LAPORAN HASIL KEGIATAN
KARAKTERISASI DAN KOLEKSI SUMBERDAYA GENETIK TANAMAN DAN TERNAK LOKAL DI PROVINSI ACEH
PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN :
ISKANDAR MIRZA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015
1
LEMBAR PENGESAHAN 1.
Judul Kegiatan
:
2.
Unit Kerja
:
3.
Alamat Unit Kerja
:
4.
Sumber Dana
:
5. 6.
7. 8. 9. 10. 11.
Status Penelitian Penanggung Jawab a. Nama b. Pangkat/ Golongan c. Jabatan Lokasi Agroekosistem Tahun Mulai Tahun Selesai Output Tahunan
: : : : : : : : : :
12.
Output Akhir
:
13.
Biaya
:
Koordinator Program, Dr. Rahman Jaya, S.Pi., M.Si.. NIP. 19740305 200003 1 001 Mengetahui : Kepala Balai Besar
Dr. Ir. Abdul Basit MS NIP. 19610929 198603 1 003
Karakterisasi dan Koleksi Sumberdaya Genetik Tanaman dan Ternak Lokal di Provinsi Aceh. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh Jalan Panglima Nyak Makam No. 27 Kotak Pos 41 Kode Pos 23125 Telp. (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Lanjutan Dr. drh. Iskandar Mirza, M.P. Penata/ III/c Peneliti Muda Provinsi Aceh Multiagroekosistem 2015 2015 Memperoleh informasi dan sumber benih, bibit untuk pengidentifikasian sumber daya genetic serta pemeliharaan kebun koleksi tanaman dan ternak lokal lingkup di Provinsi Aceh Memperoleh database dan buku catalog tentang keberadaan, penyebaran, ciriciri spesifik lokal tanaman dan ternak lokal di Provinsi Aceh Rp. 214.260.000,- (dua ratus empat belas juta dua ratus enam puluh ribu rupiah).Penanggungjawab kegiatan, Dr. drh. Iskandar Mirza, M.P. NIP. 1963 199403 1 001 Menyetujui Kepala Balai
Ir. Basri A. Bakar, M.Si. NIP. 19600811 198503 1 001
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah “Segala Puji bagi Alloh” dan syukur penulis ucapkan kepada Alloh Subhanuhu wa Ta’ala, Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan karunia-Nya penulis dan tim mampu menyelesaikan laporan kegiatan yang berjudul ”Karakterisasi dan Koleksi Sumberdaya Genetik Tanaman dan Ternak Lokal di Provinsi Aceh”. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut Kementerian Pertanian/Badan Litbang Pertanian dalam menan t dan melestarikan serta mengembangkan sumberdaya genetik tanaman dan ternak lokal. Tujuan kegiatan ini adalah mengkarakterisasi hasil kegiatan inventarisasi di Tahun 2014, mengkoleksi secara ek situ sumberdaya genetik di lahan pekarangan BPTP Aceh serta menginisiasi pembentukan komisi daerah (Komda) sumberdaya genetik di Provinsi Aceh. Hasi kegiatan berupa data tentang karakterisasi
dan keberadaan sumberdaya geneti
tanaman dan ternak lokal di Provinsi Aceh. Dengan segala kerendahan hati, disadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, sehingga memerlukan masukan guna perbaikannya.
Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu, sehingga laporan ini dapat selesai dengan tepat waktu. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Banda Aceh, Desember 2015
Penulis
3
RINGKASAN 1
Judul
:
Karakterisasi dan Koleksi Sumberdaya Genetik Tanaman dan Ternak Lokal di Provinsi Aceh.
2
Unit Kerja
:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh
3
Lokasi
:
Provinsi Aceh
4
Agroekosistem
:
Multiagroekosistem
5
Status (L/B)
:
Lanjutan
6
Tujuan
:
7
Keluaran
:
1. Tersedianya informasi tingkat keberagaman SDG tanaman dan ternak lokal spesifik Aceh, baik di lahan pekarangan, lahan petani maupun kebun koleksi di Provinsi Aceh. 2. Tersedianya informasi status SDG tanaman dan ternak lokal yang dapat digunakan sebagai bahan penyusun kebijakan pengelolaan SDG tanaman dan ternak di Provinsi Aceh. 1. Luaran penelitian ini adalah Mendapatkan informasi tingkat keberagaman sumberdaya genetik tanaman perkebunan, baik di lahan pekarangan, lahan petani maupun kebun koleksi di Provinsi Aceh. 2. Memperoleh database dan buku katalog inventaris SDG tanaman dan ternak spesifik lokal di Provinsi Aceh.
8
Hasil
:
Koleksi keanekaragaman SDG baik secara insitu maupun eksitu dan memperoleh database tentang tanaman dan ternak spesik lokal di Provinsi Aceh.
9
Prakiraan Manfaat
:
Manfaat pengkajian bagi masyarakat adalah Informasi keanekaragaman genetik tanaman dan ternak lokal di Provinsi Aceh, lokasi, ciri spesifik dan lokasi penyebarannya.
10 Prakiraan Dampak
:
Informasi yang tersedia tentang sumber daya genetik tanaman dan ternak lokal di Provinsi Aceh dapat menjadi daya tarik bagi masyrakat secara luas dan pemerintah Aceh khusunya untuk melestarikan dan mengembangkan sumberdaya genetik itu sebesarbesarnya demi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat di Aceh khususnya.
11 Prosedur
:
10 tahapan : Persiapan, survey calon lokasi dan calon petani kooperator, sosialisasi dan koordinasi dengan PEMDA, menentukan rancangan pelaksanaan 4
kegiatan, pelaksanaan kegiatan, karakterisasi dan pengamatan, temu koordinasi dengan PEMDA, petani dan penyuluh, monitoring dan evaluasi, pelaporan. 12 Jangka Waktu
:
1 tahun.
13 Biaya
:
Rp. 214.260.000,- (dua ratus empat belas juta dua ratus enam puluh ribu rupiah).-
5
SUMMARY 1
Title
:
Characterization and Collection of Local Plant and Livestock Genetic Resources in Aceh province
2
Implementation Unit
:
Institute for Agricultural Technology Aceh
3
Location
:
Aceh Province
4
Agroecosystem
:
Multiagroekosystem
5
Status
:
Continued
6
Objectives
:
1. Availability information SDG level diversity of crops
and livestock specific local Acehnese , both in their yards , gardens and farmers' fields collection in the province of Aceh.
2. Availability status information SDG local crops and livestock that can be used as building blocks SDG management policies crops and livestock in the province of Aceh.
7
Output
:
1. Outcomes of this research is Getting information resource levels of genetic diversity of plantation crops , both in their yards , gardens and farmers' fields collection in the province of Aceh. 2. Acquire inventory database and catalog books SDG specific local crops and livestock in the province of Aceh.
8
Outcome
:
9
Expected benefit
:
Collection SDG diversity both in situ and eksitu and obtain a database of local crops and local livestocks in Aceh Province. Benefits for the community assessment is information genetic diversity of crops and livestock locally in Aceh Province , location , specific characteristics and location of distribution.
10 Expected Impact
:
The information provided on plant genetic resources and local livestock in the province of Aceh can be an attraction for the community and the government of Aceh widely especially to preserve and develop the genetic resources as much as possible for the prosperity and welfare of the people of Aceh in particular.
11 Procedure
:
10 stages : Preparation, candidate surveys prospective farmer cooperators, socialization
and and 6
coordination with the local government, determines the design of the activities, the implementation of the inventory, collection and characterization in the yard and outside yard, characterization and observation , meeting coordination with local government, farmer and extension , monitoring and reporting. 12 Duration
:
ten months
13 Budget
:
Rp. 214.260.000,- (two hundred and fourteen million two hundred and sixty thousand dollars),-
7
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN
i
KATA PENGANTAR
ii
RINGKASAN
iii
SUMMARY
v
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
I
PENDAHULUAN
1
1.1.
Latar Belakang
1
1.2.
Dasar Pertimbangan
2
1.3
Tujuan
3
1.4
Keluaran
3
II
III
IV
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1.
Kerangka Teoritis
4
2.2.
Hasil-Hasil Penelitian/ Pengkajian
4
METODOLOGI
6
3.1.
Pendekatan
6
3.2.
Ruang Lingkup Kegiatan
6
3.3.
Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
4.1.
Karakterisasi dan Koleksi Tanaman Pala
9
4.2.
Karakterisasi dan Koleksi Tanaman di Pekarangan
13
4.3.
Karakterisasi dan Koleksi Tanaman Ubi Jalar
18
4.4.
Eksplorasi Sumberdaya Genetik Jeruk Purut Manis dan Sawo Aceh
30
Eksplorasi dan Karakterisasi Sapi Keupong
37
4.5.
Status inventarisasi dan karakterisasi SDG
39
4.6.
Pengelolaan Kebun Koleksi
41
4.5.
8
V
4.7.
Kelembagaan Sumberdaya Genetik
41
4.6.
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
42
KESIMPULAN DAN SARAN
44
5.1.
Kesimpulan
44
5.2.
Saran
44
DAFTAR PUSTAKA
45
LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Tenaga dan Organisasi Pelaksanaan
46
LAMPIRAN 2. Anggaran
47
LAMPIRAN 3. Foto Kegiatan
49
9
DAFTAR TABEL
No
Judul Tabel
Halaman
1
Karakterisasi 5 aksesi tanaman pala di Kabupaten Aceh Selatan.
11
2 3
Tabulasi hasil inventarisasi beberapa jenis tanaman di lahan pekarangan. Karakterisasi Batang dan Daun pada 6 varietas di kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar Karakterisasi pada ubi, warna kulit ubi dan warna daging ubi pada 6 varietas di kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar. Dokumentasi pada saat karakterisasi pada ubi, warna kulit ubi dan warna daging ubi pada 6 varietas di kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar. Karakterisasi berdasarkan skor CIP, AVRDC, IBPGR 1991 pada Ketela Hitam Karakterisasi berdasarkan skor CIP, AVRDC, IBPGR 1991 pada Ketela Madu Karakterisasi berdasarkan skor CIP, AVRDC, IBPGR 1991 pada Ketela Jepang Karakterisasi berdasarkan skor CIP, AVRDC, IBPGR 1991 pada Ketela Rujak Karakterisasi berdasarkan skor CIP, AVRDC, IBPGR 1991 pada Ketela Sarioto Karakterisasi berdasarkan skor CIP, AVRDC, IBPGR 1991 pada Ketela Sari Madu Data hasil karakterisasi tanaman jeruk purut biasa dan jeruk purut manis. Data hasil karakterisasi sawo Aceh dan sawo biasa di Kabupaten Aceh Utara
14 20
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Status inventarisasi dan karakterisasi SDG di Provinsi Aceh. Data Kebun koleksi
21 22 24 25 26 27 28 29 31 34 37 39
10
DAFTAR GAMBAR
No
Judul Gambar
1 2
Perbandingan Pala Hutan yang besar dengan pala lokal dari ukuran buah Kebun tanaman pala induk dan pembibitan pala di kebun milik petani pelestari Peta Formasi ubi jalar Bentuk umbi 6 varietas ubi jalar Perbedaan bentuk buah jeruk purut biasa (a) dengan jeruk purut manis (b) Keragaan morfologi daun jeruk purut biasa (a) dengan jeruk purut manis (b) Keragaan bentuk tanaman jeruk purut biasa (a) dan jeruk purut manis (b) Keragaan morfologi bentuk buah sawo biasa (a) dan sawo Aceh (b) Tampilan buah sawo kecik dibandingkan sawo kecik Tampilan sapi Aceh Tampilan sapi Keupong
3 4 5 6 7 8 9 10 11
Halaman 10 12 19 19 32 33 33 35 36 38 38
11
DAFTAR LAMPIRAN
No 1 2 3
Judul Lampiran Tenaga dan Organisasi pelaksana kegiatan Anggaran kegiatan SDG Foto kegiatan SDG
Halaman 46 47 49
12
I . PENDAHULUAN 1.Latar Belakang
Sumber daya genetik tanaman pertanian merupakan bahan yang dapat dimanfaatkan secara langsung atau tidak langsung untuk mendukung ketahanan pangan.
Pemanfaatan langsung SDG tanaman berupa budidaya langsung
untuk memenuhi kebutuhan tanpa memerlukan perbaikan tanaman melalui pemuliaan. SDG tanaman yang memiliki keunikan secara geografis, maka dapat dilindungi untuk memperoleh hak perlindungan indikasi g eografis. Pemanfaatan SDG secara tidak langsung, yaitu memanfaatkan keanekaragaman bahan genetik yang terdapat di dalam SDG tanaman untuk
merakit variertas unggul baru
melalui kegiatan pemuliaan tanaman. Keanekaragaman serta status keberadaan SDG tanaman di Indonesia, Provinsi Aceh khususnya sangat diperlukan sebagai dasar penyusunan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan SDG pertanian
untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Informasi dapat diperoleh melalui serangkaian kegiatan inventarisasi SDG tanaman, baik melalui inventarisasi SDG tanaman yang berada di lahan pekarangan rumah petani, lahan petani maupun kebun koleksi. Data inventariasi SDG tanaman mencakup identitas petani, lokasi, jenis/spesies tanaman yang dibudidayakan, cakupan
dan
deskripsi serta pemanfaatan. Hasil inventarisasi keanekaragaman SDG tanaman dapat memberikan informasi tingkat keberagaman/diversitas dan potensi pemanfaatan serta sumber keberadaannya berupa peta sebaran secara spasial. Pengumpulan data keanekaragaman SDG tanaman melalui kegiatan inventarisasi berupa survai memerlukan panduan agar diperoleh keseragaman dalam menerapkan prosedur dan format di antara para
pelaksana kegiatan
dalam prosedur pengambilan contoh ( sample ) petani serta data dari variabelvariabel yang perlu dikumpulkan dalam rangka inventarisasi SDG tanaman. Rencana kegiatan SDG 2015 adalah fokus pada karakterisasi sumber daya genetik tanaman lokal yang belum dilakukan karakterisasi dan melakukan inventarisasi, koleksi dan karakterisasi ternak lokal di lingkup Provinsi Aceh. Hal ini dilakukan karena keberadaan sumberdaya genetik belum menjadi sorotan dan program utama pemerintah 13
provinsi maupun daerah untuk melindungi apalagi memanfaatkan aset-aset sumberdaya genetik lokal yang akan semakin digeser oleh tanaman dan ternak yang didatangkan dari luar Provinsi Aceh. Berlanjutnya kegiatan pengelolaan sumber daya genetik di Tahun 2015 ini diharapkan mampu menginisiasi dan menyadarkan pemegang kebijakan di lingkup Provinsi Aceh untuk bersama-sama melindungi, melestarikan dan mengembangkan sumberdaya genetik lokal yang ada. Perubahan iklim yang menyebabkan pergeseran iklim secara makro dan mikro menyebabkan terjadi perubahan terhadap kemampuan hidup dan daya juang dari masing-masing individu baik tanaman maupun ternak di lingkungannya. Sumber daya genetik lokal tanaman dan ternak yang berada di lingkup agroekosistem Provinsi Aceh telah beradaptasi dengan baik selama-lama berates tahun sehingga daya adaptasi yang dimiliki oleh individu lokal ini juga yang diharapkan untuk tetap bertahan terhadap perubahan iklim yang terjadi. 1.2. Dasar Pertimbangan Pengelolaan sumberdaya genetik (SDG) pertanian yang mencakup pelestarian dan pemanfaatan memerlukan informasi status dan sebaran SDG.
Hingga saat ini,
informasi tentang status dan sebaran SDG tanaman di Provinsi Aceh belum ada atau masih sangat terbatas. Kegiatan ini merupakan inventarisasi SDG tanaman. Kegiatan ini dilakukan
agar
data
yang
dikumpulkan
dari
peneliti
setiap
daerah
(kabupaten/kecamatan) yang akan melaksanakan inventarisasi SDG menjadi seragam, sehingga akan mempemudah untuk melakukan analisis data. Kegiatan ini mencakup inventarisasi SDG tanaman yang ada di lahan pekarangan, lahan petani dan kebun koleksi. Hasil Inventarisasi dan Karakterisasi sumber daya genetik Tahun 2013 adalah 9 aksesi padi lokal, 1 aksesi tanaman durian, 2 aksesi tanaman melinjo, 20 aksesi tanaman bunga, 5 aksesi tanaman obat. Hasil inventarisasi SDG Tahun 2014 adalah 40 aksesi tanaman kopi, 14 aksesi tanaman telah dikarakterisasi, 4 aksesi tanaman durian, 2 aksesi tanaman padi lokal dan pembuatan kebun koleksi SDG tanaman kopi di KP. Gayo. Untuk SDG ternak telah dilakukan inventarisasi 1 aksesi sapi aceh, 1 aksesi kuda, 1 aksesi gajah dan 1 aksesi kerbau Simeulue. Tahun 2015 akan dilakukan karakterisasi semua SDG tanaman dan ternak yang telah dikarakterisasi dan pengembangan SDG 14
kopi di KP. Gayo juga Tim SDG berencana membuat kebun Koleksi SDG tanaman durian di Desa Lamno, Kabupaten Aceh Jaya. 1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan tahunan kajian ini yaitu : 1. Tersedianya informasi tingkat keberagaman SDG tanaman dan ternak local baik di lahan pekarangan, lahan petani maupun kebun koleksi di Provinsi Aceh. 1.3.2. Tujuan jangka panjang kajian ini yaitu : 1. Tersedianya informasi status SDG tanaman dan ternak lokal yang dapat digunakan sebagai bahan dalam penyusunan kebijakan pengelolaan SDG tanaman di Provinsi Aceh. 1.4. Keluaran 1.4.1. Keluaran tahunan dari kajian ini yaitu : 1. Mendapatkan informasi tingkat keberagaman sumberdaya genetik tanaman perkebunan, baik di lahan pekarangan, lahan petani maupun kebun koleksi di Provinsi Aceh. 1.4.2. Keluaran jangka panjang dari kajian ini yaitu : 2. Memperoleh database dan buku katalog inventaris SDG tanaman perkebunan di Provinsi Aceh. 1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak 1.5.1. Perkiraan manfaat dari kajian ini yaitu : Informasi keanekaragaman genetik tanaman dan ternak lokal di Provinsi Aceh, lokasi, ciri spesifik dan lokasi penyebarannya. 1.5.2. Perkiraan dampak dari kajian ini yaitu : Informasi yang tersedia tentang sumber daya genetik tanaman dan ternak lokal di Provinsi Aceh dapat menjadi daya tarik bagi masyrakat secara luas dan pemerintah
15
Aceh khusunya untuk melestarikan dan mengembangkan sumberdaya genetik itu sebesar-besarnya demi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat di Aceh khususnya.
16
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka teoritis Potensi kekayaan alam Indonesia yang telah diakui secara internasional, yakni sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman hayati (mega biodiversity), haruslah merupakan kekuatan komparatif pembangunan. Keanekaragaman hayati yang meliputi keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman jenis dan keanekaragaman genetik, merupakan potensi yang perlu dimanfaatkan secara berkelanjutan (sustainable). Upaya pengembangan potensi kekayaan alam tersebut dapat dilakukan tanpa mengganggu kelestariannya. Indonesia yang memiliki 36 juta hektar hutan konversi dan sekitar 57 juta hektar areal tanah lainnya dapat digunakan untuk mengembangkan komoditas potensial. Selain itu potensi pedesaan yang beranekaragam memungkinkan untuk dijadikan pola pengembangan alternatif yang spesifik lokasi. Menurut Zuhud dan Putro (2000), rendahnya kesadaran manusia akan ketergantungannya terhadap sumberdaya hayati menyebabkan rendahnya apresiasi manusia terhadap sumberdaya tersebut. Ditambah lagi dengan kecenderungan untuk meremehkan pengetahuan tradisional yang digali dengan pengalaman empiris. Gerakan dunia untuk menggali potensi pengetahuan tradisional dan eksplorasi nilai-nilai manfaat baru telah dimulai di berbagai negara. Menurut laporan US National Research Council, pohon mimba (Azadirachta indica) telah digunakan masyarakat India untuk berbagai kepentingan selama berabadabad yang lalu. Pohon ini dikenal sebagai village pharmacy. Pohon mimba ini dikenal sebagai insektisida alami yang banyak disarankann sebagai tanaman sela di lahan-lahan perkebunan, pertanian dan hutan tanaman. Di Indonesia sendiri, ancaman kelestarian plasma nutfah tumbuhan obat hutan tropika saat ini menjadi sangat serius dengan adanya formasi hutan tropika dataran rendah selama dua tahun terkahir ini mengalami kerusakaan yang sangat parah, akibat eksploitasi kayu, perambahan hutan, kebakaran hutan, konversi hutan, perladangan berpindah dan lain-lain (Hasanah, 2004). 2.2. Hasil-Hasil Penelitian/ Pengkajian Provinsi Aceh dengan keberadaan hutan yang luas, membentang dari barat, selatan, utara hingga timur, berdampak pada variasi biodiversitas. Sumberdaya lahan dan perairan ditambah dengan iklim yang khas Informasi terhadap potensi kekayaan alam tersebut perlu digali dan dikelola secara bijaksana dan lestari untuk mendukung 17
pembangunan di wilayah Provinsi Aceh. Kondisi erosi genetik terus berlangsung oleh akibat gangguan alam dan ulah manusia yang tidak bertanggung jawab (Rifai, 1983). Masyarakat Indonesia menyadari bahwa ancaman kelestarian tanaman rempah dan obat sangat serius. Keadaan hutan rempah dan obat sangat parah akibat eksprolasi kayu, perambah hutan, konversi hutan serta kebakaran hutan (Hadad et al., 2002). Pada masa mendatang keanekaragaman hayati akan memegang peranan penting dalam pembangunan karena kebutuhan dunia akan bahan baku yang berasal dari alam akan terus meningkat. Ketersediaan bahan baku tersebut harus didukung oleh ketersediaan sumber daya genetik yang menjadi dasar dari plasma nutfah (kerabat liar) yang belum terganggu dari lingkungannya (Shaller, 1989). Negara kita bersama-sama dengan 157 negara anggota PBB lainnya telah menandatangani dokumen tentang Konvensi PBB mengenai keanekaragaman hayati pada Konferensi Tingkat Bumi di Rio de Janeiro, Brazil pada bulan Juni 1992,. Kesepakatan tersebut telah diratifikasi melalui Undang-undang no 5 tahun 1994 mengenai Konvensi Keanekaragaman hayati (Diwyanto dan Setiadi, 2000). Dalam UU No. 22 Th 1999 tentang pemerintahan daerah telah dinyatakan bahwa dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah, dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi daerah dengan kewenangan mendayagunakan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standarisasi nasional. Daerah berwenang mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayahnya dan bertanggungjawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Hasanah, 2004).
18
III. METODOLOGI 3.1. Pendekatan Inventarisasi SDG tanaman di lahan pekarangan rumah petani dilakukan dengan metode survey, mendatangi rumah petani contoh (sample), melakukan observasi dan wawancara
dengan petani. Prosedur inventarisasi SDG tanaman di luar pekarangan
petani dilakukan dengan mencatat semua tanaman yang memiliki ciri spesifik (unik) dan bila terdapat tanaman yang memiliki manfaat sebagai tanaman obat, pangan alternatif atau lainnya juga dicatat. Tahap berikutnya adalah melakukan koleksi baik secara insitu maupun eksitu. Selanjutnya dilakukan karakterisasi terhadap tanaman maupun ternak lokal yang terdapat di luar pekarangan. 3.2. Ruang Lingkup Kegiatan Kegiatan karakterisasi sumberdaya genetik tanaman dilakukan terhadap tanaman yang telah dilakukan inventarisasi dan koleksi pada kegiatan pengelolaan sumber daya genetik di tahun 2014, sedangkan kegiatan inventarisasi, koleksi dan karakterisasi terhadap ternak lokal di lakukan situasional berdasarkan info keberadaan dan penyebaran ternak lokal yang berada lingkup Provinsi Aceh. 3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan 3.3.1. Bahan Bahan yang didapatkan pada kegiatan sumberdaya genetik untuk tanaman dilakukan sebagian besar secara insitu di kebun petani. Bhaan tersebut adalah aksesi dari masing-masing varietas lokal yang berada di Provinsi Aceh. 3.3.2. Metode Pelaksanaan Kegiatan Metoda Analisis Data Metode sampling Banyaknya sample: 30 responden/rumah tangga atau lebih untuk setiap kabupaten. 1.
Banyaknya kabupaten : sesuai dengan dana yang tersedia
2.
Kabupaten yang dipilih, sedapat mungkin mencakup/meliput atau menyebar secara geografis di dalam propinsi.
3.
Pemilihan rumah petani contoh (sample) dilakukan secara stratifikasi. Dasar stratifikasinya berdasarkan jarak dari ibukota kabupaten dan jenis jalan. [Asumsi: SDG pekarangan dekat kota lebih sedikit daripada jauh dari kota 19
kabupaten. Di samping itu, SDG tanaman pekarangan yang dilalui jalan besar lebih sedikit daripada jalan sedang atau jalan kecil].
Pengamatan Data yang dikumpulkan: 1.
Waktu inventarisasi dan Lokasi. 1.
Tanggal inventarisasi: tanggal pada saat dilakukan survai inventarisasi.
2.
Lokasi mencakup :
Letak lintang (LU atau LS) dan Bujur (BT atau BB). Ketinggian tempat/lokasi (meter dari permukaan air laut). 3.
8.
Identitas Petani. 1.
Nama.
2.
Alamat RT/RW. Nomor.
3.
Kampung/dukuh atau wilayah lebih kecil dari desa/kelurahan.
4.
Desa/Kalurahan.
5.
Kecamatan.
6.
Kabupaten.
7.
Propinsi.
Komoditas tanaman. 1.
Perkebunan (kopi, coklat, nilam dan pala).
Data Tiap Komoditas Tanaman. 1.
Spesies (nama tanaman).
2.
Jumlah varietas tiap spesies.
3.
Nama varietas (kalau diketahui).
4.
Jumlah tanaman atau luas.
5.
Deskripsi morfologi dan karakter unik/memiliki indikasi geografis (kalau
ada). 6.
Pemanfaatan.
Inventarisasi SDG tanaman Kebun Koleksi Prosedur inventarisasi SDG tanaman dari kebun koleksi langsung mencatat deskripsi sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No37/Permentan/OT.140/7/ 2011, mencakup: 20
a. nama dan alamat lengkap; b. status (perorangan/badan hukum); c. akta pendirian dan perubahannya; d. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); e. tujuan kebun koleksi dan/atau tempat penyimpanan SDG; f. jenis dan jumlah SDG yang dikoleksi dan/atau disimpan; dan g. status lahan kebun koleksi dan/atau tempat penyimpanan. Kebun koleksi yang diinventarisasi mencakup kebun milik perorangan, PEMDA, swasta, LSM, serta sejenis kebun koleksi lain seperti Taman Kehati. Indeks diversitas SDG dalam suatu wiayah Indeks diversitas SDG dalam suatu wilayah dapat dihitung dengan Indeks Shanon. Indeks Shanon (H) dan Indeks Equitability (EH) dirumuskan sebagai: s H = - ∑ pi ln pi, dan EH = H ln S; i=1
sedangkan pi = proporsi spesies ke-i dan S=banyaknya spesies dalam suatu wilayah. Untuk mengetahui tingkat kemiripan struktur spesies antar 2 wilayah, dapat diduga dari besaran koefisien Sorenson (SC) yang dirumuskan sebagai SC = 2 C / S1 + S2, C=jumlah spesies yang sama, S1 dan S2 jumlah seluruh spesies dalam wilayah 1 dan 2.
Sebaran varietas Distribusi frekuensi
dan cakupan secara geografis setiap varietas
dan jenis
komoditas tanaman secara visual disajikan dalam bentuk Tabel frekuensi dan peta sebarannya secara spasial.
Dokumentasi data inventarisasi Pendokumentasi database dari hasil inventarisasi dalam bentuk softcopy sementara dapat menggunakan MS-EXCEL.
Hasil inventarisasi dalam bentuk hardcopy disajikan
dalam bentuk buku Katalog. Untuk memudahkan penelusuran, maka katalog disusun menurut kelompok komoditas tanaman pangan, sayuran, buah-buahan, perkebunan,
21
rempah dan obat, hias, tanaman pangan ternak lalu diurutkan menurut abjad nama jenis tanaman.
22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan kegiatan Sumber Daya Genetik tahun 2015 adalah lanjutan dari kegiatan tahun 2014 yang difokuskan pada kegiatan karakterisasi hasil inventarisasi ditahun 2014 yang belum selesai dilakukan. Kegiatan karakterisasi diawali di Kabupaten Aceh Selatan melakukan karakterisasi terhadap beberapa aksesi tanaman pala yang khas di Aceh Selatan terutama pala hutan dan beberapa jenis pala lokal lainnya. 4.1. Karakterisasi dan Koleksi Tanaman Pala Kegiatan karakterisasi tanaman pala dan nilam di Kabupaten Aceh Selatan Kegiatan Pengelolaan Sumberdaya Genetik Tahun 2015 dilakukan di Desa Jambu Apa, Kab. Aceh Selatan. Tim SDG melakukan survey ke beberapa lokasi kebun pala milik beberapa orang petani. Sebagian besar petani tidak paham tentang perbedaan aksesi pada tanaman pala. Kemudian tim SDG mendapat rekomendasi dari petani pelestari lainnya untuk bertemu dengan ketua forum pala Kabupaten Aceh Selatan yaitu Bpk. Hamdani karena beliau telah banyak mendapat pelatihan pada saat ada LSM caritas di Kabupaten Aceh Selatan. Kedatangan tim SDG yang bertujuan melestarikan tanaman pala lokal. Dari hasil wawancara dengan beliau (Bpk. Hamdani) terdapat beberapa jenis pala yang beliau ketahui berdasarkan perbedaan bentuk buah ada sekitar 5 sampai 7 jenis pala. Kendala yang dihadapi petani pala di Kabupaten Aceh Selatan adalah harga pala yang semakin turun dan tidak pasti. Untuk itu beliau dan kelompok forum pala telah mendapat bantuan pelatihan pembuatan aneka produk olahan pala, sehingga petani bisa mendapat keuntungan yang lebih baik, daripada bergantung kepada harga dari pemerintah yang tidak pasti. 4.1.1. Penyebaran Varietas Pala Lokal Varietas pala saat ini masih dibudidayakan pada perkebunan rakyat dan halaman rumah, petani pelestari dan masyarakat di Desa Jambu Apha dan beberapa kecamatan di sekitarnya. Penyebaran tanaman pala mulai dari Kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya hingga Aceh Selatan. Tanaman pala banyak dijumpai di daerah perbukitan disetiap kabupaten yang terdapat tanaman pala. Tanaman ini tetap diusahakan petani karena tanaman pala mudah dalam perawatan dan dapat tumbuh pada kondisi tanah dengan kemiringan yang >35%. Penyebaran terbesar 23
tanaman pala di Kabupaten Aceh Selatan dan Aceh Barat Daya. Berdasarkan kesesuaian lahan dan tanaman 4.1.2. Eksplorasi dan Inventarisasi Varietas Pala Lokal Kegiatan eksplorasi dan diinventarisasi dilakukan pada beberapa kebun petani pelestari di Kabupaten Aceh Selatan. Tanaman pala saat ini masih dibudidayakan oleh petani secara tradisional dengan pengetahuan dan teknik budidaya didapat secara turun temurun. Tanaman pala dibudidayakan di kebunkebun rakyat pada daerah perbukitan bahkan ada juga yang tetap ditanam dengan kemiringan lereng mencapai 60%. Walaupun harga pala naik turun, tanaman pala tetap diusahakan petani karena sudah menjadi pekerjaan rutin yang dikerjakan bersama-sama secara kelompok untuk memetik pala. Kendala dalam budidaya pala saat ini adalah tanaman pala yang terserang penyakit hama pengerek batang dan penyakit fusarium. Tim SDG merencanakan membentuk kebun koleksi di kebun petani pelestari di Desa Jambu Apha karena di lokasi petani pelestari tersebut memiliki beberapa aksesi tanaman pala. Selain itu petani pelestari sudah mampu membedakan secara morfologi perbedaan antara aksesi. Hal ini karena petani pelestari telah mendapat pelatihan dari Lembaga Swadaya Masyrakat (LSM) yang didanai luar negeri. Hasil inventarisasi didapat 5 aksesi tanaman pala yang berbeda berdasarkan bentuk daun, ujung daun, panjang daun, lebar daun, warna permukaan daun, warna kulit luar buah, bentuk buah (besar dan kecil).
Gambar 1. Pala Hutan yang besar dengan pala ukuran Gambar 1. Perbandingan Perbandi nganlokal paladari hutan danbuah lokal buah 4.1.3. Karakterisasi Hasil Inventarisasi Hasil karakterisasi beberapa tanaman pala di Kabupaten Aceh Selatan terdapat 5 aksesi. Secara morfologi perbedaan terlihat pada tampilan bentuk daun, ujung daun, panjang daun, lebar daun, warna permukaan daun, warna kulit luar 24
buah, bentuk buah (besar dan kecil). Berikut di bawah ini Tabel 1, hasil karakterisasi 5 aksesi tanaman pala di Kabupaten Aceh Selatan. Tabel 1. Karakterisasi 5 aksesi tanaman pala di Kabupaten Aceh Selatan. Aksesi
Karakter morfologi
pala Aksesi
1
2
pala Aksesi
Aksesi
Aksesi
pala 3
pala 4
pala hutan
Morfologi daun
Acutus
Bentuk ujung daun
lurus
dan Acutus
dan Acutus
dan Acutus dan Acutus
bengkok ke bengkok ke bengkok kiri
kanan
ke kiri
dan
lurus
Panjang daun (cm)
5
4
3,4
3,6
13
Lebar daun (cm)
3
3
2
2
6
Warna permukaan daun
hijau tua
hijau muda hijau tua
hijau muda hijau tua
Panjang petiolus (cm)
1
1
0,9
0,9
2
Bentuk petiolus
panjang,
panjang,
panjang,
panjang,
panjang,
lurus
bengkok
bengkok
bengkok
lurus
4
4
2,5
3
6
kuning
Kuning
Morfologi buah Diameter buah (cm) Warna
kulit
buah
(matang kuning cerah kuning cerah kuning
fisiologis) Tebal kulit buah (cm)
kehijauan 0,9
0,9
0,5
kecoklatan 0,5
1,5
Penamaan masing-masing aksesi belum ada ditingkat petani pelestari, untuk itu inventor menamakan aksesi dengan penomoran sederhana. Untuk pala hutan dinamakan pala hutan karena sebagian besar populasi pala hutan tumbuh di hutan. 25
Menurut petani pelestari keberadaan pala hutan tidak ditanam dan telah berada di hutan
selama
beratus
tahun.
Akan
tetapi
keberadaan
pala
hutan
tidak
dibudidayakan petani bahkan hanya sebagian kecil petani yang memanen pala jenis ini di hutan. Hal ini disebabkan harga jual buah pala hutan ditingkat pedagang yang masih rendah. 4.1.4. Koleksi Insitu dan Pengembangan Tanaman Pala Lokal Koleksi insitu dilakukan di kebun milik petani pelestari di Desa Jambu Apha, Kabupaten Aceh Selatan. Petani pelestari melakukan perbanyakan secara generatif melalui biji buah pala yang telah matang fisiologis, petani menandainya dengan buah pala yang telah jatuh dari pohonnya. Bibit tanaman pala ini digunakan untuk menganti tanaman pala yang telah terkena penyakit atau mengembangkan tanaman pala di lahan bekas penanaman tanaman sawit. Sebagian petani yang telah sadar akan arti penting menjaga lingkungan, maka tanaman sawit yang tidak lagi menghasilkan akan menganti tanaman sawit dengan tanaman pala. Berikut di bawah ini dokumentasi koleksi tanaman pala dan pembibitan tanaman pala di kebun milik petani pelestari.
26
Gambar 2. Kebun tanaman pala induk dan pembibitan pala di kebun milik petani pelestari. Luas kebun petani pelestari sekitar 10 hektare dengan jumlah populasi tanaman pala sekitar 5.000 pohon. Untuk jumlah masing-masing aksesi pada kebun tersebut belum dilakukan oleh petani pelestari. Kendala yang dihadapi petani pelestari di sebagian besar Kabupaten Aceh Selatan adalah serangan hama pengerek batang dan penyakit fusarium. Di tahun 2008 ada sekitar 2 hektare tanaman pala yang terserang pengerek batang dan jamur fusarium dan berakhir dengan seluruh tanaman ditebang dan dilakukan karantina dan radikasi untuk beberapa bulan terhadap lahan tersebut. Setelah perlakuan tersebut kemudian lahan ditanam kembali dengan tanaman pala. Keberadaan tanaman pala sudah mulai mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian setempat, hal ini merupakan tindakan yang sangat baik untuk melestarikan dan mengembangkan tanaman pala. Kepala Daerah (Bupati) Kabupaten Aceh Selatan telah melakukan kerjasama dengan BPTP Aceh dan Balai Pengkajian Tanaman Hortikultura (Balitri) untuk mengatasi endemik serangan pengerek batang dan penyakit fusarium. 4.2. Karakterisasi dan Koleksi Tanaman di Pekarangan 4.2.1. Inventarisasi Tanaman di Lahan Pekarangan Hasil inventariasasi tanaman di lahan pekarangan untuk ekologi di perkotaan cenderung pada jenis tanaman buah (Mangifera indica , Citrus aurantifolia, Euphoria
longana, Artocarpus heterophyllus, Psidium guajava, Saccharum officinarum, Averrhoa bilimbi, Ficus carica L.), jenis tanaman hias (Plumeria acuminata , Casuarina spp,
Saraca asoka,
Aloe barbadensis Milleer, Orthosiphon spicatus,
Cocos nucifera , Bougainvillea sp, Areca cathecu, Hisbiscus rosinensis, Jasminum sambac, Veitchia merilli) dan jenis tanaman obat (Alpinia galangal , Zingiber officinale , Cymbopogon nardus L., Phaleria macrocarpa , Centella asiatyca , Gynura procumbens , Murraya koenigii). Jenis tanaman buah dan jenis tanaman hias di lahan pekarangan berasal dari berbagai tempat dan beradaptasi dengan baik di lingkungan yang baru. Keberadaan tanaman lokal sebagian besar adalah jenis tanaman obat.
27
Tabel 2. Tabulasi hasil inventarisasi beberapa jenis tanaman di lahan pekarangan. No.
Nama Daerah
Jumlah
Nama Latin
Gambar
Spesies Jenis Tanaman Hias 1.
Bungong kamboja Plumeria acuminata
2.
Bak cemara
Casuarina spp
6
3.
Bungong asoka
Saraca asoka
21
4.
Lidah buaya
Aloe barbadensis Milleer 10
5.
Bungong
kumih Orthosiphon spicatus
25
4
kucing
28
6.
Bungong
pou
30
delapan
Cocos nucifera
7.
Bak u
20
8.
Bungong bougenvil Bougainvillea sp
9.
Bak pineung
Areca cathecu
30
10.
Bungong sipatu
Hisbiscus rosinensis
9
11.
Bungong melati
Jasminum sambac
20
40
29
12.
Bak
pineung Veitchia merilli
39
putroe
Jenis Tanaman Buah 1.
Bak mangga
Mangifera indica
35
2.
Bak jerok nipis
Citrus aurantifolia
6
3.
Bak lengkeng
Euphoria longana
12
30
4.
Artocarpus
Bak nangka
10
heterophyllus
5.
Bak jambu bije
Psidium guajava
6.
Bak teube
Saccharum officinarum 12
7.
Boh
asan Averrhoa bilimbi
20
15
keeng/Boh seulimeng
8.
Bak tin
Ficus carica L.
2
31
Jenis Tanaman Obat 1.
Lengkuas
Alpinia galangal
15
2.
Jahe
Zingiber officinale
25
3.
Serai wangi
Cymbopogon nardus L. 10
4.
Mahkota dewa
Phaleria macrocarpa
12
5.
Pegagan
Centella asiatyca
10
32
6.
Sambung nyawa
Gynura procumbens
14
7.
Temuru
Murraya koenigii
30
4.2.2. Koleksi Insitu Koleksi insitu dilakukan di pekarangan milik masyarakat pelestari di Desa Ie Masen, Banda Aceh. Masyarakat pelestari melakukan perbanyakan secara generatif melalui biji buah yang telah matang fisiologis, maupun secara vegetatif melalui batang, contohnya tanaman bougenvil. Koleksi data disimpan dalam data base sebagai informasi tentang status, keberadaan dan penyebaran spesies tanaman. 4.3. Karakterisasi dan Koleksi Tanaman Ubi Jalar 4.3.1. Karakterisasi Jumlah dan Bentuk Umbi Hasil pengamatan menunjukkan, karakter 6 varietas ubi jalar cukup beragam. Jumlah umbi berkisar antara 5-7 buah per enam tanaman. Keragaman jumlah umbi tiap tanaman merupakan potensi sink. Plasma nutfah ubi jalar yang memiliki jumlah umbi rata-rata lebih dari empat buah per tanaman adalah aksesi Manado, Wenawe, Towekodan G14, dengan potensi hasil 14,4-23,8 t/ha. Terdapat hubungan antara jumlah umbi tiap tanaman dengan bobot total umbi, makin banyak jumlah umbi per tanaman makin rendah bobot umbi (Gambar 1) (Sutoro dan Minantyorini, 2003). Bentuk umbi beragam dari bulat-ellip hingga panjang tidak beraturan, sedangkan formasi umbi tiap tanaman dalam susunan tandan-terbuka hingga menyebar atau skor 3 (susunan tandan-terbuka) dan skor 5 (menyebar).
33
Gambar 3. Formasi ubi jalar Sumber : (CIP, AVRDC, IBPGR 1991). Hasil skoring bentuk umbi ubi jalar berdasarkan CIP, AVRDC, IBPGR 1991, nilai skor masing-masing aksesi adalah : umbi ubi jalar hitam (skor 1, round), umbi ubi jalar madu (skor 2, round eliplic), umbi ubi jalar jepang (skor 3, eliplic), umbi ubi jalar rujak (skor 2, round eliplic), umbi ubi jalar sarioto, skor 6, oblong) dan umbi ubi jalar sari madu (skor 5, ovate).
Gambar 4. Bentuk umbi 6 varietas ubi jalar Kegiatan pengkajian karakterisasi, koleksi dan pemanfaatan tanaman ubi jalar (Ipomea batatas) sumber daya genetik (SDG) dilakukan di Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar. Lokasi tersebut dipilih karena Kecamatan Lembah Seulawah banyak diusahakan tanaman ubi jalar oleh masyarakat tani di daerah tersebut.
Identifikasi karakter morfologi (karakterisasi) dilakukan untuk mengetahui keragaman varietas lokal (Afuape et al. 2011). Hasil karakterisasi yang telah dilakukan didapatkan 6 jenis varietas ubi jalar yaitu didapat 6 varietas ubi jalar yaitu 34
ubi jalar hitam, ubi jalar madu, ubi jalar jepang, ubi jalar rujak, ubi jalar sariotodan ubi jalar sari madu. Perbedaan masing-masing varietas secara morfologi yaitu diameter batang, warna sekunder pada batang, ukuran daun, warna petulangan daun, panjang tangkai daun dan warna daging ubi. Berikut ini Tabel 1, hasil karakterisasi pada 6 varietas yang didapat di Kecamatan Lembah Seulawah yaitu ubi jalar hitam, ubi jalar madu, ubi jalar jepang, ubi jalar rujak, ubi jalar sarioto dan ubi jalar sari madu. Tabel 3.
Karakterisasi Batang dan Daun pada 6 varietas di kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar. Varietas KARAKTER NILAI / SKOR KH Madu Jpg Rjk Sr Karakter Batang
Twining/kemampuan 0 0 0 0 0 membelit Tipe Batang 5 5 5 5 3 Diameter ruas batang 3 7 1 3 3 Panjang ruas batang 7 5 1 3 3 Warna predominan batang 7 1 7 1 3 Warna sekunder pada 1 6 1 1 6 batang Rambut batang 5 3 3 3 5 Karakter Daun Membentuk umum daun 4 6 6 6 5 Tipe lobus 3 5 3 5 7 Jumlah lobus 5 5 7 5 5 Bentuk lobus tengah 2 6 5 4 5 Ukuran daun 7 5 5 5 5 Warna petulangan daun 5 5 6 2 7 Warna daun tua 2 2 8 2 2 Warna daun pucuk 9 2 9 9 6 Warna tangkai daun 3 3 9 1 4 Panjang tangkai daun 5 3 1 1 1 Keterangan : ubi jalar hitam (KH), ubi jalar madu (Madu), ubi jalar jepang (Jpg), ubi jalar rujak (Rjk), ubi jalar sarioto (Sr) dan ubi jalar sari madu (SM). Perbedaan secara morfologi pada karakter batang tampak pada panjang ruas batang ubi jalar hitam (KH) lebih panjang dibandingkan varietas lainnya begitu juga pada warna predominan ubi jalar hitam (KH) lebih berwarna ungu tua dibandingkan varietas lainnya. Pada karakter daun tampak jelas pada ukuran daun yaitu ubi jalar hitam (KH) memiliki ukuran daun yang lebih besar dibandingkan dengan ubi jalar lainnya. Selainnya itu panjang tangkai daun ubi jalar hitam (KH) lebih panjang dibandingkan varietas ubi jalar lainnya. Karakter morfologi lainnya 35
SM 0 5 3 1 1 1 3 4 3 3 2 3 2 2 3 1 3
adalah karakter pada ubi, warna kulit ubi jalar, warna daging ubi jalar. Berikut ini Tabel 4, hasil karakterisasinya. Keterangan Nilai/Skor pada Lampiran 1. Tabel 4.
Karakterisasi pada ubi, warna kulit ubi dan warna daging ubi pada 6 varietas di kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar. Varietas KARAKTER NILAI / SKOR KH Madu Jpg Rjk Sr Karakter pada Ubi Bentuk ubi 2 6 4 3 4 Cacat ubi 5 2 7 1 1 Tebal korteks 3 5 5 5 3 Karakter Kulit Ubi
Warna predominan 9 1 2 3 8 Intensitas warnanya 3 1 1 1 2 Warna sekunder 1 0 1 5 1 Warna Daging Ubi Warna predominan 9 2 2 8 2 Warna sekunder 3 6 4 0 1 Distribusi warna sekunder 8 3 3 9 3 Formasi umbi 3 3 5 5 5 Keterangan : ubi jalar hitam (KH), ubi jalar madu (Madu), ubi jalar jepang (Jpg), ubi jalar rujak (Rjk), ubi jalar sarioto (Sr) dan ubi jalar sari madu (SM). Hasil karakterisasi morfologi pada karakter ubi, dari nilai/skor terlihat ukuran ubi jalar madu memiliki ukuran buah yang lebih besar dibanding varietas lainnya, disusul varietas ubi jalar jepang. Untuk karakter kulit ubi, warna predominan ungu tua dimiliki oleh ubi jalar hitam (KH), kemudian ubi jalar sarioto (Sr) dan ubi jalar sari madu (SM). Berikut ini dokumentasi warna kulit ubi, warna daging ubi pada 6 varietas ubi jalar yang didapat di Kecamatan Lembah Seulawah (Tabel 5).
Tabel 5. Dokumentasi pada saat karakterisasi pada ubi, warna kulit ubi dan warna daging ubi pada 6 varietas di kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar.
36
SM 2 1 5 8 1 1 4 0 9 5
No.
Jenis Varietas
1.
Ubi jalar hitam (KH)
2.
Ubi jalar madu (Madu)
3.
Ubi jalar jepang (Jpg)
4.
Ubi jalar rujak (Rjk)
5.
Ubi jalar sarioto (Sr)
6.
Ubi jalar sari madu (SM)
Gambar
Keragaman jenis ubi jalar yang ada di Kecamatan Seulawah menunjukkan bahwa masyarakat di kecamatan tersebut memiliki minat yang tinggi terhadap berbagai jenis ubi jalar dan telah lama mengenal komoditi ini bertahun-tahun. Keragaman jenis ubi jalar juga menunjukkan keragaman nilai gizi secara kualitas dan kuantitas tergantung pada karakteristik genotipnya. Keragaman nilai gizi antar jenis ubi jalar antara lain perbedaan pada kandungan karbohidrat dengan indeks glisemik rendah, vitamin, mineral, serat, protein, dan biokimia pangan lainnya (Ishida et al., 2000; Manrique & Roca, 2007; Burri, 2011). Ubi jalar berdaging umbi jingga dan kuning merupakan sumber karoten (Mitra et al., 2010; Bechoff et al., 37
2011), ubi jalar berdaging kuning dan cerah merupakan sumber vitamin C (Chattopadhyay et al., 2002) dan ubi jalar berdaging putih dominan mempunyai konsentrasi Zn, Fe, Ca, dan K lebih tinggi (Manrique & Roca, 2007). Ubi jalar berdaging umbi ungu mengandung antioksidan berkualitas tinggi (Yoshinaga et al., 1999; Ishida et al., 2000; Yoshimoto et al., 2002; Suda et al., 2003; Fu et al., 2008; Islam et al., 2009; Jung et al., 2011). Lahan sebagai tempat tumbuh tanaman perlu diperhatikan kebutuhan unsur hara dan pengaturan jarak tanamnya, agar tidak terjadi kompetisi antar tanaman yang bisa menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu. Hal ini berkaitan dengan adanya persaingan dalam penggunaan hara, air, cahaya dan ruang tumbuh (Abadi
et al., 2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi umbi ubi jalar antara lain populasi per luasan masih rendah, teknik budidaya masih tradisional, serangan organisme penganggu tanaman (OPT) (Suharno, 2007). Hasil survey yang dilakukan terhadap ke 6 varietas ubi jalar terhadap pemanfaatan masing-masing ubi jalar berdasarkan preferensi (kesukaan) petani dan pedagang. Metode yang digunakan adalah tanya jawab langsung kepada petani dan pedagang. Huaman et al. 1999 menyatakan identifikasi morfologi pada suatu wilayah ekogeografis berguna untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan secara langsung dan upaya koleksi serta konservasi genetik. Jika identifikasi varietas berdasarkan morfologi berhasil menentukan jenis yang berbeda, maka kegiatan produksi ubi dan pengelolaan plasma nutfah ubi jalar menjadi efektif dan efisien (Karuniawan et al. 2012). Koleksi insitu 6 varietas berada di Kecamatan Lembah Seulawah. Keberadaan masing-masing varietas berada di Kecamatan Lembah, telah diusahakan petani 10 tahun ini. Bibit yang didapat dari Medan – Sumatera Utara untuk jenis ubi jalar hitam (KH) dan ubi jalar jepang. Bibit ubi jalar sari madu (SM) dan ubi jalar madu dikirm dari Jawa. Sedangkan ubi jalar yang telah ada di kecamatan tersebut selama turun temurun adalah ubi jalar sarioto (Sr) dan ubi jalar rujak (Rjk). Dilihat dari budidayanya, umur panen ubi jalar hitam (KH) dan ubi jalar jepang (Jpg) memiliki umur panen 4 (empat) bulan, sedangkan ke 4 (empat) varietas lainnya memiliki umur panen 3 bulan. Untuk pemeliharaan hampir sama dalam perlakuan budidaya sampai panen. Sedangkan dari pedagang pemanfaatan ubi jalar sarioto, ubi jalar rujak tidak dapat digunakan untuk panganan rebus karena 38
memiliki kadar air yang lebih banyak dibandingkan ke 4 varietas lainnya yang dapat digunakan untuk direbus maupun gorengan. Untuk varietas sarioto hanya dapat digunakan untuk panganan gorengan. Varietas ubi jalar hitam (KH) dan ubi jalar jepang (Jpg) tetap diusahakan petani karena memiliki nilai ekonomis yang sangat bagus karena rasa daging buah yang gurih dan lebih tahan lama dalam penyimpanan. Ubi jalar sarioto dan ubi jalar rujak memiliki pangsa pasar tersendiri, ubi jalar sarioto sangat diminati oleh pedagang gorengan karena memiliki rasa yang gurih, begitu juga dengan ubi jalar rujak yang diminati oleh pedagang rujak karena tidak pahit, renyah dan sangat cocok untuk campuran rujak khas Aceh. Varietas yang berbeda di Kecamatan Lembah Seulawah menjadi salah satu upaya untuk melestarikan keragaman genetik juga berfungsi untuk pergantian varietas lokal secara dinamis pada rentang waktu tertentu potensial untuk menambah kekayaan genetik sekaligus merupakan ancaman kepunah terhadap varietas lokal. Hal ini dinyatakan sebagai ancaman serius terhadap keberadaan varietas lokal yang ada di masyarakat (Waluyo et al., 2011). 4.3.2. Karakterisasi Tanaman Ubi Jalar Berdasarkan Skor Kegiatan karakterisasi pada tanaman ubi jalar memiliki spesifikasi khusus dengan melakukan skoring, yang bertujuan untuk membedakan masing-masing karakter fenotipe. Berikut ini hasil karakterisasi tanaman ubi jalar berdasarkan CIP, AVRDC, IBPGR 1991. Sebutan local : Ketela Hitam Umur Panen : 4 Bulan Ketinggian : 665 dpl Tabel 6. No.
Karakterisasi berdasarkan skor CIP, AVRDC, IBPGR 1991 pada Ketela Hitam. KARAKTER
A
Karakter Batang
1.
Twining/kemampuan membelit Tipe Batang Diameter ruas batang Panjang ruas batang Warna predominan batang Warna sekunder pada
2. 3. 4. 5. 6.
NILAI / SKOR keterangan 0
Tidak membelit
5 3 7 7
Semi tegak Tipis Panjang Sebagian besar ungu gelap
1
Tidak ada 39
7. B. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. C. 18. 19. 20. D. 21. 22. 23. E. 24. 25. 26. 27.
batang Rambut batang Karakter Daun Membentuk umum daun Tipe lobus Jumlah lobus Bentuk lobus tengah Ukuran daun Warna petulangan daun Warna daun tua Warna daun pucuk Warna tangkai daun Panjang tangkai daun Karakter Pada Ubi Bentuk ubi Cacat ubi Tebal korteks Warna Kulit Ubi Warna predominan Intensitas warnanya Warna sekunder Warna Daging Ubi Warna predominan Warna sekunder Distribusi warna sekunder Formasi umbi
5
Sedang
4 3 5 2 7 5 2 9 3 5
Triangular/segitiga Semi-circular lima Triangular Besar (16-25 cm Ibu tulang dau sebagian ungu Hijau Ungu Pada permukaan Daun Hijaudengan warna ungu dekat daun Sedang
2 5 3
Bulat lonjong Berongga dangkal memanjang/longtudinal Tipis
9 3 1
Ungu tua/gelap Gelap Putih
9 3 8
Ungu Kuning Hampir menutup semua daging
3
Tandan Terbuka
Sebutan local : Madu Umur Panen : 3 Bulan Ketinggian : 665 dpl Tabel 7.
Karakterisasi berdasarkan skor CIP, AVRDC, IBPGR 1991 pada Ketela Madu.
No.
KARAKTER
A
Karakter Batang
1.
Twining/kemampuan membelit Tipe Batang Diameter ruas batang Panjang ruas batang Warna predominan batang Warna sekunder pada batang
2. 3. 4. 5. 6.
NILAI / SKOR keterangan 0
Tidak Membelit
5 7 5 1
Semi Tegak Tebal Sedang Hijau
6
Mata tunas Ungu
40
7. B. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. C. 18. 19. 20. D. 21. 22. 23. E. 24. 25. 26. 27.
Rambut batang Karakter Daun Membentuk umum daun Tipe lobus Jumlah lobus Bentuk lobus tengah Ukuran daun Warna petulangan daun Warna daun tua Warna daun pucuk Warna tangkai daun Panjang tangkai daun Karakter Pada Ubi Bentuk ubi Cacat ubi Tebal korteks Warna Kulit Ubi Warna predominan Intensitas warnanya Warna sekunder Warna Daging Ubi Warna predominan Warna sekunder Distribusi warna sekunder Formasi umbi
3
Sedikit
6 5 5 6 5 5 2 2 3 3
Lobet/ terbelah atau berlobus Sedang Ellip Lanceolate Sedang Ibu tulang daun sebagian ungu Hijau Hijau Hijau dengan warna ungu dekat daun Pendek
6 2 5
Lurus Berurat Sedang
1 1 0
putih pucat Tidak ada
2 6 3
Krem Merah Bercak menyebar di daging
3
Tandan terbuka
Sebutan local : ubi jalar Jepang Umur Panen : 4 Bulan Ketinggian : 665 dpl Tabel 8.
No.
Karakterisasi berdasarkan skor CIP, AVRDC, IBPGR 1991 pada Ketela Jepang.
KARAKTER
A
Karakter Batang
1.
Twining/kemampuan membelit Tipe Batang Diameter ruas batang Panjang ruas batang Warna predominan batang Warna sekunder pada batang Rambut batang
2. 3. 4. 5. 6. 7.
NILAI / SKOR keterangan 0
Tidak membeli
5 1 1 7 1
Semi tegak Sangat tipis Sangat pendek Sebagian besar ungu gelap Dasarnya hijau
3
Sedikit 41
B. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Karakter Daun Membentuk umum daun Tipe lobus Jumlah lobus Bentuk lobus tengah Ukuran daun Warna petulangan daun
14. 15. 16. 17. C. 18. 19. 20. D. 21. 22. 23. E. 24. 25. 26. 27.
Warna daun tua Warna daun pucuk Warna tangkai daun Panjang tangkai daun Karakter Pada Ubi Bentuk ubi Cacat ubi Tebal korteks Warna Kulit Ubi Warna predominan Intensitas warnanya Warna sekunder Warna Daging Ubi Warna predominan Warna sekunder Distribusi warna sekunder Formasi umbi
6 3 7 5 5 6
Lobet/ terbelah atau berlobus Bergerigi
8 9 9 1
Ellip Sedang Ibu tulang daun sebagian besar ungu atau semuanya ungu Permukaan atas hijau,permukaan bawah ungu Ungu pada kedua permukaan daun Sebagian bedar atau total berwarna ungu. Sangat pendek
4 7 5
Ovate Berlekuk dan berrongga dalam sedang
2 1 1
Kream Pucat Putih
2 4 3 5
Kream Oranye Bercak menyebar di daging Menyebar
Sebutan local : Rujak Umur Panen : 3 bulan Ketinggian : 665 dpl Tabel 9.
Karakterisasi berdasarkan skor CIP, AVRDC, IBPGR 1991 pada Ketela Rujak.
No.
KARAKTER
A
Karakter Batang
1.
Twining/kemampuan membelit Tipe Batang Diameter ruas batang Panjang ruas batang Warna predominan batang Warna sekunder pada batang Rambut batang
2. 3. 4. 5. 6. 7.
NILAI / SKOR keterangan 0
Tidak membelit
5 3 3 1
Semi tegak Tipis Pendek Hijau
1
Dasarnya hijau
3
Sedikit 42
B. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. C. 18. 19. 20. D. 21. 22. 23. E. 24. 25. 26. 27.
Karakter Daun Membentuk umum daun Tipe lobus Jumlah lobus Bentuk lobus tengah Ukuran daun Warna petulangan daun Warna daun tua Warna daun pucuk Warna tangkai daun Panjang tangkai daun Karakter Pada Ubi Bentuk ubi Cacat ubi Tebal korteks Warna Kulit Ubi Warna predominan Intensitas warnanya Warna sekunder Warna Daging Ubi Warna predominan Warna sekunder Distribusi warna sekunder Formasi umbi
6 5 5 4 5 2 2 9 1 1
Lobet/ terbelah atau berlobus Sedang
3 1 5
Lonjong Berurat Sedang
3 1 5
Kuning Pucat Oranye kecoklatan
8 0 9
Oranye tua Tidak ada Menutup daging
5
Menyebar
Semi Ellip Sedang Hijau Hijau Ungu pada kedua permukaan daun Hijau Sangat pendek
Sebutan local : Sarioto Umur Panen : 3 bulan Ketinggian : 665 dpl Tabel 10.
Karakterisasi berdasarkan skor CIP, AVRDC, IBPGR 1991 pada Ketela Sarioto.
No.
KARAKTER
A
Karakter Batang
1.
Twining/kemampuan membelit Tipe Batang Diameter ruas batang Panjang ruas batang Warna predominan batang Warna sekunder pada batang Rambut batang
2. 3. 4. 5. 6. 7.
NILAI / SKOR keterangan 0
Tidak membelit
3 3 3 3
Tegak Tipis Pendek Hijau,dengan sedikit bintik ungu
6
Mata tunas ungu
5
Sedang 43
B. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Karakter Daun Membentuk umum daun Tipe lobus Jumlah lobus Bentuk lobus tengah Ukuran daun Warna petulangan daun Warna daun tua Warna daun pucuk Warna tangkai daun
17. C. 18. 19. 20. D. 21. 22. 23. E. 24. 25. 26.
Panjang tangkai daun Karakter Pada Ubi Bentuk ubi Cacat ubi Tebal korteks Warna Kulit Ubi Warna predominan Intensitas warnanya Warna sekunder Warna Daging Ubi Warna predominan Warna sekunder Distribusi warna sekunder Formasi umbi
27.
5 7 5 5 5 7 2 6 4
Hastate Dalam
1
Ellip Sedang Semua petulangan daun sebagian ungu Hijau Sedikit ungu Hijau dengan warna ungu dekat batang dan daun Sangat pendek
4 1 3
Ovate Seperti kulit buaya Tipis
8 2 1
Merah keunguan Sedang Putih
2 1 3
Kream Putih Bercak ungu di daging
5
Menyebar
Sebutan local : Sari Madu Umur Panen : 3 bulan Ketinggian : 665 dpl Tabel 11. Karakterisasi berdasarkan skor CIP, AVRDC, IBPGR 1991 pada Ketela Sari Madu.
No.
KARAKTER
A
Karakter Batang
1.
Twining/kemampuan membelit Tipe Batang Diameter ruas batang Panjang ruas batang Warna predominan batang Warna sekunder pada batang
2. 3. 4. 5. 6.
NILAI / SKOR keterangan 0
Tidak membelit
5 3 1 1
Semi tegak Tipis Sangat pendek Hijau
1
Dasarnya hijau
44
7. B. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. C. 18. 19. 20. D. 21. 22. 23. E. 24. 25. 26. 27.
Rambut batang Karakter Daun Membentuk umum daun Tipe lobus Jumlah lobus Bentuk lobus tengah Ukuran daun Warna petulangan daun Warna daun tua Warna daun pucuk Warna tangkai daun Panjang tangkai daun Karakter Pada Ubi Bentuk ubi Cacat ubi Tebal korteks Warna Kulit Ubi Warna predominan Intensitas warnanya Warna sekunder Warna Daging Ubi Warna predominan Warna sekunder Distribusi warna sekunder Formasi umbi
3
Sedikit
4 3 3 2 3 2 2 3 1 3
Triangular/segitiga Bergerigi
2 1 5
Bulat lanjong Seperti kulit buanya Sedang
8 1 1
Merah Keunguan Pucat Putih
4 0 9
Kuning pucat Tidak ada Menutup daging
5
Menyebar
Segitiga Kecil Hijau Hijau Hijau bertepi daun ungu Hiau Pendek
4.4. Eksplorasi Sumberdaya Genetik Jeruk Purut Manis dan Sawo Aceh 4.4.1. Eksplorasi Plasma Nutfah Kegiatan eksplorasi diawali dengan koordinasi dengan Dinas Pertanian, Badan Penyuluhan untuk mendapatkan data sekunder tentang curah hujan, kondisi plasma nutfah dan pelestariaannya. Kemudian dilakukan juga sosialisasi dengan tokoh masyarakat tentang keberadaan plasma nutfah yang unik yang dulu pernah ada di sekitar lingkungannya melalui metoda wawancara langsung.
Hasil
wawancara dengan tokoh masyarakat disekitar lokasi eksplorasi, dahulunya terdapat buah jeruk purut yang rasanya manis dan dapat ditemui di pasar dan warung sebagai jajanan. Akan tetapi sekarang keberadaan buah jeruk purut maupun tanamannya sukar didapat dimanapun, biasanya dahulu di tanam di lahan pekarangan atau tumbuh bebas di ladang. Keberadaan tanaman jeruk purut ini 45
hilang dari tatanan sosial karena masyarakat mulai beralih ke tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi seperti pinang dan sawit. Kegiatan
eksplorasi
berupa
survey
untuk mengetahui
dan
mencari
keberadaan tanaman jeruk purut manis yang dilakukan di beberapa kecamatan di Aceh Utara. Berdasarkan informasi yang diterima melalui hasil wawancara dengan petani setempat, tokoh masyarakat dan penyuluh lapangan akhirnya lokasi terakhir yang dikunjungi di Kecamatan Kuta Mamur didapat tanaman jeruk purut manis. Tanaman jeruk purut manis berada di lokasi tersebut ada secara sporadis tanpa ada campur tangan budidaya oleh petani pelestari. Populasi tanaman ini hanya tinggal 1 (satu) batang tanaman induk dan 1 (satu) batang tanaman anakan yang berada di dekat tanaman induk. Tanaman induk ini berada di tengah ladang karet (Havea
brasiliensis) milik petani pelestari. Keberadaan tanaman jeruk purut manis juga direncanakan akan di tebang karena mengganggu pada saat pengangkutan tanaman karet. Penulis dan tim eksplorasi plasma nutfah (sumberdaya genetik) membuka wawasan untuk menjaga kelestarian sumber daya genetik yang sangat berharga. Tujuannya adalah agar koleksi insitu terjaga oleh petani pelestari. Berikut di bawah ini Tabel 12, data hasil karakterisasi tanaman jeruk purut manis dibandingkan dengan jeruk purut lokal (biasa). Tabel 12. Data hasil karakterisasi tanaman jeruk purut biasa dan jeruk purut manis. No.
Data Karakterisasi
Jeruk purut biasa
Jeruk purut manis
1.
Asal
Lokal/tidak teridentifikasi Lokal/tidak teridentifikasi (telah berada di lokasi (telah berada di lokasi selama turun temurun) selama turun temurun)
2.
Tinggi tanaman
2-4 m
>4 m
3.
Umur tanaman
>5 tahun
>40 tahun
4.
Bentuk batang
Bulat, berduri
Bulat, berduri
5.
Bentuk tajuk
Piramida
Piramida
6.
Warna kulit batang
Abu-abu
Abu-abu
7.
Bentuk daun
Oval, panjang, tulang daun menjari
Oval panjang, tulang daun menjari
8.
Warna daun bagian atas Hijau tua kusam
Hijau muda cerah 46
9.
Warna daun bagian bawah
Hijau tua kusam
Hijau muda cerah
10.
Perabaan permukaan daun
Licin (agak kesat)
Licin
11.
Tepi daun
Agak bergelombang, terbagi dua bagian sama besar antara ujung dan pangkal
Tidak bergelombang, terbagi dua bagian tidak sama besar antara ujung daun lebih besar 80% dibandingkan dengan pangkal daun
12.
Ujung daun
Meruncing
Meruncing
13.
Panjang daun
3-9,5 cm
3,5-9 cm
14.
Lebar daun
1,5-3 cm
2-3 cm
15.
Panjang tangkai daun
1-1,5 cm
0,8-1,1 cm
16.
Tipe buah
Tidak berduri
Tidak berduri
17.
Bentuk buah
Bulat berkerut
Bulat berkerut
18.
Tekstur daging buah
Berongga, berair dan berbiji
Berongga, berair dan berbiji
19.
Produksi buah/pohon
300-400 buah/musim
50-70 buah/musim
20.
Pemanfaatan buah
penambah flavor (rasa)
dikonsumsi segar
Selanjutnya dilakukan karakterisasi terhadap keragaan morfologi tanaman jeruk purut manis yang didapat. Krismawati dan Sabran (2006) menyatakan bahwa hasil eksplorasi plasma nutfah dikarakterisasi meliputi sifat-sifat kuantitatif dan kualitatifnya. Sifat kuantitatif meliputi tinggi tanaman, hasil dan komponen hasil. Jeruk purut yang ditemukan di Aceh Utara adalah jeruk purut yang memiliki rasa yang manis, berbeda dengan jeruk purut pada umumnya yang memiliki rasa asam segar. Perbedaan terlihat pada bentuk daun, warna permukaan daun, warna bagian bawah daun, perabaan permukaan daun, tepi daun, panjang daun, panjang tangkai daun, preferensi rasa daging buah dan pemanfaatan daging buah. 47
(a)
(b)
Gambar 5. Perbedaan bentuk buah jeruk purut biasa (a) dengan jeruk purut manis (b).
(a)
(b)
Gambar 6. Keragaan morfologi daun jeruk purut biasa (a) dengan jeruk purut manis (b).
(a)
(b)
Gambar 7. Keragaan bentuk tanaman jeruk purut biasa (a) dan jeruk purut manis (b). Selain jenis tanaman jeruk purut manis yang unik tersebut ditemukan juga tanaman sawo (Manilkara zapota (L.) van Royen)
dengan bentuk buah dan
tanaman yang berbeda dengan buah sawo pada umumnya. Untuk itu dilakukan karakterisasi tanaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi sifat morfologi dan 48
sifat fisiologi spesifik dari tanaman yang ditemukan, termasuk potensial hasilnya. Tanaman sawo pada umumnya berbuah sepanjang tahun, memiliki batang besar dan rindang, berdiameter bunga sampai dengan 1,5 cm, bunga berwarna kecoklatan, kelopak biasanya tersusun dalam dua lingkaran yaitu mahkota bentuk genta, putih, berbagi sampai setenagh panjang tabung. Tanaman ini memiliki daun tungal, terletak pada ujung ranting. Daun berwarna hijau tua mengkilap dan memiliki bentuk telur lonjong dan bulat keovalan. Tanaman sawo memiliki batang berukuran besar dan juga ada yang kecil, berwarna kecoklatan muda dan tua, berbatang kasar, memiliki ukuran diameter sedang tergantung dengan varietes. Batang tanaman sawo lokal (biasa) memiliki kandungan latek yang sangat tinggi, namun juga batang tanaman ini juga terdapat bercak atau garis kehitaman yang terdapat di batang utama atau cabang. Buah ini memiliki biji yang sangat mengkilap, berwarna kehitaman lonjong, dalam satu buah memiliki biji 6-8 biji. Berikut di bawah ini Tabel 13, perbandingan deskripsi tanaman sawo lokal (biasa) dengan sawo Aceh. Tabel 13. Data hasil karakterisasi sawo Aceh dan sawo biasa di Kabupaten Aceh Utara. No.
Data Karakterisasi
Sawo biasa
Sawo Aceh
1.
Asal
Lokal/tidak Lokal/tidak teridentifikasi teridentifikasi (telah (telah berada di lokasi berada di lokasi selama selama turun temurun) turun temurun)
2.
Tinggi tanaman
3m
>5 m
3.
Umur tanaman
>10 tahun
>45 tahun
4.
Bentuk batang
Bulat
Bulat
5.
Bentuk tajuk
Bulat
Piramida
6.
Warna kulit batang
coklat
coklat
7.
Bentuk daun
Oval panjang, tulang daun menjari
Oval panjang, tulang daun menjari
8.
Warna daun bagian atas Hijau tua cerah
Hijau muda cerah
9.
Warna daun bagian bawah
Hijau muda
Hijau muda
49
10.
Perabaan permukaan daun
Licin
11.
Tepi daun
Rata, tipe tunggal, Rata, tipe tunggal, terletak terletak berseling, dan berseling, dan mengumpul mengumpul pada ujung pada ujung ranting ranting
12.
Ujung daun
Runcing
Meruncing
13.
Panjang daun
6-9 cm
7,1-10,5 cm
14.
Lebar daun
2-3 cm
3-5 cm
15.
Panjang tangkai daun
0,6-07 cm
0,8-1 cm
16.
Tipe buah
Tidak berduri
Tidak berduri
17.
Bentuk buah
Lonjong
Lonjong
18.
Tekstur daging buah
Berserat kasar dan Berserat kasar dan berbiji, berbiji, berwarna coklat berwarna putih susu
19.
Warna buah yang matang Coklat muda
Kuning orange
20.
Warna buah yang belum Coklat muda matang
Hijau
21.
Produksi buah/pohon
Licin
150-200 buah/musim
80-100 buah/musim
22.
Panjang buah
5-7 cm
9-10 cm
23.
Lebar buah
3-5 cm
5-6 cm
24.
Preferensi rasa
manis bergetah
manis bergetah
25.
Pemanfaatan buah
Dikonsumsi sebagai buah segar
Dikonsumsi sebagai buah segar
26.
Tipe Batang
Banyak mengandung getah (lateks)
Tidak mengandung getah (lateks)
Berdasarkan perbandingan morfologi tanaman sawo biasa dan sawo Aceh di atas Tabel 2, perbedaan secara morfologi terlihat pada bentuk tajuk, warna buah yang telah matang, warna buah yang belum matang, panjang daun, panjang
50
tangkai daun, panjang tangkai daun dan produksi buah.
Berikut di bawah ini
Gambar 4, tampilan keragaan sawo biasa dengan sawo Aceh.
(a)
(b)
Gambar 8. Keragaan morfologi bentuk buah sawo biasa (a) dan sawo Aceh (b). Perbedaan pada tampilan warna buah yang telah matang, buah sawo lokal, memiliki permukaan kulit buah yang kasar dan dapat berkilat bila dibersihkan dengan baik. Tampilan warna kulit buah sawo Aceh yang belum matang berwarna hijau dan berwarna kuning orange apabila telah matang fisiologis (Gambar 4). Berdasarkan hasil pengamatan dan study literatur, sawo Aceh memiliki kemiripan dengan sawokecik (Manilkara kauki L.Dubard) yang ada di Jawa yaitu di Priangan Barat dan di Banten. Menurut Sidiyasa (1998), tanaman sawokecik adalah tumbuhan berupa pohon yang dapat mencapai tinggi 30 m. Yuniarti (2012) melaporkan tanaman sawo kecik memiliki daun tunggal yang berkelompok di ujung ranting, berbentuk bulat telur terbalik melebar hingga menjorok lebar, berukuran 515 cm x 3-8 cm. Permukaan atas daun licin, berwarna hijau tua mengkilap, permukaan bawah berbulu halus menyerupai beludru berwarna kelabu kecoklatan, pangkal melancip, ujungnya membundar hingga agak bertakik. Tulang daun utama menonjol ke bawah, tulang daun sekunder berjumlah 9-30 pasang, dan panjang tangkai daun 1,3-3,7 cm. Buah sawo kecik dapat dimakan, rasanya manis agak sepat dan tidak banyak mengandung air. Buah yang muda berwarna hijau, semakin tua warna buah berangsur-angsur menjadi kuning, oranye sampai kemerahan. Buah mengandung biji 1-6 (umumnya 2-3), mengkilap, berukuran sekitar 2 cm x 1 cm x 0,75 cm (Sidiyasa, 1998). Buah sawo Aceh juga dapat dimakan, rasanya manis agak sepat dan tidak banyak mengandung air. Buah pada saat belum matang berwarna hijau 51
dan buah pada saat matang berwarna kuning orange dan sedikit hijau. Berikut di bawah ini Gambar 5, tampilan buah sawo kecik dan sawo Aceh.
Gambar 9. Tampilan buah sawo kecik dibandingkan sawo kecik Perbedaan utama sawo kecik dengan sawo Aceh adalah ukuran sawo kecik adalah kecil, warna kulit luar buah berwarna merah orange, bentuk daun, panjang daun, lebar daun, warna tangkai buah, warna tekstur daging buah. 4.4.2. Koleksi Insitu dan Eksitu Koleksi insitu dilakukan agar plasma nutfah tanaman tetap terjaga keaslian pada habitatnya, sehingga dapat dilakukan usaha konservasi untuk pelestarian plasma nutfah tanaman dapat lebih mudah dan cepat dilakukan. Koleksi insitu di lahan milik petani dilakukan usaha penyadaran untuk tetap menjaga keberadaan plasma nutfah di lahan milik petani pelestari tersebut. Penulis dan tim sumberdaya genetik BPTP berjanji untuk kembali lagi dalam rangka konservasi tanaman jeruk purut manis dan sawo Aceh. Koleksi eksitu baru dapat dilakukan pada tanaman jeruk purut manis yaitu membawa anakan jeruk purut manis tersebut dan ditanam di kebun koleksi sumberdaya genetik BPTP di Lampineung-Banda Aceh. Sebelum ditanam di kebun, anakan jeruk purut manis ditanam di polybag dan diberi naungan 60% sampai tanaman cukup sehat sekitar 4 bulan,selanjutnya tanaman dipindahkan ke lapangan. 4.5. Eksplorasi dan Karakterisasi Sapi Keupong Sapi Aceh yang banyak dijumpai mempunyai warna yang beragam dan dominan berwarna merah bata (23,37%) dan coklat muda (22,44%). Serta pada umumnya sapi aceh ini bertanduk akan tetapi terdapat 10,24% sapi yang tersebar di wilayah Aceh ini tidak bertanduk sama sekali yang dikenal dengan nama sapi keupong (Kopong), (Rizal,F.2013). Menurut Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 2907/Kpts/OT.140/6/2011 tentang Penetapan Rumpun Sapi Aceh menyatakan bahwa karakteristik sapi aceh mempunyai ; 52
1. 1.
Sifat Kualitatif Warna tubuh dominan : merah kecokelatan pada yang jantan dan merah bata pada yang betina;
2.
Kepala : sekeliling mata, telinga bagian dalam dan bibir atas berwarna keputihputihan
3.
Leher : lebih gelap pada yang jantan
4.
Garis punggung : cokelat kehitaman;
5.
Paha belakang : merah bata;
6.
Pantat : cokelat muda;
7.
Kaki : keputih-putihan;
8.
Ekor : bagian ujung berwarna hitam;
9.
Rambut : merah bata sampaicokelat;
10.
Bentuk muka : pada umumnya cekung;
11.
Bentuk punggung : pada umumnya cekung
12.
Bentuk tanduk : mengarah ke sampingan melengkung keatas;
13.
Bentuk telinga : kecil, mengarah ke samping, tidak terkulai.
II. Sifat kuantitatif (dewasa) 1.
Ukuran permukaan tubuh
2.
Tinggi gumba : 116 ± 24 cm (jantan) dan 102 ± 21 cm (betina)
3.
Panjang badan : 121 ± 26 cm (jantan) dan 105 ± 22 cm(betina)
4.
Lingkar dada : 153 ± 32 cm (jantan)dan 127 ± 27 cm (betina)
5.
Bobot badan : 253 ± 65 kg (jantan) dan148 ± 37 kg (betina)
6.
Persentase karkas : 49 – 51%
Dilihat dari sifat-sifat kualitatif sapi Aceh yang ditetapkan oleh SK Kementan RI, maka terdapat perbedaan yang significant baik dari tinggi gumba, panjang badan , lingkar dada. Perbedaan yang paling jelas terlihat adalah sapi Keupong tidak memiliki tanduk sama sekali dan sapi Aceh memiliki tanduk dan gumba dari sapi keupong ini lebih pendek dibandingkan dari sapi Aceh. Berdasarkan survey kelapangan yang dilakukan oleh BPTP Aceh pada beberapa Kabupaten di Aceh terdapat perbedaan dengan sapi ACEH. Dimana sapi keupong ini badan
lebih
panjang yaitu bisa mencapai 130 cm, lingkar dada yaitu 137 cm. 53
Pada gambar dibawah ini akan terlihat perbedaan yang cukup jelas antara sapi keupong dengan sapi aceh pada umumnya. Gambar.1. Sapi Aceh
Gambar 10. Tampilan sapi Aceh
Gambar 11. Tampilan sapi Keupong
Kelebihan dan keunggulan dari sapi Aceh juga dimiliki oleh oleh sapi Keupong, seperti toleransi dengan rumput kualitas rendah jadi semua jenis rumput disukai oleh sapi ini. Selain itu Sapi Keupong ini juga tahan terhadap berbagai penyakit yang biasanya menyerang ternak sapi. Karena Sapi Keupong ini memiliki panjang badan yang lebih tinggi dari Sapi Aceh, maka produksi daging dari Sapi keupong ini juga lebih besar. Dengan demikian lebih memiliki keuntungan yang lebih besar 4.6. Status inventarisasi dan karakterisasi SDG 54
Hasil karakterisasi dan koleksi diinventarisasi dalam tabulasi data koleksi sumberdaya genetik yang telah dilakukan sejak tahun 2013 hingga tahun 2015. Berikut ini disajikan data hasil tabulasi bank data koleksi sumberdaya genetik yang ada di lingkup Provinsi Aceh Tabel 14. Status inventarisasi dan karakterisasi SDG di Provinsi Aceh. SDG (Spesies/Varietas) N yang sudah diinventarisasi) o . 1
Karakterisasi Sudah
Belum
Rencana Karakterisasi SDG
(√)
(√)
(2014-2016)
Keterangan
Kendala
(Siapa pengelola)
Tanaman pangan: Padi Sigupai
√
Petani pelestari
Padi Rom Kuring
√
Petani pelestari
Padi Rom Kuning
√
Petani pelestari
Padi Rom Putih
√
Petani pelestari
Padi Tangse Putih
√
Petani pelestari
Padi Tangse Lembayung
√
Petani pelestari
Padi Ramos King
√
Petani pelestari
Padi Ramos
√
Petani pelestari
Padi Rias Kuning
√
Petani pelestari
Padi Rias Bengkok
√
Petani pelestari
Kedelai var. Kipas Merah
√
Petani pelestari
Kedelai var. Kipas Putih
√
Petani pelestari
Kacang Tanah Kuala Batee
√
Petani pelestari
Sukun Medan
√
Petani pelestari
Sukun Lokal
√
Petani pelestari
Melinjo (Mulieng) Padee
√
Petani pelestari
Ubi Jalar Madu
√
Petani pelestari
Ubi Jalar Ungu
√
Petani pelestari
Ubi Jalar Hitam
√
Petani pelestari
Ubi Jalar Jepang
√
Petani pelestari
55
2.
Ubi Jalar Sarioto
√
Petani pelestari
Ubi Jalar Sari Madu
√
Petani pelestari
Ubi Jalar Rujak
√
Petani pelestari
Tanaman Kulu
√
Tanaman hortikultura: Cabe Odeng
√
Petani pelestari
Cabe Odeng King
√
Petani pelestari
Melinjo (Mulieng) Gajah
√
Petani pelestari
Melinjo (Mulieng) Padee
√
Petani pelestari
Jeruk Purut Manis
√
Petani pelestari
Sawo Aceh
√
Petani pelestari
Durien Suasa
√
Petani pelestari
Durien Jalo
√
Petani pelestari
Durien Lamno
√
Petani pelestari
Tanaman Obat Sari Bulan
√
Petani pelestari
Tanaman Obat Sirih Hutan
√
Petani pelestari
Tanaman Obat Tapak Kuda
√
Petani pelestari
Tanaman Obat Tongkat Ali
√
Petani pelestari
Tanaman Obat Gadung
√
Petani pelestari
Tanaman Obat Ranup Ubit
√
Petani pelestari
Tanaman Obat Akar Janeng
√
Petani pelestari
Pisang sayur
√
Petani pelestari
Tanaman Bak Kala
√
Petani pelestari
Tanaman Pinang Arab
√
Petani pelestari
Tanaman Pinang Mawah
√
Petani pelestari
Tanaman Pinang Lokal
√
Petani pelestari
Tanaman Obat Tuba Jenu
√
Petani pelestari
Tanaman Obat Cempala Patah
√
Petani pelestari
56
Tanaman Obat Ranup Dong
3.
√
Petani pelestari
Tanaman Obat Keumelue
√
Petani pelestari
Tanaman Obat Jambe Kling
√
Petani pelestari
Tanaman Obat Paku ngamat
√
Petani pelestari
Tanaman Obat Teumeran
√
Petani pelestari
Tanaman Obat Paku Kunyet
√
Petani pelestari
Tanaman Obat Sa’diyah
√
Petani pelestari
Tanaman Obat Ranup Duk
√
Petani pelestari
Tanaman Obat Uret Pisang
√
Petani pelestari
Bunga Cemara
√
Petani pelestari
Bunga Asoka
√
Petani pelestari
Bunga Bougenvil
√
Petani pelestari
Bunga Jeumpa
√
Petani pelestari
Pinang Putri
√
Petani pelestari
Kamboja
√
Petani pelestari
Bunga Kembang Sepatu
√
Petani pelestari
Bunga Melati
√
Petani pelestari
Jeruk Nipis
√
Petani pelestari
Tanaman Lengkeng
√
Petani pelestari
Tanaman Nangka
√
Petani pelestari
Tanaman Jambu Biji
√
Petani pelestari
Tanaman Jambu Air
√
Petani pelestari
Tanaman Tebu
√
Petani pelestari
Tanaman Asam Belimbing
√
Petani pelestari
Tanaman hias:
Tanaman Sambung Nyawa
√
Petani pelestari
Tanaman Temuru
√
Petani pelestari
Tanaman Mahkota Dewa
√
Petani pelestari
57
4.
Tanaman perkebunan: Nilam Lhouesemawe
√
Petani pelestari
Nilam Lokal
√
Petani pelestari
Nilam LL (Lhousemawe vs lkl)
√
Petani pelestari
Pala Hutan
√
Pala Besar (Mawah)
√
Petani pelestari
Pala Kecil (Ubit)
√
Petani pelestari
Kopi Var. Gayo 1
√
Petani pelestari
Kopi Var. Gayo 2
√
Petani pelestari
Kopi Var. Ateng Super
√
Petani pelestari
Kopi Var. USDA
√
Petani pelestari
Kopi Var. S J
√
Petani pelestari
Kopi Var. CTT
√
Petani pelestari
Kopi Var. C 47
√
Petani pelestari
Kopi Var. C 48
√
Petani pelestari
Kopi Var. CH 306
√
Petani pelestari
Kopi Var. C 49
√
Petani pelestari
Kopi Var. CH 1
√
Petani pelestari
Kopi Var. SLN 9
√
Petani pelestari
Kopi Var. P 88
√
Petani pelestari
Kopi Var. BP 542
√
Petani pelestari
Kopi Var. Sinensie
5.
Petani pelestari
√
Petani pelestari
Ternak Sapi Aceh
√
Petani pelestari
Sapi Kepong
√
Petani pelestari
Kuda Gayo
√
Petani pelestari
Ayam Hutan Aceh
√
Petani pelestari
58
4.7. Pengelolaan Kebun Koleksi 1. Nama kebun koleksi : Kebun Percobaan Kopi Gayo 2. Lokasi kebun koleksi : Bener Meriah Tabel 15. Data kebun koleksi Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi Titik koordinat Status kepemilikan Legalitas Jumlah SDM Deskripsi kebun koleksi
: : : : : : : : :
Bener Meriah Aceh Milik Negara (BPTP Aceh) Sertifikat/SKT 6 orang Lokasi terdapat di dalam Kebun Percobaan (KP) /di luar KP : Agroekosistem : Lahan Kering Ketinggian tempat : 1050 dpl Tipe iklim : Basah- Kering Jenis tanah : Lempung liat Curah hujan : Luas lahan KK : Jumlah dan jenis koleksi tanaman/ternak: Koleksi insitu 40 varietas kopi, yang dapat dideskripsi baru 14 varietas
Masalah dan solusi : Pemeliharaan rutin naungan, pemeliharaan dan rawat tanaman kopi yang telah berumur > 25 tahun (pergantian varietas). Dana yang disediakan untuk pemeliharaan rutin berkelanjutan tidak dapat dilakukan secara maksimal. 4.8. Kelembagaan Sumberdaya Genetik Tabel 16. Data kelembagaan Komda SDG Uraian 1.
Status Komda SDG
:
Belum terbentuk
2.
Susunan kepengurusn
:
-
3.
Program kegiatan Komda :
Belum ada
4.
Pelaksanaan kegiatan Komda
-
:
59
5.
Deskripsi kegiatan kelembagaan
:
4.9. Karya Tulis Ilmiah (KTI) No.
Judul KTI
Jenis KTI
Penerbit
1
Inventarisasi, Karakterisasi Dan Prosiding Nomor Pemanfaatan Keanekaragaman ISSN : 2302-9617 Sumberdaya Genetik Padi Gogo Dan Padi Sawah Lokal Di Provinsi Aceh
Baristand Aceh
2
Eksplorasi, Karakterisasi Dan Prosiding Nomor Koleksi Keanekaragaman ISSN : 2302-9617 Sumberdaya Genetik Tanaman Kopi Di Dataran Tinggi Gayo
Baristand Aceh
3
Inventarisasi, Karakterisasi Dan Prosiding Nomor ISBN Jurusan Pemanfaatan Keanekaragaman : 978-602-0898-00-1 Biologi,Unsyiah Sumberdaya Genetik Tanaman Obat Lokal Di Provinsi Aceh
4
Eksplorasi, Karakterisasi Dan Koleksi Keanekaragaman anaman Hortikultura di Provinsi Aceh
5
Sumber Daya Genetik (SDG) ISBN : 978-979-1415- BPTP Aceh Tanaman Nusantara Spesifik Aceh 91-0
6
Inventarisasi, Karakterisasi Dan Prosiding dalam proses Jurusan Biologi, Koleksi Insitu Mulieng Gajah penerbitan, telah IAIN Ar-Raniry (Gnetum Gnemon Spp) Dan diseminarkan Banda Aceh Mulieng Padee Di Kabupaten Pidie
7
Eksplorasi Dan Inventarisasi Padi Prosiding dalam proses Jurusan Biologi, IAIN Ar-Raniry Lokal Sigupai : Aromatik Pandan, penerbitan, telah Banda Aceh Rasa Nasi Pulen, Efisiensi Pupuk, diseminarkan Berumur Sedang, Disukai Petani Dan Pedagang
8
Eksplorasi, Inventarisasi, Koleksi Prosiding dalam proses Jurusan Biologi, IAIN Ar-Raniry Dan Pemanfaatan Padi Gogo Lokal penerbitan, telah diseminarkan Banda Aceh Varietas Tangse Di Kabupaten Pidie
Prosiding Nomor ISBN Jurusan : 978-602-0898-00-1 Biologi,Unsyiah
60
9
Inventarisasi, Karakterisasi Dan Makalah Poster pada Pemanfaatan Cabai Odeng Semnas SDG di (Capsicum annum) Di Kabupaten BBP2TP, Bogor (Prosiding) Bener Meriah
BB Biogen dan BBP2TP
10 Inventarisasi, Karakterisasi, Koleksi Makalah Poster pada Insitu Dan Peningkatan Nilai Semnas SDG di Tambah Tanaman Pala (Myristica BBP2TP, Bogor (Prosiding) fragrans)
BB Biogen dan BBP2TP
Di Kabupaten Aceh Selatan Usulan Tulisan untuk KTI 1
Sapi Kepong seagai salah satu variasi genetik Sapi Aceh
Usulan Tulisan..
BBP2TP dan BB Biogen
2
Karakterisasi, Koleksi Dan Usulan Tulisan.. Pemanfaatan Tanaman Ubi Jalar (Ipomea Batatas) Di Kabupaten Aceh Besar
BBP2TP dan BB Biogen
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Kegiatan sumberdaya genetik di tahun 2015 dilakukan inventarisasi tanaman pala di Aceh Selatan dan didapat 5 aksesi tanaman pala. Aksesi tanaman pala yang paling unik adalah aksesi pala hutan. Aksesi pala hutan memiliki keunikan pada bentuk buah yang besar, berwarna coklat, daun yang panjang dan lebar, tangkai daun yang panjang. Selain itu secara testimoni petani disekitar aksesi tanaman paa hutan ini menyakini dan telah mencoba untuk melakukan entres pala hutan sebagai batang bawah. Tujuan pala hutan aksesi tanaman pala hutan dijadikan batang bawah adalah agar terhindar dari penyakit Fusarium sp dan hama pengerek batang. Selain itu dilakukan juga inventarisasi tanaman di lahan pekarangan dan didapat 3 kelompok tanaman yaitu tanaman hias, tanaman buah dan tanaman obat. Karakterisasi
juga
dilakukan
di
Kecamatan
Lembah
Seulawah
untuk 61
mengkarakterisasi keragaman klon ubi jalar. Hasil karakterisasi didapat 6 klon ubi jalar yaitu ubi jalar Jepang, ubi jalar Sarioto, ubi jalar Sari Madu, ubi jalar Hitam, ubi jalar Madu dan ubi jalar Rujak. Hasil kegiatan eksplorasi dilakukan di Kabupaten Aceh Utara dan didapatkan varietas lokal jeruk purut manis dan sawo Aceh. Saran Kegiatan sumberdaya genetik butuh perhatian yang serius dari Pemerintah Daerah setempat untuk segera merespon hasil eksplorasi, inventarisasi dan karakterisasi yang telah dilakukan oleh tim SDG BPTP Aceh. Inisiasi keberadaan SDG telah dilakukan tim SDG kepada Pemda setempat untuk segera mendaftarkan varietas lokal yang ditemukan sebagai varietas lokal dan butuh usaha pelestarian dan
evaluasi
untuk
mengetahui
potensi
SDG
tersebut
dan
selanjutnya
dikembangkan secara masal.
DAFTAR PUSTAKA
Hardiyanto, 2014. Pengkayaan, praevaluasi dan pengelolaan sumberdaya genetik tanaman lokal sumatera barat. Laporan Akhir Kegiatan SDg 2014. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Sumatera Barat. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2000. Pala (Myristica Fragan Hait ). http://www.ristek.go.id Nurbani, Rudarmono, Subiono T, Rusdiansyah. 2004. Koleksi, Karakterisasi dan Budidaya Padi Ladang Lokal Kalimantan Timur. Laporan Akhir Kerjasama Dinas Pertanian dan BPTP Kalimantan Timur. hal 30.
62
Suhartini T, Soemantri IH, Abdullah B. 2003. Rejuvenasi dan Karakterisasi Plasma Nutfah Spesies Padi Liar. Buletin Plasma Nutfah. 9:
63
Lampiran 1. Tenaga dan organisasi pelaksanaan Tenaga yang terlibat dalam kegiatan Nama Lengkap dan Gelar
Posisi dalam Kegiatan
Gol/ Pangkat
Dr. drh. Iskandar Mirza, M.P.
Penjab
IIIc/ Penata
Ir. Syarifah Raihanah
Anggota
IIId/
Didi Darmadi, S.P., M.Si.
Anggota
Eka Fitria, S.P.
Rosdewani, S.E.
Instansi/ Unit Jabatan Bidang Kerja Struktural/F Keahlian ung. Peneliti BPTP Aceh Peternakan Muda
Alokasi Waktu (jam/mgg) 20
BPTP Aceh
PNK
Peternakan
20
IIIb/Penat a Muda Tk I
BPTP Aceh
Penyuluh pertama
Agronomi dan Hortikultura
20
Anggota
IIIb/Penat a Muda Tk I
BPTP Aceh
PNK
Sosial Pedesaan
20
Anggota
IIIb/ Penata Muda Tk. I
BPTP Aceh
PNK
Sosial Ekonomi
20
Penata Tk. I
64
Lampiran 2. Anggaran Rekap Pembiayaan
Uraian
Volume Satuan
Jumlah (Rp)
1. Belanja Bahan
1 Keg
7.600.000,-
2. Belanja Gaji Upah
1 Keg
15.250.000,-
3. Belanja Perjalanan
1 Keg
187.000.000,-
4. Belanja Barang Operasional lainnya
1 Keg
20.000.000,-
Total Biaya
214.260.000,-
Bahan No. 1.
2.
3.
Bahan ATK - kertas ukuran A4 70gr - kertas ukuran F4 70gr - Toner - Ballpoint - Blocknote - Map Mika - Post it - Map Folder - Tip Ex
Volume 5 rim 5 rim 1 buah 1 lusin 15 buah 6 buah 3 buah 4 buah 10 buah
Jumlah Saprodi (pupuk, benih, pestisida, dll.) - Kertas Label 4 pak - Handspayer 4 unit Jumlah Bahan Pembantu lapangan - Papan Nama Kegiatan 1 buah - Sepatu Lapangan 10 pasang - Topi Lapangan 10 buah Jumlah
Biaya Satuan (Rp)
Biaya (Rp)
35.000,35.000,750.000,35.000,10.000,20.000,5.000,20.000,10.000,-
175.000,175.000,750.000,35.000,150.000,120.000,20.000,40.000,100.000,1.600.000,-
15.000,400.000,-
60.000,1.600.000,42.200.000,-
1.000.000,90.000,50.000,-
1.000.000,900.000,500.000,2.400.000,65
Jumlah Biaya (1+2+3)
49.000.000,-
Belanja Gaji Upah Honorarium tidak tetap (untuk petugas lapang jika ada) No.
Pelaksana
1. Upah Harian Lepas
Jumlah Pelaksana
Jumlah Hari
250 OH
1 THN
Honor/hari 50.000,-
Jumlah Biaya
Biaya 12.500.000,12.500.000,-
Perjalanan
No.
Kota/Tempat Tujuan
Volume
Biaya Satuan
Biaya
Belanja Perjalanan Lainnya
1.
2.
1. Perjalanan ke pusat dalam rangka pelaksanaan kegiatan (2 ORG X 2 KALI)
2 OP
5.500.000,-
22.000.000,-
Perjalanan ke daerah dalam rangka pelaksanaan kegiatan di 6 kab. (10 ORG X 6 KALI)
160 OP
1.500.000,-
90.000.000,-
Jumlah Biaya
112.000.000,-
Belanja Barang Operasional Lainnya (Konsinyasi, Fotocopy, rapat, dll) No.
Uraian Kegiatan
Volume
Biaya Satuan
Biaya
66
1. Temu Koordinasi
1 paket
15.000.000,-
15.000.000,-
2. Bahan Pendukung temu koordinasi
1 paket
5.000.000,-
5.000.000,-
Jumlah Biaya
20.000.000,-
67
Lampiran 3. Dokumentasi kegiatan SDG T.A. 2015
Survey data sosial ekonomi petani pala di Kabupaten Aceh Barat Daya.
68
Karakterisasi tanaman pala di kebun petani, Kabupaten Aceh Barat Daya.
Kunjungan Tim Monev dari BB Biogen ke Kebun Percobaan Gayo.
Koleksi benih berbagai jenis kopi di KP. Gayo. 69
Kunjungan ke lapangan TIM Monev BB Biogen ke Kebun Percobaan Gayo.
Inisiasi pembentukan Komda bersama tim inisiator dari Komnas SDG (Dr. Sabran dan Tim Komnas) ke Sekda Provinsi Aceh (Bpk. Drs. Darmawan).
70
Karakterisasi sapi kepong di Kabupaten Aceh Jaya.
(a)
(b)
Karakterisasi Tanaman Pala biasa (a) dan pala hutan (b) di Kabupaten Aceh Selatan.
71
Survey sosial ekonomi kondisi pengembangan produk pala menjadi minyak angin ke produsen minyak pala di Kabupaten Aceh Selatan.
Inventarisasi tanaman jeruk purut manis di Kabupaten Aceh Utara.
Karakterisasi sawo Aceh di Kabupaten Aceh Utara. 72
Acara temu lapang di Kabupaten Aceh Selatan.
Survey ke lokasi petani pala yang memanfaatkan tanaman pala sebagai batang bawah entres.
73
Karakterisasi tanaman ubi jalar di Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar.
74
Design kebun koleksi di lahan pekarangan BPTP Aceh Tahun 2015.
75