LAPORAN HASIL KEGIATAN PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN GP-PTT TANAMAN PANGAN (PADI, JAGUNG, KEDELAI) DI PROVINSI ACEH
Nama Peneliti Utama : Ir. Chairunas, MS.
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN PROVINSI ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTRIAN PERTANIAN 2015
i
LEMBARAN PENGESAHAN 1. Judul RDHP
:
2. 3. 4. 5. 6.
:
Unit Kerja Alamat Unit Kerja Sumber Dana Status Penelitian Penanggung Jawab a. Nama b. Pangkat/Golongan c. Jabatan 7. Lokasi
8. 9. 10. 11.
Agroekosistem Tahun mulai Tahun selesai Output tahunan
: : : : : : :
: : : :
12. Output akhir
:
13. Biaya
:
Pendampingan Kawasan Pengembangan GP-PTT Tanaman Pangan (Padi, Jagung, Kedelai) di Provinsi Aceh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh Jl. P. Nyak Makam no 27 Banda Aceh APBN 2015 Baru Ir. Chairunas, MS Pembina/IVa Peneliti Madya 1. Kabupaten Aceh Barat 2. Kabupaten Aceh Timur 3. Kabupaten Aceh Tenggara 4. Kabupaten Pidie Jaya Lahan sawah / lahan kering 2015 2015 Terjadinya peningkatan produktivitas padi, jagung dan kedelai masing-masing sebesar 10-15 % di lokasi kawasan pendampingan. Meningkatnya pendapatan petani tanaman pangan dan tercapainya target untuk swasembada pangan nasional. Rp. 746.200.000,- (Tujuh ratus empat puluh enam juta dua ratus ribu rupiah)
Koordinator Program
Dr. Rahman Jaya, M.Si
NIP. 1970305 200003 1 001
Mengetahui : Kepala Balai Besar
Dr. Ir. Abdul Basit MS NIP. 19610929 198603 1 003
Penanggung Jawab
Ir. Chairunas, M.S. NIP. 19551010 198203 1 001
Menyetujui Kepala Balai
Ir. Basri A. Bakar, M.Si. NIP. 19600811 198503 1 001
i
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya penyusunan Laporan Akhir Tahun Kegiatan Pendampingan Kawasan Pengembangan GP-PTT Tanaman Pangan (padi, jagung, kedelai) di Provinsi Aceh. Terlaksananya kegiatan ini tidak terlepas dari dukungan dan peran aktif seluruh Dinas/Instansi yang terkait, petani kooperator dan penyuluh/peneliti yang ada di BPTP Aceh. Namun demikian kami menyadari dalam pelaksanaan kegiatan ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan yang dilanjutkan dengan penyusunan laporan tengah tahun ini, kami ucapkan terimakasih dan semoga laporan ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Banda Aceh, Desember 2015 Penanggung Jawab,
Ir. Chairunas, MS
NIP. 19551010 198203 1 001
ii
RINGKASAN 1
Judul
:
Pendampingan Kawasan Pengembangan GP-PTT Tanaman Pangan (padi, jagung, kedelai) di Provinsi Aceh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh
2
Unit Kerja
:
3
Lokasi
:
4
Agroekosistem
:
1. Kabupaten Aceh Barat, 2. Kabupaten Aceh Timur , 3. Kabupaten Aceh Tenggara dan 4. Kabupaten Pidie Jaya ogor, Jakarta yahndonesia Lahan Sawah / lahan kering Agroekosistem
5
Status (L/B)
:
Baruu
6
Tujuan
:
Melaksanakan pendampingan kawasan pengembangan PTT padi, jagung dan kedelai dalam bentuk pelatihan dan demplot di empat lokasi/kabupaten dalam Provinsi Aceh, yaitu Kabupaten Pidie Jaya untuk tanaman kedelai, Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Barat untuk tanaman padi dan Kabupaten Aceh Tenggara untuk tanaman jagung. Meningkatkan produktivitas padi, jagung dan kedelai masing-masing sebesar 10-15 % pada lokasi pendampingan Sebagai bahan KTI yang dipublikasikan di tingkat nasional.
7
Keluaran
:
Terlaksananya pendampingan kawasan pengembangan PTT padi, jagung dan kedelai dalam bentuk pelatihan dan demplot di empat lokasi/kabupaten dalam Provinsi Aceh, yaitu Kabupaten Pidie Jaya untuk tanaman kedelai, Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Barat untuk tanaman padi dan Kabupaten Aceh Tenggara untuk tanaman jagung. Meningkatnya produktivitas padi, jagung dan kedelai masing-masing sebesar 10-15 % pada lokasi pendampingan Karya tulis ilmiah (KTI) yang dipublikasikan di tingkat nasional.
8
Hasil
:
Meningkatnya kemampuan petani dalam menerapkan teknologi budidaya tanaman pangan (padi, jagung, kedelai) dan upaya meningkatkan produktivitas melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Kedelai dengan prinsip partisipatif, terpadu, sinergis dan dinamis. Pendampingan GP-PTT tanaman pangan telah dapat meningkatnya produktivitas padi, jagung
iii
dan kedelai masing-masing 0.97 t/ha (15.25%), 1.22 t/ha (15.06%) dan 0.34 t/ha (21.25%) dibandingkan dengan teknologi petani. 9
Prakiraan Manfaat
:
-
Dengan adanya pendampingan kawasan padi petani dapat mengadopsi teknologi padi sesuai rekomendasi di kawasan tersebut. Tersebarnya teknologi hasil rekayasa badan litbang ke petani dan pengguna.
10 Prakiraan Dampak
:
Terjadinya peningkatan produktivitas kedelai >15-20 % per hektar pada lokasi kawasan pendampingan.
11 Metodologi
:
9 tahapan: persiapan, pembentukan kelompok, sosialisasi, penguatan kelembagaan, perencanaan, pelatihan, pelaksanaan, pembiayaan, dan monitoring evaluasi. dgkajian akan difokuskan di 7 provinsi erpi yang dibahas.
12 Jangka Waktu
:
1 (satu) Tahun
13 Biaya
:
Rp. 746.200.000,- (Tujuh ratus empat puluh enam juta dua ratus ribu rupiah)
iv
SUMMARY 1
Title
:
2
Implementation Unit
:
3
Location
:
Assessment Institute for Agricultural Technology Aceh Province 1. Aceh Barat Distric
2. Aceh Timur Distric , 3. Aceh Tenggara Districo and 4. Pidie Jaya Distric, go yahndonesia 4
Agro ecosystem
:
wetland / upland
5
Status
:
New
6
Objectives
:
Implement technology assistance ACM rice,
:
corn and soybeans in the form of training and demonstration plots at four locations / districts in Aceh Province, namely Pidie Jaya district to plant soybeans, Aceh Timur and Aceh Barat for rice and Aceh Tenggara District to plant corn. Increase the productivity of rice, corn and soybean respectively by 10-15% at the location assistance As scientific papers material published at the national level. Implementation of technology assistance ACM rice, corn and soybeans in the form of training and demonstration plots at four locations / districts in Aceh Province, namely Pidie Jaya district to plant soybeans, Aceh Timur and Aceh Barat for rice and Aceh Tenggara District to plant corn. Increased productivity of rice, corn and soybean respectively by 10-15% at the location assistance Scientific paper, published at the national level.
7
Output
8
Outcomel
:
Increased ability of farmers in applying the technology cultivation of food crops (rice, corn, soybeans) and efforts to improve productivity through the approach of Integrated Crop Management (ICM) Soy with the principles of participatory, site-specific, integrated, synergistic or harmonious and
v
dynamic. 9
Expected Benefits
:
-
-
10 Expected impact
:
11 Procedure
:
With the assistance of regional rice paddy farmers can adopt technology as recommended in the region. The spread of technology R & D body engineered to farmers and users.
An increase in the productivity of soybean> 1520% per hectare in area location assistance. 9 stages: preparation, group formation, socialization, institutional strengthening, planning, training, implementation, financing, and monitoring and evaluation. dgkajian akan difokuskan di 7 provinsi erpi yang dibahas.
12 Duration
:
1 year
13 Budget
:
Rp 746.200.000,-
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
i
KATA PENGANTAR
ii
RINGKASAN
iii
SUMMARY
iv
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR TABEL.
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Dasar Pertimbangan 1.3. Tujuan 1.4. Keluaran yang Diharapkan 1.5. Hasil yang Diharapkan 1.6. Perkiraan Manfaat dan Dampak
1 1 3 4 4 5 5
II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1. Kerangka Teoritis 2.2. Prinsip PTT 2.3. Strategi PTT
6 6 6 7
III. PROSEDUR. 3.1. Ruang Lingkup Kegiatan. 3.2. Pendekatan 3.3. Bahan dan Peralatan 3.4. Komponen Teknologi PTT 3.5. Teknik Desiminasi
9 9 9 11 11 12
IV. HASIL YANG DICAPAI
14
4.1.
Koordinasi dengan Instansi Terkait
14
4.2.
Pelatihan Petani dan Penyuluh
16
4.3.
Penanaman Sistem Jarwo 2 : 1
20
4.4.
Hasil Penerapan Teknologi Ditingkat Petani
23
V. KENDALA DAN SOLUSI/UPAYA PEMECAHANNYA
29
VI. KESIMPULAN
29
vii
DAFTAR PUSTAKA
30
LAMPIRAN
32
viii
No
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Informasi Lokasi Pendampingan GP-PTT Kawasan Padi / Jagung / Kedelai 2 Narasumber dalam Pelatihan Usahatani Padi di Kawasan yang Didampingi 3a Tingkat Penerapan Teknologi Padi Spesifik Lokasi pada Kawasan yang Didampingi 3b Tingkat Penerapan Teknologi Jagung Spesifik Lokasi pada Kawasan yang Didampingi 3c Tingkat Penerapan Teknologi Padi Spesifik Lokasi pada Kawasan yang Didampingi 4 Jumlah Poktan yang Sudah Mendapat Sosialisasi Rekomendasi KATAM Tahun 2016 5 Demplot
16
6 Display Varietas Padi
28
7 Peran BPTP Dalam Penyebaran Informasi Teknologi Pertanian 8 Frekuensi Kunjungan Peneliti/Penyuluh BPTP ke Lapangan Dalam Rangka Pengawalan Teknologi 9 Luas Penerapan Tanam Jajar Legowo (Jarwo) dan Produktivitas Padi
28
17 24 25 26 27 27
28 29
ix
No
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
Koordinasi dengan Dinas Pertanian Peternakan Kabupaten Aceh Barat
14
2
Koordinasi dengan Dinas Pertanian Peternakan Kabupaten Aceh Barat
14
3
Koordinasi dengan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Kabupaten Aceh Tenggara
15
4
Koordinasi dengan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Kabupaten Pidie Jaya
15
5
Pelatihan Petani Padi Sawah di Samatiga Kabupaten Aceh Barat
16
6
Pelatihan Petani Padi Sawah di Simpang Ulim Kabupaten Aceh Timur
18
7
Petani Padi Sawah Menarik Caplak di Simpang Ulim Kabupaten Aceh Timur
19
8
Pelatihan Petani Jagung di Lawe Sigalagala Kabupaten Aceh Tenggara
19
9
Penanaman Padi Sawah Sistem Jarwo 2 : 1 di Kabupaten Aceh Barat
20
10
Penanaman Padi Sawah Sistem Jarwo 2 : 1 di Kabupaten Aceh Timur
22
x
No
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
Analisis Resiko
2
Dokumentasi Kegiatan Pendampingan GP-PTT Padi di Kabupaten Aceh Barat
32
3
Dokumentasi Kegiatan Pendampingan GP-PTT Padi di Kabupaten Aceh Timur
32
4
Dokumentasi Kegiatan Pendampingan GP-PTT Padi di Kabupaten Aceh Tenggara
36
5
Dokumentasi Kegiatan Pendampingan GP-PTT Padi di Kabupaten Pidie Jaya
37
xi
I. 1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai pemenuh
kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam negeri yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya industri pangan dan pakan. Sehingga dari sisi Ketahanan Pangan Nasional fungsinya menjadi amat penting dan strategis. Komoditi padi, jagung dan kedelai berperan untuk memenuhi kebutuhan pokok karbohidrat, protein masyarakat. Pada Tahun 2013 produksi padi nasional 71,28 juta ton dengan luas panen 13,84 juta hektar dan produktivitas 51,52 ku/ha, jagung 18,51 juta ton dengan luas panen 3,82 juta hektar dan produktivitas 48,44 ku/ha dan produksi kedelai nasional 0,78 juta ton dengan luas panen 0,55 juta hektar dan produktivitas 14,16 ku/ha. Provinsi Aceh pada tahun yang sama (2013) produksi padi sebesar 1,96 juta ton dengan luas panen 0,42 juta hektar dan produktivitas 46,68 ku/ha, jagung 0,18 juta ton dengan luas panen 0,04 juta hektar dan produktivitas 40,33 ku/ha dan produksi kedelai sebesar 0,045 juta ton dengan luas panen 0,03 juta hektar dan produktivitas 14,72 ku/ha. (Statistik Indonesia. Program Badan Litbang Pertanian 5 tahun mendatang secara nasional adalah peningkatan upaya penelitian dan pengembangan bidang pertanian yang mampu menciptakan benih unggul dan hasil penelitian lainnya menuju kualitas dan produktivitas hasil pertanian nasional yang tinggi. Program ini nantinya mempunyai tiga keluaran yaitu: (1) meningkatnya ketersediaan benih dan bibit sumber tanaman; (2)
meningkatnya
ketersediaan
paket
teknologi budidaya tanaman,
ternak,
pengelolaan lahan dan pupuk; dan (3) meningkatnya ketersediaan teknologi, mekanisasi dan pascapanen. Guna merealisasikan tiga keluaran tersebut, sebelas rencana aksi telah disiapkan dalam pencapaiannya, diantaranya: (1) Pendampingan SL-PTT mendukung P2BN melalui penyediaan benih sumber dan teknologi pupuk organik, 10 varietas sangat genjah, benih sumber (padi) kelas BS; (2) Pendampingan dan penyediaan benih sumber hortikultura mendukung pengembangan kawasan hortikultura, tersedianya varietas unggul baru buah dan varietas unggul baru tanaman hias
1
(Badan Litbang, 2009). Berdasarkan hasil penerapan SL-PTT tahun 2013 dan 2014, maka pada tahun 2015 fokus kegiatan tersebut akan dilanjutkan dan diperluas menjadi seluas 4.625.000 hektar untuk padi non hibrida, padi hibrida, padi gogo dan jagung hibrida. Pelaksanaan pada tahun 2015 akan mendapat fasilitasi/dukungan penyediaan benih padi non hibrida, padi hibrida, padi gogo, melalui Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) dengan sistim subsidi. Melalui penerapan PTT petani akan mampu mengelola sumberdaya yang tersedia (varietas, tanah, air dan sarana produksi) secara terpadu dalam melakukan budidaya di lahan usahataninya berdasarkan kondisi spesifik lokasi sehingga petani menjadi lebih terampil serta mampu mengembangkan usahataninya dalam rangka peningkatan produksi padi. Namun demikian wilayah di luar PTT akan tetap dilakukan pembinaan peningkatan produksi sehingga produksi dan produktivitas tahun 2013 dapat meningkat (Dirjen Tanaman Pangan, 2012). Pada prinsipnya PTT adalah pendekatan dalam budidaya yang mengutamakan pengelolaan tanaman, lahan, air, dan organisme pengganggu tanaman (OPT) secara terpadu. SL-PTT adalah kombinasi teknologi pilihan yang penerapannya disesuaikan dengan kondisi dan potensi setempat. Pada dasarnya PTT bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau strategi bahkan filosofi bagi peningkatan produksi melalui cara mengelola tanaman, tanah air, dan unsur hara serta organisme pengganggu tanaman secara holistik dan berkelanjutan (Dirjen Tanaman Pangan, 2012). Provinsi Aceh merupakan sentra produksi tanaman pangan (padi, jagung, kedelai) dalam pemenuhan kebutuhan pangan, pakan dan industri nasional yang setiap tahunnya terus meningkat. Sekitar 1,4 % kebutuhan beras nasional dipenuhi dari Provinsi Aceh, dengan rerata produktivitas 4,6 ton/ha (Dirjen Tanaman Pangan, 2013). Produktivitas padi Provinsi Aceh mengalami peningkatan dari 4,65 ton per hektar pada 2011, menurun jadi 4,61 ton per hektar pada 2012, sedangkan target peningkatan pada tahun 2013 4,72 ton per hektar (Distan Tanaman Pangan Aceh, 2013). Padi sebagai salah satu komoditi pangan yang mempunyai potensi produksi dan pekembangan yang cukup tinggi di Provinsi Aceh. Ketersediaan lahan sawah potensial ada seluas 408.486 ha tersebar pada 21 kabupaten/kota. Dari data tersebut
2
menunjukkan bahwa setiap musim tanam Aceh membutuhkan benih padi 12,25 juta ton dengan perhitungan kebutuhan benih 30 kg/ha. (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. Aceh, 2012). BPTP Aceh merupakan salah satu lembaga pelayanan teknis dibawah BBP2TP yang turut berperan dalam menghasilkan inovasi teknologi sekaligus berfungsi sebagai penyebar informasi teknologi hasil pengkajian kepada pengguna melalui kegiatan desiminasi. Salah satu kegiatan diseminasi yang akan dilaksanakan dalam upaya meningkatkan adopsi teknologi yaitu kegiatan SL-PTT. Pendampingan PTT yang dilakukan oleh BPTP Aceh bertujuan agar teknologi Badan Litbang Pertanian dapat diterapkan secara optimal dalam PTT, sehingga pelaksanaan PTT lebih berkualitas dalam mendukung pencapaian tujuan dan sasaran peningkatan produksi padi. Diharapkan
dengan
penerapan
PTT
padi
di
Provinsi
Aceh
mampu
meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil usahatani, meningkatkan efisiensi biaya usahatani dengan penggunaan teknologi yang tepat untuk masing-masing lokasi, serta terjaganya kesehatan lingkungan tumbuh pertanaman dan lingkungan kehidupan secara keseluruhan. 1.2. Dasar Pertimbangan Kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh
BPTP Aceh sesuai dengan
kerangka pelaksana SL-PTT padi sesuai dengan petunjuk pelaksanaan meliputi; (1) Memberikan informasi PTT dalam bentuk bahan cetakan kepada petugas lapang, (2) Pembuatan demplot PTT, (3) Sosialisasi varietas VUB, (4) Menjadi narasumber pada saat pelatihan ditingkat kabupaten dan BPP, dan (5) Menjadi narasumber dan supervisi teknologi pada saat pertemuan petugas lapangan dan petani. Salah satu faktor penghambat dalam adopsi teknologi oleh petani adalah belum adanya keyakinan petani terhadap manfaat teknologi itu sendiri sebelum melihatnya secara langsung. Dalam penerapan teknologi sesuai dengan yang dianjurkan, petani mengalami hambatan psikologis berupa kekuatiran apakah hasil produksi akan sesuai seperti yang diharapkan, padahal biaya input sudah lebih tinggi. Untuk mengatasi hambatan psikologis tersebut, penerapan teknologi di lahan pertanian dilaksanakan sebagai gelar teknologi (demonstrian plot/ farm), dan menjadi contoh bagi petani agar secara langsung dapat dilihat manfaat dari penerapan teknologi sesuai anjuran.
3
Dalam berusahatani padi, dan kedelai petani umumnya menggunakan benih bermutu rendah dan varietasnya konvensional, tanam bibit umur tua (>25 hari setelah sebar) dan >5 bibit per lubang sehingga benih yang digunakan jumlahnya banyak (> 40 kg/ha), tanam tidak serentak, menggunakan pupuk tidak berimbang dengan N tinggi (> 400 kg urea/ha) dan tidak menggunakan bahan organik,mengairi terus-menerus (menggenang) terutama di lokasi mudah diairi, mengendalikan OPT kurang sempurna sehingga serangannya tetap tinggi, serta cara panen kurang sempurna sehingga kehilangan hasilnya tinggi. Hal ini berdampak pada produktivitas tanaman kurang optimal, biaya produksi tinggi (kurang efisien), masalah OPT menjadi lebih komplek, kesuburan tanah turun. Sebagai kewajiban dan tugas dari Badan Litbang Pertanian dalam rangka melaksanakan program SL-PTT, maka BPTP Aceh secara intensif melakukan pengawalan dan pendampingan oleh para peneliti/penyuluh terkait inovasi teknologi peningkatan produksi tanaman pangan (padi, jagung, kedelai). 1.3. Tujuan Melaksanakan pendampingan teknologi PTT padi, jagung dan kedelai dalam bentuk pelatihan dan demplot di empat lokasi/kabupaten dalam Provinsi Aceh, yaitu Kabupaten Bireuen untuk tanaman kedelai, Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Barat untuk tanaman padi dan Kabupaten Aceh Tenggara untuk tanaman jagung. Meningkatkan produktivitas padi, jagung dan kedelai masing-masing sebesar 1015 % pada lokasi pendampingan Sebagai bahan KTI yang dipublikasikan di tingkat nasional. 1.4. Keluaran yang diharapkan Terlaksananya pendampingan teknologi PTT padi, jagung dan kedelai dalam bentuk pelatihan dan demplot di empat lokasi/kabupaten dalam Provinsi Aceh, yaitu Kabupaten Bireuen untuk tanaman kedelai, Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Barat untuk tanaman padi dan Kabupaten Aceh Tenggara untuk tanaman jagung. Meningkatnya produktivitas padi, jagung dan kedelai masing-masing sebesar 1015 % pada lokasi pendampingan Karya tulis ilmiah (KTI) yang dipublikasikan di tingkat nasional.
4
1.5. Hasil yang diharapkan Meningkatnya kemampuan petani dalam menerapkan teknologi dan upaya untuk meningkatkan produktivitas melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi, jagung dan kedelai dengan prinsip partisipatif, spesifik lokasi, terpadu, sinergis atau serasi dan dinamis. 1.6. Perkiraan Manfaat dan Dampak Perkiraan
manfaat
dari
kegiatan
ini
adalah
dengan
meningkatnya
produktivitas padi, jagung dan kedelai akan meningkatkan kesejahteraan petani dan mengurangi impor kedelai.. sedangkan dampak nya adalah meningkatnya minat petani untuk bertanam padi, jagung dan kedelai pada lahan lahan sawah tadah hujan dan lahan kering setelah panen padi sawah.
5
II. 2.1.
TINJAUAN PUSTAKA
Kerangka Teoritis Padi, jagung dan kedelai merupakan salah komoditi pangan utama
masyarakat Indonesia. Kebutuhan akan pangan (padi, jagung dan kedelai) terus meningkat dari tahun ke tahun baik sebagai bahan pangan, pakan ternak maupun sebagai bahan baku industri skala besar (pabrikan) hingga skala kecil (rumah tangga). Padi merupakan salah satu komoditas penting di dunia, sebab sekitar 90% dihasilkan dan dikonsumsi sebagai makanan pokok bagi penduduk di negara-negara Asia dengan nilai perdagangan beras global mencapai US$ 6,88 billion. (BPS RI, 2012.) Sedangkan di Indonesia beras merupakan bahan makanan pokok bagi sekitar 95% penduduk dengan konsumsi beras 108-137 kg per kapita. Oleh karena itu peningkatan produksi padi di Indonesia harus tetap dilakukan lebih tinggi dari laju pertumbuhan penduduk yang mencapai rata-rata 1,3% per tahun. (BPS RI, 2012). Rata-rata kebutuhan kedelai setiap tahunnya ± 2.300.000 ton. Untuk memenuhi kebutuhan kedelai tersebut, produksi dalam negeri saat ini (ATAP Tahun 2010, BPS) baru mampu memenuhi ± 907.031 ton ( ± 41,22 %) dari kebutuhan sedangkan ARAM III Tahun 2011 baru mencapai 870.068 atau 37,85 % dari total kebutuhan, sedangkan kekurangannya berasal dari impor. Besarnya impor tersebut, menyebabkan kehilangan devisa negara yang cukup besar dan sangat rentan terhadap Ketahanan Pangan Nasional. 2.2.
Prinsip PTT
Penerapan PTT didasarkan pada 4 prinsip utama, yaitu:
Partisipatif: artinya PTT membutuhkan partisipasi berbagai pihak, baik fasilitator atau petugas (Penyuluh, POPT, PBT, Widyaiswara, Petugas mendorong partisipasi aktif
Peneliti) maupun petani.
petani pelaksana dalam memilih dan
menentukan teknologi yang akan diterapkan pada lahan usahataninya serta mendorong agar petani dapat menguji teknologi rekomendasi tersebut sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran,
Integrasi atau Terpadu:
artinya PTT merupakan
suatu keterpaduan
pengelolaan sumberdaya lahan, air, tanaman, organisme pengganggu tanaman (OPT) dan iklim secara bijak untuk menjamin keberlanjutan proses produksi,
6
Dinamis atau Spesifik Lokasi: artinya PTT memperhatikan kesesuaian teknologi yang dikembangkan dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial ekonomi petani. Komponen teknologi di dalam PTT bukan “paket teknologi” yang bersifat tetap, kaku atau “fixed” melainkan komponen teknologi yang dikembangkan bersifat fleksibel dan petani diberikan ruang dan kesempatan untuk memilih, menentukan, menetapkan, mencoba, menguji, mengevaluasi dan memperbaiki teknologi sesuai dengan permasalahan usahatani, kebutuhan teknologi dan karakteristik sumberdaya (lahan, air, iklim, OPT, sosial ekonomi, dan sosial budaya) setempat (spesifik lokasi) sehingga bersifat dinamis.
Interaksi atau Sinergisme: artinya PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik yang dihasilkan, dimaksudkan mendapatkan efek sinergisme dari interaksi akibat penerapan berbagai komponen teknologi PTT, baik tergolong ke dalam teknologi dasar maupun tergolong ke dalam teknologi pilihan (alternatif).
2.3.
Strategi PTT
Peningkatan Produktivitas Upaya peningkatan produktivitas dilaksanakan melalui: (a) penggunaan varietas unggul/bibit unggul bermutu, (b) pemupukan secara berimbang, (c) pengelolaan pengairan, (d) aplikasi teknologi budidaya seperti, penyiapan lahan, pengaturan jarak tanam, pemberian mulsa, (e) pemeliharaan dan sanitasi, (f) optimalisasi penggunaan alat dan mesin pertanian, dan (g) perbaikan budidaya, panen dan pasca panen disertai pengawalan, sosialisasi, pemantauan, pendampingan dan koordinasi.
Perluasan Areal Perluasan areal dilaksanakan melalui: (a) pemberdayaan atau optimalisasi lahan
kering/lahan
terlantar
pada
daerah-
daerah
transmigrasi/
Perhutani/Inhutani/PTPN, (b) Investasi pihak Swasta, dan (c) Kemitraan.
Pengamanan Produksi Pengamanan produksi dilakukan dalam rangka mengamankan produksi dari (a) serangan hama dan penyakit, (b) dampak perubahan iklim seperti banjir dan kekeringan, (c) pengamanan kualitas produksi akibat residu pestisida. Pengamanan
produksi
terhadap
serangan
hama
dilakukan
melalui
pengendalian secara secara kultur teknis, fisik dan mekanis serta secara
7
kimiawi, sedangkan upaya pengamanan produksi akibat dampak perubahan iklim adalah dengan antisipasi dampak perubahan iklim dan upaya-upaya lain yang dapat mengurangi dampak perubahan iklim tersebut.
Penyempurnaan Manajemen Strategi ini dilakukan melalui antara lain : a). Kebijakan pasar, distribusi dan harga hasil produksi; b). Kebijakan peluang usaha yang kondusif dan pertanggungan resiko petani; c). Kerjasama Pusat, Diperta Provinsi dan Kabupaten/Kota, Perguruan Tinggi, Petani dan Pengusaha/Sawasta; d). Perbaikan sistem perencanaan, data dan informasi.
8
III. 3.1.
PROSEDUR
Ruang Lingkup Kegiatan Kegiatan
pendampingan
GP-PTT
padi-jagung-kedelai
oleh BPTP Aceh
merupakan program stategis kementerian pertanian. Dalam pelaksanaannya BPTP Aceh bekerjasama dengan Dinas Pertanian Tanaman Kabupaten, Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Pidie dan penyuluh pertanian lapang (PPL). Model GP- PTT padi-jagung-kedelai di suatu wilayah dapat berbeda dengan di wilayah lain, bergantung pada masalah yang akan diatasi. Langkah pertama dalam mengembangkan suatu model GP-PTT padi-jagungkedelai spesifik lokasi adalah : (1) mengidentifikasi masalah di suatu tempat, (2) mengidentifikasi ketersediaan sumber daya dan lingkungan fisik maupun biologi, (3) mengidentifikasi teknologi-teknologi yang tersedia untuk suatu ekosistem, dan (4) mempelajari keterkaitan dan sistem di antara teknologi lain yang tersedia dengan sosial budaya petani (Kartaatmadja dan Fagi, 2000). Dari hasil identifikasi permasalahan yang telah dilakukan dapat disimpulkan masalah-masalah utama yang ditemukan di desa contoh. Dari sini dapat diidentifikasi teknologi-teknologi yang tersedia serta teknologi yang perlu dikembangkan lebih lanjut. Cakupan kegiatan, meliputi: (a) koordinasi BPTP Aceh dengan pemerintah daerah/kabupaten, (b) membantu kegiatan Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP) untuk menggali potensi dan permasalahan di lokasi pendampingan GP-PTT, (c) apresiasi teknologi PTT, (d) bimbingan penerapan teknologi PTT, (e) display varietas, f) melatih tenaga inti pelaksana, serta g) monev pendampingan GP-PTT. 3.2. Pendekatan Agar komponen teknologi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan setempat, maka proses pemilihan atau perakitan teknologi didasarkaan pada hasil analisis potensi, kendala dan peluang atau dikenal dengan Participatory Rural Appraisal (PRA). Dari hasil PRA teridentifikasi masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi. Untuk memecahkan masalah yang ada dipilih teknologi yang akan diintroduksikan, baik dari komponen teknologi dasar maupun pilihan. Komponen teknologi pilihan dapat menjadi komponen teknologi dasar jika hasil PRA memprioritaskan penerapan komponen teknologi tersebut untuk pemecahan masalah
9
utama di wilayah setempat (Suryana A, dkk, 2008). PRA dilaksanakan di salah satu desa dalam kabupaten sasaran oleh tim peneliti dari berbagai disiplin ilmu yang telah mendapatkan pelatihan PRA sebelumnya dan dilaksanakan bersama-sama dengan petani dan PPL di tingkat kecamatan. Dalam kegiatan ini fokus identifikasi dilakukan terhadap:
Karakterisasi lokasi, mencakup validasi peta desa, peta topografi dan hidrologi, peta usaha industri rumah tangga, peta sumberdaya, kalender musim, rangking matriks, sejarah desa, penggunaan tenaga kerja berdasarkan gender, dan arus sumberdaya.
Identifikasi dan analisa permasalahan
Persepsi petani mengenai permasalahan dan akar permasalahan
Peluang mengatasi permasalahan
Bentuk dukungan yang akan dilakukan BPTP Aceh adalah sebagai berikut: -
Penyediaan benih sumber tanaman padio-jagung-kedelai yaitu varietas unggul yang adaptif seperti varietas Inpari 16, Inpari 15 untuk padi sawah, varietas Bima 19, Bima 20 dan Pioner 23 untuk jagung hibrida, varietas Anjasmoro, Kipas Merah untuk kedelai. Komponen teknologi yang digunakan didasarkan kepada hasil assessment dengan petani pada waktu pelaksanaan PRA. Dalam pelaksanaan pengkajian dilakukan monitoring/pengamatan terhadap serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).
-
Penyediaan informasi, juklak, juknis, dan prototipe GP-PTT padi-jagungkedelai bagi pemandu lapangan.
Teknologi & tool spesifik lokasi PTT diterapkan pada seluruh lokasi pendampingan GP-PTT padi-jagung-kedelai diharapkan dapat mengikutinya melalui kegiatan diseminasi yang dilaksanakan oleh BPTP Aceh.
Kegiatan monitoring dilaksanakan secara periodik mulai dari persiapan sampai dengan panen oleh petugas Pusat, Provinsi dan Kabupaten, yang meliputi perkembangan pelaksanaan GP-PTT, hasil yang telah dicapai, pemecahan permasalahan dan lain-lain. Evaluasi juga dilaksanakan oleh petugas Pusat, Provinsi dan Kabupaten, setelah seluruh rangkaian kegiatan dalam PTT selesai dilaksanakan. Evaluasi meliputi: 1) Komponen kegiatan pelaksanaan PTT, 2) Tingkat pencapaian sasaran areal dan hasil, 3) Kenaikan produktivitas di lokasi LL dan 4) Penerapan komponen teknologi PTT dan lain-lain.
10
3.3.
Bahan dan Peralatan
Bahan yang digunakan adalah : -
Benih padi varietas Inpari 15, Cigeulis, dan Ciherang
-
Bemih jagung varietas Bima 19, Bima 20, dan Pioner 23
-
Benih kedelai varietas Anjasmoro, Kipas Merah
-
Pupuk NPK, Urea, SP36, KCl, pupuk organic
-
PPC (Pupuk Pelengkap Cair)
-
Herbisida
-
Insektisida
-
Fungisida, dll
Peralatan : -
Hand traktor
-
Caplak tanam legowo 2 : 1 padi sawah
-
Sprayer Solo
-
Cangkul , parang, sabir bergerigi
-
Landak untuk buang rumput
-
Alat tugal benih jadung dan kedelai
3.4. Komponen Teknologi PTT Komponen teknologi pendukung teknologi PTT kedelai yang diterapkan adalah sebagai berikut:
Varietas unggul,
Benih berkualitas, daya kecambah >85%
Penyiapan lahan, olah tanah konservasi.
Saluran irigasi dan drainase drainase,.
Populasi tanaman optimal
Penananam
Pemupukan: menggunakan pupuk tunggal (urea,SP-36, KCl), pupuk majemuk NPK, kompos, dan PPC
Penyiangan, untuk tanaman padi menggunakan landak dilakukan pada umur 15-20 hst dan umur 35-40 hst, untuk jagung dan kedelai menggunakan cangkul dan herbisida
Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu
Panen dan pasca panen :
11
1. untuk tanaman padi panen dilakukan setelah gabah masak (matang fisiologis), tanaman padi dipotong 30-40 cm diatas permukaan tanah menggunakan
sabit
bergerigi,
menggunakan
threser,
dikeringkan,
dibersihkan,
gabah
kemudian yang
dirontok
sudah
bersih
dimasukan kedalam karung. 2. Untuk tanaman jagung, setelah tongkol masak (biji keras, ada lapisan hitang di berisan biji pada tongkol) dapat dipanen, dipisahkan kelobotnya, dikeringkan, dipipil, ditimbang. Kalau biji disimpan lama perlu dikeringkan sampai kadar air biji 10% 3. Untuk tanaman kedelai, pemanenan dilakukan setelah polong masak (warna polong kuning, coklat tua, daun sebagian besar sudah rontok, bila biji ditekan sudah keras) dengan cara batang kedelai di dipotong menggunakan
sabit
bergerigi
di
pangkal
batang,
dikeringkan,
kemudian dipisahkan polong dengan bijinya menggunakan treshar. 3.5. Teknik Diseminasi
Metode Pelaksanaan Kegiatan
Penyampaian materi penyuluhan dalam bentuk lisan dan tulisan Materi yang disampaikan adalah :
Padi sawah -
Penggunaan bibit muda (umur <17 hss)
-
Tanam padi sistem legowo 2:1 menggunakan caplak
-
Pemupukan sesuai kebutuhan (pemupukan berimbang)
-
Pengendalian hama terpadu
-
Panen dan pasca panen sesuai katam
Jagung -
Penggunaan varietas unggul baru
-
Pemupukan sesuai kebutuhan (pemupukan berimbang)
-
Pengendalian hama terpadu
-
Panen dan pasca panen
Kedelai -
Penggunaan benih bermutu
-
Pemupukan sesuai kebutuhan (pemupukan berimbang)
-
Pengendalian hama terpadu
12
Panen dan pasca panen
Komponen teknologi yang diterapkan :
Padi sawah -
VUB (Inpari 15, Inpari 16)
-
Tanam benih muda (umur <17 hss)
-
Tanam sistem legowo 2 : 1 menggunakan caplak
-
Pemupukan berimbang
-
Pemberian kompos (bahan organik)
-
PHT
Jagung -
VUB jagung hibrida Bima 19, Bima 20, Pioner 23
-
Pemupukan berimbang (Urea=450 kg/ha + SP36=150 kg/ha + KCl=100 kg/ha
Pengendalian gulma dan pembumbunan
Kedelai -
VUB kedelai varietas Anjasmoro, Kipas Merah
-
Pemupukan berimbang (urea=60kg/ha + Sp36=100 kg/ha + KCl=100 kg/ha diberikan secara tugal
-
PHT
-
Pengendalian gulma (siang 2 kali)
13
IV . HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.
Koordinasi dengan Instansi Terkait Kegiatan dilakukan meliputi: koordinasi BPTP Aceh dengan pemerintah
daerah/kabupaten yaitu dinas pertanian, badan penyuluhan dan balai penyuluhan pertanian, dengan membantu kegiatan Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP) untuk menggali
potensi
permasalahan
di
lokasi
pendampingan, teknologi
dan
apresiasi
PTT,
melakukan
bimbingan penerapan PTT, mendampingi
pelaksanaan
demplot PTT, melatih tenaga inti
pelaksana,
melakukan
serta
monitoring
pendampingan
GP-PTT.
Gambar 1. Koordinasi dengan Dinas Pertanian Kab. Aceh Barat
Penyebaran materi GP-PTT melalui
bimbingan
di
lapangan kepada penyuluh di lokasi-lokasi
demoplot
melalui pertemuan kelompok berturut-turut untuk lokasi GP-PTT padi/jagung/kedelai. Identifikasi
lokasi
pendampingan GP-PTT padi, jagung dan kedelai (Tabel 1.)
yang
meliputi
:
(1)
Gambar 2. Koordinasi dengan BP4K Kabupaten Aceh Timur
mengidentifikasi masalah di suatu tempat, (2) mengidentifikasi ketersediaan sumber daya dan lingkungan fisik maupun biologi, (3) mengidentifikasi teknologi-teknologi yang tersedia untuk suatu ekosistem, dan (4) mempelajari keterkaitan dan sistem di antara teknologi lain yang tersedia dengan sosial budaya petani. Dari hasil identifikasi permasalahan yang telah dilakukan dapat disimpulkan masalah-masalah utama yang ditemukan di desa contoh.
14
Dari sini dapat diidentifikasi teknologi-teknologi tersedia
serta
yang
teknologi
yang perlu dikembangkan lebih
lanjut
dalam
Demonstrasi Plot. Masalah
utama
yang dihadapi petani padi sawah adalah produktivitas rata-rata
masih
Gambar 3. Koordinasi dengan BP4K Kabupaten Aceh Tenggara
dibawah
potensi hasil dan hasil pengkajian yaitu 5.5 ton/ha sedangkan hasil pengkajian telah mencapai 7-8 ton/ha. Rendahnya produktivitas padi tersebut disebabkan oleh dua factor utama yaitu : jumlah populasi masih rendah, bibit umur tua (20-25 hari setelah tanam), pemupukan belum berimbang.
Untuk
meningkatkan produktivitas padi
perlu
penerapan legowo
dilakukan
teknologi
(jarwo
2
jajar :
1),
menggunakan benih muda (<17 hari setelah semai).
Gambar 4. Koordinasi dengan BP4K Kabupaten Pidie Jaya
Pada tanaman jagung masalah utama sama dengan padi yaitu produktivitas masih dibawah potensi hasil dan hasil penelitian, hasl ini disebabkan petani masih belum melakukan pemupukan berimbang dan populasi masih kurang. Sedangkan pada tanaman kedelai masalah utama adalah benih bermutu sulit diperoleh petani tepat waktu dan tepat jumlah, hama penyakit, pertumbuhan gulma, pemupukan belum berimbang,
dan
populasi
tanaman
rendah.
Kendala
tersebut
manyebabkan
produktivitas kedelai di tingkat petani rendah (1.1 – 1.5 ton/ha), sedangkan hasil penelitian dapat mencapai 2 - 2.5 ton/ha
15
Tabel 1. Informasi Lokasi Pendampingan GP-PTT Kawasan Padi/Jagung/Kedelai di Provinsi Aceh Tahun 2015 Luas Kawasan: 170 ha (Padi) Kabupaten
Kecamatan
1. Aceh Barat
2. Aceh Timur
Desa
Jumlah poktan Jumlah anggota terlibat per desa per Poktan (poktan) (orang/ poktan)
1 Samatiga
1 Suak Timah
2 poktan
116 orang
1 Simpang Ulim
1 Peulalu
2 poktan
154 orang
Luas Kawasan: 250 ha (Jagung) Kabupaten
Kecamatan
1. Aceh Tenggara
Lawe Sigala 1
Desa Lawe 1 Kesumpat
Jumlah poktan Jumlah anggota terlibat per desa per Poktan (poktan) (orang/ poktan) 2 poktan
125 orang
Luas Kawasan: 66 ha (Kedelai) Kabupaten
Kecamatan
1. Pidie Jaya
4.2.
1 Bandar Baru
Desa 1 Musa
Jumlah poktan Jumlah anggota terlibat per desa per Poktan (poktan) (orang/ poktan) 2 poktan
58 orang
Pelatihan Petani dan Penyuluh
Kabupaten Aceh Barat
Pelatihan petani dan penyuluh kegiatan Pendampingan Program Strategis
Kementerian
Pertanian Pengelolaan Tanaman (PTT)
Terpadu Tanaman
Pangan (padi) Tahun 2015,
di
Kabupaten
Barat dilakukan di BPP Samatiga Aceh pertama
Kabupaten
Barat.
Hari
melakukan
Gambar 5. Pelatihan Petani Padi Sawah di Sama Tiga Kab. Aceh Barat
16
persiapan untuk ruangan pelatihan dan tempat pembelian akomodasi makan dan minum peserta didampingi penyuluh. Kemudian melakukan cek ulang ke Badan Penyuluhan dan Dinas Pertanian Aceh Barat untuk kesiapan narasumber. Hari kedua
dilakukan persiapan terhadap akomodasi dan
pemasangan spanduk dan persiapan pembagian bahan materi pelatihan, toolkit pelatihan dan baju pelatihan. Berikut di bawah ini dokumentasi saat pendaftaran dan pembagian bahan materi pelatihan, tool kit dan baju pelatihan. Pelatihan kegiatan Pendampingan Program Strategis Kementerian Pertanian Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Tanaman Pangan, adapun materi pelatihan : (1) Teknis Pengelolaan Tanaman Terpadu pada Budidaya Padi oleh Ir. Chairunas, M.S., (2) Pengenalan PUTS (perangkat uji tanah sawah) oleh Irhas, A. Md. Sambutan dari Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan yang diwakili oleh Kabid. Produksi Bpk. Taufik, S.P. menyambut baik pelatihan yang diadakan oleh BPTP Aceh dan hal baru yang menjadi harapan petani kooperator adalah penerapan teknologi Legowo 2:1 yang akan diterapkan oleh petani kooperator. BPTP Aceh juga menyediakan alat caplak untuk membantu petani dalam menerapkan teknologi legowo 2:1 tersebut. Perkiraan peningkatan produksi jika menerapkan teknologi dengan benar yaitu sekitar 10%-15% dari produksi sebelumnya. Tabel 2. Narasumber dalam Pelatihan Usahatani Padi di Kabupaten Aceh Barat Jumlah Materi teknologi/Topik latihan No 1. 2. 3 4
Narasumber (nama) Ulul Izmi, S.P. Chairunnisa, S.P., M.Si. Ir. Chairunas, M.S Didi Darmadi, SP., M.Si
1
2
3
4
5
6
√
√
7
√
8
√
√
Jumlah Peserta P PL PL Lain (orang) 9 10 11 12 L 2 3 nya 1 √ 50 √ √ 50
√ √
√
√
Tingkat Pelatihan
√ √
50 50
17
Materi teknologi / Topik latihan: Tingkat pelatihan: 1. Benih/varietas PL1: Tingkat pusat 2. Penyiapan lahan PL2: Tingkat propinsi 3. Tanam bibit muda dan 1-3 bibit PL3: Tingkat kabupaten, 4. Pemupukan sesuai kebutuhan kecamatan, desa 5. Pemeliharaan tanaman/Penyiangan 6. Menerapkan PHT dalam pengendalian OPT 7. Pengairan yang efisien/intermiten 8. Panen dan pascapanen yang seuai 9. Katam 10. Teknik budidaya secara umum 11. Diseminasi 12. Kebijakan, kelembagaan, pemasaran, dll
Aceh Timur
Acara diikuti oleh anggota kelompok tani, anggota
koramil
dan
babinsa 2 (dua) orang, serta penyuluh lingkup BPP simpang ulim. Materi tentang tanam metoda legowo
2:1
penggunaan disampaikan
dan caplak
oleh
Ir.
Gambar 6. Pelatihan Petani Padi sawah di Simpang Ulim Kab. Aceh Timur
Chairunas, M.S. dan Didi Darmadi,
S.P., M.Si. Berikut ini dokumentasi
pelatihan PTT padi sawah di BPP simpang Ulim. Materi tentang Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT). Teknologi PTT terdiri dari beberapa komponen yaitu ; Varietas unggul produksi tinggi, Bibit umur muda, Pemupukan berimbang, Penggunaan bahan organic, Tanam legowo, Pengendalian hama terpadu, Pengelolaan air, Penanganan pasca panen, Pendampingan
oleh
penyuluh
pertanian,
Peneliti,
POPT
(Pengamat
Organisme Penganggu Tanaman).
18
Selanjutnya materi dilanjutkan tentang cara melakukan pencaplakan. Alat caplak yang ditarik harus mengikuti alur yang telah dibuat diawal. Jarak tanam pada alat caplak dapat disesuaikan dengan kondisi kesuburan tanah. Semakin jarak
subur tanam
tanah dapat
diperjarang seperti 25 cm (antar tanaman) x 15 cm (di dalam baris) x 50 cm (antar
baris)
seterusnya.
dan
Berikut
ini
Gambar 7. Petani Padi Sawah Menarik Caplak di Simp. Ulim Kab. Aceh Timur
cara melakukan pencaplakan sistem tanam legowo 2:1 pada Budidaya PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) Aceh Tenggara
Pelatihan
petani
dan penyuluh kegiatan Pendampingan Program Strategis
Kementerian
Pertanian
Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT) Tanaman
Pangan
(jagung) Tahun 2015, di Kabupaten
Tenggara
dilakukan di BPP Lawe
Gambar 8. Pelatihan Petani Jagung di Lawe Sigalagala Kab. Aceh Tenggara
Sagala Kabupaten Aceh Tengara. Hari pertama melakukan persiapan untuk ruangan pelatihan dan tempat pembelian akomodasi makan dan minum peserta didampingi penyuluh. Kemudian melakukan cek ulang ke Badan Penyuluhan dan Dinas Pertanian Aceh Tenggara untuk kesiapan nara
19
sumber. Hari kedua
dilakukan persiapan terhadap akomodasi dan
pemasangan spanduk dan persiapan pembagi-an bahan materi pelatihan, toolkit pelatihan dan baju pelatihan. Berikut di bawah ini dokumentasi saat pendaftaran dan pembagian bahan materi pelatihan, tool kit dan baju pelatihan. Pelatihan kegiatan Pendampingan Program Strategis Kementerian Pertanian Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Tanaman Pangan, adapun materi pelatihan : - Teknis Pengelolaan Tanaman Terpadu pada Budidaya Jagung oleh Ir. Chairunas, M.S. - Penangkaran benih Hibrida oleh Ramlan, S.P. - Pengendalian hama dan penyakit jagung oleh Didi Darmadi, S.P., M.Si. dan Taufik, S.P. (Koordinator PPH Dinas Pertanian).
Sambutan dari Kepala Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan yang diwakilkan oleh Bpk. Taufik, S.P. menyambut baik pelatihan yang diadakan oleh BPTP Aceh dan hal baru yang menjadi harapan petani adalah penangkaran benih. Ke depan diharapkan petani di Aceh Tenggara mampu memproduksi benih untuk mereka sendiri dan dijual ke petani lainnya. 4.3.
Penanaman Sistem Jarwo 2 : 1
Kabupaten Aceh Barat
Menurut kooperator kegiatan
petani
di (Desa
lokasi Suak
Timah,
Kecamatan
Samatiga,
Kabupaten
Aceh Barat) tanam padi system legowo 2 : 1 menggunakan
benih
muda dan menggunakan
Tabel 9. Tanam Padi Sistem Jarwo 2 : 1 di Kabupaten Aceh Barat
20
caplak, baru pertama kali dilakukan petani padi di Kabupaten Aceh Barat. Sebelum Pelaksanaan tanam padi system legowo 2:1 dan benih muda telah dilakukan pelatihan yang bertujuan untuk menjelaskan keuntungan yang diperoleh dari system legowo dan penanaman benih muda (15 hari setelah semai). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dalam tiga tahun terakhir pada beberapa daerah sentra produksi padi di seluruh Indonesia, keuntungan atau keunggulan yang diperoleh dengan system tanam legowo 2:1 dan benih muda dibandingkan dengan tanam jajar biasa yang telah umum dilakukan patani delama ini adalah : 1. Jumlah benih yang dibutuhkan lebih sedikit (20 kg/ha) 2. Populasi tanaman lebih banyak >30% disbanding system jajar biasa 3. Pemeliharaan (pengendalian gulma, PHT), pemupukan, pada tanaman padi lebih mudah dilakukan, karena ada jarak tanam yang lebar untuk bergerak di dalam petak sawah 4. Masa stagnasi lebih pendek, sehingga pertumbuhan tanaman dan pembentukan anakan lebih cepat 5. Tanaman tumbuh lebih baik karena system legowo 2:1 membuat semua tanaman menjadi tanaman pinggir.
Tanam padi system legowo telah mulai dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2015 di Desa Suak Timah, Kecamatan Samatiga, Kabupaten Aceh Barat diikuti lebih 25 orang petani dibawah bimbingan peneliti dan penyuluh BPTP dan BPP Samatiga. Syarat utama pada tanam padi menggunakan caplak adalah :
Air di dalam petak sawah dapat dikeluarkan sampai pada kondisi macakmacak
Permukaan tanah/lumpur di dalam petak sawah harus rata sehingga garis bekas caplak terlihat dengan jelas
Benih ditanam 1-2 batang per rumpun
21
Kabupaten Aceh Timur
Tanam
padi
sawah
dengan system Legowo 2
:
1
menggunakan
benih muda (15 hari setelah semai) varietas Inpari 15 menggunakan caplak sehingga jarak tanam antara barisan (50 cm dan 25 cm) dan jarak didalam barisan
Tabel 10. Tanam Padi Sistem Jarwo 2 : 1 di Kabupaten Aceh Timur
(12.5 cm) sehingga populasi tanaman tepat yaitu 213.000 rumpun, meningkat 33,31% dibanding pola tanam tegel (25 x 25) cm yang hanya 160.000 rumpun/ha. Menurut petani kooperator di lokasi kegiatan (Desa Peulalu, Kecamatan Simpang Ulim, Kabupaten Aceh Timur) tanam padi system legowo 2 : 1 menggunakan benih muda dan menggunakan caplak, baru pertama kali dilakukan petani padi di Kabupaten Aceh Timur. Sebelum Pelaksanaan tanam padi system legowo 2:1 dan benih muda telah dilakukan pelatihan yang bertujuan untuk menjelaskan keuntungan yang diperoleh dari system legowo dan penanaman benih muda (15 hari setelah semai). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dalam tiga tahun terakhir pada beberapa daerah sentra produksi padi di seluruh Indonesia, keuntungan atau keunggulan yang diperoleh dengan system tanam legowo 2:1 dan benih muda dibandingkan dengan tanam jajar biasa yang telah umum dilakukan patani delama ini adalah : 6. Jumlah benih yang dibutuhkan lebih sedikit (20 kg/ha) 7. Populasi tanaman lebih banyak >30% disbanding system jajar biasa
22
8. Pemeliharaan (pengendalian gulma, PHT), pemupukan, pada tanaman padi lebih mudah dilakukan, karena ada jarak tanam yang lebar untuk bergerak di dalam petak sawah 9. Masa stagnasi lebih pendek, sehingga pertumbuhan tanaman dan pembentukan anakan lebih cepat 10. Tanaman tumbuh lebih baik karena system legowo 2:1 membuat semua tanaman menjadi tanaman pinggir.
Tanam padi system legowo telah mulai dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2015 di Desa Peulalu, Kecamatan Simpang Ulim, Kabupaten Aceh Timur diikuti lebih 22 orang petani dibawah bimbingan peneliti dan penyuluh BPTP dan BPP Simpang Ulim. Syarat utama pada tanam padi menggunakan caplak adalah :
Air di dalam petak sawah dapat dikeluarkan sampai pada kondisi macakmacak
Permukaan tanah/lumpur di dalam petak sawah harus rata sehingga garis bekas caplak terlihat dengan jelas
4.4.
Benih ditanam 1-2 batang per rumpun Hasil Penerapan Teknologi Ditingkat Petani Hasil penerapan teknologi pada tanaman padi sawah di tingkat petani dapat
dilihat pada Tabel 3a. Pada lokasi pendampingan teknologi komponen dasar seperti ; penggunaan varietas unggul, benih bermutu dan berlabel, pengaturan populasi tanaman dengan Jajar legowo 2 : 1 dan 4 : 1 telah diterapkan petani 100 persen, sedangkan pemgunaan pupuk sesuai status hara tanah dan pupuk organic masih 50 persen. Pada umumnya petani menggunakan pupuk kimia (NPK dan urea). Sedangkan teknologi pilihan seperti ; Pengolahan lahan yang baik, Penggunaan bibit muda (< 21 hari), Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun, dan Panen tepat waktu dan segera dirontok dan dikeringkan sudah diterapkan petani 100 persen. Pengairan secara efektif dan pengendalian gulma menggunakan alat masih 60 dan 50 persen.
23
Tabel 3a. Tingkat Penerapan Teknologi Padi Spesifik Lokasi pada Kawasan yang didampingi No
Komponen Teknologi
Jumlah Jumlah poktan Persentasi yang poktan yang yang menerapkan menerapkan didampingi teknologi (4 teknologi (%) (4 poktan) poktan)*)
Komponen Dasar 1 2
Varietas unggul baru Benih bermutu dan berlabel
3
Pemberian bahan organik
4 5 6
Pengaturan populasi tanaman Jajar legowo (2:1, 4:1, lainnya) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT
√ √ √
√ √ √
100 100 50
√ (2:1)
√ (2:1)
100
√
√
50
√
√
100
100
Komponen Pilihan 7
Pengolahan lahan yang baik
√
√
8
Penggunaan bibit muda (< 21 hari)
√
√
√ (2 bibit)
√
√
√
√
√
√
√
9
Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun Pengairan secara efektif dan efisien 10 (intermitten) Penyiangan mekanis (bisa dgn bantuan 11 alat gasrok, landak, dll) Panen tepat waktu dan segera dirontok 12 dan dikeringkan Keterangan: *) Poktan dianggap menerapkan jika lebih dari teknologi
100 100 60 50 100
50 % anggotanya sudah menerapkan
Hasil penerapan teknologi jagung di tingkat petani dapat dilihat pada Tabel 3b. Pada lokasi pendampingan teknologi komponen dasar
seperti ;
penggunaan varietas unggul, benih bermutu dan berlabel, pembuatan saluran drainase, pengaturan populasi tanaman dan PHT telah diterapkan petani 100 persen, untuk komponen pilihan seperti ; penyiapan lahan, pengendalian gulma, dan panen tepat waktu sudah diterapkan petani sesuai anjuran (100 %), sedangkan pembumbunan 70%, pemupukan organic dan sesuai status hara tanah baru 50%.
24
Tabel 3b. Penerapan Teknologi Jagung Spesifik Lokasi pada Kawasan yang didampingi
No
Komponen Teknologi
Jumlah Jumlah poktan Persentasi poktan yang yang menerapkan yang menedidampingi (2 teknologi (2 rapkan (%) poktan) poktan)**)
Komponen Dasar 1
Varietas unggul baru
√
√
100
2
Benih bermutu dan berlabel
√
√
100
3
Pembuatan saluran drainase* Pengaturan populasi tanaman (66.00075.000 tanaman/ha)
√ √ √
100
4
√ √ √
5
Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT
√
√
100
√
√
100
√
√
50
√
√
50
√
√
70
√(herbisida)
√
100
√
√
100
100
Komponen Pilihan 6
Persiapan lahan
7
Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah
8
Pemberian bahan organik
9
Pembumbunan
10
Pengendalian gulma secara mekanik atau herbisida kontak
11
Panen tepat waktu dan pengeringan
*) di Lahan kering pada MH atau saluran drainase di lahan sawah pada MK **) Poktan dianggap menerapkan jika lebih dari 50 % anggotanya sudah menerapkan teknologi
Hasil penerapan teknologi kedelai di tingkat petani dapat dilihat pada Tabel 3c. Pada lokasi pendampingan teknologi komponen dasar
seperti ;
penggunaan varietas unggul, benih bermutu dan berlabel sudah diterapakan seratus persen sesuai anjuran, sedangkan pembuatan saluran drainase 60%, pengaturan populasi tanan sesuai anjuran 70% serta pengendalian OPT 80%, untuk komponen pilihan seperti ; penyiapan lahan dan panen tepat waktu sudah diterapkan petani sesuai anjuran (100 %), sedangkan pemberian bahan organic 40% dan pemupukan sesuai status hara tanah baru 50%.
25
Tabel 3c. Tingkat Penerapan Teknologi Kedelai Spesifik Lokasi pada Kawasan yang didampingi No
Komponen Teknologi
Jumlah Jumlah poktan Persentasi poktan yang yang menerapkan yang menedidampingi teknologi (2 rapkan (%) (2 poktan) poktan)**)
Komponen Dasar 1
Varietas unggul baru
√
√
100
2
Benih bermutu dan berlabel
√
√
100
3
Pembuatan saluran drainase
√
√
60
4
Pengaturan populasi tanaman (350.000-500.000 tanaman/ha)
√
√
70
5
Pengendalian OPT secara terpadu
√
√
80
Komponen Pilihan 6
Penyiapan lahan
√
√
100
7
Pemupukan sesuai kebutuhan
√
√
50
8
Pemberian bahan organik
√
√
40
9
-
-
-
10
Amelioran pada lahan kering masam Pengairan pada periode kritis
√
√
60
11
Panen dan pascapanen
√
√
80
*) di Lahan kering pada MH atau saluran drainase di lahan sawah pada MK **) Poktan dianggap menerapkan jika lebih dari 50 % anggotanya sudah menerapkan teknologi
26
Tabel 4. Jumlah poktan yang sudah mendapat sosialisasi rekomendasi KATAM tahun 2015 No
Kawasan/ Kabupaten (ha)
Jumlah Total Poktan Jumlah Poktan yg sudah yang didampingi mendapatkan sosialisasi (1 poktan/2,0 - 5 ha) KATAM (12 poktan)
Jenis paket teknologi Katam*) (no)
1
Aceh Barat
2
2
1, 9, 10
2
Aceh Timur
2
2
1, 9,10
3
Aceh Tenggara
4
4
1, 9, 10
4
Pidie Jaya
4
4
1, 9, 10
*) Diisi menurut nomor jenis/materi teknologi seperti pada Tabel 2.
Tabel 5. Demplot
No.
1
Poktan pelaksana Demplot Asoe Nanggroe
Paket teknologi yang diterapkan1) (nomor) 1,2,3,5,6,8,10
(Padi, Aceh Barat) 2
Semangat Jaya
1,2,3,5,6,8,10
(Padi, Aceh Timur) 3
Dos Roha
1,2,3,5,6,8,10
(Jagung, Aceh Tenggara) 4
Ban Bedoh
1,2,3,5,6,8,10
Produktivitas di luar Demplot (petani sekitar demplot)
Produktivitas di dalam Demplot Varietas
(ku/ha)
Varietas
(ku/ha)
Inpari 16
65
Ciherang
55
Cigeulis
60 Ciherang
-
Pioner
78
Anjasmoro
17
Inpari 16
-
Ciherang
-
Pioner P29
80
Bima 20
78
Anjasmoro
21
(
(Kedelai, Pidie Jaya) 1) Sebutkan nomor teknologi pada Tabel 3 (tingkat penerapan teknologi)
27
Tabel 6. Display varietas Padi No.
Kelompok tani/ petani kooperator
Nama Varietas Unggul (VUB)
Produktivitas VUB (ku/ha)
1.
Asoe Nanggroe
Inpari 16
65
Cigeulis
60
Ciherang
60
Produktivitas varietas lokal / yang biasa ditanam petani (ku/ha)
55
Tabel 7. Peran BPTP dalam penyebaran informasi teknologi pertanian No .
Judul Publikasi
Jml eksemplar yang dicetak
Petunjuk Teknis PTT Jagung Petunjuk Teknis 2 PTT Kedelai Petunuk Teknis 3 Padi Keterangan : 1
*)Jenis:
1. Buku
Jenis publikasi dan jumlah yang didistribusi *) 1
2
3
4
5
6
7
8
Penerima **) 1
2
3
150
√
√
√
150
√
√
√
150
√
**)Penerima:
2.Buklet 3.Leaflet 4.Brosure 5.CD 6.Poster 7.Buku saku 8. Lain2
4
5
√ √
1. Bakorluh/Dina s 2.Bapeluh/Din as 3.BPP 4.Gapoktan 5.Poktan
Tabel 8. Frekuensi kunjungan peneliti/penyuluh BPTP ke lapang dalam rangka pengawalan teknologi
1
Nama peneliti/ penyuluh Rencana/musim BPTP (orang-kali/musim) Ir. Chairunas, M.S. 4 kali/musim
Realisasi/musim (orang-kali/musim) 3 kali/musim
75
2
Ir. M. Nasir Ali
6 kali/musim
6 kali/musim
100
3
Ir. T. Iskandar, M.Si.
4 kali/musim
4 kali/musim
100
4
Mehran, S.P.
3 kali/musim
3 kali/musim
100
5
Didi Darmadi, S.P., M.Si.
4 kali/musim
3 kali/musim
75
No.
% Realisasi
28
Tabel 9. Luas penerapan tanam jajar legowo (Jarwo) dan produktivitas padi
Lokasi Kawasan yang didampingi
Total Luas yang didampingi (ha)
Luas tanam Jarwo (ha)
Kabupaten Aceh Barat
10
10
65
55
50
Kabupaten Aceh Timur
10
10
65
55
50
V.
Produktivitas (ku/ha gkp) Jarwo Tegel Lainnya ...
KENDALA DAN SOLUSI/UPAYA PEMECAHANNYA
Serangan hama dan penyakit. Penyakit Blast, Hawar daun Bakteri (HDB). Hama yang menyerang walang sangit
Pengendalian dengan insektisida dan fungisida, akan tetapi karena cuaca kadang kering dan tiba-tiba hujan, sehingga perlakuan pengendalian kurang efektif
VI.
KESIMPULAN
Meningkatnya kemampuan petani dalam menerapkan teknologi budidaya tanaman
pangan
(padi,
jagung,
kedelai)
dan
upaya
meningkatkan
produktivitas melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Kedelai dengan prinsip partisipatif, terpadu, sinergis dan dinamis.
Pendampingan
GP-PTT
tanaman
pangan
telah
dapat
meningkatnya
produktivitas padi, jagung dan kedelai masing-masing 0.97 t/ha (15.25%), 1.22 t/ha (15.06%) dan 0.34 t/ha (21.25%) dibandingkan dengan teknologi petani.
Untuk mengatasi serangan penyakit Blast disarankan untuk menanam varietas yang tahan Blast seperti Inpari 16, pada varietas Cigeulis di lapang termasuk kategori peka terhadap blast, begitu juga dengan Ciherang akan tetapi Ciherang agak lebih tahan dibandingkan varietas Cigeulis.
29
DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto.T, 2005. Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta. Arsyad. AM; D.Pasaribu; N. Sunarlin; Budiharjo, 1991. Teknologi Budidaya Kedelai di Lahan Kering P:114-229.n, dalam Prosidding Seminar dan Work Shop Penelitian Serta Usaha Tanaman Poangan dalam Produksi Kedelai. Bogor 2223 Januari 1991. Badan Litbang Pertanian, 2009a. Petunjuk pelaksanaan sinergi Balit-BPTP (Bahan Raker Solo, belum dipublikasi). Badan Litbang Pertanian,2009b .Pedoman umum PTT kedelai. Badan
Litbang Pertanian, 2010. Rencana Pengembangan Pertanian 2010-2014.
Strategis
Badan
Penelitian
dan
Badan Pusat Statistik. 2010. Aceh Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Banda Aceh, hal. 127-165 Chairunas, 2008. Developing Technology for Soybean in Tsunami-Affected in the Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Proceeding International Worshop on Post Tsunami Soil Management. Bogor, Indonesia, 1-2 Juli 2008. Page 163167. Departemen Pertanian,2005. Permentan Nomor 3 tahun 2005 tentang pedoman penyiapan dan penerapan teknologi pertanian, 17 Januari 2005. Ditjen Tanaman Pangan, 2010. Pedoman pelaksaan SLPTT padi, jagung, kedelai dan kacang tanah tahun 2010.Kementerian Pertanian Han. B. Darman, MA., dan Nazariah 2002 Rekomendasi Paket Teknologi Kedelai pada Lahan Kering di Kecamatan Meurah Mulia dan Tanah Luas di Aceh Utara serta Kecamatan Peureulak di Aceh Timur dalam Rekomendasi Hasil Paket Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian (LPTP) Banda Aceh . 156 hal. Jamal, E. 2009. Telaahan penggunaan pendakatan sekolah lapang dalam pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi: Kasus di Kabupaten Blitar dan Kediri, Jawa Timur. Analisis Kebijakan Pertanain 7(4): 337-349 PSE-KP Kementerian Pertanian, 2010. Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014. Mubyarto,1989. Pengantar Ekonomi Pertanian.LP3ES. Jakarta. Muji Rahayu, Lalu Wirajaswadi dan Awaluddin Hip, 1997. Peningkatan Produktivitas Kedelai Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (Ptt) Di Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu.
30
www.ntb.litbang.deptan.go.id/2007/TPH/peningkatanproduktivitas.doc Najiyati,S. dan Danarti, 1999. Palawija budidaya dan Analisa Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Oldeman L.R; Darwis, SN; Irsal Las, 1979. An Agroclimatic map of Sumatera. Contr. Res. Agric. No.52. Bogor. Puslitbangtan 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT, Kerjasama Balai Besar Pengkajian Teknologi Pertanian, BPTP Jawa barat dan BPTP Jawa Timur. Saleh, N; T. Adisarwanto; A.Kasno dan Sudaryono, 2000. Teknologi Kunci dalam Pengembangan Kedelai di Indonesia dalam Makarim AK, dkk. Tonggak Kemajuan Teknologi Produksi Pangan. Simposium Penelitian Tanaman Pangan IV. Bigir, 22 – 24 Nopember 1999. Suryana. A. 2008. Penganekaragaman pangan dan gizi: Faktor pendukung peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Majalah Pangan. Media Komunikasi dan Informasi No 52/XVII/Oktober-Desember 2008, Jakarta. Siaran Pers. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. 12 Februari 2008. Ketersediaan Teknologi Dalam Mendukung Peningkatan Produksi Kedelai Menuju Swasembada. Jakarta
31
Lampiran 1. Analisis Resiko No 1.
Resiko Banjir
Penyebab Curah hujan tinggi
Dampak Tanaman mati, kerdil
2.
Kekeringan
Kekeringan
Tanaman kerdil, hasil rendah
3.
Serangan hama
Kekeringan,
Tanaman tumbuh tidak normal,
lalat bibit
kelembaban tanah
kerdil, hasil sangat rendah
rendah 4.
Tanaman
Kekurangan hara
Hasil rendah, pendapatan petani
kerdil,pertumbuha
terutama N
rendah, petani miskin
n lambat, mudah terserang hama dan penyakit
2. Dokumentasi Kegiatan Pendampingan GP-PTT Padi di Kabupaten Aceh Barat
Gambar 1. Lokasi Pendampingan Pengembangan GP-PTT Padi Sawah di Desa Suak Timah Kec. Samatiga Kab. Aceh Barat
32
Gambar 2. Pengambilan Sampel Tanah di lokasi kegiatan
Gambar 3. Persemaian jarang (luas persemaian 4-5 % x luas tanam
Gambar 4. Pelatihan petani dan Penyuluh di BPP Samatiga Kab. Aceh Barat
33
Gambar 5. Petani sedang cabut benih yang berumur 17 hari setelah semai
Gambar 6. Tanam padi system Legowo 2 : 1 (20 cm x 10 cm x 40 cm) menggunakan caplak roda
34
Gambar 7. Keragaan tanaman padi system Legowo 2 : 1 (20 cm x 10 cm x 40 cm) umur 21 hari setelah tanam
Gambar 8. Temu lapang dan pengambilan ubinan
35
3. Dokumentasi Kegiatan Pendampingan GP-PTT Jagung di Kabupaten Aceh Tenggara
Gambar 9. Pelatihan petani dan Penyuluh di BPP Lawe Sigalagala Kabupaten Aceh Tenggara
Gambar 10. Keragaan tanaman jagung Bima 19 danPioner 29 pada umur 60 hari setelah tanam
36
4. Dokumentasi Kegiatan Pendampingan GP-PTT Kedelai di Kabupaten Pidie Jaya
Gambar 11. Keragaan tanaman varietas Anjasmoro dan Kipas Merah umur 21 hari setelah tanam di Desa Tengoh Musa Kec. Bandar Baru Kab. Pidie Jaya
37