengah sampai lambat.
Sementara itu komposisi tebu masak awal masih sangat kecil
arealnya (Sugiyarta dan Budhisantosa, 2009). Varietas tebu PS 881 cocok dikembangkan pada lahan dengan spesifik lokasi Inceptisol, Vertisol dan Ultisol dengan tipe iklim C2 (Oldeman). PS 881 dengan potensi rendemen yang tinggi dengan kategori kemasakan awal giling, dapat digunakan untuk mengisi komposisi vaeietas guna menjaga keseimbangan pada penataan varietas tebu di lapangan (Sugiyarta dan Budhisantosa, 2009). Penentuan varietas PS 881 ini dilakukan
1
dengan uji multilokasi yang mempertimbangkan tingginya interaksi genotipa dan lingkungan pada tanaman tebu (Mirzawan, 1995). Untuk mewujudkan swasembada gula diperlukan strategi pencapaiannya yaitu terdapat
dua
pilihan
yang
dapat
dipertimbangkan,
pertama
meningkatkan
serta
mengoptimalkan kapasitas Pabrik Gula (PG) yang ada (existing industry) dan kedua membangun PG baru di luar existing industry yang berarti perluasan areal pertanaman tebu. Pembangunan PG di luar existing industry merupakan satu-satunya solusi jangka panjang dalam peningkatan produksi gula guna mengimbangi kebutuhan gula nasional yang semakin meningkat. Pulau Jawa yang selama ini dianggap sebagai habitus utama untuk tanaman tebu, dengan keberadaan sekitar 47 pabrik gulanya dianggap optimum mengusahakan industri gula. Oleh karena itu, pengembangan industri gula baru lebih disarankan untuk ekspansi di luar Jawa. Beberapa wilayah di luar pulau Jawa yang cukup potensial untuk pengembangan industri gula, salah satu diantaranya adalah Provinsi Sulawesi Selatan.
Selama ini
pengembangan tebu di wilayah ini dikembangkan di lahan sawah seperti di kabupaten Bone dan di lahan kering di Kabupaten Takalar.
Secara makro ada banyak lahan kering di
Sulawesi Selatan yang memiliki karakteristik lahan (iklim, fisiografi lahan dan jenis tanah) relatif mirip dengan Kabupaten Takalar dan Bone. Secara umum lahan di Sulawesi Selatan mempunyai persyaratan yang sesuai untuk tebu antara lain tipe iklim C dan D (Oldeman), topografi datar sampai berlereng landai (lereng <15%) dan memiliki kedalaman tanah cukup dalam (>1m) (Djaenudin et.al., 2003 dan Mulyadi et.al., 2008). Subiyono (2012) mengemukakan bahwa Produktivitas tebu dan rendemen yang dapat dicapai Pabrik Gula di Sulawesi Selatan adalah : PG Takalar berturut-turut 31,4 ton/ha dengan rendemen 5,66 % sedangkan PG Bone dan Camming 28,0 ton/ha dan rendemen 5,27 %. Capaian ini merupakan angka terendah bila dibandingkan dengan capaian PG lain di bawah PTPN X.
Maka sangat diperlukan langkah-langkah perbaikan dimana salah
satunya adalah dengan program penataan varietas yang disesuaikan dengan perencanaan lama giling dan tipologi lahan. Tujuan dari kegiatan ini adalah memperoleh peta sebaran varietas tebu yang sesuai sifat kemasakan tebu (masak awal, masak tengah dan masak lambat) dengan tipologi lahan di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Pokok Permasalahan Program penataan varietas tebu memerlukan komposisi tipe kemasakan yang seimbang, agar rendemen pada awal hingga akhir giling selalu pada puncaknya (Sugiyarta et.al., 2000). Terbatasnya kategori varietas masak awal yang tersedia di masyarakat petani
2
dan pekebun tebu menjadi penghambat pengaturan komposisi tebu yang ditanam. Varietas tebu PS 881 merupakan varietas unggul masak awal yang menunjukkan produktivitas tinggi. Pemanfaatan lahan harus didasarkan pada kesesuaian lingkungan dengan persyaratan tumbuh tebu (varietas tebu), sehingga dapat diterapkan teknologi andal yang tepat guna. Informasi daya dukung lahan yang dibutuhkan tidak sebatas pada luasannya saja, akan tetapi juga perlu dukungan informasi mengenai karakteristik agroekologinya, khususnya mengenai kesuburan tanah dan sifat fisik lahan.
Inventarisasi dan karakteristik
lahan ini sangat diperlukan terutama di daerah-daerah pengembangan baru seperti di lahan kering potensial di Sulawesi Selatan yang belum tersentuh bagi pengelolaan tebu. Dengan didapatkan peta sebaran varietas tebu yang sesuai dengan agroekologi wilayah dan sifat kemasakan varietas tebu (masak awal, masak tengah dan masak lambat) di wilayah pengembangan Pabrik Gula Baru, dapat digunakan sebagai dasar untuk penataan varietas tebu yang akan ditanam sehingga akan diperoleh jaminan rendemen tinggi dari awal hingga akhir giling. Metodologi Pelaksanaan Penelitian berupa survai lapang dan analisis laboratorium dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Oktober
2012. Lokasi survai di Kawasan Pengembangan tebu
Kabupaten Bone di Sulawesi Selatan Bahan yang digunakan adalah peta “Land Use” dan “Land System”, peta topografi (RBI), peta geohidrologi, peta tanah, peta komoditas, peta klasifikasi iklim, peta administrasi, serta data-data sekunder berupa data luas lahan tebu saat ini, dan data iklim. Alat yang digunakan adalah
bor tanah, ring sampel,
pH meter, palu, cangkul,
sangko, “Soil Colour Chart” , Formulir pengamatan, kompas, GPS, Komputer dan Laptop. Kegiatan Analisis kesesuaian varietas tebu sesuai dengan kemasakannya terhadap tipologi wilayah, akan dilakukan melalui beberapa tahap yaitu : (a) Persiapan, (b) penyiapan peta lapangan, (c) kunjungan lapangan, (d) pengolahan data, (e) penggambaran peta kesesuaian varietas tebu, dan (f) penyusunan laporan.
Lokus Kegiatan
: Ketahanaan Pangan
Fokus Kegiatan
: Pengembangan teknologi perbaikan sifat fisik, kimia, dan mikrobiologi tanah pada masing-masing tipologi lahan sub-optimal (kering, gambut, salin, rawa lebak, rawa pasang surut) untuk produksi tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan
Bentuk Kegiatan : Berupa survei lahan dan iklim Tahapan Pelaksanaan Kegiatan a. Tahap Persiapan
3
Persiapan Survai bertujuan untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan di lapang yang meliputi kegiatan penyediaan peta dan data khususnya untuk wilayah kabupaten Bone serta pengadaan alat dan bahan yang diperlukan antara lain berupa data lahan sawah, lahan kering, peta tanah (jenis tanah), peta curah hujan, peta hidrologi, peta tata guna tanah (land Use), peta pewilayahan komoditi, peta topografi, peta adminisirasi pemerintahan dan foto udara.
Peta akhir direncanakan dibuat pada skala 1: 50.000, sehingga peta kerja
dibuat pada skala 1 : 50.000. Oleh karena itu peta dasar dibuat berdasarkan format dan isi yang mengacu pada peta topografi skala 1: 50.000. .
Proses seleksi lokasi dilakukan
dengan cara overlay peta-peta tersedia dengan skala yang sama juga dari data curah hujan serta persyaratan tumbuh tanaman tebu masak awal, tengah dan masak lambat Selanjutnya peta lapangan dikonsultasikan dengan pihak Disbun TK I dan TK II serta pihak PG di kabupaten Bone untuk memastikan desa yang akan disurvai. c. Kunjungan Lapangan Kunjungan lapangan dilakukan untuk mendapatkan data biofisik yang meliputi data lahan, data tanah, data iklim dan data tanaman tebu. c.1. Data lahan Data
lahan yang diperlukan untuk kesesuaian varietas tebu adalah
antara lain
lereng, batuan permukaan, singkapan batuan, bahaya banjir, dan bahaya erosi. c.2. Data Tanah Data tanah yang diperlukan adalah :
1) media perakaran
(drainase, tekstur,
kedalaman efektif dan ketebalan solum), 2) sifat fisik tanah : pF, kemampuan tanah menahan air.
Sebagian data tanah dapat diamati di lapang terutama media perakaran,
sedang untuk mendapatkan data tanah yang lain diperoleh dari uji tanah/analisis terhadap sifat kimia dan fisika tanah di laboratorium. Untuk itu dilakukan pengambilan contoh tanah pada beberapa lokasi terpilih. Contoh tanah diambil pada lapisan 0 – 20 (atas) cm dan 20 60 cm (lapisan dibawahnya) untuk uji tanah. c.3. Data Iklim Data iklim yang diperlukan adalah suhu rata-rata bulanan, ketersediaan air selama musim tanam, periode musim hujan, dan kelembaban (FAO, 1983), serta data curah hujan harian selama 15 tahun terakhir juga dikumpulkan untuk menentukan kesesuaian varietas tebu yang masak awal, tengah dan lambat . d. Pengolahan Data Hasil pengamatan lapangan dan uji tanah di laboratorium dan data iklim yang dikumpulkan selanjutnya digunakan untuk membuat peta Kesesuaian varietas tebu. e. Pembuatan Peta akhir dan laporan
4
Peta kesesuaian varietas dengan tipologi lahan dibuat pada skala 1 : 50.000. Satuan pemetaan yang digunakan dideliniasi dari sebaran seri tanah yang terdapat di daerah penelitian. BAB II. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN Pengelolaan Administrasi Manajerial
Perencanaan Anggaran No. 1.
2. 3. 4.
Uraian Gaji dan upah A. Honorarium B. Upah Tenaga Harian Bahan Perjalanan Lain-lain Total BIaya
Volume satuan
Jumlah (Rp.)
1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket
84.000.000,36.000.000,10.000.000,50.000.000,20.000.000.200.000.000,-
Persentase (%) 60 5 25 10 100
Pengelolaan Anggaran Dropping I
: 30 % dari anggaran (= Rp. 60.000.000,-) bulan April 2012
Dropping II
: 50 % dari anggaran (= Rp. 100.000.000,-) bulan Mei/juni 2012
Dropping III
: 20 % dari anggaran (= Rp. 40.000.000,-) bulan September 2012
Pengelolaan Anggaran Dropping I No. 1.
2. 3. 4.
Uraian Gaji dan upah A. Honorarium B. Upah Tenaga Harian Bahan Perjalanan Lain-lain Total BIaya
Volume satuan
Jumlah (Rp.)
2 bulan 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket
20.880.000,9.120.000,10.000.000,18.000.000,2.000.000.60.000.000,-
Rancangan Pengelolaan Aset Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja
Kerangka Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja Koordinasi dengan instansi terkait dan Pabrik Gula (PG.) di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan lebih diintensifkan .
Mempercepat proses pembuatan peta lapangan dan survei
lapang segera dilaksanakan.
Indikator Keberhasilan Pencapaian Target Kinerja Tersedianya peta kesesuaian varietas tebu sesuai tipe kemasakan tebu (masak awal, masak tengah, masak akhir) dengan tipologi lahan di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan
5
Perkembangan Pencapaian Target Kinerja Koordinasi Awal sudah dilaksanakan Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan dan Pabrik Gula Bone dan Pabrik gula Camming di kabupaten Bone. Penyediaan bahan-bahan dasar penelitian berupa peta-peta RBI, Land Use, Land System, peta geologi sudah dilaksanakan dan peta-peta tersebut sedang diproses menjadi peta lapangan sebagai dasar survei lapang. Survei lapang akan dilaksanakan akhir bulan Mei 2012. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program
Kerangka Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Sosialisasi program pada instansi terkait dan PG-PG
Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Terlaksananya program pada tingkat pengguna
Perkembangan Sinergi Koordinasi Kelembagaan - Program Pengenalan program baru pada tingkat instansi pengambil kebijakan (Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan dan PG. Bone, dan PG. Camming Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa
Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Sosialisasi hasil-hasil penelitian ke instansi terkait dan ke pengguna
Strategi Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Memanfaatkan penyuluh dari BPTP yang ada di setiap provinsi
Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Penerapan hasil inovasi teknologi litbang oleh pengguna dan adanya transfer teknologi dsri peneliti ke penyuluh
Perkembangan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Belum adanya kesinkronan antara hasil litbangyasa dengan penyuluh pertanian
BAB III. RENCANA TINDAK LANJUT Rencana Pelaksanaan Pencapaian Target Kinerja Segera melaksanakan survei lapang dengan pengambilan contoh tanah. Rencana akan dilakukan akhir Mei 2012 Rencana Koordinasi Kelembagaan – Program Koordinasi kelembagaan antar dinas terkait, pengelola tebu (Pabrik gula) dan penyuluh
6
Rencana Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Dengan memanfaatkan tenaga penyuluh yang ada di setiap BPTP (Provinsi) bersamasama dengan peneliti dan stakeholder yang lain melaksanakan sosialisasi teknologi yang dihasilkan litbang Rencana Pengembangan ke Depan Kesesuaian agroekologi wilayah pengembangan tebu dengan sifat kemasakan varietas tebu akan diterapkan pada program penataan varietas tebu di seluruh Indonesia BAB IV
PENUTUP
Kegiatan penelitian pada termin 1 ini baru sedikit yang bisa dilaksanakan karena baru pada tahap penyiapan bahan-bahan survei tanah dan prosessing pembuatan peta lapangan serta survei awal di Pabrik Gula di Kabupaten Bone sehingga belum bisa memberikan gambaran pencapaian target dari kegiatan ini.
7