LAPORAN KEMAJUAN
Penguatan Kapasitas Daerah dan Sinergitas Pemanfaatan Metode Pendeteksian Struktur Geologi Berbasiskan Data Penginderaan Jauh (Optik dan SAR) untuk Optimalisasi Kawasan Tambang di Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Paser
Peneliti Utama: Atriyon Julzarika, S. T.
Paket Insentif Pemanfaatan Hasil Litbang : METODE DAN INFORMASI GEOSPASIAL TEMATIK (STRUKTUR GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN)
PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL Juni 2012 0
I. Pendahuluan 1. Latar Belakang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mempunyai tugas dan fungsi antara lain menghasilkan informasi geospasial berbasis data satelit penginderaan jauh kepada institusi terkait, masyarakat, perguruan tinggi, dan lain-lain. Salah satu kegiatan dari Kedeputian Penginderaan Jauh-LAPAN adalah melakukan pengembangan dan pemanfaatan data penginderaan jauh untuk berbagai aplikasi keteknikan dan non keteknikan. Salah satu dari aplikasi tersebut adalah untuk pertambangan dan struktur geologi. Data yang digunakan berupa data optik dan SAR. Salah satu manfaat pada aplikasi ini adalah dapat mengetahui struktur geologi sehingga dapat digunakan untuk optimalisasi kawasan tambang berupa dugaan kandungan tambang maupun untuk reklamasi penghijauan pasca penambangan. Pada penelitian ini, lebih difokuskan pada tambang batubara dan tambang yang memiliki kedekatan khusus terhadap batubara seperti bijih besi dan granit. Selain itu juga untuk tambang lain yang berada di sekitar batubara seperti minyak bumi. Struktur geologi adalah bentukan pola struktur yang terbentuk secara alamiah berdasarkan proses geologi dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, pendeteksian struktur geologi ini tidak memerlukan data dengan akuisisi terbaru, akan tetapi bisa menggunakan data yang lama. Pendeteksian struktur geologi dapat dilakukan dengan data optik dan SAR. Selain itu juga dapat menggunakan data model 3D untuk meningkatkan akurasi dan presisi suatu struktur geologi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1980 mengenai pembagian bahanbahan tambang terbagi atas tiga golongan: a. Golongan bahan tambang strategis bahan tambang strategis meliputi minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam, bitumen padat, aspal, antrasit, batubara, batubara muda, nikel, kobalt, timah, uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radioaktif lainnya. b. Golongan bahan tambang vital bahan tambang vital meliputi besi, mangan, molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan, bauksit, tembaga, timbal, seng, emas, berillium, korundum, zirkon, kristal kwarsa, kriolit, fluorpar, barit, yodium, brom, khlor, belerang, platina, perak, air raksa, intan, arsin, antimon, bismut, yitrium, rhutenium, cerium dan logam-logam langka lainnya. c. Golongan bahan tambang yang tidak termasuk golongan a atau b adalah: bahan galian tambang jenis ini meliputi nitrat, pospat, garam batu (halite), asbes, talk, mika, grafit, magnesit, yarosit, leusit, tawas (alum), oker, batu permata, batu setengah permata, pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonit, batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome, tanah serap (fullers earth), marmer, batu tulis, batu kapur, dolomit, kalsit, granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir sepanjang tidak mengandung unsur-unsur mineral golongan a maupun golongan b dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan. Arti penggolongan bahan-bahan tambang tersebut, yaitu : a. Bahan tambang strategis berarti strategis untuk pertahanan dan keamanan serta perekonomian negara; b. Bahan tambang vital berarti bahan tambang yang dapat menjamin hajat hidup orang banyak; c. Bahan tambang yang tidak termasuk bahan tambang strategis dan vital berarti karena sifatnya tidak langsung memerlukan pasaran yang bersifat internasional. 1
a. b. c. d. e.
Dasar penggolongan bahan-bahan galian, yaitu : Nilai strategis/ekonomis bahan galian terhadap negara Terdapatnya sesuatu bahan galian dalam alam (genese) Penggunaan bahan galian bagi industri Pengaruhnya terhadap kehidupan rakyat banyak Pemberian kesempatan pengembangan pengusaha
2. Pengenalan Batubara Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisa unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit. Pembentukan batubara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada eraera tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu (jtl), adalah masa pembentukan batubara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batubara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk. Pada Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batubara yang ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain. Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel (1982) adalah sebagai berikut: Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batubara dari perioda ini. Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batubara dari perioda ini. Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat. Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batubara Permian seperti di Australia, India, dan Afrika. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan. Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batubara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut. Antrasit adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%. 2
Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batubara yang paling banyak ditambang di Australia. Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus. Lignit atau batubara coklat adalah batubara yang sangat lunak yang mengandung air 3575% dari beratnya. Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.
Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batubara disebut dengan istilah pembatubaraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi: Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut. Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya antrasit. 3. Batubara di Indonesia Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan batubara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai batubara berumur Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu Geologi. Batubara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang mirip dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tegolong kubah gambut yang terbentuk di atas muka air tanah ratarata pada iklim basah sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah gambut ini terbentuk pada kondisi dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam sistem dan membentuk lapisan batubara yang berkadar abu dan sulfur rendah dan menebal secara lokal. Hal ini sangat umum dijumpai pada batubara Miosen. Sebaliknya, endapan batubara Eosen umumnya lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi. Kedua umur endapan batubara ini terbentuk pada lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan daerah pembentukan gambut yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan sebagian besar Kalimantan. 3.1. Endapan batubara Eosen Endapan ini terbentuk pada tatanan tektonik ekstensional yang dimulai sekitar Tersier Bawah atau Paleogen pada cekungan-cekungan sedimen di Sumatera dan Kalimantan. Ekstensi berumur Eosen ini terjadi sepanjang tepian Paparan Sunda, dari sebelah barat Sulawesi, Kalimantan bagian timur, Laut Jawa hingga Sumatera. Dari batuan sedimen yang pernah ditemukan dapat diketahui bahwa pengendapan berlangsung mulai terjadi pada Eosen Tengah. Pemekaran Tersier Bawah yang terjadi pada Paparan Sunda ini ditafsirkan berada pada tatanan busur dalam, yang disebabkan terutama oleh gerak penunjaman Lempeng Indo-Australia. Lingkungan pengendapan mula-mula pada saat Paleogen itu non-marin, terutama fluviatil, kipas aluvial dan endapan danau yang dangkal. Di Kalimantan bagian tenggara, pengendapan batubara 3
terjadi sekitar Eosen Tengah - Atas namun di Sumatera umurnya lebih muda, yakni Eosen Atas hingga Oligosen Bawah. Di Sumatera bagian tengah, endapan fluvial yang terjadi pada fasa awal kemudian ditutupi oleh endapan danau (non-marin). Berbeda dengan yang terjadi di Kalimantan bagian tenggara dimana endapan fluvial kemudian ditutupi oleh lapisan batubara yang terjadi pada dataran pantai yang kemudian ditutupi di atasnya secara transgresif oleh sedimen marin berumur Eosen Atas. Endapan batubara Eosen yang telah umum dikenal terjadi pada cekungan berikut: Paser dan Asam-asam (Kalimantan Selatan dan Timur), Barito (Kalimantan Selatan), Kutai Atas (Kalimantan Tengah dan Timur), Melawi dan Ketungau (Kalimantan Barat), Tarakan (Kalimantan Timur), Ombilin (Sumatera Barat) dan Sumatera Tengah (Riau). Dibawah ini adalah kualitas rata-rata dari beberapa endapan batubara Eosen di Indonesia. Tabel 1. Kualitas rata-rata beberapa endapan batubara eosin di Indonesia Kadar Kadar air Kadar Zat Tambang Cekungan Perusahaan air total inheren abu terbang (%ar) (%ad) (%ad) (%ad)
Belerang (%ad)
Nilai energi (kkal/kg)(ad)
Satui
Asamasam
PT Arutmin Indonesia
10.00
7.00
8.00
41.50
0.80
6800
Senakin
Paser
PT Arutmin Indonesia
9.00
4.00
15.00
39.50
0.70
6400
Petangis
Paser
PT BHP Kendilo Coal
11.00
4.40
12.00
40.50
0.80
6700
Ombilin
Ombilin
PT Asam
12.00
6.50
<8.00
36.50
0.50 - 0.60
6900
Bukit
PT Allied 10.00 4.00 37.30 (ar) 0.50 (ar) Indo Coal (ar) (ar) - as received, (ad) - air dried, Sumber: Indonesian Coal Mining Association, 1998
Parambahan Ombilin
6900 (ar)
Gambar 1. Penambangan batubara pada endapan Eosen
3.2. Endapan batubara Miosen Pada Miosen Awal, pemekaran regional Tersier Bawah - Tengah pada Paparan Sunda telah berakhir. Pada Kala Oligosen hingga Awal Miosen ini terjadi transgresi marin pada kawasan yang luas dimana terendapkan sedimen marin klastik yang tebal dan perselingan sekuen batugamping. Pengangkatan dan kompresi adalah kenampakan yang umum pada tektonik Neogen di Kalimantan maupun Sumatera. Endapan batubara Miosen yang ekonomis terutama terdapat di Cekungan Kutai bagian bawah (Kalimantan Timur), Cekungan Barito (Kalimantan 4
Selatan) dan Cekungan Sumatera bagian selatan. Batubara Miosen juga secara ekonomis ditambang di Cekungan Bengkulu. Batubara ini umumnya terdeposisi pada lingkungan fluvial, delta dan dataran pantai yang mirip dengan daerah pembentukan gambut saat ini di Sumatera bagian timur. Ciri utama lainnya adalah kadar abu dan belerang yang rendah. Namun kebanyakan sumberdaya batubara Miosen ini tergolong sub-bituminus atau lignit sehingga kurang ekonomis kecuali jika sangat tebal (PT Adaro) atau lokasi geografisnya menguntungkan. Namun batubara Miosen di beberapa lokasi juga tergolong kelas yang tinggi seperti pada Cebakan Pinang dan Prima (PT KPC), endapan batubara di sekitar hilir Sungai Mahakam, Kalimantan Timur dan beberapa lokasi di dekat Tanjungenim, Cekungan Sumatera bagian selatan. Tabel dibawah ini menunjukan kualitas rata-rata dari beberapa endapan batubara Miosen di Indonesia. Tabel 2. Kualitas rata-rata dari beberapa endapan batubara Miosen di Indonesia Kadar Kadar air Kadar Zat Belerang Tambang Cekungan Perusahaan air total inheren abu terbang (%ad) (%ar) (%ad) (%ad) (%ad)
Nilai energi (kkal/kg)(ad)
Prima
Kutai
PT Kaltim Prima Coal
9.00
-
4.00
39.00
0.50
6800 (ar)
Pinang
Kutai
PT Kaltim Prima Coal
13.00
-
7.00
37.50
0.40
6200 (ar)
Roto South
Paser
PT Kideco Jaya Agung
24.00
-
3.00
40.00
0.20
5200 (ar)
Binungan Tarakan
PT Berau Coal
18.00
14.00
4.20
40.10
0.50
6100 (ad)
Lati
Tarakan
PT Berau Coal
24.60
16.00
4.30
37.80
0.90
5800 (ad)
Air Laya
Sumatera bagian selatan
PT Bukit Asam
24.00
-
5.30
34.60
0.49
5300 (ad)
Barito PT Adaro 24.00 18.00 4.00 40.00 0.10 (ar) - as received, (ad) - air dried, Sumber: Indonesian Coal Mining Association, 1998
5950 (ad)
Paringin
Gambar 2. Penambangan batubara pada endapan Miosen Tabel 3. Cadangan batubara dunia pada akhir 2005 (dalam juta ton) Bituminus (termasuk Negara Sub-bituminus antrasit) Amerika Serikat
115.891
101.021
Lignit
TOTAL
33.082
249.994
5
Rusia
49.088
97.472
10.450
157.010
Republik Rakyat Cina
62.200
33.700
18.600
114.500
India
82.396
2.000
84.396
Australia
42.550
37.700
82.090
Jerman
23.000
43.000
66.000
Afrika Selatan
49.520
Ukraina
16.274
Kazakhstan Polandia Serbia dan Montenegro
1.840
49.520 15.946
1.933
34.153
31.000
3.000
34.000
20.300
1.860
22.160
14.732
16.256
64
1.460
Brasil
11.929
11.929 6.648
Kolombia
6.267
381
Kanada
3.471
871
2.236
6.578
Republik Ceko
2.114
3.414
150
5.678
Indonesia
790
1.430
3.150
5.370
Botswana
4.300
Uzbekistan
1.000
4.300
278
Turki
761
Yunani 13
Bulgaria
233
3.000
4.000
2.650
3.689
2.874
2.874
2.465
2.711
2.265
Pakistan Iran
1.710
Britania Raya
1.000
2.265 1.710 500
1.500
Tabel 4. Negara pengekspor batubara utama (dalam juta ton) Negara 2003 2004 Australia
238,1
247,6
Amerika Serikat
43,0
48,0
Afrika Selatan
78,7
74,9
Rusia (Uni Soviet)
41,0
55,7
Polandia
16,4
16,3
Kanada
27,7
28,8
Republik Rakyat China
103,4
95,5
57,8
65,9
200,8
131,4
713,9
764,0
Amerika Selatan Indonesia Total
6
4. Minyak bumi Minyak bumi atau emas hitam adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya. Minyak bumi diambil dari sumur minyak di pertambangan-pertambangan minyak. Lokasi sumur-sumur minyak ini didapatkan setelah melalui proses studi geologi, analisis sedimen, karakter dan struktur sumber, dan berbagai macam studi lainnya. Setelah itu, minyak bumi akan diproses di tempat pengilangan minyak dan dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan titik didihnya sehingga menghasilkan berbagai macam bahan bakar, mulai dari bensin dan kerosin sampai aspal dan berbagai reagen kimia yang dibutuhkan untuk membuat plastik dan obat-obatan. Minyak bumi digunakan untuk memproduksi berbagai macam barang dan material yang dibutuhkan manusia.
Gambar 3. Penambangan minyak Bumi di Riau dan Tabalong, Indonesia
5. Bijih besi Biji besi terdiri atas oksigen dan atom besi yang berikatan bersama dalam molekul. Besi didapatkan dalam bentuk magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3), goethite, limonit, dan siderit. Bijih besi mengandung besi oksida dan memiliki banyak warna mulai dari kelabu tua, kuning muda, ungu tua, hingga merah karat. Menurut Lester Brown dari Worldwatch Institute telah memperkirakan bahwa bijih besi bisa habis dalam waktu 64 tahun berdasarkan pada ekstrapolasi konservatif dari 2% pertumbuhan per tahun. Bijih besi adalah bahan baku yang digunakan untuk membuat pig iron, yang merupakan salah satu bahan baku utama untuk membuat baja. 98% dari bijih besi ditambang digunakan untuk membuat baja.
Gambar 4. Penambangan bijih besi di Sumatera dan Kalimantan, Indonesia
7
6. Struktur Geologi Kegiatan ini bertujuan untuk pengembangan dan pemanfaatan metode pendeteksian struktur geologi untuk optimalisasi kawasan tambang dari data optik dan SAR. Struktur geologi adalah bentukan pola struktur yang terbentuk secara alamiah berdasarkan proses geologi dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, pendeteksian struktur geologi ini tidak memerlukan data dengan akuisisi terbaru, akan tetapi bisa menggunakan data yang lama. Pendeteksian struktur geologi dapat dilakukan dengan data optik dan SAR. Selain itu juga dapat menggunakan data model 3D untuk meningkatkan akurasi dan presisi suatu struktur geologi. Struktur geologi yang dimaksud pada penelitian ini meliputi: a. Kekar (Joint) adalah rekahan/patahan pada lapisan batuan yang terjadi akibat pengaruh gaya-gaya endogen baik tekanan maupun tarikan, tanpa mengalami perpindahan tempat. Kekar memiliki beberapa jenis, yaitu: - Kekar Gerus (Shear Joint) adalah Kekar pada batuan yang terjadi akibat tekanan - Kekar Tarik (Tension Joint) adalah Kekar pada batuan yang terjadi akibat tarikan b. Sesar (Faults) adalah rekahan/patahan pada lapisan batuan yang terjadi akibat pengaruh gaya-gaya endogen baik tekanan maupun tarikan dan mengalami perpindahan tempat/dislokasi/pergeseran. Sesar memiliki beberapa jenis, yaitu: - Sesar Normal / Turun (Normal / Gravity Fault) - Sesar Naik (Reverse / Thrust Fault) - Sesar Mendatar / Geser (Horizontal / Strike-Slip Fault) - Sembul (Horst) - Terban (Graben) c. Lipatan (Folds) adalah struktur lapisan batuan sedimen berbentuk lipatan/ gelombang/ lengkungan yang terbentuk akibat gaya endogen berupa tekanan. Lipatan memiliki beberapa jenis, yaitu: - Lipatan Tegak/Setangkup (Upright Fold / Symmetrical Fold) - Lipatan Tidak Setangkup (Asymmetrical Fold) - Lipatan Miring / Menggantung (Inclined Fold / Overturned Fold) - Lipatan Rebah (Recumbent Fold) - Antiklin (Anticline) - Sinklin (Syncline) Struktur geologi dapat diketahui jika telah mengetahui jenis deformasi yang terjadi pada wilayah kajian. Konsep deformasi ini dapat didekati secara ilmiah melalui hitung perataan atau geomatematik. 7. Pokok Permasalahan 1. Pemerintah Indonesia memerlukan informasi potensial tentang pendeteksian struktur geologi untuk optimalisasi kawasan tambang di Indonesia. 2. Data penginderaan jauh berupa citra optik dan SAR dapat digunakan untuk deteksi struktur geologi untuk optimalisasi kawasan tambang sehingga memerlukan biaya rendah dan efisien. Deteksi ini hanya pada jenis tambang dangkal dan di sekitar tambang terbuka. 3. Penginderaan jauh untuk aplikasi pertambangan bisa menjadi alternatif untuk permasalahan pertambangan di Indonesia. Penginderaan jauh bisa untuk 8
meminimalkan kerusakan lingkungan terutama dalam eksplorasi dan eksploitasi tambang di Indonesia. 8. Metodologi Pelaksanaan a. Lokus Kegiatan Kabupaten Tabalong (Kalimantan Selatan) dan Kabupaten Paser (Kalimantan Timur). Khusus pada wilayah ini, lokasi penelitian mencakup dua wilayah perbatasan antara Kalimantan Selatan dengan Kalimantan Timur. Hal ini disebabkan oleh batas potensi tambang, formasi, dan struktur geologi tidak bisa dipisahkan berdasarkan batas administrasi. Pada lokasi ini terdapat formasi Tanjung, Berai, Montalat, Warukin, Dahor, dan Pitap. Berikut ini penjelasan masingmasing formasi tersebut: 1. Formasi Tanjung Bagian bawah perselingan antara Batu Pasir, Serpih, Batu Lanau dan Konglomerat aneka bahan, sebagian bersifat gampingan. Komponen Konglomerat antara lain Kuarsa, Feldsfar, Granit, Sekis, Gabro dan Basal. Di dalam Batu Pasir Kuarsa dijumpai komponen Glaukonit. Bagian Atas, perselingan antara Batu Pasir Kuarsa bermika, Batu Lanau, Batu Gamping dan Batubara. Batu Lanau berfosil foram Plangton, antara lain: Globiferina Tripartite KOCH, Globigerina Ochitaensis HOWE & WALLACE, Globigerina spp. Dan Globorotalia spp, yang menunjukkan umur Eosen–Oligosen (P16–N3); sedang Batu Gampingnya berforam besar, antara lain: Operculina sp, Discocyclina sp, dan Biplanispira, yang berumur Eosen Akhir (Tb). Formasi ini tidak selaras di atas batuan Mesozoikum, terlipat hampir utara selatan dengan kemiringan lapisan umumnya 20°, serta mempunyai tebal sekitar 1300 meter, serta tersebar diatas perbukitan. 2. Formasi Berai Batu Gamping berlapis dengan Batu Lempung, Napal dan Batubara, sebagian tersilikakan dan mengandung Limolit. Batu Gamping berfosil foram besar antara lain Spiroclypeous sp, Lepidocyclina (Eulepidina), ephipiodes JONES & CHAPMAN, Operculina sp, Spiroclypeous Tidoengenesis VAN DER VLERK, Heterostegina sp dan Amphisiegina sp, yang menunjukan umur Oligosen tengah – Oligosen Akhir (Td – e). Selain itu juga ada berfosil foram Bentos. Formasi ini diendapkan di laut dangkal dengan tebal mencapai 1250 meter, serta menempati morfologi perbukitan karst yang terjal. 3. Formasi Montalat Batu Pasir Kuarsa Putih, berstruktur silang siur, sebagian Gampingan, bersisipan Batu Lanau/Serpih dan Batubara. Berfosil foram kecil, antara lain: Globigerina Venezuelana HEDBERG, Globigerina Tripartite KOCH, Globigerina Selli (BOR SETTI), Globigerina Praebulloides BLOW, Globigerina Angustiumbilicata BOLLI, Globigerina Officinalis Suboptima, Globigerina sp., Globigerina spp. Globorotalia Optima BOLLI, Globorotaliana BOLLI dan Cassigerinella Chipolensis (CUSHMAN & POTTON), yang berumur Oligosen (P19 – N3). Formasi ini diendapkan dilaut dangkal terbuka, dengan tebal mencapai 1400 meter. Formasi ini menjemari dengan Formasi Berai dan selaras di atas Formasi Tanjung. Jenis perlipatan mirip dengan Formasi Tanjung tetapi lebih sedikit terbuka. Formasi Montalat menempati morfologi perbukitan. 9
4. Formasi Warukin Batu Pasir kasar–sedang, sebagian Konglomeratan, bersisipan Batu Lanau dan Serpih, setengah padat berlapis dan berstruktur perairan silang-siur dan lapisan bersusun. Struktur lipatan terbuka dengan kemiringan lapisan batuan sekitar 10°. Formasi ini berumur Miosen Tengah–Miosen Atas, dengan tebal bisa mencapai 500 meter, dan diendapkan di daerah transisi. Formasi Warukin berada selaras di atas Formasi Berai dan Montalat. Sesuai dengan sifat fisiknya formasi ini menempati daerah morfologi dataran menggelombang landai. 5. Formasi Dahor Batu Pasir kurang padat sampai lepas, bersisipan Batu Lanau, Serpih, Lignit dan Limonit. Terendapkan dalam lingkungan peralihan dengan tebal mencapai 300 meter. Umurnya diduga Plio–Plistosen, formasi ini tidak selaras di atas formasi-formasi dibawahnya, dan umumnya berada pada morfologi dataran rendah yang kadangkadan sulit dipisahkan dengan endapan permukaan. 6. Formasi Pitap Batuan sedimen dan vulkanik yang terdiri bertingkat tak terpisahkan. Batuan sedimen dalam bentuk Batu Lanau abu-abu tua, Batu Gamping kristalin abu-abu gelap, Batu Pasir halus abu-abu, Serpih merah dan Napalan Serpih, ketebalan antara 20 cm - 300 cm, sebagian dilipat. Batuan Andesit, Basal dan Amfibolit. Leleran Andesit dan bentuk Basalt abu-abu, hijau, berubah menjadi mineral Lempung, Kalsit atau Klorit, berpiroksen dan Porfiritik. Pilotaksit bertekstur Basal dan Amigdaloid. Amfibolit retak lensa dalam bentuk Basalt, ketebalan mencapai 40 cm. Unit ini menempati daerah perbukitan yang tinggi, dan morfologi kasar. Ketebalan dapat mencapai 100 meter Kapur Akhir (KSP). b.
Fokus Kegiatan: teknologi energi
c.
Bentuk Kegiatan: riset terapan
9.
Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan ini meliputi 5 tahap utama, yaitu penyiapan data, pembuatan algorithma pendeteksian struktur geologi, pendefinisian hasil algorithma terhadap standar geologi, pemodelan dan optimalisasi kawasan tambang, prediksi ekonomi hasil model deteksi wilayah kandungan tambang. Prediksi ini disesuaikan dengan kondisi cut & fill wilayah kajian serta juga dilakukan uji akurasi dan presisi terhadap model deteksi wilayah kandungan tambang yang telah dihasilkan sebelumnya. Berikut penjelasan setiap tahap kegiatan yang ditampilkan pada gambar 7 tentang desain riset. 1. Penyiapan data Penyiapan data ini meliputi pembuatan model 3D (DSM, DEM, DTM, EGM), koreksi geometrik dan radiometrik citra optik dan SAR. Selain itu juga dilakukan koreksi model 3D dan koreksi undulasi geoid. 2. Pembuatan algorithma pendeteksian struktur geologi Algorithma yang dibuat menggunakan konsep deformasi dan dilakukan dengan pendekatan secara hitung perataan atau geomatematik. Algorithma ini meliputi koreksi model 3D, koreksi undulasi geoid, deteksi struktur geologi, segmentasi formasi geologi. Struktur geologi memiliki 10
pengaruh besar dalam deteksi wilayah kandungan tambang serta dalam perbedaan batuan pada kemiringan lereng tertentu di wilayah tambang. Berikut ini merupakan gambar pengaruh struktur geologi dan perbedaan batuan pada kemiringan lereng.
Gambar 5. Pengaruh struktur geologi dan perbedaan batuan pada kemiringan lereng 3. Pendefinisian hasil algorithma terhadap standar geologi. Pendefinisian hasil algorithma ini meliputi definisi standar terhadap jenis formasi, penyusun, endapan, sejarah bentukan formasi sesuai dengan standar dalam geologi. Misal hasil segmentasi formasi yang dihasilkan dari algorithma yang dibuat pada tahap kedua, dilakukan pendefinifian standar geologi berupa jenis formasi (seperti formasi Maau, Endapan Alluvium, dan lain-lain), penyusun formasi (sediment clastic fine, sediment clastic alluvium, dll), Endapan (Littoral, Terrestrial alluvial, dll), sejarah bentukan formasi (Oligosen akhir, Miosen awal, Holosen, dan lain-lain). 4. pemodelan dan optimalisasi kawasan tambang Pemodelan ini menggunakan algorithma deformasi yang dibuat berdasarkan hitung perataan atau geomatematik. Pembuatan algorithma ini memperhitungkan berbagai jenis model dan data masukan. Pemodelan ini akan menghasilkan dugaan sementara kandungan tambang yang ada di sekitar wilayah tersebut. Deteksi ini hanya pada wilayah tambang dangkal dan di sekitar tambang terbuka. Hasil yang diperoleh dari pemodelan ini digunakan untuk optimalisasi kawasan tambang, baik berupa dugaan kandungan tambang maupun untuk reklamasi penghijauan pasca penambangan. 5. Prediksi ekonomi hasil model deteksi wilayah kandungan tambang Prediksi yang dimaksud pada kegiatan ini adalah perkiraan produksi tambang sesuai dengan kondisi cut and fill wilayah tersebut. Model 3D digunakan sebagai data masukan untuk pembuatan cut and fill dengan model deteksi dari hasil algorithma berdasarkan hitung perataan. Prediksi ini hanya berlaku sesuai dengan jenis data yang digunakan, yaitu data penginderaan jauh bukan didasarkan atas data pengukuran lapangan.
11
Gambar 6. Desain riset
II. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Pengelolaan Administrasi Manajerial a. Perencanaan Anggaran 1. Gaji dan upah 1.1. Personil No.
1 2 3 3 4 5
Pelaksana Atriyon Julzarika, S. T. (Peneliti Utama) Siti Hawariyyah, S. Si. (Peneliti 1) Ir. Wiji (Peneliti 2) Drs. Susanto, M. Si. (Peneliti 3) Ir. Ita Carolita, M. Si. (Peneliti 4) Heru Noviar, M. Si. (Peneliti 5)
Jumlah jam/bulan
Jumlah bulan
Honor (Rp) OJ
80
8
60.000
2.800.000
22.400.000
78
8
35.000
2.730.000
21.840.000
0
0
30.000
0
0
68
8
40.000
2.720.000
21.760.000
54
8
50.000
2.700.000
21.600.000
54
8
50.000
2.700.000
21.600.000
OB
Biaya/ bulan
Biaya/ tahun
12
6
Ahmad Sutanto, S. Si. (Peneliti 6)
7
Tenaga Administrasi
80
8
30.000
8
2.400.000
19.200.000
300.000
2.400.000
TOTAL
130.800.000
300.000
1.2. Narasumber No.
Nama Bahan
Volume
Satuan
Biaya Satuan
Total
1
Narasumber (Eselon I)
1
OJ
1.300.000
1.300.000
2
Narasumber (Eselon II)
1
OJ
900.000
900.000
3
Narasumber (Eselon III)
7
OJ
800.000
5.600.000
4.
Narasumber (Eselon IV)
1
OJ
800.000
800.000
5
Narasumber luar
10
OJ
800.000
8.000.000
TOTAL
16.600.000
2. Bahan Habis Pakai Kertas HVS A4 80 gram
15 rim
Biaya Satuan (Rp) 45.000
DVD+RW
3 box
130.000
390.000
CD/DVD Label
2 pak
35.000
70,000
Tinta HP F735 Black
10 set
150.000
1.500.000
Tinta HP F735 Color
10 set
150.000 JUMLAH
1.500.000
Uraian
Volume
Biaya 675.000
4.135.000
3. Perjalanan Dinas 3.1. Survei lapangan pertama No.
Kota Asal –Tujuan
Volume
Satuan
Biaya Satuan
Total
1
Transport (Pesawat) JakartaBalikpapan (Kaltim)
3
OT
3.550.000
10.650.000
2
Uang Saku (Lumpsum) (2 orang, 5 hari)
10
OH
415.000
4.150.000
3
Uang Saku (Lumpsum) (1 orang, 5 hari)
5
OH
425.000
2.125.000
4
Transportasi lokal (Kaltim)
3
unit/hari
550.000
1.100.000
5
Transportasi lokal (Kalsel)
3
unit/hari
580.000
1.740.000
6
Penginapan (2 orang, 2 hari)Balikpapan, Kaltim
4
OH
550.000
2.200.000
13
7
Penginapan (2 orang, 3 hari)Tabalong, Kalsel
6
OH
500.000
3.000.000
8
Penginapan (1 orang, 2 hari)Balikpapan, Kaltim
2
OH
750.000
1.500.000
9
Penginapan (1 orang, 3 hari)Tabalong, Kalsel
3
OH
770.000
2.310.000
10
Orang lokal (2 orang, 5 hari)
10
OH
800.000
800.000
TOTAL
29.575.000
3.2. Survei lapangan kedua No.
Kota Asal –Tujuan
Volume
Satuan
Biaya Satuan
Total
1
Transport (Pesawat) JakartaBalikpapan (Kaltim)
3
OT
3.550.000
10.650.000
2
Uang Saku (Lumpsum) (2 orang, 5 hari)
10
OH
415.000
4.150.000
3
Uang Saku (Lumpsum) (1 orang, 5 hari)
5
OH
425.000
2.125.000
4
Transportasi lokal (Kaltim)
3
unit/hari
550.000
1.100.000
5
Transportasi lokal (Kalsel)
3
unit/hari
580.000
1.740.000
6
Penginapan (2 orang, 2 hari)Balikpapan, Kaltim
4
OH
550.000
2.200.000
7
Penginapan (2 orang, 3 hari)Tabalong, Kalsel
6
OH
500.000
3.000.000
8
Penginapan (1 orang, 2 hari)Balikpapan, Kaltim
2
OH
750.000
1.500.000
9
Penginapan (1 orang, 3 hari)Tabalong, Kalsel
3
OH
770.000
2.310.000
10
Orang lokal (2 orang, 5 hari)
10
OH
800.000
800.000
TOTAL
29.575.000
3.3. Kuliah Umum di UGM No.
Kota Asal –Tujuan
Volume
Satuan
Biaya Satuan
Total
1
Transport (Kereta Api) JakartaYogyakarta-Sleman (DIY)
6
OT
600.000
3.600.000
2
Uang Saku (Lumpsum) (4 orang, 3 hari)
12
OH
405.000
4.860.000
14
3
Uang Saku (Lumpsum) (2 orang, 3 hari)
6
OH
415.000
2.490.000
4
Transportasi lokal (DIY) (3 hari)
3
unit/hari
650.000
1.950.000
5
Penginapan (4 orang, 3 hari)-YogyaSleman, DIY
12
OH
520.000
6.240.000
6
Penginapan (2 orang, 3 hari)-YogyaSleman, DIY
6
OH
670.000
4.020.000
TOTAL
23.160.000
3.4. Seminar Internasional UGM Kota Asal –Tujuan
No.
Volume
Satuan
Biaya Satuan
Total
1
Transport (Kereta Api) JakartaYogyakarta-Sleman (DIY)
2
OT
600.000
1.200.000
2
Uang Saku (Lumpsum) (1 orang, 2 hari)
2
OH
405.000
810.000
3
Uang Saku (Lumpsum) (1 orang, 2 hari)
2
OH
415.000
830.000
4
Transportasi lokal (DIY) (2 hari)
2
unit/hari
650.000
1.300.000
5
Penginapan (1 orang, 2 hari)-YogyaSleman, DIY
2
OH
520.000
1.040.000
6
Penginapan (1 orang, 2 hari)-YogyaSleman, DIY
2
OH
670.000
1.340.000
7
Pendaftaran Seminar
2
800.000
1.600.000
TOTAL
8.120.000
4. Lain-lain No.
Kegiatan
Volume
Satuan
1
Biaya rapat koordinasi (konsumsi, dll)
12
kali
2
Penjilidan/percetakan/penggandaan
1
3
Kendaraan operasional
6
Biaya Satuan
Total
330.000
3.960.000
Paket
2.275.000
2.275.000
Paket
300.000
1.800.000
TOTAL
8.035.000
TOTAL BIAYA No. 1
Jenis Pengeluaran Gaji dan Upah
Tahun I 147.400.000
Total (Rp.) II 147.400.000
15
2
Bahan Habis Pakai
3
Perjalanan Dinas
4
Lain-lain
4.135.000
4.135.000
90.430.000
90.430.000
8.035.000
8.035.000
TOTAL
250.000.000
b. Pengelolaan Anggaran Personil menurut SK Menristek No
Nama
Unit Kerja
Atriyon Julzarika, S.T. (Peneliti pertama) Siti Hawariyyah, S.Si. (Peneliti pertama) Ir. Wiji (Perekayasa pertama) Drs. Susanto, M.Si. (Peneliti madya) Ir. Ita Carolita, M.Si. (Peneliti madya)
1. 2. 3. 4. 5.
Pusfatja Pusfatja Pustekdata Pusfatja Pusfatja
Bidang keahlian dan tugas penelitian Geodesi Geomatika (Perataan) Peneliti Utama Matematika, Segmentasi Peneliti Penginderaan Jauh Perekayasa Matematika, Penginderaan Jauh Peneliti Statistika, Penginderaan Jauh Peneliti
Pendidikan terakhir
Lembaga
S1
LAPAN
S1
LAPAN
S1
LAPAN
S2
LAPAN
S2
LAPAN
Bidang keahlian dan tugas penelitian Geofisika Peneliti
Pendidikan terakhir
Lembaga
S2
LAPAN
S1
LAPAN
Personil tambahan No
Nama
Unit Kerja
1.
Heru Noviar, M.Si. (Peneliti)
Pusfatja
2.
Ahmad Sutanto, S. Si.
Pusfatja
3.
Tenaga Administrasi
Pusfatja
Geofisika Perekayasa Administrasi
LAPAN
REKAPITULASI BIAYA No.
Uraian
1
Gaji dan Upah
2
Jumlah (Rp)
Persentase (%)
39.700.000
15.88
Bahan Pakai Habis
4.135.000
1.654
3
Seminar/Perjalanan
29.575.000
11.83
4
Biaya Lain-lain
1.590.000
0.636
75.000.000
30
JUMLAH BIAYA
Penggunaan anggaran termin I 1. Gaji dan upah No. 1
Pelaksana Kegiatan Atriyon Julzarika, S. T.
Jumlah Personil
Jumlah Jam per Bulan
1
80
Upah/Jam (Rp) 35.000
Jumlah Bulan 2
Jumlah (Rp) 5.600.000
16
(Peneliti Utama/PJ)
7
Siti Hawariyyah, S. Si. (Peneliti 1) Ir. Wiji (Peneliti 2) Drs. Susanto, M.Si. (Peneliti 3) Ir. Ita Carolita, M.Si. (Peneliti 4) Heru Noviar, M. Si. (Peneliti 5) Ahmad Sutanto, S. Si. (Peneliti 6) Tenaga Administrasi
8
Narasumber Eselon I
1
1
1.300.000
1
1.300.000
9
Narasumber Eselon II
1
1
900.000
1
900.000
10
Narasumber Eselon III
2
2
800.000
2
1.600.000
11
Narasumber Eselon IV Dr. Catur Aries Rukhmana (Narasumber luar 1) Dr. Harintaka (Narasumber luar 2)
1
1
800.000
1
800.000
1
1
800.000
1
800.000
1
2
800.000
1
1.600.000
JUMLAH
39.700.000
2 3 4 5 6 7
12 13
1
78
35.000
2
5.460.000
1
0
30.000
2
0
1
54
50.000
2
5.400.000
1
54
50.000
2
5.400.000
1
68
40.000
2
5.440.000
1
80
30.000
2
4.800.000
300.000
2
600.000
1
2. Bahan Habis Pakai 1
Kertas HVS A4 80 gram
15 rim
Biaya Satuan (Rp) 45.000
2
DVD+RW
3 box
130.000
390.000
3
CD/DVD Label
2 pak
35.000
70,000
4
Tinta HP F735 Black
10 set
150.000
1.500.000
5
Tinta HP F735 Color
10 set
150.000 JUMLAH
1.500.000
No.
Uraian
Volume
Biaya 675.000
4.135.000
3. Survei lapangan a. Survei lapangan pertama No.
Kota Asal –Tujuan
Volume
Satuan
Biaya Satuan
[email protected] [email protected] [email protected]
Total
7.137.000
1
Transport (Pesawat) Jakarta-Balikpapan (Kaltim)-Jakarta
3
OT
2 3 4 5
Uang Saku (Lumpsum) (2 orang, 5 hari) Uang Saku (Lumpsum) (1 orang, 5 hari) Airport tax Taxi Jakarta-Bandara
10 5 6 3
OH OH Paket Paket
2.075.000 2.125.000 40.000 340.000
4.150.000 2.125.000 240.000 1.020.000
6 7
Taxi Balikpapan-Bandara Sewa alat
1 1
Paket Paket
290.000 3.000.000
290.000 3.000.000
17
8
Penginapan (2 orang, 2 hari)-Balikpapan, Kaltim
4
OH
550.000
2.200.000
9
Penginapan (2 orang, 2 hari)-Tabalong, Kalsel
4
OH
500.000
2.000.000
10
Penginapan (1 orang, 2 hari)-Balikpapan, Kaltim
2
OH
750.000
1.500.000
11
Penginapan (1 orang, 2 hari)-Tabalong, Kalsel
2
OH
770.000
1.540.000
12
Orang lokal (2 orang, 5 hari)
10
OH
800.000
800.000
13
Transport Balikpapan-Tabalong
3
paket
2.325.000
2.325.000
TOTAL
28.327.000
4. Lain-lain No. 1
Kegiatan
Volume
Satuan
3
kali
Biaya rapat koordinasi (konsumsi, dll)
Biaya Satuan
Total -
TOTAL
720.000 720.000
c. Rancangan Pengelolaan Aset TOTAL BIAYA No.
Tahun I
Jenis Pengeluaran
1
Gaji dan Upah
2
Bahan Habis Pakai
3
Perjalanan Dinas
4
Lain-lain TOTAL
Total (Rp.) II
147.400.000
147.400.000
4.135.000
4.135.000
90.430.000
90.430.000
8.035.000
8.035.000 250.000.000
1. Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja a. Kerangka Metode-Proses 1. Pendeteksian struktur geologi menggunakan metode dip and strike 2. Optimalisasi kawasan tambang berupa penghitungan volume batubara dengan metode cut and fill. 3. Secara keseluruhan, penelitian ini menggunakan pendekatan secara geomatematika (perataan) berdasarkan konsep pada teknik Geodesi Geomatika.
18
Kegiatan yang telah dilakukan:
Gambar 7. Diskusi dengan sekretaris Bappeda Kabupaten Tabalong
Gambar 8. Diskusi dengan sekretaris Bappeda Kota Balikpapan
Gambar 9. Survei lapangan dengan staf Bappeda Kabupaten Tabalong
19
Gambar 10. Survei lapangan di kawasan Adaro
Gambar 11. Kawasan pertambangan Adaro
Gambar 12. Survei struktur geologi di Kabupaten Tabalong
20
Gambar 13. Survei struktur geologi di Kabupaten Paser
Gambar 14. Bimbingan teknis 65 Kabupaten/Kota (Kemendagri)
Gambar 15. Bimbingan teknis 65 Kabupaten/Kota (Kemendagri)
21
Gambar 16. Rapat batas darat Indonesia-Malaysia
b. Indikator Keberhasilan 1. Telah tercapai penelitian bersama (LAPAN-Tabalong) dan pemanfaatan metode pendeteksian struktur geologi dan optimalisasi kawasan tambang. 2. Telah bersinergi dengan pemerintah daerah (Kaltim, Kalsel, Sumbar) dan perguruan tinggi (UGM, UNDIP, ITB, UNIB) 3. Hasil penelitian digunakan untuk penentuan batas darat Indonesia dengan Malaysia 4. Terlaksana bimbingan teknis 5. Ada publikasi dan presentasi ilmiah c.
Perkembangan Pencapaian Target perkembangan pencapaian target kinerja: 1. telah melakukan penelitian bersama dan pemanfaatan metode pendeteksian struktur geologi dan optimalisasi kawasan tambang. 2. telah bersinergi dengan pemerintah daerah (kaltim, kalsel, sumbar) dan perguruan tinggi (UGM, UNDIP, ITB, UNIB). 3. salah satu hasil dan target kinerja telah digunakan pemerintah Indonesia untuk penentuan batas darat Indonesia (Kalimantan) dengan Malaysia (Sabah, Sarawak). 4. bimbingan teknis 65 kabupaten/kota se-Indonesia, termasuk kabupaten Tabalong 5. publikasi dan presentasi ilmiah tentang hasil pencapaian target kinerja.
22
Kemajuan kegiatan Tahun 2012 Kegiatan F
M A
M J
J
A
S
Target (%) 90
1.
Pengumpulan referensi
2.
Penyiapan data
100
3.
Koreksi geometrik dan radiometrik
100
4.
Koreksi model 3D
100
5.
Koreksi undulasi geoid
90
6.
80
7.
Deteksi struktur geologi (algorithma deformasi secara hitung perataan) Segmentasi formasi geologi
8.
Pendefinisian hasil terhadap standar geologi
75
9.
Pemodelan dan optimalisasi kawasan tambang
70
70
10. Prediksi ekonomi (cut & fill) hasil model deteksi
50
11. Survei lapangan
50
12. Uji akurasi dan presisi
60
13. Konsultasi dan diskusi
60
14. Pembuatan laporan dan juknis
50
15. Sosialisasi/kuliah umum
50
16. Presentasi dan laporan
50
2. a.
b.
Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Kerangka Sinergi Koordinasi 1. melakukan pertukaran ilmu pengetahuan dan informasi yang dimiliki pada daerah kajian. 2. bimbingan teknis, sosialisasi kegiatan, atau kuliah umum. 3. survei pemetaan bersama 4. pembuatan informasi geospasial tematik (geologi dan pertambangan) 5. publikasi dan presentasi ilmiah. Indikator Keberhasilan Sinergi 1. Terbentuk kerjasama dalam pemanfaatan metode deteksi struktur geologi dan optimalisasi kawasan tambang. 2. Pemerintah daerah dapat menggunakan metode deteksi struktur geologi dan optimalisasi kawasan tambang menggunakan citra satelit sebagai alternatif dari survei lapangan. 3. Pemerintah daerah dan masyarakat dapat merasakan dampak positif penelitian ini. 23
c.
Perkembangan Sinergi Koordinasi 1. koordinasi dengan pemerintah daerah kabupaten Tabalong (Bappeda dan dinas pertambangan) sebagai pengguna utama untuk pemanfaatan metode deteksi struktur geologi dan optimalisasi kawasan tambang. 2. koordinasi dengan pemerintah provinsi Kalimantan Timur (Balikpapan dan Paser) sebagai pengguna yang akan memanfaatkan hasil kegiatan ini. 3. koordinasi dengan pemerintah daerah Tanah Datar (Dinas PU dan Bappeda) sebagai pengguna yang tertarik untuk memanfaatkan hasil kegiatan ini. 4. koordinasi dengan perguruan tinggi (UGM, UNDIP, ITB, UNIB) sebagai pengguna akademis. 5. sedang menjalin koordinasi dengan pemerintah daerah Mataram.
3. Pemanfaatan Hasil Litbangyasa a. Kerangka Pemanfaatan Hasil 1. bimbingan teknis dan sosialisasi kegiatan 2. survei lapangan bersama 3. pembuatan informasi geospasial tematik (geologi dan pertambangan) 4. informasi volume batubara
Gambar 17. Informasi 3D struktur geologi Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Paser
24
b.
Strategi Pemanfaatan Hasil 1. Pertukaran ilmu pengetahuan dan informasi melalui bimbingan teknis dan sosialisasi kegiatan. 2. Melaksanan survei lapangan bersama 3. Melakukan pembuatan informasi geospasial tematik (geologi dan pertambangan) 4. Melakukan perhitungan secara matematika untuk memperoleh informasi volume batubara yang dibutuhkan.
c. 1. 2. 3. 4. d.
Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Terlaksana bimbingan teknis dan sosialisasi kegiatan Terlaksana survei lapangan bersama Tersedia informasi geospasial tematik (geologi dan pertambangan) Tersedia informasi volume batubara
Perkembangan Pemanfaatan Hasil 1. telah melakukan bimbingan teknis dan sosialisasi kegiatan 2. telah melakukan survei lapangan bersama pemerintah daerah 3. telah melakukan pemanfaatan metode pendeteksian struktur geologi bagi pemerintah daerah 4. akan segera melakukan pemanfaatan metode optimalisasi kawasan tambang berupa penghitungan dan informasi volume batubara yang diperlukan pemerintah daerah kabupaten Tabalong
4. Potensi Pengembangan Ke Depan a. Kerangka Pengembangan Ke Depan 1. Pertukaran ilmu pengetahuan dan informasi struktur geologi dan pertambangan wilayah kajian. 2. Bimbingan teknis untuk memperkuat sumber daya manusia pemerintah setempat 3. Pemerintah daerah dapat melakukan deteksi struktur geologi dan optimalisasi kawasan tambang 4. Penelitian bersama untuk mengetahui dan meningkatkan potensi daerah b.
Strategi Pengembangan Ke Depan 1. Melakukan pertukaran ilmu pengetahuan dan informasi struktur geologi dan pertambangan wilayah kajian. 2. Melakukan bimbingan teknis untuk memperkuat sumber daya manusia pemerintah setempat 3. Pemerintah daerah dapat melakukan deteksi struktur geologi dan optimalisasi kawasan tambang 4. Melakukan penelitian bersama untuk mengetahui dan meningkatkan potensi daerah
25
III. RENCANA TINDAK LANJUT a. Rencana Tindak Lanjut Pelaksanaan Pencapaian Target Kinerja 1. Mengaplikasikan hasil penelitian di daerah lain selain Kabupaten Tabalong 2. Melakukan bimbingan teknis untuk peningkatan sumber daya manusia di Kabupaten Tabalong 3. Bekerja sama dengan perguruan tinggi dalam meningkatkan kualitas hasil penelitian bagi pemerintah daerah b. Rencana Tindak Lanjut Koordinasi Kelembagaan – Program 1. Koordinasi dengan berbagai stakeholder yang ada di Kabupaten Tabalong. 2. Koordinasi tentang berbagai konsep dengan perguruan tinggi. c. Rencana Tindak Lanjut Pemanfaatan Hasil Litbangyasa 1. Pemerintah daerah diharapkan mampu melakukan deteksi struktur geologi dan optimalisasi kawasan tambang. Metode dip and strike diharapkan mampu menjadi alternatif penyelesaian masalah di kabupaten Tabalong dalam melakukan pendeteksian struktur geologi. 2. Pemerintah daerah diharapkan mampu menghitung volume batubara dengan metode cut and fill. d. Rencana Tindak Lanjut Pengembangan ke Depan 1. Melakukan pertukaran ilmu pengetahuan dan informasi bagi pemerintah daerah selain Kabupaten Tabalong. 2. Pemerintah daerah diharapkan bisa mandiri dalam deteksi struktur geologi dan optimalisasi kawasan tambang.
IV. PENUTUP Secara keseluruhan, kegiatan ini telah selesai sekitar 60%. Kegiatan ini telah dimanfaatkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Tabalong, Kabupaten Tanah Datar. Selain itu juga akan dimanfaatkan oleh Kabupaten Paser. Kegiatan ini bertujuan untuk pendeteksian struktur geologi dan optimalisasi kawasan tambang. Deteksi struktur geologi menggunakan metode dip and strike, sedangkan optimalisasi kawasan tambang berupa perhitungan volume batubara dengan metode cut and fill. Kegiatan ini juga telah berkoodinasi dengan perguruan tinggi, diantaranya UGM, UNDIP, ITB, dan UNIB. Kegiatan ini juga bermanfaat bagi pemerintah Indonesia karena salah satu hasil penelitian berupa defleksi vertikal dan undulasi geoid digunakan untuk penentuan batas darat Indonesia (Kalimantan) dengan Malaysia (Sabah dan Sarawak).
26