Rumpun Ilmu : Ilmu Susastra
LAPORAN AKHIR PENELITIAN
NARSISISME DAN KOMPLEKS OEDIPUS YANG TERGAMBAR DALAM PYGMALION, KARYA GEORGE BERNARD SHAW: KAJIAN PSIKOANALISIS
PENGUSUL Dra. Essy Syam, M.Hum. NIDN 10 0311 6501 ( Ketua) Mohd Fauzi, S.S., M.Hum NIDN 10 1503 7402 ( Anggota) Dra. R. Syamsidar, M.Pd NIDN 10 0610 6101 ( Anggota )
Kegiatan Penelitian ini dibiayai oleh APBU berdasarkan surat perjanjian pelaksaan penelitian nomor 197 / Unilak-LPPM/B.07//2015
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS LANCANG KUNING PEKANBARU 2016 i
HALAMAN PENGESAHAN 1. Judul
: Narsisisme dan Kompleks Oedipus Yang Tergambar dalam “Pygmalion” Karya George Bernard Shaw: Kajian Psikoanalisis. 2. Bidang Ilmu Penelitian : Ilmu Susastra 3. Ketua Peneliti 1. Nama Lengkap : Dra. Essy Syam., M. Hum 2. NIDN : 10 0311 6501 3. Jabatan Fungsional: IV a/ Lektor Kepala 4. Program Studi : Sastra Inggris 5. Nomor Hp : 081365674556 6. Alamat E-mail : Essy
[email protected] 7. Anggota 1 a. Nama Lengkap : Dra.R. Syamsidar., M. Pd b. NIDN : 10 1112 6501 c. Fak/prodi : FIB/Sastra Indonesia Anggota 2 a. Nama Lengkap b. NIDN c. Fak/prodi 8. Lokasi Penelitian 9. Waktu Penelitian 10. Biaya 11. Sumber Dana
: Mohd. Fauzi, S.S., M.Hum : 10 1503 7402 : FIB/Sastra Inggris : Fakultas Ilmu Budaya : 3 bulan : Rp. 5.000.000.: APBU Pekanbaru, 7 Juni 2016
Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas lancang Kuning
Hermansyah, S.S., MA NIK 00 01 182
Ketua Peneliti
Dra. Essy Syam., M. Hum NIK 96 01132
Menyetujui Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian masyarakat ( LPPM) Universitas lancang Kuning
Dr. Ir. Eno Suwarno., M.Si NIDN. 1002086401 i
RINGKASAN NARSISISME DAN KOMPLEKS OEDIPUS YANG TERGAMBAR DALAM PYGMALION, KARYA GEORGE BERNARD SHAW: KAJIAN PSIKOANALISIS Tulisan ini menganalisis kasus narsisme dan kompleks Oedipus yang tergambar pada sebuah karya sastra berjudul Pygmalion yang ditulis oleh George Bernard Shaw. Maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperlihatkan dan menganalisis bagaimana kasus narsisme dan Kompleks Oedipus dialami oleh tokoh utama karya ini. Untuk mencapai tujuan itu, kajian ini menerapkan kajian psikoanalisis untuk memperlihatkan kondisi kejiwaan tokoh utama yang mengalami gangguan jiwa yang dimanakan Narsisime dan Kompleks Oedipus. Sehubungan dengan hal di atas, kajian ini menerapkan metode deskriptif analisis dimana hasil analisis akan dideskripsikan dengan jelas. Dari deskripsi yang dijabarkan akan memperlihatkan bagaimana tokoh utama karya ini dalam kehidupannya dan interaksinya dengan tokoh yang lain memperlihatkan kondisi jiwanya. Kata Kunci: Pygmalion, Psikoanalisis. Narsisime, Kompleks Oedipus
i
SUMMARY NARCISISM AND OEDIPUS COMPLEX AS REFLECTED IN GEORGE BERNARD SHAW’S “PYGMALION:” PSYCHOANALYTICAL ANALYSIS This writing analyzes narcisism and oedipuis complex as refelcted in a literary work entitles “pygmalion” written by George Bernard Shaw. Thus, the objective of this analysis is to show and to analyze how narcisism and Oedipus complex are suffered from the protagonist of this work. To reach that objective, this analysis applies psychoanalitical analysis to demonstrate the mental condition of the main character. Related to that idea, this analysis applies adescriptive analysis method in which the result of the analysis will be described clearly. From teh presented description, it will show how the main character of this work lives his life and in his interaction with other characters will describe his mental condition. Keywords: Pygmalion, psychoanalisis, Narcisism, Oedipus Complex.
i
PRAKATA Puji sykur ke hadirat Allah STW karena dengan rahmat dan karunianya, kami dapat menyelesaikan kajian ini yang berjudul “Narsisisme dan Kompleks Oedipus Yang Tergambar Dalam “Pygmalion” Karya George Bernard Shaw: Kajian Psikoanalisis.” Pada kesempatan ini, kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak Universitas Lancang Kuning yang telah memfasilitasi Lembaga Penelitian dan Pengabdian masyarakat Universitas Lancang Kuning dalam hal pengawasan dan pelaksanaan Tri dharma perguruan tinggi dan juga sebagai penyandang dana untuk kelancaran kajian ini. Terakhir kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Kami berharap agar kajian yang kami lakukan ini dapat bermanfaat bagi kami dan bagi kajian selanjutnya.
i
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................................i RINGKASAN............................................................................................................................ii SUMMARY..............................................................................................................................iii PRAKATA................................................................................................................................iv DAFTAR ISI..............................................................................................................................v DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................................vi BAB PENDAHULUAN............................................................................................................1 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................3 BAB 3.TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN.................................................................7 BAB 4. METODE PENELITIAN..............................................................................................8 BAB 5. HASIL YANG DICAPAI...........................................................................................10 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................................18 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19 LAMPIRAN-LAMPIRAN.......................................................................................................20
i
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Biaya Penelitian
Lampiran 2
: Biodata Ketua dan Anggota
i
BAB 1. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan manusia, kita temukan orang-orang yang mengalami masalah kejiwaan. Kondisi kejiwaan orang-orang yang memiliki masalah kejiwaan ini tidak mudah terdeteksi bila kita bertemu dan berinteraksi dalam waktu yang singkat karena orang-orang dengan masalah kejiwaan ini terlihat dan berprilaku seperti orang-orang normal lainnya. Jadi, berinteraksi dengan seseorang memerlukan kepekaan untuk mengetahui kondisi jiwa seseorang. Dalam berinteraksi dengan orang lain, kita mungkin menemukan orang-orang dengan berbagai masalah kejiwaan. Ada yang sangat membanggakan dirinya sehingga sangat percaya diri, atau sebaliknya, ada orang yang sangat tergantung hidupnya dengan orang lain. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengalami masalah kejiwaan, bisa jadi disebabkan oleh faktor genetik atau faktor keturunan atau terkait dengan faktor lingkungan, bagaimana seseorang itu dibesarkan atau dalam lingkungan seperti apa ia dibesarkan. Kondisi kejiwaan ini biasanya muncul akibat pujian yang diterima terus menerus dari orang lain. Salah satu masalah kejiwaan yang mungkin kita temukan dalam interaksi kita dengan orang lain adalah seseorang yang mengalami kondisi kejiwaan yang secara umum dianamakan dinamakan narsisisme. Seseorang yang narsisis mengalami kondisi kejiwaan dimana penderita kondidi kejiwaan ini mengagumi dan mnegidolakan dirinya sendiri. dirinya sendiri . semakin besar masalah kejiwaan ini semakin besar pula pengagungan dan kekagumannya terhadap dirinya. Kondisi kejiwaan ini biasanya muncul akibat pujian yang diterima terus menerus dari orang lain. Contohnya seseorang akan merasa cantik karena banyak orang memuji dirinya cantik meski sebenarnya dia tidak merasa demikian. Selain itu, orang dengan masalah kejiwaan lainnya yang mungkin kita temukan adalah seorang laki-laki yang secara tidak “normal” mencintai ibunya. Dalam hal ini, ia memiliki perasaan cinta kepada ibunya bukan sebagaimanan cinta seorang anak kepada ibunya, tapi cinta seorang laki-laki kepada seorang wanita. Bila ia mencintai ibuny sebagaimana layaknya cinta seorang anak kepada ibunya, tentulah itu merupakan hal yang normal, wajar dan sangat baik. i
Namun bila cinta yang tumbuh dihatinya adalah cinta seorang laki-laki kepada seorang wanita, maka cinta seperti ini merupakan cinta yang terlarang yang merupakan suatu penyimpangan dan kelainana jiwa yang menempatkannya pada situasi yang salah. Kondisi kejiwaan seperti ini dinamakan Kompleks Oedipus. Dengan memahami adanya kondisi-kondisi kejiwaan yang menyimpang seperti ini, kita dapat berupaya untuk menghindari kondisi ini dengan upaya yang serius. Selain itu, dengan memahami adanya individu-individu yang mengalami kondisi kejiwaan seperti itu, membuat kita menjadi orang-orang yang lebih toleran karena akan lebih mudah berinteraksi dengan seseorang yang kita kenali kondisi kejiwaannya. Dengan demikian, kita dapat menjadi lebih arif dan tidak mudah memvonis atau menempelkan label negatif pada seseorang tanpa memahami mengapa seseoarng tiu berprilaku negatif. Jadi, memahami orang lain juga mengajarkan kita memahmi diri kita sendiri karena dengan memahmi orang lain kita memuaskan rasa penasaran kita terhadap orang lain dan kehidupan kita menjadi lebih menarik disebabkan oleh orang-orang yang kita temui dalam hidup kita. B. URGENSI PENELITIAN Penelitian ini penting dilakukan mengingat kajian ini dapat menginspirasi dan memotivasi munculnya kajian-kajian psikoanalisis lainnya yang dapat memperkaya kajian-kajian sastra yang menggunakan teori psikoanalisis.
C. RUMUSAN MASALAH Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah “ Narsisme dan Kompleks Oedipus yang tergambar dalam sebuah drama berjudul “Pygmalion” yang ditulis oleh George Bernard Shaw.
i
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1.
PSIKOANALISIS Psikoanalisis dikembangkan oleh seorang psikoanalis bernama Sigmund Freud. Gagasan
Freud menimbulkan kontroversi. Karena itulah gagasannya ditolak di Jerman, namun diterima di Prancis. Freud memandang manusia sebagai pemimpi karena itulah Freud mempercayai bahwa manusia tidak dapat dipersalahkan karena ia tidak dapat mengubah dirinya. Freud menggunakan 3 pembagian pemikiran yaitu sadar, bawah sadar dan tak sadar. Pemikiran sadar merupakan tempat berlangsungnya proses pemikiran secara sadar yang merupakan sumber gagasan, pemahaman, pemikiran logis, realitas dan prilaku yang beradab. Sedangkan bawah sadar merupakan bagian pemikiran tempat meletakkan informasi-informasi yang dapat dengan mudah diingat kembali ketika dibutuhkan. Dan tak sadar adalah bagian pemikiran yang merepresi yang menempatkan informasi atau realitas yang dianggap tidak penting atau yang dianggap menyakitkan. Informasi ini tidak mudah diingat kembali, kecuali dengan hipnosisi. Selanjutnya Freud
memperkenalkan 3 struktur kepribadian: id, ego dan superego. Id
sebagiannya terletak pada sadar dan sebagiannya lagi pada tak sadar. Id menuntut kebutuhan biologis yang sangat mendasar dan terkait dengan aktifitas-aktifitas yang memberi kesenangan. Ego terletak pada tak sadar yang mengontrol dorongan-dorongan untuk memenuhi keinginan. Selain itu, Ego mengandalkan pemikiran yang logis. Yang terakhir, superego merupakan aksi sensor terhadap ego yang membawa seseorang untuk memiliki kontrol diri yang biasanya dipengaruhi oleh ideologi keluarga. (Milner,1992 )
1.1. NARSISISME Narsisisme berasal dari kata dalam bahasa Inggris yang merujuk pada perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan. Orang yang mengalami gejala ini disebut narsisis (narcissist). Istilah ini pertama kali digunakan dalam psikologi oleh seorang psikoanalis bernaman Sigmund Freud berdasarkan dari tokoh dalam mitosYunani, Narkissos (bahasa Latin: Narcissus), yang dikutuk sehingga ia mencintai bayangannya sendiri di kolam. Ia sangat
i
terpengaruh oleh rasa cinta akan dirinya sendiri dan tanpa sengaja menjulurkan tangannya hingga tenggelam dan akhirnya tumbuh bunga yang sampai sekarang disebut bunga narsis. Seorang Psikolog W. Keith Campbell mengulas tanda-tanda Narsisme. 1. Karismatik dan mudah disukai.
Orang-orang narsisis biasanya memiliki pesona tersendiri. Mereka juga biasanya tampil mengesankan dan karismatik.Bahkan ketika pertama bertemu mereka kesan kita sangat positif, tapi lambat laun setelah lama mengenalnya kesan kita terhadapnya jadi negatif. 2. Banyak juga yang pemalu
Kita cenderung mengaitkan seorang narsisis dengan orang yang hobi menyanjung dirinya sendiri. Faktanya, cukup banyak orang pendiam dan pemalu yang sebenarnya narsisis. Menurut Zlatan Krizan, seorang psikolog, ada dua tipe ekspresi orang narsis. Pertama adalah orang yang gemar menunjukkan dirinya dan orang yang pemalu. “Mereka memang tidak menonjol tapi sering membayangkan kapan masa itu tiba, masa di mana mereka mengalahkan orang lain,” katanya.
3. Ingin jadi pemimpin.
Se orang narsisis biasanya ingin berada di posisi depan.namun orang ini bukanlah pemimpin yang baik, tapi orang ini ingin jadi pemimpin dan biasanya bisa mencapainya.
4. Senang membicarakan dirinya.
Seorang narsisis akan selalu membicarakan tentang dirinya, apa kemampuannya, apa yang dimilikinya karena ia selalu menjadikan dirinya sentral. Ketika kita sedang membicarakan tentang sesuatu yang lain, ia akan selalu mengarahkan pembicaraan kepada dirinya. 5. Senang barang mahal
Salah satu ciri utama seorang narsisis adalah ingin menunjukkan status ekonominya yang tinggi. Salah satu caranya adalah dengan membeli barang-barang mahal. 6.
Penampilan adalah segalanya.
i
Seorang narsisis memang tak selalu menarik di mata orang lain, tetapi mereka memang memperhatikan penampilannya dengan baik.baginya, penampilan adalah yang penting dan ia sangat menjaganya sehingga ia akan selalu tampil menarik, tidak jarang ia akan menghabiskan waktu dan uang yang banyak untuk menunjuang penampilannya ini. 7.
Tidak suka dikritik
Meski tak ada orang yang secara jujur mengaku menerima kritik, tetapi seorang narsisis biasanya terlalu sensitif pada kritikan. 8. Semua dianggap personal
Orang dengan sifat narsistik yang cenderung pemalu biasanya memiliki sikap defensif dan reaktif jika ia tidak dianggap atau ada sesuatu yang tidak berjalan sesuai kemauannya. 9. Fantasi dan superior
Seorang narsisis
akan dipenuhi fantasi tentang kekuasaan, kecantikan, kepintaran,
kesuksesan, atau cinta sejati.dan merasa paling hebat tapi tidak sepadan dengan usahanya. 10. Tak berempati dan iri
Seorang narsisis tidak mampu untuk mengetahui atau mengenali perasaan dan kebutuhan orang lain ia selalu merasa iri dengan orang lain atau menganggap orang lain akan iri dengannya.
11. Istimewa dan sombong Penderita gangguan ini selalu ingin diistimewakan oleh orang lain dan merasa paling hebat sehingga cenderung menunjukkan sikap yang sombong. 11. Sensitif
Mudah terluka, emosional dan memiliki pribadi yang lemah. (http://doktersehat.com/hatihati-narsis-termasuk-gangguan-psikologis/) Sekarang ini muncul istilah Selfie. Apakah Selfie termasuk Narsisisme ? Selfie adalah singkatan dari Self Potrait, yang artinya foto yang di ambil dari kamera handphone, kamera digital oleh orang itu sendiri. Dan mereka-mereka yang suka Selfie ini menyebarkan hasil dari i
foto mereka ke social media seperti: Facebook, Tweeter, Instagram, Path, dan lain-lain. Karena memang saat ini, social media banyak menyediakan media/aplikasi yang memang menggaet masyarakat untuk suka-suka selfie dan narsis. Selfie biasanya digunakan untuk mengambil pose kasual dengan menggunakan kamera yang diarahkan pada diri sendiri. Selfie biasanya menggunakan kamera digital atau kamera handphone, ada juga yang melakukan selfie dengan bantuan cermin. Pada tahun 2013, secara resmi kata Selfie masuk kedalam Oxford English Dictionary. Selfie merupakan bagian dari narsisisme. Sedangkan narsisis atau narsistik adalah prilaku mencintai diri sendiri yang berlebihan. Narsisis tidak hanya pamer di jejaring sosial tapi juga ingin selalu menang sendiri, baik dengan orang lain maupun pasangannya. Jadi, Selfie mewakili satu elemen narsistik, selfie hanya prilaku memotret, sedangkan narsisis lebih kepada mencintai diri sendiri. Jadi tidak selamanya selfie berarti narsisis. Bisa saja dia hanya selfie hanya untuk kesenangan sesaat. Sementara mereka yang narsisis bisa menjadi seorang narsistik atau mengalami gangguan kepribadian. Penderita narsistik percaya bahwa mereka lebih unggul dan kurang memperhatikan perasaan orang lain. Namun di balik itu semua sebenarnya dia memiliki harga diri yang rapuh dan rentan terhadap kritik. Sedangkan selfie bukan merupakan tandanya ada gangguan jiwa atau kepribadian. Paling tidak, belum ada penelitian bahwa orang-orang yang suka selfie juga memiliki gangguan kejiwaan. (http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/09/25/selfie-isasi-dan-narsisme-681061.htm)l Narsisis tidak sekedar gemar memuji diri sendiri, namun narsisisme merupakan salah satu penyakit mental atau gangguan psikologis. Dalam istilah ilmiah narsisisme disebut Narcissistic Personality Disorder (NPD). NPD tidak hanya ditunjukkan dengan perilaku senang memuji diri sendiri, kerap bergaya di depan cermin, namun juga terdapat implikasi lain dari sikap narsisis itu sendiri. Meski terlihat percaya diri sebenarnya seseorang yang mengalami gangguan psikologis ini sangat sensitif terhadap kritik sekecil apapun. Pengidap gangguan NPD membutuhkan psikoterapi bila gangguan ini sudah begitu kuat hingga mengasingkan seseorang dari masyarakat.
i
Narsisme kemungkinan besar dialami saat usia muda. Selain itu, anak yang selalu dimanja berisiko mengalami gangguan ini karena akan terus mengharapkan perhatian yang sama di kemudian hari. Hal yang sama juga terjadi pada seseorang yang diabaikan atau mengalami pelecehan saat masih anak-anak. Seseorang akan cenderung berusaha mendapat perhatian yang tidak diperolehnya dulu hingga mengalami gangguan narsisme.
1.2. KOMPLEKS OEDIPUS Kompleks Oedipus ( Oedipus Complex ) merupakan hasrat yang ditekan pada anak-anak untuk melakukan hubungan seksual dengan orang tua berlainan jenis kelamin. Freud menggunakan istilah Kompleks Oedipus ini untuk mengaitkan hasrat anak laki-laki pada ibunya dan istilah Kompleks Elektra kepada ayahnya.
(Electra Complex) untuk menyatakan hasrat anak gadis
( Chaplin. J.P. 200l: 338)
Kompleks Oedipus merupakan salah satu gagasan penting dalam psikoanalisis. Kompleks oedipus merefleksikan drama Yunani yang ditulis oleh Sophocles dimana Oedipus tidak sengaja membunuh ayahnya dan menikahi ibunya. Jadi, Kompleks Oedipus adalah perasaan cinta yang tidak disadarinya kepada orang tuanya yang berlawanan jenis dan rasa benci pada yang sesama jenis. Ini merupakan fokus dari tahap phallic- fase ketiga dalam teori perkembangan psikoseksual Freud. Pada saat seorang anak berumur sekitar 4-5 tahun, arah perkembangan anak laki-laki dan perempuan mulai berbeda. (Kuper dan Kuper,2008 ) Perasaan cinta yang dirasakan anak laki-laki pada ibunya dapat diintensifkan oleh perasaan-perasaan erotik. Persaingan dengan ayahnya dapat muncul dimasa kanak-kanak baik berupa permusuhan maupun kekhawatiran kehilangan rasa cinta. Selanjutnya Freud mengungkapkan bahwa anak-anak memfokuskan harapannya pada fantasi seksualnya pada sang ibu dan hal ini yang selalu membuat mereka memusuhi sang ayah. Namun pada saat ini superego berperan dengan mengalihkan perasaan-perasaan tersebut dan mengalihkannya dengan kepatuhan pada moralitas, rasa malu atau rasa jijik.
( Kuper dan
Kuper,2008). Freud percaya bahwa semua manusia selalu merasakan tarik ulur dengan gejala Kompleks Oedipus ini. Hal itu disebabkan karena larangan incest ( relasi seksual yang terjadi pada individu yang memiliki ikatan darah yang sangat dekat ) dalam masyarakat yang berpijak pada tuntunan moralitas. ( Stuart 1995: 141) i
Gagasan Freud tentang Kompleks Oedipus ini disimpulkan dari pasien-pasiennya yang mengalami gangguan-gangguan histeria yang disebabkan oleh benturan yang benar-benar terjadi dalam masa kanak-kanak mereka. Namun hal yang paling mengesankan ternyata Freud sendiri mengalami gejala Kompleks Oedipus ini karena itulah Freud merasakan perasaan bersalah kepada ayahnya. Rasa cintanya pada ibunya diakuinya sendiri, “ Aku telah menemukan dalam diriku perasaan cinta terhadap ibu dan perasaan cemburu terhadap ayah, seperti yang terjadi pada orang-orang.” (Milner, 1992:19) Keadaan oedipal dari perkembangan dalam masa kanak-kanak awal merupakan satu manifestasi dari fase genital awal dari perkembangan. Oleh karena orang tua diduga menyadari hasrat-hasrat atau nafsu-nafsu sumbang itu, dan mengancam dengan pembalasan tertentu, maka anak bersangkutan harus menekan, menindas atau menahan hasrat tersebut dengan mengubahnya
dengan melakukan penyaluran energi yang diperlukan anak untuk sosialisasi,
lewat proses yang disebut Freud dengan istilah sublimasi.(Chaplin,2001:338) Bagi Horney, kompleks Oedipus tidak bersifat universal. Berbeda dengan gagasan Freud, Horney memandang bahwa kompleks ini terjadi sebagai akibat suatu hambatan besar dalam hubungan-hubungan keluarga. Bukti antropologis menunjukkan bahwa Kompleks Oedipus lebih menyerupai sifat dari corak struktur keluarga tertentu, seperti pola patriarkhi di masa Freud.( Kuper dan Kuper, 2008: 715-716 ) Kompleks Oedipus merupakan kondisi kejiwaan dimana seorang narsisis memandang ayahnya sebagai rivalnya dan ia memiliki keinginan yang kuat untuk membenci dan menyingkirkan ayahnya. Seorang penderita kompleks Oedipus memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan narsisisme . Ketika seorang anak laki-laki yang mencintai ibunya ( incest) ini menyadari bahwa mencintai ibunya itu terlarang, maka ia akan mengalihkan rasa cintanya itu kepada dirinya sendiri dengan menajdikan dirinya sebagai objek cinta itu. di saat inilah ia menjadi seorang narsisis.
2. Road map Penelitian Tujuan akhir penelitian ini adalah untuk menyajikan analisis drama “Pygmalion” karya George abernard Shaw
dengan menggunakan berbagai konsep seperti critical approach,
strukturalisme,intertekstualitas dan konsep-konsep lainnya.
i
Terkait dengan hal ini, penelitian-penelitian yang telah dilakukan terhadap drama “Pygmalion” antara lain: sebuah kajian critical approach yang berjudul “The Protagonist‟s Struggle for Emancipation in George Bernard Shaw‟s “Pygmalion:” A Critical Theory Approach yang ditulis oleh Yugianingrum dari Universitas Maranatha. Selain itu, drama “Pygmalion” juga dianalisis dengan konsep Strukturalisme dengan judul “Perjabaran Intrinsik dan Ektrinsik dalam Drama Pygmalion” yang ditulis oleh Sumarni dari Universitas negeri Surabaya. Dua kajian ini dilengkapi dengan sebuah penelitian berjudul “Intertekstualitas Drama Pygmalion Karya George Bernard Shaw dan Legenda Yunani Pygmalion and Galatea.” Terkait dengan penelitian-penelitian di atas, penelitian kali ini menganalisis drama Pygmalion dengan menerapkan konsep Psikoanalisis
yang memefokuskan pada kasus
Narsisisme dan Kompeks Oedipus dengan judul “ narsisisme dan Kompleks Oedipus Yang Tergambar dalam Drama “Pygmalion” Karya George Bernrad Shaw. “
Unsur Intrinsik dan Struggle for Ektrinsik Emancipati Drama on in Pygmalion
Intertekstualit as Pygmalion dan Pygmalion and Galatea
Narsisime dan Kompleks Oedipus dalam Drama Pygmalion
Analisis Drama Pygmalion Dalam berbagai Konsep
Pygmalion
i
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. TUJUAN Analisis ini bertujuan : a. Menggambarkan kehidupan seorang narsisis dan seorang penderita Kompleks Oedipus. Yang tergambar dalam “Pygmalion”karya George Bernard Shaw. b. Menganalisis kasus narsisisme dan Kompleks Oedipus yang dialami tokoh utama dalam karya “Pygmalion” Karya George Bernrd Shaw dengan menerapkan konsep psikoanalisis.
2. MANFAAT a. Terrumuskan
analisis kasus narsisisme dan Kompleks Oedipus yang
tergambar dalam karya “Pygmalion” Karya George Bernrd Shaw dengan menerapkan konsep psikoanalisis.
i
BAB 4. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Budaya Universitas lancang Kuning dengan memfokuskan pada analisis sebuah karya sastra yang tersebut pada bab-bab sebelumnya. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan bulan dari bulan september 2015 sampai Desember 2015.
B. Metode Pengambilan Data Kajian ini menganalisis sebuah drama Ingggris berjudul “Pygmalioni” yang ditulis oleh seorang penulis Inggris abad ke 19, George Bernard Shaw. Kajian ini menganalisis kasus narsisime dan kompleks Oedipus yang terdapat pada karya tersebut. Dengan demikian, kajian ini merupakan sebuah studi kepustakaan dimana kajian dilakukan dengan mengumpulkan datadata kepustakaan.
C. Perubah Yang Diamati Perubah yang diamati dalam kajian ini adalah ditemukannya kasus narsisme dan kompleks Oedipus yang terdapat dalam karya ini.
D. Rancangan Penelitian Tahap pertama penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi adanya kasus narsisisme dan kompleks Oedipus dalam drama “Pygmalion” karya George Bernard Shaw. Tahap kedua adalah menganalisis kasus narsisisme dan kompleks Oedipus dalam drama “Pygmalion” karya George Bernard Shaw.. E. Analisis Data Kajian ini merupakan suatu analisis deskriptif analisis dimana kajian ini bertujuan menggambarkan fenomena yang ada.Dalam hal ini, kajian ini akan mendeskripsikan kasus narsisisme dan kompleks Oedipus dalam drama “Pygmalion” karya George Bernard Shaw. Selanjutnya, dalam mengumpulkan hasil kajian, kesimpulan ditarik secara induktif dimana gambaran-gambaran spesifik yang dipaparkan menuntun pada gambaran umum tentang genre teks sastra ini. i
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HASIL Hasil penelitian ini memperlihatkan adanya kasus narsisisme dan kompleks Oedipus yang dialami tokoh utama karya ini. Aspek narsisismenya terlihat dari sikapnya seuai dengakn sikap yang dimiliki oleh orang-orang yang mengalami kondisi ini seperti senang membicarakan dirinya dan menjadi sentral, merasa hebat atau pintar dan
sombong. Sikap sombongnya
membuat sdirinya memandang rendah orang lain, mempermainkan hidup orang lain,
suka
mengejek orang dan tidak suka dikritik. Selain itu, tokoh ini juga memperliharkan ciri- ciri seseorang yang mengalami kasus Kompleks Oedipus seperti memiliki perasaan yang sangat mendalam terhadap ibunya (mencintai ibunya), sangat patuh kepada ibunya dan
bersikap
seperti anak kecil yang manis di hadapan ibunya. Pembahasan diawali dengan penjelasan mengenai cerita dalam Pygmalion. Konflik yang dihadapi karakter utama dalam cerita dan masalah-masalah hidup yang dialaminya. Pygmalion mengungkap konflik yang unik yaitu seorang laki-laki yang mengalami kompleks Oedipus yakni mencintai ibunya sendiri. Bagian dua adalah Narsisisme. Pada bagian ini pembahasan mengangkat fenomena narsisisme yang terdapat pada diri pelaku utama. Henry Higgins seorang narsisis karena dari prilakunya, ia memiliki ciri-ciri seperti seorang yang memiliki gangguan kejiwaan ini. Sikap-sikap narsisisme yang ditemukan adalah (1) Senang membicarakan diri dan menjadi sentral, (2) merasa hebat atau pintar. Hal ini tercermin dari sifatnya yang (1) egois, (2) sombong. Sifat sombong ini tercermin dari sifatnya yang suka (1) memandang rendah orang lain, (2) suka mengejek, sering mempermainkan orang lain dan (3) kasar. Henry Higgins tidak suka di kritik. Bagian selanjutnya adalah penjelasan mengenai Kompleks Oedipus, yakni (1) mencintai ibunya, (2) mematuhi ibunya, (3) bersikap manis di hadapaan ibunya.
i
A. PEMBAHASAN 1. PYGMALION Karya ini dimulai pada jam 11.15 malam, di musim panas di saat hujan lebat ketika orang-orang berteduh di gereja Santa Paul. Diantara orang-orang yang berlari mencari tempat berteduh itu, terlihat Henry Higgins, tokoh utama karya ini. ia sibuk dengan buku catatan di tangannya dan terus menulis. Seorang wanita anggun dengan pakaian malam bersama
anak
perempuannya terlihat tidak sabar menunggu Freddy, anak laki-lakinya, mencarikan taksi. Tidak lama kemudian, datang seorang gadis penjual bunga, seorang laki-laki elegan, dan orang-orang sibuk berbicara. Disaat orang-orang sibuk berbicara, Henry Higgins, yang merupakan seorang ahli fonetik, sibuk menulis.
Dari pembicaraan orang-orang di sekelilingnya, Henry Higgins
mengetahui dari mana orang-orang itu berasal. Hal ini membuat orang-orang di situ merasa takjub, termasuk laki-laki elegan, Kolonel Pickering,
yang datang terakhir. Dengan rasa
penasaran Kolonel itu bertanay kepada Higgins. Ternyata Higgins adalah orang yang dicarinya. Ketika Higgins mendengar cara bicara gadis penjual bunga, denga bercanda Higgins bertaruh dengan Pickering bahwa ia dapat mengubah gadis penjual bunga itu menjadi seorang lady dari kelas sosial yang tinggi dalam waktu yang singkat. Lalu Higgins memberikan alamatnya kepada Pickering dan mengundang Pickering ke rumahnya besok. Esok harinya, Pickering berada di rumah Higgins dan Higgins dengan bangga memperlihatkan labornya dan Pickering sangat mengagumi koleksi yang Higgins miliki. Baru saja mereka selesai melihat-lihal koleksi di labor pribadi milik Higgins, Nyonya Pearce, asisten rumah tangga Higgins datang dan memberitahu mereka kedatanag seorang gadis muda. Ketika mereka menemui gadis itu, ternyata ia adalah gadis penjual bunga yang mereka temui tadi malam. Higgins merasa tidak seang dengan kedatangan Eiza, gadis penjual bunga itu dan dengan kasar menyuruhnya pergi. Eliza Doolittle, gadis itu, tidak mudah terpengaruh dengan sikap buruk Higgins. Ia bersikeras untuk mencapai tujuannya. Dengan lugunya, ia mengatakan kepada Higgins ia datang untuk belajar berbicara seperti seorang lady karena ia ingin bekerja di toko bunga yang memberi syarat karyawannya dapat berbicara dengan bahasa Inggris yang baik. Namun Eliza merasa sedih ketika ia mengetahui bahwa ia harus membayar sangat mahal sedangkan ia tidak mampu untuk membayar harga yang Higgin tawarkan.
i
Diskusi selanjutnya yang terjadi antara keduanya memperlihatkan sikap Higgins yang memberlakukan orang lain dengan buruk. Ia memperlakukan Eliza seperti orang yang memiliki perasaan, tidak seperti memperlakukan seorang manusia. Berbeda dari Higgins, Pickering dan Nyonya Pearce memperlakukan Eliza dengan baik. Mereka menasehati Higgins agara tidak berlaku buruk.
Pembicaraan mereka membuat Pickering memutuskan untuk membuktikan
kemampuan Higgins utnuk mengubah Eliza menjadi seoarng lady dan Pickering yang menyanggupi untuk membayar semua biaya pembelajaran Eliza. Maka sejak hari itu, Eliza menjadi murid Higgins dan tinggal di rumah Higgins. Di saat Nyonya Pearce membersihkan Eliza dan mengubah penampilannya menjadi gadis yang lebih bersih, Alfred Doolittle, ayah Eliza, datang. Ia meminta Higgins membayarnya 5 dollar untuk mengizinkan Eliza tinggal di situ. Sebelum ayahnya pulang, ia bertemu denga Eliza yang baru saja selesai dibersihkan Nyonya Pearce. Karena Eliza berubah, ia tidak mengenali anaknya sendiri dan merasas sangat terkejut karena Eliza terlihat sangat cantik dan sangat berbeda. Maka Elizapun memulai pelajarannya. Pada awalnya Eliza merasa frustasi karean Higgins mengajarnya dengan keras dan kasar. Higgins memperlakukan sebagai objek eksperimennya. Setelah 3 bulan, ketika merasa sudah berhasil mengubah Eliza menjadi seorang lady, Higgins membawa Eliza mengunjungi ibunya. Setibanya di rumah ibunya, Higgins masuk terlebih dahulu dan menginformasikan kepada ibunya tentang Eliza. Kedatanag Higgins membuat ibunya kesal karena ibunya sedang menerima tamu dan ia merasa tidak nyaman dengan tamunya karena Higgins selalu berkata dan bersikap kasar kepada orang lain. Namun ketika Higgins menjelaskan maksud kedatangnnya untuk menguji Eliza, ibunya terpaksa menerimanya. Tamu ibunya ternyata Nyonya Eynsford Hils dengan anak perempuan, Clara, dan anak lakilakinya, Freddy, yang bertemu dengan Higgins pada saat hujan di gereja, pada saat itu, Higgins bersikap dan berkata kasar kepada semua orang kecuali kepada ibunya. Kepada ibunya ia selalu bersikap baik dan manis. Kedatangan Eliza memberikan kesan yang sangat baik. Ia tampil elegan dan cantik. Penampilan barunya dan caranya berbicara benar-benar mengagumkan tamu ibu Higgins. Eliza berbicara denga pengucapan yang sempurna dan nada yang sangat tepat. Ia melakukan semua perintah Higgins dengan sempurna. Higgins dan Pickering merasa puas dengan hasil uji coba di rumah ibu Higgisn itu.
i
Setelah 6 bulan, Eliza akan diuji kemampuannya sebagai seorang lady dengan membawanya ke perkumpulan orang-orang kelas atas untuk membuktikan eksperimen Higgins berhasil atau gagal. Dengan mobil mewah, Higgins dan Pickering membawa Eliza ke kedutaan Inggris pada malam pesta yang dihadiri oleh tamu-tamu dari berbagai negara. Eliza tampil dengan mewah, dengan pakaian malam yang indah, permata, bunga, dan semua asesoris yang membuatnya menarik perhatian tamu-tamu di pesta itu. Seorang laki-laki Hungaria bernama Nupommuck yang mengaku dulunya sebagai murid Higgins mengatakan dirinyt sebagai ahli fonetik yang reputasinya sudah sekaliber Higgins di Eropa. Ia menjadi interpreter di kedutaan pada malam itu. mengetahui bahwa ada seorang ahli fonetim yang hadir di situ, membuat Pickering agak khawatir bila ia dapat menemukan bahwa Eliza sebanarnay bukan seorang lady. Bila itu terjadi, maka eksperimen mereka gagal. Higgins juga merasa sedikit gugup, tapi ia tidak yakin dengan kemampuan Nupommuck. Pesta itu hampir berakhir ketika akhirnya Higgins dan Pickering menyadari bahwa Nupommuck bukanlah ancaman bagi mereka karena ia tidak dapat menemukan identitas asli Eliza karena Nupommuck tertipu oleh penampilan Eliza yang menawan pada saat itu. Nupommuck mengatakan bahwa Eliza merupakan seorang putri dari Hungaria. Ini membuktikan bahwa Higgins berhasil mengubah Eliza. Malam itu Higgins dan Pickering pulang dengan perasaan sangat puas. Di rumah Higgins, di tengah malam itu, Higgins dan Pickering terus berbicara tentang pesta itu dan mengungkapkan rasa senang mereka karean semuanya sudah selesai. Namun mereka mengabaikan Eliza, mereka bahkan tidak berteima kasih keada Eliza yang telah berusaha keras untuk tampil sempurna untuk keberhasilan mereka. Merasa terluka dengan perlakuan Higgins dan Pickering, Eliza pergi meninggalkan rumah Higgins malam itu, ia bertemu Freddy dan sejak pertemuan mereka di rumah ibu Higgins, tergila-gila pada Eliza dan setiap malam menunggu Eliza di depan rumah Higgins dan ia merasa sangat senang ketika ia meliaht Eliza keluar malam itu. keduanya lalu pergi ke rumah ibu Higgins. Ketika menyadari kehilangan Eliza, Higgins dan Pickering mendatangi rumah ibu Higgins. Ibu Hinggisn menasehati keduanya atas perlakuan mereka terthadap Eliza. Di saat mereka sedang berbincang itu,
ayah Eliza, yang sekarang menjadi seorang laki-laki kaya,
datang. Ia akan menikahi pacarnya dan mengundang Eliza dan ibu Higgins untuk mengahdiri pernikahannya. Ketika Eliza dan Higgins berbicara berdua, Higgins memujuk Eliza untuk i
kembali ke rumahnya. Eliza menolak dan dengan berani ia mengkritik Hioggins dan memberikan penilaiannya atas sikap Higgins yang buruk. Hal ini membuat Higgins sakit hati karena selama ini tidak ada yang pernah memperlakukannya seperti itu dan ia belum pernah menemukan wanita yang berani seperti Eliza. Pada bagian akhir kisah ini, Higgins mengejek Eliza karena ia akan menikahi Freddy.
2. NARSISISME Seseorang yang narsisis memiliki beberapa ciri-ciri seperti senang menjadikan diri sebagai sentral, tidak suka dikritik, merasa paling hebat atau paling pintar, tidak berempati, sombong dan sebagainya. Henry Higgins seorang narsisis karena dari prilakunya, ia memiliki ciri-ciri seperti seorang yang memiliki gangguan kejiwaan ini.
2.1. SENANG MEMBICARAKAN DIRI DAN MENJADI SENTRAL. Henry Higgins merasa sangat antusias berbicara tentang keahliannya di bidang fonetik. Hal ini dapat ditemukan pada saat Pickering dan orang-orang yang sedang berteduh di gereja Santa Paul merasa takjub dengan kemampuannya mengetahui asal orang-orang yang berada di sana. Dengan mendengarkan dialek bicara seseorang Henry Higgins dapat menentukan dari mana orang tersebut berasal. Ketika hal itu ditanyakan oleh Pickering, dengan sangat senang Higgins menjelaskannya. Gentleman
: How do you do it, if I may ask?
Note taker : Simply phonetics, the science of speech, Thats my profession; also my hobby. Happy is the manwho can make a living by his hobby! (Shaw, 1985:20 ) Sebagai seorang yang senang membicarakan tentang dirinya dan senag menjadi sentral pembicaraan, Higgins dengan antusias menjelaskan bagaimana ia dapat mengetahui asala muasal seseorang dari dialek bahasa yang digunakannya dan ia dapat melakukan itu karena ia seorang ahli fonetik yang sangat menyukai pekerjaannya. Dengan panjang lebar ia menjelaskan hal itu. ketika Pickering lebih lanjut menanykan prospek pekerjaannya sebagaui seorang ahli foentik, dengan bangga Higgins mengatakan bahwa pekerrjaannya memberikan pendapatan yang besar sehingga ia hidup makmur. i
Gentleman
: But is there a living in that?
Note taker
: oh yes, quite a fat one. This is an age of upstarts. Men begins in Kentish Town with £ 80 a year and end in Park Lane with a hundred thousand. They want to drop Kentish town; but they give themselves a way every time they open their mouths, now I can teach them. ( Shaw,1985: 20 )
2.2. MERASA HEBAT/PINTAR Dengan kemampuannya, Higgins yakin ia dapat mengubah nasib hidup seseorang. Dengan sangat percaya diri ia mengatakan ia dapat mengubah gadis penjual bunga menjadi seorang lady atau menjadi penjaga toko atau menjadikan gadis itu dapat bekerja di temapt yang memerlukan kemampuan berbahasa Inggris yang baik. Pada akhirnya Pickering dan Higgins bertaruh untuk mengubah gadis penjual bunga itu ( Eliza Doolittle) dan Higgins memenangkan pertaruhan itu. kemenangan ini mempertegas kehebatan Higgins sehingga ia makin merasa bangga. Untuk menunjukkan kehebatannya, Higgins mengundang Pickering
meninjau
laboratorium pribadi yang dimilikinya di rumahnya. Di laboratorium itu, dengan panjang lebar Higgins memperdengarkan rekaman suara-suara yang berbeda sehingga Pickering merasa terkesan. Higgins Pickering Higgins Pickering Higgins
: Well, I think thats the whole show. : It‟s really amazing. I haven‟t taken half of it, you know. : Would you liketo go over of it again? : No, Thank you, not now. I‟m quite done up for this morning. : Tired of listening to sound?
Pickering
: yes, it‟s fearful strain I rather fancied myself because I can pronounce 24 distinct vowel sounds, but your hundred and thirty beat me, I can‟t hear a bit difference between most of them.
Higgins
: Oh, that comes with practice, you hear no difference at first, but you keep on listening and presently you find theyre all as different as A from B. ( Shaw, 1985: 26 )
2.3. EGOIS Higgins beranggapan dirinya selalu benar dan merasa sebagai orang yang penting. Ia selalu menjadi penentu segal hal dalam hidupnya bahlkan kadang-kadang ia menentukan hidup i
orang lain. Hal ini membuatnya menjadi seorang yang egois. Hal ini dapat ditemukan ketika ia meminta Eliza kembali ke rumahnya di saat Eliza memutuskan pergi dari rumahnya. Ia meminta Eliza kembali ke rumahnya bukan karena ia merasa menyesal atas perlakuan buruknya terhadap Eliza, tapi hanya karena memikirkan dirinya sendiri. Ia merasa terbiasa dengan hadirnya Eliza di rumahnya. Higgins (dengan arogan)
Eliza
: I can do without anybody. I have my own soul, my own spark of divine fire. But I shall miss you Eliza.... I have grown accustomed to your voice and appearance. I like them, rather. : Well, you have both of them on your gramophone and in your books of photographs. When you fell lonely without me, you can turn the machine on. It‟s got no feeling to hurt
Dari dialog ini terlihat bahwa Higgins hanya memikirkan dirinya sendiri. Ia ingin Eliza kembali ke rumahnya hanay karena ia merasa terbiasa dengan kehadiran Eliza di rumahnys, terbiasa mendengar suara Eliza dan menlihat Eliza dengan penampilannya.
2.4. SOMBONG Seorang narsisis biasanya sombong karena ia merasa orang lain tidak sehebat dirinya. Higgins menunjukkan kesombongannya dengan merendahkan orang lain, mengejek, mempermainkan hidup orang lain, berbicara kasar dan memerintah dengan kasar, dan prilakuprilaku buruk lainnya. 2.4.1. MEMANDANG RENDAH ORANG LAIN Higgins memandang rendah orang lain terutama orang-orang yang menurutnya berada di bawah kelas sosialnya. Namun tidak hanya kepada orang-orang dengan level sosial yang rendah yang mendapat perlakuan tidak menyenangkan darinya, orang-orang yang berada di kelas sosial yang sama dengannyapun tidak luput dari prilaku buruknya. Terhadap Eliza, si gadis penjual bunga yang menjadi muridnya karena pertaruhannya dengan Pickering mengalami perlakuan buruk dari Higgins yang tidak menghargainya dan selalu direndahkan Higgins, namun karena i
Eliza adalah seorang gadis yang kuat dan keras, ia tidak mudah putus asa dengan perlakuan buruk Higgins tersebut karena ia memiliki keinginan yang sangat kuat untuk mencapai tujuannya sehingga perlakuan Higgins tidak membuatnya mudah menyerah. Higgins memperlakuakn Eliza dengan buruk dengan meremehkannya dan tidak menghargainya sebagai seorang manusia dan tidak merasa bersalah bila apa yang ia lakukan menyakiti perasaan Eliza. Higgins memperlakukan Eliza semaunya. Suatu hari, ia memperlakukan Eliza seperti seorang anak kecil dan sebagai objek yang tidak memiliki perasaan. Higgins : Somebody is going to touch you with a broomstick if you don‟t stop snivelling. Sit down! ( Shaw, 1985: 1037 ) Begitu juga ketika Eliza mengganti pakaiannya, Nyonya Pearce membawa Eliza kepada Higgins dan Pickering untuk menunjukkan perubahan penampilan Eliza. Higgins mengomentari perubahan itu semaunya tanpa memikirkan komentarnya akan menyinggung perasaan Eliza. Eliza Higgins Mrs. Pearce Higgins Mrs. Pearce Higgins 1050 )
: Don‟t I look silly? : Silly : Now, Mr. Higgins, please, don‟t say anything to make the girl conceited about herself. : ( conscientiously) O, Quite right, Mrs.Pearce. (to Liza ) yes, damned silly. : Please, sir. : (correcting himself) I mean extremely silly. ( Shaw, 1985:
Perlakuan Higgins yang buruk terhadap Eliza sangat bertolak belakang dengan perlakuan yang diterima Eliza dari Pickering.Pickering adalah seorang laki-laki yang baik, sopan dan menghargai orang lain. Perlakuan Higgins yang buruk terhadapnya membuat Eliza membandingkan Higgins dengan Pickering dan ia mengatakan hal itu ketika ia mengutarakan kemarahannya. Eliza menjelaskan betapa ia merasa sangat dihargai ketika Pickering memanggilnya nona Doolittle di saat ia datang ke rumah Higgins untuk pertama kalinya dan hal itu tidak pernah Higgins lakukan. Liza : Your calling me Miss Doolittle that day when I first came to Wimpole Street. That was the beginning of self-respect to me.
i
Penghargaan yang ia dapatkan membuat Eliza merasa memiliki kebanggan diri yang tidak pernah ia dapatkan dari Higgins yang tidak pernah menghatgainya. Selain itu, Eliza juga mengungkapkan hal-hal kecil yang dilakukan Pickering seperti tidak membuka sepatu di hadapannya, membukakan pintu untuknya, membuka topinya karena menghargai Eliza dan hal-hal kecil lainnya yang tidak disadari Pickering karena hal itu menjadi kebiasaannya, nmaun memberikan penghargaan bagi Eliza. Sedangkan Higgins melakukan hal yang sebaliknya. Lebih lanjut Eliza mengungkapkan bahwa betapapun ia berubah, ia tetaplah seorang penjual bunga di mata Higgins dan itu tidak akan pernah berubah. Namun di mata Pickering, ia seorang lady karena perbedaan antara seorang penjual bunga dan seorang lady bukan terletak dari bagaimana seseorang itu berprilaku, namun bagaimana ia diperlakukan. Hal ini diungkapkan Eliza kepada Pickering ketika ia, Pickering dan Higgins sedang membicarakannya. Liza
: I know. I am not blaming him. It is his way, isn‟t it? But it made such a difference to me that you didin‟t do it. You see, really and truly, apart from the things anyone can pick up. The difference between a lady and a flower girl is not how she behaves, buh how she is treated. I shall always be a flower girl to Professor Higgins because he always treat me as a flower girl and alwys will; but I know I can be a lady to you because you always treat me as a lady and always will. ( Shaw, 1985: 99-100 )
Selain merendahkan Eliza, Higgins juga memandang rendah Freddy, anak laki-laki teman ibunya yang kemudian menikahi Eliza. Bagi Higgins, Freddy adalah seorang laki-laki yang bodoh ( idiot ) Liza
Higgins Liza Higgins Liza Higgins Liza
: Thats not what I want: and don‟t you think it. I „ve always had chaps enough wanting me that way. Freddy Hill writes to me twice and three times a day, sheets and sheets. : Damn his impudence. : He has a right to if he likes, poor lad, and he does love me. : You have no right to encourage him,. : Every girl has a right to be loved. : What! By fools like that? : Freddy is not a fool and if he‟s weak and poor and wants me, may be he‟d make me happier that my betters that bully me and don‟t want me. ( Shaw, 1985: 107 )
i
2.4.2. MENGEJEK Karena memandang rendah terhadap Eliza,
higgins selalu mengejek Eliza dalam
berbagai kesempatan. Ia mengejek Eliza dengan sebutan gadis kotor, mengatakannya sebagai barang ( baggage), perempuan dengan suara yang menjijikkkan, orang bodoh, dan ejekan-ejekan lainnya yang merendahkan Eliza. Higgins
: It‟s almost irresisitable . she is so deliciously low- so horribly dirty.
Mrs. Pearce Higgins
: But I have no place to put her. : Put her in the dustbin. ( Shaw, 1985: 1038 ) --------------------: Let us get out of this. I have had enough of chatting to these fools. Yes, taht‟s what drives me mad. This silly people don‟t know their own silly business. ( Shaw, 1985: 1068 ) ---------------------: A woman who utters such depressing and disgusting sounds has no right to be anywhere- no right to live. Remember that you are human being with a soul and the divine right of articulate speech: that your nature language is the language of Shakespeare and Milton and the Bible. And don‟t sit there crooning like bilious pegeons. ( Shaw, 1985: 20 ) ---------------------
Higgins
Note taker
Note Taker 1985: 20 )
: You see this creature with her Kerbstone English? (Shaw,
---------------------------Higgins : Pickering, shall we ask this baggage to sit down or shall we throw her out of the window? (Shaw,1985: 28 ) ------------------------------Ejekan-ejekan yang Higgins alamatkan kepada Eliza memperlihatkan bagaimana ia memperlakukan Eliza dengan kasar. Kata-kata yang diucapkan Higgins terhadap Eliza tidak memperlihatk diriny sebagai seorang dengan status sosial yang tinggi dan berkedudukan.
2.4.3 MEMPERMAINKAN HIDUP ORANG LAIN Kesombongan Higgins membuatnya berfikir bahwa hidup orang lain tidak penting sehingga dapat ia permainkan. Ketika Higgins dan Pickering pergi menemui ibu Higgins
(
Nyonya Higgins) untuk memberitahukan keopadanya bahwa Higgins dan Pickering sedang melakukan sebuah eksperimen mengubah seorang gadis penjual bunga menjadi seorang lady i
dengan mengajarkannya berbicara yang baik. Nyonya Higgins tidak menyukai rencana mereka. Bagi Nyonya Higgins apa yang Higgins dan Pickering lakukan itu mempermainkan hidup Eliza. Nyonya Higgins mengibaratkan Higgins dan Pickering seperti anak-anak yang bermain dengan sebuah boneka karena mereka memperlakukan Eliza seperti boneka yang dapat mereka bentuk sesuai dengan kehendak mereka. Karena itu Nyoinya Higgins kurang menyetujui apa yang mereka lakukan. Bagi Nyonya Higgins, Pickering dan Higgins mempermainkan hidup Eliza. setelah
mereka
berhasil
mengubah
Eliza
menjadi
seorang
lady,
Nyonya
Higgins
mempertanyakan apa yang akan terjadi pada hidup Eliza selanjutnya. Baginya kehidupannya yang berbeda nantinya merupakan tanggung jawab mereka berdua karena apa yang terjadi padanya adalah hasil eksperimen mereka. Mrs. Higgins : You certainly are a pretty pair of babies, playing with your live doll. ( Shaw, 1985: 69 ) ________________ Mrs. Higgins : No, you two infinitely stupid male creatures, the problem of what is to be done with her afterwards. (Shaw, 1985: 71) Selain itu, Higgins juga mempermainkan hidup Alfred Doolittle, ayah Eliza. ketika temannya Wannafeller menanyakan kepadanya siapakah seorang moralis di Inggris. Dengan bercanda Higgins menyebutkan nama Doolittle sebagai seorang yang paling moralis di Inggris. Candaan Higgins ini ditanggapi serius oleh Wannafeller sehingga ketika Wannafeller meninggal dunia, ia mewariskan £ 400 untuk Alfred Doolittle.Seorang miskin yang tiba-tiba menjadi kaya mendadak tidak membuat Aslfred Doolittle bahagia.
Ia merasa hidupnya terjebak dalam
moralitas masyarakat kelas menengah yang tidak tulus dan hidup dengan penuh kepentingan. Doolittle : ..... It‟s making a gentleman of me that O object to. Who asked him to make a gentleman of me ? I was happy, I was free, I touched pretty high everybody for money when I wanted it, same as I touched you, Enry Iggins. Now, I am worrited: tied neck and heels, and everybody touches me for money. ( Shaw,1985: 93 ) _______________________ Doolittle : Done to me ! Ruined me, destroy my happiness, tied me up and delivered me into the hands of middle class morality. 1075 )
(Shaw,1985:
2.4.4.. KASAR i
Seseorang yang tidak menunjukkan rasa hormat dan penghargaan kepada orang lain, maka orang itu tidak akan berinteraksi dengan baik dan sopan apalagi bila orang itu adalah seseorang yang berwatak seperti Higgins yang selalu semaunya, yang memandang rendash orang lain, yang menganggap orang lain bodoh, dan senang mempermainkan hidup orang. Maka ia tidak akan berpura-pura baik, sebaliknya ia akan memperlakukan orang-orang tersebut dengan sekendak hatinya karena baginya orang lain tidak perlu diperhitungkan. Ketika ia marah, ia akan berkata kasar, dan ia tidak perduli orang yang mendengarkan merasa tersinggung. Nyonya Pearce, pengurus rumah tanggganya sudah terbiasa dengan kekasarannya, namun ia tidak mau Higgins mengasari Eliza. Mrs. Pearce : No sir, you are not at all particular when you‟ve mislaid anything or when you get a littel impatient. Now, it doesn‟t matter before me, I‟m used to it, but you really must not swear before the girl. Higgins : (indignantly) I swear, (most emphatically) I never swear, I detest the habit, what the devil do you mean? Mrs. Pearce : (stolidly) Thats what I mean, sir, you swear a great deal too much. I don‟t mind your damning and blasting and what the devil and where the devil and who the devilHiggins : Mrs. Pearce, the language from your lips ! really! Mrs. Pearce
: (not to be put off) – but there is a certain word I must ask you not to use- the girl used it herself when she began to enjoy the bath. It begins with the same letter with bath. She knows no better, she learnt it all her mother‟s knee. But she mustn‟t hear it from your lips. ( Shaw,1985: 1046 )
Kekasaran Higgins tidak selalu dialamatkan kepada orang-orang yang berada pada kelas sosial yang lebiah rendah darinya, tapi juga kepada orang-orang yang memiliki status sosial yang sama dengannya seperti yang ia lakukan kepada tamu ibunya. Ia selalu memberikan komentar yang kasar dan berprilaku kurang sopan karena ia seorang yang frankly speaking, yang mengatakan apa yang ada dalam fikirannya, ia tidak mau berpura-pura baik atau berkata-kata yang hanya basa basi. Ia akan menagtakan apa yang ada dalam fikirannya, baik itu yang baik maupun yang buruk, namun sayangnya ia lebih selalu mengutarakan hal yang buruk. Berbicara apa adanya tidak selalu buruk tergantung pada situasinya. Namun bagi Higgins, ia akan selalu berbicara apa adanya dalam situasi seperti apapun. Bicaranya selalu menyakiti atau membuat orang kesal karena itrulah ibunya tidak mau Higgins datang ke rumahnya di saat ia menerima tamu. i
Mrs. Higgins : Henry, what are you doing here, today? It is my at-home day. You promise not to come. Higgins : Oh bother Mrs. Higgins : Go home at once. Higgins
: I know mother, I came on purpose
Mrs. Higgins : But you mustn‟t, I am serious Henry. You offend all my friends; they stop coming whenever they meet you. Ketika Higgins menghadiri pesta, ia bertemu dengan seorang interpreter, Nupommuck, yang dapat berbicara dalam 32 bahasa dan mengaku pernah berguru dengannya. Higgins tidak menunjukkan rasa hormat ataupun merasa bangga karena memiliki murid sepertinya. Higgins bahkan tindak mengingatnya, dan Higgins tidak menyalami dengan hangat, karena begitulah selalunya Higgins berinteraksi dengan orang lain. Nupommuck : Maestro, maestro, you remember me ? Higgins
: No, I don‟t, who the devil are you ?
Nupommuck : I am your pupil, your first pupil, your best and greatest pupil. I am little Nupommuck, the marvellous boy. I have made your name famous throughout Europe. You teach me phonetics, you can‟t forget me. Higgins : Why don‟t you shave? ( Shaw, 1985: 1064 ) Higgins selalu kasar dalam situasi normal, apalgi jika ia sedang marah, ia tidak akan mengontrol kata-kata yang dikeluarkannya. Ia mengucapkan kata-kata yang tidak sopan dan kasar untuk mengungkapkan kemarahannya. Hal ini dapat ditemukan ketika ia berdebat dengan Eliza. Pada saat itu Eliza sedang marah. Eliza tidak dapat mengontrol dirinya ketika Higgins tidak menghargai apa yang telah ia lakukan, jadi ia melempari Higgins dengan sandal. Higgins
: What the devil have I done with my slippers ?
Liza
: (snatching up the slippers and hurling them at him one after the other with all her force). : What on earth
Higgins Liza Higgins Higgins Liza
: Nothing wrong with you. I won your bet for you, haven‟t I ? That‟s enough for you, I don‟t matter, I suppose. : You won my bet! You! Presumptuous insect. I won it. What did you throw those slippers at me for? : (catching her wrists ) Ah, would you! Claws in, you cat, how dare you show me your temper to me...... : You‟d better leave a note for Mrs. Pearce about the coffee i
for she won‟t be told by me. Higgins : Damn Mrs. Pearce and damn the coffee and damn you and (wildly) damn my own folly in having lavished my hardearned knowledge and the treasure of my regard and intimacy on a heartless guttersnipe and spoils it by slamming the door savagedly ) 2.5.TIDAK SUKA DIKRITIK Perlakuan buruk Higgins yang dilakukan Higgins terhadap Eliza yang dilakukannya berkali-kali membuat gerah Nyonya Pearce ( asisten rumah tangga Higgins) dan Pickering. Karena tidak senang dengan tindakan Higgins, Nyonya Pearce mengkritiknya dan mengungkapkannya secara langsung Mrs. Pearce
: Stop, Mr. Higgins. I won‟t allow it. It‟s you that are wicked Go home to your parents, girl, and tell them to take better care of you.
Dikritik Nyonya Pearce membuat Higgins tidak senang namun ia mengabaikannya dan tetap memperlakukan Eliza dengan buruk dengan kata-kata kasarnya, dengan bentakan-bentakannya dan merendahkannya. Akhirnya Pickeringpun tidak tahan untuk tidak mengkritiknya. Namun karena Pickering seorang yang sopan ia mengkritik Higgins dengan cara bertanya. Pickering
: Does it occur to you, Higgins, that the girl has some feeling?
Menanggapi kritik ini, Higgins mengalihkan pembicaraan dengan Pickering, ia mengabaikan hal ini karena ia tidak menyukainya. Ia mengalihkan pembicaraan dengan membicarakan tentang kesulitan yang dihadapinya dalam mengajarkan Eliza memperbaiki bahasanya. Higgins
: You see the difficulty?
Pickering
: Eh, what difficulty ?
Higgins : to get her to talk rammar. The mere pronunciation is easy enough. ( Shaw, 1985: 34 )
3. KOMPLEKS OEDIPUS Terdapat beberapa hal yang memperlihatkan bahwa Higgins mencintai ibunya dengan rasa cinta yang besar. Rasa cinta yang bisa jadi diawali dari kekagumannya pada sosok ibunya. i
Rasa cinta yang besar terhadap ibunya membuatnya tidak mau menikah. Kekaguman dan cintanya pada ibunya membuat Higgins tidak dapat menerima wanita lain dalam hidupnya. Setiap kali ia berhubungan dengan seorang wanita, selalu saja ada hal-hal yang tidak baik dari wanita itu dan ia selalu tidak sejalan dengan wnaita-wanita itu. hal ini dijelaskannya ketika Pickering menanyakan hal itu kepadanya. Pickering Higgins Pickering Higgins
Pickering Higgins
: Excuse the straight question. Higgins. Are you a man of good characters where women are concerned? : (moodily) have you ever met a man of good characters where women are concerned? : Yes, very frequently. : Well, I Haven‟t. I find that the moment I let a woman makes friend with me, she becomes jealous, exacting, suspicious and damn nuisance. I find that the moment I let myself make friend with a woman, I become selfish and tyrannical. Women upset everything- when you let them into your life you find that the woman is driving at one thing and you‟re driving at another. : At what, for example? : Oh, Lord knows! I suppose the woman wants live her own life and the man wants to live his; and each tries to drag onto the wrong track. One wants to go north and the other south; and the result is that both have to go east, though they both hate the east wind. So, here I am, a confirmed old bachelor, and likely to remain so.
Dari dialog ini Higgins memperlihatkan bahwa dirinya yang tidak dapat menjalin hubungan dengan wanita karena wanita-wanita itu membuatnya gila. Padahal permasalahannya bukan pada wanita, tapi pada dirinya. Rasa cintanya kepada ibunya yuang dikaguminya yang menghalanginya untuk dekat dengan wanita selain ibunya.
3.1. MENCINTAI IBUNYA Keengganan Higgins untuk dekat dengan wanita dipicu oleh anggapannya bahwa tidak ada wanita yang sesempurna ibunya, tidak ada wanita yang dapat menyerupai ibunya. Jadi, karena ia mencintai ibunya, ia berusaha mencari wanita yang seperti ibunya dan ketika ia tidak menemukannya, ia memilih untuk hidup sendiri. Walaupun ibunya selalu mendesaknya untuk menemukan pasangan hidupnya, namun Higgins lebih memilih untuk hidup sendiri karena tidak menemukan wanita seperti ibunya. Hal ini ia ungkapkan secara langsung kepada ibunya. i
Mrs. Higgins : You said it was..... Higgins : Not your part of it. I‟ve picked up a girl. Mrs. Higgins : Does that mean that some girl has picked you up ? Higgins : Not at all. I don‟t mean a love affair. Mrs. Higgins : What a pity. Higgins : Why ? Mrs. Higgins : Well, you never fall in love with anyone under forty-five. When will you discover that there are some rather nicelooking young women about ? Higgins : Oh, I can‟t be bothered with youn woman. My idea of a lovable woman is somebody as like you as possible. I shall never get into the way of seriously liking young woman; some habits lie too deep to be changed. Besides, they‟re all idiots. Apa yang Higgins akui memperlihatkan rasa cintanya kepada ibunya. Maka dapat disimpulkan Higgins mengalami kompleks Oedipus.
3.2. MEMATUHI IBUNYA Karena mencintai ibunya, maka ibunyalah satu-satunya orang yang ia patuhi. Higgins adalah seorang laki-laki yang sombong dengan kepercayaan diri yang sangat tinggi, namun di hadapan ibunya, ia berubah menjadi seorang anak kecil yang manis dan penurut.
Ini
memperlihatkan perasaan mendalam yang diaraskannya terhadap ibunya. Perasaan yang mendalam inilah yang membuatnya menjadi seorang yang sangat patuh kepada ibunya, sikap yang sangat bertolak belakang dengan sikap yang ia tunjukkan kepada orang lain. Ketika Higgins mengunjungi ibunya, ia bertingkah seperti anak kecil yang salah tingkah di hadapan ibunya dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Ketika ibunya memerintahkannya mengekuarkan kedua tangannya, dengan enggan ia menurutinya. Ibunya satu-satunya orang yang ia dengar dan ia turuti. Mrs. Higgins : no, stop fidgeting and take your hands out of your pockets ( with a gesture of despair, he obeys and sits down again.) ( 1985: 58 )
Shaw,
Begitu pula ketika Eliza mendebat Higgins dan mengungkapkan kemarahnnya atas perlakuan buruk Higgins selama ini terhadapnya. Higgins ingin membalas kemarahan Eliza, namun di hadapan ibunya ia berusaha tenang walaupun ia menahan amarahnya. Ketika ia mengucapkan
i
kata-kata yang kasar kepada Eliza, ibunya kangsung menegurnya, dan Higgins menjadi salah tingkah. Eliza Doolittle. Higgins
: And I should like Professor Higgins to call me Miss. : I „ll see you damned first
Mrs. Higgins : Henry! Henry ! ( Shaw, 1985: 100 ) Dan di saat Eliza panjang lebar mengungkapkan keburukan Higgins di hadapan ibunya, Higgins hanya bisa mengertakkan giginya, tanda kemarahannya, namun ia tidak berani menunjukkan kemarahannya di hadapan ibunya. Eliza
: ....the difference between a lady and a flower girl is not how she behaves but how she is treated. I shall always be a flower girl to Professor Higgins because he always treats me like a flower girl and always will; but I know I can be a lady to you because you always treat me as a lady and always will. Mrs. Higgins : Please don‟t grind your teeth, Henry. (Shaw, 1985: 99-100)
3.3. BERSIKAP MANIS DI HADAPAN IBUNYA. Di hadapan ibunya, Higgins benar-benar berbeda dari Higgins yang kita temukan ketika ia berhadapan dengan orang lain. Bila ia berada di dekat ibunya, Higgins yang sombong, angkuh dan kasar berubah menjadi seorang anak yang sangat manis. Begitu manisnya sikapnya di hadapan ibunya sehingga ia bertingkah seperti anak kecil. Bila ia bersikap tidak baik, ibuny langsung menegurnya dan mengingatkannya dan sebagai anak yang manis ia dengan segera menuruti ibunya dengan menghentikantingkahnya yang tidak baik tersebut. Ketika Higgins mengunjungi ibunya, saat itu di rumah ibunya sedang kedatangan tamu. Dalam pembicaraannya dengan tamu ibunya, Higgins berkata kasar dan ibunya langsung mengurnya agar menjaga perilakunya. Higgins
: ( to Miss Hill ) What do you know of poetry? ( to Mrs.Hill ) of science? ( indicate Freddy ) what does he know of art or science or anything else? What the devil do you imagine I know of philosophy? Mrs. Higgins : ( warningly ) or of manners, Hnery ? ( Shaw, 1985: 62 )
Prilakunya yang seperti anak kecil yang patuh dan bersikap manis pada ibunya terlihat dalam bebebrpa kejadian seperti ketika ia memtuhi ibunya untuk mengeluarkan tangannya dari saku celananya, ketika ia mematuhi ibunya agar tidak duduk di meja tulis, dan ketika ibunya i
memberitahukannya bahwa ibunya menyembunyikan Eliza di rumahnya, ia tidak merasa kesal atau marah pada ibunya, sebaliknya ia bersikap manis dengan mematuhi ibunya untuk duduk dan mendengarkan ibunya. Mrs. Higgins : No,stop fidgeting and take your hands out of your pockets (with gesture of despair, he obeys her and sit down again ) that‟s a good boy, tell me about the girl. Higgins : She‟s coming to see you -------------------------------Mrs. Higgins : Henry, please! Don‟t sit on my writing table, you‟ll break it. Higgins : (sulkily) sorry, ( he goes to the divan) -------------------------------Mrs. Higgins : Henry, don‟t be absurd, if you want to know where Eliza is, she is upstair. Higgins : (amazed) upstairs!!! Then I shall jolly soon fetch her downstairs ( he makes resolutely for the door ) Mrs. Higgins : sit down, dear and listen to me Higgins : Oh, very well, very well, very well.
i
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN Drama “Pygmalion” yang ditulis oleh George Bernard Shaw memperlihatkan tokoh utamanya, Henry Higgins, seorang laki-laki yang mengalami kondisi kejiwaan dimana ia merupakan seorang narsisis dan mengalami kompleks oedipus. Sebagai seorang narsisis, Henry Higgins merasa bangga dengan dirinya. Ia sering membicarakan tentang dirinya dan merasa senang menjadi pusat pembicaraan. Henry Higgins senag menajdi sentral pembicaraan karena ia merasa hebat dan pintar. Perasaan inilah yang membuatnya menjadi seoarng yang sombong. Sebagai seorang yang sombong ia seuka merendahkan orang lain karena ia selalu melihat kekurangan pada orang lain, lalu ia menikmati mengejek kekurangan orang tersebut. Lebih jauh lagi, ia sangat senang dan sangat menikmati ketika ia mempermainkan hidup orang lain. Selain itu, sebagai seorang yang bangga terhadap dirinya, Higgins tidak suka dikritik karena ia merasa melakukan hal yang benar. Selain merupakan seorang narsisis, Henry Higgins juga mengalami kondisi kejiwaan yang dinamakan Kompleks Oedipus, dimana ia meraskan perasaan yang sangat mendalam terhadap ibunya. Ia menyayangi dan mengagumi ibu dengan rasa sayang dan rasa kagum yang besar seperti rasa sayang dan rasa kagum seorang laki-laki terhadap seorang wanita sehingga ketika ibunya mendesaknya untuk menikah ia mengungkapkan bahwa wanita yang pantas ia cintai ialah wanita seperti ibunya. Selain pengakuan langsung ini, sikap Higgins yang sangat manis dan patuh terhadap ibunya juga menyiratkan betapa ibunya merupakan orang yang sangat berarti baginya karena Higgins adlah seorang yang sangat sombong. Ia tidak akan bersikap manis apalagi patuh bila ia meraskan perasaan yang sangat mendalam. Ia tidak pernah berlaku manis di hadapan siapapun kecuali di hadapan ibunya. 2. SARAN “Pygmalion” merupakan sebuah naskah drama yang sangat kaya untuk dianalisis dari berbagai aspek. Kajian ini memfokuskan analisisnya pada aspek psikoanalisis khususnya pada kasus narsisime dan Kompleks Oedipus. Kajian ini hanya menitik beratkan pada kasusu Narsisime dan Kompleks Oedipus. Dalam hal ini kami menyarankan adanya kajian-kajian psikoanalisis lainnya yang lebih jauh. Dengan demikian, diharapkan kajian ini dapat menginspirasi kajian-kajian lainnya tidak hanya kajian psikoanalisis tapi juga kajian –kajian lain dengan konsep-konsep lainnya.
i
DAFTAR PUSTAKA Chapilin. J.P. 2002,
Kamus Lengkap Psikologi, terj, kartini Kartono,
Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/09/25/selfie-isasi-dan-narsisme-681061.htm) diunduh pada tanggal 25 Mei 2015 jam 9.15 am http://doktersehat.com/hati-hati-narsis-termasuk-gangguan-psikologis/) diunduh pada tanggal 25 Mei 2015 jam 9.15 am Kuper, Adam dan Jessica
Kuper,2008,
Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial,
Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. Lechte, John, 1994, Fifity Key Contemporary Thinker, London:Routledge Milner, Max, 1992, Freud dan Interpretasi sastra, terj. Apsanti DS, Jakarta: Intermasa Sim, Stuart (ed), 1995, A-Z Guide to Modern Literary and Cultural Teorists, New York:Prentice Hall, Hervester Wheatsheaf Young, Robert,2003, Oedipus Complex, terj Basuki Heri Wonarno,Yogyakarta: Pohon Sukma
i
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Realisasi Anggaran Penelitian 1. Honor Honor Ketua Anggota 1 Anggota 1
Honor/Jam 1000 1000 1000
Waktu 40 40 40
Minggu 12 minggu 12 minggu 12 minggu Sub Total
Jumlah 500.000 500.000 500.000 1.500.000
2. Peralatan Penunjang Material
Justifikasi Pemakaian
Kuantitas
Harga Satuan
ATK
Peralatan tulis Banner
Satu paket
40.000
Harga Peralatan Penunjang 80.000
Dua paket
125.000
250.000
Satu Paket
5.000
5.000 380.000
Kuantitas 2 set Beberapa materi kajian
Harga Satuan 50.000 150.000
Harga 100.000 1.000. 000
Banner CD Software Software Sub total 3. Bahan Habis Pakai Material Isi ulang tinta Bahan mentah
Justifikasi Print Bahan untuk diolah ( buku teori )
Sub Total 4. Lain-lain Material Seminar Fotocopy dan jilid proposal Fotocopy dan jilid laporan 1 Fotocopy dan jilid laporan akhir Pulsa Sub Total Total
1.100.000 Justifikasi Pemakaian FGD Perbanyak laporan Perbanyak laporan Perbanyak laporan
Kuantitas
Harga Satuan
Harga
1 paket 3 set
500.000 10.000
510.000 8.300
2 set
11.500
23.000
12set
20.000
200.000
komunikasi
3 paket
5.000
15.000 756.300 3.736.300
i
Lampiran 2 : . Biodata Ketua dan Anggota Biodata Ketua A. Identitas Diri 1 Nama Lengkap 2 Jabatan Fungsional 3 Jabatan Struktural 4 NIP/NIK/Identitas lainnya 5 NIDN 6 Tempat dan tanggal lahir 7 Alamat Rumah 8 Nomor Telepon/Faks/HP 9 Alamat Kantor 10 Nomor Telepon/Faks 11 Alamat e-mail 12 Lulusan yang telah dihasilkan 13. Mata Kuliah yg diampu
Dra. Essy Syam, M.Hum. Lektor Kepala 96 011 32 1003116501 Bengkalis, 3 Nop 1965 Jl. Rindang 44 Tangkerang, Pekanbaru 081365674556 Jl. Yos Sudarso Km. 8 Rumbai 0761 53536
[email protected]
1. Introduction to Literature 2. Literary Theories 3. Literary Criticism 4. Prose 5. Drama
B. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir No
Tahun
1
2013
2
2015
Judul Penelitian Perbandingan Representasi Perempuan dalam Cik Puan Karya Haji Suhaimi dan Antigone Karya Sophocles Intertekstualitas “Lancang Kuning” Karya Tenas Effendi dan “Merbau Bersiram Darah” Karya Hang Kafrawi
Pendanaan Sumber Jml (Juta Rp) APBF
1
APBF
1
C. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir Pendanaan NO Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Sumber Jml (Juta Rp) Sosialisasi Budaya Populer dan 1 2012 Pengaruhnya Bagi Masyarakat Bagi Mandiri 1 Guru-guru Sekolah Dasar i
2
2013
3
2013
4
2013
5
2014
6
2015
7
2015
Muhammadiyah, Rumbai Menginspirasi Siswa-siswa Sekolah Dasar Negri No 119 Rumbai Pesisir ( Lewat Program Kelas Inspirasi ) Strategi Pengajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia Bagi Guru-guru Sekolah Dasar No 117, Rumbai Pesisir Tata Cara Pemakaian Pakaian Melayu Bagi Guru-guru Muatan Lokal Sekolah Dasar di Pekanbaru. Menyoroti Peran Media Dalam Menciptakan Pola Fikir Masyarakat di Kecamatan tampan, Kelurahan Delima, Pekanbaru Pemanfaatan Fasilitas RUSUNAWA Unilak Menuju Tertib Hunian Mahasiswa Sosialisasi Pembuatan Makanan Melayu Bagi Guru-Guru Sekilah Dasar Negeri No 065 dan Guru-Guru Sekolah Dasar Negeri No 063 Rumbai Persisir, Pekanbaru
Lembaga
Volunteer
APBF
1
APBF
1.5
APBF
1.5
APBU
APBU
1
D. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 TahunTerakhir Volume/ No
Judul Artikel Ilmiah
Nama Jurnal Nomor/Tahun
1
2
3
Intekstualitas Antara Drama “Pigmalion” karya George Bernard Shaw Dengan Legenda Yunani “Pigmalion and Galatea.”
“Perempuan Buta Tanpa Ibu Jari” dan “Cinderella and the Glass Slipper:” Kajian Dekonstruktif.
Relasi Antara Isaac Asimov dan Karyanya “True Love” Kajian
Vol 6, No 2 Jurnal Ilmu Budaya Feb 2010
Vol 7, no 1 Jurnal Ilmu Budaya
Jurnal Ilmu Budaya
Agustus 2010. Vol 7 no 2, Feb 2011
i
Sosiologi Pengarang.
4
5
6
7
8
Kasus Kompleks Oedipus (Oedipus Complex) Dalam “Mengawini Ibu” Karya Khrisna Phabicara: Kajian Psikoanalisis
Kristenisasi Masyarakat Aborijin Oleh Bangsa Kulit Putih Australia dan Resistense Masyarakat Aborijin Yang tergambar Dalam “Maydina, the Shadow” Karya Hyllus Maris dan Sonia Borg
Kristenisasi Masyarakat Aborijin Oleh Bangsa Kulit Putih Australia dan Resistense Masyarakat Aborijin Yang tergambar Dalam “Maydina, the Shadow” Karya Hyllus Maris dan Sonia Borg
Representasi Perempuan Dalam Masyarakat patriakhal Yang Tergambar dalam “Antigone” Karya Sophocles “Malin Kundang Pulang Kampung” Karya Ahmad Muchlish: Mendekonstruksi Legenda malin Kundang. 1.
2. P Perlawanan India Terhadap Dominasi In Inggris Yang Tergambar 9 Pada Cerpen By Any Other Name Karya Santha
Vol 8, no 2 Jurnal Ilmu Budaya
Agustus 2012
Vol 9, no 2 Jurnal Ilmu Budaya Feb 2013
Vol 10, no 1 Jurnal Ilmu Budaya Feb 2013
Jurnal Ilmu Budaya
Vol 10 no 2, Agustus 2013
Vol 11 no 1 Jurnal Ilmu Budaya Feb 2014.
Vol 11 no 2 Agustus 2014 i
Rama Rau – Agust 2014
E. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir No
1
Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar
Konferensi Hubungan Malaysia ke VIII
Judul Artikel Ilmiah
Intertextuality between Intan Paramadhita‟s Indonesia Perempuan Buta Tanpa Ibu Jari and Cinderella and The Glass Slipper
Waktu dan Tempat Universi tas Lancang Kuning, Pekanbaru, 23-25 Sept 2014
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidakSesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan dana penelitian tahun 2015. Pekanbaru,
Juni 2016
(Dra.Essy Syam, M.Hum)
i
Biodata Anggota 1 A. Identitas Diri Nama Lengkap Jabatan Fungsional Jabatan Struktural NIP/NIK/Identitas lainnya NIDN Tempat dan tanggal lahir Alamat Rumah Nomor Telepon/Faks/HP Alamat Kantor Nomor Telepon/Faks Alamat e-mail Lulusan yang telah dihasilkan 13. Mata Kuliah yg diampu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Dra. R. Syamsidar,M.Pd Lektor Kepala 8801089 10 06106101 Tanjung Uban, 6 Oktober 1961 Jl. Arcis no 21 0816352434 Jl. Yos Sudarso Km. 8 Rumbai 0761 53536
1. Semantik Bahasa Indonesia 2. Sintaksis Bahasa Indonesia 3. Tata Bahasa Generatif 4. Bahasa Indonesia 5. 6. 7. 8.
B. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
No
Tahun
Judul Penelitian
1
2015
Intertekstualitas “Lancang Kuning” Karya Tenas Effendi dan “Merbau Bersiram Darah” Karya Hang Kafrawi
Pendanaan Sumber Jml (Juta Rp) APBF
1
2 3 4 C. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir Pendanaan NO Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Sumber Jml (Juta Rp) Strategi Pengajaran Bahasa Inggris dan 1 2013 Bahasa Indonesia Bagi Guru-guru APBF 1 Sekolah Dasar No 117, Rumbai Pesisir 2 2013 Tata Cara Pemakaian Pakaian Melayu APBF 1.5 i
3
2014
4
2015
Bagi Guru-guru Muatan Lokal Sekolah Dasar di pekanbaru Menyoroti Peran Media Dalam Menciptakan Pola Fikir Masyarakat di Kecamatan tampan, Kelurahan Delima, Pekanbaru Sosialisasi Pembuatan Makanan Melayu Bagi Guru-Guru Sekilah Dasar Negeri No 065 dan Guru-Guru Sekolah Dasar Negeri No 063 Rumbai Persisir, Pekanbaru
APBF
1.5
APBU
1
D. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 TahunTerakhir Volume/ No
Judul Artikel Ilmiah
Nama Jurnal Nomor/Tahun
1
Kajian Interteks Novel Layar Terkembang Karya Sutan Takdir Alisyahbana dan Novel Belenggu Karya Armin Pane
Vol 6 no 2 Jurnal Ilmu Budaya tahun 2010
E. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir No
1
Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar
Judul Artikel Ilmiah
Sosialisasi Ilmiah Dengan Guru- Pandangan Raja Ali Haji guru SD Kepri Pada Era Globalisasi
Waktu dan Tempat Hotel Nagoya Batam tahun 2012
F.Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 TahunTerakhir
No
1
Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Lainnya yang Telah Diterapkan
Tahun
Tempat Penerapan
ResponMasyarakat
MUSDA Wanita Islam
2014
Nusa Tenggara Barat ( NTB)
Sangat Baik
i
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan dana penelitian tahun 2016.
Pekanbaru, Juni 2016
(Dra.R. Syamsidar, M.Pd)
i
Biodata Anggota 2 1 2 3 4 5 6 7
A. Identitas Diri Nama Lengkap Jabatan Fungsional Jabatan Struktural NIP/NIK/Identitas lainnya NIDN Tempat dan tanggal lahir Alamat Rumah
8 9 10 11
Nomor Telepon/Faks/HP Alamat Kantor Nomor Telepon/Faks Alamat e-mail
12
Lulusan yang dihasilkan 13. Mata Kuliah yg diampu
Mohd. Fauzi, SS., M.Hum. Lektor/III.c Lektor 03 01 212 10 0503 7401 Sei. Anak Kamal, 15 Maret 1974 Jl. Palas Mekar. Griya Palas Mekar. Blok A.07, Kelurahan Sri Meranti Rumbai Pesisir 081365274519 Jl. Yos Sudarso Km. 8 Rumbai 0761 53536 Mohd.fauzi_007yahoo.co,id
telah 1. Reading I 2. Survey on American Literature 3. Poetry I 4.Cinema 5. Survey on English Literature 6. 7. 8.
B. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
No
1
Tahun
2013
2 3 4 5
2014 2015
Judul Penelitian Perbandingan Representasi Perempuan dalam Cik Puan Karya Haji Suhjaimi dan Antigone Karya Sophocles The Role of Symbols in D.H.Lawrence‟s The Rainbow The Enemy of People as Reflected in Henrik Ibsen‟s The Wild Duck and An Enemy of People Penguatan Informasi Ekowisata Kelurahan Sei Empura Melalui Film Dokumenter Bahasa Kias dalam Syair Burung
Pendanaan Sumber Jml (Juta Rp) APBF
1 jt
APBF
1 jt
APBF
1 jt
APBU
5 jt
Mandiri
2 jt
i
C. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir Pendanaan NO Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Sumber Jml (Juta Rp) Penguatan Informasi Ekowisata Melaui 1 2014 Film Dokumenter di Kelurahan Sei APBU 4.600.000 Mempura
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan dana penelitian Universitas Lancang Kuning tahun 2016.
Pekanbaru, Juni 2016
(Mohd. Fauzi, S.S., M.Hum)
i