LAPORAN AKHIR TAHUN 2014
KARAKTERISASI DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN LOKAL MALUKU UTARA
OLEH : Andriko Noto Susanto Yayat Hidayat Indra Heru Hendaru Miskat Ramdhani Hermawati Cahyaningrum Slamet Hartanto
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU UTARA BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014
LAPORAN AKHIR TAHUN 2014
KARAKTERISASI DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN LOKAL MALUKU UTARA
Oleh: Andriko Noto Susanto Yayat Hidayat Indra Heru Hendaru Miskat Ramdhani Hermawati Cahyaningrum Slamet Hartanto
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU UTARA
2014 ii
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR TAHUN 2014
1.
Judul ROPP
:
2. 3.
Unit Kerja Alamat Unit Kerja
: :
4.
Penanggung Jawab a. Nama b. Pangkat/Golongan Jangka Waktu Biaya
: : : :
5. 6.
Karakterisasi dan Pengelolaan Sumber Daya GenetikTanaman Lokal Maluku Utara BPTP Maluku Utara Komplek Pertanian Kusu No 1, Kec. Oba Utara, Kota Tidore Kepulauan
Dr. Andriko Noto Susanto, SP., MP Pembina / Iva 2 Tahun Rp.144.684.000,-(Seratus empat puluh empat juta enam ratus delapan puluh empat ribu rupiah)
Mengetahui, Kepala Balai
Penanggung Jawab RPTP
Dr. Andriko Noto Susanto, SP., MP NIP 19720515 199803 1 004
Dr. Andriko Noto Susanto, SP., MP NIP 19720515 199803 1 004
iii
KATA PENGANTAR
Keanekaragaman plasma nutfah sangatlah besar, mulai dari
aneka
macam tanaman obat dan tanaman perkebunan yang tersebar di seluruh wilayah luas
kepulauan di Maluku Utara.
untuk
Mengingat manfaatnya
yang
sangat
berbagai kegunaan,maka dikhawatirkan penggunaannya tidak
terkendali dan akan mengancam kelestariannya.
Berdasarkan pertimbangan
tersebut, maka kegiatan Inventarisasi dan Pengelolaan plasma nutfah tanaman Spesifik Maluku Utara dilakukan, agar dapat digunakan oleh berbagai pihak, terutama bagi yang berkepentingan dengan pengelolaan dan pemanfaatan plasma nutfah tersebut. Hasil inventarisasi dan pengelolaan plasma nutfah tanaman spesifik tersebut kemudian dikonservasi melalui pelestarian plasmanutfah di kebun koleksi plasma nutfah BPTP Maluku Utara. Koleksi plasma nutfah tanaman spesifik tersebut diharapkan menjadi salah satu aset yang dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat Maluku Utara khususnya dan Indonesia pada umumnya. Sehingga secara komersial, akan diidentifikasi dan dievaluasi potensinya untuk dijadikan sebagai komoditas unggulan guna pengembangan dan pemanfaatannya lebih lanjut dalam agribisnis terhadap pelestarian dan pemanfaatan plasma nutfah tanaman. Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini,untuk itu sangat diharapkan kritik dan masukan untuk perbaikan dan kesempurnaan laporan ini di masa yang akan datang. Sofifi, Desember 2014
Tim Penyusun
iv
DAFTAR ISI Lembar Pengesahan ............................................................................... Kata Pengantar ...................................................................................... Daftar Isi .............................................................................................. Daftar Tabel .................................................................................... Ringkasan ............................................................................................. Summary ..............................................................................................
ii ii iii
I
Pendahuluan ................................................................................. 1.1 Latar belakang ...................................................................... 1.2 Dasar Pertimbangan............................................................... 1.3 Tujuan ................................................................................. 1.4 Keluaran .............................................................................. 1.5 Prakiraan Manfaat dan Dampak ..............................................
1 1 4 4 4 4
II
Tinjauan Pustaka ...........................................................................
5
III
Metodologi..................................................................................... 3.1 Pendekatan .......................................................................... 3.2 Ruang Lingkup ...................................................................... 3.3 Bahan dan Metode Pelaksanaan .............................................. 3.4 Analisis Data ........................................................................
8 8 8 9 13
IV
Hasil 4.1 4.2 4.3
dan Pembahasan ................................................................... Gambaran Umum Lokasi Eksplorasi ......................................... Identifikasi Data Hasil-Hasil Penelitian Terkait .......................... Inventarisasi tanaman pangan pekarangan dan luar pekarangan rumah tangga tani Maluku Utara di pekarangan ...................... Koleksi Plasma Nutfah ........................................................... Lokal Wisdom ........................................................................ Kebun Koleksi Plasma Nutfah .................................................
14 14 16
V
Kesimpulandan Saran .....................................................................
38
VI
Kenerja Hasil ................................................................................
39
Daftar Pustaka ...................................................................................... Lampiran
40
4.4 4.5 4.6
v
iv
viii x
20 31 32 33
DAFTAR TABEL Tabel
Uraian
Hal
1
Jenis Plasma Nutfah Tanaman Pangan dan Hortikultura Maluku Utara…………………………………………………………………………………..
17
2
Jenis tanaman dan kultivar perkebunan di Maluku Utara .............
18
3
Jenis tanaman yang teridentifikasi berkhasiat sebagai tanaman obat di Maluku Utara.................................................................
19
4
Kinerja Inventarisasi SDGT Pekarangan dan Luar Pekarangan ……
21
5
Indeks diversitas spesies pada lima kelompok tanaman di Halmahera Barat dan Kota Tidore Kepulauan …………………………..
22
6
Indeks diversitas spesies kelompok pangan di Halmahera Barat dan Kota Tidore Kepulauan …………………………………………..
23
7
Indeks diversitas spesies kelompok buah-buahan di Halmahera Barat dan Kota Tidore Kepulauan …………………………………………..
26
8
Indeks diversitas spesies kelompok sayuran di Halmahera Barat dan Kota Tidore Kepulauan …………………………………………..
27
9
Indeks diversitas spesies kelompok biofarmaka di Halmahera Barat dan Kota Tidore Kepulauan …………………………………………..
28
10
Indeks diversitas spesies kelompok perkebunan di Halmahera Barat dan Kota Tidore Kepulauan …………………………………………..
29
vi
DAFTAR GAMBAR Tabel
Uraian
1
Peta Situasi Wilayah Maluku Utara ............................................
14
2
Penataan Kebun Koleksi dengan pembuatan gazebo ...................
34
3
Koleksi Kelapa Igo ratu dan Igo pada kuning ..............................
35
4
Konnservasi bawang topo dan tanaman obat di Kebun Sofifi ........
35
vii
Hal
RINGKASAN Keragaman sumber daya di Maluku Utara yang merupakan “harta karun“ yang belum banyak diungkap dan teridentifikasi secara tertulis. Tidak mudah mengeksplorasi dan mengidentifikasi jenis-jenis sumber daya genetik tanaman yang ada di Maluku Utara, lebih lanjut lagi dalam menentukan nama botaninya. Permasalahannya adalah tidak semua jenis sumber daya genetik yang sudah dieksplorasi dan diidentifikasi, beberapa di antaranya juga mulai sulit ditemui, terutama jenis-jenis yang mengalami kelangkaan. Informasi keanekaragaman serta status keberadaan SDG tanaman di Maluku Utara sangat diperlukan sebagai dasar penyusunan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan SDG pertanian untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan inventarisasi dan eksplorasi SDG tanaman di Maluku Utara ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan inventarisasi sumber daya genetik (SDG) tanaman di Maluku Utara serta mengkoleksi plasma nutfah tanaman di Maluku Utara. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian non-eksperimen, di mana data dikumpulkan dari hasil observasi dan wawancara. Penelitian ini juga merupakan penelitian deskriptif-kualitatif di mana data-data hasil penelitian dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara dan diuraikan secara rinci untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Metode Penelitian yang digunakan adalah eksplorasi
deskriptif,
dengan
pertimbangan
bahwa
untuk
dapat
mendokumentasikan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan plasma nutfah pertanian membutuhkan penggalian informasi yang tepat dan kajian cermat dan mendalam. Informasi dapat diperoleh melalui serangkaian kegiatan inventarisasi SDG tanaman, baik melalui inventarisasi SDG tanaman yang berada di lahan pekarangan rumah petani, lahan petani maupun kebun koleksi. Hasil inventarisasi keanekaragaman SDG tanaman dapat memberikan informasi tingkat keberagaman/diversitas dan potensi pemanfaatan serta sumber keberadaannya. Berdasarkan data hasil inventarisasi SDGT di rumah tangga – rumah tangga petani di tiga Kabupaten adalah sebagai berikut: 1. Terdapat SDGT pangan sebanyak 54 aksesi, SDGT buah-buahan sebanyak 77 aksesi, SDGT sayuran sebanyak 19 aksesi, SDGT biofarmaka sebanyak 15 aksesi, dan SDGT tanaman hias sebanyak 3 aksesi yang diinvetarisasi di pekarangan dan luar pekarangan.
viii
2. Tingkat keragaman rata-rata SDGT di Halmahera Barat dan Pulau Tidore tergolong sedang (nilai H’ = 1,5 – 3,5) dan rata-rata tingkat kemerataan spesies antar rumah tangga di masing-masing kabupaten tergolong tinggi (EH > 0,6) kecuali SDGT biofarmaka dan perkebunan di Halmahera Barat. Tidak adanya kemiripan struktur spesies SDGT antara Halmahera Barat dan Pulau Tidore, hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan kultur budaya, di mana masyarakat pulau Tidore lebih banyak daerah pesisirnya, sedangka untuk Halmahera barat lebih ke wilayah pegunungan. 3. Terdapatnya koleksi SDGT hasil ekplorasi yang sebagian berupa benih (SDGT padi, jagung, bawang topo dan kacang topo) dan bibit yang dikoleksi di kebun konservasi BPTP Sofifi (kelapa igoratu, kelapa igo pada kuning, cengkeh, pala, dan pisang).
ix
SUMMARY The diversity of resources in North Maluku which is the "treasure" that has not been disclosed and identified in writing. It’s not easy to explore and to identify the types of plant genetic resources that exist in North Maluku, all the more so in determine the botanical name. The problem that not all types of genetic resources that have been explored and identified, futher more of which are also getting hard to find, especially the types that has a shortage. Several of them about diversity of information and presence statue SDG plant in North Maluku is indispensable as a basis for policy management and utilization of agricultural SDG for the public welfare. The aim SDG inventory and exploration activities is to explore and inventory of genetic resources (SDG) plant in North Maluku and collecting germplasm in North Maluku. The study design used was a non-experimental study, in which data were collected from observations and interviews. The assesment used a descriptive-qualitative research which data collected by observation, interview and described in detail to get a conclusion. The research method used descriptive exploration, with the consideration that in order to document the public's knowledge about the management of agricultural germplasm requires extracting the right information with in-depth study. Information can be obtained through a series of activities SDG inventory of plants, either through SDG inventory of plants that were in the yard area farmers, farmers' fields and gardens collection. The result is to provide the level of diversity and potential utilization as well as the source of its existence. Based on SDG conducted during he exploration in farmers household in the three regency are as follows: 1. There were 63 accessions SDGT crop plant, fruits 54 accessions, vegetables 77 accession, medicinal SDGT many as 19 accessions, and vegetables SDGT inventory total of 3 accessions were outside in the yard and the yard. 2. Mean level of diversity SDGT in West Halmahera and Tidore Island were moderate (grades H '= 1.5 to 3.5) with average rate of species evenness between households in each district is high (EH> 0.6 ) except SDGT medicinal and plantation in West Halmahera. The absence of structural similarity between species SDGT West Halmahera and Tidore Island, it is
x
because of differences in cultures, where people of the island of Tidore more coastal areas, while to Halmahera region to the west over the mountains. 3. The presence of a collection SDGT exploration results are partly in the form of seeds (SDGT rice, corn, onions and beans topo topo) and seeds were collected in gardens BPTP conservation Sofifi (igoratu coconut, igo pada kuning coconut, clove, nutmeg, and banana).
xi
I. 1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki sumber
daya hayati sangat beragam sehingga dinyatakan sebagai negara "megabiodiversity". Meskipun luas daratan Indonesia hanya 1,3% dari luas daratan yang ada di dunia namun memiliki 10% spesies bunga, 12% mamalia dunia, 17% burung di dunia, lebih dari 400 spesies palem dan sekitar 25.000 jenis tumbuhan berbunga (Bappenas, 2003). Masyarakat Indonesia selama ini telah memanfaatkan
keanekaragaman
plasma
nutfah
sesuai
dengan
tingkat
pengetahuan dan kultural yang dimiliki oleh masing-masing individu ataupun kelompok masyarakat. Dari keanekaragaman plasma nutfah di Indonesia, lebih dari 100 spesies biji-bijian, umbi-umbian, sagu dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat. Sedikitnya 940 spesies tanaman telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional, untuk kosmetika atau sebagai bagian penting dalam upacara tradisional. Pemanfaatan keanekaragaman plasma nutfah banyak digunakan untuk keperluan bahan makanan, pakaian, perlindungan dan obat-obatan. Pemanfaatan dan pengelolaan plasma nutfah oleh masyarakat tradisional ini pada umumnya didasarkan pada akumulasi pengetahuan lokal dan kebijakan yang telah dipatuhi sebagai tradisi dan hukum adat yang turun temurun (Sutrisno & Silitonga, 2004). Banyak pula jenis tumbuhan berpotensi obat yang tumbuh di kawasan tropis ini belum dimanfaatkan secara optimal.Lebih dari 400 etnis masyarakat Indonesia memiliki hubungan yang erat dengan hutan dalam kehidupannya sehari-hari dan mereka memiliki pengetahuan tradisional yang tinggi dalam pemanfaatan tumbuhan obat (Sulandjari, 2009). Di Indonesia, tumbuhan obat merupakan salah satu komponen penting dalam pengobatan, yang berupa ramuan jamu tradisional dan telah digunakan sejak ratusan tahun yang lalu. Tumbuhan obat telah berabad-abad di dayagunakan oleh bangsa Indonesia dalam bentuk jamu untuk memecahkan berbagai masalah kesehatan yang dihadapinya dan merupakan kekayaan budaya bangsa Indonesia yang perlu dipelihara dan dilestarikan. Maluku Utara merupakan Propinsi kepulauan yang terletak di kawasan lintas khatulistiwa yang terkenal dengan potensi sumber daya alamnya.Potensi
1
tersebut dapat dilihat dari berbagai komoditas plasma nutfah potensial yang berada di lautan maupun di daratan. Keragaman sumber daya genetik yang ada di daratan (perkebunan, tanaman obat, pangan dan hortikultura) telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat di Maluku Utara. Masyarakat Tugutil adalah sebutan asli untuk kelompok masyarakat semi nomaden yang hidup di kawasan hutan di dekat (buffer zone) kawasan Taman Nasional Aketajawe Lolobata (TNAL), yang hidupnya sebagian besar masih tergantung pada hasil hutan dan sebagian dari pertanian secara tradisional (Biro Sosial Maluku Utara, 2004). Masyarakat Tugutil ini diketahui mempunyai pengetahuan mengenai pemanfaatan dan pelestarian keanekaragaman sumber daya alam termasuk di dalamnya pengetahhuan tentang pemanfaatan sumber daya genetik pertanian. Namun demikian sistem pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat Tugutil selama ini belum didokumentasikan dengan baik. Hal ini dikarenakan kurangnya penelitian tentang keberadaan suku ini dalam pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya hayati khususnya tentang tumbuhan (Anonim, 2005). Seperti sudah kita ketahui bersama bahwa Maluku Utara memiliki banyak keragaman sumber daya genetik yang belum teridentfikasi secara tertulis. Aneka jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat, sumber pangan, bahan kosmetik dan lainnya adalah “harta karun“ yang belum banyak diungkap. Tidak mudah mengeksplorasi dan mengidentifikasi jenis-jenis sumber daya genetik tanaman yang ada di Maluku Utara, terlebih-lebih dalam menentukan nama botaninya. Permasalahannya adalah tidak semua jenis sumber daya genetik yang sudah dieksplorasi dan diidentifikasi, beberapa di antaranya juga mulai sulit ditemui, terutama jenis-jenis yang mengalami kelangkaan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 37 Tahun 2011, Plasma Nutfah Tanaman merupakan Sumber Daya Genetik Tanaman (SDG) adalah materi genetik dari tanaman yang mempunyai nilai nyata atau potensial. Oleh karena itu, sangat diperlukan tindakan penyelamatan berupa pelestarian terhadap kebaradaan plasma nutfah yang berada di Maluku Utara, baik plasma nutfah komoditas perkebunan dan obat dengan melakukan penangkaran sehingga tetap menjaga ekosistem lingkungan tumbuhnya. Salah satu upaya yang perlu dilakukan dalam pengelolaan tanaman perkebunan dan tumbuhan obat adalah eksplorasi dan karakterisasi tanaman, baik pada tingkat morfologi maupun isozim. Isozim adalah marka biokimia dan
2
genetik yang berguna serta merupakan penduga keragaman genetik dalam populasi tanaman (Tadesse dan Bekele, 2001). Identifikasi dan yang
karakterisasi
lengkap bagi tanaman sangat diperlukan karena sangat berguna dalam
upaya perlindungan plasma nutfah, pengembangan varietas, dan untuk ke arah perlindungan indikasi geografis atau ekotipe tanaman. Karakterisasi tanaman pada tingkat morfologi diperlukan terutama untuk keperluan identifikasi fenotipe dan
perubahannya
terkait
dengan
ekotipe
atau
perubahan-perubahan
lingkungan. Dalam pelaksanaan ekplorasi dan karakterisasi plasma nutfah tanaman perkebunan dan obat di Maluku Utara, tidak terlepas dari instansi terkait (stake holders) yaitu puslitbang perkebunan dan balitro, sehingga perlu dilakukan koordinasi untuk melaksanakan kegiatan tersebut dan mendapatkan hasil yang optimal. 1.2
Dasar Pertimbangan Sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian merupakan
bahan yang dapat dimanfaatkan secara langsung atau tidak langsung untuk mendukung ketahanan pangan.Pemanfaatan langsung SDG tanaman berupa budidaya langsung untuk memenuhi kebutuhan tanpa memerlukan perbaikan tanaman melalui pemuliaan. Bagi SDG tanaman yang memiliki keunikan secara geografis, maka dapat dilindungi untuk memperoleh hak perlindungan Indikasi Geografis. Pemanfaatan SDG secara tidak langsung, yaitu memanfaatkan keanekaragaman bahan genetik yang terdapat di dalam SDG tanaman untuk merakit variertas unggul baru melalui kegiatan pemuliaan tanaman. Informasi keanekaragaman serta status keberadaan SDG tanaman di Maluku
Utara
sangat
diperlukan
sebagai
dasar
penyusunan
kebijakan
pengelolaan dan pemanfaatan SDG pertanian untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Informasi dapat diperoleh melalui serangkaian kegiatan inventarisasi SDG tanaman, baik melalui inventarisasi SDG tanaman yang berada di lahan pekarangan rumah petani, lahan petani maupun kebun koleksi. Data inventariasi SDG tanaman mencakup identitas petani, lokasi, jenis/spesies tanaman yang dibudidayakan, cakupan dan deskripsi serta pemanfaatan. Hasil inventarisasi keanekaragaman
SDG
tanaman
dapat
memberikan
informasi
tingkat
keberagaman/diversitas dan potensi pemanfaatan serta sumber keberadaannya.
3
1.3
Tujuan Kegiatan yang akan dilaksanakan ini bertujuan untuk : a. Inventarisasi SDG Tanaman Lokal Halmahera Utara,Halmahera Timur, dan Kota Ternate b. Karakterisasi sumber daya genetik tanaman padi lokal, kacang tanah, jagung dan bawang topo c. Koleksi SDG Tanaman di Kebun Koleksi BPTP Maluku Utara d. Penguatan kelembagaan KOMDA SDG Maluku Utara
1.4
Keluaran Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah : a. Kekayaan dan Diversitas SDG Tanaman Halmahera Utara. b. Terkarakterisasinya sumber daya genetik tanaman padi lokal, kacang tanah, jagung dan bawang topo c. Tambahan Koleksi SDG Tanaman spesifik lokasi d. Proaktifnya KOMDA SDG Maluku Utara dalam mengelola SDG di Maluku Utara
1.5
Prakiraan Manfaat dan Dampak a. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memperoleh status SDG tanaman lokal di Maluku Utara dengan status taksonomi yang tepat, mengetahui daerah distribusi, status kelangkaannya, karakter morfologi dan mengetahui iklim mikro yang tepat untuk pertumbuhannya. b. Dampak Tersedianya bahan pemuliaan tanaman lokal bagi Badan Litbang pertanian dan semua informasi dasar tersebut akhirnya dapat dipakai sebagai dasar penelitian lanjutan dalam rangka berupaya meningkatkan keragaman aksesi plasma nutfah tanaman yang ada di Maluku Utara.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA Eksplorasi SDG adalah kegiatan pencarian dan pengumpulan, yang kemudian
diikuti
dengan
identifikasi,
karakterisasi,
dokumentasi,
dan
evaluasi.Tujuan suatu ekplorasi plasma nutfah adalah untuk memperkenalkan keragaman genetik koleksi plasma nutfah yang sudah ada. Selanjutnya tujuan koleksi plasma nutfah adalah menghimpun gen-gen yang terdapat pada spesies tanaman yang akan sangat bermanfaat dalam melakukan perbaikangenetik kultivar suatu tanaman (Yusuf B, 2005). Eksplorasi juga merupakan kegiatan melindungi potensi sumber kehidupan (plasma nutfah) seperti tumbuhan bernilai ekonomis tinggi untuk dikembangkan di luar kawasan sehingga dapat menjadi lokasi penelitian dan laboratorium alam secara luas bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Maluku Utara, maupun Indonesia dan dunia secara global. Plasma nutfah dapat diartikan sebagai investasi dalam pemanfaatan aneka ragam bahan bakutanaman di masa mendatang. Oleh karena itu, untuk membangun plasma nutfah tanaman perlu disosialisasikan untuk merangsang keterlibatan masyarakat luas dalam penghayatan dan pemahaman akan pelestarian plasma nutfah dan teknologi pemanfaatannya. Tujuan koleksi plasma nutfah adalah untuk menyediakan sumber genetik yang luas. Dari koleksi tersebut pemulia tanaman dapat memperoleh sifat genotipe yang diinginkannya.
Dengan
demikian
agar
koleksi
plasma
nutfah
tersebut
bermanfaat di bidang pemuliaan, maka data karakterisasi dan data evaluasinya harus tersedia (Engle, 1993). Plasma nutfah merupakan bahan baku dasar pemuliaan karena di sini tersimpan berbagai keanekaragaman sifat yang dimiliki oleh masing-masing nomor koleksi (aksesi). Tanpa keanekaragaman, perbaikan sifat tidak mungkin dilakukan.Usaha pencarian plasma nutfah baru berarti eksplorasi ke tempattempat yang secara tradisional menjadi pusat keanekaragaman hayati (atau hutan) atau dengan melakukan pertukaran koleksi. Lembaga-lembaga publik seperti IRRI dan CIMMYT menyediakan koleksi plasma nutfah bagi publik secara bebas bea, namun untuk kepentingan bisnis diatur oleh perjanjian antara pihakpihak yang terkait. Kebanyakan kultivar tanaman masa kini dihasilkan oleh sebagian kecil perusahaan benih, beberapa di antaranya bermodal kuat, transnasional, dan
5
menguasai
teknologi
tinggi.
Masyarakat
adat,
yang
sebelum
terjadi
industrialisasi pertanian menguasai benih berangsur-angsur terdesak perannya dan petani lambat laun tergantung pada pasokan benih dari industri benih.Hal ini dipandang tidak adil oleh anggota gerakan anti-globalisasi. Keadaan ini sedikit banyak merupakan akibat dari Revolusi Hijau, yang berfokus pada peningkatan
hasil,
dan
pemberlakuan
prinsip Perlindungan
Varietas
Tanaman (Hak Cipta Pemulia Tanaman). Salah satu pemecahan yang ditawarkan adalah menggunakan konsep pemuliaan tanaman partisipatif (participatory plant breeding). Melalui cara ini, plasma nutfah tetap dikuasai oleh masyarakat pemilik plasma nutfah, tetapi industri benih juga mendapat keuntungan dari pemanfaatan sumber daya genetik ini. Pasokan pangan masa depan akan sangat tergantung kepada eksistensi keragaman genetik yang dieksploitasi untuk perbaikan tanaman maupun hewan. Pasokan pangan itu diperoleh dari panen pangan para petani, yang nilainya ditentukan oleh panen keragaman genetik dari benih-benih yang mereka tabur, baik untuk makanan, pakan ternak maupun kegiatan ekonomi, budaya, serta ekologi lainnya. Sementara itu penduduk dunia jumlahnya terus meningkat, mobilitas laju pindah penduduk dari desa ke kota sangat cepat, dimana saat ini hampir lima puluh persen penduduk dunia berhuni di perkotaan, yang semua bahan pangannya dipasok dari pertanian perdesaan dengan lahan yang makin sempit. Keragaman sumber genetik tanaman juga makin susut, langka atau bahkan lenyap, dan ini menyebabkan keberadaan SDGTbahan pangan saat ini menjadi perebutan negara-negara besar. Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) juga terus bertambah dari tahun ke tahun, ikut mengganggu status keragaman SDG di lapang. Praktek budidaya dan pertanian beragam terpadu, baik di pekarangan maupun luar pekarangan yang lama telah dilakukan oleh petani, serta dilakukan oleh para penggiat koleksi, konservasi, hobiis dan pengguna SDG lainnya dapat menjadi alat pemantau status kekayaan, lokasi, kepemilikan dan keragamannya di lapangan, termasuk pekarangan-pekarangan dan lahan non pekarangan di Maluku Utara. Kekayaan tersebut perlu diinventarisasi agar pengelolaan, akses, dan pemanfaatannya memperoleh perhatian dari berbagai pemangku kepentingan.
6
SDGT merupakan bahan dasar untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan masa depan dalam program pemuliaan tanaman, untuk pengembangan varietas baru, industri benih atau bibitserta peningkatan produktivitas, yang bisa dilakukan dengan penyediaan SDGT berkeragaman luas (Sumarno dan Zuraida, 2004).
Tingginya keragaman SDGT yang dimilikiIndonesia dapat membuka
peluang bagi upaya mencari, menemukan, memanfaatkan, dan mengoptimalkan potensi genetik yang saat ini belum tergali. Keragaman ini terdiri atas landraces asli, var lokal, kultivar elit dan kerabat liar tanaman. Ketergantungan pada jenis tanaman tertentu telah mengakibatkan hilangnya sumberdaya genetik asli varietas
lokal
yang
merupakan
salah
satu
bagian
dasar
bangunan
keanekaragaman genetik. Oleh karena itu SDG perlu dipelihara dan dilestarikan agar dapat dimanfaatkan pada saat diperlukan. Gen-gen yang pada saat ini belum berguna mungkin pada masa yang akan datang sangat diperlukan sebagai sumber tetua dalam perakitan varietas unggul baru. Pemanfaatan SDG untuk kesejahteraan
manusia harus diiringi dengan
pelestarian keanekaragaman dan keunikan yang dimiliki sehingga dapat dilakukan secara berkelanjutan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Maluku Utara yang merupakan propinsi yang terdiri dari berbagai suku serta budaya, akan berkaitan erat dengan pemanfaatan SDG pertanian yang sangat beragam antar wilayah dan agroekologi. Keragaman budaya yang disertai dengan keragaman SDG pertanian akan menghasilkan pengetahuan masyarakat yang beragam dalam memanfaatkan sumber daya tersebut untuk keperluan pangan, papan, sandang, obat-obatan maupun bahan baku industri. Penggunaan varietas tanaman yang diadaptasi secara lokal juga dapat berfungsi untuk meningkatkan kesehatan ekosistem, memenuhi kebutuhan mereka dalam mengurangi pestisida, pupuk, dan mereka berpengaruh pada peningkatan struktur tanah (Zhu et al., 2000, Gliessman 1998, Kaca dan Thurston 1978, Vandermer 1995, Pimental et al., 1997). Selain itu, ketersediaan varietas tanaman lokal yang telah beradaptasi ke lingkungan tumbuh tertentu mungkin salah satu sumber daya yang tersedia bagi petani miskin untuk mempertahankan atau meningkatkan produksi di lapangan (Jarvis et al., 2000). Keragaman genetik suatu spesies tanaman dapat menurun, karena usaha manusia untuk menanam atau memperluas jenis-jenis unggul baru sehingga jenis-jenis lokal yang amat beragam akan terdesak bahkan dapat lenyap
7
(Daradjat et al.,2008). Kelangkaan plasma nutfah dapat juga terjadi karena hilangnya habitat alami akibat perambahan oleh manusia, atau dapat juga terjadi karena proses seleksi danpemurnian bentuk-bentuk varietas lokal yang heterogen dalam membentuk landras yang homogen (seragam). Seleksi dan pemurnian
tersebutmeningkatkan
keseragaman
genetik
tanaman
dan
menyebabkan erosi genetik. Erosi genetik dapat juga terjadi karena peristiwa alam seperti kebakaranhutan, banjir, gunung meletus, dan bencana alam lainnya. Keadaan ini dapat menimbulkan bahaya cukup serius karena mengurangi ragam genotipe yang penting artinya bagi pemuliaan. Untuk menghindari lenyapnya jenis-jenis yang ada, perlu suatu upaya yang mampu melaksanakan koleksi jenis tanaman terutama yang mempunyai keunggulan speklok (spesifik lokasi), landrace, unik, sumber pangan, bersifat fungsional dan bahan populasi dasar pemuliaan tersebut secara tahap demi tahap. Pelestarian genetik melalui koleksi dalam jumlah besar dan luas perluadanya kerja sama antarberbagai pihak baik pemerintah, masyarakat, dan unsur-unsur terkait yang peduli akan pelestarian alam. Para
ahli
berpendapat
keanekaragaman
hayati
tanaman
pangan
umumnya dapat diperoleh dari pekarangan. Pekarangan dan kebun menjadi tempat yang sempurna untuk melestarikan berbagai varietas tradisional tanaman pangan, baik tanaman pangan yang menyediakan karbohidrat (biji-bijian; umbi), maupun menyediakan vitamineral, penyedap citarasa makanan (buah-buahan, sayuran, empon-empon atau obat tradisional biofarmaka). Pekarangan dan kebun juga menjadi tempat yang baik untuk kontemplasi, relaksasi, rekreasi dan praktek budidaya pertanian beragam terpadu. Purnomo et al. (2013) menyatakan kultur budaya suatu wilayah menentukan macam kekayaan dan ragam SDGT pangan.Pada
masing-masing
budaya
mempunyai
kearifan
lokal
dalam
melestarikan kekayaan SDGTL tanaman tradisional (Widodo et al., 2013). Inventarisasi SDGTL perlu memperhatikan kultur budaya tersebut, disamping keragaman ekologi yang tersebar di Maluku Utara.
8
III.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pendekatan Belum banyak tereksplorasinya kekayaan sumber daya genetik (SDG) di Maluku Utara, terutama plasma nutfah tanaman merupakan suatu potensi yang perlu digali untuk mencari sumber alternatif pengembangan agribisnis.Dalam pemanfaatannya, bahan baku tumbuhan obat masih tergantung pada tumbuhan yang ada di hutan alam atau berasal dari pertanaman rakyat yang diusahakan secara tradisional. Pengadaan bahan baku obat atau jamu dengan cara pemungutan
langsung
dari
hutan
alam
akan
mengancam
keberadaan
populasinya. Menurut Muharso (2000) kegiatan eksploitasi tanaman liar secara berlebihan melebihi kemampuan regenerasi dari tanaman dan tanpa disertai usaha budidaya, akan mengganggu kelestarian tanaman tersebut. Informasi
tentang
sumber
plasma
nutfah
tanamanyang
banyak
dimanfaatkan oleh penduduk terpencil dari berbagai pulau di Indonesia tersedia secara terpisah-pisah dan mungkin tanpa analisa yang mendalam. Sintesis dari informasi yang ada dapat mengungkap potensi serta pemanfaatan nyata dari tanaman sumber karbohidrat tersebut di berbagai masyarakat. Informasi yang lengkap dalam bentuk buku dengan gambar-gambar yang menarik dapat memberikan kesadaran pada warga masyarakat maupun pengambil kebijakan tentang
pentingnya
pengembangan
secara
bersungguh-sungguh
dan
pemanfaatnya sebagai sumber pendapatan dalam kegiatan agribisnis. Beberapa tumbuhan yang dapat menjadi alternatif solusi pengembangan sumberdaya plasma nutfah antara lain komoditas tanaman pangan (padi, jagung, ubikayu, kacang tanah), hortikultura (bawang, cabai), dan perkebunan (kelapa, pala, cengkeh, dan kakao). Untuk itu perlu adanya suatu kajian inventarisasi dan karakterisasi sumber plasma nutfah tanaman yang ada di Maluku Utara. 3.2. Ruang Lingkup Kegiatan Eksplorasi dan inventarisasi dilakukan dibeberapa kabupaten/kota di Maluku Utara yang diduga memiliki potensi keanekaragaman sumber daya genetik
tanaman
dan
belum
pernah
dilakukan
kegiatan
koleksi
sebelumnya.Sebelum melakukan eksplorasi, pendataan koleksi herbarium
9
dilakukan untuk mengetahui jenis plasma nutfah yang pernah dikoleksi di Maluku Utara. 3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Rancangan penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimen, di mana data dikumpulkan dari hasil observasi dan wawancara. Penelitian ini juga merupakan penelitian deskriptif-kualitatif di mana data-data hasil penelitian dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara dan diuraikan secara rinci untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Rancangan penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimen, di mana data dikumpulkan dari hasil observasi dan wawancara. Penelitian ini juga merupakan penelitian deskriptif-kualitatif di mana data-data hasil penelitian dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara dan diuraikan secara rinci untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Metode Penelitian yang digunakan adalah eksplorasi deskriptif, dengan pertimbangan
bahwa
untuk
dapat
mendokumentasikan
pengetahuan
masyarakat tentang pengelolaan plasma nutfah pertanian membutuhkan penggalian informasi yang tepat dan kajian cermat dan mendalam.Metode pengumpulan data yang digunakan adalah Metode Triangulasi yaitu dengan memadukan
beberapa
teknik
pengumpulan
data
seperti
pengamatan
dilapangan, wawancara dan penelusuran dokumen. Metode ini diperlukan dengan pertimbangan bahwa setiap teknik pengumpulan data mempunyai kelebihan dan kelemahan, sehingga data yang diperoleh akan lebih valid (Sitorus, 1998). Kegiatan ekplorasi dilakukan melalui beberapa tahapan, yakni: a)
Pendataan awal Pendataan awal plasma nutfah dilakukan secara dengan mencari informasi tentang keragaman genetik tanaman perkebunan dan tanaman obat di Maluku Utara, baik itu dengan menggali informasi dari berbagai sumber.
b) Survei areal dan penetapan pohon contoh. Kegiatan ini meliputi pengamatan secara menyeluruh terhadap populasi tanaman perkebuanan dan tanaman obat yang terletak di Kabupaten/kota sesuai aksesi masing-masing komoditas.
10
c)
Pengumpulan data dan instrumen penelitian Instrumen penelitian terdiri dari: a.Lembar observasi b. Lembar wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan terbuka yang sudah tersusun sedemikian rupa sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Tidak hanya data yang berupa tulisan atau tertulis yang dikumpulkan tetapi juga data-data visual yang berupa foto–foto atau gambar. Data yang dikumpulkan antara lain: waktu inventarisasi (tanggal pelaksanaan survei) dan lokasi (meliputi posisi lintang dan bujur serta ketinggian tempat), identitas petani (nama dan alamat lengkap), serta jenis komoditas yang di inventarisasi. Sedangkan data untuk tiap komoditas tanaman antara lain: jenis spesies (nama tanaman), jumlah varietas tiap spesies, nama varietas (jika diketahui), jumlah tanaman/luas lahan, deskripsi morfologi dan karakter unik/memiliki indikasi geografis, serta pemanfaatannya. Untuk mengumpulkan data-data tersebut di atas digunakan beberapa teknik antara lain: 1.
Teknik Observasi Teknik observasi adalah suatu tindakan yang disengaja dan sistematis
tentang
fenomena
sosial
serta
gejala
dengan
jalan
pengamatan langsung dan pencatatan. Adapun yang menjadi sasaran observasi adalah, aksesi tanaman perkebunan dan tanaman obat yang berada di wilayah Maluku Utara dan upaya koleksinya. Pada pedoman observasi ini peneliti menggunakan pancadaran indra. Alat yang digunakan disini adalah mata dan pendengaran yaitu untuk mengamati dan mendengarkan secara langsung kejadian-kejadian yang disaksikan di lokasi penelitian. Dalam menggunakan pedoman observasi
ini,
menunjukkan
peneliti
mengamati
jenis-jenis
tanaman
langsung yang
para
dicari
dan
narasumber kemudian
menanyakan tentang karakterisasinya, lalu mendengarkan sambil mencatat hal-hal yang ditemukan/didengar sesuai dengan penjelasan para narasumber. 2. Teknik Interview (wawancara) Teknik interview atau wawancara adalah suatu percakapan atau tanya jawab lisan antar dua orang atau lebih yang dudukberhadapan
11
secara fisik dan dihadapkan pada suatu masalah tertentu. Dalam hal ini digunakan wawancara bebas terpimpin yaitu yang dilakukan secara bebas
kepada
responden
atau
narasumber,
akan
tetapi
masih
berpedoman pada daftar pertanyaan (chek list). Adapun pedoman interview untuk melaksanakan wawancara adalah berupa beberapa catatan-catatan pertanyaan yang
akan
ditujukan kepada obyek penelitian. 3. Teknik Dokumentasi Pendokumentasian adalah teknik yang melengkapi hasil-hasil yang telah diperoleh dari teknik pertama dan kedua. Dokumen-dokumen ini kebanyakan berupa foto-foto tanaman-tanaman. Metode dokumentasi ini berfungsi sebagi pelengkap atau menerangkan lewat media visual, berupa foto-foto atau gambar-gambar, data yang dikumpulkan lewat metode observasi sebelumnya. Alat Bantu yang dipakai dalam melaksanakan pendokumentasian adalah berupa alat rekam dan kamera. Kesemua alat ini berfungsi untuk merekam dan mencatat bahan laporan. 4. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh, dianalisis berdasarkan analisis domain dan karakteristik morfologi. Analisis domain adalah pengolahan data yang dilakukan untuk memperoleh gambaran atau pengertian yang bersifat umum dan relatif menyeluruh tentang apa yang tertulis di pokok permasalahan yang tengah diteliti. Hasil dari penelitian ini berupa pengertian di tingkat permukaan. karakteristik morfologi adalah Karakteristik yang dipakai sebagai penanda morfologi tanaman mengacu pada pedoman Tropical Fruit Descriptors (IBPGR, 1980), yang dimodifikasi mencakup sifat-sifat pada pengukuran panjang, lebar, dan lingkar batang pohon menggunakan meteran; diameter buah, biji, dan cabang dengan jangka sorong; bobot buah, dan biji dengan neraca digital; dan warna daun, buah, dan biji dengan skala warna Munshel Color Chart. Fokus penelitian ditetapkan pada domain tertentu yang sangat berguna dalam upaya mendeskripsikan atau menjelaskan fenomena yang menjadi
sasaran
semua
penelitian.
Pendekatan
analisis
domain
12
diterapkan ketika peneliti mencari data-data yang bersifat umum tentang objek dan permasalahan-permasalahan yang diteliti, contohnya: Peneliti mendatangi langsung tempat yang dijadikan lokasi penelitian, kemudian menanyakan pokok-pokok permasalahan yang dialami oleh nara sumber dan pengelola di sana, kemudian dari penjelasan para nara sumber didapatkan beberapa masalah, yang kemudian diolah menjadi data-data yang bersifat umum. Analisis data hasil inventarisasi kemudian diolah untuk mengetahui keragaman dan indek diversitasnya. Untuk mengetahui Indeks diversitas SDG dalam suatu wilayah dapat dihitung dengan Indeks Shanon. Indeks Shanon (H) dan Indeks Equitability (EH) dirumuskan sebagai: s H = - ∑ pi ln pi, dan EH = H ln S; i=1 sedangkan pi = proporsi spesies ke-i dan S=banyaknya spesies dalam suatu wilayah. Untuk mengetahui tingkat kemiripan struktur spesies antar 2 wilayah, dapat diduga dari besaran koefisien Sorenson (SC) yang dirumuskan sebagai SC = 2 C / S1 + S2, C=jumlah spesies yang sama, S1 dan S2 jumlah seluruh spesies dalam wilayah 1 dan 2. 5. Koleksi Plasma Nutfah Berdasarkan hasil eksplorasi plasma nutfah yang telah didapat, kemudian untuk pelestarian sumber daya genetik tersebut dilakukan penangkaran di lokasi yang telah ditentukan (pembuatan kebun plasma nutfah) 6. Karakterisasi Plasma Nutfah Karakterisasi merupakan proses mencari ciri spesifik yang dimiliki oleh tumbuhan yang digunakan untuk membedakan diantara jenis dan antarindividu dalam satu jenis suatu tumbuhan. Adapun Karakterisasi SDG tanaman dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi/mengamati secara visualpada tanaman semusim yang ditanam dikebun koleksi. Karakterisasi ditekankan pada varietas-varietas yang baru dikoleksi,
13
terutama varietas lokal. Tanaman yang dikarakterisasi antara lain : padi gogo, jagung lokal, kacang tanah lokal dan bawang topo. Karakterisasi dilakukan dengan mengamati karakter agronomi dan Morfologi bagian-bagian tanaman. Untuk karakterisasi, varietas tanaman harus berada dalam kondisi lingkungan optimal, sehingga tanaman tumbuh tanpa kendala. Karakter kualitatif yang diamati meliputi warna bunga, warna biji/buah, bentuk dan warna daun, warna batang, warna hilum, dan warna bulu. Sifat-sifat kuantitatif yang diamati antara lain tinggi tanaman, hasil dan komponen hasil. Data yang terkumpul dikelola dalam
program
database.
Pengelompokan
koleksi
plasma
nutfah
dilakukan berdasarkan tipe tumbuh, dan setiap subkelompok dibuat subsubkelompok berdasarkan kemiripan karakter tanaman. Panduan
karakterisasi dapat
dilihat
pada Tabel
berikut :
Tabel 1. Komponen Karakterisasi tanaman Serealia Karakter Agronomi : Umur mulai berbunga
:
Umur panen Tanaman
:
Tinggi Tanaman
:
Anakan Produktif
:
Bobot 1000 butir
:
Ukuran malai/tongkol
:
Hasil biji
:
Lainnya:
:
Karakter Morfologi : Bentuk Gabah/biji
:
Warna Gabah/biji
:
Tipe daun
:
Warna gabah/biji
:
14
Tabel 2. Komponen Karakterisasi tanaman kacang-kacangan Karakter Agronomi : Umur mulai berbunga
:
Umur panen Tanaman
:
Tinggi Tanaman
:
Bobot 1000 butir
:
Tipe pertumbuhan
:
Jumlah polong
:
Jumlah biji/polong
:
Hasil biji
:
Lainnya Karakter Morfologi : Bentuk biji
:
Warna biji
:
Warna kulit biji
:
Warna polong
:
Lainnya
:
15
Tabel 3. Komponen Karakterisasi tanaman Sayuran umbi Karakter Agronomi : Tinggi tanaman
:
Umur berbunga
:
Umur panen
:
Jumlah umbi
:
Berat umbi tiap tanaman
:
Lainnya
:
Karakter Morfologi : Warna daun
:
Jumlah daun per rumpun
:
Warna bunga
:
Bentuk umbi
:
Ukuran umbi
:
Warna kulit umbi
:
Bentuk daging umbi
:
Lainnya
:
16
IV.
HASIL DAN PEMBAHASANSEMENTARA
4.1 Gambaran Umum Lokasi Eksplorasi Wilayah Provinsi Maluku Utara merupakan wilayah kepulauan, dimana luas total wilayah Provinsi Maluku Utara mencapai 140.255,36 km2, dengan luas wilayah perairan 106.977,32 km2 (76,27%), dan daratan seluas 33.278 km2 (23,73%). Terdiri dari 395 buah pulau besar dan kecil.Dari jumlah itu, sebanyak 64 pulau telah dihuni, sedangkan 331 pulau lainnya tidak dihuni. Jumlah penduduk tahun 2003 sebanyak 849.724 jiwa, rata-rata laju pertumbuhan sebesar 2,16% per tahun. Pulau yang tergolong relatif besar adalah Pulau Halmahera (18.000 km2), pulau yang ukurannya relatif sedang yaitu Pulau Obi (3900 km2), Pulau Taliabu (3195 km2), Pulau Bacan (2878 km2), dan Pulau Morotai (2325 km2).Pulau-pulau yang relatif kecil antara lain Pulau Ternate, Makian, Kayoa, Gebe dan sebagainya.
Gambar 1. Peta Situasi Wilayah Maluku Utara Topografi wilayah Provinsi Maluku Utara sebagian besar bergununggunung dan berbukit-bukit, terbentuk dari pulau-pulau vulkanik dan pulau karang, sedangkan sebagian lainnya merupakan daratan, sedangkan morfologi wilayah pesisir Provinsi Maluku Utara sebagian besar bergunung-gunung dan berbukit-bukit dengan ketinggian 0 sampai 100 meter dari permukaan laut, dan
17
bentuk topografi pantai yang landai. Pulau Halmahera mempunyai banyak pegunungan yang rapat mulai dari teluk Kao, teluk Buli, teluk Weda, teluk Payahe dan Dodinga. Disetiap daerah terdapat punggung gunung yang merapat ke pesisir, sedangkan pada daerah sekitar Teluk Buli (di Timur), samping teluk Kao (di Utara), pesisir Barat mulai dari Teluk Jailolo ke Utara dan Teluk Weda ke Selatan dan Utara ditemui daratan yang luas. Pada bagian lainnya terdapat deretan pegunungan yang melandai kearah pesisir pulau-pulau yang relatif sedang (Obi, Morotai, Taliabu, Bacan) umumnya daratan luas yang diselingi pegunungan yang bervariasi.Kondisi Topografi Kota Ternate ditandai dengan keragaman ketinggian dari permukaan laut yaitu; daratan rendah 0-499 m, sedang 500-699 m, dan tinggi > 700 m. Secara umum tanah adalah hasil pelapukan dari batuan yang dipengaruhi oleh proses-proses geologi dan iklim, yang meliputi semua bahan yang terdapat pada permukaan kulit bumi dan bersifat lunak atau lepas sehingga mudah digusur, dicangkul atau digali.Jenis tanah yang terdapat di Provinsi Maluku Utara menunjukkan sifat-sifat yang berbeda, mulai dari Morotai di bagian Utara sampai sulabesi di Selatan yang disebabkan oleh faktor iklim (curah hujan dan suhu) yang tinggi dan struktur geologi. Jenis tanah yang tersebar di daerah Maluku Utara antara lain: a.
Jenis tanah Mediteran terdapat di Pulau Morotai bagian Utara, Timur dan Selatan, Pulau Doi Kecamatan Loloda.
b.
Jenis tanah Podsolik Merah Kuning, terdapat di Pulau Halmahera dari Utara ke Selatan, Tobelo, Ibu, Obi bagian Timur, Sana Pulau Taliabu, Wasile, Oba, Weda dan Maba.
c.
Jenis tanah Kompleks terdapat di Pulau Morotai bagian Barat dan Timur, Obi bagian Tengah, Pulau Halmahera bagian Tengah sampai Timur.
d.
Jenis tanah Latosol terdapat di Loloda, Galela, Jailolo bagian Selatan, Gane Timur, Gane Barat, Bacan, Oba, Wasile, Weda dan Maba.
e.
Jenis tanah Regosol terdapat di Looloda, Galela, Sahu, Kao, Pulau Ternate, Pulau Makian, Pulau Obi di pesisir Utara.
f.
Jenis tanah Alluvial terdapat di Pulau obi bagian Barat, Pulau Taliabu bagian Utara.
18
Provinsi Maluku Utara secara administrasi terbagi dalam 7 Kabupaten dan 2 Kota, yaitu Halmahera Barat, Halmahera Selatan, Halmahera Utara, Halmahera Timur, Halmahera Tengah, Kabupaten Sula, kabupaten Morotai, Kota Tidore Kepulauan dan Kota Ternate. Secara umum iklim pada kawasan tersebut hampir sama. Temperatur rata-rata tahunan yang diukur dari stasiun Duma Galela, Ternate dan Tobelo antara 25,60C – 26,10C dengan curah hujan rata-rata tahunan antara 2.138 mm – 3.693 mm. Wilayah Maluku utara dipengaruhi oleh iklim laut tropis dan iklim musim. Oleh karena itu, iklimnya sangat dipengaruhi oleh lautan dan bervariasi antara tiap bagian wilayah, yaitu Halmahera Utara, Halmahera Tengah/Barat, Bacan dan Kepulauan Sula. Berdasarkan klasifikasi iklim Schimdt dan Ferguson (1951), daerah Maluku Utara umumnya bertipe iklim b, dengan rata-rata curah hujan per tahun 1.869,4 mm. Bulan basah adalah bulan dengan curah hujan lebih tinggi atau sama dengan 100 mm dan bulan kering adalah bulan dengan curah hujan lebih rendah atau sama dengan 600 mm. bulan November dan bulan Agustus adalah bulan dengan curah hujan yang tertinggi selain itu bulan April juga termasuk bulan dengan curah hujan yang tinggi yaitu 293,3 mm. Periode curah hujan rendah berlangsung pada bulan September dan Oktober dengan curah hujan terendah 50,8 mm pada bulan September. 4.2. Inventarisasi tanaman pangan pekarangan dan luar pekarangan rumah tangga tani Maluku Utara di pekarangan Berdasarkan data base yang dilakukan selama eksplorasi di rumah tangga – rumah tangga petani di tiga Kabupaten (Lampiran 1) menyatakan bahwa jumlah spesies dan aksesi SDGT pekarangan dan luar pekarangan rumah berturut-turut 60 species terdiri dari 103 aksesi untuk wilayah Kabupaten Halmahera Utara, sedangkan Kabupaten Halmahera Timur jumlah spesies dan aksesi SDGT pekarangan dan luar pekarangan 89 spesies dan terdiri dari 43 aksesi dan Kota Ternate jumlah spesies dan aksesi SDGT di pekarangan dan luar pekarangan terdiri dari 71 spesies dan 44 aksesi. Kekayaan SDGTPL di ketiga wilayah ini ada penurunan jika dibandingkan dengan kondisi 5-10 tahun yang lalu. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah materi genetik yang ada di lokasi banyak yang sudah tidak ada.
19
Tabel 4. Kinerja Inventarisasi SDGT Pekarangan dan Luar Pekarangan Tahun 2014
Kabupaten/ Kota
Sasa ran
Reali sasi
1
Halmahera Utara
30
2
Halmahera Timur
3
No
Total
Tan. Pangan
Tan. Buah
Kelompok Tanaman Tan. Tan. Sayuran Biofarmaka
Tan. Industri
Tan. Hias
∑ Jenis
∑ Aksesi
∑ Jenis
∑ Aksesi
∑ Jenis
∑ Aksesi
∑ Jenis
∑ Aksesi
∑ Jenis
∑ Aksesi
∑ Jenis
∑ Aksesi
∑ Jenis
∑ Aksesi
30
60
103
8
23
19
44
15
15
10
10
8
11
1
1
30
30
89
43
11
19
23
13
25
1
17
2
13
8
0
0
Kota Ternate
30
30
71
44
5
12
20
20
19
3
16
3
8
4
3
2
JUMLAH
90
90
220
190
24
54
62
77
59
19
43
15
29
23
4
3
20
4.3. Koleksi Plasma Nutfah Aksesi tanaman pangan lokal seringkali mempunyai sifat unik dalam merespon perubahan lingkungan ekstrim. Pemulia memanfaatkan sifat unik pada aksesi tanaman lokal tersebut untuk materi perakitan varietas, agar diperoleh varietas unggul baru yang mempunyai sifat baru lebih baik dari tetua‐tetuanya. Aksesi‐aksesi tanaman lokal yang ditanam oleh petani secara turun‐temurun, kemudian
dipilih turunan
terbaik
setiapkali tanam
menjadi
cikal
bakal
terbentuknya varietas unggul lokal. Inventarisasi sumberdaya genetik tanaman (SDGT) yang telah dilaksanakan mulai Januari ‐Mei 2014 di tiga kabupaten di
Maluku Utara, yaitu Halmahera Utara, Halmahera Timur, dan Kota Ternate. Hasil sementara memperoleh 103 aksesi tanaman dari Halmahera Utara. Dalam karakterisasi di lapangan, petani pemilik aksesi tanaman lokal diminta peranannya untuk identifikasi sifat unik dari masing-masing tanaman. Rumusan hasil inventarisasi terkait sifat unik dari masing-masing aksesi, untuk perbaikan varietas tanaman pangan, terdiri dari (1) umur genjah, (2) tahan kekeringan, (3) tahan naungan, (4)
tahan organisme pengganggu, (5)
hasil tinggi, (6) input rendah, (7) pangan fungsional, (8) lama daya simpan, (9) aroma kuat, (10) taraf warna hasil, (11) mudah diolah, (12) multiguna, (13) citarasa, (14) mudah dalam pengangkutan, (15) tidak mudah rusak. Indentifikasi sifat unik menurut 15 kriteria terhadap aksesi oleh petani menghasilkan penilaian, antara lain terdiri dari beberapa aksesi tanaman lokal yang mempunyai sifat unik. Tetapi petani tidak cukup berani memutuskan adanya aksesi‐aksesi tersebut termasuk mempunyai sifat input rendah, tahan OPT, dan/atau tidak mudah rusak dalam pengangkutan. Aksesi yang telah dinilai oleh petani tersebut dikoleksi di BPTP Maluku Utara untuk stok sumber genetik, dan sebagian lagi ditanam di lapang untuk karakterisasi dan pemurnian, kecuali aksesi yang diperoleh dalam bentuk bibit langsung di tanam di lapang tetapi bahan tanam dalam bentuk biji dikoleksi dalam botol kaca. 4.4. Lokal Wisdom Pada dasarnya petani telah melakukan domestikasi tanaman sejak ribuan tahun yang lalu ketika mereka mengenal citra rasa makanan, kemudian
21
mengembangkannya ribuan varieties tanaman untuk memenuhi kebutuhan pangan. Petani melakukan karakterisasi, memilih, menyimpan benih dan koleksi di pekarangan mereka untuk tabungan benih di waktu yang akan datang, tidak kecuali sebagian petani di Halmahara Utara, Halmahera Timur, dan Ternate. Mereka menyimpan benih biji-bijian berbagai tanaman, antara lain kacangkacangan (kacang tanah, kacang hijau); sayuran buah (tomat, cabai, terong); sayuran daun (bayam); labu-labuan (mentimun, labu siem); padi lokal, dan jagung lokal menggunakan botol plastik bekas ukuran ¼ - 1 liter atau toples bekas kue. Benih-benih tersebut mereka panen dari kebun, dengan indikator panen dilihat dari perubahan warna polong atau gugurnya sejumlah daun tanaman pada umur tertentu untuk kacang-kacangan atau biji-bijian, dan perubahan warna buah pada sayuran buah. Pengetahuan petani dalam prosessing benih masih cukup baik, dengan memilahkan kelompok biji-bijian prosessing kering dan prosessing basah untuk kelompok tanaman yang dipanen buahnya, meskipun jarang mereka melakukan proses fermentasi. Mereka seringkali menguji daya kecambah benih sebelum tanam, yaitu dengan mencuci kembali benih, kemudian memasukkannya dalam botol bekas berwarna putih bening volume 1 liter, kemudian menghembuskan udara dari rongga mulut kedalam botol, dan segera setelah itu dengan segera menutup botol tersebut. Mereka melakukan pengamatan status perkecambahan benih agar memperoleh kepastian kualitas benih yang disimpan masih baik. Tetapi pada saat ini minat petani untuk mencintai benih dari tanamannya sendiri dengan cara di atas sangat kecil. Sebagian besar petani selalu membeli benih ke kios pertanian ketika akan melakukan kegiatan pertaniannya. Biaya produksi juga menjadi lebih mahal karena penggunaan benih hibrida yang mereka beli dari kios harus diikuti pupuk dan pestisida kimia yang harus dibeli juga oleh petani. Pada akhirnya keanekaragaman jenis tanaman lenyap sejalan dengan menurunnya kecintaan petani kepada benih yang sesungguhnya dapat mereka produksi sendiri. 4.5. Kebun Koleksi Plasma Nutfah Keberadaan
beberapa
jenis
plasma
nutfah
menjadi
rawan
dan
langka, bahkan ada yang telah punah, sebagai akibat konversi lahan oleh tindakan manusia dan kebijakan pembangunan yang kurang memperhatikan
22
kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, perlu konservasi plasma nutfah terutama mencegah kepunahannya di daerah-daerah rawan erosi. Sumberdaya hayati di Maluku Utara melimpah, namun potensi tersebut belum digali secara optimal sehingga belum dapat dikembangkan secara ekonomis. Mengingat berlimpahnya plasma nutfah di Maluku Utara, maka perlu upaya untuk Konservasi atau pelestarian plasma nutfah tanaman hasil inventarisasi di Maluku Utara yang bertujuan untuk memelihara dan mengelola koleksi plasmanutfah domestik dan varietas asal introduksi agar terhindar dari kepunahan,
mempertahankan
serta
menjaga
agar
tetap
hidup
untuk
pemanfaatan lebih lanjut.
Gambar 2. Penataan Kebun Koleksi Adapun kegiatan konservasi ex situ di kebun koleksi plasma nutfah BPTP di Sofifi adalah dengan membuat blok-bok tanaman untuk konservasi dan karakterisasi. Adapun blok tanaman terbagi menjadi 3 blok, yaitu pangan, perkebunan dan Hortikultura. Kegiatan konservasi ini dilakukan dengan mengambil komoditas tanaman yang telah diinventarisir kemudian dibudidayakan dikebun koleksi plasma nutfah tersebut (Tabel 5). Tabel 5. Karakterisasi tanaman lokal di Kebun Koleksi Blok Tanaman Pangan
Jenis Tanaman yang Ditanam 1. Padi : a. Bidoi-Halmahera Utara
17 Mei 2014
23
Blok
Jenis Tanaman yang Ditanam b. Beras putih-Hamlahera Timur
17 Mei 2014
c.
17 Mei 2014
Pulo hitam-Halmahera Timur
d. Padi Molulu
Hortikultura
27 Mei 2014
2. Jagung lokal Loloda- Halmahera Utara
15 Mei 2014
3. Kacang tanah Malifut-Halmahera Utara
13 Mei 2014
1. Pisang :
29 Mei 2014
a. Mulu bebe b. Emas c.
Jarum
d. Manado e. Boki f.
Galela
g. Ambon h. Tanduk i.
Goroho
j.
Tembaga
k.
Sepatu Hitam
l.
Sepatu putih
m. Raja n. Hutan putih o. Hutan hijau (besar)
Perkebunan
2. Bawang Topo
11 mei 2014
3. Sukun Maitara
29 Mei 2014
1. Kelapa
29 Mei 2014
a. Igo ratu Ternate b. Igo pada merah Halmahera Utara c.
Igo duku jailolo
d. Igo pada merah jailolo e. Tilope Halmahera Tengah f.
Kuning Tidore
g. Bido – Morotai h. Bacan 2. Cengkeh
12 Mei 2014
a. AFO b. Tobelo
24
Blok
Jenis Tanaman yang Ditanam c.
Tidore
3. Pala
12 Mei 2014
a. Patani b. Tidore c.
Ternate
d. Makean
4.6. Karakterisasi Plasma Nutfah Karakterisasi dilakukan dengan mengamati karakter agronomi dan Morfologi bagian-bagian tanaman. Untuk karakterisasi, varietas tanaman harus berada dalam kondisi lingkungan optimal, sehingga tanaman tumbuh tanpa kendala. Karakter kualitatif yang diamati meliputi warna bunga, warna biji/buah, bentuk dan warna daun, warna batang, warna hilum, dan warna bulu. Sifat-sifat kuantitatif yang diamati antara lain tinggi tanaman, hasil dan komponen hasil. Data yang terkumpul dikelola dalam program database. Pengelompokan koleksi plasma nutfah dilakukan berdasarkan tipe tumbuh, dan setiap subkelompok dibuat sub-sub kelompok berdasarkan kemiripan karakter tanaman. Tabel 3. Komponen Karakterisasi Bawang Topo Karakter Agronomi : Tinggi tanaman (cm)
:
29,5
Umur panen (HST)
:
85-90
Jumlah umbi per rumpun
:
9,94
Berat umbi basah + daun (g)
:
53,75
Berat kering umbi per rumpun (g)
:
21,31
Berat kering 1 umbi (g)
:
3,13
Warna daun
:
Hijau tua
Jumlah daun/batang per rumpun
:
9,25
Bentuk umbi
:
Lonjong-oval
Tinggi umbi (cm)
:
2,18
Diameter umbi (cm)
:
1,49
Warna kulit umbi
:
Kusam
Bentuk daging umbi
:
Umbi tidak bertumpuk
Karakter Morfologi :
25
4.7. Penguatan Kelembagaan KOMDA Pengelolaan plasma nutfah dilakukan secara in situ maupun ex situ. Untuk itu,
pemerintah
telah
menetapkan
kawasan-kawasan
konservasi
untuk
pelestarian secara in situ yang letaknya tersebar di wilayah Indonesia.Mengingat luasnya penyebaran serta tingginya keanekaragaman plasma nutfah, maka pengelolaannya perlu melibatkan semua pihak yang berkaitan, baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah. Di tingkat nasional, Kementerian Pertanian telah membentuk Komisi Pelestarian Plasma Nutfah pada tahun 1976, yang selanjutnya berubah menjadi Komisi Nasional (Komnas) Plasma Nutfah. Di tingkat daerah, dengan telah ditetapkannya kawasan-kawasan konservasi di berbagai daerah Indonesia, serta memperhatikan Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, makasudah saatnya segera dibentuk Komisi Daerah (Komda) Plasma Nutfah dengan fungsi melakukan koordinasi pengelolaan plasma nutfah secaraefisien dan efektif di masing-masing daerah. Mempertimbangkan keplasmanutfahan,
kondisi
upaya-upaya
yang
ada
pelestarian
pada
dan
saat
ini
tentang
pemanfaatannya,
serta
kemampuan daerah dalam pengelolaannya, maka pembentukanKomda Plasma Nutfah Maluku Utara masih belum terbentuk. Namun, secara organisasi yang membidangi tentang keanekaragaman hayati telah dibentuk yang berada di bawah Dewan Riset Daerah (DRD). Kelembagaan yang berhubungan dengan plasma nutfah tersebut berdasarkan SK Nomor: 03/KEP/DRD/XII/Tahun 2012, tentang pembentukan Komisi Teknis Dewan Riset Daerah Propinsi Maluku Utara. Upaya penguatan Komda SDG terus dilakukan dengan adanya Konggres Komisi Daerah (Komda) Sumber Daya Genetik (SDG) ke-V diselenggarakan di Denpasar Bali pada tanggal 24-26 Juni 2014, bersamaan dengan pelaksanaan Seminar Nasional SDG. Selain bertujuan untuk meningkatkan komunikasi dan membangun jejaring kerja antar Komda SDG maupun antara Komda-Komda dengan Komnas SDG, kegiatan ini dilaksanakan untuk membangun persepsi yang sama antar pemangku kepentingan dalam pengelolaan SDG lokal untuk kesejahteraan masyarakat dan mendorong roda ekonomi daerah, juga dalam
26
rangka meningkatkan pertukaran sistem informasi pengelolaan SDG yang tepat, cepat dan bermanfaat untuk semua pemangku kepentingan. Penguatan jejaring kerja pengelolaan SDG dilaksanakan melalui beberapa pendekatan, antara lain tukar-menukar informasi antar Komnas SDG dan KomdaKomda SDG dengan memanfaatkan teknologi informasi, penyelenggaraan forumforum diskusi dan seminar, serta kegiatan konggres SDG yang dilaksanakan secara berkala setiap dua tahun. Pada pertemuan Konggres V kali ini, beberapa topik yang dibahas meliputi: pengarusutamaan keanekaragaman hayati dalam pembangunan nasional 2015-2019, strategi nasional dan program pengelolaan keanekaragaman hayati, serta pengelolaan SDG lokal untuk pembangunan daerah. Inisiasi
pembentukan
KOMDA
SDG
telah
dilakukan
dengan
dilaksanakannya sosialisasi KOMNAS SDG di Maluku Utara pada tanggal 17 September 2014 bertempat pada Balitbangda propinsi Maluku Utara. Pada sosialisasi KOMNAS SDG terdapat isu yang menarik mengenai Jeruk Topo yang terkena penyakit CPVD. Sosialisasi ini mengemukakan mengenai UU no 29 tentang perlindungan varietas tanaman. Bahwa kekayaaan tanaman lokal harus dapat dilestarikan. Untuk itu perlu segera dibentuk KOMDA SDG tersebut. Saat ini sedang dalam proses pembentukan KOMDA SDG. Partisipasi BPTP Maluku Utara dan kegiatan kongres V, yaitu mengikuti seminar SDG yang mengirimkan 3 makalah serta mengirimkan Katalog spesifik lokasi Maluku Utara. Adapun judul makalah yang dikirimkan, yaitu : 1. Keragaan Fisik Dan Morfologi Bawang Merah Topo Maluku Utara 2. Eksplorasi Plasma Nutfah Padi Lokal di Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara 3. Identifikasi Dan Eksplorasi Aksesi Plasma Nutfah Kacang Tanah di Maluku Utara
27
V. 5.1.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Hasil inventarisasi Plasma Nutfah Tanaman di Maluku Utara yang
dilaksanakan di Halmahera Utara, Halmahera Timur, dan Kota ternate diperoleh beberapa hasil, diantaranya: 1. Terdapat SDG tanaman sebanyak 103 aksesi yang diinvetarisasi di pekarangan dan luar pekarangan di Kabupaten Halmahera Utara. Untuk Kabupaten Halmahera Timur terdapat 43 aksesi dan kota Ternate terdapat 44 aksesi. 2. Penataan kebun koleksi Plasma nutfah dilakukan dengan membuat blok tanaman pangan, perkebunan, dan hortiklutura. 3. Karakterisasi
yang
telah
dilaksanakan
adalah
bawang
merah
topo,
sedangkan padi bidoi, pulo hitam, padi beras putih, dan jagung lokal loloda masih dalam proses. 4. Kelembagaan Komda SDG Maluku Utara belum terbentuk, namun organisasi yang membidangi keanekaragaman hayati/ plasma nutfah sudah terbentuk di bawah Komisi Teknis Dewan Riset Daerah. 5. BPTP Maluku Utara berpartisipasi dam kongres SDG di Bali dengan mengirimkan 3 makalah dan katalog spesifik lokasi Maluku Utara. 5.2.
Saran
1. Banyaknya SDGT di Maluku Utara yang masih belum terekplorasi, diharapkan dapat perhatian dari semua pihak agar SDGT tersebut tidak mengalami kepunahan. 2. Diharapkan KOMDA SDG yang berada di sub bidang DRD lebih pro aktif dalam menangani SDG di Maluku Utara.
28
VI.
KINERJA HASIL
Hasil yang dicapai dari kegiatan inventarisasi dan pengelolaan sumber daya genetik di Maluku Utara adalah sebagai berikut : 1. Terdapatnya data-data terkait sumber daya genetik tanaman yang spesifik lokasi di Maluku Utara baik itu tanaman pangan, hortikultura, biofarmaka dan perkebunan yang dicetak dalam bentuk buku katalog spesifik lokasi Maluku Utara. 2. Penyebaran informasi/diseminasi terkait manfaat perlindungan plasma nutfah spesifik lokasi kepada instansi terkait atau stake holders, petani maupun masyarakat. 3. Koleksi plasma nutfah spesifik lokasi Maluku Utara berupa benih maupun bibit (kacang tanah topo, padi gogo lokal, bawang topo), jagung lokal loloda dan bibit kelapa igo ratu, igo pada kuning, kelapa bacan, kelapa bido, sukun maitara, cengkeh AFO, Pala Tidore dan Pala Ternate. 4. Tercatatnya letak koordinat daerah-daerah yang menjadi lokasi inventarisasi sebagai bahan informasi dan penelitian lanjutan. 5. Inisiasi penguatan kinerja KOMDA SDG Maluku Utara.
29
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2005. Taman Nasional Aketajawe Lolobata Benteng Alami Untuk Melestarikan Keanekaragaman Hayati Khas Maluku Utara. Bogor: Bird Life Indonesia Programme. Bappenas. 2003. Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia 2003-2020 (Dokumen Nasional). Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Biro Sosial Propinsi Maluku Utara. 2004. Kehidupan Masyarakat Maluku Utara /Persebaran Komunitas AdatTerpencil. [http://www.malukuutara.go.id,] Daradjat M, Silitonga S, Nafisah. 2008. Ketersediaan Plasma Nutfah Untuk Perbaikan Varietas Padi. In Daradjat, A.A., A. Setyono, A. K. Makarim dan A. Hasanuddin (Eds.). Padi, inovasi teknologi dan produksi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi. Diepenbrock W, Ellmer F, Leon J. 2005. Ackerbau, flanzenzüchtung. Ulmer UTB. Stuttgart. Hal. 265
Pflanzenbau,
und
Engle, R. 1993. Autoregressive Conditional Heteroscedasticity with Estimates of the Variance of United Kingdom Inflation," Econometrica, 50, 987 ; 1007. Hadad, ME. A, Taryono, Alam,T.I dan W.Lukman. 2002. Tanaman Rempah dan Obat Sebagai Salah Satu Sumber Pendapatan Asli Daerah yang Potensial: Studi Kasus Peran Masyarakat Maluku Utara Dalam Konservasi Plasma Nutfah Tanaman Rempah dan Obat. Dalam Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat Vol.XIV No.2, 2002 Muharso. 2000. Kebijakan Pemanfaatan Tumbuhan Obat Indonesia. Makalah Seminar Tumbuhan Obat di Indonesia, Kerjasama Inonesian Research Centre For Indegeneous Knowledge (INRIK), Universitas Pajajaran dan Yayasan Ciungwanara dengan Yayasan KEHATI 26-27 April 2000 Purnomo S., S. Hosni, A. A. Widodo, T. Zubaidi, D. Harnowo, Handoko dan B.Pikukuh 2013.Richness and Diversity of Genetic Resources of Local Food in Two Districtswith Different Culture in East Java. Sitorus, F.M.T. 1998. Penelitian Kualitatif. Kelompok Dokumentasi Ilmu-Ilmu Sosial Institut Pertanian Bogor. Bogor Subandi. 1988. Perbaikan varietas. Dalam Subandi et al. (Eds.). Jagung. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian/Puslitbangtan. hlm. 81100. Sumarno, Zuraida N. 2004. Pengelolaan Plasma Nutfah Terintegrasi dengan Program Pemuliaan dan Industri Benih. Prosiding Simposium PERIPI, 5-7 Agustus 2004.
30
Sutrisno & Silitonga T.S. 2004. Pengelolaan Plasma Nutfah Nabati dan Jasa Renik (Tumbuhan dan Tanaman) sebagai Aset dalam Pemenuhan Kebutuhan Manusia, [www.papua.go.id/bkpbapedalda/indeks/htm]. 281-2006. Sulanjari. 2009. Pendekatan Bioregion dalam Pengembangan Budidaya Tanaman Biofarmaka. Pidato Pengukuhan Guru Besar Agroekologi tanggal 6 Agustus 2009. UNS. Surakarta Tantra, I.G.M. 1983. Erosi plasma nutfah nabati dan masalah pelestariannya. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian II(1):1-5.
31
Lampiran Koleksi SDGT hasil eksplorasi dan inventarisasi
Kelapa Igoratu dan Sayur Lilin Ternate
Sukun Pulau Moti Ternate
Padi Nona dan Pisang Pinang Halmahera Utara
42
Kegiatan ekplorasi dan inventarisasi SDGT
Padi Gogo Lokal Halmahera Timur
Koleksi Kelapa dan Pisang di Kebun Koleksi
Karakterisasi Bawang Topo
43
Penataan Kebun Koleksi
Karakterisasi padi bidoi Halmahera Timur
Karakterisasi jagung Loloda
44
Karakterisasi Kacang tanah lokal
Karakterisasi Padi Molulu
45