LAPORAN KEMAJUAN I
Judul Kegiatan
PENGEMBANGAN MESIN PENGERING MOCAF
PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN
Fokus Bidang Prioritas : Ketahanan Pangan Kode Produk Target
: 1.05
Kode Kegiatan
: 1.05.02
Peneliti Utama
: Ir. Ana Nurhasanah, M.Si
BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2012
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 2 I. PENDAHULUAN ................................................................................................................ 4 1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 4 1.2 Pokok Permasalahan .................................................................................................. 5 1.3 Metodologi Pelaksanaan............................................................................................. 6 1.3.1 Lokus kegiatan ..................................................................................................... 6 1.3.2 Fokus Kegiatan .................................................................................................... 6 1.3.3 Bentuk Kegiatan ................................................................................................... 7 1.4 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan................................................................................. 7 1.4.1 Tempat dan Waktu Kegiatan ............................................................................... 7 1.4.2 Bahan dan Peralatan ........................................................................................... 7 1.4.3 Metode.................................................................................................................. 7 1.4.4 Penerapan Paket Alsin di Lokasi Demplot .......................................................... 8 1.4.5 Pengujian Adaptasi dan Evaluasi Penerapan Paket Alsin di Lokasi Demplot.... 8 1.4.6 Analisis Teknis ..................................................................................................... 9 1.4.7 Analisis Ekonomi ................................................................................................ 10 II. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN........................................................... 12 2.1. Pengelolaan Administrasi Manajerial....................................................................... 12 2.1.1 Perencanaan Anggaran ..................................................................................... 12 2.1.2 Pengelolaan Anggaran....................................................................................... 12 2.1.3 Rancangan Pengelolaan Aset ........................................................................... 13 2.2 Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja.............................................................. 13 2.2.1 Kerangka Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja...................................... 13 2.2.2 Indikator Keberhasilan Pencapaian Target Kinerja ........................................... 13 2.2.3 Perkembangan Pencapaian Target Kinerja....................................................... 14 2.3 Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program .............................................................. 14 2.3.1 Kerangka Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program....................................... 14 2.3.2 Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program.................. 15 2.3.3 Perkembangan Sinergi Koordinasi Kelembagaan - Program ........................... 15 2.4 Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa............................................................... 22 2.4.1 Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa ....................................................... 22 2.4.2 Strategi Pemanfaatan Hasil Litbangyasa........................................................... 23 2.4.3 Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa................................... 24 2
2.4.4 Perkembangan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa .............................................. 24 III. RENCANA TINDAK LANJUT......................................................................................... 27 3.1 Rencana Pelaksanaan Pencapaian Target Kinerja.................................................. 27 3.2 Rencana Koordinasi Kelembagaan – Program ........................................................ 27 3.3 Rencana Pemanfaatan Hasil Litbangyasa................................................................ 28 3.4 Rencana Pengembangan ke Depan......................................................................... 29 IV. PENUTUP ...................................................................................................................... 30
3
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketergantungan Indonesia pada produk terigu sangat besar, padahal hampir seluruh produksi tepung terigu berasal dari gandum yang diimpor. Rata Rata-rata rata total impor gandum Indonesia (segar maupun olahan) sebesar 5,46 juta ton/tahun dan konsumsi tepung terigu terus bertambah setiap tahunnya (Anonymousa,2009). ). Konsumsi tepung terigu berbahan baku gandum terus meningkat (Gambar 1). Berdasarkan data BPS konsumsi terigu pada tahun 2003 adalah 19.8 gram/kapita/hari, meningkat pada tahun 2006 menjadi 22.6 gram/kapita/hari dan pada tahun 2008 konsumsi terigu mencapai mencap 38 gram/kapita/hari. Dengan demikian kebutuhan terigu rata-rata rata rata tumbuh mencapai 5% per tahun. Ketika nilai rupiah atas dolar Amerika merosot, dirasakan bahwa biaya impor menjadi mahal, harga gandum juga demikian, dan dampaknya harga terigu juga terus merambat rambat naik. Di sisi lain sumber pangan lokal tersedia cukup banyak dan belum dimanfaatkan secara optimal. Hasil studi yang telah dilakukan pakar kehutanan Universitas Gajah Mada mengidentifikasi sekitar 26 jenis pangan yang tumbuh di areal kehutanan dan perkebunan,, di antaranya singkong, ubi jalar, jagung, sukun, garut, talas, gembili, ganyong, dll. Diperkirakan 11 juta ha hutan dan kebun dapat menghasilkan pangan sebanyak 1.560 juta ton per tahun, sehingga Indonesia dapat menjadi pusat cadangan pangan dun dunia.
Gambar 1. Impor Gandum segar dan Olahan Indonesian (Sumber : Statistik Pertanian, 2009). 2009) Akhir-akhir akhir ini dikembangkan tepung singkong termodifikasi ((modified modified cassava flour/MOCAF)) yang diarahkan untuk substitusi terigu. Sifat dan dan karakteristik tepung ini mempunyai aroma yang khas, sehingga aroma dan cita rasa yang khas dapat menutupi aroma ubi kayu seperti pada tepung kasava atau tapioka. Hasil uji coba menunjukkan
4
bahwa MOCAF dapat digunakan sebagai food ingredient dengan penggunaan yang sangat luas. MOCAF ternyata tidak hanya bisa dipakai sebagai bahan pelengkap, namun dapat langsung digunakan sebagai bahan baku dari berbagai jenis makanan, mulai dari mie, bakery, cookies hingga makanan semi basah. Industri kecil produksi MOCAF mulai bermunculan dan produk MOCAF sudah mulai digunakan pada pabrik pengolahan makanan seperti mie, cookies dll. Namun demikian, penelitian-penelitian teknologi proses dan bioteknologi masih terus berkembang mengarah pada efisiensi proses produksi dan pengurangan biaya produksi. Dukungan teknologi mekanisasi pasca panen sangat penting untuk menjamin ketersediaan MOCAF sepanjang tahun serta untuk meningkatkan kualitas produk olahannya.
Salah satu teknologi pasca panen MOCAF adalah pengeringan.
Dalam
hubungannya dengan pengeringan MOCAF, Balai Besar Pegembangan Mekanisasi Pertanian sejak tahun 2009 (Supriyanto dkk, 2009) telah mengembangkan mesin pengering lorong
untuk
pengeringan MOCAF yang
kemudian dimodifikasi dan
diaplikasikan untuk produksi MOCAF pada tahun 2010. Dengan demikian, hasil teknologi ini sudah layak diterapkan ke sentra produksi MOCAF. Tujuan kegitan ini adalah untuk menerapkan teknologi mesin pengering MOCAF pada skala demplot di daerah sentra produksi tepung MOCAF di Wonogiri. Secara rinci tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1. Melakukan introduksi dan penerapan mesin pengering MOCAF di daeah sentra produksi MOCAF Wonogiri; 2. Melakukan pengujian lapang dan adaptasi mesin pengering MOCAF di daerah sentra produksi MOCAF Wonogiri; 3. Melakukan analisis teknis dan ekonomis penerapan mesin pengering MOCAF di daeah sentra produksi MOCAF Wonogiri; 4. Rekomendasi teknis ekonomis mesin pengering MOCAF. 1.2 Pokok Permasalahan Proses pembuatan MOCAF terdiri dari tahapan persiapan, penyawutan, fermentasi, pengatusan/pengepresan, pengeringan dan penepungan. Berdasarkan hasil pengamatan pada produsen MOCAF, ubi kayu yang telah dipanen harus segera diolah atau pada kondisi segar. Pengolahan sebaiknya tidak boleh lebih dari 24 jam (Misgiyarta dkk, 2009). Penundaan pengolahan mengakibatkan turunnya rendemen, karena banyak ubi kayu yang rusak dan tidak dapat digunakan sebagai bahan baku MOCAF. Pada proses selanjutnya, pengeringan memegang peranan yang sangat penting dan menentukan kualitas tepung yang dihasilkan.
5
Ubi kayu memiliki kadar air yang tinggi terlebih setelah melalui proses fermentasi sehingga diperlukan proses pengeringan. Keterlambatan proses pengeringan dapat menyebabkan kerusakan pada chips dan akhirnya kualitas tepung MOCAF yang dihasilkan menurun. Kerusakan ini dapat menyebabkan terjadinya pembusukan dan menyebabkan warna MOCAF menjadi lebih kusam. Kerusakan ini diakibatkan adanya aktifitas biologis dan kimia pada saat penyimpanan MOCAF yang masih memiliki kadar air yang cukup tinggi yang merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri, jamur dan serangga. Metode pengeringan yang saat ini banyak dilakukan untuk mengeringkan MOCAF adalah dengan penjemuran, namun metode ini memiliki banyak kekurangan antara lain: sangat tergantung pada kondisi cuaca, proses pengeringan yang sulit dikontrol dan tidak seragam, memerlukan tempat yang luas, mudah terkontaminasi, resiko kehilangan/susut bobot tinggi, serta waktu pengeringan yang lama. Melihat permasalahan tersebut, diperlukan introduksi mesin pengering MOCAF untuk mendukung produksi MOCAF guna meningkatkan produktivitas, efisiensi kerja, peningkatan hasil dan perbaikan mutu hasil. Dalam kegiatan ini akan dilakukan penerapan teknologi mesin pengering MOCAF yang tepat guna dengan memperhatikan aspek teknis, ekonomis, dan kondisi sosial ekonomis masyarakat setempat.
1.3 Metodologi Pelaksanaan 1.3.1 Lokus kegiatan Lokus kegiatan ini merupakan pengembangan mesin pengering MOCAF di daerah sentra produksi mocaf Kabupaten Wonogiri. Mesin pengering mocaf ini merupakan mesin pengering tipe hybrid yaitu mesin pengering berenergikan tenaga matahari dan tungku kayubakar. Kapasitas mesin pengering sekitar 500 kg selama 6 jam, sehingga apabila terus digunakan selama sehari dapat mengeringkan chip mocaf sebesar 1 (satu) ton sehari. 1.3.2 Fokus Kegiatan Sehubungan dengan judul kegiatan ini yang intinya adalah pelaksanaan “pengembangan” unit alsin pertanian maka yang menjadi fokus dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah perancangan model dari kelembagaan pengembangan unit mesin pengering mocaf dalam bentuk chip dan tepung. Pihak daerah yang akan dilibatkan dalam kelembagaan kegiatan ini adalah Bapeda kabupaten Wonogiri (via Dinas Pertanian atau Dinas Ketahanan Pangan sebagai pembina pengembangan masyarakat tani daerah). 6
1.3.3 Bentuk Kegiatan Bentuk kegiatan penelitian ini adalah pengembangan mesin pengering hybrid dengan menggunakan sinar matahari dan tungku kayu bakar. Bentuk kegiatab merupakan sinergi antara kelembagaan kelompok tani dengan pemasaran, pemda terkait dan institusi lainnya. 1.4 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan 1.4.1 Tempat dan Waktu Kegiatan Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan) Serpong dan di lokasi pengembangan teknologi mekanisasi tepung MOCAF di salah satu sentra produksi di Wonogiri. Waktu pelaksanaan kegiatan dari Maret – November 2012. 1.4.2 Bahan dan Peralatan Bahan yang diperlukan dalam kegiatan ini meliputi bahan rekayasa untuk pembuatan mesin pengering tipe lorong yang terdiri dari: plat stainless (kontak pangan food grade), besi siku, thermostat, pipa besi, kompor pemanas gas, kontrol panel dll. Bahan uji berupa ubi kayu dan bahan bakar gas LPG. Sedangkan peralatan yang diperlukan meliputi peralatan untuk keperluan perekayasaan di bengkel dan laboratorium serta alat-alat pengujian dan pengolahan data meliputi: a. Peralatan perbengkelan, seperti alat potong plat, bubut, bor tangan, gerinda potong, las argon, dan alat tekuk plat dll. b.
Peralatan laboratorium seperti whiteness tester, moisture tester, timbangan digital, termokopel, thermo-hygro meter dll.
1.4.3 Metode Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah menerapkan dan mengintroduksikan mesin pengering MOCAF di salah satu daerah sentra produksi MOCAF. Metode pelaksanaannya melalui survey dan identifikasi lokasi demplot, pengintroduksian alsin, pendampingan dan sosialisasi penggunaan alsin, monitoring, dan evaluasi penerapan alsintan. Kegiatan pendampingan dilakukan melalui pelatihan operator dan demo cara pengoperasian dan penerapan penggunaan alsin yang telah ditetapkan di lokasi. Kegiatan pelatihan operator dan demo cara pengoperasian alsin dilaksanakan di lokasi pada saat pelaksanaan monitoring dan evaluasi. Untuk mempercepat proses 7
transfer teknologi dan mempermudah penerapan alsin di lapangan khususnya yang terkait cara pengoperasian alsin, maka dibuatkan buku petunjuk pengoperasian (SOP) alsin. Selama penerapan dan pengujian adaptasi dilakukan evaluasi teknis dan ekonomis sehingga untuk penerapan alsin dapat dihitung jumlah minimum bahan yang dibutuhkan sehingga secara ekonomis menguntungkan. Secara ringkas tahapan kegiatan dalam penelitian ini ditunjukkan pada diagram seperti terlihat pada Gambar 2.
Penerapan mesin pengering MOCAF
Monitoring, uji adaptasi dan evaluasi penerapan alsin
Analisis teknis ekonomis
Rekomendasi teknis ekonomis penerapan alsin
Gambar 2. Tahapan Kegiatan Penelitian. 1.4.4 Penerapan Paket Alsin di Lokasi Demplot Mesin pengering MOCAF yang telah selesai di buat dan telah diuji baik di laboratorium maupun uji lapang kemudian dikirim ke lokasi (daerah sentra produksi MOCAF). Mesin pengering MOCAF dioperasikan dan digunakan untuk mendukung proses pembuatan MOCAF. Sebelum mesin pengering diimplementasikan, terlebih dahulu dilakukan sosialisasi dan pelatihan kepada calon pengguna dan operator mesin. Setelah operator mesin mahir dalam mengoperasikan alsin, selanjutnya dilakukan pengujian adaptasi dan evaluasi penerapan alsin. 1.4.5 Pengujian Adaptasi dan Evaluasi Penerapan Paket Alsin di Lokasi Demplot Pengujian
adaptasi
dilaksanakan
pada
saat
paket
teknologi
alsin
telah
diintroduksikan di lokasi demplot. Parameter yang diamati pada saat pengujian meliputi parameter sifat-sifat fisik dan kimia MOCAF, kondisi lingkungan, performa mesin dan
8
ekonomi. Parameter sifat fisik dan kimia antara lain meliputi: (a) Persyaratan pengeringan MOCAF; (b) Kadar air awal bahan; (c) Kadar air akhir bahan; (d) Densitas bahan; (e) Temperatur pengeringan; (f) Temperatur lingkungan; dan (g) Kelembaban relatif. Parameter performa mesin meliputi: (a) Waktu pengeringan; (b) Konsumsi bahan bakar; (c) Laju pengeringan; (d) Efisiensi penggunaan panas; (e) Kapasitas ruang pengering. Parameter sosial ekonomi meliputi ongkos kerja, harga alat, umur ekonomi, biaya pokok, biaya operasional, b/c ratio dan lain-lain. 1.4.6 Analisis Teknis Laju Aliran Udara Udara Pengering yang Dibutuhkan dalam Pengering Laju aliran bahan dihitung dengan persamaan berikut :
Q
Wa .v .................................................................................................. (1) ( H a H d ).t
Wa
100( M 1 M 2 ) .Wd .......................................................................... (2) (100 M 1 )(100 M 2 )
dimana: Q
= Laju aliran udara pengering (m3/jam)
Wa
= Jumlah uap air yang akan dikeluarkan dari bahan (kg)
v
= volume spesifik udara (m3/kg uk)
M1
= kadar air awal (% bb)
M2
= kadar air akhir (% bb)
Wd
= berat bahan kering (kg)
Energi untuk Memanaskan Udara Pengering Energi yang digunakan untuk memanaskan udara pengering dihitung dengan persamaan:
q1
Q (hd ho ) v
.................................................................................................... (3)
dimana: q1 = Energi yang dibutuhkan untuk memanaskan udara pengering (kJ/jam) hd = Entalpi udara pengering (kJ/kg uk) ho = Entalpi udara lingkungan (kJ/kg uk) 9
Konsumsi Bahan Bakar Konsumsi bahan bakar untuk pengoperasian mesin dihitung dengan rumus berikut:
FC =
VBB t
.......................................................................................... (4)
dimana: FC = konsumsi bahan bakar (l/jam) VBB = Volume bahan bakar yang digunakan selama mesin beroperasi (liter) t = total waktu yang dibutuhkan (jam) 1.4.7 Analisis Ekonomi Analisis ekonomi penggunaan mesin pengering MOCAF didasarkan pada perhitungan biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap meliputi: biaya penyusutan, biaya bunga modal dan biaya pajak. Biaya tidak tetap meliputi: biaya bahan bakar, biaya listrik, biaya tenaga kerja dan biaya perbaikan komponen. Analisis ekonomi ini digunakan untuk mencari biaya operasional mesin pengering MOCAF (Rp/kg sawutan MOCAF kering). Di samping itu dilakukan juga analisis investasi untuk menentukan kelayakan secara finansial penerapan dan penggunaan mesin pengering MOCAF. Untuk menentukan layak tidaknya penggunaan mesin pengering MOCAF, didasarkan pada nilai Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Break Even Point (BEP). Untuk menghitung B/C ratio, NPV, dan BEP seperti dalam persamaan berikut. Benefit Cost Ratio (B/C) Nilai B/C merupakan angka perbandingan antara keuntungan yang diperoleh terhadap biaya yang dikeluarkan. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut: n
Net B/C
B -
C
Bt
(1 i) t 1 n
t
Ct t t 1 (1 i)
................................................................................... (5)
Kriteria keputusan yang diambil adalah : a. Jika B/C > 1, maka keputusan layak diterima; b. Jika B/C < 1, maka keputusan tidak layak; c. Jika B/C = 1, maka keputusan tidak dapat dibedakan antara diterima atau ditolak;
10
Break Even Point (BEP) Analisa ini digunakan untuk menentukan volume produksi atau penjualan minimum dimana biaya yang dikeluarkan sama dengan penerimaan yang diperoleh. Persamaan untuk BEP sebagai berikut: X=(
)
................................................................................................... (7)
dimana, BT = Biaya tetap X = Volume penjualan atau produksi (unit) S
= Harga jual produk per unit
V = Biaya variabel per unit Net Present Value (NPV) Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut : ∑ =
((
)) ................................................................................ (8)
dimana, NPV = Net Present Value Bt
= Keuntungan bruto proyek pada tahun ke-t
Ct
= Biaya atau pengeluaran bruto proyek pada tahun ke-t
n
= umur ekonomis proyek
i
= tingkat bunga dalam persen
11
II. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN
2.1. Pengelolaan Administrasi Manajerial 2.1.1 Perencanaan Anggaran Rancangan Penggunaan Dana Awal Tahap I Dana Tahap I dirancang untuk (dialokasikan) pelaksanaan dari beberapa kegiatan, yaitu : a) Penyusunan rencana kerja kegiatan Dalam melaksanakan kegiatan ini menggunakan dana: Biaya Konsinyasi, ATK plus Keperluan Komputer, dan Biaya Fotocopi, b) Koordinasi pelaksanaan kegiatan dengan pihak daerah yang dilibatkan pada lokasi kegiatan (BPTP, Bapeda, Kelompok Tani, dan Dinas Pertanian setempat). Dalam melaksanakan kegiatan ini menggunakan dana Biaya Perjalanan dan Sewa Kendaraan. c) Pengadaan (penyiapan) mesin pengering mocaf. Dalam melaksanakan kegiatan ini menggunakan dana Belanja Pengadaan Alsin. 2.1.2 Pengelolaan Anggaran Besarnya dana kegiatan untuk pelaksanaan kegiatan pada Tahap I ini adalah 30% dari biaya total kegiatan. Secara rinci besarnya dana masing-masing yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut diuraikan sbb : Kegiatan
Pos Dana Kegiatan
Besarnya Dana (Rp.)
Biaya konsinyasi ATK dan keperluan komputer 3.450.000 Biaya Fotocopi Koordinasi pelaksanaan Biaya perjalanan 19.550.000 kegiatan di lapang Sewa kendaraan Menyiapkan mesin pengering Dana belanja pengadaan mesin 55.000.000 mocaf pengering mocaf Jumlah (Rp.) 75.000.000 (%) 30,0 Menyusun rencana kegiatan
Masalah honor untuk semua pelaksana kegiatan ini yang seharusnya dikeluarkan (diberikan) sejak awal pelaksanaan kegiatan (Maret) ditunda pemberiannya dan akan diberikan pada Dana Tahap II (Termin Ke-2). Hal ini dilakukan karena Dana Tahap I
12
difokuskan untuk pengadaan alsin terlebih dahulu agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Pengadaan alsin biasanya membutuhkan waktu yang lama. 2.1.3 Rancangan Pengelolaan Aset
Prototype
:
Dihibahkan ke Lembaga Daerah
Prototype
:
Dihibahkan ke Masyarakat (Kelompok Tani)
Aset Tidak Berwujud (Dihibahkan ke Lembaga Penerima) Namun status kepemilikannya adalah pinjam.
Dan jika tidak digunakan seperti yang
diharapkan maka Bapeda atau BPTP (Kepanjangan tangan Badan Litbang Pertanian di daerah sebagai pengawal inovasi teknologinya) diberi kuasa untuk mengalihkan status pinjamannya ke kelompok petani lain.
2.2 Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja 2.2.1 Kerangka Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja Metode yang digunakan dalam proses pencapaian target kinerja adalah melalui 1. Kerjasama seluruh anggota team (teamwork) dalam proses pelaksaan pekerjaan sehingga pencapaian target kinerja sesuai dengan yang direncanakan dan tepat waktu serta tepat sasaran. 2. Terkoordinasinya semua pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan, terutama pihak di daerah lokasi seperti BPTP, Bapeda, Dinas Pertanian, dan petani kelompok tani pengolahan tepung mocaf 3. Tersedianya mesin pengering mocaf yang efisien dan menguntungkan petani mocaf 2.2.2 Indikator Keberhasilan Pencapaian Target Kinerja Indikator keberhasilan pencapaian target kinerja adalah: 1. Proses pengeringan mocaf dapat dilakukan secara terus menerus baik musim kemarau maupun musim penghujan selama setahun penuh karena produksi ubi kayu selalu tersedia sepanjang tahun, 2. Efisiensi pengering dapat tercapai di level yang sangat menguntungkan bagi petani. 3. Pendapatan petani mocaf dapat meningkat secara sigbifikan dibandingkan dengan sebelum menggunakan mesin pengering hybrid. 13
2.2.3 Perkembangan Pencapaian Target Kinerja Hingga saat ini target yang telah dicapai dalam penggunaan dana awal ke-1 kegiatan adalah tersusunnya rencana kerja kegiatan dan telah terkoordinasinya semua pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan dan telah terspesifikasinya mesin pengering mocaf. Sedangkan pengadaan mesin tersebut sudah dimulai dan diharapkan pada akhir bulan Mei 2012 telah selesai. Pihak daerah yang terlibat atau dilibatkan untuk pelaksanaan kegiatan adalah BPTP Propinsi Jawa Tengah (sebagai pengawal inovasi teknologi Badan Litbang Pertanian) dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Dinas Ketahanan Pangan sebagai pembina masyarakat tani setempat. Spesifikasi dari mesin pengering mocaf disesuaikan dengan spesifikasi lokasi. Mesin pengering berkapasitas sekitar 500 kg per proses, bahan bakar yang digunakan adalah energi matahari dan tungku kayubakar.
2.3 Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program 2.3.1 Kerangka Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Kerangka sinergi koordinasi kelembagaan-program dilakukan antara Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong dengan Menristek serta koordinasi dilapangan dengan Bappeda dan BPTP Propinsi Jawa Tengah dan Bappeda serta Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Wonogiri. Koordinasi dengan pengguna melalui kelompok tani mocaf berupa cluster pengolahan mocaf di Kecamatan Girimarto. Kabupaten Wonogiri.
Gambar 3. Koordinasi dengan Bappeda dan Kelompok Tani Kab. Wonogiri
14
2.3.2 Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Indikator keberhasilan sinergi koordinasi kelembagaan-program
dilakukan melalui
beberapa pencapaian yaitu: 1. Pencapaian sinergi koordinasi antar instansi 2. Pencapaian sinergi koordinasi dengan kelompok tani dan terbentuknya system kelembagaan petani mocaf kabupaten Wonogiri 3. Kemudahan akses dari segi pemasaran karena adanya kelembagaan yang bagus. 2.3.3 Perkembangan Sinergi Koordinasi Kelembagaan - Program Perkembangan sinergi koordinasi kelembagaan program sampai saat ini sudah menunjukkan hasil yang baik. Diantaranya sudah terbentuk kelompok tani binaan Bapeda Kabupaten Wonogiri. KELEMBAGAAN USAHA PROSES PEMBUATAN TEPUNG MOCAF KELOMPOK TANI SARI MAKMUR KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI Konsep Dasar Kelembagaan Kelembagaan umumnya banyak dibahas dalam sosiologi, antropologi, hukum dan politik, organisasi dan manajemen, psikologi maupun ilmu lingkungan yang kemudian berkembang ke dalam ilmu ekonomi karena kini mulai banyak ekonom berkesimpulan bahwa kegagalan pembangunan ekonomi umumnya karena kegagalan kelembagaan. Dalam bidang ilmu ekonomi, kelembagaan lebih banyak dilihat dari sudut biaya transaksi (transaction costs) dan tindakan kolektif (collective action). Secara konsepsi kelembagaan mencakup konsep pola perilaku sosial yang sudah mengakar dan berlangsung terus menerus atau berulang. Dalam hal ini, ada dua pengertian kelembagaan yang sering digunakan oleh ahli dari berbagai bidang, yaitu yang disebut institusi atau pranata dan organisasi. Pengertian kelembagaan sebagai pranata dapat dikenali melalui unsur-unsurnya, seperti aturan main, hak dan kewajiban, batas yurisdiksi atau ikatan dan sangsi. Selanjutnya, kelembagaan dalam pengertian organisasi, disamping keempat unsur tersebut juga dicirikan terdapatnya struktur organisasi, tujuan yang jelas, mempunyai partisipan dan mempunyai teknologi serta sumberdaya. Dalam organisasi aturan main biasanya tertulis, dan struktur dapat dikenali dengan adanya kepengurusan dalam organisasi/kelompok tani seperti ketua,
wakil ketua, bendahara, sekretaris, dan
sebagainya. 15
Dalam konsepsi kelembagaan juga dikenal istilah rekayasa dan replikasi kelembagaan. Rekayasa kelembagaan dapat diinterpretasikan sebagai pengetahuan mengenai kelembagaan yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang dihadapi masyarakat. Hal ini berarti bahwa rekayasa kelembagaan merupakan upaya melakukan perubahan kinerja dan struktur kelembagaan untuk mengatur alokasi sumberdaya dan distribusinya dalam rangka mencapai pada keragaan yang diinginkan. Secara empiris kelembagaan pertanian dapat dibedakan, antara lain: (1) kelembagaan sosial nonbisnis yang merupakan lembaga pertanian yang mendukung penciptaan teknologi, penyampaian teknologi, penggunaan teknologi
dan pengerahan
partisipasi masyarakat, seperti lembaga penelitian, penyuluhan, kelompok tani dan sebagainya, dan (2) lembaga bisnis penunjang yang merupakan lembaga yang bertujuan mencari keuntungan, seperti koperasi, usaha perorangan, usaha jasa keuangan dan sebagainya Selama ini kelembagaan perekonomian pedesaan dinilai oleh banyak ahli sangat rapuh dan dipandang sebagai penyebab kegagalan pengembangan perekonomian di pedesaan. Kerapuhan tersebut ditunjukkan oleh tidak efektifnya pemberdayaan faktor kepemimpinan (sebagai penggerak kemajuan) di pedesaan, tidak terbangunnya tata nilai yang menggerakkan kemajuan ekonomi di pedesaan, struktur dan keorganisasian ekonomi pedesaan yang dibiarkan rapuh, otonomi yang tidak mengangkat kedaulatan (politik) masyarakat pedesaan dalam kegiatan ekonomi serta dibiarkannya faktor kompetensi sumberdaya manusia pedesaan terbengkalai Lembaga Kelompok Tani Kelompok tani merupakan kelembagaan tani yang langsung mengorganisir para petani dalam mengembangkan usahataninya. Kelompok tani inimerupakan organisasi yang dapat dikatakan berfungsi dan ada secara nyata. Disamping berfungsi sebagai wahana penyuluhan dan penggerak kegiatan anggotanya,beberapa kelompok tani juga mempunyai kegiatan lain, seperti gotong royong, usaha simpan pinjam dan arisan kerja untuk kegiatan usahatani. Keberagaman eksistensi dan kinerja kelompok tani ini mengindikasikan bahwa pembinaan dan pemberdayaan kelompok tani masih diperlukan dalam rangka mendukung pengembangan sistem dan usaha agribisnis di pedesaan. Dari pengalaman selama ini menunjukkan bahwa pemberdayaan kelompok tani telah banyak dilakukan oleh PPL/dinas terkait di daerah, namun dengan adanya keterbatasan yang dimiliki oleh PPL/dinas terkait tersebut menyebabkan tidak semua kelompok tani dilakukan pembinaan/pemberdayaan secara optimal.
16
Hal ini terlihat dari eksistensi dan kinerja dari beberapa kelompok tani yang masih memprihatinkan. Kondisi seperti ini juga dipicu oleh banyak faktor, seperti tidak adanya kekompakan antarpetani dalam kelompok tani, pembentukan kelompok lebih didasarkan karena adanya kegiatan suatu proyek, kepengurusan kelompok tidak dipilih secara demokratis/ditentukan oleh aparat desa dan sebagainya. Pembinaan dan pemberdayaan kelompok tani merupakan suatu hal yang penting untuk dilakukan agar gap antar kelompok tani tidak semakin tajam, yang pada akhirnya dapat memicu terjadi konflik sosial (kecemburuan sosial) antarkelompok yang ada di desa tersebut. Selain itu, dengan adanya pembinaan tersebut diharapkan keberadaan kelompok tani tidak hanya berfungsisebagai wahana penyuluhan, tetapi juga untuk mengembangkan kegiatan produktif lainnya, seperti usaha simpan pinjam, usaha perbenihan, pelayanan saprodi, usaha jasa keuangan, usaha jasa alsintan, usaha pengolahan hasil, dan sebagainya. Kelompok Tani Usaha Tepung Mocaf Kelompok Tani Sari Makmur yang tergabung dalam Gapoktan Rukun Tani di Desa Tambak Merang, Kecamatan Girimarto mulai berdiri sejak tanggal 5 September 1992. Jumlah anggota kelompok tani sebanyak 110 orang. Ketua Kelompok Tani Bapak Sartono, Salah satu anggota kelompok tani yang bernama Bapak Sugino yang tergabung dalam Klaster Pohung Kabupaten Wonogiri telah mengembangkan usaha proses pembuatan tepung mocaf. Kelompok usaha yang dimotori oleh Bapak Sugino mulai merintis usaha pembuatan tepung mocaf sejak tahun 2002. Usahanya dimulai dari skala rumah tangga berjalan sampai kurang lebih 3 tahun. Sejak saat itu mulai ada peningkatan usaha sehingga sampai saat ini sudah berkembang walaupun dalam proses pembuatan tersebut sebagian masih menggunakan alat manual khususnya untuk mengeringkan chip sebagai bahan tepung. Melihat tingginya semangat dalam usahanya walaupun dengan biaya investasi sendiri, dan infrastruktur yang ada maka sangat tepat bila adanya dukungan dari berbagai pihak yang terkait dalam rangka mengembangkan usaha proses pembuatan tepung mocaf tersebut. Kelembagaan yang ada di wilayah usaha proses pembuatan tepung mocaf dan instansi yang terkait serta perusahaan yang membeli hasil produksi usaha dalam mendukung usaha pembuatan tepung mocaf tersebut antara lain :
Kelompok Tani/Gabungan kelompok tani
Kelompok Tani/petani Kabupaten Wonogiri (24 kecamatan penyedia bahan baku)
17
Lembaga Desa/Kelurahan/Perangkat desa
BPP/Penyuluh pendamping Kecamatan Girimarto
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten wonogiri
Dinas Pertanian Tanaman Pangan kabupaten Wonogiri
Bapeda Kabupaten Wonogiri
Pemda Kabupaten Wonogiri
Seluruh kluster-kluster di kabupaten Wonogiri
Lembaga Keuangan Mikro (LKM)/Perbankan
Balai Besar Peengembangan Mekanisasi Pertanian
Perusahaan PT Tiga Pilar
Perusahaan PT Top Dry
Perusahaan PT Kasanatama Naturindo Disinyalir penanganan agroindustri tanaman pangan sampai saat belum optimal,
sehingga perlu sentuhan dan perbaikan teknologi yang memperhatikan efektivitas, efisiensi, mutu dan pasar. Agar kegiatan tersebut dapat mencapai tujuan dan sasaran perlu adanya pengawalan dan pembinaan dari pemerintah kepada kelompok tani dan gapoktan yang bersangkutan. Oleh karena itu untuk Pengembangan pengolahan hasil tanaman pangan yang berada diperdesaan diperlukan adanya pembinaan dari berbagai pihak yang tersebut di atas. Dibutuhkan
pedoman
dalam
pengembangan
tekonologi
sarana
yang
dapat
meningkatkan nilai tambah dari suatu produk hasil tanaman pangan sesuai dengan lingkungan sosial ekonomi masyarakat. Adapun Pedoman tehnis pengembangan agroindustri tanaman pangan antara lain meliputi :
Peralatan dan mesin yang dioperasikan dengan motor penggerak maupun tanpa motor penggerak dalam melakukan proses pengolahan.
Model kluster merupakan model kemitraan terpadu meliputi satu jenis komoditas atau homogen dalam suatu wilayah yang terdiri dari beberapa pelaku usaha
Penguatan modal usaha kelompok bagi kelompok atau gapoktan yang mengalami keterbatasan modal, sehingga mampu mengakses pada lembaga permodalan secara mandiri.
Pendampingan dan pengawalan yang melibatkan secara aktif tenaga ahli yang mengawal kegiatan pengembangan agroindustri tepung mocaf
Pelatihan belajar dalam rangka meningkatkan kapasitas, kemampuan dan ketrampilan dalam bidang penanganan agrodindustri tepung mocaf
18
Standar operasional prosedur (SOP) tentang tahapan proses pekerjaan yang terdiri dari serangkaian kegiatan yang melibatkan beberapa fungsi.
Pemberdayaan Kelompok Tani Dalam rangka pemberdayaan kelompok tani/gabungan kelompok tani perlu adanya penjelasan atau arahan tentang prinsip-prinsip yang dapat mengembangkan usahanya, yaitu antara lain :
Kelompok tani/gapoktan harus mempunyai strutur organisasi, uraian tugas serta fungsi yang jelas.
Mekanisme dan hubungan kerja gapoktan disusun secara partisipatif
Anggota melakukan pengawasan terhadap pengembangan usaha gapoktan
Kelompok tani/Gapoktan membangun kerjasama kemitraan dengan pihak terkait
Pengembangan kelompok tani/gapoktan diarahkan untuk membangun lembaga ekonomi Dalam pemberdayaan kelompok tani/gapoktan diperlukan bimbingan secara tehnis
dalam kegiatan yang akan dilakukan, sehingga akan lebih mudah untuk memahami dalam operasional tehnis pengelolaan usaha yang sedang dikembangkan. Bimbingan ini berupa tehnis pemanfaatan alat dan mesin meliputi SOP pengoperasian alal dan mesin, cara-cara perawatan dan perbaikan alat dan mesin serta manajemen perbengkelan untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan komponen-komponen alat dan mesin tersebut. Disamping itu perlu juga pengorganisasian alat dan mesin yang dikelola secara profesional, yaitu dalam pelaksanaan usaha dengan alat dan mesin oleh kelompok tani atau gapoktan SOP yang telah ditetapkan harus bisa dijalankan dengan baik dan benar serta berupaya untuk mencapai kapasitas kerja alat dan mesin yang optimal. Untuk mendukung
pengembangan
usaha
agroindustri
diperlukan
adanya
revitalisasi
kelembagaan kelompok tani/gapoktan yang sehat, mandiri dan profesional agar supaya penguatan kelembagaan dilakukan melalui peningkatan ketrampilan dibidang tehnis, kewiraushaan dan kemitraan usaha. Adapun revitalisasi kelembagaan pertanian meliputi: 1. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia para pelaku kelembagaan sehubungan dengan perkembangan teknologi, permasalahan dan kebutuhan para petani. Model pendidikan dan pelatihan ditekankan pada pengembangan bidang-bidang produksi primer
dan
sekunder,
alih
teknologi
dan
informasi,
pemasaran,
finansial,
kelembagaan, dan infrastruktur. 2. Meningkatkan koordinasi peran lembaga-lembaga keuangan/perbankan dengan lembaga-lembaga penyuluhan, sarana produksi, dan koperasi untuk meningkatkan 19
pelayanan kepada petani secara optimum. Diperlukan cara terbaik dalam rangka mengakses dan mengontrol distribusi kredit dan penyediaan saprodi agar sampai ke tangan petani dengan tepat waktu, tepat kualitas dan tepat harga sesuai kebutuhan petani. 3. Meningkatkan peran badan penerapan teknologi dan informasi pertanian. Penelitianpenelitian
berbagai
aspek
pertanian
spesifik
lokal
perlu
didukung
dengan
biaya/anggaran dan fasilitas yang memadai dan kualitas sumberdaya peneliti yang semakin tinggi kwalifikasinya. Dengan demikian alih teknologi inovatif kepada petani akan meningkat. Pada gilirannya para petani akan menerapkan inovasi baru pertanian dengan bersinambung. 4. Meningkatkan peran dari lembaga-lembaga tradisional seperti organisasi lumbung desa dan pengairan. Dalam situasi produktivitas pertanian dan penyediaan pangan khususnya di sektor tanaman pangan yang relatif rendah maka peran kedua lembaga tersebut menjadi penting. Untuk itu di setiap daerah diperlukan adanya pembinaan manajemen kelembagaan dari pemerintah daerah setempat. Pengembangan Usaha Agroindustri Tepung Mocaf Pengembangan agroindustri tepung mocaf merupakan suatu sistem yang terintegrasi mulai dari aspek budidaya (on farm), pasca panen hingga pengolahan hasil (off farm) dan pemasaran. Dalam pengembangan agroindustri tepung mocaf ini perlu melibatkan berbagai instansi melalui pembinaan dan pengawalan sesuai bidang tugasnya. Dalam aktivitasnya seluruh unsur yang terkait harus saling mendukung dan mengambil peran masing-masing. Dari tingginya partisipasi petani dan masyarakat desa diberikan kepercayaan dalam melaksanakan
pengembangan,
maka
masyarakat
akan
memanfaatkan
semua
sumberdaya yang ada untuk keberhasilan pengembangan, serta menumbuhkan tanggung jawab dan rasa memiliki. Kegiatan yang dilaksanakan secara partisipatif oleh masyarakat telah menumbuhkan kembali budaya dan semangat gotong royong. Dalam upaya menumbuhkan dan mengembangkan partisipasi masyarakat, peran fasilitator sangat penting sebagai katalisator yang menggerakkan masyarakat agar mau melakukan perubahan, membantu pemecahan masalah, membantu penyebaran inovasi yang diperlukan. Petani dalam kondisi sosial ekonomi yang rendah pun dapat dibimbing dan ditingkatkan kemampuannya bila tujuan pemberdayaan dapat diterima dan dipahami
20
mereka. Denganpendekatan partisipatif, petani/masyarakat dapat dimobilisasi dan bersedia memberikan kontribusi dalam berbagai bentuk sesuai kemampuannya. Keterlibatan para pihak (Stakeholders) dalam setiap tahapan pengembangan sangatlah penting. Mengembangkan partisipasi masyarakat tidak lepas dari peran tokohtokoh agama setempat, Kepala Desa, dan tokoh-tokoh masyarakat. Koordinasi dan kerjasama antar stakeholders akan membantu proses pengembanghan. Untuk itu, dalam perencanaan hendaknya juga dikembangkan struktur partisipasi dan pemberdayaan bagi masing-masing stakeholders. Setiap stakeholder dapat berpartisipasi dalam proses perencanaan, implementasi, evaluasi, dan berbagi hasil, yang pada gilirannya melahirkan komitmen dan tanggung jawab. ANALISIS USAHA PRODUKSI TEPUNG MOCAF Masa produksi
: 1 Bulan (25 hari kerja)
Kapasitas bahan baku produksi
: 1.000 kg/hari (Ubi kayu segar)
Rendemen
: 27 %
No
Uaraian
A
Sewa tempat usaha
B
Investasi Alat dan Mesin
Volume
Satuan
Harga Satuan
Jumlah
(Rp)
(Rp)
1
Tahun
5.000.000
5.000.000
Pisau
5
Buah
5.000
25.000
Mesin pengupas
1
Buah
5.500.000
5.500.000
Mesin perajang
1
Buah
7.700.000
7.700.000
Bak pencucian
10
Buah
50.000
500.000
Bak perendaman
10
Buah
100.000
1.000.000
Mesin penepung
1
Buah
8.250.000
8.250.000
Mesin pres
1
Buah
4.950.000
4.950.000
Mesin pengering
1
Buah
18.000.000
18.000.000
Timbangan
1
Buah
2.000.000
2.000.000
Mesin jahit pengepakan
1
Buah
1.500.000
1.500.000
Genset 10.000 watt
1
Unit
20.000.000
20.000.000
Tabung elpiji
1
Buah
300.000
300.000
Total
Biaya
69.725.000
21
Investasi/Tetap C
Biaya varieabel/tidak tetap Bahan baku/Ubi kayu
25.000
Kg
500
12.500.000
1
Liter
1.500.000
1.500.000
550
Liter
4.500
2.475.000
Bahan fermentasi Bahan bakar (solar) Tranportasi/Biaya angkut
1.000.000
Tenaga kerja
125
HOK
50.000
Total biaya tidak tetap
23.725.000
Biaya tetap (selama 5 tahun)
1
Bulan
1.162.083
Total Biaya D
6.250.000
24.887.083
Hasil Produksi
6.750
Kg
Harga produksi
4.500
Kg
Pendapatan hasil produksi
30.375.000
Pendapatan hasil limbah: E
Bonggol ubi kayu Kulit ubi kayu
25
Ton
100.000
2.500.000
25
Ton
15.000
375.000
Total Pendapatan
33.250.000
Total Biaya
24.887.083
Keuntungan
8.362.917
B/C
1,34
2.4 Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa 2.4.1 Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Kerangka pemanfaatan hasil litbangyasa dilakukan melalui proses pemilihan rancangan pemanfaatan hasil litbangyasa sebagai berikut : Pilih Rancangan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa (Peruntukan Daerah-Masyarakat)
22
Prototipe Peralatan Mendukung Industri Hulu Mendukung Proses Pasca Panen Mendukung Industri Hilir Metode - Rekomendasi Mendukung Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Mendukung Strategi Pembangunan Daerah Jurnal - Paten Mendukung Pengembangan Ilmu-Metode Mendukung Proses Industri Modul Pelatihan-Pemberdayaan Masyarakat Modul Pelatihan - Pemberdayaan Masyarakat
2.4.2 Strategi Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Pertama-tama adalah melakukan sosialisai pemanfaatan mesin pengering mocaf kepada kelompok tani terpilih, dalam hal ini kelompok tani mocaf cluster Girimarto Kabupaten Wonogiri. Dalam sosialisasi tersebut diterangkan bahwa akan diperoleh nilai tambah yang cukup besar jika ubi kayu dijual dalam bentuk chip kering dan tepung mocaf dibanding jika dijual dalam bentuk ubikayu segar.
Disamping itu perubahan bentuk
ubikayu dari segar hingga bentuk kering dan tepung merupakan salah satu cara mengantisipasi kehilangan hasil saat panen raya dimana produksi ubikayu segar melimpah yang didentik dengan kebusukan jika penanganannya hanya untuk dijual. Yang sangat penting dalam pengembangannya adalah bagaimana pemasaran dari chip kering dan tepung mocaf.
Untuk masalah ini adalah dibutuhkan peran pembinaan dari Dinas
Pertanian atau Dinas Perindustrian untuk mencari mitra pemasaran produk tersebut. Dan sampai saat ini petani cluster Girimarto sudah melakukan pemasaran dengan beberapa perusahaan besar. Agar pengembangannya luas maka pada lokasi kegiatan ada suatu pengrajin bengkel yang dapat membuat unit mesin pengering hybrid seperti yang dimaksud. Oleh karenanya diperlukan pelatihan bagi pengrajin tersebut sehingga unit alsin tersebut mudah diperoleh oleh petani lain setempat.
23
2.4.3 Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Indikator keberhasilan pemanfaatan hasil litbangyasa adalah sebagai berikut : 1. Mesin pengering mocaf digunakan terus menerus sepanjang tahun selama proses pengolahan mocaf 2. Tingkat penjualan dan harga chip kering dan tepung mocaf menjadi meningkat 3. Tingkat pendapatan petani ubi kayu menjadi meningkat. 4. Membuka peluang usaha baru untuk petani ubikayu
2.4.4 Perkembangan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Pemanfaatan hasil litbangyasa hingga saat ini belum dapat dilakukan dan akan dilakukan pada kegiatan tahap ke-2 yaitu bulan Juni – Agustus 2012. Pada tahap ini baru melakukan spesifikasi
hasil litkayasa agar sesuai dengan spesifikasi lokasi sehingga
pengembangannya akan diterima petani sehingga berkembang. Hasil kunjungan lapangan ke kelomppok tani maka didapatkan bahwa dengan menggunakan mesin pengering chip MOCAF ini, diharapkan mendapatkan beberapa keuntungan diantaranya: 1) Biaya tenaga kerja menjadi berkurang sekitar 30%; 2) mengurangi kejerihan kerja; 2) menghemat waktu dari 3-4 hari pengeringan matahari menjadi 1 (satu) hari apabila musim penghujan; 3) meningkatkan kualitas hasil chip kering menjadi lebih putih; 4) mengurangi tingkat kerusakan chip pada saat musim penghujan. Deskripsi Teknologi Teknologi pengeringan yang diterapkan adalah mesin pengering tipe hybrid seperti yang telah dikembangkan oleh BBP Mektan 2010. Kapasitas mesin yang akan dibuat adalah 500 kg per proses. Secara garis besarnya, mesin pengering ini terdiri dari 5 bagian utama, yaitu: 1). kipas penghembus udara, 2). ruang pemanas udara, 3). ruang pengering, 4). troli-rak, 5). Tungku kayubakar, dan 6). kontrol panel.
24
Gambar 4. Disain mesin pengering mocaf tipe ERK hybrid kapasitas 500 kg
25
Mesin pengering tipe hybrid dapat digunakan untuk mengeringkan chips ubi kayu hasil fermentasi dengan cara meletakkan chips diatas rak-rak yang disusun dalam troli yang disusun dalam ruang pengering. Sumber pemanas dari tenaga matagari dan kayubakar serta engine diesel 5,5 hp untuk menggerakkan kipas yang akan menghembuskan udara panas didalam ruang pengering. Mesin ini dilengkapi dengan kontrol suhu yang akan mengatur suhu pengeringan Suhu pengeringan dijaga pada suhu maksimal 50 - 60 oC. Tipe : Hybrid Kapasitas : 500 kg Power : energi matahari, tungku kayubakar, dan engine diesel 5.5 HP (kipas)
Mesin pengering hybrid tipe ERK, kapasitas 500 kg. Terdiri dari: a). Bangunan pengering: - Dimensi : 6000 x 3000 x 2500 mm - Konstruksi rangka besi kotak - Bahan atap dan dinding akrilik b). Tray - Dimensi tray: 1000 x 600 mm - Jumlah tray: 170 buah - Bahan tray: wire mesh aluminium (frame kayu)
26
III. RENCANA TINDAK LANJUT 3.1 Rencana Pelaksanaan Pencapaian Target Kinerja Target yang akan dicapai pada penggunaan dana tahap awal ke-1 dari pelaksanaan kegiatan ini adalah: 1. Tersusunnya rencana pelaksanaan kegiatan, Rancangannya adalah penyusun rencana kerja dilakukan bersama-sama oleh semua anggota dalam 1 tim. 2. Terkoordinasinya semua pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan, terutama pihak di daerah lokasi seperti BPTP, Bapeda, Dinas Pertanian, dan petani kelompok pengolahan tepung mocaf. Rancangannya adalah mendiskusikan calon lokasi dan calon pengguna bersamasama dengan BPTP, Bapeda, dan Dinas Pertanian. 3. Tersedianya unit mesin pengering mocaf tipe hybrid. Rancangannya adalah pengadaan alat yang mempunyai spesifikasi sesuai dengan spesifikasi lokasi.
Hasil fabrikasi alat kemudian dilakukan uji fungsional.
Jika
fungsinya tidak seperti yang diharapkan maka akan dilakukan modifikasi hingga mempunyai fungsi sesuai yang diharapkan. 4. Pabrikasi mesin pengering mocaf tipe hybrid kapasitas 500 kg. 5. Selanjutnya rencana kegiatan termin 2 adalah melakukan: a) Pabrikasi lanjutan mesin pengering mocaf secara menyeluruh b) Uji fungsional mesin pengering mocaf c) Koordinasi dengan kelompok tani terpilih mengenai jadwal penempatan mesin pengering dan kesediaan bahan baku d) pengujian verifikasi mesin pengering mocaf 3.2 Rencana Koordinasi Kelembagaan – Program Rencana koordinasi kelembagaan-program akan dilakukan secara terus menerus pembinaan kelembagaan kelompok tani cluster mocaf.
Beberapa rencana koordinasi
kelembagaan serta bagan alir koordinasi kelembagaan disajikan sebagai berikut : 1. Pembentukan cluster resmi petani pengolah tepung mocaf yang terdiri dari beberapa petani pengolah chip kering mocaf. 2. Pembentukan pabrik pengolahan tepung mocaf 3. Pembentukan managemen pabrik pengolahan tepung mocaf 4. Pembentukan jaringan pemasaran resmi tepung mocaf
27
RISTEK
2
1 BPTP
CLUSTER PENGOLAHAN MOCAF
BAPPEDA, DINAS PERTAN IAN KABUPATEN
3
BBP Mektan Keterangan: Hubungan langsung Hubungan tidak langsung Koordinasi 1 Pendampingan, pelatihan dan konsultasi 2 Pendampingan, dana dan konsultasi 3 Pendampingan, pelatihan, peralatan dan konsultasi Gambar 5. Rancangan Model Pengembangan Kelembagaan Pengolahan Mocaf
3.3 Rencana Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Penggunaan mesin pengering MOCAF pada pengolahan tepung mocaf merupakan sarana untuk peningkatan efisiensi dan nilai tambah produk, sehingga apabila mesin pengering mocaf ini dapat berkembang di tingkat petani, maka jenis keuntungan yang diperoleh adalah: (1) Hemat tenaga kerja; (2) mengurangi kejerihan kerja; (3) memberikan keuntungan finansial; (4) mampu menghemat waktu; (5) kualitas hasil lebih baik; (6) mengurangi chip MOCAF yang tercecer dan (7) mempermudah proses pengeringan chip mocaf. Kontribusi ke sektor lain adalah di sektor Home Industry karena tenaga kerja di Pedesaan dapat diikutsertakan dan dioptimalkan secara kelembagaan melalui clustercluster industri chip MOCAF yang akan dijual ke sektor industri tepung mocaf yang lebih besar. Dengan adanya mesin pengering chip MOCAF ini dapat membantu sektor industri chip MOCAF skala kecil dan dapat meningkatkan produksi dan menaikkan pendapatan petani melalui cluster-cluster chip MOCAF.
28
3.4 Rencana Pengembangan ke Depan Diharapkan dengan mesin pengering yang sederhana ini juga dapat mengeringkan produk lain yang ada di daerah sentra produksi ubi kayu, diantaranya produk ubi jalar, pisang, gatot, garut, ganyong, sayuran segar seperti wortel, seledri, daun bawang, tomat dan lainlain.
29
IV. PENUTUP Kegiatan pengembangan mesin pengering mocaf ini sedang berjalan sesuai jadwal dan sudah melakukan beberapa program kegiatan sebagai berikut : 1. Koordinasi team kegiatan dalam rangka penyusunan kerangka kerja 2. Koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yaitu dengan kelompok tani mocaf, Bapeda, Dinas Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Wonogiri 3. Pabrikasi mesin pengering mocaf tipe hybrid kapasitas 500 kg. Selanjutnya rencana kegiatan termin 2 adalah melakukan : 1. Pabrikasi lanjutan mesin pengering mocaf secara menyeluruh 2. Uji fungsional mesin pengering mocaf 3. Koordinasi dengan kelompok tani terpilih mengenai jadwal penempatan mesin pengering dan kesediaan bahan baku 4. pengujian verifikasi mesin pengering mocaf
30