LAPORAN KEMAJUAN KAJIAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG SISTEM DAN MODEL PENGEMBANGAN GOOD AGRICULTURAL PRACTISE DI WILAYAH GERNAS KAKAO
PROGRAM: INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA Fokus Bidang Prioritas: Ketahanan Pangan Kode Produk Target : 1.04 Kode Kegiatan : 1.04.02
Peneliti Utama Prof. Dr. Ir. AZMI DHALIMI, SU
1
PENDAHULUAN Kakao (Theobroma cacao )
merupakan salah satu komoditas perkebunan yang
berperan bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara.
Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah menyediakan
lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke tiga sub sector perkebunan setelah karet dan kelapa sawit dengan nilai sebesar US $ 701 juta (Goenadi et al., 2005). Perkebunan kakao di Indonesia sebagian besar (87,4%) dikelola oleh rakyat, 6,0% perkebunan besar Negara dan 6,7% perkebunan besar swasta. Kakao yang diusahakan terdiri atas dua jenis, yakni kakao lindak (sentra utama di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah) dan mulia (di Jawa Timur dan Jawa Tengah). Pada tahun 2002, Indonesia sebagai negara produsen kakao terbesar kedua dunia setelah Pantai Gading (Cote d’Ivoire) dan digeser Ghana ke posisi ketiga pada tahun 2003. Keadaan ini
akibat i) serangan hama penggerek buah kakao (PBK) dan penyakit Vascular
Streak Dieback (VCD); ii) penurunan tingkat produktivitas; iii) rendahnya kualitas biji kakao yang dihasilkan karena praktek pengelolaan usahatani yang kurang baik maupun sinyal pasar dari rantai tataniaga yang kurang menghargai mutu; dan iv) tanaman sudah tua. Upaya untuk memperbaiki kondisi tersebut sudah dilakukan, seperti penerapan teknologi pengendalian dengan metoda PSPsP (pemangkasan, sanitasi, panen sering dan pemupukan) untuk pengendalian PBK dan VSD serta penyediaan benih unggul (Dirjen Perkebunan, 2011). Namun
belum memberikan hasil yang memuaskan, sehingga pemerintah meluncurkan
Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao (Gernas Kakao) sebagai terobosan yang inovatif melalui
praktek usaha pertanian yang baik (Good Agricultural Practices = GAP)
(Anonim, 2012). Dalam Gernas kakao diintroduksi inovasi teknologi untuk mendorong peningkatan produksi yang kegiatannya secara global meliputi: (a) peremajaan pertanaman kakao yang rusak, (b) rehabilitasi pertanaman yang kurang baik,
dan (c) intensifikasi
pertanaman yang kurang produktif Teknologi yang berkembang di masyarakat tani di wilayah Gernas Kakao secara garis besar dibedakan ke dalam dua kelompok.Pertama, teknologi petani yaitu teknologi yang dilakukan dan dikembangkan petani menurut kebiasaan secara turun temurun.Kedua, teknologi 2
introduksi yaitu teknologi yang diterapkan petani bersumber dari lembaga penelitian, seperti Gernas Kakao melalui tiga pendekatan untuk meningkatkan produktivitas yaitu peremajaan kebun, rehabilitasi dan intensifikasi. Pada masing-masing pendekatan tersebut diperkenalkan teknologinya secara spesifik. Bertitik tolak dari hal tersebut di atas dilakukan kajian inovasi teknologi spesifik lokasi mendukung sistem dan model pengembangan GAP di wilayah gernas kakao dengan tujuan mengelaborasi dan menganalisis eksistensi teknologi spesifik lokasi dalam perspektif sistem model pengembangan GAP dengan target farmer friendly technology dalam meningkatkan produktivitas kakao
METODOLOGI Lokasi dan Waktu Pengkajian Pengkajian dilakukan Kabupaten Mamuju, meliputi dua kecamatan dan dua desa. Kecamatan terpilih yang menjadi contoh, yakni Kecamatan Sambaga dan Papalang, dipilih masing=masing satu desa peserta Gernas
Kakao, yaitu Desa Salu Kayu dan Desa Salu
Bara’na.yang berlangsung sejak tahun 2009 dan 2010. Pengumpulan data pada tahap pertama ini dilakukan bulan April, 2012, meliputi data primer dan data sekunder dari petani terpilih secara acak sederhana sebagai responden. Wawancara, menggunakan daftar pertanyaan, terdiri atas: Karakteristik Petani (Umur, pendidikan, pengalaman berusahatani kakao, dll ), Karakteristik usahatani ( luas lahan garapan, status garapan lahan, pola tanam, dll ), dan Identifikasi teknologi yang diterapkan dalam usahatani kakao, Sedangkan data Sekunder: dari beberapa instansi terkait antara lain: Kantor Desa/Kecamatan, Dinas Perkebunan, dan sebagainya, meliputi : Keragaan wilayah contoh, perkembangan produktivitas kakao, kebijakan penerapan Gernas Kakao, dan laporan terkait dengan perkembangan Gernas Pro-Kakao Data primer responden terdiri atas dua kelompok petani, yakni petani peserta/pelaksana Gernas Pro-Kakao dan petani non pesserta yang masing-masing 40 orang, sehingga total responden 80 orang (n = 80).
Eksistensi teknologi spesifik lokasi, akan dibahas secara
deskriptif kualitatif, menggunakan instrument tabel frekuensi dan kemudian tabel silang. Untuk mempertajam penafsiran digunakan parameter statistik berupa persentase, nilai maksimum, nilai minimum, rataan dan standard deviasi. Sedangkan eksistensi teknologi spesifik lokasi 3
dalam perspektif sistem dan model pengembangan GAP di wilayah Gernas Kakao, akan dilakukan bertahap. Pertama, memetakan komponen teknologi yang diterapkan petani. Indikator yang dilihat adalah frekuensi penerapan sehingga tercermin teknologi yang dominan dilakukan petani. Kedua, menganalisis aplikasi teknologi yang diterapkan petani itu dengan menggunakan instru. Pisau analisis yang digunakan adalah analisis Korelasi Product Moment Pearson.
HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Wilayah Pengkajian Provinsi Sulawesi Barat yang beribukota di Mamuju terletak antara 0o12' – 3o38’ Lintang Selatan dan 118o43'15’’ – 119o54'3’’ Bujur Timur, yang berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah utara dan Selat Makassar di sebelah barat. Batas sebelah selatan dan timur adalah Provinsi Sulawesi Selatan.
Kabupaten Mamuju terletak pada posisi 10 38' 110" – 20 54' 552" Lintang Selatan; dan 110 54' 47" – 130 5' 35 Bujur Timur Kabupaten yang beribukotakan di Kecamatan Mamuju mempunyai batas wilayah sebagai berikut: Di sebelah Utara dan Timur masingmasing berbatasan dengan Kabupaten Mamuju Utara, dan
Provinsi Sulawesi Selatan. Di bagian Selatan
berbatasan dengan
Kabupaten Majene, Kabupaten
Mamasa, dan Provinsi Sulawesi Selatan. Di bagian Barat dibatasi Selat Makassar.
Kabupaten Mamuju dengan luas 801.406 Ha, terbagi atas 16 Kecamatan, 143 Desa, 10 Kelurahan, dan 2 UPT. Kecamatan paling luas dan paling sempit adalah Kalumpang dan Balabakang dengan luas masing-masing 1.178,21 km2dan 9 km2atau sekitar 22,19 persen dan 0,11 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Mamuju.
4
Keragaan Responden Umur responden beragam mulai dari paling muda sekitar 20 tahun hingga hingga 50 tahun, meskipun di antaranya ada yang paling tua sekitar 65 tahun masih kuat bekerja di kebun.. Dilihat sebarannya, kondisi umur responden cenderung tersebar mendekati normal Berarti sebagian besar petani kakao di Sulawesi Selatan adalah petani yang memiliki umur produktif (di bawah umur 50 th). Hal ini terkait dengan Usahatani yang menonjol dan dominan di daerah ini (lahan kering) adalah perkebunan kakao yang membutuhkan
tenaga yang relatif
kuat dan ini dimiliki oleh petani yang berumur 31-50 tahun. Eksistensi Kakao Di Wilayah Pengkajian Saat ini Sulawesi Barat (Sulbar) bersama-sama Sulawesi Tengah, Tenggara dan Selatan merupakan penghasil kakao terbesar di Indonesia. Sekitar 70 persen kakao nasional dihasilkan dari keempat wilayah tersebut. Kakao Sulbar memiliki kualitas kakao setara kakao Pantai Gading, Ghana dan Nigeria (Rauf, 2012).Tanaman kakao di Sulbar, diusahakan petani tersebar di seluruh wilayah kabupaten meliputi Majene, Polewali Mandar, Mamasa, Mamuju dan Mamuju Utara Keragaan Kebun Penguasaan lahan berkisar antara 1 hingga 4 hektar, dengan status penguasaan mayoritas milik sendiri. Hanya sebagian kecil yang memiliki status sewa.tua (tidak produktif). Dalam satu hektar kebun, rata-rata petani memiliki tanaman kakao sekitar 900 hingga 1000 pohon yang terdiri atas tiga kelompok, yaitu tanaman musa (sulaman) belum produktif, tanaman produktif dan tanaman yang sudah tua. Sebaran umur tanaman kakao berkisar antara 6 bulan hingga lebih dari 20 tahun yang sebagian besar adalah varitas unggul, meskipun pada awalnya sebaagian besar adalah varitas lokal, tetapi setelah disambung samping dengan klon unggul berubah jadi unggul, yakni klon unggul Sulbar 1 dan Sulbar 2. Proporsi tanaman produktif, tidak produktif dan belum produktif, rasionya sekitar 7 : 2 : 1, artinya jika petani memiliki populaswi 1000 pohon kakao, maka yang produktif hanya sekitar 700 pohon. Sisanya yang 20 persen sudah tua tidak produktif dan 10 persen belum produktif karena berupa tanaman sulaman atau tanaman sambungan yang belum menghasilkan.
5
Praktek Budidaya Diawali dengan persiapan lahan berupa pembukaan hutan, pengaturan jarak tanam menggunakan ajir dan penanaman tanaman pelindung yang ditanam setahun sebelum penanaman kakao dan pada tahun ketiga jumlah dikurangi hingga tinggal 1 pohon pelindung untuk 3 pohon kakao (1 : 3) Pembibitan Benih menggunakan biji buah bagian tengah yang masak dan sehat dari tanaman yang telah cukup umur, dibersihkan daging buahnya dengan abu gosok dan segera dikecambahkan menggunakan karung goni dalam ruangan karena biji kakao tidak punya masa istirahat (dormancy), dan disiram 3 kali sehari. Selanjutnya kecambah dibibitkan dalam polibag ukuran 30 x 20 cm atau di tempat pembibitan yang terdiri dari campurkan tanah dengan pupuk kandang (1 : 1), dan diberi 1 gram pupuk TSP / polybag. Tempat pembibitan diberi naungan buatan
dan disiram 1-2 kali sehari.
dihilangkan 50% sampai umur 4 bulan.
Penjarangan atap naungan mulai umur 3 bulan Kendalikan organism perusak tanaman dengan
pestisida sesuai dosis anjuran Penanaman Penanaman dilakukan pada akhir musim hujan dengan ukuran lubang tanam 60 x 60 x 60 cm yang
ditutup
kembali
menggunakan
camuran
(1:1) ditambah pupuk TSP 1-5 gram per lubang.
tanah
dengan
pupuk
kandang
Bibit dipindahkan ke lapangan sebaiknya
tidak tengah membentuk daun muda (flush) dan disesuaikan dengan jenisnya, untuk kakao Mulia ditanam setelah bibit umur 6 bulan, Kakao Lindak umur 4-5 bulan
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
dilakukan
2
kali
sehari
(pagi
dan
sore)
sebanyak
2-5
liter/pohon,
Pemupukan dilakukan di bawah kanopi atau di sekeliling bawah tajuk disekitar tanaman dengan cara dikoak dan
dimasukkan
pupuk kemudian ditutup kembali. Dosis pupuk disesuaikan
dengan tingkat umur tanaman Pengendalian Hama & Penyakit
6
Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan pestisida bila serangan hama penyakit telah melewati ambang ekonomi yang tergantung kepada jenis hama penyakit yang menyerangnya, memiliki tingkat kerusakan spesifik
Pemangkasan Pemangkasan dimaksudkan agar pembentukan cabang
lebih seimbang dan
pertumbuhan vegetatif yang lebih optimal agar percabangan lebih rampak dan memperbanyak munculnya calon bunga di permukaan batang dan cabang. Terdiri yang terdiri dari Pangkas Bentuk, dilakukan umur 1 tahun setelah muncul cabang primer (jorquet) atau sampai umur 2 tahun dengan meninggalkan 3 cabang primer yang baik dan letaknya simetris.
Pangkas
Pemeliharaan, bertujuan mengurangi pertumbuhan vegetatif yang berlebihan dengan cara menghilangkan tunas air (wiwilan) pada batang pokok atau cabangnya. Pangkas Produksi, bertujuan agar sinar dapat masuk tetapi tidak secara langsung sehingga bunga dapat terbentuk. Panen Pemetikan dilakukan terhadap buah yang telah bewarna kuning atau merah sekitar umur 5,5 – 6 bulan dari berbunga, tetapi jangan terlalu masak dengan cara memotong tangkai buah dan menyisakan 1/3 bagian tangkai buah, dimaksudkan agar tidak merusak bantalan bunga. Buah yang telah dipetik dimasukkan dalam karung dan selanjutnya diperam sekitar 5-7 hari agar memperoleh keseragaman kematangan buah serta memudahkan pengeluaran biji dari buah kakao. . 8. Pengolahan Hasil Fermentasi,pada umumnya belum dilakukan petani dan biji langsung dijemur sinar matahari langsung (7-9 hari) sampai warna biji berubah dan mengeluarkan aroma serta cita rasa yang enak. Sedangkan yang fermentasi dimaksudkan untuk memudahkan melepas zat lendir dari permukaan kulit biji dan menghasilkan biji dengan mutu dan aroma yang baik, selain itu menghasilkan biji yang tahan terhadap hama dan jamur, selama penyimpanan dan menghasilkan biji dengan warna yang cerah dan bersih.
7
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Peranan Good Agricultural Practices Dalam Agribisnis Di Indonesia. http://magri.undip.ac,id, 2012.
Dirjen Perkebunan. 2011. Pedoman Umum Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Tahun 2011. Kementerian Pertanian. Goenadi, D.H.,J.B. Bakon, Herman dan A. Purwoto. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao. Badan Litbang Pertanian. 26 hlm.
8