LAPORAN AKHIR
© 2015
Reviu Kelembagaan: Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat ASEAN 2015
DAFTAR ISI
Daftar Isi .......................................................................................................................................................................1 Daftar Singkatan ..........................................................................................................................................................3 Bab. I. Pendahuluan ....................................................................................................................................................5 Bab I.1. Latar Belakang ..............................................................................................................................................5 Bab I.2. Tujuan dan Manfaat .....................................................................................................................................6 Bab. I.3. Identifikasi Isu ..............................................................................................................................................7 Bab. I.4. Tinjauan Pustaka .........................................................................................................................................7 Bab. I.5. Metode Penelitian .........................................................................................................................................9 Bab. II. Pembahasan ..................................................................................................................................................11 Bab. II.1. Kelembagaan Pemerintah Indonesia terkait Masyarakat ASEAN 2015.............................................11 Bab. II. 2. Regulasi Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat ASEAN 2015 ...................................................18 Bab. II.3. Perencanaan Program dan Anggaran Menyambut Masyarakat ASEAN ..........................................24 Bab. II.4. Pelibatan Pemangku Kepentingan ..........................................................................................................29 Bab. II.5. Pengalaiman Thailand ..............................................................................................................................33 Bab. III. Analisis ........................................................................................................................................................37 Bab. III.1. Analisis Kelembagaan Masyarakat ASEAN Indonesia .......................................................................37 Bab. III.2. Regulasi tentang Masyarakat ASEAN di Indonesia ............................................................................43 Bab. III.3. Perencanaan Program dan Anggaran Indonesia Terkait Masyarakat ASEAN ...............................46
1
Bab. III.4. Analisis Pelibatan Pemangku Kepentingan Masyarakat ASEAN ......................................................51 Bab. IV. Kesimpulan dan Rekomendasi ..................................................................................................................53 Bab. IV.1. Kesimpulan...............................................................................................................................................53 Bab IV.2. Rekomendasi .............................................................................................................................................54 Daftar Pustaka ...........................................................................................................................................................60 Lampiran Daftar Narasumber .................................................................................................................................64
2
DAFTAR SINGKATAN
Apindo
Asosiasi Pengusaha Indonesia
ASEAN
Association of Southeast Asian Nations
Bappeda
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Bappenas
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Disperindag
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
DPR
Dewan Perwakilan Rakyat
DPRD
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
FGD
Focus Group Discussion
HIPMI
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia
Inpres
Instruksi Presiden
Jatim
Jawa Timur
MEA
Masyarakat Ekonomi ASEAN
K/L
Kementerian/Lembaga
Kadin
Kamar Dagang Indonesia
Kemendag
Kementerian Perdagangan
Kemendagri
Kementerian Dalam Negeri
Kemenko Perekonomian
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Kemlu
Kementerian Luar Negeri
Kemenko PMK
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Kemenko Polhukam
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan HAM
Keppres
Keputusan Presiden
Komnas
Komite Nasional 3
NSW
National Single Window
Pemda
Pemerintah Daerah
Pemprov
Pemerintah Provinsi
Pergub
Peraturan Gubernur
Perpres
Peraturan Presiden
PPP
Public-Private Partnership
PSA
Pusat Studi ASEAN
RI
Republik Indonesia
RPJMN
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
SDM
Sumber Daya Manusia
Setnas ASEAN-Indonesia
Sekretariat Nasional ASEAN-Indonesia
Sulsel
Sulawesi Selatan
UMKM
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
4
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) merupakan organisasi politik, ekonomi, dan sosial-budaya negaranegara Asia Tenggara. ASEAN didirikan oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand pada 8 Agustus 1967, dan saat ini keanggotaanya berkembang menjadi sepuluh negara dengan masuknya Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam. ASEAN telah berperan penting dalam memajukan kerjasama regional di Asia Tenggara dengan semangat equality dan partnership untuk menciptakan perdamaian, kemajuan, dan kemakmuran di kawasan. Per 31 Desember 2015, negara-negara anggota ASEAN akan memasuki era Masyarakat ASEAN (ASEAN Community). Masyarakat ASEAN merupakan sebuah komunitas yang beranggotakan 10 negara di asia tenggara yang tergabung dalam organisasi ASEAN yang menginginkan terwujudnya perdamaian antar negara ASEAN dan ekonomi regional yang terintegrasi.1 Masyarakat ASEAN terdiri dari tiga pilar, yaitu Politik-Keamanan, Ekonomi, dan Sosial-Budaya. Dengan adanya Masyarakat ASEAN, artinya sekat-sekat antarnegara menjadi semakin pudar dan integrasi ASEAN sebagai sebuah kawasan menjadi semakin erat. ASEAN merupakan organisasi yang sangat penting bagi Indonesia. Sebagai negara pendiri sekaligus negara terbesar di kawasan, Indonesia sangat berpengaruh dalam menentukan arah perkembangan ASEAN. 2 Di samping itu, bila kerjasama di ASEAN berlangsung dengan baik maka Indonesia akan diuntungkan oleh kondisi kawasan yang stabil sehingga dapat mendukung jalannya pembangunan. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk mensukseskan Masyarakat ASEAN untuk mempererat kerjasama di kawasan yang manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia, baik dari segi politikkeamanan, ekonomi, maupun sosial-budaya. Arah kebijakan Indonesia terkait dengan kerjasama ASEAN, baik di dalam RPJMN II 2009-2014 dan RPJMN III 2014-2019 adalah untuk meningkatkan peran dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN. Pada RPJMN III, secara lebih spesifik Pemerintah Indonesia menegaskan tentang peningkatan kesiapan domestik dalam menyongsong Masyarakat ASEAN yang mulai bergulir pada 31 Desember 2015. Masyarakat ASEAN ditopang oleh 3 (tiga) pilar, yaitu Masyarakat Politik-Kemanan
1
Berdasarkan Cebu Declaration on th Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015, dikutip dari http://www.asean.org/cebudeclaration-on-th-acceleration-of-the-establishment-of-an-asean-community-by-2015/ pada tanggal 30 Januari 2015 pukul 15.52. 2 Rattanasevee, P. 2014. Leadership in ASEAN: The Role of Indonesia Reconsidered. Asian Journal of Political Science, 22 (2), p. 113-127.
5
ASEAN, Masyarakat Ekonomi ASEAN, dan Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN. Pemantapan peran dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN sangat penting untuk mencapai kepentingan nasional Indonesia di ketiga pilar tersebut, baik untuk meningkatkan kemakmuran di dalam negeri, maupun untuk menjaga stabilitas dan perdamaian di Kawasan Asia Tenggara. Keberhasilan Indonesia di Masyarakat ASEAN harus didukung kelembagaan yang efektif di dalam negeri, sebab Pemerintah merupakan pemimpin yang mengarahkan seluruh komponen negara. Reviu Kelembagaan Masyarakat ASEAN bertujuan untuk mencermati efektivitas kerangka kelembagaan Pemerintah RI dalam menyambut Masyarakat ASEAN. Reviu ini memfokuskan pada 4 (empat) hal, yaitu kelembagaan Masyarakat ASEAN, regulasi nasional tentang Masyarakat ASEAN, perencanaan program dan anggaran Masyarakat ASEAN, serta pelibatan para pemangku kepentingan. Reviu ini akan melihat pada proses internal yang terjadi di dalam Pemerintah Indonesia, dan bukan pada proses diplomasi dan negosiasi di level regional. 1.2.
Tujuan dan Manfaat Tujuan reviu ini adalah untuk menggali secara mendalam bagaimana kelembagaan yang telah dibangun oleh
Pemerintah Indonesia dalam menyongsong Masyarakat ASEAN. Menurut Geoffrey M. Hodgson, kelembagaan adalah sistem dan aturan yang mengatur struktur interaksi sosial antar aktor.3 Topik kelembagaan ini penting untuk diangkat guna meninjau kembali efektivitas kelembagaan yang ada selama ini dan mengidentifikasi apa saja yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan peran dan kepemimpinan Indonesia ke depannya di ASEAN. Topik kelembagaan ini unik karena penelitian tentang ASEAN selama ini banyak menitikberatkan pada proses diplomasi dan kesiapan masing-masing negara, bukan spesifik pada kelembagaan negara tersebut. Selain itu, alasan pembuatan reviu ini juga dilandasi oleh adanya dorongan penguatan Setnas ASEAN seperti yang tercantum di dalam RPJMN Indonesia tahun 2015-2019. Berdasarkan RPJMN 2015-2019, perlunya penguatan Setnas ASEAN tersebut merupakan respon atas masih lemahnya koordinasi antarlembaga dalam melaksanakan blue print Masyarakat ASEAN.4
Reviu ini bermanfaat untuk memperkaya kajian mengenai ASEAN, serta kajian mengenai administrasi negara dan manajemen pembangunan. Reviu ini bermanfaat untuk memberikan contoh praktik kelembagaan suatu negara, dalam kondisi apa kelembagaan itu berjalan dan bagaimana implikasinya. Reviu ini juga signifikan bagi Indonesia sebagai refleksi untuk menyempurnakan kelembagaan, baik untuk Masyarakat ASEAN maupun untuk isu-isu lainnya. Reviu ini juga signifikan bagi Indonesia karena reviu ini memaparkan kelembagaan, regulasi, program dan anggaran, serta pelibatan pemangku kepentingan
3
Geoffrey M. Hodgson. 2006. What Are Institutions. Journal of Economic Issues. Vol. XL No. 1, p. 6. Dikutip dalam RPJMN Indonesia tahun 2015-2019 dalam Sub-Bab “Penguatan Koordinasi Percepatan Pelaksanaan Butir Aksi Masyarakat ASEAN” p. 5-54. 4
6
dalam menyiapkan Indonesia dalam menjalani Masyarakat ASEAN yang baru saja dimulai pada tanggal 31 Desember 2015. Ditambah lagi, menurut Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, ASEAN masih tetap merupakan prioritas politik luar negeri Indonesia di bawah Pemerintahan Presiden Joko Widodo.5 Kelembagaan yang kuat dalam menyambut Masyarakat ASEAN 2015, dapat meningkatkan posisi diplomasi Indonesia dalam hubungan government-to-government, baik di dalam Kawasan ASEAN maupun internasional. Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Strategi Research and Consulting, kebijakan politik luar negeri Indonesia pada tahun 2015 yang memfokuskan Indonesia pada Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 akan membawa pengaruh penting bagi diplomasi Indonesia kedepannya. Selain itu, sesuai dengan salah satu isi Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia Serta Keterangan Pemerintah Atas Rancangan Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun Anggaran 2009 Beserta Nota Keuangannya di Depan Rapat Paripurna DPR RI, Diplomasi Indonesia di kawasan Asia Tenggara dilakukan dengan menunjukkan kualitas peran kepemimpinan dan kontribusi konkret Indonesia dalam ASEAN sebagai bagian dari strategi untuk memperkuat lingkaran konsentris pertama kebijakan politik luar negeri, melalui ide, konsep, dan prakarsa yang mampu menempatkan kembali Indonesia sebagai negara yang semakin diperhitungkan di kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur. 1.3.
Identifikasi Isu
Reviu ini akan membahas empat fokus isu, yaitu: 1. Kelembagaan Masyarakat ASEAN; 2. Regulasi Masyarakat ASEAN; 3. Program dan Anggaran Masyarakat ASEAN; 4. Pelibatan pemangku kepentingan Masyarakat ASEAN. 1.4.
Tinjauan Pustaka Dalam periode saat ini, kajian-kajian mengenai evaluasi terhadap Masyarakat ASEAN didominasi oleh kajian-kajian
yang hanya menfokuskan kepada pilar Masyarakat Ekonomi ASEAN. Biasanya kajian-kajian tersebut didominasi oleh tingkat pencapaian Indonesia pada target yang telah ditetapkan di dalam Cetak Biru MEA. Contohnya, data perkembangan persiapan
5
Media Publikasi Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI. 2015. Majalah Masyarakat ASEAN Edisi 7: Membidik Peluang MEA. Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI, p. 3-40.
7
implementasi MEA di Indonesia diukur melalui scorecard. Data tersebut terdapat di dalam Buku II RPJMN tahun 2015-2019 yang sumber datanya berasal dari Kementerian Perdagangan.6 Jarang sekali terdapat kajian yang membahas ketiga pilar di Masyarakat ASEAN, padahal Masyarakat ASEAN bukan hanya menyangkut isu ekonomi, namun juga isu politik dan budaya. Kebanyakan dari kajian-kajian sebelumnya meletakkan pilar ekonomi sebagai prioritas kajian dikarenakan pilar ekonomi memang paling mudah untuk diukur indikator pencapaiannya (tangible indicators). Padahal kesiapan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat ASEAN tidak bisa hanya dilihat dari sudut pandang ekonomi. Sudut pandang politik dan keamanan penting untuk didiskusikan mengingat negara-negara anggota ASEAN selama ini telah berhasil menjaga stabilitas keamanan intra kawasan. Sudut pandang sosial budaya juga penting untuk dipertimbangkan mengingat negara-negara anggota ASEAN menginginkan terbentuknya integrasi ASEAN melalui terciptanya “a caring and sharing community”, yaitu sebuah masyarakat ASEAN yang saling peduli dan berbagi.7 Kajian ini mencoba melihat Masyarakat ASEAN secara keseluruhan dari ketiga pilar atau helicopter view, agar tercipta suatu kajian yang secara holistik membahas isu-isu penting terutama terkait dengan koordinasi, regulasi, program dan anggaran, serta pelibatan pemangku kepentingan dalam menangani Masyarakat ASEAN di Indonesia. Selain itu, terdapat sedikit sekali kajian yang membahas koordinasi antar kementerian dan lembaga di Indonesia dalam menghadapi Masyarakat ASEAN. Biasanya kajian-kajian yang membahas koordinasi hanya terbatas pada koordinasi antar negara anggota ASEAN. Kajian-kajian yang ada sekarang ini juga sedikit sekali membahas regulasi nasional mengenai masyarakat ASEAN, perencanaan program dan anggaran dalam menghadapi Masyarakat ASEAN, serta aspek pelibatan pemangku kepentingan hingga ke tingkat pemerintah daerah.8 Beberapa contoh kajian yang spesifik membahas salah satu pilar dari Masyarakat ASEAN misalnya kajian yang ditulis oleh Makmur Keliat dan tim. Makmur Keliat dan tim dalam bukunya yang berjudul “Tenaga Kerja Terampil Indonesia dan Liberalisasi Jasa ASEAN”9, secara khusus mengkaji daya saing pekerja terampil Indonesia dalam liberalisasi sektor jasa ASEAN. Kajian ini menemukan bahwa tenaga kerja terampil dan professional Indonesia masih memiliki banyak kendala untuk dapat unggul jika harus bersaing bebas dengan sektor jasa negara-negara anggota ASEAN lainnya dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. Selain itu, terdapat juga kajian yang spesifik membahas mengenai peningkatan daya saing daerah dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. Kajian tersebut ditulis oleh Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah Kementerian Bappenas. Di dalam kajian tersebut, dijelaskan bahwa daya saing daerah yang dilakukan pada provinsi Jawa Timur (Jatim), 6
Berdasarkan data dari RPJMN Indonesia tahun 2015-2019 yang terdapat di dalam Sub-Bab “Kerjasama Ekonomi Internasional” p. 3-56. Kementerian Luar Negeri RI. 2009. Kerjasama Fungsional ASEAN. Kementerian Luar Negeri RI, p. 1-18. 8 Makmur Keliat, dkk, “Tenaga Kerja Terampil Indonesia dan Liberalisasi Jasa ASEAN, (Depok: ASEAN Study Center FISIP UI, 2014), hal. 7. 9 Ibid. 7
8
Sumatera Utara (Sumut), Sulawesi Selatan (Sulsel), dan Sulawesi Utara (Sulut) menunjukkan bahwa perekonomian daerah belum siap untuk menghadapi persaingan terbuka dari luar negeri. Hampir semua indikator yang digunakan (sektor dan produk unggulan, investasi, sumber daya manusia (SDM), dan infrastruktur) menunjukkan kinerja yang lemah, dimana perekonomian keempat daerah masih mengalami berbagai permasalahan substansial yang menggerus daya saingnya. 10 Menarik untuk membandingkan wilayah observasi lapangan dalam kajian Bappenas kali ini. Kajian Bappenas kali ini memiliki hipotesa bahwa Provinsi Jawa Timur lebih siap dalam menghadapi persaingan terbuka dalam Masyarakat ASEAN dibandingkan Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam Kajian dari London School of Economics and Political Science (LSE) yang ditulis oleh Dionisius A. Narjoko dan Teguh Y. Wicaksono, dijelaskan bahwa Pemerintah Indonesia cukup serius dalam mencapai kepentingan nasional di Masyarakat Ekonomi ASEAN, hal ini dapat dilihat dari pengejawantahan komitmen Masyarakat Ekonomi ASEAN ke dalam regulasi nasional, misalnya Inpres No. 5 tahun 2008 mengenai arah kebijakan nasional yang disertai dengan kebijakan yang lebih detail tentang penghapusan tarif, serta Cetak Biru Logistik Nasional yang diterbitkan pada tahun 2008. 11 Kajian ini sangat berfokus kepada pencapaian agenda Indonesia di Masyarakat Ekonomi ASEAN melalui indikator-indikator teknis seperti penghapusan tarif, akses pasar dan infrastruktur, serta financial resources. Sehingga kajian ini kurang memperhatikan persoalan-persoalan utama yakni koordinasi, regulasi, program dan anggaran, serta pelibatan pemangku kepentingan . Padahal, persoalan-persoalan tersebut memiliki kontribusi penting terhadap pencapaian kepentingan nasional Indonesia. Selain itu, terdapat juga kajian yang membahas tantangan dan hambatan yang dihadapi negara-negara anggota ASEAN dalam menghadapi Masyarakat ASEAN, misalnya Singapura. Singapura sebagai salah satu negara di Asia Tenggara yang dianggap paling siap dalam menghadapi Masyarakat ASEAN, ternyata juga dihadapkan dengan beberapa tantangan besar. Dalam kajian yang dibuat oleh Singapore Institute of International Affairs,12 Singapura mengkhawatirkan terjadinya masalahmasalah sosial yang akan timbul jika Masyarakat ASEAN berlangsung. Masalah-masalah sosial tersebut diantaranya masalah overcrowding, perumahan, kenaikan biaya hidup, identitas bersama, dan ketergantungan yang semakin besar dengan negara anggota ASEAN lainnya dalam upaya Singapura untuk mencukupi kebutuhan dasar seperti air dan makanan. 1.5.
Metode Penelitian Reviu ini ditulis atas dasar penelitian kualitatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai
bagaimana kelembagaan Masyarakat ASEAN di Indonesia. Metode pengumpulan data adalah dengan menggunakan data 10
Bappenas. Peningkatan Daya Saing Daerah dalam Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015”. Laporan Akhir Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah Kementerian PPN/Bappenas. 11 Dionisius A. Narjoko dan Teguh. Y. Wicaksono. Achieving the ASEAN Economic Community Agenda: An Indonesian Perspective. LSE Publication Reports, p. 23-24. 12 Jebsen dan Jessen. 2014. Singapore and the ASEAN Economic Community. Singapore Institute of International Affairs, p. 11.
9
primer melalui wawancara mendalam dan Focus Group Discussion (FGD), serta data sekunder melalui data-data dari penelitian sebelumnya, jurnal, buku, dan artikel. Reviu ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan sebagai narasumber dengan mempertimbangkan ketiga pilar Masyarakat ASEAN. Masalah kelembagaan dan koordinasi dari masing-masing pemangku kepentingan akan dilihat melalui pumpunan (focal points) dan Kementerian/Lembaga teknis masing-masing pilar dalam menjalankan tugas dan fungsinya, serta koordinasi mereka kepada Setnas ASEAN-Indonesia. Pemerintah Daerah, pengusaha, dan akademisi juga dilibatkan sebagai narasumber selaku pihak-pihak yang turut berkepentingan dalam mensukseskan Masyarakat ASEAN. Sulawesi Selatan dan Jawa Timur dipilih menjadi lokasi pengumpulan data didasarkan pada beberapa hal. Pertama, Sulawesi Selatan dan Jawa Timur merupakan dua contoh provinsi yang paling maju di Indonesia, baik dari segi politikkeamanan, ekonomi, dan sosial-budaya sehingga dapat dijadikan patokan bagaimana pelaksanaan kelembagaan Masyarakat ASEAN di provinsi tersebut. Sulawesi Selatan mewakili Indonesia Bagian Timur dan Jawa Timur mewakili Indonesia Bagian Barat. Secara khusus, Jawa Timur dinilai sebagai provinsi yang paling siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Kedua, Sulawesi Selatan dan Jawa Timur sama-sama merupakan daerah hub Indonesia, dimana lalu-lintas manusia serta barang dan jasa baik dari dalam dan luar negeri mayoritas berlangsung di dua Provinsi tersebut. Ketiga, pada saat pengerjaan reviu, sedang berlangsung ASEAN Mayors Forum di Makassar, Sulawesi Selatan, sekaligus untuk mendapatkan gambaran daerah-daerah lain di ASEAN. Reviu ini tentunya juga memiliki keterbatasan metodologi karena reviu ini menggunakan metodologi kualitatif yang cenderung bersifat penafsiran, serta hanya melakukan dua kunjungan lapangan yaitu ke Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Jawa Timur, sehingga sulit untuk melakukan generalisasi terhadap temuan-temuan yang terdapat di wilayah-wilayah observasi.
10
BAB II PEMBAHASAN
II. 1. Kelembagaan Pemerintah Indonesia terkait Masyarakat ASEAN 2015 Kementerian Luar Negeri (Kemlu) secara tradisional merupakan lembaga pemerintah yang menjadi pumpunan (focal point) dalam hubungan dan kerja sama luar negeri, termasuk ASEAN. Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kemlu adalah lembaga yang merumuskan dan melaksanakan kebijakan, serta melakukan standardisasi teknis di bidang politik dan hubungan luar negeri dalam rangka kerjasama ASEAN. Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN membawahi unit-unit eselon II yang menangani Kesekretariatan, Kerja Sama Politik Keamanan ASEAN, Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kerja Sama Fungsional ASEAN, serta Kerja Sama Mitra Wicara dan Antarkawasan ASEAN.13 Piagam ASEAN yang disepakati tahun 2007 dalam Pasal 13 mengamanatkan bahwa setiap negara anggota ASEAN wajib untuk memiliki sebuah Sekretariat Nasional (Setnas). Piagam ASEAN tersebut telah disahkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2008 sehingga Indonesia wajib membentuk Setnas ASEAN-Indonesia. Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2012 kemudian menetapkan bahwa Ditjen Kerjasama ASEAN Kemlu adalah koordinator yang menjalankan Setnas ASEAN-Indonesia tersebut. Setnas ASEAN-Indonesia ini berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Luar Negeri.14 Tugas dan fungsi Setnas ASEAN-Indonesia adalah sebagai berikut15: 1. Sebagai pumpunan kegiatan pada tingkat nasional; 2. Sebagai penyimpan informasi mengenai semua urusan ASEAN pada tingkat nasional; 3. Mengoordinasikan pelaksanaan keputusan-keputusan ASEAN pada tingkat nasional; 4. Mengoordinasikan dan mendukung persiapan-persiapan nasional untuk pertemuan-pertemuan ASEAN; 5. Memajukan identitas dan kesadaran ASEAN pada tingkat nasional; 6. Berkontribusi pada pembentukan komunitas ASEAN.
Struktur organisasi Setnas ASEAN-Indonesia terdiri atas (a) koordinator, (b) anggota, (c) penanggung jawab, (d) wakil penanggung jawab, dan (e) sekretaris. Anggota Setnas ASEAN-Indonesia terdiri dari 92 pejabat Eselon I dan setingkat Eselon I dari 48 K/L yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas dan fungsi Setnas ASEAN-Indonesia yang dibagi ke dalam 3 (tiga)
13
PPID Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, diakses 20 Januari 2016, http://ppid.kemlu.go.id/content/Pages/KerjasamaASEAN.aspx. 14 Presiden Republik Indonesia, Keppres No. 23 Tahun 2012 tentang Susunan Keanggotaan Setnas ASEAN-Indonesia, bagian Kesatu. 15 Ibid, bagian Ketiga
11
pilar Masyarakat ASEAN. Koordinator Setnas ASEAN-Indonesia adalah Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kemlu yang memiliki kewenangan untuk memimpin koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi Kementerian/Lembaga (K/L) pada Setnas ASEAN-Indonesia. Koordinator dalam menjalankan tugas dan fungsinya dibantu oleh Sekretaris Setnas ASEAN-Indonesia, yaitu Sekretaris Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kemlu.16 Setiap pilar Masyarakat ASEAN, yakni Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN, Masyarakat Ekonomi ASEAN, dan Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN memiliki Penanggung Jawab, Wakil Penanggung Jawab, dan Sekretaris. Penanggung Jawab adalah Anggota Setnas ASEAN-Indonesia yang dipilih oleh Anggota pada pilar terkait untuk membantu Koordinator Setnas ASEAN-Indonesia dalam koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi K/L untuk mendukung pencapaian masing-masing pilar. Setiap Penanggung Jawab dibantu oleh Wakil Penanggung Jawab yang juga merupakan Anggota Setnas ASEANIndonesia serta Sekretaris.17 Setnas ASEAN-Indonesia melakukan pertemuan rutin sekurang-kurangnya 1 (kali) dalam 6 (enam) bulan atau sewaktu-waktu bila diperlukan.18 Pertemuan ini diadakan oleh Koordinator dan dihadiri oleh seluruh anggota Setnas ASEANIndonesia. Pertemuan ini membahas pelaksanaan tugas dan fungsi Setnas ASEAN-Indonesia. Koordinator dapat menedelegasikan kewenangannya pada Penganggung Jawab pilar. Koordinator menerima laporan dari Penanggung Jawab mengenai pelaksanaan tugas dan fungsi di masing-masing pilar. Koordinator kemudian melaporkan hasilnya kepada Presiden melalui Menteri Luar Negeri yang dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.19
16
Berita Negara Republik Indonesia, Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia No. 02 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Setnas ASEAN di Indonesia. 17 Ibid 18 Presiden Republik Indonesia, Keppres No. 23 Tahun 2012 tentang Susunan Keanggotaan Setnas ASEAN-Indonesia, bagian Keenam. 19 Berita Negara Republik Indonesia, Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia No. 02 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Setnas ASEAN di Indonesia.
12
Bagan 1 – Struktur Organisasi Setnas ASEAN-Indonesia
Sumber: Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia No. 02 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Setnas ASEAN di Indonesia.
Penanggung Jawab Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN adalah Deputi II Bidang Koordinasi Politik Luar Negeri Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam). Wakil Penanggung Jawab pilar politik-keamanan adalah Direktur Politik dan Keamanan ASEAN Kemlu. Sekretaris pilar politik-keamanan adalah Direktur Mitra Wicara dan Antarkawasan Kemlu.20 Badan-badan sektoral di bawah pilar politik-keamanan adalah sebagai berikut:
20
Ibid
13
Tabel 1 – Badan-badan sektoral di bawah pilar politik-keamanan No
Badan Sektoral Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN
ASEAN Political-Security Community Council
Focal Point Kemenko Polhukam
1.
ASEAN Foreign Ministers Meeting (AMM)
Kemlu
2.
ASEAN Defence Ministers Meeting (ADMM)
Kemhan
3.
ASEAN Regional Forum (ARF)
Kemlu
4.
ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crime (AMMTC)
Polri dan Kemlu
5.
ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR)
Perwakilan negara (Bpk.
Rafendi
Djamin) 6.
ASEAN Law Ministers Meeting (ALAWMM)
Kemenkumham
7.
Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ)
Kemlu
Sumber: Hasil olahan dari berbagai sumber21
Penanggung Jawab Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah Deputi VI Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekeonomian (Kemenko Perekonomian). Wakil Penanggung Jawab pilar ekonomi adalah Dirjen Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag). Sekretaris pilar ekonomi adalah Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Kemlu.22 Badan-badan sektoral di bawah pilar ekonomi adalah sebagai berikut: Tabel 2 – Badan-badan sektoral di bawah pilar ekonomi No
Badan Sektoral Masyarakat Ekonomi ASEAN
ASEAN Economic Community Council
Focal Point Kemenko Perekonomian
1.
ASEAN Economic Ministers (AEM)
Kemendag
2.
ASEAN Free Trade Area Council (AFTA Council)
Kemendag
21
Berdasarkan informasi yang didapat dari situs resmi Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN (http://www.asean.org/asean-political-securitycommunity/) dan wawancara mendalam dengan Bpk. Dupito D. Simamora, Asdep 2/II Kerja Sama ASEAN Kemenko Polhukam, pada tanggal 25 September 2015. 22 Berita Negara Republik Indonesia, Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia No. 02 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Setnas ASEAN di Indonesia.
14
3.
ASEAN Investment Area Council (AIA Council)
BKPM
dan
Kemendag 4.
ASEAN Finance Ministers Meeting (AFMM)
Kemekeu
5.
ASEAN Ministerial Meeting on Agriculture and Forestry (AMAF)
Kementan
6.
ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM)
KemenESDM
7.
ASEAN Ministerial Meeting on Minerals (AMMin)
KemenESDM
8.
ASEAN Ministerial Meeting on Science and Technology (AMMST)
KemenristekDikti
9.
ASEAN Telecommunications and IT Ministers Meeting (TELMIN)
Kemenkominfo
10. ASEAN Transport Ministers Meeting (ATM)
Kemenhub
11. ASEAN Tourism Ministers Meeting (M-ATM)
Kemenpar
12. ASEAN Mekong Basin Development Cooperation (AMBDC)
-
Sumber: Hasil olahan dari berbagai sumber23
Indonesia memiliki Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Komite Nasional ini dibentuk supaya persiapan menuju MEA 2015 dilakukan secara terintegrasi dan komprehensif untuk memberikan manfaat yang maksimal bagi kepentingan nasional. Komite Nasional Nasional Persiapan MEA ditetapkan melalui Keppres No. 37 Tahun 2015. Komite Nasional Persiapan MEA bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan memberikan laporan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan atau sewaktu-waktu bila diperlukan.24 Ketua Komite Nasional Persiapan MEA adalah Menko Pereknomian. Menlu bertindak sebagai Wakil Ketua I, Mendag sebagai Wakil Ketua II, dan Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) sebagai Wakil Ketua III. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) bertindak sebagai Sekretaris. Komite Nasional beranggotakan para menteri dan kepala dari K/L terkait, para ketua Forum Gubernur, para rektor universitas, Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), serta para direktur BUMN dan pengusaha.25 Komite Nasional Persiapan MEA memiliki tugas sebagai berikut26: 1. Mengoordinasikan persiapan pelaksanaan MEA; 2. Mengoordinasikan percepatan peningkatan daya saing nasional dalam rangka pelaksanaan MEA;
23
Berdasarkan informasi yang didapat dari situs resmi Masyarakat Ekonomi ASEAN (http://www.asean.org/asean-economic-community/) dan FGD dengan narasumber Bpk. Benito Rio Avianto, Perwakilan Asisten Deputi Kerjasama Ekonomi Regional dan Sub Regional Kemenko Bidang Perekonomian, pada tanggal 20 Agustus 2015. 24 Presiden Republik Indonesia, Keppres No. 37 Tahun 2014 tentang Komite Nasional Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN, Pasal 7. 25 Presiden Republik Indonesia, Keppres No. 37 Tahun 2014 tentang Komite Nasional Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN, Pasal 3. 26 Ibid, Pasal 2.
15
3. Mengambil langkah-langkah penyelesaian hambatan dan permasalahan dalam persiapan dan pelaksanaan MEA serta peningkatan daya saing nasional; 4. Mengoordinasikan pelaksanaan sosialisasi kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) terhadap persiapan dan pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN serta peningkatan daya saing nasional. Komite Nasional dalam melaksanakan tugasnya dapat berkoordinasi dengan K/L, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan pemerintah daerah serta pihak lain yang dianggap perlu.27 Untuk membantu tugas Komite Nasional, dibentuk Tim Pelaksana dan Tim Kerja Daerah yang ditetapkan oleh Menko Perekonomian selaku Ketua Komite Nasional. Tim Pelaksana dalam tugasnya berkoordinasi dengan Setnas ASEAN-Indonesia.28 Komite Nasional juga memiliki Sekretariat Komite Nasional yang dilaksanakan secara fungsional oleh Sekretariat Kemenko Perekonomian untuk mendukung pelaksanaan tugas Komite Nasional.29 Penanggung Jawab Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN adalah Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK)30. Wakil Penanggung Jawab pilar sosial-budaya ditetapkan sesuai badan sektoralnya. Sekretaris pilar sosial-budaya adalah Direktur Kerja Sama Fungsional ASEAN Kemlu.31 Badan-badan sektoral di bawah pilar sosial-budaya adalah sebagai berikut: Tabel 3 – Badan-badan sektoral di bawah pilar sosial-budaya No
Badan Sektoral Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN
ASEAN Socio-Cultural Community Council 1.
Focal Point Kemenko PMK
Senior Officials Meeting on Social Welfare and Development Kemensos (SOMSWD)
2.
Senior Officials Meeting Responsible for Culture and Arts Kemendikbud (SOMCA)
3.
Senior Officials Meeting on Education (SOM-ED)
Kemendikbud
4.
ASEAN Senior Officials on the Environment (ASOEN)
KLH
5.
ASEAN Committee on Disaster Management (ACDM)
BNPB
6.
Senior Officials Meeting on Health Development (SOMHD)
Kemenkes
27
Ibid, Pasal 4. Ibid, Pasal 5. 29 Ibid, Pasal 6. 30 Dalam Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia No. 02 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Setnas ASEAN di Indonesia, Kemenko Bidang PMK masih bernama Kemenko Bidang Kesejahteraan Rakyat. 31 Berita Negara Republik Indonesia, Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia No. 02 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Setnas ASEAN di Indonesia. 28
16
7.
Senior Labour Officials Meeting (SLOM)
Kemenakertrans
8.
Senior Officials Meeting Responsible for Information (SOMRI)
Kemenkominfo
9.
ASEAN Commission on the Promotion & Protection of the Rights of Kemen PP & PA Women & Children (ACWC)
10. ASEAN Committee on Women (ACW)
Kemen PP & PA
11. Senior Officials Meeting on Rural Development and Poverty Kemenko PMK Eradication (SOMRDPE) 12. Senior Officials Meeting on Youth (SOMY)
Kemenpora
13. ASEAN Senior Officials Meeting on Sports (SOMS)
Kemenpora
14. ASEAN Committee on Science and Technology (COST)
KemenristekDikti
15. ASEAN Conference on Civil Service Matters (ACCSM)
BKN
16. ASEAN Senior Officials on Drug Matters (SODM)
BNN
Sumber: Hasil olahan dari wawancara mendalam32
32
Berdasarkan wawancara mendalam dengan Bapak Raden Wijaya Kusumawardhana, Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, Sekretariat Kemenko PMK, pada tanggal 16 November 2015.
17
II. 2. Regulasi Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat ASEAN 2015 Sejalan dengan kepentingan-kepentingan bersama, dan saling ketergantungan antar-rakyat dan negara Anggota ASEAN yang terikat oleh faktor geografis, tujuan bersama, dan nasib bersama, maka negara-negara anggota ASEAN yang terikat dalam Piagam ASEAN sepakat untuk membentuk Masyarakat ASEAN. Pemerintah Indonesia secara khusus telah membuat beberapa regulasi yang berkaitan dengan persiapan Indonesia dalam menyambut Masyarakat ASEAN yang akan mulai dilaksanakan pada tanggal 31 Desember 2015. Regulasi yang telah dikeluarkan pemerintah diantaranya: 1. Instruksi Presiden No. 5 tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi Tahun 2008-2009 Dalam Instruksi Presiden No. 5 tahun 2008, disebutkan bahwa semua Kementerian dan atau Lembaga Negara beserta para Gubernur dan Walikota, wajib untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing, dalam rangka pelaksanaan Fokus Program Ekonomi Tahun 2008-2009 agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, kelestarian sumber daya alam, peningkatan ketahanan energi dan kualitas lingkungan, dan untuk pelaksanaan berbagai komitmen Masyarakat Ekonomi ASEAN. Dalam mengambil langkah-langkah sebagaimana disebutkan di atas, Semua Kementerian dan atau Lembaga Negara beserta para Gubernur dan Bupati atau Walikota harus berpedoman kepada program yang meliputi perbaikan iklim investasi, ekonomi makro dan keuangan, ketahanan energi, sumber daya alam, lingkungan dan pertanian, pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah, pelaksanaan komitmen Masyarakat Ekonomi ASEAN, infrastruktur, ketenagakerjaan dan ketransmigrasian. Untuk melaksanakan tujuan dari Fokus Program Ekonomi Tahun 2008-2009, Presiden menunjuk Menteri Koordinator bidang Perekonomian yang bertindak sebagai koordinator dalam mengkoordinasikan kegiatan yang dilaksanakan oleh para Menteri, Kepala Lembaga Negara, dan Gubernur, serta Bupati atau Walikota. 2. Peraturan Presiden No. 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara Peraturan Presiden No. 24 tahun 2010 mengatur tentang pembagian kedudukan, tugas dan fungsi kementerian negara serta susunan organisasi, tugas, dan fungsi eselon I Kementerian Negara. Peraturan Presiden ini juga mengatur tentang Kementerian Koordinator. Masing-masing Kementerian Koordinator pada
18
akhirnya menjadi pumpunan (focal point) bagi masing-masing pilar Masyarakat ASEAN. Berikut merupakan isi dari Peraturan Presiden No. 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara: a. Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyinkronkan dan mengkoordinasikan perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang politik, hukum, dan keamanan. b. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyinkronkan dan mengkoordinasikan perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang perekonomian. c. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyinkronkan dan mengkoordinasikan perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesejahteraan rakyat. 3. Instruksi Presiden No. 11 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2011 Instruksi Presiden No. 11 tahun 2011 mengatur tentang instruksi Presiden Republik Indonesia kepada para Kementerian dan atau Lembaga dalam pelaksanaan komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN untuk mendukung peningkatan iklim investasi dan perdagangan serta meningkatkan daya saing nasional. Dalam mengambil langkah-langkah tersebut di atas, semua Kementerian dan atau Lembaga harus berpedoman kepada program yang meliputi: A. Menuju Pasar Tunggal dan Basis Produksi, yang fokus kepada peningkatan Daya Saing dan Pemanfaatan Komitmen AEC; Komitmen AEC untuk Arus Barang Secara Bebas; Komitmen AEC untuk Arus Jasa Secara Bebas; Komitmen AEC untuk Arus Investasi Secara Bebas; Komitmen AEC untuk Arus Modal yang lebih bebas; Priority Integration Sectors; dan Komitmen AEC untuk Perdagangan Makanan, Pertanian, dan Kehutanan.
19
B. Menuju Wilayah Ekonomi yang Berdaya Saing Tinggi, yang fokus kepada kebijakan Persaingan; Hak atas Kekayaan Intelektual; Pengembangan Infrastruktur; Perpajakan; dan Perdagangan secara elektronik (e-commerce). C. Menuju Kawasan dengan Pembangunan Ekonomi yang Seimbang, yang fokus kepada Pengembangan Sektor Usaha Kecil dan Menengah. 4. Keputusan Presiden (Keppres) No. 23 Tahun 2012 tentang Susunan Keanggotaan Sekretariat Nasional ASEAN Indonesia Keputusan Presiden (Keppres) No. 23 Tahun 2012 mengantur tentang susunan keanggotaan Sekretariat Nasional (Seknas) ASEAN-Indonesia. Sesuai dengan amanat Pasal 13 Piagam ASEAN dan telah disahkan dengan Undang-Undang No. 38 tahun 2008, Indonesia wajib membentuk Setnas ASEAN-Indonesia. Dalam Keputusan Presiden No. 23 tahun 2012, disebutkan bahwa kedudukan Seknas ASEAN-Indonesia adalah berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Luar Negeri. Seknas ASEAN-Indonesia dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Selain itu, disebutkan juga bahwa Seknas ASEAN-Indonesia memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut: a. Seknas ASEAN-Indonesia bertugas sebagai pumpunan kegiatan pada tingkat nasional. b. Seknas ASEAN-Indonesia menjadi penyimpan informasi mengenai semua urusan ASEAN pada tingkat nasional. c. Mengoordinasikan pelaksanaan keputusan-keputusan ASEAN pada tingkat nasional d. Mengoordinasikan dan mendukung persiapan-persiapan nasional untuk pertemuan-pertemuan ASEAN. e. Memajukan identitas dan kesadaran ASEAN pada tingkat nasional f. Berkontribusi pada pembentukan komunitas ASEAN Selain keenam tugas dan fungsi di atas, Setnas ASEAN-Indonesia juga wajib menyusun prosedur standar operasi sesuai dengan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi Kementerian dan atau Lembaga. Semua biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas dan fungsi Seknas ASEAN-Indonesia dibebankan pada APBN.
20
5. Keputusan Presiden No. 37 tahun 2014 tentang Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN Keputusan Presiden No. 37 tahun 2014 membahas Komite Nasional persiapan pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Dalam rangka pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang dimulai pada akhir tahun 2015, Komite Nasional mempunyai tugas sebagai berikut: a. Mengoordinasikan persiapan pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN b. Mengoordinasikan percepatan peningkatan daya saing nasional dalam rangka pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN c. Mengambil langkah-langkah penyelesaian hambatan dan permasalahan dalam persiapan dan pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN serta peningkatan daya saing nasional d. Mengoordinasikan pelaksanaan sosialisasi kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) terhadap persiapan dan pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN serta peningkatan daya saing nasional Untuk membantu pelaksanaan tugas Komite Nasional, dibentuk Tim Pelaksana dan Tim Kerja Daerah. Susunan keanggotaan, tugas, dan tata kerja Tim Pelaksana dan Tim Kerja Daerah ditetapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Nasional. Tim Pelaksana dalam pelaksanaan tugasnya berkoordinasi dengan Setnas ASEAN-Indonesia. Untuk memberikan dukungan pelaksanaan tugas Komite Nasional, dibentuk Sekretariat Komite Nasional. Sekretariat Komite Nasional dilaksanakan secara fungsional oleh Sekretariat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Susunan keanggotaan Komite Nasional terdiri dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sebagai ketua, Menteri Luar Negeri sebagai Wakil Ketua I, Menteri Perdagangan sebagai Wakil Ketua II, Ketua Kadin Indonesia sebagai Wakil Ketua III, Ketua APINDO sebagai Sekretaris, dan semua Kementerian, Ketua Forum, Badan, semua rektor universitas, dan beberapa tokoh bertindak sebagai anggota dari Komite Nasional. 6. Instruksi Presiden No. 6 tahun 2014 tentang Peningkatan Daya Saing Nasional dalam Rangka Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN Instruksi Presiden No. 6 tahun 2014 membahas peningkatan daya saing nasional dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Dalam upaya untuk meningkatkan daya saing nasional dan kesiapan menghadapi pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN, Presiden memberi instruksi kepada beberapa pihak 21
yaitu para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, Sekretaris Kabinet, Jaksa Agung, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Para Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Para Gubernur, Para Bupati/Walikota. 7. Peraturan Menteri Luar Negeri No. 2 tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Nasional ASEAN di Indonesia Peraturan Menteri Luar Negeri No. 2 tahun 2014 mengatur tentang organisasi dan tata kerja Setnas ASEAN-Indonesia. Koordinator Setnas ASEANIndonesia adalah Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN yang karena kedudukannya, memiliki kewenangan untuk memimpin pelaksanaan fungsi koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi Kementerian/Lembaga pada Setnas ASEAN-Indonesia. Anggota Setnas ASEAN-Indonesia adalah Pejabat dalam Kementerian dan Lembaga terkait yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas Setnas ASEAN-Indonesia. Anggota Setnas ASEAN-Indonesia dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dibagi ke dalam tiga pilar Masyarakat ASEAN. Setnas ASEAN-Indonesia terdiri atas: a. Koordinator; b. Anggota; c. Penanggung Jawab; d. Wakil Penanggung Jawab; dan e. Sekretaris. Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN selaku Koordinator Setnas ASEAN-Indonesia mempunyai tugas dan fungsi: a. mengkoordinasikan kegiatan Setnas ASEAN-Indonesia pada tingkat nasional; b. mengkoordinasikan penyimpanan informasi mengenai semua urusan ASEAN pada tingkat nasional; 22
c. mengkoordinasikan pelaksanaan keputusan-keputusan ASEAN pada tingkat nasional; d. mengkoordinasikan persiapan-persiapan nasional untuk pertemuanpertemuan ASEAN; e. mengkoordinasikan kegiatan pemajuan identitas dan kesadaran ASEAN pada tingkat nasional; dan f. mengkoordinasikan kegiatan kontribusi pembentukan Komunitas ASEAN. Anggota Setnas ASEAN-Indonesia yang berjumlah 92 pejabat Eselon I dan setingkat Eselon I dari 48 Kementerian dan Lembaga mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan : a. kegiatan Setnas ASEAN-Indonesia pada tingkat nasional; b. penyimpanan informasi mengenai semua urusan ASEAN pada tingkat nasional; c. keputusan-keputusan ASEAN pada tingkat nasional; d. persiapan-persiapan nasional untuk pertemuan-pertemuan ASEAN; e. kegiatan pemajuan identitas dan kesadaran ASEAN. Anggota Setnas ASEAN-Indonesia dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dibagi ke dalam tiga pilar Komuni ASEAN: a. Komunitas Politik dan Keamanan ASEAN; b. Komunitas Ekonomi ASEAN; dan c. Komunitas Sosial Budaya ASEAN. 23
Untuk di daerah, Provinsi Sulawesi Selatan belum memiliki regulasi khusus terkait dengan Masyarakat ASEAN. Berbeda dengan Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Timur telah menata ulang regulasi terkait Masyarakat ASEAN. Terdapat beberapa regulasi yang berguna untuk melindungi rakyat dan konsumen saat diberlakukannya MEA. Sebagai contoh, Pemerintah Provinsi Jawa Timur membuat Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengendalian Distribusi Produk Impor di Jawa Timur (termasuk SOP yang mengatur ijin bongkar beras impor). Regulasi ini dibentuk karena Provinsi Jawa Timur merupakan produsen beras. Selain itu, Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga telah membuat beberapa peraturan lainnya seperti Perda Provinsi Jawa Timur No. 3 Tahun 2012 tentang Pengendalian Ternak Sapi dan Kerbau Betina Produktif, Perda Provinsi Jawa Timur No. 17 Tahun 2012 tentang Peningkatan Rendemen dan Hablur Tanaman Tebu, Pergub Jawa Timur No. 114 Tahun 2010 Tentang Larangan Peredaran Gula Rafinasi dan Gula Kristal Mentah di Pasaran Umum di Jawa Timur, Pergub Jawa Timur Nomor 78 Tahun 2011 tentang Pengendalian Garam Impor dan Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat, Pergub Jawa Timur Nomor 22 Tahun 2012 Tentang Pengendalian Produk Impor Hortikultura dan Pemberdayaan Usaha Hortikultura di Jawa Timur.33 Di sektor kesehatan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) tentang Kesehatan Nomor 7/2014.34 Salah satu isinya adalah mengharuskan tenaga medis asing untuk magang dan memahami penyakit tropis terlebih dahulu sebelum dapat membuka praktik di Jawa Timur. Peraturan-peraturan tersebut belum ada di pemerintah pusat. Jawa Timur juga telah menindaklanjuti Inpres No. 6 Tahun 2014 (tentang Peningkatan Daya Saing Nasional dalam Rangka Menghadapi MEA) dengan membuat matriks untuk mapping. II.3. Perencanaan Program dan Anggaran Menyambut Masyarakat ASEAN Arah kebijakan Indonesia terkait dengan kerjasama ASEAN, baik di dalam RPJMN II 2009 – 2014 dan RPJMN III 2014-2019 adalah untuk meningkatkan peran dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN. Pada RPJMN III, secara lebih spesifik Pemerintah Indonesia juga menegaskan tentang peningkatan kesiapan domestik dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN yang telah mulai bergulir pada 31 Desember 2015. Pemantapan peran dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN sangat penting bagi upaya mencapai kepentingan nasional Indonesia, baik untuk meningkatkan kemakmuran di dalam negeri, maupun bagi upaya menjaga 33 34
Berdasarkan wawancara dengan Para Pejabat di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Timur (Bappeda Jatim), pada tanggal 20 Oktober 2015. ______, MEA Tantangan Terbesar Jatim, diakses dari http://www.koran-sindo.com/news.php?r=5&n=0&date=2016-01-04 pada tanggal 26 Januari 2016 pukul 16.58.
24
stabilitas dan perdamaian di Kawasan Asia Tenggara. Dalam mencapai pemantapan peran dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN, maka Pemerintah Indonesia telah memiliki beberapa program dalam menghadapi Masyarakat ASEAN. Misalnya, Kemenko Perekonomian membentuk National Single Window (NSW) untuk menjaga kepentingan nasional dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. NSW adalah wujud nyata pelayanan birokrasi modern yang dalam waktu singkat dapat melaksanakan kebijakan deregulasi dan debirokratisasi yang diumumkan Presiden pada tanggal 9 September 2015. Portal ini mengintegrasikan semua pelayanan perizinan ekspor/impor secara elektronik pada 15 Kementerian/Lembaga yang meliputi 18 Unit Perizinan.35 Kemendag juga telah memiliki beberapa program khusus untuk menyambut MEA yaitu Certificate of Origin (CO), sistem Rule of Origin (ROO) dan AEC Centre. Selain itu, Menurut Menteri Perdagangan, Kemendag juga telah membuat Nawacita Kemendag (NAK) dengan menetapkan target melipat tigakan ekspor dalam lima tahun ke depan (2014-2019). Dengan target ekspor 2015 sebesar USD 192,5 miliar. Kememdag juga akan melakukan pembinaan dalam hal kemasan, sertifikat halal, pendaftaran merek. Terobosan lain yang dilakukan yakni memfasilitasi pelaku usaha untuk memasarkan produk melalui ITPC, untuk meningkatkan brand UKM secara global. Kemlu telah membentuk Pusat Studi ASEAN (PSA) di berbagai universitas di Indonesia. Untuk mendukung sosialisasi Masyarakat ASEAN, selain membentuk PSA dan melakukan berbagai seminar dan workshop, Kemenlu juga telah membuat suatu dokumen khusus yang berjudul “Ayo Kita Kenali ASEAN”.36 Dokumen tersebut berisi beberapa bab yang memperkenalkan apa itu ASEAN, Piagam ASEAN, Komunitas ASEAN, Keketuaan Indonesia di ASEAN, bagaimana hubungan ASEAN dengan dunia internasional, dan manfaat ASEAN bagi masyarakat. Kemenko Polhukam memiliki desk Komunitas Politik dan Keamanan ASEAN. Desk ini berguna untuk meningkatkan kesiapan Indonesia menghadapi masyarakat ASEAN 2015. Kemenko Polhukam membentuk Desk tersebut untuk masa kerja Agustus-Desember 2014. Desk telah melaksanakan 3 kali kegiatan
35
Diambil dari Siaran Pers Kemenkoperekonomian pada tanggal 30 September 2015. Kementerian Luar Negeri. Ayo Kita Kenali ASEAN. Dikutip dari http://www.kemlu.go.id/Documents/Tentang%20ASEAN/Buku%20Ayo%20Kita%20Kenali%20ASEAN.pdf pada tanggal 25 Oktober 2015. 36
25
diseminasi di Medan, Batam, dan Manado dengan melibatkan unsur Pemda dan masyarakat sipil setempat serta melakukan kajian terhadapi isu prioritas Indonesia pada pilar polkam yaitu mengenai isu manajemen perbatasan dan isu perdagangan orang.37 Kemenko PMK belum memiliki program khusus dalam menyambut Masyarakat ASEAN.38 Kemenko PMK hanya memiliki beberapa program yang terkait isu-isu terkini di bidang sosial dan budaya dalam menyambut Masyarakat ASEAN, seperti misalnya program poros sentra pelatihan dan pemberdayaan TKI, sertifikasi internasional bagi perawat. Namun, program-program tersebut bukan merupakan program khusus dalam menyambut Masyarakat ASEAN. Selain itu, Kemenko PMK untuk sekarang ini lebih fokus terhadap program-program terkait Revolusi Mental.39 Terkait anggaran, Kemenko PMK memiliki anggaran terkait ASEAN meskipun tidak besar jumlahnya dan anggaran tersebut biasanya digunakan untuk menghadiri sidang-sidang atau pertemuan ASEAN. Menurut Pelaksana Harian Setnas ASEAN-Indonesia, Ditjen Kerjasama ASEAN (Setnas ASEAN-Indonesia) telah melakukan sosialisasi AEC Blueprint bersamaan dengan sosialisasi ASEAN Charter, baik di tingkat pusat, khususnya kepada asosiasi-asosiasi bisnis maupun di daerah-daerah di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian. Sosialisasi dilakukan dalam bentuk seminar dan lokakarya maupun Kuliah Umum, wawancara di media massa cetak dan elektronik lokal di pusat dan daerah. Salah satu sasaran yang ingin dicapai adalah untuk memicu kesiapan masyarakat serta menimbulkan mengenai “public awareness” mengenai ASEAN.40 Selain itu, Perwakilan Setnas ASEAN-Indonesia juga mengusulkan program integrated calendar dan program tersebut disarankan untuk disosialisasikan dalam Konsultasi Nasional ASEAN. Berdasarkan struktur anggaran, selama ini anggaran Setnas ASEAN-Indonesia hanya dipergunakan untuk menghadiri events ASEAN, tanpa ada anggaran untuk membiayai proses integrasi atau bagaimana Indonesia secara optimal memanfaatkan peluang dan mengatasi berbagai tantangan.41
37
Kemenko Polhukam. Dikutip dari http://www.polkam.go.id/LinkClick.aspx?fileticket=nUI%2BeJ6jpBM%3D&tabid=38&language=id-ID pada tanggal 25 Oktober 2015 Berdasarkan wawancara dengan Bapak Raden Wijaya Kusumawardhana, Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, Sekretariat Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan pada tanggal 16 November 2015. 39 Berdasarkan berita-berita dan artikel-artikel dari website Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, dapat diakses di http://www.kemenkopmk.go.id/artikel 40 Op. Cit,. Kementerian Luar Negeri. Ayo Kita Kenali ASEAN. 41 Berdasarkan wawancara dengan Bapak Ngurah Swajaya, Ketua Pelaksana Harian Sekretariat Nasional ASEAN, beserta tim, pada tanggal 14 September 2015 bertempat di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu). 38
26
Apindo sudah memiliki Apindo Roadmap yang sudah diberikan kepada Presiden dan Wakil Presiden.42 Dilain pihak, Kadin telah menyiapkan beberapa program untuk menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Program-program tersebut diantaranya adalah pertama, Kadin mengidentifikasi kebutuhan tenaga kerja profesional/terampil untuk mendukung 22 kegiatan ekonomi di enam koridor ekonomi dan meningkatkan daya saing 12 sektor prioritas MEA 2015; kedua, Kadin memfasilitasi pengembangan standar kompetensi dan pembentukan lembaga sertifikasi profesi (LSP) oleh Asosiasi Industri terkait 22 kegiatan ekonomi di koridor ekonomi dan 12 sektor prioritas MEA 2015; serta ketiga, Kadin melakukan pengembangan Kadin Training Center (KTC) untuk mendorong pengembangan program pelatihan berbasis kompetensi sesuai kebutuhan industri oleh Kadin Provinsi.43 Sementara itu, untuk Perencanaan Program dan Anggaran yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, dalam reviu ini Bappenas melakukan observasi ke dua daerah yaitu Provinsi Sulawesi Selatan dan Jawa Timur. Bappenas menemukan bahwa Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan juga telah menyiapkan beberapa program yaitu Bappeda Sulsel telah mendirikan Balai Latihan Kerja, Disperindag Sulsel bekerjasama dengan HIPMI dalam membina mahasiswa untuk menjadi pengusaha baru, serta menurut Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan dan Agrobisnis, Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Sulawesi Selatan, Prov. Sulsel telah menggunakan metode Public Private Partnership. Namun, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan tidak secara khusus membuat program-program tersebut untuk menyambut MEA. Program-program tersebut dibuat untuk mendukung laju perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan. Secara khusus, Kota Makassar telah menyiapkan beberapa program dalam menghadapi Masyarakat ASEAN, seperti program memperkenalkan potensi Makassar melalui ASEAN Mayors Forum dan memaksimalkan partisipasi masyarakat melalui program Smart City dalam menyambut MEA. Selain itu, Kota Makassar telah mempersiapkan potensi tenaga kerja dengan membentuk Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang telah mendapat legalitas dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), dan menjaga pertumbuhan ekonomi Makassar dengan mengadakan beberapa program diantaranya mendorong penguatan industri lokal
42
Berdasarkan kutipan wawancara dengan Ibu Sherly Susilo sebagai perwakilan dari APINDO, dalam FGD “Reviu Kelembagaan: Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi Masyrakat ASEAN 2015 – Studi Kasus Single Market and Production Base” dilaksananakan pada tanggal 20 Agustus 2015 43 _______, SDM Berkualitas Kunci Sukses Hadapi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN, diakses dari http://old.bappenas.go.id/print/3813/sdm-berkualitas-kunci-sukses-hadapi-era-masyarakatekonomi-asean/ pada tanggal 10 Desember 2015 pukul 09.13.
27
dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Para pelaku UMKM di Makassar dituntut untuk bisa memahami dan menguasai teknologi demi peningkatan sumber daya manusia (SDM) khususnya pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).44 Dilain pihak, Provinsi Jawa Timur yang selalu disebut oleh banyak pihak sebagai salah satu provinsi yang paling siap dalam menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN, telah menyiapkan beberapa program dalam mensukseskan Masyarakat ASEAN. Program-program tersebut dikumpulkan dalam satu renaksi percepatan MEA untuk Jawa Timur. Strategi Jatim untuk menghadapi MEA ada 2 (dua), yaitu “menyerang” dan “bertahan”. Pertama, “menyerang” adalah dengan menyiapkan daya saing UMKM, seperti standardisasi produk-produk UMKM secara gratis dan bahkan ada standardisasi keliling untuk menjangkau ke daerahdaerah. Kedua, strategi “bertahan” adalah dengan meningkatkan SDM, misalnya dengan membuat “SMK Mini” di pondok pesantren supaya para lulusan SMK siap kerja. Strategi “bertahan” adalah salah satu bentuk strategi Pemerintah Jawa Timur dalam melindungi produk-produk lokal, misalnya jika ada produk atau SDM dari negara-negara anggota ASEAN lainnya yang menarget Jawa Timur sebagai pasar, maka Pemerintah Jawa Timur melindungi produk-produk dan SDM lokal dengan cara produk-produk tersebut harus memenuhi standardisasi dan untuk warga negara anggota ASEAN lainnya yang berkeinginan untuk bekerja di Jawa Timur, maka Pemerintah Jawa Timur mewajibkan warga negara asing tersebut untuk memiliki kemampuan berbahasa lokal serta harus memenuhi standardisasi. Selain itu, terdapat juga program-program yang bersifat dukungan, misalnya dalam bidang infrastruktur. Terkait dengan perencanaan, dalam RKPD 2015 tema RKPD 2015, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah membahas bagaimana Jatim menghadapi MEA 2015, serta isu infrastruktur telah menjadi tema sentral. Pemprov Jatim juga kerap mengadakan forum-forum bisnis atau dengan menstimulasi UKM agar lebih percaya diri dalam menghadapi persaingan bisnis dan investasi di Kawasan ASEAN. Salah satu contoh, Jatim kedatangan beberapa tamu dari beberapa negara pada tahun 2015 seperti Ratu Denmark, yang khusus berkunjung ke Jawa Timur untuk melihat potensi investasi Jatim.
Jatim juga memiliki Kantor Perwakilan Dagang di dalam maupun luar negeri yang
memperkerjakan orang di luar Pemprov anara lain sebagai market intelligence Gubernur Jatim juga mengeluarkan konsep memiliki program “Jatinomic” yang
44
______, “Sambut MEA, Apa Saja Program Pemerintah?” diakses dari http://makassarterkini.com/2015/10/29/sambut-mea-apa-saja-program-pemerintah/ pada tanggl 30 Januari 2016, pukul 11.34.
28
menghubungkan perdagangan Jatim ke seluruh Indonesia. Sejauh ini, Jatim memiliki Kantor Perwakilan Dagang di 26 provinsi dan beberapa Kantor Perwakilan Dagang di beberapa negara seperti Jepang, Korsel, dua di China, Belgia, dan Swiss. Apindo Jatim memiliki UKM binaan dalam mempersiapkan diri untuk menyambut MEA. Dalam dua bulan sekali, APINDO mengadakan temu konsultasi dengan para pengusaha untuk mempersiapkan MEA. Apindo Provinsi Jawa Timur memiliki perwakilan APINDO di tiap kabupaten/kota dan mereka lah yang berhubungan dengan pemerintah kabupaten/kota setempat. Gubernur Jawa Timur juga memfasilitasi ekspansi pasar melalui pameran dan brosur di luar negeri, dan biasanya bekerjasama dengan Kemlu. Gubernur menetapkan apa saja yang menjadi andalan Jatim dan meminta para Dubes mempromosikan produk-produk Jatim. Gubernur mengundang duta-duta besar negara sahabat untuk berkunjung ke Jawa Timur. Pemprov Jatim melakukan pendampingan untuk memberikan akses permodalan. Dalam hal ini, Pemprov Jatim melalui Keputusan Gubernur telah membentuk Bank UMKM yang memiliki program lembaga penjaminan kredit dikelola oleh PT JAMKRIDA. Dalam hal asistensi bagi para pelaku UMKM, Pemprov Jatim juga menginisiasi dibentuknya Klinik KUMKM sejak tahun 2008. Klinik KUMKM memiliki 12 jenis layanan yang diadopsi KemenKOPUKM menjadi Pusat Layanan Unit Terpadu (PLUT) di tingkat nasional. Klinik KUMKM mengadvokasi pelaku UMKM yang baru memulai atau pengusaha yang ingin mengembangkan bisnisnya lebih luas melalui bimbingan teknis yang disediakan oleh konsultan. Dengan adanya program pendampingan permodalan dan bimbingan teknis, ditambah dengan adanya Perpres No. 98 Tahun 2015 tentang SIUP UMKM dimana izin UMKM bisa diurus di tingkat kecamatan, jumlah pelaku UMKM di Provinsi Jatim meningkat dari 4,2 juta di tahun 2008 menjadi 6,8 juta pada tahun 2013. II.4. Pelibatan Pemangku Kepentingan Seperti dipaparkan sebelumnya, Pemerintah Pusat mengoordinasikan kelembagaan Masyarakat ASEAN di Indonesia melalui Setnas ASEAN-Indonesia. Akan tetapi, keberhasilan Masyarakat ASEAN ini tidak dapat tercapai jika Pemerintah Pusat tidak melibatkan para pemangku kepentingan (stakeholders) yang terkait dengan Masyarakat ASEAN. Para pemangku kepentingan ini antara lain pemerintah daerah, kalangan pengusaha, dan akademisi. Pemerintah Daerah penting karena daerah merupakan garda terdepan dalam pelaksanaan Masyarakat ASEAN sebagai pintu masuk arus barang dan jasa serta tempat terjadinya hubungan people to people. Kalangan pengusaha penting karena mereka adalah pihak yang secara langsung akan berkompetisi dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN.
29
Akademisi penting karena mereka dapat membantu merumuskan kebijakan dan strategi demi kesuksesan Indonesia dalam Masyarakat ASEAN. Sub-bab di bawah ini akan menjelaskan bagaimana pelibatan para pemangku kepentingan selama ini dalam persiapan menghadapi Masyarakat ASEAN di Indonesia.
II.4.1 Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah merupakan garda terdepan dalam pelaksanaan Masyarakat ASEAN. Dalam kaitannya dengan pelibatan Pemerintah Daerah, reviu ini melihatnya pada ada tidaknya pedoman (guideline) dari Pemerintah Pusat untuk Pemerintah Daerah terkait persiapan Masyarakat ASEAN, serta ada tidaknya fasilitas persiapan Masyarakat ASEAN oleh Pemerintah Pusat. Meskipun kini Indonesia telah menerapkan otonomi daerah, sorotan terhadap peran Pemerintah Pusat tetap penting untuk melihat kesinambungan persiapan Masyarakat ASEAN di tingkat pusat dan daerah. Berdasarkan wawancara mendalam dengan Bappeda Jawa Timur, Pemerintah Pusat selama ini tidak memberikan guideline yang jelas kepada Pemerintah Daerah terkait dengan Masyarakat ASEAN, terutama MEA. Hal yang dimaksud dengan guideline adalah pedoman atas tindakan-tindakan yang harus dilakukan Pemerintah Daerah berdasarkan kepada strategi nasional untuk mencapai kepentingan Indonesia di Masyarakat ASEAN. Ketiadaan guideline tersebut membuat Pemda Jawa Timur akhirnya melakukan inisiatif sendiri dalam persiapan Masyarakat ASEAN. Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, memberi mandat kepada Wakil Gubernur serta Asisten II untuk membuat rencana aksi (renaksi) percepatan MEA untuk Jawa Timur. Mengenai kelembagaan, memang tidak secara eksplisit dibentuk satu kelembagaan khusus, namun tetap ada koordinasi intens oleh Asisten II dengan SKPD terkait. Koordinasi tersebut adalah terkait penyusunan peta jalan (roadmap) terkait MEA.45 Ketiadaan guideline juga membuat inisiatif daerah berbenturan dengan Pusat. Contohnya di Jawa Timur adalah mengenai impor garam.46 Pada tahun 2011, Gubernur Jawa Timur mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) larangan impor garam untuk melindungi petani garam dari masuknya garam impor. Akan tetapi, pada tahun 2015 Pemerintah Pusat melalui Permendag 125/M-DAG/PER/12/2015 mengadopsi kebijakan yang lebih terbuka dengan menghapus pembatasan masa
45
Berdasarkan keterangan dari Bapak Sigit Panuntun, Kepala Sub-Bidang Koperasi dan UMKM Bappeda Jawa Timur saat wawancara mendalam dengan Bappeda Jawa Timur, pada tanggal 20 Oktober 2015. 46 Ibid
30
impor garam konsumsi, menghapus ketentuan harga patokan garam, meniadakan kewajiban importir garam untuk menyerap garam rakyat. Gubernur Soekarwo merespon kritis kebijakan tersebut dan memutuskan tetap mengacu kepada kebijakan lama sesuai Pergub.47 Political will dari Kepala Daerah akhirnya menjadi kunci kesuksesan persiapan Masyarakat ASEAN di daerah. Hal ini terlihat di Jawa Timur, dimana Gubernur Soekarwo sangat aktif dalam mendorong seluruh pemangku kepentingan di Jawa Timur untuk memiliki daya saing dalam menjalani Masyarakat Ekonomi ASEAN, seperti pembangunan sektor UMKM serta pelaksanaan pertemuan-pertemuan bisnis untuk mengundang investor.48 Selain ketiadaan guideline, sosialisasi oleh Pemerintah Pusat untuk mempersiapkan Masyarakat ASEAN di daerah juga masih minim. Minimnya sosialisasi membuat pengetahuan daerah akan ASEAN masih terbatas. ASEAN masih dipandang sebagai agenda Pemerintah Pusat, bukan untuk menjadi kepentingan mereka. Pengetahuan yang didapat oleh daerah masih seputar apa itu ASEAN, belum sampai pada detail cara menghadapi Masyarakat ASEAN. Hal ini tercermin sebagai contoh di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, dimana para akademisi dari Universitas Hasanuddin berinisiatif membuat pelatihan teknis seperti protokoler, pembuatan MoU, dan table manner pada Pemerintah Daerah Kabupaten Barru karena mereka belum pernah mendapatkannya dari Pemerintah Pusat. 49
II.1.2 Pengusaha Para pelaku usaha, baik pengusaha berskala besar, menengah, kecil, dan mikro adalah pihak yang akan berkompetisi langsung dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN, sehingga upaya untuk merangkul mereka sangat vital untuk kesuksesan Indonesia di Masyarakat ASEAN. Kalangan usaha telah dimasukkan dalam susunan keanggotan Komite Nasional Percepatan MEA, antara lain terdapat Ketua Umum Apindo, Ketua Umum Kadin, Ketua Umum Hipmi, dan beberapa direktur perusahaan besar Indonesia.50 Gradasi pengusaha Indonesia sangat beragam tergantung dari skala bisnisnya, mulai dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), industri semimapan, hingga perusahaan besar.51 UMKM merupakan sektor esensial yang dirangkul Pemerintah Pusat. Hal ini disebabkan perekonomian Indonesia banyak 47
Andi Nurroni, ” Gubernur Jatim Keberatan Kebijakan Impor Garam”, diakses dari http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/16/01/20/o19bbl365-gubernur-jatim-keberatan-kebijakanimpor-garam pada tanggal 23 Januari 2016. 48 Berdasarkan keterangan dari Bapak. Sigit Panuntun, Kepala Sub-Bidang Koperasi dan UMKM Bappeda Jawa Timur saat wawancara mendalam dengan Bappeda Jawa Timur, pada tanggal 20 Oktober 2015. 49 Berdasarkan wawancara mendalam dengan Bapak. H. Darwis, M.A., Ph.D., Akademisi Departemen Hubungan Internasional Universitas Hasanuddin, pada tanggal 9 September 2015. 50 Presiden Republik Indonesia, Keppres Nomor 37 Tahun 2014 tentang Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN. 51 Berdasarkan penjelasan Ibu Sherly Susilo, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dalam FGD di tingkat Pusat, pada tanggal 20 Agustus 2015.
31
ditopang oleh UMKM, serta adanya kekhawatiran bahwa UMKM tidak bisa bersaing dalam Pasar Bebas ASEAN. Oleh karena itu, UMKM diberi pendampingan untuk akses permodalan, kemudahan izin, dan bimbingan teknis. Akses permodalan untuk UMKM dipermudah, contohnya ada Bank UMKM di Jawa Timur.52 Kemudahan izin UMKM didukung dengan terbitnya Perpres No. 98 Tahun 2015 tentang SIUP UMKM dimana perizinan UMKM kini bisa diurus di tingkat kecamatan.53 Kementerian Koperasi dan UKM memiliki Pusat Layanan Unit Terpadu (PLUT), yaitu klinik UMKM yang mengadvokasi pelaku UMKM yang baru memulai atau ingin mengembangkan bisnis melalui bimbingan teknis oleh konsultan. UMKM juga diikutsertakan dalam pameran-pameran di luar negeri untuk membuka pasar serta memperkenalkan produk-produk Indonesia.54 Kementerian Perdagangan juga telah mempermudah para eksportir dengan didirikannya AEC Centre sebagai pusat informasi mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN, penerbitan Certificate of Origin (CoO) yang semakin mudah, sistem Rules of Origin (RoO) untuk cek asal barang, sistem self-certification eksportir yang bekerja sama dengan Bea Cukai, serta telah ada 86 lokasi yang sudah terintegrasi online dalam e-SKA.55
II.2.3 Akademisi Akademisi merupakan pihak yang dapat membantu Pemerintah Pusat untuk merumuskan kebijakan serta strategi dalam menghadapi Masyarakat ASEAN. Pemerintah Pusat melalui Kemlu bekerja sama dengan perguruan tinggi dengan membentuk Pusat Studi ASEAN (PSA). PSA sudah beroperasi antara lain di Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga, Universitas Indonesia, Universitas Hasanuddin, Universitas Andalas, Universitas Brawijaya, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Padjadjaran, Universitas Mulawarman, Universitas Pattimura, Universitas Udayana, Universitas 17 Agustus, London School of Public Relations, Universitas Narotama, dan Universitas Sumatera Utara.56 Pusat studi ini dimaksudkan sebagai pusat riset dan corong sosialisasi mengenai ASEAN kepada publik. Kalangan akademisi juga telah dimasukkan dalam susunan keanggotan Komite Nasional Percepatan MEA, antara lain terdapat Rektor Univeristas
52
Berdasarkan wawancara mendalam dengan Bapak Sujana, Sekretaris Eksekutif Apindo Jatim, pada tanggal 22 Oktober 2015. Berdasarkan wawancara mendalam dengan Bpk. Drs. Moh. Zainal Arief, MM, Sekretaris Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur, pada tanggal 21 Oktober 2015. 54 Ibid 55 Berdasarkan penjelasan Ibu Mila K. Bishry, Direktorat Kerjasama ASEAN Kementerian Perdagangan dalam FGD di tingkat Pusat, pada tanggal 20 Agustus 2015. 56 Berdasarkan penjelasan Bpk. Benito Rio Avianto, Perwakilan Asisten Deputi Kerjasama Ekonomi Regional dan Sub Regional Kemenko Bidang Perekonomian dalam FGD Pusat di Jakarta, pada tanggal 20 Agustus 2015. 53
32
Indonesia, Rektor Universitas Hasanuddin, Rektor Universitas Andalas, Rektor Universitas Mulawarman, Rektor Univeristas Pattimura, dan Rektor Universitas Udayana.57 Reviu ini telah mewawancarai akademisi dari PSA Universitas Indonesia serta PSA Universitas Airalngga untuk mendapat gambaran mengenai kelangsungan PSA di Indonesia. Berbagai permasalahan masih dihadapi oleh PSA di berbagai perguruan tinggi. Pertama, PSA tidak mendapatkan guideline (Standard Operating Procedure) yang jelas dari Pemerintah Pusat (Kemlu) mengenai tugas dan fungsi PSA. Tidak ada maintenance dari Kemlu setelah MoU pendirian PSA disepakati, sehingga PSA menjad institusi yang sangat loose.58 Kedua, PSA tidak mendapatkan dana rutin dari Kemlu untuk operasionalnya. Hal ini membuat ruang gerak PSA terbatas. PSA akhirnya mencari dana dan proyek riset sendiri di luar kerangka Kemlu untuk kelangsungan PSA. Contohnya, PSA Universitas Indonesia mendapat proyek riset ASEAN dari Korea Selatan59, sementara PSA Universitas Airlangga dibantu pendanaannya oleh Fakultas.60 Ketiga, PSA tidak begitu dilibatkan dalam koordinasi Masyarakat ASEAN. PSA memang diundang dalam rapat-rapat koordinasi, tapi tidak diminta kontribusinya secara substansial.61
II.5. Pengalaman Thailand Berdasarkan wawancara mendalam dengan para akademisi, Thailand dinilai sebagai salah satu negara ASEAN yang paling siap menyongsong Masyarakat ASEAN. Meskipun sering terjadi instabilitas politik di Thailand, siapapun pemerintah yang berkuasa akan selalu menempatkan ASEAN sebagai isu utama yang dibawa ke Parlemen. ASEAN memiliki arti penting bagi Thailand. Negara ini merupakan salah satu pendiri ASEAN pada tahun 1967, bahkan deklarasi pendirian ASEAN pun dicanangkan di ibukota negara tersebut. Indonesia dapat melakukan refleksi dari pengalaman Thailand sebagai negara sahabat di ASEAN agar secara bersama dapat mensukseskan Masyarakat ASEAN per 31 Desember 2015. Susunan kelembagaan Thailand terkait Masyarakat ASEAN pada dasarnya hampir sama dengan Indonesia, namun Thailand lebih unggul dalam implementasi program-programnya sehingga gaung Masyarakat ASEAN dapat dirasakan hingga ke pelosok daerah. Hal ini didapat dari hasil wawancara mendalam 57
Presiden Republik Indonesia, Keppres Nomor 37 Tahun 2014 tentang Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Berdasarkan wawancara mendalam dengan Ibu Asra Virgianita, Dosen Hubungan Internasional FISIP Universitas Indonesia, pada tanggal 1 Oktober 2015. 59 Ibid 60 Berdasarkan wawancara mendalam dengan Bpk. Vinsensio Dugis, Wakil Dekan III FISIP Unair, ASEAN Study Center Unair, pada tanggal 21 Oktober 2015. 61 Berdasarkan wawancara mendalam dengan Ibu Asra Virgianita, Dosen Hubungan Internasional FISIP Universitas Indonesia, pada tanggal 1 Oktober 2015. 58
33
dengan Yang Mulia Duta Besar Kerajaan Thailand untuk ASEAN, Ibu Busadee Santipaks, serta Bapak Suriya Yeekhun, pejabat Kota Prik, Sadao, Provinsi Songkhla, Thailand yang ditemui dalam ASEAN Mayors Forum di Makassar, September 2015. Reviu ini akan memaparkan lebih lanjut mengenai susunan kelembagaan, program dan anggaran, serta pelibatan pemangku kepentingan di Thailand mengenai Masyarakat ASEAN.
II.5.1. Susunan Kelembagaan Masyarakat ASEAN Thailand Model kelembagaan Thailand untuk Masyarakat ASEAN adalah top-down, yaitu dari sentral ke lokal, dari pusat ke daerah. Kementerian Luar Negeri merupakan focal point dari kelembagaan Masyarakat ASEAN Thailand. Kementerian Luar Negeri mempersiapkan segala sesuatu mengenai ASEAN, seperti menyelenggarakan pertemuan tingkat tinggi serta mengoordinasi berbagai Kementerian/Lembaga terkait. Kementerian Luar Negeri juga bertindak sebagai focal point untuk Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN bersama dengan Kementerian Pertahanan sebagai wakilnya. Sementara itu, Kementerian Perdagangan bertindak sebagai focal point Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kementerian Kemanan Manusia dan Pembangunan Sosial menjadi focal point Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN. Ketiga focal points memiliki badan-badan sektoral di bawahnya yang menangani isu yang lebih teknis.62 Thailand juga memiliki Komite Nasional ASEAN yang diketuai oleh Menteri Luar Negeri di bawah pengawasan Perdana Menteri. Komite Nasional ASEAN juga memiliki anggota dari kalangan swasta, seperti serikat dagang, industri, dan investasi serta lembaga think-tank dan organisasi masyarakat sipil. Terdapat pertemuan-pertemuan rutin dalam Komite Nasional ASEAN. Setiap Kementerian/Lembaga harus melapor pada sub-komite yang nantinya akan melapor ke Komite Nasional.63
II.5.2. Perencanaan Program dan Anggaran Masyarakat ASEAN Thailand Thailand memiliki sebuah grand strategy nasional yang isinya adalah bagaimana Thailand dapat membantu ASEAN untuk mempersempit kesenjangan serta meningkatkan konektivitas di antara negara anggotanya. Setiap Kementerian/Lembaga di Thailand harus memiliki rencana kerja (work plan) dan dapat mengajukan proyek mengenai ASEAN yang harus mengacu pada grand strategy tersebut. Perdana Menteri adalah pihak yang melakukan koordinasi dan mengumpulkan semua work plan tersebut, kemudian dipilih sesuai prioritasnya. Formulasi kebijakan juga dikoordinasikan dengan Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi 62 63
Berdasarkan wawancara mendalam dengan Yang Mulia Ibu Busadee Santipaks, Duta Besar Kerajaan Thailand untuk ASEAN, pada tanggal 30 Oktober 2015. Ibid
34
(seperti Bappenas). Mengenai anggaran, Thailand memiliki anggaran yang cukup besar untuk Masyarakat ASEAN. Setiap Kementerian/Lembaga dapat mengajukan anggaran, yang kemudian dikelompokkan dalam klaster-klaster berdasarkan prioritasnya, baru kemudian anggaran dialokasikan. Kementerian Keuangan adalah yang mengatur urusan anggaran tersebut. Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi adalah yang akan memonitor anggaran tersebut agar sejalan dengan strategi nasional mengenai ASEAN.64 Keseimbangan dalam pelaksanaan program untuk masing-masing pilar Masyarakat ASEAN menjadi cita-cita Thailand, namun dalam kenyataannya banyak masyarakat yang lebih paham tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN dibandingkan tentang pilar yang lain. Hal ini disebabkan pilar ekonomi dipandang memiliki hasil yang lebih nampak (tangible result) yang dapat dirasakan langsung perbedaannya oleh masyarakat. 65 Thailand memang banyak memberdayakan industri kecil untuk Masyarakat Ekonomi ASEAN. Thailand telah memiliki program “one village one product” (satu desa satu produk) yang telah dilaksanakan selama 7 (tujuh) tahun terakhir. Contohnya adalah desa-desa di Provinsi Songkla, mereka telah memproduksi berbagai produk halal yang melibatkan para perempuan lokal untuk dipasarkan ke Malaysia.66 Pemerintah Thailand saat ini sedang berusaha untuk menerjemahkan tangibility dari kedua pilar lain pada masyarakat, antara lain melalui pendidikan dan sosialisasi. Kesadaran akan identitas ASEAN dan penguatan rasa sebagai satu komunitas ASEAN dilakukan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Hal ini disebabkan Thailand tidak mau kehilangan momentum pada ASEAN 2025, dimana generasi muda saat ini akan akan menjadi pemangku Thailand di masa depan. Sebagai contoh, pada saat Hari ASEAN, sekolah-sekolah menampilkan kostum tradisional negara-negara ASEAN serta menyanyikan ASEAN Anthem.67 Thailand juga telah menerapkan kurikulum Bahasa Indonesia mulai tahun 2015. Mereka juga memiliki Universitas ASEAN. Pemerintah Thailand memiliki program sosialisasi Masyarakat ASEAN hingga ke daerah-daerah. Pemerintah pusat melakukan diseminasi kebijakan sehingga antusiasme mengenai ASEAN dapat tersebar hingga ke tiap daerah. Pemerintah Thailand juga telah melakukan promosi di media-media sejak tahun 2013 yang ditangani oleh Departemen Informasi Publik yang berada langsung di bawah Perdana Menteri. Mereka memiliki iklan layanan masyarakat yang tayang hampir setiap hari selama tiga menit mengenai Masyarakat ASEAN, misalnya tentang profil negara-negara ASEAN dan ucapan “Selamat Datang” dalam berbagai bahasa ASEAN. 68 Pesan utama yang ingin disampaikan 64
Ibid Berdasarkan wawancara mendalam dengan Yang Mulia Ibu Busadee Santipaks, Duta Besar Kerajaan Thailand untuk ASEAN, pada tanggal 30 Oktober 2015. 66 Berdasarkan wawancara mendalam dengan Bpk. Suriya Yeekhun, Pejabat Kota Prik, Sadao, Songkhla, Thailand, pada tanggal 9 September 2015. 67 Berdasarkan wawancara mendalam dengan Yang Mulia Ibu Busadee Santipaks, Duta Besar Kerajaan Thailand untuk ASEAN, pada tanggal 30 Oktober 2015. 68 Berdasarkan wawancara mendalam dengan Bapak. Suriya Yeekhun, Pejabat Kota Prik, Sadao, Songkhla, Thailand, pada tanggal 9 September 2015. 65
35
tidak hanya penghargaan atas keunikan masing-masing negara, melainkan juga persamaan di antara mereka sehingga akan menumbuhkan kesadaran sebagai satu komunitas.
II.5.3. Pelibatan Pemangku Kepentingan Masyarakat ASEAN Thailand Pemerintah Pusat Thailand melibatkan Pemerintah Daerah, pengusaha, media massa, dan akademisi sebagai pemangku kepentingan Masyarakat ASEAN. Pertama, pelibatan Pemerintah Daerah adalah melalui Komite Nasional ASEAN yang bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri. Kementerian Luar Negeri juga sering dilibatkan sebagai undangan dalam program-program sosialisasi. Mereka juga mengadakan pelatihan-pelatihan hingga wilayah sub-distrik untuk menyebarkan pengetahuan mengenai Masyarakat ASEAN. Kedua, Kementerian Perdagangan merupakan koordinator kunci dari pelibatan pengusaha, terutama UMKM. Mereka mengadakan panel untuk mendiskusikan potensi Thailand dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN.69 Ketika kalangan usaha telah memahaminya, maka mereka akan terdorong untuk meningkatkan kapabilitas serta menambah nilai jual (value added) produk mereka, seperti dalam hal pengemasan, desain, dan layanan konsumen dengan dukungan akses pendanaan dari pemerintah. Mereka juga dapat berlangganan newsletter mingguan yang dibuat oleh Kementerian Perdagangan yang berisi perkembangan terbaru mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN. Ketiga, Pemerintah Thailand melalui Departemen Informasi Publik turut melibatkan media-media swasta dalam meningkatkan kesadaran mengenai Masyarakat ASEAN. Media swasta dipandang penting karena mereka lebih kreatif, dinamis, dan masyarakat dapat merasa lebih dekat. Keempat, Thailand memiliki Pusat Studi ASEAN yang berada baik di dalam maupun luar kampus sebagai lembaga think-tank. Pusat Studi ASEAN di kampus berada di bawah koordinasi Komisi Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan. Para akademisi juga dilibatkan dalam proyek untuk meningkatkan daya saing UMKM lokal dengan meningkatkan value added produk mereka.70
69 70
Berdasarkan wawancara mendalam dengan Yang Mulia Ibu Busadee Santipaks, Duta Besar Kerajaan Thailand untuk ASEAN, pada tanggal 30 Oktober 2015. Op. Cit., wawancara mendalam dengan Yang Mulia Ibu Busadee Santipaks, Duta Besar Kerajaan Thailand untuk ASEAN, 30 Oktober 2015.
36
BAB II ANALISIS
III.1. Analisis Kelembagaan Masyarakat ASEAN Indonesia Bagian sebelumnya dari reviu ini telah memaparkan seperti apa model kelembagaan Masyarakat ASEAN Indonesia selama ini. Berdasarkan hasil wawancara dan FGD dengan berbagai narasumber dari kalangan pemerintah, pengusaha, dan akademisi, reviu ini menemukan bahwa kelembagaan tersebut belum maksimal dalam mensukseskan persiapan Indonesia menuju Masyarakat ASEAN. Hal ini disebabkan adanya masalah-masalah yang ditemui dalam kelembagaan tersebut, antara lain pada tahap perencanaan, proses koordinasi, hingga kelembagaan Setnas ASEAN-Indonesia itu sendiri. Masalah-masalah tersebut membuat Indonesia terlambat dalam mempersiapkan Masyarakat ASEAN dan potensi Indonesia tidak termanfaatkan secara maksimal. Bagian ini akan menganalisis ketiga permasalahan tersebut untuk dijadikan pembelajaran di masa mendatang.
III.1.1. Analisis Masalah Perencanaan dalam Kelembagaan Masyarakat ASEAN di Indonesia RPJMN 2015-2019 sebagai dokumen resmi perencanaan pembangunan nasional telah menyebutkan tentang ASEAN. RPJMN 2015-2019 dalam bab Politik Luar Negeri menyebutkan bahwa salah satu arah kebijakan bidang politik luar negeri adalah “meningkatkan kesiapan publik domestik dan meningkatnya peran (kontribusi) dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN”.71 Cara untuk mencapainya antara lain dengan “intervensi kebijakan pemerintah terkait Masyarakat ASEAN; penguatan kapasitas domestik dalam pembentukan Masyarakat ASEAN; penguatan kelembagaan untuk mendukung pemantapan pelaksanaan Masyarakat ASEAN; penguatan kemitraan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya”.72
71
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasioanal/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 2014, Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, p. 5-43. 72 Ibid
37
Sementara itu, dalam bab Kerja Sama Ekonomi Internasional disebutkan bahwa arah kebijakan ekonomi ekonomi internasional adalah “mengutamakan kepentingan nasional dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, khususnya melalui peningkatan ekspor, pariwisata, dan investasi, bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat”.73 Salah satu strategi untuk mencapainya adalah dengan meningkatkan daya saing nasional untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Cara meningkatkan daya saing nasional adalah dengan meningkatkan peran aktif berbagai stakeholders; peran dan fungsi Setnas ASEANIndonesia, Komite Nasional ASEAN, Pusat Studi ASEAN, dan AEC Center; efektivitas sosialisasi, komunikasi, dan layanan edukasi pada masyarakat; iklim usaha dan investasi yang kondusif, daya saing produk unggulan Indonesia, infrastruktur, daya saing sumber daya manusia, dan kapasitas UKM.74 Reviu ini melihat bahwa meskipun kelembagaan ASEAN telah disebutkan dalam RPJMN 2015-2019 sebagai dokumen perencanaan nasional, hal tersebut belum maksimal untuk mendukung keberhasilan Indonesia dalam Masyarakat ASEAN. Berdasarkan pengamatan Bappenas melalui berbagai FGD dan wawancara mendalam, kelembagaan Masyarakat ASEAN belum maksimal karena tidak adanya grand strategy yang menggunakan helicopter view serta belum adanya guideline yang jelas untuk tiap pilar. Pertama, Bappenas melihat belum adanya grand strategy nasional mengenai Masyarakat ASEAN yang berperspektif helicopter view dengan mencakup ketiga pilar. Indonesia seharusnya memiliki grand strategy yang melihat keseluruhan pilar dan mengkonsolidasikan ketiganya. Grand strategy ini idealnya dirumuskan oleh Setnas ASEAN-Indonesia sebagai lembaga yang menaungi seluruh pilar. Kondisi yang berlangsung saat ini adalah antarpilar bekerja sendirisendiri, tidak ada suatu strategi yang menjadi pegangan bersama. Padahal ada isu-isu yang sifatnya cross-cutting yang harus ditangani dengan konsolidasi kuat ketiga pilar, misalnya mengenai isu perdagangan manusia. Akomodasi keseluruhan pilar juga dimaksudkan agar seluruh lapisan masyarakat memiliki kesadaran bahwa Masyarakat ASEAN bukan tentang satu pilar saja. Adapun yang terjadi adalah masyarakat saat ini lebih banyak tersosialisasikan tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN, padahal Masyarakat ASEAN yang berlaku per 31 Desember 2015 juga meliputi pilar politik-keamanan dan sosial-budaya.75 Sebagai contoh, dalam sosialisasi Masyarakat ASEAN yang dilakukan
73
Ibid, hal. 3-122 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasioanal/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 2014, Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, hal. 3-124. 75 Berdasarkan wawancara mendalam dengan Ibu Amalia Adininggar Widyasanti, ST, MSi, M.Eng. Ph.D, Direktur Perdagangan, Investasi, dan Kerjasama Ekonomi Internasional (PIKEI) Kementerian PPN/Bappenas, pada tanggal 7 Oktober 2015. 74
38
oleh Universitas Airlangga pada berbagai kalangan (pelajar, mahasiswa, guru, PNS), banyak peserta yang mengetahui tentang MEA, namun hampir tidak ada yang tahu tentang pilar politik-keamanan dan sosial-budaya.76 Kedua, Indonesia belum memiliki guideline yang jelas mengenai kelembagaan dan pelaksanaan komitmen tiap pilar. MEA merupakan pilar yang lebih terdepan dalam hal ini, yaitu dengan adanya Inpres No. 11 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru MEA Tahun 2011 yang memuat matriks berisi program, tindakan, keluaran, target penyelesaian, sasaran, dan penanggung jawab dari masing-masing komitmen yang berada dalam Cetak Biru.77 Meskipun demikian, adanya matriks tersebut bukan berarti persiapan MEA di Indonesia berjalan dengan maksimal. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengawasan dalam menjaga kelangsungan komitmen. Reviu ini juga menemukan bahwa para pemangku kepentingan di Daerah, seperti Pemerintah Daerah dan kalangan usaha, tidak merasa mendapatkan guidance dari Pemerintah Pusat dalam persiapan MEA. Pemerintah dinilai terlalu lama dalam bertindak, sehingga Pemerintah Daerah berinisiatif sendiri untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi MEA.78 Sementara itu, pengusaha merasa Pemerintah tidak memberikan kompas mengenai sasaran apa yang dituju Indonesia di pasar ASEAN dan bagaimana strategi mencapainya, serta Pemerintah dinilai kerap berubah-ubah kebijakan bila pemegang kekuasaan juga berubah.79 Perkembangan kelembagaan dan strategi MEA yang lebih kompleks dibandingkan dengan pilar yang lain adalah hal yang wajar. Hal ini tidak hanya ditemui di Indonesia, di Thailand pun MEA merupakan pilar yang paling mendapatkan perhatian dibandingkan pilar lainnya karena dampaknya dianggap lebih terlihat dan dirasakan langsung (tangible results).80 Sejarah MEA pun sudah berlangsung sejak tahun 1977 dengan adanya Preferential Trade Agreement (PTA). Kerja sama ekonomi dalam hubungan antarnegara lebih preferable karena menghasilkan kemakmuran dan cenderung tidak sensitif karena tidak perlu menggunakan kekuatan militer. Sementara itu, kerja sama bidang politik-keamanan secara tradisional merupakan isu sensitif karena bersinggungan langsung dengan kedaulatan negara (sovereignty), sehingga banyak negara ASEAN cenderung berhati-hati dalam menyikapinya. Isu sosial-budaya, di sisi lain merupakan isu baru dalam hubungan internasional yang sebelum berakhirnya Perang Dingin tenggelam oleh isu-isu politik-keamanan dan ekonomi. ASEAN juga baru pada tahun 2007 saat diresmikannya Piagam ASEAN menetapkan diri sebagai organisasi yang people-centered. Kondisi tersebut akhirnya mempengaruhi perkembangan kelembagaan 76
Berdasarkan wawancara mendalam dengan Ibu Baiq Wardhani, Dosen HI FISIP Unair, ASEAN Study Center Unair, pada tanggal 21 Oktober 2015. Presiden Republik Indonesia, Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2011. 78 Berdasarkan wawancara mendalam dengan Bappeda Jawa Timur, pada tanggal 20 Oktober 2015. 79 Berdasarkan pemaparan Bapak. Drs. La Tunreng, M.M., Ketua DPP Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sulawesi Selatan dalam FGD Makassar, pada tanggal 9 September 2015. 80 Berdasarkan wawancara mendalam dengan Yang Mulia Ibu Busadee Santipaks, Duta Besar Kerajaan Thailand untuk ASEAN, pada tanggal 30 Oktober 2015. 77
39
pilar di Indonesia yang cenderung mengikuti perkembangan pilar di kawasan. Banyak negara anggota ASEAN yang siap bersaing dalam MEA, oleh karena itu Indonesia turut terdorong untuk meningkatkan daya saingnya. Hal ini membuat kelembagaan dan strategi MEA menjadi lebih kompleks dibandingkan yang lainnya.
III.1.2. Analisis Masalah Koordinasi dalam Kelembagaan Masyarakat ASEAN Indonesia Ketiadaan grand strategy yang jelas mengenai kelembagaan Masyarakat ASEAN, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, membuat proses koordinasi antar Kementerian/Lembaga dan pemangku kepentingan lainnya menjadi tidak efektif. Reviu ini mengidentifikasi bahwa masalah koordinasi Masyarakat ASEAN meliputi ketidakjelasan garis koordinasi, adanya ego sektoralisme, adanya rasa tidak percaya, dan minimnya pertemuan nasional yang mempertemukan semua pihak. Pertama, belum terbangun pengertian di semua pihak mengenai garis koordinasi yang ada, mengenai siapa yang memegang kepemimpinan dan apa tugas masing-masing dalam kelembagaan Masyarakat ASEAN. Hal ini menimbulkan gap ekspektasi antara lembaga satu dengan lembaga lainnya. Sebagai contoh, Setnas ASEAN-Indonesia memandang bahwa Sekretariat Nasional lebih berfungsi untuk memberikan konsultasi nasional terkait Masyarakat ASEAN, oleh karena itu yang seharusnya lebih proaktif menjadi koordinator adalah para Kemenko.81 Sementara itu, di lain pihak, berdasarkan wawancara mendalam dengan beberapa narasumber yang berasal dari Kementerian Koordinator, banyak narasumber yang menilai Setnas ASEAN-Indonesia adalah yang seharusnya lebih proaktif dalam koordinasi nasional. Belum adanya satu suara seperti demikian membuat koordinasi menjadi tidak jelas sehingga efektivitas program menyongsong Masyarakat ASEAN menjadi terhambat. Kedua, terdapat ego sektoral di antara K/L, terutama di lembaga yang sangat teknis. Ego sektoral adalah ketika K/L terlalu berfokus pada sektor yang mereka kerjakan saja, tanpa ada keinginan untuk memahami apa yang dikerjakan oleh sektor lainnya. Contohnya seperti yang terungkap dalam FGD yang melibatkan perwakilan K/L Pemerintah Pusat, terdapat salah satu Kementerian Koordinator yang mengeluh. Mereka menyatakan bahwa mereka selalu mengundang Kementerian Koordinator lain dalam diseminasi tentang ASEAN, namun tidak ada yang datang. Sementara itu, bila mereka diundang oleh K/L lain, walaupun bukan bidangnya, selama itu tentang ASEAN mereka selalu datang.82
81 82
Berdasarkan wawancara mendalam dengan Bapak. Ngurah Swajaya, Ketua Pelaksana Harian Sekretariat Nasional ASEAN, pada tanggal 14 September 2015. Berdasarkan pernyataan seorang pejabat Kementerian Koordinator dalam FGD di Jakarta Pusat, 20 Agustus 2015. Off the record.
40
Tantangan global dalam isu politik-keamanan, ekonomi, dan sosial-budaya semakin kompleks dengan munculnya isu-isu yang bersifat cross-cutting. Fokus pada sektor yang menjadi mandat K/L di satu sisi dapat membantu K/L untuk lebih efektif menanggapi isu sesuai kewenangan mandatnya, namun kerja sama dengan K/L di sektor lain merupakan suatu kebutuhan demi mendapatkan pemahaman holistik mengenai sebuah isu kontemporer. Masyarakat ASEAN merupakan salah satu contoh wahana dimana isu-isu saling bersinggungan secara interseksional. Akan tetapi, yang terjadi saat ini adalah antarpilar tidak bekerja sama. Setiap K/L cenderung membuat programnya sendiri-sendiri yang tidak mengacu pada sebuah grand strategy yang sifatnya helicopter view. Ketiga, reviu ini melihat adanya keraguan Kemlu terhadap biro yang menangani kerja sama internasional di K/L lain. Menjelang bergulirnya MEA, banyak K/L yang membuat biro kerja sama luar negeri. Hal ini di satu sisi diakui Kemlu dapat memudahkan proses kerja sama luar negeri. Namun, Kemlu sering tidak diinformasikan mengenai apa saja yang telah dilakukan oleh biro kerja sama luar negeri tersebut. Mereka sering kali baru melapor ke Kemlu bila terdapat masalah. Sementara itu, Komisi I DPR RI masih menganggap seluruh kerja sama luar negeri adalah tanggung jawab Kemlu. Kemlu adalah yang dimintai keterangan bila terdapat masalah, padahal masalah tersebut dilakukan oleh K/L lain. Inilah yang memicu keraguan tersebut.83 Ada pula keraguan K/L pusat terhadap kapasitas Pemerintah Daerah dalam menghadapi MEA, dan sebaliknya ada keraguan Pemerintah Daerah terhadap K/L pusat, terutama Kemlu. Otonomi daerah memperluas kewenangan daerah untuk bertindak sesuai dengan apa yang dipandang sebagai kebutuhan Daerah. Kerja sama internasional, terutama dalam bidang ekonomi dan sosial-budaya, juga dilakukan oleh Daerah. Pejabat Kemlu yang menjadi narasumber reviu ini berpendapat bahwa sejatinya positif bila Daerah turut memajukan kerja sama internasional, akan tetapi ada upaya kerja sama yang sifatnya sensitif terhadap kepentingan nasional, sehingga pemerintah daerah tidak mendapatkan izin dari pemerintah pusat.84 Sementara itu, berdasarkan wawancara mendalam dengan banyak pihak di daerah, banyak dari mereka yang merasa Pusat tidak paham kebutuhan daerah dan terlalu mengekang pemerintah daerah untuk berinovasi.85 Pemerintah pusat juga dianggap terlalu lambat dalam bertindak, sehingga mereka akhirnya melakukan langkah sendiri.86
83
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan seorang pejabat Kemlu. Off the record. Berdasarkan wawancara mendalam dengan Bapak. Sumastro, Kepala Dinas Perhubungan dan Kominfo Kabupaten Singkawang, pada tanggal 9 September 2015, yang memaparkan permasalahan rencana sister city Singkawang dengan Taiwan. Menurut Bapak. Sumastro, sister city dengan Taiwan penting untuk melindungi para perempuan Singkawang yang menikah dengan orang Taiwan. Sementara itu, Pemerintah Pusat melihat ini sebagai hal yang sensitif karena mengusik One China Policy yang diakui oleh Pemerintah RI. 85 Berdasarkan wawancara mendalam dengan Bapak. A. M. Arifin Iskandar, Kepala Bidang Ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sulawesi Selatan, pada tanggal 8 September 2015. 86 Berdasarkan wawancara mendalam dengan Bappeda Jawa Timur, pada tanggal 20 Oktober 2015. 84
41
Keempat, minimnya pertemuan nasional secara berkala untuk koordinasi Masyarakat ASEAN. Minimnya pertemuan dapat menghambat terbentuknya jalur komunikasi, sehingga engagement antar pemangku kepentingan menjadi kurang. Forum pertemuan nasional ini seharusnya bisa menjadi mekanisme check and balances perkembangan tiap K/L dalam melaksanakan komitmen Masyarakat ASEAN. Bahkan, FGD reviu ini mendapatkan apresiasi sebagai forum yang pertama kalinya mempertemukan para pemangku kepentingan, yaitu K/L, pengusaha, dan akademisi untuk duduk bersama. Apresiasi tersebut mengindikasikan bahwa belum ada forum yang dapat mempertemukan mereka sebelumnya.87
III.1.3. Analisis Permasalahan Setnas ASEAN-Indonesia Bagian ini menganalisis Setnas ASEAN-Indonesia yang menjadi koordinator kelembagaan Masyarakat ASEAN di bawah Presiden dan Menteri Luar Negeri. Reviu ini melihat bahwa Setnas ASEAN-Indonesia masih memiliki masalah garis koordinasi kelembagaan, masalah Sumber Daya Manusia, serta masalah anggaran. Pertama, Setnas ASEAN-Indonesia memiliki masalah garis koordinasi kelembagaan. Koordinator Setnas ASEAN-Indonesia, menurut Keppres Nomor 23 Tahun 2012 tentang Susunan Keanggotaan Sekretariat Nasional ASEAN-Indonesia, adalah Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kemlu yang bertanggung jawab kepada Menteri Luar Negeri dan Presiden. Koordinator Setnas ASEAN-Indonesia membawahi 3 (tiga) Penanggung Jawab Pilar, yaitu Kemenko Polhukam untuk pilar politik-keamanan, Kemenko Perekonomian untuk pilar ekonomi, dan Kemenko PMK untuk pilar sosial-budaya. Secara kelembagaan negara, seharusnya posisi Kementerian Koordinator berada di atas K/L Sektoral. Akan tetapi, dalam Setnas ASEAN-Indonesia posisi Kementerian Koordinator berada di bawah K/L sektoral, yaitu Kementerian Luar Negeri yang pada dasarnya berada di bawah koordinasi Kemenko Polhukam. Kedua, Setnas ASEAN-Indonesia memiliki masalah Sumber Daya Manusia. Lembaga yang krusial untuk keberhasilan Indonesia dalam Masyarakat ASEAN ini dikerjakan hanya oleh beberapa orang. Koordinator Setnas ASEAN-Indonesia seharusnya adalah Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kemlu. Akan tetapi, dikarenakan padatnya kesibukan Dirjen, maka pihak yang secara teknis menjalankan fungsi Setnas ASEAN-Indonesia adalah seorang Ketua Pelaksana Harian dengan dibantu 4 (empat) orang lainnya.88 Bappenas mewawancarai Ketua Pelaksana Harian yang pada saat wawancara memegang jabatan sementara. Jabatan sebagai Ketua Pelaksana Harian diberikan saat beliau memiliki jeda waktu sebelum ditugaskan menjadi Duta Besar. Pengurus Setnas ASEAN-Indonesia yang lain 87 88
Berdasarkan pernyataan Ibu Mila K. Bishry, Direktorat Kerjasama ASEAN Kementerian Perdagangan dalam FGD Pusat, pada tanggal 20 Agustus 2015. Berdasarkan wawancara mendalam dengan Bpk. Ngurah Swajaya, Ketua Pelaksana Harian Sekretariat Nasional ASEAN, pada tanggal 14 September 2015.
42
juga memiliki pekerjaan di bagian lain Kemlu. Artinya, Setnas ASEAN-Indonesia tidak dijalankan oleh Sumber Daya Manusia yang benar-benar ditugaskan hanya untuk menjalankan Setnas. Ketiga, Setnas ASEAN-Indonesia memiliki masalah anggaran. Setnas ASEAN-Indonesia memiliki anggaran yang sangat sedikit, yaitu sekitar Rp1,2 Miliar untuk menjalankan operasional selama setahun.89 Sementara itu, menurut Keppres No. 23 Tahun 2012 tentang Susunan Keanggotaan Setnas ASEAN-Indonesia, Setnas diharapkan dapat menjalankan tugas dan fungsi sebagai pumpunan kegiatan pada tingkat nasional, penyimpan informasi mengenai semua urusan ASEAN pada tingkat nasional, mengoordinasikan pelaksanaan keputusan-keputusan ASEAN pada tingkat nasional, mengoordinasikan dan mendukung persiapan-persiapan nasional untuk pertemuan-pertemuan ASEAN, memajukan identitas dan kesadaran ASEAN pada tingkat nasional, dan berkontribusi pada pembentukan komunitas ASEAN. Anggaran yang tersedia selama ini tidak cukup untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut. Anggaran Setnas ASEAN-Indonesia pada akhirnya lebih banyak terserap untuk kegiatan menghadiri sidang-sidang ASEAN.90
III.2. Regulasi tentang Masyarakat ASEAN di Indonesia Regulasi nasional yang selama ini dibuat oleh Pemerintah Indonesia ternyata banyak yang tumpang tindih dan tidak sinkron, sehingga menyebabkan Indonesia belum dapat mempersiapkan dirinya dengan baik dalam Masyarakat ASEAN. Contohnya, jika dilihat dari sudut pandang tugas dan fungsi Setnas ASEAN-Indonesia, maka sesuai dengan Permenlu No. 2 tahun 2014, Setnas ASEAN-Indonesia memiliki kedudukan dan kewenangan dalam mengatur dan mengkoordinasikan fungsi koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi Kementerian / Lembaga pada Setnas ASEAN-Indonesia. Seperti halnya yang tertuang dalam Keppres No. 23 tahun 2012, maka yang menjalankan tugas sebagai ketua dari Setnas ASEAN-Indonesia adalah Dirjen Kerjasama ASEAN. Padahal, Dirjen Kerjasama ASEAN secara struktural adalah pejabat eselon I, sedangkan anggota dari Setnas ASEAN-Indonesia adalah juga pejabat eselon I dari masing-masing kementerian atau lembaga, maka kedudukan Ketua Setnas ASEAN-Indonesia tidak lebih tinggi daripada anggotanya. Hal inilah yang menyebabkan Setnas ASEANIndonesia belum bisa menjalankan tugas dan fungsi komunikasinya dengan optimal
89 90
Ibid Ibid
43
Selain itu, masih banyak juga pemangku kepentingan terutama dari Kementerian atau Lembaga yang belum mengetahui bahwa berdasarkan Permenlu No.2 tahun 2014, masing-masing dari 48 Kementerian atau Lembaga wajib untuk mendelegasikan satu atau dua orang pejabat eselon I nya untuk menjadi anggota Setnas dan menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan Permenlu No. 2 tahun 2014. Karena anggota Setnas ASEAN-Indonesia masih sebatas pejabat dari Kementerian / Lembaga, maka fungsi check and balances nya hampir tidak ada karena pada dasarnya pejabat eselon I dari masing-masing Kementerian / Lembaga tersebut telah memiliki tugas pokok dan fungsi utama di kementerian masing-masing, sehingga tugas dan fungsi sebagai anggota Setnas ASEAN-Indonesia menjadi terbengkalai.91 Oleh karena itu, anggota Setnas ASEAN-Indonesia juga seharusnya diperluas dengan memasukkan unsur akademisi dan tokoh sebagai fungsi control kerja dan komitmen kerja seperti pola yang diterapkan dalam Komite Nasional. Berdasarkan Keputusan Presiden No. 37 tahun 2014, Komite Nasional merupakan panitia nasional persiapan pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Hal ini berarti Komite Nasional hanya khusus untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pilar ekonomi. Presiden Indonesia sejauh ini belum membuat Komite Nasional untuk pilar-pilar lainnya, padahal dalam Piagam ASEAN, Indonesia berkomitmen tidak hanya kepada pilar ekonomi namun juga pilar politik dan keamanan serta pilar sosial dan budaya. Komite Nasional untuk persiapan Masyarakat Politik dan Keamanan ASEAN serta Komite Nasional untuk persiapan Masyarakat Sosial dan Budaya perlu dibuat agar implementasi dari program masing-masing pilar dapat diturunkan hingga ke level Pemda. Hal ini dikarenakan Setnas ASEAN-Indonesia tidak memiliki unit kerja (Tim Kerja Daerah) hingga ke level daerah. Satu-satunya yang telah memiliki Tim Kerja Daerah adalah Komite Nasional persiapan MEA. Seharusnya Pemerintah Indonesia juga membentuk Komite Nasional untuk dua pilar lainnya dan kemudian masingmasing koordinator dari Komite Nasional berkoordinasi dengan Setnas ASEAN-Indonesia sehingga pola koordinasinya dapat lebih rapi dan terstruktur. Selain itu, di dalam Keppres No. 37 tahun 2014, terdapat tumpang tindih tugas dan fungsi antara Komite Nasional dan Setnas ASEAN-Indonesia. Di Keppres No, 37 tahun 2014 disebutkan bahwa Menteri Luar Negeri adalah Wakil Ketua I dari Koordinator Komite Nasional. Hal ini tumpang tindih dengan tugas dan fungsi Menteri Luar Negeri yang merupakan pimpinan dari koordinator Setnas ASEAN-Indonesia. Jika dilihat dari garis komando / hirarki, maka dengan skema seperti ini, Setnas ASEAN-Indonesia yang dijalankan oleh Dirjen Kerjasama ASEAN dan berada di bawah Menteri Luar Negeri, berada di bawah garis komando / hirarki Komite Nasional. Padahal di dalam Keppres No, 37 tahun 2014, disebutkan dalam salah satu pasal, Komite Nasional harus berkoordinasi dengan Setnas 91
Berdasarkan kutipan wawancara dengan Bapak Dupito D. Simamora, Asdep 2/II Kerja Sama ASEAN Kemenko Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, pada tanggal 25 September 2015.
44
ASEAN karena sesuai dengan Keppres No. 23 tahun 2012 dan Permenlu No. 2 tahun 2014, Setnas ASEAN-Indonesia adalah koordinator utama dari persiapan pelaksanaan Masyarakat ASEAN di Indonesia. Terlepas dari tumpang tindih tugas dan fungsi Setnas ASEAN-Indonesia dengan Komite Nasional, Setnas ASEAN-Indonesia juga belum menjalankan tugas dan fungsinya dengan optimal. Hal ini dibuktikan dengan belum adanya Prosedur Standar Operasi (SOP) yang khusus membahas persiapan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat ASEAN. Padahal di dalam Keppres No. 23 tahun 2012 mengenai tugas dan fungsi Setnas ASEAN-Indonesia, disebutkan bahwa Setnas ASEAN-Indonesia juga wajib menyusun prosedur standar operasi sesuai dengan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi Kementerian dan atau Lembaga. Jika dilihat dari pola pelaksanaannya, Komite Nasional nampak lebih siap dan persiapannya lebih detail dibandingkan Setnas ASEAN-Indonesia. Hal ini terbukti dengan adanya matriks program kerja masing-masing Kementerian / Lembaga untuk mengevaluasi bagaimana masing-masing Kementerian melaksanakan komitmen cetak biru. Selain itu, bagian paling penting lainnya adalah harus ada regulasi khusus untuk pilar lain selain pilar ekonomi. Karena selama ini fokus regulasi kebanyakan berkaitan dengan MEA. Bahkan menurut Direktur Politik-Keamanan, Direktorat Jenderal kerja Sama ASEAN, M. Chandra W. Yudha, pembangunan pilar politik dan keamanan ASEAN mungkin bagi banyak orang tidak sepenting pembangunan pilar ekonomi ASEAN.92 Di Beberapa contoh regulasi-regulasi yang khusus mengatur pilar ekonomi yaitu Inpres No. 5 Tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi Tahun 20082009, Inpres No. 11 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2011, Keppres No. 37 Tahun 2014 tentang Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN, dan Inpres No. 6 Tahun 2014 tentang Peningkatan Daya Saing Nasional dalam Rangka Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Sedangkan untuk pilar lainnya(pilar politik dan keamanan, serta pilar sosial budaya) belum dibuat regulasi khusus. Pelaksanaan teknis dari pembuatan regulasi khusus harus didahului dengan pematangan tujuan Indonesia di masing-masing pilar di Masyarakat ASEAN, sehingga Indonesia dapat lebih optimal dalam mencapai kepentingan nasionalnya. Regulasi untuk masing-masing pilar penting karena akan memberikan guidance ke seluruh pemangku kepentingan di pilar-pilar tersebut.
92
M. Chandra W. Yudha. 2015. Memimpin Pembangunan Politik dan Keamanan ASEAN. Media Publikasi Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Edisi 8, ISSN 2460-1683, Kementerian Luar Negeri RI , p. 4.
45
Sebaiknya Dewan Perwakilan Rakyat juga memiliki beberapa tugas dalam membantu Indonesia untuk lebih siap dalam menghadapi Masyarakat ASEAN. Misalnya, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapat mendorong lahirnya Perda (peraturan daerah) tentang Masyarakat ASEAN di daerahnya masing-masing.93 Selain itu, Dewan Perwakilan Rakyat juga dapat lebih proaktif dalam mengawasi kepatuhan pemerintah dalam menjalankan regulasi tersebut. Contohnya DPR dapat melakukan proses tracking apakah pemerintah sudah melibatkan semua pemangku kepentingan dalam mensukseskan Masyarakat ASEAN. Pemerintah Indonesia juga harus mempertegas dan membuat detail dari regulasi-regulasi terkait Masyarakat ASEAN. Selama ini, penjabaran tugas dan fungsi masing-masing pemangku kepentingan masih sangat general, sehingga membuka celah untuk koordinasi yang kurang maksimal dan tumpang tindih tugas dan fungsi. Indonesia seharusnya juga mempersiapkan blueprint nasional dalam menghadapi Masyarakat ASEAN 2025 dengan baik. Blueprint tersebut harus dibedah dari ketiga pilar dengan ditunjang oleh roadmap yang jelas dan koordinasi antar pemangku kepentingan.94 Blueprint yang telah tersedia selama ini hanya berasal dari Sekretariat ASEAN untuk tataran regional, sehingga hanya berupa penekanan tujuan dan prinsip terbentuknya Masyarakat ASEAN. Blueprint yang berasal dari Sekretariat ASEAN juga masih belum detail, terutama mengenai koordinasi, peran, tugas, dan fungsi masing-masing pemangku kepentingan.95 Selain itu, Tim Pelaksana dan Tim Kerja Daerah yang sudah dibentuk perlu untuk disosialisasikan dan dioptimalisasikan tugas dan fungsinya, karena berdasarkan observasi Bappenas di daerah, banyak Pemda yang tidak mengenal adanya Tim Kerja Daerah. 96 Ditambah lagi dengan masih banyak daerah yang belum memiliki Perda khusus untuk isu Masyarakat ASEAN. Salah satu contohnya adalah Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur, Balikpapan belum memiliki Perda khusus untuk melindungi buruh atau pekerja di Balikpapan yang harus bersaing dengan tenaga kerja dari negara-negara anggota ASEAN lainnya.97 III.3. Perencanaan Program dan Anggaran Indonesia Terkait Masyarakat ASEAN Mayoritas dari program menyambut Masyarakat ASEAN selama ini difokuskan untuk menghadiri events, konferensi, dan banyak forum ASEAN lainnya, dan tidak fokus untuk membuat program khusus Masyarakat ASEAN di Indonesia, misalnya mengadakan balai pelatihan, pendampingan, iklan layanan masyarakat 93
Berdasarkan keterangan dari Ketua Panitia Khusus Masyarakat Ekonomi ASEAN DPRD Sumatera Utara, Ikrimah Hamidy, yang dikutip oleh http://waspada.co.id/sumut/pansus-usulkanpembentukan-pergub-mea/ pada tanggal 13 Agustus 2015. 94 Berdasarkan kutipan wawancara dengan Bapak Dupito D. Simamora, Asdep 2/II Kerja Sama ASEAN Kemenko Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, pada tanggal 25 September 2015. 95 The ASEAN Secretariat Jakarta. 2015. ASEAN 2025: Forging Ahead Together. ASEAN Secretariat Jakarta, ISBN 978-602-0980-45-4, p. 9-103. 96 Berdasarkan Field Observation Bappenas di beberapa daerah observasi seperti Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Jawa Timur. 97 ______, “FSPTI: Buruh Butuh Perda Khusus”, dikutip dari http://balikpapan.prokal.co/read/news/172251-fspti-buruh-butuh-perda-khusus pada tanggal 30 Januari 2016 pada pukul 12.30.
46
terkait Masyarakat ASEAN yang lebih menarik dan informatif.98 Hal ini sangat disayangkan mengingat arah kebijakan Pemerintah Indonesia terkait dengan kerjasama ASEAN, baik di dalam RPJMN II 2009-2014 dan RJPMN III 2014-2019 adalah untuk meningkatkan peran dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN. Seharusnya program-program yang dibuat oleh Pemerintah Indonesia lebih tepat sasaran, sehingga hasil yang dikeluarkan pun dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Setnas ASEAN-Indonesia sebagai koordinator dari persiapan Indonesia dalam menghadapi Setnas belum menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Program-program yang dibuat masih sebatas pertemuan dan diskusi, belum mengarah ke program-program teknis, oleh karena itu, masih banyak pihak menganggap isu Masyarakat ASEAN adalah isu elit.99 Selain itu, Setnas ASEAN-Indonesia juga belum melaksanakan fungsi koordinasi dengan baik, terbukti dengan masih banyaknya pejabat-pejabat di Kementerian pumpunan yang belum memahami tugas dan fungsinya masing-masing terkait Masyarakat ASEAN. Adanya gap ekspektasi juga membuat Setnas ASEAN-Indonesia belum dapat menjalankan wewenangnya untuk meminta pertanggungjawaban dari program-program yang dilaksanakan oleh Kementerian Pumpunan (focal points). Apa yang terjadi selama ini adalah masing-masing Kementerian Pumpunan bergerak sendiri-sendiri dan tidak melakukan laporan berkala kepada Setnas ASEAN-Indonesia, sehingga Setnas ASEAN-Indonesia belum bisa mengukur sudah sejauh mana persiapan Indonesia dalam menyambut Masyarakat ASEAN. Walaupun sudah ada pertemuan-pertemuan berkala dengan Kementerian Pumpunan, namun pertemuan-pertemuan tersebut belum intensif dan belum dilakukan secara rutin.100 Setnas ASEAN-Indonesia juga harus membuat Grand Strategy Nasional terkait Masyarakat ASEAN-Indonesia. Grand Strategi tersebut harus disosialisasikan ke seluruh pemangku kepentingan dan harus dapat diimplementasikan hingga ke tingkat daerah. Selama ini sebenarnya telah ada cetak biru nasional untuk masing-masing pilar, namun sosialisasinya masih sangat kurang. Hal ini terbukti dengan ketidaktahuan beberapa pemangku kepentingan terkait dengan cetak biru nasional masing-masing pilar. Contohnya Ketua APINDO Provinsi Sulawesi Selatan dengan tegas menyatakan meminta grand strategy dari pemerintah pusat dan dengan tegas menyatakan bahwa Pengusaha Provinsi Sulawesi Selatan terpaksa untuk siap dalam menghadapi MEA.
98
Berdasarkan kutipan wawancara dengan Bapak Ngurah Swajaya, Ketua Pelaksana Harian Sekretariat Nasional ASEAN, pada tanggal 14 September 2015. Berdasarkan kutipan wawancara dengan Bapak Mohammad Faisal, Direktur Riset CORE Indonesia, pada tanggal 21 September 2015. 100 Berdasarkan kutipan wawancara dengan Bapak Ngurah Swajaya, Ketua Pelaksana Harian Sekretariat Nasional ASEAN, pada tanggal 14 September 2015. 99
47
Program-program pemerintah pun lebih banyak terkait dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (pilar ekonomi), sedangkan program-program nasional yang berkaitan dengan pilar politik dan keamanan serta pilar sosial dan budaya sangat kurang bahkan nyaris tidak ada. Hal ini terlihat dari banyak sekali program dan kebijakan Pemerintah Indonesia yang terkait dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN, dibandingkan dengan dua pilar lainnya. Misalnya 101, Pemerintah Indonesia berusaha mengubah paradigma kebijakan yang lebih mengarah ke kewirausahaan. Selain itu dalam bidang Perindustrian, Kementerian Perindustrian telah memiliki strategi dalam menghadapi MEA yaitu dengan strategi ofensif dan defensif. Strategi ofensif yang dimaksud meliputi penyiapan produk-produk unggulan, sedangkan strategi defensive dilakukan melalui penyusunan Standar Nasional Indonesia untuk produk-produk manufaktur. Kementerian Perdagangan, juga telah memiliki langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2019. Salah satunya adalah mencanangkan Nawa Cita Kementerian Perdagangan, dengan menetapkan target ekspor sebesar tiga kali lipat selama lima tahun ke depan. Selanjutnya pemerintah juga menyiapkan strategi subsititusi impor untuk meningkatkan ekspor, dan memberi nilai tambah produk dalam negeri. Tak hanya itu, pemerintah juga akan memperkuat produk UKM dengan membina melalui kemasan, sertifikasi halal, pendaftaran merek, dan meningkatkan daya saing produk dalam negeri. Lalu, Pemerintah Indonesia juga memfasilitasi pelaku UKM dalam pameran berskala internasional. Pemerintah terlihat fokus dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN karena memang indikator kesuksesan dari MEA memang lebih mudah diukur (tangible indicators). Program-program nasional terkait dengan pilar-pilar lain juga harus segera disusun karena Masyarakat ASEAN bukan hanya sekedar Masyarakat Ekonomi ASEAN, namun juga menyangkut isu politik dan keamanan serta sosial dan budaya. Pemerintah Indonesia tidak dapat memungkiri pentingnya pilar politik dan keamanan serta pilar sosial dan budaya karena pada dasarnya ketiga pilar tersebut saling berkaitan. Pemerintah tidak akan mendapatkan hasil yang optimal dari pilar ekonomi jika kedua pilar lainnya tidak baik pencapaiannya. Untuk itu, Pemerintah Indonesia sebaiknya juga membentuk Komite Nasional bukan hanya dalam mempersiapkan Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN, namun juga Komite Nasional dalam mempersiapkan Indonesia di Masyarakat Politik dan Keamanan ASEAN serta Masyarakat Sosial dan Budaya ASEAN. Pemerintah Indonesia juga perlu mengajak semua pemangku kepentingan untuk selalu mengarus-utamakan (mainstreaming) isu Masyarakat ASEAN dalam program masingmasing (rencana program). Menurut beberapa narasumber dalam FGD yang dilakukan Bappenas pada tanggal 20 Agustus 2015, Bappenas sebagai lembaga 101
G.T. Suroso. 2015. Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Perekonomian Indonesia. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Kementerian Keuangan.
48
perencana juga harus mulai melakukan pengarus-utamaan isu Masyarakat ASEAN di berbagai Direktorat di Bappenas. Bappenas dapat memulai melakukan koordinasi pelaksanaan baik di tingkat planning maupun persiapan. Bappenas dapat menjadi focal point dalam isu pembangunan di Masyarakat ASEAN.102 Kebanyakan program di Kementerian-Kementerian Pumpunan yang terkait Masyarakat ASEAN masih merupakan program-program lama yang kebetulan sejalan dengan Masyarakat ASEAN atau program-program lama yang ditujukan untuk perundingan atau perjanjian internasional lainnya namun kebetulan sejalan dengan Masyarakat ASEAN, jadi program-program tersebut bukan program baru yang dikhususkan untuk Masyarakat ASEAN. Contohnya program-program yang berkaitan dengan ASEAN di Kemenko PMK adalah sesuai isu yang selama ini mereka tangani saja. Misalnya mengenai kepemudaan dengan pertukaran pelajar untuk mendukung student mobility, serta memperkenalkan ASEAN Anthem pada para mahasiswa.103 Sehingga memang prioritas tujuannya bukan untuk memaksimalkan hasil yang dapat dicapai Indonesia dalam Masyarakat ASEAN. Di antaratiga Kemenko yang ada, hanya Kemenko PMK yang belum memiliki program khusus dalam menghadapi Masyarakat ASEAN. Padahal tugas dan fungsi Kemenko PMK sangat penting dalam pembentukan identitas ASEAN di Indonesia. Selain itu, karena di Bulan Februari 2015 Menteri PMK hadir dalam ASEAN Next Generation CSR Forum, 104 Kemenko PMK juga dapat memanfaatkan program CSR dari sektor swasta untuk mendapatkan dana lebih dalam menunjang program-program terkait ASEAN. Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Suryo Bambang Sulisto masih meragukan kesiapan Indonesia dalam menghadapi AEC 2015. Karena Pemerintah Indonesia maupun dunia usaha juga belum terlihat berupaya mengintegrasikan program untuk persiapan ke arah Masyarakat Ekonomi ASEAN.105 Untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, diperlukan adanya keterlibatan integratif dalam pembuatan kebijakan pemerintah Indonesia seperti yang sudah dilakukan negara-negara Asean lain, di antaranya Singapura, Malaysia, dan Thailand. Dalam hal ini, Indonesia masih harus berbenah karena sektor swasta masih jauh berada di luar lingkaran pengambilan keputusan oleh negara. Selain itu, Pemerintah Indonesia khususnya Kementerian Industri dan Kementerian Perdagangan perlu mengintegrasikan basis industri karena negara yang mempunyai comparative advantage tinggi untuk produk tertentu akan menjadi basis industri barang tersebut. Indonesia memiliki potensi sumber daya alam terbesar, sehingga berpeluang menjadi basis industri pengolahan bagi Asean. Berdasarkan data yang 102
Berdasarkan saran dari Bapak Lingga Setiawan, Direktorat Kerjasama Ekonomi ASEAN Kementerian Luar Negeri dalam FGD yang dilakukan oleh Bappenas pada tanggal 20 Agustus 2015. Berdasarkan kutipan wawancara dengan Raden Wijaya Kusumawardhana, Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, Sekretariat Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, pada tanggal 16 November 2015. 104 _____, “ASEAN Next Generation CSR Forum” diambil dari https://www.kemenkopmk.go.id/pengumuman/asean-next-generation-csr-forum 105 _____, Indonesia Harus Menang Dalam Ajang Masyarakat Ekonomi ASEAN, dikutip dari http://www.kemenperin.go.id/artikel/7409/Industri-Nasional-Harus-Menang-dalam-Ajang-MasyarakatEkonomi-ASEAN pada tanggal 30 Desember 2016 pukul 22.28. 103
49
ada, 43% dari penduduk Asean yang sekarang mencapai 600 juta jiwa adalah penduduk Indonesia.106 Secara demografis, 53% wilayah Asean juga merupakan wilayah Indonesia. Indonesia juga memiliki penduduk terbesar dengan biaya hidup yang relatif rendah. Indonesia juga berpotensi menjadi basis industri manufaktur, pertanian pangan, dan perikanan. Pemerintah Indonesia sebenarnya bisa mendapatkan inovasi-inovasi atau ide-ide program yang bagus jika peran Pusat Studi ASEAN (PSA) dimaksimalkan. Dari observasi lapangan, Bappenas menemukan bahwa PSA masih sangat tergantung inisiatif universitas masing-masing, sehingga belum bisa diandalkan. PSA terbentuk untuk menindaklanjuti MoU antara Kemlu dengan universitas yang yang menghimbau universitas memiliki PSA. Namun PSA belum dapat terlalu banyak melangkah karena resources yang terbatas. Berdasarkan wawancara dengan XXX, terungkap bahwa Tidak ada standar arahan dari Kemlu. Dukungan anggaran PSA biasanya berasal dari universitas atau dana hibah, sedangkan Kemlu kurang menindaklanjuti kesepakatan yang telah ditandatangani bersama dengan para PSA. Hal ini mengakibatkan ruang gerak PSA menjadi terbatas karena resource juga terbatas. Selain itu, yang harus menjadi perhatian juga adalah peran Pemda dalam mensukseskan Masyarakat ASEAN. Peran Pemerintah daerah juga perlu ditingkatkan dalam mensukseskan Indonesia dalam Masyarakat ASEAN. Dalam observasi ke beberapa daerah, Bappenas menemukan bahwa banyak daerah yang bahkan belum siap dalam menghadapi Masyarakat ASEAN, hal ini terlihat dari hasil survei tim akademisi Departemen Hubungan Internasional Universitas Hasanudin. Dari hasil survey dapat disimpulkan bahwa masih banyak Pemda yang tidak memahami MEA, yang paham hanya di tingkat elit. Oleh karena itu, Komite Nasional masing-masing pilar harus menegaskan tugas dan fungsi tim kerja daerah sebagai koordinator dari pelaksanaan persiapan Masyarakat ASEAN di daerah. Selama ini, tim kerja daerah belum bertugas secara maksimal, terbukti dari jarang sekali pejabat daerah menyebut tim kerja daerah dari Komite Nasional dalam wawancara mendalam dengan Bappenas. Dari sisi anggaran, Masing-masing Kementerian Pumpunan sudah mengalokasikan anggaran untuk menyambut Masyarakat ASEAN, namun jumlahnya terbatas dan penyerapannya lebih banyak untuk menghadiri events ASEAN, bukan untuk mendukung program-program tepat sasaran. Oleh karena itu, masingmasing Kementerian Pumpunan perlu untuk meningkatkan jumlah anggaran terkait program-program yang bertujuan untuk mensukseskan Indonesia di Masyarakat
106
______, “Kadin Ragukan Kesiapan RI Sambut AEC 2015” diakses dari http://www.kemenperin.go.id/artikel/6317/Kadin-Ragukan-Kesiapan-RI-Sambut-AEC-2015
50
ASEAN dan menyusun program dan kegiatan yang tepat .... Selain itu, alokasi dari anggaran tersebut juga harus diatur agar dapat lebih tepat sasaran. Karena jika perencanaan program dan anggaran tidak strategis dan tidak tepat sasaran, maka Indonesia tidak bisa optimal dalam mensukseskan masyarakat ASEAN.
III.4. Analisis Pelibatan Pemangku Kepentingan Masyarakat ASEAN Bab sebelumnya telah memaparkan bahwa para pemangku kepentingan (pemerintah daerah, pengusaha, dan akademisi) selama ini masih kurang dilibatkan dalam menyongsong Masyarakat ASEAN 2015. Koordinasi dengan pemerintah daerah masih kurang, sehingga banyak program Pemerintah Daerah yang belum sinkron dengan pemerintah pusat terkait ASEAN, serta banyak yang belum memahami ASEAN secara utuh. Pengusaha banyak yang masih belum siap atau takut bersaing dalam pasar ASEAN. Sementara itu, akademisi tidak banyak dilibatkan dalam riset dan perumusan strategi nasional mengenai ASEAN. Reviu ini mengidentifikasi bahwa kurangnya pelibatan pemangku kepentingan disebabkan oleh dua hal, yaitu isu ASEAN yang masih elitis serta tidak adanya grand strategy nasional mengenai Masyarakat ASEAN. Pertama, ASEAN masih dipandang sebagai isu yang elitis. ASEAN belum sepenuhnya dipandang sebagai kepentingan bersama. ASEAN merupakan bagian dari foreign policy yang secara tradisional adalah kepentingan pemerintah pusat, terutama Kementerian Luar Negeri. Pada tingkat regional, nature organisasi ASEAN sendiri masih elitis dengan prinsip non-interferensi dan konsensus. Akan tetapi, seiring dengan berlakunya Masyarakat ASEAN, organisasi ini bergerak ke arah yang lebih inklusif dan people-centered, yaitu masyarakat luas juga bisa ikut sepenuhnya memiliki ASEAN. Hal ini seharusnya dapat menjadi momentum bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk lebih terlibat dalam mensukseskan Masyarakat ASEAN. Pandangan yang elitis mengenai ASEAN dapat menimbulkan ego sektoral dan rasa tidak percaya, seperti yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya. Beberapa pihak di Kemlu masih meragukan kapasitas pemangku kepentingan lainnya, terutama pemerintah daerah dalam melakukan kerja sama internasional. Hal ini banyak diterjemahkan pemerintah daerah sebagai kelambatan pemerintah pusat. Akhirnya, daerah merasa dihambat kreativitasnya untuk mengembangkan daerahnya. Sementara itu, di daerah masih banyak yang belum bisa melakukan diseminasi isu Masyarakat ASEAN ke dalam keidupan sehari-hari, karena isu ASEAN dipandang tidak berkepentingan langsung dengan daerah mereka. Kedua, ketiadaan grand strategy membuat kelembagaan serta program-program mengenai Masyarakat ASEAN menjadi belum jelas, sehingga hal ini berpengaruh kepada kelangsungan pelibatan pemangku kepentingan. Ketiadaan grand strategy sebagai cita-cita nasional yang jelas mengenai ASEAN membuat 51
para pemangku kepentingan berjalan sendiri-sendiri, padahal sejatinya mereka dapat diarahkan untuk turut mensukseskan Masyarakat ASEAN. Ini terjadi baik di kalangan pemerintah daerah, pengusaha, maupun akademisi. Pemerintah Daerah berinisiatif sendiri untuk mensukseskan daerahnya di Pasar Bebas ASEAN. Para pengusaha melalui APINDO dan Kadin melakukan pelatihan-pelatihan sendiri untuk memberikan edukasi pada para pengusaha, terutama UMKM. Akademisi berjalan sendiri-sendiri mencari dukungan untuk penelitian dan program pengabdian masyarakat mengenai ASEAN. Seharusnya, Pemerintah Pusat melalui Setnas ASEAN-Indonesia menjadi koordinator para pemangku kepentingan dengan didukung sebuah grand strategy dan guidenline yang jelas. Para pemangku kepentingan memiliki potensi besar untuk mensukseskan Indonesia dalam Masyarakat ASEAN, sehingga Pemerintah Pusat melalui Setnas ASEAN-Indonesia seharusnya lebih melibatkan pihak-pihak tersebut.
52
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
IV. 1. Kesimpulan ASEAN merupakan organisasi yang sangat penting bagi Indonesia, sehingga penting bagi Pemerintah Indonesia untuk mensukseskan Masyarakat ASEAN untuk mempererat kerjasama di kawasan yang manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia, baik dari segi politik-keamanan, ekonomi, maupun sosialbudaya. RPJMN II 2009-2014 dan RPJMN III 2014-2019 telah mengarahkan Indonesia untuk meningkatkan peran dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN. Reviu Kelembagaan Masyarakat ASEAN bertujuan untuk mencermati efektivitas kerangka kelembagaan Pemerintah RI dalam menyambut Masyarakat ASEAN. Reviu ini fokus pada 1) kelembagaan Masyarakat ASEAN; 2) regulasi nasional tentang Masyarakat ASEAN; 3) perencanaan program dan anggaran Masyarakat ASEAN; serta 4) pelibatan para pemangku kepentingan. Pengambilan data dilakukan secara primer melalui FGD dan wawancara mendalam di Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Jawa Timur serta data-data sekunder. Reviu ini juga mengambil pelajaran dari negara sahabat, yaitu Thailand. Pertama, reviu ini menemukan bahwa terdapat masalah perencanaan, proses koordinasi, hingga dalam kelembagaan Setnas ASEAN-Indonesia. Indonesia belum memiliki grand strategy yang jelas mengenai Masyarakat ASEAN, sehingga kelembagaan jadi tidak memiliki guideline yang dapat diacu. Belum terbangun pengertian di semua pihak seperti apa sebenarnya garis koordinasi yang ada, siapakah yang memegang pucuk kepemimpinan, dan apa tugas mereka masing-masing dalam hal Masyarakat ASEAN. Terdapat ego sektoral di antara Kementerian/Lembaga, terutama di lembaga yang sangat teknis, serta adanya rasa tidak percaya, baik Kementerian Luar Negeri dengan Biro Luar Negeri yang ada di Kementerian/Lembaga lain maupun antara pusat dengan daerah. Minimnya pertemuan nasional secara berkala untuk koordinasi Masyarakat ASEAN menjadi salah satu penyebab munculnya ketidakpercayaan tersebut. Setnas ASEAN-Indonesia belum memiliki Prosedur Standar Operasi yang jelas mengenai tugas dan fungsi, serta posisi kelembagaannya yang masih bermasalah.
53
Kedua, regulasi nasional yang selama ini dibuat oleh Pemerintah Indonesia ternyata banyak yang tumpang tindih dan tidak sinkron, sehingga menyebabkan Indonesia belum bisa mempersiapkan dirinya dengan baik dalam Masyarakat ASEAN. Seharusnya ada regulasi khusus untuk pilar lain selain pilar ekonomi, karena selama ini fokus regulasi kebanyakan berkaitan dengan MEA. Pemerintah Indonesia juga harus mempertegas dan membuat detail dari regulasi-regulasi terkait Masyarakat ASEAN. Selama ini, penjabaran tugas dan fungsi masing-masing pemangku kepentingan masih sangat general. Ketiga, mayoritas dari program menyambut Masyarakat ASEAN selama ini difokuskan untuk menghadiri events, konferensi, dan banyak forum ASEAN lainnya, dan tidak fokus untuk membuat program khusus Masyarakat ASEAN di Indonesia. Kebanyakan program di Kementerian-Kementerian Pumpunan yang terkait Masyarakat ASEAN masih merupakan program-program lama yang kebetulan sejalan dengan Masyarakat ASEAN. Program-program pemerintah pun lebih banyak terkait dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (pilar ekonomi), sedangkan program-program nasional yang berkaitan dengan pilar politik dan keamanan serta pilar sosial dan budaya sangat kurang bahkan nyaris tidak ada. Dari sisi anggaran, Masing-masing Kementerian Pumpunan sudah mengalokasikan anggaran untuk menyambut Masyarakat ASEAN, namun jumlahnya sedikit dan penyerapannya kurang efektif. Keempat, para pemangku kepentingan, seperti Pemerintah Daerah, pengusaha, dan akademisi selama ini masih kurang dilibatkan dalam menyongsong Masyarakat ASEAN 2015. Hal ini disebabkan ASEAN masih dipandang sebagai isu yang elitis serta tidak adanya grand strategy membuat isu kelembagaan Masyarakat ASEAN menjadi belum jelas. IV. 2. Rekomendasi (Policy Offer) No. Isu 1.
Kelembagaan
Rekomendasi 1.Memperjelas dan memperkuat tugas dan fungsi Setnas ASEAN-Indonesia dan membangun skema koordinasi yang lebih jelas 2. Menyediakan dukungan anggaran dan SDM yang layak dan sesuai kebutuhan untuk Setnas ASEAN-Indonesia 3. Membangun koordinasi lintas-pilar di Bappenas (Deputi Polhukahankam, Ekonomi dan SDM) 4. Membuat Komite Nasional untuk masing-masing pilar, tidak hanya untuk pilar ekonomi, tapi juga pilar politik keamanan
54
dan pilar sosial budaya. 5. Membuat Tim Kerja Daerah untuk Pilar Politik Keamanan dan Pilar Sosial Budaya. 6. Menunjuk posisi koordinator Tim Kerja Daerah, misalnya Gubernur 7. Menunjuk posisi penanggung jawab Tim Kerja Daerah, misalnya Polda dan Kodam untuk pilar politik dan keamanan, Disperindag untuk pilar ekonomi, dan Biro Kesra 8. Masing-masing Tim Kerja Daerah memberikan laporan kerja minimal 3 bulan sekali kepada koordinator Tim Kerja Daerah. 9. Koordinator Komite Nasional di masing-masing pilar memberikan laporan kepada Koordinator Setnas ASEANIndonesia. 10. Untuk mengoptimalisasi kinerja Setnas ASEAN-Indonesia, disarankan untuk tetap mempertahankan skema Setnas ASEAN-Indonesia yang sekarang, namun harus dipertegas dengan tugas, fungsi, dan kewenangan yang lebih spesifik dan jelas. 12. DPR harus ikut melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kepatuhan pemerintah dalam mensukseskan Masyarakat ASEAN-Indonesia. 13. Memperjelas tugas dan fungsi masing-masing Kementerian setelah adanya nomenklatur baru. 2.
Regulasi
1. Membuat revisi Keppres No. 23 tahun 2012 untuk mempertegas tugas dan fungsi Setnas, terutama di bagian koordinasi dan SOP. 2. Membuat Instruksi Presiden yang mengikat Pemerintah Daerah untuk turut bertanggung jawab dalam kesuksesan Masyarakat ASEAN. 3. Revisi Permenlu No. 2 tahun 2014 terutama pasal yang menyebutkan komposisi anggota Setnas ASEAN-Indonesia. Anggota Setnas ASEAN-Indonesia perlu untuk diperluas meniru pola Komite Nasional yang tidak hanya melibatkan Kementerian / Lembaga namun juga akademisi dan tokoh politik sebagai bentuk control kerja dan komitmen. 55
4. Membuat analisa dan sinkronisasi regulasi dan peraturan perundangan yang sudah ada di ketiga pilar Masyarakat ASEAN
3.
Perencanaan dan Anggaran
Program
1. Setnas ASEAN-Indonesia membuat Grand Strategy Nasional terkait Masyarakat ASEAN-Indonesia. Grand Strategi tersebut harus disosialisasikan ke seluruh pemangku kepentingan dan harus dapat diimplementasikan hingga ke tingkat daerah. Pemerintah, utamannya Bappenas, melakukan mainstreaming tiga pilar Masyarakat ASEAN dalam proses dan dokumen perencanaan dan penganggaran 2. Membuat sistem peringkat dan awards untuk daerah-daerah yang proaktif dan bertanggung jawab dalam mensukseskan program pemerintah terkait Masyarakat ASEAN. 3. Membuat jadwal regular Temu Nasional antar Kementerian / Lembaga untuk membahas isu-isu teknis dalam implementasi Masyarakat ASEAN di Indonesia. 4. Meningkatkan political will dari pemimpin daerah untuk ikut mensukseskan Indonesia dalam Masyarakat ASEAN dengan membuat sistem awards. 5. Membuat pemetaan analisis SWOT daerah dalam menghadapi Masyarakat ASEAN. 6. Meningkatkan anggaran Setnas ASEAN-Indonesia dan Komite Nasional masing-masing pilar untuk mengoptimalkan kepentingan Indonesia dalam Masyarakat ASEAN. 7. Memberikan akses lebih besar dan membantu UMKM dan pengusaha dalam ekspansi pasar ke kawasan ASEAN. 8. Mengajak figur publik untuk membantu meningkatkan awareness masyarakat umum terhadap Masyarakat ASEAN. 9. Masing-masing daerah di Indonesia perlu membuat anggaran khusus untuk mensukseskan Masyarakat ASEAN.
56
4.
Pelibatan Kepentingan
Pemangku
1. Dalam menyusun Grand Strategy Nasional Masyarakat ASEAN, Setnas ASEAN-Indonesia bekerjasama dengan para akademisi dan pemangku kepentingan terkait, disertai dengan pertimbangan dari Bappenas. 2. Melibatkan media massa dalam proses sosialisasi, implementasi, hingga pengawasan Masyarakat ASEAN, melalui koordinasi dengan Kemenkominfo. 3. Melibatkan Kemendagri untuk mengoptimalkan koordinasi Setnas dan Komite Nasional di daerah. Melibatkan sektor swasta dalam membuat program Masyarakat ASEAN melalui skema Public-Private Partnership (PPP) 4. Melibatkan PSA dalam riset dan sosialisasi mengenai Masyarakat ASEAN. Pelibatan PSA bukan hanya sekedar membentuk PSA, namun juga harus disertai dengan engagement yang kuat. 5. Diperlukan pelibatan integratif pihak swasta dalam pembuatan kebijakan pemerintah Indonesia terutama terkait Masyarakat Ekonomi ASEAN (Pola Public-Private Partnership).
57
Rekomendasi Susunan Kelembagaan Masyarakat ASEAN (dengan memperkuat fungsi mekanisme yang telah ada)
58
Keterangan : Reviu ini menyarankan 4 (empat) hal untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kelembagaan ASEAN. Pertama, reviu ini menyarankan untuk tidak mengubah secara drastis susunan organisasi Setnas ASEAN-Indonesia. Adapun yang harus dilakukan adalah memperkuat tugas dan fungsi kelembagaan yang sudah ada. Kedua, reviu ini menyarankan untuk menghapus Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Hal ini disebabkan Masyarakat Ekonomi ASEAN saat ini sudah berjalan. Reviu ini menyarankan untuk menyatukan tugas dan fungsi komite dalam kelembagaan pilar ekonomi di Setnas ASEAN-Indonesia untuk efisiensi. Ketiga, reviu ini meyarankan agar tiap pilar dalam Setnas ASEAN-Indonesia ditambahkan struktur Tim Pelaksana dan Tim Kerja Daerah di tiap-tiap pilar. Hal ini supaya terdapat kontrol dalam pelaksanaan harian tiap pilar di Setnas ASEAN-Indonesia dan tiap pilar di Daerah. Keempat, reviu ini menyarankan untuk menambah anggota Setnas ASEAN-Indonesia dari kalangan pemangku kepentingan lainnya, yaitu pengusaha, akademisi, dan masyarakat sipil agar semua kalangan dapat terlibat dalam kesuksesan Indonesia di Masyarakat ASEAN.
59
DAFTAR PUSTAKA
A. Narjoko, Dionisius, dan Teguh. Y. Wicaksono. 2009. Achieving the ASEAN Economic Community Agenda: An Indonesian Perspective. LSE Publication Reports, p. 23-24. Amri, Mulya 2013.” Chapter 1: Overview: Competitiveness Analysis and Development Strategies for 33 Indonesian Provinces.” World Scientific. Diakses pada tanggal 21 Januari 2016. http://www.worldscientific.com/doi/suppl/10.1142/8795/suppl_file/8795_chap01.pdf. ASEAN Next Generation CSR Forum, diakses dari https://www.kemenkopmk.go.id/pengumuman/asean-next-generation-csr-forum pada tanggal 12 November 2015. Bappenas. Peningkatan Daya Saing Daerah dalam Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015. Laporan Akhir Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah Kementerian PPN/Bappenas. Berita Negara Republik Indonesia. Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia No. 02 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Setnas ASEAN di Indonesia. Cebu Declaration on th Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015, diakses dari http://www.asean.org/cebu-declaration-on-thacceleration-of-the-establishment-of-an-asean-community-by-2015/ pada tanggal 30 Januari 2015. Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN 2011. Ayo Kita Kenali ASEAN. Kementerian Luar Negeri RI. http://www.kemlu.go.id/Documents/Tentang%20ASEAN/Buku%20Ayo%20Kita%20Kenali%20ASEAN.pdf.pada pada tanggal 28 Januari 2016.
Diakses
dari
“FSPTI: Buruh Butuh Perda Khusus,” diakses dari http://balikpapan.prokal.co/read/news/172251-fspti-buruh-butuh-perda-khusus pada tanggal 30 Januari 2016 “Indonesia Harus Menang Dalam Ajang Masyarakat Ekonomi ASEAN,” diakses dari http://www.kemenperin.go.id/artikel/7409/Industri-Nasional-Harus-Menangdalam-Ajang-Masyarakat-Ekonomi-ASEAN pada tanggal 30 Desember 2016 Jebsen and Jessen. 2014. Singapore and the ASEAN Economic Community. Singapore Institute of International Affairs, p. 11. “Kadin Ragukan Kesiapan RI Sambut AEC 2015” diakses dari http://www.kemenperin.go.id/artikel/6317/Kadin-Ragukan-Kesiapan-RI-Sambut-AEC-2015 pada tanggal 11 November 2015. 60
Keliat. Makmur., dkk, “Tenaga Kerja Terampil Indonesia dan Liberalisasi Jasa ASEAN,” (Depok: ASEAN Study Center FISIP UI, 2014), p. 7 Kementerian Luar Negeri RI 2009. Tentang ASEAN. Kementerian Luar Negeri RI. Diakses dari http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/asean/Pages/TentangASEAN.aspx pada tanggal 28 Januari 2016. Kementerian Luar Negeri RI. 2009. Kerjasama Fungsional ASEAN. Kementerian Luar Negeri RI, p. 1-18 Kementerian Luar Negeri. Ayo Kita Kenali ASEAN. Diakses http://www.kemlu.go.id/Documents/Tentang%20ASEAN/Buku%20Ayo%20Kita%20Kenali%20ASEAN.pdf pada tanggal 25 Oktober 2015
dari
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasioanal/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 2014. Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Kadin Ragukan Kesiapan RI Sambut AEC 2015. Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Diakses dari http://www.kemenperin.go.id/artikel/6317/Kadin-Ragukan-Kesiapan-RI-Sambut-AEC-2015 pada tanggal 18 Agustus 2016. Kemenko Polhukam. Diakses dari http://www.polkam.go.id/LinkClick.aspx?fileticket=nUI%2BeJ6jpBM%3D&tabid=38&language=id-ID pada tanggal 25 Oktober 2015 M. Hodgson, Geoffrey. 2006. What Are Institutions. Journal of Economic Issues. Vol. XL No. 1, p. 6. “MEA Tantangan Terbesar Jatim,” diakses dari http://www.koran-sindo.com/news.php?r=5&n=0&date=2016-01-04 pada tanggal 26 Januari 2016 Media Publikasi Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI. 2015. Majalah Masyarakat ASEAN Edisi 7: Membidik Peluang MEA. Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI, p. 3-40. Nurroni, Andi 2016. „Gubernur Jatim Keberatan Kebijakan Impor Garam‟. Republika, 20 Januari. Diakses http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/16/01/20/o19bbl365-gubernur-jatim-keberatan-kebijakan-impor-garam pada tanggal 23 Januari 2016.
dari
PPID Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN. Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Diakses dari 20 Januari 2016. http://ppid.kemlu.go.id/content/Pages/KerjasamaASEAN.aspx.
61
Presiden Republik Indonesia. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2011. Presiden Republik Indonesia. Keppres No. 23 Tahun 2012 tentang Susunan Keanggotaan Setnas ASEAN-Indonesia. Presiden Republik Indonesia. Keppres No. 37 Tahun 2014 tentang Komite Nasional Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Putri, Winda Destiana 2014. “Indonesia Belum Siap Hadapi Pasar Bebas ASEAN.” Republika, 6 November. Diakses http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/bisnis-global/14/11/06/nelo2t-indonesia-belum-siap-hadapi-pasar-bebas-asean pada tanggal 18 Agustus 2015.
dari
Rattanasevee, Pattharapong. Why Indonesia should take a leading role in ASEAN. East Asia Forum. Diakses dari http://www.eastasiaforum.org/2015/03/28/why-indonesia-should-take-a-leading-role-in-asean/ pada tanggal 28 Januari 2016. Rattanasevee, P. 2014. Leadership in ASEAN: The Role of Indonesia Reconsidered. Asian Journal of Political Science, 22 (2), p. 113-127. RPJMN Indonesia tahun 2015-2019 dalam Sub-Bab “Penguatan Koordinasi Percepatan Pelaksanaan Butir Aksi Masyarakat ASEAN” p. 5-54. RPJMN Indonesia tahun 2015-2019 yang terdapat di dalam Sub-Bab “Kerjasama Ekonomi Internasional” p. 3-56. “Sambut MEA, Apa Saja Program Pemerintah?” diakses dari http://makassarterkini.com/2015/10/29/sambut-mea-apa-saja-program-pemerintah/ pada tanggl 30 Januari 2016 “SDM Berkualitas Kunci Sukses Hadapi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN,” diakses dari http://old.bappenas.go.id/print/3813/sdm-berkualitas-kunci-sukseshadapi-era-masyarakat-ekonomi-asean/ pada tanggal 10 Desember 2015 Suroso, G.T. 2015. Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Perekonomian Indonesia. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Kementerian Keuangan The ASEAN Secretariat Jakarta. 2015. ASEAN 2025: Forging Ahead Together. ASEAN Secretariat Jakarta, ISBN 978-602-0980-45-4, p. 9-103 UNDP. Institutional Arrangements. UNDP. Diakses http://www.undp.org/content/undp/en/home/ourwork/capacitybuilding/drivers_of_change/institut_arrangemt.html.
13
Januari
2016.
62
Widyaningsih, Erlina dan Christopher B. Roberts 2014. „Indonesia in ASEAN: Mediation, leadership, and extra-mural diploacy‟. National Security College Issue Brief, Australian National University, no. 13, May 2014. hal. 1-12. Diakses 28 Januari 2016. http://nsc.anu.edu.au/documents/Indonesia-Article13.pdf.
63
LAMPIRAN DAFTAR NARASUMBER FGD DAN IN-DEPTH INTERVIEW FGD Jakarta No Tanggal 1 20-08-2015
2
20-08-2015
3
20-08-2015
4
20-08-2015
5
20-08-2015
6
20-08-2015
7
20-08-2015
8
20-08-2015
9
20-08-2015
10
20-08-2015
11
20-08-2015
Nama Bpk. Benito Rio Avianto
Jabatan/Instansi Perwakilan Asisten Deputi Kerjasama Ekonomi Regional dan Sub Regional Kemenko Bidang Perekonomian Ibu Mila K. Bishry Direktorat Kerjasama ASEAN Kementerian Perdagangan Bpk. Lingga Setiawan Direktorat Kerjasama Ekonomi ASEAN Kementerian Luar Negeri Ibu Ratna Shofi Inayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ibu Tri Nuke Pudjiastuti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ibu Sherly Susilo Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bpk. Dupito Simamora Asisten Deputi Bidang Kerjasama ASEAN Kemenko Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Bpk. Mochamad Chandra Widya Direktur Politik dan Keamanan Yudha ASEAN Bpk. F. Kristiartono Direktorat Perdagangan, Investasi, dan Kerjasama Ekonomi Internasional Bappenas Bpk. Abdi Rizal Kepala Bagian Kerjasama Luar Negeri Kemenko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Ibu Zulfri Yenni Direktorat Kerjasama ASEAN Kementerian Perdagangan
In-Depth Interview Jakarta No Tanggal Nama 1 14-09-2015 Bpk. Ngurah Swajaya 2
14-09-2015
Bpk. Rossalis S. Adenan
3
14-09-2015
Bpk. Didik Trimardjono
4
15-09-2015
Ibu Ina Hangniningtyas
Jabatan/Instansi Ketua Pelaksana Harian Sekretariat Nasional ASEAN Sekretaris Sekretariat Nasional ASEAN Anggota Sekretariat Nasional ASEAN Direktur Kerjasama Ekonomi 64
5 6
21-09-2015 25-09-2015
7
25-09-2015
8
25-09-2015
9
25-09-2015
10
01-10-2015
11
07-10-2015
12
07-10-2015
13
30-10-2015
14
16-11-2015
ASEAN Kemlu Bpk. Mohammad Faisal Direktur Riset CORE Indonesia Bpk. Dupito D. Simamora Asdep 2/II Kerja Sama ASEAN Kemenko Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Bpk. Kol. Sigit Priyono, GSC, S.IP, Kepala Bidang Kerja Sama M.Sc. Regional ASEAN Asdep 2 Bpk. Mokoginta Sihotang Kepala Bidang Kerja Sama Bilateral ASEAN Asdep 2 Bpk. Arief Suditomo Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai Hanura Ibu Asra Virgianita Dosen Hubungan Internasional FISIP Universitas Indonesia Ibu Amalia Adininggar Widyasanti, Direktur Perdagangan, Investasi, ST, MSi, M.Eng. Ph.D dan Kerjasama Ekonomi Internasional (PIKEI) Kementerian PPN/Bappenas Bpk. F. Kristiartono Direktorat Perdagangan, Investasi, dan Kerjasama Ekonomi Internasional Bappenas Yang Mulia Ibu Busadee Santipaks Duta Besar Kerajaan Thailand untuk ASEAN Bpk. Raden Wijaya Kepala Biro Perencanaan dan Kusumawardhana Kerjasama Luar Negeri, Sekretariat Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
FGD Makassar No Tanggal 1 09-09-2015
Nama Bpk. Muhammad Taufik
2
09-09-2015
Bpk. Ashari Radjamilo
3
09-09-2015
Ibu Meyke N.S.
4
09-09-2015
Bpk. H.M. Ilham Alim Bachrie
Jabatan/Instansi Kepala Sub Direktorat Pertanian, Bappeda Provinsi Sulawesi Selatan Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri Setda Provinsi Sulawesi Selatan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Selatan Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan dan Agrobisnis, Kamar Dagang Indonesia (Kadin) 65
5
09-09-2015
Bpk. Drs. La Tunreng, M.M.
6
09-09-2015
Bpk. Idris Summase
Sulawesi Selatan Ketua DPP Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sulawesi Selatan Dosen Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin
In-Depth Interview Makassar No Tanggal Nama 1 08-09-2015 Bpk. A. M. Arifin Iskandar
2
09-09-2015
3
09-09-2015
4
09-09-2015
5
10-09-2015
Jabatan/Instansi Kepala Bidang Ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sulawesi Selatan Bpk. Suriya Yeekhun Pejabat Kota Prik, Sadao, Songkhla, Thailand Bpk. Sumastro Kepala Dinas Perhubungan dan Kominfo Kabupaten Singkawang Bpk. H. Darwis, M.A., Ph.D. Akademisi Departemen Hubungan Internasional Universitas Hasanuddin Bpk. Prof. Dr. Abdul Hamid Paddu, Akademisi Departemen Ilmu S.E., M.A. Ekonomi Universitas Hasanuddin
In-Depth Interview Surabaya No Tanggal Nama 1 20-10-2015 Bpk. Sigit Panuntun 2
20-10-2015
Bpk. Andhika P. Herlambang
3
20-10-2015
Ibu Nurareni W.
4
20-10-2015
Bpk. Ahmad Solehan
5
20-10-2015
Ibu Eni
6
21-10-2015
Bpk. Vinsensio Dugis
7
21-10-2015
Ibu Baiq Wardhani
8
22-10-2015
Drs. Moh. Zainal Arief, MM
Jabatan/Instansi Kepala Sub-Bidang Koperasi dan UMKM, Bappeda Jatim Kepala Sub-Bidang Keciptakaryaan, Bappeda Jatim Staf Bidang Ekonomi, Bappeda Jatim Fungsional Perencana di Bidang Ekonomi, Bappeda Jatim Fungsional Perencana di Bidang Pemerintahan dan Kemasyarakatan, Bappeda Jatim Wakil Dekan III FISIP Unair, ASEAN Study Center Unair Dosen HI FISIP Unair, ASEAN Study Center Unair Sekretaris Dinas Koperasi dan UMKM, Provinsi Jatim 66
9 10
22-10-2015 22-10-2015
Bpk. Sujana Bpk. I. Mardjono
Sekretaris Eksekutif Apindo Jatim Wakil Sekretaris Apindo Jatim
67