LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA
BUDIDAYA LELE DENGAN TEKNIK BIOFLOK
I Nyoman Dodik Prasetia, S.Si.,M.Si / 0009067702 / Ketua Tim Pelaksana Dr. Gede Ari Yudasmara, S.Si.,M.Si / 0014047007 / Anggota Tim Pelaksana I Gede Yudi Wisnawa, S.Pd.,M.Sc / 0024048302 / Anggota Tim Pelaksana Ratna Artha Windari, S.H.,M.H / 0015128302 / Anggota Tim Pelaksana
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha Tahun 2014
JURUSAN BUDIDAYA KELAUTAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2014
HALAMAN PENGESAHAN 1.
Judul Program
:
Budidaya Lele dengan Teknologi Bioflok
2.
Ketua Pelaksana a. Nama Lengkap
:
I Nyoman Dodik Prasetia, S.Si.,M.Si
b. Jenis Kelamin
:
Laki - Laki
c. NIDN
:
0009067702
d. Disiplin Ilmu
:
Sumberdaya Perairan
e. Pangkat / Gol
:
Penata Muda Tk. 1 / IIIb
f. Jabatan
:
Lektor
g. Fakultas / Jurusan
:
MIPA / Budidaya Kelautan
h. Alamat
:
Jl. Udayana, Singaraja 0362 25072 / 0362 25735
i. Telp/Faks/E-mail j. Alamat Rumah
:
Garden Villa Residance, Br Ketewel, Penarukan, Singaraja
k. Telp/Faks/E-mail
:
0361429384 / 08123614769 /
[email protected]
3
Jumlah Anggota Pelaksana
:
3 Orang
4
Lokasi Kegiatan a. Nama Desa
:
Sambangan
b. Kecamatan
:
Sukasada
c. Kabupaten / Kota
:
Buleleng
d. Propinsi
:
Bali
5
Jumlah Biaya Kegiatan
:
Rp. 10.000.000,- (Sepuluh Juta Rupiah)
6
Lama Kegiatan
:
8 (Delapan) Bulan
Mengetahui,
Singaraja, 10 September 2014
Dekan FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha,
Ketua Tim Pengusul,
Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si
I Nyoman Dodik Prasetia, M.Si
NIDN. 0031125821
NIDN. 0009067702 Mengetahui Ketua LPM Universitas Pendidikan Ganesha
Prof. Dr. Ketut Suma, MS NIDN. 0001015913
RINGKASAN Budidaya ikan lele pada saat ini memiliki prospek yang sangat luas dan menjanjikan. Ikan lele selain rasanya lezat, kandungan gizinya pun cukup tinggi sehingga disukai berbagai kalangan masyarakat luas khususnya Bangsa Indonesia. Keunggulan ikan lele dibandingkan dengan produk hewani lainnya adalah kaya akan Leusin dan Lisin. Leusin (C6H13NO2) merupakan asam amino esensial yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak dan menjaga keseimbangan nitrogen. Leusin juga berguna untuk perombakan dan pembentukan protein otot. Kelompok masyarakat Singaraja membentuk Asosiasi Pelaku Usaha Lele Singaraja yang disingkat APULES dengan penuh kesadaran pada tanggal 8 September 2011, membentuk sebuah kelompok budidaya ikan lele yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan anggotanya melalui budidaya ikan lele. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat Kelompok APULES dilaksanakan dalam bentuk: Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Budidaya Lele dengan Teknologi Bioflok, Pembuatan Demontrasi Plot (Denplot) Budidaya Lele dengan Teknologi Bioflok, dan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Pembukuan Usaha Budidaya Lele. Dalam seluruh rangkaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Kelompok Apules berupa teknik budidaya lele dengan menggunakan bioflok dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik berkat peran serta aktif dari anggota kelompok sebagai mitra dalam program ini. Kegiatan ini terdiri dari pendidikan dan pelatihan serta pendampingan berupa diklat budidaya lele dengan bioflok dan manajemen usaha budidaya lele. Pembuatan demplot budidaya lele dengan teknologi bioflok mampu menjadi sarana belajar real anggota kelompok dalam pelaksanaan program pengabdian masyarakat. Kata Kunci: Budidaya Lele, Apules, Bioflok
DAFTAR ISI Halaman Judul .......................................................................................
i
Halaman Pengesahan .............................................................................
ii
Ringkasan ................................................................................................
iv
Daftar Isi ..................................................................................................
v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................
1
1.1. Analisis Situasi ..............................................................................
1
1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah .............................................
6
1.3. Tujuan Kegiatan .............................................................................
6
1.4. Manfaat Kegiatan ...........................................................................
7
BAB II METODE PELAKSANAAN ...................................................
8
2.1. Khalayak Sasaran Strategis ............................................................
8
2.2. Kerangka Pemecahan Masalah ......................................................
8
2.3. Metode Pelasanaan Kegiatan .........................................................
9
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................
11
3.1. Hasil Kegiatan................................................................................
11
3.2. Pembahasan ...................................................................................
12
BAB IV PENUTUP ................................................................................
18
4.1. Simpulan .......................................................................................
18
4.2. Saran ..............................................................................................
18
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
19
LAMPIRAN ............................................................................................
20
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Analisis Situasi Budidaya ikan lele pada saat ini memiliki prospek yang sangat luas dan menjanjikan. Ikan lele selain rasanya lezat, kandungan gizinya pun cukup tinggi sehingga disukai berbagai kalangan masyarakat luas khususnya Bangsa Indonesia. Ikan sangat dibutuhkan terutama oleh anak-anak untuk membantu perkembangan badannya, karena di dalam tubuh ikan mengandung cukup banyak protein antara 16- 24 %, selain itu juga mengandung lemak antara 0,2 -2,2 %, karbohidrat, garam-garam mineral, dan vitamin. Selain dari itu ikan lele ini sangat cocok di konsumsi oleh orang yang menderita tekanan darah tinggi, karena di dalam daging ikan tidak mengandung kolestrol. Kolestrol ini merupakan lemak yang jenuh, sehingga menyebabkan penyakit atau kambuhnya penyakit tekanan darah tinggi. Ikan Lele sudah berhasil dibudidayakan sejak puluhan tahun yang lalu, mulai dari pembenihan sampai pembesaran, sehingga sudah dianggap sebagai lokal. Namun, akhir-akhir ini budidayanya mengalami banyak kendala sehingga lele yang diperoleh dalam suatu periode pemeliharaan menurun. Biologi Ikan Lele Dumbo Ikan lele menurut klasifikasi berdasar taksonomi yang dikemukakan oleh Weber de Beaufort (1965) digolongkan Species : Clarias gariepineus. Ikan lele memiliki kulit yang licin, berlendir, dan sama sekali tidak memiliki sisik. Warna hitam keunguan atau kemerahan dengan loreng-loreng seperti baju tentara. Warna kulit ini akan berubah menjadi mozaik hitam putih jika lele sedang dalam kondisi stres, dan akan menjadi pucat jika terkena sinar matahari langsung. Ikan lele memiliki kepala yang panjang, hampir mencapai panjang seperampat dari panjang tubuhnya. Tanda yang khas dari lele dumbo adalah tumbuhnya empat pasang sungut seperti kumis dekat mulutnya. Sungut ini berfungsi sibagai alat penciuman serta alat peraba saat mencari makanan.
Ikan lele memiliki tiga buah sirip tunggal yaitu sirip punggung yang berfungsi sebagai alat berenang, sirip dubur dan sirip ekor yang berfungsi sebagai alat bantu untuk mempercepat dan memperlambat gerakan. Selain itu lele dumbo juga mempunyai dua sirip berpasangan yaitu sirip dada dan sirip perut. Sirip dada mempunyai jari-jari yang keras dan runcing yang bisa disebut patil. Alat ini berfungsi sebagai senjata sekaligus alat bantu gerak ke kanan dan ke kiri. Walaupun berfungsi sebagai senjata, patil ini memiliki racun. (Bachtiar yusuf, 2006). Habitat dan Tingkah Laku Ikan Lele Habitat atau lingkungan hidup ikan lele ialah semua perairan air tawar. Di perairan yang airnya tidak terlalu deras, atau di perairan yang tenang seperti danau, waduk, telaga, rawa serta genangan-genangan kecil seperti kolam, merupakan lingkungan hidup ikan lele. Ikan lele mempunyai organ insang tambahan yang memungkinkan ikan ini mengambil oksigen pernapasannya dari udara di luar air. Ikan lele tahan hidup di perairan yang airnya mengandung sedikit oksigen. Ikan lele relatif tahan terhadap pencemaran bahan-bahan organik. Ikan lele hidup dengan baik di dataran rendah suhu tempat hidupnya terlalu dingin, misalnya di bawah 20°C, pertumbuhannya agak lambat. Di daerah pegunungan dengan ketinggian di atas 700 meter, pertumbuhan ikan lele kurang begitu baik. Ikan lele tidak pernah ditemukan hidup di air payau atau asin. (Suyanto, 2004). Ikan lele bersifat nokturnal, artinya lele aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat yang gelap. Pada siang hari yang cerah, ikan lele lebih suka berdiam di dalam lubanglubang atau tempat yang tenang dan aliran air tidak terlalu deras. Ikan lele membuat lubang di perairan tepi-tepi rawa atau pematang sawah, dan kolam yang teduh dan tenang. Sifat-sifat dan tingkah lakunya itu, memancing ikan lele pada malam hari lebih berhasil daripada siang hari, karena ikan lele aktif mencari makan pada waktu malam atau sesudah matahari terbenam, kebiasaan ikan lele makan pada saat malam hari karena bersifat nokturnal.
Makanan Ikan Lele Makanan alami ikan lele ialah binatang-binatang renik, seperti kutu-kutu air (Daphnia, Cladosera, Copepoda) cacing-cacing, larva (jentik-jentik serangga), siput-siput kecil, dan sebagainya. Ikan lele bersifat karnivora (pemakan daging), ikan lele juga makan sisa-sisa benda yang membusuk dan kotoran manusia. Ikan lele biasanya mencari makanan di dasar kolam, Karena ikan lele bersifat karnivora, makanan tambahan yang baik untuk ikan ini ialah yang banyak mengandung protein hewani. Bila makanan yang diberikan banyak mengandung protein nabati, pertumbuhannya lambat. Jadi pengetahuan tentang jenis makanan dan pola atau cara makan ikan ini perlu dipelajari agar dapat dibuat susunan makanan yang tepat. Suyanto, 2004. Manfaat Ikan Lele Keunggulan ikan lele dibandingkan dengan produk hewani lainnya adalah kaya akan Leusin dan Lisin. Leusin (C6H13NO2) merupakan asam amino esensial yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak dan menjaga keseimbangan nitrogen. Leusin juga berguna untuk perombakan dan pembentukan protein otot (Wikipedia, 2008). Lisin merupakan salah satu dari 9 asam amino esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringnan. Lisin termasuk asam amino yang sangat penting dan dibutuhkan sekali dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini disebabkan oleh asam amino ini sangat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan tulang pada anak, membantu penyerapan kalsium dan menjaga keseimbangan nitrogen dalam tubuh, dan memelihara masa tubuh anak agar tidak terlalu berlemak. Lisin juga dibutuhkan untuk menghasilkan antibody, hormone, enzim, dan pembentukan kolagen, disamping perbaikan jaringan. Tak kalah pentingnya, lisin bisa melindungi anak dari cold sore dan virus herpes. Selain daging yang gurih ternyata daging lele terdapat banyak kandungan gizinya.berikut nilai gizi Lele 100 gram,bagian ikan yang dapat di makan dan ikan segar (FAO,1972), sehingga lele mengandung protein yang tinggi dan zat penguat tulang (kalsium) yang baik untuk makanan anak balita. Selain itu lele juga mengandung mineral lain yang penting pula untuk kesehatan tubuh.
Teknik Budidaya Pembesaran Ikan Lele Menurut Suyanto, 2004. Kegiatan yang dilakukan ialah memelihara benih ikan dari ukuran gelondongan kecil maupun besar menjadi ikan konsumsi. Untuk ikan lele ukuran konsumsi yang dikehendaki oleh masyarakat ialah 100 gram sampai 200 gram per ekor. Namun demikian kerapkali ikan lele berukuran 50 gram pun sudah dijual sebagai ikan konsumsi. Pemupukan kolam pendederan benih ikan lele dumbo dilakukan terhadap kolam yang sering digunakan untuk melakukan pembudidayaan. Pakanan alami ikan lele adalah organisme hewani, baik yang hidup di dasar perairan maupun yang melayang-layang di air. Pupuk yang baik untuk memperbanyak organisme hewani itu ialah pupuk organik. Suyanto, 2004. Budidaya lele dengan kolam 100 m2 kolam yang ditebari ikan lele sebanyak 1000 ekor, lama pemeliharaan setahun dihasilkan 80 % x 1000 = 800 ekor yang beratnya 150 gram/ekor. Sehingga hasilnya : 120 kg/100 m2 (are) Produksi persatuan areal itu cukup luas, sehingga sulit atau tidak cocok jika diperhitungkan dalam areal hektaran. Di Thailand, di sekitar kota Bangkok, cukup banyak perkolaman pemeliharaan ikan lele. Jenisnya sama seperti yang dipelihara di Indonesia, yakni Clarias batrachus. Hasil yang diperoleh sebanyak 4.300 kg. Dengan demikian ada satu kemungkinan bahwa ikan lele dapat mencapai produksi 107.500 kg/ha/musim (5 bulan). Jika dapat memelihara 2 x masa tanam per tahun, maka dapat diperhitungkan jumlah produksi 215.000 kg/ha/tahun. Suyanto, 2004. Penting untuk diketahui bahwa di Bangkok itu ransum yang diberikan kepada ikan lele terdiri atas 90 % daging ikan sisa-sisa (trash fish) yang dicacah dan 10 % beras pecah. Ransum itu diberikan kepada ikan lele sebanyak 5 % berat badan ikan per hari. Konversi makanan tersebut 6 : 1, berarti 6 kg makanan menjadi 1 kg dagingkan. Suyanto, 2004. Pencegahan penyakit bintik putih, air kolam harus sering diganti atau dialir air baru yang segar dan jernih, apabila ikan sudah telanjur terserang penyakit ini biasanya sulit disembuhkan. Usaha yang perlu didahulukan ialah bagaimana supaya penyakit ini tidak makin meluas dan menyerang ikan-ikan yang lain. Pencegahan ini dilakukan dengan cara membuang air kolam. Harus dijaga agar air buangan ini tidak menularkan kepada ikan di kolam-kolam lain. Kemudian kolam dibiarkan
kering selama 2 - 3 hari, lalu diadakan pengapuran dengan kapur yang panas (CaCO3). Dosisnya 10 kg per 100 m2. Setelah dibiarkan 3 hari, kolam dapat dipakai lagi dengan aman. Suyanto, 2004.
Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan ikan dalam menu makanan sehari-hari, adalah dengan jalan memelihara ikan di kolam. Ikan sangat penting, selain rasanya enak juga sebagai sumber protein hewani yang sangat penting peranannya dalam tubuh kita. Pemeliharaan ikan lele, telah lama dilaksanakan sebagian besar masyarakat. Kelompok masyarakat Singaraja membentuk Asosiasi Pelaku Usaha Lele Singaraja yang disingkat APULES dengan penuh kesadaran pada tanggal 8 September 2011, membentuk sebuah kelompok budidaya ikan lele yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan anggotanya melalui budidaya ikan lele. Asosiasi Pelaku Usaha Lele Singaraja yang disingkat APULES dengan penuh kesadaran pada tanggal 8 September 2011, bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan anggotanya melalui usaha budidaya ikan lele. Dalam perjalanan organisasi yang masih muda ini, Kelompok APULES mampu meningkatkan gairah anggota dalam mengusahakan budidaya ikan lele dari pembenihan, pembesaran, panen, dan merintis usaha pasca panen. Ketersediaan air sebagai media budidaya merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi anggota kelompok APULES dalam mengusahakan kegiatan budidaya ikan lele. Daerah Sambangan sepertinya umumnya kawasan di Singaraja, jika dalam musim penghujan akan mengalami kelimpahan ketersediaan air. Hal ini akan terbalik ketika sudah memasuki musim kemarau, dimana ketersediaan air akan menjadi rebutan dengan berbagai kepentingan yang ada di wilayah ini, sehingga ketersediaan air akan menjadi kendala anggota kelompok. Budidaya ikan lele merupakan rangkaian kegiatan budidaya yang tidak memerlukan lahan yang luas dan teknologi yang terlalu mahal serta mudah diaplikasikan. Kendala kedua yang dihadapi oleh kelompok APULES adalah tingginya biaya pakan yang mengurangi margin keuntungan anggota kelompok dalam menjalankan usaha budidaya ikan lele. Kelompok APULES sebagai kelompok yang baru memerlukan adanya keteraturan administrasi baik dalam bidang organisasi maupun keuangan, sehingga dapat memulai tertib administrasi dari awal sejarah yang akan dilalui. Hal ini masih menjadi kendala bagi anggota
kelompok sehingga mereka tidak pernah mengetahui seberapa besar keuntungan maupun kerugian yang mereka dapatkan selama menjalani kegiatan budidaya ikan lele selama ini. Budidaya ikan lele seperti halnya kegiatan budidaya yang lain memerlukan aspekaspek kreatifitas dan inovasi dalam menumbuhkan dan mengembangkan jiwa kewirausahaan. Semangat kewirausahaan ini sangat diperlukan untuk mengantisipasi segala permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan budidaya ikan lele.
1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah Dari analisis permasalahan yang diperoleh dengan melakukan interaksi dengan Kelompok APULES, maka dapat diidentifikasikan dan dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Ketersediaan air sebagai media budidaya ikan lele menjadi permasalahan utama anggota kelompok dalam menjalankan usaha budidaya 2. Harga pakan yang tinggi dan terkadang tidak sesuai dengan harga jual lele yang dipanen anggota kelompok 3. Administrasi organisasi dan keuangan kelompok dan anggota kelompok yang belum teratur yang disebabkan kurangnya pemahaman tentang pengetahuan bidang ini 4. Aspek kreatifitas dan inovasi anggota kelompok yang masih rendah, sehingga belum bisa memanfaatkan kemampuan yang dimiliki untuk mengembangan usaha budidaya lele, baik dari segi produksi maupun pasca panen.
13. Tujuan Kegiatan Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat bagi Kelompok APULES, adalah: 1. Adanya transfer pengetahuan tentang budidaya ikan lele dengan memaksimalkan pemanfaatan air sebagai media utama budidaya. 2. Adanya transfer pengetahuan tentang pemanfaatan pakan alami, sehingga dapat menekan penggunaan pakan pabrikan yang memiliki harga tinggi. 3. Adanya transfer pengetahuan pengelolaan tertib administrasi organisasi dan keuangan kelompok dan anggota kelompok 4. Adanya peningkatan kreatifitas dan inovasi anggota kelompok dalam mengembangan usaha budidaya lele, baik dari segi produksi maupun pasca panen.
1.4. Manfaat Kegiatan Kegiatan pengabdian masyarakat ini diharapkan mampu memberikan manfaat dalam peningkatan pengetahuan dan kemampuan anggota kelompok dalam pengelolaan aspek-aspek budidaya lele yang diusahakan. Aspek – aspek budidaya ini meliputi semangat berwirausaha dalam budidaya ikan lele, teknologi tepat guna dalam memaksimalkan sumberdaya air yang ada, pemanfaatan teknologi pakan alami, dan pelaksanaan tertib administrasi bagi kelompok dan anggota kelompok. Dengan peningkatan pengetahuan dan wawasan anggota kelompok diharapkan mampu memberikan dampak ekonomi secara langsung karena akan ada perubahan dampak, berupa: penurunan biaya produksi, mempersingkat waktu budidaya, memaksimalkan luas media budidaya yang dimiliki, dan peningkatan kreatifitas produk pasca panen.
BAB II METODE PELAKSANAAN
2.1. Khalayak Sasaran Strategis Sasaran dalam kegiatan ini adalah kelompok pembudidaya ikan lele Kelompok APULES Sambangan, Singaraja yang diharapkan mampu meningkatkan kapasitas pengetahuan dan kemampuan anggota dalam mengelola budidaya lele.
Dalam rangka
memaksimalkan keberhasilan program pengabdian masyarakat ini maka akan dilaksanakan pemilahan peran serta anggota kelompok APULES dalam kegiatan ini. Dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan tentang teknologi bioflok dan manajemen pada budidaya ikan lele akan disasar semua anggota kelompok, sedangkan dalam pelaksanaan akan dipilih 2 (dua) orang angota kelompok APULES. Sasaran pertama dalam transfer teknologi bioflok dalam budidaya ikan lele diberikan kepada Saudara Kadek Fendi Wirawan sebagai Ketua Kelompok APULES, sedangkan sasaran kedua dalam hal administrasi akan diberikan kepada Saudari Anggi Karina Pravitasari sebagai sektretaris Kelompok APULES. Saudara Kadek Fendi Wirawan ditetapkan sebagai sasaran karena selain sebagai ketua kelompok merupakan sosok anak muda yang kreatif dan sangat terbuka dalam menerima masukan – masukan dalam peningkatan usaha budidaya yang dilaksanakan. Sebagai ketua Kadek Fendy Wirawan diharapkan mampu menjadi agen perubahan dan menularkan teknologi bioflok bagi anggota kelompok APULES yang lainnya. Saudari Anggi Karina Pravitasari ditetapkan sebagai sasaran agen perubahan dalam pelaksanaan tertib administrasi pembukuan organisasi dan keuangan kelompok, sehingga tercipta tertib administrasi kelompok. Hal ini dilakukan karena posisi Saudari Anggi Karina Pravitasari sebagai sektretaris dan juga merupakan sosok yang diharapkan mampu menularkan pengetahuan kepada anggota kelompok yang lainnya.
2.2. Kerangka Pemecahan Masalah Kerangka pemecahan masalah dalam pelaksanaan program pengabdian pada masyarakat di Kelompok APULES sebagai kelompok pembudidaya ikan lele tertuang dalam tabel 1. Kerangka Pemecahan Masalah.
Tabel 1. Kerangka Pemecahan Masalah No 1
Permasalahan Ketersediaan air
Akar Permasalahan - Pada musim kemarau
Solusi yang Ditawarkan - Transfer pengetahuan
sebagai media
banyak kepentingan yang
tentang teknologi bioflok yang
budidaya lele
mempergunakan sumberair
mampu memaksimalkan
yang terbatas
pengunaan air, karena tidak
- Belum adanya pengetahuan
diperlukan pergantian air
tentang memaksimalkan air
- Pembuatan Denplot
sebagai media budidaya
budidaya ikan lele dengan teknologi bioflok
2
3
Tingginya komponen
- Harga pakan pabrik yang
- Transfer pengetahuan
biaya pakan dalam
tinggi
tentang teknologi bioflok yang
budidaya ikan lele
- Ketergantungan tinggi
mampu menjadi pakan alami
terhadap pakan pabrikan
dan menurunkan penggunaan
- Kurangnya pengetahuan
pakan pabrikan sampai 30 %
tentang pemanfaatan pakan
- Pembuatan Denplot
alternatif yang bermutu
budidaya ikan lele dengan
tinggi
teknologi bioflok
Kurang tertibnya
- kurangnya pemahaman
- Transfer pengetahuan
administrasi
tentang pentingnya
tentang administrasi
pembukuan
pembukuan yang baik
pembukuan yang baik
kelompok dan
- kurangnya pengetahuan
anggota
tentang tata laksana pembukuan yang baik
2.3. Metoda Pelaksanaan Kegiatan Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat Kelompok APULES dilaksanakan dalam bentuk: 1. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Budidaya Lele dengan Teknologi Bioflok, 2. Pembuatan Demontrasi Plot (Denplot) Budidaya Lele dengan Teknologi Bioflok 3. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Pembukuan Usaha Budidaya Lele
Pelaksanaan kegiatan Budidaya Lele dengan Teknologi Bioflok diharapkan dapat mengikuti pola skema seperti Bagan 1.
Diklat dan Pendampingan Teknologi Bioflok kepada Kadek Fendi Wirawan
Persiapan Budidaya Ikan Lele Kelompok APULES
Demplot Budidaya Ikan Lele dengan Teknologi dan Manajemen Tepat
Hasil Produk Budidaya Ikan Lele dengan Kualitas dan Kuantitas Tinggi
Diklat dan Pendampingan Manajemen Buddaya Lele kepada Anggi Karina Pravitasari
Bagan 1. P2M Kelompok Budidaya Lele APULES Pendidikan dan Latihan Budidaya Ikan Lele dengan Teknologi Boflok diharapkan mampu dilaksanakan dengan melibatkan peran serta aktif kelompok APULES, dan dalam pelaksanaan pendampingan diharapkan mampu meningkatkan hasil produksi budidaya ikan lele.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Kegiatan Hasil kegiatan dalam pelaksanaan program pengabdian pada masyarakat di Kelompok APULES sebagai kelompok pembudidaya ikan lele tertuang dalam tabel 2. Hasil Kegiatan
Tabel 2. Hasil Kegiatan No 1
Target
Waktu
Bentuk Kegiatan
Transfer pengetahuan tentang
27 Maret
Diklat Budidaya Ikan
- Terlaksananya
teknologi bioflok yang mampu
2014
Lele dengan
diklat dengan baik
Teknologi Bioflok
- Hasil evaluasi
memaksimalkan pengunaan air,
Indikator
karena tidak diperlukan
minimal 75% materi
pergantian air
dapat dimengerti - pengunaan air yang efisien
2
Transfer pengetahuan tentang
28 Maret
teknologi bioflok yang mampu
2014
menjadi
pakan
alami
dan
Diklat Budidaya Ikan
- Terlaksananya
Lele dengan
diklat dengan baik
Teknologi Bioflok
- Hasil evaluasi
menurunkan penggunaan pakan
minimal 75% materi
pabrikan
dapat dimengerti - penurunan penggunaan pakan pabrik sampai 30%
3
Transfer pengetahuan tentang
29 Maret
administrasi pembukuan yang
2014
baik
Diklat Pembukuan
- Terlaksananya
Organisasi dan
diklat dengan baik
Keuangan Budidaya
- Hasil evaluasi minimal 75% materi dapat dimengerti - pembukuan yang baik dan teratur
4
Pembuatan Demplot Budidaya
3 – 5 April
Ikan Lele dengan Teknologi
2014
Bioflok
Pembuatan Demplot
- Terwujudnya Demplot Bioflok - Efisiensi pengunaan air
- Penurunan penggunaan pakan pabrik sampai 30% - Peningkatan kualitas dan kuantitas ikan lele - Mempersingkat waktu panen - Anggota kelompok mampu menerapkan teknologi bioflok dalam budidaya ikan lele 5
Kelompok
April –
Pendampingan
Keberlanjutan usaha
Apules dalam Budidaya Lele
Agustus
Kelompok
budidaya kelompok
Pendampingan
dengan Teknik Bioflok
2014
Apules dalam budidaya lele dengan Teknik Bioflok
3.2. Pembahasan Secara umum kegiatan pengabdian kepada masyarakat untuk Kelompok Apules berjalan dengan baik, lancar, dan sesuai dengan jadwal. Hal ini terjadi karena antusias dan kerjasama yang baik dari mitra masyarakat. Kegiatan ini terbagi menjadi beberapa subbidang kegiatan yang dilaksanakan penuh dengan melibakan peran serta aktif masyarakat sebagai mitra kegiatan. 3.2.1. Diklat Budidaya Ikan Lele dengan Teknologi Bioflok
Kegiatan pendidikan dan latihan penggunaan bioflok dilaksanakan selama 2 hari yaitu tanggal 27 – 28 Maret 2014, yang berlokasi di Sekretariat Kelompok Apules. Diklat diiisi dengan pemberian materi tentang budidaya lele dengan teknologi bioflok dan dilanjutkan dengan praktek pemanfaat teknologi bioflok.
Kegiatan diklat ini terlaksana dengan baik berkat peran serta mitra yang sangat antusias dalam menerima materi baik secara teori maupun dalam pelaksanaan praktek. Saudara Fendi sebagai mitra dengan semangat muda dan jiwa wirausaha yang baik mampu menjadi teman diskusi berbagi pengetahuan budidaya lele, tidak hanya bertindak sebagai peserta namun mampu memberikan ide-ide dan inspirasi yang dapat dikembangkan dalam meningkatkan usaha budidaya. Hasil evaluasi pembelajaran berupa pretest dan posttest yang diberikan dalam diklat ini menunjukkan secara angka 90 % materi yang diberikan dapat dimengerti dan diserap oleh mitra sebagiai mitra dalam program pengabdian masyarakat ini. Secara metode budidaya penggunaan bioflok mampu mengurangi penggunaan air sebagai media budidaya, hal ini terlihat dari selama satu siklus budidaya pergantian air hanya dilakukan sebanyak 3 kali. Pergantian air yang dilakukan pada saat siklus budidaya ini dilakukan bukan karena airnya tidak bagus tetapi lebih kepada usaha percobaan untuk melihat perkembangan ikan lele setiap 30 hari. Penggunaan pakan dalam budidaya lele dengan tenologi bioflok ini juga menghasilakan data penurunan penggunaan pakan pabrik sampai 30%, meskipun seharusnya masih bisa ditekan tetapi untuk menjaga semangat mitra angka penurunan masih dipertahankan dalam angka ini. Hal ini terlihat dari hasil panen dari periode pertama yang setelah dikalkulasikan penggunaan pakan bisa ditekan sampai angka 35%.
Teknologi Bioflok Teknologi bioflok merupakan teknologi budidaya yang didasarkan kepada prinsip asimilasi nitrogen anorganik (amonia, nitrit, dan nitrat) oleh komunitas mikroba (bakteri heterotrof) dalam media budidaya sebagai sumber makanan (De Schryver et al. 2008). Avnimelech (2012) mengemukakan bahwa tujuan dikembangkannya teknologi bioflok ini adalah untuk memperbaiki dan mengontrol kualitas air budidaya, biosekuriti, membatasi penggunaan air, serta efisiensi penggunaan pakan. Bioflok merupakan suspensi yang terdapat di dalam air yang berupa fitoplankton, bakteri, agregat hidup, bahan organik dan pemakan bakteri (Avnimelech 2007). Penelitian mengenai penerapan teknologi bioflok terhadap kualitas air, telah dilakukan Avnimelech (1999) yaitu dengan pemberian karbohidrat berupa glukosa dan tepung tapioka dalam bak pemeliharaan ikan nila dengan kepadatan 80ekor/m3 dapat
menurunkan konsentrasi TAN secara nyata. Selain dapat memperbaiki kualitas air, penerapan teknologi bioflok juga dapat meningkatkan pertumbuhan ikan nila (Maryam 2010). Sementara penelitian mengenai kontribusi bioflok pada kinerja reproduksi telah dilakukan pada udang Litopenaeus stylirostris (Emerenciano et al. 2011). Pada penelitian tersebut dilaporkan bahwa kinerja pemijahan L. stylirostris pada kondisi flok lebih baik daripada dalam kontrol (Emerenciano et al. 2011). Teknologi bioflok adalah teknologi yang memanfaatkan hasil metabolisme ikan atau udang yang mengandung nitrogen untuk diubah menjadi protein yag dapat dimanfaatkan oleh ikan atau udang. Hal ini menyebabkan ikan atau udang memperoleh protein tambahan dari bioflok disamping pakan yang diberikan (Anonim, 2013) Bioflok merupakan agregat diatom, makroalga, pelet sisa, eksoskeleton organisme mati, bakteri, protista dan invertebrata juga mengandung bakteri, fungi, protozoa dan lain-lain yang berdiameter 0,1-2 mm. Bahan-bahan organik itu merupakan pakan alami ikan dan udang yang mengandung nutrisi baik, yang mampu disandingkan dengan pakan alami, sehingga pertumbuhan akan baik bahkan jumlah pakan yang diberikan bisa diturunkan. Menurut Teori Bioflokulasi Bioflok adalah tehnik pengolahan limbah cair untuk makroagregat yang dihasilkan dalam sistem lumpur aktif. Lumpur aktif bisa juga diibaratkan sebagai sup mikroba yang terbentuk dari pemberian aerasi terus menerus pada biomassa tersuspensi dan mikroorganisme penguraian dalam limbah cair. Teknologi bioflok berbeda dengan budidaya perikanan konvensional yang melakukan perganian air. Pada tahap bioflok tidak dilakukan proses pergantian air, tetapi hanya penambahan air. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan ammonia di dalam air yang akan dilakukan oleh mikroba. (Anonim, 2013) Bioflok bekerja dengan saling ketergantungan organisme bakteri dengan alga serta lingkungannya.
Bakteri dan alga ini terbentuk secara alami.
Bakteri berperan dalam
teknologi bioflok ini adalah bakteri heterotroph yang merupakan bakteri yang dapat mengkonversi NH3 menjadi biomassa bakteri yang cepat. NH3 merupakan toksin tetapi mampu memberikan energi pada bakteri untuk proses hidupnya. Bakteri yang bergabung dengan alga dapat menyaring air dari ammonia yang merupakan toksin bagi ikan dan membentuk agregat yang dapat menjadi pakan alami pada ikan. Alga memberikan senyawa – senyawa yang dibutuhkan bagi bakteri, dan bakteri merombak senyawa – senyawa yang dibutuhkan. Bakteri dan alga ini sudah terbentuk secara alami dan akan berkembang.
Adanya pemanfaatan nitrogen anorganik oleh bakteri heterotrof mencegah terjadinya akumulasi nitrogen anorganik pada kolam budidaya yang dapat menurunkan kualitas perairan. Penambahan sumber karbon ke dalam air menyebabkan nitrogen dimanfaatkan oleh bakteri heterotrof yang selanjutnya akan mensintesis protein dan sel baru (protein sel tunggal). Bioflok kemudian dimanfaatkan sebagai pakan ikan sehingga dapat mengurangi kebutuhan protein pakan (Avnimelech, 1999). Peningkatan pengambilan nitrogen karena pertumbuhan bakteri heterotrof dapat menurunkan konsentrasi amonia lebih cepat dibandingkan bakteri nitrifikasi. Immobilisasi amonia oleh bakteri heterotrof terjadi lebih cepat karena laju pertumbuhan dan hasil biomassa mikroba per unit substrat dari bakteri heterotrof 10 kali lebih tinggi daripada bakteri nitrifikasi (Hargreaves, 2006). Selain itu, adanya komponen Poly-β-hydroxybutyrate (PHB) pada bioflok menjadikan bioflok dapat berperan sebagai agen biokontrol patogen pada ikan budidaya. PHB merupakan komponen khusus pada sel mikroba yang bisa didegradasi intraseluler dan diproduksi oleh berbagai mikroorganisme sebagai respon terhadap kondisi stres fisiologis. PHB telah diteliti dapat mencegah Artemia franciscana dari infeksi virus dan bakteri patogen (De Schryver et al., 2008). Beberapa faktor kunci pengembangan sistem heterotrof dalam budidaya yaitu: (1) padat tebar tinggi, (2) aerasi cukup untuk mempertahankan pencampuran (mixing) air, dan (3) input bahan organik yang tinggi yang akan dimanfaatkan sebagai sumber makanan oleh ikan dan bakteri, serta dapat menciptakan keseimbangan nutrien yang dibutuhkan bakteri seperti karbon dan nitrogen (McIntosh, 2000). Teknologi bioflok menggunakan 3 (tiga) aspek yaitu: biologi dengan adanya bakteri, kimia dengan pemberian kapur, dan fisika dengan pemasangan kincir air. Kunci utama dalam teknologi bioflok adalah tidak dilakukan proses pergantian air melainkan pengunaan kincir air. Kincir air berfungsi memasukkan oksigen ke dalam air agar kondisi perairan berjalan normal, karena bakteri sangat membutuhkan oksigen. Jumlah kincir air yang dipakai disesuaikan dengan kepadatan ikan yang dibudidayakan. Penggunaan Bioflok dalam budidaya ikan lele kita ketahui dengan sifat nafsu makan yang tinggi dan usus pendek dari ikan lele menyebabkan ikan lele mudah lapar namun cepat menyebabkan akumulasi kotoran menumpuk. Tehnik Bioflok pada intinya mereduksi bahanbahan organik dan senyawa beracun yang terakumulasi dalam air pemeliharaan ikan. Dengan sistem self-purifikasi didapat hasil akhir meningkatkan effisiensi pemanfaatan pakan dan peningkatan kualitas air. Hasilnya adalah :
1. Pakan ikan lele akan lebih effisien 2. Pertumbuhan ikan lele akan rampag artinya selama kegiatan budidaya tidak ada kegiatan penyortiran. 3. Kecepatan pertumbuhan ikan yang lebih optimal dengan masa waktu panen yang lebih singkat. 4. Padat tebar per meter3 yang lebih tinggi kisaran 500 benih-1000 benih/m3. 5. Ikan sehat dan gesit serta mengurangi penyakit pada ikan. Menurut Junda tahun 2013, teknologi bioflok merupakan teknologi ramah lingkungan karena dampak pencemaran dapat ditekan dan meminimalisir pemberian pakan buatan karena bioflok akan membentuk pakan secara alami. Hal ini menyebabkan proses panen dengan teknologi antara 1 sampai 2 bulan atau 72 – 80 hari, sementara budidaya konvensional dapat mencapai 4 bulan.
3.2.2. Diklat Manajemen Budidaya Lele Pendidikan dan latihan manajemen budidaya lele yang dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2014, ditekankan kepada tertib dministrasi pengelolaan pembukuan kelompok, sehingga anggota kelompok memahami secara terbuka pengelolaan keuangan dalam budidaya lele. Dengan mengetahui pengelolaan keuangan diharapakan kelompok mengetahui apakah usaha budidaya yang dilaksanakan dapat memberikan keuntungan atau tidak, sehingga keberlanjutan program budidaya dapat terjaga. Kegiatan ini dapat berjalan dengan baik yang didorong oleh antusias dari saudari Anggi sebagai mitra dalam diklat dan pendampingan majajemen budidaya lele ini. Dari hasil evaluasi yang dilaksanakan materi yang diberikan dapat diserap dalam angka 95%, hal ini memberikan gambaran peserta mampu mengaplikasikan materi yang diberikan saat diklat. Pembukuan yang teratur menjadi hasil dalam kegiatan diklat ini, dimana setiap pembelian benih, pakan, penggunaan air dan listrik dapat dengan mudah terpantau dalam melihat pembukuan. Demikian pula dengan hasil panen yang diperoleh dimasukkan dalam jurnal yang rapi, sehingga kelompok mengetahui usaha budidaya lele ini mampu memberikan penghasilan yang menjanjikan dalam setiap periode budidaya.
3.2.3. Pembuatan Demplot Budidaya Lele dengan Teknologi Bioflok Pembuatan denplot budidaya lele dilaksanakan dengan peran serta aktif dari masyarakat sebagai mitra dalam program pengabdian kepada masyarakat ini. Pada periode pertama dibuat demplot menggunakan terpal tetapi karena kendala cuaca perubahan cuaca yang sangat cepat pada bulan ini, demplot terpal mengalami kerusakan pada akhir satu siklus budidaya. Harapan awal penggunaan terpal ini dapat dipakai minimal 3 kali siklus panen, tetapi pada satu siklus terpal sudah mengalami kerusakan. Pada periode atau siklus budidaya kedua dilakukanlah modifikasi dengan menggunakan bak beton dalam melaksanakan usaha budidaya lele ini, sehingga terwujud demplot dari beton dan memiliki kekuatan yang melebihi demplot terpal. Indikator pencapaian dari peningkatan kualitas dan kuantitas budidaya ikan lele dengan teknologi bioflok, seperti: penurunan pakan pabrik, efisiensi penggunaan air, dan mempersingkat waktu panen dapat diwujudkan dalam 2 kali siklus panen lele oleh Kelompok Apules. Hal ini mengidikasikan anggota kelompok mampu menerapkan teknologi bioflok dalam budidaya ikan lele.
BAB IV PENUTUP
4.1. Simpulan Dalam seluruh rangkaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Kelompok Apules berupa teknik budidaya lele dengan menggunakan bioflok dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik berkat peran serta aktif dari anggota kelompok sebagai mitra dalam program ini. Kegiatan ini terdiri dari pendidikan dan pelatihan serta pendampingan berupa diklat budidaya lele dengan bioflok dan manajemen usaha budidaya lele. Pembuatan demplot budidaya lele dengan teknologi bioflok mampu menjadi sarana belajar real anggota kelompok dalam pelaksanaan program pengabdian masyarakat.
4.2. Saran Kegiatan ini meskipun dapat memenuhi semua indikator yang ingin dicapai dalam pelaksanaan program, namun masih dirasakan belum mampu menjangkau masyarakat secara luas karena masih berfokus pada anggota kelompok Apules saja.
Diharapkan kedepan
program budidaya lele dengan bioflok ini dapat diterapkan ke semua pembudidaya lele yang ada sehingga mampu meningkatan kualitas dan kuantias hasil panen.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013. Teknologi Bioflok Hemat Pakan Alami. http://budidaya-ikan.com/teknologibioflok-hemat-pakan-ikan/. Publikasi 21 Mei 2013. Avnimelech Y. 1999. Carbon/nitrogen ratio as a control element in aquaculture systems. Aquaculture 176:227-235. De Schryver P, Crab R, Defoirdt T, Boon N, Verstraete W. 2008. The basics of bio-flocs technology: The added value for aquaculture. Aquaculture 277: 125-137. Emerenciano M, Cuzon G, Goguenheim J, Gaxiola G. 2011. Floc contribution on spawning performance of blue shrimp Litopenaeus stylirostris. Aquaculture Research. 1-11. Hargreaves, JA., 2006. Photosynthetic suspended-growth systems in aquaculture. Aquacultural Engineering 34, 344–363. Junda, Muh. 2013. Teknologi Bioflok pada Budidaya Perikanan. Tabloid Profesi Universitas Negeri Malang. Malang Maryam S. 2010. Budidaya super intensif ikan nila merah Oreochromis sp. dengan teknologi bioflok: profil kualitas air, kelangsungan hidup dan pertumbuhan. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. McIntosh RP. 2000. Changing paradigms in shrimp farming: V. establishment of heterotrophic bacterial communities. Global Aquaculture Alliance. The Advocate, 52-54.
LAMPIRAN Foto – Foto Kegiatan
Gambar 1. Lokasi Kegiatan P2M Budidaya Lele
Gambar 2. Diklat Budidaya Lele dengan Teknik Bioflok
Peta Lokasi PETA LOKASI P2M BUDIDAYA IKAN LELE DENGAN TEKNOLOGI BIOFLOK
PETA DESA PANTAI KELOMPOK APULES KECAMATAN BULELENG SAMBANGAN KABUPATEN BULELENG
SINGARAJA
DE SA PENARUK AN DE SA KAMP UNG BARU
PETA DESA PANTAI KECAMATAN BULELENG KABUPATEN BULELENG
DE SA KAMP UNG BUG IS
DE SA PENARUK AN DE SA KAMP UNG BARU DE SA KAMP UNG BUG IS
DE SA KAMP UNG ANYAR
DE SA KAMP UNG ANYAR DE SA KALIUNTU
DESA BANYUNING
DE SA BANYUA SRI
KECAMATAN BULELENG
DE SA KALIUNTU
DE SA BAK TISERAG A DE SA PEMA RON
DESA BANYUNING
DE SA TUK AD MUNG G A
DE SA BANYUA SRI
DE SA ANT URA N
DE SA KALIBUBUK
KECAMATAN BULELENG
N
1
0
1 Kilometer s
DE SA BAK TISERAG A DE SA PEMA RON
DE SA TUK AD MUNG G A
DE SA ANT URA N
DE SA KALIBUBUK
N
1
0
1 Kilometer s
Lokasi P2M Kelompok APULES
Organisasi Pelaksana Organisasi pelaksana kegiatan: Ketua
: I Nyoman Dodik Prasetia, S.Si.,M.Si
Anggota
: Dr. Gede Ari Yudasmara, M.Si I Gede Yudi Wisnawa, S.Pd.,M.Sc Ratna Artha Windari, SH.,MH