LAPORAN KEGIATAN PENELITIAN
ANALISIS PERILAKU PEMILIH (VOTING BEHAVIOUR) MASYARAKAT KOTA MAGELANG DALAM PEMILIHAN UMUM
Oleh: Dra. Kanthi Pamungkas Sari, M.Pd Dr. Suliswiyadi
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG 2015
i
LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul Penelitian
:
Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
2. Fokus Penelitian
:
Pemetaan dinamika rasionalitas perilaku pemilih (voting behaviour) masyarakat Kota Magelang dalam pemilihan umum
3. Bidang Kajian 4. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap b. Jenis Kelamin c. NIK/NIDN d. Jabatan Struktural
:
Sosiologi
e. Jabatan Fungsional f. Fakultas g. Alamat
: : : : : : : : :
h. Telephone/Faks i. Alamat Rumah
: :
j. Telpon/E-mail 5. Jumlah anggota peneliti
: : : :
6. Jangka waktu penelitian 7. Pembiayaan Jumlah biaya dari KPUD Kota Magelang
Dra. Kanthi Pamungkas Sari, M.Pd Perempuan 016908177/0626046902 Ketua Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan LP3M UMMagelang Lektor Agama Islam Jl. Mayjend Bambang Soegeng Km 4 Mertoyudan Magelang 0293-326945/0293-326945 Bandongan RT 01 RW 05 Gondosuli Muntilan Magelang 08122752650/
[email protected] 1 (satu) orang melibatkan 3 (tiga) orang mahasiswa 3 (tiga) bulan
: :
Rp. 9.000.000,Magelang, 30 Agustus 2015
Mengetahui/menyetujui Ketua LP3M,
Ketua Peneliti,
Dr. Suliswiyadi NIDN.0620206605
Dra. Kanthi Pamungkas Sari, M.Pd NIDN. 0626046902
ii
KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah swt, karena atas nikmat dan karunia-Nya usulan kegiatan penelitian tentang Partisipasi dalam Pemilihan Umum yang akan didanai oleh DIPA Sekretariat Jenderal KPU tahun 2015 melalui Sekretariat KPUD Kota Magelang ini dapat diselesaikan dengan baik. Kegiatan penelitian yang berjudul Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum bertujuan untuk melakukan pemetaan dinamika rasionalitas perilaku pemilih masyarakat Kota Magelang dalam pemilihan umum. Sehingga dapat dijadikan sebagai sumber informasi data yang valid untuk membuat kebijakan yang tepat guna meningkatkan partisispasi pemilih dalam setiap penyelenggaraan pemilihan umum. Dan selanjutnya dapat menciptakan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Penyusunan laporan kegiatan penelitian ini dibantu dan didukung oleh sejumlah pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, maka diucapkan terimakasih kepada : 1. Ir. Eko Muh Widodo, MT selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Magelang (UMMagelang), 2. Dr. Suliswiyadi, M.Ag selaku Ketua LP3M UMMagelang, 3. Drs. Basmar Periyanto Amron selaku Ketua Komisioner KPUD Kota Magelang, dan pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Akhir kata, semoga laporan kegiatan penelitian dapat terlaksana dengan baik, sehingga dapat memberikan konstribusi yang berarti untuk terciptanya masyarakat Kota Magelang yang adil, makmur dan sejahtera. Magelang, 30 Agustus 2015 Ketua Peneliti,
Dra. Kanthi Pamungkas Sari, M.Pd NIDN. 0626046902
iii
TIM PELAKSANA
Tim pelaksana kegiatan penelitian ini adalah :
1. Ketua Peneliti
: Dra. Kanthi Pamungkas Sari, M.Pd
2. Anggota Peneliti
: Dr. Suliswiyadi, M.Ag
3. Enumerator
: Muhammad Faturachman Ike Silvana Meitasari Jazim Thohiri
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
.................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN
..................................................................
ii
KATA PENGANTAR
..................................................................
iii
TIM PELAKSANA
..................................................................
iv
DAFTAR ISI
..................................................................
v
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH.........................................
1
B. RUMUSAN DAN PEMBATASAN MASALAH....................
4
C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN..........................
4
D. KERANGKA PENELITIAN....................................................
5
KERANGKA TEORI A. EXISTING MASYARAKAT.................................................
6
B. ORIENTASI POLITIK............................................................
7
C. POPULARITAS CALON YANG DIPILIH...........................
7
D. PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILU...........................
8
METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN..........................................................
11
B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN.................................
11
C. POPULASI DAN SAMPEL...................................................
11
D. DEFINISI OPERASIONAL....................................................
11
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA.......................................
13
F. TEKNIK ANALISIS DATA...................................................
13
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
15
A. GAMBARAN UMUM KOTA MAGELANG.......................
15
B. EXISTING MASYARAKAT KOTA MAGELANG...........
18
C. ORIENTASI POLITIK.........................................................
22
D. POPULARITAS CALON YANG DIPILIH........................
26
E. PERILAKU PEMILIH...........................................................
31
F. PENGARUH ANTARA EXISTING MASYARAKAT KOTA
34
v
MAGELANG, ORIENTASI POLITIK, POPULARITAS CALON YANG DIPILIH TERHADAP PERILAKU PEMILIH (VOTING BEHAVIOUR) DALAM PEMILU BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN......................................................................
36
B SARAN...................................................................................
36
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
37
LAMPIRAN-LAMPIRAN Daftar Riwayat Hidup Ketua Daftar Riwayat Hidup Anggota Penggunaan Anggaran Jadwal Tabulasi Data Seminar Hasil Penelitian Internal Seminar Hasil Penelitian Eksternal Surat Rekomendasi Surver/Riset
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Pemilihan umum (pemilu) merupakan salah satu indikator penting dari stabilitas dan dinamisnya demokratisasi suatu bangsa. Penyelenggaraan pemilu secara periodik sudah berlangsung sejak awal kemerdekaan bangsa ini, akan tetapi proses demokratisasi yang terjadi dalam pemilu-pemilu terdahulu oleh sebagian besar masyarakat dianggap masih belum mampu menghasilkan nilai-nilai demokrasi yang matang akibat sistem politik yang relatif bersifat otoriter. Harapan untuk menemukan format demokrasi yang ideal mulai nampak setelah penyelenggaraan pemilu 2004 lalu yang berjalan relatif cukup lancar dan aman. Untuk ukuran bangsa yang baru beberapa tahun lepas dari sistem otoritarian, penyelenggaraan pemilu 2004 yang terdiri dari pemilu legislatif dan pemilu presiden secara langsung yang berjalan tanpa tindakan kekerasan dan chaos menjadi prestasi bersejarah bagi bangsa ini . Partisipasi politik merupakan wujud pengejawantahan kedaulatan rakyat adalah suatu hal yang sangat fundamental dalam proses demokrasi. Apabila masyarakat memiliki tingkat partisipasi yang tinggi, maka proses pembangunan politik dan demokratisasi dalam masyarakat akan berjalan dengan baik. Perwujudan
demokrasi
di
tingkat
lokal,
salah
satunya
dengan
melaksanakan pemilihan umum (pemilu) baik pemilihan presiden (pilpres), pemilihan anggota legislatif (pileg) maupun pemilihan kepala daerah (pilkada). Tahapan demokrasi bangsa Indonesia kembali diuji dengan momentum pemilihan Kepala Daerah langsung yang telah berlangsung sejak 2005. Momentum pilkada idealnya dijadikan sebagai proses penguatan demokratisasi. Dalam konteks penguatan demokratisasi, masyarakat yang memiliki kesadaran berdemokrasi adalah langkah awal menuju lajur demokrasi yang benar. Pembentukan warga negara yang memiliki keadaban demokratis dan demokrasi keadaban paling mungkin dilakukan secara efektif hanya melalui pendidikan kewarganegaraan atau civil education. Aktualisasi dari civil education sebenarnya Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
1
terletak pada tingkat partisipasi politik rakyat di setiap momentum politik seperti pemilu. Partisipasi politik rakyat tentu tak lepas dari kondisi atau sistem politik yang sedang berproses. Sistem kepolitikan bangsa Indonesia hingga dewasa ini telah berkali-kali mengalami perubahan, mulai dari orde baru sampai pada reformasi. Disadari bahwa reformasi sering dimaknai sebagai era yang lebih demokratis. Seiring dengan konstelasi politik di era reformasi penguatan demokrasi yang legitimate sebagai harapan dari akhir transisi demokrasi, semakin dapat dirasakan oleh masyarakat melalui pelaksanaan Pemilu sejak tahun 2004 dan pilkada tahun 2005 secara langsung. Sebagai konsekuensi logis perubahan atmosfer politik tersebut maka dinamika dan intensitas artikulasi politikpun makin tampak di tengah ranah kehidupan sosial politik. Sebagai proses dari transformasi politik, makna pilkada selain merupakan bagian dari penataan struktur kekuasaan makro agar lebih menjamin berfungsinya mekanisme check and balances di antara lembaga-lembaga politik dari tingkat pusat sampai daerah, masyarakat mengharapkan pula agar pilkada dapat menghasilkan kepala daerah yang akuntabel, berkualitas, legitimate, dan peka terhadap kepentingan masyarakat. Dalam konteks ini negara memberikan kesempatan kepada masyarakat daerah untuk menentukan sendiri segala bentuk kebijaksanaan yang menyangkut harkat dan martabat rakyat daerah. Masyarakat daerah yang selama ini hanya sebagai penonton proses politik pemilihan yang dipilih oleh DPRD, kini masyarakat menjadi pelaku atau voter (pemilih) yang akan menentukan terpilihnya Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil Walikota. Sistem Pilkada secara langsung lebih menjanjikan dibandingkan sistem yang telah berlaku sebelumnya. Pilkada langsung diyakini memiliki kapasitas yang memadai untuk memperluas partisipasi politik masyarakat, sehingga masyarakat daerah memiliki kesempatan untuk memilih secara bebas pemimpin daerahnya tanpa suatu tekanan, atau intimidasi, floating mass (massa mengambang), kekerasan politik, maupun penekanan jalur birokrasi. Dapat Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
2
dikatakan pilkada merupakan momentum yang cukup tepat munculnya berbagai varian preferensi pemilih yang menjadi faktor dominan dalam melakukan tindakan atau perilaku politiknya. Perilaku pemilih (voting behaviour) akan menentukan varian partisipasi politik masyarakat yang mewujud. Teradapat tren yang menarik di negara kita bahwa tingkat partisipasi politik masyarakat pada pemilu 1987 sampai dengan 2009 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Adapun data yang diperoleh dari berbagai sumber adalah sebagai berikut : 8,39 % (1987), 9,05% (1992), 10,07 % (1997), 10,40 % (1999). Pada pemilu legislatif 23,34 % (2004), pemilu presiden putaran I sebesar 23,47 % (2004), pemilu presiden putaran II sebesar 24,95 % (2004). Sedangkan pada pemilu legislatif sebesar 30 % (2009). Indikator ini diperoleh dari ketidakhadiran pemilih dan surat suara yang tidak sah. Sementara itu pada pemilu 2014, angka partisipasinya naik sebesar 5%. Pada kasus pemilu presiden, tercatat dalam pemilu 2014 pertama kalinya dalam sejarah angka partisipasinya lebih rendah dibandingkan pemilu legislatif. KPU mentargetkan bahwa partisipasi politik masyarakat secara nasional adalah sebesar 75%. Pada pemilu 2014, partisipasi politik masyarakat di Kota Magelang mencapai 79% dari target 80%. Meski sudah di atas angka nasional namun ini berarti ada sebagian masyarakat yang masih belum menggunakan hak pilihnya karena adanya pertimbangan atau alasan atau kondisi tertentu. Tentu saja pertimbangan atau alasan atau kondisi tertentu tersebut tidak bisa dibiarkan begitu saja. Karena hal yang demikian jika tidak diketahui penyebab dan dicarikan solusinya maka bisa menjadi masalah besar bagi negara demokratis. Agar dapat mengetahui pertimbangan atau alasan atau kondisi tertentu tersebut maka penelitian tentang apa faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perilaku pemilih (voting behaviour) menjadi menarik untuk dilakukan.
Terlebih-lebih pada waktu sekarang ini Kota Magelang akan
menyelenggarakan pilkada yang direncanakan pada akhir tahun 2015. Harapannya akar permasalahan yang ada dapat diketahui selajutnya dapat diminimalisir sehingga “pilkada yang bermartabat “ dapat terwujud dengan optimal. Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
3
B. PERUMUSAN DAN PEMBATASAN MASALAH 1. Perumusan Masalah a. Bagaimana existing masyarakat Kota Magelang? b. Bagaimana orientasi politik masyarakat Kota Magelang dalam pemilihan umum ? a. Bagaimana popularitas calon yang dipilih oleh masyarakat Kota Magelang dalam pemilihan umum ? b. Bagaimana perilaku pemilih masyarakat Kota Magelang dalam pemilihan umum e. Sejauhmana pengaruh existing masyarakat, orientasi politik dan popularitas calon yang dipilih terhadap perilaku pemilih masyarakat Kota Magelang dalam pemilihan umum 2. Pembatasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada perilaku pemilih masyarakat Kota Magelang pada pemilihan umum yang telah lalu. Pemilihan umum tersebut terdiri dari pemilihan Kepala Daerah Kota Magelang, pemilihan Kepala Daerah Provinsi Jawa Tengah, pemilihan anggota legislatif, pemilihan presiden. C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui existing masyarakat Kota Magelang b. Untuk mengetahui orientasi politik masyarakat Kota Magelang dalam pemilihan umum c. Untuk mengetahui popularitas calon yang dipilih oleh masyarakat Kota Magelang dalam pemilihan umum d. Untuk mengetahui perilaku pemilih masyarakat Kota Magelang dalam pemilihan umum e. Untuk mengetahui pengaruh existing masyarakat, orientasi politik dan litas calon yang dipilih terhadap perilaku pemilih masyarakat Kota Magelang dalam pemilihan umum
Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
4
2. Kegunaan Penelitian a. Temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi (kegunaan) dalam pengembangan keilmuan terutama yang berkaitan langsung dengan kajian sosiologi politik. b. Kontribusi penelitian ini tidak hanya dalam memperkaya khasanah teori, tetapi hasil temuan yang diolah secara proporsional dan profesional, diharapkan menjadi sumbangan pemikiran bagi pemerintah dalam merancang level kebijakan mengenai proses pemilihan umum baik dalam pemilihan kepala daerah, pemilihan anggota legislatif, maupun pemilihan presiden. D. KERANGKA PENELITIAN EXISTING MASYARAKAT
PERILAKU PEMILIH (VOTING BEHAVIOUR)
ORIENTASI POLITIK
POPULARITAS CALON YANG DIPILIH
Gambar 1
Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
5
BAB II KERANGKA TEORI A. Existing Masyarakat Jika kita menghendaki dapat memahami keadaan masyarakat secara benar, atau memahami pptensi dan permasalahan yang ada di dalam masyarakat maka terlebih dahulu harus dapat melihat secara obyektif keadaan masyarakat itu sendiri secara holistik. Menurut Peter L. Berger masyarakat adalah suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya (Soerjono Soekamto: 2004). Keseluruhan yang kompleks sendiri berarti bahwa keseluruhan itu terdiri atas bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan. Sedangkan menurut
Koentjaraningrat masyarakat adalah kesatuan
hidup dari makhluk-makhluk manusia yang terikat oleh suatu sistem adat istiadat tertentu (Koentjoroningrat: 2000). Selanjutnya menurut Emile Durkheim bahwa masyarakat adalah suatu kenyataan objektif individui ndividu yang merupakan anggota-anggotanya (Soerjono Soekamto: 2004) Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa existing suatu masyarakat adalah suatu kenyataan obyektif yang terdiri dari bagian - bagian yang membentuk suatu kesatuan dan diikat oleh sistem adat-istiadat tertentu. Kenyataan-kenyataan
obyektif
tersebut
adalah
kondisi
apa
adanya
masyarakat. Sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan maksud dari existing masyarakat adalah kenyataan-kenyataan obyektif masyarakat Kota Magelang. Hal ini terkait dengan keadaan masyarakat yang pokok ditinjau dari : jumlah penduduk yang berhak memilih, komposisi penduduk yang berhak memilih tersebut menurut jenis kelamin, umur,
tingkat pendidikan baik
formal maupun non formal, matapencahariaan, pendapatan, kepemilikan, pengeluaran, beban anggota keluarga yang ditanggung.
Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
6
B. Orientasi Politik Dalam menggunakan hak pilih politiknya itu, mengikuti tipologi model Almond dan Verba ( dalam Rush & P.Althoff, 2005 ) maka orientasi politik pemula ini dikategorikan menjadi, (1) orientasi kognitif, yaitu pengetahuan tentang dan kepercayaan pada kandidat, (2) orientasi politik afektif, yaitu perasaan terhadap pemilu, pengaruh teman terhadap penentuan pilihan, dan (3) orientasi politik evaluatif, yaitu keputusan dan pendapat pemilih pemula terhadap parpol/kandidat pilihannya. Orientasi politik pemilih pemula ini selalu dinamis dan akan berubah-ubah mengikuti kondisi yang ada dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Orientasi politik sebenarnya merupakan suatu cara pandang dari suatu golongan masyarakat dalam suatu struktur masyarakat. Timbulnya orientasi itu dilatarbelakangi oleh nilai-nilai yang ada dalam masyarakat maupun dari luar masyarakat yang kemudian membentuk sikap dan menjadi pola mereka untuk memandang suatu obyek politik. Orientasi politik itulah yang kemudian membentuk tatanan dimana interaksi-interaksi yang muncul tersebut akhirnya mempengaruhi perilaku politik yang dilakukan seseorang. Orientasi politik tersebut dapat dipengaruhi oleh orientasi individu dalam memandang obyekobyek politik. Objek orientasi politik meliputi keterlibatan seseorang terhadap: (1) sistem yaitu sebagai suatu keseluruhan dan termasuk berbagai perasaan tertentu seperti patriotisme dan alienansi, kognisi dan evaluasi suatu bangsa, dan (2) pribadi sebagai aktor politik, isi dan kualitas, norma-norma kewajiban politik seseorang. Orientasi politik yang dimiliki seseorang akan mendorong terjadinya perilaku politik tertentu (Rush & P.Althoff, 2005) C. Popularitas Calon yang Dipilih Popularitas calon merupakan satu hal yang sangat penting dalam suatu proses pemilihan. Adanya relevansi kepopulisan seorang calon terhadap akseptansi publik, maka kita mendapatkan kondisi sejauh manakah masyarakat mengenal dengan baik para calon yang ada. Ketika publik mengenal sosok dan kiprah seorang calon dengan baik, maka akan dapat dipastikan setengah dari kepercayaan telah terbangun, apalagi diikuti oleh Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
7
pengalaman serta track record sang calon sehingga memberikan daya bius tersendiri kepada publik. Popularitas seorang calon selain dipengaruhi oleh track record, maka disana ternyata ada sebuah elemen vital yang ikut serta membangun atau mendongkrak kepopuleran seseorang. Faktor tersebut tak lain adalah visi misi yang selanjutnya dianggap sebagai jargon kampanye. (Pardosi: 2013) Hal ini dapat dibuktikan dengan sejauh mana sinergisitas visi misi calon terhadap aspirasi masyarakat. Sang calon dapat melakukan studi konvergensi dengan menganalisa realita sosial yang berkembang di masyarakat. Dapat juga dilihat dari pengetahuan masyarakat terhadaap calon, sampai sejauh mana hubungan antara calon dan masyarakat. Apakah masyarakat mengenal calon jauh sebelum masa kampanye atau hanya pada saat pencalonan saja. Jika calon-calon yang maju dalam pilkada adalah orang-orang yang telah dikenal oleh masyarakat maka akan timbul keinginan dari masyarakat untuk memenangkan calon yang telah dikenalnya yang sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu jika pelaksanaan pilkada sesuai dengan apa yang dicita-citakan masyarakat maka partisipasi masyarakat juga akan meningkat pula. Popularitas sangat umum ditemui tanpa harus menunggu suatu even. Agar popularitas sosok itu dapat mengesankan orang lain maka kadang ada perilaku khusus yang rekayasa atau disampaikan secara khusus kepada masyarakat. Misalnya dengan melakukan promosi dengan berbagai media, jargon dan kata-kata tertentu yang mudah diingat serta mengesankan bagi masyarakat atau audiens. D. Perilaku Pemilih dalam Pemilu Ada beberapa perilaku pemilih (voter behaviour) dalam menyikapi pemilu. Pertama, pemilih yang mengedepankan rasionalitas nilai. Max Weber (dalam Banowo; 2008) mengemukakan rasionalitas nilai ialah pengambilan keputusan berdasarkan nilai yang dipegang teguh. Jika dikaitkan pemilu, rasionalitas nilai ini adalah bagaimana pemilih menjatuhkan pilihan
Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
8
pada calon yang akan dipilih, diyakini memiliki kesamaan nilai terutama nilai yang pokok dengan dirinya, baik itu agama, ras, etnis, dan lain-lain. Pemilih dengan rasionalitas nilai jumlahnya tidaklah sedikit di Indonesia. Di banyak pemilihan kepala daerah (pilkada), nilai-nilai primordial sering menguat dan dijadikan sebagai acuan pemilih dalam menentukan pilihan. Faktor suku dan agama lebih dominan ketimbang kapasitas, kredibilitas, dan integritas dari sang kandidat. Kedua, pemilih dengan rasionalitas tujuan. Menurut Weber, rasionalitas tujuan adalah pola pikir yang bertumpu pada apa yang akan diperoleh. Pemilih memutuskan pilihannya pada calon yang dirasa dapat memenuhi keinginan dan kebutuhannya, meski hanya berupa sebagaian kebahagiaan yang sifatnya sementara. Perilaku pemilih yang demikian menilai pemilu bukan lagi sarana untuk mencurahkan harapan kepada calon legislatif (caleg). Pemilih menganggap program dan janji yang ditawarkan caleg bukan hal yang menarik dan penting untuk diketahui. Acara hura-hura saat kampanye, pembagian sembako, dan kegiatan “amal” para caleg yang lebih dinanti-nanti. Sehingga dalam memutuskan pilihannya, berlaku hukum: “siapa yang bayar, akan dipilih”. Tetapi, pemilih yang demikian sangat pragmatis. Perilaku ini muncul bukan tanpa sebab. Ini merupakan refleksi kekecewaan yang telah dialami. Keikutsertaan pada pemilu-pemilu lalu ternyata tidak berbuah apa-apa. Ketiga, pemilih yang kritis. Pemilih kritis kecenderungannya ialah memiliki perhatian besar pada pada program kerja dan kebijakan parpol atau kandidat. Ferdiansyah (2014) memaparkan bahwa pemilih kritis akan menjadikan nilai-nilai ideologi sebagai pijakan untuk menentukan parpol mana yang akan dipilih, kemudian mengkritisi kebijakan atau program kerja yang akan atau yang telah dilakukan oleh parpol atau kandidat peserta pemilu. Mereka akan memilah-milah, mana politikus yang hanya berambisi pada kekuasaan, mana juga yang memang memiliki kompetensi. Kapasitas dan kapabilitas dinilai seperinci mungkin sehingga tidak sembarangan lagi memilih. Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
9
Keempat, pemilih skeptis. Pemilih skeptis tidak memiliki orientasi dengan ideologi, nilai, program kerja, dan kontestan tertentu. Mereka adalah kelompok masyarakat yang skeptis dan tidak yakin terhadap pemilu. Dalam pandangannya, parpol yang memenangkan pemilu tidak akan membawa dampak perubahan yang berarti. Kalaupun berpartisipasi dalam pemilu, pemilih skeptis hanya menganggap pemilu sebagai ritual lima tahunan. Kelima, adalah pemilih yang memilih untuk tidak memilih atau sering disebut golongan putih (golput). Memang, di Indonesia memilih merupakan hak, bukan kewajiban. Karena itu, yang memilikinya bisa memilih untuk menggunakan atau mengambil jalan golput. Angka golput di Indonesia terus meningkat. Golput di era reformasi ini kontras dengan era Orde Baru dulu. Di era Orde Baru, golput adalah murni berdasarkan keyakinan ideologis dan analisis politik rasional. Sedangkan di era reformasi, golput disebabkan dua hal, yakni kealpaan sistem administrasi dan pemilih menganggap tidak ada pilihan yang pantas untuk dipilih (Banowo; 2008)
Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
10
BAB III METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian lapangan (field research). Maknanya adalah melakukan penelitian dengan menggali semua informasi data di lapangan. B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Lokasi penelitian adalah di Kota Magelang dan waktu penelitian dilaksanakan selama 3 bulan (Mei sampai dengan Juli 2015) C. POPULASI DAN SAMPEL Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kota Magelang yang sudah memiliki hak pilih dalam pemilu telah lalu. Baik dalam pilkada Walikota Magelang, dan atau pilkada Gubernur Jawa Tengah, dan atau pileg, dan atau pilpres dan tinggal di Kecamatan Magelang Selatan, Kecamatan Magelang Tengah dan Kecamatan Magelang Utara. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive cluster random sampling. Secara kuantitas sampel akan diambil berdasarkan rumus sebagai berikut : n
=
N -----------Nd2 + 1
Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi yang diketahui d = presisi yang ditetapkan D. DEFINISI OPERASIONAL 1.
Existing Masyarakat a. Jenis kelamin b. Umur c. Tempat tinggal
Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
11
d. Kepemilikan rumah e. Jenis pekerjaan f. Status pekerjaan g. Pendidikan formal yang diikuti h. Pendidikan nonformal yang diikuti i. Penghasilan per bulan j. Pengeluaran per bulan k. Jumlah anggota keluarga yang harus ditanggung l. Berapa kali jumlah mengikuti pemilu 2.
Orientasi Politik : a. Orientasi politik kognitif, yaitu pengetahuan tentang dan kepercayaan pada yang dipilih, b. Orientasi politik afektif, yaitu perasaan terhadap pemilu, pengaruh teman terhadap penentuan pilihan c. Orientasi politik evaluatif, yaitu keputusan dan pendapat terhadap parpol/calon yang dipilihannya
3.
Popularitas Calon yang dipilih a. Hubungan dengan calon yang dipilih 1) Mengenal dengan baik,
2) Cukup mengenal dengan baik,
3) Tidak mengenal dengan baik b. Prioritas kepakaran calon yang dipilih 1) Tokoh masyarakat, 4) Pengusaha, c.
2) Tokoh agama,
3) Politisi, birokrat,
5) Tidak tahu
Pengetahuan tentang calon yang dipilih : 1) Berusaha banyak mengetahui karakter calon yang dipilih 2) Sekedar tahu karakter calon yang dipilih 3) Tidak tahu karakter calon yang dipilih
d. Mengetahui calon yang dipilih dari : 1) Interaksi secara langsung 2) Media cetak / elektronik 3) Kampanye Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
12
4) Tidak mengetahui calon yang dipilih 4.
Perilaku Pemilih a. Rasionalitas nilai : 1) Ada,
2) Tidak,
3) Tidak tahu
b. Rasionalitas tujuan: 1) Ada,
2) Tidak,
c. Pemilih kritis:
3) Tidak tahu
1) Ya,
2) Tidak
d. Pemilih skeptis: 1) Ya,
2) Tidak
e. Golput:
2) Tidak
1) Ya,
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA 1. Observasi, digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi data tentang sarana dan prasarana, lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang dimiliki oleh masyarakat 2. Angket, digunakan untuk memperoleh informasi data tentang existing masyarakat Kota Magelang, orientasi politik, anggapan tentang popularitas calon yang akan dipilih dan perilaku pemilih dari responden yang terpilih dalam penelitian ini 3. Wawancara, digunakan untuk memperoleh informasi data tentang existing masyarakat Kota Magelang, orientasi politik, anggapan tentang popularitas calon yang akan dipilih dan perilaku pemilih baik terkait pileg, pilpres maupun pilkada yang telah terjadi dalam masyarakat 4. Dokumentasi, digunakan untuk memperoleh informasi data tentang datadata pemilih, data-data hasil dari pileg, pilpres maupun pilkada yang telah dilakukan di Kota Magelang F. TEKNIK ANALISIS DATA Untuk mengkaji Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum digunakan korelasi Regresi
Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
13
Kriteria pengambilan keputusan : 1. Apabila t hitung > t tabel (α=0,05), maka Ho ditolak. Berarti ada pengaruh
yang signifikan antara existing masyarakat, orientasi
politik, popularitas calon yang dipilih terhadap perilaku pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum 2. Apabila t hitung < t tabel (α=0,05), maka Ho diterima. Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara existing masyarakat, orientasi politik, popularitas calon yang dipilih terhadap
perilaku pemilih (Voting
Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
14
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM KOTA MAGELANG Secara geografis Kota Magelang terletak pada 110°12’30”-110°12’52” Bujur Timur dan 7°26’28”-7°30’9” Lintang Selatan serta terletak pada posisi strategis, karena tepat berada di tengah-tengah Pulau Jawa, dan berada di persilangan jalur transportasi dan ekonomi antara Semarang-MagelangYogyakarta dan Purworejo, di samping berada pada persimpangan jalur wisata lokal maupun regional antara Yogyakarta–Borobudur-Kopeng dan dataran tinggi Dieng. Luas wilayah Kota Magelang adalah 1.812 ha (18,12 km²). Sebagai Kota terkecil di Jawa Tengah yang hanya menempati areal sebesar 0,66% dari keseluruhan luas Provinsi Jawa Tengah, Kota Magelang mempunyai luas wilayah 18,12 km² yang terbagi atas 3 kecamatan dan 17 kelurahan yang rata-ratanya luas wilayahnya tidak lebih dari 2 km². Luas kelurahan yang terbesar adalah Kelurahan Jurangombo Selatan yaitu sekitar 226 ha (atau sekitar 12,49% dari luas total) dan yang terkecil adalah Kelurahan Panjang yaitu sekitar 35 ha (atau sekitar 1,9% dari luas total). Gambaran secara rinci luas tiap kecamatan/kelurahan di Kota Magelang Tahun 2013, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1 Luas Kecamatan dan Kelurahan di Kota Magelang No.
Kecamatan dan Kelurahan
01
KEC. MAGELANG SELATAN 1. Kel. Jurangombo Utara 2. Kel. Jurangombo Selatan 3. Kel. Magersari 4. Kel. Tidar Utara 5. Kel. Tidar Selatan 6. Kel. Rejowinangun Selatan
Luas / Area (Km²) 6,89 0,58 2,26 1,38 0,97 1,27 0,43
02
KEC. MAGELANG TENGAH 1. Kel. Magelang
5,10 1,25
Persentase (%) 38,01 3,17 12,49 7,60 5,35 7,00 2,39 28,17 6,88
Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
15
3
2. Kel. Kemirirejo 3. Kel. Cacaban 4. Kel. Rejowinangun Utara 5. Kel. Panjang 6. Kel. Gelangan
0,88 0,83 0,99 0,35 0,81
4,86 4,56 5,48 1,90 4,49
KEC. MAGELANG UTARA 1. Kel. Wates 2. Kel. Potrobangsan 3. Kel. Kedungsari 4. Kel. Kramat Utara 5. Kel. Kramat Selatan
6,13 1,17 1,30 1,33 1,46 0,86
33,82 6,47 7,17 7,36 8,05 4,77
JUMLAH 18,12 Sumber: Daerah Dalam Angka Kota Magelang Tahun 2013
100,00
Penduduk di Kota Magelang dengan jumlah pada tahun 2013 sebanyak 119.742 jiwa berada pada wilayah Kota Magelang yang memiliki luas 18.12 km2. Penduduk Kota Magelang pada umumnya menempati wilayah yang memiliki pelayanan yang lebih baik dibandingkan wilayah lain dan menempati daerah yang nyaman. Tingkat kepadatan penduduk di Kota Magelang menunjukkan trend yang meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk di Kota Magelang yang meningkat. Kepadatan penduduk menunjukkan tingkat perbandingan antara jumlah penduduk dan luas lahan di Kota Magelang, semakin tinggi kepadatan penduduk mengindikasikan pada tingkat kerapatan penggunaan lahan untuk kawasan terbangun, sehingga bisa dikatakan semakin tinggi beban lingkungan hidup Gambaran kepadatan penduduk di Kota Magelang, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
16
Tabel 2 Kepadatan Penduduk di Kota Magelang Tahun 2008 – 2013 Tahun 2013 2012 2011 2010 2009 2008
Jumlah Penduduk (jiwa) 119.742 119.329 118.805* 126.443 125.604 124.627
Kepadatan Penduduk (jiwa / km ²) 6.608 6.585 6.557 6.978 6.932 6.878
Sumber: Kantor Litbang Statistik, Daerah Dalam Angka Kota Magelang sumber BPS, 2008 - 2013 Data Badan Pusat Statistik Kota Magelang terkait dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun 2013 menunjukkan jumlah 119.742 jiwa dengan kepadatannya 6.608 jiwa per km2. Jumlah penduduk terbanyak di Kelurahan Rejowinangun utara, Kecamatan Magelang Tengah (10.476 jiwa) dan yang paling sedikit di Kelurahan Jurangombo Selatan, Kecamatan Magelang Selatan (3.829 jiwa). Sedangkan wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi ada di Kelurahan Rejowinangun Selatan dengan jumlah kepadatan penduduknya sebesar 17.811 jiwa/km2 dan kepadatan penduduk terendah terdapat di Kelurahan Magersari Jurangombo Selatan Kecamatan Magelang Selatan yaitu sebesar 3.445 jiwa/ Km2. Sementara pada tahun 2011 dengan jumlah penduduk sebesar 119.329 jiwa dan luas wilayah seluas 18.12km2 maka kepadatan penduduk sebesar 6.585jiwa per km2. Kepadatan penduduk yang relatif cukup padat ini merupakan salah satu permasalahan bagi Pemerintah Daerah Kota Magelang terkait dengan penataan ruang dan kota serta pemenuhan pelayanan dasar masyarakat. Hal ini sekaligus juga merupakan tantangan bagi Pemerintah Daerah untuk menyediakan sarana dan prasarana pemukiman seperti drainase, sanitasi, air bersih yang layak dan terpenuhi secara merata. Pemerintah Kota Magelang mempunyai tantangan di dalam aspek penyediaan sarana pemukiman bagi penduduk di atas lahan yang terbatas sehingga dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang permukiman
Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
17
Pemerintah berusaha mengoptimalisasi pemanfaatan lahan dengan pola pembangunan vertikal terutama di kawasan yang padat penduduk. Angka laju pertumbuhan penduduk meningkat relatif cukup tajam pada tahun 2008 menjadi 2,99. Upaya pemerintah untuk menurunkan laju pertumbuhan penduduk mulai menampakkan hasil pada tahun 2009 dimana Pemerintah daerah mampu menekan pertumbuhan penduduk sebesar 2,21 point sehingga laju pertumbuhannya menjadi 0,78%. Sementara pada tahun 2010 pertumbuhan penduduk kembali mengalami perlambatan sebesar 0,11 digit point yaitu mengalami pertumbuhan sebesar 0,67%. Sementara berdasarkan data jumlah penduduk dari BPS Kota Magelang dengan jumlah penduduk 118.805 jiwa di tahun 2011, meningkat relatif kecil di tahun 2012 menjadi 119.329 jiwa, sehingga laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2012 sebesar 0,44. Pertumbuhan penduduk pada tahun 2013 mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 0.35% dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 sebesar 119.742 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk yang demikian cepat tentu saja akan mengakibatkan permasalahan yang cukup rumit disamping pemukiman, yaitu ekonomi, sosial, budaya dan politik B. EXISTING MASYARAKAT KOTA MAGELANG Dari hasil informasi data tentang variable existing masyarakat Kota Magelang dala hal ini adalah yang memiliki kriteria sebagai pemilih dalam Pemilu, diperoleh angket adalah sebagai berikut:
Tabel 3 Existing Masyarakat Kota Magelang No Keterangan 1 Umur a. < 20 tahun b. 21 – 40 tahun c. 41 – 60 tahun d. 61 < 2 Pekerjaan a. Pengangguran b. Pelajar/Mahasiswa c. Swasta Tidak Tetap
Persentase 9,6 38,4 46,4 5,6 15,2 9,9 59,6
Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
18
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
d. Swasta Tetap e. PNS Jabatan a. Tinggi b. Sedang c. Rendah Alamat tempat bekerja a. Kota Magelang b. Kabupaten Magelang c. Yogyakarta/Purworejo/Temanggung/Semarang d. Lainnya Teknis ke tempat bekerja : a. Penglajo (setiap hari kerja berangkat dari rumah dengan menggunakan kendaraan sendiri atau umum) b. Bukan penglajo Pendidikan formal yang dimiliki : a. Tidak sekolah / tidak lulus SD / Lulus SD b. Lulus SLTP / Lulus SMTA c. Lulus Perguruan Tinggi Pendidikan nonformal yang pernah diikuti: a. Belum pernah mengikuti b. Pernah mengikuti 1-2 jenis pendidikan nonformal c. Pernah mengikuti pendidikan nonformal lebih dari 2 jenis Status kepemilikan rumah a. Milik sendiri b. Sewa/kontrak c. Milik keluarga d. Yang lain Penghasilan dari mata pecaharian pokok per bulan : a. < Rp. 1.000.000 b. Rp. 1.001.000 – Rp. 3.000.000 c. Rp. 3.001.000 – Rp. 5.000.000 d. Rp. 5.001.000 < Penghasilan tambahan rata-rata perbulan : a. Tidak ada b. < Rp. 1.000.000 c. Rp. 1.000.000- Rp. 2.000.000 d. Rp. 2.000.000 < Memiliki kendaraan bermotor : a. Tidak memiliki b. Memiliki satu buah sepeda motor c. Memiliki dua atau lebih sepeda motor d. Memiliki satu buah mobil e. Memiliki sepeda motor dan mobil Memiliki dan menggunakan media informasi dan komunikasi (Radio, TV, Surat Kabar, Majalah, Internet, HP)
8,3 7 7 35,8 57 77,2 10,6 4,6 7,6 46 54 12,6 64,9 22,5 69,5 20,9 9,6 41,4 9,3 44,4 5 47,2 27,5 11,3 4 81,4 12,3 2,7 3,7 29,1 54 7,6 1 8,3
Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
19
13
14
a. Menggunakan 0 – 2 jenis media b. Menggunakan 2 – 4 jenis media c. Menggunakan 5 atau lebih Jumlah anggota keluarga yang harus ditanggung : a. 0 – 2 b. 3 – 5 c. Lebih dari 5 Pengeluaran rata-rata perbulan : a. < Rp. 1.000.000 b. Rp. 1.001.000 – Rp. 3.000.000 c. Rp. 3.001.000 – Rp. 5.000.000 d. Rp. 5.001.000 < Responden mayoritas adalah usia produktif
yaitu
28,5 54,3 17,2 2,3 67,5 30,1 46,7 37,7 11,3 4,3 sebesar 94,4%.
Sesuai dengan kategorinya bahwa masyarakat berada pada kondisi fisik yang baik untuk melakukan aktivitas-aktivitas kreatif dan bermanfaat bagi kehidupannya masing-masing, bahkan untuk keluarganya. Masyarakat yang memiliki kelompok usia produktif dominan, umumnya akan memberikan kontribusi positif bagi terjadinya pertumbuhan ekonomi, sosial budaya yang baik. Dari usia produktif tersebut 59,6% memiliki pekerjaan swasta tidak tetap. Sedangkan yang memiliki pekerjaan swasta tetap dan PNS sebesar 15,3%, yang masih menjadi pelajar atau mahasiswa sebesar 9,9%. Dan yang tidak atau belum memiliki pekerjaan sebanyak 15,2%. Pada anggota masyarakat yang sudah memiliki pekerjaan lebih dari separuh yang memiliki kedudukan rendah (57%), yang memiliki kedudukan menengah sebesar 35,8% dan hanya 7% memiliki kedudukan tinggi. Adapun tingkat pendidikan formal masyarakat terbesar ada pada tingkat SMP/SMA (64,9%). Kemudian tingkat Perguruan Tinggi (22,5%), dan yang tidak sekolah/tidak lulus SD atau lulus SD (12,6%) . Mereka yang pernah mengikuti pendidikan non formal sebesar 31,5% dan yang belum pernah mengikuti sebesar 68,4%. Dari latar belakang pekerjaan serta tingkat pendidikan yang dimiliki, masyarakat Kota Magelang mereka berpenghasilan pokok kurang atau sama dengan Rp. 1.000.000 (di bawah UMK Magelang 2014 sebesar Rp.
Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
20
1.035.000) sebanyak 47,2% dan hanya 6,4% diantaranya yang memiliki penghasilan tambahan di atas Rp. 1.000.000. Kondisi ekonomi yang demikian tentu saja akan mempengaruhi kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidup baik kebutuhan primer, sekunder maupun tertier. Kemampuan ini akan lebih dipertajam lagi apabila dihubungkan dengan beban anggota keluarga yang harus ditanggung. Semakin banyak anggota keluarga yang harus ditanggung maka semakin luas distribusi pendapatan yang harus terjadi. Rata-rata setiap kepala keluarga memiliki beban anggota keluarga sebesar 3 sampai dengan 5 orang. Jika seseorang memiliki kondisi yang terbatas dari aspek ekonomi, maka kegiatan-kegiatan lainnya akan cenderung dikaitkan dengan aspek ekonomi. Bagaimanapun juga tanggungjawab sebagai kepala keluarga akan berusaha dengan
sungguh-sungguh
memenuhi
kebutuhan
keluarga
terutama
kebutuhan primer berupa sandang, papan, pangan dan kebutuhan fisiologis lainnya. Kondisi sosial utamanya terkait dengan pengalaman pendidikan baik formal maupun nonformal akan memberikan efek positif terhadap kemampuan kognitif (berfikir rasional berdasarkan informasi yang akurat, berpengetahuan, memiliki kemampuan melakukan analisis yang baik, dan sebagainya)
afektif
(misalnya: keberanian mengambil keputusan dan
resiko, santun, rendah hati, berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan)
dan
psikomotorik (misalnya: keterampilan dalam pekerjaan atau bidang tertentu) seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi kemampuan kognitif , afektif maupun psikomotoriknya. Sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan maka semakin rendah kemampuan kognitif , afektif maupun psikomotoriknya. Dari penjelasan di atas apabila kita oleh dengan menggunakan statistic deskriptif diperoleh hasil:
Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
21
Tabel 4 Statistik Deskriptif
Existing
N
Minimum
302
23,00
Maksimum
49,00
Artinya nilai minimum adalah 23 dan nilai
Mean
34,801
S 4,133
maksimum dari responden
sebesar 49 dan nilai rata-rata sebesar 34,801 maka existing masyarakat Kota Magelang berada pada kategori menengah
C. ORIENTASI POLITIK Orientasi yang dimaksudkan di sini menunjuk pada aspek perasaan atau ikatan emosional individu pada sistem politik atau simbol-simbol politik yang ada. Seperti
perasaan khusus terhadap sistem politik yang membuatnya
menerima atau menolak. Perasaan-perasaan tersebut seperti adanya perhatian, merasa diuntungkan, merasa lebih adil, merasa suka atau tidak suka, ataupun sejenisnya, sering lebih menentukan daripada faktor pengetahuan. Oleh sebab itu, banyak calon pemimpin yang mengeluarkan visi/misi/program populis (sifatnya popular) dengan harapan dapat meningkatkan aspek afektif masyarakat. Di antaranya adalah menawarkan pendidikan gratis, penyediaan lapangan kerja guna mengurangi angka pengangguran, peningkatan kesejahteraan, tidak akan korupsi atau penegakan supremasi hukum, bantuan tunai dan sejenisnya.
Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
22
Mengetahui Reputasi Capres 1
2
3
17% 30%
53%
Keterangan : 1. Tidak sama sekali; 2. Sedikit/Sedang; 3. Banyak Gambar 2 Mengetahui Reputasi Calon Presiden
Responden yang merasa tidak mengetahui sama sekali reputasi tentang Calon Presiden dan pasangannya pada pemilu 2014 yang lalu sebanyak 17%, yang sedikit mengetahui reputasi Calon Presiden dan pasangannya sebanyak 53%, yang banyak mengetahui reputasi Calon Presiden dan pasangan sebanyak 53%`
Mengetahui Reputasi Caleg 1
2
3
16% 35%
49%
Keterangan : 1. Tidak sama sekali; 2. Sedikit; 3. Banyak Gambar 3 Mengetahui Reputasi Calon Legislatif Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
23
Responden yang merasa tidak mengetahui sama sekali reputasi tentang Calon Legislatif pada pemilu 2014 yang lalu sebanyak 16%, yang sedikit mengetahui reputasi Calon Legislatif sebanyak 49%, yang banyak mengetahui reputasi Calon Legisltif sebanyak 35%
Mengetahui Reputasi Cagub 1
2
3
12% 33%
55%
Keterangan : 1. Tidak sama sekali; 2. Sedikit; 3. Banyak Gambar 4 Mengetahui Reputasi Calon Gubernur Jawa Tengah
Responden yang merasa tidak mengetahui sama sekali reputasi tentang Calon Gubernur Jawa Tengah dan pasangannya pada pilkada 2013 yang lalu sebanyak 12%, yang sedikit mengetahui reputasi Calon Gubernur dan pasangannya sebanyak 55%, yang banyak mengetahui reputasi Calon Gubernur dan pasangannya sebanyak 33%
Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
24
Mengetahui Reputasi Cawalkot 1
16%
2
3
23%
61%
Keterangan : 1. Tidak sama sekali; 2. Sedikit; 3. Banyak Gambar 5 Mengetahui Reputasi Calon Walikota Magelang
Responden yang merasa tidak mengetahui sama sekali reputasi tentang Calon Walikota Magelang dan pasangannya pada pilkada 2010 yang lalu sebanyak 16%, yang sedikit mengetahui reputasi Calon Walikota dan pasangannya sebanyak 61%, yang banyak mengetahui reputasi Calon Walikota dan pasangannya sebanyak 23% Berdasarkan data di atas sebagian besar dari responden mengetahui reputasi calon pemimpin yang akan dipilih meskipun ada pada dominasi sedikit informasi yang dijadikan sebagai modal untuk menentukan siapa yang akan dipilih. Dari hasil wawancara, informasi yang dijadikan dasar untuk menentukan calon yang akan dipilih dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis : 1) Dari partai politik yang sama; 2) Dari tokoh agama atau kelompok social yang memiliki ideologi sama; 3) Trial and Error; karena pengalaman kondisi system politik pada masa lalu yang mengecewakan. Sehingga beraharap dengan calon yang tidak ada hubungannya dengan rezim system yang lalu.
Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
25
Pertimbangan yang lainnya adalah Visi/ Misi/ Program yang akan dilaksanakan
dan
dipublikasikan
melalui
kampanye
menarik
dan
berpengharapan dapat merubah kondisi menjadi lebih baik Selanjutnya, keluarga dan lingkungan terdekat memiliki andil besar untuk mempengaruhi siapa calon pemimpin yang akan dipilih dalam pemilu baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Ini berarti komunikasi politik interpersonal dapat berlangsung dengan baik. Komunikasi yang demikian akan memberikan pengaruh cukup besar terhadap orang lain atas munculnya perasaan-perasaan tertentu terhadap simbol-simbol politik yang ada. Dari penjelasan di atas apabila kita oleh dengan menggunakan statistic deskriptif diperoleh hasil: Tabel 5 Statistik Deskriptif Orientasi Politik N Orientasi
302
Minimum
Maksimum
Mean
7,00
18,00
12,818
SD 2,456
Artinya nilai minimum adalah 7 dan nilai maksimum dari responden sebesar 18 dan nilai rata-rata sebesar 12,818 maka orientasi politik masyarakat Kota Magelang berada pada kategori afektif`belum pada kategori evaluative keputusan dan pendapat terhadap parpol/calon yang dipilihannya berdasarkan pengalaman maupun pengetahuan rasionalitasnya.
D. POPULARITAS CALON YANG DIPILIH Calon pemimpin yang akan dipilih masyarakat pada umumnya sudah mereka kenal terlebih dahulu. Baik kenal performanya, reputasinya, dan atau visi/ misi/ program kerja yang dijanjikan melalui kampanye. Responden memilih calon pemimpin sebagaimana popularitas yang dikenal melalui berbagai media yang digunakan. Media yang paling banyak digunakan sebagai referensi atau cara mengenal calon yang akan dipilih Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
26
adalah: baliho, spanduk, TV, radio, koran, leaflead, stiker dan kampanye melalui partai politik. Pada pemilu presiden sebesar 89%; pada pemilu legislative sebesar 74,2%; pada pilkada Gubernur Jawa Tengah sebesar 63,6%; dan pada pilkada Walikota Magelang sebesar 66,1%. Yang lainnya menggunakan interaksi secara langsung, dipengaruhi secara langsung oleh orang lain atau lingkungan sekitar, menggunakan media lain dan tidak menggunakan media (tidak berupaya mengenal calon pemimpin yang akan dipilih)
Media yang digunakan untuk mengenal capres 1
2
3
4
5
5%1%5%0%
89%
Gambar 6 Media yang Digunakan untuk Mengenal Capres Perinciannya adalah: responden yang tidak mengenal calon sebanyak 5,3%; yang mengenal calon melalui media lain yang tidak dapat digeneralisir adalah sebanyak 0,3%; responden yang mengenal calon dengan menggunakan media leaflet, spnduk, baliho, stiker, iklan radio, iklan TV, iklan koran, kampanye langsung dari partai politik sebanyak 89%; sedangkan yang dipengaruhi secara langsung oleh orang lain atau lingkungan sekitar sebanyak 4,6% dan responden yang merasa mengenal calon secara langsung sebanyak 0,7%.
Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
27
Media yang digunakan untuk mengenal caleg 1
2
3
4
5
6%5% 14% 1%
74%
Gambar 7 Media yang Digunakan untuk Mengenal Caleg Perinciannya adalah: responden yang tidak mengenal calon sebanyak 15,5%; yang mengenal calon melalui media lain yang tidak dapat digeneralisir adalah sebanyak 0,7%; responden yang mengenal calon dengan menggunakan media leaflet, spnduk, baliho, stiker, iklan radio, iklan TV, iklan koran, kampanye langsung dari partai politik sebanyak 74,2%; sedangkan yang dipengaruhi secara langsung oleh orang lain atau lingkungan sekitar sebanyak 6% dan responden yang merasa mengenal calon secara langsung sebanyak 4,6%
Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
28
Media yang digunakan untuk mengenal cagub 1
2
3
4
5
6%2% 17% 11%
64%
Gambar 7 Media yang Digunakan untuk Mengenal Calon Gubernur Jawa Tengah Perinciannya adalah: responden yang tidak mengenal calon sebanyak 17,3%; yang mengenal calon melalui media lain yang tidak dapat digeneralisir adalah sebanyak 11,3%; responden yang mengenal calon dengan menggunakan media leaflet, spnduk, baliho, stiker, iklan radio, iklan TV, iklan koran, kampanye langsung dari partai politik sebanyak 63,6%; sedangkan yang dipengaruhi secara langsung oleh orang lain atau lingkungan sekitar sebanyak 5,8% dan responden yang merasa mengenal calon secara langsung sebanyak 2%
Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
29
Media yang digunakan untuk mengenal cawalkot 1
2
5%
7%
3
4
5
22% 0%
66%
Gambar 8 Media yang Digunakan untuk Mengenal Calon Walikota Magelang Perinciannya adalah: responden yang tidak mengenal calon sebanyak 21,6%; yang mengenal calon melalui media lain yang tidak dapat digeneralisir adalah sebanyak 0,3%; responden yang mengenal calon dengan menggunakan media leaflet, spanduk, baliho, stiker, iklan radio, iklan TV, iklan koran, kampanye langsung dari partai politik sebanyak 66,1%; sedangkan yang dipengaruhi secara langsung oleh orang lain atau lingkungan sekitar sebanyak 5,3% dan responden yang merasa mengenal calon secara langsung sebanyak 6,6% Responden yang merupakan representasi dari masyarakat pemilih di Kota Magelang menggunakan media di atas untuk mengenal calon pemimpin yang dipilih terkait: 1) performa atau penampilan, 2) Jargon, visi, misi atau program kerja yang akan diupayakan jika terpilih dan , 3) latar belakang pendidikan, profesi, reputasi dan yang lainnya. Meski popularitas calon yang mereka ketahui melalui media tersebut tidak dapat menjamin sepenuhnya akan terwujud setelah calon yang dipilih itu menang tapi setidaknya responden dalam memilih tidak dengan “kepala kosong”. Selanjutnya mereka pasrah dengan keadaan jika apa yang diharapkan tidak sama dengan kenyataan yang mereka alami. Responden
Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
30
merasa bahwa politik itu rumit, unik dan mereka tidak berdaya untuk mempengaruhi system politik yang berlaku. Dari penjelasan di atas apabila kita oleh dengan menggunakan statistic deskriptif diperoleh hasil: Tabel 5 Statistik Deskriptif Popularitas Calon yang Dipilih N Popularitas
302
Minimum
Maksimum
Mean
SD
10,00
35,00
23,182
4,5559
Artinya nilai minimum adalah 10 dan nilai maksimum dari responden sebesar 35 dan nilai rata-rata sebesar 23,182 . Hal ini berarti. popularitas calon yang dipilih ada pada kategori sedang.
E. PERILAKU PEMILIH Partisipasi politik masyarakat merupakan keterlibatan individu maupun kelompok dalamm kegiatan politik. Dari data yang diperoleh bahwa tujuan masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan politik yaitu pemilu adalah menjadi kewajiban sebagai warga di negara demokrasi dan memilih calon pemimpin yang diharapkan sebesar 84,1%; yang sekedar menggugurkan kewajiban sebagai warga negara 11,9% dan yang ikut-ikutan 4%. Sehubungan dengan hal di atas bahwa, mereka yang berpartisipasi dalam pemilu mulai dari pilwalkot-pilgub-pileg dan pilpres (4 kali pemilu) sebanyak 74,6% berpartisipasi dalam 3 kali pemilu sebanyak 11,6%, berpartisipasi dalam 2 kali pemilu sebanyak 8,6% dan yang berpartisipasi dalam 1 kali pemilu sebanyak 5,3%. Ada dua sebab mengapa mereka tidak berpartisipasi dalam pemilu secara lengkap : 1) berdasarkan kategori usia, mereka masih belum cukup umur untuk memberikan suara atau dengan kata lain masih di bawah umur 17 tahun, 2) golongan putih (golput). Alasan mengapa mereka melakukan golput dikarenakan tempat kerja mereka ada di luar Kota
Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
31
Magelang atau sekitarnya. Alasan lain adalah, calon pemimpin yang ada tidak ada yang sesuai dengan harapan yang dimiliki. Dari data yang diperoleh jenis partisipasi politik masyarakat Kota Magelang dapat dibedakan : 1.
Partisipasi politik dalam pemungutan suara (voting)
- 89%
2.
Diskusi politik informal
- 65%
3.
Partisipasi pada rapat-rapat umum, kampanye dsb
- 22%
4.
Anggota pasif dalam organisasi politik
- 14%
5.
Anggota aktif dalam organisasi politik
- 8%
Dari data di atas dapat dilihat secara berjenjang bahwa anggota masyarakat yang aktif dalam organisasi politik hanya 8% selanjutnya yang menjadi anggota pasif dalam organisasi politik 14%, yang terlibat dalam partisipasi pada rapat-rapat umum, kampanye sebanyak 22%, anggota masyarakat yang melakukan diskusi politik secara informal sebanyak 65%, dan masyarakat yang terlibat dalam pemungutan suara (voting) sebanyak 89%. Pemilih di Kota Magelang ketika berangkat akan memberikan suaranya di TPS cenderung sudah memiliki ketetapan siapa yang akan mereka pilih. Sebelumnya mereka akan mengikuti kegiatan-kegiatan sosialisasi pemilu. Hal ini dibuktikan bahwa 51 % mengikuti kegiatan sosialisaasi yang diselenggarakan oleh pihak-pihak yang kompeten dan yang 49% tidak. Biasanya sosialisasi tersebut diselenggarakan berdekatan dengan setiap kegiatan pemilu baik pilwalkot, pilgub, pileg maupun pilpres. Selain itu, mereka juga ingin mengetahui terlebih dahulu ideologi apa yang dimiliki oleh calon pemimpin atau bagaimana partai poolitik yang dipilih, bagaimana reputasinya dan janji-janji apa yang disampaikan dalam kampanye mungkin akan dilakukan. Janji-janji yang bersifat popular (populis) yang paling banyak menarik dari para pemilih, diantaranya adalah perjuangan terhadap peningkatan kesejahteraaan masyarakat,
pendidikan gratis,
pelayanan
kesehatan gratis, penegakan supremasi hokum dan sejenisnya. Selanjutnya terkait perilaku pemilih tentang money politic dapat dikategorikan menjadi 2 macam yaitu: Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
32
1. Menolak a. Menolak uangnya dan memilih calon pemimpin yang sesuai dengan hati nuraninya; b. Menolak uang dan memilih calon yang tidak memberi uang 2.
Menerima a. Hanya menerima uang dari satu calon dan memberikan suara ke calon pemimpin tersebut; b. Menerima semua uang yang di berikan dan memilih salah satu calon pemimpin atau partai politik; c. Menerima semua uang yang diberikan dan memilih calon pemimpin sesuai hati nuraninya; d. Menerima semua uang yang diberikan kepadanya dan memilih calon pemimpin yang memberi uang terbanyak Perilaku pemilih yang demikian, secara factual tidak dapat dielakan keberadaannya. Terutama bagi mereka yang memiliki existing menengah ke bawah, sikap pragmatisme sudah menjadi rahasia umum. Bahkan ada yang mengatakan sebagai aji mumpung akan pemilu, sebab kalau calon pemimpin yang mereka pilih itu “jadi” mereka belum tentu memiliki mekanisme untuk menagih janji-janji pada saat melakukan kampaye. Bahkan sebagian besar konstituen tidak terlibat dalam diskusi dengan “pembawa aspirasi rakyat” terkait isu-isu strategis pembangunan
Tabel 7 Statistik Deskriptif Perilaku Pemilih N Perilaku
302
Minimum 3,00
Maksimum
Mean
Std Deviation
10,00
7,4536
1,28737
Dari tabel di atas bahwa perilaku pemilih masyarakat Kota Magelang ada pada kategori sebagai perilaku kritis (7,4536). Belum pada perilaku rasional. Maknanya sudah berfikir sebelum menentukan tetapi belum ikut Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
33
mengawasi setelah perilaku menentukan pilihan itu dilakukan. Atau mengawal atas keputusan yang sudah dilakukan.
F.
PENGARUH
ANTARA
EXISTING
MAGELANG, ORIENTASI YANG
DIPILIH
POLITIK,
TERHADAP
MASYARAKAT
KOTA
POPULARITAS
CALON
PERILAKU
PEMILI
(VOTING
BEHAVIOUR) DALAM PEMILU Uji hipotesis atas variabel-variabel yang dalam penelitian ini dengan menggunakan Koefisien Regresi. Dari data yang diolah diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 7 Koefisien Regresi Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
,408ª
,167
,158
1,18105
a. Predictors: (Constant), Popularitas, Existing, Orientasi Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Signf
1
83,175 415,676 498,851
3 298 301
27,725 1,395
19,876
,000ª
Regression Residual Total
a. Predictors: (Constant), Popularitas, Existing Orientasi b. Dependent Variable: Perilaku
Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
34
Understandardized Model 1
(Constant) Existing Orientasi
B
Std Error
3,152 ,052 ,135 ,033
,642 ,017 ,034 ,018
Standardized Coeficient
t
Sign
Beta ,167 ,257 ,116
4,906 3,087 3,938 1,792
,000 ,002 ,000 ,074
Popularitas a. Dependent Variable: Perilaku Tabel 6 Koefisien Regresi 1. Dari tabel pertama dapat diinterpretasikan bahwa pengaruh variabel Existing Masyarakat, Orientasi Politik, Popularitas Calon yang Dipilih terhadap Perilaku Pemilih (voting behaviour) bersifat positif dengan nilai koefisiensi sebesar 0,408. 2. Tabel kedua digunakan untuk menentukan F hitung. Diperoleh hasil 19, 876 taraf signifikansi taraf signifikansi 0,000.Jika nilai Sig. < 0,05, maka linier atau dapat
digunakan untuk memprediksikan perilaku pemilih
(voting behaviour). Dengan kata lain Ho ditolak, Ha diterima. Maknanya ada pengaruh yang signifikan antara existing masyarakat, orientasi politik, popularitas calon yang dipilih terhadap perilaku pemilih masyarakat Kota Magelang pada Pemilu 3. Konstanta sebesar 3,152 koefisien regresi X1= 0,052, koefisien regresi X2= 0,153, koefisien regresi X3= 0,033
Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN 1. Existing masyarakat Kota Magelang da pada kategori menengah 2. Orientasi Politik Masyarakat Kota Magelang dalam pemilihan umum berada pada kategori berorientasi afektif 3. Popularitas calon yang dipilih oleh masyarakat Kota Magelang dalam pemilihan umum kategori sedang 4. Perilaku pemilih masyarakat Kota Magelang dalam pemilihan umum kategori pemilih kritis 5. Pengaruh existing masyarakat, orientasi politik dan popularitas calon yang dipilih terhadap perilaku pemilih masyarakat Kota Magelang dalam pemilihan umum (R=0,408)
B. SARAN 1. Pendidikan politik bagi masyarakat merupakan suatu keharusan. Akibat kurang dikoordinasikan secara obyektif, konsisten dan berkelanjutan maka orientasi politik masyarakat bisa mengalami pasang surut yang berarti. Terkait hal itu, sampai saat ini belum ada upaya-upaya khusus yang dilakukan oleh berbagai pemangku kepentingan di Kota Magelang. Pendidikan politik lebih terkonsentrasi berdekatan dengan waktu pemilu. Maka perlu diselenggarakan jejaring dari pemangku kepentingan untuk melakukan pendidikan politik secara kontinyu dan berkesinambungan. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat Kota Magelang dapat menjadi pemilih yang lebih cerdas – partisipasi politik yang lebih baik. 2. Dari informasi data yang diperoleh nampak bahwa masyarakat sudah berusaha untuk mengetahui calon siapa yang akan dipilih dari berbagai media yang ada , namun mereka masih merasakan bahwa partai politik masih sebagian besar belum memiliki mekanisme sistem seleksi yang berarti - dapat menjamin bahwa calon yang akan dipilih adalah yang Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
36
“terbaik dari yang baik-baik” . Fakta yang terjadi adalah “yang terbaik dari yang tersedia/ada”. 3. Popularitas calon pemimpin sudah menjadi pertimbangan. Bila benarbenar
terpilih menjadi pemimpin atau wakil rakyat maka diharapkan
untuk lebih bertanggungjawab atau menepati janji visi, misi, proker yang dipublikasikan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Soekamto, Soerjono (2004), Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Press: Jakarta Koentjoroningrat ( 2000), Mentalitet Kebudayaan Indonesia, Rajawali Press; Jakarta Rush & P.Althoff (2005), Sosiologi Politik, Rajawali Press; Jakarta Banowo, Muhammad (2008), Persepsi dan Perilaku Pemilih terhadap Partisipasi Politik dalam Pemilihan Umum Legislatif 2004 di Kabupaten Nganjuk, Tesis (tidak dipublikasikan), Program Pascasarjana UNS: Surakarta Ferdiansyah, Muhammad (2014), Perilaku Pemilih (Dinamika Pilihan Rasional dalam Kemenangan Jokowi-Basuki pada Pemilihan Umum Gubernur DKI Jakarta 2012, Skripsi (tidak dipublikasikan), UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta Sugiyono (2013), Metodologi Penelitian, Alfabeta: Bandung Pardosi, Benyaris (2013), Popularitas Bisa Naik, Elektabilitas Belum Tentu, Kompas, 24 September 2013 Kota Magelang dalam Angka 2008 - 2013
Analisis Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum
37
LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP KETUA 1. 2. 3. 4.
Nama Jenis Kelamin Tempat Tanggal Lahir Pekerjaan/Jabatan
5. Alamat Rumah 6. Fakultas / Prodi 7. Riwayat Pendidikan
: Dra. Kanthi Pamungkas Sari, M.Pd : Perempuan : Magelang 26 April 1969 : Dosen Tetap Yayasan Universitas Muhammadiyah Magelang : Bandongan RT 01 RW 05 Gondosuli Muntilan Magelang HP. 08122752650 Email :
[email protected] : Agama Islam / PGMI : a. SD Negeri Kramat I Magelang (lulus 1981) b. SMP N 9 Magelang (lulus 1984) c. SMAN 2 Magelang (lulus 1987) d. Sarjana Strata-1 Jurusan Sosiologi Program Studi Sosiologi UNSOED Purwokerto (lulus 1992) e. Pascasarjana Jurusan Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Univ. Negeri Yogyakarta (lulus 2009) Sertifikasi Profesi
: Sosiologi
8. Karya Tulis/Publikasi (5 tahun terakhir) a. Budaya Politik Partisipasi Pemilih dalam Pemilu, makalah disampaikan pada Workshop Partisipasi Pemilih di Kabupaten Magelang yang diselenggarakan KPU Kabupaten Magelang pada Rabu 15/12/ 2010 b. Bedah Kasus Anak di Kabupaten Magelang, makalah disampaikan dalam Sosialisasi Perlindungan Anak yang diselenggarakan Posdaya Desa Gunungpring Muntilan, pada Minggu 29/05/2011 c. Teknis Pelaksanaa AMI berstandar SPM-PT, makalah disampaikan dalam Refreshing Auditor Mutu Internal yang diselenggarakan BPM-UMMagelang, pada Senin 16 /04/2012 d. Pendidikan Politik bagi Perempuan sebagai Perluasan Peran Organisasi Sosial, makalah disampaikan dalam Seminar Pendidikan Politik yang diselenggarakan Majelis Hukum dan HAM PDA Kabupaten Magelang pada 24/02/2013 e. Analisis Sosial Pendidikan Seks Remaja di Kabupaten Magelang, makalah disampaikan dalam Ramadhan in Campus yang diselenggarakan IPM SMK M 2 Muntilan, pada Rabu 31 Juli 2013 f. Persepsi Petani tentang Tata Niaga Tembakau di Kabupaten Temanggung, makalah disampaikan dalam diskusi publik yang diselenggarakan oleh MTCC Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Grand Arthos Hotel, Jum’at 20 Maret 2015 g. Kebijakan Pemerintah Daerah Kebumen dalam Menanggulangi TB, makalah disampaikan dalam Workshop yang diselenggarakan oleh SSR TB Aisyiyah Kabupaten Kebumen, Senin 30 Maret 2015 di Hotel Candisari Kebumen h. Penguatan Civil Society dan Realitanya dalam Pemberdayaan Organisasi
Masyarakat, makalah disampaikan dalam diskusi “Peningkatan Rasa Solidaritas dan Ikatan Sosial di Kalangan Masyarakat” yang diselenggarakan oleh Kesbanglinmaspol Kota Magelang di Aula Bakorwil Kedu, pada Kamis, 2 April 2015 8. Penelitian dan Pengabdian yang dilaksanakan 5 tahun terakhir: a. Lolos Hibah Kompetisi dari Direkorat Kelembagaan Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI Program Forum Komunikasi dan Konsultasi-UMMagelang dengan Stakeholders dalam rangka Upaya Peningkatan Kualitas Industri Pariwisata melalui Pengembangan Jaringan Kemitraan di Daerah (2009-2010) (Anggota Tim) b.
Lolos Hibah Kompetisi Direkorat Kelembagaan Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI Program Cooperative Academic Education dalam rangka “Pemberdayaan UKM dan Penanaman Jiwa Kewirausahaan bagi Mahasiswa melalui Program Belajar-Bekerja Terpadu “ tahun 2009 (Anggota Tim, Mentor)
c.
Lolos Hibah Kompetisi Direktorat Kelembagaan Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI Program Ipteks Khusus “Diversifikasi Pangan Olahan Berbasis Komoditas Lokal Guna Mengatasi Kerawanan Pangan di Desa Jambewangi Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang” tahun 2009 (Anggota Tim)
d.
Lolos Hibah Kompetisi Direktorat Kelembagaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI Program Ipteks “Sosialisasi dan Penerapan Alat Kajian Keadaan Pedesaan PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PRA) untuk Penanggulangan Preventif Kasus Human Trafficking bagi Masyarakat” tahun 2009 (Ketua Tim)
e
Lolos Hibah Kompetisi Riset Unggulan Daerah Balitbang Provinsi Jawa Tengah tentang “Sikap dan Persepsi Petani Tembakau di Kabupaten Temanggung terhadap Budidaya Tanaman Stevia dan Jabon Sebagai Komoditas Alternatif Selain Tembakau” tahun 2011 (Ketua Tim)
f
Lolos Hibah Kompetisi Program Penerapan dan Pengembangan KKN Desa Vokasi di Provinsi Jawa Tengah dengan tema “Pemberdayaan Wanita Perdesaan Melalui Pengembangan Agribisnis Jamur Guna Meningkatkan Penghasilan Keluarga di Desa Wanurejo Borobudur Kabupaten Magelang “ tahun 2012 (Tenaga Ahli) Lolos Hibah Kompetisi Program Direktorat Belmawa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI dalam “Pengembangan Model Pembelajaran Non Konvensional tema Pengembangan Model Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Web Pada Matakuliah Statistik bagi Mahasiswa Fakultas Agama Islam” tahun 2012 (Ketua Tim)
g.
h.
Lolos Hibah Kompetisi Direktorat Kelembagaan Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI Program Hibah Pembinaan Perguruan Tinggi Swasata tahun 2013 (Anggota Tim)
i
Lolos Hibah Kompetisi Riset Unggulan Daerah Balitbang dan Statistik Kota Magelang tentang “Multidirectional Cycle sebagai Model Pemberdayaan Masyarakat dalam rangka Mewujudkan Magelang sebagai Kota Sejuta Bunga” tahun 2013 (Anggota Tim)
j.
Lolos Hibah Kompetisi Program Penerapan dan Pengembangan KKN Desa Vokasi di Provinsi Jawa Tengah tentang “Produksi Olahan Pangan Berbasis Jagung Guna Menumbuhkan Kewirausahaan di Kalangan Perempuan Desa Sutopati Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang” tahun 2013 (Ketua Tim)
k.
Penelitian Analisa Situasi Tuberkulosis (TB) di Kebumen. Program PR TB Care Aisyiyah dan didanai oleh Global Fund tahun 2014 (Ketua Tim)
Daftar Riwayat Hidup ini dibuat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagaimana mestinya. Magelang, 30 Agustus 2015 Yang menyatakan
Dra. Kanthi Pamungkas Sari, M.Pd NIDN. 0626046902
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ANGGOTA
Nama Tempat/ tgl. Lahir NIDN Pangkat/ Golongan Jabatan Fakultas Bidang Keahlian Alamat Rumah
Alamat Kantor
: Dr. SULISWIYADI, M.Ag : Semarang, 20 Oktober 1966 : 0620206605 : Pembina/ IV.b : Lektor Kepala : Agama Islam : Pendidikan Islam : Kp. Tegalarum No. 35 RT 2 RW XV Banjarnegoro Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang : Jl. Mayjen Bambang Soegeng Km. 5 Mertoyudan Magelang 56172
Riwayat Pendidikan a. SD Negeri Djambusari di Semarang, tahun lulus 1989 b. SMP Majapahit di Semarang, tahun lulus 1982 c. PGA Negeri Semarang, tahun lulus 1985 d. S1 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, tahun lulus 1990 e. S2 Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, tahun lulus 2001 f. S3 Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun lulus 2011 Diklat tambahan a. Diklat Audit Mutu Akademik Internal, Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional RI, Jakarta. Tahun 2007 b. Short Course and Test: International Register of Certificated Auditors (IRCA) Quality Management System ISO 9001 : 2008, TUVRheinland Jerman, 2012 Pekerjaan a. Dosen Agama Islam pada IKIP PGRI Semarang tahun 1990 – 1996 b. Dosen Luar Biasa pada IAIN Walisongo tahun 1992 – 1995 Dosen Tetap Yayasan pada Fakultas Agama Islam UMM Magelang tahun 1996 – sekarang Karya Ilmiah a.
Buku Paradigma Kurikulum Pendidikan, UMMgl Press, tahun 2007, ISBN : 979-257800-5 Pengembangan Perilaku Anak: Perspektif Psikologi Pendidikan, Moral, Disiplin dan Agama, CV Mahenoko Yogyakarta, tahun 2008, ISBN : 978-979-18662-8-6 Al Islam 1, II dan III, Untuk SMA/MA dan SMK Muhammadiyah, CV Mahenoko Yogyakarta, tahun 2008, ISBN : 979-186622-8 Pembelajaran Al Islam Reflektif, UMMgl Press, tahun 2013, ISBN : 979-257800-6
b. Artikel Asas Musyawarah dalam Proses Pemilihan Abu Bakar sebagai Khalifah (Tela’ah atas Prinsip-prinsip Demokrasi), Jurnal Ilmiah Refleksi UMM, tahun 2002. Islam dan Demokrasi (Respon Umat Islam Indonesia Terhadap Demokrasi), Jurnal Studi Islam Cakrawala FAI UMM, tahun 2004. Sintesa Qur’ani dan Kauni (Implementasi dalam Kurikulum PTM), Jurnal Studi Islam Cakrawala FAI UMM, tahun 2005. Agama dalam Perspektif Psikoanalisa Sigmund Freud, Jurnal Studi Islam Cakrawala FAI UMM, tahun 2005. Memahami Praktik Pendidikan Melalui Konsep Kekuasaan Michel Foucaut, Jurnal Ilmiah Refleksi UMM, tahun 2005. Teori Feminisme (Kajian Epistemologi dan Metode Studi Wanita), Jurnal Ilmiah Refleksi UMM, tahun 2007. Pembelajaran Religiositas dalam Pendidikan Agama Islam, Jurnal Madania UMP, tahun 2009. Positivisme dan Hermeneutika dalam Perspektif Obyektifitas, Jurnal Studi Islam Cakrawala FAI UMM, Vol. VII, No. 1, Juli, tahun 2010. Pendidikan Agama dalam Perspektif Pengembangan Moral Anak, Jurnal Studi Islam Cakrawala FAI UMM, Vol. VII, No. 2, 2 Desember, tahun 2010. Implikasi Hukum Pasca Penetapan Perda Pendidikan, Jurnal Penelitian dan Pendidikan Islam "Tarbiyatuna", Vol. 3 No. 1, Juli-Agustus, tahun 2012. Lesson Study dalam Pengembangan Profesionalisme Guru, Jurnal Penelitian dan Pendidikan Islam "Tarbiyatuna", Vol. 4 No. 1, Januari-Juni, tahun 2013. c.
Penelitian & Pengabdian Produktivitas Pendidikan pada Madrasah Aliyah Kota Magelang tahun 2000, dana Proyek Ditbinpertais Depag RI. (sebagai ketua peneliti) Kompetensi Guru Penyetaraan D2 Hubungannya dengan Kemampuan Mengajar Guru MI di Kabupaten Magelang tahun 2002, dana UMM. (sebagai ketua peneliti) Penelitian Dana BOS (Bantuan Operasional Madrasah) di Kabupaten Magelang, APBD Kabupaten Magelang tahun 2008. (sebagai ketua peneliti) Penguatan Fungsi Keluarga Melalui Pemberdayaan Jama’ah Masjid di Dusun Tempel Desa Girirejo Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang, DIPA Ditjen Pendis Kemenag RI Tahun 2010 (ketua Tim Pengabdian) Hidden Curriculum dalam Pengembangan Keberagamaan Siswa pada Sekolah NU dan Muhammadiyah Kabupaten Magelang DIPA Ditjen Pendis Kemenag RI Tahun 2011 (sebagai ketua peneliti) Pemberdayaan Desa Vokasi melalui Ketrampilan Membatik di desa Wates Kecamatan Magelang Tengah Kota Magelang Tahun 2013, APBD Tk. I Jawa Tengah ((sebagai ketua Tim Pengabdian)
d. Pengalaman bidang Quality Management System Auditor Eksternal untuk Implementasi SPMI Berbasis SMM ISO 9001:2008 pada Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 2012.
Auditor Eksternal untuk Implementasi SPMI Berbasis SMM ISO 9001:2008 pada LPPM Universitas Gajah Mada Yogyakarta, 2012 Auditor Eksternal untuk Implementasi SPMI Berbasis SMM ISO 9001:2008 pada Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2013 Auditor Eksternal untuk Implementasi SPMI Berbasis SMM ISO 9001:2008 pada Sekolah Tinggi Energi Perminyakan dan Gas (STEMIGAS) Cepu Jawa Tengah, 2014. Auditor Eksternal untuk Implementasi SPMI Berbasis SMM ISO 9001:2008 pada POLTEKKES Kemenkes Surakarta, 2015. Auditor Eksternal untuk Implementasi SPMI Berbasis SMM ISO 9001:2008 pada STIKES Al Irsyad Cilacap, 2015. Magelang, 30 Agustus 2015 Yang menyatakan
Dr. Suliswiyadi, M.Ag NIDN. 0620206605
LAMPIRAN 3 PENGGUNAAN ANGGARAN No 1
2
3 4 5
Rencana Kegiatan yang Diusulkan Honorarium a. Ketua Peneliti (1 orang x 3 bulan) b. Anggota Peneliti (1 orang x 3 bulan) c. Enumerator (3 orang x 1 bulan) Belanja Bahan a. ATK b. Kertas HVS c. Fotocopy, jilid d. Tinta printer e. Konsumsi f. Pembuatan laporan Belanja Sewa a. Sewa printer Belanja Jasa a. Analisis Data (2 orang) Belanja Perjalanan b. Pengurusan ijin Transport ke Kantor Badan Kesbangpolinmas Transport ke Kantor Kec. Magelang Utara, Kec. Magelang Tengah, Kec. Magelang Selatan (2 orangx1 hari) c. Transport lokal untuk penyebaran wawancara ke responden (2 orang x 9 hari) d. Transport lokal untuk penyebaran angket ke responden Kec. Magelang Utara (1 orangx 9 hari) Kec. Magelang Tengah (1 orangx 9 hari) Kec.Magelang Selatan(1 orangx 9 hari) Jumlah
Volume Kegiatan
Satuan Biaya (Rp)
Jumlah (Rp)
3 OB 3 OB 3 OB
600.000 400.000 150.000
1.800.000 1.200.000 450.000
1 paket 2 rim 1 paket 4 buah 1 paket 20 paket
531.100 40.000 530.200 35.000 196.800 21.000
531.100 80.000 530.200 140.000 196.800 420.000
1 bulan
300.000
300.000
2 OK
500.000
1.000.000
1 OK
50.000
50.000
2 OK
100.000
200.000
18 OH
50.000
900.000
9 OH
45.000
450.000
9 OH
45.000
450.000
9 OH
45.000
450.000 9.008.100
Keterangan: Anggaran di atas belum termasuk pajak yang harus dibayarkan. Magelang, 30 Agustus 2015 Ketua Peneliti,
Dra. Kanthi Pamungkas Sari, M.Pd
Lampiran 4 JADWAL PENELITIAN No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Rencana Kegiatan Persiapan, praobservasi, pengajuan usulan Pengumuman Perijinan, penyusunan instrumen Penyebaran angket Observasi, Wawancara Pengumpulan Data Pengolahan Data Analisis Data Desiminasi hasil penelitian internal Pelaporan kegiatan
1
Mei 2 3
4
1
Juni 2 3
4
1
Juli 2 3
4