LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DESA BINAAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA BERBASIS TRI HITA KARANA
JUDUL PROGRAM JUDUL PROGRAM:
Judul Program: PEMBINAAN DESA MENGESTA BERBASIS TRI HITA KARANA
Oleh: Drs. I Made Mariawan, M. Pd (Ketua/195906081985031001) Prof. Dr. I Nengah Suparta, M.Si (Anggota/196507111990031003) Dr. Ni Nyoman Parwati, M.Pd (Anggota/196512291990032002) Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor: 61/UN48.15/LPM/2014 tanggal 13 Februari 2014.
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA Tahun 2014 i
HALAMAN PENGESAHAN 1. 2.
3.
4.
5. 6.
Judul Ketua Pelaksana a. Nama Lengkap b. Jenis Kelamin c. NIDN d. Disiplin Ilmu e. Pangkat/Golongan f. Jabatan g. Fakultas/Jurusan h. Alamat i. Telp/Faks/E-mail j. Alamat Rumah k. Telp/Faks/E-mail Jumlah Anggota Pelaksana a. Nama Anggota I b. Nama Anggota II Lokasi Kegiatan a. Nama Desa b. Kecamatan c. Kabupaten/Kota d. Propinsi Jumlah biaya kegiatan Lama Kegiatan
: Pembinaan Desa Mengesta Berbasis Tri Hita Karana : : : : : : : : : : : : : :
Drs. I Made Mariawan, M. Pd Laki-laki 0008065907 Pendidikan Fisika Pembina Utama Muda /IV.c Lektor Kepala FMIPA/Pendidikan Fisika Jl. Udayana No. 11 Singaraja Jl. Sri Rama No. 18 Singaraja 081558009333/-/
[email protected] 2 (dua) orang Prof. Dr. I Nengah Suparta, M.Si Dr.Ni Nyoman Parwati, M. Pd
: : : : : :
Mengesta Penebel Tabanan Bali Rp 35.000.000 (Tiga puluh lima juta rupiah) 6 bulan (Maret s.d September 2014)
0362-25072/0362-25735/-
Mengetahui, Dekan FMIPA Undiksha,
Singaraja, 8 September 2014 Ketua Pelaksana,
(Prof. Dr. I. B. Pt. Arnyana, M.Si) NIP: 195812311986011005
(Drs. I Made Mariawan, M. Pd) NIP: 195906081985031001 Menyetujui,
Prof. Dr. Ketut Suma, M.S NIP: 195901011984031003
ii
RINGKASAN Tujuan program desa binaan ini dan target khusus yang direncanakan meliputi empat hal sebagai berikut. Target yang ingin dicapai melalui kegiatan ini, adalah: pada tahun pertama, adanya peta potensi-potensi unggul SDA dan SDM untuk pengembangan peternakan babi yang ramah lingkungan atau dengan konsep ‘nol limbah’, minimal 60% dari semua potensi yang ada; adanya kelompok-kelompok ternak babi yang memiliki metode/manajemen pemeliharaan ternak secara modern dan berkelanjutan dengan sistem pengelolaan peternakan secara profesional, minimal ada 2 kelompok ternak dengan anggota masing-masing 5 orang; dihasilkannya ternak babi potong dengan kualitas super dengan berat rata-rata 100 kg dalam waktu pemeliharaan selama 4-5 bulan, minimal dihasilkan 20 ekor babi siap panen per bulan; serta adanya artikel ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal nasional; dan pada tahun kedua, adanya kelompok ternak yang memiliki kemampuan menerapkan IPTEK untuk mengelola limbah ternak menghasilkan biogas; adanya sistem pengelolaan peternakan dan pertanian berkelanjutan berbasis Tri Hita Karana, dengan pemberdayaan terpadu antara organisasi pertanian tradisional Bali (subak) dan desa pekraman berikut perangkat-perangkatnya, serta hukum adat/awig-awig. Metode yang dipakai dalam mencapai tujuan tersebut, adalah sebagai berikut. Pada tahun pertama, meliputi: (1) melakukan pemetaan potensi-potensi unggul sumber daya alam, penyiapan SDM (pembentukan dan pelatihan kelompok-kelompok ternak) dan penyiapan fasilitas untuk produksi biogas. Materi pelatihan meliputi: konsep pengembangan peternakan babi berbasis Tri Hita Karana (diberikan oleh tim P2M) dan teknologi pemeliharaan ternak secara modern dan teknologi pengolahan limbah (oleh ahli pertanian/peternakan, dalam hal ini bekerja sama dengan P4S Somya Pertiwi dan Dinas Peternakan Kabupaten Tabanan); (2) Implementasi hasil pelatihan terkait dengan teknis pemeliharaan ternak babi untuk menghasilkan ternak babi potong dengan kualitas super. Pada tahun kedua, yaitu: (3) penerapan teknologi pengolahan limbah pada kelompok-kelompok ternak menjadi biogas rumah tangga; dan (4) pengembangan sistem pengelolaan pertanian berkelajutan berbasis Tri Hita Karana.
1
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkat kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat Nya-lah seluruh rangkaian kegiatan P2M Desa Binaan ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kegiatan P2M Desa Binaan ini dapat dilaksanakan berkat adanya bantuan dan kerjasama yang sangat baik dari semua pihak yang terlibat. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1.
LPM Undiksha yang telah memberikan bantuan dana untuk pelaksanaan kegiatan P2M Desa Binaan ini.
2.
Ketua LPM yang telah memberikan persetujuan untuk melaksanakan kegiatan P2M dalam bentuk pelatihan dan pembinaan.
3.
Dinas Peternakan Kabupaten Tabanan yang telah banyak membantu, khususnya dalam penyediaan nara sumber dalam pelaksanaan pelatihan penerapan IPTEK dalam mengembangkan usaha peternakan babi yang ramah lingkungan.
4.
Kepala Dusun Wongaya Betan, desa Mengesta yang telah memberikan ijin dan atas kerjasamanya dalam pelaksanaan program Desa Binaan ini.
5.
Ketua P4S Somya Pertiwi atas kerjasamanya dan peminjaman fasilitas dalam kegiatan pembinaan dan pelatihan.
6.
Seluruh anggota kelompok tani/ternak di desa Mengesta yang dengan penuh tanggung jawab dalam menyukseskan pelaksanaan kegiatan P2M Desa Binaan ini.
7.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, yang telah membantu terlaksananya kegiatan P2M Desa Binaan ini. Kami menyadari bahwa apa yang telah kami lakukan dan hasilkan selama
melaksanakan kegiatan P2M ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak demi penyempurnaan kegiatan P2M selanjutnya. Kami berharap semoga P2M ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat (Kelompok tani khususnya) dalam upaya mencari sumber-sumber penghasilan tambahan sehingga berimplikasi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat di desa binaan. Singaraja, 10 September 2014 ttd Ketua Pelaksana iv
DAFTAR ISI
Halaman: HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
RINGKASAN
iii
PRAKATA
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
PENDAHULUAN
1
1.1
Analisis Situasi
1
1.2
Tujuan dan Manfaat
4
TARGET DAN LUARAN
5
2.1
Target
5
2.2
Luaran
5
METODE PELAKSANAAN
6
3.1
Diagaram Alir Kegiatan
7
3.2
Pelaksanaan Kegiatan
8
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
10
4.1
Kelayakan Anggota Pengusul
10
4.2
Kelayakan LPM Undiksha
10
BAB V
HASIL YANG DICAPAI
11
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
20
6.1
Kesimpulan
20
6.2
Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN - personalia tenaga pelaksana beserta kualifikasinya - Foto-foto Kegiatan
v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi Perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola kehidupan masyarakat saat ini. Perubahan pola hidup yang ditimbulkan oleh kemajuan di bidang teknologi tersebut ada yang berdampak positif, namun tidak sedikit pula yang berdampak negatif. Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan adalah pola hidup konsumtif yang menjangkiti sebagian masyarakat di Indonesia umumnya. Bali sebagai daerah tujuan wisata dunia, sangat merasakan dampak dari perubahan pola hidup masyarakat seperti itu. Sebagai daerah yang mengandalkan pariwisata budaya, tentunya dampak-dampak negatif dari perkembangan pariwisata perlu dicarikan solusi agar budaya Bali yang sarat dengan nilai-nilai luhur dapat dilestarikan. Berbagai upaya penanggulangan dampak negatif dari perkembangan pariwisata hendaknya dilakukan dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah dengan menggali nilai-nilai kearifan lokal warisan nenek moyang dijadikan landasan dalam pelaksanaan kehidupan sehari-hari. Konsep Tri Hita Karana merupakan salah satu pedoman hidup yang dilaksanakan oleh masyarakat Bali secara turun temurun. Tri Hita Karana mempunyai makna menjaga keharmonisan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan agar dapat hidup secara rukun dan damai. Kearifan lokal Bali yang berkembang yang bersumber dari konsep Tri Hita Karana diwariskan secara turun temurun bisa dilihat dari pelaksanaan kehidupan mereka sehari-hari (Dalem, 2007; Parwati, 2009). Dalam kehidupan masyarakat Bali (Hindu) melalui pelaksanaan persembahyangan di pura secara rutin dan berkesinambungan dan dengan penuh percaya diri, menjaga kesucian tempat persembahyangan (pura), menjaga kebersihannya, termasuk menjaga simbol-simbol agama. Hal ini sebagai implementasi dari menjaga keseimbangan antara manusia dengan Tuhan. Masyarakat Bali menerapkan sistem gotong royong dalam melaksanakan pekerjaaan-pekerjaan adat dan keagamaan. Selain itu dalam melaksanakan pergaulan sehari-hari, mereka disarankan untuk melakukan tiga konsep perbuatan yang baik, yaitu: perpikir, berkata, dan berbuat yang baik yang bersumber dari ajaran Tri Kaya Parisuda. Hal ini merupakan warisan nilai-nilai kearifan lokal untuk menjaga keharmonisan antara 1
manusia dengan manusia. Kemudian, untuk menjaga keseimbangan antara manusia dengan lingkungan, masyarakat Bali disarankan untuk memperlakukan tumbuh-tumbuhan dan binatang sebagaimana memperlakukan manusia. Wujud dari perbuatan ini, misalnya: memakaikan kain pada tumbuh-tumbuhan agar tidak ditebang secara liar dan sembarangan, membuatkan upacara peringatan untuk tumbuh-tumbuhan setiap hari tumpek pengarah. Begitu juga bagi binatang dibuatkan hari peringatan setiap tumpek uye/kandang. Namun seiring dengan kemajuan zaman, kearifan lokal yang penuh dengan nilai-nilai luhur tersebut semakin memudar (Parwati, 2009; Sumiarta, 2012; Rossi, dkk., 2013). Tuntutan kehidupan yang semakin kompleks memunculkan konflik-konflik sosial dalam masyarakat. Pelecehan terhadap simbol-simbol keagamaan, dan eksploitasi pura sebagai tempat pariwisata. Sebagian masyarakat Bali tidak peduli lagi dengan pelestarian lingkungan. Hal ini nampak dari adanya pencemaran lingkungan di sana sini, penebangan pohon secara liar. Alih fungsi lahan yang berpotensi merusak pelestarian lingkungan tidak dapat dibendung lagi akibat dari pesatnya perkembangan sektor pariwisata. Masyarakat Bali yang sebagian besar adalah petani, mulai resah dengan kebutuhan hidup yang semakin kompleks. Kedatangan para investor di bidang pariwisata memberikan berbagai tawaran yang menggiurkan, namun sekaligus bumerang bagi petani, khususnya dalam hal alih fungsi lahan pertanian menjadi fasilitas pariwisata. Konflik-konflik horizontal mulai bermunculan. Para petani pemilik lahan sangat mudah dipengaruhi untuk menjual lahan pertaniannya kepada para investor karena tertarik dengan harga tanah yang melambung tinggi. Semakin menyempitnya lahan pertanian memberikan dampak pada menurunnya pendapatan para petani. Kehidupan para petani ini sebagian besar berada dalam status ekonomi menengah ke bawah dan banyak yang cenderung berada di bawah garis kemiskinan. Menurut data statistik, keberadaan mereka berjumlah sekitar 93.200 orang atau 3,95% (BPS, 2012). Masalah ini juga terjadi di Banjar Wongaya Betan Desa Mengesta, Penebel, Tabanan, dimana 95% dari total penduduknya adalah petani/peternak (Data Statistik Kebendesaan Mengesta, 2013). Daerah ini sudah terkenal sebagai daerah penghasil beras merah, namun karena pemakaian pupuk anorganik secara berkepanjangan mengakibatkan produksi padi semakin menurun karena kualitas tanah semakin buruk. Potensi untuk mengembangkan kewirausahaan sebenarnya terbuka lebar, namun karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, potensi yang dimiliki tidak bisa berkembang. Salah satunya adalah potensi pengembangan sistem peternakan secara berkelanjutan dan pengolahan limbah ternak menjadi usaha produksi biogas. 2
Lebih lanjut, sisa limbah biogas sangat bagus dijadikan pupuk organik yang bisa dimanfaatkan sebagai usaha pengembangan pertanian organik. Dengan demikian, daerah ini sangat berpotensi sebagai daerah penghasil ternak potong, seperti babi dan sapi serta penghasil beras organik yang berkualitas baik. Petani di Desa Mengesta, Banjar Wongaya Betan khususnya, 95% adalah petani padi dan peternak babi, sapi, atau ayam. Usaha peternakan dilakukan sebagai usaha sampingan selain sebagai petani padi. Namun dengan dikembangkannya usaha ini menimbulkan permasalahan baru yaitu terjadinya pencemaran lingkungan oleh limbah-limbah ternak. Dampak yang ditimbulkan adalah adanya polusi udara dengan bau kotoran ternak dan pencemaran lingkungan lainnya, seperti pencemaran air tanah dan air permukaan. Hal ini berdampak pada terganggunya kunjungan wisatawan ke daerah ini. Masalah lainnya adalah usaha peternakan banyak yang tidak bisa berkelanjutan karena harga pakan yang mahal tidak terjangkau oleh peternak. Pemeliharaan ternak yang dilakukan oleh peternak di Desa Mengesta, Banjar Wongaya Betan, khususnya untuk ternak babi dan sapi dilakukan secara tradisional dengan pemberian pakan yang bisa diperoleh dari alam dan pakan jadi dengan daya beli masyarakat yang sangat rendah. Pola peternakan seperti ini memakan waktu yang relatif lama. Berdasarkan informasi masyarakat setempat diketahui, untuk ternak babi rata-rata 8 sampai 12 bulan baru panen, untuk ternak sapi memerlukan waktu yang lebih lama lagi mulai dari pembibitan bisa mencapai 3 sampai 4 tahun baru panen. Akibat dari kenyataan seperti ini, para peternak di daerah ini tidak bisa mengandalkan sektor peternakan ini sebagai mata pencaharian yang utama. Berdasarkan permasalahan yang terjadi di desa Mengesta, Banjar Wongaya Betan, maka dipandang sangat urgen untuk melakukan pembinaan pada masyarakat di daerah ini yang hasilnya nanti bisa dikembangkan menjadi salah satu usaha untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Melihat potensi yang ada, maka usaha yang paling menjanjikan adalah pengembangan sistem peternakan babi secara modern dan berkelanjutan serta pengolahan limbah ternak menjadi biogas, sebagai sumber energi terbarukan. Pemilihan peternakan babi karena siklus panen lebih singkat dibandingkan dengan sapi, sedangkan peternakan ayam sangat riskan terserang penyakit. Melalui kegiatan P2M Desa Binaan Undiksha ini akan dilakukan pembinaan pada masyarakat dalam hal teknis pemeliharaan babi termasuk pola pemberian pakan untuk menghasilkan panen yang berkualitas dalam waktu yang relatif singkat, sistem pengelolaan kelompok-kelompok ternak dalam satu wadah organisasi dengan 3
menetapkan aturan yang pasti untuk menjamin keberlanjutannya, dan mencari mitra usaha dalam hal penyediaan pakan ternak dan pemasaran. Selain itu, dilakukan pembinaan juga untuk membuat unit-unit biogas yang berasal dari limbah ternak agar tidak mencemari lingkungan. Dengan demikian, kualitas hidup masyarakat di daerah sasaran akan semakin meningkat karena bertambahnya sumber mata pencaharian yang utama. 1.2 Tujuan dan Manfaat a. Tujuan Melalui program P2M desa binaan Undiksha ini, diusulkan upaya untuk mengatasi masalah yang disebutkan tadi. Program ini direncanakan berlangsung dalam dua tahun. Tujuan jangka pendek program P2M ini adalah: (1) menghasilkan pemetaan potensi-potensi unggul sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) dalam pengembangan peternakan babi berbasis Tri Hita Karana; (2) terbentuknya kelompok-kelompok ternak dengan sistem pemeliharaan dan pengelolaan peternakan secara modern dan profesional; (3) terbentuknya kelompok-kelompok ternak yang mempunyai kemampuan menerapkan IPTEK untuk mengembangkan ternak babi dan memproduksi biogas dengan memanfaatkan limbah ternak yang memiliki nilai ekonomis. Tujuan jangka panjang dari program ini adalah: (1) meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara merata dan menyeluruh (secara sosial dan ekonomi); (2) mengembangkan pariwisata pertanian berbasis pelestarian lingkungan dan kearifan lokal; dan (3) mengembangkan potensi daerah menjadi daerah pertanian organik yang bebas limbah. b. Manfaat kegiatan Manfaat kegiatan ini adalah: (1) hasil pemetaan potensi-potensi yang ada untuk mengembangkan sistem peternakan berbasis Tri Hita Karana dapat dijadikan bahan rujukan untuk meningkatkan kualitas produksi peternakan dan pertanian; (2) mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pengembangan sistem peternakan babi yang dikelola secara modern dan berkelanjutan sebagai salah satu pendapatan utama masyarakat; dan (3) memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang pengembangan sistem peternakan berbasis Tri Hita Karana.
4
BAB II TARGET DAN LUARAN
2.1 Target (1) Target yang ingin dicapai melalui kegiatan ini, adalah: pada tahun pertama, adanya peta potensi-potensi unggul SDA dan SDM untuk pengembangan peternakan babi yang ramah lingkungan atau dengan konsep ‘nol limbah’, minimal 60%; adanya kelompok-kelompok ternak babi yang memiliki metode/manajemen pemeliharaan ternak secara modern dan berkelanjutan dengan sistem pengelolaan peternakan secara profesional, minimal ada 2 kelompok ternak dengan anggota 5 orang; dihasilkannya ternak babi potong dengan kualitas super dengan berat rata-rata 100 kg dalam waktu pemeliharaan selama 4 bulan, minimal dihasilkan 20 ekor babi siap panen per 4 bulan; serta adanya artikel ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal nasional; dan pada tahun kedua, adanya kelompok ternak yang memiliki kemampuan menerapkan IPTEK untuk mengelola limbah ternak menghasilkan biogas; adanya sistem pengelolaan peternakan dan pertanian berkelanjutan berbasis Tri Hita Karana, dengan pemberdayaan terpadu antara organisasi pertanian tradisional Bali (subak) dan desa pekraman berikut perangkat-perangkatnya, serta hukum adat/awig-awig.
2.2 Luaran Luaran yang diharapkan melalui kegiatan Desa Binaan ini adalah sebagai berikut. 1) Peta potensi-potensi unggul SDA dan SDM untuk pengembangan peternakan babi yang ramah lingkungan. 2) Kelompok-kelompok ternak babi yang memiliki metode pemeliharaan ternak secara modern. 3) Artikel ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal nasional. 4) Laporan kegiatan.
5
BAB III METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan disajikan dengan diagram alir kegiatan seperti pada gambar 3.1. Pelaksanaan kegiatan seperti pada tabel 3.1. Kegiatan
desa binaan ini direncanakan
berlangsung dalam 2 tahun. Pada tahun pertama dilakukan dua jenis kegiatan, meliputi: (1) melakukan pemetaan potensi-potensi unggul sumber daya alam (SDA), penyiapan sumber daya manusia (SDM) (pembentukan dan pelatihan kelompok-kelompok ternak) dan penyiapan fasilitas untuk produksi biogas. Materi pelatihan meliputi: konsep pengembangan peternakan babi berbasis Tri Hita Karana (diberikan oleh tim P2M) dan teknologi pemeliharaan ternak secara modern dan pengolahan limbah (oleh ahli pertanian/peternakan, dalam hal ini bekerja sama dengan P4S Somya Pertiwi dan Dinas Peternakan Kabupaten Tabanan); (2) Implementasi hasil pelatihan terkait dengan teknis pemeliharaan ternak babi untuk menghasilkan ternak babi potong dengan kualitas super. Pada tahun kedua kegiatan yang dilakukan, yaitu: (3) penerapan teknologi pengolahan limbah pada kelompok-kelompok ternak menjadi biogas rumah tangga; dan (4) pengembangan sistem pengelolaan pertanian berkelajutan berbasis Tri Hita Karana.
6
3.1 Diagram alir kegiatan Pemetaan potensi-potensi unggul SDA dan SDM (pelatihan dan pembentukan kelompok-kelompok ternak)
Identifikasi dan penyiapan fasilitas pendukung produksi biogas
Hasil: pemetaan potensi-potensi unggul SDA dan kesiapan SDM, teknologi pemeliharaan ternak untuk produk babi super dan penyediaan fasilitas pengolahan limbah
Kegiatan Tahun Pertama
Pengembangan sistem pengelolaan pertanian berkelanjutan (SPPB) berbasis Tri Hita Karana Kegiatan Tahun II Hasil: Biogas rumah tangga dengan kualitas baik dan Kajian akademik SPPB yang valid untuk diintegrasikan atau sebagai suplemen dalam hukum/awig-awig adat yang telah berlaku.
Gambar 3.1 Diagram alir Pelaksanaan Kegiatan
7
3.2 Pelaksanaan Kegiatan Tabel 3.1 Rencana Kegiatan Rencana Kegiatan Tahun I: KEGIATAN
(1) Melakukan pemetaan potensipotensi unggul SDA, nilai-nilai kearifan lokal, penyiapan SDM (melibatkan tenaga ahli pertanian/peternakan), (pembentukan kelompokkelompok ternak) dan penyiapan fasilitas untuk pemeliharaan ternak dan produksi biogas
LOKASI PELAKSANAAN
(2)
Wilayah desa Mengest, Banjar Wongaya Betan
TEKNIK PENGUM PULAN DATA
TEKNIK ANALISIS DATA
LUARAN
INDIKATOR CAPAIAN
(3) (4) (5) (6) Observasi 1. Analisis 1. Deskripsi 1. Potensi-potensi lingkungan, deskrip-tif, potensi-potensi unggul SDA dan identifikasi mengunggul daerah, SDM bisa terpetakan, ketersediaan hitung ketersediaan minimal 50%. ternak, rata-rata ternak, dan wawancara, 2. Terbentuknya ternak kesiapan SDM dan pelatihan kelompok-kelompok yang 2. Artikel ilmiah ternak dengan dimiliki untuk jurnal masyaraka pengetahuan dan nasio-nal t, volume pemahaman memadai dengan prioritas Penyebaran limbah yang dalam pemeliharaan angket ternak terakreditasi ternak babi dan yang mengolah limbah 3. Tanggapan dihasilternak menjadi masyarakat kan setiap biogas, minimal ada 2 terhadap ternak/ kelompok ternak, @ rencana usaha hari, pengembangan 5 orang. 2. Analisis ternak dan 3. Adanya tanggapan desriptif pembuatan positif masyarakat biogas terhadap rencana
usaha peternakan babi dan pembuatan biogas rumah tangga. Penerapan teknologi pemeliharaan ternak babi
di desa Mengesta, Wongaya Betan
1. Pembinaan Analisis pemeliharaa Deskriptif terkait n ternak dengan babi 2. banyak ternak yang dihasilkan validasi ahli teknologi pertanian/ peternakan
Menghasilkan ternak babi super Artikel ilmiah untuk jurnal nasional terakreditasi
Minimal dihasilkan 2 kelompok ternak dengan produksi ternak dalam waktu 4 bln minimal 10 ekor per anggota Artikel ilmiah diterbitkan dalam jurnal nasional.
Rencana Kegiatan Tahun II: (1) Pengolahan limbah menjadi biogas pada kelompokkelompok ternak
(2) (3) (4) di desa Pemilihan Analisis Mengesta, jenis Deskriptif Wongaya terkait biodegester Betan dengan yang cocok. proses Perancangan penghitungan dan volume pembuat-an biodegester. 8
(5) Unit-unit biogas rumah tangga hasil limbah ternak babi.
(6) 4 unit biogas dengan kualitas “baik”.
validasi ahli teknologi pertanian/ peternakan FGD, analisis Analisis dokumen, kualitatif Validasi draf kajian akademik oleh ahli hukum dan tokoh masyarakat alat biogas sederhana serta pengujian.
Pengembangan sistem pengelolaan pertanian berkelajutan (SPPB) berbasis Tri Hita Karana
Wilayah pertanian di desa Mengesta, Wongaya Betan
9
1. Kajian akademik SPPB 2. Artikel ilmiah untuk jurnal nasional terakreditasi
Kajian akademik yang dihasilkan digunakan sebagai awigawig/peraturan/ perarem desa adat
BAB IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1 Kelayakan LPM Undiksha Komitmen Undiksha, khususnya LPM Undiksha dalam mengembangkan potensi masyarakat baik dalam dunia pendidikan maupun bidang-bidang lainnya berkaitan dengan perluasan mandat yang sedang dikembangkan Undiksha sebagai satu-satunya Universitas Negeri di Bali Utara sangatlah tinggi. Hal ini dapat dilihat dengan dibentuknya Pusat-Pusat Layanan yaitu Pusat Layanan Pendidikan Sekolah dan Masyarakat, Pusat Layanan KKN/KKL, Pusat Layanan Penerapan IPTEKS dan Dampak Lingkungan, dan Pusat Layanan Kewirausahaan dan Konsultasi Bisnis. Di samping itu Lembaga Penelitian Undiksha memiliki beberapa pusat kajian lingkungan, IPTEKS dan pemberdayaan masyarakat diantaranya Pusat Kajian Lingkungan Hidup, Pusat Kajian Sains, Pusat kajian Pembanguanan Pedesaan dan Pusat Kajian Pemberdayaan Wanita. Semua pusat layanan dan pusat kajian didukung sumber daya manusia yang sangat memadai dan pendanaan operasional bersumber pada dana DIPA. Hal ini menunjukkan Undiksha sangat responsif terhadap isu-isu lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Kiranya komitmen Undiksha untuk mendukung program-program IbM sangatlah memadai. 4.2 Kelayakan Anggota Pengusul Ketua dan anggota tim pengusul kegiatan Desa Binaan ini, telah berpengalaman dalam kegiatan kemasyarakatan terkait dengan pendidikan berorientasi kearifan lokal. Ketua tim pengusul telah banyak melakukan kegiatan pengabdian masyarakat terkait dengan pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas rumah tangga dan produksi pupuk organik dengan memanfaatkan limbah ternak. Dengan demikian pelaksanaan program desa binaan ini tidak banyak mengalami kendala teknis karena sudah pernah menangani kegiatan serupa pada P2M lainnya. Selain itu, ketua tim adalah anggota masyarakat desa binaan yang sangat tahu dengan situasi dan kondisi daerah sasaran. Dengan pengalaman yang dimiliki oleh ketua tim, maka pelaksanaan kegiatan desa binaan di desa Mengesta bisa berjalan dengan lancar dan mendapat sambutan yang baik oleh masyarakat, khususnya para petani. Dengan demikian keberlanjutan kegiatan desa binaan ini dapat dijamin, sehingga diharapkan akan terbentuk kelompokkelompok tani/ternak yang profesional dan produktif.
10
BAB V HASIL YANG DICAPAI
Hasil yang dicapai melalui kegiatan Desa Binaan ini adalah adanya peta potensi-potensi unggul SDA dan SDM untuk pengembangan peternakan babi yang ramah lingkungan atau dengan konsep ‘nol limbah’, adanya kelompok-kelompok ternak babi yang memiliki metode/manajemen pemeliharaan ternak secara modern dan berkelanjutan dengan sistem pengelolaan peternakan secara profesional, dihasilkannya ternak babi potong dengan kualitas super dengan berat rata-rata 79 s.d 100 kg dalam waktu pemeliharaan selama 4-5 bulan, serta adanya artikel ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal nasional. Hasil masing-masing kegiatan dipaparkan sebagai berikut.
5.1 Hasil Peta Potensi-Potensi Unggul SDA dan SDM Desa Binaan di Desa Mengesta (Banjar Wongaya Betan) 5.1.1 Potensi Sumber Daya Alam (SDA) a. Letak Geografis Lokasi Banjar Wongaya Betan, Desa Mengesta, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan dengan jarak dari: -
Pusat Desa
: 3 km
-
Pusat Kota Kecamatan: 5 km
-
Pusat Kota Kabupaten: 18 km
-
Pusat Kota Propinsi: 40 km
dengan batas wilayah adalah: -
Sebelah utara : Banjar Sambahan
-
Sebelah barat : Banjar Belulang
-
Sebelah selatan: Banjar Belulang
-
Sebelah timur : Banjar Babahan
b. Tofografi Wilayah Banjar Wongaya Betan merupakan daerah dataran tinggi yang bergelombang dengan tofografi landai bergelombang, sebagian besar wilayahnya merupakan daerah perbukitan dengan keadaan antara lain: -
Landai : 40% 11
-
Bergelombang : 60%
Kemiringan rata-rata antara 20 sampai dengan 50 derajat, dengan ketinggian tempat 550 m di atas permukaan laut. Keadaan kesuburan tanah besifat sedang sampai subur dengan warna coklat kekuning-kuningan yang punya daya serap hujan sangat baik. c. Iklim Berdasarkan letak geografisnya, suhu rata-rata di wilayah Banjar Wongaya Betan pada keadaan normal, berkisar antara 220C sampai dengan 240C dengan fluktuasi ekstrim antara siang dan malam hari. Umumnya wilayah-wilayah di kecamatan Penebel dipengaruhi oleh iklim tropis lima sampai enam bulan musim kering dan lima sampai enam bulan musim penghujan berturut-turut. Berdasarkan data Dinas Perkebunan Penebel, curah hujan rata-rata di wilayah kecamatan Penebel adalah sebesar 2.000 s/d 3.000 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan sebanyak 65,6 hari, seperti pada tabel 1. Tabel 1. Data Keadaan Curah Hujan dan Hari Hujan di Kecamatan Penebel No.
Tahun
Curah Hujan (mm)
Hari Hujan (hari)
1
2009
2.278
111
2
2010
148
42
3
2011
1.809
55
4
2012
2.790
46
5
2013
1.946
74
6
2014
1.926
70
Sumber: Dinas Perkebunan, Unit Manajemen Lapangan Kecamatan Penebel d. Luas Wilayah Luas wilayah Banjar Wongaya Betan adalah 116,46 Ha yang pemanfaatannya meliputi: lahan pertanian, lahan perkebunan, lahan pekarangan, lahan peternakan, dan lahan peruntukkan lainnya. Perincian luas wilayah berdasarkan pemanfaatannya dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Luas Wilayah Banjar Wongaya Betan Berdasarkan Pemanfaatannya No. Pemanfaatan Lahan
Luas (Ha)
1.
Lahan Sawah
76
2.
Lahan Perkebunan, Peternakan, dan Pekarangan 40
3.
Lahan Prasarana Umum
0,46
Jumlah
116,46
Sumber: Data Statistik Banjar Wongaya Betan Tahun 2014 12
5.1.2 Potensi Sumber Daya Manusia (SDM) a. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk Banjar Wongaya Betan, Desa Mengesta sebanyak 114 KK yang terdiri dari 439 jiwa dengan perincian: laki-laki sebanyak 212 jiwa dan perempuan sebanyak 227 jiwa. Berdasarkan jumlah penduduk yang ada, sebanyak 249 jiwa dalam usia produktif, yaitu umur 15 s/d 60 tahun. Data selengkapnya seperti pada tabel 3. Tabel 3. Jumlah Penduduk Banjar Wongaya Betan Berdasarkan Umur No. Jenis Kelamin
Banyak Penduduk Berdasarkan Klasifikasi Umur (jiwa) 0-14 th
15-60 th
> 60 th
Jumlah
1.
Laki-laki
53
114
45
212
2.
Perempuan
39
135
53
227
Jumlah
92
249
98
439
Sumber: Data Statistik Banjar Wongaya Betan Tahun 2014 Tingkat pendidikan penduduk Banjar Wongaya Betan, dipaparkan dalam tabel 4. Tabel 4. Jumlah Penduduk Wongaya Betan Berdasarkan Tingkat Pendidikan No.
Banyak Penduduk Berdasarkan Pendidikan (jiwa) Tidak/Belum Sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi 149
102
86
88
14
Sumber: Data Statistik Banjar Wongaya Betan Tahun 2014 Mata pencaharian penduduk Banjar Wongaya Betan adalah 60% bermata pencaharian sebagai petani, 40% lainnya bermata pencaharian sebagai pedagang, tukang,wiraswasta, pegawai negeri sipil, dan lainnya. Data selengkapnya disajikan pada tabel 5. Tabel 5. Jumlah Penduduk Banjar Wongaya Betan Berdasarkan Penyebaran Mata Pencaharian No. Mata Pencaharian Banyak Penduduk (jiwa) 1
Petani dan Peternak
177
2
Wiraswasta
8
3
Tukang/Bangunan
10
4
Pedagang
4
5
Pegawai Negeri
20
6
Pegawai Swasta
30 13
7
Lain-lain Jumlah
249 439
Sumber: Data Statistik Banjar Wongaya Betan Tahun 2014 b. Keadaan Sosial Secara umum sistem sosial yang berlaku di Banjar Wongaya Betan dan Desa Mengesta adalah sama seperti wilayah-wilayah lainnya di Kecamatan Penebel. Masyarakat Banjar Wongaya Betan merupakan komunitas yang homogeny yang seluruhnya beragama Hindu sehingga secara social sistem kehidupan bermasyarakat yang dianut berdasarkan aturan/norma, adat istiadat, dan hubungan antar masyarakat sudah tertata dan terlaksana dengan baik, terkoordinasi dalam wadah Banjar adat maupun Banjar Dinas. Sebagai masyarakat sosial, dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari dan kehidupan kemasyarakatan dilandasi oleh kegiatan gotong royong yang masih sangat kental. Keberadaan tempat-tempat suci/pura sudah lengkap, meliputi pura puseh, bale agung, dan dalem, serta beberapa pura dadia seperti pura kawitan dan pura panti. Keberadaan pura-pura tersebut sangat dijaga kesucian dan kebersihannya oleh masyarakat setempat secara gotong royong dan pemeliharaannya dilakukan secara swadaya dan sebagian mendapatkan bantuan dari pemerintah. c. Keadaan Ekonomi Masyarakat Banjar Wongaya Betan sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dalam artian luas, yaitu perkebunan, peternakan, dan pertanian padi. Dengan demikian penghasilan sebagai petani sangat urgen mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakatnya secara umum. Berdasarkan data statistic Banjar Wongaya Betan tahun 2014, tingkat ekonomi masyakat yang tergolong sedang dan miskin, berturut-turut sebanyak: 103 KK, 11 KK. d. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang ada di wilayah Banjar Wongaya Betan tahun 2014 yang menunjang kegiatan masyarakat dalam menjalankan kegiatan usaha dan kehidupan sehari-hari, baik sosial maupun ekonomi dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Sarana dan Prasarana di wilayah Banjar Wongaya Betan No. Uraian
Jumlah/keberadaan
1.
Sekolah Dasar
1
2.
Puskesmas Pembantu
1
3.
Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) 1 14
4.
Kios Penjualan Pakan Ternak
1
5.
Warung Sembako
2
6.
Organisasi Subak
2
7.
Organisasi Adat
1
8.
Organisasi Kesenian
2
9.
Organisasi Teruna Teruni
1
10.
Balai Banjar
1
11.
Sarana Penerangan/PLN
Ada
12.
Sarana air minum
Ada
13.
Transportasi
Ada
14.
Informasi dan Komunikasi
Ada
Sumber: Data Statistik Banjar Wongaya Betan Tahun 2014 5.1.3 Potensi Wilayah Karakteristik wilayah Banjar Wongaya Betan, Desa Mengesta adalah wilayah kepulauan yang mempunyai topografi yang landai sampai dengan bergelombang yang terdiri dari daerah perbukitan dan lahan persawahan. Berdasarkan karakteristik seperti ini, maka lahan yang ada banyak dimanfaatkan untuk usaha tanaman pertanian, peternakan, dan perkebunan. Pemanfaatan potensi lahan di Banjar Wongaya Betan pada masing-masing sub sector pertanian secara umum adalah sebagai berikut. a. Sub Sektor Peternakan Komoditas ternak yang diusahakan/dipelihara oleh masyarakat Banjar Wongaya Betan, meliputi: -
Ternak sapi
-
Ternak babi
-
Ayam ras
-
Ayam buras
Hijauan makanan ternak yang tersedia yang ditanam dan dipelihara secara intensif dalam rangka mendukung usaha ternaknya adalah: rumput gajah dan rumput lapangan sebagai pakan sapi; umbi talas, labu siam, papaya, dan batang pisang sebagai pakan babi; serta gamal dan lamtoro sebagai sumber leguminosa. Hijauan penunjang lainnya adalah limbah pertanian padi yaitu jerami, jagung, daun ubi jalar, daun singkong, kulit kakao, pelepah kelapa, daun dadap, dan daun waru. 15
b. Sub Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Pada sub sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura, sebagian besar pemanfaatan lahan diusahakan untuk tanaman pangan padi sebagai tanaman utama, selebihnya diusahakan untuk tanaman jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, sayur-sayuran, pisang, dan tanaman hortikultura lainnya. Jenis tanaman padi yang berkembang dengan baik di wilayah ini adalah tanaman padi lokal, sebagai penghasil beras merah lokal. c. Sub Sektor Perkebunan Pemanfaatan lahan untuk tanaman perkebunan adalah untuk usaha tanaman kelapa, kakao, cengkeh, kopi, kayu arbesia, kayu jati belanda, kayu jabon, kayu mahoni dengan populasi yang cukup tinggi. Sektor perkebunan yang dikembangkan mempunyai peranan yang cukup besar untuk mengembangkan sektor peternakan, disamping sebagai tempat pengembangan ternak juga sebagai sumber pakan ternak. d. Sumber Air Sumber air di wilayah Banjar Wongaya Betan berasal dari air sungai dan mata air yang dipergunakan untuk mengairi lahan persawahan dan kebutuhan peternakan. Kebutuhan rumah tangga dipenuhi dengan memanfaatkan sumber mata air yang ada di wilayah Banjar Wongaya Betan. 5.1.4 Pembentukan Kelompok-kelompok Ternak Babi Kelompok ternak babi yang berhasil dibentuk dalam kegiatan Desa Binaan ini ada dua kelompok ternak dengan masing-masing anggota sebanyak 5 orang. Masing-masing kelompok tersebut diberi nama kelompok ternak “Nyama Braya Sejahtera” dan kelompok ternak “Utama Sari”.
Pelatihan
peningkatan
pengetahuan
dan
keterampilan
para
peternak
dalam
mengembangkan usaha peternakan babi secara profesional dan konsep pengembangan peternakan berbasis Tri Hita Karana dilaksanakan pada tanggal 18 Juli 2014 dengan nara sumber Ir. Ni Wayan Nastri dari Dinas Peternakan Kabupaten Tabanan dan Dr. Ni Nyoman Parwati, M. Pd selaku anggota pelaksana. Kegiatan pelatihan dihadiri oleh 25 orang anggota masyarakat desa binaan. Seluruh masyarakat yang hadir memberikan tanggapan yang positif terhadap usaha peternakan babi yang dikembangkan. Aktivitas masing-masing kelompok ternak yang dibentuk dan sistem peternakan yang diterapkan diuraikan berikut ini. a. Struktur Kelompok - Kelompok ternak “Nyama Braya Sejahtera” Kelompok ternak ini memiliki 5 orang anggota dan seorang ketua, yaitu: 16
Ketua: Ni Made Sri Artini Anggota: 1. Ni Wayan Suartini 2. Ni Wayan Ratmini 3. Ni Putu Budiani 4. Ni Ketut Sukerti 5. Ni Nyoman Swidani
-
kelompok ternak “Utama Sari”
Ketua: I Nyoman Suarya Anggota: 1. Ni Wayan Murni 2. Ni Nyoman Weji 3. Ni Nengah Sitiarni 4. Ni Wayan Mundri 5. I Wayan Sentanu Masing-masing anggota kelompok ternak tersebut memelihara 10 ekor babi penggemukan yang dikoordinir oleh masing-masing ketua kelompok. Dalam satu bulan sekali, semua anggota mengadakan pertemuan rutin terkait dengan perkembangan usaha yang mereka lakukan dan mencari solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi. Teknologi yang diterapkan dalam upaya mengembangkan usaha peternakan babi, terkait dengan pola pakan, jenis pakan, dan teknis pemeliharaannya, seperti pada tabel 5.1. Tabel 5.1 Jenis dan Pola Pakan Babi Penggemukan POLA PEMBERIAN 1 KALI PAKAN PER 1 EKOR BABI (2 KALI PER HARI) Harga Harga Harga Carun Dedak Polar 2X per Bulan Carun 1x per bln (Kg) (Kg) (Kg) hari (Rp) (Rp) (Rp) I 551 0.5 0 0 4,000 8,000 240,000 II 551 0.5 0.2 0.15 5,140 10,280 308,400 III 551 0.5 0.4 0.1 5,480 10,960 328,800 IV 552 0.5 0.5 0.05 5,450 10,900 327,000 Total Biaya Pakan Per 10 Ekor Per 4 bulan: 1,204,200 Jenis pakan yang diberikan berupa pakan jadi yang dibeli dari suplaier dan pakan hijauan yang diperoleh dari daerah sekitar, berupa: umbi talas, buah labu siam, batang pisang, kulit kakao, dan hijauan lainnya yang tersedia di ladang peternak. 17
5.1.5 Hasil Peternakan Babi Dalam kurun waktu 4-5 bulan, hasil pemeliharaan babi yang didapatkan oleh masingmasing peternak adalah seperti pada tabel 5.2. Tabel 5.2. Hasil Pemeliharaan Babi dalam Kurun Waktu 4 s.d 5 Bulan No.
Nama Peternak
Banyak Ternak (Ekor)
Harga Bibit Per Ekor (Rp)
Harga Pakan Per Ekor + Obat (Rp)
1.
Ni Made Sri Artini
10
500.000
1.254.200
2.295.000
Laba Per Ekor (Rp) 540.800
2.
Ni Wayan Suartini
10
500.000
1.254.200
2.160.000
405.800
3.
Ni Wayan Ratmini
10
500.000
1.254.200
2.349.000
594.800
4.
Ni Putu Budiani
10
500.000
1.254.200
2.133.000
378.800
5.
Ni Ketut Sukerti
10
500.000
1.254.200
2.322.000
567.800
6.
Ni Nyoman Swidani
10
500.000
1.254.200
2.376.000
621.800
7.
I Nyoman Suarya
10
500.000
1.254.200
2.241.000
486.800
8.
Ni Wayan Murni
10
500.000
1.254.200
2.160.000
405.800
9.
Ni Nyoman Weji
10
500.000
1.254.200
2.187.000
432.800
10.
Ni Nengah Sitiarni
10
500.000
1.254.200
2.241.000
486.800
11.
Ni Wayan Mundri
10
500.000
1.254.200
2.322.000
567.800
12.
I Wayan Sentanu
10
500.000
1.254.200
2.160.000
405.800
Keuntungan rata-rata per ekor (Rp) =
Harga Jual Per Ekor (Rp)
491.300
5.2 Pembahasan Berdasarkan hasil peta potensi sumber daya manusia (SDM), sumber daya alam (SDA), dan potensi wilayah desa binaan di Banjar Wongaya Betan Desa Mengesta dinilai sangat potensial untuk mengembangkan usaha peternakan khususnya babi. Pengembangan usaha peternakan babi dinilai paling menjanjikan sebagai penghasilan utama masyarakat di daerah ini selain sebagai petani padi. Hal ini karena didasari oleh beberapa alasan, diantaranya: (1) waktu pemeliharaan relatif pendek; (2) pakan hijauan tersedia cukup berlimpah di daerah sekitar; (3) rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk pemeliharaan maksimum satu jam per hari per 10 s.d 40 ekor babi; (4) SDM yang ada memiliki keterampilan yang cukup untuk mengembangkan usaha ini; (5) memiliki banyak nilai ekonomis disamping penghasilan dari penjualan babi juga 18
memiliki nilai ekonomis sebagai penghasil biogas rumah tangga sehingga para peternak tidak akan perlu lagi membeli gas untuk memasak. Berdasarkan beberapa keuntungan yang diperoleh, nampaknya usaha ini perlu dilakukan secara berkesinambungan. Namun, walaupun sudah dirasakan manfaatnya bagi para petani, kegiatan ini masih perlu mendapatkan pembinaan lanjutan karena dalam pelaksanaan awal ini, masih banyak kendala yang dihadapi para peternak dalam pemeliharaan dan upayaupaya yang mungkin dapat dilakukan dalam menangani limbah-limbah ternak. Dalam pemeliharaan ternak babi, berdasarkan pendapatan yang diperoleh masing-masing peternak terlihat mengalami variasi penghasilan yang diperoleh. Hal ini berarti belum ditemukannya pola pemeliharaan ternak babi yang terbaik untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Berat ternak yang dihasilkan dalam kurun waktu pemeliharaan 4 s.d 5 bulan, belum mampu mencapai rata-rata 100 kg per ekor. Oleh karena itu upaya pembinaan masih sangat diperlukan oleh para peternak sampai mereka berhasil menemukan pola pemeliharaan yang terbaik. Sampai saat ini upaya yang dilakukan untuk menangani limbah-limbah ternak masih dalam tahap persiapan untuk mengolah limbah ternak menjadi biogas rumah tangga. Para peternak masih memerlukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk mengolah limbah ternak tersebut. Disamping itu perlu ditetapkan suatu aturan agar usaha ini bisa dikelola secara berkesinambungan dan mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara merata dan menyeluruh. Terkait dengan hal ini, masyarakat di desa binaan ini sangat mengharapkan agar program ini bisa berlanjut sampai mereka bisa mengembangkannya secara mandiri.
19
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan Hasil pelaksanaan program Desa Binaan ini adalah adanya peta potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM), serta potensi daerah untuk mengembangkan usaha peternakan babi. SDA yang ada di desa binaan ini, dilihat dari topografi, iklim dan cuaca sangat potensial untuk dijadikan sentra pengembangan ternak khususnya babi, karena sumbersumber pakan alami tersedia dengan cukup. Terbentuknya 2 kelompok ternak babi dengan kemampuan penerapan IPTEK dalam pengembangan usaha peternakan babi, yaitu kelompok ternak “Nyama Braya Sejahtera” dan kelompok ternak “Utama Sari”. Hasil peternakan babi dalam kurun waktu 4 s.d 5 bulan telah menghasilkan berat rata-rata 83 kg per ekor dengan penghasilan rata-rata Rp 491.300 per ekor.
7.2 Saran Karena keterbatasan waktu dan dana, maka kegiatan pada tahun ini belum bisa menghasilkan biogas untuk semua anggota kelompok ternak. Oleh karena itu, agar usaha peternakan babi yang telah dikembangkan tersebut bisa terlaksana sesuai dengan konsep Tri Hita Karana, salah satunya yaitu menjaga pelestarian lingkungan, maka perlu ditambah unitunit biogas rumah tangga untuk setiap anggota kelompok ternak. Di samping itu, perlu dilakukan kegiatan pembinaan lanjutan agar usaha yang telah dirintis menjadi lebih professional dan benar-benar mampu dijadikan sebagai penghasilan utama masyarakat.
20
DAFTAR PUSTAKA
BPS, 2012. Laporan BPS (Balai Pusat Statistik) Pemprov Bali Tahun 2012. Darsin, M. 2006. Design of Biogas Circulator, Seminar Nasional Kreativitas Mesin Brawijaya. Malang: Universitas Barawijaya. Disparda. 2014. Laporan Bulanan Dinas Pariwisata Pemprov Bali. Tersedia pada (http://www.disparda.baliprov.go.id). (Diakses tgl. 28 Februari 2014). Efriza F. E. 2009. Biogas Limbah Peternakan Sapi Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan. Jurnal Lingkungan Hidup. (On-line) tersedia dalam (http://uwityangyoyo.wordpress.com/2009) diakses tgl. 12 April 2014. Huberman, A.B dan Miles M.B. 1992. Analisis Data Kualitatif. (Terjemahan). Jakarta: UI Press. Parwati, N. N. 2009. Model Pembelajaran Matematika Berwawasan Lingkungan. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Lingkungan Hidup: Kementerian Lingkungan Hidup Bekerja Sama dengan Universitas Negeri Malang. Tgl. 20 Juni 2009. Plomp, Tjeerd. 2010. Educational Design Research: an Introduction. In Tjeerd Plomp and Nienke Nieveen (Ed). An Introduction to Educational Design Research (hlm. 9-36) Netherlands: Netzodruk, Enschede an. Whitfield, J., Diokko, L. D. A. N., Webber, D. dan Zhang, L. 2012. Attracting convention and exhibition attendance to complex mice venues: Emerging data from Monaco.International Journal of Tourism Research.
21
LAMPIRAN 1. Personalia Tenaga Pelaksana Beserta Kualifikasinya
No
Nama / NIDN
Instansi Asal
Dr. Ni Nyoman Parwati, M. Pd/ 0029126502
Undiksha
Pendidikan Matematika, Teknologi Pembelajaran
Prof. Dr. I Nengah Suparta, M. Si/ 0011076503
Undiksha
Matematika
12
Drs. I Made Mariawan, M. Pd/ 0008065907
Undiksha
Pendidikan Fisika/Sains
12
1
2 3
Kualifikasi
Alokasi Waktu (jam/mg) 12
22
Uraian Tugas Merencanakan, mengkoordinasikan seluruh kegiatan, melaksanakan kegiatan (memberi pelatihan), dan membuat laporan. Mengolah data, membantu melaksanakan kegiatan, dan membantu membuat laporan. Koordinasi lapangan, melaksanakan kegiatan, dan membantu membuat laporan.
2. Foto-foto Kegiatan
Foto-foto Kegiatan dalam Pelaksanaan Pelatihan 23
Foto-foto Peternakan Babi di Desa Binaan
24