LAPORAN KEGIATAN PENGEMBANGAN DESA BINAAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA BERBASIS TRI HITA KARANA
JUDUL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PEMBENTUKAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) MELALUI PEMANFAATAN SERAT ALAM LOKAL POTENSIAL DI DESA MUSI, KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG
Oleh:
Dr. Kadek Rihendra Dantes, S.T., M.T. (Ketua) NIP : 197912012006041001 Gede Widayana, S.T., M.T. (Anggota) NIP : 197301102006041002 I Nyoman Pasek Nugraha, S.T., M.T. (Anggota) NIP : 197707212006041001 Dewi Arum Widhiyanti Metra Putri, S.Psi.,M.A. (Anggota) NIP : 198008012006042001
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TAHUN 2015
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT 1. Judul Proposal
2. Ketua Pelaksana a. Nama b. NIP/NIDN c. Bidang Keahlian d. Jabatan/Pangkat/Gol. e. Jurusan/Fakultas f. Alamat Rumah/Telp 3. Jumlah Anggota Tim a. Identitas Anggota I - Nama Lengkap - NIP - Jabatan/Pangkat/Gol. b. Identitas Anggota II - Nama Lengkap - NIP - Jabatan/Pangkat/Gol. c. Identitas Anggota III - Nama Lengkap - NIP - Jabatan/Pangkat/Gol. 4. Lokasi Kegiatan 5. Jumlah Biaya
: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembentukan Usaha Kecil Menengah (UKM) Melalui Pemanfaatan Serat Alam Lokal Potensial di Desa Musi, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng : : Dr. Kadek Rihendra Dantes, S.T., M.T. : 197912012006041001/0001127905 : Teknik Mesin dan Ilmu Permesinan Lainnya : Asisten Ahli/III a : Pendidikan Teknik Mesin/Teknik dan Kejuruan : Jalan Gelatik No. 4 Singaraja 081805353547 : 3 orang : Gede Widayana, S.T., M.T. : 197301102006041002 : Asisten Ahli/III a : I Nyoman Pasek Nugraha, S.T., M.T. : 197707212006041001 : Lektor/III a : Dewi Arum Widhiyanti Metra Putri, S.Psi.,M.A. : 198008012006042001 : Asisten Ahli/III a : Desa Musi, Kec. Gerokgak, Kab. Buleleng, Bali. : Rp. 50.000.000,Singaraja, 25 Juli 2015
ii
Bab 1. Analisis Situasi Desa Musi adalah sebuah desa yang terletak di wilayah utara Provinsi Bali, tepatnya di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng. Desa Musi ini terdiri dan 2 Banjar Dinas, yaitu Banjar Dinas Madan dan Banjar Dinas Musi. Desa Musi memiliki luas 2114,86 ha/M 2 dengan perincian sebagai berikut ini: -
Luas pemukiman : 1563,42 ha/m2
-
Luas persawahan : 114 ha/m2
-
Luas perkebunan : 200 ha/m2
-
Luas kuburan : 7,5 ha/m2
-
Perkantoran : 1,24 ha/m2
-
Luas prasarana umum lainnya : 204,7 ha/m2
Desa Musi sendiri memiliki populasi dengan total jumlah penduduk 3.316 orang, dengan perincian sebagai berikut: -
Jumlah laki-laki : 1.594 orang
-
Jumlah perempuan : 1.722 orang
-
Jumlah KK : 907 Kepala Keluarga
Adapun sumber mata pencaharaian pokok penduduk setempat di Desa Musi adalah seperti berikut ini: 1.
Petani laki-laki 232 or dan perempuan 132 orang
2.
Buruh tani laki-laki 57 orang dan perempuan 35 orang
3.
PNS laki-laki 23 orang dan perempuan 15 orang
4.
Pengerajin industri rumah tangga laki-laki 11 orang dan perempuan 10 orang
5.
Pedagang keliling laki-laki 16 orang dan perempuan 15 orang
6.
Peternak laki-laki 723 orang dan perempuan 35 orang
7.
Nelayan laki-laki 75 orang
8.
Montir laki-laki 5 orang
9.
TNI laki-laki 27 orang
10. POLRI laki-laki 4 orang 1
11. Pengusaha kecil dan menengah laki-laki 6 orang dan perempuan 5 orang 12. Dukun terlatih laki-laki 1 orang 13. Karyawan perusahaan swasta laki-laki 41 orang dan perempuan 8 orang 14. Karyawan perusahaan pemerintah laki-laki 2 orang 15. Wiraswasta laki-laki 52 orang dan perempuan 12 orang 16. Pedagang barang kelontong laki-laki 16 orang dan perempuan 6 orang 17. Guru swasta laki-laki 6 orang dan perempuan 4 orang 18. Tukang kayu laki-laki 11 orang 19. Tukang batu laki-laki 11 orang 20. Tidak mempunyai pekerjaan tetap laki-laki 149 orang dan perempuan 76 orang 21. Belum bekerja laki-laki 126 orang dan perempuan 86 orang 22. Pelajar Laki-laki 63 orang dan perempuan 31 orang
Potensi Desa Musi yang prospektif untuk dikembangkan sebagai implementasi ideologi Ajeg Bali adalah (1) wisata bahari, (2) pertanian yang berkelanjutan dalam arti luas yang meliputi pertanian rakyat diberbagai bidang dan pemanfaatan sumber daya alam lokal, dan (3) beragam kerajinan rakyat seperti vas bunga dari serat serabut buah lontar dan serat daun lidah mertua. Selain itu juga terdapat potensi masyarakat yang berupa organisasi adat (desa pakraman), subak dan abian, kelompok-kelompok pengerajin, kelompok ternak, kelompok nelayan dan lain sebagainya. Seperti yang diketahui diwilayah Desa Musi terdapat banyak sumber daya alam lokal yang belum termanfaatkan dengan maksimal, salah satunya yaitu serabut dari buah lontar. Karena pada umumnya buah lontar/nila hanya dicari getahnya/airnya untuk dijadikan tuak, kemudian daunnya biasanya digunakan untuk kegiatan keagamaan seperti jejaitan dan hiasan penjor dan untuk pemanfaatan pada buahnya hanya pada dagingnya saja sementara serabutnya sebenarnya masih bisa dimanfaatkan untuk berbagai macam usaha. Dari profil Desa Musi di atas dan beberapa ketersediaan sumber daya alam lokal potensial yang belum termanfaatkan, maka masalah yang ditemui di Desa Musi, Kecamatan Gerokgak, adalah sebagai berikut: 2
1.
Warga Desa Musi masih belum mampu memanfaatkan sumber daya alam lokal potensialnya untuk sebuah usaha yang memberikan prospek ekonomi yang baik.
2.
Ekonomi kreatif terutama kerajinan yang berkembang sebagai pengisi waktu selama masa tunggu panen belum berkembang dengan baik karena beberapa kendala yaitu: (a) desain dan inovasi produk, (b) pemanfaatan potensi-potensi alam di daerah tersebut, (c) sumber daya manusia yang masih rendah, (d) publikasi
hasil
kerajinan
yang
kurang
sehingga
mengurangi
prospek
pemasarannya.
Bab 2. Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan dan manfaat yang di dapat dari pelaksanaan kegiatan desa binaan ini adalah sebagai berikut: 1.
Masyarakat dapat memanfaatkan beberapa serat alam lokal potensial yang selama ini hanya menjadi sampah atau belum termanfaatkan secara optimal, sehingga bisa dimanfaatkan menjadi sebuah produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
2.
Masyarakat mampu mengembangkan dan memasarkan usaha kerajinan yang berbahan dasar serat alam.
Bab 3. Target Luaran Berdasarkan analisis situasi serta tujuan dan manfaat kegiatan yang dilaksanakan, maka target luaran dari kegiatan yang dilaksanakan adalah: 1. Menghasilkan masyarakat yang mampu memanfaatkan potensi-potensi alam lokal khususnya serat alam, sehingga dapat dikelola dengan lebih optimal. 2. Menghasilkan suatu usaha kerajinan yang memiliki ciri khas/unik untuk menambah daya tarik wisata di Desa Musi.
3
Bab 4. Metode dan Rencana Kegiatan Metode pelaksanaan pada usulan kegiatan Pengembangan Desa Binaan ini dapat diuraikan sebagai berikut:
4.1 Uraian Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan ini dirancang dengan mengidentifikasi masalah yang timbul dengan menggunakan model Partisipatory Rural Apprasial (PRA). Partisipatory Rural Apprasial (PRA) adalah suatu teknik untuk menyusun dan mengembangkan program operasional dalam pembangunan tingkat desa. Metode ini ditempuh dengan memobilisasi sumber daya manusia dan alam setempat, serta lembaga lokal guna mempercepat
peningkatan
produktivitas,
menstabilkan,
dan
meningkatkan
pendapatan masyarakat serta mampu pula melestarikan sumberdaya setempat. Bertolak dari konsep Partisipatory Rural Apprasial (PRA), maka tahapan kegiatan dalam model ini adalah melaksanakan identifikasi masalah setiap perumusan program maupun pendanaannya dilaksanakan secara terarah dengan berpihak dan melibatkan masyarakat di Desa Musi. Dengan demikian dalam merumuskan masalah, mengatasi masalah, penentuan proses dan kriteria masalah harus mengikutsertakan atau bahkan ditentukan oleh masyarakat/kelompok sasaran. Dengan penggunaan model pendekatan diatas diharapkan akan: (1) dikenalnya masalah
secara
tepat/efektif
sesuai
dengan
persepsi,
kehendak,
dan
ukuran/kemampuan serta kebutuhan masyarakat tempat dilaksanakannya kegiatan, (2) tumbuhnya kekuatan (empowering) masyarakat atau kelompok sasaran dalam pengalaman merancang, melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan/pertumbuhan diri dan ekonominya, dan (3) efektifitas dan efesiensi penggunaan sumber daya manusia pada masyarakat atau kelompok sasaran. Selanjutnya melalui analisis akan terinventarisir keterbatasan dan keberadaan berbagai sumberdaya, sarana dan prasarana, maupun jenis-jenis usaha masyarakat. Disamping itu pula akan ditemukan berbagai jenis kesenjangan dan kemiskinan secara mendalam baik secara natural, struktural, ataupun kultural.
4
4.2 Desain Kegiatan Desain kegiatan adalah kerangka konseptual pelaksanaan kegiatan. Kegiatan ini akan dilaksanakan dengan model Enthrepreneurship Capacity Building (ECB) dan Technology Transfer (TT) serta dengan menerapkan Teknologi Tepat Guna (TTG). Model Enthrepreneurship Capacity Building (ECB) terkait dengan kemampuan berwirausaha dari masyarakat, dengan model ini kedepannya diharapkan: (1) memberikan wawasan, sikap, dan keterampilan usaha, (2) memberikan peluang, (3) memfasilitasi (modal pinjaman dsb.), dan (4) memonitor dan mengevaluasi bagaimana perkembangan usahanya. Sementara itu model Technology Transfer (TT) dilakukan adalah dengan maksud agar masyarakat atau kelompok sasaran: (1) menguasai prinsip-prinsip penerapan teknologi terutama yang berkaitan dengan proyek yang sedang/akan dilaksanakan, (2) apabila teknologi yang digunakan dirasa sulit untuk diterapkan untuk menyelesaikan masalah/kebutuhan, maka ketua pelaksana mempunyai kewajiban untuk menyederhanakannya melalui penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG), (3) melakukan kegiatan produksi dengan mereplikasi/memodifikasi dengan alat sederhana yang dapat menyelesaikan masalah/kebutuhan. Pemberdayaan dan pembelajaran masyarakat/kelompok sasaran dilakukan dengan keaksaraan Usaha Kecil Menengah (UKM) untuk mengembangkan usaha baik itu yang berkenaan dengan produk, desain, dan pemasaran. Dengan cara diatas maka masyarakat/kelompok sasaran akan dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki sehingga mampu bersaing dengan masyarakat lainnya. Dalam proses pemberdayaan dan pembelajaran akan dipandu dengan silabus sehingga terarah dalam mengembangkan usaha. Selain panduan silabus, juga disiapkan tenaga professional di bidang Ilmu Material dari Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, khususnya bahan-bahan serat lokal potensial dari alam.
5
Bab 5. Organisasi Pelaksana Berikut akan dijelaskan mengenai susunan organisasi tim pelaksana kegiatan serta deskripsi tugas dari masing anggota pelaksana kegiatan. No 1
Nama Jabatan Dr. Kadek Rihendra Dantes, Ketua S.T., M.T. Pelaksana
-
-
2
Gede Widayana, S.T., M.T.
Sekretaris
-
-
3
I Nyoman Pasek Nugraha, Bendahara S.T., M.T.
-
-
4
Dewi Arum Widhiyanti Anggota Metra Putri, S.Psi.,M.A.
6
-
Deskripsi Tugas Merancang, melaksanakan, melaporkan, serta mempertanggungjawabkan pengembangan desa binaan Melakukan pendekatan ke segala lini agar tercapainya tujuan kegiatan pengembangan desa binaan Melaksanakan kegiatan kesekretariatan dan administrasi terkait pelaksanaan pengembangan desa binaan Membantu merancang dan melaporkan serta mempertanggungjawabkan semua kegiatan pengembangan desa binaan Melakukan kegiatan yang berhubungan dengan keuangan dan pelaporan keuangan dalam kegiatan pengembangan desa binaan Membantu merancang dan melaporkan serta mempertanggungjawabkan semua kegiatan pengembangan desa binaan Membantu merancang dan melaporkan serta mempertanggungjawabkan semua kegiatan pengembangan desa binaan
Bab 6. Hasil dan Pelaksanaan Penelitian Dari hasil identifikasi dan implementasi serat alam lokal potensial yang dilakukan oleh tim peneliti di Desa Musi, didapatlah hasil beberapa pengujian terkait serat sabut buah lontar yang banyak terdapat dikawasan daerah Desa Musi. Seperti yang diketahui buah lontar merupakan hasil alam yang buahnya mempuyai banyak serat hampir 30% - 40% dari bijinya. Penyebaran tanaman lontar ini merambah ke berbagai wilayah lain, seperti Afrika tropik, Myanmar, Thailand, dan Malaysia. Di Indonesia tanaman lontar ini banyak dijumpai di daerah- daerah kering, terutama sekitar pantai, dan semakin ke wilayah timur Indonesia maka semakin banyak jumlah populasinya. Kandungan serat yang dimiliki buah lontar tentunya bisa dimanfaatkan sebagai penguat di dalam suatu komposit non logam yang tentu ke depan bisa menggantikan komposit logam yang jauh lebih mahal harganya. Kelebihan dari komposit bila dibandingkan dengan logam adalah memiliki sifat mekanik yang baik, mudah diperoleh, murah ringan tahan korosi dan ramah lingkungan sehingga dapat menjadi bahan alternatif selain logam.
6.1 Kekuatan Tarik Komposit Sebelum serat buah lontar digunakan sebagai penguat pada komposit maka perlu terlebih dahulu uji tarik serat tunggal, uji tarik serat tunggal ini di lakukan pada laboratorium pengujian fisika dengan hasil grafik pada Gambar 1.
7
Gambar 1. Hubungan antara waktu dan kekuatann tarik dengan NaOH 5 %
Setelah pengujian tarik maka berdasarkan hasil data pengujian kekuatan tarik komposit bisa dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Hubungan antara fraksi volume dan Kekuatan Tarik Komposit
8
Pola patahan pada pengujian uji tarik menunjukkan bahwa komposit polyester dengan 0 % serat buah lontar terjadi pada daerah ukur (gauge length) adalah mekanisme patahan pull out.
6.2. Kekuatan Impak Komposit Data hasil pengujian impak dituangkan dalam Gambar 3., dengan hubungan fraksi volume vs energi impak sebagai berikut:
Gambar 3. Hubungan Fraksi Volume vs Energi Impak
Pengujian impak ini dilihat dari patahan makro umumnya hasil menunjukkan pola patahan cenderung baik setelah mendapat beban impak namun terjadi retak pada beberapa bagianakibat beban impak secara tiba–tiba di hentakan pada sampel, dalam arti spesimen mendapat beban kejut yang besar. Pada komposit uji tarik dengan variasi fraksi volume 0% masih tinggi nilai kekuatan tarik maksimumnya dari fraksi volume lainnya antara lain fraksi volume 5%, 25% dan 35% selain fraksi volume 15%. Ini mengindekasikan bahwa matrik polyester lebih kuat. Komposit uji impak, data hasil pengujian kekuatan tarik maka kekuatan beban putus dan kekuatan tarik maksimal tertinggi atau terbaik terjadi pada fraksi volume 15% dengan F = 4318 N dan σt = 47.7 N/mm2. Pengujian impak energi yang serap (E Serap) dan nilai impak (HI) terbaik atau tertinggi berada pada fraksi volume 35% sebesar E Serap= 30.1519179 (J) dan σt= 9
228.42 J/m2. Sehingga pada komposit pengujian impak untuk serat buah lontar bermatrik polyester berdasar pengujian menjelaskan bahwa semakin bertambahnya fraksi volume maka semakin tinggi pula nilai energi yang diserap dan nilai impaknya.
Dari hasil identifikasi dan pengujian yang telah dilakukan, maka tim peneliti mengimplementasikannya agar bisa di dayagunakan oleh masyarakat Desa Musi. Implementasi tersebut berupa pemanfaatan serat dari sabut buah lontar menjadi bahan kerajinan berupa lampu hias.
Gambar 4. Implementasi pemanfaatan serat alam lokal potensial dari sabut buah lontar menjadi lampu hias.
Kegiatan pelatihan ini dilakukan di Balai Desa Musi, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng-Bali pada 28 Juni 2015. Peserta dalam kegiatan pelatihan ini adalah ibu-ibu PKK, perangkat desa, STT (Sekaha Teruna Teruni) / muda-mudi di Desa Musi, serta diikuti pula oleh mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
10
Gambar 5. Pelatihan yang dilakukan oleh tim peneliti kepada warga desa yang diwakili oleh ibu-ibu PKK, perangkat desa, dan muda-mudi Desa Musi.
Implementasi yang dilakukan secara penuh melibatkan warga desa, sehingga diharapkan nantinya dapat lebih dikembangkan oleh mayarakat Desa Musi. Mulai dari pengolahan serat, perlakuan terhadap serat sabut buah lontar, hingga pemanfaatannya menjadi produk kerajinan berupa lampu hias. Keterlibatan peserta (warga desa) sangat penting, ini dikarenakan agar kedepannya
masyarakat
yang
ikut
dalam
kegiatan
pelatihan
ini
mampu
memanfaatkan serat alam lokal potensial di daerahnya dan mampu menularkan kepada warga lainnya. Dengan demikian serat-serat alam yang belum termanfaatkan sebelumnya (khususnya serat sabut buah lontar) dapat didayagunakan dengan optimal untuk meningkatkan kesejahteraan
warga masyarakat di kawasan Desa Musi,
Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng-Bali.
11
Bab 7. Kesimpulan Serat sabut buah lontar memiliki komposit uji tarik dengan variasi fraksi volume 0% masih tinggi nilai kekuatan tarik maksimumnya dari fraksi volume lainnya antara lain fraksi volume 5%, 25% dan 35% selain fraksi volume 15%. Ini mengindekasikan bahwa matrik polyester lebih kuat. Komposit uji impak, data hasil pengujian kekuatan tarik maka kekuatan beban putus dan kekuatan tarik maksimal tertinggi atau terbaik terjadi pada fraksi volume 15% dengan F = 4318 N dan σt = 47.7 N/mm2. Pengujian impak energi yang serap (E Serap) dan nilai impak (HI) terbaik atau tertinggi berada pada fraksi volume 35% sebesar E Serap= 30.1519179 (J) dan σt= 228.42 J/m2. Sehingga pada komposit pengujian impak untuk serat buah lontar bermatrik polyester berdasar pengujian menjelaskan bahwa semakin bertambahnya fraksi volume maka semakin tinggi pula nilai energi yang diserap dan nilai impaknya. Dari hasil pengujian yang dilakukan oleh tim peneliti, diimplementasikan kepada masyarakat di Desa Musi melalui pembuatan produk kerajinan berupa lampu hias. Dimana kegiatan implementasi ini diikuti oleh ibu-ibu PKK, perangkat desa, STT (Sekaha Teruna Teruni) / muda-mudi di Desa Musi, serta diikuti pula oleh mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Diharapkan kegiatan pelatihan ini mampu memanfaatkan serat alam lokal potensial di daerahnya dan mampu menularkan kepada warga lainnya. Dengan demikian serat-serat alam yang belum termanfaatkan sebelumnya (khususnya serat sabut buah lontar) dapat didayagunakan dengan optimal untuk meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat di kawasan Desa Musi
12
LAMPIRAN DOKUMENTASI KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PEMBENTUKAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) MELALUI PEMANFAATAN SERAT ALAM LOKAL POTENSIAL DI DESA MUSI, KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG
Gambar 1. Pengarahan dari Tim Peneliti kepada warga Desa Musi.
Gambar 2. Demonstrasi aplikasi serat sabut buah lontar untuk produk wisata.
Gambar 3. Peserta antusias mengikuti pengarahan dari Tim Pelaksana.
Gambar 4. Pengarahan secara langsung dari Ketua Tim Pelaksana mengenai aplikasi penggunaan serat alam sabut buah lontar.
Gambar 5. Ibu-ibu PKK mempraktekkan secara langsung pembuatan lampu hias.
Gambar 6. Proses pengambilan serat alam sabut buah lontar.
Gambar 7. Aplikasi yang dilakukan secara langsung oleh salah satu warga Desa Musi.
Gambar 8. Praktek pembuatan lampu hias yang dilakukan oleh STT Desa Musi.
Gambar 9. Mahasiswa dan peserta yang berkoordinasi secara langsung untuk mempraktekkan pembuatan lampu hias.
Gambar 10. Proses pengeringan lampu hias yang selesai di bentuk sesuai pola.
Gambar 11. Proses menghias lampu hias menggunakan kain flannel.
Gambar 12. Hasil lampu hias yang telah di buat dari serat alam sabut buah lontar.
Gambar 13. Penyampaian dari Tim Pelaksana mengenai hasil kegiatan yang telah dilaksanakan.
Gambar 14. Foto bersama dari tim pelaksana, mahasiswa, dan perwajilan warga Desa Musi.