Oedipus Complex Tokoh Victor Mancini dalam Novel Choke Karya Chuck Palahniuk: Kajian Literatur dengan Pendekatan Psikoanalisis Trias Melia Program Studi Inggris, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
ABSTRAK Psikologi pada awalnya merupakan sebuah ilmu yang menekankan pada kesadaran manusia. Namun, muncul pemikiran baru dari Sigmund Freud, yang tidak hanya memberi kontribusi dalam bidang psikologi berupa metode yang menekankan unconsciousness atau alam bawah sadar manusia dalam meneliti perilaku manusia namun juga memberi kontribusi dalam pendekatan penelitian kesusastraan, yaitu pendekatan psikoanalisis. Pendekatan psikoanalisis ini dapat diterapkan dalam meneliti literatur-literatur, salah satunya adalah novel Choke karya Chuck Palahniuk. Dengan menggunakan teori psikoanalisis mengenai Oedipus complex, skripsi ini menunjukkan abnormalitas hubungan tokoh Victor Mancini dengan ibunya dan gejala-gejala atau symptoms yang timbul akibat usaha Victor untuk bernegosiasi dengan fase Oedipal. Analisis tersebut membuktikan bahwa perilaku-perilaku neurosis yang dilakukan Victor merupakan upaya pencapaian kebahagiaan atas terpenuhinya hasrat-hasrat yang ia miliki terhadap ibunya dan mencapai solusi atas Oedipus complex yang dideritanya. Kata Kunci: Oedipus complex, Oedipal, Psikoanalisis, Sigmund Freud, Unconsciousness
ABSTRACT Psychology was at first a branch of science that focused on human’s consciousness. However, there was a new perspective from Sigmund Freud, which was not only giving contribution to psychology about a new idea of unconsciousness influence to examining human mind but also a contribution in literature analysis approach, which is Psychoanalysis approach. This approach can be implemented to analyze literature works, novel Chokeby Chuck Palahniuk, for example. By using Psychoanalysis theory about Oedipus complex, this undergraduate thesis shows an abnormality in Victor Mancini and his mother’s relationship and the symptoms that arise because of his effort to negotiate with the Oedipalphase. The analysis proves that his neurotic behavior is his effort to achieve pleasure of satisfying his desires towards his mother and to get a solution of his Oedipus complex. Keywords: Oedipus complex, Oedipal, Psychoanalysis, Sigmund Freud, Unconsciousness
PENDAHULUAN Chuck Palahniuk adalah seorang penulis novel kontemporer berkebangsaan Amerika.Lahir pada 21 Februari 1962, penulis ini memulai kesuksesannya dengan diterbitkannya novel pertamanya yang berjudul Fight Club pada 1996. Sebelum novel Fight Club diterbitkan, Chuck Palahniuk sudah menulis sebuah karya yang berjudul Invisible Monster, namun novel tersebut ditolak oleh banyak penerbit karena kontennya yang dianggap mengganggu. Menurut
Oedipusc omplex..., Trias Melia, FIB UI, 2013.
sebuah ulasan, konten novel Invisible Monsters dianggap mengganggu karena penuh dengan “isu-isu yang gelap dan tabu seperti disorientasi seksual, transgender, disfungsi peran keluarga, mutilasi diri, dan kekerasan” (Darcangelo, 2012). Isu-isu tabu dalam buku Invisible Monsters ini membuat banyak penerbit takut untuk mempublikasikan karya Chuck Palahniuk tersebut. Novel-novel Chuck Palahniuk memiliki genre transgressive fiction. Transgressive fiction adalah karya fiksi yang tokoh-tokohnya berperilaku menyimpang dan melakukan tindak kriminal sebagai cara untuk dapat merasa hidup atau sebagai tindakan untuk tidak mematuhi norma sosial (Palahniuk dalam Sartain, hal.40). Contoh perilaku-perilaku menyimpang yang terdapat dalam novel-novelnya adalah kecanduan seks dan perilaku manipulatif. Kedua contoh perilaku menyimpang tersebut dapat ditemukan di dalam novel Choke (2001). Choke adalah novel yang diterbitkan pada 2001. Novel ini adalah novel Chuck Palahniuk pertama yang berhasil masuk dalam kategori New York Times Bestseller. Choke menceritakan seorang pria bernama Victor Mancini yang memiliki hubungan yang kompleks dengan ibunya Ida Mancini. Sejak kecil Victor percaya bahwa setiap anak laki-laki yang diasuh oleh orang tua tunggal terlahir telah menikah (dengan ibunya).Semasa kecilnya, Victor memilki beberapa orangtua angkat dan kemudian kabur dari mereka karena Ida Mancini yang dianggap tidak mampu mengurus Victor kerap menculiknya.Kemudian, Ida Mancini yang sering keluar masuk penjara menderita Alzheimer dan harus menjalani perawatan.Hal tersebut menyebabkan Victor tidak dapat menyelesaikan pendidikannya di bidang kedokteran dan lalu bekerja di museum, namun pekerjaannya tidak dapat membantu Victor untuk membiayai perawatan ibunya.Maka, muncul sebuah perilaku manipulatif dalam diri Victor. Ia menjadi penipu yang berpura-pura tersedak hingga tidak bisa bernafas saat sedang makan di restoran. Menurut Victor, orang-orang yang menolongnya mendapat keuntungan karena mereka akan merasa bangga telah berguna bagi orang lain, sedangkan bagi Victor, pertolongan mereka merupakan sebuah keuntungan karena ia akan menerima uang sebagai bantuan dari para penolongnya. Victor juga merupakan seorang pecandu seks yang menghadiri sexaholic meeting.Akan tetapi, kedatangannya ke sexaholic meeting malah menjadi sarana bagi Victor untuk mendapatan pasangan seks. Kehidupan tokoh Victor Mancini, yang menunjukkan ia menderita Oedipus complex, membuat penulis tertarik untuk mengkaji novel ini melalui pendekatan psikoanalisis.
Oedipusc omplex..., Trias Melia, FIB UI, 2013.
Kecurigaan penulis adalah perilaku tokoh Victor mancini dalam novel Choke merupakan akibat dari terepresinya rasa cinta Victor terhadap Ida Mancini. Perilaku yang Victor perlihatkan merupakan cara yang ditempuhnya untuk bernegosiasi dengan “Oedipal crisis.” Hal inilah yang akan penulis buktikan dengan menganalisis novel ini dengan menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Dalam penelitian ini, penulis akan menjelaskan bagaimana penokohan dan alur dapat mengungkapkan hubungan Victor Mancini dengan ibunya dan makna dibalik perilaku yang dimiliki Victor untuk mengekspresikan represi yang merupakan akibat dari Oedipus complex. Sebelum masuk ke dalam pembahasan, penulis terlebih dahulu menjelaskan teori Psikoanalisis Freud mengenai Oedipus complex. Teori ini diyakini sebagai pendekatan yang tepat karena pendekatan ini menganalisis pengalaman hidup manusia sebagai pembentuk kepribadian. TINJAUAN TEORITIS Psikologi pada mulanya merupakan sebuah disiplin ilmu yang penekanannya terbatas pada konsep kesadaran manusia.Akan tetapi, pada awal abad ke-20, muncul sebuah metode baru untuk meneliti dinamika pikiran manusia yang menekankan pada kendali alam bawah sadar manusia, atau unconsciousness, terhadap perilaku manusia.Metode ini diperkenalkan oleh Sigmund Freud dan disebut sebagai psikoanalisis. Freud menelaah perilaku manusia lebih dalam dan menemukan hal yang ia anggap sebagai tujuan hidup manusia. Tujuan hidup manusia berdasarkan perilakunya, menurut Freud, adalah untuk mencapai kebahagiaan. Hal tersebut diungkapkan oleh Freud dalam bukunya yang berjudul Civilization and Its Discontents (1961) sebagaimana kutipan berikut ini: “We will therefore turn to the less ambitious question of what men themselves show by their behaviour to be the purpose and intention of their lives. What do they demand of life and wish to achieve in it? The answer to this can hardly be in doubt. They strive after happiness; they want to become happy and to remain so. This endeavour has two sides, a positive and a negative aim. It aims, on the one hand, at an absence of pain and unpleasure, and, on the other, at the experiencing of strong feelings of pleasure.” (Freud, 1961:23) Kutipan tersebut mengungkapkan bahwa perilaku manusia menunjukkan usahausahanya dalam mencapai kebahagiaan. Usaha-usaha mencapai kebahagiaan ini memiliki
Oedipusc omplex..., Trias Melia, FIB UI, 2013.
tujuan untuk menghindari kesengsaraan dan ketidaksenangan (absence of pain and unpleasure) dan untuk mengalami rasa kebahagiaan atau kesenangan yang kuat (strong feelings of pleasure). Dalam perilakunya, manusia selalu berusaha mencapai kebahagiaan atau kesenangan yang kuat tersebut.Hal tersebut membuktikan bahwa tujuan hidup manusia didasari oleh prinsip kesenangan atau pleasure principle. Menurut Freud, manusia lahir dengan insting-insting yang bersifat “unfavourable” atau dianggap tidak baik (oleh masyarakat yang beradab) (Freud, 1961: 31). Manusia yang mengutamakan pemuasan terhadap insting-insting tersebut dianggap sebagai tidak beradab. Jika insting atau hasrat-hasrat tersebut tidak dapat diatur, maka kebahagiaan tidak dapat tercapai karena bertentangan dengan norma-norma di dunia eksternal atau“external situation.” Hasrat-hasrat yang tidak dapat terpenuhi itu bersifat seksual dan tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada di dalam “external situation” atau realitas, sehingga manusia harus merepresi hasrat-hasrat yang ia miliki untuk dapat hidup secara harmonis di dalam masyarakat. Represi terhadap hasrat-hasrat yang menjadi pokok dalam mencapai kebahagiaan ini memunculkan substitusi dari pemuasan hasrat tersebut sebagai bentuk negosiasi pleasure principle yang berbenturan dengan realitas. Represi hasrat-hasrat yang dikuasai oleh pleasure principle tersebut dapat berupa “neurotic illness” atau neurosis dan psikosis. Salah satu hasrat yang dimiliki manusia dalam tahap perkembangan seksualnya adalah hasrat untuk memiliki orang tua (hasrat untuk memiliki ibu terjadi pada anak laku-laki dan hasrat untuk memiliki ayah terjadi pada anak perempuan) sepenuhnya, yang disebut dengan Oedipus complex. Oedipus complex muncul pada salah satu tahap perkembangan seksual manusia, yaitu tahap Phallic atau fase Oedipal. Fase Oedipal merupakan salah satu fase atau tahap yang pasti dilalui oleh manusia dalam perkembangan seksualitasnya. Dalam tahap ini, anak laki-laki memiliki ketertarikan terhadap ibunya dan menginginkan ibunya sepenuhnya sebagai pemberi rasa nyaman dan pemuas kebutuhannya. Selain itu, di dalam diri anak tersebut juga muncul keinginan untuk membunuh sosok ayah karena rasa cemburu akan rasa cinta ibu kepada ayah. Dalam tahap ketika anak memiliki rasa cinta terhadap ibu, anak tersebut dikatakan sedang dikuasai oleh Id karena hasrat-hasratnya untuk memiliki ibu harus segera terpenuhi.Hasrat tersebut tidak mengenal norma-norma yang ada di dalam realitas sehingga bersifat agresif. Namun, pemuasan hasrat tersebut kemudian menemui sosok penghalang, yaitu ayah yang juga memiliki cinta ibu, sehingga anak yang sedang dikuasai Id tersebut memiliki hasrat untuk membunuh sosok ayahnya.
Oedipusc omplex..., Trias Melia, FIB UI, 2013.
Dalam perkembangan seksual yang sehat, anak yang dikuasai Id dan menginginkan ibunya untuk dirinya sendiri mulai menemukan Superego melalui sosok ayahnya.Anak merasakan ancaman dari ayah atau Superegonya karena menginginkan cinta ibu hanya untuk dirinya sendiri.Ia merasa takut akan hukuman yang diberikan oleh Superego bila rasa cinta erotis terhadap ibunya idak direpresi. Hal ini menyebabkan Ego anak tersebut bernegosiasi dengan Superego melalui represi terhadap hasrat-hasrat yang ada di dalam Id. Ego anak tersebut membantu si anak untuk mengidentifikasi dirinya dengan sosok ayahnya. Melalui proses identifikasi ini, anak tersebut akanmenginternalisasi aspek-aspek yang dimiliki oleh ayahnya dan berharap bisa menemukan pengganti atau substitusi cinta terhadap ibunya pada sosok orang lain, yaitu pasangannya saat ia dewasa. Akan tetapi, seseorang dapat mengalami kegagalan dalam mengontrol hasrat-hasrat erotis terhadap ibunya.Hasrat yang telah terepresi dalam unconsciousness dapat muncul kembali.Hal tersebut menyebabkan terjadinya Oedipus complex saat anak laki-laki telah dewasa. Alam bawah sadar anak tersebut akan berusaha memuaskan hasrat-hasrat seksual sang anak terhadap ibunya yang terepresi melalui bentuk lain, seperti perilaku neurotik dan pencarian objek seksual yang memiliki kemiripan dengan ibunya.Interpretasi Fromm mengenai teori Oedipus complex Freud dalam buku Eros and Civilization adalah bahwa anak yang menderita Oedipus complex adalah perilaku yang ditunjukkan anak saat dewasa atas ketidaksenangannya terhadap pemisahan dari sumber kepuasannya (1956: 269). Pemisahan seorang anak dari objek seksual utamanya, yaitu ibunya, menjadi konflik antara individu dengan masyarakat atau norma-norma (Marcuse, 1956: 270). METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah close reading dengan menggunakan novel Choke sebagai korpus. Close reading atau pembacaan dekat adalah sebuah metode penelitian yang menganalisis dan mengembangkan pemahaman akan sebuah teks dengan memperhatikan detail-detail tekstual (How to do a Close Reading, 1998).Penulis menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud yang diambil dari berbagai sumber litearatur untuk mentafsirkan hasil-hasil pembacaan dekat terhadap unsur-unsur utama teks, khususnya penokohan dan alur atau konflik. Penelitian ini terpusat pada tokoh Victor Mancini dan perilakunya yang menunjukkan indikasi adanya Oedipus complex.Teori psikoanalisis yang digunakan sebagai pendekatan dalam menganalisis perilaku tokoh Victor Mancini menjelaskan makna dibalik perilaku tersebut.
Oedipusc omplex..., Trias Melia, FIB UI, 2013.
PEMBAHASAN Novel Choke bercerita mengenai kehidupan Victor Mancini dan kerumitan hubungannya dengan sang ibu, Ida Mancini. Di dalam novel ini, Victor terlihat sebagai seorang tokoh yang memiliki hasrat untuk mendapatkan cinta dari ibunya. Hal tersebut berhubungan dengan kehidupan Victor di masa kecil yang kerap terpisah dari Ida Mancini, sehingga ia tidak mendapat kasih sayang yang ia inginkan. Ketidakmampuan Victor untuk mendapatkan rasa cinta dari ibunya semasa ia kecil menyebabkan hasrat tersebut terepresi dan muncul kembali dari level unconscious saat Victor telah dewasa. Hasrat Victor terhadap ibunya yang terpendam muncul kembali melalui perilaku neurosisnya, seperti pura-pura tersedak dan kecanduan seks yang dijalani Victor untuk mencapai kebahagiaan. Ambiguitas Narasi dalam Novel: Realitas dan Fantasi Victor Novel Choke karya Chuck Palahniuk dinarasikan oleh tokoh utamanya, yaitu Victor Mancini. Novel ini diawali dengan Victor menceritakan kejadian-kejadian di masa lalunya bersama Ida Mancini, yang kerap kali kabur dari penjara dan menculik Victor, dan kejadian-kejadian yang terjadi saat Victor telah dewasa. Alur cerita tidak menunjukkan konsistensi alur yang maju, tetapi Victor menarasikan kisahnya menggunakan alur campuran. Walaupun narator di dalam novel Choke hanyalah tokoh Victor Mancini sebagai tokoh utama, terdapat dua sudut pandang yang dipakai dalam menarasikan kisah hidupnya tersebut. Pertama, narasi dilakukan dengan menggunakan sudut pandang orang pertama, yaitu dengan menggunakan kata “I”. Narasi melalui sudut pandang orang pertama ini muncul di bagianbagian ketika Victor menceritakan kisahnya saat ia dewasa. Ia juga merujuk Ida Mancini dengan kata “My mom.” Akan tetapi, saat Victor menceritakan kisah masa lalunya atau kisah kejadian-kejadian yang ia alami saat masih kecil, ia menggunakan sudut pandang orang ketiga. Di bagian Victor menceritakan masa kecilnya, ia tidak menggunakan kata “I” untuk merujuk kepada dirinya sama sekali. Ia merujuk kepada Victor kecil dengan menggunakan kata “the boy”, “a stupid little boy”, “the little cooz”, dan kata lain sebagai representasi anak kecil yang ia ceritakan di dalam narasinya. Sedangkan Ida Mancini tidak disebut sebagai “My mom” seperti narasi untuk menceritakan kejadian saat Victor dewasa, tetapi ia menggunakan kata “the Mommy”. Maksud dari perbedaan sudut pandang yang dipakai dalam menarasikan kisah Victor tersebut tidak dijelaskan secara eksplisit di dalam novel. Namun, jika dianalisis lebih jauh,
Oedipusc omplex..., Trias Melia, FIB UI, 2013.
penggunaan kata “the boy” untuk menggantikan “I” dan kata “the mommy” untuk menggantikan “my mom” menciptakan sebuah jarak.Jarak tersebut memperlihatkan seolaholah orang-orang yang diceritakan Victor di bagian-bagian masa lalunya merupakan orang yang berbeda dengan Victor dan Ida Mancini saat Victor dewasa. Narasi Victor tentang masa lalunya dapat dilihat sebagai narasi untuk menunjukkan kedekatannya dengan Ida Mancini.Ida Mancini digambarkan sebagai sosok yang posesif terhadap Victor dan menuntut Victor untuk hanya mencintai dirinya.Karena itulah Ida Mancini kerap menculik Victor, yaitu untuk menciptakan kedekatan ibu dan anak diantara keduanya. Namun, penggunaan sudut pandang orang ketiga dilakukan Victor dapat menciptakan ketidakjelasan siapakah yang dirujuk oleh Victor melalui kata “the boy” dan “the mommy”.Sudut pandang ini menciptakan ambiguitas apakah yang dimaksud oleh Victor adalah dirinya sendiri atau orang lain. Karena rujukan yang tidak jelas tersebut, pembaca dapat melihat narasi Victor di bagian-bagian ketika ia menggunakan kata “the boy” dan “the mommy” sebagai masa lalu Victor maupun sebagai masa lalu anak lain. Ambiguitas tersebut dapat diartikan sebagai upaya Victor untuk menunjukkan representasi sosok ibu yang generik atau universal. Selain itu, ambiguitas juga ditemukan di dalam narasi yang bisa menunjukkan narasi yang diceritakan Victor sebagai realitas dan fantasi pada saat yang bersamaan. Victor merupakan tokoh yang dikelilingi oleh karakter-karakter lain yang delusional.Ia kerap mengunjungi ibunya di rumah sakit jiwa dan bertemu dengan pasien-pasien lain yang juga mengalami gangguan mental. Ia menggambarkan dirinya sendiri sebagai tokoh yang tidak mengalami gangguan mental dan bisa bebas keluar masuk rumah sakit jiwa yang sangat ketat pengamanannya. Akan tetapi, karena Victor yang menceritakan semua kisah, baik kisah saat ia kecil maupun saat ia dewasa, pembaca tidak dapat mengetahui apakah semua yang diceritakan oleh Victor adalah realitas atau hanya fantasi-fantasi yang ia ciptakan. Ida Mancini sebagai Perwujudan Id dan Superego Dalam Psikoanalisis, ketika hasrat terhadap ibu tumbuh dalam diri seorang anak, anak tersebut mulai mengenali adanya sosok ayah yang menghalanginya untuk mendapatkan seluruh cinta ibunya. Sosok ayah disini merupakan representasi dari Superego yang menghalangi hasrat-hasrat anak itu untuk terus tumbuh dan memaksa Ego untuk merepresi hasrat-hasrat tersebut.Sosok Superego yang menjadi penghalang bagi seorang anak untuk terus menumbuhkan rasa cinta erotis terhadap ibunya ini terlihat di dalam novel Choke.
Oedipusc omplex..., Trias Melia, FIB UI, 2013.
Namun, novel ini menarik karena perwujudan Superego tidak muncul dari sosok ayah tetapi muncul melalui Ida Mancini dan delusinya. Ida Mancini digambarkan sebagai seorang tokoh yang keinginan-keinginannya selalu bertentangan dengan norma-norma sosial.Ia merupakan seseorang yang “chaotic” dan kerap masuk penjara karena perbuatan-perbuatannya. Namun, ia tidak juga tunduk kepada norma sosial dan selalu berhasil kabur dari penjara. Penggambaran tokoh Ida Mancini saat Victor masih kecil tersebut memiliki karakteristik-karakteristik yang sama dengan Id. Keduanya bersifat chaotic
dan keinginan-keinginannya selalu bertentangan dengan Superego yang
menginternalisasi norma-norma sosial. Ida yang selalu kabur dari penjara dan selalu melakukan hal-hal yang dilarang berulang-ulang menunjukkan bahwa ia bersikap tidak mau mengenali keberadaan Superego. Sikap tersebut juga merupakan karakteristik dari Id yang tidak mengenal adanya reality principle yang identik dengan Superego.Hal ini membuktikan bahwa Ida Mancini merupakan perwujudan dari Id. Namun, tokoh Ida Mancini menderita penyakit Alzheimer saat Victor telah dewasa.Penyakit Alzheimer yang dideritanya menjadi titik balik peran Ida Mancini sebagai pemicu tumbuhnya hasrat-hasrat seksual Victor dan sebagai perwujudan Id. Jika sebelumnya Ida selalu digambarkan sebagai pihak yang selalu mendekati Victor dengan berulang kali menculiknya dari orang tua angkat agar Victor tidak mencintai siapapun selain dirinya, setelah menderita Alzheimer Ida Mancini menciptakan sebuah jarak terhadap Victor dan tidak lagi memiliki karakteristik-karakteristik Id. Sosok Superego muncul melalui delusi yang diciptakan oleh Ida Mancini. Dalam kunjungan-kunjungan Victor sebagai pengacara Ida Mancini selama ia masih terjerat masalah hukum, Ida akhirnya mengungkapkan keinginannya untuk berbicara dengan Victor. Namun, pembicaraan yang dimaksud bukan membangun hubungan yang membuat Victor dapat menumbuhkan rasa cinta erotisnya terhadap Ida, tetapi pembicaraan yang menciptakan satu sosok penghalang atau Superego.Ida Mancini ingin memberitahu Victor siapakah ayahnya. Kemunculan sosok ayah ini dapat dilihat sebagai simbol dari fase phallic atau akhir dari fase Oedipal.Fase Phallic atau fase Oedipalmerupakan fase kemunculan Oedipus complex dalam diri seorang anak. Pola yang timbul dalam fase ini adalah rasa cinta erotis yang berkembang dalam diri seorang anak terhadap ibunya mengalami interupsi dari munculnya sosok ayah.Ida Mancini, yang masih menganggap Victor yang sedang mengunjunginya sebagai Fred Hastings, tidak mau memberitahu siapapun siapakah ayah
Oedipusc omplex..., Trias Melia, FIB UI, 2013.
Victor kecuali kepada Victor sendiri.Oleh karena itu, Victor mencoba menipu Ida Mancini dengan mengatakan “I'm him. I'm Victor's father.” Ida menyambut pengakuan Victor tersebut dengan rasa kaget yang teramat sangat dan berkata “Oh, you're him, and you've come back," she says. "Oh, blessed Father. Holy Father," she says. "Oh, please forgive me.”Ida Mancini menciptakan sebuah delusi bahwa ayah Victor adalah Holy Father atau Tuhan. Kemunculan delusi Ida tentang sosok ayah ini memiliki pola yang sama dengan fase phallic atau fase Oedipal tersebut. Sosok Holy Father atau Tuhan, menurut pandangan Freud, adalah sosok ayah yang diagungkan atau “exalted father”.Sosok ayah di dalam Oedipus complex merupakan sosok yang menjadi penghalang atau sosok Superego yang menghalangi hasrat-hasrat erotis anak terhadap ibunya karena tidak sesuai dengan norma-norma sosial.Walaupun sosok yang dimunculkan dalam delusi Ida Mancini ini tidak dapat terlihat, namun sosok Tuhan yang menjadi ayah adalah figure yang omnipotent. Munculnya sosok ini menimbulkan kebencian terhadap sosok ayah dan timbul keinginan untuk membunuhnya.Namun, sosok Superego tersebut bersifat mengancam dengan hukuman, sehingga hal yang bisa dilakukan oleh anak saat mengenal sosok Superego melalui ayahnya ini adalah dengan mengidentifikasi dirinya dengan ayahnya. Hal tersebut dilakukan agar ia bisa menemukan displacement objek seksual utamanya, yaitu ibunya, dalam sosok lain yang memiliki kemiripan karakteristik terhadap ibunya. Perilaku Neurotik sebagai Defense Mechanism Victor Mancini dalam Bernegosiasi Terhadap Oedipus Complex Ketika impuls-impuls Id di dalam diri seseorang telah terepresi ke dalam unconsciousness, impuls tersebut dapat muncul kembali.Untuk mengontrol impuls-impuls tersebut, seseorang dapat menggunakan defense mechanism(“Psychoanalytic Theory”, 2008: 2). Impuls-impuls Id yang dimiliki Victor adalah berupa hasrat yang ia miliki terhadap Ida yang menyebabkan ia menderita Oedipus complex.Fase Oedipal yang dialami Victor ketika ia dewasa menyebabkan ia menciptakan fantasi-fantasi sebagai defense mechanism untuk mendapatkan solusi atas Oedipus complex. Perilaku neurotic pertama yang dilakukan Victor sebagai defense mechanism untuk mendapat resolusi terthadap Oedipus complex adalah perilaku choking atau pura-pura tersedak. Perilaku ini merupakan representasi dari fase phallic atau Oedipalyang tidak pernah ia jalani ketika masih kecil. Dalam fase ini, seorang anak yang mencintai ibunya akan
Oedipusc omplex..., Trias Melia, FIB UI, 2013.
mendapatkan interupsi dari sosok ayah. Penggambaran fase ini dapat terlihat melalui proses choking yang dilakukan oleh Victor. Dalam proses pura-pura tersedak, Victor akan memasukkan makanan sebanyak-banyaknya ke dalam mulutnya hingga ia merasa tidak dapat bernafas dan kemudian tersedak. Proses memasukkan makanan sebanyak-banyaknya ini dapat diartikan sebagai proses seorang anak menumbuhkan rasa cinta erotis yang terus menerus terhadap ibunya. Ketika ia tidak dapat bernafas dan tersedak berarti ada sebuah interupsi yang membuat proses memasukkan makanan tersebut tidak dapat dilakukan lagi, dan bahkan dapat menimbulkan ancaman (kematian) jika seorang anak tetap memaksakan makanan tersebut untuk masuk ke mulutnya. Interupsi di dalam fase phallic ditemui dalam sosok ayah yang mengancam.Hal ini membuktikan bahwa perilaku pura-pura tersedak yang dilakukan oleh Victor adalah upaya yang ia lakukan untuk melalui fase phallic atau Oedipal yang tidak pernah ia alami. Proses ini, selain dilihat sebagai perilaku neurotik yang nyata, dapat dilihat juga sebagai fantasi karena dilakukan berulang-ulang untuk memuaskan fantasinya agar bisa melalui fase Oedipal yang normal. Selain menjadi penipu yang pura-pura tersedak di restoran untuk mendapatkan uang, Victor juga memiliki perilaku neurotik lain, yaitu kecanduan seks. Ia menderita kecanduan seks yang membuatnya harus mengikuti sexaholic meetings. Ia dengan serius menjalani tahap-tahap yang harus ia lalui untuk dapat terbebas dari kecanduannya tersebut dan hidup sebagai orang yang normal. Hal ini terlihat dari perilaku Victor yang selalu serius membuat catatan perilaku seksualnya yang menyimpang sebagai tahap keempat agar ia mengakui bahwa dirinya memanglah seorang pecandu seks. Namun, selama mengikuti sexaholic meetings, Victor tidak juga terlepas dari kecanduannya tersebut karena di perkumpulan itu ia malah mencari pasangan untuk berhubungan seks. Semua pasangan seksual Victor memiliki sifat yang eksentrik seperti Ida Mancini, yaitu melakukan hal-hal yang tidak dianggap normal oleh norma-norma sosial.Mereka kerap keluar masuk penjara dan menghadiri sexaholic meeing sebagai sebuah keharusan saja. Hal ini membuktikan bahwa hasrat Victor yang terepresi ke dalam level unconscious muncul kembali dan mempengaruhi preferensi seksual Victor saat ia dewasa dan muncul dalam perilaku neurotik. Perempuan-perempuan yang menjadi pasangan seksual Victor memiliki beberapa karakteristik Ida Mancini. Namun, displacement sosok Ida Mancini ke sosok pasangan-pasangan seksualnya ini bukan sekadar sebagai substitusi karena Victor tidak bisa berhubungan seks dengan Ida Mancini saja.Berdasarkan teori Freud, semua perilaku manusia didasari pada tujuan utamanya, yaitu mencapai kebahagiaan.Kebahagiaan ini berhubungan dengan insting-insting
Oedipusc omplex..., Trias Melia, FIB UI, 2013.
seksual yang dimiliki manusia.Terpuaskannya hasrat-hasrat seksual ini menjadi sumber kebahagiaan seseorang. Tujuan dari perilaku seksual Victor yang bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan terlihat melalui penjelasan Victor mengenai perilakunya berikut: The story is that sex addicts become dependent on a body chemistry created by constant sex. Orgasm flood the body with endorphins that kill pain and tranquilize you. Sex addicts are really addicted to the endorphins, not the sex. (hal.18) Kata-kata yang dinarasikan oleh Victor tersebut menunjukkan bahwa yang terpenting dalam candu yang ia miliki bukanlah aktifitas seksnya, namun munculnya endorphinyang diproduksi melalui aktifitas tersebut. Endorphin adalah hormon yang membuat seseorang merasa senang dan tidak dapat merasakan sakit atau kesengsaraan.Kesenangan yang tercipta dari adanya hormon tersebut menunjukkan tujuan utama dari perilaku neurotik yang dilakukan oleh Victor ini adalah untuk mencapai kesenangan atau kebahagiaan.Hal ini sesuai dengan pendapat Freud, yang mengatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk mencari kebahagiaan dan menghindari kesengsaraan (pain)dan kebahagiaan itu bersifat seksual. Ketidakmampuan Victor untuk bisa berhenti dari kecanduannya ini menunjukkan bahwa ia memiliki suatu kesengsaraan (pain) yang ia represi, dan neurosisnya ini ia lakukan sebagai defense mechanism untuk membantunya merepresi kesengsaraan tersebut. Kemudian, walaupun ia tetap tidak terlepas dari kecanduannya ini, Victor tetap mengikuti sexaholic meetings yang menunjukkan upaya yang ia tempuh untuk patuh terhadap kekuasaan Superego. Konflik Antara Victor Mancini dengan Superego Munculnya sosok Superego melalui delusi Ida Mancini, yang menyatakan bahwa Holy Father adalah ayah dari Victor, menimbulkan perasaan frustasi dalam diri Victor. Ia meminta Paige Marshall untuk menerjemahkan buku harian ibunya yang ditulis dalam bahasa Italia untuk mencari tahu siapa sebenarnya ayah Victor. Namun, Paige Marshall, yang saat itu belum diketahui bahwa ia juga merupakan orang yang delusional, mengonfirmasi kebenaran bahwa Ida memang benar-benar menganggap bahwa Holy Fatheradalah ayah Victor. Konfirmasi dari Paige Marshall tersebut membuat Victor memiliki kebiasaan baru, yaitu melakukan hal-hal yang tidak mungkin dilakukan oleh Holy Father. Psikoanalisis menjabarkan bahwa, dalam fase Oedipal, akan timbul rasa benci atau persaingan dengan sosok ayah di dalam diri seorang anak sehingga muncul perasaan ingin membunuh sosok ayah
Oedipusc omplex..., Trias Melia, FIB UI, 2013.
tersebut. Hal ini terlihat di dalam perilaku Victor yang tidak menginginkan dirinya memiliki sifat-sifat yang ada di dalam sosok delusi ibunya, yaitu Holy Father. Victor kerap merencanakan tindakan-tindakan berdasarkan pemikiran “What would Jesus NOT do?” Victor kemudian merencanakan untuk pura-pura memperkosa seorang perempuan yang ia kenal melalui sexaholic meeting. Perilaku Victor yang ingin melakukan hal-hal yang berbanding terbalik dengan perilaku Holy Father, yang merupakan sosok Tuhan yang suci,menunjukkan rasa bencinya terhadap sosok ayah. Ketidakinginan Victor untuk memiliki sifat-sifat sosok ayahnya tersebut merupakan usaha Victor untuk membunuh atau menghilangkan sosok ayah, sehingga rasa cinta Ida Mancini dapat ia miliki sepenuhnya kembali. Perilaku tersebut menunjukkan adanya konflik hasrat-hasrat Victor terhadap Superego.Victor tidak ingin tunduk dalam norma-norma yang diinternalisasi oleh Superego melalui sosok Tuhan tersebut. Selain itu, hal tersebut juga memperlihatkan bahwa Victor, seperti Ida, mewakili dua entitas yang berlawanan. Rasa benci terhadap ayah yang ia perlihatkan lewat perilakunya yang berbuat tidak sesuai dengan karakteristik yang dimiliki Tuhan memperlihatkan karakteristik chaotic yang juga dimiliki oleh Id. Namun, secara tidak sadar, Victor sendiri telah menginternalisasi sifat-sifat Tuhan atau Superego di dalam dirinya, yaitu dengan menjadi penyelamat atau savior bagi Ida Mancini. Keikutsertaan Victor dalam sexaholic meeting juga merupakan bukti bahwa Victor memikirkan keteraturan seperti Superego. Hal ini merupakan representasi dari konflik antara Id dan Superego Victor dalam prosesnya memperoleh resolusi atas Oedipus complex yang ia derita. Resolusi Oedipus ComplexVictor Mancini Pada akhirnya, Victor berhasil membunuh sosok “exalted Father” yang tercipta melalui delusi Ida Mancini.Di bagian akhir novel, Ida Mancini meninggal karena Victor Mancini menyuapi puding cokelat kepadanya dengan rasa marah sehingga Ida Mancini tersedak dan meninggal. Victor saat itu mengatakan kepada Ida Mancini bahwa ia sudah mengetahui bahwa ia adalah anak dari Holy Father. Ida Mancini merasa kaget dan mengatakan bahwa Victor bukanlah anaknya karena ia menculik Victor saat Victor masih bayi. Victor tidak menerima pernyataan tersebut dan menyuruh Ida agar tidak berbohong, namun ia juga terus menyuapi Ida Mancini hingga Ida tersedak dan meninggal. Ironisnya, meninggalnya Ida Mancini tidak hanya membunuh sosok ayah yang ia benci, namun juga membunuh objek dari hasratnya, yaitu Ida Mancini. Hal ini membuktikan bahwa konfliknya dengan Superego atau sosok ayah yang muncul dari delusi Ida berakhir dengan Victor membunuh delusi tersebut yang juga
Oedipusc omplex..., Trias Melia, FIB UI, 2013.
membunuh Ida Mancini. Meninggalnya Ida karena tersedak memiliki makna adanya pola yang repetitif, yaitu pola tersedak atau choking. Namun, jika sebelumnya orang yang mengalami tersedak adalah Victor, sekarang Ida Mancini yang mengalami hal tersebut.Perbedaan selanjutnya adalah tersedaknya Ida tidak dilanjutkan dengan adanya interupsi. Ketiadaan interupsi ini, jika dikaitkan dengan fase Oedipal, bermakna rasa cinta akan terus tumbuh, namun, meninggalnya Ida juga membunuh objek utama hasrat seksual Victor. Hal ini menyebabkan Victor tidak lagi dapat menumbuhkan rasa cintanya terhadap Ida, sehingga ia dapat terlepas dari Oedipus complex. Dengan meninggalnya Ida Mancini, maka hilanglah objek utama hasrat Victor yang bisa membuatnya mencapai kebahagiaan.Meninggalnya Ida Mancini juga dapa dilihat sebagai hasrat yang telah terepresi atau tidak lagi “hidup”. Menurut teori Freud, seorang anak yang mampu melewati fase Oedipal dengan normal akan terlepas dari Oedipus complex dan menginternalisasi sifat-sifat ayah. Tahap ini juga diikuti oleh fase laten yang menyebabkan anak tersebut fokus kepada hubungannya dengan teman sebaya. Hal ini terlihat dalam diri Victor. Ketika objek utamanya telah tiada dan secara tidak sadar ia telah menginternalisasi sosok Tuhan di dalam dirinya, ia mulai fokus kepada hubungannya dengan orang lain, yaitu Paige Marshal, orang yang selama ini ia kira sebagai dokter ibunya di St. Anthony’s. Di akhir novel, terungkap bahwa Paige Marshall sebenarnya adalah pasien rumah sakit jiwa tersebut yang juga delusional dan mengira dirinya adalah dokter dari masa depan. Ketika Victor tidak sengaja membunuh Ida Mancini, Paige membantunya dengan menyuruhnya keluar dan bersedia untuk disalahkan atas kematian Ida Mancini tersebut.Disitulah Victor melihat bahwa Paige Marshall mengenakan gelang pasien.Ia menyadari bahwa ia telah tertipu dan keluar dari rumah sakit tersebut. Beberapa lama kemudian, ia mendengar kabar bahwa Paige Marshall berhasil kabur dari St. Anthony’s. Di rumah Victor, suatu hari Paige Marshall muncul dan mengakui bahwa ia selama ini berperilaku delusional karena menganggap dirinya berasal dari masa depan dan bisa berhubungan seks dengan Victor agar mendapat keturunan yang suci (anak dari Holy Father) seperti yang diceritakan oleh Ida Mancini kepada Paige Marshall. Victor, yang selama ibunya masih hidup tidak bisa memberikan seluruh cintanya kepada Paige Marshall, walaupun ia memiliki ketertarikan terhadapnya, mulai menunjukkan ketertarikan tersebut. Paige Marshall meminta Victor melepaskan gelang yang menjadi sistem keamanan di St. Anthony’s, dan Victor menyanggupi. Lepasnya Paige Marshall dari St. Anthony’s yang menjadi simbol
Oedipusc omplex..., Trias Melia, FIB UI, 2013.
unconscious merupakan representasi dari hasrat baru Victor yang merupakan substitusi dari ibunya dan berhasilnya Victor dalam bernegosiasi dengan Oedipus complex yang ia derita selama ini. KESIMPULAN Teori psikoanalisis Freud mengenai Oedipus complex berhasil menunjukkan bahwa tokoh Victor Mancini dalam novel Choke menderita Oedipus complex. Teori yang menjelaskan Oedipus complex yang diderita Victor Mancini ini melingkupi tahap Oedipal yang pasti dialami oleh setiap manusia dalam perkembangan seksualitasnya dan peran hasrat-hasrat di dalam Id dan pengaruh Superego dalam pembentukan Oedipus complex tersebut. Berdasarkan pembahasan mengenai Oedipus complex tokoh Victor Mancini yang telah dibahas di bab III, dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku-perilaku Victor Mancini yang ia gambarkan sendiri melalui narasinya menggunakan dua sudut pandang, yaitu sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga, memiliki ambiguitas. Penggunaan dua sudut pandang yang berbeda ini menunjukkan adanya jarak antara tokoh atau dirinya sendiri yang ia ceritakan saat dewasa dengan tokoh dirinya saat ia masih kecil. Pembaca tidak dapat mengetahui secara pasti apakah Victor menceritakan masa lalu dirinya atau masa lalu setiap anak dengan ibunya secara general.Selain itu, ambiguitas juga dapat terlihat dari cerita-cerita Victor mengenai kehidupannya. Perilaku-perilaku yang ia jelaskan dapat dianalisis sebagai fantasi-fantasi yang diciptakan Victor untuk dapat melalui fase Oedipal yang normal. Selain itu, perilakuyang menunjukkan Victormenderita Oedipus complex tersebut disebabkan oleh pemicu yang datang dari abnormalitas rasa sayang Ida Mancini kepadanya. Hal ini dimulai dengan ambivalensi peran Ida sebagai pemicu, Id dan sebagai Superego dalam pembentukan Oedipus complex
yang dialami Victor tersebut.
Selain itu, represi yang
diakibatkan adanya norma-norma sosial di dalam masyarakat membuat hasrat-hasrat Victor muncul dalam perilaku neurotik dan terlihat melalui preferensi seksualnya di saat ia dewasa. Perilaku ini memiliki makna sebagai usaha Victor dalam mencapai kebahagiaan, yang menurut Freud merupakan tujuan hidup semua orang.Konflik yang dialami oleh Victor terhadap sosok Superego secara ironis tidak hanya membunuh sosok ayah tersebut, namun juga membunuh objek hasrat seksual utamanya, Ida Mancini. Meninggalnya hasrat utama Victor tersebut menjadi resolusi bagi Oedipus complex yang ia derita.
Oedipusc omplex..., Trias Melia, FIB UI, 2013.
Perwujudan-perwujudan tokoh Victor dan Ida Mancini sebagai elemen psike Id dan Superego juga terlihat di dalam alur. Ida Mancini, saat Victor kecil, merupakan representasi dari entitas Id yang tidak mengenal dan tidak peduli terhadap aturan. Kemudian, ia tekena Alzheimer yang membuatnya berubah menjadi sosok Superego. Alzheimer tersebut membuat Ida tidak lagi mengenal masa lalunya ketika ia menjadi Id, yang merupakan salah satu karakteristik dari Superego, yaitu tidak ada kontak dengan Id. Sedangkan Victor mewakili dua entitas tersebut melalui penyangkalan-penyangkalannya terhadap sosok ayah. Namun, perilakunya secara tidak sadar merupakan bukti bahwa ia sudah menginternalisasi sosok ayah atau Tuhan sebagai seorang savior. Keberhasilan Victor untuk keluar dari Oedipus complex yang ia derita dilakukan dengan cara membangun fantasi-fantasi yang merupakan simbolisasi dari fase phallic atau fase oedipal yang dialami secara normal oleh setiap anak. Namun, Victor tidak mengalami fase tersebut saat ia kecil, sehingga untuk dapat sembuh dari Oedipus complex, ia harus membangun fantasi-fantasi tersebut. Fantasi yang ia bangun berupa perilaku neurosisnya ketika dewasa, yaitu perilaku pura-pura tersedak dan kecanduan seks, dan melalui fantasi munculnya sosok Superego, yaitu sosok Tuhan. Dengan meninggalnya Ida yang merepresentasikan objek hasrat seksual Victor sekaligus sosok Superego yang menghentikan hasrat tersebut, maka berakhir pula Oedipus complex yang ia derita. Bukti berhasilnya Victor mendapat solusi dari Oedipus complexnya adalah dengan fokusnya ia kepada hubungannya dengan Paige Marshall di akhir cerita. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi terhadap kajian kesusastraan yang menggunakan pendekatan psikoanalisis. Penulis juga berharap akan ada penelitianpenelitian berikutnya terhadap novel Choke karya Chuck Palahniuk yang dilakukan dengan berbagai pendekatan untuk meneliti berbagai isu yang ada di dalam novel ini.Misalnya, dengan meneliti perilaku tokoh lain, seperti Ida Mancini, yang dominan di dalam novel menggunakan pendekatan psikoanalisis.
Oedipusc omplex..., Trias Melia, FIB UI, 2013.
KEPUSTAKAAN Darcangelo, Vince. “Unsettling Chapters: Invisible Monsters”. 2012. 15 Maret 2013. . Freud, Sigmund. Civilization and Its Discontents. Trans. James Strachey. London:Hogarth Press and Institute of Psycho-Analysis,1961. Trans. of Das Unbehagen in der Kultur, 1929. Marcuse, Herbert. Eros and Civilization.London: Routledge & Keegan Paul Ltd, 1956 Sartain, Jeffrey A. “Even the Mona Lisa’s Falling Apart”: The Cultural Assimilation of ScientificEpistemologies in Palahniuk’s Fiction”. Stirrings Still The International Journal of Existential Literature (2005). 11 Okober. 2012.<www.stirringsstill.org/5522.pdf> “How To do a Close Reading”. Harvard University Faculty of Art and Science.19 Mei. 2013. . “Psychoanalytic
Theory”.
2008.
25
Juni.
2013.
< http://cmsu2.ucmo.edu/public/classes/Baker%20COMM%205300/Psychoanalysis.d oc>
Oedipusc omplex..., Trias Melia, FIB UI, 2013.